BERBAGAI ALASAN SANG BUDDHA MENGIJINKAN MAKAN DAGING
Tidak Ada Kamma Langsung dari Pembunuhan
Sang Buddha berkata: “Ikan dan daging sepenuhnya murni (parisuddha) ….”7 artinya tidak ada
kamma langsung8 (perbuatan yang disertai kehendak) dari pembunuhan jika binatang itu tidak dilihat,
didengar atau dicurigai telah dibunuh secara khusus untuk seseorang.
Tanpa tiga kondisi ini, ada unsur kamma tak bajik dan, oleh karenanya, daging jenis itu tidak
diijinkan.
Walaupun Sang Buddha mengijinkan makan daging, Beliau berkata di AN 4.261 bahwa kita
menciptakan kamma tak bajik jika kita secara langsung mendorong terjadinya pembunuhan,
menyetujui dan berbicara dengan bangga akan hal itu. Karena itu di AN 5.177 Sang Buddha berkata
bahwa seorang umat awam tidak boleh berdagang daging, yang dijelaskan di kitab komentar sebagai
pengembangbiakan dan menjual babi, ternak, ayam dan lain sebagainya untuk disembelih. Demikian
pula, tidak diijinkan untuk memesan, misalnya sepuluh ekor ayam untuk keesokan harinya jika
sejumlah binatang tersebut dimaksudkan disembelih untuk seseorang.
Vegetarian Tidak Cocok dengan Cara Hidup Para Bhikkhu Buddhis
Seorang bhikkhu seyogianya pergi meminta sedekah (mengemis) untuk makanannya kecuali dia (i)
diundang untuk bersantap, (ii) makanan itu dibawa ke Vihara, atau (iii) makanan itu dimasak di
Vihara. Dia tidak diijinkan untuk memasak makanan, menyimpan makanan untuk keesokan harinya,
atau melibatkan diri dalam kegiatan bercocok tanam untuk menyokong dirinya sendiri. Dengan begitu,
mengemis adalah salah satu dari dasar /landasan dari cara hidup para bhikkhu Buddhis.
Hal ini dapat dilihat di suatu negara Buddhis (misalnya Thailand) dimana seorang bhikkhu
mempunyai kebebasan dan dukungan untuk sepenuhnya berlatih sesuai dengan ajaran Sang Buddha.
Di sana kita melihat bukan hanya para bhikkhu tradisi kehutanan yang pergi meminta sedekah tetapi
juga para bhikkhu dari kota kecil dan besar mengemis makanan setiap hari.
Karena seorang pengemis tidak pantas memilih-milih, seperti yang sudah disebutkan
sebelumnya, vegetarianisme tidak cocok dengan cara hidup para bhikkhu Buddhis - - yang mungkin
merupakan alasan lain mengapa Sang Buddha menolak permintaan Devadatta seperti yang disebutkan
sebelumnya.
Argumentasi Permintaan dan Penyediaan
Beberapa orang beragumen bahwa walaupun dengan tiga kondisi yang disebutkan sebelumnya,
seseorang pantas dicela karena makan daging menyebabkan adanya permintaan yang harus diimbangi
dengan penyediaan dengan pembunuhan binatang. Dengan kata lain, makan daging dalam keadaan
apapun mendorong pembunuhan binatang.
Kita harus paham bahwa ada dua jenis sebab dan akibat : (i) sebab dan akibat duniawi, di mana
kehendak tidak dilibatkan, dan (ii) kamma-vipaka Buddhis, atau tindakan yang disertai
kehendak/kesengajaan dan akibatnya. Makan daging yang diijinkan dengan tiga kondisi melibatkan
hanya sebab dan akibat duniawi, dan tidak ada kamma dari membunuh. Makan daging yang tidak
diijinkan melibatkan kamma tak bajik dan, karenanya, juga vipakanya. Oleh karena itu, makan daging
harus dibagi dengan jelas menjadi dua bagian.
Argumentasi permintaan dan penyediaan tidaklah berlaku. Di bumi ini, sejumlah besar
manusia9 dan binatang-binatang yang tidak terhitung jumlahnya terbunuh oleh kendaraan bermotor
setiap hari. Hanya dengan mengendarai kendaraan atau bahkan duduk di atasnya, kita mendorong
industri motor untuk membuat lebih banyak kendaraan bermotor. Jika kita menggunakan argumentasi
permintaan dan penyediaan, maka hanya dengan menggunakan kendaraan bermotor kita mendukung
pembunuhan binatang-binatang yang tak terhitung jumlahnya dan sejumlah besar manusia di jalanan
setiap hari - - yang lebih buruk daripada makan daging!
Memang benar bahwa kita secara tidak langsung terlibat dalam pembunuhan binatang-binatang
tetapi, seperti yang dijelaskan sebelumnya, tidak ada kamma-vipaka dari membunuh. Keterlibatan
tidak langsung dalam pembunuhan adalah benar, jika kita makan daging maupun tidak, dan
merupakan sesuatu yang tidak terelakkan. Kita akan mendiskusikannya dibawah.
Vegetarianisme juga Mendorong Pembunuhan.
Kita mendorong pembunuhan walau sekalipun kita berpola makan vegetarian. Setiap hari monyet,
tupai, rubah, kumbang, dan hama perusak lainnya dibunuh karena mereka makan dari pohon buah
yang ditanam petani. Petani sayuran juga membunuh ulat bulu, keong, cacing, belalang, semut, dan
serangga lainnya, dll.. Seperti di Australia contohnya, kangguru dan kelinci dibunuh setiap hari
karena mereka memakan hasil panen.
Banyak barang yang umumnya dimanfaatkan setiap orang dengan mengorbankan nyawa
berbagai makhluk hidup. Sebagai contoh, sutera dibuat dengan pengorbanan ulat sutera yang tidak
terhitung jumlahnya, dan lapisan lak putih10 dari serangga lak yang tidak terhitung jumlahnya.
Kosmetik mengandung sejumlah besar unsur pokok hewani. Banyak zat tambahan makanan,
seperti: pewarna, penyedap, pemanis, juga menggunakan unsur pokok hewani. Produk keju
menggunakan dadih susu yang diekstrak dari perut anak sapi untuk mengentalkan susu.
Produk kulit dan bulu tentunya terbuat dari kulit binatang yang dibunuh untuk tujuan ini. Film
fotografis menggunakan gelatin yang diperoleh dengan mendidihkan kulit, urat daging dan tulang dari
binatang.
Bahkan pupuk untuk sayur-sayuran dan pohon buah sering menggunakan tulang ikan kering
yang digiling, dan sisa potongan ikan lainnya. Penggunaan susu sapi dan madu juga melibatkan
banyak kekejaman terhadap binatang dan serangga terkait.
Semua ini menunjukkan bahwa sungguh sulit untuk tidak terlibat dalam satu cara atau yang
lain dalam kekejaman yang terjadi pada binatang-binatang.
Jadi seandainya seseorang menjadi vegetarian, seseorang hendaknya merenungi hal di atas dan
menghindari kritik yang berlebihan terhadap mereka yang makan daging.
Binatang Tetaplah Dibunuh Walaupun Semua Manusia Menjadi Vegetarian.
Walaupun semua manusia menjadi vegetarian, binatang masih saja akan dibunuh. Ini karena binatang
berkembang biak sangat cepat daripada manusia sehingga mereka dengan mudah menjadi ancaman
bagi kelangsungan hidup manusia.
Sebagai contoh beberapa tahun yang lalu, dibeberapa daerah Afrika, gajah adalah binatang
yang dilindungi. Akan tetapi, sekarang mereka telah berkembang-biak dengan cepat dan menjadi
ancaman, dan hukum perlindungan harus dilonggarkan untuk mengurangi jumlah mereka.
Di beberapa negara, anjing yang tidak terdaftar dibunuh agar tidak menjadi rabies dan
menyerang manusia. Bahkan kelompok perlindungan terhadap kekejaman binatang membunuh jutaan
anjing dan kucing dalam kandang setiap tahun karena akomodasi yang tidak memadai. – di Amerika
Serikat, setiap tahunnya 14 juta dibinasakan dalam waktu seminggu setelah diselamatkan oleh
kelompok kemanusiaan.
Pada akhirnya, pendapat bahwa vegetarianisme mencegah pembunuhan binatang adalah tidak
benar. Meskipun demikian, adalah terpuji untuk berlatih vegetarianisme atas belas kasih, tetapi tidak
sampai menjadi ekstrim akan hal itu.
Setiap Orang secara Tidak Langsung Terlibat dalam Pembunuhan Binatang
Apakah kita vegetarian atau sebaliknya, kita semua secara tidak langsung terlibat dalam pembunuhan
binatang.
Area hutan yang luas harus digunduli untuk perumahan karena kita ingin tinggal di dalam
rumah. Ini mengakibatkan kematian sejumlah besar binatang. Karena kita ingin menggunakan
peralatan rumah tangga dan peralatan serba canggih lainnya, lagi, area hutan yang luas digunduli
untuk lokasi-lokasi pabrik dan industri. Karena kita ingin menggunakan listrik, sungai-sungai
dibendung untuk pemanfaatan listrik tenaga air. Ini mengakibatkan banjir di area hutan yang luas
dengan mengorbankan hidup binatang.
Karena kita mengendarai kendaraan bermotor, binatang yang tak terhitung jumlahnya dan
sejumlah besar manusia terbunuh di jalanan setiap harinya.
Lagi, demi keselamatan kita, anjing liar dibunuh agar tidak menjadi rabies. Dalam produksi
berbagai produk yang kita gunakan setiap hari, seperti: makanan, obat-obatan, sutera, kosmetik, film,
dan lain sebagainya., unsur pokok hewani digunakan dengan mengorbankan hidup binatang.
Jika kita menggunakan argumentasi permintaan dan penyediaan seperti yang dijelaskan
sebelumnya maka kita tidak seharusnya tinggal dalam rumah, atau menggunakan barang-barang
rumah tangga yang diproduksi pabrik, atau menggunakan tenaga listrik, atau mengendarai mobil,
dsbnya.
Perumpamaan Pembunuhan Berseri
Andaikan ada kasus pembunuhan berseri di suatu kota, dengan adanya sejumlah wanita yang telah
diperkosa kemudian dibunuh sehingga tidak ada wanita yang berani mengambil resiko keluar malam.
Seisi kota gempar dan penduduk menuntut agar pihak berwenang menjalankan tugas mereka dan
menangkap pembunuhnya. Jadi polisi, setelah beberapa bulan berusaha keras, akhirnya menangkap
dalangnya. Setelah pemeriksaan panjang, hakim menjatuhkan hukuman mati pada dirinya. Pada hari
yang ditentukan, pembunuh dibawa ke ruang eksekusi dimana petugas eksekusi menarik pengungkil
untuk menghabisi nyawa si pembunuh.
Cerita ini menimbulkan pertanyaan: “Siapa yang terlibat dalam kamma buruk dari
pembunuhan manusia (yakni si pembunuh berseri)?” Menurut hukum kamma-vipaka, petugas
eksekusi melakukan pelanggaran yang paling berat karena dia secara sengaja melakukan pembunuhan.
Berikutnya adalah hakim yang mengumumkan hukuman mati. Kedua orang ini secara langsung
terlibat dalam kamma pembunuhan atas eksekusi dari pembunuh berseri. Polisi hanya terlibat secaratidak langsung dan tidak bertanggung jawab atas eksekusinya. Bagaimana dengan penduduk? Pada
dasarnya pembunuh berseri dieksekusi untuk melindungi penduduk, yakni dieksekusi atas kebaikan
penduduk, atau dengan kata lain, penduduk adalah orang-orang yang diuntungkan atas eksekusi
tersebut. Jadi apakah penduduk bertanggung jawab atas keterlibatan kamma pembunuhan? Tidak,
karena mereka tidak meminta eksekusi atas pembunuh berseri. Tetapi mereka turut terlibat apabila
mereka meminta si pembunuh untuk dieksekusi.
Skenario di atas serupa dengan penyembelihan binatang untuk makanan. Orang yang
menyembelih binatang tersebut menanggung kamma pembunuhan yang paling berat. Orang yang
membiakkan binatang untuk disembelih juga terlibat dalam kamma pembunuhan. Mereka serupa
dengan hakim yang menjatuhkan hukuman pada orang tersebut untuk dieksekusi. Tetapi orang yang
membeli daging dari binatang yang sudah disembelih tidak terlibat dalam kamma pembunuhan
walaupun, serupa dengan penduduk kota diatas, mereka adalah orang-orang yang diuntungkan. Akan
tetapi jika seseorang memesan daging dari binatang yang hidup untuk disembelih, maka ada
keterlibatan dalam pembunuhan.
’Chi Zhai’, bukan ’Chi Su’
Banyak umat Buddhis Tionghoa beranggapan salah bahwa Buddhisme Mahayana mengajari praktik
vegetarian, dan bingung akan ’Chi Su’ (Vegetarianisme) dengan ’Chi Zai’ (tidak makan setelah petang
hari sampai keesokan subuh). Dalam Sutta kumpulan tertua, ’Chi Su’ disebutkan sebagai praktek
petapa sekte luar yang tidak bermanfaat. ’Chi Su’ dijalankan oleh Han Chuan (Buddhisme Tionghoa),
bukan Bei Chuan (Buddhisme Mahayana), karena Buddhisme di Tibet dan di Jepang bukan
vegetarian. Kaisar Liang Wu Di memerintahkan bhikshu dan bhikshuni Buddhis untuk berpola makan
vegetarian.
Kata ’Zhai’ berarti tidak makan pada jam-jam tertentu, yakni berpuasa. Itu sebabnya bulan
puasa umat Muslim disebut ’Kai Zhai’. Sang Buddha mengajari muridnya untuk ’Chi Zai’, yakni tidak
makan (dengan pengecualian obat-obatan) setelah petang sampai keesokan subuh (jam 1 siang sampai
7 pagi di Malaysia). Di Han Chuan, makna dari ’Chi Zhai’ ini menjadi sinonim dengan ’Chi Su’.
KESIMPULAN
Sang Buddha tidak mendorong kita untuk makan daging atau menjadi vegetarian. Pilihan ini
sepenuhnya tergantung kepada kita. Pokok pentingnya adalah memperhatikan dengan baik petunjuk
dari Sang Buddha dalam MN 55 atas tiga kondisi untuk daging yang tidak diijinkan dan yang
diijinkan.
Seorang Bhikkhu tidak diijinkan untuk memasak dan harus sepenuhnya tergantung pada
persembahan dari para penyokong (umat awam). Bhikkhu juga diharuskan agar mudah disokong dan
dirawat. Karena bhikkhu tidak diijinkan untuk meminta makanan tertentu (kecuali selama ia sakit),
maka bhikkhu tidak dapat memilih makanannya. Dia harus menerima apapun yang dipersembahkan.
Umat awam mempunyai lebih banyak kebebasan untuk memilih makanan mereka, dan untuk
umat awam adalah sepenuhnya tergantung pada pilihan pribadi masing-masing untuk makan daging
atau menjadi vegetarian. Untuk alasan-alasan yang sudah dijelaskan sebelumnya, adalah penting untuk
tidak terlalu kritis terhadap orang lain terkait dengan apapun yang menjadi pilihan kita.
Cara yang paling efektif untuk mengurangi pembunuhan dan kekejaman di dunia adalah
pemahaman akan ajaran Sang Buddha. Pada akhirnya, penderitaan (dukkha) adalah karateristik dari
kehidupan, dan cara untuk mengakhiri penderitaan adalah dengan melatih Jalan Mulia Berunsur
Delapan ajaran Sang Buddha untuk keluar dari lingkaran kelahiran kembali.
SELESAI
sumber :