//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Siapakah Guru?  (Read 9707 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Siapakah Guru?
« on: 07 December 2007, 12:27:58 AM »
saya baru sempat membaca artikel dari majalah Dharma Prabha edisi ke-47 dan tertarik dengan ulasan seorang penulis, Joly, yang mengangkat topik ini dalam pembahasannya di majalah itu. Mungkin beberapa dari kita yang belum sempat membacanya, sehingga saya bermaksud men-sharing hal ini kepada anggota forum DC.

bagi yang ingin mendowload versi aslinya, silahkan klik di bawah ini:
http://www.dhammacitta.org/category/perpustakaan/ebook/dharma-prabha

Semoga bermanfaat bagi semua makhluk!
 _/\_


By : Zen
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Siapakah Guru?
« Reply #1 on: 07 December 2007, 12:31:45 AM »
Siapakah Guru?

“…Matapitaro pubbacariyati vuccare”
(Orang tua disebut sebagai guru yang pertama)
Sabrahmaka Sutta, Anguttara Nikaya.

Sekilas mendengar kata “guru”, sosok seperti apakah yang terbayang dalam pikiran kita? Tentu bisa bermacam-macam. Tulisan ini membagi definisi guru menjadi dua bagian besar, yaitu secara sempit dan secara luas. Secara sempit, guru dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu guru dalam lingkup pendidikan formal (dari Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi) dan guru spiritual. Secara luas, guru adalah apa dan siapa saja yang mana kita dapat menarik pelajaran darinya. Marilah kita lihat sekilas definisi ideal dari masing-masing kategori tersebut.

Untuk kategori guru dalam lingkup pendidikan formal, gambaran guru yang ideal dilukiskan oleh Earl V. Pullias melalui bukunya yang berjudul Guru sebagai Makhluk Serba bisa. Sebagai makhluk serba bisa, maka seorang guru adalah seorang pembimbing guru itu sendiri, moderator, modernisator, pemberi teladan, peneliti, penasihat, pencipta, penguasa, pemberi inspirasi, pelaku pekerjaan rutin, seorang pembaru, dan juru cerita sekaligus merangkap pelaku (Darmaningtyas:2005).

Berkaitan dengan guru spiritual, dalam bahasa Sanskerta, istilah “guru” mempunyai arti yang sangat mendalam dan luas. Salah satu makna yang banyak dipakai adalah: the dispeller of darkness within us (orang yang membantu melenyapkan kegelapan yang ada dalam diri kita). Guru seperti ini, dalam bahasa Inggris sering diterjemahkan menjadi spiritual preceptor. Kata spiritual di sini lebih dimaksudkan sebagai suatu pendekatan (approach) yang digunakan dalam menghilangkan “kegelapan” tadi (Sudhamek:2004).

Dalam arti yang lebih luas, guru bisa jadi apa dan siapa saja yang dari mereka kita merasa dapat menarik pelajaran. Guru dalam artian luas ini bisa jadi siapa saja, baik orang tua, teman, saudara, musuh, orang asing, dsb, termasuk juga diri sendiri. Bisa pula dalam bentuk peristiwa-peristiwa ataupun kejadian-kejadian yang mengajarkan sesuatu pada kita. Dalam konteks inilah berlaku perkataan “Pengalaman adalah guru yang terbaik.”
   
Pelajaran dan pengalaman itu dapat berkaitan dengan bidang apa saja, bisa menyenangkan bisa pula tidak, selama orang ataupun hal tersebut laksana seorang guru yang sedang mengajarkan sesuatu pada kita, murid-muridnya.
« Last Edit: 07 December 2007, 12:37:04 AM by Hikoza83 »
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Siapakah Guru?
« Reply #2 on: 07 December 2007, 12:34:20 AM »
Empat Dhamma yang Menunjang Perkembangan (Cattari Vuddhiyani)

Ada empat metode untuk mempraktekkan dhamma demi perkembangan diri sendiri. Keempat dhamma yang diajarkan oleh Sang Buddha ini merupakan dhamma dasar yang bersifat universal dalam membangun perkembangan di semua bidang, tergantung dari keinginan si pelaksana serta watak dan bakatnya, misalnya dapat berkembang menjadi rohaniwan, guru, murid, pejabat, dsb.
Keempat dhamma yang menunjang tersebut adalah:
1. Sappurisasamseva
Bergaul dengan orang-orang bijaksana, mulia dan terpuji dalam perbuatan, ucapan, maupun pikiran.
2. Saddhammassavana
Mendengarkan ajaran-ajaran dari orang bijaksana.
3. Yonisomanasikara
Merenungkan dan menganalisa untuk mengetahui dan mengerti mengenai hal yang baik dan yang buruk.
4. Dhammanudhammapatipatti
Mempraktekkan Dhamma sesuai dengan Dhamma yang telah diselidiki dan dimengerti.

Hubungan di antara kelompok Dhamma di atas secara keseluruhan dapat disimpulkan sebagai suatu keadaan yang berguru, di mana seorang siswa berguru kepada seorang guru.
« Last Edit: 07 December 2007, 12:38:49 AM by Hikoza83 »
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Siapakah Guru?
« Reply #3 on: 07 December 2007, 12:39:55 AM »
Keadaan di atas dapat dibagi menjadi 4 tahapan, yaitu:

Tahap ke-1: Carilah guru yang baik
Dalam pencarian guru yang baik (Sattapurisa/Sappurisa) Sang Buddha menegaskan agar kita berhati-hati, karena ada bermacam-macam jenis guru, misalnya:
- ada guru yang betul-betul berilmu
- ada guru yang mengajarkan Samma-Ajiva (mata pencaharian benar)
- ada guru yang mengajarkan Miccha-Ajiva (mata pencaharian yang tidak benar)
- ada guru yang mengajarkan hal-hal yang jahat
- ada guru yang mengajarkan hal-hal yang baik

Tahap ke-2: Mendengarkan ajaran guru tersebut
Tahap ini masih berhubungan dengan tahap yang pertama, yaitu setelah bergaul dengan guru yang baik, mendengarkan ajaran-ajaran, nasehat-nasehat, wejangan-wejangan yang beliau sampaikan dengan hormat.
Pengertian dengan hormat berarti mendengarkan dengan penuh perhatian, selalu ingat, hormat dan
sopan terhadap pengajar dan juga terhadap ajarannya. Jika semuanya ini tidak kita lakukan maka pergaulan kita dengan guru selama ini tidak mendatangkan manfaat.

Tahap ke-3: Merenungkan ajaran guru tersebut
Tahap ketiga ini berkaitan dengan pengolahan di dalam hati. Setelah mendengarkan ajaran, wejangan, nasihat beliau dengan hormat, maka untuk selanjutnya direnungkan, dianalisa dengan teliti dan bijaksana. Penganalisaan dan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: apakah semua hal itu sesuai dengan Dhamma/kebenaran? Apakah semua hal itu bermanfaat bagi diri sendiri? Apakah semua hal itu sesuai dengan status dan kemampuan diri sendiri? Di dalam bidang keagamaan, kegunaan penganalisaan ini sangatlah perlu.

Tahap ke-4: Berusaha melaksanakan ajaran guru tersebut
Tahap yang keempat adalah mempraktekkan Dhamma yang sesuai dengan Dhamma yang telah diselidiki dan dimengerti. Setelah kita menganalisa/ merenungkan Dhamma pertama hingga yang ketiga secara bertahap maka untuk selanjutnya patut menyesuaikan, mengendalikan, melaksanakan, mempraktekkan Dhamma yang sesuai dengan diri kita sendiri.
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Siapakah Guru?
« Reply #4 on: 07 December 2007, 12:42:46 AM »
Tiga Cara Sang Buddha Mengajar

Berbicara tentang sosok guru, kiranya kita memiliki panutan sempurna yaitu Guru Agung junjungan kita, Buddha Gautama. Pekerjaan mulia Beliau adalah mengajar dan membimbing semua makhluk khususnya manusia untuk menjalankan dhamma yang akan membuat kita semua memperoleh kebahagiaan dan mencapai pembebasan sejati. Dalam Dhamma Vibhaga (Penggolongan Dhamma) bagian Tika (kelompok tiga), disebutkan tiga cara Sang Buddha mengajar, yaitu:

1. Beliau mengajar agar mereka yang mendengar dapat mengetahui secara mendalam dan mengerti dengan benar apa yang pantas untuk diketahui dan dimengerti.
Dalam banyak kesempatan Sang Buddha sering menekankan bahwa Beliau hanya mengajarkan Dhamma kepada mereka yang dapat menerima Dhamma-Nya tersebut. Beliau mengajarkan Dhamma bukan dengan tujuan supaya mereka yang mendengar akan mengetahui pengetahuan-Nya yang luas dan kebijaksanaan-Nya yang tinggi, akan tetapi semata-mata dengan tujuan agar mereka yang mendengar akan dapat mengerti dengan benar. Beliau juga tidak akan mengajarkan Dhamma-Nya apabila dirasa waktunya masih belum tepat.
Sekarang yang menjadi pertanyaan kita, mengapa Dhamma itu patut untuk diketahui dan dimengerti. Satu-satunya jawaban yang tepat ialah karena Dhamma itu akan membawa banyak manfaat dan keuntungan bagi mereka yang melaksanakannya. Jelasnya Sang Buddha tidak akan mengajarkan sesuatu yang tidak dapat membawa keuntungan, walaupun hal itu merupakan suatu kebenaran.

2. Beliau mengajar dengan menggunakan contoh-contoh, sehingga mereka yang mendengar dapat merenungkan dan melihat (Dhamma) dengan benar (bagi diri mereka sendiri).
Beliau mengajarkan dengan menggunakan alasan-alasan, sehingga mereka yang mendengar akan dapat mengerti dan memahami Dhamma dengan benar. Jadi, semua ajaran-ajaran Sang Buddha adalah suatu kebenaran yang mutlak, bukanlah sesuatu hal yang masih diragukan atau masih samar-samar pengertiannya. Semuanya itu merupakan suatu kenyataan umum yang telah dialami oleh semua makhluk hidup. Juga bukan sesuatu hal yang dibuat-buat atau diada-adakan sendiri, akan tetapi memang telah ada. Dalam suatu kesempatan, Sang Buddha pernah bersabda: “Oh para Bhikkhu, apakah Tathagata muncul atau tidak, Dhamma tetap ada. Ini merupakan Hukum Abadi.”

3. Beliau mengajar dengan suatu cara yang luar biasa, sehingga mereka yang mengikuti dan melaksanakan Sang Jalan (Dhamma) itu dapat memperoleh faedah-faedah (keuntungan) sesuai dengan praktek mereka.
Beliau mengajarkan Dhamma dengan menggunakan suatu cara yang luar biasa, sehingga mereka yang melaksanakan akan memperoleh manfaat dan keuntungan sesuai dengan praktek mereka. Semua ajaran Sang Buddha akan menghasilkan manfaat. Besar kecilnya manfaat tersebut tergantung sepenuhnya pada usaha yang telah dilakukan (A.I. 276; M. II.9.)
« Last Edit: 08 December 2007, 02:04:37 AM by Hikoza83 »
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Siapakah Guru?
« Reply #5 on: 07 December 2007, 12:44:10 AM »
Mengajar adalah Belajar

Setelah melewati tahap berguru dan melihat sekilas cara Sang Buddha mengajar, kita sampai pada pemahaman bahwa setiap orang itu sesungguhnya adalah guru bagi dirinya masing-masing, bahwasanya mengajar adalah belajar (teaching is learning). Artinya, pada saat kita mengajar sesungguhnya kita juga sekaligus belajar. Proses belajar itu terjadi dalam dua bentuk, yaitu:
1. Kalau akan mengajar (teaching), kita tentu akan melakukan persiapan dengan mempelajari (learning) segala bahan tentang topik yang akan kita ajarkan tersebut.
2. Pada waktu kita sedang menjelaskan atau berbicara dalam suatu proses belajar mengajar, diri kita sesungguhnya juga semakin mengalami proses pendalaman tentang apa yang sedang kita ajarkan tersebut.

Dalam artian ini, proses intra-selfteaching umumnya akan melampaui tahapan kognitif semata-mata. Proses itu sudah menyentuh tahap lanjutan, yaitu efektif atau bahkan psikomotorik, sehingga proses transformasi pada diri seseorang akan sangat mungkin terjadi pada tahapan ini. Ini bisa terjadi karena dengan penuh konsentrasi kita mendengar sendiri apa yang kita ucapkan. Hal ini bisa terjadi karena sesungguhnya dalam diri kita sendiri itu juga ada “seorang guru” (Sudhamek, 2004:357).

Bertemu dengan seorang guru yang baik adalah sangat susah sekali. Oleh sebab itu, apabila kita berkesempatan untuk bertemu jangan mensia-siakan kesempatan berguru. Di samping itu, kita juga tidak boleh melupakan jasa guru-guru kita, mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi. Apabila kita merasakan manfaat dari apa yang telah kita pelajari, jangan ragu untuk membagikannya kepada orang lain dengan mengajar.[Joly]

Sumber : Dharma Prabha, Edisi 47, November 2007
http://www.dhammacitta.org/category/perpustakaan/ebook/dharma-prabha
« Last Edit: 11 December 2007, 10:57:32 AM by Hikoza83 »
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]