//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Ulambana ,apa manfaatnya ?  (Read 13202 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Ulambana ,apa manfaatnya ?
« on: 02 September 2009, 10:38:32 PM »


Bagi yang pernah dengar cerita Yang Arya Mougallana , pasti mengerti kenapa adanya Upacara Ulambana, Ulambana adalah upacara untuk membantu para makhluk yang berada di tiga alam samsara (binatang, Preta dan Neraka).
Upacara Ulambana dilakukan pada bulan 7 lunar kalender sesuai dengan saat Yang Arya Mougallana bertanya kepada Hyang Buddha bagaimana menolong ibundanya agar keluar dari neraka Aviji, karena pada waktu itu masa vassa para anggota sangha sehingga Hyang Buddha menganjurkan kepada Y.A Mougallana untuk memohon bantuan kepada 500 Arhat yang pada saat itu sedang menjalankan Vassa untuk membaca kitab suci dan memberikan pelimpahan jasa kepada ibundanya dan kewajiban Y.A.Mougallana adalah memenuhi kebutuhan para Arhat selama Vassa dan ternyata setelah masa akhir Vassa ibundanya keluar dan terbebas dari siksaan neraka aviji.
Mahayana melakukannya bulan 7 lunar kalender karena tgl 15 (Cap Go) selesai Vassa (Vassa dimulai setelah waisak bulan 4 lunar kalender dan selesainya bulan 7 ) karena itu Khatinapun dilakukan saat bulan 7 lunar kalender dan ada juga vihara Mahayana yang melakukan Khatina pada bulan November .
Saat melakukan upacara Ulambana biasanya dipimpin oleh para anggota Sangha, dimana sebelum upacara Ulambana beberapa hari dimuka para anggota Sangha sudah mulai membacakan ayat2 suci bisa Ti Cang Cing, Che Pei San Mei Suei Chan atau Liang Huang Pau Chan dan biasanya mengajak umat untuk ikut agar para umat juga bisa melakukan pelimpahan jasa kepada para leluhurnya atau para makhluk yang berada dialam samsara.
Kenapa bulan 7 lunar kalender selalu dikatakan bulan setan ?
Sebenarnya ini pandangan salah, seharusnya bulan 7 lunar kalender mengingatkan kembali kepada diri kita masing masing, sudahkah kita membalas budi kepada orang yang telah melahirkan, mendidik dan membesarkan kita, yaitu para orang tua kita, kalau orang tua kita masih ada ingatkan kita untuk bisa berbakti, merawat dan memberikan kebahagiaan serta mengajak orang tua kita mengenal dan belajar Buddha Dharma agar setelah meninggal tahu mau kemana . dan kalau orang tua kita sudah tidak ada kita juga masih perlu mengingat budi beliau dengan membaca ayat2 suci dan memberikan pelimpahan jasa semoga berkurang penderitaannya, atau ikut upacara Ulambana di vihara yang dipimpin para angogta Sangha sehingga kita mempunyai kesempatan untuk berdana.


Di dalam upacara Ulambana ada 3 manfaat yang diperoleh :
1. ingat membalas budi kepada orang tua dan leluhur yang sudah meninggal dunia dan para makhluk yang berada di 3 alam samsara ;
2. ingat membalas budi kepada orang tua yang masih ada (jangan berdana kepada orang lain bisa tapi orang tua sendiri mengambil berasnya dari pembagian beras cioko di vihara, ironis bukan !) ;
3. berdana ke vihara , kepada para anggota Sangha (Khantina), dan juga memberikan dana beras, mie, dll kepada orang orang yang tidak mampu ;

Apakah pelimpahan jasa untuk orang tua dan leluhur hanya dibulan 7 lunar kalender saja ?
Kapan saja boleh, terutama saat orang tua meninggal sampai 49 hari dihitung dari hari meninggalnya, kita sebagai anak patut berbuat kebajikan untuk memberikan pelimpahan jasa dengan :
1. tidak mengambil makanan dari hasil pembunuhan (vegetarian) ;
2. setiap malam membaca ayat2 suci ;
3. tidak ribut dan memperebutkan harta peninggalan ;
4. banyak berbuat kebajikan atas nama almarhum atau almarhuma;

kalau ada yang bertanya perlu tidak kita ikut sembahyang Ulambana pada hal orang tua atau para leluhur kita sudah lama meninggal mungkin saja mereka sudah tumimbal lahir lagi , nah ini bagaimana kita menyikapinya , jawabannya “balas budi” dan “ berdana” , ini harus dijalankan dengan penuh keyakinan(Sraddha), tulus dan iklas baru ada manfaatnya, kalau anda merasakan sepertinya tidak perlu ya jangan ikut upacara ini.

Ada lagi yang bertanya “sampai dan keterima pelimpahan jasa kita ? tergantung diri sendiri kalau anda rasa sampai dan keterima ya pasti sampai dan keterima,
Ada lagi yang bertanya sebenarnya sampai kapan sih kita harus sembahyang ke rumah Abu atau mengikuti upacara2 seperti ini, jawabannya mudah saja sampai anda meninggal dilanjuti oleh anak anda dan seterusnya, berbuat baik kan tidak ada putusnya, tapi tidak heran rasa bakti sekarang ini sudah hampir tidak ada, jadi siap2 saja kalau sekarang anda tidak pernah berbuat baik dan tidak tahu membalas budi, suatu hari nanti anda diperlakukan begitu ya harus terima karena anda tidak pernah memberikan contoh yang baik kepada anak cucu anda.

Sumber : Facebook Catatan Bhiksuni Virya Guna   _/\_
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Ulambana ,apa manfaatnya ?
« Reply #1 on: 02 September 2009, 11:00:13 PM »
banyak cerita tentang pelimpahan jasa dalam petavatthu kek na.
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: Ulambana ,apa manfaatnya ?
« Reply #2 on: 02 September 2009, 11:10:06 PM »
Kisah pelimpahan jasa .....
gw hanya pernah baca di kisah Raja Bimbisara, tetapi belum pernah ketemu di sutta2 kisah Yang Arya Mougallana .....

Kisah Yang Arya Mougallana ini ada di sutta Mahayana?
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Ulambana ,apa manfaatnya ?
« Reply #3 on: 24 September 2009, 07:27:26 AM »
ini kisah YA Mougalana atau YA Moggalana?? sy pernah membaca cerita yg mirip seperti ini, yaitu murid Sang Buddha YA Moggalana menolong ibunya. Tp setau saya ibunya pada saat itu terlahir di alam setan kelaparan (Petavatthu).

Lalu menurut saya (mohon koreksinya bila salah), makhluk peta tersebut bisa terlahir di alam yang lebih baik bila mereka turut berbahagia melihat kebajikan yang kita lakukan (ini juga salah satu perbuatan bajik). Pikiran berbahagia dan bajik inilah yang membuat mereka dapat terlahir di alam yang lebih baik. Sedangkan makhluk di alam neraka, karena tersiksa terus menerus, mereka tidak melihat kebajikan yang kita lakukan, dan akhirnya tidak memiliki kesempatan seperti makhluk peta. Jadi, ibu dari YA Moggalana seharusnya pada saat itu bukan di Neraka Avicci melainkan di Alam Peta.


Kisah pelimpahan jasa .....
gw hanya pernah baca di kisah Raja Bimbisara, tetapi belum pernah ketemu di sutta2 kisah Yang Arya Mougallana .....

Kisah Yang Arya Mougallana ini ada di sutta Mahayana?

Kalo di e-book ini, katanya kisah ini ada di Kanon China dan tidak ditemukan dalam kanon Pali atau Tibet  (liat mulai halaman 37), bener gak ya??
http://dhammacitta.org/pustaka/ebook/dharma-prabha/dharma-prabha-46.pdf
« Last Edit: 24 September 2009, 07:36:20 AM by Melia Yansil »

Offline GandalfTheElder

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Ulambana ,apa manfaatnya ?
« Reply #4 on: 07 October 2009, 06:56:05 PM »
Di dalam Petavatthu, setahu saya bukan Ibu Maha-Moggallana yang terjatuh ke alam setan kelaparan, tetapi ibu dari Sariputta Thera yang ceritanya tercantum dalam  "Sariputtattheramatupetivatthuvannana" (Pv II.2). Sariputta bersama-sama dengan Maha-Moggallana mengumpulkan dana makanan dan melalukan pelimpahan jasa pada ibunya itu yang kemuian terlahir di alam Devaloka.

Ullambana Sutra sendiri sebenarnya tidaklah murni Sutra Mahayana. Asal usulnya dapat ditelusuri dalam Divyavadana (abad 2 M) dari aliran Sarvastivada yaitu Purna-Avadana (yang masih ada naskah Sansekertanya sampai sekarang), di mana Maha-Maudgalyayana (Moggallana) hendak mengetahui di manakah ibunya terlahir? Beliau menemukan ibunya terlahir di alam bahagia Maricika disebabkan oleh kebajikan dari Maudgalyayana. Sang ibu terbebas dari alam-alam rendah dikarenakan oleh kekuatan spiritual dari anaknya.

Ullambana-patra Sutra diterjemahkan dari bahasa Sansekerta ke dalam bahasa Tionghoa oleh Dharmaraksha (266-313 M). Peneliti Ogawa Kanichi mengatakan bahwa sutra Ullambana ini berasal dari aliran Dharmaguptaka.

Beberapa peneliti mengatakan bahwa penanggalan Ullambana Sutra adalah karena pengaruh Tiongkok, tapi ini tidak 100% benar karena tetap saja ada pengaruh dari India dalam penentuan tanggal 15 bulan 7 itu. Keterkaitan dengan India ini ada hubungannya dengan masa varsa (vassa) [ancu] para bhiksu dan hari akhir varsa yang dikenal sebagai pravarana (pavarana) [zizi] dan mendapatkan dana jubah baru (kathina) [ciazhina].

Menurut catatan Faxian yang pergi ke India, dalam Gaoseng Faxian zhuan, disebutkan bahwa ada kelompok para bhiksu yang memulai masa varsa pada bulan keempat atau kelima atau keenam atau bahkan keduabelas. Nah maka dari itu karena masa varsa ada yang dimulai pada bulan keempat, maka apabila dihitung selama 3 bulan, jatuhnya pada bulan ketujuh.

Lalu kenapa tanggal 15? Mahayana Brahmajala Sutra menyebutkan masa varsa selama tiga bulan ini diawali pada pertengahan bulan yaitu tanggal 15, yang di India juga dikenal sebagai tanggal posadha / upavasa.

Jadi makna Ullambana yang sebenarnya bukanlah "Hungry Ghost Festival" tetapi "Kathina Dana" yang kemudian dilimpahkan jasanya pada para leluhur dan hantu kelaparan.

Makna yang ada dalam Petavatthu dan Ullambana Sutra adalah sama, yaitu berdana bagi anggota Sangha dan jasa kebajikan dari dana tersebut dilimpahkan pada makhluk-makhluk alam preta. Adalah sungguh baik apabila Yulanpen dilakukan seperti ini, bukan dengan bakar-bakar kertas atu duit2an neraka.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.