Penciptaan Alam Semesta Menurut Vijjā Dhammakāya
Pengetahuan tentang Asal Mula adalah sebuah subjek yang dibahas oleh Buddha di dalam Aggaññasutta (Dīgha Nikāya). Namun, cerita Buddha, yang menceritakan bagaimana makhluk-makhluk yang cemerlang kehilangan wujud kehidupan mereka yang menyenangkan dan lahir menjadi manusia disebabkan oleh keserakahan dan kekerasan, jelas merupakan sebuah alegori. Buddhisme tidak memiliki mitos tentang Sebab Awal sebagaimana diuraikan di dalam Alkitab atau Ṛgveda.
Apa yang oleh Wat Phra Dhammakāya disebut “Refined Dharma” ("Dharma yang Halus") adalah berbagai dongeng dan anekdot. Mereka meliputi beberapa topik: mukjizat Phra Monkhol-thep-muni; kisah Kejadian (yakni bagaimana terciptanya saṃsāra dan Pertempuran Kosmik dari Dhammakāya); sifat-sifat dari para Dhammakāya Kegelapan, para Māra; Pertempuran Kosmik antara Cahaya dan Kegelapan; pembentukan Bala Tentara Dharma; apa yang dilihatnya dengan Dhammakāya-nya di dalam meditasinya; hukuman berat yang akan diterima oleh mereka yang meninggalkan wat atau yang dikeluarkan oleh wat di dalam kehidupan-kehidupan yang akan datang mereka; jumlah jasa yang diterima dengan mengabdi kepadanya atau dengan menjadi tentara di dalam Bala Tentara Dharma; identitas dirinya yang sejati; Machee Chan dan Phra Monkhol-thep-muni, pendiri Vijjā Dhammakāya, dsb.
Murid-murid yang mendengarkan tentu saja bersukacita dan bangga bahwa mereka adalah kaum terpilih. Mereka bersedia mengabdi kepadanya sebagai tentara di dalam Bala Tentara Cahaya Kosmik yang penuh kebajikan. Tentu saja banyak yang bersedia mengorbankan segala sesuatu, termasuk hidup mereka, untuk memenuhi keinginan Phra Dhammajayo.
Dalam dua kesempatan, pada 1979 dan 1980, Phra Dhammajayo, Kepala Vihara Wat Phra Dhammakāya, menceritakan kepada saya dalam pertemuan pribadi dongeng tentang awal mula dari saṃsāra. Dalam kesempatan pertama, itu adalah kisah yang diceritakan kembali oleh seorang bhikkhu senior yang sebagai samanera muda mendengarnya langsung dari mulut Phra Monkhol-thep-muni yang bercerita sambil berjalan hilir mudik di wat pada suatu malam.10 Dalam kesempatan kedua, kisah itu berbentuk naskah tertulis dari Kepala Vihara, yang mengizinkan saya membacanya pada 17 Mei, sebagai hadiah ulang tahun saya. Kisah itu sebagai berikut:
Pada awalnya tidak ada apa-apa, yang ada hanyalah kekosongan sempurna. Tiba-tiba, sebuah Dhammakāya yang sangat besar dan menyilaukan, yang belakangan disebut Phra Ton-thād, muncul. Itu adalah entitas pertama dan terkemuka yang muncul sebelum segala sesuatu; kecemerlangannya lebih kuat daripada apa pun yang pernah dan yang akan ada. Hampir seketika itu juga, sebuah Dhammakāya lain muncul, yang sama bentuk dan ukurannya, tetapi dengan kegelapan sempurna. Ia lebih gelap dari kegelapan apa pun yang pernah dan yang akan ada. Hampir seketika itu juga, muncul sebuah Dhammakāya lain, dengan bentuk dan ukuran yang sama tetapi berwarna timah yang tergosok. Ketiga Dhammakāya itu merupakan Asal Mula Awal dari segala sesuatu yang pernah dan yang akan ada. Lalu masing-masing dari ketiganya menggandakan dirinya untuk mengalahkan yang lainnnya, tetapi tidak ada pihak yang dapat mengalahkan selebihnya. Mereka yang memiliki kesadaran yang lebih halus dapat memusnahkan mereka yang kesadarannya kurang halus. Itu adalah awal dari Perang Kosmik.
Nibbāna diciptakan oleh Cahaya sebagai alam tempat istirahat, diikuti dengan penciptaan alam-alam surga, dan terakhir alam-alam duniawi. Generasi pertama dari nenek moyang manusia diciptakan. Tubuh mereka halus dan tanpa jenis kelamin, dan tugas mereka adalah masuk ke dalam tingkat kesadaran terdalam dan memusnahkan para Dhammakāya Kegelapan. Pada mulanya strategi ini berjalan baik, tetapi belakangan diketahui mempunyai sebuah kelemahan. Makhluk-makhluk manusia dari langit ini mudah sekali dihancurkan oleh Kekuatan Kegelapan. Maka dikembangkankah strategi lain: sebuah generasi baru manusia. Mereka didesain memiliki tubuh yang terdiri dari unsur-unsur kasar. Mereka dilahirkan dari rahim dan memperbanyak diri melalui hubungan seksual. Untuk mencapai ini, dua Dhammakāya berinkarnasi dari nibbāna dan mengambil tubuh daging sebagai laki-laki dan perempuan. Mereka bersanggama dan melahirkan anggota-anggota pertama dari ras manusia. Setelah selesai dengan tugas mereka, kedua Dhammakāya itu mengatasi alam material dan kembali ke nibbāna lagi.
Strategi baru ini juga berjalan baik pada mulanya, tetapi belakangan ternyata juga mempunyai kelemahan. Karena tubuh mereka terdiri dari unsur-unsur fisik kasar, mereka terkena sakit dan mati, yaitu kondisi yang dikenakan oleh para Dhammakāya Kegelapan.
Selain itu, mereka juga membuat kotoran-kotoran batin, kondisi-kondisi yang membuat umat manusia menghasilkan kegiatan karmis buruk. Disebabkan oleh karma itu, maka muncullah roda kelahiran-kembali dan kematian-kembali dari saṃsāra. Umat manusia pun terperangkap di dalam sistem itu; kesadaran mereka dicemari oleh kotoran dan tubuh mereka rentan terhadap penyakit dan kematian. Selain itu, kekuatan gelap juga bertanggung jawab atas bencana-bencana alam bagi umat manusia, seperti gempa bumi, wabah penyakit, perang, dsb.
Untuk menangkal rencana-rencana jahat dari Kekuatan Gelap, para Dhammakāya Cahaya menciptakan tumbuh-tumbuhan herbal untuk menyembuhkan penyakit, dan mengilhami berbagai temuan dan kreativitas ilmiah di kalangan manusia. Para ilmuwan, dokter dan artis berhasil melalui inspirasi batin dari Cahaya. Beberapa di antara mereka diberi kuasa oleh Cahaya untuk bekerja sebagai bodhisattva dan mengalami pencerahan sebagai para Buddha untuk membantu manusia menemukan jalan menuju nibbāna. Namun nibbāna yang mereka capai bukanlah final. Mereka masih di bawah pengendalian Kekuatan Gelap.
Untuk mengakhiri Perang Transkosmik ini, Phra Ton-thād mengutus sebuah satuan tugas khusus, Bala Tentara Cahaya yang adalah jutaan Dhammakāya yang semuanya mempunyai kekuatan besar, dipimpin oleh dua Dhammakāya paling cerdas di antara mereka yang bertugas sebagai panglima mereka untuk berperang dalam pertempuran terakhir.
Phra Dhammajayo menambahkan bahwa ada banyak tentara tak terhitung banyaknya dari para Dhammakāya Cahaya yang berinkarnasi untuk berperang dalam pertempuran terakhir. Tentara itu diorganisasi dalam empat Divisi: para Prajurit, yang tugasnya bertempur melawan para Māra atau para Dhammakāya Kegelapan; para Penyebar, yang tugasnya menyebarluaskan Vijjā Dhammakāya; para Pembangun, yang tugasnya membangun dan memperbaiki struktur fisik dari bangunan-bangunan yang digunakan oleh bala tentara; dan terakhir, para Pemasok, yaitu orang-orang awam yang tugasnya membiayai misi ini.11
Setelah saya meninggalkan Wat Phra Dhammakāya, saya melakukan penelitian komparatif atas mitos esoterik tentang penciptaan ini, dan saya menemukan bahwa kebanyakan guru Dharma dari Wat Paknam menganut ideologi Gnostik yang sama, bahwa alam semesta ini merupakan medan pertempuran antara para Dhammakāya Cahaya dan Kegelapan yang juga diidentifikasi sebagai para Māra. Namun, tidak satu pun dari mereka membenarkan bagian terakhir dari dongeng itu--bahwa ada bala tentara Dhammakāya yang diutus oleh Dhammakāya Cahaya Asali, atau bahwa ada dua panglima lapangan dari para Dhammakāya untuk berperang dalam pertempuran terakhir. Bagian ini tampaknya disisipkan oleh Phra Dhammajayo.
Tambahan pula, akhir dari dongeng itu diubah beberapa lama setelah saya lulus dari Oxford pada sekitar 1990. Tidak ada dua pemimpin dari para Dhammakāya, melainkan hanya satu, yang menjadi Phra Monkhol-thep-muni. Namun, Phra Ton-thād (Yang Mahakuasa, Buddha Asali/penerjemah) sendiri yang berinkarnasi sebagai Phra Dhammajayo, yang merupakan Panglima Tertinggi dari semua Dhammakāya untuk menghabisi para Māra. Ia juga mempunyai otoritas untuk memberi kekuasaan kepada siapa pun, terlepas dari betapa baik atau jahat, untuk mencapai Dhammakāya atau mencapai pencerahan pada tingkat apa pun jika dikehendakinya. Di dalam skenario baru ini, kepala vihara terhormat yang saya kenal itu tidak lain daripada Avatar dari Tuhan Yang Mahakuasa, Pencipta Nibbāna, Surga-Surga dan Bumi!
Namun, kisah-kisah Dharma yang Halus dari Guru Wat Phra Dhammakāya kadang-kadang mengandung kontradiksi. Misalnya, dalam hal Phra Dhammajayo mengungkapkan kepada para muridnya bahwa ia adalah Phra Ton-thād, yang memerintahkan kepada Phra Monkhol-thep-muni untuk menghancurkan para Māra dan kemudian berinkarnasi sebagai Phra Dhammajayo untuk melanjutkan peperangan, seorang guru meditasi Dhammakāya lain, Phramahā Sermchai Jayamaṅgala atau Phra Bhavanāvisuddhikhun, mengingkari klaim itu dalam jawaban terhadap sebuah pertanyaan dalam buku Tobpanhā-Thammapatibat (Meditation Practices: Q&A) yang diterbitkan pada 1999.
Tanya: Jika seorang bhikkhu yang merupakan Guru Dharma mengungkapkan dirinya kepada para muridnya bahwa ia adalah Phra Ton-thād atau Buddha Asali yang dapat memberikan pencapaian Dhammakāya kepada siapa pun yang dikehendakinya, mungkinkan ini? Jika tidak mungkin, apakah bhikkhu itu menceritakan kebohongan?
Jawab: Untuk menjawab pertanyaan Anda, saya harus mendekatinya dengan dua cara:
Pertama, jika seorang bhikkhu mengungkapkan dirinya bahwa ia adalah Phra Ton-thād yang mempunyai wewenang untuk memberikan pencapaian Dhammakāya kepada siapa pun. Ini tidak mungkin ... Bagaimana mungkin seorang murid dari almarhum Guru Besar Kepala Vihara Wat Paknam lebih tinggi dari dirinya? Jika ia mengklaim seperti itu, mintalah bhikkhu itu membuktikan klaimnya dengan terbang
...
Kedua, oleh karena ia seorang bhikkhu, dengan menyampaikan pesan itu dan membuatnya dipahami oleh orang kedua, maka menurut Vinaya, ia telah melanggar Peraturan Pārājika (Ia bukan lagi bhikkhu). (Phra Bhavanāvisuddhikhun 458-460)
Penentuan waktu adalah faktor kunci bagi keberhasilan penyampaian kisah-kisah Dharma yang Halus kepada hadirin. Kisah-kisah itu dimaksudkan untuk diceritakan kepada orang-orang percaya yang terpilih sebagai inspirasi bagi penugasan baru atau pada retret eksklusif setelah sesi meditasi yang panjang. Dalam hal terakhir, batin hadirin tenang dan terbuka bagi suatu pesan keimanan yang baru. Pesan-pesan esoterik ini juga melambangkan kekuasaan tertinggi dari pemimpin wat dalam meditasi Dhammakāya di mana tidak ada aliran meditasi lain yang dapat mengklaim otoritas.
10 Latar belakangnya sangat mirip dengan Aggaññasutta.
11 Plot dari Perang Kosmik ini tampak jelas merupakan paduan dari dua film terkenal, The Matrix dan Star Wars (MacKenzie 157-168).