//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Kondisi Tukik di TWA Tanjung Belimbing Memprihatinkan  (Read 2249 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Kondisi Tukik di TWA Tanjung Belimbing Memprihatinkan
« on: 04 August 2009, 09:23:40 AM »

Beberapa petugas kehutanan memeriksa bangkai penyu hijau (Chelonia mydas) di pesisir pantai Desa Temajuk, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, Kamis (30/7). Penyu betina yang diperkirakan berumur lebih dari 30 tahun tersebut dibunuh pemburu yang mengambil telurnya.


PONTIANAK, KOMPAS.com — Selain persoalan yang muncul bahwa Taman Wisata Alam Tanjung Belimbing, Kalimantan Barat, dibiayai dari penjualan ribuan telur penyu, kondisi penangkaran tukik di sana juga ternyata memprihatinkan. Pengelolaan yang tidak sesuai dengan kaidah konservasi mengakibatkan setiap hari sebagian besar tukik mati.

"Dari 25 telur yang ditangkarkan, paling-paling hanya dua butir yang menetas. Itu pun belum tentu bisa bertahan selama pembesaran. Padahal, tiap hari diberi pakan dua kali dan airnya diganti," kata Kepala Resor Konservasi Sumber Daya Alam Kecamatan Paloh Furqon yang membawahi Taman Wisata Alam Tanjung Belimbing, Senin (3/8).

Saat ini diperkirakan ada sekitar 500 ekor tukik yang dipelihara di kolam pembesaran TWA Tanjung Belimbing. Pemantauan Kompas, Sabtu (1/8), menunjukkan, ada tiga jenis tukik yang dipelihara di sana, yakni dari jenis penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), serta penyu lekang (Lepidochelys olivacea).

Di kolam pembesaran tersebut sedikitnya ada empat tukik yang mati dan mengapung di permukaan air.

Data pelaporan Resor Konservasi Sumber Daya Alam Paloh mengenai penetasan telur, dari sekitar 5.000 telur yang ditetaskan pada Januari-April 2009, ternyata hanya 10 butir telur yang menetas. Selebihnya telur-telur itu membusuk dan terpaksa dibuang.

Turtle Monitoring Officer WWF-Indonesia Program Kalimantan Barat Dwi Suprapti menilai, lokasi tempat penetasan telur yang jauh dari tepi pantai turut memengaruhi kegagalan penetasan telur penyu.

Banyak bakteri

Di lokasi itu kemungkinan besar terdapat banyak bakteri yang bisa membusukkan telur penyu. Selain itu, suhu di sana juga diperkirakan tidak memenuhi standar ideal penetasan telur penyu yang berkisar 20 derajat hingga 30 derajat sehingga banyak embrio penyu yang mati.

Kepala Seksi Konservasi Sumber Daya Alam Wilayah III Singkawang, yang membawahi TWA Tanjung Belimbing, Junaidi mengungkapkan, idealnya memang telur penyu itu dibiarkan di habitat aslinya dan tidak dipindahkan.

Pemindahan yang dilakukan petugasnya dimaksudkan untuk menyelamatkan telur dari perburuan liar. Adapun pembesaran dilakukan agar tukik terlindungi dari predatornya di alam.

Namun, menurut Dwi, pemeliharaan penyu di kolam pembesaran justru tidak baik bagi daya tahan hidup penyu saat dilepas ke habitat aslinya.

Pasalnya, penyu yang dibesarkan di kolam tidak lagi memiliki kemampuan berenang yang cepat untuk menghindari predator di laut. Selain itu, penyu menjadi bergantung pada manusia yang memberi pakan.

"Kami punya pengalaman di Alas Purwo (Jawa Timur) dengan memelihara penyu selama satu tahun baru dilepas dengan harapan bisa lebih bertahan dari predator. Namun, yang terjadi justru penyu yang dilepas ke laut selalu mendatangi kapal nelayan karena dikira mereka mau memberi pakan," katanya.

Sekretaris Desa Temajuk Asman, seperti dimuat sebelumnya di harian ini (Minggu, 2/8), mengatakan, perburuan telur penyu lumrah bagi sebagian warga untuk mendapatkan penghasilan tambahan.

Mereka melakukan perburuan saat melintasi tepi pantai yang menjadi jalur transportasi darat satu-satunya.

"Selama akses jalan darat belum dibangun dan warga masih lewat tepi pantai besar kemungkinan bagi mereka mengambil telur penyu," katanya.

Telur penyu kadang-kadang didapatkan dengan membunuh langsung induknya dan mengambil telur dari rahim induknya. Dalam perjalanan di kawasan itu World Wildlife Fund bersama Kompas menemukan bangkai seekor penyu hijau (Chelonia mydas) yang mati dengan kerapas terbelah. (WHY)


 

anything