...
seorang ulama syiah pernah berkata kepada saya, "tinggalkanlah semua ajaran budha yang selama ini kau yakini dan kau praktikan, sesungguhnya ajaran Islam sudah mencakup segala kebenaran yang diajarkan oleh sang Budha."
saya menjawab,"lebih baik Habib ajarkan saja dulu ilmu habib kepada saya. kalau sudah terasa atau terlihat oleh saya bahwa memang ajaran Habib mencakup semua ajaran sang Budha, tentulah saya tidak perlu lagi datang ke vihara untuk belajar kepada seorang bikhu."
tetapi 7 tahun sudah berlalu, Habib tersebut belum pula mengajarkan apapun pada saya.
bagaimana bro?
Salam kenal Bro Deva19...
Dari narasi Anda di atas, secara implisit Anda menyampaikan bahwa paling tidak Anda sudah memelajari Agama Buddha selama 7 tahun. Apa benar demikian?
Kalau benar demikian, saya sangat tertarik dengan komentar Anda di awal thread ini yang berbunyi:
"Hanya sedikit yang menjadi ganjalan. Setelah membaca naskah-naskah Budhisme, saya menemukan banyak fakta kebenaran yang tidak difahami oleh umat Budhis itu sendiri. Saya sangat mengharapkan ada beberapa orang yang umat Budhis yang memahami fakta kebenaran, sehingga dapat menguatkan tekad saya untuk bergabung dengan komunitas Budhis. Tetapi, saya tidak dapat mengemukakan apa saja fakta-fakta tersebut, karena akan sulit terjangkau oleh nalar umat Budhis. Dari pada menimbulkan pertentangan, lebih baik saya menyimpannya untuk diri saya sendiri. Tapi saya bertekad, jika suatu waktu ada seorang Budhis, seorang umat biasa ataupun Bikhu yang dapat menjelaskan fakta-fakta kebenaran yang tersembunyi dari ajaran Sang Budha, maka pada saat itulah saya akan bergabung dengan komunitas umat Budhis."
Sekiranya Bro Deva19 berkenan, saya sangat mengharapkan Anda untuk semakin aktif berdiskusi atau membuat topik baru seputar hal-hal yang Anda singgung pada komentar di atas. Yah, hitung-hitung untuk membuat bahan diskusi yang menarik di forum ini...
terima kasih bro Upasaka.
saya ragu, tapi saya akan mencoba.
saya tidak mempelajari agama budha sejak 7 tahun lalu. itu tadi saya agak ceroboh menulisnya. sebenarnya saya baru mempelajarinya sejak tahun 2004, secara sekilas-sekilas dengn mendengarkan uraian dhamma di televisi. pada tahun 2005 atau 2006, saya mulai membaca-baca artikel budhis di internet. tahun 2007, saya baru benar-benar tertarik dengan agama budha, dan mulai membeli buku-buku budhis.
adapun sebelum tahun 2004, yaitu sejak saya kecil, saya sudah terbiasa bermeditasi. tidak ada orang yang mengajarkan. tetapi saya seperti terdorong secara insting saja untuk bermeditasi. tangan saya seringkali seperti digerakan oleh suatu energi yang memaksa saya untuk menyatukan kedua telapak tangan (posisi sembah) dan menegakan punggung. waktu itu saya tidak tahu menahu soal budhis atau ajran agama lainnya. pengalaman-pengalaman saya dalam mditasi, melahirkan pemahaman-pemahaman yang menrutu Habib syiah itu merupakan faham agama Budha. jadi, kalau dihitung dari masa ketika saya berbicara ke Habib, itu kira-kira memang ada 7 tahun yang lalu.
kembali ke persoalan diskusi...
saya berpikir, bahwa apa yang kelak akan disampaikan kepada saya, bila saya berdiskusi dengan anda, bisa berasal dari tiga sumber kebenaran.
pertama, dari pengetahuan langsung anda terhadap dhamma
kedua, dari pengetahuan anda terhadap sutta, atau refernsi-referensi
ketiga, dari kesimpulan-kesimpulan anda, yang sang Budha menyebutnya Taka.
betul kan?
saya tidak meragukan kebenaran jenis pertama dan kedua yang akan anda sampaikan. saya jamin, anda pasti benar, setidaknya untuk kedua hal tersebut anda adalah orang yang patut saya percaya.
tetapi, saya meragukan kesimpulan-kesimpulan anda. hal ini tidak berarti anda telah saya saksikan membuat kesimpulan-kesimpulan yang salah tentang dhamma, tetapi karena sikap pesimis saya, mengingat selama ini sangat sulit bagi saya menemukan orang yang membuat kesimpulan-kesimpulan yang tepat.
untuk mencapai tingkat kesucian, pengetahuan yang muncul dari Taka tidaklah penting. bahkan sebagaimana sabda sang Budha dalam sutta kalama, "tidak harus menganggap sesuatu itu sebagai kebenaran hanya karena sesuatu itu benar menurut satu kesimpulan." (maaf kalau redaksinya salah, kira-kira isinya begitu). tetapi kesalahan dalam menyimpulkan sesuatu dapat menimbulkan "ditti" atau pandangan yang salah yang akan menghalangi tercapainya kesucian. betul tidak? oleh karena itulah, saya tidak hanya mencari guru yang suci dan yang menguasai sutta-sutta, tetapi juga mencari guru yang tahu cara menyimpulkan sesuatu dengan tepat.
dalam suatu kebenaran argumentatif, suatu pernyataan tidak dapat dinilai benar dan salahnya hanya karena pernyataan itu berlawanan dengan sutta. sebagaimana "Sang Budha mengajarkan konsep keTuhanan kepada Sariputa". tentu umat awam akan segera membantah pernyataan ini, karena di dalam sutta-sutta tidak pernah diceritakan riwayat sang Budha yang mengajarkan konsep ketuhanan. sebaliknya, sang Budha menolak keberadaan Tuhan. tetapi orang berilmu tidak selayaknya langsung membantah begitu saja hanya karena sesuatu itu dianggap bertentangan dengan keyakinannya atau tidak sesuai sutta, sebelum menyelidki bagaimana penjelasannya.
sungguh senang hati saya mendengar ceramah Bikhu Utomo tentang Tuhan. beliau berkata, kira-kira begini "Tuhan itu tidak ada. tapi kalau terus ditelurusi ketiadaannya, maka menjadi ada". tentu ini berdasarkan kesimpulan beliau.
ada banyak fakta yang akan tampak bertentangan dengan sutta, bila kita menyimpulkan sesuatu. seagaimana "ada tuhan" dan "tidak ada tuhan" yang sangat kontras dan tampak bertentangan. tetapi orang berilmu dapat menjelaskan kebenaran keduanya. seperti halnya "tiada yang kekal" dan "ada yang kekal", keduanya tidak dapat dikatakan bertentangan hanya karena bentuk kalimatnya.
saya belum tahu, bagaimana cara anda menilai persoalan tersebut, sehingga saya belum berani menanyakan persoalan-persoalan yang ingin saya tanyakan.
di sini, saya hidup ditengah-tengah masyarakat muslim. seumur hidup saya belum pernah bertemu dengan seorang yang beragama Budha. tetapi sepertinya saya sudah menjadi seorang Budhis, karena setiap gerak langkah hidup saya dituntun oleh ajaran sang Baghava dan saya menyampaikan ajaran sang Budha kepada siapa saja orang yang dapat saya temui.
seringkali terpikir, suatu saat saya akan hidup ditengah-tengah masyarkat Budhis dan pergi ke vihara bersama. suatu khayalan yang indah bagi saya. tetapi keindahan khayalan ini dirusak dengan fakta bahwa penyimpangan ajaran sang Budha telah terjadi di sana sini, sama saja dengan banyaknya penyimpangan dalam ajaran Islam. mayoritas umat budha, sama saja dengan mayoritas umat Islam, yakini yang tidak memahami sepenuhnya ajaran agmanya. tentu sja memang seharusnya begitu, karena umat adalah manusia-manusia yang tengah belajar. akan tetapi, khayalan indah saya untuk hidup ditengah masyarakat budhis smakin dirusak oleh kemungkinannya diri saya ditolak oleh komunitas budhis itu sendiri, karena sifat pemikiran saya yang kritis, tajam dan berani. saya berpikir, kehidupan akan menjadi buruk, karna saya akan melontarkan pemikiran-pemikiran yang tidak disukai oleh mayoritas umat budhis bahkan akan dipersalahkan oleh para bikhu.
di sini, di dalam meditasi, semua pemikiran sperti itu berhenti. tidak ada lagi pemikiran ini dan itu, tidak ada kontradiksi dan pertentangan. kebahagiaanpun berkembang. dan serasa saya menjadi matahari yang bersinar. dan disitu, saya menemukan bukti kebenaran ajaran sang Budha. tapi sayang, saya masih di sini dengan status muslim.
di sini, ketika saya bermeditasi, ketika kesadaran bekerja dan pemikiran berhenti, saya tidak memerlukan lagi tuntunan apapun menuju kebenaran, tidak perlu diberi tahu lagi bagaimana cara menenangkan diri dan mencapai kesucian. ini bukan berarti saya sudah merasa cukup pandai, tetapi maksud saya pencerahan yang saya peroleh dalam meditasi cukuplah bagi saya untuk memberi sya suatu keteguhan bahwa agama Budha adalah agama yang benar. tetapi, saya membutuhkan tuntutan berpikir, ketika pikiran saya berpikir. karena keraguan, kegelisahan, dan kebingungan hanya muncul ketika saya berpikir. tetapi semua bentuk-bentuk mental negatif itu dapatlah saya atasi sendiri, tetapi kesimpulan yang benar tidak akan dpat saya simpan sndiri. saya harus mengemukakannya untuk mengetahui siapa yang membnarkan atau siapa yang menyalahkannya dengan cara yang tepat. maka bukan lagi agama Budha yang akan saya ikuti, tapi dia itulah orangnya yang akan saya ikuti yang saya ingin skali belajar kepadanya.
kini anda akan tahu, siapa saya.
kesimpulan saya adalah :
- ahimsa bukanlah ajaran sang Budha, tapi ajaran Mahatma Gandhi
- vegetarianism bukan ajaran sang Budha, tapi ajaran Devadata
- nibbana adalah tuhan yang maha esa
- menikah atau sex tidaklah mengahalangi seseorang dari pencapaian kesucian
- setiap zaman selalu ada Budha atau penerus kebudhaan
- sariputa adalah penerus kebudhaan stelah wafatnya sang Budha
dan masih banyak lagi.
satu saja dari persoalan tersebut akan sangat penjang, bila didiskusikan. tetapi, orang berilmu tentu dapat menyelesaikannya, cepat ataupun lambat.
saya tidak yakin, anda akan mau mendikusikannya dengan saya.