//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Agama Buddha dan Agama Hindu kesamaan dan perbedaan. (Mari kita diskusi)  (Read 129787 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Triyana2009

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 756
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
Re: Agama Buddha dan Agama Hindu kesamaan dan perbedaan. (Mari kita diskusi)
« Reply #30 on: 21 September 2010, 09:42:23 PM »
Namo Buddhaya,


Namo Buddhaya,

Namo Buddhaya,

Yg penting ada 3 hal yg hrus diluruskan dlam smua sekte di budhisme, 1. Buddha it bkan tuhan, 2. Tuhan it bkan buddha, 3. Tuhan it tak ada,hanya ilusi semata plus pengaruh dr agama2 tetangga..

Buddha itu bukan Tuhan/tuhan = Kalau dalam segi bahasa saya setuju Buddha bukan Tuhan/tuhan tapi mari kita kupas dengan lebih dalam lagi.

Menurut ajaran Theravada Buddha Sakyamuni/Gautama telah mencapai Samyaksambuddha/Sammasambuddha dan tidak akan reinkarnasi lagi, hal ini berlaku untuk semua Buddha dan Arahat namun menurut ajaran Mahayana seorang Buddha yang tercerahkan penuh (Samyaksambuddha/Sammasambuddha) dapat turun untuk menyelamatkan umat manusia sebagai Bodhisattva Agung contoh Y.A Avalokitesvara Bodhisattva Mahasattva.

Biasanya dalam Theravada disinggung bahwa Dhamma (Buddhadhamma) yang dilaksanakan dengan sungguh-sungguh akan membawa kita kepada Nibbana dan saya sangat setuju dengan hal tersebut. Dhamma dikatakan akan menuntun kita dan segala sesuatu baik yang kelihatan dan tidak kelihatan adalah Dhamma (Ven Ajahn Chah). Disini kalau kita mau jujur peran Dhamma sebenarnya bisa dibilang sama dengan Tuhan Impersonal (tak memiliki suatu kepribadian tertentu) dan boleh dibilang mirip dengan Brahman Impersonal (lihat definisi Brahman dipost saya sebelumnya). Sedangkan dalam Mahayana Para Buddha dan Boddhisattva Mahasattva dipandang sebagai memiliki kepribadian tertentu (welas asih contohnya) aktif menolong dan akrab dalam kegiatan sehari-hari kita, yang dalam konteks ini dapat disamakan dengan Brahman Personal.

Tuhan it tak ada,hanya ilusi semata plus pengaruh dr agama2 tetangga = Kalau Tuhan sebagaimana yang ada dalam pikiran anda saya yakin tidak ada  :) tetapi makna dari Prinsip Tertinggi pasti ada walaupun dengan bahasa yang berbeda-beda contoh Buddha, Brahman, Yang Absolut, Dharmakaya, Tahtagatagarba, Diri Buddha, Diri Sejati, Atman, dan yang sering bikin anda penasaran tentu saja istilah Tuhan.  :)

Silahkan kalau mau disanggah, saya wellcome  :)

 _/\_
Namo Buddhaya,

Maaf tadi saya ketik kurang lengkap,,post tdi saya ketik di hape  ^-^

Nah,ini dia masalahnya bro!! Istilah Tuhan memang byak macem.. bahkan dalam aliran aliran di Buddhist pun sering terjadi perbedaan yg sangat mendalam.
Mari kita skrg melihat sesuatu apa adanya dan ehipassiko!
Bro tadi menyinggung bahwa Dhamma bisa dibilang sebagai Tuhan impersonal atau brahman impersonal. Nah marilah kita lihat sesuatu apa adanya! Dhamma itu hanyalah ajaran, kebenaran yang ditemukan lagi oleh Buddha. Skrg ehipassiko!! Bnyk agama ajaran filosofi aliran dll yg byk menyatakan 'Tuhannya' sendiri, maka susah sekali kita berdua bisa saling 'klop' bro! krna basic fondasi pandangan Tuhan kita sudah jauh berbeda, maka bila kita berdebat sesuatu tak akan ada habisnya!! (ngmng2 pandangan saya ttg Tuhan : Ilusi semata dan sering dikaitkan dgan ajaran lain')

Mengenai yg prinsip tertinggi, saya tegaskan seperti yg diatas, itu hanyalah persepsi dr byk org, mknya kita harus melihat sesuatu apa adanya  8)

Maaf bila ada kata2 yg salah..


 _/\_

Bro Kevin yang baik,

Lalu ini apa bro :

Teks Pali

Sutta Pitaka, Udana VIII : 3

Ketahuilah para Bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila Tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para Bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.

Ada Yang Mutlak.  :)


 _/\_




Namo Buddhaya,

bro tiriyana yg baik...

NAH ITU JUGA TERMASUK BROOOOOOOOOOOOOOOOO....  ^-^ sesungguhnya bila kita melihat sesuatu apa adanya dan secara HISTORIK, maka itu bukan konsep ketuhanan , itu adalah sifat sifat dari nibbana itu sendiri!!! nibbana = kebahagiaan tertinggi = mutlakCoba kita lihat lagi bro!!  ;D

Ketahuilah para Bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila Tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para Bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.

Oh bro tiriyana yg baik!! apakah sifat2 diatas tersebut yg saya bold bertentangan dgan Nibbana itu sendiri??

skrg yg ttg historik : Coba anda memaknai mksud dari Udana 8:3 , sesungguhnya itu adalah sifat-sifat dr Nibbana.
Lalu mengapa nama Udana 8:3 umat indonesia(kita) menamai hal tersebut sebagai Konsep Ketuhanan? Ini bersifat historik, kita mengetahui bahwa majoritas masyarakat indonesia adalah islam dan menganut asas pancasila yg pertamanya berbunyi Ketuhanan yg maha esa, maka pada tahun 1970 atau 80an, missionaris2 (berupa Bhante2) yg dateng ke indonesia harus maw ga maw nyari sutta2 ttg yg mirip ketuhanan tersebut, maka lahirlah konsep ketuhanan, skrg org2 juga ud pada percaya krna dr depdiknas sndri buat buku yg ttg itu.. jadi inilah konsep ketuhanan dalam budhisme di indonesia, dan bila anda ke negara buddhis seperti Thailand dan mengucapkan 'Namo sanghyang Adi Buddhaya' atau mengaitkan udana 8:3 dgan ketuhanan, maka mereka akan kebingungan krna konsep ini terdapat di negara2 yg mayoritasnya percaya TYME.
Anda bisa cari thread ttg sejarah buddhis di indonesia lwat kotak seach di DC ini. Saya pernah baca beberapa thread ttg hal ini.

Maaf bila ada yg salah..

 _/\_

Bro Kevin yang baik,

Sepanjang yang pernah saya baca, Bhante Uttamo pernah mengatakan bahwa Ketuhanan YME dalam Agama Buddha Theravada Sutta Pitaka, Udana VIII : 3  identik dengan Nirvana, maka dalam hal ini berarti secara tegas dan langsung diakui adanya Yang Mutlak atau Dasar dari segala sesuatu yang ada walaupun Yang Mutlak atau Nirvana itu sendiri tidak berubah, hal ini sejalan dengan Ajaran Samkya Yoga dalam Agama Hindu yang mengatakan ada Sesuatu yang Tidak Berubah, Tetap,Tidak Dilahirkan, Yang Mutlak yaitu Purusa.

Saya yakin di Thailand juga ada Sutta Pitaka, Udana VIII : 3  :)

 _/\_

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Agama Buddha dan Agama Hindu kesamaan dan perbedaan. (Mari kita diskusi)
« Reply #31 on: 21 September 2010, 09:48:30 PM »
Namo Buddhaya,


Namo Buddhaya,

Namo Buddhaya,

Yg penting ada 3 hal yg hrus diluruskan dlam smua sekte di budhisme, 1. Buddha it bkan tuhan, 2. Tuhan it bkan buddha, 3. Tuhan it tak ada,hanya ilusi semata plus pengaruh dr agama2 tetangga..

Buddha itu bukan Tuhan/tuhan = Kalau dalam segi bahasa saya setuju Buddha bukan Tuhan/tuhan tapi mari kita kupas dengan lebih dalam lagi.

Menurut ajaran Theravada Buddha Sakyamuni/Gautama telah mencapai Samyaksambuddha/Sammasambuddha dan tidak akan reinkarnasi lagi, hal ini berlaku untuk semua Buddha dan Arahat namun menurut ajaran Mahayana seorang Buddha yang tercerahkan penuh (Samyaksambuddha/Sammasambuddha) dapat turun untuk menyelamatkan umat manusia sebagai Bodhisattva Agung contoh Y.A Avalokitesvara Bodhisattva Mahasattva.

Biasanya dalam Theravada disinggung bahwa Dhamma (Buddhadhamma) yang dilaksanakan dengan sungguh-sungguh akan membawa kita kepada Nibbana dan saya sangat setuju dengan hal tersebut. Dhamma dikatakan akan menuntun kita dan segala sesuatu baik yang kelihatan dan tidak kelihatan adalah Dhamma (Ven Ajahn Chah). Disini kalau kita mau jujur peran Dhamma sebenarnya bisa dibilang sama dengan Tuhan Impersonal (tak memiliki suatu kepribadian tertentu) dan boleh dibilang mirip dengan Brahman Impersonal (lihat definisi Brahman dipost saya sebelumnya). Sedangkan dalam Mahayana Para Buddha dan Boddhisattva Mahasattva dipandang sebagai memiliki kepribadian tertentu (welas asih contohnya) aktif menolong dan akrab dalam kegiatan sehari-hari kita, yang dalam konteks ini dapat disamakan dengan Brahman Personal.

Tuhan it tak ada,hanya ilusi semata plus pengaruh dr agama2 tetangga = Kalau Tuhan sebagaimana yang ada dalam pikiran anda saya yakin tidak ada  :) tetapi makna dari Prinsip Tertinggi pasti ada walaupun dengan bahasa yang berbeda-beda contoh Buddha, Brahman, Yang Absolut, Dharmakaya, Tahtagatagarba, Diri Buddha, Diri Sejati, Atman, dan yang sering bikin anda penasaran tentu saja istilah Tuhan.  :)

Silahkan kalau mau disanggah, saya wellcome  :)

 _/\_
Namo Buddhaya,

Maaf tadi saya ketik kurang lengkap,,post tdi saya ketik di hape  ^-^

Nah,ini dia masalahnya bro!! Istilah Tuhan memang byak macem.. bahkan dalam aliran aliran di Buddhist pun sering terjadi perbedaan yg sangat mendalam.
Mari kita skrg melihat sesuatu apa adanya dan ehipassiko!
Bro tadi menyinggung bahwa Dhamma bisa dibilang sebagai Tuhan impersonal atau brahman impersonal. Nah marilah kita lihat sesuatu apa adanya! Dhamma itu hanyalah ajaran, kebenaran yang ditemukan lagi oleh Buddha. Skrg ehipassiko!! Bnyk agama ajaran filosofi aliran dll yg byk menyatakan 'Tuhannya' sendiri, maka susah sekali kita berdua bisa saling 'klop' bro! krna basic fondasi pandangan Tuhan kita sudah jauh berbeda, maka bila kita berdebat sesuatu tak akan ada habisnya!! (ngmng2 pandangan saya ttg Tuhan : Ilusi semata dan sering dikaitkan dgan ajaran lain')

Mengenai yg prinsip tertinggi, saya tegaskan seperti yg diatas, itu hanyalah persepsi dr byk org, mknya kita harus melihat sesuatu apa adanya  8)

Maaf bila ada kata2 yg salah..


 _/\_

Bro Kevin yang baik,

Lalu ini apa bro :

Teks Pali

Sutta Pitaka, Udana VIII : 3

Ketahuilah para Bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila Tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para Bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.

Ada Yang Mutlak.  :)


 _/\_




Namo Buddhaya,

bro tiriyana yg baik...

NAH ITU JUGA TERMASUK BROOOOOOOOOOOOOOOOO....  ^-^ sesungguhnya bila kita melihat sesuatu apa adanya dan secara HISTORIK, maka itu bukan konsep ketuhanan , itu adalah sifat sifat dari nibbana itu sendiri!!! nibbana = kebahagiaan tertinggi = mutlakCoba kita lihat lagi bro!!  ;D

Ketahuilah para Bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila Tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para Bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.

Oh bro tiriyana yg baik!! apakah sifat2 diatas tersebut yg saya bold bertentangan dgan Nibbana itu sendiri??

skrg yg ttg historik : Coba anda memaknai mksud dari Udana 8:3 , sesungguhnya itu adalah sifat-sifat dr Nibbana.
Lalu mengapa nama Udana 8:3 umat indonesia(kita) menamai hal tersebut sebagai Konsep Ketuhanan? Ini bersifat historik, kita mengetahui bahwa majoritas masyarakat indonesia adalah islam dan menganut asas pancasila yg pertamanya berbunyi Ketuhanan yg maha esa, maka pada tahun 1970 atau 80an, missionaris2 (berupa Bhante2) yg dateng ke indonesia harus maw ga maw nyari sutta2 ttg yg mirip ketuhanan tersebut, maka lahirlah konsep ketuhanan, skrg org2 juga ud pada percaya krna dr depdiknas sndri buat buku yg ttg itu.. jadi inilah konsep ketuhanan dalam budhisme di indonesia, dan bila anda ke negara buddhis seperti Thailand dan mengucapkan 'Namo sanghyang Adi Buddhaya' atau mengaitkan udana 8:3 dgan ketuhanan, maka mereka akan kebingungan krna konsep ini terdapat di negara2 yg mayoritasnya percaya TYME.
Anda bisa cari thread ttg sejarah buddhis di indonesia lwat kotak seach di DC ini. Saya pernah baca beberapa thread ttg hal ini.

Maaf bila ada yg salah..

 _/\_

Bro Kevin yang baik,

Sepanjang yang pernah saya baca, Bhante Uttamo pernah mengatakan bahwa Ketuhanan YME dalam Agama Buddha Theravada Sutta Pitaka, Udana VIII : 3  identik dengan Nirvana, maka dalam hal ini berarti secara tegas dan langsung diakui adanya Yang Mutlak atau Dasar dari segala sesuatu yang ada walaupun Yang Mutlak atau Nirvana itu sendiri tidak berubah, hal ini sejalan dengan Ajaran Samkya Yoga dalam Agama Hindu yang mengatakan ada Sesuatu yang Tidak Berubah, Tetap,Tidak Dilahirkan, Yang Mutlak yaitu Purusa.

Saya yakin di Thailand juga ada Sutta Pitaka, Udana VIII : 3  :)

 _/\_


mungkin yg dimaksud oleh Bro Kevin adalah Udana 8.3 itu memang ada dalam Tipitaka bahkan versi arab apalagi versi Thailand, hanya saja Udana 8.3 yg menjadi Ketuhanan YME adalah usaha mencocok2kan yg secara hostoris dapat kita pelajari latar belakangnya. Udana 8.3 memang adalah Nibbana tapi jelas bukan Tuhan. dalam hal ini saya setuju dengan Bro Kevin.

Offline kevin_kin

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 132
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
  • newbie newbie newbie
Re: Agama Buddha dan Agama Hindu kesamaan dan perbedaan. (Mari kita diskusi)
« Reply #32 on: 21 September 2010, 09:56:50 PM »
Namo Buddhaya,


Namo Buddhaya,

Namo Buddhaya,

Yg penting ada 3 hal yg hrus diluruskan dlam smua sekte di budhisme, 1. Buddha it bkan tuhan, 2. Tuhan it bkan buddha, 3. Tuhan it tak ada,hanya ilusi semata plus pengaruh dr agama2 tetangga..

Buddha itu bukan Tuhan/tuhan = Kalau dalam segi bahasa saya setuju Buddha bukan Tuhan/tuhan tapi mari kita kupas dengan lebih dalam lagi.

Menurut ajaran Theravada Buddha Sakyamuni/Gautama telah mencapai Samyaksambuddha/Sammasambuddha dan tidak akan reinkarnasi lagi, hal ini berlaku untuk semua Buddha dan Arahat namun menurut ajaran Mahayana seorang Buddha yang tercerahkan penuh (Samyaksambuddha/Sammasambuddha) dapat turun untuk menyelamatkan umat manusia sebagai Bodhisattva Agung contoh Y.A Avalokitesvara Bodhisattva Mahasattva.

Biasanya dalam Theravada disinggung bahwa Dhamma (Buddhadhamma) yang dilaksanakan dengan sungguh-sungguh akan membawa kita kepada Nibbana dan saya sangat setuju dengan hal tersebut. Dhamma dikatakan akan menuntun kita dan segala sesuatu baik yang kelihatan dan tidak kelihatan adalah Dhamma (Ven Ajahn Chah). Disini kalau kita mau jujur peran Dhamma sebenarnya bisa dibilang sama dengan Tuhan Impersonal (tak memiliki suatu kepribadian tertentu) dan boleh dibilang mirip dengan Brahman Impersonal (lihat definisi Brahman dipost saya sebelumnya). Sedangkan dalam Mahayana Para Buddha dan Boddhisattva Mahasattva dipandang sebagai memiliki kepribadian tertentu (welas asih contohnya) aktif menolong dan akrab dalam kegiatan sehari-hari kita, yang dalam konteks ini dapat disamakan dengan Brahman Personal.

Tuhan it tak ada,hanya ilusi semata plus pengaruh dr agama2 tetangga = Kalau Tuhan sebagaimana yang ada dalam pikiran anda saya yakin tidak ada  :) tetapi makna dari Prinsip Tertinggi pasti ada walaupun dengan bahasa yang berbeda-beda contoh Buddha, Brahman, Yang Absolut, Dharmakaya, Tahtagatagarba, Diri Buddha, Diri Sejati, Atman, dan yang sering bikin anda penasaran tentu saja istilah Tuhan.  :)

Silahkan kalau mau disanggah, saya wellcome  :)

 _/\_
Namo Buddhaya,

Maaf tadi saya ketik kurang lengkap,,post tdi saya ketik di hape  ^-^

Nah,ini dia masalahnya bro!! Istilah Tuhan memang byak macem.. bahkan dalam aliran aliran di Buddhist pun sering terjadi perbedaan yg sangat mendalam.
Mari kita skrg melihat sesuatu apa adanya dan ehipassiko!
Bro tadi menyinggung bahwa Dhamma bisa dibilang sebagai Tuhan impersonal atau brahman impersonal. Nah marilah kita lihat sesuatu apa adanya! Dhamma itu hanyalah ajaran, kebenaran yang ditemukan lagi oleh Buddha. Skrg ehipassiko!! Bnyk agama ajaran filosofi aliran dll yg byk menyatakan 'Tuhannya' sendiri, maka susah sekali kita berdua bisa saling 'klop' bro! krna basic fondasi pandangan Tuhan kita sudah jauh berbeda, maka bila kita berdebat sesuatu tak akan ada habisnya!! (ngmng2 pandangan saya ttg Tuhan : Ilusi semata dan sering dikaitkan dgan ajaran lain')

Mengenai yg prinsip tertinggi, saya tegaskan seperti yg diatas, itu hanyalah persepsi dr byk org, mknya kita harus melihat sesuatu apa adanya  8)

Maaf bila ada kata2 yg salah..


 _/\_

Bro Kevin yang baik,

Lalu ini apa bro :

Teks Pali

Sutta Pitaka, Udana VIII : 3

Ketahuilah para Bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila Tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para Bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.

Ada Yang Mutlak.  :)


 _/\_




Namo Buddhaya,

bro tiriyana yg baik...

NAH ITU JUGA TERMASUK BROOOOOOOOOOOOOOOOO....  ^-^ sesungguhnya bila kita melihat sesuatu apa adanya dan secara HISTORIK, maka itu bukan konsep ketuhanan , itu adalah sifat sifat dari nibbana itu sendiri!!! nibbana = kebahagiaan tertinggi = mutlakCoba kita lihat lagi bro!!  ;D

Ketahuilah para Bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila Tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para Bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.

Oh bro tiriyana yg baik!! apakah sifat2 diatas tersebut yg saya bold bertentangan dgan Nibbana itu sendiri??

skrg yg ttg historik : Coba anda memaknai mksud dari Udana 8:3 , sesungguhnya itu adalah sifat-sifat dr Nibbana.
Lalu mengapa nama Udana 8:3 umat indonesia(kita) menamai hal tersebut sebagai Konsep Ketuhanan? Ini bersifat historik, kita mengetahui bahwa majoritas masyarakat indonesia adalah islam dan menganut asas pancasila yg pertamanya berbunyi Ketuhanan yg maha esa, maka pada tahun 1970 atau 80an, missionaris2 (berupa Bhante2) yg dateng ke indonesia harus maw ga maw nyari sutta2 ttg yg mirip ketuhanan tersebut, maka lahirlah konsep ketuhanan, skrg org2 juga ud pada percaya krna dr depdiknas sndri buat buku yg ttg itu.. jadi inilah konsep ketuhanan dalam budhisme di indonesia, dan bila anda ke negara buddhis seperti Thailand dan mengucapkan 'Namo sanghyang Adi Buddhaya' atau mengaitkan udana 8:3 dgan ketuhanan, maka mereka akan kebingungan krna konsep ini terdapat di negara2 yg mayoritasnya percaya TYME.
Anda bisa cari thread ttg sejarah buddhis di indonesia lwat kotak seach di DC ini. Saya pernah baca beberapa thread ttg hal ini.

Maaf bila ada yg salah..

 _/\_

Bro Kevin yang baik,

Sepanjang yang pernah saya baca, Bhante Uttamo pernah mengatakan bahwa Ketuhanan YME dalam Agama Buddha Theravada Sutta Pitaka, Udana VIII : 3  identik dengan Nirvana, maka dalam hal ini berarti secara tegas dan langsung diakui adanya Yang Mutlak atau Dasar dari segala sesuatu yang ada walaupun Yang Mutlak atau Nirvana itu sendiri tidak berubah, hal ini sejalan dengan Ajaran Samkya Yoga dalam Agama Hindu yang mengatakan ada Sesuatu yang Tidak Berubah, Tetap,Tidak Dilahirkan, Yang Mutlak yaitu Purusa.

Saya yakin di Thailand juga ada Sutta Pitaka, Udana VIII : 3  :)

 _/\_

Namo Buddhaya,

Saya setuju bahwa udana 8 : 3 itu ada di Thailand, yg saya permasalahkan adalah makna yg didapatkan oleh umat di Thailand dan Indonesia sendiri.
Itulah bro ironisnya berbeda pandangan antar kita. menurut saya banyak umat buddhist di indonesia yg sudah terpengaruh dgan diajarkannya konsep ketuhanan dlam budhist di indonesia,padahal ironisnya kita tidak menemukan kata Tuhan dalam konteks tipitaka yg asli..   :|
Bila kita mengamati dgan jelas dan misalnya kita berada di jaman sang buddha pada saat syair tersebut di ucapkan dan melihat sesuatu apa adanya,tanpa di terpengaruhi oleh asas2 ajaran lain atau tradisi turun menurun atau hal2 yg sudah dipercayai oleh orang2 sekitar kita, maka itu adalah sifat2 dr nibbana itu sendiri.

Ehipassiko dan ingatlah makna dari Kalama Sutta

 _/\_
In the sky, there is no distinction of east and west; people create distinctions out of their own minds and then believe them to be true.

Offline Triyana2009

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 756
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
Re: Agama Buddha dan Agama Hindu kesamaan dan perbedaan. (Mari kita diskusi)
« Reply #33 on: 21 September 2010, 10:21:13 PM »
Namo Buddhaya,

Namo Buddhaya,


Namo Buddhaya,

Namo Buddhaya,

Yg penting ada 3 hal yg hrus diluruskan dlam smua sekte di budhisme, 1. Buddha it bkan tuhan, 2. Tuhan it bkan buddha, 3. Tuhan it tak ada,hanya ilusi semata plus pengaruh dr agama2 tetangga..

Buddha itu bukan Tuhan/tuhan = Kalau dalam segi bahasa saya setuju Buddha bukan Tuhan/tuhan tapi mari kita kupas dengan lebih dalam lagi.

Menurut ajaran Theravada Buddha Sakyamuni/Gautama telah mencapai Samyaksambuddha/Sammasambuddha dan tidak akan reinkarnasi lagi, hal ini berlaku untuk semua Buddha dan Arahat namun menurut ajaran Mahayana seorang Buddha yang tercerahkan penuh (Samyaksambuddha/Sammasambuddha) dapat turun untuk menyelamatkan umat manusia sebagai Bodhisattva Agung contoh Y.A Avalokitesvara Bodhisattva Mahasattva.

Biasanya dalam Theravada disinggung bahwa Dhamma (Buddhadhamma) yang dilaksanakan dengan sungguh-sungguh akan membawa kita kepada Nibbana dan saya sangat setuju dengan hal tersebut. Dhamma dikatakan akan menuntun kita dan segala sesuatu baik yang kelihatan dan tidak kelihatan adalah Dhamma (Ven Ajahn Chah). Disini kalau kita mau jujur peran Dhamma sebenarnya bisa dibilang sama dengan Tuhan Impersonal (tak memiliki suatu kepribadian tertentu) dan boleh dibilang mirip dengan Brahman Impersonal (lihat definisi Brahman dipost saya sebelumnya). Sedangkan dalam Mahayana Para Buddha dan Boddhisattva Mahasattva dipandang sebagai memiliki kepribadian tertentu (welas asih contohnya) aktif menolong dan akrab dalam kegiatan sehari-hari kita, yang dalam konteks ini dapat disamakan dengan Brahman Personal.

Tuhan it tak ada,hanya ilusi semata plus pengaruh dr agama2 tetangga = Kalau Tuhan sebagaimana yang ada dalam pikiran anda saya yakin tidak ada  :) tetapi makna dari Prinsip Tertinggi pasti ada walaupun dengan bahasa yang berbeda-beda contoh Buddha, Brahman, Yang Absolut, Dharmakaya, Tahtagatagarba, Diri Buddha, Diri Sejati, Atman, dan yang sering bikin anda penasaran tentu saja istilah Tuhan.  :)

Silahkan kalau mau disanggah, saya wellcome  :)

 _/\_
Namo Buddhaya,

Maaf tadi saya ketik kurang lengkap,,post tdi saya ketik di hape  ^-^

Nah,ini dia masalahnya bro!! Istilah Tuhan memang byak macem.. bahkan dalam aliran aliran di Buddhist pun sering terjadi perbedaan yg sangat mendalam.
Mari kita skrg melihat sesuatu apa adanya dan ehipassiko!
Bro tadi menyinggung bahwa Dhamma bisa dibilang sebagai Tuhan impersonal atau brahman impersonal. Nah marilah kita lihat sesuatu apa adanya! Dhamma itu hanyalah ajaran, kebenaran yang ditemukan lagi oleh Buddha. Skrg ehipassiko!! Bnyk agama ajaran filosofi aliran dll yg byk menyatakan 'Tuhannya' sendiri, maka susah sekali kita berdua bisa saling 'klop' bro! krna basic fondasi pandangan Tuhan kita sudah jauh berbeda, maka bila kita berdebat sesuatu tak akan ada habisnya!! (ngmng2 pandangan saya ttg Tuhan : Ilusi semata dan sering dikaitkan dgan ajaran lain')

Mengenai yg prinsip tertinggi, saya tegaskan seperti yg diatas, itu hanyalah persepsi dr byk org, mknya kita harus melihat sesuatu apa adanya  8)

Maaf bila ada kata2 yg salah..


 _/\_

Bro Kevin yang baik,

Lalu ini apa bro :

Teks Pali

Sutta Pitaka, Udana VIII : 3

Ketahuilah para Bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila Tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para Bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.

Ada Yang Mutlak.  :)


 _/\_




Namo Buddhaya,

bro tiriyana yg baik...

NAH ITU JUGA TERMASUK BROOOOOOOOOOOOOOOOO....  ^-^ sesungguhnya bila kita melihat sesuatu apa adanya dan secara HISTORIK, maka itu bukan konsep ketuhanan , itu adalah sifat sifat dari nibbana itu sendiri!!! nibbana = kebahagiaan tertinggi = mutlakCoba kita lihat lagi bro!!  ;D

Ketahuilah para Bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila Tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para Bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.

Oh bro tiriyana yg baik!! apakah sifat2 diatas tersebut yg saya bold bertentangan dgan Nibbana itu sendiri??

skrg yg ttg historik : Coba anda memaknai mksud dari Udana 8:3 , sesungguhnya itu adalah sifat-sifat dr Nibbana.
Lalu mengapa nama Udana 8:3 umat indonesia(kita) menamai hal tersebut sebagai Konsep Ketuhanan? Ini bersifat historik, kita mengetahui bahwa majoritas masyarakat indonesia adalah islam dan menganut asas pancasila yg pertamanya berbunyi Ketuhanan yg maha esa, maka pada tahun 1970 atau 80an, missionaris2 (berupa Bhante2) yg dateng ke indonesia harus maw ga maw nyari sutta2 ttg yg mirip ketuhanan tersebut, maka lahirlah konsep ketuhanan, skrg org2 juga ud pada percaya krna dr depdiknas sndri buat buku yg ttg itu.. jadi inilah konsep ketuhanan dalam budhisme di indonesia, dan bila anda ke negara buddhis seperti Thailand dan mengucapkan 'Namo sanghyang Adi Buddhaya' atau mengaitkan udana 8:3 dgan ketuhanan, maka mereka akan kebingungan krna konsep ini terdapat di negara2 yg mayoritasnya percaya TYME.
Anda bisa cari thread ttg sejarah buddhis di indonesia lwat kotak seach di DC ini. Saya pernah baca beberapa thread ttg hal ini.

Maaf bila ada yg salah..

 _/\_

Bro Kevin yang baik,

Sepanjang yang pernah saya baca, Bhante Uttamo pernah mengatakan bahwa Ketuhanan YME dalam Agama Buddha Theravada Sutta Pitaka, Udana VIII : 3  identik dengan Nirvana, maka dalam hal ini berarti secara tegas dan langsung diakui adanya Yang Mutlak atau Dasar dari segala sesuatu yang ada walaupun Yang Mutlak atau Nirvana itu sendiri tidak berubah, hal ini sejalan dengan Ajaran Samkya Yoga dalam Agama Hindu yang mengatakan ada Sesuatu yang Tidak Berubah, Tetap,Tidak Dilahirkan, Yang Mutlak yaitu Purusa.

Saya yakin di Thailand juga ada Sutta Pitaka, Udana VIII : 3  :)

 _/\_

Namo Buddhaya,

Saya setuju bahwa udana 8 : 3 itu ada di Thailand, yg saya permasalahkan adalah makna yg didapatkan oleh umat di Thailand dan Indonesia sendiri.
Itulah bro ironisnya berbeda pandangan antar kita. menurut saya banyak umat buddhist di indonesia yg sudah terpengaruh dgan diajarkannya konsep ketuhanan dlam budhist di indonesia,padahal ironisnya kita tidak menemukan kata Tuhan dalam konteks tipitaka yg asli..   :|
Bila kita mengamati dgan jelas dan misalnya kita berada di jaman sang buddha pada saat syair tersebut di ucapkan dan melihat sesuatu apa adanya,tanpa di terpengaruhi oleh asas2 ajaran lain atau tradisi turun menurun atau hal2 yg sudah dipercayai oleh orang2 sekitar kita, maka itu adalah sifat2 dr nibbana itu sendiri.

Ehipassiko dan ingatlah makna dari Kalama Sutta

 _/\_

Bro Kevin yang baik,

Pertanyaan ini saya jawab besok saja ya, terima kasih buat atensinya  :)

 _/\_

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Agama Buddha dan Agama Hindu kesamaan dan perbedaan. (Mari kita diskusi)
« Reply #34 on: 22 September 2010, 09:18:27 AM »
Apa inti Ajaran Hindu?
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Agama Buddha dan Agama Hindu kesamaan dan perbedaan. (Mari kita diskusi)
« Reply #35 on: 22 September 2010, 04:23:18 PM »
Namo Buddhaya,

Spoiler: ShowHide
 Namo Buddhaya,

Namo Buddhaya,

Wah mulai banyak yang reply, sebelumnya terima kasih buat semua kawan-kawan di Dhammacitta.  :)

Bro Triyana yang baik, bila seseorang yang belum mendalami mengenai rokok mungkin menganggap setiap asap rokok sama saja, padahal bagi mereka yang telah mendalami (perokok tulen) mereka bisa membedakan antara rokok gudang garam dengan ji sam su misalnya..

Demikian juga pengertian Moksa dan Nibbana berbeda, karena pada waktu moksa ada atman yang kembali kepada Paramatman, sedangkan Nibbana Buddhis tak ada atman, yang ada hanya kumpulan unsur-unsur kemelekatan (pancakhandha) yang timbul oleh kondisi-kondisi

Berhentinya kondisi-kondisi itulah yang disebut Nibbana.

Menurut perkiraan saya moksa adalah masuk ke alam Jhana (yang dapat turun dan terlahir kembali). Sedangkan Nibbana adalah terlepas/terbebas dari seluruh 31 alam kehidupan dan tak akan terlahir kembali.
 
_/\_


Bro Fabian yang baik, didalam Agama Hindu memang mengakui adanya Atman (http://en.wikipedia.org/wiki/Ātman_(Hinduism) ) tetapi kita tidak boleh serta merta mengangap hal tersebut keliru, didalam Agama Buddha-pun dikenal Atman (http://en.wikipedia.org/wiki/Ātman_(Buddhism) ).

Tentang pengertian Moksa dan Pencapaian Nibbana/Nirvana juga tidak dapat dikatakan suatu hal yang berbeda, dalam bahasa mungkin tapi tidak dalam arti. Saya kira bro Febian salah memaknai Diri dan diri, didalam Agama Buddha dikenal adanya Diri yaitu hakikat Kebuddhaan seseorang yang sudah ada, sekarang ada dan akan tetap ada didalam orang tersebut. Sedangkan diri adalah rasa keakuan anda yang terdelusi oleh avidya. Ketika seseorang mencapai Kebuddhaan individualitas-nya tidaklah lenyap tetapi Kesadaran terdalam orang tersebut menjadi tercerahkan dan mengetahui segalanya.

 Dr. Kosho Yamamoto, who translated the entire Mahāparinirvāṇa Sūtra into English, tells of how the Buddha speaks in that scripture of doctrines previously not articulated. Now, in order to correct people’s misunderstanding of the Dharma, the Buddha - according to Yamamoto - tells of how He speaks of the positive qualities of nirvana, which includes the self:


"He [i.e. the Buddha] says that he is now ready to speak about the undisclosed teachings. Men abide in upside-down thoughts. So he will now speak of the affirmative attributes of Nirvana, which are none other than the Eternal, Bliss, the Self and the Pure.[16]"

"The true self of the Buddha is indeed said to be pure, real and blissful, and to be attainable by anyone in the state of mahāparinirvāna"

"the Mahabheriharaka Sutra insists: "... at the time one becomes a Tathagata, a Buddha, he is in nirvana, and is referred to as 'permanent', 'steadfast', 'calm', 'eternal', and 'Self' [atman]"

"" Similarly, the Śrīmālā Sūtra declares unequivocally: "When sentient beings have faith in the Tathagata [Buddha] and those sentient beings conceive [him] with permanence, pleasure, self, and purity, they do not go astray. Those sentient beings have the right view. Why so? Because the Dharmakaya [ultimate nature] of the Tathagata has the perfection of permanence, the perfection of pleasure, the perfection of self, the perfection of purity. Whatever sentient beings see the Dharmakaya of the Tathagata that way, see correctly."

"An early Buddhist tantra, the Guhyasamājā Tantra, declares: "The universal Self of entities sports by means of the illusory samādhi. It performs the deeds of a Buddha while stationed at the traditional post" (i.e. while never moving). The same tantra also imbues the self with radiant light (a common image): "The pure Self, adorned with all adornments, shines with a light of blazing diamond ..."

"the All-Creating King Tantra (the Kunjed Gyalpo Tantra, a scripture of the Nyingma school of Tibetan Buddhism, also designated a sutra) has the primordial Buddha, Samantabhadra, state, "... the root of all things is nothing else but one Self … I am the place in which all existing things abide."[29]"

"Furthermore, the Tibetan Buddhist scripture entitled The Expression of Manjushri's Ultimate Names (Mañjuśrī-nāma-saṅgīti), as quoted by the Tibetan Buddhist master, Dolpopa,[30] applies the following terms to the Ultimate Buddhic Reality:

"the Pervasive Lord"

"the Supreme Guardian of the world"

"Buddha-Self"

"the Beginningless Self"

"the Self of Thusness"

"the Self of primordial purity"

"the Source of all"

"the Single Self"

"the Diamond Self"

"the Solid Self"

"the Holy, Immovable Self"

"the Supreme Self"

"the Supreme Self of All Creatures".


"Moreover, with reference to one of Vasubandhu's commentarial works, Dolpopa affirms the reality of the pure self, which is not the worldly ego, in the following terms:

"... the uncontaminated element is the buddhas' supreme Self ... because buddhas have attained pure Self, they have become the Self of great Selfhood. Through this consideration, the uncontaminated is posited as the supreme Self of buddhas."[31]"

The 14th Dalai Lama on the "subtle person or self"

In 2005, commenting on the Tibetan Book of the Dead, a text in the highest yoga tantra, the 14th Dalai Lama explained how this tantra conceives both of a temporary person, and a subtle person or self, which it links to the Buddha nature. He writes:

… when we look at [the] interdependence of mental and physical constituents from the perspective of Highest Yoga Tantra, there are two concepts of a person. One is the temporary person or self, that is as we exist at the moment, and this is labeled on the basis of our coarse or gross physical body and conditioned mind, and, at the same time, there is a subtle person or self which is designated in dependence on the subtle body and subtle mind. This subtle body and subtle mind are seen as a single entity that has two facets. The aspect which has the quality of awareness, which can reflect and has the power of cognition, is the subtle mind. Simultaneously, there is its energy, the force that activates the mind towards its object – this is the subtle body or subtle wind. These two inextricably conjoined qualities are regarded, in Highest Yoga Tantra, as the ultimate nature of a person and are identified as buddha nature, the essential or actual nature of mind.[32]

Sedangkan dalam aliran Theravada dari buku-buku yang saya baca juga membenarkan adanya suatu Diri (ingat bukan diri dengan d kecil) walaupun dengan bahasa yang berbeda Mind contohnya atau Kesadaran dll tetapi pada hakekatnya mengafirmasi bahwa orang yang mencapai tataran Arahat tidak kehilangan individualitasnya. Contoh nyata lainnya kalau kita melihat Bhikku di Thailand yang oleh masyarakat luas dianggap telah mencapai KeArahatan saya yakin tetap memiliki individualitas walaupun kemungkinan besar amat berbeda dengan kita orang biasa yang individualitasnya terdelusi.

Tentang Moksa saya kira sudah jelas bahwa ia telah terbebas dari lingkaran reinkarnasi merujuk pada definisi :

In Indian religions, Moksha (Sanskrit: मोक्ष mokṣa) or Mukti (Sanskrit: मुक्ति), literally "release" (both from a root muc "to let loose, let go"), is the liberation from samsara and the concomitant suffering involved in being subject to the cycle of repeated death and rebirth (reincarnation).

Demikian dari saya dan silahkan didebat, kritik dan sanggah  :)

 _/\_


Bro Triyana yang baik, coba disimak tulisan saya, apakah saya ada mengatakan Hindu keliru?

Maaf saya bicara dari pengertian buddhis Theravada sedangkan anda mengutip dari Mahayana, tentu saja beda bro.... Mahayana memang lebih dekat pandangannya dengan Hindu tetapi kalau Theravada beda.

Sebagai contoh Mahayana ada konsep kesadaran abadi (alaya vijnana) ini mirip dengan konsep atman. Sedangkan di Theravada tak ada konsep kesadaran abadi.

Jadi bolehlah dikatakan ada kemiripan antara Buddhis Mahayana dan Hindu, untuk ini lebih baik saya serahkan teman-teman dari Mahayana yang menjawab persamaan tersebut.

_/\_


Kalau tidak ada Kesadaran lalu bagaimana ia menjadi awas sepenuhnya (mindfull) bukankan anda berlatih Vipassana untuk senantiasa sadar bro ?  :)

 _/\_

Bro Triyana yang baik, rupanya anda belum mengerti, dalam Buddhist Theravada bukan tak ada kesadaran.

Theravada tidak mengenal kesadaran abadi seperti dalam konsep Mahayana atau agama-agama lain.
Menurut Theravada kesadaran selalu timbul tenggelam dengan kecepatan yang luar biasa (tidak abadi).

Bro Triyana sebaiknya lebih mendalami Buddhis sebelum menyamakan ajaran Buddha dengan agama-agama lain.
 
_/\_


Bro Fabian yang baik,

Bila seorang mencapai tataran Kearahatan atau Kebuddhaan bukankan ia masih tetap sebagai manusia yang tetap mampu melakukan aktivitas namun perbedaannya mereka  telah sadar (Arahat) dan sadar sepenuhnya (Buddha) dengan demikian hal tersebut membuktikan kesadaran tidak lenyap.

Mohon bro Fabian agar dapat menjawab pertanyaan saya ini  :)

 _/\_

Bro Triyana yang baik, bro Indra telah menjawab pertanyaan anda, anda tetap bersikeras mempercayai adanya kesadaran lain? Saya rasa yang dimaksud oleh bro Indra dengan kesadaran terhadap ke 6 indera pasti anda sudah mengerti.

Untuk menerangkan bahwa kesadaran timbul-lenyap, coba perhatikan pada waktu anda membaca postingan saya ini, kesadaran mata anda bekerja. Nah yang saya tanyakan: apakah kesadaran mata anda masih bekerja ketika anda tidur? Itu adalah contoh sederhana.

Sekali waktu bila sempat anda sebaiknya belajar Abhidhamma, sehingga anda mengerti Psikologi Buddhis. Masih terlalu banyak yang perlu anda pelajari bro...

Yang dimaksud selalu sadar, pada Arahat dan Buddha adalah batinnya selalu berjaga, selalu waspada. Walau dalam keadaan tidur batin mereka selalu waspada.

Tetapi batin yang selalu waspada itu juga timbul lenyap dengan kecepatan tak terhitung (trilyunan kali per detik)

 _/\_

Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline kevin_kin

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 132
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
  • newbie newbie newbie
Re: Agama Buddha dan Agama Hindu kesamaan dan perbedaan. (Mari kita diskusi)
« Reply #36 on: 22 September 2010, 08:02:26 PM »
Apa inti Ajaran Hindu?

tidak jelas..berbelit dan byk sekte..


kalo Buddha kan ud rangkumin:

Berbuatlah kebajikan,kurangi perbuatan buruk,sucikan hati dan pikirian, itulah inti dari ajaran para Buddha
In the sky, there is no distinction of east and west; people create distinctions out of their own minds and then believe them to be true.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Agama Buddha dan Agama Hindu kesamaan dan perbedaan. (Mari kita diskusi)
« Reply #37 on: 22 September 2010, 08:12:53 PM »
Buddha aja dianggap avatar sama hindu, jadi hindu lebih lengkap dong =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Agama Buddha dan Agama Hindu kesamaan dan perbedaan. (Mari kita diskusi)
« Reply #38 on: 22 September 2010, 08:21:00 PM »
Wow, udah panjang banget diskusinya. Tetapi saya cuma ingin memberikan beberapa info buat sdr. Triyana

Pertama, tentang Udana bab VIII sutta 3 adalah benar tentang Nibbana seperti dikutipkan secara lengkap di bawah ini:

Quote
Udana
8.3. Parinibbana

Demikianlah yang saya dengar. Pada suatu ketika Sang Bhagava sedang berada di dekat Savatthi, di Hutan Jeta, di Vihara Anathapindika. Pada saat itu Sang Bhagava sedang mengajar, memberi inspirasi, dan menggembirakan para bhikkhu dengan percakapan mengenai Dhamma yang berhubungan dengan Nibbana, dan para bhikkhu, dengan keyakinan dan penuh perhatian, mengkonsentrasikan seluruh pikiran, sangat berminat mendengarkan Dhamma.

Kemudian, karena menyadari pentingnya hal itu, Sang Bhagava pada saat itu mengungkapkan kotbah inspirasi ini:

O, bhikkhu, ada sesuatu yang tidak-dilahirkan, tidak-menjelma, tidak-tercipta, yang mutlak. Jika seandainya saja, O, bhikkhu, tidak ada sesuatu yang tidak-dilahirkan, tidak-menjelma, tidak-tercipta, yang mutlak, maka tidak akan ada jalan keluar kebebasan dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi karena ada sesuatu yang tidak-dilahirkan, tidak-menjelma, tidak-tercipta, yang mutlak, maka ada jalan keluar kebebasan dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.

Sumber: http://www. w****a .com/forum/kumpulan-sutra-vinaya-buddhist/8450-udana-bab-8-pataligamiya-vagga-bab-terakhir.html

Kedua, tentang kesadaran (vinnana) dalam konsep Buddhis awal (Theravada) adalah muncul bergantung pada sebab dan kondisi serta bukan sesuatu yang kekal yang berkelana dalam samsara dan merasakan akibat perbuatan baik dan buruk seseorang. Hal ini ditegaskan dalam Mahatanhasankhaya Sutta ketika seorang bhikkhu bernama Sati menganut pandangan salah tentang kesadaran ini:

Quote
MAHATANHASANKHAYA SUTTA

(Sumber : Sutta Pitaka Majjhima Nikaya II,
Oleh : Tim Penterjemah Kitab Suci Agama Buddha,
Penerbit : Hanuman Sakti, Jakarta, 1997)

   1. Demikianlah yang saya dengar:

      Pada suatu waktu Sang Bhagava sedang berada di Jetavana, taman milik Anathapindika Savatthi.

   2. Pada ketika itu suatu pandangan jahat telah timbul pada diri Bhikkhu Sati Kevattaputta (anak nelayan): "Aku mengerti dhamma yang diajarkan oleh Sang Bhagava, kesadaran (vinnana) yang sama ini yang berpindah-pindah dalam lingkaran kehidupan (samsara) ini"

   3. Banyak bhikkhu mendengar bahwa hal ini. Kemudian mereka pergi kepada Bhikkhu Sati Kevattaputta dan mereka bertanya kepadanya "Avuso, apakah benar bahwa suatu pandangan jahat telah timbul dalam dirimu: Aku mengerti Dhamma yang diajarkan oleh Sang Bhagava bahwa kesadaran sama ini yang berpindah-pindah dalam lingkaran kehidupan ini"

      "Benar, para Avuso aku mengerti Dhamma yang diajarkan Sang Bhagava ... lingkaran kehidupan ini" Karena para bhikkhu ingin agar dia mau melepaskan pandangan jahatnya itu, mereka bertanya, menekan dan menyudutkan dia dengan kata-kata "Avuso Sati, janganlah berkata begitu, janganlah salah mewakili Sang Bhagava, adalah tidak baik untuk salah mewakili Sang Bhagava. Sang Bhagava tidak berkata begitu, sebab kesadaran itu telah dikemukakan di dalam banyak kotbah dhamma oleh Sang Bhagava sebagai hal yang timbul karena adanya sebab, karena tanpa kondisi maka kesadaran tidak muncul (ada)." Namun walaupun ditekan, ditanyai serta disudutkan oleh pertanyaan-pertanyaan mereka, bhikkhu Sati Kevattaputta masih dengan kepala batu salah menanggapi sesuai dengan pandangan jahatnya dan tetap bertahan dan berkata :

      "Para Avuso, memang demikian seperti apa yang aku mengerti tentang Dhamma yang diajarkan oleh Sang Bhagava .... lingkaran kehidupan ini"

   4. Karena para bhikkhu tidak dapat membebaskan dirinya dari pandangan salah itu, mereka pergi kepada Sang Bhagava, setelah memberi hormat kepada beliau, mereka duduk ditempat yang tersedia. Setelah duduk, mereka menceritakan kepada Beliau semua yang terjadi dan mereka menambahkan "Bhante, karena kita tidak dapat melepaskan bhikkhu Sati Kevattaputta dari pandangan jahat itu, kami melaporkan kepada Sang Bhagava tentang kejadian itu."

   5. Kemudian Sang Bhagava berkata kepada seorang bhikkhu dengan kata-kata sebagai berikut "Ayo bhikkhu, atas namaku katakan kepada bhikkhu Sati bahwa Guru memanggilmu."

      "Baik, bhante," jawabnya. Ia pergi menemui bhikkhu Sati dan berkata "Sang Guru memanggilmu avuso Sati"

      "Baiklah, avuso," ia menjawab. Lalu bhikkhu Sati pergi menghadap Sang Bhagava, setelah memberi hormat kepada beliau, ia duduk di tempat yang tersedia. Ketika ia telah duduk, Sang Bhagava bertanya kepadanya: "Sati, apakah betul, bahwa pandangan jahat berikut telah timbul pada dirimu 'Saya mengerti dhamma yang diajarkan Sang Bhagava ........ lingkaran kehidupan ini?'"

      "Bhante, memang benar demikian. Seperti apa yang aku mengerti Dhamma yang diajarkan oleh Sang Bhagava, kesadaran .... lingkaran kehidupan ini."

      "Apakah kesadaran itu Sati?"

      "Bhante, itu adalah apa yang berbicara dan merasakan serta mengalami akibat dari perbuatan baik dan jahat di sini maupun di sana"

   6. "Orang bodoh, dari siapakah kamu pernah mendengar saya mengajar Dhamma seperti itu? Orang bodoh, bukankah saya telah nyatakan dalam banyak kotbah bahwa kesadaran muncul karena adanya sebab, karena tanpa adanya kondisi maka kesadaran tidak muncul. Tetapi kamu telah salah menginterprestasikan dengan pengertian kamu yang salah dan mengatakan pandangan salahmu, itu akan menyebabkan banyak akibat buruk (apunna), karena hal ini maka kamu akan lama terganggu dan menderita"

   7. Kemudian Sang Bhagava berkata kepada para bhikkhu: "Para bhikkhu, bagaimana pendapat kamu sekalian. Sudahkah Sati Kevattaputta menyalakan (usmikato) dhamma dan vinaya ini?"

      "Bhante, mengapa harus dia? Tidak, Bhante" Setelah hal ini dinyatakan, Bhikkhu Sati Kevattaputta duduk diam, cemas, bahu turun, kepala tertunduk, muram dan tak berkata sepatah katapun. Menyadari keadaan bhikkhu Sati, maka Sang Bhagava berkata kepadanya "Orang bodoh, ketahuilah karena pandangan jahatmu, Saya akan menanyakan hal ini kepada para bhikkhu"

   8. Lalu Sang Bhagava berkata kepada para bhikkhu "Para bhikkhu, apakah kamu sekalian tahu Dhamma yang Saya ajarkan adalah seperti yang dipahami oleh Bhikkhu Sati Kevattaputta, ketika ia salah menginterprestasikan karena pengertiannya yang salah dan mengatakannya yang salah, yang menyebabkan banyak akibat buruk, maka ia akan lama terganggu dan menderita"

      "Tidak, bhante, karena kesadaran telah dinyatakan dalam banyak kotbah Sang Bhagava bahwa itu muncul karena adanya sebab karena tanpa adanya kondisi maka kesadaran tidak muncul"

      "Baik, para bhikkhu, bahwa kamu sekalian mengetahui dhamma yang telah Saya ajarkan. Karena kesadaran telah saya nyatakan dalam banyak kotbah bahwa itu muncul karena adanya sebab, karena tanpa adanya kondisi maka kesadaran tidak muncul. Tetapi Bhikkhu Sati Kevattaputta telah salah menginterprestasikan .... terganggu dan mencerita."

   9. "Para bhikkhu, kesadaran hanya muncul, tergantung pada sebabnya: bila kesadaran (vinnana) muncul tergantung pada mata (cakkhu) dan bentuk-bentuk (rupa), disebut kesadaran mata (cakkhuninnana): kesadaran muncul tergantung pada telinga (sota) dan suara (sadda) disebut kesadaran telinga (sotavinnana): kesadaran yang muncul tergantung pada hidung (nasa) dan bau (gandha) disebut kesadaran hidung (nasavinnana): kesadaran yang muncul tergantung pada lidah (jivha) dan rasa (rasa) disebut kesadaran lidah (jivhavinnana); kesadaran yang muncul tergantung pada tubuh (kaya) dan sentuhan (photthabba) disebut kesadaran tubuh (kaya vinnana): kesadaran yang muncul tergantung pada pikiran (mano) dan obyek pikiran (dhamma) disebut kesadaran pikiran (manovinnana).

Seperti api yang hanya diperhitungkan tergantung pada sebab yang memunculkannya, api terbakar tergantung pada batang kayu di sebut api batang kayu, bila api terbakar tergantung pada kayu bakar disebut api kayu bakar, bila api terbakar tergantung pada rumput disebut api rumput, bila api terbakar tergantung pada kotoran sapi disebut api kotoran sapi, bila api terbakar tergantung pada dedak disebut api dedak, bila api terbakar tergantung pada sampah disebut api sampah. Demikian pula, kesadaran hanya muncul tergantung pada sebabnya. Ketika kesadaran muncul tergantung pada mata dan bentuk disebut kesadaran mata .... bila kesadaran muncul tergantung pada pikiran dan obyek pikiran disebut kesadaran pikiran.
"

...[dst]

Sumber: http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka_dtl.php?cont_id=696

Semoga bermanfaat _/\_
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Triyana2009

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 756
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
Re: Agama Buddha dan Agama Hindu kesamaan dan perbedaan. (Mari kita diskusi)
« Reply #39 on: 22 September 2010, 08:52:35 PM »
Namo Buddhaya,

Namo Buddhaya,

Spoiler: ShowHide
 Namo Buddhaya,

Namo Buddhaya,

Wah mulai banyak yang reply, sebelumnya terima kasih buat semua kawan-kawan di Dhammacitta.  :)

Bro Triyana yang baik, bila seseorang yang belum mendalami mengenai rokok mungkin menganggap setiap asap rokok sama saja, padahal bagi mereka yang telah mendalami (perokok tulen) mereka bisa membedakan antara rokok gudang garam dengan ji sam su misalnya..

Demikian juga pengertian Moksa dan Nibbana berbeda, karena pada waktu moksa ada atman yang kembali kepada Paramatman, sedangkan Nibbana Buddhis tak ada atman, yang ada hanya kumpulan unsur-unsur kemelekatan (pancakhandha) yang timbul oleh kondisi-kondisi

Berhentinya kondisi-kondisi itulah yang disebut Nibbana.

Menurut perkiraan saya moksa adalah masuk ke alam Jhana (yang dapat turun dan terlahir kembali). Sedangkan Nibbana adalah terlepas/terbebas dari seluruh 31 alam kehidupan dan tak akan terlahir kembali.
 
_/\_


Bro Fabian yang baik, didalam Agama Hindu memang mengakui adanya Atman (http://en.wikipedia.org/wiki/Ātman_(Hinduism) ) tetapi kita tidak boleh serta merta mengangap hal tersebut keliru, didalam Agama Buddha-pun dikenal Atman (http://en.wikipedia.org/wiki/Ātman_(Buddhism) ).

Tentang pengertian Moksa dan Pencapaian Nibbana/Nirvana juga tidak dapat dikatakan suatu hal yang berbeda, dalam bahasa mungkin tapi tidak dalam arti. Saya kira bro Febian salah memaknai Diri dan diri, didalam Agama Buddha dikenal adanya Diri yaitu hakikat Kebuddhaan seseorang yang sudah ada, sekarang ada dan akan tetap ada didalam orang tersebut. Sedangkan diri adalah rasa keakuan anda yang terdelusi oleh avidya. Ketika seseorang mencapai Kebuddhaan individualitas-nya tidaklah lenyap tetapi Kesadaran terdalam orang tersebut menjadi tercerahkan dan mengetahui segalanya.

 Dr. Kosho Yamamoto, who translated the entire Mahāparinirvāṇa Sūtra into English, tells of how the Buddha speaks in that scripture of doctrines previously not articulated. Now, in order to correct people’s misunderstanding of the Dharma, the Buddha - according to Yamamoto - tells of how He speaks of the positive qualities of nirvana, which includes the self:


"He [i.e. the Buddha] says that he is now ready to speak about the undisclosed teachings. Men abide in upside-down thoughts. So he will now speak of the affirmative attributes of Nirvana, which are none other than the Eternal, Bliss, the Self and the Pure.[16]"

"The true self of the Buddha is indeed said to be pure, real and blissful, and to be attainable by anyone in the state of mahāparinirvāna"

"the Mahabheriharaka Sutra insists: "... at the time one becomes a Tathagata, a Buddha, he is in nirvana, and is referred to as 'permanent', 'steadfast', 'calm', 'eternal', and 'Self' [atman]"

"" Similarly, the Śrīmālā Sūtra declares unequivocally: "When sentient beings have faith in the Tathagata [Buddha] and those sentient beings conceive [him] with permanence, pleasure, self, and purity, they do not go astray. Those sentient beings have the right view. Why so? Because the Dharmakaya [ultimate nature] of the Tathagata has the perfection of permanence, the perfection of pleasure, the perfection of self, the perfection of purity. Whatever sentient beings see the Dharmakaya of the Tathagata that way, see correctly."

"An early Buddhist tantra, the Guhyasamājā Tantra, declares: "The universal Self of entities sports by means of the illusory samādhi. It performs the deeds of a Buddha while stationed at the traditional post" (i.e. while never moving). The same tantra also imbues the self with radiant light (a common image): "The pure Self, adorned with all adornments, shines with a light of blazing diamond ..."

"the All-Creating King Tantra (the Kunjed Gyalpo Tantra, a scripture of the Nyingma school of Tibetan Buddhism, also designated a sutra) has the primordial Buddha, Samantabhadra, state, "... the root of all things is nothing else but one Self … I am the place in which all existing things abide."[29]"

"Furthermore, the Tibetan Buddhist scripture entitled The Expression of Manjushri's Ultimate Names (Mañjuśrī-nāma-saṅgīti), as quoted by the Tibetan Buddhist master, Dolpopa,[30] applies the following terms to the Ultimate Buddhic Reality:

"the Pervasive Lord"

"the Supreme Guardian of the world"

"Buddha-Self"

"the Beginningless Self"

"the Self of Thusness"

"the Self of primordial purity"

"the Source of all"

"the Single Self"

"the Diamond Self"

"the Solid Self"

"the Holy, Immovable Self"

"the Supreme Self"

"the Supreme Self of All Creatures".


"Moreover, with reference to one of Vasubandhu's commentarial works, Dolpopa affirms the reality of the pure self, which is not the worldly ego, in the following terms:

"... the uncontaminated element is the buddhas' supreme Self ... because buddhas have attained pure Self, they have become the Self of great Selfhood. Through this consideration, the uncontaminated is posited as the supreme Self of buddhas."[31]"

The 14th Dalai Lama on the "subtle person or self"

In 2005, commenting on the Tibetan Book of the Dead, a text in the highest yoga tantra, the 14th Dalai Lama explained how this tantra conceives both of a temporary person, and a subtle person or self, which it links to the Buddha nature. He writes:

… when we look at [the] interdependence of mental and physical constituents from the perspective of Highest Yoga Tantra, there are two concepts of a person. One is the temporary person or self, that is as we exist at the moment, and this is labeled on the basis of our coarse or gross physical body and conditioned mind, and, at the same time, there is a subtle person or self which is designated in dependence on the subtle body and subtle mind. This subtle body and subtle mind are seen as a single entity that has two facets. The aspect which has the quality of awareness, which can reflect and has the power of cognition, is the subtle mind. Simultaneously, there is its energy, the force that activates the mind towards its object – this is the subtle body or subtle wind. These two inextricably conjoined qualities are regarded, in Highest Yoga Tantra, as the ultimate nature of a person and are identified as buddha nature, the essential or actual nature of mind.[32]

Sedangkan dalam aliran Theravada dari buku-buku yang saya baca juga membenarkan adanya suatu Diri (ingat bukan diri dengan d kecil) walaupun dengan bahasa yang berbeda Mind contohnya atau Kesadaran dll tetapi pada hakekatnya mengafirmasi bahwa orang yang mencapai tataran Arahat tidak kehilangan individualitasnya. Contoh nyata lainnya kalau kita melihat Bhikku di Thailand yang oleh masyarakat luas dianggap telah mencapai KeArahatan saya yakin tetap memiliki individualitas walaupun kemungkinan besar amat berbeda dengan kita orang biasa yang individualitasnya terdelusi.

Tentang Moksa saya kira sudah jelas bahwa ia telah terbebas dari lingkaran reinkarnasi merujuk pada definisi :

In Indian religions, Moksha (Sanskrit: मोक्ष mokṣa) or Mukti (Sanskrit: मुक्ति), literally "release" (both from a root muc "to let loose, let go"), is the liberation from samsara and the concomitant suffering involved in being subject to the cycle of repeated death and rebirth (reincarnation).

Demikian dari saya dan silahkan didebat, kritik dan sanggah  :)

 _/\_


Bro Triyana yang baik, coba disimak tulisan saya, apakah saya ada mengatakan Hindu keliru?

Maaf saya bicara dari pengertian buddhis Theravada sedangkan anda mengutip dari Mahayana, tentu saja beda bro.... Mahayana memang lebih dekat pandangannya dengan Hindu tetapi kalau Theravada beda.

Sebagai contoh Mahayana ada konsep kesadaran abadi (alaya vijnana) ini mirip dengan konsep atman. Sedangkan di Theravada tak ada konsep kesadaran abadi.

Jadi bolehlah dikatakan ada kemiripan antara Buddhis Mahayana dan Hindu, untuk ini lebih baik saya serahkan teman-teman dari Mahayana yang menjawab persamaan tersebut.

_/\_


Kalau tidak ada Kesadaran lalu bagaimana ia menjadi awas sepenuhnya (mindfull) bukankan anda berlatih Vipassana untuk senantiasa sadar bro ?  :)

 _/\_

Bro Triyana yang baik, rupanya anda belum mengerti, dalam Buddhist Theravada bukan tak ada kesadaran.

Theravada tidak mengenal kesadaran abadi seperti dalam konsep Mahayana atau agama-agama lain.
Menurut Theravada kesadaran selalu timbul tenggelam dengan kecepatan yang luar biasa (tidak abadi).

Bro Triyana sebaiknya lebih mendalami Buddhis sebelum menyamakan ajaran Buddha dengan agama-agama lain.
 
_/\_


Bro Fabian yang baik,

Bila seorang mencapai tataran Kearahatan atau Kebuddhaan bukankan ia masih tetap sebagai manusia yang tetap mampu melakukan aktivitas namun perbedaannya mereka  telah sadar (Arahat) dan sadar sepenuhnya (Buddha) dengan demikian hal tersebut membuktikan kesadaran tidak lenyap.

Mohon bro Fabian agar dapat menjawab pertanyaan saya ini  :)

 _/\_

Bro Triyana yang baik, bro Indra telah menjawab pertanyaan anda, anda tetap bersikeras mempercayai adanya kesadaran lain? Saya rasa yang dimaksud oleh bro Indra dengan kesadaran terhadap ke 6 indera pasti anda sudah mengerti.

Untuk menerangkan bahwa kesadaran timbul-lenyap, coba perhatikan pada waktu anda membaca postingan saya ini, kesadaran mata anda bekerja. Nah yang saya tanyakan: apakah kesadaran mata anda masih bekerja ketika anda tidur? Itu adalah contoh sederhana.

Sekali waktu bila sempat anda sebaiknya belajar Abhidhamma, sehingga anda mengerti Psikologi Buddhis. Masih terlalu banyak yang perlu anda pelajari bro...

Yang dimaksud selalu sadar, pada Arahat dan Buddha adalah batinnya selalu berjaga, selalu waspada. Walau dalam keadaan tidur batin mereka selalu waspada.

Tetapi batin yang selalu waspada itu juga timbul lenyap dengan kecepatan tak terhitung (trilyunan kali per detik)

 _/\_



Bro Fabian yang baik,

Pernyataan saya kiranya cukup jelas yaitu dari 6 kesadaran yang disebutkan dan timbul lenyap tersebut pastilah ada Yang Sadar yang mengetahuinya dibalik 6 kesadaran tersebut karena bila tidak ada Yang Sadar maka bagaimana anda bisa mengetahui ada ke 6 kesadaran tersebut.

Sekali waktu bila sempat anda sebaiknya belajar Abhidhamma, sehingga anda mengerti Psikologi Buddhis. Masih terlalu banyak yang perlu anda pelajari bro... = Saya dengan senang hati mempersilahkan bro Febian untuk mengeluarkan segenap kemampuan dalam bidang Abhidhamma disini dan akan coba saya tanggapi dengan baik dan jujur  _/\_


Yang dimaksud selalu sadar, pada Arahat dan Buddha adalah batinnya selalu berjaga, selalu waspada. Walau dalam keadaan tidur batin mereka selalu waspada.

Tetapi batin yang selalu waspada itu juga timbul lenyap dengan kecepatan tak terhitung (trilyunan kali per detik)
= Memang harus dibedakan antara kesadaran kasar, kesadaran halus, dan Kesadaran sangat halus/terdalam dalam diri kita, kalau kita mau jujur tidak mungkin anda dapat melepaskan diri dari Kesadaran terdalam anda karena Ia adalah Hakekat Diri anda yang terdalam. Kita ambil contoh seandainya saja anda mencapai tataran Kearahatan saya yakin seyakin-yakinnya anda tetaplah diri anda tetapi dengan pola kesadaran yang tercerahkan (menurut Theravada) dan masih mampu melakukan kegiatan anda sehari-hari dengan baik sama seperti manusia pada umumnya. Dengan pernyataan anda yang mengatakan "Tetapi batin yang selalu waspada itu juga timbul lenyap dengan kecepatan tak terhitung (trilyunan kali per detik)" berarti anda telah mengafirmasi bahwa ada Yang Sadar karena bila tidak bagaimana anda dapat mengatakan hal tersebut? Dalam Mahayana juga dikenal bahwa buah-buah pikir ini timbul dan tenggelam dengan kecepatan yang luar biasa kalau tidak salah di Sutra Avatamsaka yang memiliki pengaruh kuat pada aliran Tien Tai dan Nichiren. Buah pikir yang timbul tenggelam dan dapat diamati dalam meditasi ini bukanlah diri anda yang sesungguhnya.


 _/\_




Offline Triyana2009

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 756
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
Re: Agama Buddha dan Agama Hindu kesamaan dan perbedaan. (Mari kita diskusi)
« Reply #40 on: 22 September 2010, 09:18:45 PM »
Namo Buddhaya,

Wow, udah panjang banget diskusinya. Tetapi saya cuma ingin memberikan beberapa info buat sdr. Triyana

Pertama, tentang Udana bab VIII sutta 3 adalah benar tentang Nibbana seperti dikutipkan secara lengkap di bawah ini:

Quote
Udana
8.3. Parinibbana

Demikianlah yang saya dengar. Pada suatu ketika Sang Bhagava sedang berada di dekat Savatthi, di Hutan Jeta, di Vihara Anathapindika. Pada saat itu Sang Bhagava sedang mengajar, memberi inspirasi, dan menggembirakan para bhikkhu dengan percakapan mengenai Dhamma yang berhubungan dengan Nibbana, dan para bhikkhu, dengan keyakinan dan penuh perhatian, mengkonsentrasikan seluruh pikiran, sangat berminat mendengarkan Dhamma.

Kemudian, karena menyadari pentingnya hal itu, Sang Bhagava pada saat itu mengungkapkan kotbah inspirasi ini:

O, bhikkhu, ada sesuatu yang tidak-dilahirkan, tidak-menjelma, tidak-tercipta, yang mutlak. Jika seandainya saja, O, bhikkhu, tidak ada sesuatu yang tidak-dilahirkan, tidak-menjelma, tidak-tercipta, yang mutlak, maka tidak akan ada jalan keluar kebebasan dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi karena ada sesuatu yang tidak-dilahirkan, tidak-menjelma, tidak-tercipta, yang mutlak, maka ada jalan keluar kebebasan dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.

Sumber: http://www. w****a .com/forum/kumpulan-sutra-vinaya-buddhist/8450-udana-bab-8-pataligamiya-vagga-bab-terakhir.html

Kedua, tentang kesadaran (vinnana) dalam konsep Buddhis awal (Theravada) adalah muncul bergantung pada sebab dan kondisi serta bukan sesuatu yang kekal yang berkelana dalam samsara dan merasakan akibat perbuatan baik dan buruk seseorang. Hal ini ditegaskan dalam Mahatanhasankhaya Sutta ketika seorang bhikkhu bernama Sati menganut pandangan salah tentang kesadaran ini:

Quote
MAHATANHASANKHAYA SUTTA

(Sumber : Sutta Pitaka Majjhima Nikaya II,
Oleh : Tim Penterjemah Kitab Suci Agama Buddha,
Penerbit : Hanuman Sakti, Jakarta, 1997)

   1. Demikianlah yang saya dengar:

      Pada suatu waktu Sang Bhagava sedang berada di Jetavana, taman milik Anathapindika Savatthi.

   2. Pada ketika itu suatu pandangan jahat telah timbul pada diri Bhikkhu Sati Kevattaputta (anak nelayan): "Aku mengerti dhamma yang diajarkan oleh Sang Bhagava, kesadaran (vinnana) yang sama ini yang berpindah-pindah dalam lingkaran kehidupan (samsara) ini"

   3. Banyak bhikkhu mendengar bahwa hal ini. Kemudian mereka pergi kepada Bhikkhu Sati Kevattaputta dan mereka bertanya kepadanya "Avuso, apakah benar bahwa suatu pandangan jahat telah timbul dalam dirimu: Aku mengerti Dhamma yang diajarkan oleh Sang Bhagava bahwa kesadaran sama ini yang berpindah-pindah dalam lingkaran kehidupan ini"

      "Benar, para Avuso aku mengerti Dhamma yang diajarkan Sang Bhagava ... lingkaran kehidupan ini" Karena para bhikkhu ingin agar dia mau melepaskan pandangan jahatnya itu, mereka bertanya, menekan dan menyudutkan dia dengan kata-kata "Avuso Sati, janganlah berkata begitu, janganlah salah mewakili Sang Bhagava, adalah tidak baik untuk salah mewakili Sang Bhagava. Sang Bhagava tidak berkata begitu, sebab kesadaran itu telah dikemukakan di dalam banyak kotbah dhamma oleh Sang Bhagava sebagai hal yang timbul karena adanya sebab, karena tanpa kondisi maka kesadaran tidak muncul (ada)." Namun walaupun ditekan, ditanyai serta disudutkan oleh pertanyaan-pertanyaan mereka, bhikkhu Sati Kevattaputta masih dengan kepala batu salah menanggapi sesuai dengan pandangan jahatnya dan tetap bertahan dan berkata :

      "Para Avuso, memang demikian seperti apa yang aku mengerti tentang Dhamma yang diajarkan oleh Sang Bhagava .... lingkaran kehidupan ini"

   4. Karena para bhikkhu tidak dapat membebaskan dirinya dari pandangan salah itu, mereka pergi kepada Sang Bhagava, setelah memberi hormat kepada beliau, mereka duduk ditempat yang tersedia. Setelah duduk, mereka menceritakan kepada Beliau semua yang terjadi dan mereka menambahkan "Bhante, karena kita tidak dapat melepaskan bhikkhu Sati Kevattaputta dari pandangan jahat itu, kami melaporkan kepada Sang Bhagava tentang kejadian itu."

   5. Kemudian Sang Bhagava berkata kepada seorang bhikkhu dengan kata-kata sebagai berikut "Ayo bhikkhu, atas namaku katakan kepada bhikkhu Sati bahwa Guru memanggilmu."

      "Baik, bhante," jawabnya. Ia pergi menemui bhikkhu Sati dan berkata "Sang Guru memanggilmu avuso Sati"

      "Baiklah, avuso," ia menjawab. Lalu bhikkhu Sati pergi menghadap Sang Bhagava, setelah memberi hormat kepada beliau, ia duduk di tempat yang tersedia. Ketika ia telah duduk, Sang Bhagava bertanya kepadanya: "Sati, apakah betul, bahwa pandangan jahat berikut telah timbul pada dirimu 'Saya mengerti dhamma yang diajarkan Sang Bhagava ........ lingkaran kehidupan ini?'"

      "Bhante, memang benar demikian. Seperti apa yang aku mengerti Dhamma yang diajarkan oleh Sang Bhagava, kesadaran .... lingkaran kehidupan ini."

      "Apakah kesadaran itu Sati?"

      "Bhante, itu adalah apa yang berbicara dan merasakan serta mengalami akibat dari perbuatan baik dan jahat di sini maupun di sana"

   6. "Orang bodoh, dari siapakah kamu pernah mendengar saya mengajar Dhamma seperti itu? Orang bodoh, bukankah saya telah nyatakan dalam banyak kotbah bahwa kesadaran muncul karena adanya sebab, karena tanpa adanya kondisi maka kesadaran tidak muncul. Tetapi kamu telah salah menginterprestasikan dengan pengertian kamu yang salah dan mengatakan pandangan salahmu, itu akan menyebabkan banyak akibat buruk (apunna), karena hal ini maka kamu akan lama terganggu dan menderita"

   7. Kemudian Sang Bhagava berkata kepada para bhikkhu: "Para bhikkhu, bagaimana pendapat kamu sekalian. Sudahkah Sati Kevattaputta menyalakan (usmikato) dhamma dan vinaya ini?"

      "Bhante, mengapa harus dia? Tidak, Bhante" Setelah hal ini dinyatakan, Bhikkhu Sati Kevattaputta duduk diam, cemas, bahu turun, kepala tertunduk, muram dan tak berkata sepatah katapun. Menyadari keadaan bhikkhu Sati, maka Sang Bhagava berkata kepadanya "Orang bodoh, ketahuilah karena pandangan jahatmu, Saya akan menanyakan hal ini kepada para bhikkhu"

   8. Lalu Sang Bhagava berkata kepada para bhikkhu "Para bhikkhu, apakah kamu sekalian tahu Dhamma yang Saya ajarkan adalah seperti yang dipahami oleh Bhikkhu Sati Kevattaputta, ketika ia salah menginterprestasikan karena pengertiannya yang salah dan mengatakannya yang salah, yang menyebabkan banyak akibat buruk, maka ia akan lama terganggu dan menderita"

      "Tidak, bhante, karena kesadaran telah dinyatakan dalam banyak kotbah Sang Bhagava bahwa itu muncul karena adanya sebab karena tanpa adanya kondisi maka kesadaran tidak muncul"

      "Baik, para bhikkhu, bahwa kamu sekalian mengetahui dhamma yang telah Saya ajarkan. Karena kesadaran telah saya nyatakan dalam banyak kotbah bahwa itu muncul karena adanya sebab, karena tanpa adanya kondisi maka kesadaran tidak muncul. Tetapi Bhikkhu Sati Kevattaputta telah salah menginterprestasikan .... terganggu dan mencerita."

   9. "Para bhikkhu, kesadaran hanya muncul, tergantung pada sebabnya: bila kesadaran (vinnana) muncul tergantung pada mata (cakkhu) dan bentuk-bentuk (rupa), disebut kesadaran mata (cakkhuninnana): kesadaran muncul tergantung pada telinga (sota) dan suara (sadda) disebut kesadaran telinga (sotavinnana): kesadaran yang muncul tergantung pada hidung (nasa) dan bau (gandha) disebut kesadaran hidung (nasavinnana): kesadaran yang muncul tergantung pada lidah (jivha) dan rasa (rasa) disebut kesadaran lidah (jivhavinnana); kesadaran yang muncul tergantung pada tubuh (kaya) dan sentuhan (photthabba) disebut kesadaran tubuh (kaya vinnana): kesadaran yang muncul tergantung pada pikiran (mano) dan obyek pikiran (dhamma) disebut kesadaran pikiran (manovinnana).

Seperti api yang hanya diperhitungkan tergantung pada sebab yang memunculkannya, api terbakar tergantung pada batang kayu di sebut api batang kayu, bila api terbakar tergantung pada kayu bakar disebut api kayu bakar, bila api terbakar tergantung pada rumput disebut api rumput, bila api terbakar tergantung pada kotoran sapi disebut api kotoran sapi, bila api terbakar tergantung pada dedak disebut api dedak, bila api terbakar tergantung pada sampah disebut api sampah. Demikian pula, kesadaran hanya muncul tergantung pada sebabnya. Ketika kesadaran muncul tergantung pada mata dan bentuk disebut kesadaran mata .... bila kesadaran muncul tergantung pada pikiran dan obyek pikiran disebut kesadaran pikiran.
"

...[dst]

Sumber: http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka_dtl.php?cont_id=696

Semoga bermanfaat _/\_

Namo Buddhaya,

Bro Seniya yang baik,

Terima kasih untuk Sutta Suci yang dilampirkan disini  _/\_

Memang benar bahwa ke 6 kesadaran tersebut muncul dan lenyap tergantung pada sebab dan kondisi dan saya yakin MAHATANHASANKHAYA SUTTA adalah benar. Yang ingin saya tanyakan adalah setelah anda mampu mengamati ke 6 kesadaran tersebut dengan baik dan konstan seperti yang kita lakukan dalam Vipasanna bukankah anda masih tetap eksis, dalam artian anda masih dapat mencerap obyek-obyek dengan baik dan benar, melalui pembuktian ini saja dapat dikatakan bahwa ada Yang Eksis yang mampu mecerap obyek-obyek dengan baik dan benar dan itu adalah Diri Buddha anda.

Selanjutnya dalam Mahayana ajaran Yogacara (http://en.wikipedia.org/wiki/Yogacara) dikenal tidak hanya ke 6 kesadaran tersebut tetapi masih ada lagi kesadaran lain yaitu :

The Yogacara School that espoused the Cittamatra Doctrine proffer two more consciousnesses:

Seventh consciousness: "The manas consciousness ""Obscuration-consciousness" (Tibetan: nyon-yid rnam-shes); (Sanskrit: klistamanas = klesha "obscuration", "poison", "enemy"; manas "ideation", "moving mind", "mind monkey" (volition?); a consciousness which through apprehension, gathers the hindrances, the poisons, the karmic formations (c.f. Manas (early Buddhism)).

Eighth consciousness: "store-house consciousness" (Tibetan: kun-gzhi rnam-shes; Sanskrit: ālāyavijñāna); " The seed consciousness (bi^ja-vijn~a^na); "the consciousness which is the basis of the other seven.[2] The seven prior consciousnesses are based and founded upon the eighth. It is the aggregate which administers and yields rebirth; this idea may in some respects be compared to the usage of the word "citta" in the agamas; see below. In the early texts the sankhara-khandha plays some of the roles ascribed to the store-house consciousness by later Yogacara thinkers.

Lihat : http://en.wikipedia.org/wiki/Eighth_consciousness

dan kesadaran ke-9 yaitu Kesadaran Kebudhaan atau Sugatagarbha / Amala Vijnana (http://www.sgi-usa-southbaycc.org/study/Nine_Consciousnesses.pdf)

Jadi dapat dikatakan bahwa Sang Buddha tidak tak memiliki kesadaran setelah ia mencapai Samyaksambuddha/Sammasambuddha, tetapi mencapai tataran tertinggi dari kesadaran yaitu kesadaran ke-9 atau Sugatagarbha / Amala Vijnana/ Fundamental Pure Consciousness (Buddhahood)

 _/\_

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Agama Buddha dan Agama Hindu kesamaan dan perbedaan. (Mari kita diskusi)
« Reply #41 on: 22 September 2010, 09:23:48 PM »
Buah pikir yang timbul tenggelam dan dapat diamati dalam meditasi ini bukanlah diri anda yang sesungguhnya.

untuk mempersingkat diskusi, saya akan langsung to the point saja.

sampai pada titik ini Bro Triyana menyatakan (seperti yang di-bold di atas) bahwa ada diri sejati (diri yang sesungguhnya) yg mana statement ini jelas berlawanan secara frontal dengan doktrin Anatta. mohon Bro Triyana sudi menjelaskan dengan jelas dan dengan bahasa yg mudah dipahami.

_/\_


Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Agama Buddha dan Agama Hindu kesamaan dan perbedaan. (Mari kita diskusi)
« Reply #42 on: 22 September 2010, 09:40:15 PM »
Buah pikir yang timbul tenggelam dan dapat diamati dalam meditasi ini bukanlah diri anda yang sesungguhnya.

untuk mempersingkat diskusi, saya akan langsung to the point saja.

sampai pada titik ini Bro Triyana menyatakan (seperti yang di-bold di atas) bahwa ada diri sejati (diri yang sesungguhnya) yg mana statement ini jelas berlawanan secara frontal dengan doktrin Anatta. mohon Bro Triyana sudi menjelaskan dengan jelas dan dengan bahasa yg mudah dipahami.

_/\_



Dua pendapat diatas cukup menggambarkan perbedaan antara Hindu dan Buddha.
Hindu mengganggap ada diri sejati yaitu atma/atman/roh pada manusia yang merupakan percikan api ilahi, yaitu Brahman. Sedangkan di dalam Buddhism adalah anatta, tidak ada diri/roh/atman, yang ada hanyalah perpaduan unsur2 yang senantiasa berubah.

Btw, apakah bro Tri mewakili ajaran Hindu?
« Last Edit: 22 September 2010, 09:41:57 PM by hendrako »
yaa... gitu deh

Offline Triyana2009

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 756
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
Re: Agama Buddha dan Agama Hindu kesamaan dan perbedaan. (Mari kita diskusi)
« Reply #43 on: 22 September 2010, 10:20:02 PM »
Namo Buddhaya,

Buah pikir yang timbul tenggelam dan dapat diamati dalam meditasi ini bukanlah diri anda yang sesungguhnya.

untuk mempersingkat diskusi, saya akan langsung to the point saja.

sampai pada titik ini Bro Triyana menyatakan (seperti yang di-bold di atas) bahwa ada diri sejati (diri yang sesungguhnya) yg mana statement ini jelas berlawanan secara frontal dengan doktrin Anatta. mohon Bro Triyana sudi menjelaskan dengan jelas dan dengan bahasa yg mudah dipahami.

_/\_



Baik mari kita persingkat :

Menurut pendapat saya yang dimaksud oleh Sang Buddha dengan anatta/anatman(sanskrit) adalah diri kecil anda yang terbentuk karena faktor avidya (kebodohan fundamental) apabila anda mampu menyingkirkan diri kecil anda maka anda akan sampai ke Diri Buddha anda yang adalah anda yang sesungguhnya.

 _/\_

Offline Triyana2009

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 756
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
Re: Agama Buddha dan Agama Hindu kesamaan dan perbedaan. (Mari kita diskusi)
« Reply #44 on: 22 September 2010, 10:23:58 PM »
Namo Buddhaya,

Buah pikir yang timbul tenggelam dan dapat diamati dalam meditasi ini bukanlah diri anda yang sesungguhnya.

untuk mempersingkat diskusi, saya akan langsung to the point saja.

sampai pada titik ini Bro Triyana menyatakan (seperti yang di-bold di atas) bahwa ada diri sejati (diri yang sesungguhnya) yg mana statement ini jelas berlawanan secara frontal dengan doktrin Anatta. mohon Bro Triyana sudi menjelaskan dengan jelas dan dengan bahasa yg mudah dipahami.

_/\_



Dua pendapat diatas cukup menggambarkan perbedaan antara Hindu dan Buddha.
Hindu mengganggap ada diri sejati yaitu atma/atman/roh pada manusia yang merupakan percikan api ilahi, yaitu Brahman. Sedangkan di dalam Buddhism adalah anatta, tidak ada diri/roh/atman, yang ada hanyalah perpaduan unsur2 yang senantiasa berubah.

Btw, apakah bro Tri mewakili ajaran Hindu?

Saya tidak mewakili siapa-siapa, saya hanya memaparkan sesuai dengan apa adanya saja  _/\_

 _/\_