//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Catatan Konsili I menurut Vinaya Pitaka PTS  (Read 8466 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Catatan Konsili I menurut Vinaya Pitaka PTS
« on: 28 November 2011, 07:33:18 PM »
berikut ini adalah terjemahan dari Cullavagga Bab XI, Vinaya Pitaka Vol. 5, PTS.


Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Catatan Konsili I menurut Vinaya Pitaka PTS
« Reply #1 on: 28 November 2011, 07:36:02 PM »
CULLAVAGGA XI
Tentang Lima Ratus


Kemudian  Yang Mulia Kassapa yang Agung berkata kepada para bhikkhu: “Suatu ketika, Yang Mulia, saya sedang melakukan perjalanan di sepanjang jalan raya dari Pāvā menuju Kusināra bersama dengan sejumlah besar para bhikkhu, dengan sedikitnya lima ratus bhikkhu.  Kemudian saya, Yang Mulia, menepi dari jalan itu, duduk di bawah sebatang pohon. Pada saat itu seorang petapa telanjang, setelah mengambil sekuntum bunga pohon Koral  di Kusināra, sedang melakukan perjalanan menuju Pāvā. Kemudian Saya, Yang Mulia, melihat kedatangan Petapa Telanjang itu dari kejauhan, dan setelah melihatnya saya berkata kepadanya sebagai berikut: ‘Apakah engkau, Yang Mulia, mengetahui tentang Guru kami?’ ia berkata: ‘Ya, aku tahu, Yang Mulia, Petapa Gotama mencapai Nibbāna seminggu yang lalu. Karena itu saya mengambil bunga pohon Koral ini.’

“Yang Mulia, di antara para bhikkhu itu yang belum terbebas dari nafsu, beberapa menjulurkan lengan mereka, meratap, jatuh menyakiti diri mereka sendiri, mereka berguling ke belakang dan ke depan, sambil mengatakan: ‘Terlalu cepat Sang Bhagavā mencapai nibbāna, terlalu cepat Sang Pengembara Sempurna mencapai nibbāna, terlalu cepat Sang Mata Dunia lenyap.’ Tetapi para bhikkhu yang telah terbebas dari nafsu, mereka ini, dengan penuh perhatian, dengan waspada, menahan (kesedihan mereka), dengan mengatakan: ‘Segala yang terbentuk adalah tidak kekal – Apakah yang mungkin di sini karena hal ini?’

“Kemudian saya, Yang Mulia, berkata kepada para bhikkhu itu sebagai berikut: ‘Cukup, Yang Mulia, jangan bersedih, jangan meratap, karena bukankah telah dijelaskan oleh Sang Bhagavā: ‘Segala sesuatu yang disenangi dan disayangi, maka ada perubahan, perpisahan, menjadi sebaliknya. Apakah yang mungkin di sini, Yang Mulia, karena hal ini: bahwa apa pun yang terlahir, telah menjadi, tersusun, tunduk pada pelenyapan? Sesungguhnya, berpikir: ‘Semoga ini tidak lenyap – situasi demikian tidak mungkin ada.’

“Kemudian pada saat itu, Yang Mulia,  seseorang bernama Subhadda, yang meninggalkan keduniawian pada usia tua, sedang duduk dalam kumpulan itu. Kemudian, Yang Mulia, Subhadda yang meninggalkan keduniawian pada usia tua berkata kepada para bhikkhu sebagai berikut: ‘Cukup, Yang Mulia, jangan bersedih, jangan meratap, kita sekarang terbebas dari Petapa [284] Agung ini. Beliau khawatir ketika mengatakan: “Ini boleh kalian lakukan, ini tidak boleh kalian lakukan.” Tetapi kita sekarang dapat melakukan apa yang ingin kita lakukan dan kita tidak perlu melakukan apa yang tidak ingin kita lakukan.’

“Marilah, Yang Mulia, kita mengulangi dhamma dan disiplin sebelum apa yang bukan dhamma bersinar dan dhamma tersembunyi, sebelum apa yang bukan disiplin bersinar dan disiplin tersembunyi, sebelum mereka yang mangatakan apa yang bukan-dhamma menjadi kuat dan mereka yang mengatakan dhamma menjadi lemah, sebelum mereka yang mangatakan apa yang bukan-disiplin menjadi kuat dan mereka yang mengatakan disiplin menjadi lemah.”  ||1||

“Baiklah, Yang Mulia, sekarang sesepuh memilih para bhikkhu.” Kemudian Yang Mulia Kassapa yang Agung memilih lima ratus yang sempurna, kurang satu. Para bhikkhu berkata kepada Yang Mulia Kassapa yang Agung sebagai berikut:

“Yang Mulia, Ānanda ini, walaupun masih menjadi seorang yang dalam tahap berlatih, tidak mungkin menjadi seorang yang mengikuti jalan yang salah melalui nafsu, kemarahan, kebodohan, ketakutan; dan ia telah menguasai banyak dhamma dan disiplin di bawah Sang Bhagavā. Sekarang, Yang Mulia, sudilah sesepuh memilih Yang Mulia Ānanda juga.” Kemudian Yang Mulia Kassapa yang Agung memilih Yang Mulia Ānanda juga. ||2||

Kemudian para bhikkhu yang adalah para sesepuh berpikir:  “Sekarang, di manakah kita akan membacakan dhamma dan disiplin?” Kemudian para bhikkhu yang adalah para sesepuh berpikir: “Terdapat sumber dana makanan dan tempat tinggal yang berlimpah di Rājagaha. Bagaimana jika kami, melewatkan musim hujan di Rājagaha, dan membacakan dhamma dan disiplin (di sana), dan tidak ada bhikkhu lain yang mendatangi Rājagaha untuk melewatkan musim hujan.”  ||3||

Kemudian Yang Mulia Kassapa yang Agung memberitahukan kepada Saṅgha, dengan mengatakan: “Yang Mulia, mohon Saṅgha mendengarkan saya. Jika baik menurut Saṅgha, maka Saṅgha boleh menyetujui penunjukan kelima ratus bhikkhu ini untuk membacakan dhamma dan disiplin selagi mereka menjalani masa musim hujan di Rājagaha, dan bahwa masa musim hujan di Rājagaha tidak boleh dijalani oleh para bhikkhu lainnya. Ini adalah usul. Yang Mulia, mohon Saṅgha mendengarkan saya. Saṅgha menyetujui penunjukan kelima ratus bhikkhu ini untuk membacakan dhamma dan disiplin selagi mereka menjalani masa musim hujan di Rājagaha, dan bahwa masa musim hujan di Rājagaha tidak boleh dijalani oleh para bhikkhu lainnya. Jika penunjukan kelima ratus bhikkhu ini untuk membacakan dhamma dan disiplin selagi mereka menjalani masa musim hujan di Rājagaha, dan bahwa masa musim hujan di Rājagaha tidak boleh dijalani oleh para bhikkhu lainnya, sesuai kehendak Yang Mulia, maka Yang Mulia cukup berdiam diri; ia yang tidak menghendaki silakan berbicara. Kelima ratus bhikkhu ini ditunjuk untuk membacakan dhamma dan disiplin selagi mereka menjalani masa musim hujan di Rājagaha, dan (disepakati) bahwa masa musim hujan di Rājagaha tidak boleh dijalani oleh para bhikkhu lainnya. Hal ini sesuai kehendak Saṅgha, oleh karena itu Saṅgha berdiam diri. Demikianlah saya memahami hal ini.” ||4|| [285]

Kemudian para bhikkhu yang adalah para sesepuh pergi ke Rājagaha untuk membacakan dhamma dan disiplin.  Kemudian para bhikkhu yang adalah para sesepuh berpikir: “Sekarang, memperbaiki bagian-bagian yang rusak dan usang dipuji oleh Sang Bhagavā. Marilah, selama bulan pertama kita memperbaiki bagian-bagian yang rusak dan usang; setelah berkumpul pada bulan ke dua, kita akan membacakan dhamma dan disiplin.” Kemudian para bhikkhu yang adalah para sesepuh memperbaiki bagian-bagian yang rusak dan usang selama bulan pertama. ||5||

Kemudian Yang Mulia Ānanda berpikir:  “Besok adalah hari pertemuan. Sekarang tidaklah selayaknya bagiku, karena (hanya) seorang yang masih berlatih, pergi ke pertemuan itu,” dan setelah melewatkan banyak waktu pada malam itu dalam perhatian pada jasmani, ketika malam hampir berlalu, ia berpikir: “Aku akan berbaring,” ia merebahkan tubuhnya, tetapi (sebelum) kepalanya menyentuh alas tidur dan ketika kakinya telah terangkat dari tanah – pada interval waktu itu pikirannya terbebaskan dari kekotoran dengan tidak meninggalkan sisa (untuk kelahiran kembali). Kemudian Yang Mulia Ānanda, sebagai seorang yang sempurna, pergi ke pertemuan itu.

Kemudian Yang Mulia Kassapa yang Agung memberitahukan kepada Saṅgha sebagai berikut: “Yang Mulia, mohon Saṅgha mendengarkan saya. Jika baik menurut Saṅgha maka saya akan menanyai Upāli tentang disiplin.” Kemudian Yang Mulia Upāli memberitahukan kepada Saṅgha sebagai berikut: “Yang mulia, mohon Saṅgha mendengarkan saya. Jika baik menurut Saṅgha maka saya akan menjawab pertanyaan tentang disiplin yang diajukan oleh Yang Mulia Kassapa yang Agung.” Kemudian Yang Mulia Kassapa yang Agung berkata kepada Yang Mulia Upāli sebagai berikut: “Di manakah,  Yang Mulia Upāli, pelanggaran pertama yang mengakibatkan kejatuhan ditetapkan?”

“Di Vesālī, Yang Mulia.”

“Sehubungan dengan siapakah?”

“Sehubungan dengan Sudinna Sang Kalandaka.”

“Tentang apakah?”

“Tentang hubungan seksual.”

Kemudian Yang Mulia Kassapa yang Agung menanyai Yang Mulia Upāli sehubungan dengan topik pelanggaran pertama yang mengakibatkan kejatuhan dan ia menanyainya sehubungan dengan latar belakangnya dan ia menanyainya sehubungan dengan orangnya  dan ia menanyainya sehubungan dengan apa yang ditetapkan dan ia menanyainya sehubungan dengan apa yang ditetapkan lebih lanjut  dan ia menanyainya sehubungan dengan apa yang merupakan pelanggaran  dan ia menanyainya sehubungan dengan apa yang bukan merupakan pelanggaran.

“Kemudian, Yang Mulia Upāli, di manakah pelanggaran ke dua yang mengakibatkan kejatuhan ditetapkan?”

“Di Rājagaha, Yang Mulia.”

“Sehubungan dengan siapakah?”

“Sehubungan dengan Dhaniya, putera pengrajin tembikar.”

“Tentang apakah?”

“Tentang mengambil apa yang tidak diberikan.”

Kemudian Yang Mulia Kassapa yang Agung menanyai Yang Mulia Upāli sehubungan dengan topik pelanggaran ke dua yang mengakibatkan kejatuhan dan ia menanyainya sehubungan dengan latar belakangnya dan ia menanyainya … sehubungan dengan apa yang bukan merupakan pelanggaran.

“Kemudian, Yang Mulia Upāli, di manakah pelanggaran ke tiga yang mengakibatkan kejatuhan ditetapkan?”

“Di Vesālī, Yang Mulia.”

“Sehubungan dengan siapakah?”

“Sehubungan dengan beberapa bhikkhu.”

“Tentang apakah?”

“Tentang manusia.”

Kemudian Yang Mulia Kassapa yang Agung [286] menanyai Yang Mulia Upāli sehubungan dengan topik pelanggaran ke tiga yang mengakibatkan kejatuhan dan ia menanyainya sehubungan dengan latar belakangnya dan ia menanyainya … sehubungan dengan apa yang bukan merupakan pelanggaran.

“Kemudian, Yang Mulia Upāli, di manakah pelanggaran ke empat yang mengakibatkan kejatuhan ditetapkan?”

“Di Vesālī, Yang Mulia.”

“Sehubungan dengan siapakah?”

“Sehubungan dengan para bhikkhu di tepi Sungai Vaggumudā.”

“Tentang apakah?”

“Tentang kondisi melampaui-manusia.”

Kemudian Yang Mulia Kassapa yang Agung menanyai Yang Mulia Upāli sehubungan dengan topik pelanggaran ke empat yang mengakibatkan kejatuhan dan ia menanyainya sehubungan dengan latar belakangnya dan ia menanyainya … sehubungan dengan apa yang bukan merupakan pelanggaran. Dengan cara yang sama ini ia menanyainya tentang kedua disiplin.  Secara terus-menerus ditanyai, Yang Mulia Upāli menjawab.  ||7||

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Catatan Konsili I menurut Vinaya Pitaka PTS
« Reply #2 on: 28 November 2011, 07:36:19 PM »

Kemudian Yang Mulia Kassapa yang Agung memberitahukan kepada Saṅgha dengan mengatakan: “Yang Mulia, mohon Saṅgha mendengarkan saya.  Jika baik menurut Saṅgha, maka saya akan menanyai Ānanda tentang dhamma.” Kemudian Yang Mulia Ānanda memberitahukan kepada Saṅgha dengan berkata: “Yang Mulia, mohon Saṅgha mendengarkan saya. Jika baik menurut Saṅgha, maka saya akan menjawab pertanyaan tentang dhamma yang diajukan oleh Yang Mulia Kassapa yang Agung.” Kemudian Yang Mulia Kassapa yang Agung berkata kepada Yang Mulia Ānanda sebagai berikut:

“Di manakah, Yang Mulia Ānanda, Brahmajāla  dibabarkan?”

“Yang Mulia, antara Rājagaha dan Nālandā di rumah peristirahatan di Ambalaṭṭhika.”

“Kepada siapakah?”

“Suppiya sang pengembara dan Brahmadatta si pemuda brahmana.”  Kemudian Yang Mulia Kassapa yang Agung menanyai Yang Mulia Ānanda sehubungan dengan latar belakang Brahmajāla dan ia menanyainya sehubungan dengan orangnya.

“Tetapi di manakah, Yang Mulia Ānanda, Sāmaññaphala  dibabarkan?”

“Di Rājagaha, Yang Mulia, di Hutan Mangga Jīvaka.”

“Kepada siapakah?”

“Kepada Ajātasattu, putera (Nyonya) Videha.”

Kemudian Yang Mulia Kassapa yang Agung menanyai Yang Mulia Ānanda sehubungan dengan latar belakang Sāmaññaphala dan ia menanyainya sehubungan dengan orangnya. Dengan cara yang sama ini ia menanyainya tentang lima Nikāya. Secara terus-menerus ditanyai, Yang Mulia Ānanda menjawab. ||8||

Kemudian Yang Mulia Ānanda berkata kepada para bhikkhu yang adalah para sesepuh: “Sang Bhagavā, Yang Mulia, berkata kepada saya menjelang Beliau mencapai nibbāna: ‘Jika Saṅgha, Ānanda, setelah kematianKu menghendaki, maka peraturan-peraturan latihan yang kecil dan minor  boleh dihapus’.”

“Tetapi apakah engkau, Yang Mulia Ānanda, menanyakan kepada Sang Bhagavā, dengan mengatakan: ‘Tetapi yang manakah, Yang Mulia, peraturan-peraturan latihan yang kecil dan minor itu?’”

“Tidak, Yang Mulia, saya tidak menanyakan kepada Sang Bhagavā, dengan mengatakan: ‘Tetapi yang manakah, Yang Mulia, peraturan-peraturan latihan yang kecil dan minor itu?’”

Beberapa sesepuh berkata sebagai berikut: “Dengan pengecualian peraturan-peraturan sehubungan dengan empat pelanggaran yang mengakibatkan kejatuhan, selebihnya adalah peraturan-peraturan latihan yang kecil dan minor.” Beberapa sesepuh berkata sebagai berikut: “Dengan pengecualian peraturan-peraturan sehubungan dengan empat pelanggaran yang mengakibatkan kejatuhan, [287] dengan pengecualian peraturan-peraturan sehubungan dengan pelanggaran-pelanggaran yang menuntut diadakannya Sidang Resmi Saṅgha, selebihnya adalah peraturan-peraturan latihan yang kecil dan minor.” Beberapa sesepuh berkata sebagai berikut: “Dengan pengecualian peraturan-peraturan sehubungan dengan empat pelanggaran yang mengakibatkan kejatuhan … dengan pengecualian peraturan-peraturan sehubungan dengan dua pelanggaran yang tidak dapat ditentukan, selebihnya adalah peraturan-peraturan latihan yang kecil dan minor.” Beberapa sesepuh berkata sebagai berikut: “Dengan pengecualian peraturan-peraturan sehubungan dengan empat pelanggaran yang mengakibatkan kejatuhan … dengan pengecualian peraturan-peraturan sehubungan dengan tiga puluh pelanggaran yang menuntut penebusan yang melibatkan hukuman, selebihnya adalah peraturan-peraturan latihan yang kecil dan minor.” Beberapa sesepuh berkata sebagai berikut: “Dengan pengecualian peraturan-peraturan sehubungan dengan empat pelanggaran yang mengakibatkan kejatuhan … dengan pengecualian peraturan-peraturan sehubungan dengan sembilan puluh dua pelanggaran yang menuntut penebusan, selebihnya adalah peraturan-peraturan latihan yang kecil dan minor.” Beberapa sesepuh berkata sebagai berikut: “Dengan pengecualian peraturan-peraturan sehubungan dengan empat pelanggaran yang mengakibatkan kejatuhan … dengan pengecualian peraturan-peraturan sehubungan dengan empat pelanggaran yang harus diakui, selebihnya adalah peraturan-peraturan latihan yang kecil dan minor.”

Kemudian Yang Mulia Kassapa yang Agung memberitahukan kepada Saṅgha, dengan mengatakan: “Yang Mulia, mohon Saṅgha mendengarkan saya. Terdapat peraturan-peraturan latihan bagi kita yang berpengaruh pada para perumah tangga, dan para perumah tangga tahu sehubungan dengan kita: ‘Ini pasti tidak diperbolehkan bagi para petapa, para putera Sakya, ini pasti diperbolehkan.’ Jika kita hendak menghapuskan peraturan-peraturan latihan yang kecil dan minor maka akan ada di antara mereka yang mengatakan: ‘Hingga pada saat kremasi Beliau  suatu peraturan latihan telah ditetapkan oleh Petapa Gotama untuk para siswaNya; sewaktu Sang Guru masih ada di tengah-tengah mereka, mereka berlatih dalam peraturan-peraturan latihan. Tetapi karena Sang Guru telah mencapai nibbāna di tengah-tengah mereka, sekarang mereka tidak lagi berlatih dalam peraturan-peraturan latihan.’ Jika baik menurut Saṅgha, maka Saṅgha tidak boleh menetapkan apa yang belum ditetapkan, juga tidak menghapuskan apa yang telah ditetapkan. Saṅgha harus maju sesuai dengan dan menuruti peraturan-peraturan latihan yang telah ditetapkan.  Ini adalah usul.  Yang Mulia, mohon Saṅgha mendengarkan saya. Terdapat peraturan-peraturan latihan bagi kita … sekarang mereka tidak lagi berlatih dalam peraturan-peraturan latihan.’ Saṅgha tidak menetapkan apa yang belum ditetapkan, juga tidak menghapuskan apa yang telah ditetapkan. Saṅgha maju sesuai dengan dan menuruti peraturan-peraturan latihan yang telah ditetapkan. Jika tidak menetapkan apa yang belum ditetapkan, jika tidak menghapuskan apa yang telah ditetapkan, jika maju sesuai dengan dan menuruti peraturan-peraturan latihan yang telah ditetapkan, sesuai dengan kehendak Yang Mulia, maka Yang Mulia cukup berdiam diri; ia yang tidak menghendaki silakan berbicara. Saṅgha tidak menetapkan apa yang belum ditetapkan, Saṅgha tidak menghapuskan apa yang telah ditetapkan, Saṅgha maju sesuai dengan dan menuruti peraturan-peraturan latihan yang telah ditetapkan. Hal ini adalah sesuai dengan kehendak Saṅgha, oleh karena itu Saṅgha berdiam diri. Demikianlah saya memahami hal ini.” ||9||

Kemudian para bhikkhu yang adalah para sesepuh berkata kepada Yang Mulia Ānanda sebagai berikut: “Ini, Yang Mulia Ānanda, adalah pelanggaran perbuatan-salah bagimu, karena engkau tidak menanyakan kepada Sang Bhagavā, dengan mengatakan: ‘Tetapi, manakah, Yang Mulia, peraturan-peraturan latihan yang kecil dan minor itu?’ Akuilah pelanggaran perbuatan-salah itu.”

“Saya, Yang Mulia, karena kurangnya perhatian, tidak menanyakan kepada Sang Bhagavā, dengan mengatakan: ‘Tetapi, manakah, Yang Mulia, peraturan-peraturan latihan yang kecil dan minor itu?’ Saya tidak melihat hal ini sebagai pelanggaran perbuatan-salah,  namun demi kesetiaan pada Yang Mulia saya mengakuinya sebagai pelanggaran perbuatan-salah.”

“Ini juga adalah pelanggaran perbuatan-salah bagimu, Yang Mulia Ānanda, karena engkau menjahit jubah musim hujan Sang Bhagavā setelah menginjaknya. Akuilah pelanggaran perbuatan-salah itu.”

“Tetapi saya, Yang Mulia, bukan karena tidak hormat, telah menjahit jubah musim hujan Sang Bhagavā setelah menginjaknya. Saya tidak melihat … tetapi demi kesetiaan pada Yang Mulia saya mengakuinya sebagai pelanggaran perbuatan-salah.”

“Ini juga adalah pelanggaran perbuatan-salah bagimu, Yang Mulia Ānanda, karena engkau membiarkan para perempuan memberi penghormatan pertama kali kepada jenazah Sang Bhagavā; karena mereka menangis, jenazah Sang Bhagavā dinodai oleh air mata. Akuilah pelanggaran perbuatan-salah itu.”

“Tetapi saya, Yang Mulia, dengan berpikir: ‘Jangan biarkan mereka (datang) pada waktu yang tidak tepat,’  telah membiarkan jenazah Sang Bhagavā pertama kali dihormati oleh semua perempuan. Saya tidak melihat hal ini sebagai pelanggaran perbuatan-salah … namun demi kesetiaan …”

“Ini juga adalah pelanggaran perbuatan-salah bagimu, Yang Mulia Ānanda, karena engkau  (walaupun) isyarat jelas telah diberikan, sebuah tanda yang gamblang telah diberikan, namun engkau tidak memohon pada Sang Bhagavā, dengan mengatakan: ‘Sudilah Yang Mulia tinggal hingga umur kehidupan (maksimum),  sudilah Sang Pengembara Sempurna menetap hingga usia kehidupan (maksimum) demi kesejahteraan banyak makhluk, demi kebahagiaan banyak makhluk, demi belas kasihan pada dunia, demi kebaikan, kesejahteraan, kebahagiaan para deva dan manusia.’ Akuilah pelanggaran perbuatan-salah itu.”

“Tetapi Yang Mulia, karena pikiran saya dikuasai  oleh Māra, maka saya tidak memohon pada Sang Bhagavā dengan mengatakan: ‘Sudilah Yang Mulia tinggal … kebahagiaan para deva dan manusia.’ Saya tidak melihat … demi kesetiaan …”

“Ini juga adalah pelanggaran perbuatan-salah bagimu, Yang Mulia Ānanda, karena engkau mengusahakan pelepasan keduniawian para perempuan dalam dhamma dan disiplin yang dinyatakan oleh Sang Penemu-kebenaran.  Akuilah pelanggaran perbuatan-salah itu.”

“Tetapi saya, Yang Mulia, mengusahakan pelepasan keduniawian para perempuan dalam dhamma dan disiplin yang dinyatakan oleh Sang Penemu-kebenaran, dengan berpikir: ‘Gotamid, Pajāpati yang Agung ini,  adalah bibi Sang Bhagavā, ibu pengasuh, perawat, pemberi susu, karena ketika ibu Sang Bhagavā meninggal dunia ia menyusui Beliau.’ Saya tidak melihat hal ini sebagai pelanggaran perbuatan-salah, namun demi kesetiaan pada Yang Mulia saya mengakuinya sebagai pelanggaran perbuatan-salah.” ||10||

Pada saat itu Yang Mulia Purāṇa sedang berjalan untuk menerima dana makanan di Perbukitan Selatan bersama dengan sejumlah besar Saṅgha para bhikkhu, dengan sedikitnya lima ratus bhikkhu. Kemudian Yang Mulia Purāṇa, setelah menetap di Perbukitan Selatan selama yang ia kehendaki, setelah para bhikkhu yang adalah para sesepuh telah membacakan dhamma dan disiplin [289], mendatangi Rājagaha, Hutan Bambu, Taman Suaka Tupai, dan para bhikkhu yang adalah para sesepuh; setelah mendekat, setelah saling bertukar sapa dengan para bhikkhu yang adalah para sesepuh, ia duduk dalam jarak selayaknya. Para bhikkhu yang adalah para sesepuh berkata kepada Yang Mulia Puraṇa ketika ia telah duduk dalam jarak selayaknya, sebagai berikut:

“Yang Mulia Puraṇa, dhamma dan disiplin telah dibacakan oleh para bhikkhu yang adalah para sesepuh. Engkau  terimalah pembacaan ini.”

“Yang Mulia, para sesepuh telah membacakan dhamma dan disiplin dengan baik, tetapi dalam cara yang telah kudengarkan di hadapan Sang Bhagavā, yang kuterima di hadapan Beliau, dengan cara itulah aku akan mengingatnya.” ||12||

Kemudian Yang Mulia Ānanda berkata kepada para bhikkhu yang adalah para sesepuh sebagai berikut: “Yang Mulia, Sang Bhagavā, menjelang mencapai nibbāna, berkata kepada saya sebagai berikut: ‘Baiklah, Ānanda, setelah Aku pergi, Saṅgha harus menjatuhkan hukuman  lebih tinggi  kepada Bhikkhu Channa.’

“Tetapi apakah engkau, Yang Mulia Ānanda, menanyakan kepada Sang Bhagavā: ‘Tetapi apakah, Yang Mulia, hukuman lebih tinggi itu?’”

“Saya, Yang Mulia, telah menanyakan kepada Sang Bhagavā: ‘Tetapi apakah, Yang Mulia, hukuman lebih tinggi itu?’ Beliau berkata, ‘Ānanda, Channa boleh mengatakan apa pun yang ia suka kepada para bhikkhu, tetapi Bhikkhu Channa tidak boleh diajak bicara, juga tidak boleh dinasihati atau diberikan instruksi oleh para bhikkhu’.” 

‘Baiklah, Yang Mulia Ānanda, pergilah engkau menjatuhkan hukuman lebih tinggi kepada Bhikkhu Channa.”

“Tetapi bagaimana saya dapat, Yang Mulia, menjatuhkan hukuman lebih tinggi pada Bhikkhu Channa? Bhikkhu itu kejam dan kasar.”

“Baiklah, Ānanda, pergilah bersama beberapa bhikkhu.”

“Baiklah, Yang Mulia,” dan Yang Mulia Ānanda, setelah menjawab para bhikkhu, setelah, bersama dengan sejumlah besar Saṅgha para bhikkhu, dengan sedikitnya lima ratus bhikkhu, berangkat menuju Kosambi dengan menumpang sebuah perahu menuju ke hulu,  kemudian duduk di bawah sebatang pohon tidak jauh dari taman rekreasi Raja Udena.  ||12||

Pada saat itu Raja Udena sedang bersenang-senang di taman rekreasi bersama dengan selir-selirnya. Kemudian para selir Raja Udena mendengar:  “Dikatakan bahwa guru kita, Guru Ānanda, sedang duduk di bawah sebatang pohon tidak jauh dari taman rekreasi.” Kemudian para selir Raja Udena berkata kepada Raja Udena sebagai berikut: “Baginda, mereka mengatakan bahwa guru kita … tidak jauh dari taman rekreasi.” Kami, Baginda, ingin bertemu dengan Guru Ānanda.”

“Baiklah, pergilah kalian menemui Petapa Ānanda.” Kemudian para selir Raja Udena mendatangi Yang Mulia Ānanda; setelah menghadap, setelah menyapa Yang Mulia Ānanda, mereka duduk dalam jarak selayaknya. Yang Mulia Ānanda menggembirakan, menyenangkan, membangkitkan semangat, membahagiakan para selir Raja Udena dengan khotbah dhamma ketika mereka sedang duduk dalam jarak selayaknya. [290] Kemudian para selir Raja Udena, merasa gembira … bahagia oleh khotbah dhamma dari Yang Mulia Ānanda, mempersembahkan lima ratus jubah dalam kepada Yang Mulia Ānanda. Kemudian para selir Raja Udena, gembira dengan kata-kata Yang Mulia Ānanda, setelah mengucapkan terima kasih, bangkit dari duduk mereka, setelah berpamitan dengan Yang Mulia Ānanda, dengan Yang Mulia Ānanda tetap di sisi kanan mereka, kembali kepada Raja Udena. ||13||

Dari kejauhan Raja Udena melihat kedatangan para selir; melihat mereka ia berkata kepada para selir sebagai berikut: “Apakah kalian bertemu dengan Petapa Ānanda?”

“Kami, Baginda, bertemu dengan Guru Ānanda.”

“Tetapi apakah kalian memberikan sesuatu kepada Petapa Ānanda?”

“Kami memberikan, Baginda, lima ratus jubah dalam kepada Guru Ānanda.”

Raja Udena merendahkan, mengkritik, menyebarkan dengan mengatakan: “Bagaimana mungkin Petapa Ānanda ini menerima begitu banyak jubah? Apakah Petapa Ānanda akan berdagang kain tenunan atau apakah ia akan menawarkannya untuk dijual di sebuah toko?”  Kemudian Raja Udena mendatangi Yang Mulia Ānanda; setelah menghadap, ia bertukar sapa dengan Yang Mulia Ānanda, berramah-tamah dengan sopan, ia duduk dalam jarak selayaknya. Setelah duduk dalam jarak selayaknya, Raja Udena berkata kepada Yang Mulia Ānanda sebagai berikut:

“Tidakkah para selir kami datang ke sini, Ānanda yang baik ?”

“Para selirmu ada datang ke sini, Baginda.”

“Tidakkah mereka memberikan sesuatu kepada Ānanda yang mulia ?”

“Mereka memberikan lima ratus jubah dalam kepadaku, Baginda.”

“Tetapi apakah yang akan engkau lakukan, Ānanda yang mulia , dengan begitu banyak jubah?”

“Aku akan membagikannya, Baginda, dengan para bhikkhu itu yang jubahnya sudah usang.”

“Tetapi apakah yang akan engkau lakukan, Ānanda yang baik, dengan jubah lama yang sudah usang itu?”

“Kami akan menggunakannya sebagai penutup atas,  Baginda.”

“Tetapi apakah yang akan engkau lakukan, Ānanda yang baik, dengan penutup atas yang lama?”

“Kami akan menggunakannya sebagai penutup alas tidur, Baginda.”

“Tetapi apakah yang akan engkau lakukan, Ānanda yang baik, dengan penutup alas tidur yang lama?”

“Kami akan menggunakannya sebagai penutup lantai, Baginda.”

“Tetapi apakah yang akan engkau lakukan, Ānanda yang baik, dengan penutup lantai yang lama?”

“Kami akan menggunakannya sebagai keset kaki, Baginda.”

“Tetapi apakah yang akan engkau lakukan, Ānanda yang baik, dengan keset kaki yang lama?”

“Kami akan menggunakannya sebagai keset pel, Baginda.”

“Tetapi apakah yang akan engkau lakukan, Ānanda yang baik, dengan kein pel yang lama?”

“Setelah mencabik-cabiknya menjadi serpihan-serpihan, Baginda, setelah mengaduknya dengan lumpur, kami akan mengoleskannya sebagai penambal-lantai.”

Kemudian Raja Udena, dengan berpikir: “Para petapa ini, para putera Sakya, menggunakan segala sesuatunya dengan cara yang benar dan tidak membiarkannya menjadi sia-sia,”  menganugerahkan lima ratus kain tenunan lagi kepada Yang Mulia Ānanda. Oleh karena itu ini adalah pertama kalinya seribu jubah diterima oleh Yang Mulia Ānanda sebagai persembahan jubah. ||14||

Kemudian Yang Mulia Ānanda mendatangi Vihara Ghosita; setelah sampai di sana, ia duduk di tempat yang telah disediakan. Kemudian Yang Mulia Channa menghadap Yang Mulia Ānanda; setelah menghadap, setelah meyapa Yang Mulia Ānanda, ia duduk dalam jarak selayaknya. Yang Mulia Ānanda berkata kepada Yang Mulia Channa setelah ia duduk dalam jarak selayaknya sebagai berikut: “Hukuman lebih tinggi telah dijatuhkan kepadamu, Yang Mulia Channa, oleh Saṅgha.”

‘Tetapi apakah, Yang Mulia Ānanda, hukuman lebih tinggi itu?”

“Engkau, Yang Mulia Channa, boleh mengatakan apa pun yang engkau suka kepada para bhikkhu, tetapi engkau tidak boleh diajak bicara, juga tidak boleh dinasihati atau diberikan instruksi oleh para bhikkhu”

Dengan berkata: “Tidakkah saya, Yang Mulia Ānanda, menjadi hancur karena tidak diajak bicara juga tidak dinasihati juga tidak diberi instruksi oleh para bhikkhu?” ia jatuh pingsan di tempat itu juga. Kemudian Yang Mulia Channa, merasa gundah dengan hukuman lebih tinggi itu, merasa malu karenanya, tidak menerimanya,  berdiam sendirian, terasing, bersemangat, tekun, teguh, segera mencapai di sini dan saat ini melalui pengetahuan-tingginya sendiri tujuan tertinggi pengembaraan-Brahma yang karenanya para pemuda dari keluarga-keluarga meninggalkan keduniawian dari kehidupan rumah tangga dan menjalani kehidupan tanpa rumah, memasukinya, berdiam di dalamnya dan ia memahami: “Kelahiran (individu ) telah dihancurkan, pengembaraan-Brahma telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, sekarang tidak ada lagi penjelmaan makhluk ini atau itu.” Dan demikianlah Yang Mulia Channa menjadi salah satu dari mereka Yang Sempurna. Kemudian Yang Mulia Channa, setelah mencapai kesempurnaan, mendatangi Yang Mulia Ānanda; setelah menghadap ia berkata kepada Yang Mulia Ānanda sebagai berikut: “Yang Mulia Ānanda, sekarang cabutlah hukuman lebih tinggi itu dari saya.”

“Sejak saat engkau, Yang Mulia Channa, mencapai kesempurnaan, sejak saat itu hukuman lebih tinggi telah dicabut darimu.” ||15||

Sekarang karena lima ratus bhikkhu – tidak lebih satu, tidak kurang satu – hadir pada saat pembacaan disiplin, maka pembacaan disiplin ini disebut sebagai ‘Pembacaan oleh Lima Ratus.’  ||16||1||

Demikianlah Bagian Ke sebelas: Tentang Lima Ratus.

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.155
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: Catatan Konsili I menurut Vinaya Pitaka PTS
« Reply #3 on: 26 October 2012, 06:36:06 PM »
Mungkin bahasa indonesia ku kurang baik hingga kurang mengerti arti nya?

Quote
“Tetapi bagaimana saya dapat, Yang Mulia,
menjatuhkan hukuman lebih tinggi pada Bhikkhu
Channa? Bhikkhu itu kejam dan kasar.”
“Baiklah, Ānanda, pergilah bersama beberapa bhikkhu.”
“Baiklah, Yang Mulia,” dan Yang Mulia Ānanda, setelah
menjawab para bhikkhu, setelah, bersama dengan
sejumlah besar Saṅgha para bhikkhu, dengan sedikitnya
lima ratus bhikkhu, berangkat menuju Kosambi dengan
menumpang sebuah perahu menuju ke hulu, kemudian
duduk di bawah sebatang pohon tidak jauh dari taman
rekreasi Raja Udena. ||12||
Pada saat itu Raja Udena sedang bersenang-senang di
taman rekreasi bersama dengan selir-selirnya. Kemudian
para selir Raja Udena mendengar: “Dikatakan bahwa
guru kita, Guru Ānanda, sedang duduk di bawah
sebatang pohon tidak jauh dari taman rekreasi.”
Kemudian para selir Raja Udena berkata kepada Raja
Udena sebagai berikut: “Baginda, mereka mengatakan
bahwa guru kita … tidak jauh dari taman rekreasi.” Kami,
Baginda, ingin bertemu dengan Guru Ānanda.”
“Baiklah, pergilah kalian menemui Petapa Ānanda.”
Kemudian para selir Raja Udena mendatangi Yang Mulia
Ānanda; setelah menghadap, setelah menyapa Yang
Mulia Ānanda, mereka duduk dalam jarak selayaknya.
Yang Mulia Ānanda menggembirakan, menyenangkan,
membangkitkan semangat, membahagiakan para selir
Raja Udena dengan khotbah dhamma ketika mereka
sedang duduk dalam jarak selayaknya. [290] Kemudian
para selir Raja Udena, merasa gembira … bahagia oleh
khotbah dhamma dari Yang Mulia Ānanda,
mempersembahkan lima ratus jubah dalam kepada Yang
Mulia Ānanda. Kemudian para selir Raja Udena, gembira
dengan kata-kata Yang Mulia Ānanda, setelah
mengucapkan terima kasih, bangkit dari duduk mereka,
setelah berpamitan dengan Yang Mulia Ānanda, dengan
Yang Mulia Ānanda tetap di sisi kanan mereka, kembali
kepada Raja Udena. ||13||
Dari kejauhan Raja Udena melihat kedatangan para selir;
melihat mereka ia berkata kepada para selir sebagai
berikut: “Apakah kalian bertemu dengan Petapa
Ānanda?”
“Kami, Baginda, bertemu dengan Guru Ānanda.”
“Tetapi apakah kalian memberikan sesuatu kepada
Petapa Ānanda?”
“Kami memberikan, Baginda, lima ratus jubah dalam
kepada Guru Ānanda.”
Raja Udena merendahkan, mengkritik, menyebarkan
dengan mengatakan: “Bagaimana mungkin Petapa
Ānanda ini menerima begitu banyak jubah? Apakah
Petapa Ānanda akan berdagang kain tenunan atau
apakah ia akan menawarkannya untuk dijual di sebuah
toko?” Kemudian Raja Udena mendatangi Yang Mulia
Ānanda; setelah menghadap, ia bertukar sapa dengan
Yang Mulia Ānanda, berramah-tamah dengan sopan, ia
duduk dalam jarak selayaknya. Setelah duduk dalam
jarak selayaknya, Raja Udena berkata kepada Yang
Mulia Ānanda sebagai berikut:

Apa maksud nya 500 "jubah dalam" ini?,   bentuk dan rupa nya?

sesuai pernyataan atau kritik yang di berikan Raja Udena bahwa jubah

Quote
Raja Udena merendahkan, mengkritik, menyebarkan
dengan mengatakan: “Bagaimana mungkin Petapa
Ānanda ini menerima begitu banyak jubah? Apakah
Petapa Ānanda akan berdagang kain tenunan atau
apakah ia akan menawarkannya untuk dijual di sebuah
toko?”


bukan nya pada masa itu tidak lama sesudah di bacakan vinaya? dan dibanding dengan vinaya bukan kah ada aturan tentang hal ini?

apa pada masa tersebut jubah yang di pakai umum sama dengan yang di kenakan oleh anggota sangha?
« Last Edit: 26 October 2012, 06:49:00 PM by kullatiro »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Catatan Konsili I menurut Vinaya Pitaka PTS
« Reply #4 on: 26 October 2012, 06:46:00 PM »
Mungkin bahasa indonesia ku kurang baik hingga kurang mengerti arti nya?

Apa maksud nya 500 "jubah dalam" ini?,   bentuk dan rupa nya?

ketika anda membeli jubah lengkap di bursa vhr untuk didanakan pada saat kathina, anda bisa membuka kemasannya untuk melihat bentuk dan rupa jubah dalam ini.

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.155
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Penutup Lantai?
« Reply #5 on: 26 October 2012, 07:04:58 PM »
tentang "jubah dalam" ini kita tinggal kan dulu,

Sekarang beralih ke "Penutup Lantai"  sebenarnya yang di maksud "penutup lantai" ini benda macam apa?

Offline juli wu

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 217
  • Reputasi: 23
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia,pintar,bikja
Re: Catatan Konsili I menurut Vinaya Pitaka PTS
« Reply #6 on: 26 October 2012, 07:14:03 PM »
Untuk kondisi sekarang,sangatlah tdk mungkin menjadikan jubah lama sebagai penutup lantai,krn sudah ada pasir,semen,keramik,vihara yg donaturnya kuat,penutup lantai nya juga lumayan lah

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Catatan Konsili I menurut Vinaya Pitaka PTS
« Reply #7 on: 26 October 2012, 07:15:37 PM »
tentang "jubah dalam" ini kita tinggal kan dulu,

Sekarang beralih ke "Penutup Lantai"  sebenarnya yang di maksud "penutup lantai" ini benda macam apa?

jika anda menutup lantai dengan kain, maka benda penutup lantai itu adalah kain. jika anda menutup lantai dengan karpet, maka benda penutup lantai adalah karpet. sesuatu yg mudah jangan dipersulit.

Offline juli wu

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 217
  • Reputasi: 23
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia,pintar,bikja
Re: Catatan Konsili I menurut Vinaya Pitaka PTS
« Reply #8 on: 26 October 2012, 07:16:59 PM »
ohhh di jadikan kain lap

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.155
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: Catatan Konsili I menurut Vinaya Pitaka PTS
« Reply #9 on: 26 October 2012, 07:27:41 PM »
jika anda menutup lantai dengan kain, maka benda penutup lantai itu adalah kain. jika anda menutup lantai dengan karpet, maka benda penutup lantai adalah karpet. sesuatu yg mudah jangan dipersulit.

Karena penutup lantai ini akan menjadi kain keset kaki, wa tidak bermaksud di persulit karena benda benda jaman sekarang belum tentu sama dengan benda yang di maksud pada jaman dahulu begitu juga sebalik nya karena ada perbedaan jaman dan budaya hingga hal tertentu harus mendetail.

sedang penutup lantai yang wa kenal adalah tikar dan karpet, ketika membicarakan penutup lantai dari kain pikiran kita tentunya berpikir apa permadani kah yang di maksud?

Pada saat ini keset kaki adalah keset kaki kita membeli benda tersebut karena di rancang dan didesign secara khusus sebagai keset kaki meskipun masih ada yang terbuat dari kain  daur ulang?
« Last Edit: 26 October 2012, 07:35:32 PM by kullatiro »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Catatan Konsili I menurut Vinaya Pitaka PTS
« Reply #10 on: 26 October 2012, 07:35:11 PM »
Karena penutup lantai ini akan menjadi kain keset kaki,

anda tidak membaca dengan baik, penutup lantai itu baru dialih-fungsikan menjadi keset kaki ketika penutup lantai itu sudah mendapat gantinya yg baru, sehingga yg lama dijadikan keset kaki

inti dari pengalihan fungsi ini hanya untuk menunjukkan bahwa para bhikkhu (setidaknya bhikkhu yg benar) akan menggunakan benda-benda miliknya dengan semaksimal mungkin dan tidak ada bagian yg disia-siakan.

Quote
Pada saat ini keset kaki adalah keset kaki kita membeli benda tersebut karena di rancang dan didesign secara khusus sebagai keset kaki meskipun masih ada yang terbuat dari kain  daur ulang?
benar, maka dalam hal ini adalah jubah usang yg sudah berkali2 beralih fungsi yg akhirnya menjadi keset kaki, so apa masalahnya?

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Catatan Konsili I menurut Vinaya Pitaka PTS
« Reply #11 on: 26 October 2012, 08:16:35 PM »
bahasa kasarnya, jubah lama tidak dipakai dari pada dibuang lebih baik di gunakan untuk keperluan yang lain misalnya untuk alas tempat tidur, alas sebagai kesek kaki, dan malah dipotong2 kecil dan halus dipakai untuk meratakan lantai.
begitu lho ! kok payah bahasa indo nya !!
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Catatan Konsili I menurut Vinaya Pitaka PTS
« Reply #12 on: 26 October 2012, 08:21:31 PM »
Karena penutup lantai ini akan menjadi kain keset kaki, wa tidak bermaksud di persulit karena benda benda jaman sekarang belum tentu sama dengan benda yang di maksud pada jaman dahulu begitu juga sebalik nya karena ada perbedaan jaman dan budaya hingga hal tertentu harus mendetail.

sesudah mendetail, terus kegunaanya untuk apa mengetahui begituan !

Quote
sedang penutup lantai yang wa kenal adalah tikar dan karpet, ketika membicarakan penutup lantai dari kain pikiran kita tentunya berpikir apa permadani kah yang di maksud?

tidak semua orang berpikir seperti anda

Quote
Pada saat ini keset kaki adalah keset kaki kita membeli benda tersebut karena di rancang dan didesign secara khusus sebagai keset kaki meskipun masih ada yang terbuat dari kain  daur ulang?

ya, jaman sekarang dengan jaman dulu berbeda.
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.155
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: Catatan Konsili I menurut Vinaya Pitaka PTS
« Reply #13 on: 26 October 2012, 08:29:35 PM »
 :))

wa jadi kenalan dengan benda penutup lantai

 :))

wa baru menyadari agak nya harus di perhatikan jubah dalam yang di maksud Raja Udena dan jubah dalam yang disebut YA Ananda berbeda; juga dengan jubah luar dst semua ini mengalami perombakan luar biasa, bahkan mungkin mengalami proses pencelupan, pemotongan dan penjahitan kembali dll hingga menjadi keset kaki, hingga akhirnya kemudian di cabik cabik menjadi penambal lantai.

 _/\_
« Last Edit: 26 October 2012, 08:39:21 PM by kullatiro »

Offline kamala

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 592
  • Reputasi: 44
  • Gender: Female
Re: Catatan Konsili I menurut Vinaya Pitaka PTS
« Reply #14 on: 26 October 2012, 09:07:10 PM »
Kemudian para bhikkhu yang adalah para sesepuh berkata kepada Yang Mulia Ānanda sebagai berikut: “Ini, Yang Mulia Ānanda, adalah pelanggaran perbuatan-salah bagimu, karena engkau tidak menanyakan kepada Sang Bhagavā, dengan mengatakan: ‘Tetapi, manakah, Yang Mulia, peraturan-peraturan latihan yang kecil dan minor itu?’ Akuilah pelanggaran perbuatan-salah itu.”

“Saya, Yang Mulia, karena kurangnya perhatian, tidak menanyakan kepada Sang Bhagavā, dengan mengatakan: ‘Tetapi, manakah, Yang Mulia, peraturan-peraturan latihan yang kecil dan minor itu?’ Saya tidak melihat hal ini sebagai pelanggaran perbuatan-salah,  namun demi kesetiaan pada Yang Mulia saya mengakuinya sebagai pelanggaran perbuatan-salah.”

“Ini juga adalah pelanggaran perbuatan-salah bagimu, Yang Mulia Ānanda, karena engkau menjahit jubah musim hujan Sang Bhagavā setelah menginjaknya. Akuilah pelanggaran perbuatan-salah itu.”

“Tetapi saya, Yang Mulia, bukan karena tidak hormat, telah menjahit jubah musim hujan Sang Bhagavā setelah menginjaknya. Saya tidak melihat … tetapi demi kesetiaan pada Yang Mulia saya mengakuinya sebagai pelanggaran perbuatan-salah.”

“Ini juga adalah pelanggaran perbuatan-salah bagimu, Yang Mulia Ānanda, karena engkau membiarkan para perempuan memberi penghormatan pertama kali kepada jenazah Sang Bhagavā; karena mereka menangis, jenazah Sang Bhagavā dinodai oleh air mata. Akuilah pelanggaran perbuatan-salah itu.”

“Tetapi saya, Yang Mulia, dengan berpikir: ‘Jangan biarkan mereka (datang) pada waktu yang tidak tepat,’  telah membiarkan jenazah Sang Bhagavā pertama kali dihormati oleh semua perempuan. Saya tidak melihat hal ini sebagai pelanggaran perbuatan-salah … namun demi kesetiaan …”

“Ini juga adalah pelanggaran perbuatan-salah bagimu, Yang Mulia Ānanda, karena engkau  (walaupun) isyarat jelas telah diberikan, sebuah tanda yang gamblang telah diberikan, namun engkau tidak memohon pada Sang Bhagavā, dengan mengatakan: ‘Sudilah Yang Mulia tinggal hingga umur kehidupan (maksimum),  sudilah Sang Pengembara Sempurna menetap hingga usia kehidupan (maksimum) demi kesejahteraan banyak makhluk, demi kebahagiaan banyak makhluk, demi belas kasihan pada dunia, demi kebaikan, kesejahteraan, kebahagiaan para deva dan manusia.’ Akuilah pelanggaran perbuatan-salah itu.”

“Tetapi Yang Mulia, karena pikiran saya dikuasai  oleh Māra, maka saya tidak memohon pada Sang Bhagavā dengan mengatakan: ‘Sudilah Yang Mulia tinggal … kebahagiaan para deva dan manusia.’ Saya tidak melihat … demi kesetiaan …”

“Ini juga adalah pelanggaran perbuatan-salah bagimu, Yang Mulia Ānanda, karena engkau mengusahakan pelepasan keduniawian para perempuan dalam dhamma dan disiplin yang dinyatakan oleh Sang Penemu-kebenaran.  Akuilah pelanggaran perbuatan-salah itu.”

“Tetapi saya, Yang Mulia, mengusahakan pelepasan keduniawian para perempuan dalam dhamma dan disiplin yang dinyatakan oleh Sang Penemu-kebenaran, dengan berpikir: ‘Gotamid, Pajāpati yang Agung ini,  adalah bibi Sang Bhagavā, ibu pengasuh, perawat, pemberi susu, karena ketika ibu Sang Bhagavā meninggal dunia ia menyusui Beliau.’ Saya tidak melihat hal ini sebagai pelanggaran perbuatan-salah, namun demi kesetiaan pada Yang Mulia saya mengakuinya sebagai pelanggaran perbuatan-salah.” ||10||


Mengapa YA Ananda dipersalahkan atas kasus kasus di atas ?
Daripada seribu kata yang tak berarti,
adalah lebih baik sepatah kata yang bermanfaat,
yang dapat memberi kedamaian kepada pendengarnya.