//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Amitaba Sutra  (Read 20018 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline El Sol

  • Sebelumnya: El Sol
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.752
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Amitaba Sutra
« on: 17 February 2008, 10:42:06 PM »
ada yg tao asal usul sutra ini? setelah sang Buddha meninggal selama beratus taon..kitab ini khan muncul..nah dimana kitab ini ditemukan, siapa yg menemukan dan kapan kitab ini ditemukan..

thx for the answer..

kalo bisa kasi bukti yg kuat juga..
_/\_

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Amitaba Sutra
« Reply #1 on: 18 February 2008, 08:55:17 AM »
Kalau Buddha Amitabha bisa lihat di sini :
http://en.wikipedia.org/wiki/Amitabha, asal-usulnya dari 3 sutra Mahayana :

http://en.wikipedia.org/wiki/Infinite_Life_Sutra
http://en.wikipedia.org/wiki/Amitabha_Sutra
http://en.wikipedia.org/wiki/Contemplation_Sutra

Di Infinite Life Sutra Sang Buddha menceritakan kepada YM Ananda bahwa Ia mengetahui ada Buddha-Buddha lain, dan Buddha-Buddha lain tersebut juga mengetahui Buddha Gautama. Sepertinya Buddha-Buddha tersebut berada di alam semesta lain, karena menurut Mahayana sendiri satu alam semesta hanya dapat menampung satu Samasambuddha, kalau ada dua atau lebih tidak kuat. Lalu Sang Buddha menjelaskan silsilah para Buddha, mulai dari Buddha Dipankara sampai Buddha ke 53 setelah Buddha Dipankara.
Kemudian Sang Buddha menceritakan asal-usul seseorang yang akan menjadi Buddha Amitabha.

Di taman Jeta, Sang Buddha menceritakan Amitabha Sutra, yang menjelaskan keindahan di Surga Sukhavati, dan apa yang harus dilakukan seseorang agar terlahir di sana.

Pada Contemplation Sutra dikisahkan bahwa Raja Ajasattu setelah membunuh ayahnya dan memenjara ibunya, si ibu berdoa kepada Buddha, dan Buddha menampakan diri di hadapan si ibu, kemudian Sang Buddha menjelaskan bahwa meskipun di penjara, pengabdian kepada nama Buddha Amitabha dapat membawa keselamatan.

Buddha Amitabha adalah salah satu dari 5 Dhayani Buddha, 5 Buddha utama, yaitu Amitabha, Aksobhya, Amoghasiddhi, Ratnasambhava, and Vairocana. Buddha Gautama sendiri katanya adalah emanasi Buddha Vairocana.

Tentunya hal ini baru masuk akal kalau mengikuti doktrin Mahayana tentang trikaya, yaitu Dharmakaya, Samboghakaya, dan Nirmanakaya.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline El Sol

  • Sebelumnya: El Sol
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.752
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Amitaba Sutra
« Reply #2 on: 18 February 2008, 09:00:55 AM »
trus menurut Mahayana, kitab2 tersebut munculnya kapan? setelah sang Buddha parinibbana? ato tergolong salah satu bagian dari Tripitaka sansekerta?

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Amitaba Sutra
« Reply #3 on: 18 February 2008, 09:04:19 AM »
Masuk sansekerta dong. Dan seperti sutra-sutra Mahayana lain katanya dibabarkan oleh Sang Buddha sendiri.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline El Sol

  • Sebelumnya: El Sol
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.752
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Amitaba Sutra
« Reply #4 on: 18 February 2008, 04:49:28 PM »
 [at] atas
kalo Prajna paramita khan kalo gk salah diambil dari naga...

kalo Amithaba sutra ada legenda kayak gitu gk?

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Amitaba Sutra
« Reply #5 on: 19 February 2008, 09:32:15 AM »
Prajnaparamita Sutra sudah ada sebelum Nagarjuna. Sutra2 Amitabha Sutra, Sukhavati-vyuha Sutra juga sudah ada sebelum masa Nagarjuna.
Dalam Prajnaparamita Sastra menyebutkan Sutra2 Mahayana dikumpulkan pada konsili di gunung Cakravada oleh Ananda atas undangan Manjusri, Maitreya. Jadi bukan muncul masa belakangan. Muncul masa belakangan hanyalah spekulasi dari para scholar, karena memang ada kehilangan jejak historis. Tapi tidak ideal bila kita menjudgenya sebagai kitab karangan sendiri. Karena sangat rancu bila kita selidiki bahwa masa2 sebelum Nagarjuna, Sutra2 Mahayana bahkan termasuk kitab Pali sebenarnya tidak banyak ditemukan dalam bentuk tulisan, meskipun ada, pada masa itu lebih bertendensi dengan tradisi pelafalan.

Yang diambil oleh nagarjuna di istana rajanaga adalah Avatamsaka Sutra.   

Offline El Sol

  • Sebelumnya: El Sol
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.752
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Amitaba Sutra
« Reply #6 on: 19 February 2008, 02:43:15 PM »
Prajnaparamita Sutra sudah ada sebelum Nagarjuna. Sutra2 Amitabha Sutra, Sukhavati-vyuha Sutra juga sudah ada sebelum masa Nagarjuna.
Dalam Prajnaparamita Sastra menyebutkan Sutra2 Mahayana dikumpulkan pada konsili di gunung Cakravada oleh Ananda atas undangan Manjusri, Maitreya. Jadi bukan muncul masa belakangan. Muncul masa belakangan hanyalah spekulasi dari para scholar, karena memang ada kehilangan jejak historis. Tapi tidak ideal bila kita menjudgenya sebagai kitab karangan sendiri. Karena sangat rancu bila kita selidiki bahwa masa2 sebelum Nagarjuna, Sutra2 Mahayana bahkan termasuk kitab Pali sebenarnya tidak banyak ditemukan dalam bentuk tulisan, meskipun ada, pada masa itu lebih bertendensi dengan tradisi pelafalan.

Yang diambil oleh nagarjuna di istana rajanaga adalah Avatamsaka Sutra.   
ternyata..kalo gitu bukan nagarjuna yg ngarang..kalo gitu ada Bhikkhu ato brahmin sebelum Nagarjuna yg ngarang..hmm..

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Amitaba Sutra
« Reply #7 on: 19 February 2008, 04:32:04 PM »
 
[/quote]
ternyata..kalo gitu bukan nagarjuna yg ngarang..kalo gitu ada Bhikkhu ato brahmin sebelum Nagarjuna yg ngarang..hmm..
[/quote]

bukan ngarang, emangnya bikin novel  ;D
Kalo kitab Sastra (abhidharma mahayana), memang karangan para master, tapi rujukannya adalah Sutra.

Dalam Sutra Mahayana, banyak sekali menyinggung tentang Buddha Amitabha, termasuk dalam Avatamsaka Sutra yg dibawa Nagarjuna. Sangat rancu bila mengatakan semua itu karangan, sedangkan terdapat persamaan yang sangat sistematis dalam konsep2nya dalam kitab2 yang terpisah dan merupakan teks panjang yang bisa kelelahan bila kita membacanya. MahaPrajnaparamita sastra yang dibawa XuanZuang ke Tiongkok saja terdapat 600 jilid utk diterjemahkan. Mahaprajna paramita sastra adalah kitab komentar ttg Mahaprajnaparamita Sutra. Penulis komentarnya adlah Nagarjuna. Jadi bukan Nagarjuna yang ngarang2 kitab Sutra, dia cuma membuat komentar atas sutra2 yang telah ada.

Kalo penasaran, belajar saja iddhi bala , lalu buktikan ke istana raja Naga utk Ehipassiko..hehe..

 
« Last Edit: 19 February 2008, 06:24:09 PM by chingik »

Offline El Sol

  • Sebelumnya: El Sol
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.752
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Amitaba Sutra
« Reply #8 on: 19 February 2008, 08:15:10 PM »
jelas2 karangan...khan orang yg karang beda2..

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Amitaba Sutra
« Reply #9 on: 20 February 2008, 09:16:58 AM »
jelas2 karangan...khan orang yg karang beda2..

Oya ralat dikit, terjemahan XuanZuang itu adalah Mahaprajnaparamita Sutra. Kalo Mahaprajnaparamita Sastra beda lagi, penerjemahnya Kumarajiva, 100 jilid.

Maksudnya kitab mana yang anda sebut karangan itu?
Kalo Amitabha Sutra itu bukan karangan, tapi wejangan Buddha yang lalu dalam konsili terpisah dilantunkan ulang oleh Ananda, dan kemudian dihafalkan oleh para siswanya secara turun temurun.

Offline El Sol

  • Sebelumnya: El Sol
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.752
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Amitaba Sutra
« Reply #10 on: 20 February 2008, 05:43:51 PM »
jelas2 karangan...khan orang yg karang beda2..

Oya ralat dikit, terjemahan XuanZuang itu adalah Mahaprajnaparamita Sutra. Kalo Mahaprajnaparamita Sastra beda lagi, penerjemahnya Kumarajiva, 100 jilid.

Maksudnya kitab mana yang anda sebut karangan itu?
Kalo Amitabha Sutra itu bukan karangan, tapi wejangan Buddha yang lalu dalam konsili terpisah dilantunkan ulang oleh Ananda, dan kemudian dihafalkan oleh para siswanya secara turun temurun.

yg dimaksudkan dengan konsili terpisah? karena ajaran Amithaba menurut gw sangat tidak sejalan dengan Dhamma...karena Sukhavati tidak termasuk dalam 31 alam kehidupan, dan juga...bagaimana mungkin hanya dengan membaca nama Amithaba kita bisa terlahirkan di suatu alam bahagia? dan lagipula..bagaimana mungkin seorang Buddha bisa mengajar..padahal Buddha telah Parinibbana..

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Amitaba Sutra
« Reply #11 on: 20 February 2008, 09:21:48 PM »
?yg dimaksudkan dengan konsili terpisah?
Ya, kalo untuk masalah konsili ini tentu wajar ya bila masing2 memiliki versi tersendiri. Tapi marilah kita menjadikan perbedaan ini bukan sebagai tujuan utk saling menjatuhkan. Mari kita menghormati masing2 versi, karena bagaimanapun kita tidak memiliki kapasitas utk membuktikan versi siapa yang benar.   
 Dalam tradisi Mahayana memang meyakini bahwa setelah Konsili gua Saptapani selesai, Ananda kemudian diundang oleh Bodhisatva Manjusri dan Maitreya utk mengadakan konsili khusus tentang ajaran Mahayana. 


? karena ajaran Amithaba menurut gw sangat tidak sejalan dengan Dhamma...karena Sukhavati tidak termasuk dalam 31 alam kehidupan…?
Mengenai Tidak Sejalan Dengan Dhamma, itu ‘kan hanya karena kita2 menggunakan parameter yang berbeda dalam menilai kebenaran dhamma. Bisa saja seorang praktisi Mahayana juga mengatakan bhw sebagian ajaran Theravada juga tidak sejalan dengan Dhamma, misalnya Theravada mengatakan Tidak ada Buddha Amitabha, atau Buddha2 lain di masa sekarang. Dari parameter yang digunakan Mahayana, pendapat tersebut tidak sejalan dengan Dhamma. Bahkan dalam tradisi Zen yang notabene bagian dari Tradisi Mahayana juga ada sekelompok kecil yang tidak percaya dengan eksistensi Amitabha, karena menggunakan parameter mereka sendiri juga. Atau ada juga tradisi Mahayana yang tidak percaya bahwa praktisi Tantra dapat mencapai Kebuddhaan pada kehidupan sekarang, karena masing2 menggunakan parameter sendiri.
Jadi anda tidak perlu mengatakan tidak sejalan dengan dhamma, karena toh anda menggunakan parameter dari tradisi yang anda pegang yang mana orang lain juga bisa mengatakan hal yang sama kepada anda.

Sukhavati tidak termasuk dalam 31 alam kehidupan..? hmm..bicara tentang kosmologi Buddhis, apakah sudah pernah tahu tentang kosmologi Buddhis Mahayana?
Kalo belum memahami kosmologi Buddhis Mahayana, memang agak sulit utk memahami tentang Buddha-Buddha di alam semesta lain.  Nanti saya posting lagi ya ttg kosmologi Buddhis menurut Mahayana. Setahu aku, 31 alam kehidupan itu bukan Cuma satu.

?bagaimana mungkin hanya dengan membaca nama Amithaba kita bisa terlahirkan di suatu alam bahagia?
Sebenarnya hanya dengan membaca nama Amitabha tidaklah dapat terlahir di alam bahagia apalagi terlahir di Tanah murni Sukhavati. Kalo bisa, para praktisi tradisi ini tidak perlu capek2 berlatih. Praktisi Sukhavati sendiri juga tidak mengakui bahwa hanya baca saja sudah bisa terlahir. Jadi perlu mendalami dulu falsafah dan cara praktiknya.. Ada tahapan2 nya kok. Jangan mencerna sebuah kalimat secara sederhana, ada prinsip2 yang melatar belakanginya. 

?..bagaimana mungkin seorang Buddha bisa mengajar..padahal Buddha telah Parinibbana..?
Tradisi Mahayana juga tidak mengatakan bisa. Emang siapa bilang bisa???

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Amitaba Sutra
« Reply #12 on: 20 February 2008, 10:09:59 PM »
Mengenal Kosmologi Buddhis Mahayana
Apakah Tanah-murni Buddha itu ?. Di mana letak Tanah-murni Buddha dan apakah perbedaan antara alam surga dan Tanah-murni Buddha?   
Tidak sedikit dari kalangan umat Buddha sendiri yang masih tidak dapat membedakan pengertian antara istilah surga, tanah-Buddha dan tanah-murni, maka istilah Sukhavati yang merupakan nama sebuah tanah-Buddha pun telah diterjemahkan secara tidak benar menjadi Surga Sukhavati.   
   Sebelum membahas lebih jauh tentang tanah-murni Buddha, ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu tentang kosmologi Buddhis agar dapat memiliki gambaran yang lebih utuh tentang tanah-murni Buddha itu. Mengenai istilah surga, dalam terminologi Buddhis secara umum telah diterima dengan pengertian : “suatu alam bahagia yang masih merupakan subjek dari Samsara, di mana dia terletak di ruang lingkup Triloka (alam nafsu, alam bentuk dan alam tanpa bentuk)”. Istilah lain untuk menyebut alam surga adalah alam dewa (deva-loka). Misalnya alam dewa Caturmaharajika, alam dewa Tavatimsa, alam dewa Yama, alam Dewa Tusita, alam Brahma, dan lain sebagainya. Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa di dalam konteks agama Buddha, alam dewa masih merupakan bagian dari Samsara, yakni alam yang masih terikat pada siklus kelahiran kembali.  Jika memaknai Sukhavati sebagai alam surga atau alam dewa seperti pengertian di atas, maka ini jelas memperlihatkan adanya miskonsepsi. Adalah hal yang wajar jika hal ini terjadi  karena cara pemberian istilah yang terkesan sekenanya. Sebagai akibatnya muncul pandangan bahwa surga Sukhavati tidak lebih hanya sebuah alam surga yang sama dengan alam surga lainnya. Jika muncul pemahaman yang salah hanya karena kesalahan menerjemahkan maknanya maka tentu ini adalah hal yang sangat tidak diinginkan oleh siapapun.           

Lebih tepatnya Sukhavati disebut sebagai sebuah Tanah-Buddha (Skt.Buddha-ksetra). Sebagai perbandingannya, dunia tempat kita tinggal sekarang ini juga merupakan sebuah Tanah-Buddha yang disebut dunia Saha. Lalu mengapa dunia tempat kita tinggal sekarang ini disebut sebagai sebuah Tanah-Buddha pula?   Untuk mendapatkan gambaran yang lebih utuh tentang konsep ini, maka marilah kita menelusurinya.  Dalam pandangan Buddhis, alam semesta ini sangat luas sekali.  Begitu luasnya alam semesta ini sehingga terdapat begitu banyaknya jumlah tata surya yang terbentang tak terhingga.  Sang Buddha telah menjelaskan mengenai hal ini sebagaimana yang tercatat dalam berbagai Sutra. Dalam kitab Anguttara Nikaya bagian Ananda vagga misalnya, Sang Buddha berkata kepada Ananda, “Ananda, apakah kau pernah mendengar tentang seribu Culanika Lokadhatu (sistem dunia minor) ? O Ananda, sejauh matahari dan bulan berotasi, dan sejauh pancaran sinar matahari dan bulan di angkasa, maka sejauh itulah luas seribu sistem dunia. Di dalam seribu sistem dunia minor terdapat seribu matahari, seribu bulan, seribu Sineru, seribu Jambudipa, seribu Aparayojana, seribu Uttarakuru, seribu Uppavidehana, empat ribu samudra besar….., seribu surga Caturmaharajika, seribu surga Tavatimsa, seribu surga Yama, seribu surga Tusita,  seribu surga Nimanarati, seribu surga Parinimmita Vasavati, seribu alam Brahma….inilah Ananda yang disebut seribu sistem dunia minor (Sahassi culanika loka-dhatu). Ananda, kemudian sebanyak 1.000 dari  seribu sistem dunia minor (Sahassi culanika loka-dhatu) ini dinamakan satu sistem dunia medium (Dwisahassi majjhimanika loka-dhatu). Ananda, kemudian sebanyak 1.000 dari seribu sistem dunia medium (Dwisahassi majjhimanika loka-dhatu) ini dinamakan satu sistem dunia major (Tisahassi Mahasahassi loka-dhatu). …”
   Jadi dalam satu sistem dunia major itu terdapat bermilyaran bulan dan matahari, bermilyaran alam neraka, alam binatang, alam asura, alam manusia dan alam dewa di dalamnya. Dan satu sistem dunia major inilah yang disebut dengan satu tanah-Buddha (Skt.Buddha-ksetra) menurut tradisi Mahayana. (lihat Mahaprajna-paramita Sastra karya Nagarjuna). Disebut sebagai satu tanah-Buddha karena seorang Buddha lahir dan mencapai Kebuddhaan lalu mengajar dhamma hanya di satu gugusan sistem dunia ini. 
    Dari gambaran ini maka menjadi jelaslah bahwa sesungguhnya setiap Tanah-Buddha adalah satu sistem dunia major yang mana memiliki Buddha-nya masing masing, dan  Sukhavati adalah satu di antara sekian banyaknya tanah-Buddha yang terletak diluar sistem dunia tempat kita tinggal sekarang ini.   Jadi Tanah-Buddha hanya istilah utk menggambarkan ruang lingkup seorang Buddha mengajar dharma. Dalam berbagai kitab Sutra Mahayana sering menjelaskan bahwa tempat tinggal kita sekarang ini merupakan tanah-Buddha tempat Buddha Sakyamuni mengajarkan dharma yang disebut sebagai dunia Saha. Dengan kata lain, dunia Saha dan Sukhavati adalah sama-sama sebuah sistem dunia secara paralel.  Jadi menjadi rancu jika membandingkan antara Sukhavati dengan alam surga di sini, karena secara kontekstual dia sudah berbeda. Ibarat membandingkan antara sebuah kecamatan dengan sebuah gugusan bintang, padahal kecamatan adalah sebuah titik kecil di dalam sebuah gugusan bintang.
Namun ada yang berpendapat bahwa tidaklah mungkin terdapat dua orang Buddha dalam satu periode yang sama.  Hal ini memang benar jika berbicara sebatas ruang lingkup satu sistem dunia major (Tisahassi Mahasahassi loka-dhatu) saja (lihat kitab DighaNikaya- Mahagovinda Sutta).   Namun jika berbicara tentang ruang lingkup universal tanpa batas, maka sesungguhnya terdapat banyak sekali  sistem dunia Major lainnya dan para Buddha yang masih sedang memutar roda dharma di luar tanah-Buddha Sakyamuni yang kita tempati sekarang ini (lihat Avatamsaka Sutra).  
   Kemudian yang membedakan antara tanah-Buddha Sukhavati dan tanah-Buddha Saha adalah sifat murninya. Ada tanah-Buddha yang bersifat murni (tanpa 3 alam buruk) dan ada yang bersifat tidak murni (terdapat 3 alam buruk), itulah sebabnya tanah-Buddha Sukhavati disebut sebagai Tanah-murni.  Selanjutnya berapa jumlah tanah-Buddha yang terbentang di semesta ini? Avatamsaka Sutra kemudian menjabarkan secara lebih luas lagi, menyebutkan bahwa gugusan dari bermilyaran tanah-Buddha membentuk satu sistem semesta. Kemudian sebanyak 20 sistem semesta  membentuk satu semesta yang disebut Shijiezhong (tipe semesta). Jadi satu tipe semesta terdapat 20 sistem semesta yang di dalamnya terdapat berjuta-juta tanah-Buddha di mana tanah-murni Sukhavati dan dunia Saha terletak pada sistem semesta yang sama yakni di lapisan ke 13.  Di luar tipe semesta ini kemudian terdapat tak terhingga tipe semesta lain. Sekarang kita dapat membayangkan mulai dari dunia ini yang merupakan bagian dari tatasurya, kemudian tatasurya yang merupakan bagian dari sistem dunia junior, sistem dunia junior yang merupakan bagian dari sistem dunia medium, kemudian sistem dunia medium ini merupakan bagian dari sistem dunia major , sistem dunia major yang merupakan bagian dari sistem semesta hingga sistem semesta yang merupakan bagian dari tipe semesta,  maka betapa luas dunia yang terbentang dengan masing masing dunianya. Tipe Semesta pun di ada habisnya jika dibentangkan lagi.

Ya...ini memang dari versi Mahayana, jadi tidak perlu pakai judge ini judge itu lagi ya  :P, cuma bagi-bagi wawasan aja kok

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Amitaba Sutra
« Reply #13 on: 21 February 2008, 10:49:20 AM »
demikianlah sol. sama seperti Christian, Catholic and islam, mereka yah bisa dibilang satu rumpun seperti aliran2x di buddhism, tapi mereka jalan sendiri-sendiri. Jadi "lembaga/bada" agama sendiri2x. Kalau sudah sendiri2xkan urus masing2x dan saling menghormati, nga senggol-senggolan.

Anggap saja tiap aliran adalah agama sendiri2x. Yah masing-masing punya versi sendiri, lah wong beda agama koq, beda rujukan/kitab suci. Kalau sudah cara pandang demikian, jadinya nga rebutan siapa yang benar dan salah dalam buddhisme. Kan memang berbeda. Biasanya ribut karena berusaha disamakan atau digabungkan konsepnya.
There is no place like 127.0.0.1

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Amitaba Sutra
« Reply #14 on: 21 February 2008, 11:33:11 AM »
Quote
Agganna Sutta

The Buddha told that sooner or later, after a very long time, there would be a time when the world shrinks. As the universe shrinks, many of its inhabitants would die. Of these deceased creatures, some were born again (due to good karma) in the Heavenly realm of Abbhasara (Lucid Light).

kalau dilihat dari sutta tsb, yg mengkerut menurutku adalah alam semesta yg kita kenal dalam ilmu pengetahuan alam.
jadi alam abbhasara (alam ke 17) berada dalam luar alam semesta.
kesimpulan saya memang ada tata surya lain, galaksi lain, dan alam semesta lain.

walau tidak ada bukti mengenai alam di atas lagi ada di tempat terpisah2 lagi. menurut saya pribadi itu juga ada, kecuali arupa loka yah...

melihat begitu tak terhingga luasnya kehidupan, memang berpeluang terlahir di alam yg sama dg tempat Buddha membabarkan dhamma, kemungkinannya sangat kecil yah. makanya sangat wajar kalau alam Sukhavati (ga pake kata surga deh) menjadi demikian sulitnya utk dicapai shg harus mengulang pelafalan Amitabha agar ada muncul ikatan kamma/salah satu pengkondisian (just my crazy opinion).

kalau soal ada beberapa Buddha... ga tau... :P
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

 

anything