Originally Posted by coedabgf
saya sudah jelaskan di atas, kekeristenan yang benar itu seperti itu. bahkan sangat bertolak belakang dengan praktek umat Buddhist (jangan dipelintir, bukan ajaran guru Buddhanya yah).
tentu saja umat buddhist mabok,
sebab kenyataannya adalah,
klo gak... dapat pengarahan ke arah takhayul - yang katanya dibilang level universitas seperti umat master,
klo gak, dapat doktrin melakukan meditasi yang gak tahu tahu tujuan dan mendapatkan hasilnya karena kalau gak mengamati obyek pikiran yang dibentuk, hanya mengamati pikiran yang berlalu-lalang, mengamati kegiatan fisik tubuh atau keluar masuk nafas alias sama saja dengan mengamati tubuh atau bahkan seolah-olah mengosongkan pikiran mengamati pikiran dengan pikiran - pada pengajaran jalan umum yang kata yang lain sebagai level sd.
melekat kepada ketakhyulan.
yang pertama sehingga menyimpang dari tahapan makna demi makna kepada maksud kebenaran apa yang guru Buddha ajarkan tentang pencapaian pembebasan/pengetahuan penerangan sempurna, melekat kepada keberadaan/pemunculan-pemunculan fenomena-fenomena termasuk bahkan makhluk-makhluk jelek antah berantah baik yang muncul sendiri atau karena dimunculkan, dan bahkan fenomena-fenomena itu dibanggakan sehingga seolah-olah kemelekatan kepada suatu keberadaan samsara diluar sebagai suatu hasil pencapaian (lebih tinggi) atau yang dapat membantu pencapaian, pencapaian apa?, pembebasan apa?.
berjalan senantiasa dalam kekhayalan (diri) sendiri.
yang kedua, seolah-olah memiliki/mengerti kebijaksanaan pengetahuan pembebasan ajaran guru Buddha, padahal senantiasa berjalan didalam ukuran kehidupan kemelekatan/ikatan atta diri yang khayal/samsara yang tak dapat dilepaskan, sehingga sebenarnya semua pengetahuan/kebijaksanaan yang muncul dari pencerapan pembelajaran ajaran guru Buddha hanyalah kebenaran bohong belaka, dari sudut pandang ukuran diri (persepsi diri masing-masing), bukan makna kebenaran ajaran guru Buddha sesungguhnya.
apa yang direnungkan? wong... yang kalian renungkan oleh pikiran kalian adalah semua gagasan pikiran kalian sendiri. apa yang diselidiki klo begitu?
sehingga apa yang didapat? tidak mengetahui tujuan pencapaian dalam praktek karena doktrin yang salah dari ajaran yang diturunkan turun temurun, sehingga tidak ada tujuan akhir, sehingga yang ada hanya kebingungan, seperti lingkaran gak ada kepala gak ada buntut, seperti slogan demokrasi, dari pikiran,oleh pikiran dan untuk pikiran.
sehingga bisa muncul konsepsi-konsepsi diri sendiri lagi, dari hasil itu, tidak ada pengajaran yang jelas hanya dari konsep-konsep, dibutakan oleh menyenangi diri sendiri (atta) saja.
atau bisa terjebak lagi kepada kemelekatan ketakhayulan jika muncul fenomena-fenomena seperti yang terjadi pada yang pertama sebagai kebanggaan seolah-olah adalah bagian hasil dari pencapaian.
sehingga pada akhirnya semua yang dimunculkan adalah bukanlah pembebasan diri melainkan eksistensi diri khayal lagi (kekhayalan) atau kebergantungan kepada keberadaan lain (samsara) diluar diri (ketakhayulan).
secara umum,
klo membanggakan fenomena dan kekuatan atau kemenangan atau keuntungan-keuntungan duniawi, banyak yang bahkan sejalan pintas dapat meraihnya, guru-guru, bahkan penyembahan-penyembahan kuasa-kuasa/kekuatan-kekuatan spriritual gak perlu jauh-jauh atau susah-susah membinanya.
yang satu hanyalah melakukan sebatas ritual jasmaniah saja, mengamati diri, memiliki kebanggaan seolah-olah sudah memiliki pengetahuan kebijaksanaan, tetapi sebenarnya membangun ego masing-masing (tembok diri/atta yang lebih kuat).
kebanyakan kenyataannya klo menjadi baik karena watak dasar pribadi orangnya yang baik, bukan karena perubahan terjadi dari pandangan benar dari penerimaan ajaran.
saran,
lebih baik lakukan praktek meditasi yang disarankan bro namoguru tetapi sejalan kebenaran ajaran guru Buddha dan menyelidiki/merenunginya.
coedabgf, the believer