//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: WAPRES: DEWAN MESJID INDONESIA DIMINTA UNTUK MENGATUR PENGERAS SUARA WAKTU AZAN  (Read 7625 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline senbudha

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 209
  • Reputasi: 2
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Apakah tuhan juga memberikan perbedaan antara minoritas dan mayoritas atau kebenaran dan ketidak benaran? Bagaimana menurutmu kalau di negara eropa umat minoritas tertentu yang menuntut hak mereka dihormati padahal mereka hidup di negara yang bukan negara "ibunya".Padahal mereka datang ke negara tersebut karena di negara asalnya yang penuh dengan "kekacauan",sekarang tiba di negeri orang lain,imigran gelap lagi,dikasih tinggal,lama-lama malah melonjak minta ini itu.Apakah menurutmu pihak tuan rumah harus menuruti keinginan mereka atau bagaimana?Atau menunggu bom meletus dulu? Pernahkah anda pikirkan tetangga yang menderita stroke,tidak bisa istrahat dengan tenang,mau pindah tidak punya uang,mau protes takut dibacok,tiap hari harus mendengarkan teriakan speaker yang "NGAJI" tiap sore? Bagaimanapun,agama yang menampilkan kebenaran egonya sendiri,dan merugikan orang lain,tidak mengajarkan apapun,selain kerisauan. Bukan masalah mayoritas atau minoritas,tapi seharusnya berdasarkan kebijaksanaan dan saling mengerti dengan pikiran yang meletakan kedamaian di atas ego.

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
heran setiap saya pindah tempat tinggal pasti ada mesjid di dekatnya.
atau jangan2 karna mesjid memang ada dimana2 yah. ;D
sekarang malah hanya antara satu rumah dari mesjid. yah bisa dibayangkan bagaimana ributnya, tapi lama2 yah jadi biasa saja. terganggu sih kadang, tapi lebih sering tidak, malah kadang juga merasa g dengar.
IMO, kalo kitanya fokus ke suara itu dan merasa itu mengganggu yang ada malah akan bener2 mengganggu, tapi kalo tidak sepertinya g juga.
resiko punya telinga siih makanya bisa mendengar. ;D

tidak selamanya jelek sih kalo menurut saya, soalnya kadang bisa mengingatkan juga "ohh.. sudah sore ternyata", malah saya merasa kadang kalo denger suara orang mengaji yah enak juga.  :)
terus bisa dengar ceramah gratis tanpa perlu masuk ke mesjid. ;D
saya pernah menasehati teman saya yang muslim dengan ceramah yang saya dengar di mesjid itu. :))
lebih ampuh sepertinya. :P
tapi nasehat yang saling mendukung, bukan menjatuhkan. :)
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male

kami setuju dengan pendapat Anda, blue color. Tambahan dari kami, "kemunduran peradaban."
Namun sering kali kenyataan dilapangan terbalik 180 drajat, silakan ditonton:


perhatikan baik2 mulai menit 3:00 s/d 3:45


Apakah tuhan juga memberikan perbedaan antara minoritas dan mayoritas atau kebenaran dan ketidak benaran? Bagaimana menurutmu kalau di negara eropa umat minoritas tertentu yang menuntut hak mereka dihormati padahal mereka hidup di negara yang bukan negara "ibunya".
Padahal mereka datang ke negara tersebut karena di negara asalnya yang penuh dengan "kekacauan",sekarang tiba di negeri orang lain, imigran gelap lagi, dikasih tinggal, lama-lama malah melonjak minta ini itu.
Apakah menurutmu pihak tuan rumah harus menuruti keinginan mereka atau bagaimana?
Atau menunggu bom meletus dulu?
Pernahkah anda pikirkan tetangga yang menderita stroke, tidak bisa istrahat dengan tenang, mau pindah tidak punya uang, mau protes takut dibacok, tiap hari harus mendengarkan teriakan speaker yang "NGAJI" tiap sore?
Bagaimanapun, agama yang menampilkan kebenaran egonya sendiri, dan merugikan orang lain, tidak mengajarkan apapun, selain kerisauan.
Bukan masalah mayoritas atau minoritas, tapi seharusnya berdasarkan kebijaksanaan dan saling mengerti dengan pikiran yang meletakan kedamaian di atas ego.




nb: buat moderator klo isi dr video diatas diluar batas, lakukanlah tindakan selayaknya.
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline bluppy

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.163
  • Reputasi: 65
  • Gender: Female
saya pribadi lumayan suka azan pagi subuh
pagi2 bisa jadi alternatif jam weker
buat bangun dan jalan pagi

tanggapan at video di atas yg diposting Mas Tidar
pernah denger ceramah ajahn Brahm kayanya,
org yg belum paham, belum "menembus" inti ajaran agamanya,
seperti org yg baru belajar main viola,
suaranya cempreng, jelek, menyakitkan telinga.

org yg sudah paham, sudah menjalani inti ajaran agamanya
seperti org yg sudah mahir main viola,
suaranya indah, menginspirasi orang lain

orkerstra terdiri dari org2 yg memainkan berbagai instrumen
seperti halnya bila org2 dari agama yg berbeda
bisa rukun hidup damai, penuh kebahagiaan dan kedamaian.

well, kalau tokoh islam yg "sudah jago bermain violanya"
misalnya mungkin nasrudin, http://en.wikipedia.org/wiki/Nasreddin

jadi kalau untuk saya, setiap kali melihat hal2 seperti video di atas
saya hanya mengingatkan diri sendiri paragraf dari dhammapada:
"tidak perlu memperhatikan apa yang dilakukan org lain
dan apa yg belum dilakukan orang lain"
"tapi perhatikanlah apa yang dilakukan diri sendiri
dan apa yang belum dilakukan diri sendiri"
ini bikin saya lebih "seimbang" tiap kali liat berita2 di koran

Offline senbudha

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 209
  • Reputasi: 2
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Pertanyaan yang mengeritik adalah,bagaimana kalau dibalikin,penganut lain yang memakai speaker,eh salah,pakai mic saja,lalu terdengar sedikit keluar. Menurut mereka,apakah enak atau tidak?Apakah mereka bisa mendengarkan nyanyian itu sebagai pujian kepada tuhan  atau merasa jengkel? Enak di satu pihak belum tentu enak bagi pihak lainnya.Suara pujian tuhan yang satu belum tentu enak bagi penganut yang lain yang juga punya nyanyian "tuhannya SENDIRI".Lalu apa yang terjadi?Bahkan di pihak yang sama saja tidak akan memberi rumah yang dekat dengan tempat ibadah. Di india,tiap hari selalu terdengar suara speaker antara penganut i dan h,pertanyaannya apakah mereka yang mendengar akan merasa enak atau tidak mendengar suara memuji tuhan atau malah tambah stres karena polusi suara sudah amat memprihatinkan? Disinilah letak suatu ajaran akan dinilai oleh batin yang terang.

Offline Wolvie

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 805
  • Reputasi: 25
yang dihimbau sama wapres bukan sama sekali tidak mempergunakan pake pengerasnya.

tapi agar VOLUMEnya diatur, soal ada pemeluk agama yang non-muslim seneng2 saja, ya itu urusan yang bersangkutan, masalahnya klo udah terlalu keras itu ngeganggu pendengaran, dan jelas pendengaran bisa rusak kalo dihantam suara bgitu terus setiap hari, entah berapa desibel, klo ada alat ukurnya.

dan, hal ini juga pernah dipermasalahin di negeri mayoritas muslim lainnya.

misal rumah kita dekat mesjid, lantas kita ga merasa terganggu, it's oke.

tapi coba klo persis di depan mesjidnya, gw pernah nginep di rumah temen, rumahnya gitu tuh, persis depan mesjid (dia non-muslim jg tapi bukan buddhist) duh, bgitu denger suara speaker pagi2, jantung sampai mau copot saking kerasnya..

dia juga ngeluh, "kebayang kan, mbak, sy setiap hari bgitu, meskipun dah lama ngontrak sini tetep terbangun klo bunyi speaker.."

andaikata bukan speaker mesjid aja, kita senang sama lagu tertentu, tapi kalo disetel sampai volume maksimum ya bisa2 puyeng.

mungkin solusinya klo belum bisa pindah, penghuni rumah yang terganggu mesti pakai sumbat telinga.. tapi kerugiannya, klo ada hal penting, misal suara bel dll, jadi ga bisa denger..


Soal imbauan ini gw jg ga yakin akan dilaksanakan, tau sendiri situasi di sini kaya apa, masih subur buat ekstrimist..
Lagian mantan wapres , Jusuf Kalla, gw baca di detik, malah ga setuju sama Boediono...
« Last Edit: 15 June 2012, 09:54:30 PM by Wolvie »

Offline Wolvie

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 805
  • Reputasi: 25
Saudi cracks down on blaring mosque speakers

Saturday, 25 April 2009

By RIYADH (AFP)

Saudi Arabia is cracking down on overly loud loudspeakers used to call the faithful to prayer, as mosques increasingly drown each other out, the official SPA news agency said Saturday.

Islamic Affairs Minister Sheikh Saleh al-Sheikh ordered teams to inspect mosques in the holy city of Mecca, in Riyadh and elsewhere around the kingdom for too powerful speakers.

In Medina, imams have been told to make the initial summon to prayer over loudspeakers outside the mosque, and after that use only the internal speaker system to continue the ritual, SPA reported.

In Bahah city in western Saudi Arabia, ministry inspectors recently removed 100 speakers from 45 mosques because they were too loud and smothered out the broadcasts of other mosques.

The call to prayer is a central part of life for Muslims. There are five every day.

Many mosques put imams' sermons on the public sound system as well, so that those unable to go to the mosque can listen from home or the street.

But the ministry says some mosques now have speakers that can be heard as much as five kilometers (three miles) away.

The result is that mosques in close proximity, especially in places where there are many of them like Riyadh and Mecca, smother out each others' broadcasts to the point that they are unintelligible even inside the mosques, the ministry said.

sumber: http://www.alarabiya.net/articles/2009/04/25/71421.html

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
ya gt deh sekiranya ...  _/\_
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha