//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Babat: TIME - Conciousness  (Read 5033 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline langitbiru

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 547
  • Reputasi: 23
Babat: TIME - Conciousness
« on: 07 July 2007, 01:52:19 PM »
untuk mod : tempatnya bener ga ya di sini?

ini artikel didpt dr milis bebas, kebetulan menyinggung soal kesadaran dan ttg buddhism juga.

[link]


Babat: TIME - Conciousness

Minggu lalu majalah Time mengangkat sisi lain dari pengembangan hegemoni Cina: investasi besar2an di negara2 ketiga, berperan luas sebagai negara superpower - hal yg tidak pernah dilakukan Jepang di 'masa jaya' mereka -- sisi yg jarang dilihat pada perkembangan superpower Cina. HA mengangkat isu ini di satu thread AK - topik ini mestinya diulas lebih mendalam lagi. Apa arti sesungguhnya menjadi kekuatan global itu.

Time membuktikan dirinya sebagai majalah yg membawa issue2 penting
kedepan.

Minggu ini aku lebih surprised lagi. Time mengangkat isu ttg The
Brain, A User Guide. Seri topik tulisan mengenai Consciousness --
Kesadaran (Cons). Topik science paling utama abad 21 ini.

Dan seri tulisan2 di edisi ini benar2 jelegur! Aku rasa ini tidak
kalah dari artikel2 di majalah2 science populer, membahas bukan hanya
issue2 utama, juga riset yg terakhir -- secara populer.
Khususnya tulisan Steven Pinker - scientist dengan nama besar untuk
studi ttg Cons -- The Mystery of Consciousness.
http://www.time.com/time/magazine/article/0,9171,1580394,00.html

Steve membahas apa itu Kesadaran, dengan berbagai hasil riset terakhir.
Banyak orang awam sangat dianjurkan membaca tulisan2 spt ini. Isu2 yg
secara tradisional dibahas hanya melalui agama mendapat diskusi yg
sangat serius.

Penemuan fMRI - sering kubahas -- membuat sisi empiris terbuka. Banyak
sekali studi dapat dilakukan pada otak manusia. Artikel Pinker ini
merupakan suatu wide-view pada issue2 ttg Kesadaran yg semuanya luar
biasa menarik. Implikasi2 nya yg sangat luarbiasa. Terutama pada
pemikiran awam ttg apa itu Kesadaran, yg berkaitan erat dengan Jiwa
(Soul), dan ultimately Moral. Yang berarti Agama.

Pembahasan Pinker ini bukanlah melalui debat teoritis filosofis.
Tetapi lebih mirip merupakan diskusi penemuan2 kosmologi ttg
pengukuran2 jagad raya -- lalu konsekuensinya.
Di bagian pertama Pinker menjabarkan posisi riset sampai saat ini,
dengan foto hasil fMRI. Lalu merumuskan framework pemikiran ttg Cons,
yg menggunakan pendekatan sangat luas (ingat efficient market nya Fama,
atau debat kosmologi awal - menggunakan definisi luas). Yaitu The Easy
Problem dan The Hard Problem menyangkut Cons.

Kurasa definisi ini membantu untuk membelah masalah menjadi lebih clear
(Dennett menentang klasifikasi ini - nanti kita bahas). The Easy
Problem (TEP) adalah problem memetakan proses2 dalam otak, unconscious
maupun conscious processes, dan memetakannya pada fisik otak kita (saat
ini studi paling penting menggunakan fMRI itu). Jelas bahwa dalam
tubuh kita ada process2 yg unconscious / tak-sadar (spt nafas, denyut
jantung dll) -- dan sebaliknya ada yg conscious / sadar. Walau batasan
keduanya bisa blurry -- tetapi spt laut dan daratan. Kita bisa mendebat
mana garis pantai, tetapi mana laut dan mana darat itu jelas.

Proses pemetaan ini dikatakan 'easy' secara relatif saja -- hanya
karena kita sudah tahu apa yg harus dilakukan untuk kesana -- sama
'easy' nya spt mengirim manusia ke Mars.

The Hard Problem (THP) adalah menemukan jawaban mengapa ada subjective
experience - perasaan individu kita. THP ini real hard karena kita
tidak tahu bagaimana menjawabnya! Ini pula pertanyaan yg berujung pada
hal2 yg hakiki : Apa artinya subjective experience itu? Apakah saya
melihat warna 'hijau' yg sama spt anda melihat warna 'hijau'? menjawab
pertanyaan2 ini akan berujung ke problem spiritual, termasuk apa itu
Soul dan 'kemana perginya nanti' (!)

Tidak ada persetujuan apakah THP itu bisa dijawab - Dennett bahkan
mengatakan THP itu bukan problem!

Nah, sama spt pada banyak science lain, ketidak setujuan para ahli ini
tidak berarti bahwa tidak ada yg telah diketahui sejauh ini. Kurasa
statement Pinker berikut ini yg paling penting untuk banyak orang awam,
bahwa apa2 yg sudah disetujui para ahli sampai saat ini - itulah yg
paling menggemparkan bagi awam!

==
Although neither problem has been solved, neuroscientists agree on many
features of both of them, and the feature they find least controversial
is the one that many people outside the field find the most shocking.
Francis Crick called it "the astonishing hypothesis"--the idea that our
thoughts, sensations, joys and aches consist entirely of physiological
activity in the tissues of the brain. Consciousness does not reside in
an ethereal soul that uses the brain like a PDA; consciousness is the
activity of the brain.
==

Ya, walaupun Crick mengusulkan penjelasan THP yg sangat aneh :P --
mereka semua sepakat bahwa
"consciousness is the activity of the brain". Tidak ada 'soul' yg
menggunakan Otak spt PDA (komputer genggam) :P Tidak ada split
antara soul dan brain.

Berikutnya artikel ini semakin bagus - karena Pinker membahas
pertanyaan2 yg akan segera muncul.

The Brain as machine.
The Illusion of Control
Believing our own lies
Waves of Brain
New Morality

Ttg illusion of control. siapa sesungguhnya 'Self' (atau 'diri kita' -
bagian dari kita yg merasa 'aku' ). Secara awam kita merasa ada 'aku'
didalam otak kita, yg konsisten -- percaya pada KS, baik hati,
lelananging jagad atau apalah :P
Yang sangat menarik disini adalah dari studi ttg complexities dan
emergent phenomena (yg sering kusebut sebagai efek agregat kumpulan
atomis - yaitu watak baru yg timbul akibat interaksi banyak sekali
komponen dibawahnya, spt pasar modal, tekanan gas dalam ruang, badai
dlsb) - menunjukkan interaksi kumpulan synapses di neuron otak kita -
atomis yg tak terbilang banyaknya -- membangkitkan emergent phenomena
berupa 'suara bersama'.

Contoh yg elegant (tidak seluruhnya benar, karena masih ada pemain
musik) diberikan oleh Gazzaniga: Pipe organ. Jika anda memainkan
organ pipa (spt yg ada di katedral2) yg terdiri dari banyak pipa yg
masing2 menyuarakan hanya satu note (dengan kekerasan yg bisa diatur)
-- masing2 pipa hanya main sangat sebentar ---- tetapi (jika dimainkan
dengan benar!) anda akan mendengar sesuatu yg kita sebut 'musik' .

Apa itu 'musik' ? tidak ada persisnya yg bernama musik -- hanya
kumpulan note yg dimainkan secara tertentu. Itu lah parabel untuk soul
-- dengan catatan bahwa sang pemain musik tidak ada (!).
Self kita adalah kumpulan dari 'vote winners' di kancah otak kita.
Masing2 winners hanya menguasai 'executive branch' itu sangat sebentar.
Ber-ubah2 terus. Lalu ada bagian yg membuatkan suatu flow consistent.
Ide ini sudah agak lama beredar, yg baru pada artikel ini adalah
bukti2nya!

Pinker menceritakan test2 yg bisa dilakukan dengan fMRI untuk
membuktikan komponen2 dari Self itu apa. Banyak yg mengherankan dari
test2 empiris itu. Misalnya, anda semua merasa bahwa di sekeliling
anda ada persepsi yg kontinu ttg alam sekitar. Meja kursi tembok yg
konsisten - jelas kontras dan exact - yg anda lihat saat ini.
Sesungguhnya sebagian besar dari informasi itu adalah 'out-of date' -
itu di construct dari memory,.dugaan, persepsi dan hanya sebagian kecil
dari informasi saat ini !!


Mirip spt Google Earth. Jika anda install program ini di PC anda, anda
bisa melihat foto satelit dari semua tempat (ya, hampir semua, jika
anda tinggal di Jakarta atau kota2 besar dunia, anda bisa melihat atap
rumah anda!!). Foto itu nampak realistis, padahal Google collating
foto2 satelit yg berumur sampai dengan 3 tahun untuk rekonstruksi nya.

Demikian juga persepsi anda. Ini bisa di test ber-kali2. Dan jika
'hardware' anda mulai fail - either karena rusak atau aus atau tua --
anda bisa 'melihat setan' yaitu diskontinuitas pada persepsi
sekeliling.

Well?
Tulisan Pinker ttg Illusi ini - dan Believeing our own lies -- cukup
untuk membuka mata awam untuk berpikir keras (kalau mau! ) ttg hal2 ini
dan konsekuensi2 nya yg sangat luar biasa.

Ada sidebar dari Dennett (salah satu fave ku!) yg mengatakan bahwa
tidak ada garis jelas ttg TEP dan THP - menggunakan thought experiment
seandainya Pinker kena penyakit yg merusak sistem tubuhnya pelan2 dari
luar ke dalam - dan semuanya di ganti dengan robot / artificial organs,
dg otak yg terakhir (asumsi teknologi memungkinkannya) -- pada titik
mana ada beda? Ini menarik.

Sebaliknya ahli2 lain berpendapat bahwa menyelesaikan THP itu tidak
urgent, lebih penting membahas TEP terus2an 'chipping at the problem'
-- sampai suatu saat nanti gunung informasi TEP ini memadai - dan akan
lahir seorang Darwin atau Einstein yg membuat formulasi baru yg membuat
kita semua terperangah ... ooo begitcu tho!


Bagian terakhir adalah Morality. Pinker mendebat serangan kaum agama yg
mengatakan bahwa memahami Cons sebagai bagian dari brain tanpa adanya
agama itu mendorong seseorang jadi kejam tak bermoral (ini adalah
argumen agamawan yg meluas, dari mereka yg anti-harry-potter sampai
posisi VH soal anaknya di negara sekuler :P ). Pinker mengatakan bahwa
jika kita menyadari bahwa 'harta kita' yg paling utama itu adalah
bagian dari brain -- dan brain yg sama juga beroperasi pada jews,
negros maka mungkin kita malah jadi lebih humble. Tentu saja Pinker
tidak memperhitungkan mereka2 yg menolak untuk tahu - dan ngotot bahwa
semua orang lain juga tidak boleh tahu - serta kemungkinan mereka
mempunyai power untuk melakukan hal itu (spt osama ..)

Aku sering mengatakan bahwa membaca buku Science itu bisa sangat
mencerahkan. Spt pada waktu mata terbuka ttg 'Kebesaran Alam' itu arti
sesungguhnya apa (kosmologi). Waktu menyadari konsep space-time nya
Einstein. Waktu membaca ttg hereditas kacang Mendel yg menggabungkan
alam dengan math. Waktu menyadari apa yg dimaksud oleh Darwin dengan
evolusi biologi (suer! ini sulit di pahami tanpa benar2 membaca buku2
evolusi secara serius! - saking simple nya).
Waktu menyadari apa yg dimaksud Selfish Gene oleh Dawkins, dan apa
implikasi2nya.
Waktu mengerti apa arti Black-Scholes options pricing theories bagi
pasar finance

Dan jutaan 'enlightment' kecil2 lainnya.

Tulisan Pinker ini bukan tulisan yg orisinal / baru. Tetapi summary
dari pikiran2 yg sekarang ada - dan belum 'jatuh' ke suatu paradigma yg
menjelaskan spt evolusi atau plate tectonic theories. Yet.
Kita melihat suatu proses yg munthub2 -- menjelaskan sesuatu yg aku
sendiri tidak pernah berkhayal akan bisa dijelaskan melalui pelajaran
science yg 'mundane' itu -- kurasa pencerahan spiritual hanya bisa
dicapai melalui jalur spiritual.

Kita lihat kemungkinan2 ini -- dan bergidig!

Time juga memuat artikel2 lain selain Pinker dalam edisi ini.
"Time travel in the Brain" - cukup menggelitik. fMRI menunjukkan jika
anda berpikir ttg sesuatu - maka bagian tertentu dari otak anda
'menyala' -- bagian2 ini konsisten (sama, bahkan antara benar2
melakukannya dan membayangkannya ada kemiripan) yg menjadi dasar
pemetaan itu. Ini berarti bagian2 lain 'gelap'. Nah, Gilbert
mengatakan apa yg terjadi pada saat anda 'do nothing'. Dark network
(bagian gelap) itulah yg nyala! Jika waktu sadar anda dibatasi pada
Here and Now. Maka dark network itu tidak dibatasi. Time travel.
Yaitu daydreaming! Evolusi membuat otak kita perlu mempunyai kemampuan
ini - kurasa anda bisa menduga untuk apa.

Ada artikel ttg babies, mind reading dan batasannya, jenis2 memory yg
semuanya bagus dibaca.

Terakhir yg kukomentari adalah tulisan Robert Wright - favoritku juga
-- ttg Morality. Dia menanyakan suatu thought experiment lagi. Anda
mengontrol suatu jalur rel kereta belok ke kiri atau kekanan (harus,
tidak ada pilihan lain). Keretanya rem blong, yg kelindas pasti mati.
Di satu jalur ada 5 orang asing, di jalur lainnya ada 1 orang. Kemana
anda mengoper jalur? Moralitas akan matematis, mati satu bagusan
daripada 5. Bagaimana jika yg satu itu kekasih anda?

Bagaimana jika dibanding kan dengan ini: bukannya mengoper jalur,
pilihan anda adalah melemparkan seseorang ke track agar kereta
berhenti, jika tidak 5 orang mati. Moralita biasanya mendorong kita
agar membiarkan 5 mati daripada melakukan sesuatu secara aktif yg
mematikan 1 orang.

Apakah batasan2 moralita anda juga spt itu? spt quotation dari Hume:
"morality is more properly felt than judged of ... we are apt to
confound it with an idea".
Bagaimana evolusi menjelaskan batasan2 yg tidak clear ini?

==

Di ujungnya, pelajaran bagi kita semua awam adalah: kosmos itu begitu
luas, anda tidak bagus untuk percaya kepada sesuatu secara membuta.
Kebijakan itu sesuatu yg dinamis, anda harus berani berubah ..
fanatisme adalah suatu ketololan ....

well. Bravo TIME!
Sekali lagi Time mengangkat suatu isue yg long term -- ini yg kupuji
dari Time dibanding Newsweek misalnya, terkadang bisa 'dalem'.

b [at] b
240107
oni... kao titi bobo... gigi...

Offline langitbiru

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 547
  • Reputasi: 23
Re: Babat: TIME - Conciousness
« Reply #1 on: 07 July 2007, 01:55:27 PM »

Membaca tulisan Bab selalu menarik dan membutuhkan usaha yang keras, mengerti 50% aja sudah bagus. Meskipun demikian, saya hampir tidak pernah melewatkan tulisan Bab, kecuali mungkin keselip diantar posting2 lain yang saya tidak baca.

Issue ini sangat menarik terutama tentang konsep kesadaran (cons) dan diri (Self), karena seketika saya teringat sebuah ajaran yang pernah membahas tentang Diri (Self) secara menarik: Budhisme, sehingga saya tidak bisa tidak memberanikan diri ikut nimbrung untuk mendapatkan suatu pembandingan.

***
Menurut Budhisme ada 3 ciri dari semua materi baik hidup maupun tidak hidup yang tidak dapat dihindari : Dukkha, Anicca dan An-atta. Dua yang pertama tidak dibahas dalam topik ini, meskipun antara ketiganya sulit dipisahkan.

Mempertanyakan siapa AKU (Atta, Self dalam artikel Conciousness) dalam ajaran Budhisme selalu akan dihadapkan pada doktrin An-atta. Sukar sesungguhnya bagi saya yang awam untuk menjelaskan konsep An-atta. Sebelum ke situ, kita tinjau sedikit tentang Atta (Aku) menurut ajaran Budhisme. Aku (Atta) adalah serangkaian proses yang terdiri dari (1) badan jasmani yang selalu berubah, (2) pikiran yang selalu berubah, (3) perasaan yang selalu berubah, (4) pencerapan yang selalu berubah, dan (5) kesadaran yang selalu mengalir/berubah. Semua berubah dari waktu ke waktu, mengalir dan tidak kekal. Badan jasmani kita beberapa detik lalu sudah berbeda dengan saat ini, karena sudah terjadi, misalnya proses oksidasi di paru2, pencernaan dll.

Jika ke 5 unsur itu di-breakdown, tidak ada satupun yang dapat dikatakan mewakili Sang AKU. Keseluruhan 5 unsur di atas merupakan PROSES, tidak ada yang menetap, konstan atau abadi, yang se-olah2 ‘mendiami tubuh ini’. Ke lima kelompok arus ini membentuk satu kesatuan arus, yang dalam se-hari2 kita sebut AKU (Self). Secara teoritis, An-atta dapat dikatakan sebagai ‘sesuatu’ yang muncul ketika persepsi tentang ATTA berakhir. (sebenarnya ‘sesuatu’ bukanlah istilah yang tepat, karena ketika persepsi diri berakhir, tampak seolah-olah ‘tidak ada apa-apa lagi’. Namun, bukan berarti ‘tidak ada apa2 sama sekali’.)

Secara awam, an-atta (an-atman) dapat diterjemahkan sebagai ‘tanpa aku’, ‘tanpa inti’, ‘bukan diri’, non-ego, tanpa ego, impersonalitas, segala sesuatu tidak ada yang absolute. Bahkan materi paling dasarpun tidak ada absolut, atom bisa dibelah, dan terus dibelah sampai yang saat ini dikenal : kwantum. Materi atau energi?

Pengertian yang benar tentang An-atta membutuhkan ‘pencerahan’ pribadi, karena sesungguhnya sulit disampaikan secara kata2. (Ibarat menjelaskan rasa pedas kepada seorang anak yang belum pernah makan cabe. Pengalaman pedas harus dialami sendiri. Tentu saja, dalam hal ini, saya memastikan bahwa saya termasuk anak2 yang belum pernah makan cabe juga, tapi demi diskusi, terpaksa saya gambarkan rasa pedas menurut buku)

Doktrin An-atta mengajarkan bahwa di dalam fenomena badan dan batin ini, maupun di-luar-nya, tidak ada sesuatu yang dapat dianggap sebagai entitas-diri yang berada sendiri secara nyata, roh atau substansi apapun yang menetap. Inilah doktrin sentral dari Budhisme yang merupakan satu2nya doktrin yang spesifik Budhisme dan tidak ditemukan pada ajaran lain, doktrin2 budhisme yang lain sedikit banyak dapat ditemukan dalam ajaran agama atau filsafat lain.

***
"Consciousness is the activity of the brain" kelihatannya mendekati pengertian Atta. Self itu adalah sebuah proses / aktivitas. Apakah nanti jika science mencapai pemahaman yang benar tentang Atta akan membawa ke konsep An-atta? Sekarang ini science dan agama se-akan2 jalan paralel, dan tidak akan ketemu. Tetapi saya mempunyai keyakinan dan harapan, suatu saat agama (mungkin Budhisme) dan science akan ketemu di satu titik.

Terakhir, saya ingat ada satu pertanyaan yang pernah diajukan kepada YA Dalai Lama 14. Apakah mungkin dengan perkembangan teknologi yang pesat, sebuah komputer super-canggih dapat disebut mahluk hidup, karena dapat bertingkah laku seperti manusia? Jawaban Dalai Lama, kira2 mengatakan bahwa untuk terbentuknya kehidupan ada syarat dan kondisi (diantaranya, kelima unsur diatas), kalau syarat dan kondisi ini bisa dipenuhi sebuah komputer robot, bukan tidak mungkin bisa terbentuk kehidupan pada robot/komputer tersebut.

Memang, perkembangan science terkadang menakutkan dan diluar kesiapan kita untuk menerimanya.

Mohon tanggapan.

Wiro
PS: Bagaimana konsep AKU (Self) menurut ajaran lain? Agama2 monoteistik (Yahudi, kr****n dan Islam, yang mengenal Tuhan Pencipta) terdapat ajaran tentang roh individu yang kekal. Dalam Hinduisme ada Atman yang identik dengan Brahman. Dalam Taoisme ada Tao.
oni... kao titi bobo... gigi...

Offline langitbiru

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 547
  • Reputasi: 23
Re: Babat: TIME - Conciousness
« Reply #2 on: 07 July 2007, 01:57:04 PM »
Respons wiro ini menggembirakanku, walo aku agak melongo dibilang 'hanya 50%' -- ah masa? Kurasa kebanyakan malas saja, karena artikel Time itu public level kok.

Benar bahwa ajaran buddha ttg anatta itu mirip dengan interpretasi saintifik ini. Dan tentu saja juga anicca (impermanence) dan dukkha juga mempunyai kaitan.

Mirip. Tidak persis. Karena ajaran agama ini masih mempunyai intentionality (niatan) yg berbeda dari pengertian sains. Beda ini yg membuat pastor Teilhard de Chardin bukan saintis yg baik. Tetapi ini beda yg sangat detail.

Buddhism jauh lebih mirip / dekat ke sains daripada ajaran2 agama manapun. Apalagi ajaran agama2 semitik (yahudi, kr****n, islam) yg hanya bisa kukatakan juvenile itu. Agama2 ini menganut filsafat yg di derive dari aryan ideas - atau Hindu.
Ajaran Hindu yg sangat berpengaruh pada semua ajaran2 semitik itu -- yaitu konsep Atman. Adanya jiwa kekal -- konsep ini yg berbalikan dari Anatta (atau sering juga ditulis an-atman --- non-atman).

Adanya jiwa kekal (soul) ini tentu saja sangat prinsipiil jika anda mau menerapkan 'hukuman yg kekal' di neraka atau surga itu. Dan ini semua sangat prinsipiil jika anda melandaskan seluruh moralita anda pada 'kemungkinan dihukum' ini (pd agama modern spt pada ka****k dan islam khususnya). Ini pula alasannya kusebut agama2 ini 'juvenile' -- karena hanya mental juvenile (anak2 muda) yg perlu diajar moralita dengan cara ini (carrot and stick, diancam dan di pancing). Orang2 dewasa / matang tidak perlu atau bahkan tidak sudi di'ajar' spt ini.

(tentu saja ajaran2 sekte2 tertentu -- spt sufi dalam Islam -- tidak lagi demikian - aku maksudkan yg mainstream di masyarakat, dan yg di terima oleh awam).

Nah. Spt kukatakan ber-kali2 aku surprised setiap kali membaca abidhamma (ini perdebatan2 ttg ajaran2 buddha, salah satu dari 3 buku utama Buddha yg paling 'dalem' ) dan interpretasi ('hadith') nya.
Karena kesesuaian pemikiran siddharta dengan Kenyataan - spt yg akhir2 ini mulai ditemukan oleh Science.

Anatta misalnya, adalah konsep yg luarbiasa akurat. Bahwa Cons(ciousness) itu sesungguhnya suatu bentukan virtual - bukan Kenyataan (realitas dengan huruf besar). Ini adalah konstruk yg sama spt pada penerapan emergent phenomena pada kompleksitas otak manusia (efek agregat dari komponen atomis itu).

Bahkan Siddharta juga menggambarkan berbagai (lima) khanda spt yg diwawas Wiro ini. Untuk gambaran buddhism lihat web ini: http://www.buddhanet.net/nutshell09.htm -- keliling2 di web ini sangat jelas ajaran2 buddhism. Sulit - terutama jika anda membawa ide2 agama semitik di 'ransel' anda ....

Lima Khanda (kasarnya: badan, pikiran, perasaan, persepsi, kesadaran) yg selalu berubah itu adalah pendekatan paling rasional terhadap idea2 emergent phenom diterapkan pada human mind.

Kelima klasifikasi siddharta itu cukup membuktikan kedalaman berpikirnya . Lalu karena ke-lima2 nya selalu berubah -- suatu pengertian yg jika kita wawas baik2 bisa di capai dengan olah-pikir tanpa harus empirical test dengan fMRI segala (tentunya olah pikir seseorang yg bukan hanya sangat cerdas, tetapi terutama sangat jujur -- pergi ke manapun tanpa beban) -- maka kesimpulan Kenyataannya juga sangat kuat, bahwa yg namanya Self (dalam pengertian ini sama spt soul atau atman) itu sesungguhnya tidak ada di Kenyataan. Itu hanyalah suatu konstruk, spt lagu organ yg kita dengar seolah suatu kenyataan itu sesungguhnya hanya suatu emergent phenom yg dibangkitkan oleh kumpulan (secara khusus) note2 individu. Tidak ada 'soul of the song' sesungguhnya.

Ini konklusi yg kuanggap sangat luar biasa, apalagi terjadi 2500 tahun yg lalu! Walau jika kita runtut jalan pikiran siddharta (spt dalam diskusi2 abidhamma itu) maka kita terpaksa 'melengak' -- tidak ada bolongnya!

Ajaran buddha - terutama Theravada yg kurasa paling mendekati aslinya -- itu beda sekali dari ajaran agama2 (semitik) dalam arti bahwa yg dia ajarkan itu samasekali tidak 'harus' -- karena yg dia ajarkan itu adalah pengalamannya berjalan di 'tanah-suci'. Tidak kurang tidak lebih.
Dia tidak expect anda2 juga jalan disana (walau akan senang sekali kalau ada yg mau - karena dia percaya itulah yg terbaik untuk manusia) - dan tidak ada 'keharusan' apa2. Bahkan dia expect banyak sekali kegagalan - karena banyak hal (agama kr****n juga expect banyak yg gagal masuk surga - tetapi mereka memakai pendekatan top-down, dengan mengatakan bahwa 'yg masuk adalah yg terpilih').

Dan buddha membahas hal2 yg sangat mungkin menggagalkan proses kemanusiaan ini. Banyak sekali. Dia simplify agar mudah dimengerti dengan 4 ajaran utama, 8 tindakan utama (3 -3-2 -- ini kurasa ajaran yg sangat praktis --- kalau ketarik minta Wiro menjelaskan Razz ) dllsb.

Yang sangat membedakan adalah ajaran2 ini semua untuk kepentingan (dan keuntungan) anda2 sendiri. Jika tidak perlu ya tidak usah. Dan yg 'paling mengerikan' adalah bahwa ajaran buddha ini hanya petunjuk, jika anda menemukan yg lebih baik dalam perjalanan batin anda - ya pake saja. Dalam parabel terkenalnya: if you meet buddha - kill buddha!

Well, yg beda antara ajaran agama buddha dan scientific approach ini adalah detailnya (science kurasa tidak akan menemukan hal yg sama spt lima-khanda itu), dan intentionality nya (science selalu berusaha 'berdiri diluar' dalam observasi, buddha 'berdiri didalam' sehingga komentar2 nya banyak beda). Secara prinsip mirip. Mungkin anda sering bertanya ini spt Sagan : jika nabi2 purba itu memang 'tahu segalanya ttg universe' - mereka harus menyebutkan sesuatu yg proveable -- walau pun misalnya dengan parabel / indirect. Sagan mengatakan, dia menunggu2 agama yg menulis sesuatu misalnya spt "inti kehidupan spt dua ular yg saling membelit" -- yaitu double helix DNA.

Kurasa anicca dan anatta itu adalah something like that (dukkha adalah subjektif dan sampai saat ini hanya ada di psikologi).

Anatta buddhism inilah yg membuat lingkaran reinkarnasi versi buddha dan versi Hindu sangat -- amat sangat -- berbeda. Kurasa Wiro harus bisa menjelaskan perbedaan reinkarnasi dengan adanya brahman / atman (hindu) dan reinkarnasi lewat an-atman (buddha) .... gimana Wir? (weleh nyong takon malah ditest Razz).

=
Terakhir, aku ingat salah satu ajaran siddharta yg kurasa perlu dipakai di kehidupan se-hari2:

Ada 4 klasifikasi pertanyaan:
1. pertanyaan yg membutuhkan jawab ya atau tidak (misalnya: apakah anda mengirim surat ini?)
2. pertanyaan yg membutuhkan jawaban analisa latarbelakang, situasi dllsb (mis: apakah kebahagiaan? raja bijaksana?)
3. pertanyaan yg harus di beri counter-question, baik untuk klarifikasi maupun untuk menaikkannya ke level diatas (mis: pak, mengapa kita harus pergi? perlu dibahas dengan: mengapa tidak?)
4. pertanyaan yg seharusnya tidak ditanyakan / lebih baik tidak dijawab, karena proses menjawabnya akan menyesatkan (mis: apa yg terjadi setelah kita mati? dan untuk masa pre-science: mengapa langit biru?)

Pertanyaan tipe 2 tidak bisa dijawab ala tipe 1 -- apalagi tipe 4.
Guru (baca: milisi, teman debat) yg baik harus menganalisa pertanyaan2 dan memberi jawaban yg sama levelnya. Sebaliknya sengaja menjawab pertanyaan2 diatas secara beda level - dengan memakai otoritas (mis: ulama) adalah mengobok namanya.

Terakhir siddharta mengatakan lagi. Dua kesalahan murid2nya adalah:
1. Overanalysing. Menganalisa terlalu dalam jawaban yg sesungguhnya faktual (mis: Muhammad melarang gambar dirinya bagi pengikutnya karena dia rendah hati, tidak mau kultus individu, dan melihat bahayanya hal2 itu -- pengikutnya malah overanalyze it sampai melarang gambar manusia, mengancam bunuh orang lain yg menggambarnya)
2. Underanalysing. Tidak menganalisa jawaban yg seharusnya merupakan perlambang / perlu analisa mendalam. Mis: konsep anatta ini lalu diinterpretasikan bahwa manusia tidak punya jiwa lalu tidak bermoral.

Wah. Dari ketiga manusia utama (siddharta,  dan muhammad - kupilih sebagai sample saja) ini - jalan hidup mereka membedakannya.  mati muda hanya level theorizing, muhammad mati setelah melakukan hal2 praktis yg harus kompromi, siddharta mati usia lanjut setelah melihat kesalahan2 murid2nya. Asal kita ingat pada hal2 Kenyataan itu - lebih mudah memahami mereka sebagaimana adanya (ini juga kurasa hal yg sangat sangat mereka harapkan,  selalu mengeluh tidak ada yg memahaminya, Muhammad selalu men-jelas2kan apa yg dia lakukan sampai level praktikal, Siddharta jangan dibilang lagi!)

Dan semuanya terkait lokal temporal. Siddharta mendapat semua insight yg wonderful itu tanpa bantuan fMRI yg membuat segalanya sangat jelas.

well.
Ini thread yg bisa sangat bagus -- asal ada yg mau nyahut!
(dan Wiro owes me one definitely! Razz)

b [at] b
260107
oni... kao titi bobo... gigi...

Offline langitbiru

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 547
  • Reputasi: 23
Re: Babat: TIME - Conciousness
« Reply #3 on: 07 July 2007, 01:59:55 PM »
Tentang 50% dari tulisan b [at] b sesungguhnya tidak juga berlebihan. Masalahnya bukan tidak mengerti kalimatnya secara kata per kata, tetapi sering dalam satu kalimat b [at] b-locianpwe, bisa merupakan kesimpulan dari satu buku, kalimat berikutnya bisa pula kesimpulan dari buku lainnya. Nah, kalau seperti teecu yang kurang baca buku apa ga kelimpungan? Very Happy Belum lagi, meminjam istilah Zen Budhisme, banyak KOAN2 yang tersembunyi yang memerlukan perhatian.

(Misalnya tentang perkembangan science, b [at] b menulis : “Kita lihat kemungkinan2 ini -- dan bergidig!” Saya juga bergidig, Embarassed tetapi bergidignya saya tentu berbeda dengan bergidignya b [at] b-locianpwe.)

***
Quote:

Well, yg beda antara ajaran agama buddha dan scientific approach ini adalah detailnya (science kurasa tidak akan menemukan hal yg sama spt lima-khanda itu), dan intentionality nya (science selalu berusaha 'berdiri diluar' dalam observasi, buddha 'berdiri didalam' sehingga komentar2 nya banyak beda). Secara prinsip mirip.
***

Pasti tidak sama. Science punya pendekatan empiris dengan Subjek-Objek. Dalam kasus Self (Cons), objeknya sekaligus adalah subjek. Budhisme menawarkan metode meditasi (olah-pikir), mengamati ke dalam. (Ungkapan terkenal “Lihatlah ke dalam, engkaulah Buddha”) Coba bayangkan ilustrasi berikut : Aku mengamati AKU (ATTA) yang selalu berubah (yang terdiri dari Panca-kandha) dalam upaya memahami sehingga tercapai suatu Realitas Tanpa Aku, kalau Tanpa Aku, lalu siapa yang mengamati?

Berikut dua syair yang ditulis 2 orang Zen Master (Zen Budhisme) yang sangat saya sukai, Yang ke dua ditulis oleh Master Zen 6 : Hui Neng yang menjawab syair dari suhengnya. Kedua syair merupakan ekspresi dari penulisnya tentang pemahaman an-atta ini. Syair dari Hui Neng menunjukan bahwa dia telah memahami doktrin an-atta.

Raga adalah pohon Bodhi,
Pikiran bagaikan cermin yang jernih
Setiap waktu kita mesti menjernihkannya
Menyingkirkan debu penghalang cahaya

Hui Neng menjawab:
Bodhi sebenarnya tidak memiliki pohon apapun,
Cermin pun tidak memiliki tempat.
Sedari awal memang tidak ada apa-apa,
Lalu di mana pula tempat bagi debu.

***
Quote:

Anatta buddhism inilah yg membuat lingkaran reinkarnasi versi buddha dan versi Hindu sangat -- amat sangat -- berbeda. Kurasa Wiro harus bisa menjelaskan perbedaan reinkarnasi dengan adanya brahman / atman (hindu) dan reinkarnasi lewat an-atman (buddha) .... gimana Wir? (weleh nyong takon malah ditest ).
***

Ini kira2 pertanyaan type berapa? Maunya masuk ke type 3 atau 4, jadi ga usah dijawab. Smile Tetapi locianpwe sudah meminta, kalau tidak dilakukan sepertinya kurang sopan. Dan, lagi2 jawaban saya adalah jawaban pemahaman by intelektual, bukan pemahaman by pencerahan. Atman-hindu merupakan suatu roh yang kekal, dari satu inkarnasi ke yang lain, unsur2 yang mewakili ego terbawa. Jadi roh wiro yang sekarang adalah dari roh wiro dalam kehidupan sebelumnya. Analogi yang mirip dengan ini mungkin seperti kejadian orang kesurupan yang kemasukan roh ‘A’ dan badan yang kemasukan akan ‘act’ sebagai A.

Untuk menjelaskan reinkarnasi buddhisme, terpaksa harus dijelaskan satu konsep lagi yang disebut Paticca-samuppada : hukum sebab musabab yang saling bergantungan (dan satu lagi hukum karma, yang ini biar b [at] b yang menjelaskannya, kalau mau). Buddha Gautama meringkaskan paticca-samuppada menjadi: "Dengan adanya ini, itu pun ada; dengan munculnya ini, itu pun muncul. Dengan tidak adanya ini, itu pun tidak ada; dengan berakhirnya ini, itu pun berakhir." Dalam buddhisme tidak dikenal ada awal dan ada akhir. (Ini menyerempet ke masalah lain juga: Prima Causa. Pertanyaan tentang ini digolongkan Budha ke dalam pertanyaan no.4. Menarik kalau b [at] b locianpwe bersedia membahasnya.) Ajaran ini pada dasarnya mengemukakan bahwa segala sesuatu dalam kehidupan ini terjadi secara bergantungan dari sebab-sebab yang sebelumnya, dan pada gilirannya secara bergantungan pula melahirkan akibat-akibat di masa yang akan datang. Bayangkan jika sebab dan akibat ini tidak linier tetapi berinteraksi dalam bentuk matrik yang rumit. ( Ini yang b [at] b sering sebut dengan efek agregat, kalau teecu ga salah tangkap. CMIIW).

Budha Gautama memang menguraikan paticca-samuppada ini dengan detail, menjadi 12 mata rantai. Ke 12 mata rantai ini menjelaskan kenapa mahluk hidup ber-reinkarnasi. Pada saat meninggal, yang tersisa adalah vinnana (kesadaran), yang lain lenyap. Vinnana ini yang terbawa-bawa ke kehidupan berikutnya. Saya ada 2 ilustrasi untuk menjelaskan re-inkarnasi ala budhisme ini:
1.Seperti kita memindahkan api dari lilin yang satu ke lilin yang lain, kita tidak dapat mengatakan bahwa api-nya yang berpindah.
2.Vinnana yang tersisa itu ibarat sebuah frekwensi dengan gelombang tertentu sesuai dengan amal perbuatannya (karma). Orang yang semasa hidupnya banyak melakukan perbuatan jahat, akan mempunyai frekwensi yang berbeda dengan orang yang berbuat banyak kebaikan. Frekwensi ini akan mencari radio penerima yang mempunyai frekwensi sama, radio ini berupa calon ibu (orang tua) dan situasi kondisi lingkungan tempat dia akan lahir berikutnya. Ini sekaligus menjawab, kenapa ada bayi yang dilahirkan koq menderita, yang lain lahir dengan suka cita. Kondisi karma orang tua dan anak saling terkait.

***
Quote:

Wah. Dari ketiga manusia utama (siddharta,  dan muhammad - kupilih sebagai sample saja) ini - jalan hidup mereka membedakannya.  mati muda hanya level theorizing, muhammad mati setelah melakukan hal2 praktis yg harus kompromi, siddharta mati usia lanjut setelah melihat kesalahan2 murid2nya. Asal kita ingat pada hal2 Kenyataan itu - lebih mudah memahami mereka sebagaimana adanya (ini juga kurasa hal yg sangat sangat mereka harapkan,  selalu mengeluh tidak ada yg memahaminya, Muhammad selalu men-jelas2kan apa yg dia lakukan sampai level praktikal, Siddharta jangan dibilang lagi!)
***

Saya punya dugaan, konsep an-atta juga ada dalam agama2 semitik. Konsep Atman menonjol karena pendekatan para nabi yang berbeda untuk umat awamnya, (atau karena perkembangan sejarah karena pemahaman yang sudah berbeda dengan yang asli disampaikan Nabi. Ingat, Yesus hanya memiliki masa 4 tahun dalam menyampaikan ajarannya dan isi perjanjian baru merupakan tulisan Markus, Lukas, Martius dan Yohannes, plus surat2 Paulus, yang terakhir ini malah yang sangat menonjol, sehingga ada istilah Paulinism. Buddha Gautama menghabiskan waktu 4o tahun untuk menyampaikan ajarannya. Perdebatan tentang keaslian ajaran juga terjadi di Budhisme, terutama antara Theravada dan Mahayana) Ibaratnya, untuk anak kecil yang sedang menangis, yang penting tangisnya berhenti dulu (carrot and stick). Kaum esoteris (sufi dalam islam, dll) agama semitik memahami dengan istilah yang berbeda.

•“Menyatu dengan Illahi”,
•Syek Siti Jenar bilang “ Ada Tuhan didalam diriku” (yang diartikan salah oleh Wali lain dan disangka mengatakan “Akulah Tuhan” dan dihukum mati),
•Sebuah Hadis Qudsi mengatakan: "Barang siapa mengenal DIRI-nya, ia akan mengenal TUHAN-nya." ("Man arafa nafsahu, faqad arafa rabbahu.") Tersembunyi dalam pernyataan ini pengertian bahwa DIRI adalah TABIR paling halus dan paling kuat yang menutupi TUHAN.
•Dua buah ayat di dalam Al-Qur'an menyatakan: "Segala sesuatu yang lain akan fana (tidak kekal), yang tetap hanyalah Wajah Tuhanmu." ("“Kullu man 'alaiha faana, wa yabqo wajhu rabbika ...” -- QS Surah 55, Al-Rahman: 26-27; juga lihat QS Surah 28, Al-Qasas: 88.) Aku/diri/atta ini fana, yang tetap ialah APA yang diberi nama "Tuhan".
•Yesus berkata “Akulah Tuhan”,
•Dalam salah satu Surat St Paulus, ia menyatakan: "Sekarang bukan aku [diri, ego, ATTA] lagi, melainkan Kristus yang hidup di dalam ini."

Di dalam Hinduisme diajarkan bahwa untuk merealisasikan "ITU-lah engkau" ("Tat Twam Asi"), orang harus selalu menyadari "Bukan, Bukan" ("Neti, Neti.") ketika memandang segala sesuatu di dalam dirinya (pikiran, perasaan, kehendak dll).

Content sama, packagingnya berbeda, apalagi marketingnya.

Wiro
*Lega, hutang sepihak akhirnya lunas*
oni... kao titi bobo... gigi...

Offline langitbiru

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 547
  • Reputasi: 23
Re: Babat: TIME - Conciousness
« Reply #4 on: 07 July 2007, 02:01:53 PM »
Tulisan wiro ini jelas2 well-researched Razz

Jawaban 'test' ttg teori reinkarnasi hindu vs buddha kurasa right on track, mungkin di elaborate lagi ttg kontras atman & non-atman itu lebih baik lagi. Tetapi jelas more than Credit! he he ...

Kurasa dulu pernah ada yg mempersoalkan reinkarnasi ini di thread lain (lupa!) -- tetapi karena secara emongsih jadi aku segan meneruskannya.

Rincian 12 mata-rantai interconnectedness itu boleh juga penting, tetapi agak terlalu 'meng-ayat'.

Ttg role soul pada agama buddha dan agama lain itu jelas2 sangat berbeda. Walau banyak buddhist yg downplay hal ini (terutama mereka dari mahayana - khususnya 'tiga agama' chinese).

Well. Kurasa service ku sudah di balas dengan groundstroke yg bagus dari Wal, ku smash balik, dan Wal membalas drop shot tajam dengan spin yg memadai...... sementara kulempar bola lambung dulu -- nunggu komentar2 lainnya?

Weh, buat kang RM. Federer emang oye! Pukulannya paling komplet, dan berdasar hawa sakti groundstroke! Bukan kaya Gonzalez yg memakai banyak sekali spin underspin -- ilmu2 mo-kauw! Razz
Pukulan2 mokauw ala Goz mematikan bagi mereka2 yg tanggung2, tetapi
khikang ala Federer bisa memunahkan semua hawa jahat. Plus Fed juga jika perlu bisa mengirim spin mematikan pula!

Hayo!

b [at] b
oni... kao titi bobo... gigi...

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Babat: TIME - Conciousness
« Reply #5 on: 21 August 2007, 09:32:22 PM »
Postingan ci Yulistina saya pindahkan ke "Tolong" yah disini
http://www.dhammacitta.org/forum/index.php/topic,412.0.html
There is no place like 127.0.0.1

 

anything