//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Sutta "Bhikkhu menonton~melanggar Vinaya Dukkhata" (umat awam perlu waspada)  (Read 17882 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Mohon bantuan rekan2 untuk memberikan sutta yg lengkap pada yg di bold dibawah ini...

Quote
Suatu kali, di Rajagaha ada keramaian yang diadakan di atas gunung. Kelompok bhikkhu Chabbaggiya pergi melihat keramaian itu. Penduduk desa mencela dan mengkritik perbuatan mereka: ‘ Kenapa para samana sakyaputta itu pergi melihat orang-orang menari, menyanyi dan main musik seperti layaknya perumah tangga yang senang bersuka ria menikmati nafsu duniawi. ‘ ……………..

Mendengar itu, Sang Buddha memerintahkan untuk mengadakan pertemuan Sangha. Lalu bertanya kepada para bhikkhu: ‘ Wahai para bhikkhu, terdengar berita bahwa bhikkhu Chabbaggiya pergi menonton keramaian, orang menari, menyanyi dan main musik. ‘ ……………..

‘ Wahai para bhikkhu, seorang bhikkhu tak layak pergi menonton keramaian, orang menari,menyanyi dan main musik. Barang siapa melakukan itu, melanggar vinaya dukkata.'

Bila dilihat sepintas lalu, betapa usilnya para perumah tangga mencampuri urusan para bhikkhu. Kenapa mereka tidak membiarkan saja apa yang diperbuat oleh para bhikkhu. Toh ada Sang Buddha yang bertanggung jawab atas pendidikan para bhikkhu. Beliau bisa tahu dengan mata dewa-Nya segala perbuatan para bhikkhu.

Namun, yang dilakukan para perumah tangga itu sebenarnya merupakan bentuk kepedulian mereka terhadap kebaikan para bhikkhu dan kebaikan BuddhaSasana. Pada pandangan mereka, bhikkhu adalah sosok yang patut dihormat, bhikkhu adalah pertapa yang tingkah lakunya seharusnya berbeda dengan para perumah tangga. Pergi menonton keramaian, menonton tari-tarian, menonton orang menyanyi dan main musik, apalagi ikut menyanyi, main gitar dan mengarang lagu bukanlah perbuatan yang baik bagi para bhikkhu. Bukan pula perbuatan yang baik bila seorang bhikkhu menonton sepak bola, film silat, dan lain-lain di TV. Itu semua termasuk yang dilarang oleh Sang Buddha.

sumber: http://chanyan.wordpress.com/2010/04/29/sila-perumah-tangga-dan-bhikkhu/

Dan pertanyaan selanjutnya: Pantaskah kita menyajikan tari-tarian untuk ditonton saat acara tsb juga dihadiri oleh Bhikkhu?

Karena hal tsb sering dilakukan dan selama ini sy kuatir dan selalu berpendapat bahwa menyajikan tontonan tarian, drama atau pertunjukkan sejenis dalam acara2 Buddhis yg dihadiri oleh Bhante adalah suatu perbuatan yg "kurang paham" yg akan menyulitkan si Bhante dlm menjalankan disiplinnya dan menjaga vinaya-nya. Benar apa tidak, mari kita diskusikan agar menjadi lebih jelas dan semoga bermanfaat untuk kita semua dalam usaha menopang kehidupan para Sangha...

 _/\_

::
« Last Edit: 13 January 2013, 06:27:50 PM by williamhalim »
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Biasanya acara Kathina atau semacamnya juga dihadiri mayoritas umat awam, dan mereka juga perlu acara bersifat hiburan.

Jika acara seperti itu diminimalisir hiburannya, umat yang datang lagi akan berkurang (imbasnya perkembangan agama Buddha jadi menurun).

Kalau pendapat saya pribadi, sebaiknya jika bhikkhu ingin disiplin menjalankan Vinaya, bisa menanyakan dahulu agenda acara sebelum menghadirinya.

Prinsipnya, jika kita tidak boleh lihat, kita yang tidak hadir (bukan pengunjungnya yang ikut-ikutan peraturan tertentu).

Salam. Semoga berbahagia.  _/\_

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Sebenar nya tarian, nyanyian, drama dan acara hiburan lain nya, tidak masalah di lakukan di vihara atau acara2 besar buddhist, yang terpenting adalah seorang bhikkhu jangan di kondisikan berada di tempat acara hiburan itu berlangsung.

ini tergantung dari umat yang peduli dan tergantung dari panitia/dayaka yg diharapkan dapat menyokong latihan kebhikkhuan, jgn hanya karena hal yg dianggap spele tersebut, seorang bhikkhu melanggar vinaya.

entah umat/dayak/panitia merasa senang jk ada bhikkhu yg berada di antara mereka, bersama2 mengikuti acara yg berlangsung. tanpa mereka ketahui dan sadari bahwa kegiatan itu tidak layak untuk seorang bhikkhu.

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Biasanya acara Kathina atau semacamnya juga dihadiri mayoritas umat awam, dan mereka juga perlu acara bersifat hiburan.

Jika acara seperti itu diminimalisir hiburannya, umat yang datang lagi akan berkurang (imbasnya perkembangan agama Buddha jadi menurun).

Kalau pendapat saya pribadi, sebaiknya jika bhikkhu ingin disiplin menjalankan Vinaya, bisa menanyakan dahulu agenda acara sebelum menghadirinya.

Prinsipnya, jika kita tidak boleh lihat, kita yang tidak hadir (bukan pengunjungnya yang ikut-ikutan peraturan tertentu).


Bukannya lebih cocok, panitia yg mengatur jadual acara agar Bhikkhu tidak 'terjebak' di suguhan tsb?
Seringnya tari2an disuguhkan di saat2 break, Bhante sedang istirahat atau duduk, dan para gadis tari memulai adegannya...

Bhikkhu juga tidak pada kapasiatasnya untuk terlalu memilih dan mengatur acara, ini yg menurut sy perlu disosialisasikan sering2 agar kita paham dan bisa menyokong kehidupan sangha dengan benar

::

« Last Edit: 13 January 2013, 07:51:30 PM by williamhalim »
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Bukannya lebih cocok, panitia yg mengatur jadual acara agar Bhikkhu tidak 'terjebak' di suguhan tsb?
Seringnya tari2an disuguhkan di saat2 break, Bhante sedang istirahat atau duduk, dan para gadis tari memulai adegannya...

Bhikkhu juga tidak pada kapasiatasnya untuk terlalu memilih dan mengatur acara, ini yg menurut sy perlu disosialisasikan sering2 agar kita paham dan bisa menyokong kehidupan sangha dengan benar

::

Bisa juga demikian. Intinya Bhikkhu bisa melaksanakan Vinaya-nya, umat bisa tetap menjalankan aktivitas duniawi seperti biasa (kedua pihak pada jalurnya masing-masing).

 _/\_

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Biasanya acara Kathina atau semacamnya juga dihadiri mayoritas umat awam, dan mereka juga perlu acara bersifat hiburan.

Jika acara seperti itu diminimalisir hiburannya, umat yang datang lagi akan berkurang (imbasnya perkembangan agama Buddha jadi menurun).

Salam. Semoga berbahagia.  _/\_

kok perkembangan agama buddha di kaitkan dengan adanya hiburan ?  :o
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline Predator

  • Sebelumnya: Radi_muliawan
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 585
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
  • Idealis tapi realistis dan realistis walau idealis
kok perkembangan agama buddha di kaitkan dengan adanya hiburan ?  :o

sepertinya perkembangan agama Buddha sedikit banyak dilihat dari jumlah umat, beda dengan perkembangan ajaran Buddha

tidak menutup kemungkinan umat Buddha yg muda atau manula tertarik dengan hiburan, berkumpul dengan teman di vihara dan beberapa faktor lainnya ketimbang ajaran Buddhanya sendiri, dimana ajaran yg dibabarkan terkadang sulit ditangkap materinya, jadi sepertinya jika berbicara sebatas perkembangan agama maka paket yg disajikan perlu menarik dan mendidik..jika ada mindset agama Buddha itu membosankan dan sulit dipelajari maka perlu di patahkan.. sesuai sejarah agama buddha meninggalkan tidak sedikit peninggalan yg luar biasa

sepertinya memang perlu penyesuaian kondisi antara umat dan bhikkhu tanpa harus membuat bhikkhu mengikuti sepenuhnya acara untuk umat, karena jika umat mengikuti cara bhikkhu akan membuat umat biasa menjadi jenuh karena memang jalan hidupnya tidak sama walau tujuannya sama

dari segi perkembangan ajaran Buddha sendiri cukup baik dibandingkan beberapa waktu lalu, sebelumnya mengetahui buddha dari orang tua tidak mengenal apa itu sutta dan vinaya.. sekarang kita bisa mengetahui dan mendapatkan referensi, cerita di tempat ibadah lebih banyak cerita dongeng dewa dan keajaiban yang entah diperoleh dari mana..sekarang sudah mulai banyak buku berkualitas beredar baik di vihara2 bahkan toko buku.
« Last Edit: 14 January 2013, 02:53:13 AM by Radi_muliawan »
susah dan senang, sakit dan sehat selalu silih berganti

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
dan pada akhirnya umat buddha taunya cuma nyanyi2 dan mendongeng.
selamat menghadapi kepunahan Dhamma.
:backtotopic:
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline Predator

  • Sebelumnya: Radi_muliawan
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 585
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
  • Idealis tapi realistis dan realistis walau idealis
dan pada akhirnya umat buddha taunya cuma nyanyi2 dan mendongeng.
selamat menghadapi kepunahan Dhamma.
:backtotopic:

tidak ada yg abadi, sekarang pun umat buddha sendiri berkurang walau referensi ajaran sudah mulai banyak.. dan kita pun tidak bisa berharap  umat buddha mengikuti jejak para pertapa

nyanyi dan dongeng yg mendidik tidak menutup kemungkinan umat buddha dapat menerima ajaran buddha dengan cara yg mereka minati


OOT  ;D

yup back to topic
« Last Edit: 14 January 2013, 08:39:07 AM by Radi_muliawan »
susah dan senang, sakit dan sehat selalu silih berganti

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
tidak ada yg abadi, sekarang pun umat buddha sendiri berkurang walau referensi ajaran sudah mulai banyak.. dan kita pun tidak bisa berharap  umat buddha mengikuti jejak para pertapa

nyanyi dan dongeng yg mendidik tidak menutup kemungkinan umat buddha dapat menerima ajaran buddha dengan cara yg mereka minati


OOT  ;D

yup back to topic

tapi bbrp aksi sy nilai sdh kebablasan..

misalnya: berteriak2 "happy!" di panggung sambil meloncat dan bertepuk tangan.. mengajak umat yg menonton juga meneriakkan "happy!" dengan semangat dan gembira...

Sy benar2 tercengang melihat 'kemajuan' ini, makin lama makin mirip tetangga

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Predator

  • Sebelumnya: Radi_muliawan
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 585
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
  • Idealis tapi realistis dan realistis walau idealis
tapi bbrp aksi sy nilai sdh kebablasan..

misalnya: berteriak2 "happy!" di panggung sambil meloncat dan bertepuk tangan.. mengajak umat yg menonton juga meneriakkan "happy!" dengan semangat dan gembira...

Sy benar2 tercengang melihat 'kemajuan' ini, makin lama makin mirip tetangga

::

saya juga pernah dalam situasi diajak tepuk tangan saat acara bincang dhamma,buat saya pribadi yg penting di dalam pikiran saya tidak menepuk tangan seekor artis atau atraksi sirkus, dikarenakan bentuk apresiasi bisa beda-beda

beberapa aksi mungkin bisa kebablasan tapi belum tentu semuanya kebablasan  ^:)^
« Last Edit: 14 January 2013, 03:08:33 PM by Radi_muliawan »
susah dan senang, sakit dan sehat selalu silih berganti

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
saya juga pernah dalam situasi diajak tepuk tangan saat acara bincang dhamma,buat saya pribadi yg penting di dalam pikiran saya tidak menepuk tangan seekor artis atau atraksi sirkus, dikarenakan bentuk apresiasi bisa beda-beda

beberapa aksi mungkin bisa kebablasan tapi belum tentu semuanya kebablasan  ^:)^


bukan mengajak bertepuk tangan sebagai apresiasi atas pembicaraan yg telah diberikan... ini mah biasa saja, ok lah.

Tapi mengajak umat berteriak "happy!" dengan semangat dan gempita... yg ngajak teriak meloncat2 diatas panggung.. <-- emang biasa juga?

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Predator

  • Sebelumnya: Radi_muliawan
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 585
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
  • Idealis tapi realistis dan realistis walau idealis
bukan mengajak bertepuk tangan sebagai apresiasi atas pembicaraan yg telah diberikan... ini mah biasa saja, ok lah.

Tapi mengajak umat berteriak "happy!" dengan semangat dan gempita... yg ngajak teriak meloncat2 diatas panggung.. <-- emang biasa juga?

::

bukan ice breaking ?, kadang saat ikut acara motivator juga suka di suruh loncat2 gak jelas :D
susah dan senang, sakit dan sehat selalu silih berganti

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Masa' Dhamma disamakan seminar motivasi, Om Radi? Apakah kebahagiaan dalam dhamma dilandasi oleh sugesti?