PROSES KEMATIAN
By Selamat Rodjali
Ini hasil ringkasan:
Kematian ini adalah terhentinya proses fungsi tertentu, fungsi lain muncul
jadi kematian itu tidak berhenti sampai disitu tetapi berlanjut dengan
fungsi yang lain dari mahluk itu yaitu fungsi lahir.
Fungsi kesadaran ada 14 fungsi, dua diantara fungsi itu adalah fungsi
sebagai akhir dari proses saat itu/cuti citta dan satu fungsi lagi adalah
fungsi patisandhi atau fungsi kelahiran.
Marana sanna vithi nanti akan berperan, ada hal-hal tertentu yang dialami
oleh mahluk yang menjelang mati ini, saat itu ada 'bioskop kehidupan' ada
tidaknya perbuatan/dorongan sangat berat yang kita lakukan.
Ada 3 hal yang dialami menjelang kematian yaitu :
1. Perbuatan; objek pikiran saat itu mengalami apa yang kita pernah
perbuat, ada perbuatan yang sangat berat yang berkesan sangat buruk yaitu
membunuh ayah-ibu, membunuh Arahat, melukai Buddha, memecah belah Sangha,
kalau kita pernah melakukan hal itu maka akan terbayang perbuatan tersebut,
perbuatan itu tampak dalam batin yang akan menentukan kemana kita lahir,
jika objek berat garuka kamma yang tampak maka kita akan lahir di alam
niraya/avici, demikian juga yang lain ia juga akan nampak misal kita
melakukan meditasi sudah mencapai jana itu akan nampak objek yang begitu
kuat maka kita akan lahir di alam brama, kalau tidak ada perbuatan yang
sangat berat seperti itu maka ada perbuatan lain yang bisa terjadi yaitu;
2. Perbuatan menjelang mati misal; ada yang baca paritta, ada yang
marah-marah, ada yang sedih dan lain-lain jika kamma menjelang ajal tidak
ada maka ada;
3. Perbuatan yang menjadi kebiasaan akan nampak misal; biasa berdana,
biasa membunuh atau lainnya, kebiasaan yang baik menjelang kematian bisa
timbul ketenangan, sebaliknya kebisaan buruk misal membunuh akan menimbulkan
satu kegelisahan.
Apabila point 1, 2, 3 tidak ada maka kamma yang sewaktu-waktu pernah kita
lakukan itu akan nampak karena kondisinya tepat artinya setiap perbuatan
kita yang sekecil apapun berpotensi menyebabkan/ mempengaruhi kelahiran
sehingga lahir di tempat tertentu yang lebih baik atau lebih buruk.
Jadi proses kematian itu urutannya yang berat dahulu, kalau menjelang mati
tenang-tenang saja maka kebiasaan bisa muncul, jika tidak ada semua maka
sesuatu yang pernah dilakukan entah dalam kehidupan ini atau kehidupan
lampau sewaktu-waktu bisa muncul dan disitulah terjadi tenang atau tidak
tenang dari proses pikiran menjelang mati, pada saat fungsi mati dorongan
tadi masih ada kekuatannya, fungsi lahir yang disertai janaka kamma menjadi
kekuatan lahir.
Kalau tidak ada perbuatan yang terbayang bisa muncul symbol dari perbuatan,
bisa juga objeknya adalah symbol dari perbuatan misal berdana jubah
simbolnya jubah, vihara, rupang Buddha dan symbol-simbol yang lainnya.
Hal-hal yang tidak terjangkau dalam kehidupan sehari-hari bisa muncul karena
kekuatan-kekuatan itu sendiri, jadi naralnya kalau melihat/membayangka n hal
yang menyenangkan/ baik timbul satu ketenangan, bila batin tenang saat itu
kemudian fungsi mati terjadi maka tumimbal lahir kekuatannya bagus, jadi
dalam hal ini kita mati tidak ditentukan oleh satu mahluk adi kodrati
tertentu.
Proses mati selesai ada kelajutannya yaitu tuminbal lahir karena ada
kekuatan tadi, kesadaran tuminbal lahir tidak hanya 2 macam surga dan neraka
tetapi ada 19 jenis kesadaran plus satu, sehingga dari 19 jenis kesadaran
mampu menjadikan mahluk yang tuminbal lahir tersebar di salah satu dari 30
alam kehidupan + satu (patisandhi rupa), jadi mahluk dapat lahir di 31 alam
kehidupan mulai dari neraka, alam setan, alam binatang, alam manusia, alam
deva, alam brama. Dari 19 jenis kesadaran plus satu adalah merupakan hasil
dari proses mati tadi, mau lahir kemana kita bisa merencanakannya, kalau
patisandhi ingin ini pikirannya harus seperti apa? Kalau pikiran sepertii
ini maka perbuatannya harus bagaimana? tetapi semua perencanaan itu tidak
akan terjadi kalau tidak dijalankan.
Umumnya naral kita tidak dipakai sehingga banyak orang tidak belajar atau
memang karena Kitab Suci Agama Buddha belum diterjemahkan semua sehingga
belum memasyarakat artinya banyak yang percaya membuta, begitu dikisik-kisik
banyak yang pindah agama pada agama yang tidak pakai naral yang jawabannya
percaya atau tidak.
Umat Buddha itu sebenarnya paling bahagia, karena ajarannya naral bukan
sekedar mendengar dan melihat saja jika sebatas itu maka akan timbul
keraguan apakah itu benar atau tidak, kalau tidak pakai naral asal percaya
justru itu lebih mudah mengajarnya, tapi apakah kita mau seperti itu asal
percaya saja.
Kalau misalnya masa depan kita ke surga atau neraka di tentukan oleh mahluk
tertentu entah itu maha kuasa, maha brama, deva agung atau 'Tuhan
berperson', maka perbuatan kita saat ini untuk apa, tidak ada gunanya kita
berbuat baik kalau keputusan ada di tangan 'x'.
Sesungguhnya proses kammalah yang menentukan kemana kita lahir, proses kamma
adalah hukum universal/berlaku umum, mirip dengan api; api itu menimbulkan
cahaya dan sifatnya membakar, kalau kena bakar tidak perduli orang percaya
panas atau tidak, tidak peduli orang itu beragama atau tidak
Bagaimana orang yang mati mendadak, apakah ia menyadari kematiannya?
Proses menjelang mati itu pasti terjadi walaupun sebelumnya ia kaget atau
koma, tetapi ia tetap melalui marana sanna vithi (15 saat kesadaran)
kesadaran ini kecepatannya 1/10 pangkat 27, jadi begitu ketabrak mobil/koma
kecepatan kesadaran pasti terjadi, kaget saja satu kamma/action jadi
kecepatan kesadaran jauh lebih cepat dari kecepatan cahaya, tidak heran
kalau mati di bumi, lahir diplanet lain.