//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Tradisi Anak angkat dan anak asuh dalam Budaya Tionghoa / Kwe Pang  (Read 8054 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline purnama

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.309
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
Pertanyaan
Saya mau tahu mengenai perjalanan sejarah dari sudut pandang budaya Tionghoa dalam hal mengangkat anak.
Bagaimanakah caranya (ritualnya). Bagaimana dengan hukumnya jika ditilik dari kehidupan Tionghoa dimasa lampau & masa modern.

thx atas penerangannya
============================================================ ======
Jawaban.
Dalam Tradisi tionghoa ada 3 jenis pengakatan anak :

1. Anak tersebut anak yatim piatu tidak diketahui nama marganya, nama orang tuanya. Biasanya jenis seperti ini kita berhak memberi nama anak tersebut dan memberi nama marganya dia sebagai anggota keluarga kita.

2. Anak Tersebut anak yatim piatu ada nama marganya, jenis ini tidak perlu diberi nama marganya tinggal kasih namanya, dia masih bisa tinggal dalam lingkungan keluarga kita.

3. Anak yang dikwepang atau anak asuh. Katagori anak asuh adalah anak yang punya orang tua dan punya nama marganya dan nama sendiri, biasanya anak yang di kwepang masih tinggal bersama orang tua aslinya, dan memanggil keluarga kita sebagai anggota keluarga dalam. Contoh si A di kwepang sama keluarga b. Si A tetap memanggil papa dan mamanya kandungnya sendiri biasanya II Atau Ithio ( Bibi atau Paman). Sementara didalam Keluarga si B ia memanggil Baba dan Mama dalam artian si A memiliki 2 orang tua.

Dalam Tradisi Tionghoa yang dimaksud dengan anak yang dikwepang adalah anak yang kondisinya badannya kurang sehat atau tidak cocok dengan orang tuanya menurut perhitungan Bajinya, biasanya menitip anak asuh tujuannya adalah agar si anak bisa tumbuh dengan sehat dan masih menghormati kedua orang tuanya sendiri dan orang tua Asuhnya.

Biasanya dalam tradisi tionghoa ada jenis kwepang kepada para dewata terutama Dewi Laut Atau Ma Cho Po, tujuannya adalah agar si anak dilindungi oleh Ma Cho Pho dalam perjalanan hidupnya tidak mengalami gangguan dari segi kesehatan, mahluk halus dan sebagainya, sampai ia dewasa. Biasanya tradisi ini masih dilakukan oleh beberapa masyarakat tionghoa.

Begitulah penjelasan singkat dari saya.

2. Pertanyaan :

> Tanya satu hal lagi, boleh tidak ngangkat anak hanya karena hitung2an
> fengshuinya dianggap cocok dengan calon ortu angkat? si anak sendiri
> tidak punya ciong dengan ortu kandung. Btw, ada pengaruhnya tidak sih
> soal angkat mengangkat anak ini dengan fengshui ortu (kandung &
> angkat) dan si anak?

============================================================ ====

Jawab

aduh kenapa sih kalu urusan kweepang segala mesti ditarik sama urusan
pekji ? ck ck ck itu namanya pembodohan ama pemelintiran budaya neh.

Anak yg diadopsi atau diangkat anak sama org lain or keluarga lain ada
bbrp tujuan , jadi gak selalu urusannya itu sama ramal meramal.

Ini yg mesti dilurusinlar.

Ada 2 alasan utama urusan angkat anak di budaya Tionghoa.
1.demi pendidikan dan masa depan anak, juga demi kesehatan si anak
2.karena alasan bazhi yg bentrok unsur2nya si anak dgn orgtuanya.

Kondisi pertama itu biasanya anak dari keluarga yg miskin, mencari
ayah angkat dari keluarga yg berkecukupan. Atau jg berpengharapan biar
anaknya pintar, dicari ayah angkatnya yg berpendidikan tinggi, pernah
kehilangan anaknya/pendek umur maka dicari org lain yg dianggap
berbadan sehat dan panjang umur.

Begitu jg kalu dikweepang kepada "dewa", kurang lebih sama.
Contohnya misalnya itu anak jiwanya pengecut , dikweepang sama Kwan
Kong biar ada keberanian dan sifat tanggungjawab. Sakit2an ya dicari
ortu angkat "dewa" panjang umur or shou xing, mau anaknya pinter cari
Wenchang dijun en so on.
Tapi emang ada seh yg kalu diitung itu anak ada masalah dimasa
depannya , dicari ortu angkat yg "dewa" buat ngelindungin anaknya.
Ada yg angkat Yuhuang Dadi jadi ortu angkat tjoema gara2 masalah bunyi
jiujiu or 99 yg artinye 99 panjang umur getu lho.

So gak semua urusan kweepang berkweepang or angkat mengangkat anak itu
bau2 mistik.

Secara umum, upacara pengangkatan itu taroh 1 meja, disebutnya
ganpanZi, diatasnya ada teko arak,cangkir, hiolo, lilin.
Anak yg mau diangkat anak dibimbing utk kowtow kpd orgtua angkatnya
dan kasih arak,makanan trus bilang"ayah angkat silahkan minum dan
makan". Org yg mengangkat anak trus kasih nama kpd anak angkat itu.
Orangtua anak itu memberi celana, ikat pinggang kpd orgtua angkat anaknya.
Orangtua angkat itu kasih baju utk anak angkatnya, dibajunya ditaruh 1
jarum yg artinya secara tulus hati mengangkat itu anak, dan jg
terkadang dikasih bawang yg bunyinya chong yg senada dgn chongming yg
artinya pintar. Berharap anak angkatnya menjadi pintar.

So tujuannya itu sebenarnya pengharapan biar anaknya bisa menjadi org
yg baik dan sehat. Boekan urusan hoki berhoki, kecuali diangkat anak
ama konglomerat ya hehehehehehehehehehe.

Abis itu masih ada serangkaian kegiatan lagi buat itu anak angkat ama
ortu angkatnya yg intinya seh pengharapan biar sianak itu panjang
umur, sehat dan berhasil menjadi org.
==========================================================

3. Pertanyaaan

Apa saja yang saya mesti ketahui alasan tentang angkat anak dalam tradisi tionghoa ?

============================================================ =
Jawab :

Ada tiga hal alasan mengakat anak :

satu, karena dia tidak punya keturunan
nah kalau kasusnya seperti ini, biasanya mengangkat anak dari keluarga sendiri biasanya laki-laki, yang marganya sama, tapi lalu diasuh sama orangtua angkatnya, dan si anak ini nanti memenuhi kewajiban (mengurus orangtua) ya kepada orangtua angkatnya ini, bukan kepada orangtua kandungnya.
Kalau yang seperti ini sih kaga pake upacara macem-macem deh, gentleman agreement aje diantara ortu kandung dan ortu angkat aja, orang lain nggak perlu tahu, bahkan si anak sendiri seringkali enggak tahu.
Sehubungan hak waris, dia berhak mewarisi dari ortu angkat, bukan dari ortu kandung.
Tapi biasanya juga yang angkat anak ini biasanya keadaan ekonominya lebih baik dari ortu kandung, apalagi di kampung yang mana makan tuh susah. Yang anak satu-satunya donk kebagian jatah makan lebih daripada yang anaknya tujuh.

Dua, karena urusan 'ciong'
tanggal lahir tertentu yang dianggap tidak cocok sama ortu kandungnya, bisa menyebabkan sakit, mati atau bangkrut atau apalah yang sahibul hikayat dibilang jelek, kemudian di "kias" dengan cara diangkat anak oleh orang lain. Nah kalau yang ini upacaranya seru, pake acara merangkak di kolong meja makan, lalu menyuguhkan teh, pake sembayang depan altar leluhur, kepada langit dan bumi, lalu makan-makan, announcement sama keluarga dan kerabat dekat bahwa si A sekarang jadi anaknya si C dan bukan anaknya si B.
Kalau yang begini nanti si anak tetap tinggal sama ortu kandungnya, tapi panggilannnya diganti, biasanya jadi panggil Asuk atau Acek atau Apak terhadap ayah sendiri. Yet nanti waktu ortu angkatnya meninggal, dia harus ikut 'tuaha' pakai baju belacu itu tuh. Tapi dia nggak punya hak waris dari ortu angkatnya (kecuali dikasih wasiat) dan tetap punya hak waris dari ortu kandungnya.

Tiga, karena urusan 'mancing' anak
Tapi nggak pake segala sembayangan dan makan-makan. Hanya saja ortu yang nggak punya anak angkat anak - biasanya anak kerabat sendiri, untuk tinggal di rumahnya, panggil mama-papa sama ortu angkatnya, - hanya sementara aja- sampai si ortu angkat punya anak sendiri, nah lalu si anak angkat boleh tetap tinggal dirumah itu atau dikembalikan kepada ortu kandungnya terserah ortu angkatnya, tapi kalau pulang pun dengan dikasih kado - hantaran kayak sangjit - karena berhasil "mancing".
Nah anak yang bisa "mancing" ini bisa dua-tiga kali mancing yang berarti nanti punya dua-tiga ortu angkat. Kalau yang begini sih gak punya hak waris dan nggak wajib "tuaha" kalau ortu angkatnya meninggal.

 

anything