Kemudian Yang Mulia Kassapa yang Agung memberitahukan kepada Saṅgha dengan mengatakan: “Yang Mulia, mohon Saṅgha mendengarkan saya. Jika baik menurut Saṅgha, maka saya akan menanyai Ānanda tentang dhamma.” Kemudian Yang Mulia Ānanda memberitahukan kepada Saṅgha dengan berkata: “Yang Mulia, mohon Saṅgha mendengarkan saya. Jika baik menurut Saṅgha, maka saya akan menjawab pertanyaan tentang dhamma yang diajukan oleh Yang Mulia Kassapa yang Agung.” Kemudian Yang Mulia Kassapa yang Agung berkata kepada Yang Mulia Ānanda sebagai berikut:
“Di manakah, Yang Mulia Ānanda, Brahmajāla dibabarkan?”
“Yang Mulia, antara Rājagaha dan Nālandā di rumah peristirahatan di Ambalaṭṭhika.”
“Kepada siapakah?”
“Suppiya sang pengembara dan Brahmadatta si pemuda brahmana.” Kemudian Yang Mulia Kassapa yang Agung menanyai Yang Mulia Ānanda sehubungan dengan latar belakang Brahmajāla dan ia menanyainya sehubungan dengan orangnya.
“Tetapi di manakah, Yang Mulia Ānanda, Sāmaññaphala dibabarkan?”
“Di Rājagaha, Yang Mulia, di Hutan Mangga Jīvaka.”
“Kepada siapakah?”
“Kepada Ajātasattu, putera (Nyonya) Videha.”
Kemudian Yang Mulia Kassapa yang Agung menanyai Yang Mulia Ānanda sehubungan dengan latar belakang Sāmaññaphala dan ia menanyainya sehubungan dengan orangnya. Dengan cara yang sama ini ia menanyainya tentang lima Nikāya. Secara terus-menerus ditanyai, Yang Mulia Ānanda menjawab. ||8||
Kemudian Yang Mulia Ānanda berkata kepada para bhikkhu yang adalah para sesepuh: “Sang Bhagavā, Yang Mulia, berkata kepada saya menjelang Beliau mencapai nibbāna: ‘Jika Saṅgha, Ānanda, setelah kematianKu menghendaki, maka peraturan-peraturan latihan yang kecil dan minor boleh dihapus’.”
“Tetapi apakah engkau, Yang Mulia Ānanda, menanyakan kepada Sang Bhagavā, dengan mengatakan: ‘Tetapi yang manakah, Yang Mulia, peraturan-peraturan latihan yang kecil dan minor itu?’”
“Tidak, Yang Mulia, saya tidak menanyakan kepada Sang Bhagavā, dengan mengatakan: ‘Tetapi yang manakah, Yang Mulia, peraturan-peraturan latihan yang kecil dan minor itu?’”
Beberapa sesepuh berkata sebagai berikut: “Dengan pengecualian peraturan-peraturan sehubungan dengan empat pelanggaran yang mengakibatkan kejatuhan, selebihnya adalah peraturan-peraturan latihan yang kecil dan minor.” Beberapa sesepuh berkata sebagai berikut: “Dengan pengecualian peraturan-peraturan sehubungan dengan empat pelanggaran yang mengakibatkan kejatuhan, [287] dengan pengecualian peraturan-peraturan sehubungan dengan pelanggaran-pelanggaran yang menuntut diadakannya Sidang Resmi Saṅgha, selebihnya adalah peraturan-peraturan latihan yang kecil dan minor.” Beberapa sesepuh berkata sebagai berikut: “Dengan pengecualian peraturan-peraturan sehubungan dengan empat pelanggaran yang mengakibatkan kejatuhan … dengan pengecualian peraturan-peraturan sehubungan dengan dua pelanggaran yang tidak dapat ditentukan, selebihnya adalah peraturan-peraturan latihan yang kecil dan minor.” Beberapa sesepuh berkata sebagai berikut: “Dengan pengecualian peraturan-peraturan sehubungan dengan empat pelanggaran yang mengakibatkan kejatuhan … dengan pengecualian peraturan-peraturan sehubungan dengan tiga puluh pelanggaran yang menuntut penebusan yang melibatkan hukuman, selebihnya adalah peraturan-peraturan latihan yang kecil dan minor.” Beberapa sesepuh berkata sebagai berikut: “Dengan pengecualian peraturan-peraturan sehubungan dengan empat pelanggaran yang mengakibatkan kejatuhan … dengan pengecualian peraturan-peraturan sehubungan dengan sembilan puluh dua pelanggaran yang menuntut penebusan, selebihnya adalah peraturan-peraturan latihan yang kecil dan minor.” Beberapa sesepuh berkata sebagai berikut: “Dengan pengecualian peraturan-peraturan sehubungan dengan empat pelanggaran yang mengakibatkan kejatuhan … dengan pengecualian peraturan-peraturan sehubungan dengan empat pelanggaran yang harus diakui, selebihnya adalah peraturan-peraturan latihan yang kecil dan minor.”
Kemudian Yang Mulia Kassapa yang Agung memberitahukan kepada Saṅgha, dengan mengatakan: “Yang Mulia, mohon Saṅgha mendengarkan saya. Terdapat peraturan-peraturan latihan bagi kita yang berpengaruh pada para perumah tangga, dan para perumah tangga tahu sehubungan dengan kita: ‘Ini pasti tidak diperbolehkan bagi para petapa, para putera Sakya, ini pasti diperbolehkan.’ Jika kita hendak menghapuskan peraturan-peraturan latihan yang kecil dan minor maka akan ada di antara mereka yang mengatakan: ‘Hingga pada saat kremasi Beliau suatu peraturan latihan telah ditetapkan oleh Petapa Gotama untuk para siswaNya; sewaktu Sang Guru masih ada di tengah-tengah mereka, mereka berlatih dalam peraturan-peraturan latihan. Tetapi karena Sang Guru telah mencapai nibbāna di tengah-tengah mereka, sekarang mereka tidak lagi berlatih dalam peraturan-peraturan latihan.’ Jika baik menurut Saṅgha, maka Saṅgha tidak boleh menetapkan apa yang belum ditetapkan, juga tidak menghapuskan apa yang telah ditetapkan. Saṅgha harus maju sesuai dengan dan menuruti peraturan-peraturan latihan yang telah ditetapkan. Ini adalah usul. Yang Mulia, mohon Saṅgha mendengarkan saya. Terdapat peraturan-peraturan latihan bagi kita … sekarang mereka tidak lagi berlatih dalam peraturan-peraturan latihan.’ Saṅgha tidak menetapkan apa yang belum ditetapkan, juga tidak menghapuskan apa yang telah ditetapkan. Saṅgha maju sesuai dengan dan menuruti peraturan-peraturan latihan yang telah ditetapkan. Jika tidak menetapkan apa yang belum ditetapkan, jika tidak menghapuskan apa yang telah ditetapkan, jika maju sesuai dengan dan menuruti peraturan-peraturan latihan yang telah ditetapkan, sesuai dengan kehendak Yang Mulia, maka Yang Mulia cukup berdiam diri; ia yang tidak menghendaki silakan berbicara. Saṅgha tidak menetapkan apa yang belum ditetapkan, Saṅgha tidak menghapuskan apa yang telah ditetapkan, Saṅgha maju sesuai dengan dan menuruti peraturan-peraturan latihan yang telah ditetapkan. Hal ini adalah sesuai dengan kehendak Saṅgha, oleh karena itu Saṅgha berdiam diri. Demikianlah saya memahami hal ini.” ||9||
Kemudian para bhikkhu yang adalah para sesepuh berkata kepada Yang Mulia Ānanda sebagai berikut: “Ini, Yang Mulia Ānanda, adalah pelanggaran perbuatan-salah bagimu, karena engkau tidak menanyakan kepada Sang Bhagavā, dengan mengatakan: ‘Tetapi, manakah, Yang Mulia, peraturan-peraturan latihan yang kecil dan minor itu?’ Akuilah pelanggaran perbuatan-salah itu.”
“Saya, Yang Mulia, karena kurangnya perhatian, tidak menanyakan kepada Sang Bhagavā, dengan mengatakan: ‘Tetapi, manakah, Yang Mulia, peraturan-peraturan latihan yang kecil dan minor itu?’ Saya tidak melihat hal ini sebagai pelanggaran perbuatan-salah, namun demi kesetiaan pada Yang Mulia saya mengakuinya sebagai pelanggaran perbuatan-salah.”
“Ini juga adalah pelanggaran perbuatan-salah bagimu, Yang Mulia Ānanda, karena engkau menjahit jubah musim hujan Sang Bhagavā setelah menginjaknya. Akuilah pelanggaran perbuatan-salah itu.”
“Tetapi saya, Yang Mulia, bukan karena tidak hormat, telah menjahit jubah musim hujan Sang Bhagavā setelah menginjaknya. Saya tidak melihat … tetapi demi kesetiaan pada Yang Mulia saya mengakuinya sebagai pelanggaran perbuatan-salah.”
“Ini juga adalah pelanggaran perbuatan-salah bagimu, Yang Mulia Ānanda, karena engkau membiarkan para perempuan memberi penghormatan pertama kali kepada jenazah Sang Bhagavā; karena mereka menangis, jenazah Sang Bhagavā dinodai oleh air mata. Akuilah pelanggaran perbuatan-salah itu.”
“Tetapi saya, Yang Mulia, dengan berpikir: ‘Jangan biarkan mereka (datang) pada waktu yang tidak tepat,’ telah membiarkan jenazah Sang Bhagavā pertama kali dihormati oleh semua perempuan. Saya tidak melihat hal ini sebagai pelanggaran perbuatan-salah … namun demi kesetiaan …”
“Ini juga adalah pelanggaran perbuatan-salah bagimu, Yang Mulia Ānanda, karena engkau (walaupun) isyarat jelas telah diberikan, sebuah tanda yang gamblang telah diberikan, namun engkau tidak memohon pada Sang Bhagavā, dengan mengatakan: ‘Sudilah Yang Mulia tinggal hingga umur kehidupan (maksimum), sudilah Sang Pengembara Sempurna menetap hingga usia kehidupan (maksimum) demi kesejahteraan banyak makhluk, demi kebahagiaan banyak makhluk, demi belas kasihan pada dunia, demi kebaikan, kesejahteraan, kebahagiaan para deva dan manusia.’ Akuilah pelanggaran perbuatan-salah itu.”
“Tetapi Yang Mulia, karena pikiran saya dikuasai oleh Māra, maka saya tidak memohon pada Sang Bhagavā dengan mengatakan: ‘Sudilah Yang Mulia tinggal … kebahagiaan para deva dan manusia.’ Saya tidak melihat … demi kesetiaan …”
“Ini juga adalah pelanggaran perbuatan-salah bagimu, Yang Mulia Ānanda, karena engkau mengusahakan pelepasan keduniawian para perempuan dalam dhamma dan disiplin yang dinyatakan oleh Sang Penemu-kebenaran. Akuilah pelanggaran perbuatan-salah itu.”
“Tetapi saya, Yang Mulia, mengusahakan pelepasan keduniawian para perempuan dalam dhamma dan disiplin yang dinyatakan oleh Sang Penemu-kebenaran, dengan berpikir: ‘Gotamid, Pajāpati yang Agung ini, adalah bibi Sang Bhagavā, ibu pengasuh, perawat, pemberi susu, karena ketika ibu Sang Bhagavā meninggal dunia ia menyusui Beliau.’ Saya tidak melihat hal ini sebagai pelanggaran perbuatan-salah, namun demi kesetiaan pada Yang Mulia saya mengakuinya sebagai pelanggaran perbuatan-salah.” ||10||
Pada saat itu Yang Mulia Purāṇa sedang berjalan untuk menerima dana makanan di Perbukitan Selatan bersama dengan sejumlah besar Saṅgha para bhikkhu, dengan sedikitnya lima ratus bhikkhu. Kemudian Yang Mulia Purāṇa, setelah menetap di Perbukitan Selatan selama yang ia kehendaki, setelah para bhikkhu yang adalah para sesepuh telah membacakan dhamma dan disiplin [289], mendatangi Rājagaha, Hutan Bambu, Taman Suaka Tupai, dan para bhikkhu yang adalah para sesepuh; setelah mendekat, setelah saling bertukar sapa dengan para bhikkhu yang adalah para sesepuh, ia duduk dalam jarak selayaknya. Para bhikkhu yang adalah para sesepuh berkata kepada Yang Mulia Puraṇa ketika ia telah duduk dalam jarak selayaknya, sebagai berikut:
“Yang Mulia Puraṇa, dhamma dan disiplin telah dibacakan oleh para bhikkhu yang adalah para sesepuh. Engkau terimalah pembacaan ini.”
“Yang Mulia, para sesepuh telah membacakan dhamma dan disiplin dengan baik, tetapi dalam cara yang telah kudengarkan di hadapan Sang Bhagavā, yang kuterima di hadapan Beliau, dengan cara itulah aku akan mengingatnya.” ||12||
Kemudian Yang Mulia Ānanda berkata kepada para bhikkhu yang adalah para sesepuh sebagai berikut: “Yang Mulia, Sang Bhagavā, menjelang mencapai nibbāna, berkata kepada saya sebagai berikut: ‘Baiklah, Ānanda, setelah Aku pergi, Saṅgha harus menjatuhkan hukuman lebih tinggi kepada Bhikkhu Channa.’
“Tetapi apakah engkau, Yang Mulia Ānanda, menanyakan kepada Sang Bhagavā: ‘Tetapi apakah, Yang Mulia, hukuman lebih tinggi itu?’”
“Saya, Yang Mulia, telah menanyakan kepada Sang Bhagavā: ‘Tetapi apakah, Yang Mulia, hukuman lebih tinggi itu?’ Beliau berkata, ‘Ānanda, Channa boleh mengatakan apa pun yang ia suka kepada para bhikkhu, tetapi Bhikkhu Channa tidak boleh diajak bicara, juga tidak boleh dinasihati atau diberikan instruksi oleh para bhikkhu’.”
‘Baiklah, Yang Mulia Ānanda, pergilah engkau menjatuhkan hukuman lebih tinggi kepada Bhikkhu Channa.”
“Tetapi bagaimana saya dapat, Yang Mulia, menjatuhkan hukuman lebih tinggi pada Bhikkhu Channa? Bhikkhu itu kejam dan kasar.”
“Baiklah, Ānanda, pergilah bersama beberapa bhikkhu.”
“Baiklah, Yang Mulia,” dan Yang Mulia Ānanda, setelah menjawab para bhikkhu, setelah, bersama dengan sejumlah besar Saṅgha para bhikkhu, dengan sedikitnya lima ratus bhikkhu, berangkat menuju Kosambi dengan menumpang sebuah perahu menuju ke hulu, kemudian duduk di bawah sebatang pohon tidak jauh dari taman rekreasi Raja Udena. ||12||
Pada saat itu Raja Udena sedang bersenang-senang di taman rekreasi bersama dengan selir-selirnya. Kemudian para selir Raja Udena mendengar: “Dikatakan bahwa guru kita, Guru Ānanda, sedang duduk di bawah sebatang pohon tidak jauh dari taman rekreasi.” Kemudian para selir Raja Udena berkata kepada Raja Udena sebagai berikut: “Baginda, mereka mengatakan bahwa guru kita … tidak jauh dari taman rekreasi.” Kami, Baginda, ingin bertemu dengan Guru Ānanda.”
“Baiklah, pergilah kalian menemui Petapa Ānanda.” Kemudian para selir Raja Udena mendatangi Yang Mulia Ānanda; setelah menghadap, setelah menyapa Yang Mulia Ānanda, mereka duduk dalam jarak selayaknya. Yang Mulia Ānanda menggembirakan, menyenangkan, membangkitkan semangat, membahagiakan para selir Raja Udena dengan khotbah dhamma ketika mereka sedang duduk dalam jarak selayaknya. [290] Kemudian para selir Raja Udena, merasa gembira … bahagia oleh khotbah dhamma dari Yang Mulia Ānanda, mempersembahkan lima ratus jubah dalam kepada Yang Mulia Ānanda. Kemudian para selir Raja Udena, gembira dengan kata-kata Yang Mulia Ānanda, setelah mengucapkan terima kasih, bangkit dari duduk mereka, setelah berpamitan dengan Yang Mulia Ānanda, dengan Yang Mulia Ānanda tetap di sisi kanan mereka, kembali kepada Raja Udena. ||13||
Dari kejauhan Raja Udena melihat kedatangan para selir; melihat mereka ia berkata kepada para selir sebagai berikut: “Apakah kalian bertemu dengan Petapa Ānanda?”
“Kami, Baginda, bertemu dengan Guru Ānanda.”
“Tetapi apakah kalian memberikan sesuatu kepada Petapa Ānanda?”
“Kami memberikan, Baginda, lima ratus jubah dalam kepada Guru Ānanda.”
Raja Udena merendahkan, mengkritik, menyebarkan dengan mengatakan: “Bagaimana mungkin Petapa Ānanda ini menerima begitu banyak jubah? Apakah Petapa Ānanda akan berdagang kain tenunan atau apakah ia akan menawarkannya untuk dijual di sebuah toko?” Kemudian Raja Udena mendatangi Yang Mulia Ānanda; setelah menghadap, ia bertukar sapa dengan Yang Mulia Ānanda, berramah-tamah dengan sopan, ia duduk dalam jarak selayaknya. Setelah duduk dalam jarak selayaknya, Raja Udena berkata kepada Yang Mulia Ānanda sebagai berikut:
“Tidakkah para selir kami datang ke sini, Ānanda yang baik ?”
“Para selirmu ada datang ke sini, Baginda.”
“Tidakkah mereka memberikan sesuatu kepada Ānanda yang mulia ?”
“Mereka memberikan lima ratus jubah dalam kepadaku, Baginda.”
“Tetapi apakah yang akan engkau lakukan, Ānanda yang mulia , dengan begitu banyak jubah?”
“Aku akan membagikannya, Baginda, dengan para bhikkhu itu yang jubahnya sudah usang.”
“Tetapi apakah yang akan engkau lakukan, Ānanda yang baik, dengan jubah lama yang sudah usang itu?”
“Kami akan menggunakannya sebagai penutup atas, Baginda.”
“Tetapi apakah yang akan engkau lakukan, Ānanda yang baik, dengan penutup atas yang lama?”
“Kami akan menggunakannya sebagai penutup alas tidur, Baginda.”
“Tetapi apakah yang akan engkau lakukan, Ānanda yang baik, dengan penutup alas tidur yang lama?”
“Kami akan menggunakannya sebagai penutup lantai, Baginda.”
“Tetapi apakah yang akan engkau lakukan, Ānanda yang baik, dengan penutup lantai yang lama?”
“Kami akan menggunakannya sebagai keset kaki, Baginda.”
“Tetapi apakah yang akan engkau lakukan, Ānanda yang baik, dengan keset kaki yang lama?”
“Kami akan menggunakannya sebagai keset pel, Baginda.”
“Tetapi apakah yang akan engkau lakukan, Ānanda yang baik, dengan kein pel yang lama?”
“Setelah mencabik-cabiknya menjadi serpihan-serpihan, Baginda, setelah mengaduknya dengan lumpur, kami akan mengoleskannya sebagai penambal-lantai.”
Kemudian Raja Udena, dengan berpikir: “Para petapa ini, para putera Sakya, menggunakan segala sesuatunya dengan cara yang benar dan tidak membiarkannya menjadi sia-sia,” menganugerahkan lima ratus kain tenunan lagi kepada Yang Mulia Ānanda. Oleh karena itu ini adalah pertama kalinya seribu jubah diterima oleh Yang Mulia Ānanda sebagai persembahan jubah. ||14||
Kemudian Yang Mulia Ānanda mendatangi Vihara Ghosita; setelah sampai di sana, ia duduk di tempat yang telah disediakan. Kemudian Yang Mulia Channa menghadap Yang Mulia Ānanda; setelah menghadap, setelah meyapa Yang Mulia Ānanda, ia duduk dalam jarak selayaknya. Yang Mulia Ānanda berkata kepada Yang Mulia Channa setelah ia duduk dalam jarak selayaknya sebagai berikut: “Hukuman lebih tinggi telah dijatuhkan kepadamu, Yang Mulia Channa, oleh Saṅgha.”
‘Tetapi apakah, Yang Mulia Ānanda, hukuman lebih tinggi itu?”
“Engkau, Yang Mulia Channa, boleh mengatakan apa pun yang engkau suka kepada para bhikkhu, tetapi engkau tidak boleh diajak bicara, juga tidak boleh dinasihati atau diberikan instruksi oleh para bhikkhu”
Dengan berkata: “Tidakkah saya, Yang Mulia Ānanda, menjadi hancur karena tidak diajak bicara juga tidak dinasihati juga tidak diberi instruksi oleh para bhikkhu?” ia jatuh pingsan di tempat itu juga. Kemudian Yang Mulia Channa, merasa gundah dengan hukuman lebih tinggi itu, merasa malu karenanya, tidak menerimanya, berdiam sendirian, terasing, bersemangat, tekun, teguh, segera mencapai di sini dan saat ini melalui pengetahuan-tingginya sendiri tujuan tertinggi pengembaraan-Brahma yang karenanya para pemuda dari keluarga-keluarga meninggalkan keduniawian dari kehidupan rumah tangga dan menjalani kehidupan tanpa rumah, memasukinya, berdiam di dalamnya dan ia memahami: “Kelahiran (individu ) telah dihancurkan, pengembaraan-Brahma telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, sekarang tidak ada lagi penjelmaan makhluk ini atau itu.” Dan demikianlah Yang Mulia Channa menjadi salah satu dari mereka Yang Sempurna. Kemudian Yang Mulia Channa, setelah mencapai kesempurnaan, mendatangi Yang Mulia Ānanda; setelah menghadap ia berkata kepada Yang Mulia Ānanda sebagai berikut: “Yang Mulia Ānanda, sekarang cabutlah hukuman lebih tinggi itu dari saya.”
“Sejak saat engkau, Yang Mulia Channa, mencapai kesempurnaan, sejak saat itu hukuman lebih tinggi telah dicabut darimu.” ||15||
Sekarang karena lima ratus bhikkhu – tidak lebih satu, tidak kurang satu – hadir pada saat pembacaan disiplin, maka pembacaan disiplin ini disebut sebagai ‘Pembacaan oleh Lima Ratus.’ ||16||1||
Demikianlah Bagian Ke sebelas: Tentang Lima Ratus.