Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Topik Buddhisme => Buddhisme dengan Agama, Kepercayaan, Tradisi dan Filsafat Lain => Topic started by: hudoyo on 18 April 2008, 05:58:17 PM

Title: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 18 April 2008, 05:58:17 PM
Apakah MMD (Meditasi Mengenal Diri) itu? MMD adalah suatu meditasi yang unik. Bagaimana keunikannya akan terlihat dalam artikel-artikel--dan mungkin juga diskusi-diskusi--dalam thread ini.

Untuk pertama kali, saya forward artikel dari blogspot Dewi Lestari (penulis, selebriti) tentang MMD.

Salam,
hudoyo


Dari: http://dee-idea.blogspot.com/

Thursday, June 21, 2007

TUJUH TAHUN MENUJU MENDUT

Barangkali inilah artikel dengan tingkat kesulitan paling tinggi yang pernah saya tulis, karena saya akan mencoba menuliskan sesuatu yang sudah pasti tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Semua yang saya tulis berikut ini ibarat setetes air laut mencoba menjelaskan samudera. Kendati terdengar sia-sia, mudah-mudahan upaya ini masih punya makna.

Selama tiga hari, berlokasikan di Vihara Mendut – Magelang, saya mengikuti Meditasi Mengenal Diri (MMD) di bawah bimbingan Pak Hudoyo Hupudio. Beliau, MMD, dan milis spiritualnya, sudah saya kenal sejak tujuh tahun yang lalu lewat internet, bahkan beliau pernah saya “todong” untuk membuat pengantar buku pertama saya “Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh”. Namun baru tahun inilah saya berkenalan langsung dengan Pak Hudoyo. Pertama, ketika kami sama-sama menjadi pembicara dalam diskusi tentang meditasi di Bandung bulan Februari lalu, dan kedua ketika saya menjadi peserta MMD angkatan ke-99 di Mendut.

Meski berbasiskan meditasi vipassana, MMD sendiri merupakan meditasi lintas agama, terbukti dari komposisi peserta yang beragam. Angkatan ke-99 yang berjumlah total 31 orang ini, mayoritas peserta beragama Katholik dan Islam, disusul Buddhis sebanyak lima orang, dan yang beragama Protestan sebanyak empat orang.

Sekalipun sudah delapan tahun menggeluti dan merenungi masalah spiritualitas, saya bukanlah meditator yang disiplin. Kegiatan bermeditasi saya lakukan dengan frekuensi dan intensitas yang acak. Saya tidak asing dengan konsep vipassana, tapi baru di Mendutlah saya secara fokus menyelami pengalaman mengamati diri.

Hari pertama dimulai dengan pengarahan. Pak Hudoyo berpesan agar kami meninggalkan semua pemahaman, pengetahuan, harapan, dan segala teknik yang kami ketahui. Tidak ada doa. Tidak bicara. Tidak ada apa-apa. Tugas kami hanya menjadi pengamat pasif. Total. Dan beliau mengingatkan, “Kalian akan memasuki neraka.” Neraka yang dimaksud adalah segala sakit yang akan dimuntahkan oleh badan, segala resah dan bimbang yang akan dimuntahkan oleh batin, dan sekali lagi, tugas kami hanya mengamati.

Kami bermeditasi kurang lebih dua belas jam sehari, diselingi tiga kali diskusi, satu kali istirahat, dan dua kali makan. Neraka itu saya alami dalam tiga sesi pertama. Perjuangan berat untuk sekadar duduk diam satu jam, dan perjuangan lebih berat lagi untuk mengalami apa artinya “mengamati”.

Saya mulai dengan tidak menjustifikasi dan bereaksi, tapi hanya memberi label pada segala fenomena batin yang terungkap: “perasaan”, “memori”, “gambar”, “bosan”, “pegal”, dan seterusnya. Hingga pada satu titik saya kelelahan sendiri dengan proses memberi label itu. Fenomena fisik seperti rasa pegal dan kesemutan pun enggan hilang, bahkan ketika saya pikir saya sudah “mengamati”.

Pada saat meditasi pagi hari ke-2, saya mulai mengalami sesuatu. Selagi pikiran saya lepaskan mengembara tanpa label, tiba-tiba saya seperti terjatuh. Tepatnya, seperti dibangunkan. Bukan oleh kehendak, melainkan terjadi tiba-tiba di luar kendali sang “aku”. Dan deskripsi paling mendekati dari kondisi terbangun itu adalah… hening. Tak lama, pikiran kembali lolos seperti belut licin dan mulai berkata “Barangkali ini hening yang dimaksud. Bagaimana caranya bisa kembali ke sini?” Seketika, hening itu hilang.

Saya merenungi pengalaman sekian detik itu dan menyadari bahwa manusia menghabiskan hidupnya dalam bermimpi. Kita hidup dalam kuasa pikiran yang tak pernah dibiarkan berhenti. Tak henti-hentinya tertarik ke masa lalu dan terdorong ke masa depan. Dan kita menyangka kita sungguhan hidup. Guru saya pernah berkata: Mind is always delayed. Evaluating is the job description of the mind. That’s why, the mind is always slightly behind, and at the same time always trying to be slightly forward so it can protect. Hal itu juga dikonfirmasi oleh penjelasan Pak Hudoyo saat diskusi, pikiran adalah alat manusia untuk bertahan hidup, tapi ketika pikiran dijadikan penuntun maka selamanya kita terseret-seret ke masa lalu yang sudah tidak ada dan masa depan yang belum terjadi. Kita bermimpi sekalipun kita terjaga. Kita bermimpi tentang cinta, tentang hidup, dan tentang Tuhan. Tanpa menghentikan pikiran, tak sekalipun kita mengalami cinta, hidup, dan Tuhan yang sesungguhnya. Yang ada hanyalah konsep dan upaya.

Pada saat meditasi sore hari ke-2, entah bagaimana awalnya, tapi saya sebagai subjek mendadak melemah, dan saya tersadar bahwa selama ini saya hanya terpusat pada fenomena yang terjadi pada diri saya*pikiran, perasaan, kenangan, fisik*tapi tidak sekalipun saya memperhitungkan fenomena di sekitar saya seperti suara burung, suara mobil di kejauhan, atau bunyi gesekan karpet. Pengamatan saya yang tadinya berbatas seperti sorot senter, mendadak meluas seperti lampu ruangan. Dan saya menyadari bahwa hal-hal kecil yang saya lewatkan ternyata fenomena yang sama rata dengan pegal kaki atau celotehan benak saya. Setelah diberi perhatian yang serupa, mendadak tak ada yang menetap. Label lenyap, hanya murni mengamati. Dan pengamatan ini menghentikan semuanya, termasuk kaki saya yang kesemutan. Satu peserta bertanya saat diskusi, apakah saya pernah bermeditasi selama itu sebelumnya, karena dilihatnya saya bermeditasi dua jam tanpa bergerak. Saya jujur menjawab, belum. Itulah meditasi duduk terlama yang pernah saya lakukan.

Dari pengalaman tadi, saya menyadari betapa si “aku” menciptakan subjek dalam setiap diri kita, membuat kita pusat yang terpenting dan semua hanyalah objek dalam pengalaman si subjek. Namun tak sekalipun kita menyadari bahwa si subjek, si “aku”, juga rekaan. Dalam pengamatan murni, “aku” tereduksi menjadi objek, sama-sama cuma fenomena. Perasaan saya hanya fenomena, fisik saya juga fenomena, burung di udara pun fenomena. Sebagai konsep, kita bisa meneriakkan “kita adalah satu, we are one” dan membungkusnya dalam melodi indah. Namun tanpa berhentinya pikiran, kebersatuan hanyalah semboyan manis. Kita mengaku mengenal Tuhan dan beragama, tapi dalam mimpi kolektif kita tentang Tuhan dan agama, perdamaian hanya akan seperti hantu yang tak terkejar.

Pada meditasi pagi hari ke-3, saya mulai memasuki suasana hening sejak berjalan menuju aula. Dan pagi itu, saya mengalami sesuatu yang sangat sulit diungkap dengan kata-kata. Segalanya menjadi denyut. Timbul dan lenyap begitu cepat. Denyut ini seperti “memakani” segala pengalaman seperti mulut PacMan. Tak ada yang dibiarkannya bertahan sedikit lama. Dengan ritme yang cepat dan cenderung tetap, semua fenomena yang muncul pun padam lagi tanpa kecuali. Bahkan luapan ekstase yang saya rasakan tak bisa bertahan lama. Pikiran yang hendak berkata-kata putus di tengah-tengah. Rasa haru yang singgah pun pergi lagi tanpa bisa saya cegah. Namun sebutir air mata berhasil lolos, saya merasakannya mengalir di pipi. Dan saat mata saya akhirnya membuka, air mata itu sudah kering tanpa bekas.

Dalam diskusi terakhir, Pak Hudoyo menjelaskannya sebagai pencerahan akan timbul dan lenyapnya fenomena. Apa yang kita pikir sebagai kontinuitas sesungguhnya adalah keterputusan. Seperti riil film yang sebenarnya cuma potongan gambar yang terputus-putus, tapi tampak bergerak kontinu ketika diputar. Para ilmuwan menelaahnya dalam fisika kuantum. Sebuah partikel sesungguhnya tidak diam statis, melainkan muncul dan lenyap. Anicca, atau impermanensi, adalah kata yang membersit saat saya merenungkan pengalaman meditasi saya tadi. Konsep yang sudah lama saya tahu dan akhirnya menjadi aktual lewat pengalaman.

Tiga hari bermeditasi di Mendut menjadi titik balik saya berikutnya. Sesudah Five Mindfulness Trainings di Hongkong yang memberi pemahaman segar tentang kode etik hidup, Meditasi Mengenal Diri memberi pengalaman tentang realitas sejati dari hidup itu sendiri. Dan ada benang merah yang menalikan keduanya: Thich Nhat Hanh dan Hudoyo Hupudio dengan caranya masing-masing telah mampu menghadirkan ajaran universal Sang Buddha bagi siapa saja yang ingin bebas dari penderitaan*apa pun denominasi agama dan kepercayaannya. Vipassana sebaiknya tidak dipandang eksklusif milik umat Buddha, tapi siapa pun yang ingin mengenal diri. Lima Sila yang diikuti pemahaman benar dapat diterapkan dalam hidup siapa saja, selama mereka memang berkomitmen untuk menciptakan koeksistensi yang harmonis dengan semua makhluk.

Saya akan mengakhiri artikel ini dengan mengutip pesan Pak Hudoyo setiap usai berdiskusi: lupakan ini semua. Lupakan cerita saya. Setiap kata adalah upaya, bukan kenyataan yang sesungguhnya. Kenyataan itu sendiri telah pergi dan berganti. Pikiran kita hanya bisa mengejar dan berujar. Namun pada saat yang sama, kita pun bisa tersadar dan terbangun dari mimpi panjang ini.

* Keterangan dan diskusi tentang MMD dapat disimak di milis-spiritual [at] yahoogroups.com atau meditasi-mengenal-diri [at] yahoogroups.com

Posted by Dewi Lestari at 3:58 PM
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 18 April 2008, 06:11:20 PM
Artikel berikut saya temukan dalam thread "(artikel) Meditasi Mengenal Diri":

Makalah ini berasal dari karya mendiang Ven. Mahasi Sayadaw Aggamahapandita—seorang bhikhhu guru meditasi vipassana terkemuka dari Myanmar—diadaptasikan oleh Dr. Hudoyo Hupudio, MPH. Bagian Pendahuluan dan Persiapan ditulis oleh Hudoyo.

Latihan dasar

Pendahuluan
[...]

Memang benar, artikel itu saya terjemahkan dari sebuah buklet tulisan YM Mahasi Sayadaw, berisi tuntunan praktis meditasi vipassana menurut versi beliau. Artikel itu saya terjemahkan pada tahun 2000, dan saya gunakan sebagai buku acuan (referensi) dari meditasi vipassana yang mulai saya ajarkan pada waktu itu (tahun 2000), yakni Meditasi Mengenal Diri (MMD).

Namun dalam perjalanan waktu, pengajaran MMD berangsur-angsur menemukan bentuknya sendiri, hingga mencapai bentuk finalnya pada tahun 2008 ini. Dalam bentuknya yang final, MMD sangat berbeda dengan vipassana versi Mahasi Sayadaw. Apa perbedaannya akan terlihat dalam artikel-artikel dalam thread ini.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 18 April 2008, 06:38:31 PM
Bisa tolong dijelaskan perbedaan mendasarnya?  _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 18 April 2008, 06:48:12 PM
[Dari Brosur MMD (Meditasi Mengenal Diri) - program meditasi gratis]

PROGRAM AKHIR PEKAN &
PROGRAM SEMINGGU PENUH

MEDITASI MENGENAL DIRI

* Bukan untuk pengalaman gaib, tenaga dalam, penyembuhan, kesuksesan dsb,
* Meditasi total selama 3 hari 2 malam atau selama 7 hari 8 malam,
* Bertujuan memahami diri sedalam-dalamnya untuk kearifan & pembebasan,
* Menghasilkan pula: terkendalinya ego, meningkatnya kemampuan konsentrasi, keseimbangan mental, serta kesehatan fisik.


PENDAHULUAN

Manusia selalu menginginkan kepuasan, kebahagiaan dan kesejahteraan dalam hidupnya, dan ini selalu dicarinya di luar dirinya: pada harta benda, pada kekuasaan, pada prestasi intelektual, pada kegiatan sosial, pada “pencapaian spiritual”, dsb. Jarang manusia menengok ke dalam batinnya sendiri untuk melihat dan memahami mengapa ia tidak bahagia dan tidak sejahtera pada saat ini.

Manusia tidak bahagia karena ia tidak menyadari dan tidak mengenali konflik-konflik yang ada dalam batinnya: konflik emosional, konflik intelektual, konflik spiritual. Kalau pun ia mulai menyadarinya, ia masih tetap mencari penyelesaian melalui sesuatu di luar dirinya: melalui psikolog, melalui orang “pintar”, melalui pemuka agama, melalui berbagai kepercayaan dan pandangan hidup. Dengan demikian konflik-konflik itu tidak pernah terselesaikan. Dan itu tercermin dalam keresahan batinnya, dan dalam kekacauan masyarakat di mana ia berada. Setiap manusia pada dasarnya menyumbang kepada kekacauan masyarakat di sekitarnya. Sedikit-banyaknya sumbangan itu bergantung pada taraf kesadarannya.

Program meditasi ini didasarkan pada pengertian bahwa konflik-konflik dalam batin manusia hanya dapat terselesaikan dengan tuntas dengan jalan disadari, diamati & dikenali secara pasif pada saat munculnya dari saat ke saat.

Praktek meditasi ini didasarkan pada pemahaman bahwa sang ‘aku’ (diri, ego, nafs) adalah sumber dari segala dualitas dan konflik—lahiriah maupun batiniah--di dalam batin kita dan di dalam masyarakat, sepanjang zaman.

Program ini bukanlah lokakarya, seminar atau sejenisnya, yang di situ lebih banyak digunakan penalaran (intellection), melainkan suatu praktek meditasi yang unik. Meditasi ini bukanlah latihan konsentrasi atau sekadar relaksasi yang banyak ditawarkan orang untuk mencapai suatu hasil tertentu (ketenangan, penyembuhan, kemampuan paranormal, pengalaman mistikal dsb), yang dinikmati dan dimanfaatkan oleh si individu. Praktek meditasi ini justru langsung mengamati sang ‘aku’ itu sendiri dalam segala aspek dan prosesnya, yakni: rasa tubuh (sensations), emosi, kehendak, ingatan, dan terutama akal budi (intellect).

Untuk itu diperlukan pengembangan keelingan (awareness) dan perhatian-penuh (mindfulness) dalam waktu yang lama (beberapa hari), sehingga dengan demikian kebiasaan-kebiasaan mental yang sudah berakar mendalam dapat dikenali dan dipahami, sehingga orang tidak lagi terbelenggu olehnya. Itulah sebabnya, meditasi ini disebut Meditasi Mengenal Diri (MMD).

Kemudian, di luar latihan meditasi itu sendiri, pengembangan ini perlu dilakukan terus-menerus dalam kehidupan sehari-hari, sehingga sikap batin ini menjadi pola kesadaran sehari-hari, melimpah keluar dari saat-saat latihan meditasi yang intensif.

TUJUAN

Secara konseptual, tujuan akhir meditasi ini disebut ‘pencerahan’, ‘pembebasan’, yang dalam berbagai agama dikenal sebagai “hulul”, “nirwana”, “moksha”, “menyatu dengan Allah”, dan sebagainya. Tetapi secara aktual, hal itu bukan menjadi tujuan yang disadari oleh pemeditasi itu sendiri, karena di dalam meditasi kesadarannya terus-menerus mengamati saat kini tanpa henti, tanpa membanding-bandingkan dengan masa lampau dan masa depan.

Dalam manusia melakukan kegiatan sehari-hari, biasanya selalu disadari ada suatu tujuan tertentu di masa depan. Namun dalam praktek MMD secara aktual, "tujuan" meditasi ini tidak disadari dan diletakkan di masa depan. Tujuan meditasi ini terletak di dalam meditasi itu sendiri, yakni 'sadar pada saat kini.' Dalam budaya Jawa, keadaan ini dikenal sebagai 'mati sajroning urip.' Di sinilah letak keunikan MMD: metode dan tujuannya tidak berbeda, yakni menyadari saat kini, bukan bercita-cita di masa depan.

Sementara secara konseptual tujuan akhir meditasi ini terletak ‘di masa depan’, para pemeditasi akan segera memperoleh manfaat dari meditasi ini dalam kehidupan sehari-hari, yang dapat disebut sebagai ‘tujuan antara’. ‘Tujuan-antara’ meditasi ini ialah melimpahnya pola kebiasaan mengamati dan menyadari diri ini ke dalam kehidupan dan kegiatan sehari-hari. ‘Tujuan antara’ ini dapat dikenali sebagai:
* terkendalinya ego (terkendalinya pikiran, emosi, keinginan dsb);
* meningkatnya kemampuan berkonsentrasi pada apa pun yang dihadapi—tanpa terganggu oleh berbagai emosi dan pikiran yang tidak relevan dan tidak bermanfaat; dan
* meningkatnya kesehatan fisik sebagai hasil ikutan dari batin yang tenang dan seimbang.
Ketiga hal ini sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari yang sejahtera dan bahagia.

Meditasi ini berasal dari ajaran Buddha Gautama lebih dari 25 abad lalu, dikenal sebagai meditasi vipassana. Dalam program ini, meditasi vipassana diperkenalkan kepada khalayak Buddhis & non-Buddhis. Untuk itu, istilah-istilah dan konsep-konsep yang berasal dari Agama Buddha telah diganti dengan pengertian-pengertian yang bersifat universal. Ini dilakukan dengan keyakinan bahwa keefektifan meditasi ini tidak bergantung pada nilai dan doktrin keagamaan tertentu; meditasi ini dapat memberikan manfaat kepada setiap praktisinya tanpa tergantung pada agama/kepercayaan yang dianut.

Dalam prakteknya meditasi ini juga diilhami oleh ajaran J. Krishnamurti, yang adalah identik dengan ajaran Buddha Gautama.

METODOLOGI

(a) Praktek meditasi ini dilakukan secara total, mulai dari awal sampai akhir program, sepanjang hari, mulai dari saat bangun sampai saat tidur kembali. Program meditasi ini dilakukan pada akhir pekan, mulai pada hari Jumat pukul 19, dan berakhir pada hari Minggu pukul 11. (Pada program seminggu penuh, meditasi dilakukan selama 7 hari 8 malam.)

(b) Meditasi ini bukan konsentrasi. Praktek meditasi ini berupa keelingan (awareness) atau perhatian-penuh (mindfulness) yang ditujukan--bukan kepada hal-hal ‘luar’ yang tercerap (perceived) melalui pancaindra atau yang muncul sebagai ingatan--melainkan kepada seluruh aspek atau proses diri individual, yang mencakup: jasmani (rasa-tubuh, sensation), perasaan (emotion), pikiran (thought), ingatan (memory), kehendak (intention), penalaran (reasoning), dsb, pada saat berbagai hal itu muncul dalam kesadaran.

(c) Praktek meditasi ini dilaksanakan dengan duduk diam dan berjalan. Pada mulanya, diusahakan untuk mampu duduk diam selama setengah jam, berjalan selama setengah jam, berganti-ganti. Berangsur-angsur waktu ini dipanjangkan sampai peserta mampu duduk diam selama satu jam.

(d) Kegiatan sehari-hari, seperti makan, minum, mandi, menyikat gigi, buang air, berpakaian, mencuci pakaian dsb, dilakukan dengan tetap mempertahankan perhatian-penuh (mindfulness) dan keelingan (awareness) terhadap niat (intention), gerakan, dan rasa-tubuh (sensation) yang timbul selama menjalankan kegiatan tersebut.

(e) Dengan makin tajamnya perhatian, semua gerakan akan menjadi makin lambat dengan sendirinya. Dianjurkan untuk mengurangi sedapat mungkin gerakan yang bersifat refleks; bila perhatian cukup tajam, akan terlihat niat yang muncul dalam batin sesaat sebelum melakukan setiap gerakan fisik.

(f) Sebelum datang ke tempat pelatihan, peserta dianjurkan untuk lebih dulu membaca di rumah buku acuan: “Meditasi dalam Bahasa Sehari-hari” oleh Ven. Henepola Gunaratana (A.S.), sebagai buku introduksi dan referensi mengenai meditasi vipassana.

Buku itu dapat diperoleh secara gratis dengan berlangganan milis: <meditasi-mengenal-diri [at] yahoogroups.com>, kemudian mengambilnya dari situs http://groups.yahoo.com/group/medita...al-diri/files/

Namun, membaca buku itu bukan syarat mutlak untuk dapat mengikuti retret ini.

(g) Selama program meditasi berlangsung, peserta tidak dibenarkan berbicara atau berkomunikasi dengan bahasa isyarat dengan sesama peserta, membaca, menulis, melihat arloji/jam, menelepon/menerima telepon (telepon seluler harus dimatikan), dsb. Tugas peserta hanyalah mengamati secara pasif badan & batin sendiri pada saat munculnya dengan keelingan (awareness) dan perhatian-penuh (mindfulness). Penyimpangan dari ketentuan ini hanya dapat dibenarkan dalam keadaan darurat.

(h) Setelah membaca dengan saksama brosur ini, peserta diminta menandatangani pernyataan akan mengikuti pelatihan sampai selesai (tidak berhenti di tengah jalan, kecuali dalam keadaan darurat) di dalam formulir pendaftaran yang diisinya.

(i) Apabila peserta mempraktekkan suatu metode meditasi lain atau suatu ritual tertentu--termasuk berdzikir, berdoa, kontemplasi, membaca mantra, visualisasi, relaksasi, yoga dsb--disarankan untuk tidak melakukan praktek-praktek tersebut selama berlatih MMD. (Ketentuan ini tidak berlaku untuk ritual/ibadah yang bersifat wajib menurut ketentuan agama peserta, misalnya sholat wajib bagi kaum Muslim.)

(j) Selama praktek meditasi, pembimbing akan mewawancarai peserta satu demi satu untuk mengecek pemahaman peserta tentang praktik MMD, dan mengetahui masalah-masalah yang dihadapi peserta dalam meditasi.

Selain itu, setiap saat peserta dapat menghubungi pembimbing untuk berbicara secara privat, guna membahas dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi peserta dalam praktek meditasinya.

Gunakanlah kesempatan ini setiap kali peserta mengalami hambatan atau masalah dalam praktek meditasi, seperti merasa bosan, putus asa, gelisah, ragu dsb.

Juga penting untuk berbicara dengan pembimbing, bila peserta memperoleh pengalaman batin yang dirasakan luar biasa atau aneh, seperti pengalaman yang menakjubkan, menakutkan, menyedihkan, merasa menyesal, bersalah, bergairah, nikmat, dsb.

Juga bila mengalami fenomena fisik, seperti melihat cahaya, badan bergoyang, badan terasa “hilang”, merasa ada listrik mengalir dalam tubuh dsb, sebaiknya hal itu dilaporkan kepada pembimbing. Semua perasaan dan pengalaman itu dapat menjadi penghambat dalam MMD.

(k) Dalam program ini, peserta makan dua kali sehari (makan pagi dan makan siang). Sepanjang waktu disediakan minuman yang menyegarkan. Peserta vegetaris dapat minta disediakan makanan vegetaris.

JADWAL

Hari ke-1: JUMAT

Pk. 19.00 – 20.00 : DISKUSI 1: “Introduksi, Petunjuk Meditasi”
Pk. 20.00 – 22.00 : MEDITASI
Pk. 22.00 - 03.00 : Istirahat malam

Hari ke-2: SABTU

(Pk. 03.00 : Bel bangun tidur)
Pk. 03.00 – 06.00 : MEDITASI
Pk. 06.00 – 07.00 : DISKUSI 2: “Rintangan Batin”
Pk. 07.00 - 08.00 : Makan pagi
Pk. 08.00 – 11.00 : MEDITASI
Pk. 11.00 – 12.00 : DISKUSI 3: “Pikiran”
Pk. 12.00 - 13.00 : Makan siang
Pk. 13.00 – 14.00 : MEDITASI
Pk. 14.00 – 16.00 : Istirahat siang
Pk. 16.00 – 19.00 : MEDITASI
Pk. 19.00 – 20.00 : DISKUSI 4: “Waktu”
Pk. 20.00 – 22.00 : MEDITASI
Pk. 22.00 - 03.00 : Istirahat malam

Hari ke-3: MINGGU

(Pk. 03.00 : Bel bangun tidur)
Pk. 03.00 – 06.00 : MEDITASI
Pk. 06.00 – 07.00 : DISKUSI 5: “Sang Aku”
Pk. 07.00 - 08.00 : Makan pagi
Pk. 08.00 – 10.00 : MEDITASI
Pk. 10.00 – 11.00 : DISKUSI 6: “Bagaimana setelah ini?”
Pk. 11.00 : Makan siang bersama - Selesai

(Pada program seminggu penuh, diskusi hanya diadakan sekali sehari, pada pk 19.00.)

BIAYA PELATIHAN

Pada prinsipnya, pelatihan ini diberikan secara gratis. Pembimbing dan para petugas dalam retret ini tidak menerima imbalan dalam bentuk apa pun.

Namun, apabila retret ini diadakan di sebuah vihara, pada akhir retret para peserta diharapkan menyumbang secara sukarela (dengan jumlah yang tidak ditentukan besarnya) kepada vihara.

Bila retret ini diadakan di sebuah tempat yang disewa untuk itu, maka biaya akomodasi & konsumsi ditanggung bersama-sama secara transparan oleh para peserta.

Untuk keterangan lebih lanjut & pendaftaran hubungi:

Pembimbing: Dr. Hudoyo Hupudio, MPH
Tel.: (021) 8730080, Hp: 0811-873490;
email: <hudoyo [at] cbn.net.id>
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 18 April 2008, 06:52:31 PM
Bisa tolong dijelaskan perbedaan mendasarnya?  _/\_

Mohon maaf, harap bersabar sebentar. Thread ini masih saya bangun; posting yang penting-penting saya dahulukan.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 18 April 2008, 07:10:17 PM
Ok monggo Pak. ;D _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 18 April 2008, 07:30:45 PM
JADWAL RETRET MMD 2008 - Program meditasi gratis!

MMD SEMINGGU

Retret dimulai pada pukul 7 malam, dan berakhir pada pukul 7 pagi.

29 Feb - 8 Mar 2008 : Bali - Brahmavihara-arama
9 - 17 Agustus 2008 : Jawa Barat - Cipanas (tempat meditasi Bpk Tatang Kurdi)
24 Des '08 - 1 Jan '09 : Jawa Tengah - Vihara Mendut
<tgl akan ditentukan kemudian>: Kalimantan Timur - Vihara Muladharma, Samarinda
 
Pendaftaran:
- Untuk di Brahmavihara-arama, pada: Wijaya Darma, 0812 361 3000, widarma [at] gmail.com
- Untuk di Cipanas, pada: Hudoyo, 0811 87 34 90, hudoyo [at] cbn.net.id
- Untuk di Vihara Mendut, pada: Waluyo, 0812 294 31 13, sadarsetiapsaat [at] yahoo.com
- Untuk di Samarinda: Liliana Tan, 0811 55 18 93, g_gemini [at] cbn.net.id
(Perhatian: tempat untuk retret di Vihara MENDUT biasanya terisi penuh 2 bulan sebelumnya; harap mendaftar sedini mungkin.)


MMD AKHIR PEKAN

Retret dimulai pada pukul 7 malam, dan berakhir pada pukul 11 pagi.

Di Cipanas (tempat meditasi Bpk Tatang Kurdi):

11 - 13 Januari 2008
11 - 13 April 2008
7 - 9 November 2008
Pendaftaran pada: Hudoyo, 0811 87 34 90, hudoyo [at] cbn.net.id

Di Vihara MENDUT (Jawa Tengah)

8 - 10 Februari 2008
13 - 15 Juni 2008
17 - 19 Oktober 2008
Pendaftaran pada: Waluyo, 0812 294 31 13, sadarsetiapsaat [at] yahoo.com
(Perhatian: tempat untuk retret di Vihara MENDUT biasanya terisi penuh 2 bulan sebelumnya; harap mendaftar sedini mungkin. Untuk bulan Juni ini sudah penuh: terdaftar 50 orang untuk kapasitas 30 tempat tidur, sebagian harus masuk waiting list.)

Di BRAHMAVIHARA-ARAMA (Singaraja, Bali)

20 - 22 Juni 20008
26 - 28 September 2008
12 - 14 Desember 2008
Pendaftaran pada: Wijaya Darma, 0812 361 3000, widarma [at] gmail.com, Iwan Ananta Wijaya, 0811 399 244, wanantawi [at] yahoo.com, Yopi Sutedjo, 0812 390 8636, deepblue992000 [at] yahoo.com

Di Vihara MULADHARMA (Samarinda)

20 - 23 Maret 2008
Pendaftaran pada: Liliana Tan, 0811 55 18 93, g_gemini [at] cbn.net.id

*****

BIAYA PELATIHAN

Pada prinsipnya, pelatihan ini diberikan secara gratis. Pembimbing dan para petugas dalam retret ini tidak menerima imbalan dalam bentuk apa pun.

Namun, apabila retret ini diadakan di sebuah vihara, pada akhir retret para peserta diharapkan menyumbang secara sukarela (dengan jumlah yang tidak ditentukan besarnya) kepada vihara.

Bila retret ini diadakan di sebuah tempat yang disewa untuk itu, maka biaya akomodasi & konsumsi ditanggung bersama-sama secara transparan oleh para peserta.

Untuk keterangan lebih lanjut hubungi:

Pembimbing:
Dr. Hudoyo Hupudio, MPH
Tel.: (021) 8730080, Hp: 0811-873490;
email: hudoyo [at] cbn.net.id, hudoyo [at] gmail.com

CATATAN:
Jadwal ini dapat berubah sewaktu-waktu. Setiap perubahan akan diumumkan di thread MMD.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 18 April 2008, 07:49:34 PM
Jawaban untuk Rekan Bond. :)

Cerita dari retret MMD di Samarinda, 19 – 23 Maret 2008:

MMD MENEMUKAN WUJUD FINALNYA

Pada waktu Meditasi Mengenal Diri (MMD) mulai diajarkan pada Mei 2000, modelnya mengikuti meditasi vipassana versi Mahasi Sayadaw. Selama beberapa tahun kemudian, model ini tetap dipertahankan.

Beberapa karakteristik dari meditasi vipassana versi Mahasi Sayadaw adalah:

(1) menggunakan Maha-satipatthana-sutta sebagai referensi,
 
(2) dilandasi oleh usaha (viriya) yang maksimal,

(3) menekankan konsentrasi pada “obyek utama”, yakni napas pada meditasi duduk, dan langkah pada meditasi jalan, di samping menyadari pula segala fenomena lain yang masuk melalui indra-indra selama bermeditasi,

(4) menggunakan beberapa teknik untuk memperkuat konsentrasi, yakni:
- mencatat (naming, labeling) segala sesuatu yang diamati,
- memperlambat semaksimal mungkin segala gerakan tubuh ketika meditasi jalan dan ketika melakukan kegiatan sehari-hari.

(5) bertujuan mencapai ‘nyana-nyana’ (pencerahan, insights) yang bertingkat-tingkat, yang berpuncak pada tercapainya magga & phala, yakni kesadaran ariya (suci) Sotapana dst sampai Nibbana (Nirwana).

Dalam perkembangan MMD selanjutnya, dalam interaksi pembimbing dan para praktisi MMD yang serius, secara berangsur-angsur berkembanglah suatu versi meditasi vipassana yang sama sekali berbeda. Versi vipassana ini banyak diilhami oleh pencerahan & ajaran J. Krishnamurti.

Namun, ini bukan berarti bahwa MMD telah menyimpang dari ajaran Buddha Gotama yang asli. Oleh karena, ternyata kemudian ditemukan sutta-sutta dalam kitab suci Tipitaka Pali yang mengandung ajaran meditasi oleh Buddha Gotama yang persis sama dengan meditasi yang diajarkan oleh J. Krishnamurti. Sutta-sutta itu adalah:
(1) Bahiya-sutta (Udana, 1.10)
(2) Malunkyaputta-sutta (Samyutta-nikaya, 35.95)
(3) Kalaka-sutta (Anguttara-nikaya, 4.24)
Tambahan pula, mengingat sutta-sutta ini termasuk sutta-sutta pendek, dapat disimpulkan mereka berasal dari masa yang relatif lebih tua dari kitab suci Tipitaka Pali.

Sejak tahun 2007 sampai sekarang, praktik MMD berangsur-angsur telah menemukan wujudnya yang final, yang amat berbeda dengan meditasi vipassana versi Mahasi Sayadaw atau dengan teknik-teknik meditasi vipassana lainnya. Beberapa karakteristik MMD yang berbeda itu adalah:

(1) menggunakan Bahiya-sutta, Malunkyaputta-sutta dan Kalaka-sutta sebagai referensi;

(2) sama sekali tidak dilandasi oleh usaha (viriya) - alih-alih menekankan pada sadar/eling (sati) secara pasif (usaha dipahami sebagai gerak dari pikiran/si aku/atta);

(3) tidak menekankan pada konsentrasi, melainkan pengembangan sadar/eling (sati) seluas-luasnya, tanpa mengamati satu obyek dalam waktu relatif lama (tidak ada "mengamati" secara sengaja) – dalam keadaan ini konsentrasi akan berkembang dengan sendirinya—bukan dibuat/disengaja—bersama dengan berkembangnya keheningan;

(4) karena tidak mengembangkan konsentrasi secara sengaja, maka tidak menggunakan teknik apa pun, seperti “mencatat”--yang adalah gerak pikiran--atau memperlambat gerakangerakan tubuh akan melambat dengan sendirinya bersama menguatnya kesadaran;

(5) tidak mempunyai tujuan, cita-cita atau harapan apa pun yang disadari, tidak bertujuan mencapai “nyana-nyana”, bahkan tidak bertujuan mencapai nibbana, di masa depan; alih-alih, sekadar menyadari munculnya si aku/atta dalam segala bentuknya dari saat ke saat, pada saat kini.

Di dalam retret MMD, perbedaan mendasar dengan teknik meditasi vipassana versi Mahasi Sayadaw atau dengan teknik-teknik meditasi vipassana lainnya terlihat nyata pada kesulitan yang dihadapi oleh para peserta retret yang sebelumnya telah terbiasa dengan teknik-teknik meditasi vipassana tertentu. Dalam beberapa jam pertama, mereka harus “membongkar” keterkondisian terhadap teknik-teknik meditasi vipassana itu, untuk dapat masuk ke dalam keheningan MMD yang tanpa teknik, tanpa tujuan dan tanpa usaha apa pun.

Pada beberapa peserta retret yang berhasil mengatasi keterkondisiannya pada teknik-teknik meditasi vipassana tertentu, akan dirasakan suatu kelegaan, keringanan, kejernihan, seolah-olah suatu beban yang berat terlepas dari pundak, yakni “beban meditasi”.

Mengingat adanya perbedaan-perbedaan mendasar di antara MMD dengan berbagai teknik meditasi vipassana lain, maka semakin dirasa mendesak perlunya sebuah buku panduan MMD yang lengkap.

Di bawah ini disajikan beberapa testimoni dari para peserta retret MMD 3 hari 4 malam di Vihara Ekayana, Samarinda, tgl 19 – 23 Maret 2008.

Pembimbing,
Hudoyo Hupudio

*****

SONY HALIM, 29 th., Buddhis, Samarinda – pernah dua kali mengikuti pabbajja menjadi samanera, peserta baru MMD:

MMD adalah sebuah hal yang baru dan sangat menarik bagi saya. Selama ini saya mengenal meditasi selalu ada obyek, namun MMD mengajarkan tanpa obyek, hanya mengamati pikiran/atta tanpa memberikan respons apa pun terhadap yang muncul.

Awalnya sulit, tapi memberi efek yang mendalam bagi saya. Saya jadi mengerti apa yang saya alami selama ini. Hidup dan sadar pada hari ini/saat ini jauh lebih baik ketimbang terbebani oleh kehidupan yang lalu atau akan datang. Terkadang kita tidak sadar bahwa kita hidup di masa lampau, karena punya kesan yang kuat terhadap kejadian masa lampau; atau kita hidup di masa depan, karena bingung/khawatir tentang masa depan kita. Akhirnya kita lupa, bahwa hidup saat ini yang menentukan apa yang akan kita dapatkan.

Masa lalu sudah lewat,
Masa depan belum pasti,
Masa sekarang adalah pasti.

Mengapa harus bingung dengan hal yang sudah lewat dan hal yang belum pasti?
Kenapa tidak fokus pada hal yang pasti?


N.N.:

Pertama-tama, saya haturkan banyak terima kasih atas bimbingan Romo Hudoyo, yang telah membimbing saya mengikuti latihan MMD yang ketiga kali.

Pengalaman selama mengikuti latihan MMD untuk kali ini sangat lain dari yang terdahulu. Saya sangat berkesan sekali dengan apa yang diterangkan pada saat-saat diskusi tiap malam, yaitu apa yang kita dengar cuma ada yang didengar, apa yang dirasa cuma ada yang dirasa, tapi tidak ditanggapi, apa yang dirasa di pikiran kita, memori-memori, cuma disadari; semua akan padam/lenyap. Maka saya menyadari aku.

Makanya dalam latihan kali ini, saya lebih enak dan tenang walaupun badan jasmani ini sakit, timbul dan tenggelam. Seperti waktu saya ikut yang lalu, semua yang kita dengar dan rasakan harus dicatat; jadi sepertinya kita mencari sesuatu yang belum didapat. Dan kadang melihat cahaya-cahaya. Tapi kali ini tidak demikian. Semua berjalan apa adanya.

Sekali lagi, terima kasih banyak, Romo Hudoyo. Semoga apa yang saya dapat dari Romo akan saya terapkan di kehidupan sehari-hari. Sampai ketemu, Romo, terima kasih.



PUNAN BUDIMAN, 46 th., Buddhis, peserta lama MMD, pernah duduk diam tanpa bergerak selama 5 jam dalam retret MMD yang lalu (tampaknya masuk ke dalam jhana):

Ringkas saja saya beritahukan, bahwa saya mengikuti retret dengan Bpk Hudoyo ini sudah dua kali, dan ini yang ketiga kalinya.

Pada retret yang ketiga ini, metode yang diterapkan tambah mudah; maksud saya, di pikiran tidak ada beban, atau istilahnya, setiap yang muncul tidak di-label atau dicatat. Jadi di retret yang ketiga ini sangat enjoy dan happy, tidak ada istilah label-labelan. Jadi saya sangat berkesan dan bermanfaat untuk saya menjalankan MMD ini dalam kehidupan saya ini.

Sekian, terima kasih, Romo Hudoyo. Semoga dalam perjalanannya sukses dalam mengembangkan MMD ini untuk semua orang banyak; dan semoga semua makhluk berbahagia.


<bersambung>
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 19 April 2008, 09:22:31 PM
ehemm... mmm....... yup, but... kenapa neh saya masih belum betul2 paham dari arti kata but tsb.

apakah karena di buddhis ada step2 kita harus ini harus itu..
hidup seperti ini, hidup seperti itu, jangan lakukan ini, jangan lakukan itu.. dan seakan2 kita menempa diri untuk siap mendayung ke pantai sebrang.

dan di J.K u tinggal 3D.
datang
duduk
diam
dan lihat semuanya??

IMO. di awal kita memang harus menempa diri atau melatih diri, dgn step2 yg telah diberikan. apapun yg anda pegang atau anut. jalur ariya lah yg dapat membawa anda memasuki suatu arus... namun jika anda telah di arus yg tepat/jalan yg tepat maka hal2 anda tinggal berjalan dgn sendirinya, dgn jalan yg anda ciptakan dan jalan yg anda taklukan sendiri..
Semoga Bermanfaat
kalau pendapat saya, step2 tsb adalah jalan utk ke pintu kesadaran...
dalam 3D yg sdr. andry katakan datang, duduk & diam (mengamati), step2 tsb adalah jalan utk ke kondisi D yg pertama yaitu 'datang'.
Apakah ke pintu kesadaran itu harus dg 3D tsb? gimana kalo kita tidak berada di 3D tsb? Mereka yg pake 3D tsb bisa bertahan berapa lama (Apakah bisa seharian)? .... :-?

Mengenai "jalan spiritualitas", secara garis besar ada dua pendapat:

(1) mayoritas terbesar (di semua agama, termasuk agama Buddha) melihat spiritualitas sebagai "jalan" menuju "sesuatu" yang diidam-idamkan. "Sesuatu" yang ideal itu diletakkan di masa depan, dan "jalan" itu membawa dari 'apa yang ada sekarang' (yang ingin diubah) menuju 'apa yang seharusnya' (yang ingin dicapai) di 'masa depan', atau disebut juga "pantai seberang". Pendapat seperti ini berasal dari pembelajaran secara intelektual atas kitab-kitab. (Di dalam kitab Tipitaka itu disebut Jalan Suci Berfaktor Delapan)

(2) segelintir orang (cuma Buddha dan Krishnamurti) menyatakan "tidak ada jalan", melainkan hanya "diam" bersama 'apa yang ada' pada 'saat kini', tanpa memikirkan segala harapan & cita-cita ke 'masa depan'. Pendapat seperti ini berasal dari pengalaman meditasi, tanpa melalui pembelajaran dari buku. (Buddha mengatakan itu di dalam Bahiya-sutta & Malunkyaputta-sutta).

Rekan Tesla mau memadukan kedua pandangan--yang sebetulnya tidak bisa dipadukan itu--dengan mengatakan bahwa "jalan" (#1) itu adalah untuk mencapai keadaan "diam" (#2).

Ibu Lily mempertanyakan apakah "diam" itu bisa sepanjang waktu.

Saya berpendapat, kedua sudut pandang ini tidak bisa dipertemukan. Pandangan yang satu berasal dari pemahaman secara intelektual, pandangan yang lain bukan pemahaman secara intelektual, melainkan secara intuitif berasal dari pengalaman meditasi.

Kalau orang berpikir, harus berupaya dulu untuk sampai pada kesadaran keheningan, maka ia tidak akan pernah hening, karena upaya itu menyiratkan adanya aku yang terus mengharap & berusaha; selama aku ada selama itu pula tidak akan pernah ada keheningan.

Jadi, "diam" itu harus terjadi mulai saat sekarang, betapa pun pikiran ini masih berseliweran, tidak ditunda-tunda dengan sibuk berlatih ini-itu. Justru "diam" itu harus terjadi di tengah-tengah kita berhubungan dengan orang lain, berhubungan dengan dunia sekitar, berhubungan dengan pikiran-pikiran & harapan-harapan kita sendiri. Justru "diam" (dalam arti tidak bereaksi) itu harus terjadi setiap saat, terus-menerus, kalau mau. :)

Sang Buddha kepada Angulimala:

"Angulimala, aku sudah lama berhenti. Kamulah yang masih terus berlari. Apa yang kamu cari? Berhentilah."

Apakah kita tidak terus berlari mengejar "kesadaran", mengejar "nibbana"?

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 19 April 2008, 09:48:36 PM
lanjutin ke sini saya yah... :)

Quote
Rekan Tesla mau memadukan kedua pandangan--yang sebetulnya tidak bisa dipadukan itu--dengan mengatakan bahwa "jalan" (#1) itu adalah untuk mencapai keadaan "diam" (#2).

jalan yg saya maksud (#1) bukanlah utk mencapai keadaan diam (#2) ;D
tetapi jalan utk mengkondisikan pengembangan kesadaran (samadhi / bhavana yah bahasanya?...), misalkan salah satu kondisinya adalah saya dan teman2 disini dapat berdiskusi dg Pak Hudoyo di sini. :)
jalan itu sendiri berada di luar konteks pengembangan kesadarannya...

oh... mungkin memang ada perbedaan pendapat antara Pak Hudoyo dg saya mengenai pengembangan kesadaran tsb adalah dg usaha ataupun tanpa usaha... walau demikian, saya sangat senang utk berdiskusi MMD :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 19 April 2008, 10:09:01 PM
lanjutin ke sini saya yah... :)
[...]

oh... mungkin memang ada perbedaan pendapat antara Pak Hudoyo dg saya mengenai pengembangan kesadaran tsb adalah dg usaha ataupun tanpa usaha... walau demikian, saya sangat senang utk berdiskusi MMD :)


Betul, ada dua sudut pandang yang berbeda secara mendasar:

(1) dengan usaha, menuju suatu keadaan yang dicita-citakan di masa depan, ke "pantai seberang";

(2) tanpa usaha, berada pada saat kini terus-menerus, tanpa memikir-mikir ke masa depan.

Ini perbedaan mendasar antara vipassana versi Mahasi Sayadaw, versi Goenka, versi Pa_Auk dll di satu pihak dengan versi MMD di lain pihak.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 19 April 2008, 10:15:31 PM
Quote from: hudoyo
Jadi sekarang ini di Indonesia ada beberapa versi meditasi vipassana:

1. versi Mahasi Sayadaw
2. versi Goenka
3. versi Pa-Auk Sayadaw (didahului dengan anapanasati untuk mencapai jhana)
4. versi MMD

Tambah satu lagi Pak Hud nomor 5, versi saya.
saya ada versi saya sendiri persinggungan antara anapanasati sutta dan bahiya sutta, hasil pengalaman saya berbeda dengan guru2x mainstream yang ada, sejalan dengan MMD sejauh ini. Cuma sejauh ini baru 1 orang yg tahu  :))

Pak Hud, mungkin bisa buat thread baru, Meditasi MMD di board "Meditasi" supaya bahasan kita bisa fokus di JK.  _/\_

Rekan Benny, thread MMD sudah dibuka. Saya ingin mendengarkan uraian Anda tentang meditasi "versi" Anda, kalau tidak berkeberatan. Mungkin bermanfaat untuk saya & teman-teman yang lain. Terima kasih sebelumnya.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 20 April 2008, 09:45:04 AM
Terima kasih utk jawaban  Pak Hudoyo,

Menurut saya apa yg diajarkan oleh Mahasi Sayadaw, Paauk Sayadaw, Goenka dan Pak Hudoyo sendiri sebenarnya hanya pada awal start nya saja yg berbeda yg mana pada saat meninggalkan garis startnya adalah sama.

Misalnya, Pada latihan Goenka lebih kepada vedananupasana dan memulainya dengan anapanasati, Paauk Sayadaw melalui sarana setelah Jhana, dan Anda sendiri saya melihatnya lebih kepada cittanupasana(CMIIW)dan langsung tanpa pemicu..(3D) Sebenarnya dari apa yg saya alami hanyalah perbedaan dalam konsep bukan dalam pengalaman.

Juga ketika kita melihat versi Mahasi Sayadaw dengan menggunakan pelabelan dan pencatatan, itu hanya pemicu saja, pada saat "hening"muncul dan hanya "menyadari" saja maka antara teknik Mahasi dan Pak Hudoyo dan lainnya sama saja(dalam konteks Vipassana).

Ini mengapa Sang Buddha mengajarkan kepada muridnya dengan teknik yg berbeda pula tetapi hasil yg dicapai  adalah mencapai nibbana. _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 20 April 2008, 06:17:04 PM
Terima kasih utk jawaban  Pak Hudoyo,

Menurut saya apa yg diajarkan oleh Mahasi Sayadaw, Paauk Sayadaw, Goenka dan Pak Hudoyo sendiri sebenarnya hanya pada awal start nya saja yg berbeda yg mana pada saat meninggalkan garis startnya adalah sama.

Misalnya, Pada latihan Goenka lebih kepada vedananupasana dan memulainya dengan anapanasati, Paauk Sayadaw melalui sarana setelah Jhana, dan Anda sendiri saya melihatnya lebih kepada cittanupasana(CMIIW)dan langsung tanpa pemicu..(3D) Sebenarnya dari apa yg saya alami hanyalah perbedaan dalam konsep bukan dalam pengalaman.

Juga ketika kita melihat versi Mahasi Sayadaw dengan menggunakan pelabelan dan pencatatan, itu hanya pemicu saja, pada saat "hening"muncul dan hanya "menyadari" saja maka antara teknik Mahasi dan Pak Hudoyo dan lainnya sama saja(dalam konteks Vipassana).

Ini mengapa Sang Buddha mengajarkan kepada muridnya dengan teknik yg berbeda pula tetapi hasil yg dicapai  adalah mencapai nibbana. _/\_

Pendapat saya kira-kira sejalan dengan pendapat Anda yang terakhir. Saya berpendapat bahwa TIDAK ADA SATU TEKNIK/METODE vipassana yang universal, yang baku, yang bisa diklaim sebagai satu-satunya yang diajarkan oleh Sang Buddha untuk mencapai pembebasan dari dukkha, pembebasan dari aku (anatta, sunnyata).

Saya berpendapat, bahwa keempat teknik vipassana (Mahasi Sayadaw, Goenka, Pa-Auk Sayadaw & MMD), sekalipun tampak sangat berbeda, bahkan bertolak belakang dalam beberapa detailnya, entah bagaimana, mungkin saja semuanya bisa membawa pada pembebasan dari dukkha, yang berarti pembebasan dari aku, yang adalah nibbana. Saya tidak tahu persis bagaimana prosesnya, karena saya hanya mengikuti satu versi saja dari keempat versi itu. Namun, ini perlu saya tekankan untuk menghindarkan kesan bahwa saya berpendapat bahwa versi MMD sendiri yang benar dan versi-versi yang lain "salah".

Namun saya tidak sependapat kalau dikatakan bahwa "hanya pada awal start nya saja yg berbeda yg mana pada saat meninggalkan garis startnya adalah sama."  Apa yang Anda maksud dengan "awal start" dan "saat meninggalkan garis start"? Sama sekali tidak jelas buat saya; mohon dijelaskan, kalau bisa dengan contoh-contoh konkrit.

Saya pernah mengikuti retret 10 hari vipassana a la Mahasi Sayadaw (di bawah Chanmyay Sayadaw), dan 10 hari retret vipassana a la Goenka. Yang saya alami dan pahami dalam kedua retret itu masing-masing selama 10 hari itu jelas sangat berbeda satu sama lain, dan keduanya juga sangat berbeda dengan MMD yang sekarang saya jalankan & ajarkan. Perbedaan pengalaman itu saya rasakan mulai dari saat awal sampai saat akhir retret. Saya rasa begitu juga yang dialami oleh para pemeditasi yang lain. Pemeditasi versi Goenka (kalau ada yang membaca posting ini) tentu bisa menceritakan pengalaman meditasinya yang sangat berbeda dengan pengalaman pemeditasi versi Mahasi Sayadaw (kalau ada yang membaca posting ini), dan pengalaman keduanya sangat berbeda dengan pengalaman pemeditasi versi MMD.

Chanmyay Sayadaw sendiri mengatakan bahwa pelabelan bukan sesuatu yang mutlak perlu dan bisa ditinggalkan kalau sudah tercapai konsentrasi yang kuat. Sebaliknya, murid-murid beliau--baik yang bhikkhu maupun yang orang awam--tidak sedikit yang menekankan "pencatatan terus-menerus", bahkan ketika seorang pemeditasi mengatakan bahwa ia sudah tidak memerlukan lagi pencatatan; demikian tutur seorang pemeditasi vipassana versi Mahasi yang sekarang beralih ke versi MMD, dan ternyata jauh lebih berkembang kesadarannya dibandingkan ketika ia melakukan vipassana versi Mahasi.

Nah, sekali lagi, jadi di mana "titik meninggalkan garis start", di mana Anda katakan pengalaman meditasi vipassana dari semua versi akan "sama"? Ini sangat penting karena pengalaman "sebelum meninggalkan garis start"--apa pun artinya itu--jelas sangat berbeda antara keempat versi itu satu sama lain.

Pengalaman "sebelum meninggalkan garis start"--menurut pengertian Anda--yang sangat berbeda di antara keempat versi vipassana itu sangat penting, sebab kalau orang mencampuradukkan metode keempat-empatnya, jelas ia tidak akan memperoleh manfaat apa-apa. Kecuali tentu kalau ada orang yang berhasil memadukan beberapa teknik sehingga menjadi satu "teknik baru" yang memberikan manfaat nyata baginya; sebaiknya "teknik baru" itu disajikan di forum ini supaya bisa dibahas bersama-sama secara terbuka.

Perbedaan yang paling mendasar adalah bahwa ketiga versi yang tersebut pertama (Mahasi, Goenka, Pa-Auk) dilandasi oleh usaha (viriya), sedangkan di dalam MMD sama sekali tidak ada viriya dari sejak awal.

Pengalaman teman yang beralih versi vipassana itu juga menggarisbawahi pendapat saya di atas bahwa 'tidak ada SATU metode vipassana yang cocok untuk SEMUA orang', di samping tidak ada SATU metode vipassana yang baku yang bisa diklaim sebagai satu-satunya ajaran Sang Buddha.

Teman yang saya ceritakan di atas (ia tidak mau diketahui identitasnya) merasa terbebani dengan konsentrasi dan pencatatan ketika melakukan vipassana versi Mahasi Sayadaw, dan merasa bebas, terlepas dari "beban meditasi" ketika menjalankan vipassana versi MMD, sehingga ia beralih ke versi MMD. Sebaliknya, orang lain mungkin merasa bingung, tidak nyaman dan merasa tidak "berkembang" ketika melakukan vipassana versi MMD, di mana tidak ada konsentrasi pada satu titik dan tidak ada pencatatan sama sekali, sehingga mungkin akan lebih cocok baginya kalau melakukan vipassana versi lain yang mempunyai metode/teknik tertentu dengan konsentrasi dan pencatatan.

PS: Saya tidak tahu apakah secara teoretis MMD dapat digolongkan ke dalam cittanupassana atau tidak, karena saya sudah lama melepaskan segala teori dan konsep vipassana Buddhis. Apakah Anda pernah mencoba MMD? Kalau belum, saya rasa pendapat Anda itu tidak lebih dari spekulasi belaka, berdasarkan analisis intelektual Anda terhadap uraian verbal dari saya, jadi bukan dari pengalaman tangan pertama. :) - Saya rasa, dalam MMD orang mengamati pula persepsi-persepsi yang diterima dari pancaindra. Apakah itu cittanupassana juga? Bukan kayanupassana? Juga dalam MMD disadari perasaan yang enak dan tidak enak yang muncul dalam batin. Apakah itu bukan vedananupassana?

Salam,
hudoyo

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 21 April 2008, 04:41:46 AM
DAPATKAH ORANG MELAKUKAN NAMASKARA SAMBIL BER-VIPASSANA?

Ini sebuah topik diskusi yang menarik.

Dalam retret MMD, apabila meditasi duduk dilakukan di dalam Dhammasala sebuah vihara, saya sarankan kepada peserta retret untuk tidak bernamaskara kepada Buddharupang ketika memasuki dan ketika mau keluar dari ruang Dhammasala selama retret berlangsung.

Sebuah pertanyaan yang beranalogi dengan itu adalah: Dapatkah orang membaca paritta sambil ber-vipassana? Dapatkah orang melakukan ritual keagamaan apa pun sambil ber-vipassana?

Salam,
hudoyo

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 21 April 2008, 06:31:27 AM
ngak
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: EVO on 21 April 2008, 07:22:38 AM
dapat
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 21 April 2008, 08:44:41 AM
Bagaimana penjelasan Anda yang mengatakan "dapat" dan Anda yang mengatakan "tidak dapat"? :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 21 April 2008, 08:53:27 AM
Dalam retret MMD, apabila meditasi duduk dilakukan di dalam Dhammasala sebuah vihara, saya sarankan kepada peserta retret untuk tidak bernamaskara kepada Buddharupang ketika memasuki dan ketika mau keluar dari ruang Dhammasala selama retret berlangsung.

Pak Hudoyo,bolehkah bertanya kenapa tidak diperbolehkan untuk membaca paritta atau bernamaskara di hadapan rupang? maaf kalo nanyanya yang aneh2 soalnya agak bingung mengenai pernyataan ini.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: EVO on 21 April 2008, 09:03:12 AM
dapat...
karna vipassana itu kan menyadari....mengamatin...
dalam setiap aktifitas jasmani maupun batin kita
sementara namaskara ataupun baca paritta itukan suatu aktifitas
so dalam aktifitas itu kita bisa vipassana
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 21 April 2008, 09:07:11 AM
 _/\_ adakah penjelasan yang logis?maksudnya kenapa tidak boleh, berhubung pernyataan itu akan membuat gumpalan salju yang nantinya org terakhir hanya akan tahu bahwa Vipasana melakukan namaskara dan paritta adalah tabu...atau org awam bisa saja berpikir oh meniadakan agama Buddha dan bla-bla-bla....
Mohon klarifikasi agar tidak terjadi pengertian dan pandangan salah atas pernyataan ini.  _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 21 April 2008, 09:35:58 AM
Quote from: hudoyo
Dalam retret MMD, apabila meditasi duduk dilakukan di dalam Dhammasala sebuah vihara, saya sarankan kepada peserta retret untuk tidak bernamaskara kepada Buddharupang ketika memasuki dan ketika mau keluar dari ruang Dhammasala selama retret berlangsung.

Pak Hudoyo,bolehkah bertanya kenapa tidak diperbolehkan untuk membaca paritta atau bernamaskara di hadapan rupang? maaf kalo nanyanya yang aneh2 soalnya agak bingung mengenai pernyataan ini.

Rekan Nyanadhana,

Dalam retret vipassana versi Goenka, bila diadakan di Dhammasala sebuah vihara (seperti dulu di Vihara Mendut, sebelum kompleks meditasi di Klaten selesai dibangun), malah semua Buddharupang, besar kecil, ditutup dengan kain atau dengan kertas.

Di kompleks meditasi mereka di Gunung Geulis, dan di kompleks meditasi di Klaten, dalam ruang meditasi malah tidak ada Buddharupang sama sekali, tidak ada simbol-simbol Agama Buddha (seperti Roda Dharma, gambar-gambar riwayat Sang Buddha, dsb) sama sekali.

Kira-kira mengapa ya? Coba direnungkan.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: EVO on 21 April 2008, 09:38:56 AM
hmmmm....
ikutan yah...
karna apa adanya yah.....
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 21 April 2008, 09:40:41 AM
dapat...
karna vipassana itu kan menyadari....mengamatin...
dalam setiap aktifitas jasmani maupun batin kita
sementara namaskara ataupun baca paritta itukan suatu aktifitas
so dalam aktifitas itu kita bisa vipassana

Rekan Evo yg baik,

Bagus, Anda telah mencoba menjelaskan mengapa orang bisa ber-namaskara, baca paritta dsb sambil ber-vipassana.

Tapi, marilah kita melangkah dengan hati-hati sekali. Penjelasan Anda menimbulkan pertanyaan baru: bisakah orang, misalnya, menyembelih ayam dengan ber-vipassana? Bukankah menyembelih ayam itu suatu aktivitas juga?

Bagaimana penjelasan Anda? :)

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 21 April 2008, 09:43:51 AM
hmmmm....
ikutan yah...
karna apa adanya yah.....

Maksudnya bagaimana? Kalau "apa adanya", mengapa tidak dibiarkan  Buddharupang dan gambar-gambar Buddha itu terbuka saja? Kan itu "apa adanya"?

Salam,
semar
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 21 April 2008, 09:44:58 AM
Di kompleks meditasi mereka di Gunung Geulis, dan di kompleks meditasi di Klaten, dalam ruang meditasi malah tidak ada Buddharupang sama sekali, tidak ada simbol-simbol Agama Buddha (seperti Roda Dharma, gambar-gambar riwayat Sang Buddha, dsb) sama sekali.

Kira-kira mengapa ya? Coba direnungkan.


apakah untuk mewujudkan bahwa Dhamma itu universal,tidak terpaut pada sebuah agama,dan semua org dari agama manapun boleh datang berlatih vipasana sehingga ia tidak terganggu sama sekali dengan beberapa figur2 yang mungkin dianggapnya masih aneh?
contoh,umat K yang mau belajar mungkin terganggu dengan pikirannya bahwa ini adalah agama Buddha,batinnya terganggu dengan objek2 seperti
apakah begitu Pak Hudoyo?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: EVO on 21 April 2008, 09:45:43 AM
apakah aktivitas itu menimbulkan
kekotoran batin???
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: EVO on 21 April 2008, 09:50:48 AM
apa adanya....
toh pada awalnya semua rupang simbol....dan lain - lain itu tidak ada
kalau kita melihat sebuah simbol
kita akan terpengaruh dengan simbol itu
terpengaruh maksudnya pikiran kita akan membentuk sosok simbol atau apapun itu...
hingga untuk melihat batin lebih dalam lagi kita jadi terhambat
gitu dah menurut ku
aku seh belum pernah ikut seh retred ginian....bedasarkan pikiran ku aja neh
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 21 April 2008, 09:57:39 AM
Di kompleks meditasi mereka di Gunung Geulis, dan di kompleks meditasi di Klaten, dalam ruang meditasi malah tidak ada Buddharupang sama sekali, tidak ada simbol-simbol Agama Buddha (seperti Roda Dharma, gambar-gambar riwayat Sang Buddha, dsb) sama sekali.

Kira-kira mengapa ya? Coba direnungkan.


apakah untuk mewujudkan bahwa Dhamma itu universal,tidak terpaut pada sebuah agama,dan semua org dari agama manapun boleh datang berlatih vipasana sehingga ia tidak terganggu sama sekali dengan beberapa figur2 yang mungkin dianggapnya masih aneh?
contoh,umat K yang mau belajar mungkin terganggu dengan pikirannya bahwa ini adalah agama Buddha,batinnya terganggu dengan objek2 seperti
apakah begitu Pak Hudoyo?

Ya, mungkin itu salah satu alasan, bagi mereka yang non-Buddhis.

Tapi, penutupan Buddharupang itu juga dimaksudkan untuk umat Buddha sendiri yang ikut retret; malah saya rasa jauh lebih penting maksud penutupan itu bagi umat Buddha daripada bagi umat non-Buddhis yang ikut retret, karena umat non-Buddhis bisa mengabaikan saja adanya Buddharupang itu tanpa mengganggu batinnya. Kira-kira apa maksud penutupan itu bagi umat Buddha yang ikut retret, ya?

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 21 April 2008, 09:59:24 AM
Senang sekali bisa mendapatkan penjelasan dari Pak Hudoyo.

Saya akan menjelaskan apa arti dari start yg berbeda.

Saya pernah mempraktekan  Vipassana versi Mahasi Sayadaw. Memang diawal diperlukan viriya pada teknik Mahasi Sayadaw sementara apa yg diterangkan oleh Anda(MMD) tidak diperlukan viriya. Ini yg saya katakan Start Awal yg berbeda. Dalam teknik Mahasi Sayadaw ketika konsentrasi sudah tercapai maka pencatatan itu harus ditinggalkan, bahkan bila memang sudah bisa langsung "menyadari" semua fenomena dengan alami pencatatan tidak diperlukan lagi. Demikianlah yg saya alami sendiri. Sebenarnya Vipassanna itu sendiri adalah proses melepas semua konsep termasuk "aku". Dan jikalau ada mengatakan pencatatan terus dilakukan pada teknik Mahasi Sayadaw, sebaiknya kita harus teliti dulu kata "mencatat terus", karena dalam pengekspresian pengalaman dalam kata2 mungkin mirip dan sama tetapi lain substansinya.  Misal pada saat sudah "hening", "menyadari saja" maka "pencatatan terjadi secara otomatis" tetapi tetap dikatakan mencatat.

Jadi kalau saja ada yg menggunakan teknik Mahasi Sayadaw mengatakan mereka mengalami kesulitan dan ketika melakukan MMD dia merasa lebih mudah, maka perbedaan ini saya katakan pada teknik start awal yg mana memiliki korelasi dengan watak masing2 orang. Misal: Dia mengalami kesulitan pada teknik Mahasi karena dalam teknik ini diperlukan viriya( kembang kempis perut sebagai pemicu, mencatat semua fenomena dll sampai terjadi secara otomatis ), dan orang ini mengalami viriya yg berlebihan atau wataknya tidak mendukung dengan cara ini dan ketika ia belajar MMD tanpa viriya, ia malahan mengalami "hening' yg lebih cepat. Jadi yg sama setelah meninggalkan garis start adalah merasakan "hening", "apa adanya", just "now"--> mencapai nyana2(tanpa diinginkan) dst .


Saya sendiri belum pernah mengikuti MMD dan bagi saya juga sangat menarik, jika ada kesempatan , saya akan mengikutinya.  _/\_


Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 21 April 2008, 10:05:42 AM
apakah aktivitas itu menimbulkan
kekotoran batin???

O, jadi sekarang ditambah rumusannya, mana yang "bisa" dan mana yang "tidak bisa"? Kalau aktivitas itu "menimbulkan kotoran batin", jadi "tidak bisa" dilakukan sambil ber-vipassana, sedang kalau aktivitas itu "tidak menimbulkan kotoran batin", atau malah menimbulkan kebaikan, "bisa" dilakukan sambil ber-namaskara?

Kalau begitu vipassana tidak berbeda dengan Sila, dong? Yang "tidak baik" tidak boleh, yang "baik" boleh? :) ... Padahal setahu saya, vipassana itu bukan Sila, vipassana itu termasuk Samadhi.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 21 April 2008, 10:09:37 AM
Tapi, marilah kita melangkah dengan hati-hati sekali. Penjelasan Anda menimbulkan pertanyaan baru: bisakah orang, misalnya, menyembelih ayam dengan ber-vipassana? Bukankah menyembelih ayam itu suatu aktivitas juga?

menurut saya bisa saja,
vipassana dalam pandangan saya adalah 'menyadari' (termasuk upaya menyadari).
tidak terikat pada kondisi 'diam' ataupun 'bergerak' (beraktifitas). jg tidak terikat pada perbuatan baik atau buruk.

apabila seseorang terperangkap dalam kondisi utk melakukan perbuatan buruk, vipassana di sana adalah sekedar 'menyadari', perbuatan yg dilakukan adalah dorongan kondisi, niat tetap saja ada, tetapi dg sadar (belum sepenuhnya seperti arahat) niat tsb sebenarnya sudah menjadi lebih kecil dibanding perbuatan yg dilakukan dg tidak sadar.

itu versi vipassana saya,
saya sendiri masih pemula.
jadi mohon bimbingannya :)

terima kasih,
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 21 April 2008, 10:11:40 AM
Tapi, penutupan Buddharupang itu juga dimaksudkan untuk umat Buddha sendiri yang ikut retret; malah saya rasa jauh lebih penting maksud penutupan itu bagi umat Buddha daripada bagi umat non-Buddhis yang ikut retret, karena umat non-Buddhis bisa mengabaikan saja adanya Buddharupang itu tanpa mengganggu batinnya. Kira-kira apa maksud penutupan itu bagi umat Buddha yang ikut retret, ya?

Apakah bahwa seorang Buddhist sendiri,kita kadang melekat pada objek patung itu sendiri? contohnya:setiap Buddhist melihat sebuah patung atau lambang apa aja,dalam dirinya merasa ingin hatur sembah.jadi mungkin dalam vipassana ini akan melencengkan dasar latihannya karena objek yang harus diketahui bukan itu?
apakah menurut Pak Hudoyo,bernamaskara juga menjadi sebuah kemelekatan yang harus dihindari?
Sori,aku masih awam soal gini-ginian Pak.... _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: EVO on 21 April 2008, 10:17:51 AM
wah benar juga yah....
rumus nya salah....vipasanna itu menyadarin semua
yang timbul...baik oleh jasmani maupun batin...
tidak ada pertanyaan dan tidak ada jawaban
yang ada hanya mengamatin saja....gitu dah yang aku lakukan...
btw...tread ini aku suka
seperti tergali....pikiran kita ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 21 April 2008, 10:19:14 AM
Sadar setiap saat
Satu hal yang menarik yang saya lihat pada sebuah retreat adalah Sayadaw yang mengajar meditasi tidak bernamaskara pada Rupang Buddha, melainkan hanya berdiri dan beranjali.

_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 21 April 2008, 10:22:27 AM
 _/\_ saya menunggu jawaban dari para senior mengenai namaskara dan baca paritta,trus satuhal lagi,kalo Muslim yang ikut,mereka boleh sholat 5 waktu....kalo yan Buddhist tidak diharapkan baca paritta dan namaskara.....aku makin bingung. apakah termasuk semacam penghalang, mengurangi rasa terikat, atau tabu dalam vipasana?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: EVO on 21 April 2008, 10:23:35 AM
aku vipassana nya hanya diam dan mengamatin gerakan jasmani dan batin
dalam namaskara dan baca paritta aku pernah...
kalau potong ayam aku belum pernah....
jangan kan potong lihat orang potong ayam aja aku engak pernah ^-^

ternyata meditasi ku masih jauhhhhhhhhhh  banget...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 21 April 2008, 11:06:02 AM
apa adanya....
toh pada awalnya semua rupang simbol....dan lain - lain itu tidak ada
kalau kita melihat sebuah simbol
kita akan terpengaruh dengan simbol itu
terpengaruh maksudnya pikiran kita akan membentuk sosok simbol atau apapun itu...
hingga untuk melihat batin lebih dalam lagi kita jadi terhambat
gitu dah menurut ku
aku seh belum pernah ikut seh retred ginian....bedasarkan pikiran ku aja neh
Tapi, penutupan Buddharupang itu juga dimaksudkan untuk umat Buddha sendiri yang ikut retret; malah saya rasa jauh lebih penting maksud penutupan itu bagi umat Buddha daripada bagi umat non-Buddhis yang ikut retret, karena umat non-Buddhis bisa mengabaikan saja adanya Buddharupang itu tanpa mengganggu batinnya. Kira-kira apa maksud penutupan itu bagi umat Buddha yang ikut retret, ya?

Apakah bahwa seorang Buddhist sendiri,kita kadang melekat pada objek patung itu sendiri? contohnya:setiap Buddhist melihat sebuah patung atau lambang apa aja,dalam dirinya merasa ingin hatur sembah.jadi mungkin dalam vipassana ini akan melencengkan dasar latihannya karena objek yang harus diketahui bukan itu?
apakah menurut Pak Hudoyo,bernamaskara juga menjadi sebuah kemelekatan yang harus dihindari?
Sori,aku masih awam soal gini-ginian Pak.... _/\_

Nah, mulai dari sini tanggapan saya untuk Rekan Evo dan Rekan Nyanadhana saya satukan saja, karena kedua rekan itu sekarang sudah menampilkan pemahaman yang kurang lebih sama. :)

Rekan Evo mengatakan, "kita akan terpengaruh dengan simbol itu ... hingga untuk melihat batin lebih dalam lagi kita jadi terhambat".

Rekan Nyanadhana mengatakan, "kita kadang melekat pada objek patung itu sendiri ... dalam dirinya merasa ingin hatur sembah ... mungkin dalam vipassana ini akan melencengkan dasar latihannya."

Lalu, Rekan Nyanadhana bertanya, "apakah menurut Pak Hudoyo,bernamaskara juga menjadi sebuah kemelekatan yang harus dihindari?"

'Melekat" atau "tidak melekat" bukan terletak pada perbuatan namaskara itu sendiri, melainkan tergantung pada motivasi (dorongan batin) apa yang mendorong seseorang melakukan namaskara. Saya rasa kita semua sepakat bahwa namaskara itu suatu perbuatan baik (kusala kamma), bukan? -- berbeda sekali dengan menyembelih ayam, yang merupakan perbuatan buruk (akusala kamma). Kalau menyembelih ayam, saya rasa tidak ada umat Buddha yang mau melakukannya, entah ia ber-vipassana atau tidak. Sebaliknya, dengan bernamaskara, baca paritta dsb orang bisa terlahir dalam alam dewa yang rendah (bukan alam dewa Brahma), atau sebagai manusia yang mempunyai kehidupan yang baik. Begitulah kira-kira diajarkan dalam Agama Buddha. - Nah, tidak mungkinkah orang melekat kepada ritualisme (namaskara, baca paritta), dengan harapan akan memperoleh kehidupan yang lebih baik seperti itu?

Nah, sekarang tentang vipassana. Apakah "tujuan" orang melakukan vipassana? "Tujuan" orang melakukan vipassana adalah untuk mengamati secara pasif gerak-gerik badan & batinnya sendiri, termasuk menyadari segala keinginan, harapan & kelekatan-kelekatan yang paling halus, sehingga pada akhirnya batin akan bebas dari aku/atta, sumber dari semua itu. "Tujuan" vipassana bukan untuk berbuat baik, vipassana bukan kusala-kamma; melainkan "tujuan" vipassana adalah untuk bebas dari kamma apa pun, buruk & baik, sehingga orang tidak lahir kembali, itulah yang dinamakan "padam" (nibbana).

Kembali kepada pertanyaan Rekan Nyanadhana, pertanyaan Anda saya ubah sedikit: apakah ada orang ber-namaskara tanpa melekat kepada namaskara itu sendiri? ... Ada. ... Misalkan Rekan Evo adalah siswa Sang Buddha yang telah jauh berkembang vipassana-nya. Ia menyadari gerak-gerik batinnya, termasuk kelekatannya terhadap namaskara, baca paritta dsb, sehingga ia bebas dari kelekatan itu, bebas dari dorongan untuk melakukan namaskara & baca paritta. Satu-satunya minat Rekan Evo adalah terus-menerus mengamati gerak-gerik batinnya sendiri, agar tercapai pembebasan dari aku/atta, tercapai pemadaman (nibbana) dalam hidup ini juga. Tetapi, Rekan Evo sudah keburu berkeluarga. Ia punya kewajiban membesarkan dan mendidik anaknya. Ketika anaknya sudah berumur 2-3 tahun, diajaknya anaknya itu ke vihara, dan kepada anaknya diajarkannya ber-namaskara di depan Buddharupang; tetapi Rekan Evo sendiri--karena vipassana-nya sudah jauh berkembang--sama sekali tidak melekat pada perbuatan namaskara itu sendiri. Bagi dia sendiri, namaskara itu tidak ada artinya sama sekali, karena "tujuan" hidupnya bukan untuk lahir di alam dewa, melainkan untuk mencapai kepadaman (nibbana) dalam hidup ini juga.

Jadi masalahnya bukan ber-namaskara atau tidak, tetapi menyadari apa motivasi kita untuk ber-namaskara kalau kita melakukannya. Untuk menyadari motivasi inilah, maka dalam retret-retret MMD disarankan untuk tidak ber-namaskara, baca paritta dsb selama menjalankan retret. Maksud yang sama pula kita lihat mengapa dalam retret-retret vipassana versi Goenka semua Buddharupang ditutup kain atau kertas.

Salam,
hudoyo

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 21 April 2008, 11:10:16 AM
 _/\_ hooh penjelasan yang jelas, Terima kasih Pak Hudoyo,hatur nuwun...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 21 April 2008, 11:15:27 AM
Sadar setiap saat
Satu hal yang menarik yang saya lihat pada sebuah retreat adalah Sayadaw yang mengajar meditasi tidak bernamaskara pada Rupang Buddha, melainkan hanya berdiri dan beranjali.

_/\_

Mungkin tradisi di Burma memang begitu. Tetapi Sayadaw itu tetap memberikan attha-sila, membaca paritta metta dll ritualisme Buddhis SETIAP HARI selama retret berlangsung dari awal sampai akhir. Untuk apa minta attha-sila setiap hari selama retret berlangsung? Setiap yogi yang mau interview harus namaskara kepada Sayadaw tiga kali sebelum dan sesudah interview. - Saya rasa, itu pun tradisi vipassana yang sudah turun-temurun di Burma.

Tetapi, umat Buddha yang diajar Kalama-sutta, patut bertanya, relevankah itu dengan vipassana?

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 21 April 2008, 12:17:39 PM
Yang disini yang sudah pernah ikut retreat MMD siapa ajah yah?

kalo boleh pak Hudoyo sharing dong langkah2 meditasinya.

Thanks.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 21 April 2008, 12:42:59 PM
RUNTUHNYA TUHAN BAGI SEORANG PENGANUT MONOTEISME

_/\_ saya menunggu jawaban dari para senior mengenai namaskara dan baca paritta,trus satuhal lagi,kalo Muslim yang ikut,mereka boleh sholat 5 waktu....kalo yan Buddhist tidak diharapkan baca paritta dan namaskara.....aku makin bingung. apakah termasuk semacam penghalang, mengurangi rasa terikat, atau tabu dalam vipasana?

Kalau teman Muslim saya larang sholat 5 waktu dalam retret MMD, jelas tidak ada yang mau ikut retret MMD. :D Bagi teman Muslim, melanggar kewajiban sholat 5 waktu berarti dijamin masuk neraka.

Sebaliknya, teman Buddhis yang saya sarankan untuk tidak melakukan ritual Buddhis dalam retret vipassana, hampir semuanya langsung menyadari maksudnya; kecuali satu dua orang yang tetap saja ber-namaskara ketika masuk dan keluar Dhammasala di dalam retret, yang saya biarkan saja, sebagai urusannya sendiri.

Langkah yang terpenting--untuk teman-teman Buddhis dan non-Buddhis--adalah membawa orang mengalami bagaimana rasanya mengenali diri sendiri. Itu saja yang perlu; itulah "seluruh perjalanan". Runtuhnya ritualisme adalah urusan belakang, bahkan mungkin urusan yang PALING BELAKANG.

Kalau orang sudah bisa mengenali dirinya sendiri, maka semua yang lain akan berproses sendiri tanpa si aku campur tangan lagi.

Tujuan spiritual seorang penganut monoteisme (Muslim atau Keristen), adalah untuk "menyatu dengan Tuhan". (Ini sangat berbeda dengan tujuan kebanyakan orang Muslim atau kebanyakan orang Keristen, yakni "masuk sorga".) Di dalam pengertian "penyatuan dengan Tuhan" masih tersisa adanya aku/diri/ego, sekalipun sudah begitu "suci" tanpa "noda" lagi, sehingga "pantas berada bersama Tuhan".

Sekalipun "penyatuan dengan Tuhan" ini--di mana aku berada bersama Tuhan tanpa terpisahkan lagi--dipandang sebagai tujuan tertinggi yang bisa dicapai manusia dalam dunia mistisisme Islam & Keristen, namun satu-dua orang mistikus Islam dan Keristen mengalami "perjalanan" yang lebih jauh lagi, yakni mengalami runtuhnya "aku". Dan yang lebih menarik dalam pengalaman segelintir orang ini ialah bahwa ketika "aku" runtuh, pada saat itu runtuh pula "Tuhan"! Kenapa? ... Karena, ketika subyek runtuh, maka obyek pun runtuh. -- Hal ini terjadi pada akhir perjalanan mistikal para penganut monoteisme itu. - Jadi, mengenai "kewajiban" sholat 5 waktu itu--yang ancaman bagi pelanggarannya adalah neraka--biarkan saja; pada waktunya akan runtuh sendiri.

Di lain pihak, kita umat Buddha sudah harus bersyukur karena Sang Guru tidak mengajarkan kewajiban ritual ini-itu kepada kita dengan ancaman ini-itu bagi pelanggarnya; alih-alih yang diajarkan oleh beliau hanyalah sadar/eling. Yang membuat kita MERASA "wajib" namaskara, MERASA "wajib" baca paritta, sebenarnya adalah batin kita sendiri, yang melekat. - Apakah kita akan membuat ritual Buddhis kita menjadi semacam "kewajiban" pula, dengan ancaman neraka, sebagaimana dalam Islam? Tentu tidak, bukan? :)

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 21 April 2008, 12:44:59 PM
Yang disini yang sudah pernah ikut retreat MMD siapa ajah yah?

kalo boleh pak Hudoyo sharing dong langkah2 meditasinya.

Thanks.

Yang jelas: Benny Sumedho. Tanya, tuh, langkah-langkah MMD sama dia. :)

Salam,
hudoyo

PS: Apa saja "langkah-langkah" MMD dapat Anda baca pada posting kedua page 1 thread ini. :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 21 April 2008, 12:49:21 PM
 _/\_ berarti MMD adalah mengajarkan kita meditasi vipasana sama seperti pada saat Guru Buddha sedang berada di dunia,saat itu belum ada campur tangan simbol ini dan simbol itu,bentuk meditasinya seperti apa adanya Sang Buddha ajarkan.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 21 April 2008, 12:52:24 PM
Tapi, marilah kita melangkah dengan hati-hati sekali. Penjelasan Anda menimbulkan pertanyaan baru: bisakah orang, misalnya, menyembelih ayam dengan ber-vipassana? Bukankah menyembelih ayam itu suatu aktivitas juga?

menurut saya bisa saja,
vipassana dalam pandangan saya adalah 'menyadari' (termasuk upaya menyadari).
tidak terikat pada kondisi 'diam' ataupun 'bergerak' (beraktifitas). jg tidak terikat pada perbuatan baik atau buruk.

apabila seseorang terperangkap dalam kondisi utk melakukan perbuatan buruk, vipassana di sana adalah sekedar 'menyadari', perbuatan yg dilakukan adalah dorongan kondisi, niat tetap saja ada, tetapi dg sadar (belum sepenuhnya seperti arahat) niat tsb sebenarnya sudah menjadi lebih kecil dibanding perbuatan yg dilakukan dg tidak sadar.

itu versi vipassana saya,
saya sendiri masih pemula.
jadi mohon bimbingannya :)

terima kasih,

Rekan Tesla,

Sebenarnya sederhana sekali:

Kalau di dalam vipassana orang menyadari niatnya ingin menyembelih ayam, dia tidak jadi menyembelih ayam.
Kalau di dalam vipassana orang benar-benar menyadari niatnya bernamaskara, dia tidak jadi bernamaskara untuk dirinya sendiri.

Kalau di dalam vipassana, orang terus saja ber-namaskara, berarti dia tidak menyadari motivasi di dalam batinnya yang mendorongnya ber-namaskara itu, dia tidak menyadari bahwa ia sudah melekat kepada ritual itu.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 21 April 2008, 01:02:11 PM
_/\_ berarti MMD adalah mengajarkan kita meditasi vipasana sama seperti pada saat Guru Buddha sedang berada di dunia,saat itu belum ada campur tangan simbol ini dan simbol itu,bentuk meditasinya seperti apa adanya Sang Buddha ajarkan.

Wah, tepat sekali! :D

Ingatkah Anda apa nasehat Sang Budha kepada para bhikkhu yang baru ditahbiskannya? Beliau menganjurkan agar para bhikkhu itu pergi ke hutan, atau ke dalam gua, menjalankan vipassana ... bukan pergi ke Vihara Jetavana dsb. ... Mana ada buddharupang di dalam hutan? :D

Bentuk meditasinya seperti apa yang kita baca sekarang dalam Bahiya-sutta & Malunkyaputta-sutta:

"Bahiya/Malunkyaputta, lakukan ini: di dalam apa yang terlihat, hanya ada yang terlihat. Di dalam apa yang terdengar, hanya ada yang terdengar. Di dalam apa yang tercerap melalui indra-indra yang lain, hanya ada yang tercerap, di dalam apa yang muncul dalam batin (ingatan), hanya ada ingatan. (Maksudnya: jangan bereaksi, jangan melekat, jangan menolak.) ... Kalau kamu bisa berada dalam keadaan itu, maka KAMU TIDAK ADA. Itulah, dan hanya itulah, akhir dari dukkha ("padam", nibbana)."

Di sini tidak ada ritual apa pun, tidak ada konsentrasi, tidak ada pencatatan, tidak ada memperlambat gerakan dengan sengaja.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 21 April 2008, 02:13:30 PM
Bener2 mantap nih jawaban2nya. Dlm pemahaman saya juga sejalan nih sama bapak, thanks atas sharingnya.

_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 21 April 2008, 02:17:35 PM
 _/\_ sangat membantu
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 21 April 2008, 02:28:14 PM
Quote
Kalau di dalam vipassana orang menyadari niatnya ingin menyembelih ayam, dia tidak jadi menyembelih ayam.
Kalau di dalam vipassana orang benar-benar menyadari niatnya bernamaskara, dia tidak jadi bernamaskara untuk dirinya sendiri.

lho kok bisa tidak jadi melakukan?

kalau dari pengalaman saya, ada beberapa kasus berbeda:

1. kondisi yg memaksakan kita melakukan perbuatan tsb.
kasus menyembelih ayam mungkin tidak cocok utk profesi kita pada umumnya. misalkan dalam pekerjaan ada kasus dimana kita harus melakukan perbuatan buruk seperti 'berbohong'. nah... walau sadar, tetapi perbuatan itu tetap berlangsung.

2. kasus kedua, saya sudah sadar saya ingin ini & itu. sudah tau ingin adalah nafsu. tapi tetap saja saya melakukan perbuatan utk memenuhi 'ingin' tadi karena kesadaran saya masih lebih kecil daripada nafsu. begitu bukan?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sumedho on 21 April 2008, 02:45:44 PM
Pak Hud, nanti utk bahasan anapanasatinya ditunda dulu, perlu waktu khusus buat ngetiknya nih soalnya frameworknya agak panjang adan berbeda dengan buddhism umumnya.

Quote
Yang jelas: Benny Sumedho. Tanya, tuh, langkah-langkah MMD sama dia. Smiley

Salam,
hudoyo

PS: Apa saja "langkah-langkah" MMD dapat Anda baca pada posting kedua page 1 thread ini.
hehehe, Langkah2x ? Tidak ada langkah2xnya koq. Hanya amati, amati, amati dan amati, kemudian amati. bahasa sononya, sati.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 21 April 2008, 03:19:30 PM
Pak Hud, nanti utk bahasan anapanasatinya ditunda dulu, perlu waktu khusus buat ngetiknya nih soalnya frameworknya agak panjang adan berbeda dengan buddhism umumnya.

Quote
Yang jelas: Benny Sumedho. Tanya, tuh, langkah-langkah MMD sama dia. Smiley

Salam,
hudoyo

PS: Apa saja "langkah-langkah" MMD dapat Anda baca pada posting kedua page 1 thread ini.
hehehe, Langkah2x ? Tidak ada langkah2xnya koq. Hanya amati, amati, amati dan amati, kemudian amati. bahasa sononya, sati.


Saking satinya Domokun nya jadi menganga terus tuh suhu :))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 21 April 2008, 04:50:28 PM
engak dapat...

vipassana ya vipassana
baca paritta ya baca paritta
namaskara ya namaskara
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 21 April 2008, 08:07:16 PM
Quote
Kalau di dalam vipassana orang menyadari niatnya ingin menyembelih ayam, dia tidak jadi menyembelih ayam.
Kalau di dalam vipassana orang benar-benar menyadari niatnya bernamaskara, dia tidak jadi bernamaskara untuk dirinya sendiri.

lho kok bisa tidak jadi melakukan?

kalau dari pengalaman saya, ada beberapa kasus berbeda:

1. kondisi yg memaksakan kita melakukan perbuatan tsb.
kasus menyembelih ayam mungkin tidak cocok utk profesi kita pada umumnya. misalkan dalam pekerjaan ada kasus dimana kita harus melakukan perbuatan buruk seperti 'berbohong'. nah... walau sadar, tetapi perbuatan itu tetap berlangsung.

2. kasus kedua, saya sudah sadar saya ingin ini & itu. sudah tau ingin adalah nafsu. tapi tetap saja saya melakukan perbuatan utk memenuhi 'ingin' tadi karena kesadaran saya masih lebih kecil daripada nafsu. begitu bukan?

1. Pernyataan saya di atas kan saya awali dengan kata-kata: "Kalau di dalam vipassana ..." :)

Kalau di dalam kehidupan sehari-hari, ya sering orang tidak sadar terhadap isi batinnya sendiri yang terdalam: disuruh menyembelih ayam ya menyembelih, karena takut dipecat; disuruh berbohong (bagian Marketing), bicara tentang suatu produk di luar proporsi kebenaran yang sesungguhnya, ya dilakukan, karena takut dipecat. Itu bukan vipassana namanya. Sering kali orang mencari pembenaran atas perbuatannya, padahal singkat saja, ia takut kehilangan pekerjaan; mau tidak mau itu harus diakui.

2. 'Kesadaran' dan 'nafsu' tidak bisa berada bersama-sama dalam satu momen (saat). 'Kesadaran' (sati), 'nafsu' & bentuk-bentuk batin apa pun sifatnya seperti digital, '1' atau '0', 'ada' atau 'tidak ada'. Kalau 'sadar', berarti tidak ada 'nafsu'; kalau ada 'nafsu', berarti 'tidak sadar'. Jadi, dalam satu saat (moment) tidak ada, misalnya, 'sadar' 30% + 'nafsu' 70%, lalu melakukan perbuatan memenuhi nafsunya.

Yang beraneka ragam atau gradual adalah FREKUENSI 'sadar' itu sendiri: mulai dari yang 'sadarnya' jarang muncul ... menjadi semakin sering muncul ... semakin sering muncul ... sampai 'sadar' seterusnya. Selama frekuensi momen kesadarannya masih sedikit, orang mudah dikuasai nafsunya, termasuk nafsu yang baik, seperti ber-namaskara.

Kembali kepada pernyataan saya: "Kalau di dalam vipassana orang benar-benar menyadari niatnya bernamaskara ...", berarti frekuensi momen-momen kesadarannya sudah cukup sering, sehingga dalam bahasa sehari-hari orang itu bisa disebut "sadar", bukan "dikuasai nafsu". Dalam hal itu, maka keinginan untuk ber-namaskara yang muncul akan segera lenyap kembali, dan orang tidak akan melakukan perbuatan itu.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 21 April 2008, 09:11:57 PM
1. Pernyataan saya di atas kan saya awali dengan kata-kata: "Kalau di dalam vipassana ..." :)

Kalau di dalam kehidupan sehari-hari, ya sering orang tidak sadar terhadap isi batinnya sendiri yang terdalam: disuruh menyembelih ayam ya menyembelih, karena takut dipecat; disuruh berbohong (bagian Marketing), bicara tentang suatu produk di luar proporsi kebenaran yang sesungguhnya, ya dilakukan, karena takut dipecat. Itu bukan vipassana namanya. Sering kali orang mencari pembenaran atas perbuatannya, padahal singkat saja, ia takut kehilangan pekerjaan; mau tidak mau itu harus diakui.
kalau menurut saya pada saat sadar, justru menyadari 'yah saya berbohong'.

Quote
2. 'Kesadaran' dan 'nafsu' tidak bisa berada bersama-sama dalam satu momen (saat). 'Kesadaran' (sati), 'nafsu' & bentuk-bentuk batin apa pun sifatnya seperti digital, '1' atau '0', 'ada' atau 'tidak ada'. Kalau 'sadar', berarti tidak ada 'nafsu'; kalau ada 'nafsu', berarti 'tidak sadar'. Jadi, dalam satu saat (moment) tidak ada, misalnya, 'sadar' 30% + 'nafsu' 70%, lalu melakukan perbuatan memenuhi nafsunya.
menurut saya, 'niat' & 'sadar' berada pada tempat berbeda.
mungkin definisi vipassana sendiri dapat berbeda2...
kalau bagi saya vipassana itu pengamatan gerak bathin seperti niat, perasaan, ketertarikan, dll...
jadi menurut saya bukan dalam arti 'sadar = bersih dari niat'.

Quote
Kembali kepada pernyataan saya: "Kalau di dalam vipassana orang benar-benar menyadari niatnya bernamaskara ...", berarti frekuensi momen-momen kesadarannya sudah cukup sering, sehingga dalam bahasa sehari-hari orang itu bisa disebut "sadar", bukan "dikuasai nafsu". Dalam hal itu, maka keinginan untuk ber-namaskara yang muncul akan segera lenyap kembali, dan orang tidak akan melakukan perbuatan itu.
apabila seseorang sudah sadar tanpa jeda, apa yg dilakukan orang tsb?
apakah diam saja tanpa aktifitas (apa ini bukan malah ?jhana? yah bahasanya?)?

Salam,
tesla
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: uwi on 22 April 2008, 01:15:09 AM
menurut hemat saya, ketika ada 'yah saya berbohong' disitu pikiran bergerak ke masa lalu, membandingkan antara apa itu jujur dan apa itu bohong.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 22 April 2008, 07:13:43 AM
kalau menurut saya pada saat sadar, justru menyadari 'yah saya berbohong'.

Kalau saya berbohong ... lalu sadar bahwa saya berbohong ... maka otomatis bohong itu berhenti dengan sendirinya, tanpa dilawan, tanpa ditekan (kecuali ada motif lain, misalnya takut kehilangan pekerjaan yang mengharuskan orang berbohong, seperti Marketing). Tapi sadar PADA WAKTU berbohong itu sendiri sudah "terlambat"; niat berbohong itu sendiri--SEBELUM berkembang menjadi ucapan--tidak disadari, karena vipassana-nya belum kuat; atau sudah menjadi kebiasaan, sehingga dianggap "tidak apa-apa", "toh semua orang berbohong dalam bisnis", dsb.

Lebih dini dari itu, ketika orang berada dalam kesadaran vipassana penuh, munculnya niat untuk berbohong itu sendiri sudah ketahuan, sehingga dengan sendirinya niat berbohong itu akan lenyap kembali, tidak jadi berbohong, tanpa dilawan, tanpa ditekan. Itulah vipassana yang sesungguhnya, yang seharusnya.


Quote
menurut saya, 'niat' & 'sadar' berada pada tempat berbeda.
mungkin definisi vipassana sendiri dapat berbeda2...
kalau bagi saya vipassana itu pengamatan gerak bathin seperti niat, perasaan, ketertarikan, dll...
jadi menurut saya bukan dalam arti 'sadar = bersih dari niat'.

'Sadar' memang bukan harus selalu "bersih, baik, kusala dsb", 'sadar' adalah menyadari segala sesuatu yang muncul dalam batin, entah "baik" entah "tidak baik". Definisi yang Anda kemukakan tentang 'sadar' sudah betul. Jadi, 'sadar' itu bukan hanya menyadari Ucapan dan Perbuatan (baik dan buruk), tetapi termasuk juga menyadari 'niat' SEBELUM 'niat' itu berkembang menjadi 'ucapan' atau 'perbuatan'. "Niat itulah karma," kata Sang Buddha ("Cetanaham, bhikkhave, kammam vadami.")

Dalam vipassana yang seharusnya, 'sadar' itu menyadari adanya 'niat untuk berbohong' (yang "buruk"), juga menyadari adanya 'niat untuk ber-namaskara' (yang "baik"). Kalau 'niat' itu disadari SEBELUM berkembang menjadi 'ucapan' & 'perbuatan', maka 'niat-niat' itu akan lenyap kembali dengan sendirinya, tanpa ditekan, tanpa dilawan.


Quote
apabila seseorang sudah sadar tanpa jeda, apa yg dilakukan orang tsb? apakah diam saja tanpa aktifitas (apa ini bukan malah ?jhana? yah bahasanya?)?

Salam,
tesla

Dengan kata lain, Anda bertanya tentang batin seorang Buddha, batin seorang arahat. :) ... Padahal, Sang Buddha wanti-wanti, ada empat hal yang tidak seharusnya dipikir-pikir (acinteyya); "... kalau dipikir-pikir juga bisa membuat orang menjadi gila," kata Sang Buddha.

Apakah empat hal acinteyya (tidak seharusnya dipikir-pikir) itu: (1) hakikat seorang Buddha; (2) asal-mula alam semesta; (3) hakikat jhana; dan (4) seluk-beluk karma dan buahnya (vipaka).

Kita diajar bahwa di dalam batin seorang Buddha/arahat itu tidak ada lagi pikiran "ini milikku; ini aku; ini diriku"; tidak ada lagi kehendak/niat (cetana) yang = kamma (seorang Buddha/arahat tidak berbuat kamma lagi). ... Apakah itu berarti dia diam saja tanpa aktivitas, seperti tumbuhan?

Yang tidak ada lagi adalah 'aku'-nya, 'atta', sumber dari semua 'cetana' (niat), baik niat untuk berbohong, maupun niat untuk ber-namaskara dsb. ... Jadi apa yang ada? ... Sang Buddha berkata:

"Atthi, bhikkhave, ajatam, akatam, abhutam, asankhatam .." ("Para bhikkhu, ADA SESUATU yang tak dilahirkan, tak terbentuk, bukan makhluk, tak terkondisi ...")

Itulah yang mengambil-alih batin yang telah kosong dari aku, kosong dari kehendak/niat, di mana tidak ada lagi Tesla sekalipun tubuh yang bernama Tesla ini ada, tidak ada lagi Hudoyo sekalipun tubuh yang bernama Hudoyo ada. Seolah-olah tubuh & batin ini--di mana sudah tidak ada aku lagi, tidak ada kehendak/niat lagi--menjadi sekadar wayang kulit yang digerakkan oleh Sang Dalang. Kira-kira seperti itulah batin seorang Buddha/arahat, sekalipun kita tidak bisa tahu persis bagaimana rasanya, sebelum kita mengalaminya sendiri.

Di dalam Mahayana, SESUATU itu disebut Tathagata-garbha (batin Buddha) atau Dharma-kaya (Tubuh Dharma); di dalam Vajrayana, SESUATU itu, kalau tidak salah, disebut Rigpa. (Mohon koreksi, Samanera Nyanabhadra. Terima kasih :)) Seorang Buddha/arahat batinnya SELAMANYA berada dalam Tathagata-garbha/Dharmakaya, segala pikiran, ucapan & perbuatannya berasal dari situ.

Di kalangan pejalan spiritual yang menganut agama-agama monoteistik (Islam & Keristen), SESUATU itu disebut TUHAN. Di dalam Alkitab Keristen ada kalimat: "Sekarang aku sudah disalibkan bersama Kristus, dan bukan aku lagi, tapi Kristus yang hidup di dalam ini." - Di dalam Al-Qur'an ada kalimat: "Segala sesuatu di alam semesta ini fana (tidak kekal), yang tetap ada hanyalah Wajah Tuhanmu." - Di dalam ajaran spiritual Jawa kuno ada kalimat: "Ketika orang mencapai keadaan 'mati di dalam hidup', maka di situ ada 'hidup di dalam mati."

Krishnamurti berkata, "Meditasi adalah pengosongan batin dari segala sesuatu yang telah diciptakan oleh batin. ... Kalau orang bisa berada sejauh itu, maka orang akan masuk ke dalam keheningan dalam ruang yang mahaluas; itulah Kebebasan sempurna ... Lalu di situ ada Gerak dari Yang Mahaluas." - Ia tidak menjelaskan lebih lanjut, apa itu 'Gerak dari Yang Mahaluas' itu.

Nah, Rekan Tesla, mohon jangan dipikir-pikir hal ini, "... bisa jadi gila nanti," kata Sang Buddha. - Tapi yang jelas itu bukan jhana; dalam jhana tidak ada gerak apa pun.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 22 April 2008, 07:29:11 AM
menurut hemat saya, ketika ada 'yah saya berbohong' disitu pikiran bergerak ke masa lalu, membandingkan antara apa itu jujur dan apa itu bohong.

Ya, kebanyakan manusia memang begitu, mengerti 'kebohongan' dengan membandingkannya dengan ajaran yang diterima dari orang tua maupun dari para pemuka agama, dengan kata lain, dengan menggunakan pikirannya.

Tetapi, kalau orang sudah berkembang kesadarannya, dia tidak perlu lagi menggunakan pikiran, 'bohong'-tidaknya suatu ucapan bisa langsung diketahuinya (bukan "bohong itu buruk" - itu kesimpulan pikiran). Bagaimana caranya ...? Saya tidak tahu bagaimana caranya, tapi yang jelas TAHU itu muncul dengan memintasi pikiran, tanpa dipikir.

Analoginya, seorang anak kecil tidak tahu kalau api itu panas. Ia melihat api lilin, lalu dicobanya untuk memegangnya. Ia harus belajar dari pengalaman pahit bahwa api itu tidak boleh dipegang. Lain kali kalau ia melihat api, dia tidak mau dekat-dekat lagi, tanpa memikir-mikir lagi bahwa api itu berbahaya.

Analogi lain, yang mempunyai sumber jauh lebih dalam ialah, kalau kita melihat seekor ular di hadapan kita, kita langsung mundur. Itu adalah gerak refleks yang memintasi pikiran, tidak dipikir-pikir, tanpa orang harus mengalami dulu pernah digigit ular. Dari mana sebabnya, saya tidak tahu. Mungkin dari kehidupan orang itu di masa lampau.

Jadi, mereka yang sudah berkembang vipassana-nya, akan bisa melihat niat untuk menyembelih ayam, niat untuk mencuri/korupsi, niat untuk berbuat asusila, niat untuk berbohong, niat untuk mabuk-mabukan, persis seperti orang melihat seekor ular, tanpa dipikir panjang lagi, tanpa harus mengatakan, "niat-niat itu buruk".

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: EVO on 22 April 2008, 07:33:13 AM
wah pak menarik sekali.....
ketika dalam proses hanya mengamatin batin...
tampa penilaian....hingga menyadari ada nya si 'aku'
dan mengalamin kekosongan...hening...tapi ada....
aku suka terbentur...lalu si apakah 'dia' ini
dari mana kah dia ini...karna dalam proses mengamatin itu kita bisa melihat dengan jelas fenomena kehidupan ini....kamma ataupun sebab akibat dan lain sebagainnya....
 
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 22 April 2008, 09:34:06 AM
PIKIRAN YANG BERGERAK MENCIPTAKAN SI AKU

wah pak menarik sekali.....
ketika dalam proses hanya mengamatin batin...
tampa penilaian....hingga menyadari ada nya si 'aku'
dan mengalamin kekosongan...hening...tapi ada....
aku suka terbentur...lalu si apakah 'dia' ini
dari mana kah dia ini...karna dalam proses mengamatin itu kita bisa melihat dengan jelas fenomena kehidupan ini....kamma ataupun sebab akibat dan lain sebagainnya....
 

Rekan Evo, Dhamma itu memang menarik, kalau direalisir, disadari dalam batin sendiri ... bukan cuma dihafalkan, yang cuma jadi beban pikiran ... :)  Bukankah Sang Buddha berkata, "Dhamma itu indah pada awalnya, indah pada pertengahannya, indah pada akhirnya ..."

Pertanyaan Anda, "Siapakah 'dia' yang menyadari semua ini?", adalah pertanyaan yang paling sering diajukan kepada saya dalam retret-retret MMD sampai sekarang (sekarang sudah mencapai retret ke-107).

Sebelum menjawab pertanyaan itu, marilah kita renungkan sedikit suatu peristiwa yang kita semua pernah mengalami. Yakni ketika kita menonton bioskop dan filmnya sangat bagus, sehingga perhatian kita sepenuhnya tertarik kepada jalan cerita film itu. Pada saat itu, di dalam kesadaran Anda, adakah si Evo? ... Tidak ada, bukan. ... Pada saat itu, di dalam kesadaran Anda, yang ada ialah peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam cerita film itu. ... Baru beberapa lama kemudian, lalu Anda sadar, "wah, filmnya bagus", Anda sadar bahwa Anda tengah duduk di dalam sebuah bioskop, Anda sadar akan penonton-penonton yang lain di kiri-kanan Anda, Anda sadar akan layar di depan Anda, dan Anda sadar akan diri Anda.

Dari peristiwa yang biasa ini, terkandung pelajaran bahwa si aku ini muncul ketika pikiran bergerak. Ketika pikiran diam--misalnya dalam keadaan terpukau oleh cerita film yang bagus--si aku tidak ada. Ketika Anda berada dalam kesadaran vipassana penuh, yang ada hanyalah tubuh ini, sensasi, perasaan, pikiran--yang begitu muncul lenyap kembali--keinginan dsb; di situ tidak ada aku, karena pikiran tidak sempat mendominasi. Tetapi, ketika sebuah pikiran masuk dan ia mendominasi, lalu ia bertanya: "Siapa yang sadar tadi?" ...

Mengapa pikiran bertanya "siapa"? ... Karena pikiranlah yang menciptakan aku! (Di dalam kata-tanya "siapa" itu sendiri sudah terkandung suatu ASUMSI bahwa ada suatu SUBYEK, yang sesungguhnya tidak ada; jadi sesungguhnya pertanyaan itu sudah mengandung jawabannya sendiri.) ... Si aku yang tadinya tidak ada, diciptakan oleh pikiran yang bergerak, lalu pikiran berfilsafat dan bertanya, "Siapakah yang sadar tadi?" ... Dari situlah muncul IDE tentang 'roh', tentang 'jiwa' dsb ... lalu dianggap 'roh'/'jiwa' itu kekal-abadi, karena manusia melihat segala sesuatu di sekitarnya tidak kekal (anicca), dan ia tidak mau mengakui bahwa dirinya sendiri juga tidak kekal. ... Sang Buddha mengatakan 'tidak ada aku', semua IDE itu cuma waham (delusi) saja.

*****

Sang Buddha mengajarkan bahwa si aku ini diciptakan pikiran dalam satu sutta yang sukar, yakni Mulapariyaya-sutta (sutta #1 dari kitab Majjhima-nikaya; bacalah sendiri terjemahannya dalam bahasa Indonesia, tapi hati-hati, terjemahan itu malah membingungkan, seperti terjemahan Inggrisnya).

Menurut Sang Buddha, pikiran adalah tanggapan (respons) terhadap suatu rangsangan (stimulus) yang masuk melalui salah satu dari pancaindra atau dari dalam batin kita sendiri sebagai ingatan.

Pikiran sebagai tanggapan ini terjadi melalui enam langkah yang berlangsung secepat kilat, tapi bisa terlihat dalam meditasi/konsentrasi yang kuat. Enam langkah tersebut adalah sebagai berikut:

Langkah 1: Mula-mula ada rangsangan masuk lewat pancaindra (atau muncul sebagai ingatan dari masa lampau). Contohnya: ada suatu wujud terlihat oleh mata. Di sini masih belum ada tanggapan, belum ada pikiran, belum ada aku. Bahkan wujud itu sendiri masih belum punya nama, belum punya identitas. Dalam bahasa modern, ini disebut 'persepsi murni' (pure perception).

Langkah 2: Pikiran mulai bergerak menanggapi wujud itu. Ia mencari di dalam database ingatannya, dan menyimpulkan bahwa wujud itu sebuah "bunga", mungkin lebih spesifik lagi, itu "bunga mawar", misalnya. Di sini pikiran mulai bergerak, mulai ada pelabelan, penamaan, identifikasi, dan pemilah-milahan (kategorisasi). Dalam bahasa modern, ini disebut 'konsep'.

Langkah 3: Muncul 'aku', tapi 'aku' itu masih menyatu dengan fenomena yang dicerap, belum terpisah.

Langkah 4: 'Aku' memisahkan diri dari fenomena yang dicerap. Di sinilah pertama kali muncul 'aku' sebagai SUBYEK, yang merasa terpisah dari & berhadapan dengan OBYEK ('bunga' yang dilihat). Di sinilah pertama kali muncul DUALITAS antara SUBYEK dan OBYEK, antara 'aku' (subyek) dan 'bukan-aku' (berbagai obyek di sekitar kita).

Langkah 5: 'Aku' (subyek) ber-relasi, membentuk hubungan dengan obyek. Kalau yang dilihat 'bunga', relasinya berbentuk "keinginan memetik", misalnya. Tapi kalau yang dilihat 'ular', relasinya lain lagi, yakni "mundur teratur" atau "lari".

Langkah 6: Muncul rasa senang (atau tidak senang) yang menyertai pikiran.

Begitulah Sang Buddha menjelaskan terjadinya proses berpikir, yang di dalamnya muncul si aku. Jadi ini bertentangan dengan pengertian kita sehari-hari, di mana kita berpikir: "Akulah yang berpikir." :)  Yang sesungguhnya terjadi ialah 'pikiranlah yang menciptakan aku'. Jadi 'aku' itu timbul-lenyap, tidak selalu ada: setiap kali pikiran bergerak, aku muncul; setiap kali pikiran diam, aku lenyap. Tetapi karena dalam kehidupan sehari-hari, pikiran kita terus bergerak, maka rasanya aku itu selalu ada.

Itu belum selesai ... Dalam Mulapariyaya-sutta itu Sang Buddha menyarankan, bagi mereka yang berlatih vipassana agar melatih mengamati pikiran, sehingga akhirnya pikiran itu tidak berfungsi lagi untuk sementara. Artinya, dari keenam langkah proses berpikir di atas, yang ada hanyalah langkah ke-1: pencerapan dari pancaindra atau ingatan, tapi tidak ada langkah ke-2 dst, tidak ada pengenalan (recognition), identifikasi & penamaan (naming, labeling) dst. ... Itulah sebabnya di dalam retret MMD tidak ada pencatatan sama sekali dari sejak awal.

Akhirnya dalam sutta itu Sang Buddha mengatakan bahwa dalam batin seorang arahat atau Buddha tidak ada lagi langkah kedua dst selamanya. Saya rasa, di situ yang mengambil alih fungsi kehidupan adalah SESUATU yang dikatakan oleh Buddha "tak dilahirkan", "tak terbentuk", "bukan makhluk", "tak terkondisi" (ajatam, akatam, abhutam, asankhatam).

KESIMPULAN: Jawaban terhadap pertanyaan Anda adalah: "yang ada hanyalah kesadaran, tidak ada 'dia'/subyek yang menyadari."

Mengertikah Anda sekarang akan syair dalam kitab Visuddhi-magga:

"Ada dukkha, tapi tidak ada yang menderita,
Ada Jalan Suci, tapi tidak ada yang menempuhnya,
Ada Nibbana (pembebasan), tapi tidak ada yang mencapainya."


*****

Rekan Evo, Anda mengatakan "menarik sekali". Padahal yang Anda baca baru uraian saya, yang tentu jauh berbeda dengan apa yang ada sebenarnya (yathabutam). Kalau Anda mengalami sendiri semua itu, tentu jauh "lebih indah" lagi. Dan Anda hanya bisa mengalaminya dalam keheningan yang mendalam. Kata YM Buddhadasa Mahathera, "Dalam keheningan yang mendalam, di mana tidak ada pikiran, tidak ada aku lagi, Anda mencicipi nibbana."

Nah, saran saya, ikutilah retret MMD (atau retret vipassana tradisional yang dibimbing oleh para bhante, kalau Anda mau). Hanya di situ Anda bisa mengalami semua ini.

Promosi dikit, ni yee. :)

Salam,
hudoyo





Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: EVO on 22 April 2008, 09:56:29 AM
pak apa yang aku tulis pengalam pribadi
suatu hari jika sudah waktunya
aku mau mengabdikan waktuku hanya untuk meditasi pak :)
ini keinginan terbesar ku....

aku merasakan benget yang namanya hening
segala sesuatu sumbet dari pikiran
pikiran ini luar biasa
bagaimana pikiran ini bekerja
benar-benar indah....
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 22 April 2008, 10:26:59 AM
pak apa yang aku tulis pengalam pribadi
suatu hari jika sudah waktunya
aku mau mengabdikan waktuku hanya untuk meditasi pak :)
ini keinginan terbesar ku....

aku merasakan benget yang namanya hening
segala sesuatu sumbet dari pikiran
pikiran ini luar biasa
bagaimana pikiran ini bekerja
benar-benar indah....


Rekan Evo, terus terang, merinding & berlinang air mata saya membaca testimoni Anda. :)

Terimalah salam hormat dari saya.  _/\_
hudoyo

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 22 April 2008, 12:12:34 PM
Memang benar, berteori tentang jhana atau nibbana cuma bikin gila :)
lebih baik praktek utk selalu 'sadar'.

Terima kasih atas penjelasan dan sarannya :) _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: EVO on 22 April 2008, 07:39:17 PM
wah jangan gitu mo
saya mana pantas menerima hormat dari seorang romo...
tolong di tarik lagi mo
saya engak mau terima kamma buruk ne ;D

mo saya mau tanya sekitar 4 hari yang lalu
ketika saya meditasi saya melihat beberapa jalan
saya sempat konsultasi ama pacarku...aku lebih baik meditasi pernapasan aja yah...tanya ku
engak usah campur-campur...aku biasanya meditasi
metta dulu..lalu napas...terus mengamatin..'vipassana'
tapi dia menyarankan meditasi vipassana katanya lebih cocok untuk aku
hanya saja aku merasakan aku jadi sangat terpokus pada sesuatu..sejak meditasi vipassana...aku tidak bisa lagi mengerjakan 2 hal sekaligus

mohon bimbingannya mo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 22 April 2008, 10:00:45 PM
Quote
hanya saja aku merasakan aku jadi sangat terpokus pada sesuatu..sejak meditasi vipassana...aku tidak bisa lagi mengerjakan 2 hal sekaligus

sedikit "teori" di mmd nih ;D

konon katanya memang begitu kalau "agak sadar"
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 22 April 2008, 10:19:03 PM
[...]
mo saya mau tanya sekitar 4 hari yang lalu
ketika saya meditasi saya melihat beberapa jalan
saya sempat konsultasi ama pacarku...aku lebih baik meditasi pernapasan aja yah...tanya ku
engak usah campur-campur...aku biasanya meditasi
metta dulu..lalu napas...terus mengamatin..'vipassana'
tapi dia menyarankan meditasi vipassana katanya lebih cocok untuk aku
hanya saja aku merasakan aku jadi sangat terpokus pada sesuatu..sejak meditasi vipassana...aku tidak bisa lagi mengerjakan 2 hal sekaligus

mohon bimbingannya mo

'Melihat beberapa jalan' dalam meditasi adalah ciptaan pikiran Anda sendiri, yang pernah belajar bahwa ada beberapa metode meditasi.

Sebaiknya tidak perlu meditasi itu dibagi-bagi menjadi beberapa jenis seperti biasa kita pelajari dalam teori-teori meditasi Buddhis. Sadari saja badan & batin sendiri pada saat sekarang; tidak perlu dinamakan "vipassana". Kalau badan & batin capek, atau kacau, habis bekerja seharian, mungkin ada kecenderungan untuk "istirahat" dengan mengamati napas secara pasif, tidak ada salahnya. Kalau batin sedang kesal karena sesuatu hal, mungkin ada keinginan untuk "menyebarkan cinta kasih"--sekalipun kita tidak tahu bagaimana cinta kasih tanpa-aku itu--tidak ada salahnya. Tetapi secara umum, diam pada saat sekarang, mengamati secara pasif gerak-gerik batin yang menginginkan ini-itu, adalah cukup.

Memang melakukan 2 kegiatan sekaligus tidak bisa; tapi kenapa ingin melakukan 2 kegiatan sekaligus pada saat yang sama? ... Kalau "terpaksa", sih bisa saja melakukan kedua kegiatan itu bersama-sama, tapi secara bolak-balik, tidak sekaligus pada saat yang sama.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: uwi on 23 April 2008, 02:12:32 AM
menurut hemat saya, ketika ada 'yah saya berbohong' disitu pikiran bergerak ke masa lalu, membandingkan antara apa itu jujur dan apa itu bohong.

Ya, kebanyakan manusia memang begitu, mengerti 'kebohongan' dengan membandingkannya dengan ajaran yang diterima dari orang tua maupun dari para pemuka agama, dengan kata lain, dengan menggunakan pikirannya.

Tetapi, kalau orang sudah berkembang kesadarannya, dia tidak perlu lagi menggunakan pikiran, 'bohong'-tidaknya suatu ucapan bisa langsung diketahuinya (bukan "bohong itu buruk" - itu kesimpulan pikiran). Bagaimana caranya ...? Saya tidak tahu bagaimana caranya, tapi yang jelas TAHU itu muncul dengan memintasi pikiran, tanpa dipikir.

Analoginya, seorang anak kecil tidak tahu kalau api itu panas. Ia melihat api lilin, lalu dicobanya untuk memegangnya. Ia harus belajar dari pengalaman pahit bahwa api itu tidak boleh dipegang. Lain kali kalau ia melihat api, dia tidak mau dekat-dekat lagi, tanpa memikir-mikir lagi bahwa api itu berbahaya.

Analogi lain, yang mempunyai sumber jauh lebih dalam ialah, kalau kita melihat seekor ular di hadapan kita, kita langsung mundur. Itu adalah gerak refleks yang memintasi pikiran, tidak dipikir-pikir, tanpa orang harus mengalami dulu pernah digigit ular. Dari mana sebabnya, saya tidak tahu. Mungkin dari kehidupan orang itu di masa lampau.

Jadi, mereka yang sudah berkembang vipassana-nya, akan bisa melihat niat untuk menyembelih ayam, niat untuk mencuri/korupsi, niat untuk berbuat asusila, niat untuk berbohong, niat untuk mabuk-mabukan, persis seperti orang melihat seekor ular, tanpa dipikir panjang lagi, tanpa harus mengatakan, "niat-niat itu buruk".

Salam,
hudoyo

ya, itu benar beberapa kali saya temukan hal itu. kesulitan saya sekarang adalah ketika menulis atau berkata seringkali terhenti.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 23 April 2008, 05:44:34 AM
ya, itu benar beberapa kali saya temukan hal itu. kesulitan saya sekarang adalah ketika menulis atau berkata seringkali terhenti.

Menulis satu kalimat membutuhkan waktu yang jauh lebih panjang dibandingkan mengucapkan kalimat yang sama. Dalam menulis pikiran bekerja, menimbang-nimbang, memutuskan, mencari kata-kata dsb; malah di tengah-tengah menulis, orang bisa mengubah apa yang semula ingin ditulisnya.

Di dalam berbicara, biasanya orang sudah mempunyai ide/konsep apa yang ingin dikatakannya, konsep itu berasal dari pikiran sebelum mulai mengucap. Kalau ide yang mau dikatakannya cukup panjang, bisa juga terjadi di tengah berbicara, tiba-tiba muncul pikiran lain yang mengubah kata-kata yang semula akan dikatakannya.

Biasanya konsep/ide yang mau ditulis atau diucapkan adalah hasil pemikiran atau perenungan; ini bisa betul, bisa salah. Tapi cobalah membiasakan diri diam sebentar sebelum berbicara atau menulis; diam dalam arti sesungguhnya, bukan diam berpikir, menyusun apa yang akan dikatakan. Diam dalam arti sadar akan gerak-gerik batin sendiri, tanpa tujuan apa-apa; dengan kata lain, ber-vipassana sebelum berbicara atau menulis.

Kalau Anda terbiasa melakukan itu, maka dengan cepat diam itu akan menjadi benar-benar hening. Maka dari dalam keheningan itu akan muncul pemahaman yang bisa dikembangkan menjadi ide/konsep yang akan diucapkan atau ditulis. Pemahaman ini pun memintasi pikiran; pikiran hanya digunakan mencari kata-kata yang pas untuk mengungkapkannya. Dan biasanya pemahaman yang bukan berasal dari pikiran ini tidak pernah salah.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 24 April 2008, 07:33:57 AM
Dari:  - Forum: Supranatural - Subforum: Spiritual - Thread: MMD (Meditasi Mengenal Diri)

WAKTU ... SAAT KINI ... APA YANG ADA ...

Quote from: riang_mentari;30817692
[...]
td mlm saya meditasi jam 3an, saya kira cuman 15menit, tp ternyata pas liat jam udah 45menit.... dan ga tau ko bisa selama itu, kyk nge-blank aja....

   Waktu itu apa? ... Waktu adalah gerak. Waktu kronologis--yang diukur dengan jam--terjadi karena adanya gerak benda-benda langit: bumi berputar 24 jam menghasilkan siang-malam, bumi beredar mengelilingi matahari selama 1 tahun menghasilkan musim-musim dsb; gerak bandul jam, gerak atom quartz bisa dipakai untuk mengukur waktu. Jadi waktu adalah gerak. Karena gerak benda-benda langit, getaran atom quartz & gerak bandul jam itu konstan, maka waktu kronologis pun konstan, tidak bisa memanjang, tidak bisa memendek, apalagi berhenti.

Selain waktu kronologis, ada pula waktu yang lain, yakni waktu psikologis. Waktu psikologis adalah kesadaran manusia akan waktu. Kesadaran manusia akan waktu dipengaruhi oleh kondisi batinnya. Waktu psikologis pun disebabkan oleh gerak, tapi di sini bukan gerak benda/materi, melainkan gerak batin.

Kalau batinnya penuh pikiran berseliweran, penuh harapan, kecemasan dsb, dengan kata lain batin bergerak relatif cepat, maka waktu terasa berjalan relatif lebih cepat dari pada biasanya. Contoh: orang yang sedang menunggu sesuatu, rasanya sudah lama, tapi kalau melihat arloji kok baru sebentar. ...

Sebaliknya, kalau batin relatif tenang, puas, lega, bahagia, pikiran tidak banyak mengganggu, dengan kata lain gerak batin melambat, maka waktu terasa melambat. Contohnya: kalau lagi berdua bersama pacar, rasanya baru sebentar, tapi kalau melihat arloji kok sudah berjam-jam.

Begitu pula dalam meditasi. Kalau pada suatu waktu batin dipenuhi pikiran yang mengganggu, kecemasan dsb, maka rasanya waktu berjalan cepat, rasanya meditasi sudah lama sekali, tapi kalau melihat jam kok baru sebentar. Sebaliknya, kalau pada waktu lain, batin relatif tenang, pikiran tidak begitu banyak muncul, maka rasanya waktu melambat, rasanya baru sebentar, tapi kalau melihat jam ternyata jauh lebih lama daripada yang terasa.

Ini menunjukkan bahwa PIKIRAN MENCIPTAKAN WAKTU (maksudnya, pikiran menciptakan kesadaran waktu). Inilah "waktu psikologis" yang saya sebut di atas. Seperti waktu kronologis, waktu psikologis juga diciptakan oleh gerak, tapi kali ini bukan gerak benda (materi), melainkan gerak pikiran.

Yang aneh, kecepatan waktu psikologis ini tidak konstan, tidak seperti kecepatan waktu kronologis. Ini disebabkan karena gerak pikiran manusia juga tidak konstan. Waktu psikologis bisa melambat, bisa menjadi cepat, tergantung kondisi batin kita.

Yang menarik ialah: waktu psikologis bisa BERHENTI; ia berhenti bila pikiran berhenti (diam sempurna). Apa artinya waktu berhenti? ... Artinya kesadaran berada pada SAAT KINI terus-menerus, tidak bergerak ke MASA LAMPAU, atau ke MASA DEPAN. ...

Nah, berada pada SAAT KINI terus-menerus itulah yang disebut berada dalam KEABADIAN. ... (Jelas ABADI di sini sangat berbeda maknanya dengan "abadi" atau "kekal" atau "baka" menurut pengertian sehari-hari, di mana dibayangkan hidup terus tidak mati-mati, muda terus tidak menjadi tua, senang terus tidak pernah susah, yang adalah mustahil, atau paling tidak merupakan kepercayaan/iman agama. :) ) ... Orang Inggris mempunyai kata yang tepat untuk keadaan ini: timeless, yang biasanya diterjemahkan menjadi abadi; tapi time-less sesungguhnya berarti tanpa-waktu, berada pada saat kini terus-menerus.

Ini hanya bisa dialami dalam meditasi yang mendalam, ketika pikiran berhenti ... tidak mungkin dialami dalam kehidupan sehari-hari ketika pikiran bergerak. ...

Satu pelajaran penting dari meditasi ialah: PIKIRAN dan SI AKU tidak mungkin berada pada SAAT KINI, karena PIKIRAN selalu menyeret batin ke MASA LAMPAU atau ke MASA DEPAN. Agar batin bisa berada pada SAAT KINI, PIKIRAN harus berhenti, jadi SI AKU juga harus berhenti.

SAAT KINI itulah yang NYATA ... MASA LAMPAU dan MASA DEPAN tidak nyata, hanya ada di dalam pikiran. ... Kebenaran dari APA YANG ADA (Al-Haq) terletak pada SAAT KINI ... SAAT KINI itulah pintu menuju AL-HAQ, apa yang dalam agama-agama monoteis disebut "Tuhan". ... Untuk sampai ke situ, PIKIRAN & SI AKU ini harus berhenti, harus diam. ... Itulah TUJUAN TERAKHIR dari MMD: Berada pada SAAT KINI terus-menerus, bukan bermimpi ke MASA DEPAN, mengharapkan sorga. 


Quote
cerita juga eyang, sebelumnya kalau saya kerja didepan laptop harus diiringi musik. dan kalau ga ada musik kyk ada yg "kurang"...
kalau skrg kok malah mengganggu ya... saya dengar musik kalau benar2 ingin dan tidak disambi sama pekerjaan lainnya...
apakah itu efek samping mmd ?

Ya, itu efek MMD, efek utama bukan efek samping. Bukankah batin Anda bisa lebih tenang, lebih bisa berkonsentrasi dengan baik, lebih efisien, tidak banyak energi terbuang, bila Anda bisa melakukan setiap kegiatan satu per satu, tidak diganggu oleh berbagai rangsangan yang tidak perlu? ...

Sekarang Anda bisa melihat, bahwa kesadaran kebanyakan manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu terpecah-belah, kadang-kadang berlangsung sangat cepat. Sering kita dengar para mahasiswa berkata, "... tidak bisa belajar kalau tidak ada musik." ... Sesungguhnya yang terjadi ialah kesadarannya terpecah, berpindah bolak-balik dengan cepatnya dari mata (membaca buku teks) ke telinga (mendengarkan musik), kembali ke mata, dst bolak-balik. Tetapi karena mendengarkan musik itu enak, dan belajar itu tidak enak, ya dia senang saja; malah mencari dalih untuk terus bisa mendengarkan musik. :) ... Tidak mungkin orang sekaligus mendengar dan membaca pada saat bersamaan. ... Tidak mungkin orang makan sambil membaca koran pada saat bersamaan. ... Sekarang Anda bisa memahami, bahwa melakukan kegiatan itu sebaiknya satu per satu dengan disadari, jangan diborong sekaligus.

Anda telah berhasil mengembangkan kesadaran Anda dengan cukup kuat--lebih kuat daripada kesadaran kebanyakan orang--hanya dengan latihan MMD sendiri dengan petunjuk-petunjuk melalui internet. Perkembangannya akan jauh lebih cepat bila Anda bisa ikut retret MMD secara intensif pada suatu waktu kelak. Retret ini gratis, lho. :) ...

Dalam retret MMD, kesadaran dipertahankan secara total, mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali. Kegiatan sehari-hari (makan, minum, mandi, cuci pakaian dsb) di lakukan secara minimal. Juga dalam melakukan kegiatan sehari-hari itu kesadaran terhadap gerak-gerik tubuh & batin tetap dipertahankan, bukan makan sambil ngobrol atau baca koran, bukan mandi sambil bersiul-siul. :) Dengan demikian, kesadaran menjadi sangat tajam, dibandingkan kalau kesadaran terputus-putus untuk mengerjakan ini-itu.

Quote
oiya, eyang...nitip pertanyaan dari temen saya. waktu saya sedikit cerita ttg "pikiran yg berhenti" dia nanya, bukannya pas tidur juga pikiran berhenti ? misal tidur yg bener2 lelap, ga ada mimpi, itu kan sama sekali ga mikir? lalu bedanya apa ?

mohon pencerahan eyang...
ini tak suguhin kopi juga..... :coffee:

Bedanya? ... Bedanya: kalau tidur nyenyak itu orang TIDAK SADAR, sedangkan berhentinya pikiran dalam meditasi itu orang justru berada dalam keadaan SADAR yang maksimal. Anda merasakan sendiri, kan. ... Tapi kalau Anda ceritakan kepada teman Anda itu, dia tidak akan mengerti, kecuali dia juga bermeditasi ... lihat saja, pasti ada saja bantahannya. :D

Ada satu analogi yang bagus, yang menghubungkan (1) tidur bermimpi, (2) bangun (jaga) dan (3) kesadaran meditatif di mana pikiran berhenti:

Orang yang tidur bermimpi tidak tahu bagaimana rasanya bangun/jaga; sebaliknya, orang yang bangun dari tidurnya/mimpinya tahu dan bisa membedakan mana yang mimpi (yang tidak nyata) dan mana kesadaran dalam bangun (yang nyata). Begitu pula secara analogi, kesadaran sehari-hari ini seperti bermimpi dibandingkan dengan kesadaran tanpa-pikiran di dalam meditasi. Orang yang belum pernah bermeditasi tidak bisa tahu bagaimana rasanya sadar tanpa-pikiran itu. (Ini pernah terjadi dalam thread ini, ketika ada orang masuk tiba-tiba mengritik MMD secara negatif begini-begitu. :) ) Ini ibarat seekor ikan bertemu dengan kura-kura: ketika sang kura-kura menceritakan kepada sang ikan bahwa ada kehidupan lain di luar air, sang ikan bingung, mencemoohkan atau marah. :)

Tapi orang yang pernah masuk ke dalam keadaan sadar tanpa-pikiran, dia tahu bedanya antara kesadaran sehari-hari di mana pikiran bergerak, yang baginya seperti orang bermimpi dan tidak nyata, dibandingkan dengan kesadaran tanpa-pikiran, yang baginya seperti orang bangun, yang jauh lebih nyata, melihat Apa Yang Ada (Al-Haq) pada saat kini terus-menerus. Ini tidak bisa dimengerti oleh orang yang belum pernah mengalaminya. :)

Terima kasih buat kopinya ... buatan Starbuck, ya? :)

Salam,
semar
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 24 April 2008, 07:43:13 AM
pak meditasi itu kan menembus waktu, lalu knp ada yg selalu pake acuan waktu...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 24 April 2008, 07:46:42 AM
Quote
untuk terus bisa mendengarkan musik. Smiley ... Tidak mungkin orang sekaligus mendengar dan membaca pada saat bersamaan. ... Tidak mungkin orang makan sambil membaca koran pada saat bersamaan. ... Sekarang Anda bisa memahami, bahwa melakukan kegiatan itu sebaiknya satu per satu dengan disadari, jangan diborong sekaligus.
setuju nech... aku dulu bgt... skr malah gak mantep satu kerjaan ya satu kerjaan
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 24 April 2008, 08:01:05 AM
"Pakai acuan waktu" maksudnya gimana? Mohon dijelaskan.

hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 24 April 2008, 08:03:33 AM
"Pakai acuan waktu" maksudnya gimana? Mohon dijelaskan.

hudoyo
maksudnya ada alarm
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 24 April 2008, 08:04:12 AM
oh ya pak klo lg meditasi terus ada suara lalu kaget itu knp ya?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 24 April 2008, 08:15:39 AM
titipan pertanyaan
saya meditasi merasa waktu dan ruang itu tidak ada
apa itu ilusi atau pikiran aja
saya benar benar merasa segala tembok dan lain itu tdk ada
yang ada hanya aku dan batin ku
masih ada si aku
pernah saya meditasi dari malam ampe pagi gak bangun2
tanpa ada rasa pegal, sakit
yang ada cuma tenang
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 24 April 2008, 08:51:33 AM
pak meditasi itu kan menembus waktu, lalu knp ada yg selalu pake acuan waktu...
maksudnya ada alarm


Nanti dulu, jangan dicampuradukkan antara waktu kronologis dan waktu psikologis. Waktu kronologis tetap berproses, alam semesta ini tetap mengalir. Yang berhenti dalam meditasi adalah waktu psikologis, berhenti pada saat kini yang terus mengalir, tanpa pikiran bergerak ke masa lampau dan ke masa depan.

Alarm itu waktu kronologis; kalau saya punya waktu satu jam saja untuk bermeditasi, sudah itu ada tamu mau datang, ya saya pasang alarm untuk membangunkan saya satu jam lagi; tapi sementara itu saya bisa bermeditasi sampai pikiran berhenti dan waktu psikologis berhenti. Tidak apa-apa itu ...


Quote
oh ya pak klo lg meditasi terus ada suara lalu kaget itu knp ya?

Ketika batin tenang, maka seluruh pancaindra menjadi tajam, peka (sensitif); suara jangkrik yang jauh, atau detik jam dinding akan terdengar nyata (yang dalam kesadaran sehari-hari, di mana batin dipenuhi pikiran yang berseliweran, suara-suara yang halus itu tidak terdengar).


Quote
titipan pertanyaan
saya meditasi merasa waktu dan ruang itu tidak ada
apa itu ilusi atau pikiran aja
saya benar benar merasa segala tembok dan lain itu tdk ada
yang ada hanya aku dan batin ku
masih ada si aku
pernah saya meditasi dari malam ampe pagi gak bangun2
tanpa ada rasa pegal, sakit
yang ada cuma tenang

PIKIRAN itu menciptakan kesadaran akan WAKTU dan RUANG. Saya merasakan ada waktu dan ruang, karena pikiran yang masih bergerak. Pikiran melayang ke masa lampau atau ke masa depan: itulah waktu. Pikiran merasakan ada pusat, ada keliling, ada jarak, jauh-dekat, itulah ruang.

Jadi, ketika pikiran berhenti, waktu & ruang pun lenyap, karena dua-duanya cuma disadari oleh pikiran. Di dalam keheningan meditasi, ketika pikiran berhenti, si aku tidak ada lagi, waktu & ruang lenyap. Tapi di situ ada RUANG lain: ruang yang mahaluas, tapi tidak ada pusat/center, dan tidak ada keliling (circumference). Mengapa? ... karena si aku yang menjadi pusat tidak ada lagi, jadi jauh-dekat juga tidak ada lagi. Mereka yang belum pernah mengalaminya tidak akan bisa memahami bagaimana ruang mahaluas tanpa-pusat itu. :) ...

Masih adanya rasa aku, itu berarti masih ada pikiran yang amat halus, belum hening sempurna. Kalau sudah hening sempurna, tidak ada lagi aku, tidak ada pikiran, tidak ada pengenalan, tidak ada pengalaman, tidak ada pengetahuan, tidak ada kata-kata. (Karena semua itu tidak ada lagi, orang sering hanya bisa bilang: "semuanya nge-blank") ...

Teruskan saja, jangan heran dan berhenti. ...

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: EVO on 24 April 2008, 09:26:06 AM
pak kalau si 'aku'
timbul tengelam gimana pak???
kadang dia ada
tapi kadang dia tak ada...
tidak mesti setiap meditasi dia tak ada dan ada...
pak kenapa aku sekarang lambat dalam berpikir dan bertindak???
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 24 April 2008, 01:40:19 PM
pak kalau si 'aku'
timbul tengelam gimana pak???
kadang dia ada
tapi kadang dia tak ada...
tidak mesti setiap meditasi dia tak ada dan ada...
pak kenapa aku sekarang lambat dalam berpikir dan bertindak???

Si Aku adalah Pikiran. Kalau pikiran bergerak, si aku juga muncul. Kalau pikiran diam, si aku lenyap. (Saya pernah menguraikan ajaran Sang Buddha tentang proses pikiran, di mana si aku itu baru muncul pada langkah ketiga/Mulapariyaya-sutta.) Ketika Anda terpukau oleh sebuah cerita film yang indah, pikiran tidak bergerak dan si aku tidak ada. Sebentar lagi Anda baru sadar bahwa Anda berada di gedung bioskop sedang nonton film, di situ pikiran bergerak dan si aku muncul. - Jadi, muncul & lenyapnya si aku adalah hal yang wajar dalam kehidupan sehari-hari, dan juga di dalam meditasi. Cuma di dalam meditasi, hal ini teramati dengan sadar, dan pikiran/si aku lebih banyak diamnya.

Soal lambat dalam berpikir & bertindak, bila itu disebabkan oleh berkembangnya kesadaran, itu adalah hal yang wajar juga, dan saya rasa justru baik. Batin seorang pemeditasi cenderung/lebih suka masuk ke dalam keheningan, dan pikiran tidak banyak bergerak kecuali benar-benar diperlukan. Oleh karena itu seorang pemeditasi tidak banyak membuat kesalahan, tidak banyak "terlanjur" berbicara atau "terlanjur" melakukan sesuatu tanpa dipikir panjang, yang belakangan ternyata disesali. - Menurut Anda, apakah keadaan itu mengganggu pekerjaan Anda sehari-hari? Ataukah justru membuat batin Anda lebih tenang, lebih ringan, lebih bisa istirahat?

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 24 April 2008, 06:56:31 PM
Quote
Ketika batin tenang, maka seluruh pancaindra menjadi tajam, peka (sensitif); suara jangkrik yang jauh, atau detik jam dinding akan terdengar nyata (yang dalam kesadaran sehari-hari, di mana batin dipenuhi pikiran yang berseliweran, suara-suara yang halus itu tidak terdengar).

kadang gak kaget hanya "melihat" doank kadang kaget ;D
solusinya yg baik itu gmn ya?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 24 April 2008, 08:29:51 PM
Quote from: hudoyo
...

Kalau batinnya penuh pikiran berseliweran, penuh harapan, kecemasan dsb, dengan kata lain batin bergerak relatif cepat, maka waktu terasa berjalan relatif lebih cepat dari pada biasanya. Contoh: orang yang sedang menunggu sesuatu, rasanya sudah lama, tapi kalau melihat arloji kok baru sebentar. ...

Sebaliknya, kalau batin relatif tenang, puas, lega, bahagia, pikiran tidak banyak mengganggu, dengan kata lain gerak batin melambat, maka waktu terasa melambat. Contohnya: kalau lagi berdua bersama pacar, rasanya baru sebentar, tapi kalau melihat arloji kok sudah berjam-jam.

Begitu pula dalam meditasi. Kalau pada suatu waktu batin dipenuhi pikiran yang mengganggu, kecemasan dsb, maka rasanya waktu berjalan cepat, rasanya meditasi sudah lama sekali, tapi kalau melihat jam kok baru sebentar. Sebaliknya, kalau pada waktu lain, batin relatif tenang, pikiran tidak begitu banyak muncul, maka rasanya waktu melambat, rasanya baru sebentar, tapi kalau melihat jam ternyata jauh lebih lama daripada yang terasa.

Ini menunjukkan bahwa PIKIRAN MENCIPTAKAN WAKTU (maksudnya, pikiran menciptakan kesadaran waktu). Inilah "waktu psikologis" yang saya sebut di atas. Seperti waktu kronologis, waktu psikologis juga diciptakan oleh gerak, tapi kali ini bukan gerak benda (materi), melainkan gerak pikiran.

Yang aneh, kecepatan waktu psikologis ini tidak konstan, tidak seperti kecepatan waktu kronologis. Ini disebabkan karena gerak pikiran manusia juga tidak konstan. Waktu psikologis bisa melambat, bisa menjadi cepat, tergantung kondisi batin kita.

Yang menarik ialah: waktu psikologis bisa BERHENTI; ia berhenti bila pikiran berhenti (diam sempurna). Apa artinya waktu berhenti? ... Artinya kesadaran berada pada SAAT KINI terus-menerus, tidak bergerak ke MASA LAMPAU, atau ke MASA DEPAN. ...

pembahasan menarik mengenai waktu. :)
dari pengamatan saya tentang gerak pikiran, ada sedikit perbedaan nih...

#1) pada momen menyenangkan, misalnya dekat dengan pacar, pikiran justru sangat tidak tenang. seolah-olah tampak tenang karena momen itu menghasilkan perasaan menyenangkan. dan pada saat pikiran tidak tenang ini, (hampir) tidak ada 'sadar'. pikiran terus bolak balik ke lamunan masa depan, ingatan, bentuk-bentuk asosiasi, dll. di permukaan tampaknya sangat tenang. itu karena ilusi perasaan menyenangkan. sebenarnya disini banyak sekali ancaman berbahaya, karena pada saat pikiran kita kemana2, dia mulai menaruh target2 di tempat yg dikunjunginnya. (bersambung ke kesimpulan 1a)
moment seperti ini, sangat berbeda dg state meditasi. dalam meditasi, ketika pikiran berhenti (bukan berfocus pada 1 objek), waktu itu sendiri sudah tidak ada lagi. bukan cepat ataupun lambat.

#2) pada momen tidak menyenangkan, pikiran justru lebih diam (bukan diam total tetapi lebih di satu tempat, yaitu masalah, objek yg menyebalkan). kesadaran lebih jernih... (IMO, tidak sampai diam, tapi mencapai konsentrasi)  :( misalkan saya dan jarum suntik. jarum suntik adalah objek yg menghasilkan perasaan tidak menyenangkan bagi saya. kalau lagi mau disuntik, pikiran tidak ke mana2. dia hanya bergerak di satu tempat, yaitu jarum... objek yg tidak menyenangkan. alaminya pada waktu berhadapan dg objek tidak menyenangkan pikiran tidak pergi kemana2. pikiran saya tidak pergi ke ice cream, coklat, dll... waktu menjadi sangat panjang di sini...

kesimpulan saya,
1a. utk pikiran, pada saat pikiran ke mana-mana, waktu kronologis akan berlalu sangat cepat karena kita merasakan waktu kronologis hanya pada saat kita sadar (bukan hening/diam yah). dalam kondisi tidak sadar, artinya kita absen dari waktu kronologis. akibatnya waktu kronologis berlalu begitu saja meninggalkan kita.
1b. sebaliknya pada saat pikiran diam, kita 'hadir' dalam realitas dunia. gerakan2 akan terlihat menjadi lebih lambat. sehingga seolah2 waktu kronologis terasa begitu panjang..............padahal... inilah waktu kronologis yg mendekati sebenarnya (karena sadar kita banyak hadir). merasa menjadi begitu panjang juga akibat dari pembandingan kita dg pengalaman sebelumnya kita dimana kita merasa waktu berlalu begitu cepat (pada saat kita tidak hadir/absen dalam realitas).
2a. perasaan menyenangkan cenderung membuat pikiran menjadi bergairah utk mengelana. bahkan dalam meditasi, banyak sensasi2 menyenangkan yg membuat pikiran ini mengharapkan sensasi itu di waktu mendatang.
2b. sebaliknya perasaan tidak menyenangkan cenderung (tidak selalu, tergantung karakteristik individu juga. ada yg dapat tugas ber-deadline, malah melamunkan selesai secara ajaib tanpa mengerjakannya. akibatnya waktu juga berlalu cepat, dan deadline tiba tanpa disadari) utk membuat pikiran melekat pada objek tsb.
3. dalam (meditasi) konsentrasi mendalam, kita malah dapat mengamati sesuatu dg lebih jelas (fenomena kecepatan tinggi dapat kita amati). termasuk mengamati gejolak bathin. tetapi ini tidak mutlak diperlukan :)
pada state meditasi taraf tertentu, pikiran tidak muncul lagi. disinilah timeless yg Pak Hudoyo sebutkan. bukan lebih cepat atau lebih lambat. tapi tidak ada waktu.

mohon koreksinya apabila ada kesalahan.
_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 24 April 2008, 09:37:04 PM
 [at] Pak Hudoyo

Dalam suatu kesempatan berdiskusi dengan sahabat2 saya, muncul suatu pernyataan bahwa batin bisa di manage dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana pandangan Pak Hudoyo mengenai pernyataan diatas yg di bold dalam realita kebenaran yg sebenarnya?Apakah benar batin bisa dimanage?


Dan yg kedua, apakah seorang arahat bisa memanage batinnya ?

Mohon bimbingannya _/\_

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 24 April 2008, 09:50:56 PM
Dalam suatu kesempatan berdiskusi dengan sahabat2 saya, muncul suatu pernyataan bahwa batin bisa di manage dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana pandangan Pak Hudoyo mengenai pernyataan diatas yg di bold dalam realita kebenaran yg sebenarnya?Apakah benar batin bisa dimanage?
setahu saya memanage bathin itu adalah 'sadar, sadar, dan sadar...'

Quote
Dan yg kedua, apakah seorang arahat bisa memanage batinnya ?
IMO, arahat adalah orang yg bathinnya ter-manage sempurna. dg sadar sepenuhnya tanpa celah, LDM tidak muncul.

CMIIW
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: EVO on 24 April 2008, 10:10:28 PM
lebih berkurang segala keinginan pak...
malah sempat merasa semua hampa...tidak ada keinginan
jadi dia lepas dari rasa tenang dan lainnya

anumodana romo...
aku ngerti sekarang tentang si 'aku'
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 25 April 2008, 08:28:26 AM
kadang gak kaget hanya "melihat" doank kadang kaget ;D
solusinya yg baik itu gmn ya?

Tidak ada solusi dan tidak perlu cari solusi. Itu bukan masalah, kok; nanti akan terbiasa dengan sendirinya.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 25 April 2008, 08:32:56 AM
lebih berkurang segala keinginan pak...
malah sempat merasa semua hampa...tidak ada keinginan
jadi dia lepas dari rasa tenang dan lainnya

anumodana romo...
aku ngerti sekarang tentang si 'aku'

Anda sudah mulai merasakan 'sunnyata' (kosong) secara aktual, bukan secara teoretis dari buku-buku.

'Sunnyata' itu identik dengan 'anatta', tanpa-aku.
Artinya, di situ tidak ada rasa susah maupun rasa senang, tidak ada rasa menderita maupun rasa bahagia.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 25 April 2008, 08:49:14 AM
[at] Pak Hudoyo

Dalam suatu kesempatan berdiskusi dengan sahabat2 saya, muncul suatu pernyataan bahwa batin bisa di manage dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana pandangan Pak Hudoyo mengenai pernyataan diatas yg di bold dalam realita kebenaran yg sebenarnya?Apakah benar batin bisa dimanage?

Me-manage batin dalam kehidupan sehari-hari bisa saja dilakukan. Banyak buku-buku dijual di pasaran tentang itu (buku-buku Self-Help). Tapi itu kegiatan atau AKTIVITAS yang harus dilakukan terus-menerus, tanpa berhenti, seperti orang membersihkan rumah setiap hari. Dan itu tidak menghasilkan transformasi batin, tidak menghasilkan kearifan (pannya), malah memperkuat si aku.

Berbeda dengan mengenal-diri, menyadari-diri. Ini suatu keadaan yang PASIF; bila orang bisa masuk ke dalam keadaan ini, maka ia tidak perlu lagi AKTIF me-manage batinnya dari saat ke saat.


Quote
Dan yg kedua, apakah seorang arahat bisa memanage batinnya ?

Seorang arahat tidak punya batin lagi, dalam arti tidak ada aku, tidak ada perasaan, tidak ada kehendak dsb. Apa lagi yang mau di-manage? :) ... Batin seorang arahat sudah DIAM untuk selamanya. ... Ingatlah peringatan Sang Buddha kepada Angulimala: "Angulimala, aku sudah lama berhenti. Engkaulah yang masih terus berlari. Apa yang kaucari? Berhentilah."

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: EVO on 25 April 2008, 09:01:42 AM
anumodana mo atas bimbingannya...
jika kondisi sudah tepat saya boleh berlatih dalam jangka yang lama mo???
ditempat romo..
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 25 April 2008, 09:37:38 AM
Terima kasih penjelasannya Pak Hudoyo dan Tesla _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 25 April 2008, 09:44:34 AM
Quote
Apa lagi yang mau di-manage? Smiley ... Batin seorang arahat sudah DIAM untuk selamanya. ... Ingatlah peringatan Sang Buddha kepada Angulimala: "Angulimala, aku sudah lama berhenti. Engkaulah yang masih terus berlari. Apa yang kaucari? Berhentilah."

Bukankah itu hanya cerita saja dan maknanya ke arah mana?
Kadang seseorang bisa menafsirkan/mengaitkan dengan hal yang lain khan.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 25 April 2008, 09:48:56 AM
Pak Hudoyo,apakah Arahat itu setingkat pengetahuannya dengan Buddha? apakah Arahat itu masih bisa terlahir kembali lagi ke dunia jika ia menginginkan? Apakah Arahat amsih mempunyai kecacatan? Apakah Arahat setelah menjadi Arahat ibaratnya akan diam ga menolong orang lain?  _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 25 April 2008, 10:00:54 AM
pembahasan menarik mengenai waktu. :)
dari pengamatan saya tentang gerak pikiran, ada sedikit perbedaan nih...

[...]

kesimpulan saya,
1a. utk pikiran, pada saat pikiran ke mana-mana, waktu kronologis akan berlalu sangat cepat karena kita merasakan waktu kronologis hanya pada saat kita sadar (bukan hening/diam yah). dalam kondisi tidak sadar, artinya kita absen dari waktu kronologis. akibatnya waktu kronologis berlalu begitu saja meninggalkan kita.

Rupanya topik ini menjadi simpang-siur karena pengertian/definisi tentang waktu kronologis dan waktu psikologis tercampur-aduk dan tumpang tindih. Pengertian-pengertian ini harus disamakan dulu sebelum diskusi bisa dilanjutkan. Berikut ini adalah pengertian-pengertian tentang waktu kronologis dan waktu psikologis:

(A) waktu kronologis adalah waktu yang riil, yang diukur dengan jam. Waktu kronologis tidak bisa memanjang atau memendek. Orang tidak pernah bisa mengetahui atau merasakan waktu kronologis, kecuali mengukurnya dengan jam.

(B) waktu psikologis adalah KESADARAN manusia tentang waktu, apa yang dirasakannya tentang waktu. Waktu psikologis BISA memanjang, memendek, atau berhenti. Waktu psikologis tidak selalu sejalan dengan waktu kronologis.

Apakah Anda bisa memahami & menerima kedua definisi & penjelasan tentang waktu kronologis dan waktu psikologis di atas? Kalau bisa, harap dicamkan dan dijadikan acuan, sehingga diskusi bisa dilanjutkan. :)

Nah, kalimat Anda di atas saya perbaiki: "... pada saat pikiran mengembara ke mana-mana (tidak tenang), kesadaran tentang waktu (ini waktu psikologis) berjalan sangat cepat (memanjang). Contohnya: pada saat kita menunggu seseorang, rasanya waktu sudah berjalan berjam-jam (ini waktu psikologis), tetapi kalau kita melihat arloji, ternyata waktu baru berjalan beberapa menit (ini waktu kronologis)."

***

Quote
1b. sebaliknya pada saat pikiran diam, kita 'hadir' dalam realitas dunia. gerakan2 akan terlihat menjadi lebih lambat. sehingga seolah2 waktu kronologis terasa begitu panjang..............padahal... inilah waktu kronologis yg mendekati sebenarnya (karena sadar kita banyak hadir). merasa menjadi begitu panjang juga akibat dari pembandingan kita dg pengalaman sebelumnya kita dimana kita merasa waktu berlalu begitu cepat (pada saat kita tidak hadir/absen dalam realitas).

Ini juga perlu saya perbaiki: "Ketika bermeditasi, pada saat batin relatif hening, waktu TERASA melambat, memendek, meditasi TERASA baru berlangsung beberapa menit (ini waktu psikologis); setelah bangun, dan kita melihat arloji, ternyata waktu sudah berjalan jauh lebih lama (ini waktu kronologis)." - Ini adalah pengalaman banyak pemeditasi.

***

Quote
2a. perasaan menyenangkan cenderung membuat pikiran menjadi bergairah utk mengelana. bahkan dalam meditasi, banyak sensasi2 menyenangkan yg membuat pikiran ini mengharapkan sensasi itu di waktu mendatang.

Pengalaman meditasi ini tidak bisa saya pahami. Dalam meditasi, ketika ketenangan tercapai, batin cenderung berhenti dalam ketenangan itu. Menurut teorinya, di dalam jhana, batin berhenti pada faktor-faktor jhana, tidak berkelana ke mana-mana.

***

Quote
2b. sebaliknya perasaan tidak menyenangkan cenderung (tidak selalu, tergantung karakteristik individu juga. ada yg dapat tugas ber-deadline, malah melamunkan selesai secara ajaib tanpa mengerjakannya. akibatnya waktu juga berlalu cepat, dan deadline tiba tanpa disadari) utk membuat pikiran melekat pada objek tsb.

"Pengalaman meditasi" ini juga tidak bisa saya pahami, maaf. Perasaan tidak menyenangkan adalah akibat dari konflik; dan konflik berasal dari batin yang bergerak. Ini fakta dalam meditasi; bukan spekulasi.

***

Quote
3. dalam (meditasi) konsentrasi mendalam, kita malah dapat mengamati sesuatu dg lebih jelas (fenomena kecepatan tinggi dapat kita amati). termasuk mengamati gejolak bathin. tetapi ini tidak mutlak diperlukan :)
pada state meditasi taraf tertentu, pikiran tidak muncul lagi. disinilah timeless yg Pak Hudoyo sebutkan. bukan lebih cepat atau lebih lambat. tapi tidak ada waktu.

Ya, ini betul. Dalam meditasi yang mendalam--yang secara wajar bisa terjadi--di mana pikiran muncul hanya satu-satu, kesadaran waktu (waktu psikologis) menjadi sangat melambat, sehingga suatu peristiwa yang terjadi dengan cepat menurut waktu kronologis--yang dalam kesadaran sehari-hari terlihat secepat kilat--dalam meditasi yang mendalam akan terlihat sangat melambat (waktu psikologis). Bahkan, ketika pikiran berhenti sempurna, maka kesadaran tentang waktu pun berhenti; artinya tidak ada (tidak dirasakan) gerak sama sekali, yang ada hanyalah saat kini terus-menerus.

Salam,
hudoyo

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 25 April 2008, 10:03:03 AM
anumodana mo atas bimbingannya...
jika kondisi sudah tepat saya boleh berlatih dalam jangka yang lama mo???
ditempat romo..

Terima kasih kembali. - Kalau Anda mau ikut retret MMD, bisa periksa jadwal & tempatnya di halaman 1 thread ini.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 25 April 2008, 10:09:36 AM
Quote
Apa lagi yang mau di-manage? Smiley ... Batin seorang arahat sudah DIAM untuk selamanya. ... Ingatlah peringatan Sang Buddha kepada Angulimala: "Angulimala, aku sudah lama berhenti. Engkaulah yang masih terus berlari. Apa yang kaucari? Berhentilah."

Bukankah itu hanya cerita saja dan maknanya ke arah mana?
Kadang seseorang bisa menafsirkan/mengaitkan dengan hal yang lain khan.

Apa maksudnya "hanya cerita"? ... Apakah berarti: tidak usah dimaknai secara serius, anggap saja sebagai entertainment, dsb dsb? ... :)

Bukankah banyak kebenaran-kebenaran tentang kesadaran transendental (lokuttara) jauh lebih kena dikomunikasikan dengan cerita & dongeng daripada dengan uraian intelektual?

Kalau Anda punya pemahaman lain terhadap cerita Angulimala, silakan tampilkan di forum ini. ... :)

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 25 April 2008, 10:47:56 AM
Pak Hudoyo,apakah Arahat itu setingkat pengetahuannya dengan Buddha? apakah Arahat itu masih bisa terlahir kembali lagi ke dunia jika ia menginginkan? Apakah Arahat amsih mempunyai kecacatan? Apakah Arahat setelah menjadi Arahat ibaratnya akan diam ga menolong orang lain?  _/\_

Wah, ini semua pertanyaan yang bersifat teoretis. :) ... Padahal semua yang saya tulis selama ini tidak satu pun yang berlandaskan teori; semuanya berasal dari pengalaman batin saya sendiri. ... Kalau pun ada yang bersifat teoretis, selalu saya katakan, "katanya ...", "menurut teori ...", "menurut buku, ...". ... Inilah bedanya dengan banyak diskusi yang berlangsung dalam thread-thread lain; di forum ini banyak orang berdebat tentang sesuatu yang tidak dialaminya sendiri, yang tidak lebih dari teori dan spekulasi semata-mata. :)

Tapi, okelah, karena saya ditanya, akan saya berikan jawaban berdasarkan teori sejauh yang saya PELAJARI, dan tidak ada kaitannya dengan kebenaran dari pengalaman pribadi:

Quote
... apakah Arahat itu setingkat pengetahuannya dengan Buddha?

Saya tidak tahu ... mungkin bisa ditanyakan kepada ahli Abhidhamma. ... Katanya, ada arahat yang "bodoh", kok. ... Sejauh mana "pengetahuan" seorang Buddha pun, saya juga tidak tahu. ... :)


Quote
"... apakah Arahat itu masih bisa terlahir kembali lagi ke dunia jika ia menginginkan?

"Menginginkan"? ... Apakah orang yang tidak punya aku lagi masih punya keinginan? :) ... Menurut teori Theravada, sih, arahat itu tidak akan pernah lahir lagi, dan setelah mati dirinya tidak ada lagi, kok. :) ... Lain lagi menurut Mahayana, atau Vajrayana, barangkali ... bisa ditanyakan kepada pakarnya. :)


Quote
Apakah Arahat amsih mempunyai kecacatan?

Kalau cacat tubuh, sih, jelas ya. ... Arahat yang tadinya pincang, yang tetap pincang. :) ... Kalau "kecacadan" batin--seperti loba, dosa, moha--wong arahat itu sudah tidak punya aku/pikiran lagi, ... bahkan 'kebaikan' pun ia sudah tidak punya, apalagi 'keburukan'. Seorang arahat sudah bebas dari bentuk-bentuk batin apa pun juga: baik atau buruk.


Quote
Apakah Arahat setelah menjadi Arahat ibaratnya akan diam ga menolong orang lain?

Seorang arahat yang terlihat "menolong" orang lain, dia sendiri tidak tahu dan tidak sadar, kok, bahwa ia "menolong" orang lain ... semua perbuatan arahat tidak didorong oleh metta atau karuna yang berasal dari si aku yang sudah tidak ada lagi. ... :)  Melainkan semua perbuatan orang suci itu bersumber dari "Sesuatu yang tidak terlahir, tidak terbuat, yang bukan makhluk, yang tak terkondisi", di situ tidak ada motif-motif apa pun seperti yang kita pahami dalam kesadaran aku kita.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 25 April 2008, 10:55:55 AM
 _/\_ nah begini kan juelas biar ntar ga ada debat Arahat Bodhisatva lagi.......soal berdiskusi mengenai pengalaman pribadi.....ada saatnya kok Pak Hudoyo, teoritis juga penting untuk mengetahui apa sih sebenarnya yang telah dialami oleh Sang Buddha,apakah ini apakah itu meskipun kita belum menjadi Arahat...ibarat membaca diari orang lain. gitu Pak Hudoyo. Thanks  _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: morpheus on 25 April 2008, 11:00:56 AM
hehehehe... dialog klasik antara teori penting vs teori tidak penting...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 25 April 2008, 01:41:11 PM
_/\_ .....ada saatnya kok Pak Hudoyo, teoritis juga penting untuk mengetahui apa sih sebenarnya yang telah dialami oleh Sang Buddha,apakah ini apakah itu meskipun kita belum menjadi Arahat...ibarat membaca diari orang lain. gitu Pak Hudoyo. Thanks  _/\_

iya deh, silakan saja ... :)  ... Cuma kalau mau berteori tentang batin seorang Buddha/arahat, kita perlu bertanya: sejauh mana 'diary' yang kita gunakan itu OTENTIK, benar? ... Sejauh mana kitab-kitab suci Mahayana & Vajrayana itu otentik berasal dari mulut Sang Buddha & para arahat siswa beliau? Sejauh mana kitab Tipitaka Pali itu otentik, semua sutta berasal dari mulut Sang Buddha & para arahat siswa beliau? ... Nah, tidak seorang pun tahu ... dan akhirnya terpulang pada keimanan kita masing-masing ... atau barangkali tidak perlu iman sama sekali? ;D

Di lain pihak perlu dicamkan peringatan Sang Buddha sendiri tentang hal-hal yang tidak seharusnya dipikir-pikir (acinteyya); ada empat hal seperti itu, antara lain adalah: hakikat Buddha. :) ... Sang Buddha menyatakan secara eksplisit, bahwa barang siapa memikir-mikir tentang hakikat Buddha ia bisa gila. :)

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 25 April 2008, 01:43:32 PM
bahwa barang siapa memikir-mikir tentang hakikat Buddha ia bisa gila. :))

nanti bisa diquote agama lain pak,ntar kalo bincangin soal Tuhan dalam Buddhisme mereka bisa gila juga katanya.  ^-^,jadi ga boleh dipertanyakan.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 25 April 2008, 07:05:44 PM
Baguslah kalau umat agama lain bisa memahami kebenaran itu. ;D

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 26 April 2008, 01:32:44 AM
kadang gak kaget hanya "melihat" doank kadang kaget ;D
solusinya yg baik itu gmn ya?

Tidak ada solusi dan tidak perlu cari solusi. Itu bukan masalah, kok; nanti akan terbiasa dengan sendirinya.

Salam,
hudoyo
thank u pak...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Lily W on 26 April 2008, 10:26:53 AM
Dalam suatu kesempatan berdiskusi dengan sahabat2 saya, muncul suatu pernyataan bahwa batin bisa di manage dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana pandangan Pak Hudoyo mengenai pernyataan diatas yg di bold dalam realita kebenaran yg sebenarnya?Apakah benar batin bisa dimanage?
setahu saya memanage bathin itu adalah 'sadar, sadar, dan sadar...'

Apa definisi "sadar" itu?  :-?
Setau saya...memanage bathin itu adalah memanage akar LDM.

Quote
Quote
Dan yg kedua, apakah seorang arahat bisa memanage batinnya ?
IMO, arahat adalah orang yg bathinnya ter-manage sempurna. dg sadar sepenuhnya tanpa celah, LDM tidak muncul.
CMIIW

Arahat adalah terkikisnya semua akar LDM. Jadi...mau manage apa? 

 _/\_ :lotus:
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 26 April 2008, 11:44:18 AM
Dalam suatu kesempatan berdiskusi dengan sahabat2 saya, muncul suatu pernyataan bahwa batin bisa di manage dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana pandangan Pak Hudoyo mengenai pernyataan diatas yg di bold dalam realita kebenaran yg sebenarnya?Apakah benar batin bisa dimanage?
setahu saya memanage bathin itu adalah 'sadar, sadar, dan sadar...'

Apa definisi "sadar" itu?  :-?
Setau saya...memanage bathin itu adalah memanage akar LDM.

Quote
Quote
Dan yg kedua, apakah seorang arahat bisa memanage batinnya ?
IMO, arahat adalah orang yg bathinnya ter-manage sempurna. dg sadar sepenuhnya tanpa celah, LDM tidak muncul.
CMIIW

Arahat adalah terkikisnya semua akar LDM. Jadi...mau manage apa? 

 _/\_ :lotus:
sadar yah sadar.
ketika ada LDM muncul, sadarin aja, dgn begitu reda sendiri.
memanage dg menekan malah menghasilkan LDM lain aja, seperti memberi bahan bakar berbeda.

benar jg yah. arahat sudah tidak ada LDM...
jd mau manage apa? ;D :hammer:
mungkin krn saya terkonsepsi pandangan saya sebelumnya,
bahwa arahat selalu sadar, makanya tidak ada LDM.
bukan sebaliknya, arahat tidak ada LDM, makanya selalu sadar.
:hammer: :hammer: :hammer: :P :P :P
ga tau juga ah... belum arahat
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Lily W on 26 April 2008, 12:01:03 PM
Tesla... :)

Cobalah praktek memanage akar LDM... ^:)^
Tesla kan udah tau ttg akusala citta & akusala cetasika... ;D

 _/\_ :lotus:
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: williamhalim on 26 April 2008, 05:05:03 PM
Didalam proses memanage akar LDM (me-manage bathin) diperlukan kesadaran yg kuat. Simplenya, bagaimana mau menyadari kondisi batin sedang LDM / tidak, jika kesadaran kita lemah?

Karena diperlukan kesadaran yg kuat (sadar/eling), maka kesadaran kita perlu senantiasa dilatih agar tidak lemah.

Pikiran bersifat sangat halus. LDM yg 'kasar' sangat gampang terdeteksi. Ia muncul dalam bentuk2 yg kasat mata, seperti: kemarahan yg meledak2, ataupun keinginan lobha yg sangat kuat.

Namun, selanjutnya, semakin halus, semakin sulit untuk mendeteksi LDM ini, sehingga semakin kuat pula kesadaran yg diperlukan untuk dapat menyadarinya. Salah satu contoh ialah: kemelekatan kita pada ajaran yg kita sukai, misalnya ajaran Sang Buddha. Pikiran kemelekatan yg sangat halus, membuat kita membela mati2an ajaran tsb, sehingga menimbulkan penolakan jika ada yg mengkritiknya. Pada akhirnya, mengakibatkan kita lebih berkutat pada teori2 ketimbang praktik dhamma yg sesungguhnya, mengikis lobha dosa dan moha.

Satu hal lagi, selain mengandalkan sati, kita perlu senantiasa memupuk batin metta dan karuna, atau istilah awamnya: "membahagiakan orang lain". Menghadirkan batin cintakasih akan meringankan pekerjaan kita dalam mengikis LDM.

::

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 26 April 2008, 05:06:56 PM
sering2 "ngaca" ya  ^-^ ^-^
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 26 April 2008, 05:15:09 PM
Quote
Apa lagi yang mau di-manage? Smiley ... Batin seorang arahat sudah DIAM untuk selamanya. ... Ingatlah peringatan Sang Buddha kepada Angulimala: "Angulimala, aku sudah lama berhenti. Engkaulah yang masih terus berlari. Apa yang kaucari? Berhentilah."

Bukankah itu hanya cerita saja dan maknanya ke arah mana?
Kadang seseorang bisa menafsirkan/mengaitkan dengan hal yang lain khan.

Apa maksudnya "hanya cerita"? ... Apakah berarti: tidak usah dimaknai secara serius, anggap saja sebagai entertainment, dsb dsb? ... :)

Bukankah banyak kebenaran-kebenaran tentang kesadaran transendental (lokuttara) jauh lebih kena dikomunikasikan dengan cerita & dongeng daripada dengan uraian intelektual?

Kalau Anda punya pemahaman lain terhadap cerita Angulimala, silakan tampilkan di forum ini. ... :)

Salam,
hudoyo

kalau saya sih belum sampai kesana pak pemahaman saya, belum berani untuk main tafsir2 dari sutta hehehe.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 26 April 2008, 05:16:01 PM
Quote
Apa lagi yang mau di-manage? Smiley ... Batin seorang arahat sudah DIAM untuk selamanya. ... Ingatlah peringatan Sang Buddha kepada Angulimala: "Angulimala, aku sudah lama berhenti. Engkaulah yang masih terus berlari. Apa yang kaucari? Berhentilah."

Bukankah itu hanya cerita saja dan maknanya ke arah mana?
Kadang seseorang bisa menafsirkan/mengaitkan dengan hal yang lain khan.

Apa maksudnya "hanya cerita"? ... Apakah berarti: tidak usah dimaknai secara serius, anggap saja sebagai entertainment, dsb dsb? ... :)

Bukankah banyak kebenaran-kebenaran tentang kesadaran transendental (lokuttara) jauh lebih kena dikomunikasikan dengan cerita & dongeng daripada dengan uraian intelektual?

Kalau Anda punya pemahaman lain terhadap cerita Angulimala, silakan tampilkan di forum ini. ... :)

Salam,
hudoyo

kalau saya sih belum sampai kesana pak pemahaman saya, belum berani untuk main tafsir2 dari sutta hehehe.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 26 April 2008, 06:28:19 PM
Kalau Anda punya pemahaman lain terhadap cerita Angulimala, silakan tampilkan di forum ini. ... :)
kalau saya sih belum sampai kesana pak pemahaman saya, belum berani untuk main tafsir2 dari sutta hehehe.

Lha kapan "sampai ke sana"-nya? ;D  ...

Setiap orang punya pengalaman dalam hidup, ... bahkan anak muda pun punya pengalamannya sendiri. ... Berdasarkan pengalamannya itu setiap orang berjumpa dengan ajaran Sang Buddha ... dan ajaran itu mempengaruhi batinnya sesuai dengan pengalaman masing-masing. ... Tidak ada yang benar dan salah dalam hal ini. ... Tidak ada juru tafsir sutta dalam hubungan dengan pengalaman batin, yang suaranya harus diterima sebagai otoritas; bahkan bhikkhu pun tidak. ... :)

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 26 April 2008, 06:45:40 PM
benar jg yah. arahat sudah tidak ada LDM...
jd mau manage apa? ;D :hammer:
mungkin krn saya terkonsepsi pandangan saya sebelumnya,
bahwa arahat selalu sadar, makanya tidak ada LDM.
bukan sebaliknya, arahat tidak ada LDM, makanya selalu sadar.
:hammer: :hammer: :hammer: :P :P :P
ga tau juga ah... belum arahat

Sumbernya, "biang keladi"-nya adalah aku (atta). Loba, dosa & moha bersumber dari atta. Begitu juga, metta, karuna, mudita dan upekkha bersumber dari atta.

SB bilang dalam puluhan sutta, bahwa seorang arahat tidak punya aku lagi. Artinya tidak ada lagi gerak pikiran, entah pikiran yang buruk (loba, dosa, moha), entah pikiran yang baik (metta, karuna, mudita, upekkha).

Tentang sadar, yang mengganggu sadar adalah pikiran yang bergerak, adalah aku itu sendiri. Jadi tanpa-aku (anatta) adalah identik dengan kesadaran yang tertinggi.

Bagaimana pendapat Anda semua? :)

Salam,
hudoyo

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 26 April 2008, 07:24:45 PM
pak nanya siapa saya??
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 26 April 2008, 07:25:19 PM
Setuju Pak Romo Hudoyo _/\_  ^:)^
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Lex Chan on 26 April 2008, 07:37:27 PM
Sumbernya, "biang keladi"-nya adalah aku (atta). Loba, dosa & moha bersumber dari atta. Begitu juga, metta, karuna, mudita dan upekkha bersumber dari atta.

SB bilang dalam puluhan sutta, bahwa seorang arahat tidak punya aku lagi. Artinya tidak ada lagi gerak pikiran, entah pikiran yang buruk (loba, dosa, moha), entah pikiran yang baik (metta, karuna, mudita, upekkha).

Tentang sadar, yang mengganggu sadar adalah pikiran yang bergerak, adalah aku itu sendiri. Jadi tanpa-aku (anatta) adalah identik dengan kesadaran yang tertinggi.

Bagaimana pendapat Anda semua? :)

Salam,
hudoyo

Entah benar atau salah..

Menurut pemahaman saya selama ini:
ketika atta padam maka "lobha-dosa-moha" juga padam..
ketika atta padam maka "metta-karuna-mudita-upekkha" yang murni tidak padam, melainkan muncul dengan sendirinya menggantikan lobha-dosa-moha..

namun barangkali ada benarnya juga jika "metta-karuna-mudita-upekkha" juga ikut padam karena "metta-karuna-mudita-upekkha" merupakan kualitas batin makhluk Brahma ("metta-karuna-mudita-upekkha" seringkali disebut sebagai 4 brahma-vihara). Padahal makhluk Brahma sendiri pada tingkatan tertentu belum padam atta-nya..
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 26 April 2008, 07:46:41 PM
KESADARAN TIDAK BISA DAN TIDAK PERLU DILATIH

Didalam proses memanage akar LDM (me-manage bathin) diperlukan kesadaran yg kuat. Simplenya, bagaimana mau menyadari kondisi batin sedang LDM / tidak, jika kesadaran kita lemah?

Karena diperlukan kesadaran yg kuat (sadar/eling), maka kesadaran kita perlu senantiasa dilatih agar tidak lemah.

Saya punya pendapat & pengalaman batin yang berbeda dengan ini: Tidak ada "kesadaran lemah" dan "kesadaran kuat". ... Yang ada hanya SADAR atau TIDAK SADAR; jadi seperti digital: "ya" atau "tidak", "1" atau "0". Tidak ada gradasi kesadaran seperti kesadaran 20%, 50%, 80% atau 100%. :) ...

Yang biasanya disebut "kesadaran lemah" adalah keadaan batin di mana frekuensi momen-momen "sadar"-nya masih jarang, satu-satu, masih lebih banyak momen-momen "tidak sadar"-nya. ...

Yang biasanya disebut "kesadaran kuat" adalah keadaan batin di mana frekuensi momen-momen "sadar"-nya sudah lebih sering. ...

"Kesadaran" TIDAK BISA DILATIH. Orang yang "melatih kesadarannya" untuk menjadi "suci" hanya akan memperkuat akunya saja. ... Sebaliknya, yang bisa "dilatih" hanyalah menyadari saat-saat di mana kita tidak sadar, di mana lobha, dosa & moha muncul. ... Jadi jangan hiraukan saat-saat di mana Anda sadar, karena Anda tidak pernah tahu kapan Anda sadar. ... Begitu Anda tahu bahwa Anda sadar, berarti Anda sudah tidak sadar, karena di situ sudah muncul si aku lagi, yang berkata: "Wah, saya sudah sadar." Itu namanya lobha. ...

Inilah prinsip "pengembangan" kesadaran dalam MMD, yang bertolak belakang dengan ajaran tradisional dalam "agama" Buddha.


Quote
Pikiran bersifat sangat halus. LDM yg 'kasar' sangat gampang terdeteksi. Ia muncul dalam bentuk2 yg kasat mata, seperti: kemarahan yg meledak2, ataupun keinginan lobha yg sangat kuat.

Namun, selanjutnya, semakin halus, semakin sulit untuk mendeteksi LDM ini, sehingga semakin kuat pula kesadaran yg diperlukan untuk dapat menyadarinya. Salah satu contoh ialah: kemelekatan kita pada ajaran yg kita sukai, misalnya ajaran Sang Buddha. Pikiran kemelekatan yg sangat halus, membuat kita membela mati2an ajaran tsb, sehingga menimbulkan penolakan jika ada yg mengkritiknya. Pada akhirnya, mengakibatkan kita lebih berkutat pada teori2 ketimbang praktik dhamma yg sesungguhnya, mengikis lobha dosa dan moha.

Ini saya setuju ... memang benar demikian halnya. ... Namun, itu tidak perlu dirisaukan. ... Bila prinsip MMD di atas terus diterapkan ... berangsur-angsur akan terlihat si aku & pikiran lobha, dosa, moha yang semakin halus. ... Jadi sekali lagi, tidak perlu secara khusus "melatih kesadaran".

Ajaran untuk "melatih kesadaran" dengan mudah akan berubah menjadi ajaran untuk "melatih konsentrasi", dan tidak lama lagi berubah lagi menjadi ajaran untuk "mencapai jhana" atau "mencapai nyana-nyana". Itu adalah kegiatan "spiritual" yang secara teoretis tampak sejalan dengan Jalan Luhur Berfaktor Delapan, tetapi tidak cocok dipandang dari Bahiya-sutta & Malunkyaputta-sutta.


Quote
Satu hal lagi, selain mengandalkan sati, kita perlu senantiasa memupuk batin metta dan karuna, atau istilah awamnya: "membahagiakan orang lain". Menghadirkan batin cintakasih akan meringankan pekerjaan kita dalam mengikis LDM.

Metta, karuna, mudita, upekkha TIDAK PERLU DILATIH, karena melatih itu hanya akan membawa kita ke alam Brahma, bukan mencapai kepadaman (nibbana). ... Melatih Brahmavihara itu hanya akan memperkuat aku (atta) yang halus, yang merasa dirinya bersih dan suci.

Alih-alih berlatih Brahmavihara, sadari saja setiap kali muncul kebencian, keserakahan, kikir, dengki, irihati, dendam, cemburu, melecehkan, gelisah, cemas, khawatir dsb dalam batin kita. Melatih Brahmavihara tidak akan membebaskan batin kita dari pikiran-pikiran yang negatif itu selama masih ada aku. ...

Ini lagi prinsip kesadaran dalam MMD yang bertolak belakang dari apa yang sering kita dengar diajarkan dalam "agama" Buddha, tetapi sesuai dengan ajaran Sang Buddha dalam Bahiya-sutta dan Malunkyaputta-sutta.

Salam,
Hudoyo


Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 26 April 2008, 08:46:07 PM
pak nanya siapa saya??

Lho, Anda tidak tahu siapa "Anda"? ;D ...

Coba saya jelaskan, ya; nanti kan Anda bilang: "Ooo, iya ..." :)

AKU dan milikku adalah badan & batin ini; dan batin ini isinya banyak sekali: ingatan, keinginan, harapan, kekecewaan, kepuasan, keputusasaan, keserakahan, kebencian, cintak, welas asih, kenikmatan sesaat, penderitaan, kepedihan, konflik batin, pikiran, pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, iman, ketidakpercayaan, ketenangan, kegelisahan, ketakutan, kekhawatiran, pemusatan batin, jhana, agamaku, sekte-ku, Tuhanku, bangsaku, leluhurku, istriku, suamiku, anakku, kedudukanku, kekayaanku, kehormatanku, kekuasaanku, ide tentang "roh"-ku, "jiwa"-ku ... dst dst. ... Semua itu--segala sesuatu yang bisa Anda rasakan/alami dalam badan & batin ini--adalah si aku dan milikku. ...

Betul, bukan? :) ... Kata Sang Buddha dalam puluhan sutta: "orang yang belum bebas (puthujjana) selalu berpikir: 'ini milikku, ini aku, ini diriku'." (etam mama, eso hamasmi, eso me atta)

Nah, sekarang, bagaimana, ya, kira-kira rasanya tanpa-aku (anatta) ...? Tidak ada lagi semua itu? ... Tidak ada apa-apa lagi milikku? ... Kosong (sunnyata)? ... :)

Salam,
hudoyo

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 26 April 2008, 09:23:56 PM
Entah benar atau salah..

Menurut pemahaman saya selama ini:
ketika atta padam maka "lobha-dosa-moha" juga padam..
ketika atta padam maka "metta-karuna-mudita-upekkha" yang murni tidak padam, melainkan muncul dengan sendirinya menggantikan lobha-dosa-moha..

[...]

Apakah cinta "murni" itu merupakan lawan dari kebencian, sehingga bisa dikatakan cinta "murni" menggantikan kebencian? - Kalau begitu, cinta itu masih terkondisi oleh kebencian, berada pada "level" yang sama dengan kebencian ... dua-duanya bersumber pada aku. Dengan kata lain, cinta seperti itu tidak terlepas dari kebencian, sebagai dua sisi dari pengalaman si aku.

Lagi pula, apakah saya tahu bagaimana sesungguhnya "cinta murni" itu? ... Contohnya, dalam paritta Karaniya Metta Sutta ada perumpamaan untuk menggambarkan cinta yang dianjurkan: "... bagaikan seorang ibu yang mencintai anaknya yang tunggal." ... Apakah itu "cinta murni", "metta"? ... Cinta ibu itu bukan "cinta murni", karena bersifat eksklusif, hanya untuk anaknya sendiri yang tunggal ... ibu itu jelas tidak mampu mencintai anak-anak lain sama seperti ia mencintai anaknya sendiri. ... Cinta seperti itu adalah cinta yang terkondisi, bukan cinta sejati.

Cinta sejati, dalam arti cinta tanpa-aku, tidak mungkin kita bayangkan atau rasakan selama kita masih punya aku. Justru aku ini harus lenyap, barulah cinta tanpa-aku itu muncul. ... Itulah cintanya seorang Buddha, seorang arahat. ... Cinta seperti itu tidak punya obyek tertentu lagi, karena--ketika perbedaan antara yang di-dalam dan yang di-luar ini runtuh--dualitas antara subyek (aku) dan obyek (kamu) juga lenyap. ... Cinta sejati tidak bersumber pada aku (atta), dan tidak punya obyek tertentu; ia sekadar ada, seperti sekuntum bunga di tepi jalan yang menyebarkan keharumannya kepada siapa saja yang lewat, tanpa mengklaim keharuman itu miliknya. ... Lain sekali dengan cinta (metta) dalam Karaniya Metta Sutta ... (Sehingga timbul pertanyaan, siapa yang mengarang sutta itu?) :)

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 26 April 2008, 10:37:40 PM
pak nanya siapa saya??

Lho, Anda tidak tahu siapa "Anda"? ;D ...

Coba saya jelaskan, ya; nanti kan Anda bilang: "Ooo, iya ..." :)

AKU dan milikku adalah badan & batin ini; dan batin ini isinya banyak sekali: ingatan, keinginan, harapan, kekecewaan, kepuasan, keputusasaan, keserakahan, kebencian, cintaku, welas asihku, kenikmatan sesaat, penderitaan, kepedihan, konflik batin, pikiran, pengetahuanku, pengalamanku, kepercayaanku, imanku, ketidakpercayaan, ketenangan, kegelisahan, ketakutan, kekhawatiran, pemusatan batin, jhana, agamaku, sekte-ku, Tuhanku, bangsaku, leluhurku, istriku, suamiku, anakku, kedudukanku, kekayaanku, kehormatanku, kekuasaanku, ide tentang "roh"-ku, "jiwa"-ku ... dst dst. ... Semua itu--segala sesuatu yang bisa Anda rasakan/alami dalam badan & batin ini--adalah si aku dan milikku. ...

Betul, bukan? :) ... Kata Sang Buddha dalam puluhan sutta: "orang yang belum bebas (puthujjana) selalu berpikir: 'ini milikku, ini aku, ini diriku'." (etam mama, eso hamasmi, eso me atta)

Nah, sekarang, bagaimana, ya, kira-kira rasanya tanpa-aku (anatta) ...? Tidak ada lagi semua itu? ... Tidak ada apa-apa lagi milikku? ... Kosong (sunnyata)? ... :)

Salam,
hudoyo


pak terima kasih sudah sampai waktu nya...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 26 April 2008, 10:43:22 PM
pak terima kasih sudah sampai waktu nya...

waktu apa?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 26 April 2008, 10:53:01 PM
pak terima kasih sudah sampai waktu nya...

waktu apa?
:) :)
 _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: EVO on 27 April 2008, 08:00:07 AM
soryyyyy nihhhh
tread ini benar benar gilaaaa ;D
engkau tak tau kapan kau sadar....
saat kau katakan sadar.......... belum tentu kau sadar
saat kau katakan tidak sadar....belum tentu kau tidak sadar......

pak ada pengalaman baru neh
selama ini aku berpikir dalam diri kita ada yang namanya roh ataupun jiwa
tapi 2 hari yang lalu terhapus sudah yang namanya jiwa ataupun roh itu
tidak ada yg namanya jiwa ataupun roh yang kekal

knp aku bisa mengatakan hal ini...gara-gara aku lagi tidur aku lihat badan ku lagi tidur....
aku melihat dgn jelas badan ini....apa ini 'ilusi'...bukan...
lalu aku telusuri aku amatin siapa dia...yah itu deh....
kembali 'si pikiran'.....benar-benar pikiran ini luar biasa.......

mohon bimbimnganya kejalan yang benar pak :)

aku masih ada yang ngajel pak
soal makhluk lain....mungkin di lain kesempatan pos lagi  :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 27 April 2008, 11:39:43 AM
hehehe... Rekan Evo, tampaknya orang sadar dan orang gila itu memang sukar dibedakan secara lahiriah. ;D ... Lihat saja, bagaimana para Master Zen sering bertingkah laku seperti orang gila ;D ... masak buddharupang dijadikan kayu bakar ... :) ... Masak ada Master yang bilang: "Kalau ketemu Buddha di jalan, bunuh dia." ;D

Nah, kesimpulan dari kegilaan MMD ialah:
Bila Anda mengamati lobha, dosa, moha bermunculan dalam batin Anda ... maka aku/atta Anda makin lama makin tipis ... bersama dengan semakin tipisnya aku/atta, maka metta & karuna pun berkembang dalam batin Anda, tanpa Anda menyadari bahwa Anda punya metta-karuna, karena Anda tidak pernah berlatih mengembangkan metta-karuna ... Tetapi, begitu Anda menyadari "Aku penuh cinta kasih", maka di situ atta Anda muncul kembali, dan metta Anda menjadi palsu atau munafik. (Kalau saya sadar bahwa saya sudah berdana, dan berpikir "Wah, saya sudah berdana besar", maka dana saya menjadi palsu atau munafik.) ...

Jadi, yang perlu kita lakukan sederhana sekali: amati saja lobha, dosa, moha itu (semua itu aku/atta) bermunculan dalam batin, terus-menerus ... tanpa khusus ber-metta-bhavana, yang cuma memperkuat si aku/atta ini. ... Nah, gila nggak? ;D ...

Lebih gila lagi: jangan berlatih sati-patthana ("mengembangkan kesadaran") ... Alih-alih, sadari saat-saat Anda tidak sadar (penuh lobha, dosa, moha) ... dengan sendirinya sati akan berkembang, tanpa disengaja-kembangkan, dan lobha, dosa, moha lenyap ... tanpa punya pikiran: "Wah, sati-ku sudah berkembang,", yang kembali lagi adalah atta & lobha. ;D ...

Dan mengamati lobha, dosa, moha itu adalah pekerjaan seumur hidup ... sampai tercapai KEPADAMAN (nibbana). ... Dalam MMD yang ditekankan adalah kepadaman ... bukan mencapai "kebahagiaan tertinggi" (sekalipun ada pepatah "nibbanam paramam sukham"). ... :) 

Dalam Bahiya-sutta, Sang Buddha menegaskan: "... kalau kamu bisa berada dalam keadaan itu, maka KAMU TIDAK ADA. ... Inilah, dan hanya inilah, akhir dari dukkha."

*****

Membaca cerita Anda, tampaknya Anda sudah memperoleh salah satu pencerahan (nyana, insight), biarpun "kecil": yakni tidak adanya roh/diri/jiwa yang kekal-abadi, kalau memang pemahaman ini berasal dari KESADARAN LANGSUNG dan BUKAN hasil perenungan atau pemikiran.

Pencerahan ini sangat penting; anggapan tentang adanya roh/diri yang kekal disebut sakkaya-ditthi. Maka, menurut teori Buddhis, tinggal dua belenggu lagi perlu patah dalam batin Anda sebelum Anda menjadi Sotapana, yakni:

(1) vicikiccha (keraguan) - ragu-ragu akan kenyataan pembebasan itu sendiri - ini bukan keraguan intelektual, melainkan keraguan EKSISTENSIAL, keraguan yang dirasakan dalam lubuk kesadaran yang paling dalam;

(2) silabbata-paramasa - melekat pada ritualisme (misalnya: namaskara, baca paritta, buang sial, melepas burung dsb), menganggap bahwa ritualisme seperti itu bisa menyelamatkan kita.

Tapi, semua itu kan bagi kita sebatas teori/pengetahuan Buddhis. Kalau mau menjadi Sotapana, jangan sekali-kali mengharapkan menjadi Sotapana. ... Gila lagi, nggak? ;D

*****

Tentang "makhuk lain" silakan kirimkan posting Anda. :) ... Tapi saya sudah menyiapkan jawabannya, kok; pakai bahasa Betawi: "Nape lo mikirin makhluk lain??" ... Bersikaplah, "EGP ..."  ;D ;D ... Gila, nggak? ;D

Salam,
Hudoyo

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: EVO on 27 April 2008, 11:51:42 AM
untung aku engak ngerti apa itu sotapana
jadi aku engak mau tau
yang aku tau aku hidup...
hahhaahha emang aku gila
ini lah yang aku cari selama ini
aku udah tau jawabanya.....padahal engak ada pertanyaan :whistle: :whistle:
berapa kali aku mengalamin kejadian yang hmmm itu tuh yang menurut teori atta....dkk... ^-^ ^-^

gini lohhh mo
aye berapa kali sakit yang ngobatin tuh tamu yang tak diundang
beliau datang elus saya...udah deh aku sembuh.
tapi tidak ada yg mengundang beliau datang sendiri.....
beliau itu menurut legenda...bodhisatva kwan...
gitu mo...
pertanyaannya apa yah???
engak tau aku mo....karna aku mengangap bukan hal yg aneh...
ini bagian dari hidupku....
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 27 April 2008, 08:38:09 PM
Rekan Evo, syukurlah Anda tidak tahu apa itu Sotapana ... dst ... apa itu Arahat. :) ... Dengan demikian batin Anda bebas dari segala pengetahuan teoretis & kepercayaan yang membuat orang-orang Buddhis yang pintar-pintar malah terbebani batinnya dalam meditasi ... ketika mencoba sadar akan gerak-gerik badan & batinnya pada saat kini. ... ;D

Tepat seperti kata Anda, yang penting adalah hidup pada saat kini ... mengamati lobha, dosa & moha bermunculan pada saat kini ... juga mengamati metta, karuna, mudita, dana, sila, bhavana kadang-kadang muncul pada saat kini ... yang semuanya bersumber dari si aku/atta. ...

Tetaplah berada pada saat kini ... karena pembebasan terjadi ketika batin Anda berada spenuhnya pada saat kini ... bukan di masa depan dengan segala harapannya ... bukan pula di masa lampau dengan segala pengetahuan dan hafalannya.

*****

Tentang tamu tak diundang yang mengelus Anda ketika Anda sakit ... dan Anda sembuh ... tentu Anda patut bersyukur akan hal itu ... apakah itu Bodhisattva Kwan Im atau bukan, Anda dan saya tidak tahu ... kan kita tidak tahu Kwan Im itu sebetulnya seperti apa ... selain melihat gambar-gambarnya, bukan? :) ... Kalau dalam penglihatan Anda, makhluk itu persis seperti gambar Kwan Im yang sering Anda lihat, jelas bahwa penglihatan Anda itu terkondisi oleh pengetahuan, kepercayaan & harapan Anda. ... Mungkin saja makhluk itu sebetulnya tidak seperti apa yang Anda lihat, tetapi karena suasana penuh cinta kasih dan penyembuhan yang Anda rasakan, lalu mata Anda melihatnya sebagai Kwan Im. Kalau orang Katholik yang mengalami itu, mungkin ia akan melihat Bundsa Maria. :) ... Tidak apa-apa itu, asal Anda sadari saja keterkondisian itu. ...

Tapi ... kira-kira apakah pesan penyembuhan Anda oleh makhluk yang gaib itu, kalau memang makhluk itu benar-benar ada? ... Saya rasa, pesan penyembuhan beliau sudah pernah Anda ungkapkan dalam salah satu posting Anda sendiri: yakni gunakanlah sisa hidup Anda untuk sadar/eling akan aku/diri Anda dari saat ke saat, sehingga akhirnya padam dengan sendirinya.

Syukurlah Anda dilindungi oleh makhluk itu, Rekan Evo; tapi itu membawa tanggung jawab yang tidak kecil. ... Semoga Anda sanggup menjalankannya. ... Syukur pula bahwa Anda tidak menganggap itu hal yang aneh, dan bahwa itu menjadi bagian dari hidup Anda. ... :)

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: EVO on 28 April 2008, 07:45:48 AM
bukan kwam im mo
kwan kong...yang aku lihat seh mukanya sama.....hanya beda
garis wajah....maksudnya...kalau dirupang kebanyakan kan garis wajahnya
keras....sampai para hantu pada takut tuh ;D ;D
kalau yang membelai aku ini...garis wajahnya lembut
dan sejuk....
yah aku jalanin aja pak....
dan engak terlalu ribet mikirin.....ada yah syukur...engak ada yah syukur...
toh pada dasarnya aku ini sendirian mo....

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 28 April 2008, 08:49:34 AM
Rekan Evo, kata-kata Anda sangat polos ... bagus sekali.  _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sukma Kemenyan on 28 April 2008, 10:35:45 AM
 _/\_
Salute dengan penjelasan Pak Hudoyo...

Bagaimana caranya untuk MMD ?
Maaf, kalao seandainya sudah dijawab, dan saya kurang teliti membaca
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 28 April 2008, 12:00:59 PM
Di page 1 thread ini saya tayangkan brosur MMD, memuat informasi yang cukup lengkap tentang retret MMD. Lalu di bawahnya ada jadwal retret MMD tahun 2008, di Cipanas, Vihara Mendut dan Brahmavihara, Bali.

Dilihat secara lahiriah, praktik retret MMD ini banyak persamaannya dengan retret vipassana versi Mahasi Sayadaw, tetapi apa yang ada di dalam batin sangat berbeda.

Kalau mau ikut retret MMD, silakan pilih tempat dan tanggal yang paling sesuai dengan kesempatan Anda, lalu daftarkan diri pada alamat pendaftaran yang ada di situ.

Perlu saya tekankan, bahwa retret MMD ini gratis, kecuali sumbangan sukarela yang tidak ditentukan besarnya kepada vihara. Saya sendiri tidak menarik fee untuk retret ini. :)

Silakan juga baca-baca thread "J. Krishnamurti" pada Board "Buddhisme & kepercayaan lain" di forum diskusi ini. Saya hanya menulis di thread itu dan thread "Meditasi" ini.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 29 April 2008, 09:41:50 AM
pagi pak hudoyo,

pak pernah baca buku sybeel? ia org yg mempunyai lebih dari 13 kepribadian, apa hubungannya dgn kekuatan pikiran? dan knp dia bs bgt? org spt itu apa bs mencapai kesadaran?

thx in advance...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 29 April 2008, 09:48:05 AM
pertanyaan selanjutnya

mengenai transgender, knp dia menolak dirinya? misalnya wanita mao jd pria atau sebaliknya

thx in advance
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 29 April 2008, 03:21:33 PM
Quote
pak pernah baca buku sybeel? ia org yg mempunyai lebih dari 13 kepribadian, apa hubungannya dgn kekuatan pikiran? dan knp dia bs bgt? org spt itu apa bs mencapai kesadaran?

Saya belum pernah baca buku itu. Saya tidak tahu masalah yang Anda tanyakan, dan saya tidak mau berspekulasi. Tampaknya ini porsi para psikiater.


Quote
mengenai transgender, knp dia menolak dirinya? misalnya wanita mao jd pria atau sebaliknya

Faktanya transgender itu jiwanya berbeda dengan tubuhnya. Sama sekali bukan menolak; yang bilang menolak itu kan orang yang tidak memahami jiwa seorang transgender. Seorang transgender yang bertubuh laki-laki, merasa jiwanya seorang perempuan yang salah masuk badan laki-laki. Itu fakta.

Soal mengapa begini begitu, saya tidak tahu, karena saya bukan pakar psikiatri, dan seperti di atas, saya tidak mau berspekulasi.

Lagi-lagi ini masalah para psikiater; atau barangkali tidak perlu dipermasalahkan. ... Sudah cukup penderitaan mereka. ...

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 29 April 2008, 03:31:28 PM
Quote
pak pernah baca buku sybeel? ia org yg mempunyai lebih dari 13 kepribadian, apa hubungannya dgn kekuatan pikiran? dan knp dia bs bgt? org spt itu apa bs mencapai kesadaran?

Saya belum pernah baca buku itu. Saya tidak tahu masalah yang Anda tanyakan, dan saya tidak mau berspekulasi. Tampaknya ini porsi para psikiater.


Quote
mengenai transgender, knp dia menolak dirinya? misalnya wanita mao jd pria atau sebaliknya

Faktanya transgender itu jiwanya berbeda dengan tubuhnya. Sama sekali bukan menolak; yang bilang menolak itu kan orang yang tidak memahami jiwa seorang transgender. Seorang transgender yang bertubuh laki-laki, merasa jiwanya seorang perempuan yang salah masuk badan laki-laki. Itu fakta.

Soal mengapa begini begitu, saya tidak tahu, karena saya bukan pakar psikiatri, dan seperti di atas, saya tidak mau berspekulasi.

Lagi-lagi ini masalah para psikiater; atau barangkali tidak perlu dipermasalahkan. ... Sudah cukup penderitaan mereka. ...

Salam,
hudoyo
baik terima kasih pak hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: andry on 29 April 2008, 04:18:00 PM
pertanyaan selanjutnya

mengenai transgender, knp dia menolak dirinya? misalnya wanita mao jd pria atau sebaliknya

thx in advance

Ko hen, yg saya tahu, katanya.. bisa transgender/waria/bencisss... katanya seh berdasarkan perilaku sexual menyimpang...
Semoga Membantu
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 29 April 2008, 04:29:46 PM
Menajdi bences /homoseksual bisa ditarik dari beberapa faktor.
1. Trauma masa muda
2. Orang Tua
3. Lingkungan
4. Pergaulan
5. Basic Diri sendiri.

Kenapa diri sendiri ditaruh paling akhir karena 4 faktor diatas adalah pupuk yang menumbuhkan keinginan itu. tidak ada seseorang dengan kondisi alami bisa langsung menjadi waria harus ada triggernya...seorang bayi belajar berdiri bukan kondisi alami karena ia terus menerus melihat orang dewasa berjalan,ia pengen coba berdiri dan berjalan.

kalo dari segi kamma masa lampau
melakukan penyimpangan seksual ,bermain dan bermabuk2an wanita walaupun udah punya family.suka eksperimen macam2.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 29 April 2008, 04:54:03 PM
Pembicaraan ini sudah OOT, maaf.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 29 April 2008, 05:26:07 PM
Pak Hudoyo,

Saya mau tanya, apakah dalam meditasi anda ini, ada metode untuk latihan sendiri di rumah jika tidak punya waktu untuk retreat? Ataukah harus retreat baru bisa mendapatkan manfaat?

Terima kasih!
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 29 April 2008, 11:05:24 PM
Rekan Kutho yg baik,

Anda bisa melakukan MMD ini sendiri di rumah.

Bhante Gunaratana, penulis buku "Mindfulness in Plain English", mengatakan dalam kata pengantar beliau untuk buku itu, bahwa vipassana bisa dilakukan sendiri di rumah oleh seorang pemula tanpa guru, sekalipun dalam perkembangannya ia akan mengalami hal-hal yang belum pernah dialaminya dan biasanya perlu ditanyakan kepada mereka yang telah berjalan lebih dulu.

Masuklah ke situs  > Forum: Supranatural > Subforum: Spiritual > Thread: MMD. Anda akan membaca posting-posting dari beberapa orang yang mencoba sendiri MMD di rumah hanya dengan tuntunan dari dialog-dialog yang mereka baca dalam thread itu. Ada di antara mereka yang menunjukkan pencerahan & perkembangan batin yang pesat dan mengagumkan; antara lain: "gendhisjawi", "riangmentari", "mulatsariro". Juga "andicahya" yang belakangan mengikuti retret MMD akhir pekan.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 29 April 2008, 11:09:49 PM
Dari:  > Forum: Supranatural > Subforum: Spiritual > Thread: MMD

'SADAR YANG KUAT' BUKAN 'KONSENTRASI'

Quote from: Mulatsariro
Selamat sore Kyai::)

Mohon pencerahan, bila sadar kita kuat apa bukan konsentrasi namanya kyai, matur nuwun.

Salam,
Mulato.

Mas Mulato,

Memang harus dibedakan antara 'sadar yang kuat' di satu pihak dengan 'sadar secara aktif' = 'konsentrasi' di lain pihak.

Dalam salah satu tanggapan saya terhadap posting Anda, telah saya jelaskan 'konsentrasi' ('sadar secara aktif') itu, yaitu USAHA untuk mengamati SATU obyek terus-menerus, dengan menepiskan semua rangsangan lain yang masuk ke dalam batin.

Untuk memahami pengertian 'kesadaran kuat' vs 'kesadaran lemah', perlu diketahui lebih dulu, sifat dari proses sadar itu sendiri:

Sadar/eling itu berlangsung di dalam waktu bukan sebagai proses analog, melainkan lebih seperti proses binary digital. Dalam proses kesadaran, yang ada hanya dua kemungkinan 'sadar' dan 'tak sadar', seperti 'ya' dan 'tidak', disimbolkan '1' dan '0'. (Tidak ada "kesadaran kuat" dan "kesadaran lemah" yang punya gradasi, seperti "kesadaran 10%, 50%, 80% atau 100%".) Momen-momen kesadaran bermunculan berturut-turut dengan sangat cepat; satu momen kesadaran berlangsung selama sepersekian detik (saya tidak tahu persis berapa lama durasinya), diikuti oleh momen kesadaran berikutnya ... dst. 

Itulah sebabnya, kita merasa seolah-olah kita bisa membaca koran & mendengarkan musik "sekaligus"; padahal yang terjadi bukan 'membaca' dan 'mendengar' secara paralel pada waktu bersamaan, melainkan secara serial, satu momen kita 'mendengar', momen berikutnya kita 'melihat', momen berikutnya 'mendengar', momen berikutnya 'melihat' ... dst.

Nah, yang disebut 'kesadaran lemah' ialah keadaan kesadaran di mana frekuensi momen-momen 'sadar'-nya masih jarang, sekali-sekali, dan masih lebih banyak momen-momen 'tak sadar'-nya. Sebaliknya, 'kesadaran kuat' adalah keadaan kesadaran di mana frekuensi momen-momen 'sadar'-nya sudah lebih sering.

Nah, 'kesadaran kuat' itu bisa dicapai dengan 'konsentrasi', yang caranya pernah kita bahas. Di situ ada USAHA dari si aku untuk mencapai suatu tujuan. Itulah sebabnya 'konsentrasi' disebut juga 'kesadaran aktif'. Tetapi di dalam 'konsentrasi' tidak ada KEARIFAN; maksudnya, kearifan atau 'kesadaran' akan adanya aku yang halus yang masih berfungsi.

Inilah yang menjadi landasan dari semua jenis meditasi, kecuali satu, yakni meditasi ajaran Buddha Gautama yang disebut vipassana (yang juga ada di dalam meditasi Zen dan meditasi Tibetan), dan pada abad ke-20 diajarkan oleh J Krishnamurti, lalu saya ajarkan sebagai MMD.

Di dalam MMD, orang sekadar 'sadar secara pasif', menyadari segala rangsangan yang masuk melalui pancaindra & ingatan tanpa BERUSAHA untuk mempertahankan kesadaran pada satu obyek, bahkan tanpa BERUSAHA untuk tetap sadar. Ini yang disebut 'kesadaran pasif'.

Di situ orang belajar dari pengalaman sadarnya sendiri, bahwa bila orang sedang terseret oleh sebuah rangsangan yang masuk--dengan kata lain, sedang 'tidak sadar/eling' akan adanya rangsangan itu--maka, bila kemudian ia sadar/eling akan 'ketaksadaran'-nya itu, maka dengan sendirinya ia menjadi 'sadar/eling', tanpa usaha apa pun untuk menjadi 'sadar/eling'--dengan kata lain, tanpa adanya aku yang bergerak.

Malah, kalau ia berusaha untuk 'sadar/eling'--dengan kata lain, kalau ada aku yang berusaha untuk mencapai suatu tujuan atau cita-cita--maka sesungguhnya ia 'tidak sadar' akan aku-nya yang bergerak itu.

Jadi kesimpulannya: yang membedakan antara 'kesadaran aktif' ('konsentrasi') dan 'kesadaran pasif' (vipassana) adalah ada atau tidak adanya USAHA, yang menandakan ada-tidaknya AKU yang berfungsi.

*****

Menurut teori Buddhis, 'konsentrasi' pun pada akhirnya bisa membawa pada pembebasan dari aku. Ini yang sering disebut sebagai 'ceto-vimutti' (pembebasan dengan kekuatan batin/konsentrasi). - Tapi saya tidak menempuh jalan ini.

Sedangkan pembebasan dari aku yang dicapai melalui 'kesadaran pasif' (vipassana) sering disebut sebagai 'pannya-vimutti' (pembebasan melalui kearifan). Di sini sejak langkah pertama disadari si aku setiap kali ia bergerak dalam bentuk usaha untuk mencapai sesuatu yang luhur--bahkan usaha untuk mencapai pembebasan itu sendiri, dalam meditasi. Itulah sebabnya ada pepatah terkenal yang berasal dari Krishnamurti: "Langkah pertama adalah langkah terakhir." Artinya: tidak ada "jalan", tidak ada "cara" atau "metode", tidak ada "tujuan", tidak ada 'waktu', tidak ada aku.

MMD adalah melalui jalan yang kedua ini.

Salam,
semar
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: chingik on 29 April 2008, 11:22:14 PM
Pak Hudoyo, uraian anda sungguh menyegarkan..hingga seolah-olah pikiran sy hendak mulai melangkah  namun sekejap mata seperti telah berada dilangkah terakhir..
Apa yg perlu sy pelajari lagi? :P
ternyata kondisi itu lenyap seketika dan saya harus berusaha utk mengembalikan pikiran ini ke track tadi tapi usaha sy tidak kuat bertahan lama...ada satu kekuatan yg menarik sy keluar dari track ini...ternyata memang blm konsisten dalam berlatih kali ya.. ;D

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 29 April 2008, 11:54:50 PM
pak hudoyo jd kesimpulannya itu "mantau" aja ya?? cuma ngeliat
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 30 April 2008, 12:46:04 AM
Pak Hudoyo, uraian anda sungguh menyegarkan..hingga seolah-olah pikiran sy hendak mulai melangkah  namun sekejap mata seperti telah berada dilangkah terakhir..
Apa yg perlu sy pelajari lagi? :P
ternyata kondisi itu lenyap seketika dan saya harus berusaha utk mengembalikan pikiran ini ke track tadi tapi usaha sy tidak kuat bertahan lama...ada satu kekuatan yg menarik sy keluar dari track ini...ternyata memang blm konsisten dalam berlatih kali ya.. ;D

Hati-hati ... jangan berlatih apa-apa ... :)

Dari uraian Anda terlihat bahwa 'usaha' Anda menimbulkan 'konflik', konflik antara apa yang ada dan apa yang diinginkan/diharapkan. ... Itulah yang dialami oleh setiap pemeditasi, sampai ia berhenti berusaha, sampai ia betul-betul diam, diam bersama apa yang ada, tanpa mengharapkan apa-apa lagi.

Dalam meditasi tidak ada apa-apa yang perlu dipelajari; tidak ada pengetahuan, tidak ada pengalaman yang perlu diperoleh. ...  Yang ingin belajar dan memperoleh semua itu si aku lagi. ... :)

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 30 April 2008, 12:52:21 AM
pak hudoyo jd kesimpulannya itu "mantau" aja ya?? cuma ngeliat

Hati-hati dengan kata "kesimpulan":

Dalam suatu uraian intelektual, bisa diambil 'kesimpulan', yaitu intisari dari apa yang dibicarakan. Di sini 'kesimpulan' itu merupakan pengetahuan, yang tidak ada gunanya selain untuk mengingatkan.

Tetapi dalam sadar/eling, jangan ada 'kesimpulan' apa-apa. ... Mengapa? ... Karena 'kesimpulan' apa pun, yang adalah pengetahuan, adalah pikiran, harus disadari pula, sehingga lepas dengan sendirinya.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 30 April 2008, 01:05:11 AM
Sejak pertama kali saya membaca tulisan-tulisan Anda di milis Buddhis ini, Anda telah tampil sebagai seorang tokoh yang mempunyai kepercayaan bahwa jiwa/”roh” manusia itu kekal-abadi  (sekalipun berubah). Anda menganut kepercayaan bahwa Buddha-Buddha itu tetap eksis sebagai entitas-entitas yang berdiri sendiri selamanya.

Sekarang saya melihat Anda malah menganalogikan jiwa/”roh” manusia itu dengan molekul air (materi). Itulah kesalahan paling mendasar—menganalogikan “roh” dengan materi—sehingga muncul kepercayaan bahwa “roh” itu abadi.

Kepercayaan Anda itu bertolak belakang dengan ajaran Buddha Gotama (setidak-tidaknya dalam mazhab Theravada, bahkan mungkin dengan mazhab Mahayana juga), yang jelas-jelas menyatakan ‘ANATTA’ – tidak ada “roh”, jiwa, substansi apa pun dalam diri manusia ini yang kekal-abadi (sekalipun berubah-ubah). Anda tidak paham arti nibbana menurut ajaran Buddha Gotama: tidak ada lagi “milikku, aku, diri/rohku”. Anda tidak paham arti sunnyata (kosong dari sebuah diri/roh) yang menjadi inti ajaran Theravada maupun Mahayana.

Kepercayaan Anda itu tidak mungkin bertemu dengan ajaran Buddha Gotama. Oleh karena itu tidak perlu diperdebatkan; bagaimana pun juga, iman tidak bisa diperdebatkan. Ada pepatah Islam yang cocok untuk Anda di milis ini: “Bagimu agamamu, bagiku agamaku.” Tidak perlu berdebat, sehingga kita bisa tetap bersilaturahmi. – Untuk itu saya sarankan, Anda tidak perlu membaca posting-posting saya, yang hanya akan mendorong Anda bereaksi dengan menulis posting di bawah, dan hanya akan mendorong saya bereaksi dengan menulis posting ini, demi klarifikasi orang banyak.

Tentang Master Zen yang membakar buddharupang yang Anda sanggah, itu cuma menunjukkan bahwa Anda tidak paham akan sikap batin seorang Mater Zen. Anda mempersoalkan perbuatan, padahal yang penting adalah sikap batin, yang membuang semua otoritas & tradisi, termasuk otoritas guru spiritual, dan dengan demikian membuat Sang Master menjadi seorang “gila” di antara orang-orang yang “waras”, yang sesungguhnya ‘sadar’ di antara orang-orang yang ‘tidur bermimpi’. Itulah yang tidak Anda pahami.

Salam,
Hudoyo 

Quote
Dari milis MUBI:

Posted by: "sunari" sunari [at] ssp.co.id   sunariwrh
Mon Apr 28, 2008 4:20 am (PDT)

Yah, bener2 gilaaaa..

Seorang yang tampaknya baru sekali mengalami OOBE sudah menyampaikan sebuah
statemen bahwa tidak ada itu roh atau jiwa.

Dan ditambahi komentar bahwa jiwa tidak kekal.

Waktu sekian ribu kalpa, ratusan milyar tahun, yang sedemikian lamanya juga
belum patut disebut kekal.

Menurut saya, dianggap tidak kekal karena ada perobahan.

Barangkali, kalau mampu mencapai pelepasan, apa itu elemen pembentuk si aku,
si jiwa, pancakandha? Barulah jiwa terurai, bagai teruraianya oksigen dan
hydrogen setelah si air menyatu dengan semesta. Entah apa lagi sebutannya
jika atom dan inti atom nya tercerai beraikan, luruh dalam proses fisi
nuklir?.

Kalau hanya berubah-ubah menjadi embun, menjadi kabut, menjadi uap, menjadi
es, menjadi awan, menjadi hujan, menjadi air sungai --- dia masih dalam
'kekekalan' sebagai air.

Semoga untuk selanjutnya, janganlah hendaknya hanya karena tidak mampu
melihat dewa dan Buddha lalu menyakini bahwa dewa dan Buddha adalah tidak
ada, karena tidak melihat sorga neraka maka lalu memebri pengajaran kepada
manusia bahwa sorga neraka itu tidak ada.

Disini saya kemukakan, saya juga percaya n yakin bahwa jiwa itu tidak kekal,
karena setelah kita mencapai kemampuan untuk menceraiberaikannya sebagaimana
seorang Buddha, dia dianggap tidak ada lagi, dalam hal air, yang ada adalah
hydrogen dan oksigen.

Soal master Zen, yang membakar rupang Buddha dan membunuh Buddha yang
diketemui.

Sayang saya kok belum pernah baca kisah , sudahkah ada seorang master Zen
yang benar-benar melakukannya. Bukan hanya dalam kata-kata namun dalam
tindakan, pergi ke sebuah kelenteng yang rupang2 nya ada isinya, sudah di
kai-guang oleh mereka yang benar-2 mampu, diambil, diseret dan lalu
membakarnya. Sudah ada kah kisahnya? Saya kira kalau ada yang telah
mempraktekannya, kehidupannya akan berakhir dengan tragis.

Terima kasih bila ada sahabat yang sudi memberikan pengajaran mengenai hal
ini.

Salam metta,

Quote
Posted by: "Hudoyo Hupudio"
Sat Apr 26, 2008 10:19 pm (PDT)

Dari: http//dhammacitta.org > Forum Diskusi > Board: "Meditasi" >
Thread: "MMD"

EVO:
soryyyyy nihhhh
tread ini benar benar gilaaaa ;D
engkau tak tau kapan kau sadar....
saat kau katakan sadar.......... belum tentu kau sadar
saat kau katakan tidak sadar....belum tentu kau tidak sadar......

pak ada pengalaman baru neh
selama ini aku berpikir dalam diri kita ada yang namanya roh ataupun jiwa
tapi 2 hari yang lalu terhapus sudah yang namanya jiwa ataupun roh itu
tidak ada yg namanya jiwa ataupun roh yang kekal

knp aku bisa mengatakan hal ini...gara-gara aku lagi tidur aku lihat badan
ku lagi tidur....
aku melihat dgn jelas badan ini....apa ini 'ilusi'...bukan...
lalu aku telusuri aku amatin siapa dia...yah itu deh....
kembali 'si pikiran'.....benar-benar pikiran ini luar biasa.......

mohon bimbimnganya kejalan yang benar pak J

aku masih ada yang ngajel pak
soal makhluk lain....mungkin di lain kesempatan pos lagi J

HUDOYO:

hehehe... Rekan Evo, tampaknya orang sadar dan orang gila itu memang sukar
dibedakan secara lahiriah. ;D... Lihat saja, bagaimana para Master Zen
sering bertingkah laku seperti orang gila :D... masak buddharupang dijadikan
kayu bakar ... J... Masak ada Master yang bilang: "Kalau ketemu Buddha di
jalan, bunuh dia." ;D

[..]

*****

Membaca cerita Anda, tampaknya Anda sudah memperoleh salah satu pencerahan
(nyana, insight), biarpun "kecil": yakni tidak adanya roh/diri/jiwa yang
kekal-abadi, kalau memang pemahaman ini berasal dari KESADARAN LANGSUNG dan
BUKAN hasil perenungan atau pemikiran.

Pencerahan ini sangat penting; anggapan tentang adanya roh/diri yang kekal
disebut sakkaya-ditthi. Maka, menurut teori Buddhis, tinggal dua belenggu
lagi perlu patah dalam batin Anda sebelum Anda menjadi Sotapana, yakni:

(1) vicikiccha (keraguan) - ragu-ragu akan kenyataan pembebasan itu sendiri
- ini bukan keraguan intelektual, melainkan keraguan EKSISTENSIAL, keraguan
yang dirasakan dalam lubuk kesadaran yang paling dalam;

(2) silabbata-paramasa - melekat pada ritualisme (misalnya: namaskara, baca
paritta, buang sial, melepas burung dsb), menganggap bahwa ritualisme
seperti itu bisa menyelamatkan kita.

Tapi, semua itu kan bagi kita sebatas teori/pengetahuan Buddhis. Kalau mau
menjadi Sotapana, jangan sekali-kali mengharapkan menjadi Sotapana. ... Gila
lagi, nggak? :D

*****

Tentang "makhuk lain" silakan kirimkan posting Anda. J ... Tapi saya sudah
menyiapkan jawabannya, kok; pakai bahasa Betawi: "Nape lo mikirin makhluk
lain??" ... Bersikaplah, "EGP ..." :D :D ... Gila, nggak? :D

Salam,
Hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 30 April 2008, 08:19:33 AM
Rekan Kutho yg baik,

Anda bisa melakukan MMD ini sendiri di rumah.

Bhante Gunaratana, penulis buku "Mindfulness in Plain English", mengatakan dalam kata pengantar beliau untuk buku itu, bahwa vipassana bisa dilakukan sendiri di rumah oleh seorang pemula tanpa guru, sekalipun dalam perkembangannya ia akan mengalami hal-hal yang belum pernah dialaminya dan biasanya perlu ditanyakan kepada mereka yang telah berjalan lebih dulu.

Masuklah ke situs  > Forum: Supranatural > Subforum: Spiritual > Thread: MMD. Anda akan membaca posting-posting dari beberapa orang yang mencoba sendiri MMD di rumah hanya dengan tuntunan dari dialog-dialog yang mereka baca dalam thread itu. Ada di antara mereka yang menunjukkan pencerahan & perkembangan batin yang pesat dan mengagumkan; antara lain: "gendhisjawi", "riangmentari", "mulatsariro". Juga "andicahya" yang belakangan mengikuti retret MMD akhir pekan.

Salam,
hudoyo


Pak Hudoyo,

Terima kasih untuk jawabannya! :)

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 30 April 2008, 08:35:20 AM
Dari: milis semedi [at] yahoogroups.com

RE: Thread ini benar-benar gilaaaa  ;D

From: Ngurah Agung [mailto:ngestoerahardjo [at] yahoo.com]

--- In semedi [at] yahoogroups.com, "Hudoyo Hupudio" <hudoyo [at] ...> wrote:
==============
> Kepercayaan Anda itu bertolak belakang dengan ajaran Buddha Gotama
> (setidak-tidaknya dalam mazhab Theravada, bahkan mungkin dengan mazhab
> Mahayana juga), yang jelas-jelas menyatakan 'ANATTA' - tidak ada "roh",
> jiwa, substansi apa pun dalam diri manusia ini yang kekal-abadi (sekalipun
> berubah-ubah). Anda tidak paham arti nibbana menurut ajaran Buddha Gotama:
> tidak ada lagi "milikku, aku, diri/rohku". Anda tidak paham arti sunnyata
> (kosong dari sebuah diri/roh) yang menjadi inti ajaran Theravada maupun
> Mahayana.
> =================
 
Salam Pak Hud ...
 
Bukan untuk ikut gila:)  Sekedar ikut urun pendapat ttg.ini.
 
Anatta tidak menyatakan kalau tidak ada jiwa. Memang tidak ada substansi yang kekal di alam material ini [sehingga tidak perlu dilekati kalau tak ingin terus-menerus dirorong dukkha], tapi jiva bukanlah substansi.
 
'Tiga corak' itu --dukkha, anicca, anatta-- bukan saja diperuntukkan guna menegaskan tiga corak dari semesta material, substansi, namun juga lebih merupakan satu-kesatuan pengertian yang mengarahkan agar tidak terikat pada suatu yang tanpa esensi hakiki sejauh ada di wilayah semesta meterial. Dalam satu kesatuan, mereka mengambarkan apa yang disebut dengan "maya", ilusi dan juga ilusif, dalam Hinduisme. Semesta material ini ilusif.
 
Anatta [tanpa inti kekal] bukan 'an-atman'-- seperti yang oleh sementara pihak yang kelihatannya memang sengaja dihembus-hembuskan agar kelihatan kontras dengan Hinduisme[Vedanta]. Arahnya, menurut saya, adalah mempertegas bahwa Buddhisme BERTERTENTANGAN dengan Hinduisme.
 
Begitu pendapat saya.
 
Shanti,
NR.
==================================
HUDOYO:

Selamat pagi, Pak Ngurah,  :)

Terima kasih atas pendapat Pak Ngurah. Berikut ini pendapat saya:

Ajaran Buddhaanicca, dukkha & anatta—yang kemudian diteruskan oleh J Krishnamurti, bukan hanya untuk membebaskan diri dari ilusi alam material, yang disebut “maya” dalam Hinduisme, tetapi yang lebih penting adalah untuk bebas dari rasa terdalam adanya ‘aku’ yang eksis dalam eksistensi di mana pun juga, sebagai apa pun juga.

‘Anatta’ dalam bahasa Pali memang identik dengan ‘anatman’ dalam bahasa Sansekerta. Jelas ajaran Buddha Gotama bertolak belakang dengan ajaran ‘Atman-Brahman’ dalam Hinduisme. Selanjutnya silakan direnungkan pernyataan Buddha: “Sarve dharma anatman.” (“Segala sesuatu anatta/anatman.”)

Kontras antara ajaran Buddha Gotama dengan Vedanta (Hinduisme) tampak jelas dari pernyataan Buddha Gotama: “Para bhikkhu, ada yang tidak dilahirkan, tidak terbentuk, bukan makhluk, bukan terkondisi …”. Dalam “menjelaskan” prinsip yang ultimate/tertinggi ini, Buddha Gotama berhenti sampai di situ, sedangkan Hinduisme melanjutkan dengan mengatakan, bila “maya” ini tersingkap, maka muncullah “brahman”, dan di situ ternyata bahwa “atman”—yang dipercaya ada dalam diri manusia—identik dengan “brahman” itu. – Jelas di sini bahwa Buddha Gotama mendekati prinsip yang ultimate ini secara NEGATIF (tidak menyatakan sesuatu secara positif), sedangkan Hinduisme mendekati prinsip ultimate itu secara POSITIF (memberikan identitas pada sesuatu yang ultimate itu).  Jadi Buddhisme & Hinduisme bertolak belakang pendekatan doktrinnya mengenai prinsip yang ultimate itu.

Kontras ini tampak jelas dalam kasus ini: doktrin Buddha mengatakan “anatta” (no-self); sedangkan doktrin Nisargadatta Maharaj, misalnya, seorang Hindu mengatakan, “I am”. Doktrin Buddha mengatakan, tidak ada aku atau Aku.

Begitu pendapat saya. Para pembaca yang ingin memperdalam masalah perbedaan doktrin Buddhisme & Hinduisme silakan membaca di Wikipedia, “Buddhism and Hinduism”, khususnya bagian yang berjudul “Atman”.

Salam,
Hudoyo

PS: seperti biasa mohon tanggapan ini dimuat dalam milis-milis yang tidak saya langgani yang Anda kirimi posting Anda. Terima kasih.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 30 April 2008, 09:01:12 AM
Dari milis semedi [at] yahoogroups.com

RE: Renungan Harian - 15 April '08 - Mengejar ahimsa ...

From: Ngurah Agung [mailto:ngestoerahardjo [at] yahoo.com]

--- In seamed [at] yahoogroups.com, "Hudoyo Hupudio" <hudoyo [at] ...> wrote:
>
> Apakah mengejar tanpa-kekerasan (ahimsa) membebaskan batin dari kekerasan?
>

>
> Kita mengira ideal itu perlu. Tetapi apakah ideal membantu mendatangkan
> perubahan radikal dalam batin kita? Ataukah ideal hanya membuat kita bisa
> menunda-nunda, mendorong perubahan ke masa depan, dan dengan demikian
> menghindari perubahan yang radikal, segera? Jelas, selama kita mempunyai
> ideal, kita tidak pernah sungguh-sungguh berubah, melainkan berpegang pada
> ideal kita sebagai cara penundaan, menghindari perubahan segera yang begitu
> penting. Saya tahu, kebanyakan di antara kita menganggap bahwa ideal harus
> ada, oleh karena tanpa itu kita mengira tidak akan ada dorongan untuk
> berubah, dan kita akan membusuk, mampet. Tetapi saya mempertanyakan, apakah
> ideal mana pun pernah mentransformasikan cara berpikir kita. Mengapa kita
> memiliki ideal? Jika saya keras, apakah saya membutuhkan ideal
> tanpa-kekerasan? Saya tidak tahu apakah Anda pernah memikirkan hal ini. Jika
> saya keras--seperti kebanyakan dari kita dalam berbagai derajat--perlukah
> bagi saya untuk memiliki ideal tanpa-kekerasan? Apakah mengejar
> tanpa-kekerasan membebaskan batin dari kekerasan? Ataukah mengejar
> tanpa-kekerasan itu sendiri sesungguhnya menghalangi pemahaman akan
> kekerasan? Bagaimana pun juga, saya hanya bisa memahami kekerasan bila,
> dengan seluruh batin saya, saya memberikan perhatian saya sepenuhnya kepada
> masalah itu. Dan pada saat saya sepenuhnya memperhatikan dan memahami
> kekerasan, apa perlunya ideal tanpa-kekerasan? Saya rasa, mengejar ideal itu
> merupakan penghindaran, penundaan. Jika saya mau memahami kekerasan, saya
> harus memberikan seluruh batin saya kepadanya dan tidak membiarkan perhatian
> saya teralihkan oleh ideal tanpa-kekerasan.
>

>
> J Krishnamurti - Hamburg, 1956, Talk 2
> [Dari: JKrishnamurti.org - Daily Quote]
===============================
> Semar:
>

>
> Kalau saya memikirkan ideal tanpa-kekerasan--sebagaimana diajarkan oleh
> agama-agama--maka saya tidak memperhatikan kekerasan dalam berbagi
> bentuknya --tersinggung, sakit hati, cemburu, irihati dsb--yang ada di dalam hati saya sendiri.
>
> Analoginya, kalau saya selalu memikirkan & mendengungkan cinta kasih, saya
> tidak memperhatikan & memahami ketidaksenangan & kebencian yang ada dalam hati saya.
 
===============
 
Kakang Semar ...
 
Saya kira apa yang Kakang sebut sebagai 'kekerasan' itu --tersinggung, sakit hati, cemburu, irihati dsb-- bukanlah kekerasan. Itu bentuk-bentuk perasan, bentuk-bentuk emosi.
 
Dan ...pada sisi lain ahimsa bukanlah hanya tanpa-kekerasan [yang diterjemahkan dari non-violent] itu melainkan tanpa-menyakiti yang dilandasi oleh kasih kepada sesama makhluk ---karena éling kalau pada hakekatnya kita sama. Makna aktif dari ahimsa justru adalah kasih.
 
Kalau pertanyaan yang ada adalah:
Apakah mengejar tanpa-kekerasan (ahimsa) membebaskan batin dari kekerasan?
 
Jawabnya jelas TIDAK,terlepas dari apa yang dimaksud oleh mendiang JK dengan 'mengejar' itu --sebab ahimsa lebih merupakan sikap mental, pasif, bukan tindakan aktif yang bisa dikejar-kejar. Bagaimana mungkin siapapun akan mengejar yang tidak lari,yang bukan untuk dikejar:-)
 
Shanti,
NA.

=================================
HUDOYO:

Pak Ngurah yg baik,

Bentuk-bentuk perasaan/emosi seperti tersinggung, sakit hati, cemburu, irihati dsb ADALAH kekerasan; kekerasan di dalam batin, yang menjadi sumber kekerasan dalam dunia. Bahkan cinta kasih, selama bersumber dari si aku, adalah sebentuk kekerasan yang amat halus, karena cinta kasih si aku selalu memilah-milah antara “yang dikasihi” dan “yang tidak dikasihi”, seperti: “Saya mengasihi anakku, tapi tidak mengasihi anak orang lain.”Pada dasarnya, si aku itulah sumber kekerasan yang paling dalam.

Terima kasih atas pendapat Anda bahwa landasan Ahimsa adalah Kasih.

Menurut hemat saya, baik “ahimsa” maupun “kasih” adalah IDEALISME—suatu keadaan yang dicita-citakan, yang harus dicapai. Justru itulah yang dipertanyakan oleh Krishnamurti. K mempertanyakan, apakah idealisme akan mengadakan perubahan radikal dalam batin? K berpendapat bahwa idealisme hanya “… membuat kita bisa menunda-nunda, mendorong perubahan ke masa depan, dan dengan demikian menghindari perubahan yang radikal, segera.”Ahimsa tidak lebih dari sekadar idealisme—seperti ajaran-ajaran lain dari agama—kalau orang mau mengakui bahwa dalam batinnya sekarang ini tidak ada ahimsa.

Tanpa mempermasalahkan secara harfiah kata “mengejar”—yang berasal dari kata “pursue”—kata itu bisa berarti “mengupayakan”, “mengusahakan”. (Terima kasih Anda telah mengangkat masalah ini; dalam edisi selanjutnya penerbitan The Book of Life, kata “mengejar” akan saya ganti dalam: “Apakah mengupayakan tanpa-kekerasan membebaskan batin dari kekerasan?”)

Jelas yang dimaksudkan K dengan “pursue non-violence” adalah “mengupayakan tanpa-kekerasan”, suatu idealisme. Justru inilah yang dipersoalkan K, idealisme dalam bentuk apa pun, termasuk idealisme tentang Cinta Kasih, sebagaimana diajarkan dalam semua agama, termasuk agama Buddha sendiri.

K berpendapat bahwa selama orang tidak mencurahkan perhatian sepenuhnya pada kebencian & kekerasan dalam batinnya sendiri—dengan kata lain, selama ia tidak mengamati dengan cermat gerak-gerik akunya sendiri—maka tidak mungkin ia bebas dari kebencian & kekerasan dalam batinnya—yang tidak tercetus dalam perbuatan—sekalipun ia memiliki idealisme tentang tanpa-kekerasan dan cinta kasih setinggi apa pun. Idealisme hanya menunda tindakan radikal yang diperlukan dalam menghadapi kebencian & kekerasan dalam batin sendiri, karena idealisme menghalangi kita untuk melihat batin kita sendiri seperti apa adanya, yang masih memiliki kekerasan, sehalus apa pun.

Begitu pendapat saya. Silakan Pak Ngurah menyimak kembali seluruh kata-kata K di atas dengan polos. Terima kasih.

Salam,
Hudoyo

PS: seperti biasa mohon tanggapan ini dimuat dalam milis-milis yang tidak saya langgani yang Anda kirimi posting Anda. Terima kasih.

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: EVO on 30 April 2008, 10:28:46 PM
weleh weleh....
topiknya ngak ngerti aku....
dah mulai berat neh....
duduk dulu ah :D ;) :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 01 May 2008, 07:06:32 AM
weleh weleh....
topiknya ngak ngerti aku....
dah mulai berat neh....
duduk dulu ah :D ;) :)

hehehe ... orang-orang yang otaknya "pintar" memang pandai membuat topik yang sebetulnya sederhana menjadi terasa "berat" & "rumit". ;D

Sebetulnya yang dibahas sangat sederhana - begini:

Dalam batin saya ada aku/ego. ... Aku itu sumber semua keserakahan, kebencian, sakit hati, dendam, irihati ... dsb. ... Lalu semua agama, termasuk agama Buddha, mengajarkan agar saya memupuk/melatih cinta kasih (metta) dan tanpa-kekerasan (ahimsa) dalam batin saya ... Tapi hasilnya tidak seperti yang saya harapkan ... Ternyata metta & ahimsa yang saya latih setiap hari itu tidak berhasil melenyapkan keserakahan & kebencian dalam batin saya ... Setiap hari saya baca Karaniya Metta Sutta, setiap saat saya bilang pada diri saya: "Ahimsa, ahimsa" ... tetap saja kebencian & kekerasan itu ada dalam batin saya tanpa berkurang sedikit pun ... secara lahiriah saja tampaknya sekarang saya lebih banyak senyum dan jarang memaki orang ... tapi di-dalam, tetap tidak berkurang ...

Di mana salahnya? ... Salahnya ialah justru karena latihan metta & ahimsa itu MENGHALANGI saya melihat apa adanya batin saya, yang masih penuh dengan keserakahan & kebencian yang halus-halus ... ternyata latihan metta & ahimsa itu tidak efektif ... justru latihan metta & ahimsa itu memperkuat si aku secara halus: "Wah, aku sekarang sudah melatih metta & ahimsa ... aku menjadi lebih suci, lebih bersih daripada orang lain ...".

Jadi, sekarang saya tidak lagi latihan metta & ahimsa ... metta & ahimsa tidak punya arti lagi bagi saya yg masih punya aku/ego ... alih-alih, sekarang saya selalu menggunakan waktu saya untuk mengamati batin saya ... mengenali setiap kali muncul keserakahan, kebencian ... dll perwujudan si aku ... semakin lama semakin tipis ... tanpa mengharapkan menjadi orang yang penuh metta & ahimsa lagi ... tanpa mendambakan bebas dari keserakahan & kebencian ... Ini yang saya rasakan sangat efektif dalam "mengikis" si aku ini ...

Begitulah, Rekan Evo, maksud diskusi yang "rumit" itu. ... Saya yakin, membaca uraian di atas pasti Anda paham. ;D

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: EVO on 01 May 2008, 12:10:14 PM
proses dalam hidup...
memang begitu lah apa adanya
saat kita merasa kita ego...sebenarnya pada saat itu kita tidak ego
begitupun sebaliknya....

saat kita membuang metta dan label lainnya
pada saat itu kita menuju 'aku'....sampai si aku nya engak ada...
saat aku bilang engak ada...yah ini dia ada ;D

sebenarnya semua nya berjalan benar benar apa adanya
engak perlu di apa apain
engak perlu latihan ini dan itu
lihat aja 'udah'
hanya saja si 'aku' kadang engak terima neh :P

hihihi anak bau kencur komen neh ;D  :D ;)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 01 May 2008, 03:17:38 PM
hehe... setuju :)

hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: chingik on 01 May 2008, 09:06:50 PM
Pak Hud,
sy ingin minta pendapat anda.
Apakah fisik itu terpisah dari mental? 
Mengapa orang yang terbebaskan masih merasakan sakit fisik? Apa yang merasakan sakit itu? jika pancakandha yg merasakan sakit, maka tentu mentalnya masih melekat pada yang menyenangkan, tidak menyenangkan atau netral. Jika dia tidak terikat pada 3 jenis perasaan itu, maka tentu tidak semestinya disebut sakit, karena batinnya benar2 bebas dari konsep dualitas. Tetapi mengapa mereka yang terbebaskan masih dikatakan bisa mengalami sakit fisik? Bukankah pernyataan seperti itu saling bertentangan?   
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 02 May 2008, 04:55:33 AM
hehe... ;D 

Rekan Chingik, Anda bertanya, mengapa Sang Buddha & para arahat itu masih merasa sakit. ... Kenapa tidak sekalian tanya, mengapa Sang Buddha & para arahat masih bisa mati?  ;D ... Sebaliknya, apakah Sang Buddha & para arahat masih bisa merasakan nikmatnya, nyamannya atau enaknya tubuh? :)

Sakit, enak & mati adalah sifat tubuh. Selama orang punya tubuh, rasa sakit tetap ada. Dipukul ya sakit. Juga selama orang punya tubuh, rasa nikmat, enak dan nyamannya tubuh tetap ada. Dipijat ya enak. ... Dan akhirnya, selama orang masih punya tubuh, ya pasti akan mati.

Yang tidak ada lagi dalam batin orang yang bebas ialah: (1) pengidentifikasian si aku dengan tubuh ini. Maksudnya tidak ada lagi pikiran: "Ini tubuhku, ini aku." ... Lalu, (2) tidak ada lagi pembedaan antara sakit dan enak. Sakit dan enak sama saja. ... Lalu, (3) tidak ada lagi sikap melekat pada yang enak, dan sikap menolak yang sakit. ... Singkatnya, tidak ada lagi REAKSI terhadap rasa sakit & rasa enak dalam bentuk MELEKAT pada yang enak dan MENOLAK yang sakit.

Coba amati bagaimana reaksi batin Anda kalau Anda merasa sakit, dan bagaimana reaksi batin Anda kalau Anda merasa enak. Nah, reaksi itulah yang tidak ada lagi dalam batin orang yang bebas. Itulah yang dinamakan "bebas dari tubuh". - Bukan rasa sakitnya & rasa enaknya yang tidak ada lagi; rasa sakit & rasa enak itu tetap ada sampai orang mati.

Nah, mati itu yang disebut parinibbana, padam sempurna, tidak lahir lagi, tidak eksis lagi, tidak ada lagi.

Salam,
hudoyo

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 02 May 2008, 08:51:20 AM
Quote
orang-orang yang otaknya "pintar" memang pandai membuat topik yang sebetulnya sederhana menjadi terasa "berat" & "rumit"

Sedikit banyak saya setuju dengan Pak Hudoyo. Kadang kita tidak melihat hidup ini sebagaimana adanya, tidak menggunakan ajaran untuk memperbaiki yang sudah ada, malah memasukkan ide-ide baru yang membuat hidup tambah 'aneh'.


Quote
Apakah mengejar tanpa-kekerasan (ahimsa) membebaskan batin dari kekerasan

Ajaran 'dengan kekerasan' atau 'tanpa kekerasan' sebetulnya juga hanya pikiran2 menurut idealisme masing2, tidak ada hubungannya dengan 'membebaskan bathin'. Ajaran 'tanpa kekerasan' tentu saja 'menjaga' dan 'mengembangkan' sila/moralitas. Tetapi idealisme 'dengan/tanpa kekerasan' menjadi tidak berarti ketika seseorang tidak memiliki rasa benci lagi. Sama seperti idealisme 'mencuri/tidak mencuri' bagi orang yang tidak punya ketamakan.


Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 02 May 2008, 08:54:50 AM
orang-orang yang otaknya "pintar" memang pandai membuat topik yang sebetulnya sederhana menjadi terasa "berat" & "rumit"

namanya juga pikiran bercabang , Pak Hudoyo. selama masih berpikir dualitas benar atau salah bukan bijak atau tidak bijak,maka akan ada terus pertanyaan,sanggahan dan debat .  _/\_

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 02 May 2008, 09:02:28 AM
KEBENARAN KONVENSIONAL DAN KEBENARAN SEJATI (1/3)

Dari milis-spiritual [at] yahoogroups.com  message #24735, 30 April 2007:

Dari: Willibordus <willibordus [at] gmail.com>

Pak Hudoyo,

Ini menarik:
===============
Hudoyo:
PS: Seorang Master dari mazhab Amitabha sendiri pernah menyatakan bahwa sesungguhnya Amitabha berada dalam batin sendiri, sesungguhnya Surga Sukhavati ada di dalam batin sendiri.
===============
Karena masih banyak pengikut Amitabha memandang alam Sukhavati adalah suatu tempat yg dituju setelah kematian nanti. Meskipun ada yg berpendapat, itu adalah suatu tempat secara geografis =) dan ada juga yg berpendapat Sukhavati adalah suatu tempat di alam lain, tetap saja pandangan2 tsb jauh dari pernyataan Master diatas, yg menurut saya lebih rasional.
Mungkin bisa diinformasikan nama Master yg menyatakan hal tsb, Pak Hud?

Terima kasih,
Willibordus

========================
HUDOYO:

Rekan Willibordus yg baik,

Untuk Anda, saya tayangkan ulang posting tgl 15 Nov 2006. Semoga bermanfaat.

Salam hangat,
Hudoyo

--- Forwarded message ---
Dari: "Sunari" sunari [at] ...

Terima kasih atas penjelasan Pak Hudoyo yang sangat jelas..

Saya memahaminya atas dasar bahwa semua Para Buddha di sepuluh penjuru yang banyaknya bagaikan pasir di sungai Gangga, semua yang disebut dalam sutta-sutta itu EKSIS didunianya masing-masing. Apakah mereka mengajar atau melakukan perbuatan apapun disana. Dan alam dunia para Buddha tersebut adalah berumur... berjuta kalpa.. (berapa eon tahun?). Apakah perbuatan mengajar di dunia buddha tidak memiliki arti bahwa para Buddha tersebut eksis sebagai sebagai sebuah pribadi? Juga disaat Sang Buddha Gautama mengajar.. baik didunia ini maupun waktu disorga Tusita.. para Buddha primitif juga banyak yang hadir (maaf kalau salah ingat, suttanya dirumah). Bagaimana menjelaskan hal 'hadir' ini, atau dalam wujud apa hadirnya kecuali sebagai sebuah pribadi, sebagai sebuah 'keberadaan'? -- -- Soal Tantrayana, saya berpijak pada pengajaran aliran Satyabuddha, dan.. banyak juga tulku atau Lhama yang mengaku sebagai titisan guru- guru masa lalu, kalau saya mau dan sempat search di internet saya kira saya akan dapat.. karena sudah pernah baca beberapa situsnya, kalau tidak salah salah satunya adalah 'bhumisambhara'? maaf banget kalau salah. -- -- Disini saya tidak bicara tentang Anuttara Samyak Sambodhi, suatu tingkatan pasca Buddha. -- -- Berikut adalah kutipan dari Sutra Surangama:

<<Bodhisattva Maitreya kemudian bangkit dari tempat duduknya, bersujud di kaki Sang Buddha dan berkata: "Aku masih ingat dalam kalpa yang tak terhitung bagaikan butir pasir sungai gangga di masa lalu, ada seorang Buddha yang bernama Chandra-Surya-Pradipa muncul di dunia (untuk menolong makhluk hidup). Aku mengikutiNya dan meninggalkan kehidupan berumah tangga>>

<<Bodhisattva 'Cahaya Kristal' kemudian bangkit dari tempat duduknya, bersujud di kaki Sang Buddha dan berkata: "Aku masih ingat di dalam kalpa yang tak terhitung bagikan butir pasir sungai gangga di masa lalu, ada seorang Buddha yang bernama 'Suara Tak Terhingga' yang muncul di dunia ini untuk mengajari para Bodhisattva bahwa kesadaran hakiki adalah indah dan terang. Beliau mengajari mereka untuk merenungkan bahwa dunia ini dan semua wujud makhluk hidup di dalamnya adalah ilusi palsu yang tercipta dari penyebab berulang- ulang, yang didorong oleh kekuatan angin. Pada waktu itu, aku merenungkan pembentukan dunia ini yang bersifat ilusi, >>

Pemahaman saya, atas kutipan yang bagian atas, yang bawah idem saja ; Keberadaan jiwa/roh dari makhluk yang bernama Maitreya sejak jaman Buddha Chandra-Surya-Pradipa sampai dengan jaman Sang Sidharta adalah sedemikian luamaaaaa, kalau satu kalpa dianggap satu juta tahun -- lalu kalikan dengan jumlah pasir yang tidak terhitung. Selama itu beliau belum juga mencapai kebuddhaan, baru masih tingkat Boddhisattva. Atau tingkat apapun.. beliau mucul sebagai sebuah pribadi disaat Sang Buddha Gautama mengajar. Lalu akankah kita hanya dengan bimbingan seorang guru manusia biasa dapat mencapai Kebuddhaan dalam 1 kali kehidupan saja?. Walaupun lama waktu berlangsungnya keberadaan jiwa/roh si Maitreya bukanlah 'mutlak kekal', namun rentang waktu yang berlalu sungguh tidak terbayangkan, benar-benar hampir 99.9% dari rentang waktu yang kita anggap sebagai "selama-lamanya?". Bukankah begitu Pak Hud? -- -- Mungkin saja, bahkan sangat mungkin, saya salah memahami faham yang ada dalam agama Buddha, maka saya harapkan agar yang lebih tahu silahkan memberikan koreksinya. Dalam hal ini saya tidak menempatkan siapa sebagai lebih tahu dari siapa pak siapapun dia itu, karena kita sama-sama dapat membaca suttanya dan lalu mentafsirkannya.

***

Pak Hudoyo yang baik, Kalau pak Hudoyo mencari teksnya maka bisa jadi tidak ketemu.. dimana ada statement bahwa roh/jiwa itu kekal, karena kebenarannya diumpetkan dalam kata-kata.

[1] Sang Buddha Sidharta Gautama 'memberikan amanat' kepada Sang Ksitigarbha untuk berbuat sesuatu dimasa depan.

[2] masa yang akan datang berarti berlaku untuk zaman kita ini, tahun 1 M dan seterusnya, termasuk tahun 2006.

[3] pada saat melakukan aktifitas penyelamatan ; baik dengan kesaktianMU maupun memper-tampakkan diri disisi pintu neraka, ADA atau TIADA kah eksistensi Sang Ksitigarbha? Baik beliau berwujud maupun tidak, PASTI beliau pada keadaan sebagai sebuah keberadaan, sehingga tidak rancu bahwa yang berbuat itu Ksitigarbha atau selain beliau.

[4] Sang Buddha Sidharta Gautama menyampaikan bahwa umur dari kehidupan sang Amitabha beserta rakyatnya adalah tidak terbatas dan tidak terhingga, dalam posting yang sebelumnya saya sebut sebagai 99.9% kekal selama-lamanya.

[5] Sang Buddha Sidharta Gautama menceriterakan bahwa di 4 penjuru + atas + bawah ; ADA negeri para Buddha yang jumlahnya tak terhitung, dan dunia seperti itu sudah ada sejak dahulu kala yang tak terbatas - tak terhingga dan akan tetap ada sampai jaman kini dan sesudahnya. Ini terbukti bahwa Sang Buddha menyuruh kita untuk berikrar terlahir di dunia-dunia tersebut.

Demikian pak pemahaman saya atas hal diatas, kalau Bapak memiliki pemahaman yang lebih cerah dan melampaui apa yang saya fahamkan saya mohon agar disampaikan Pak dan saya akan senang hati untuk mendapatkan kebenarannya.

Salam, Sunar-I

PS:rasanya sih saya tahu titik temunya kedua faham yang berbeda ini pak, tetapi belakangan saja deh ngeluarinnya.

========================
HUDOYO:

>kalau Bapak memiliki pemahaman yang lebih cerah dan melampaui apa yang saya fahamkan saya mohon agar disampaikan Pak dan saya akan senang hati untuk mendapatkan kebenarannya.
-----------
Mas Sunari,

Dengan senang hati saya memenuhi permintaan Anda di atas. Tapi sebelumnya saya akan mengomentari kalimat Anda berikut:


>Disini saya tidak bicara tentang Anuttara Samyak Sambodhi, suatu tingkatan pasca Buddha.
---------
Ini pernyataan yang sangat aneh dilihat dari kacamata seorang Buddhis. Tidak ada "tingkatan pasca-Buddha"! Kebuddhaan adalah TINGKATAN TERTINGGI yang bisa dicapai oleh suatu makhluk hidup. 'Anuttara Samyak-Sambodhi' = 'Pencerahan Sempurna Tiada Tara' adalah keadaan batin yang dicapai oleh para Buddha.

*****

Tampaknya Mas Sunari terperangkap pada KONTEKS/LATAR BELAKANG, dan bukannya menyelami ESENSI, Amitabha Sutra itu, padahal konteks Amitabha Sutra itu bersifat mitologis, bukan kebenaran tertinggi/terdalam. Anda melihat alam-alam Buddha yang diceritakan dalam sutra itu sebagai semacam galaksi-galaksi di dalam ruang dan waktu, sehingga muncullah paham-paham tentang alam-alam dan kehidupan makhluk-makhluk individual, bahkan Buddha-Buddha individual, yang "kekal-abadi". Semua itu adalah kebenaran konvensional sehari-hari, tapi bukan kebenaran sejati/mutlak.

Di lain pihak, seorang Buddhis (siswa Sang Buddha) memahami betul adanya berlapis-lapis kebenaran. Pada garis besarnya ada dua level kebenaran: (1) kebenaran mutlak, kebenaran sejati (Skrt: paramartha- satya, Pali: paramattha-sacca), dan (2) kebenaran konvensional, kebenaran intelektual, kebenaran empiris, kebenaran sehari-hari (Skrt: samvrti-satya, Pali: sammuti-sacca).

Kebenaran konvensional sehari-hari (#2) itu tidak relevan dilihat dari kebenaran sejati (#1). Contoh: Kebenaran konvensional berkata: "aku/diri/roh Hudoyo eksis." Kebenaran sejati berkata: "Tidak ada Hudoyo sebagai entitas individual yang eksis; yang eksis hanyalah badan dan unsur-unsur batin ini, yang terus berproses dalam ruang dan waktu, tanpa adanya diri/roh/jiwa Hudoyo yang kekal-abadi."

Kembali pada Amitabha Sutra. Kebenaran konvensional sutra itu berkata:
"Ada sepuluh ribu alam Buddha, masing-masing dengan Buddha-nya sendiri yang mengajar sepanjang masa (kekal-abadi). Ada Buddha Amitabha mengajar di alam Sukhavati, di sebelah barat melampaui seratus bilyun alam Buddha. Barang siapa mengingat nama Buddha Amitabha, pada waktu mati akan terlahir di alam Sukhavati."

Kebenaran sejati (paramartha-satya) dari Amitabha Sutra itu adalah:
"Hanya ada satu realitas, yakni Dharmakaya, Batin Buddha yang Tunggal. Semua Buddha individual tidak lain adalah pancaran (emanasi) dari satu realitas mutlak, yakni Dharmakaya. Segala sesuatu hanyalah sekadar riak, gelombang, gelembung-gelembung air YANG SEGERA PECAH, MUNCUL DAN LENYAP dalam Batin Buddha yang tunggal ini: semua alam, semua Buddha, semua makhluk hidup, semua waktu ["kekekalan"], semua ruang, semua pengalaman dari semua makhluk hidup di semua alam pada semua waktu."

Ini dikatakan oleh Tien T'ai Master Ou-i Chih-hsu, Patriarch ke-9 Mazhab Sukhavati, abad ke-17 M.

Selanjutnya Master Ou-i berkata,
"Sukhavati adalah bagian dari HAKIKAT KITA YANG SEJATI, yang memungkinkan kita untuk mencapai realisasi yang mendalam tentangnya, dan menembus ke dalam kebenaran Tanda Sejati (Batin). ... Semua hiasan Amitabha bekerja sebagai substansi penguat yang merangsang perkembangan semua hiasan di dalam batin makhluk-makhluk hidup. Amitabha secara keseluruhan menyatu dengan makhluk-makhluk hidup: semua kekuatannya menyatu dengan kekuatan kita. ... Di dalam Sukhavati setiap suara, setiap obyek-indra, setiap saat, dan bahkan setiap langkah dan jepretan jari, saling terjalin tanpa rintangan, dan sesuai dengan ketiga Permata (Buddha, Dharma, Sangha) dari semua alam di sepuluh penjuru. Juga ditunjukkan bahwa dalam dunia kita sehari-hari, kotoran-kotoran dan rintangan-rintangan batin begitu serius sehingga dunia kita terpisah dari Alam Sukhavati, sekalipun sebenarnya tidak sungguh-sungguh terpisah darinya. Bila kita terlahir di Alam Sukhavati, pahala dan kesalehan kita begitu banyak sehingga kita terpisah dari dunia sehari-hari yang disebut "Penanggungan" ini, tanpa sungguh-sungguh terpisah darinya. ..."

Tentang Amitabha, Master Ou-i berkata,
"Nama 'Amitabha' berarti 'cahaya tak terbatas' dan 'kehidupan tak terbatas'. Terjemahan harfiah dari 'Amitabha' adalah 'tak terbatas', dan 'tak terbatas' itu sesungguhnya TAK DAPAT DIJELASKAN [TAK DAPAT DIPIKIRKAN, DIKATAKAN]. Di sutra ini guru kita Sakyamuni Buddha menggunakan makna dari 'cahaya tak terbatas' dan 'kehidupan tak terbatas' meliputi segala macam 'tanpa batas'. 'Cahaya tak terbatas' meliputi ruang ke segala arah ...; 'kehidupan tak terbatas' meliputi waktu dari masa lampau, masa kini dan masa datang tanpa batas. Tubuh ini secara keseluruhan adalah tubuh dan alam Amitabha, dan tubuh ini secara keseluruhan adalah nama Amitabha.

"Jadi, nama Amitabha adalah HAKIKAT SEJATI YANG SECARA INHEREN TERCERAHKAN DARI MAKAHLUK-MAKHLUK HIDUP, dan melantunkan nama Amitabha mengungkapkan pencerahan itu. Pencerahan inheren dan pencerahan terungkapkan [melalui latihan dan realisasi] bukanlah dua hal yang berbeda secara fundamental, seperti makhluk hidup dan para Buddha bukan dua hal berbeda. Jadi, bila kita selaras [dengan hakikat sejati yang secara inheren tercerahkan dari diri kita] untuk sesaat, maka kita adalah Buddha untuk sesaat; dan bila kita selaras [dengan hakikat sejati yang secara inheren tercerahkan dari diri kita] dari saat ke saat, maka kita adalah Buddha-Buddha dari saat ke saat."


Demikianlah saya kutip sekelumit saja uraian Master Ou-i, Patriarch ke-9 Mazhab Sukhavati. Masih banyak lagi uraian beliau yang mengagumkan tentang Amitabha Sutra, yang tidak biasa kita dengar dari para penganut mazhab itu sendiri. (Saya sarankan rekan-rekan pembaca yang menganut Mazhab Sukhavati membaca kitab komentar yang ditulis oleh Master Ou-i. Saya memiliki softcopy tulisan Master Ou-i itu.) Saya akan kutip satu lagi, yakni pemahaman beliau tentang pelantunan nama Amitabha (nienfo), yang umum dilakukan oleh para penganut mazhab ini:

"Ada dua tingkat praktik pelantunan nama-Buddha: (1) pelantunan nama-Buddha di tingkat fenomenal [kebenaran konvensional sehari-hari], dan (2) pelantunan nama-Buddha di tingkat kebenaran batiniah (noumenon) [kebenaran absolut/sejati]. Pelantunan nama-Buddha di tingkat fenomenal berarti percaya bahwa Amitabha eksis di Alam Sukhavati di Barat, namun belum memahami bahwa ia adalah Buddha yang diciptakan oleh Batin [Dharmakaya], dan bahwa Batin ini adalah Buddha. Itu berarti Anda bertekad mengikrarkan sumpah dan mencari kelahiran di Alam Sukhavati, seperti anak kecil mendambakan ibunya, dan tidak pernah melupakannya biarpun hanya sesaat. Sedangkan pelantunan nama-Buddha di tingkat kebenaran sejati/mutlak berarti yakin bahwa Amitabha dan Alam Sukhavati-nya di Barat adalah SIFAT- SIFAT INHEREN DARI BATIN KITA SENDIRI [yang murni]. Itu berarti menggunakan nama besar Amitabha, yang inheren di dalam Batin kita dan merupakan CIPTAAN dari Batin kita, sebagai titik pusat untuk berkonsentrasi, sehingga kita tidak pernah melupakannya biarpun sesaat."

Begitulah makna yang lebih dalam dari Amitabha Sutra, lebih dalam daripada sekadar alam-alam Buddha, para Buddha dan para Bodhisattva di sepuluh penjuru alam. Begitu pula terhadap Ksitigarbha Sutra, dan sutra-sutra lain semacam itu, pemahaman dari sudut kebenaran sejati (paramartha-satya) di atas bisa diterapkan.

Sebagai komentar penutup dari Amitabha Sutra, berikut ini sebuah bait dari Vimalakirti Sutra:

"Sekalipun ia tahu bahwa alam-alam Buddha semuanya kosong seperti makhluk-makhluk hidup, Ia tetap mempraktikkan [ajaran] Tanah Suci (Sukhavati), Untuk mengajar dan menyadarkan manusia."

(Praktik Bodhisattva Vimalakirti Sutra)

*****

<bersambung>
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: chingik on 02 May 2008, 09:47:56 AM
Penjelasan tentang Buddha Amitabha dari tatanan absolut memang demikian adanya. Itu juga yang pernah saya baca dari berbagai ceramah para sesepuh mazhab Sukhavati. JIka berpijak pada kebenaran sejati maka semua konsep2 dualitas akan terlampaui.

Itu juga sebabnya, pak Hud, saya merasa bahwa pernyataan tentang Orang yang terbebaskan merasakan sakit, itu hanya perspektif dari kebenaran konvensional. Karena pikirannya yang sudah terbebas dari dualitas, mana mungkin merasa sakit dan enak? Namanya juga terlampaui bukan? Begitu juga dengan mati, itu hanya dilihat oleh orang awam dari perspektif konvensional. Orang terbebaskan yang telah merealisasi nibbana sudah melampaui konsep mati dan tidak mati. Mana mungkin mengatakan mereka bisa mati? jika dikatakan mereka juga bisa mati maka apa bedanya dengan mereka akan dilahirkan lagi? dengan adanya ini maka muncullah itu, dengan lenyapnya ini maka lenyaplah itu. Jadi mengatakan bahwa orang terbebaskan merasakan sakit fisik menjadi agak janggal. Lebih tepat lagi jika mengatakan bahwa fisiknya mengalami suatu reaksi fisikal. Misalnya Jantungnya mengalami perubahan reaksi,  mungkin tidak merasa sakit, tapi hanya berdebar2 cepat. Bagi orang awam berdebar-debar cepat tentu menyakitkan, tetapi yang dirasakan orang bebas hanya debar-debar cepat. Rasa sakit itu mungkin tidak ada, yang ada adalah getaran2 atau denyutan2 hiperaktif yang sangat menghambat aktifitas, seperti sebuah mesin yang bekerja tidak normal, namun mesin itu tidak merasakan reaksi mental. Walaupun orang terbebaskan bukan mesin, tetapi mereka masih memiliki kesadaran, sedangkan kesadarannya itu tidak lagi tergantung pada perasaan, dengan tidak tergantung pada perasaan maka tidak ada lagi kemelekatan. ;D

 
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sumedho on 02 May 2008, 09:56:12 AM
Quote
Itu juga sebabnya, pak Hud, saya merasa bahwa pernyataan tentang Orang yang terbebaskan merasakan sakit, itu hanya perspektif dari kebenaran konvensional. Karena pikirannya yang sudah terbebas dari dualitas, mana mungkin merasa sakit dan enak? Namanya juga terlampaui bukan? Begitu juga dengan mati, itu hanya dilihat oleh orang awam dari perspektif konvensional. Orang terbebaskan yang telah merealisasi nibbana sudah melampaui konsep mati dan tidak mati. Mana mungkin mengatakan mereka bisa mati? dengan adanya ini maka muncullah itu, dengan lenyapnya ini maka lenyaplah itu. Jadi mengatakan bahwa orang terbebaskan merasakan sakit fisik menjadi agak janggal.
bro chingik,

yang merasakan sakit dan enak pada fisik itu bukan pikiran, tetapi pada indra bersangkutan.

Yang berbeda orang yg tercerahkan adalah respon batinnya, dia tidak melekat maupun menolaknya.

Fisik tetaplah fisik, tetap mengikuti hukum alam. tubuh/kulit akan tetap merasakan sakit, nyaman, lembut. mata akan tetap bisa silau dkk, hidup masih merasakan harum dan bau.

ini jadi kembali ke pembahasan tentang vedana di thread sebelah nih...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 02 May 2008, 10:20:03 AM
KEBENARAN KONVENSIONAL DAN KEBENARAN SEJATI (2/3)

Anda mengutip dari Surangama Sutra lagi-lagi bagian-bagian yang Anda senangi, tentang dua puluh lima Bodhisattva dengan metode pencerahan mereka masing-masing. Semua itu berada pada tataran kebenaran konvensional, bukan kebenaran sejati/mutlak. Berikut ini saya kutipkan dari Bab TERAKHIR (Bab 8) Surangama Sutra ("Peringatan bagi para pemeditasi: Lima puluh keadaan palsu disebabkan oleh kelima arus-diri [skandha].") Sang Buddha bersabda:

"Kalian perlu belajar lebih banyak dalam upaya kalian mencapai Anuttara Samyak-Sambodhi [Pencerahan Sempurna Tiada Tara]. Saya telah mengajarkan cara berlatih yang benar, tapi kalian masih belum tahu sepak terjang Mara [personifikasi dari kejahatan] yang halus ketika kalian melatih samatha-vipasyana  [meditasi ketenangan-pencerahan]. ... Bila mereka muncul dan kalian tidak bisa mengenali mereka dan batin kalian tidak berada dalam keadaan yang benar, maka kalian akan jatuh ke dalam kejahatan mereka atau kejahatan kelima arus-diri kalian. Jika kalian tidak memahami jelas tentang mereka, kalian akan mengira pencuri-pencuri itu seperti anak-anak kalian sendiri. Lebih jauh lagi, kalian akan menganggap kemajuan kecil sebagai pencapaian sempurna ...

"Kalian harus tahu bahwa BODHI FUNDAMENTAL yang jernih, cemerlang dan mendalam dari semua makhluk yang hidup di dalam Samsara [roda kelahiran & kematian] ini adalah BODHI DARI SEMUA BUDDHA. ... Karena kalian BERPIKIR SALAH maka kalian TIDAK JELAS MELIHAT KEBENARAN SEJATI, lalu menjadi BODOH dan PENUH KEINGINAN yang membawa kalian pada KEGELAPAN BATIN sepenuhnya. Dari situlah datang KEKOSONGAN (relatif), dan karena kalian selalu terkelabui, MAKA ALAM SEMESTA INI TERCIPTA SECARA PALSU. SEMUA ALAM YANG TAK TERHITUNG BAGAIKAN DEBU DI DALAM SAMSARA INI ADA KARENA KALIAN BERKERAS KEPALA DENGAN PIKIRAN YANG SALAH. Tetapi kalian harus tahu bahwa kekosongan (relatif) ini tercipta dalam batin kalian, seperti secercah awan yang tidak lebih dari sebuah titik di dalam kekosongan yang besar; apa artinya alam semesta yang ada di dalam kekosongan (relatif) itu? Jika kalian menyadari apa yang nyata untuk kembali kepada sumbernya, maka kekosongan di sepuluh penjuru itu akan lenyap. Betapa pula seluruh alam di dalam kekosongan itu tidak akan goncang dan retak? ..."


Berikut saya kutipkan uraian Sang Buddha tentang tahap terakhir dari perkembangan samadhi seorang pemeditasi. Ini dikhotbahkan oleh Sang Buddha pada akhir Bab VIII Surangama Sutra:

"Ananda, dalam pengembangan samadhi, ketika arus-diri (skandha) keempat, yakni pembedaan (samskara) berakhir, gangguan halus terhadap keadaan kejernihan, (yang merupakan batin Samsara), yang merupakan mekanisme kelahiran & kematian, tiba-tiba meledak dan memaparkan suatu pandangan yang sama sekali lain dari pandangan karma yang mendalam dari semua makhluk. Inilah saat ketika Nirvana akan menyingsing, seperti kokok ayam jantan yang menengarai cahaya pertama pagi hari di timur, ketika keenam indra kosong dan hening, dan tidak lagi mengembara di luar. Di-dalam dan di-luar hanya ada kecemerlangan mendalam yang menjangkau ke AKAR KEHIDUPAN semua makhluk. Perenungan terhadap ESENSI DARI KELEKATAN DASAR--yakni arus-diri (skandha) kelima, KESADARAN (consciousness)--membebaskan pemeditasi dari semua ketertarikan (oleh kebiasaan-kebiasaan lama dan oleh karma baru) dan mencegahnya dari kelahiran baru di dalam Samsara, oleh karena ia telah menyadari kesamaan (identity) antara batin dengan hal-hal lahiriah yang diciptakannya di mana-mana. Sementara hakikat kesadaran sekarang terlihat jelas, ia akan menemukan kedalamannya yang tersembunyi. Keterpisahan yang muncul dari keenam indra yang berbeda akan berakhir, dan batin berfungsi secara seragam dengan melihat dan mendengar sebagai satu fungsi yang murni dan bersih. Dalam keadaan ini, seluruh alam semesta, bersama tubuh dan batinnya, jernih dan transparan seperti kristal di-dalam dan di-luar. Inilah akhir dari arus-diri (skandha) 'kesadaran', yang memungkinkan pemeditasi melompat melampaui kalpa kehidupan yang keruh (Samsara), yang sebab utamanya adalah bayangan pertama dari pikiran salah (sejak awal yang tak terperikan). ..."

Ananda mohon kepada Buddha untuk menjelaskan pernyataannya, bahwa "kelima jenis kepalsuan yang berasal dari kelima arus-diri (skandha) disebabkan oleh batin yang berpikir." Sang Buddha menjawab:

"Ananda, Realitas murni adalah Pencerahan mendalam, dan Pencerahan dasar adalah sempurna dan murni, tidak mengandung kelahiran & kematian, tiada kotoran sedikit pun, bahkan tiada pula kekosongan (Sunyata), yang semuanya muncul dari pikiran salah. Dari esensi sejati yang tercerahkan mendalam dari Pencerahan dasar MUNCULLAH ILUSI DARI ALAM SEMESTA MATERIAL INI ... Pada dasarnya kepalsuan tidak punya sebab, tetapi PIKIRAN SALAH MENEGAKKANNYA, dan ORANG-ORANG YANG TERLIPUT KEGELAPAN lebih jauh MENGANGGAPNYA SEBAGAI DIRI. Bahkan kekosongan (Sunyata) tidak lain adalah ilusi; apa lagi sebab-musabab dan diri seperti apa adanya, yang adalah produk pembedaan yang muncul dalam batin yang palsu dari makhluk-makhluk hidup. Ananda, jika engkau tahu di mana munculnya kepalsuan, engkau bisa bicara tentang sebab-musabab, tetapi jika pada dasarnya tidak ada kepalsuan, bagaimana engkau bisa bicara tentang sebab-musabab? Lebih lagi engkau tidak bisa bicara tentang diri seperti apa adanya. Oleh karena itu, Tathagata (Buddha) mengungkapkan padamu bahwa sebab mendasar dari kelima arus-diri (Skandha) ini adalah pikiran salah."

Demikianlah kebenaran sejati/mutlak (paramartha-satya) yang terkandung dalam Surangama Sutra, yang jauh lebih dalam dan mendasar daripada kebenaran konvesional sehari-hari (samvrti-satya) yang bicara tentang alam-alam di sepuluh penjuru, para Buddha, para Bodhisattva, dan makhluk-makhluk hidup.

*****

Puncak dari ungkapan tentang kebenaran mutlak/sejati dalam kitab suci-kitab suci Mahayana terdapat dalam kitab-kitab Prajna-paramita (Kearifan Sempurna), seperti Sutra Hati, Sutra Intan, dsb. Di situ tanpa tedeng aling-aling diungkapkan kepalsuan dari segala sesuatu yang dapat dipikirkan dan dikatakan oleh batin manusia yang masih terliput kegelapan; di situ kebenaran konvensional sehari-hari dinegasikan sepenuhnya di dalam kebenaran sejati/mutlak. Berikut ini saya terjemahkan Sutra Hati (Prajna-paramita-hrdaya-sutra, "Sutra Hati Kearifan Sempurna") yang pendek selengkapnya, yang pada intinya menekankan KEKOSONGAN [SUNYATA] dari SEGALA SESUATU:

"Ketika Bodhisattva Avalokitesvara mempraktikkan Prajna-paramita, ia melihat bahwa kelima arus-kehidupan (skandha) adalah kosong (sunya); dengan demikian ia mengatasi semua kesedihan [duhkha].

"Sariputra, ... tubuh adalah kekosongan, kekosongan adalah tubuh. Begitu pula perasaan, pencerapan, bentuk-bentuk batin, dan kesadaran. …

"Sariputra, segala sesuatu--karena hakikatnya kekosongan--tidak berawal dan tidak berakhir, mereka tidak kotor dan tidak murni, tidak bertambah dan tidak berkurang. Jadi di dalam kekosongan, tidak ada tubuh, tiada perasaan, tiada pencerapan, tiada bentuk-bentuk batin, tiada kesadaran. ...

"Tidak ada kegelapan batin [avidya], tidak ada lenyapnya kegelapan batin [avidya-nirodha], ... <terus sampai> tidak ada usia tua & kematian [jara-marana], tidak ada lenyapnya usia tua & kematian. [tidak ada pratitya samutpada/paticca samuppada]. Tidak ada dukkha, tidak ada sebab dukkha, tidak ada lenyapnya dukkha, tidak ada jalan menuju lenyapnya dukkha, [tidak ada Empat Kebenaran Suci]. Tidak ada tahu, tidak ada mencapai.

"Karena tiada apa pun yang dapat dicapai, para Bodhisattva merealisasikan Prajna-paramita; dengan demikian, batin mereka tak terintangi. Karena tiada tabir, mereka tidak mempunyai ketakutan, mereka tidak mempunyai pikiran salah dan khayalan. Mereka berada di dalam kebahagiaan Nirvana. Semua Buddha di masa lampau, masa kini, dan masa datang mencapai sepenuhnya 'Anuttara Samyak-sambodhi' (Pencerahan Sempurna yang Tiada Tara) dengan merealisasikan Prajna-paramita.

"Oleh karena itu, Prajna-paramita dikenal sebagai mantra illahi yang agung, mantra mencerahkan yang agung, mantra tertinggi, mantra yang tiada tara, dan pemusnah semua penderitaan. Semua ini benar dan bukan kebohongan. Mantra Prajna-paramita berbunyi: "Gate, gate, paragate, parasamgate, bodhi, svaha."


*****

Berikut ini saya kutipkan dari Sutra Intan (Vajra-cchedika Sutra, "Sutra Pemecah Intan"), yang pada intinya menekankan PENEGASIAN TOTAL dari segala sesuatu yang dapat dipikirkan (direnungkan) oleh pikiran manusia:

"Betapa pun banyak jenis makhluk hidup ... kita harus menuntun semua makhluk hidup ini menuju nirvana tertinggi sehingga mereka terbebaskan. Dan ketika makhluk yang tak terhitung banyaknya ini telah terbebaskan, sesungguhnya kita tidak berpikir bahwa ada satu makhluk pun terbebaskan.

"Mengapa begitu? Sebab, Subhuti, jika seorang Bodhisattva berpegang pada ide bahwa ada suatu DIRI/AKU, suatu PRIBADI, suatu MAKHLUK HIDUP, suatu JANGKA HIDUP [entah kekal, entah tidak], maka orang itu sesungguhnya bukan Bodhisattva.

"Selain itu, Subhuti, seorang Bodhisattva yang mempraktekkan kemurahan hati (dana) tidak berpegang pada obyek apa pun ... Mengapa? Sebab jika seorang Bodhisattva mempraktekkan kemurahan hati tanpa berpegang pada tanda-tanda, kebahagiaan yang dihasilkannya tidak terkirakan dan tidak terukur. ...

"Subhuti, mungkinkah mengetahui Sang Tathagata (Buddha) melalui tanda-tanda tubuhnya?"
Jawab Subhuti: "Tidak; jika Sang Tathagata bicara tentang tanda-tanda tubuh, tidak ada tanda-tanda tubuh yang dibicarakan."

"Di mana ada sesuatu yang dapat dibedakan dari tanda-tandanya, di situ terdapat pengelabuan. Jika engkau bisa melihat sifat tanda-tanda yang tanpa-tanda, maka engkau bisa melihat Sang Tathagata."

[...]

"Barang siapa, sekalipun hanya sedetik, memiliki keyakinan murni dan jernih ketika mendengar kata-kata Sang Tathagata, Sang Tathagata melihat dan mengetahui orang itu, dan orang itu akan memperoleh kebahagiaan tak terukur oleh karena pemahaman ini. Mengapa?

"Oleh karena orang seperti itu tidak terperangkap dalam ide tentang suatu diri/aku, suatu pribadi, suatu makhluk hidup, atau suatu jangka hidup. Mereka tidak terperangkap dalam ide tentang sesuatu (dharma) atau ide tentang bukan-sesuatu. Mereka tidak terperangkap dalam pengertian bahwa ini suatu tanda dan itu bukan-tanda. Mengapa? Jika engkau terperangkap dalam ide tentang sesuatu, engkau juga terperangkap dalam ide tentang suatu diri/aku, suatu pribadi, suatu makhluk hidup, atau suatu jangka hidup. Jika engkau terperangkap dalam ide tentang bukan-sesuatu, engkau masih terperangkap dalam ide tentang suatu diri/aku, suatu pribadi, suatu makhluk hidup, atau suatu jangka hidup. Itulah sebabnya kita jangan terperangkap dalam ide bahwa ada sesuatu atau dalam ide bahwa tidak ada sesuatu. Itulah makna tersembunyi ketika Sang Tathagata berkata, 'Para bhikkhu, kalian harus memahami bahwa semua ajaran yang kuberikan kepadamu adalah sebuah rakit.' Semua ajaran harus ditinggalkan, apa lagi bukan-ajaran.

"Subhuti, menurutmu apakah Sang Tathagata telah mencapai batin yang tertinggi, paling sempurna, paling tercerahkan? Apakah Sang Tathagata memberikan sebuah ajaran?"
Jawab Subhuti: "Sepanjang saya memahami ajaran Sang Buddha, tidak ada obyek batin yang berdiri sendiri yang dinamakan batin yang tertinggi, paling sempurna, paling tercerahkan, dan tidak ada pula ajaran yang berdiri sendiri yang diberikan oleh Sang Tathagata. Mengapa? Ajaran yang telah dicapai dan dibicarakan oleh Sang Tathagata tidak dapat dilihat sebagai eksistensi yang terpisah dan berdiri sendiri, dan oleh karena itu tidak bisa dideskripsikan. Ajaran Sang Tathagata bukan berdiri sendiri, bukan pula tidak berdiri sendiri. Mengapa? Oleh karena guru-guru suci hanya dibedakan dari guru-guru lain menurut apa yang tak terkondisi."

"Bagaimana menurutmu, Subhuti? Jika ada orang mengisi 3.000 alam semesta dengan tujuh permata berharga sebagai tindakan kemurahan hati (dana), apakah orang itu memperoleh kebahagiaan besar karena tindakan bajik ini?" Jawab Subhuti: "Ya, Bhante. Oleh karena hakikat kebajikan dan kebahagiaan bukanlah kebajikan dan kebahagiaan, maka Sang Tathagata bisa bicara tentang kebajikan dan kebahagiaan."

"Sebaliknya, jika ada seseorang yang menerima ajaran ini dan mempraktekkannya, sekalipun hanya satu bait berisi empat baris, dan menjelaskannya kepada orang lain, kebahagiaan yang dihasilkan oleh tindakan bajik ini jauh melampaui kebahagiaan yang dihasilkan dengan menghadiahkan tujuh permata berharga. Mengapa? Oleh karena semua Buddha dan Dharma dari batin Buddha yang tertinggi, paling sempurna, paling tercerahkan muncul dari ajaran ini. Subhuti, apa yang dinamakan Buddha Dharma adalah segala sesuatu yang bukan Buddha Dharma.

"Bagaimana menurutmu, Subhuti, apakah seorang Sotapanna berpikir, 'Aku telah mencapai buah jalan Sotapatti'?"
Jawab Subhuti: "Tidak, Bhante. Mengapa? Sotapanna berarti 'masuk ke dalam arus', tetapi pada kenyataannya tidak ada arus untuk dimasuki. Orang tidak memasuki arus yang adalah jasmani, bukan pula arus yang adalah perasaan, ... <dst panca-skhandha> ... Itulah yang kita maksud ketika kita berkata 'masuk ke dalam arus'."

... <dst untuk Sakadagami dan Anagami> ...

"Bagaimana menurutmu, Subhuti, apakah seorang Arahat berpikir, 'Aku telah mencapai buah jalan Arahat'?" Jawab Subhuti: "Tidak, Bhante. Mengapa? Tidak ada sesuatu yang berdiri sendiri yang bisa disebut Arahat. Jika seorang Arahat menghasilkan pikiran bahwa ia telah mencapai buah jalan Arahat, maka ia masih terperangkap dalam ide tentang suatu diri/aku, suatu pribadi, suatu makhluk hidup, atau suatu jangka hidup. Bhante sering berkata bahwa saya telah mencapai konsentrasi dari kehadiran yang hening, dan bahwa di dalam kumpulan Sangha ini saya adalah Arahat yang paling mengatasi kebutuhan dan keinginan. Bhante, jika saya berpikir bahwa saya telah mencapai buah jalan Arahat, Bhante tentu tidak akan berkata bahwa saya berada dalam konsentrasi dari kehadiran yang hening."

"Subhuti, di zaman dahulu kala, ketika Sang Tathagata berlatih di bawah bimbingan Buddha Dipankara, apakah ia mencapai sesuatu?" Jawab Subhuti: "Tidak, Bhante. Ia tidak mencapai apa-apa."

"Subhuti, apakah seorang Bodhisattva menciptakan sebuah alam Buddha yang tenang dan indah?" Jawab Subhuti: "Tidak, Bhante. Mengapa? Karena menciptakan sebuah alam Buddha yang tenang dan indah dalam kenyataannya bukan menciptakan sebuah alam Buddha yang tenang dan indah. Itulah sebabnya dinamakan menciptakan sebuah alam Buddha yang tenang dan indah."

"Demikianlah, Subhuti, semua Bodhisattva harus membangkitkan niat yang murni dan jernih dalam semangat ini. Bila mereka membangkitkan niat demikian, mereka tidak seharusnya bergantung pada wujud, suara, bau, citarasa, rabaan dan obyek-obyek batin. Mereka seharusnya membangkitkan niat dengan batin yang tidak berdiam di mana pun."

[...]

<bersambung>
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: chingik on 02 May 2008, 10:25:38 AM
Quote
Itu juga sebabnya, pak Hud, saya merasa bahwa pernyataan tentang Orang yang terbebaskan merasakan sakit, itu hanya perspektif dari kebenaran konvensional. Karena pikirannya yang sudah terbebas dari dualitas, mana mungkin merasa sakit dan enak? Namanya juga terlampaui bukan? Begitu juga dengan mati, itu hanya dilihat oleh orang awam dari perspektif konvensional. Orang terbebaskan yang telah merealisasi nibbana sudah melampaui konsep mati dan tidak mati. Mana mungkin mengatakan mereka bisa mati? dengan adanya ini maka muncullah itu, dengan lenyapnya ini maka lenyaplah itu. Jadi mengatakan bahwa orang terbebaskan merasakan sakit fisik menjadi agak janggal.
bro chingik,

yang merasakan sakit dan enak pada fisik itu bukan pikiran, tetapi pada indra bersangkutan.

Yang berbeda orang yg tercerahkan adalah respon batinnya, dia tidak melekat maupun menolaknya.

Fisik tetaplah fisik, tetap mengikuti hukum alam. tubuh/kulit akan tetap merasakan sakit, nyaman, lembut. mata akan tetap bisa silau dkk, hidup masih merasakan harum dan bau.

ini jadi kembali ke pembahasan tentang vedana di thread sebelah nih...

maklum, karena belum mengalaminya secara langsung akan rasa pembebasan, maka terpaksa main nerka-nerka aja.. :P
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 02 May 2008, 10:27:19 AM
maklum, karena belum mengalaminya secara langsung akan rasa pembebasan, maka terpaksa main nerka-nerka aja..

kalo main nerka-nerka,inget tanggung jawab Dhammanya lho,meskipun bukan Dhammaduta,kita berusaha untuk membawakan Kebenaran itu secara benar bukan hasil terka-terkaan.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: EVO on 02 May 2008, 10:38:04 AM
aku mempunyai mata tapi tak bisa melihat
aku mempunyai telinga tapi tak bisa mendenggar
aku mempunyai mulut tapi tak mampu bersuara
aku mempuyai indra lain tapi tak mampu berfungsi
aku mempunyai pikiran tapi dia tak bisa berpikir

sudah gila....cacat lagi... ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 02 May 2008, 10:39:11 AM
itu makhluk apaan EVO?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: EVO on 02 May 2008, 10:45:47 AM
orang
gila dan cacat  ;) :D ;D :|
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: chingik on 02 May 2008, 10:50:46 AM
maklum, karena belum mengalaminya secara langsung akan rasa pembebasan, maka terpaksa main nerka-nerka aja..

kalo main nerka-nerka,inget tanggung jawab Dhammanya lho,meskipun bukan Dhammaduta,kita berusaha untuk membawakan Kebenaran itu secara benar bukan hasil terka-terkaan.

terima kasih telah mengingatkan.. _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 02 May 2008, 10:54:23 AM
KEBENARAN KONVENSIONAL DAN KEBENARAN SEJATI (3/3)

Ketika mendengar sejauh ini dan menembus maknanya yang dalam, YA Subhuti menitikkan air mata. Ia berkata, "Bhante, Anda sungguh langka di dunia. Sejak saya mencapai mata Dhamma, berkat bimbingan Sang Buddha, tidak pernah saya mendengar ajaran yang begitu dalam dan indah seperti ini. Bhante, jika seseorang mendengar sutra ini, dan memiliki keyakinan yang murni serta jernih terhadapnya, dan mencapai pencerahan ke dalam kebenaran, maka orang itu akan mengalami kebajikan yang paling langka. Bhante, pencerahan ke dalam kebenaran itu pada hakekatnya bukan pencerahan. Itulah sebabnya Sang Tathagata menyebutnya pencerahan ke dalam kebenaran.

"Bhante, sekarang ini tidak sukar bagi saya untuk mendengar sutra indah ini, meyakininya, memahaminya, menerimanya, dan mempraktekkannya. Tetapi di masa depan, 500 tahun lagi, jika ada orang yang mampu mendengar sutra ini, meyakininya ...<dst> ... sudah tentu orang tersebut sangat langka. Mengapa? Karena orang tersebut tidak akan didominasi oleh ide tentang suatu diri/aku, suatu pribadi, suatu makhluk hidup, atau suatu jangka hidup. Mengapa? Ide tentang suatu aku/diri bukanlah ide, begitu pula ide-ide tentang pribadi ... <dst> ... bukanlah ide. Mengapa? Para Buddha disebut Buddha karena mereka bebas dari ide-ide."


Kata Sang Buddha kepada Subhuti: "Benar. Jika seseorang mendengar sutra ini dan tidak merasa ngeri atau takut, ia adalah langka. Mengapa? Subhuti, apa yang disebut oleh Sang Tathagata sebagai 'parama-paramita' (transendensi tertinggi) pada hakekatnya bukanlah transendensi tertinggi; itulah sebabnya itu dinamakan transendensi tertinggi."

[...]

"Sang Tathagata berkata, bahwa segala pengertian bukanlah pengertian dan bahwa semua makhluk hidup bukanlah makhluk hidup. Subhuti, Sang Tathagata adalah orang yang berkata seperti apa adanya, berbicara secara benar, dan berbicara sesuai dengan realitas. Ia tidak bicara secara mengelabui, atau untuk menyenangkan orang lain. Subhuti, jika kita berkata Sang Tathagata telah mencapai suatu ajaran, ajaran itu tidak dapat dipegang, tetapi tidak pula mengelabui.

"Subhuti, seorang Bodhisattva yang masih bergantung pada pengertian untuk mempraktekkan kemurahan hati (dana) adalah seperti orang yang berjalan dalam kegelapan. Ia tidak akan melihat apa-apa. Tetapi, jika seorang Bodhisattva tidak bergantung pada pengertian untuk mempraktekkan kemurahan hati, ia seperti orang yang penglihatannya baik dan berjalan dalam cahaya matahari yang terang. Ia bisa melihat berbagai wujud dan warna.

[...]

"Subhuti, jika seorang Bodhisattva berpikir, ia harus membebaskan semua makhluk hidup, maka ia masih belum seorang Bodhisattva. Mengapa? Subhuti, tidak ada obyek batin yang berdiri sendiri yang disebut Bodhisattva. Oleh karena itu, Sang Buddha berkata bahwa segala sesuatu adalah tanpa-diri/aku, tanpa-pribadi, tanpa-makhluk-hidup, tanpa-jangka-hidup. Subhuti, jika seorang Bodhisattva berpikir, “Aku harus menciptakan sebuah alam Buddha yang tenang dan indah," orang itu masih belum seorang Bodhisattva. Mengapa? Apa yang oleh Sang Tathagata dinamakan alam Buddha yang tenang dan indah pada kenyataannya bukanlah alam Buddha yang tenang dan indah. Itulah sebabnya itu dinamakan alam Buddha yang tenang dan indah. Subhuti, seorang Bodhisattva yang sepenuhnya memahami prinsip tanpa-diri/aku dan tanpa-segala-sesuatu(dharma), oleh Sang Tathagata dinamakan Bodhisattva yang sesungguhnya."

[...]

"Subhuti, janganlah berkata, bahwa Sang Tathagata memiliki ide “Saya akan memberi ajaran.” Jangan berpikir seperti itu. Mengapa? Jika ada orang berkata bahwa Sang Buddha memiliki ajaran, orang itu memfitnah Sang Buddha karena ia tidak memahami apa yang kukatakan. Subhuti, memberikan khotbah Dharma pada hakekatnya berarti tidak ada khotbah. Itulah sesungguhnya khotbah Dharma."


Subhuti bertanya kepada Sang Buddha: "Bhante, di kemudian hari, apakah ada makhluk hidup yang akan memiliki keyakinan penuh ketika mereka mendengar kata-kata ini?"

"Subhuti, makhluk-makhluk hidup itu bukanlah makhluk hidup, bukan pula makhluk tidak-hidup. Mengapa? Subhuti, apa yang dinamakan makhluk tidak-hidup oleh Sang Tathagata sesungguhnya adalah makhluk hidup."

Subhuti bertanya kepada Sang Buddha: "Bhante, apakah batin tertinggi, paling sempurna, paling tercerahkan yang dicapai Sang Buddha itu tak tercapai?"

Jawab Sang Buddha: "Benar, Subhuti. Tentang batin tertinggi, paling sempurna, paling tercerahkan, saya tidak mencapai apa-apa. Itulah sebabnya dinamakan batin tertinggi, paling sempurna, paling tercerahkan.

"Lebih jauh, Subhuti, batin itu di mana-mana sama. Oleh karena ia tidak tinggi, tidak rendah, ia disebut batin tertinggi, paling sempurna, paling tercerahkan. Buah dari batin tertinggi, paling sempurna, paling tercerahkan itu dicapai melalui praktik semua tindakan yang baik di dalam semangat tanpa diri/aku, tanpa pribadi, tanpa makhluk hidup, tanpa jangka hidup. Subhuti, apa yang dinamakan tindakan baik pada kenyataannya bukanlah tindakan baik. Itulah sebabnya dinamakan tindakan baik."

[...]

"Subhuti, janganlah berkata, Sang Tathagata memiliki ide, “Saya akan menuntun makhluk-makhluk hidup ke seberang pantai pembebasan.” Jangan berpikir seperti itu, Subhuti. Mengapa? Sesungguhnya tidak ada satu pun makhluk yang bisa diseberangkan oleh Sang Tathagata. Jika Sang Tathagata berpikir itu ada, maka ia akan terperangkap dalam ide tentang suatu diri/aku, suatu pribadi, suatu makhluk hidup, suatu jangka hidup. Subhuti, apa yang dinamakan oleh Sang Tathagata diri/aku pada hakekatnya tidak memiliki diri/aku sebagaimana diri/aku itu dipikirkan oleh orang biasa. Subhuti, Sang Tathagata tidak menganggap siapa pun sebagai orang biasa. Itulah sebabnya Ia menamakannya orang biasa."

[...]

"Subhuti, jika engkau berpikir bahwa Sang Tathagata telah mencapai batin yang tertinggi, paling sempurna dan paling tercerahkan, dan tidak membutuhkan semua tanda-tanda itu, engkau SALAH. Subhuti, jangan berpikir seperti itu. Jangan berpikir, jika orang telah mencapai batin yang tertinggi, paling sempurna dan paling tercerahkan, orang perlu melihat semua obyek batin sebagai tidak ada, terpotong dari kehidupan nyata. Harap jangan berpikir seperti itu. Orang yang mencapai batin yang tertinggi, paling sempurna dan paling tercerahkan tidak mengatakan bahwa semua obyek batin tidak ada dan terpotong dari kehidupan nyata.

"Subhuti, jika seorang Bodhisattva mengisi 3.000 alam dengan tujuh permata berharga, sebanyak butir debu di sungai Gangga sebagai tindakan kemurahan hati (dana), kebahagiaan yang dihasilkan oleh kebajikannya itu lebih sedikit dibandingkan kebahagiaan yang dihasilkan oleh orang yang memahami dan dengan sepenuh hati menerima kebenaran bahwa hakikat segala sesuatu adalah tanpa-diri/aku dan mampu hidup dan menanggungkan kebenaran ini sepenuhnya. Mengapa begitu, Subhuti? Oleh karena seorang Bodhisattva tidak perlu membangun kebajikan dan kebahagiaan."


Subhuti bertanya: "Apakah maksud Bhante dengan berkata seorang Bodhisattva tidak perlu membangun kebajikan dan kebahagiaan?"

"Subhuti, seorang Bodhisattva membangun kebajikan, tetapi tidak terperangkap dalam ide tentang kebajikan dan kebahagiaan. Itulah sebabnya Sang Tathagata berkata, seorang Bodhisattva tidak perlu membangun kebajikan dan kebahagiaan."

[...]

"Subhuti, seseorang yang mencapai batin tertinggi, paling sempurna, paling tercerahkan, harus tahu bahwa hal ini benar bagi segala sesuatu, harus melihat bahwa segala sesuatu seperti ini, harus memiliki keyakinan di dalam pemahaman tentang segala sesuatu tanpa konsep apa pun tentang segala sesuatu. Subhuti, apa yang disebut konsep tentang segala sesuatu, dikatakan oleh Sang Tathagata bukanlah konsep tentang segala sesuatu. Itulah sebabnya dinamakan konsep tentang segala sesuatu.

"Subhuti, jika seseorang menawarkan tujuh permata berharga untuk mengisi alam-alam yang tak terbatas seperti ruang angkasa sebagai tindakan kemurahan hati (dana), kebahagiaan yang dihasilkannya tidak menyamai kebahagiaan yang dihasilkan oleh orang yang mencapai pencerahan batin dan membaca serta mempraktekkan sutra ini, serta menjelaskannya kepada orang lain, sekalipun hanya satu bait berisi empat baris. Dalam semangat bagaimana penjelasan ini diberikan? Tanpa terperangkap dalam tanda-tanda, sekadar sesuai dengan apa adanya, tanpa goncangan. Mengapa begitu?

"Segala yang terbentuk adalah seperti mimpi, seperti bayangan, setitik embun, sekilas cahaya. Begitulah engkau harus merenungkannya, Begitulah engkau harus mengamatinya."


*****

Demikianlah, Mas Sunari, terdapat suatu benang merah yang menyatukan SEMUA sutra-sutra Mahayana--dan sutta-sutta Theravada--yang menyatukan SEMUA BENTUK AJARAN BUDDHA, menyatukan semua mazhab Agama Buddha. Benang merah itu mengungkapkan adanya dua LEVEL kebenaran: (1) kebenaran konvensional, di tataran pikiran/intelek dan pengalaman sehari-hari, dan (2) kebenaran sejati/mutlak, yang melampaui (mentransendensikan) pikiran/intelek dan pengalaman sehari-hari, dan hanya bisa dipahami sepenuhnya dengan berhentinya pikiran dalam keheningan sempurna.

Rupanya Anda hanya berkutat dengan kebenaran-kebenaran konvensional sehari-hari saja tanpa melihat kebenaran sejati.

Dengan demikian saya telah memenuhi permintaan Anda di atas.

Salam,
Hudoyo

--- End of forwarded message ---

=========================
WILLIBORDUS:

Pak Hudoyo,

Saya heran, Bapak masih ingat saja postingan2 lama dan segera bisa menemukannya dengan cepat. Siang tadi saya tanyakan dan sore-nya sudah menerima penjelasan yang sangat komplit :-)

Penjelasan tsb sudah bisa menjawab rasa penasaran saya dan sekaligus menjelaskan pengertian Sukhavati dan Amitabha dari sudut 'kebenaran mutlak' (bukan dari kacamata 'kebenaran konvensional' yang telah terlanjur dipahami oleh banyak orang, termasuk oleh para pengikutnya sendiri)

Kutipan penjelasan dari Master Ou-i tentang "hakikat sejati" telah mencairkan pandangan saya terhadap aliran Amitabha dan juga mempertemukan pola pikir saya dgn 'esensi' ajaran aliran tsb.

Anumodana Pak Hud,
Willibordus

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sumedho on 02 May 2008, 10:58:16 AM
Pak Hud, bro willibordusnya member disini juga loh
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 02 May 2008, 11:00:12 AM
Iya, Rekan Willibordus pernah mampir di thread ini juga, kok. :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sumedho on 02 May 2008, 11:10:44 AM
Sesuai janji saya dengan pak Hud, tentang hubungan anapanasati sutta dan MMD, berikut ini sebisa saya saya deskripsikan yg saya telaah.

Pada anapanasati sutta dijelaskan menjadi 4 bagian dengan 4 subbagian lagi didalamnya.
Pada bagian pertama, menyadari bernafas panjang, pendek, sensitif terhadap tubuh, menenangkan bentukan tubuh/nafas *bukan dengan sengaja*.
pada bagian kedua, sensitif terhadap rapture, pleasure, bentukan mental, menenangkan bentukan mental
pada bagian ketiga, sensitif pada pikiran, memenuhi/mengikuti pikiran, menenangkan pikiran, melepaskan pikiran.
pada bagian keempat, fokus pada perubahan, fokus pada "melepas keterlibatan", fokus pada penghentian, fokus pada pelepasan/"pasrah"

Ke 16 ini bukanlah langkah2x yang harus kita lakukan secara sistematis dan step-by-step, tetapi ini adalah hal2x yang terjadi KETIKA kita sedang meditasi secara pasif *bukan aktif/disengaja*.

Karena hal2x tersebut adalah yg "bisa dan akan" terjadi, tentu tidak dijadikan patokan atau acuan ketika SEDANG meditasi. tetapi itu hanya sekadar penjelasan.

Ketika meditasi, saya sendiri tidak bisa membedakan antara tehnik MMD dan anapanasati. yah itu juga barangnya, sama2x duduk dan mengamati kedalam. *kecuali dengan interpretasi anapanasati yg lainnya yah*

mungkin kira2x demikian yang saya tahu pak hud.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: chingik on 02 May 2008, 12:32:56 PM
Quote
yang merasakan sakit dan enak pada fisik itu bukan pikiran, tetapi pada indra bersangkutan.

jika pikiran tidak merasakan sakit, dari mana tahu bahwa fisik sedang mengalami rasa sakit?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 02 May 2008, 01:24:43 PM
[...]
Ketika meditasi, saya sendiri tidak bisa membedakan antara tehnik MMD dan anapanasati. yah itu juga barangnya, sama2x duduk dan mengamati kedalam. *kecuali dengan interpretasi anapanasati yg lainnya yah*
[...]

Perbedaan anapanasati dan MMD terletak pada tahap awalnya:

Pada anapanasati (tetrad pertama dari Anapanasati-sutta), terdapat USAHA untuk berkonsentrasi pada napas. Pada tetrad-tetrad berikutnya usaha itu sudah tidak tampak lagi.

Pada MMD, sejak awal tidak ada usaha untuk berkonsentrasi. Selanjutnya, setelah batin relatif hening, dan pikiran tinggal satu-satu muncul, maka yang ada hanyalah tubuh dengan segala fungsinya, termasuk keluar-masuknya napas. Di sini memang tidak tampak lagi perbedaan antara anapanasati dan MMD karena sudah tidak ada usaha lagi.

Pada anapanasati sendiri, menurut YM Buddhadasa Mahathera kalau tidak salah, pemeditasi bisa "melompat" dari tetrad pertama ke tetrad ke-4, dengan memintasi tetrad ke-2 dan ke-3 (kedua tetrad ini adalah jhana, menurut beliau). Oleh karena itu, dimungkinkan nibbana tercapai tanpa melalui jhana. (Lihat, Buddhadasa Bhikkhu, "Mindfulness with Breathing")

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 02 May 2008, 01:50:34 PM
[...] Jadi mengatakan bahwa orang terbebaskan merasakan sakit fisik menjadi agak janggal. Lebih tepat lagi jika mengatakan bahwa fisiknya mengalami suatu reaksi fisikal.
[...]

Yang sederhana sajalah. Orang yang telah bebas bisa saja menggunakan kata-kata dari bahasa sehari-hari--tanpa harus mencari-cari kata-kata lain yang "betul" secara teknis--untuk mengungkapkan apa yang dirasakan oleh tubuh, tanpa melekat pada kata-kata itu. Di sini kata-kata dari bahasa sehari-hari itu mempunyai arti yang sama sekali lain daripada apa yang dipahami oleh orang banyak.

Sebuah contoh yang sangat terkenal datang dari riwayat hidup Sang Buddha sendiri, ketika beliau tiba di Hutan Sala di dekat Kusinara menjelang saat meninggal beliau. Berikut ini saya sampaikan teks aslinya & terjemahannya dari Mahaparinibbana-sutta:

"Atha kho bhagavaa aayasmanta.m aananda.m aamantesi aayaamaananda yena hira~n~navatiyaa nadiyaa paarima.m tiira.m, yena kusinaaraa, yena upavattana.m mallaana.m saalavana.m, tenupasa.nkamissaamaa'ti. 'Evambhante'ti kho aayasmaa aanando bhagavato paccassosi. Atha kho bhagavaa mahataa bhikkhusa.nghena saddhi.m yena hira~n~navatiyaa nadiyaa paarima.m tiira.m, yena kusinaaraa, yena upavattana.m mallaana.m saalavana.m, tenupasa.nkami. Upasa.nkamitvaa aayasmanta.m aananda.m aamantesi. "I.ngha me tva.m aananda antarena yamakasaalaana.m uttarasiisaka.m ma~ncaka.m pa~n~naapehi. Kilanto'smi aananda nipajjissaamii'ti. 'Evambhante'ti kho aayasmaa aanando bhagavato pa.tissutvaa antarena yamakasaalaana.m uttarasiisaka.m ma~ncaka.m pa~n~naapesi. Atha kho bhagavaa dakkhi.nena passena siihaseyya.m kappesi paade paada.m accaadhaaya sato sampajaano."

[Bab kelima: Di Kusinara - peristirahatan terakhir]

... Lalu Sang Bhagava berkata kepada Ayasma Ananda demikian: "Ananda, mari kita menyeberangi sungai Hirannyawati, dan pergi ke Hutan Sala milik kaum Malla, di dekat kota Kusinara."

"Baik, Bhante," jawab Ayasma Ananda kepada Sang Bhagava.

Dan Sang Bhagava, bersama sejumlah besar bhikkhu-sangha, menyeberangi sungai Hirannyawati, dan pergi ke Hutan Sala milik kaum Malla, di dekat kota Kusinara. Dan di sana, Sang Bhagava berkata kepada Ayasma Ananda, demikian: "Ananda, siapkan bagiku tempat berbaring di antara dua pohon Sala kembar, dengan kepala menghadap ke Utara. Ananda, aku letih, dan ingin berbaring."

"Baik, Bhante." Dan Ayasma Ananda melakukan apa yang diminta oleh Sang Bhagava, menyiapkan tempat berbaring di antara dua pohon Sala kembar dengan kepala menghadap ke Utara.

Lalu Sang Bhagava berbaring pada sisi kanannya, dalam posisi singa, dengan sebuah kaki di atas kaki lainnya, dan mempertahankan kesadaran & keelingannya. ...


*****

"Ananda, aku letih dan ingin berbaring." (Kilanto'smi, aananda, nipajjissaamii'ti) - Inilah pernyataan seorang Buddha, pernyataan apa adanya, tanpa dipikir panjang, tanpa mencari-cari istilah yang tepat secara teknis, melainkan cukup dengan menggunakan bahasa sehari-hari. Sang Buddha tidak berkata: "Ananda, tubuh ini mengalami suatu perasaan tertentu, yang disebut 'letih' oleh orang yang belum terbebaskan." Orang yang berkata begitu malah tampak sekadar berteori, tidak spontan, tidak bicara langsung apa adanya, melainkan dipikir-pikir dengan matang lebih dulu. - Tetapi jelas bahwa makna "Aku letih" di sini sangat berbeda dengan makna kata-kata itu apabila Anda atau saya yang mengucapkannya.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sumedho on 02 May 2008, 01:59:44 PM
Quote
yang merasakan sakit dan enak pada fisik itu bukan pikiran, tetapi pada indra bersangkutan.

jika pikiran tidak merasakan sakit, dari mana tahu bahwa fisik sedang mengalami rasa sakit?
Berdasarkan informasi yg masuk, kita akan berpikir. pintu masuknya tetap indra2x. indra itu yg berberikan input sakit, panas, dst.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sumedho on 02 May 2008, 02:03:17 PM
[...]
Ketika meditasi, saya sendiri tidak bisa membedakan antara tehnik MMD dan anapanasati. yah itu juga barangnya, sama2x duduk dan mengamati kedalam. *kecuali dengan interpretasi anapanasati yg lainnya yah*
[...]

Perbedaan anapanasati dan MMD terletak pada tahap awalnya:

Pada anapanasati (tetrad pertama dari Anapanasati-sutta), terdapat USAHA untuk berkonsentrasi pada napas. Pada tetrad-tetrad berikutnya usaha itu sudah tidak tampak lagi.

Pada MMD, sejak awal tidak ada usaha untuk berkonsentrasi. Selanjutnya, setelah batin relatif hening, dan pikiran tinggal satu-satu muncul, maka yang ada hanyalah tubuh dengan segala fungsinya, termasuk keluar-masuknya napas. Di sini memang tidak tampak lagi perbedaan antara anapanasati dan MMD karena sudah tidak ada usaha lagi.

Pada anapanasati sendiri, menurut YM Buddhadasa Mahathera kalau tidak salah, pemeditasi bisa "melompat" dari tetrad pertama ke tetrad ke-4, dengan memintasi tetrad ke-2 dan ke-3 (kedua tetrad ini adalah jhana, menurut beliau). Oleh karena itu, dimungkinkan nibbana tercapai tanpa melalui jhana. (Lihat, Buddhadasa Bhikkhu, "Mindfulness with Breathing")

Salam,
hudoyo
Kalau saya punya interpretasi berbeda lagi terhadap anapanasati sutta pak hud. Saya sudah baca dan coba analisa berbagai penjabaran dari beberapa buku (termasuk dari bhante buddhadasa), saya coba komparasi dan cross cek dengan pengalaman, sepertinya tidak ada yg mengena.

Disaat itu saya buang semua pengetahuan dan informasi dan "bertarung" tanpa jurus, dan akhirnya saya lebih cocok dengan demikian :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: chingik on 02 May 2008, 02:38:24 PM
Quote
Tetapi jelas bahwa makna "Aku letih" sangat berbeda dengan makna kata-kata itu apabila Anda atau saya yang mengucapkannya.

Saya sependapat dengan penjelasan yang satu ini.   :) _/\_

 
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 02 May 2008, 02:41:57 PM
Quote from: Sumedho
Disaat itu saya buang semua pengetahuan dan informasi dan "bertarung" tanpa jurus, dan akhirnya saya lebih cocok dengan demikian

Begitu 'semua pengetahuan' dan 'informasi' dibuang, tentu gagasan, ingatan tentang 'anapanasati' juga lenyap, bukan?

Lalu, 'lebih cocok' dengan yang mana?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: chingik on 02 May 2008, 02:48:13 PM
Quote
yang merasakan sakit dan enak pada fisik itu bukan pikiran, tetapi pada indra bersangkutan.

jika pikiran tidak merasakan sakit, dari mana tahu bahwa fisik sedang mengalami rasa sakit?
Berdasarkan informasi yg masuk, kita akan berpikir. pintu masuknya tetap indra2x. indra itu yg berberikan input sakit, panas, dst.

pintu masuknya memang tetap indra2, tetapi jika tidak diteruskan ke pikiran, dari mana kita tahu itu adalah sakit?
Coba anda pegang besi panas, tangan anda akan merasa sakit, karena ada kesadaran,sentuhan, dan kontak dari ini menimbulkan perasaan, jika perasaan tidak menyenangkan maka disebut sakit, jika perasaan menyenangkan disebut enak, jika tidak dua2nya disebut netral. Jadi tanpa ada batin dari mana reaksi sakit itu bisa diketahui? Dengan demikian maka pernyataan bahwa  yang merasakan sakit dan enak pada fisik itu bukan pikiran, tetapi pada indra bersangkutan. , tidak bisa ditegakkan.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sumedho on 02 May 2008, 03:20:04 PM
Quote
Jadi tanpa ada batin dari mana reaksi sakit itu bisa diketahui? Dengan demikian maka pernyataan bahwa  yang merasakan sakit dan enak pada fisik itu bukan pikiran, tetapi pada indra bersangkutan. , tidak bisa ditegakkan.
hmmm batin dan pikiran itu beda loh.....

Ketika sensasi masuk, nyaman tidak nyaman ataupun netral. itu hanya sensasi saja. sisanya permainan di pikiran itu.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Lex Chan on 02 May 2008, 04:57:06 PM
hmmm batin dan pikiran itu beda loh.....

Ini karena keterbatasan bahasa Indonesia dalam penerjemahan..
CMIIW, barangkali lebih cocok menggunakan istilah nama (batin) dan citta (pikiran).. :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sumedho on 02 May 2008, 04:58:08 PM
Quote from: Hudoyo
Begitu 'semua pengetahuan' dan 'informasi' dibuang, tentu gagasan, ingatan tentang 'anapanasati' juga lenyap, bukan?

Lalu, 'lebih cocok' dengan yang mana?

Iya, tak ada teori2x yg "ganggu", termasuk teori anapanasati sutta itu sendiri. Maka itu saya punya interpretasi bahwa anapanasati sutta itu adalah yg *mungkin* terjadi ketika kita duduk bermeditasi. Bukan itu adalah langkah2x yg harus dilakukan.

cocok yang nga pake teori, just sit and watch :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: chingik on 02 May 2008, 06:16:16 PM
 
Quote
Ini karena keterbatasan bahasa Indonesia dalam penerjemahan..
CMIIW, barangkali lebih cocok menggunakan istilah nama (batin) dan citta (pikiran).. :)

jika dikatakan sensasi-sensasi saja, maka tidaklah mungkin ada pembedaan sakit, enak atau netral. Jika ada pembedaan, maka yang tidak menyenangkan tentu adalah hal yang menyakitkan, yang menyenangkan adalah hal yang mengenakkan, yang tidak dua2nya adalah hal yang netral. Jadi ketika besi panas menyentuh tangan, mana mungkin orang yang terbebaskan masih ada pikiran diskriminasi bahwa ini menyakitkan , ini mengenakkan atau ini netral. 
ya kita memang tidak bisa menyelami seperti apakah batin arahat itu, tetapi tidaklah mungkin seorang arahat sekedar mencatat di dalam batinnya sakit, sakit ,sakit..., kalo bgitu apa bedanya dengan meditator yg masih harus belajar?  Jadi pertanyaan intinya adalah di manakah pikiran/batin Arahat ditempatkan ketika besi panas menyentuh tangannya?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 02 May 2008, 06:28:24 PM
jika dikatakan sensasi-sensasi saja, maka tidaklah mungkin ada pembedaan sakit, enak atau netral. Jika ada pembedaan, maka yang tidak menyenangkan tentu adalah hal yang menyakitkan, yang menyenangkan adalah hal yang mengenakkan, yang tidak dua2nya adalah hal yang netral. Jadi ketika besi panas menyentuh tangan, mana mungkin orang yang terbebaskan masih ada pikiran diskriminasi bahwa ini menyakitkan , ini mengenakkan atau ini netral. 
ya kita memang tidak bisa menyelami seperti apakah batin arahat itu, tetapi tidaklah mungkin seorang arahat sekedar mencatat di dalam batinnya sakit, sakit ,sakit..., kalo bgitu apa bedanya dengan meditator yg masih harus belajar?  Jadi pertanyaan intinya adalah di manakah pikiran/batin Arahat ditempatkan ketika besi panas menyentuh tangannya?
menurut saya yg bukan arahat :P
sensasi fisik & pikiran menyenangkan, menyakitkan & netral tetap ada ;D
tetapi tidak ada ketertarikan ataupun penolakan terhadap sensasi...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 02 May 2008, 11:31:39 PM
Jadi ketika besi panas menyentuh tangan, mana mungkin orang yang terbebaskan masih ada pikiran diskriminasi bahwa ini menyakitkan , ini mengenakkan atau ini netral.

Menurut teori, Sang Buddha & para arahat tetap mengalami rasa enak, rasa sakit & rasa netral, karena itu adalah kamma-vipaka-nya.

Ingat saja pelajaran Paticca-samuppada di sekolah minggu:
(A) avijja, sankhara = KAMMA
(B) vinnana, nama-rupa, salayatana, phassa, vedana = VIPAKA
(C) tanha, upadana, bhava = KAMMA
(D) jati, jara-marana = VIPAKA

Seorang Buddha/arahat masih memiliki mata rantai (B) + (D) selama masih hidup dan punya tubuh, tapi tidak lagi memiliki (A) + (C). Jadi, seorang Buddha/arahat masih memiliki VEDANA (rasa enak, rasa tidak enak, rasa netral).

 
Quote from: chingik
Jadi pertanyaan intinya adalah di manakah pikiran/batin Arahat ditempatkan ketika besi panas menyentuh tangannya?

Lihat Mulapariyaya-sutta, Majjhima-nikaya, 1.

Di dalam sutta itu, Sang Buddha mengajarkan bagaimana munculnya pikiran seorang puthujjana, yang prosesnya berlangsung melalui 6 langkah yang terjadi secepat kilat, sebagai tanggapan (response) terhadap suatu rangsangan (stimulus) yang masuk dari luar melalui pancaindra, atau muncul di dalam batin (indra "keenam" menurut psikologi Buddhis) sebagai ingatan (memory):

(1) muncul persepsi murni (belum ada pikiran, belum ada identifikasi, belum ada pembedaan);
(2) muncul konsepsi (pikiran mulai bergerak, ada pelabelan, pengenalan, pembedaan);
(3) muncul aku/atta (tapi masih belum terpisah dari obyek);
(4) muncul dualitas subyek vs obyek (aku memisahkan diri dari obyek);
(5) aku ber-relasi dengan obyek;
(6) muncul emosi (sukacita, sedih, marah dsb).

Jadi, yang disebut PIKIRAN adalah proses mulai nomor (2) s/d (6). Proses nomor (1) masih belum disebut PIKIRAN, melainkan PERSEPSI MURNI (pure perception).

Dalam sutta itu pula Sang Buddha berkata bahwa dalam diri seorang Buddha/arahat, proses pikiran itu terhenti sampai pada nomor (1); nomor (2) s/d (6) tidak muncul. Justru dalam batin seorang Buddha/arahat tidak pernah lagi muncul PIKIRAN sebagaimana kita kenal sebagai puthujjana.

Timbul pertanyaan: kalau langkah nomor (2) s/d (6) tidak muncul, bagaimana mungkin seorang Buddha/arahat bicara dan menggunakan kata-kata? Bagaimana seorang Buddha/arahat BERPIKIR?

Ini termasuk masalah acinteyya (hal yang tidak seharusnya dipikir-pikir). Apakah hal yang 'acinteyya' itu?

1. hakikat seorang yang bebas
2. asal mula alam semesta
3. hakikat jhana
4. seluk-beluk karma & buahnya.

Sang Buddha bilang, kalau orang mikir-mikir tentang salah satu dari keempat hal itu, dia bisa gila.

Namun, mungkin ada informasi tentang bagaimana seorang yang tidak punya aku/pikiran lagi bisa berkata-kata, bicara, malah menulis buku. Ini tercantum dalam buku seorang ibu rumah tangga Katholik yang pada usia 40-50 tahun mengalami runtuhnya aku/dirinya dengan sempurna untuk selamanya. Kebetulan ia seorang master di bidang psikologi, sehingga penuturannya sangat menarik. Tentu saja membaca uraian itu tidak sama dengan mengalaminya sendiri. Ibu itu bernama Bernadette Roberts, dan bukunya berjudul "The Experience of No-Self". Sudah saya terjemahkan ke bahasa Indonesia (150 halaman).

*****

Kembali kepada pertanyaan Rekan Chingik di atas, baik seorang arahat maupun seorang puthujjana, kalau tangannya tersentuh besi panas, dua-duanya akan secara refleks menarik tangannya. Proses ini adalah proses jasmani, tanpa melewati citta/pikiran; dalam bahasa kedokteran disebut proses refleks, jalan sarafnya tidak melalui otak besar (tempat pikiran).

Baru SESUDAH menarik tangannya, sedetik kemudian, dalam batin si puthujjana, muncul berbagai PIKIRAN sesuai keenam langkah yang diuraikan oleh Sang Buddha di atas. Sebaliknya, dalam batin seorang arahat, setelah ia secara refleks menarik tangannya, tidak muncul PIKIRAN apa pun, sesuai dengan Mulapariyaya-sutta (bukan "pikirannya ditempatkan di mana").

Dalam Mahaparinibbana-sutta, Sang Buddha pernah "mengeluh": "Aku letih, Ananda, aku ingin berbaring." - Secara analogis, tentu Sang Buddha pernah pula berkata: "Aku haus, Ananda, aku ingin minum." - Di sini, "ingin"-nya Sang Buddha itu tentu sangat berbeda dengan "ingin" yang sering kita rasakan sebagai puthujjana. "Ingin"-nya Sang Buddha lebih merupakan kebutuhan jasmani, daripada keinginan mental (batin), tanha. Seorang Buddha pun kalau haus tentu "ingin" (butuh, perlu) minum dan pergi mencari air minum.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 03 May 2008, 12:01:22 AM
pak aku belum pernah ikut mmd lalu aku ikutin aja apa yang ada dipostingan ini pertanyaan saya:

1. kok saya jd lelet mikir
2. saya jd gampang lupa
3. mao nya ditempat yang gak ada suara alias tempat sepi n tenang

thx in advance
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 03 May 2008, 05:33:02 AM
Komentar saya atas "keluhan" Anda: :)

1. "Lelet mikir" - Apakah itu menganggu pekerjaan Anda sehari-hari, dalam arti Anda membutuhkan waktu lebih lama untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari? Ataukah maksudnya tidak suka lagi mikir tentang hal-hal yang tidak perlu dipikirkan, melamun dsb, seperti dulu?

2. "Gampang lupa" - Apakah itu mengganggu pekerjaan sehari-hari, dalam arti Anda lupa menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan ke pundak Anda? Ataukah maksudnya tidak ingat lagi akan hal-hal yang memang tidak perlu diingat-ingat?

3. "Mau berada di tempat yang sepi" - Kalau Anda lebih suka berada di tempat yang ramai, ya jangan bermeditasi MMD. ;D

Kesimpulan: menurut saya, sih, semua "keluhan" itu--kalau tidak merugikan Anda dalam kehidupan sehari-hari--menunjukkan bahwa Anda memperoleh "kemajuan" dalam meditasi Anda.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Bahiya 21 on 03 May 2008, 10:13:51 AM
[...] Sang Buddha bersabda:

"Kalian perlu belajar lebih banyak dalam upaya kalian mencapai Anuttara Samyak-Sambodhi [Pencerahan Sempurna Tiada Tara]. Saya telah mengajarkan cara berlatih yang benar, tapi kalian masih belum tahu sepak terjang Mara [personifikasi dari kejahatan] yang halus ketika kalian melatih samatha-vipasyana  [meditasi ketenangan-pencerahan]. ... Bila mereka muncul dan kalian tidak bisa mengenali mereka dan batin kalian tidak berada dalam keadaan yang benar, maka kalian akan jatuh ke dalam kejahatan mereka atau kejahatan kelima arus-diri kalian. Jika kalian tidak memahami jelas tentang mereka, kalian akan mengira pencuri-pencuri itu seperti anak-anak kalian sendiri. Lebih jauh lagi, kalian akan menganggap kemajuan kecil sebagai pencapaian sempurna ...
Salam kenal untuk Romo Hudoyo & Rakan Rekan sekalian,

Mohon ijinkan saya bergabung di Thread ini untuk memperdalam MMD yang sudah saya jalani sendiri di rumah.  ^:)^

Untuk posting pertama ini saya penasaran pingin tau siapa itu MARA? Dalam cerita - cerita Buddhis diceritakan MARA terus mengganggu Pangeran Sidharta yg sedang bermeditasi & seolah - olah seperti Mahluk lain.

Saya menduga MARA tidak lain adalah AKU/EGO itu sendiri. Apa begitu Romo & Rekan - Rekan? (Maaf jika saya salah).   ^:)^

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 03 May 2008, 10:18:03 AM
Biar tidak :outoftopic: lebih lanjut silahkan baca di sini :
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,1468.0.html (http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,1468.0.html)

Selanjutnya  :backtotopic:
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: chingik on 03 May 2008, 10:29:03 AM
terima kasih atas penjelasannya.  :) _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 03 May 2008, 11:18:27 AM
Salam kenal untuk Romo Hudoyo & Rakan Rekan sekalian,

Mohon ijinkan saya bergabung di Thread ini untuk memperdalam MMD yang sudah saya jalani sendiri di rumah.  ^:)^
[...]

Salam kenal, Rekan Bahiya. :)

Saya tertarik akan nickname Anda: "Bahiya". ... Apakah Anda sudah membaca & memahami isi Bahiya-sutta?

Bagi saya, Bahiya-sutta dan Malunkyaputta-sutta (di mana ajaran Sang Buddha persis sama dengan di dalam Bahiya-sutta) itu adalah satu-satunya referensi yang ada di Tipitaka Pali bagi meditasi vipassana versi MMD yang saya ajarkan.

Anda melakukan sendiri MMD di rumah. ... Bagus sekali ... Anda belajar sendiri?

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Edward on 04 May 2008, 11:14:50 PM
Salam kenal Pak Hudoyo,
Wah jadi pengen ikutan nimbrung d topik ini...
Gini lho, kenapa yah, pas saya baca n sedikit merenungkan mengenai kondisi "padam" itu, saya merasakan gejolak pikiran yah?Secara otomatis pikiran bertanya,"apakah gw mau kondisi sadar?"Ketika semua perasaan enak dan tidak enak sudah teratasi...Dan langsung pikiran membayangkan hal2 yg menyangkan...Trus, disatu pihak si pikiran bilang "agh, tapi kebahagiaan kyk gtu cma sementara n semu"..Isa tolong bantu jelaskan apakah ini

Sekedar info, saya juga jarang bermeditasi... :P Jadi, masih bnyk tetutup lumpur  nih...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Bahiya 21 on 05 May 2008, 11:39:42 AM
Biar tidak :outoftopic: lebih lanjut silahkan baca di sini :
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,1468.0.html (http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,1468.0.html)

Selanjutnya  :backtotopic:

Terima kasih Rekan Karuna Murti  _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Bahiya 21 on 05 May 2008, 01:55:26 PM
Salam kenal untuk Romo Hudoyo & Rakan Rekan sekalian,

Mohon ijinkan saya bergabung di Thread ini untuk memperdalam MMD yang sudah saya jalani sendiri di rumah.  ^:)^
[...]

Salam kenal, Rekan Bahiya. :)

Saya tertarik akan nickname Anda: "Bahiya". ... Apakah Anda sudah membaca & memahami isi Bahiya-sutta?

Bagi saya, Bahiya-sutta dan Malunkyaputta-sutta (di mana ajaran Sang Buddha persis sama dengan di dalam Bahiya-sutta) itu adalah satu-satunya referensi yang ada di Tipitaka Pali bagi meditasi vipassana versi MMD yang saya ajarkan.

Anda melakukan sendiri MMD di rumah. ... Bagus sekali ... Anda belajar sendiri?

Salam,
hudoyo


Romo Hudoyo yang baik,  :)

Saya tahu Bahiya Sutta dari posting Romo di thread MMD Kaskus & jelas sudah saya baca & untuk memahaminya secara empiris rasanya belum sebab saat melihat, mendengar, mencerap, mengingat MASIH saja MUNCUL RESPON dari batin dengan tetap diamati secara pasif.

Saya terinspirasi menggunakan nickname Bahiya karena tidak perlu banyak berteori tapi langsung praktek dan bisa mencapai pencerahan. Mudah - mudahan saya bisa belajar darinya.

Saya adalah juga Pertapa X ( di Kaskus ) sudah berlatih MMD sendirian selama kurang lebih 1,5 tahun berkat bantuan, dorongan & bimbingan Romo Hudoyo dari jarak jauh ( via email ). Selain dua referensi bacaan yang dikirim ke saya, Romo juga berpesan agar saya terus mengikuti diskusi - diskusi MMD makanya tak buntutin terus ke manapun Romo pergi.  ;D

Terima kasih Romo atas bimbingannya selama ini.  :)

Salam,
Bahiya
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 05 May 2008, 02:29:07 PM
hehehe... ;D  Bukan orang lain, ya ... Selamat datang di thread ini, Mas Pertapa X dari Kaskus. ... Anda tinggal di Batam, kan. ... :)

Romo Hudoyo yang baik,  :)

Saya tahu Bahiya Sutta dari posting Romo di thread MMD Kaskus & jelas sudah saya baca & untuk memahaminya secara empiris rasanya belum sebab saat melihat, mendengar, mencerap, mengingat MASIH saja MUNCUL RESPON dari batin dengan tetap diamati secara pasif.

Lha iyalah, "masih muncul respons" terhadap rangsangan yang masuk melalui pancaindra & ingatan itu tandanya kita masih puthujjana (belum terbebaskan sempurna). ... Kan Sang Buddha bilang pada Bahiya: "Bahiya, kalau kamu bisa berada dalam keadaan itu, maka kamu tidak ada lagi, dan itulah, hanya itulah, akhir dari dukkha." Artinya kalau tidak muncul lagi respons, berarti kita sudah arahat, ya. :) ... Sekarang kan masih belum. ...


Quote
Saya terinspirasi menggunakan nickname Bahiya karena tidak perlu banyak berteori tapi langsung praktek dan bisa mencapai pencerahan. Mudah - mudahan saya bisa belajar darinya.

Justru karena alasan itulah saya tidak lagi menggunakan Mahasatipatthana-sutta, Anapanasati-sutta dll dalam melakukan & mengajarkan vipassana. Maka jadilah vipassana versi MMD.

Kata sebuah sutra Mahayana (entah lupa namanya), seorang pemeditasi yang membawa-bawa pengetahuan kitab suci ke dalam latihan meditasinya, adalah ibarat seekor sapi yang memikul sekeranjang kitab suci di punggungnya, tanpa memperoleh manfaatnya. ;D ... Manfaat kitab suci hanyalah untuk menjadi Sarjana Agama Buddha, Doktor Abhidhamma, dsb, tapi tidak mencerahkan. :)


Quote
Saya adalah juga Pertapa X ( di Kaskus ) sudah berlatih MMD sendirian selama kurang lebih 1,5 tahun berkat bantuan, dorongan & bimbingan Romo Hudoyo dari jarak jauh ( via email ). Selain dua referensi bacaan yang dikirim ke saya, Romo juga berpesan agar saya terus mengikuti diskusi - diskusi MMD makanya tak buntutin terus ke manapun Romo pergi.  ;D

Terima kasih Romo atas bimbingannya selama ini.  :)

Salam,
Bahiya

Saya ikut berbahagia mendengar bahwa Anda mendapat manfaat dari MMD. ... Teruskan, teruskan latihan Anda. :)

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 05 May 2008, 03:45:34 PM
Dari:  > Forum: Supranatural > Subforum: Spiritual > Thread: MMD

"Tidak bernapas" dalam meditasi ...

Quote from: lelettoa
eyang semar, mohon petunjuknya, mulai tadi pagi saya belajar praktek MMD, otodidak aja, lha wong gurunya cuma ketemu di kaskus, beberapa hal yang pengen saya sampaiken :

1. Di artikel meditasi petunjuk pelaksanaan (dpt dari milis), saya membaca instruksi kalo setiap gerak kita harus mencatat dalam batin, misal mau menelan ludah, kita catat "berniat" dulu, baru ketika menelan baru dicatat "menelan", nah, yang bisa saya catat kok cuma menelannya saja ya? sedang berniatnya kok ndak terasa, maksudnya, apa "berniat" menelan itu juga bisa kita rasakan?

Mohon maaf, buklet "Meditasi Petunjuk Pelaksanaan" itu adalah metode vipassana versi Mahasi Sayadaw yang dulu saya ajarkan, tetapi sekarang sudah saya tinggalkan. Mohon jangan pakai buku itu lagi.

Dalam MMD yang saya ajarkan sekarang, TIDAK ADA LAGI PENCATATAN (labeling, naming) terhadap segala fenomena jasmani & batin yang teramati, karena pencatatan adalah gerak pikiran lagi.

Sebagai ganti dari "Meditasi Petunjuk Pelaksanaan" itu, gunakanlah kata-kata Sang Buddha sendiri dari Bahiya-sutta:

"Bahiya, beradalah dalam keadaan ini: dalam apa yang terlihat hanya ada yang terlihat, dalam apa yang terdengar hanya ada yang terdengar, dalam apa yang tercerap (oleh ketiga indra yang lain) hanya ada yang tercerap, dalam apa yang muncul dalam batin sebagai ingatan hanya ada ingatan. Kalau kamu bisa berada dalam keadaan itu, maka kamu tidak ada lagi; dan itulah, hanya itulah, akhir dari dukkha [nirwana, pemadaman, pembebasan]."

Seperti Anda katakan, fenomena jasmani sifatnya lebih kasar dan lebih jelas terlihat daripada fenomena batin. 'Menelan ludah' terlihat jelas, sedangkan 'niat menelan ludah' sering kali terlewat tidak teramati. Begitu juga 'menepuk nyamuk yg menggigit pipi' jauh lebih mudah teramati, sedangkan 'niat menepuk nyamuk' (yang memang ada sebelum orang menggerakkan tangannya) sering kali tidak terlihat.

Tidak terlihatnya fenomena batin yang halus-halus adalah wajar bagi seorang pemula. Dengan bertambah "mahir"-nya MMD, nanti yang halus-halus itu (niat, keinginan, kekecewaan, ketidaksenangan dsb) akan teramati dengan jelas. - Misalnya, ketika ada nyamuk menggigit, niat menepuk itu akan teramati jelas, sehingga orang berhenti, tidak jadi menepuk, dan alih-alih menggerakkan tangan mengusir pergi saja.


Quote
2. Ketika mulai meditasi sambil duduk, apa saja perubahan aktifitas yang biasa terjadi? perasaan saya, kok saya jadi sering nelen ludah sama nahan (maaf) kentut, sedang kalo lagi duduk biasa ga ada tuh.

Semua aktivitas yang dirasakan sebagai berubah itu mungkin memang benar-benar berubah frekuensinya, atau mungkin juga cuma perasaan saja, karena lebih teliti diamati. Kalau berubah frekuensinya, mungkin salah satu penyebabnya ialah adanya sedikit 'ketegangan' dalam mengamati. Cobalah sadari ada-tidaknya ketegangan itu; seharusnya ketegangan itu mereda, dan 'mengamati' itu menjadi sangat alamiah, tanpa usaha, tanpa diniati, jadi tanpa ketegangan. Ini bisa dicapai dengan mengamati 'keinginan untuk mengamati' itu sendiri.


Quote
3. Ini yang paling membuat bingung, setelah beberapa lama meditasi (sekitar 1 jam), tiba2 saya merasa nafas saya berhenti, kayak kalo kita berada didalam aer, pertama saya merasakan itu saya bisa kembali bernafas, +15 menit kemudian, nafasnya sesak lagi, tapi bisa balik lagi, dan yang terakhir nafas saya lama sekali ga balik2, sampe pandangan mata saya gelap (padahal udah merem, hehehe), tapi untungnya masih bisa balik, habis itu saya buka mata dan ga berani nerusin, takut kenapa2, udah jam 2 malem sih, kira2 kenapa itu eyang? apa hal yang normal?

segitu dulu eyang, maaf pertanyaannya borongan, mohon pencerahannya :D

"Lama sekali gak balik2" itu berapa lama? ... Kalau lebih dari 1 menit kan orang bisa pingsan, kalau memang benar-benar tidak bernapas. ... :)

Yang sering terjadi ialah: ketika batin mulai reda, maka napas pun menjadi halus ... bisa sangat halus sehingga tidak terasa lagi gerak otot-otot pernapasan. Ini yang memberi kesan "tidak bernapas", padahal sebenarnya masih tetap ada napas. Kalau ini yang terjadi, tidak ada yang perlu ditakutkan; bahkan sebaliknya, itu tanda bahwa meditasi mengalami "kemajuan". Anda bisa "tidak bernapas" selama bermenit-menit, berjam-jam, dengan batin yang amat hening.

Tapi bisa juga terjadi, "tidak bernapas" itu tanda dari ketegangan di atas, karena Anda berupaya keras untuk "mengamati" batin Anda. ... Kalau ini terjadi, maka biasanya napas itu kembali dengan tersengal-sengal, seperti orang kehabisan napas, ketika baru keluar dari menyelam ke dalam air, seperti Anda katakan.

Jadi, bedakan sendiri, "tidak bernapas" yang mana yang Anda alami. ... Kalau yang pertama, biarkan saja ... itu tanda "kemajuan". ... Kalau yang kedua, coba sadari adanya ketegangan itu. ... Nanti kan ada perbaikan sendiri.

Selamat mencoba dan berlatih terus.

Salam,
semar
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 06 May 2008, 07:00:53 AM
"AKU SEJATI" vs. 'AKU'

Dari: Emi Sastra [emi_sastra [at] yahoo.com]

Pak Hudoyo,

Kelihatannya Pak Hudoyo juga memakai kacamata walaupun berbeda dengan kacamata saya. Jadi saya juga tidak ingin membahas lebih lanjut dengan komentar saya sebelumnya.

Mungkin setelah membaca kembali Kisah Bernadette, saya akan keep sendiri supaya kacamata saya tidak dicoba
untuk dipakaikan orang lain karena sangat mungkin tidak cocok.

Namun karena Pak Hudoyo banyak memahami masalah "Aku", maka saya ada beberapa pertanyaan:

1. Pada sutra Suranggama, saya membaca : "Di Sutra Mahaparinibbana, Buddha mengatakan bahwa empat
karakteristik Nirvana adalah kekekalan, kebahagiaan, Aku Sejati, dan kesucian. "Aku Sejati" yang dimaksud
di sini bukanlah pengertian "Aku", pun bukan "Tanpa Aku". Aku Sejati yang melampaui "Aku" dan "Bukan Aku".
Jadi apa "Aku Sejati" itu yang melampaui "Aku" dan "Bukan Aku"?

2. Apa yang dimaksud dengan Bhuta-tathata"?

Terima kasih sebelumnya.

========================
HUDOYO:

Quote
> Kelihatannya Pak Hudoyo juga memakai kacamata walaupun berbeda dengan kacamata saya.

Jangan menyamakan orang lain dengan diri sendiri. :) ... Bisa ditunjukkan seperti apa “kacamata” yang saya pakai?

Yang saya maksud dengan “kacamata” adalah ajaran/sudut pandang/kepercayaan tertentu yang sudah dianut sebelumnya dan mewarnai penafsiran dan kesimpulan seseorang dalam memikir tentang hal-hal yang mengatasi pengalaman sehari-hari.

Saya telah mencoba mengidentifikasikan, “kacamata” yang Anda pakai dalam membaca buku Bernadette Roberts beserta komentar saya:
1. Ada Tuhan - "The Unknown" dari BR disamakannya dengan Tuhan, padahal Lao Tzu berkata, "Tao yang bisa DISEBUT bukanlah Tao."
2. Ada Aku - Aku ini yang tahu bahwa "Aku tanpa aku", sehingga dengan demikian MENJUNGKIRBALIKKAN apa yang dituturkan oleh BR sendiri.
3. Pengalaman BR berbeda dengan pengalaman Buddha - seolah-olah Rekan Emi tahu betul pengalaman BR maupun pengalaman Buddha itu sendiri.
4. Punya asumsi khusus tentang hubungan Tuhan dan alam semesta: Tuhan ada di dalam alam semesta – sebagaimana diajarkan oleh agama-agama.
5. Punya asumsi khusus tentang hubungan Tuhan dan manusia: Tuhan bicara dalam hati manusia – sebagaimana diajarkan oleh agama-agama.


Quote
> 1. Pada sutra Suranggama, saya membaca : "Di Sutra Mahaparinibbana, Buddha mengatakan bahwa empat karakteristik Nirvana adalah kekekalan, kebahagiaan, Aku Sejati, dan kesucian. […]
> 2. Apa yang dimaksud dengan Bhuta-tathata"?

Inilah contoh nyata “kacamata” yang saya maksud: suatu ajaran agama tertentu yang dipegang erat-erat dan mewarnai setiap pemikiran tentang masalah yang mengatasi pengalaman sehari-hari.

Karena saya sudah tidak menggunakan “kacamata” apa pun—entah “kacamata” Mahayana, entah “kacamata” Theravada—maka, maaf, saya tidak bisa melayani Anda dalam hal ini.

Bagi saya, yang paling penting adalah kata Sang Buddha, bahwa dalam diri seorang yang belum bebas, selalu ada pikiran ‘INI AKU, INI MILIKKU, INI DIRI/ROH-KU’, sedangkan dalam diri seorang yang telah bebas, SAMA SEKALI TIDAK ADA LAGI PIKIRAN SEPERTI ITU. – Ini sama sekali BUKAN “kacamata” (ajaran/pandangan), melainkan FAKTA yang bisa dibuktikan dalam meditasi vipassana/MMD. … 

Bagaimana pengalaman Anda mengikuti retret MMD baru-baru ini? :) … Mungkin Rekan Ian tidak tepat mengajak Anda mengikuti retret MMD, bukan? ... Saya rasa MMD tidak cocok untuk Anda. ;D


Quote
> "Aku Sejati" yang dimaksud di sini bukanlah pengertian "Aku", pun bukan "Tanpa Aku". Aku Sejati yang melampaui "Aku" dan "Bukan Aku". Jadi apa "Aku Sejati" itu yang melampaui "Aku" dan "Bukan Aku"?

Nah, di sini Anda menyentuh satu kebenaran tertinggi, tetapi karena Anda masih punya ‘Aku’ yang kuat, Anda tidak bisa memahaminya secara aktual, melainkan hanya mengerti secara teoretis; ini terbukti dari masih tebalnya “kacamata” yang Anda pakai.

Memang ada SESUATU yang mengatasi diri/aku yang individual ini. Ini dikatakan oleh Buddha dalam salah satu kitab Theravada, Udana: “Para bhikkhu, ada sesuatu yang tidak dilahirkan, tidak terbentuk, bukan individu (makhluk), tidak terkondisi.”

Sesuatu itu dalam Mahayana disebut Dharmakaya (atau dengan beberapa nama lain), dalam Hinduisme disebut Brahman – dengan demikian ini sudah menjadi ajaran yang SPESIFIK.  Padahal Lao Tze mengajarkan: “Tao yang bisa disebut BUKANLAH Tao.”

Nah, masalahnya ialah semua itu hanya bisa dipahami secara teoretis oleh manusia yang masih punya ‘Aku’ dan masih pakai “kacamata” tebal. Untuk merealisasikan itu secara aktual, si ‘Aku’ ini harus runtuh lebih dulu, dengan kata lain harus tercapai batin tanpa-Aku.

Batin tanpa-Aku tidak bisa dicapai dengan belajar kitab suci, dengan menghafalkan “Aku Sejati”, atau menghafalkan “Tanpa-Aku”, melainkan dengan meditasi mengamati badan & batin yang menjadi sandaran bagi si Aku ini, dengan kata lain, dengan meditasi vipasyana/MMD.

Tanpa lenyapnya ‘Aku’ lebih dulu, tidak mungkin orang memahami secara aktual apa itu Dharmakaya, apa itu Brahman, apa itu Tao; tidak mungkin orang memahami keadaan itu, di mana tidak ada lagi ajaran ‘Tanpa-Aku’, dan tidak ada lagi ‘Aku’ yang selama ini selalu bersemayam dalam batin manusia.

Sebagai AJARAN, ‘anatta’ (tanpa-aku) memang masih terletak di level relativitas, level intelektual, tapi sebagai AKTUALITA ‘anatta’ itu harus ditembus dulu oleh semua orang yang masih punya ‘aku’, untuk sampai kepada batin yang mengatasi semua ajaran. Tidak mungkin orang sampai pada SESUATU yang disebut dalam Udana, tanpa runtuhnya ‘aku’-nya lebih dulu.

Apalagi mengatakan “Aku Sejati”, tanpa lenyapnya ‘Aku’, itu cuma HAFALAN yang tidak ada gunanya. Itulah “kacamata” tebal yang Anda pakai.

Bisa ditunjukkan dengan tepat, di mana dalam Sutra Surangama atau Sutra Mahaparinirvana Buddha mengatakan bahwa "Nirvana adalah …. Aku Sejati …”.? Saya kok kurang yakin, karena saya belajar bahwa seluruh aliran yang ada dalam Mahayana semuanya mengajarkan Anatman (tanpa-aku) dan Sunyata.

Salam,
Hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Edward on 07 May 2008, 01:20:20 AM
Pak Hud, mo nanya, kan bapak ngajarin MMD tanpa memandang batas agama, trus gmn cara bapak ngajarin MMD k org yg beragama lain?Apakah masih menggunakan pendekatan Buddhis?
Setahu saya sih, di agama K jg  ada semacam "meditasi" , cma beda istilah dan objek...
Trus, setelah belajar MMD, bgmn tanggapan mereka??
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 07 May 2008, 07:23:46 AM
hehe... ;D

Rekan Edward, cara saya mengajar vipassana/MMD ke orang non-Buddhis sama saja dengan ke orang Buddhis. Bagaimana? ... Yang penting, tinggalkan semua ajaran agama yang pernah dipelajari sejak kecil selama berlatih meditasi.

Ini juga berlaku untuk mereka yang Buddhis. Tinggalkan semua ajaran Buddha-Dhamma, apalagi Abhidhamma, selama berlatih vipassana/MMD. ... Mempraktekkan vipassana/MMD tidak perlu menggunakan hafalan Buddha-Dhamma; itu malah menjadi beban yang tidak perlu, yang tanpa disadari dipikul ke sana ke mari.

*****

Betul di agama Keristen, terutama Katholik, juga ada meditasi, tetapi meditasinya semuanya tergolong renungan (kontemplasi) atau samatha-bhavana, seperti: kontemplasi pada kehidupan Yesus, konsentrasi pada kata-kata, misalnya "Ma-ra-na-tha" bersama napas.

Anda bisa lihat di internet di situs WCCM (World Community for Christian Meditation). Saya pernah diajak mengikuti retret 1 hari yang diadakan oleh pemimpin WCCM dari London, Romo Lawrence Feeman, di Cipanas.

Anda juga bisa membuka situs internet dengan kata kunci "centering prayer" dari Romo Thomas Keating di Amerika.

*****

Tanggapan teman-teman Keristen terhadap vipassana/MMD? ... Pada umumnya sangat positif. ... Pada Lebaran yang lalu ada seorang pastor Katholik dari Klender menjalankan MMD sendirian selama seminggu penuh di pertapaan Katholik Cikanyere (Cipanas) dengan bimbingan saya; dua kali saya datang ke sana khusus untuk memimbingnya. ...

Dalam salah satu diskusi, beliau menyatakan secara berkelakar: "Wah, Pak Hud ... setelah saya mengenali pikiran dengan vipassana/MMD, ternyata khotbah-khotbah yang saya siapkan setiap minggu untuk umat di gereja itu bohong semua, ya ..." ;D Kami tertawa terbahak-bahak. ... Saya menjawab: "Bukan begitu, Romo. Agama itu kan di level pikiran. Di level itu, orang bisa dan harus memilih, mau jadi Katholik, jadi Buddhis, jadi ateis, jadi apa pun ..."

Nah, para Romo Pandita dan Bhante yang suka berkhotbah Dhamma seyogyanya juga bisa merenungkan, berapa banyak dari khotbah-khotbah Anda tidak datang dari pengalaman batin sendiri, melainkan cuma sekadar teori?

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 07 May 2008, 07:27:21 AM
OOT: Tombol 'Notify' di Forum Diskusi ini rupanya tidak berfungsi ya?

Saya tekan tombol 'Notify' untuk beberapa topik, tapi tidak satu pun notification saya terima, padahal yang menanggapi sudah seabrek-abrek. :D

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 07 May 2008, 07:45:45 AM
[Posting ini ditulis oleh Andi Cahya, 26 tahun, di > Forum: Supranatural > Subforum: Spiritual > Thread: Life-tuality. Bulan lalu Rekan Andi mengikuti retret MMD untuk pertama kali dalam hidupnya di Cipanas. Teman-teman yang berminat bisa mengunjungi thread itu untuk membaca tulisan-tulisannya yang lain.]

LUAR BIASA <komentar>

hmm.. hari ini, mari kita bicarakan hal yang sangat indah!
hehehe... mari kita bahas kematian ;D

-saya saat ini begitu tergila-gila dengan yang namanya kematian..
-kematian bagi saya adalah guru.. hanya bersentuhan dengan kematian, dapat merubah seluruh hidup saya.. hanya mendekati kematian.. saya berangsur-angsur menyadari hidup.. dan hidup..
-tujuan saya hidup adalah untuk menikmati kematian..
---------------------------------
-hehehehe... lalu kenapa saya tidak bunuh diri?
-hmm.. kematian pasti akan datang.. bahkan saat ini pun, kematian "SEDANG" menghampiri saya.. hanya masalah waktu.. mengapa tidak bersabar? hmm.. yang saya nantikan, adalah sang kekasih.. kerinduan ini begitu indah.. saya menikmati kerinduan ini agar ketika waktunya nanti bertemu.. sang kematian dapat saya peluk dengan seluruh kerinduan yang ada..
-saat kita dilahirkan.. saat itulah kematian menghampiri diri ini.. sebelum pikiran ini terbentuk, kekasih telah melakukan perjalanan menjemput diri ini ;D
-alasan lain, kenapa saya tidak bunuh diri.. karena bunuh diri pun bukan berarti mati ;D bunuh diri hanya sebagian dari mati..
-kita hidup dengan sendiri nya.. lahir dengan sendirinya.. tanpa ada usaha apapun dari diri kita.. begitu juga dengan kematian.. hehehe.. terjadi dengan sendirinya.. tanpa ada usaha apapun dari diri kita.
-justru, bunuh diri hanya menunda kematian.. bagi yang mempercayai konsep reinkarnasi tentu akan mengerti hal ini.. bahwa walaupun tubuh kita telah mati.. keinginan kita masih berkeliaran.. dan.. hehehe... hidup lagih..
-begini begini.. intinya.. bagai mana kita bisa mati kalau kita belum hidup? bagai mana mungkin bisa merasakan mati bila belum merasakan hidup.. dan hanya yang hidup yang bisa mengalami mati ;D
-hidup sepenuhnya.. maka kita akan mati sepenuhnya.. kita takut akan kematian karena ada bagian diri kita yang mengatakan "kita belum hidup"...
-selama ini yang kita lakukan adalah bersiap siap untuk hidup.. saya baru hidup kalau sudah jadi orang kaya.. saya baru hidup kalau menjadi orang keren.. saya baru hidup kalau sudah tercerahkan ;D
-inilah yang jadi masalah.. terlalu banyak syarat untuk hidup.. padahal.. hidup tidak butuh apapun.. simple.. just be here and now.. hanya berada disini saat ini.. hehehe..
----------------------------------
-kematian adalah bagian dari hidup.. dan nirvana.. adalah salah satu sisi dari kematian.. mati-nya "aku".. yang perlu disadari bahwa nirvana pun adalah bagian dari hidup..
-bila dikatakan, bahwa mereka yang egonya belum mati.. maka belum hidup.. maka jangan di artikan bahwa untuk hidup dibutuhkan mati.. bahwa syarat untuk hidup adalah mati..
-jangan diartikan kita harus mati dulu baru mulai hidup..
-justru hanya dengan hidup lah kematian dapat di lalui.. mulai dari hidup dan tepat saat kita hidup, saat itu lah kita akan mati.. karena hidup dan mati sebenarnya adalah satu dan tak terpisahkan..
-hmm.. bila untuk merasakan hidup dibutuhkan pencerahan.. dibutuhkan kosong.. dibutuhkan nirvana.. maka, hidup akan menjadi impian.. akan menjadi cita-cita.. akan menjadi masa depan.. akan menjadi ilusi.. dan apabila itu terjadi maka nirvana akan menjadi mimpi buruk terakhir..
-mati akan menjadi penghalang kita untuk hidup.. pencerahan akan menjadi penghalang untuk hidup.. pencerahan akan menjadi pengejaran yang tak akan pernah berakhir..
-EGO, akan bersemayam di cita cita.. keheningan menjadi sebuah tujuan.. akan menjadi sebuah KEINGINAN.. dan keinginan ini tidak akan pernah terwujud, karena keheningan hanya dapat terjadi saat kita tidak menginginkan apapun..
----------------------------------
-dalam kematian terdapat kebijaksanaan.. yang tak dapat diungkapkan melalui kata-kata.. hanya dapat dialami.. ;D
-karena itu membicarakan kematian tidak berguna.. keindahan mawar, akan menjadi dangkal bila hanya diungkapkan melaui kata-kata.. anda harus melihatnya sendiri.. anda harus merasakannya sendiri.. hehehe...
-mereka yang beruntung, merasakan dekat dengan kematian.. dapat menjadi sangat bijaksana.. tapi tidak semua orang dapat merasakan dekat dengan mati ;D
-karena itu saya saat ini saya ingin berbagi sedikit permainan ;D
-hehehe... melakukan permainan ini.. butuh keberanian.. hmm.. dan mungkin hanya orang gila seperti saya yang berani melakukannya..
-heuheueheuheu...
-cara bermain nya:
1.okey.. ambil kalender.. terus lihat lah dua bulan lagi.. pilih tanggal yang paling anda sukai.. yang paling berarti bagi anda.. pilihlah tangal ini dengan sebaik-baiknya.. harus benar benar bermakna untuk anda.. karena pada tanggal itu.. sesuatu yang besar akan terjadi..
hehehe.. tanggal yang anda pilih adalah tanggal kematian anda ;D jadi hal yang pertama anda lakukan adalah MEMILIH dan MENENTUKAN kapan anda akan mati!
-jangan lupa tentukan juga jam dan menit kapan anda akan mati ;D saran saya sih, pilih jam dimana anda bisa sendirian dengan tenang.. atau jam 11 malam keatas.. hehehe... kalau proses kematian anda terganggu khan sayang ;D
2.heuehuehu... langkah berikutnya.. hayati kematian yang akan datang tersebut.. setiap saat.. setiap hari.. ingatlah berapa lama lagi anda akan hidup.. mulai lah menghitung mundur kematian anda se-sering mungkin.. ratusan kali dalam sehari.. ;D
3.kematian ini harus rahasia.. jangan beritahu siapapun.. dan tetap lakukan kegiatan apapun seperti biasa.. lakukan semua kegiatan anda dengan KESADARAN BAHWA ANDA AKAN MATI 2 BULAN LAGI.. dan makin lama makin dekat.. makin dekat.. hehehehe...
4.bila tiba saat yang ditentukan.. jalani lah kematian tersebut.. dan saat itu santai.. rileks.. (jangan jadi azab ilahi).. jadikan kematian anda kematian paling indah.. (mati ala orang tercerahkan atau para bijak) persiapkan sebaik mungkin.. mandi lah dulu.. sambutlah kematian dengan cinta.. bernafaslah dengan lambat dan lembut.. dan nantikan atau saksikan kematian datang pada anda dengan sendirinya tanpa usaha apapun dari anda ;D
------------------------------------------
-heuehuehuehu... pada minggu minggu awal.. pikiran anda akan menyangkal bahwa anda akan mati pada tanggal yang ditentukan.. dan akan terus mengatakan bahwa ini hanya lah permainan.. its okey.. gpp.. kalau anda menghayati dengan baik.. dan rajin mengingat dan menghitung mundur.. perlahan lahan.. pikiran anda akan mulai percaya bahwa anda akan mati (aneh ya ;D)..
-tugas anda hanya meyakinkan diri anda sendiri bahwa anda akan mati pada tanggal yang ditentukan.. pokonya semakin yakin semakin asyik.. ;D
-oiya.. saat anda berhasil meyakinkan pikiran anda.. maka saat itu.. anda akan merasakan takut yang luar biasa.. dan ingin berhenti bermain.. ;D hehehe... saat ini, permainan justru baru saja dimulai..
-hari demi hari.. akan menjadi sangat berharga.. saat itu, anda akan melihat bahwa semua keinginan adalah ilusi.. seluruh ambisi.. ego.. akan keluar.. dan anda akan melihat betapa tidak bergunanya EGO.. betapa ego membuat anda menderita..
-saat itu ikatan-ikatan yang selama ini membelenggu anda akan terlihat.. anda akan menyadari siapa diri anda ;D
-saat itu anda akan menjadi diri anda apa adanya... hehehe terima lah apa adanya.. toch sebentar lagi anda akan mati ;D saat itu satu satu nya yang bisa anda lakukan hanya hidup.. menikmati hari hari terakhir dari hidup anda..
-bila semuanya dihayati dengan sepenuh jiwa dan raga.. hidup akan memperlihatkan dirinya pada anda ;D
---------------------------------------------
-hmmm... oiyah.. ada satu lagi yang perlu di beritahukan ;D hehehe... saya tidak bertanggung jawab atas apa yang akan terjadi pada anda karena melakuan permainan diatas.. karena umur siapa sih yang tau.. hehehe... BISA JUGA ANDA MATI BENERAN.. atau jadi gila..
-jadi sebelum melakukan permainan ini.. hendaknya anda pikirkan matang-matang..
-saya sebenarnya agak segan berbagi permainan ini.. tapi.. satu-satunya cara untuk berbagi rasa tentang kematian adalah dengan mengalaminya sendiri.. dan permainan diatas, walaupun mengandung resiko.. tapi merupakan cara yang paling aman, dibandingkan dengan cara lainnya ;D
-selama dua bulan permainan diatas dilakukan.. anda boleh selalu curhat di thread ini..
-beranikah anda menatap kematian yang merupakan bagian dari hidup?
-beranikah anda mendekati "sesuatu" yang PASTI akan terjadi?
-------------------------------------
-semua keinginan itu hilang akan hilang bukan karena dibunuh.. bukan karena ditahan.. bukan karena di hipnotis.. bukan karena di acuhkan.. semua keinginan itu hilang karena pengertian yang mendalam bahwa "semua keinginan itu adalah sia-sia"
-saat kita sadar bahwa kita tidak butuh keinginan.. saat kita sadar bahwa keinginan itu keterikatan.. saat kita sadar keinginan itu merupakan beban.. saat itu keinginan "TERLEPAS" dengan sendirinya.. tanpa usaha apapun..
-dan ke sia-sia an keinginan ini akan terlihat bila kita mendekati kematian..
-hmm.. sebenarnya, banyak pengetahuan yang bisa didapat dari pengalaman mendekati kematian.. tapi bila saya bicarakan disini.. hanya akan menjadi timbunan pengetahuan tanpa makna.. pengetahuan harus berasal dari diri anda sendiri.. agar dapat bermakna.. agar dapat menjadi kesadaran..
--------------------------------------
-hehehe... selamat bermain ;D dan titip salam untuk malaikat pencabut nyawa!!


madman.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sumedho on 07 May 2008, 08:59:08 AM
Quote
Tanggapan teman-teman Keristen terhadap vipassana/MMD? ... Pada umumnya sangat positif. ... Pada Lebaran yang lalu ada seorang pastor Katholik dari Klender menjalankan MMD sendirian selama seminggu penuh di pertapaan Katholik Cikanyere (Cipanas) dengan bimbingan saya; dua kali saya datang ke sana khusus untuk memimbingnya. ...

Dalam salah satu diskusi, beliau menyatakan secara berkelakar: "Wah, Pak Hud ... setelah saya mengenali pikiran dengan vipassana/MMD, ternyata khotbah-khotbah yang saya siapkan setiap minggu untuk umat di gereja itu bohong semua, ya ..."  Kami tertawa terbahak-bahak. ... Saya menjawab: "Bukan begitu, Romo. Agama itu kan di level pikiran. Di level itu, orang bisa dan harus memilih, mau jadi Katholik, jadi Buddhis, jadi ateis, jadi apa pun ..."

Nah, para Romo Pandita dan Bhante yang suka berkhotbah Dhamma seyogyanya juga bisa merenungkan, berapa banyak dari khotbah-khotbah Anda tidak datang dari pengalaman batin sendiri, melainkan cuma sekadar teori?
Senada dengan diskusi dengan pak hud terakhir ketemu :)


Quote
OOT: Tombol 'Notify' di Forum Diskusi ini rupanya tidak berfungsi ya?

Saya tekan tombol 'Notify' untuk beberapa topik, tapi tidak satu pun notification saya terima, padahal yang menanggapi sudah seabrek-abrek.
Akan saya coba test dan cari tahu penyebabnya pak, mungkin pak hud adalah yang pertama menggunakan fitur ini :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: EVO on 07 May 2008, 01:44:17 PM
dear andi cahaya
aku selalu berkata dalam diriku
'hidup untuk mempersiapkan kematian'
saat aku baca postingan mu
luar biasa....ada gejolak dalam batin ku
yang lebih dominan sih 'perasaan takut'
pada hal aku sudah pernah mengalamin mati suri istilah disini
tapi membaca postingan mu buuuhhhhh aku takut :)) :))
batin ku belum siap....ini artinya aku masih waras neh...dan artinya aku masih tidur :)
sekali lagi luar biasa andi.
 :)) :)) :)) aku menertawakan diri ku sendiri neh
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Lex Chan on 07 May 2008, 01:49:29 PM
Saya tidak tahu apa yang akan terjadi.. :-?
Let's find out.. Mari bermain "permainan kematian yang gila" ;D
Tanggal kematian saya adalah... (rahasia dong.. :P)
Kira2 2 bulan dari hari ini, pada hari yang sangat spesial, pada jam yang sangat spesial.. ;)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Edward on 07 May 2008, 09:26:39 PM
Kalau kasus pastor ato romo Katholik yang belajar meditasi vipasana sih lumayan sering denger...
Trus, setelah memahami tulisan Pak Hud, jadi kepikiran, ternyata agama memang hanyalah sebuah "label"..

Komentar mengenai tulisan Andi, jgn-kan mempersiapkan tanggal "kematian" saya, pas lagi merenungkan makna2 kondisi nirvana dari tulisan d sini aj udah timbul gejolak dalam diri...
Pikiran rasanya langsung "menolak" n nyodorin gambar2 menyenangkan yg membuat perasaan rasanya pengen kebahagiaan semua doank...Maklumlah, lumpurnya masih nempel bnyk nih...

Btw, menarik jg nih untuk di coba... ^-^
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 08 May 2008, 12:04:16 AM
Kalau kasus pastor ato romo Katholik yang belajar meditasi vipasana sih lumayan sering denger...
Trus, setelah memahami tulisan Pak Hud, jadi kepikiran, ternyata agama memang hanyalah sebuah "label"..
[...]

Nah, Rekan Edward, Anda baru saja memperoleh sebuah pencerahan yang penting ... :-)

Dengan pencerahan itu Anda tidak akan melekat lagi pada kata-kata, pada doktrin, pada rumusan "kebenaran" yang ditampilkan oleh suatu agama, seperti misalnya "Empat Kebenaran Suci" dalam Agama Buddha. ... Kata-kata, doktrin bukanlah Kebenaran yang dicoba-ungkapkannya.

Salam,
Hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 08 May 2008, 12:43:42 AM
ILUSI akan lenyap ketika disadari?  

Dari:  > Subforum: Spiritualitas > Thread: Life-tuality

-hmm.. tulisan saya yang sebelumnya menuliskan bahwa ketika keinginan disadari.. maka keinginan tersebut akan lenyap dengan sendirinya.
-saat keterikatan disadari.. maka keterikatan pun akan terlepas dengan sendirinya..
------------------------
mungkin ada yang bingung.. karena terlihat tidak masuk akal.. hehehe apa hubungan kesadaran dengan lenyap? :-D
------------------------
-sebenarnya kata-kata diatas sangat masuk akal.. dan sangat alamiah, alias terjadi dengan sendirinya...
-ilusi, saat disadari akan lenyap.. seketika.. otomatis.. tanpa usaha apapun..
-hmm.. saya ingat sebuah kejadian waktu saya masih kecil .. :-D
+kakak perempuan saya, memiliki paranoid terhadap kecoak.. dia sangat takut melihat kecoak.. satu kecoak sudah lebih dari cukup buat bikin dia teriak teriak dan lari lari :-D
+hmm.. karena waktu kecil saya amat nakal dan jail.. saya ambil kertas karton berwarna hitam dan saya bentuk mirip dengan kecoak :-D hehehe saya buat lima biji, dan saya selotipkan ke sandal kakak saya dengan menggunakan benang berwarna hitam..
+heueheuehu lalu langkah terakhir adalah menyembunyikan kecoak bohongan itu dibawah sandalnya agar tidak terlihat..
+hmm.. ga berapa lama kemudian kakak perempuan saya menggunakan sandal itu.. dan berjalan seperti biasanya.. dengan santai nya..
+lalu saya teriak.. "ITU ADA KECOAK BANYAK!!!!"
+hmm.. melihat sesuatu yang mirip kecoak.. tanpa babibu lagi kakak perempuan saya lari sekuat kuatnya.. dan.. kecoak bohongan itu tanpa ampun mengejar kakak saya secara konstan, karena terikat oleh benang :-D
+heuehueheu.. setelah beberapa lama, ga tega juga saya melihat kakak saya.. lalu saya teriak.. "ITU KECOAK BOHONGAN".. hmm.. kakak saya masih terus berlari untuk beberapa saat.. dan mungkin ketika dia berfikir "ga mungkin kecoa sebanyak itu bisa mengejar berputar putar, terus terusan" hehehe.. larinya melambat.. lalu dia diam.. melihat kecoak itu baik-baik sekali lagi..
+selanjutnya.. dia sadar.. bahwa selama ini dia tidak dikejar kecoa... tapi dikejar kertas karton yang "mirip" kecoak.. hmm.. spontan dia ambil itu kecoak bohongan.. lalu balik mengejar saya dengan sangat ganas, sambil menangis.. hehehe berakhir dengan beberapa benjol dan memar karena cubitan :-D hehehe...
---------------------------------
-hmmm.. perhatikan kejadian diatas.. saat kakak saya "sadar".. bahwa yang selama ini mengejar bukan kecoak.. saat itu.. detik itu juga.. KECOAK HILANG.. LENYAP.. seketika.. otomatis.. yang ada hanya kertas karton yang sama sekali tidak menakutkan :-D
-hmm.. semua itu terjadi secara otomatis.. spontan.. seketika..
----------------------------------
-bila seseorang.. melihat ular didekatnya.. lalu mulai merasa takut.. akan tetapi setelah dilihat baik-baik.. ternyata yang ada didekatnya bukan lah ular.. melainkan tali.. hmm.. kesadaran datang.. ular yang tadinya sangat menakutkan menghilang.. lenyap.. karena memang tidak pernah ada sebelumnya..
---------------------------------
-saat ilusi disadari.. maka, akan lenyap seketika.. karena memang dari awal ilusi itu tidak pernah ada...
-saat kita menyadari, bahwa betapa keinginan membawa kita pada dukha.. saat itu juga keinginan lepas dari diri kita..
-dulu, saya berfikir bila ingin hidup enak.. bahagia.. harus mencari uang!!! saya menginginkan uang yang banyak.. yang terjadi kemudian adalah, keinginan tersebut mengikat saya.. hidup saya hanya untuk mencari uang!!! hidup saya hanya untuk menjadi orang kaya... hmm.. saat disadari.. bahwa uang bukan lah segalanya.. saat itu juga keterikatan lepas dengan sendirinya.. tanpa usaha apapun dari saya..
+keterikatan pun, hanya ilusi.. tidak ada yang mengikat saya dari awal.. yang mengikat saya hanya diri saya sendiri.. kebodohan saya..
+keterikatan sama ketika kita memeluk tiang listrik.. lalu berteriak teriak "tolong lepaskan saya.. tiang listrik ini telah mengikat saya.." :-D
----------------------------------
-hmm.. bagaimana menyadari keterikatan? bagaimana menyadari keinginan? hehehe.. cukup mudah.. bila anda merasa kecewa.. marah.. menderita.. sedih.. pokonya kalau anda merasa bete.. saat itu ada keterikatan dalam diri anda.. :-D
-just be here and now.. beradalah disini saat ini..

madman.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 08 May 2008, 12:48:34 AM
kita ini belum hidup!

Dari:  > Subforum: Spiritualitas > Thread: Life-tuality

hmm.. kita ini belum hidup!
-selama ini kita hanya hidup dalam ingatan.. kita begitu dikendalikan oleh ingatan.. hidup yang seperti ini sangat hampa.. tidak dapat dinikmati.. kehidupan terdistorsi sedemikian rupa sampai-sampai.. sangat tidak menarik untuk dijalani..
-hmm hidup dikendalikan ingatan.. berarti kita selalu hidup dimasa lalu.. selalu tertinggal..
-hmm... saya melihat sekuntum bunga.. sangat indah.. sangat spesial.. saat itu, bagi saya bunga ini adalah keajaiban.. anugrah dari alam semesta.. berkah yang luar biasa.. kemudian saya bertanya bunga apa ini?
-beberapa lama kemudian saya tahu bahwa bunga tersebut adalah bunga matahari :-D
-hmm.. saat saya "tahu", saat itulah keindahan dari bunga tersebut hilang.. bunga tersebut hanya menjadi ingatan.. hanya menjadi sebuah konsep..
-sejak itu.. saat saya melihat bunga yang "agak serupa".. saya katakan itu adalah bunga matahari..
-beberapa hari kemudian saat saya melihat bunga yang sama.. saya mengatakan "OH ITU BUNGA YANG KEMARIN"..
-saat itu bunga indah yang saya lihat telah menjadi bunga biasa.. tidak berbeda jauh dengan bunga plastik..
-hmm... seperti itulah hidup di dalam ingatan..
------------------------------------
-mengapa bisa demikian? ingatan kita terbatas.. pada panca indra.. dan sisanya masuk ke alam bawah sadar.. banyak yang tidak terekam oleh ingatan..
-saat kita hanya mengandalkan ingatan dalam hidup.. kita hanya merasakan sedikit apa itu kehidupan :-D
-----------------------------------
-bagi saya.. setiap bunga selalu baru.. dan saya selalu tidak tahu namanya.. keindahan dari bunga tidak dapat digambarkan melalui kata kata.. melalui konsep..
-saat melihat bunga yang sejenis.. saya tidak membandingkannya dengan ingatan saya mengenai bunga tersebut dimasa lalu.. melainkan saya menerima bunga tersebut sebagai hal yang baru...
-saya selalu mengalami "untuk pertama kalinya" setiap saat.. segala sesuatu begitu baru.. semuanya.. hehehe... saya hidup di dunia ini seperti "orang dari jaman batu" yang jalan jalan ke mall :-D semuanya begitu mengaggumkan.. dan saya merasa begitu diberkahi.. hanya dapat merasa beryukur :-D
-hidup ini selalu baru.. yang lama hanyalah ingatan..
------------------------------------

madman.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 08 May 2008, 04:57:08 AM
Ceramah MMD di Pascasarjana Universitas Brawijaya

Teman-teman yang tinggal di Malang & sekitarnya, silakan menghadiri ceramah MMD pada:

The 3rd International Postgraduate Consortium on Accounting, Brawijaya University: "SOCIO-SPIRITUALITY: BREAKING THE TRADITIONAL CONVENTION OF ACCOUNTING AND BUSINESS"

Tempat: Auditorium Pascasarjana, Universitas Brawijaya,
Jln. Mayjen Haryono 169, Malang
Waktu: 8 Mei 2008

Para pembicara:
1. Prof. Dan Stone, Univ. of Kentucky, USA
2. Prof. I. Bambang Sugiharto, Univ. Parahyangan, Bandung
3. Kirdi Putra, ST, Hypnosis Training Institute of Indonesia
4. Ir. Achmad Chodjim, MBA, former Director of Sumitomo, Jakarta
5. Dr. Hudoyo Hupudio, MPH, a meditator: "Meditation: A Journey for Breaking Through Our Mind", pk.16.30 - 18.30

Hari kedua: 9 Mei 2008
6. Prof. Bambang Subroto
7. Prof. Sutrisno
8. DR. Bambamg Purnomosidhi, SE, MBA
9. Prof. Iwan Triyuwono
10. Eko Sukoharsono, SE, PhD,
11. Dr. Unti Ludigdo SE, MSi.

 
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sumedho on 08 May 2008, 06:14:10 AM
Quote
Quote
OOT: Tombol 'Notify' di Forum Diskusi ini rupanya tidak berfungsi ya?

Saya tekan tombol 'Notify' untuk beberapa topik, tapi tidak satu pun notification saya terima, padahal yang menanggapi sudah seabrek-abrek.
Akan saya coba test dan cari tahu penyebabnya pak, mungkin pak hud adalah yang pertama menggunakan fitur ini
Saya sudah coba utk notify jika ada postingan di thread ini, sepertinya jalan pak, mungkin mail notifikasinya masuk junk/bulk folder ?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Lex Chan on 08 May 2008, 05:50:38 PM
Laporan pengalaman setelah 1 hari bermain "permainan kematian yang gila"

Mulai ada gejolak konflik antara "logika" dengan "emosi"..

Di satu sisi berkata "ah, hidup tinggal sebentar.. lebih baik menikmati se-banyak2nya.. kerjakan hal2 yang belum pernah dilakukan / belum selesai.." ;D
Di sisi lain berkata "ah, buat apa lagi ini-itu.. toh sebentar lagi mati.." :(

Untuk sementar ini dulu, perubahan berikutnya akan dilaporkan kemudian.. :)

--------

NB: apakah sebaiknya komentar para pemain dibuat topik baru atau tetap digabung di sini?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sumedho on 08 May 2008, 06:22:51 PM
Terserah TS :) Gimana Pak Hud ?

utk kemudahan sih enaknya dipisahkan agar bisa diikutin hari per hari
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Umat Awam on 09 May 2008, 01:33:56 PM
_/\_  ^:)^

Setiap penjelasan dr rekan2 disini baik dr postingan pak hudoyo dan rekan2 lainnya, membuat saya merasa TERPUKUL, sangat mengena... Walau baru direnungkan secara KASAR, tp udh begitu berkesan, dan memancing saya utk lebih mendalami praktek meditasi ini...  :)

Saya masih sangat awam dalam hal meditasi, walaupun pernah beberapa kali mempraktekkan vipassana sendiri tanpa bimbingan org lain secara langsung, selain dr buku dan teori2 di internet..

Dengan membaca postingan2 disini, saya langsung merasa menjadi org terbodoh, dan ada pula rasa kebahagiaan yg muncul.. Saya merasa apa yg saya ketahui selama ini ternyata blm ada apa2nya, bahkan terasa tdk berharga sedkt pun, jika dibandingkan dgn kebenaran hakiki sesungguhnya.. Terima kasih semuanya utk para master2 disini  _/\_

Walaupun sy udh agak lama mempraktekkan meditasi, cuma sy blm melihat hasil yg benar2 berharga, dan ternyata setelah membaca postingan2 disini, apa yg selama ini saya anggap benar, ternyata msh byk yg salah. saya malah terkesan hanya memupuk EGO drpd melatih melepas, krn terikat oleh teori2 dr buku yg pernah sy baca..

Oleh karena itu, mohon bimbingan para master2 disini utk dapat memberikan masukan2 yg berharga demi kemajuan dr praktek yg tengah saya jalankan...
 _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: EVO on 09 May 2008, 01:38:48 PM
wah umat udah bangun dari pertapaanya 8) 8)
dah engak jadi umat awam lagi neh...
selamat yah.....semoga semangat terus untuk berlatih :| :|
udah nyampe ingat-ingat ya ama kita -kita yang masih dalam samsara ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: EVO on 09 May 2008, 01:42:08 PM
lex hari ini belum ada laporan neh
apa udah ketemu malaikat maut yah???
jangan kenal kan aku ama dia yah :o :P
tak kenal kan jadi tak sayang....
aku nanti mau nyusul jika waktunya dah pas...sekarang batin ku belum siap :-[ :-[
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 10 May 2008, 05:24:18 PM
Terserah TS :) Gimana Pak Hud ?

utk kemudahan sih enaknya dipisahkan agar bisa diikutin hari per hari

Berapa orang sih yang benar-benar melakukan permainan ini dengan serius? Setahu saya, yang menanggapi cuma Evo dan Lex Chan, dan Lex Chan mengirimkan laporan lanjutannya.

Kalau memang diperhitungkan akan "ramai", ya silakan saja membuat thread baru. Kalau tidak, saya sarankan tetap di thread ini saja -- jangan-jangan thread itu akan menjadi thread "mati"; lagipula cuma akan memecah perhatian peminat MMD, karena harus mengklik satu thread lagi.

Tapi, sekali terserah pada teman-teman pemerhati permainan dari Andi Cahya ini.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 10 May 2008, 05:31:39 PM
Laporan pengalaman setelah 1 hari bermain "permainan kematian yang gila"
[...]

Laporan Anda akan saya forward ke thread Andi Cahya, "Life-tuality", di  > Forum: Supranatural > Subforum: Spiritual.

Mudah-mudahan ada tanggapan dari penciptanya.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Lex Chan on 10 May 2008, 06:25:03 PM
Quote
-heuehuehuehu... pada minggu minggu awal.. pikiran anda akan menyangkal bahwa anda akan mati pada tanggal yang ditentukan.. dan akan terus mengatakan bahwa ini hanya lah permainan.. its okey.. gpp.. kalau anda menghayati dengan baik.. dan rajin mengingat dan menghitung mundur.. perlahan lahan.. pikiran anda akan mulai percaya bahwa anda akan mati (aneh ya ;D)..

Benar juga.. Masih mencoba untuk menyangkal.. ;D
Sebagai alat bantu pengingat, saya tulis di komputer dan HP.
Karena hampir setiap hari saya gunakan keduanya, jadi mudah2an bisa jadi alat bantu pengingat yang efektif..

Quote
-kita hidup dengan sendiri nya.. lahir dengan sendirinya.. tanpa ada usaha apapun dari diri kita.. begitu juga dengan kematian.. hehehe.. terjadi dengan sendirinya.. tanpa ada usaha apapun dari diri kita.
-justru, bunuh diri hanya menunda kematian.. bagi yang mempercayai konsep reinkarnasi tentu akan mengerti hal ini.. bahwa walaupun tubuh kita telah mati.. keinginan kita masih berkeliaran.. dan.. hehehe... hidup lagih..

Ada sesuatu gejolak di dalam diri yang tidak rela saya mati..
Seakan mau bilang "kematian tidak dapat menghalangiku untuk begini dan begitu"..
Singkatnya, kalau sudah mati masih ingin hidup lagi.. :P
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 11 May 2008, 04:43:30 AM
SANGAT LANGKA! - Oleh-oleh dari Malang

Saya baru kembali dari Malang menghadiri sebuah seminar di Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya. Seminar itu adalah “The 3rd International Postgraduate Consortium on Accounting”, dan tema kali ini sangat menarik: "SOCIO-SPIRITUALITY: BREAKING THE TRADITIONAL CONVENTION OF ACCOUNTING AND BUSINESS".

Sepanjang pengetahuan saya, baru kali ini sebuah kegiatan akademik di sebuah perguruan tinggi membahas mengenai spiritualitas dikaitkan dengan disiplin ilmu tertentu. Bahkan di fakultas-fakultas psikologi pun, para ilmuwan biasanya menghindari wacana tentang spiritualitas.

Saya diundang sebagai salah seorang pembicara, karena latar belakang saya sebagai seorang pemeditasi. Judul yang diberikan oleh penyelenggara adalah: "Meditation: A Journey for Breaking through Our Mind". (Makalah saya akan saya muat lengkap secara terpisah.)

Semua pembicara dalam seminar itu membahas berbagai aspek spiritualitas terkait dengan disiplin ekonomi, khususnya akuntasi, kecuali Bpk Kirdi Putra yang mengenalkan “Hypnoterapi”, dan saya yang bicara tentang meditasi tanpa dikaitkan dengan suatu disiplin ilmu apa pun (kecuali psikologi). Seminar ini dihadiri sekitar 60-70 peserta, yang pada umumnya adalah mahasiswa S2 dan program doktor dalam ilmu akuntansi.

Penyelenggara seminar ini adalah Prof. Iwan Triyuwono, Ph.D., Ketua Program Doktor Ilmu Akuntansi. Dari bincang-bincang dengan beliau ternyata bahwa beliau seorang pembaca setia milis MMD.  Beliau juga menceritakan bahwa meditasi sudah diajarkan & didiskusikan pada kuliah-kuliah di FE Unibraw. Ini adalah sesuatu yang amat langka dalam dunia perguruan tinggi di Indonesia, bahkan mungkin di seluruh dunia. Metode meditasi yang diajarkan di FE Unibraw itu dengan sendirinya adalah MMD/vipassana, sekalipun tanpa diberi identitas & label demikian, karena Prof Iwan adalah pembaca milis MMD.

Ketika saya tanya, apakah meditasi yang diajarkan dalam kuliah-kuliah itu mengundang reaksi negatif, Prof Iwan mengakui memang ada reaksi dari teman-teman Muslim dari garis keras, yang menganggap meditasi tidak sejalan dengan akidah & syariat Islam. Namun ini tidak menjadi masalah di Unibraw, karena meditasi bukan mata kulah wajib; jadi orang boleh-boleh saja tidak mengikutinya.

Saya mendapat giliran bicara terakhir, dari pk 17.00 sampai pk.18.30. Ceramah saya berikan secara interaktif; jadi pendengar boleh langsung menginterupsi & bertanya, dan sekali-sekali saya pun melontarkan pertanyaan, seperti “Apakah pikiran itu?”

Salah satu yang menarik adalah ketika mengisi biodata untuk dibacakan waktu memperkenalkan pembicara, ada kolom yang harus diisi, yakni “Hobi” dan “Semboyan hidup”. Saya tulis: yang pertama, “Mengajar meditasi”, dan yang kedua, “Hidup tanpa semboyan.” – Ketika dibacakan oleh Moderator, seluruh hadirin langsung ketawa. Ini adalah entry point yang bagus bagi ceramah saya. Ceramah saya mulai dengan menjelaskan sedikit makna semboyan saya itu, lalu langsung saya melontarkan pertanyaan: “Pikiran itu apa?”

Ceramah saya itu harus dipotong sekitar 20 menitan untuk sholat Magrib. Saya sudah mengumumkan bahwa sesudah sholat Magrib, sesi itu akan dilanjutkan dengan praktik meditasi, dan bahwa itu bukan wajib bagi peserta; peserta yang mau pulang lebih dulu disilakan. Semula saya sudah pesimistik dan mengira yang akan kembali sedikit. Tapi ternyata hampir semuanya kembali ke ruang kuliah; hanya satu-dua orang saja yang pamit untuk tidak kembali.

Mulai pk 18.00 sesi itu dilanjutkan dengan praktik MMD/vipassana langsung selama 15 menit, lalu diikuti dengan tanya-jawab terakhir. Bayangkan, hadirin yang seluruhnya awam meditasi, hampir semuanya Muslim, dan tidak satu pun yang Buddhis, langsung melakukan meditasi vipassana selama 15 menit. Dalam sesi tanya jawab terdapat kesan bahwa setidak-tidaknya para penanya itu telah menangkap kiat bagaimana semestinya berlatih MMD/vipassana.

*****

Ceritanya belum selesai. Prof Dan Stone, dari Universitas Kentucky di Amerika Serikat, adalah pembicara utama dalam seminar itu. Dalam bincang-bincang secara pribadi dengan beliau, saya tahu ternyata beliau baru pertama kali ini datang ke Indonesia; pengetahuan beliau tentang Indonesia sangat minim. Bahkan beliau tidak tahu Borobudur itu apa. 

Menurut beliau, wacana spiritualitas dikaitkan dengan disiplin ilmu ekonomi memang sangat langka. “Yang seperti ini tidak ada di Amerika Serikat,” kata beliau. Namun ternyata beliau sendiri adalah seorang pemeditasi vipassana; sedangkan istri beliau adalah pemeditasi Katholik yang diajarkan oleh Romo Thomas Keating (yang terkenal dengan ajaran tentang “centering prayer”).

Beliau saya beri makalah saya (3 halaman) yang tercantum di dalam buku makalah. Belakangan, setelah membaca makalah itu, beliau mendekati saya dan bertanya, apakah saya punya waktu untuk bermeditasi bersama beliau. Saya bilang saya punya banyak waktu, dan terserah beliau mau kapan. Beliau lalu mendekati Prof. Iwan dan beberapa staf panitia yang lain. Akhirnya diputuskan, malam itu juga (pada hari pertama seminar) akan diadakan meditasi bersama mulai pk 21.00, bertempat di ruang rapat gedung program pascasarjana FE itu.

Yang hadir pada acara meditasi bersama yang tidak direncanakan itu sekitar 10 orang, termasuk Prof Dan Stone, Prof Iwan, beberapa staf pengajar lain, Bpk Achmad Chodjim, dan dua orang Bali dari Universitas Udayana, yang sedang mengambil program doktor di FE Unibraw. Kami duduk di karpet dan menggunakan benda-benda seadanya sebagai “bantal”.

Kami bermeditasi vipassana/MMD (tanpa label demikian) selama 30 menit, lalu diikuti tanya jawab. Tanya jawab ini hidup sekali, karena sebagian besar peserta adalah Muslim yang belum pernah bermeditasi dan hanya mengenal spiritualitas melalui ajaran agama. Beberapa pertanyaan yang sempat ramai dibahas antara lain: “Siapakah yang mengamati/menyadari itu?” – pembahasan ini menyangkut kepada masalah apa itu roh; “Apakah hati nurani itu?” – yang tidak lebih daripada ajaran moral/etika & teologi yang diajarkan kepada kita oleh orang tua kita sejak kecil; “Apa manfaat/dampak meditasi ini?”, “Sampai di mana peran moral & etika”, dsb. Betapa ramainya diskusi ini bisa dibayangkan kalau kita ingat bahwa semua hadirin adalah para ilmuwan yang terbiasa berpikir dengan sangat kritis. Kalau tidak dihentikan pada pk 24.00 mungkin bisa berlangsung sampai pagi, dan program seminar hari kedua bisa jadi kacau.

*****

Pada hari kedua, di luar sidang-sidang seminar, berkembang sebuah rencana, FE Unibraw akan mengadakan retret MMD selama 2 hari (Sabtu-Minggu), masing-masing berlangsung dari pk 8.00 – 18.00; jadi tanpa menginap. Peserta yang akan diterima sebanyak maksimal 50 orang, tapi saya rasa bisa juga lebih.

Kalau acara ini sukses, akan dijadikan acara tetap setiap semester. Prof Iwan berkata, bahwa acara ini secara resmi akan diselenggarakan oleh Program Doktor Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya.

Semoga kegiatan ini merupakan terobosan yang mempertemukan sains dengan spiritualitas, dan menyumbang bagi berkembangnya manusia intelektual & profesional yang mempunyai integritas dan spiritualitas tinggi di Indonesia.

Salam,
Hudoyo


Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 11 May 2008, 05:15:13 AM
[Makalah ini saya sajikan pada Seminar “Socio-spirituality” di Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, Malang, pada tanggal 8 – 9 Mei 2008. Kalau ada teman yang menginginkan makalah ini diterjemahkan ke bahasa Indonesia, silakan menyurati saya di milis ini, dan saya akan menerjemahkannya. /hudoyo]

INSIGHT MEDITATION: A JOURNEY FOR BREAKING-THROUGH OUR MIND
By: Hudoyo Hupudio [ii]

The human mind has evolved the intellect as the crown of its development, which distinguished itself from the minds of other life-forms. With their intellect human beings have dominated all life on planet Earth, creating abundance and comfort for themselves. But on the other side, despite their intellect and goodwill, human beings have never succeeded in creating a lasting peace and harmony among themselves; wars occur every day in some part or other of the world throughout the history of humanity. Despite the abundance and comfort created by technology, there is also widespread poverty and hunger, an ever-widening inequality in welfare among humans, and planet Earth is being more and more polluted by the greed of its inhabitants. Not only globally, nationally and locally, even within their own minds human beings are beset with strife, conflicts and contradictions: conflicting ideas, desires, and goals bringing untold miseries and suffering among a large proportion of humanity. These individual problems become more serious and dangerous as we enter the 21st century. At the present time an increasing—rather than decreasing—number of people than ever before have to seek help from psychologists and psychiatrists to resolve their inner conflicts.

To understand the underlying causes of this predicament, we have to examine the nature of thinking and thoughts, which are the highest process and product of the human mind. From the beginning of its evolution, thinking serves for the sole purpose of the survival of the human individual. It serves its purpose by creating the self, the ego, the ‘me’, as opposed to the ‘not-me’, the ‘others’. “I think, therefore I am,” said Descartes. Later on, the ‘me’ is extended to include ‘my family’, ‘my tribe’, ‘my party’, ‘my co-religionists’, ‘my ideology’, ‘my nationality’, ‘my religion’, etc. The ‘me’ is so deeply entrenched in the human mind, so that almost all human beings take the ‘me’ for granted as self-evidently existing as a concrete, lasting and even immortal entity. And thinking, as the creator of the ‘me’, is seen as an indispensable, necessary, unstoppable process of the mind. Thus, the most fundamental duality—the duality of subject versus objects, the duality between the ‘me’ on the one side versus ‘you’ and the ‘others’ on the other side—is created by the thinking process, which cannot be stopped. To be sure, this duality is non-existent in the consciousness before thinking starts, for instance, during stupefying moments, or during a deep meditation. This duality is the source of all strife and all suffering in the human mind, and consequently in the world at large, while serving to promote the survival of the individual entity.
Facing this dilemmatic situation, obvious questions arise: Can the human mind transcend thinking? Can human beings survive without thinking, without the ‘me’, in this modern world of rising competition?
Surely, thinking is indispensable for survival, to accomplish tasks which need the intellect for their completion. On the other hand, surely one does not need to think all the time during one’s waking time. But, since the ‘me’ is the creation of thinking, hence for the ‘me’ to exist at all time thinking must go on ceaselessly, even if only in the form of daydreaming. One has practically never experienced a mode of consciousness where there is no thinking at all.

For one who has ever experienced the cessation of thinking in full awareness, it is an enlightening and transforming experience. It gives one a realization of a more “real” existence than the ordinary waking consciousness, where thinking goes on all the time. It is not unlike a perception of waking up from a dreaming state. In that state of ‘nonthinking’, one knows the difference between the ‘nonthinking’ state and the everyday state of ongoing thinking; it is not unlike the difference between the awakened state and the dreaming state. On the other hand, one who has never experienced the ‘nonthinking’ mode of consciousness could never conceive the exact nature of that state of mind, like a fish who can never imagine an existence outside water.

This ‘nonthinking’ state of mind can be experienced during moments of deep awe or stupefying moments, or during a deep meditation. But the kind of meditation in which the ‘nonthinking’ state of mind can arise is a special kind of meditation; it cannot be experienced in most other kinds of meditation.

Usually in meditation one concentrates or focuses one’s attention on a single fixed object, like on the in- and out-breathing, or on certain word(s) which is(are) repeated endlessly. By this means one may achieve a deep state of concentration called absorption, which gives a very deep and satisfying calmness and bliss, but in which one is not aware of the stimuli coming in from the senses; therefore one is not aware of the impermanent nature of all phenomena. In this kind of meditation one does not achieve a perception and understanding of the real nature of existence, which is impermanent, unsatisfactory and without self (insubstantial). In short, this kind of meditation does not produce insight, wisdom and liberation (enlightenment).

There is a much rarer kind of meditation which does not involve any concentration at all. This meditation is initially taught by only two persons throughout the recorded history of humanity, i.e., by the Buddha, more than 2500 years ago, and, independently, by Jiddu Krishnamurti, in the 20th century. To distinguish it from the other kinds of meditation, this meditation is called ‘insight meditation’ or vipassana meditation in Pali language (the Buddha’s language).

In lieu of concentration, insight meditation emphasizes awareness or mindfulness, i.e. to be aware or mindful of every phenomenon that occurs or arises in the physical body and in the mind from moment to moment at all times, when thinking is not needed. ‘Everything in the physical body’ includes all physical sensations, the movements of the body, breathing etc. ‘Everything in the mind’ includes all thoughts, emotions, will, intention, desires, anger, hopes, frustrations, boredom, fleeting happiness, sorrow, pain, miseries, passing pleasures, etc. One should be aware and mindful passively of any of those phenomena—without reacting in any way to it—when it arises and disappears in the consciousness. 

That is the gist of insight meditation. The key words are: awareness/mindfulness, passiveness, and being in the present moment continuously. In a famous short discourse by the Buddha to Bahiya, a monk who was not his disciple, he said: “Bahiya, be in this state: in the seen is only the seen [meaning: do not react with thinking], in the heard is only the heard, in the sensed (with the other senses) is only the sensed, in the remembered is only the remembered. If you could be in that state, then you are no more; and that, and only that, is the end of dukkha (unsatisfactoriness).”

Initially, to be effective insight meditation should be conducted in a extended retreat of a few days’ duration. When practised in a conducive environment, where there is little need to do something else, where the mind can remain being aware of itself most of the times, then at an unexpected moment,  suddenly the mind enters into a deep stillness, where thinking and the ‘me’ stop completely. In this moment of truth, the meditator sees a ‘Vastness’, in which there is a ‘Movement’ not of the mind nor of the ‘me’, in which there is a ‘Benediction’ not coming from anyone, and an ‘Intelligence’ not of the intellect, and a ‘Love’ not of the ‘me’.  For want of an adequate word, the meditator can only call it The Unknown. To be there implies that the ‘me’, thinking, knowledge, experience, time and space are no more. As J. Krishnamurti said, using the term “God” as a colloquial of the ‘The Unknown’: “God is, when I am not; when I am, God is not.” [iii]

Is this mode of consciousness compatible with daily living in this modern competitive world? The answer is yes, if by ‘compatible’ one means having each mode of consciousness at different moments in our day-to-day living. As J. Krishnamurti challenges us: “Can thinking stop, and move only when it is really needed?”  – Yes, that mode of consciousness is compatible with daily living. One could even say, that it is the only life worth living, because then one lives in the world, relating to others, to nature and to ideas, while remaining tangibly aware of the ‘The Unknown’ as the Source and Destination of all that is.

===================
Notes:

Presented at The 3rd (International) Postgraduate Consortium on Accounting: “Socio-spirituality: Breaking the Traditional Convention of Accounting and Business”,  Brawijaya University, Malang, 8-9 May 2008.

[ii] Hudoyo Hupudio, MD, MPH, is a retiree from the Indonesia Ministry of Health, and currently teaches insight meditation.

[iii] The complete and permanent cessation of the self was experienced by a Roman Catholic mother from California, Bernadette Roberts, who has not any previous notion and anticipation that such event could happen at all. She is an accomplished Christian mystic, who at the age of 15 entered a convent to become a nun and remained as such for 10 years. During her service as a nun, she experienced the pinnacle of the Christian mystical path, which is a permanent union with God. She said that she could enter “the still point” at the bottom of her being, and be with God inseparably, whenever she wanted and for whatever length of time she liked. Eventually she left the convent, married and raised a family of four boys, and continued her study to become a Master in psychology. She thought that there was nothing else to attain in terms of mystical experience, since union with God is the highest goal of all Christian mystics. But twenty years later, while she was in her forties, a bewildering event occurred unexpectedly: She could no longer find the “still point” in her mind; and she was more baffled when she realized that she could no longer “look” reflexively into her self: she has no affective life anymore and no self-consciousness or subjective notion and feelings at all. And the most baffling of all is that with the disappearance of her self, God also disappeared forever from her mind. In its place, she realizes later that wherever she turns her eyes on, there is something that permeates every particular thing, animate or inanimate; that “something” she instantly knows as the Source of all that is. She named it “The Unknown”. She needed two years to adapt herself to a life without a self with her husband and boys. While in the adaptation phase, she wrote down her experiences beautifully, clearly and consistently in a book, THE EXPERIENCE OF NO-SELF. An outline of the book can be downloaded from http://www.nonduality.com/berna.htm.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 11 May 2008, 05:46:09 AM
Wah sukses yah pak seminarnya, selamat yah, semoga semakin banyak yang tercerahkan. _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 11 May 2008, 08:34:26 AM
Terima kasih banyak, Rekan Ryu. :) ... Itu memang sudah pekerjaan saya ... menyebarluaskan ajaran Sang Buddha tanpa melalui Agama Buddha. :)

Salam,
Hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 11 May 2008, 09:15:35 AM
_/\_  ^:)^

Setiap penjelasan dr rekan2 disini baik dr postingan pak hudoyo dan rekan2 lainnya, membuat saya merasa TERPUKUL, sangat mengena... Walau baru direnungkan secara KASAR, tp udh begitu berkesan, dan memancing saya utk lebih mendalami praktek meditasi ini...  :)
[...]
 _/\_

Rekan Umat Awam, selamat datang di thread ini. :)

Anda merasa “terpukul” membaca posting-posting di thread ini itu saja sudah menunjukkan Anda mengalami suatu pencerahan yang tidak kecil artinya. … :)

Banyak umat Buddha yang pandai-pandai dan merasa mengerti ajaran Buddha-dhamma, lalu merasa PUAS DIRI dengan pengetahuannya itu … lalu merasa TIDAK PERLU BERMEDITASI VIPASSANA. … Mereka ini MACET, dan TIDAK BERKEMBANG LAGI kearifan (panna)-nya; Dhamma-nya cuma teoretis.

Jadi, jangan pernah merasa PUAS DIRI dengan pengetahuan Dhamma Anda. … Bermeditasilah vipassana, sehingga akhirnya semua pengetahuan buku itu tidak perlu lagi. :) … Orang yang benar-benar tercerahkan tidak lagi MERASA TAHU apa itu Dhamma Sang Buddha. :)

Salam,
Hudoyo


Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Umat Awam on 11 May 2008, 12:52:50 PM
_/\_  ^:)^

Setiap penjelasan dr rekan2 disini baik dr postingan pak hudoyo dan rekan2 lainnya, membuat saya merasa TERPUKUL, sangat mengena... Walau baru direnungkan secara KASAR, tp udh begitu berkesan, dan memancing saya utk lebih mendalami praktek meditasi ini...  :)
[...]
 _/\_

Rekan Umat Awam, selamat datang di thread ini. :)

Anda merasa “terpukul” membaca posting-posting di thread ini itu saja sudah menunjukkan Anda mengalami suatu pencerahan yang tidak kecil artinya. … :)

Banyak umat Buddha yang pandai-pandai dan merasa mengerti ajaran Buddha-dhamma, lalu merasa PUAS DIRI dengan pengetahuannya itu … lalu merasa TIDAK PERLU BERMEDITASI VIPASSANA. … Mereka ini MACET, dan TIDAK BERKEMBANG LAGI kearifan (panna)-nya; Dhamma-nya cuma teoretis.

Jadi, jangan pernah merasa PUAS DIRI dengan pengetahuan Dhamma Anda. … Bermeditasilah vipassana, sehingga akhirnya semua pengetahuan buku itu tidak perlu lagi. :) … Orang yang benar-benar tercerahkan tidak lagi MERASA TAHU apa itu Dhamma Sang Buddha. :)

Salam,
Hudoyo


Terima kasih atas semangat yg diberikan.. Saat ini saya telah mulai lagi belajar bermeditasi yg baik dan benar mengikuti petunjuk2 yg anda berikan dan mencoba menyesuaikan dnegan keadaan lingkungan...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 11 May 2008, 05:24:19 PM
Kau bukan Tuhanku

Allah,
rentang masa nan panjang
dalam denyut nadi dan detak jantungku

Kau Yang Maha Esa adalah Tuhanku,
Kau Yang Maha Pengasih adalah Tuhanku,
Kau Yang Maha Penyayang adalah Tuhanku,
Kau Yang Maha Segalanya adalah Tuhanku,

dari tutur moyangku
kuterima suci lisannya,
dan kukira Engkau Tuhanku
nyatanya...,
Kau tidak lebih dari sebuah dusta

walau Dikau punya sembilan puluh sembilan nama,
atau bahkan sejuta nama,
Kau tetap sebuah kedustaan

walau Kitab SuciMu bertutur tentang DiriMu,
Kau tidak lebih dari sebuah label

walau Dikau bertutur tentang DiriMu,
KalamMu yang suci tetap berjarak dengan realitas

Kau hakikatnya tak lebih dari Tuhan palsu
Kau ’tlah menyampahi ketauhidanku
ku tak sudi menyembahMu
kuabaikan keTuhananMu

maafkan aku
kini, kutinggalkan DiriMu

Puji syukur aku haturkan atas ijin”Mu”
’tuk tinggalkan Tuhan yang terbatas itu
kuhaturkan sembah sujud atas ridho”Mu”
’tuk lampaui Tuhan pikiran

Alhamdulillah,
aku telah bebas dari penjara syari’atMu
hatiku terbebas dari belenggu pikiran Si Tuhan Palsu

kini,
jalan lempang spiritual ’tlah terbuka lebar untukku
pintu”Mu” tlah terbuka lebar untukku
”Mom,” I’m coming home...
I’m coming home...
I’m coming home...



Iwan Triyuwono
Jakarta, 5 Desember 2007

Prof. Iwan Triyuwono, Ph.D.,
Ketua Program Doktor Ilmu Akuntansi,
Fakultas Ekonomi, Universitas Brawijaya

CATATAN: Sepintas lalu, posting ini tampak OOT. Tapi mengingat isinya mencerminkan dampak MMD pada salah seorang Muslim, maka saya tampilkan dalam thread ini./hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 11 May 2008, 06:35:01 PM
OOT:

Di "Personal Messages", bagaimana caranya kalau mau lihat "Sent Messages"? Adanya cuma "Inbox" dan "Outbox". Terima kasih atas penjelasannya.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sumedho on 11 May 2008, 08:02:10 PM
Sorry pak hud, utk messaging di SMF tidak ada fasilitas Sent Message. _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 11 May 2008, 09:32:54 PM
mata ku buta...
telinga ku tuli...
lidah ku hambar...
idung ku mampet...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 11 May 2008, 09:39:49 PM
mata ku buta...
telinga ku tuli...
lidah ku hambar...
idung ku mampet...

waduh kasian, cepet kedokter :))
 pa Hudoyo gak akan sanggup ngobati elo :))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Edward on 11 May 2008, 11:01:01 PM
Sedikit penasaran nih Pak Hud, jadi hubungannya MMd dgn akuntansi apa yah? kebetulan lagi kuliah akuntansi di Untar nih...

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 11 May 2008, 11:32:55 PM
Hubungan MMD dengan akuntansi? ...
MMD itu menggarap batin ahli akuntansi. ... ;D

Hasilnya, antara lain, kode etik akuntansi lebih dipahami dan dihayati. :) ... Dengan demikian, si akuntan tidak menyalahgunakan profesinya. :)

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Edward on 12 May 2008, 02:02:25 AM
 :-? :-? ^-^ ^-^
Bener jg sih...Yang saya denger sih klo memank bekerja sbg akuntan publik itu bnr2 "kerja keras"..Lembur setiap hari...Mungkin isa membantu menjaga pikiran tetap fokus?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 12 May 2008, 03:34:54 AM
Dengan MMD semua ketegangan & konflik dalam batin sampai yang halus-halus teramati dan berakhir. Tinggal si aku sebagai konflik yang paling halus; itu pun bisa berhenti untuk sementara waktu dalam keheningan vipassana, sebelum tercapai pembebasan sempurna (arahat). YM BUddhadasa Mahathera menamakan keheningan vipassana, di mana aku tidak ada untuk sementara itu, sebagai 'mencicipi Nibbana' (a taste of nibbana).

Dengan lepasnya semua konflik, maka tersimpan energi yang amat besar dalam batin, energi yang tadinya dihabiskan untuk menghadapi konflik-konflik dalam batin itu.

Simpanan energi ini dapat dimanfaatkan pada saat diperlukan. Oleh karena itu, orang yang terbiasa ber-vipassana--bukan hanya dalam meditasi duduk secara formal, tapi dalam kesadarannya sehari-hari dari saat ke saat--terlihat sanggup bekerja di luar kemampuan orang biasa. Lagi pula mereka kelihatan awet muda secara mental, kalau tidak secara fisik.

Demikianlah, memang praktik vipassana dalam kehidupan sehari-hari dapat membantu orang memiliki stamina yang lebih besar dalam menghadapi kehidupan sehari-hari.

Tetapi, awas, mohon jangan berpendapat bahwa vipassana adalah cuma suatu alat/instrumen untuk membantu mengerjakan pekerjaan sehari-hari. Kalau begitu, Anda menurunkan derajat vipassana menjadi sekadar alat untuk mencari penghidupan. Maka Anda tidak akan memperoleh manfaat sepenuhnya dari vipassana, vipassana Anda akan macet. - Vipassana adalah tujuan hidup itu sendiri.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 12 May 2008, 02:17:05 PM
Dengarkan Radio Kis FM 95,1 MHz - nanti malam pk 20 - 21: talk show dengan Hudoyo

Untuk teman-teman di wilayah Jakarta, silakan dengarkan Radio Kis FM 95,1 MHz nanti malam pk 20 – 21 WIB: ada talk show dengan Hudoyo tentang spiritualitas.

Terima kasih.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 12 May 2008, 04:27:07 PM
yaaaaaah aye di bandung nih :(
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Edward on 12 May 2008, 04:27:16 PM
 :-[ :-[ :-[
Secara langsung Pak hud, menjawab percikan pemikiran saya ttng efek samping dari vipassana...
Jadi malu... :-[ :-[ :-[
Title: Manfaat MMD bagi kehidupan sehari-hari
Post by: gendhisjawi on 12 May 2008, 04:52:33 PM
Salam Pak Hud, ketemu lagi di sini.
Ngomongin soal pengaruh MMD bagi akuntansi, saya jadi ingin berbagi pengalaman.

Ber-MMD membuat saya tetap "sadar" saat bereaksi terhadap segala sesuatu. Contohnya, saat tiba-tiba ada mobil lain memotong jalan, kini saya tahu persis kalau gara-gara kejadian seperti itu saya jadi marah. Seringkali, memang, "kemarahan" itu masih saya lampiaskan dengan mengajak mobil itu balapan.

Bedanya dengan sebelum MMD, dulu saya membalap dengan penuh kemarahan. Tapi, sekarang saya membalap dengan sadar. Sadar ingin pamer bahwa mobil butut saya masih enak buat balapan. Sadar bahwa saya juga bisa balas dendam dengan ganti memotong jalan dia. Sadar bahwa saya enggak mau disepelekan. Sadar kalau akhirnya saya kalah balapan, ya, sudah enggak perlu sakit hati. Dan, tentu saja, sadar bahwa pada saat seperti itu ego saya ada di ubun-ubun..he..he..he.

Namun kadang-kadang, saya suka-suka saja jalan saya dipotong mobil lain secara tiba-tiba. Pengin ganti ngebut...eh...si kaki enggak kunjung nginjak pedal gas.

Saya rasa, MMD cocok bagi bagi siapa saja yang tak mau kehilangan kontrol atas diri sendiri (karena tanpa sadar kontrol tercuri oleh kemarahan, penyesalan, kesedihan, kegembiraan, kebahagiaan, dst).

Mohon Maaf, Pak Hud, saya tak bermaksud menyepelekan MMD ke level kehidupan sehari-hari, lo. Tapi setidaknya itulah "efek samping" yang saya rasakan. Adapun soal "efek utama" MMD, saya sedang belajar pasrah untuk tak memikirkannya atau mengharapkannya. Soalnya, seperti Anda bilang, kan, kalau diharap-harap malah enggak datang. Dalam bahasa guru ngaji saya dulu "Lillahita'allah"...alias terserah Gusti Allah saja...pasrah Ngalah... Sumonggo Kerso. Tak ada ruang untuk tawar menawar. Tak ada ruang untuk "saya".

Trimakasih. Semoga bermanfaat bagi pembaca. Mohon maaf kalau tak berkenan. Saya enggak tahu artinya, tapi kok kayaknya asyik juga untuk membubuhkan icon ini  _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 12 May 2008, 05:57:48 PM
Well salam kenal gendhisjawi. _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sumedho on 12 May 2008, 08:03:39 PM
yah, radionya nga dapet, kresek2x terus...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Mr. Wei on 12 May 2008, 09:06:38 PM
Pak Hud, sekitar Juli 2007 kemarin, Anda sempat selama beberapa jam datang ke Vila Honoris di Ciawi untuk mengajarkan meditasi kepada anak2 remaja Vihara Pluit Dharma Sukha, masih ingat?

Waktu itu disana ada saya, saya salah satu dari panitianya.

Kita bertemu lagi, Pak Hud, walaupun di dunia maya.

Praktek meditasi saya masih nol, alias saya belum mampu bermeditasi lama2...
Bisa saya minta bagaimana langkah awal untuk bermeditasi? Apakah sama dengan jawaban orang lain dengn memperhatikan nafas dahulu?

Lalu,
jika saya belajar Vipassana dengan teknik A, lalu belajar kepada pak Hud dengan teknik MMD, lalu suatu saat saya ikut retreat yg lain lagi dan belajar Vipassana dengan teknik C, saya takut apakah Vipassana itu akan menjadi sia2 saja? Atau mungkin malah saling melengkapi?

Thanx Pak Hudoyo

_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Edward on 13 May 2008, 12:49:44 AM
Waww...Gendhisjawi artinya apa yah? Gadis jawa??
Btw, kykny klo lihat kata-nya sepertinya salah satu peminat MMD non Buddhis yah??
Wah klo iya, isa sharing2 donk....
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 13 May 2008, 07:57:22 AM
Gendhis Jawi = Gula Jawa ;D

Betul Mas Gendhis Jawi kenal saya di situs  > Supranatural > Spiritual > MMD

Kalau Anda ingin diskusi tentang meditasi, terutama MMD, dengan teman-teman non-Buddhis, silakan kunjungi situs itu. Sangat baik untuk menambah wawasan mengenai pikiran-pikiran yang berkembang di luar Buddhisme.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 13 May 2008, 08:03:30 AM
[...]Saya enggak tahu artinya, tapi kok kayaknya asyik juga untuk membubuhkan icon ini  _/\_

Namaste adalah salam penghormatan kepada orang lain, dilakukan dengan mengatupkan kedua telapak tangan di depan dada, sambil mengucap "namaste". Semakin tinggi penghormatan kita, semakin tinggi pula tangan itu diletakkan: bisa ujung jari menyentuh hidung untuk orang-orang yang kita hormati; atau ujung jari menyentuh dahi, untuk orang-orang yang benar-benar kita hormati, misalnya orang tua, guru spiritual dsb.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 13 May 2008, 08:34:57 AM
Praktek meditasi saya masih nol, alias saya belum mampu bermeditasi lama2...
Bisa saya minta bagaimana langkah awal untuk bermeditasi? Apakah sama dengan jawaban orang lain dengn memperhatikan nafas dahulu?

Kalau Anda bisa bermeditasi selama 30 menit saja itu sudah cukup, tidak perlu lama-lama.

Napas adalah SALAH SATU saja dari fenomena badan. Fenomena badan yang lain misalnya: rasa gatal, sakit, pegal, kesemutan, nyaman dsb. Yang lebih penting untuk diamati adalah fenomena BATIN: pikiran, emosi, keinginan, kehendak, harapan, kekecewaan, kepuasan dst dst. Semua itu harus disadari bila terjadi. - Itulah vipassana. Tidak ada "langkah awal" & "langkah-langkah lebih lanjut". Begitu Anda duduk, semua fenomena badan & batin itu harus langsung disadari secara pasif. Tidak perlu melakukan apa-apa lagi. Tidak ada teknik, tidak ada metode apa-apa untuk melakukan vipassana. Mulailah duduk diam, mengamati secara pasif, tanpa bereaksi, segala sesuatu yang muncul pada badan & batin ini ... terus ... sampai tercapai nibbana yang tidak diharap-harapkan di masa depan. Jadi sekali lagi, tidak ada "langkah awal". Krishnamurti bilang, "Langkah pertama adalah langkah terakhir." -- Itulah MMD yang saya ajarkan.


Quote
Lalu, jika saya belajar Vipassana dengan teknik A, lalu belajar kepada pak Hud dengan teknik MMD, lalu suatu saat saya ikut retreat yg lain lagi dan belajar Vipassana dengan teknik C, saya takut apakah Vipassana itu akan menjadi sia2 saja? Atau mungkin malah saling melengkapi?

Thanx Pak Hudoyo

_/\_

Sebelum Anda memperoleh satu kiat sadar yang cocok bagi Anda, silakan mencoba vipassana yang diajarkan oleh berbagai guru. Itu saya namakan "shopping meditasi". :) ...

Tapi setelah Anda menemukan satu kiat sadar yang cocok bagi Anda, jangan "shopping meditasi" lagi. Lakukan satu kiat saja seumur hidup. ... Kalau tidak, benar seperti kata Anda, meditasi Anda akan macet, Anda tidak berkembang. ... Dan Anda cuma bisa membanggakan berapa kali ikut vipassana dengan berapa banyak guru.

Jadi sekali lagi, "shopping vipassana" perlu dilakukan sebelum orang menemukan kiat sadar yang cocok bagi dirinya sendiri. Setelah menemukan, maka "shopping vipassana" malah menghambat perkembangan meditasi Anda.

"Teknik" vipassana tidak boleh dicampur-campur, masing-masing teknik dikembangkan oleh gurunya secara eksklusif. Kalau Andsa bilang, teknik-teknik vipassana saling melengkapi, berarti teknik-teknik itu sendiri tidak lengkap, dong. :)

MMD, misalnya, adalah meditasi TANPA teknik apa pun. Jadi tidak cocok dengan semua vipassana lain yang punya teknik.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: gendhisjawi on 13 May 2008, 12:17:30 PM
Bung Edward,
Benar, di KTP saya tercantum nonBudhis. Tapi, kata orang tua saya, ketika saya lahir dulu cuma ditemani ari-ari dan air ketuban. Enggak ada KTP dan segala macam predikat yang tercantum di dalamnya. ;D. Makanya, kini, sebisa mungkin saya enggak mengikatkan diri pada identitas tertentu, kecuali pada fakta-fakta alamiah yang tak bisa saya sangkal, misalnya saya memang laki-laki (bukan gadis) dan berkulit sawo matang seperti warna gula merah made in Kedu.   :)

Saya akan suka sekali sharing pengalaman soal MMD.  Saya juga senang sekali membaca posting-posting tentang MMD di Kaskus, walaupun, sepertinya, pengalaman ber-MMD seseorang tak akan sama persis dengan orang lain. Mungkin pada momen tertentu sama, tapi dituturkan dengan cara berbeda. Atau, bisa pula, pengalamannya sama, tapi memang tak bisa dituturkan dengan gamblang. Jadi, tak ada cara lain untuk mengetahuinya kecuali menjalankannya. Sesudah menjalankannya pun saya enggak yakin apakah yang saya lakukan itu memang MMD seperti yang dimaksudkan Pak Hudoyo he...he...he.

Berhubung saya tak banyak kenal konsep tentang tumimbal lahir, arahat, dll...juga tak tahu pasti soal surga, neraka, dll... saya tak terlalu memusingkan MMD yang saya lakoni akan membawa saya kemana. Hanya, logika saya yang cetek berkata: manakala suatu saat (entah kapan) tak ada campur tangan pikiran dengan segala manifestasinya (ego, emosi, nilai, etike, moral, dogma, hasrat, nafsu, dll), saya akan "berhadapan" dengan "fakta yang  sesungguhnya" alias kondisi-kondisi yang bukan cuma "katanya".

Terimakasih. Mohon maaf kalau ada yang tak berkenan.  _/\_




Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 13 May 2008, 02:56:07 PM
Salam kenal Bro Hudoyo, (dgn senang hati kalau yg lain mau bantu jawab)

Saya merupakan salah satu pengikut MMD (setahun yg lalu)....di DhammaJaya

Didepan rumah saya ada lapangan tenis, dan kalau mereka bermain sampai tengah malam...
dan malah jerit2 (kegirangan), dikesempatan lain...pagi2 juga udah jerit2 begitu....

Dan tingkah laku tsb umumnya membuat orang "jengkel" karna ulah manusia yg ngak tau batas..

Juga terlintas dipikiran saya.... gimana kalau rumah saya kedap suara kan enak ya...
biarkan mereka menjerit sepuasnya..............

Suatu pagi (hari minggu) sekitar jam 5:30 pagi, dimana hari udah terang...dan begitu saya sadar.. tetapi belum bangun dari tempat tidur dan belum membuka mata.... saat itu saya
mendengar pemain tenis menjerit-jerit lagi...............tetapi ini kali lain.... pikiran saya terasa
begitu terang dan jelas dgn suaranya.... cuma kenapa kali ini sama sekali tidak ada perasaan jengkel................. saya amatin terus jeritan2 tsb (dgn telinga) dan mata tetap tutup....

Eh... kenapa kali ini perasaan jengkel ngak timbul.???? hanya pengamatan yg jelas aja....
wah ini merupakan kejadian langka bagi saya..... dan kodisi tsb dapat bertahan sampai kira2 10 menit....

pertanyaan : apakah yg sebenarnya terjadi? (Kejadian tsb diatas "pikiran terang" adalah sebelum mengikutin MMD).

apakah benar.... pikiran yg murni/bersih lingkungan tidak dpt mengotorinnya spt bunga teratai dikolam lumpur yg tetap bersih?

trims sebelumnya!
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Mr. Wei on 13 May 2008, 02:57:55 PM
Thanx sebelumnya kepada Pak Hud atas jawabannya.

"Napas adalah SALAH SATU saja dari fenomena badan. Fenomena badan yang lain misalnya: rasa gatal, sakit, pegal, kesemutan, nyaman dsb. Yang lebih penting untuk diamati adalah fenomena BATIN: pikiran, emosi, keinginan, kehendak, harapan, kekecewaan, kepuasan dst dst. Semua itu harus disadari bila terjadi. - Itulah vipassana. Tidak ada "langkah awal" & "langkah-langkah lebih lanjut". Begitu Anda duduk, semua fenomena badan & batin itu harus langsung disadari secara pasif. Tidak perlu melakukan apa-apa lagi. Tidak ada teknik, tidak ada metode apa-apa untuk melakukan vipassana. Mulailah duduk diam, mengamati secara pasif, tanpa bereaksi, segala sesuatu yang muncul pada badan & batin ini ... terus ... sampai tercapai nibbana yang tidak diharap-harapkan di masa depan. Jadi sekali lagi, tidak ada "langkah awal". Krishnamurti bilang, "Langkah pertama adalah langkah terakhir." -- Itulah MMD yang saya ajarkan."

Maksudnya dengan mengamati secara pasif seperti ini bukan:

Saya bermeditasi, lalu tiba2 kaki saya gatal, lalu saya bilang dalam hati "oh, ada rasa gatal di kaki saya", begitu?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sumedho on 13 May 2008, 03:00:59 PM
numpang lewat,
itu bukan meditasi donk. itu namanya berpikir. Ketika meditasi tidak berpikir. Ketika kaki gatal, amati saja, jangan terlibat didalamnya, "cuek"-in.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: EVO on 13 May 2008, 03:05:16 PM
"cuek"-in
tapi tetap sadar ada gatal itu
nah lo binggung kan :o
praktek aja deh :)
bagaimana kamu melihat bunga...tapi bunga itu adalah diri mu :whistle:
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sumedho on 13 May 2008, 03:20:25 PM
yah pasti tetap sadar, kalau tidak sadar maka itu namanya tidur :)

melihat bunga dan bunga itu dirimu ? berkhayal donk ;)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: EVO on 13 May 2008, 03:28:06 PM
wkwkkwkwkkww
maksudnya mo
kita bisa melihat warna bungan
dan bisa mencium harumnya dengan jelas
kita hanya mengamatin aja...
ada rasa gatal....dikaki kah atau yang lain
rasa itu ada
tapi kita bukan kaki atau yang lain itu
gitu deh....


kita punya kaki itu udah jelas...punya rasa gatal itu juga jelas
tapi kita hanya mengamatin aja
seperti kita melihat bunga.....tampa ada pikiran yang terlibat..tampa ada komment
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Edward on 13 May 2008, 10:48:42 PM
Gula Jawa,
justru saya sangat tertarik kalo ada rekan2 yang berlatih MMD yang berasal dari non-Buddhis, ini seperti memberikan gambaran out of the box dari segala teori2 yang mengikat dari sutu agama..
Saya sendiri, sering shopping agama, ikut agama ini, ikut agama itu...Skrng sih ngakunya Buddhis, dan paling nyaman dgn ajaran Sang Buddha.Semakin saya bertemu orang dengan berbagai label aliran tertentu dgn agama tertentu, saya jadi malas....Rasanya kaga enak aja, manusia masa dikotak2an dgn berbagai macam label?
Saya bukanlah agama, dan agama bukanlah saya...Uh, cba klo kita pas ditanya, " Elu agama apa?" Saya bisa jawab "Kaga punya agama gw!.." :P
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 14 May 2008, 04:16:09 AM
Wah, bagus sekali ini ... :)

Kalau saya ditanya, "Agamamu apa?", jawab saya: "Wah, tidak pernah terpikir oleh saya agama saya apa." :)

Salam,
Hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 14 May 2008, 04:27:20 AM
Salam kenal Bro Hudoyo, (dgn senang hati kalau yg lain mau bantu jawab)

Saya merupakan salah satu pengikut MMD (setahun yg lalu)....di DhammaJaya

[...]
Suatu pagi (hari minggu) sekitar jam 5:30 pagi, dimana hari udah terang...dan begitu saya sadar.. tetapi belum bangun dari tempat tidur dan belum membuka mata.... saat itu saya
mendengar pemain tenis menjerit-jerit lagi...............tetapi ini kali lain.... pikiran saya terasa
begitu terang dan jelas dgn suaranya.... cuma kenapa kali ini sama sekali tidak ada perasaan jengkel................. saya amatin terus jeritan2 tsb (dgn telinga) dan mata tetap tutup....

Eh... kenapa kali ini perasaan jengkel ngak timbul.???? hanya pengamatan yg jelas aja....
wah ini merupakan kejadian langka bagi saya..... dan kodisi tsb dapat bertahan sampai kira2 10 menit....

pertanyaan : apakah yg sebenarnya terjadi? (Kejadian tsb diatas "pikiran terang" adalah sebelum mengikutin MMD).

apakah benar.... pikiran yg murni/bersih lingkungan tidak dpt mengotorinnya spt bunga teratai dikolam lumpur yg tetap bersih?

trims sebelumnya!

Rekan Johan,

Pada saat Anda bangun itu Anda berada dalam keheningan. ... Batin/diri tidak bereaksi seperti biasanya terhadap suara bising itu ... Dengan kata lain, batin tidak menolak rangsangan yang tidak enak; dan mungkin juga tidak melekat pada yang enak, misalnya, pada rasa tenang & bebas itu sendiri.

Dan itu terjadi secara spontan ... Anda belum tahu apa itu MMD, bahkan Anda tidak sengaja bermeditasi, tapi Anda berada dalam keadaan meditatif yang muncul secara spontan ... Entah apa sebabnya, saya tidak tahu dan tidak perlu dipikirkan (orang Buddhis suka bilang, "Itu disebabkan oleh karma Anda dalam kehidupan yang lampau") ... :)

Salam,
Hudoyo
Title: Bunga luar biasa yang tak pernah layu ini ...
Post by: hudoyo on 14 May 2008, 04:40:11 AM
Dari:  > Supranatural > Spiritual > J. Krishnamurti

J. Krishnamurti:

Bunga luar biasa yang tak pernah layu ini

Pernahkah Anda bertanya kepada diri sendiri, mengapa umat manusia tidak memiliki ini? Mereka punya anak, bersanggama, kelembutan, berbagi sesuatu bersama dalam pertemanan, persahabatan, perkawanan, tetapi yang ini, mengapa mereka tidak memilikinya? Pernahkah Anda bertanya, dengan santai ketika Anda tengah berjalan sendirian di sebuah jalan yang kotor, atau duduk dalam sebuah bus, atau berlibur di tepi pantai, atau berjalan di hutan dengan banyak burung, pepohonan, sungai kecil dan binatang liar -- pernahkah Anda bertanya, mengapa manusia, yang telah hidup berjuta-juta tahun, tidak memiliki ini, bunga luar biasa yang tak pernah layu ini? ...
J Krishnamurti - Freedom from the Known, 123

[Dari: JKrishnamurti.org - Daily Quote]
------------------------
ANDI CAHYA:

minta izin, comment ya om semar.. mohon di koreksi bila ada yang aneh aneh :d  heuehueheu...

-bunga luar biasa yang tak pernah layu.. hmm.. J.K itu lagi ngomongin apa sih?
-apa yang ingin J.K sampaikan di renungkan kali ini?
-J.K sedang berbicara tentang kesadaran.. awareness..
-dalam keadaan sadar.. hanya melihat.. hanya mendengar.. hanya merasa.. yang ada hanyalah kesadaran..
-kesadaran inilah yang disebut bunga luar biasa yang tak pernah layu oleh J.K
-hmm.. kesadaran itu memang mirip seperti bunga.. yaitu hanya indah..
-bunga itu penuh dengan kehidupan.. begitu lembut.. sangat mudah merusaknya.. begitu rentan.. tapi sangat indah.. didalamnya ada semangat untuk hidup!
-J.K kali ini ingin berbagi "rasa".. ia menyebutkan, kesadaran itu seperti bunga.. hanya indah.. tidak berguna..
-bila seseorang berprinsip untung-rugi.. bertanya apa gunanya sadar? hmm.. sama seperti orang tersebut bertanya, apa gunanya bunga?
-bunga tentu saja hanya indah.. dan indah dengan sendirinya..
-----------------------------------
-bunga tak dapat dipaksa agar mekar sebelum waktunya.. begitu pula dengan kesadaran kita...
-tapi mekarnya bunga dapat terhambat, bila di biarkan.. mekarnya bunga, bisa tertunda bila ada yang menjadi penghambat.. dalam hal ini adalah EGO kita ;D
-jangan ingin meningkatkan kesadaran.. "yang ingin meningkatkan" masih merupakan si EGO..
-rawatlah bunga tersebut.. perhatikan selalu.. agar tidak ada yang dapat menghambatnya.. cintai bunga tersebut... dan dengan sendirinya suatu hari bunga tersebut akan mekar didalam diri..
-sekalinya mekar.. bunga yang luar biasa ini tak akan pernah layu..
-hehehe... "dengan santai ketika anda tengah berjalan sendirian di sebuah jalan yang kotor, atau duduk dalam sebuah bus, atau berlibur di tepi pantai, atau berjalan di hutan yang banyak burung, pepohonan, sungai kecil dan binatang liar".. ini lah tempat bunga tersebut dapat terlihat.. dapat terasa.. anda hanya dapat menemukan bunga luar biasa yang tak pernah layu ini di kehidupan sehari-hari.. saat anda santai dan merasakan kesendirian (aloneness) ;D
-meditasi adalah waktu dimana anda meluangkan waktu, untuk merawatnya secara lebih intensif dengan berbagai peralatan.. tapi untuk menikmati keindahannya.. adalah dalam kehidupan sehari-hari..
--------------------
madman.

==============================
HUDOYO:

Mas Madman,

Sebelum Anda mengikuti retret MMD, saya banyak mengoreksi tulisan Anda. ... :)

Setelah Anda mengikuti retret MMD, belum pernah saya mengoreksi Anda lagi sampai sekarang. ... Terlihat nyata betapa berbedanya kesadaran Anda sebelum dan sesudah mengikuti retret MMD. ... :)

Kali ini saya tidak akan mengoreksi Anda seperti dulu, melainkan saya akan menunjukkan saja bagian-bagian yang perlu disadari dengan rasa yang lebih halus. Bagian-bagian itu adalah sebagai berikut:


Quote:
[...]
-bunga itu penuh dengan kehidupan.. begitu lembut.. sangat mudah merusaknya.. begitu rentan.. tapi sangat indah.. didalamnya ada semangat untuk hidup!
---------------------
Apa artinya "semangat untuk hidup" itu? ... Siapa yang hidup? ... :)


Quote:
-rawatlah bunga tersebut.. perhatikan selalu.. agar tidak ada yang dapat menghambatnya.. cintai bunga tersebut... dan dengan sendirinya suatu hari bunga tersebut akan mekar didalam diri..
---------------------
Bagaimana bisa "merawat" dan "mencintai" bunga itu? Bukankah yang berniat "merawat" dan "mencintai" bunga itu adalah diri/ego ini? ... :)

Katanya 'tak pernah layu' ... mengapa pula harus "dirawat"? ... :)

Bagaimana mungkin bunga itu "mekar di dalam diri"? ... Kalau bunga itu mekar, bukankah diri ini lenyap? ... :)


Quote:
anda hanya dapat menemukan bunga luar biasa yang tak pernah layu ini di kehidupan sehari-hari.. saat anda santai dan merasakan kesendirian (aloneness) ;D
-----------------------
Memang keadaan 'santai' dan 'sendiri' itu kondusif bagi munculnya bunga itu ... tapi bunga itu bisa tetap mekar di mana saja dan kapan saja. ... :)


Quote:
-meditasi adalah waktu dimana anda meluangkan waktu, untuk merawatnya secara lebih intensif dengan berbagai peralatan..
-----------------------
Seperti di atas, apakah bunga itu perlu dan bisa dirawat? ... Dan apakah meditasi cara atau alat untuk merawat bunga itu? ... Bukankah kalau kita bermeditasi dengan tujuan untuk merawat bunga itu, bunga itu justru lenyap? ... :)


Quote:
tapi untuk menikmati keindahannya.. adalah dalam kehidupan sehari-hari..
---------------------
SIAPA yang menikmati keindahannya? ... ;D  Bunga dengan keharumannya itu sekadar ada, tapi kalau diri ini mencoba menikmatinya, bunga itu justru lenyap, seperti putri malu. ... :)

Salam,
semar
Title: DIALOG SUCHAMDA - ANDI CAHYA [1/2]
Post by: hudoyo on 14 May 2008, 09:16:20 AM
Dari:  > Supranatural > Spiritual > Life-tuality

DIALOG SUCHAMDA - ANDI CAHYA [1/2]



SUCHAMDA:

Bung Adi Cahyadi menginspirasikan saya menulis ini. Salam kenal yah... :)

CINTA DAN KEMATIAN

Manusia mengejar cinta,
sayapnya menggapai bayang-bayang,
yang menggoreskan duri di hati luka
tanpa memahami kenapa.

Kehidupan ditala dengan cinta,
tapi mengapa hanya menghasilkan derita,
perih kenangan bayang masa lalu
dan kecemasan impian masa depan.

Cinta itu disini, kini
kala aku mati
dalam setiap detiknya
disitulah muncul Cinta.

Dan manakala ada Cinta,
maka dimanapun ada Dia
ketika langit-bumi pun tiada berbeda
karena hanya ada satu lantunan gita : Cinta.


Jakarta, 7 Mei 2008
Daniel Dharmawan

http://primordialnature.blogspot.com/
       
==========================
ANDI CAHYA:

hehehe... salam kenal juga om Daniel Dharmawan :D hmm, kalo ga salah kita pernah ketemu ya di retret MMD kemaren?
-waaah... saya merasa bahagia, ketika berbagi rasa.. di respon dengan rasa.. hmm.. terima kasih ya om telah bersedia berbagi rasa disini :D

andi cahya wijaya,

==========================
SUCHAMDA:

hehehehe.....saya dipanggil "Om", sudah kelihatan tua ya? :)
Emang ga salah ketemu di retret kemarin, tapi waktu itu saya belum baca tulisan2 anda jadi gak ngeh waktu nama andi disebut2. Tau gitu saya pengin ngobrol ma anda, tapi kesannya anda itu pendiam banget yah kalo ketemu darat? Di milis kelihatannya ceria dan easy going? Yang bener yang mana neh? ;)

==========================
ANDI CAHYA:

hmmm.. iyah, waktu di retret cuma ngobrol dikit :D hehehe.. saya disana pendiam dan di milis ceria :D dua dua nya bener kok om suchamda.
-disini, raut muka saya ga keliatan.. senyum saya ga keliatan.. tatapan mata saya pun ga keliatan.. hmm.. begitu banyak yang tidak terlihat ditulisan.. untuk menghadapi kendala itu, ya tulisan saya jadi aneh.. seperti banyak titik-titik ga guna.. banyak icon :D .. dan banyaak "hehehe...."
-yang ingin saya bagi disini bukanlah filsafat.. tapi cinta.. keceriaan.. hidup dengan sepenuh-penuhnya! hmm.. efek negatifnya mungkin tulisan saya jadi terlihat seperti tulisan anak kecil.. dan terlihat "cupu" sama kaum pemikir.. tapi apa boleh buat :D yang saya tulis bukan dogma..
-di retret, saya memang pendiam.. karena saya tidak ingin melewatkan satu detik pun, apa yang terjadi disana :D hehehe... sangat sulit untuk ngobrol dan mengamati pada saat yang bersamaan..

madman.

==========================
ANDI CAHYA: <posting>

ORANG BIASA ...

hmm.. beberapa waktu kemarin, waktu pulang dari retret MMD.. saya beruntung di beri kesempatan untuk nonton DVD salah satu ceramahnya J.Krishnamurti di rumah om hudoyo :D hehehe...
-hmm.. pengalaman yang sangat berharga.. saya merasa beruntung, dapat melihat bagaimana seorang J.K berceramah.
-saya belajar satu hal dari J.K dan yang satu hal ini, hanya J.K yang memilikinya :D
--------------------------------------
-orang biasa.. menjadi orang biasa apa adanya.. sederhana.. inilah sisi indah dari J.K
-guru-guru spiritual lain, hehehe biasanya norak-norak.. pake jubah lah.. piara jenggot.. atau pake baju satu warna entah itu putih, hitam, orange... dll...
-melihat J.K di dalam dvd itu, dia pake kemeja dan celana panjang.. seperti orang tua biasa..
-guru spiritual lain, memberikan impresi bahwa dia berbeda dengan kita.. tapi J.K justru memberikan impresi bahwa dia sama dengan kita.. berpenampilan seperti biasa :D
-hmmm.. hehehe.. saya tidak menjelek-kan guru spiritual yang berpenampilan "unik" :D saya tau maksud mereka.. ada pesan dibalik ke unik an mereka..
-hmm.. demikian dengan J.K dia berpenampilan biasa pun memiliki tujuan.. memiliki pesan juga dibalik penampilan yang biasa.
-biasa atau luar biasa.. tidak masalah.. dua duanya indah! tapi saat ini.. hmm.. mari kita bicarakan "menjadi orang biasa"
-------------------------------------
-hehehe... Ego, selalu berusaha menjadi luar biasa.. selalu ingin menjadi unik berbeda dengan yang lain.. hmm.. karena sifat ego yang seperti ini, timbulah konsep "pencarian jati diri"..
-coba lihat, anak muda sekitar smp atau smu.. liat orang punk.. begitu terlintas dalam pikirannya "keren", mulai melakukan imitasi..
-anak muda tersebut mencoba menjadi keren.. menjadi luar biasa dengan menjadi punk!
-demikian juga dengan hippies.. RnB.. Gothic.. wooow dan banyak hal lainnya..
-semua itu dilakukan karena kita ingin menjadi orang yang luar biasa...
-heueheueheu... ada juga orang yang bilang.. saya hanya menjadi orang biasa.. karena dia berfikir bahwa orang yang biasa itu adalah orang yang luar biasa :D jadi tetep, sama ajah intinya orang tersebut ingin menjadi orang yang luar biasa!
-ada juga, yang melihat atau bertemu dengan orang yang berkesadaran tinggi.. entah itu guru spiritual atau orang tuanya.. atau tetangganya.. dan mulai berfikir.. waahhh MENCARI KEBENARAN itu sangat keren!!! hehehe dan mulai mencari kebenaran.. menjadi spiritualis, karena ingin menjadi orang yang luar biasa... mereka mengumpulkan pengetahuan spiritual sebanyak banyaknya.. dengan harapan akan menjadi ahli spiritual yang keren!
-hmm.. EGO selalu menolak menjadi orang yang biasa dalam arti sebenar benarnya.. EGO selalu ingin eksis.. bila EGO merasa menjadi orang yang biasa.. maka biasanya EGO akan menjadi orang yang minder.. orang yang tidak percaya diri.. menjadi orang biasa dalam arti yang sebenarnya merupakan penderitaan bagi sang ego.. :D
-------------------------------------
-hehehe... saya tidak menentang gaya hidup spiritual.. atau gaya hidup punk.. RnB dll.. silahkan.. bukan disitu masalahnya..
-masalahnya kita melakukan hal tersebut tanpa disadari! tanpa kesadaran bahwa EGO kita selalu ingin menjadi luar biasa.. selalu pengen jadi orang keren! selalu ingin jadi orang yang unik dan berbeda dari orang lain.. selalu ingin berbangga diri...
-sadari pikiran yang seperti ini.. saat EGO yang ingin menjadi orang luar biasa disadari.. saat itulah kita menjadi orang yang biasa.. yaa.. orang biasa dalam arti yang sebenarnya! orang yang hanya orang... manusia yang manusiawi..
-hmm.. saat ego kita disadari maka kita akan menjadi orang biasa yang luar biasa.. dengan kata lain melampaui dualitas biasa dan luar biasa :D
-saat itu menjadi punk dipilih karena kesadaran.. menjadi punk tidak akan menghambat pertumbuhan kesadaran.. bahkan mungkin malah dapat membantu..
-mengapa bisa demikian? hmm.. saat EGO yang ingin menjadi orang yang luar biasa disadari maka tepat saat itu, kita akan berhenti mengejar identitas.. berhenti mencari jati diri... kita menjadi manusia tanpa identitas.. jadi apapun hanyalah peran.. saat itu kita bisa mulai menjadi saksi tanpa terlibat di dalam peran kita..
-menjadi punk pun dengan berbagai aksesorisnya, dapat menjadi berkah.. dapat membawa pesan bahwa "spiritual bukan terletak di penampilan" :D dapat menjadi bukti, bahwa melalui gaya hidup punk "kebenaran" dapat ditemukan! hehehehe....
-----------------------------------
-hmm.. saya selalu mengatakan jadilah dirimu sendiri apa adanya.. agar kita dapat berhenti mencari.. agar kita dapat mulai menemukan :D
-hehehehe.... jangan ingin menjadi "orang luar biasa"... jangan pula ingin menjadi "orang biasa karena orang biasa itu sangat luar biasa".. semua itu permainan EGO.. permainan sang "aku"..
-sama seperti orang yang "rendah hati" dapat memiliki kesombongan tersendiri karena dirinya merasa saya adalah orang yang "rendah hati" hehehe masih permainan EGO...
------------------------------------
-J.K berpenampilan biasa, bukan karena ia ingin menjadi orang yang luar biasa.. kesederhana-annya, bukan karena EGO yang berfikir bahwa "orang sederhana itu KEREN!!!"..
-J.K berpenampilan biasa.. karena ia memang biasa.. memang sederhana.. karena ia menjadi dirinya sendiri seutuhnya.. karena ia manusia yang sangat manusiawi.. karena ia adalah orang yang jujur..
-J.K berpenampilan biasa untuk menunjukan bahwa seorang spiritualis adalah orang yang biasa.. tidak hebat.. tidak keren.. tidak luar biasa... tidak aneh..
-bagi saya J.K adalah orang yang LUAR BIASA.. tapi J.K sendiri tak pernah menginginkannya.. tak pernah mencarinya.. ia telah berhenti sejak lama..
-J.K mengajarkan, jangan mencari jati diri.. jati diri tidak pernah hilang.. tidak pergi kemana mana... jangan dicari.. kenali dirimu.. sadari dirimu.. alami dirimu.. SAKSIKAN DIRIMU..
-J.K mengajarkan.. jangan mencari kebenaran.. kebenaran tidak pernah hilang.. tidak pergi kemana mana.. jangan dicari.. kenali kebenaran.. sadari kebenaran.. alami kebenaran.. SAKSIKAN KEBENARAN..
-dalam pencarian butuh metode.. dalam pencarian butuh akhir.. dalam pencarian butuh cita-cita.. dalam pencarian butuh mimpi...
-cara untuk kenalan.. ya tinggal kenalan.. cara menyadari ya tinggal sadari.. cara mengalami ya tinggal alami.. cara untuk menyaksikan ya tinggal saksikan.. hehehe.. tidak ada jalan karena kita tidak kemana mana.. tidak ada metode karena kita tidak memiliki tujuan.. the first step is the last step..
-tidak kemana mana.. adalah disini saat ini.. noWHERE.. is noW HERE..!!!
-----------------------------------
-hmm.. spiritual yang dimulai karena ego "ingin menjadi orang yang luar biasa" sangat berbahaya bila tidak disadari.. hasil akhirnya bisa menjadi kesombongan spiritual.. dan bila suatu hari nanti kebetulan menjadi seorang guru.. akan menjadi sangat berbahaya.. dapat merintangi mereka yang percaya 100 persen padanya...
-so.. lebih baik sadari sedini mungkin.. karena bila teman teman telah menjadi master spiritual.. kata-kata dari orang culun seperti saya tidak akan terdengar lagi :D hehehe....
-terus terang.. saya sebenarnya takut membicarakan tentang "rasa" tentang kehidupan.. EGO dapat berfikir.. inilah jalan ku.. atau ini keren banget.. dan ketika sedikit merasakan "kehidupan" timbul kesombongan tersendiri, bahwa saya telah merasakan kehidupan.. dan orang lain belum.. bila keadaan ini terjadi.. maka tulisan saya hanya akan menjadi perintang.. vitamin untuk sang EGO.. dan tidak bermanfaat..
-hehehe... tapi saya hanya seekor burung yang berkicau tanpa tujuan..

madman.

===========================
SUCHAMDA:

Kurang lebih saya mengalami petualangan yg mirip2. Dan kala disadari, segala celotehan ini ternyata juga merupakan gerak si ego. Ya itu yang saya rasakan sendiri (saya ber-ego kuat), gak tau kalo mas Andi ngalaminnya bagaimana, barangkali bisa beda.
Akhirnya sampai saat ini saya pasrah mengakui saja bahwa untuk hidup itu perlu ego, dan saya kembangkan saja ego itu dengan penuh kesadaran. Artinya, ya biarkan dituntun dalam kaidah-kaidah agama, daripada mengembara tak jelas di negara tak bertuan? Kadang-kadang flashback, aku ngeri sendiri melihat kenekatanku berpetualang.

Akhirnya, yang muncul dalam sikap adalah kemudian sikap cuek babe aja, mau hilang egonya sukur, punya ego ya monggo. Waktu dilihatin terus juga lama-lama jadi capek. Dan terus terang, jadi gak tau lagi juntrungannya itu sebenarnya apa sih. EGP.
Yang saya tau cuman kadang-kadang terasa enteng sekali seperti ga ada beban apapun. Kadangkala justru sebaliknya, hal-hal remeh bermunculan bagai gajah. Waktu melihat semua fenomena ini cuman bisa geleng-geleng kepala sendiri, batin gw itu kok gitu ya. Untung-untung saja sampai sekarang, kebanyakan dari hal itu cuman ada dalam benak saja, gak sampai mewujud jadi tindakan atau ucapan yang aneh-aneh.

Maaf kalau berteori, tapi saya ga tau menyatakannya gimana : saya rasa, ego ku yang kuat ini karena intelek saya juga kuat, artinya banyak akal. Selalu ada aja cara2 yang tak terduga untuk melanggengkan eksistensinya. Kadang2 lolos dari keelingan, kadang2 ketangkep basah.
Tapi aku jadi berpikir nih sekarang,....krn ada rasa khawatir....--wah ego lagi (biarin dah) -- apakah mungkin orang eling itu tidak ada yang luput?

Mohon, komentar dari mas Andi Cahya.

Makasih.

<bersambung>
Title: DIALOG SUCHAMDA - ANDI CAHYA [2/2]
Post by: hudoyo on 14 May 2008, 09:22:45 AM
Dari:  > Supranatural > Spiritual > Life-tuality

DIALOG SUCHAMDA - ANDI CAHYA [2/2]

==========================
ANDI CAHYA:

-hmm.. tidak ada yang salah dengan keadaan om suchamda saat ini.. EGO tidak mati karena memang tidak ada cara untuk membunuhnya :D
-hmm.. adalah betul untuk tercerahkan.. sang EGO harus mati.. tapi bukan berarti sang EGO harus kita bunuh :D
-kalaupun EGO mati harus mati dengan sendirinya.. kalau mati karena di usahakan berarti masih ada yang "Mengusahakannya" artinya semua itu hanya permainan sang EGO..
-coba sadari.. saat ini kepribadian anda pecah menjadi dua.. yang satu paham ego harus mati.. yang satu lagi menjadi sang ego yang "nakal"..
-yang satu menjadi EGO spiritual.. yang satu lagi menjadi EGO yang tidak bisa diam..
-hmm.. dua duanya adalah sang EGO :D .. tidak ada yang berkesadaran lebih tinggi dan tidak ada yang lebih rendah..
-kedua EGO ini sepertinya berperang habis habisan.. yang satu BERUSAHA terus memperhatikan.. yang lainnya BERUSAHA untuk tetap lepas dari diperhatikan :D
-mengapa bisa demikian? hehehe.. si EGO spiritual, saat mendengar "EGO bisa dibunuh dengan memperhatikan" seperti mendapat angin.. seperti mendapat jalan.. atau EGO spiritual berfikir bahwa dengan memperhatikan maka saya bisa menjadi spiritualis..
-let it be.. biarkan.. terima kedua duanya.. saat ini anda masih ber-EGO.. bila anda mengejar spiritual.. sang EGO akan hidup dan selalu hidup..
-hmm.. coba untuk hidup.. hanya hidup.. be here an now.. selalu berada di saat ini dan sekarang.. coba hayati hidup..
-hidup itu adalah saat ini disini sekarang... bila saat ini disini sekarang masih ada sang EGO.. terimalah sang EGO tersebut sebagai bagian dari hidup.. nikmati hidup.. sayang kalau harus dipake perang terus menerus tanpa akhir..
-dalam penghayatan akan hidup.. pengamatan terhadap pikiran akan terjadi dengan sendirinya.. tanpa usaha apapun...
-pikiran bila hanya diamati.. hanya disadari.. akan hilang dengan sendirinya.. sang EGO akan hilang tanpa jejak.. semua itu betul.. saya sangat setuju.. saat ini sang EGO tidak mati karena pengamatan yang dilakukan belum sepenuhnya  :D masih ada yang MENILAI.. masih ada "yang" kecewa ketika sang EGO kembali berceloteh..
-sadari bahwa selama ini EGO om suchamda hanya terpecah menjadi dua.. dan berperang satu sama lainnya.. ada konflik yang berkepanjangan.. jangan didamaikan.. hehehe ntar jadi nya tiga biji.. heueheuheu...
-jangan juga berusaha mengamati.. sang EGO ini sangat nakal.. dari pengalaman saya.. bila seseorang bersikukuh mengamati EGO.. suatu hari sang EGO bisa belajar trik baru :D yaitu trik MATI SURI.. EGO dapat menjadi diam untuk beberapa lama.. menjadi begitu tenang.. sampai kita yakin bahwa kita telah tercerahkan.. dan kembali menyusup dengan jalan yang sangat halus :D bila hal ini terjadi.. sangat berbahaya.. sangat sulit untuk menyadari hal ini..
-begini.. orang mati itu memang tidak bernafas.. tapi kalau kita menahan nafas dan tidak bernafas bukan berarti kita mati :D
-menahan nafas ini dapat dilatih.. bila terus dilatih.. suatu hari nanti, nafas bisa menjadi sangat halus sehingga "seperti tidak bernafas".. tapi bukan berarti orang tersebut mati :D
-diamnya pikiran pun seperti itu.. bila anda memaksakan konflik didalam diri anda.. ada kemungkinan EGO spiritual yang menang.. dimana EGO yang satu lagi mengalah.. pikiran dapat diam untuk beberapa saat.. bila terlatih.. maka pikiran ini dapat diam lebih lama..
-tapi itu bukan berarti orang yang pikirannya diam lebih lama lebih dekat dengan pencerahan..
-berhenti lah menilai, saya ini sudah dekat.. atau masih jauh dengan pencerahan..
-------------------------------
-untuk hidup tidak dibutuhkan EGO..
-pernyataan diatas mungkin sulit diterima oleh EGO.. tapi saat ini, itulah kenyataannya..
-hmm.. untuk menjelaskan yang satu ini agak rumit..
-setau saya, semua orang yang tercerahkan masih bicara :D
-nah.. bukankah untuk bicara, masih dibutuhkan pikiran? katanya, tercerahkan.. kok masih ada pikiran?
-hmm.. tanpa pikiran.. no mind.. berarti tidak ada apa-apa.. tidak ada kata-kata.. bila seseorang dalam keadaan no mind.. tidak ada pikiran.. jangan kan untuk bicara.. ibu sendiri pun ga akan kenal.. hehehe.. ingatan masih merupakan pikiran..
-saat seseorang sedang mengalami no mind tanpa pikiran.. maka semuanya tiada.. yang ada hanyalah ketiadaan.. sang ketiadaan..
-hmm.. jadi orang yang tercerahkan pun masih BERFIKIR..
-kalau masih berfikir, lalu mengapa EGO dikatakan mati?
-sebenarnya EGO bukan pikiran.. EGO adalah pikiran yang tidak disadari..
-saat pikiran disadari hal itu bukan lah merupakan EGO :D
-selama ini pikiran selalu bekerja tanpa kita sadari.. hasilnya, pikiran ini mengendalikan kita tanpa kita sadari.. kita menjadi budak dari pikiran..
-orang yang tercerahkan masih berfikir.. tapi berbeda.. :D pikiran-nya muncul secara disengaja.. pikirannya tidak lagi mengendalikan orang yang tercerahkan tersebut..
-hehehe.. jadi EGO itu adalah kondisi saat pikiran tanpa disadari mengendalikan diri kita :D
-saat diri kita tidak dikendalikan lagi oleh pikiran maka kita dapat menjadi diri kita seutuhnya.. itulah sebabnya mokhsa sering disebut sebut sebagai kebebasan yang abadi..
-saat sedang sendirian.. maka pikiran berhenti.. saat dibutuhkan, maka pikiran ini jalan..
-lalu siapa yang menghentikan pikiran dan memutuskan saat pikiran dibutuhkan? hehehe... yang ini saya tidak mau memberitahu.. suatu hari anda akan mengalaminya sendiri dan akan mengetahui nya sendiri..
------------------------------------
-jadi untuk hidup tidak dibutuhkan EGO.. karena EGO adalah kondisi dimana pikiran menjadi RAJA dan kita menjadi budak..
-saat pikiran tidak lagi mengendalikan diri kita.. maka saat itu semuanya terjadi dengan sendirinya :D seperti siang menjadi malam dan malam menjadi siang..
-saat kita harus bekerja maka kita akan bekerja sepenuhnya.. saat kita harus berhenti berfikir.. maka kita akan berhenti berfikir sepenuhnya.. dan semuanya terjadi dengan sendirinya :D
-hehehe... jadi om suchamda jangan khawatir :D
-sadari perang bathin didalam diri.. rasakan perangnya :D dan.. jangan terlalu serius.. bermain lah dengan pikiran..
-anggaplah mengamati pikiran ini sebagai sebuah permainan.. kalo ketangkep dapet skor.. kalo lolos.. yaudah :D hehehe ga ada game over..
-jadi jangan kecewa.. apalagi stress.. namanya juga permainan..
-masalah pencerahan.. kesadaran.. percayakan pada kehidupan.. jalani kehidupan.. tenang.. setau saya sang mentari masih belum pernah lupa kapan ia harus terbit :D
-jadilah diri anda apa adanya saat ini disini sekarang.. walaupun pikiran masih nakal.. itulah diri kita.. terimalah.. tidak ada yang salah dengan keadaan saat ini.. tidak ada yang perlu di khawatirkan..
-just trust your life!
------------------------
-hmm.. mohon maaf kalo nulis banyak nulis.. dan banyak omong :D hehehe...
-yang saya tulis diatas hanya satu kalimat.. yaitu "jangan khawatir".. lain-lainnya hanya penjelasan mengapa saya berkata "jangan khawatir"..
-khawatir itu artinya berada di masa depan.. semoga, tulisan saya dapat sedikit membantu om suchamda berada di saat ini disini sekarang.. :D

Madman,

============================
SUCHAMDA:

Terimakasih atas uraiannya. Saya sangat setuju atas apa yang telah mas andi sampaikan. Saat ini pun saya mengambil langkah strategi yang demikian. Biarlah just following the flow.


Quote:
>-jangan juga berusaha mengamati.. sang EGO ini sangat nakal.. dari pengalaman saya.. bila seseorang bersikukuh mengamati EGO.. suatu hari sang EGO bisa belajar trik baru yaitu trik MATI SURI.. EGO dapat menjadi diam untuk beberapa lama.. menjadi begitu tenang.. sampai kita yakin bahwa kita telah tercerahkan.. dan kembali menyusup dengan jalan yang sangat halus bila hal ini terjadi.. sangat berbahaya.. sangat sulit untuk menyadari hal ini.. 
------------------
Hal ini cukup membuat saya terheran tak habis mengerti, kok mas andi bisa mengemukakan ini? Apakah sudah pernah mengalami?

===========================
ANDI CAHYA:

-heuheue.. terima kasih juga om suchamda udah bersedia membaca uraiannya :D ya.. following the flow is beautiful.. it will work well.. have a trust on the flow.. the flow is u..
-hm.. lakukan sesuatu hanya bila om merasa sedang ingin melakukannya.. kalo mo bermeditasi.. meditasi lah hanya bila merindukan meditasi.. kalau mau mengamati pikiran.. lakukan saat dan karena kita ingin mengenal pikiran itu..
-awalnya.. meditasi dilakukan dengan paksaan.. harus terjadwal.. harus rutin.. hal ini karena pikiran kita.. EGO kita masih belum mencicipi nikmatnya meditasi.. nikmat nya mengenal diri.. pikiran masih belum sadar manfaat dari hanya mengamati..
-keadaan om mungkin mirip dengan saya.. dimana EGO spiritual sangat kuat! keinginan untuk menemukan kebenaran sangat besar.. lebih baik mati daripada tidak menemukan kebenaran! tidak takut hidup sengsara.. untuk spiritual, apapun jadi.. apapun boleh :D
-saya dulu udah berulang kali berusaha meninggalkan spiritual.. lebih baik, mencari uang.. dan menyenangkan dan membahagiakan keluarga.. hehehe.. tapi setiap kali lari.. akan selalu kembali.. berspiritual..
-sekarang saya menyadari, spiritual dan kehidupan sehari-hari tidak terpisahkan.. yang selama ini memisahkannya adalah EGO saya.. sekarang, hehehe.. saya mencari uang dan berspiritual pada saat yang bersamaan..
-saya menjalani keduanya sepenuh jiwa dan raga saya.. kesadaran saya tentang hidup, saya gunakan untuk membantu saya mencari uang.. dan pada saat mencari uang.. saya gunakan untuk membantu meningkatkan kesadaran saya akan hidup :D
-saya berhenti memilih antara spiritual dan material, karena memang sedari awal pilihan tersebut tidak ada.. semuanya terangkum dan menjadi satu didalam kehidupan.
-hehehe dan saya menemukan hidup sangat mudah.. sangat indah.. semuanya terpenuhi.. tidak ada konflik.. dan tepat saat itu, semua keinginan terlepas dengan sendirinya.. semua terjadi dengan sendirinya.. saat itu, saya sebagai EGO menyadari bahwa keberadaan saya tidak dibutuhkan..
--------------------------------------
-hehehe.. masalah pikiran yang bisa mati suri.. hmm.. di India banyak contoh dari hal ini.. saya banyak menemukan para yogi.. mereka kuat bermeditasi berjam jam bahkan ada yang sampai berhari hari.. tapi dari ucapan mereka.. dari kata-kata mereka saya dapat mengetahui "sang EGO masih bersemayam" hehehe... itu pula sebabnya masih banyak guru yoga di India yang masih senang menggerayangi murid perempuannya :D
-saat sedang bermeditasi.. pikiran "seperti" menjadi ketiadaan.. begitu tenang.. begitu hening.. kembali pada kehidupan sehari hari.. pikiran kembali memegang kendali tanpa disadari..
-keheningan, walaupun hanya 5 menit.. akan mentransformasi diri seseorang. ketika kembali dari keheningan.. orang tersebut akan selalu menjadi orang yang baru.. semakin hari, EGO orang tersebut akan mulai mati perlahan.. sampai tiba satu titik dimana EGO mati secara total.
-titik tersebut lazim disebut orang sebagai pencerahan.
-lalu mengapa seseorang pikirannya bisa diam.. tapi tidak ada transformasi di dalam diri? tidak ada peningkatan kesadaran?
-dalam hening.. pikiran pasti diam.. tapi pikiran yang diam belum tentu hening :D
-begini.. pikiran yang diam bisa terjadi karena dua hal.. yaitu karena diam dengan sendirinya.. atau dengan konsentrasi!
-om suchamda boleh coba berkonsentrasi mati matian terhadap satu titik.. saat itu, pikiran DIAM sama sekali.. tapi pada saat yang bersamaan, anda tidak lagi menyadari hal yang lainnya.. kesadaran akan menjadi sempit.
-nahhh... konsentrasi ini bisa dilatih.. bisa dikuatkan..
-tranformasi baru terjadi bila kesadaran meluas.. atau dalam keadaan dekonsentrasi.. dalam keadaan rileks total..
-dalam Meditasi mengenal diri.. kita harus mengamati segala sesuatu.. bukan cuma pikiran saja.. kita harus mendengarkan juga suara.. merasakan nafas.. menyadari gerak halus dari tubuh.. nah.. tujuan semua ini sebenarnya untuk mencegah kita melakukan konsentrasi..
-hehehe... tapi penjelasannya sampai disini ya :D bila transformasi diri.. peningkatan kesadaran.. tahapan matinya ego dibicarakan terlalu sering.. bisa sangat menggoda untuk dikejar.. artinya kita kembali mengejar..
-selama ini kebanyakan dari kita di didik untuk tahu dahulu.. mengerti dahulu baru menjalani hidup.. saya berusaha membalik prosesnya.. hayati hidup.. jalani hidup.. pengertian akan datang dengan sendirinya.. dan pengetahuan akan menjadi hal terakhir yang tidak begitu penting.
-------------------------------

madman.
       
==========================
SUCHAMDA:

Quote:
>-hehehe dan saya menemukan hidup sangat mudah.. sangat indah.. semuanya terpenuhi.. tidak ada konflik.. dan tepat saat itu, semua keinginan terlepas dengan sendirinya.. semua terjadi dengan sendirinya.. saat itu, saya sebagai EGO menyadari bahwa keberadaan saya tidak dibutuhkan..
------------
Lha kok mirip2?? :))
Sebenarnya ada hal2 lain walau remeh temeh yang bisa diceritakan bahwa pertemuan kita disini ini bukan kebetulan. Anda sungguh banyak membantu bro! terutama buat pengunjung disini yang bisa menyimak keindahan batin yang anda alami.
Kapan kira2 anda memutuskan untuk bersikap spt yg diatas itu?
Kalau saya, kira2 baru mulai menyadari itu bulan Agustus 2007, tapi baru bener2 ngeh setelah kira2 bulan februari tahun ini.

Tapi tentu saja bro, dalam menghadapi problem yg satu ini, kayaknya anda berjalan di depan deh dibanding saya.


Quote:
>-om suchamda boleh coba berkonsentrasi mati matian terhadap satu titik.. saat itu, pikiran DIAM sama sekali.. tapi pada saat yang bersamaan, anda tidak lagi menyadari hal yang lainnya.. kesadaran akan menjadi sempit.
>-nahhh... konsentrasi ini bisa dilatih.. bisa dikuatkan..
>-tranformasi baru terjadi bila kesadaran meluas.. atau dalam keadaan dekonsentrasi.. dalam keadaan rileks total.. 
-----------------
Saya paham kok, dan merasa sudah bisa membedakan mana yang diam sempit karena konsentrasi dan diam krn sadar.
Yang lucu itu seperti sekarang ini, kala kena sakit flu jadi minum obat flu. Pikiran ini jadi kikuk, terseret ke "jhana" (absorpsi) mudah sekali. Sudah beberapa kali saya keteter waktu karena keasyikan melakukan suatu kegiatan. Fokusnya jadi sempit, kayak jalan di atas awan. Kiri kanan ga disadari, tapi ada rasa spt fly. Bagi pemeditator yg mengejar pengalaman spt ini nurut saya resep nya mudah aja kok : minum Decolgen......hehehehe..... :))

Yang sulit itu ya yg disebut hening itu, krn memang tidak bisa diusahakan, disengaja. Saya angkat tangan deh, ini keahlian bro andi cahya menjelaskan.

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Kelana on 14 May 2008, 10:35:33 AM
Salam Pak Hudoyo,


Saya telah membaca mengenai teori Vipassana MMD yang menjelaskan bahwa salah satu keunikannya adalah tanpa adanya pencatatan ataupun tanpa pemusatan terhadap sesuatu yang tunggal, dengan kata lain melalui pengamatan pasif terhadap semua obyek ”yang lewat” dan tanpa viriya (cmiiw).

Pertanyaannya adalah, apakah ini bisa dikatakan bahwa kita membiarkan pikiran kita berkelana sekehendak hati (tanpa mencatat) tapi tetap dalam keadaan eling?

Tapi bagaimana kita bisa membangun keadaan eling tersebut sehingga tidak terjerumus ke dalam lamunan ataupun hayalan, mengingat pikiran kita begitu liar dan begitu banyak sensasi obyek yang mendera.


Thanks
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 14 May 2008, 07:18:18 PM
Salam kembali, Rekan Kelana,

Betul kata Anda, dalam MMD tidak ada KONSENTRASI, tidak ada PENCATATAN, tidak ada USAHA (VIRIYA) apa pun ... yang ada hanyalah ELING (katakanlah "sati") terhadap segala sesuatu yang kita sadari melalui pancaindra & yang muncul sebagai ingatan. ...

Pertanyaannya adalah, apakah ini bisa dikatakan bahwa kita membiarkan pikiran kita berkelana sekehendak hati (tanpa mencatat) tapi tetap dalam keadaan eling?

Tapi bagaimana kita bisa membangun keadaan eling tersebut sehingga tidak terjerumus ke dalam lamunan ataupun hayalan, mengingat pikiran kita begitu liar dan begitu banyak sensasi obyek yang mendera.

Tentang pertanyaan Anda, coba perhatikan bagian yang saya beri bold. ... ELING sama sekali lain dengan "membiarkan pikiran berkelana". ... Coba renungkan, kalau Anda BENAR-BENAR 'eling' terhadap suatu peristiwa batin--misalnya, munculnya ingatan atau emosi--kalau Anda benar-benar eling, apa yang terjadi dengan ingatan itu? ... Coba renungkan dulu ... Kalau Anda benar-benar 'eling' ... ingatan atau emosi itu LANGSUNG LENYAP dengan sendirinya, tanpa sengaja dilenyapkan, atau dicatat supaya lenyap. ... (Memang sebentar lagi bisa muncul ingatan atau emosi yang sama, tapi bila itu pun dielingi lagi, ya lenyap lagi dengan sendirinya.) ...

Contoh nyata yang kita semua pernah alami: bila saya sedang melamunkan hal-hal yang enak-enak ... lalu tiba-tiba saya eling bahwa saya sedang melamun ... ke mana lamunan saya? ... Langsung lenyap dengan sendirinya, bukan? ... tapi bukan dengan sengaja dicatat "melamun". ... Jadi dalam contoh ini, ELING itu bukan hasil dari LATIHAN, atau KONSENTRASI, atau PENCATATAN ... dia datang begitu saja. ... "Tugas" kita dalam retret MMD hanyalah menyiapkan suasana yang kondusif bagi munculnya eling itu, tanpa berupaya agar eling itu muncul. ...

Singkatnya: eling itu bukan "membiarkan pikiran berkelana" ... justru sebaliknya, dengan eling, setiap pikiran, emosi, keinginan dsb akan lenyap dengan sendirinya, tidak peduli betapa pun liarnya pikiran itu ... Kalau pikiran sedang liar, sedetik lagi muncul pikiran baru ... lalu eling ... sehingga lenyap kembali ... demikian seterusnya ... cuma di sini frekuensinya lebih cepat, oleh karena itu kita namakan "pikiran liar" ... tapi, dalam keadaan itu, dalam MMD tidak ada keinginan untuk membuat pikiran itu diam ... biarkan saja ... eling ... mikir ... eling ... mikir ... eling ... mikir dengan cepat, liar ... lama-kelamaan batin akan masuk dalam keheningan juga, tanpa USAHA (VIRIYA) apa pun.

Nah, ... kalau tidak percaya ... buktikan sendiri, ehipassiko. ... :)

Salam,
Hudoyo

Title: Hati-hati ... <Re: Bunga luar biasa yang tak pernah layu ini ...>
Post by: hudoyo on 14 May 2008, 08:54:03 PM
Dari:  > Supranatural > Spiritual > J. Krishnamurti

-wah.. terima kasih om semar atas koreksinya ;D hehehe... seperti biasa.. ketajaman om semar tidak berkurang sedikitpun.. hari ini saya merasa sangat senang, melihat tulisan om semar kali ini..
-waktu saya menulis comment tentang bunga luar biasa yang tak pernah layu ini.. saya tau om semar akan berkomentar ;D kali ini saya amat menantikan komentar dari om semar.. saya membutuhkan komentar om semar..
------------------
-hehehe.. memang benar ada ego halus di dalam comment saya, dan hal itu saya sadari pada waktu saya menulis.. ;D
-hmm.. tapi ditulisan J.K kali ini.. "bunga luar biasa yang tak pernah layu" ini.. sangat unik..
-saya berfikir, mengapa bunga tersebut dikatakan J.K sebagai bunga yang luar biasa? bila ada "bunga yang luar biasa", maka secara otomatis ada "bunga yang biasa"..
-lalu J.K bertanya "Pernahkah Anda bertanya kepada diri sendiri, mengapa umat manusia tidak memiliki ini?"
-mengapa J.K bertanya demikian? bisakah bunga ini dimiliki (saat bunga ini mekar, tidak ada lagi sang ego)? siapa yang memiliki? bagaimana mungkin kesadaran bisa dimiliki? bukankah kesadaran justru hadir saat pemiliknya tiada?
-dilain hal.. bila tidak bisa dimiliki mengapa J.K bertanya? untuk apa J.K bertanya apakah manusia memiliki sesuatu yang tak mungkin bisa dimiliki?
-mengapa J.K bertanya, manusia bisa punya anak, bersanggama, kelembutan, berbagi sesuatu bersama dalam pertemanan, persahabatan, perkawanan.. tapi tidak memiliki "bunga luar biasa yang tak pernah layu ini?"
-mengapa J.K menyebutkan "sesuatu" itu sebagai "bunga luar biasa yang tak pernah layu"? mengapa tidak cahaya, mengapa tidak pohon, mengapa tidak lentera diri, mengapa tidak keheningan abadi?...
--------------------------
-heuehueheu... yang diatas itu adalah permainan pikiran yang ada pada saya saat menulis comment tentang J.K kali ini ;D
-tadinya saya mau menjawab semua pertanyaan diatas yang timbul di dalam diri saat membaca tulisan J.K
-tulisan J.K kali ini hanya bertanya.. "mengapa?"
-ini lah yang saya sadari.. J.K bertanya pada saya yang masih memiliki EGO.. J.K disini tidak bertanya pada budha.. atau mahavira.. tapi bertanya pada saya..
-karena itu, di comment kali ini.. saya meng-urungkan niat untuk menjelaskan semuanya.. karena yang akan saya jelaskan hanya akan menjadi permainan pikiran..
-justru, di comment yang lalu saya berperan sebagai diri saya sendiri, yang saat ini masih berego.. dan beranjak dari keadaan yang saat ini dan disini..
-kalau kata-kata J.K kali ini bukanlah merupakan pertanyaan.. saya bisa memberikan comment berdasarkan pengetahuan dan pengertian..
-karena tulisan J.K kali ini berupa pertanyaan.. maka, saya keluar dari pemahaman, pengetahuan.. dan memberikan comment dan penjelasan dari sisi orang yang masih ber ego.
-saya mengerti.. saat disebutkan merawat maka "ego" masih ada.. saya juga mengerti bahwa, bunga yang disebutkan J.K itu bukanlah bunga ditaman.. melainkan bunga di hutan.. bunga yang alamiah.. tidak diperlukan perawatan..
-hmm.. tapi bila dikatakan seperti ini, EGO dapat berkata.. "ngapain cape-cape mengamati, ngapain dipusingin dengan meditasi, saya cukup hidup se enaknya seperti orang pada umumnya.. toch kesadaran akan meningkat dengan sendirinya.." dan saya merasa bukan itu maksud dari tulisan J.K kali ini..
-karena itu, saya memberanikan diri untuk menggunakan kata "merawat".. karena merawat itu tidak selalu aktif.. merawat itu sebenarnya tindakan pasif..
-saat perawat merawat pasiennya.. yang penting adalah pengamatan terhadap pasiennya.. sifatnya pasif.. dan tindakan aktif, hanya dilakukan bila dirasakan perlu..
-saat orang tua merawat anaknya.. sebenarnya yang terjadi adalah pengamatan.. perhatian.. sikapnya pasif dan terus menerus tanpa terhenti.. dari situ, mungkin ada tindakan aktif bila diperlukan.. dan kebanyakan hanya akan menjadi pasif.. hanya memperhatikan..
-dalam merawat.. seorang perawat tidak dapat memaksakan atau berambisi untuk menyembuhkan pasiennya.. saat di paksakan dan ada ambisi, saat itu sudah bukan lagi perawatan.. jadi dalam merawat, sembuh atau tidaknya pasien bukan lah tujuan.. merawat hanya merawat..
-demikian juga dengan orang tua.. saat merawat anaknya.. orang tua tersebut tidak dapat memaksakan atau berambisi untuk menjadikan anaknya dewasa..
-kesamaan ini yang ingin disampaikan oleh saya.. peningkatan kesadaran.. pencerahan.. tidak dapat dipaksakan atau dijadikan sebuah ambisi.. bukan merupakan pencapaian.. tapi pada saat yang bersamaan.. tidak dapat dibiarkan atau di cuekin dan tidak dipedulikan lagi..
-nah.. karena J.K bertanya pada saya, sebagai orang yang masih ber EGO.. maka saya pahami bahwa meditasi itu merupakan bagian dari perawatan.. karena bagi orang yang masih ber ego, dalam bermeditasi masih ada EGO, yang memprovokasi terjadinya meditasi..
-tapi itu pada awalnya.. hanya ketika sesaat sebelum bermeditasi.. ego mengatakan "saya akan bermeditasi".. barulah setelah itu ego berkurang dan menghilang.. hening.. meditasi adalah keadaan tanpa ego..
-------------------
-hehehe.. mengenai semangat hidup! ini murni karang karangan pikiran saya ;D saya tidak tau apa itu.. makanya saya sebut semangat hidup.. ketika, saya hanya melihat bunga.. tanpa berfikir apapun.. hanya menyaksikan.. rasa ini timbul di dalam diri saya.. seperti gairah.. seperti cinta.. entah apa itu..
-efek dari gairah tersebut.. hm.. seharian saya begitu ceria.. orang disekitar saya pun bisa menyadari keceriaan saya dan menjadi ceria juga.. rasa ini menular.. hmp.. saya merasa ada semangat untuk menjalani kehidupan ini ;D
-kejadian diataslah yang menyebabkan, saya memberanikan diri untuk menyebut nyebut tentang semangat hidup.
-hehehe.. waktu itu, tidak ada yang bertanya "siapa yang hidup?" jadi waktu om semar tanya.. hehehehe.. saya bingung mau jawab apa.. karena saya sama sekali tidak tahu jawabannya.


Quote
"SIAPA yang menikmati keindahannya? ... Bunga dengan keharumannya itu sekadar ada, tapi kalau diri ini mencoba menikmatinya, bunga itu justru lenyap, seperti putri malu. ... "
 

-heueheuehu... kalau yang ini saya bener-bener kecolongan.. waktu itu saya menulis "menikmati" karena ingat (memori) "ketika makan hanya makan", "ketika berjalan hanya jalan", "ketika menikmati, hanya ada menikmati"
-heueheuheu waktu itu saya tidak sadar, bahwa ternyata kalimat saya bisa diartikan "harus ada yang melakukan".. ini sangat berbahaya ;D
-------------------------
-heueheuehu... saya baru berani menulis panjang lebar, hanya ketika om semar telah mengkoreksi tulisan saya...
-karena bila tidak demikian, tulisan kali ini bisa membuat ego yang membacanya bisa semakin kuat..
-hehehe sekarang aman.. karena hal-hal yang dapat membuat ego lebih nakal telah dipangkas oleh om semar sampai tuntas ;D jadi bisa sedikit lebih bebas
-oiya om semar.. ditulisan saya kali ini pun.. mungkin ada hal-hal yang bisa membuat ego tambah nakal.. sekali lagi, saya mohon koreksinya om semar..
-salam hormat dan terima kasih untuk om semar!

madman,

============================
HUDOYO:

Quote
[...]-lalu J.K bertanya "Pernahkah Anda bertanya kepada diri sendiri, mengapa umat manusia tidak memiliki ini?"
-mengapa J.K bertanya demikian? bisakah bunga ini dimiliki (saat bunga ini mekar, tidak ada lagi sang ego)? siapa yang memiliki? bagaimana mungkin kesadaran bisa dimiliki? bukankah kesadaran justru hadir saat pemiliknya tiada?
-dilain hal.. bila tidak bisa dimiliki mengapa J.K bertanya? untuk apa J.K bertanya apakah manusia memiliki sesuatu yang tak mungkin bisa dimiliki?


Aslinya yang dikatakan oleh K adalah:
"...why it is that human beings lack this thing? ... They beget children, ... but this thing -- why is it they haven’t got it? ... why it is that man ... has not got this thing, this extraordinary unfading flower? …"

Di sini K memang menggunakan kata "memiliki", "haven't got". ... SEPINTAS LALU, "memiliki" 'bunga yang tidak layu' itu SAMA dengan "memiliki" 'anak-anak, seks, sahabat' dsb. ... Namun, kalau kita tahu ajaran K tentang diri/aku, kesadaran dsb, maka kita tahu pula bahwa "memiliki" 'bunga yang tidak layu' TIDAK SAMA dengan "memiliki" anak, dll. ... Kesan sama itu disebabkan oleh karena konstruksi BAHASA, yang adalah simbol dari pikiran ... dan bahasa diperlukan dalam komunikasi bahkan oleh K ... Dalam bahasa, setiap kalimat selalu terdiri dari SUBYEK dan PREDIKAT; dalam bahasa mau tidak mau SUBYEK harus ada. ... Jelas bahwa SUBYEK itu ciptaan BAHASA itu sendiri, ciptaan PIKIRAN. ... Ini terlihat jelas dalam kalimat "Saya memiliki anak." ... Tapi harap berhati-hati dengan kalimat "Saya memiliki bunga yang tidak layu." ... Sama-sama "memiliki", memberikan KESAN sama, tapi sesungguhnya kedua kalimat itu berasal dari kesadaran yang sangat berbeda. ... Kalau kita sadar akan hal itu, maka kita tidak akan terseret sampai pengertian "merawat", "mencintai", "menggunakan meditasi sebagai alat" dsb.


Quote
-justru, di comment yang lalu saya berperan sebagai diri saya sendiri, yang saat ini masih berego.. dan beranjak dari keadaan yang saat ini dan disini..
[...]
-karena tulisan J.K kali ini berupa pertanyaan.. maka, saya keluar dari pemahaman, pengetahuan.. dan memberikan comment dan penjelasan dari sisi orang yang masih ber ego.
[...]
-karena itu, saya memberanikan diri untuk menggunakan kata "merawat".. karena merawat itu tidak selalu aktif.. merawat itu sebenarnya tindakan pasif..
[...]
-nah.. karena J.K bertanya pada saya, sebagai orang yang masih ber EGO.. maka saya pahami bahwa meditasi itu merupakan bagian dari perawatan.. karena bagi orang yang masih ber ego, dalam bermeditasi masih ada EGO, yang memprovokasi terjadinya meditasi..
-tapi itu pada awalnya.. hanya ketika sesaat sebelum bermeditasi.. ego mengatakan "saya akan bermeditasi".. barulah setelah itu ego berkurang dan menghilang.. hening.. meditasi adalah keadaan tanpa ego..
 

Itulah yang saya maksudkan ... kalau si aku/ego yang "menjawab" pertanyaan K, maka hasilnya menjadi seperti itu: "memiliki" > "merawat" > "mencintai" > "bermeditasi untuk merawat" ... dst. ... Bahkan di dalam analogi-analogi tentang “perawatan”, tampak jelas adanya si aku dan obyek … sekalipun “pasif”.

Dalam ceramah-ceramah atau dialog-dialognya--dan K selalu bicara & berdialog dengan orang yang masih punya ego, bukan pada Buddha, seperti Anda katakan--K SELALU BERTANYA, selalu menantang; K tidak pernah memberikan afirmasi pada awal pembicaraannya, karena afirmasi mudah sekali diterima sebagai norma, idealisme, pegangan hidup ... Sebetulnya, pertanyaan-pertanyaan K bukan untuk di jawab, karena yang menjawab itu pasti ego lagi. ... Pertanyaan yang benar selalu mengandung jawabannya di dalam dirinya sendiri. ... Oleh karena itu, "jawaban" yang benar terhadap pertanyaan K hanya bisa diperoleh di dalam DIAM. ...


Quote
-hehehe.. mengenai semangat hidup! ini murni karang karangan pikiran saya  saya tidak tau apa itu.. makanya saya sebut semangat hidup.. ketika, saya hanya melihat bunga.. tanpa berfikir apapun.. hanya menyaksikan.. rasa ini timbul di dalam diri saya.. seperti gairah.. seperti cinta.. entah apa itu..
[...]
-hehehe.. waktu itu, tidak ada yang bertanya "siapa yang hidup?" jadi waktu om semar tanya.. hehehehe.. saya bingung mau jawab apa.. karena saya sama sekali tidak tahu jawabannya.
 

hehe...  ... Mungkin di sini Anda "kecolongan" juga. ... Bila muncul perasaan gairah, ekstase dsb ketika berada dalam keheningan ... hati-hati ... itu bukan TUJUAN ... itu tidak lebih dari REAKSI si aku lagi ... cuma kali ini reaksi yang positif ... nikmat, bahagia. ... Jadi, amati saja dalam diam ... jangan diberi nama "semangat hidup" ... itu si aku lagi yang mengkooptasi dan menempatkan diri pada posisi yang lebih "suci". ...  ... Di dalam keheningan yang sesungguhnya tidak ada lagi rasa senang dan susah. ...


Quote
-heueheuehu... kalau yang ini saya bener-bener kecolongan.. waktu itu saya menulis "menikmati" karena ingat (memori) "ketika makan hanya makan", "ketika berjalan hanya jalan", "ketika menikmati, hanya ada menikmati"
-heueheuheu waktu itu saya tidak sadar, bahwa ternyata kalimat saya bisa diartikan "harus ada yang melakukan".. ini sangat berbahaya 
 

Hehe ...  Hati-hati ... "makan", "berjalan" tidak sama dengan "menikmati". ... "makan" & "berjalan" itu KEGIATAN FISIK, sedang "menikmati" itu REAKSI BATIN ... sama dengan "merasa sedih" dsb. ... Hati-hati, jangan disamakan ...  ... Dalam keheningan yang sesungguhnya, tidak ada lagi SENANG & SUSAH, tetapi tetap ada kegiatan fisik.

Salam,
semar
Title: Re: Hati-hati ...
Post by: hudoyo on 15 May 2008, 04:26:14 AM
ANDI CAHYA:

-heuheueheu.... SIAP!!! tak ada yang bisa saya ucapkan selain "terima kasih" atas coment om semar!!
-saya mengerti :D
-mengenai "semangat hidup".. saya pikir pengalaman tersebut merupakan "masa lalu" sehingga dapat di beri "nama" oleh ego, agar dapat memberikan gambaran terhadap orang lain.. hehehe.. saya tidak menyangka, ternyata efek sampingnya bisa sampai ke "menempatkan diri pada posisi yang lebih "suci".. heuehueheu... ternyata pengalaman batiniah itu memang sebaiknya tidak di ungkapkan..
-wooo hehehe bener bgt.. makan berjalan, itu aktifitas fisik.. sedangkan menikmati adalah aktifitas batiniah.. hmm.. hal ini tidak disadari.. heueheu... harus hati hati...

sekali lagi terima kasih,

madman.

=============================
HUDOYO:

Bagus.


Quote
> ternyata pengalaman batiniah itu memang sebaiknya tidak di ungkapkan..

Bisa saja diungkapkan, tapi harus dalam bentuk impersonal, lepas dari pribadi. Misalnya, “Di situ ada gerak dari Yang Mahaluas…”. … Lebih baik lagi, kalau ditambahi anak kalimat yang menegaskan sifat impersonal itu, misalnya: “Di situ ada gerak dari Yang Mahaluas, tetapi si aku yang mengalami itu sudah tidak ada lagi.”

salam,
semar
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 15 May 2008, 04:46:09 AM
Maksudnya dengan mengamati secara pasif seperti ini bukan:

Saya bermeditasi, lalu tiba2 kaki saya gatal, lalu saya bilang dalam hati "oh, ada rasa gatal di kaki saya", begitu?

Mari kita lihat prosesnya: (1) ada rasa gatal > (2) batin menyadari rasa gatal itu > (3) batin berpikir/berkata: "Wah, gatal" ... Di situ ada dua peristiwa: (A) rasa gatal dan (B) pikiran yang bicara. ... Nah, cobalah sadari, di samping rasa gatal itu, juga pikiran yang bicara tadi. ... Kalau disadari, pikiran itu akan berhenti. ... Yang tinggal hanyalah rasa gatal saja dalam kesadaran kita. ... Jadi batin tetap berada pada keadaan #2, tidak melanjut ke #3. ... Yang ada hanya (A), tanpa (B). ... Itulah maksudnya SADAR secara PASIF.

Saya tidak terlalu suka menggunakan kata 'MENGAMATI', karena di situ terkesan ada suatu tindakan aktif dari si aku ... juga ada kesan KONSENTRASI pada obyek yang diamati. ... Sebaiknya digunakan 'SADARI'.

Salam,
Hudoyo

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: EVO on 15 May 2008, 08:24:44 AM
Mari kita lihat prosesnya: (1) ada rasa gatal > (2) batin menyadari rasa gatal itu > (3) batin berpikir/berkata: "Wah, gatal" .
yang menghubungkan kita ama.... rasa gatal itu.... adalah pikiran kita......
kalau pikiran akan rasa gatal itu hilang.......
otomatis rasa gatal itu akan hilang .....
yang ada tinggal kesadaran aja....
dan ini berlaku untuk apapun yang timbul dalam proses 'menyadari batin' kita
benar tak mo....
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Lex Chan on 15 May 2008, 09:35:53 AM
Laporan "permainan kematian yang gila":

Aneh, akhir2 ini kok saya jadi tidak peduli lagi dengan permainan itu...
Masih ingat dan tahu mengenai permainan itu, tapi... (sulit diungkapkan dengan kata2).. :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 15 May 2008, 09:58:58 AM
yang menghubungkan kita ama.... rasa gatal itu.... adalah pikiran kita......
kalau pikiran akan rasa gatal itu hilang.......
otomatis rasa gatal itu akan hilang .....
yang ada tinggal kesadaran aja....
dan ini berlaku untuk apapun yang timbul dalam proses 'menyadari batin' kita
benar tak mo....

Rasa gatal itu tetap ada ... tapi tidak ada lagi pikiran yang menanggapinya ... jadi 100% rasa gatal itu tidak mengganggu lagi ... seolah-olah tidak ada.

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Lex Chan on 15 May 2008, 10:22:03 AM
Quote
jangan juga berusaha mengamati.. sang EGO ini sangat nakal.. dari pengalaman saya.. bila seseorang bersikukuh mengamati EGO.. suatu hari sang EGO bisa belajar trik baru yaitu trik MATI SURI.. EGO dapat menjadi diam untuk beberapa lama.. menjadi begitu tenang.. sampai kita yakin bahwa kita telah tercerahkan.. dan kembali menyusup dengan jalan yang sangat halus bila hal ini terjadi.. sangat berbahaya.. sangat sulit untuk menyadari hal ini.. 

Mungkin ini yang pernah saya alami.. Memang aneh rasanya..
Saya mengalami "KESADARAN BARU", batin yang hening di mana tidak ada lagi keinginan untuk melanggar Pancasila Buddhis..
Saat itu, kalau merujuk kepada teori, saya pikir jangan2 saya sudah sotapanna.. ;D
Eh, ternyata itu hanya sementara.. Kenyataannya, saya masih "seperti yang dulu".. :)

Si "EGO" pura2 mati untuk sementara waktu, mencoba untuk meyakinkan bahwa si "EGO" sudah mati.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: uwi on 15 May 2008, 11:35:25 AM
^^saya belum pernah lihat ego pura2 mati, kayaknya sih karena saking kuatnya ego saya :D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: EVO on 15 May 2008, 12:09:46 PM
kenapa hasil dari setiap permainan orang berbeda
apakah itu pengaruh dari si pengetahuan yang di pelopori oleh si pikiran
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Lex Chan on 15 May 2008, 12:43:42 PM
kenapa hasil dari setiap permainan orang berbeda
apakah itu pengaruh dari si pengetahuan yang di pelopori oleh si pikiran

Lha, tahu dari mana hasilnya beda?
Saya belum dapat laporan dari pemain lainnya tuh..
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: EVO on 15 May 2008, 12:54:49 PM
kan ada aku
cuman saja aku ngak full
jadi aku membuat catatan sendiri
perasaan batin yang bergejolak
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Lex Chan on 15 May 2008, 01:01:23 PM
kan ada aku
cuman saja aku ngak full
jadi aku membuat catatan sendiri
perasaan batin yang bergejolak

Gejolaknya bagaimana?
Bisa diceritakan?
Title: Diskusi Ded12 - AndiCahya: "Rasa" dan "Aku"
Post by: hudoyo on 16 May 2008, 10:22:21 AM
DED12:

maaf ikut nanya,
kayanya semuanya cuman permainan rasa aja kan ?.

===================
SEMAR:

Dalam tulisan-tulisan Madman, rasa/emosi sudah tidak mendominasi, sudah teramati, dan dalam banyak hal sudah berhenti. Jadi tidak "bermain" lagi.

Kata-kata Madman berasal dari keadaan sadar/eling, bukan dari pikiran, bukan dari rasa. Jadi berasal dari kesadaran yang tinggi, bukan "cuman".

===================
DED12:

Salam kenal Om, minta ijin nanya lg ya.
Trus kapan perubahan itu terjadi, maksud saya kapan rasa mengamati itu muncul?, kan disini masih ada rasa kan om? walaupun rasa disini bersifat pasif.

==================
ANDI CAHYA:

Quote
maaf ikut nanya,
kayanya semuanya cuman permainan rasa aja kan ?.
-hm.. kalau om Ded12 menganggapnya demikian, tidak masalah.. boleh kok dipandang sebagai permainan rasa
-mungkin yang perlu disadari.. yang mengatakan bahwa "kayanya semua ini cuman permainan rasa" adalah PIKIRAN  hehehe...
-hmm.. disini saya banyak menekankan tentang rasa.. karena pada umumnya kita terlalu terbelenggu dengan pikiran..
-agar, pikiran tidak terlalu merajalela.. saya ajak bermain tentang rasa  tujuannya adalah untuk menunjukan.. bahwa diri manusia itu bukan hanya pikiran.. tapi masih ada yang lain.. yaitu "rasa"..
-tapi sungguh sangat sayang bila hanya berhenti sampai rasa.. manusia itu lebih dari sekedar pikiran dan rasa  masih ada kelanjutannya..
-hehehe.. tapi kelanjutannya, bisa anda temukan sendiri dengan mudah, bila om Ded12 telah keluar dari alam "pikiran" dan telah masuk ke alam "rasa"
-jadi permainan rasa itu hanya sebagian kecil dari lifetualty.. kalau bicara tentang keseluruhan.. atau "semua".. hmm.. lifetualty itu mungkin lebih cocok bila disebut "pembicaraan mengenai kehidupan"


Quote
Trus kapan perubahan itu terjadi, maksud saya kapan rasa mengamati itu muncul?, kan disini masih ada rasa kan om? walaupun rasa disini bersifat pasif.
-wah.. "rasa mengamati" itu apa om?
-kalau menurut saya, mengamati itu merupakan sebuah keadaan.. dimana kita tidak lagi melakukan aktifitas berfikir.. akan tetapi tetap sadar  (orang pingsan karena dibius/kejedot, bisa jadi pikirannya berhenti, tapi tidak sadar)
-jadi mengamati itu, kalau di tata bahasa masuknya ke predikat, atau kata kerja.. bukan kata sifat.. jadi tidak berasa..
-betul, masih ada rasa pada mengamati.. sama seperti kita melakukan perbuatan "makan".. masih ada rasa "mie baso".. tapi karena pikiran berhenti, maka tidak ada lagi yang menilai ini rasanya enak.. ini rasanya tidak enak.. rasa mie baso, ya rasa mie baso..
-sama seperti waktu berlari.. apa rasa berlari? okey.. kalo lari panjang maka kita akan merasa cape.. atau lelah.. tapi rasa cape dan rasa lelah itu bukan lah rasa dari berlari.. karena bisa juga kita berlari pendek dan tidak merasa cape
-jadi perlu dipahami, bahwa rasa memang betul masih ada (rasa dari panca indra) tapi rasa yang ada tersebut bukanlah "rasa mengamati".. karena mengamati itu adalah keadaan.. kata kerja.. tidak berasa.
-rasa dari panca indra itu pun, belum tentu pasti terjadi didalam mengamati.. karena dalam meditasi bisa jadi seseorang bahkan tidak merasakan apapun sama sekali.. tidak melihat apapun, tidak mendengar apapun, tidak merasa apapun...

-hmmp.. kapan perubahan itu terjadi?
-tidak ada perubahan yang terjadi  jadi ginih.. misalnya saat kita minum kopi satu gelas..
-setengah gelas kita minum kopi itu ketika kita lagi nonton film horor yang sangat menakutkan..
-setengah gelasnya lagi.. kita minum sambil memejamkan mata.. pikiran tidak berbicara sama sekali.. diminum secara perlahan.. dengan nafas yang rileks..
-bila kita cukup normal.. maka rasa kopi tersebut akan berbeda antara yang diminum ketika nonton film horor, dengan yang diminum dengan penghayatan
-okey.. kopinya masih sama.. lidah yang merasakan kopinya masih sama.. tapi rasanya bisa berbeda.. apakah ada yang berubah? sebenarnya tidak ada yang berubah.. semua masih tetap sama.. rasanya memang berbeda, tapi masih merupakan rasa yang sama..
-nah, mengenai rasa yang bersifat pasif.. hehehe saya nda ngerti om Ded12.. mungkin om bisa menjelaskan disini bagaimana rasa yang pasif, dan seperti apa rasa yang aktif itu
-dalam mengamati.. yang diamati itu bukan hanya rasa.. tapi pikiran juga.. hehehe.. kalau pikiran tidak diamati juga.. maka rasa yang diamati akan di analisis oleh pikiran.. dan pengamatan tidak terjadi, karena saat itu kita tidak sedang mengamati tapi sedang menganalisis.. sedang berfikir...
-mengamati itu adalah berada disini saat ini sekarang. hanya itu.. hanya berada saat ini disini sekarang titik!.. kalau kita berfikir, berarti tidak berada di saat ini lagi..

-hmm.. maaf ya om.. agak panjang lebar , mungkin sebagian om Ded12 sudah mengerti.. hehehe, tapi kalau ga di omongin, takutnya orang lain (yang ikut membaca) jadi salah mengerti

=======================
DED12:
 
Quote
-hehehe.. tapi kelanjutannya, bisa anda temukan sendiri dengan mudah, bila om Ded12 telah keluar dari alam "pikiran" dan telah masuk ke alam "rasa"
Bisakah dirasakan perubahan keluar dari alam "pikiran" dan telah masuk ke alam "rasa"


Quote
-jadi perlu dipahami, bahwa rasa memang betul masih ada (rasa dari panca indra) tapi rasa yang ada tersebut bukanlah "rasa mengamati"

.. Trus kalo bukan "rasa mengamati" apa dong istilahnya?


Quote
-nah, mengenai rasa yang bersifat pasif..

Maaf kalo saya salah memakai istilah, maksud saya "rasa mengamati" atau apa saja namanya.


Quote
-dalam mengamati.. yang diamati itu bukan hanya rasa.. tapi pikiran juga.. hehehe.. kalau pikiran tidak diamati juga.. maka rasa yang diamati akan di analisis oleh pikiran.. dan pengamatan tidak terjadi, karena saat itu kita tidak sedang mengamati tapi sedang menganalisis.. sedang berfikir...

Bukankah yang perlu diamati disini adalah rasa, tempat bersemayamnya si AKU


Quote
-mengamati itu adalah berada disini saat ini sekarang. hanya itu.. hanya berada saat ini disini sekarang titik!.. kalau kita berfikir, berarti tidak berada di saat ini lagi..

yang ini aku setuju

==========================
ANDI CAHYA:

Quote
Bisakah dirasakan perubahan keluar dari alam "pikiran" dan telah masuk ke alam "rasa"
 
-hmm.. sangat sulit menjawab pertanyaan ini.. karena ada kemungkinan pengertian om Ded12 tentang "rasa" berbeda dengan saya
-karena itu mungkin perlu di ungkapkan apa yang saya maksud dengan "rasa" pada post saya.
-menurut saya, rasa itu adalah persepsi panca indra (melihat, mendengar, meraba, mengecap, dan mencium) dan perasaan (bahagia, sedih, marah, dll).
-nah.. masuk ke alam "rasa" berarti hanya me-rasa..
-saat itu aktifitas pikiran akan sangat berkurang.. keadaan pikiran saat itu biasanya berupa letupan-letupan pikiran yang sepenggal sepenggal.. dan tidak berlanjut menjadi perenungan / pemikiran.
-bila ditanyakan apakah bisa dirasakan perubahan dari alam pikiran ke alam rasa..
-bila saya jawab bisa, maka akan terjadi ke-aneh-an pola pikir yaitu: indra yang mana yang merasakannya? apakah mata,hidung,atau keseluruhan? atau perasaan apa yang timbul? apakah senang, sedih, bahagia, tenang?..
-bila saya jawab tidak bisa, maka akan terjadi juga ke-aneh-an pola pikir yaitu: bagaimana mungkin masuk alam rasa tapi tidak bisa dirasakan
-hehehe... karena itu, saya samakan terlebih dahulu.. pengertian rasa disini.. yaitu sebatas panca indra & perasaan (emosi)
-perpindahan dari alam pikiran ke alam rasa.. tidak dapat dirasakan (mengacu pada pengertian rasa = panca indra & perasaan/emosi) tapi dapat disadari


Quote
.. Trus kalo bukan "rasa mengamati" apa dong istilahnya?

-hanya rasa.. yaitu rasa dari panca indra & perasaan yang berupa emosi..


Quote
Maaf kalo saya salah memakai istilah, maksud saya "rasa mengamati" atau apa saja namanya.
 
-ampun om.. tidak ada yang salah.. dan saya tidak bermaksud menyalahkan.. justru, saya mau minta maaf.. kalau sampai ada yang salah, sayalah orangnya  disini saya hanya berniat berbicara tentang hidup.. bukan tentang benar atau salah.
-hmm.. mungkin, yang om Ded12 maksud dengan "rasa mengamati" itu adalah "kesadaran bahwa kita sedang mengamati"
-bila memang demikian.. tidak ada yang salah dengan istilah "rasa mengamati", hanya saja kita perlu sedikit hati-hati.. karena kesadaran bukanlah rasa.
-didalam tidur.. kita dapat merasa takut.. dapat merasa senang.. bahkan dapat merasakan enaknya ayam goreng atau rasa sakit.. tapi saat itu kita tidak sadarkan diri..
-berada dalam mimpi kita bisa me-rasa tanpa kesadaran..


Quote
Bukankah yang perlu diamati disini adalah rasa, tempat bersemayamnya si AKU
 
-dalam mengamati.. yang diamati adalah pikiran, rasa, lingkungan.. pada saat yang bersamaan..
-wah... kalau menurut saya.. si AKU/EGO itu bersemayam di pikiran... karena itu saat pikiran tidak ada maka EGO pun ikut ikutan jadi tiada..
-yang selama ini mengendalikan hidup bukan rasa tapi pikiran.. rasa lapar, dimanipulasi oleh pikiran menjadi keinginan untuk makan makanan yang enak dan mahal..
-rasa puas diri yang sederhana dimanipulasi oleh pikiran menjadi pengejaran jabatan dan pencarian kekuasaan..
-rasa kebahagiaan.. dimanipulasi oleh pikiran menjadi keinginan untuk menjadi orang kaya yang mencari uang dengan jalan apapun dan menghalalkan segala cara..
-padahal.. rasa lapar bisa terpuaskan hanya dengan nasi dan garam..
-padahal.. rasa puas diri bisa terpuaskan hanya dengan menjadi diri sendiri apa adanya...
-padahal.. rasa kebahagiaan dapat diperoleh dengan menyadari bahwa diri ini merupakan bagian dari kehidupan..

-ah.. mungkin demikian lah batas kemampuan dan pengetahuan serta kesadaran saya dalam mengomentari tulisan om Ded12.. mohon maaf bila penuh kekurangan.. dan semoga bermanfaat

============================
SEMAR:

Tampaknya diskusi antara Madman dan Ded12 ini menjadi simpang-siur karena ada dua kata kunci yang dimaknai (didefinisikan) secara berbeda, bahkan bertolak belakang, oleh Madman dan oleh Ded12.

Karena bahasa Indonesia masih relatif baru dan masih berkembang, maka beberapa istilah, terutama yang menyangkut kejiwaan, masih simpang siur maknanya; ini berbeda dengan bahasa Inggris, misalnya, yang sudah tertata selama ratusan tahun - setiap istilah sudah mempunyai makna yang baku. Oleh karena itu, jika dalam bahasa Indonesia ada istilah-istilah yang mendua maknanya, sebaiknya disamakan dulu persepsinya dengan mengacu pada bahasa Inggris.

Kata kunci itu adalah:

(1) "RASA"

Madman memaknai 'rasa' itu kadang-kadang sebagai 'sensation' (apa yang dirasakan melalui pancaindra), dan kadang-kadang sebagai 'emotion' (reaksi batiniah terhadap 'sensation', biasanya menyertai 'pikiran'). Singkatnya, bagi Madman, 'rasa' itu sepenuhnya bersifat "duniawi".

Pengertian Ded12 tentang 'rasa' masih kabur bagi saya - sekalipun di sana-sini saya melihat Ded12 memaknai 'rasa' sebagai 'kesadaran' atau 'keadaan batin' (state of mind), seperti dalam ungkapan "rasa mengamati", "alam rasa", "rasa tempat bersemayamnya Aku". Dalam bahasa Jawa ada istilah 'rahsa', yang definisinya pun kabur; malah sering dikatakan 'rahsa' itu hanya bisa dialami, tapi tidak bisa dipikirkan. Di sini 'rahsa' mempunyai makna "transendental" (mengatasi pikiran), berbeda dengan makna yang diberikan oleh Madman.

(2) "AKU"

Ded12, yang mulai menampilkan istilah 'Aku' dalam diskusi ini tampaknya memaknai 'Aku' itu sebagai entitas yang "tinggi" yang mengatasi pikiran, emosi, perasaan, keinginan dsb. Jadi, bagi Ded12, 'Aku' itu juga mempunyai pengertian "transendental", mengatasi pikiran yang "duniawi"; ini memang sering merupakan salah satu pokok pikiran dalam banyak sistem pemikiran spiritual dan keagamaan.

Madman justru memaknai 'Aku' itu sebagai sinonim (sama, tidak lebih) dari 'ego', pikiran, emosi, perasaan, keinginan itu sendiri; jadi Madman memaknai 'aku' itu sebagai sepenuhnya "duniawi", bukan "transendental".

Kesimpulan:

Ded12 berangkat dari paradigma spiritual yang mengasumsikan adanya suatu entitas yang dapat dikenali dan diberi label "Aku", yang berada di "alam rahsa" yang bersifat "transendental".

Madman berangkat dari kenyataan aktual yang bisa dirasakan oleh semua manusia, tanpa berteori atau berspekulasi tentang keadaan batin "transendental".

Komentar saya:

Sesungguhnya batin manusia itu tidak bisa dipersepsikan sebagai "alam-alam" yang terpisah satu sama lain, seperti "alam pikiran", "alam rasa" dsb. Batin manusia adalah kesatuan dari proses-proses, yang mempunyai banyak komponen yang masing-masing merupakan proses pula. Tidak ada yang statis dalam batin manusia.

Kalau kita memahami perbedaan pemaknaan dari istilah 'rasa', maka yang dimaksud dengan pertanyaan Ded12, "Bisakah dirasakan perubahan keluar dari alam 'pikiran' dan telah masuk ke alam 'rasa'", sesungguhnya adalah "Bisakah 'dirasakan, disadari, dialami' berhentinya 'pikiran' dan munculnya keadaan batin (state of mind) di mana 'pikiran' berhenti (tanpa berteori atau berspekulasi tentang hakikat keadaan batin itu)?"

Jawabannya sebetulnya sederhana saja: karena di situ sudah dikatakan bahwa 'pikiran berhenti', maka jelas tidak ada instrumen lagi untuk memberi label, mengkategorikan, membandingkan, dan mengenali. Singkatnya, keadaan batin yang mengatasi pikiran itu tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, dengan demikian tidak bisa diberi label, misalnya "Tuhan", "Aku" dsb. Dengan memberi label berarti pikiran kita telah menyeret keadaan itu ke tingkat pikiran, yang sebetulnya tidak sesuai dengan hakikatnya sendiri.

Orang yang berada pada keadaan batin yang mengatasi pikiran itu ibaratnya orang yang bangun dari tidur bermimpi, sedangkan orang yang terus berkutat dengan pikirannya itu ibarat orang yang tidur bermimpi, kadang-kadang mimpi indah, kadang-kadang mimpi buruk. - Orang yang bangun TAHU perbedaan antara keadaan bangun dan keadaan bermimpi, tetapi ia tidak bisa menceritakan perbedaan itu kepada orang yang sedang bermimpi (orang yang masih terbelenggu dalam pikirannya sendiri). - Di sini, justru orang yang bangun itu pikirannya sudah berhenti, akunya sudah berakhir. - Oleh karena itu, kata "Buddha" berarti "Yang Telah Bangun" (The Awakened One).

Salam,
semar

=======================
DED12:

Salam kenal Om Semar, thanks pencerahannya.

Karena hidup maka ada rasa, bisakah orang yang tidak punya rasa dikatakan hidup?, terlepas dari sadar atau tidak sadar orang tersebut.

=======================
SEMAR:

Salam kenal kembali, Mas Ded12.


Quote
bisakah orang yang tidak punya rasa dikatakan hidup?,
 
Kalau yang dimaksud dengan 'rasa' itu 'emosi' (rasa senang, rasa susah, rasa menderita, rasa bahagia dsb), maka 'rasa' itu adalah REAKSI batin terhadap segala rangsangan yang masuk melalui pancaindra maupun ingatan yang muncul dalam batinnya. - Bila batin sudah tidak bereaksi lagi terhadap lingkungan, dengan kata lain bila batin sudah masuk ke dalam keheningan yang sempurna, tidak ada lagi rasa senang dan susah. - Justru itulah HIDUP YANG SEJATI.

Salam,
semar

=======================
ANDI CAHYA:

heueheu..... as simple as that! sesederhana itu..
terima kasih om semar, telah menjelaskan kesimpangsiuran, yang terjadi..
-hmm.. kalau diruntut lagi dari awal, hal ini terjadi karena saya banyak omong mengenai alam rasa & alam pikiran  heueheueu...
-tadinya, saya pisahkan alam rasa & alam pikiran.. agar EGO dapat mulai memperhatikan "rasa".. yang biasanya selama ini tidak diperhatikan sama sekali.. karena terlalu banyak berfikir.. gunanya agar aktifitas pikiran dapat dikurangi dalam kehidupan sehari hari..
-heuehueu.. nda sangka.. di dalam bahasa jawa, pengertian rahsa itu lain sekali..
-kenyataannya, ya seperti yang om semar bilang:
"Sesungguhnya batin manusia itu tidak bisa dipersepsikan sebagai "alam-alam" yang terpisah satu sama lain, seperti "alam pikiran", "alam rasa" dsb. Batin manusia adalah kesatuan dari proses-proses, yang mempunyai banyak komponen yang masing-masing merupakan proses pula. Tidak ada yang statis dalam batin manusia."
-heuheu... beberapa hari ini.. benar-benar menjadi pengalaman berharga buat saya.. kemarin.. bermasalah dengan "semangat hidup".. heuehueehu... sekarang.. "alam rasa & alam pikiran"..
-apa yang saya maksud.. apa yang saya ingin sampaikan.. diterima secara berbeda.. di artikan dengan sangat berbeda..
-heueheuehu good...

madman.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: gendhisjawi on 18 May 2008, 10:36:07 PM
Kepada rekan-rekan Budhis, saya sampaikan Selamat Merayakan Waisak.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 18 May 2008, 11:22:13 PM
_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Umat Awam on 19 May 2008, 07:55:20 AM
Happy Vesak too... _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Lex Chan on 20 May 2008, 02:24:47 PM
Laporan "permainan kematian yang gila":

Mungkin ini ungkapan yang aneh dan konyol bagi sebagian orang..

Saya cuma mau bilang, ternyata "mati itu nikmat".. ;D
Bukan "mati" sebagai tutup usia, tetapi "mati" sebagai berhenti..
Tidak ada lagi yang perlu dikejar, mati ya mati saja.. :)

Semakin dekat waktunya, semakin merindukannya.. ^-^
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 20 May 2008, 03:42:31 PM
[...]Saya cuma mau bilang, ternyata "mati itu nikmat".. ;D
Bukan "mati" sebagai tutup usia, tetapi "mati" sebagai berhenti..
Tidak ada lagi yang perlu dikejar, mati ya mati saja.. :)

Semakin dekat waktunya, semakin merindukannya.. ^-^

Tampaknya Anda sudah menyelami makna sabda Sang Buddha kepada Angulimala: "Saya sudah lama berhenti, Angulimala. Kamulah yang masih berlari terus. Berhentilah."

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Kelana on 20 May 2008, 06:34:42 PM

Tentang pertanyaan Anda, coba perhatikan bagian yang saya beri bold. ... ELING sama sekali lain dengan "membiarkan pikiran berkelana". ... Coba renungkan, kalau Anda BENAR-BENAR 'eling' terhadap suatu peristiwa batin--misalnya, munculnya ingatan atau emosi--kalau Anda benar-benar eling, apa yang terjadi dengan ingatan itu? ... Coba renungkan dulu ... Kalau Anda benar-benar 'eling' ... ingatan atau emosi itu LANGSUNG LENYAP dengan sendirinya, tanpa sengaja dilenyapkan, atau dicatat supaya lenyap. ... (Memang sebentar lagi bisa muncul ingatan atau emosi yang sama, tapi bila itu pun dielingi lagi, ya lenyap lagi dengan sendirinya.) ...

Contoh nyata yang kita semua pernah alami: bila saya sedang melamunkan hal-hal yang enak-enak ... lalu tiba-tiba saya eling bahwa saya sedang melamun ... ke mana lamunan saya? ... Langsung lenyap dengan sendirinya, bukan? ... tapi bukan dengan sengaja dicatat "melamun". ... Jadi dalam contoh ini, ELING itu bukan hasil dari LATIHAN, atau KONSENTRASI, atau PENCATATAN ... dia datang begitu saja. ... "Tugas" kita dalam retret MMD hanyalah menyiapkan suasana yang kondusif bagi munculnya eling itu, tanpa berupaya agar eling itu muncul. ...

Ic..ic.., tapi Pak Hud apakah mungkin eling itu datang begitu saja..tiba-tiba "ting"? apakah ini bisa disebut kesadaran bodhi?

Quote
Singkatnya: eling itu bukan "membiarkan pikiran berkelana" ... justru sebaliknya, dengan eling, setiap pikiran, emosi, keinginan dsb akan lenyap dengan sendirinya, tidak peduli betapa pun liarnya pikiran itu ... Kalau pikiran sedang liar, sedetik lagi muncul pikiran baru ... lalu eling ... sehingga lenyap kembali ... demikian seterusnya ... cuma di sini frekuensinya lebih cepat, oleh karena itu kita namakan "pikiran liar" ... tapi, dalam keadaan itu, dalam MMD tidak ada keinginan untuk membuat pikiran itu diam ... biarkan saja ... eling ... mikir ... eling ... mikir ... eling ... mikir dengan cepat, liar ... lama-kelamaan batin akan masuk dalam keheningan juga, tanpa USAHA (VIRIYA) apa pun.

Nah, ... kalau tidak percaya ... buktikan sendiri, ehipassiko. ... :)

Salam,
Hudoyo


Jadi Pak Hud, apakah ini berarti dalam MMD ini kita membiarkan pikiran kita kemana saja, memikirkan apa saja, toh nantinya eling tersebut muncul tiba-tiba?
Apakah saat MMD dan pikiran kita tiba-tiba ingat ada hutang, apakah kita cukup eling "oh saya lagi berpikir ttg hutang nih" kemudian muncul pikiran lagi yang lain dan kita cukup'oh saya lagi berpikirittg ini" dst, apakah seperti ini?

Thanks
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 21 May 2008, 06:20:40 AM
Ic..ic.., tapi Pak Hud apakah mungkin eling itu datang begitu saja..tiba-tiba "ting"? [...]

Kalau Anda tengah melamun, lalu tiba-tiba eling bahwa Anda tengah melamun, sehingga lamunan itu lenyap dengan seketika, dari mana datangnya eling itu? Apakah dilatih lebih dulu?

Jawaban terhadap pertanyaan Anda itu justru ada pada paragraf saya yang Anda tanggapi. ... :) Ini saya tampilkan lagi:

Quote from: hudoyo
Jadi dalam contoh ini, ELING itu bukan hasil dari LATIHAN, atau KONSENTRASI, atau PENCATATAN ... dia datang begitu saja. ... "Tugas" kita dalam retret MMD hanyalah menyiapkan suasana yang kondusif bagi munculnya eling itu, tanpa berupaya agar eling itu muncul. ...

Quote from: Kelana
[...] apakah ini bisa disebut kesadaran bodhi?

Tentang apakah itu bisa disebut "kesadaran bodhi" atau tidak, itu kan cuma TEORI, tidak relevan dengan pengalaman ELING itu sendiri. ... Silakan Anda analisis sendiri.


Quote
Quote from: hudoyo
Singkatnya: eling itu bukan "membiarkan pikiran berkelana" ... justru sebaliknya, dengan eling, setiap pikiran, emosi, keinginan dsb akan lenyap dengan sendirinya, tidak peduli betapa pun liarnya pikiran itu ... Kalau pikiran sedang liar, sedetik lagi muncul pikiran baru ... lalu eling ... sehingga lenyap kembali ... demikian seterusnya ... cuma di sini frekuensinya lebih cepat, oleh karena itu kita namakan "pikiran liar" ... tapi, dalam keadaan itu, dalam MMD tidak ada keinginan untuk membuat pikiran itu diam ... biarkan saja ... eling ... mikir ... eling ... mikir ... eling ... mikir dengan cepat, liar ... lama-kelamaan batin akan masuk dalam keheningan juga, tanpa USAHA (VIRIYA) apa pun.

Nah, ... kalau tidak percaya ... buktikan sendiri, ehipassiko. ... :)

Salam,
Hudoyo

Jadi Pak Hud, apakah ini berarti dalam MMD ini kita membiarkan pikiran kita kemana saja, memikirkan apa saja, toh nantinya eling tersebut muncul tiba-tiba?

"membiarkan pikiran kita kemana saja, memikirkan apa saja" - Setiap kali pikiran, perasaan, emosi dll fenomena batin muncul, bila orang eling, akan langsung lenyap kembali. ... Jadi di sini kita tidak "membiarkan pikiran kita ke mana saja"; kita tidak "membiarkan", tidak pula "melawan, menekan, mengendalikan"; dalam MMD orang tidak berbuat apa-apa atau bersikap apa-apa, termasuk tidak "membiarkan", tidak pula "mengendalikan".

"toh nantinya eling tersebut muncul tiba-tiba" - Kalau orang sudah terbiasa, lebih banyak sadar/eling daripada tidak sadar/tidak eling, maka begitu suatu fenomena batin (pikiran, emosi, keinginan dsb) muncul, langsung diikuti oleh sadar/eling, sehingga lenyap kembali dengan segera, tidak usah menunggu sampai "nanti". Kata "nantinya" itu menyesatkan.


Quote
Apakah saat MMD dan pikiran kita tiba-tiba ingat ada hutang, apakah kita cukup eling "oh saya lagi berpikir ttg hutang nih" kemudian muncul pikiran lagi yang lain dan kita cukup'oh saya lagi berpikirittg ini" dst, apakah seperti ini?

Tidak persis seperti itu; kalimat-kalimat seperti "oh saya lagi berpikir ttg hutang nih" dan "oh saya lagi berpikir ttg ini" adalah PIKIRAN lagi sebagai REAKSI terhadap PIKIRAN sebelumnya; jadi itu pun harus dielingi sebagai PIKIRAN, yang pasti akan lenyap kalau orang eling.

Hati-hati ... kata-kata Anda, "apakah kita CUKUP eling ..." menyiratkan adanya ALTERNATIF. Di sini tidak ada alternatif apa-apa, bukan "cukup eling"; yang ada hanya dua kemungkinan: 'eling' atau 'tidak eling'. Eling itu tidak perlu dan tidak bisa ditambahi apa-apa lagi ...

Dalam praktek MMD yang terjadi adalah, ketika muncul PIKIRAN akan hutang > sadar/eling > PIKIRAN akan hutang itu lenyap ... ketika muncul PIKIRAN yang menyenangkan > sadar/eling > PIKIRAN yang menyenangkan itu lenyap ... begitu seterusnya ... tanpa si pemeditasi campur tangan, tanpa pemeditasi BERLATIH, BERUPAYA, MEMPERTAHANKAN sadar atau eling itu.

Ini perbedaan MENDASAR antara MMD dan teknik-teknik vipassana lain. Dalam MMD tidak ada KONSENTRASI, tidak ada USAHA, tidak ada VIRIYA, tidak ada LATIHAN. Retret MMD bukan untuk BERLATIH MMD, melainkan menyediakan kesempatan & suasana yang kondusif untuk sadar/eling tanpa tujuan/cita-cita apa pun.

Ini sukar dipahami oleh para pemeditasi MMD sendiri pada saat-saat awal ia masuk ke dalam retret MMD. Pada umumnya orang tidak bisa mengerti seperti apa itu meditasi tanpa tujuan & tanpa usaha, tanpa konsentrasi. Apalagi kalau yang bersangkutan pernah mengikuti retret vipassana versi lain, pasti bingung ketika pertama kali ikut retret MMD. Tetapi kalau ia bisa diam mengamati gerak pikirannya sendiri, pada umumnya ia bisa memahami kiat MMD, ia tahu seperti apa itu meditasi tanpa tujuan & tanpa usaha, tanpa konsentrasi. Pada saat itu ia mengerti apa artinya "bebas dari beban meditasi", dan ia tidak akan mundur kembali kepada meditasinya yang lama yang adalah konsentrasi.

Tetapi kalau ia tidak dapat memahami kiat MMD, maka ia akan bingung sampai retret selesai, dan kemungkinan besar ia akan meninggalkan MMD. Itulah sebabnya saya katakan, meditasi itu cocok-cocokan; belum tentu MMD cocok untuk semua orang; begitu pula teknik-teknik vipassana yang lain, tidak ada satu teknik vipassana yang cocok untuk SEMUA orang.

Salam,
hudoyo


Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: EVO on 22 May 2008, 08:18:58 AM
mo mohom bimbingan akan padam nya rasa...
aku hidup...tapi lagi-lagi muncul...rasa mati...
mati:tidak ada rasa.....tidak ada keinginan
bahkan keinginan heningpun tak ada
yang ada rasa....ngak ada apa-apa...
aku susah mo menjelaskannya........
yang aku sadar dan aku bisa amatin adalah....
aku 'mati'....tapi aku hidup...
seperti pikiran berhenti...rasa hilang....begitu mo...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 22 May 2008, 08:55:37 AM
Evo, kesadaran yang Anda alami berada di atas pikiran, ketika pikiran tidak berfungsi lagi,
Oleh karena itu, Anda tidak bisa menjelaskannya dengan kata-kata;

Selain itu, kesadaran itu sangat berbeda dengan kesadaran sehari-hari, di mana si aku berada di pusat dan menentukan,
Oleh karena itu, ada rasa lain, rasa baru, yang tidak bisa dijelaskan;

Namun, di situ masih ada sisa ingatan, sisa si aku,
Sehingga kesadaran itu masih bisa dibedakan dengan kesadaran sebelumnya,
Oleh karena itu, Anda bisa menulis seperti itu.

Saran saya: tetaplah berada di situ,
amati saja pikiran yang masih bergerak, pikiran yang bertanya-tanya.


Lama-kelamaan Anda akan menjadi terbiasa dengan keadaan yang baru itu,
Dan pikiran pun akan reda, keheranan akan reda, pertanyaan akan reda,
Batin pun menjadi biasa-biasa lagi, tapi bukan biasa seperti dulu,
Biasa dengan keadaan yang baru.

Salam,
hudoyo



Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 22 May 2008, 09:56:20 AM
mo mohom bimbingan akan padam nya rasa...
aku hidup...tapi lagi-lagi muncul...rasa mati...
mati:tidak ada rasa.....tidak ada keinginan
bahkan keinginan heningpun tak ada
yang ada rasa....ngak ada apa-apa...
aku susah mo menjelaskannya........
yang aku sadar dan aku bisa amatin adalah....
aku 'mati'....tapi aku hidup...
seperti pikiran berhenti...rasa hilang....begitu mo...

si bos kembali nongol... pdhal uda memohon kemaren ternyata gak mempan... si bleh uda jinak, disini si bleh terus2an memohon cuma si bos gak bereaksi... tp sudah merupakan karakternya si bleh dia akan terus utk memohon... bos tolong kembalikan nyonya ku  :'( :'(
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Edward on 23 May 2008, 01:11:15 AM
Saya mau tanya donk...
Kebetulan saya lagi mencoba permainan kematian ini...
Awal2 saya menetapkan tanggal kematian, kira2 2 bulan dr sekarang, lebih tepatnya pas tanggal ulang tahun, dalam hati pikir, biar kalo mati beneran bisa keren kayak Sidharta, lahir dan mati pas tanggal yang sama.. 8)
Terus saya dengan sengaja menghantui si pikiran ini, "eh, 2 bulan lagi mati lho!"
Awal2 sih ada rasa deg2an gtu, kayak sedang menanti kejutan, terus mulai berpikir, wah, kalo mati, udh kaga isa begini, kaga isa begitu lagi...Trus kalo mati jadi apa yah? Jadi setan gentayangan?Jadi dewa?Ato jadi manusia lg? Ato jgn2 jadi binatang piaraan lg??

Selain itu juga jadi mikirin tentang proyek yang sedang saya jalani, yang baru slesai bulan agustus, wah kaga isa lihat hasil kerja keras deh, udsah keburu mati sih... Pikiran terus berpikir akan dampak2 kalo mati 2 bulan lg...Termasuk berpikir tentang keluarga, gimana yag kalo saya tinggal? Terus temen saya klo saya mati pada dateng ga yah?Yah kaga isa lulus kuliah dulu deh...Duh, blom kawin lgi! :-[

Setelah beberapa saat membayangkan kalo mati 2 bulan lagi, saya justru jadi penasaran seperti mengharapkan mau mati.Mengharapkan kematian ternyata cukup menghabiskan energi, jadi saya jadi cuek dengan kematian itu...Yah masih 2 bulan lagi ini...Toh kalo mati, ya sudahlha, mati aja...Toh ntar juga masih bisa reinkarnasi...Kalo reinkarnasi jadi apa jg terserah lha, jalanin aja..Toh keadaan yang sekarang juga kaga bahagia banget, sedih juga kaga...

Efek mikirin kematian 2  bulan lagi justru memberikan dampak perasaan hampa keinginan pun rasanya sirna, makan pun jadi hanya "seperlunya", hanya kalau lapar doank baru makan.Tapi, di lain pihak saya seperti mempersiapkan "kematian" saya, mulai bilang, ntar kalo gw mati, gw dikremasi aja yah, biar kaga ribet  n lebih murah pula...Trus abunya mo disimpen ato dibuang juga terserah...
Title: Dampak paham reinkarnasi
Post by: hudoyo on 23 May 2008, 06:41:11 AM
Bagus .. teruskan ... Anda mulai tercerahkan sedikit-sedikit ... :) ... Ada baiknya teman-teman Buddhis yang lain mencoba pula permainan yang dikenalkan oleh Rekan Andi Cahya (Madman) ini. ... Dengan bermain ini sebetulnya Anda telah bermeditasi 'marana-nussati' (perenungan akan kematian) ... suatu meditasi yang amat baik menurut Sang Buddha.

Saya cuma mau mengomentari tentang pemikiran Anda tentang reinkarnasi. ... Paham reinkarnasi itu bisa berdampak positif, bisa pula berdampak negatif. ... Berdampak positif, kalau orang lalu sadar bahwa apa yang diperbuatnya SEKARANG akan berakibat di kemudian hari. ... Apalagi kalau lebih jauh lagi sadar, bahwa perbuatan baik apa pun yang kita lakukan sekarang sama sekali tidak menjamin kebahagiaan abadi dalam kehidupan yang akan datang. ... Lalu mulai sadar bahwa kita sebetulnya berada dalam rumah yang sedang terbakar. ... Tidak ada gunanya berbuat baik atau berbuat buruk. ... Lebih baik berhenti. ...

Tapi paham reinkarnasi bisa juga berdampak negatif, kalau hal itu membuat orang menunda-nunda untuk sadar, karena senang dengan kehidupan sekarang. ... Ah, nanti kan ada reinkarnasi ... begitu katanya. ... Dan itu saya lihat banyak dianut oleh umat Buddha, paham reinkarnasi cuma hiburan yang membuatnya tidak berubah sedikit pun sekarang. ...

Salam,
Hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Adhitthana on 23 May 2008, 07:06:23 AM
duuuh......... maafkan saya  _/\_ ... sebagai pemula saya makin lama membaca ... makin bingung
ada gejolak dalam hati, apakah mungkin dalam kehidupan saat ini, bisa mencapai tingkat kesucian??
sedangkan kekotoran bathin masih melekat??

 _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 23 May 2008, 07:55:25 AM
[Lebih dulu, silakan baca posting saya terbaru tentang 'kepercayaan/pegangan hidup' di thread 'J Krishnamurti' ("Buddhisme & kepercayaan lain"). ]

Quote
apakah mungkin dalam kehidupan saat ini, bisa mencapai tingkat kesucian??
sedangkan kekotoran bathin masih melekat??

Apakah "tingkat kesucian" itu? ... Anda tidak tahu, dan saya pun tidak tahu. ... Kita telah dicekoki dengan paham-paham tentang "tingkat kesucian". ... :)

Lalu kita telah dicekoki juga dengan paham bahwa lobha, dosa dan moha itu adalah "kotoran batin" (akusala citta). ... Dan karena itu 'kotoran', jadi harus dilenyapkan. ...

Di lain pihak, kita dicekoki pula bahwa metta, karuna, mudita & upekkha itu adalah 'batin yang baik' (kusala citta).  ... Dan karena itu 'baik', jadi harus dikembangkan. ...

Yang tidak diajarkan kepada kita (setidak-tidaknya tidak secara luas) ialah bahwa lobha, dosa, moha, metta, karuna, mudita & upekkha SEMUA itu tidak lebih dari permainan ego/aku/atta. ... 

Sadarilah semua permainan itu, dan juga dampak masing-masing ... sadarilah apa dampak dari lobha, dosa & moha, ... dan apa dampak dari metta, karuna, mudita & upekkha ... tapi JANGAN MENOLAK LOBHA, DOSA & MOHA, DAN JANGAN MELEKAT PADA METTA, KARUNA, MUDITA & UPEKKHA. ............ SADARI SAJA dampak masing-masing.

Kalau Anda bisa menyadari itu sedalam-dalamnya ... maka Anda tahu apa artinya BEBAS ... ketika si aku/ego/atta ini RUNTUH ...

Nibbana berarti bebas dari senang dan susah, bebas dari bahagia dan menderita ... Nibbana berarti bebas dari aku/ego/atta.

Salam,
hudoyo



Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Edward on 23 May 2008, 01:08:36 PM
Yup, terima kasih sudah diingatkan mengenai ini...
Memank pemahaman tentang reinkarnasi terkadang memberikan efek positif dan negatif bagi saya...
Terkadang kalau lagi "pasrah" ada kepikiran "ya sudah, semua orang juga pasti mati,masih ada kesempatan di kehidpuan yang akan datang". Tapi pikiran tersebut pun suka saya sanggah sendiri "Mau sampai kapan muter2 di roda kehidupan ini?" Hasil dari sanggahan saya ini terkadang membuat saya rasanya ingin diam dan berhenti dan merasakan nibbana...

Wah lama2 bisa gila rasanya bekutat sama pikiran sendiri...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 23 May 2008, 01:22:05 PM
Yup, terima kasih sudah diingatkan mengenai ini...
Memank pemahaman tentang reinkarnasi terkadang memberikan efek positif dan negatif bagi saya...
Terkadang kalau lagi "pasrah" ada kepikiran "ya sudah, semua orang juga pasti mati,masih ada kesempatan di kehidpuan yang akan datang". Tapi pikiran tersebut pun suka saya sanggah sendiri "Mau sampai kapan muter2 di roda kehidupan ini?" Hasil dari sanggahan saya ini terkadang membuat saya rasanya ingin diam dan berhenti dan merasakan nibbana...

Wah lama2 bisa gila rasanya bekutat sama pikiran sendiri...

Makanya buruan praktek MMD ^-^ daripada muter2 terus :P
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 23 May 2008, 01:43:32 PM
[...]Wah lama2 bisa gila rasanya bekutat sama pikiran sendiri...

;D  ;D  ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Kelana on 23 May 2008, 10:40:10 PM
Dalam praktek MMD yang terjadi adalah, ketika muncul PIKIRAN akan hutang > sadar/eling > PIKIRAN akan hutang itu lenyap ... ketika muncul PIKIRAN yang menyenangkan > sadar/eling > PIKIRAN yang menyenangkan itu lenyap ... begitu seterusnya ... tanpa si pemeditasi campur tangan, tanpa pemeditasi BERLATIH, BERUPAYA, MEMPERTAHANKAN sadar atau eling itu.

Pertanyaannya , Pah Hud, bagaimana kita mengetahui bahwa yang datang itu adalah eling/sadar. Saya mencobanya di rumah tapi hasilnya selalu ada pikiran yang seperti yang saya sampaikan : ”ini saya lagi pikir ini atau itu”, dst. Apakah ini hal yang kurang baik? Mengapa ini terjadi? Apakah ini karena mengejar eling tersebut?

Thanks
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 24 May 2008, 03:09:00 AM
Pertanyaannya , Pah Hud, bagaimana kita mengetahui bahwa yang datang itu adalah eling/sadar. Saya mencobanya di rumah tapi hasilnya selalu ada pikiran yang seperti yang saya sampaikan : ”ini saya lagi pikir ini atau itu”, dst. Apakah ini hal yang kurang baik? Mengapa ini terjadi? Apakah ini karena mengejar eling tersebut?

Lebih dulu saya bertanya: Berapa lama Anda mencoba itu? ... Kalau cuma 1 - 2 jam, belum cukup ... Pada awalnya, Anda harus mencoba sekurang-kurangnya 24 jam terus-menerus (ikuti retret MMD akhir pekan). ;D

Itu bukan hal yang "kurang baik" - itu sangat wajar, karena begitulah proses pikiran kita berlangsung selama hidup kita sampai kita mencoba melihatnya sekarang. ... Jadi agar proses alamiah pikiran itu mendapat waktu untuk melambat secara alamiah pula--bukan dihentikan secara artifisial dengan konsentrasi--perlu waktu bukan hanya 1 - 2 jam.

Dari laporan Anda, yang belum Anda ceritakan--karena belum Anda lihat--adalah ELING itu sendiri, yang berlangsung sangat cepat ... mungkin hanya sepersepuluh detik. ... Maksud saya begini:

Misalkan Anda tengah MELAMUN ... lalu tiba-tiba Anda ELING ... eling itu cuma berlangsung sepersepuluh detik ... lalu muncul PIKIRAN, "Barusan saya lagi melamun" ... Jadi, 'eling' yang berlangsung sangat cepat itu belum terlihat oleh Anda. ... Anda mengira yang terjadi adalah: dari MELAMUN tiba-tiba muncul PIKIRAN, "Saya lagi melamun".

Nah, jangan putus asa, jangan merasa frustrasi ... teruskan praktik Anda dalam retret MMD akhir pekan, kalau bisa ikut yang seminggu ... ;D ... jangan mengharap-harap eling itu sendiri, karena harapan itu adalah pikiran lagi, bukan eling itu sendiri. ...

Nah, pada satu titik ... secara TIBA-TIBA ... Anda akan melihat ELING itu sendiri ... Anda akan melihat bahwa yang sesungguhnya terjadi adalah: MELAMUN > ELING > PIKIRAN "Barusan saya melamun" ... Ketika itu, ELING itu berlangsung lebih lama sedikit daripada sebelumnya ... mungkin satu atau dua detik ... sebelum diikuti munculnya pikiran berikutnya ...

Peristiwa melihat ELING untuk PERTAMA KALI ... ketika Anda melihat JEDA ANTARA DUA PIKIRAN untuk pertama kali ... yang terjadi secara TIBA-TIBA itu, membawa suatu perasaan GAIRAH yang luar biasa dalam batin Anda ... Anda tahu Anda tengah mengalami suatu tingkat kesadaran yang lain sekali dari kesadaran pikiran sehari-hari, yang di situ Anda tidak ada lagi ... Anda tahu Anda berada dalam keheningan tanpa pikiran, yang di situ Anda tidak ada lagi (pengetahuan itu muncul setelah peristiwa itu berlalu) ... Ada yang sampai bilang, ia sudah mencapai Pembebasan (nibbana), padahal masih belum apa-apa. ... (Teman-teman yang suka mengutak-atik 'jhana', 'upacara samadhi', 'khanika samadhi' dll, silakan menganalisis pengalaman apa itu ... buat saya analisis seperti itu tidak relevan lagi. :) )

Selanjutnya, pada saat-saat yang TIDAK DIHARAPKAN, peristiwa melihat ELING itu terulang kembali ... makin lama makin sering ... makin lama makin panjang durasinya ... sementara GAIRAH yang menyertai pengalaman pertama tadi makin mereda ... dan akhirnya peristiwa itu menjadi "biasa" ... menjadi bagian dari kesadaran Anda sehari-hari. ...

Tapi, sekali lagi, jangan mengharap-harap peristiwa melihat ELING itu akan datang ketika ia masih jarang muncul ... kalau diharap-harap malah lama tidak muncul, karena mengharap itu sendiri adalah pikiran ... Ia muncul ketika orang tidak mengharap lagi. ...

NB: Ajahn Buddhadasa Mahathera dalam buku beliau, "Mindfulness with Breathing" (bukan "Anapanasati - Mindfulness of Breathing"), menyebut keheningan yang saya uraikan itu sebagai 'mencicipi Nibbana'.

Salam,
Hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Kelana on 24 May 2008, 09:22:29 AM
Thanks Pak Hud.
Setelah diberi petunjuk mengenai letak eling tersebut, saya jadi bersemangat nih, maklum penasaran  :))
Saya coba di rumah dulu  ;D

Thanks
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 24 May 2008, 09:42:13 AM
Selamat berlatih ... Tapi hati-hati, 'semangat' dan 'penasaran' itu adalah goncangan batin ... jadi menghalangi keheningan ... menghalangi terlihatnya eling. ;D ... Redakan dulu 'semangat' dan 'penasarannya'. ;D

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nemo on 24 May 2008, 10:04:11 AM
Pa Hud, mohon penjelasannya mengenai keadaan 'sadar'. Apakah pada saat itu masih bisa ada perasaan sedih, susah dan stress - meskipun tidak merasa menderita karenanya? Ataukah perasaan sedih dan stress itu terjadi karena kita tidak 'sadar'?

Terima kasih,
 _/\_

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 24 May 2008, 10:37:15 AM
Rekan Nemo, beberapa istilah yang Anda tanyakan mesti diperjelas dulu pengertian/definisinya:

* 'sadar' yang Anda maksud kalau tidak salah adalah 'aware, eling', bukan 'conscious, tidak tidur, tidak pingsan', bukan? ... Jadi 'sadar' yang Anda maksud digunakan dalam kalimat-kalimat misalnya: "Saya sadar bahwa saya telah berdusta", "Saya sadar bahwa saya sedang sedih", dsb. ...

* 'sedih, susah, stress', juga 'senang, gembira, bahagia', dalam psikologi disebut 'emosi'. ... Nah, yang perlu Anda ketahui, 'emosi' itu selalu menyertai 'pikiran' menanggapi berbagai rangsangan yang masuk melalui keenam indra (pancaindra + batin yg menerima ingatan dari masa lampau) ... (Mulapariyaya-sutta, MN 1)

* ketika 'pikiran' & 'emosi' bekerja, di situ tidak ada 'sadar/eling' ... Ketika muncul 'sadar/eling', maka 'pikiran' & 'emosi' yang tadi bergerak langsung berhenti ... Contohnya: ketika saya melamun (pikiran) > lalu muncul sadar/eling > langsung lamunan itu berhenti ... ketika saya marah (emosi) > lalu muncul sadar/eling > langsung marah itu berhenti ... ketika saya berbahagia > lalu muncul sadar/eling > langsung bahagia itu berhenti ... ketika saya sedih > lalu muncul sadar/eling > langsung sedih itu berhenti ... dst. ... Ini terjadi kalau sadar/eling kita sudah kuat. ...

* yang sering terjadi ialah bahwa SEOLAH-OLAH 'sadar/eling' dan 'emosi' itu berlangsung bersama-sama ... misalnya: saya sedih, dan "sekaligus" saya sadar bahwa saya sedang sedih ...

Yang terjadi sebetulnya, bukan 'sadar' dan 'sedih' berlangsung pada saat yang sama, melainkan 'sadar' dan 'sedih' itu muncul berganti-ganti dengan sangat cepat dalam kesadaran kita, sehingga rasanya SEOLAH-OLAH 'sadar' dan 'sedih' itu berlangsung pada saat yang sama.

Nah, sekarang tergantung mana yang frekuensi munculnya lebih sering ... kalau lebih sering muncul 'sedih'-nya, maka kita merasa sangat sedih, hampir-hampir tidak menyadari bahwa kita sedang sedih ... yang ada dalam pikiran hanyalah obyek yang menyebabkan kesedihan kita. ...

Tapi, kalau yang lebih sering muncul 'sadar'-nya, maka sedih itu terasa ringan saja ... seperti Anda bilang, "ada sedih tapi tidak merasa menderita karenanya" ...

Orang yang baru ditinggal mati oleh kekasihnya, mula-mula sedihnya luar biasa ... dalam kesadarannya muncul sedih dari momen ke momen, terus-menerus ... hampir-hampir tidak muncul sadar/eling ... Tapi dengan berjalannya waktu, sadar/eling itu makin sering muncul ... dan sedih itu makin kurang muncul ... sampai akhirnya sedih itu tidak muncul lagi. ...

KESIMPULAN: 'sadar/eling' itu tidak bisa berada bersama-sama dengan 'pikiran' & 'emosi'.

Bagaimana, sudah jelas? :)

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nemo on 24 May 2008, 12:57:27 PM
Pa Hud,

* 'sadar' yang Anda maksud kalau tidak salah adalah 'aware, eling', bukan 'conscious, tidak tidur, tidak pingsan', bukan? ... Jadi 'sadar' yang Anda maksud digunakan dalam kalimat-kalimat misalnya: "Saya sadar bahwa saya telah berdusta", "Saya sadar bahwa saya sedang sedih", dsb. ...

Benar, saya menggunakan kata 'sadar' dalam konteks 'aware'. Tapi saya pikir juga tidak sama dengan yang digunakan dalam kalimat: "Saya sadar bahwa saya sedang sedih" karena ini sepertinya berarti si saya tau bahwa saya sedang sedih. Sedangkan untuk tau berarti ada pikiran yang bergerak dan itu berarti sedang tidak 'sadar'? (??)

Tapi, kalau yang lebih sering muncul 'sadar'-nya, maka sedih itu terasa ringan saja ... seperti Anda bilang, "ada sedih tapi tidak merasa menderita karenanya" ...

KESIMPULAN: 'sadar/eling' itu tidak bisa berada bersama-sama dengan 'pikiran' & 'emosi'.

Bagaimana, sudah jelas? :)


Masih agak bingung  :-[. Saya tadinya berpikir, ketika saya tau bahwa saya sedang mengalami suatu 'emosi' (sedih, stress, dll), saya sudah tidak 'sadar' lagi. Karena kemudian saya jadi berpikir2, kenapa begitu ya, apa yang harus saya lakukan supaya tidak stress, dan seterusnya. Tetapi sebelum sadar bahwa emosi itu ada, saya tidak benar-benar merasakan emosi tersebut (misalnya sedih). Rasanya baik-baik saja. Setelah tiba-tiba saya *sadar* (sepertinya sadar ini dalam konteks yang berbeda) bahwa barusan saya sedih, barulah tau bahwa saya sedang merasa sedih. Dan 'tidak tahu sedang sedih (atau emosi lainnya)' ini bisa berlangsung selama jangka waktu yang agak panjang atau juga pendek, tidak tentu. Bagaimana ya, bingung juga menjelaskannya. Kebanyakan bingungnya  ;D

 _/\_
Title: Pindahan dari thread "PA-AUK SAYADAW ..."
Post by: hudoyo on 24 May 2008, 03:10:20 PM
Quote
maka pelajaran paticca-samuppada yang kita terima secara tradisional dari para bhante itu tidak lebih dari pengetahuan analitis, pengetahuan intelektual, bukan penembusan sama sekali??
Bukankah ada penembusan dengan pengetahuan analitis, analyctic insight (tapi bukan intelektual) ?

Bisa dijelaskan lebih lanjut, apa itu analytic insight, dari mana referensinya dsb? Terima kasih.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 24 May 2008, 04:13:05 PM
Pa Hud,
Benar, saya menggunakan kata 'sadar' dalam konteks 'aware'. Tapi saya pikir juga tidak sama dengan yang digunakan dalam kalimat: "Saya sadar bahwa saya sedang sedih" karena ini sepertinya berarti si saya tau bahwa saya sedang sedih. Sedangkan untuk tau berarti ada pikiran yang bergerak dan itu berarti sedang tidak 'sadar'? (??)

Kita ulangi lagi ya ... ada emosi sedih (disebabkan karena sesuatu hal) ... saya tidak 'aware' akan emosi sedih itu, saya dikuasai oleh sedih itu ... orang-orang berusaha menghibur saya, tapi saya tetap sedih, karena pikiran saya dipenuhi oleh penyebab kesedihan itu ... lama-kelamaan saya mulai sadar (aware) akan keadaan diri saya yang sedang sedih ... dan kesedihan itu pun mulai berkurang ... semakin sadar saya akan keadaan diri saya, semakin berkurang kesedihan itu ...

Tentang "tahu" (recognition) bahwa saya sedih, memang itu adalah pikiran juga ... di sini, pikiran itu adalah bagian dari proses reflektif (memikir tentang diri) yang sering (tapi tidak selalu) muncul selama kita bangun ... Tapi "tahu" itu tidak meredakan kesedihan itu, selama pikiran saya dipenuhi penyebab kesedihan itu ... yang meredakan kesedihan itu adalah sadar, karena dengan munculnya sadar, maka pikiran yang terobsesi dengan obyek kesedihan berkurang, dan dengan demikian emosi yang menyertai pikiran itu pun berkurang.


Quote
Masih agak bingung  :-[. Saya tadinya berpikir, ketika saya tau bahwa saya sedang mengalami suatu 'emosi' (sedih, stress, dll), saya sudah tidak 'sadar' lagi. Karena kemudian saya jadi berpikir2, kenapa begitu ya, apa yang harus saya lakukan supaya tidak stress, dan seterusnya. [...]

Di atas sudah saya katakan, 'tahu' (recognize) dan 'sadar' (aware) itu tidak sama. ... Anda bisa 'tahu' sedang sedih, tapi kesedihan itu tidak hilang atau berkurang ... sebabnya ialah karena 'sadar'-nya kurang, jadi pikiran masih dipenuhi obyek penyebab kesedihan ...

Jadi, supaya tidak sedih, ya biasakan 'sadar' dalam keadaan apa pun juga ... sehingga nanti kalau terjadi sesuatu yang membuat Anda sedih, 'sadar' Anda sudah cukup kuat ... Jadi, jangan menunggu sampai datang musibah, lalu bersusah payah berusaha untuk 'sadar' ... sekalipun Anda tahu teorinya, tapi kalau datang krisis, biasanya susah diterapkan, kalau tidak terbiasa ... Itulah pentingnya meditasi kesadaran ketika kita tidak punya masalah. ...


Quote
Tetapi sebelum sadar bahwa emosi itu ada, saya tidak benar-benar merasakan emosi tersebut (misalnya sedih). Rasanya baik-baik saja. Setelah tiba-tiba saya *sadar* (sepertinya sadar ini dalam konteks yang berbeda) bahwa barusan saya sedih, barulah tau bahwa saya sedang merasa sedih. Dan 'tidak tahu sedang sedih (atau emosi lainnya)' ini bisa berlangsung selama jangka waktu yang agak panjang atau juga pendek, tidak tentu. Bagaimana ya, bingung juga menjelaskannya. Kebanyakan bingungnya  ;D

Selama jangka waktu panjang atau pendek Anda "tidak tahu sedang sedih", padahal Anda sedang sedih? ... Misalnya, orang tua Anda meninggal dunia, dan Anda sedih, Anda "tidak tahu sedang sedih"? ... Mungkin maksud Anda, Anda tidak aware, tidak sadar bahwa Anda sedang sedih ... itu bisa terjadi, kalau kesedihan itu sangat kuat ... kalau pikiran Anda dipenuhi oleh ingatan tentang orang tua Anda yang baru meninggal dunia ... Anda merasa ditinggalkan dan sendirian ... Anda sangat sedih ... bahkan dalam kesadaran Anda, Anda ADALAH sedih itu sendiri, Anda tidak terpisah dari sedih itu ... Pada waktu itu memang Anda tidak aware sedang sedih ... Itukah yang Anda maksud?

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nemo on 24 May 2008, 07:48:38 PM
Pa Hud, sambung lagi ya...

Kita ulangi lagi ya ... ada emosi sedih (disebabkan karena sesuatu hal) ...

yang menurut saya, adalah karena pada saat itu saya tidak aware, jadi bereaksi terhadap sesuatu hal itu.

saya tidak 'aware' akan emosi sedih itu, saya dikuasai oleh sedih itu ...

Saya aware akan adanya 'sensasi' (entah istilah yang tepat atau tidak) dalam batin, yang muncul dan lenyap, tergantung kegiatan yang sedang saya lakukan. Tapi setelah beberapa lama, saya baru mengenalinya dengan label 'sedih', atau 'senang', atau 'stress', atau kesal...
Perbedaannya mungkin seperti mengetahui ada sesuatu yang tergantung di dinding, tapi tadinya tidak tau apa itu, dan juga tidak begitu peduli. Tapi kemudian jadi tau bahwa itu adalah lukisan yang jelek.

semakin sadar saya akan keadaan diri saya, semakin berkurang kesedihan itu ...

Begitu sadar ada lukisan yang jelek, saya jadi bertanya-tanya dan berpikir-pikir, bagaimana bisa ada lukisan jelek itu di sana. Lalu apakah tidak sebaiknya lukisan itu dicopot saja, atau bisa diperbaiki dulu.... Tapi memang tidak menghilangkan pendapat saya, bahwa ada lukisan dan lukisan itu jelek.


Selama jangka waktu panjang atau pendek Anda "tidak tahu sedang sedih", padahal Anda sedang sedih? ...

Iya. Kalau dihubungkan dengan 'recognition' yang Pa Hud jelaskan tadi, mungkin berarti tidak ada 'recognition' bahwa kondisi itu namanya sedih.

Misalnya, orang tua Anda meninggal dunia, dan Anda sedih, Anda "tidak tahu sedang sedih"? ... Mungkin maksud Anda, Anda tidak aware, tidak sadar bahwa Anda sedang sedih ... itu bisa terjadi, kalau kesedihan itu sangat kuat ... kalau pikiran Anda dipenuhi oleh ingatan tentang orang tua Anda yang baru meninggal dunia ... Anda merasa ditinggalkan dan sendirian ... Anda sangat sedih ... bahkan dalam kesadaran Anda, Anda ADALAH sedih itu sendiri, Anda tidak terpisah dari sedih itu ... Pada waktu itu memang Anda tidak aware sedang sedih ... Itukah yang Anda maksud?

Wah menarik, saya belum pernah melihatnya sebagai "saya = sedih itu sendiri". Tapi sepertinya pada moment2 pendek tertentu memang seperti itu. Hanya ada sedih itu. Yang pada waktu itu tidak saya kenali sebagai sedih. Hanya sesuatu. Baru beberapa lama setelah itu, ketika saya melihat ke belakang, saya berpikir, saya sejak beberapa lama sedang merasa sedih. Ada rasa aneh juga, mengapa tidak menderita karena telah merasa sedih selama beberapa waktu. Kenapa tetap tenang meskipun sedih? Dan lalu banyak pikiran lanjutannya.

Pa Hud, dengan contoh sedih ini, ketika saya baca ulang post-post ini, rasanya juga jadi agak aneh. Kesannya saya sedang dilanda sedih berat  :P Tapi ga apa-apa   ;D

Terima kasih sudah menanggapi. Saya aware saya sedang sangat ingin ditanggapi lebih lanjut  :)
Mohon penjelasannya Pa Hud.
 _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 25 May 2008, 06:11:36 PM
Apa lagi yang perlu ditanggapi? ... ;D

Sedih itu suatu perasaan, emosi, rasa yang berat, tertekan, menderita dsb.
EMOSI (sedih) itu SELALU menyertai atau disertai PIKIRAN tentang penyebab dari emosi itu, sekalipun sering orang berusaha mengalihkan pikirannya kepada obyek lain (dengan harapan kesedihannya akan lenyap).
Tetapi selama PIKIRAN (tentang penyebab kesedihan) itu masih muncul kembali, SEDIH itu pun akan selalu ada.
Baru ketika PIKIRAN itu tidak muncul lagi, maka SEDIH itu pun berakhir.

Jadi, PERASAAN dan PIKIRAN selalu muncul bersama-sama, dan lenyap bersama-sama. (Mulapariyaya-sutta, MN 1)

Memang, saya pun menduga, melihat posting-posting Anda yang agak "aneh" ... bahwa Anda tengah dilanda suatu kesedihan. ... Tapi, yah ... selama pikiran tentang penyebab kesedihan itu masih tetap muncul kembali, kesedihan itu tidak akan lenyap. ... Jadi, cobalah mengamati pikiran Anda ... jangan biarkan dia mendominasi ... tapi jangan pula ditekan atau dilawan atau lari dari pikiran itu ... amati saja secara pasif setiap kali muncul ... lama-lama kan akan berakhir dengan sendirinya ... maka kesedihan pun akan berakhir.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sumedho on 25 May 2008, 09:18:55 PM
Pak Hud, mau minta bantuan utk di point out bagian itu di Mulapariyaya-sutta nya pak. Nyasar nih.

Terima kasih sebelumnya.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Adhitthana on 26 May 2008, 02:13:09 AM
[Lebih dulu, silakan baca posting saya terbaru tentang 'kepercayaan/pegangan hidup' di thread 'J Krishnamurti' ("Buddhisme & kepercayaan lain"). ]

Quote
apakah mungkin dalam kehidupan saat ini, bisa mencapai tingkat kesucian??
sedangkan kekotoran bathin masih melekat??

Apakah "tingkat kesucian" itu? ... Anda tidak tahu, dan saya pun tidak tahu. ... Kita telah dicekoki dengan paham-paham tentang "tingkat kesucian". ... :)

Lalu kita telah dicekoki juga dengan paham bahwa lobha, dosa dan moha itu adalah "kotoran batin" (akusala citta). ... Dan karena itu 'kotoran', jadi harus dilenyapkan. ...

Di lain pihak, kita dicekoki pula bahwa metta, karuna, mudita & upekkha itu adalah 'batin yang baik' (kusala citta).  ... Dan karena itu 'baik', jadi harus dikembangkan. ...

Yang tidak diajarkan kepada kita (setidak-tidaknya tidak secara luas) ialah bahwa lobha, dosa, moha, metta, karuna, mudita & upekkha SEMUA itu tidak lebih dari permainan ego/aku/atta. ... 

Sadarilah semua permainan itu, dan juga dampak masing-masing ... sadarilah apa dampak dari lobha, dosa & moha, ... dan apa dampak dari metta, karuna, mudita & upekkha ... tapi JANGAN MENOLAK LOBHA, DOSA & MOHA, DAN JANGAN MELEKAT PADA METTA, KARUNA, MUDITA & UPEKKHA. ............ SADARI SAJA dampak masing-masing.

Kalau Anda bisa menyadari itu sedalam-dalamnya ... maka Anda tahu apa artinya BEBAS ... ketika si aku/ego/atta ini RUNTUH ...

Nibbana berarti bebas dari senang dan susah, bebas dari bahagia dan menderita ... Nibbana berarti bebas dari aku/ego/atta.

Salam,
hudoyo




Terima-kasih pak Hudoyo   _/\_

Pada saat ini sebenarnya saya masih kesulitan memahami thread2 meditasi pak hudoyo, kerena keterbatasan ke mampuan saya, tapi tak apalah.... saya tak akan "memaksa" pemahaman ini ke dalam pikiran... biarlah mengalir seperti apa adanya.
saya kok menghubungi-hubungi kata2 Jangan menolak lobha, dosa, moha dan jangan melekat pada metta, karuna, mudita, upekkha dengan dhammapada yg seperti ini:

Janganlah berbuat kejahatan  =  adanya lobha , dosa , moha

Tambahlah kebaikan              =  kembangkan metta, karuna , mudita

sucikan pikiran                      = sadari dampak masing2

Saya pernah meditasi .... dulu didhammacakkra sunter, bebrapa tahun yg lalu ( mungkin ada 8 thn) dan tak lebih dr 5x

meditasi masuk - keluar pernafasan (anapanasati), pernah merasakan sensasi seperti : Kepala membesar, dr badan ke kaki mengecil, kemudian badan seperti melayang (mungkin kesemutan kale ya??...)

Meditasi berikutnya : pernah merasakan ketenangan yg luarr biasaa dan gak bisa di lukisan dgn kata2, seperti saya berada dimensi alam yg lain, dialam meditasi itu saya sperti tersenyum bahagia sekali (bukan senyum diekspresi wajah)
saya gak tau itu berapa lama, saya rasakan mungkin hanya 1/2 - 1 menit . saya baru tau setelah banyak baca2 thread meditasi ... bahwa inikah yg di namakan pitti (kegiuran)??
meditasi selanjutnya  tak merasakan apa2, inginnya dpt seperti sensasi diatas tadi, hasilnya kecewa  :(

baru tau dalam meditasi ...... harusnya tak mengharapkan apa2??

mohon pencerahannya........

Thz ya.......  _/\_

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: EVO on 26 May 2008, 09:23:58 AM
dear andi cahaya...........
terus lah mati........jangan hanya 2 bulan.....
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nemo on 26 May 2008, 06:51:38 PM
Apa lagi yang perlu ditanggapi? ... ;D

Sedih itu suatu perasaan, emosi, rasa yang berat, tertekan, menderita dsb.
EMOSI (sedih) itu SELALU menyertai atau disertai PIKIRAN tentang penyebab dari emosi itu, sekalipun sering orang berusaha mengalihkan pikirannya kepada obyek lain (dengan harapan kesedihannya akan lenyap).
Tetapi selama PIKIRAN (tentang penyebab kesedihan) itu masih muncul kembali, SEDIH itu pun akan selalu ada.
Baru ketika PIKIRAN itu tidak muncul lagi, maka SEDIH itu pun berakhir.

Jadi, PERASAAN dan PIKIRAN selalu muncul bersama-sama, dan lenyap bersama-sama. (Mulapariyaya-sutta, MN 1)

Memang, saya pun menduga, melihat posting-posting Anda yang agak "aneh" ... bahwa Anda tengah dilanda suatu kesedihan. ... Tapi, yah ... selama pikiran tentang penyebab kesedihan itu masih tetap muncul kembali, kesedihan itu tidak akan lenyap. ... Jadi, cobalah mengamati pikiran Anda ... jangan biarkan dia mendominasi ... tapi jangan pula ditekan atau dilawan atau lari dari pikiran itu ... amati saja secara pasif setiap kali muncul ... lama-lama kan akan berakhir dengan sendirinya ... maka kesedihan pun akan berakhir.

Salam,
hudoyo

Selama ini saya kira PERASAAN itu mengikuti (respon atas) PIKIRAN. Wah, salah dong...  :P

Berarti kalau ada PIKIRAN (dan PERASAAN), pada saat itu tidak mungkin kita sedang sadar ya? Karena sudah sedang merespon sesuatu?

Pengalaman saya Pa Hud, kalau ada emosi kuat yang muncul, lalu disadari, emosi itu tidak akan langsung hilang (atau mungkin sebetulnya sempat hilang sebentar, lalu muncul lagi dengan cepat). Kalau disadari setiap munculnya, juga tidak hilang. Yang jadi mengganggu adalah, kalau saya ingin emosi itu hilang. Tapi setelah saya tidak menginginkan agar emosi itu hilang pun (tanpa sengaja tidak menginginkan), emosi itu tetap ada. Dan kesimpulan saya, saya tidak menginginkan emosi (kesedihan) itu hilang, kalau saya tidak melabeli emosi itu sebagai 'sedih'.

Sedih itu suatu perasaan, emosi, rasa yang berat, tertekan, menderita dsb.

Jadi, ketika saya menyadari ada emosi yang berat, tertekan, saya hanya menyadari saja. Dan meskipun emosi itu tetap ada, saya tidak terganggu, tidak menderita. Tapi begitu saya mengetahui saya sedang merasa sedih, saya jadi sedih beneran. Larut, si sedih malah mendominasi. Sebentar kemudian, saya menginginkan agar sedih tidak ada lagi.

Pa Hud, kalau contoh emosi diganti dari 'sedih' menjadi 'marah', mungkin akan jadinya saya sedang marah2 ya   ^-^

 _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 26 May 2008, 08:13:44 PM
Selama ini saya kira PERASAAN itu mengikuti (respon atas) PIKIRAN. Wah, salah dong...  :P

PERASAAN & PIKIRAN selalu muncul dan lenyap bersama-sama, sebagai reaksi terhadap rangsangan yang masuk. (M.N.1)


Quote
Berarti kalau ada PIKIRAN (dan PERASAAN), pada saat itu tidak mungkin kita sedang sadar ya? Karena sudah sedang merespon sesuatu?

Betul. Kalau muncul sadar, maka pikiran & perasaan itu lenyap, sekalipun cuma sebentar.


Quote
Pengalaman saya Pa Hud, kalau ada emosi kuat yang muncul, lalu disadari, emosi itu tidak akan langsung hilang (atau mungkin sebetulnya sempat hilang sebentar, lalu muncul lagi dengan cepat). Kalau disadari setiap munculnya, juga tidak hilang. Yang jadi mengganggu adalah, kalau saya ingin emosi itu hilang. Tapi setelah saya tidak menginginkan agar emosi itu hilang pun (tanpa sengaja tidak menginginkan), emosi itu tetap ada. Dan kesimpulan saya, saya tidak menginginkan emosi (kesedihan) itu hilang, kalau saya tidak melabeli emosi itu sebagai 'sedih'.

Ya, kalau emosi sudah kuat, memang tidak mudah lenyap begitu saja. ... Butuh waktu agar sadar itu lebih sering, sehingga lebih kuat.

Kalau sementara itu muncul keinginan agar emosi itu lenyap, itu sebuah reaksi lagi terhadap keadaan yang dirasakan tidak enak (emosi). Jadi tambah rumit, konflik berlapis-lapis.

Emosi tetap ada kalau pikiran masih belum berhenti. ... Ya, betul, melabeli emosi itu sebagai negatif, malah menimbulkan penolakan dan konflik. ... Tapi memang tidak mudah untuk tetap sadar tanpa memberi label apa pun.


Quote
Jadi, ketika saya menyadari ada emosi yang berat, tertekan, saya hanya menyadari saja. Dan meskipun emosi itu tetap ada, saya tidak terganggu, tidak menderita. Tapi begitu saya mengetahui saya sedang merasa sedih, saya jadi sedih beneran. Larut, si sedih malah mendominasi. Sebentar kemudian, saya menginginkan agar sedih tidak ada lagi.

Kalau emosi & pikiran itu tetap ada, sebetulnya itu sudah merupakan konflik di-dalam, sekalipun mungkin tidak disadari karena sudah terbiasa, atau perhatian tertarik kepada hal-hal lain. Tetapi begitu narkobanya hilang, maka sedih itu benar-benar dirasakan. Lalu muncullah reaksi terhadap sedih itu.


Quote
Pa Hud, kalau contoh emosi diganti dari 'sedih' menjadi 'marah', mungkin akan jadinya saya sedang marah2 ya 

Seperti api, setiap emosi apa pun selalu mulai kecil dulu, lama-lama membesar, sampai susah dikendalikan. ... Begitu pula marah, mula-mula cuma di dalam hati, lalu jadi ucapan, dan akhirnya jadi perbuatan.

salam,
hudoyo
Title: Jadwal retret MMD bulan Juni 2008: Jawa Tengah, Bali
Post by: hudoyo on 27 May 2008, 12:17:19 PM
Di Vihara MENDUT (Jawa Tengah)

13 - 15 Juni 2008
 
Pendaftaran pada: Waluyo, 0812 294 31 13, sadarsetiapsaat [at] yahoo.com

(Perhatian: tempat untuk retret di Vihara MENDUT sudah terisi penuh 2 bulan lalu; kalau Anda mendaftar sekarang Anda dimasukkan daftar tunggu, tanyakan kepada Mas Waluyo nomor berapa dalam daftar tunggu.)

Di BRAHMAVIHARA-ARAMA (Singaraja, Bali)

20 - 22 Juni 20008
 
Pendaftaran pada: Wijaya Darma, 0812 361 3000, widarma [at] gmail.com, Iwan Ananta Wijaya, 0811 399 244, wanantawi [at] yahoo.com, Yopi Sutedjo, 0812 390 8636, deepblue992000 [at] yahoo.com
Title: Retret MMD tak terjadwal: Solo, November 2008
Post by: hudoyo on 27 May 2008, 12:22:50 PM
Atas rekomendasi YM Sri Pannyavaro Mahathera kepada pengurus Vihara Dharma Sundara, Solo, akan diadakan retret MMD AKhir Pekan di Vihara Dharma Sundara, Solo,

pada tanggal 21 - 23 November 2008.

Tempat pendaftaran dan informasi lain akan diumumkan kemudian.

Salam,
Hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sumedho on 27 May 2008, 02:09:42 PM
Hayo yg deket2x sana pada ikutan :)
Title: Kaskus di-hack orang - Seminar motivasi ... Buku The Power of Now ... dll
Post by: hudoyo on 27 May 2008, 06:14:15 PM
situs  baru-baru ini di-hack orang, karena permusuhan pribadi. Akibatnya semua thread di sana rusak/terhapus. Adminnya me-lock semua thread, dan menyarankan peminatnya membuat thread baru.

Maka saya membuat thread "MMD (Meditasi Mengenal Diri)-2" dan "J. Krishnamurti-2". Beruntung saya dibantu oleh beberapa teman berhasil menemukan kembali arsip Kaskus di cache Google. Tapi ya, sekarang saya harus memindahkan posting-posting dari thread lama yang terhapus ke thread baru. Hanya posting-posting yang bermanfaat saja yang saya pindahkan. Posting-posting yang berisi pertengkaran dan posting-posting yang cuma basa-basi saya tinggalkan. Misalnya, dari 26 pages thread MMD lama, baru berhasil saya pindahkan 6 pages, yang menjadi padat sampai 2 pages, karena banyak posting saya buang.

Ini saya lakukan sejak tadi pagi. Sementara itu, muncul teman lama yang langsung menyambut reinkarnasi dari thread MMD ini. Nickname-nya Riang Mentari. Teman ini termasuk salah seorang pembaca thread MMD di Kaskus, yang tidak tahu meditasi sebelumnya, dan sekarang berhasil mengembangkan kesadaran yang tajam. Saya tidak tahu apa agamanya, menilik dari tulisannya sepertinya bukan Buddhis. Nah, sekarang diskusi dengan Mas Riang Mentari sejak tadi pagi ini saya sajikan dalam thread ini; semoga bermanfaat bagi teman-teman pemeditasi Buddhis.

Teman-teman yang berminat membaca diskusi-diskusi lain di thread MMD (Meditasi Mengenal Diri)-2 itu--terutama dengan Madman, seorang anak muda berusia 26 tahun, yang sekarang telah berhasil mengembangkan kesadaran vipassana luar biasa--silakan berkunjung ke Kaskus:
http:// > cari Forum: Supranatural > cari Subforum: Spiritual > klik thread MMD (Meditasi Mengenal Diri)-2.
Di situ ada juga thread "J. Krishnamurti-2" dalam Subforum yang sama. Selamat membaca.

NB: Semoga pengalaman pahit Kaskus ini menjadi pelajaran bagi Admin DC ini, agar bersedia payung sebelum hujan, bagaimana caranya mengamankan DC dari para hacker muda dari Binus atau Gunadharma :) ... (maaf kepada para alumni kedua lembaga itu, just joking) ... yang ingin mencoba kelihayannya iseng-iseng membongkar situs orang. ;D

O ya, di Kaskus saya memakai nickname Semar.

Salam,
Hudoyo

====================================
RIANG MENTARI:

akhirnya datang lagi... :D

-----------------------------------------------------------------

wah syukurlah thread ini dibuka lagi sama eyang semar... saya butuh banyak pencerahan nih eyang...

tp bingung mulainya dari mana

mmmm.....

saya rasakan kesadaran saya berkurang sekali. karena saya rasakan batin saya gelisah, dan monkey mind ini muncul kembali walau tidak se intens dulu sebelum ber mmd.

saya tidak tahu sebabnya, tapi mungkin diantara dua hal ini:

1. kemarin sempat ke jawa tengah dan di jakarta selama hampir 2 minggu dan aktivitas disana yang dari pagi hari sampai dini hari membuat saya tidak sempat ber mmd.

2. menghadiri seminar ttg motivasi yg didalamnya ada visualisasi ttg masa depan.

faktor pertama mungkin berpengaruh besar, tp faktor kedua mungkin jg mempengaruhi. karena fokus dari mmd adalah bagaimana hidup di masa sekarang, sementara seminar yg saya hadiri menggunakan metode visualisasi untuk membayangkan goal di masa depan untuk memacu semangat dan produktivitas.

atau.... pertentangan ini hanya ada dalam pikiran saya saja ?

lalu bagaimana menyadarinya ?

mohon pencerahan eyang semar...

==================================
SEMAR:

Salam jumpa kembali sejak kaskus diobok-obok, Mas Riang Mentari.

Memang betul, dua faktor itu yang menyebabkan goncangan & stres dalam batin Anda.

Anda yang terbiasa tinggal di daerah (pedalaman), lalu tiba-tiba mendadak ke Jakarta, tentu "kaget". Untuk mengatasi ini tidak ada jalan lain daripada aklimatisasi (membiasakan diri kembali) pelan-pelan, kalau Anda akan menetap di sini.

Soal seminar motivasi, apakah itu kewajiban dari kantor? ... Kalau kewajiban kantor, ya diikuti saja, tapi jangan dimasukkan dalam hati. ... Soalnya seminar motivasi dan MMD jelas akan tabrakan. ... Anda harus memilih salah satu dan meninggalkan yang lain.

Seminar motivasi itu kan akal-akalan dunia bisnis, yang melihat manusia sebagai sekrup di dalam mesin besarnya. Akhir-akhir ini banyak seminar motivasi diadakan oleh perusahaan-perusahaan; manusia-manusia pelaku bisnis ini mau direkayasa secara psikologis. Tujuannya adalah produktivitas yang maksimal, tidak peduli bagaimana dampaknya pada kesejahteraan mental pegawainya. Pada hakikatnya seminar motivasi itu sama dengan memberi olahragawan obat perangsang amfetamin untuk memicu prestasi, tanpa peduli bagaimana dampaknya dalam jangka panjang. ... Lama-lama masyarakat modern ini menjadi seperti novel "1984"-nya George Orwell.

Sekarang saya tanya, apakah mereka yang menerapkan ajaran-ajaran motivasi dari seminar itu dan yang tidak menerapkannya akan bisa diukur secara obyektif kinerja (performance)-nya? Kalau tidak bisa diukur secara obyektif, ya cuek saja. ... Yakinlah bahwa orang batinnya tenang, ia bekerja pada kondisi yang optimal (bukan maksimal). ... Atasan Anda tidak akan tahu.

Bagaimana, Mas?

Salam,
semar

====================================
RIANG MENTARI:

hmm.... optimal bukan maksimal....

sebenarnya saya apply secara pribadi seminar tersebut eyang, karena saya ingin menambah wawasan. dan di seminar itu selain ttg kesuksesan finansial juga membahas aspek2 lain dalam kehidupan seperti kesehatan, keluarga, personal development/spiritual, karir/bisnis. ada beberapa hal yang mungkin sejalan, yaitu pengertian ttg memberikan yang terbaik untuk saat ini, dan kebahagiaan bukan sebagai goal, tp sebagai state of mind yg bisa diakses kapan saja.

dan ada bbrpa pandangan yg mungkin "tdk sejalan" dengan menggambarkan bahwa tujuan bisa dicapai dengan alasan. mengapa kita tidak pernah mencapai tujuan kita, karena kita tidak pernah punya alasan yang cukup kuat sehingga jika halangan datang kita tidak terus mencoba dengan mengubah strategi yang lain.

pikiran saya sebelum menghadiri seminar ini adalah karena saya sering bermalas-malasan, dan cenderung "tersesat" karena tidak bisa menentukan prioritas dalam hidup. muncul sifat2 iri dengki dengan keberhasilan orang lain, trauma2 masa lalu dlsb.

di mmd, saya banyak mendapat manfaat dengan "memandang langsung". di seminar yang kemarin, saya jg mendapat banyak manfaat dengan mulai memperhatikan aspek2 kehidupan yang selama ini saya lupakan. dan membuat skala prioritas.

jadi apa yang salah ? saya tidak tahu... saya hanya merasa ada yg "kurang lengkap" walaupun saya rasa mmd lebih powerful (dengan cara yg saya juga belum 100% mengerti), tapi apa yang saya dapat di seminar kemarin jg memberi banyak manfaat dalam hal teknis berhubungan dengan orang, dll...

tp mmg saya rasa lebih powerful mmd sih, wah jadi bingung sendiri

====================================
SEMAR:

Ya, memang, Anda betul. ... Seminar motivasi itu memang banyak bermanfaat bagi sementara orang yang mempunyai konflik-konflik dan kebiasaan-kebiasaan yang negatif dalam kehidupannya sampai sekarang. ... Mungkin dengan MMD, segi-segi negatif tersebut tidak terlihat, oleh karena sudah terlalu "biasa" bagi yang bersangkutan.

Namun, kata-kata kunci dalam seminar motivasi itu, seperti 'kesuksesan', 'tujuan', 'kebahagiaan' dsb cukup menggiurkan, sehingga mudah sekali menggantikan keadaan-keadaan negatif dari batin yang ada sebelumnya. Di sini pun korporasi bisa menarik keuntungan kalau pegawainya bisa mengatasi sifat-sifat yang menghambat kinerjanya.

Tapi, setelah itu, lalu apa? ... Ini akan menjadi belenggu baru, perangkap baru, yang tetap memenjara kita dalam sebuah kurungan emas. ...

Anda akan bisa terhindar dari ini, jika Anda terus-menerus bertanya kepada diri sendiri, "Lalu apa?" ...

Pertanyaan yang lebih tepat adalah, "Kapan berhentinya?" ...

Jadi, seminar motivasi memang bermanfaat untuk hidup di dunia, di masyarakat ramai, bila orang masih menyadari banyak kekurangan dalam dirinya. Itu perlu ... Tapi setelah itu ...?

Jadi, seminar motivasi, sampai taraf tertentu, melengkapi MMD. ... Lebih dari itu, dia akan bersimpangan jalan dengan MMD.

*****

Mas Riang Mentari, Anda pernah baca buku "The Power of Now", tulisan Eckhart Tolle? ... (Kalau belum, mumpung masih di Jakarta, coba cari di Gramedia, mudah-mudahan belum habis.) ...

Silakan baca ... Anda akan heran melihat persamaan buku itu dengan MMD. ... Malah banyak teman yang langsung menyimpulkan bahwa ajaran di dalam buku itu persis sama dengan MMD.

Tapi, coba Anda baca dengan penuh perhatian sampai selesai ... Anda akan melihat bahwa 90% ajaran buku itu memang persis MMD. ... Tapi, ya sampai di situ saja. ... Yang 10% selebihnya, buku itu tidak bisa menyamai MMD. ... Mengapa? ... Karena dalam buku itu kental sekali ada nuansa iming-iming.  ... Itu saja.

Salam,
semar

===================================
RIANG MENTARI:

ya eyang, saya menyebutkan kenapa saya rasa MMD lebih powerful, karena selama ini saya suka buku2 self help. seperti stephen covey, dale carnegie, napoleon hill dan lain-lain. tapi saya belum menemukan metode yang ampuh untuk membuat saya melupakan trauma dari kejadian masa lalu, yang bisa diselesaikan mmd dengan "pengalaman singkat" (hanya sekali dlm mungkin durasinya beberapa menit, yg belum pernah saya alami kembali).

Quote
Semar:
Jadi, seminar motivasi memang bermanfaat untuk hidup di dunia, di masyarakat ramai, bila orang masih menyadari banyak kekurangan dalam dirinya. Itu perlu ... Tapi setelah itu ...?

saya merasa banyak kekurangan dalam diri saya, misal sifat2 seperti pesimis, pemalu, "malas keluar dari zona nyaman" dsb. lalu apakah berarti saya harus melewati fase "motivasi/self help" dulu untuk bisa kemudian masuk kedalam fase "spiritual/mmd" ? apakah ini yg membuat pikiran saya bertentangan ?
ataukah saya kurang bisa menangkap penjelasan eyang dari maksud kalimat diatas ?

cita-cita...apakah artinya cita-cita ? karena selama ini saya diajarkan untuk mempunyai cita-cita dan berjuang meraih cita-cita itu...
keseimbangan ? bagaimana caranya menyeimbangkan ? berfokus menuju sebuah tujuan tapi tidak kehilangan wangi bunga dipinggir jalan ?

untuk buku power of now pada awalnya saya suka, tp jalan setengah kok sepertinya mirip2 sama conversation with god dalam hal memberi kepuasan sesaat. bahkan saya rasakan tidak membantu dalam bermeditasi. sehingga tidak saya teruskan membaca ebooknya. yang saya temukan membantu malah kalimat2 krishnamurti. walau tidak selalu mengerti, tapi seperti eyang pernah bilang, kata-katanya seperti cermin yg membuat saya bertanya pada diri saya dan membantu meditasi. seperti akhir2 ini sebelum meditasi saya coba baca2 dulu bbrpa tulisan krishnamurti. bahkan kemarin malam sebelum pulang saya membaca tulisan krishnamurti, dan ditengah2 makan malam di sebuah warung, saya merasa melebur. minum air putih saja rasanya nikmat sekali, silir angin, gitu deh... ga pandai berkata2. jadi saya membaca krishnamurti saja.

terimakasih atas pencerahannya eyang

===================================
SEMAR:

hehe ... Mas Riang Mentari, lucu ya, ... posting-posting Anda jadi tersebar dalam thread ini gara-gara saya sibuk menyisipkan kembali posting-posting dari thread lama yang kena hack. ...


Quote
Originally Posted by riang_mentari 
ya eyang, saya menyebutkan kenapa saya rasa MMD lebih powerful, karena selama ini saya suka buku2 self help. seperti stephen covey, dale carnegie, napoleon hill dan lain-lain. tapi saya belum menemukan metode yang ampuh untuk membuat saya melupakan trauma dari kejadian masa lalu, yang bisa diselesaikan mmd dengan "pengalaman singkat" (hanya sekali dlm mungkin durasinya beberapa menit, yg belum pernah saya alami kembali).


Ada seorang teman, yang dulu pernah ikut MMD beberapa kali, pernah ikut yang 3 hari, pernah yang 7 hari ... teman itu sama seperti Anda, penggemar berat buku-buku self-help. ... Pada suatu hari dia bilang sama saya, "Pak Hud, ... eh, ... Pak Semar, saya punya belasan buku-buku self-help, semuanya sudah saya masukkan kotak dan saya simpan di gudang." ...


Quote
Quote
Semar:
Jadi, seminar motivasi memang bermanfaat untuk hidup di dunia, di masyarakat ramai, bila orang masih menyadari banyak kekurangan dalam dirinya. Itu perlu ... Tapi setelah itu ...?
 

saya merasa banyak kekurangan dalam diri saya, misal sifat2 seperti pesimis, pemalu, "malas keluar dari zona nyaman" dsb. lalu apakah berarti saya harus melewati fase "motivasi/self help" dulu untuk bisa kemudian masuk kedalam fase "spiritual/mmd" ? apakah ini yg membuat pikiran saya bertentangan ?
ataukah saya kurang bisa menangkap penjelasan eyang dari maksud kalimat diatas ?
 

Oh, maaf, ... ya tidak tentu saja, ... kata-kata itu bukan saya maksudkan untuk Anda, melainkan untuk banyak orang yang belum bisa mengembangkan kesadaran dalam MMD dengan baik, karena terlalu dalam atau terbiasa dengan sikap & perilaku yang negatif. ... Buat Anda, sih, kalau Anda sudah mengasah kesadaran Anda dengan MMD begitu tajam ... ya, tetap saja berada dalam kesadaran MMD ... jangan mundur lagi ke motivasi ...  ... Malah, seperti saya katakan semula, ... sebetulnya seminar motivasi itu tidak perlu buat Anda. ... Coba, segala sesuatu yang dibicarakan di sana adalah teori ... setelah Anda dengar & mengerti ... kan Anda kembali ke MMD. ...

O ya ... ngomong-ngomong, saya sendiri belum pernah ikut seminar motivasi apa pun, ... saya cuma dengar-dengar dari teman-teman ... Saya mau tanya: dalam seminar itu, di samping ceramah, apa ada "praktek"-nya? ... Selain mungkin diskusi kelompok & flip chart, apakah ada "teknik khusus" yang dilakukan dalam seminar sehingga memberikan "kesadaran instant"? ...


Quote
cita-cita...apakah artinya cita-cita ? karena selama ini saya diajarkan untuk mempunyai cita-cita dan berjuang meraih cita-cita itu...
keseimbangan ? bagaimana caranya menyeimbangkan ? berfokus menuju sebuah tujuan tapi tidak kehilangan wangi bunga dipinggir jalan ?
 

Jangan diseimbangkan ... bagaimana caranya ... tidak bisa  ... karena yang satu pikiran dan yang lain berhentinya pikiran, kok. ...  ... Jadi, pilih salah satu ... dan saya tahu, mana yang akan Anda pilih. ...

Saya dulu juga suka sekali, kok, dengan kata "cita-cita" ... saya ini dulu pengagum berat Bung Karno ... dan beliau sering bilang: "Gantungkan cita-citamu setinggi bintang di langit!" ... dengan suara yang menggelegar ... Anda pernah mendengar Bung Karno pidato?


Quote
untuk buku power of now pada awalnya saya suka, tp jalan setengah kok sepertinya mirip2 sama conversation with god dalam hal memberi kepuasan sesaat. bahkan saya rasakan tidak membantu dalam bermeditasi. sehingga tidak saya teruskan membaca ebooknya. yang saya temukan membantu malah kalimat2 krishnamurti. walau tidak selalu mengerti, tapi seperti eyang pernah bilang, kata-katanya seperti cermin yg membuat saya bertanya pada diri saya dan membantu meditasi. seperti akhir2 ini sebelum meditasi saya coba baca2 dulu bbrpa tulisan krishnamurti. bahkan kemarin malam sebelum pulang saya membaca tulisan krishnamurti, dan ditengah2 makan malam di sebuah warung, saya merasa melebur. minum air putih saja rasanya nikmat sekali, silir angin, gitu deh... ga pandai berkata2. jadi saya membaca krishnamurti saja.

terimakasih atas pencerahannya eyang
   

Nah, ... Anda lebih radikal dari saya ...  Saya masih bermurah hati memberi 90% kesamaan kepada Eckhart Tolle ... Anda malah cuma 50%. ...  ... Ya, tapi soalnya, Anda sudah memahami MMD lebih dulu.

Banyak lho teman-teman saya, yang sudah memahami ajaran Krishnamurti, bahkan para senior, tapi toh tidak urung ada yang bilang "ajaran The Power of Now itu persis ajaran K." ... Saya kan bingung ...  ... Jadi E. Tolle saya beri 90% lah. ...

Sekarang saya tahu ... rupanya teman-teman itu cuma memahami Krishnamurti secara intelektual belaka, tapi belum pernah merasakan secara aktual bagaimana rasanya hening ... Jadi, begitu ada buku Tolle, langsung dilahap. :)

Salam,
semar
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sumedho on 27 May 2008, 06:50:28 PM
Quote
NB: Semoga pengalaman pahit Kaskus ini menjadi pelajaran bagi Admin DC ini, agar bersedia payung sebelum hujan, bagaimana caranya mengamankan DC dari para hacker muda dari Binus atau Gunadharma Smiley ... (maaf kepada para alumni kedua lembaga itu, just joking) ... yang ingin mencoba kelihayannya iseng-iseng membongkar situs orang. Grin
Kalau tidak salah mereka ada ribut antara 2 komunitas jadi mereka saling serang. Terima kasih untuk masukannya. Semoga tidak terjadi di DC :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 27 May 2008, 07:03:07 PM
Bersatu kita teguh bercinta eh...salah maksudnya bercerai kita runtuh. Ayo kompak selalu cia yo DC :jempol:
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 28 May 2008, 10:09:45 PM
lapor Pak Hud ;D

setelah sang Aku dilihat, sang Aku kok justru makin kuat yah? hasilnya malah gelisah, takut... bahkan mengajak utk menghentikan meditasi dan kembali ke posisi sebelumnya...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 29 May 2008, 12:14:27 AM
Atas rekomendasi YM Sri Pannyavaro Mahathera kepada pengurus Vihara Dharma Sundara, Solo, akan diadakan retret MMD AKhir Pekan di Vihara Dharma Sundara, Solo,

pada tanggal 21 - 23 November 2008.

Tempat pendaftaran dan informasi lain akan diumumkan kemudian.

Salam,
Hudoyo

daftar ikutan pak hudoyo ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 29 May 2008, 04:28:02 AM
hehe.. Pengurus Vihara mengatakan, nanti akan diumumkan tempat pendaftarannya kepada siapa ... dan nanti akan saya umumkan di sini. ... Jadi mendaftarnya bukan pada saya. :)

Baru November ... masih lama, kok, Rekan Hendra.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 29 May 2008, 05:21:47 AM
lapor Pak Hud ;D

setelah sang Aku dilihat, sang Aku kok justru makin kuat yah? hasilnya malah gelisah, takut... bahkan mengajak utk menghentikan meditasi dan kembali ke posisi sebelumnya...

Nah, ... sekalipun kedengarannya negatif ... tapi ini tanda kemajuan ... Anda sudah mulai berkembang dalam MMD Anda. ... :)

Lho, bagaimana ... si aku tambah kuat kok dibilang "kemajuan"? ... ;D 

Ketika mau masuk ke dalam keheningan MMD, si aku ini berontak ... karena dia tidak mau lenyap ... si aku muncul dan bertahan dalam bentuk berbagai pikiran & emosi, yang dirasakan lebih hebat dari kesadaran sehari-hari ... memang itu benar ... saya menyebutnya 'neraka' ... ini 'neraka' batin ... Anda harus masuk ke dalam 'neraka' batin itu lebih dulu ... sebelum nanti keluar dan dengan sendirinya muncul keheningan. ... Dapat juga dikatakan, si aku ini sedang sekarat ...

Ada pula 'neraka' jasmani ... kalau Anda ikut retret ... 'neraka' jasmani itu adalah segala rasa sakit, pegal, linu, nyeri yang dialami oleh para pemula ... Mungkin Anda sudah keluar dari 'neraka' jasmani itu, karena Anda pernah mengikuti retret. ...

Jadi, bagaimana caranya mengatasi 'neraka' batin itu? ... Caranya adalah: JANGAN BERUPAYA mengatasi ... Biarkan saja ... Tetaplah pertahankan KESADARAN PASIF. ... Tapi jangan pula frustrasi, putus asa ... lalu berhenti ... kalau begitu, Anda harus mulai dari nol lagi nanti.

Mengalirlah bersama 'neraka' batin ini ... seberapa hebat, seberapa lama pun dibutuhkan ... Kalau Anda bisa sabar dan mempertahankan KESADARAN PASIF, bisa DIAM TANPA BEREAKSI ... maka 'neraka' batin itu dengan sendirinya akan berangsur-angsur melemah ... dan pada satu titik, Anda akan kaget karena TIBA-TIBA masuk ke dalam KEHENINGAN ...

Biasanya keheningan ini berlangsung singkat ... mungkin hanya satu-dua detik saja ... karena muncul rasa kaget itu ... Tapi itu cukup bagi Anda untuk menyadari bahwa keheningan yang singkat itu sangat berbeda dengan kesadaran sehari-hari dan sangat luar biasa ...

Keheningan itu akan datang lagi ... makin lama makin panjang durasinya ... Tapi sifat keheningan itu ialah, ia muncul ketika tidak diharapkan ... ketika diharapkan ia malah tidak muncul ... Jadi lupakan saja keheningan singkat yang baru dialami itu ... kembalilah menyadari badan & batin ini dengan segala pikiran & emosinya. ...  Harapan agar keheningan itu muncul itulah yang biasanya menyebabkan meditasi macet.

Bila keheningan itu sudah sering muncul ... lama-lama keheningan itu tidak mengherankan lagi ... Anda menjadi terbiasa dengan keheningan itu ... dan keheningan itu menjadi bagian dari kesadaran Anda sehari-hari ...

KESIMPULANNYA:
(1) 'Sadar secara pasif' atau 'diam tanpa bereaksi' itu adalah kiat yang khas MMD.
(2) Nanti Anda akan mengalami bahwa keadaan batin dalam MMD itu tidak 'smooth' seperti garis lurus yang menanjak, melainkan naik-turun tergantung berbagai faktor yang bekerja sesuai hukum paticca-samuppada; keadaan batin dalam MMD tidak berbeda dengan dalam kehidupan sehari-hari.
(3) Namun di tengah-tengah keadaan batin yang naik-turun, praktisi MMD akan mengalami keheningan yang mula-mula dirasakan luar biasa, tapi lama-lama menjadi bagian dari kesadaran sehari-hari.
(4) Dengan demikian, MMD dapat diterapkan dalam kesadaran sehari-hari, bukan hanya ketika meditasi duduk di kamar saja, atau ketika mengikuti retret MMD saja.

*****

Rekan Tesla, menurut pengalaman saya 'neraka' batin yang Anda laporkan di atas TIDAK DIALAMI oleh pemeditasi vipassana versi lain. ... Mengapa? ... Oleh karena dalam vipassana versi lain, biasanya pemeditasi langsung berkonsentrasi; entah pada napas, entah pada metta, dsb. ... Pemeditasi tidak mengalami bagaimana kiat & rasanya 'diam tanpa konsentrasi' ... Pemeditasi langsung berkonsentrasi, sehingga si aku tidak mendapat kesempatan muncul ... dengan kata lain, konsentrasi menekan si aku (untuk sementara) ... tapi TIDAK melenyapkan si aku. ... Dan menurut pengalaman saya, vipassana-nya akan berhenti pada ketenangan ... tidak MELIHAT anicca & dukkha ... kecuali lalu ia merenungkan (berkontemplasi) tentang 'anicca', 'dukkha', bahkan 'anatta' sementara mengamati nama-rupa. ... Tapi semua itu cuma konsep ... konsep 'anicca', konsep 'dukkha', konsep 'anatta' ... dan menurut saya, itu bukan vipassana lagi, sekalipun demikian tercantum dalam sutta & visuddhimagga.

Menurut hemat saya, vipassana yang dimaksudkan oleh Sang Buddha ialah yang tercantum dalam Malunkyaputta-sutta & Bahiya-sutta ... MENGAMATI SECARA PASIF nama-rupa ini TANPA BERKONSENTRASI, TANPA BEREAKSI, TANPA PERENUNGAN.

Salam,
hudoyo


Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 29 May 2008, 07:30:45 AM
Rekan Tesla, tampaknya Anda sudah siap untuk mengikuti retret MMD seminggu penuh di Cipanas, tgl 9 - 17 Agustus 2008,

atau MMD Akhir Pekan di tempat yang sama, 7 - 9 November 2008.

Salam,
Hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sumedho on 29 May 2008, 10:06:42 AM
 [at] Tesla:mungkin ini bisa membantu.
Ketika si aku menguat dan ribut, coba ambil sikap 'cuek' pasrah dan "masabodoh", tetap amati saja tanpa terlibat. Yah analoginya kalo anak kecil yang tidak kita kenal disamping kita nangis kencang yang menginginkan sesuatu yg tidak mungkin, kita terganggu, ada gejolak, kesal, marah, ingin tenang. Kalau menghadapi anak kecil seperti itu kita tidak bisa dengan paksa diam, kekerasan ataupun reasoning. The best way adalah dengan menerima dan biarkan dia mengalir tanpak kita terbawa arus. Biarkan anak itu menangis, berisik tanpa kita terbawa didalamnya, tanpa berpikir dan menganalisa.

Sama seperti si 'aku' yang ingin berhenti meditasi, ingin ini, ingin itu. Cukup terima dan biarkan mengalir, jangan terlibat, jangan berpikir. Badai pasti berlalu :)
Keyword: cuek, pasrah, masabodoh.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 29 May 2008, 10:12:58 AM
Ada pula 'neraka' jasmani ... kalau Anda ikut retret ... 'neraka' jasmani itu adalah segala rasa sakit, pegal, linu, nyeri yang dialami oleh para pemula ... Mungkin Anda sudah keluar dari 'neraka' jasmani itu, karena Anda pernah mengikuti retret. ...
wah... sebenarnya saya tidak pernah ikut retret resmi pak...

Quote
Menurut hemat saya, vipassana yang dimaksudkan oleh Sang Buddha ialah yang tercantum dalam Malunkyaputta-sutta & Bahiya-sutta ... MENGAMATI SECARA PASIF nama-rupa ini TANPA BERKONSENTRASI, TANPA BEREAKSI, TANPA PERENUNGAN.
kalimat Anda "tanpa usaha" yg beberapa waktu kita bicarakan, saya baru menangkap maksudnya sekarang...
label "tanpa usaha" memang terlalu sulit dipahami oleh pikiran... ^:)^
pembahasan yg tidak ketemu di waktu lalu, memang berbeda dimensi...

Quote
Rekan Tesla, tampaknya Anda sudah siap untuk mengikuti retret MMD seminggu penuh di Cipanas, tgl 9 - 17 Agustus 2008,
saat ini saya masih banyak tanggung jawab yg harus ditanggung. terlebih lagi saya bukan tinggal di Jawa...
terima kasih atas tawarannya pak!
saat ini saya bisa meditasi di tempat saya saja. mohon bimbingan jarak jauhnya. ^:)^

Terima kasih!
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 29 May 2008, 10:21:08 AM
[at] Tesla:mungkin ini bisa membantu.
Ketika si aku menguat dan ribut, coba ambil sikap 'cuek' pasrah dan "masabodoh", tetap amati saja tanpa terlibat. Yah analoginya kalo anak kecil yang tidak kita kenal disamping kita nangis kencang yang menginginkan sesuatu yg tidak mungkin, kita terganggu, ada gejolak, kesal, marah, ingin tenang. Kalau menghadapi anak kecil seperti itu kita tidak bisa dengan paksa diam, kekerasan ataupun reasoning. The best way adalah dengan menerima dan biarkan dia mengalir tanpak kita terbawa arus. Biarkan anak itu menangis, berisik tanpa kita terbawa didalamnya, tanpa berpikir dan menganalisa.

Sama seperti si 'aku' yang ingin berhenti meditasi, ingin ini, ingin itu. Cukup terima dan biarkan mengalir, jangan terlibat, jangan berpikir. Badai pasti berlalu :)
Keyword: cuek, pasrah, masabodoh.

bicara soal perenungan, kemaren saya merenung banyak tentang "aku" nih...
apa itu aku?
apa itu bukan aku?
apakah mungkin tanpa aku?

jawabannya mungkin memiliki kata2 yg sama dalam Tipitaka, tetapi maknanya yg saya terima sekarang berbeda...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: EVO on 29 May 2008, 10:24:42 AM
jangan di renungi
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: EVO on 29 May 2008, 10:27:23 AM
tidak ada soal , tidak ada pertanyaan , karna tidak ada jawaban
jadi untuk apa membuat soal
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 29 May 2008, 10:53:12 AM
tidak ada soal , tidak ada pertanyaan , karna tidak ada jawaban
jadi untuk apa membuat soal
sebenarnya ada soal ;) tapi tidak ada kepentingan utk menjawab...
entah kenapa kepentingan utk menjawab ini timbul yah? ;)
kenapa kita tidak semudah ini meninggalkan permainan tanya-jawab ini...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: EVO on 29 May 2008, 11:05:34 AM
semoga akhirnya mencapai bahwa jangan membuat soal
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: EVO on 29 May 2008, 11:06:01 AM
biarkan semua apa adanya
ini adalah proses
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Lex Chan on 29 May 2008, 11:20:11 AM
Keyword: cuek, pasrah, masabodoh.

Terinspirasi oleh "permainan kematian yang gila", saya suka dengan keyword mati.. ;D
Karena sudah mati, ya sudah tidak ada lagi yang perlu dilakukan.. tidak perlu lagi melawan..
Ujung2nya sama seperti cuek, pasrah, masa bodoh, ikhlas, pasif, menyerah, mengalah, dst..
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: EVO on 29 May 2008, 11:25:09 AM
setelah permainan andi cahaya
pengalaman batinku
"aku sampai sekarang tak pernah mati"
tapi aku sering mengalamin"kematian"
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 29 May 2008, 11:34:07 AM
Evo ini nyaman-nyaman saja ... meditasinya langsung ... tanpa belajar doktrin/teori/konsep dari Sutta, Abhidhamma & Visuddhimagga lebih dulu. ... :)

Memang betul, Evo, ... buat apa repot-repot belajar Sutta, Abhidhamma & Visuddhimagga, kalau akhirnya harus dibuang lagi sebagai pikiran yang tak berguna ...?

Itulah repotnya menjadi umat pariyatti (belajar) dan sekaligus mau patipatti (praktik) ... bingung ... dipelajari ... dilepas ... dipelajari ... dilepas ... :)

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 29 May 2008, 12:02:21 PM
wah... sebenarnya saya tidak pernah ikut retret resmi pak...

O begitu ... tapi tampaknya apa yang disebut orang Buddhis sebagai "parami" mulai berbuah dalam batin Anda. ... :)
Tapi nggak usahlah kita berteori tentang "parami" segala. ... :)


Quote
Menurut hemat saya, vipassana yang dimaksudkan oleh Sang Buddha ialah yang tercantum dalam Malunkyaputta-sutta & Bahiya-sutta ... MENGAMATI SECARA PASIF nama-rupa ini TANPA BERKONSENTRASI, TANPA BEREAKSI, TANPA PERENUNGAN.
kalimat Anda "tanpa usaha" yg beberapa waktu kita bicarakan, saya baru menangkap maksudnya sekarang...
label "tanpa usaha" memang terlalu sulit dipahami oleh pikiran... ^:)^
pembahasan yg tidak ketemu di waktu lalu, memang berbeda dimensi...

Ya, itulah yang saya sebut 'pencerahan' ... :)

Pencerahan itu bukan saja berubahnya pengertian secara intelektual belaka ... bukan "Wah, Tesla kan cuma berubah konsep ..." ... tapi setiap pencerahan mempunyai dampak yang besar dalam kita memandang hidup & eksistensi ini.

Saya berani mengatakan bahwa mulai sekarang meditasi Anda akan berubah dan lain sekali daripada yang Anda lakukan sebelum bertemu dengan saya. ... Sekalipun Anda tetap membaca kitab suci yang sama, tapi pandangan batin Anda sudah terbalik ... Anda tidak bisa lagi mundur kepada meditasi berdasarkan doktrin/konsep/pikiran, berdasarkan konsentrasi, berdasarkan usaha/viriya, berdasarkan tujuan tertentu (nibbana).

Inilah yang dialami oleh Rekan Sumedho ketika mengikuti retret MMD dulu, bahkan mungkin ketika mendengarkan ceramah saya pada pelatihan Dhamma-duta di Parung sebelumnya, sampai saya ingat Rekan Sumedho pernah berkata kepada saya, "Saya ikut pelatihan Dhamma-dutta, tapi setelah mendengar ceramah Pak Hud, kok rasanya tidak ingin menjadi Dhamma-duta lagi ..."  ;D

Kalau Rekan Evo, sih, sudah dari sononya bisa melihat kehidupan ini secara langsung, jauh sebelum ketemu saya. ... ;D

Itu pula yang dialami oleh beberapa puluh rekan lain di seluruh Indonesia, di antara lebih dari seribu orang yang pernah ikut retret MMD. ... Sedikit memang ... ingatlah kata-kata Sang Buddha, "Dhamma ini sangat dalam dan sukar dipahami oleh orang kebanyakan ... Hanya sedikit orang yang sudah tipis debu yang menutupi matanya akan memahami (menembus) Dhamma." ... Jadi di antara jutaan umat Buddhis, hanya segelintir yang memenuhi kata-kata Sang Buddha itu .. selebihnya sedang bermimpi indah tentang Buddha, Dhamma & Sangha.


Quote
Quote from: hudoyo
Rekan Tesla, tampaknya Anda sudah siap untuk mengikuti retret MMD seminggu penuh di Cipanas, tgl 9 - 17 Agustus 2008,
saat ini saya masih banyak tanggung jawab yg harus ditanggung. terlebih lagi saya bukan tinggal di Jawa...
terima kasih atas tawarannya pak!
saat ini saya bisa meditasi di tempat saya saja. mohon bimbingan jarak jauhnya. ^:)^

Terima kasih!

OK, semoga diskusi-diskusi terbuka di forum ini cukup untuk mendorong Anda tetap sadar setiap saat. ... Kalau memang dirasa perlu, Anda dapat menulis kepada saya melalui Japri ke <hudoyo [at] cbn.net.id> ... Selamat bermeditasi, kapan saja di mana saja.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 29 May 2008, 12:10:56 PM
bicara soal perenungan, kemaren saya merenung banyak tentang "aku" nih...
apa itu aku?
apa itu bukan aku?
apakah mungkin tanpa aku?

jawabannya mungkin memiliki kata2 yg sama dalam Tipitaka, tetapi maknanya yg saya terima sekarang berbeda...

Ya ... penglihatan batin Anda sekarang sudah terbalik ... Inilah PINTU sesungguhnya menuju pemadaman (nibbana) ... bukan apa yang tertulis dalam Tipitaka itu.

Kalau pikiran merenungkan 'si aku' ... yang sebetulnya adalah ciptaan pikiran itu sendiri (lihat Mulapariyaya-sutta, MN 1) ... itu ibarat seekor anak anjing yang berputar-putar mengejar ekornya sendiri ... nggak pernah berhasil ... ;D

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 29 May 2008, 12:15:56 PM
tidak ada soal , tidak ada pertanyaan , karna tidak ada jawaban
jadi untuk apa membuat soal
sebenarnya ada soal ;) tapi tidak ada kepentingan utk menjawab...
entah kenapa kepentingan utk menjawab ini timbul yah? ;)
kenapa kita tidak semudah ini meninggalkan permainan tanya-jawab ini...

Karena di tengah-tengah eksistensi yang bersifat tidak pernah pasti ini, si aku menuntut kepastian ... dia tidak bisa menerima ketidakpastian ... dari situlah munculnya agama-agama ... termasuk agama Buddha ...

Padahal Sang Buddha tidak mengajarkan suatu agama ... tidak mengajarkan kepastian ... melainkan mengajarkan kepadaman ...

Tetapi para bhikkhu dan umat Buddhis-lah yang belakangan menciptakan "agama" Buddha ... dengan segala ritualnya (silabbata-paramasa) ... memberikan kepastian ... sehingga banyak umat melupakan ajaran asli yang mengajarkan kepadaman. ... :)

Salam,
hudoyo
Title: Si Aku yang sangat licin ...
Post by: hudoyo on 29 May 2008, 02:16:16 PM
Dari:  > Forum: Supranatural > Subforum: Spiritual > Thread: MMD-2

Quote from: gendhisjawi;33271661
Salam Pak Semar…jumpa lagi dalam halaman baru thread MMD.

Mohon izin, kembali saya ingin berbagi wawasan. Saya sangat terkesan pada wejangan-wejangan Ki Ageng Suryomentaram. Karena itu, berbekal metode Ki Ageng, saya bereksperimen dengan menyelidiki kembali motivasi-motivasi atas sikap, nilai, dan perilaku saya selama ini. Ternyata memang benar, bahwa kalau saya jujur menjawabnya, seluruhnya bertujuan untuk memuaskan ego.

Saya juga mencoba bereksperimen pada teman-teman dengan mewawancarai mereka secara mendalam (sampai harus adu mulut segala). Ujung-ujungnya, saya kembali menemukan bahwa pemuasan ego menjadi motivasi utama. Bahkan sikap, nilai, maupun perilaku mulia seperti “cinta pada anak”, “berbakti pada orang tua”, dan “beriman pada tuhan” pun dilandasi motivasi untuk memuaskan ego.

Tentu saja , itu juga terjadi ketika saya menguji motivasi saya untuk ber-MMD. Ketahuan bahwa ego saya pula yang ingin hening, ingin bebas, ingin tercerahkan, dst. Bahkan ketika dalam posting terdahulu Pak Semar berujar bahwa kuncinya adalah pasrah, ego saya segera punya agenda baru yang bertahan sampai sekarang: ingin pasrah he, he, he. Ketika melalui posting-posting yang lain muncul nasehat agar kita tetap “pasif”, segera ego saya menetapkan tujuan baru: ingin pasif ha, ha, ha, ha.

Makanya, seringkali saya malu sendiri ketika menguji motivasi-motivasi dalam diri ini. Benar-benar tak lebih dari pemuasan ego. Kini saya hanya bisa berharap (ini juga ego) sesekali ego saya tertidur, walau cuma sedetik dua detik.

Salam
gj

Salam jumpa kembali, Mas Gendhisjawi. ... :)  Tulisan-tulisan Ki Ageng Suryomentaram akan saya lanjutkan setelah seluruh posting yang penting dari thread lama saya pindahkan ke thread baru.

Memang betul, Mas Gendhisjawi, si aku ini licin bagai belut. ... Mula-mula dia menyenangi hal-hal duniawi: harta, derajat, kekuasaan, wanita (atau pria :) ), ilmu pengetahuan ...

Setelah itu disadari, orang mulai mencari hal-hal rohaniah ... tapi si aku ini mrucut (terlepas dari pegangan) ... dan masuk lagi melalui pintu belakang ... dan bersemayam lagi ... kini menjadi aku yang ingin ketemu Tuhan, dengan jalan beramal soleh, beribadah ... dsb ...

Setelah orang sadar bahwa ini adalah dualitas yang tak pernah berakhir, maka orang mulai berpaling mengamati batinnya sendiri ... si aku pun mrucut lagi ... menyelinap lagi ... dan bersemayam lagi menjadi subyek yang merasa bermeditasi ... dengan segala tujuannya dan metodenya: berkonsentrasi, melatih diri memperhatikan napas ... dsb ...

Setelah orang sadar bahwa praktik meditasi dan tujuan meditasi itu adalah rekayasa si aku yang halus, maka orang mulai berpikir, bagaimana kalau diam, mengamati apa yang ada sekarang ... dan si aku pun mrucut lagi ... dan menyelinap kembali menjadi pusat yang ingin diam ... dsb ...

Begitulah terus-menerus ... selalu ada si pusat, subyek yang merasa berada di pusat eksistensinya ... yang makin lama makin halus keinginannya ...

MUNGKIN kalau ini disadari ... si aku ini bisa benar-benar diam ... Tapi hati-hati, si aku ini lebih cepat daripada pikiran lho ... KEMUNGKINAN ini akan dipegangnya lagi menjadi semboyan baru ... :)

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 29 May 2008, 02:37:37 PM
Pa, gak tertarik untuk buat buku tentang MMD / sudah buat?

lumayan pak untuk mencerahkan yang membaca tulisan bapak. :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 29 May 2008, 07:44:42 PM
Saya teringat ada buku kecil panduan meditasi vipassana versi Mahasi Sayadaw.

Memang ada rencana membuat buku kecil panduan MMD. Malah dikandung rencana untuk minta kata pengantar dari seorang Bhante senior.

Tapi saya sekarang sangat sibuk di kantor, pekerjaan menumpuk hampir seleher. Mudah-mudahan pada bulan Juli penulisan buku itu dapat dimulai.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 29 May 2008, 07:47:31 PM
Saya teringat ada buku kecil panduan meditasi vipassana versi Mahasi Sayadaw.

Memang ada rencana membuat buku kecil panduan MMD. Malah dikandung rencana untuk minta kata pengantar dari seorang Bhante senior.

Tapi saya sekarang sangat sibuk di kantor, pekerjaan menumpuk hampir seleher. Mudah-mudahan pada bulan Juli penulisan buku itu dapat dimulai.

Salam,
hudoyo

ayokkk!!! :jempol:
Title: Paticca-samuppada, Mulapariyaya-sutta, Bahiya-sutta, Malunkyaputta-sutta
Post by: hudoyo on 01 June 2008, 03:33:13 AM
At: atas ^^
Thanks ma infonya...
At : hudoyo
Dimana ya?
_/\_

Saya coba jelaskan secara sederhana ... mudah-mudahan Rekan Riky bisa memahami ... :)

'Pikiran' itu terjadi sesudah 'phassa' = kontak, persepsi. ... bersama 'pikiran' ada 'vedana' = perasaan (senang, tidak menyenangkan, netral) ... lalu dari situ timbul 'cetana' = kehendak. ... 'cetana' itu sendiri tidak terlepas dari 'tanha' = kehausan, 'upadana' = kelekatan dan 'bhava' (proses menjadi).

Jadi, dari paticca-samuppada: ... vinnana > nama-rupa > salayatana > phassa > vedana > tanha > upadana > bhava ...
kuncinya adalah phassa = kontak, persepsi. ...

Apakah 'persepsi'? ... 'Persepsi' adalah pertemuan tiga unsur: (1) indra, (2) obyek indra, dan (3) kesadaran-indra -> persepsi (phassa).

Contoh: indra 'mata': pertemuan antara (1) mata, (2) wujud, (3) kesadaran-mata -> phassa = persepsi tentang wujud itu.

Kalau cuma (1) + (2) tanpa (3), tidak terjadi persepsi tentang wujud. Misalnya, kalau kita asyik mendengarkan Walkman (kesadaran-telinga bekerja), maka apa pun yang ada di depan mata tidak kita sadari, tidak kita perhatikan, karena tidak ada kesadaran-mata. ...

Nah, 'phassa' (persepsi) ini, sebelum dicemari 'pikiran', masih bersifat murni (pure perception). ... Maksudnya "murni", belum ada label, belum dikenali, belum dipengaruhi ingatan, belum dipengaruhi keinginan/kebencian dsb ... singkatnya belum dipengaruhi 'pikiran'.

Apa yang terjadi sesudah 'phassa' (persepsi murni)? ... Mari kita membuka Mulapariyaya-sutta (MN 1). ... Di situ Sang Buddha menjelaskan proses pikiran seorang puthujjana, seorang sekha (ariya non-arahat), dan seorang arahat/Buddha.

Proses pikiran yang dijelaskan Sang Buddha 2500 tahun lalu itu ternyata persis sama dengan definisi 'pikiran' (thought) dari disiplin psikologi pada zaman kita sekarang. ...

Apakah definisi 'pikiran' (thought, thinking)? ... " 'Pikiran' adalah TANGGAPAN (response) terhadap RANGSANGAN (stimuli) yang masuk dari luar lewat pancaindra atau muncul dari dalam sebagai ingatan." ("Thought is a covert, symbolic response to external and internal stimuli" - Encyclopaedia Britannica)

Jadi harus ada 'rangsangan' (phassa, persepsi) lebih dulu ... baru diikuti munculnya 'tanggapan' sebagai 'pikiran'. ...

Menurut Sang Buddha di dalam Mulapariyaya-sutta itu, proses terjadinya 'pikiran' itu sekaligus menciptakan si aku/ego (atta) ... dan perasaan (vedana) ...

Menurut Sang Buddha peristiwa itu terjadi melalui 6 langkah secepat kilat, misalnya:

(1) pa.thavi.m pa.thavito sa~njaanaati = "melihat (mempersepsikan) tanah sebagai tanah"

(2) pa.thavi.m pa.thavito sa~n~natvaa, pa.thavi.m ma~n~nati = "setelah mempersepsikan tanah sebagai tanah, membayangkan (mengkonsepsikan) tanah"

(3) pa.thaviya ma~n~nati = "mengkonsepsikan [aku] di dalam tanah"

(4) pa.thavito ma~n~nati = "mengkonsepsikan [aku] [berbeda] dari tanah"

(5) pa.thavi.m meti ma~n~nati = "mengkonsepsikan 'tanah untukku' "

(6) pa.thavi.m abhinandati = "bersenang hati dengan tanah".

(bold hijau = persepsi murni; bold merah = pikiran, sekaligus menciptakan aku/ego (atta); bold biru = perasaan, vedana)

(Dalam Mulapariyaya-suta, 'tanah' lalu diganti dengan air, api, udara, para dewa, konsep-konsep abstrak seperti 'keesaan', 'keanekaragaman', dan akhirnya ... konsep 'nibbana' ... maksudnya, segala sesuatu --konkrit maupun abstrak-- yang bisa dipersepsikan dan dikonsepsikan oleh batin manusia.)

Perhatikan bahwa langkah #1 kata kerjanya 'sa~njaanaati' (mempersepsikan),
sedangkan langkah #2 - 5 kata kerjanya 'ma~n~nati' (mengkonsepsikan),
sedangkan langkah #6 kata kerjanya 'abhinandati' (bersenang hati = vedana).

Nah, langkah #1 itu adalah 'phassa' (persepsi murni);
langkah #2 - 5 itu 'pikiran' (mengkonsepsikan);
langkah #6 itu 'vedana' (perasaan).

Sebagai latihan, mari kita ulangi kembali proses terjadinya pikiran itu dengan bahasa psikologi modern, dengan contoh "mata melihat bunga":

(1) "mata melihat wujud" - persepsi murni, belum ada nama/label, belum dikenali benda apa itu.

(2) "pikiran mengkonsepsikan 'bunga' " - pikiran mulai bergerak, dari database-nya (ingatan) memberi nama/label, mengenali, memilah-milah.

(3) "pikiran mengkonsepsikan [aku] di dalam bunga" - pikiran menciptakan aku/ego (atta), tapi atta itu masih belum terpisah dari 'bunga'.

(4) "pikiran mengkonsepsikan [aku] [berbeda] dari bunga" - pikiran mulai memisahkan aku dari bunga, di sini untuk pertama kali muncul DUALITAS antara SUBYEK (aku) dan OBYEK (bunga).

(5) "pikiran mengkonsepsikan 'bunga untukku' " - si aku/ego (atta) membentuk hubungan (ber-relasi) dengan bunga: ingin memetik ... 

(6) "batin bersenang hati dengan 'bunga' " - muncul 'vedana' (perasaan, emosi).

Demikianlah terlihat bahwa 'emosi' selalu muncul bersamaan dengan 'pikiran'.

(Nah, sebagai latihan, cobalah runut kembali proses berpikir itu dengan menggantikan 'bunga' dengan 'ular'.)

Ini terjadi setiap kali kita 'berpikir', artinya setiap kali kita menanggapi rangsangan apa pun yang masuk dari luar melalui pancaindra, atau muncul di dalam batin sebagai ingatan. ... Setiap kali kita 'mencerap' (mempersepsikan) rangsangan yang kita terima ... kita mengkonsepsikan apa yang kita cerap ... sekaligus menciptakan atta ... yang kemudian memisahkan diri dari obyek, menciptakan untuk pertama kali dualitas antara subyek & obyek ... lalu subyek membentuk hubungan dengan obyek ... dan terakhir muncullah emosi menyertai pikiran itu.

Ini dialami oleh setiap puthujjana.

Nah, bagaimanakah kata Sang Buddha tentang seorang 'sekha' (orang yang berlatih untuk mencapai nibbana)?

Seorang 'sekha' berlatih agar langkah #2 - 6 tidak muncul. ... Jadi ia berlatih, setiap kali mempersepsikan sesuatu--konkrit maupun abstrak--hanya berhenti pada persepsi murni (langkah #1) ... dan tidak diikuti oleh 'pikiran & emosi' (langkah #2 - 6).

Bagaimana pula keadaan batin seorang arahat/Buddha?

Dalam batin seorang arahat/Buddha, hanya ada persepsi murni (langkah #1) ... Tidak ada lagi 'pikiran', 'si aku/atta', dan 'emosi' (langkah #2 - 6) untuk selamanya.

Demikianlah secara lengkap isi Mulapariyaya-sutta (MN 1).

Apakah ini cuma sekadar teori yang bagus, yang tidak perlu diingat-ingat?

TIDAK. ... Justru inilah kunci latihan vipassana yang SESUNGGUHNYA ... inilah kunci pembebasan (nibbana) ...

Di dalam MMD (entah di dalam vipassana versi lain), pemeditasi mengamati batinnya pada saat terjadinya kontak (phassa, persepsi) dengan apa pun ... pada mulanya, mau tidak mau akan muncul pikiran, si aku, emosi yang menyertai persepsi itu ... tetapi lama-kelamaan, ia akan mengalami bahwa proses batin itu berhenti pada phassa (persepsi) ... tidak diikuti lagi oleh pikiran ... dengan kata lain, pikiran berhenti ... ia melihat gap di antara dua pikiran. ... Kalau ia bisa terus-menerus berada dalam keadaan itu (hanya ada persepsi, tapi tidak ada pikiran, atta & emosi muncul) untuk beberapa lama ... itu disebut khanika-samadhi ... pintu menuju nibbana.

Phassa (kontak, persepsi) sebagai KUNCI vipassana yang sesungguhnya ini tercantum pula dalam Bahiya-sutta dan Malunkyaputta-sutta, ketika Sang Buddha berkata:

"Di.t.the di.t.thamatta.m bhavissati," - "Di dalam yang terlihat hanya ada yang terlihat" - maksudnya tidak dicemari oleh pikiran, si aku & emosi;
 
"Sute sutamatta.m bhavissati," - "Di dalam yang terdengar, hanya ada yang terdengar";
 
"Mute mutamatta.m bhavissati," - "Di dalam yang tercerap [oleh ketiga indra yang lain], hanya ada yang tercerap";

"Vi~n~naate vi~n~ naatamatta.m bhavissatii" - "Di dalam yang teringat, hanya ada yang teringat."

(Menurut Kamus Pali (Buddhadata): "muta" = sense perceptions through nose, tongue and touch;
'vi~n~naata' (dari 'vijaanaati') = perceived (tercerap); karena di atasnya sudah disebut 'terlihat', 'terdengar', dan 'tercerap oleh ketiga indra yang lain', maka di sini tinggal 'ingatan' yang muncul pada indra keenam, yaitu batin.)

Inilah yang oleh Sang Buddha disebut "melihat apa adanya" ("yatha-bhutam nyana-dassanam"). ... artinya melihat segala sesuatu berhenti pada persepsi murni, tanpa dicemari oleh pikiran, emosi, keinginan, ketidaksenangan dsb ...

Kesadaran MMD ini dapat dan harus dibawa ke dalam kesadaran sehari-hari ... memang dalam kesadaran sehari-hari persepsi mau tidak mau selalu diikuti pikiran, si aku & emosi ... ini karena sati belum kuat ... Tapi bila kita cukup terlatih ... pikiran, si aku & emosi yang mengikuti persepsi itu hanya berlangsung sesaat ... karena sati bisa menghentikan pikiran, si aku & emosi yang sudah keburu muncul itu agar tidak merajalela. ...

Tapi ini harus terjadi DENGAN SENDIRINYA, tidak bisa disengaja. ... Orang tidak bisa bilang, "Saya mau sadar." ... Kalau disengaja, itu berarti batin terlibat lagi dalam konsep-konsep ... kali ini konsep-konsep Mulapariyaya-sutta yang halus ... dan dengan demikian ia tidak bisa masuk ke dalam samadhi yang sesungguhnya ... di mana tidak ada lagi pikiran, si aku & emosi.

Semoga Rekan Riky bisa memahami ini. :)

Salam,
Hudoyo
Title: Untuk Riky ...
Post by: hudoyo on 03 June 2008, 04:24:40 AM
Pak hudoyo jika begitu konsep teorinya brati secara mutlak pada saat meditasi kita "sadar" atau "mengamati" objek pernafasan kita??Hanya terfokus pada hal tersebut saja??Tanpa berusaha memikirkan apa2,ketika pikiran yg laen muncul fokus pada pernafasan jgn berpikir gitu ya pak??(wah jika begitu konsepnya sungguh luar binasa para arahat...)
Thanks atas bimbingannya...
_/\_

Bukan! ... Yang kamu katakan itu adalah meditasi pernapasan (anapana-sati) ... hasilnya cuma ketenangan ... bukan pencerahan dan nibbana.

Dalam vipassana, yang disadari --bukan diperhatikan-- adalah seluruh fenomena badan & batin (nama-rupa) ini ...

"Badan" ... apakah "badan" itu? ... Semua yang terjadi pada badan kita: napas (antara lain) ... rasa gatal ... rasa pegal ... nyeri ... kesemutan ... dingin ... panas ... suara yang masuk ke telinga ... bau yang tercium ... citarasa (manis, pahit, pedas, asin dsb) yang kita kecap ... pokoknya semua yang terjadi pada tubuh kita & kita cerap melalui pancaindra ... Jadi, berpindah-pindah dari satu obyek ke obyek lain ... Vipassana bukan BERKONSENTRASI pada satu obyek (misalnya: napas) saja ...

"Batin" ... apakah "batin" itu? ... "Batin" itu banyak komponennya ... semua itu harus disadari ketika muncul dalam kesadaran ... Yang paling sering muncul dalam meditasi adalah: ingatan (memori) ... lalu diikuti pikiran (menanggapi memori atau menanggapi rangsangan dari pancaindra) ... lalu emosi/perasaan: nyaman, tidak nyaman, senang, tidak senang, susah, jengkel, frustrasi, dsb ... lalu keinginan, harapan, keputusasaan ... dsb ... Cobalah sadari kalau itu muncul ... Mungkin tidak bisa disadari semuanya ... tidak apa-apa ... sadari saja apa yang mampu disadari ... Untuk mengetahui apakah Anda menyadari itu, cobalah jawab pertanyaan ini: Apakah yang terjadi kalau suatu fenomena batin itu disadari? ... Nah, cobalah bermeditasi ...


Quote
Kemudian 1 hal lagi brati anicca sangat jelas?Tanpa aku/diri yg kekal...
Disini "aku" brati ketika kita berhenti berpikir maka "aku" akan lenyap bukan bersamaan lenyapnya pikiran??(brati intinya org yg sudah mencapai tingkat kearahatan sudah berhenti "berpikir" dan melihat segala sesuatu dengan persepsi murni.that's amazing.How can do it?Sedangkan pikiran ini setiap detiknya sungguh "liar")Persepsi murni sendiri diats dr pikiran ^^ wah2,gw pikir pikiran yg teratas dr segalanya ^^(rupanya salah ya?)
Sekali lagi Thanks atas bimbingannya...
_/\_

Betul ... pikiran ini sungguh liar ... Oleh karena itu jangan berharap akan bisa menghentikannya secara instan ... Mulailah dengan menyadari apa yang terjadi pada saat kini ... di dalam meditasi, jangan mengharap apa-apa ... jangan punya cita-cita apa-apa ... semua itu cuma pikiran ...

Pikiran bukan yang tertinggi ... banyak orang salah mengira ... makin banyak gelar yang diperoleh makin hebat ... tapi ternyata ia tidak mampu menyadari pikirannya sendiri ... Jadi yang lebih tinggi daripada pikiran adalah berhentinya pikiran ... Itulah yang dilatih dalam vipassana.

Selanjutnya, untuk Riky akan saya tayangkan diskusi saya dengan Madman (Andi Cahya) di Bandung ... Madman, 26 tahun, seorang Muslim keturunan Cina-Sunda ... sekarang tengah menyelesaikan S2 Hukum, sambil bekerja di sebuah kantor pengacara ... kenal dengan saya melalui internet pada bulan Februari 2008 ... Sebelumnya tidak tahu apa-apa tentang meditasi ... lalu berdiskusi dengan saya melalui internet ... sambil latihan MMD sendiri di rumah ... pada bulan April 2008 ikut retret MMD 3 hari di Cipanas ... sekarang ia berhasil mengembangkan kesadaran vipassana yang sangat kuat. ... Sangat luar biasa perkembangan anak semuda itu!

Saya akan tayangkan diskusi saya dengan Madman sejak awal sekali ... mudah-mudahan Riky bisa menarik manfaat dari diskusi itu ... dan berlatih meditasi sendiri di rumah ... Semoga Riky mampu mengikuti jejak Madman ... :)

Salam,
hudoyo
Title: Untuk RIKY: Diskusi Madman & Hudoyo (01)
Post by: hudoyo on 03 June 2008, 04:31:51 AM
(Dari:  > Forum Supranatural > Subforum Spiritual > Thread MMD-2 > msg#28)

Om semar!! saya hadir!! hehehe..
mau curhat seputar meditasi!

ginih om semar, saya orangnya males bgt! dari dulu, yang namanya pikiran tidak bisa diam.. sepertinya berfikir itu udah jadi HOBY!! belajar spiritual pun senengnya bagian filsafatnya.. berfikirnya.. hehehe..
dulu-dulu, saya berfikir.. orang meditasi itu ga ada kerjaan.. masa cuma diem, kok bisa jadi bijaksana.. hehehe..
hmm.. mungkin karena pikiran punya batas.. suatu hari.. pikiran saya kaya yang nge-hang kek komputer.. selama beberapa hari ga bisa mikir.. otak seperti menolak berfikir.. males bgt.. hanya ingin diam.. bahkan ngobrol sama orang pun harus konsentrasi... semuanya ya seperti datang dan berlalu.. males banget nangkep sesuatu itu..
-nah pengalaman itu om, yang mengenalkan saya sama yang namanya keheningan.. ternyata, segala sesuatu itu hening.. yang rame itu cuma pikiran..
-dari situ saya belajar, diam itu bukan hening.. diri ini bukan pikiran.. dan kebijaksanaan itu bukan berasal dari pikiran..
-tubuh bernafas sendiri.. mo ke wc ya bergerak sendiri.. mo makan ya makan sendiri.. saya cuma mengamati.. sepertinya saya itu cuma jadi "gerakan".. kalau tubuh ini berlari, saya seperti menjadi gerakan lari itu.. aneh pokonya!
-waktu itu, ga ada rasa takut.. rasa senang.. ya cuma hening.. malah pikiran sibuk mengajukan "keberatan" seperti ntar disangka gila.. gimana kalo ga balik lagih.. kedepannya kalo tambah parah gmn.. tapi saya seperti terpisah dari pikiran.. tetep santai, cuek, dan seluruh tubuh rileks bgt! dan pikiran pun jadi lebih "menerima" keadaan saya..
hehehe... setelah mengalami "gila" dan menjadi madman.. saya jadi tertarik bgt belajar meditasi dari dasar! soalna kalo mengandalkan pikiran.. takutnya jadi kaya nietze yang berakhir di RSJ heuehuehuehu soalna beberapa hari itu sempet ketawa sendiri tanpa sebab.. nangis sendiri tanpa sebab.. histeris sendiri.. badan kejang-kejang sendiri (kaya kerasukan)
-beberapa hari itu sebenernya apa yang terjadi pada saya om?
--------------------------------------------------
skarang.. saya belajar meditasi, masih bergulat sama posisi tubuh.. ga tau gmn, tapi dalam meditasi, saya jadi tau ini tubuh GA BERES!! banyak yang ga bener.. mohon penjelasannya om semar: apakah tubuh dengan meditasi bisa ngeberesin masalah FISIK tubuh? (tubuh memperbaiki dirinya sendiri)

mendiamkan pikiran udah relatif lebih gampang.. cuma masih terbatas bgt.. lama-lama pikiran jadi kemana mana.. ga isa di kontrol lagih.. seperti perang yang tidak berkesudahan... bikin frustasi.. heuehuehu...

terus.. bila kalo meditasi dalam posisi terlentang, saat pikiran sudah tidak bisa di kontrol lagih, biasanya suara musik (kl meditasi saya suka pake musik) jadi ga kedengeran lagi sama sekali.. begitu ngeh, kok sepi? baru terdengar lagi suara musik nya -> nah om, kalo mengalami itu bagusnya ngapain?

sekarang saya meditasi biasanya duduk dulu mpe sekuatnya.. terus meditasi lagih dalam keadaan terlentang.. baru setelah itu tidur.

makin meditasi kok perasaan makin banyak yang ga beres ya sama diri ini.. suka berkecil hati saat melihat keadaan diri ini..

duh sebelumya terimakasih bgt om semar!

madman.
       
Title: Untuk RIKY: Diskusi Madman & Hudoyo (02)
Post by: hudoyo on 03 June 2008, 04:35:00 AM
(Dari:  > Forum Supranatural > Subforum Spiritual > Thread MMD-2 > msg#31)

Mas Madman,

Pengalaman Anda sangat menarik. Di bawah ini saya komentari sepenggal-sepenggal. Semoga bermanfaat.


Quote
Originally Posted by andicahya 
Om semar!! saya hadir!! hehehe..
mau curhat seputar meditasi!

ginih om semar, saya orangnya males bgt! dari dulu, yang namanya pikiran tidak bisa diam.. sepertinya berfikir itu udah jadi HOBY!! belajar spiritual pun senengnya bagian filsafatnya.. berfikirnya.. hehehe..


hehe ...  Yah, itu memang taraf kesadaran kebanyakan orang; termasuk banyak orang di forum ini.


Quote
dulu-dulu, saya berfikir.. orang meditasi itu ga ada kerjaan.. masa cuma diem, kok bisa jadi bijaksana.. hehehe..


Betul, itulah sebabnya banyak orang menolak kalau diajak bermeditasi.


Quote
hmm.. mungkin karena pikiran punya batas.. suatu hari.. pikiran saya kaya yang nge-hang kek komputer.. selama beberapa hari ga bisa mikir.. otak seperti menolak berfikir.. males bgt.. hanya ingin diam.. bahkan ngobrol sama orang pun harus konsentrasi... semuanya ya seperti datang dan berlalu.. males banget nangkep sesuatu itu..
 

Nah lho, tampaknya Anda mengalami suatu peristiwa yang terjadi secara mendadak. ... Pikiran Anda seolah-olah mentok ... lalu berhenti, atau cenderung berhenti ... Anda cenderung untuk diam, cenderung menolak interaksi dengan orang lain ... untuk melakukan kegiatan yang remeh sehari-hari, yang biasanya dilakukan dengan 'spontan', sekarang membutuhkan konsentrasi ... Anda melihat semuanya mengalir, semuanya fana; bagi Anda, ini bukan cuma teori konseptual yang biasanya diajarkan oleh agama, melainkan fakta aktual yang Anda alami secara nyata: semuanya timbul & lenyap, mengalir, fana ... oleh karena itu, Anda cenderung melepaskan diri dari segala sesuatu yang bersifat duniawi (yang tidak kekal) ini ...


Quote
-nah pengalaman itu om, yang mengenalkan saya sama yang namanya keheningan.. ternyata, segala sesuatu itu hening.. yang rame itu cuma pikiran..
-dari situ saya belajar, diam itu bukan hening.. diri ini bukan pikiran.. dan kebijaksanaan itu bukan berasal dari pikiran..
 

Anda bukan belajar secara teoretis, secara intelektual--sebagaimana orang belajar agama--melainkan Anda "belajar" dengan mengalami sendiri - bahwa 'pada hakikat yang terdalam segala sesuatu itu hening'. Anda juga "belajar" bahwa semua masalah, semua konflik itu berada atau bersumber pada pikiran (si aku), dan Anda belajar pula bahwa - berbeda dengan "kebijaksanaan" yang dipahami oleh kebanyakan orang sebagai hasil dari penalaran/pemikiran (intellection) - ada kearifan/kebijaksaan lain yang bukan berasal dari pikiran, melainkan yang justru hadir ketika pikiran & si aku berhenti.


Quote
-tubuh bernafas sendiri.. mo ke wc ya bergerak sendiri.. mo makan ya makan sendiri.. saya cuma mengamati.. sepertinya saya itu cuma jadi "gerakan".. kalau tubuh ini berlari, saya seperti menjadi gerakan lari itu.. aneh pokonya!
-waktu itu, ga ada rasa takut.. rasa senang.. ya cuma hening..
 

Nah, Anda menyadari bahwa jasmani ini mempunyai kearifannya sendiri (yang sering kali kalah/tertutupi oleh pikiran & keinginan kita sendiri). Tubuh Anda tahu berapa banyak ia harus makan, berapa banyak ia harus tidur, tidak berlebihan dan tidak kekurangan. Anda mengalami bahwa ada Sesuatu Yang Lain yang menggerakkan tubuh Anda ketika Anda & pikiran ini diam; seolah-olah tubuh Anda ini sekadar wayang kulit yang digerakkan oleh "dalang" yang bukan Anda (Sesuatu Yang Lain itu). Sementara itu batin Anda dalam keadaan kosong, hening, tidak ada pikiran, tidak ada emosi (tidak ada senang atau susah, tidak ada sakit atau nikmat, tidak ada bahagia atau menderita).


Quote
malah pikiran sibuk mengajukan "keberatan" seperti ntar disangka gila.. gimana kalo ga balik lagih.. kedepannya kalo tambah parah gmn.. tapi saya seperti terpisah dari pikiran.. tetep santai, cuek, dan seluruh tubuh rileks bgt! dan pikiran pun jadi lebih "menerima" keadaan saya..


Yang masih muncul itu adalah sisa-sisa pikiran dan si aku yang masih belum berhenti dengan tuntas. PIkiran itu mencemaskan akan terjadinya sesuatu yang tidak pernah dialaminya sebelum ini; dan yang terutama pikiran itu mengkhawatirkan lenyapnya dirinya - yang adalah si aku ini. Pikiran sangat takut akan kehilangan sesuatu yang sangat dikenalnya dalam kesadaran sehari-hari--yang sesungguhnya adalah ciptaannya sendiri--yakni akunya/dirinya sendiri. Di lain pihak, batin Anda yang terdalam sudah melepaskan pengidentifikasian dengan pikiran Anda, dan berada dalam keadaan diam, hening, tenang, menerima, dan ikhlas.


Quote
hehehe... setelah mengalami "gila" dan menjadi madman.. saya jadi tertarik bgt belajar meditasi dari dasar! soalna kalo mengandalkan pikiran.. takutnya jadi kaya nietze yang berakhir di RSJ heuehuehuehu soalna beberapa hari itu sempet ketawa sendiri tanpa sebab.. nangis sendiri tanpa sebab.. histeris sendiri.. badan kejang-kejang sendiri (kaya kerasukan)
-beberapa hari itu sebenernya apa yang terjadi pada saya om?
--------------------------------------------------
 

Ternyata pengalaman batiniah itu telah menyadarkan Anda, dan Anda mulai berlatih meditasi. Anda sadar bahwa tingkat kesadaran yang baru Anda alami itu--di mana pikiran dan si aku berhenti--lebih tinggi atau lebih dalam tatarannya daripada tingkat kesadaran sehari-hari yang dikuasai oleh pikiran.

Memang betul, Nietzsche menjadi gila karena pemikirannya (inteleknya) melambung tinggi tetapi ia tidak bisa lepas dari tataran intelek. Sebaliknya, di dunia Timur, para orang arif biasanya mengembangkan pemahaman mereka berdasarkan pengalaman dalam meditasi, ketika pikiran & si aku ini berhenti. -- Anda sebetulnya tidak perlu takut menjadi gila, selama Anda tetap sadar bahwa pikiran ini terbatas, terkondisi, sehingga tidak bisa digunakan untuk memahami kebenaran yang terdalam, malah harus diam agar kebenaran itu bisa muncul.

Apakah yang terjadi dalam batin Anda selama beberapa hari itu? ... Anda mengalami sesuatu yang terjadi dengan mendadak, yang bukan buah atau hasil dari suatu upaya atau latihan Anda sendiri, yang tidak Anda undang, tetapi sesuatu itu belakangan ternyata telah mengubah seluruh kerangka berpikir (paradigma), penyikapan dan perilaku Anda ke arah yang lebih tinggi, lebih dalam, dan lebih benar. Singkatnya, Anda telah mengalami apa yang disebut RAHMAT. Janganlah dipikir-pikir dari mana datangnya Rahmat itu, karena kalau demikian Anda akan terperosok kembali ke dalam otak-atik pikiran yang spekulatif.


Quote
skarang.. saya belajar meditasi, masih bergulat sama posisi tubuh.. ga tau gmn, tapi dalam meditasi, saya jadi tau ini tubuh GA BERES!! banyak yang ga bener.. mohon penjelasannya om semar: apakah tubuh dengan meditasi bisa ngeberesin masalah FISIK tubuh? (tubuh memperbaiki dirinya sendiri)
 

Yah, jangan 'bergulat' dengan posisi tubuh. Maksudnya 'bergulat' tentu bergerak mencari posisi tubuh yang nyaman untuk duduk dalam waktu lama, bukan? ... Pahamilah bahwa tubuh makhluk hidup ini adalah tempat dari segala rasa tidak enak! (Semakin tua semakin banyak rasa tidak enak ini muncul, tidak pernah hilang, sampai akhirnya tubuh ini rusak; pahamilah itu.) Manusia berupaya menghilangkan rasa tidak enak itu dengan selalu bergerak -- bahkan dalam tidur pun ia selalu bergerak. ... Nah, dalam meditasi duduk, bila Anda diam seperti patung batu, dalam waktu singkat muncullah berbagai rasa tidak enak, mulai dari rasa gatal, pegal, kesemutan, nyeri, linu, mati rasa (baal) dsb. (Tidakkah menarik, bahwa justru dalam keadaan diam, muncul segala rasa tidak enak? Itu disebabkan karena Anda mulai melihat kenyataan yang sesungguhnya dari jasmani ini, tanpa ditutupi oleh gerak tubuh.) Kalau Anda terus berkutat mencoba mencari posisi yang nyaman dan menghilangkan rasa tidak enak, maka meditasi Anda tidak akan pernah "maju", dan Anda akan terus terlibat atau terbelenggu dengan tubuh Anda; Anda tidak pernah bebas dari rongrongan tubuh Anda. Tidak ada yang bisa Anda lakukan kecuali menerima, tabah dan tetap diam seperti patung batu menghadapi semua rasa tidak enak itu. Memang, pada awal orang belajar duduk diam, ibaratnya orang harus masuk ke dalam neraka lebih dulu, yaitu nerakanya jasmani, dengan munculnya segala rasa tidak enak. Maka tergantung pada kadar keikhlasan kita, cepat atau lambat semua rasa sakit itu akan lenyap, dan kita bisa duduk 2 - 3 jam atau lebih. Tetapi, mau tidak mau neraka itu harus dilewati, tidak bisa dipintasi! (Bersamaan dengan itu, ada pula neraka batin yang harus dilewati, yakni munculnya segala keadaan batin yang tidak enak, seperti bosan, kesal, jenuh, frustrasi, menolak, melawan, ingin berhenti, dsb. Neraka batin ini pun harus diterima dan dilewati dengan ikhlas dan sabar, dan tidak ditolak atau dilawan. Kalau orang berontak dan melawannya, ia akan terjerat dalam berbagai emosi tidak enak itu terus-menerus. Sebaliknya, bila ia bisa ikhlas dan menerima, maka dalam waktu tidak terlalu lama segala emosi yang tidak enak ini akan lenyap, dan ia bisa duduk lama.

Tentang pertanyaan Anda, semua perubahan dan perkembangan dalam meditasi harus terjadi secara alamiah, tanpa campur tangan si aku. Tubuh ini akan mengatur dirinya secara memadai apabila tidak dicampuri oleh pikiran dan si aku. Kalau batin relatif bebas dari konflik dan stres, maka tubuh ini pun akan relatif bebas dari ketegangan dan penyakit. Oleh karena itu, orang yang terbiasa bermeditasi pada umumnya tubuhnya sehat, segar, daya tahannya (imunitas) meningkat, sehingga jarang sakit atau kalau pun sakit tidak selama orang yang tidak terbiasa bermeditasi. Batinnya jernih, terang dan tenang, dan ia tidak akan pikun pada hari tuanya. Semua itu terjadi secara alamiah, tanpa perlu dicampuri dan direkayasa oleh pikiran & si aku.


Quote
mendiamkan pikiran udah relatif lebih gampang.. cuma masih terbatas bgt.. lama-lama pikiran jadi kemana mana.. ga isa di kontrol lagih.. seperti perang yang tidak berkesudahan... bikin frustasi.. heuehuehu...
 

Memang, pikiran ini seperti monyet atau kuda liar yang tidak bisa diam, melompat-lompat ke sana kemari. Keadaan yang alamiah ini menjadi lebih parah lagi dengan adanya si aku (pikiran lagi) yang ingin mengontrol, ingin mengendalikan, karena diajarkan begitu oleh agama atau oleh guru meditasi; jadilah batin ini suatu medan pertempuran yang tidak berkesudahan seperti kata Anda. Maka saran saya: sadarilah pikiran/si aku yang ingin mengontrol/mengendalikan ini; maka keinginan mengontrol itu pun berhenti ... sekalipun pikiran masih tetap berseliweran, tetapi batin tidak lagi mencampuri dan hanya sekadar menyaksikan secara pasif ... dan lama-kelamaan pikiran itu menjadi jarang, satu-satu, dan akhirnya akan diam dengan sendirinya. -- Itulah sebabnya, bagi pemula MMD ini tidak menghasilkan apa-apa kalau hanya dilatih 1 - 2 jam saja, melainkan perlu dilatih beberapa hari non-stop.


Quote
terus.. bila kalo meditasi dalam posisi terlentang, saat pikiran sudah tidak bisa di kontrol lagih, biasanya suara musik (kl meditasi saya suka pake musik) jadi ga kedengeran lagi sama sekali.. begitu ngeh, kok sepi? baru terdengar lagi suara musik nya -> nah om, kalo mengalami itu bagusnya ngapain?
 

Saran saya, jangan bermeditasi pakai musik, atau pakai suatu teknik tertentu untuk mendiamkan pikiran secara artifisial/disengaja. Nanti Anda melekat atau tergantung pada musik atau metode; tanpa musik atau metode itu Anda tidak bisa bermeditasi. Beradalah bersama pikiran yang berceloteh, berapa lama pun, amati saja secara pasif, jangan bereaksi, jangan menanggapi, apalagi terseret oleh pikiran, tetapi jangan pula menolak, melawan atau berupaya menghentikan pikiran yang berseliweran. Diamlah secara ikhlas, betapa pun keadaan pikiran Anda. Kalau Anda bisa berada dalam keadaan batin seperti itu, maka cepat atau lambat pikiran & si aku itu akan berhenti dengan sendirinya.


Quote
sekarang saya meditasi biasanya duduk dulu mpe sekuatnya.. terus meditasi lagih dalam keadaan terlentang.. baru setelah itu tidur.
 

Silakan saja lakukan yang nyaman menurut Anda, tetapi sadari juga bahwa kenyamanan bisa membuat orang melekat padanya kalau tidak disadari. Bukan berarti tidak boleh mencari kenyamanan; yang penting, sadari/elingi kenyamanan itu bila ia muncul, karena kenyamanan itu tidak abadi, dan akan berubah. Kalau kita melekat kepada kenyamanan, kita akan menderita.


Quote
makin meditasi kok perasaan makin banyak yang ga beres ya sama diri ini.. suka berkecil hati saat melihat keadaan diri ini.. 

Ya, memang itu sering dialami oleh para pemula meditasi. Dalam meditasi mereka teringat akan ajaran-ajaran tentang meditasi atau ajaran agama yang pernah didengar, itu menjadi cita-cita atau gambaran [image] tentang bagaimana batin orang yang bermeditasi; tapi itu tidak sesuai dengan keadaan batinnya pada saat itu, lalu timbullah konflik bila ia melihat apa yang ada tidak sesuai dengan apa yang diharapkan atau dicita-citakan. Terjadilah konflik antara 'apa yang ada' dengan 'apa yang seharusnya' (yang ada dalam pikiran). Sadarilah konflik ini, dan batin Anda akan kembali ke dalam keadaan yang aktual (nyata), yang ada pada saat kini, betapa pun berseliwerannya pikiran pada saat itu. Itulah pintu menuju keheningan sempurna, dan realisasi dari Apa Yang Ada (Al-Haqq).


Quote
duh sebelumya terimakasih bgt om semar!

madman.


O ya, Mas Madman, karena rasa penasaran  saya iseng mencoba melihat profil Anda, dan agak kaget melihat bahwa Anda baru berusia 25 tahun! Anda sebaya dengan Mas Black Fat, dan tataran kesadaran Anda berdua kira-kira sama. (Sudahkah Anda membaca curhat Mas Black Fat tentang pengalaman batinnya? - kalau belum, saya sarankan Anda membacanya mulai message #12 dst dalam thread ini. Mungkin akan banyak bermanfaat bagi Anda berdua, karena Anda berdua berada pada tataran kesadaran yang sama.)

Yang menarik ialah bahwa Anda berdua berada dalam usia dewasa muda. Ini mengingatkan saya pada suatu fakta psikologis bahwa pada umumnya peluang untuk memperoleh pencerahan di dalam meditasi semakin besar semakin muda usia seseorang. Ini disebabkan karena pada usia muda batin biasanya lebih lentur/fleksibel, lebih mudah menerima & mengadopsi cara berpikir & cara bersikap yang baru; berbeda dengan orang lanjut usia, yang biasanya sudah mengeras dan sukar berubah cara berpikir, konsep-konsep dan ajaran-ajaran yang dianutnya dan yang dianggapnya menjadi bagian dari diri/akunya yang dilindunginya dan dipegangnya erat-erat. - Oleh karena itu saya sarankan kepada para pembaca artikel ini, gunakanlah kesempatan untuk bermeditasi selagi Anda masih muda; jangan menunggu sampai tua, ketika Anda sudah terlalu sibuk dan "tidak punya waktu" lagi untuk bermeditasi dan batin Anda sudah "karatan", sukar diubah.

Mas Madman, untuk mengembangkan tataran kesadaran Anda lebih lanjut, saya mengajak Anda untuk bermeditasi bersama saya dalam retret MMD akhir pekan tgl 11-13 April yad di Cipanas. Selanjutnya, bacalah posting tentang jadwal retret MMD tahun 2008 (message #107 di halaman ini)(urutan message ini sebelum Kaskus di-hack orang; sekarang sudah kacau).

Terima kasih kembali, Mas Madman. Semoga bermanfaat.

Salam,
semar


MADMAN: Terima kasih

ma kasih atas penjelasannya, Om semar! hehehe.. sangat bermanfaat bagi saya..
hehehe.. saya udah baca postingan Om Black Fat.. yang juga bermanfaat bagi saya (mengispirasi bikin post di thread ini pertama kali ) hehehe

ya om semar, mumpung masih muda.. HARUS SEMANGAT!!! hehehe..

-hmm.. dari penjelasan om semar, inti dari meditasi adalah membiarkan.. menerima buruk-buruknya diri apa adanya.. menjadi pengamat.. dan hanya mengamati..
-untuk retret mmd nya, saya usahakan ikut.. nanti akan saya PM ya, hehehe terima kasih atas undangannya sebelumnya!
-sampai, retret mmd nya saya jalani.. boleh ya minta bimbingannya mengenai meditasi.. hehehe.. mo latihan dari sekarang!
------------------------------------
madman.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Edward on 03 June 2008, 02:23:32 PM
Quote
hmm.. mungkin karena pikiran punya batas.. suatu hari.. pikiran saya kaya yang nge-hang kek komputer.. selama beberapa hari ga bisa mikir.. otak seperti menolak berfikir.. males bgt.. hanya ingin diam.. bahkan ngobrol sama orang pun harus konsentrasi... semuanya ya seperti datang dan berlalu.. males banget nangkep sesuatu itu..

Pak, untuk yang ini kebetulan juga sedang mengalami nih...Pikiran rasanya sulit banget untuk mengkonsepkan kata2.Pikiran ini rasanya benar2 tidak mau lihat ke belakang dan lihat ke depan.Pokoknya ngurusin yang sekarang doank.Motivasi2 kerjaan maupun kuliah rasanya jadi suatu hal yang tidak menarik.
Gawatnya, sekarang ini saya sedang masa ujian, pikiran rasanya bener2 bego banget dah.Keinginan untuk belajar jadi sirna, akhirnya saya paksain belajar jg dikit, tapi koq jadi susah masuk???Pas lagi ujian, kaga isa kerjain soal, langsung sadar ada rasa takut, khawatir.Akhirnya,biar kaga bisa ujian pun jadi tenang. :o .Sampai rumah pun kaga ngapa2in, rasanya pengen menikmati kesendirian.Tapi di satu pihak ada gejolak pikiran lain yang khawatir, takut, perasaan kayak akan ada yang 'mati'.
Pengalaman ini saya dapat setelah saya memainkan permain kematian Andi Cahya.Awal mula sih semangat,takut, khawatir kalau benar2 mati, tapi akhirnya perasaan ini rasanya bener2 cuek, dan berujung sampai sekarang ini. Akhirnya saya sendiri ada inisiatif mau coba meditasi lagi,tapi saya pun rasanya malas kalau meditasi ikutin peraturan2 harus duduk begini, badan begini, harus begitu lha, rasanya ribet bgt!Akhirnya saya mutusin cma telentang sambil mengamati.Hanya saja saya memank menemukan kendala2,karena itu kemarin saya ada menanyakan mengenai MMD k Bapak.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 03 June 2008, 03:17:00 PM
Ketika batin sudah merasakan keheningan ... biarpun baru relatif ... ia mengalami sendiri bahwa keheningan itu suatu keadaan batin yang jauh lebih "baik" dibandingkan kesadaran sehari-hari dengan pikiran yang berseliweran ...

Dengan demikian batinnya cenderung masuk kembali kepada keheningan itu ... enggan untuk memikirkan hal-hal yang tak berguna ...

Tapi kalau itu sampai mengganggu tugas nyata sehari-hari (kuliah, ujian ... dsb) ... kita mesti merenung kembali ... mengapa bisa begitu? ... Kita kan tidak berniat meninggalkan kehidupan sehari-hari yang ada ini ... kita tidak ingin menjadi Pangeran Siddhartha yang meninggalkan istri & anaknya, meninggalkan tugasnya sebagai putra mahkota ... :)

Salah satu kemungkinan ialah, itu adalah salah bentuk kelekatan baru, yang lebih halus ... Kalau sebelumnya melekat kepada "kenikmatan" duniawi yang sebetulnya "neraka" ... sekarang melekat kepada "surga" meditasi. ... :)

Kalau memang itu sebabnya ... ya semua itu bisa dipahami ... Dan dengan memahami itu ... "jalan keluar"-nya sudah jelas, kembali menyadari kelekatan yang baru itu ...

Nanti kan akan kembali ke "jalan tengah" ... antara kenikmatan duniawi dan kenikmatan meditasi.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Lex Chan on 03 June 2008, 05:51:23 PM
Pengalaman Edward mirip dengan pengalaman saya..

Setelah sekian lama rutin bermeditasi, pada suatu titik muncul rasa malas beraktivitas. Maunya diam menikmati di dalam keheningan itu. Tidak peduli dengan tugas dan pekerjaan. Inilah yang membuat saya ragu. Apakah sebaiknya saya teruskan atau hentikan. Biasanya saya hentikan sehingga beberapa hari kemudian pikiran saya dipenuhi oleh keinginan2 dan jadi "rajin" lagi.

Tampaknya inilah yang dari dulu jadi penghambat.. Apakah saya perlu benar2 mundur dulu dari keduniawian (misalnya ikut retret selama 1 bulan), baru bisa fokus dengan meditasi?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Umat Awam on 03 June 2008, 07:16:42 PM
Pak Hudoyo, saya berencana untuk ikut retret MMD bapak di mendut, apakah ada perubahan jadwal?? ;D
Saya berencana utk ikut retret MMD Sepekan alias 7 hr 8 mlm di mendut pada bulan desember nanti... gimana cara mendaftarnya yach?? apakah ada formulir yg harus di isi? ato cukup lewat sms aja ke pak waluyo? :)

Saya bener2 penasaran dgn teknik yg bapak ajarkan disini... sangat berbeda dgn teknik2 meditasi pada umumnya... ;D

Walaupun saya blm benar2 paham yg dimaksud dgn teknik bapak tsb... yaitu sadar disetiap saat.. maaf, saya agak sulit utk mengutarakan pendapat dgn baik ato pun pertanyaan dgn baik.. krn saya agak sulit utk menuangkan apa yg ada dlm pikiran saya kedalam suatu kalimat tulisan atopun ucapan.. begitu jg dgn yg saya pahami.. sepertinya sangat sulit utk mengutarakan suatu hal... yach saya masih sangat awam utk meditasi ini ( Namanya juga Umat Awam ) ;D

walaupun saya biasa bermeditasi sehari2 dna belakangan ini menjadi sangat jarang, hanya saja saya masih ada rasa ketidak puasan dlm diri trhdp apa yg saya lakukan (meditasi).. Krn tanpa pembimbing dan sulitnya bertanya ttg apa yg saya alami... hanya saja sebagian hal2 yg dialami rekan2 disini juga telah pernah saya alami sebelumnya... hanya masih taraf rendah...

_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 03 June 2008, 07:20:52 PM
Tampaknya inilah yang dari dulu jadi penghambat.. Apakah saya perlu benar2 mundur dulu dari keduniawian (misalnya ikut retret selama 1 bulan), baru bisa fokus dengan meditasi?

Tidak ada "jalan keluar" yang sama untuk semua orang dalam hal ini. ... Jalan yang cocok untuk satu orang belum tentu cocok untuk orang lain ...

Setiap orang harus berangkat dari pemahaman & pengalaman batinnya sendiri ... berdialog dengan diri sendiri ...

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 03 June 2008, 07:25:24 PM
Apakah MMD (Meditasi Mengenal Diri) itu? MMD adalah suatu meditasi yang unik. Bagaimana keunikannya akan terlihat dalam artikel-artikel--dan mungkin juga diskusi-diskusi--dalam thread ini.

Untuk pertama kali, saya forward artikel dari blogspot Dewi Lestari (penulis, selebriti) tentang MMD.

Salam,
hudoyo


Dari: http://dee-idea.blogspot.com/

Thursday, June 21, 2007

TUJUH TAHUN MENUJU MENDUT

Barangkali inilah artikel dengan tingkat kesulitan paling tinggi yang pernah saya tulis, karena saya akan mencoba menuliskan sesuatu yang sudah pasti tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Semua yang saya tulis berikut ini ibarat setetes air laut mencoba menjelaskan samudera. Kendati terdengar sia-sia, mudah-mudahan upaya ini masih punya makna.

Selama tiga hari, berlokasikan di Vihara Mendut – Magelang, saya mengikuti Meditasi Mengenal Diri (MMD) di bawah bimbingan Pak Hudoyo Hupudio. Beliau, MMD, dan milis spiritualnya, sudah saya kenal sejak tujuh tahun yang lalu lewat internet, bahkan beliau pernah saya “todong” untuk membuat pengantar buku pertama saya “Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh”. Namun baru tahun inilah saya berkenalan langsung dengan Pak Hudoyo. Pertama, ketika kami sama-sama menjadi pembicara dalam diskusi tentang meditasi di Bandung bulan Februari lalu, dan kedua ketika saya menjadi peserta MMD angkatan ke-99 di Mendut.

Meski berbasiskan meditasi vipassana, MMD sendiri merupakan meditasi lintas agama, terbukti dari komposisi peserta yang beragam. Angkatan ke-99 yang berjumlah total 31 orang ini, mayoritas peserta beragama Katholik dan Islam, disusul Buddhis sebanyak lima orang, dan yang beragama Protestan sebanyak empat orang.

Sekalipun sudah delapan tahun menggeluti dan merenungi masalah spiritualitas, saya bukanlah meditator yang disiplin. Kegiatan bermeditasi saya lakukan dengan frekuensi dan intensitas yang acak. Saya tidak asing dengan konsep vipassana, tapi baru di Mendutlah saya secara fokus menyelami pengalaman mengamati diri.

Hari pertama dimulai dengan pengarahan. Pak Hudoyo berpesan agar kami meninggalkan semua pemahaman, pengetahuan, harapan, dan segala teknik yang kami ketahui. Tidak ada doa. Tidak bicara. Tidak ada apa-apa. Tugas kami hanya menjadi pengamat pasif. Total. Dan beliau mengingatkan, “Kalian akan memasuki neraka.” Neraka yang dimaksud adalah segala sakit yang akan dimuntahkan oleh badan, segala resah dan bimbang yang akan dimuntahkan oleh batin, dan sekali lagi, tugas kami hanya mengamati.

Kami bermeditasi kurang lebih dua belas jam sehari, diselingi tiga kali diskusi, satu kali istirahat, dan dua kali makan. Neraka itu saya alami dalam tiga sesi pertama. Perjuangan berat untuk sekadar duduk diam satu jam, dan perjuangan lebih berat lagi untuk mengalami apa artinya “mengamati”.

Saya mulai dengan tidak menjustifikasi dan bereaksi, tapi hanya memberi label pada segala fenomena batin yang terungkap: “perasaan”, “memori”, “gambar”, “bosan”, “pegal”, dan seterusnya. Hingga pada satu titik saya kelelahan sendiri dengan proses memberi label itu. Fenomena fisik seperti rasa pegal dan kesemutan pun enggan hilang, bahkan ketika saya pikir saya sudah “mengamati”.

Pada saat meditasi pagi hari ke-2, saya mulai mengalami sesuatu. Selagi pikiran saya lepaskan mengembara tanpa label, tiba-tiba saya seperti terjatuh. Tepatnya, seperti dibangunkan. Bukan oleh kehendak, melainkan terjadi tiba-tiba di luar kendali sang “aku”. Dan deskripsi paling mendekati dari kondisi terbangun itu adalah… hening. Tak lama, pikiran kembali lolos seperti belut licin dan mulai berkata “Barangkali ini hening yang dimaksud. Bagaimana caranya bisa kembali ke sini?” Seketika, hening itu hilang.

Saya merenungi pengalaman sekian detik itu dan menyadari bahwa manusia menghabiskan hidupnya dalam bermimpi. Kita hidup dalam kuasa pikiran yang tak pernah dibiarkan berhenti. Tak henti-hentinya tertarik ke masa lalu dan terdorong ke masa depan. Dan kita menyangka kita sungguhan hidup. Guru saya pernah berkata: Mind is always delayed. Evaluating is the job description of the mind. That’s why, the mind is always slightly behind, and at the same time always trying to be slightly forward so it can protect. Hal itu juga dikonfirmasi oleh penjelasan Pak Hudoyo saat diskusi, pikiran adalah alat manusia untuk bertahan hidup, tapi ketika pikiran dijadikan penuntun maka selamanya kita terseret-seret ke masa lalu yang sudah tidak ada dan masa depan yang belum terjadi. Kita bermimpi sekalipun kita terjaga. Kita bermimpi tentang cinta, tentang hidup, dan tentang Tuhan. Tanpa menghentikan pikiran, tak sekalipun kita mengalami cinta, hidup, dan Tuhan yang sesungguhnya. Yang ada hanyalah konsep dan upaya.

Pada saat meditasi sore hari ke-2, entah bagaimana awalnya, tapi saya sebagai subjek mendadak melemah, dan saya tersadar bahwa selama ini saya hanya terpusat pada fenomena yang terjadi pada diri saya*pikiran, perasaan, kenangan, fisik*tapi tidak sekalipun saya memperhitungkan fenomena di sekitar saya seperti suara burung, suara mobil di kejauhan, atau bunyi gesekan karpet. Pengamatan saya yang tadinya berbatas seperti sorot senter, mendadak meluas seperti lampu ruangan. Dan saya menyadari bahwa hal-hal kecil yang saya lewatkan ternyata fenomena yang sama rata dengan pegal kaki atau celotehan benak saya. Setelah diberi perhatian yang serupa, mendadak tak ada yang menetap. Label lenyap, hanya murni mengamati. Dan pengamatan ini menghentikan semuanya, termasuk kaki saya yang kesemutan. Satu peserta bertanya saat diskusi, apakah saya pernah bermeditasi selama itu sebelumnya, karena dilihatnya saya bermeditasi dua jam tanpa bergerak. Saya jujur menjawab, belum. Itulah meditasi duduk terlama yang pernah saya lakukan.

Dari pengalaman tadi, saya menyadari betapa si “aku” menciptakan subjek dalam setiap diri kita, membuat kita pusat yang terpenting dan semua hanyalah objek dalam pengalaman si subjek. Namun tak sekalipun kita menyadari bahwa si subjek, si “aku”, juga rekaan. Dalam pengamatan murni, “aku” tereduksi menjadi objek, sama-sama cuma fenomena. Perasaan saya hanya fenomena, fisik saya juga fenomena, burung di udara pun fenomena. Sebagai konsep, kita bisa meneriakkan “kita adalah satu, we are one” dan membungkusnya dalam melodi indah. Namun tanpa berhentinya pikiran, kebersatuan hanyalah semboyan manis. Kita mengaku mengenal Tuhan dan beragama, tapi dalam mimpi kolektif kita tentang Tuhan dan agama, perdamaian hanya akan seperti hantu yang tak terkejar.

Pada meditasi pagi hari ke-3, saya mulai memasuki suasana hening sejak berjalan menuju aula. Dan pagi itu, saya mengalami sesuatu yang sangat sulit diungkap dengan kata-kata. Segalanya menjadi denyut. Timbul dan lenyap begitu cepat. Denyut ini seperti “memakani” segala pengalaman seperti mulut PacMan. Tak ada yang dibiarkannya bertahan sedikit lama. Dengan ritme yang cepat dan cenderung tetap, semua fenomena yang muncul pun padam lagi tanpa kecuali. Bahkan luapan ekstase yang saya rasakan tak bisa bertahan lama. Pikiran yang hendak berkata-kata putus di tengah-tengah. Rasa haru yang singgah pun pergi lagi tanpa bisa saya cegah. Namun sebutir air mata berhasil lolos, saya merasakannya mengalir di pipi. Dan saat mata saya akhirnya membuka, air mata itu sudah kering tanpa bekas.

Dalam diskusi terakhir, Pak Hudoyo menjelaskannya sebagai pencerahan akan timbul dan lenyapnya fenomena. Apa yang kita pikir sebagai kontinuitas sesungguhnya adalah keterputusan. Seperti riil film yang sebenarnya cuma potongan gambar yang terputus-putus, tapi tampak bergerak kontinu ketika diputar. Para ilmuwan menelaahnya dalam fisika kuantum. Sebuah partikel sesungguhnya tidak diam statis, melainkan muncul dan lenyap. Anicca, atau impermanensi, adalah kata yang membersit saat saya merenungkan pengalaman meditasi saya tadi. Konsep yang sudah lama saya tahu dan akhirnya menjadi aktual lewat pengalaman.

Tiga hari bermeditasi di Mendut menjadi titik balik saya berikutnya. Sesudah Five Mindfulness Trainings di Hongkong yang memberi pemahaman segar tentang kode etik hidup, Meditasi Mengenal Diri memberi pengalaman tentang realitas sejati dari hidup itu sendiri. Dan ada benang merah yang menalikan keduanya: Thich Nhat Hanh dan Hudoyo Hupudio dengan caranya masing-masing telah mampu menghadirkan ajaran universal Sang Buddha bagi siapa saja yang ingin bebas dari penderitaan*apa pun denominasi agama dan kepercayaannya. Vipassana sebaiknya tidak dipandang eksklusif milik umat Buddha, tapi siapa pun yang ingin mengenal diri. Lima Sila yang diikuti pemahaman benar dapat diterapkan dalam hidup siapa saja, selama mereka memang berkomitmen untuk menciptakan koeksistensi yang harmonis dengan semua makhluk.

Saya akan mengakhiri artikel ini dengan mengutip pesan Pak Hudoyo setiap usai berdiskusi: lupakan ini semua. Lupakan cerita saya. Setiap kata adalah upaya, bukan kenyataan yang sesungguhnya. Kenyataan itu sendiri telah pergi dan berganti. Pikiran kita hanya bisa mengejar dan berujar. Namun pada saat yang sama, kita pun bisa tersadar dan terbangun dari mimpi panjang ini.

* Keterangan dan diskusi tentang MMD dapat disimak di milis-spiritual [at] yahoogroups.com atau meditasi-mengenal-diri [at] yahoogroups.com

Posted by Dewi Lestari at 3:58 PM

Brati segala sesuatu adalah non sense??Cuma kosong dan tdk ada apa2???
Mau itu perasaan,pikiran,aku,suara2 burung,internal mau eksternal adalah hanya sebuah fenomena yg muncul dan lenyap begitu saja??
Tugas kita hanya mengamati segala sesuatu yg muncul dan lenyap tanpa mempertahankan apapun??Dan tugas kita bahkan tdk untuk sekedar "Sadar" tetapi hanya mengamati setiap "Kesdran" itu?
Kemudian mengamati tanpa melihat label??Ketika mendengar suara burung hanya mendengar sajakah??Tanpa berpikir itu adl suara burung?Apakah seperti itu disebut mengamati tanpa memberi label??Seperti "perasaan","bosan","pegal" dll?
BRati apakah ketika untuk mencapai persepsi murni kita harus berhenti berpikir dan memberi label terhadap setiap fenomena yg muncul dan lenyap?Intinya tugas kita cuma 1kah??Yakni mengamati segala fenomena tanpa mengubahnya...Mendengar mendengarlah tanpa memberi label suara apa yg kita dengar?(merinding gw saat membaca artikel pertama dr pak Hudoyo)
_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 03 June 2008, 07:28:03 PM
Pak Hudoyo, saya berencana untuk ikut retret MMD bapak di mendut, apakah ada perubahan jadwal?? ;D
Saya berencana utk ikut retret MMD Sepekan alias 7 hr 8 mlm di mendut pada bulan desember nanti... gimana cara mendaftarnya yach?? apakah ada formulir yg harus di isi? ato cukup lewat sms aja ke pak waluyo? :)
Saya bener2 penasaran dgn teknik yg bapak ajarkan disini... sangat berbeda dgn teknik2 meditasi pada umumnya... ;D

Jadwal MMD di Mendut tidak berubah ... silakan kirim sms ke Mas Waluyo ... kalau bisa jangan ditunda-tunda lagi ... karena dua bulan sebelumnya biasanya sudah penuh ... (kalau karena sesuatu hal Anda tidak jadi ikut, bisa dibatalkan dengan sms juga) ...

Selama meditasi seminggu itu, Anda punya cukup waktu untuk berdiskusi dengan saya ... Di samping diskusi umum setiap malam pk19 ... ada pula wawancara 4 mata setiap pagi & petang secara bergiliran ...

Salam,
hudoyo

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 03 June 2008, 07:52:57 PM
Quote
Dalam diskusi terakhir, Pak Hudoyo menjelaskannya sebagai pencerahan akan timbul dan lenyapnya fenomena. Apa yang kita pikir sebagai kontinuitas sesungguhnya adalah keterputusan. Seperti riil film yang sebenarnya cuma potongan gambar yang terputus-putus, tapi tampak bergerak kontinu ketika diputar. Para ilmuwan menelaahnya dalam fisika kuantum. Sebuah partikel sesungguhnya tidak diam statis, melainkan muncul dan lenyap. Anicca, atau impermanensi, adalah kata yang membersit saat saya merenungkan pengalaman meditasi saya tadi. Konsep yang sudah lama saya tahu dan akhirnya menjadi aktual lewat pengalaman.

Nah ini dia yg di bold ada hubungannya dengan pengalaman saya, saya mau nanya Pak Hud cuma sedikit OOT, dan berkaitan dengan Abhidhamma. Yaitu cetasika dalam Abhidhamma dikatakan cetasika bisa terdiri atau bersekutu antara lobha dan moha sebaga contohnya. Sebenarnya dalam realitanya apakah cetasika -->lobha dan moha itu muncul bersamaan dalam waktu yg sama atau tidak?. Terus terang saya penasaran sekali, dan kalau dilihat dari yg saya bold itu maka sebenarnya tidak demikian yaitu tidak muncul bersamaan. Dan saya yakin Pak Hud sudah mengetahui bahwa saya sudah mengulang pertanyaan ini beberapa kali di thread Abhidhamma, hanya koq saya merasa berbeda antara teori dan praktek(belum ada penjelasan yg memadai)? oleh karena itu mohon penjelasannya.Mumpung Pak Hud juga praktisi dan kebetulan nongol juga pengalaman orang lain yg sama.
Terima kasih sebelumnya. _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 03 June 2008, 08:33:51 PM


Quote
hmm.. mungkin karena pikiran punya batas.. suatu hari.. pikiran saya kaya yang nge-hang kek komputer.. selama beberapa hari ga bisa mikir.. otak seperti menolak berfikir.. males bgt.. hanya ingin diam.. bahkan ngobrol sama orang pun harus konsentrasi... semuanya ya seperti datang dan berlalu.. males banget nangkep sesuatu itu..
 

Nah lho, tampaknya Anda mengalami suatu peristiwa yang terjadi secara mendadak. ... Pikiran Anda seolah-olah mentok ... lalu berhenti, atau cenderung berhenti ... Anda cenderung untuk diam, cenderung menolak interaksi dengan orang lain ... untuk melakukan kegiatan yang remeh sehari-hari, yang biasanya dilakukan dengan 'spontan', sekarang membutuhkan konsentrasi ... Anda melihat semuanya mengalir, semuanya fana; bagi Anda, ini bukan cuma teori konseptual yang biasanya diajarkan oleh agama, melainkan fakta aktual yang Anda alami secara nyata: semuanya timbul & lenyap, mengalir, fana ... oleh karena itu, Anda cenderung melepaskan diri dari segala sesuatu yang bersifat duniawi (yang tidak kekal) ini ...
Pak berati ketika proses pikiran terhenti maka segala sesuatu yg dilakukan membutuhkan konsentrasi dan mesti diserap dulu?

Quote
-nah pengalaman itu om, yang mengenalkan saya sama yang namanya keheningan.. ternyata, segala sesuatu itu hening.. yang rame itu cuma pikiran..
-dari situ saya belajar, diam itu bukan hening.. diri ini bukan pikiran.. dan kebijaksanaan itu bukan berasal dari pikiran..
 

Anda bukan belajar secara teoretis, secara intelektual--sebagaimana orang belajar agama--melainkan Anda "belajar" dengan mengalami sendiri - bahwa 'pada hakikat yang terdalam segala sesuatu itu hening'. Anda juga "belajar" bahwa semua masalah, semua konflik itu berada atau bersumber pada pikiran (si aku), dan Anda belajar pula bahwa - berbeda dengan "kebijaksanaan" yang dipahami oleh kebanyakan orang sebagai hasil dari penalaran/pemikiran (intellection) - ada kearifan/kebijaksaan lain yang bukan berasal dari pikiran, melainkan yang justru hadir ketika pikiran & si aku berhenti.
Hening itu bukan diam,diam itu bukan hening.Hening itu adalah ketika pikiran terhenti?Berati kebijaksanaan tertinggi bukan didapat dr pikiran?Kebijaksanaan tertinggi didapat ketika pikiran itu sendiri sudah terhenti?

Quote
-tubuh bernafas sendiri.. mo ke wc ya bergerak sendiri.. mo makan ya makan sendiri.. saya cuma mengamati.. sepertinya saya itu cuma jadi "gerakan".. kalau tubuh ini berlari, saya seperti menjadi gerakan lari itu.. aneh pokonya!
-waktu itu, ga ada rasa takut.. rasa senang.. ya cuma hening..
 

Nah, Anda menyadari bahwa jasmani ini mempunyai kearifannya sendiri (yang sering kali kalah/tertutupi oleh pikiran & keinginan kita sendiri). Tubuh Anda tahu berapa banyak ia harus makan, berapa banyak ia harus tidur, tidak berlebihan dan tidak kekurangan. Anda mengalami bahwa ada Sesuatu Yang Lain yang menggerakkan tubuh Anda ketika Anda & pikiran ini diam; seolah-olah tubuh Anda ini sekadar wayang kulit yang digerakkan oleh "dalang" yang bukan Anda (Sesuatu Yang Lain itu). Sementara itu batin Anda dalam keadaan kosong, hening, tidak ada pikiran, tidak ada emosi (tidak ada senang atau susah, tidak ada sakit atau nikmat, tidak ada bahagia atau menderita).
Itukah inti ajaran SB bahwa ajaran Buddha sendiri adalah kosong?Karena kita batin kosong bukan berati badan jasmani lenyap seketika.Luar biasaa sekali(Merinding gw)Brati badan jasmani ini sudah tau apa yg mesti dilakukannya ketika pikiran tidak mencemarinya.Inikah yg dinamakan melihat segala sesuatu apa adanya?Brati pikiran adalah pencemaran yg paling halus antara segala pencemaran...Karena sesungguhnya ketika kita berhenti berpikir badan jasmani ini sudah bergerak,krn badan jasmani ini memiliki kearifannya sendiri(ketika pergi ke wc bukan lagi karena "ingin" tetapi si badan jasmani sendiri tau apa yg akan dilakukannya sesuatu dengan tubuh.bukan berasal dr pikiran maupun batin sendiri..)


Quote
malah pikiran sibuk mengajukan "keberatan" seperti ntar disangka gila.. gimana kalo ga balik lagih.. kedepannya kalo tambah parah gmn.. tapi saya seperti terpisah dari pikiran.. tetep santai, cuek, dan seluruh tubuh rileks bgt! dan pikiran pun jadi lebih "menerima" keadaan saya..

Pak yg dimaksud keberatan diatas apa?

Yang masih muncul itu adalah sisa-sisa pikiran dan si aku yang masih belum berhenti dengan tuntas. PIkiran itu mencemaskan akan terjadinya sesuatu yang tidak pernah dialaminya sebelum ini; dan yang terutama pikiran itu mengkhawatirkan lenyapnya dirinya - yang adalah si aku ini. Pikiran sangat takut akan kehilangan sesuatu yang sangat dikenalnya dalam kesadaran sehari-hari--yang sesungguhnya adalah ciptaannya sendiri--yakni akunya/dirinya sendiri. Di lain pihak, batin Anda yang terdalam sudah melepaskan pengidentifikasian dengan pikiran Anda, dan berada dalam keadaan diam, hening, tenang, menerima, dan ikhlas.
Brati fenomena ini muncul karena pikiran sudah takut kehilangan "aku" atau ciptaannya sendiri?

Quote
hehehe... setelah mengalami "gila" dan menjadi madman.. saya jadi tertarik bgt belajar meditasi dari dasar! soalna kalo mengandalkan pikiran.. takutnya jadi kaya nietze yang berakhir di RSJ heuehuehuehu soalna beberapa hari itu sempet ketawa sendiri tanpa sebab.. nangis sendiri tanpa sebab.. histeris sendiri.. badan kejang-kejang sendiri (kaya kerasukan)
-beberapa hari itu sebenernya apa yang terjadi pada saya om?
--------------------------------------------------
 

Ternyata pengalaman batiniah itu telah menyadarkan Anda, dan Anda mulai berlatih meditasi. Anda sadar bahwa tingkat kesadaran yang baru Anda alami itu--di mana pikiran dan si aku berhenti--lebih tinggi atau lebih dalam tatarannya daripada tingkat kesadaran sehari-hari yang dikuasai oleh pikiran.
Kok ketika pikiran berhenti terjd hal2 seperti fenomena yg dialami oleh saudara Madman?Apakah ketawa,nangis itu karena kearifan dr badan jasmani saja?Dan Madman tetap sadar terhadap apa yg dilakukannya tetapi berhenti berpikir cuma menerima menerima,membiarkan fenomena tsb muncul dan lenyap begitu saja?

Memang betul, Nietzsche menjadi gila karena pemikirannya (inteleknya) melambung tinggi tetapi ia tidak bisa lepas dari tataran intelek. Sebaliknya, di dunia Timur, para orang arif biasanya mengembangkan pemahaman mereka berdasarkan pengalaman dalam meditasi, ketika pikiran & si aku ini berhenti. -- Anda sebetulnya tidak perlu takut menjadi gila, selama Anda tetap sadar bahwa pikiran ini terbatas, terkondisi, sehingga tidak bisa digunakan untuk memahami kebenaran yang terdalam, malah harus diam agar kebenaran itu bisa muncul.
Diam?Kurang jelas bisa pak hudoyo jelaskan sedikit?


Quote
skarang.. saya belajar meditasi, masih bergulat sama posisi tubuh.. ga tau gmn, tapi dalam meditasi, saya jadi tau ini tubuh GA BERES!! banyak yang ga bener.. mohon penjelasannya om semar: apakah tubuh dengan meditasi bisa ngeberesin masalah FISIK tubuh? (tubuh memperbaiki dirinya sendiri)
 

Yah, jangan 'bergulat' dengan posisi tubuh. Maksudnya 'bergulat' tentu bergerak mencari posisi tubuh yang nyaman untuk duduk dalam waktu lama, bukan? ... Pahamilah bahwa tubuh makhluk hidup ini adalah tempat dari segala rasa tidak enak! (Semakin tua semakin banyak rasa tidak enak ini muncul, tidak pernah hilang, sampai akhirnya tubuh ini rusak; pahamilah itu.) Manusia berupaya menghilangkan rasa tidak enak itu dengan selalu bergerak -- bahkan dalam tidur pun ia selalu bergerak. ... Nah, dalam meditasi duduk, bila Anda diam seperti patung batu, dalam waktu singkat muncullah berbagai rasa tidak enak, mulai dari rasa gatal, pegal, kesemutan, nyeri, linu, mati rasa (baal) dsb. (Tidakkah menarik, bahwa justru dalam keadaan diam, muncul segala rasa tidak enak? Itu disebabkan karena Anda mulai melihat kenyataan yang sesungguhnya dari jasmani ini, tanpa ditutupi oleh gerak tubuh.) Kalau Anda terus berkutat mencoba mencari posisi yang nyaman dan menghilangkan rasa tidak enak, maka meditasi Anda tidak akan pernah "maju", dan Anda akan terus terlibat atau terbelenggu dengan tubuh Anda; Anda tidak pernah bebas dari rongrongan tubuh Anda. Tidak ada yang bisa Anda lakukan kecuali menerima, tabah dan tetap diam seperti patung batu menghadapi semua rasa tidak enak itu. Memang, pada awal orang belajar duduk diam, ibaratnya orang harus masuk ke dalam neraka lebih dulu, yaitu nerakanya jasmani, dengan munculnya segala rasa tidak enak. Maka tergantung pada kadar keikhlasan kita, cepat atau lambat semua rasa sakit itu akan lenyap, dan kita bisa duduk 2 - 3 jam atau lebih. Tetapi, mau tidak mau neraka itu harus dilewati, tidak bisa dipintasi! (Bersamaan dengan itu, ada pula neraka batin yang harus dilewati, yakni munculnya segala keadaan batin yang tidak enak, seperti bosan, kesal, jenuh, frustrasi, menolak, melawan, ingin berhenti, dsb. Neraka batin ini pun harus diterima dan dilewati dengan ikhlas dan sabar, dan tidak ditolak atau dilawan. Kalau orang berontak dan melawannya, ia akan terjerat dalam berbagai emosi tidak enak itu terus-menerus. Sebaliknya, bila ia bisa ikhlas dan menerima, maka dalam waktu tidak terlalu lama segala emosi yang tidak enak ini akan lenyap, dan ia bisa duduk lama.
Luar biasa,brati hal yg membodohkan kita selama ini yg menghambat menuju kebahagian tertinggi itu sendiri adalah pikiran?Pikiran memanipulasi segala hal yg seharusnya menjd sebagaimana adanya?Misal soal badan yg tlah dijelaskan ketika ada rasa tdk enak kemudian kita bergerak utk mencari rasa nyaman sehingga kita menjadi buta terhadap segala sesuatu yg nyata(sebenarnya)...Kita hanya bisa sadar dan menerima?Jangan ditolak maupun dilawan.Bisa jelaskan apa maksudnya menerima dengan ikhlas?APakah "sadar" atau "mengamati" sesungguh apa yg mesti dilakukan "sadar" atau "mengamati"?

Tentang pertanyaan Anda, semua perubahan dan perkembangan dalam meditasi harus terjadi secara alamiah, tanpa campur tangan si aku. Tubuh ini akan mengatur dirinya secara memadai apabila tidak dicampuri oleh pikiran dan si aku. Kalau batin relatif bebas dari konflik dan stres, maka tubuh ini pun akan relatif bebas dari ketegangan dan penyakit. Oleh karena itu, orang yang terbiasa bermeditasi pada umumnya tubuhnya sehat, segar, daya tahannya (imunitas) meningkat, sehingga jarang sakit atau kalau pun sakit tidak selama orang yang tidak terbiasa bermeditasi. Batinnya jernih, terang dan tenang, dan ia tidak akan pikun pada hari tuanya. Semua itu terjadi secara alamiah, tanpa perlu dicampuri dan direkayasa oleh pikiran & si aku.
Hebat banget deh..TOP...(Gw baru tau tubuh punya kearifan sendiri)
Brati jika kita lapar itu sudah ada tanda dr tubuh,tapi ketika kita "ingin" makan brati pikiran masih sangat dicemari oleh pikran

Quote
mendiamkan pikiran udah relatif lebih gampang.. cuma masih terbatas bgt.. lama-lama pikiran jadi kemana mana.. ga isa di kontrol lagih.. seperti perang yang tidak berkesudahan... bikin frustasi.. heuehuehu...
 

Memang, pikiran ini seperti monyet atau kuda liar yang tidak bisa diam, melompat-lompat ke sana kemari. Keadaan yang alamiah ini menjadi lebih parah lagi dengan adanya si aku (pikiran lagi) yang ingin mengontrol, ingin mengendalikan, karena diajarkan begitu oleh agama atau oleh guru meditasi; jadilah batin ini suatu medan pertempuran yang tidak berkesudahan seperti kata Anda. Maka saran saya: sadarilah pikiran/si aku yang ingin mengontrol/mengendalikan ini; maka keinginan mengontrol itu pun berhenti ... sekalipun pikiran masih tetap berseliweran, tetapi batin tidak lagi mencampuri dan hanya sekadar menyaksikan secara pasif ... dan lama-kelamaan pikiran itu menjadi jarang, satu-satu, dan akhirnya akan diam dengan sendirinya. -- Itulah sebabnya, bagi pemula MMD ini tidak menghasilkan apa-apa kalau hanya dilatih 1 - 2 jam saja, melainkan perlu dilatih beberapa hari non-stop.
Batin ama pikiran beda ya?Batin=pikiran sudah terhentikah?(Jika salah mohon dikoreksi).Kok pikiran masih tetapi "liar" tetapi batin tdk mencampuri hanya menyaksikan secara pasif?Maksudnya?



Quote
makin meditasi kok perasaan makin banyak yang ga beres ya sama diri ini.. suka berkecil hati saat melihat keadaan diri ini.. 

Ya, memang itu sering dialami oleh para pemula meditasi. Dalam meditasi mereka teringat akan ajaran-ajaran tentang meditasi atau ajaran agama yang pernah didengar, itu menjadi cita-cita atau gambaran [image] tentang bagaimana batin orang yang bermeditasi; tapi itu tidak sesuai dengan keadaan batinnya pada saat itu, lalu timbullah konflik bila ia melihat apa yang ada tidak sesuai dengan apa yang diharapkan atau dicita-citakan. Terjadilah konflik antara 'apa yang ada' dengan 'apa yang seharusnya' (yang ada dalam pikiran). Sadarilah konflik ini, dan batin Anda akan kembali ke dalam keadaan yang aktual (nyata), yang ada pada saat kini, betapa pun berseliwerannya pikiran pada saat itu. Itulah pintu menuju keheningan sempurna, dan realisasi dari Apa Yang Ada (Al-Haqq).
Benar seperti kata pak Hudoyo,ketika hal tdk sesuai teori maka akan menjd takut dan ragu apakah hal tsb sudah "benar" atau "tdk"

_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 03 June 2008, 08:39:30 PM
Apakah MMD (Meditasi Mengenal Diri) itu? MMD adalah suatu meditasi yang unik. Bagaimana keunikannya akan terlihat dalam artikel-artikel--dan mungkin juga diskusi-diskusi--dalam thread ini.

Untuk pertama kali, saya forward artikel dari blogspot Dewi Lestari (penulis, selebriti) tentang MMD.

Salam,
hudoyo


Dari: http://dee-idea.blogspot.com/

Thursday, June 21, 2007

TUJUH TAHUN MENUJU MENDUT

Barangkali inilah artikel dengan tingkat kesulitan paling tinggi yang pernah saya tulis, karena saya akan mencoba menuliskan sesuatu yang sudah pasti tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Semua yang saya tulis berikut ini ibarat setetes air laut mencoba menjelaskan samudera. Kendati terdengar sia-sia, mudah-mudahan upaya ini masih punya makna.
[...]

Brati segala sesuatu adalah non sense??Cuma kosong dan tdk ada apa2???

"Nonsense", "kosong", "tidak ada apa-apa" adalah kesimpulan pikiran ... yang mencoba memahami suatu keadaan yang tidak bisa dijangkau oleh pikiran itu sendiri ... keadaan itu berada di luar pikiran ...

"Kesimpulan pikiran" itu lain sekali dengan apa yang sesungguhnya dialami ketika nanti pikiran berhenti ... di situ kamu akan melihat apa-adanya ... tanpa dicemari oleh pikiran, perasaan, keinginan dsb ... Kamu akan melihat bahwa ungkapan seperti "nonsense", "kosong", "tidak ada apa-apa" itu tidak relevan lagi ...


Quote
Mau itu perasaan,pikiran,aku,suara2 burung,internal mau eksternal adalah hanya sebuah fenomena yg muncul dan lenyap begitu saja??

Coba renungkan 'kesimpulan pikiran' ini lagi: "HANYA sebuah fenomena yg muncul dan lenyap BEGITU SAJA??" ... Kata-kata yang saya beri bold itu menunjukkan bahwa 'kesimpulan pikiran' itu terkondisi oleh keadaannya sekarang beserta harapan & keinginannya ... karena tidak sesuai dengan harapannya, maka apa yang dilihatnya dinilainya sebagai "hanya" dan "begitu saja" ...

Padahal jika kamu nanti mengalami sendiri hal itu ... artinya, kamu melihat ANICCA ... dan kalau kamu mampu MELIHAT Anicca ... secara otomatis kamu BEBAS dari Anicca ... Nanti, kamu akan menyadari bahwa 'kesimpulan pikiran' tadi --"hanya", "begitu saja"-- ternyata tidak pas untuk menyatakan kebebasan itu ...


Quote
Tugas kita hanya mengamati segala sesuatu yg muncul dan lenyap tanpa mempertahankan apapun??Dan tugas kita bahkan tdk untuk sekedar "Sadar" tetapi hanya mengamati setiap "Kesdran" itu?

Jangan melihat itu sebagai "tugas", "cara" atau "metode" ... sebab, kalau kamu merasa HARUS melakukan itu sebagi "tugas" ... maka kamu akan berhadapan dengan kenyataan bahwa batinmu akan selalu menanggapi apa yang kamu alami ... batinmu tidak netral ... kalau ada yang enak, nyaman, ingin kamu pertahankan ... kalau ada yang tidak enak, tidak nyaman, kamu tolak ...

Maka akan terjadi konflik antara 'apa yang harus dilakukan' dan 'apa yang sesungguhnya terjadi' ... konflik ini akan menghambat meditasi ...

Jadi, sekali lagi, jangan memegang "tugas", "cara", "metode" apa pun ... Lihat saja setiap fenomena badan & batin ... termasuk melihat reaksi batin terhadap apa yang muncul ...


Quote
Kemudian mengamati tanpa melihat label??Ketika mendengar suara burung hanya mendengar sajakah??Tanpa berpikir itu adl suara burung?Apakah seperti itu disebut mengamati tanpa memberi label??Seperti "perasaan","bosan","pegal" dll?

Ini juga sama ... ketika pancaindra melihat atau mencerap sesuatu ... mau tidak mau timbul pikiran yang memberi label ... sadari saja timbulnya label-label itu ... dengan demikian, pikiran itu tidak berlarut-larut ... tidak berpikir berkepanjangan ... Kamu tidak mungkin melihat tanpa memberi label pada saat sekarang ... Itu akan datang dengan sendirinya nanti ... bukan disengaja, atau diupayakan ...


Quote
BRati apakah ketika untuk mencapai persepsi murni kita harus berhenti berpikir dan memberi label terhadap setiap fenomena yg muncul dan lenyap?

Jangan bercita-cita untuk "mencapai persepsi murni" ... jangan berupaya untuk "berhenti berpikir", jangan berupaya untuk "berhenti memberi label" ... Alih-alih, sadari saja ketika setiap persepsi hampir selalu diikuti oleh pikiran & pelabelan ...


Quote
Intinya tugas kita cuma 1kah??Yakni mengamati segala fenomena tanpa mengubahnya...Mendengar mendengarlah tanpa memberi label suara apa yg kita dengar?(merinding gw saat membaca artikel pertama dr pak Hudoyo)
_/\_

Sekali lagi, jangan melihat itu sebagai "tugas" ... alih-alih 'lihat apa adanya' termasuk juga melihat setiap REAKSI pikiran, pelabelan yang terjadi ... yang TIDAK MUNGKIN berhenti secara instan.

*****

Nah, saya rasa instruksinya sederhana sekali ... dan tidak perlu dipikir-pikir, dianalisis dsb ...

Yang penting dalam meditasi adalah PRAKTIK ... tanpa praktik, tidak ada gunanya bicara tentang meditasi ... Bacalah diskusi saya dengan Andi Cahya ... di situ yang dibicarakan adalah masalah-masalah yang ditemukan di dalam praktik ... bukan cuma berteori ...

Nah, silakan Riky mempraktikkan meditasi yang instruksinya sangat sederhana itu ... Dan dalam posting yang akan datang kamu laporkan apa yang kamu alami dalam praktik itu ... tanpa berteori lagi.

Salam,
hudoyo

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 03 June 2008, 08:45:28 PM
Oke pak...Sadari saja semuanya tanpa ditolak maupun diterima tanpa digengam maupun dilepas sadari sadari sadari segala fenomena yg muncul maunpun lenyap...
_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 03 June 2008, 08:46:04 PM
Pak praktiknya maksud bebas bukan??Tdk duduk bersila tutup mata...
Tapi segala sesuatu yg dilakukan?
_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 03 June 2008, 08:49:07 PM
Jangan berteori lepaskan segalanya lupakah segala analis pengetahuan biarkan dia mengalir jangan memaksanya........
_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 03 June 2008, 09:11:30 PM
[...]Yaitu cetasika dalam Abhidhamma dikatakan cetasika bisa terdiri atau bersekutu antara lobha dan moha sebaga contohnya. Sebenarnya dalam realitanya apakah cetasika -->lobha dan moha itu muncul bersamaan dalam waktu yg sama atau tidak?. Terus terang saya penasaran sekali, dan kalau dilihat dari yg saya bold itu maka sebenarnya tidak demikian yaitu tidak muncul bersamaan. [...]

Rekan Bond, saya tidak tahu apa yang dibicarakan teman-teman di thread Abhidhamma, karena saya tidak pernah masuk ke sana. :)

Kesan saya pribadi tentang Abhidhamma ialah di situ diasumsikan ada entitas-entitas (dhamma-dhamma) yang dianggap paramattha (mutlak), seperti rupa (28?), citta (89), cetasika (52) & nibbana (1). ... Ini adalah analisis pikiran terhadap suatu taraf kesadaran yang sebenarnya berada di luar jangkauan pikiran ... Apakah betul sesuai dengan fakta? ...

Belum lagi kalau kita ingat bahwa Abhidhamma itu berkembang dalam sekte Theravada saja ... bahwa ada Abhidharma lain yang pada saat yang sama berkembang dalam sekte Sarvastivada ... bahwa ketujuh kitab Abhidhamma Theravada sangat berbeda dengan ketujuh kitab Abhidharma Sarvastivada, sehingga jelas kedua sistem Abhidhamma/Abhidharma itu BUKAN berasal dari sumber yang sama ... bahwa sistem dhamma-dhamma/dharma-dharma dalam Abhidhamma Theravada sangat berbeda dengan dalam Abhidharma Sarvastivada ... sehingga saya tidak tahu lagi mana yang harus dipegang sebagai kebenaran ...

Kembali kepada pertanyaan Anda tentang lobha, dosa & moha ... Apakah mereka itu merupakan tiga buah entitas (dhamma) yang berdiri sendiri-sendiri dan terpisah satu sama lain? ... Lalu, moha sering disebut sebagai sinonim dari avijja, nidana pertama dari paticca-samuppada, yang bersama dengan tanha (lobha?) menggerakkan roda samsara ini ...

Jadi bagi saya, bisa saja loba dan moha itu dianggap sebagai dua sisi dari satu fenomena (momen kesadaran) yang sama ... bisa juga dilihat sebagai dua entitas (dhamma) yang berdiri sendiri-sendiri ... Tapi itu tidak penting buat saya.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 03 June 2008, 10:13:27 PM
Pak berati ketika proses pikiran terhenti maka segala sesuatu yg dilakukan membutuhkan konsentrasi dan mesti diserap dulu?

Jangan buru-buru memikirkan bagaimana keadaan 'pikiran berhenti' itu ... :)

Madman melaporkan bahwa batinnya cenderung tidak mau berpikir ... sehingga untuk melakukan kegiatan mental sehari-hari harus berkonsentrasi dulu ... maksudnya, "memaksakan diri". ... Kami tidak membahas tentang 'berhentinya pikiran'.


Quote
Hening itu bukan diam,diam itu bukan hening. Hening itu adalah ketika pikiran terhenti?

Madman membedakan diam (diamnya tubuh, yang disengaja) dengan 'hening' (ketika pikiran berhenti dengan sendirinya).


Quote
Berati kebijaksanaan tertinggi bukan didapat dr pikiran? Kebijaksanaan tertinggi didapat ketika pikiran itu sendiri sudah terhenti?

Betul ... tapi itu pengalaman Madman ... Buat Riky itu masih merupakan teori ... oleh karena itu jangan dipikir-pikir ... :)


Quote
Itukah inti ajaran SB bahwa ajaran Buddha sendiri adalah kosong?Karena kita batin kosong bukan berati badan jasmani lenyap seketika.Luar biasaa sekali(Merinding gw)Brati badan jasmani ini sudah tau apa yg mesti dilakukannya ketika pikiran tidak mencemarinya.Inikah yg dinamakan melihat segala sesuatu apa adanya?Brati pikiran adalah pencemaran yg paling halus antara segala pencemaran...Karena sesungguhnya ketika kita berhenti berpikir badan jasmani ini sudah bergerak,krn badan jasmani ini memiliki kearifannya sendiri(ketika pergi ke wc bukan lagi karena "ingin" tetapi si badan jasmani sendiri tau apa yg akan dilakukannya sesuatu dengan tubuh.bukan berasal dr pikiran maupun batin sendiri..)

Riky, jangan berteori ... tidak ada gunanya ... :) ... Semua itu Anda akan alami sendiri nanti. ... Untuk sekarang ini, sadari saja batin Anda yang masih dicemari oleh pikiran, perasaan, keinginan, ketidaksenangan dsb. ...


Quote
Pak yg dimaksud keberatan diatas apa?

Artinya pikiran enggan meninggalkan kesadaran sehari-hari di mana ia biasanya berada.


Quote
Brati fenomena ini muncul karena pikiran sudah takut kehilangan "aku" atau ciptaannya sendiri?

Pikiran Madman belum berhenti betul ... dan pikiran itu tidak mau lenyap ... ia sedang "sekarat" ... jadi protes terus ...


Quote
Kok ketika pikiran berhenti terjd hal2 seperti fenomena yg dialami oleh saudara Madman?Apakah ketawa,nangis itu karena kearifan dr badan jasmani saja?Dan Madman tetap sadar terhadap apa yg dilakukannya tetapi berhenti berpikir cuma menerima menerima,membiarkan fenomena tsb muncul dan lenyap begitu saja?

Itu bukan kearifan badan jasmani ... melainkan ulah sisa-sisa pikiran yang "sekarat" ... Tapi kesadaran Madman tetap netral ... membiarkan saja itu berlalu ...


Quote
Quote
Memang betul, Nietzsche menjadi gila karena pemikirannya (inteleknya) melambung tinggi tetapi ia tidak bisa lepas dari tataran intelek. Sebaliknya, di dunia Timur, para orang arif biasanya mengembangkan pemahaman mereka berdasarkan pengalaman dalam meditasi, ketika pikiran & si aku ini berhenti. -- Anda sebetulnya tidak perlu takut menjadi gila, selama Anda tetap sadar bahwa pikiran ini terbatas, terkondisi, sehingga tidak bisa digunakan untuk memahami kebenaran yang terdalam, malah harus diam agar kebenaran itu bisa muncul.

Diam?Kurang jelas bisa pak hudoyo jelaskan sedikit?

Nietzsche adalah filsuf Barat yang sampai pada kesimpulan sia-sianya si aku & pikiran hanya melalui analisis intelektual belaka ... ia tidak kenal meditasi ... jadi ketika ia sampai pada kesimpulan itu, ia menjadi gila karena tidak tahu jalan keluarnya ...

Di lain pihak, seorang yang bermeditasi, ia tahu pula keterbatasan pikiran ... dan sekaligus melatih berhentinya pikiran ... maka ketika pikiran ini bisa berhenti/diam dalam meditasi, ia tahu bahwa ada kearifan yang lebih dalam daripada pikiran.

Itu bedanya seorang filsuf (yang hanya menggunakan pikiran) dengan seorang meditator yang membebaskan diri dari pikiran ...


Quote
Luar biasa,brati hal yg membodohkan kita selama ini yg menghambat menuju kebahagian tertinggi itu sendiri adalah pikiran?Pikiran memanipulasi segala hal yg seharusnya menjd sebagaimana adanya?Misal soal badan yg tlah dijelaskan ketika ada rasa tdk enak kemudian kita bergerak utk mencari rasa nyaman sehingga kita menjadi buta terhadap segala sesuatu yg nyata(sebenarnya)...Kita hanya bisa sadar dan menerima?Jangan ditolak maupun dilawan.Bisa jelaskan apa maksudnya menerima dengan ikhlas?APakah "sadar" atau "mengamati" sesungguh apa yg mesti dilakukan "sadar" atau "mengamati"?

'Menerima dengan ikhlas' berarti TIDAK MENOLAK kalau muncul rasa tidak enak dan TIDAK MELEKAT/MENYENANGI kalau muncul rasa enak. ...

'Sadar', 'mengamati' itu cuma petunjuk saja ... jangan terlalu dipikirkan ... tapi praktikkan. ... Baru kalau dalam praktik ada masalah, didiskusikan kembali ... :)


Quote
Hebat banget deh..TOP...(Gw baru tau tubuh punya kearifan sendiri)
Brati jika kita lapar itu sudah ada tanda dr tubuh,tapi ketika kita "ingin" makan brati pikiran masih sangat dicemari oleh pikran

Betul ... kalau lapar, makanlah ... kalau lapar sudah hilang, tapi makanan yang enak masih banyak, biasanya kita makan terus sampai perut kekenyangan ... itu namanya bukan kearifan tubuh lagi, melainkan pikiran yang 'serakah'. ... :)


Quote
Batin ama pikiran beda ya?Batin=pikiran sudah terhentikah?(Jika salah mohon dikoreksi).Kok pikiran masih tetapi "liar" tetapi batin tdk mencampuri hanya menyaksikan secara pasif?Maksudnya?

Batin (mind) itu pasangan dari badan (body); badan bisa diraba, kasar, sedangkan batin tidak bisa diraba, halus. ... Batin itu mengandung beberapa komponen: ada pikiran, ada perasaan, ada kehendak, ada keinginan, ada harapan, ada keputusasaan dsb ... Kalau semua itu berhenti, batin tidak bisa diketahui lagi, SEOLAH-OLAH tidak ada batin lagi, tidak ada pikiran, tidak ada aku ... yang tinggal adalah badan jasmani dengan pancaindranya yang tetap berfungsi dengan kearifannya sendiri ...

Pikiran masih liar, tapi itu disadari secara pasif, tidak dilawan ... sehingga akhirnya pikiran akan diam dengan sendirinya, tapi bukan sengaja dibuat diam ...


Quote
Benar seperti kata pak Hudoyo,ketika hal tdk sesuai teori maka akan menjd takut dan ragu apakah hal tsb sudah "benar" atau "tdk"

Oleh karena itu, dalam MMD tidak ada teori apa pun sama sekali ...
Apa yang terjadi ketika pikiran berhenti tidak pernah dibahas sebelum pemeditasi mengalaminya sendiri ...

Demikianlah kamu harus mulai berlatih meditasi sendiri di rumah, Riky. ... Jangan terlalu banyak teori lagi ... Kalau mau bisa berenang, harus terjun ke air ... jangan cuma mendiskusikan teori berenang di luar air. ... :)

Nah, selamat mencoba.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 03 June 2008, 10:22:49 PM
Oke pak...Sadari saja semuanya tanpa ditolak maupun diterima tanpa digengam maupun dilepas sadari sadari sadari segala fenomena yg muncul maunpun lenyap...
_/\_

Bagus ... praktikkan, Riky ... :)


Pak praktiknya maksud bebas bukan??Tdk duduk bersila tutup mata...
Tapi segala sesuatu yg dilakukan?
_/\_

Boleh dengan bebas ... Itu lebih baik, kamu bisa sadar dalam sebagian besar waktumu sehari-hari. ... Tapi dalam kesadaran sehari-hari, biasanya terlalu banyak rangsangan yang masuk lewat pancaindra, dan badan selalu bergerak ... sehingga keheningan yang dicapai hanya bersifat relatif ... sekalipun itu saja sudah sangat bermanfaat.

Kalau kamu ada kesempatan untuk meditasi duduk ... badan diam seperti patung batu ... itu bisa membawa pada keheningan yang lebih dalam ... dan pada suatu titik kelak, pikiran bisa berhenti dengan sendirinya ...


Jangan berteori lepaskan segalanya lupakah segala analis pengetahuan biarkan dia mengalir jangan memaksanya........
_/\_

OK ... praktikkan, Riky ... Posting selanjutnya tentang pengalamanmu sendiri, ya. ... :)

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 04 June 2008, 10:00:13 AM
Ok thanks Pak Hudoyo atas penjelasannya _/\_ Banyak teori makin ribet , mendingan balik kandang ke habitat saya aja, meditasi aja dulu :))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 04 June 2008, 12:23:53 PM
Ni hasilnya pak:
Pak uda praktik ni semalam...
Pas semalam waktu pulang ke rumah...
Gw masih merenungin tulis2an bapak yg diposting ini...
Gw berpikir bahwa berpikir itu sendiri percuma,berteori dan berspekulasi itu juga membodohkan sendiri...
Gini ceritnya...
Wkt pulang dikamar gw sebenarnya mau bljr(paz hr ne ujian semester yg terakhir)Tapi paz mau belajar gw terenung kembali tulisan2 pak hudoyo..Jd gw mencoba untuk meditasi sejenak...
Seperti yg gw baca meditasi itu kan bukan duduk bersila,dll yg penting seperti yg ditulis bisa diam dan sadar....Tubuh benar2 diam...
Ketika dikamar saya mencoba diam(Tdk dengan meditasi bersila,yg salah lakukan seperti org yg duduk kakinya ke depan lurus 1/2 tekuk gitu)..Gw menutup mata dan mencoba merasakan segala sesuatu dan diam..
Paz diam tsb belum ampe 5mnt batin gw bergejolak luar biasa...
Tak tertahankan,rasanya pengen muntah,marah,frustasi benar2 ada something yg mau loncat keluar dr tubuh ini...
Ketika itu juga saya hentikan meditasi tsb...
Baru gw berpikir bentar,"ini hanya fenomena wajar seperti yg tlh gw baca di dlm posting,jk gw ragu antara benar dan tdk benar dan terus terus berteori maka disana tdk pernah akan ada kemajuan batin."
Kemudian meditasi kedua pun saya lakukan dengan cara duduk bersila...
Pada saat itu saat benar2 hanya sadar...
Mendengar segala sesuatu dr segala segi...
Nafas,suara(suara agak susah banyak suara tapi saya tetap berusaha mendengar dan mendengar sambil berkata itu suara mama saja,itu suara tetangga saya itu suara ac itu suara kipas angin....)
Kemudian pada tahap meditasi antara 5mnt ke atas tdk ada perubahan apa2 cuma sekedar diam dan diam...
Kemudian ke atasnya lagi bagian dibawah pusar saya mulai sakit(Terutama kedua kaki saya)...
Hal tsb juga saya sadari dan saya cuma mengamatinya dan sadar akan rasa sakit tsb....
Kemudian saya konsenkan ke semua hal nafas,suara,rasa sakit...
Perlahan2 makin lama makin lama...
Tiba2 rasa sakitnya benar2 luar biasa...
Benar2 sakit...
Kemudian kedua kaki saya bergetar kencang...saya benar dapat merasakan denyut kaki saya...mata saya juga(ketika saya fokus pada nafas dan suara...ada seperti denyut yg tiba2 muncul)
Pada saat itu badan saya serasa ingin terbang atau melayang...
Tiba2 pada saat mengamati dan sadar akan rasa sakit...
Nafas saya tiba2 benar2 segar dan seperti ada sensasi yg luar biasa menyenangkan tetapi ketika saya mengikuti sensasi itu langsung dlm hitungan detik sensasi itu hilang lenyap dan digantikan oleh rasa sakit lagi..Pada saat itu saya sadar saya tdk boleh mengengamnya...
Terpaksa ulang rasa konsentrasi dr awal...
Kemudian sensasi itu muncul lagi tiba2,saya terkejut pada saat sensasi itu dtg kemudian terulang lagi saya benar2 tiba2 ingin memasuki sensasi itu gagal lagi...
Kemudian sensasi itu muncul lagi...dan sekejap hilang pada saat saya mencari sensasi itu tidak ada apa2...
Kecuali rasa sakit yg semakin luar biasa(Saya baru sadar kenapa Dikatakan bagaikan berada dineraka badan ini pada saat meditasi...Emang benar2 sakit)
Pada saat itu sudah sangat lama saya berdiam diri mungkin 30mnt sampai 1jam(INI ADALAH MEDITASI YG PALING LUAR BIASA YG PERNAH SAYA LAKUKAN,BAYANGKAN LEBIH DR 30MNT?PADAHAL DULU MEDITASI SAYA GK LEWAT DR 5MNT,TP INI BISA LEWAT 30MNT BAHKAN MASIH SADAR DAN YG LEBIH GILANYA GUA GAK NYANGKA GUA BISA DIAM TANPA GERAK SEDIKITPUN DLM KURUN WKT 30MNT LEBIH...BENAR2 LUAR BIASA BUAD GW)...
kemudian rasa sakit itu benar2 menjadi saya luar biasa dan meditasi kan 2 ibu jari kita bersatu bukan?pada saat merasa melayang kedua ibu jari saya tiba2 bergeser lepas...Dan saya tdk bisa lagi merasakan bahkan kedua tangan saya dlm posisi telapak tangan kanan diatas dan kiri dibawah(bnr2 seperti hilang dan tdk ada apa2)
Kemudian saya kalah oleh rasa sakit yg luar biasa itu...
Meditasi saya hentikan dan ketika saya membuka mata saya masih bisa duduk bersila dengan buka mata(Tp hal ini saya hentikan total mengingat saya belum belajar sama sekali buad ulangan besok ^^)
Kemudian setelah itu seperti posting yg gw baca ada yg pakai terlentang,saya mencoba hal tsb...
Yakni tdr terlentang dan sadar akan rasa sakit itu dan hilang(Gw gk tau lagi apa yg terjadi mungkin gw tertdr)...
Yg ingin saya tanyakan apa fenomena yg terjd pada diri saya?
NB:saya bermeditasi diranjang saya yg tingginya kira2 30cm dr permukaan lantai,apakah ini berpengaruh untuk meditasi?Kemudian keesokkan nya gw bangun jam 3 pagi(untung ya bisa bangun padahal gw gk pakai alarm,langsung deh keinget mau blajar pada saat itu badan saya terasa segar dan bertenaga banget...Gw benar2 bersyukur mungkin ada bantuan deva2 yg membangunkan saya untuk belajar ^^ alhasil td ujian bisa ^^)

Saya hanturkan beribu2 terima kasih kepada pak hudoyo yg telah menyempatkan diri untuk membimbing saya...Saya akan belajar lebih banyak lagi...Mohon bimbingannya...
_/\_



Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 04 June 2008, 01:04:33 PM
Quote
Yg ingin saya tanyakan apa fenomena yg terjd pada diri saya?
NB:saya bermeditasi diranjang saya yg tingginya kira2 30cm dr permukaan lantai,apakah ini berpengaruh untuk meditasi?Kemudian keesokkan nya gw bangun jam 3 pagi(untung ya bisa bangun padahal gw gk pakai alarm,langsung deh keinget mau blajar pada saat itu badan saya terasa segar dan bertenaga banget...Gw benar2 bersyukur mungkin ada bantuan deva2 yg membangunkan saya untuk belajar ^^ alhasil td ujian bisa ^^)

Selamat datang di meditasi! Mau melepas koq malah dipusingin?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 04 June 2008, 01:25:07 PM
meditasi saya juga masih banyak salahnya...
mohon bimbingannya Pak Hud _/\_

ketika saya berharap utk melihat alam lain (deva), yg saya lihat malah alam neraka...
ampuuuuuuuun... melihatnya saja sudah demikian menyakitkan...

untung saya masih bisa mengingat Buddha, dan mengembalikan saya ke objek meditasi saya yg biasa. (anapanasati)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 04 June 2008, 02:13:15 PM
Quote
Yg ingin saya tanyakan apa fenomena yg terjd pada diri saya?
NB:saya bermeditasi diranjang saya yg tingginya kira2 30cm dr permukaan lantai,apakah ini berpengaruh untuk meditasi?Kemudian keesokkan nya gw bangun jam 3 pagi(untung ya bisa bangun padahal gw gk pakai alarm,langsung deh keinget mau blajar pada saat itu badan saya terasa segar dan bertenaga banget...Gw benar2 bersyukur mungkin ada bantuan deva2 yg membangunkan saya untuk belajar ^^ alhasil td ujian bisa ^^)

Selamat datang di meditasi! Mau melepas koq malah dipusingin?

Oh iya...
Betul juga ya bro karuna...
Mau lepas kok dipusingin ya...
Sep...
_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 04 June 2008, 02:18:38 PM
meditasi saya juga masih banyak salahnya...
mohon bimbingannya Pak Hud _/\_

ketika saya berharap utk melihat alam lain (deva), yg saya lihat malah alam neraka...
ampuuuuuuuun... melihatnya saja sudah demikian menyakitkan...

untung saya masih bisa mengingat Buddha, dan mengembalikan saya ke objek meditasi saya yg biasa. (anapanasati)

Hah?Melihat alam neraka?:O
_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 04 June 2008, 02:34:26 PM
pengalaman melihat berbagai macam hal, merasakan berbagai macam hal adalah hal yang biasa dalam bermeditasi.

amati saja, jangan melekat pada hal-hal tersebut.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 04 June 2008, 03:05:28 PM
kalau menurut saya pada saat sadar, justru menyadari 'yah saya berbohong'.

Kalau saya berbohong ... lalu sadar bahwa saya berbohong ... maka otomatis bohong itu berhenti dengan sendirinya, tanpa dilawan, tanpa ditekan (kecuali ada motif lain, misalnya takut kehilangan pekerjaan yang mengharuskan orang berbohong, seperti Marketing). Tapi sadar PADA WAKTU berbohong itu sendiri sudah "terlambat"; niat berbohong itu sendiri--SEBELUM berkembang menjadi ucapan--tidak disadari, karena vipassana-nya belum kuat; atau sudah menjadi kebiasaan, sehingga dianggap "tidak apa-apa", "toh semua orang berbohong dalam bisnis", dsb.

Lebih dini dari itu, ketika orang berada dalam kesadaran vipassana penuh, munculnya niat untuk berbohong itu sendiri sudah ketahuan, sehingga dengan sendirinya niat berbohong itu akan lenyap kembali, tidak jadi berbohong, tanpa dilawan, tanpa ditekan. Itulah vipassana yang sesungguhnya, yang seharusnya.


Quote
menurut saya, 'niat' & 'sadar' berada pada tempat berbeda.
mungkin definisi vipassana sendiri dapat berbeda2...
kalau bagi saya vipassana itu pengamatan gerak bathin seperti niat, perasaan, ketertarikan, dll...
jadi menurut saya bukan dalam arti 'sadar = bersih dari niat'.

'Sadar' memang bukan harus selalu "bersih, baik, kusala dsb", 'sadar' adalah menyadari segala sesuatu yang muncul dalam batin, entah "baik" entah "tidak baik". Definisi yang Anda kemukakan tentang 'sadar' sudah betul. Jadi, 'sadar' itu bukan hanya menyadari Ucapan dan Perbuatan (baik dan buruk), tetapi termasuk juga menyadari 'niat' SEBELUM 'niat' itu berkembang menjadi 'ucapan' atau 'perbuatan'. "Niat itulah karma," kata Sang Buddha ("Cetanaham, bhikkhave, kammam vadami.")

Dalam vipassana yang seharusnya, 'sadar' itu menyadari adanya 'niat untuk berbohong' (yang "buruk"), juga menyadari adanya 'niat untuk ber-namaskara' (yang "baik"). Kalau 'niat' itu disadari SEBELUM berkembang menjadi 'ucapan' & 'perbuatan', maka 'niat-niat' itu akan lenyap kembali dengan sendirinya, tanpa ditekan, tanpa dilawan.


Quote
apabila seseorang sudah sadar tanpa jeda, apa yg dilakukan orang tsb? apakah diam saja tanpa aktifitas (apa ini bukan malah ?jhana? yah bahasanya?)?

Salam,
tesla

Dengan kata lain, Anda bertanya tentang batin seorang Buddha, batin seorang arahat. :) ... Padahal, Sang Buddha wanti-wanti, ada empat hal yang tidak seharusnya dipikir-pikir (acinteyya); "... kalau dipikir-pikir juga bisa membuat orang menjadi gila," kata Sang Buddha.

Apakah empat hal acinteyya (tidak seharusnya dipikir-pikir) itu: (1) hakikat seorang Buddha; (2) asal-mula alam semesta; (3) hakikat jhana; dan (4) seluk-beluk karma dan buahnya (vipaka).

Kita diajar bahwa di dalam batin seorang Buddha/arahat itu tidak ada lagi pikiran "ini milikku; ini aku; ini diriku"; tidak ada lagi kehendak/niat (cetana) yang = kamma (seorang Buddha/arahat tidak berbuat kamma lagi). ... Apakah itu berarti dia diam saja tanpa aktivitas, seperti tumbuhan?

Yang tidak ada lagi adalah 'aku'-nya, 'atta', sumber dari semua 'cetana' (niat), baik niat untuk berbohong, maupun niat untuk ber-namaskara dsb. ... Jadi apa yang ada? ... Sang Buddha berkata:

"Atthi, bhikkhave, ajatam, akatam, abhutam, asankhatam .." ("Para bhikkhu, ADA SESUATU yang tak dilahirkan, tak terbentuk, bukan makhluk, tak terkondisi ...")

Itulah yang mengambil-alih batin yang telah kosong dari aku, kosong dari kehendak/niat, di mana tidak ada lagi Tesla sekalipun tubuh yang bernama Tesla ini ada, tidak ada lagi Hudoyo sekalipun tubuh yang bernama Hudoyo ada. Seolah-olah tubuh & batin ini--di mana sudah tidak ada aku lagi, tidak ada kehendak/niat lagi--menjadi sekadar wayang kulit yang digerakkan oleh Sang Dalang. Kira-kira seperti itulah batin seorang Buddha/arahat, sekalipun kita tidak bisa tahu persis bagaimana rasanya, sebelum kita mengalaminya sendiri.

Di dalam Mahayana, SESUATU itu disebut Tathagata-garbha (batin Buddha) atau Dharma-kaya (Tubuh Dharma); di dalam Vajrayana, SESUATU itu, kalau tidak salah, disebut Rigpa. (Mohon koreksi, Samanera Nyanabhadra. Terima kasih :)) Seorang Buddha/arahat batinnya SELAMANYA berada dalam Tathagata-garbha/Dharmakaya, segala pikiran, ucapan & perbuatannya berasal dari situ.

Di kalangan pejalan spiritual yang menganut agama-agama monoteistik (Islam & Keristen), SESUATU itu disebut TUHAN. Di dalam Alkitab Keristen ada kalimat: "Sekarang aku sudah disalibkan bersama Kristus, dan bukan aku lagi, tapi Kristus yang hidup di dalam ini." - Di dalam Al-Qur'an ada kalimat: "Segala sesuatu di alam semesta ini fana (tidak kekal), yang tetap ada hanyalah Wajah Tuhanmu." - Di dalam ajaran spiritual Jawa kuno ada kalimat: "Ketika orang mencapai keadaan 'mati di dalam hidup', maka di situ ada 'hidup di dalam mati."

Krishnamurti berkata, "Meditasi adalah pengosongan batin dari segala sesuatu yang telah diciptakan oleh batin. ... Kalau orang bisa berada sejauh itu, maka orang akan masuk ke dalam keheningan dalam ruang yang mahaluas; itulah Kebebasan sempurna ... Lalu di situ ada Gerak dari Yang Mahaluas." - Ia tidak menjelaskan lebih lanjut, apa itu 'Gerak dari Yang Mahaluas' itu.

Nah, Rekan Tesla, mohon jangan dipikir-pikir hal ini, "... bisa jadi gila nanti," kata Sang Buddha. - Tapi yang jelas itu bukan jhana; dalam jhana tidak ada gerak apa pun.

Salam,
hudoyo
Pak hudoyo semua penjelasannya jelas banget dan luar biasa banget...
Vipassana yg sebernarnya adalah sadar sebelum melakukan(maksud saya sadar sebelum cetana itu keluar dlm bentuk ucapan pikiran,dll)?Brati sudah sadar akan "cetana" tsb dan sadar mengamati cetana tsb sehingga lenyap kembali...Karena kita cuma sadar dan mengamati doank gk berbuad apa2(Dlm arti disni kita diam/hening)
Begitukah pak?Kalau begitu thats amazing...
_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 04 June 2008, 08:27:28 PM
hehehe... Rekan Evo, tampaknya orang sadar dan orang gila itu memang sukar dibedakan secara lahiriah. ;D ... Lihat saja, bagaimana para Master Zen sering bertingkah laku seperti orang gila ;D ... masak buddharupang dijadikan kayu bakar ... :) ... Masak ada Master yang bilang: "Kalau ketemu Buddha di jalan, bunuh dia." ;D

Nah, kesimpulan dari kegilaan MMD ialah:
Bila Anda mengamati lobha, dosa, moha bermunculan dalam batin Anda ... maka aku/atta Anda makin lama makin tipis ... bersama dengan semakin tipisnya aku/atta, maka metta & karuna pun berkembang dalam batin Anda, tanpa Anda menyadari bahwa Anda punya metta-karuna, karena Anda tidak pernah berlatih mengembangkan metta-karuna ... Tetapi, begitu Anda menyadari "Aku penuh cinta kasih", maka di situ atta Anda muncul kembali, dan metta Anda menjadi palsu atau munafik. (Kalau saya sadar bahwa saya sudah berdana, dan berpikir "Wah, saya sudah berdana besar", maka dana saya menjadi palsu atau munafik.) ...

Jadi, yang perlu kita lakukan sederhana sekali: amati saja lobha, dosa, moha itu (semua itu aku/atta) bermunculan dalam batin, terus-menerus ... tanpa khusus ber-metta-bhavana, yang cuma memperkuat si aku/atta ini. ... Nah, gila nggak? ;D ...

Lebih gila lagi: jangan berlatih sati-patthana ("mengembangkan kesadaran") ... Alih-alih, sadari saat-saat Anda tidak sadar (penuh lobha, dosa, moha) ... dengan sendirinya sati akan berkembang, tanpa disengaja-kembangkan, dan lobha, dosa, moha lenyap ... tanpa punya pikiran: "Wah, sati-ku sudah berkembang,", yang kembali lagi adalah atta & lobha. ;D ...

Dan mengamati lobha, dosa, moha itu adalah pekerjaan seumur hidup ... sampai tercapai KEPADAMAN (nibbana). ... Dalam MMD yang ditekankan adalah kepadaman ... bukan mencapai "kebahagiaan tertinggi" (sekalipun ada pepatah "nibbanam paramam sukham"). ... :) 

Dalam Bahiya-sutta, Sang Buddha menegaskan: "... kalau kamu bisa berada dalam keadaan itu, maka KAMU TIDAK ADA. ... Inilah, dan hanya inilah, akhir dari dukkha."

*****

Membaca cerita Anda, tampaknya Anda sudah memperoleh salah satu pencerahan (nyana, insight), biarpun "kecil": yakni tidak adanya roh/diri/jiwa yang kekal-abadi, kalau memang pemahaman ini berasal dari KESADARAN LANGSUNG dan BUKAN hasil perenungan atau pemikiran.

Pencerahan ini sangat penting; anggapan tentang adanya roh/diri yang kekal disebut sakkaya-ditthi. Maka, menurut teori Buddhis, tinggal dua belenggu lagi perlu patah dalam batin Anda sebelum Anda menjadi Sotapana, yakni:

(1) vicikiccha (keraguan) - ragu-ragu akan kenyataan pembebasan itu sendiri - ini bukan keraguan intelektual, melainkan keraguan EKSISTENSIAL, keraguan yang dirasakan dalam lubuk kesadaran yang paling dalam;

(2) silabbata-paramasa - melekat pada ritualisme (misalnya: namaskara, baca paritta, buang sial, melepas burung dsb), menganggap bahwa ritualisme seperti itu bisa menyelamatkan kita.

Tapi, semua itu kan bagi kita sebatas teori/pengetahuan Buddhis. Kalau mau menjadi Sotapana, jangan sekali-kali mengharapkan menjadi Sotapana. ... Gila lagi, nggak? ;D

*****

Tentang "makhuk lain" silakan kirimkan posting Anda. :) ... Tapi saya sudah menyiapkan jawabannya, kok; pakai bahasa Betawi: "Nape lo mikirin makhluk lain??" ... Bersikaplah, "EGP ..."  ;D ;D ... Gila, nggak? ;D

Salam,
Hudoyo


Bukan gila lagi pak...
Tapi udah keterlaluan gilanya ^^
Masak sadar dan sadar hanya mencapai tingkat sotapanna??(khusus yg di quote diatas ^^)
Itu pun masih ada 2hal yg belum dipatahkan???(sebenarnya ini pertanyaan bodoh ya?^^ tapi gpp lah cuma ingin nanya aja,kan uda jelas tdk ada kata "hanya" "hanya" maupun keinginanan laennya untuk mencapai apa pun yg mesti dilakukan cuma disadari bukan berlatih menyadari(Kalau menyadari kan lebih ke saya sadar,saya mau sadar,dll...)
Wah2...
Jd apakah intinya ketika kita meditasi pada saat pikiran itu terhenti(Hanya pada saat meditasi) dan perkembangan2 laennya akan muncul sendirinya tanpa "diinginkan","dikendalikan","disadarkan"(maksudnya hanya disadari aja),tanpa "dikembangkan" tetapi "Disadari"
_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 04 June 2008, 09:01:54 PM
Dari milis semedi [at] yahoogroups.com

RE: Renungan Harian - 15 April '08 - Mengejar ahimsa ...

From: Ngurah Agung [mailto:ngestoerahardjo [at] yahoo.com]

--- In seamed [at] yahoogroups.com, "Hudoyo Hupudio" <hudoyo [at] ...> wrote:
>
> Apakah mengejar tanpa-kekerasan (ahimsa) membebaskan batin dari kekerasan?
>

>
> Kita mengira ideal itu perlu. Tetapi apakah ideal membantu mendatangkan
> perubahan radikal dalam batin kita? Ataukah ideal hanya membuat kita bisa
> menunda-nunda, mendorong perubahan ke masa depan, dan dengan demikian
> menghindari perubahan yang radikal, segera? Jelas, selama kita mempunyai
> ideal, kita tidak pernah sungguh-sungguh berubah, melainkan berpegang pada
> ideal kita sebagai cara penundaan, menghindari perubahan segera yang begitu
> penting. Saya tahu, kebanyakan di antara kita menganggap bahwa ideal harus
> ada, oleh karena tanpa itu kita mengira tidak akan ada dorongan untuk
> berubah, dan kita akan membusuk, mampet. Tetapi saya mempertanyakan, apakah
> ideal mana pun pernah mentransformasikan cara berpikir kita. Mengapa kita
> memiliki ideal? Jika saya keras, apakah saya membutuhkan ideal
> tanpa-kekerasan? Saya tidak tahu apakah Anda pernah memikirkan hal ini. Jika
> saya keras--seperti kebanyakan dari kita dalam berbagai derajat--perlukah
> bagi saya untuk memiliki ideal tanpa-kekerasan? Apakah mengejar
> tanpa-kekerasan membebaskan batin dari kekerasan? Ataukah mengejar
> tanpa-kekerasan itu sendiri sesungguhnya menghalangi pemahaman akan
> kekerasan? Bagaimana pun juga, saya hanya bisa memahami kekerasan bila,
> dengan seluruh batin saya, saya memberikan perhatian saya sepenuhnya kepada
> masalah itu. Dan pada saat saya sepenuhnya memperhatikan dan memahami
> kekerasan, apa perlunya ideal tanpa-kekerasan? Saya rasa, mengejar ideal itu
> merupakan penghindaran, penundaan. Jika saya mau memahami kekerasan, saya
> harus memberikan seluruh batin saya kepadanya dan tidak membiarkan perhatian
> saya teralihkan oleh ideal tanpa-kekerasan.
>

>
> J Krishnamurti - Hamburg, 1956, Talk 2
> [Dari: JKrishnamurti.org - Daily Quote]
===============================
> Semar:
>

>
> Kalau saya memikirkan ideal tanpa-kekerasan--sebagaimana diajarkan oleh
> agama-agama--maka saya tidak memperhatikan kekerasan dalam berbagi
> bentuknya --tersinggung, sakit hati, cemburu, irihati dsb--yang ada di dalam hati saya sendiri.
>
> Analoginya, kalau saya selalu memikirkan & mendengungkan cinta kasih, saya
> tidak memperhatikan & memahami ketidaksenangan & kebencian yang ada dalam hati saya.
 
===============
 
Kakang Semar ...
 
Saya kira apa yang Kakang sebut sebagai 'kekerasan' itu --tersinggung, sakit hati, cemburu, irihati dsb-- bukanlah kekerasan. Itu bentuk-bentuk perasan, bentuk-bentuk emosi.
 
Dan ...pada sisi lain ahimsa bukanlah hanya tanpa-kekerasan [yang diterjemahkan dari non-violent] itu melainkan tanpa-menyakiti yang dilandasi oleh kasih kepada sesama makhluk ---karena éling kalau pada hakekatnya kita sama. Makna aktif dari ahimsa justru adalah kasih.
 
Kalau pertanyaan yang ada adalah:
Apakah mengejar tanpa-kekerasan (ahimsa) membebaskan batin dari kekerasan?
 
Jawabnya jelas TIDAK,terlepas dari apa yang dimaksud oleh mendiang JK dengan 'mengejar' itu --sebab ahimsa lebih merupakan sikap mental, pasif, bukan tindakan aktif yang bisa dikejar-kejar. Bagaimana mungkin siapapun akan mengejar yang tidak lari,yang bukan untuk dikejar:-)
 
Shanti,
NA.

=================================
HUDOYO:

Pak Ngurah yg baik,

Bentuk-bentuk perasaan/emosi seperti tersinggung, sakit hati, cemburu, irihati dsb ADALAH kekerasan; kekerasan di dalam batin, yang menjadi sumber kekerasan dalam dunia. Bahkan cinta kasih, selama bersumber dari si aku, adalah sebentuk kekerasan yang amat halus, karena cinta kasih si aku selalu memilah-milah antara “yang dikasihi” dan “yang tidak dikasihi”, seperti: “Saya mengasihi anakku, tapi tidak mengasihi anak orang lain.”Pada dasarnya, si aku itulah sumber kekerasan yang paling dalam.

Terima kasih atas pendapat Anda bahwa landasan Ahimsa adalah Kasih.

Menurut hemat saya, baik “ahimsa” maupun “kasih” adalah IDEALISME—suatu keadaan yang dicita-citakan, yang harus dicapai. Justru itulah yang dipertanyakan oleh Krishnamurti. K mempertanyakan, apakah idealisme akan mengadakan perubahan radikal dalam batin? K berpendapat bahwa idealisme hanya “… membuat kita bisa menunda-nunda, mendorong perubahan ke masa depan, dan dengan demikian menghindari perubahan yang radikal, segera.”Ahimsa tidak lebih dari sekadar idealisme—seperti ajaran-ajaran lain dari agama—kalau orang mau mengakui bahwa dalam batinnya sekarang ini tidak ada ahimsa.

Tanpa mempermasalahkan secara harfiah kata “mengejar”—yang berasal dari kata “pursue”—kata itu bisa berarti “mengupayakan”, “mengusahakan”. (Terima kasih Anda telah mengangkat masalah ini; dalam edisi selanjutnya penerbitan The Book of Life, kata “mengejar” akan saya ganti dalam: “Apakah mengupayakan tanpa-kekerasan membebaskan batin dari kekerasan?”)

Jelas yang dimaksudkan K dengan “pursue non-violence” adalah “mengupayakan tanpa-kekerasan”, suatu idealisme. Justru inilah yang dipersoalkan K, idealisme dalam bentuk apa pun, termasuk idealisme tentang Cinta Kasih, sebagaimana diajarkan dalam semua agama, termasuk agama Buddha sendiri.

K berpendapat bahwa selama orang tidak mencurahkan perhatian sepenuhnya pada kebencian & kekerasan dalam batinnya sendiri—dengan kata lain, selama ia tidak mengamati dengan cermat gerak-gerik akunya sendiri—maka tidak mungkin ia bebas dari kebencian & kekerasan dalam batinnya—yang tidak tercetus dalam perbuatan—sekalipun ia memiliki idealisme tentang tanpa-kekerasan dan cinta kasih setinggi apa pun. Idealisme hanya menunda tindakan radikal yang diperlukan dalam menghadapi kebencian & kekerasan dalam batin sendiri, karena idealisme menghalangi kita untuk melihat batin kita sendiri seperti apa adanya, yang masih memiliki kekerasan, sehalus apa pun.

Begitu pendapat saya. Silakan Pak Ngurah menyimak kembali seluruh kata-kata K di atas dengan polos. Terima kasih.

Salam,
Hudoyo

PS: seperti biasa mohon tanggapan ini dimuat dalam milis-milis yang tidak saya langgani yang Anda kirimi posting Anda. Terima kasih.


Waw tepat banget...
Jawabanya menurut gw adalah TIDAK...
Karena jika kita hanya mengupayakan tanpa kekerasan sesungguhnya disanalah maka kekerasaan semakin menguat dlm "aku" semakin kita menekannya maka semakin kita tenggelam didalamnya.Mungkin kita berkata,"saya telah mencapai ahimsa(tanpa kekerasaan)Bukankah sebenarnya ini adalah pembeneran/pembelaan sesaat dr "aku" sendiri??Bukankah kita sedang dikelabui oleh "ular" licik ini?
Menurut saya(maaf jika salah) kasus diatas seperti misalkan kita ingin melepas kebencian maka kita lawan dengan cinta kasih.Dr ilmu yg saya dpt dr posting2 pak Hudoyo yg masuk akal sekali hal tsb sangat kontras...
Bagaimana melawan kebencian dengan cinta kasih??BUkankah pada cinta kasih sendiri melekat aku yg halus??
Sesungguhnya jika ingin menghentikan kebecian itu sendiri,maka sadarilah dan pahamilah kebencian itu...Niscaya kebencian itu akan lenyap dgn sendirinya...(tanpa ada kehendak,keinginan,pengendalian,dl)
Kebencian beserta segala sesuatu akan lenyap ketika pikiran terhenti...
Ketika kita sadar akan hakikat dr kebencian itu sendiri,mengamati dan sadar akan kebencian itu sendiri..
BUkan dengan cara dilawan dengan cinta kasih...Justru disana terdapat "aku"...
Tujuan umat buddha nibbana bukan?Cara menempuhnya melalui pemberhentian pikiran,cara pemberhentian pikiran yakni meditasi yg menyadari pikiran dan segala yg ada...Bukan dilawan,bukan ditolak,dll...Tetapi disadari saja cukup menyadari tanpa berbuat apa2,amati dan sadari amati dan sadari...
_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hartono238 on 04 June 2008, 09:15:38 PM
:))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 05 June 2008, 01:12:11 AM
Waw tepat banget...
Jawabanya menurut gw adalah TIDAK...
Karena jika kita hanya mengupayakan tanpa kekerasan sesungguhnya disanalah maka kekerasaan semakin menguat dlm "aku" semakin kita menekannya maka semakin kita tenggelam didalamnya.Mungkin kita berkata,"saya telah mencapai ahimsa(tanpa kekerasaan)Bukankah sebenarnya ini adalah pembeneran/pembelaan sesaat dr "aku" sendiri??Bukankah kita sedang dikelabui oleh "ular" licik ini?
Menurut saya(maaf jika salah) kasus diatas seperti misalkan kita ingin melepas kebencian maka kita lawan dengan cinta kasih.Dr ilmu yg saya dpt dr posting2 pak Hudoyo yg masuk akal sekali hal tsb sangat kontras...
Bagaimana melawan kebencian dengan cinta kasih??BUkankah pada cinta kasih sendiri melekat aku yg halus??
Sesungguhnya jika ingin menghentikan kebecian itu sendiri,maka sadarilah dan pahamilah kebencian itu...Niscaya kebencian itu akan lenyap dgn sendirinya...(tanpa ada kehendak,keinginan,pengendalian,dl)
Kebencian beserta segala sesuatu akan lenyap ketika pikiran terhenti...
Ketika kita sadar akan hakikat dr kebencian itu sendiri,mengamati dan sadar akan kebencian itu sendiri..
BUkan dengan cara dilawan dengan cinta kasih...Justru disana terdapat "aku"...
Tujuan umat buddha nibbana bukan?Cara menempuhnya melalui pemberhentian pikiran,cara pemberhentian pikiran yakni meditasi yg menyadari pikiran dan segala yg ada...Bukan dilawan,bukan ditolak,dll...Tetapi disadari saja cukup menyadari tanpa berbuat apa2,amati dan sadari amati dan sadari...
_/\_

Riky, bagus sekali ... tidak lama lagi pemahamanmu mengenai ajaran Sang Buddha akan menyamai saya ... :)

Teruskan meditasimu, ya ... :)

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 05 June 2008, 01:19:25 AM
Bukan gila lagi pak...
Tapi udah keterlaluan gilanya ^^
Masak sadar dan sadar hanya mencapai tingkat sotapanna??(khusus yg di quote diatas ^^)
Itu pun masih ada 2hal yg belum dipatahkan???(sebenarnya ini pertanyaan bodoh ya?^^ tapi gpp lah cuma ingin nanya aja,kan uda jelas tdk ada kata "hanya" "hanya" maupun keinginanan laennya untuk mencapai apa pun yg mesti dilakukan cuma disadari bukan berlatih menyadari(Kalau menyadari kan lebih ke saya sadar,saya mau sadar,dll...)
Wah2...
Jd apakah intinya ketika kita meditasi pada saat pikiran itu terhenti(Hanya pada saat meditasi) dan perkembangan2 laennya akan muncul sendirinya tanpa "diinginkan","dikendalikan","disadarkan"(maksudnya hanya disadari aja),tanpa "dikembangkan" tetapi "Disadari"
_/\_

Ya, betul ... Meditasi itu menyadari secara pasif (tanpa bereaksi) segala gerak-gerik si aku/atta ... yakni pikiran, emosi, keinginan, kehendak, harapan dsb ... bahkan harapan untuk mencapai ketenangan atau pencerahan dalam meditasi. ...

Bagus sekali, Riky, ... teruskan meditasimu. ... :)

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 05 June 2008, 01:26:43 AM
meditasi saya juga masih banyak salahnya...
mohon bimbingannya Pak Hud _/\_

ketika saya berharap utk melihat alam lain (deva), yg saya lihat malah alam neraka...
ampuuuuuuuun... melihatnya saja sudah demikian menyakitkan...

untung saya masih bisa mengingat Buddha, dan mengembalikan saya ke objek meditasi saya yg biasa. (anapanasati)

hehe ... :)  Rekan Tesla, menurut saya, tidak ada meditasi yang "salah" kok ... :)  Yang ada hanyalah 'sadar' atau 'tidak sadar' ...

dan 'tidak sadar' itu masih sering muncul ... juga dalam batin saya ... selama orang belum menjadi arahat. :)

Tidak usahlah jalan-jalan ke alam-alam lain ... syukurlah Anda melihat alam neraka ... kalau melihat alam dewa ... bisa-bisa Anda lupa akan Buddha-Dhamma ... :)

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 05 June 2008, 01:38:08 AM
Pak hudoyo semua penjelasannya jelas banget dan luar biasa banget...
Vipassana yg sebernarnya adalah sadar sebelum melakukan(maksud saya sadar sebelum cetana itu keluar dlm bentuk ucapan pikiran,dll)?Brati sudah sadar akan "cetana" tsb dan sadar mengamati cetana tsb sehingga lenyap kembali...Karena kita cuma sadar dan mengamati doank gk berbuad apa2(Dlm arti disni kita diam/hening)
Begitukah pak?Kalau begitu thats amazing...
_/\_

Bagus sekali, Riky, anakku ... :) 

Dasar-dasar pemahamanmu tentang apa itu vipassana sudah kuat ... :)

Tinggal sekarang, mengembangkan praktik vipassana yang sudah kamu mulai ... :)

Tahukah kamu, bahwa bila orang mulai melakukan vipassana pada usia sangat muda, maka kemungkinan mencapai pencerahan lebih besar dibandingkan orang yang mulai bermeditasi vipassana setelah tua. ... Mengapa? ... Karena batin seorang muda masih lentur, fleksibel, belum kaku, belum karatan seperti batin orang yang sudah tua. ...

Sang Buddha bilang, kalau dua orang bhikkhu, yang satu muda dan yang lain tua, sama-sama mulai menjalankan vipassana, maka yang muda bisa menjadi arahat, sedang yang tua mungkin hanya sampai sotapanna.

Tapi, nggak usahlah ini diingat-ingat dan dijadikan harapan dalam ber-vipassana ... nanti malah mengganggu vipassana-mu ... karena dalam vipassana orang mengamati saat kini, bukan memikir ke masa depan ...

Teruskan vipassana-mu, Riky ... :)

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 05 June 2008, 02:20:33 AM
Ni hasilnya pak:
Pak uda praktik ni semalam...
Pas semalam waktu pulang ke rumah...
Gw masih merenungin tulis2an bapak yg diposting ini...
Gw berpikir bahwa berpikir itu sendiri percuma,berteori dan berspekulasi itu juga membodohkan sendiri...
Gini ceritnya...
Wkt pulang dikamar gw sebenarnya mau bljr(paz hr ne ujian semester yg terakhir)Tapi paz mau belajar gw terenung kembali tulisan2 pak hudoyo..Jd gw mencoba untuk meditasi sejenak...
Seperti yg gw baca meditasi itu kan bukan duduk bersila,dll yg penting seperti yg ditulis bisa diam dan sadar....Tubuh benar2 diam...
Ketika dikamar saya mencoba diam(Tdk dengan meditasi bersila,yg salah lakukan seperti org yg duduk kakinya ke depan lurus 1/2 tekuk gitu)..Gw menutup mata dan mencoba merasakan segala sesuatu dan diam..
Paz diam tsb belum ampe 5mnt batin gw bergejolak luar biasa...
Tak tertahankan,rasanya pengen muntah,marah,frustasi benar2 ada something yg mau loncat keluar dr tubuh ini...
Ketika itu juga saya hentikan meditasi tsb...
Baru gw berpikir bentar,"ini hanya fenomena wajar seperti yg tlh gw baca di dlm posting,jk gw ragu antara benar dan tdk benar dan terus terus berteori maka disana tdk pernah akan ada kemajuan batin."
Kemudian meditasi kedua pun saya lakukan dengan cara duduk bersila...
Pada saat itu saat benar2 hanya sadar...
Mendengar segala sesuatu dr segala segi...
Nafas,suara(suara agak susah banyak suara tapi saya tetap berusaha mendengar dan mendengar sambil berkata itu suara mama saja,itu suara tetangga saya itu suara ac itu suara kipas angin....)
Kemudian pada tahap meditasi antara 5mnt ke atas tdk ada perubahan apa2 cuma sekedar diam dan diam...
Kemudian ke atasnya lagi bagian dibawah pusar saya mulai sakit(Terutama kedua kaki saya)...
Hal tsb juga saya sadari dan saya cuma mengamatinya dan sadar akan rasa sakit tsb....
Kemudian saya konsenkan ke semua hal nafas,suara,rasa sakit...
Perlahan2 makin lama makin lama...
Tiba2 rasa sakitnya benar2 luar biasa...
Benar2 sakit...
Kemudian kedua kaki saya bergetar kencang...saya benar dapat merasakan denyut kaki saya...mata saya juga(ketika saya fokus pada nafas dan suara...ada seperti denyut yg tiba2 muncul)
Pada saat itu badan saya serasa ingin terbang atau melayang...
Tiba2 pada saat mengamati dan sadar akan rasa sakit...
Nafas saya tiba2 benar2 segar dan seperti ada sensasi yg luar biasa menyenangkan tetapi ketika saya mengikuti sensasi itu langsung dlm hitungan detik sensasi itu hilang lenyap dan digantikan oleh rasa sakit lagi..Pada saat itu saya sadar saya tdk boleh mengengamnya...
Terpaksa ulang rasa konsentrasi dr awal...
Kemudian sensasi itu muncul lagi tiba2,saya terkejut pada saat sensasi itu dtg kemudian terulang lagi saya benar2 tiba2 ingin memasuki sensasi itu gagal lagi...
Kemudian sensasi itu muncul lagi...dan sekejap hilang pada saat saya mencari sensasi itu tidak ada apa2...
Kecuali rasa sakit yg semakin luar biasa(Saya baru sadar kenapa Dikatakan bagaikan berada dineraka badan ini pada saat meditasi...Emang benar2 sakit)
Pada saat itu sudah sangat lama saya berdiam diri mungkin 30mnt sampai 1jam(INI ADALAH MEDITASI YG PALING LUAR BIASA YG PERNAH SAYA LAKUKAN,BAYANGKAN LEBIH DR 30MNT?PADAHAL DULU MEDITASI SAYA GK LEWAT DR 5MNT,TP INI BISA LEWAT 30MNT BAHKAN MASIH SADAR DAN YG LEBIH GILANYA GUA GAK NYANGKA GUA BISA DIAM TANPA GERAK SEDIKITPUN DLM KURUN WKT 30MNT LEBIH...BENAR2 LUAR BIASA BUAD GW)...
kemudian rasa sakit itu benar2 menjadi saya luar biasa dan meditasi kan 2 ibu jari kita bersatu bukan?pada saat merasa melayang kedua ibu jari saya tiba2 bergeser lepas...Dan saya tdk bisa lagi merasakan bahkan kedua tangan saya dlm posisi telapak tangan kanan diatas dan kiri dibawah(bnr2 seperti hilang dan tdk ada apa2)
Kemudian saya kalah oleh rasa sakit yg luar biasa itu...
Meditasi saya hentikan dan ketika saya membuka mata saya masih bisa duduk bersila dengan buka mata(Tp hal ini saya hentikan total mengingat saya belum belajar sama sekali buad ulangan besok ^^)
Kemudian setelah itu seperti posting yg gw baca ada yg pakai terlentang,saya mencoba hal tsb...
Yakni tdr terlentang dan sadar akan rasa sakit itu dan hilang(Gw gk tau lagi apa yg terjadi mungkin gw tertdr)...
Yg ingin saya tanyakan apa fenomena yg terjd pada diri saya?
NB:saya bermeditasi diranjang saya yg tingginya kira2 30cm dr permukaan lantai,apakah ini berpengaruh untuk meditasi?Kemudian keesokkan nya gw bangun jam 3 pagi(untung ya bisa bangun padahal gw gk pakai alarm,langsung deh keinget mau blajar pada saat itu badan saya terasa segar dan bertenaga banget...Gw benar2 bersyukur mungkin ada bantuan deva2 yg membangunkan saya untuk belajar ^^ alhasil td ujian bisa ^^)

Saya hanturkan beribu2 terima kasih kepada pak hudoyo yg telah menyempatkan diri untuk membimbing saya...Saya akan belajar lebih banyak lagi...Mohon bimbingannya...
_/\_

Riky, anakku ... wah, bagus sekali ... sangat luar biasa. ... :)

Pertama kali bermeditasi ... (kalau sebelum ini, meditasi yang cuma lima menit, sih, bukan meditasi, tapi lebih merupakan ritual belaka :D) ... kamu sudah bisa menyadari munculnya "neraka batin" dan "neraka jasmani". ...

Teruskan meditasimu ... SETIAP HARI ... Seperti kamu makan setiap hari, kamu juga harus bermeditasi setiap hari! ...


Quote
Pada saat itu saat benar2 hanya sadar...
Mendengar segala sesuatu dr segala segi...
Nafas,suara(suara agak susah banyak suara tapi saya tetap berusaha mendengar dan mendengar sambil berkata itu suara mama saja,itu suara tetangga saya itu suara ac itu suara kipas angin....)

Pada waktu sadar itu, apakah kamu 'mencatat' dalam hati, memberi 'label': ... "suara mama" ... "suara tetangga" ... "suara AC" ... "suara kipas angin" ... ?? Kalau memberi 'label', itu masih gerak pikiran yang sangat halus ... nanti lama-lama capek ... Jadi, sadari saja semua yang dialami melalui pancaindra ... tapi jangan diberi 'label', jangan 'dicatat' ... Jadi: sadar tanpa berusaha mengenali, memberi label ... apalagi bereaksi ... :)

NB: hehe ... "bantuan dewa-dewa" itu cuma khayalan saja ... :)  semua kesegaran, tenaga dsb itu datang dari batinmu sendiri, yang malamnya bermeditasi ... Bukankah Sang Buddha berkata: "mano-pubbangama-dhamma, mano-settha, mano-maya" ("Segala sesuatu didahului oleh pikiran, dikuasai oleh pikiran, diciptakan oleh pikiran...") (Dhammapada 1-2).

Juga bangun jam 3 pagi itu yang membangunkan adalah bawah sadarmu sendiri ... badan & bawah sadar ini mempunyai kearifannya sendiri. ... Cobalah bikin eksperimen: nanti malam sebelum tidur, berikan pesan dengan berbisik kepada batinmu sendiri: "Tolong bangunkan saya besok tepat jam 4 pagi." ... Lihatlah apa yang terjadi ...

Syukurlah kamu bisa mengerjakan ujianmu dengan baik... :)

Tentang bermeditasi di tempat tidur, kalau tidak ada tempat lain yang lebih sesuai ya boleh-boleh saja ... Tapi suasana kamar tidur biasanya cenderung mengajak kita untuk tidur ... jadi kurang sesuai untuk tempat bermeditasi ... Tapi kalau tidak ada tempat lain yang lebih sesuai, ya tidak apalah ... daripada tidak bermeditasi sama sekali dengan alasan tidak ada tempat... :)

OK, Riky, anakku ... teruskan meditasimu SETIAP HARI ... :)  Dan sekali-sekali, kalau ada pengalaman yang menarik, tuliskan di thread ini.

Salam,
hudoyo
Title: Riang Mentari: update meditasi eyang ...
Post by: hudoyo on 05 June 2008, 07:05:53 AM
[Dari:  > Forum Supranatural > Subforum Spiritual > Thread: MMD-2 > page 5 > message #85]

yang saya rasakan, kenapa saya tidak bisa lebih dari 15 menit krn saya "menginginkan" meditasi lebih dari 15 menit. jadinya malah nunggu2 waktu, sudah lebih belum ya..sudah lebih belum ya... terasa lama sekali... eh pas buka mata belum juga 15menit...

beberapa hari ini saya pasrah(setelah membaca bbrpa tulisan krishnamurti dan mengalami di warungkopi). terserahlah mau 15menit atau 10 menit atau 5 menit. dan pikiran jadi lebih tenang. terakhir baru bisa 25menit saja...

oiya eyang, mau nanya kalau meditasi duduk biasanya tulang belakang saya luruskan. tp tetap menempel di dinding. apakah sebaiknya tidak menempel sama sekali ?

cerita jg eyang, kmrn saya jalan2 sendiri di lingkungan kampus unsyiah.

saya berjalan
dan saya melihat kucing ditengah2 trotoar
kucing itu sedang memandang keatas
dan saya terpesona
krn kucing itu tampak begitu hidup
tampak begitu...mempesona...
menengadah keatas, mungkin mengamati burung yg jadi mangsanya
dan ketika saya bergerak mendekat
matanya bertemu dengan mata saya
dan bulu kuduk saya merinding
entah kenapa

lalu ketika saya berlalu melewatinya
di jalan aspal satu motor melintas searah dgn arah jalan saya
disusul motol berikutnya
tapi yg terekam seperti tetes air jatuh yg diperlambat
tes....
tes....
lalu mobil dibelakangnya menyusul
tes... tetesan yang lebih besar...
tapi tetap saja berupa tetesan air...

lalu pandangan saya meluas
saya melihat geometri paving yang seirama
deretan pepohonan yang bergaris sempurna
daun2 yang mengangguk2
lintasan2 motor dan mobil
orang2 yg berjalan
cendawan2 di ranting yang saya lewati
kulit2 kayu pohon2 tua...
dan bulu kuduk saya merinding
seperti tersengat listrik2 kecil sampai kepada kepala saya
saya merasa garis2 paving itu begitu hidup
pohon2 yg saya lewati pun hidup
*saat ini saya masih merinding saat mengingat pengalaman kemarin*
mungkin beberapa ratus meter saya berjalan sambil "menderita" perasaan ini
seakan ingin menangis dan tertawa
dalam sengatan2 yang saya rasakan...

mengapa saya harus membawa lebih dari yang saya butuhkan ?


SEMAR:

Quote
Originally Posted by riang_mentari 
yang saya rasakan, kenapa saya tidak bisa lebih dari 15 menit krn saya "menginginkan" meditasi lebih dari 15 menit. jadinya malah nunggu2 waktu, sudah lebih belum ya..sudah lebih belum ya... terasa lama sekali... eh pas buka mata belum juga 15menit...

beberapa hari ini saya pasrah(setelah membaca bbrpa tulisan krishnamurti dan mengalami di warungkopi). terserahlah mau 15menit atau 10 menit atau 5 menit. dan pikiran jadi lebih tenang. terakhir baru bisa 25menit saja...


Ya, begitulah sebaiknya ... jangan menentukan target waktu. ... Dengan taraf kesadaran yang Anda miliki sekarang, durasi meditasi tidak penting lagi ... sepuluh menit atau tiga puluh menit sama saja bagi Anda ...


Quote
oiya eyang, mau nanya kalau meditasi duduk biasanya tulang belakang saya luruskan. tp tetap menempel di dinding. apakah sebaiknya tidak menempel sama sekali ?
 

Boleh-boleh saja menempel di dinding, asal tidak membuat mengantuk ... Tapi, jangan sampai tergantung pada dinding, lho ... tanpa dinding gak bisa bermeditasi ...


Quote
cerita jg eyang, kmrn saya jalan2 sendiri di lingkungan kampus unsyiah.
 

Terima kasih banyak atas sharing pengalaman batin Anda, Mas Riang Mentari.

Bila pikiran sudah relatif hening ... dan si aku tidak banyak muncul ... maka perhatian Anda akan tertarik kepada alam di sekitar Anda ... sampai pada satu titik, Anda akan menyatu dengan apa yang Anda lihat. ...

Selain itu, heningnya pikiran menyebabkan persepsi-persepsi yang "aneh-aneh" ... serasa waktu ini melambat ... semua gerak melambat ... dsb.

"Nikmati" saja keadaan itu ... maksud saya, teruskan berada dalam sadar/eling itu. ...

Salam,
semar


RIANG MENTARI:

Quote
Ya, begitulah sebaiknya ... jangan menentukan target waktu. ... Dengan taraf kesadaran yang Anda miliki sekarang, durasi meditasi tidak penting lagi ... sepuluh menit atau tiga puluh menit sama saja bagi Anda ...
   

mohon pencerahan lebih lanjut eyang... terutama di bagian "durasi meditasi tidak penting lagi"

terimakasih byk eyang...


Quote
Boleh-boleh saja menempel di dinding, asal tidak membuat mengantuk ... Tapi, jangan sampai tergantung pada dinding, lho ... tanpa dinding gak bisa bermeditasi ...
   

whaha... ini yg kelupaan...bener jg ya... ntar dicobain deh... tadinya saya mikir boleh gimana aja, soale kan sebenernya pas ngetik, pas jalan pas ngapa2in jg harusnya bisa dlm keadaan meditatif. jadi malah sakpenake dewe yg bisa menjurus kepada kebergantungan :) makasih eyang diingetin
       
Title: Posisi tubuh waktu meditasi duduk
Post by: hudoyo on 05 June 2008, 07:10:22 AM
[Dari:  > Forum Supranatural > Subforum Spiritual > Thread: MMD-2 > page 5 > message #91]

Quote
Originally Posted by riang_mentari 
mohon pencerahan lebih lanjut eyang... terutama di bagian "durasi meditasi tidak penting lagi"
terimakasih byk eyang...


Maksudnya begini: bagi seorang pemula, ketika baru duduk bermeditasi, biasanya pikirannya masih berseliweran ke sana ke mari ... dia butuh waktu beberapa lama agar batin bisa relatif hening ... Itulah sebabnya kepada para pemula saya sarankan, kalau meditasi duduk jangan kurang dari setengah jam ... lebih sih tidak apa-apa, sekalipun tidak perlu.

Tapi, bila orang sudah terbiasa masuk dalam keheningan ... maksudnya terbiasa bermeditasi ... maka ia tidak butuh waktu selama itu untuk mencapai keheningan relatif ... mungkin satu-dua menit saja ia sudah masuk ke dalam keheningan. ... Oleh karena itu, bagi orang ini, durasi meditasi tidak begitu penting lagi ... mau bermeditasi 10 menit, setengah jam atau satu jam sama saja ...


Quote
whaha... ini yg kelupaan...bener jg ya... ntar dicobain deh... tadinya saya mikir boleh gimana aja, soale kan sebenernya pas ngetik, pas jalan pas ngapa2in jg harusnya bisa dlm keadaan meditatif. jadi malah sakpenake dewe yg bisa menjurus kepada kebergantungan  makasih eyang diingetin
   

Meditasi duduk dengan punggung tegak lurus dan otot-otot rileks itu sudah diajarkan selama ribuan tahun ... Semua itu ada maksudnya:

Sebagai prinsip landasannya ialah satunya badan & batin ... sekalipun secara analitis kita katakan ada dua komponen pribadi manusia ... tapi secara aktual keduanya merupakan kesatuan ... badan mempengaruhi batin ... batin mempengaruhi badan ... pada saat yang sama.

Otot-otot rileks itu membantu batin untuk rileks juga ... biasanya kalau batin tegang, misalnya sedang mikir, beberapa otot di sekitar mata itu tegang pula (Jawa: nyureng) ... Nah, dalam latihan meditasi ini dibalik, otot-otot, yang relatif lebih mudah dikontrol, dengan sengaja dirilekskan dulu ... itu membantu batin untuk masuk ke dalam keheningan ...

Punggung tegak lurus juga ada maksudnya:

Pertama, mencegah ada bagian tubuh yang sakit kalau duduk lama ...

Kedua, dalam keadaan punggung tegak lurus, sekalipun otot-otot lain dibuat rileks, tapi untuk mempertahankan posisi tegak lurus itu, ada sebagian otot-otot yang memegang tulang punggung kita bekerja ... berada dalam ketegangan (tension) tertentu ... Jadi duduk dengan punggung tegak itu berbeda dengan misalnya berbaring di tempat tidur atau di kursi malas. ... Otot-otot yang berada dalam tension mempertahankan posisi tegak lurus itu membantu pula batin untuk berada dalam kesadaran (tidak tidur, tidak mengantuk) ... Itulah sebabnya kalau kesadaran ini kendor, maka tubuh membungkuk atau melengkung ... yang tentu harus diluruskan kembali.

Jadi menurut pengalaman selama ribuan tahun, duduk dengan punggung tegak lurus (tidak bersandar) dan otot-otot rileks itu paling baik membantu batin untuk tetap sadar tapi berada dalam keheningan. ...

Lagi pula, yang sangat penting, posisi ini yang paling baik membantu tubuh untuk diam total ... ibarat seperti patung batu ... karena diam total itu sendiri membantu batin untuk masuk ke dalam keheningan yang sempurna. ...

Hanya di dalam keheningan total bisa muncul Gerak dari Yang Mahaluas, yang dalam Islam disebut Al-Haq.

Jadi usahakan agar tubuh diam total seperti patung batu ... jangan ada bagian tubuh yang bergerak sedikit pun karena alasan apa pun.

Salam,
semar


RIANG MENTARI:

terimakasih eyang semar... jadi ngerti knp harus tegak...segera dipraktekkan eyang

wah senang sekali membaca pengalaman kawan2 disini...
terimakasih semuanya...
       
Title: Riang Mentari: laporan - meditasi duduk tanpa menempel di dinding
Post by: hudoyo on 05 June 2008, 07:20:57 AM
[Dari:  > Forum Supranatural > Subforum Spiritual > Thread: MMD-2 > page 6 > message #120]

share lagi buat eyang semar dan kawan2...

seperti anjuran eyang semar, dua hari ini saya meditasi tanpa menempel dinding, dan juga tidak berpatokan dengan jam. mau dikasih sebentar ya monggo...dikasih lama jg silakan...

sepertinya beberapa sesi terakhir ini adalah sesi cuci gudang. selang beberapa saat ada ucapan yang berkata "saya ingin bebas, pergi kesana kemari" saya amati, lah kok makin keras berteriak2 "SAYA INGIN BEBAS...SAYA INGIN PERGI KEMANA SAJA..." makin lama suaranya seperti orang makin kesurupan... saya ingin berhenti...tp coba saya amati lebih lama lagi... suara itu makin menjadi2...terus saya amati.... sampai tiba pada suatu titik... pet... diam... sunyi... tenang... yg ada saya mendengar suara serangga malam... tak pernah terasa begitu indahnya... ga tau knapa... perasaan lebih indah dari simfoni mozart ^_^ dan kemudian saya merasa untuk mengakhiri meditasi...

eyang semar dan kawan2, sepertinya ini adalah bawah sadar saya. selama ini saya senang jalan2, senang pindah2 kerja, senang melihat sesuatu yang baru. tanpa sadar hal itu ternyata menjadi belenggu pada diri saya. sehingga ketika saya menetap di suatu tempat, atau mencoba konsisten menekuni suatu hal, saya tidak betah. ingin selalu bergerak. inilah salah satu sumber "monkey mind saya" salah satu sumber "keresahan dan ketidak bahagiaan saya". sehingga saya tahu... menyadari, lebih penting daripada menjadi.

sesi lain keluar orang2 yang saya lupakan...ada suara2 juga, tapi kali ini suara2 ini bernada kemarahan "SAYA MEMBENCI KAMU KARENA KAMU..." "KENAPA KAMU MELAKUKAN HAL ITU PADA SAYA ?" intensitasnya dari pelan, mengeras...trus membesar... suara2nya makin liar, orang2 makin banyak yang bermunculan... orang2 yang saya benci baik yg saya ingat atau saya lupakan, orang2 yang pernah membuat saya sakit hati...saya terus amati, orang2 itu dan juga suara2 itu... sampai pada suatu titik... pet...
...semua tenang...diam... beberapa saat...sampai saya merasa meditasi sudah saya cukupkan.

ternyata itu adalah perasaan2 yang belum saya lupakan seratus persen, sakit hati yang saya lupakan. saya pendam. ketika mengingat orang2 itu saya berusaha melupakan. dan kini, ketika mengingat mereka saya bisa tersenyum...

sepertinya gudang saya masih kotor banget nih... lumayanlah, nyicil dikit2 bersihinnya...nikmati aja kali ya...

terima kasih...semuanya...


SEMAR:

Terima kasih banyak atas sharing pengalaman batin Anda, Mas Riang Mentari. ... :)

Silakan teruskan mengembangkan kesadaran ... :)

Salam,
semar
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Umat Awam on 05 June 2008, 09:26:02 AM
Ada dikit pertanyaan sebagai pemula dlm meditasi,  :)

Apakah ga bermasalah jika saat kita bermeditasi duduk bersila, trus kaki kita menjadi keram / kesemutan, Dan kita membiarkannya dlm waktu yg lama ? misalnya 2 sampai 3 jam... apakah tidak mengakibatkan kaki menjadi mati rasa alias lumpuh ? ;D

Apakah rasa kesemutan tsb akan hilang dgn sendirinya? krn sy pernah alami hal tsb dan saya mencoba bertahan selama 1 jam dan bukannya hilang, tp malah bertambah parah, akhirnya saya berganti posisi meditasi...

mohon bimbingan pak hudoyo.. _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 05 June 2008, 09:46:48 AM
meditasi saya juga masih banyak salahnya...
mohon bimbingannya Pak Hud _/\_

ketika saya berharap utk melihat alam lain (deva), yg saya lihat malah alam neraka...
ampuuuuuuuun... melihatnya saja sudah demikian menyakitkan...

untung saya masih bisa mengingat Buddha, dan mengembalikan saya ke objek meditasi saya yg biasa. (anapanasati)

hehe ... :)  Rekan Tesla, menurut saya, tidak ada meditasi yang "salah" kok ... :)  Yang ada hanyalah 'sadar' atau 'tidak sadar' ...

dan 'tidak sadar' itu masih sering muncul ... juga dalam batin saya ... selama orang belum menjadi arahat. :)

Tidak usahlah jalan-jalan ke alam-alam lain ... syukurlah Anda melihat alam neraka ... kalau melihat alam dewa ... bisa-bisa Anda lupa akan Buddha-Dhamma ... :)

Salam,
hudoyo

saya juga maunya bisa sati(sadar/eling) terus pak...

ketika focus pada objek, tiba-tiba muncul pikiran:

saya sedang apa?
oh meditasi yg diajarkan oleh Sang Buddha
kemudian muncul sepupu Buddha, Nanda
karena Nanda sudah muncul, saya jadi teringat cara Buddha mengajarinya
karena itu munculah pikiran tentang 500 bidadari kahyangan,
dimana yg paling jeleknya, apabila dibandingkan dg manusia,
manusia bagaikan seekor monyet...
keinginan melihat alam deva muncul...
BAM!!!
saya melihat neraka avici... oh no!!!~~~
tiba2 teringat lagi, saya sedang ngapain di sini...
oh... meditasi ajaran Buddha
back to anapanasati (nafas)...
fiuh... gladly, i can pass it...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 05 June 2008, 10:57:56 AM
Ada dikit pertanyaan sebagai pemula dlm meditasi,  :)

Apakah ga bermasalah jika saat kita bermeditasi duduk bersila, trus kaki kita menjadi keram / kesemutan, Dan kita membiarkannya dlm waktu yg lama ? misalnya 2 sampai 3 jam... apakah tidak mengakibatkan kaki menjadi mati rasa alias lumpuh ? ;D

Apakah rasa kesemutan tsb akan hilang dgn sendirinya? krn sy pernah alami hal tsb dan saya mencoba bertahan selama 1 jam dan bukannya hilang, tp malah bertambah parah, akhirnya saya berganti posisi meditasi...

mohon bimbingan pak hudoyo.. _/\_

Rekan Umat Awam,

Saya belum pernah mendengar ada orang menjadi lumpuh karena duduk bersila untuk waktu lama ... :)

Kesemutan & mati rasa (Sunda: baal) itu disebabkan karena ada syaraf yang tertekan (bukan karena darah tidak mengalir) ... itu hanya bersifat sementara ... dan tidak berbahaya.

Duduk diam paling lama yang saya alami adalah 3 jam ... tanpa kesemutan, tanpa mati rasa ... biasa-biasa saja ...

Duduk diam paling lama yang pernah saya lihat dilakukan oleh Bpk P. (Samarinda) ketika mengikuti retret MMD beberapa tahun lalu ... beliau duduk dari pk 05 sampai pk 10 pagi tanpa bergerak ... Ketika diinterview belakangan, terlihat kemungkinan besar bahwa beliau masuk ke dalam jhana ... sehingga saya peringatkan bahwa beliau telah menyimpang dari vipassana.

Yang mengganggu dari duduk diam untuk waktu lama bukanlah masalah kesehatan, melainkan rasa tidak enak karena kesemutan dan mati rasa itu ... beserta penolakan oleh batin kita sendiri ... Kalau penolakan itu bisa disadari, dan lenyap, maka rasa kesemutan dan mati rasa tidak menjadi soal lagi. ...

Mungkin juga ada rasa sakit (nyeri, linu) yang bertambah hebat ketika duduk diam ... Dalam hal ini, jangan menyiksa diri ... kalau rasa sakit itu sudah begitu kuat sehingga mengganggu perhatian terhadap fenomena badan & batin yang lain ... baru silakan ubah posisi duduk Anda. ...

Tapi di lain pihak, tubuh ini jangan dimanjakan ... artinya, jangan baru sakit sedikit saja sudah mengubah posisi ... Kalau begitu, kita akan terus dirongrong oleh rasa sakit ... dan tidak akan pernah bebas dari keterkondisian tubuh ini ...

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Umat Awam on 05 June 2008, 05:39:53 PM
Ada dikit pertanyaan sebagai pemula dlm meditasi,  :)

Apakah ga bermasalah jika saat kita bermeditasi duduk bersila, trus kaki kita menjadi keram / kesemutan, Dan kita membiarkannya dlm waktu yg lama ? misalnya 2 sampai 3 jam... apakah tidak mengakibatkan kaki menjadi mati rasa alias lumpuh ? ;D

Apakah rasa kesemutan tsb akan hilang dgn sendirinya? krn sy pernah alami hal tsb dan saya mencoba bertahan selama 1 jam dan bukannya hilang, tp malah bertambah parah, akhirnya saya berganti posisi meditasi...

mohon bimbingan pak hudoyo.. _/\_

Rekan Umat Awam,

Saya belum pernah mendengar ada orang menjadi lumpuh karena duduk bersila untuk waktu lama ... :)

Kesemutan & mati rasa (Sunda: baal) itu disebabkan karena ada syaraf yang tertekan (bukan karena darah tidak mengalir) ... itu hanya bersifat sementara ... dan tidak berbahaya.

Duduk diam paling lama yang saya alami adalah 3 jam ... tanpa kesemutan, tanpa mati rasa ... biasa-biasa saja ...

Duduk diam paling lama yang pernah saya lihat dilakukan oleh Bpk P. (Samarinda) ketika mengikuti retret MMD beberapa tahun lalu ... beliau duduk dari pk 05 sampai pk 10 pagi tanpa bergerak ... Ketika diinterview belakangan, terlihat kemungkinan besar bahwa beliau masuk ke dalam jhana ... sehingga saya peringatkan bahwa beliau telah menyimpang dari vipassana.

Yang mengganggu dari duduk diam untuk waktu lama bukanlah masalah kesehatan, melainkan rasa tidak enak karena kesemutan dan mati rasa itu ... beserta penolakan oleh batin kita sendiri ... Kalau penolakan itu bisa disadari, dan lenyap, maka rasa kesemutan dan mati rasa tidak menjadi soal lagi. ...

Mungkin juga ada rasa sakit (nyeri, linu) yang bertambah hebat ketika duduk diam ... Dalam hal ini, jangan menyiksa diri ... kalau rasa sakit itu sudah begitu kuat sehingga mengganggu perhatian terhadap fenomena badan & batin yang lain ... baru silakan ubah posisi duduk Anda. ...

Tapi di lain pihak, tubuh ini jangan dimanjakan ... artinya, jangan baru sakit sedikit saja sudah mengubah posisi ... Kalau begitu, kita akan terus dirongrong oleh rasa sakit ... dan tidak akan pernah bebas dari keterkondisian tubuh ini ...

Salam,
hudoyo

Terima kasih atas nasehat nya pak.. _/\_
Dengan demikian saya akan berusaha lebih giat lagi sekuat tenaga utk meditasi.. sampai saya berkesempatan utk mempraktekkan teknik bapak melalui retret MMD ;D
Semoga saat tiba waktu utk ikut MMD, sy dah telah siap sehingga akan memudahkan saya utk memahami teknik yg bapak babarkan..

 _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 05 June 2008, 07:53:58 PM
Ada dikit pertanyaan sebagai pemula dlm meditasi,  :)

Apakah ga bermasalah jika saat kita bermeditasi duduk bersila, trus kaki kita menjadi keram / kesemutan, Dan kita membiarkannya dlm waktu yg lama ? misalnya 2 sampai 3 jam... apakah tidak mengakibatkan kaki menjadi mati rasa alias lumpuh ? ;D

Apakah rasa kesemutan tsb akan hilang dgn sendirinya? krn sy pernah alami hal tsb dan saya mencoba bertahan selama 1 jam dan bukannya hilang, tp malah bertambah parah, akhirnya saya berganti posisi meditasi...

mohon bimbingan pak hudoyo.. _/\_

Rekan Umat Awam,

Saya belum pernah mendengar ada orang menjadi lumpuh karena duduk bersila untuk waktu lama ... :)

Kesemutan & mati rasa (Sunda: baal) itu disebabkan karena ada syaraf yang tertekan (bukan karena darah tidak mengalir) ... itu hanya bersifat sementara ... dan tidak berbahaya.

Duduk diam paling lama yang saya alami adalah 3 jam ... tanpa kesemutan, tanpa mati rasa ... biasa-biasa saja ...

Duduk diam paling lama yang pernah saya lihat dilakukan oleh Bpk P. (Samarinda) ketika mengikuti retret MMD beberapa tahun lalu ... beliau duduk dari pk 05 sampai pk 10 pagi tanpa bergerak ... Ketika diinterview belakangan, terlihat kemungkinan besar bahwa beliau masuk ke dalam jhana ... sehingga saya peringatkan bahwa beliau telah menyimpang dari vipassana.

Yang mengganggu dari duduk diam untuk waktu lama bukanlah masalah kesehatan, melainkan rasa tidak enak karena kesemutan dan mati rasa itu ... beserta penolakan oleh batin kita sendiri ... Kalau penolakan itu bisa disadari, dan lenyap, maka rasa kesemutan dan mati rasa tidak menjadi soal lagi. ...

Mungkin juga ada rasa sakit (nyeri, linu) yang bertambah hebat ketika duduk diam ... Dalam hal ini, jangan menyiksa diri ... kalau rasa sakit itu sudah begitu kuat sehingga mengganggu perhatian terhadap fenomena badan & batin yang lain ... baru silakan ubah posisi duduk Anda. ...

Tapi di lain pihak, tubuh ini jangan dimanjakan ... artinya, jangan baru sakit sedikit saja sudah mengubah posisi ... Kalau begitu, kita akan terus dirongrong oleh rasa sakit ... dan tidak akan pernah bebas dari keterkondisian tubuh ini ...

Salam,
hudoyo
Benar pak...
Waktu gw meditasi 1jam lebih waw kaki saya sakit banget...(tapi gk mungkin lumpuh kan?)
Truz berhenti buka mata,merasakan bentar baru gerakkan kaki...
Pada saat itu masih berdenyut dan kesemutan...Tapi keinget meditasi jalan...(justru pada saat meditasi jalan kaki saya kurang lebih 5mnt uda gk sakit,krn cuma "sadar" saja)
Menurut saya,"Ini adalah kesempatan melatih meditasi jalan karena pada saat kaki kesemutan maka pada saat kaki diinjakkan ke lantai saya bisa merasakan segalanya(maksudnya kaki yg lagi injak lantai)kemudian pelan2 merasakan setiap hal yg ada,suara2 dll.."
Tanya ya pak...Setelah meditasi pertama dan meditasi kedua yg saya lakukan(Meditasi kedua ini tdk berakibat apa2 tdk ada apa2 disna,mlhan ngantuk ^^ mungkin kecapekan krn aktivitas sehari2 tapi tiap kali ngantuk tiba2 "tersadar")
Yg ingin saya tanyakan setelah meditasi 1 dan 2 saya merasakan nafas saya ini..
Ada yg aneh kadang terasa banget udara yg masuk dan keluar dr nafas saya...
Dan rasa udara ini sangat dingin dan menyenangkan gitu...
Kenapa ya pak?Tapi kadang2 aja..Bukan setiap saat,mungkin pada saat saya lagi "sadar"?..
Kemudian pak meditasi yg paling baik kapan saja?Pagi/malam(Cuma bisa pagi dan malam aja ^^(biasa anak skul)?Berhubung saya sangat beruntung banget karena pada saat ini sudah liburan panjang sekolah saya akan fokus semua hari liburan saya untuk berlatih meditasi secara ketat dan tepat wkt,biar tar wkt masuk sekolah lagi uda kebiasaan(krn kalau pada saat2 sekolah latihan meditasi takutnya gk bisa bangun tepat wkt ^^)...
_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 05 June 2008, 08:00:36 PM
Waw tepat banget...
Jawabanya menurut gw adalah TIDAK...
Karena jika kita hanya mengupayakan tanpa kekerasan sesungguhnya disanalah maka kekerasaan semakin menguat dlm "aku" semakin kita menekannya maka semakin kita tenggelam didalamnya.Mungkin kita berkata,"saya telah mencapai ahimsa(tanpa kekerasaan)Bukankah sebenarnya ini adalah pembeneran/pembelaan sesaat dr "aku" sendiri??Bukankah kita sedang dikelabui oleh "ular" licik ini?
Menurut saya(maaf jika salah) kasus diatas seperti misalkan kita ingin melepas kebencian maka kita lawan dengan cinta kasih.Dr ilmu yg saya dpt dr posting2 pak Hudoyo yg masuk akal sekali hal tsb sangat kontras...
Bagaimana melawan kebencian dengan cinta kasih??BUkankah pada cinta kasih sendiri melekat aku yg halus??
Sesungguhnya jika ingin menghentikan kebecian itu sendiri,maka sadarilah dan pahamilah kebencian itu...Niscaya kebencian itu akan lenyap dgn sendirinya...(tanpa ada kehendak,keinginan,pengendalian,dl)
Kebencian beserta segala sesuatu akan lenyap ketika pikiran terhenti...
Ketika kita sadar akan hakikat dr kebencian itu sendiri,mengamati dan sadar akan kebencian itu sendiri..
BUkan dengan cara dilawan dengan cinta kasih...Justru disana terdapat "aku"...
Tujuan umat buddha nibbana bukan?Cara menempuhnya melalui pemberhentian pikiran,cara pemberhentian pikiran yakni meditasi yg menyadari pikiran dan segala yg ada...Bukan dilawan,bukan ditolak,dll...Tetapi disadari saja cukup menyadari tanpa berbuat apa2,amati dan sadari amati dan sadari...
_/\_

Riky, bagus sekali ... tidak lama lagi pemahamanmu mengenai ajaran Sang Buddha akan menyamai saya ... :)

Teruskan meditasimu, ya ... :)

Salam,
hudoyo

Saya masih jauh pak ^:)^ ^:)^ ^:)^ ^:)^
Mesti butuh bimbingan bapak lebih jauh lagi ^:)^ ^:)^ ^:)^
Saya akan fokuskan dulu ama meditasi vipassana ^^
Karena saya sadar
"Kelahiran sebagai manusia adalah sukar diperoleh...
Kesempatan mendengarkan pembabaran Dhamma sejati adalah sukar diperoleh...

Saya "berusaha" merealisasikan nibbana saat ini bukan besok bukan lusa bukan minggu depan bukan bulan depan bukan tahun depan.TAPI pada saat ini...(Karena tdk ada yg bisa menjamin kehdpan berikutnya saya adalah penganut BUddha lagi,Bisa mendengarkan pembabaran DHamma Sejati lagi,Bisa menjadi manusia lagi...
Jadi yg pasti adalah SAAT INI,SEKARANG JUGA)
Saya gk mau menyia2kan kebaikan pak hudoyo yg tlah berkenan membimbing saya dalam meditasi...
Saya akan berusaha  :)
 _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 05 June 2008, 08:09:43 PM

Quote
Pada waktu sadar itu, apakah kamu 'mencatat' dalam hati, memberi 'label': ... "suara mama" ... "suara tetangga" ... "suara AC" ... "suara kipas angin" ... ?? Kalau memberi 'label', itu masih gerak pikiran yang sangat halus ... nanti lama-lama capek ... Jadi, sadari saja semua yang dialami melalui pancaindra ... tapi jangan diberi 'label', jangan 'dicatat' ... Jadi: sadar tanpa berusaha mengenali, memberi label ... apalagi bereaksi ... :)

Benar juga ya pak..
Saya capek sendiri kasih label...
Hm2..
Jadi didengarin aja ya pak...
Jgn kasih "label" oke pak saya akan coba lagi...
Mohon bimbingannya...
_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 05 June 2008, 08:31:19 PM
kalau menurut saya pada saat sadar, justru menyadari 'yah saya berbohong'.

Kalau saya berbohong ... lalu sadar bahwa saya berbohong ... maka otomatis bohong itu berhenti dengan sendirinya, tanpa dilawan, tanpa ditekan (kecuali ada motif lain, misalnya takut kehilangan pekerjaan yang mengharuskan orang berbohong, seperti Marketing). Tapi sadar PADA WAKTU berbohong itu sendiri sudah "terlambat"; niat berbohong itu sendiri--SEBELUM berkembang menjadi ucapan--tidak disadari, karena vipassana-nya belum kuat; atau sudah menjadi kebiasaan, sehingga dianggap "tidak apa-apa", "toh semua orang berbohong dalam bisnis", dsb.

Lebih dini dari itu, ketika orang berada dalam kesadaran vipassana penuh, munculnya niat untuk berbohong itu sendiri sudah ketahuan, sehingga dengan sendirinya niat berbohong itu akan lenyap kembali, tidak jadi berbohong, tanpa dilawan, tanpa ditekan. Itulah vipassana yang sesungguhnya, yang seharusnya.


Quote
menurut saya, 'niat' & 'sadar' berada pada tempat berbeda.
mungkin definisi vipassana sendiri dapat berbeda2...
kalau bagi saya vipassana itu pengamatan gerak bathin seperti niat, perasaan, ketertarikan, dll...
jadi menurut saya bukan dalam arti 'sadar = bersih dari niat'.

'Sadar' memang bukan harus selalu "bersih, baik, kusala dsb", 'sadar' adalah menyadari segala sesuatu yang muncul dalam batin, entah "baik" entah "tidak baik". Definisi yang Anda kemukakan tentang 'sadar' sudah betul. Jadi, 'sadar' itu bukan hanya menyadari Ucapan dan Perbuatan (baik dan buruk), tetapi termasuk juga menyadari 'niat' SEBELUM 'niat' itu berkembang menjadi 'ucapan' atau 'perbuatan'. "Niat itulah karma," kata Sang Buddha ("Cetanaham, bhikkhave, kammam vadami.")

Dalam vipassana yang seharusnya, 'sadar' itu menyadari adanya 'niat untuk berbohong' (yang "buruk"), juga menyadari adanya 'niat untuk ber-namaskara' (yang "baik"). Kalau 'niat' itu disadari SEBELUM berkembang menjadi 'ucapan' & 'perbuatan', maka 'niat-niat' itu akan lenyap kembali dengan sendirinya, tanpa ditekan, tanpa dilawan.


Quote
apabila seseorang sudah sadar tanpa jeda, apa yg dilakukan orang tsb? apakah diam saja tanpa aktifitas (apa ini bukan malah ?jhana? yah bahasanya?)?

Salam,
tesla

Dengan kata lain, Anda bertanya tentang batin seorang Buddha, batin seorang arahat. :) ... Padahal, Sang Buddha wanti-wanti, ada empat hal yang tidak seharusnya dipikir-pikir (acinteyya); "... kalau dipikir-pikir juga bisa membuat orang menjadi gila," kata Sang Buddha.

Apakah empat hal acinteyya (tidak seharusnya dipikir-pikir) itu: (1) hakikat seorang Buddha; (2) asal-mula alam semesta; (3) hakikat jhana; dan (4) seluk-beluk karma dan buahnya (vipaka).

Kita diajar bahwa di dalam batin seorang Buddha/arahat itu tidak ada lagi pikiran "ini milikku; ini aku; ini diriku"; tidak ada lagi kehendak/niat (cetana) yang = kamma (seorang Buddha/arahat tidak berbuat kamma lagi). ... Apakah itu berarti dia diam saja tanpa aktivitas, seperti tumbuhan?

Yang tidak ada lagi adalah 'aku'-nya, 'atta', sumber dari semua 'cetana' (niat), baik niat untuk berbohong, maupun niat untuk ber-namaskara dsb. ... Jadi apa yang ada? ... Sang Buddha berkata:

"Atthi, bhikkhave, ajatam, akatam, abhutam, asankhatam .." ("Para bhikkhu, ADA SESUATU yang tak dilahirkan, tak terbentuk, bukan makhluk, tak terkondisi ...")

Itulah yang mengambil-alih batin yang telah kosong dari aku, kosong dari kehendak/niat, di mana tidak ada lagi Tesla sekalipun tubuh yang bernama Tesla ini ada, tidak ada lagi Hudoyo sekalipun tubuh yang bernama Hudoyo ada. Seolah-olah tubuh & batin ini--di mana sudah tidak ada aku lagi, tidak ada kehendak/niat lagi--menjadi sekadar wayang kulit yang digerakkan oleh Sang Dalang. Kira-kira seperti itulah batin seorang Buddha/arahat, sekalipun kita tidak bisa tahu persis bagaimana rasanya, sebelum kita mengalaminya sendiri.

Di dalam Mahayana, SESUATU itu disebut Tathagata-garbha (batin Buddha) atau Dharma-kaya (Tubuh Dharma); di dalam Vajrayana, SESUATU itu, kalau tidak salah, disebut Rigpa. (Mohon koreksi, Samanera Nyanabhadra. Terima kasih :)) Seorang Buddha/arahat batinnya SELAMANYA berada dalam Tathagata-garbha/Dharmakaya, segala pikiran, ucapan & perbuatannya berasal dari situ.

Di kalangan pejalan spiritual yang menganut agama-agama monoteistik (Islam & Keristen), SESUATU itu disebut TUHAN. Di dalam Alkitab Keristen ada kalimat: "Sekarang aku sudah disalibkan bersama Kristus, dan bukan aku lagi, tapi Kristus yang hidup di dalam ini." - Di dalam Al-Qur'an ada kalimat: "Segala sesuatu di alam semesta ini fana (tidak kekal), yang tetap ada hanyalah Wajah Tuhanmu." - Di dalam ajaran spiritual Jawa kuno ada kalimat: "Ketika orang mencapai keadaan 'mati di dalam hidup', maka di situ ada 'hidup di dalam mati."

Krishnamurti berkata, "Meditasi adalah pengosongan batin dari segala sesuatu yang telah diciptakan oleh batin. ... Kalau orang bisa berada sejauh itu, maka orang akan masuk ke dalam keheningan dalam ruang yang mahaluas; itulah Kebebasan sempurna ... Lalu di situ ada Gerak dari Yang Mahaluas." - Ia tidak menjelaskan lebih lanjut, apa itu 'Gerak dari Yang Mahaluas' itu.

Nah, Rekan Tesla, mohon jangan dipikir-pikir hal ini, "... bisa jadi gila nanti," kata Sang Buddha. - Tapi yang jelas itu bukan jhana; dalam jhana tidak ada gerak apa pun.

Salam,
hudoyo
Pak, "sadar" kan defisinya adalah menyadari segala sesuatu yang muncul dalam batin, entah "baik" entah "tidak baik".
Jika begitu apakah ini berhubungan dengan Buddha dan para yg tlh melihat apa adanya?
Krn yg tlah melihat segala sesuatu apa adanya tdk melakukkan kamma lagi.Mau baik kek mau buruk kek.(Sebnrnya pertanyaan ini tdk usah dijawab ya ^^ hehehe...kan uda diblg SB hakikat seorang Buddha tdk usa dipikir2kan....^^)
Cuma tersadar aja,sadar=menyadari segala sesuatu yg muncul dalam batin,baik ataupun tdk baik..
_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 05 June 2008, 09:12:28 PM
KEBENARAN KONVENSIONAL DAN KEBENARAN SEJATI (2/3)

Anda mengutip dari Surangama Sutra lagi-lagi bagian-bagian yang Anda senangi, tentang dua puluh lima Bodhisattva dengan metode pencerahan mereka masing-masing. Semua itu berada pada tataran kebenaran konvensional, bukan kebenaran sejati/mutlak. Berikut ini saya kutipkan dari Bab TERAKHIR (Bab 8) Surangama Sutra ("Peringatan bagi para pemeditasi: Lima puluh keadaan palsu disebabkan oleh kelima arus-diri [skandha].") Sang Buddha bersabda:

"Kalian perlu belajar lebih banyak dalam upaya kalian mencapai Anuttara Samyak-Sambodhi [Pencerahan Sempurna Tiada Tara]. Saya telah mengajarkan cara berlatih yang benar, tapi kalian masih belum tahu sepak terjang Mara [personifikasi dari kejahatan] yang halus ketika kalian melatih samatha-vipasyana  [meditasi ketenangan-pencerahan]. ... Bila mereka muncul dan kalian tidak bisa mengenali mereka dan batin kalian tidak berada dalam keadaan yang benar, maka kalian akan jatuh ke dalam kejahatan mereka atau kejahatan kelima arus-diri kalian. Jika kalian tidak memahami jelas tentang mereka, kalian akan mengira pencuri-pencuri itu seperti anak-anak kalian sendiri. Lebih jauh lagi, kalian akan menganggap kemajuan kecil sebagai pencapaian sempurna ...
Pak jika kita mengenali dan memberinya label bukan itu adalah munculnya "aku" sendiri dalam diri kita?Apa yg dimaksud oleh SB ttg "mengenalinya"?

Quote
"Kalian harus tahu bahwa BODHI FUNDAMENTAL yang jernih, cemerlang dan mendalam dari semua makhluk yang hidup di dalam Samsara [roda kelahiran & kematian] ini adalah BODHI DARI SEMUA BUDDHA. ... Karena kalian BERPIKIR SALAH maka kalian TIDAK JELAS MELIHAT KEBENARAN SEJATI, lalu menjadi BODOH dan PENUH KEINGINAN yang membawa kalian pada KEGELAPAN BATIN sepenuhnya. Dari situlah datang KEKOSONGAN (relatif), dan karena kalian selalu terkelabui, MAKA ALAM SEMESTA INI TERCIPTA SECARA PALSU. SEMUA ALAM YANG TAK TERHITUNG BAGAIKAN DEBU DI DALAM SAMSARA INI ADA KARENA KALIAN BERKERAS KEPALA DENGAN PIKIRAN YANG SALAH. Tetapi kalian harus tahu bahwa kekosongan (relatif) ini tercipta dalam batin kalian, seperti secercah awan yang tidak lebih dari sebuah titik di dalam kekosongan yang besar; apa artinya alam semesta yang ada di dalam kekosongan (relatif) itu? Jika kalian menyadari apa yang nyata untuk kembali kepada sumbernya, maka kekosongan di sepuluh penjuru itu akan lenyap. Betapa pula seluruh alam di dalam kekosongan itu tidak akan goncang dan retak? ..."[/i][/color]
Wah ini berat lo pak...Ketika sudah dikelabui maka biasanya sudah "tdk sadar" dan dikuasi oleh "aku"
GImana caranya kembali lagi pada sumbernya?
_/\_


Quote
Ananda mohon kepada Buddha untuk menjelaskan pernyataannya, bahwa "kelima jenis kepalsuan yang berasal dari kelima arus-diri (skandha) disebabkan oleh batin yang berpikir." Sang Buddha menjawab:

"Ananda, Realitas murni adalah Pencerahan mendalam, dan Pencerahan dasar adalah sempurna dan murni, tidak mengandung kelahiran & kematian, tiada kotoran sedikit pun, bahkan tiada pula kekosongan (Sunyata), yang semuanya muncul dari pikiran salah. Dari esensi sejati yang tercerahkan mendalam dari Pencerahan dasar MUNCULLAH ILUSI DARI ALAM SEMESTA MATERIAL INI ... Pada dasarnya kepalsuan tidak punya sebab, tetapi PIKIRAN SALAH MENEGAKKANNYA, dan ORANG-ORANG YANG TERLIPUT KEGELAPAN lebih jauh MENGANGGAPNYA SEBAGAI DIRI. Bahkan kekosongan (Sunyata) tidak lain adalah ilusi; apa lagi sebab-musabab dan diri seperti apa adanya, yang adalah produk pembedaan yang muncul dalam batin yang palsu dari makhluk-makhluk hidup. Ananda, jika engkau tahu di mana munculnya kepalsuan, engkau bisa bicara tentang sebab-musabab, tetapi jika pada dasarnya tidak ada kepalsuan, bagaimana engkau bisa bicara tentang sebab-musabab? Lebih lagi engkau tidak bisa bicara tentang diri seperti apa adanya. Oleh karena itu, Tathagata (Buddha) mengungkapkan padamu bahwa sebab mendasar dari kelima arus-diri (Skandha) ini adalah pikiran salah."
Quote
Benar ya pak,jika pada dasarnya tdk ada kepalsuaan,bagaimana kita bisa berbicara ttg sebab musababnya?Tdk mungkin kita berbicara ttg "aku" jika pada dasarnya tdk ada "aku"(Jika salah mohon dikoreksi ya)




Quote
"Ketika Bodhisattva Avalokitesvara mempraktikkan Prajna-paramita, ia melihat bahwa kelima arus-kehidupan (skandha) adalah kosong (sunya); dengan demikian ia mengatasi semua kesedihan [duhkha].

"Sariputra, ... tubuh adalah kekosongan, kekosongan adalah tubuh. Begitu pula perasaan, pencerapan, bentuk-bentuk batin, dan kesadaran. …

"Sariputra, segala sesuatu--karena hakikatnya kekosongan--tidak berawal dan tidak berakhir, mereka tidak kotor dan tidak murni, tidak bertambah dan tidak berkurang. Jadi di dalam kekosongan, tidak ada tubuh, tiada perasaan, tiada pencerapan, tiada bentuk-bentuk batin, tiada kesadaran. ...

"Tidak ada kegelapan batin [avidya], tidak ada lenyapnya kegelapan batin [avidya-nirodha], ... <terus sampai> tidak ada usia tua & kematian [jara-marana], tidak ada lenyapnya usia tua & kematian. [tidak ada pratitya samutpada/paticca samuppada]. Tidak ada dukkha, tidak ada sebab dukkha, tidak ada lenyapnya dukkha, tidak ada jalan menuju lenyapnya dukkha, [tidak ada Empat Kebenaran Suci]. Tidak ada tahu, tidak ada mencapai.
Apakah ini yg dinamakan "kosong"?Karena tdk berawal juga tdk berakhir..Tdk tercipta juga tdk terhancur...Tdk timbul juga tidak lenyap?


Quote
"Subhuti, mungkinkah mengetahui Sang Tathagata (Buddha) melalui tanda-tanda tubuhnya?"[/i][/color] Jawab Subhuti: "Tidak; jika Sang Tathagata bicara tentang tanda-tanda tubuh, tidak ada tanda-tanda tubuh yang dibicarakan."

"Di mana ada sesuatu yang dapat dibedakan dari tanda-tandanya, di situ terdapat pengelabuan. Jika engkau bisa melihat sifat tanda-tanda yang tanpa-tanda, maka engkau bisa melihat Sang Tathagata."[/quoite]
Apakah ini yg dimaksud melihat segala sesuatu apa adanya?menghilangkan segala teori2 yang ada?

[...]

Quote
"Barang siapa, sekalipun hanya sedetik, memiliki keyakinan murni dan jernih ketika mendengar kata-kata Sang Tathagata, Sang Tathagata melihat dan mengetahui orang itu, dan orang itu akan memperoleh kebahagiaan tak terukur oleh karena pemahaman ini. Mengapa?

"Oleh karena orang seperti itu tidak terperangkap dalam ide tentang suatu diri/aku, suatu pribadi, suatu makhluk hidup, atau suatu jangka hidup. Mereka tidak terperangkap dalam ide tentang sesuatu (dharma) atau ide tentang bukan-sesuatu. Mereka tidak terperangkap dalam pengertian bahwa ini suatu tanda dan itu bukan-tanda. Mengapa? Jika engkau terperangkap dalam ide tentang sesuatu, engkau juga terperangkap dalam ide tentang suatu diri/aku, suatu pribadi, suatu makhluk hidup, atau suatu jangka hidup. Jika engkau terperangkap dalam ide tentang bukan-sesuatu, engkau masih terperangkap dalam ide tentang suatu diri/aku, suatu pribadi, suatu makhluk hidup, atau suatu jangka hidup. Itulah sebabnya kita jangan terperangkap dalam ide bahwa ada sesuatu atau dalam ide bahwa tidak ada sesuatu. Itulah makna tersembunyi ketika Sang Tathagata berkata, 'Para bhikkhu, kalian harus memahami bahwa semua ajaran yang kuberikan kepadamu adalah sebuah rakit.' Semua ajaran harus ditinggalkan, apa lagi bukan-ajaran.
Luar biasa...Tdk perlu berpikir apakah ini "benar" apakah ini "salah" cukup sadari dan amati saja...
Luar biasa...
Semua ajaran harus ditinggalkan,apa lagi bukan-ajaran...

Quote
"Bagaimana menurutmu, Subhuti? Jika ada orang mengisi 3.000 alam semesta dengan tujuh permata berharga sebagai tindakan kemurahan hati (dana), apakah orang itu memperoleh kebahagiaan besar karena tindakan bajik ini?" Jawab Subhuti: "Ya, Bhante. Oleh karena hakikat kebajikan dan kebahagiaan bukanlah kebajikan dan kebahagiaan, maka Sang Tathagata bisa bicara tentang kebajikan dan kebahagiaan."
Kenapa jawabanya iya?Saya kurang paham...Seharusnya kan "tdk" karena jika memberikan dengan sesuatu dan tanpa sesuatu sesungguhnya ada "aku" disana...Kebahagian kan harusnya memberikan tanpa adanya apa2(Maksudnya tanpa ada sesuatu maupun tdk ada sesuatu)?Mohon bimbingannya pak...

_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 06 June 2008, 04:58:19 AM
saya juga maunya bisa sati(sadar/eling) terus pak...

ketika focus pada objek, tiba-tiba muncul pikiran:

saya sedang apa?
oh meditasi yg diajarkan oleh Sang Buddha
kemudian muncul sepupu Buddha, Nanda
karena Nanda sudah muncul, saya jadi teringat cara Buddha mengajarinya
karena itu munculah pikiran tentang 500 bidadari kahyangan,
dimana yg paling jeleknya, apabila dibandingkan dg manusia,
manusia bagaikan seekor monyet...
keinginan melihat alam deva muncul...
BAM!!!
saya melihat neraka avici... oh no!!!~~~
tiba2 teringat lagi, saya sedang ngapain di sini...
oh... meditasi ajaran Buddha
back to anapanasati (nafas)...
fiuh... gladly, i can pass it...

Rekan Tesla,

Memang ... pikiran ini kalau tidak disadari akan berjalan terus, tanpa berhenti ... dia akan berhenti hanya kalau disadari. ...

Misalnya, dalam pengalaman Anda di atas, ... Anda sadar ketika 'melihat Nanda' ... atau lebih awal lagi ... sadar ketika muncul pikiran "oh, meditasi yang diajarkan oleh Sang Buddha" ... maka seluruh rentetan pikiran ... sampai ke neraka Avici itu tidak akan muncul ... :)

Berarti, sampai "BAM" itu Anda tidak sadar bahwa Anda terhanyut oleh pikiran Anda. ... :)

BTW, pengertian "meditasi ajaran Buddha" itu pun gerak pikiran, karena di situ ada pengenalan ... Dalam kesadaran yang yang lebih kuat, pengertian "Buddha" itu pun kalau muncul segera lenyap kembali. ... :)

Salam,
hudoyo
Title: Waktu terbaik untuk bermeditasi
Post by: hudoyo on 06 June 2008, 05:54:53 AM
[...]
Tanya ya pak...Setelah meditasi pertama dan meditasi kedua yg saya lakukan(Meditasi kedua ini tdk berakibat apa2 tdk ada apa2 disna,mlhan ngantuk ^^ mungkin kecapekan krn aktivitas sehari2 tapi tiap kali ngantuk tiba2 "tersadar")
Yg ingin saya tanyakan setelah meditasi 1 dan 2 saya merasakan nafas saya ini..
Ada yg aneh kadang terasa banget udara yg masuk dan keluar dr nafas saya...
Dan rasa udara ini sangat dingin dan menyenangkan gitu...
Kenapa ya pak?Tapi kadang2 aja..Bukan setiap saat,mungkin pada saat saya lagi "sadar"?..

Riky,

Di dalam meditasi, ketika pikiran relatif tenang, maka fenomena jasmani yang biasanya tidak diperhatikan menjadi tampak menonjol ... seperti nafas ... dalam kesadaran sehari-hari kamu hampir tidak pernah memperhatikan nafas, kan ... Jadi, dalam meditasi nafas itu merupakan pengalaman yang 'baru' bagimu ... dan kamu kagum melihatnya ... sebetulnya nafas itu sendiri sih sudah ada sejak kamu lahir, kan ... :) ... Jadi, betul katamu, nafas itu terasa jelas ketika kamu 'sadar' ... :)


Quote
Kemudian pak meditasi yg paling baik kapan saja?Pagi/malam(Cuma bisa pagi dan malam aja ^^(biasa anak skul)?Berhubung saya sangat beruntung banget karena pada saat ini sudah liburan panjang sekolah saya akan fokus semua hari liburan saya untuk berlatih meditasi secara ketat dan tepat wkt,biar tar wkt masuk sekolah lagi uda kebiasaan(krn kalau pada saat2 sekolah latihan meditasi takutnya gk bisa bangun tepat wkt ^^)...
_/\_

Riky, bagus sekali kamu berniat menggunakan semua hari liburanmu untuk berlatih meditasi ... saya senang sekali ... :)  Betul, gunakan setiap waktu luang ketika masih muda (sebelum kamu bekerja dan sebelum kamu kawin nanti) untuk berlatih meditasi ...

Jadi, nanti kalau kamu masuk sekolah lagi ... kalau kamu menjadi mahasiswa ... kelak kalau kamu kawin, punya anak dengan segala kesibukan dan permasalahan sehari-hari ... batinmu sudah kuat dan bisa menghadapi segala persoalan kehidupan dengan tenang dan tetap sadar ...

Kamu suka pergi ke vihara? ... Apakah vihara jauh dari rumahmu? ... Kalau ada waktu datanglah ke vihara ketika tidak banyak orang datang ke sana (bukan waktu kebaktian) ... lalu cobalah bermeditasi sendirian di dharmasala selama 1 jam atau lebih ... lakukan meditasi duduk & meditasi jalan ... Nanti kamu akan mengalami sendiri bahwa bermeditasi di vihara sangat berbeda rasanya dibandingkan bermeditasi di rumah ... suasana tempat sangat berpengaruh pada suasana batin kita ...

Pada dasarnya, semua waktu dan semua tempat bisa digunakan untuk meditasi ... Anda bisa bermeditasi kapan saja ... Tapi tentu ada waktu-waktu yang kondusif (membantu) untuk bisa mencapai keheningan dalam meditasi ... waktu-waktu yang kondusif itu adalah:

(1) alam sekitar relatif tenang - yaitu ketika banyak orang masih tidur, dan udara sejuk & segar;
(2) badan & batin kita sendiri relatif segar & nyaman, tidak mengantuk.

Kedua poin itu terdapat pada waktu pagi sebelum orang mulai ramai. ... Juga di waktu malam, ketika banyak orang mulai beristirahat ... cuma di waktu malam badan & otak kita biasanya sudah capek habis bekerja/belajar seharian ... tapi tidak apa bermeditasi di waktu malam 15 - 30 menit ...

Tapi biasakan bermeditasi di waktu pagi ... Jam berapa biasanya Riky bangun pagi? ... Jam 6? ... Tidak ada salahnya weker dimajukan 30 menit sampai jam 5.30 sehingga kamu sempat bermeditasi selama 30 menit, bukan? ...

Nah, Riky, terus bermeditasi ya ... lebih banyak lagi dalam musim libur ini.

Salam,
hudoyo

Title: Riky telah mengalami transformasi menjadi seorang pemeditasi!
Post by: hudoyo on 06 June 2008, 06:22:05 AM
Saya masih jauh pak ^:)^ ^:)^ ^:)^ ^:)^
Mesti butuh bimbingan bapak lebih jauh lagi ^:)^ ^:)^ ^:)^
Saya akan fokuskan dulu ama meditasi vipassana ^^
Karena saya sadar
"Kelahiran sebagai manusia adalah sukar diperoleh...
Kesempatan mendengarkan pembabaran Dhamma sejati adalah sukar diperoleh...

Saya "berusaha" merealisasikan nibbana saat ini bukan besok bukan lusa bukan minggu depan bukan bulan depan bukan tahun depan.TAPI pada saat ini...(Karena tdk ada yg bisa menjamin kehdpan berikutnya saya adalah penganut BUddha lagi,Bisa mendengarkan pembabaran DHamma Sejati lagi,Bisa menjadi manusia lagi...
Jadi yg pasti adalah SAAT INI,SEKARANG JUGA)
Saya gk mau menyia2kan kebaikan pak hudoyo yg tlah berkenan membimbing saya dalam meditasi...
Saya akan berusaha  :)
 _/\_

Riky, anakku, ... wah, bahagia sekali rasanya saya mempunyai anak seperti kamu ... tidak ada kebahagiaan yang lebih besar bagi seorang ayah daripada melihat anaknya mengikuti jejaknya ... :)

Dulu, ketika saya menyatakan secara terbuka di forum ini bahwa saya menganggap kamu sebagai anak saya sendiri, saya melakukannya secara intuitif saja ... padahal, ingat gak, kamu pernah menyebut saya "Saudara Hudoyo"? .. ;D

Kemudian belakangan saya baca seluruh posting kamu di forum ini, sejak kamu masuk ke forum ini pada tgl 2 Mei 2008 ... posting kamu seluruhnya makan tempat sebanyak 60 halaman ... Saya melihat ternyata intuisi saya itu tidak salah :) ... ternyata kamu mempunyai potensi (benih) yang sangat besar untuk mencapai pencerahan! ... Saya tidak terkecoh oleh banyaknya reputasi negatif yang kamu terima di forum ini ... itu semua berkat ketajaman intelekmu dan jiwa mudamu ... ;D

Sekarang ternyata anak yang mempunyai banyak reputasi negatif di forum ini telah mengalami transformasi menjelma menjadi seorang pemeditasi yang mampu berkata:

"Saya "berusaha" merealisasikan nibbana saat ini bukan besok bukan lusa bukan minggu depan bukan bulan depan bukan tahun depan.TAPI pada saat ini."

Riky, anakku ... apa yang kamu ucapkan itu SANGAT PENTING ... Saya teringat akan petapa Sumedho (bukan Admin DC lho ... :) ) yang membuat kaul serupa di hadapan Buddha Dipankara, dan kelak akan menjadi Buddha Gotama. ... Kalau Riky tetap berpegang pada ucapanmu itu, pastilah kamu akan tercerahkan dalam waktu yang tidak lama.

Ternyata Riky adalah siswa Sang Buddha yang sejati. ... :)

Teruskan meditasimu, anakku ...

Salam,
hudoyo
Title: OOT: CARA MENEMUKAN SEMUA POSTING DARI SESEORANG DI DC
Post by: hudoyo on 06 June 2008, 06:28:44 AM
Ada rekan yang menanyakan bagaimana caranya menemukan semua posting saya yang tersebar di beberapa thread.

Sebetulnya ada cara yang mudah sekali untuk menemukan posting-posting seseorang di DC ini ... bagi teman-teman yang belum mengetahui bagaimana caranya: 

(1) klik nama orang itu pada salah satu postingnya > akan tampil "Profile" orang itu;

(2) klik "Show recent posts from this person" (di bagian bawah "Profile" itu) > akan tampil seluruh posting orang itu yang ada di semua thread, diurutkan mulai dari yang terbaru.

(3) klik salah satu posting yang kita inginkan > akan muncul thread di mana posting itu berada, dan kita bisa membaca konteks di mana posting itu ditulis.

Salam,
Hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 06 June 2008, 06:31:16 AM
Benar juga ya pak..
Saya capek sendiri kasih label...
Hm2..
Jadi didengarin aja ya pak...
Jgn kasih "label" oke pak saya akan coba lagi...
Mohon bimbingannya...
_/\_

OK ... teruskan meditasimu, ya ... :)

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 06 June 2008, 07:24:39 AM
Pak, "sadar" kan defisinya adalah menyadari segala sesuatu yang muncul dalam batin, entah "baik" entah "tidak baik".
Jika begitu apakah ini berhubungan dengan Buddha dan para yg tlh melihat apa adanya?
Krn yg tlah melihat segala sesuatu apa adanya tdk melakukkan kamma lagi.Mau baik kek mau buruk kek.(Sebnrnya pertanyaan ini tdk usah dijawab ya ^^ hehehe...kan uda diblg SB hakikat seorang Buddha tdk usa dipikir2kan....^^)
Cuma tersadar aja,sadar=menyadari segala sesuatu yg muncul dalam batin,baik ataupun tdk baik..
_/\_

Di dalam 'sadar' akan terlihat bahwa "baik" dan "buruk" itu adalah ciptaan pikiran. ... Yang mengatakan "ini baik", "itu buruk" adalah manusia ... bagi alam semesta tidak ada baik & buruk ... ikan besar memakan ikan kecil tidak bisa dibilang "baik" atau "buruk" ... itulah 'apa adanya'. ...

Tetapi manusia mengatakan orang yang "memakan" orang lain itu 'buruk' ... Itu disebabkan karena tidak ada orang yang mau "dimakan" oleh orang lain ... Maka manusia membikin 'moralitas' (etika) dan 'agama' ... gunanya untuk mengatur agar manusia tidak saling "memakan" satu sama lain ...

Orang yang sudah menyadari gerak-gerik pikirannya sendiri, tidak lagi mempersoalkan 'baik' dan 'buruk' ... ia melihat 'apa adanya' ... Tapi itu tidak berarti bahwa ia berbuat semau-maunya ... tidak berarti bahwa ia hidup berfoya-foya, hedonistik ... tidak berarti bahwa ia merugikan orang lain untuk mengejar kepentingannya sendiri ... Mengapa? ... Karena orang yang berbuat demikian berarti ia 'tidak sadar' ... ia tidak sadar akan keserakahan & kebencian dalam batinnya ... dan ia akan menghadapi kembali masalah 'baik' dan 'buruk'.

Jadi: orang yang sadar tidak lagi mempunyai pengertian 'baik' vs 'buruk' ... orang yang tidak sadar akan menghadapi masalah 'baik' vs 'buruk' ...

Begitu juga dengan 'kamma' ... orang terseret oleh 'kamma' --entah "kamma baik (kusala kamma)", entah "kamma buruk (akusala kamma)"-- oleh karena ia tidak sadar akan gerak-gerik pikirannya sendiri yang didorong oleh si aku/atta ... orang berbuat 'kamma baik' (berdana, bermeditasi dengan tujuan tertentu, menjalankan sila dsb) didorong oleh si aku/atta ... orang berbuat 'kamma buruk' (membunuh, mencuri, berzina dsb) juga didorong oleh si aku/atta ...

Oleh karena itu, mereka yang berbuat 'kamma baik' maupun yang berbuat 'kamma buruk', kedua-duanya terseret dalam roda samsara, kelahiran dan kematian yang berulang-ulang. ...

Baru ketika orang sadar sepenuhnya akan gerak-gerik si aku/atta dengan pikirannya ... sehingga si aku/atta itu runtuh ... ia tidak lagi berbuat 'kamma' --entah baik entah buruk. Segala pikiran, ucapan & perbuatannya tidak lagi berakibat apa-apa baginya. Secara teoretis, pikiran, ucapan & perbuatan seperti itu disebut 'lokuttara' (mengatasi duniawi) ... Semuanya berlangsung pada saat itu dan habis pada saat itu juga ... Itulah batin seorang arahat & seorang Buddha (secara teoretis, kata kitab suci) ...

Dengan demikian seorang arahat & Sang Buddha bisa berkata: "Khina jati, vusitam brahmacariyam, katam karaniyam, na param itthataya' ti" ("Berakhir sudah kelahiran, sempurna sudah kehidupan suci, selesai sudah apa yang harus dikerjakan, tidak ada apa-apa lagi yang perlu dikerjakan.")

Jadi, Riky, apa yang kamu tulis memang benar. ... :)

NB: Riky, kalau boleh, pada waktu meng-quote posting yang panjang, janganlah di-quote seluruhnya, melainkan di-quote paragraf yang hendak kamu tanggapi saja ... agar orang lain yang membacanya tidak capek ... cobalah perhatikan bagaimana saya meng-quote tulisan orang lain yang hendak saya tanggapi. ... Bagaimana, setujukah? ... :)

Salam,
hudoyo
Title: Membaca sutra-sutra Mahayana
Post by: hudoyo on 06 June 2008, 08:25:00 AM
Wah, Riky, kamu membaca posting saya tentang Surangama Sutra ... sebetulnya posting itu menjawab seseorang yang melekat pada kata-kata dalam Surangama-sutra. ...

Surangama-sutra, seperti sutra-sutra Mahayana lainnya, memang berasal dari pencerahan yang tercapai dalam meditasi ... tapi lalu dikemas dan ditampilkan sebagai analisis intelektual ... sehingga sering kali sampai pada ungkapan-ungkapan atau kesimpulan-kesimpulan yang bersifat paradoksal atau kontradiktif ... seperti misalnya pernyataan Nagarjuna bahwa "samsara = nirvana".

Membaca sutra-sutra seperti itu harus berhati-hati, dan mampu membedakan mana-mana pernyataan yang bersifat absolut (mutlak, paramattha) dan mana-mana pernyataan yang bersifat relatif (sammuti). ...

Tetapi, karena Riky menanyakannya, ya saya harus menjelaskannya kepadamu:


Pak jika kita mengenali dan memberinya label bukan itu adalah munculnya "aku" sendiri dalam diri kita?Apa yg dimaksud oleh SB ttg "mengenalinya"?

Kamu betul ... :) Tapi di bagian ini Sang Buddha bicara pada tingkat pengetahuan relatif (sammuti-sacca), bukan pengetahuan mutlak (paramattha-sacca] ... perhatikan, di situ masih ada istilah-istilah seperti: "mencapai", "berlatih", "Mara", "melatih samatha-vipasyana", "mengenali", "jatuh ke dalam kejahatan nama-rupa", dsb. ... Di sini Sang Buddha berbicara kepada orang-orang yang baru mulai berlatih ... jadi masih ada dualisme 'baik' vs 'buruk' ... 'pencapaian' vs 'kejatuhan' ... dsb. ... Bila seorang pemeditasi berada dalam kesadaran penuh ... semua pengertian itu runtuh, tidak ada lagi ...


Quote
Wah ini berat lo pak...Ketika sudah dikelabui maka biasanya sudah "tdk sadar" dan dikuasi oleh "aku"
GImana caranya kembali lagi pada sumbernya?
_/\_

Caranya kembali kepada sumbernya? ... Caranya adalah: disiram pakai air dingin ...  :))

Maksudnya, tidak lagi memikirkan tentang 'Kebenaran Sejati' vs 'Kegelapan Batin' ... melainkan kembali mengamati apa yang ada pada saat kini. ... :)


Quote
Benar ya pak,jika pada dasarnya tdk ada kepalsuaan,bagaimana kita bisa berbicara ttg sebab musababnya?Tdk mungkin kita berbicara ttg "aku" jika pada dasarnya tdk ada "aku"(Jika salah mohon dikoreksi ya)

Betul, Riky ... jika pikiran tidak bergerak menanggapi rangsangan dari keenam indra ... tidak ada 'aku'/atta ... dan tidak ada kamma & vipaka (buahnya) ... tidak ada lobha, dosa, moha ... dan tidak ada metta, karuna, mudita, upekkha ... yang ada hanyalah 'melihat apa adanya' (yathabhutam nyanadassanam).


Quote
Apakah ini yg dinamakan "kosong"?Karena tdk berawal juga tdk berakhir..Tdk tercipta juga tdk terhancur...Tdk timbul juga tidak lenyap?

Betul ... Tapi awas ... kata-kata itu keluar dari pengalaman batin yang tercerahkan ... sedangkan kita yang membacanya belum tercerahkan ... oleh karena itu harus hati-hati membacanya ... saya sendiri tidak terlalu suka menggunakan ungkapan-ungkapan seperti itu. ... :)  Saya bukan Bodhisattva Avalokitesvara yang mengucapkan kata-kata itu ... :)


Quote
Apakah ini yg dimaksud melihat segala sesuatu apa adanya?menghilangkan segala teori2 yang ada?

Bukan ... itu sekadar pengontrasan antara 'kebenaran mutlak' (paramattha-sacca) dan 'kebenaran relatif' (sammuti-sacca) ... :)  ... Masih termasuk tataran analisis intelektual terhadap pengalaman yang sebetulnya mengatasi pikiran. ... :)


Quote
Luar biasa...Tdk perlu berpikir apakah ini "benar" apakah ini "salah" cukup sadari dan amati saja...
Luar biasa...
Semua ajaran harus ditinggalkan,apa lagi bukan-ajaran...

Betul ...


Quote
Kenapa jawabanya iya?Saya kurang paham...Seharusnya kan "tdk" karena jika memberikan dengan sesuatu dan tanpa sesuatu sesungguhnya ada "aku" disana...Kebahagian kan harusnya memberikan tanpa adanya apa2(Maksudnya tanpa ada sesuatu maupun tdk ada sesuatu)?Mohon bimbingannya pak...
_/\_

Riky, cobalah baca jawaban Subhuti kepada Sang Buddha selengkapnya ... Jawab Subhuti: "Ya, Bhante. Oleh karena hakikat kebajikan dan kebahagiaan bukanlah kebajikan dan kebahagiaan, maka Sang Tathagata bisa bicara tentang kebajikan dan kebahagiaan."

Subhuti tidak menyanggah pertanyaan Sang Buddha, karena Subhuti sudah menyadari adanya dua level kebenaran dari mana orang bicara:

(1) bicara 'kebajikan & kebahagiaan' -- level 'Kebenaran relatif';
(2) bicara tentang tidak ada 'kebajikan & kebahagiaan' maupun lawannya -- level 'Kebenaran mutlak'.

Jadi Subhuti tidak menyanggah pertanyaan Sang Buddha itu, karena ia sudah menyadari adanya dua level kebenaran itu.

*****


OK, Riky ... saya sarankan ... untuk sementara janganlah membaca sutra-sutra Mahayana seperti ini, yang bersifat esoterik ... maupun sutta-sutta Pali, yang bersifat dualistik ...

Alih-alih, kembalilah pada latihan meditasimu ... mengamati apa yang muncul pada badan & batin ini, tanpa dicampuri oleh pikiran & keinginan ...

Nanti, kalau kesadaran vipassana-mu telah kuat ... kamu bisa membaca kembali sutra-sutra seperti ini, tanpa terperosok ke dalam dualisme kebenaran itu sendiri ... :)

Salam,
hudoyo


Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Umat Awam on 06 June 2008, 08:46:07 AM
Setelah mencoba meditasi selama 2 hari berturut2, pagi dan mlm hari hingga saya terlelap, sy br menyadari benar2, bukan sekedar teori, bahwa Ajaran Buddha Indah pada awalnya..
Saya juga baru menyadari pagi tadi arti dr sebuah kalimat "Damai Disetiap Langkah". Saat itu dipagi hari sy dlm perjalanan ke tempat kerja saya.. pagi seblm brngkt kerja sy melanjutkan meditasi sy, kemudian sy lanjutkan utk tetap "sadar" disetiap saat, hingga diperjalanan menuju tmpt kerja.. Semua yg tampak begitu berbeda, semua yg awalnya biasa saja, menjadi begitu istimewa.. Semua yg awalnya di acuhkan menjadi begitu menarik perhatian... Ternyata arti dr sebuah kalimat pendek nan penuh inspirasi tsb mengandung makna yg mendalam. "damai disetiap langkah"; tiada sibuk, tenang indra2, pikiran yg fokus, santai, selalu waspada, tidak merasa adanya keterburu2an, tiada rasa marah, benci, dendam, kesal, dll. begitu bebas dan indah...

Memberikan tenaga, kekuatan baru, dan semangat baru untuk lebih menggali dan mencari misteri kehidupan ini... setiap bentuk2 pikiran yg muncul menjadi sedemikian jelasnya dan sedemikian cepatnya, hingga sepertinya sulit di telusuri; Namun secepat apapun pikiran itu melesat, ternyata kewaspadaan, batin bisa menjadi lebih cepat dalam membaca, memperhatikan setiap gerak pikiran tsb... Sungguh Dhamma Sang Buddha indah pada awalnya telah saya pahami sepenuhnya...

Mungkin ada kalimat yg kurang sesuai dlm menjelaskan perasaan saya tsb, krn kurangnya kemampuan sy dlm menuangkan buah pikiran menjadi sebuah kalimat...

_/\_ ^:)^
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 06 June 2008, 08:56:58 AM
Bagus sekali, Rekan Umat Awam ... :) Terima kasih banyak Anda telah berbagi pengalaman batin Anda di forum ini. ...

Pengalaman Anda tadi pagi ketika berangkat dari rumah ke tempat kerja adalah suatu pencerahan yang Anda capai ketika pikiran tidak banyak muncul ... Dan itu adalah kelanjutan dari meditasi yang Anda lakukan sebelum berangkat.

Ternyata di sini, bahwa MMD bisa dan harus diterapkan di mana saja dan kapan saja ... bukan pada saat meditasi duduk saja. ... :)

Hanya ada satu komentar saya terhadap posting Anda ... yaitu ungkapan Anda yang berbunyi: "... menggali dan mencari misteri kehidupan".

Saran saya: lepaskan harapan dan upaya untuk "menggali & mencari misteri kehidupan" ... itu cuma gerak pikiran yang mengganggu pengamatan terhadap saat kini ... lepaskan harapan & upaya untuk mendapatkan apa pun ... bahkan nibbana juga tidak. ... :) 

Kembalilah bermeditasi mengamati apa yang ada pada saat kini dalam badan & batin ini. ... Jangan pikirkan apa yang akan Anda peroleh nanti. ... :) 

Siapa tahu ... justru Anda tidak akan memperoleh apa-apa ... malah Anda akan lenyap, padam (nibbuti) ... :)

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Umat Awam on 06 June 2008, 09:14:12 AM
Hanya ada satu komentar saya terhadap posting Anda ... yaitu ungkapan Anda yang berbunyi: "... menggali dan mencari misteri kehidupan".

Saran saya: lepaskan harapan dan upaya untuk "menggali & mencari misteri kehidupan" ... itu cuma gerak pikiran yang mengganggu pengamatan terhadap saat kini ... lepaskan harapan & upaya untuk mendapatkan apa pun ... bahkan nibbana juga tidak. ... :) 

Kembalilah bermeditasi mengamati apa yang ada pada saat kini dalam badan & batin ini. ... Jangan pikirkan apa yang akan Anda peroleh nanti. ... :) 

Siapa tahu ... justru Anda tidak akan memperoleh apa-apa ... malah Anda akan lenyap, padam (nibbuti) ... :)

Salam,
hudoyo

Ohw... ya pak, sy akan berusaha utk melepaskan semua "tujuan" dan "harapan" Akan masa depan dlm hal ini menanggapi kalimat td.. Terima kasih atas nasehat berharga bapak..
 _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 06 June 2008, 09:46:25 AM
kalau kita memiliki hal2 yg memuaskan (sangat dinikmati) panca indra,
bagaimana caranya supaya TIDAK MELEKAT sewaktu hal2 tsb udah tidak bisa didapatkan?


contoh : Senang minum coca-cola.... tetapi setelah agak tua dan mag nya tidak bekerja dgn baik dan dokter menyarankan utk menjahui minuman ber gas/berakohol....... jadi udah tidak bisa didapat....

bagaimana caranya melatih pikiran supaya tidak TERIKAT dgn kenikmatan panca indra?

thanks
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Umat Awam on 06 June 2008, 09:53:26 AM
Dengan MENGAMATI bro.. ;D
Semua itu proses, ga ada yg instant utk mencabut akar kemelekatan... :)

^:)^ maaf kalo salah...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 06 June 2008, 11:21:21 AM
kalau kita memiliki hal2 yg memuaskan (sangat dinikmati) panca indra,
bagaimana caranya supaya TIDAK MELEKAT sewaktu hal2 tsb udah tidak bisa didapatkan?

KELEKATAN itu ialah PIKIRAN. ... Kalau pikiran yang melekat itu disadari ... ia akan langsung lenyap ... sekalipun sebentar lagi kemungkinan besar akan muncul kembali ... Kalau muncul kembali ... ya perlu disadari lagi ... Begitu terus-menerus ...

Seperti kata Rekan Umat Awam ... pembebasan dari kelekatan tidak bisa dicapai secara instan ... seperti makan Panadol langsung sakit kepala hilang ... :) ... Itu memerlukan latihan kesadaran ... sehingga terbiasa sadar setiap kali pikiran yang melekat itu muncul ...

Oleh karena itu latihlah meditasi sejak muda ... selagi batin masih lentur & fleksibel ... sebelum keburu tua ... ketika batin sudah kaku, karatan, kebanyakan kebiasaan yang buruk yang sudah tertanam puluhan tahun dan sukar dibongkar. ... :)

Salam,
hudoyo
Title: "Kearifan yang bukan dari pengetahuan" (Krishnamurti)
Post by: hudoyo on 06 June 2008, 07:16:39 PM
[Dari:  > Forum Supranatural > Subforum Spiritual > Thread MMD-2 > page 7 > message #135 (06/06/08)]

Quote from: Riang Mentari
eyang...eyang... saya mau cerita... hari ini lucu....
g tau kenapa kalo saya ngeliat muka saya kok jadinya hati ini geli... ngeliat pantulan di layar monitor pengen ketawa, pas di kamar kecil ngeliat kaca...ketawa... ngeliat alis...ngeliat jerawat...ngeliat mata,jenggot yg nanggung...rambut yg culun... jadi malah kepingkal2 padahal ga tau sebabnya apa... geli ajah liat muka sendiri... kalo ga saya setop ntar org2 kantor bisa ngira saya gila, ngeliat muka sendiri kok ketawa...

duh kenapa ya eyang

Mas Riang Mentari lagi kesambet ama jin ketawa kali ... :D  ... Sadari aja, nanti kan berhenti sendiri ... :)
 

Quote
oiya eyang...saya mau tanya, apa yg dimaksud oleh krishnamurti dengan kebijaksanaan yang tidak diperoleh dari pengetahuan ?

mohon pencerahannya...

hihihi...dah ga ada org di kantor, jadi boleh senyum2 sendiri

Selama ini kebanyakan manusia menganggap 'kebijaksanaan' itu bersumber dari pengetahuan & pengalaman hidup, bukan? ... Semakin banyak pengetahuan ... semakin banyak makan asam-garam kehidupan ... dianggap semakin tinggi kebijaksanaannya. ...

Tapi kalau direnungkan lebih dalam ... sebanyak apa pun pengetahuan ... sebanyak apa pun pengalaman hidup ... pengetahuan & pengalaman seperti itu tidak pernah lengkap, selalu parsial ... kedua, pengetahuan & pengalaman seperti itu selalu disaring ... terkondisi ... terdistorsi oleh si aku beserta harapan, ketidaksenangan dan kepentingannya ...

Nah, dalam keheningan sempurna ... bila pikiran ini berhenti ... bukan berarti kosong tidak ada apa-apa ... di situ ada sesuatu yang lain ... yang bukan kita lagi, bukan milik kita lagi (karena kita sudah tidak ada) ... Krishnamurti mengatakan di situ ada gerak dari yang mahaluas ...

Prinsip inilah yang membuat orang yang berada dalam keheningan total tidak lumpuh ... melainkan bisa tetap berfungsi dengan badan & batinnya ... Dan kali ini, yang menuntunnya bukan kearifan dari pengetahuan & pengalaman pribadi lagi ... melainkan dari sesuatu yang mahaluas. ... Tindakan yang bersumber dari keheningan total seperti itu selalu benar, tidak pernah salah ... Itulah yang disebut oleh Krishnamurti sebagai 'kearifan yang bukan berasal dari pengetahuan/pengalaman'. ...

Dalam tasawuf keadaan itu disebut 'insan kamil' ... Di situ Allah menjadi mata, telinga, lidah dan tangan kita ...

Dalam ajaran Buddha Gautama keadaan itu dikenal sebagai batin seorang arahat ... 'benih Buddha' yang bekerja di dalamnya ...

Dalam filsafat Jawa itu disebut 'urip sajroning mati' ("hidup di dalam mati") ... yang hanya tercapai bila sudah tercapai 'mati sajroning urip' ("mati di dalam hidup") ...

Tapi ... yah ... kita hanya bisa mengalami itu kalau batin kita bisa hening total, kalau si aku ini bisa berhenti total (biarpun hanya untuk sementara) ... Sampai sekarang, saya rasa, semua itu baru merupakan teori bagi kita ...

Oleh karena itu ... marilah kita kembali kepada pengalaman yang nyata ... yakni segala sesuatu yang terjadi dalam badan & batin ini pada saat kini. ...

Salam,
semar

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Kelana on 06 June 2008, 08:02:48 PM
Laporan Pak Hud.

Pertama saya coba di rumah. Yang pertama dan selalu saya alami adalah pikiran selalu menuju ke pergerakan napas. Apakah ini pengaruh dari kebiasaan saya menggunakan anapanasati?
Kemudian, beberapa lama pikiran mulai kemana-mana dan saya berusaha memperhatikan secara pasif, seperti biasa ada pikiran bicara ”oh lagi pikir ini” dan saya biarkan saja. Tapi lama-lama napas saya malah jadi sesak seperti lupa bernapas, jadi saya putuskan memperhatikan napas lagi. Ini kenapa ya Pak Hud?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 06 June 2008, 08:14:11 PM
Betul ... itu gara-gara Anda sudah terbiasa lebih dulu dengan meditasi ketenangan anapanasati. ...

Bukankah anapanasati dengan cepat memberikan ketenangan ... sebaliknya, menyadari badan & batin apa adanya tanpa berkonsentrasi, hasilnya malah melihat pikiran yang berseliweran, tidak enak ... jadi bisa dipahami bila batin Anda cenderung kembali ke anapanasati ...

Dengan kata lain, bila Anda ingin mempraktikkan MMD, Anda harus melepaskan kebiasaan mencari ketenangan ... itu pekerjaan tambahan ... dibandingkan mereka yang polos, yang belum pernah belajar meditasi sama sekali.

Juga teman-teman yang sudah terbiasa melakukan vipassana dengan berkonsentrasi dan 'mencatat' ... akan menemui kesulitan ketika mau belajar MMD ... sekalipun kesulitan itu bukan tidak bisa diatasi ... soalnya berkonsentrasi dan 'mencatat' itu akan terasa lebih nyaman, lebih memberikan kepastian dibandingkan MMD, ketika tidak ada yang boleh dipegang ... Jadi, kalau mau belajar MMD, kebiasaan berkonsentrasi & 'mencatat' dari vipassana tradisional itu pun harus dibongkar lagi.

Pengalaman Anda itu dialami oleh banyak teman yang sudah lebih dulu terbiasa dengan meditasi ketenangan, lalu mau belajar MMD ...

Silakan kembali berada bersama pikiran yang berseliweran, kalau mau memang melakukan MMD ... sampai pikiran itu berhenti sendiri tanpa dibuat berhenti. ... :) ... Baru Anda bisa membuktikan sendiri apa itu MMD sebenarnya ... :)

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 06 June 2008, 08:35:39 PM
Pak,semalam setelah pulang dr warnet saya mencoba meditasi jalan(kan komplek saya ada banyak jalur,saya lewat jalur yg terjauh dan terhening dikomplek saya(ada jalur yg agak gelap jd jarang yg lewat sana,ada rumor juga yg beredar ada hantu tanpa kepala tapi saya gk "peduli")krn saya pikir saya harus "bangun" pada setiap saat bukan pada saat duduk bersila doank.
Kemudian pada saat pertama menuju jalur hening tsb masih biasa,seperti kata saya yg pertama nafas ini terasa segalanya terasa tp masih relatif kecil,paz di tempat hening itu(Sempat terkejut btr)krn ketika saya menginjakkan kata saya langsung terdengar suara injakkan kaki saya,kemudian berangsur2 saya berjalan lambat lambat dan sangat lambat...Memperhatikan semua langkah saya,suara,dll.Pokoknya sangat lambat...Sampai jalan dan jalan...Kemudian saya melihat suatu objek tepat diatas saya yakni objek pesawat terbang(Saya tdk sengaja melihatnya)kemudian seketika tiba2 saya berhenti dr jalan saya dan menutup mata,hal yg luar biasa terjadi adalah saya mendengarkan suara pesawat terbang tsb!!!!Benar2 nyata!!!!Itu bukan keinginan maupun apa(sampai merinding dan terkejut saya,bahkan pesawat yg jauh diatas saya bisa terdengar suara.kayak waktu kita naek pesawat terbang dan pesawatnya mau take off ada suara dengung gitu seperti itulah)Kemudian krn agak terkejut dan tak percaya akan pendengaran saya,saya membuka mata saya langsung melihat ke atas dan tapi tak ada(Suaranya masih ada terdengar jelas) langsung saya lihat ke sebelahnya karena si pesawat uda mau mendarat(NB:daerah saya pada mlm hari dan siang hari sering kelihat pesawat terbang coz penerbangnya pasti ada lewat rute komplek saya) Dan saya langsung lihat objek pesawat terbang itu...Dan sesaat kemudian hilanglah apa yg saya dengar itu beserta objek pesawatnya yg semakin menjauh(BEnar2 minta maaf lo pak...
Anakmu benar2 "menyesal" krn begitu bodoh,padahal hal itu sudah sering dibilang ma bapak kl ada sensasi aneh sadarilah saja(Maafkan anakmu ini,maklum masih pemula  ^:)^ ^:)^ ^:)^ ^:)^) )
Kemudian setelah itu,saya melakukan meditasi lagi dikamar(Selang 1jam dr kejadian meditasi jalan yg 1)...Pada saat itu tdk ada apa2 lagi kemudian selang beberapa wkt kira2 30menit lebih terdengar lagi suara dengung yg keras banget kayak suara pesawat terbang saya sadari saja sangat jelas dan menghilang setelah beberapa saat dstnya tdk terjd apa2 lagi(Meditasi yg saya lakukan ini tepat lagi 1jam saja,hampir tepat pada wkt pertama kali saya meditasi)
Manfaat yg saya peroleh dr meditasi kedua ini yakni:pada saat tidur saya bisa jadi tidur terlentang tanpa gerak sana gerak sini.Padahal dulunya kalau saya tidur bisa berputar 180 derajat...(walaupun pada saat ini saya bangun saya cuma 1x saya berputar kesebelah kanan dan "sadar")
Kemudian saya bangun dan melakukan meditasi kira2 20menit dan tdk ada apa2 lagi.Tapi ada 1hal yg menurut saya aneh yakni pendengaran saya makin tajam...dan saya semakin males berpikir dan lambat.
Kemudian saya pergi ke sekolah(Karena hari ini mesti masuk 1hari buad ambil kertas ujian semester)
Pada saat mandi saya teringat kata salah seorang diforum ini buad sering "mandi2",jadi saya baru tau apa maksudnya yakni merasakan jadi saya pelan2 semakin pelan...
Kemudian pada saat jalan ke skul(Rumah saya dekat skul,coz skul gw dikompelk rumah saya)Saya berjalan sangat lambat dan bermeditasi jalan.pada saat itu juga saya sadar akan segala sesuatu.Sadar ada banyak makhluk dijalan yg dulu saya injak pada saat saya tdk tau...Sekarang saya jadi bisa menghindarnya...
Naik tangga pelan2 menyadari segalanya suara dll.Paz itu ketemu teman saya,teman saya dibelakang tapi karena saya didepan saya cuekkin aja,saya fokus dan sadari segala hal...Kemudian teman gw sengaja hentakkan kaki dan buad suara gitu dibelakang,ya gw jadi tersenyum deh...^^ Truz dia bilang ke gw...
KErasukkan ya?(Hahaha...Memang benar ya orang sadar ma gila sulit dibedakan)
Gw cuma tersenyum paz dikelas rasanya benar2 malas berpikir deh...Apa pun jadi blank... sadari saja segala sesuatu...Tiap ada pikiran muncul sendirinya lenyap...Teman bicara ma saya,Saya tau dia bicara dengan saya(tapi ada sesuatu yg lain yg tau tapi bukan pikiran)Saya tersenyum aja ma dia karena saya cuma sadari dan lihat dia bicara ma saya...Dan adapun yg saya jawab,saya jawabnya lama dan singkat saja(Biasanya saya cerewet banget,apalagi ketemu teman wah bernostalgia...)
Kemudian mereka pada heran ma saya...
Paz teman saya yg agak mengenal agama Buddha,nanya,"ki u lagi meditasi ya?"
Saya hanya tersenyum dan menjawab,"ya u kok bisa tau?"
Dia bilang habiz u dr tadi jalan nengok kaki u sambil nunduk aja...
Kemudian pada saat itu juga saya tersadar...
Bukan2 itu namanya bukan meditasi,bukan vipasana,bukan pencapaian sotanppana,sakadagami,dstnya...
Semuanya itu tdk ada...
MEditasi,vipasanna,dll cuma lah sebuah label...
Semuanya tdk ada...
Semuanya kosong....
Saya tdk bermeditasi,saya tdk mengejar2 apa2 saya tdk ingin mencapai sotanpaanna,dstnya...
Yg saya tau saya BANGUN,(Tapi hal ini saya tdk jelaskan ma teman saya,coz dia pasti bingung)...
Kemudian terus berlanjut,pada saat teman2 saya pada msuk...
Ada teman yg masuk,mereka semalam ke pantai(Tapi saya gk ikut)
Truz teman ce saya masuk kelas mukanya memerah gitu karena ke pantai...
Kemudian teman2 saya kasih comment...
Pada saat itu saya gimana ya pak sulit saya ungkapkan dengan kata2...
Saya berpikir ingin ngomong tapi ada sesuatu yg laen menyadari juga saya ingin ngomong apa....
Saya pertama berpikir ingin ngomong,"Wah...U tambah item dan jelek deh uda dijemur."
Kemudian pikiran pertama itu pelan banget dan ada sesuatu yg sulit diungkapkan dengan jelas tau apa yg dipikirkan...
Kemudian muncul pikiran kedua,"Wah u tambah cantik ya uda dijemur."
Tapi juga lagi bisa saya sadari tanpa terucap hanya dlm batin saja...
Ada sesuatu yg lain...
Tiba2 muncul lagi 1hal tanpa saya kehendaki...
Yakni seperti ini,"Kalau saya ucapkan pernyataan pikiran pertama itu akan membuatnya sakit hati dan memunculkan dosa pada dirinya dan kalau saya ucapkan pernyataan pikiran kedua itu akan membuatnya besar kepala dan memunculkan "mana"...Jadi saya tau kedua pernyataan saya AKUSALA KAMMA benar2 tdk berguna utk diucapkan untuk dia...Jadi saya hanya melihat dia sambil tersenyum dan mendengar komentar dr teman2 lain...Kemudian dia pun merasa heran,dan bilang pada saya,"U lagi sariawan dan bibir pecah2 ya?KOk diem banget?Gk seperti biasanya...(MUngkin dia sadar bahwa gw suka kritik akan hal2 yg baru...^^)
Paz itu ce lain juga bilang,"IYa baru gk ketemu 1hari(coz lbran baru mulai dr semalam dan hari ini skul buad ambil kertas ujian dan libur lagi ampe tgl 27 ambil lapor and libur lagi)Uda berubah drastis dan diem...U gila/kerasukan?Frustasi ya?Gw cuma tersenyum tdk ada rasa apa2 cuma mendengar gitu aja...
Kemudian co samping gw bilang,"Baguslah dia diam tukang kritik org bikin gw(gw disini maksudnya teman saya yg co itu) marah aja(pada saat itu gw baru sadar seberapa ucapan tak berguna yg sering saya ucapkan dan akusala kamma...Dan gw orgnya suka ceplas ceplos dan habiz itu jika saya "rasa" benar langsung saya katakan tanpa peduli apa2)"
Saya hanya tersenyum....Hal yg saya petik disini benar2 bagus,krn saya dr dulu uda sadar ucapan saya sangat tajam bagaikan pisau...Pada saat saya "ingin" berubah dan berusaha tdk berbicara kasar ma mereka(bahkan saya sendiri bilang ma mereka jangan ganggu gw dolo,gw gk mau ngomongin org).Tapi hasilnya?
TIDAK ADA SAMA SEKALi bahkan tdk ada perubahan,ada pun cuma sedikit saja malahan semakin banyak ngomong org...Seperti kata pak hudoyo benci tdk dpt dilawan dengan cinta..Karena "aku" yg halus tetap berhasil lolos.Tapi cukup selami benci itu dan sadarilah maka segalnya akan runtuh...(GW sendiri uda praktekkin seperti kata saya diatas saya menjadi memilah2 perkataan yg muncul dlm pikiran saya.apakah kusala/akusala)
Tidak usah diingikan,diharapkan,atau diperjuangkan,dll cukup disadari gw jamin segalanya akan runtuh sendirinya...Tdk usah terlalu banyak berteori karena semakin banyak teori maka semakin banyak berpikir krn semakin banyak berpikir maka "aku" semakin kuat,apakah ada kemajuan batin?TIDAK...(YG DIPERLUKAN CUKUP 1 PRAKTEK YAKNI SADARI SAJA DAN AMATI)
Kasus ini bagaikan seorg yg tdk tau rasa apel,dan  cuma berteori2 tentang rasa apel,"apel itu manis?Asam?PAhit?Nano?dll" "Apel itu apa?" "DArimana apel itu?" "Apa fungsi apel itu?"
Semuanya tdk ada gunanya yg paling berguna dan ingin tau "Apel" itu apa yakni sadari "Apel" itu sehingga anda bisa mencicipi sendiri rasa "apel" itu bukan dengan teori belaka(Berkat posting pak hudoyo dan meditasi yg saya jalani 2hari ini,teori saya sudah runtuh,Berspekulasi dan berteori dlm pikiran saya sudah runtuh segalanya.INGAT CUKUP SADARI SAJA)
KEmudian pada saat itu saya sadar kenapa pak hudoyo tdk pernah/jarang menjelaskan tentang kekuatan2 hal yg dialami dan apa2 KARENA ITU TDK PENTING kan pak?Cuma menjerumuskan org aja pd kekuatan2 tersebut...
Seperti wkt semalam lihat2 posting tentang hal2 yg dialami,wkt meditasi yg muncul,"Kok tdk ada sensasi seperti teman2 di forum,kok tdk ada apa2,kapan muncul2,dstnya...Akhirnya hanya aku yg menguat dan menguat dan menjadi semakin "Tdk sadar" karena merasa "Sadar" coz yg bermain adalah pikiran."
Saya juga jadi sadar pada pagi itu diskul kenapa pak hudoyo tdk menekankan pada pencapaian kekuatan dan sensasi2 cuma disuruh mengamati dan sadar saja KARENA jika kita tertekan pada pencapaian kekuatn/sensasi2 seperti itu,seperti melihat alam deva,neraka dll maka mungkin saja kita menjadi tenggelam didlm sana...Apakah ini yg dimaksud tenggelam dlm jhana?(PAk jawab ya/tdk aja pak ^^karena pada hakikatnya jhana tdk usah dipikirkan2.ini bukan dipikirkan2 tp muncul sendiri...karena saya sendiri tdk tau apa itu "jhana" dan tdk mau tau ^^ karena itu cumalah sebuah label yg perlu cuma disadari tak lebih tak kurang)
Kemudian gw pada saat itu juga tau kenapa pada saat meditasi disuruh lupakan semua teori2 yang ada...
Karena semakin tdk tau maka kita semakin bisa "Sadar" sebaliknya semakin kita merasa tau sebenarnya "aku" lah yg semakin kuat...
Saya beruntung karena tdk begitu tau tentang BUDDHISme sehingga saya tdk perlu lagi terlalu banyak "berteori"
Dan pak saya ingin mengucapkan terima kasih lagi(TApi saya sadar terima kasih dll hanya sebuah label saja dan menguatkan "aku" Sehingga menurut saya penghormatan tertinggi untuk menghormati bapak adalah dengan merealisasikan nibbana saat ini juga.)
 _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 06 June 2008, 08:42:44 PM

Quote
Riky, bagus sekali kamu berniat menggunakan semua hari liburanmu untuk berlatih meditasi ... saya senang sekali ... :)  Betul, gunakan setiap waktu luang ketika masih muda (sebelum kamu bekerja dan sebelum kamu kawin nanti) untuk berlatih meditasi ...
Jadi, nanti kalau kamu masuk sekolah lagi ... kalau kamu menjadi mahasiswa ... kelak kalau kamu kawin, punya anak dengan segala kesibukan dan permasalahan sehari-hari ... batinmu sudah kuat dan bisa menghadapi segala persoalan kehidupan dengan tenang dan tetap sadar ...
Lapor pak,niat nikah masih belum ada dalam daftar saya...Yg ada mungkin bisa runtuh pada saat saya meditasi ^^

Quote
Kamu suka pergi ke vihara? ... Apakah vihara jauh dari rumahmu? ... Kalau ada waktu datanglah ke vihara ketika tidak banyak orang datang ke sana (bukan waktu kebaktian) ... lalu cobalah bermeditasi sendirian di dharmasala selama 1 jam atau lebih ... lakukan meditasi duduk & meditasi jalan ... Nanti kamu akan mengalami sendiri bahwa bermeditasi di vihara sangat berbeda rasanya dibandingkan bermeditasi di rumah ... suasana tempat sangat berpengaruh pada suasana batin kita ...
Pengen seh ke vihara tp dimarahin,saya jarang boleh keluar rumah pak ^^
Mau bantu ortu dirumah,ortu jualan...Kl saya keluar tar ortu kerepotan...Cuma hari2 tertentu dan sempat aja kevihara pak.

Quote
Pada dasarnya, semua waktu dan semua tempat bisa digunakan untuk meditasi ... Anda bisa bermeditasi kapan saja ... Tapi tentu ada waktu-waktu yang kondusif (membantu) untuk bisa mencapai keheningan dalam meditasi ... waktu-waktu yang kondusif itu adalah:

(1) alam sekitar relatif tenang - yaitu ketika banyak orang masih tidur, dan udara sejuk & segar;
(2) badan & batin kita sendiri relatif segar & nyaman, tidak mengantuk.

Kedua poin itu terdapat pada waktu pagi sebelum orang mulai ramai. ... Juga di waktu malam, ketika banyak orang mulai beristirahat ... cuma di waktu malam badan & otak kita biasanya sudah capek habis bekerja/belajar seharian ... tapi tidak apa bermeditasi di waktu malam 15 - 30 menit ...
Benar pak saya saat hening lebih tenang..Pak saya jadi teringat yg teman bapak yg bilang wkt dia dengarin musik merasa terganggu..saya pada siang hari gk ad kerjaan saya meditasi dan pake musik(Maksud biar banyak yg bisa didengar)
Eh malah musiknya menganggu banget...Ampe kira2 20mnt saya berhenti buad matiin tu musik ^^

Quote
Tapi biasakan bermeditasi di waktu pagi ... Jam berapa biasanya Riky bangun pagi? ... Jam 6? ... Tidak ada salahnya weker dimajukan 30 menit sampai jam 5.30 sehingga kamu sempat bermeditasi selama 30 menit, bukan? ...[/qoute]
Iya biasanya jam 6 pak..Oke pak tar berusaha bangun jam 5 pagi

_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 06 June 2008, 08:51:47 PM

Quote
Riky, anakku, ... wah, bahagia sekali rasanya saya mempunyai anak seperti kamu ... tidak ada kebahagiaan yang lebih besar bagi seorang ayah daripada melihat anaknya mengikuti jejaknya ... :)

Dulu, ketika saya menyatakan secara terbuka di forum ini bahwa saya menganggap kamu sebagai anak saya sendiri, saya melakukannya secara intuitif saja ... padahal, ingat gak, kamu pernah menyebut saya "Saudara Hudoyo"? .. ;D
Dulu masih "liar" dan "tdk tau diri" ^^ sekarang bersamaan dengan BANGUNnya dr MIMPI segalanya perlahan2 runtuh dengan sendirinya _/\_ Semua berkat arahan bapak...

Quote
Kemudian belakangan saya baca seluruh posting kamu di forum ini, sejak kamu masuk ke forum ini pada tgl 2 Mei 2008 ... posting kamu seluruhnya makan tempat sebanyak 60 halaman ... Saya melihat ternyata intuisi saya itu tidak salah :) ... ternyata kamu mempunyai potensi (benih) yang sangat besar untuk mencapai pencerahan! ... Saya tidak terkecoh oleh banyaknya reputasi negatif yang kamu terima di forum ini ... itu semua berkat ketajaman intelekmu dan jiwa mudamu ... ;D
Ketajaman intelek memang perlu pak,tapi saya sadari semuanya berkat bapak bukan ketajam intelek saya(Yg berguna cuma berspekulasi belaka dan menguatkan "aku")
Semua karena berkat bapak telah mendukung dan membimbing saya untuk meditasi..._/\_

Quote
Riky, anakku ... apa yang kamu ucapkan itu SANGAT PENTING ... Saya teringat akan petapa Sumedho (bukan Admin DC lho ... :) ) yang membuat kaul serupa di hadapan Buddha Dipankara, dan kelak akan menjadi Buddha Gotama. ... Kalau Riky tetap berpegang pada ucapanmu itu, pastilah kamu akan tercerahkan dalam waktu yang tidak lama.
KEtika saya berani berucap hal tersebut saya brani menanggung segalanya...
Karena saya tdk pernah melanggar janji yg telah saya buad.(LAgian saya juga bingung kok bisa ya saya dengan lantangnya mengucapkan hal tsb?Padahal jika masalah janji2 gitu,saya biasanya jika tdk benar2 pasti saya tdk akan pernah mengucap dengan lantang banget.Paling saya cuma bilang,"Saya usahain ya..Belum pasti lo...Jika tdk bisa jangan marah ya..."))Semua teman saya susah banget untuk membuat janji dengan saya ^^


_/\_
[/quote]
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 06 June 2008, 08:55:43 PM


Quote
NB: Riky, kalau boleh, pada waktu meng-quote posting yang panjang, janganlah di-quote seluruhnya, melainkan di-quote paragraf yang hendak kamu tanggapi saja ... agar orang lain yang membacanya tidak capek ... cobalah perhatikan bagaimana saya meng-quote tulisan orang lain yang hendak saya tanggapi. ... Bagaimana, setujukah? ... :)
Oke bapak...Siap dilaksanakan...(Uda dilaksanakan pun ^^ hehehe,karena uda ngepost yg laen dulu)
_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 06 June 2008, 09:00:46 PM
Quote
OK, Riky ... saya sarankan ... untuk sementara janganlah membaca sutra-sutra Mahayana seperti ini, yang bersifat esoterik ... maupun sutta-sutta Pali, yang bersifat dualistik ...

Alih-alih, kembalilah pada latihan meditasimu ... mengamati apa yang muncul pada badan & batin ini, tanpa dicampuri oleh pikiran & keinginan ...

Nanti, kalau kesadaran vipassana-mu telah kuat ... kamu bisa membaca kembali sutra-sutra seperti ini, tanpa terperosok ke dalam dualisme kebenaran itu sendiri ... :
Oke pak...Tadi gw baca cuma mau lihat tulis2 bapak ulang dari awal kan saya baru pertama kali masuk theard meditasi dan MMD ini ^^ Tapi saya akan kembali lagi ke "meditasi" saya
_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 07 June 2008, 10:42:51 AM
Pak...
Semalam saya meditasi lagi..(Tidak ada apa2 lagi...Cuma ada 1hal saja...yakni ketika saya meditasi saya tdk merasakan neraka jasmani lagi...ada rasa sakit tapi hanya sebatas kesemutan belaka dan setelah selesai meditasi pun rasa sakit itu cepat menghilang,tapi sekarang yg timbul ketika saya meditasi adalah saya tdk merasakan apa2 lagi(maksudnya hanya suara2 saja tanpa fenomena apapun lagi)...
Kemudian keesokkan paginya,saya bangun...Kemudian pada saat saya menonton TV,saya tdk merasakan apa2 seakan2 saya menonton tv itu ya nonton saja.Dengar ya dengar saja...Saya tau adegan tv itu lucu tapi saya tdk tertawa saya hanya melihatnya saja.
Kemudian hal2 aneh lainnya adalah ketika saya berbuat sesuatu menjadi lambat dan tdk bisa lagi melakukan 2hal sekaligus.Cthnya:makan sambil nonton TV,kerja sambil nonton TV.
Pas saya ingin kerja sambil nonton tv,yang ada hanya ketika saya nonton TV saya kerja, maka kerja itu menjadi menganggu sebaliknya ketika saya kerja dan nonton tv,nonton tv itu menjadi mengganggu.Jadi saya matikan tv dan kerja saja..
Kemudian ada hal lain yg saya sadari lagi yakni tentang BANGUN setiap saat.Meditasi jalan..
Hal tersebut sangat sulit dilakukan didalam lingkungan yg terlalu banyak aktivitas..
Ketika saya melatih meditasi jalan saya..Banyak org yg melihat saya dengan pandangan sinis(Dan saya rasa ini cukup menganggu saya)Ada yang menyapa saya dan bertanya kenapa saya jalannya lambat sekali dan lagi mikirin apa.Menurut hemat saya,saya sungguh terganggu sekarang ini  karena banyaknya aktivitas yg  harus dilakukan dengan cepat.Apalagi ketika saya meditasi tiba2 ada gangguan seperti panggilan,suara ban pecah,dll...Saya rasa walaupun banyak aktivitas dan bisa mencapai Pelepasan Agung tapi hal ini sangat sulit dilakukan didalam
lingkungan masyarakat saya.Karena semakin banyak perubahan dalam diri saya seperti semakin lambat berjalan,berjalan sambil nunduk..Maka semakin "aneh" saya dilihat mereka.Kemudian pada saat meditasi jalan ini saya juga menyadari sudah berapa lama saya membunuh makhluk hidup lain(maksudnya semut dan makhluk2 kecil yg terlihat)walaupun tanpa cetana.Akhirnya saya sadari dengan meditasi jalan ini dengan "berusaha" BANGUN maka saya secara tdk langsung telah memberikan kesempatan hidup pada makhluk2 lain.
Kemudian saya sudah memantapkan diri saya untuk menjadi seorg Bhikkhu jika tdk ada lagi belenggu yg mengikat saya(Karena saya sudah "sadar" bahwa saya sudah cukup menikmati kesenangan dan penderitaan duniawi ini selama 17tahun(menurut saya 17thn bukanlah waktu yg singkat bahkan sudah terlalu lebih bagi saya) dan tdk ada lagi yg diperlukan,diharapkan dan diiinginkan lagi).Belenggu yg paling sukar saya patahkan adalah belenggu dr ortu..
Karena ortu selalu menuntut dan menuntut seakan2 dia memberi saya makan dan ingin saya membalas jasanya dengan memberikan dia kesenangan duniawi,kesombongan duniawi.Saya hanya berharap semoga kakak dan abang saya menjadi org yg sukses dan kaya sehingga ortu saya akan melupakan saya dan tdk lagi menjadi belenggu saya.Sehingga saya bisa menjalani kehidupan sebagai seorg Bhikkhu(dalam hal ini saya "merasa" jika benar2 "ingin" Pelepasan Agung maka yg dilakukan adalah menjadi seorg Bhikkhu.karena seorg BHikkhu telah terlepas dr berbagai Belenggu,seperti Belenggu ortu,Belenggu aktivitas sehari2,Belenggu pekerjaan,Belenggu perasaan bersalah dll).
Dan baru saya sadari apa yg dimaksud dengan keheningan total...Yaitu kedamaian dlm batin...
Bukan aktivitas yg sangat menganggu.Saya dulu pikir bahwa semakin ribut semakin banyak suara maka semakin mudah kita mencapai Pelepasan Agung,karena semakin banyak suara maka semakin banyak yg kita dengar.RUPANYA pandangan ini salah(Maklum ya pak,karena yg berpandangan ini "pikiran" yg kurang ajar ini yg masih dualitas yakni benar/salah)Sebenarnya yg harus ada adalah ketenangan dr sekitar,bukan suara2 yg dipaksa muncul sehingga semakin banyak "label" yg diberikan semakin mengguatnya "aku".Dan menjadi seorg Bhikkhu maka hal2 tersebut akan "terpenuhi",maka di sana akan ada sebuah ketenangan batin yg luar biasa tanpa ada pikiran2 apa2 lagi,tanpa ada yg "ditakutkan","dicemaskan",dan "dibebankan" lagi.Sehingga apabila belenggu ini telah berhasil saya taklukan,saya sangat mengharapkan bantuan bapak utk membantu saya menjadi seorg Bhikkhu.Bahkan Apabila kamma saya tidak mendukung saya menjadi seorg Bhikkhu.Saya akan mengikuti MMD yg diarahkan oleh bapak sendiri secara langsung(Mungkin dibutuhkan wkt 2thn sampai 3thn,karena berhubungan saya masih anak sekolahan dan belum bisa bekerja dan mencari uang sendiri.)Dan apabila pada saat itu tiba,saya berharap bapak bisa menerima saya dengan lapang dada dan mengarahkan saya ke jalan Pelepasan Agung...
_/\_

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 07 June 2008, 03:11:08 PM
Pak,semalam setelah pulang dr warnet saya mencoba meditasi jalan(kan komplek saya ada banyak jalur,saya lewat jalur yg terjauh dan terhening dikomplek saya(ada jalur yg agak gelap jd jarang yg lewat sana, […]
krn ketika saya menginjakkan kata saya langsung terdengar suara injakkan kaki saya,kemudian berangsur2 saya berjalan lambat lambat dan sangat lambat...Memperhatikan semua langkah saya,suara,dll.Pokoknya sangat lambat...Sampai jalan dan jalan...

Riky, tampaknya kamu sudah mulai mencoba sadar dalam kegiatan sehari-hari (berjalan). … Ini sangat penting, karena ‘sadar’ itu justru dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, ketika kita berinteraksi dengan sesama manusia dan alam semesta di sekitar kita.

Tapi, dalam mencoba ‘sadar’ sambil bergerak itu, mengapa langkahmu menjadi lambat, dan sangat lambat? … Bukankah itu berarti kamu berkonsentrasi pada langkah? … Cobalah sadari perbuatan ‘berkonsentrasi’ pada langkah itu … pasti langkahmu akan kembali menjadi normal … :)

Quote
Kemudian saya melihat suatu objek tepat diatas saya yakni objek pesawat terbang(Saya tdk sengaja melihatnya)kemudian seketika tiba2 saya berhenti dr jalan saya dan menutup mata,hal yg luar biasa terjadi adalah saya mendengarkan suara pesawat terbang tsb!!!! […]

Ketika batin mulai tenang, biasanya pancaindra kita semakin peka … misalnya, kamu bisa mendengar langkah kakimu … mendengar suara pesawat terbang yang jauh di atas (sebetulnya suara pesawat itu terdengar juga dalam kesadaran sehari-hari, tapi tidak sejelas ketika batin dalam keadaan tenang) …

Quote
Manfaat yg saya peroleh dr meditasi kedua ini yakni:pada saat tidur saya bisa jadi tidur terlentang tanpa gerak sana gerak sini.Padahal dulunya kalau saya tidur bisa berputar 180 derajat...(walaupun pada saat ini saya bangun saya cuma 1x saya berputar kesebelah kanan dan "sadar")

Memang, kalau orang bermeditasi sebelum tidur, biasanya tidurnya bisa pulas …

Quote
Kemudian saya bangun dan melakukan meditasi kira2 20menit dan tdk ada apa2 lagi.Tapi ada 1hal yg menurut saya aneh yakni pendengaran saya makin tajam...dan saya semakin males berpikir dan lambat.

Memang begitu, sudah saya jelaskan di atas. …

Quote
Kemudian saya pergi ke sekolah(Karena hari ini mesti masuk 1hari buad ambil kertas ujian semester)
Pada saat mandi saya teringat kata salah seorang diforum ini buad sering "mandi2",jadi saya baru tau apa maksudnya yakni merasakan jadi saya pelan2 semakin pelan...

Dalam meditasi jalan atau gerak, kalau kamu memperhatikan suatu gerak (melangkah, mengambil air & menyiram badan dsb) … maka gerak itu akan melambat dengan sendirinya. …

Tetapi hati-hati, jangan dibalik … jangan memperlambat dengan sengaja gerakan yang yang tengah dilakukan dengan tujuan untuk mengamatinya … kalau begitu, itu sudah menjadi ‘konsentrasi’… suatu upaya yang dilakukan oleh si aku.

Quote
Kemudian pada saat jalan ke skul(Rumah saya dekat skul,coz skul gw dikompelk rumah saya)Saya berjalan sangat lambat dan bermeditasi jalan.pada saat itu juga saya sadar akan segala sesuatu.Sadar ada banyak makhluk dijalan yg dulu saya injak pada saat saya tdk tau...Sekarang saya jadi bisa menghindarnya...

Sekali lagi, jangan memperlambat jalan … apalagi di jalan umum. … Itu sudah menjadi upaya si aku untuk berkonsentrasi … Berjalanlah seperti biasa di jalan umum … sadari langkah (tapi jangan menundukkan kepala melihat langkah) … tapi sadari juga segala sesuatu yang lain yang kamu lihat, dengar, rasakan (angin, sentuhan baju pada tubuh, dsb), bau-bau yang tercium dsb … sadari juga bagaimana batinmu bereaksi (senang, jengkel, bosan, dsb) terhadap segala rangsangan yang datang dari luar itu. … Dengan demikian kamu tidak akan menyimpang dari vipassana menjadi berkonsentrasi.

Riky, kalau kesadaran sudah tajam ... dengan sendirinya kamu akan menghindari menginjak binatang yang ada di jalanmu ... tanpa memikir-mikir tentang Sila lagi ... :)

Quote
Naik tangga pelan2 menyadari segalanya suara dll.Paz itu ketemu teman saya,teman saya dibelakang tapi karena saya didepan saya cuekkin aja,saya fokus dan sadari segala hal...Kemudian teman gw sengaja hentakkan kaki dan buad suara gitu dibelakang,ya gw jadi tersenyum deh...^^ Truz dia bilang ke gw... KErasukkan ya?(Hahaha...Memang benar ya orang sadar ma gila sulit dibedakan)

Riky, yang kamu ceritakan ini penting … Kalau kamu sedang berada bersama orang lain –apalagi orang-orang yang mengenalmu dan yang kamu kenal—boleh saja kamu tetap mempertahankan keadaan ‘sadar’, … tapi cobalah berinteraksi juga dengan mereka secara normal, seperti biasanya … Sedapat mungkin usahakan jangan sampai ada orang tahu bahwa kamu tengah ‘sadar’. … Ini penting … untuk mencegah agar aku-mu tidak menonjol lagi …

Riky, anakku, jadilah orang yang biasa … jangan ingin menjadi orang yang “istimewa” … juga dalam hal meditasi.  :)

Quote
Gw cuma tersenyum paz dikelas rasanya benar2 malas berpikir deh...Apa pun jadi blank... sadari saja segala sesuatu...Tiap ada pikiran muncul sendirinya lenyap...Teman bicara ma saya,Saya tau dia bicara dengan saya(tapi ada sesuatu yg lain yg tau tapi bukan pikiran)Saya tersenyum aja ma dia karena saya cuma sadari dan lihat dia bicara ma saya...Dan adapun yg saya jawab,saya jawabnya lama dan singkat saja(Biasanya saya cerewet banget,apalagi ketemu teman wah bernostalgia...)

Ini bisa dipahami karena kamu baru saja mengalami keadaan yang luar biasa ini sejak kamu bermeditasi beberapa hari belakangan … Tapi lama-kelamaan semuanya akan kembali “normal” lagi, sementara di dalam batin kamu tetap ‘sadar’.

Quote
Saya hanya tersenyum....Hal yg saya petik disini benar2 bagus,krn saya dr dulu uda sadar ucapan saya sangat tajam bagaikan pisau...Pada saat saya "ingin" berubah dan berusaha tdk berbicara kasar ma mereka(bahkan saya sendiri bilang ma mereka jangan ganggu gw dolo,gw gk mau ngomongin org).Tapi hasilnya? TIDAK ADA SAMA SEKALi bahkan tdk ada perubahan,ada pun cuma sedikit saja malahan semakin banyak ngomong org...

Itulah … mengapa “tidak ada perubahan”? … Karena yang menginginkan perubahan itu adalah si aku. … :)

Pada saat tidak ada keinginan untuk berubah … dan yang ada hanyalah ‘sadar’ akan apa pun yang muncul … ‘baik’ maupun ‘buruk’, tanpa memberi label “baik/buruk” … justru di situ ada perubahan, yang tidak diinginkan …

Quote
(GW sendiri uda praktekkin seperti kata saya diatas saya menjadi memilah2 perkataan yg muncul dlm pikiran saya.apakah kusala/akusala)

Riky, kalau sudah “memilah-milah perkataan yang muncul”, lalu diapakan? … Yang “kusala” diucapkan, yang “akusala” tidak diucapkan?? … ;D

Sesungguhnya yang penting adalah: selalu menyadari reaksi batin yang muncul dalam bentuk kata-kata yang ingin dilontarkan … terlepas dari pertimbangan “baik” & “buruk” … Bila batin ini sudah kuat kesadarannya … nanti akan tahu sendiri secara spontan mana yang perlu diucapkan dan mana yang tidak perlu diucapkan … Spontanitas ini terjadi bila kesadaran sudah cukup kuatbila si aku sudah sangat tipis

Quote
Tidak usah diingikan,diharapkan,atau diperjuangkan,dll cukup disadari gw jamin segalanya akan runtuh sendirinya...Tdk usah terlalu banyak berteori karena semakin banyak teori maka semakin banyak berpikir krn semakin banyak berpikir maka "aku" semakin kuat,apakah ada kemajuan batin?TIDAK...(YG DIPERLUKAN CUKUP 1 PRAKTEK YAKNI SADARI SAJA DAN AMATI) [...] (Berkat posting pak hudoyo dan meditasi yg saya jalani 2hari ini,teori saya sudah runtuh,Berspekulasi dan berteori dlm pikiran saya sudah runtuh segalanya.INGAT CUKUP SADARI SAJA)

Betul.

Quote
KEmudian pada saat itu saya sadar kenapa pak hudoyo tdk pernah/jarang menjelaskan tentang kekuatan2 hal yg dialami dan apa2 KARENA ITU TDK PENTING kan pak?Cuma menjerumuskan org aja pd kekuatan2 tersebut...

Betul.

Quote
Seperti wkt semalam lihat2 posting tentang hal2 yg dialami,wkt meditasi yg muncul,"Kok tdk ada sensasi seperti teman2 di forum,kok tdk ada apa2,kapan muncul2,dstnya...Akhirnya hanya aku yg menguat dan menguat dan menjadi semakin "Tdk sadar" karena merasa "Sadar" coz yg bermain adalah pikiran."

hehe … kamu sudah bisa membaca pengalaman meditasi orang lain yang “menggiurkan” tanpa munculnya keinginan untuk mengalami hal yang sama …

Quote
Saya juga jadi sadar pada pagi itu diskul kenapa pak hudoyo tdk menekankan pada pencapaian kekuatan dan sensasi2 cuma disuruh mengamati dan sadar saja KARENA jika kita tertekan pada pencapaian kekuatn/sensasi2 seperti itu,seperti melihat alam deva,neraka dll maka mungkin saja kita menjadi tenggelam didlm sana...Apakah ini yg dimaksud tenggelam dlm jhana?[…]

Jhana adalah suatu keadaan terserap (absorption) yang mendalam, di mana orang tidak bisa lagi menyadari anicca, dukkha & anatta … pendeknya, di mana orang tidak ‘sadar’ karena terserap. … Jadi tidak ada gunanya …

Quote
Kemudian gw pada saat itu juga tau kenapa pada saat meditasi disuruh lupakan semua teori2 yang ada... Karena semakin tdk tau maka kita semakin bisa "Sadar" sebaliknya semakin kita merasa tau sebenarnya "aku" lah yg semakin kuat... Saya beruntung karena tdk begitu tau tentang BUDDHISme sehingga saya tdk perlu lagi terlalu banyak "berteori"
Dan pak saya ingin mengucapkan terima kasih lagi(TApi saya sadar terima kasih dll hanya sebuah label saja dan menguatkan "aku" Sehingga menurut saya penghormatan tertinggi untuk menghormati bapak adalah dengan merealisasikan nibbana saat ini juga.)

Betul.

Salam,
Hudoyo
 
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 07 June 2008, 05:30:25 PM
Lapor pak,niat nikah masih belum ada dalam daftar saya...Yg ada mungkin bisa runtuh pada saat saya meditasi ^^

Ya, tentu saja, zaman sekarang mana ada anak 17 tahun berniat menikah  :)) ... Masa-masa bebas kok dikorbankan ...  :))


Quote
Pengen seh ke vihara tp dimarahin,saya jarang boleh keluar rumah pak ^^
Mau bantu ortu dirumah,ortu jualan...Kl saya keluar tar ortu kerepotan...Cuma hari2 tertentu dan sempat aja kevihara pak.

Lho, kok dimarahin? :) ... Papa & mama gak pernah pergi ke vihara? ...

Kalau gak boleh, ya sudah ... jangan memaksa ... Bermeditasi saja di kamar untuk sementara waktu ... :)


Quote
Benar pak saya saat hening lebih tenang..Pak saya jadi teringat yg teman bapak yg bilang wkt dia dengarin musik merasa terganggu..saya pada siang hari gk ad kerjaan saya meditasi dan pake musik(Maksud biar banyak yg bisa didengar)
Eh malah musiknya menganggu banget...Ampe kira2 20mnt saya berhenti buad matiin tu musik ^^


Iyalah ... buat orang yang bermeditasi cari ketenangan, musik New Age mungkin bisa membantu ... Tapi buat orang yang mau bermeditasi vipassana, musik senyaman apa pun malah menjadi gangguan ... :)

Salam,
Hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 07 June 2008, 08:31:41 PM
Wah,gawat juga ya pak...Bisa jadi konsentrasi ya???Oh,ngerti pak...
Jangan terjerumus dan menjadi fokus terhadap langkah kaki...Terimalah dan jalanilah apa adanya?
_/\_

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 07 June 2008, 08:34:01 PM
Quote
Riky, anakku, jadilah orang yang biasa … jangan ingin menjadi orang yang “istimewa” … juga dalam hal meditasi.  :)
Wah,wewejang ini sungguh bermanfaat..Akan saya ingat selalu pak...
Saya dan mereka tidak ada bedanya,yg berbeda hanya saya sudah BANGUN mereka masih TIDUR...
_/\_

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 07 June 2008, 09:38:47 PM
Quote
Saya dan mereka tidak ada bedanya,yg berbeda hanya saya sudah BANGUN mereka masih TIDUR...

xixixiiixii... dimatiin tuch
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 08 June 2008, 06:22:15 AM
Saya dan mereka tidak ada bedanya,yg berbeda hanya saya sudah BANGUN mereka masih TIDUR...
_/\_

Salam,
Riky

Riky, anakku ... SIAPA yang 'bangun'? ...  :))

Kalau orang sudah 'bangun' sepenuhnya, maka dia tidak ada lagi ...  :)

Jadi Riky baru 'bangun' 50%, karena masih ada atta ...

Dan "bangun 50%" berarti masih 'belum bangun' ... bahkan "bangun 99%" berarti masih 'belum bangun'.

Kalau orang sudah "bangun 100%" berarti 'betul-betul bangun' ... maka tidak ada lagi perbedaan 'aku', 'kamu' & 'mereka', karena aku tidak ada lagi.

Selama masih ada perbedaan 'aku', 'kamu' & 'mereka', itu berarti masih 'belum bangun'. ... :)

Salam,
hudoyo
Title: Re: RIKY BERMINAT MENJADI BHIKKHU
Post by: hudoyo on 08 June 2008, 08:08:02 AM
Pak...
Semalam saya meditasi lagi..(Tidak ada apa2 lagi...Cuma ada 1hal saja...yakni ketika saya meditasi saya tdk merasakan neraka jasmani lagi...ada rasa sakit tapi hanya sebatas kesemutan belaka dan setelah selesai meditasi pun rasa sakit itu cepat menghilang,tapi sekarang yg timbul ketika saya meditasi adalah saya tdk merasakan apa2 lagi(maksudnya hanya suara2 saja tanpa fenomena apapun lagi)...

Memang ... kalau batin sudah tenang, maka pikiran, perasaan dll jarang muncul ... dalam keadaan itu, jangan dicari-cari ... biarkanlah batin yang kosong itu ... Yang tinggal adalah badan jasmani yang tetap bisa bergerak & berfungsi bersama pancaindranya ini ... napas, melihat berbagai benda, mendengar berbagai suara, merasakan berbagai sentuhan, gatal, pegal dsb, mencium bebagai bau, mengecap berbagi citarasa ...


Quote
Kemudian keesokkan paginya,saya bangun...Kemudian pada saat saya menonton TV,saya tdk merasakan apa2 seakan2 saya menonton tv itu ya nonton saja.Dengar ya dengar saja...Saya tau adegan tv itu lucu tapi saya tdk tertawa saya hanya melihatnya saja.
Kemudian hal2 aneh lainnya adalah ketika saya berbuat sesuatu menjadi lambat dan tdk bisa lagi melakukan 2hal sekaligus.Cthnya:makan sambil nonton TV,kerja sambil nonton TV.
Pas saya ingin kerja sambil nonton tv,yang ada hanya ketika saya nonton TV saya kerja, maka kerja itu menjadi menganggu sebaliknya ketika saya kerja dan nonton tv,nonton tv itu menjadi mengganggu.Jadi saya matikan tv dan kerja saja..

Memang begitu.


Quote
Kemudian ada hal lain yg saya sadari lagi yakni tentang BANGUN setiap saat.Meditasi jalan..
Hal tersebut sangat sulit dilakukan didalam lingkungan yg terlalu banyak aktivitas..
Ketika saya melatih meditasi jalan saya..Banyak org yg melihat saya dengan pandangan sinis(Dan saya rasa ini cukup menganggu saya)Ada yang menyapa saya dan bertanya kenapa saya jalannya lambat sekali dan lagi mikirin apa.

Dalam posting lalu, sudah saya jelaskan mengapa sebaiknya tidak melakukan meditasi jalan secara intensif di tengah-tengah orang banyak ...

Kelak, kalau kesadaran sudah cukup kuat, kita bisa tetap "bangun" (maksudnya 'sadar') sembari berjalan biasa, sehingga orang lain tidak tahu bahwa kita sedang 'sadar'.


Quote
Kemudian pada saat meditasi jalan ini saya juga menyadari sudah berapa lama saya membunuh makhluk hidup lain(maksudnya semut dan makhluk2 kecil yg terlihat)walaupun tanpa cetana.Akhirnya saya sadari dengan meditasi jalan ini dengan "berusaha" BANGUN maka saya secara tdk langsung telah memberikan kesempatan hidup pada makhluk2 lain.

"... memberikan kesempatan hidup pada makhluk2 lain" ... Riky masih ingin mengumpulkan 'kusala kamma'? ... Untuk apa?  :))

Ini tidak perlu dipikir ... karena ini sudah kecampuran ide-ide agama Buddha. ... Yang penting tetap 'sadar' ... Selama kamu 'sadar', kamu tidak pernah "salah" ... apa pun yang terjadi.


Quote
Kemudian saya sudah memantapkan diri saya untuk menjadi seorg Bhikkhu jika tdk ada lagi belenggu yg mengikat saya(Karena saya sudah "sadar" bahwa saya sudah cukup menikmati kesenangan dan penderitaan duniawi ini selama 17tahun(menurut saya 17thn bukanlah waktu yg singkat bahkan sudah terlalu lebih bagi saya) dan tdk ada lagi yg diperlukan,diharapkan dan diiinginkan lagi).Belenggu yg paling sukar saya patahkan adalah belenggu dr ortu..
Karena ortu selalu menuntut dan menuntut seakan2 dia memberi saya makan dan ingin saya membalas jasanya dengan memberikan dia kesenangan duniawi,kesombongan duniawi.Saya hanya berharap semoga kakak dan abang saya menjadi org yg sukses dan kaya sehingga ortu saya akan melupakan saya dan tdk lagi menjadi belenggu saya.Sehingga saya bisa menjalani kehidupan sebagai seorg Bhikkhu(dalam hal ini saya "merasa" jika benar2 "ingin" Pelepasan Agung maka yg dilakukan adalah menjadi seorg Bhikkhu.karena seorg BHikkhu telah terlepas dr berbagai Belenggu,seperti Belenggu ortu,Belenggu aktivitas sehari2,Belenggu pekerjaan,Belenggu perasaan bersalah dll).

Riky, anakku ... kaget sekali saya membaca bagian ini. ... Riky mengalami keadaan 'sadar' dengan bermeditasi beberapa hari belakangan ini ... lalu muncul keinginan untuk menjadi bhikkhu. ...

Ini persis sama dengan yang saya alami ketika saya baru masuk agama Buddha pada umur 25 tahun (saya berasal dari keluarga Muslim) ... Th 1968 saya mengatakan kepada ayah saya bahwa saya berniat untuk masuk agama Buddha ... Beliau tidak melarang saya ... (belakangan setelah saya beri buku-buku Buddhis, beliau berkata: "Sejak kecil saya mencari ini, ternyata anak saya yang menemukannya. Tetapi karena Bapak sudah tua, Bapak tidak bisa pindah agama ,.. nanti dikecam oleh anak-anak yang lain.") ...

Th 1968 masuk agama Buddha ... th 1969 menjadi samanera dengan nama Samanera Rahula Vidyasurya ditahbiskan oleh Sukong (Bhante Ashin Jinarakkhita) ... th 1970 menerima upasampada dari Chaokun Sasanasobhana (yang kelak menjadi Sangharaja Thailand) di Wat Bovoranives-vihara menjadi bhikkhu Suddhinyano ... Th 1971 lepas jubah ...

Riky, apa yang terjadi dengan saya pada tahun-tahun itu? ... Saya mengalami apa yang saya namakan ROMANTISME kebhikkhuan ... Artinya, saya melihat dan mendambakan hal-hal yang baik saja dalam kehidupan sebagai bhikkhu ... Ini adalah hasil dari membaca buku-buku Buddhis dan melihat dari luar kehidupan para bhikkhu ... tapi tidak mengalami sendiri realitas kehidupan sangha itu seperti apa sekarang ...

Lalu, kenapa saya lepas jubah lagi? ... Pertama-tama, karena dalam batin saya muncul kembali keinginan (lobha) untuk menyelesaikan kuliah menjadi dokter ... makin lama keinginan itu makin kuat ... Kedua, saya sudah kehilangan ROMANTISME kebhikkhuan ... karena saya melihat REALITAS kehidupan bhikkhu pada zaman sekarang ...

Riky, menjadi bhikkhu di Indonesia itu tidak gampang ... kamu akan dikejar-kejar umat untuk melakukan upacara ini-itu ... baca paritta dan kepret-kepret air pada setiap peristiwa: orang mati, orang sakit, orang kawin, melahirkan anak, masuk rumah baru, buka toko baru, gudang baru, ini-itu ... Kamu tidak bebas untuk bermeditasi sesuka hatimu. ...

Kalau memang sudah kuat tekadmu untuk menjadi bhikkhu pemeditasi, saya sarankan jangan menjadi bhikkhu di Indonesia ... jadilah bhikkhu di tempat di mana kamu tidak dikenal orang ... di Thailand misalnya ... Dengan demikian, aku/atta-mu bisa segera padam ...

Kalau kamu menjadi bhikkhu dan tinggal di Indonesia ... kamu menghadapi bahaya besar, kalau kesadaranmu tidak cukup kuat ... Mengapa? ... Karena banyak orang akan bersujud di kakimu ... saya pun akan bersujud di kakimu ... mereka berniat baik, tapi menjerumuskan bhikkhunya. ...

Lalu berhati-hatilah memilih guru meditasi ... Saya lihat pemahamanmu & latihanmu sudah sesuai dengan MMD ... jangan mencari sembarang guru meditasi ... yang mungkin akan menyeretmu ke dalam ritualisme kembali ... atau mengajarkan meditasi lain, seperti pencapaian jhana, misalnya ... atau pun vipassana yang masih penuh dengan usaha (virya) dan konsentrasi yang dilakukan oleh si aku/atta ...

Sepanjang pengetahuan saya, bhikkhu guru vipassana yang paling dekat dengan MMD adalah Ajahn Chah. ... Tidak mengherankan bila Ajahn Chah sangat disukai oleh orang-orang bule yang ingin menjadi bhikkhu atau ingin belajar vipassana ... Mulai sekarang bacalah buku-buku beliau ... sudah banyak yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia ... Kamu akan melihat, dalam khotbah-khotbah Ajahn Chah, hampir tidak pernah beliau mengutip sutta ini sutta itu. ... Semua isi khotbah beliau datang dari pengalaman batin beliau sendiri. ... Beliau sudah almarhum, tapi kamu bisa pergi ke vihara beliau, Wat Pa Nanachat, di Thailand timur laut ... di sana banyak bhikkhu-bhikkhu bule meneruskan tradisi Ajahn Chah ...


Quote
[...] Dan menjadi seorg Bhikkhu maka hal2 tersebut akan "terpenuhi",maka di sana akan ada sebuah ketenangan batin yg luar biasa tanpa ada pikiran2 apa2 lagi,tanpa ada yg "ditakutkan","dicemaskan",dan "dibebankan" lagi.Sehingga apabila belenggu ini telah berhasil saya taklukan,saya sangat mengharapkan bantuan bapak utk membantu saya menjadi seorg Bhikkhu.Bahkan Apabila kamma saya tidak mendukung saya menjadi seorg Bhikkhu.Saya akan mengikuti MMD yg diarahkan oleh bapak sendiri secara langsung(Mungkin dibutuhkan wkt 2thn sampai 3thn,karena berhubungan saya masih anak sekolahan dan belum bisa bekerja dan mencari uang sendiri.)Dan apabila pada saat itu tiba,saya berharap bapak bisa menerima saya dengan lapang dada dan mengarahkan saya ke jalan Pelepasan Agung...
Salam,
Riky

Riky, kalau memang sudah kuat tekadmu untuk menjadi bhikkhu, sudah tentu saya akan membantumu dengan segala kemampuan saya. ... Tapi sekarang pikirkan dulu masalah-masalah yang praktis ...

(1) Orang hanya bisa menjadi bhikkhu paling muda usia 20 tahun ... Jadi masih cukup lama bagimu untuk merenungkan keinginanmu itu ...

(2) Seseorang muda usia yang ingin menjadi bhikkhu harus mendapat izin tertulis dari orang tua. ...

Ini yang sulit ... Apakah kira-kira orang tuamu akan mengizinkan kamu menjadi bhikkhu? ... (Kamu anak bungsu? Kamu punya berapa cici dan koko?) ...

Ingatlah pengalaman Bhante Pannyavaro ... Beliau adalah satu-satunya anak laki-laki, yang dalam keluarga Tionghoa tentu sangat berharga karena diharapkan bisa meneruskan garis keturunan keluarga. Ketika masih mahasiswa Fak Psikologi Universitas Gadjah Mada, beliau bertekad untuk menjadi bhikkhu ... tapi tidak mendapat izin dari orang tua ... Dengan tekun dan sabar beliau memohon ... sampai kalau tidak salah dua tahun lamanya ... baru diizinkan oleh orang tua beliau ... Sekarang, setelah Bhante Pannyavaro memiliki reputasi internasional, keluarganya malah menjadi pendukung beliau yang utama ...

Nah, Riky, kalau memang sudah bulat tekadmu untuk pada suatu saat kelak menjadi bhikkhu, mulailah dari sekarang perlahan-lahan menunjukkan tekadmu itu kepada papa, mama, cici & kokomu. ... Misalnya, tunjukkan minatmu bermeditasi ... kalau sedang bermeditasi di kamar, bukalah sedikit pintunya, supaya mama dan anggota keluarga yang lain bisa mengintip ... Lalu sekali-sekali pancinglah mereka dengan menanyakan bagaimana pendapat mereka kalau ada anak yang berniat menjadi bhikkhu ... dll, dll ... tentu kamu tidak kekurangan akal untuk melakukan hal itu.

Kemudian, karena umurmu masih 17 tahun ... masih lama sebelum kamu bisa menjadi bhikkhu ... maka saya sarankan ikuti dulu pabbajja samanera ... mulai dulu yang dua minggu ... lalu yang tiga bulan ... Itu akan memberi pengalaman bagimu tentang suasana kehidupan di dalam sangha. ...

Kalau kamu berniat mengikuti pabbajja samanera ... saya sarankan ambillah yang diadakan di Vihara Mendut, di bawah bimbingan Bhante Pannyavaro ... jangan di tempat lain (setahu saya Sangha Theravada Indonesia mengadakan pabbajja samanera 6x setahun di berbagai vihara) ... Mengapa saya sarankan di Vihara Mendut? ... Karena setahu saya, di antara bhikkhu-bhikkhu Indonesia, hanya Bhante Pannyavaro yang memahami MMD ... jadi kamu tidak akan diajari vipassana versi lain, yang mungkin tidak cocok dengan 'sadar' yang telah kamu kembangkan. ...

O ya, kelak kalau kamu sudah siap menjadi bhikkhu, mintalah ditahbiskan upasampada oleh Bhante Pannyavaro ... beliau telah mempunyai wewenang menahbiskan bhikkhu ... Jadilah murid beliau ... kamu akan bisa terus mengembangkan MMD-mu. ... Lalu kamu bisa pergi ke Wat Pa Nanachat, tempat tradisi alm Ajahn Chah dilaksanakan sampai sekarang. ... Jangan pergi ke pusat-pusat vipassana lain, yang belum tentu cocok dengan kesadaran yang telah kamu kembangkan. ...

Riky, kamu masih punya waktu 3-4 tahun sebelum kamu bisa menjadi bhikkhu penuh ... Sementara itu, saya sarankan ikuti pabbajja samanera di Vihara Mendut, yang diadakan pada bulan Juli setiap tahun (untuk tahun ini tgl 6 - 21 Juli, tapi pendaftarannya sudah ditutup sebulan sebelumnya) ... Mungkin tahun depan kamu bisa ikut ... Untuk itu juga perlu diperoleh izin dari orang tua ... jadi mulai sekarang kamu harus merengek-rengek kepada orang tuamu ... Kalau memang berniat, kamu bisa hubungi Mas Waluyo, dayaka Bhante Pannyavaro di <sadarsetiapsaat [at] yahoo.com> atau HP 0812 294 3113.

Kalau yang menjadi masalah adalah tiket pesawat ... jangan kuatir, Riky ... saya akan bantu mencarikan tiket buat kamu ... katakan saja kepada orang tuamu ada seorang Pandita di Jakarta akan menanggung tiketmu Medan - Yogya p.p. ... Saya akan berbahagia sekali bisa berbuat sesuatu demi kebaikan anak saya ...

Nah, sekian dulu, ya ... panjang sekali posting ini ... Cium dari ayahmu ... :)

Salam,
hudoyo
Title: Untuk Riky: Theragatha 257 - PARAPARIYA
Post by: hudoyo on 08 June 2008, 08:44:27 AM
Dari: "Kidung Para Sesepuh" (Theragatha, 257)

PARAPARIYA

[Parapariya Thera adalah seorang arahat yang bermeditasi sendirian di hutan. Ketika menjelang ajalnya, beliau merenungkan Buddha-sasana yang sudah rusak dan para Bhikkhu yang hanya mengejar kepuasan nafsunya sendiri.]

Inilah gagasan-gagasan yang muncul
dalam batin seorang Thera,
sambil duduk di bawah naungan bunga-bunga indah
di Hutan Raya (Mahavana) pohon Sala,
sendirian dan tak peduli:

"Betapa perilaku para Bhikkhu berubah
sejak ketika Sang Penakluk Dunia,
Manusia Sempurna masih hidup di dunia!

"Jubah pelindung dari angin dingin,
untuk menutup apa yang perlu ditutup,
cukup, tidak lebih mereka cari,
dengan puas menikmati apa yang diperoleh.

"Makanan yang lezat atau tidak,
banyak atau sedikit, mereka makan
untuk pertahankan hidup,
bebas dari dorongan kerakusan.

"Kebutuhan manusia sebagai makhluk hidup,
dan obat-obatan sebagai alat untuk hidup;
mereka tak menggebu-gebu mempedulikannya
seperti peduli bagaimana memusnahkan racun pikiran.

"Di hutan lebat di bawah naungan pepohonan,
di gua-gua, di pangkuan batu padas,
belajar melepas dan melatih [batin]--
begitulah mereka hidup, membuatnya menjadi pencarian seketika.

"Jiwa yang merendah, rendah hati, dan hidup sederhana,
lembut hati, dengan batin lentur dan sesuai,
tindak-tanduk yang sopan, tanpa bicara kasar,
mengharapkan kebaikan [orang lain dan diri sendiri].

"Menyenangkan dan indah dalam hidup mereka--
tindakan, kesukaan, daya upaya mereka--
seperti aliran minyak yang halus.

"Bagi mereka semua kotoran batin telah mati,
tegak di dalam jhana, tegak selamanya;
Kini semua Thera itu telah tiada.
sedikit yang seperti mereka kini ada.

*****

"Karena kurangnya lingkungan yang baik dan pencerahan,
Peraturan (Vinaya) Sang Penakluk, penuh dengan
apa yang terbaik dalam rencana dan cara,
runtuh dan melapuk.

"Keadaannya buruk dan zaman ini rusak,
Di mana bahkan mereka yang telah mulai
hidup melepaskan diri, dan kepada hal-hal yang lebih tinggi
yang masih belum [tercapai]--bahkan mereka

"Dari tumbuh cepatnya semua yang merusak,
berpengaruh buruk terhadap banyak orang.
Kurasa mereka mempermainkan [hati nurani] orang-orang bodoh
seperti setan-setan mempermainkan orang gila.

"Terlanda kerusakan, orang-orang ini--
mengejar ke sana ke mari apa yang rusak,
seperti orang yang berteriak memamerkan
apa yang diperolehnya--

"Mereka bertengkar di antara sesamanya, meninggalkan
Dharma yang penuh berkah, dan mengejar kesalahan,
mengira: Nah! Ini lebih baik, ini yang terbaik.

"Mereka yang telah berpaling dari kekayaan dan istri
dan anak-anak, dan meninggalkan rumah,
untuk dana yang sedikit saja, mau melakukan
hal-hal yang tak patut bagi mereka.

"Mereka makan sampai kenyang benar,
lalu berbaring terlentang,
dan ketika jaga, bercakap-cakap
tentang hal-hal yang dikecam oleh Sang Guru.

"Semua seni dan ketrampilan mereka hargai tinggi
dan lakukan--begitulah tugas Bhikkhu pada pikiran mereka
sementara mengabaikan penaklukan batin.

"Dan tanah liat, dan minyak dan bedak mandi,
air dan makanan dan penginapan mereka berikan
kepada umat awam dengan harapan dana lebih besar lagi.

"Yah, tusuk gigi juga, dan buah apel,
mahkota bunga untuk dikunyah, dan gulai yang enak,
mangga, jeruk, kelapa dan kenari.

"Menyediakan obat-obatan, mereka bertindak bagaikan dokter,
dalam bisnis mereka tak ubahnya seperti umat awam,
seperti pelacur mereka memamerkan pakaiannya,
dan bercanda dengan penguasa seperti orang bangsawan.

"Mereka pezina, penipu dan pembohong,
tanpa hati nurani, penuh tipu daya,
mereka bebas berkecimpung dalam hal-hal duniawi.

"Melakukan cara-cara yang cocok untuk penipuan,
mencari penghidupan dengan ketrampilan yang licik,
mereka menimbun kekayaan berlimpah.

"Untuk melakukan bisnis, pesamuan itu disebutnya,
Bukan demi kepentingan Dharma yang suci.
Dan ketika mereka berkhotbah kepada umat, keuntunganlah
motifnya, bukan demi kebaikan umat.

"Banyak yang berada di luar Sangha
yang berkelahi dan bertengkar tentang keuntungan Sangha;
mereka jiwa-jiwa yang kurang ajar, tak tahu malu,
yang hidup dari pemberian orang.

"Ada pula yang tak memiliki kesalehan,
sekalipun dengan kepala tercukur, dan mengenakan jubah kuning,
Mengharapkan penghormatan sepanjang waktu,
dan mendambakan perlakuan istimewa, pelayanan dan hadiah.

***

"Begitulah ketika begitu banyak yang runtuh sekarang,
Tidak mudah keadaannya sekarang, seperti dulu,
untuk menyentuh dan mencapai apa yang tak tercapai,
atau berpegang kuat pada apa yang telah tersentuh dan tercapai.

"Seperti orang tanpa kasut berjalan di lahan berduri,
menuntut kewaspadaan pada setiap langkah,
begitu mestinya seorang suci berkeliling di kota.

"Mengenang para suci di masa lampau,
dan mengingat kembali cara hidup mereka,
sekalipun kini masa itu telah lewat,
ia masih mungkin mencapai Kedamaian yang mengatasi keduniaan."

***

Begitulah ujar Bhikkhu yang baik ini di Hutan Sala,
terlatih baik dan terkendali daya-daya batinnya.
Maka Sang Suci mencapai Kepergian yang penuh damai--
Menjadi Saksi yang baginya tak ada kelahiran lagi.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 08 June 2008, 10:36:26 AM

Quote
Kalau memang sudah kuat tekadmu untuk menjadi bhikkhu pemeditasi, saya sarankan jangan menjadi bhikkhu di Indonesia ... jadilah bhikkhu di tempat di mana kamu tidak dikenal orang ... di Thailand misalnya ... Dengan demikian, aku/atta-mu bisa segera padam ...
Pak niat saya memang menjadi BHikkhu di Thailand bukan di Indonesia,Di Indonesia sendiri saya benar2 tdk berminat...Kalau di Indonesia saya bukan Bhikkhu lagi tapi tukang "jual obat"
Dan keinginan terakhir saya adalah menjadi Bhikkhu Thailand yg hidup di hutan bukan divihara pak..Kira2 bisa tidak pak?Saya sudah tau dilema Bhikkhu Indonesia,jd "mungkin" bila saya telah mencapai kearahatan dan "tdk" lupa maka saya akan kembali ke Indonesia untuk membabarkan Dhamma yg sudah tercemar di Indonesia.

Quote
(1) Orang hanya bisa menjadi bhikkhu paling muda usia 20 tahun ... Jadi masih cukup lama bagimu untuk merenungkan keinginanmu itu ...
Akan saya renungkan lagi pak..Yang menjadi masalah bukan jadi BHikkhu atau tidak tapi ortu.Saya takut ma ortu saya...Saya sudah sering bilang ke ortu saya,saya bahkan menjadi Bhikkhu.bahkan sebelum masuk dalam forum Dhammacitta ini.Cuma ortu tanggapinnya kayak becanda dan cuma bilang,"Uda mau gila dia"..Gimana ya pak?


Quote
(2) Seseorang muda usia yang ingin menjadi bhikkhu harus mendapat izin tertulis dari orang tua. ...
Ini yg paling sya takutkan surat izin tertls dr ortu

Quote
Ini yang sulit ... Apakah kira-kira orang tuamu akan mengizinkan kamu menjadi bhikkhu? ... (Kamu anak bungsu? Kamu punya berapa cici dan koko?) ...
1cici dan 1 koko dan saya anak terakhir..Kalau diizinkan mungkin ya mungkin tidak...Tapi kayak benar2 berat pak...Saya takut ini menjadi beban moral saya sendiri,menjd semacam penyesalan.Kalau uda gini masih bisa mencapai kearahatan jika batin tetap melekat?


Quote
Nah, Riky, kalau memang sudah bulat tekadmu untuk pada suatu saat kelak menjadi bhikkhu, mulailah dari sekarang perlahan-lahan menunjukkan tekadmu itu kepada papa, mama, cici & kokomu. ... Misalnya, tunjukkan minatmu bermeditasi ... kalau sedang bermeditasi di kamar, bukalah sedikit pintunya, supaya mama dan anggota keluarga yang lain bisa mengintip ... Lalu sekali-sekali pancinglah mereka dengan menanyakan bagaimana pendapat mereka kalau ada anak yang berniat menjadi bhikkhu ... dll, dll ... tentu kamu tidak kekurangan akal untuk melakukan hal itu.
cici,koko,dan mama saya sudah tau pak bahwa saya berlatih meditasi.Mereka tidak menolak maupun menerima..Sikap mereka "netral" tidak menangapi apa yang saya lakukan juga "tidak" menganggu apa yg saya lakukan.Bahkan koko saya sengaja tidur dikamar mama saya biar saya bisa meditasi lebih tenang tanpa gangguan dia..

Quote
Kemudian, karena umurmu masih 17 tahun ... masih lama sebelum kamu bisa menjadi bhikkhu ... maka saya sarankan ikuti dulu pabbajja samanera ... mulai dulu yang dua minggu ... lalu yang tiga bulan ... Itu akan memberi pengalaman bagimu tentang suasana kehidupan di dalam sangha. ...
Pak pabbahha samanera itu apa?Terus mesti dapat izin dr ortu ya?Kalau izin gw takut sulit lo pak..

Quote
Riky, kamu masih punya waktu 3-4 tahun sebelum kamu bisa menjadi bhikkhu penuh ... Sementara itu, saya sarankan ikuti pabbajja samanera di Vihara Mendut, yang diadakan pada bulan Juli setiap tahun (untuk tahun ini tgl 6 - 21 Juli, tapi pendaftarannya sudah ditutup sebulan sebelumnya) ... Mungkin tahun depan kamu bisa ikut ... Untuk itu juga perlu diperoleh izin dari orang tua ... jadi mulai sekarang kamu harus merengek-rengek kepada orang tuamu ... Kalau memang berniat, kamu bisa hubungi Mas Waluyo, dayaka Bhante Pannyavaro di <sadarsetiapsaat [at] yahoo.com> atau HP 0812 294 3113.
Ini yang sulit pak...Dapat izin ke luar kota...Sedangkan didalam kota saja dibatasi keluarnya...Sebenarnya ada alasan kuat dr ortu yg membuat saya tidak bisa melawan...Yakni dulu saya pernah kecelakan dan hampir tewas seketika disana....(Tapi saya wkt kecelakan tidak merasa bakal mati lo...^^ cuma semua org pikir saya uda mati)Jadi tiap saya mau keluar,selalu dikekang dengan kejadian yang sudah 5thn terjadi itu....Itu yang paling berat pak...

Quote
Kalau yang menjadi masalah adalah tiket pesawat ... jangan kuatir, Riky ... saya akan bantu mencarikan tiket buat kamu ... katakan saja kepada orang tuamu ada seorang Pandita di Jakarta akan menanggung tiketmu Medan - Yogya p.p. ... Saya akan berbahagia sekali bisa berbuat sesuatu demi kebaikan anak saya ...
Soal uang saya bisa menabung pak...Saya rela kok uang saya buat meditasi...Uang saya tidak ada apa2 nya dengan apa yg bakal saya peroleh...^^ masalahnya tetap kembali ke ortu pak...Uang bisa saya tabung,dan cari kok pak..Tenang aja...Maksud saya bilang kerja dulu kan lebih mudah dapat duitnya dan tidak usah minta jajan ma ortu lagi...

_/\_

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 08 June 2008, 10:38:59 AM
Pak sutta yg bapak kasih,semalam sudah saya baca duluan pak(Karena saya lihat di sutta yg terindah bapak ada tulis sutta itu dan saya cari lewat google ^^)..
Sudah saya simpan didalam friendster saya pak..^^
Anakmu tidak akan luput lo pak ^^
Anakmu selalu ingin belajar dari bapaknya...(Sebenarnya saya tadi uda post sekali uda masuk/belum ya?Ya da saya post lagi ini)
_/\_

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Umat Awam on 08 June 2008, 12:02:27 PM
bro, sy salut wkt km blng mau jd bhikkhu, keinginan itu sama dgn yg pernah muncul dlm diri sy wkt seusia km.. dan setelah merenungkan selama kurang lbh 2 thn, sy melihat, menjadi bihkkhu bukanlah satu2nya jalan utk menyadari ttg Dukkha.. Memang menjadi bhikkhu salah satu jalan yg cukup baik utk lebih mendalami Dhamma.. hanya saja kita juga ga boleh melupakan tanggung jawab terhadap ortu kita sendiri sbg anak.. apalagi jika sampai kita memaksakan kehendak (EGO) ke ortu kita yg menyebabkan ortu kita menjadi sakit hati.. Niat baik belum tentu caranya baik pula..

Seperti yg pak hudoyo jelaskan, km msh punya cukup wkt utk merenungkan kembali keinginan km tsb... Dan sy ga menolak keinginan km tsb, hanya saja kita mesti lbh bijak dlm menentukan keputusan kita dan sikap..

Sebaiknya kamu renungkan selalu ttg keinginan km tsb, dan jika sampai tiba wktnya segalanya telah matang, maka km akan tetap menjadi bhikkhu kok.. :)

Tanam dahulu, lalu panen kemudian..
Tunjukkan kpd ortu km bahwa km bisa memberikan yg terbaik buat mereka dan saudara2 km yg lain. Bukan krn ke egoisan semata utk melepaskan tanggung jawab tanpa memikirkan konsekuensi yg lain trhdp ortu km dan keluarga km.. Tapi sebagai tanda bakti trhdp ortu km dan saudara2 km yg lain hingga mereka merasa cukup dan pantas utk melepas km menjadi seorang Bhikkhu.. :)

Menjadi Bhikkhu bisa melakukan HAL2 BESAR
Utk melakukan HAL2 BESAR tidak harus menjadi Bhikkhu

Contohnya pak Hudoyo itu.. ;D

Maaf jika kalimat2 yg sy berikan kurang sesuai dan semoga km bisa menangkap apa yg sy maksud..
 _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 08 June 2008, 12:39:31 PM
Quote
Kalau memang sudah kuat tekadmu untuk menjadi bhikkhu pemeditasi

pak hudoyo, mohon dijelaskan utk topic diatas... maaf oot ;D

keinginan yang terpendam sejak lama...

terima kasih

hendra
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 08 June 2008, 12:39:42 PM
Saya liat tekad dan kemauan Riky dan dukungan Pak Hudoyo terhadap Riky membuat hati saya benar2 terharu lho. :'( :)

Teruskan tekadmu Riky, saya dukung perjuanganmu, rintangan merupakan batu loncatan untuk suatu keberhasilan.Never give up!

Untuk Pak Hudoyo, semoga kebajikan yg telah Bapak tanam selama ini membuahkan hasil akhir pencapaian nibbana  ^:)^

 _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 08 June 2008, 01:35:41 PM
Anumodana, Rekan Bond.  :)

Mari kita berdoa agar Riky tercapai cita-citanya.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 08 June 2008, 01:38:03 PM
Tanam dahulu, lalu panen kemudian..
Tunjukkan kpd ortu km bahwa km bisa memberikan yg terbaik buat mereka dan saudara2 km yg lain. Bukan krn ke egoisan semata utk melepaskan tanggung jawab tanpa memikirkan konsekuensi yg lain trhdp ortu km dan keluarga km.. Tapi sebagai tanda bakti trhdp ortu km dan saudara2 km yg lain hingga mereka merasa cukup dan pantas utk melepas km menjadi seorang Bhikkhu.. :)

Menjadi Bhikkhu bisa melakukan HAL2 BESAR
Utk melakukan HAL2 BESAR tidak harus menjadi Bhikkhu
 _/\_

Masukan yang bagus untuk Riky.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 08 June 2008, 01:38:22 PM
bro, sy salut wkt km blng mau jd bhikkhu, keinginan itu sama dgn yg pernah muncul dlm diri sy wkt seusia km.. dan setelah merenungkan selama kurang lbh 2 thn, sy melihat, menjadi bihkkhu bukanlah satu2nya jalan utk menyadari ttg Dukkha.. Memang menjadi bhikkhu salah satu jalan yg cukup baik utk lebih mendalami Dhamma.. hanya saja kita juga ga boleh melupakan tanggung jawab terhadap ortu kita sendiri sbg anak.. apalagi jika sampai kita memaksakan kehendak (EGO) ke ortu kita yg menyebabkan ortu kita menjadi sakit hati.. Niat baik belum tentu caranya baik pula..

Seperti yg pak hudoyo jelaskan, km msh punya cukup wkt utk merenungkan kembali keinginan km tsb... Dan sy ga menolak keinginan km tsb, hanya saja kita mesti lbh bijak dlm menentukan keputusan kita dan sikap..

Sebaiknya kamu renungkan selalu ttg keinginan km tsb, dan jika sampai tiba wktnya segalanya telah matang, maka km akan tetap menjadi bhikkhu kok.. :)

Tanam dahulu, lalu panen kemudian..
Tunjukkan kpd ortu km bahwa km bisa memberikan yg terbaik buat mereka dan saudara2 km yg lain. Bukan krn ke egoisan semata utk melepaskan tanggung jawab tanpa memikirkan konsekuensi yg lain trhdp ortu km dan keluarga km.. Tapi sebagai tanda bakti trhdp ortu km dan saudara2 km yg lain hingga mereka merasa cukup dan pantas utk melepas km menjadi seorang Bhikkhu.. :)

Menjadi Bhikkhu bisa melakukan HAL2 BESAR
Utk melakukan HAL2 BESAR tidak harus menjadi Bhikkhu

Contohnya pak Hudoyo itu.. ;D

Maaf jika kalimat2 yg sy berikan kurang sesuai dan semoga km bisa menangkap apa yg sy maksud..
 _/\_


Telah disadari dengan sempurna...
Biarlah waktu yg membuktikannya...
_/\_

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 08 June 2008, 01:43:57 PM
Quote
Kalau memang sudah kuat tekadmu untuk menjadi bhikkhu pemeditasi

pak hudoyo, mohon dijelaskan utk topic diatas... maaf oot ;D

keinginan yang terpendam sejak lama...

terima kasih

hendra

Maksudnya tentang istilah bhikkhu pemeditasi? ...

Pada garis besarnya, kehidupan para bhikkhu itu bisa dibagi menjadi dua macam:

(1) Bhikkhu pariyatti -- bhikkhu yang sebagian besar waktunya digunakan untuk belajar ... mempelajari sutta, abhidhamma, visuddhimagga, kitab-kitab komentar yang lain -- bhikkhu pariyatti biasanya meditasinya relatif sebentar setiap harinya.

(2) Bhikkhu patipatti -- bhikkhu yang sebagian besar waktunya digunakan untuk meditasi - Contoh: Ajahn Chah -- bhikkhu patipatti biasanya tidak begitu mahir mengutip dari sutta-sutta.

Ada pula bhikkhu-bhikkhu yang memadukan pariyatti & patipatti.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 08 June 2008, 02:58:02 PM
Sebenarnya ada jalan keluar bagi mereka yang benar-benar ingin "melepas".
Ijin orang tua diperlukan dalam vinaya, tetapi ada klausul di kitab komentar vinaya bahwa mereka yang benar-benar ingin "melepas", bahkan lebih baik mati daripada tidak "melepas", bisa diberikan dispensasi tanpa ijin orang tua. (Naik ke atas pohon dan sudah mau melompat ke bawah apabila tidak ditahbiskan karena tidak ada ijin orang tua).
Ada yang tidak mengetahui klausul perkecualian ini, tetapi bahkan ada beberapa Bhikkhu tua yang tidak mengetahui pengecualian ini mungkin mau memberikan penahbisan bila melihat tekad yang luar biasa.
Saya harap ini bisa berguna, apabila sudah mentok dan tidak ada jalan lain.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: gendhisjawi on 08 June 2008, 04:48:46 PM
Lama enggak akses forum ini.

Enggak tau kenapa, membaca rangkaian panjang posting Riky, saya menangis bercucuran airmata tak bisa terbendung. Saya ikut berharap Ricky akan mendapati jalan paling lapang untuk mencapai tujuan yang didambakannya. Saya juga berharap Pak Hudoyo senantiasa sehat sehingga bisa mengantar Ricky dan "ricky-ricky lain" memenuhi tekad hidupnya.

Pak Hudoyo, saya jadi ingat kisah salah seorang anak muda "sahabat Pak Hudoyo" yang juga pernah bertekad bulat menjadi bhikku andaikata dia sembuh dari penyakitnya. Saya baca kisah itu dari penuturan Bapak dalam posting-posting lama tentang MMD, entah di milis apa saya lupa.

Salam.  _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Umat Awam on 08 June 2008, 05:28:33 PM
mengenai ijin orang tua ini menjadi hal yg cukup dilematis bagi saya..
Soale kalo kita mengambil jalan "Paksaan" yaitu tanpa ijin org tua, alias kdng ada anak yg nekad lari dr rumah demi menjadi seorang bhikkhu dan krn hal tsb, si org tua menjadi benci trhdp Ajaran Buddha dan menjadi sakit hati, kecewa trhdp anak tsb, apakah hal tsb ga menjadi kamma buruk si anak? Apakah si anak tetap dianggap benar walaupun melarikan diri dr tanggung jawab sebagai anak trhdp org tua?

Jika si anak lepas dr kamma buruk, maka sungguh tragis si org tua yg udh cape2 merawat anaknya dgn segala harapan dan impian trhdp anak tsb, tp tiba2 sirna hanya dlm waktu singkat...

Dan tentunya ada bbrp org tua yg akan menjadi sakit hati, kecewa bahkan "dendam" trhdp Agama Buddha krn telah merampas harapan dan impiannya (yg ditumpu pd anaknya) dan bukan tidak mungkin hal tsb akan di bawa hingga ajalnya menjemput.. syukur2 kalo si org tua tsb msh ada kata maaf trhdp anak tsb kelak ketika anak tsb memohon maaf... gimana kalo ga ada kata maaf, bukankah si anak menjadi sebab (mengkondisikan) munculnya kebencian org tuanya ??

gimana solusi dr rekan2 sekalian trhdp masalah ini?

Saya cuman ga tega bila harus mengecewakan org tua demi menjadi bhikkhu, lari dr tanggung jawab keluarga.. mungkin ada pengecualian bila memiliki saudara lain yg bisa menggantikan posisi kita. gimana kalo anak tunggal ato hanya 2 anak??

Lebih baik saya melatih diri sebagai umat awam sambil melaksanakan kewajiban kita sebagai anak hingga tuntas (org tua wafat) dan melanjutkan cita2 kita bila saat nya tepat.. tentunya tanpa melupakan jasa org tua kita...

Maaf OOT _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 08 June 2008, 05:42:47 PM
Ya, saya setuju ... janganlah sesuatu yang bertujuan baik dicapai dengan jalan yang "kurang baik" ... :)

Solusinya, menurut hemat saya, adalah kesabaran (patience) dan ketekunan (insistence) ... Sabar dalam arti "tidak memaksa" ... dan tekun dalam arti "tidak berhenti memohon izin dari orang tua" ...

Kalau tiap minggu ... tiap bulan ... kita tekun memohon, saya yakin cepat atau lambat izin pasti akan diberikan ... :) Soalnya, saya sendiri mengalami itu ketika ingin menjadi bhikkhu dulu. ... :)

Konflik biasanya tidak terselesaikan karena kita kurang sabar dan/atau kurang tekun. ... :)

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 08 June 2008, 06:27:22 PM
Quote
Kalau memang sudah kuat tekadmu untuk menjadi bhikkhu pemeditasi

pak hudoyo, mohon dijelaskan utk topic diatas... maaf oot ;D

keinginan yang terpendam sejak lama...

terima kasih

hendra

Maksudnya tentang istilah bhikkhu pemeditasi? ...

Pada garis besarnya, kehidupan para bhikkhu itu bisa dibagi menjadi dua macam:

(1) Bhikkhu pariyatti -- bhikkhu yang sebagian besar waktunya digunakan untuk belajar ... mempelajari sutta, abhidhamma, visuddhimagga, kitab-kitab komentar yang lain -- bhikkhu pariyatti biasanya meditasinya relatif sebentar setiap harinya.

(2) Bhikkhu patipatti -- bhikkhu yang sebagian besar waktunya digunakan untuk meditasi - Contoh: Ajahn Chah -- bhikkhu patipatti biasanya tidak begitu mahir mengutip dari sutta-sutta.

Ada pula bhikkhu-bhikkhu yang memadukan pariyatti & patipatti.

Salam,
hudoyo

maksudnya pak, apabila saya ingin menjadi bhikkhu pemeditasi itu apa di indonesia ada? n wadahnya dimana?
soal ijin ortu menurut gw gak sulit yg sulit itu sebenarnya siap mental gak ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 08 June 2008, 06:44:59 PM
Oh, maaf, salah paham ... :)

Sebetulnya pengertian bhikkhu pemeditasi atau bhikkhu pariyatti itu tergantung bhikkhu itu sendiri. ... Tapi biasanya tidak ada garis pemisah yang tajam di antara kedua jenis bhikkhu itu.

Kalau di Thailand, pada umumnya vihara-vihara di kota ditempati oleh bhikkhu pariyatti ... sedangkan vihara-vihara di pinggir hutan ditempati oleh bhikkhu pemeditasi.

Di Indonesia, jarang saya lihat ada vihara yang sungguh-sungguh terpencil dari masyarakat ramai ... Di Ngandat ada Dhammadipa-arama, yang semula dimaksudkan untuk meditasi dengan kuti-kuti yang terpisah ... tapi tak urung di sana sering juga diisi dengan berbagai upacara ... termasuk perkawinan. ... Namun, area umat untuk kegiatan ritual terpisah cukup tegas dengan area untuk meditasi. ...

Jadi di Indonesia boleh dibilang semua vihara dan bhikkhunya merupakan campuran antara pariyatti dan patipatti dengan proporsi yang berbeda-beda, tergantung pada kecenderungan pribadi masing-masing bhikkhu.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 08 June 2008, 08:27:34 PM
thx pak sekarang apa saran pak hudoyo klo saya mao menjadi bhikkhu dan menetap di pinggir hutan yang ada di thailand?

thx,

hendra
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 09 June 2008, 01:57:20 AM
Silakan kunjungi situs www.watpahnanachat.org. Di situ ada uraian panjang lebar tentang kehidupan di vihara itu, tentang umat awam yang mau berlatih meditasi di sana, tentang bagaimana persiapan untuk datang ke sana, tentang bagaimana mencapai vihara itu (k.a., bus malam, pesawat terbang).

Perlu diperhatikan bahwa di vihara itu tidak diberikan tuntunan meditasi dengan teknik tertentu, seperti di pusat-pusat meditasi di tempat lain, sekalipun setiap malam ada khotbah dhamma, lalu ada kesempatan untuk interview. Jadi, menurut hemat saya, orang bisa berlatih meditasi menurut cara yang telah biasa dilakukan masing-masing.

Lalu, kalau sudah ada rencana pasti untuk pergi ke sana, hubungi staff di Wat Pah Nanachat melalui situs di atas untuk mendaftar, karena tempat terbatas. (Tapi pagi ini saya coba surfing ke sana, tampaknya situs itu sedang down; tadi malam bisa.)

Alternatifnya, ada jalan yang lebih panjang ... mungkin Anda bisa menjadi bhikkhu dulu di Vihara Mendut dengan upajjhaya (penahbis) Bhante Pannyavaro, lalu setelah beberapa lama menjadi murid beliau, pergi ke Thailand untuk bermeditasi di hutan (tidak menjadi bhikkhu kota). ... Untuk itu saya tidak tahu prosedurnya secara pasti ... Silakan bicarakan sendiri dengan Bhante Pannyavaro.

Salam,
hudoyo

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 09 June 2008, 06:50:32 AM
Pak Hudoyo, saya jadi ingat kisah salah seorang anak muda "sahabat Pak Hudoyo" yang juga pernah bertekad bulat menjadi bhikku andaikata dia sembuh dari penyakitnya. Saya baca kisah itu dari penuturan Bapak dalam posting-posting lama tentang MMD, entah di milis apa saya lupa.
Salam.  _/\_

Oh, mungkin yang Anda maksud alm Chandra Yenco ... ? :) Dia adalah seorang sahabat muda saya ... pemahamannya mengenai Buddha-Dhamma sudah menyamai saya ... Malah dialah yang memperkenalkan saya dengan tulisan-tulisan alm Nanavira Thera ... (Alm Nyanavira Thera meninggal karena bunuh diri; dalam salah satu surat wasiatnya beliau mengklaim telah terbuka 'mata Dhamma'-nya ... artinya telah mencapai tingkat Sotapanna) ... 

Pada pergantian milenium yang lalu (Desember 1999) kami bersama-sama mengikuti retret vipassana metode Goenka di Vihara Mendut. ... Pada bulan Mei 2000 saya mulai mengajarf MMD ... Sayang sekali Chandra Yenco meninggal pada usia sangat muda (24 th?) karena kanker usus besar. ...

Saya merasa sangat kehilangan seorang sahabat yang memahami Buddha Dhamma dengan mendalam ... dan juga memahami J Krishnamurti ... Ia menerjemahkan tulisan pendek K, "Dialogue with Oneself".

Salam,
Hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 09 June 2008, 08:14:39 AM
Pak niat saya memang menjadi BHikkhu di Thailand bukan di Indonesia,Di Indonesia sendiri saya benar2 tdk berminat...Kalau di Indonesia saya bukan Bhikkhu lagi tapi tukang "jual obat"
Dan keinginan terakhir saya adalah menjadi Bhikkhu Thailand yg hidup di hutan bukan divihara pak..Kira2 bisa tidak pak?Saya sudah tau dilema Bhikkhu Indonesia,jd "mungkin" bila saya telah mencapai kearahatan dan "tdk" lupa maka saya akan kembali ke Indonesia untuk membabarkan Dhamma yg sudah tercemar di Indonesia.

Baguslah, Riky, kalau kamu menjadi bhikkhu, capailah dulu pembebasanmu. ... Tanpa itu tidak banyak yang kamu bisa berikan kepada orang lain ...

Tapi hati-hati, di mana-mana Buddha-Dhamma sudah banyak tercemar ... bukan hanya di Indonesia saja ... Bahkan di negara Buddhis seperti Thailand sendiri ... malah jauh lebih banyak pencemaran terhadap Dhamma ... entah dari tradisi ... entah dari ketidaktahuan ... entah karena pengaruh globalisasi ... Jadi, di sana pun, pandai-pandailah memilih mana yang imitasi, mana yang asli ...


Quote
Akan saya renungkan lagi pak..Yang menjadi masalah bukan jadi BHikkhu atau tidak tapi ortu.Saya takut ma ortu saya...Saya sudah sering bilang ke ortu saya,saya bahkan menjadi Bhikkhu.bahkan sebelum masuk dalam forum Dhammacitta ini.Cuma ortu tanggapinnya kayak becanda dan cuma bilang,"Uda mau gila dia"..Gimana ya pak?

Sudah tentu anak harus 'takut' pada orang tua, Riky ... :)  Tapi cobalah lihat dari sudut pandang orang tuamu ... Seperti kebanyakan orang tua lain, orang tuamu tentu menginginkan yang terbaik bagimu ... dalam pandangan mereka, yang terbaik bagimu adalah menjadi orang kaya dan berkeluarga punya anak-istri ... dst ... Jadi mereka tidak bisa mengerti alam pikiranmu ... Apalagi kamu masih sangat muda ... mereka mengira kamu cuma berkhayal ... romantisme anak muda ... yang tidak realistik ... dsb :)

Nah, bagaimana kamu harus menghadapi semua itu? ... Pada saat ini tidak ada jalan lain daripada bersikap SABAR dan TEKUN. ... SABAR, jangan terburu nafsu, seperti biasanya anak muda ... tapi TEKUN, jangan putus asa, jangan mundur ...

Kalau kamu sekarang bisa tetap SABAR dan TEKUN ... maka perlahan-lahan orang tuamu, cici dan kokomu akan menyadari bahwa kamu tidak main-main ... bahwa cita-citamu itu bukan sekadar mode yang lagi ngetrend ... Kalau kamu bisa memperlihatkan bahwa tidak ada yang kamu minati kecuali bermeditasi ... bahwa, berbeda dengan anak-anak lain seusiamu, kamu tidak suka rame-rame jalan-jalan ke mall dengan mereka ... bahwa kamu hanya senang membaca buku-buku Ajahn Chah ... yang dengan sengaja kamu geletakkan di meja makan ... ;D  perlahan-lahan tentu mereka akan merasa bersalah kalau menghalangi cita-citamu lebih lanjut ... Mungkin koko & cicimulah yang akan sadar lebih dulu ... dan terakhir baru mama ... Tunggulah saat itu, Riky ...


Quote
Ini yg paling sya takutkan surat izin tertls dr ortu
1cici dan 1 koko dan saya anak terakhir..Kalau diizinkan mungkin ya mungkin tidak...Tapi kayak benar2 berat pak...Saya takut ini menjadi beban moral saya sendiri,menjd semacam penyesalan.Kalau uda gini masih bisa mencapai kearahatan jika batin tetap melekat?

Sekali lagi, sabaaar ... dan tekuuuun ... ;D


Quote
cici,koko,dan mama saya sudah tau pak bahwa saya berlatih meditasi.Mereka tidak menolak maupun menerima..Sikap mereka "netral" tidak menangapi apa yang saya lakukan juga "tidak" menganggu apa yg saya lakukan.Bahkan koko saya sengaja tidur dikamar mama saya biar saya bisa meditasi lebih tenang tanpa gangguan dia..

Nah, itu tandanya kokomu lebih bisa memahami dirimu ... Sekali-sekali curhatlah sama dia ... mungkin nanti dia bisa membantu bicara sama cici dan mama ...


Quote
Pak pabbajja samanera itu apa?

Pabbajja adalah upacara penahbisan seorang awam menjadi samanera.
Upasampada adalah upacara penahbisan seorang samanera menjadi bhikkhu (kalau sekurang-kurangnya ia sudah berumur 20 tahun).

Pada upacara pabbajja si calon samanera dicukur gundul, mengenakan jubah kuning yang tidak berbeda dengan bhikkhu, menyandang patta (mangkuk). ... Setelah itu ia hidup di vihara selama waktu yang ditetapkan (2 minggu, 3 bulan) ... belajar Dhamma & meditasi... Di Vihara Mendut biasanya diikuti 30 - 40 anak muda.


Quote
Terus mesti dapat izin dr ortu ya?Kalau izin gw takut sulit lo pak..
Ini yang sulit pak...Dapat izin ke luar kota...Sedangkan didalam kota saja dibatasi keluarnya...Sebenarnya ada alasan kuat dr ortu yg membuat saya tidak bisa melawan...Yakni dulu saya pernah kecelakan dan hampir tewas seketika disana....(Tapi saya wkt kecelakan tidak merasa bakal mati lo...^^ cuma semua org pikir saya uda mati)Jadi tiap saya mau keluar,selalu dikekang dengan kejadian yang sudah 5thn terjadi itu....Itu yang paling berat pak...

Yah, ini sekali lagi membutuhkan kesabaran & ketekunan dari kamu ... Tekankan bahwa kamu kan anak laki-laki, kalau terlalu dikekang kan tidak baik untuk perkembangan kepercayaan dirimu di masa depan ... :)


Quote
Soal uang saya bisa menabung pak...Saya rela kok uang saya buat meditasi...Uang saya tidak ada apa2 nya dengan apa yg bakal saya peroleh...^^ masalahnya tetap kembali ke ortu pak...Uang bisa saya tabung,dan cari kok pak..Tenang aja...Maksud saya bilang kerja dulu kan lebih mudah dapat duitnya dan tidak usah minta jajan ma ortu lagi...

_/\_

Salam,
Riky

OK ... baguslah kalau biaya tidak menjadi soal bagimu ...

Kembalilah bermeditasi, Riky ... amati yang ada sekarang ... Jangan terlalu banyak memikir ke masa depan ...:)

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 09 June 2008, 08:20:12 AM
Rekan Hendra,

Situs http://www.watpahnanachat.org sudah bisa dikunjungi lagi.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 09 June 2008, 12:15:00 PM
Rekan Hendra,

Situs http://www.watpahnanachat.org sudah bisa dikunjungi lagi.

Salam,
hudoyo

thx pak

Quote
Alternatifnya, ada jalan yang lebih panjang ... mungkin Anda bisa menjadi bhikkhu dulu di Vihara Mendut dengan upajjhaya (penahbis) Bhante Pannyavaro, lalu setelah beberapa lama menjadi murid beliau, pergi ke Thailand untuk bermeditasi di hutan (tidak menjadi bhikkhu kota). ... Untuk itu saya tidak tahu prosedurnya secara pasti ... Silakan bicarakan sendiri dengan Bhante Pannyavaro.

saya akan minta nasehat Bhante Pannyavaro
Title: TEMAN MUSLIM mendpt pencerahan ketika ber-MMD lewat internet
Post by: hudoyo on 11 June 2008, 07:13:03 AM
[Seorang teman Muslim bernama "Tetenger" berkenalan dengan saya melalui situs Kaskus ... lalu ia mencoba-coba melakukan MMD di rumah sendirian berdasarkan diskusi-diskusi di forum itu ... Entah karena mungkin paraminya sudah cukup ... hanya dalam waktu 10 hari ia mengalami beberapa pencerahan ...
Dalam jargon vipassana, pencerahan yang dialaminya itu disebut 'vipassana upakilesa' ... pengalaman yang nikmat dan menggairahkan ... tapi merupakan 'kotoran' dalam pengembangan kesadaran./hudoyo]

Dari: http:// > Forum Supranatural > Subforum Spiritual > Thread MMD-2


TETENGER: (01/06/08 - 1 pm)

mohon ijin..
salam kenal tuk mbah semar..
mohon ijin nyimak n mohon ijin tuk dapat mempraktekkannya..
bimbing aku yo mbah.. maklum aku nubi nih mbah..


SEMAR:

Selamat datang & salam kenal, Mas Tetenger. ... 

Silakan dipraktikkan, Mas Tetenger. ... Di posting-posting yang lalu cukup banyak informasi bagi Anda untuk mempraktikkan sendiri MMD. ... Terutama diskusi dengan Mas Madman. ...

Kalau ada yang tidak jelas, meragukan, atau pengalaman yang ingin ditanyakan, silakan menulis di sini, bila tidak keberatan dibahas secara terbuka.

Kalau mau kontak empat mata, silakan menulis ke hudoyo [at] cbn.net.id

NB: Teman-teman di sini belum pada ngumpul semua, sejak Kaskus di-hack orang.

Salam,
semar


TETENGER: (02/06/08 - 8 pm)

laporan mbah

smalem nyoba meditasi produknya mbah semar.. MMD

gak lama sih mbah.. paling 15 menitan.. pokoke aku coba diam dan hanya mengamati saja.. pertama2x ketika baru mulai.. aku perhatiin pikiran aku.. waduh rame bener mbah.. pencolotan kesana kemari.. pa lagi krn rumah aku dipinggir jalan besar.. duh.. susah deh kl nyari kesunyian.. tp smuanya aku trima ajah mbah.. dan aku biarkan.. pas ada bajaj lewat depan rumah dan suaranya kedengeran.. eh.. pikiran aku ketika diamati otomatis membuat pencitraan bajaj.. ada suara kucing.. pikiran aku dgn sendirinya membentuk pencitraan kucing.. smuanya aku biarkan berlalu..

setelah bbrp lama.. baru deh aku melewati neraka kedua.. (hehehe..aku pinjem istilah mbah semar) yaitu ketidak nyamanan pada tubuh ini.. pegel.. semutan.. panas.. dll lah.. bahkan nyamuk ajah ikut ngangguin.. tp smuanya aku trima dan aku biarkan.. biarlah skali2x nyamuk dapet makanan enak tanpa takut dipukul..

ternyata ketidak nyamanan di tubuh dan pikiran berefek ma yg namanya kondisi hati.. hati mulai gelisah.. was-was.. dll, ketika hati gelisah.. pikiran seperti mendapatkan teman bermain.. mulai deh pikiran pencolotan lg..  koq ginih? koq gitu? dah selesaiin ajah? bsk lanjut lg.. itulah pikiran2x yg sliweran mbah..

dan akhirnya.. meditasi aku akhiri..   

aku lurusin kaki2x yg pegel.. nglurusinnya ajah penuh perjuangan mbah.. soalna kaki aku semutan.. sambil mringis2x akhirnya bisa jg slonjoran..
dan setelah rilex aku coba lanjutin meditasi lg..
kali ini aku gak berniat mengamati.. krn kata mbah.. ketika kita berniat mengamati.. justru disitulah ego bermain.. ego yg ingin mengamati.. ego yg punya tujuan..

smtra dlm meditasi kedua yg aku lakukan adalah hanya diam.. pasrah.. nrimo..
dalam waktu yg gak begitu lama.. tiba2x rasa ketubuhan ini mendadak hilang.. lenyap.. tanpa aku usahakan melenyapkannya.. dan kemudian.. rasanya jiwa aku tertarik ke atas.. teruuuuuuuuuusss keatas.. sensasi ini cukup lama aku alami.. kemudian aku terhenti.. kerasa berhentinya mbah.. seakan2x telah sampai.. dan aku seperti berada disuatu tempat.. atau apalah gak bisa njelasinnya.. sunyi.. hening.. dan sangaaaaaat luas.. dan gak ada apa2x disana.. aku skali lagi hanya mengamati.. setelah bbrapa lama mengamati.. badan ini mendadak berasa berat.. tangan ini berasa berat.. kemudian aku seperti turun.. jatuh kebawah.. teruuuuuuuus kebawah.. deg.. dan kembali sampai.. berangsur2x badan dan tangan yg berasa berat kembali normal.. dan aku ngeh ajah mbah kl meditasinya dah selesai.. lalu ya aku slesein ajah.. buka mata.. tp kali ini badan normal2x ajah mbah.. gak berasa pegel2x dan kesemutan..

gituh mbah laporannya.. jgn2x aku tidur dan ngimpi..

mohon bimbingannya mbah..


SEMAR:

Quote
Originally Posted by tetenger 
smalem nyoba meditasi produknya mbah semar.. MMD

gak lama sih mbah.. paling 15 menitan.. pokoke aku coba diam dan hanya mengamati saja.. pertama2x ketika baru mulai.. aku perhatiin pikiran aku.. waduh rame bener mbah.. pencolotan kesana kemari.. pa lagi krn rumah aku dipinggir jalan besar.. duh.. susah deh kl nyari kesunyian.. tp smuanya aku trima ajah mbah.. dan aku biarkan.. pas ada bajaj lewat depan rumah dan suaranya kedengeran.. eh.. pikiran aku ketika diamati otomatis membuat pencitraan bajaj.. ada suara kucing.. pikiran aku dgn sendirinya membentuk pencitraan kucing.. smuanya aku biarkan berlalu..

Bagus ... pengalaman itu tidak Anda peroleh dalam kehidupan sehari-hari, kan? ... Biasanya orang mengikuti pikirannya ke mana pun ia pergi ... Tapi Anda sekarang bisa menyadari pikiran TANPA bereaksi dan tanpa terseret olehnya ... Itu suatu kemajuan cukup berarti dalam MMD ...

Quote
setelah bbrp lama.. baru deh aku melewati neraka kedua.. (hehehe..aku pinjem istilah mbah semar) yaitu ketidak nyamanan pada tubuh ini.. pegel.. semutan.. panas.. dll lah.. bahkan nyamuk ajah ikut ngangguin.. tp smuanya aku trima dan aku biarkan.. biarlah skali2x nyamuk dapet makanan enak tanpa takut dipukul..
   
Ini juga pengalaman baru bagi Anda ... Anda mulai mengalami sendiri, menyadari bahwa jasmani ini adalah tempat bagi semua rasa tidak enak ... Rasa nyaman hanya berlangsung sementara, misalnya ketika berolahraga ...

Biasanya manusia mencoba menutupi rasa tidak enak dengan bergerak ... bahkan orang yang tidur nyenyak pun selalu bergerak, karena ada rasa tidak enak ...

Nah, dalam meditasi duduk ... ketika orang mencoba duduk diam seperti patung batu ... keluarlah semua rasa tidak enak ... Itu sunnatullah ... tidak bisa dihindari ... harus diterima dengan ikhlas ...

Rasa tidak enak ini makin bertambah banyak dengan bertambahnya usia ... berbagai penyakit bermunculan ... tanpa bisa dihindari ... sampai akhirnya tubuh ini rusak ... Itu sunnatullah. ...

Quote
ternyata ketidak nyamanan di tubuh dan pikiran berefek ma yg namanya kondisi hati.. hati mulai gelisah.. was-was.. dll, ketika hati gelisah.. pikiran seperti mendapatkan teman bermain.. mulai deh pikiran pencolotan lg..  koq ginih? koq gitu? dah selesaiin ajah? bsk lanjut lg.. itulah pikiran2x yg sliweran mbah..
 
Ini menunjukkan bahwa batin masih bereaksi, tidak menerima neraka jasmani ini ... Dengan kata lain, batin masih terbelenggu (terpenjara) oleh tubuh ...

Pada suatu titik kelak ... bila Anda tidak lagi bereaksi terhadap rasa tidak enak ... melainkan bisa ikhlas berada bersama rasa tidak enak itu ... ini berarti batin sudah bebas dari belenggu (penjara) tubuh ...

Quote
dan akhirnya.. meditasi aku akhiri..
     
Ya, ndak apa-apa ... lain kali dicoba lagi ...

Quote
aku lurusin kaki2x yg pegel.. nglurusinnya ajah penuh perjuangan mbah.. soalna kaki aku semutan.. sambil mringis2x akhirnya bisa jg slonjoran..
dan setelah rilex aku coba lanjutin meditasi lg..
kali ini aku gak berniat mengamati.. krn kata mbah.. ketika kita berniat mengamati.. justru disitulah ego bermain.. ego yg ingin mengamati.. ego yg punya tujuan..
 
Betul sekali ... Anda sudah memahami itu ... Ini kemajuan lagi yang cukup berarti. ...

Quote
smtra dlm meditasi kedua yg aku lakukan adalah hanya diam.. pasrah.. nrimo..
dalam waktu yg gak begitu lama.. tiba2x rasa ketubuhan ini mendadak hilang.. lenyap.. tanpa aku usahakan melenyapkannya.. dan kemudian.. rasanya jiwa aku tertarik ke atas.. teruuuuuuuuuusss keatas.. sensasi ini cukup lama aku alami.. kemudian aku terhenti.. kerasa berhentinya mbah.. seakan2x telah sampai.. dan aku seperti berada disuatu tempat.. atau apalah gak bisa njelasinnya.. sunyi.. hening.. dan sangaaaaaat luas.. dan gak ada apa2x disana.. aku skali lagi hanya mengamati.. setelah bbrapa lama mengamati.. badan ini mendadak berasa berat.. tangan ini berasa berat.. kemudian aku seperti turun.. jatuh kebawah.. teruuuuuuuus kebawah.. deg.. dan kembali sampai.. berangsur2x badan dan tangan yg berasa berat kembali normal.. dan aku ngeh ajah mbah kl meditasinya dah selesai.. lalu ya aku slesein ajah.. buka mata.. tp kali ini badan normal2x ajah mbah.. gak berasa pegel2x dan kesemutan..
   
Eh, mau nanya nih, apakah ini pertama kali Anda mencoba bermeditasi? ...

Kalau ya, tampaknya Anda punya bakat khusus untuk OOBE (out of the body experience) ...

Hati-hati, jangan merasa senang/bahagia, jangan merasa mendapatkan sesuatu ... kalau diikuti nanti Anda akan menyimpang ke jalan yang saya tidak tahu akan membawa Anda ke mana ... dan saya tidak bertanggung jawab ...

Anda bisa masuk ke alam dewa (alam Dewa Ruci, seperti yang dialami Bima), tapi bisa juga ketemu Nyi Loro Kidul ...

Tapi saya yakin, selama Anda sadar/eling, Anda tidak akan mengikuti kecenderungan ego/aku Anda. ...

Amati saja semua kejadian itu tanpa merasa takjub, tanpa merasa memperoleh wahyu atau karunia ... akhirnya semua itu akan lenyap kembali ... itu semua cuma "godaan" ...

Quote
gituh mbah laporannya.. jgn2x aku tidur dan ngimpi..
mohon bimbingannya mbah..
 
Teruskan MMD Anda ... saya lihat Anda mengalami banyak kemajuan ... semua itu disebabkan karena Anda sudah memegang prinsip/kiat MMD secara benar. ...

Salam,
semar


TETENGER: (06/06/08 - 1 pm)

Quote
Originally Posted by semar00 
Eh, mau nanya nih, apakah ini pertama kali Anda mencoba bermeditasi? ...
Kalau ya, tampaknya Anda punya bakat khusus untuk OOBE (out of the body experience) ...

sebenarnya kl dibilang pertama juga enggak mbah.. dulu aku pernah nyoba meditasi.. berdasarkan literatur2x yg aku dapet.. dan itu dah lama sekali mbah.. bahkan aku jg dah gak inget.. dan dah lama gak nyoba lg.. 
tapi justru thread MMD ini yg membuka pemahaman baru bagi aku tentang meditasi yg sesungguhnya (ini menurut aku ajah loh.. mungkin gak berlaku buat yg laen  )

Quote
Hati-hati, jangan merasa senang/bahagia, jangan merasa mendapatkan sesuatu ... kalau diikuti nanti Anda akan menyimpang ke jalan yang saya tidak tahu akan membawa Anda ke mana ... dan saya tidak bertanggung jawab ...

Anda bisa masuk ke alam dewa (alam Dewa Ruci, seperti yang dialami Bima), tapi bisa juga ketemu Nyi Loro Kidul ...

Amati saja semua kejadian itu tanpa merasa takjub, tanpa merasa memperoleh wahyu atau karunia ... akhirnya semua itu akan lenyap kembali ... itu semua cuma "godaan" ...

waduh.. mosok sih mbah?
maaf mbah.. aku ini seorang muslim yg notabene gak percaya ma yg namanya dewa2x.. apakah mungkin aku bisa nyasar ke alam para dewa2x?
kl ketemu nyi roro kidul mungkin lah mbah..  soale di otak aku ada memori percaya ma yg gitu2x an.. maklum lah mbah orang indonesia.. punya kepercayaan kolektif.. 

Quote
Teruskan MMD Anda ... saya lihat Anda mengalami banyak kemajuan ... semua itu disebabkan karena Anda sudah memegang prinsip/kiat MMD secara benar. ...
 
terima kasih mbah dah banyak wejangan2x yg disampaikan buat aku.. insyaAllah akan terus saya praktekkan.. dan jangan kapok2x yo mbah kl bsk2x aku tanya2x lagi..


SEMAR:

Quote
Originally Posted by tetenger 
sebenarnya kl dibilang pertama juga enggak mbah.. dulu aku pernah nyoba meditasi.. berdasarkan literatur2x yg aku dapet.. dan itu dah lama sekali mbah.. bahkan aku jg dah gak inget.. dan dah lama gak nyoba lg.. 
tapi justru thread MMD ini yg membuka pemahaman baru bagi aku tentang meditasi yg sesungguhnya (ini menurut aku ajah loh.. mungkin gak berlaku buat yg laen  )

Ya sudah ... kalau dirasa cocok, silakan diteruskan MMD-nya. ...

Quote
waduh.. mosok sih mbah?
maaf mbah.. aku ini seorang muslim yg notabene gak percaya ma yg namanya dewa2x.. apakah mungkin aku bisa nyasar ke alam para dewa2x?
kl ketemu nyi roro kidul mungkin lah mbah..  soale di otak aku ada memori percaya ma yg gitu2x an.. maklum lah mbah orang indonesia.. punya kepercayaan kolektif..
   
Saya rasa di dalam setiap agama ada kepercayaan terhadap alam-alam halus ... di Islam kan ada jin ... malah katanya ada jin Muslim segala ...  Lalu ada malaikat ... apa malaikat itu punya alam sendiri, kalau sedang tidak berkunjung ke alam manusia? ... apakah malaikat itu kadim, ataukah fana juga seperti manusia? ... apa bedanya malaikat dengan dewa? ... apakah barangkali cuma beda istilah saja? ... Sudahlah, jangan dipermasalahkan yang begitu-begitu. ...

Quote
terima kasih mbah dah banyak wejangan2x yg disampaikan buat aku.. insyaAllah akan terus saya praktekkan.. dan jangan kapok2x yo mbah kl bsk2x aku tanya2x lagi..
   
Silakan terus berlatih mengembangkan kesadaran terhadap badan & batin sendiri. ... Silakan nulis lagi kalau perlu ...

Salam,
semar


TETENGER: (10/06/008 - 6 pm)

kesadaran baru

sejak iseng2x njalanin apa2x yg mbah semar uraikan..
koq rasa2xnya aku punya sebuah kesadaran baru.. mungkin ini yg dinamakan kesadaran 100% kali yah mbah..  jadi slama aku hidup aku ternyata gak pernah sadar..

ketika suatu hari aku naek motor mbah.. tiba2x.. des.. ada sebuah kesadaran yg muncul dgn tiba2x.. smua menjadi tenang.. dan aku bisa ngliat kl diriku sedang naek motor.. aku berada di luar diriku.. ketika smua diamati.. smua menjadi indah.. jalanan yg setiap hari aku lewati tanpa ada kesan apa2x.. mendadak menjadi sesuatu yg serba indah.. pokoke smua menyenangkan.. bahkan ketika ada kendaraan yg ugal2x an pun.. yg biasanya aku marah.. kali ini koq aku malah senyum mbah.. aku seakan-akan melihat sebuah gerak.. bahwa diri ku ini dan smua didunia ini ternyata hanya digerakkan..

kesadaran ini jg tiba2x muncul ketika aku sedang shalat jum'at mbah..
ketika aku duduk mendengarkan khotbah.. waktu itu aku pas kebagian duduk diluar mbah.. soale aku datengnya telat.. 
nah.. dibagian luar ini biasanya tempatnya kegaduhan mbah.. ada anak2x kecil yg yg saling becanda.. lari kesana kemari.. ada orang dewasa yg saling ngobrol.. pokoke brisiklah.. dan biasanya aku sebel banget mbah kl ngliat yg gini2x an.. tp koq kali ini beda mbah.. dalam keriuhan.. ada ketenangan.. aku gak melihat anak kecil yg berlarian kesana kemari.. aku gak melihat orang2x dewasa yg ngobrol.. dan aku gak ngeliat orang2x yg duduk mengantuk.. tp yg kulihat adalah sebuah gerak.. kesadaranku meluas mbah.. smua menjadi indah.. bahagia.. senang.. bahkan tanpa sadar aku menitikkan air mata mbah..  entah apa arti air mata itu..

gitu ajah mbah critanya.. mohon pencerahannya..


SEMAR:

Mas Tetenger, ... bagus sekali ... Anda hanya "nyoba-nyoba" MMD sendiri di rumah ... tapi dalam beberapa hari saja sudah merasakan mendapat suatu 'kesadaran baru' ... kesadaran yang belum pernah Anda rasakan selama hidup Anda sampai sekarang. ...

Anda merasakan suasana yang indah & nyaman di sekeliling Anda ... dalam keadaan apa pun ... bahkan dalam keadaan yang biasanya membuat orang tidak nyaman ... Ini disebabkan karena Anda relatif sudah terbebas dari pikiran yang merongrong ... pikiran yang biasanya membawa konflik, besar atau kecil ... Itulah yang dirasakan sebagai keindahan & kebahagiaan ...

Mas Tetenger ... teruskan pengembangan sadar/eling di dalam kehidupan sehari-hari ... :)

Tetapi ... hati-hati ... sekarang Anda menghadapi rintangan lain, rintangan baru ... Kalau dulu rintangan Anda adalah pikiran yang berseliweran ... sekarang rintangan Anda justru adalah rasa nyaman, nikmat & bahagia itu ... Lho, kok? ... Memang, segala rasa positif yang dicapai dalam meditasi itu akan menjadi perangkap/kurungan baru ... perangkap yang saya namakan 'perangkap emas' ... diibaratkan emas karena indah & menggiurkan ...

Kalau Anda tidak waspada, perangkap emas itu akan membuat Anda berhenti di situ ... berhenti pada kenikmatan itu ... membuat Anda lupa tujuan MMD sesungguhnya ... Sebagai Muslim, seharusnya tujuan MMD adalah untuk kembali kepada Allah ... menyatu dengan Allah (makrifatullah) ... bahkan melebur ke dalam Allah (hulul) ... sehingga si aku ini lebur bagaikan serangga lebur ke dalam nyala api ...

Untuk itu, si aku (nafs) ini harus berakhir ... "Man arafa nafsahu, faqad arafa Rabbahu" -- "Barang siapa mengenal dirinya, ia mengenal Tuhannya," kata sebuah Hadis Qudsi ...

Jadi, jangan terperangkap oleh jebakan kenikmatan (surgawi) ... melainkan tetap awasi, sadari, nafs (diri) ini ... sampai Anda bebas dari pikiran Anda sendiri ... bebas dari segala perasaan senang/nikmat dan susah ... Surga itu menghalangi jalan kita menuju Tuhan ...

Semoga Anda tetap berjalan lurus ... :)

Salam,
semar
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 11 June 2008, 08:15:33 AM
buat Riky,

jangan mencemaskan terlalu jauh. hiduplah pada saat ini. semua akan mengalir sebagaimana adanya. :)

curhat:
beberapa waktu yg lalu, saya juga tiba2 langsung berangkat ke vihara minta tisarana sebagai langkah awal.
tapi karena pengetahuan sosial Buddhisme saya 0 (nol) besar, saya dimarahin di sana... dipaksa belajar parita, suruh datang tiap malam buat kasih kursus... saya putuskan utk mundur teratur dari vihara tsb, malah saya digosipkan kerasukan roh halus (dari pengurus vihara > saudara saya). segala jimat saya terima, tapi mereka tak puas juga... sekarang ini saya malah lebih memilih menjadi "pertapa" daripada jadi "bhikkhu".
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: asunn on 11 June 2008, 11:40:45 AM
lapor pak hudoyo :)
asun sudah mencoba latihan product MMD sejak bulan lalu....yg beralih dari Sadayaw style, mencatat dan melabeli. MMD malah lebih enak lebih ringan rasanya... tidak ada label melabeli lagi....saya curiga yg melabeli masih si *aku juga heheh.... kadang2 pas asun melabeli getu...seperti ada 3 pemain pak Hud.... asun1, asun2 (yg melabeli) dan asun3 yg (mengamati) ... mohon pencerahannya...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 11 June 2008, 01:24:51 PM
Tesla,
Thanks atas sarannya
_/\_

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Umat Awam on 11 June 2008, 07:20:01 PM
Quote
smtra dlm meditasi kedua yg aku lakukan adalah hanya diam.. pasrah.. nrimo..
dalam waktu yg gak begitu lama.. tiba2x rasa ketubuhan ini mendadak hilang.. lenyap.. tanpa aku usahakan melenyapkannya.. dan kemudian.. rasanya jiwa aku tertarik ke atas.. teruuuuuuuuuusss keatas.. sensasi ini cukup lama aku alami.. kemudian aku terhenti.. kerasa berhentinya mbah.. seakan2x telah sampai.. dan aku seperti berada disuatu tempat.. atau apalah gak bisa njelasinnya.. sunyi.. hening.. dan sangaaaaaat luas.. dan gak ada apa2x disana.. aku skali lagi hanya mengamati.. setelah bbrapa lama mengamati.. badan ini mendadak berasa berat.. tangan ini berasa berat.. kemudian aku seperti turun.. jatuh kebawah.. teruuuuuuuus kebawah.. deg.. dan kembali sampai.. berangsur2x badan dan tangan yg berasa berat kembali normal.. dan aku ngeh ajah mbah kl meditasinya dah selesai.. lalu ya aku slesein ajah.. buka mata.. tp kali ini badan normal2x ajah mbah.. gak berasa pegel2x dan kesemutan..

gituh mbah laporannya.. jgn2x aku tidur dan ngimpi..

mohon bimbingannya mbah..

Hal yg dialami saudara TETENGER yg di quote ini sama dgn yg saya alami..
Kadang juga kepala rasanya membelok ke kiri ato kekanan, padahal nyatanya tetap ga bergerak..
Dan hal ini terjadi sebelum sy membaca ttg MMD ini, lalu hal ini membuat sy jadi takut.. saya pikir ada yg salah dr latihan saya...
Dulu sy pernah latihan vipassana sendiri dan samatha, sy kombinasikan keduanya.. dan mengalami hal2 yg pernah rekan2 MMD alami juga. Tp krn ga ada yg memberitahukan, pembimbing, akhirnya sy menjadi merasa ragu utk melanjutkan praktek tsb.. krn di buku2 ttg meditasi ga dijelaskan ttg fenomena2 tsb.. dan pd saat itu sy blm ada internet...

Sekarang saya telah mencoba mengulang lagi tanpa memikirkan hasil apa dan tanpa tujuan, dan sy kembali mulai mengalami hal2 tersebut, kdng membuat sy merasa terganggu dgn perasaan2 tsb.. Walupun setelah itu, batin menjadi lebih tenang, tindakan menjadi lbh terkendali, sikap menjadi lebih pendiam dan tetap sadar. Saya mencoba ttp menyadarinya aja...

Ya, mungkin sy masih sangat pemula, dan sy sudah lama melepaskan ikatan trhdp baca buku2 yg malah cm menambah belenggu dlm meditasi.. sy pun udh ga aktif divihara lagi, krn bukannya mendapat ketenangan, tp malah membuat sulit berkonsentrasi, apalagi sy masih pemula.. sayang sy ga punya waktu utk kevihara selain hari minggu, pdhl vihara disini berada di puncak bukit dan sangat tenang dan sejuk...

_/\_ Saat ini saya masih membaca postingan2 rekan2 disini ttg hasil2 meditasi... Agar sy ga "salah jalan"
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 11 June 2008, 07:30:42 PM
Terima kasih, Rekan Umat Awam, untuk sharing pengalaman batin Anda. ... Tentu pengalaman Anda itu sangat bermanfaat bagi rekan-rekan pemeditasi yang mengikuti thread ini. ...

Silakan lanjutkan praktik pengembangan kesadaran Anda ... mengamati saat kini ... tanpa tujuan apa pun di masa depan. ... :)

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 11 June 2008, 07:42:37 PM
lapor pak hudoyo :)
asun sudah mencoba latihan product MMD sejak bulan lalu....yg beralih dari Sadayaw style, mencatat dan melabeli. MMD malah lebih enak lebih ringan rasanya... tidak ada label melabeli lagi....saya curiga yg melabeli masih si *aku juga heheh.... kadang2 pas asun melabeli getu...seperti ada 3 pemain pak Hud.... asun1, asun2 (yg melabeli) dan asun3 yg (mengamati) ... mohon pencerahannya...

Terima kasih, Rekan Asunn atas "laporan" Anda. ... :)

Tentang "3 pemain" yang Anda ceritakan itu, sebetulnya itu tidak terjadi pada saat yang bersamaan ... melainkan berganti-ganti dengan sangat cepat ... sehingga rasanya ada tiga pribadi ... :

(1) Asunn yang sadar ...
(2) Asunn yang mencatat, seperti biasa dilakukan dalam vipassana sebelumnya ...
(3) Asunn yang "mengamati", ini datang dari pembelajaran yang diperoleh dari forum ini ...

Ketiga Asunn itu saling "berlomba" untuk mendominasi kesadaran ... Ketiga-tiganya adalah pikiran, si aku ...

Anda tidak bisa berbuat apa-apa ... sadari saja secara pasif ketika ketiganya bermain ... jangan melekat pada salah satu ...

Pada satu titik kelak, ketiga Asunn itu akan lenyap ... yang tinggal hanyalah apa yang ada ... yang terlihat, yang terdengar, yang tercerap, yang teringat ... tanpa ada Asunn lagi ...

Itulah nibbana (kepadaman) ... yang bisa Anda cicipi walaupun hanya sesaat, satu-dua detik atau menit. ...

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 11 June 2008, 07:58:42 PM
Pak...Pengalaman yang diatas sangat bermanfaat infonya buat saya...
Makasih ya pak...

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: williamhalim on 12 June 2008, 02:13:33 PM
sekarang ini saya malah lebih memilih menjadi "pertapa" daripada jadi "bhikkhu".

Ini gw setuju banget, Tes...

Gw kalo kondisinya pas, lebih memilih menjadi petapa daripada Bhikkhu...
Dulu sempat kepikiran (tertarik) menjadi Bhikkhu, tapi seiring berjalannya waktu aku pikir jadi pertapa hutan mungkin lebih cocok

*) cerita angan-angan... jangan dianggap serius....

::
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 12 June 2008, 03:27:19 PM
sekarang ini saya malah lebih memilih menjadi "pertapa" daripada jadi "bhikkhu".

Ini gw setuju banget, Tes...

Gw kalo kondisinya pas, lebih memilih menjadi petapa daripada Bhikkhu...
Dulu sempat kepikiran (tertarik) menjadi Bhikkhu, tapi seiring berjalannya waktu aku pikir jadi pertapa hutan mungkin lebih cocok

*) cerita angan-angan... jangan dianggap serius....

::

yup, cerita angan-angan* ;D

menurut saya, pertapa tidak melekat pada bentuk.
bhikkhu mungkin harus kepala gundul, jubah & mangkok.
yg lain no way.

but "pertapa" dalam impian saya, tidak terikat pada bentuk.
mudah-mudahan dalam tapa berikutnya saya tidak terikat pada tempat suci, status terpandang, dll... :)

dan lagi menurut saya, bhikkhu punya satu kesulitan utk dilepas.
dia masih memiliki tanggung jawab thd murid-muridnya, umat yg mengaguminya, dll, kedudukannya...
tuntutan dunia telah memojokkan bhikkhu ke bentuk yg diinginkan oleh masyarakat dunia, bahwa bhikkhu harus ini, bhikkhu harus itu...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: HokBen on 12 June 2008, 09:37:04 PM

dan lagi menurut saya, bhikkhu punya satu kesulitan utk dilepas.
dia masih memiliki tanggung jawab thd murid-muridnya, umat yg mengaguminya, dll, kedudukannya...
tuntutan dunia telah memojokkan bhikkhu ke bentuk yg diinginkan oleh masyarakat dunia, bahwa bhikkhu harus ini, bhikkhu harus itu...


ga wajib punya murid kok, justru kalo sampe jadi Guru itu tanggung jawabnya gede banget.... buat apa pusingin kata dunia, yg bikin u pantas disebut jadi bhikkhu itu kan kebajikan dan kebijakan u, bukan cap/gelar yg dikasi orang.

jangan sampe jadi bhikkhu untuk melepas keduniawian malah dipojokkan oleh keduniawian itu sendiri...
Title: Mohon pamit sampai Minggu malam
Post by: hudoyo on 13 June 2008, 04:53:00 AM
Mohon pamit sampai Minggu malam. Hari ini saya berangkat ke Yogya untuk membimbing retret MMD di Vihara Mendut.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 13 June 2008, 06:38:28 AM
Semoga semakin banyak yg tercerahkan.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: F.T on 13 June 2008, 07:42:46 AM
_/\_ , Sampai jumpa kembali, pak Hud

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 13 June 2008, 10:28:54 AM
Koq banyak juga ya peminat  jadi Bhikkhu dhutangga/hutan termasuk saya  ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 13 June 2008, 02:26:21 PM
Koq banyak juga ya peminat  jadi Bhikkhu dhutangga/hutan termasuk saya  ;D

nanti gathering selanjutnya di hutan aje :))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 13 June 2008, 02:35:33 PM
_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 13 June 2008, 04:02:12 PM
ga wajib punya murid kok, justru kalo sampe jadi Guru itu tanggung jawabnya gede banget.... buat apa pusingin kata dunia, yg bikin u pantas disebut jadi bhikkhu itu kan kebajikan dan kebijakan u, bukan cap/gelar yg dikasi orang.

jangan sampe jadi bhikkhu untuk melepas keduniawian malah dipojokkan oleh keduniawian itu sendiri...
pertama jadi bhikkhu itu bukan artinya sudah melepas kehidupannya.
jadi karena masih ada ketergantungan pada dana dari umat, sedikit ataupun banyak bhikkhu banyak mengikuti tuntutan masyarakat :)

Koq banyak juga ya peminat  jadi Bhikkhu dhutangga/hutan termasuk saya  ;D
setelah melalui pertimbangan saya,
saya tidak harus terikat pada hutan, pada sebuah rumah di desa juga okeh
saya berusaha utk tidak bergantung pada karma baik utk mengharapkan dana.
saya bergantung pada kerja di masa lalu dalam bentuk tabungan di bank :))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 13 June 2008, 07:29:41 PM
Wah...Sama tidak mengharapkan apa2...

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 14 June 2008, 11:21:49 AM
Bener nih  Riky tidak mengharapkan apa2?  :P
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 14 June 2008, 12:50:03 PM
Bener nih  Riky tidak mengharapkan apa2?  :P

Apa yang bisa diharapkan??
Wong anicca,dukkha,anatta...
Apa yang mesti digengam??
=))=))=))

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Umat Awam on 14 June 2008, 05:28:57 PM
Wah...Sama tidak mengharapkan apa2...

Salam,
Riky

Wah, udah ada Arahat ternyata disini... setau saya, cuman Arahatlah yg udh ga ada harapan2 lagi.. salut2.....

^:)^

Selama EGO blom hilang, maka selama itu pula masih ada harapan2 dalam diri...
Ato mungkin bro Riky blom mampu melihat Harapan yg ada dalam batinnya??
Mungkin saya harus bertanya pada rumput yg bergoyang...

_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Lex Chan on 14 June 2008, 05:33:02 PM
Kalau menurut teori, arahat tidak tertawa seperti ini :)) apalagi seperti ini =))

Ah, kan cuma teori... ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: HokBen on 14 June 2008, 05:37:58 PM
Wah...Sama tidak mengharapkan apa2...

Salam,
Riky

Wah, udah ada Arahat ternyata disini... setau saya, cuman Arahatlah yg udh ga ada harapan2 lagi.. salut2.....

^:)^

Selama EGO blom hilang, maka selama itu pula masih ada harapan2 dalam diri...
Ato mungkin bro Riky blom mampu melihat Harapan yg ada dalam batinnya??
Mungkin saya harus bertanya pada rumput yg bergoyang...

_/\_

masih berharap untuk bisa menjadi sosok yang tidak mengharap apapun?
masih mengharap nanti malam bisa tetap hidup? ( kok kayak ancaman mafia nh.. )
masih berharap dapat meditasi dengan tenang?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Umat Awam on 14 June 2008, 06:10:29 PM
Quote
Wah...Sama tidak mengharapkan apa2...

Salam,
Riky

Kalimat ini mengingatkan saya ttg cerita 4 org Bhikkhu yg bertekad utk ga bicara selama meditasi dlm waktu tertentu...

^:)^
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 14 June 2008, 06:55:58 PM
mungkin maksudnya, Riky tidak mengalami "sakit" apabila apa yg diharapkannya tidak tercapai atau apa yg dicapainya hilang :)
juga tidak punya ketakutan mental thd apa saja, walau ada ketakutan tubuh (refleks)...

benar?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 14 June 2008, 06:59:29 PM
Wah...Sama tidak mengharapkan apa2...

Salam,
Riky

Wah, udah ada Arahat ternyata disini... setau saya, cuman Arahatlah yg udh ga ada harapan2 lagi.. salut2.....

^:)^

Selama EGO blom hilang, maka selama itu pula masih ada harapan2 dalam diri...
Ato mungkin bro Riky blom mampu melihat Harapan yg ada dalam batinnya??
Mungkin saya harus bertanya pada rumput yg bergoyang...

_/\_

Wah...Banyak orang yang sudah hebat ya di forum ini...
Anda suka menerka2 batin seseorangya?
Apakah anda seorang arahat?Jika tidak,anda tidak usah bercomment lebih panjang lagi....Jika anda tidak mengerti maksud saya,anda tidak boleh langsung terjang aja...Mohon diperhatikan......

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 14 June 2008, 07:00:59 PM
Kemudian kata saya "tidak mengharapkan apa2 lagi=apakah saya mengklaim saya seorang yang suci?Seorang arahat?"Jika tidak lebih baik anda jangan mengklaim saya dengan batin anda...Kecuali anda adalah seorang arahat...

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 14 June 2008, 07:01:45 PM
mungkin maksudnya, Riky tidak mengalami "sakit" apabila apa yg diharapkannya tidak tercapai atau apa yg dicapainya hilang :)
juga tidak punya ketakutan mental thd apa saja, walau ada ketakutan tubuh (refleks)...

benar?

Wah...Mungkin saya harus mengikuti jejak anda dalam cara bersosialisasi dengan manusia2 di forum ini...

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 14 June 2008, 08:41:53 PM
Kemudian kata saya "tidak mengharapkan apa2 lagi=apakah saya mengklaim saya seorang yang suci?Seorang arahat?"Jika tidak lebih baik anda jangan mengklaim saya dengan batin anda...Kecuali anda adalah seorang arahat...

Salam,
Riky

pelan2 ya riky...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 14 June 2008, 09:00:45 PM
mungkin maksudnya, Riky tidak mengalami "sakit" apabila apa yg diharapkannya tidak tercapai atau apa yg dicapainya hilang :)
juga tidak punya ketakutan mental thd apa saja, walau ada ketakutan tubuh (refleks)...

benar?

Wah...Mungkin saya harus mengikuti jejak anda dalam cara bersosialisasi dengan manusia2 di forum ini...

Salam,
Riky

"I could be you or them."
(Aku bisa saja adalah kamu atau mereka)

dan kamu bisa saja adalah mereka atau aku.
jadi hati-hati yah, ketika kamu adalah yg penuh dengan permusuhan
jadikanlah selalu dirimu pelita bagi semua mahkluk

semoga semua mahkluk berbahagia
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 14 June 2008, 09:04:07 PM
mungkin maksudnya, Riky tidak mengalami "sakit" apabila apa yg diharapkannya tidak tercapai atau apa yg dicapainya hilang :)
juga tidak punya ketakutan mental thd apa saja, walau ada ketakutan tubuh (refleks)...

benar?

Wah...Mungkin saya harus mengikuti jejak anda dalam cara bersosialisasi dengan manusia2 di forum ini...

Salam,
Riky

"I could be you or them."
(Aku bisa saja adalah kamu atau mereka)

dan kamu bisa saja adalah mereka atau aku.
jadi hati-hati yah, ketika kamu adalah yg penuh dengan permusuhan
jadikanlah selalu dirimu pelita bagi semua mahkluk

semoga semua mahkluk berbahagia

sing sabar ya tes :))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 16 June 2008, 09:01:00 PM
Wah...Sama tidak mengharapkan apa2...
Wah, udah ada Arahat ternyata disini... setau saya, cuman Arahatlah yg udh ga ada harapan2 lagi.. salut2.....

Selama EGO blom hilang, maka selama itu pula masih ada harapan2 dalam diri...
Ato mungkin bro Riky blom mampu melihat Harapan yg ada dalam batinnya??
Mungkin saya harus bertanya pada rumput yg bergoyang...

Di dalam kesadaran sehari-hari, selama ada pikiran & si aku, selalu ada harapan, sekalipun sangat halus.

Di dalam keheningan, ketika pikiran dan si aku ini berhenti (untuk sementara), maka harapan-harapan pun tidak ada. Itu bisa terjadi dalam batin setiap orang yang bermeditasi.

Dalam batin seorang arahat, pikiran & si aku ini berhenti untuk selamanya.

Salam,
hudoyo

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 16 June 2008, 09:08:06 PM
Wah...Sama tidak mengharapkan apa2...
Wah, udah ada Arahat ternyata disini... setau saya, cuman Arahatlah yg udh ga ada harapan2 lagi.. salut2.....

Selama EGO blom hilang, maka selama itu pula masih ada harapan2 dalam diri...
Ato mungkin bro Riky blom mampu melihat Harapan yg ada dalam batinnya??
Mungkin saya harus bertanya pada rumput yg bergoyang...

Di dalam kesadaran sehari-hari, selama ada pikiran & si aku, selalu ada harapan, sekalipun sangat halus.

Di dalam keheningan, ketika pikiran dan si aku ini berhenti (untuk sementara), maka harapan-harapan pun tidak ada. Itu bisa terjadi dalam batin setiap orang yang bermeditasi.

Dalam batin seorang arahat, pikiran & si aku ini berhenti untuk selamanya.

Salam,
hudoyo



selamat datang kembali pak :)
Title: Dari retret MMD di Mendut: peserta Buddhis 4 orang, wejangan Bhante Pannyavaro
Post by: hudoyo on 16 June 2008, 11:37:18 PM
Retret MMD akhir pekan di Vihara Mendut kemarin, tgl 13 - 15 Juni 2008, diikuti oleh 24 peserta. Di antara peserta sebanyak itu, yang Buddhis cuma 4 orang. Yang terbanyak Islam (13 orang), diikuti Katholik (4), tidk menyebut agamanya (2), dan "universalist" (1).

Peserta termuda berusia 17 tahun, seorang gadis yang sudah duduk di perguruan tinggi (ia mengikuti program 2 tahun di sebuah SMU di Yogya). Peserta tertua seorang bapak berusia 60 tahun.

Retret MMD kali ini diikuti oleh dua orang tokoh senior Kejawen, seorang di antaranya mengikuti retret MMD untuk kedua kalinya. Adanya kedua tokoh itu membuat sesi-sesi diskusi menjadi dialog yang menarik.

Yang paling menarik adalah diskusi tetang "jatidiri". Menurut para pakar Kejawen pada umumnya, "manunggaling kawulo gusti" (penyatuan dengan Tuhan) adalah jatidiri yang tertinggi. Kalau KONSEP itu dihadapi dengan KONSEP "pencapaian nibbana", di mana diri ini lenyap, kemungkinan besar dialog akan macet, karena akan terjadi penolakan berdasarkan rasa keagamaan yang berbeda.

Tetapi ketika diceritakan pengalaman pencerahan Bernadette Roberts, yang Katholik, di mana terlihat bahwa "penyatuan dengan Tuhan" baru merupakan "separuh perjalanan", para pakar Kejawen itu mulai melihat kemungkinan adanya suatu titik temu. Dua puluh tahun setelah Bernadette Roberts mencapai "penyatuan dengan Tuhan" dalam usia remaja sebagai biarawati, pada usia 40 tahunan secara tiba-tiba ia mengalami lenyapnya dirinya untuk selamanya. Dan yang menarik ialah bahwa bersama dengan lenyapnya diri lenyap pula Tuhan. Sebagai gantinya ia melihat ada SESUATU yang seperti "kabut" ada di mana-mana, meresapi segala sesuatu yang ada, atau lebih tepat dikatakan, segala sesuatu yang ada berada di dalam SESUATU itu. Ia juga langsung secara intuitif tahu bahwa segala sesuatu yang ada berasal dari, dan akan kembali kepada, SESUATU itu. Karena pikiran/aku telah berakhir, maka SESUATU itu tidak mungkin dikenali dan dikonsepsikan lagi; oleh Bernadette, SESUATU itu dinamakannya "Yang Tak Dikenal" (The Unknown). Pengalaman Bernadette Roberts ini membuka wawasan para pendengar akan kemungkinan bahwa semua kata-kata dan pikiran bukanlah apa yang dikatakan.

Retret diawali dengan pemberian attha-sila kepada peserta yang Buddhis, dilanjutkan dengan wejangan kepada seluruh peserta oleh YM Sri Pannyavaro Mahathera, kepala Vihara Mendut. Wejangan Bhante Pannya sangat menarik dan mengherankan bagi orang yang menyimaknya dengan teliti. Baru kali ini saya mendengar seorang bhikkhu memberi wejangan tanpa sekalipun menyebut sebuah kata Pali atau konsep yang khas Buddhis, namun apa yang dikatakannya sesungguhnya adalah intisari ajaran Sang Buddha. Bhante Pannya menguraikan dengan sangat pas apa yang disadari dalam MMD, di mana orang menyadari keinginan dalam batin sendiri, yang menjadi sumber dari konflik dan penderitaan. Beliau juga mengingatkan agar pemeditasi waspada akan berkembangnya keinginan untuk melenyapkan keinginan yang ada, keinginan untuk bebas, keinginan untuk mencapai nibbana, dsb, setelah berhasil mengatasi keinginan yang semula. Oleh karena itu, Bhante Pannya menyatakan bahwa di dalam meditasi ini tidak ada usaha apa pun untuk melenyapkan keinginan, tidak ada konsentrasi untuk mencapai sesuatu, tidak ada ritual apa pun. Yang ditekankan dalam meditasi ini adalah sadar akan gerak-gerik batin sendiri, terus-menerus; bahkan sadar bila muncul keinginan untuk sadar.

Baru kali ini saya mendengar seorang bhikkhu bicara seperti itu. Sayang saya tidak membawa tape recorder. Tetapi keesokan harinya saya sempat bertemu dengan Bhante Pannya, ketika beliau sedang menunggu kendaraan yang akan membawa beliau ke Solo. Saya sampaikan kesan saya tentang wejangan beliau, dan mohon pada retret MMD yang akan datang (bulan Oktober) agar beliau berkenan memberikan wejangan yang serupa lagi, karena saya akan merekamnya. Rekaman itu akan saya transkripsikan ke dalam tulisan, dan beliau akan saya mohon mengeditnya kembali, untuk dijadikan kata pengantar bagi buku "Panduan MMD" yang sedang saya tulis.

Lalu kami berbincang-bincang sedikit tentang MMD. Bhante Pannya memahami sepenuhnya bahwa MMD ini sangat berbeda dengan berbagai versi meditasi vipassana yang saya katakan "tradisional"; beliau menggunakan istilah "konvensional" untuk itu. Bhante Pannya memahami bahwa di dalam MMD tidak ada teknik apa pun yang dilatih, tidak ada tujuan yang dipertahankan. Saya menyampaikan bahwa sudah tiba waktunya ditulis sebuah buku panduan untuk MMD. Sasaran buku panduan itu ada dua: masyarakat luas non-Buddhis, dan umat Buddhis sendiri. Hal ini disebabkan karena semakin lama semakin banyak umat Buddhis yang mendengar tentang MMD ini, dan karena MMD ini sangat berbeda dengan versi-versi meditasi vipassana yang "tradisional/konvensional", maka sering kali timbul pertanyaan, keraguan, bahkan penolakan dari sementara kalangan umat Buddhis. Keraguan itu diperkuat lagi oleh kenyataan bahwa MMD ini diajarkan oleh seorang awam (non-bhikkhu), sedangkan semua versi meditasi vipassana yang lain pada umumnya diajarkan oleh bhikkhu. Bhante Pannya bersedia menulis kata pengantar untuk buku panduan itu.

Mudah-mudahan buku panduan itu bisa terbit menjelang akhir tahun ini.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 17 June 2008, 12:10:21 AM
seingat saya pak Hud pernah bilang, sudah men-translate buku Bernadette Roberts ya?
boleh minta filenya pak?

terima kasih
_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Umat Awam on 17 June 2008, 09:46:02 AM
Kemudian kata saya "tidak mengharapkan apa2 lagi=apakah saya mengklaim saya seorang yang suci?Seorang arahat?"Jika tidak lebih baik anda jangan mengklaim saya dengan batin anda...Kecuali anda adalah seorang arahat...

Salam,
Riky

Ckckck... Entahlah...
Tapi yg saya ketahui, sikap, kata2, ucapan, dan perbuatan adalah cermin dari batin seseorang..
Dan tentunya saya rasa, mungkin anda pun tahu seperti apa perkembangan batin saya.. mungkin...

Mungkin memank sy salah, tp hanya Anda yg tahu pasti kondisi batin anda saat mengetik postingan anda tsb...

Ya, saya cuma umat awam, yang ga bisa dibandingkan oleh anda yg telah SADAR itu..
Mungkin anda memank lebih pandai dari saya.. ya, saya cuma umat Awam.. Tapi, Sekali lagi, hanya anda yg tahu pasti kondisi batin anda, saya hanya melihat dari cermin kata2 anda disini, dan saya sedikitnya bisa menyimpulkan seperti apa anda dari CERMIN tsb... hehehe....

Apa itu Arahat saya ga tahu dan tentunya saya rasa anda pun blom tahu Apa itu sesungguhnya Arahat.. Mungkin.....
Semua baru sekedar Teori ttg kondisi seorang Arahat dan saya yakin itupun blom pasti seperti Apa sesungguhnya Arahat itu.. Ya, mungkin Anda sudah Tahu apa itu Arahat, krn anda telah SADAR.. Terima kasih...

_/\_

Sekedar saran tetap lah SADAR trhdp sikap anda....
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Umat Awam on 17 June 2008, 09:49:20 AM
mungkin maksudnya, Riky tidak mengalami "sakit" apabila apa yg diharapkannya tidak tercapai atau apa yg dicapainya hilang :)
juga tidak punya ketakutan mental thd apa saja, walau ada ketakutan tubuh (refleks)...

benar?

Ya, mungkin saja...
Tiada yang tahu dan mungkin hanya dialah yang tahu kondisi batinnya... Mungkin.. Entahlah...
Atau bahkan dia pun blom tahu pasti kondisi batinnya yg sesungguhnya....
Siapa yang tahu,....

Mungkin saya harus bertanya pada rumput yg bergoyang....
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 17 June 2008, 01:52:33 PM
seingat saya pak Hud pernah bilang, sudah men-translate buku Bernadette Roberts ya?
boleh minta filenya pak?

terima kasih
_/\_

Bukunya baru saja terkirim.

Salam,
hudoyo
Title: Kesadaran baru ... seperti serangga lebur ke dalam nyala api ...
Post by: hudoyo on 18 June 2008, 07:34:57 AM
[Dari:  > Forum: Supranatural > Subforum: Spiritual > Thread: MMD-2]

TETENGER:

"kesadaran baru"

sejak iseng2x njalanin apa2x yg mbah semar uraikan..
koq rasa2xnya aku punya sebuah kesadaran baru.. mungkin ini yg dinamakan kesadaran 100% kali yah mbah.. ;D jadi slama aku hidup aku ternyata gak pernah sadar.. ;D

ketika suatu hari aku naek motor mbah.. tiba2x.. des.. ada sebuah kesadaran yg muncul dgn tiba2x.. smua menjadi tenang.. dan aku bisa ngliat kl diriku sedang naek motor.. aku berada di luar diriku.. ketika smua diamati.. smua menjadi indah.. jalanan yg setiap hari aku lewati tanpa ada kesan apa2x.. mendadak menjadi sesuatu yg serba indah.. pokoke smua menyenangkan.. bahkan ketika ada kendaraan yg ugal2x an pun.. yg biasanya aku marah.. kali ini koq aku malah senyum mbah.. aku seakan-akan melihat sebuah gerak.. bahwa diri ku ini dan smua didunia ini ternyata hanya digerakkan..

kesadaran ini jg tiba2x muncul ketika aku sedang shalat jum'at mbah..
ketika aku duduk mendengarkan khotbah.. waktu itu aku pas kebagian duduk diluar mbah.. soale aku datengnya telat.. ;D

nah.. dibagian luar ini biasanya tempatnya kegaduhan mbah.. ada anak2x kecil yg yg saling becanda.. lari kesana kemari.. ada orang dewasa yg saling ngobrol.. pokoke brisiklah.. dan biasanya aku sebel banget mbah kl ngliat yg gini2x an.. tp koq kali ini beda mbah.. dalam keriuhan.. ada ketenangan.. aku gak melihat anak kecil yg berlarian kesana kemari.. aku gak melihat orang2x dewasa yg ngobrol.. dan aku gak ngeliat orang2x yg duduk mengantuk.. tp yg kulihat adalah sebuah gerak.. kesadaranku meluas mbah.. smua menjadi indah.. bahagia.. senang.. bahkan tanpa sadar aku menitikkan air mata mbah..  entah apa arti air mata itu.. :)

gitu ajah mbah critanya.. mohon pencerahannya.. :)

========================
SEMAR:

"AWAS, jebakan baru ... kurungan emas ... "

Mas Tetenger, ... bagus sekali ... Anda hanya "nyoba-nyoba" MMD sendiri di rumah ... tapi dalam beberapa hari saja sudah merasakan mendapat suatu 'kesadaran baru' ... kesadaran yang belum pernah Anda rasakan selama hidup Anda sampai sekarang. ...

Anda merasakan suasana yang indah & nyaman di sekeliling Anda ... dalam keadaan apa pun ... bahkan dalam keadaan yang biasanya membuat orang tidak nyaman ... Ini disebabkan karena Anda relatif sudah terbebas dari pikiran yang merongrong ... pikiran yang biasanya membawa konflik, besar atau kecil ... Itulah yang dirasakan sebagai keindahan & kebahagiaan ...

Mas Tetenger ... teruskan pengembangan sadar/eling di dalam kehidupan sehari-hari ... :)

Tetapi ... hati-hati ... sekarang Anda menghadapi rintangan lain, rintangan baru ... Kalau dulu rintangan Anda adalah pikiran yang berseliweran ... sekarang rintangan Anda justru adalah rasa nyaman, nikmat & bahagia itu ... Lho, kok? ... Memang, segala rasa positif yang dicapai dalam meditasi itu akan menjadi perangkap/kurungan baru ... perangkap yang saya namakan 'perangkap emas' ... diibaratkan emas karena indah & menggiurkan ...

Kalau Anda tidak waspada, perangkap emas itu akan membuat Anda berhenti di situ ... berhenti pada kenikmatan itu ... membuat Anda lupa tujuan MMD sesungguhnya ... Sebagai Muslim, seharusnya tujuan MMD adalah untuk kembali kepada Allah ... menyatu dengan Allah (makrifatullah) ... bahkan melebur ke dalam Allah (hulul) ... sehingga si aku ini lebur bagaikan serangga lebur ke dalam nyala api ...

Untuk itu, si aku (nafs) ini harus berakhir ... "Man arafa nafsahu, faqad arafa Rabbahu" -- "Barang siapa mengenal dirinya, ia mengenal Tuhannya," kata sebuah Hadis Qudsi ...

Jadi, jangan terperangkap oleh jebakan kenikmatan (surgawi) ... melainkan tetap awasi, sadari, nafs (diri) ini ... sampai Anda bebas dari pikiran Anda sendiri ... bebas dari segala perasaan senang/nikmat dan susah ... Surga itu menghalangi jalan kita menuju Tuhan ...

Semoga Anda tetap berjalan lurus ... :)

Salam,
semar

=========================
TETENGER:

Quote
Originally Posted by semar00 
Kalau Anda tidak waspada, perangkap emas itu akan membuat Anda berhenti di situ ... berhenti pada kenikmatan itu ... membuat Anda lupa tujuan MMD sesungguhnya ... Sebagai Muslim, seharusnya tujuan MMD adalah untuk kembali kepada Allah ... menyatu dengan Allah (makrifatullah) ... bahkan melebur ke dalam Allah (hulul) ... sehingga si aku ini lebur bagaikan serangga lebur ke dalam nyala api ...

terima kasih mbah.. penjelasan mbah semar akan menjadi rambu2x buat aku tuk lebih waspada..  :)
tp mbah.. tulisan yg di bold merah diatas.. ternyata MMD itu juga punya tujuan yo mbah? CMIIW ..or itu hanya bagi yg muslim saja? sementara buat yg berkeyakinan lain gak berlaku? waduh.. koq aku jadi bingung yo mbah..

sst.. mbah.. ini ada pertanyaan nyleneh mbah.. ;D melebur dgn Allah gimana rasanya mbah? suasananya gimana? kl jawaban dari pertanyaan ini akan menghambat aku dalam pencapaian yg sesungguhnya.. mohon gak usah di jawab mbah.. abaikan saja..
tp jika jawaban ini akan mempermudah aku dan temen2x disini tuk dapat melebur.. please.. jawab dong mbah..  ;D 


salam
tetenger

==========================
SEMAR:

"Tujuan MMD ... "melebur kepada Allah" ..."


Quote
Originally Posted by tetenger: 
terima kasih mbah.. penjelasan mbah semar akan menjadi rambu2x buat aku tuk lebih waspada.. 
tp mbah.. tulisan yg di bold merah diatas.. ternyata MMD itu juga punya tujuan yo mbah? CMIIW ..or itu hanya bagi yg muslim saja? sementara buat yg berkeyakinan lain gak berlaku? waduh.. koq aku jadi bingung yo mbah..
Apakah MMD "punya tujuan" atau "tidak punya tujuan" tergantung pada orang yang menghayatinya ... :) dan tergantung pada konteks di mana hal itu dibicarakan ... :) ... Wah, kok plin-plan, ya? ... :)

Begini ... ketika orang berada dalam tataran pikiran, di mana ada si aku, ada waktu ... maka setiap perbuatan manusia itu selalu dipahami sebagai upaya untuk mencapai sesuatu (tujuan) di masa depan ... tidak peduli apakah dia Muslim, Keristen, Ateis ... betul, tidak? :) ... Jadi baginya, MMD harus punya tujuan, punya usaha, punya teknik/metode ... dsb

Nah, ketika orang mulai menjalankan MMD ... di mana pikiran, si aku, waktu berhenti, dan batin berada dalam saat kini terus-menerus ... masih adakah usaha, masih adakah tujuan, masih adakah masa depan? ... Silakan direnungkan sendiri ... atau lebih baik lagi, dipraktikkan sendiri ... :)


Quote
Originally Posted by tetenger: 
sst.. mbah.. ini ada pertanyaan nyleneh mbah..  melebur dgn Allah gimana rasanya mbah? suasananya gimana? kl jawaban dari pertanyaan ini akan menghambat aku dalam pencapaian yg sesungguhnya.. mohon gak usah di jawab mbah.. abaikan saja..
tp jika jawaban ini akan mempermudah aku dan temen2x disini tuk dapat melebur.. please.. jawab dong mbah..
Menyatu/melebur dengan Tuhan itu oleh pikiran manusia dicoba visualisasikan dengan berbagai cara:

(1) Ada yang mengatakan seperti "kembalinya setitik air ke dalam samudra". ... Nah, menurut hemat saya, sekalipun si titik air sudah "menyatu" ke dalam samudra, tetapi eksistensinya sebagai 'titik air' tetap ada ... 'titik air' itu tidak lenyap sama sekali, melainkan eksis, berada bersama trilyunan titik air-titik air di dalam samudra. ... Inilah ibarat yang digunakan oleh mereka yang menggambarkan "menyatu dengan Tuhan" itu sebagai tetap adanya perbedaan antara status si 'titik air' sebagai 'makhluk' (ciptaan) dan 'samudra' sebagai 'khalik' (Pencipta), sekalipun keduanya sudah "menyatu" dan tidak bisa lepas lagi. ... Pandangan ini menolak anggapan bahwa "makhluk bisa menjadi khalik". ... Di situ masih ada dualitas antara makhluk dan khalik. ... Begitu, bukan? ...

(2) Sudut pandang kedua adalah--seperti sudah saya sebut di atas--dengan mengibaratkan seperti "serangga yang lebur ke dalam nyala api" (Jawa: "sulung labuh geni" (CMIIW)) ... Menurut pandangan ini, si serangga (si aku) mula-mula tertarik dan mendekat kepada api yang terang nyalanya ... Tetapi, ketika sudah dekat kepada api, si serangga ini 'lebur' ke dalam nyala api ... artinya sederhana sekali: SI AKU, DIRI, INDIVIDU, NAFS INI LENYAP, TIDAK ADA LAGI, TIDAK EKSIS LAGI ... Tidak ada semar, tidak ada tetenger lagi ... :) Yang ada hanyalah nyala api itu semata-mata ... DAN ITU BISA DICAPAI DI DALAM HIDUP INI, tidak usah menunggu sampai sesudah mati. ... :)

Bandingkan dengan ayat di dalam Surah Al-Rahman dan Surah Al-Qasas, Al-Qur'an yang kira-kira berbunyi: "Qullu man alaiha faana, wa yabqo wajhu Rabbika" ("Segala sesuatu di muka bumi ini fana, yang tetap hanyalah Wajah Tuhanmu.")

Jadi, Mas Tetenger, "lebur ke dalam Tuhan" pengertiannya sangat sederhana: ANDA TIDAK ADA LAGI, saya tidak ada lagi, tidak eksis lagi. ...

Masalahnya adalah: siapkah Anda/saya untuk tidak ada lagi, untuk lenyap tidak berbekas? ... selagi masih hidup & bernafas ini? ... ;D (itulah yang diisyaratkan oleh Surah Al-Rahman & Al-Qasas itu)

Tambahan: dalam Buddhisme keadaan itu disebut 'nibbana' atau 'nirvana' ... bukan "Nirwana" nightclub, lho ;D ... 'Nirvana' bukanlah semacam "sorga" yang nikmat ... kata 'nibbana' itu sendiri berarti "PADAM" ... yang padam adalah si aku/diri/nafs/individu ... seeprti padamnya api lilin yang tertiup angin ... angin kesadaran/eling ...

Salam,
semar
Title: Tentang ketidakmelekatan ...
Post by: hudoyo on 18 June 2008, 08:36:47 AM
[Dari:  > Forum: Supranatural > Subforum: Spiritual > Thread: Hidup & Kehidupan]

FEBY FERDIAN:

bung andicahya...
mo tanya nih... tentang ketidakmelekatan...

bolehkah di dalam hidup kita menginginkan sesuatu, berusaha keras karena sedikit terobsesi pada sesuatu (sebut aja kepuasan)...
lalu bagaimana hal seperti itu jika diliat dari sudut pandang anda?

buat saya, kadang hidup itu seperti game rpg...
mempunyai misi yang terbentuk dari sistem2 peradaban manusia walau masih memiliki pilihan2 untuk mengambil langkah lain...
nah menyikapi itu, bukankah hidup akan terasa lebih berarti jika kita sedikit punya tujuan duniawi
(yang tentunya akan berbeda perindividual masing2)...

========================
ANDICAHYA:

-menarik sekali :D bahas agak panjang ya!!
-siapa yang bilang tidak boleh punya keinginan?
-saya cuma bilang.. coba sadari.. renungkan.. semua keinginan kita yang ada..
-keinginan akan terlepas dengan sendirinya.. hilang dengan sendirinya, karena mengerti dan sadar bahwa keinginan itu sebenarnya hanyalah ilusi.. permainan pikiran :D
-bila om feby ferdian, berfikir bahwa orang sadar itu adalah orang yang tidak punya keinginan.. hal itu benar, akan tetapi.. jangan mencoba untuk menjadi orang sadar dengan cara membunuh keinginan..
-orang yang "sadar" tidak mempunyai keinginan.. bukan karena ia telah berusaha untuk membunuh semua keinginannnya.. tapi justru karena kesadaran-nya, ia mengerti bahwa keinginan itu tidak dibutuhkan :D
-boleh kah kita sedikit "terobsesi" agar dapat berusaha keras?
-ada yang bilang bahwa keinginan / cita-cita setinggi langit.. dibutuhkan untuk sukses.. ada yang bilang kalo mau jadi orang, butuh AMBISI..
-bagaimana mungkin seseorang bisa berusaha bila tidak memiliki keinginan?
-pemikiran diatas sangat masuk akal.. bahkan seseorang yang spiritual pun, masih banyak yang berfikir demikian.. masih berfikir bahwa "keinginan dibutuhkan untuk melangsungkan hidup!!!"
-silahkan jalani.. :D saya tidak menganggap keinginan sebagai musuh ataupun penyakit yang harus disembuhkan atau dibunuh!! heuehueheu...
---------------------------------------------
-ada berapa tahapan, bagaimana seseorang bisa hidup tanpa keinginan..
1-pertama orang tidak menyadari bahwa selama ini dia digerakan dan hidupnya ditentukan oleh keinginan.. seluruh perilaku orang tersebut hanya dipakai untuk memenuhi keinginan.. tipe orang seperti ini adalah tipe orang yang memiliki pola pikir untung rugi.. dan tentu saja berusaha keras..
2-tahapan yang kedua.. adalah orang yang menyadari keinginannya.. sadar, bahwa dirinya bukan keinginan.. dan hidup ini bukan lah untuk memuaskan keinginan semata.. dia masih memiliki keinginan tapi tidak terikat pada keinginan tersebut.. artinya, kalau ternyata keinginan tersebut tidak terpenuhi.. orang pada tahapan ini tidak akan merasa kecewa, akan tetapi tetap puas, karena telah memberikan usaha yang sebaik-baiknya!
3-tahapan ketiga ini.. seseorang menyadari, sepenuhnya dimana keinginan tidak dibutuhkan dalam hidup.. dan hidup dapat dijalankan tanpa keinginan apapun.. melakukan usaha apapun, tanpa sebab.. berusaha hanya berusaha tanpa alasan.. makan tinggal makan.. hanya melakukan yang terbaik untuk saat ini tanpa motif.. tanpa tujuan.. hidup yang hanya hidup!
--------------------------------------------------
-heuehueheu.. tidak usah mengejar tahap tiga.. karena tahap tiga itu terjadi dengan sendirinya.. tanpa usaha apapun dari anda.. yang kita bisa lakukan hanya sampai ke tahap dua, yaitu menyadari semua keinginan.. mengamati diri sepenuhnya terus-menerus..
-kalau anda berusaha membunuh keinginan.. atau berfikiran, bahwa untuk jadi orang sadar harus tanpa keinginan.. maka justru hal tersebutlah, yang membuat anda tidak dapat beranjak ke tahap tiga.. karena, masih ada satu keinginan yang sangat kuat.. yaitu "hidup tanpa keinginan",
---------------------------------------------
pandangan saya..
-saya sekarang bekerja di kantor hukum.. hal tersebut bukan lah keinginan saya.. sebenarnya saya lebih senang untuk bertapa di gunung.. atau menyendiri dalam kegelapan..
-dikantor, setiap hari.. yang saya temui hanya konflik.. hanya kekerasan.. dan saya harus berhadapan dengan hal yang demikian setiap hari!
-dikantor, saya diharuskan untuk berfikir.. dan terus berfikir.. padahal, saya sadar betul.. pikiran ini lah yang selama ini bikin kekacauan dalam hidup..
-pekerjaan saya, sekarang.. sangat duniawi.. hanya permainan pikiran..
-saya tidak memiliki keinginan apapun untuk menjadi orang kaya.. atau jadi pengacara sukses.. saya dapat hidup bahagia, tanpa menjadi orang kaya atau pengacara sukses!
-???? hauahuahau... apakah saya lari? atau melakukan pekerjaan saya asal-asalan?
-kalau saya bekerja.. saya memberikan apa yang ada pada diri saya.. semua semangat, semua tenaga, pikiran dan hidup saya, saya kerahkan untuk saat ini.. yaitu saat saya bekerja!
-walaupun, saya lebih senang bertapa digunung.. bukan berarti saya ingin bertapa digunung.. tanpa hidup bertapa digunung atau menyendiri dalam kegelapan pun, saya hidup dengan bahagia..
-bekerja dengan baik, tidak ada hubungannya dengan keinginan! anak kecil.. mungkin harus di janjikan mainan agar mau belajar dengan giat.. tapi, saya tidak membutuhkan motivasi apapun untuk bekerja..
-yang saya lakukan hanya hidup pada saat ini, disini, sekarang!
-saat saya bekerja.. saya mengerahkan semua yang ada pada saat itu.. untuk bekerja..
-saat saya makan.. saya mengerahkan segala yang ada untuk makan..
-saya hidup dalam totalitas!
-saat saya hidup dalam totalitas.. setiap moment dalam hidup.. teramati.. setiap kejadian.. terhayati..
-karena saya tidak memiliki keinginan untuk hidup digunung, atau di kantor.. maka dalam diri saya tidak ada konflik.. dimana pun sama saja.. sama-sama melakukan yang terbaik!
-jadi saya bukan tipe pekerja keras.. saya ini tipe pekerja lembut.. karena walaupun saya memberikan yang terbaik dari diri saya.. saya tidak jadi stress karenanya.. apalagih depresi.. hauahauahuahau...
-pengalaman ini, bahkan mengajarkan pada saya.. saat kita melakukan sesuatu tanpa keinginan apapun dengan sepenuh hati.. apa yang kita lakukan menjadi maksimum.. dan dapat, melebihi rata-rata mereka yang bekerja dengan obsesi tertentu.
---------------------------------------
-jadi, walaupun saya tidak memiliki keinginan jadi orang kaya.. bukan berarti saya tidak mungkin jadi orang kaya..
-dan.. kalau pun saya jadi orang kaya.. hauahauhau.. saya bakal jadi orang kaya yang cukup sehat.. minimal pikiran saya.. karena, saya memperoleh kekayaan tersebut bukan dari hasil hidup stress selama bertahun tahun!
---------------------------------------
-jadi... hehehe.. jadi, anda tidak salah bila masih memiliki keinginan.. no problem.. sadari keinginan itu.. perhatikan bagaimana keinginan itu berusaha mengendalikan anda.. nantinya, anda akan sadar dengan sendirinya..
-tidak perlu berfikir, keinginan itu perlu atau tidak dalam kehidupan.. karena ujung dari pemikiran tersebut pastilah masih keinginan juga!
-kalau ternyata hasil pemikiran tersebut disebutkan keinginan itu perlu dalam kehidupan.. hasilnya adalah keinginan untuk mempertahan kan keinginan..
-kalau ternyata hasil pemikiran tersebut disebutkan keinginan itu tidak perlu dalam kehidupan.. hasilnya adalah keinginan untuk hidup tanpa keinginan..
-coba untuk hidup hanya pada saat ini.. sekarang.. disini.. hayati kekinian.. sedetikpun hidup pada kekinian.. sangat berharga..
-untuk hidup hanya pada saat ini.. tidak dibutuhkan keinginan.. just do it! hanya lakukan saja.. seketika.. saat ini.. sekarang.. disini..
--------------------------
hauahauhau... maaf kepanjangan..
semoga bermanfaat!

madman,
Title: Apa itu iman/kepercayaan ...
Post by: hudoyo on 19 June 2008, 03:56:55 AM
[Dari:  > Forum: Supranatural > Subforum: Spiritual > Thread: MMD]

Quote from: katasyapa;35153456
:malu:
pengen nanya pak Semar.
saya pengen mencoba Meditasi Mengenal diri
tapi nanti takut melepas konsep KeTuhanan.:angel:

tapi saya ingin tanya.
apakah Anatta dan paham "Tiada Tuhan" itu sendiri merupaka konsep dalam pikiran? :confused:

Mas Katasyapa, salam kenal dulu. :)

Untuk mencoba MMD sama sekali tidak perlu 'melepas konsep Ketuhanan', kok. :) ... Banyak peserta MMD yang Muslim masih tetap sholat lima waktu ... yang Keristen tetap percaya kepada Yesus ... dan yang Ateis tetap tidak ber-Tuhan.

Menurut hemat saya, 'percaya Tuhan' dan 'tidak percaya Tuhan' itu sama saja ... keduanya adalah iman terhadap suatu konsep ... berada di tataran pikiran ... Iman itu dianut --percaya atau tidak percaya-- karena orang yang beriman itu tidak/belum melihat sendiri kenyataan yang ada seperti apa ...

Bahkan mereka yang menganut paham 'Anatta' secara teoretis/intelektual juga sama saja dengan mereka yang percaya punya 'diri/roh yang kekal abadi' ... keduanya tidak lebih daripada iman terhadap suatu konsep.

MMD adalah menyadari gerak-gerik pikiran itu sendiri ... (tanpa mengutik-ngutik isi pikiran & konsep-konsep yang dianut) ... Kalau pikiran diamati secara pasif, tanpa melekat dan tanpa menolak ... maka pikiran itu akan berhenti dengan sendirinya. ...

Lalu, apa yang ada? ... Yang ada adalah SESUATU YANG LAIN, yang tak dikenal, The Unknown, yang dalam Islam disebut 'Al-Haq' (kebenaran, apa adanya) ... tapi itu BUKAN Tuhan yang dikenal oleh pikiran, karena pikiran sudah berhenti pada saat itu. ...

Jadi, Mas Katasyapa, tidak perlu kuatir ... Biarpun Anda ber-MMD, selama masih ada pikiran & si aku, mau tidak mau pikiran selalu beropini, beriman ... entah percaya kepada Tuhan, entah tidak percaya kepada Tuhan ... semua itu OK, OK saja. ...

Tetapi kalau dalam MMD Anda berhasil masuk ke dalam kesadaran yang mengatasi pikiran, maka Anda akan TAHU akan suatu kebenaran lain, kebenaran terakhir yang tidak bisa diperdebatkan, oleh karena pikiran/si aku sudah berhenti.

Salam,
semar
Title: Meditasi duduk cuma 15 menit ...
Post by: hudoyo on 19 June 2008, 10:10:44 AM
[Dari:  > Forum: Supranatural > Subforum: Spiritual > Thread: MMD-2]

Quote from: riang_mentari
meditasi duduk saya jg (sepertinya) masih belum bisa beranjak lebih dari 15menit. krn skrg sebelum meditasi saya ga ngeliat jam. cmn tutup mata dan "melihat" pikiran. kalau sudah ya sudah... mungkin kalau yg ini saya harus minta pencerahan dari eyang semar lagi...biar akhir tahun bisa gabung di bali :p

Lho, Mas Riang Mentari, MMD Seminggu akhir tahun bukan di Bali, melainkan di Vihara Mendut, Jawa Tengah ... :)

MMD Seminggu di Bali nanti sekitar bulan Maret 2009 ... pas seminggu menjelang Nyepi. ... belum saya cek lagi tanggalnya. ... :)

*****

Tentang meditasi duduk cuma 15 menit ... ya tidak apa-apa ... Kalau memang niatnya mau mengakhiri meditasi setiap saat ... ya akhiri saja ... :)

Tapi coba sadari lebih teliti ... sesaat sebelum Anda membuka mata mengakhiri meditasi ... ada apa dalam batin Anda? ... Apakah ada rasa bosan? ... Atau ada pikiran tentang pekerjaan yang belum selesai? ... Atau rasa jenuh? ... Atau rasa mengantuk? ... :)  Biasanya ada sesuatu di dalam batin yang tidak disadari sehningga kita mengakhiri meditasi yang singkat ... :) ... Kalau pikiran-pikiran itu disadari, biasanya tidak jadi mengakhiri meditasi, lalu meneruskan lagi ... :)

Sekarang, mungkin bisa dicoba cara lain ... Jangan pikiran sadar yang menentukan kapan mau berhenti ... tapi coba serahkan pada batin Anda yang lebih dalam, di bawah sadar ...

Caranya adalah dengan membisikkan (dengan bisikan yang nyata, bukan cuma dipikirkan di dalam hati) kepada batin sendiri: "Tolong beri tanda kalau meditasi ini sudah cukup" ... Lalu lupakan semua itu, dan mulailah bermeditasi seperti biasa, menyadari badan & batin ini timbul dan lenyap ...

Pada waktunya nanti ... ketika tidak Anda harapkan ... akan muncul suatu gerak jasmani yang "aneh" dari bawah sadar Anda ... gerak yang bukan berasal dari kehendak yang sadar ... Pada saat itu Anda TAHU bahwa gerak jasmani itu adalah "tanda" yang Anda minta dari bawah sadar Anda ...

Anda bisa bereksperimen dengan cara bangun seperti itu ... Nanti Anda akan melihat bahwa pada umumnya, jika kondisi fisik & mental biasa-biasa saja, meditasi Anda akan berlangsung selama suatu durasi yang paling optimal bagi Anda pada saat itu ... mungkin 30 menit, 40 menit, 60 menit ...

Dan biasanya durasi ini konstan ... lebih atau kurang beberapa menit saja ... Anda mungkin heran melihat ini ... seolah-olah ada sebuah jam dalam batin Anda yang kemudian memberikan alarm bahwa meditasi sudah cukup ... Durasi ini akan meningkat berangsur-angsur ... sampai tercapai durasi yang optimal bagi batin Anda ... entah 60 menit, entah kurang, entah lebih ...

Dalam keadaan tertentu durasi ini bisa berubah ... Misalnya, dalam keadaan capek, biasanya durasi ini memendek dengan sendirinya ... atau dalam keadaan waktu yang sempit karena ada tugas lain ... biasanya durasi ini juga memendek ...

Sebaliknya, bila Anda kebetulan bermeditasi di suatu tempat yang sesuai suasananya, misalnya di gereja, masjid, vihara dsb ... durasi ini bisa sangat memanjang ... Saya pernah bermeditasi selama dua setengah jam di sebuah vihara di Batu, Malang, sebelum tanda berhenti itu muncul ... padahal biasanya saya bermeditasi cuma 60 menit ...

Anda bisa bereksperimen dengan cara lain ... alih-alih menyerahkan kepada bawah-sadar Anda kapan mau mengakhiri meditasi ... sekarang berilah pesan: "Tolong bangunkan saya sesudah 30 menit" (misalnya) ... Anda akan heran melihat bahwa tanda itu muncul tepat 30 menit kemudian, plus-minus 1-2 menit. ...

Nah, silakan coba kalau mau ... nanti tolong di-share di sini tanda apa yang Anda terima dari bawah sadar Anda. ... :)

Salam,
semar
Title: Mungkinkah orang melepaskan kemelekatan kepada ajaran agama? ...
Post by: hudoyo on 19 June 2008, 06:51:27 PM
FEBY FERDIAN:

ingin bertanya lagi kang andicahya...

jika dalam konsep ketidakmelekatan...
mungkin akan ada waktunya kita akan berhadapan dengan agama yang mungkin sudah bersama kita sejak kita lahir...

mungkinkah sesorang bisa meninggalkan kemelekatan dari sebuah agama, menjauh dari cerita neraka dan surga, dan berjalan dengan memegang poin2 yang ada dalam masing2 agama yang ada tanpa mengenakan atribut agama2 tertentu...

bagaimana pendapat anda?

=============================
ANDI CAHYA:

-hahaha.. om feby ferdian, bisa ajah :) hmm.. pertanyaannya selalu menarik.. dan membutuh kan penjelasan yang panjang... hehehe.. jadi sebelumnya, saya ucapkan kata-kata permohonan maaf!
-okey.. jawaban dari pertanyaan om feby tentang "mungkinkah sesorang bisa meninggalkan kemelekatan dari sebuah agama, menjauh dari cerita neraka dan surga, dan berjalan dengan memegang poin2 yang ada dalam masing2 agama yang ada tanpa mengenakan atribut agama2 tertentu..." relatif cukup mudah untuk dijawab :)

jawaban versi 1
-hmmm.. jawabannya sangat mungkin.. tapi besar kemungkinan anda akan masuk neraka!! :)
-agama itu HARUS diterima seluruhnya! apakah mungkin, kita hanya memegang sebagian yang dianggap benar di dalam agama.. lalu tidak peduli terhadap nilai-nilai yang dianggap tidak sejalan dengan pemikiran kita?
-bila kita hanya menjalankan sebagian saja.. apalagi tanpa mengenakan atribut agama tertentu.. lalu apa gunanya agama?
jawaban versi 2
-hmmm... jawabannya sangat memungkinkan.. banyak orang yang berpindah agama.. bahkan tidak beragama menjalankan kehidupannya dengan baik..
-terimalah point-point agama yang selaras dengan pemikiran anda.. l
-sebenarnya semua agama itu baik.. maka ambilah kebaikan-kebaikan yang ada didalam agama seperti anda mengumpulkan mutiara dipantai kehidupan..
jawaban versi 3
-hmmm... jawabannya tidak mungkin.. karena agama bukanlah kemelekatan..
coba pahami bahwa yang melekat itu adalah pikiran kita.. bukan agama-nya.. yang memungkinkan itu adalah melepaskan kemelekatan kita pada pikiran pada agama..
jawaban versi 4
-jawabannya... hanya Tuhan yang mengetahuinya....
jawaban versi 5
-suatu hari nanti anda akan menemukan jawabannya dalam keheningan..
jawaban versi 6
-jawabannya sangat memungkinkan.. karena agama itu adalah produk alam bawah sadar.. merupakan doktrin-doktrin yang menghambat perkembangan jiwa dan pertumbuhan spiritual.. manusia lahir tanpa agama.. dan akan mati tanpa agama.. kalau pun mau dijalankan sebagian.. maka.. jalankanlah yang benar benar anda sadari!
jawaban versi 7

jawaban versi 8

jawaban versi 9

jawaban versi 10

------------------------------------------------
-heueheuheu... seperti saya bilang.. relatif cukup mudah untuk menjawabnya :) karena itu saya sediakan agak banyak jawaban.. saya juga yakin om feby bisa mengisi sendiri jawaban dari versi 7 sampai versi 10.. setelah melakukan perenungan secara mendalam.. atau bertanya pada orang lain, yang di anggap memiliki kemampuan untuk menjawab pertanyaan om feby..
-ada banyak jawaban dari satu pertanyaan dan setiap jawaban memiliki argumen-nya masing-masing.. ada yang tidak masuk akal.. ada yang masuk akal.. ada yang dijawab menggunakan perasaan.. ada yang menggunakan intuisi.. bahkan ada jawaban dari mahluk ghoib :)
-yang sulit itu adalah memilih SATU jawaban diantara banyak jawaban :) dalam hal ini, saya tidak bisa bantu karena yang dapat melakukannya hanya om feby seorang!
-ingat, apapun jawaban yang om pilih.. selalu mengandung resiko untuk salah jalan! dan sekalinya salah jalan.. hmmm.. sangat sulit untuk mengembalikan seperti ke keadaan semula :) :) :)   hauahauahu... nah loh.. pilih yang mana?
---------------------------------------
-hmmm.. jawaban dari pertanyaan, menurut saya tidak penting :) yang menarik, justru.. mengapa anda bertanya demikian?
-coba renungkan.. mengapa anda bertanya?
-hehehe.. dari situ kita bisa menyadari cara kerja pikiran..
-saat manusia menerima "konsep baru" (apakah itu kemelekatan.. atau hukum karma atau.. lain lainnya..) maka yang pertama dilakukan adalah membandingkan dengan "konsep lama".. (apakah itu agama, kebudayaan, kebiasaan.. dll)
-mungkin dalam proses membandingkan tersebut.. om feby melihat ada kemungkinan "konsep baru" dan "konsep lama" tersebut bentrok.. atau tidak sesuai...
-disini timbul lah dilema.. dimana "konsep lama" terlanjur diterima.. dan pada saat yang bersamaan "konsep baru" terlihat menggiurkan untuk diterima.. apakah karena masuk akal.. atau karena pengalaman tertentu..
-lalu pikiran berusaha mengambil langkah "antisipasi" agar konflik didalam diri tidak terjadi.. yaitu dengan jalan berfikir.. mencari jalan yang paling menguntungkan, atau mungkin paling aman.. yaitu menerima "konsep baru" tanpa membuang atau meminimalisasi pembuangan dari "konsep lama"
-dalam kasus ini mungkin jalan tengah yang diantisipasi pikiran tersebut berupa : "meninggalkan kemelekatan dari sebuah agama, menjauh dari cerita neraka dan surga, dan berjalan dengan memegang poin2 yang ada dalam masing2 agama yang ada tanpa mengenakan atribut agama2 tertentu..."
-lalu timbulah pertanyaan, mungkinkah jalan keluar dari konflik tersebut dapat dilaksanakan pada kehidupan yang nyata? sudah benarkah jalan keluar dari konflik tersebut?
-------------------------------------------------
-yang mengetahui diri om feby hanya diri om feby seseorang.. saya hanya mengajak, untuk menyadari proses berfikir.. untuk mengenal sifat dan sikap dari pikiran  dalam menghadapi sesuatu.. untuk lebih mengenal diri kita yang bukan pikiran :) agar dapat melihat segala sesuatu apa adanya..
-melihat hidup sebagai hidup.. apa adanya..
-melihat agama sebagai agama.. apa adanya..
-melihat Tuhan sebagai Tuhan.. apa adanya..
-melihat gunung sebagai gunung.. apa adanya..
-dan melihat diri sendiri sebagai diri sendiri.. apa adanya..
-cobalah untuk merenungi mengapa anda bertanya.. disitu mungkin akan ditemukan ke khawatiran.. disitu mungkin akan ditemukan ketakutan.. disitu mungkin akan ditemukan konflik.. mungkin akan ditemukan kemelekatan.. sadari hal ini..
-sadari mengapa anda bertanya.. dan anda akan menyadari anda tidak membutuhkan jawaban, karena dari semula pertanyaan tersebut hanyalah ilusi.. hanya permainan pikiran alias tidak pernah ada :)
-ah.. sekali lagi saya minta maaf.. karena mungkin jawaban yang saya sediakan tidak memuaskan atau malah bikin om feby makin bingung..
-saya terpaksa menulis seperti ini, karena saya tidak ingin menambah doktrin.. atau prinsip hidup dari om feby..
-hidup dalam kekinian berarti hidup tanpa prinsip.. karena prinsip selalu menjadi bagian dari masa lampau!
-------------------------------------------
-hoooooooo.... beres juga cuap-cuapnya!!!! hehehehe.... semoga bermanfaat..


madman,
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 19 June 2008, 10:33:17 PM
Anumodana pak Hudoyo...

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: andry on 19 June 2008, 10:50:29 PM
pak hud, jika boleh saya tebak, mmd anda ini mirip dgn artikel JK yah?? ttg meditasi..
bagaikan angin
ketika anda mengingkannya ia tak datang
ketika tak diinginkan ia akan datang sepoi2..
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 20 June 2008, 05:13:14 AM
pak hud, jika boleh saya tebak, mmd anda ini mirip dgn artikel JK yah?? ttg meditasi..
bagaikan angin
ketika anda mengingkannya ia tak datang
ketika tak diinginkan ia akan datang sepoi2..

Betul, Rekan Andry. ... Menurut pendapat saya, apa yang diajarkan oleh Krishnamurti adalah vipassana yang paling murni, persis sama dengan yang diajarkan Sang Buddha kepada Bahiya dan Malunkyaputta.

Membaca ceramah K, saya bisa membayangkan bagaimana Sang Buddha dulu berceramah ... bukan seperti yang tercantum dalam sutta-sutta, yang sudah di-stylized dan reformulated (dirumuskan kembali).

Salam,
hudoyo

Title: Dari MMD di Bali (20-22 Jun '08): Dua pengalaman yang bertolak belakang :-)
Post by: hudoyo on 23 June 2008, 08:15:02 AM
Retret MMD akhir pekan di Bali (Brahmavihara-arama, Kab. Buleleng) kemarin (20 - 22 Juni 2008) diikuti oleh 21 orang, di antaranya 7 orang (33%) peserta lama.

Peserta termuda berusia 16 tahun, paling tua berusia 58 tahun. Agama peserta: 11 (52%) orang Buddhis, 7 (33%) orang Hindu, 2 orang Katholik.

Seperti biasa, menjelang akhir retret, peserta diminta menuliskan komentar tentang pengalaman, kesan dsb selama melakukan retret.

Berikut ini disampaikan dua komentar yang menarik, karena isinya bertolak belakang. Dua-duanya tidak menyebutkan nama, tapi tampaknya penulisnya pernah mengikuti retret vipassana versi Mahasi Sayadaw sebelum mengikuti retret MMD sekarang.

Salam,
hudoyo

=============================
REKAN A:

"Pengalaman: Saya melihat MMD ini sama saja dengan metode meditasi yang lain; intinya menyadari. Semua meditasi vipassana yang lain juga menyadari. Kalau ada orang yang menyatakan ini berbeda dengan metode lain, itu disebabkan karena orang itu memegang perbedaan itu.

Memang ada perbedaan sedikit, tapi saya tidak melihat sebagai sesuatu yang penting: MMD tidak mencatat, metode yang lain mencatat.

Hasilnya: dengan MMD, sepertinya perhatian kurang tajam.
Metode Mahasi, perhatian tajam.

Hasil akhirnya sama mencapai keheningan, tidak adanya 'aku' (kosong), walaupun cuma beberapa detik.

Terima kasih."

=============================
REKAN B:

"Semoga berbahagia.

Selama saya mengikuti retret MMD ini, walaupun hanya 3 hari, saya merasakan adanya perbedaan dengan retret meditasi metode Mahasi. Saya merasa tidak terbebani secara mental dalam retret MMD ini. Saya begitu apa adanya rasanya setelah tidak melabel dan mau menerima apa adanya gejolak batin yang timbul, seperti bosan, cemas, senang karena mendapat pengalaman baru, kebanggaan. Hal ini tidak sepenuhnya saya rasakan pada saat retret metode yang lain, di mana saya harus berkonsentrasi dan melabel.

Semoga retret MMD semakin berkembang."

=============================
CATATAN PEMBIMBING:

Tentang adanya perbedaan pengalaman & kesan yang bertolak belakang antara Rekan A dan Rekan B tidak perlu saya tanggapi. Hal itu adalah wajar-wajar saja.

Yang ingin saya tanggapi adalah pernyataan Rekan A:
"Hasilnya: dengan MMD, sepertinya perhatian kurang tajam.
Metode Mahasi, perhatian tajam."

Observasi Rekan A itu memang benar. Tetapi tidak ada yang salah dalam kedua versi vipassana itu, karena masing-masing versi bertolak dari pemahaman yang sangat berbeda satu sama lain.

Seperti dikatakan oleh Pak Bing dalam poster yang ditempel di dinding Brahmavihara-arama kemarin, vipassana versi Mahasi Sayadaw bertolak dari pemahaman bahwa vipassana adalah suatu "usaha sekuat tenaga untuk mencapai nibbana". Jadi praktik vipassana versi Mahasi Sayadaw berupa suatu usaha (viriya) maksimal, dengan cara berkonsentrasi, memperlambat gerakan, mencatat (melabel) segala sesuatu yang diamati.

Dengan sendirinya, hasilnya adalah perhatian yang tajam. Perhatian yang tajam ini pada gilirannya akan menghasilkan 'pengetahuan-pengetahuan' (nyana-nyana) sampai akhirnya tercapai nibbana. Begitu teorinya.

Sebaliknya, MMD bertolak dari pemahaman bahwa vipassana BUKANLAH "usaha sekuat tenaga" untuk "mencapai sesuatu di masa depan", melainkan suatu sikap sadar (eling) yang pasif pada saat kini, tanpa memikirkan tujuan apa pun di masa depan. Oleh karena itu, dalam MMD ditekankan sikap pasif, tidak ada usaha (viriya) apa pun, tidak ada konsentrasi, tidak ada teknik meditasi apa pun (memperlambat gerakan, mencatat dsb), tidak ada cita-cita/tujuan.

Dengan sendirinya, hasilnya perhatian kurang tajam (dibandingkan perhatian pada vipassana metode Mahasi Sayadaw); perhatian dalam MMD tidak banyak berbeda dengan perhatian dalam kesadaran sehari-hari, namun di situ ada keheningan, ada pelepasan (bukan konsentrasi). Di sisi lain, hasil yang segera dirasakan adalah terlepasnya 'beban meditasi', adanya rasa ringan, rasa bebas, tanpa tujuan, tanpa usaha, sebagaimana dialami oleh Rekan B.

Dalam MMD tidak dibutuhkan konsentrasi yang tajam, karena MMD tidak bertujuan untuk mencapai nyana-nyana seperti dalam vipassana versi Mahasi Sayadaw. Alih-alih, sebagaimana dinyatakan oleh Sang Buddha kepada Bahiya dan Malunkyaputta, kalau pemeditasi bisa berada dalam keadaan sadar secara pasif, tanpa usaha apa pun, maka aku/atta tidak ada, dan itulah akhir derita (nibbana). Itulah dasar pemahaman & praktik MMD.

Nah, para peminat meditasi, kalau ingin membandingkan kedua versi vipassana itu, silakan mencoba kedua-duanya.

Salam,
Hudoyo

PS: Komentar-komentar lainnya menyusul.

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Mr. Wei on 23 June 2008, 09:19:23 AM
 [at] Pak Hudoyo:
Saya sih belum pernah ikut retreat meditasi...
Dan saya pun belum pantas disebut meditator (karena meditasi saya pun awut2an).

Tapi membaca postingan Pak Hud, saya jadi ingin sedikit "ngobrol", semoga diizinkan ;D

Dari postingan diatas saya jadi beranggap bahwa...

Selama ini orang bermeditasi ada 2 tujuan:
1. Mendapatkan sesuatu yang dipakai untuk hidup duniawi (konsentrasi, perhatian, ilmu klenik)
2. Mendapatkan sesuatu yang dipakai untuk mencari pembebasan (keheningan, keseimbangan batin)

Begitu bukan?

Lalu saya lihat... dalam meditasi Sayadaw dan MMD, terlihat bahwa perbedaannya adalah labelling...

Kalau dalam Sayadaw, diperlukan perhatian dan konsen
Dalam MMD, diperlukan kesadaran.

Apa masih benar? :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 23 June 2008, 02:27:32 PM
Rekan Wei,

Saya luruskan sedikit, ya:

* Memang benar, 'tujuan' meditasi ada bermacam-macam:
- duniawi: pengobatan, peramalan, kesaktian, klenik dsb
- spiritual: apa yang dikonsepsikan sebagai 'penyatuan dengan Tuhan', 'pembebasan' (nibbana) dsb.

* Untuk mencapai 'tujuan' masing-masing, ada 'usaha', dan digunakan berbagai 'teknik':
- konsentrasi (pada napas, pada mantra, pada konsep (misalnya: kasih sayang), pada obyek-obyek yang berpindah-pindah dsb)
- mencatat/melabel
- memperlambat gerakan
- mengamati perasaan di kulit secara sistematik (versi Goenka)
- menggunakan koan (Zen)
- mengamati mayat
- dll

* Dalam vipassana versi Mahasi Sayadaw, ada 'tujuan' ('nibbana', yang pada saat ini bagi pemeditasi yang bersangkutan baru merupakan konsep), ada 'usaha' (viriya yang maksimal), dan ada 'teknik' (konsentrasi, memperlambat gerakan, mencatat);
dalam MMD, tidak ada 'tujuan' (MMD hanya berada pada saat kini), tidak ada 'usaha' (pasif, melihat apa adanya), tidak ada 'teknik' (tidak ada konsentrasi, tidak ada mencatat, tidak ada memperlambat gerakan).

Salam,
hudoyo

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Mr. Wei on 23 June 2008, 03:52:35 PM
Hmmm...

Kalau begitu...

(ini menurut saya loh, kalau bengkok mohon diluruskan :) )

Tidak ada atta/aku itu berasal dari >> tidak adanya keinginan apapun >> tidak melakukan apa2 >> jadi melakukan "tidak melakukan apa2" atau do nothing, begitu?

Mohon bimbingannya _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 23 June 2008, 03:57:52 PM
Tidak ada atta/aku itu berasal dari >> tidak adanya keinginan apapun >> tidak melakukan apa2 >> jadi melakukan "tidak melakukan apa2" atau do nothing, begitu?

kalo begitu Sang Buddha gampang aja mencapai pencerahan dengan do nothing. mungkin Pak Hud bisa jelasin soal art padam itu sendiri seperti apa. apakah do nothing, tidak ada keinginan apa2...soalnya ini bisa mengarah ke arah ajaran 5 guru sesat pada saat Sang Buddha ada seperti nihilisme
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Mr. Wei on 23 June 2008, 04:10:08 PM
Mungkinkah padam yang dimaksud bisa berarti seperti "tidak ada keinginan berdasarkan lobha dosa moha apa2 lagi"?
Tidak ada keinginan apa2 dalam arti tidak melakukan sesuatu berdasarkan lobha moha dosa lagi? Yang dilakukan/yang diinginkan hanyalah sesuatu yang ilmiah... seperti ingin makan dengan tujuan untuk mempertahankan kehidupan, ingin mengajarkan dhamma (seperti SB) dengan tujuan untuk membantu manusia?

Begitu?

_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Mr. Wei on 23 June 2008, 04:54:33 PM
 [at] Pak Hudoyo n Om Nyana:
Neh gw lagi membaca posting2 awal dri thread ini... baru mpe hal 8 sih...

Dari membaca 8 halaman tersebut, saya mengambil kesimpulan:

Kebebasan/padam itu adalah berhentinya pikiran, dimana pikiran itulah yang mencap/menyebabkan adanya "aku"

Begitu?

Lalu...

Saya ada pertanyaan, kalau pikiran terhenti... gimana tuh?
Maksudnya... saya gak ngerti maksudnya pikiran terhenti... ;D

Kalau pikiran terhenti... otomatis gak mikir?
Gak mikirnya itu kayak gimana?

Mohon pelurusannya

_/\_

*btw saya istirahat dulu yah... karena mata saya uda lelah... saya gak bisa baca tulisan dengan cermat lama2 di layar... makanya saya kalau baca itu biasanya cuma sekilas gitu terus kira2 ambil intinya aja. Nanti akan saya lanjutkan pembacaannya* :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Mr. Wei on 23 June 2008, 05:06:02 PM
Oh iya satu tambahan lagi,

apakah dengan melabel/mencap: "ini biru", "ini kuning", "telepon ini warnyanya merah", "ruangan ini dingin" sama artinya dengan "bergeraknya pikiran" itu?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 23 June 2008, 05:32:21 PM
 _/\_ dari semua pertanyaan kamu mungkin cuman bisa sepatah kalimat,, AYO DIPRAKTEKEN jurusnya yang udah diajarken oleh Pak Hud, ibarat orang suka dengan jurus kungfu namun ia mempertanyakan setelah menguasai kungfu ini nanti bagaimana, seperti apa?

Kata nanti sebenarnya adalah bayang bayang ilusi yang ga akan selesai jika tidak berfokus dan memulai pada masa kini. Padamnya 'aku' ibarat nyala lilin yang mati, kemana apinya? who knows, hanya yang telah merealisasi padamnya yang akan berbicara. :) dan bila dibicarakan juga tidak akan bisa ketemu klopnya

Makan mangga bukan dipelototi tapi dimakan,setelah tahu mangga ini manis dan kamu ceritakan kepada teman kamu, dia akan bertanya,manisnya seperti apa?rasanya di lidah gimana, enaknya gimana?mengerti kan maksud saya?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Mr. Wei on 23 June 2008, 07:04:32 PM
 [at] atas:

ngerti koq...

tapi (ada tapinya nih) saya masih berpikir dulu...
hmmm... saya ngerasa masih ada yang ngeganjal... :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 23 June 2008, 07:18:46 PM
Hmmm...
Kalau begitu...
(ini menurut saya loh, kalau bengkok mohon diluruskan :) )
Tidak ada atta/aku itu berasal dari >> tidak adanya keinginan apapun >> tidak melakukan apa2 >> jadi melakukan "tidak melakukan apa2" atau do nothing, begitu?
Mohon bimbingannya _/\_

Bukan, bukan! ... Coba perhatikan nafas yang mendasari seluruh posting itu ... Di situ jelas terasa ada suatu pencarian akan suatu pegangan tertentu, suatu sikap tertentu, suatu ajaran tertentu: "tidak boleh ada keinginan, tidak boleh melakukan apa-apa, ... dst." :)

Pencarian seperti itu menunjukkan bahwa aku itu masih kuat, sama kuat seperti sebelumnya: menginginkan sesuatu, melakukan sesuatu untuk diri sendiri ... dsb. :)  ... Cuma sekarang dibalik saja: tidak menginginkan apa-apa, tidak melakukan apa-apa.  ... :)

Rekan Wei, mengenai masalah 'tanpa-aku' ini orang sering mendekatinya secara salah: ... ingin tahu seperti apa 'tanpa-aku' itu ... bagaimana seorang yang 'tanpa-aku' bersikap, berbicara, berbuat ... Pendekatan seperti itu akan menghasilkan suatu ajaran, doktrin, pegangan baru, yang sama sekali bukan 'tanpa-aku'. ... :)

Selama kita masih berada dalam tataran pikiran ... 'tanpa-aku' hanya bisa didekati dan dipahami dengan mengamati & menyadari setiap kali 'aku' itu muncul: pikiran, perasaan, keinginan, harapan, kekecewaan, kesenangan, kenikmatan ... dsb. ... tanpa menginginkan sebaliknya! ... :)

Di sini kita menyentuh meditasi ... Rekan Wei, diskusi tentang 'tanpa-aku' tidak akan menghasilkan apa-apa tanpa didukung dengan meditasi ... Anda bilang Anda belum pernah ikut retret meditasi, dan meditasi Anda "awut-awutan" ... entah apa itu artinya ...  ;D

Oleh karena itu saya sarankan, sambil meneruskan diskusi ini ... cobalah mulai bermeditasi dengan teratur, menyadari setiap kali 'aku' itu muncul, seperti saya jelaskan di atas. ....

Kalau Anda lakukan itu ... saya jamin Anda akan memperoleh pencerahan-pencerahan dari diskusi ini ... Kalau tidak, kalau Anda hanya mengandalkan kemampuan intelektual semata-mata untuk memahami 'tanpa-aku', saya bisa pastikan bahwa Anda akan bertambah bingung dan tidak mengerti ... Mengapa? ... Karena pikiran, intelek itu pada dasarnya adalah 'aku' itu sendiri ... untuk memahami 'tanpa-aku', pikiran/intelek harus berhenti ... di dalam keheningan meditasi.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 23 June 2008, 07:30:47 PM
kalo begitu Sang Buddha gampang aja mencapai pencerahan dengan do nothing. mungkin Pak Hud bisa jelasin soal art padam itu sendiri seperti apa. apakah do nothing, tidak ada keinginan apa2...soalnya ini bisa mengarah ke arah ajaran 5 guru sesat pada saat Sang Buddha ada seperti nihilisme

Istilah "do nothing" bisa menyesatkan ... karena pada dasarnya tidak ada yang disebut "do nothing" itu selama si 'aku' & pikiran ini masih ada, ... tidak mungkin orang "do nothing" ... orang yang "do nothing" secara lahiriah, pasti ia akan terus berkhayal secara batiniah ...

Selama masih ada 'aku', si 'aku' akan selalu "do something" ... entah bermeditasi untuk mencapai nibbana ... untuk menyatu dengan Tuhan ... dsb dsb.

Dalam MMD, orang menyadari secara pasif setiap kali muncul 'aku' yang ingin "do something" ini ... Di sini ditekankan kata PASIF, untuk mencegah agar 'menyadari' itu tidak menjadi "do something" yang baru ... atau menjadi suatu doktrin, ajaran yang baru. ...

Kalau ini disadari ... tidak akan terjadi doktrin/ajaran baru ... maka kesadaran itu tidak relevan dengan sistem filsafat atau keagamaan mana pun juga, termasuk kelima guru yang Anda risaukan itu, termasuk juga dengan sistem keagamaan Buddha itu sendiri. :)

MMD adalah sadar/eling ... bukan doktrin, ajaran atau agama baru ... :) ... MMD bukanlah Agama Buddha ... :)

Salam,
Hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 23 June 2008, 07:35:17 PM
Mungkinkah padam yang dimaksud bisa berarti seperti "tidak ada keinginan berdasarkan lobha dosa moha apa2 lagi"?
Tidak ada keinginan apa2 dalam arti tidak melakukan sesuatu berdasarkan lobha moha dosa lagi? Yang dilakukan/yang diinginkan hanyalah sesuatu yang ilmiah... seperti ingin makan dengan tujuan untuk mempertahankan kehidupan, ingin mengajarkan dhamma (seperti SB) dengan tujuan untuk membantu manusia?
Begitu?
_/\_

Baik loba, dosa, moha, maupun metta, karuna, mudita, upekkha berasal dari aku. ... Keempat keadaan yang terakhir (metta dst) tidak bisa membuat aku lenyap, tercapainya pembebasan ... melainkan cuma bisa membawa orang ke alam Brahma yang nikmat, tapi tidak kekal ...

Tidak ada keinginan adalah tidak ada keinginan ... entah keinginan yang buruk (akusala), maupun keinginan yang baik (kusala) ... Dalam keadaan itu, tidak ada bahagia dan menderita, tidak ada senang dan sudah, tidak ada perbuatan (karma) dan buah karma lagi, baik maupun buruk. ... Mengapa? ... Karena aku yang berbuat, dan yang menerima buah perbuatan tidak ada lagi ...

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 23 June 2008, 07:41:29 PM
[at] Pak Hudoyo n Om Nyana:
Neh gw lagi membaca posting2 awal dri thread ini... baru mpe hal 8 sih...
Dari membaca 8 halaman tersebut, saya mengambil kesimpulan:
Kebebasan/padam itu adalah berhentinya pikiran, dimana pikiran itulah yang mencap/menyebabkan adanya "aku"
Begitu?
Betul ... Tapi berhentinya pikiran itu tidak bisa dikejar ... tidak bisa diupayakan ... karena yang 'mengejar' dan 'mengupayakan' itu si aku/pikiran lagi. ... :)

Quote
Lalu...
Saya ada pertanyaan, kalau pikiran terhenti... gimana tuh?
Maksudnya... saya gak ngerti maksudnya pikiran terhenti... ;D
Kalau pikiran terhenti... otomatis gak mikir?
Gak mikirnya itu kayak gimana?
Mohon pelurusannya
_/\_
hehe ... Rekan Wei, bagaimana mungkin pikiran Anda/saya memahami berhentinya pikiran? ... Bagaimana mungkin pikiran memahami keadaan di mana dirinya tidak ada lagi? ... Mustahil, kan ... :)

Maka itu hati-hatilah dengan pikiran ini ... dia merasa dirinya hebat, ... bisa memahami Tuhan, ... memahami nibbana, ... memahami berhentinya aku/pikiran ... :)

Amati saja secara pasif pikiran yang bertanya itu ... Nanti ia akan berhenti dengan sendirinya ... dan di situ Anda baru tahu seperti apa 'berhentinya pikiran' itu ...

Di sini lagi-lagi kita menyentuh meditasi ... Hanya di dalam keheningan meditasi orang akan tahu seperti apa 'berhentinya pikiran' itu ...

Cuma, saya ingin tambahkan, 'berhentinya pikiran' bukan berarti 'tidak ada apa-apa' ... alias nihilisme ... Sang Buddha menyatakan ada SESUATU YANG LAIN ... tapi sesuatu itu bukan aku lagi, bukan milikku lagi. ...

Salam,
hudoyo

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 23 June 2008, 07:57:31 PM
Oh iya satu tambahan lagi,
apakah dengan melabel/mencap: "ini biru", "ini kuning", "telepon ini warnyanya merah", "ruangan ini dingin" sama artinya dengan "bergeraknya pikiran" itu?

BETUL ... pikiran itu kata-kata, pikiran selalu menggunakan bahasa ... seorang anak kecil mulai berpikir, ketika ia cukup memiliki perbendaharaan kata (vocabulary) untuk membentuk kalimat ... seorang bayi tidak berpikir ...

Oleh karena itu, dalam MMD tidak ada pencatatan/penamaan/labeling ... oleh karena itu adalah gerak pikiran ...

Pikiran itu terkondisi ... orang Indonesia bilang "bunga" ... orang Inggris bilang "flower" ... pikiran juga terkondisi oleh pengalaman, kesenangan, ketidaksenangan dsb. ... Si A senang bunga mawar, si B tidak senang bunga mawar ...

Kalau orang menyadari gerak-gerik pikirannya sendiri ... ia akan bebas dari belenggu keterkondisian batinnya. ...

Pikiran tidak bisa memahami saat kini ... pikiran hanya bisa berada di masa lampau atau di masa depan ... kedua-duanya tidak nyata. ... Oleh karena itu, untuk bisa berada pada saat kini sepenuhnya, pikiran & aku harus berhenti. ... Itulah meditasi vipassana ...

Berada pada saat kini terus-menerus ... tanpa pikiran, tanpa aku ... itu yang dinamakan time-less, tanpa-waktu (tanpa masa lampau, tanpa masa depan), timeless, keabadian ... dalam bahasa Pali disebut 'akaliko' (a-kala = tanpa-waktu) ... Itulah kebenaran yang diajarkan oleh Buddha ... "Svakkhato Bhagavata Dhammo, sanditthiko, akaliko" ...

Itulah meditasi vipassana yang diajarkan oleh Buddha kepada Bahiya & Malunkyaputta.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 23 June 2008, 08:02:17 PM
_/\_ dari semua pertanyaan kamu mungkin cuman bisa sepatah kalimat,, AYO DIPRAKTEKEN jurusnya yang udah diajarken oleh Pak Hud, ibarat orang suka dengan jurus kungfu namun ia mempertanyakan setelah menguasai kungfu ini nanti bagaimana, seperti apa? [...]
Betul, ... kalau mau mahir berenang harus berani terjun ke air ... jangan cuma berdiskusi tentang berenang di darat saja ... nggak akan pernah bisa berenang ... :)

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Mr. Wei on 23 June 2008, 09:26:44 PM
Hmmm...
Pak Hudoyo benar, saya memang ingin mempelajari doktrin tanpa aku dengan kemampuan intelek saya saja, tidak dengan mencoba meditasi...

OK deh saya akan sempatkan waktu di rumah untuk berlatih bermeditasi sesuai bimbingan Pak Hud secara teratur... :)

Jadi, meditasi yang diajarkan Pak Hud itu sperti apa? Maksudnya... bagaimana meditasinya?
Kata Pak Hud kan eling... nah keelingan apa yang dimaksud?

Kalau eling kadang secara tidak sadar batin pasti melabel... "panas nih", "pegel nih", dsb...

Jadi perhatikan seperti apa yang dimaksud?
Ketika panas, sadari saja panas? Dan biarkan?
Begitu?

Mohon bimbingan _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 23 June 2008, 10:10:33 PM
Jadi, meditasi yang diajarkan Pak Hud itu sperti apa? Maksudnya... bagaimana meditasinya?
Kalau pikiran minta dijelaskan, bagaimana meditasi ... sadari pikiran yang minta dijelaskan itu ... Jangan menunggu penjelasan tentang meditasi, melainkan terjunlah langsung mengamati pikiran itu ... :)

Quote
Kata Pak Hud kan eling... nah keelingan apa yang dimaksud?
Kalau pikiran memikirkan apa itu 'eling', sadari pikiran yang memikirkan 'eling' itu ... Jangan menunggu sampai mengerti tentang 'eling' ... :)

Quote
Kalau eling kadang secara tidak sadar batin pasti melabel... "panas nih", "pegel nih", dsb...
Ketika batin tidak sadar, sadari saja batin yang tidak sadar itu ... jangan berusaha untuk sadar ... :)
Ketika pikiran melabel, sadari saja pikiran yang melabel itu ... Jangan berusaha menghentikannya. ... :)

Quote
Jadi perhatikan seperti apa yang dimaksud?
Ketika pikiran bertanya, "seperti apa yang dimaksud dengan 'perhatikan' " ... sadari saja pikiran yang bertanya itu ... jangan menunggu jawaban ... :)

Quote
Ketika panas, sadari saja panas? Dan biarkan? Begitu?
Ketika pikiran bertanya, "sadari saja panas?" ... sadari pikiran yang bertanya itu ... jangan menunggu dijawab "ya" ... :)
Ketika pikiran bertanya, "dibiarkan saja?" ... sadari saja pikiran yang bertanya itu ... jangan menunggu dijawab "ya" ... :)
Ketika pikiran mengharapkan kepastian, "begitu?" ... sadari saja pikiran yang mengharapkan kepastian itu ... jangan menunggu kepastian ... :)

Quote
Mohon bimbingan
Ketika pikiran minta bimbingan ... sadari saja pikiran yang minta bimbingan itu ... jangan menunggu datangnya bimbingan ... :)

Itulah meditasi ... terjunlah ke dalam meditasi itu ... :)

Kalau Anda bingung, itu tandanya Anda tidak bermeditasi atau belum mulai bermeditasi ... dan saya tidak bisa membantu orang yang tidak bermeditasi ... :) Maaf ... :)

Jadi ... bermeditasilah ... :)

Salam,
Hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Mr. Wei on 23 June 2008, 10:13:23 PM
OK... siiipppp!!!!
Thanx Pak Hudoyo...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Mr. Wei on 23 June 2008, 10:15:34 PM
Btw meditasi sambil tidur boleh kan? Gak harus posisi duduk.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 23 June 2008, 10:23:18 PM
boleh
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Mr. Wei on 23 June 2008, 10:28:51 PM
Pak Hudoyo...
mengapa ada kebingungan dalam batin saya yah???

Saya merasa saya masih belum rela untuk melepaskan keduniawian ini...
Saya rasa saya masih ingin menikmati yang namanya bersenang2, menikmati ini itu... (saya masih muda Pak Hud, baru 16 tahun :) )

Mungkin ini lobha saya yang sangat amat kuat...
Tapi akan saya coba lepaskan perlahan2, Pak Hud :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Mr. Wei on 23 June 2008, 10:36:37 PM
Pak Hudoyo...
mengapa ada kebingungan dalam batin saya yah???

Saya merasa saya masih belum rela untuk melepaskan keduniawian ini...
Saya rasa saya masih ingin menikmati yang namanya bersenang2, menikmati ini itu... (saya masih muda Pak Hud, baru 16 tahun :) )

Mungkin ini lobha saya yang sangat amat kuat...
Tapi akan saya coba lepaskan perlahan2, Pak Hud :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Mr. Wei on 23 June 2008, 10:37:59 PM
Hmm...

Apakah perasaan lobha yang amat kuat itu saya sadari saja????
Mungkin itu?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Mr. Wei on 23 June 2008, 11:06:40 PM
Saya tahu!

Perasaan kebingungan itu saya amati saja!
Jangan pikirkan apa2, jangan pikirkan akibatnya, mengapa, cara menghapusnya...

Ya kan Pak Hudoyo?
Begitu kan?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 23 June 2008, 11:47:13 PM
Anda bingung karena Anda membandingkan diri Anda dengan orang lain yang lebih tua …

Jangan mencoba melepaskan lobha perlahan-lahan … itu aku lagi yang mengharapkan sesuatu …
Sadari saja semua itu …

Sadari adanya kebingungan dalam batin … sadari juga sebab-musabab kebingungan itu … sadari reaksi batin terhadap kebingungan itu: menolak, melawan, berontak, berusaha menghilangkannya … dsb.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Mr. Wei on 23 June 2008, 11:51:44 PM
Ok...
Saya mengerti...
Sudah cukup, saya akan mencobanya...
Thanx Pak Hud _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sukma Kemenyan on 24 June 2008, 05:39:18 AM
Pak Hudoyo,
Setelah melirik Thread Ini,
Saya jadi ingin ikutan Mengenal Diri...
dan semoga bisa melepaskan harapan dan si Diri

Namun...
Bagaimana caranya?
Berhubung "AKU" Masih terlalu kuat...

Jikalau saya ikutan sekarang tanpa bimbingan bapak,
Mungkin saya hanya akan berakhir mengikuti permainan pikiran seperti pada [pengalaman lalu saya (http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,128.0.html)]

dan Jikalau saya pake cara ngotot (read: konsentrasi),
Mungkin akan menjadi melenceng dari spesifikasi Vipasanna/MMD
dan berakhir seperti [Samatha-Experiment (http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,862.0.html)] lainnya

Ditunggu Tips dari Bapak,
Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih

(http://dhammacitta.org/forum/Smileys/ym/namaste.gif)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sukma Kemenyan on 24 June 2008, 06:38:59 AM
Maaf pak.... mungkin rada OOT,
Ada sesuatu yang meluap `sesaat sebelum` menyadari fenomena (senang,marah),
meluap dari arah punggung keubun-ubun...

Sesuatu itu apa pak?
Maap kalao pertanyaan saya aneh :hammer:
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 24 June 2008, 08:29:28 AM
mengapa ada kebingungan dalam batin saya yah???

Saya merasa saya masih belum rela untuk melepaskan keduniawian ini...
Saya rasa saya masih ingin menikmati yang namanya bersenang2, menikmati ini itu... (saya masih muda Pak Hud, baru 16 tahun  )

Mungkin ini lobha saya yang sangat amat kuat...


Karena lingkungan mempersepsikan bahwa melepas keduniawiaan dan segala macamnya yang sering dijalankan oleh manusia itu mengkondisikan bahwa itulah kesenangan yang akan aku cari , inilah nikmat , inilah itu dan inilah begitu dan ini dan ini dan ini. semua pemikiran yang terkondisikan dalam batin membuat anda tidak merasa ingin melepas, anda bimbang, takut melihat sesuatu yang belum jelas seperti kata Nibbana itu.

Sang Buddha mengatakan Nibbana adalah paling bahagia karena padamnya itu namun tentu kita umat awam ga akan mengerti rasa perasaan itu seperti apa karena kita belum merealisasikan ibarat jalan di tengah kabut,kita bingung apakah Nibbana itu ada disana, apakah ini membawa kebaikan, lalu lingkungan pun menangkap anda untuk melihat inilah yang lebih indah di dunia.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 24 June 2008, 08:38:32 AM
Apakah perasaan lobha yang amat kuat itu saya sadari saja?

kalau mengutip kata Ajahn Chah dalam bukunya "Tidak ada Ajahn Chah"

Meditasi ibarat menanam pohon buah, yang anda perhatikan bukanlah apakah pohon ini akan berbuah sangat banyak, apakah buahnya manis, apakah ia akan terus berbuah, apakah pohonnya akan awet dan tumbuh terus? Bukan itu. namun yang anda perhatikan adalah tindakan anda memelihara pohon tersebut. dari memupuk, memberi air, memperhatikan, menyadari adanya penyakit pada pohon tersebut, menghilangkan penyakit. karena pada saat sekarang anda merawat pohon sampai dia berbuah, inilah tugas anda.

Tugas pohon itu adalah berbuah dan tugas anda adalah merawat pohon tersebut. sama halnya dengan pikiran, tugas anda menjaga kesadaran anda sedangkan tugas pikiran yang tersadar adalah berbuah pada nantinya.

Manusia suka lupa dengan mengejar hasil masa depan tanpa melihat masa sekarang. Anda punya banyak pemikiran sebelum memulai meditasi, semakin banyak pemikiran tidak akan mendudukkan anda pada posisi meditasi dan samadhi, namun ketika pemikiran itu muncul, sadari, rasakan bagaimana gejolak batin, kemudian redamkan dengan bijaksana.
ingat bagaimana 4 Kebenaran Mulia diajarkan, dari muncul sampai hilang, begitulah proses yang kita lakukan dalam meditasi, pikiran muncul, sadari, tanyakan, akhiri. Pak Hud, mohon koreksinya yaph, _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 24 June 2008, 09:11:36 AM
[...]
Ditunggu Tips dari Bapak,
Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih
(http://dhammacitta.org/forum/Smileys/ym/namaste.gif)

Rekan Kemenyan,

Selamat datang di thread MMD ini. ... :)

Saya sudah mengunjungi kedua thread yang Anda cantumkan ... Kalau boleh saya simpulkan ... tampaknya Anda masih bermain-main dengan berbagai metode meditasi ... maaf, ya. :)

Kalau memang Anda serius akan melaksanakan (setidak-tidaknya mencoba) MMD ... nomor satu Anda harus bersedia melepaskan & meninggalkan semua main-main dengan berbagai metode meditasi itu. ... :)

Kalau Anda sanggup melaksanakan syarat awal itu ... segala sesuatu akan menjadi jauh lebih mudah ... :)

Di thread ini ada banyak tips untuk praktisi MMD ... Yang terakhir adalah diskusi dengan Rekan Wei, yang juga mau belajar MMD berangkat dari pemahamannya secara intelektual ... Simaklah diskusi dengan Rekan Wei, yang saya lihat juga sangat bermanfaat untuk Anda, terutama Reply # 491 di halaman 33. ... :)

Kemudian di situs  > Forum: Supranatural > Subforum: Spiritual > Thread: MMD-2 ada banyak diskusi dengan teman-teman non-Buddhis yang ingin belajar mempraktekkan MMD dari sejak awal. ... Beberapa orang dengan berani melakukan sendiri MMD di rumah hanya dengan berbekal informasi dari thread itu ... Dan mereka berhasil mengalami pencerahan (transformasi dalam batin mereka) ... yang kemudian mereka share di thread itu.

Jadi pada dasarnya tidak mustahil bagi Anda untuk melakukan MMD sendirian hanya dengan berbekal informasi dari forum DC ini dan/atau thread MMD di Kaskus. ... Sekali lagi, syarat pertama khusus bagi Anda adalah lepaskan dan tinggalkan berbagai metode meditasi yang lain ... :)

Salam,
hudoyo

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 24 June 2008, 09:28:14 AM
Apakah perasaan lobha yang amat kuat itu saya sadari saja?

kalau mengutip kata Ajahn Chah dalam bukunya "Tidak ada Ajahn Chah"

Meditasi ibarat menanam pohon buah, yang anda perhatikan bukanlah apakah pohon ini akan berbuah sangat banyak, apakah buahnya manis, apakah ia akan terus berbuah, apakah pohonnya akan awet dan tumbuh terus? Bukan itu. namun yang anda perhatikan adalah tindakan anda memelihara pohon tersebut. dari memupuk, memberi air, memperhatikan, menyadari adanya penyakit pada pohon tersebut, menghilangkan penyakit. karena pada saat sekarang anda merawat pohon sampai dia berbuah, inilah tugas anda.

Tugas pohon itu adalah berbuah dan tugas anda adalah merawat pohon tersebut. sama halnya dengan pikiran, tugas anda menjaga kesadaran anda sedangkan tugas pikiran yang tersadar adalah berbuah pada nantinya.

Manusia suka lupa dengan mengejar hasil masa depan tanpa melihat masa sekarang. Anda punya banyak pemikiran sebelum memulai meditasi, semakin banyak pemikiran tidak akan mendudukkan anda pada posisi meditasi dan samadhi, namun ketika pemikiran itu muncul, sadari, rasakan bagaimana gejolak batin, kemudian redamkan dengan bijaksana.
ingat bagaimana 4 Kebenaran Mulia diajarkan, dari muncul sampai hilang, begitulah proses yang kita lakukan dalam meditasi, pikiran muncul, sadari, tanyakan, akhiri. Pak Hud, mohon koreksinya yaph, _/\_

Rekan Nyanadhana,

Tidak ada yang perlu dikoreksi kok ... :)

Ajahn Chah pada dasarnya menekankan sadar pada saat kini: menyadari apa yang dialami, apa yang terpikir, apa yang dilakukan ... dsb. ... Malah saya berjalan lebih jauh lagi: ... saya tidak memikirkan pohon buah apa itu ... tidak memikirkan apakah pohon itu akan berbuah atau tidak ... dsb. ... :)  Pengertian tentang adanya 'buah' mengimplikasikan masih adanya harapan yang sangat halus dari si aku. ... :)

NB: Maaf, saya mau tanya: paragraf yang mulai dengan "Manusia suka lupa ..." itu tulisan siapa, Ajahn Chah atau Anda? ... paragraf itu bagus sekali ... :)

Quote
ingat bagaimana 4 Kebenaran Mulia diajarkan, dari muncul sampai hilang, begitulah proses yang kita lakukan dalam meditasi, pikiran muncul, sadari, tanyakan, akhiri.
Di sini saya agak lebih radikal sedikit ... Menurut hemat saya, 4 Kebenaran Mulia --sekalipun dideskripsikan sebagai EMPAT hal yang berurutan-- pada hakikatnya merupakan satu kesatuan integral ... dan terjadi secara serentak (simultaneous) ... :) Di situ tidak ada 'proses', tidak ada 'Jalan' (sekalipun disebut "Jalan Mulia" -- itu istilah agama), tidak ada 'tujuan', tidak ada 'usaha' ... :)  Barang siapa MELIHAT/MENEMBUS Kebenaran I tentang Dukkha, pada saat itu juga ia MELIHAT/MENEMBUS ketiga Kebenaran yang lain. ...  :)

Itu saja tambahan (bukan "koreksi") yang ingin saya tambahkan pada posting Anda. ... :)

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 24 June 2008, 09:33:05 AM
Maaf pak.... mungkin rada OOT,
Ada sesuatu yang meluap `sesaat sebelum` menyadari fenomena (senang,marah),
meluap dari arah punggung keubun-ubun...
Sesuatu itu apa pak?
Maap kalao pertanyaan saya aneh :hammer:
Rekan Kemenyan, karena Anda pernah main-main dengan samatha-bhavana, meditasi kasina dsb maka DUGAAN saya apa yang Anda ceritakan itu energi-energi tertentu yang mengalir dalam tubuh halus Anda, yang biasanya dinamakan prana (chi) atau bahkan kundalini. ... :)

Tapi itu cuma DUGAAN lho ... saya tidak tahu pasti ... :) Dan bagi saya, kalau itu muncul, tidak perlu dihiraukan ... :)  ... Biarlah semuanya berjalan secara alamiah. ... :)

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 24 June 2008, 09:36:42 AM
 ;D Manusia suka lupa......itu saya tambahkan sendiri, karena dari setiap pengamatan baik ke dalam artian ke dalam diri sendiri dan ke luar dalam artian melihat , kita sering terjebak dengan permintaan hasil dan hasil namun kita lupa kita sendiri sedang ngapain, makanya ada begitu banyak orang berputar-putar tanpa tujuan, terus mencari sedangkan disitu sudah terdapat, bingung akan arah padahal petanya sudah jelas.

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sukma Kemenyan on 24 June 2008, 09:51:31 AM
Iya pak,
Itulah yang sulit... meninggalkan metoda-metoda lama (Experiment)

Saya sudah mencoba berbekal apa yang saya baca...
Seperti pagi ini,
saya mencoba menekan `Harapan` akan Sunyi/Hening,
dengan sengaja berisik (via mp3)...

Harapan akan Sunyi sering kali menjadi `Target` yang tidak dikejar,
namun diharapkan kehadirannya...

dan ketika Suara-suara berisik Masuk...
Emosi muncul.... ditandai dengan "meluapnya" sesuatu dari belakang...

Saya menyadari ada sesuatu yang "meluap"
Namun sayangnya emosi selalu muncul...
Walaupun disadari, namun reaksinya selalu tidak bisa dikendalikan...
(dan terakhir2x, `kebencian akan berisik yang berakibat emosi` ini sudah mulai masuk dalam aktivitas sehari2)

---

Pagi ini dalam berisiknya mp3,
Saya coba mengikuti saran teman di DC,
Untuk tidak berfocus pada satu titik (Samatha)
Namun focus pada tiap fenomena yang muncul...

Alhasil...
Pikiran saya melompat-lompat mengikuti beat music/mp3...
Melompat-lompat namun saya tidak ngerasa capek...

Bahkan,
Setelah lebih kurang beberapa lagu berakhir,
Saya ngerasain kalau pikiran tidak melompat-lompat lagi...
Tidak jelas dimana pikiran sedang focus,
Namun saya yakin, kalau saya ndak sedang terbawa arus... (alias masih sadar)

Memang,
Meditasi singkat ini benar-benar bikin seger pikiran...
Tidak ada kerutan didahi (tidak seperti Samatha/Teja/Aloka/Anapanasati)

Namun,
Saya ragu kalau saya sedang ber-MMD

Mohon petunjuknya pak...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 24 June 2008, 12:27:46 PM
Alhasil...
Pikiran saya melompat-lompat mengikuti beat music/mp3...
Melompat-lompat namun saya tidak ngerasa capek...

mirip pengalaman saya nih...
saya meditasinya dulu hanya full anapanasati.
tidak ada vipassana ataupun mmd

semua terjadi tiba2x saja, seperti bendungan pecah
byk hal yg cocok dg penjelasan pak hud mengenai kebenaran 'dukkha'...

efek pertama kira2 shock, panik, mungkin gila :P
ttp ada pemahaman 4 kebenaran luhur scr berbeda, ini yg buat saya yakin ga gila ;D
trus efek plg kuat itu, seperti setiap kontak (phassa) jd jelas sekali...

jd seperti mbah menyan, mis kontak dg music -> pikiran music
kontak suara anjing -> pikiran anjing
kontak tulisan di dc -> pikiran rekan2 dc ini
ini terjadi gila2an
sangat byk kontak dlm sehari2
bahkan pikiran ini bisa sambung menyambung lagi
tp don't worry
nanti jg biasa :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 24 June 2008, 01:02:20 PM
kegirangan = piti? = somanassa vedana?

ketika kegirangna itu datang juga, kembali lagi ke sadar, sadar dan sadar, ada kejadian ada orng meditasi sampai menitikan air mata kebahagiaan, aku pikir ntah apa yang dia rasakan namun dia perlu segera melepaskan perasaan itu agar tidak berlarut larut soalnya akan mengganggu ketenangan dia nantinya, piti itu juga harus diacuhkan untuk bisa menuju step jhana berikutnya. secara teoritis, namun kalau secara berpraktek, maka apapun perasaan yang muncul sebaiknya sadari timbul lenyapnya hingga kita berada pada titik seimbang yaitu Jalan Tengah.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 24 June 2008, 07:51:41 PM
Iya pak,
Itulah yang sulit... meninggalkan metoda-metoda lama (Experiment)
Saya sudah mencoba berbekal apa yang saya baca...
Seperti pagi ini,
saya mencoba menekan `Harapan` akan Sunyi/Hening,
dengan sengaja berisik (via mp3)...
Selalu ada KONFLIK antara 'kenyataan [yang ada sekarang]' dan 'harapan'. ...
'Konflik' ini cukup disadari ... bukan direkayasa untuk dihilangkan ...
'Sengaja melakukan sesuatu' berarti masih ada 'usaha' si aku untuk keluar dari keadaan dilematis ...
Jadi, 'memutar MP3' dengan 'tujuan' untuk menekan 'harapan akan keheningan' itu masih merupakan main-main dengan meditasi ...

Quote
Harapan akan Sunyi sering kali menjadi `Target` yang tidak dikejar,
namun diharapkan kehadirannya...
Lagi-lagi ini konflik antara 'kenyataan' dan 'harapan' ... konflik yang 'wajar' dalam kesadaran sehari-hari, menjadi 'masalah besar' dalam meditasi ...

Quote
dan ketika Suara-suara berisik Masuk...
Emosi muncul.... ditandai dengan "meluapnya" sesuatu dari belakang...
Saya menyadari ada sesuatu yang "meluap"
Namun sayangnya emosi selalu muncul...
Walaupun disadari, namun reaksinya selalu tidak bisa dikendalikan...
(dan terakhir2x, `kebencian akan berisik yang berakibat emosi` ini sudah mulai masuk dalam aktivitas sehari2)
Emosi adalah reaksi yang wajar, menyertai pikiran ... menanggapi setiap rangsangan yang masuk ...
Emosi, pikiran, tidak perlu dikendalikan ... siapa pula 'subyek' yang berniat 'mengendalikan'? ... Si aku, yang justru menjadi sumber dari semua konflik / dukkha ...
Usaha untuk 'mengendalikan' hanyalah merupakan usaha yang tidak akan ada habisnya ... Itulah yang diajarkan dalam agama, termasuk dalam agama Buddha (yang berkembang belakangan menggeser ajaran Sang Buddha) ...
Itu bukan meditasi ... Sadari saja itu ...

---

Quote
Pagi ini dalam berisiknya mp3,
Saya coba mengikuti saran teman di DC,
Untuk tidak berfocus pada satu titik (Samatha)
Namun focus pada tiap fenomena yang muncul...
Itu lebih baik daripada samatha-bhavana semata-mata ...
Tapi 'memfokus' itu sendiri masih tetap merupakan aktivitas dari si aku ... betapa pun halusnya ...
Sekarang, cobalah untuk 'tidak memfokuskan' perhatian pada apa pun sama sekali ... melainkan sekadar mengalir secara pasif dengan apa yang terjadi ... tanpa memilih-milih apa yang mau diperhatikan ... 'memfokus' sebentar tanpa disengaja boleh ... tapi jangan sengaja 'memfokus' pada sesuatu ...

Quote
Alhasil...
Pikiran saya melompat-lompat mengikuti beat music/mp3...
Melompat-lompat namun saya tidak ngerasa capek...
Bahkan,
Setelah lebih kurang beberapa lagu berakhir,
Saya ngerasain kalau pikiran tidak melompat-lompat lagi...
Tidak jelas dimana pikiran sedang focus,
Namun saya yakin, kalau saya ndak sedang terbawa arus... (alias masih sadar)
Rupanya untuk sesaat Anda merasakan kesadaran yang otentik ... "tidak merasa capek" disebabkan karena tidak ada pikiran yang bergerak, tidak ada usaha ...
"Tidak jelas apa yang diperhatikan" menunjukkan juga pikiran berhenti ... karena yang 'mengetahui' dan 'mengenali' itu pikiran ... kalau pikiran berhenti, orang akan merasa seolah-olah "tidak tahu" dan "bodoh" ... berbeda dengan orang yang "pintar" karena pikiran bergerak ...
"Yakin tidak terbawa arus" [tapi tidak tahu apa yang disadari] menunjukkan adanya kesadaran otentik di mana pikiran berhenti ...

Quote
Memang,
Meditasi singkat ini benar-benar bikin seger pikiran...
Tidak ada kerutan didahi (tidak seperti Samatha/Teja/Aloka/Anapanasati)
Itulah meditasi yang sesungguhnya ... tidak ada konsentrasi apa pun ... tidak ada teknik apa pun ... tidak ada usaha apa pun ... tidak ada tujuan apa pun ... tidak ada waktu ...

Quote
Namun,
Saya ragu kalau saya sedang ber-MMD
Mohon petunjuknya pak...
Jangan pedulikan "MMD" ... "MMD" cuma sebuah konsep ...
Yang penting adalah apa yang Anda alami ...
Dan sudah saya komentari ... :)

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sukma Kemenyan on 24 June 2008, 09:35:44 PM
Terima kasih pak...
Tulisan diatas cukup jelas bagi saya...

Semoga saya tidak salah mengerti...

Namun,
Kalau dirangkum dalam satu kata...

Maksud bapak disini adalah... "Tidur" dalam keadaan sadar (bangun) ?

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: gendhisjawi on 25 June 2008, 12:44:04 AM
Pak Hud, mohon izin berbagi pengalaman ber-MMD, mumpung topiknya sedang pas.
Saya mulai menemukan “cara” yang pas ber-MMD justru ketika mencoba meditasi di tengah suasana seadanya, bukan saat-saat khusus. Berhubung sulit menemukan saat ideal meditasi di malam sunyi, kini saya terbiasa meditasi setiap kali ingat dan setiap kondisi memungkinkan, walau mungkin cuma 1 menit, 2 menit, 3 menit dst.
Biarpun sekejab, belakangan ini (mungkin ini perasaan saya saja) saya justru langsung menemukan keheningan pada detik-detik awal saya memulai meditasi. Biasanya, keheningan itu berangsur-angsur memudar kembali, tapi kalau nanti beruntung bisa hening lagi. Sekadar menambah info, selama ini saya juga gampang sekali tidur (tapi tidak gampang ketiduran, kecuali tubuh sedang super capek). Kalau memang berniat tidur, biasanya tak sampai 30 detik, saya sudah terlelap.
Kembali ke meditasi, saya kira kuncinya adalah meminimalisir pikiran. Kata “meminimalisir” memang mengandung nuansa “berupaya”, tapi maksud saya sebenarnya begini: manifestasi pikiran adalah penafsiran, dugaan, analisis, identifikasi, dan semacamnya. Jadi, selama saya tak melakukan semua itu tadi, ada kemungkinan pikiran saya juga berhenti.
Karena itu ketika sedang bermeditasi, saya tak menafsirkan suara-suara, menduga-duga suara-suara, mengidentifikasi suara-suara, serta menganalisis suara-suara. Biarkan suara-suara masuk kuping apa adanya. Ini juga saya jadikan kontrol. Selama saya masih biasa mengidentifikasi suara-suara itu, berarti pikiran saya masih bekerja.
Saya termasuk orang yang lebih suka menutup mata ketika meditasi karena dengan cara itu paling tidak saya membatasi sensasi yang masuk melalui mata. Tapi, kalau saya merasa bisa meditasi di suatu tempat dan waktu ketika ada orang lain di sekitar saya, ya saya akan melek seperti biasa. Tapi ya itu tadi, saya sebisa mungkin enggak melakukan aktifitas yang menjadi manifestasi pikiran.
Pengalaman meditasi dengan mata terbuka, sering saya lakukan sembari melintasi Tol Jagorawi saban berangkat kerja. Saya memegang setir dengan penuh kesadaran, tapi bukan konsentrasi. Salah satu trik saya meminimalisir pikiran sembari menyetir adalah tidak melihat spion! Saya beranggapan, kalau melihat spion berarti mau tak mau saya harus menganalisis situasi jalan. Mungkin ada yang beranggapan mustahil mengemudi di jalan tol tanpa melihat spion.  Tapi, pengalaman saya, tanpa dengan sengaja melihat spion pun, asal kita membuka mata apa adanya tanpa memilih-milih obyek, mungkin 150 derajat ruang pandang bisa terpantau mata, termasuk bayangan di spion.
Mungkin banyak yang menganggap saya berlebihan atau melebih-lebihkan cerita. Tapi, sungguh, itu saya lakukan hampir tiap hari. Dan saya yakin 1000%, cara mengemudi dengan “penuh kesadaran” sekaligus minim pikiran itu jauh lebih aman ketimbang mengemudi penuh konsentrasi sekaligus emosi. Sebab, semua perilaku tangan dan kaki saya benar-benar berdasarkan “situasi jalan sungguhan” , bukan “persepsi pikiran mengenai situasi jalan”.
Kaki saya hanya akan memancal gas secara otomatis ketika ada ruang yang cukup di depan kendaraan, bukan karena ingin ngebut atau ingin menyalip kendaraan lain. Kaki saya akan menginjak rem semata-mata karena situasi jalan tak memungkinan kendaraan saya melaju dengan kecepatan semula. Dalam situasi meditative seperti itu, saya mengemudi tanpa emosi. Tak ingin buru-buru atau tak ingin pamer. Ketika ada kendaraan lain memotong jalan, saya akan mengerem dengan sukarela dan otomatis tanpa disertai rasa marah atau terprovokasi. Tapi,kalau ditanya saya tadi menyalip kendaraan merek apa saja, kinclong atau tidak, warnanya apa, jenisnya apa, saya enggak akan bisa jawab.
Saya menganggap ini bukan pengalaman luar biasa karena mirip-mirip orang yang nyetir sambil ngobrol atau menelpon. Cuma, kalau ngobrol atau menelpon, nyetirnya tidak sadar, sedangkan yang ini sadar sepenuhnya.
Pak Hud, minta petunjuk. Mohon koreksi kalau eksperimen saya ber-MMD dalam kehidupan sehari-hari ternyata malah melenceng.
Sekalian nambahi (mumpung semangat menulis ), menurut saya, aktifitas maksluk hidup terdorong oleh dua hal: kebutuhan dan keinginan. Saya makan ketika perut telah lapar, itu kebutuhan. Tapi, kalau ketika makan saya memilih menu yang tampaknya lebih enak, ini keinginan. Tidur karena ngantuk itu kebutuhan. Tapi kalau berencana tidur di hotel, ini keinginan. Berpakaian agar tak kedinginan, ini kebutuhan. Tapi kalau tertarik memilih baju yang bagus, itu sudah keinginan.
Nah, saya kira, aktifitas fisik yang dijalankan oleh orang-orang yang telah “hilang  akunya” semata-mata terdorong oleh kebutuhan, bukan keinginan.
Wah, panjang banget posting saya, Pak Hud. Maaf. Salam bagi semuanya.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 25 June 2008, 03:56:17 AM
[...]
Namun,
Kalau dirangkum dalam satu kata...
Maksud bapak disini adalah... "Tidur" dalam keadaan sadar (bangun) ?
Kalau dibilang "tidur dalam keadaan sadar/bangun", nanti yang membaca bisa bingung, sekalipun orang yang sudah mengalaminya bisa mengerti ... :)  Mengapa? ... Karena sebetulnya ada tiga lapisan keadaan batin:
(1) tidur/bermimpi
(2) jaga/bangun di mana pikiran/aku bergerak - ini kesadaran kita sehari-hari
(3) sadar/eling di mana pikiran/aku berhenti

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 25 June 2008, 04:04:57 AM
Pak Hud, mohon izin berbagi pengalaman ber-MMD, mumpung topiknya sedang pas. [...]
Terima kasih banyak, Mas Gendhisjawi, atas sharing uraian sadar dalam kehidupan sehari-hari yang sangat rinci dan jelas. ... Silakan teruskan ... tidak ada yang perlu saya "luruskan". ... :)

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: HokBen on 25 June 2008, 08:59:37 AM
Jadi, meditasi yang diajarkan Pak Hud itu sperti apa? Maksudnya... bagaimana meditasinya?
Kalau pikiran minta dijelaskan, bagaimana meditasi ... sadari pikiran yang minta dijelaskan itu ... Jangan menunggu penjelasan tentang meditasi, melainkan terjunlah langsung mengamati pikiran itu ... :)

Quote
Kata Pak Hud kan eling... nah keelingan apa yang dimaksud?
Kalau pikiran memikirkan apa itu 'eling', sadari pikiran yang memikirkan 'eling' itu ... Jangan menunggu sampai mengerti tentang 'eling' ... :)

Quote
Kalau eling kadang secara tidak sadar batin pasti melabel... "panas nih", "pegel nih", dsb...
Ketika batin tidak sadar, sadari saja batin yang tidak sadar itu ... jangan berusaha untuk sadar ... :)
Ketika pikiran melabel, sadari saja pikiran yang melabel itu ... Jangan berusaha menghentikannya. ... :)

Quote
Jadi perhatikan seperti apa yang dimaksud?
Ketika pikiran bertanya, "seperti apa yang dimaksud dengan 'perhatikan' " ... sadari saja pikiran yang bertanya itu ... jangan menunggu jawaban ... :)

Quote
Ketika panas, sadari saja panas? Dan biarkan? Begitu?
Ketika pikiran bertanya, "sadari saja panas?" ... sadari pikiran yang bertanya itu ... jangan menunggu dijawab "ya" ... :)
Ketika pikiran bertanya, "dibiarkan saja?" ... sadari saja pikiran yang bertanya itu ... jangan menunggu dijawab "ya" ... :)
Ketika pikiran mengharapkan kepastian, "begitu?" ... sadari saja pikiran yang mengharapkan kepastian itu ... jangan menunggu kepastian ... :)

Salam,
Hudoyo

Pak..
sama ga dgn salah satu metode meditasi ( lupa nama pengajarnyanya.. ) yang mengajarkan untuk mencatat setiap gerakan batin..
kalo pas ingin jalan catat "ingin", setelah mulai berjalan catat "berjalan", pas ingin berhenti catat "ingin" , dst...

thx
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 25 June 2008, 09:05:04 AM
Rekan Hok Ben,

Itu diajarkan dalam teknik vipassana versi Mahasi Sayadaw.

Menurut hemat saya, itu "dua kali kerja": pertama, mengamati ... kedua, mencatat. ... Selama itu dilakukan, pikiran tidak mungkin berhenti ...

Dalam MMD, cukup disadari saja: keinginan, gerak, ... dsb, tanpa dicatat.

Rekan Hok Ben, mungkin bagi Anda ini masih belum jelas; karena Anda cuma mencoba memahaminya dengan pikiran ... Anda tidak bisa membayangkan bagaimana "menyadari tanpa pikiran" ... Nah, kalau mau tahu dengan jelas, tidak ada jalan lain daripada mempraktikkannya. ...

Cobalah ... dan Anda akan tahu berdasarkan pengalaman sendiri, bukan dari pikiran ... Dan pengalaman itu sangat mencerahkan ... Hidup Anda akan berubah total ... Dan Anda akan mengerti mengapa Sang Buddha bilang: "Nibanna adalah kebahagiaan tertinggi." ...

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 25 June 2008, 09:37:04 AM
[Dari thread: "Persepsi Murni (Mulapariyaya), Citta Vithi (Abhidhamma)" (Buddhisme untuk Pemula)]

Bukan begitu pak... saya menyesuaikan dg lawan bicara sedang memakai bagian mana dalam Tipitaka...
Kalau saya telusuri lagi diskusi Anda dengan Markos:
(1) Markos menyatakan, 'pikiran tidak bisa berhenti', sesuai ajaran Abhidhamma;
(2) Anda berkata, bisa, yakni 'nirodha-samapatti', sesuai teori jhana;
(3) diskusi berkisar seputar jhana-8 dan 'nirodha-samapatti';
(4) Anda kemudian menulis: "sekedar info, soal resolusi sebelum nirodha-samapatti ini cocok pula dg pengakuan pengalaman pak Hud".

Pada poin #4 itulah kekeliruan terjadi, karena 'berhentinya pikiran' yang saya uraikan sama sekali bukan teori 'nirodha-samapatti'. ... Alasannya sangat jelas:
- 'berhentinya pikiran' yang saya uraikan adalah peristiwa yang sering dialami oleh pemeditasi vipassana/MMD - banyak pemeditasi MMD mengalaminya untuk beberapa detik, satu-dua orang mengalaminya untuk waktu yang lebih lama - Ini terjadi tanpa melalui jhana, karena MMD tidak mengajarkan jhana;
- 'nirodha-samapatti' menurut teori jhana hanya tercapai sesudah melampaui jhana-8, yang menurut uraian di kitab-kitab tampaknya sangat sukar tercapai.

Kalau mau mencari penjelasan di kitab-kitab Pali tentang 'berhentinya pikiran' yang saya uraikan, mungkin Anda bisa bandingkan dengan 'khanika-samadhi' dalam teori vipassana sebagaimana diuraikan dalam Visuddhi-magga. ... Tapi saya tidak mau berteori ... :)


Quote
Quote
Di situ Sang Buddha berkata:
(1) "Di dalam yang terlihat hanya ada yang terlihat ... dst" - Ini berarti 'pikiran berhenti'.
(2) "Kalau bisa berada di situ, ... kamu tidak ada ... itulah akhir dukkha" - ini nibbana.
ingin tanya yg no. (1) pak.
"Di dalam yg terlihat hanya ada yg terlihat... dst"

saya tidak tahu ini pikiran berhenti atau bukan, tapi pengalaman saya,
ketika merasakan penderitaan dan kemudian menyadari bahwa penderitaan itu berasal dari pikiran yg berusaha merubah kondisi utk mencapai kondisi yg diinginkan.
dan ketika saya tidak berusaha merubah kondisi lagi, penderitaan bathin pun berhenti.
kondisi di luar tetap saja begitu, tidak berubah.
yg berubah hanya saya yg menerima apa adanya.
Lebih dulu, perlu kita pahami pikiran itu apa, sifat-sifat pikiran itu bagaimana:

* Menurut definisi disiplin psikologi dan menurut pengalaman batin saya sendiri, berpikir/pikiran (thinking, thought) adalah 'respons batin terhadap rangsangan yang masuk dari luar (melalui pancaindra) atau dari dalam (sebagai ingatan).' - Jadi, harus ada rangsangan dulu, baru ada tanggapan batin berupa pikiran.

* Pikiran selalu menggunakan simbol-simbol; dalam hal ini kata-kata/bahasa. - Bayi atau binatang (yang tidak punya perbendaharaan kata) tidak berpikir. - Pada dasarnya, berpikir sama dengan 'bicara dengan diri sendiri'.

* Pikiran menciptakan 'subyek' (aku/atta) yang sebetulnya adalah delusi/ilusi. (Mulapariyaya-sutta). Maka pikiran menciptakan DUALITAS antara 'subyek' dan 'obyek'. - Pikiran dan aku/atta muncul bersama-sama, dan lenyap bersama-sama.

* Pikiran membawa emosi (kasar atau halus).

* Pikiran & aku hanya bisa berada di masa lampau atau di masa depan; pikiran/aku tidak mungkin berada pada saat kini - Dengan kata lain, untuk berada pada saat kini, pikiran/aku harus berhenti.

* Pikiran (respons batin terhadap rangsangan) bisa berhenti, dalam keadaan sadar/eling yang kuat.

*****

Nah, sekarang izinkan saya mengomentari pengalaman batin yang Anda uraikan di atas berdasarkan prinsip-prinsip yang saya ketahui tentang pikiran. Mohon dikoreksi kalau dalam komentar ini ada yang salah atau tidak sesuai dengan pengalaman batin Anda. :)

(1) "Anda 'merasakan' penderitaan." ... Ini bisa
(1a) berupa suatu peristiwa yang Anda lihat/alami sendiri pada saat kini; atau bisa pula
(1b) berupa ingatan yang berasal dari apa yang Anda lihat atau pelajari di masa lampau dan sekarang muncul kembali dalam batin Anda. ...
Tetapi, mana pun yang terjadi, 'rangsangan' yang Anda terima itu Anda tanggapi (respond), Anda kenali (recognize) sebagai 'penderitaan' ...
(1c) KATA 'penderitaan' sebagai 'response' atau 'recognition' itu menunjukkan sebuah konsep ... itu adalah pikiran yang bergerak menanggapi pengalaman batin Anda akan suatu rasa tidak nyaman yang kemudian Anda sebut "penderitaan". ...

(2) "Anda 'menyadari' bahwa 'penderitaan' itu disebabkan oleh pikiran yang berusaha mencapai kondisi yang diinginkan" ... Tergantung dari mana datangnya konsep 'penderitaan' itu (apakah dari (1a) atau dari (1b)), maka yang terjadi adalah:
(2a) Anda melihat langsung pikiran/aku & keinginan bergerak dan menyebabkan rasa tidak nyaman yang kemudian Anda sebut "penderitaan", atau
(2b) Anda meneruskan proses berpikir dalam (1b), dan secara analitis menghubungkan konsep 'pikiran yang bergerak' dengan konsep 'penderitaan'.
(2c) Apa yang Anda alami dalam (2a) adalah suatu pencerahan, sedangkan kalau yang Anda alami (2b), itu hanyalah konseptualisasi.

(3) "Anda 'menyadari' bahwa ketika tidak ada usaha/pikiran untuk mengubah keadaan, penderitaan pun berhenti" - Yang terjadi mungkin:
(3a) Anda melihat langsung bahwa berhentinya pikiran/aku/usaha berkaitan dengan lenyapnya rasa tidak nyaman, yang kemudian Anda sebut "lenyapnya penderitaan", atau
(3b) Anda meneruskan proses berpikir dalam (2b), dan secara analitis menghubungan konsep 'berhentinya pikiran' dengan 'lenyapnya penderitaan'.
(3c) Apa yang Anda alami dalam (3a) adalah suatu pencerahan, sedangkan kalau yang Anda alami (3b), itu hanyalah konseptualisasi.

CATATAN: Proses (1a) dan (1b), (2a) dan (2b), (3a) dan (3b) bisa terjadi berselang-seling ... Maksudnya, Anda bisa mengalami pencerahan (di luar pikiran/aku) ... kemudian Anda pikirkan, renungkan, analisis menjadi konsep-konsep ... kemudian mengalami pencerahan selanjutnya ... Anda renungkan kembali ... dst. (Yang saya sebut 'merenungkan' bisa terjadi secepat kilat.)

'Pencerahan' dapat dikenali (belakangan) sebagai suatu pemahaman yang timbul tanpa melalui pikiran, tanpa konsep. ... Selama masih ada konsep, itu bukan 'pencerahan', melainkan 'perenungan', 'pemikiran'. ...

Terakhir, Anda mengalami bahwa ada suatu perubahan dalam batin Anda ... yang Anda renungkan sebagai "batin menerima apa adanya, sementara yang di luar tidak terpengaruh". ... Itu adalah suatu pencerahan, yang kemudian Anda renungkan kembali menjadi konsep, menjadi kalimat tersebut.


Quote
seperti inikah "Di dalam yg terlihat hanya ada yg terlihat... "?
Di sini yang ada hanyalah 'apa adanya' ... tidak ada konsep 'penderitaan' ... tidak ada konsep 'sebab penderitaan' ... tidak ada konsep 'lenyapnya penderitaan' ... apalagi konsep 'jalan menuju lenyapnya penderitaan' ... Singkatnya: pikiran/si aku berhenti. ... Itulah yang di tempat lain saya sebut: MENGALAMI/MENEMBUS Empat Kebenaran Mulia secara langsung, serempak, sebagai satu kesatuan integral ... melampaui konsep-konsep pikiran analitis. ... Di situ tidak ada apa-apa ... hanya keheningan total. ... Sang Buddha bilang: "... Kalau kamu bisa berada dalam keadaan itu ... kamu tidak ada ... itulah, hanya itulah, akhir derita."


Quote
tapi agak berapa lama kemudian, pikiran berusaha lagi mencari jalan yg lebih baik, menjadi arsitek hidup, dll... hasilnya penderitaan bathin muncul lagi.
Tentu saja ... :)

Maaf, kalau terlalu panjang. :)

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 25 June 2008, 10:01:51 AM
soal jhana & nirodha lupakan saja pak... :P

uraiannya pas (tidak terlalu panjang) :jempol:

Terima kasih _/\_
Title: Dari MMD di Bali (20-22 Juni '08): Ibu Sonya Elsegood, 51 th.
Post by: hudoyo on 26 June 2008, 07:58:10 AM
[Dari retret MMD di Bali, 20-22 Juni 2008: Komentar Ibu Sonja Elsegood, 51 tahun, guru bahasa Inggris, tinggal di Bali (saya terjemahkan di bawah):]

"What has been my experience from following three days of Meditasi Mengenal Diri? First of all, I wish to thank you very much, Pak Hudoyo, for a most useful experience and your very enlightening teachings. I learnt many things about both the nature of my own mental patterns and also about the nature of pure, perfect consciousness. During these 3 days I have been able to glimpse that inner stillness beyond the constant stream of thoughts and feelings. You have given me a lot to ponder on as well, particularly your comments this morning about the difference between awareness and experiencing the flow of thoughts and feelings with one's awareness as opposing to being the "observer" of one's thoughts and feelings. OF course it is supremely logical to say that the question 'Who is the observer?' already implies the 'I' being there. There is a subtle shift between awareness and consciousness in terms of becoming the observer.

I found your explanation yesterday about the 4 stages beginning with labelling which produce thought and thinking; as a teacher of critical thinking this idea is very clear to me because even the labelling process itself can involve judgement and evaluation. I thought of a saying, "The difference between a flower and a weed is simply a judgement." Just a name, but a plant called a flower is valued whereas one called a weed is seen to be rubbish needing to be destroyed. But actually a weed appreciated for itself can be a very beautiful plant as well as a flower. In the academic world I move, every single word used to describe something encapsulates a judgement and manifests a whole mental construct often which is culturally based.

Thank you, Pak Hudoyo, for making this clear and paving the way for us to develop a suffering-free form of consciousness, where using our awareness we are able to accept whatever is at that moment, 'apa adanya', without torturing ourselves constantly by judging good/bad.

After these 3 days I feel my senses, including my mind is steadied, not being pulled here and there so easily. I also feel more in touch with myself, not muy ego self, but myself as the core that pervades the universe and all objects, animate and inanimate.

I find your technique, MMD, to be a very useful and appropriate one for me. Your explanations about the other vipassana techniques really made sense to me because they articulated my own concerns for many years. I have always been baffled by technniques which try to achieve something, no matter how wonderful that something is, because that striving to achieve it means the ego is still at the helm of our endeavours, which cannot but fail if our goal is egolessness.

Your comments about the symbolism of Christ are very interesting and thought-provoking. Sri Sri Ravi Shankar has also talked on this topic. His view is that the meaning of Christ's sacrifice and crucifixion is to exemplify the importance of surrender in the spiritual path. The whole tradition of gurus probably exemplifies this. As you say, we cannot "save" ourselves, because the very desire to save ourselves already pushes the ego to the fore.

Buddhism is a somewhat different path, because it emphasises using wisdom to gain insight into Maya. But the guru path uses 'surrender'. This mind with all its conflicts and beauty I surrender to you. In my case, being more a heart person rather than a head, the path of surrender is very appealing to me because it emphasises love and loving kindness as the source of all breaking down the ego barriers and realising oneness.

As you say, we each have our right path, but your Meditasi Mengenal Diri has been a very useful addition to my path and I will most definitely join again. THANK YOU!"

TERJEMAHAN:

"Apakah pengalaman saya dalam mengikuti tiga hari Meditasi Mengenal Diri? Pertama-tama, saya ingin mengucapkan terima kasih banyak, Pak Hudoyo, untuk suatu pengalaman yang sangat bermanfaat dan ajaran Anda yang amat mencerahkan. Saya belajar banyak hal tentang hal-ihwal pola-pola batin saya sendiri dan juga tentang hakikat kesadaran yang murni & sempurna. Selama tiga hari ini, saya dapat mencicipi keheningan batin yang mengatasi arus pikiran & perasaan yang tak ada habisnya. Anda juga memberi saya banyak hal untuk direnungkan, terutama komentar Anda pagi ini tentang perbedaan antara keadaan sadar/eling serta mengalami arus pikiran & perasaan dengan kesadaran kita di satu pihak dengan menjadi "si pengamat" dari pikiran & perasaan di lain pihak. Sudah tentu sangat logis bila pertanyaan "Siapakah si pengamat?" sudah mengimplikasikan si 'Aku' ada di situ. Ada pergeseran halus antara keadaan sadar (awareness) kesadaran (consciousness) yang menjadi 'si pengamat'.

Saya melihat penjelasan Anda kemarin tentang 4 tahap yang mulai dengan pemberian label yang menghasilkan pikiran dan proses berpikir; sebagai pengajar 'berpikir kritis' ide ini sangat jelas bagi saya, oleh karena bahkan proses pelabelan itu sendiri bisa melibatkan penghakiman dan penilaian. Saya teringat akan pepatah, "Perbedaan antara sekuntum bunga dan rumput liar hanyalah sekadar penilaian." Hanya sekadar nama, karena tumbuhan yang disebut bunga dihargai, sedangkan tumbuhan yang disebut rumput liar dianggap sampah dan perlu dimusnahkan. Namun sesungguhnya, rumput liar yang dihargai dalam dirinya sendiri bisa merupakan tumbuhan yang sangat indah sama seperti sekuntum bunga. Di dalam dunia akademis tempat saya bekerja, di dalam setiap patah kata yang digunakan untuk mendeskripsikan sesuatu terkandung suatu penilaian dan terwujud suatu konstruk mental penuh, yang sering kali mempunyai dasar kultural.

Terima kasih, Pak Hudoyo, untuk menjelaskan ini dan membuka jalan bagi kita untuk mengembangkan suatu kesadaran yang bebas-penderitaan, yang dengan menggunakan kesadaran kita, kita mampu menerima apa pun pada saat itu, 'apa adanya', tanpa menyiksa batin kita dengan terus-menerus menilai baik/buruk.

Setelah tiga hari ini, saya merasa indra-indra saya, termasuk batin saya menjadi seimbang, tidak mudah terseret ke sana ke mari. Saya juga merasa menyentuh diri saya, bukan diri ego, melainkan diri saya sebagai pusat yang meresapi alam semesta dan semua obyek, yang bernyawa maupun tak bernyawa.

Saya mendapati teknik Anda, MMD, sangat bermanfaat dan cocok bagi saya. Penjelasan Anda tentang teknik-teknik vipassana yang lain sungguh masuk akal bagi saya, oleh karena hal itu mengungkapkan keprihatinan saya selama bertahun-tahun. Saya selalu bingung dengan teknik-teknik yang mencoba mencapai sesuatu, tidak peduli betapa menarik sesuatu itu, oleh karena perjuangan mencapainya menyiratkan masih adanya ego sebagai pengemudi dari semua usaha kita, yang jelas tidak akan berhasil kalau tujuan kita adalah tanpa-ego.

Komentar Anda tentang simbolisme Kristus sangat menarik dan menggugah perenungan. Sri Sri Ravi Shankar juga pernah membahas topik ini. Pandangan beliau adalah bahwa makna dari pengorbanan & penyaliban Kristus adalah untuk memberi teladan akan pentingnya penyerahan diri dalam jalan spiritual. Seluruh tradisi guru-murid tampaknya memberi teladan mengenai hal ini. Seperti Anda bilang, kita tidak bisa "menyelamatkan" diri sendiri, oleh karena keinginan untuk menyelamatkan diri itu sendiri sudah mendorong ego ke depan.

Buddhisme merupakan jalan yang agak lain, oleh karena ia menekankan penggunaan kearifan untuk menembus Maya. Tetapi jalan Guru menggunakan 'penyerahan diri'. Batin dengan seluruh konflik dan keindahannya saya serahkan kepada Guru. Dalam hal saya, karena saya lebih condong ke hati daripada pikiran, jalan penyerahan diri ini sangat menarik bagi saya oleh karena menekankan cinta kasih dan welas asih sebagai sumber dari seluruh keruntuhan penghalang ego dan mencapai kesatuan.

Seperti Anda bilang, masing-masing dari kita mempunyai jalan kita yang benar, tetapi Meditasi Mengenal Diri Anda merupakan tambahan yang sangat bermanfaat bagi jalan saya, dan saya sangat pasti akan mengikutinya lagi. TERIMA KASIH!"

=========================
CATATAN:

Dalam perjalanan pulang dari Brahmavihara-arama (Singaraja) ke Denpasar, Ibu Sonya, saya dan beberapa teman lain berada dalam satu mobil. Saya sempat mengomentari paham tentang 'penyerahan diri' (surrender): di dalam 'penyerahan diri', termasuk rasa 'menyerahkan diri kepada seorang guru tertentu', rasa 'menjadi murid dari seorang guru tertentu', merasa 'menjadi satu dengan alam semesta', dsb, masih terdapat si aku yang sangat halus.

Mula-mula Ibu Sonya tidak mengerti. Tetapi setelah saya kejar terus secara konsisten, "Siapa yang menyerahkan diri?", "Siapa yang merasa menjadi murid seorang guru tertentu?", "Siapa yang merasa menyatu dengan alam semesta?", Ibu Sonya tampak berpikir keras.

Salam,
Hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 27 June 2008, 08:00:20 PM
Pak mau nanya dikit...
Apakah saya sedang mengkhayal?
Pada saat meditasi saya merasakan hal yang sangat aneh...
Hal tersebut adalah ketika meditasi tangan saya dan tubuh saya sering kali terangkat ke atas?(tapi pada saat itu sebelum terangkat biasanya saya sudah hentikan,mungkin agak shock?)
Sebenarnya saya juga agak ragu dan agak menolak hal tersebut,setahu saya tidak ada sensasi seperti badan melayang bukan?
Hal yang saya rasakan sudah beberapa kali dan saya pikir itu hanya ilusi saya semata atau mungkin saya yang "merasa"...(Tapi jika dibilang saya merasa tidak mungkin juga,karena pada saat saya membuka mata saya tahu posisi tangan saya sudah berubah?Apakah ini praktek yang sudah menyimpang?Karena kita "wajib" diam?)
Pertama saat meditasi semua aura menjadi dingin dan tangan saya dengan sendiri naik ke atas sampai kedada dan saat2 tertentu berhenti.Tepat pada saat berhenti tidak ada apa2(Yang ada tangan saya kesemutan karena tangan saya berada didada,dan saya membetulkan posisinya kembali)...
Kedua saat meditasi tangan saya bukan lagi naik sejajar tetapi ke depan dan naik ke atas mengikuti irama angin?Pada saat itu juga berhenti tepat didada saya rasa.Kemudian hal yang saya lakukan sama,membetulkan posisinya kembali...
Pada saat meditasi yang paling sering adalah tubuh saya "ingin" melayang,atau tidak menyentuh kasur?Apakah pratek saya ada yang salah?
Akhir2 ini batin saya selalu risau dan risau,saya tidak tahu mengapa....Dan ketika marah ada luapan emosi yang sepertinya seakan2 siap meledak(pada saat2 seperti itu saya mencoba untuk sadar dan mengamati...Tepat  pada saat emosi itu juga,rasanya tubuh ini "ingin" memukul sesuatu?)


Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 27 June 2008, 08:46:47 PM
[at]Atas...
Marah itu ditujukan bukan pada saat meditasi,tapi pada saat2 tertentu/pada kegiatan sehari2(Ketika kesal akan sesuatu dll)

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 28 June 2008, 10:05:20 AM
Riky,

Banyak pemeditasi ketika duduk diam mengalami gerakan fisik (badan) yang tidak dikehendaki, yang didorong dari bawah sadar. Gerakan fisik itu bisa macam-macam. ... Kalau gerakan itu muncul, "tugas" kita sama saja: sadari saja secara pasif ... jangan diminati, disenangi, diperhatikan sebagai sesuatu yang menarik ... tapi sadari saja secara pasif, sama seperti Anda menyadari napas Anda atau menyadari bagian-bagian tubuh yang lain ... Nanti gerakan itu akan berakhir dengan sendirinya. ... Di lain pihak, gerakan itu jangan ditekan ... kalau ditekan, memang akan berhenti ... tapi nanti akan muncul kembali ...

Tentang batin yang risau ... yah, memang pada saat-saat ini Anda sedang risau ... terima saja, tidak perlu memikirkan sebab-sebabnya ... Yang penting, sadari juga bagaimana batin Anda bereaksi terhadap kerisauan itu ... risau itu kan suatu rasa yang tidak enak ... biasanya si aku tidak suka itu dan mencari jalan untuk menghilangkannya ... nah, sadari juga reaksi si aku terhadsap risau itu ... Beradalah bersama risau itu, sekalipun itu berlangsung untuk beberapa lama ... jangan lari dari situ ... risau itu adalah Anda, adalah aku Anda ... Justru semua perasaan yang tidak enak itu memberi pelajaran bahwa kita masih mempunyai aku ...

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 28 June 2008, 10:11:54 AM
Telah dipahami...Anumodana pak...
_/\_

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tula on 28 June 2008, 02:28:02 PM
Riky,

Banyak pemeditasi ketika duduk diam mengalami gerakan fisik (badan) yang tidak dikehendaki, yang didorong dari bawah sadar. Gerakan fisik itu bisa macam-macam. ... Kalau gerakan itu muncul, "tugas" kita sama saja: sadari saja secara pasif ... jangan diminati, disenangi, diperhatikan sebagai sesuatu yang menarik ... tapi sadari saja secara pasif, sama seperti Anda menyadari napas Anda atau menyadari bagian-bagian tubuh yang lain ... Nanti gerakan itu akan berakhir dengan sendirinya. ... Di lain pihak, gerakan itu jangan ditekan ... kalau ditekan, memang akan berhenti ... tapi nanti akan muncul kembali ...

Tentang batin yang risau ... yah, memang pada saat-saat ini Anda sedang risau ... terima saja, tidak perlu memikirkan sebab-sebabnya ... Yang penting, sadari juga bagaimana batin Anda bereaksi terhadap kerisauan itu ... risau itu kan suatu rasa yang tidak enak ... biasanya si aku tidak suka itu dan mencari jalan untuk menghilangkannya ... nah, sadari juga reaksi si aku terhadsap risau itu ... Beradalah bersama risau itu, sekalipun itu berlangsung untuk beberapa lama ... jangan lari dari situ ... risau itu adalah Anda, adalah aku Anda ... Justru semua perasaan yang tidak enak itu memberi pelajaran bahwa kita masih mempunyai aku ...

Salam,
hudoyo

maap nih .. nyelonong ke wejangna utk ricky .... karena aku liat ini seperti inti MMD ....

pikiran melintas ketika meditasi di amatin aja jgn di minati, disenangin or di perhatikan sebagai sesuatu yg menarik ...

nah ... ga tau napa ya .. kalo tula ...
begitu ada pikiran yg melintas pas medit .. otak itu secara otomatis mengolah sendiri, dan yg melintas itu biasa yg menarik utk di pikir (baca otomatis mikir), kalo yg biasa2 aja .. umpama tadi siang meludah ga tepat di wastafel dll ga mungkin melintas (baca kemungkinan kecil), btw menarik dipikir disini ga selalu "enak", kadang jg "ga enak", dan kalo otomatis mikir itu di ikutin trus, akirnya jadi seperti melamun ?

trus paragrap yg ke 2 ...

bagaimana batin anda bereaksi terhadap kerisauan itu .. bukannya risau itu batin ? maksudku risau itu lah reaksi batin

contoh :
anak sma sedang duduk termenung di pinggir kamar (kaya apa aja wakakakakaka), dia duduk disono karena batin nya risau besok mau trima rapor , sebab nya selama ini ulangan dia jelek2, nah risau kan uda berupa reaksi batin ? (bukan pengen main kata2 pak, tp asli agak mumet :))

dalam contoh itu apa kira2 yg dilakukan dalam meditasi anak itu ?
1. dia ingin kembali tenang, maka dia melakukan meditasi (maybe focusing or others lah)

2. (barusan berusaha menghayati .. cari2 pikiran risau trus sambil coba2 rasakan ... terasa risau itu kerasa di dada berat nyesek), dia melakukan "MMD" (saya kasi tanda kutip karena lom paham MMD dengan bener), jadi dia seolah2 cuman "melihat" ke dada nya yg nyesek itu tanpa berpikir apa2 (apakah ini yg di katakan MMD ?)

makaci .
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 28 June 2008, 03:12:27 PM
maap nih .. nyelonong ke wejangna utk ricky .... karena aku liat ini seperti inti MMD ....

pikiran melintas ketika meditasi di amatin aja jgn di minati, disenangin or di perhatikan sebagai sesuatu yg menarik ...

nah ... ga tau napa ya .. kalo tula ...
begitu ada pikiran yg melintas pas medit .. otak itu secara otomatis mengolah sendiri, dan yg melintas itu biasa yg menarik utk di pikir (baca otomatis mikir), kalo yg biasa2 aja .. umpama tadi siang meludah ga tepat di wastafel dll ga mungkin melintas (baca kemungkinan kecil), btw menarik dipikir disini ga selalu "enak", kadang jg "ga enak", dan kalo otomatis mikir itu di ikutin trus, akirnya jadi seperti melamun ?
Tolong dibedakan antara 'pikiran', 'berpikir' (thought, thinking) dan 'ingatan' (memories). ...
Yang Anda ceritakan "melintas" itu bukan 'pikiran' melainkan 'ingatan'. ... 'Ingatan' itu ada yang 'enak' dan ada yang 'tidak' enak ... muncul dari 'bawah-sadar'. ...
Kalau 'ingatan' yang muncul itu 'disadari', maka dengan seketika 'ingatan' itu lenyap kembali ...
Kalau tidak disadari, maka batin menanggapi 'ingatan' itu ... maka terjadilah 'berpikir', memikirkan kembali ingatan itu, alias 'melamun' ...
Di sini yang memegang kunci adalah 'sadar/eling' (awareness) ... ada-tidaknya 'sadar' itu menentukan apakah suatu 'ingatan' yang muncul akan lenyap kembali atau akan ditanggapi oleh batin menjadi 'berpikir', 'melamun'. ...


Quote
trus paragrap yg ke 2 ...
bagaimana batin anda bereaksi terhadap kerisauan itu .. bukannya risau itu batin ? maksudku risau itu lah reaksi batin
contoh :
anak sma sedang duduk termenung di pinggir kamar (kaya apa aja wakakakakaka), dia duduk disono karena batin nya risau besok mau trima rapor , sebab nya selama ini ulangan dia jelek2, nah risau kan uda berupa reaksi batin ? (bukan pengen main kata2 pak, tp asli agak mumet :))
'batin' itu bagian diri manusia yang halus (lawannya 'badan'), yang amat luas, berisi: ingatan, pikiran, perasaan, kehendak, harapan, keinginan, emosi (termasuk kerisauan) ... dsb dsb

'Risau' (gelisah) itu muncul menyertai suatu 'ingatan' tertentu yang 'dipikirkan' ("besok mau terima rapor") ... Keadaan ini disebabkan tidak adanya atau lemahnya 'sadar/eling' terhadap gerak-gerik batin itu sendiri ... 'ingatan' yang muncul ditanggapi menjadi 'pikiran', 'lamunan', ... sehingga menyebabkan 'kerisauan'.

Kalau karena lemahnya 'kesadaran' sudah timbul 'kerisauan', maka batin bereaksi lebih jauh terhadap kerisauan itu ... karena 'kerisauan' itu dirasakan sebagai hal yang tidak enak ... batin berusaha melenyapkan kerisauan itu ... itulah reaksi batin terhadap kerisauan.


Quote
dalam contoh itu apa kira2 yg dilakukan dalam meditasi anak itu ?
1. dia ingin kembali tenang, maka dia melakukan meditasi (maybe focusing or others lah)
'Ingin melenyapkan risau' itulah reaksi terhadap kerisauan ... Kalau sebab-sebab kerisauan itu tidak disadari (yakni munculnya 'ingatan' yang diikuti 'pikiran' yang memikirkan hari esok), maka reaksi batin berupa upaya untuk bermeditasi itu tidak pernah akan berhasil (kalaupun berhasil hanya selama bermeditasi (samatha) saja; kalau bangun dari meditasi, pasti akan risau lagi). ...

Jadi, yang penting adalah menyadari sebab-sebab kerisauan itu ... bukan lari ke meditasi samatha ...


Quote
2. (barusan berusaha menghayati .. cari2 pikiran risau trus sambil coba2 rasakan ... terasa risau itu kerasa di dada berat nyesek), dia melakukan "MMD" (saya kasi tanda kutip karena lom paham MMD dengan bener), jadi dia seolah2 cuman "melihat" ke dada nya yg nyesek itu tanpa berpikir apa2 (apakah ini yg di katakan MMD ?)
Bukan ... MMD itu menyadari SELURUH gerak-gerik batin ... bukan cuma melihat risau, apalagi bukan cuma melihat dada (fisik) ... (Dalam posting Anda itu masih terkesan adanya kesalahpahaman seolah-olah MMD itu suatu pemusatan perhatian) ...

Dalam hal risau ini seharusnya bisa disadari: rasa risau itu sendiri ... pikiran yang menyertainya ... ingatan yang mencetuskannya ... reaksi ingin melenyapkan risau ... upaya untuk bermeditasi ... frustrasi kalau risau itu tidak hilang ... konflik antara FAKTA risau dan HARAPAN akan lenyapnya risau ... dst dst. ... Lihat semuanya ... jangan memfokus pada satu aspek saja ...

Memang tidak mudah kalau orang sedang risau ... Oleh karena itu, sebaiknya MMD dilatih ketika batin relatif tenang ... tidak ada masalah apa-apa ... tidak risau ... Kalau kesadaran sudah terlatih kuat, maka risau di masa depan bisa dihadapi dengan lebih percaya diri ...

Salam,
Hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tula on 28 June 2008, 03:59:45 PM

Quote
2. (barusan berusaha menghayati .. cari2 pikiran risau trus sambil coba2 rasakan ... terasa risau itu kerasa di dada berat nyesek), dia melakukan "MMD" (saya kasi tanda kutip karena lom paham MMD dengan bener), jadi dia seolah2 cuman "melihat" ke dada nya yg nyesek itu tanpa berpikir apa2 (apakah ini yg di katakan MMD ?)
Bukan ... MMD itu menyadari SELURUH gerak-gerik batin ... bukan cuma melihat risau, apalagi bukan cuma melihat dada (fisik) ... (Dalam posting Anda itu masih terkesan adanya kesalahpahaman seolah-olah MMD itu suatu pemusatan perhatian) ...

Dalam hal risau ini seharusnya bisa disadari: rasa risau itu sendiri ... pikiran yang menyertainya ... ingatan yang mencetuskannya ... reaksi ingin melenyapkan risau ... upaya untuk bermeditasi ... frustrasi kalau risau itu tidak hilang ... konflik antara FAKTA risau dan HARAPAN akan lenyapnya risau ... dst dst. ... Lihat semuanya ... jangan memfokus pada satu aspek saja ...

Memang tidak mudah kalau orang sedang risau ... Oleh karena itu, sebaiknya MMD dilatih ketika batin relatif tenang ... tidak ada masalah apa-apa ... tidak risau ... Kalau kesadaran sudah terlatih kuat, maka risau di masa depan bisa dihadapi dengan lebih percaya diri ...

Salam,
Hudoyo

betul
rasa = risau
pikiran = yg menyertainya ... gimana ya ?
ingata = yg mencetuskannya .. berarti penyebabnya ya ...
reaksi = ingin melenyapkan risau
upaya = medit utk menenangkan jiwa
frustasi ...
konflik ...

cara liat semuanya gimana ya .. biasa (tula lo) risau itu yg paling dominan .. karena itu lah yg terjadi sekarang ini (kan lagi risau), paling ya menyesal napa dulu ga belajar .. tp itu cuman sekilas .. risau itu lah yg dominan dan menyerang trus dan menarik smua fokus, kalo medit focusing mind maka kita alihkan focus dari risau ke object pilihan kita ...

kalao mmd lihat smuanya (lihat bukan focus disini), gimana itu ya ... sulit nya berkata2 ... ape memang harus lgsg ikut retreat ya ? ........

apa pake analogi kira2 kaya gini :
pas lagi di atas gedung .. kita melihat kebawah (jalanan) dijalanan terdapat berbagai kegiatan .. ada orang sapu2, ada orang duduk, ada orang kesandung, dll .... tp itu bukan melihat karena kan ga focus ? itu seperti perspektif, begitu kita melihat, maka perhatian kita akan tertarik ke sala 1 kejadian itu, umpama lgsg liat .. ehh orang kesandung itu nyungsep, disini begitu kita mengarah ke orang kesandung yg lain jadi kabur (kabur bukan berarti ga kliatan) ....

kalo kita trus liat dalam kondisi perpektif tadi (gak focus), tp yg kesandung itu terus menerus menarik perhatian (umpama bunyi klomprang grundang prak bruak gedumbrang), secara otomatis kita focus kita tertarik ke orang tsb (hal ini mirip2 ama kondisi pas medit focus jadi otomatis tertarik ke risau)

-------------------------------------------- cut off disini ya .. yg diatas beda conto ama di bawah dan beda posisi .. diatas posisi lagi risau .. yg bawah lagi tenang (pas mmd) ---------------------------


kalao batin lagi tenang (biasa tula jg mau medit selalu tenang, ga tau napa, mungkin karena focus itu), tp dalam ketenangan itu tar kan kluar yg anda sebut sebagai ingatan ... ambil contoh (contoh lagiiii wado .. soalnya kalo ga apke contoh makin bingun dah)

pas medit tenang ... dalam proses medit kan kluar ingatan ... kemarahan tula ke pelanggan  ... akibat ingatan itu kan jadi risau akibat si risau jadilah rasa dst ... dan ini kan pasti disadari ?,

kalo ga sadar ya pasti seperti kita denger berisik jalan raya pada waktu lagi jalan di tepi jalan (cuek), yg jadi masalah dalam medit ga bisa sperti di jalan raya itu, di medit ini si otak (perasaan atau apapun lah .. bingun aku bahasanya) begitu ada ingatan yg lewat .. lgsg otomatis merespon sehingga tercipta hal2 sprt rasa tsb ....

nah karena sadar (jgn2 disini sadar dan disadari jg beda ... :-?), harusnya ingatan itu kan lenyap kembali ... tp disini bukan makin lenyap .. makin menjadi2, beranak pinang jadi rasa dll dll, kraena saya ga isa mencegah respon otomatis dari otak (atau apapun itu namanya)

Quote
Kalau 'ingatan' yang muncul itu 'disadari', maka dengan seketika 'ingatan' itu lenyap kembali ...
Kalau tidak disadari, maka batin menanggapi 'ingatan' itu ... maka terjadilah 'berpikir', memikirkan kembali ingatan itu, alias 'melamun' ..

pak hudoyo nangkep maksud tula yg nubie ini kaga ? soalnya agak bingun kemukain nya ..
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 28 June 2008, 07:32:44 PM
[at]Tula...
Sori nyelonong juga...Kasih sedikit tips buat anda dari pengalaman pribadi saya...
Kenapa saudara Tula terus-menerus mencari konsep didalam "tubuh" MMD?
Harus disadari secara penuh bahwa didalam MMD itu sendiri "tidak ada konsep","tidak ada cara","tidak ada langkah","tidak ada jalan","tidak ada keinginan","tidak ada kehendak",dan masih banyak tidak adanya...
Disana hanya "sadar" tidak ada yang lainnya....(Secara pasif,yakni menerima apa adanya,"tanpa penolakkan","tanpa perlawanan".....)
Tidak ada objek,tidak ada pemusatan....
Rasakan saja secara alamiah...
Semuanya yg terjadi adalah proses alamiah yang terus bergulir.....
Dan pada akhir kata saya katakan cobalah anda PRAKTEKKAN jangan MENGKONSEPKANNYA terus menerus......
Seperti saya,lupakan "semua" konsep yang ada....Jangan terpaku terhadap apapun yang anda "dengar" "baca" "lihat"...Lupakan semua ini....Rasakan apa yang ada pada Saat ini
Bukan merasakan ingatan anda pada masa lalu,bukan juga mengharapkan apa yang akan terjadi pada masa depan...Cuma butuh Sadari Saat Ini,bukan "masa lalu" bukan juga "masa depan..."
Semoga dimengerti....(Mau lebih jelasnnya lagi,lihatlah semua posting dari Pak Hudoyo dan pahamilah,tipsnya setelah baca posting pak hudoyo lupakan jangan diingat2,jangan dipikir2kan...Anggap tidak ada saja....Cuma disadari pada saat anda membaca saja,setelah tidak membaca "lupakan")

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 28 June 2008, 07:54:45 PM
Riky sudah menjelaskan dengan sangat baik bedanya antara memikir/pikiran dan mengalami langsung apa adanya, tanpa kata-kata, jadi tanpa konsep, tanpa pengetahuan, tanpa simpanan pengalaman itu sendiri.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 28 June 2008, 08:09:57 PM
_/\_
Sapa dulu bapaknya?  ;D

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 28 June 2008, 08:34:02 PM
betul
rasa = risau
pikiran = yg menyertainya ... gimana ya ?
ingata = yg mencetuskannya .. berarti penyebabnya ya ...
reaksi = ingin melenyapkan risau
upaya = medit utk menenangkan jiwa
frustasi ...
konflik ...

cara liat semuanya gimana ya .. biasa (tula lo) risau itu yg paling dominan .. karena itu lah yg terjadi sekarang ini (kan lagi risau), paling ya menyesal napa dulu ga belajar .. tp itu cuman sekilas .. risau itu lah yg dominan dan menyerang trus dan menarik smua fokus, kalo medit focusing mind maka kita alihkan focus dari risau ke object pilihan kita ...

kalao mmd lihat smuanya (lihat bukan focus disini), gimana itu ya ... sulit nya berkata2 ... ape memang harus lgsg ikut retreat ya ? ........

apa pake analogi kira2 kaya gini :
pas lagi di atas gedung .. kita melihat kebawah (jalanan) dijalanan terdapat berbagai kegiatan .. ada orang sapu2, ada orang duduk, ada orang kesandung, dll .... tp itu bukan melihat karena kan ga focus ? itu seperti perspektif, begitu kita melihat, maka perhatian kita akan tertarik ke sala 1 kejadian itu, umpama lgsg liat .. ehh orang kesandung itu nyungsep, disini begitu kita mengarah ke orang kesandung yg lain jadi kabur (kabur bukan berarti ga kliatan) ....

kalo kita trus liat dalam kondisi perpektif tadi (gak focus), tp yg kesandung itu terus menerus menarik perhatian (umpama bunyi klomprang grundang prak bruak gedumbrang), secara otomatis kita focus kita tertarik ke orang tsb (hal ini mirip2 ama kondisi pas medit focus jadi otomatis tertarik ke risau)

-------------------------------------------- cut off disini ya .. yg diatas beda conto ama di bawah dan beda posisi .. diatas posisi lagi risau .. yg bawah lagi tenang (pas mmd) ---------------------------


kalao batin lagi tenang (biasa tula jg mau medit selalu tenang, ga tau napa, mungkin karena focus itu), tp dalam ketenangan itu tar kan kluar yg anda sebut sebagai ingatan ... ambil contoh (contoh lagiiii wado .. soalnya kalo ga apke contoh makin bingun dah)

pas medit tenang ... dalam proses medit kan kluar ingatan ... kemarahan tula ke pelanggan  ... akibat ingatan itu kan jadi risau akibat si risau jadilah rasa dst ... dan ini kan pasti disadari ?,

kalo ga sadar ya pasti seperti kita denger berisik jalan raya pada waktu lagi jalan di tepi jalan (cuek), yg jadi masalah dalam medit ga bisa sperti di jalan raya itu, di medit ini si otak (perasaan atau apapun lah .. bingun aku bahasanya) begitu ada ingatan yg lewat .. lgsg otomatis merespon sehingga tercipta hal2 sprt rasa tsb ....

nah karena sadar (jgn2 disini sadar dan disadari jg beda ... ), harusnya ingatan itu kan lenyap kembali ... tp disini bukan makin lenyap .. makin menjadi2, beranak pinang jadi rasa dll dll, kraena saya ga isa mencegah respon otomatis dari otak (atau apapun itu namanya)

pak hudoyo nangkep maksud tula yg nubie ini kaga ? soalnya agak bingun kemukain nya ..

Anda telah menceritakan dengan sangat baik sekali keadaan batin orang yang tidak bermeditasi. ... :)

Anda bertanya, bagaimana 'cara' melihat semuanya? ... Di sini Anda masih mencari 'cara', mencari 'teknik' ... belum benar-benar diam. ... Berhentilah mencari 'teknik', diamlah sepenuhnya bersama risau itu ...

Tampak sekali Anda masih melihat meditasi sebagai 'memfokuskan perhatian' ... entah pada risau itu sendiri, entah pada obyek yang lain ... Padahal saya bilang, jangan memfokuskan perhatian ... pada apa pun, melainkan sadari semuanya, yang dominan maupun yang tidak dominan ...

Juga dalam perumpamaan orang yang melihat dari atas ... lagi-lagi Anda memfokuskan perhatian pada satu kejadian (orang yang kesandung) ... padahal saya bilang jangan memfokuskan perhatian ...

Singkatnya: Anda belum bisa menyadari benar-benar batin yang selalu terseret kepada hal-hal yang dominan saja ... Kalau batin BENAR-BENAR menyadari hal itu, maka kecenderungan memfokuskan perhatian akan berhenti ...

Lalu, dalam contoh bermeditasi muncul 'ingatan' pada pelanggan yang membuat marah ... 'ingatan' itu membuat risau ... ya, jelas, karena munculnya 'ingatan' tidak disadari, sehingga batin menanggapi dengan 'pikiran' disertai rasa risau ... dan di sini baru Anda memfokuskan perhatian pada rasa risau yang tidak enak ... padahal itu sudah terlambat ... rasa risau sudah keburu muncul ...

Anda bilang, dalam meditasi setiap kali ingatan lewat, langsung batin merespon sehingga timbul risau ... tepat sekali ... itulah batin yang tidak bermeditasi sekalipun ia duduk bersila di kamar berjam-jam... Kalau benar-benar bermeditasi, ketika ada 'ingatan' lewat ... langsung 'sadar' (bukan langsung merespon) ... sehingga 'ingatan' itu lenyap kembali ... itu baru meditasi.

Kalau Anda bilang "sadar" tapi pikiran merajalela, itu bukan 'sadar' namanya, tetapi justru batin menanggapi 'ingatan' yang muncul sehingga terjadi 'pikiran' dan 'lamunan' ...

Kalau benar-benar 'sadar', maka 'ingatan' apa pun yang muncul akan seketika itu juga lenyap kembali ... Anda sudah pernah mengalami yang seperti ini atau belum? ... Kalau belum, berarti Anda belum pernah benar-benar bermeditasi ... mungkin cuma duduk diam saja, tapi pikiran berkecamuk terus ...

Kalau Anda bilang tidak bisa mencegah "respons otomatis" dari otak Anda, berarti Anda sudah menyerah, angkat tangan ... kalau begitu, yah, Anda tidak akan pernah bisa bermeditasi selamanya. ... JANGAN MENYERAH.

Salam,
hudoyo


Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: EVO on 29 June 2008, 08:53:11 AM
pak aku nanya yah
maaf kalau ngak berhubungan dgn mmd
aku kenapa bisa tau ada hantu
dan dah sering diajak komunikasi
dulu aku ketakutan tapi sejak meditasi vipasana rasa takut itu hilang dengan sendirinya
dan sejak meditasi vipasana pula ngak pernah lagi lihat atau di datangi hantu
tapi akhir akhir ini aku kembali latihan anapanasati di karenakan aku ada kelainan "hati"
suka sesak.kalau meditasi anapanasati aku napasnya agak enakan.

satu hal lagi pak
aku bisa tau kalau orang mao mati
aku bisa lihat dalam tubuh orang itu energi kehidupannya ngak ada
walau pun orang itu masih hidup...dan sehat...

aku bisa tiba tiba bisa sembuhkan orang sakit
tapi ngak kesemua orang
kalau ada yang sakit kakinya aku konsen kekakinya bisa sembuh
tapi tak lama aku yang sakit
kalau aku konsen ke kepala..kepala dia sembuh kepala ku yang sakit.
kalau aku lagi ngobrol ama seseorang tiba tiba aku bisa lihat diatasnya seperti ada televisi
gampain aja dia dulu dan lain lain
waktu aku usia 6 tahun aku pernah 2 hari mati pak
di ajak jalan jalan keatas
waktu aku umur 17 tahun
aku pernah di ajak ke gerbang langit..gerbang antara manusia hidup dgn manusia yang mati
aku dah tahan ini selama 20 tahunan..saat ini mungkin bukan semacam pertanyaan tapi curhat
tapi aku ingin di bimbing juga...anumodana pak atas bimbingannya
aku saat ini merasa kehausan
tapi bukan haus akan "dhamma"secara teori...bukan itu yang aku cari.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: kiman on 29 June 2008, 09:37:39 AM
hoo.. nice.. latih diri lebih dalam lg vo.. tahap menuju arhat/bodisatwa lebih gampang dicapai oleh org2 kayak km... sebaiknya kamu cari pembimbing spiritual agar km ga salah jalan..
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Mr. Wei on 29 June 2008, 11:24:50 PM
Pak Hudoyo,

saya sudah mencoba teknik Anda, memang enak sekali... kalau di kehidupan nyata saya sering "kelepasan" berbuat yang tidak benar... sekarang terkadang suka tertahan dengan sendirinya, kalau dulu mau marah langsung marah, sekarang mau marah tiba2 jadi sadar "wah, mau marah... gak boleh nih"... tapi kadang saya juga kelupaan (saya gak sadar) n kelepasan juga :p

Tapi setidaknya saya lebih mengendalikan diri daripada sebelumnya.

Mngkin saya masih belum terlalu berkembang, karena latihan saya manfaatin di sela2 kegiatan...
Misalnya mau tidur, sebelum tidur, kadang "eling" dulu
Lagi nunggu loading laptop lama, kadang "eling" dulu
Mau nunggu sesuatu, kadang "eling" dulu

Mohon bimbingan selanjutnya Pak Hudoyo.

Kalau ada praktek saya yang salah, silakan koreksi :)

_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sukma Kemenyan on 30 June 2008, 04:29:46 AM
Pak,
Saya jadi sedikit bingung,
Bagaimana caranya Eling dalam kehidupan sehari2x?

Saat ini saya terpaku pada Emosi,
Ya... ketika Emosi naik...
Eling merupakan salah-satu Cure terbaik agar si Emosi tidak ber-aksi

Saya sampai saat ini masih kurang mampu memilah...
Kapan lagi sebaiknya Eling muncul... (selain daripada pada Emosi)

dan jikalau bapak tidak keberatan,
Mohon dishare apa aja faktor-faktor agar Eling bisa sering muncul...

Barusan coba dalam posisi tersantai (tiduran)...
Mata tertutup dan tetap sadar...
Ada gangguan (gatal) pada tubuh...
yang awalnya dicuekin (tidak digaruk)...
tapi koq... lama kelamaan makin kemana2x gatelnya...

Lalu... Timbul pertanyaan, dimana "aware / eling" ?
Lalu... Timbul lagi pertanyaan susulan, Kapan seharusnya "aware" muncul pada Gatal diatas ?
Lalu... Semakin meruncing pertanyaannya... Apakah dengan "aware" gatal akan hilang ?
Lalu... Terakhir menjadi...
          Apa itu "aware / eling" ?
          Bagaimana bentuk aware ?
          Aware bukan "aware" yg disengaja, Lalu... Bagaimana kondisi agar aware muncul ?
          Bagaimana memastikan kalau aware bukanlah "aware" (yg dari analisa pikiran) ?

Semakin memejamkan mata, semakin banyak tanda-tanya...

Yang akhirnya, saya coba kembali online di DhammaCitta...

Mohon petunjuk pak...
 _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sukma Kemenyan on 30 June 2008, 04:46:03 AM
Kalau menilik dari penjelasan2x dari Riky diatas
Kelihatannya cuma... Rasa...

Ketika gatal terasa, focus berpindah ke gatal...
gatal lain timbul, focus jadi bercabang kedua titik gatal...
dan seterusnya...

Waduh... pertanyaan jadi bertambah... :hammer:
Apa itu "Rasa" ? Apa bedanya Rasa dengan Focus ?

----
Edit:
Saya tidak tahu apakah ini yg dimaksud dengan "Aware / Eling"
Saya merasakan "sesuatu" diantara Timbulnya Gatal dan Pindahnya Focus...
Ketika "sesuatu" ini terasa... Baik gatal maupun focus Sirna...

Apakah "sesuatu" itu yg bapak maksud dengan "Aware / Eling" ?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 30 June 2008, 05:39:24 AM
pak aku nanya yah
maaf kalau ngak berhubungan dgn mmd
aku kenapa bisa tau ada hantu
dan dah sering diajak komunikasi
Rekan Evo, rupanya Anda punya talenta untuk mengalami hal-hal yang bersifat okult, seperti melihat makhluk halus dll seperti di bawah. ...

Quote
dulu aku ketakutan tapi sejak meditasi vipasana rasa takut itu hilang dengan sendirinya
dan sejak meditasi vipasana pula ngak pernah lagi lihat atau di datangi hantu
Meditasi vipassana bersifat sadar akan segala yang terjadi di sekeliling kita maupun yang di dalam batin kita. Dalam keadaan sadar itu makhluk halus tidak bisa menampakkan diri.

Quote
tapi akhir akhir ini aku kembali latihan anapanasati di karenakan aku ada kelainan "hati"
suka sesak.kalau meditasi anapanasati aku napasnya agak enakan.
Dalam anapanasati, ketika batin mulai tenang, sebelum masuk ke jhana, makhluk-makhluk halus bisa menampakkan diri.

Quote
satu hal lagi pak
aku bisa tau kalau orang mao mati
aku bisa lihat dalam tubuh orang itu energi kehidupannya ngak ada
walau pun orang itu masih hidup...dan sehat...
Ya, ini salah satu kemampuan okult. ...

Quote
aku bisa tiba tiba bisa sembuhkan orang sakit
tapi ngak kesemua orang
kalau ada yang sakit kakinya aku konsen kekakinya bisa sembuh
tapi tak lama aku yang sakit
kalau aku konsen ke kepala..kepala dia sembuh kepala ku yang sakit.
Ini juga kemampuan okult. ... Hati-hati kalau mau praktek penyembuhan, badan & batin harus sehat betul, karena memang penyakitnya bisa pindah ke diri sendiri.

Quote
kalau aku lagi ngobrol ama seseorang tiba tiba aku bisa lihat diatasnya seperti ada televisi
gampain aja dia dulu dan lain lain
Maksudnya? ...

Quote
waktu aku usia 6 tahun aku pernah 2 hari mati pak
di ajak jalan jalan keatas
Mati suri namanya ... suatu NDE (near death experience), tapi belum mati sungguhan.

Quote
waktu aku umur 17 tahun
aku pernah di ajak ke gerbang langit..gerbang antara manusia hidup dgn manusia yang mati
aku dah tahan ini selama 20 tahunan..saat ini mungkin bukan semacam pertanyaan tapi curhat
Alam-alam halus itu banyak sekali, ... dan yang aneh, alam-alam yang tampak di luar itu dipengaruhi oleh apa yang pernah kita pelajari ... Jadi alam halus yang Anda lihat akan berbeda dengan alam halus yang saya lihat (seandainya saya bisa melihatnya) ... Ini bukan khayal, tapi betulan ... Cuma di alam halus, tidak bisa dibedakan lagi mana yang di luar diri dan mana yang di dalam batin ...

Dan yang paling penting adalah: bebas/keluar dari SEMUA alam itu, yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan ... itulah Nibbana (padam).

Quote
tapi aku ingin di bimbing juga...anumodana pak atas bimbingannya
aku saat ini merasa kehausan
tapi bukan haus akan "dhamma"secara teori...bukan itu yang aku cari.
Terima kasih kembali,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 30 June 2008, 05:54:01 AM
Pak Hudoyo,
saya sudah mencoba teknik Anda, memang enak sekali... kalau di kehidupan nyata saya sering "kelepasan" berbuat yang tidak benar... sekarang terkadang suka tertahan dengan sendirinya, kalau dulu mau marah langsung marah, sekarang mau marah tiba2 jadi sadar "wah, mau marah... gak boleh nih"... tapi kadang saya juga kelupaan (saya gak sadar) n kelepasan juga :p
Tapi setidaknya saya lebih mengendalikan diri daripada sebelumnya.
Nah, baru saja Anda mempraktekkan MMD, Anda sudah memperoleh manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari:
(1) pertama, Anda bebas dari apa yang saya namakan "beban meditasi";
(2) Anda bisa menaati Sila TANPA ANDA SENGAJA mengingat-ingat Sila ... Mengapa? ... Karena SADAR adalah SILA tertinggi ... Kalau cuma "menjaga Sila" tapi sadarnya kendor, seringkali Sila itu dilanggar. ...

Kata Sang Buddha, "Kebenaran (Dhamma) itu indah pada PERMULAANNYA, indah pada pertengahannya, dan indah pada akhirnya."

Bandingkan dengan mereka yang latihan samatha-bhavana (misalnya anapanasati) saja ... memang bisa tenang DI DALAM meditasi ... Tapi keluar dari meditasi ... tidak ada perubahan apa-apa dalam batin. ...

Quote
Mngkin saya masih belum terlalu berkembang, karena latihan saya manfaatin di sela2 kegiatan...
Misalnya mau tidur, sebelum tidur, kadang "eling" dulu
Lagi nunggu loading laptop lama, kadang "eling" dulu
Mau nunggu sesuatu, kadang "eling" dulu
Nanti Anda akan menemukan bahwa banyak sekali saat-saat di sela-sela kegiatan pikiran sehari-hari di mana pikiran seharusnya bisa diam, tapi sering kali pikiran dibiarkan melamun. Kalau Anda manfaatkan saat-saat seperti itu untuk eling/diam, maka pelan-pelan hidup Anda akan berubah: hidup Anda akan menjadi suatu meditasi eling/diam yang panjang, mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi, DISELA-SELA oleh kegiatan pikiran ... Jadi TERBALIK dari kehidupan banyak orang: pikiran merajalela, sekalipun tidak dibutuhkan ... dan elingnya hanya setengah jam ketika duduk diam pada pagi atau malam hari saja. ...

Sebagai penunjang, kalau ada waktu, ikuti retret akhir pekan atau retret seminggu ... Di situ Anda bisa mengalami apa yang disebut 'keheningan total' ... mencicipi nibbana ... di mana aku & pikiran ini berhenti total untuk sementara ... Inilah yang dikatakan oleh Sang Buddha: "Dhamma itu indah pada PERTENGAHANNYA ..."

Quote
Mohon bimbingan selanjutnya Pak Hudoyo.
Kalau ada praktek saya yang salah, silakan koreksi :)
_/\_
Tidak ada yang salah ... teruskan.

Salam,
Hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 30 June 2008, 06:42:52 AM
Pak,
Saya jadi sedikit bingung,
Bagaimana caranya Eling dalam kehidupan sehari2x?
Maaf, Anda masih SALAH memahami vipassana/MMD. ... Dengan PIKIRAN Anda, Anda mencari "CARA" untuk eling. ... Yang Anda dapat cuma TEORI tentang eling ... yang tidak ada gunanya. ...

BERPIKIR itu bukan ELING. ...

Quote
Saat ini saya terpaku pada Emosi,
Ya... ketika Emosi naik...
Eling merupakan salah-satu Cure terbaik agar si Emosi tidak ber-aksi
Ini lagi ... ini suatu pola pikir dari si aku: Eling mau dijadikan ALAT untuk suatu tujuan tertentu ("Bebas dari emosi")  ...

Ingat, dalam keadaan sadar/eling tidak ada tujuan apa-apa ... Jadi, jika Anda menggunakan eling itu untuk suatu tujuan tertentu, Anda tidak pernah bisa eling ...

Quote
Saya sampai saat ini masih kurang mampu memilah...
Kapan lagi sebaiknya Eling muncul... (selain daripada pada Emosi)
Eling itu muncul tanpa diundang ... yang bertanya "kapan SEBAIKNYA eling muncul" itu pikiran lagi ...

Eling itu muncul DENGAN SENDIRINYA ketika pikiran dan si aku berhenti ... Jadi amati/sadari saja SETIAP KALI pikiran/si aku itu muncul ... Itu kuncinya menuju eling ... tapi jangan mencari eling, mengupayakan eling, mengejar eling itu sendiri ...

Quote
dan jikalau bapak tidak keberatan,
Mohon dishare apa aja faktor-faktor agar Eling bisa sering muncul...
Ini lagi ... Jangan menganalisis eling ... itu tingkah pikiran ... di situ Anda tidak eling dan tidak bisa eling.

Quote
Barusan coba dalam posisi tersantai (tiduran)...
Mata tertutup dan tetap sadar...
Ada gangguan (gatal) pada tubuh...
yang awalnya dicuekin (tidak digaruk)...
tapi koq... lama kelamaan makin kemana2x gatelnya...
(1) Anda mencoba (bereksperimen) untuk eling ... ini salah ... jangan bermeditasi dengan TUJUAN untuk eling ... Tetapi sadarilah dalam kehidupan sehari-hari, ketika eling muncul untuk sesaat ...

Contoh terbaik adalah: ketika Anda tengah melamunkan sesuatu yang enak ... setelah beberapa lama melamun, tiba-tiba Anda sadar bahwa Anda tengah melamun ... ITULAH ELING ... Apa yang terjadi di situ? ... Lamunan itu lenyap ... Biasanya pada awalnya eling itu berlangsung cuma sesaat, karena saat berikutnya pikiran muncul lagi ...

Quote
Lalu... Timbul pertanyaan, dimana "aware / eling" ?
Lalu... Timbul lagi pertanyaan susulan, Kapan seharusnya "aware" muncul pada Gatal diatas ?
Lalu... Semakin meruncing pertanyaannya... Apakah dengan "aware" gatal akan hilang ?
Lalu... Terakhir menjadi...
          Apa itu "aware / eling" ?
          Bagaimana bentuk aware ?
          Aware bukan "aware" yg disengaja, Lalu... Bagaimana kondisi agar aware muncul ?
          Bagaimana memastikan kalau aware bukanlah "aware" (yg dari analisa pikiran) ?
Ya, itulah yang terjadi kalau Anda SENGAJA bermeditasi dengan TUJUAN untuk eling ... hasilnya hanyalah PIKIRAN yang muncul dan melamun seperti itu ...

Eling itu TIDAK BISA dilihat, tidak bisa disadari, tidak bisa dipikirkan, tidak bisa dianalisis. ... Orang yang mencoba melihat, menyadari, memikirkan atau menganalisis eling, tidak pernah akan eling ...

Sekali lagi, yang bisa Anda "lakukan" adalah sadar ketika TIDAK ELING ... tapi itu pun tidak bisa dilakukan dengan sengaja ... Dalam contoh melamun di atas, Anda tidak bisa sengaja eling ... eling itu datang dengan sendirinya. ...

Quote
Semakin memejamkan mata, semakin banyak tanda-tanya...
Yang akhirnya, saya coba kembali online di DhammaCitta...
Mohon petunjuk pak...
Sudah saya katakan: jangan sengaja bermeditasi dengan TUJUAN untuk eling ...

Kalau Anda bermeditasi, JANGAN BERUSAHA UNTUK ELING ... melainkan sadarilah saat-saat (yang banyak sekali) ketika Anda sedang TIDAK ELING ... Jadi terbalik, "Jangan berupaya untuk eling, melainkan sadarilah ketika Anda tidak eling." ... Kalau Anda bisa begitu, itulah eling!

Kalau menilik dari penjelasan2x dari Riky diatas
Kelihatannya cuma... Rasa...
Ketika gatal terasa, focus berpindah ke gatal...
gatal lain timbul, focus jadi bercabang kedua titik gatal...
dan seterusnya...
Waduh... pertanyaan jadi bertambah... :hammer:
Apa itu "Rasa" ? Apa bedanya Rasa dengan Focus ?
----
Edit:
Saya tidak tahu apakah ini yg dimaksud dengan "Aware / Eling"
Saya merasakan "sesuatu" diantara Timbulnya Gatal dan Pindahnya Focus...
Ketika "sesuatu" ini terasa... Baik gatal maupun focus Sirna...
Apakah "sesuatu" itu yg bapak maksud dengan "Aware / Eling" ?

Tampaknya 'sesuatu' itu baru Anda rasakan secara kabur. Sebelum Anda bisa mendeskripsikan 'sesuatu' yang Anda rasakan itu dengan lebih spesifik, saya tidak bisa memastikan apa itu ...

Aware/eling itu sederhana sekali: ketika pikiran/si aku berhenti, itulah aware/eling. ... Di situ tidak ada kesadaran akan aware/eling itu sendiri ... apalagi tidak ada kesadaran bahwa aware/eling itu sesuatu yang "istimewa". ...

Mohon diingat, dalam MMD tidak ada "memfokuskan perhatian". ...
Jadi, kalau ada rasa gatal timbul ... sekadar disadari sebentar ... tanpa diharapkan gatal itu lenyap ... lalu tetap menyadari hal-hal lain yang masuk lewat pancaindra ... tidak "memfokuskan" pada gatal itu saja ... Rasa gatal bukan menjadi pusat perhatian ...

Kalau Anda bisa bersikap 'netral' terhadap gatal itu ... tidak menolak, tidak ingin gatal itu lenyap ... itulah awal dari sadar/eling ... Selama orang tidak bisa NETRAL terhadap segala rasa yang tidak enak ... ia belum sadar/eling.

Salam,
hudoyo
Title: "Seperti umat di padang Mahsyar yang menunggu untuk dihisab.”
Post by: hudoyo on 30 June 2008, 07:47:07 AM
[Dari retret MMD di Vihara Mendut, Jawa Tengah,13-15 Juni 2008]

DYAH JULIASRI, 31 th., Muslim, Semarang

“Ketika datang ke MMD ini, saya berharap akan pulang dengan wajah yang sumringah, beban masalah yang saya miliki juga berkurang. Tapi penjelasan pertama tentang MMD yang diberikan oleh Bhante Paññavaro dan Pak Hudoyo justru berbeda.

Saya dan semua peserta tidak boleh memiliki tujuan apa pun. Agak berat dan membingungkan awalnya. Malam pertama saya sama sekali tidak bisa tenang. Paginya masih sama. Tetapi sesudah diskusi ke-3 pada pukul 12 siang, saya mengalami perubahan. Saya bisa duduk diam selama 45 menit, dan membiarkan film-film masa lalu dan imajinasi berkeliaran di kepala.

Satu-satunya yang coba lakukan adalah menyadari. Sadar kalau saya sedang berangan-angan. Sadar kalau saya sedang mengenang masa lalu.

Menjelang maghrib biasanya adalah masa sensitif saya. Saya sengaja bermeditasi di luar sembari berdiri. Merasakan kesendirian, memikirkan orang-orang yang saya sayangi dan jarak yang memisahkan kami.  Ada masa di mana sore tadi saya sama sekali tidak takut sendiri. Saya toh tetap akan hilang dan mempertanggungjawabkan semuanya sendiri suatu saat nanti. Kesendirian, keheningan, penghilangan ‘aku’ saat ini sangat membantu saya mempersiapkan diri, jika waktunya tiba.

Setidaknya gambaran itu saya dapatkan pada saat melihat teman-teman peserta bergerak pelan menuju arah yang sama. Seperti umat di padang Mahsyar yang menunggu untuk dihisab.”
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 30 June 2008, 03:01:28 PM
Quote
Tapi coba sadari lebih teliti ... sesaat sebelum Anda membuka mata mengakhiri meditasi ... ada apa dalam batin Anda? ... Apakah ada rasa bosan? ... Atau ada pikiran tentang pekerjaan yang belum selesai? ... Atau rasa jenuh? ... Atau rasa mengantuk? ...   Biasanya ada sesuatu di dalam batin yang tidak disadari sehningga kita mengakhiri meditasi yang singkat ...  ... Kalau pikiran-pikiran itu disadari, biasanya tidak jadi mengakhiri meditasi, lalu meneruskan lagi ...
Ya..Ini benar pak...Kadang2 saya meditasi juga begitu pas mau diakhiri "sadar" kenapa harus diakhiri,misalnya pegal,malas,bosan,tidak ada apa2,hening,kosong,dll..
Tapi pada akhirnya juga saya akhiri :)
Baiknya bagaimana ya pak?
Pas mau akhiri>Sadari kenapa>Memang tidak jadi diakhiri>Tidak berujung/berakhir?>biarkan saja?

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 30 June 2008, 03:16:03 PM
Baiknya bagaimana ya pak?

Sudah beberapa tahun ini ayah selalu menyerahkan kepada bawah-sadar untuk memberi tanda fisik tertentu bila meditasi itu sudah dianggap cukup.

Di sini yang terjadi malah sering kali sebaliknya: kadang-kadang batin masih ingin terus bermeditasi, tapi tanda fisik itu sudah muncul. ... Kalau dipaksa duduk terus, tanda itu terus muncul berulang-ulang, seolah-olah memberitahu, "He, meditasinya sudah cukup". Akhirnya berhenti juga.

O ya, baca juga diskusi tentang itu dengan Mas Riang Mentari di Kaskus.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Mr. Wei on 30 June 2008, 03:20:24 PM
Pak Hudoyo,
saya sudah mencoba teknik Anda, memang enak sekali... kalau di kehidupan nyata saya sering "kelepasan" berbuat yang tidak benar... sekarang terkadang suka tertahan dengan sendirinya, kalau dulu mau marah langsung marah, sekarang mau marah tiba2 jadi sadar "wah, mau marah... gak boleh nih"... tapi kadang saya juga kelupaan (saya gak sadar) n kelepasan juga :p
Tapi setidaknya saya lebih mengendalikan diri daripada sebelumnya.
Nah, baru saja Anda mempraktekkan MMD, Anda sudah memperoleh manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari:
(1) pertama, Anda bebas dari apa yang saya namakan "beban meditasi";
(2) Anda bisa menaati Sila TANPA ANDA SENGAJA mengingat-ingat Sila ... Mengapa? ... Karena SADAR adalah SILA tertinggi ... Kalau cuma "menjaga Sila" tapi sadarnya kendor, seringkali Sila itu dilanggar. ...

Kata Sang Buddha, "Kebenaran (Dhamma) itu indah pada PERMULAANNYA, indah pada pertengahannya, dan indah pada akhirnya."

Bandingkan dengan mereka yang latihan samatha-bhavana (misalnya anapanasati) saja ... memang bisa tenang DI DALAM meditasi ... Tapi keluar dari meditasi ... tidak ada perubahan apa-apa dalam batin. ...

Quote
Mngkin saya masih belum terlalu berkembang, karena latihan saya manfaatin di sela2 kegiatan...
Misalnya mau tidur, sebelum tidur, kadang "eling" dulu
Lagi nunggu loading laptop lama, kadang "eling" dulu
Mau nunggu sesuatu, kadang "eling" dulu
Nanti Anda akan menemukan bahwa banyak sekali saat-saat di sela-sela kegiatan pikiran sehari-hari di mana pikiran seharusnya bisa diam, tapi sering kali pikiran dibiarkan melamun. Kalau Anda manfaatkan saat-saat seperti itu untuk eling/diam, maka pelan-pelan hidup Anda akan berubah: hidup Anda akan menjadi suatu meditasi eling/diam yang panjang, mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi, DISELA-SELA oleh kegiatan pikiran ... Jadi TERBALIK dari kehidupan banyak orang: pikiran merajalela, sekalipun tidak dibutuhkan ... dan elingnya hanya setengah jam ketika duduk diam pada pagi atau malam hari saja. ...

Sebagai penunjang, kalau ada waktu, ikuti retret akhir pekan atau retret seminggu ... Di situ Anda bisa mengalami apa yang disebut 'keheningan total' ... mencicipi nibbana ... di mana aku & pikiran ini berhenti total untuk sementara ... Inilah yang dikatakan oleh Sang Buddha: "Dhamma itu indah pada PERTENGAHANNYA ..."

Quote
Mohon bimbingan selanjutnya Pak Hudoyo.
Kalau ada praktek saya yang salah, silakan koreksi :)
_/\_
Tidak ada yang salah ... teruskan.

Salam,
Hudoyo

Terima kasih atas jawabannya.

Akan saya lanjutkan latihan saya, dan setelah saya ada waktu liburan panjang lagi (mungkin saat kelulusan kelas 3) saya akan sempatkan diri untuk mengikuti retreat.

_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 30 June 2008, 03:21:26 PM
Ya...Pak saya mengerti..."lepaskan" semuanya "berserah" kepada"Nya"....
Jika sudah "waktunya" lalu "dipaksa" itu bukan MMD lagi :)
Tidak ada paksaan didalam MMD...
Jika "sudah" ya "sudah",tidak ada penolakkan,tidak ada perlawanan dan tidak ada keinginan maupun kehendak...
Nanti saya akan mempraktekkannya "cara" untuk membangunkan ,apa meditasi itu sudah "cukup" sesuai dengan batin dan tubuh ini...
Makasih ya pak atas tipsnya :)...

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 30 June 2008, 03:22:32 PM
[at]Wei
Cia you,berhubung kita masih muda...Setelah memasuki arus jangan berbalik lagi...
Teruskan....Good Luck ya...:)

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Mr. Wei on 30 June 2008, 03:25:04 PM
[at]Wei
Cia you,berhubung kita masih muda...Setelah memasuki arus jangan berbalik lagi...
Teruskan....Good Luck ya...:)

Salam,
Riky

Sip... :jempol:

Good luck juga

_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 30 June 2008, 03:34:21 PM
apa meditasi itu sudah "cukup" sesuai dengan batin dan tubuh ini...


Sila,Samadhi,Panna
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 30 June 2008, 03:44:28 PM
[at]atas
???
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Mr. Wei on 30 June 2008, 03:46:30 PM
Setelah sila dan samadhi dilaksanakan, maka panna akan timbul ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 30 June 2008, 03:47:32 PM
sudah jaga sila belum mulai dari sekarang? ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Mr. Wei on 30 June 2008, 04:12:03 PM
Belum ;D

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 30 June 2008, 07:42:36 PM
sudah jaga sila belum mulai dari sekarang? ;D
Menurut hemat saya, Sila tidak berbeda dan terpisah dari vipassana.
Mengembangkan kesadaran dalam vipassana adalah identik dengan menjaga Sila.
Kesadaran adalah Sila tertinggi.
Bila kesadaran terjaga, tidak perlu memikirkan Sila lagi.
Jadi, Jalan Mulia Berunsur 8 sebetulnya adalah satu kesatuan, tidak bisa dan tidak perlu dipecah-pecah menjadi Sila, Samadhi, dan Pannya.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tula on 01 July 2008, 01:16:13 PM
Quote
Anda telah menceritakan dengan sangat baik sekali keadaan batin orang yang tidak bermeditasi. ... Smiley

Anda bertanya, bagaimana 'cara' melihat semuanya? ... Di sini Anda masih mencari 'cara', mencari 'teknik' ... belum benar-benar diam. ... Berhentilah mencari 'teknik', diamlah sepenuhnya bersama risau itu ...

Tampak sekali Anda masih melihat meditasi sebagai 'memfokuskan perhatian' ... entah pada risau itu sendiri, entah pada obyek yang lain ... Padahal saya bilang, jangan memfokuskan perhatian ... pada apa pun, melainkan sadari semuanya, yang dominan maupun yang tidak dominan ...

Juga dalam perumpamaan orang yang melihat dari atas ... lagi-lagi Anda memfokuskan perhatian pada satu kejadian (orang yang kesandung) ... padahal saya bilang jangan memfokuskan perhatian ...

Singkatnya: Anda belum bisa menyadari benar-benar batin yang selalu terseret kepada hal-hal yang dominan saja ... Kalau batin BENAR-BENAR menyadari hal itu, maka kecenderungan memfokuskan perhatian akan berhenti ...

Lalu, dalam contoh bermeditasi muncul 'ingatan' pada pelanggan yang membuat marah ... 'ingatan' itu membuat risau ... ya, jelas, karena munculnya 'ingatan' tidak disadari, sehingga batin menanggapi dengan 'pikiran' disertai rasa risau ... dan di sini baru Anda memfokuskan perhatian pada rasa risau yang tidak enak ... padahal itu sudah terlambat ... rasa risau sudah keburu muncul ...

Anda bilang, dalam meditasi setiap kali ingatan lewat, langsung batin merespon sehingga timbul risau ... tepat sekali ... itulah batin yang tidak bermeditasi sekalipun ia duduk bersila di kamar berjam-jam... Kalau benar-benar bermeditasi, ketika ada 'ingatan' lewat ... langsung 'sadar' (bukan langsung merespon) ... sehingga 'ingatan' itu lenyap kembali ... itu baru meditasi.

Kalau Anda bilang "sadar" tapi pikiran merajalela, itu bukan 'sadar' namanya, tetapi justru batin menanggapi 'ingatan' yang muncul sehingga terjadi 'pikiran' dan 'lamunan' ...

Kalau benar-benar 'sadar', maka 'ingatan' apa pun yang muncul akan seketika itu juga lenyap kembali ... Anda sudah pernah mengalami yang seperti ini atau belum? ... Kalau belum, berarti Anda belum pernah benar-benar bermeditasi ... mungkin cuma duduk diam saja, tapi pikiran berkecamuk terus ...

Kalau Anda bilang tidak bisa mencegah "respons otomatis" dari otak Anda, berarti Anda sudah menyerah, angkat tangan ... kalau begitu, yah, Anda tidak akan pernah bisa bermeditasi selamanya. ... JANGAN MENYERAH.

Salam,
hudoyo

waks .. ketinggalan 2 or 3 hari aja uda lewat ....

hmm gini .. karena saya selama ini jalanin samatha yg focusing mind jadi begitu pindah ke MMD ini agak bingun jg, makannya itu nanya2 dulu .. kalo lgsg masuk ga ngerti mau ngapain kan jg bingun (nah lo bingun lagi)

kalo biasa di samatha kan kita focus , jadi ingatan lain yg mau lewat akan terhadang smua oleh konsentrasi kita, nah karena skrg ga ngapa2in jadi lewat smua ....

Quote
Anda bilang, dalam meditasi setiap kali ingatan lewat, langsung batin merespon sehingga timbul risau ... tepat sekali ... itulah batin yang tidak bermeditasi sekalipun ia duduk bersila di kamar berjam-jam... Kalau benar-benar bermeditasi, ketika ada 'ingatan' lewat ... langsung 'sadar' (bukan langsung merespon) ... sehingga 'ingatan' itu lenyap kembali ... itu baru meditasi.

justru kalo mau coba MMD ini, karena ga ngapa2 in .. ingatannya jadi lewat, dan karena g ngapa2in yg di sadar i gimana pak ?
kalo biasa kan saya focusing, jadi jgn kan si ingatan mau lewat .. orang uda focus di tertentu gitu

Quote
Kalau Anda bilang tidak bisa mencegah "respons otomatis" dari otak Anda, berarti Anda sudah menyerah, angkat tangan ... kalau begitu, yah, Anda tidak akan pernah bisa bermeditasi selamanya. ... JANGAN MENYERAH.


bukan menyerah pak, tp kan sesuai yg di jelaskan mas Ricky
Quote
Harus disadari secara penuh bahwa didalam MMD itu sendiri "tidak ada konsep","tidak ada cara","tidak ada langkah","tidak ada jalan","tidak ada keinginan","tidak ada kehendak",dan masih banyak tidak adanya...
Disana hanya "sadar" tidak ada yang lainnya....(Secara pasif,yakni menerima apa adanya,"tanpa penolakkan","tanpa perlawanan".....)
Tidak ada objek,tidak ada pemusatan....

tidak ada konsep, tidak ada cara tidak ada langkah tidak ada jalan tidak ada keinginan tidak ada kehendak dan masi banyak tidak yg lain ... disana hanya sadar .. sadar gimana ?
smua orang kan sadar ? kalo gasadar meninggal ?

Quote
Anda bertanya, bagaimana 'cara' melihat semuanya? ... Di sini Anda masih mencari 'cara', mencari 'teknik' ... belum benar-benar diam. ... Berhentilah mencari 'teknik', diamlah sepenuhnya bersama risau itu ...

kalo menilik dari sini .. berarti cuman duduk bersila .. bengong gitu ?

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 01 July 2008, 02:50:53 PM
[at]Tula..
Quote
tidak ada konsep, tidak ada cara tidak ada langkah tidak ada jalan tidak ada keinginan tidak ada kehendak dan masi banyak tidak yg lain ... disana hanya sadar .. sadar gimana ?
smua orang kan sadar ? kalo gasadar meninggal ?
:) Saya merasa anda semakin jauh dari MMD saja....
Saya sudah bilang jangan terpaku kepada "Konsepnya"...Anda memang benar semua orang itu sadar ,tetapi semua orang itu sadar didalam mimpi,sadar didalam ketidaksadaran,melihat hal tsb sebagai suatu yg nyata yg sebenarnya hanyalah maya :)..."Sadar" itu bukan berati anda sedang "pingsan" terus "sadar"."Sadar" definisi disini adalah "melihat apa adanya" ketika anda "sadar" disana tidak ada lagi "aku" yang memberikan label akan "sesuatu" itu "baik" atau "buruk" "menyenangkan" atau "tidak menyenangkan" "bahagia" atau "derita"...Ketika "sadar" hal2 seperti itu sudah tidak ada lagi,karena mata sebagai mata,telinga sebagai telinga, Anda hanya "sadar" bahwa semua itu adalah proses alam ...Anda sudah tidak melabelinya sebagai suatu "Kebahagian" atau "Penderitaan"... Sebagai "sesuatu" yang "mendatangkan" rasa "enak" atau "tidak enak"(Ini bukan berati anda zombi/mati rasa,atau entah apa lah namanya)....Tapi disini adalah "sesuatu yang lain" ketika anda sudah SADAR SECARA PENUH maka semuanya adalah "kosong" karena semuanya sudah "sama" disana tidak ada "aku" lagi,karena ANDA SUDAH SADAR SECARA PENUH sehingga "aku" sudah padam/berhenti...
Maaf ya sudah bicara panjang lebar,saya rasa setelah baca posting saya dilupakan saja...Semua itu sama sekali tidak penting bagi kemajuan batin anda...Anda tidak akan tercerahkan hanya karena kemampuan intelektual saja...Selagi "aku" yang membaca disana tidak ada kebijaksanaan....Sekarang saya sarankan untuk langsung "terjun" saja,jangan memikirkan apa2 lagi...
Lupakan saja,tinggalkan semua konsep anda,tinggalkan semua pengetahuan anda,tinggalkan rakit anda.....Tinggalkan segalanya...... (Meninggalkan segalanya yang telah anda peroleh jangan mengangapnya sebagai "pengorbaan" ,jangan menganggapnya sebagai suatu "kesedihan akan kehilangan" karena meninggalkan segalanya bukan berati anda melupakan segala "pengetahuan" yang telah anda peroleh.Meninggalkan segalanya disini adalah ketika anda meditasi anda hanya perlu "sadar" pada SAAT INI bukan mengingat2 lagi tentang MASA LALU,juga bukan lagi berspekulasi akan MASA DEPAN....)
Saya rasa anda masih "takut" untuk mencoba,"takut" salah jalan,"takut" salah langkah,...
Ingat didalam MMD tidak ada apapun lagi,"kehendak" "keinginan" "takut" "jalan" dll...Anda harus meninggalkan segalanya ketika bermeditasi(INGAT JANGAN BERUSAHA DITINGGALKAN ATAU DILUPAKAN,SEMAKIN ANDA BERUSAHA MAKA DIA AKAN SEMAKIN MUNCUL)
Jalan didalam MMD cuma 1 yakni SAAT INI,SADARI SAAT INI.....

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sukma Kemenyan on 01 July 2008, 04:18:40 PM
Practical Sadari saat ini itu bagaimana sich?
Terus terang, saya juga mengalami kebingungan yang sama dengan tula...

Duduk ? Lalu... ?
Hanya duduk dengan posisi meditasi ?
Pejamkan mata ? Pikiran ngapain ?

Sewaktu tutup mata, pikiran pasti mengembara...
Entah karena ngeliad kunang2x dimata...
ataupun mengembara mengikuti yg lalu ataupun yg akan datang...

Bagaimana caranya agar Pikiran ada disini, di saat ini...
Apa yang mau disadari di saat ini ?

Duduk dalam posisi bersila itu pikiran ngapain ?
Kalau dikatakan sadari... secara pengertian saya,
berarti mencoba menangkap/menyadari segala sesuatu mengenai sekitar saya dengan perasaan/suhu udara, dll

Namun, kelihatannya disini ada "usaha" (untuk menangkap/menyadari sekitar)
disini menjadikan bingung... sementara mmd seharusnya tanpa usaha...

Lalu, sebenarnya seharusnya ngapain ?
tidak ngapa2in juga bukan jawaban...

Sebab akan menimbulkan kebingungan dalam gelapnya pandangan,
dan berseliwerannya pikiran...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 01 July 2008, 04:53:16 PM
nyan klo gw sich duduk posisi meditasi pikiran diem terus jalan terus diem lagi terus jalan lagi terus diem lagi... lama2 die diem sendiri

gw sich gak berusaha narik kembali ke fokus atau apalah itu namanya... pokok nya didiemin doank

mohon petunjuk pak hudoyo...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sukma Kemenyan on 01 July 2008, 05:51:28 PM
"didiemin" sendiri termasuk usaha...

diemin dimana ? disatu titik ? Its called Samatha
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 01 July 2008, 06:26:58 PM
Maskud nya begini, hanya melihat apa adanya, bukannya fokus/apa, tapi membiarkan datang dan lenyap dengan sendiri nya 'cieee gw kek dah ahli aja padahal kaga pernah meditasi cuma teori doang wakakakakak'
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 01 July 2008, 06:29:44 PM
Ini yang nerangin nya terlalu membuat pusing, padahal coba di permudah aja bahasanya, singkat padat, jelas :))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 01 July 2008, 06:44:04 PM
Maaf ya,saya yang jawab?Gppkan?:)
Practical Sadari saat ini itu bagaimana sich?
Terus terang, saya juga mengalami kebingungan yang sama dengan tula...
Sadari itu tidak ada "bagaimana" karena "bagaimana" itu adalah cara....
Quote
Duduk ? Lalu... ?
Hanya duduk dengan posisi meditasi ?
Pejamkan mata ? Pikiran ngapain ?
Hm2...Sepertinya anda sedang berusaha mengkonsepsikannya....
Pikiran ngapain?itu urusannya bukan urusan anda...Urusan anda cuma "menyadari" itu "pikiran" lebih tepatnya "menyadari" segala hal yang sedang berproses/berlangsung disekitar anda secara alami...
Quote
Sewaktu tutup mata, pikiran pasti mengembara...
Entah karena ngeliad kunang2x dimata...
ataupun mengembara mengikuti yg lalu ataupun yg akan datang...
Tepat kata anda...Pikiran memang mengembara...Tetapi yang menjadi fokus bukan itu karena tidak ada objek bahkan objek pikiran sekalipun...Yang anda lakukan cuma 3D(Duduk,diam,disadari)....Meditasi>>Duduk2 bersila>>Pejamkan mata>>SADARI SAAT INI(Maksudnya apa yang ada pada saat anda meditasi tetapi jangan fokuskan kepada apa yang ada...Cthnya ada suara burung,jangan anda langsung fokuskan ke suara burung itu saja...Nanti jadi "Konsentrasi" sama suara burung itu saja dan lainnya hilang....Sedangkan SADARI SAAT INI adalah "sadari" semuanya yang ada...Mau itu suara burung,bunyi jam dinding,kaki kesemutan,semuanya yang ada cukup anda "Sadari" saja...Jangan dilawan/Ditolak...)
Quote
Bagaimana caranya agar Pikiran ada disini, di saat ini...
Apa yang mau disadari di saat ini ?
Jangan mencari "cara",Jangan mencari "konsep" itu NIHIL....
Sudah dikatakan berulang2 kali didalam MMD "tidak ada jalan" "tidak ada cara" "tidak ada langkah" "tidak ada konsep"....
Quote
Duduk dalam posisi bersila itu pikiran ngapain ?
Kalau dikatakan sadari... secara pengertian saya,
berarti mencoba menangkap/menyadari segala sesuatu mengenai sekitar saya dengan perasaan/suhu udara, dll
Pikiran ngapain itu BUKAN URUSAN ANDA,urusan anda cuma SADARI
"mencoba" menangkap itu sepertinya konsentrasi terhadap apa yang anda tangkap?
Itu bukan MMD
[/quote]
Namun, kelihatannya disini ada "usaha" (untuk menangkap/menyadari sekitar)
disini menjadikan bingung... sementara mmd seharusnya tanpa usaha...[/quote]
Ya, MMD memang tanpa usaha dan masih banyak tanpanya lagi....
Quote
Lalu, sebenarnya seharusnya ngapain ?
tidak ngapa2in juga bukan jawaban...
Sudah saya bilang ,anda terus mencari2 sebuah "cara"...Cth:Anda melihat meditasi seperti cara membuat kue.....Pertama kasih telur 2 butir,kedua campurkan tepung,ketiga aduk,dstnya sampai kue itu berhasil....(Maaf jika caranya salah :) ,saya tidak pernah buat kue,itu cuma ilustrasi saya saja)
Padahal didalam MMD "kue" itu sudah ada,tidak perlu cara lagi untuk membuat itu "kue"...Karena pada dasarnya "kue" itu sudah ada disana..Sekarang kenapa kita tidak tahu "kue" itu ada disana?Karena mata kita ini masih tertutup oleh debu,setelah kita "SADARI SECARA PENUH" maka "kue" itu akan terlihat tanpa sedikitpun "cara" untuk membuat kuenya karena kuenya terletak disana dan tetap ada disana....

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 01 July 2008, 06:47:06 PM
Ini yang nerangin nya terlalu membuat pusing, padahal coba di permudah aja bahasanya, singkat padat, jelas :))
:)
Bukan yang nerangin yang bikin "pusing"...
Harusnya yang diterangin juga "sadar" sendirilah...:)
Jangan "nanya2" terus,jangan terus "mencari2" didalam MMD...
Praktekkan dong....
Banyakkan cuma "nanya" dan "nanya" terus....
Kapan prakteknya???
"Manusia selalu mencari kepastian didalam ketidakpastian hidup ini"

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 01 July 2008, 06:50:30 PM
Nah baca tuh yang nanya2 keterangan di atas saya :)) makanya praktek tuh :)) jangan nanya ajah :))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 01 July 2008, 08:00:01 PM
hmm gini .. karena saya selama ini jalanin samatha yg focusing mind jadi begitu pindah ke MMD ini agak bingun jg, makannya itu nanya2 dulu .. kalo lgsg masuk ga ngerti mau ngapain kan jg bingun (nah lo bingun lagi)
kalo biasa di samatha kan kita focus , jadi ingatan lain yg mau lewat akan terhadang smua oleh konsentrasi kita, nah karena skrg ga ngapa2in jadi lewat smua ....
Soalnya karena Anda sudah biasa memfokus, dengan tujuan "menghadang pikiran yang mau muncul".
Mengapa pula pikiran yang mau muncul mesti dihadang? ... Biarkan saja muncul berseliweran.
Jangan berteori ... cobalah membiarkan pikiran berseliweran selama 15 menit ... alami apa yang terjadi ... "nggak ngapa-ngapain", sekadar menonton pikiran yang berseliweran ... Coba dulu ... lalu ceritakan APA YANG ANDA ALAMI. ... saya tidak mau teori ... (Coba baca bagaimana Rekan Wei, 16 tahun, mampu melakukannya; masak Anda gak bisa?)

Quote
justru kalo mau coba MMD ini, karena ga ngapa2 in .. ingatannya jadi lewat, dan karena g ngapa2in yg di sadar i gimana pak ?
kalo biasa kan saya focusing, jadi jgn kan si ingatan mau lewat .. orang uda focus di tertentu gitu
Sekarang DIBALIK: pikiran jangan dihadang, gak ada tujuan menghentikan pikiran, justru pikiran dibiarkan berseliweran ... selama 15 menit ... lihat apa yang terjadi ...

Quote
bukan menyerah pak, tp kan sesuai yg di jelaskan mas Ricky
Pokoknya, jalankan instruksi saya, kalau ingin bisa menjalankan vipassana-bhavana/MMD ...

Quote
tidak ada konsep, tidak ada cara tidak ada langkah tidak ada jalan tidak ada keinginan tidak ada kehendak dan masi banyak tidak yg lain ... disana hanya sadar .. sadar gimana ?
smua orang kan sadar ? kalo gasadar meninggal ?
Orang membunuh juga sadar, orang mencuri juga sadar, orang berzina juga sadar, orang berdusta juga sadar, orang minum minuman keras pada mulanya juga sadar (sampai dia teler). Dalam bahasa Inggris itu namanya 'conscious' (tidak mati, tidak pingsan, tidak tidur, tapi 'sadar'). ... Yang dimaksud Riky 'sadar' bukan 'conscious' ... tapi 'aware' atau 'eling'. ...

Kalau orang mau mencuri (sadar) ... lalu eling akan niatnya ... pasti tidak jadi ia mencuri ... Kalau orang mau menuruti hawa nafsunya (sadar, tidak tidur) ... lalu eling akan niatnya ... pasti ia akan mengurungkan niatnya itu. ... Nah, pahamkah Anda bedanya antara 'sadar' (conscious) dan 'eling' (aware)?

Orang ngelamun hal-hal yang jorok juga 'sadar' (conscious, tidak tidur, tidak pingsan), tapi tidak 'eling' ... kalau dia 'eling' bahwa ia sedang melamun, pasti lamunannya akan berhenti ... Pahamkah Anda bedanya 'sadar' dan 'eling'?

Quote
kalo menilik dari sini .. berarti cuman duduk bersila .. bengong gitu ?
"Bengong" itu apa sih? ... Bisa gak dijelaskan lebih terperinci, bagaimana "bengong" itu ... melamun? ... fly? ... Pasti Anda tidak bisa menjelaskan "bengong" itu bagaimana ... Apakah Anda bisa membedakan dari luar, apakah orang lagi "bengong" (seperti seorang anak yang cacat mental, imbecile) atau orang lagi meditasi/sadar? ...
 
Ndak perlu duduk bersila, sambil berdiri, sambil jalan-jalan, sambil berbaring juga bisa kok ... Yang penting batin DIAM, tidak berbuat apa-apa, tidak memfokus, tapi tidak tidur, dan tidak melamun ... bisa nggak? ... Memang sulit, ... tapi kalau orang lain mampu ... bahkan yang masih hijau, gak pernah meditasi, mampu ... masak Anda gak mampu? ...

Jadi, sebelum menjawab posting ini ... sekali lagi instruksi saya: cobalah diam, tanpa memfokus, tapi tanpa melamun, ... selama 15 menit ... lalu ceritakan apa yang Anda alami dalam posting Anda berikut ... Jangan berteori, ... dari posting Anda nanti, saya bisa tahu Anda cuma berteori atau benar-benar mencoba SELAMA 15 MENIT ... jangan kurang.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 01 July 2008, 08:11:45 PM
nyan klo gw sich duduk posisi meditasi pikiran diem terus jalan terus diem lagi terus jalan lagi terus diem lagi... lama2 die diem sendiri
gw sich gak berusaha narik kembali ke fokus atau apalah itu namanya... pokok nya didiemin doank
mohon petunjuk pak hudoyo...
Rekan Hendra sudah betul ... teruskan ...
Rekan Tula bisa gak mengikuti apa yang dikatakan Rekan Hendra? ...
Sangat sederhana ... yang menjadi masalah ... batin Anda sudah terbiasa melakukan samatha-bhavana ... yang memberi kenikmatan karena tenang ... sekalipun anicca ... untuk sementara saja ... dan bangun dari situ gak ada perubahan apa-apa. ...
Inilah contoh KELEKATAN pada samatha-bhavana. ... Itu harus diakui dulu, sebelum Anda bisa bebas dari samatha-bhavana, dan masuk ke vipassana-bhavana.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 01 July 2008, 08:18:35 PM
"didiemin" sendiri termasuk usaha...
Kembali pada contoh orang melamun: kalau Anda sedang melamun ... lalu tiba-tiba sadar sedang melamun ... pasti lamunan itu berhenti ... Pertanyaan saya: apakah 'sadar' itu usaha? Apakah Anda bisa berusaha 'sadar' ketika sedang melamun? ... Tidak. 'Sadar' itu datang sendiri, tanpa diusahakan ... Persis seperti kata Rekan Hendra: "pikiran diem terus jalan terus diem lagi terus jalan lagi terus diem lagi... lama2 die diem sendiri gw sich gak berusaha narik kembali ke fokus."

Quote
diemin dimana ? disatu titik ? Its called Samatha
Anda jelas cuma berteori ... kalau pun mencoba, barangkali tidak lebih dari 5 menit. ...
Seperti saran saya kepada Rekan Tula, cobalah minimal 15 menit!

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 01 July 2008, 09:27:37 PM
Practical Sadari saat ini itu bagaimana sich?
Terus terang, saya juga mengalami kebingungan yang sama dengan tula...
Mengapa bingung? ... Coba digali? ... Pasti karena ada yang diharapkan ... dan karena yang diharapkan tidak tercapai, lalu bingung ... atau karena kebiasaan lama yang sudah melekat kuat harus dilepaskan, dan itu dirasakan tidak enak, atau tidak ada penggantinya yang sama-sama menyenangkan, lalu bingung ...

Quote
Duduk ? Lalu... ?
Hanya duduk dengan posisi meditasi ?
Pejamkan mata ? Pikiran ngapain ?
Tidak perlu duduk, tidak perlu memejamkan mata ...
Kunci masalah Anda terletak pada pertanyaan "Pikiran ngapain?" ... Coba selami pertanyaan itu ... ada apa di balik itu? ... Saya balik bertanya: "Apa yang Anda cari?" ... Silakan direnungkan ... Pikiran itu biasanya bekerja kalau ia berusaha untuk membuat sesuatu, mencapai sesuatu, menghasilkan sesuatu ... Jadi, mengapa bertanya "Pikiran ngapain?" ... Apa yang Anda cari? ...

Quote
Sewaktu tutup mata, pikiran pasti mengembara...
Entah karena ngeliad kunang2x dimata...
ataupun mengembara mengikuti yg lalu ataupun yg akan datang...
Justru itu ... pikiran yang mengembara itu disadari, tanpa usaha untuk dihentikan, tanpa cita-cita pikiran akan berhenti ... disadari saja, pikiran itu akan berhenti dengan sendirinya ... tapi jangan diharapkan akan berhenti.
Ini yang belum Anda coba (atrau Anda coba cuma satu-dua menit sehingga tidak ada artinya) ... Anda baru sampai pada pengalaman "pikiran mengembara" ... Anda belum mengalami bila muncul kesadaran (tanpa disengaja, tanpa diupayakan), maka pikiran akan berhenti (biarpun hanya untuk sesaat) ...

Quote
Bagaimana caranya agar Pikiran ada disini, di saat ini...
Apa yang mau disadari di saat ini ?
Anda tidak menyadari pikiran Anda yang menginginkan untuk "berada di saat sini". ... Lalu pikiran Anda, yang sekarang tidak berada pada saat ini melainkan sibuk dengan ulahnya sendiri, bertanya "apa yang mau disadari di saat ini?" ... Melihatkah Anda bahwa Anda lagi-lagi cuma berteori? ... Mencoba membayangkan "berada di saat ini" ... Anda belum pernah mengalami benar-benar "berada di saat ini", di mana pikiran yang bertanya-tanya itu berhenti ...

Kembalilah pada fakta saat kini: yakni pikiran yang mengembara ... dan lihatlah apa yang terjadi bila Anda bisa diam bersama pikiran yang mengembara itu ... Jangan bertanya, "Apa yang mau disadari pada saat ini?" ... itu bukan berada bersama pikiran yang mengembara namanya ... itu cuma berteori. ...

Quote
Duduk dalam posisi bersila itu pikiran ngapain ?
Kalau dikatakan sadari... secara pengertian saya,
berarti mencoba menangkap/menyadari segala sesuatu mengenai sekitar saya dengan perasaan/suhu udara, dll
"Mencoba menangkap/menyadari" ... ini sama sekali SALAH. ... Si aku / pikiran tidak bisa diam ... Dulu ia selalu mencoba meraih kekayaan lahiriah sebanyak-banyaknya ... sekarang ia mencoba meraih "kekayaan batiniah" ... mencoba menguasai cara/teknik bermeditasi vipassana ...

Sadari saja pikiran yang tidak bisa diam itu ... lihat apa yang terjadi, sadari pikiran yang ingin bergerak terus itu, tanpa melawannya, tanpa menekannya, dan tanpa lari ke samatha. ... Jangan mengharapkan apa-apa.

Quote
Namun, kelihatannya disini ada "usaha" (untuk menangkap/menyadari sekitar)
disini menjadikan bingung... sementara mmd seharusnya tanpa usaha...
Itulah ... Anda tidak menyadari sifat pikiran ketika IA mencoba memahami "bagaimana sadar itu" ... itu seperti seekor anak anjing yang berputar-putar mengejar ekornya sendiri ... gak akan pernah dapat. ... Akhirnya bingung ... Jadi jangan berusaha untuk sadar ... melainkan sadari saja usaha untuk sadar itu dan siapa yang berusaha untuk sadar itu ...

Quote
Lalu, sebenarnya seharusnya ngapain ?
tidak ngapa2in juga bukan jawaban...
Jangan mencari jawaban ... pertanyaan "Seharusnya ngapain?" itu menunjukkan bahwa sebenarnya ANDA TIDAK BISA DIAM ... Sadari saja bahwa Anda tidak bisa diam ... Lihat apa yang terjadi ...

Quote
Sebab akan menimbulkan kebingungan dalam gelapnya pandangan,
dan berseliwerannya pikiran...
Pandangan Anda gelap, karena pikiran Anda tidak memperoleh jawaban yang memuaskan ... Anda menganggap berseliwerannya pikiran itu sebagai 'hal yang salah' dan harus 'dibetulkan' dengan satu dan lain cara ... Karena Anda sudah terbiasa dengan meditasi konsentrasi. ... Ketika konsentrasi harus dilepaskan ... Anda bingung menghadapi suatu tataran kesadaran yang sama sekali asing bagi Anda ... Akui saja bahwa Anda sudah melekat kepada konsentrasi/samatha-bhavana, sebelum Anda bisa masuk ke kesadaran vipassana yang sesungguhnya.

Rekan Kemenyan, setelah beberapa kali diskusi ini, saya melihat Anda tidak ada kemajuan ... Dari pertanyaan-pertanyaan Anda terlihat Anda hanya berteori ... kalaupun mencoba barangkali tidak lebih dari 5 menit sehingga tidak mencapai apa-apa. ...

Saran saya kepada Anda sama dengan kepada Rekan Tula: cobalah berada bersama pikiran yang berseliweran, tanpa melawan, tanpa terseret selama sekurang-kurangnya 15 menit ... jangan minta petunjuk lagi ...

Saya harap dalam posting Anda yang akan datang, Anda mampu menceritakan apa yang Anda alami dalam percobaan Anda itu ... tidak lagi berteori ... Saya bisa tahu, kapan Anda berteori dan kapan Anda menceritakan pengalaman batin Anda. ...

Masak Rekan Wei, 16 tahun, bisa, Anda tidak? ... Kalau Anda tidak bisa menjalankan instruksi ini tanpa mengharapkan hasil apa pun, melainkan sekadar sadar secara pasif akan gerak-gerik batin Anda (pikiran, perasaan, keinginan, kehendak, marah, senang, jengkel, nikmat dst) ... lebih baik kita berhenti saja ... dan Anda kembali ke samatha saja.

Salam,
Hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 02 July 2008, 12:33:43 AM
ato gini kali yak bahasa nya... "sabodo teuinggggg" mao pikiran ngalor ngidul kek piktor kek apa aja dach bodo amat... itu sich yg gw lakukan nyan...

cobain nyan n tula "telanjang" baju yang selama ini kita pake copotin semua... gak ada salahnya disini kita mencari apa yang cocok dengan diri sendiri.. lalu klo u be 2 merasa gak mantep ya balik lagi aja ke fokus beres abis perkara...
Title: OOT: Hukuman mati yang meragukan
Post by: hudoyo on 02 July 2008, 04:58:29 AM
[Baru-baru ini terbit sebuah buku, “The Execution of Willie Francis: Race, Murder and the Search for Justice in the American South”, 324 hal., yang mencoba mengungkap kembali sebuah hukuman mati di kursi listrik terhadap seorang kulit hitam yang berusia 16 tahun pada tahun 1946. Ternyata hukuman mati itu diragukan dasarnya.]

Revisiting the Execution of Willie Francis: Race, Murder and the Search for Justice
By Eleanor J. Bader, Public Eye

Posted on July 1, 2008, Printed on July 1, 2008
http://www.alternet.org/story/89950/

Reviewed: The Execution of Willie Francis: Race, Murder and the Search for Justice in the American South
by Gilbert King Basic Civitas Books, 2008, $26 cloth, 324 pages

They called the Louisiana electric chair Gruesome Gertie and in her years of service to the state, no case was more notorious than that of long-forgotten Willie Francis. A 16-year-old teen at the time of his 1945 arrest, Francis was barely literate, the youngest of 13 children in a desperately poor, devoutly Roman Catholic, African American family.

The story begins in November, 1944 with the murder of 53- year-old Andrew Thomas, the well-liked owner of Thomas's Drug Store in the pastoral Cajun town of St. Martinville, Louisiana. Thomas, who was white, was hit by five shots fired at close range. Theories of who might have killed him were abundant. The lifelong bachelor and purported Don Juan was suspected of numerous romantic liaisons with married women, but after a nine-month investigation, all leads had run cold.

That changed in August 3, 1945 when police in Port Arthur, Texas, 150 miles from St. Martinville, happened upon Willie Francis who was there visiting his sister. Francis was carrying a large valise and the cops, on the lookout for drug traffickers, took Francis into custody for questioning.

In short order, Francis convinced his interrogators that he was not a narcotics dealer. Nevertheless, the cops noted that he stuttered -- a mannerism they determined indicated guilt -- and proceeded to ask him about his involvement in numerous robberies and assaults in the Port Arthur area.

King reports that police accounts reveal a startling -- maybe even unbelievable -- turn of events. According to Port Arthur Chief of Police Claude W. Goldsmith, "who did not keep any notes or records of the interrogation, Willie confessed to the St. Martinville murder [of Thomas] in a matter of minutes." What's more, when they inspected Francis' wallet they found an ID bearing the name of Andrew Thomas.

Francis' written statement, replete with spelling errors, admits that he stole a .38 pistol for the planned murder. His statement further concedes that he took Thomas' wallet, containing $4, along with a gold watch which he later pawned. No counsel was present at the time of this alleged confession.

A month later Francis was indicted by a grand jury and in no-time flat a trial was scheduled. A jury of twelve white men -- clearly not Francis' peers -- was selected. As testimony unfolded the jurors learned that there was no forensic evidence linking Francis to the crime. "Also missing," King writes, "were the murder weapon and bullets that had been recovered from the scene." Both had been lost in transit to the FBI Crime Lab. Worse, King writes, "no fingerprints had been lifted from the gun. Without the alleged murder weapon or the wrist watch as evidence, the bulk of the District Attorney's case rested exclusively on confessions obtained by police while the teenaged Willie Francis was in custody and without legal counsel." Later, attorneys and journalists reviewing the trial transcript dubbed the proceedings "a farce and travesty."

Nonetheless, Francis was found guilty and sentenced to die in Gruesome Gertie.

His executioners were Angola Prison captain Ephie Foster and prisoner Vincent Venezia. Both men were charged with transporting the contraption to St. Martinville and insuring Francis' death by electrocution. They had done this before and ostensibly knew how to proceed. Indeed, they were so relaxed that they opted for a night of serious drinking in the hours immediately before the scheduled execution.

Eyewitnesses report that the pair were visibly drunk when they arrived at the jail the following morning. Still, they did the state's bidding and strapped Francis into the chair before applying the current.

Then something surprising happened -- despite being zapped by electricity, Francis did not die. Spectators were horrified, then relieved to learn that the mechanical malfunction would be corrected and a second execution ordered.

What happened next can only be described as a whirlwind. Attorney Bertrand DeBlanc, a deeply religious white man just returned from serving in World War II, agreed to take Francis' case -- pro-bono. During the next year-and-a-half, he would share legal work with the NAACP and with another white attorneylater- judge named J. Skully Wright.

The more DeBlanc learned about Francis' case, the angrier he became. At the same time he never challenged Francis' guilt -- Francis himself never proclaimed his innocence or took issue with his arrest or conviction -- but instead zeroed in on proving that a second execution would constitute cruel and unusual punishment and amount to double jeopardy.

The case bounced from court to court and eventually wound up in D.C. where the U.S. Supreme Court heard DeBlanc's argument. King's rendering of the proceedings is fascinating. "Sixty years later," he begins, "alleged violations of double jeopardy, cruel and unusual punishment, and due process would constitute unquestionably valid legal strategies for attorneys. But not in 1946. Not once, not twice, but many times the U.S. Supreme Court had held that the first ten amendments to the Constitution, rights citizens decades later would take for granted, simply did not exist for litigants in a case originating at the state level -- cases like Willie's. In other words, one's right not to be tried twice for the same crime could only be invoked if one was being tried in a federal court. The Supreme Court had ruled that in a state court a man [sic] could be tried twice for the same murder. Furthermore, in 1908, the Supreme Court held that the Fifth Amendment -- the right regarding self-incrimination -- did not apply to state court trials."

DeBlanc, Wright and the NAACP pushed forward anyway, arguing that the Bill of Rights should apply to the states. They also argued that a second encounter with Gruesome Gertie would be cruel, unusual and patently illegal.
The Court disagreed. In a five-to-four decision, issued one day after Francis turned 18, the Justices opted to send him back to the chair. Despite seething and eloquent dissents, the Court refused to save Willie Francis' life.

His attorneys were despondent and tried to push the Justices to reconsider; they simultaneously petitioned Louisiana governor Jimmie Davis to commute Francis' sentence to life imprisonment. In a bizarre turn, Justice Felix Frankfurter, who voted with the Court majority, petitioned Davis on Francis' behalf.

Their efforts failed. On May 9, 1947, Francis was executed, making him the 24th state resident killed by Gruesome Gertie.

To this day no one knows what really happened between Francis and Thomas. Years later, rumors that Thomas was gay -- and that his friendships with married women never strayed beyond the platonic -- began to circulate. Francis' one-time assertion -- his enigmatic explanation of what had transpired, "it was a secret about me and him" -- was never probed. Whether this was because of squeamishness, incompetence, or negligence is unknown.

King's exploration of Willie Francis' tragic life and the myriad efforts to save him is riveting. Well-researched and fast-paced, Francis' poignant story showcases the collision between social justice activists and a legal system hell-bent on maintaining the status quo. But it does more than this, reminding us of the ripples beneath the surface of most social change efforts. In this case, even though DeBlanc and colleagues could not save Francis, their courage, fortitude, and resistance set other acts of resistance into motion. Indeed, their tireless advocacy emboldened others and helped catapult racial injustice and the inhumanity of killing youthful offenders into public consciousness.

Eleanor J. Bader is a Brooklyn-based teacher, writer, and activist. She is the coauthor of Targets of Hatred: Anti-Abortion Terrorism (St. Martin’s Press, 2001).

© 2008 Public Eye All rights reserved.
View this story online at: http://www.alternet.org/story/89950/
Title: Re: Mohon izin menggunakan posting Anda untuk Buku Panduan MMD
Post by: hudoyo on 02 July 2008, 11:53:00 AM
[Berikut ini saya forward email dari Mas Gendhisjawi; semoga bermanfaat untuk rekan-rekan yang lain./hudoyo]

Pak Hudoyo yang saya hormati,

Email ini saya kirim sebagai balasan atas permintana izin Pak Hudoyo di MMD Kaskus. Ya, saya adalah pemilik username Gendhisjawi di Kaskus. Tentu saja saya tak keberatan jika posting saya di Kaskus bisa menjadi bahan buku MMD yang Pak Hudoyo susun. Namun ada beberapa fakta yang harus saya ungkapkan/luruskan karena mungkin signifikan bagi Bapak untuk mempertimbangkan ulang apakah posting-posting saya masih layak masuk dalam bab "Belajar MMD melalui internet".

Pertama, nama asli saya adalah HM. Semoga Pak Hudoyo ingat saya pernah mengikuti MMD di Cipanas (di rumah Pak Tatang) pada November 2007. Jadi, sesungguhnya saya sudah mengenal bahkan mempraktekan MMD jauh sebelum mengikuti Thread MMD di Kaskus.

Walau begitu, bukan bermaksud sengaja mengaburkan fakta jika pada posting-posting di Kaskus muncul kesan bahwa saya mengenal MMD baru di Kaskus.

Ceritanya begini, Pak Hud. Terus terang saya akui, sebelum mengikuti MMD di Kaskus praktek meditasi saya tak kunjung menemukan bentuk. Sepulang retret Cipanas, saya "merindukan" pengalaman batin meditasi 3 hari itu dan mencoba menemukannya kembali dalam praktek meditasi sehari-hari di rumah. Apalagi, waktu itu istri saya sempat berkomentar positif, "Setelah  pulang retret kamu lain!." Saya yang semula enggak sabaran, terburu-buru, gampang marah, sepulang dari Cipanas menjadi lebih tenang, kalem, dan tak gampang tersinggung.

Namun, anehnya, semakin saya praktekkan MMD di rumah, pengalaman yang saya rindukan justru makin menjauh. Bahkan, lama-lama, saya malah tak bisa mengingatnya lagi. Meditasi saya berubah menjadi beban ritual. Kalau enggak saya praktekkan saya merasa bersalah, tapi kalau saya praktekkan saya malah frustrasi sendiri.

Saya masih ingat, waktu itu hendak mengeluhklan persoalan itu lewat milis MMD ini. Namun, saya jadi sungkan sendiri kalau mau konsultasi ke Pak Hud, takut dianggap "nyinyir"; sudah ikut retret segala tapi masih enggak mudeng-mudeng.

Sampai akhirnya saya membaca ajakan Pak Hud untuk bergabung di Kaskus MMD. Berhubung di Kaskus Pak Hudoyo memulai penuturan MMD dari awal sekali, saya mencoba me-reset diri saya seakan-akan saya baru belajar MMD dari awal lagi. Saya ikuti posting Pak Hudoyo dan sesama anggota Kaskus yang baru mengenal MMD. Saya coba ikut petunjuk-petunjuk Pak Hudoyo (Semar) kepada rekan-rekan yang baru kenal MMD dan tertarik mempraktekannya, seperti Mas Riang Mentari, Gus Djat, Mad Man, dan salah seorang anak muda yang saya lupa namanya karena belakangan enggak muncul lagi.

Dari situlah saya menemukan "esensi-esensi baru" tentang MMD yang sebelumnya luput dari perhatian saya, misalnya sewaktu Pak Semar memposting bahwa "kuncinya ada Pasrah". Terus soal "tanpa tujuan, tanpa konsep, dll", sampai perihal "tak ada pencatatan batin/labeling". Belakangan saya saya coba buka-buka kembali arsip milis MMD lama yang memang tak pernah saya hapus dari Inbox Yahoo Mail dan mendapati bahwa esensi-esensi itu sudah ada, hanya saya saja enggak jeli mencernanya.

Selanjutnya, berdasar "petunjuk-petunjuk" baru itulah saya kembali belajar MMD. Saya juga mendalami wejangan-wejangan Ki Ageng Suryomentaram yang Pak Semar posting. Saya coba melacak ajaran Ajahn Chah setelah Pak Huduyo mengungkapkan ada kemiripannya dengan MMD. Atas rekomendasi Pak Hudoyo lewat Milis MMD, saya download serial dialog Krishnamurti dan Allan Anderson. Semuanya saya coba pahami dan praktekkan hingga kini.

Perkembangannya meditasi saya selanjutnya sudah saya posting di Kaskus dan Dhammacitta atas nama Gendhisjawi, sejujur-jujurnya.

Itulah pengakuan saya. Mohon maaf kepada Pak Hudoyo jika fakta ini mengecewakan Bapak. Apapun persepsi Bapak tentang saya, saya sangat bersyukur mengenal MMD dan oleh karena itu saya sungguh berterimakasih.

Hormat saya,
"Gendhisjawi"
Title: Re: OOT - Hukuman mati ... <terjemahan>
Post by: hudoyo on 02 July 2008, 08:08:21 PM
Terjemahan bebas saja, ya:

Pada November 1944, Andre Thomas, 53, pemilik toko yang disenangi pelanggannya di kota St. Martinville, Louisiana, AS bagian Selatan, ditemukan mati dengan 5 luka tembakan dari jarak dekat. Thomas, kulit putih, diduga punya hubungan cinta dengan perempuan-perempuan bersuami. Sembilan bulan penyelidikan polisi tidak ada hasilnya.

Pada Agustus 1945, polisi di Port Arthur, Texas, 250 km dari St. Martinville, menangkap Willie Francis, kulit hitam, yang tengah berkunjung ke rumah saudara perempuannya. Ketika ditangkap, Willie, yang hampir tidak bisa baca-tulis, berusia 16 tahun, anak bungsu dari 13 bersaudara kulit hitam dari kawasan Katholik yang sangat miskin.

Polisi yang semula mencurigainya sebagai bandar narkoba menahan Willie. Setelah yakin ia tidak terlibat narkoba, polisi mulai mengorek kemungkinan keterlibatannya dalam beberapa perampokan dan serangan di wilayah Port Arthur. Polisi melihat cara bicara Willie yang terbata-bata, yang menunjukkan kemungkinan adanya rasa bersalah.

Investigasi yang belakangan dilakukan oleh King, penulis buku, mengungkapkan beberapa hal yang mengagetkan: menurut Kepala Polisi Port Arthur, yang "tidak menyimpan catatan tentang interogasi itu", dalam waktu beberapa menit saja Willie mengakui membunuh Thomas. Polisi menemukan KTP Thomas di dompet Willie.

Pengakuan tertulis Willie, yang penuh dengan kesalahan ejaan, mengakui ia mencuri pistol dalam merencanakan pembunuhan itu. Juga diakui, setelah membunuh ia mengambil dompet Thomas yang berisi $4 beserta arloji emas yang kemudian digadaikannya. Dalam apa yang dinamakan pengakuan itu Willie tidak ditemani penasehat hukum.

Sebulan kemudian Willie diadili dengan juri yang terdiri dari 12 orang kulit putih. Dalam sidang pengadilan terungkap tidak ada bukti forensik yang mengaitkan Willie dengan kejahatan itu. Pistol dan peluru yang ditemukan di TKP juga tidak ditampilkan; katanya hilang dalam perjalanan ke Lab Kejahatan FBI. Bahkan tidak diambil sidik jari dari pistol itu. Arloji yang katanya dicuri juga tidak ada. Jadi dakwaan jaksa hanya bertumpu pada pengakuan remaja Willie tanpa didampingi penasehat hukum. Belakangan, para ahli hukum dan jurnalis yang mengkaji jalannya pengadilan itu menamakannya sebagai "sandiwara yang menggelikan".

Bagaimana pun juga Willie dijatuhi hukuman mati di kursi listrik. Kedua petugas jagalnya minum-minum dulu sampai mabok sebelum menjalannya tugasnya. Para saksi mencatat kedua petugas itu jelas mabok ketika tiba di tempat pelaksanaan hukuman. Tapi apa yang terjadi? Sekalipun sudah disetrum dengan listrik tegangan tinggi, Willie tidak mati. Willie dibawa kembali ke dalam selnya.

Lalu terjadilah proses yang berlangsung cepat. Pengacara Bertrand DeBlanc, seorang kulit putih yang sangat religius, yang baru pulang dari tugas dalam Perang Dunia II, bersedia menangani kasus Willie secara gratis. Ia bekerja sama dengan pengacara kulit putih lain, J. Skully Wright.

Semakin dalam DeBlanc mempelajari kasus Willie, semakin marah ia. Ia tidak pernah menyanggah kesalahan Willie--Willie sendiri tidak pernah menyatakan dirinya tak bersalah, atau mengajukan keberatan atas penahanannya atau keputusan pengadilan terhadapnya. DeBlanc memusatkan pembelaannya pada penekanan bahwa pelaksanaan hukuman mati kedua merupakan hukuman yang kejam dan tidak biasa, dan berarti dua kali membahayakan jiwa kliennya.

Kasus itu akhirnya sampai ke Mahkamah Agung di Washington. Pembelaan DeBlanc sangat menakjubkan. Enam puluh tahun kemudian, 'tindakan ganda membahayakan keselamatan', 'hukuman yang kejam dan tidak biasa', dan 'tidak boleh diadili dua kali untuk perkara yang sama' akan menjadi strategi hukum bagi para pembela. Tetapi semua itu tidak ada di tahun 1946. Sudah sering Mahkamah Agung mendalilkan bahwa hak-hak warga negara yang tercantum dalam amandemen UUD, yang puluhan tahun kelak akan dianggap biasa oleh masyarakat, pada waktu itu tidak berlaku untuk kasus-kasus yang berawal di tingkat negara bagian.

Pada tahun 1908, Mahkamah Agung juga mendalilkan bahwa amandemen kelima UUD tentang kasus "menyalahkan diri sendiri" juga tidak berlaku di pengadilan negara bagian. Namun DeBlanc dkk tidak bergeming. Mereka menyatakan bahwa Undang-Undang Hak-Hak Warga Negara berlaku sampai ke negara bagian. Mereka juga berkilah bahwa menghadapi kursi listrik untuk kedua kali adalah kejam, tidak biasa dan jelas tidak sah.

Mahkamah Agung tidak setuju. Dengan perbandingan lima lawan empat, sehari setelah Willie memperingati ultah ke-18, mahkamah memutuskan Willie harus naik ke kursi listrik lagi.

Para pembela minta Gubernur Louisiana untuk mengubah hukuman Willie menjadi seumur hidup. Anehnya, Hakim Agung yang ikut dalam mayoritas yang menghukum Willie, juga mengirimkan permintaan kepada Gubernur Louisiana untuk menyelamatkan jiwa Willie.

Semua usaha ini gagal. Pada 9 Mei 1947, Willie jadi mati disetrum di kursi listrik untuk kedua kali.

Sampai sekarang tidak seorang pun tahu apa yang sesungguhnya terjadi antara Willie dan Thomas. Bertahun-tahun kemudian, mulai beredar desas-desus bahwa Thomas adalah gay, dan bahwa hubungannya dengan perempuan yang telah menikah hanya sebatas perkawanan saja. Pernyataan yang pernah dibuat Willie--penjelasannya tentang apa yang terjadi, "itu adalah rahasia antara saya dan dia"--tidak pernah digali lebih dalam.

Investigasi King terhadap kasus Willie Francis yang tragis dan banyak upaya untuk menyelamatkannya sangat memukau. Dengan riset yang baik dan penyampaian yang cepat, kisah Willie mengungkapkan perbenturan antara aktivis keadilan sosial dan sebuah sistem hukum yang bertekad mempertahankan statusquo. Lebih dari itu, kisah ini mengingatkan kita akan riak-riak di bawah permukaan dari kebanyakan upaya perubahan sosial. Dalam kasus ini, sekalipun DeBlanc dkk tidak berhasil menyelamatkan Willie, keberanian mereka, ketabahan mereka, dan perlawanan mereka mendorong munculnya tindakan-tindakan perlawanan lain. Sesungguhnya, advokasi mereka telah menggugah keberanian orang lain dan membantu menampilkan ketidakadilan rasial dan ketidakmanusiawian membunuh para pelanggar hukum muda usia ke dalam kesadaran publik.-
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 02 July 2008, 08:15:25 PM
_/\_ Dukkha...:(

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 02 July 2008, 08:18:15 PM
Betul
Title: Riky ingin "vakum" dulu beberapa hari ...
Post by: hudoyo on 03 July 2008, 06:34:51 AM
Melalui pesan pribadi, Riky menyatakan selama beberapa hari ini ingin “vakum” dulu. … Katanya tulisan banyak orang di Forum Diskusi merupakan “debu yang menutupi mata” … makanya ia perlu “vakum” sejenak untuk “tidak terkontaminasi dengan debu” itu.

OK, Riky, bagus sekali … lakukan retret sendiri di rumah … Ayah akan mendampingimu dari jauh.

Riky, … ayah sudah tua … umur ayah sekarang sudah 65 tahun … tidak lama lagi ayah mengajar MMD ini … Tapi sekarang, ayah sudah menemukan pewaris ayah, penerus ayah … Ayah yakin, tidak lama lagi Riky akan menggantikan ayah membabarkan MMD kepada setiap orang yang mau mendengarkan … setidak-tidaknya selama dua generasi (50 tahun) lagi … :) … dan ayah bisa pergi dengan tersenyum … :)

Ayah.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: F.T on 03 July 2008, 07:20:16 AM

Riky jg pernah menyampaikan kepada saya bahwa ingin vakum dahulu dari forum untuk beberapa minggu kedepan, Nanti setelah vakum, riky akan hadir lagi ke forum dhammacitta dan berdiskusi bersama teman-teman di forum. Kami akan menunggu kembali kehadiran riky di forum dhammacitta _/\_

Terima kasih kepada Pak Hudoyo yang telah membimbing riky berlatih Meditasi, Sekarang sudah bisa di lihat kemajuan batin riky setelah mendapat  bimbingan dari Pak Hud... Salut _/\_

Semoga Semua Mahkluk Berbahagia ... :lotus:
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 03 July 2008, 08:28:57 AM
Hmm , jangan sampai debu dimata sendiri jg tidak diperhatikan, hanya memperhatikan debu dimata orang lain yang di lihat.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: andry on 03 July 2008, 11:50:18 PM
Wah bagus neh Bro ricky makin maju...
nanti udah maju share2 yah...
dan jangan lupa harus turun gunung loh...
Title: Ingin menyatu dengan Tuhan? ...
Post by: hudoyo on 04 July 2008, 07:48:53 AM
Dari:  > Subforum: Spiritual > Thread: MMD-2

Quote from: doddymobile
Keinginan adalah kekuatan, dan tanpa kekutan yang dasyat dari keinginan, tak seorang pun yang bisa membuat kemajuan ke arah kebahagiaan yang sesungguhnya. Yang harus disingkirkan bukanlah keinginan tetapi keinginan yang sifatnya mementingkan ke-aku-an.

Saya berbeda pendapat, Mas Doddy:

Keinginan adalah manifestasi dari si aku. Keinginan itu bisa buruk/duniawi, bisa baik, seperti: ingin masuk surga, ingin menyatu dengan Tuhan, ingin mencapai nibbana (nirvana), ingin moksha. Semua itu perwujudan dari cita-cita si aku.

Dalam hal-hal duniawi--bahkan mungkin alam surga--bisa saja keinginan itu tercapai. Kalau tercapai, maka si aku menikmati keinginannya. Tetapi hal-hal seperti itu tidak bisa lepas dari sunnatullah, yakni kefanaan. Segala sesuatu di alam semesta ini fana (Al-Qasas, Al-Rahman).

Di lain pihak, dalam hal yang bersifat 'ultimate' (terakhir)--yakni Tuhan (yang sejati), pelepasan, nibbana atau moksha--hal itu tidak bisa dicapai dengan keinginan si aku. Mengapa? Karena si aku itulah justru penghalang terbesar bagi terealisasinya pembebasan. Oleh karena itu ada kalimat: "Tuhan ada, bila aku tidak ada; bila aku ada, Tuhan tidak ada (bagiku)." -- Untuk bisa sampai pada keadaan batin seperti itu, si aku & segala keinginannya (yang setinggi apa pun) harus berakhir.

Jadi, menurut saya, pembebasan, pencerahan terakhir, tidak bisa dipandang sebagai "kemajuan", apalagi menuju "kebahagiaan", melainkan adalah DIAM, BERHENTI sempurna.

Quote
Bebaslah mereka yang meninggalkan hasrat2 kepentingan pribadinya
Dan mendobrak kurungan-ego dan milikku
Menyatu dalam Tuhan yang pengasih
Inilah keadaan maha tinggi
Capailah ini dan dari kematian kau akan menuju keabadian (Bhagavad Gita)

Kutipan bagian dari Bhagavad Gita ini mewakili ajaran agama-agama monoteistik, yang pemahamannya tidak terlepas dari pikiran. (Dalam Bhagavad Gita ada bagian-bagian lain yang mengungkapkan pemahaman yang menurut saya "lebih tinggi".) Dalam keheningan yang sejati, di mana pikiran sudah diam, semua pemahaman seperti itu sudah runtuh. Seperti kata Krishnamurti:

"Meditasi adalah pengosongan batin dari segala sesuatu yang dibentuk oleh batin. Jika Anda lakukan itu, maka Anda akan mendapati ada ruang luar biasa di dalam batin, dan ruang itu adalah kebebasan. Jika Anda berjalan sejauh itu, maka ada suatu gerak dari apa yang tak diketahui, yang tak dikenal, yang tak dapat diterjemahkan, yang tak dapat dirumuskan dengan kata-kata--maka Anda akan mendapati ada gerak dari Yang Mahaluas."

'Apa yang tak diketahui' tidak bisa diberi nama, bahkan nama "Tuhan".

Salam,
hudoyo
Title: Riang Mentari: Keinginan harus diapakan? ...
Post by: hudoyo on 05 July 2008, 07:26:26 AM
A: apa yang salah dengan berkeinginan ?
B: tidak ada yang salah
A: lalu kenapa saya merasa arahnya adalah membunuh keinginan ?
B: kita tidak bisa "berusaha" membunuh keinginan, kenginan akan selalu ada bagaimanapun kita mengusahakannya
A: lalu, apa artinya ?
B: menyadari
A: mengapa harus menyadari ?
B: karena gerak pikir yang tidak disadari adalah akar dari kesengsaraan. kesia-sian yang tidak diperlukan.
A: maksudnya ?
B: keinginan adalah mendambakan sesuatu yang tidak dimiliki. ini memisahkan diri kita dengan apa yang kita miliki. keinginan berada di masa depan. hal ini memisahkan kita dengan saat sekarang. keinginan adalah ilusi karena yang nyata hanya saat ini, dan semua yang kita miliki saat ini.
A: apakah artinya harus berhenti punya cita-cita dan tujuan ?
B: tidak ada keharusan, yg terpenting adalah sadar. sadar bahwa cita2 adalah ilusi jika kita tidak menyadari saat ini. sadar bahwa cita-cita bisa berubah menjadi siksaan jika kita tidak mensyukuri apa yang telah kita miliki. sadar bahwa keinginan bisa membuat hidup kita menderita, cemas akan perbandingan dengan orang lain, kecewa dengan keadaan saat ini; jika keinginan itu terpisah dari apa yang ada saat ini.
.....

Title: Semakin sadar/eling, semakin tidak tahu ... Bagaimana "menyikapi" kekesalan?
Post by: hudoyo on 05 July 2008, 08:27:01 AM
[Dari: ]

Quote from: riang_mentari
mengapa saya makin merasa tidak tahu ?
spertinya teori2 ini sudah sebegitu sesaknya ada di pikiran saya
saya mulai mempertanyakan yang tidak sesuai dengan pengalaman saya...

saya diajarkan bahwa mood harus selalu ceria
maka itu jika ada kejadian yang mengesalkan hati,
saya alihkan dengan mendengarkan musik
atau tertawa bersama kawan-kawan

sekarang tidak bisa lagi sperti itu
pengalihan memberi kepuasan sementara
menindih kekesalan dengan keceriaan, tidak akan menghilangkannya
kekesalan itu masih tetap ada...tertimbun tak sempurna
terakumulasi untuk bangkit kembali...suatu saat nanti...
dalam amarah, frustrasi, kecemasan...

jd skrg saya merasakannya,
mencicipi dan menerima pengalaman kekesalan
bukan menghindarinya, bukan berusaha menghilangkannya
mengecap-kecapkan rasa dlm setetes pengalaman...

*masih menanti koreksi dari eyang dan kawan2 seperjalanan...*

Mas Riang Mentari,

Anda betul ... semakin dalam kesadaran kita, semakin kita tidak tahu, semakin kita tidak ingat apa yang kita alami.

Pengetahuan & pengalaman adalah fungsi pikiran. ... Orang yang pengetahuan bukunya banyak, bisa mengutip kitab-kitab spiritual dari mana-mana ... orang yang bisa mengingat pengalaman hidupnya yang banyak .,. orang seperti itu pikirannya tidak pernah berhenti.

Sebaliknya, semakin berkembang sadar/eling dalam batin kita, semakin tipis pengetahuan & pengalaman kita ... Sadar/eling tidak sama dengan "tahu" (pengetahuan) dan "ingat akan pengalaman".

PS: posting ini juga saya forward ke Dhammacitta.org & beberapa milis.

Salam,
semar
Title: Siapakah 'Mara'?
Post by: hudoyo on 05 July 2008, 12:48:41 PM
Quote from: NORBU
Pak Semar :-),

mohon ma'af ni quick question saja. apakah "MARA" itu personnya sama dengan "iblis".

terus kalau bukan iblis, si "iblis" itu menurut ajaran buddha siapa ya.

trims dulu,sebelumnya
T.

Mas T.,

'Mara' maupun 'Iblis' itu bukan suatu makhluk yang ada di luar diri kita, melainkan adalah si aku beserta segala keinginannya di dalam batin kita sendiri.

Salam,
semar
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tula on 05 July 2008, 01:02:08 PM
salam pak hudoyo dan mas ricky .. ketinggalan beberapa hari ketingglan beberpa lembar lagi dah :)

saya benernya dari kemaren2 uda menyadari, kenapa saya ga isa menerapkan MMD ini sampe saat ini ... karena masi memiliki kebiasaan terhadap focusing ....

dan jg kesalahan saya .. mencompare MMD dengan focusing meditation ini ... karena emang sangat bertolak belakang ...

tp sejujurnya, saya tidak bisa dengan serta merta lgsg aja mencaplok ajaran baru yg datang tanpa ba bi bu, saya harus mencermati, dan mengira2 dahulu ... apakah ada kemungkinan lebih baik dari yg lama ? kalo aku lgsg asal trima aja bisa2 metode ku ga perna tetep dari waktu2 kewaktu ... selalu mencoba

terima kasih atas penjelasan2 nya selama ini mas mas dan pak pak (ada mbak2 kaga ya ? :D)..... saya jg akan vakum dulu dari thread ini utk sementara waktu .. mencoba utk melepas metode lama

makaci. (makan siang dulu dah gue)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 05 July 2008, 02:08:07 PM
MMD sendiri tidak ada teorinya sama sekali ... MMD bukanlah suatu 'ajaran' ... . Membanding-bandingkan MMD dengan berbagai metode meditasi lain tanpa mencobanya, tidak ada manfaatnya sama sekali.

Kalau mau tahu MMD bermanfaat atau tidak, harus langsung terjun ke air "berenang" ... kalau cuma dipikir-pikir, direnung-renung, tidak akan pernah tahu MMD bermanfaat atau tidak.

Salam,
hudoyo
Title: Tentang membaca buku2 K ... meditasi dengan terpaksa ...
Post by: hudoyo on 05 July 2008, 03:35:03 PM
Namaste Romo Hudoyo,

Romo ketika saya membaca buku Krishnamurti, seringkali maknanya kok menjadi
berbeda-beda. Lima kali membaca bisa mendapat 3 pemahaman, namun pemahaman tsb seringkali saling melengkapi. Terkadang bertentangan.
Apakah memang membaca buku Krishnamurti itu perlu berulang kali ?
Dan yang aneh, walau dengan topik yg sama, melihat film-nya timbul pengertian
berbeda.

Romo apakah wajar kalau kadang ada rasa terpaksa ketika melakukan meditasi harian ?

Namaste
J.
---------------------------
Rekan J. yg baik,
 
Krishnamurti membahas banyak hal yang bersifat sangat dalam, halus, dan sering kali mengatasi pikiran. Biasanya orang yang membaca K selalu mem-filter kata-katanya menurut kondisi batinnya dalam memahami sesuatu. Kondisi batin ini berbeda-beda dari waktu ke waktu. Oleh karena itu pemahamannya mengenai apa yang dikatakan K bisa berbeda-beda dari waktu ke waktu.

Dianjurkan untuk membaca K berulang-ulang dalam kondisi yang berbeda-beda. Kecuali Anda bisa membaca K dalam kondisi hening sama sekali. Pengertian yang diperoleh di situ adalah pengertian yang paling dalam.
 
Kalau melakukan meditasi harian dengan rasa terpaksa, berarti masih melihat meditasi sebagai ritual. Dalam hal ini tidak banyak "hasil" yang diperoleh. Meditasi baru "optimal" apabila dilakukan sebagai kebutuhan, sebagai “akibat” kejenuhan dengan pikiran sehari-hari.
 
Lebih baik lagi kalau meditasi dilakukan sepanjang hari, di sela-sela kesibukan sehari-hari. Lama-kelamaan tidak bisa dibedakan antara kesadaran ketika duduk diam dan kesadaran dalam kehidupan sehari-hari ketika pikiran tidak diperlukan.
 
Salam,
Hudoyo
Title: RE: Siapakah 'Mara'?
Post by: hudoyo on 05 July 2008, 09:36:33 PM
[Riky menulis kepada saya dari tempat retretnya:]

From: Riky Dave <rikydave [at] hotmail.com>
 
Saya juga agak bingung dengan konteks "MARA" ada yang menyebutnya "makhluk" rendah, tapi sebenarnya MARA menurut saya pribadi juga adalah "aku" yang menciptakan sebuah "ilusi"
Benarkah begitu pak?

 Anak,
Riky
------------------------------
HUDOYO:

Riky,
Betul, ‘Mara’ adalah nafsu-nafsu yang ada dalam batin kita sendiri. Ingatkah kamu dongengnya, ‘Mara’ ini mempunyai tiga anak perempuan yang cantik, bernama:  Tanha (kehausan), Raga (nafsu birahi), dan Arati (kebosanan).

Dalam kitab-kitab Pali yang paling tua, ‘Mara’ diidentikkan dengan kelima khandha, berarti seluruh kehidupan (eksistensi) ini (samsara), sebagai lawan dari ‘nibbana’.

Dalam kitab-kitab yang lebih muda, ‘Mara’ sering diidentikkan dengan: (1) kilesa; (2) maccu (kematian); (3) khandha; (4) abhisankhara; (5) devaputta (anak dewa).

Di situs Access to Insight, ada sebuah artikel menarik ditulis oleh Ananda Guruge, “The Buddha's Encounters with Mara the Tempter”, yang menelusuri perkembangan pemahaman tentang ‘Mara’ dari zaman ke zaman di kalangan umat Buddha.

Saya, sih, gak mau pusing. Menurut kitab-kitab Pali yang paling tua, ‘Mara’ adalah kelima khandha ini, berarti seluruh kehidupan (eksistensi) ini, 'samsara' (lawan dari 'nibbana'). Itulah yang membujuk, menggoda Pangeran Siddhartha sebelum menjadi Buddha.

Dongeng-dongeng tentang ‘Mara’ berkembang belakangan sebagai sarana pembelajaran bagi umat Buddha yang tidak bermeditasi sehingga sukar diajak menyelami batin sendiri.

Ayah,
Hudoyo
Title: Komunikasi dari Riky kemarin (Sabtu) ...
Post by: hudoyo on 06 July 2008, 12:45:12 PM
RIKY:

Pak,seperti yang saya telah sms masih ada yang lainnya...
Saya tulis disini aja ya pak,soalnya sekalian mau baca BR (Bernadette Roberts)...
Selain yang tadi saya tuliskan di sms ada beberapa perubahan dalam diri saya
yakni:
1.Emosi saya menjadi sangat berkurang drastis,saya menjadi bukan orang yang suka marah2 karena biasanya kalau dirumah saya bisa marah2...Tapi yang menarik disini adalah "marah" itu bukan "dikendalikan" menjadi "tidak marah" tapi ada "sesuatu" yang menyadari marah itu sehingga menjadi tidak jadi marah..Gimana ya bilangnya?Pokoknya ketika saya ingin marah,atau karena sesuatu yang membuat saya marah,tiba2 saya menjadi "sadar" akan "marah" dan kembali bertanya "kenapa saya harus marah?" dan seketika juga "marah" itu lenyap dan tidak terucap melalui mulut....
2.Nafsu makan saya juga menurun dratis...Saya jadi tidak tau kapan harus makan...Karena ketika "ingin" makan,disadari tiba2 menjadi "tidak ingin"..Tapi ketika saya makan ,saya jadi makan secukupnya saja,tidak berlebih jadinya(Jika ambilnya terlalu lebih jadi tidak bisa makan habis,maksudnya terlalu lebih biasanya itu adalah standart saya makan tapi berangsur berkurang.NB:Makan saya cukup banyak lo pak),habis sudah makan nasi saya jadi tidak ingin makan cemilan atau sebagainya lagi.Yang menjadi masalah bagaimana saya bisa tau harus makan atau tidak?Bagaimana saya bisa tau makan itu karena "aku" atau memang kebutuhan?Karena "inginnya" lenyap dan muncul begitu saja dan begitu cepat...
Pak minta tipsnya ya cara mengatasi hal tersebut?
Tapi walaupun begitu tidak ada pengaruh sama sekali terhadap tubuh saya,tubuh saya oke2 saja....Malah tambah ringan,menyenangkan dan segar...
Tapi saya cuma takut ada apa2  kalau nafsu makan saya tiba2 drop.hal tersebut juga sama pada saat saya tidur,pokoknya tidurnya jadi pas2 aja...Tidak bisa lebih,kalau lebih pasti jadi bangun ,kalau dipaksaan buat tidur malah hanya golek2 di tempat tidur dan tidak bisa tidur...

Anakmu,
Riky

HUDOYO:

Quote
1.Emosi saya menjadi sangat berkurang drastis,saya menjadi bukan orang yang suka marah2 karena biasanya kalau dirumah saya bisa marah2...
Riky,
Kamu sudah mengalami sendiri bagaimana sadar itu bisa “menjaga” batin kita. Dengan sadar tidak perlu repot-repot lagi belajar Sila, karena sadar adalah Sila tertinggi. Setiap keserakahan, kebencian, cemburu, iri, marah dsb langsung lenyap begitu disadari.
 
Quote
2.Nafsu makan saya juga menurun dratis...Saya jadi tidak tau kapan harus makan...Karena ketika "ingin" makan,disadari tiba2 menjadi "tidak ingin"..
Nggak usah kuatir, tubuh itu mempunyai kearifannya sendiri. Salah satu kearifan adalah rasa lapar. Rasa lapar sedikit tidak apa-apa; banyak orang mengira tidak boleh lapar, karena nanti bisa sakit, lalu mereka makan sebanyak-banyaknya. Lalu menderita kegemukan (overweight). Kalau waktu makan kamu tidak lapar, ya makan sedikit saja, tidak perlu harus “seperti biasanya” (makan banyak).

Quote
Pak minta tipsnya ya cara mengatasi hal tersebut?
Tapi walaupun begitu tidak ada pengaruh sama sekali terhadap tubuh saya,tubuh saya oke2 saja....Malah tambah ringan,menyenangkan dan segar...
Ya, tambah ringan, menyenangkan dan segar itu akibat badan dan batin yang tidak dibebani oleh berbagai pikiran, keinginan dan “keharusan” yang tidak semestinya.

Quote
Tapi saya cuma takut ada apa2  kalau nafsu makan saya tiba2 drop.hal tersebut juga sama pada saat saya tidur,pokoknya tidurnya jadi pas2 aja...Tidak bisa lebih,kalau lebih pasti jadi bangun ,kalau dipaksaan buat tidur malah hanya golek2 di tempat tidur dan tidak bisa tidur...
Sekali lagi, tidak usah kuatir. Dengarkanlah isyarat dari tubuhmu: kalau lapar. makan; kalau tidak lapar tidak perlu makan banyak. Kalau mengantuk, tidur; kalau tidak mengantuk, jangan memaksa tidur, alih-alih, bermeditasilah (sadarlah).

Ayah
Title: Komunikasi terbaru dari Riky: tentang marah ...
Post by: hudoyo on 06 July 2008, 01:20:44 PM
[Dalam keadaan "mengundurkan diri untuk sementara" dari forum DC, Riky tetap berkomunikasi dengan saya, menceritakan pengalaman meditasinya. Berikut ini komunikasi terbaru dengan dia siang ini. ...

Memang luar biasa sekali perkembangan batin anak ini. Bayangkan LIMA MINGGU yang lalu, seorang anak, 17 tahun, yang sangat cerdas, tapi egonya sangat kuat, tangannya selalu gatal untuk menulis menanggapi apa pun yang ada di DC, sering kali terlibat debat kusir di DC, sehingga sering mendapat reputasi minus di DC ... mulai berkomunikasi dengan saya tentang meditasi, padahal sebelumnya ia tidak pernah bermeditasi sama sekali ... lalu saya angkat sebagai anak ... sehingga ia mempunyai motivasi kuat untuk mengembangkan vipassana/MMD mengikuti bapaknya ... sekarang ia memutuskan sendiri untuk "mengundurkan diri untuk sementara dari DC" ... sementara tetap berkomunikasi dengan saya ... email terbarunya menunjukkan bagaimana dalam vipassana/MMD ia memahami 'marah' dalam dirinya dan bagaimana "seharusnya" menyikapi marah itu. ... Kecerdasannya yang sangat tajam sangat membantunya memahami dan menerapkan apa yang dipahaminya dalam vipassana/MMD. ... Dalam yoga ini disebut 'jnana-yoga'./hudoyo]

RIKY:

Sekarang saya tau marah menjadi tidak marah(dengan aku) atau marah menjadi tidak marah(tanpa aku)...

Biasanya orang bilang "marah" bisa dikendalikan,saya bilang memang bisa tapi marah itu dikendalikan oleh "aku" ,dipuaskan oleh "aku"... Seperti ketika kita "marah" karena kita disuruh kerja,maka pada saat "marah" itu kita bisa menjadi "tidak marah" dalam konteks,kita berkata,"Ya karena saya adalah pekerja,atau habis ini saya mau refereshing biar tenang,dll">>>disini masih ada "aku" yang terpuaskan,rasa marah kita diganti dengan memuaskan "aku" sehingga "aku" tidak marah tapi disini "aku" menjadi penguasa,kita menjadi budak dari "aku" sendiri!!!"Aku" yang mengatur kita!!!!!

"Tanpa aku" yakni pada saat kita "marah" karena disuruh "kerja",kita hanya "sadari" marah itu dan "marah" itu berangsur2 hilang,tanpa permainan dari "pikiran/aku" itu sendiri!!!Tanpa ada "embel2" apapun tentang "masa lalu" atau "masa depan" cuma ada "SAAT INI",biasanya kita marah kan kita lihat balik ke masa lalu,kayak kita dimarahin guru kita lihat ke masa lalu "kenapa kita dimarahin dll,sehingga kita jadi tidak marah terhadap guru itu"(Menurut saya pribadi ini "pemuasaan aku","aku" ingin "dipuaskan" dengan mencari "sesuatu" yang dianggapnya "pantas dan tidak merugikan dia")..Kalau dari masa depan biasanya ketika kita dimarahin guru,kita pasti "kesal/marah",ketika itu "aku" mencari pemuasaan lewat masa depan seperti habis dimarahin pergi main internet,nonton tv,hang out dsbnya...(Menurut saya pribadi ini juga cuma "pemuasaan aku","aku" ingin "dipuaskan" dengan mencari "sesuatu" yang dianggapnya "pantas dan tidak merugikan  dia")
 
Anakmu,
Riky

HUDOYO:

Bagus sekali, Riky ... kamu sudah mengalami sendiri perbedaan antara 'vipassana murni', yang tanpa-aku, tanpa-usaha, dengan kesadaran agama sehari-hari, di mana si aku selalu mengendalikan, menekan "yang buruk" dan memupuk "yang baik", yang dalam Jalan Mulia Berfaktor Delapan disebut 'samma-vayama' ("daya upaya benar").

Teruskan meditasimu, anakku. ... Tidak ada lagi keinginan untuk menulis-nulis lagi di DC, menanggapi macam-macam obrolan di sana, bukan?

Ayah

RIKY:

Iya pak,rasanya kalau saya baca ya baca saja,tidak ada "keinginan" menanggapi hal tsb dan yang lebih aneh saya jadi "malas" bacanya paling saya cuma menengok ke MMD saja. :)

Oh iya pak,bapak tidak aneh dengan tulisan saya??:)
Saya langsung ketik melalui pengalaman pribadi saya,jadi agak belepotan kan?:)
Habisnya susah mau tulis apa,susah mau "dikeluarkan" hal yang lewat pengalaman batin pribadi......

Anakmu,
Riky

HUDOYO:

Saya membaca tulisanmu dengan hati, bukan dengan pikiran, jadi sama sekali tidak aneh. ... Tulislah apa adanya, tidak perlu memperhatikan tatabahasa segala ... ayah pasti mengerti.
 
Ayah

RIKY:

Iya,pak jika lewat "pikiran" pasti kebingungan lihatnya...
Ya da pak,saya mau "menjauhkan" diri lagi.....
Karena bapak sudah menjawab semua pertanyaan saya dan tidak ada "beban" lagi,jadi saya bisa tenang lagi....Jadi saya bisa meneruskan meditasi saya...Makasih ya pak atas jawaban2nya...
Nanti jika ada hal yang menganggu saya lagi,baru saya datang dan menanyakannya sama bapak......
 
Anakmu,
Riky

HUDOYO:

OK, Riky, teruskan meditasimu ...
Cium dari ayah.
 
Hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 06 July 2008, 09:24:36 PM
Turut berbahagia   atas kemajuan Riky atas bimbingan Pak Hudoyo  :jempol:
Title: Bisa memilih mau 'sadar' atau 'tidak sadar' ...
Post by: hudoyo on 07 July 2008, 06:45:23 PM
Dari:

Quote from: abdi_karuhun
saya stuju dgn tulisan anda itu.....tp mengapa msh ad sdkit tnya d dlm pkiran saya...

org yg dpt ksdaran hasilnya semakin tidak tahu, semakin tidak ingat apa yang d alami...

org yg gag dpt ksadaran hasilnya melebihi dgn yg pny ksadaran yaitu mlh gag prnh memikirkan itu smua......

seandainya sya blh memilih saya pgn jadi yg tengah2 aj.....flexibel aj shingga bisa mnjadi org yg sadar atopun kmbali mnjadi yg tidak sadar.....

msing2 dua pilihan itu memiliki kekurangan dan klebihan mnurut saya...

maaf msh bljr nulis om semar......

salam,,,,,,

Selamat datang di thread ini, dan salam kenal, Mas Karuhun. :shakehand

Saya bisa memahami sepenuhnya pandangan Anda ini, karena saya lihat Anda menganalisis kata-kata saya dengan menggunakan pikiran/nalar/intelek semata-mata. Tampaknya Anda belum pernah mempunyai pengalaman & pencerahan dalam meditasi, belum pernah mengalami keheningan sempurna, sehingga Anda tidak punya tolok ukur atau pengalaman selain pikiran dualistik yang bisa Anda gunakan untuk membandingkan keadaan 'sadar' dan 'tidak sadar'.

Kata kunci dari taraf pemahaman Anda adalah "pilihan". Menurut pemahaman Anda, orang bisa memilih, mau 'sadar' atau mau 'tidak sadar'. -- Ini sama sekali tidak benar. Kalau mau 'tidak sadar' memang gampang: ikuti saja nafsu serakah, nafsu amarah, dan segala macam nafsu Anda yang lain, dengan segala akibatnya. Itulah kehidupan sebagian besar manusia di muka bumi ini dalam sebagian besar waktunya setiap hari.

Sebaliknya, Anda dan saya tidak bisa memilih untuk 'sadar'. Selama saya MEMILIH untuk sadar, selama saya BERUPAYA untuk sadar, saya tidak akan pernah sadar. Sadar itu akan DATANG DENGAN SENDIRINYA, apabila kita mampu memahami dan menyadari gerak-gerik si aku, pikiran, perasaan, keinginan dsb ini yang membuat orang tidak sadar. (Tapi "menyadari gerak-gerik si aku" ini pun tidak bisa dilakukan dengan sengaja, dilakukan oleh si aku lagi; si aku tidak bisa menyadari aku.)

Nah, apakah Anda sudah bisa sedikit merasakan bahwa 'sadar' dan 'tidak sadar' itu tidak setara, dan bukan pilihan yang bisa dipilih sesuka hati?

Suatu analogi yang sangat tepat adalah menganalogikan 'tidak sadar' dan 'sadar' itu dengan 'bermimpi' dan 'bangun'. Orang yang 'bangun' bisa memilih untuk 'bermimpi', tapi orang yang 'bermimpi' tidak mungkin memilih atau berupaya untuk 'bangun'. 'Bermimpi' dan 'bangun' tidak setara. 'Bangun' itu harus datang dengan sendirinya.

Saya tahu, Anda pasti akan menganalisis kembali "penjelasan" ini dengan pikiran Anda; dan kalau Anda hanya menggunakan pikiran Anda, saya pastikan bahwa hasilnya hanya salah datu dari dua: (1) Anda akan bertambah bingung, atau (2) Anda akan menentang habis-habisan dengan logika Anda.

Pagi-pagi saya katakan, bahwa Anda tidak akan bisa memahami penjelasan ini sepenuhnya sampai Anda mengalami sendiri 'berhentinya pikiran' dalam 'keheningan'. Baru di situ Anda bisa memahami secara aktual bahwa perbedaan antara 'sadar' dan 'tidak sadar' bukanlah seperti perbedaan antara 'kanan' dan 'kiri', bahwa antara 'sadar' dan 'tidak sadar' bukanlah pilihan, bahwa 'sadar' harus datang dengan sendirinya, bukan dipilih, direkayasa, diusahakan. dilatih dsb.

Salam,
semar
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 07 July 2008, 06:47:18 PM
Mohon pamit dari forum ini mulai besok sampai hari Minggu depan.
Saya akan berlibur ke Bali, mengantar beberapa sanak keluarga dari Belanda.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 07 July 2008, 06:53:37 PM
Mohon pamit dari forum ini mulai besok sampai hari Minggu depan.
Saya akan berlibur ke Bali, mengantar beberapa sanak keluarga dari Belanda.

Salam,
hudoyo

selamat berlibur pak hudoyo... ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 07 July 2008, 07:11:02 PM
terima kasih, Rekan Hendra.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: yanz on 07 July 2008, 08:37:20 PM
Namo Buddhaya..
Pak Hudoyo, kapan retret untuk daerah Medan ya?
Thanks sebelumnya..
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 07 July 2008, 10:46:38 PM
Rekan Yanz, belum ada yang mengundang saya untuk memberikan retret di Medan.
Yang ada baru Jawa Barat (Cipanas), Jawa Tengah (Mendut) dan Bali (Brahmavihara-arama).
Kadang-kadang di Samarinda.

Salam,
Hudoyo
Title: Retret MMD Seminggu di Samarinda, 24 Juli s.d. 1 Agustus 2008
Post by: hudoyo on 07 July 2008, 10:55:34 PM
Retret MMD seminggu penuh bertempat di Vihara Muladharma, Samarinda: mulai Kamis, 24 Juli, pk 19 WITA, selesai Jumat, 1 Agustus, pk 07 WITA.

Untuk informasi lebih lanjut dan pendaftaran, harap hubungi:
(1) Ibu Liliana Tan, 0811 55 18 93, <g_gemini [at] cbn.net.id>
(2) Bpk Alim, 0541 710 6202

Salam,
hudoyo
Title: Tergelincir dikit ...
Post by: hudoyo on 07 July 2008, 11:19:07 PM
Quote from: abdi_karuhun
saya gag bngung koq mas......:):)
nah itu dia saya sdg brusaha menuju "brhentinya pikiran".....mgkin lom wktunya ya.....itu klo melihat dari tulisan anda d baris2 trakhir......

yah dinikmati aj dl.......smua akan indah pada wktunya,,,,,,,,,,,,

Bagus, Mas Karuhun ... silakan berjalan terus. :)

Cuma rada tergelincir sedikit ... :)  ... Pesan saya: janganlah BERUSAHA menuju berhentinya pikiran. ... Alih-alih, lihat sebaliknya: sadari saja pikiran yang berseliweran ini. ... Itu cukup ... Cepat atau lambat kan pikiran akan berhenti dengan sendirinya ... tapi tidak dibuat berhenti. ... :)

Salam,
semar
Title: Re: Bisa memilih mau 'sadar' atau 'tidak sadar' ...
Post by: hudoyo on 07 July 2008, 11:50:07 PM
From: Cahyanta, Hardi (Dr.) <Hardi.Cahyanta [at] conocophillips.com>

Hehehehe kalau seandainya bisa memilih sadar atau tidak sadar, itu seperti tokoh Neo di awal cerita film The Matrix,  Pak Hud.
Di situ diceritakan Neo ditawari 2 macam pil oleh Morpheus: Kalau dia memilih menelan "pil merah" dia akan "sadar" dalam arti keluar dari program virtual the matrix ke alam tubuhnya yang sejati, sedangkan kalau memilih "pil biru" maka dia akan tetap "bermimpi" di dalam dunia virtual The Matrix.
 
Tentu saja dunia "realitas" kita ini tidak sama persis dengan The Matrix, walaupun banyak kemiripannya.
 
salam,
hardi
=======================
HUDOYO: Setuju, Mas Hardi.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Edward on 08 July 2008, 12:56:48 AM
Konon katanya matrix based on buddhism..Dan konon Keanu menjadi Buddhis karena film itu...  ^-^
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 08 July 2008, 08:26:34 AM
Konon katanya matrix based on buddhism..Dan konon Keanu menjadi Buddhis karena film itu...  ^-^

Bukannya waktu film Little Buddha?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: J.W on 11 July 2008, 06:34:30 PM
Quote
Melalui pesan pribadi, Riky menyatakan selama beberapa hari ini ingin “vakum” dulu. … Katanya tulisan banyak orang di Forum Diskusi merupakan “debu yang menutupi mata” … makanya ia perlu “vakum” sejenak untuk “tidak terkontaminasi dengan debu” itu.

Pak hudoyo....kira2 berapa lama waktu yg dibutuhkan untuk belajar agar jinaraga juga dapat melihat debu di mata orang lain ???

 _/\_ _/\_ _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Edward on 11 July 2008, 08:48:22 PM
^IMO lihat debu di mata orang lain mah gampang...Lihat debu di mata sendiri yang lebih sulit...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 11 July 2008, 08:53:56 PM
Sayang sekali maksud kata2 saya itu disalahartikan....:)
Dan benar sekali kata saudara Edward...Bukankah lebih baik saudara jinaraga memperhatikan debu sendiri daripada mencari2/melihat debu orang lain?

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 11 July 2008, 10:47:23 PM
kenape mesti debu org yang dipusingin?? ibaratnya debu dirumah org diperhatikan padahal rumah sendiri debunya tebel
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: asunn on 12 July 2008, 03:18:35 PM
hoi hoi hoi hehehhe OOT neh... back to topic pleaze
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: J.W on 12 July 2008, 03:27:28 PM
Sayang sekali maksud kata2 saya itu disalahartikan....:)
Dan benar sekali kata saudara Edward...Bukankah lebih baik saudara jinaraga memperhatikan debu sendiri daripada mencari2/melihat debu orang lain?

Salam,
Riky

 ;D ;D ;D dan sayang sekali pernyataan jinaraga itu disalahpahami  ;D ;D ;D ;D
Sebenarnya neh tidak tertarik untuk melihat debu2 orang lain... Maaf jika ada yg tidak berkenan  ^:)^ ^:)^ ^:)^

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 12 July 2008, 03:44:56 PM
Quote
Melalui pesan pribadi, Riky menyatakan selama beberapa hari ini ingin “vakum” dulu. … Katanya tulisan banyak orang di Forum Diskusi merupakan “debu yang menutupi mata” … makanya ia perlu “vakum” sejenak untuk “tidak terkontaminasi dengan debu” itu.

Pak hudoyo....kira2 berapa lama waktu yg dibutuhkan untuk belajar agar jinaraga juga dapat melihat debu di mata orang lain ???[/i]

 _/\_ _/\_ _/\_
Jinaraga says:
Quote
dan sayang sekali pernyataan jinaraga itu disalahpahami     
Sebenarnya neh tidak tertarik untuk melihat debu2 orang lain... Maaf jika ada yg tidak berkenan 
Whats ur mean?Kenapa pernyataan 1 dan 2 anda berbeda?Saya rasa diskusi ini sudah OOT,jadi jika masih merasa ada hal yang tidak memuaskan anda,silakan dibuka thread baru....

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: san on 12 July 2008, 04:25:00 PM
Mungkin yang dimaksud bung Jinaraga, klo bung Riky bisa liat itu sebagai debu, orang lain juga bisa melihatnya setelah berlatih dalam kurun waktu tertentu.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 12 July 2008, 04:33:01 PM
Ya memang bisa,setiap orang bisa mengatakan apapun.....
Tapi kenapa saudara jinaraga memutar balikan pernyatannya?
Coba kita lihat kembali
Quote
1.Pak hudoyo....kira2 berapa lama waktu yg dibutuhkan untuk belajar agar jinaraga juga dapat melihat debu di mata orang lain
>>>Disini arti  dari kata diatas yang saya tangkap adalah saudara jinaraga menanyakan kepada pak hudoyo "Berapa lama waktu yang dibthkan utk belajar agar dpt melihat debu dimata orang lain"
Quote
2.Sebenarnya neh tidak tertarik untuk melihat debu2 orang lain
>>>Dikatakan disini bahwa dia "tidak tertarik" ,berbeda dengan pernyataan 1 yang seakan2 mengatakan dia ingin belajar kepada pak hudoyo dan menanyakan dibutuhkan waktu berapa lama untuk "berhasil"

Kenapa saudara jinaraga memutar balikkan pernyataanya?
Atau mungkin ada maksud lain dibalik pernyataan 1 nya?
Jika begitu diperkenankan saudara jinaraga untuk mengklarifikasinya dithread lain untuk tidak menganggu thread MMD...
Sekian dan Terima Kasih

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: J.W on 12 July 2008, 04:59:03 PM
Ya memang bisa,setiap orang bisa mengatakan apapun.....
Tapi kenapa saudara jinaraga memutar balikan pernyatannya?
Tanya kenapaaa .... ;D ;D

Coba kita lihat kembali
Quote
1.Pak hudoyo....kira2 berapa lama waktu yg dibutuhkan untuk belajar agar jinaraga juga dapat melihat debu di mata orang lain
>>>Disini arti  dari kata diatas yang saya tangkap adalah saudara jinaraga menanyakan kepada pak hudoyo "Berapa lama waktu yang dibthkan utk belajar agar dpt melihat debu dimata orang lain"
Hhmm...mmg "pertanyaan" demikian...tp maksudnya tidak :))

Quote
2.Sebenarnya neh tidak tertarik untuk melihat debu2 orang lain
>>>Dikatakan disini bahwa dia "tidak tertarik" ,berbeda dengan pernyataan 1 yang seakan2 mengatakan dia ingin belajar kepada pak hudoyo dan menanyakan dibutuhkan waktu berapa lama untuk "berhasil"
Jahh....bung riky sendiri aja udh bisa blg "seakan2". ::)

Kenapa saudara jinaraga memutar balikkan pernyataanya?
Atau mungkin ada maksud lain dibalik pernyataan 1 nya?
Jika begitu diperkenankan saudara jinaraga untuk mengklarifikasinya dithread lain untuk tidak menganggu thread MMD...
Sekian dan Terima Kasih
Memutarbalikkan pernyataan ?? :-? Sekilas seh terlihat berputar2....
Maksud lain di balik pernyataan 1 ??  :-? :-? Ternyata gak sia2 belajar yah bung ;D

 ^:)^ ^:)^ ^:)^ maaf jika telah mengganggu ketenangan .... Sesuai "anjuran" anda, jinaraga tidak akan menanggapi statement yg berkembang sehubungan dengan keahlian melihat debu di thread ini.

 _/\_

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 12 July 2008, 05:28:01 PM
Padahal saya sering lihat debu lho di TV kakakakakakakak
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: andry on 13 July 2008, 11:43:42 PM
 :outoftopic:


NOW



 :backtotopic:
Title: Ingin melihat debu di mata orang lain ...
Post by: hudoyo on 14 July 2008, 05:30:47 AM
Quote from: hudoyo
Melalui pesan pribadi, Riky menyatakan selama beberapa hari ini ingin “vakum” dulu. … Katanya tulisan banyak orang di Forum Diskusi merupakan “debu yang menutupi mata” … makanya ia perlu “vakum” sejenak untuk “tidak terkontaminasi dengan debu” itu.

Pak hudoyo....kira2 berapa lama waktu yg dibutuhkan untuk belajar agar jinaraga juga dapat melihat debu di mata orang lain ???

 _/\_ _/\_ _/\_

Rekan Jinaraga,

SEKARANG JUGA Anda bisa melihat debu di mata orang lain kalau mau. Tapi Anda hanya bisa melihat debu yang lebih tebal daripada debu yang menutupi mata Anda sendiri; Anda tidak bisa melihat debu yang lebih halus daripada debu yang menutupi mata Anda.

Contoh:
(1) Anda memahami Sila dan menjalankan Sila, tapi Anda tidak bermeditasi. Maka Anda bisa melihat debu yang menutupi mata orang yang hidupnya selalu melanggar Sila. Tapi Anda tidak bisa melihat debu yang menutupi mata orang yang menjalankan Sila dan bermeditasi.

(2) Anda menganut agama Buddha secara intelektual belaka, yang adalah salah satu dari sekian banyak doktrin, 'ditthi', di dunia ini. Anda bisa melihat debu yang menutupi mata orang yang "tidak beragama" dan hanya hidup mengejar hawa-nafsunya sendiri. Tapi Anda tidak bisa melihat debu yang menutupi mata orang yang telah bebas dari segala macam ajaran agama (ditthi), termasuk bebas dari sikap anti-agama (sekularisme). -- Ini juga bisa diterapkan kepada sikap melekat pada Tuhan sebagai doktrin, 'ditthi', termasuk melekat kepada sikap anti-Tuhan (ateisme). Melekat pada kepercayaan terhadap Tuhan dan melekat pada kepercayaan anti-Tuhan sebetulnya sama saja.

(3) Anda bermeditasi, tapi meditasi Anda hanyalah samatha-bhavana saja. Maka Anda bisa melihat debu (kata-kata, sikap) orang yang tidak bermeditasi sama sekali. Tapi Anda tidak bisa melihat (memahami) debu yang menutupi mata orang yang bermeditasi vipassana.

(4) Anda bermeditasi vipassana, tapi Anda bermeditasi vipassana dengan harapan mencapai nibbana (suatu doktrin, 'ditthi'). Maka Anda bisa melihat debu (kata-kata, sikap) orang yang hanya bermeditasi samatha-bhavana saja. Tapi Anda tidak bisa melihat (memahami) debu yang menutupi mata orang yang bermeditasi vipassana tanpa mempunyai tujuan apa pun (tanpa 'ditthi' apa pun).

(5) Anda bermeditasi vipassana tanpa mempunyai tujuan apa pun. Anda bisa melihat debu (kata-kata, sikap) yang menutupi mata orang yang bermeditasi vipassana dengan tujuan mencapai nibbana, tapi Anda tidak bisa melihat (memahami) batin orang yang sudah bebas dari debu (atta) apa pun.

Kesimpulan: PAHAMI DULU debu yang menutupi mata Anda sendiri sampai sehalus-halusnya, maka Anda otomatis akan bisa melihat debu di mata orang lain sampai sehalus-halusnya juga.

Salam,
hudoyo

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 14 July 2008, 07:13:12 AM
selamat datang kembali pak hudoyo :D
Title: hari ini ... <Andi Cahya>
Post by: hudoyo on 15 July 2008, 04:18:46 AM
Dari:  > Subforum: Spiritual > Thread: "Hidup dan Kehidupan"

--------------------------------------------------------------------------------

-hufff... hari ini.. 4 jam, saya berbicara mengenai satu hal.. yaitu.. "apapun yang terjadi pada diri kita, berasal dari perbuatan kita"..
-4 jam hanya berbicara tentang hukum karma..
-semua pengetahuan saya.. semua kesadaran saya.. semua yang ada di dalam diri saya, saya gunakan hanya untuk berkata:
- "apapun yang terjadi pada diri kita, berasal dari perbuatan kita"
karena itu:
- "berhentilah menyalahkan kehidupan"
- "berhentilah menyalahkan orang lain disekitar kita"
- "berhentilah menyalahkan keadaaan"
- "dan berhentilah menyalahkan diri kita sendiri"
---------------------------------------------------------
-hehehe.. biasanya.. saya tidak urusan, kalau orang lain tidak mau mengerti tentang hukum karma.. tidak ada gunanya berdebat..
-tapi hari ini.. saya berusaha mati-matian.. untuk membuat orang lain sedikit saja memahami tentang hukum karma..
-----------------------------------
-seseorang, bila selalu menyalahkan orang lain.. maka akan menganggap dirinya selalu disakiti oleh setiap orang... semua orang adalah jahat...
-seseorang, bila selalu menyalahkan kehidupan.. maka akan menganggap kehidupan ini tidak berarti dan ingin segera mati.. takdir ini sungguh kejam dan tidak adil..
-seseorang, bila selalu menyalahkan keadaan.. maka akan menganggap hidup ini penuh dengan kesialan.. menjadi orang yang paling sial didunia..
-seseorang, bila selalu menyalahkan diri sendiri.. maka akan menganggap diri ini tidak benilai.. diri ini tidak berharga.. dan manusia yang gagal..
---------------------------------
-orang yang selalu "menyalahkan".. akan hidup menderita.. sangat menderita..
-hmm.. hari ini saya berbicara mengenai hal diatas tersebut dengan ayah saya..
-hari ini saya berbicara pada ayah saya.. karena setiap hari.. saya melihat ayah saya murung, dan merasa sangat menderita.. setiap saat pikirannya tak pernah berhenti.. mulai depresi.. tidak bisa diam.. hidupnya terlihat begitu menderita.. dan hanya terlihat ceria bila sedang ngobrol ga jelas sama orang lain (mengenai dirinya atau masa lalu yang hebat)..
-tapi sekarang.. yang mau diajak ngobrol sama ayah saya.. semakin sedikit.. hanya tinggal beberapa orang.. sedangkan kebutuhan untuk ngobrol semakin meningkat.. karena tidak ada teman ngobrol, tingkat stressnya jadi semakin meningkat.. ditambah lagi, keadaan ekonomi yang kurang baik ;D
-huffff... tapi menyadarkan orang lain itu, bukanlah kemampuan manusia.. berusaha mati-matian pun.. hasilnya malah debat logika.. (ayah saya orangnya sangat logis.. mengaku tidak percaya apapun kecuali logika)
-saat logika ayah saya berhasil dipatahkan.. hasilnya.. malah marah-marah.. dan menuduh yang bukan-bukan ;D
-hehehe.. tapi saya kalah umur ;D .. kalo logikanya berhasil dipatahkan.. maka ayah saya akan bilang: "KAMU tidak tahu apa apa karena belum merasakan hidup yang sebenarnya..", "KAMU masih belum mengalami apa itu rumah tangga", "nanti kalau kamu sudah tua dan mengalami hidup.. kamu akan berfikir seperti papah", "papah sudah hidup 50 tahun.. dan sudah membuktikan kata-kata KAMU itu cuma ada dalam mimpi", "kenyataan-nya hidup tidak seperti itu saya sudah buktikan", "papah sudah mengarungi kehidupan lebih dari 50 tahun.. kamu tau apa?" dll dll dll...
-hmm.. hari ini, saya banyak menerima kata-kata seperti "anak tidak tahu terima kasih", "tidak menghargai orang tua", "merasa lebih pintar dari orang yang terbukti telah membesarkan kamu sampai saat ini", "anak yang selalu menyakiti hati orang tua", "ingin ayahnya cepat mati", "ingin ayahnya jadi gila", "menganggap ayahnya penjahat", "sok tahu".. dll dll dll...
-aduh-aduh.. hehehe.. semua kata-kata diatas disimpulkan oleh pikirannya.. dan dianggap sebagai kebenaran.. (ini yang jadi masalah..)
-problem ayah saya sebenarnya simple.. antara lain, pola pikir untung rugi.. masa kecil yang mengecewakan.. dan HARUS jadi orang hebat..
-memperbaikinya sebenarnya tidak terlalu sulit.. perubahan drastis bisa terjadi dalam waktu 1-2 tahun..
-hmmm.. yang sulit itu membuatnya mendengar.. EGO-nya melarang dirinya untuk mendengar kecuali pikirannya (yang kacau)..
-sesuatu yang seharusnya mudah dilakukan.. menjadi seperti mustahil untuk dilakukan karena pikiran...
-hal yang sederhana menjadi rumit karena pikiran..
------------------------------------------
-hehehe... selama ini.. ayah saya memang sering bikin konflik pada diri saya.. tapi justru karena konflik-konflik yang berat dan berkepanjangan itulah saya menjadi dewasa.. saya menjadi sadar apa itu hidup...
-saya mencintai ayah saya.. bagi saya.. ayah saya merupakan bagian dari kehidupan yang indah ini.. karena itu, saya ingin mengucapkan sedikit "terima kasih" dengan berbagi apa yang telah saya peroleh karena bantuan ayah saya.. hmmm.. tapi kehidupan ini hanya memberi..
-HAUAHUAHAUAHAU... hari ini hari yang sangat indah!!!
-akhirnya, saya bisa mengucapkan "kalau suatu hari nanti papah, ingin sedikit lebih mengenal hidup.. datanglah pada ku anak mu ini.. cuma ini yang bisa kubaktikan padamu.. hanya ini yang kumiliki.. sedikit kesadaran untuk dibagi.."
-hmmm.. hari ini hasilnya mungkin buruk.. hehehe.. ayah saya nda mendengar apa yang saya katakan.. tapi saya puas.. sangat puas.. saya bahagia ;D seperti telah selesai menabur "benih"..
-yang bisa saya lakukan saat ini, hanya menabur benih.. entah benih tersebut akan tumbuh menjadi bunga.. atau mati kekeringan..
-hari ini saya menyerahkan ayah saya seluruhnya pada kehidupan..
-dan.. saya menerima ayah saya dengan seluruh ketidaksadarannya.. dan seluruh kesadarannya... apa adanya.. tanpa syarat.. karena ayah saya adalah anugrah dari kehidupan..
-apapun yang terjadi.. terjadilah..
--------------------------------------
-hauahauahu... cukup2.. hehehe... ada hal penting dari kejadian ini.. dan inilah yang ingin saya bagi ;D
-pertama: seluruh pengertian.. atau "pencerahan" yang teman-teman dapat.. bukan berasal dari tulisan saya.. saya tidak bisa melakukan apapun, kecuali cuap2 ;D hehehe.. semua pengertian, didapat dari diri teman-teman sendiri.. kerena mengenal diri sendiri..
-kedua: hehehe.. hari ini saya tidak bisa berkata apa-apa karena umur ;D banyak yang belums saya alami.. jadi masih jauh dari kata-kata "eyang"!! HAUAHUAHAUHAUAHU!!!!
-ketiga: lihatlah.. betapa pikiran dapat membuat sesuatu menjadi rumit! sesuatu yang sangat mudah menjadi sulit! sadari hal ini.. maka pikiran akan sangat sulit untuk mengendalikan diri kita ;D
-keempat: keinginan untuk menyadarkan orang lain (walaupun itu ayah sendiri).. bisa menjadi sebuah keterikatan.. keinginan ini sangat halus.. hampir tidak terasa.. terlihat seperti niat baik.. dan begitu mulia.. tapi.. hmmmpppp... keinginan.. tetaplah keinginan.. sekarang saya menyadari ternyata, saya kemarin-kemarin masih terikat pada keinginan itu ;D sekarang saya menyadari.. keinginan seperti itu hanyalah ilusi.. saya menyadari bahwa kesadaran dan ketidaksadaran ayah saya.. merupakan bagian dari hidup dan kehidupan.. hal tersebut sangat indah!
-kelima: kehidupan itu memang aneh.. mencoba menyadarkan.. malah tersadarkan.. hehehehe... ampun dah..
-keenam: saya bersyukur atas hari ini.. saya bersujud atas hari ini.. saya menikmati hari ini... saya sangat puas pada hari ini.. hari ini saya merasa hidup!
--------------------------------
ah.... semoga bermanfaat.


madman.
Title: Pertanyaan untuk Andi Cahya
Post by: hudoyo on 16 July 2008, 06:48:54 AM
ZYZYZ:

Bro andi, bro khan buat thread ini utk sharing suatu pemahaman spiritualitas versi bro ke org lain, dmn thread ini diharapkan dpt memberi "pencerahan" bagi yg membacanya. Yg dimaksud dgn "pencerahan" ini khan ( menurut sy ).. dpt membuat hidup "terasa" menjadi mudah, membuat jiwa menjadi "lega", pikiran jadi "plong" dsb dsb... ( sy rasa ungkapan2 tadi lebih gamblang daripada ungkapan " pemahaman spritualitas utk menjadikan diri lbh dewasa )

Saya tertarik dgn pemahaman yg bro jabarkan dithread ini, oleh karena itu ada beberapa hal yg mau saya tanyakan :
* Bro bilang : " biarkan keinginan2 dalam diri itu berkembang.. lalu amati.. dan sadari keinginan2 tsb ". Yg bro maksudkan dengan "sadari" itu apa sih ? Misal : si A ingin menjadi arsitek yg handal, sejak kecil ia menyukai bentuk bangunan. Oleh karena itu ia belajar dan bekerja keras. Lalu bagaimana ia harus "menyadari" keinginannya tsb ? binun sy bro, ngomongnya jgn banyak kiasan2 gichu dong bro yg tersurat ajah hehehe :D

* Lalu bagaimana dalam pandangan bro utk membedakan "keinginan" dan "kebutuhan" ? Misal : bro andi khan pasti "butuh" pasangan dong secara bro laki2 normal, tapi ga mungkin khan bro ok2 aja memilih sembarang wanita utk jadi pasangan? Pastinya bro "menginginkan" wanita yg jadi pasangan bro memenuhi standar minimal bro khan ??

* Apa yg bro maksud dgn segala sesuatu yg dianggap membelenggu adalah "ilusi" ? bro bilang keinginan dan konflik bisa dianggap ilusi... apakah rasa lapar dan hasrat sexual bisa dianggap ilusi ? apakah sakit maag itu ilusi ? binun nee..

* Bagaimana mungkin kita dapat secara total menyerahkan diri kita kepada aktivitas yg sedang kita lakukan sekaligus "mengamati" ?? Itu namanya konsentrasi terpecah dong ?

* Bro bilang : " saya lebih senang bertapa digunung daripada bekerja dikantor hukum. tetapi karena sy hidup tanpa mempunyai keinginan, maka baik berada dikantor atau digunung, sy happy2 saja". Jadi kalau sy lihat, bro andi ini masih mempunyai "rasa/perspektif" mana yg disukai dan tidak. Mana yg lbh ok mana yg kurang ok. Tapi bagaimana mungkin bro memukul rata nilai keinginan dari semua rasa yg berbeda2 tsb yaitu = 0 .. ? kurang masuk akal sy nih bro, jadi mohon dijelaskan lebih gamblang lagi

* Lantas apa bedanya "berkeinginan" dan "berencana" ? Bro bilang orang yg sadar adalah org yg tdk punya keinginan, apakah itu otomatis org tsb tdk punya rencana kedepan ?? Bagaimana mungkin hanya melakukan yg terbaik saja pada saat ini, kalau tdk menyadari bahwa yg dilakukan saat ini berkaitan dgn apa yg akan dilakukan kedepan ?? Misal : bro gagal melakukan tugas bro dikantor ( meskipun sudah memberikan yg terbaik ) dikarenakan tingkat kesulitan tugas tsb. Bro sudah mengetahui sulitnya tugas ini ketika ditugaskan. Bro diberitahu pasti dipecat jika gagal. Apa mungkin bro hanya do the best tanpa ada plan B dalam hal ini ? ga memikirkan nanti makan apa kalau dipecat ?? misal doank lho brooo ... :D

* Bro bilang : " lakukan yg terbaik saat ini, tdk perlu dipikirin berhasil atau tidaknya ntar ". Kalau berhasil sukur, kalau ga ya ga apa2 ga usah menyesal, gitu khan ?? Nah kalau hal tsb dihubungkan dgn "hidup tanpa adanya keinginan", baik keinginan baik atau jahat... kalau misalkan ( misal lagi lhoo ) bro andi tanpa sadar melakukan suatu perbuatan yg jahat/salah/negatif, setelah perbuatan itu terjadi apakah bro andi tdk menyesalinya ??

Segini dulu bro, pertanyaan lain akan menyusul. Mohon dijawab ya bro, jgn pake bahasa kiasan, sy orgnya bego ga mampu menyimpulkan hal2 begitu. Jgn tersinggung yah hehe :P

Title: Re: Pertanyaan untuk Andi Cahya
Post by: hudoyo on 16 July 2008, 06:50:50 AM
ANDI CAHYA:

-wooooo bombardir pertanyaan!!
-sebelum mencoba menjawab.. saya minta maaf dulu yaaa.. thread nya agak terbengkalai.. beberapa lama ini ada ajah halangan, kalo mo ngisi thread ini.. hehehe.. mungkin sekarang sudah saatnya menulis lagih
-terima kasih atas pertanyaannya.. ga sangka bisa dapat pertanyaan sebanyak ini dari satu orang.. hmm luar biasa!! heueheuheueheu....
---------------------------------------


Quote
* Bro bilang : " biarkan keinginan2 dalam diri itu berkembang.. lalu amati.. dan sadari keinginan2 tsb ". Yg bro maksudkan dengan "sadari" itu apa sih ? Misal : si A ingin menjadi arsitek yg handal, sejak kecil ia menyukai bentuk bangunan. Oleh karena itu ia belajar dan bekerja keras. Lalu bagaimana ia harus "menyadari" keinginannya tsb ? binun sy bro, ngomongnya jgn banyak kiasan2 gichu dong bro yg tersurat ajah hehehe
 
---------------------------------------
-wah wah.. yang dimaksud sadar itu apa ya?? hmm.. sadar ya sadar  saya tidak berani mendefinisikan.. nanti jadinya hanya kegiatan berfikir.. dan dijadikan prinsip hidup..
-hmm.. sadar itu menurut saya melihat sesuatu apa adanya.. menurut saya.. kesadaran itu bentuk kejujuran terhadap diri sendiri..
-kalau ada orang dari kecil menyukai bentuk bangunan.. lalu belajar dan bekerja keras demi "keinginannnya" menjadi arsitek.. ya tinggal menyadari.. keinginannya itu hanya sebagai keinginan..
-banyak sekali yang bisa disadari.. dan tidak mungkin disebutkan satu-satu..
-dari mulai mengapa saya bisa punya keinginan ini..
-mengapa saya bisa begitu "ingin".. sampai-sampai bila keinginan ini tidak terpenuhi maka akan menjadi penderitaan..
-mengapa bisa bahagia bila keinginan ini, terpenuhi..
-mengapa keinginan ini bisa mengikat saya? mengapa keinginan ini begitu dominan menentukan apa yang saya harus perbuat? mengapa keinginan ini begitu menentukan saya menderita dan bahagia? dll dll dll....
-bagaimana caranya sadar? hmm.. jawabannya sama seperti bagaimana anda bisa bangun dari tidur? ya tinggal bangun.. tinggal sadar.. sama seperti jujur.. ya tinggal jujur.. tidak ada caranya..

-dengan menyadari "keinginan".. dengan melihat "keinginan" apa adanya, kita jadi tidak "terikat" atau di belenggu oleh keinginan.. mau dapat sukur.. nda juga nda papa..
-nah.. keinginan yang tidak mengikat ini.. lama-lama akan menghilang.. dengan sendirinya.. saya tidak lagi ingin menjadi arsitek.. jadi apapun boleh..
----------------------------------------


Quote
* Lalu bagaimana dalam pandangan bro utk membedakan "keinginan" dan "kebutuhan" ? Misal : bro andi khan pasti "butuh" pasangan dong secara bro laki2 normal, tapi ga mungkin khan bro ok2 aja memilih sembarang wanita utk jadi pasangan? Pastinya bro "menginginkan" wanita yg jadi pasangan bro memenuhi standar minimal bro khan ??

----------------------------------------
-hmm... membedakan keinginan dan kebutuhan? untuk apa?
-apakah saya bilang kalo "ingin" tidak boleh.. kalau "butuh" boleh? dua-duanya boleh.. silahkan.. hehehe..
-tapi.. membedakan keinginan dan kebutuhan itu mudah.. dengan melihat sesuatu apa adanya
-misalnya: makan..
-makan bagi saya merupakan obat dari rasa lapar.. kita, membutuhkan makanan agar bisa hidup.. jumlahnya bisa ditambah bisa dikurangi.. tapi tetap harus makan
-nah.. kalau makan enak.. ini keinginan  harus makan ayam.. harus makan daging.. hanya suka makanan eropa.. atau fanatik sama nasi.. hehehe...
-kalau saya.. makan hanya untuk mengobati rasa lapar.. jumlahnya ya.. sekedar cukup.. sampai rasa lapar hilang.. alias tidak berlebihan..
-nah.. mengenai makan apa? mengenai makan enak.. bagi saya makan apapun tidak menjadi penderitaan.. mau nasi boleh.. mau emih boleh.. mau sayur kacang juga boleh.. atau hanya makan nasi sama garam
-sphageti juga asik.. daging juga ga masalah..
-jadi.. saya, masih butuh makan.. dan tidak punya keinginan untuk makan enak.. atau, kalau makan makanan yang tidak enak pun tidak membuat saya menjadi menderita
-lapar pun.. walaupun kebutuhan.. tidak mengikat.. kalau saya merasa lapar.. dan tidak ada makanan yang tidak bisa dimakan.. saya menikmati rasa lapar tersebut.. rasa lapar tersebut bagi saya bukan sebuah penderitaan, tapi merupakan pengalaman hidup.. bagian dari kehidupan yang saya cintai..

-butuh pasangan? hmm.. hehehe saat ini saya sih punya pacar.. tahun depan kalau bisa kita mau menikah  hehehe...
-tapi saya tidak butuh pasangan.. saya lahir sendirian.. mati sendirian.. dan punya keyakinan, kalau hiduppun bisa di arungi sendirian
-bikhu-bikhu yang hidup selibat (tanpa pasangan/tanpa sex) telah membuktikan bahwa kehidupan seperti itu dimungkinkan..
-lalu mengapa saya berpasangan? hehehe... entahlah.. kehidupan yang membawa saya untuk hidup berpasangan
-artinya, memiliki kekasih itu indah.. sangat nikmat.. tapi hidup tanpa kekasih pun masih indah.. dan memiliki kenikmatan tersendiri.. jadi apapun boleh.. hehehe...
-hmm.. sebenarnya sih.. saya tidak memilih pasangan.. kalaupun memilih.. kalau orang nya nda mau sama saya gimana? emangnya bisa memilih-milih? kebetulan saya bukan orang yang ganteng
-nda ada standar minimal dalam cinta saya pada pasangan saya.. saya mencintainya apa adanya.. menerima segalanya.. jeleknya.. baiknya.. dua-duanya saya cintai saya terima sebagai bagian dari kehidupan
-------------------------------------------


Quote
* Apa yg bro maksud dgn segala sesuatu yg dianggap membelenggu adalah "ilusi" ? bro bilang keinginan dan konflik bisa dianggap ilusi... apakah rasa lapar dan hasrat sexual bisa dianggap ilusi ? apakah sakit maag itu ilusi ? binun nee..

-------------------------------------------
-hmm... rasa lapar.. hasrat sexual.. dan sakit maag itu bukan ilusi..
-rasa lapar.. menjadi ilusi bila dianggap penderitaan..
-hasrat sexual.. menjadi ilusi bila HARUS disalurkan dengan berhubungan sex..
-sakit maag itu menjadi ilusi.. bila dianggap sebagai penderitaan..
-saya mengatakan segala sesuatu yang membelenggu itu merupakan ilusi, karena diri ini sebenarnya tidak terbelenggu oleh apapun.. tidak terikat oleh apapun..
-melihat rasa lapar.. sebagai rasa lapar.. bukan sebagai tolak ukur bahagia atau menderita..
-melihat hasrat sexual.. hanya sebagai hasrat sexual.. bukan sebagai sesuatu yang harus disalurkan melalui hubungan sexual..
-melihat sakit maag hanya sebagai sakit maag.. tetap bahagia walaupun dalam keadaan sakit
---------------------------------


Quote
* Bagaimana mungkin kita dapat secara total menyerahkan diri kita kepada aktivitas yg sedang kita lakukan sekaligus "mengamati" ?? Itu namanya konsentrasi terpecah dong ?

---------------------------------
-konsentrasi terpecah? hmm.. yang mengamati itu siapa? yang diamati itu siapa?
-bila aktifitas dilakukan oleh pikiran.. dan yang mengamati pikiran.. maka konsentrasi akan terpecah..
-bila aktifitas dilakukan oleh fisik.. dan yang mengamati pikiran.. maka konsentrasi tidak akan terpecah..
-mengapa tidak terpecah? karena dari dulu.. saat kita sedang melakukan apapun.. pikiran ini terus dan terus berfikir.. kemana-mana.. coba ingat ingat.. saat nyetir kendaraan.. atau saat menunggu sesuatu.. pikiran anda sedang apa? dalam melakukan aktifitas fisik... bila pikiran digunakan hanya mengamati.. maka pikiran akan jauh lebih tenang, alias tidak terlalu liar..
-hasilnya aktifitas tersebut akan dilakukan dengan lebih telaten.. setiap detailnya akan lebih terhayati.. dan hidup akan menjadi berbeda setiap saatnya
-hmm.. kalau melakukan aktifitas pikiran.. seperti belajar untuk ujian.. kalau berusaha diamati.. memang konsentrasi akan terpecah.. karena yang mengamatinya masih pikiran.. jadi kan konsentrasi itu memusatkan pikiran.. karena mengamati.. justru pikiran ini jadi terbagi dua.. hehehe.. jadi susah..
-tapi coba pikirkan.. dalam sehari.. berapa banyak sih kita melakukan kegiatan yang membutuhkan aktifitas pikiran? makan khan ga butuh mikir.. mandi.. pipis.. eeq.. jalan.. menunggu.. dll dll dll
-nah... pertamanya.. yang mengamati itu merupakan pikiran.. karena selama ini kita biasanya mengidentitaskan diri dengan pikiran.. atau menganggap bahwa pikiran itu adalah diri kita..
-kalau pengamatan ini rajin dilakukan.. nantinya kita mengamati bukan sebagai pikiran.. pikiran pun bekerja dengan sendirinya.. karena kita bukan lah pikiran.. saat itu totalitas dapat dilakukan pada kegiatan apapun.. nah.. orang yang seperti ini.. merupakan orang yang sadar 24 jam non-stop.. bahkan saat tidur pun, masih teramati.. hehehe... tapi yang kek ginian mah masih jauh.. sekarang mah, yang kecil kecil ajah  yang maen-maen.. yang sehari-hari  hehehe..... semua ada saatnya..
----------------------------------------


Quote
* Bro bilang : " saya lebih senang bertapa digunung daripada bekerja dikantor hukum. tetapi karena sy hidup tanpa mempunyai keinginan, maka baik berada dikantor atau digunung, sy happy2 saja". Jadi kalau sy lihat, bro andi ini masih mempunyai "rasa/perspektif" mana yg disukai dan tidak. Mana yg lbh ok mana yg kurang ok. Tapi bagaimana mungkin bro memukul rata nilai keinginan dari semua rasa yg berbeda2 tsb yaitu = 0 .. ? kurang masuk akal sy nih bro, jadi mohon dijelaskan lebih gamblang lagi 
----------------------------------------
-hmm.. tapi, memang seperti itu.. saya senang menjadi orang kaya.. tapi jadi orang miskin pun no problem..
-saya lebih senang lagu pop.. tapi mendengarkan hardcore pun tidak masalah..
-saya sangat menikmati hidup.. tapi matipun.. saya nantikan dengan penuh kerinduan..
-bagi saya malam hari itu sangat indah.. tapi terbitnya sang mentari selalu membuat saya tersenyum..
-siang atau malam.. kaya atau miskin.. bertapa atau bekerja.. bagi saya merupakan bagian dari hidup.. dan saya menerima hidup apa adanya.. saya mencintai kehidupan..
-tidak masuk akal? hmm.. cinta itu tidak pernah masuk akal..
-dalam cinta.. tidak ada untung atau rugi.. yang ada hanya penerimaan total.. penyerahan diri.. kepercayaan.. keyakinan.. hanya memberi, memberi dan memberi..
-hehehe.. mirip seperti, kalau mau nonton kebioskop sama pacar.. ada film horor dan komedi.. saya lebih suka komedi.. sedangkan pacar saya ingin nonton film horor.. heuheuehu.. saya pilih apa yang pacar saya pilih.. yaitu film horor..
-kenapa? karena bagi saya filmnya nda penting.. yang penting itu.. adalah pacaran.. hehehe.. yang penting itu adalah nonton BERSAMA pacar saya..
-kesimpulannya? saya lebih suka film komedi.. tapi nonton film horor pun saya nikmati
--------------------------------------


Quote
* Lantas apa bedanya "berkeinginan" dan "berencana" ? Bro bilang orang yg sadar adalah org yg tdk punya keinginan, apakah itu otomatis org tsb tdk punya rencana kedepan ?? Bagaimana mungkin hanya melakukan yg terbaik saja pada saat ini, kalau tdk menyadari bahwa yg dilakukan saat ini berkaitan dgn apa yg akan dilakukan kedepan ?? Misal : bro gagal melakukan tugas bro dikantor ( meskipun sudah memberikan yg terbaik ) dikarenakan tingkat kesulitan tugas tsb. Bro sudah mengetahui sulitnya tugas ini ketika ditugaskan. Bro diberitahu pasti dipecat jika gagal. Apa mungkin bro hanya do the best tanpa ada plan B dalam hal ini ? ga memikirkan nanti makan apa kalau dipecat ?? misal doank lho brooo ...

---------------------------------------
-hahaha.. saya berencana menikah tahun depan
-saya ingin menikah tahun depan
-berencana itu keinginan juga.. tapi bentuknya udah lebih jelas, udah ada cara untuk menempuhnya
-hehehe.. orang sadar itu.. keinginannya hilang dengan sendirinya  otomatis.. tidak ada yang direncanakan
-hmm.. mengenai contoh kasus diatas.. memangnya kalau ada plan B.. pasti tidak dipecat? apakah plan B pasti berhasil? hehehe.. semuanya hanya kemungkinan..
-kalau saya, bekerja tidak memiliki rencana.. plan A, plan B.. semuanya saya lakukan untuk saat ini.. hasilnya ditengah jalan pun saya tidak ragu ragu banting stir..
-kalau saya berencana.. tindakan saya akan terbatas pada rencana tersebut.. hasilnya pun terbatas dari apa yang saya rencanakan..
-kalau saya tidak berencana.. tindakan saya menjadi tidak terbatas.. semuanya begitu spontan.. terjadi dengan sendirinya.. bahkan saya sendiri tidak tahu apa yang akan saya lakukan.. hehehe.. hasilnya menjadi tidak terbatas... bisa sangat luar biasa.. dan bisa sangat buruk.. hauahuahauhau!!!!
-heuheuehu... begini-begini...
contoh:
-saya mengatakan ingin menikah tahun depan.. berencana untuk menikah tahun depan.. sebenarnya.. saya tidak ingin dan tidak berencana  saya hanya melihat keadaan saat ini.. dimana sepertinya semuanya mengarahkan saya untuk menikah tahun depan..
-seperti orang tua pacar saya udah ngobrol ngobrol..
-kerjaan, udah mulai jelas..
-dll dll dll..
-nah.. karena sepertinya kehidupan mengarahkan saya untuk menikah tahun depan.. jadi saya ucapkan saya ingin dan berencana.. menikah tahun depan.
-hal diatas bukan rencana, karena tiap saat bisa berubah.. kalau tiba tiba dapet duit 20 juta.. besok pun saya akan menikah  hahaha...
-kalaupun ternyata tahun depan saya tidak bisa menikah.. entah karena saya yang mati.. atau pacar saya yang meninggal dunia.. atau karena nda punya duit.. pun NO PROBLEM!
-ke depan pun.. saya tidak punya rencana atau keinginan mau hidup menjadi apa.. bisa jadi saya jadi gelandangan.. tapi ada kemungkinan saya menjadi presiden RI.. atau hanya menjadi lawyer yang jujur.. bisa juga jadi guru spiritual.. atau.. jadi pemimpin aliran sesat! hauahuahau..  semuanya ok!
-tanpa rencana.. masa depan saya tidak terbatas.. tanpa keinginan POTENSI didalam diri saya menjadi maksimal.. jadi jangan kaget kalau ntar 20 tahun kedepan om ketemu saya dipinggir jalan sebagai gelandangan.. hehehe.. atau bisa juga menjadi orang yang paling kaya di asia tenggara.. saya telah menyerahkan masa depan saya pada kehidupan yang hanya saat ini.
-------------------------------------


Quote
* Bro bilang : " lakukan yg terbaik saat ini, tdk perlu dipikirin berhasil atau tidaknya ntar ". Kalau berhasil sukur, kalau ga ya ga apa2 ga usah menyesal, gitu khan ?? Nah kalau hal tsb dihubungkan dgn "hidup tanpa adanya keinginan", baik keinginan baik atau jahat... kalau misalkan ( misal lagi lhoo ) bro andi tanpa sadar melakukan suatu perbuatan yg jahat/salah/negatif, setelah perbuatan itu terjadi apakah bro andi tdk menyesalinya ??

-------------------------------------
-dengan berada pada disini pada saat ini.. melakukan apapun ya disadari.. justru karena orang tidak berada pada kekinian-lah yang menyebabkan adanya perbuatan yang tidak disadari....
-hmmm.. kalau saya, pribadi.. tidak pernah menyesali perbuatan apapun yang saya lakukan.. bahkan saya tidak pernah menyesali ketidaksadaran saya..
-menyesali sesuatu itu berarti hidup pada masa lalu.. dan hal tersebut tidak relevan.. karena masa lalu sudah berlalu.. sudah tidak penting.. justru yang paling penting itu adalah saat ini...
-saat ini orang-orang terus dan terus melakukan perbuatan jahat/salah/negatif berulang-ulang.. dan teruss berulang karena orang-orang tersebut tidak menghayati perbuatannya.. tidak melakukannya sepenuh jiwa dan raga..
-seorang koruptor.. terus melakukan korupsi.. karena:
1.dia terus menerus berusaha meyakinkan bahwa perbuatannya itu bukanlah korupsi..
2.dan atau dia berusaha membela diri, dengan alasan-alasan logika seperti, anak butuh sekolah.. demi kebahagiaan anak istri... semua teman-temannya dikantor pun sperti itu.. kalau tidak korupsi nanti karirnya dihambat.. korupsi sedikit tidak apa-apa..
3.dan atau dia, rajin beramal.. dengan pikiran.. bahwa beramal dapat menebus perbuatannya sebagai koruptor..
-hmmm.. kalau seorang koruptor.. hanya menjadi koruptor.. mengamati dirinya yang korupsi.. menyadari perbuatannya.. hidup hanya untuk saat ini.. orang tersebut tidak akan bisa menjadi koruptor dalam waktu lama..
-hmm.. dulu waktu smu.. saya sering mencuri uang orang tua saya  korupsi uang buku.. mengada-ada biaya sekolah.. ngakalin supaya dapat uang lebih dll, dll, dll... tapi semua perbuatan itu saya lakukan dengan sepenuh jiwa dan raga.. tanpa pembelaan sedikit pun.. dan saya siap jadi pencuri selamanya..
-ada perasaan bersalah.. tapi tidak saya hindari.. justru saya rasakan rasa tersebut.. rasa tidak enak di dada.. saya tidak melarikan diri dari kenyataan bahwa saya memang seorang pencuri..
-hmm.. hanya sebentar saya menjadi pencuri.. saya berhenti mencuri dengan sendirinya.. tanpa usaha.. tanpa paksaan.. sekarang.. saya berhenti menjadi pencuri dan saya tidak menyesali semua perbuatan saya.. saya menjadi lebih dewasa..
-berbohong.. ingkar janji.. pendendam.. pengecut.. dll dll dll... semuanya saya jalani apa adanya.. tanpa pembelaan.. atau penghukuman pada diri sendiri... tanpa penilaian ini baik.. ini buruk.. hanya menyadari diri.. dan.. sifat-sifat yang tidak saya butuhkan hilang dengan sendirinya..
-hauahauhau... karena hal-hal diataslah.. saya tidak dapat merasa menjadi orang suci.. orang yang benar.. orang yang sempurna.. heuehueheu... saya mungkin hanya orang yang hidup.. merasa hidup..
------------------------------------


Quote
Segini dulu bro, pertanyaan lain akan menyusul. Mohon dijawab ya bro, jgn pake bahasa kiasan, sy orgnya bego ga mampu menyimpulkan hal2 begitu. Jgn tersinggung yah hehe
 
------------------------------------
-heueheuehu.. semoga jawabannya bisa dimengerti.. saya orangnya pikirannya agak terganggu.. ga mampu menjelaskan hal2 yang aneh aneh  jangan kapok ya!

madman.
Title: Silakan men-download sendiri buku yang Anda inginkan
Post by: hudoyo on 28 July 2008, 07:11:41 AM
Teman-teman yang menginginkan e-book di bawah ini tidak perlu lagi meminta kepada saya, melainkan bisa langsung men-download-nya dengan mengklik URL di bawah buku yang diinginkan.

"Buku Kehidupan - J Krishnamurti.zip" -
http://www.box.net/shared/0b6p7vb9c4

"Pengalaman Tanpa Diri - Bernadette Roberts.pdf" -
http://www.box.net/shared/mw7o9fpwc4

"Duduk Diam dengan Batin yang Hening.zip" -
http://www.box.net/shared/ws2o0g7i8w

Terima kasih kepada Mas Guin yang telah mengenalkan situs Box.net ini kepada saya.

Salam,
Hudoyo
Title: Mengamati pikiran ... terpecah antara subyek - obyek
Post by: hudoyo on 30 July 2008, 07:39:25 AM

Quote from: doddymobile
Eyang Semar apa mungkin mengamati tanpa si pengamat, sekarang sewaktu saya mulai menyadari pikiran saya merasa kembali mengamati menjadi kembali terpecah antara subyek dan obyek...

Mas Doddy,

Saya ambil sebuah contoh yang sederhana, yang sering kita lakukan: pada saat Anda menonton sebuah film yang bagus di sebuah bioskop ... film itu sangat bagus dan ceritanya memukau, menyita perhatian Anda ... apakah ada si pengamat? Maksudnya, apakah Anda sadar akan 'diri' Anda tengah menonton film? ... Tidak, bukan. ... Di situ tidak ada si pengamat dan yang diamati, tidak ada subyek dan obyek. ...
Nah, pada suatu saat, ketika pikiran/aku Anda bergerak, Anda baru sadar bahwa Anda sedang menonton sebuah film, bahwa Anda ada di sebuah bioskop menghadap ke layar putih, bahwa di kanan-kiri Anda ada penonton lain ... dsb dsb. Pada saat itu, Anda sebagai si pengamat muncul ... dan Anda menyadari situasi Anda berada di dalam bioskop itu ... Di situlah baru ada si pengamat dan yang diamati, ada subyek dan obyek. ...

Begitu pula, ketika batin Anda mengamati segala sesuatu yang ada dengan penuh perhatian, tanpa campur tangan pikiran/si aku, maka si pengamat tidak ada ... Tapi sebentar lagi, seperti Anda ceritakan di atas, ketika pikiran/aku Anda bergerak, maka muncul si pengamat/subyek yang menyadari tengah mengamati pikirannya/obyek ... muncullah dualitas subyek-obyek sebagai akibat dari gerak pikiran; Anda bilang, batin terpecah antara subyek & obyek ... terpecah itu akibat pikiran yang bergerak kembali ... Sebetulnya, pada saat itu Anda sudah tidak lagi "mengamati pikiran" ... "mengamati pikiran" itu sudah lampau sedikit (mungkin 1-2 detik) ... Sekarang pikiran/aku Anda memikirkan apa yang sudah lampau itu ... ia berkata: "Saya mengamati pikiran," tapi sebetulnya yang dimaksudkannya adalah: "[Baru saja] saya mengamati pikiran." ... Kalau orang betul-betul berada dalam keadaan mengamati batin, maka tidak ada si aku yang menyadari dirinya tengah mengamati batin ... tidak ada dualitas antara subyek-obyek. ... Tapi bagi seorang pemula, biasanya keadaan itu hanya berlangsung beberapa detik saja. ...  Pikiran/aku ini begitu licin bagai belut, sehingga ia cepat sekali menyela ketika orang sedang benar-benar dalam keadaan sadar/mengamati, sehingga muncullah apa yang Anda alami itu ...
Bagaimana, ini bisa dipahami dan dilihat/disadari dalam meditasi Anda?

Salam,
semar

Doddymobile: Terima kasih, Eyang Semar.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 30 July 2008, 03:06:51 PM
Dari:  > Forum: Supranatural > Subforum: Spiritual > Thread: MMD-2

Quote from: doddymobile
Eyang Semar apa mungkin mengamati tanpa si pengamat, sekarang sewaktu saya mulai menyadari pikiran saya merasa kembali mengamati menjadi kembali terpecah antara subyek dan obyek...

Mas Doddy,

Saya ambil sebuah contoh yang sederhana, yang sering kita lakukan: pada saat Anda menonton sebuah film yang bagus di sebuah bioskop ... film itu sangat bagus dan ceritanya memukau, menyita perhatian Anda ... apakah ada si pengamat? Maksudnya, apakah Anda sadar akan 'diri' Anda tengah menonton film? ... Tidak, bukan. ... Di situ tidak ada si pengamat dan yang diamati, tidak ada subyek dan obyek. ...
Nah, pada suatu saat, ketika pikiran/aku Anda bergerak, Anda baru sadar bahwa Anda sedang menonton sebuah film, bahwa Anda ada di sebuah bioskop menghadap ke layar putih, bahwa di kanan-kiri Anda ada penonton lain ... dsb dsb. Pada saat itu, Anda sebagai si pengamat muncul ... dan Anda menyadari situasi Anda berada di dalam bioskop itu ... Di situlah baru ada si pengamat dan yang diamati, ada subyek dan obyek. ...

Begitu pula, ketika batin Anda mengamati segala sesuatu yang ada dengan penuh perhatian, tanpa campur tangan pikiran/si aku, maka si pengamat tidak ada ... Tapi sebentar lagi, seperti Anda ceritakan di atas, ketika pikiran/aku Anda bergerak, maka muncul si pengamat/subyek yang menyadari tengah mengamati pikirannya/obyek ... muncullah dualitas subyek-obyek sebagai akibat dari gerak pikiran; Anda bilang, batin terpecah antara subyek & obyek ... terpecah itu akibat pikiran yang bergerak kembali ... Sebetulnya, pada saat itu Anda sudah tidak lagi "mengamati pikiran" ... "mengamati pikiran" itu sudah lampau sedikit (mungkin 1-2 detik) ... Sekarang pikiran/aku Anda memikirkan apa yang sudah lampau itu ... ia berkata: "Saya mengamati pikiran," tapi sebetulnya yang dimaksudkannya adalah: "[Baru saja] saya mengamati pikiran." ... Kalau orang betul-betul berada dalam keadaan mengamati batin, maka tidak ada si aku yang menyadari dirinya tengah mengamati batin ... tidak ada dualitas antara subyek-obyek. ... Tapi bagi seorang pemula, biasanya keadaan itu hanya berlangsung beberapa detik saja. ...  Pikiran/aku ini begitu licin bagai belut, sehingga ia cepat sekali menyela ketika orang sedang benar-benar dalam keadaan sadar/mengamati, sehingga muncullah apa yang Anda alami itu ...
Bagaimana, ini bisa dipahami dan dilihat/disadari dalam meditasi Anda?

Salam,
semar

Doddymobile: Terima kasih, Eyang Semar.

Bukankah ketika kita hanya menyadari ada "pikiran (yg merupakan bagian dari batin) sedang mengamati" itu juga termasuk bekerjanya "aku"?
Karena apapun yg berseliweran adalah juga pikiran termasuk "pikiran sedang mengamati", yg penting bukankah hanya sadar saja(just that)?

Setau saya apapun yg muncul hanya disadari saja termasuk pikiran ttg pengamat pikiran dan dalam hal ini "tidak ada aku" dan hanya ada "aku" ketika kita mulai mengikuti atau terpaku bahkan berpikir "aku sedang mengamati"
 
Bagaimana menurut Pak Hud?Ada saran?

 _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 30 July 2008, 09:01:30 PM
Begitu pula, ketika batin Anda mengamati segala sesuatu yang ada dengan penuh perhatian, tanpa campur tangan pikiran/si aku, maka si pengamat tidak ada ... Tapi sebentar lagi, seperti Anda ceritakan di atas, ketika pikiran/aku Anda bergerak, maka muncul si pengamat/subyek yang menyadari tengah mengamati pikirannya/obyek . ...

Bukankah ketika kita hanya menyadari ada "pikiran (yg merupakan bagian dari batin) sedang mengamati" itu juga termasuk bekerjanya "aku"?
Karena apapun yg berseliweran adalah juga pikiran termasuk "pikiran sedang mengamati", yg penting bukankah hanya sadar saja(just that)?

Setau saya apapun yg muncul hanya disadari saja termasuk pikiran ttg pengamat pikiran dan dalam hal ini "tidak ada aku" dan hanya ada "aku" ketika kita mulai mengikuti atau terpaku bahkan berpikir "aku sedang mengamati"
 
Bagaimana menurut Pak Hud?Ada saran?

 _/\_

Lalu, apa bedanya yang Anda tulis dengan yang saya tulis (yang Anda bold)? ... Saya berkata: "... ketika batin Anda mengamati segala sesuatu yang ada dengan penuh perhatian, tanpa campur tangan pikiran/si aku, maka si pengamat tidak ada ..."

Saya tidak mengerti ... Tolong dijelaskan apa bedanya yang Anda tulis dengan yang saya tulis.

Salam,
hudoyo
Title: "Keinginan untuk bebas" ...
Post by: hudoyo on 31 July 2008, 05:55:21 AM

Quote from: andicahya
-hmmm... dulu sidharta gautam.. memilih keluar dari istana dan meninggalkan tahtanya karena keinginan... hasil akhirnya, dia menjadi budha...
-hmmm... walaupun setelah tercerahkan, akhirnya sidharta menyadari bahwa bahkan dalam istanapun pencerahan dapat di capai.. tapi kita tidak bisa menutup mata bahwa keinginan juga lah yang ikut berperan melahirkan sang budha :D

Mas Madman,

Mungkin ini perlu direnungkan lebih dalam ...
Benarkah 'keinginan untuk bebas' ikut berperan menghasilkan 'kebebasan'? ...
Bila 'kebebasan' itu dihasilkan oleh 'keinginan untuk bebas', maka 'kebebasan' itu terkondisi, 'kebebasan' itu menjadi produk dari 'hukum sebab-akibat'. ... Betulkah demikian?

Menurut saya, yang terjadi adalah: bila 'keinginan untuk bebas' itu sendiri disadari ... sehingga berhenti dengan sendirinya ... di situlah muncul 'kebebasan' itu tanpa diinginkan. ...

'Kebebasan' itu muncul bila orang tidak melekat lagi pada 'keinginan untuk bebas'. ...

Jadi, ini berbeda sekali dengan orang yang menginginkan sebuah rumah mewah, terus mendapatkan rumah mewah (seperti dalam "The Secret") :D ... itu belum selesai, dan tidak akan pernah selesai, selama orang tidak memahami keinginannya sendiri.

Salam,
semar
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 31 July 2008, 06:24:33 AM
Quote
Benarkah 'keinginan untuk bebas' ikut berperan menghasilkan 'kebebasan'? ...
Bila 'kebebasan' itu dihasilkan oleh 'keinginan untuk bebas', maka 'kebebasan' itu terkondisi, 'kebebasan' itu menjadi produk dari 'hukum sebab-akibat'. ... Betulkah demikian?

imo keinginan berperan sebagai awal
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 31 July 2008, 06:36:57 AM
imo keinginan berperan sebagai awal

Ketika orang masuk ke dalam 'kesadaran bebas', hubungan dengan masa lampau, termasuk hubungan dengan "keinginan untuk bebas", terputus. ... Dalam teori vipassana, ini disebut 'gotrabhu-~nana', suatu momen kesadaran yang terjadi sesaat sebelum muncul kesadaran 'magga' & 'phala'. 'Gotrabhu' berarti "pindah garis keturunan"; yang semula puthujjana (terikat hukum karma) menjadi ariya (mulai bebas dari hukum karma). ... Jadi sekali lagi, 'magga' & 'phala' itu tidak ada hubungan sebab-akibat dengan segala macam keinginan & usaha sebelumnya ... 'kebebasan' bukan produk/hasil dari karma/perbuatan.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 31 July 2008, 06:44:52 AM
imo keinginan berperan sebagai awal

Ketika orang masuk ke dalam 'kesadaran bebas', hubungan dengan masa lampau, termasuk hubungan dengan "keinginan untuk bebas", terputus. ... Dalam teori vipassana, ini disebut 'gotrabhu-~nana', suatu momen kesadaran yang terjadi sesaat sebelum muncul kesadaran 'magga' & 'phala'. 'Gotrabhu' berarti "pindah garis keturunan". ... Jadi sekali lagi, 'magga' & 'phala' itu tidak ada hubungan sebab-akibat dengan segala macam keinginan & usaha sebelumnya ... 'kebebasan' bukan produk/hasil karma/perbuatan.

Salam,
hudoyo

ketika saya mulai duduk bermeditasi disana saya memulai dengan keinginan untuk menenangkan diri n yg saya maksudkan adalah titik dimana saat memulainya dan disana adalah titik dimana berakhirnya
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Suchamda on 31 July 2008, 06:48:28 AM

Quote
imo keinginan berperan sebagai awal.....


...yang tidak akan pernah berhenti.  ;D

Kecuali bila bangun dari keinginan tersebut.  ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 31 July 2008, 06:55:03 AM
ketika saya mulai duduk bermeditasi disana saya memulai dengan keinginan untuk menenangkan diri n yg saya maksudkan adalah titik dimana saat memulainya dan disana adalah titik dimana berakhirnya

Itu tidak ada kaitannya sama sekali dengan tercapainya 'kebebasan'. ... Jangan berpikiran 'kebebasan' dimulai/diawali dari 'keinginan untuk bebas'. 'Keinginan untuk bebas' itu pikiran ... pikiran tidak mungkin menghasilkan berhentinya pikiran. ... 'Keinginan untuk bebas' itu permainan pikiran puthujjana yang tidak akan menghasilkan 'kebebasan'.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Suchamda on 31 July 2008, 06:57:08 AM
Quote
ketika saya mulai duduk bermeditasi disana saya memulai dengan keinginan untuk menenangkan diri n yg saya maksudkan adalah titik dimana saat memulainya dan disana adalah titik dimana berakhirnya

Bukan, bukan.....
Dengan mengatakan demikian berarti anda sedang menciptakan perhentian. Dan itu adalah perhentian yang semu.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 31 July 2008, 07:16:08 AM
apa ya kebebasan itu? :)

menggunakan keinginan/product dari pikiran sebagai landasan agar tidak "nyasar"
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 31 July 2008, 07:17:36 AM

Quote
imo keinginan berperan sebagai awal.....


...yang tidak akan pernah berhenti.  ;D

Kecuali bila bangun dari keinginan tersebut.  ;D

 ^-^ ^-^ sebagai awal dan akhir
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Suchamda on 31 July 2008, 07:19:59 AM
Quote
sebagai awal dan akhir

Sadarilah, bahwa perkataan anda tersebut tiada lain hanyalah celoteh pikiran. Dan itu tidak ada artinya sama sekali buat pembebasan.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 31 July 2008, 07:21:16 AM
Quote
sebagai awal dan akhir

Sadarilah, bahwa perkataan anda tersebut tiada lain hanyalah celoteh pikiran. Dan itu tidak ada artinya sama sekali buat pembebasan.

hehhhehehhe.... pembebasan pun hanya celoteh pikiran
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Suchamda on 31 July 2008, 07:23:12 AM
Quote
apa ya kebebasan itu? Smiley

Kebebasan adalah sesuatu yang tak bisa didefinisikan oleh bahasa, karena bahasa adalah selalu suatu fenomena dari gerak pikiran.

Quote
menggunakan keinginan/product dari pikiran sebagai landasan agar tidak "nyasar"

Justru menurut saya, malah menjadi nyasar.
Oleh krn itu jangan heran dikatakan bahwa utk mencapai pembebasan dengan agama Buddha itu membutuhkan waktu berkalpa-kalpa..... sampai suatu saat menyadari bahwa segala macam produk pikiran itu (=agama) tidak ada artinya sama sekali.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Suchamda on 31 July 2008, 07:26:22 AM
Quote
hehhhehehhe.... pembebasan pun hanya celoteh pikiran

Ya, pembebasan itu bagi anda memang tiada lain hanyalah celoteh pikiran. Karena anda terus berputar-putar berkutat disitu tanpa bisa keluar dari pusaran itu. Saya disini cuman mencoba membantu, bukan berkeinginan berdebat sama sekali. Maaf bila memang tidak berkenan, saya akan diam.

Saya tidak menyalahkan anda atau siapapun yg memiliki keinginan. Tetapi saya mengajak anda untuk menyadari bahwa keinginan untuk pembebasan itu adalah keinginan, suatu gerak pikiran ke masa depan. Sesuatu yg tidak akan pernah berhenti bila tanpa disadari. Yg selayaknya anda lakukan --seperti yg sudah saya tuliskan di komen2 di depan-- adalah menyadari keinginan itu sendiri. Melihat secara langsung bahwa itu adalah rekayasa dan tiada artinya sama sekali. Bila bisa spt itu, disitulah anda akan merasakan sejenak pembebasan.
Title: Untuk diam tidak perlu Buddha-dhamma
Post by: hudoyo on 31 July 2008, 07:28:28 AM
apa ya kebebasan itu? :)
menggunakan keinginan/product dari pikiran sebagai landasan agar tidak "nyasar"

'Kebebasan' itu BERHENTI, DIAM. ...
Bagaimana bisa "nyasar" kalau orang berhenti/diam? ...
Untuk diam tidak perlu kitab suci apa pun, tidak perlu Buddha-Dhamma ...

Orang hanya bisa "nyasar" kalau ia MENCARI SESUATU ...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 31 July 2008, 07:32:53 AM
wah bisa makin panjang ini "diam" ahhh :D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Suchamda on 31 July 2008, 07:34:04 AM
Quote
wah bisa makin panjang ini "diam" ahhh

Bro,......
diam berarti bukan tidak berbicara atau tidak melakukan sesuatu.

Dalam agama Buddha Mahayan dikenal konsep bodhisattva, yaitu mahluk yang sudah bisa 'diam' tapi sengaja 'tidak diam' krn perlu menolong mahluk lain. Walaupun kelihatannya tidak diam di luarnya, tapi sebenarnya dia sudah diam. Mudah2an bisa membantu pemahaman dari segi teoritisnya.

Anda lihat Siddharta Gautama dan Krishnamurti? Beliau-beliau ini berceramah dimana-mana puluhan tahun. Buat apa? Apakah menurut anda mereka belum bisa diam?

Justru sebaliknya, sikap anda yang reaktif untuk "diam" itulah sebenarnya adalah merupakan hasil gerak reaktif dari suatu rentetan sebab-akibat. Itu bukan diam.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 31 July 2008, 07:47:48 AM
wah bisa makin panjang ini "diam" ahhh :D

Di dalam DIAM tidak ada waktu, tidak ada "panjang" dan "pendek".

"Aku sudah lama berhenti/diam. Kamulah yang masih berlari terus. Apa yang kamu cari?" (Buddha Gautama)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sumedho on 31 July 2008, 09:08:25 AM
hush, sesama celoteh pikiran dilarang saling menuduh..... hehehehe

seperti dua orang yg mlihat 1 barang dari sudut yg berbeda ajah..
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 31 July 2008, 09:25:42 AM
Begitu pula, ketika batin Anda mengamati segala sesuatu yang ada dengan penuh perhatian, tanpa campur tangan pikiran/si aku, maka si pengamat tidak ada ... Tapi sebentar lagi, seperti Anda ceritakan di atas, ketika pikiran/aku Anda bergerak, maka muncul si pengamat/subyek yang menyadari tengah mengamati pikirannya/obyek . ...

Bukankah ketika kita hanya menyadari ada "pikiran (yg merupakan bagian dari batin) sedang mengamati" itu juga termasuk bekerjanya "aku"?
Karena apapun yg berseliweran adalah juga pikiran termasuk "pikiran sedang mengamati", yg penting bukankah hanya sadar saja(just that)?

Setau saya apapun yg muncul hanya disadari saja termasuk pikiran ttg pengamat pikiran dan dalam hal ini "tidak ada aku" dan hanya ada "aku" ketika kita mulai mengikuti atau terpaku bahkan berpikir "aku sedang mengamati"
 
Bagaimana menurut Pak Hud?Ada saran?

 _/\_

Lalu, apa bedanya yang Anda tulis dengan yang saya tulis (yang Anda bold)? ... Saya berkata: "... ketika batin Anda mengamati segala sesuatu yang ada dengan penuh perhatian, tanpa campur tangan pikiran/si aku, maka si pengamat tidak ada ..."

Saya tidak mengerti ... Tolong dijelaskan apa bedanya yang Anda tulis dengan yang saya tulis.

Salam,
hudoyo

Maksud saya ketika menyadari pikiran yg ttg pengamat pikiran yg saya tangkap dari Pak Hud adalah disana ada "aku" yg dianggap sebagai pengamat. (mungkin saya salah tangkap). Bisa pak Hud jelaskan contoh pikiran yg munculnya "aku" sebagai pengamat tadi? Dan  apakah ketika kita mengamati dan menyadari pikiran sebenarnya pikiran juga bergerak tidak diam, berarti apakah masih ada "aku" atau "tidak ada aku" . Apakah yg dimaksud padamnya "aku" selama ini adalah padamnya citta atau kilesa(LDM)? . Apakah ketika tidak ada campur tangan aku maka pikiran diam dan berarti padam?(Maaf banyak nanya Pak Hud)_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 31 July 2008, 07:54:13 PM
Quote
Menurut saya, yang terjadi adalah: bila 'keinginan untuk bebas' itu sendiri disadari ... sehingga berhenti dengan sendirinya ... di situlah muncul 'kebebasan' itu tanpa diinginkan. ...
'Kebebasan' itu muncul bila orang tidak melekat lagi pada 'keinginan untuk bebas'. ...
"keinginan" disadari...
Apakah "keinginan yang disadari" itu sama dengan "melebur" atau "menyatu" didalam "keinginan" itu sendiri?
Seperti Dukkha,untuk "memahami" Dukkha,kita perlu "menyelam/melebur/menyatu" dalam Dukkha itu sendiri,merasakan esensi dr Dukkha,apa itu Dukkha,Awal dukkha,Akhir Dukkha,dll....
Mungkin banyak orang yang "mengerti teori" tentang "dukkha" bahkan tidak jarang orang "mengerti secara pikiran" tentang Dukkha itu...
Tapi saya rasa itu belum "cukup" karena dia "masih" belum benar2 "memahami" apa itu "dukkha?"

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 03 August 2008, 01:33:09 AM
Begitu pula, ketika batin Anda mengamati segala sesuatu yang ada dengan penuh perhatian, tanpa campur tangan pikiran/si aku, maka si pengamat tidak ada ... Tapi sebentar lagi, seperti Anda ceritakan di atas, ketika pikiran/aku Anda bergerak, maka muncul si pengamat/subyek yang menyadari tengah mengamati pikirannya/obyek . ...

Bukankah ketika kita hanya menyadari ada "pikiran (yg merupakan bagian dari batin) sedang mengamati" itu juga termasuk bekerjanya "aku"?
Karena apapun yg berseliweran adalah juga pikiran termasuk "pikiran sedang mengamati", yg penting bukankah hanya sadar saja(just that)?

Setau saya apapun yg muncul hanya disadari saja termasuk pikiran ttg pengamat pikiran dan dalam hal ini "tidak ada aku" dan hanya ada "aku" ketika kita mulai mengikuti atau terpaku bahkan berpikir "aku sedang mengamati"
 
Bagaimana menurut Pak Hud?Ada saran?

Maksud saya ketika menyadari pikiran yg ttg pengamat pikiran yg saya tangkap dari Pak Hud adalah disana ada "aku" yg dianggap sebagai pengamat. (mungkin saya salah tangkap). Bisa pak Hud jelaskan contoh pikiran yg munculnya "aku" sebagai pengamat tadi? Dan  apakah ketika kita mengamati dan menyadari pikiran sebenarnya pikiran juga bergerak tidak diam, berarti apakah masih ada "aku" atau "tidak ada aku" . Apakah yg dimaksud padamnya "aku" selama ini adalah padamnya citta atau kilesa(LDM)? . Apakah ketika tidak ada campur tangan aku maka pikiran diam dan berarti padam?(Maaf banyak nanya Pak Hud)_/\_

Akan saya coba jelaskan -- mula-mula perlu dipahami beberapa prinsip dasar batin manusia:

(1) 'si aku' adalah 'pikiran', karena 'pikiran' menciptakan 'si aku' (Mulapariyaya-sutta) -- secara praktis bisa dibilang 'si aku' dan 'pikiran' adalah sinonim;
(2) 'sadar' itu lain -- ketika 'sadar' muncul, maka 'pikiran'/'si aku' berhenti -- dengan kata lain, di dalam 'sadar' itu tidak ada 'pikiran/si aku';
(3) 'si aku' adalah 'si pengamat' -- jadi, 'pikiranlah' yang menciptakan 'si pengamat', yang berhadapan dengan 'yang diamati', 'pikiran' menciptakan dualitas antara 'subyek' dan 'obyek' (Mulapariyaya-sutta);
(4) ketika 'pikiran'/'si aku' diam, maka 'si pengamat' pun lenyap -- dualitas lenyap;
(5) lenyapnya 'pikiran'/'si aku'/'si pengamat' terjadi di dalam 'sadar' dan 'diam'.

Nah, silakan cari sendiri jawaban atas pertanyaan-pertanyaan Anda itu dalam lima poin yang saya kemukakan di atas. Bisa saya bantu:

(a) Bond: Bukankah ketika kita hanya menyadari ada "pikiran (yg merupakan bagian dari batin) sedang mengamati" itu juga termasuk bekerjanya "aku"?
Hudoyo: Di dalam 'sadar' 'aku' & 'pikiran' justru berhenti: jadi, ketika orang 'sadar' akan 'pikiran yang sedang mengamati', 'pikiran' itu langsung berhenti.

(b) Bond: Karena apapun yg berseliweran adalah juga pikiran termasuk "pikiran sedang mengamati", yg penting bukankah hanya sadar saja(just that)?
Hudoyo: Betul. Di dalam 'sadar', seketika itu juga 'pikiran' yang berseliweran, yang mengamati, dsb langsung lenyap.

(c) Bond: Setau saya apapun yg muncul hanya disadari saja termasuk pikiran ttg pengamat pikiran dan dalam hal ini "tidak ada aku" dan hanya ada "aku" ketika kita mulai mengikuti atau terpaku bahkan berpikir "aku sedang mengamati".
Hudoyo: Betul. 'Aku' muncul ketika ada konsentrasi (pemusatan perhatian terus-menerus pada satu obyek).

(d) Bond: ketika menyadari pikiran yg ttg pengamat pikiran yg saya tangkap dari Pak Hud adalah disana ada "aku" yg dianggap sebagai pengamat.
Hudoyo: Ketika 'sadar', maka dengan segera 'pikiran' & 'si aku' lenyap, juga 'pengamat' lenyap.

(e) Bond: apakah ketika kita mengamati dan menyadari pikiran sebenarnya pikiran juga bergerak tidak diam, berarti apakah masih ada "aku" atau "tidak ada aku" .
Hudoyo: Hati-hati dengan kata "mengamati", "menyadari" ... Yang benar, itu bukan tindakan aktif, melainkan keadaan batin yang pasif, di situ tidak ada konsentrasi. Di situ tidak ada 'aku'. 'Aku' baru muncul kalau ada 'pikiran'. ('Pikiran' adalah tanggapan terhadap rangsangan dari luar dan dari dalam.) ... Di sinilah salah satu kesulitan memberikan instruksi/tuntunan meditasi. Instruksi "amati" atau "sadari" mudah diterima sebagai tindakan aktif, sebagai konsentrasi, padahal yang dimaksud adalah keadaan batin yang pasif, tanpa konsentrasi, di mana tidak ada pikiran, tidak ada pelabelan, tidak ada pengenalan, tidak ada 'aku'.

(f) Bond: Apakah yg dimaksud padamnya "aku" selama ini adalah padamnya citta atau kilesa(LDM)?
Hudoyo: Saya tidak tahu apa itu citta, apakah itu sama dengan pikiran atau tidak -- saya sudah lama meninggalkan Abhidhamma. Yang dapat diketahui dalam vipassana versi MMD adalah 'pikiran' (seperti diuraikan di atas).
Tentang kilesa (lobha, dosa, moha -- segala keadaan batin yang "negatif"), dalam keadaan 'sadar' memang itu tidak muncul dalam kesadaran (tapi jangan lupa bahwa akarnya tetap ada di bawah sadar/anusaya-bhumi sebelum tercabut seluruh akarnya.) -- Namun, perlu pula dipahami bahwa di dalam 'sadar', semua keadaan batin yang dikenal sebagai "baik" (kusala) juga tidak muncul. Di dalam 'sadar' orang bebas dari 'akusala' dan 'kusala', bebas dari 'karma'.

(g) Bond: Apakah ketika tidak ada campur tangan aku maka pikiran diam dan berarti padam?
Hudoyo: Yang tepat adalah, ketika 'pikiran' diam, 'si aku' tidak ada dalam kesadaran; di atas telah dikatakan bahwa 'pikiran' menciptakan 'si aku', 'pikiran' bersinonim dengan 'aku' (Mulapariyaya-sutta). Yang ada hanyalah batin yang diam (dan jasmani yang berfungsi), tapi batin itu bukan milik aku lagi, karena sesungguhnya 'si pemilik' tidak ada.

(h) Bond: Bisa pak Hud jelaskan contoh pikiran yg munculnya "aku" sebagai pengamat tadi?
Hudoyo: Kalau Anda minta contoh, sering saya kemukakan contoh yang sangat mudah karena sering dialami oleh semua orang:


Quote from: doddymobile;38876937
Eyang Semar apa mungkin mengamati tanpa si pengamat, sekarang sewaktu saya mulai menyadari pikiran saya merasa kembali mengamati menjadi kembali terpecah antara subyek dan obyek...

Mas Doddy,

Saya ambil sebuah contoh yang sederhana, yang sering kita lakukan: pada saat Anda menonton sebuah film yang bagus di sebuah bioskop ... film itu sangat bagus dan ceritanya memukau, menyita perhatian Anda ... apakah ada si pengamat? Maksudnya, apakah Anda sadar akan 'diri' Anda tengah menonton film? ... Tidak, bukan. ... Di situ tidak ada si pengamat dan yang diamati, tidak ada subyek dan obyek. ...
Nah, pada suatu saat, ketika pikiran/aku Anda bergerak, Anda baru sadar bahwa Anda sedang menonton sebuah film, bahwa Anda berada di sebuah bioskop menghadap ke layar putih, bahwa di kanan-kiri Anda ada penonton lain ... dsb dsb. Pada saat itu, Anda sebagai si pengamat muncul ... dan Anda menyadari situasi Anda berada di dalam bioskop itu ... Di situlah baru ada si pengamat dan yang diamati, ada subyek dan obyek. ...

Begitu pula, ketika batin Anda mengamati segala sesuatu yang ada dengan penuh perhatian, tanpa campur tangan pikiran/si aku, maka si pengamat tidak ada ... Tapi sebentar lagi, seperti Anda ceritakan di atas, ketika pikiran/aku Anda bergerak, maka muncul si pengamat/subyek yang menyadari tengah mengamati pikirannya/obyek ... muncullah dualitas subyek-obyek sebagai akibat dari gerak pikiran; Anda bilang, batin terpecah antara subyek & obyek ... terpecah itu akibat pikiran yang bergerak kembali ... Sebetulnya, pada saat itu Anda sudah tidak lagi "mengamati pikiran" ... "mengamati pikiran" itu sudah lampau sedikit (mungkin 1-2 detik) ... Sekarang pikiran/aku Anda memikirkan apa yang sudah lampau itu ... ia berkata: "Saya mengamati pikiran," tapi sebetulnya yang dimaksudkannya adalah: "[Baru saja] saya mengamati pikiran." ... Kalau orang betul-betul berada dalam keadaan mengamati batin, maka tidak ada si aku yang menyadari dirinya tengah mengamati batin ... tidak ada dualitas antara subyek-obyek. ... Tapi bagi seorang pemula, biasanya keadaan itu hanya berlangsung beberapa detik saja. ...  Pikiran/aku ini begitu licin bagai belut, sehingga ia cepat sekali menyela ketika orang sedang benar-benar dalam keadaan sadar/mengamati, sehingga muncullah apa yang Anda alami itu ...
Bagaimana, ini bisa dipahami dan dilihat/disadari dalam meditasi Anda?

Salam,
semar

DODDYMOBILE: Terima kasih Eyang Semar...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 03 August 2008, 01:43:22 AM
Quote
Menurut saya, yang terjadi adalah: bila 'keinginan untuk bebas' itu sendiri disadari ... sehingga berhenti dengan sendirinya ... di situlah muncul 'kebebasan' itu tanpa diinginkan. ...
'Kebebasan' itu muncul bila orang tidak melekat lagi pada 'keinginan untuk bebas'. ...
"keinginan" disadari...
Apakah "keinginan yang disadari" itu sama dengan "melebur" atau "menyatu" didalam "keinginan" itu sendiri?

Keinginan yang disadari akan lenyap dengan seketika.


Quote
Seperti Dukkha,untuk "memahami" Dukkha,kita perlu "menyelam/melebur/menyatu" dalam Dukkha itu sendiri,merasakan esensi dr Dukkha,apa itu Dukkha,Awal dukkha,Akhir Dukkha,dll....

Dukkha adalah aku, kita; dukkha adalah pikiran. Barang siapa memahami pikiran/aku, maka ia memahami dukkha; dan barang siapa memahami dukkha, pada saat itu juga, sekaligus, ia memahami sebab dukkha, pada saat itu juga ia memahami lenyapnya dukkha, pada saat itu juga ia bebas dari dukkha, sekalipun hanya untuk sesaat, dan saat berikutnya dukkha itu--yang adalah pikiran/aku--muncul kembali.


Quote
Mungkin banyak orang yang "mengerti teori" tentang "dukkha" bahkan tidak jarang orang "mengerti secara pikiran" tentang Dukkha itu...
Tapi saya rasa itu belum "cukup" karena dia "masih" belum benar2 "memahami" apa itu "dukkha?"

Betul. "Memahami dukkha" berarti memahami 'pikiran', memahami 'aku'. Jadi, kalau orang memahami 'dukkha' dengan pikirannya (secara intelektual), ia tidak sungguh-sungguh memahami dukkha, ia tetap berada dalam dukkha, karena dukkha adalah pikiran/aku itu sendiri. Sebaliknya, kalau orang sungguh-sungguh memahami dukkha, yang adalah pikiran/akunya, maka seketika itu juga pikiran/aku itu lenyap, dan ia bebas dari dukkha, sekalipun hanya untuk sementara, sebelum bebas sempurna.

Ayah
Title: Retret MMD seminggu di Samarinda: 24 Juli s.d. 1 Agustus 2008
Post by: hudoyo on 03 August 2008, 06:00:02 AM
Kemarin, tgl 24 Juli s.d. 1 Agustus telah diselenggarakan retret MMD seminggu di Samarinda, bertempat di Vihara Muladharma. Tidak banyak peserta retret kali ini, cuma lima orang. Itu pun dua orang mengundurkan diri setelah dua malam. Alasannya karena ternyata MMD tidak cocok dengan harapannya: yang satu, perempuan 16 tahun, mengharapkan ketenangan (bukan 'panna'/kearifan), yang lain mengharapkan bisa melihat alam gaib.

Jadi ada 3 orang yang mengikuti retret sampai selesai. Di tengah jalan ikut pula dua orang lagi selama 3 hari. Selain itu, pada setiap diskusi pada jam 19 beberapa umat datang ikut mendengarkan diskusi.

Dalam satu segi, retret yang hanya diikuti 3 orang itu memberikan keuntungan besar bagi pesertanya. Ketiga orang itu memperoleh pengalaman bermeditasi dalam suasana yang relatif sepi; berbeda dengan menjalani retret yang diikuti oleh 20 orang misalnya.

Hasilnya pun cukup mencengangkan. Dua dari ketiga peserta mengalami 'berhentinya pikiran' (khanika samadhi) yang cukup lama. Sedangkan yang ketiga, anak muda 19 tahun, salah seorang anak-Dhamma saya, mengalami keadaan hening itu hanya untuk beberapa saat saja.

Melihat perkembangan itu, saya membagikan kertas untuk menuliskan testimoni sebagai umpan balik dua malam sebelum retret berakhir. Jadi pada hari ketujuh, peserta mempunyai waktu satu hari penuh untuk menuliskan pengalamannya. Hasilnya dapat diduga: dua dari ketiga peserta menulis berlembar-lembar testimoni, dan peserta ketiga menulis 2 halaman testimoni.

Secara terpisah, testimoni-testimoni itu akan saya tayangkan di forum ini.

Salam,
hudoyo
Title: Testimoni dari retret MMD seminggu di Samarinda: FERY, 29 th., Buddhis
Post by: hudoyo on 03 August 2008, 06:13:50 AM
“Pencerahan tiba-tiba … Begitu nyaman menikmati … mengalir begitu saja …”

Hari pertama dan kedua berlalu. Saya merasa gak ada masalah. Tapi ketika interview pertama ditanya oleh Pak Hudoyo, “Bagaimana perkembangan meditasinya?”, saya bingung. Saya jawab, “Tidak tahu.” Dan kemudian kami tertawa. Tapi memang saya tidak tahu. Hehehe … Akhirnya saya hanya bercerita tentang kondisi fisik saya yang lagi beradaptasi dengan sakit dan pegel, juga mengantuk pada jam 5 pagi. Satu hal yang penting dari jawaban Pak Hudoyo saat itu tentang “saya tidur lagi jam 5-an gitu”: “Terserah Anda, gak masalah, waktu di sini Anda sendiri bebas mengatur.”

Jawaban ini justru membuat saya tidak terbebani lagi. Padahal tadi saya tertidur satu jam setengah dan terbangun tiba-tiba jam 7 pagi, pas jam makan pagi. Dan payahnya saya gak dengar sama sekali bunyi lonceng makan, sampai-sampai saya pergi ke ruang meditasi lagi, dan tidak ada orang! :)  (Ini gak saya ceritakan kepada Pak Hudoyo pada interview … hahaha … )

Hari ketiga berjalan biasa saja. Batin masih sering bernyanyi lagu-lagu pop macam-macam, kebiasaan sehari-hari saat kerja. :) Tetapi malamnya setelah diskusi tentang pikiran, meditasi saya terasa nyaman. Tetap saja banyak ingatan dan hayalan. Tapi saya merasa damai setelah meditasi berakhir. Terima kasih penjelasannya, Romo, sangat membantu pemahaman saya.

Subuhnya, ketika lonceng bangun pagi jam 3 dibunyikan, saya kesal sekali. Saya merasa kurang tidur. Sudah dua malam ini saya terjaga dua-tiga kali gara-gara mimpi buruk. Saya pikir, “Ah, persetan dengan lonceng, saya mau tidur lagi!” Masak diatur-atur sama lonceng. Peduli amat! Dua puluh menit kemudian akhirnya saya bangun juga, dengan perasaan menang karena tetap tidur walau lonceng telah berbunyi. Kemarin-kemarin kepaksa sih. :)

Uniknya perasaan ini membawa saya ke suatu pemahaman baru, bahwa retret ini saya yang mengatur jadwalnya. Saya merasa baru saja melepaskan beban yang sudah saya pikul sehari-hari. Menggeletak begitu saja. Nyaman. Ringan rasanya menjalani meditasi, bahkan aktivitas apa pun selama jadwal satu harian yang itu-itu saja. Dan mulai pagi itu saya juga tidak pernah pergi tidur lagi (di waktu pagi). Ada yang lain rasanya dari makan pagi, mandi, dan pergi meditasi lagi jam 8. Tidak ada keharusan. Tak ada seperti disuruh menaati jadwal. Saya merasa ini adalah hari saya. Jadi terserah saya mau apa. Hari itu untuk pertama kalinya saya merasa bukan seperti ikut retret.

Justru di dalam kedamaian ini saya mengalami hal yang tak pernah saya alami. Saat bemeditasi dengan penuh kesadaran, tiba-tiba saja saya berdiri untuk pergi ke toilet. Biasanya ada pikiran menahan, “Nanti dulu, tunggu beberapa menit lagi.” Tapi itu tanpa disengaja. Saya berjalan dengan kebahagiaan. Tiba-tiba saya melihat langit yang mendung, pepohonan, lain dari biasanya. Ada yang berbeda, tapi tidak tahu apa. Saya berjalan, lalu kencing, dengan kesadaran yang berbeda. Ini aneh. Apa itu? Saya tetap tidak tahu. Saat masuk kembali ke ruang meditasi, tiba-tiba muncul suatu luapan perasaan bahagia yang luar biasa. Menyesakkan dada. Tak ada pikiran mau bermeditasi atau ngapain. Jalan begitu saja. Saya jalan bolak-balik di jalur yang berbeda tiap saya bermeditasi jalan. Tidak ada pola langkah seperti biasanya saat saya bermeditasi jalan. Kebahagiaan saya membuat mata berair seperti mau nangis. Itu hari pertama selama retret, saya bisa tersenyum alami. Semua rasa sakit di badan hilang seketika.

Tidak ada niatan menunggu lonceng makan berbunyi sampai dia berbunyi. Saya makan dengan bahagia. Makan apa yang saya lihat. Tanpa ada keinginan harus begini-begitu. Tidak ada rasa sungkan dan tidak enakan seperti biasa dengan teman-teman satu meja. Bahkan dengan Pak Hudoyo. Saya melihat mereka sama saja semua. Tidak ada penilaian. Semua mengalir dengan kesadaran yang berbeda dari biasanya yang saya alami.

Hari kelima saya jalani masih dengan perasaan yang sama. Tanpa beban. Saya merasa menikmati hidup. Damai. Ada satu petunjuk yang berkesan buat saya dari diskusi tadi malam: “Buka selebar-lebarnya semua panca indra. Sadari semua yang diterima oleh setiap indra.” Demikian seingat saya inti yang dikatakan Pak Hudoyo. Setelah mandi pagi, saya coba praktikkan ini. Dan ternyata lumayan sulit. Bagaimana itu maksudnya? Pagi itu meditasi saya agak kacau. Banyak hayalan dan ingatan yang muncul. Berlama-lama berada di masa lalu dan suka menghayal. Walau berusaha menyadarinya, tetap saja terseret. Sampai beberapa menit sebelum makan siang. Batin saya menjadi lelah. Saya merasa dipermainkan hingga saya menyerah, pasrah. Tapi justru saat yang gak disangka-sangka, tiba-tiba saja semua ingatan dan hayalan buyar. Tiba-tiba saja saya hanya mendengar suara-suara dengan cara yang berbeda. Kesadaran yang berbeda. Terjadi hanya beberapa detik. Tiba-tiba semua menjadi jernih. Saya mengerti! Pencerahan tiba-tiba. Saya tahu itu suara kendaraan, suara mesin genset, suara orang, suara burung. Saya “hanya” mendengar. Tidak ada celoteh batin. Setelah itu ada perasaan senang sekali. Bawaannya saya mau ketawa aja. Bahkan sampai di saat makan. Saya seperti seorang anak kecil yang sudah dari tadi berusaha membuka kotak mainan dengan segala cara, tapi gak bisa terbuka juga. Tapi saat dibiarkan begitu saja, klik! Terbuka sendiri. Horeee … Saya pikir mungkin inilah yang dimaksud Pak Hudoyo, “Hanya mendengar apa yang terdengar.”

Sudah hari keenam. Pagi setelah mandi, sudah jam 8.00. Sewaktu mau keluar kamar, saya merasa ada yang salah waktu mau membawa jam tangan. Saya membatin, “Gak usah dibawa deh, mungkin itu lebih baik.” Dan memang. Setelah itu saya tidak melihat-lihat jam lagi. Semua berjalan tanpa beban. Tanpa terikat dengan jam lagi. Saya begitu menikmatinya dari saat ke saat. Tidak seperti kemarin-kemarin, sewaktu bermeditasi sering terpikir, “Sudah berapa lama ya?”, “Sudah jam berapa ya?”, “Kapan lonceng makan berbunyi, ya?”, “Kayaknya sudah satu jam nih duduk.” Benar-benar diatur oleh Sang Waktu. Tapi saat itu bagi saya sudah tidak ada waktu lagi, hingga jam rehat siang. Tak ada yang mengikat saya lagi, benar-benar tidak ada beban. Saya bebas. Bebas mau duduk kapan saja dan berapa lama. Bebas tanpa waktu. Ternyata mudah saja caranya: “Tinggalkan saja jam tanganmu!” hehe …

Saat itu kesadaran saya bekerja dengan cara berbeda. Saya bisa mengamati dengan jelas semua sensasi pada tubuh. Ada daerah-daerah yang pegal, sakit, tegang, padat, berdenyut, nafas yang keluar masuk, detak jantung. Begitu pula dengan kerja telinga. Suara mobil, burung, orang yang bergerak, pijakan kaki. Jernih. Satu per satu berlalu. Kesadaran bergerak sendiri. Tanpa ada perintah. Tanpa ada usaha. bekerja dengan sendirinya dari saat ke saat.

Semua ingatan ataupun hayalan ke masa depan yang muncul tidak bertahan lama. Muncul dan kemudian hilang sendiri. Tidak seperti biasanya saya menjadi terseret. Kalau pun terseret, hanya sebentar saja. Batin begitu nyaman menikmati. Mengalir begitu saja. Bahkan di saat meditasi jalan maupun aktivitas lainnya, saya merasa seperti menjalani hari-hari biasa. Bukan sedang bervipassana. Semua kegiatan sepertinya sama saja.

O ya, ketika saya hendak pergi ke kamar kecil, ada satu pemandangan lagi yang berbeda sekali. Saat berjalan, mata ke arah 2-3 meter ke depan, secara tiba-tiba pada penglihatan saya, lantai paving menjadi bergelombang. Dengan posisi mata yang sama saya juga bisa mengetahui (melihat) sekeliling dengan jelas sekali. Ada bangunan, tiang lampu, pepohonan, semua kelihatan. Saat saya menoleh, jauh ke samping, saya melihat pepohonan nampak fokus, jelas. Terlihat tajam. Padahal saya lagi tidak berkacamata; saya penderita mata silinder dan sedikit rabun. Terjadi cepat sekali, beberapa detik. Lalu sirna saat batin bertanya, “Eh, kenapa ya?” Rupanya si aku yang mencari tahu. :)

Ada satu hal lagi yang saya rasakan berbeda hari ini. Selama retret saya merasa terpasung. Terkucilkan dari dunia luar dan sosialisasi dengan orang. Karena memang ada “aturan main” selama retret “tidak berkomunikasi lewat mata dengan siapa saja.” Saya cuma seperti kuda delman yang cuma bisa lihat ke depan. Tapi di saat jam makan siang, ketika ketemu dengan teman-teman peserta, dhamma-worker, atau pun dengan para tamu yang datang, bahkan dengan Pak Hudoyo sendiri, saya bisa memandang muka & mata tanpa beban. Ini bukan tentang “aturan main” lagi yang biasanya malah membuat saya berpikiran atau pun sungkan untuk langsung memandang orang. Hari ini saya merasa plong, bahkan ketika membalas senyuman orang. Tidak ada aturan lagi. No rule, brother, hehe …

Dari semua pengalaman hari ini, saya punya persepsi baru tentang “sadar setiap saat”. Sadar bukan karena kita berusaha untuk sadar. Seperti yang saya alami sebelumnya saat berjalan, mau makan, mandi, membuka pintu; yang semuanya mengandung usaha untuk tahu apa yang sedang dilakukan. Tapi sadar tanpa usaha, bekerja secara alami, mengalir begitu saja. Semua pancaindra tetap bekerja, dan kita tahu dia sedang menerima rangsangan dari luar. Luar biasa! Hanya sesederhana itu. Malamnya saya semakin mengerti dengan penjelasan Pak Hudoyo mengenai apa yang saya alami: diamnya pikiran, hening, melihat sebagaimana adanya. Dirangkum menjadi satu, tidak adanya aku.

Hari terakhir tidak ada yang istimewa. ada saat-saat tenang, ada saat-saat pikiran kacau. Pak Hudoyo bilang itu sih gak ada bedanya. Benar juga … Retret kali ini buat saya benar-benar memberikan pemahaman baru, pengetahuan baru. Ini benar-benar seni hidup. Di sini pula saya melihat banyaknya kesombongan dalam diri saya. Ego yang besar, hawa nafsu, ketidaktahuan dan kotornya batin saya. Terima kasih yang sedalam-dalamnya buat Pak Hudoyo yang sudah memberi petunjuk praktis, maupun bimbingan bermeditasi. Suatu pengalaman yang tak terlupakan bagi saya.
Title: "Tertipu oleh pikiran ..."
Post by: hudoyo on 03 August 2008, 07:25:53 AM
Mas Andi Cahya pernah saya kirimi e-book, terjemahan "The Experience of No-Self" tulisan Bernadette Roberts, beberapa bulan yang lalu.

Baru-baru ini dalam sebuah emailnya ia menulis pernah mendapat kiriman e-book itu dari saya dalam bahasa Inggris. Saya jadi heran, karena yang saya kirimkan kepadanya adalah terjemahan yang saya buat ke bahasa Indonesia. Lagi pula, saya tidak punya e-book-nya dalam bahasa Inggris.

Karena penasaran, saya minta Mas Andi Cahya mengirimkan e-book itu kepada saya kembali. Tentu saja yang dikirimkannya itu terjemahan bahasa Indonesia yang pernah saya kirimkan kepadanya.

Mas Andi Cahya masih belum "ngeh" sampai saya menulis email berikut kepadanya: :D

"Mas Madman,

Yang Anda kirim ke saya itu terjemahan bhs Indonesia yg pernah saya kirim ke Anda. Kata Anda, Anda punya yang aslinya. :D

Salam,
hudoyo"

Barulah datang jawaban berikut dari Mas Andi Cahya; hehe ... aneh bin ajaib, ya. :D

"-aduh... bener donk.. itu bahasa indonesia... ampun deh pak hud.. saya tidak mengerti.. ini aneh bgt..
-dulu saya bacanya bahasa ingris.. pak hud.. pacar saya juga bacanya bahasa ingris...
-hauahauahu... ampun deh pak hud.. saya nda bisa ngomong apa-apa.. cuma minta maaf.. semuanya udah, saya cek sampai ke recycle bin udah saya cek.. dan tidak ada buku bernadete robert versi ingris..
-berarti selama 2-3 bulan ini saya dan pacar saya tertipu oleh pikiran....
-tadi saya baca lagih bukunya... aneh banget.. saya seperti belum pernah baca buku itu.. kalau ingat pun.. hanya dalam bahasa ingrisnya...

-hehehe.. jadinya mo saya baca lagih bukunya dari awal...
-padahal saya baca.. udah hampir selesai... dalam beberapa kali kesempatan... selama ini saya baca apa ya???
-haaa.. mungkin saya sudah gila.. hehehehe...

terima kasih pak hud atas perhatiannya... pelajaran hari ini sangat berharga.. betapa ingatan itu tidak bisa dipercaya.. bahkan di tempat yang sepertinya tidak mungkin salah... semuanya jadi sangat mungkin...

madman,"
Title: Keinginan ikut berperan melahirkan Buddha?
Post by: hudoyo on 03 August 2008, 07:59:22 AM

Quote from: andicahya
-hmmm... dulu sidharta gautam.. memilih keluar dari istana dan meninggalkan tahtanya karena keinginan... hasil akhirnya, dia menjadi budha...
-hmmm... walaupun setelah tercerahkan, akhirnya sidharta menyadari bahwa bahkan dalam istanapun pencerahan dapat di capai.. tapi kita tidak bisa menutup mata bahwa keinginan juga lah yang ikut berperan melahirkan sang budha :D

Mas Madman,

Mungkin ini perlu direnungkan lebih dalam ...
Benarkah 'keinginan untuk bebas' ikut berperan menghasilkan 'kebebasan'? ...
Bila 'kebebasan' itu dihasilkan oleh 'keinginan untuk bebas', maka 'kebebasan' itu terkondisi, 'kebebasan' itu menjadi produk dari 'hukum sebab-akibat'. ... Betulkah demikian?

Menurut saya, yang terjadi adalah: bila 'keinginan untuk bebas' itu sendiri disadari ... sehingga berhenti dengan sendirinya ... di situlah muncul 'kebebasan' itu tanpa diinginkan. ...

'Kebebasan' itu muncul bila orang tidak melekat lagi pada 'keinginan untuk bebas'. ...

Jadi, ini berbeda sekali dengan orang yang menginginkan sebuah rumah mewah, terus mendapatkan rumah mewah (seperti dalam "The Secret") :D ... itu belum selesai, dan tidak akan pernah selesai, selama orang tidak memahami keinginannya sendiri.

Salam,
semar

==================================
ANDI CAHYA:

-heuehueheu... iyah om, saya mengerti :)
-betul bgt om, bebas itu justru keluar dari sebab-akibat, karenanya saya tulis "berperan", bukan menjadi sebab.. dan Sidharta sendiri, menyadari bahwa dalam istana pun pencerahan dapat dicapai - artinya: pencerahan Sidharta itu tidak disebabkan oleh keinginan untuk bebas.. hehehehe....
-sebenarnya, saya menuliskan keinginan yang satu "berperan" melahirkan budha tujuannya agar teman-teman mengerti, bahwa keinginan pun merupakan bagian dari kehidupan sidharta.. hehehe.... bahwa sidharta itupun dulunya pernah memiliki keinginan.. dan tidak ada yang salah dengan hal itu..
-heueheueheu... keinginan, itu ibaratnya hanya mobil untuk membawa kerumah sakit ketika si ibu mau melahirkan :) hmm.. tanpa mobil tersebutpun, si anak akan tetap lahir.. bahkan tanpa kerumah sakit pun si anak akan tetap lahir.. dan betul sekali si anak itu memang bukan produk dari mobil.. atau dilahirkan karena mobil :) heuheueheu... si anak telah lahir.. saya mengatakan bahwa mobil itu ikut berperan dalam kelahiran sang anak.. heuehueeu...
-wah.. terima kasih om semar.. heueheuehu... ternyata bisa juga disalah mengerti bahwa kebebasan lahir dari keinginan untuk bebas.... heuheueheu...

Quote
Menurut saya, yang terjadi adalah: bila 'keinginan untuk bebas' itu sendiri disadari ... sehingga berhenti dengan sendirinya ... di situlah muncul 'kebebasan' itu tanpa diinginkan. ...
'Kebebasan' itu muncul bila orang tidak melekat lagi pada 'keinginan untuk bebas'. ...

-iyah om.. hanya kalimat diatas yang ingin saya sampaikan... hehehe.. tapi kemarin-kemarin.. teman-teman sepertinya melihat bahwa keinginan itu harus tidak ada agar jadi bebas.. dan berkesimpulan bahwa keinginan itu harus "Dihilangkan" atau menjadi tidak ada.. hal ini, justru menimbulkan keinginan baru.. yaitu ingin untuk tidak punya keinginan..
-dan tujuan dari menyadari (mengamati diri dll) menjadi: "untuk membebaskan diri dari keinginan.. atau agar keinginan menjadi hilang dengan sendirinya..."
-kalau menurut pandangan saya, menyadari itu tidak perlu bertujuan.. tanpa motif.. tanpa berharap.. walaupun harapan atau motif tersebut hanyalah: harapan bahwa keinginan akan hilang dengan sendirinya... (berharap ini lebih halus
-saya mencoba membuat EGO agar hanya mengamati / menjadi saksi tanpa tujuan apapun sama sekali.. dan mungkin dari situ dapat timbul penyadaran diri dengan sendirinya..
-heueheuehu... tapi karena pikiran itu butuh alasan.. butuh logika.. butuh yang rumit rumit.. jadinya saya ngomong muter-muter.. heueheuehu...
-duh.. mohon maaf kalau ada kesalahan-kesalahan dalam berfikir om :) mohon bimbingannya.

salam hormat,
madman,

================================
SEMAR:

'Keinginan untuk bermeditasi' yang sering dikemukakan orang sebetulnya adalah keinginan ketika ia masih belum bermeditasi, ketika masih berada di tataran pikiran. ... Di situ ia bisa "merencanakan ikut retret", bisa "berkeinginan untuk duduk diam", bahkan bisa "berkeinginan untuk mengamati akunya". ... Tetapi, ketika ia mulai 'sadar', mulai 'mengamati' ... di situ terjadi semacam 'lompatan' ... dan 'aku', 'pikiran' maupun 'keinginan' lenyap ... yang ada hanya 'sadar' ... Di situ tidak ada lagi 'meditasi', tidak ada 'tujuan', tidak ada 'jalan', tidak ada 'usaha', tidak ada 'aku'. ... Seperti Anda bilang: "Kalau menurut pandangan saya, menyadari itu tidak perlu bertujuan.. tanpa motif.. tanpa berharap.. walaupun harapan atau motif tersebut hanyalah: harapan bahwa keinginan akan hilang dengan sendirinya... (berharap ini lebih halus)." ... Kalau masih ada 'tujuan', masih ada 'jalan', masih ada 'aku', masih ada 'meditasi' ... maka orang itu belum mengambil 'lompatan' itu, belum mulai bermeditasi yang sesungguhnya.

Krishnamurti mengatakan 'lompatan' ini sebagai:
"The first step is the last step."

Salam,
semar
Title: ANDI CAHYA: "Hidup ini seperti HANYA sehari.. setiap malam.. saya mati.. "
Post by: hudoyo on 03 August 2008, 09:24:24 AM
"Hidup ini seperti HANYA sehari.. setiap malam.. saya mati..

-siang om semar! hehehehe... udah lama nda ngasih laporan.. hehehehe... sedari pulang dari MMD bulan april, kemaren.. saya terus melakukan MMD dirumah.. hampir setiap hari setiap sebelum tidur.. waktunya cuma  5-10 menit.. melakukan meditasi duduk..
-setelah itu, saya lanjutkan dengan mengamati semuanya.. tapi.. dalam keadaan berbaring.. terlentang.. dan dilanjutkan dengan tidur :D hehehehe....
------------------------------------
-waktu berbaring.. pikiran ini jadi lebih liar.. mudah kemana-mana.. tidak terkendali.. bahkan sampai mengalami seperti mimpi... lalu tiba-tiba seperti tertarik.. dan tiba tiba sadar... pikiran berhenti karena kaget.. lalu ngomong "oiyah saya lagi meditasi"... terus mulai lagi kemana mana.. saya biarkan.. hehehe.. pola ini terus berulang dan berulang.. sadar - tidaksadar - sadar - tidaksadar.. dan terus seperti itu.. setiap kembali.. pikiran ini jadi sedikit lebih tenang. dan sampai akhirnya.. sadar.. dan hanya diam.. tidak berfikir..
-jeda tidak berfikir yang terakhir biasanya agak lama.. nda tau berapa lama.. tapi hanya diam.. seperti kehabisan bahan untuk dipikirkan.. baru kemudian letupan-letupan pikiran muncul kembali.. tapi itu pun langsung berhenti bahkan sebelum terolah menjadi kata-kata didalam pikiran... seperti mau keluar sudah mati duluan...
-selanjutnya.. saya baru meniatkan menggunakan pikiran.. "saat nya tidur".. dan baru lah saya bisa tidur sampai pagi.. atau sampai siang.. jadi selama meditasi saya banyak tidak sadar, tapi saya tidak tertidur..
-saya meditasi sambil berbaring.. karena kalau sambil duduk.. pikiran ini relatif terlihat sangat tenang.. mudah untuk diam dan kalaupun, kemana-mana cepat kembali ke keadaan sadarnya... (pikiran sepertinya menjadi anak yang baik, diam untuk menghibur saya..) jadi saya lakukan sambil berbaring.. agar pikiran ini tidak merasa diamati.. dan saya dapat menyaksikan pikiran saya apa adanya.. tanpa keinginan untuk melenyapkannya...
-tapi ada kalanya beberapa kali dalam seminggu.. saya meditasi duduk lebih lama.. diam seperti batu, dan merasakan pegal-pegal lagih .. hehehehe....
------------------------------------
-nah.. dalam kehidupan keseharian.. hidup saya belakangan ini (terutama sebulan ini) menjadi sangat aneh.. semakin hari semakin aneh...
-saya sepertinya buta akan konsep waktu.. kesadaran  saya tentang waktu, seperti berkurang... apa yang telah terjadi.. walaupun baru kemarin.. terasa seperti mimpi... seolah tidak pernah terjadi... hanya ingat berupa potongan potongan kejadian.. seperti kalau kita mengingat mimpi...
-saat ini, saya amat kesulitan membedakan mana kejadian yang kemarin.. mana kejadian yang seminggu yang lalu.. dan mana kejadian sebulan yang lalu.. semuanya terlihat sama...
-contoh: seminggu yang lalu.. saya main kerumah teman saya... dan  kemarin teman saya datang kerumah.. nah.. hari ini.. saya merasa saya pergi kerumah teman saya dan teman saya datang kerumah saya terjadi pada hari yang sama.. semuanya seperti baru kemarin... pokonya nda jelas..
-pernah saya ditanya kapan saya mengikuti retret MMD.. saya jawab bulan april kemarin (saya ingat bulannya) tapi.. saya bingung.. saya MMD itu tahun ini atau tahun kemarin... bahkan retret MMD kemarin.. terasa.. seperti udah begituuuuu lamaaa... sekaligus.. kaya baru kemarin....
-saya seperti tidak punya masa lalu...  saya lupa rasanya sekolah.. seperti mimpi... seolah terjadi hanya dalam mimpi.. hanya dalam tidur...
-hidup ini seperti HANYA sehari.. setiap malam.. saya mati.. dan ketika saya bangun.. saya seperti terlahir kembali... kemarin itu seolah tidak pernah ada.. hanya mimpi..
-bahkan.. seminggu ini.. ketika malam hari.. pagi tadi.. pun seolah seperti mimpi.. saya sampai agak bingung.. hari ini.. ada ato nda sih.. heuehueheuheu...
-kalau ngomong.. suka mendadak lupa.. eh.. saya mo ngomong apa? diem dulu bentar.. inget-inget lalu lanjut ngomongnya...
-bahkan.. beberapa kali.. saya seperti lupa caranya mengendarai motor.. seperti baru belajar naik motor.. jadi kalo bahasa sundanya asa karargok.. seperti tidak biasa naik motor... harus adaptasi dulu.. "mengingat" bagaimana nyetir motor selama sekitar 5 - 10 menit.. baru kembali seperti semula...
-kalau tidak bersama pacar saya... bahkan wajahnya pun.. saya lupa.. membayangkannya sulit.. hanya bisa samar-samar.. dan serasa tidak punya pacar sama sekali... dan tidak pernah punya pacar dari dulu...
-kalau bertemu pacar.. seperti baru pacaran.. hati serasa senang sekali... berbunga bunga... dan ceria.. sekaligus.. merasa.. saya sudah bertemu dengan pacar saya dari semenjak lahir....
-skarang saya hanya bisa melakukan satu kegiatan... walaupun santai.. seperti menulis e-mail ini.. kalau ada orang ngomong didepan saya pun... saya tidak mengerti apa yang dia omongkan.. seperti berbicara dalam bahasa lain... untuk dapat mengerti omongan orang itu.. saya harus dengan sengaja mengalihkan "perhatian saya" pada orang tersebut.. baru bisa mengerti apa yang orang itu sedang omongkan... jadi seperti mendengar... tapi tidak mengerti...
-untungnya di tempat-tempat penting saya tidak pernah lupa.. seperti membawa sim.. mengunci pintu kantor ketika pulang... jadi.. kalau saya putuskan.. ini penting harus di ingat.. maka akan ingat dengan sendirinya tepat pada saatnya... tapi hal-hal remeh.. saya lupa.. kalo mo di ingat harus di sengaja..  anehh...
-ketika bangun tidur... saya tidak tahu saya ini siapa... atau apa.. seperti kalau komputer itu harus load window dulu... hanya sepersekian detik sih.. baru setelah ingat lagi siapa saya.. kepribadian saya yang ini muncul.. hati mulai berbunga bunga.. dan serasa baru hidup saat itu.. seperti... tiba-tiba menclok ditubuh orang..
-saya udah nda tau lagi yang mana diri saya.. yang mana yang bukan.. kadang pikiran ini menjadi diri saya.. kadang saya merasa saya adalah tubuh ini.. kadang saya merasa saya hanya kesadaran kecil dibalik kedua mata ini... weheuheueheuheu.... saya tidak punya identitas.. kalau ada orang lain memanggil saya andi.. atau pacar saya manggil saya ayank.. saya, tidak merasa dipanggil oleh orang itu.. saya bahkan seperti tidak kenal dengan si andi ini..
-gituh om semar... kejadian agak mirip dengan waktu dulu saya pernah mengalaminya.. semuanya seperti berjalan dengan sendirinya... tapi.. waktu dulu saya mengalami nya dalam keadaan ekstase... dalam keadaan super bahagia.. bahkan bergerak pun nikmat.. nah.. justru sekarang.. saya mengalami yang aneh-aneh seperti ini dalam keadaan sehari-hari.. kesadaran yang biasa.. saya dalam keadaan sadar seperti layaknya orang lain.. tidak ada sensasi bergerak jadi lebih nikmat... atau merasa di awang awang... semuanya biasa.. hanya jadi aneh... sangat aneh...
-hehehe... terakhir.. ya itu tuh.. buku bernadete robert yang dikasih om semar dalam bahasa indonesia.. saya ingatnya.. baca dalam bahasa ingris.. padahal saya udah baca berkali kali.. dan waktu saya baca lagih kemarin.. seperti belum pernah baca... seakan baru yang pertama kali... heuehueheu.... mohon maaf ya atas kesalahannya om semar :D :D
-banyak bgt hal aneh lainnya... tapi.. sulit untuk menceritakannya... saya tidak tahu bagaimana menceritakannya... diataspun.. saya cuma bisa menceritakan pakai contoh dan seperti.. mencari contoh pun agak sulit.. karena sering lupa... dan kebanyakan hal yang aneh aneh itu pun bahkan saya lupa... seperti: "kemarin saya mengalami hal yang sangat aneh... tapi saya lupa apa itu.."
-saat ini saya hanya bisa berserah diri pada kehidupan dan hanya menyaksikan...
-saya tidak tahu.. apa yang akan terjadi besok... atau kedepannya seperti gimana... hehehe... kali ini seperti nya saya gila beneran.. hauahauhauahau..... mungkin segituh dulu laporannya :D
-heueheuehu... laporan kali ini saya tidak tulis di thread MMD.. karena saya tidak tahu bagaimana reaksi orang lain.. mungkin bisa takut.. mungkin malah mengejar... atau malah bersaing sharing pengalaman yang aneh-aneh.. heueheuehu... jadinya saya kirim lewat e-mail  khusus buat om semar! hehehe...:D
-ah.. semoga om semar sehat selalu.. semakin bertambah kebijaksanaan supernya... dan.. selalu bersedia membimbing saya dalam melampaui saat ini..
-salam hormat dan kasih, buat om semar.

andi cahya wijaya.

=============================
SEMAR:

Bagus sekali, Mas Andi. ... Cerita Anda menunjukkan bahwa batin Anda mulai terbiasa untuk berhenti dalam kesadaran sehari-hari. ... Dan itu bukan Anda peroleh dalam suatu retret yang intensif, melainkan dalam kehidupan sehari-hari.

Coba perhatikan, banyak aspek yang Anda tulis dalam "laporan" itu sama atau mirip dengan yang dilaporkan Fery dalam testimoninya setelah mengikuti retret MMD seminggu. Testimoni Fery itu saya tayangkan pagi ini.

Sekalipun Mas Andi mengirimkan "laporan" itu kepada saya pribadi, saya merasa perlu untuk membagi cerita Mas Andi dengan semua pejalan spiritual di forum ini. Jangan hiraukan orang-orang yang tidak mengerti dan hanya akan melecehkan/ngejunk. Biarin aja mereka. :)

Salam,
semar
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 03 August 2008, 01:21:13 PM
Yah,saya mau nanya kejadian saya hampir sedikit mirip dengan Mas Andi yang diatas...
Saya juga sering lupa apa yang baru saya ucapkan,dan saya butuh waktu lagi untuk mengingatnya tapi tanpa sengaja...Yang ada saya harus diam,tutup mata dan tiba2 apa yang saya terlupakan muncul,kadang2 sampai saya menolaknya muncul atau terhentak gitu...
Jika saya sengaja/memaksakannya untuk mengingat malah tambah lupa....Tapi kejadian saya tidak seperti kejadian mas Andi yang mungkin kesadarannya sudah kuat...:)

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 03 August 2008, 01:51:01 PM
Betul. Bila orang 'sadar', maka segala macam hal yang sesungguhnya tidak penting tidak diingatnya. Sedangkan untuk hal-hal yang penting, sering kali orang harus mengerahkan sedikit usaha untuk bisa mengingatnya.

Salam,
Ayah
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 03 August 2008, 01:53:09 PM
_/\_
Title: Dua pengalaman mengikuti retret MMD yang bertolak belakang
Post by: hudoyo on 03 August 2008, 02:32:46 PM
Dari: Draft Buku Panduan MMD

[Berikut ini disampaikan dua komentar yang menarik, karena isinya bertolak belakang. Dua-duanya tidak menyebutkan nama, tetapi tampaknya penulisnya pernah mengikuti retret vipassana versi Mahasi Sayadaw sebelum mengikuti retret MMD sekarang.]

Rekan A:

"Pengalaman: Saya melihat MMD ini sama saja dengan metode meditasi yang lain; intinya menyadari. Semua meditasi vipassana yang lain juga menyadari. Kalau ada orang yang menyatakan ini berbeda dengan metode lain, itu disebabkan karena orang itu memegang perbedaan itu.

Memang ada perbedaan sedikit, tapi saya tidak melihat sebagai sesuatu yang penting: MMD tidak mencatat, metode yang lain mencatat.
 
Hasilnya: dengan MMD, sepertinya perhatian kurang tajam.
Metode Mahasi, perhatian tajam.

Hasil akhirnya sama mencapai keheningan, tidak adanya 'aku' (kosong), walaupun cuma beberapa detik.

Terima kasih."
--------------------------------------
Rekan B:

"Semoga berbahagia.

Selama saya mengikuti retret MMD ini, walaupun hanya 3 hari, saya merasakan adanya perbedaan dengan retret meditasi metode Mahasi. Saya merasa tidak terbebani secara mental dalam retret MMD ini. Saya begitu apa adanya rasanya setelah tidak melabel dan mau menerima apa adanya gejolak batin yang timbul, seperti bosan, cemas, senang karena mendapat pengalaman baru, kebanggaan. Hal ini tidak sepenuhnya saya rasakan pada saat retret metode yang lain, di mana saya harus berkonsentrasi dan melabel.
 
Semoga retret MMD semakin berkembang."

[Dari retret MMD di Brahmavihara-arama, Bali, 20-22 Juni 2008]
--------------------------------------
Catatan Pembimbing:
Tentang adanya perbedaan pengalaman & kesan yang bertolak belakang antara Rekan A dan Rekan B, itu adalah hal yang wajar-wajar saja.

Yang perlu saya tanggapi adalah pernyataan Rekan A:
"Hasilnya: dengan MMD, sepertinya perhatian kurang tajam.
Metode Mahasi, perhatian tajam."

Observasi Rekan A itu memang benar. Tetapi tidak ada yang salah dalam kedua versi vipassana itu, baik versi Mahasi Sayadaw maupun versi MMD, karena masing-masing versi bertolak dari pemahaman yang sangat berbeda satu sama lain.

Vipassana versi Mahasi Sayadaw bertolak dari pemahaman bahwa vipassana adalah suatu ‘usaha untuk mencapai nibbana’. Sebagaimana tercantum dalam MAHASATIPATTHANA-SUTTA:
“Inilah satu-satunya jalan untuk memurnikan makhluk-makhluk, untuk mengatasi kesedihan dan ratap tangis, untuk memusnahkan penderitaan dan kesakitan, untuk mencapai jalan yang benar, untuk merealisasikan Nibbana.”

Dengan demikian, praktik vipassana versi Mahasi Sayadaw merupakan suatu ‘jalan’, suatu usaha (viriya) maksimal, dengan cara berkonsentrasi, memperlambat gerakan, dan mencatat (memberi label) segala sesuatu yang diamati.

Dengan sendirinya, hasilnya adalah perhatian yang tajam. Perhatian yang tajam ini pada gilirannya akan menghasilkan 'pengetahuan-pengetahuan' (ñana-ñana) sampai akhirnya tercapai nibbana. Begitu teorinya.

Di lain pihak, MMD bertolak dari pemahaman bahwa meditasi vipassana bukanlah "usaha" untuk "mencapai sesuatu di masa depan", melainkan suatu sikap sadar/eling yang pasif pada saat kini, tanpa memikirkan tujuan apa pun di masa depan. Sebagaimana tuntunan Sang Buddha kepada petapa Bahiya dan bhikkhu Malunkyaputta:
“Malunkyaputta, lakukan ini: dalam apa yang terlihat hanya ada yang terlihat … dst. Kalau kamu bisa berada dalam keadaan itu, … maka kamu tidak ada … , dan itulah—hanya itulah—akhir dukkha.” [lihat Bab 2 – Prinsip & Pelaksanaan MMD]

Oleh karena itu, dalam MMD ditekankan sikap pasif, tidak ada usaha (viriya) sedikit pun, tidak ada upaya berkonsentrasi, tidak ada teknik meditasi apa pun (memperlambat gerakan, mencatat dsb), tidak ada cita-cita atau tujuan, tidak ada ‘jalan’, tidak ada waktu.
 
Dengan sendirinya, dalam MMD perhatian tidak akan setajam dibandingkan perhatian pada vipassana metode Mahasi Sayadaw; namun bila tercapai keheningan, maka perhatian akan menjadi tajam dengan sendirinya, tanpa dibuat tajam. Di sisi lain, hasil yang langsung dirasakan dalam MMD adalah terlepasnya 'beban meditasi', adanya rasa lega, rasa bebas, tanpa tujuan, tanpa usaha, sebagaimana dialami oleh Rekan B.
 
Dalam MMD tidak dibutuhkan konsentrasi yang tajam, karena MMD tidak bertujuan untuk mencapai ñana-ñana seperti dalam vipassana versi Mahasi Sayadaw. Alih-alih, sebagaimana dinyatakan oleh Sang Buddha kepada Bahiya dan Malunkyaputta, bilamana pemeditasi bisa berada dalam keadaan sadar/eling secara pasif, tanpa usaha apa pun, maka aku/atta tidak ada, dan itulah akhir dukkha (nibbana). Itulah dasar pemahaman & praktik MMD.

Dalam hal ini tidak relevan berbicara tentang mana yang benar dan mana yang tidak benar di antara kedua versi vipassana itu. Seperti telah diutarakan dalam Bagian Pendahuluan buku ini, tidak ada satu metode meditasi vipassana yang cocok untuk semua orang, vipassana versi Mahasi Sayadaw tidak, MMD pun tidak. Para peminat meditasi yang ingin mengalami sendiri perbedaan antara meditasi vipassana versi Mahasi Sayadaw dan versi MMD silakan mencoba kedua-duanya.


Title: RE: Tentang Sakit, Tua, dan Mati
Post by: hudoyo on 04 August 2008, 07:31:28 AM
Dari: milis meditasi-mengenal-diri [at] yahoogroups.com

Quote
From: Hasbi Maulana [mailto:hasbim [at] yahoo.com]
Sent: 03 Agustus 2008 15:13
To: meditasi-mengenal-diri-owner [at] yahoogroups.com
Subject: Tentang Sakit, Tua, dan Mati

Salam, Pak Hudoyo.

Ada satu hal yang ingin saya tanyakan kepada Bapak menyangkut ajaran Sang Budha Gautama.

Kalau saya tak salah mengingat isi beberapa film dan buku; sewaktu muda dan tinggal di istana, Pangeran Sidharta gundah melihat orang-orang yang mengalami sakit, tua, dan mati. Itulah awal sehingga beliau mencari "obat" untuk mengakhiri beberapa hal yang dianggapnya sebagai penderitaan itu.
Pertanyaan saya, apakah setelah Sidharta menjadi Budha dan mendapatkan pencerahan/pembebasan sempurna, beliau masih menganggap sakit, tua, dan, mati sebagai bentuk penderitaan?

Semoga Pak Hud berkenan memberikan penjelasan atas rasa penasaran saya ini. Terimakasih.

Salam,
Hasbi M.

Mas Hasbi,

Ingatan Anda tentang masa muda Pangeran Siddhartha Gautama tidak salah. Konon keempat peristiwa itulah—entah terjadi secara aktual entah secara simbolik—yang mendorongnya untuk mencari “obat” bagi penderitaan umat manusia ini.

Ternyata pencariannya mengungkapkan bahwa penyebab dari pendritaan manusia itu tidak lain adalah dirinya sendiri: akunya, pikirannya, keinginannya dsb. Si aku yang tidak pernah diam itu menyebabkan manusia terus-menerus terseret dalam penderitaan yang dilihatnya. Semua itu baru berakhir bila penyebab itu berakhir.

Berakhirnya penderitaan itu bukan dicapai di luar kehidupan ini, melainkan justru di dalam kehidupan ini, yaitu ketika si aku ini padam pada saat kini, bukan ditunda-tunda sampai nanti, karena tidak dilekati lagi. Sang Buddha dan para arahat siswa beliau adalah orang-orang yang telah mencapai berakhirnya penderitaan.

Itu tidak berarti bahwa mereka bebas dari sakit, usia tua dan kematian. Namun, mereka tidak melekat lagi pada tubuh ini, tempat segala penderitaan jasmaniah itu; dan tidak melekat lagi pada batin, pada si aku dan pikirannya, yang menyebabkan segala penderitaan batriniah. Dan yang penting, mereka tidak akan kembali lagi kepada eksistensi individual sebagai apa pun, yang mau tidak mau selalu berubah dan menjadi sumber penderitaan, betapa pun halusnya.

Jadi, kesimpulannya: yang menyebabkan penderitaan bukanlah sakit, usia tua dan kematian, melainkan adalah kelekatan; kalau orang tidak melekat, ia tidak menderita, sekalipun berada di tengah-tengah sakit, usia tua dan kematian.

Salam,
hudoyo
Title: OOT dikit: Priests on holiday
Post by: hudoyo on 04 August 2008, 07:42:13 AM
Two priests decided to go to Hawaii on vacation. They were determined to make this a real vacation by not wearing anything that would identify them as clergy.  As soon as the plane landed they headed for a store and bought some really outrageous shorts, shirts, sandals, sunglasses, etc. The next morning they went to the beach dressed in their 'tourist' garb. They were sitting on beach chairs, enjoying a drink, the sunshine and the scenery when a 'drop dead gorgeous' blonde in a topless bikini came walking straight towards them. They couldn't help but stare. As the blonde passed them she smiled and said 'Good Morning, Father ~ Good Morning, Father,' nodding and addressing each of them individually, then she passed on by. They were both stunned. How in the world did she know they were priests? So the next day, they went back to the store and bought even more outrageous outfits. These were so loud you could hear them before you even saw them! Once again, in their new attire, they settled down in their chairs to enjoy the sunshine. After a little while, the same gorgeous blonde, wearing a different colored topless bikini, taking her sweet time, came walking toward them. Again she nodded at each of them, said   'Good morning, Father ~ Good morning, Father,' and started to walk away. One of the priests couldn't stand it any longer and said, 'Just a minute, young lady.' 'Yes, Father?' 'We are priests and proud of it, but I have to know, how on earth do you know we are priests, dressed as we are?' She replied, 'Father, it's me, Sister Kathleen.'
Title: RE: Tentang Sakit, Tua, dan Mati <pro: Bahagia Utama>
Post by: hudoyo on 04 August 2008, 08:31:18 AM
Quote
salam pak Hud,
 
kalau demikian, apakah 'definisi hidup / eksistensi kehidupan' ini sebenarnya?
sebab, hal ini seperti menafikan hidup dan kehidupan itu sendiri. bukankah kita hidup didunia ini dengan peran dan 'tugas' kita masing2..? apakah kita seluruh umat manusia ini lalu menjadi 'pertapa' dan hanya 'reaktif' saja ..?
 
lalu, ketika kita 'melepas kelekatan', apa yg sesungguhnya kita 'angankan' atau coba hentikan dialam angan/fikir/rasa..
lalu, berhenti dimana? ('perhentian' itu sama ngga buat seluruh manusia? lalu, manfaatnya untuk seluruh alam,seluruh mahluk apa? (sebab, seperti kata kanjeng Rasulullah Muhammad SAW, sebaik2 manusia adalah yg paling bermanfaat..eh, bener gak kata2 beliau ini?)
 
terima kasih atas pencerahannya..
 
salam,
bahagia utama

Wah, langsung dapet tanggapan. :) 'Met pagi, Mas Bahagia.

Coba direnungkan lebih dalam. Sang Buddha menemukan bahwa sebab penderitaan adalah diri/si aku (pikiran, keinginan dsb). ... Padahal diri inilah entitas yang paling berharga yang kita miliki. ... Apakah diri ini harus dilepaskan? ... Dari situlah timbul keraguan dalam batin kebanyakan manusia, bahkan seringkali penolakan: apakah ini bukan 'nihilisme', menafikan kehidupan itu sendiri? ... Keraguan, bahkan penolakan, itu dapat dipahami sepenuhnya, karena kita tidak pernah mengalami keadaan batin di mana diri/individu ini tidak ada, di mana orang tidak memiliki identitas individual lagi. ...

Kalau orang sudah mengalami sendiri suatu tataran batin di mana diri/individu ini tidak ada lagi, ia akan menyadari bahwa kesadarannya dulu, selama ia masih memiliki diri/individu, itu tidak lebih ibarat sebuah mimpi yang dipegang erat-erat. Ia akan mengalami sendiri, bahwa kesadaran yang baru di mana diri/individu ini tidak ada adalah laksana bangun dari mimpi diri. ... Orang yang bangun tahu bedanya bangun dan mimpi, tapi orang yang tengah bermimpi tidak tahu bagaimana rasanya bangun.

Di dalam Islam, apa yang saya uraikan di atas ada pula di dalam tasawuf. Ada dua ayat dalam surah Al-Qasas dan Al-Rahman, yang berbunyi: "Qullu man alaiha faana, wa yabqo Wajhu Rabbika ..." ("Segala sesuatu di muka bumi ini bersifat fana; yang tetap hanyalah Wajah Tuhanmu ...") ... Nah, bukankah diri/individu ini juga fana? ... Mengapa kita pegang erat-erat? ...

Anda bertanya, ketika "diam", apa sesungguhnya yang diangankan, berhenti di mana? ... Di dalam tasawuf, ada ungkapan seorang wali yang menunjuk pada sebuah hadis qudsi (saya lupa nama walinya): "Tentang hamba yang Kucintai, Aku akan menjadi matanya untuk melihat, Aku akan menjadi telinganya untuk mendengar, Aku akan menjadi lidahnya untuk bicara, dan Aku akan menjadi tangannya untuk berbuat." (mungkin kata-katanya tidak persis, tapi maknanya seperti itu.) ... Nah, mungkin itu bisa memberikan sedikit gambaran kepada kita apa yang terjadi ketika diri/individu ini lenyap.

Tentang ucapan Rasulullah, menurut hemat saya, orang yang paling bermanfaat di dunia adalah orang yang sudah kehilangan diri/akunya, karena ia tidak akan pernah berbuat kerusakan di muka bumi lagi. ... Orang yang tidak punya diri/aku lagi bukanlah menjadi lumpuh atau pemalas ... jauh dari itu. Lihatlah Sang Buddha, setelah tercerahkan, selama 45 tahun sampai meninggalnya terus berkelana mengajarkan jalan kebenaran tanpa memikirkan kesenangan diri sendiri. Begitu pula dengan J. Krishnamurti, bahkan selama 60 tahun ia mengembara, tidak punya harta benda, tidak punya istri ... Tentu saja tidak semua orang bisa hidup seperti mereka ... Tapi saya rasa, di dunia ini tidak sedikit orang yang tidak lagi mempunyai diri/individu, atau setidak-tidaknya diri/individunya sudah sangat tipis, dan mereka tetap berkarya dengan diam-diam di lingkungan masing-masing. Menurut saya, merekalah orang yang paling bahagia dan paling bermanfaat bagi sekitarnya. ... Tapi mereka sendiri tidak menyadari hal itu, mereka tidak mengharapkan pengakuan & penghargaan untuk karya-karyanya ... karena mereka tidak punya diri/aku lagi ... seluruh perhatian mereka terarah ke luar dan tidak lagi ke dalam dirinya. ... Mereka itu ibarat bunga mawar di tepi jalan, yang memancarkan keharumannya ke sekelilingnya, tanpa peduli apakah ada orang yang menghirupnya atau tidak.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Tentang Sakit, Tua, dan Mati <pro: Margana>
Post by: hudoyo on 04 August 2008, 09:24:24 AM
Quote
Pak Hudoyo,

saya juga ingin numpang tanya. Sang Budha, setelah meninggalkan anak dan istri, bahkan menanggalkan keakuannya, kemudian mengemis, mengharapkan keiklasan dari orang lain. Ketika ketemu dengan istrinya, dia sudah tidak mengenalinya lagi. Bahkan dia tidak menjawab, ketika istrinya bertanya: apakah dengan meninggalkan saya, anak, dan dirimu sendiri, apakah engkau sudah menemukan Tuhan? Kenapa engkau perlu meninggalkan semuanya?
 
Mohon pencerahan, sebenarnya apa yang diperoleh Sang Budha? Apa yang bisa kita lakukan untuk mencapai kasampurnan seperti Budha. Bukankah persekutuan dengan Tuhan itu dicapai setelah kita menemukan jati diri kita dan meninggalkan/ menanggalkan segala pikiran dan egoisme kita?
 
Terima kasih,
Margana

Pak Margana,

Pertanyaan Anda, "apa yang diperoleh Sang Buddha", saya rasa perlu dimodifikasi sedikit, karena ketika Sang Pangeran Siddhartha dalam perjalanan spiritualnya menyadari bahwa sumber penderitaan adalah diri/aku, maka ia mengamati diri ini sedalam-dalamnya sampai diri ini lenyap. Jadi Sang Buddha tidak "memperoleh" apa-apa, karena diri yang memperoleh itu sudah tidak ada; alih-alih, Sang Buddha justru kehilangan diri/akunya.

Apakah yang bisa kita lakukan untuk mencapai kesempurnaan seperti Buddha? Pertanyaan ini pun harus diubah menjadi: Apakah yang bisa kita LEPASKAN sehingga bebas dari penderitaan? -- Dalam "jalan' ini orang tidak bicara tentang "kesempurnaan"--yang mungkin menjadi tujuan jalan-jalan spiritual lain--melainkan orang menyadari SIAPA itu yang selalu mencari? Yang selalu mencari itu sesungguhnya FANA.

Dalam posting Anda muncul suatu pengertian, "jatidiri" ... Apakah jatidiri itu? Menurut hemat saya, jatidiri adalah pikiran, keinginan, harapan, kenikmatan sesaat, kekecewaan dsb ... itulah menurut saya seluruhnya yang disebut 'jatidiri' ... dengan kata lain, 'jatidiri' adalah penderitaan.

Saya tidak begitu setuju kalau orang berkata: "Manusia bisa bersekutu/menyatu dengan Tuhan" ... bagaimana diri yang terbatas ini bisa "bertemu", "menyatu", dengan sesuatu yang tak terbatas. ... Menurut saya, itu hanyalah 'hubris' (kesombongan) manusia. ... Menurut saya, justru 'diri' harus lenyap agar Tuhan bisa bersemayam dalam batin ini, yang sudah bukan milikku ini ... (lihat hadis qudsi ungkapan seorang wali yang saya sitir dalam tanggapan saya untuk Mas Bahagia) ...

Itulah makna ucapan Krishnamurti: "Tuhan ada, bila aku tidak ada; bila aku ada, Tuhan tidak ada."

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 04 August 2008, 08:24:17 PM
_/\_
Title: RE: Tentang Sakit, Tua, dan Mati <pro: Bahagia Utama>
Post by: hudoyo on 05 August 2008, 07:53:33 AM
Quote
FROM: bahagiautama [at] firstedition.co.id

salam, wah, sangat cepat tanggap.. terima kasih dengan jawaban langsung pak Hud. lalu, menurut pengalaman dan pengetahuan pak Hud, metoda tercepat dan terefektif dalam pencapaian itu, apa dan bagaimana? bisakah dicapai dengan waktu yang cepat? apakah bisa 'dibantu'?

terimakasih, salam,


Mas Bahagia,

hehe ... bagaimana "metode" untuk sadar/bebas paling cepat, paling efektif ... kalau bisa instan, ya? ... :)

Hati-hati, coba kita renungkan lebih dalam: yang disebut 'metode' itu apa? ... 'Metode' adalah CARA untuk mencapai suatu TUJUAN di MASA DEPAN, bukan? ... Itulah yang selalu kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari, bukan? ... Apa pun yang kita lakukan dalam kehidupan ini SELALU mempunyai tujuan di masa depan, dan metode/cara untuk mencapainya ... Ketahuilah, semua itu adalah fungsi dari si aku.

Tapi sadar/bebas itu lain sekali dari kegiatan si aku sehari-hari ... Aku tidak mungkin bertujuan melenyapkan dirinya, dengan metode apa pun ... Usaha seperti itu, seperti dilakukan di dalam banyak aliran/tarekat "spiritual", tidak akan menghasilkan apa-apa, kecuali menghasilkan si aku yang lebih halus, yang dengan demikian lebih sukar terlihat dan disadari. ... Ibaratnya seperti seekor anak anjing yang berputar-putar mengejar ekornya sendiri ... tidak akan pernah berhasil.

Agar batin ini bebas dari si aku--dan Tuhan bersemayam di dalamnya--tidak ada apa-apa yang bisa dilakukan oleh si aku. Ia hanya bisa menyadari gerak-gerik dirinya dari saat ke saat secara pasif, tanpa bereaksi sedikit pun, selama dirinya bergerak, tanpa bisa berbuat apa pun untuk menghentikannya. Kata kuncinya adalah: 'diam', 'berhenti', 'sadar/eling (akan gerak-gerik badan & batin sendiri)', 'berada pada saat kini terus-menerus'. ... Tapi sekali lagi, hati-hati: kata-kata kunci ini pun tidak bisa diupayakan atau direkayasa ... Jadi, sadarilah ketika batin ini tidak diam, tidak berhenti, tidak sadar/eling, selalu bereaksi, selalu mengembara ke masa lampau atau ke masa depan. Itu saja; tapi untuk bisa berada dalam keadaan itu, perlu pembiasaan dalam suatu retret selama beberapa hari total. ... Di sinilah sulitnya mengajarkan MMD, mengajarkan sadar/eling ... kata-kata kunci, yang bersifat deskriptif, mudah sekali diterima sebagai bersifat normatif ("harus begitu").

Mudah-mudahan Anda dapat memahami paparan saya ... dan mulai menyadari segala gerak-gerik batin & pikiran Anda ... entah dalam kesendirian, atau dalam retret bersama.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Lex Chan on 05 August 2008, 12:17:42 PM
Quote
Coba direnungkan lebih dalam. Sang Buddha menemukan bahwa sebab penderitaan adalah diri/si aku (pikiran, keinginan dsb). ... Padahal diri inilah entitas yang paling berharga yang kita miliki. ... Apakah diri ini harus dilepaskan? ... Dari situlah timbul keraguan dalam batin kebanyakan manusia, bahkan seringkali penolakan: apakah ini bukan 'nihilisme', menafikan kehidupan itu sendiri? ... Keraguan, bahkan penolakan, itu dapat dipahami sepenuhnya, karena kita tidak pernah mengalami keadaan batin di mana diri/individu ini tidak ada, di mana orang tidak memiliki identitas individual lagi. ...

Terima kasih Pak Hudoyo. Saya merasa inilah "missing piece" yang dicari selama ini..
Hal yang membuat saya "maju-mundur" dalam perjalanan spiritual.
Mau "maju untuk meneruskan" tetapi ragu-ragu, akhirnya "mundur" lagi..
_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 05 August 2008, 01:09:28 PM
Terima kasih Pak Hudoyo. Saya merasa inilah "missing piece" yang dicari selama ini..
Hal yang membuat saya "maju-mundur" dalam perjalanan spiritual.
Mau "maju untuk meneruskan" tetapi ragu-ragu, akhirnya "mundur" lagi..
_/\_

Anda sudah melihat dan berhadapan muka dengan vicikiccha (keraguan), Rekan Lex. ... Teruskan ... Terimalah keraguan itu, sadarilah ... Pada suatu titik kelak, pikiran Anda akan berhenti ... dan Anda akan tahu sendiri bagaimana tanpa-aku itu ... Di situ tidak ada keraguan lagi ... Anda bisa mengalami itu sekarang juga, tidak perlu jadi Sotapanna untuk itu. ... Selama pikiran bergerak, dan oleh karena itu aku ada, selama itu pula keraguan itu tetap ada ... Tapi SEKALI Anda mengalami tanpa-aku, keraguan itu tidak ada lagi, sekalipun pikiran dan si aku bergerak lagi. ...

Salam,
hudoyo
Title: Mana lebh hakiki, beragama atau bermeditasi ?
Post by: hudoyo on 05 August 2008, 01:16:49 PM
Dari: milis meditasi-mengenal-diri [at] yahoogroups.com

Quote
From: supomo utama [mailto:pekertiutama [at] yahoo.com]

mana lebh hakiki, beragama atau bermeditasi ?

Agama mengenalkan Tuhan kepada manusia ...
dengan meditasi orang berjumpa dengan/mengalami Tuhan ... di dalam atau di
luar agama ...
Oleh karena itu, di dalam setiap agama besar selalu ada meditasi; dalam
Islam ada tasawuf ...

Salam,
hudoyo
Title: Re: 'Keinginan untuk bebas' ...
Post by: hudoyo on 05 August 2008, 01:53:48 PM
Quote
From: M.Purnama Fajar [mailto:m.purnamafajar [at] yahoo.co.id]

Salam,
Apakah kebebasan itu menyangkut pengekangan nafsu/keinginan untuk menuju ketakinginan? Dan keinginan berhenti dengan sendirinya, apakah yang dimaksud Romo?
 
salam
m.pf


Mas Purnama,

Ini masalah kesadaran yang sangat halus … Keinginan tidak bisa dikekang untuk sampai pada keadaan tanpa-keinginan. … Mengapa? Karena yang ingin mengekang keinginan itu adalah keinginan lagi. … Hasilnya cuma aku ini berubah menjadi halus, merasa sudah berhasil mengekang keinginan (sekalipun untuk sementara) … tapi tetap si aku, yang merasa “lebih baik” dari sebelumnya.

Bila Anda memahami dan melihat semua ini dalam kesadaran Anda, maka Anda tidak lagi berkeinginan untuk menghentikan keinginan. Alih-alih, Anda menyadari saja munculnya keinginan itu, tanpa terseret olehnya … Kalau Anda bisa berada dalam keadaan itu, maka akhirnya keinginan itu akan berhenti dengan sendirinya, tanpa dipaksa berhenti (yang adalah mustahil) … berhenti total.

Bagaimana?

Salam,
hudoyo

Title: Testimoni pemeditasi versi Mahasi Sayadaw & MMD: N.N., 30-an tahun, Bali
Post by: hudoyo on 06 August 2008, 06:51:48 AM
“Pernah mengikuti retret vipassana metode lain beberapa kali …”

Rekan N.N., 30-an tahun, Bali

Saya pernah mengikuti retret vipassana metode lain beberapa kali. Tetapi baru dalam retret MMD tujuh hari ini saya merasakan kebebasan. Bukan kebebasan dari sesuatu, tapi kebebasan dari beban pengalaman.

Dan juga bebas dari beban bahwa meditasi itu adalah cara untuk mencapai sesuatu, mencapai tujuan/hasil. Melainkan, di sini saya menyadari meditasi adalah cara & tujuannya sendiri.

Sangat tepat seperti yang Pak Hudoyo sampaikan dalam diskusi: "The first step is the last step." ("Langkah pertama adalah langkah terakhir." – J. Krishnamurti)

Dalam retret ini saya hanya mengamati batin & jasmani apa adanya, mengamati gerak-gerik pikiran apa adanya, bahkan sama sekali tidak berusaha membuatnya berhenti.

Tetapi ketika gerak pikiran berhenti, ada Gerak yang lain sama sekali; susah dilukiskan, susah dijelaskan, tidak bisa dikenali.

Terima kasih banyak kepada Bapak Hudoyo atas bimbingannya yang luar biasa, dan totalitasnya dalam pengembangan MMD. (Mohon nama saya disamarkan.)"

[Dari retret MMD seminggu di Brahmavihara-arama, Bali, 29 Feb – 8 Mar 2008]

*****

[Dari draft Buku Panduan MMD:]

“Kepadaman (berhentinya pikiran & aku) dalam meditasi”

TANYA:

Saya ingin menanyakan tentang pengalaman meditasi saya. Seperti pernah saya ceritakan sebelumnya, saya belajar vipassana mulai dari metode Mahasi Sayadaw. Saya pernah mengikuti retreat Mahasi 3 kali dan MMD Akhir Pekan 2 kali. Sejak ikut MMD pertama kali, saya sudah tidak melakukan pencatatan dalam setiap meditasi duduk. Tapi dalam retret Mahasi, saya masih melakukan pencatatan dalam meditasi jalan & kegiatan sehari-hari. Dalam retret Mahasi awal November kemarin selama 12 hari, saya memberanikan diri untuk mencoba untuk sepenuhnya tidak mencatat, baik dalam meditasi duduk, meditasi jalan maupun dalam kegiatan sehari-hari. Ternyata banyak pengalaman yang saya dapatkan, terutama dalam meditasi jalan & kegiatan sehari-hari, di antaranya:

 - Ketika dalam meditasi jalan, saya pernah merasakan sensasi yang sangat nyaman. Setiap gerakan terasa begitu alamiah dan lambat. Mata tidak bisa membuka penuh, karena kelopak mata menurun perlahan, menutupi setengah pandangan. Sensasi di mata juga sangat nikmat. Sensasi-sensasi ini persis seperti yang pernah saya rasakan ketika mengalami piti (kegiuran, ekstase) dalam meditasi duduk.

- Begitu juga ketika makan siang, saya pernah merasakan sensasi yang sangat nyaman juga, yaitu ketika mengunyah. Gerakan mengunyah terasa semakin lambat. Jika sebelumnya saya biasa mengunyah dengan mata tertutup, saat itu kelopak mata seolah-olah membuka dengan sendirinya perlahan-lahan, sampai setengah pandangan. Sensasi di mata juga sangat nikmat. Makanan yang ada di dalam mulut jadi tidak ada rasanya sama sekali. Gerakan mengunyah terus melambat,sampai seolah-olah akan berhenti.

Pertanyaan saya: Apakah mungkin mengalami piti selain dalam meditasi duduk?

- Saya juga pernah mengalami dalam meditasi jalan, saya sampai pada suatu saat ketika tidak ingin berhenti. Seperti ingin berjalan terus. Jadi saya membuat rute melingkar (dalam bangunan stupa di Brahmavihara-arama), bukan rute bolak-balik. Ketika itu kaki bergerak seperti otomatis. Seperti tidak ada kehendak dari saya, terus dan terus berjalan. Sampai akhirnya saya sadar ketika lonceng waktu makan siang berbunyi. Yang membuat saya masih bingung sekarang, apakah ketika itu kesadaran saya lemah, sehingga saya tidak bisa menyadari setiap kehendak untuk melangkah? Tapi ketika itu saya bisa menyadari dengan baik sensasi-sensasi yang ada. Pengalaman ini sempat saya tanyakan kepada praktisi yang lebih senior. Menurut mereka, itu disebabkan karena saya tidak melakukan pencatatan, sehingga tidak bisa menyadari kehendak  yang muncul.

Bagaimana menurut Pak Hudoyo? Terimakasih.

JAWAB:

Dari penuturan Anda saya mendapat kesan bahwa 'pencatatan' (labelling) dalam pengamatan badan & batin ini tidak perlu lagi bagi Anda. Malah tampaknya dalam taraf Anda sekarang, pencatatan itu malah menjadi penghambat bagi perkembangan Anda selanjutnya. Ini terbukti dari ketika Anda melepaskan labeling sama sekali dalam retret vipassana versi Mahasi Sayadaw yang Anda ikuti pada awal November 2007 lalu, justru Anda mendapatkan berbagai pengalaman ketika meditasi jalan & melakukan kegiatan sehari-hari.

Perasaan nikmat dan bahagia yang Anda alami ketika melakukan meditasi jalan & melakukan kegiatan sehari-hari menunjukkan muncul 'piti' & 'sukham'. Memang kedua perasaan itu bisa muncul dalam posisi apa pun juga, tidak terbatas pada posisi duduk saja.

Beberapa ungkapan Anda yang saya catat adalah: "tidak ingin berhenti", "membuat rute melingkar, bukan bolak-balik", "kaki bergerak seperti otomatis", "seperti tidak ada kehendak", "tidak bisa menyadari kehendak untuk melangkah", "bisa menyadari dengan baik sensasi-sensasi yang ada", "berjalan terus, sampai akhirnya sadar ketika lonceng waktu makan berbunyi."

Kesan saya: pada saat itu kesadaran Anda sangat kuat, bukan lemah. Anda tidak menyadari adanya kehendak untuk melangkah, karena memang tidak ada kehendak lagi (kehendak dari si aku/pikiran). Anda membuat rute melingkar, karena tidak mau "repot" dengan munculnya kehendak untuk berhenti & berbalik ketika Anda sampai pada ujung-ujung suatu rute yang lurus; Anda bermaksud menghindari bolak-balik (yang membutuhkan pikiran, kehendak & si aku) pada rute yang lurus. Anda tidak sadar akan waktu sama sekali; ini disebabkan karena pikiran Anda berhenti sama sekali selama berjalan itu.
Nah, dari semua hal itu saya dapat menyimpulkan bahwa selama beberapa waktu (beberapa jam?)—selama Anda melakukan meditasi jalan itu—Anda berada dalam keadaan samadhi, yang disebut khanika samadhi (samadhi dari saat ke saat tanpa satu obyek tertentu). Di situ tidak ada si aku, tidak ada pikiran, tidak ada kehendak, tidak ada waktu; yang ada hanyalah tubuh ini yang terus berfungsi dengan seluruh indranya. Keadaan ini sangat langka dialami orang dalam keadaan meditasi jalan, biasanya hanya dialami pada meditasi duduk.

Rekan N.N., "perrjalanan" meditasi Anda sudah sangat jauh. Jangan hiraukan praktisi yang "lebih senior" itu, kalau Anda tidak mau mengalami timbulnya keraguan yang tidak perlu. Tampaknya praktisi yang "lebih senior" itu masih melekat pada pencatatan, entah sampai kapan. Padahal Chanmyay Sayadaw sendiri, murid Mahasi Sayadaw, pernah berkata: "Labelling is not vipassana"; maksud beliau, pencatatan harus runtuh kalau tidak diperlukan lagi.

Title: Senja & pengamatan ...
Post by: hudoyo on 06 August 2008, 10:27:52 AM


Quote from: riang_mentari
numpang posting eyang :), rasanya sudah lama ga main2 ke thread ini... mohon bimbingannya  :-[

Apa yang terlihat ketika senja hari diamati dengan seksama? Saya melihat warna2 yang muncul di langit krn pantulan sinar matahari. Konfigurasi awan-awan yang membentuk berbagai pola bentukan. Dan gurat-gurat sinar yg menyeruak diantaranya. Matahari dan gradasi yang berganti2 warna secara halus tiap momen.

Dan jika saya perluas pengamatan saya, akan didapati detil2 yang lain. Tak ada batas. Kemudian saya tahu bahwa tidak akan pernah ada senja yang persis sama setiap harinya.

Senja hari terasa sama, ketika pikiran saya sibuk akan hal2 lain. Bahkan senja tak akan terasa, jika perhatian saya ada ditempat lain, merencanakan, memikirkan, mengkhawatirkan. Padahal berjuta benda langit membentuk keselarasan yang berubah-ubah halus setiap detik. Simfoni keindahan yang tak pernah berulang sama disetiap kemunculannya.

Mungkinkah ini juga tidak hanya terdapat pada senja? Bagaimana dengan pagi hari? bagaimana dengan siang hari? Bagaimana dengan malam hari? hidup yang saya jalani?

Yang mungkin terjadi, didalam tiap momen kehidupan juga terdapat detil-detil seperti senja ketika matahari tenggelam. Dan keindahan terangkai hanya jika saya mau mengamatinya. Mengamati tanpa memberi label "suka warna biru", "tidak suka warna lembayung". Karena ketika saya berusaha menghilangkan warna yang tidak saya sukai, maka saya berusaha mengenakan kacamata yang bisa mengubah warna itu menjadi warna yang saya sukai. Ketika saya berusaha memperbanyak warna yang saya sukai dan menghilangkan warna yg tidak saya sukai, maka senja tidak akan indah lagi. Saya tidak bisa lagi melihat warna yang sebenarnya. Keindahan yang telah ada secara apa adanya. Bahkan disaat saya sibuk melabelinya, saya telah terpisah dari detil2 itu.

Kemudian munculah perasaan "hidup yang membosankan", "hidup yang itu-itu saja", "hidup yang tidak lengkap", "hidup yang mengecewakan". tanpa menyadari bahwa saya sendiri yang mengenakan kacamata untuk melabeli tiap pengalaman, melabeli suka dan tidak suka, memperbanyak suka dan menghilangkan tidak suka. Mungkinkah diluar kacamata yang tak terlihat ini, apa yang terjadi adalah detil-detil indah yang memang disiapkan untuk saya?

Kemudian munculah perasaan "hidup yang membosankan", "hidup yang itu-itu saja", "hidup yang tidak lengkap", "hidup yang mengecewakan". Tanpa menyadari bahwa saya sendiri yang mengenakan kacamata untuk melabeli tiap pengalaman, melabeli suka dan tidak suka, memperbanyak suka dan menghilangkan tidak suka. Dan mungkinkah diluar kacamata yang tak terlihat ini, apa yang terjadi adalah detil-detil indah yang memang disiapkan untuk saya?

Selanjutnya saya mencoba mencari pengalaman lain, berlari-lari mengejar pengalaman/pencapaian/benda yang saya kira bakal melengkapi saya. Membandingkan keluar dan semakin kosong didalam. Berdalih ingin merubah keadaan, padahal saya tak pernah benar-benar tahu keadaan yang sebenarnya diluar kacamata kekhawatiran. Mungkinkah jika saya meletakkan kacamata ketakutan, kekecewaan, perlawanan, maka saya bakal melihat bahwa semua telah tersedia disini, disana, dimana-mana?

then... if it is everywhere, it is also...nowhere...

selamat pagi sahabat, pagi ini...apakah masih pagi yang biasa ?

SEMAR:
'Met pagi, Mas Riang Mentari. ... Terima kasih atas posting Anda yang sangat mencerahkan ...
Posting Anda saya forward ke berbagai situs & milis ...

Salam,
semar
Title: Betul, MMD mirip vipassana ajaran Sayadaw U Tejaniya
Post by: hudoyo on 19 August 2008, 06:54:40 PM
[at] Pak hud,
MMD mirip banget dengan ajaran U Tejaniya
sebenarnya masing masing guru membawa Trademark masing masing.

Tiap guru meditasi vipassana mengajarkan vipassana sesuai dengan pengalaman masing-masing.

Terima kasih Anda telah mengenalkan saya kepada ajaran meditasi Sayadaw U Tejaniya. Saya baru saja mencari tulisan-tulisan beliau di internet. Memang banyak persamaannya dengan apa yang saya ajarkan, sekalipun di sana-sini ada perbedaan dalam pemahaman. Di bawah ini saya kutip satu paragraf tulisan tentang meditasi U Tejaniya yang membedakannya dengan vipassana versi Mahasi Sayadaw:

- beliau mengajarkan meditasi secara rileks, bukan dengan pemaksaan usaha (viriya);
- beliau mengajarkan membuka kesadaran terhadap semua pengalaman, bukan memusatkan konsentrasi pada obyek utama;
- beliau mengajarkan meditasi jalan dengan gerak yang biasa, bukan dengan memperlambat gerakan;
- beliau mengajarkan retret tanpa jadwal yang kaku;
- beliau mengajarkan kesadaran terhadap relasi/reaksi diri terhadap obyek, bukan terhadap obyek itu sendiri;
- beliau masih bicara tentang panca-balani, yang tidak lagi saya bicarakan -- alih-alih saya bicara tentang si aku yang berada di balik semua usaha dan tujuan meditasi.

Salam,
hudoyo

Dari: www.inquiringmind.com

Taking a Relaxed Approach with Sayadaw U Tejaniya
by Mirka Knaster

In 2007, Sayadaw U Tejaniya, a Burmese monk, made his second visit to Western Dharma centers
in the U. S. I had the opportunity to hear his teachings in several places, to interview him and his
excellent translator, Ma Thet, and to speak with teachers and yogis about their experience of his
transformative approach to Dharma practice. Sayadaw’s particular way of teaching is now
influencing a number of Western vipassana teachers. He emphasizes practicing in a relaxed but
continuous manner rather than forcing one’s effort; opening the field of awareness to all
experience rather than beginning with a primary object to establish concentration; walking at a
regular rather than slow pace on retreat; not imposing a fixed retreat schedule; and focusing on
one’s relationship to objects rather than on the objects themselves. The integration of these
elements appears to strengthen the five spiritual faculties (indriya)—faith, energy, mindfulness,
concentration, wisdom—and deepen practice in everyday life.
[...]
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 20 August 2008, 11:12:56 AM
Hanya mirip artinya tetap ada perbedaan/tetap tak sama, perbedaan mendasar membawa hasil yg beda.  :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 20 August 2008, 01:13:58 PM
 [at] Bond

Yang jelas Anda bukan praktisi MMD. Orang yang tidak pernah melakukan MMD dan hanya berpandangan negatif terhadap MMD hanya bisa berspekulasi, mencari-cari perbedaan yang di-blow up di luar proporsi yang wajar. ...

Para praktisi MMD yang membaca uraian vipassana versi Sayadaw U Tejaniya bisa melihat kesamaan-kesamaan praksis dan eksperiensial yang fundamental di antara MMD dan vipassana versi Sayadaw U Tejaniya. Perbedaan-perbedaan yang ada hanya terletak di dalam konsep-konsep sekunder yang tidak esensial.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 20 August 2008, 05:01:19 PM
Adakah yg disini  benar2 praktisi vipasanna Sayadaw U Tejaniya? Bisa diceritakan pengalamannya dan di mana ia berlatih, bisa di share di thread khusus/baru.

Dasar latihan Sayadaw U Tejaniya, Mahasi Sayadaw, Paauk Sayadaw, Ajahn Brahm dan Bhikkhu besar lainnya memiliki landasan latihan berdasarkan JMB 8, Panca bala, dan tidak terpaku salah satu sutta tetapi melihat keterkaitannya antara sutta2 lainnya, apakah ini bukan perbedaan mendasar jika dibandingkan MMD yg hanya mengacu pada Bahiya sutta dan Malunkyaputta + J.Krishnamurti dan mengabaikan Mahasatipatthana Sutta dan sutta2 lainnya?

Ibaratnya mereka memiliki pondasi yg sama hanya dengan gaya yg berbeda dalam mengajar.

Ingat lho mirip tapi tak sama dan jangan disama2kan. Kalo dicoba untuk disamakan namanya "mokso"


Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: pendekar kuning on 20 August 2008, 05:46:41 PM
Adakah yg disini  benar2 praktisi vipasanna Sayadaw U Tejaniya? Bisa diceritakan pengalamannya dan di mana ia berlatih, bisa di share di thread khusus/baru.

Dasar latihan Sayadaw U Tejaniya, Mahasi Sayadaw, Paauk Sayadaw, Ajahn Brahm dan Bhikkhu besar lainnya memiliki landasan latihan berdasarkan JMB 8, Panca bala, dan tidak terpaku salah satu sutta tetapi melihat keterkaitannya antara sutta2 lainnya, apakah ini bukan perbedaan mendasar jika dibandingkan MMD yg hanya mengacu pada Bahiya sutta dan Malunkyaputta + J.Krishnamurti dan mengabaikan Mahasatipatthana Sutta dan sutta2 lainnya?

Ibaratnya mereka memiliki pondasi yg sama hanya dengan gaya yg berbeda dalam mengajar.

Ingat lho mirip tapi tak sama dan jangan disama2kan. Kalo dicoba untuk disamakan namanya "mokso"



ada bro.wa sebulan yg lalu ikut di vila cibodas sayadaw u tejaniya.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 20 August 2008, 06:00:26 PM
Met kenal pendekar bisa di share dasar2 latihan Sayadaw U Tejaniya, dan apa saja yg kamu alami. Mungkin bro bisa buat topik baru di thread meditasi. Dengan demikian teman2 bisa melihat perbandingannya. Kalau perlu antara pengalaman bro dan referensi2 yg dipakai Sayadaw U Tejaniya. Dan berapa lama bro mengikuti retreat tersebut?

Terika kasih sebelumnya bro pendekar. _/\_

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 20 August 2008, 08:04:44 PM
Dasar latihan Sayadaw U Tejaniya, Mahasi Sayadaw, Paauk Sayadaw, Ajahn Brahm dan Bhikkhu besar lainnya memiliki landasan latihan berdasarkan JMB 8, Panca bala, dan
tidak terpaku salah satu sutta tetapi melihat keterkaitannya antara sutta2 lainnya, apakah ini bukan perbedaan mendasar jika dibandingkan MMD yg hanya mengacu pada Bahiya sutta dan Malunkyaputta + J.Krishnamurti dan mengabaikan Mahasatipatthana Sutta dan sutta2 lainnya?
yah... tetap saja kita tidak tahu mana yg lebih baik,
apakah berdasar pada JM8, Panca Balani, dll... atau tidak, kalau kita tidak mencoba kedua2nya :)

& sejauh pemahaman saya, walau Bahiya, Mulapariyaya, Angulimala sutta sering dipakai sebagai rujukan dalam MMD, namun sutta2 tsb bukanlah dasar dari MMD sendiri... menurut saya sih, mungkin kebetulan praktisi MMD seperti Pak Hudoyo memahami apa yg disampaikan dalam sutta tsb.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 20 August 2008, 08:30:21 PM
Apa tujuan vipasanna?

Kalau kita ngomong trademark tentu ada dasar2 yg membentuk trademark.

Mungkin penjelasan fabian sudah rinci dan jelas.

Coba teliti dengan baik pondasi dasar dari Sayadaw U Tejaniya, Sunlun Sayadaw dll. Semua dalam pondasi yg sama, kalau dasarnya sudah lain apakah MMD bisa disebut Vipasanna? ya..tapi kalo tetep mo pake trademark vipasanna itu tidak masalah he..he.

Saya rasa  JMB 8, panca balani adalah merupakan teori yg dapat diterima oleh umum dan realita yg tidak dapat dipungkiri jika tujuannya adalah terealisasinya nibbana, jika kita melepaskan dari label buddhist sekalipun. Memahami sutta itu bukanlah sepotong-sepotong, ragu pun boleh2 saja terhadap sutta2 yg ada, tapi apakah kita bisa membuktikan atas keraguan kita. Jika kita sekedar mengatakan ragu tanpa bisa membuktikan sama saja menyimpulkan tanpa fakta dan data/asumsi sebagai keraguan lebih baik mengatakan "saya tidak tau"(tapi terserah masing2 saja). Jika bicara pemahaman terhadap sutta, pemahaman yg bagaimana, pemahaman yg benar atau sekedar pemahaman.

Masalah mencoba, nanti kalau saya ngomong, apa nanti bisa diterima ? yg ada nanti pada berpikiran yg aneh2  :D
Saya rasa cukup sampai disini saja tulisan saya mengenai Vipasanna lainnya dan MMD. Karena thread ini memang untuk MMD. Penjelasannya juga sudah ada yg lebih berbobot dari tulisan saya.

Salam Damai selalu

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 20 August 2008, 09:44:11 PM
yup, "vipasanna" sendiri hanyalah sebuah nama :)

Quote
Coba teliti dengan baik pondasi dasar dari Sayadaw U Tejaniya, Sunlun Sayadaw dll. Semua dalam pondasi yg sama, kalau dasarnya sudah lain apakah MMD bisa disebut Vipasanna? ya..tapi kalo tetep mo pake trademark vipasanna itu tidak masalah he..he.
pondasi yg sama tsb maksudnya panca-balani (dan JM8) kan?

Quote
Saya rasa  JMB 8, panca balani adalah merupakan teori yg dapat diterima oleh umum dan realita yg tidak dapat dipungkiri jika tujuannya adalah terealisasinya nibbana, jika kita melepaskan dari label buddhist sekalipun.
hehehe... fanatik lho bro :)

Quote
Memahami sutta itu bukanlah sepotong-sepotong, ragu pun boleh2 saja terhadap sutta2 yg ada, tapi apakah kita bisa membuktikan atas keraguan kita. Jika kita sekedar mengatakan ragu tanpa bisa membuktikan sama saja menyimpulkan tanpa fakta dan data/asumsi sebagai keraguan lebih baik mengatakan "saya tidak tau"(tapi terserah masing2 saja).
"bisa membuktikan" itu relatif lho bro...
saya bilang "saya dapat membuktikan Tuhan itu ada, karena saya merasakan kuasaNya dalam diri saya", sementara kebanyakan Buddhist di sini pasti bilang itu bukan pembuktian :))

Quote
Jika bicara pemahaman terhadap sutta, pemahaman yg bagaimana, pemahaman yg benar atau sekedar pemahaman.
kalau pemahaman tsb bisa disampaikan dalam rangkaian kata demi kata, maka Sang Buddha tidak akan mengajar dg cara yg berbeda2 ke setiap individu ;)
jadi agak susah jg mo sampaikan ke sdr. bond soal "pemahaman yg bagaimana"... :)
misalnya, saya bilang, "ketika semua kecemasan kita berhenti", apakah sdr. bond bisa memahami kalimat tsb? bisa iya, bisa tidak... ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 21 August 2008, 08:52:26 AM
Satu pikiran berisi berjuta pemikiran halus,ketika pemikiran halus muncul dan menguat maka akan timbul pemikiran pemikiran lain.....yah ginilah kejadiannya....milih "diam" aja deh
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 21 August 2008, 09:25:17 AM
yup, "vipasanna" sendiri hanyalah sebuah nama :)

Quote
Coba teliti dengan baik pondasi dasar dari Sayadaw U Tejaniya, Sunlun Sayadaw dll. Semua dalam pondasi yg sama, kalau dasarnya sudah lain apakah MMD bisa disebut Vipasanna? ya..tapi kalo tetep mo pake trademark vipasanna itu tidak masalah he..he.
pondasi yg sama tsb maksudnya panca-balani (dan JM8) kan? Ya

Quote
Saya rasa  JMB 8, panca balani adalah merupakan teori yg dapat diterima oleh umum dan realita yg tidak dapat dipungkiri jika tujuannya adalah terealisasinya nibbana, jika kita melepaskan dari label buddhist sekalipun.
hehehe... fanatik lho bro :) Fanatisme sempit tentu tidak baik tapi fanatisme luas tidak masalah(bisa mengembangkan saddha)

Quote
Memahami sutta itu bukanlah sepotong-sepotong, ragu pun boleh2 saja terhadap sutta2 yg ada, tapi apakah kita bisa membuktikan atas keraguan kita. Jika kita sekedar mengatakan ragu tanpa bisa membuktikan sama saja menyimpulkan tanpa fakta dan data/asumsi sebagai keraguan lebih baik mengatakan "saya tidak tau"(tapi terserah masing2 saja).
"bisa membuktikan" itu relatif lho bro...
saya bilang "saya dapat membuktikan Tuhan itu ada, karena saya merasakan kuasaNya dalam diri saya", sementara kebanyakan Buddhist di sini pasti bilang itu bukan pembuktian :))

Quote
Jika bicara pemahaman terhadap sutta, pemahaman yg bagaimana, pemahaman yg benar atau sekedar pemahaman.
kalau pemahaman tsb bisa disampaikan dalam rangkaian kata demi kata, maka Sang Buddha tidak akan mengajar dg cara yg berbeda2 ke setiap individu ;)
jadi agak susah jg mo sampaikan ke sdr. bond soal "pemahaman yg bagaimana"... :)
misalnya, saya bilang, "ketika semua kecemasan kita berhenti", apakah sdr. bond bisa memahami kalimat tsb? bisa iya, bisa tidak... ;D


Begini, ada sutta2 yg bisa dipahami dengan mudah yg bisa diterima secara langsung kepada khalayak umum, ada yg harus melalui perenungan mendalam, dan ada yg harus melalui pengalaman langsung dan ada yg melalui kekuatan abinna. Contoh : Kalau Brahma Sahampati memohon kepada Sang Buddha untuk membabarkan dhamma itu dongeng atau bukan, kosmologi ttg tentang semesta , 31 alam kehidupan termasuk Abhidhamma diceritakan Sang Buddha kepada para dewa--bagaimana membuktikan secara ilmiah tanpa abinna? Seringkali kita menjadikan keterbatasan kita sebagai alasan suatu keraguan yg tidak berdasar.
Dalam hal ini saya tidak berbicara mengenai yg relatif tetapi realita(tapi ya terserah kalo ditanggapi relatif juga tidak masalah  ;D ). Apakah JMB 8 benar dari kata2 Sang Buddha langsung? jika tidak, apa dasarnya(apakah dasarnya hanya intelektual belaka)?  Saya paham apa yg bro tesla katakan "ketika semua kecemasan berhenti".

Mungkin bro Tesla bisa menjawab atau MMD'ers  dan saya rasa pertanyaan ini telah diulang dinyatakan berulang kali, apakah dalam  MMD diperlukan Viriya dan konsentrasi? apakah didalam perhatian tidak terdapat konsentrasi?(hal sederhana bisa menjadi rancu :)) ). Dan kepada bro tesla mungkin kalau ingin diperbandingkan atau dibahas lebih lanjut , bisa kita bahas di topik baru. Jadi Pak Hudoyo bisa menjelaskan MMD disini lebih leluasa dan tidak OOT.

 _/\_


Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 21 August 2008, 04:02:29 PM
Quote
Mungkin bro Tesla bisa menjawab atau MMD'ers  dan saya rasa pertanyaan ini telah diulang dinyatakan berulang kali, apakah dalam  MMD diperlukan Viriya dan konsentrasi?
tidak perlu...
memang pertanyaan ini sudah ditanyakan berulang kali, demikian juga jawabannya sudah diberikan berulang kali. atau ini sedang bertanya mengharapkan jawaban yg ada di pikiran sendiri? :))

Quote
apakah didalam perhatian tidak terdapat konsentrasi?(hal sederhana bisa menjadi rancu laugh ).
konsentrasi adalah perhatian yg hanya terpusat pada satu titik. dalam perhatian yg tidak terpusat, tidak dapat disebut konsentrasi.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 21 August 2008, 04:10:42 PM
Ok deh om tesla , Anda sudah menjawab apa yg saya tanya  :))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: dilbert on 21 August 2008, 09:13:04 PM
Dari sejarah kehidupan Buddha Gotama, Siddharta pernah berguru kepada pertapa Alara Kalama dan berhasil mencapai meditasi tingkat KEKOSONGAN, kemudian Siddharta juga berguru kepada pertapa Udhakka Ramaputra dan berhasil mencapai meditasi tingkat PENCERAPAN DAN BUKAN PENCERAPAN.

Tingkat apakah yang dicapai pada meditasi KEKOSONGAN dan PENCERAPAN DAN BUKAN PENCERAPAN itu ?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 21 August 2008, 10:20:48 PM
Tingkat apakah yang dicapai pada meditasi KEKOSONGAN dan PENCERAPAN DAN BUKAN PENCERAPAN itu ?
arupa jhana
Title: Re: Si Aku yang sangat licin ...
Post by: tula on 23 August 2008, 09:35:56 PM
Dari:  > Forum: Supranatural > Subforum: Spiritual > Thread: MMD-2

Quote from: gendhisjawi;33271661
Salam Pak Semar…jumpa lagi dalam halaman baru thread MMD.

Mohon izin, kembali saya ingin berbagi wawasan. Saya sangat terkesan pada wejangan-wejangan Ki Ageng Suryomentaram. Karena itu, berbekal metode Ki Ageng, saya bereksperimen dengan menyelidiki kembali motivasi-motivasi atas sikap, nilai, dan perilaku saya selama ini. Ternyata memang benar, bahwa kalau saya jujur menjawabnya, seluruhnya bertujuan untuk memuaskan ego.

Saya juga mencoba bereksperimen pada teman-teman dengan mewawancarai mereka secara mendalam (sampai harus adu mulut segala). Ujung-ujungnya, saya kembali menemukan bahwa pemuasan ego menjadi motivasi utama. Bahkan sikap, nilai, maupun perilaku mulia seperti “cinta pada anak”, “berbakti pada orang tua”, dan “beriman pada tuhan” pun dilandasi motivasi untuk memuaskan ego.

Tentu saja , itu juga terjadi ketika saya menguji motivasi saya untuk ber-MMD. Ketahuan bahwa ego saya pula yang ingin hening, ingin bebas, ingin tercerahkan, dst. Bahkan ketika dalam posting terdahulu Pak Semar berujar bahwa kuncinya adalah pasrah, ego saya segera punya agenda baru yang bertahan sampai sekarang: ingin pasrah he, he, he. Ketika melalui posting-posting yang lain muncul nasehat agar kita tetap “pasif”, segera ego saya menetapkan tujuan baru: ingin pasif ha, ha, ha, ha.

Makanya, seringkali saya malu sendiri ketika menguji motivasi-motivasi dalam diri ini. Benar-benar tak lebih dari pemuasan ego. Kini saya hanya bisa berharap (ini juga ego) sesekali ego saya tertidur, walau cuma sedetik dua detik.

Salam
gj

Salam jumpa kembali, Mas Gendhisjawi. ... :)  Tulisan-tulisan Ki Ageng Suryomentaram akan saya lanjutkan setelah seluruh posting yang penting dari thread lama saya pindahkan ke thread baru.

Memang betul, Mas Gendhisjawi, si aku ini licin bagai belut. ... Mula-mula dia menyenangi hal-hal duniawi: harta, derajat, kekuasaan, wanita (atau pria :) ), ilmu pengetahuan ...

Setelah itu disadari, orang mulai mencari hal-hal rohaniah ... tapi si aku ini mrucut (terlepas dari pegangan) ... dan masuk lagi melalui pintu belakang ... dan bersemayam lagi ... kini menjadi aku yang ingin ketemu Tuhan, dengan jalan beramal soleh, beribadah ... dsb ...

Setelah orang sadar bahwa ini adalah dualitas yang tak pernah berakhir, maka orang mulai berpaling mengamati batinnya sendiri ... si aku pun mrucut lagi ... menyelinap lagi ... dan bersemayam lagi menjadi subyek yang merasa bermeditasi ... dengan segala tujuannya dan metodenya: berkonsentrasi, melatih diri memperhatikan napas ... dsb ...

Setelah orang sadar bahwa praktik meditasi dan tujuan meditasi itu adalah rekayasa si aku yang halus, maka orang mulai berpikir, bagaimana kalau diam, mengamati apa yang ada sekarang ... dan si aku pun mrucut lagi ... dan menyelinap kembali menjadi pusat yang ingin diam ... dsb ...

Begitulah terus-menerus ... selalu ada si pusat, subyek yang merasa berada di pusat eksistensinya ... yang makin lama makin halus keinginannya ...

MUNGKIN kalau ini disadari ... si aku ini bisa benar-benar diam ... Tapi hati-hati, si aku ini lebih cepat daripada pikiran lho ... KEMUNGKINAN ini akan dipegangnya lagi menjadi semboyan baru ... :)

Salam,
hudoyo

setelah sekian lama, aku baca2 lagi dari hal 1 ... beberapa saat mencoba MMD .. beberapa kali email pak hud tanya jadwal mmd retret di sby tp lom di bales  :( huaaaaaaa

kelamaan posting jg .. sebenernya males banget post disini .. soalnya uda ketinggalan banyak , kalo aku post maka semakin ketinggalan baca ku :( huwaaaaaaaaaa  bayangkan pas post ini sampe di quote diatas ... hikz ....

tp emang yg ditulis itu sesuai banget ... tp baru stuck sampe di
Quote
Setelah orang sadar bahwa praktik meditasi dan tujuan meditasi itu adalah rekayasa si aku yang halus, maka orang mulai berpikir, bagaimana kalau diam, mengamati apa yang ada sekarang ... dan si aku pun mrucut lagi ... dan menyelinap kembali menjadi pusat yang ingin diam ... dsb ...

blom sampe ke
Quote
Begitulah terus-menerus ... selalu ada si pusat, subyek yang merasa berada di pusat eksistensinya ... yang makin lama makin halus keinginannya ...

MUNGKIN kalau ini disadari ... si aku ini bisa benar-benar diam ... Tapi hati-hati, si aku ini lebih cepat daripada pikiran lho ... KEMUNGKINAN ini akan dipegangnya lagi menjadi semboyan baru ... :)

karena masi bingun ..... setelah post ini mungkin saya ga baca lagi di page terakir .. tulung pak hud email aja ke saya dulu ya ... mau beresin yg di depan dulu ....

ada filing tar pak hud bakal nimpaling .. kira2 intinya .. ga usa di baca2 ... yg penting lgsg di testdrive :D ... uda di testdrive pak ... mala tiap hari :) (tp baru beberapa saat), tp pengen baca2 aja .. banyak kesan kesan menarik dan banyak pelajaran2 menarik jg , ini pengen baca krisnhamurti jg (baru tau nama ini dari DC ini), dan yg orang barat katholik (yg ebooknya bapak kasi di DC ini jg), tp masi lom sempet ... 150 halaman .. wuiw serem ....
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 02 September 2008, 01:55:27 PM
Saya akan mempostkan PM pribadi dari pak hudoyo yang telah saya terima...

Quote from: Kainyn_Kutho on Today at 01:28:28 PM
'kan sudah ada Buddhisme Modern, Pak?! kok masih meninggalkan DC?

Mana? laugh  ... Buddhisme Modern diam-diam sudah dihapus lagi oleh Mod, tanpa pengumuman apa pun, padahal pengadaannya diumumkan oleh Sumedho. ... Itulah orang-orang yang licik. ... Bagaimana saya harus melayani orang-orang yang licik seperti itu, yang bersedia melakukan apa saja demi tercapainya tujuan mereka?

Bagaimana pendapat Anda, Rekan Kainyn_Kutho? Apa langkah Anda bila Anda berada dalam posisi saya? Smiley

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 03 September 2008, 07:38:42 AM
apa Thread ini akan di lock? karena yang empunya sudah pergi, takutnya nanti junker datang semua :))
I miss u pa Hudoyo :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: F.T on 03 September 2008, 07:51:51 AM
Tidak akan di lock ... Jika ada junkers atau di luar topic post tersebut akan di delete ...

:backtotopic:
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 03 September 2008, 09:27:25 AM
Ape aye aja yang jadi penerus disini :))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Lily W on 03 September 2008, 11:32:13 AM
Setuju.... Aye dukung....Hidup Bro Ryu... :))

_/\_ :lotus:
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 03 September 2008, 02:51:02 PM
Akhirnya badai telah berlalu, ryu generasi penerus patriach ke 3 :)) :whistle:
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 03 September 2008, 03:36:37 PM
Ayo sharing pengalaman meditasinya :))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 03 September 2008, 03:43:09 PM
jangan dilock biarkan apa adanya saja, junkers main sini pindahkan ke kamar nya atau delete
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 03 September 2008, 06:14:08 PM
Quote
orang-orang yang licik

menurut hukum tidak kekal..... apakah orang licik hanya sementara aja
atau bisa bertahan lama?

Apakah org licik benar2 licik atau pura2 licik?
Bagaimana mengetahui perbedaannya?
Apakah org licik udah berlatih MMD? kalau tidak sebaiknya diobatin dulu!

thanks!
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Forte on 03 September 2008, 06:18:11 PM
Quote
orang-orang yang licik

menurut hukum tidak kekal..... apakah orang licik hanya sementara aja
atau bisa bertahan lama?

Apakah org licik benar2 licik atau pura2 licik?
Bagaimana mengetahui perbedaannya?

thanks!
IMO.. licik atau tidaknya seseorang, kita juga tidak bisa berbuat apa2..
Fokus pada diri sendiri saja seh bagusnya
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 03 September 2008, 06:30:25 PM
Quote
orang-orang yang licik

menurut hukum tidak kekal..... apakah orang licik hanya sementara aja
atau bisa bertahan lama?

Apakah org licik benar2 licik atau pura2 licik?
Bagaimana mengetahui perbedaannya?

thanks!
IMO.. licik atau tidaknya seseorang, kita juga tidak bisa berbuat apa2..
Fokus pada diri sendiri saja seh bagusnya


Tapi kalau liciknya hanya sementara ya..... berikan deh...............(sabar dikit)....

mengalah utk menang! Apakah ada obat utk orang licik? thanks!
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Forte on 03 September 2008, 06:34:47 PM
Quote
orang-orang yang licik

menurut hukum tidak kekal..... apakah orang licik hanya sementara aja
atau bisa bertahan lama?

Apakah org licik benar2 licik atau pura2 licik?
Bagaimana mengetahui perbedaannya?

thanks!
IMO.. licik atau tidaknya seseorang, kita juga tidak bisa berbuat apa2..
Fokus pada diri sendiri saja seh bagusnya


Tapi kalau liciknya hanya sementara ya..... berikan deh...............(sabar dikit)....

mengalah utk menang! Apakah ada obat utk orang licik? thanks!
Obatnya hanya 1 : sadar bahwa licik itu tidak baik
Tapi apakah orang itu mau sadar atau tidak.. kan kita juga tidak bisa atur..
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 03 September 2008, 06:54:45 PM
Quote
Obatnya hanya 1 : sadar bahwa licik itu tidak baik
Tapi apakah orang itu mau sadar atau tidak.. kan kita juga tidak bisa atur..

Apakah bro mencoba mengingatkannya kembali org tsb?

thanks
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Forte on 03 September 2008, 06:55:56 PM
Quote
Obatnya hanya 1 : sadar bahwa licik itu tidak baik
Tapi apakah orang itu mau sadar atau tidak.. kan kita juga tidak bisa atur..

Apakah bro mencoba mengingatkannya kembali org tsb?

thanks
Awal dicoba.. tapi kalau misal belum sadar ya belum saatnya kali dia menyadarinya.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 03 September 2008, 07:22:44 PM
Quote
orang-orang yang licik

menurut hukum tidak kekal..... apakah orang licik hanya sementara aja
atau bisa bertahan lama?

Apakah org licik benar2 licik atau pura2 licik?
Bagaimana mengetahui perbedaannya?
Apakah org licik udah berlatih MMD? kalau tidak sebaiknya diobatin dulu!

thanks!

selama ada "AKU", seseorang akan berusaha utk kepentingannya.
menjadi "tidak licik" juga adalah standar yg ditetapkan pikiran orang tsb agar ia dapat diterima oleh lingkungannya.
ia tidak hidup bebas "apa adanya". hidup dibawah standar yg diciptakan pikirannya. terbelenggu!
hanya ketika "AKU" runtuh, tidak ada lagi "AKU", "KAMU", "KAMI", dst...
disana tidak ada lagi licik ataupun tidak licik.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: andrew on 03 September 2008, 07:25:12 PM


Obatnya hanya 1 : sadar bahwa licik itu tidak baik
Tapi apakah orang itu mau sadar atau tidak.. kan kita juga tidak bisa atur..


mungkin sekedar sadar bahwa licik tidak baik...  belum tentu bisa membuat orang itu menjadi tidak licik...

saya cuma membandingkan dengan kasus lain...

mayoritas  perokok sadar... merokok itu tidak baik, merusak kesehatan... tapi dia tidak bisa menghentikan merokok...

mayoritas pemakai narkoba juga sadar.... narkoba itu tidak baik... tapi mereka tidak bisa menghentikan kecanduan mereka...

...

 _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: andrew on 03 September 2008, 07:27:15 PM
Quote
orang-orang yang licik

menurut hukum tidak kekal..... apakah orang licik hanya sementara aja
atau bisa bertahan lama?

Apakah org licik benar2 licik atau pura2 licik?
Bagaimana mengetahui perbedaannya?
Apakah org licik udah berlatih MMD? kalau tidak sebaiknya diobatin dulu!

thanks!

selama ada "AKU", seseorang akan berusaha utk kepentingannya.
menjadi "tidak licik" juga adalah standar yg ditetapkan pikiran shg seseorang menjadi tidak bebas.
hanya ketika "AKU" runtuh, tidak ada lagi "AKU", "KAMU", "KAMI", dst...
disana tidak ada lagi licik ataupun tidak licik.

 

terima kasih

 _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: andrew on 03 September 2008, 07:31:23 PM


mengalah utk menang! Apakah ada obat utk orang licik? thanks!


menumbuhkan rasa peduli ke sesama
menumbuhkan rasa kasih ke sesama
menumbuhkan rasa iba melihat kesusahan/ penderitaan orang lain...


 _/\_

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Forte on 03 September 2008, 07:34:19 PM


Obatnya hanya 1 : sadar bahwa licik itu tidak baik
Tapi apakah orang itu mau sadar atau tidak.. kan kita juga tidak bisa atur..


mungkin sekedar sadar bahwa licik tidak baik...  belum tentu bisa membuat orang itu menjadi tidak licik...

saya cuma membandingkan dengan kasus lain...

mayoritas  perokok sadar... merokok itu tidak baik, merusak kesehatan... tapi dia tidak bisa menghentikan merokok...

mayoritas pemakai narkoba juga sadar.... narkoba itu tidak baik... tapi mereka tidak bisa menghentikan kecanduan mereka...

...

 _/\_
ada beberapa komponen se..
niat, proses, hasil dari proses

- niat untuk sadar tidak licik
- proses untuk sadar tidak licik
- hasil jika sudah sadar tidak licik.. tapi masih dianggap licik oleh orang2 (ini yang agak berat)

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: andrew on 03 September 2008, 07:43:21 PM


Obatnya hanya 1 : sadar bahwa licik itu tidak baik
Tapi apakah orang itu mau sadar atau tidak.. kan kita juga tidak bisa atur..


mungkin sekedar sadar bahwa licik tidak baik...  belum tentu bisa membuat orang itu menjadi tidak licik...

saya cuma membandingkan dengan kasus lain...

mayoritas  perokok sadar... merokok itu tidak baik, merusak kesehatan... tapi dia tidak bisa menghentikan merokok...

mayoritas pemakai narkoba juga sadar.... narkoba itu tidak baik... tapi mereka tidak bisa menghentikan kecanduan mereka...

...

 _/\_
ada beberapa komponen se..
niat, proses, hasil dari proses

- niat untuk sadar tidak licik
- proses untuk sadar tidak licik
- hasil jika sudah sadar tidak licik.. tapi masih dianggap licik oleh orang2 (ini yang agak berat)




ya...

yang utama niat dalam diri untuk berubah...

tapi sepertinya jika sudah ada niat...
lebih mudah berubah dari licik menjadi tidak licik...

dari pada berubah dari kecanduan rokok/narkoba menjadi tidak kecanduan...
mungkin didalam kecanduan narkoba ada unsur kenikmatan...

setelah ada niat...biasanya orang tersebut mencari cara untuk keluar dari sana...

 _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 03 September 2008, 08:29:42 PM
Tidak akan di lock ... Jika ada junkers atau di luar topic post tersebut akan di delete ...

:backtotopic:
Saudara Felix,tolong diatur dulu,apakah ada yang sudah keluar topik?
_/\_

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 03 September 2008, 08:31:09 PM
Quote
Riky,

Bagus sekali tulisanmu di "Melihat dunia & kehidupan". Ayah bangga sekali padamu.
Tolong tulisan itu dicopy-paste ke thread MMD. Cium dari ayah.

Salam,
ayah
PM dari ayah saya dan saya akan mencopy paste semuanya ke dalam MMD..
Semoga lah berguna...
_/\_
Salam,
Riky

Quote
Setelah kurang lebih hampir 2bln mengikuti forum DC dan meditasi arahan pak hudoyo maka saya mendapatkan "sesuatu" yang lain didalam memandang suatu hal...

Kehidupan bagi saya:
Lahir,setelah lahir maka kita beranjak menjadi anak2,sekolah(didalam sekolah ada suka maupun duka) setelah melewati masa melelahkan yang dipenuhi ketegangan didalam sekolah lantas kita dewasa(Kuliah) setelah kuliah datanglah hal yang harus dipikir2kan yakni "cita2" "keinginan" "tujuan" dll...Setelah dewasa muncullah belenggu yang sebenarnya yakni "pekerjaan","karir" dan "cinta"...Lantas setelah bekerja dan kuliah kita menikah(Disini muncullah belenggu yang benar2 membelenggu lagi)...Setelah menikah dan menjadi seorang ayah dalam sebuah keluarga kecil,kita harus menfokuskan seluruh hidup kita untuk kesejahteraan anak dan istri kita...Mengkhawatirkan perkembangan anak,mencari nafkah yang lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan yang semakin besar,dll...(Belenggu terus bermunculan dan semakin banyak..)
Setelah kita mencapai tahap usia tua...Kita mulai menyadari akan kekosongan hidup ini dari lahir hingga tua....Setelah tua mungkin kita tidak produktif lagi dan menjadi beban bagi anak2 kita...
Kita lama kelamaan menjadi tambah pikun disertai berbagai penyakit orang tua...Kemudian kita wafat....
Didalam kejadian yang saya sebutkan,"hidup seperti ini adalah hidup yang sia2"..."Hidup penuh dengan Dukkha"....Mungkin beribu2 kebajikkan telah anda perbuat,mungkin anda terlahir di alam deva,bahkan alam brahma sekalipun...Tapi yang pasti 1kehidupan manusia telah anda lewatkan dengan sia2 ,anda tetap berada didalam samsara dan tidak dapat merealisasikan Nibbana...Kesempatan ini telah anda acuhkan,telah anda buang,telah anda lewatkan...Mungkin ada kesempatan ke 2 tetapi itu pada masa depan dan masa depan hanyalah berisi "khayalan" "harapan" "cita2" "keinginan" dan yang paling mutlak adalah ketidakpastian....
"Kita selalu mencari sebuah kepastian didalam ketidakpastian hidup ini..."
"Kita selalu ingin mengisi sesuatu sebagai pegangan hidup kita akan sebuah kepastian.....
Maka segalanya hanyalah sia2...."

Dunia bagi saya:
Dunia bagi saya hanyalah kekosongan...Semua harusnya mengalir secara alamiah...Semuanya sudah ada hukum2 yang mengaturnya.......
"Persahabatan" "cinta" "Kasih Sayang" "kecewa" entah itu "baik" atau "buruk" itu hanyalah konsep dari  pikiran kita...Semuanya itu tidak nyata...Tapi kita selalu senang hidup didalam dunia maya ini...
Kita menganggap hal yang tidak nyata sebagai hal yang benar2 nyata dan perlu digengam erat2 karena akan membawa kita pada sebuah Kebahagian bahkan tidak hanya segelintir orang yang berpikir akan membawa kita pada Kebahagian yang Kekal...
Semuanya itu tak lebih hanya khayalan manusia akan "ketakutkan" "kelemahan" "ketidakberdayaan" manusia itu sendiri....
Dunia ini benar2 kosong dan tanpa ada sesuatu yang perlu digengam


Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 03 September 2008, 08:32:36 PM
Saya dulu mempertanyakan kenapa SB mengajarkan tentang Nibbana/padamnya aku??
Didalam pikiran saya selalu mempertanyakan,"Apa enaknya tidak terlahir kembali?"
Dunia telah menyediakan segala hal "kenikmatan" "kesenangan" "kegembiraan" "nafsu" "cinta" "sex" "gelora" "gairah" "kesedihan" "kekecewaan" "persahabatan" "teman sejati" "pasangan hidup" "uang" semuanya telah tersedia didalam dunia ini...Entah itu "baik" atau "buruk" semuanya telah ada dan tersedia...
Hanya dibutuhkan sebuah "kemampuan" yakni "uang"..."Uang" yang akan membuat semuanya "bekerja"...Kemudian ada alam dewa yang hidup berjuta2 tahun...
Kenapa harus memilih Nibbana?Kenapa harus merealisasikan Nibbana?Bukankah didunia ini sudah "komplit?"Ada "suka" maupun "duka"...Ada "benci" maupun "cinta"...Kenapa harus ada Nibbana Yang Hilang?Yang tidak terlahirkan lagi?
Bukankah dunia ini sudah cukup?Bukankah hidup dialam surga yang penuh kenikmatan sudah cukup?
Kenapa?Kenapa?dan Kenapa?
Itu yang dulu menjadi pikiran pertama saat saya mempelajari Buddhisme.Saya merasa "aneh" akan hal tsb..Kenapa kita tidak menjadi "dewa" saja dan bersenang2?
Kenapa harus tidak terlahir lagi?Bukankah terlahir itu menyenangkan?Bisa bertemu orang yang kita "cintai" maupun "benci"?Bisa mendapatkan segala pengalaman hidup?
Sekarang saya rasa,saya sudah mendapatkan semua jawaban dr pertanyaan saya yang dahulu..Semua yang saya tanyakan hanyalah khayalan dr "aku" saya...Semua yang saya "tanyakan" itu Tidak Nyata ,Tidak Kekal...
Masa depan itu tidak nyata,yang saya dapatkan didalam "masa lalu" itu hanyalah mimpi tidak ada "kaitannya" dengan sekarang.Sekarang adalah sekarang...Sekarang bukan dulu juga bukan pada saat yang akan datang...
Hidup didalam samsara membawa kebahagian dan penderitaan...Tapi kebahagian atau penderitaan itu sama saja...Tidak nyata karena berasal dari "aku"...
"Aku" yang menciptakan segalanya...Baik itu "benar" atau "salah","derita" atau "bahagia"...
Lantas kenapa saya harus mempertahankan "aku" yang masih bisa menciptakan "penderitaan" dan "kebahagian" bagi saya?Lantas kenapa saya harus mempertahankan "aku" yang menguasai "tubuh" ini?
Ketika "aku" saya padam maka disana yang tersisa hanya "sesuatu yg lain" yang saya sebut sebagai Kebahagian Tertinggi/Yang Mutlak karena tidak ada lagi kontradiksi antara "baik" dan "buruk" yang diciptakan oleh "aku" karena "aku" sudah padam...Yang tersisa hanya yang benar2 ada...Hanya yang benar2 terlihat sebagaimana adanya...Tanpa sebuah "label" yang menghakimi sesuatu itu "baik" atau "buruk" ,membuat kita "bahagia" atau "menderita" karena semua sudah sama...Kosong yang disebut Kebahagiaan Mutlak yang Tak Tergoyahkan lagi...Tidak ada lagi "penderitaan" dan "kebahagian" disana.....

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 03 September 2008, 08:32:55 PM
Meditasi bagi saya :
Banyak orang yang bermeditasi.....Tetapi hanya "sedikit" orang yang tau cara bermeditasi...
Bagaimana hal ini bisa terjadi?Bukankah didunia ini banyak guru meditasi yang berkualitas?
Bukankah teori meditasi bisa didapatkan dimanapun dan kapanpun?Bukankah meditasi bisa dipraktekkan dirumah sekalipun?
Kenapa masih banyak orang yang masih tidak tau cara bermeditasi?
Mereka yang bermeditasi bukan tidak tau cara bermeditasi...
Mereka tau dan sangat tau...
Hanya mereka selalu mencari "sebuah kepastian didalam ketidakpastian hidup ini."...
Misalkan ada sebuah "tangga" dan sebuah pohon "mangga",kita sudah diberikan "tangga" untuk memetik "mangga" tersebut...Tapi apa yang dilakukan oleh kita terhadap "tangga" itu?
Kita terus bertanya,"Kenapa harus tangga itu?" "Bagaimana tangga itu bisa membantu saya?" "Bagaimana cara kerja tangga itu?" "Buat apa tangga itu?" "Bagaimana cara menaikki tangga itu?" "Apakah tangga itu aman?" "Apakah tangga itu pasti bisa membawa saya untuk memetik "mangga" tsb?" dstnya......Lantas kapan kita mulai menaikki tangganya?Apakah tangganya "dipeloti" terus dan  "dispekulasi" terus kita bisa "mencapai" dan "memetik" buah mangga itu?
Tentu tidak bukan?Itulah yang banyak dilakukan oleh orang....Mempelototi tangganya,berspekulasi tentang tangganya,mencari tau tentang asal muasal tangganya,mempertanyakan tangganya...Lantas kapan naiknya?Dia tidak akan pernah menaikkinya,jika dia menaikinya pada saat2 "tertentu" dia akan "mempertanyakannya" lagi....Ketika sudah dinaikki bahkan sudah setengah jalan dia akan mulai mempertanyakan tangga itu lagi..."Kapan sampainya?" "Dimana buah mangganya?" "Apakah jalan yang saya lalui sudah benar?" "Benar atau tidak ya?" "Apakah saya sudah salah jalan?" "Bagaimana sekarang ini?" "Apakah saya mesti kembali?" "Apa yang harus saya lakukan?" Dstnya......
Bagi saya itu bukanlah meditasi....
Meditasi seharusnya tidak banyak "muluk2nya"....Jika ada "tangga" langsung "naikki",ketika buahnya belum ketemu teruslah naikki "tangga" tersebut....Pada suatu saat(ini tidak perlu diharapkan,dipikirkan,diinginkan,dikehendakikan,dll) dia akan sampai juga....
"Jika anda masih mencari2 sebuah kepastian didalam ketidakpastian hidup ini,percayalah sampai kapanpun anda akan terus menerus menemani Samsara ini..."
"Segala sesuatu itu tidak pasti"

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 03 September 2008, 08:33:09 PM
Masa lalu,Masa Sekarang dan Masa Depan Bagi saya
Sudah banyak sekali orang yang sudah "tau" teori tentang "masa lalu","masa sekarang" dan "masa depan"...
Mungkin hal ini sudah "didengar" sampai sudah "basi",tapi apakah benar ada orang yang benar2 memahami makna dari kata2 tersebut dan mempraktekannya?
Orang bisa berkata,"Masa lalu adalah masa lalu atau masa lalu adalah mimpi"
Orang bisa berkata,"Masa depan adalah hal yang tidak pasti,masa depan adalah harapan,masa depan adalah khayalan"
Orang bisa berkata,"Yang pasti adalah MASA SEKARANG"
Benarkah orang tersebut "mengerti" kata2 diatas?Semua kata2 dia diatas adalah BENAR,tapi berapa banyak orang yang mempraktekkannya?Berapa banyak orang yang benar2 memahaminya?
Sang Buddha sendiri berkata,"Lebih baik memahami 1bait Dhamma asal mempraktekkan dan benar2 memahaminya,daripada mengucap beribu2 kata Dhamma tetapi tidak ada 1pun yang dipahami atau dipraktekkannya."
Masa lalu bagi saya itu bukan hanya 1tahun yang lalu,1bln yang lalu,1minggu yang lalu,1hari yang lalu,10jam yang lalu,1jam yang lalu,bahkan 1menit yang lalu...
Masa lalu bagi saya adalah 1detik yang lalu(jika detik masih dipecah maka dia menjadi 0,000001detik yang lalu dstnya.......)
Jadi setiap hal yang sudah berlalu bahkan 1 detik yang lalu maka dia menjadi "masa lalu" yang sudah mesti "dilepaskan" ,tidak perlu "dipikirkan" ,tidak perlu "digengam" karena hal itu sudah "terjadi" dan menjadi "masa lalu" dan tidak ada orang yang bisa mengubah kejadian yang sudah terjadi di "masa lalu"...Lantas kenapa kita harus "terbuai" didalam "masa lalu" kita lagi?Lantas kenapa kita harus mengengamnya lagi dan menyimpannya hanya sebagai sebuah "beban" bagi kita?Bukankah lebih baik kita "buang/lepaskan?"....
Masa depan bagi saya adalah hanya sebuah "ilusi" tidak berguna,masa depan itu menjadi masa depan ketika kita memikirkan apa yang akan terjadi 1detik kemudian.Lantas apa untungnya kita "memikir2nya?" Bukankah itu hanya menambah sebuah "beban" bagi kita?Kenapa kita tidak "melepaskannya" saja?Biarkah lah dia mengalir seperti air......Biarkanlah dia menjadi proses alami...
Ada sebuah contoh :Ketika pada pagi hari ini,saya bermeditasi didalam kamar,kemudian ibu saya pulang dari pasar...Saya "mendengar" suaranya dan saya tau dengan "pasti" dia akan memanggil saya dan menganggu meditasi saya untuk membukakan pintu bagi dia...Tetapi apakah berguna memikirkan masa depan?Itu lah kesalahan saya,lantas kenapa kalian masih "ingin" mengikuti kesalahan yang telah saya perbuat?Bodoh bukan?Ketika hal itu terjadi,ketika suara ibu saya terdengar dari kejauhan,saya biarkan saja....Biarkan sampai SAAT DIA MEMANGGIL SAYA YANG DISEBUT SAAT INI/MASA SEKARANG...Jangan sebelum dia memanggil kita sudah "memprediksi" dia kan "memanggil" kita karena apa yang kita prediksi itu adalah MASA DEPAN yang tidak berguna apa2 bagi kita dan sudah melawan proses alam...Biarkanlah dia mengalir bagaikan air...Kenapa kita selalu senang "mengganggu" proses alam dan "merusaknya"?Disanalah timbul Hukum Kamma....Hukum sebab akibat karena kita tidak membiarkannya mengalir bagaikan air,karena kita tidak membuatnya berproses dan menyadarinya sebagai fenomena alam...Kita "melawan" dengan "aku" kita sehingga muncul gaya tarik maka muncul gaya menarik bukan?Gaya magnet tarik menarik....Itu sama saja dengan Hukum Kamma yang kita ketahui...Kenapa kita begitu "bodoh" menciptakan sebuah sebab yang akan menimbulkan sebuah hasil bagi kita?Jika anda peduli pada hasil itu "baik" atau "buruk" pada anda...Maka anda belum cukup bijaksana untuk mengetahui tentang Nibbana....
Masa sekarang bagi saya....
Masa sekarang adalah SAAT INI juga ,bukan 1detik yang lalu ,bukan juga 1detik kemudian....Masa sekarang adalah pada saat kita disini dan menyadari seluruh indera kita sebagai mana adanya tanpa sedikitpun "penolakkan" maupun "perlawanan"....
Kita tidak melawan/menolaknya lagi karena "sesuatu yang lain" dalam diri kita sudah "mengetahuinya" bahwa itu hanyalah proses dari alam,bahwa itu adalah fenomena alami,sehingga tidak muncul "penolakkan" lagi karena kita SADAR bahwa itu alami...
Ketika kita "membaca" maka SAAT INI adalah ketika "membaca",ketika kita sudah selesai "membaca" maka "membaca" itu adalah MASA LALU kita yang tidak perlu "digengam" lagi....
Seperti kita "memegang sesuatu" ,anda boleh "memegang" apapun,tapi ketika anda "memegangnya" dan sudah "memegangnya" tepat pada SAAT ITU JUGA/SAAT INI/MASA SEKARANG "lepaskanlah" "selesaikanlah" jangan "mengengamnya" lagi sehingga menjadi sebuah "kemelekatan" didalam diri kita....
Bahkan jika anda BENAR sekalipun ,itu TIDAK PERLU digengam...Jika anda cukup "bodoh" untuk "mengengamnya" maka pandang benar itu akan tertutup menjadi pandang salah....
Lihatlah pengalaman saya dengan saudara Fox...Saya benar2 tau bahwa pernyataan dan kalimat saya "benar" saya berusaha "menjelaskan" "menyadarkan" kepada saudara Fox bahwa dia "salah paham" bahwa seharusnya mesti seperti pandangan saya...Lantas apa yang terjadi berikutnya?Kita menjadi berdebat dan masing2 melekat pada "kebenaran" masing2...Pada saat ini saya sadar bahwa pada kejadian itu saya adalah seorang yang "bodoh" dan "dungu"....
Karena tidak peduli seberapa BENAR pernyataan anda,jika anda cukup bodoh untuk "melekat" kepadanya maka "Kebenaran" yang "dilekati" akan menjadi "pandangan salah"
Sekarang bagi saya,saya tidak peduli akan pernyataan saya "benar" atau "salah"...Bagi saya ketika saya "mengucapkannya" maka dia hanya menjadi "sebuah kata2" setelah itu biarkan karena dia hanya menjadi "masa lalu", yang pasti adalah SADARI SAAT INI...Saya tidak akan melekat kepada "benar" atau "salah",itu tidak ada gunanya...Bagi saya biarkan dia mengalir sebagaimana adanya,karena semuanya hanya proses alam yang sangat alami.Jika saya merasa "benar" saya akan mengatakannya kemudian saya akan "melepas" kebenaran itu....Apakah anda mau bilang pernyataan saya "bodoh" "salah" "setuju" "tidak setuju" itu bukan urusan saya lagi...Karena itu sudah menjadi "masa lalu"...
"Ketika saya sudah "memegang" kebenaran maka pada saat itu juga saya "melepaskannya" karena didunia ini tidak ada yang perlu "digengam",semuanya hanyalah proses alami yang perlu DISADARI PADA SAAT ITU JUGA/MASA SEKARANG."

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 03 September 2008, 08:33:42 PM
Semakin jauh aku berlari semakin aku lelah mengikuti alur larianmu...
Semakin jauh aku mencari engkau wahai kebenaran semakin aku tertinggal...
Semakin aku mengejarmu,engkau semakin kabur,hanya tersisa kebenaran2 kosong yang ku pegang...
Apalah arti semua ini?
Semua orang sibuk melihat mana yang benar dan mana yang tidak benar...
Semua orang sibuk untuk mengkotakkan pandangannya tanpa melihat argumen dan kelogikaan...
Dimana kalama sutta mu Sang Bhagava?
Inikah murid2 yang engkau KEHENDAKI?
Inikah pergorbaan akan ajaranMU itu?
Orang berbondong2 melekat pada ajaran Engkau?
Engkau mengatakan EHIPASSIKO,mereka mengatakan SADDHA?
Engkau mengatakan MELEPAS,mereka mengatakan MELEKAT?
Inikah akhir ajaranMU?
Inikah pengorbanaan atas semua sutta yang konon keluar dari mulutMU?
Aku tidak tahu,aku juga tidak mau berlari didalam sutta2MU yang bertumpukan...
Aku juga tidak peduli apakah nanti aku tercerahkan atau tidak...
Bagiku semuanya seperti alunan air sungai yang pada akhirnya akan mengalir ke laut juga...

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 03 September 2008, 08:33:56 PM
Bagaikan seekor burung didalam sangkar emas..
Dia merasa bahwa dunia hanya sesempit sangkar emas tersebut..
Sangkar emas tersebut dianggapnya sebagai pelindung dirinya..
Dia puas berada didalam sangkar emas tersebut dan menolak untuk keluar,
Dia berpikir bahwa jika keluar dari sangkar emas, dia tidak aman karena tidak ada sangkar yang melindunginya lagi...
Oh begitu bodohnya burung seperti ini,dia selalu menolak untuk melihat dunia..
Dia lebih gembira didalam kebohongannya sendiri...

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 03 September 2008, 08:34:07 PM
Jika saya menarik dia ke dalam MMD saya akan ditertawakan oleh semua orang suci dan bijaksana...
Saya rasa bapak saya juga setuju dengan pernyataan saya ini.
Bapak saya dan saya membabarkan tentang MMD bukan untuk "menarik" pengikut,bukan untuk "mencari" simpati,bukan untuk "menunjukkan" bahwa ini yg "terbaik" dan lainnya "salah",bukan untuk "menyadarkan" orang lain....
Saya rasa MMD yang ditulis didalam posting oleh bapak saya hanya untuk orang2 yang benar2 ingin "mendengarkannya" "membacanya" "melihatnya" dan yang pasti "mempraktekannya"...
Jika untuk "menyadarkan" orang ,itu adalah tindakan yang "bodoh"....
Karena Sammasambuddha sendiri tidak bisa "menyadarkan" siapapun....
Sammasambuddha hanya "sanggup" memberikan "SANG JALAN" dan yang lainnya harus anda temukan sendiri didalam diri anda sendiri...Bukan SB yang mencarikannya untuk anda,juga bukan anda mencari kebenaran didalam batin SB...
"Jadikanlah cahaya sendiri sebagai jalan untuk menuju KEBENARAN TERTINGGI,jangan "menggunakan" "melihat" "menjadikan" cahaya orang lain sebagai KEBENARAN TERTINGGI bagi diri anda."
Jika anda membaca semua posting saya dan mempercayainya,maka saya akan menyebut anda sebagai orang yang bodoh bukan orang yang bijaksana....
Perkataan saya mungkin semuanya "benar" tetapi itu tidak akan menjadi BENAR jika anda tidak membuktikannya sendiri didalam batin anda...
Jika anda hanya "mendengar" "membaca" dan "melihat" posting saya dan kemudian mengatakan itu adalah "kebenaran", saya akan mengikuti "kebenaran" itu,itu adalah "cahaya" tapi anda sama sekali tidak mempraktekannya maka anda hanyalah orang bodoh....
SB mengatakan EHIPASSIKO=Buktikan didalam batin masing2,buktikan bahwa pernyataan saya memang "benar" didalam batin anda,bukan didalam lokiya/duniawi....
Begitu juga dengan semua Dhamma Bhagava dan MMD,anda tidak disuruh "mempercayainya" tetapi anda disuruh untuk "mempraktekannya" "membuktikannya"....Jika  bagi anda itu "salah" dan masih mendatangkan "penderitaan" bagi anda,anda tinggal melepaskannya/meninggalkannya bukan?Mudah saja bukan?Kenapa anda harus repot2 mencari2 dan menyakinkan diri anda bahwa itu benar?
"Buktikan dalam batin anda sendiri bahwa cahaya yang anda lihat adalah benar didalam batin anda sendiri...Anda mungkin melihat cahaya MMD atau cahaya Bhagava adalah benar...Tapi itu tidak cukup,anda harus membuktikan dan mempraktekanya sendiri bahwa cahaya itu benar dan selanjutnya gunakanlah cahaya anda sendiri dan tidak perlu melekat pada cahaya orang lain bahkan cahaya anda sendiri."

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 03 September 2008, 08:34:47 PM
Quote
Jadi mohon dijelaskan apa itu sebenarnya "Dhamma" agar pembicaraan lebih nyambung.
Jika anda sudah mengerti apa "Dhamma" itu maka sudah sepantasnya saya bernamaskara didepan anda ...Sayangnya "Dhamma" yang mungkin anda lihat sudah anda "kembangkan" menjadi "kebenaran sendiri" yang tertutup oleh pandang "salah".....
Semuanya hanyalah konsep...Jika saya menjelaskan Dhamma adalah A sampai Z apakah anda bisa memahaminya hanya dengan kemampuan intelektual anda?
Anda seperti menyuruh saya menjelaskan tentang rasa buah "apel" yang saya makan sedangkan anda tidak pernah memakannya...
Bagaimana saya menjelaskannya kenapa anda?Mungkin saya bisa menjelaskannya kepada anda,tapi apakah anda bisa mengerti?Rasa "apel" itu berada didalam lidah saya dan lidah saya bukan lidah anda...Apakah dengan "kata2" saya anda bisa mengetahui rasa "apel" didalam lidah saya?
Cthnya: Ketika anda benar2 berbahagia,saya ikut berbahagia dengan kebahagian anda..Tapi apakah saya benar2 berbahagia seperti anda?Bisakah anda menjelaskan Kebahagian anda dari A sampai Z?Mungkin bisa,tapi apakah saya bisa berbahagia tepat persis seperti anda?Tidak mungkin bukan?Lantas bagaimana saya menjelaskan apa itu Dhamma kepada anda?

Salam,
Riky

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 03 September 2008, 09:28:02 PM
Ada yang punya profil/Biografi Pak Hudoyo?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: uwi on 03 September 2008, 10:16:12 PM
di wawancara aja pak hud nya, kan jelas itu email nya.:)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 04 September 2008, 08:49:39 AM


Obatnya hanya 1 : sadar bahwa licik itu tidak baik
Tapi apakah orang itu mau sadar atau tidak.. kan kita juga tidak bisa atur..


mungkin sekedar sadar bahwa licik tidak baik...  belum tentu bisa membuat orang itu menjadi tidak licik...

saya cuma membandingkan dengan kasus lain...

mayoritas  perokok sadar... merokok itu tidak baik, merusak kesehatan... tapi dia tidak bisa menghentikan merokok...

mayoritas pemakai narkoba juga sadar.... narkoba itu tidak baik... tapi mereka tidak bisa menghentikan kecanduan mereka...

...

 _/\_

Bukan cuma itu aja yg dikerjakan perokok...(mengisi paru2nya dgn asap),...

tetapi teman, saudara, isteri bahkan anak pun di sebulin asap2 tsb.........
yg konon kata dokter perokok pasif lebih parah penderitaannya.....

Jadi Kalau ada Buddhist yg merokok.... mohon dpt melihat banyak org ngak suka asap rokok!...

thanks!
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 04 September 2008, 09:17:07 AM
Ada yang punya profil/Biografi Pak Hudoyo?

Iya lho, gw juga tertarik tetang Biografi Bp Hudoyo,.... apakah dia beragama Buddha?
apa defenisinya seorang beragama X? Bagaimana bisa tau dia benar2 agama X?
apakah penting membicarakan agama seseoang?

Juga yg lebih menaring adalah "kata pengantar/perkenalan" dari orang2 yg mengenal Bp Hudoyo.
mungkin bisa dikumpulkan jadi satu.........

Apakah ricky_Dave lagi latihan menulis buku? soalnya cukup menarik tulisannya....
keep the flame going strong....................

berbeda pendapat itu indah............(apa sama dgn memaksakan kehendak)?


Boleh sharing RD (rickyDave) schedule meditasinya (dosis meditasinya) gimana?
apakah dampak dari kenaikan harga BBM terhadap meditasi/kebahagiaan anda?

Apakah RD agak hitam kulitnya (checking my six sense....)?

thanks sebelumnya!
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: andrew on 04 September 2008, 08:09:04 PM
Ada yang punya profil/Biografi Pak Hudoyo?


saya coba menulis sedikit profil tentang Pak Hudoyo ( tanpa seijin yang bersangkutan, tapi semoga pak Hudoyo berkenan )


Pak Hudoyo pertama bersentuhan dengan ajaran Buddha ketika kuliah kedokteran,
yang kemudian membuatnya mengambil keputusan untuk mendalami Buddhism dengan menjadi seorang Bhikku di Thailand selama satu tahun,

sepulang dari Thailand beliau melanjutkan kuliahnya, dan kemudian mengabdikan diri sebagai seorang dokter di daerah pedalaman (kalimantan?)


dimasa tuanya, beliau ingin membagikan pengalaman meditasi yang beliau dapatkan selama belajar Buddhism di Thailand.

untuk bisa dipahami oleh banyak orang, sehingga lebih banyak memberikan manfaat,
beliau berusaha menggunakan bahasa yang lebih mudah dipahami oleh mereka yang ingin belajar,
yang tidak semuanya berasal dari komunitas Buddhis,

sehingga beliau banyak menggunakan istilah-istilah yang lebih umum, bahkan istilah -istilah agama di luar agama Buddha,
agar artinya lebih mudah dimengerti oleh orang yang asing atau bahkan alergi dengan istilah-istilah agama Buddha.

semua ini dengan tujuan, supaya pengalaman meditasi yang mendalam yang beliau dapatkan selama belajar Buddhism di Thailand,
bisa terpahami  dengan lebih mudah dan memberikan manfaat kepada lebih banyak orang,
tidak hanya terbatas pada komunitas  Buddhis.

 _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: F.T on 04 September 2008, 09:18:50 PM
Terima kasih atas informasinya, bro Andrew _/\_

Ternyata pengalaman hidup pak Hud jauh lebih banyak daripada nasi yang saya makan selama ini ... Semoga pak hud terus maju membimbing meditasi MMD kepada orang-orang yang membutuhkan ketenangan batin ...

_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 04 September 2008, 09:27:23 PM
Ada yang punya profil/Biografi Pak Hudoyo?


saya coba menulis sedikit profil tentang Pak Hudoyo ( tanpa seijin yang bersangkutan, tapi semoga pak Hudoyo berkenan )


Pak Hudoyo pertama bersentuhan dengan ajaran Buddha ketika kuliah kedokteran,
yang kemudian membuatnya mengambil keputusan untuk mendalami Buddhism dengan menjadi seorang Bhikku di Thailand selama satu tahun,

sepulang dari Thailand beliau melanjutkan kuliahnya, dan kemudian mengabdikan diri sebagai seorang dokter di daerah pedalaman (kalimantan?)


dimasa tuanya, beliau ingin membagikan pengalaman meditasi yang beliau dapatkan selama belajar Buddhism di Thailand.

untuk bisa dipahami oleh banyak orang, sehingga lebih banyak memberikan manfaat,
beliau berusaha menggunakan bahasa yang lebih mudah dipahami oleh mereka yang ingin belajar, yang tidak semuanya berasal dari komunitas Buddhis,

sehingga beliau banyak menggunakan istilah-istilah yang lebih umum, bahkan istilah -istilah agama di luar agama Buddha,
agar artinya lebih mudah dimengerti oleh orang yang asing atau bahkan alergi dengan istilah-istilah agama Buddha.

semua ini dengan tujuan, supaya pengalaman meditasi yang mendalam yang beliau dapatkan selama belajar Buddhism di Thailand,
bisa terpahami  dengan lebih mudah dan memberikan manfaat kepada lebih banyak orang,
tidak hanya terbatas pada komunitas  Buddhis.

 _/\_

Pandangan Bp Hudoyo spt diatas itulah yg namanya
"Semoga semua mahluk berbahagia", yg beragama Buddha maupun yg tidak!...

dan utk itu... pemakaian BRAND MMD (Meditasi Mengenal Diri) sangatlah mengena!...

Semoga cita2nya tercapai,....walaupun disana sini... ada jalan yg tidak rata...
malahan kadang kala becek, bau tak sedap......................

Boleh tanyak ? Eh.... Apakah Bp Hudoyo masih Single?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 04 September 2008, 09:29:30 PM
Terima kasih atas informasinya, bro Andrew _/\_

Ternyata pengalaman hidup pak Hud jauh lebih banyak daripada nasi yang saya makan selama ini ... Semoga pak hud terus maju membimbing meditasi MMD kepada orang-orang yang membutuhkan ketenangan batin ...

_/\_

Ternyata konsultasi dgn dokter bisa gratis!............

Semoga org2 menghargain fasilitas yg disediakan oleh Bp Hudoyo!
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Forte on 04 September 2008, 09:30:47 PM
Terima kasih atas informasinya, bro Andrew _/\_

Ternyata pengalaman hidup pak Hud jauh lebih banyak daripada nasi yang saya makan selama ini ... Semoga pak hud terus maju membimbing meditasi MMD kepada orang-orang yang membutuhkan ketenangan batin ...

_/\_

Ternyata konsultasi dgn dokter bisa gratis!............

Semoga org2 menghargain fasilitas yg disediakan oleh Bp Hudoyo!
Yup.. Semoga Pak Hudoyo berbahagia di dalam Dhamma :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: andry on 04 September 2008, 09:37:44 PM
Ada yang punya profil/Biografi Pak Hudoyo?


saya coba menulis sedikit profil tentang Pak Hudoyo ( tanpa seijin yang bersangkutan, tapi semoga pak Hudoyo berkenan )


Pak Hudoyo pertama bersentuhan dengan ajaran Buddha ketika kuliah kedokteran,
yang kemudian membuatnya mengambil keputusan untuk mendalami Buddhism dengan menjadi seorang Bhikku di Thailand selama satu tahun,

sepulang dari Thailand beliau melanjutkan kuliahnya, dan kemudian mengabdikan diri sebagai seorang dokter di daerah pedalaman (kalimantan?)


dimasa tuanya, beliau ingin membagikan pengalaman meditasi yang beliau dapatkan selama belajar Buddhism di Thailand.

untuk bisa dipahami oleh banyak orang, sehingga lebih banyak memberikan manfaat,
beliau berusaha menggunakan bahasa yang lebih mudah dipahami oleh mereka yang ingin belajar, yang tidak semuanya berasal dari komunitas Buddhis,

sehingga beliau banyak menggunakan istilah-istilah yang lebih umum, bahkan istilah -istilah agama di luar agama Buddha,
agar artinya lebih mudah dimengerti oleh orang yang asing atau bahkan alergi dengan istilah-istilah agama Buddha.

semua ini dengan tujuan, supaya pengalaman meditasi yang mendalam yang beliau dapatkan selama belajar Buddhism di Thailand,
bisa terpahami  dengan lebih mudah dan memberikan manfaat kepada lebih banyak orang,
tidak hanya terbatas pada komunitas  Buddhis.

 _/\_

Pandangan Bp Hudoyo spt diatas itulah yg namanya
"Semoga semua mahluk berbahagia", yg beragama Buddha maupun yg tidak!...

dan utk itu... pemakaian BRAND MMD (Meditasi Mengenal Diri) sangatlah mengena!...

Semoga cita2nya tercapai,....walaupun disana sini... ada jalan yg tidak rata...
malahan kadang kala becek, bau tak sedap......................

Boleh tanyak ? Eh.... Apakah Bp Hudoyo masih Single?
kalau nda salah nda menikah bro,
curi2 dengar, dahulu beliau dikenal dgn 4 sekawan. dan mereka (semacam taruhan) siapa duluan yg menikah?
ternyata pak hud lah yg terakhir, yg satu2 tdk menikah. (CMIIW)

sumber:ingatan seorang andry
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: andrew on 04 September 2008, 10:38:27 PM
sepertinya diskusi di ****** berlangsung lebih bebas dan menarik

 _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 05 September 2008, 07:30:43 AM
sepertinya diskusi di kaskus berlangsung lebih bebas dan menarik


 _/\_

di konci tuch om?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 05 September 2008, 08:01:22 AM
hayo... kalau kuncinya hilang, ya buat baru lagi...

MMD, Ajaran, dan Pembebasan...

adakah tanda2 orang yg terbebaskan?
Bagaimana org yg terbebaskan bisa dgn ceria bila dihidangin
nasi putih tanpa lauk(sayur) dan menghabiskannya?

thanks!
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sukma Kemenyan on 05 September 2008, 08:03:16 AM

Cuma dsono yg aman dari konci....
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: andrew on 05 September 2008, 08:15:34 AM
hayo... kalau kuncinya hilang, ya buat baru lagi...

MMD, Ajaran, dan Pembebasan...

adakah tanda2 orang yg terbebaskan?
Bagaimana org yg terbebaskan bisa dgn ceria bila dihidangin
nasi putih tanpa lauk(sayur) dan menghabiskannya?

thanks!

saya tak tau tanda -tanda orang yang terbebaskan...

orang terbebaskan bukan dengan ceria makan nasi putih tanpa lauk,

tetapi memakan dengan seimbang...
orang terbebaskan melakukan sesuatu bukan lagi berdasarkan suka atau tidak suka ( lobha atau dosa )

tapi berdasarkan manfaat ( untuk semua mahluk )

 _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 05 September 2008, 08:17:23 AM
Silahkan lihat tulisan guru anda,saudara andrew,apakah ini layak disebut sebagai yogi?

Saya malah senang dengan peristiwa ini ... karena sekarang banyak umat Buddha ingin tahu apa itu MMD ... Jadi, MMD dipromosikan oleh orang-orang bodoh yang tidak menyadari perbuatannya sendiri.

OK, Kemenyan ... bodoh kalau saya melayani Anda terus ... waktu saya sangat berharga untuk membimbing MMD ... Sekali lagi, nasi sudah menjadi bubur ... sekalipun Anda menghiba-hiba, saya tidak akan masuk ke DC lagi selama managementnya dikuasai oleh orang-orang reaksioner yang ingin memutar mundur jarum sejarah Buddhisme di Indonesia. ...

Kita beradu di lapangan ... Umat Buddha Indonesia akan menilai sendiri dalam waktu 10 tahun ini ... Anda dan teman-teman Anda di DC-kah, atau saya dan teman-teman saya di MMD, yang benar-benar pewaris dari ajaran Sang Guru.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 05 September 2008, 08:19:02 AM
Apakah hal2 terpenting dalam meditasi :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: andrew on 05 September 2008, 08:28:17 AM
Silahkan lihat tulisan guru anda,saudara andrew,apakah ini layak disebut sebagai yogi?

Saya malah senang dengan peristiwa ini ... karena sekarang banyak umat Buddha ingin tahu apa itu MMD ... Jadi, MMD dipromosikan oleh orang-orang bodoh yang tidak menyadari perbuatannya sendiri.

OK, Kemenyan ... bodoh kalau saya melayani Anda terus ... waktu saya sangat berharga untuk membimbing MMD ... Sekali lagi, nasi sudah menjadi bubur ... sekalipun Anda menghiba-hiba, saya tidak akan masuk ke DC lagi selama managementnya dikuasai oleh orang-orang reaksioner yang ingin memutar mundur jarum sejarah Buddhisme di Indonesia. ...

Kita beradu di lapangan ... Umat Buddha Indonesia akan menilai sendiri dalam waktu 10 tahun ini ... Anda dan teman-teman Anda di DC-kah, atau saya dan teman-teman saya di MMD, yang benar-benar pewaris dari ajaran Sang Guru.


dugaan anda salah...

saya sama sekali bukan murid pak Hudoyo...

hal ini bahkan sudah saya tuliskan sejak saya terjun kedalam pembahasan ini,

saya praktek meditasi dari tradisi Mahasi sayadaw...
bisa dibilang metode saya bertolak belakang /berseberangan dengan metode yang Pak Hudoyo terapkan...

metode meditasi saya persis sama dengan yang dipakai oleh Pak Fabian ( kami berasal dari tradisi yang sama )

bisa dilihat dalam akhir debat panas antara Pak  Fabian dengan Pak Hudoyo pun pada akhirnya Pak Fabian mengakui mendapatkan manfaat pencerahan dari perdebatan ini...


sekali lagi saya jelaskan cara meditasi saya dan Pak Hudoyo bertolak belakang tapi bukan berarti kami mempunyai tujuan yang berbeda, kami mempunyai tujuan yang sama ...

pembebasan



 _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: andrew on 05 September 2008, 08:32:42 AM
Apakah hal2 terpenting dalam meditasi :)

saya nggak tau

pertama-tama mesti ditanya kenapa  bermeditasi ?


 _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 05 September 2008, 08:33:26 AM
Sepertinya post terakhir fabian ada makna tersirat deh :)) harus pake mata batin lihatnya apa maksud tercerahkan :))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 05 September 2008, 08:34:24 AM
Apakah hal2 terpenting dalam meditasi :)

saya nggak tau

pertama-tama mesti ditanya kenapa  bermeditasi ?


 _/\_
entahlah, kenapa ada meditasi?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: dilbert on 05 September 2008, 08:36:31 AM
Silahkan lihat tulisan guru anda,saudara andrew,apakah ini layak disebut sebagai yogi?

Saya malah senang dengan peristiwa ini ... karena sekarang banyak umat Buddha ingin tahu apa itu MMD ... Jadi, MMD dipromosikan oleh orang-orang bodoh yang tidak menyadari perbuatannya sendiri.

OK, Kemenyan ... bodoh kalau saya melayani Anda terus ... waktu saya sangat berharga untuk membimbing MMD ... Sekali lagi, nasi sudah menjadi bubur ... sekalipun Anda menghiba-hiba, saya tidak akan masuk ke DC lagi selama managementnya dikuasai oleh orang-orang reaksioner yang ingin memutar mundur jarum sejarah Buddhisme di Indonesia. ...

Kita beradu di lapangan ... Umat Buddha Indonesia akan menilai sendiri dalam waktu 10 tahun ini ... Anda dan teman-teman Anda di DC-kah, atau saya dan teman-teman saya di MMD, yang benar-benar pewaris dari ajaran Sang Guru.


dugaan anda salah...

saya sama sekali bukan murid pak Hudoyo...

hal ini bahkan sudah saya tuliskan sejak saya terjun kedalam pembahasan ini,

saya praktek meditasi dari tradisi Mahasi sayadaw...
bisa dibilang metode saya bertolak belakang /berseberangan dengan metode yang Pak Hudoyo terapkan...

metode meditasi saya persis sama dengan yang dipakai oleh Pak Fabian ( kami berasal dari tradisi yang sama )

bisa dilihat dalam akhir debat panas antara Pak  Fabian dengan Pak Hudoyo pun pada akhirnya Pak Fabian mengakui mendapatkan manfaat pencerahan dari perdebatan ini...


sekali lagi saya jelaskan cara meditasi saya dan Pak Hudoyo bertolak belakang tapi bukan berarti kami mempunyai tujuan yang berbeda, kami mempunyai tujuan yang sama ...

pembebasan



 _/\_

Kalau saya pribadi sendiri juga dalam beberapa hal pandangan "berbeda" dengan pak hudoyo, tetapi saya mendapatkan manfaat dan pengertian "tertentu" dari diskusi diskusi saya dengan pak hudoyo maupun diskusi rekan rekan DC dengan pak hudoyo.

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 05 September 2008, 08:37:53 AM
Boleh di sharing om dilbert :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: andrew on 05 September 2008, 08:41:55 AM
Apakah hal2 terpenting dalam meditasi :)

saya nggak tau

pertama-tama mesti ditanya kenapa  bermeditasi ?


 _/\_
entahlah, kenapa ada meditasi?


nah loh...

kalo Ryu sendiri bilang ntah lah... harus dijawab apa  :)

 _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 05 September 2008, 08:43:39 AM
Ada orang yg blg tanpa tujuan ada yg blg ada tujuan, nah binun khan :))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 05 September 2008, 08:45:18 AM
setiap hal pasti punya manfaat dan kerugian tergantung bagaimana kita melihat,namun saya harap kita bijaksana menilai....
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: dilbert on 05 September 2008, 08:47:16 AM
Boleh di sharing om dilbert :)

seperti bagaimana seorang yang terbebaskan (arahat) itu "berpikir" dan bereaksi terhadap semua fenomena fenomena yang ditangkap oleh indra.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: andrew on 05 September 2008, 08:50:19 AM
Ada orang yg blg tanpa tujuan ada yg blg ada tujuan, nah binun khan :))


sebenarnya sama...

cuma cara penyampaiannya saja yang berbeda...
penyampaian seperti itu biasanya untuk mendobrak belenggu -belenggu tertentu, yang pada diri setiap orang belenggu dan kecenderungannya juga berbeda-beda...

juga seperti kita sedang memasuki kota yang sama...

ada orang yang masuk lewat gerbang utara
ada yang lewat gerbang barat...

mereka masuk lewat gerbang utara karena posisinya berdiri saat ini memang lebih dekat dengan gerbang utara...

demikian juga yang lewat gerbang barat...

setiap orang mempunyai kecenderungan dan karakter yang berbeda

makanya Buddha mengajarkan cara-cara yang berbeda pula, menyesuaikan dengan karakter yang diajar...

sehingga sering di istilahkan

ada 84.000 pintu Dharma

 _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 05 September 2008, 08:51:27 AM
Boleh di sharing om dilbert :)

seperti bagaimana seorang yang terbebaskan (arahat) itu "berpikir" dan bereaksi terhadap semua fenomena fenomena yang ditangkap oleh indra.
bagi2 lagi dong om cerita zen nya :))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 05 September 2008, 08:53:06 AM
Ada orang yg blg tanpa tujuan ada yg blg ada tujuan, nah binun khan :))


sebenarnya sama...

cuma cara penyampaiannya saja yang berbeda...
penyampaian seperti itu biasanya untuk mendobrak belenggu -belenggu tertentu, yang pada diri setiap orang belenggu dan kecenderungannya juga berbeda-beda...

juga seperti kita sedang memasuki kota yang sama...

ada orang yang masuk lewat gerbang utara
ada yang lewat gerbang barat...

mereka masuk lewat gerbang utara karena posisinya berdiri saat ini memang lebih dekat dengan gerbang utara...

demikian juga yang lewat gerbang barat...

setiap orang mempunyai kecenderungan dan karakter yang berbeda

makanya Buddha mengajarkan cara-cara yang berbeda pula, menyesuaikan dengan karakter yang diajar...

sehingga sering di istilahkan

ada 84.000 pintu Dharma

 _/\_
tapi tampak dipermukaan orang yg bilang tanpa usaha dan dengan usaha mempertahankan dirinya yang paling benar.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: andrew on 05 September 2008, 08:57:17 AM
Ada orang yg blg tanpa tujuan ada yg blg ada tujuan, nah binun khan :))


sebenarnya sama...

cuma cara penyampaiannya saja yang berbeda...
penyampaian seperti itu biasanya untuk mendobrak belenggu -belenggu tertentu, yang pada diri setiap orang belenggu dan kecenderungannya juga berbeda-beda...

juga seperti kita sedang memasuki kota yang sama...

ada orang yang masuk lewat gerbang utara
ada yang lewat gerbang barat...

mereka masuk lewat gerbang utara karena posisinya berdiri saat ini memang lebih dekat dengan gerbang utara...

demikian juga yang lewat gerbang barat...

setiap orang mempunyai kecenderungan dan karakter yang berbeda

makanya Buddha mengajarkan cara-cara yang berbeda pula, menyesuaikan dengan karakter yang diajar...

sehingga sering di istilahkan

ada 84.000 pintu Dharma

 _/\_
tapi tampak dipermukaan orang yg bilang tanpa usaha dan dengan usaha mempertahankan dirinya yang paling benar.


ya biar saja...
itu urusan yang memaksakan...

masa posisinya dekat dengan gerbang barat, dipaksakan memaki peta menuju gerbang utara...

lagian yang dipaksa juga tau...   :)


 _/\_

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: williamhalim on 05 September 2008, 09:00:41 AM
Ada orang yg blg tanpa tujuan ada yg blg ada tujuan, nah binun khan :))


sebenarnya sama...

cuma cara penyampaiannya saja yang berbeda...
penyampaian seperti itu biasanya untuk mendobrak belenggu -belenggu tertentu, yang pada diri setiap orang belenggu dan kecenderungannya juga berbeda-beda...

juga seperti kita sedang memasuki kota yang sama...

ada orang yang masuk lewat gerbang utara
ada yang lewat gerbang barat...

mereka masuk lewat gerbang utara karena posisinya berdiri saat ini memang lebih dekat dengan gerbang utara...

demikian juga yang lewat gerbang barat...

setiap orang mempunyai kecenderungan dan karakter yang berbeda

makanya Buddha mengajarkan cara-cara yang berbeda pula, menyesuaikan dengan karakter yang diajar...

sehingga sering di istilahkan

ada 84.000 pintu Dharma

 _/\_

setuju 100% Bro Andrew...

::
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: dilbert on 05 September 2008, 09:02:57 AM
Boleh di sharing om dilbert :)

seperti bagaimana seorang yang terbebaskan (arahat) itu "berpikir" dan bereaksi terhadap semua fenomena fenomena yang ditangkap oleh indra.
bagi2 lagi dong om cerita zen nya :))

Seorang Master Zen mempunyai kebiasaan untuk mengacungkan jari tengahnya ketika menjelaskan "KEBENARAN" kepada pendengarnya. Master tersebut memiliki seorang murid muda pendampingnya yang tahu persis kebiasaan gurunya mengacungkan jari jempolnya.

Suatu ketika, Guru tersebut bepergian sendiri. Jadi ketika ada umat yang datang mengunjungi gurunya untuk meminta nasihat tentang "KEBENARAN", maka murid tersebut kemudian mewakili gurunya untuk "mengacungkan" jempolnya.

Ketika gurunya pulang, murid tersebut menceritakan bagaimana dia mewakili gurunya untuk mengacungkan jempol ketika ada yang meminta nasihat "KEBENARAN".

Gurunya kemudian menanyakan kepada muridnya.

Guru : Apa itu "KEBENARAN" ?

Murid mengacungkan jempolnya.

Guru yang telah mempersiapkan sebilah pisau kemudian dengan cepat memotong jempol muridnya, sambil kemudian membentakkan pertanyaan yang sama ketika muridnya masih belum sadar akan kesakitannya.

Guru : Apa itu "KEBENARAN" ?

Guru dan Murid kemudian sama sama mengacungkan jempolnya. Pada detik ini, murid tersebut mencapai "PENGERTIAN-NYA" sendiri.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: andrew on 05 September 2008, 07:23:34 PM
Tuntunan dasar MMD



Originally Posted by devsheed View Post


tolong beritau saya

seperti apakah yg anda rasakan saat memulai mata terpejam

sepertinnya saya sedang terjebak dengan pencapaian sesuatu, yg akhir na tidak saya dapat kan..

bagaimana tolong jelaskan lagi kepada saya....tahapan tahahan, angan angan ,pikiran, akal dan perasaan yg seharus na di manage saat memulai MMD



Rekan Devsheed,

Kata kuncinya: PASIF, SADAR ... tidak mempunyai tujuan apa-apa, tidak berusaha apa-apa. ... Jadi kalau pikiran Anda mulai mencari-cari, mengusahakan ini-itu, seperti berkonsentrasi kepada sesuatu obyek ... itu berarti sudah menyimpang dari MMD ...

Dalam keadaan itu Anda akan menyadari setiap rangsangan (stimuli) yang masuk lewat kelima indra. ... Sebetulnya tinggal empat, karena mata tertutup. ... Anda akan mendengar suara-suara, menghirup bebauan, ketika makan mengecap makanan, kulit Anda akan merasakan sentuhan-sentuhan (baju, bantal, angin dsb), rasa sakit pada otot, gatal dsb. ... Selain kelima indra, batin juga akan mengalami munculnya berbagai unsur batin, seperti: ingatan (memory), pikiran (thinking), emosi, perasaan, keinginan, kejengkelan, harapan, frustrasi, dll ... Yang bersifat batiniah ini lebih cepat lagi daripada yang lahiriah. Itu sebabnya pikiran/batin ini sering disebut pikiran monyet. ...

Nah, SADARI semua itu secara PASIF, tanpa aku/ego mencampuri. ... Jangan memikir ke masa depan (apa yang saya dapatkan) ... kalau memikir ke situ, sadari juga, sehingga berhenti dengan sendirinya, tanpa dibuat berhenti, atau diharapkan berhenti.

Itu dulu. Kalau ada masalah lagi, silakan tulis lagi. ... Semoga ini juga bermanfaat untuk teman-teman lain yang ingin mencoba MMD sendiri di rumah.

Salam,
semar
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 06 September 2008, 11:11:47 AM
^singkat kata... mencari kebahagiaan dalam ketidak-tetapan (anicca) adalah penderitaan (dukkha).

panjang amat tulisan Riky... pusing juga bacanya nih :P
laen kali kasih formatting seperti bold, atau warna kek ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: F.T on 06 September 2008, 11:26:13 AM
:backtotopic: ... Please ...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 06 September 2008, 07:43:49 PM
dugaan anda salah...

saya sama sekali bukan murid pak Hudoyo...

hal ini bahkan sudah saya tuliskan sejak saya terjun kedalam pembahasan ini,

saya praktek meditasi dari tradisi Mahasi sayadaw...
bisa dibilang metode saya bertolak belakang /berseberangan dengan metode yang Pak Hudoyo terapkan...

metode meditasi saya persis sama dengan yang dipakai oleh Pak Fabian ( kami berasal dari tradisi yang sama )

bisa dilihat dalam akhir debat panas antara Pak  Fabian dengan Pak Hudoyo pun pada akhirnya Pak Fabian mengakui mendapatkan manfaat pencerahan dari perdebatan ini...


sekali lagi saya jelaskan cara meditasi saya dan Pak Hudoyo bertolak belakang tapi bukan berarti kami mempunyai tujuan yang berbeda, kami mempunyai tujuan yang sama ...

pembebasan
 _/\_

Ini Andrew Budiman Santoso dari Bali?
Kalau ya, salam jumpa di DC ini. ...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 06 September 2008, 07:50:27 PM
Quote from: Kemenyan;43698837
Corat-coret dari YM,
Johan3000:
menurut semar kan MMD universar... ngak tergantung ini dan itu. begitu text agama lain. Koq malah memperRENDAH/MERAGUKAN bagian dari Tripitaka..?
bukankah yg melatih MMD, nanti akan tau jawabannya sendiri, tanpa mempermasalahkan text!...
MMD kan cuma mengamatin aja.....
trus buat apa lari ke TEXT ??? toh nanti murid MMD akan
tau jawabannya sendiri............. begitu juga yg non Buddhist!
walaupun sebagian tx menurut semar menjadi hambatan...
ya no problem toh.... orang pelatih MMD bukan mengamatin text tsb koq!

Kemenyan:
Semua itu sebenarnya betul
Semar disini bicara Meditasi
dalam Meditasi memang seharusnya kita tidak membawa konsep dari luar
kita hanya mengamati

Johan3000:
MMD kan ngak perlu text!

Kemenyan:
Ya... itu dia... Disana kelebihan MMD (dimata non-buddhist)
Karena tak dijejal konsep non-buddhist gampang klop
tapi di buddhist tentu menjadi ribut..
terutama setelah dikatakan MMD tidak membutuhkan Text
dikarenakan kita mengasumsikan MMD itu Aliran

Johan3000:
orang sama non Buddhist aja ngak permasalahkan text,
malah di Buddhist sendiri yg jadi "ribut"

Kemenyan:
coba... susun ulang kata-katanya...
dalam Meditasi, kita tidak membutuhkan text, tidak membutuhkan konsep
Text dan Tipitaka hanya merupakan bahan analisa (diluar meditasi)
didalam meditasi, kita tidak membawa Text
itu yang bener...

namun...
Salahnya pak semar dan kita...
Kita mengasumsikan kalao pak semar berbicara diluar Meditasi
Seolah olah... pak semar berbicara... apa itu Tipitaka... bullshit doang...
Padahal penuturan kalimat yang benar adalah: "Dalam meditasi tidak perlu tipitaka, tidak perlu konsep-konsep, Itu cuma menjadi penghambat meditasi"

dan menurut pengalaman pribadi gw selama bermain Samatha
memang betul, Text, konsep cuma menjadi penghalang

kita tidak bisa menjalankan tugas...
Pikiran kita selalu terbayang akan konsep, terpikir mengenai sutta, etc... etc...
alih alih, kita bukan mengamati batin/objek, melainkan menganalisa sutta dalam meditasi

Sementara bagi non-buddhist,
mereka yang tidak mengenal konsep,
menjadi mudah bagi mereka untuk berkembang...

Johan3000:
jadi penulis dan pendengar/pengamat kurang jeli!
tp apakah hui neng yg konon buta huruf perlu tau apa itu 4KM?

Kemenyan:
4KM itu "Dukkha"
Kalau sudah mengerti Dukkha, apa perlu tau 4KM?

Gw ga kenal sapa hui neng
tapi kira kira gini... dalam meditasi (vipasanna) membuahkan pengetahuan...
pengetahuan inilah pengetahuan dhamma
bisa saja pengetahuan yg didapat disebut dengan sebutan laen... contoh (sunyata)
padahal... mereka mungkin saja sama-sama berbicara mengenai anatta

Kemenyan:
Kembali ke "Tidak butuhnya Text",
cara penyampaiannya kadang bikin kita kesel
seolah-olah tidak menghargai buddhism
seolah-olah seluruh pembacanya memiliki kebijaksanaan yang mampu mencerna tulisan menjelimet itu...
sehingga, ditakutkan Buddhist Pemula salah tangkap...

Johan3000:
Itulah "tugas" kita semua utk MELURUSKANnya...
Mungkin perlu cara penulisan yg lebih baik......

Kok, tumben kali ini Kemenyan ngerti MMD. ... :)

Jadi, yang kalian ributkan dengan saya di DC itu pada dasarnya adalah cara penyampaian saya yang bikin kalian kesel? ... :)

Kan, sudah dibuat board "Buddhisme Modern" oleh Sumedho, lalu MMD sudah dimasukkan ke dalam board itu. ... Kenapa semua itu dibongkar lagi? ... Kalau ada board itu, dan dalam penjelasan singkat dari board itu disebutkan: "Di sini doktrin-doktrin Buddhisme bisa dipertanyakan keabsahannya. Yang mungkin merasa terganggu jangan masuk", menurut saya itu kan solusi terbaik ... Orang tidak lagi merasa terganggu, dan kebebasan berpikir tidak dipasung.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 06 September 2008, 07:55:57 PM
Sebenernya dari pertama juga sudah mengerti pak cuma kadang ada misconnect aja dikit ama bapak :)) jadi pa keras2 kaga nyambung, toh perbedaan itu tidak menjadi masalah, yang jadi masalah kalau semuanya diambil hati pak. Toh namanya orang yang mau belajar banyak nanya :))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: andrew on 06 September 2008, 07:56:25 PM
dugaan anda salah...

saya sama sekali bukan murid pak Hudoyo...

hal ini bahkan sudah saya tuliskan sejak saya terjun kedalam pembahasan ini,

saya praktek meditasi dari tradisi Mahasi sayadaw...
bisa dibilang metode saya bertolak belakang /berseberangan dengan metode yang Pak Hudoyo terapkan...

metode meditasi saya persis sama dengan yang dipakai oleh Pak Fabian ( kami berasal dari tradisi yang sama )

bisa dilihat dalam akhir debat panas antara Pak  Fabian dengan Pak Hudoyo pun pada akhirnya Pak Fabian mengakui mendapatkan manfaat pencerahan dari perdebatan ini...


sekali lagi saya jelaskan cara meditasi saya dan Pak Hudoyo bertolak belakang tapi bukan berarti kami mempunyai tujuan yang berbeda, kami mempunyai tujuan yang sama ...

pembebasan
 _/\_

Ini Andrew Budiman Santoso dari Bali?
Kalau ya, salam jumpa di DC ini. ...

bukan Pak , saya di jawa

kalo tidak salah Andrew Budiman Santosa ini yang menerjemahkan buku-buku meditasi tradisi Mahasi Sayadaw ya

saya pernah dapat kiriman bukunya juga

 _/\_
Title: Retret MMD pertama kali di Sumatra Utara: 31 Okt - 2 Nov '08
Post by: hudoyo on 06 September 2008, 08:02:30 PM
Teman-teman peminat vipassana,

Untuk pertama kali di Sumatra Utara akan diadakan retret MMD akhir pekan. Retret ini diselenggarakan oleh "Wanita Buddhis Indonesia Propinsi Sumatra Utara". Berikut ini email yang saya terima dari penyelenggara:

Medan, 4 September 2008.

Kepada Yth,
Bp. Hudoyo
Di Tempat.

Namo Buddhaya,

Izinkan saya memperkenalkan diri, saya mewakili teman-teman di “Wanita Buddhis Indonesia Propinsi Sumatera Utara” setelah sekian lama mengikuti perkembangan MMD di millis Buddhis tertarik untuk melaksanakan retret MMD di Medan. Kami telah mendapatkan izin menggunakan vihara yang terletak di luar kota Medan.

Melalui surat ini kami mengundang Bapak Hudoyo untuk mengajar MMD pada kami di

Waktu : 31 Oktober – 2 November 2008
Tempat : Vihara Kassapa
Langkat – Sumatera Utara
[...]

Tempat pendaftaran:

1. Mina (061-91123467)
email : <minawongso [at] yahoo.com.sg>, <minawongso [at] gmail.com>
2. Pony (0811-637261)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 06 September 2008, 08:05:41 PM
bukan Pak , saya di jawa

kalo tidak salah Andrew Budiman Santosa ini yang menerjemahkan buku-buku meditasi tradisi Mahasi Sayadaw ya

saya pernah dapat kiriman bukunya juga

 _/\_

Oh, kalo gitu salam kenal.

Saya kenal baik Andrew di Bali ... setiap kali menengok Bhante Thitaketuko, saya ketemu Andrew ... Andrew mengorbankan profesi & masa depannya untuk merawat Bhante Thitaketuko 24 jam sehari selama 4-5 tahun terakhir ini.

Saya mengira Anda itu Andrew karena tulisan Anda terakhir mengingatkan saya pada Andrew Budiman Santoso.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: andrew on 06 September 2008, 08:08:34 PM
bukan Pak , saya di jawa

kalo tidak salah Andrew Budiman Santosa ini yang menerjemahkan buku-buku meditasi tradisi Mahasi Sayadaw ya

saya pernah dapat kiriman bukunya juga

 _/\_

Oh, kalo gitu salam kenal.

Saya kenal baik Andrew di Bali ... setiap kali menengok Bhante Thitaketuko, saya ketemu Andrew ... Andrew mengorbankan profesi & masa depannya untuk merawat Bhante Thitaketuko 24 jam sehari selama 4-5 tahun terakhir ini.

Saya mengira Anda itu Andrew karena tulisan Anda terakhir mengingatkan saya pada Andrew Budiman Santoso.

bukan Pak,
salam kenal

 _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sukma Kemenyan on 06 September 2008, 08:08:50 PM
Quote
Kok, tumben kali ini Kemenyan ngerti MMD. ...
Saya enggan berasumsi yang membawa asumsi pribadi saya dalam pertanyaan-pertanyaan yang saya lontarkan kemarin.
Saya kemarin bertanya dari kotak yang tidak mengenal MMD

Quote
Jadi, yang kalian ributkan dengan saya di DC itu pada dasarnya adalah cara penyampaian saya yang bikin kalian kesel?
Bisa jadi seperti itu pak,
Tapi perlu bapak ingat...
Corat-coret dalam percakapan saya dengan johan itu, berdasarkan asumsi dan pandangan Kemenyan

Seperti contoh di kaskus,
Tepatnya diskusi di dalam CASCISCUS > [FC] Anda Bertanya, Buddhist Menjawab... (http:///showthread.php?t=1055450)

Dalam penuturan Bapak mengenai Nibbana, Anatta dan Tuhan,
Bapak tiba-tiba meng-refer ke Thread "J-Khrisnamurti-2" dan Thread "Mengenal Diri (MMD)-2"

Yang seharusnya bapak tanpa referensi dari kedua thread tersebut pun
Bapak mampu memberikan jawaban dan penjelasan atas pengalaman dan pemahaman bapak sendiri

Saya tidak tahu bagaimana pandangan bapak mengenai "Spamming"
Namun bagi sebagian orang (termasuk saya) hal tersebut amat sangat menganggu

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: morpheus on 06 September 2008, 08:11:30 PM
hehehe... om menyan ternyata ngerti! ^:)^ ^:)^ ^:)^
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 06 September 2008, 08:13:58 PM
Seperti contoh di kaskus,
Tepatnya diskusi di dalam CASCISCUS > [FC] Anda Bertanya, Buddhist Menjawab... (http:///showthread.php?t=1055450)

Dalam penuturan Bapak mengenai Nibbana, Anatta dan Tuhan,
Bapak tiba-tiba meng-refer ke Thread "J-Khrisnamurti-2" dan Thread "Mengenal Diri (MMD)-2"

Yang seharusnya bapak tanpa referensi dari kedua thread tersebut pun
Bapak mampu memberikan jawaban dan penjelasan atas pengalaman dan pemahaman bapak sendiri

Saya tidak tahu bagaimana pandangan bapak mengenai "Spamming"
Namun bagi sebagian orang (termasuk saya) hal tersebut amat sangat menganggu

Bagi saya, pikiran-pikiran saya tentang 'nibbana', 'anatta' dan 'tuhan' ada di dalam semua thread saya, tidak bisa dipisah-pisahkan. ... Daripada saya harus mengulangi apa yang pernah saya tulis, adalah sah-sah saja kalau saya me-refer ke thread saya yang lain.

Anda  berhak merasa terganggu oleh tulisan saya; saya berhak menulis apa saja yang saya rasa relevan. Kalau Anda merasa terganggu, Anda bebas menghentikan diskusi/debat dengan saya.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 06 September 2008, 08:47:38 PM
 Re: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD
« Reply #923 on: Today at 04:47:36 PM » 

--------------------------------------------------------------------------------
Quote from: sumedho
Selain ada yang memuji dan menolak pengambilan langkah para moderator, ada pula beberapa pertanyaan-pertanyaan yang muncul diantara pada DC-ers. Dengan ini para moderator membuat klarifikasi yang mungkin bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul. Walaupun mungkin tidak menjawab semua pertanyaan2x anda, semoga bisa bermanfaat.

* bahwa DC adalah forum buddhis dan oleh karenanya harus memajukan Buddha Dhamma dengan cara memberikan informasi yang dapat meningkatkan keyakinan umat Buddha khususnya pemula dalam ber-Tisarana (mengambil 3 perlindungan pada Buddha Dhamma Sangha).

* Megapa keputusan ini kami ambil tanpa sebelumnya berdiskusi dengan pihak MMD, hal ini kami lakukan mengingat bahwa jika kami mengundang pihak MMD, untuk menerapkan azas keadilan maka kami juga harus mengundang pihak "anti-MMD. mengundang kedua pihak ini akan menimbulkan perdebatan tanpa akhir seperti yang telah terjadi di forum. sehingga kami akhirnya memutuskan untuk mengadakan rapat tertutup tanpa kehadiran kedua belah pihak.

* Kami menyadari bahwa dengan segala keterbatasan kami, adalah mustahil bagi kami untuk memuaskan semua pihak. Karena itu kami terpaksa mengambil keputusan "demi kebaikan banyak orang", bukan "demi kebaikan semua orang". untuk hal ini kami dengan tulus memohon maaf kepada pihak-pihak yang merasa kecewa atas keputusan ini.

* Terlepas dari benar/salah-nya keputusan kami, yang mana tidak akan ada satu pihakpun yang dapat membenarkan/menyalahkan, kami telah berusaha mengambil keputusan sesuai dengan kapasitas dan kewenangan kami, demi kemajuan Agama Buddha dan DhammaCitta ini.

Demikianlah penjelasan ini kami umumkan, semoga semua pihak dapat memaklumi.

Ada satu pertanyaan yang muncul tapi belum Anda jawab:
Anda telah membuat board "Buddhisme Modern" dan memasukkan MMD ke dalam board itu ... MENGAPA BOARD "BUDDHISME MODERN" DIHAPUS KEMBALI sesudah satu hari saja umurnya?

Dari tindakan yang mencerminkan kebingungan management DC itu, saya menyimpulkan bahwa: pada dasarnya management DC tidak menghendaki umat Buddha Indonesia mengikuti perkembangan wawasan-wawasan baru terhadap ajaran Sang Guru di dunia Buddhisme internasional ... Dengan kata lain, management DC ingin memasung--dan bukan mendorong--kebebasan berpikir dan kebebasan berekspresi umat Buddha Indonesia. ...

Itu saya nilai sama sekali bukan "demi kemajuan Agama Buddha", alih-alih malah kemunduran umat Buddha di Indonesia. ... Management DC ingin memutar mundur jarum sejarah Buddhisme di Indonesia; sesuatu yang mustahil.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 06 September 2008, 08:52:45 PM
Hhhhhh
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sumedho on 06 September 2008, 09:23:25 PM
Pak Hud utk Board Buddhism Modern itu adalah keputusan sepihak dari saya. Dan terus terang saya juga memohon maaf kepada para moderator karena memutuskan sendiri tanpa sepengetahuan mereka. Kemudian hal tersebut dibicarakan kembali pada rapat moderator.

Utk kebebasan berpikir dan analisa boardnya sudah disiapkan dari awal bahkan, yaitu Studi Sutta/Sutra (Diskusi tentang Sutta/Sutra secara objektif terlepas pandangan sebuah tradisi.)
http://dhammacitta.org/forum/index.php?board=25.0
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 06 September 2008, 09:46:22 PM
Pak Hud utk Board Buddhism Modern itu adalah keputusan sepihak dari saya. Dan terus terang saya juga memohon maaf kepada para moderator karena memutuskan sendiri tanpa sepengetahuan mereka. Kemudian hal tersebut dibicarakan kembali pada rapat moderator.

Utk kebebasan berpikir dan analisa boardnya sudah disiapkan dari awal bahkan, yaitu Studi Sutta/Sutra (Diskusi tentang Sutta/Sutra secara objektif terlepas pandangan sebuah tradisi.)
http://dhammacitta.org/forum/index.php?board=25.0


'Buddhisme Modern' jauh lebih luas lingkupnya daripada sekadar "studi sutta/sutra". ...
Kalau ada orang mau membahas "Buddhisme Without Belief"-nya Stephen Batchelor, misalnya, tanpa menyinggung-nyinggung sutta/sutra, bisa dengan mudah dianggap OOT kalau dimasukkan thread "Studi sutta/sutra".

Contoh lain: Pembahasan tentang MMD yang dalam praktiknya menolak sutta/sutra --yang merupakan salah satu ciri dari Buddhisme Modern-- tidak mungkin masuk dalam thread "studi sutta/sutra".

Lebih penting daripada itu, dengan dihapuskannya 'Buddhisme Modern', hal itu menyebabkan MMD tidak mungkin dimasukkan board mana pun yang sesuai dengan Buddhisme. ... Itulah perbedaan visi management DC dan MMD sampai sekarang.

Bahwa pembuatan board "Buddhisme Modern" adalah 'keputusan sepihak' Anda tanpa berunding dengan moderator yang lain bukanlah alasan untuk menghapus kembali board itu. ... Kalau itu dijadikan alasan penghapusan board itu, itu seperti sikap anak kecil. ... Jika para moderator DC yang lain melihat bahwa board itu memang bermanfaat demi kemajuan umat Buddha Indonesia, seharusnya mereka menyambut baik dibuatnya board itu oleh Admin, sekalipun Admin bertindak "sepihak", yang itu pun bisa dimengerti, demi mengatasi perdebatan memanas yang terjadi pada waktu itu karena pengumuman Anda yang pertama. ... Jadi, suatu keputusan Admin yang bijaksana telah disabot oleh para moderator DC hanya dengan alasan itu "keputusan sepihak" Admin. ... Alasan sesungguhnya dari penyabotan itu adalah seperti yang sudah saya simpulkan ini:

Jadi, kesimpulan saya terhadap fenomena ini tetap tidak berubah: management DC tidak menghendaki umat Buddha Indonesia mengikuti perkembangan wawasan-wawasan baru terhadap ajaran Sang Guru di dunia Buddhisme internasional ... Dengan kata lain, management DC ingin memasung--dan bukan mendorong--kebebasan berpikir dan kebebasan berekspresi umat Buddha Indonesia.

Salam,
hudoyo
Title: Dari seorang praktisi MMD, tokoh IKT
Post by: hudoyo on 06 September 2008, 10:21:21 PM
Pak Hudoyo yang baik,

Saya sangat bergembira akan kewelas asihan Anda dengan kesabaran yang luar biasa bersedia melayani dan membimbing rekan rekan kami yang saya yakin sesungguhnya punya niat yang baik, mencoba keras untuk membela bendera Buddhisnya, sebagaimana yang terjadi dengan para pembela mati2an bendera2 agama lainnya, sehingga mereka menjadi lupa bahwa Buddha bukanlah milik siapa-siapa, Buddha diterjemahkan kedalam bahasa mandarin adalah Fo yang bermakna Sadar/ Bangun (mandarinnya Khai Wu), seumpamanya orang yang bangun dari tidur dan mengenai MMD sesuai pemahaman saya sebagai seorang Budhis sungguh tidaklah berbeda dengan ajaran Sang Buddha tentang Sila, Samadhi dan Panna (Jalan Mulia Berunsur Delapan), apa yang diajarkan di MMD sungguh tidaklah berbeda dengan apa yang diajarkan didalam Sutra Suranggama (mandarinnya : Len yan cing), Sutra Altar (Patriat Keenam Guru Huineng/ mandarin : Liu Cu Than Cing) dan Sutra Virmalakirti (mandarin :
Wei Mo Cie Cing), memang seperti demikianlah yang pernah saya baca, saya pelajari dan saya pahami didalam Sutra-Sutra tersebut, kecuali orang-orang yang ceroboh dan takabur tentu akan selalu mengartikan secara kaku, dogmatis, hanya bisa mendengar buta alias membeo persis mesin robot berpikir seperti komputer sesuai softwarenya, Sila Samadhi Panna adalah Tiga... dan Jalan Mulia Berunsur Delapan adalah Delapan..., selalu berpikir seperti demikian, selalu mencoba menggenggam erat-erat, melekat mati2an, sungguh dapat dimahklumi karena pikirannya tidak pernah bisa diam, seandainya mereka pernah sekali saja mengalami apa yang disebut sebagai pikiran diam/ berhentinya berpikir tentu mereka dapat menyaksikan sendiri Sila Samadhi Panna ternyata 3 in 1 bukanlah satu bukanlah pula tiga dan Jalan Mulia Berunsur Delapan bukanlah satu bukanlah pula delapan, melainkan all in one (Sesuatu yang tidak mungkin dapat didaya upayakan, justru berhentinya daya upaya maka memungkinkan adanya keadaan yang disebut dengan Sila Samadhi Panna (terbebas dari belenggu keinginan tentu semua penyimpangan dengan sendirinya akan menjadi benar, itulah Jalan Mulia Berunsur Delapan didalam mandarin dikenal dengan ketika pa sie = delapan kesesatan berhenti dengan sendirinya timbullah pa ceng = delapan yang benar), tidak memerlukan nama, tidak pula memerlukan label, itulah MMD yang kami pahami dan itulah vipasana yang kami pelajari selama ini, sungguh memang tidaklah berbeda, tentu MMD yang saya maksudkan adalah Meditasi Mengenal Diri, diri memahami dirinya sendiri, itulah keindahannya meditasi sebagaimana juga yang diajarkan oleh yang saya muliakan J.Krishnamurti, mengenal kepalsuan sebagai kepalsuan, memahami kebenaran didalam kepalsuan, itulah kebenaran satu-satunya yang diajarkan Hyang Buddha (mandarinnya : Pu Er Fa Men / tiada duanya kebenaran, Wu Men Kuan/ Gerbang Tanpa Gerbang) dan semua yang sudah tercerahkan sepenuhnya, demikianlah adanya memang sungguh tidaklah berbeda.

Sangat Beruntunglah mereka yang sudah pernah mengalami vipasana dengan memahami arus kekotoran batinnya sendiri yang seluas dan sederas arus samudra alam semesta.Bagi teman2 yang ingin membaca buku2 sutra altar, sutra virmalakirti dan Sutra Suranggama berbahasa Indonesia silahkan mengemail saya alamat lengkap berikut nomor teteponnya ke :
aspac.tpj [at] dnet.net.id apabila saya masih mempunyai stok foto copynya akan saya berikan dan kirimkan secara cuma-cuma.

Demikianlah yang dapat saya pahami, semoga ada mamfaatnya dan semua mahkluk dapat tercerahkan, Amitabha...

Salam,
Tan Michael Lim
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 06 September 2008, 10:25:20 PM
 [at] Sumedho

Tulisan Bpk Tan Michael Lim ini jelas tidak mungkin masuk dalam thread "studi sutta/sutra". ... Tapi ini sangat relevan dengan MMD, sehingga saya punya alasan untuk memasukkannya dalam thread ini. ... Seandainya ada board "Buddhisme Modern", tentu board itulah tempat yang tepat bagi posting ini.

Berangsur-angsur saya akan menghentikan tulisan saya di thread ini yang tempatnya saya anggap salah.
Title: Telah dibuka: [FC] Anda Bertanya, Buddhist Menjawab - 2
Post by: hudoyo on 06 September 2008, 10:53:31 PM
sepertinya diskusi di kaskus berlangsung lebih bebas dan menarik


http:///showthread.php?t=1055450&page=3

 _/\_

di konci tuch om?

[FC] Anda Bertanya, Buddhist Menjawab - 2
 http:///showthread.php?t=1060766

--------------------------------------------------------------------------------

Thread baru ini diharapkan menjadi kelanjutan dari thread "[FC] Anda Bertanya, Buddhist Menjawab"
http:///showthread.php?t=1055450
yang di-locked, tampaknya atas permintaan TS-nya.

Dengan demikian, thread baru ini diharapkan membuka kembali kebebasan berpikir & berekspresi teman-teman. Silakan.

Salam,
semar
Title: 2 pertanyaan pertama dalam thread: "Anda Bertanya, Buddhis Menjawab - 2"
Post by: hudoyo on 07 September 2008, 12:09:39 AM
Berikut ini dua pertanyaan pertama yang muncul dalam thread: "[FC] Anda Bertanya, Buddhis Menjawab - 2" yang baru saja dibuka beberapa menit lalu./hudoyo


TOKAI:

hmm.... hmmm... bagus2 nih thread

sory2 bro gw mau tanya mungkin pertanyaan gw agak cupu
gimana "konsep ketuhanan dalam budha" bro


SEMAR:

Dalam ajaran Buddha tidak ada konsep ketuhanan ... oleh karena itu agama Buddha digolongkan ke dalam agama-agama nonteistik.

Itu tidak berarti bahwa Buddha tidak mengajarkan 'keselamatan' dari kehidupan duniawi ini (soteriologi).

Salam,
semar


DRAGONLANCE1:

bagi buddhist....
siapa yg menciptakan alam dan manusia?


SEMAR:

Pertanyaan ini mengandung asumsi tertentu, yaitu: alam & manusia ini diciptakan oleh sesuatu/suatu tokoh. ...

Karena asumsi seperti itu tidak ada dalam pemikiran seorang Buddhis, jadi pertanyaan ini tidak dapat dijawab. ... Pertanyaan seperti ini tidak pernah muncul dalam pikiran seorang Buddhis yang belum pernah bertemu dengan pemikiran agama-agama monoteistik.

Dalam pemikiran Buddhis, segala sesuatu timbul & lenyap bergantung pada berbagai faktor yang menentukannya ... tanpa ada SESUATU sebagai Pencipta.

Salam,
semar

*****

Selanjutnya ikuti diskusi/debat (kalau ada) dalam thread baru ini di:
http:///showthread.php?t=1060766

Saya tidak akan repot-repot mem-forward lagi posting-posting dari thread itu kemari.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 07 September 2008, 12:27:20 AM
bentar lagi juga di lock :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Edward on 07 September 2008, 12:29:21 AM
emank knp sih koq di lock mulu yah?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sukma Kemenyan on 07 September 2008, 12:36:23 AM
Ketakutan akan perdebatan SARA yang dilakukan oleh seorang senior FightClub :hammer:
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 07 September 2008, 12:37:56 AM
Gak tau, karena adem kali gak ada FCnya kakakakak
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: morpheus on 07 September 2008, 07:46:30 AM
Utk kebebasan berpikir dan analisa boardnya sudah disiapkan dari awal bahkan, yaitu Studi Sutta/Sutra (Diskusi tentang Sutta/Sutra secara objektif terlepas pandangan sebuah tradisi.)
om medho, dutiyampi nih, gimana kalo bikin board buddhisme modern / unorthodox / non-mainstream?
kalo arsitektur buddhis aja langsung nongol sekali dimohon, ini udah dutiyampi nih om. gimana?  ;D
Title: Tentang 'atta' dan 'anatta'
Post by: hudoyo on 07 September 2008, 07:52:34 AM
Dari: Kaskus "Riwayat Agung Para Buddha" http:///showthread.php?p=43801322#post43801322

Quote from: llewellyn;43794364
thanks buat replynya.

saya akan mendalami lebih jauh tentang konsep anatta, dan juga konsep dimana pikiran itu bekerja. jika ada pertanyaan, mungkin saya akan bertanya dithread ini:).

bahan dari j.krisnamurti juga sangat menolong, mengingat ia mengupas lebih jauh tentang pikiran.

sabbe satta bhavantu sukhitata

Untuk membantu diskursus tentang 'anatta', mohon dipahami perbedaan asumsi-dasar yang paradigmatik antara ajaran Buddha & Krishnamurti (juga ajaran Hinduisme dan ajaran-ajaran Timur lainnya) dengan ajaran agama-agama monoteistik dan ajaran filsafat (metafisika) Barat:

di dalam agama-agama monoteistik & filsafat Barat, aku/diri/self itu merupakan ESENSI, bukan FORMA; merupakan NOUMENON, bukan PHENOMENON ...

di dalam ajaran Buddha & Krishnamurti aku/diri/self bukan ESENSI, bukan NOUMENON, melainkan PHENOMENON ... Dalam Hinduisme, aku/diri/self malah disebut sebagai MAYA (delusi) ...

Demikianlah ajaran Buddha & Krishnamurti & Hinduisme adalah kebalikan dari ajaran agama-agama monoteistik & filsafat Barat.

Maka, apakah ESENSI atau NOUMENON dalam ajaran Buddha & Krishnamurti? ... Buddha menyebut dalam khotbahnya kepada para bhikkhu: "Ada SESUATU yang tak dilahirkan, tak tercipta, tak terbentuk, tak terkondisi..." (Udana 8.3) Sampai di situ saja. ... Krishnamurti menolak memberikan identitas/label kepada ESENSI itu; ia menamakannya dengan berbagai sebutan, antara lain 'the immensity', 'the unknown', 'the unknowable', 'intelligence', 'love', 'benediction' dsb. ...

Bernadette Roberts--seorang ibu rumah tangga Katholik-- dalam bukunya "The Experience of No-Self", ketika menceritakan pengalaman batinnya, di mana diri/akunya lenyap bersama dengan lenyapnya Tuhan, maka yang tinggal adalah "The Unknown", yang diungkapkannya sebagai: "We are in it, rather than it is in us." ("Kita ada di di dalam-Nya, bukan Ia di dalam kita.")

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 07 September 2008, 07:55:30 AM
 [at] sumedho

posting yang seperti di atas tidak mungkin masuk dalam board "studi sutta/sutra", kan. ... Padahal posting di atas sangat penting ... pemikiran Buddhis seperti itu yang memberikan legitimasi terhadap ajaran Buddha sebagai ajaran yang unik.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 07 September 2008, 07:57:14 AM
Utk kebebasan berpikir dan analisa boardnya sudah disiapkan dari awal bahkan, yaitu Studi Sutta/Sutra (Diskusi tentang Sutta/Sutra secara objektif terlepas pandangan sebuah tradisi.)
om medho, dutiyampi nih, gimana kalo bikin board buddhisme modern / unorthodox / non-mainstream?
kalo arsitektur buddhis aja langsung nongol sekali dimohon, ini udah dutiyampi nih om. gimana?  ;D
dutiyampi apaan??
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sumedho on 07 September 2008, 08:21:17 AM
 [at] morph: oom, coba di buat di thread terpisah di pengembangan aja. Biar bisa fokus diskusi disana.

 [at] hudoyo: pak hud, utk postingan seperti diatas, tentu letaknya adalah di "Buddhisme dengan Agama, Kepercayaan, Tradisi dan Filsafat Lain" karena memang board itu utk membahas hubungan buddhisme dengan ajaran lain.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: morpheus on 07 September 2008, 09:18:49 AM
[at] morph: oom, coba di buat di thread terpisah di pengembangan aja. Biar bisa fokus diskusi disana.
yah, kurang seru om
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sumedho on 07 September 2008, 09:33:09 AM
daripada gado2x oom ;D
Title: Thread "Anda Bertanya, Buddhis Menjawab - 2" sangat ramai ....
Post by: hudoyo on 07 September 2008, 12:50:33 PM
Wah, thread "Anda Bertanya, Buddhis Menjawab - 2"
http:///showthread.php?t=1060766
sangat ramai ...

Baru dibuka kemarin malam pk 10:45, sekarang sudah 8 halaman Kaskus ...
Terutama yang menarik adalah debat Semar vs Rising Crescent, seorang yang mengaku Muslim, yang mencoba menyerang ajaran Sang Buddha.

Begitu pula thread "Riwayat Agung Para Buddha"
http:///showthread.php?t=878014
juga ramai, halamannya mencapai 16, hits (views) melonjak lebih dari 4 ribu.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: morpheus on 07 September 2008, 01:19:51 PM
daripada gado2x oom ;D
pan tinggal dikasih moderator yg galak om?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sumedho on 07 September 2008, 01:55:41 PM
keknya kita nga nyambung hehehe.

maksudnya bahas buka thread baru itu di board pengembangan jangan di thread ini (mmd), nanti jadi gado2x bahasannya
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: morpheus on 07 September 2008, 03:16:54 PM
wadaw, salah sambung om...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sukma Kemenyan on 07 September 2008, 06:22:51 PM
Wah, thread "Anda Bertanya, Buddhis Menjawab - 2"
http:///showthread.php?t=1060766
sangat ramai ...

Baru dibuka kemarin malam pk 10:45, sekarang sudah 8 halaman Kaskus ...
Terutama yang menarik adalah debat Semar vs Rising Crescent, seorang yang mengaku Muslim, yang mencoba menyerang ajaran Sang Buddha.
Hehehe...
Hati-hati pak...
Didalam Debate banyak jebakan betmen
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 07 September 2008, 06:27:47 PM
Betmen nya khan dah jadi SEMAR kakakakak
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Edward on 07 September 2008, 07:41:07 PM
yah...udh d closed lg tuh....Wakakka...Pdahal lg asik2 tulis, pas post, ada tulisan "sorry, this thread is closed" wakakaka
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Johsun on 07 September 2008, 08:43:20 PM
wow ryu cantikkk,

meditasi mengenal diri=meditasi untuk mengenal diri sendiri
padahal diri sendiri adalah kosong/tanpa inti.
jadi apakah ada istilah lagi mengenal diri sendiri...
apanya yang dikenal dari diri itu
bila anatta...

fmiw
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: andry on 08 September 2008, 12:41:10 AM
wow ryu cantikkk,

meditasi mengenal diri=meditasi untuk mengenal diri sendiri
padahal diri sendiri adalah kosong/tanpa inti.
jadi apakah ada istilah lagi mengenal diri sendiri...
apanya yang dikenal dari diri itu
bila anatta...

fmiw

kalau saya tampar anda, akankah anda marah?
apakah emosi anda akan bergejolak?
maaf jika contohnya agak kasar.
Andry
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Johsun on 08 September 2008, 07:00:12 AM
Salam,

kalau masih marah saat ditampar, maka masih melekat akan "di
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 08 September 2008, 07:11:31 AM
ada tertulis bila ditampar pipi kirimu berikanlah pipi kananmu :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Johsun on 08 September 2008, 07:24:01 AM
Seperti kata bung nagasena: ajaran ditampar pipi kiri berikan pipi kanan" maka itu bukanlah prinsip ajaran sang Buddha. Bila kita berbuat seperti ajaran kristus, maka pihak lain akan makin banyak karma buruk. Dmikian sabda bung nagasena.
Cmiw
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 08 September 2008, 07:30:10 AM
Seperti kata bung nagasena: ajaran ditampar pipi kiri berikan pipi kanan" maka itu bukanlah prinsip ajaran sang Buddha. Bila kita berbuat seperti ajaran kristus, maka pihak lain akan makin banyak karma buruk. Dmikian sabda bung nagasena.
Cmiw
ini khan bicara MMD pak jon
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 08 September 2008, 08:07:08 AM
 ;D MMD itu Meditasi Mengenal Diri bukan Meditasi Mengakhiri Dukkha atau Meditasi Melepas Diri.

Karena praktisi banyak yang sudah mengenal dirinya ternyata penuh dengan ego maka bisa dinilai dari praktisi apakah mereka selama ini memperbaiki kualitas dirinya sendiri atau tidak.

yang saya sampaikan adalah sebuah kritikan dan bukan celaan. MMD memang memiliki konsep yang bagus namun jangan dirusak oleh karena ucapan yang tidak baik dan membuat orang lain merasa rendah serta meninggikan diri sendiri.

Dhamma seindah apapun bila salah penyampaian tetap aja sudah busuk ibarat membawa lentera tapi diri sendiri berjalan dalam angin yang cukup kencang,apinya akan padam dan ini tidak akan bagus untuk membawa / menuntun orang keluar dari kegelapan.

NB: tidak ada yang perlu dirubah bukan?bahkan ucapan,perbuatan dan pikiran hanya perlu disadari kalo jelek ya sudah jelek kalo bagus pujilah diri sendiri? apakah itu jalan seorang yogi?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Johsun on 09 September 2008, 07:26:02 AM
Apakah seorang yogi? ? Ga tahu t
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 09 September 2008, 08:07:14 AM
;D MMD itu Meditasi Mengenal Diri bukan Meditasi Mengakhiri Dukkha atau Meditasi Melepas Diri.

Karena praktisi banyak yang sudah mengenal dirinya ternyata penuh dengan ego maka bisa dinilai dari praktisi apakah mereka selama ini memperbaiki kualitas dirinya sendiri atau tidak.

yang saya sampaikan adalah sebuah kritikan dan bukan celaan. MMD memang memiliki konsep yang bagus namun jangan dirusak oleh karena ucapan yang tidak baik dan membuat orang lain merasa rendah serta meninggikan diri sendiri.

Dhamma seindah apapun bila salah penyampaian tetap aja sudah busuk ibarat membawa lentera tapi diri sendiri berjalan dalam angin yang cukup kencang,apinya akan padam dan ini tidak akan bagus untuk membawa / menuntun orang keluar dari kegelapan.

NB: tidak ada yang perlu dirubah bukan?bahkan ucapan,perbuatan dan pikiran hanya perlu disadari kalo jelek ya sudah jelek kalo bagus pujilah diri sendiri? apakah itu jalan seorang yogi?

Apakah Buddha pernah menyombongkan diri? Atau memakai kata2 kurang baik (spt g****k)?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 09 September 2008, 10:06:01 AM
ada tertulis bila ditampar pipi kirimu berikanlah pipi kananmu :)

terpaksa saya ngalendin.....

soalnya yg nampar cece cakep sih.....
lagi pula tidak akan menimbulkan kerusakan berat....
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 09 September 2008, 10:36:34 AM
ada tertulis bila ditampar pipi kirimu berikanlah pipi kananmu :)

terpaksa saya ngalendin.....

soalnya yg nampar cece cakep sih.....
lagi pula tidak akan menimbulkan kerusakan berat....
PLAKKKKKK
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Lily W on 09 September 2008, 11:46:07 AM
Bro Johan jadi....(http://i269.photobucket.com/albums/jj73/LotharGuard/Big%20Onion/A_168.gif) :))  n gini ...(http://i269.photobucket.com/albums/jj73/LotharGuard/Big%20Onion/A_146.gif)

_/\_ :lotus:
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Pitu Kecil on 09 September 2008, 01:25:47 PM
Apakah Buddha pernah menyombongkan diri? Atau memakai kata2 kurang baik (spt g****k)?
Apakah seorang Johan3000 yang sudah berumur tidak bisa menjaga ucapan dan kata2 yang baek? Apakah Buddha pernah Menyombongkan diri? yang saya mau tanyakan kepada anda "Apakah Seorang Johan3000 pernah menyombongkan diri? Atau memakai kata2 kurang baek menghina perasaan orang? (Apa diri TIDAK g****k)? sebelum anda berucap baiknya anda bercemin dahulu!
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 09 September 2008, 03:06:59 PM
Apakah Buddha pernah menyombongkan diri? Atau memakai kata2 kurang baik (spt g****k)?

Apakah seorang Johan3000 yang sudah berumur tidak bisa menjaga ucapan dan kata2 yang baek? Apakah Buddha pernah Menyombongkan diri? yang saya mau tanyakan kepada anda "Apakah Seorang Johan3000 pernah menyombongkan diri? Atau memakai kata2 kurang baek menghina perasaan orang? (Apa diri TIDAK g****k)? sebelum anda berucap baiknya anda bercemin dahulu!

Johan3000 itu org biasa......... jadi mau dibilang (pernah) sobong, g****k...........(who care....) bukan jati patokan dan tidak menjadi hitungan................. dia bukan seorang guru spiritual atau kepala komandan... atau yg lain.................


Jadi pertanyaan ini sebenarnya bukan utk bro LotharGuard !

Taukah anda pertanyaan diatas utk siapa?

dan pertanyaan spt :
Apakah Buddha pernah menyombongkan diri? Atau memakai kata2 kurang baik (spt g****k)?

jawaban yg benar adalah YA atau TIDAK....


Kalau dlm kalimat bertanya.....
pernahkah bro LotharGuard mengatakan orang lain g****k? (apakah ini udah termasuk menggunakan kata2 tidak baik atau hanya berupa sebuah pertanyaan)?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Pitu Kecil on 09 September 2008, 03:11:42 PM
pernahkah bro LotharGuard mengatakan orang lain g****k?
Tentu saja pernah
(apakah ini udah termasuk menggunakan kata2 tidak baik atau hanya berupa sebuah pertanyaan)?
silakan anda menilai sendiri itu kata2 yang tidak baek atau hanya sebatas pernyataan
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 09 September 2008, 03:12:31 PM
Bro Johan

jadi pertanyaan nya ditujukan ke siapa? ke saya pribadi atau ke seluruh umat Buddha>?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 09 September 2008, 03:33:13 PM
Bro Johan

jadi pertanyaan nya ditujukan ke siapa? ke saya pribadi atau ke seluruh umat Buddha>?

pertanyaan tsb juga bukan utk bro nyanadhana.............. (kecuali bro nyanadhana itu guru agama, atau guru meditasi....)

saya berpikir........... kalau Buddha tidak pernah berkata kasar maupun sombong.................

berarti org2 yg telah menjadi guru (dlm Buddhism) paling tidak juga tidak berkata kasar maupun sombong....

saya berpikir.......... kalau Buddha tidak pernah/cepat emosi.................

berarti org2 yg telah menjadi guru (dlm Buddhism) paling tidak juga menghindarin menjadi cepat emosi...

kalao utk Bro LotharGuard tidak pernah akan saya emosi padanya...........
karna dia udah berbuat banyak (pd yatim piatu)... saya mudita (ikut/turut berbahagia atas apa yg dia buat)...........apapun yg dia katakan mengenai saya .... no problem koq....apa artinya itu semua dibanding dgn kebaikan yg didapatkan oleh yatim piatu....




Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 09 September 2008, 03:40:22 PM
Makanya diperlukan mengenal diri, ayoh semuanya kembali ke Lap.....Top kakakakak :))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Lily W on 09 September 2008, 03:49:49 PM
Bro Johan dan Bro Lothar.... gini yaah....(http://i269.photobucket.com/albums/jj73/LotharGuard/Big%20Onion/A_139.gif) :))

_/\_ :lotus:
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 09 September 2008, 03:54:34 PM
Bro Johan dan Bro Lothar.... gini yaah....(http://i269.photobucket.com/albums/jj73/LotharGuard/Big%20Onion/A_139.gif) :))

_/\_ :lotus:

secara batin, diantara dua itu mana yg lebih tersiksa? kenapa kalau lagi marah...
dadanya (nafasnya) terasa sesak? (padahal pakaiannya tetap aja sama).........

Thanks utk gambarnya guru Abhidhamma.... siip banget gambar2nya....
cuma mata cumi tsb mengerikan...

kalau saya yg menjadi korban penganiaya, berarti bro L yg menjadi cumi2 dong!

 :backtotopic: :backtotopic:
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 09 September 2008, 04:06:47 PM
;D MMD itu Meditasi Mengenal Diri bukan Meditasi Mengakhiri Dukkha atau Meditasi Melepas Diri.

Karena praktisi banyak yang sudah mengenal dirinya ternyata penuh dengan ego maka bisa dinilai dari praktisi apakah mereka selama ini memperbaiki kualitas dirinya sendiri atau tidak.

yang saya sampaikan adalah sebuah kritikan dan bukan celaan. MMD memang memiliki konsep yang bagus namun jangan dirusak oleh karena ucapan yang tidak baik dan membuat orang lain merasa rendah serta meninggikan diri sendiri.

Silakan menilai saya dan para praktisi MMD. ...

MMD itu bagaikan cermin kosong. Setiap orang sebetulnya melihat dalam MMD dirinya sendiri. Kalau pikirannya busuk, ia melihat MMD busuk. Kalau pikirannya bersih, ia melihat MMD bersih. Karena dalam zaman modern ini lebih banyak orang yang pikirannya bersih di bidang spiritual, maka MMD pun semakin meluas dikenal orang.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 09 September 2008, 04:07:55 PM
;D MMD itu Meditasi Mengenal Diri bukan Meditasi Mengakhiri Dukkha atau Meditasi Melepas Diri.

Karena praktisi banyak yang sudah mengenal dirinya ternyata penuh dengan ego maka bisa dinilai dari praktisi apakah mereka selama ini memperbaiki kualitas dirinya sendiri atau tidak.

yang saya sampaikan adalah sebuah kritikan dan bukan celaan. MMD memang memiliki konsep yang bagus namun jangan dirusak oleh karena ucapan yang tidak baik dan membuat orang lain merasa rendah serta meninggikan diri sendiri.

Dhamma seindah apapun bila salah penyampaian tetap aja sudah busuk ibarat membawa lentera tapi diri sendiri berjalan dalam angin yang cukup kencang,apinya akan padam dan ini tidak akan bagus untuk membawa / menuntun orang keluar dari kegelapan.

NB: tidak ada yang perlu dirubah bukan?bahkan ucapan,perbuatan dan pikiran hanya perlu disadari kalo jelek ya sudah jelek kalo bagus pujilah diri sendiri? apakah itu jalan seorang yogi?

Apakah Buddha pernah menyombongkan diri? Atau memakai kata2 kurang baik (spt g****k)?

Buddha pernah bilang "Hai, orang bodoh". ... Menyombongkan diri? Buddha pernah bilang: "Akulah yang terbesar di dunia", ketika ia baru lahir dan melangkah tujuh langkah. ... tapi saya anggap ini pun cuma dongeng.
Tapi yang penting bukan itu; yang penting, jadilah dirimu sendiri.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 09 September 2008, 04:10:06 PM
Anicca akan teraplikasi dengan sendirinya kok apakah MMd ini membawa orang pada kebencian atau pada format batin yang lebih baik.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 09 September 2008, 04:11:51 PM
setuju, waktu akan membuktikan.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Lily W on 09 September 2008, 04:23:09 PM
Bro Johan dan Bro Lothar.... gini yaah....(http://i269.photobucket.com/albums/jj73/LotharGuard/Big%20Onion/A_139.gif) :))

_/\_ :lotus:

secara batin, diantara dua itu mana yg lebih tersiksa? kenapa kalau lagi marah...
dadanya (nafasnya) terasa sesak? (padahal pakaiannya tetap aja sama).........


Thanks utk gambarnya guru Abhidhamma.... siip banget gambar2nya....
cuma mata cumi tsb mengerikan...

kalau saya yg menjadi korban penganiaya, berarti bro L yg menjadi cumi2 dong!

 :backtotopic: :backtotopic:

Nah.. yg di bold itu bisa di pelajari dalam Abhidhamma. Abhidhamma membahas itu juga.... ;D ... setau saya... citta n kamma yang membentuk materi-materi (cittajarupa n kammajarupa) dan saling berinteraksi dan menyebar ke seluruh tubuh. Yang sesak itu kekna di hadayavatthu dech. (cmiiw)

Makanye.... jangan marah...kalo tidak mau sesak.... ;D

Ayo....damai dengan Jendral... (http://i269.photobucket.com/albums/jj73/LotharGuard/Big%20Onion/A_131.gif)

_/\_ :lotus:

 

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 09 September 2008, 06:24:21 PM
Tolong dibantu pak Dokter....

apakah artinya hening dlm meditasi (MMD)?

ada berapa level keheningan dlm meditasi? dan contoh/ciri2nya?

apakah juga keheningan dlm terjadi dlm aktivitas sehari-hari (lagi tidak tidur)?

apa yg bisa kita pelajarin dari keheningan?


kenapa manusia membuat kesalahan?
apakah mediator yg udah maju masih membuat kesalahan?
seberapa rinci/jernih mediator yg udah maju melihat kesalahan tsb sebelum itu terjadi?
(Contoh Nabi Sulaiman, king of Solomon mendpt kebijaksanaan dari Tuhan
ttp masih membuat kesalahan (karna cewek)?

thanks utk semua jawabannya!
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: decky on 10 September 2008, 09:27:29 PM
Ketakutan akan perdebatan SARA yang dilakukan oleh seorang senior FightClub :hammer:

Betmen nya khan dah jadi SEMAR kakakakak
wh batmanya bisa terbang ngk?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Peaceful mind on 11 September 2008, 05:41:01 PM
 :backtotopic:

Maaf nimbrung ya walaupun udah ketinggalan jaman

proses metode Mahasi sendiri juga mengalami metamorfosa. Ajarannya sedikit sudah berbeda dengan murid muridnya, Ajaran Swe U Myn juga uda beda dengan U Tejaniya Misalnya

Demikian U Janakabivamsa (Chyamyay Sayadaw) juga udah beda dengan U Shobitabivamsa, apalagi dengan U Nyanaramsi, atau U Vamsarakita atau yang lain lain. Ini dari perguruan Chyamyay yiekta

Demikian juga U Panditabivamsa juga sudah beda dengan U Jatila atau ChauTan Sayadaw. U Nanda Shiddi dan Juga U Pandita Junior dan yang lain lain. Ini semua ada di perguruan Pandita Rama

U Agannya juga beda dengan Syale Dipankara.dan Pa Auk Sayadaw (dari Pa Auk Tawya)

kenapa demikian ?

Karena Masing Masing mempunyai ego dan pendekatan sendiri terhadap umat masing masing.

Dan Kalau Yang di maksud pak Hudoyo tulis tentang Metode Mahasi seperti di Atas artinya maaf Pak Hudoyo Salah Dan belum mengenal ajaran Mahasi secara keseluruhan.

Yang saya lihat Ajaran dari U Tejaniya jauh beda dengan Chyamyay. Sewaktu teman saya permisi ke Chyamyay sayadaw untuk mau mencoba ke Swee U Min center Komentar dari Cyamyay Sayadaw adalah "Lazy"
artinya mereka berdua Melihat Ajaran Metode Mahasi sudah Jauh berbeda bukan?

Jadi Sekarang Siapa yang Benar benar "benar"?

untuk informasi Saya pernah berlatih di Pandita Rama dan di Chyamyay Kota dan di Hmawbi
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: andrew on 12 September 2008, 09:25:53 AM
:backtotopic:

Maaf nimbrung ya walaupun udah ketinggalan jaman

Dan Kalau Yang di maksud pak Hudoyo tulis tentang Metode Mahasi seperti di Atas artinya maaf Pak Hudoyo Salah Dan belum mengenal ajaran Mahasi secara keseluruhan.



lalu Metode yang  sebetulnya pernah diajarkan Mahasi semasa hidupnya, metode yang seperti apa? tolong dong dikasih tau

muncul pertanyaan dipikiranku nih...

pada nyana keberapa sih, seseorang mulai mengikis kemelekatannya?


 _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 12 September 2008, 09:33:30 AM
kok tampaknya pada tergila gila menuju pencerahan melalui meditasi ini dan meditasi itu dan bahkan siap dipasarkan seperti pabrik telor bebek bernutrisi? buat apa?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: andrew on 12 September 2008, 09:47:09 AM
kok tampaknya pada tergila gila menuju pencerahan melalui meditasi ini dan meditasi itu dan bahkan siap dipasarkan seperti pabrik telor bebek bernutrisi? buat apa?

ngga tergila-gila, cuma ingin tau saja...

dan saling berbagi pengetahuan dan pengalaman...


 _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 12 September 2008, 09:51:26 AM
Oooow saya kira lomba kreasi masak memasak untuk lihat masakan mana yang lebih enak dan laku dipasaran...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 14 September 2008, 10:03:29 AM
kok tampaknya pada tergila gila menuju pencerahan melalui meditasi ini dan meditasi itu dan bahkan siap dipasarkan seperti pabrik telor bebek bernutrisi? buat apa?

setau saya kalao telor bebek ngak bisa tahan lama...
jadi harus dgn semangat tergila gila utk memasarkannya.............
telat memasarkan, telornya akan jadi busuk!...

(bicara telor lho,,, jangan salah tafsir)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: J.W on 14 September 2008, 10:41:47 AM
kok tampaknya pada tergila gila menuju pencerahan melalui meditasi ini dan meditasi itu dan bahkan siap dipasarkan seperti pabrik telor bebek bernutrisi? buat apa?

setau saya kalao telor bebek ngak bisa tahan lama...
jadi harus dgn semangat tergila gila utk memasarkannya.............
telat memasarkan, telornya akan jadi busuk!...

(bicara telor lho,,, jangan salah tafsir)

Iya...bicara telor... Tp ntar pasti ada telur yg ikutan "bergetar"  :)).
Sensi gitu lohh  ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 14 September 2008, 10:44:47 AM
Kata Sang Buddha telah terbukti...
"Janganlah engkau bergaul dengan orang bodoh,bergaul lah dengan orang bijaksana"
Kata ini telah saya pahami dengan sempurna karena setumpuk sampah tetaplah akan menjadi sampah bahkan SB sendiri pun tidak bisa mengubah setumpuk sampah menjadi permata yang berkilau... :)
Begitulah hidup,hidup adalah dukkha lebih dukkha lagi jika tidak bisa menyelami batin sendiri,alih2 memperbincangkan batin orang lain... :)
_/\_

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: J.W on 14 September 2008, 10:52:11 AM
Kata Sang Buddha telah terbukti...
"Janganlah engkau bergaul dengan orang bodoh,bergaul lah dengan orang bijaksana"
Kata ini telah saya pahami dengan sempurna karena setumpuk sampah tetaplah akan menjadi sampah bahkan SB sendiri pun tidak bisa mengubah setumpuk sampah menjadi permata yang berkilau... :)
Begitulah hidup,hidup adalah dukkha lebih dukkha lagi jika tidak bisa menyelami batin sendiri,alih2 memperbincangkan batin orang lain... :)
_/\_

Salam,
Riky

Sangat setuju..  :)) :))
Buktinya sangat nyata... Walau dikatakan "gerbang kecerdasan" udah dibuka, yg berbeda hanya kosa kata. Namun isi buku tetap aja sama  ;D

Begitulah sifat manusia.  ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 14 September 2008, 10:53:56 AM
Tidak ada yang namanya "sifat" manusia,yang ada hanya bisakah anda menyelami batin anda sendiri dan berhenti mencari?
_/\_

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: J.W on 14 September 2008, 11:17:42 AM
Tidak ada yang namanya "sifat" manusia,yang ada hanya bisakah anda menyelami batin anda sendiri dan berhenti mencari?
_/\_

Salam,
Riky

Balas pantun nih yeee... ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 14 September 2008, 11:18:59 AM
:))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 14 September 2008, 12:41:40 PM
EGP CC :)) Dark Angel mode=on
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 15 September 2008, 08:49:34 AM
Kata Sang Buddha telah terbukti...
"Janganlah engkau bergaul dengan orang bodoh,bergaul lah dengan orang bijaksana"
Kata ini telah saya pahami dengan sempurna karena setumpuk sampah tetaplah akan menjadi sampah bahkan SB sendiri pun tidak bisa mengubah setumpuk sampah menjadi permata yang berkilau... :)
Begitulah hidup,hidup adalah dukkha lebih dukkha lagi jika tidak bisa menyelami batin sendiri,alih2 memperbincangkan batin orang lain... :)
_/\_

Salam,
Riky

namun Sang Buddha menunjukkan usaha yang begitu baik dalam membawakan Dhamma sesuai tingkatan pemahaman masing-masing,dimanapun beliau membawakan Dhamma, orang lain akan merasakan beliau sedang berbicara dengan batin orang itu.inilah yang dinamakan guru dunia dan bukan hanya Buddha saja namun pendahulu para yogi-yogi yang telah menyelami batin,para Pacceka Buddha dan murid Sang Buddha yang telah Arahatpun menunjukkan kepiawaian mereka dalam membawakan Dhamma,hal ini bisa dibaca dalam Theragatha dan Therigatha.

anda berkata telah sempurna memahami....sempurna membacanya? atau sempurna menyelaminya?
bersikukuh bahwa Buddhapun berbicara kasar agar orang mengerti Dhamma,hal ini sangat menggelikan dan memberikan cemoohan hebat.

Jangan bergaul dengan orang yang tidak bijaksana mungkin yang anda maksud juga member disini, so ngapain lagi log in?kita semua tidak bijaksana disini,andalah yang bijaksana dan telah cerah,so tumpukan sampah disini hanya akan mengotori sebongkah berlian yang berkilau padahal cuman berlian plastik.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 15 September 2008, 08:59:40 AM
Kata Sang Buddha telah terbukti...
"Janganlah engkau bergaul dengan orang bodoh,bergaul lah dengan orang bijaksana"
Kata ini telah saya pahami dengan sempurna karena setumpuk sampah tetaplah akan menjadi sampah bahkan SB sendiri pun tidak bisa mengubah setumpuk sampah menjadi permata yang berkilau... :)
Begitulah hidup,hidup adalah dukkha lebih dukkha lagi jika tidak bisa menyelami batin sendiri,alih2 memperbincangkan batin orang lain... :)
_/\_

Salam,
Riky

Salam kenal Riky.... (ngak kenal maka tak sayang!)

Riky kan merupakan salah satu murid MMD yg "dasyat/melejit/bintang gejora/dll"

Tapi kalau ditanya MMD,.... jawabannya cuma.... COBA AJA DULU

jadi kita2 yg masih kelihatan spt anak2 TK (yg bodoh TERUTAMA SAYA) KALAU TIDAK diajarin..
diberi semangat MMD... pelan2 dijelaskan, kan sulit utk menyenangi/menyelami MMD.

sering2 sharing dong... bagaimana Riky menjadi manusia yg jauh lebih "bahagia/berguna" setelah MMD?... janga begitu ditanya.... langsung jawaban klasik.........COBA AJA DULU!...

Quote
"Janganlah engkau bergaul dengan orang bodoh,bergaul lah dengan orang bijaksana"
siiip, tapi kita2 yg belum berkembang MMD, tolong dibantu dong... jangan DIJAUHI....

ehhhhhhhhh gw punya usul........
bagaimana Riky buka thread baru MMD Riky nanti bakal rame deh.....

pertanyaan :
Menurut MMD Riky,.... kalau ada seseorang rajin, tekun, pantang nyerah, ulet,.... tiap hari
mengumpulkan SAMPAH2 (organik),... dikubur ditanah... dan berubah menjadi KOMPOS...
dan SUPAYA LAKU setiap bungkus pupuk organik hanya dijual dgn harga Rp4.000.-
(harga pasaran Rp5.000).-

Dengan penjualan rata2 perhari 10 bungkus /hari (rp40.000/hari) sebagai hasil samping..
Berapa lamakah dia BERJUALAN sehingga tabungannya dapat membeli berlian permata (dibawah)?
Apakah mungkin seorang yg bergelut di dunia SAMPAH dpt membeli sebuah berlian permata?

(http://i199.photobucket.com/albums/aa255/johan3000/ring01.jpg)

thanks!... MMD? enjoy aja!
 :)) semoga bro Riky bersedia melandenin semua pertanyaan MMD!  :))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 15 September 2008, 09:28:03 AM
Coba di sini ada tong sampah kek di kaksus :))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 15 September 2008, 04:29:16 PM
apakah sampah itu ada?
apakah sampah itu tidak ada?

bagi johan3000, sampah adalah bahan pupuk kompos,
bagi riky, sampah adalah member yg bodoh di DC (kemungkinan dari nyana)...

apakah mereka yg sampah,
atau pikiran kita yg menganggap mereka sampah?

mari kita sama2 merenungkannya :whistle:
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 15 September 2008, 05:16:09 PM
apakah sampah itu ada?
apakah sampah itu tidak ada?

bagi johan3000, sampah adalah bahan pupuk kompos,
bagi riky, sampah adalah member yg bodoh di DC (kemungkinan dari nyana)...

apakah mereka yg sampah,
atau pikiran kita yg menganggap mereka sampah?

mari kita sama2 merenungkannya :whistle:
Riky mode=on
Apakah saudara tesla sudah merenungkan?

Pak hudoyo mode=on
anda merenungkan batin sendiri, saya merenungkan batin saya sendiri, Setuju?

;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: andry on 15 September 2008, 05:18:24 PM
 [at] atas:hus..hus..:hammer:
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 15 September 2008, 05:49:24 PM
apakah sampah itu ada?
apakah sampah itu tidak ada?

bagi johan3000, sampah adalah bahan pupuk kompos,
bagi riky, sampah adalah member yg bodoh di DC (kemungkinan dari nyana)...

apakah mereka yg sampah,
atau pikiran kita yg menganggap mereka sampah?

mari kita sama2 merenungkannya :whistle:

Bukankah kalau memang ada (banyak) member yg bodoh di DC..............
berarti pihak Riky/dkk harus amat bersyukur....
KARANA HAL TSB MERUPAKAH LAHAN UTK DIGARAP (DIBINA lho,... bukan garap apa tuhhhh)...
dgn baik, dgn welas asih, dgn sabar, dgn suasanya yg kondusif, dgn suasana yg ceria....

Apakah seorang Buddha juga menghargain yg mendengarkan ceramahnya?
Bagaimana seorang dpt berceramah kalau tidak ada pendengarnya?
Bagaimana seorang dpt berceramah kalau semua pendengarnya LEBIH PINTAR dari nya?

Darimana asalnya SAMPAH?

thanks!
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 15 September 2008, 07:52:55 PM
apakah sampah itu ada?
apakah sampah itu tidak ada?
Antara ada dan tiada?I think you know that om tesla yang baik? :)

Quote
bagi johan3000, sampah adalah bahan pupuk kompos,
bagi riky, sampah adalah member yg bodoh di DC (kemungkinan dari nyana)...
apakah mereka yg sampah,
atau pikiran kita yg menganggap mereka sampah?
mari kita sama2 merenungkannya :whistle:
Pernyataan yang sangat bagus dan indah... :))
Tapi sayangnya saya menjadi bertanya,"Apakah SB sendiri bodoh dan bego?Apakah SB masih memiliki pikiran2 yang mengganggap tindakan yang bodoh yang patut diperjuangkan?"
Saya tidak tahu,tanyakan pada diri anda sendiri... :whistle:
(Jikalau ada yang merasa tersinggung dengan perkataan saya ,silakan toh diquote saya mempunyai penjelasan sendiri...)
Apakah benar pikiran saya yang menganggap sampah atau memang mungkin benar2 adalah sampah? :)
_/\_

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 15 September 2008, 07:58:43 PM
apakah sampah itu ada?
apakah sampah itu tidak ada?
Antara ada dan tiada?I think you know that om tesla yang baik? :)

Quote
bagi johan3000, sampah adalah bahan pupuk kompos,
bagi riky, sampah adalah member yg bodoh di DC (kemungkinan dari nyana)...
apakah mereka yg sampah,
atau pikiran kita yg menganggap mereka sampah?
mari kita sama2 merenungkannya :whistle:
Pernyataan yang sangat bagus dan indah... :))
Tapi sayangnya saya menjadi bertanya,"Apakah SB sendiri bodoh dan bego?Apakah SB masih memiliki pikiran2 yang mengganggap tindakan yang bodoh yang patut diperjuangkan?"
Saya tidak tahu,tanyakan pada diri anda sendiri... :whistle:
(Jikalau ada yang merasa tersinggung dengan perkataan saya ,silakan toh diquote saya mempunyai penjelasan sendiri...)
Apakah benar pikiran saya yang menganggap sampah atau memang mungkin benar2 adalah sampah? :)
_/\_

Salam,
Riky

wakakkakakakkkka... riky... riky... kyk komeng aje (http://i269.photobucket.com/albums/jj73/LotharGuard/Lucu/monkey48.gif)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 15 September 2008, 08:11:01 PM
Kata Sang Buddha telah terbukti...
"Janganlah engkau bergaul dengan orang bodoh,bergaul lah dengan orang bijaksana"
Kata ini telah saya pahami dengan sempurna karena setumpuk sampah tetaplah akan menjadi sampah bahkan SB sendiri pun tidak bisa mengubah setumpuk sampah menjadi permata yang berkilau... :)
Begitulah hidup,hidup adalah dukkha lebih dukkha lagi jika tidak bisa menyelami batin sendiri,alih2 memperbincangkan batin orang lain... :)
_/\_

Salam,
Riky

namun Sang Buddha menunjukkan usaha yang begitu baik dalam membawakan Dhamma sesuai tingkatan pemahaman masing-masing,dimanapun beliau membawakan Dhamma, orang lain akan merasakan beliau sedang berbicara dengan batin orang itu.
Tentu saja,saya rasa anda tahu benar bahwa SB memiliki kekuatan2 bukan?Jadi hal tersebut tidak perlu ditanyakan lagi... :)

Quote
inilah yang dinamakan guru dunia dan bukan hanya Buddha saja namun pendahulu para yogi-yogi yang telah menyelami batin,para Pacceka Buddha dan murid Sang Buddha yang telah Arahatpun menunjukkan kepiawaian mereka dalam membawakan Dhamma,hal ini bisa dibaca dalam Theragatha dan Therigatha.
Kepiawaian?Itu hanya soal kematangan batin bukan soal kepiawaian,jika SB dan yang anda sebutkan piawai,lantas kenapa SB tidak sanggup mencerahkan semua makhluk?Kenapa harus muncul banyak Buddha sebelum Buddha Shayakmuni sendiri?Kenapa harus diramalkan kembali muncul Buddha Maitreya(Buddha masa depan?)
Coba selami saja dahulu sendiri... :)

Quote
anda berkata telah sempurna memahami....sempurna membacanya? atau sempurna menyelaminya?
bersikukuh bahwa Buddhapun berbicara kasar agar orang mengerti Dhamma,hal ini sangat menggelikan dan memberikan cemoohan hebat.
Silakan saja mencemooh saya,itu tidak berati apa2 bagi saya..Silakan terus berbicara apapun yang anda inginkan,tapi ingat bahwa ini adalah "pilihan" saya dan tak ada seorang pun yang sanggup mengubahnya...Batin saya sudah tidak tergoyahkan oleh nonsense2 yang diucapkan,tunjukan kebenaran yang anda maksudkan itu baru bisa menggugah batin saya,jika hanya sekedar omong kosong belaka dan comot sutta sana sini,itu sih menurut saya nonsense aja... :)

Quote
Jangan bergaul dengan orang yang tidak bijaksana mungkin yang anda maksud juga member disini, so ngapain lagi log in?kita semua tidak bijaksana disini,andalah yang bijaksana dan telah cerah,so tumpukan sampah disini hanya akan mengotori sebongkah berlian yang berkilau padahal cuman berlian plastik.
Wow...Anda bisa tahu berlian plastik atau tidak?Mungkin anda sudah memiliki kekuatan abhina kah?Dari dulu anda suka sekali "menebak" batin orang lain alih2 menanyakan... :))
Masalah saya log in atau tidak itu adalah masalah saya bukan masalah anda dan juga sebaliknya... :)
Dan lagi saya berpikir bahwa,"Dengan adanya makhluk bodoh baru ada makhluk yang bijaksana..."
Karena apa?Jika saya melihat orang lain,bersikukuh,berbicara seakan2 sangat hebat dll,maka dari sana saya bisa melihat bahwa percuma berbicara panjang lebar,selami diri sendiri itulah yang utama,maka SB berkata,"Selami batin sendiri",disutta mana anda pernah lihat bahwa SB menyuruh menyelami batin orang lain dahulu?
_/\_

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 15 September 2008, 08:24:41 PM
Salam kenal Riky.... (ngak kenal maka tak sayang!)
Salam kenal juga bro johan..
Yap benar,dan ngak kenal maka tak benci juga... :))

Quote
Riky kan merupakan salah satu murid MMD yg "dasyat/melejit/bintang gejora/dll"
Wah,itu anggapan yang bodoh lho... :)

Quote
Tapi kalau ditanya MMD,.... jawabannya cuma.... COBA AJA DULU
Jadi apa yang anda inginkan? :)

Quote
jadi kita2 yg masih kelihatan spt anak2 TK (yg bodoh TERUTAMA SAYA) KALAU TIDAK diajarin..
diberi semangat MMD... pelan2 dijelaskan, kan sulit utk menyenangi/menyelami MMD.
Uhm...Tidak ada paksaan untuk mengikuti MMD..Jika anda berminat silakan pm pak hudoyo/postkan dikaskus saja,biarkan beliau yang "mengarahkan" anda karena saya masih pemula..Dan didalam MMD itu tidak ada tingkatan2 seperti anak TK,SD,SMP,SMA,MAHASISWA yang ada hanya "sadar" atau "tidak sadar" :)

Quote
sering2 sharing dong... bagaimana Riky menjadi manusia yg jauh lebih "bahagia/berguna" setelah MMD?... janga begitu ditanya.... langsung jawaban klasik.........COBA AJA DULU!...
Ya...Mesti dijawab apa lagi?Saya ilustrasikan saja...
Saya memakan apel,rasa apel ada dilidah saya,bagaimana saya menshare kepada anda rasa apel yang ada dilidah saya jika anda sendiri tidak pernah memakan apel tersebut?
Contoh realitanya : Ketika saya berbahagia apakah anda bisa berbahagia tepat seperti kebahagiaan saya? :)

Quote
siiip, tapi kita2 yg belum berkembang MMD, tolong dibantu dong... jangan DIJAUHI....
Sepertinya saya tidak menjauhin siapapun,tapi lihat sendiri toh komentar2 rekan2 disini yang menurut anda berkualitas kah??Jika ya,ikuti saja,itu bukan urusan saya koq..Itu pilihan anda,hak anda... :)

Quote
ehhhhhhhhh gw punya usul........
bagaimana Riky buka thread baru MMD Riky nanti bakal rame deh.....
Rame acara ngejunknya ya? :))
Lihat saja admin dan gm nya,saya sih da males ngomong ke gm nya,jawabnya itu2 melulu...Kayak berharap saya menggapai matahari saja... :))

Quote
pertanyaan :
Menurut MMD Riky,.... kalau ada seseorang rajin, tekun, pantang nyerah, ulet,.... tiap hari
mengumpulkan SAMPAH2 (organik),... dikubur ditanah... dan berubah menjadi KOMPOS...
dan SUPAYA LAKU setiap bungkus pupuk organik hanya dijual dgn harga Rp4.000.-
(harga pasaran Rp5.000).-

Dengan penjualan rata2 perhari 10 bungkus /hari (rp40.000/hari) sebagai hasil samping..
Berapa lamakah dia BERJUALAN sehingga tabungannya dapat membeli berlian permata (dibawah)?
Apakah mungkin seorang yg bergelut di dunia SAMPAH dpt membeli sebuah berlian permata?
Jangan menyamakan antara "kebahagian tertinggi" dengan "uangnya duniawi/logika matematika"... :)
Saya hanya mau bilang bahwa,permata atau batu yang anda bawa itu tetap memberatkan anda,jadi lepaskan semuanya baik itu permata maupun batu dan jadikan diri anda sendiri permata itu... :)


Quote
thanks!... MMD? enjoy aja!
 :)) semoga bro Riky bersedia melandenin semua pertanyaan MMD!  :))
Yap...Saya akan melayani semuanya sebisa saya,silakan ditanyakan saja... :)
_/\_

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 15 September 2008, 08:32:37 PM
Apakah benar pikiran saya yang menganggap sampah atau memang mungkin benar2 adalah sampah? :)
bisa juga... apakah pikiran saya yg menganggap pikiran riky menganggap sampah atau
mungkin riky berpikir, saya berpikir, riky berpikir itu adalah sampah?

_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 15 September 2008, 08:33:54 PM
Apakah benar pikiran saya yang menganggap sampah atau memang mungkin benar2 adalah sampah? :)
bisa juga... apakah pikiran saya yg menganggap pikiran riky menganggap sampah atau
mungkin riky berpikir, saya berpikir, riky berpikir itu adalah sampah?

_/\_
Jadi om tesla,apa gunanya semua itu?:)
_/\_

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 15 September 2008, 08:47:10 PM
Lihat saja admin dan gm nya,saya sih da males ngomong ke gm nya,jawabnya itu2 melulu...Kayak berharap saya menggapai matahari saja... :))
sorry riky... gaji terlalu kecil buat nyapu sampah2 yg terlalu banyal ;D
buat riky, sadar saja dulu... ketika sadar tidak adalagi "matahari" yg perlu utk digapai.
asal jgn ketika sadar tidak ada lagi malas, shg gm di uber2 lagi :hammer: joke :whistle:

Quote
Jangan menyamakan antara "kebahagian tertinggi" dengan "uangnya duniawi/logika matematika"... :)
Saya hanya mau bilang bahwa,permata atau batu yang anda bawa itu tetap memberatkan anda,jadi lepaskan semuanya baik itu permata maupun batu dan jadikan diri anda sendiri permata itu... :)
sedikit tambahan utk bro johan 3000,
setiap perhitungan selalu mengacu pada suatu kepastian. buktinya adalah soal perhitungan yg bro johan buat.
dalam kenyataan, tidak ada kepastian. segala sesuatu yg berkondisi selalu berubah (sabbe dhamma anicca).
ketika seseorang tidak lagi membohongi dirinya dg kepastian, menerima apa adanya dimana segala sesuatu selalu berubah (anicca), penderitaan dapat berhenti selama itu.

dunia kepastian hanyalah mimpi yg dibuat oleh pikiran.
hanya ada dalam kalkulasi pikiran tentang tukang pupuk yg membeli permata :whistle:

_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 15 September 2008, 08:50:22 PM
Apakah benar pikiran saya yang menganggap sampah atau memang mungkin benar2 adalah sampah? :)
bisa juga... apakah pikiran saya yg menganggap pikiran riky menganggap sampah atau
mungkin riky berpikir, saya berpikir, riky berpikir itu adalah sampah?

_/\_
Jadi om tesla,apa gunanya semua itu?:)
_/\_

Salam,
Riky
jawabannya sama dg jawaban dari pertanyaan saya ini:
"apa gunanya hidup kalau nanti jg mati" :whistle:
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 15 September 2008, 08:51:37 PM
Salam kenal Riky.... (ngak kenal maka tak sayang!)
Salam kenal juga bro johan..
Yap benar,dan ngak kenal maka tak benci juga... :))

BiSA juag BENCI tapi RINDU.....

Quote
Riky kan merupakan salah satu murid MMD yg "dasyat/melejit/bintang gejora/dll"
Wah,itu anggapan yang bodoh lho... :)

anggapannya bodoh... TEtaPI jawabannya BENER... grrrrrr

Quote
Tapi kalau ditanya MMD,.... jawabannya cuma.... COBA AJA DULU
Jadi apa yang anda inginkan? :)

MORE......(lebih banyak lagi)

Quote
jadi kita2 yg masih kelihatan spt anak2 TK (yg bodoh TERUTAMA SAYA) KALAU TIDAK diajarin..
diberi semangat MMD... pelan2 dijelaskan, kan sulit utk menyenangi/menyelami MMD.
Uhm...Tidak ada paksaan untuk mengikuti MMD..Jika anda berminat silakan pm pak hudoyo/postkan dikaskus saja,biarkan beliau yang "mengarahkan" anda karena saya masih pemula..Dan didalam MMD itu tidak ada tingkatan2 seperti anak TK,SD,SMP,SMA,MAHASISWA yang ada hanya "sadar" atau "tidak sadar" :)

Ok, spt Riky,.... ngak bayar SPP tau2 udah tamat!...(berhenti?)
(apa sih artinya Berhenti)?


Quote
sering2 sharing dong... bagaimana Riky menjadi manusia yg jauh lebih "bahagia/berguna" setelah MMD?... janga begitu ditanya.... langsung jawaban klasik.........COBA AJA DULU!...
Ya...Mesti dijawab apa lagi?Saya ilustrasikan saja...
Saya memakan apel,rasa apel ada dilidah saya,bagaimana saya menshare kepada anda rasa apel yang ada dilidah saya jika anda sendiri tidak pernah memakan apel tersebut?
Contoh realitanya : Ketika saya berbahagia apakah anda bisa berbahagia tepat seperti kebahagiaan saya? :)

Riky, setiap kali contohnya MAKAN APPLE melulu...........
sekali-kali kasih contoh makan BEBEK PEKING begitu lho!



Quote
siiip, tapi kita2 yg belum berkembang MMD, tolong dibantu dong... jangan DIJAUHI....
Sepertinya saya tidak menjauhin siapapun,tapi lihat sendiri toh komentar2 rekan2 disini yang menurut anda berkualitas kah??Jika ya,ikuti saja,itu bukan urusan saya koq..Itu pilihan anda,hak anda... :)
Semoga semua mahkluk berbahagia!....
Kasih yg sempurna adalah kasih yg tidak membedakan!



Quote
ehhhhhhhhh gw punya usul........
bagaimana Riky buka thread baru MMD Riky nanti bakal rame deh.....
Rame acara ngejunknya ya? :))
Lihat saja admin dan gm nya,saya sih da males ngomong ke gm nya,jawabnya itu2 melulu...Kayak berharap saya menggapai matahari saja... :))

Jangan menggapai matahari............ nanti GOSONG!....mendingan BULAN/WULAN aja... lebih siiipp

Quote
pertanyaan :
Menurut MMD Riky,.... kalau ada seseorang rajin, tekun, pantang nyerah, ulet,.... tiap hari
mengumpulkan SAMPAH2 (organik),... dikubur ditanah... dan berubah menjadi KOMPOS...
dan SUPAYA LAKU setiap bungkus pupuk organik hanya dijual dgn harga Rp4.000.-
(harga pasaran Rp5.000).-

Dengan penjualan rata2 perhari 10 bungkus /hari (rp40.000/hari) sebagai hasil samping..
Berapa lamakah dia BERJUALAN sehingga tabungannya dapat membeli berlian permata (dibawah)?
Apakah mungkin seorang yg bergelut di dunia SAMPAH dpt membeli sebuah berlian permata?

Jangan menyamakan antara "kebahagian tertinggi" dengan "uangnya duniawi/logika matematika"... :)
Saya hanya mau bilang bahwa,permata atau batu yang anda bawa itu tetap memberatkan anda,jadi lepaskan semuanya baik itu permata maupun batu dan jadikan diri anda sendiri permata itu... :)

Melepas semua itu hanya dpt dilakukan di KAMAR MANDI....
kalau tidak orang lain akan SALAH PERSEPSI.....



Quote
thanks!... MMD? enjoy aja!
 :)) semoga bro Riky bersedia melandenin semua pertanyaan MMD!  :))
Yap...Saya akan melayani semuanya sebisa saya,silakan ditanyakan saja... :)
_/\_

Salam,
Riky

thanks utk ladenannya...............

tp jangan cerita mengenai MAKAN APPLE lagi lho............  <:-P

conclusion : Riky = pelit !
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 15 September 2008, 08:52:43 PM
fiuhhh, untung aye kaga ada jabatan :))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 15 September 2008, 08:54:55 PM
Lihat saja admin dan gm nya,saya sih da males ngomong ke gm nya,jawabnya itu2 melulu...Kayak berharap saya menggapai matahari saja... :))
sorry riky... gaji terlalu kecil buat nyapu sampah2 yg terlalu banyal ;D
owh..gajinya terlalu kecil ya?Sini2 ganti saya yang jadi MODERATOR PENGHAPUS SAMPAH2 NGEJUNK YANG TIDAK PADA TEMPATNYA...:))

Quote
buat riky, sadar saja dulu... ketika sadar tidak adalagi "matahari" yg perlu utk digapai.
Sayangnya riky setiap hari kebanyakan tidak sadarnya daripada sadarnya... :))

Quote
asal jgn ketika sadar tidak ada lagi malas, shg gm di uber2 lagi :hammer: joke :whistle:
:)) ,sama lho,awas lho om tesla jangan sampai sadar tidak ada lagi malas sehingga saya diuber2 lagi lho...  Just Kidding ^^
:whistle:
_/\_

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 15 September 2008, 08:55:55 PM
Apakah benar pikiran saya yang menganggap sampah atau memang mungkin benar2 adalah sampah? :)
bisa juga... apakah pikiran saya yg menganggap pikiran riky menganggap sampah atau
mungkin riky berpikir, saya berpikir, riky berpikir itu adalah sampah?

_/\_
Jadi om tesla,apa gunanya semua itu?:)
_/\_

Salam,
Riky
jawabannya sama dg jawaban dari pertanyaan saya ini:
"apa gunanya hidup kalau nanti jg mati" :whistle:
So?:whistle:

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 15 September 2008, 08:57:41 PM
fiuhhh, untung aye kaga ada jabatan :))
Bro mau minta jabatan apa?
pernah dengar jabatan perawat burung?.... hayo apa itu?

Apakah binatang juga bisa belajar MMD?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 15 September 2008, 09:06:08 PM
BiSA juag BENCI tapi RINDU.....
Ya..Cinta dan benci may be tidak ada bedanya hanya banyak orang itu tuh yang menyibukan dan memperdebatkan keduanya... :))

Quote
anggapannya bodoh... TEtaPI jawabannya BENER... grrrrrr
Bener atau salah itu hanya asumsi anda lho,coba selami batin anda dan ehipassiko sendiri daripada berasumsi ria? :)

Quote
MORE......(lebih banyak lagi)
MORE itu apa?Apanya yang lebih banyak? :))

Quote
Ok, spt Riky,.... ngak bayar SPP tau2 udah tamat!...(berhenti?)
(apa sih artinya Berhenti)?[/b][/color]
Wah...Apakah "kebenaran" itu adalah soal sekolah ya?Berati Bhikkhu2 di vihara yang sudah ompong2 sudah arahat semua dong?:whistle: kan sudah pada sekolah lama banget.... :))
Berhenti?Kalau anda berlari terus berhenti itu artinya apa dong? :)

Quote
Riky, setiap kali contohnya MAKAN APPLE melulu...........
sekali-kali kasih contoh makan BEBEK PEKING begitu lho!
Lho?kan ada contoh yang lainnya :
Quote
Contoh realitanya : Ketika saya berbahagia apakah anda bisa berbahagia tepat seperti kebahagiaan saya?

Quote
Kasih yg sempurna adalah kasih yg tidak membedakan![/b][/color]
Berati SB tidak mencerahkan lainnya karena kasih SB kurang sempurna dong? :))

Quote
Jangan menggapai matahari............ nanti GOSONG!....mendingan BULAN/WULAN aja... lebih siiipp
Karena bisa gosong makanya saya jadi malas ngomongnya takut gosong entar bro.. :))

Quote

Melepas semua itu hanya dpt dilakukan di KAMAR MANDI....
kalau tidak orang lain akan SALAH PERSEPSI.....
Owh..Tapi gk juga lho,kalau kentut itu apa? :))


Quote
thanks utk ladenannya...............

tp jangan cerita mengenai MAKAN APPLE lagi lho............  <:-P

conclusion : Riky = pelit !

Pelit?May be yes may no,saya tidak ada tujuan mencerahkan orang lain bagi saya itu tidak penting,yang paling utama adalah selami batin saya sendiri dahulu... :)
_/\_

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 15 September 2008, 09:08:30 PM
Apakah binatang juga bisa belajar MMD?
Apakah binatang juga bisa belajar Dhamma?:)
_/\_

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 15 September 2008, 10:17:57 PM
ada seekor burung kakak tua..... yg udah terlatih.....

tarik kaki kirinya..... dia akan berkata "Makan APPLE dulu...."
tarik kaki kanannya  dia akan berkata "Selamin Batin elu Dulu...."

gimana kalau tarik kedua kakinya?
diakan berkata......;::::::   :whistle:  :whistle:  :whistle:



MMD                       MMD                          MMD                   MMD                   MMD

inilah BURUNG yg udah mengerti Dharma!
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 15 September 2008, 10:54:51 PM
wakkkakkkakkakak... (http://i269.photobucket.com/albums/jj73/LotharGuard/Lucu/monkey48.gif)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Adhitthana on 15 September 2008, 11:02:35 PM
ada seekor burung kakak tua..... yg udah terlatih.....

tarik kaki kirinya..... dia akan berkata "Makan APPLE dulu...."
tarik kaki kanannya  dia akan berkata "Selamin Batin elu Dulu...."

gimana kalau tarik kedua kakinya?
diakan berkata......;::::::   :whistle:  :whistle:  :whistle:



MMD                       MMD                          MMD                   MMD                   MMD

inilah BURUNG yg udah mengerti Dharma!

Johan ... kocak2 :jempol:  hahahhahaha

GRP ... meluncur  ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 15 September 2008, 11:07:03 PM
ada seekor burung kakak tua..... yg udah terlatih.....

tarik kaki kirinya..... dia akan berkata "Makan APPLE dulu...."
tarik kaki kanannya  dia akan berkata "Selamin Batin elu Dulu...."

gimana kalau tarik kedua kakinya?
diakan berkata......;::::::   :whistle:  :whistle:  :whistle:



MMD                       MMD                          MMD                   MMD                   MMD

inilah BURUNG yg udah mengerti Dharma!

nominated for the best posting ever :))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: El Sol on 16 September 2008, 01:50:02 AM
 [at] atas
yeah..funny huh? ur post is worst ever!..

 [at] all..

well..haha...MMD ini apaan yak?? katane..menolak Dhamma tah?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 16 September 2008, 09:02:18 AM
Apakah binatang juga bisa belajar Dhamma?:)

Menurut Sutta Theravada sih binatang bisa belajar Dhamma, tapi tidak bisa mencapai jhana dan kesucian, karena memang kondisinya tidak sesuai.
Kalau Mahayana, ada cerita-cerita bahwa binatang bisa bermeditasi untuk menjadi manusia. Tapi gak tau cerita ini cerita rakyat atau memang tercatat dalam Sutra.
_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 16 September 2008, 09:52:12 AM
[at] atas
yeah..funny huh? ur post is worst ever!..

 [at] all..

well..haha...MMD ini apaan yak?? katane..menolak Dhamma tah?

Cuman sekumpulan orang yang menyatakan bahwa semua orang yang ga belajar MMD adalah orang paling bego dan tidak mengerti Dhamma sedangkan mereka mengerti dengan sangat dan merupakan aliran Buddhist sejati.member DC juga semuanya terpaku cuman ama Tipitaka dan tidak mau mengenal ajaran lain seperti J Khrisnamukti jadi member DC adalah manusia yang melekat...mereka sudah melepas dan diam,tapi dari kemaren datang dengan sindiran sindiran yang ingin bilang gw lebih jago,lo mah ga ada apa-apanya
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 16 September 2008, 10:16:06 AM
Hati2,hati2, ada jebakan betmen lho :))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 16 September 2008, 10:21:51 AM
aye kan lagi pasang jebakan wonderwoman...mulan jamidonk :D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 16 September 2008, 10:33:33 AM
Dear all, harap diingat peraturan Sub forum ini :

Jangan dengan cara apapun merendahkan Tiga Permata, yaitu Buddha, Dhamma, dan Sangha.

Postingan selanjutnya yang melanggar aturan ini, dan yang tidak berhubungan, bisa jadi akan hilang tanpa pemberitahuan.
_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 16 September 2008, 10:44:49 AM
Dear all, harap diingat peraturan Sub forum ini :

Jangan dengan cara apapun merendahkan Tiga Permata, yaitu Buddha, Dhamma, dan Sangha.

Postingan selanjutnya yang melanggar aturan ini, dan yang tidak berhubungan, bisa jadi akan hilang tanpa pemberitahuan.
_/\_
Siap Boss, di Ban gak ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: El Sol on 16 September 2008, 10:58:43 AM
[at] atas
yeah..funny huh? ur post is worst ever!..

 [at] all..

well..haha...MMD ini apaan yak?? katane..menolak Dhamma tah?

Cuman sekumpulan orang yang menyatakan bahwa semua orang yang ga belajar MMD adalah orang paling bego dan tidak mengerti Dhamma sedangkan mereka mengerti dengan sangat dan merupakan aliran Buddhist sejati.member DC juga semuanya terpaku cuman ama Tipitaka dan tidak mau mengenal ajaran lain seperti J Khrisnamukti jadi member DC adalah manusia yang melekat...mereka sudah melepas dan diam,tapi dari kemaren datang dengan sindiran sindiran yang ingin bilang gw lebih jago,lo mah ga ada apa-apanya

OMG are they stupid or what?..

lolz...

sang Buddha mengajarkan Buddha Dhamma jadi sang Buddha itu melekat ama Buddha Dhamma karena beliau gk pernah ngajarin ato terima ajaran2 Islam ato karesten or worst MMD??..

weleh2...-_-"

 
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 16 September 2008, 06:37:02 PM

Owh..Tapi gk juga lho,kalau kentut itu apa? laugh

Salam,
Riky

Dari pada menjelaskan pada orang yg belum merasakan....

Bagaimana kalau gw kasih free sample kentut Johan3000 ?  :-t
ongkir gratis utk Jakarta dan kota2 besar...

(paket akan dikirim dalam bungkusan plastik 2 lapis kedap udara,
plus selang pengisap yg sangat mudah digunakan....berkali-kali
dijamin tersimpan baik selama setahun bau tidak berubah....
aroma utk bulan ini : bau durian, petai, jengkol, telur, dan aroma lainnya)

pertanyaan : Apakah semua orang bersedia mencoba MMD ?

semoga ngak tersinggung lho Bro Riky.... =)) :jempol:
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 16 September 2008, 09:12:43 PM
ada seekor burung kakak tua..... yg udah terlatih.....

tarik kaki kirinya..... dia akan berkata "Makan APPLE dulu...."
tarik kaki kanannya  dia akan berkata "Selamin Batin elu Dulu...."

gimana kalau tarik kedua kakinya?
diakan berkata......;::::::   :whistle:  :whistle:  :whistle:



MMD                       MMD                          MMD                   MMD                   MMD

inilah BURUNG yg udah mengerti Dharma!

Owh..Tapi gk juga lho,kalau kentut itu apa? laugh

Salam,
Riky

Dari pada menjelaskan pada orang yg belum merasakan....

Bagaimana kalau gw kasih free sample kentut Johan3000 ?  :-t
ongkir gratis utk Jakarta dan kota2 besar...

(paket akan dikirim dalam bungkusan plastik 2 lapis kedap udara,
plus selang pengisap yg sangat mudah digunakan....berkali-kali
dijamin tersimpan baik selama setahun bau tidak berubah....
aroma utk bulan ini : bau durian, petai, jengkol, telur, dan aroma lainnya)

pertanyaan : Apakah semua orang bersedia mencoba MMD ?

semoga ngak tersinggung lho Bro Riky.... =)) :jempol:

Saudara johan yang baik,
Saya hanya mau menyarankan kepada anda bahwa pahami dulu apa yang sebenarnya anda inginkan?
Jangan hanya mencampurkan antara "pertanyaan" "ngejunk" dan "sindirin" didalam 1 kalimat karena akan terlihat munafik bagi saya..
Anda berkata seperti berikut ini :
Kata Sang Buddha telah terbukti...
"Janganlah engkau bergaul dengan orang bodoh,bergaul lah dengan orang bijaksana"
Kata ini telah saya pahami dengan sempurna karena setumpuk sampah tetaplah akan menjadi sampah bahkan SB sendiri pun tidak bisa mengubah setumpuk sampah menjadi permata yang berkilau... :)
Begitulah hidup,hidup adalah dukkha lebih dukkha lagi jika tidak bisa menyelami batin sendiri,alih2 memperbincangkan batin orang lain... :)
_/\_

Salam,
Riky

Salam kenal Riky.... (ngak kenal maka tak sayang!)

Riky kan merupakan salah satu murid MMD yg "dasyat/melejit/bintang gejora/dll"

Tapi kalau ditanya MMD,.... jawabannya cuma.... COBA AJA DULU

jadi kita2 yg masih kelihatan spt anak2 TK (yg bodoh TERUTAMA SAYA) KALAU TIDAK diajarin..
diberi semangat MMD... pelan2 dijelaskan, kan sulit utk menyenangi/menyelami MMD.

sering2 sharing dong... bagaimana Riky menjadi manusia yg jauh lebih "bahagia/berguna" setelah MMD?... janga begitu ditanya.... langsung jawaban klasik.........COBA AJA DULU!...

Quote
"Janganlah engkau bergaul dengan orang bodoh,bergaul lah dengan orang bijaksana"
siiip, tapi kita2 yg belum berkembang MMD, tolong dibantu dong... jangan DIJAUHI....

ehhhhhhhhh gw punya usul........
bagaimana Riky buka thread baru MMD Riky nanti bakal rame deh.....

pertanyaan :
Menurut MMD Riky,.... kalau ada seseorang rajin, tekun, pantang nyerah, ulet,.... tiap hari
mengumpulkan SAMPAH2 (organik),... dikubur ditanah... dan berubah menjadi KOMPOS...
dan SUPAYA LAKU setiap bungkus pupuk organik hanya dijual dgn harga Rp4.000.-
(harga pasaran Rp5.000).-

Dengan penjualan rata2 perhari 10 bungkus /hari (rp40.000/hari) sebagai hasil samping..
Berapa lamakah dia BERJUALAN sehingga tabungannya dapat membeli berlian permata (dibawah)?
Apakah mungkin seorang yg bergelut di dunia SAMPAH dpt membeli sebuah berlian permata?

(http://i199.photobucket.com/albums/aa255/johan3000/ring01.jpg)

thanks!... MMD? enjoy aja!
 :)) semoga bro Riky bersedia melandenin semua pertanyaan MMD!  :))

Apakah sekarang etis dengan yang anda lakukan?
Apakah ini yang pantas saya ladenin dengan sikap sopan dan santun sebagaimana yang dikehendaki oleh banyak member disini?
Sudah sadarkah anda sendiri? :)
_/\_

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 16 September 2008, 09:33:24 PM
:backtotopic:

Bro udah dibilang jangan tersingung....

Hi Riky,

Apakah setiap hari anda masih MMD? Berapa jam/hari?  :-[

Trus kalau dalam aktivitas seharian diluar JAM MMD,
apakah ada bedanya seorang Riky (yg udah mahir MMD) dgn orang biasa?  :P

Maksudnya kalau sedang tidak MMD, apakah Riky spt seorang biasa?  :|

thanks! (sory mengenai burung kakak tuanya lho...)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 16 September 2008, 09:40:58 PM
:backtotopic:
Bro udah dibilang jangan tersingung....
Maaf sekali bro johan,saya bukan lah burung kakak tua seperti yang anda lontarkan...
Jadi kalau ingin berbicara,setidak2nya jaga ucapan anda yang kurang tepat dan tanpa argumen yang jelas tersebut... :)

Quote
Hi Riky,
Apakah setiap hari anda masih MMD? Berapa jam/hari?  :-[
Masih?Yang ada ya,saya bermeditasi,jam?Terserah saya...
Uhm..Kalau anda mau meditasi silakan dicoba saja,apakah dengan bertanya anda mendapatkan apa yang anda cari?Sudah saya tanyakan berulang kali kepada anda,"Apa yang anda cari sebenarnya?" :)

Quote
Trus kalau dalam aktivitas seharian diluar JAM MMD,
apakah ada bedanya seorang Riky (yg udah mahir MMD) dgn orang biasa?  :P
Maksudnya kalau sedang tidak MMD, apakah Riky spt seorang biasa?  :|
thanks! (sory mengenai burung kakak tuanya lho...)
MMD itu tidak terpaku pada waktu,tempat dll...Tidak ada jadwal ini dan itu,pada jam ini dan itu,harus ini dan itu... :)
Bedanya?Tidak ada bedanya antara saya dan kamu,yang ada hanya "sadar" atau "tidak sadar"?
Untuk menjadi "sadar" maka selamilah batin anda sendiri seperti kata SB,kalau untuk menjadi "tidak sadar" itu tidak butuh jawaban lagi bukan?:)
_/\_

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: El Sol on 17 September 2008, 01:11:45 AM
 [at] atas

MMD itu Vipassana!..

si Hudoyo itu cuma ganti namane jadi MMD dan tambah2in bumbu2 dari Krishnamurti..!!..

kok loe bisa sampe gitu begonya percaya dia yak?..


loe percaya dia karena dia panggil loe "anak Dhamma" yak?  :)) :)) :))

MWAHAHAHAHAHHAHAHHA...

ANAKKK DHAMMAA.... :)) :)) :))

duh..sakit perut jadine... :))

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 17 September 2008, 07:44:51 AM
:backtotopic:
Bro udah dibilang jangan tersingung....
Maaf sekali bro johan,saya bukan lah burung kakak tua seperti yang anda lontarkan...
Jadi kalau ingin berbicara,setidak2nya jaga ucapan anda yang kurang tepat dan tanpa argumen yang jelas tersebut... :)

Bro itu jokes nya burung kakak tua.... khayalan saya...
tidak ada lho gw bilang bro Riky itu burung kakak tua...
(eh tp ada yg senang sama jokes tsb lho, lumayan....)

Quote
Hi Riky,
Apakah setiap hari anda masih MMD? Berapa jam/hari?  :-[
Masih?Yang ada ya,saya bermeditasi,jam?Terserah saya...
Uhm..Kalau anda mau meditasi silakan dicoba saja,apakah dengan bertanya anda mendapatkan apa yang anda cari?Sudah saya tanyakan berulang kali kepada anda,"Apa yang anda cari sebenarnya?" :)

Apa yg saya cari? Ya belajar aja... selama yg dipelajarin itu TIDAK BERBAHAYA....
Bagaimana kalau saya privat aja sama Bro Riky lewat forum ini yg gampang2 aja?
Apakah diterima? Kalau diterima saya panggil bro Riky GURU/SEIFU
Disamping itu pasti deh.... member lain akan mendptkan manfaatnya....
  ^:)^

Quote
Trus kalau dalam aktivitas seharian diluar JAM MMD,
apakah ada bedanya seorang Riky (yg udah mahir MMD) dgn orang biasa?  :P
Maksudnya kalau sedang tidak MMD, apakah Riky spt seorang biasa?  :|
thanks! (sory mengenai burung kakak tuanya lho...)
MMD itu tidak terpaku pada waktu,tempat dll...Tidak ada jadwal ini dan itu,pada jam ini dan itu,harus ini dan itu... :)
Bedanya?Tidak ada bedanya antara saya dan kamu,yang ada hanya "sadar" atau "tidak sadar"?
Untuk menjadi "sadar" maka selamilah batin anda sendiri seperti kata SB,kalau untuk menjadi "tidak sadar" itu tidak butuh jawaban lagi bukan?:)
Ok, ngak tau perlu alat apa ya utk MENYELAMI BATIN GW ini.... Maklum masih TK

_/\_

Salam,
Riky

Bro Riky ngak marah toh!...........
eh... ngomong2 MUNAFIK itu seperti apa ya?  :|
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 17 September 2008, 07:51:41 AM
[at] atas

MMD itu Vipassana!..

si Hudoyo itu cuma ganti namane jadi MMD dan tambah2in bumbu2 dari Krishnamurti..!!..

kok loe bisa sampe gitu begonya percaya dia yak?..


loe percaya dia karena dia panggil loe "anak Dhamma" yak?  :)) :)) :))

MWAHAHAHAHAHHAHAHHA...

ANAKKK DHAMMAA.... :)) :)) :))

duh..sakit perut jadine... :))




 <:-P Indahnya berbeda pendapat!  :jempol:

Apakah MMD dpt membuat org jadi sakit PERUT? pls help!....
Apakah anak Dhamma sama spt itu GOLDEN BOY? (yg ada filmnya itu lho)


selama MMD bermanfaat, mau dipanggil apa aja is ok deh...
MMD = Mau? Menyelam Dulu....
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: J.W on 17 September 2008, 02:14:51 PM
[at] atas

MMD itu Vipassana!..

si Hudoyo itu cuma ganti namane jadi MMD dan tambah2in bumbu2 dari Krishnamurti..!!..

kok loe bisa sampe gitu begonya percaya dia yak?..


loe percaya dia karena dia panggil loe "anak Dhamma" yak?  :)) :)) :))

MWAHAHAHAHAHHAHAHHA...

ANAKKK DHAMMAA.... :)) :)) :))

duh..sakit perut jadine... :))



Selamat kembali ELSOLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL  :))

Semoga bisa membawa pencerahan :P
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 17 September 2008, 08:29:34 PM
Halo saudaraku om El sol yang baik,
Sepertinya sudah lama tidak nampak ya?Sudah kembali ol lagi ya?
Selamat datang dan bersenang2 ya,asal jangan "stress" sendiri ya.. :)

[at] atas
MMD itu Vipassana!..
Yap..Memang vipassana koq... :)

Quote
si Hudoyo itu cuma ganti namane jadi MMD dan tambah2in bumbu2 dari Krishnamurti..!!..
ganti namanya? :)
MMD=Meditasi Mengenal Diri,so?
"bumbu2"?Didalam ajaran Krishna tidak ada doktrin yang bisa dipegang dan dijadikan acuan dalam meditasi,lantas apa yang mau dijadikan bumbu saudara ku?:)

Quote
kok loe bisa sampe gitu begonya percaya dia yak?..
Lho,percaya apanya saudara el sol?Saya tidak mempercayai MMD maupun ajaran apapun,itu akan muncul ketika "aku" saya padam,dan sampai sekarang "aku" saya belum padam,lantas apa yang mesti saya percayai dan pegang?
Sang Buddha berkata,"Hidup adalah dukkha?"
Didalam dukkha apa yang mesti digengam dan dipercayai wahai saudaraku?
Saya menjalani MMD,karena MMD cocok untuk saya dan membuat saya menjadi lebih ringan dan bahagia dan sampai detik ini juga saya tidak mempunyai keyakinan 100% terhadap MMD,karena MMD itu untuk diselami bukan untuk di-iman-in.. :)
Ehipassiko...Ehipassiko...Ehipassiko..
Bukannya...Bercuap cuap...Bercuap cuap...Bercuap cuap...

Quote
loe percaya dia karena dia panggil loe "anak Dhamma" yak?  :)) :)) :))
Kalau hanya dipanggil "anak dhamma" saya percaya sama dia berati saya orang dungu dong?
Kata SB "kalama sutta" dan "ehipassiko",saya rasa anda sudah mempelajarinya juga bukan?
Oh ya apalah arti "anak dhamma"?Apakah label tersebut bisa membuat saya mencapai pencerahan? :)

Quote
MWAHAHAHAHAHHAHAHHA...
ANAKKK DHAMMAA.... :)) :)) :))
duh..sakit perut jadine... :))
Wow..Hanya mendengar kata "anak dhamma" sudah sakit perut?Gimana kalau mendengar saya sudah mencapai "kearahatan?" :))
Semoga lekas sembuh ya om El sol...
_/\_

Salam hangat,
Riky


[/quote]
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 17 September 2008, 08:39:29 PM
Bro itu jokes nya burung kakak tua.... khayalan saya...
tidak ada lho gw bilang bro Riky itu burung kakak tua...
(eh tp ada yg senang sama jokes tsb lho, lumayan....)
[/b][/color]
Ya..terserah lah..
Kan saya sudah bilang bahwa :
"Jangan hanya mencampurkan antara "pertanyaan" "ngejunk" dan "sindirin" didalam 1 kalimat karena akan terlihat munafik bagi saya.."

Quote
Apa yg saya cari? Ya belajar aja... selama yg dipelajarin itu TIDAK BERBAHAYA....
Belajar apa bro johan?Belajar berati ada yang dicari dong?
Misalkan saya bersekolah untuk mendapatkan ijasah,anda belajar untuk apa?Apa yang anda pelajari dan cari dari pelajaran tersebut?Darimana anda tahu apa yang anda pelajari tidak berbahaya atau berbahaya jika hanya melihat kulitnya saja tanpa mencoba isinya? :)

Quote
Bagaimana kalau saya privat aja sama Bro Riky lewat forum ini yg gampang2 aja?
Apakah diterima? Kalau diterima saya panggil bro Riky GURU/SEIFU
Disamping itu pasti deh.... member lain akan mendptkan manfaatnya....[/b][/color]  ^:)^
Privat?Saya sudah sarankan silakan pm pak hudoyo,kalau anda ingin bertanya silakan ,saya akan melayani anda semampu saya... :)

Quote
Ok, ngak tau perlu alat apa ya utk MENYELAMI BATIN GW ini.... Maklum masih TK
Terserah,JM8 mungkin?Tipitaka mungkin?Abhidhamma mungkin?Samatha mungkin?
Banyak koq jalan menuju roma,asal jangan tersesat/melekat didalam jalan itu saja.... :)

Quote
Bro Riky ngak marah toh!...........
eh... ngomong2 MUNAFIK itu seperti apa ya?  :|
Munafik menurut saya adalah berpura2 bertanya padahal berusaha mencari celah dari kesalahan orang lain,ketika dia gagal mencari celah maka dia pun mulai berceloteh dengan acara ngejunk dan sindir sana sini... :)
_/\_

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Umat Awam on 17 September 2008, 09:04:37 PM
:))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 17 September 2008, 09:07:50 PM
:))

:))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Adhitthana on 17 September 2008, 11:37:49 PM
:))

:))
 
 :))

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 18 September 2008, 08:51:47 AM
Quote
Ya..terserah lah..
Kan saya sudah bilang bahwa :
"Jangan hanya mencampurkan antara "pertanyaan" "ngejunk" dan "sindirin" didalam 1 kalimat karena akan terlihat munafik bagi saya.."
Thanks utk masukannya.... pertanyaan+ngejunk+sindiran = MUNAFIK... ?

Kalau Biksu lagi pinda pata (makan dlm mangkok besar).... Tuh SEMUA DICAMPUR JADI SATU...
spt juga kita makan gado2... ya semua campur jadi satu....begitu juga MMD adalah campuran/modif

menurut elSol.... vp+k+dll = MMD >> menurut saya bagus... (selama bermanfaat)


Quote
Belajar apa bro johan?Belajar berati ada yang dicari dong?
Misalkan saya bersekolah untuk mendapatkan ijasah,anda belajar untuk apa?Apa yang anda pelajari dan cari dari pelajaran tersebut?Darimana anda tahu apa yang anda pelajari tidak berbahaya atau berbahaya jika hanya melihat kulitnya saja tanpa mencoba isinya? :)
Belajar apa saja dan pada siapa saja selama tidak berbahaya/tindakan buruk...
Bagaimana tau itu tidak bahaya.... ya lihat hasilnya itu (Riky)!
Tapi Kalau nanyak Riky, lebih banyak didapatan MUTER-MUTER aja.... (alias pelit)

Quote
Privat?Saya sudah sarankan silakan pm pak hudoyo,kalau anda ingin bertanya silakan ,saya akan melayani anda semampu saya... :)
Ok... jangan kwatir mengenai pertanyaan..... siap PAK...

Quote
Munafik menurut saya adalah berpura2 bertanya padahal berusaha mencari celah dari kesalahan orang lain,ketika dia gagal mencari celah maka dia pun mulai berceloteh dengan acara ngejunk dan sindir sana sini... :)
_/\_
Salam,
Riky
berpura2 tanya, langsung 2 the point...apa saja........... nah yg penting juga jawabannya toh...
mencari kesalahan, kesalahan kita dicari orang..... (itu malah kita yg untung dong!)...
soal ngejunk apa bro Riky suka sama cerita burung tsb?....

Eh... udah lama sekali gw tidak ketik kata MUNAFIK lho............
seingat saya defenisi MUNAFIK itu adalah suara TOA mengganggu, tp yg pemakai bilang TIDAK..
kalau saya MUNAFIKnya dimana bro? (Tolong dicari kesalahannya)


 :backtotopic:

kata elsol MMD=vp+???  (bro Riky setuju)...
Quote
Yap..Memang vipassana koq... Smiley

padahal seingat saya Guru MMD bilang MMD tidak sama dgn VP..
.
jadi gimana? (boleh dijawab dgn sindiran, ngejunk, pura2, dll.... asal terjawab...
gw orangnya ngak REWEL koq,....)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 18 September 2008, 08:59:32 AM
[quote
Umat Awam, Ryu, Virya
:)) :)) :))
[/quote]

Daripada ketawa terus nanti perutnya kembung....
lebih baik kita MMD aja!.....

 :P Mau Menyelami Dulu.....(sesuai kepercayaan masing2)....  :P

 :backtotopic:
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 18 September 2008, 09:39:50 AM
Hati Hati lho "ngobrol" ama "arahat" bisa neraka hadiahnya.....aneh arahatnya bisa ngancem orang masuk neraka but well masa ada arahat suka online dan chatting trus sengaja nyindir orang agar orang nyindir dia balik trus kena neraka deh...arahat aneh.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 18 September 2008, 10:30:08 AM
Bro Riky,

apakah benar dgn magnet yg berkekuatan maha tinggi (diatas 1.000.000 gauze)
kalau ditempelkan diantara otak kita

dgn SEKETIKA

dpt MENGHENTIKAN

PIKIRAN.........kita

atau dlm MMD disebut berhentinya pikiran

Apakah percobaan tsb BERBAHAYA SEKALI?

Kalau pikiran bro Riky udah BERHENTI,... siapa atau bagian mana yg MEMBANGUNNYA?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 18 September 2008, 10:32:06 AM
Bisa jelaskan kalau kerjanya jantung (memompa)
apakah memakai pikiran? kenapa?
Bagian otak mana yg mengatur pompanya jantung?
Apakah ada yg ngatur? siapa yg mengatur?

Apakah jantung berpompa juga termasuk BERHENTINYA PIKIRAN?

thanks!
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 18 September 2008, 10:36:48 AM
Kalau org yg melatih MMD (tingkat tinggi)
dan masih mudah,....

apakah dia masih (berniat) PACARAN?

Kalau boleh dijawab... apakah Riky juga masih/berminat PACARAN?
(kalau merasa terlalu pribadi ya ngak usah dijawab,...
cuma gw pingin tau MMD bisa/boleh kemana?)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 18 September 2008, 10:37:56 AM
Dalam satu hari...............

berapa sering pikiran Bro Riky BERHENTI?
koq bisa tau pikirannya BERHENTI?

thanks again!....(dijawab lho...)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 18 September 2008, 10:40:10 AM
Hati Hati lho "ngobrol" ama "arahat" bisa neraka hadiahnya.....aneh arahatnya bisa ngancem orang masuk neraka but well masa ada arahat suka online dan chatting trus sengaja nyindir orang agar orang nyindir dia balik trus kena neraka deh...arahat aneh.

Bro bisa juga kemungkinannya sama2 arahat... jadi ngak EFEK gitu...

ngomong2 arahat apakah masih bisa ngomong JOROK atau NYINDIR?

apakah praktisi MMD umumnya suka NYINDIR?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 18 September 2008, 09:16:57 PM
Saudara johan yang baik,untuk menghemat waktu saya,saya hanya sanggup berkata kepada anda,"Praktekanlah,ehipassikokanlah..."
Jika anda tidak berminat,tinggalkanlah....
_/\_

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 18 September 2008, 09:19:17 PM
Hati Hati lho "ngobrol" ama "arahat" bisa neraka hadiahnya.....aneh arahatnya bisa ngancem orang masuk neraka but well masa ada arahat suka online dan chatting trus sengaja nyindir orang agar orang nyindir dia balik trus kena neraka deh...arahat aneh.
Arahat yang mana om nyana?
Siapa yang arahat?Saya juga mau dong berkenalan dengan arahat ala nyana... :)
Titip salam ya sama dia... Thank's...
_/\_

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 18 September 2008, 10:10:49 PM
Saudara johan yang baik,untuk menghemat waktu saya,saya hanya sanggup berkata kepada anda,"Praktekanlah,ehipassikokanlah..."
Jika anda tidak berminat,tinggalkanlah....
_/\_

Salam,
Riky

Mulai dari mana bro Riky prakteknya?

thanks lho!
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Umat Awam on 18 September 2008, 10:25:45 PM
 [at]  johan, dimulai dari langkah Awal aja, karena langkah awal adalah langkah terakhir.... ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 19 September 2008, 07:53:11 AM
[at]  johan, dimulai dari langkah Awal aja, karena langkah awal adalah langkah terakhir.... ;D

Wah... ini sangat menyesatkan.....

tanpa menjelaskan....

apa itu langkah awal, apa itu langkah akhir............
(dan apakah yg ditengah-tengah itu melayang?)....

Kalau langkah awal adalah langkah akhir....
maka bisa juga memulai dari langkah akhir dong...........

Ini pelajaran disco dancer atau apa ya Bro?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 19 September 2008, 07:43:54 PM
Saudara johan yang baik,untuk menghemat waktu saya,saya hanya sanggup berkata kepada anda,"Praktekanlah,ehipassikokanlah..."
Jika anda tidak berminat,tinggalkanlah....
_/\_

Salam,
Riky

Mulai dari mana bro Riky prakteknya?

thanks lho!
Bukankah anda juga join didalam kaskus?Kenapa tidak tanyakan saja kepada pak hudoyo?
Pak hudoyo adalah orang yang ramah dan baik menurut saya,silakan ditanyakan saja... :)
_/\_

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 19 September 2008, 07:46:05 PM
[at]  johan, dimulai dari langkah Awal aja, karena langkah awal adalah langkah terakhir.... ;D
Jika anda memang tidak tahu apa2,alangkah baiknya anda diam saja untuk mencegah munculnya hal2 yang tidak diperlukan...
Jika anda merasa tahu,maka cobalah prakteklah dan buktikan,jika "menyesatkan" atau "membodohkan" anda,silakan anda tinggalkan secepat mungkin(as soon as possible).. :)
_/\_

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 19 September 2008, 08:12:23 PM
Saudara johan yang baik,untuk menghemat waktu saya,saya hanya sanggup berkata kepada anda,"Praktekanlah,ehipassikokanlah..."
Jika anda tidak berminat,tinggalkanlah....
_/\_

Salam,
Riky

Mulai dari mana bro Riky prakteknya?

thanks lho!
Bukankah anda juga join didalam kaskus?Kenapa tidak tanyakan saja kepada pak hudoyo?
Pak hudoyo adalah orang yang ramah dan baik menurut saya,silakan ditanyakan saja... :)
_/\_

Salam,
Riky

pepatah mengatakan,

jangan mengaji manager utk mengupas bawang...

sekali lagi jangan tersinggung..........

(learning is fun.... it make me happy,,,, and happy)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 19 September 2008, 08:22:24 PM
[at]  johan, dimulai dari langkah Awal aja, karena langkah awal adalah langkah terakhir.... ;D
Jika anda memang tidak tahu apa2,alangkah baiknya anda diam saja untuk mencegah munculnya hal2 yang tidak diperlukan...
Jika anda merasa tahu,maka cobalah prakteklah dan buktikan,jika "menyesatkan" atau "membodohkan" anda,silakan anda tinggalkan secepat mungkin(as soon as possible).. :)
_/\_

Salam,
Riky

sebagai seorang yg memiliki semangat belajar...............

kita harus berasumsi :

kita itu "bodoh"

kita itu "lapar".... (ingin tau)....

dan selalu bertanya pada siapapun....

termasuk yg pengetahuan/pengalamannya yg lebih kurang dari kita....

termasuk tanya sama orang gila.... juga bisa....

tetapi hati2 jaga jarak.... kalau ngak bisa DIGIGIT.....

Quote
johan, dimulai dari langkah Awal aja, karena langkah awal adalah langkah terakhir.
pertanyaan saya apakah itu DISCO DANCE????

mengenai pak Hudoyo....
kalau berjodoh... dan pak Hudoyo mengadakan training MMD di Surabaya
dengan sangat amat luar biasa... saya akan mengikutin MMD tsb..........
(dan itu tidak ada sangkut pautnya dgn apa yg tertulis di forum ini....
kita kan bahas membahas..... tukar pikiran,.... dan sedikit disco dance...

koq bro Riky kelihatannya, agak, agak,.... ya sudahlah....

Quote
Jika anda memang tidak tahu apa2,alangkah baiknya anda diam saja untuk mencegah munculnya hal2 yang tidak diperlukan...
Kalau saya tidak tau, saya akan tanya....(gw ini orgnya senang bertanya)....

APAKAH BERTANYA DPT MENGAKIBATKAN KEMATIAN?
APAKAH BERTANYA DPT MENDAPATKAN SANTET?
APAKAH SEWAKTU SAYA BERTANYA PIKIRAN ANDA BERHENTI?

Bro apakah bisa bantu di Check.... apakah pikiran saya sebenarnya udah MENDEKATIN BERHENTI...
soalnya udah amat amat sangat lama gw posting ngak pernah emosi lho.....

APAKAH ITU JUGA MERUPAKAN SUATU PENYAKIT?
APAKAH PENYAKIT ITU BISA DIOBATIN?

with LOVE,
johan3000
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 19 September 2008, 08:31:07 PM
[at]johan
Anda sudah salah langkah dalam menangkap postingan saya,buang dahulu air didalam cangkir anda yang perlu dengan pertanyaan ini dan itu...
kalimat saya itu ditujukan untuk saudara Umat_Awam yang dia postingkan kepada anda... :)
_/\_

Salam hangat,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 19 September 2008, 08:41:44 PM
Johan dah maen lope lope an euy, gawat nih, jangan2 Ryan kedua :)) ati2 riky :))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 19 September 2008, 08:42:48 PM
[at]johan
Anda sudah salah langkah dalam menangkap postingan saya,buang dahulu air didalam cangkir anda yang perlu dengan pertanyaan ini dan itu...
kalimat saya itu ditujukan untuk saudara Umat_Awam yang dia postingkan kepada anda... :)
_/\_

Salam hangat,
Riky

tETApi darimanakah umat awam mendptkan kalimat tsb?

mau posting umat awam , umat baru, umat lama.....

Quote
[at]  johan, dimulai dari langkah Awal aja, karena langkah awal adalah langkah terakhir.... Grin

saya cuma menaggapin statement tsb...................
dan rasanya yg berkompetent dalam hal langkah awal = langkah akhir.... kan bro Riky.....

kalau gw salah.... coba deh sekali lagi nunjukin LANGKAH2 YG BENAR SPT APA?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 19 September 2008, 08:44:56 PM
Johan dah maen lope lope an euy, gawat nih, jangan2 Ryan kedua :)) ati2 riky :))

Apa itu artinya bro.............. gw terpaksa cabut dulu...
kalau tidak absensi nya nanti BOLONG..............
(udah telat tuh... kelasnya)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 19 September 2008, 08:59:57 PM
tETApi darimanakah umat awam mendptkan kalimat tsb?
mau posting umat awam , umat baru, umat lama.....

saya cuma menaggapin statement tsb...................
dan rasanya yg berkompetent dalam hal langkah awal = langkah akhir.... kan bro Riky.....
Saya quotekan dari awal saja :
Saudara johan yang baik,untuk menghemat waktu saya,saya hanya sanggup berkata kepada anda,"Praktekanlah,ehipassikokanlah..."
Jika anda tidak berminat,tinggalkanlah....
_/\_

Salam,
Riky

Mulai dari mana bro Riky prakteknya?

thanks lho!
Anda bertanya tentang prakteknya dari mana...
Kemudian saudara Umat nimbrung dan menjawab(Saya tidak tahu tujuannya apa,apakah menyindir atau lainnya?) :
[at]  johan, dimulai dari langkah Awal aja, karena langkah awal adalah langkah terakhir.... ;D

Kemudian saya menanggapi postingan saudara umat:
[at]  johan, dimulai dari langkah Awal aja, karena langkah awal adalah langkah terakhir.... ;D
Jika anda memang tidak tahu apa2,alangkah baiknya anda diam saja untuk mencegah munculnya hal2 yang tidak diperlukan...
Jika anda merasa tahu,maka cobalah prakteklah dan buktikan,jika "menyesatkan" atau "membodohkan" anda,silakan anda tinggalkan secepat mungkin(as soon as possible).. :)
_/\_

Salam,
Riky
Coba anda baca seksama dari atas yang saya jelaskan...
Jelas postingan saya ditujukan untuk saudara Umat...
Jadi tidakkah menurut anda,anda salah menangkap makna kalimat saya? :)


Quote
kalau gw salah.... coba deh sekali lagi nunjukin LANGKAH2 YG BENAR SPT APA?
Langkah2 apa saudara johan?
Didalam MMD tidak ada ini dan itu,yang ada mungkin instruksi,silakan ditanyakan kepada pak hudoyo saja selaku guru pembimbing... :)
Daripada saya?Tar anda menjadi kayak saya lho yang disebut "sampah" "ego kuat" entah apa lagi lah... :)
_/\_

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 19 September 2008, 09:38:47 PM
Quote
umat Awam

dimulai dari langkah Awal aja, karena langkah awal adalah langkah terakhir...

Hayo Umat Awam... coba jelaskan arti kalimat tsb menurut MMD.....

kenapa langkah awal = langkah akhir?....

tims!
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 19 September 2008, 09:42:58 PM
tETApi darimanakah umat awam mendptkan kalimat tsb?
mau posting umat awam , umat baru, umat lama.....

saya cuma menaggapin statement tsb...................
dan rasanya yg berkompetent dalam hal langkah awal = langkah akhir.... kan bro Riky.....
Saya quotekan dari awal saja :
Saudara johan yang baik,untuk menghemat waktu saya,saya hanya sanggup berkata kepada anda,"Praktekanlah,ehipassikokanlah..."
Jika anda tidak berminat,tinggalkanlah....
_/\_

Salam,
Riky

Mulai dari mana bro Riky prakteknya?

thanks lho!
Anda bertanya tentang prakteknya dari mana...
Kemudian saudara Umat nimbrung dan menjawab(Saya tidak tahu tujuannya apa,apakah menyindir atau lainnya?) :
[at]  johan, dimulai dari langkah Awal aja, karena langkah awal adalah langkah terakhir.... ;D

Kemudian saya menanggapi postingan saudara umat:
[at]  johan, dimulai dari langkah Awal aja, karena langkah awal adalah langkah terakhir.... ;D
Jika anda memang tidak tahu apa2,alangkah baiknya anda diam saja untuk mencegah munculnya hal2 yang tidak diperlukan...
Jika anda merasa tahu,maka cobalah prakteklah dan buktikan,jika "menyesatkan" atau "membodohkan" anda,silakan anda tinggalkan secepat mungkin(as soon as possible).. :)
_/\_

Salam,
Riky
Coba anda baca seksama dari atas yang saya jelaskan...
Jelas postingan saya ditujukan untuk saudara Umat...
Jadi tidakkah menurut anda,anda salah menangkap makna kalimat saya? :)


Quote
kalau gw salah.... coba deh sekali lagi nunjukin LANGKAH2 YG BENAR SPT APA?
Langkah2 apa saudara johan?
Didalam MMD tidak ada ini dan itu,yang ada mungkin instruksi,silakan ditanyakan kepada pak hudoyo saja selaku guru pembimbing... :)
Daripada saya?Tar anda menjadi kayak saya lho yang disebut "sampah" "ego kuat" entah apa lagi lah... :)
_/\_

Salam,
Riky

Mana tau suatu saat bro Riky akan menjadi guru MMD yg baik dan terkenal?
jadi ngak ada salahnya jadi guru kita sekarang...........

Bagaimana bro Riky bisa tau MMD adalah yg terbaik utk bro?
tolak ukurnya apa? faktanya apa? seberapa significant pengaruhnya terhadap posting bro Riky (sebelum n sesudah MMD)?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: uwi on 19 September 2008, 09:56:44 PM
guru apa to? (terjemahan: guru apa sih?)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 19 September 2008, 10:09:35 PM
guru apa to? (terjemahan: guru apa sih?)

Guru adalah seseorang duluan belajar sesuatu....
Guru adalah seseorang yg lebih dulu mengetahui sesuatu...
dan belum ada jaminan dia itu lebih pinter dari muridnya...

Guru harus berpandangan bahwa semua muridnya dpt lebih pinter dari dia....

kira-kira begitulah......
contoh nyata : guru kencing berdiri, murid kencing berlari....(cepat muridnya dong)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 20 September 2008, 01:07:07 PM
Mana tau suatu saat bro Riky akan menjadi guru MMD yg baik dan terkenal?
jadi ngak ada salahnya jadi guru kita sekarang...........
Suatu saat itu hanya angan2 bro johan,lebih baik disadari saja daripada diangan2kan seperti hutopis tanpa makna...
Daripada melihat orang lain menjadi guru yang baik dan terkenal ngak ada salahnya jika anda menjadi guru bagi diri anda sendiri...

Quote
Bagaimana bro Riky bisa tau MMD adalah yg terbaik utk bro?
tolak ukurnya apa? faktanya apa? seberapa significant pengaruhnya terhadap posting bro Riky (sebelum n sesudah MMD)?
Apa tolak ukur sebuah kebenaran menurut diri anda sendiri dan seluruh ilmu pengetahuan yang ada di alam semesta ini?
Soal pengaruh bagaimana pun itu hanya diketahui oleh saya sendiri sebagai seorang praktisi seperti yang sudah saya katakan kepada anda,rasa apel ada dilidah saya bukan dilidah siapapun yang tidak pernah mencoba mencicipi apel tersebut...
_/\_

Salam,
Riky
Title: apakah pemahaman Triratna menurut bapak Hudoyo?
Post by: tesla on 20 September 2008, 02:28:56 PM
REKAPITULASI DISKUSI HOK BEN, HUDOYO, NONGPOY(?), EDWARD TESLA

Dari: http:///showthread.php?t=879308&page=29

HOK BEN:

Boleh dishare disini pak, apakah pemahaman Triratna menurut bapak?
Apakah arti Buddha bagi bapak?
Apakah arti Dhamma bagi bapak?
Apakah arti Sangha bagi bapak?
Namaste,
H0xB3n


HUDOYO:

Tolong di-share dulu apa Tiratana itu menurut Anda.

Salam,
semar


HOK BEN:

hehehe... ok dh... jika Bapak emang menghendaki..  dari apa yang saya pernah pelajari dari pengajaran Lamrim.
Triratna menurut saya bisa berarti dua, pemahaman umum dan pemahaman yang lebih dalam. Triratna yang terdiri dari Buddha, Dhamma dan Sangha, secara umum berarti Sang Buddha Sakyamuni (Buddha), Teks2 Ajaran (Dhamma), dan para Siswa Sang Buddha yang mengambil vinaya (Sangha). Ini adalah Triratna yang diluar diri kita.
Dalam artian lain Buddha mengacu pada "benih Buddha" yang ada dalam setiap mahluk, yaitu kualitas Buddha yang belum dicapai. Dhamma mengacu pada realisasi dari para Arya yang telah merealisasikan akhir dari dukkha. Sangha adalah Arya Sangha, terlepas apakah mereka monk atau bukan, adalah mereka yang telah memperoleh hasil dari prakteknya, yang biasa disebut Sotapanna, Sakadagami, Anagami, Arahat dan kesepuluh tingkat Bodhisattva Bumi. Ini adalah Triratna yang di dalam diri kita, yang mana kualitasnya belum dicapai (oleh saya, ga tau sh kalo orang laen)...

bagaimana dengan arti Triratna menurut bapak?
Apakah arti Buddha bagi bapak?
Apakah arti Dhamma bagi bapak?
Apakah arti Sangha bagi bapak?


HUDOYO:

Bagi saya, Tiratana bukanlah Buddha yang sudah mencapai parinibbana, bukanlah isi kitab suci Buddhis apa pun, bukanlah bhikkhu yang pakai jubah kuning ... karena saya tidak berlindung kepada mereka.

Tiratana sebagai satu kesatuan, Kebenaran, ada di dalam batin setiap orang, dan segala sesuatu yang datang dari luar harus dibuktikan di dalam batin sendiri. ... Di situlah saya berlindung.

Tiratana itu bukan suatu obyek yang bisa dimiliki ... alih-alih, Tiratana harus terus-menerus digali, diselami dalam batin sendiri, selama orang belum bebas sempurna ... Kalau orang merasa sudah memiliki Tiratana, ia akan berhenti menggali, dan ia akan menjadi Buddhis yang remeh (mediocre) ... yang pergi ke vihara sekali seminggu, tapi terus mengejar kenikmatan dan kepuasan indrawi, tanpa menerapkan ajaran pembebasan dari Sang Buddha sama sekali ... Sebaliknya, bila ia menyadari hakikat dukkha dalam eksistensinya, dalam kehidupannya, maka ia akan mulai mencari sebab-musabab dukkha dalam batinnya sendiri ... yang adalah pikirannya & akunya sendiri ... di situlah pada akhirnya ia akan menemukan Tiratana yang sejati dalam pembebasan sempurna ...

"attadipa, attasarana, dhammadipa, dhammasarana, anannyasarana"
"Jadikan dirimu sendiri sebagai pelita, berlindunglah pada dirimu sendiri,
Jadikan Kebenaran sebagai pelita, berlindunglah pada Kebenaran,
Jangan berlindung pada sesuatu yang lain."

[Buddha Gautama]


HOK BEN:

ok, sepakat...
konsep berlindung sebenarnya lebih ke peningkatan kualitas Triratna dalam diri sendiri sehingga perlindungan pada Triratna adalah menjadi bagian dari Triratna itu sendiri.


NONGPOY (pendatang baru di Kaskus):

Tahukah anda kepanjangan MMD yang paling tepat...?

Manipulator Meditasi Dhamma...

mengapa...?  coba perhatikan kata dhammadipa, dhammasarana, Arti kata Dhamma disini dimanipulasi oleh mbah Semar, bahwa ini adalah kebenaran....:thumbdown. dia memanipulasi kata Dhamma diselewengkan artinya menjadi kebenaran, padahal sebenarnya arti dari Dhamma diatas, anak SD juga tahu bahwa yang dijadikan perlindungan oleh umat Buddha adalah Dhamma ajaran Sang Buddha.....

kebenaran ada di agama lain tetapi kebenaran di agama lain tidak dijadikan perlindungan oleh umat Buddha.
Sedangkan arti katanya secara jelas mengatakan perlindungan dan setiap kebaktian secara jelas umat Buddha menyatakan berlindung pada Buddha dan Dhamma !!!

PERINGATAN : HATI-HATI...!!! TERJEMAHAN MBAH SEMAR...  !!! DIMANIPULASI...!!!

Netter sekalian, jangan sekali-kali anda mempercayai penerjemahan dari penerjemah tanpa integritas seperti ini.

semua linknya harus kita curigai... karena banyak lagi hal-hal manipulasi yang dia lakukan.. sejak dahulu kala..... coba anda amati semua postingannya...

bandingkan dengan penerjemahan yang benar...

"Jadikan dirimu sendiri sebagai pelita, berlindunglah pada dirimu sendiri,
Jadikan Dhamma sebagai pelita, berlindunglah pada Dhamma,
Jangan berlindung pada sesuatu yang lain."

oh ya anda sudah membaca link dia mengenai pengalaman Dewi Lestari...? Saya tidak melihat Dewi Lestari mengungkapkan pengalaman meditasinya di blognya.... yang di link oleh mbah Semar...


HUDOYO:

KEBENARAN/DHAMMA itu satu ... Kebenaran/Dhamma itu bukan milik satu agama saja, Kebenaran/Dhamma itu bukan milik satu guru saja --betapa pun agungnya dia-- Kebenaran/Dhamma itu tidak punya label yang eksklusif ... Tidak ada "Kebenaran A", "Kebenaran B", "Kebenaran C" ...

Dhamma yang hanya ada dalam agama Buddha saja --atau kebenaran yang terdapat dalam agama A,B,C secara eksklusif saja-- hanyalah "telunjuk-telunjuk" --bukan kebenaran sejati-- yang menunjuk kepada KEBENARAN yang satu dan tak terjangkau oleh pikiran dan kata-kata.

Jadi, terjemahan saya tentang 'dhammadipa, dhammasarana' sudah benar ... itu berlaku untuk semua orang dari agama apa saja, bukan hanya untuk umat Buddha saja. 

Quote
oh ya anda sudah membaca link dia mengenai pengalaman Dewi Lestari...? Saya tidak melihat Dewi Lestari mengungkapkan pengalaman meditasinya di blognya.... yang di link oleh mbah Semar...

Sudah saya perbaiki link-nya:
http://dee-idea.blogspot.com/search?updated-max=2007-07-08T21%3A58%3A00%2B07%3A00&max-results=7 (http://dee-idea.blogspot.com/search?updated-max=2007-07-08T21%3A58%3A00%2B07%3A00&max-results=7)

Salam,
semar

PS: Selamat datang di Kaskus dan di thread ini untuk Mas Nongpoy. Tolong sampaikan salam saya untuk Rekan Fabian di DC. Anda adiknya? Kok gaya tulisannya sama? ;)


EDWARD TESLA:

Quote
mengapa...?  coba perhatikan kata dhammadipa, dhammasarana, Arti kata Dhamma disini dimanipulasi oleh mbah Semar, bahwa ini adalah kebenaran....:thumbdown. dia memanipulasi kata Dhamma diselewengkan artinya menjadi kebenaran, padahal sebenarnya arti dari Dhamma diatas, anak SD juga tahu bahwa yang dijadikan perlindungan oleh umat Buddha adalah Dhamma ajaran Sang Buddha.....

namaste
hormat kepada anda,

Dhamma memang artinya adalah kebenaran, tidak ada penyelewengan arti di sini. mungkin dhamma yg dikenal oleh anak SD adalah Dhamma yg hanya diajarkan oleh Sang Buddha. namun sebagai umat Buddhist yg cukup memahami, akan tahu bahwa dhamma/kebenaran tidak hanya terbatas pada ajaran Buddha.

Quote
kebenaran ada di agama lain tetapi kebenaran di agama lain tidak dijadikan perlindungan oleh umat Buddha.
Sedangkan arti katanya secara jelas mengatakan perlindungan dan setiap kebaktian secara jelas umat Buddha menyatakan berlindung pada Buddha dan Dhamma !!!

di salah satu seminar yg diselengarakan oleh Bhante Uttamo, Suhu Xian Bing dan Romy Rafael (salah seorang pakar hipnotis Indonesia) pada 8 Maret 2008 yg lalu. Ada juga salah satu umat Buddhist yg seperti Anda. Di sana adalah satu umat Buddha yg mengajukan pernyataan kepada Romy Rafael bahwa semua yg dipresentasikan pada hari itu sudah ada dalam ajaran Sang Buddha. Bhante Uttamo pun memberikan “sentilan” yang cukup mengena kepada umat tersebut, bahwa kebenaran ada di semua jalan (baca: agama), karena yang paling utama adalah manusianya itu sendiri yang mau jadi orang baik atau tidak, sedangkan jalan yang dia pilih bisa apa saja (sesuai kecocokan hatinya).

Quote
"Jadikan dirimu sendiri sebagai pelita, berlindunglah pada dirimu sendiri,
Jadikan Dhamma sebagai pelita, berlindunglah pada Dhamma,
Jangan berlindung pada sesuatu yang lain."

terjemahan ini juga benar :)
dhamma adalah bahasa Pali, dalam bahasa indonesianya boleh diterjemahkan sebagai kebenaran. dan dalam bahasa sansekerta, boleh diterjemahkan sebagai dharma. silahkan gunakan kata yg cocok dengan hati masing2.

semoga Anda terlepas dari penderitaan :flower:
Title: Re: apakah pemahaman Triratna menurut bapak Hudoyo?
Post by: ryu on 20 September 2008, 02:40:16 PM
*delete* OOT

:backtotopic:
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 20 September 2008, 04:09:13 PM
Apakah gaya posting, content, cara penyampaian, keramah tamahan,
kejujuran, kehangatan, kebenaran, keinginan utk mengajar.... dari seorang yg

 :)) SEBELUM dan SESUDAH belajar MMD

   BERBEDA?
  :))

tanya kenapa?  ^:)^
Title: Re: apakah pemahaman Triratna menurut bapak Hudoyo?
Post by: ryu on 20 September 2008, 04:14:45 PM
HUDOYO:

Dulu, ketika saya baru masuk Agama Buddha (1966-1968) dan mempelajari ajaran Sang Guru secara intelektual, setiap hari saya mengucapkan "Buddham saranam gacchami ... dst". Bagi saya, di situ "berlindung" berarti "mengingat". Kalau saya mengingat Buddha, Dhamma & Sangha, saya bisa terhindar dari pikiran, perkataan & perbuatan akusala (tidak baik). Begitu pengertian saya pada waktu itu.

Pada tahun 1968, saya menjalani retret vipassana pertama kali dalam hidup saya di bawah bimbingan alm. Bhikkhu Girirakkhito (Mahathera) di Vihara Nagasena, Pacet. Retret itu berlangsung selama dua minggu penuh. Di situ saya belajar mengamati pikiran-pikiran saya secara pasif, tanpa memilih & menolak. Pikiran-pikiran baik (kusala) tidak dilekati, dan pikiran-pikiran buruk (akusala) tidak ditolak. Cukup diamati saja secara pasif, sehingga kedua-duanya (kusala & akusala) runtuh, tidak menjelma menjadi karma baru. Jadi bagi saya, vipassana berarti "berhenti membuat karma baru."

Sejak saat itu sampai sekarang, sebagai pemeditasi vipassana, Tisarana (berlindung kepada Buddha, Dhamma & Sangha) tidak lebih daripada sekadar ritual belaka, yang tidak berarti apa-apa bagi batin saya sendiri. Tetapi itu tidak berarti bahwa saya menolak membaca Tisarana sama sekali; saya tetap membaca Tisarana apabila saya berada bersama umat Buddha yang lain, demi memberikan teladan bagi mereka yang masih berkutat dengan pikirannya.

Bahkan kemarin, ketika membimbing MMD Akhir Pekan di Vihara Siripada, Tangerang, seperti biasanya, saya memimpin para peserta MMD yang beragama Buddha untuk mengawali retret (pada 16 Nov 2007) dengan melakukan ritual kecil: Namaskara, membaca Vandana, Tisarana & Atthasila; kemudian mengakhiri retret (pada 18 Nov 2007) dengan kembali melakukan ritual: Namaskara, membaca Vandana, Tisarana & Pancasila.

Namun, saya menekankan pada para peserta bahwa selama retret berlangsung (3 hari 2 malam) itu tidak ada lagi ritual apa pun: keluar masuk Dhammasala (ruang kebaktian di vihara tersebut), tempat meditasi duduk dilakukan, peserta retret TIDAK PERLU bernamaskara kepada patung Buddha, apalagi membaca paritta, dsb. Di dalam kesadaran vipassana, melakukan ritual (apa pun) berarti sama dengan melekat kepada ritual (silabata-paramasa); ritual memang suatu perbuatan baik (kusala), tetapi tidak sesuai dengan maksud & tujuan vipassana itu sendiri, yakni "mengakhiri semua karma baru (termasuk membuat karma yang baik)." (Itulah sebabnya di ruang meditasi vipassana versi Goenka tidak ada simbol-simbol agama Buddha sama sekali, termasuk tidak ada patung Buddha.)

***

Nah, kepada teman-teman Buddhis, marilah kita merenungi batin kita masing-masing: Apakah saya mempelajari ajaran Sang Guru hanya secara intelektual belaka? Ataukah saya sudah mengembangkan kesadaran vipassana, yang sesungguhnya adalah intisari ajaran Sang Guru sendiri?

"Seperti rasa asin meresapi air di seluruh samudra, para bhikkhu, begitu pula 'pembebasan' meresapi seluruh ajaran-Ku." (Buddha Gotama)

Salam,
Hudoyo
Title: Re: apakah pemahaman Triratna menurut bapak Hudoyo?
Post by: morpheus on 20 September 2008, 04:21:35 PM
wah, semangat sekali ya...
sampai ke kaskus pun masih dikejar dan dikecam beramai2 hehehe...

Title: Re: apakah pemahaman Triratna menurut bapak Hudoyo?
Post by: ryu on 20 September 2008, 04:26:14 PM
Yah itulah hukum karma om morph :))
Title: Re: apakah pemahaman Triratna menurut bapak Hudoyo?
Post by: morpheus on 20 September 2008, 04:29:20 PM
oh iya, sama seperti yg saya baca di detik, maling sepeda motor dibakar hidup2 oleh massa. pantes tuh dia dibakar, salah sendiri. udah karmanya ya...
Title: Re: apakah pemahaman Triratna menurut bapak Hudoyo?
Post by: ryu on 20 September 2008, 04:35:59 PM
Bener, pinterrrrr, 100, kalo gak mau kena karma yah berhenti lah :))
Title: Re: apakah pemahaman Triratna menurut bapak Hudoyo?
Post by: HokBen on 20 September 2008, 05:06:48 PM
:D

diskusi gw ama pak hud mampir juga disini...
yah.. karena pak hud disono udah meminta gw untuk ga nanya2 lagi.. udahan dh jadinya....
padahal gw masih lum puas tuh ttg pertanyaan gw disana seputar keterkondisian ego...

cuma berhubung mau weekend ya dipuas2in aja dulu dh...
peace...

 [at] morph...
pak hud merasa dikejar dan dikecam yah?
prasaan tanya jawab ama gw baek2 aja tuh... :))
Title: Re: apakah pemahaman Triratna menurut bapak Hudoyo?
Post by: morpheus on 20 September 2008, 05:13:08 PM
[at] morph...
pak hud merasa dikejar dan dikecam yah?
prasaan tanya jawab ama gw baek2 aja tuh... :))
pertanyaan anda aneh, bang hokben...
menurut saya sih kalo ada orang register forum kaskus dan posting pertamanya ngata2in "manipulator", saya gak punya kata yg lebih tepat selain "dikejar".

Title: Re: apakah pemahaman Triratna menurut bapak Hudoyo?
Post by: HokBen on 20 September 2008, 05:17:39 PM
oohhh...
diskusi soal "manipulator" ama Nong Poy toh... gw kagak tahu sh kalo itu...

kalo pak hud sama gw sh gw ngerasanya asyik2 aja tuh... :D

btw, di sono pak hud sempat menduga kalo Nong Poy itu adalah Fabian di DC...
bener atau nggak ya cuma Nong Poy yang tau...
Title: Re: apakah pemahaman Triratna menurut bapak Hudoyo?
Post by: ryu on 20 September 2008, 05:21:49 PM
ada yang adu domba.
Pastinya dombanya pada di adu :))

Ada yang merasa disakiti, ada yang merasa terhina, ada yang merasa di usir, maka politik adu domba dilancarkan akhirnya ya begini lah :))

Beginilah Dukkha deritanya tiada akhir :))
Title: Re: apakah pemahaman Triratna menurut bapak Hudoyo?
Post by: HokBen on 20 September 2008, 05:24:17 PM
 [at] ryu...
devide et impera...

ga cuma pemilu 2009 yah yg seru...
forum pun ada politiknya juga yah...
Title: Re: apakah pemahaman Triratna menurut bapak Hudoyo?
Post by: ryu on 20 September 2008, 05:31:25 PM
Yahh.  kebayang kalau ada hacker, trus sakit hati, bisa kejadian perang dulu kaskus diserang DDOS tuh :))

Makanya aneh kalo liatin sikap Bpk Hudoyo yang kekanak2an :))
Title: Re: apakah pemahaman Triratna menurut bapak Hudoyo?
Post by: hanes on 20 September 2008, 05:36:49 PM
wah wah wah.
ribut apa lg neh ?
alamakkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
Title: Re: apakah pemahaman Triratna menurut bapak Hudoyo?
Post by: morpheus on 20 September 2008, 05:39:07 PM
kenapa susah2 main tebak... kita tanya aja sambil baca "musavada veramani sikkhapadam samadiyami" :)
adu domba atau bukan, saya pikir tulisan nongpoy ini menunjukkan kekotoran batin yg tebal... setuju?

Title: Re: apakah pemahaman Triratna menurut bapak Hudoyo?
Post by: ryu on 20 September 2008, 05:40:42 PM
wah wah wah.
ribut apa lg neh ?
alamakkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
hush anak kecil ga boleh masuk :))
Title: Re: apakah pemahaman Triratna menurut bapak Hudoyo?
Post by: hanes on 20 September 2008, 05:44:41 PM
wah wah wah.
ribut apa lg neh ?
alamakkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
hush anak kecil ga boleh masuk :))
ampun cekkkk.
gk masuk lg dah.
pening juga liat yg ginian.
Title: Re: apakah pemahaman Triratna menurut bapak Hudoyo?
Post by: ryu on 20 September 2008, 05:47:52 PM
kenapa susah2 main tebak... kita tanya aja sambil baca "musavada veramani sikkhapadam samadiyami" :)
adu domba atau bukan, saya pikir tulisan nongpoy ini menunjukkan kekotoran batin yg tebal... setuju?


Seperti apakah kekotoran batin itu ?
Yang pertama Adu domba khan sudah ketauan :))
Menjelek2kan forum ini di sana karena merasa ditempatkan di tempat sampah. Padahal disini blom di buat tuh thread tong sampah kakakakak :))
Kalo MMD dimasukin ke benar2 tempat sampah baru boleh tuh ngamuk2 :))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 20 September 2008, 06:02:37 PM
Dulu tuh Thread dia dimasukan tong sampah di kaskus kenapa kaga protes tuh kakakakak :))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: morpheus on 20 September 2008, 06:19:40 PM
setuju gak?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 20 September 2008, 06:26:07 PM
Setuju apaan oom :))
Perlu pake sumpah pocong gak :))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Semit on 20 September 2008, 06:35:03 PM
Rekan Netter,

saya merasa perlu mengklarifikasi, karena adanya tuduhan kepada orang yg tidak bersalah,

NongPoy di kaskus adalah saya, Semit.

Saya mengalami kegagalan ketika pertama kali register menggunakan Semit, jadi saya terpaksa mencari nama lain dan mengulangi sekali lagi.

Mohon maaf atas kesalahpahaman ini

 _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 20 September 2008, 07:16:59 PM
? ? ? :))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 20 September 2008, 07:49:52 PM
Rekan Netter,

saya merasa perlu mengklarifikasi, karena adanya tuduhan kepada orang yg tidak bersalah,

NongPoy di kaskus adalah saya, Semit.

Saya mengalami kegagalan ketika pertama kali register menggunakan Semit, jadi saya terpaksa mencari nama lain dan mengulangi sekali lagi.

Mohon maaf atas kesalahpahaman ini

 _/\_

wahhh turun gunung... selamat datang semitt ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 20 September 2008, 07:51:07 PM
Wele2...
"Berhentilah..."
_/\_

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 20 September 2008, 07:52:48 PM
dalam Buddhishm... pernah orang bertanya pada Buddha
mengenai apa itu nirvana... (semoga ngak salah tulis)....

jawabannya lebih kurang sesuatu yg tidak dapat dijabarkan dgn kata2....


pertanyaan :
Berapa banyakah konsept dlm Buddhist yg tidak dapat dijabarkan dgn kata2?
Apakah pikiran yg berhenti (yg menurut MMD) itu juga termasuk konsep yg tidak dapat dijabarkan?...    :-?

Siapakah yg udah pernah mencapai pikiran yg berhenti? (apakah guru2 Gautama?)
Apakah pikiran yg berhenti itu tujuan akhir dari Gautama?
Apakah Gautama juga mencapai pikiran yg berhenti sebelum mencapai PENERANGAN SEMPURNA?
Adakah perbedaan pikiran berhenti dgn nirvana?
Bukankah orang sakit di ICU (koma) itu sebenarnya PIKIRANNYA UDAH BERHENTI?...

semoga pemula dpt lebih mengerti tentang penggunaan kata dan konsep   :)

thanks!...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 20 September 2008, 08:00:34 PM
dalam Buddhishm... pernah orang bertanya pada Buddha
mengenai apa itu nirvana... (semoga ngak salah tulis)....

jawabannya lebih kurang sesuatu yg tidak dapat dijabarkan dgn kata2....
Sekarang kembali lagi kepada anda,nirvana itu apa?
Surga?Atau yang lainnya?Alam bahagia?Alam amitabha?Pembebasan?
Banyak sekali terjemahan dan tafsiran,alangkah baiknya kita "sepakati" dahulu,apa arti dari "nirvana" yang ditanyakan oleh orang tersebut kepada Sang Buddha... :)

Quote
pertanyaan :
Berapa banyakah konsept dlm Buddhist yg tidak dapat dijabarkan dgn kata2?
Berapa banyak?Saya tidak tahu,coba tanyakan pada pakar Abhidhamma,tipitaka,atau tukang hapal disini mungkin mereka bisa membantu?:)
Setahu saya ada 4hal yang tidak usah dipikirkan,itu sudah cukup mewakili menurut saya :
1.Hakikat seorang Buddha
2.Hukum kamma
3.Jhana
4.Asal muasal alam semesta...
_/\_

Quote
Apakah pikiran yg berhenti (yg menurut MMD) itu juga termasuk konsep yg tidak dapat dijabarkan?...    :-?
Kembali lagi,nirvana itu apa? :)

Quote
Siapakah yg udah pernah mencapai pikiran yg berhenti? (apakah guru2 Gautama?)
Apakah pikiran yg berhenti itu tujuan akhir dari Gautama?
Apakah Gautama juga mencapai pikiran yg berhenti sebelum mencapai PENERANGAN SEMPURNA?
Adakah perbedaan pikiran berhenti dgn nirvana?
Bukankah orang sakit di ICU (koma) itu sebenarnya PIKIRANNYA UDAH BERHENTI?...

semoga pemula dpt lebih mengerti tentang penggunaan kata dan konsep   :)

thanks!...
Jawab dulu ya yang diatas,nanti baru bisa saya tahu,apa yang anda "inginkan".. :)
_/\_

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 20 September 2008, 08:21:06 PM
Bro Riky yg baik...

Karna gw ngak ngerti baru gw tanya....
trus elu suruh saya jawab dulu... lha gw nanya siapa???

ok deh..... pertanyaan diubah...

1. Gautama mencapai PENCERAHAN...,
apakah kata/konsep PENCERAHAN adalah sesuatu yg tak dpt dijelaskan dgn kata2?

2. Apakah guru meditasi Gautama sebelumnya juga udah mencapai tingkat
   berhentinya pikiran? Apakah dia TERBEBASKAN (TERCERAHKAN)?

3. Apakah Gautama sebelum mencapai pencerahanpun udah melewatin...
   pikiran yg berhenti....(mungkin spt bro Riky begitu)?

4. Apa bedanya berhentinya pikiran dgn PENCERAHAN (PENERANGAN SEMPURAN)?

5. Apa tujuan akhir yg dicapai (ingin dicapai) Gautama?
(Pencerahan atau berhentinya pikiran)?

 :'( Semoga bisa dijawab.... atau saya asuumsi  PIKRIAN ANDA SEDANG BERHENTI  :))

with LOVE... always
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 20 September 2008, 08:35:43 PM
Bro Riky yg baik...
Karna gw ngak ngerti baru gw tanya....
trus elu suruh saya jawab dulu... lha gw nanya siapa???
Lho,om johan kan dari pertama sudah saya katakan bukan? :)
"Apa yang anda cari sebenarnya?Pahami dulu apa yang sedang anda "cari",baru kembali lah kepada saya..."
Dan lagi,wadah bertanya bukan hanya kepada saya seorang karena saya bukan apa2,anda bisa mensearch google,menanyakan pada rekan2 lainnya,tanpa "kesepakatan" antara saya dan anda mengenai arti "nirvana" bagaimana saya bisa menjelaskan sudut pandang saya kepada anda?:)
Tidak mungkin bukan saya hanya berat sebelah dan memaksakan pandangan saya kepada anda?Walaupun saya paksakan itu hanya dilakukan oleh orang dungu saja,tidak ada yang bisa memaksakan kehendaknya/pandangannya ke orang lain,karena setiap orang memiliki jalannya sendiri-sendiri... :)

Quote
1. Gautama mencapai PENCERAHAN...,
apakah kata/konsep PENCERAHAN adalah sesuatu yg tak dpt dijelaskan dgn kata2?
"pencerahan" apa?Gautama mencapai "pencerahan" apa?
Gautama telah nibbana...
Apa arti "nibbana"?
Apa arti dari kata SB berikut ini :
"Saya sudah berhenti,kamulah yang masih berlari...Apa yang kamu cari?Berhentilah.."

Quote
2. Apakah guru meditasi Gautama sebelumnya juga udah mencapai tingkat
   berhentinya pikiran? Apakah dia TERBEBASKAN (TERCERAHKAN)?
Jika guru Gautama sudah "terbebaskan/tercerahkan" dalam artian sudah mencapai "padamnya aku" atau nibbana,maka kenapa Gurunya Gautama tidak sanggup mencerahkan seorang calon Buddha/Boddhisatva?:)
Kenapa akhirnya Gautama,menyendiri dan bertapa sendiri setelah mencari guru kemana2 sampai2 gurunya tidak bisa mengajarkan apa2 lagi kepada dirinya? :)
Saya tidak tahu apakah ini hanya cerita dongeng belaka atau bukan,bagi saya yang penting adalah "menyelami" batin saya,bagaimana dengan anda?:)
NB: guru meditasi Gautama ada 2hal yang saya tangkap:
   1.Gurunya Gautama?
   2.Gautama sendiri?

Quote
3. Apakah Gautama sebelum mencapai pencerahanpun udah melewatin...
   pikiran yg berhenti....(mungkin spt bro Riky begitu)?
Saya menjadi bingung saudara bro johan yang baik...
Pikiran/aku berhenti=nibbana... :)

Quote
4. Apa bedanya berhentinya pikiran dgn PENCERAHAN (PENERANGAN SEMPURAN)?
"pikiran/aku berhenti=nibbana" lantas apa bedanya? :)

Quote
5. Apa tujuan akhir yg dicapai (ingin dicapai) Gautama?
(Pencerahan atau berhentinya pikiran)?
4hal yang harus diketahui pertama:
1.Lahir
2.Tua
3.Sakit
4.Mati
Apakah akibat dari segala ini?Dukkhalah akibatnya..
Jadi apa yang diajarkan Bhagava?
Yang diajarkan adalah "Dukkha dan pemberhentian dukkha.."
Berhentinya dukkha ketika mencapai nibbana=pikiran/aku padam...
_/\_

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: morpheus on 20 September 2008, 09:16:48 PM
gimana om2?
devide et impera? adu domba? politik pemilu?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 20 September 2008, 09:19:57 PM
gimana om2?
devide et impera? adu domba? politik pemilu?
devide et impera?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 20 September 2008, 09:42:21 PM
Politik iya, Ada yang memasarkan, Adu Domba iya ada yang sakit hati karena merasa ditempatkan di "tempat sampah" maka di rumah orang lain menyebarkan Sakit hatinya :))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ilalang on 21 September 2008, 03:18:57 PM
gimana om2?
devide et impera? adu domba? politik pemilu?

exclusivism? fundamentalism?
salah satu bentuk kelekatan yang menjadi sumber dhukkha
The cessation of clinging leads to Nibbana...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 23 September 2008, 08:34:58 PM
Dari: PM di Kaskus

Quote
Originally Posted by _____________
pak Hud ....

ini ada pengakuan Nongpoy

http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=2355.915


Terima kasih, Rekan __________, atas infonya. ...

Saya baru saja selesai membaca semua posting Semit di DC (136 posting). Analisis saya:
(1) - Semit tidak pernah satu kali pun menggunakan bermacam-macam bold-color dalam posting-postingnya -- ini adalah ciri khas Fabian dalam posting-postingnya;
(2) - Semit tidak pernah satu kali pun menggunakan istilah "para netter" untuk menyapa forum dalam posting-postingnya - alih-alih ia selalu menggunakan "rekan-rekan" atau "teman-teman" -- ini adalah ciri khas Fabian dalam menyapa forum pembaca dalam posting-postingnya;
(3) - Tampaknya ada hubungan atau afinitas erat antara Semit dan Fabian -- ia pernah meng-copas seluruh posting Fabian dari satu thread ke thread lain;
(4) - Menilik dari isi posting-posting Semit sebelumnya (136 posting), dan isi posting Nongpoy yang mempermasalahkan satu kata Pali, tampaknya isi posting Nongpoy bukanlah hasil pemikiran Semit.

Dengan demikian, saya masih tetap pada 'informed guess' saya bahwa Nongpoy adalah Fabian. ... Sekali lagi, ini adalah dugaan saya berdasarkan analisis di atas. ... Saya hanya akan mengubah 'guess' saya kalau terdapat bukti kuat yang menyanggahnya.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 23 September 2008, 08:46:05 PM
Pa denger2 mau ke ITB yah nanti bulan 11an kalo ga salah :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Semit on 23 September 2008, 09:16:30 PM
Terima kasih, Rekan __________, atas infonya. ...

Saya baru saja selesai membaca semua posting Semit di DC (136 posting). Analisis saya:
(1) - Semit tidak pernah satu kali pun menggunakan bermacam-macam bold-color dalam posting-postingnya -- ini adalah ciri khas Fabian dalam posting-postingnya;
(2) - Semit tidak pernah satu kali pun menggunakan istilah "para netter" untuk menyapa forum dalam posting-postingnya - alih-alih ia selalu menggunakan "rekan-rekan" atau "teman-teman" -- ini adalah ciri khas Fabian dalam menyapa forum pembaca dalam posting-postingnya;
(3) - Tampaknya ada hubungan atau afinitas erat antara Semit dan Fabian -- ia pernah meng-copas seluruh posting Fabian dari satu thread ke thread lain;
(4) - Menilik dari isi posting-posting Semit sebelumnya (136 posting), dan isi posting Nongpoy yang mempermasalahkan satu kata Pali, tampaknya isi posting Nongpoy bukanlah hasil pemikiran Semit.

Dengan demikian, saya masih tetap pada 'informed guess' saya bahwa Nongpoy adalah Fabian. ... Sekali lagi, ini adalah dugaan saya berdasarkan analisis di atas. ... Saya hanya akan mengubah 'guess' saya kalau terdapat bukti kuat yang menyanggahnya.

Salam,
hudoyo

Hmmm...
menurut saya anda hanyalah seekor tua bangka keras kepala,
akan lebih mulia jika anda mengakui kesalahan anda dan meminta maaf daripada mempertahankan kekerasan dengkul anda dengan segala analisis konyol anda.
Apakah saya tidak boleh menjadi bertambah pintar untuk bisa menggunakan feature yang tersedia?

saya sudah melakukan kewajiban saya untuk mengklarifikasi tuduhan anda terhadap Rekan Fabian, itu sudah cukup bagi saya, apakah anda percaya atau tidak itu sama sekali "tidak relevan" bagi saya.

Hudoyo/Semar, saya akan tetap dengan setia mengikuti anda kemanapun anda pergi. Dan saya masih punya banyak kejutan lagi untuk anda
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 23 September 2008, 09:38:21 PM
Terima kasih, Rekan __________, atas infonya. ...

Saya baru saja selesai membaca semua posting Semit di DC (136 posting). Analisis saya:
(1) - Semit tidak pernah satu kali pun menggunakan bermacam-macam bold-color dalam posting-postingnya -- ini adalah ciri khas Fabian dalam posting-postingnya;
(2) - Semit tidak pernah satu kali pun menggunakan istilah "para netter" untuk menyapa forum dalam posting-postingnya - alih-alih ia selalu menggunakan "rekan-rekan" atau "teman-teman" -- ini adalah ciri khas Fabian dalam menyapa forum pembaca dalam posting-postingnya;
(3) - Tampaknya ada hubungan atau afinitas erat antara Semit dan Fabian -- ia pernah meng-copas seluruh posting Fabian dari satu thread ke thread lain;
(4) - Menilik dari isi posting-posting Semit sebelumnya (136 posting), dan isi posting Nongpoy yang mempermasalahkan satu kata Pali, tampaknya isi posting Nongpoy bukanlah hasil pemikiran Semit.

Dengan demikian, saya masih tetap pada 'informed guess' saya bahwa Nongpoy adalah Fabian. ... Sekali lagi, ini adalah dugaan saya berdasarkan analisis di atas. ... Saya hanya akan mengubah 'guess' saya kalau terdapat bukti kuat yang menyanggahnya.

Salam,
hudoyo

Hmmm...
menurut saya anda hanyalah seekor tua bangka keras kepala,
akan lebih mulia jika anda mengakui kesalahan anda dan meminta maaf daripada mempertahankan kekerasan dengkul anda dengan segala analisis konyol anda.
Apakah saya tidak boleh menjadi bertambah pintar untuk bisa menggunakan feature yang tersedia?

saya sudah melakukan kewajiban saya untuk mengklarifikasi tuduhan anda terhadap Rekan Fabian, itu sudah cukup bagi saya, apakah anda percaya atau tidak itu sama sekali "tidak relevan" bagi saya.

Hudoyo/Semar, saya akan tetap dengan setia mengikuti anda kemanapun anda pergi. Dan saya masih punya banyak kejutan lagi untuk anda

kakakakakak, aye justru merasa Semar dengan Semit hampir sama tuh :)) Jangan2 Bpk Hudoyo punya dua kepribadian ganda kakakakakak :))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 23 September 2008, 10:03:38 PM
[at]ryu
Berhentilah ngejunk sana sini,tar saudara Indra datang lho.. :)

Salam hangat,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Riky_dave on 23 September 2008, 10:04:44 PM
Terima kasih, Rekan __________, atas infonya. ...

Saya baru saja selesai membaca semua posting Semit di DC (136 posting). Analisis saya:
(1) - Semit tidak pernah satu kali pun menggunakan bermacam-macam bold-color dalam posting-postingnya -- ini adalah ciri khas Fabian dalam posting-postingnya;
(2) - Semit tidak pernah satu kali pun menggunakan istilah "para netter" untuk menyapa forum dalam posting-postingnya - alih-alih ia selalu menggunakan "rekan-rekan" atau "teman-teman" -- ini adalah ciri khas Fabian dalam menyapa forum pembaca dalam posting-postingnya;
(3) - Tampaknya ada hubungan atau afinitas erat antara Semit dan Fabian -- ia pernah meng-copas seluruh posting Fabian dari satu thread ke thread lain;
(4) - Menilik dari isi posting-posting Semit sebelumnya (136 posting), dan isi posting Nongpoy yang mempermasalahkan satu kata Pali, tampaknya isi posting Nongpoy bukanlah hasil pemikiran Semit.

Dengan demikian, saya masih tetap pada 'informed guess' saya bahwa Nongpoy adalah Fabian. ... Sekali lagi, ini adalah dugaan saya berdasarkan analisis di atas. ... Saya hanya akan mengubah 'guess' saya kalau terdapat bukti kuat yang menyanggahnya.

Salam,
hudoyo

Hmmm...
menurut saya anda hanyalah seekor tua bangka keras kepala,
akan lebih mulia jika anda mengakui kesalahan anda dan meminta maaf daripada mempertahankan kekerasan dengkul anda dengan segala analisis konyol anda.
Apakah saya tidak boleh menjadi bertambah pintar untuk bisa menggunakan feature yang tersedia?

saya sudah melakukan kewajiban saya untuk mengklarifikasi tuduhan anda terhadap Rekan Fabian, itu sudah cukup bagi saya, apakah anda percaya atau tidak itu sama sekali "tidak relevan" bagi saya.

Hudoyo/Semar, saya akan tetap dengan setia mengikuti anda kemanapun anda pergi. Dan saya masih punya banyak kejutan lagi untuk anda

Akan lebih mulia lagi,jika anda tidak memaksakan "asumsi" anda kepada orang lain... :)
_/\_

Salam,
Riky
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: CKRA on 23 September 2008, 10:24:49 PM
Terima kasih, Rekan __________, atas infonya. ...

Saya baru saja selesai membaca semua posting Semit di DC (136 posting). Analisis saya:
(1) - Semit tidak pernah satu kali pun menggunakan bermacam-macam bold-color dalam posting-postingnya -- ini adalah ciri khas Fabian dalam posting-postingnya;
(2) - Semit tidak pernah satu kali pun menggunakan istilah "para netter" untuk menyapa forum dalam posting-postingnya - alih-alih ia selalu menggunakan "rekan-rekan" atau "teman-teman" -- ini adalah ciri khas Fabian dalam menyapa forum pembaca dalam posting-postingnya;
(3) - Tampaknya ada hubungan atau afinitas erat antara Semit dan Fabian -- ia pernah meng-copas seluruh posting Fabian dari satu thread ke thread lain;
(4) - Menilik dari isi posting-posting Semit sebelumnya (136 posting), dan isi posting Nongpoy yang mempermasalahkan satu kata Pali, tampaknya isi posting Nongpoy bukanlah hasil pemikiran Semit.

Dengan demikian, saya masih tetap pada 'informed guess' saya bahwa Nongpoy adalah Fabian. ... Sekali lagi, ini adalah dugaan saya berdasarkan analisis di atas. ... Saya hanya akan mengubah 'guess' saya kalau terdapat bukti kuat yang menyanggahnya.

Salam,
hudoyo

Hmmm...
menurut saya anda hanyalah seekor tua bangka keras kepala,
akan lebih mulia jika anda mengakui kesalahan anda dan meminta maaf daripada mempertahankan kekerasan dengkul anda dengan segala analisis konyol anda.
Apakah saya tidak boleh menjadi bertambah pintar untuk bisa menggunakan feature yang tersedia?

saya sudah melakukan kewajiban saya untuk mengklarifikasi tuduhan anda terhadap Rekan Fabian, itu sudah cukup bagi saya, apakah anda percaya atau tidak itu sama sekali "tidak relevan" bagi saya.

Hudoyo/Semar, saya akan tetap dengan setia mengikuti anda kemanapun anda pergi. Dan saya masih punya banyak kejutan lagi untuk anda


Rekan Semit,

Saya bisa mengerti kalau Anda emosi karena pengakuan dan eksistensi Anda diabaikan. Tapi dalam forum seperti ini sebaiknya kita menggunakan kata-kata yang lebih santun. Penggunaan kata-kata santun selain menghormati para netter yang lain juga untuk menghormati diri sendiri.

 _/\_
CKRA
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Semit on 23 September 2008, 10:32:32 PM
Maaf jika anda terganggu rekan CKRA, maaf kepada rekan netter lainnya juga
tapi sesuai dugaan anda, saya memang terbawa ESMOSI, karena ke-ndableg-an seseorang di sini.
dan karena anda toh sudah mengerti, jadi saya tidak perlu menjelaskan lagi.

 _/\_

Boleh tau gak? apakah anda adalah salah seorang praktisi MMD pengikut Semar?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 23 September 2008, 10:34:06 PM
ini loh contoh 'orang' yang berjiwa besar, mengakui kesalahannya/kekhilafannya...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 24 September 2008, 09:29:54 AM
Semit santai aja, ngak usah terbawa emosi, biarkan mereka memiliki dunianya sendiri yg relevan dan tidak relevan dalam caravan  mereka.(sudah jelas hasil latihannya memang begitu ) . Jadi ingat lagu caaa ra van... :whistle:
Terima kasih, Rekan __________, atas infonya. ...

Saya baru saja selesai membaca semua posting Semit di DC (136 posting). Analisis saya:
(1) - Semit tidak pernah satu kali pun menggunakan bermacam-macam bold-color dalam posting-postingnya -- ini adalah ciri khas Fabian dalam posting-postingnya;
(2) - Semit tidak pernah satu kali pun menggunakan istilah "para netter" untuk menyapa forum dalam posting-postingnya - alih-alih ia selalu menggunakan "rekan-rekan" atau "teman-teman" -- ini adalah ciri khas Fabian dalam menyapa forum pembaca dalam posting-postingnya;
(3) - Tampaknya ada hubungan atau afinitas erat antara Semit dan Fabian -- ia pernah meng-copas seluruh posting Fabian dari satu thread ke thread lain;
(4) - Menilik dari isi posting-posting Semit sebelumnya (136 posting), dan isi posting Nongpoy yang mempermasalahkan satu kata Pali, tampaknya isi posting Nongpoy bukanlah hasil pemikiran Semit.

Dengan demikian, saya masih tetap pada 'informed guess' saya bahwa Nongpoy adalah Fabian. ... Sekali lagi, ini adalah dugaan saya berdasarkan analisis di atas. ... Saya hanya akan mengubah 'guess' saya kalau terdapat bukti kuat yang menyanggahnya.

Salam,
hudoyo

Hmmm...
menurut saya anda hanyalah seekor tua bangka keras kepala,
akan lebih mulia jika anda mengakui kesalahan anda dan meminta maaf daripada mempertahankan kekerasan dengkul anda dengan segala analisis konyol anda.
Apakah saya tidak boleh menjadi bertambah pintar untuk bisa menggunakan feature yang tersedia?

saya sudah melakukan kewajiban saya untuk mengklarifikasi tuduhan anda terhadap Rekan Fabian, itu sudah cukup bagi saya, apakah anda percaya atau tidak itu sama sekali "tidak relevan" bagi saya.

Hudoyo/Semar, saya akan tetap dengan setia mengikuti anda kemanapun anda pergi. Dan saya masih punya banyak kejutan lagi untuk anda

kakakakakak, aye justru merasa Semar dengan Semit hampir sama tuh :)) Jangan2 Bpk Hudoyo punya dua kepribadian ganda kakakakakak :))


hihihihihihihihihi. ayo ryu goyang poco2 lagi :))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: CKRA on 24 September 2008, 09:37:16 AM

Boleh tau gak? apakah anda adalah salah seorang praktisi MMD pengikut Semar?

Rekan Semit,

Berenang dalam batin saja saya tidak bisa, apalagi menyelam dalam batin  :)

 _/\_
CKRA
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 24 September 2008, 09:46:34 AM
[at]ryu
Berhentilah ngejunk sana sini,tar saudara Indra datang lho.. :)

Salam hangat,
Riky

hus.... riky aja yg berhenti ngejunk :))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: morpheus on 24 September 2008, 09:54:15 AM
menurut saya anda hanyalah seekor tua bangka keras kepala,
dah, gak usah maki2, ntar darah tinggi hehehe...
kalo emang gak bener, kewajiban anda cukup bilang, "posting pertama nongpoy di kaskus tidak dibikin dan bukan merupakan hasil pemikiran bang fabian. seluruh tulisan nongpoy bikinan saya". gitu aja bang :)

bang fabian juga boleh klarifikasi...
udah, beres kan? ;D

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Semit on 24 September 2008, 10:04:11 AM
menurut saya anda hanyalah seekor tua bangka keras kepala,
dah, gak usah maki2, ntar darah tinggi hehehe...
kalo emang gak bener, kewajiban anda cukup bilang, "posting pertama nongpoy di kaskus tidak dibikin dan bukan merupakan hasil pemikiran bang fabian. seluruh tulisan nongpoy bikinan saya". gitu aja bang :)

bang fabian juga boleh klarifikasi...
udah, beres kan? ;D



Rekan Morpheus,
Klarifikasi yang merupakan kewajiban saya telah saya dilakukan, silahkan lihat posting saya sebelumnya.

Saya tidak peduli apakah si tua bangka keras kepala percaya atau tidak, tapi saya memang gembira sekali mendapat kesempatan untuk memaki2, sampai2 saya rela menerima resiko darah tinggi.

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 24 September 2008, 10:23:15 AM
Rekan Semit,

Jika anda ingin lebih berimbang, anda bisa mencari tahu siapakah Hudoyo sebenarnya, seorang mantan bhikkhu yang lepas jubah karena terlibat dalam politik negara pada saat Gerakan 30 September PKI.anda bisa tahu siapa dia,dan tujuan dia sekarang ini untuk agama Buddha adalah apa?

Beliau memang orang yang jenius dan bisa dipastikan memiliki banyak pengetahuan namun menilai dari semua tata cara yang beliau bawakan pada meditasi,tidak lebih dari sebuah pengalaman seorang pasien menemui psikiater dan akhirnya merasa pikiran terbebas.

Ingat,untuk mengajarkan meditasi,seseorang tidak hanya asal ngomong dan asal bicara,coba bandingkan semua tulisan dia yang tak lebih untuk menghancurkan Theravada.coba anda nilai apakah ia tidak lebih dari 5 Guru sesat yang dibabarkan oleh Buddha?

menurut anda,seorang yang telah dikalahkan dalam perihal Vinaya dan masuk ke dalam kehidupan perumah tangga dapat dengan ego besarnya mengatakan dialah guru meditasi dan hanya dari meditasinya lah semua orang melihat Nibbana?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: morpheus on 24 September 2008, 10:30:04 AM
di atas anda klarifikasi nongpoy adalah anda. biar pembaca puas jelasnya klarifikasi "posting pertama nongpoy di kaskus tidak dibikin dan bukan merupakan hasil pemikiran bang fabian. seluruh tulisan nongpoy bikinan saya". mungkin juga ada nada kecurigaan mengenai kloning, sekalian aja klarifikasi "saya gak punya kloning di dc". beres deh, komplit ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: morpheus on 24 September 2008, 10:34:44 AM
menurut anda,seorang yang telah dikalahkan dalam perihal Vinaya dan masuk ke dalam kehidupan perumah tangga dapat dengan ego besarnya mengatakan dialah guru meditasi dan hanya dari meditasinya lah semua orang melihat Nibbana?
wah, saya kok gak pernah baca pernyataan di atas (bold)? jangan2 tulisan anda di atas ini termasuk fitnah lho...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 24 September 2008, 10:43:56 AM
Silahkan lihat semua postingan Hudoyo perihal penolakan Sutta dan segala macamnya dan sekali lagi selalu ada penakanan bahwa Bahiya Sutta sudah cukup membuktikan MMD bisa membawa orang pada pencerahan.ini salah satu kejanggalan dan keegoan.dan satu hal lagi,seorang yang telah jatuh dari kehidupan bhikkhu dan kemudian memiliki hasrat menghancurkan tempat asalnya tidak layak disebut guru.
Title: Re: J KrishnaMurti -> MMD
Post by: Andi Sangkala on 24 September 2008, 11:09:10 AM
Quote
After I had delivered it and given my cat a good but useless scolding, I remembered my previous painful engagement with thought. To my utter astonishment, the problem and the thinking that went with it-- or rather had created it--had totally disappeared!
Sejujurnya saya tidak terlalu mengerti karena belum baca bukunya. Tapi sepertinya yang dipermasalahkan oleh NorthernLights adalah bagian yang di-bold di atas? Ato hal lainnya?

Betul. Agama itu pikiran, ajaran itu pikiran, spiritualitas itu pikiran, 4 Kebenaran Mulia itu pikiran, Jalan Mulia Berunsur Delapan itu pikiran, teknik meditasi itu pikiran, MMD itu pikiran, .... dst
Kenalilah pikiran ini sampai dia berhenti dengan sendirinya, bukan dibuat berhenti.


 _/\_

Mohon petunjuk

Apa yang dimaksud dengan "Kenalilah pikiran ini sampai dia berhenti dengan sendirinya, bukan dibuat berhenti".

Bukankah mengenali pikirian juga dengan pikiran?

sukhi hotu

Andi
Title: Re: J KrishnaMurti -> MMD
Post by: Andi Sangkala on 24 September 2008, 11:12:08 AM
Kalau menurut saya, biasanya agama memuat "sadar/eling", tetapi juga memuat doktrin dan disiplin yang dihafalkan, diingat-ingat dan diulang-ulang. Barangkali karena pendiri agama (apapun) melihat bahwa perbedaan kemampuan memahami dari manusia sungguh sangat beragam, sehingga berusaha mencoba "merangkul" semuanya. Karena yang bisa mencapai "sadar/eling" itu cenderung lebih sedikit dan biasanya mengambil keputusan yang (hampir selalu) merugikan secara politik/sosial/ekonomi, maka umatnya cenderung didominasi oleh yang tidak "sadar/eling" itu.
Kemudian juga banyak orang yang sudah terlalu nyaman berada di tingkat "tidak perlu sadar/eling", sehingga yang terlihat secara mayoritas, agama adalah doktrin dan disiplin yang dihafalkan, diingat-ingat dan diulang-ulang. Mereka tidak (mau) tahu kenapa doktrin dan disiplin itu dibuat.

Seorang yang tercerahkan mengajarkan kebenaran yang direalisasikannya. ... Para muridnya yang datang belakangan mengembangkannya menjadi sebuah agama. ... Sukar mengatakan, mana yang "pendiri agama".

Salam,
hudoyo

 _/\_

Mohon petunjuk

siapakah pendiri MMD, "sesepuh sebelumnya" atau "pak Hudoyo sendiri" atau "pengikut belakangan"?

sukhi hotu


Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 24 September 2008, 11:27:40 AM
Dan satu hal lagi,kalo gw ga marah sedikit kalian suka ga ngeh, percaya kok ama ajaran Krishnamukti yang dikatakan sebagai pencerahan masa kini, lihat dan cari di internet beberapa affair dan hal yang dia sembunyikan selama ini.

Anda sudah lama dalam Buddhasasana dan Buddha Gotama adalah guru tanpa cela sedikitpun namun sekarang kalian berkehendak memalingkan muka dari beliau. murid macam apa seperti itu? sana percaya sama Khrisnamukti yang masih memiliki cela dan percayalah,seorang guru yang masih memiliki ego dan emosi hanya menyampaikan ajaran di level intelektual.
Title: Re: J KrishnaMurti -> MMD
Post by: nyanadhana on 24 September 2008, 11:33:14 AM
MMD dicetuskan oleh Hudoyo sendiri setelah lepas jubah dan membaca Ajaran J Khrisnamukti,dari situ dia cari semua informasi dari setiap agama seperti Keristen,Buddha,Islam dan beberapa kepercayaan setempat seperti Kejawen,digodok jadi satu dikasih label meditasi.

Siapakah gurunya? seperti pernyataan dia bahwa gurunya adalah diri dia sendiri(attadipa,attasarana).
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: morpheus on 24 September 2008, 11:43:02 AM
tampaknya anda sedang emosional, tapi faktanya saya gak pernah liat pernyataan "hanya dari meditasinya lah semua orang melihat nibbana".
itu aja bang... kalo pernyataan itu gak pernah ada, berarti bisa dibilang fitnah...

sama seperti sebelum ada pengakuan bang semit, ada yg bilang politik lah, adu domba lah, seolah2 posting nongpoy dibikin sendiri sama pak hudoyo atau kawan2nya.. itu juga fitnah yg tidak benar...

saya tidak pernah ikut mmd ataupun ketemu pak hudoyo, tapi saya melihat salah sebagai salah, siapapun itu...

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 24 September 2008, 11:57:32 AM
oow jadi anda mau tertulis MMD membawa ke Nibbana,coba anda teliti tulisan Hudoyo di beberapa tempat mulai dari thread awal dimana hanya Bahiya dan Malunkya sutta yang dicap asli semua coba dibedah,padahal dulu dia pernah bilang 4 KM merupakan hal yang tidak boleh dirubah namun sekarang,mengakui saja tidak. lihatlah pernyataan dia bahwa dalam MMD didasari Bahiya Sutta, saat itu tanpa melalui ini dan itu,Bahiya menjadi Arahat dan Nibbana diseruduk sapi. dan beberapa pernyataan untuk mengemukakan MMD adalah salah satu jalan menuju pencerahan padahal pendirinya cerah pun ngga masih ngajak adu domba forum DC dengan forum forum lainnya,dimana-mana ia mencoba mencela DC.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Andi Sangkala on 24 September 2008, 12:03:29 PM
pak apa yang aku tulis pengalam pribadi
suatu hari jika sudah waktunya
aku mau mengabdikan waktuku hanya untuk meditasi pak :)
ini keinginan terbesar ku....

aku merasakan benget yang namanya hening
segala sesuatu sumbet dari pikiran
pikiran ini luar biasa
bagaimana pikiran ini bekerja
benar-benar indah....


Rekan Evo, terus terang, merinding & berlinang air mata saya membaca testimoni Anda. :)

Terimalah salam hormat dari saya.  _/\_
hudoyo



 _/\_

maaf ketinggalan info karena baru gabung


Aku pikir pak Hud sebagai seorang "meditator senior" sudah tidak akan terpengaruh oleh segala fenomena yang muncul baik yang bersifat batiniah maupun lahiriah.

Namun saya agak heran bahwasanya pak Hud masih "merinding dan berlinang air mata" ketika mendengar testimoni rekan Evo.

Saluut untuk rekan Evo yang mampu menggugah rasa semua orang termasuk pak Hud  ^:)^

Sukhi hotu  _/\_

Andi

 
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 24 September 2008, 12:05:38 PM
Berhubung MMD merupakan  ajaran J.krisnamurti dan dipaksakan digabung dengan Buddhisme (bahiya sutta dan malunkyaputta sutta) yg mana JK  di sejajarkan dengan pencapaian pencerahan Buddha, arahat, insan kamil dsbnya oleh Pak Hudoyo pada tulisan2 sebelumnya maka mari kita lihat benarkah panduan yg diambil  oleh pendiri MMD tsb bisa dikatakan benar2 buddhisme atau sangat bertolak belakang terhadap ajaran Buddha yg menjunjung tinggi kemurnian sila, samadhi, panna. Silakan pembaca menilai sendiri :
Quote
Quote
Originally Posted by Chah 
Saya tidak mengerti mengapa dikatakan hubungan mereka bukanlah hubungan yang patut dikecam secara moral?
Begini, 'moral' itu bagi K berbeda sekali dengan 'moral' yang kita kenal. ... Contohnya: lembaga perka.winan itu bagi kita adalah moral, karena di dalam perka.winan hubungan seksual disahkan ... Bagi K, perka.winan sama sekali tidak ada kaitannya dengan moral ... Malah K sering kali mengritik perka.winan, yang dikatakannya hanyalah legalisasi dari penindasan (suami atas istri atau sebaliknya), atau saling memanfaatkan untuk kepentingan sendiri. ...

Bagi K, dalam kaitan hubungan antara dua orang, jauh lebih bermoral daripada perka.winan adalah KOMITMEN yang dilandasi CINTA. ... Ini bisa saja terjadi di dalam lembaga perka.winan atau di luar lembaga perka.winan. ...

Coba saja lihat ... 'affair'-nya dengan Rosalind --jelas dengan sepengetahuan Rajagopal, suami Rosalind; ketiga sahabat itu tinggal di bawah satu atap-- berlangsung selama lebih dari 25 tahun. ... Ini menunjukkan komitmen yang tinggi di pihak K. ... Biasanya orang "berselingkuh" tidak akan selama itu, bukan? ...

Quote
Lantas apa yang dimaksud dengan "hubungan intim dan hubungan jasmani?"Jika berbicara tentang seks maka kembali lagi bahwa "aku" dari JK belum lah padam secara permanen...Karena nafsu sex itu adalah keinginan...Dan bila mana "pikiran" berhenti maka nafsu pun akan berhenti begitukan?
Mengenai masalah ini, terus terang saya tidak tahu. ... Memang, nafsu seksual seperti kita kenal akan lenyap ketika pikiran/si aku berhenti. ... Tetapi, apakah itu berarti orang tidak bisa berhubungan seksual tanpa nafsu seksual yang berasal dari pikiran? Artinya, apakah orang yang sudah bebas tidak bisa berhubungan seksual? ...

Kita biasanya berpikir bahwa hubungan seksual itu tidak kompatibel dengan kesucian. ... Ini berasal dari puritanisme mazhab Theravada. ... Tetapi, kalau kita tinjau ajaran dalam mazhab-mazhab Buddhis lain, terutama Vajrayana, di sana tampaknya hubungan seksual itu bukan tidak kompatibel dengan kesucian. ... Banyak kisah tentang orang-orang suci di Buddhisme Tibet yang melakukan hubungan seksual ... Para Mahasiddha, yang dianggap setingkat Buddha, masih berhubungan seksual. ...

Malah, dalam Buddhisme Tibet dikenal Sumpah Bodhisattva (Sumpah Tambahan no.11 kalau tidak salah) yang menyatakan bahwa seorang Bodhisattva bersedia melanggar sila (membunuh, mencuri, berzina, berbohong dsb) demi welas asih terhadap sesama. ...

Jadi, yang dapat saya simpulkan: kita-kita yang awam (puthujjana) ini tidak tahu apa motivasi dari tindakan-tindakan seorang yang sudah bebas.


Quote
Untuk kalimat diatas saya simpulkan :
1.JK tidak pernah berkhotbah tentang manfaat hidup selibat,dll lantas kenapa JK sendiri terjerumus didalamnya?
Tolong dibedakan: K sendiri hidup selibat, tapi ia tidak pernah menganjurkan orang untuk hidup selibat ... Mengapa ia sendiri hidup selibat, mana saya tahu?

Quote
2.Jika JK berbicara tentang cinta universal maka saya menggangapnya fine2 saja dan itu tidak perlu dibenarkan/disalahkan oleh pihak manapun,tapi saya masih bingung apa yang dimaksud "cinta" dalam pandang JK itu sendiri?
Bila Anda membaca tulisan-tulisan K, terlihat jelas bahwa 'cinta' bagi K adalah sesuatu yang muncul ketika si aku tidak ada. ... 'Cinta' dan si aku tidak kompatibel. ...

Quote
Apakah hubungan seksual seperti yang dijelaskan diatas?

Seperti sudah jelas bahwa memang hubungan cinta yang dimaksudkan adalah seks?
Saya rasa, hubungan seksual itu tidak penting ... Namun, dalam situasi di mana dua orang berbeda jenis hidup serumah selama 25 tahun sebagai sahabat, tidak mengherankan bila hubungan seksual itu terjadi.

Quote
Pada bagian ini saya sama sekali tidak mengerti...
"Sekalipun hubungan K dan Rosalind tidak bisa disebut tidak jujur, dalam arti tidak menyalahi ajaran-ajarannya, namun tidak bisa diingkari bahwa sejak saat itu K menjalani kehidupan ganda."

Hubungan K dengan Rosalind tidak bertentangan dengan ajaran K yang mana pun (sekalipun menurut "moral masyarakat", perselingkuhan jelas tidak bisa diterima--tetapi K tidak pernah menerima "moral masyarakat") ... K "menjalani kehidupan ganda", karena ada bagian dari kehidupan pribadinya yang ia merasa tidak perlu diungkapkannya kepada publik, apa pun alasannya.

Salam,
semar

Para bhikkhu vajrayana pun melakukan selibat , bahkan aliran yg mengatakan boleh ngeseks itupun harus lepas jubah. Nah pemirsa, padahal JELAS sekali Guru Agung Kita Sang Buddha Gotama sangat menjunjung tinggi hidup selibat yg merupakan dasar mutlak untuk mencapai pencerahan sempurna  dengan tercapainya arahat atau Buddha yg telah mencapai nibbana sepenuhnya. Dan harus diingat Sang Buddha mengajarkan kita untuk mencapai nibbana seutuhnya alias all out. Nah kalau orang yg sudah mengajarkan setengah2 apalagi menyalah artikan pencerahan sempurna dengan mengambil contoh figur yg tidak tepat dan asumsi pribadi , silakan nilai artinya apa?

Kalau dasar ini saja(selibat) yg AMAT SANGAT JELAS dan TEGAS dilencengkan, maka jelas MMD bukan bagian dari buddhisme (dari 3 mazhab utama) tetapi hanya mengaku2 saja untuk tujuan tertentu sehingga terlihat ada relevansinya dengan Buddhisme.

Smoga bermanfaat dan smoga umat Buddha yg belum melihat dapat melihat dengan jelas melihat MMD secara proposional bukan dengan pengado2an dan terjebak dalam jebakan betmen  yg berada di                               . http:///showthread.php?t=1069163&page=5 . Dan hal yg perlu diingat pula bagi yg mau belajar MMD silakan belajar dan bisa juga bermanfaat, tetapi  MMD bukanlah bagian manapun dari Ajaran Sang Buddha _/\_
Title: Re: J KrishnaMurti -> MMD
Post by: hudoyo on 24 September 2008, 12:09:23 PM
Mohon petunjuk

Apa yang dimaksud dengan "Kenalilah pikiran ini sampai dia berhenti dengan sendirinya, bukan dibuat berhenti".

Bukankah mengenali pikirian juga dengan pikiran?

sukhi hotu

Andi

Bukan, mengenali pikiran tidak bisa dilakukan dengan pikiran ... itu berarti menganalisis pikiran yang sudah lampau. ...

Mengenali pikiran berarti menyadari secara pasif setiap kali pikiran muncul ... tanpa bereaksi ... tanpa terseret ... sehingga pikiran itu lenyap kembali. ... Kalau ini dilakukan terus-menerus ... setiap pikiran yang muncul disadari, sehingga lenyap ... pada akhirnya pikiran itu akan berhenti dengan sendirinya (tanpa diusahakan untuk berhenti). ... Itulah vipassana sebagaimana dipahami dalam MMD ... sesuai dengan ajaran Sang Buddha kepada Bahiya & Malunkyaputta.

Salam,
hudoyo
Title: Re: J KrishnaMurti -> MMD
Post by: hudoyo on 24 September 2008, 12:15:26 PM
_/\_
Mohon petunjuk
siapakah pendiri MMD, "sesepuh sebelumnya" atau "pak Hudoyo sendiri" atau "pengikut belakangan"?
sukhi hotu

MMD berasal dari pengalaman batin saya sendiri ketika melaksanakan vipassana yang diajarkan Sang Buddha kepada Bahiya & Malunkyaputta, dan saya lihat persis sama dengan ajaran Krishnamurti.

MMD ini kemudian saya ajarkan kepada teman-teman, Buddhis dan non-Buddhis. Dalam menjelaskan MMD kepada teman-teman Buddhis saya menggunakan Bahiya-sutta & Malunkyaputta-sutta; dalam menjelaskan MMD kepada teman-teman non-Buddhis, saya mengambil ajaran agama masing-masing yang saya lihat cocok dengan MMD.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: morpheus on 24 September 2008, 12:23:48 PM
oow jadi anda mau tertulis MMD membawa ke Nibbana,coba anda teliti tulisan Hudoyo di beberapa tempat mulai dari thread awal dimana hanya Bahiya dan Malunkya sutta yang dicap asli semua coba dibedah,padahal dulu dia pernah bilang 4 KM merupakan hal yang tidak boleh dirubah namun sekarang,mengakui saja tidak. lihatlah pernyataan dia bahwa dalam MMD didasari Bahiya Sutta, saat itu tanpa melalui ini dan itu,Bahiya menjadi Arahat dan Nibbana diseruduk sapi. dan beberapa pernyataan untuk mengemukakan MMD adalah salah satu jalan menuju pencerahan padahal pendirinya cerah pun ngga masih ngajak adu domba forum DC dengan forum forum lainnya,dimana-mana ia mencoba mencela DC.
ok, dia pernah bilang bahiya sutta itu otentik dan tua.
ok, dia pernah bilang ajahn brahm membolak-balik urutan 4km
ok, dia pernah bilang bahiya menjadi arahat tanpa mengetahui teori 4km dan jm8
ok, dia pernah mencela managemen dc

jadi hubungannya dengan "hanya dari meditasinya lah semua orang melihat Nibbana" itu apa bang?
gak ada yg tersirat dan tersurat ke arah sana.
setahu saya yg ada malah pernyataan "tidak ada satu metode meditasi yg bisa cocok untuk semua orang".
kebalik tuh om...

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Andi Sangkala on 24 September 2008, 12:26:16 PM
Berhubung MMD merupakan  ajaran J.krisnamurti dan dipaksakan digabung dengan Buddhisme (bahiya sutta dan malunkyaputta sutta) yg mana JK  di sejajarkan dengan pencapaian pencerahan Buddha, arahat, insan kamil dsbnya oleh Pak Hudoyo pada tulisan2 sebelumnya maka mari kita lihat benarkah panduan yg diambil  oleh pendiri MMD tsb bisa dikatakan benar2 buddhisme atau sangat bertolak belakang terhadap ajaran Buddha yg menjunjung tinggi kemurnian sila, samadhi, panna. Silakan pembaca menilai sendiri :
Quote
Quote
Originally Posted by Chah 
Saya tidak mengerti mengapa dikatakan hubungan mereka bukanlah hubungan yang patut dikecam secara moral?
Begini, 'moral' itu bagi K berbeda sekali dengan 'moral' yang kita kenal. ... Contohnya: lembaga perka.winan itu bagi kita adalah moral, karena di dalam perka.winan hubungan seksual disahkan ... Bagi K, perka.winan sama sekali tidak ada kaitannya dengan moral ... Malah K sering kali mengritik perka.winan, yang dikatakannya hanyalah legalisasi dari penindasan (suami atas istri atau sebaliknya), atau saling memanfaatkan untuk kepentingan sendiri. ...

Bagi K, dalam kaitan hubungan antara dua orang, jauh lebih bermoral daripada perka.winan adalah KOMITMEN yang dilandasi CINTA. ... Ini bisa saja terjadi di dalam lembaga perka.winan atau di luar lembaga perka.winan. ...

Coba saja lihat ... 'affair'-nya dengan Rosalind --jelas dengan sepengetahuan Rajagopal, suami Rosalind; ketiga sahabat itu tinggal di bawah satu atap-- berlangsung selama lebih dari 25 tahun. ... Ini menunjukkan komitmen yang tinggi di pihak K. ... Biasanya orang "berselingkuh" tidak akan selama itu, bukan? ...

Quote
Lantas apa yang dimaksud dengan "hubungan intim dan hubungan jasmani?"Jika berbicara tentang seks maka kembali lagi bahwa "aku" dari JK belum lah padam secara permanen...Karena nafsu sex itu adalah keinginan...Dan bila mana "pikiran" berhenti maka nafsu pun akan berhenti begitukan?
Mengenai masalah ini, terus terang saya tidak tahu. ... Memang, nafsu seksual seperti kita kenal akan lenyap ketika pikiran/si aku berhenti. ... Tetapi, apakah itu berarti orang tidak bisa berhubungan seksual tanpa nafsu seksual yang berasal dari pikiran? Artinya, apakah orang yang sudah bebas tidak bisa berhubungan seksual? ...

Kita biasanya berpikir bahwa hubungan seksual itu tidak kompatibel dengan kesucian. ... Ini berasal dari puritanisme mazhab Theravada. ... Tetapi, kalau kita tinjau ajaran dalam mazhab-mazhab Buddhis lain, terutama Vajrayana, di sana tampaknya hubungan seksual itu bukan tidak kompatibel dengan kesucian. ... Banyak kisah tentang orang-orang suci di Buddhisme Tibet yang melakukan hubungan seksual ... Para Mahasiddha, yang dianggap setingkat Buddha, masih berhubungan seksual. ...

Malah, dalam Buddhisme Tibet dikenal Sumpah Bodhisattva (Sumpah Tambahan no.11 kalau tidak salah) yang menyatakan bahwa seorang Bodhisattva bersedia melanggar sila (membunuh, mencuri, berzina, berbohong dsb) demi welas asih terhadap sesama. ...

Jadi, yang dapat saya simpulkan: kita-kita yang awam (puthujjana) ini tidak tahu apa motivasi dari tindakan-tindakan seorang yang sudah bebas.


Quote
Untuk kalimat diatas saya simpulkan :
1.JK tidak pernah berkhotbah tentang manfaat hidup selibat,dll lantas kenapa JK sendiri terjerumus didalamnya?
Tolong dibedakan: K sendiri hidup selibat, tapi ia tidak pernah menganjurkan orang untuk hidup selibat ... Mengapa ia sendiri hidup selibat, mana saya tahu?

Quote
2.Jika JK berbicara tentang cinta universal maka saya menggangapnya fine2 saja dan itu tidak perlu dibenarkan/disalahkan oleh pihak manapun,tapi saya masih bingung apa yang dimaksud "cinta" dalam pandang JK itu sendiri?
Bila Anda membaca tulisan-tulisan K, terlihat jelas bahwa 'cinta' bagi K adalah sesuatu yang muncul ketika si aku tidak ada. ... 'Cinta' dan si aku tidak kompatibel. ...

Quote
Apakah hubungan seksual seperti yang dijelaskan diatas?

Seperti sudah jelas bahwa memang hubungan cinta yang dimaksudkan adalah seks?
Saya rasa, hubungan seksual itu tidak penting ... Namun, dalam situasi di mana dua orang berbeda jenis hidup serumah selama 25 tahun sebagai sahabat, tidak mengherankan bila hubungan seksual itu terjadi.

Quote
Pada bagian ini saya sama sekali tidak mengerti...
"Sekalipun hubungan K dan Rosalind tidak bisa disebut tidak jujur, dalam arti tidak menyalahi ajaran-ajarannya, namun tidak bisa diingkari bahwa sejak saat itu K menjalani kehidupan ganda."

Hubungan K dengan Rosalind tidak bertentangan dengan ajaran K yang mana pun (sekalipun menurut "moral masyarakat", perselingkuhan jelas tidak bisa diterima--tetapi K tidak pernah menerima "moral masyarakat") ... K "menjalani kehidupan ganda", karena ada bagian dari kehidupan pribadinya yang ia merasa tidak perlu diungkapkannya kepada publik, apa pun alasannya.

Salam,
semar

Para bhikkhu vajrayana pun melakukan selibat , bahkan aliran yg mengatakan boleh ngeseks itupun harus lepas jubah. Nah pemirsa, padahal JELAS sekali Guru Agung Kita Sang Buddha Gotama sangat menjunjung tinggi hidup selibat yg merupakan dasar mutlak untuk mencapai pencerahan sempurna  dengan tercapainya arahat atau Buddha yg telah mencapai nibbana sepenuhnya. Dan harus diingat Sang Buddha mengajarkan kita untuk mencapai nibbana seutuhnya alias all out. Nah kalau orang yg sudah mengajarkan setengah2 apalagi menyalah artikan pencerahan sempurna dengan mengambil contoh figur yg tidak tepat dan asumsi pribadi , silakan nilai artinya apa?

Kalau dasar ini saja(selibat) yg AMAT SANGAT JELAS dan TEGAS dilencengkan, maka jelas MMD bukan bagian dari buddhisme (dari 3 mazhab utama) tetapi hanya mengaku2 saja untuk tujuan tertentu sehingga terlihat ada relevansinya dengan Buddhisme.

Smoga bermanfaat dan smoga umat Buddha yg belum melihat dapat melihat dengan jelas melihat MMD secara proposional bukan dengan pengado2an dan terjebak dalam jebakan betmen  yg berada di                               . http:///showthread.php?t=1069163&page=5 . Dan hal yg perlu diingat pula bagi yg mau belajar MMD silakan belajar dan bisa juga bermanfaat, tetapi  MMD bukanlah bagian manapun dari Ajaran Sang Buddha _/\_


 _/\_

Ketinggalan pengetahuan nih

Wah aku seh gak tahu soal kisah JK dan ajaran Nya, apakah benar seperti itu?

Mohon penjelasan dari pak Hud


sukhi hotu

Andi
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 24 September 2008, 12:41:05 PM
Semar = Pak Hudoyo

Jadi yg dibold dalam quote itu adalah jawaban Pak Hudoyo yg merupakan penjelasannya.

Quote
by Hudoyo from http:///showthread.php?t=1069163&page=5
Tolong dibedakan: K sendiri hidup selibat, tapi ia tidak pernah menganjurkan orang untuk hidup selibat ... Mengapa ia sendiri hidup selibat, mana saya tahu?

K =J.Krisnamurti yg dikatakan selibat, tapi koq selingkuh bahkan melakukan aborsi, jadi apa arti penjelasan Pak Hudoyo tersebut,bukankah ini pemutar balikan fakta. ^-^
Title: Re: J KrishnaMurti -> MMD
Post by: Andi Sangkala on 24 September 2008, 12:47:56 PM

Bukan, mengenali pikiran tidak bisa dilakukan dengan pikiran ... itu berarti menganalisis pikiran yang sudah lampau. ...

Mengenali pikiran berarti menyadari secara pasif setiap kali pikiran muncul ... tanpa bereaksi ... tanpa terseret ... sehingga pikiran itu lenyap kembali. ... Kalau ini dilakukan terus-menerus ... setiap pikiran yang muncul disadari, sehingga lenyap ... pada akhirnya pikiran itu akan berhenti dengan sendirinya (tanpa diusahakan untuk berhenti). ... Itulah vipassana sebagaimana dipahami dalam MMD ... sesuai dengan ajaran Sang Buddha kepada Bahiya & Malunkyaputta.

Salam,
hudoyo


 _/\_mohon petunjuk lebih lanjut

Apakah "menyadari dengan pasif" bukan pikiran (kesadaran)?

Maaf aku masih belum nangkap apa yang anda maksud dengan "pikiran"?

Sambil lalu aku juga pernah baca pernyataan anda (maaf apabila keliru) bahwa MMD menggunakan metode tanpa usaha (virya), lalu bagaimana mungkin seseorang melakukan meditasi tanpa "usaha"?

Baca posting aja perlu usaha, balas postingpun perlu usaha, apakah "mengamati secara pasif" bukan suatu usaha?

Semoga penjelasan anda memberikan cahaya dalam batinku yang kelam ini

sukhi hotu _/\_ ^:)^

Andi
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: CKRA on 24 September 2008, 01:17:16 PM

Quote
by Hudoyo from http:///showthread.php?t=1069163&page=5
Tolong dibedakan: K sendiri hidup selibat, tapi ia tidak pernah menganjurkan orang untuk hidup selibat ... Mengapa ia sendiri hidup selibat, mana saya tahu?

K =J.Krisnamurti yg dikatakan selibat, tapi koq selingkuh bahkan melakukan aborsi, jadi apa arti penjelasan Pak Hudoyo tersebut,bukankah ini pemutar balikan fakta. ^-^


Sebelumnya saya tidak mengetahui (dan tidak ingin tahu) ajaran J. Krisnamurti. Saya pikir pastilah ajarannya tidak buruk. Walau demikian saya tetap berpendapat MMD tidak sesuai dengan Buddhisme karena mencampuradukkan ajaran dengan comot sana comot sini.

Sekarang setelah saya mengetahui sedikit tentang ajaran J. Krisnamurti dan bila yang di-quote-kan oleh rekan Bond benar adanya, saya menjadi sangat ngeri membayangkan apa yang akan diperoleh oleh praktisi MMD dalam jangka panjang bila mengikuti ajaran dari guru semacam J. Krisnamurti.

Apakah thread MMD masih pantas masuk dalam board "Topik Buddhisme"?

 _/\_
CKRA
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 24 September 2008, 01:30:16 PM
Quote
by semar =Hudoyo from http:///showthread.php?t=1069163&page=6

Bagi saya pengalaman 'berhentinya pikiran/aku' itu adalah FINAL (cuma belum permanen saja, baru sementara (temporary)). ... Tidak ada apa-apa lagi sesudah itu ... Itu yang dialami Buddha, Krishnamurti, Bernadette Roberts ... Itu bukan hanya pandangan Theravada, tapi juga pandangan Madhyamika, itu 'sunyata'. ...

Jadi ternyata pencerahan yg dimaksud dalam MMD adalah berhentinya pikiran / aku, dan saya teringat bahwa Pak Hudoyo juga pernah mengatakan hanya mengantarkan sampai khanika samadhi saja yg mana artinya sama dengan berhentinya aku. Jadi artinya pencerahan sempurna ala MMD ya khanika samadhi saja tidak ada kelanjutannya seperti keterangan diatas. Padahal apa yg diajarkan Buddha dan para arahat pencerahan sempurna tidaklah seperti definisi Pak Hudoyo diatas. Memasukan nama Buddha yg disetarakan pencerahan J. Krisnamurti adalah hal yg mengada-ngada seperti sebuah dagelan politik.

Bahkan keadaan untuk berhentinya aku/pikiran agar menjadi permanen ala MMD tidak sesuai dengan Ajaran Sang Buddha. Mungkinkah pikiran berhenti pada saat kita dalam keadaan sehari2, pasti tidak mungkin lalu apa yg berhenti permanen?

Menurut ajaran Sang Buddha seorang arahat yg telah mencapai nibbana adalah mereka yg telah menghapus semua kekotoran batin sampai ke akar2nya yg tidak akan pernah muncul kembali. Jadi yg permanen itu adalah tidak akan pernah muncul lagi kilesa pada batin yg tercerahkan sempurna, jadi bukan berhentinya pikiran/aku secara permanen.
Kalau berhentinya pikiran pada saat meditasi lalu dalam kehidupan sehari bergerak lagi itu namanya bukan permanen.
Berbeda dengan seorang arahat yaitu entah dia dalam keadaan meditasi ataupun dalam kehidupan sehari2 kilesa tidak akan pernah muncul kembali, inilah yg disebut permanen yg berhubungan dengan pencapaian nibbana kecuali ketika seorang arahat telah parinibbana.

Dan perlu diketahui juga bahwa masih banyak hal yg harus dilewati ketika orang bervipasana dan mencapai khanika samadhi menurut ajaran Sang Buddha, bukannya berhenti lalu final.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Indra on 24 September 2008, 01:36:16 PM
Apakah thread MMD masih pantas masuk dalam board "Topik Buddhisme"?

 _/\_
CKRA

Member CKRA,
ini adala topik yang sangat sensitif, bahkan ada seorang member yg membuat polling sehubungan dengan issue ini, dan mengakibatkan terjadinya perdebatan panas yang berkepanjangan, setelah mempertimbangkan Pro/Cons akhirnya mods memutuskan untuk menempatkan MMD ini ke dalam board "Buddhisme dan kepercayaan lain". semoga anda bisa memakluminya.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: CKRA on 24 September 2008, 09:44:21 PM
Apakah thread MMD masih pantas masuk dalam board "Topik Buddhisme"?

 _/\_
CKRA

Member CKRA,
ini adala topik yang sangat sensitif, bahkan ada seorang member yg membuat polling sehubungan dengan issue ini, dan mengakibatkan terjadinya perdebatan panas yang berkepanjangan, setelah mempertimbangkan Pro/Cons akhirnya mods memutuskan untuk menempatkan MMD ini ke dalam board "Buddhisme dan kepercayaan lain". semoga anda bisa memakluminya.


Terima kasih atas penjelasannya, rekan Indra. Saya bisa merasakan keangkeran topik ini  :)

 _/\_
CKRA
Title: Re: J KrishnaMurti -> MMD
Post by: hudoyo on 25 September 2008, 06:47:53 AM
_/\_mohon petunjuk lebih lanjut
Apakah "menyadari dengan pasif" bukan pikiran (kesadaran)?
Maaf aku masih belum nangkap apa yang anda maksud dengan "pikiran"?

Dari pertanyaan Anda, tampaknya Anda mencampuradukkan antara 'pikiran, berpikir' (thought, thinking) dengan 'kesadaran' (consciousness). ... Pikiran bukan kesadaran, dan kesadaran bukan pikiran. ... Anda harus bedakan kedua hal itu. ...

'Kesadaran' (consciousness) adalah keadaan batin orang yang tidak tidur, tidak pingsan & tidak mati. ... Di dalam sadar, orang bisa berpikir, bisa pula tidak berpikir.

Di lain pihak, 'pikiran' adalah RESPONS batin terhadap suatu persepsi yang diterima dari luar melalui pancaindra atau yang muncul dari bawah sadar sebagai ingatan (memori). ... Pikiran ini selalu menggunakan kata-kata (bahasa) ... orang tidak bisa berpikir tanpa kata-kata. ... Sifat kedua dari pikiran: pikiran selalu menciptakan subyek (aku. diri, ego, atta). ... Sebelum pikiran bergerak, yang ada hanyalah obyek-obyek, yang menghasilan persepsi melalui pancaindra. ... Begitu pikiran bergerak, muncullah subyek, lalu subyek berhadapan dengan obyek-obyek, lalu subyek ber-relasi dengan obyek, lalu timbul kesenangan, ketidaksenangan, keinginan, penolakan dsb ... Sifat ketiga dari pikiran adalah: pikiran hanya bisa berada (menggunakan bahan) dari masa lampau atau memproyeksi dari masa lampau ke masa depan ... pikiran tidak mungkin berada pada saat kini. ... Demikian secara singkat tentang hal-ihwal pikiran; kalau masih belum jelas, silakan bertanya lagi.

Quote
Sambil lalu aku juga pernah baca pernyataan anda (maaf apabila keliru) bahwa MMD menggunakan metode tanpa usaha (virya), lalu bagaimana mungkin seseorang melakukan meditasi tanpa "usaha"?
Baca posting aja perlu usaha, balas postingpun perlu usaha, apakah "mengamati secara pasif" bukan suatu usaha?

Baca posting, balas posting bukanlah bermeditasi, apalagi bukan MMD. ... Seluruh kesadaran manusia sehari-hari selalu dipenuhi TUJUAN (di masa depan) dan USAHA.

Dalam MMD orang tidak memilir ke masa depan, jadi tidak ada TUJUAN apa-apa ... karena tidak ada TUJUAN, maka tidak ada pula USAHA ... MMD berarti berhenti, diam pada saat kini, tidak berusaha apa pun. ... Kata Sang Buddha: "Aku sudah lama berhenti, kamulah yang terus berlari. Apa yang kamu cari? Berhentilah."

Saya ambil contoh yang sangat sederhana, yang pasti pernah dialami oleh semua orang:

Bila Anda sedang melamun ... tentang sesuatu yang enak ... beberapa menit ... lalu tiba-tiba Anda sadar ... pada detik sadar itu, ke mana lamunan Anda? ... lenyap, bukan. ... sederhana sekali. ... Itulah yang saya maksud dengan "menyadari pikiran secara pasif", karena detik sadar itu bukan hasil dari suatu usaha ... Orang tidak mungkin "berusaha sadar" ketika sedang melamun. ... Sadar itu datang begtiu saja, cepat atau lambat ...

Sedetik kemudian, pikiran bergerak lagi, misalnya berkata: "Oh, aku baru saja melamun", "Aku tidak boleh melamun ...", "AKu harus berkonsentrasi, aku harus  bermeditasi" ... dsb. dsb. ... Itu pikiran lagi yang bergerak, si aku lagi yang bergerak ... bukan sadar (aware).

Nah, detik sadar itulah yang saya maksud dengan "menyadari gerak-gerik batin secara pasif, tanpa usaha" ... Kalau orang BERUSAHA untuk sadar (aware), ia sudah tidak sadar, tidak aware. ...

Quote
Semoga penjelasan anda memberikan cahaya dalam batinku yang kelam ini

Semoga batin Anda sekarang menjadi terang. ... Kalau masih gelap juga, silakan bertanya lagi.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 25 September 2008, 11:57:52 AM
Dapatkah dijelaskan PIKIRAN YG BERHENTI dalam
suatu sistem komputer (PC)... sehingga
yg komputer nerd dapat memetik manfaatnya................

thanks banget!

johan3000 (matanya yg masih TEMBAL DEBUNYA)...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ilalang on 25 September 2008, 03:14:12 PM
Dapatkah dijelaskan PIKIRAN YG BERHENTI dalam
suatu sistem komputer (PC)... sehingga
yg komputer nerd dapat memetik manfaatnya................


NEO,
Maybe you should ask MORPHEUS about the advanced artificial intelligence COMPUTER who has imprisoned your MIND.

When you do, please be prepared to face the hardest of all truths, because you'll discover that all life on earth may be nothing more than a virtual reality known as the M*****
And one more thing...please be prepared also with the androids led by Agent S**** who will consider you as a rebel...
 ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 26 September 2008, 08:10:51 AM
Quote
by semar =Hudoyo from http:///showthread.php?t=1069163&page=6

Bagi saya pengalaman 'berhentinya pikiran/aku' itu adalah FINAL (cuma belum permanen saja, baru sementara (temporary)). ... Tidak ada apa-apa lagi sesudah itu ... Itu yang dialami Buddha, Krishnamurti, Bernadette Roberts ... Itu bukan hanya pandangan Theravada, tapi juga pandangan Madhyamika, itu 'sunyata'. ...

Jadi ternyata pencerahan yg dimaksud dalam MMD adalah berhentinya pikiran / aku, dan saya teringat bahwa Pak Hudoyo juga pernah mengatakan hanya mengantarkan sampai khanika samadhi saja yg mana artinya sama dengan berhentinya aku. Jadi artinya pencerahan sempurna ala MMD ya khanika samadhi saja tidak ada kelanjutannya seperti keterangan diatas. Padahal apa yg diajarkan Buddha dan para arahat pencerahan sempurna tidaklah seperti definisi Pak Hudoyo diatas. Memasukan nama Buddha yg disetarakan pencerahan J. Krisnamurti adalah hal yg mengada-ngada seperti sebuah dagelan politik.

Bahkan keadaan untuk berhentinya aku/pikiran agar menjadi permanen ala MMD tidak sesuai dengan Ajaran Sang Buddha. Mungkinkah pikiran berhenti pada saat kita dalam keadaan sehari2, pasti tidak mungkin lalu apa yg berhenti permanen?

Menurut ajaran Sang Buddha seorang arahat yg telah mencapai nibbana adalah mereka yg telah menghapus semua kekotoran batin sampai ke akar2nya yg tidak akan pernah muncul kembali. Jadi yg permanen itu adalah tidak akan pernah muncul lagi kilesa pada batin yg tercerahkan sempurna, jadi bukan berhentinya pikiran/aku secara permanen.
Kalau berhentinya pikiran pada saat meditasi lalu dalam kehidupan sehari bergerak lagi itu namanya bukan permanen.
Berbeda dengan seorang arahat yaitu entah dia dalam keadaan meditasi ataupun dalam kehidupan sehari2 kilesa tidak akan pernah muncul kembali, inilah yg disebut permanen yg berhubungan dengan pencapaian nibbana kecuali ketika seorang arahat telah parinibbana.

Dan perlu diketahui juga bahwa masih banyak hal yg harus dilewati ketika orang bervipasana dan mencapai khanika samadhi menurut ajaran Sang Buddha, bukannya berhenti lalu final.

Ketika pikiran/aku berhenti, tidak ada apa-apa lagi yang bisa dan perlu dilakukan oleh aku. Di situ tidak ada lagi pikiran, tidak ada aku, jelas tidak ada loba, odsa, moha. Di situ ada sesuatu yang tak dilahirkan, tak tercipta, tak terkondisi.

Ketika pikiran berjalan lagi, jelas aku muncul lagi, loba, dosa, moha muncul lagi.

Tapi sejauh yang dapat dilakukan oleh si aku, berhentinya pikiran adalah CUKUP. Tidak ada apa-apa lagi yang perlu dilakukan sesudah berhentinya pikiran. Dalam Bahiya-sutta, Sang Buddha berkata, "kalau kamu bisa berada di situ (berhentinya pikiran), maka kamu tidak ada lagi, itulah akhir derita."

YM Buddhadasa Mahathera mengatakan keheningan itu adalah mencicipi nibbana.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 26 September 2008, 08:11:43 AM
Dapatkah dijelaskan PIKIRAN YG BERHENTI dalam
suatu sistem komputer (PC)... sehingga
yg komputer nerd dapat memetik manfaatnya................

thanks banget!

johan3000 (matanya yg masih TEMBAL DEBUNYA)...

Analogi dengan komputer sama sekali tidak membebaskan. Yang penting mengalami sendiri.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 26 September 2008, 08:29:30 AM
Dapatkah dijelaskan PIKIRAN YG BERHENTI dalam
suatu sistem komputer (PC)... sehingga
yg komputer nerd dapat memetik manfaatnya................

thanks banget!

johan3000 (matanya yg masih TEMBAL DEBUNYA)...

Analogi dengan komputer sama sekali tidak membebaskan. Yang penting mengalami sendiri.

Tolong dibantu dgn diskripsi yg lebih jelas/teliti

apakah berhentinya pikiran itu.....
dalam pengukuran

EEG, MEG atau fMRI and PET

sama sekali tidak memiliki aktivitas?...

Apakah pikiran seorang arahat juga berhenti....
atau cuma dia udah TIDAK terpengaruhi oleh duniawi.... tetapi tetap
aja jalan2 dan makan es cream.....???

thanks!
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Andi Sangkala on 26 September 2008, 09:36:24 AM
Nah, detik sadar itulah yang saya maksud dengan "menyadari gerak-gerik batin secara pasif, tanpa usaha" ... Kalau orang BERUSAHA untuk sadar (aware), ia sudah tidak sadar, tidak aware. ...



_/\_

Mohon petunjuk pak Hud, apakah "detik sadar itu" anda alami sepanjang meditasi MMD

Terimakasih atas penjelasannya, semoga aku bisa memahaminya kelak

Andi

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 26 September 2008, 09:46:24 AM
Quote
by semar =Hudoyo from http:///showthread.php?t=1069163&page=6

Bagi saya pengalaman 'berhentinya pikiran/aku' itu adalah FINAL (cuma belum permanen saja, baru sementara (temporary)). ... Tidak ada apa-apa lagi sesudah itu ... Itu yang dialami Buddha, Krishnamurti, Bernadette Roberts ... Itu bukan hanya pandangan Theravada, tapi juga pandangan Madhyamika, itu 'sunyata'. ...

Jadi ternyata pencerahan yg dimaksud dalam MMD adalah berhentinya pikiran / aku, dan saya teringat bahwa Pak Hudoyo juga pernah mengatakan hanya mengantarkan sampai khanika samadhi saja yg mana artinya sama dengan berhentinya aku. Jadi artinya pencerahan sempurna ala MMD ya khanika samadhi saja tidak ada kelanjutannya seperti keterangan diatas. Padahal apa yg diajarkan Buddha dan para arahat pencerahan sempurna tidaklah seperti definisi Pak Hudoyo diatas. Memasukan nama Buddha yg disetarakan pencerahan J. Krisnamurti adalah hal yg mengada-ngada seperti sebuah dagelan politik.

Bahkan keadaan untuk berhentinya aku/pikiran agar menjadi permanen ala MMD tidak sesuai dengan Ajaran Sang Buddha. Mungkinkah pikiran berhenti pada saat kita dalam keadaan sehari2, pasti tidak mungkin lalu apa yg berhenti permanen?

Menurut ajaran Sang Buddha seorang arahat yg telah mencapai nibbana adalah mereka yg telah menghapus semua kekotoran batin sampai ke akar2nya yg tidak akan pernah muncul kembali. Jadi yg permanen itu adalah tidak akan pernah muncul lagi kilesa pada batin yg tercerahkan sempurna, jadi bukan berhentinya pikiran/aku secara permanen.
Kalau berhentinya pikiran pada saat meditasi lalu dalam kehidupan sehari bergerak lagi itu namanya bukan permanen.
Berbeda dengan seorang arahat yaitu entah dia dalam keadaan meditasi ataupun dalam kehidupan sehari2 kilesa tidak akan pernah muncul kembali, inilah yg disebut permanen yg berhubungan dengan pencapaian nibbana kecuali ketika seorang arahat telah parinibbana.

Dan perlu diketahui juga bahwa masih banyak hal yg harus dilewati ketika orang bervipasana dan mencapai khanika samadhi menurut ajaran Sang Buddha, bukannya berhenti lalu final.

Ketika pikiran/aku berhenti, tidak ada apa-apa lagi yang bisa dan perlu dilakukan oleh aku. Di situ tidak ada lagi pikiran, tidak ada aku, jelas tidak ada loba, odsa, moha. Di situ ada sesuatu yang tak dilahirkan, tak tercipta, tak terkondisi.

Ketika pikiran berjalan lagi, jelas aku muncul lagi, loba, dosa, moha muncul lagi.

Tapi sejauh yang dapat dilakukan oleh si aku, berhentinya pikiran adalah CUKUP. Tidak ada apa-apa lagi yang perlu dilakukan sesudah berhentinya pikiran. Dalam Bahiya-sutta, Sang Buddha berkata, "kalau kamu bisa berada di situ (berhentinya pikiran), maka kamu tidak ada lagi, itulah akhir derita."

YM Buddhadasa Mahathera mengatakan keheningan itu adalah mencicipi nibbana.

Bukankah pikiran berjalan = proses berpikir?, apakah ketika seorang arahat lagi berpikir ttg suatu keputusan disitu muncul LDM?. Adalah 2 hal yg berbeda berhentinya pikiran dan padamnya LDM. Arahat yg masih hidup dan putthujana dalam kehidupan sehari2 masih ada proses berpikir/pikiran berjalan hanya yg satu masih ada LDM dan yg satu tidak. Jadi keterangannya sepertinya rancu pak.

Apakah yg dimaksud pak Hud pikiran berhenti atau tidak adalah citta atau proses berpikir?

Jika berhentinya pikiran =proses berpikir maka keterangan saya seperti diatas.

Tetapi bila diartikan sebagai citta maka juga masih menjadi rancu lagi bila dikatakan citta berhenti.

Dalam vipasanna yg ada adalah ketika 5 nivarana telah tertekan sementara waktu pikiran/ citta menjadi jernih dan hening, dan ketika pengamatan dan menyadari objek2 atau fenomena2 sebenarnya citta masih bekerja, masih berproses dalam fungsi  masing2 dalam kejernihannya sampai munculnya nyana2.

Jadi apa yg dikatakan Sang Buddha kepada Bahiya "jika kamu berada disitu" bukan berarti pikiran berhenti. tetapi artinya adalah, "melihat apa adanya" tidak terkontaminasi oleh LDM. Dan ini bisa dicapai dalam keadaan meditatif ataupun kehidupan sehari2. Tetapi kalau pikiran berhenti tidak mungkin dicapai dalam keadaan sehari2 jika diartikan proses berpikir.

Disinilah letaknya jika memang ingin dikonsepkan, konsepkanlah dengan jelas sehingga tidak ambigu ataupun menyimpang, bagi beberapa yg non buddhis mungkin akan manggut2 aja, karena mungkin mereka belum melihat ataupun mengerti atau melihat secara langsung apa yg terjadi, karena disini diperlukan kebijaksanaan yg tinggi.Bagi yg Buddhis paling tidak banyak yg menguasai dasarnya dengan baik, makanya banyak pertanyaan2 jika menyimpang apalagi mereka yg berpraktek meditasi yg didibimbing oleh kalyanimita2 mumpuni yg telah teruji kualitasnya. _/\_







Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 26 September 2008, 11:42:43 AM
Quote
by semar =Hudoyo from http:///showthread.php?t=1069163&page=6

Bagi saya pengalaman 'berhentinya pikiran/aku' itu adalah FINAL (cuma belum permanen saja, baru sementara (temporary)). ... Tidak ada apa-apa lagi sesudah itu ... Itu yang dialami Buddha, Krishnamurti, Bernadette Roberts ... Itu bukan hanya pandangan Theravada, tapi juga pandangan Madhyamika, itu 'sunyata'. ...

Jadi ternyata pencerahan yg dimaksud dalam MMD adalah berhentinya pikiran / aku, dan saya teringat bahwa Pak Hudoyo juga pernah mengatakan hanya mengantarkan sampai khanika samadhi saja yg mana artinya sama dengan berhentinya aku. Jadi artinya pencerahan sempurna ala MMD ya khanika samadhi saja tidak ada kelanjutannya seperti keterangan diatas. Padahal apa yg diajarkan Buddha dan para arahat pencerahan sempurna tidaklah seperti definisi Pak Hudoyo diatas. Memasukan nama Buddha yg disetarakan pencerahan J. Krisnamurti adalah hal yg mengada-ngada seperti sebuah dagelan politik.

Bahkan keadaan untuk berhentinya aku/pikiran agar menjadi permanen ala MMD tidak sesuai dengan Ajaran Sang Buddha. Mungkinkah pikiran berhenti pada saat kita dalam keadaan sehari2, pasti tidak mungkin lalu apa yg berhenti permanen?

Menurut ajaran Sang Buddha seorang arahat yg telah mencapai nibbana adalah mereka yg telah menghapus semua kekotoran batin sampai ke akar2nya yg tidak akan pernah muncul kembali. Jadi yg permanen itu adalah tidak akan pernah muncul lagi kilesa pada batin yg tercerahkan sempurna, jadi bukan berhentinya pikiran/aku secara permanen.
Kalau berhentinya pikiran pada saat meditasi lalu dalam kehidupan sehari bergerak lagi itu namanya bukan permanen.
Berbeda dengan seorang arahat yaitu entah dia dalam keadaan meditasi ataupun dalam kehidupan sehari2 kilesa tidak akan pernah muncul kembali, inilah yg disebut permanen yg berhubungan dengan pencapaian nibbana kecuali ketika seorang arahat telah parinibbana.

Dan perlu diketahui juga bahwa masih banyak hal yg harus dilewati ketika orang bervipasana dan mencapai khanika samadhi menurut ajaran Sang Buddha, bukannya berhenti lalu final.

Ketika pikiran/aku berhenti, tidak ada apa-apa lagi yang bisa dan perlu dilakukan oleh aku. Di situ tidak ada lagi pikiran, tidak ada aku, jelas tidak ada loba, odsa, moha. Di situ ada sesuatu yang tak dilahirkan, tak tercipta, tak terkondisi.

Ketika pikiran berjalan lagi, jelas aku muncul lagi, loba, dosa, moha muncul lagi.

Tapi sejauh yang dapat dilakukan oleh si aku, berhentinya pikiran adalah CUKUP. Tidak ada apa-apa lagi yang perlu dilakukan sesudah berhentinya pikiran. Dalam Bahiya-sutta, Sang Buddha berkata, "kalau kamu bisa berada di situ (berhentinya pikiran), maka kamu tidak ada lagi, itulah akhir derita."

YM Buddhadasa Mahathera mengatakan keheningan itu adalah mencicipi nibbana.

Bukankah pikiran berjalan = proses berpikir?, apakah ketika seorang arahat lagi berpikir ttg suatu keputusan disitu muncul LDM?. Adalah 2 hal yg berbeda berhentinya pikiran dan padamnya LDM. Arahat yg masih hidup dan putthujana dalam kehidupan sehari2 masih ada proses berpikir/pikiran berjalan hanya yg satu masih ada LDM dan yg satu tidak. Jadi keterangannya sepertinya rancu pak.

Apakah yg dimaksud pak Hud pikiran berhenti atau tidak adalah citta atau proses berpikir?

Jika berhentinya pikiran =proses berpikir maka keterangan saya seperti diatas.

Tetapi bila diartikan sebagai citta maka juga masih menjadi rancu lagi bila dikatakan citta berhenti.

Dalam vipasanna yg ada adalah ketika 5 nivarana telah tertekan sementara waktu pikiran/ citta menjadi jernih dan hening, dan ketika pengamatan dan menyadari objek2 atau fenomena2 sebenarnya citta masih bekerja, masih berproses dalam fungsi  masing2 dalam kejernihannya sampai munculnya nyana2.

Jadi apa yg dikatakan Sang Buddha kepada Bahiya "jika kamu berada disitu" bukan berarti pikiran berhenti. tetapi artinya adalah, "melihat apa adanya" tidak terkontaminasi oleh LDM. Dan ini bisa dicapai dalam keadaan meditatif ataupun kehidupan sehari2. Tetapi kalau pikiran berhenti tidak mungkin dicapai dalam keadaan sehari2 jika diartikan proses berpikir.

Disinilah letaknya jika memang ingin dikonsepkan, konsepkanlah dengan jelas sehingga tidak ambigu ataupun menyimpang, bagi beberapa yg non buddhis mungkin akan manggut2 aja, karena mungkin mereka belum melihat ataupun mengerti atau melihat secara langsung apa yg terjadi, karena disini diperlukan kebijaksanaan yg tinggi.Bagi yg Buddhis paling tidak banyak yg menguasai dasarnya dengan baik, makanya banyak pertanyaan2 jika menyimpang apalagi mereka yg berpraktek meditasi yg didibimbing oleh kalyanimita2 mumpuni yg telah teruji kualitasnya. _/\_









Quote
Adalah 2 hal yg berbeda berhentinya pikiran dan padamnya LDM.

Apa mau dikata.... memang bro itu BER OTAK JAMES BOND.....

 ^:)^ manteeeeeeeeepppp   ^:)^

dan dgn sangat yakin bahwa otak/pikiran yg baik itu spt TERATAI....
bukan seperti... TIKUS MATI....   ;D  ;D  ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 26 September 2008, 12:02:26 PM
Tolong dibantu dgn diskripsi yg lebih jelas/teliti
apakah berhentinya pikiran itu.....
dalam pengukuran
EEG, MEG atau fMRI and PET
sama sekali tidak memiliki aktivitas?...
Apakah pikiran seorang arahat juga berhenti....
atau cuma dia udah TIDAK terpengaruhi oleh duniawi.... tetapi tetap
aja jalan2 dan makan es cream.....???
thanks!

Saya tidak tahu apakah ada orang yang pernah mengukur kegiatan otak orang yang pikiran/akunya dalam keadaan berhenti.

Apakah pikiran seorang arahat berhenti? ... Saya tidak tahu, saya bukan arahat, tapi menurut Mulapariyaya-sutta YA. ... Lebih dulu perlu dipahami apa itu PIKIRAN? Menurut sutta itu, PIKIRAN adalah respons batin yang menciptakan AKU, perasaan dsb.

Bagaimana seorang arahat/buddha bisa berkhotbah? ... Lagi-lagi saya tidak tahu ... yang jelas, menurut Buddha & Krishnamurti, di situ tidak ada aku lagi ... Jadi, kalau ada proses diskursif, analitis, berkhotbah dsb, itu jangan dinamakan PIKIRAN untuk tidak menyalahi Mulapariyaya-sutta di atas, karena di situ TIDAK ADA AKU LAGI ... Jadi "pikiran" seorang arahat/buddha lain sekali dengan pikiran kita menurut Mulapariyaya-sutta..

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 26 September 2008, 12:05:25 PM
Mohon petunjuk pak Hud, apakah "detik sadar itu" anda alami sepanjang meditasi MMD

Tentu tidak, 'detik sadar' atau 'berhentinya pikiran/aku' itu dalam terminologi Buddhis disebut 'khanika-samadhi'. ... Mula-mula dialami beberapa detik ... berangsung-angsur makin malam sampai beberapa jam.

Sala,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Andi Sangkala on 26 September 2008, 12:17:29 PM


Tentu tidak, 'detik sadar' atau 'berhentinya pikiran/aku' itu dalam terminologi Buddhis disebut 'khanika-samadhi'. ... Mula-mula dialami beberapa detik ... berangsung-angsur makin malam sampai beberapa jam.

Sala,
hudoyo

 _/\_

oh bgt toh,

tapi khanika samadhi yang anda alami sampai durasi jam2an, itu seh bukan khanika samadhi lagi

trims _/\_

Andi

 
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 26 September 2008, 12:25:43 PM
Bukankah pikiran berjalan = proses berpikir?, apakah ketika seorang arahat lagi berpikir ttg suatu keputusan disitu muncul LDM?. Adalah 2 hal yg berbeda berhentinya pikiran dan padamnya LDM. Arahat yg masih hidup dan putthujana dalam kehidupan sehari2 masih ada proses berpikir/pikiran berjalan hanya yg satu masih ada LDM dan yg satu tidak. Jadi keterangannya sepertinya rancu pak.

Berhentinya pikiran = berhentinya LDM (entah sementara (puthujjana), entah menetap (arahat)). Gunakanlah istilah BERPIKIR hanya untuk puthujjana (Mulapariyaya-sutta), karena BERPIKIR selalu menciptakan AKU dan diikuti LDM. Berdasarkan definisi 'berpikir' itu (sesuai Mulapariyaya-sutta), arahat tidak "berpikir" (seperti biasa) lagi, sekalipun ia bisa bisa menganalisis, bisa berkhotbah dsb. (Lihat jawaban kepada Johan di atas).

Jadi, yang membedakan PIKIRAN puthujjana dan "PIKIRAN" arahat adalah TIDAK ADANYA AKU, bukan hanya TIDAK ADANYA LDM, tidak ada lagi pikiran tentang Brahmavihara dsb.

Quote
Apakah yg dimaksud pak Hud pikiran berhenti atau tidak adalah citta atau proses berpikir?
Tetapi bila diartikan sebagai citta maka juga masih menjadi rancu lagi bila dikatakan citta berhenti.

Saya tidak tahu 'citta' itu apa, saya tidak menggunakan Abhidhamma. ... Bagi saya 'pikiran' adalah apa yang diuraikan dalam Mulapariyaya-sutta. Itu saja.

Quote
Dalam vipasanna yg ada adalah ketika 5 nivarana telah tertekan sementara waktu pikiran/ citta menjadi jernih dan hening, dan ketika pengamatan dan menyadari objek2 atau fenomena2 sebenarnya citta masih bekerja, masih berproses dalam fungsi  masing2 dalam kejernihannya sampai munculnya nyana2.

Tampak di sini ada pencampuradukkan antara "pikiran" (menurut Mupariyaya-sutta) dan "citta" yang mungkin berarti "batin".

Quote
Jadi apa yg dikatakan Sang Buddha kepada Bahiya "jika kamu berada disitu" bukan berarti pikiran berhenti. tetapi artinya adalah, "melihat apa adanya" tidak terkontaminasi oleh LDM. Dan ini bisa dicapai dalam keadaan meditatif ataupun kehidupan sehari2. Tetapi kalau pikiran berhenti tidak mungkin dicapai dalam keadaan sehari2 jika diartikan proses berpikir.

Pikiran adalah "RESPONS batin terhadap rangsangan" (Mulapariyaya-sutta) ... Dari definisi ini, maka apa yang dimaksud Sang Buddha dalam Bahiya-sutta justru adalah 'berhentinya pikiran'.
Betul itu adalah 'melihat apa adanya', karna di situ tidak ada pikiran (lihat definisi di atas) dan tidak ada aku lagi, yang mendistorsikan 'melihat'.
Seorang yang bebas sempurna tetap bisa berfungsi dalam kehidupan sehari-hari, tapi bukan dengan PIKIRAN (lihat definisi di atas), tapi dengan sesuatu yang lain, dengan proses di mana tidak ada aku, tidak ada reaksi dari aku.

Quote
Disinilah letaknya jika memang ingin dikonsepkan, konsepkanlah dengan jelas sehingga tidak ambigu ataupun menyimpang, bagi beberapa yg non buddhis mungkin akan manggut2 aja, karena mungkin mereka belum melihat ataupun mengerti atau melihat secara langsung apa yg terjadi, karena disini diperlukan kebijaksanaan yg tinggi.Bagi yg Buddhis paling tidak banyak yg menguasai dasarnya dengan baik, makanya banyak pertanyaan2 jika menyimpang apalagi mereka yg berpraktek meditasi yg didibimbing oleh kalyanimita2 mumpuni yg telah teruji kualitasnya. _/\_

Bagi orang yang tidak dibebani oleh teori Abhidhamma, maka uraian saya tentang pikiran dan berhentinya pikiran sangat jelas, baik bagi teman-teman yang non-Buddhis maupun bagi teman-teman yang Buddhis. Tidak ada perbedaan non-Buddhis dan Buddhis dalam memahami pikiran dan berhentinya pikiran. Yang membedakan cuma beban teori Abhidhamma yang dimiliki justru oleh SEGELINTIR teman-teman Buddhis.

Siapa "kalyanimita2 mumpuni yg telah teruji kualitasnya"? Hasilnya seperti apa? Seperti Fabian? ... :)) Lebih baik tidak, kalau cuma akan menjadi orang yang eksklusif, fundamentalis dan fanatik.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 26 September 2008, 12:27:22 PM
_/\_
oh bgt toh,
tapi khanika samadhi yang anda alami sampai durasi jam2an, itu seh bukan khanika samadhi lagi
trims _/\_
Andi

Terserah Anda menyebutnya.
Yang penting alami sendiri. Sudahkah?

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 26 September 2008, 12:30:10 PM
Quote
Adalah 2 hal yg berbeda berhentinya pikiran dan padamnya LDM.
Apa mau dikata.... memang bro itu BER OTAK JAMES BOND.....
 ^:)^ manteeeeeeeeepppp   ^:)^
dan dgn sangat yakin bahwa otak/pikiran yg baik itu spt TERATAI....
bukan seperti... TIKUS MATI....   ;D  ;D  ;D

PIKIRAN dan AKU ini adalah TIKUS YANG HIDUP ... asal mula dari DUKKHA.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 26 September 2008, 01:24:03 PM
Quote
Adalah 2 hal yg berbeda berhentinya pikiran dan padamnya LDM.
Apa mau dikata.... memang bro itu BER OTAK JAMES BOND.....
 ^:)^ manteeeeeeeeepppp   ^:)^
dan dgn sangat yakin bahwa otak/pikiran yg baik itu spt TERATAI....
bukan seperti... TIKUS MATI....   ;D  ;D  ;D

PIKIRAN dan AKU ini adalah TIKUS YANG HIDUP ... asal mula dari DUKKHA.

100% setuju pak! Bapak memang HEBAT!
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 26 September 2008, 02:05:01 PM
Quote
by semar =Hudoyo from http:///showthread.php?t=1069163&page=6

Bagi saya pengalaman 'berhentinya pikiran/aku' itu adalah FINAL (cuma belum permanen saja, baru sementara (temporary)). ... Tidak ada apa-apa lagi sesudah itu ... Itu yang dialami Buddha, Krishnamurti, Bernadette Roberts ... Itu bukan hanya pandangan Theravada, tapi juga pandangan Madhyamika, itu 'sunyata'. ...

Jadi ternyata pencerahan yg dimaksud dalam MMD adalah berhentinya pikiran / aku, dan saya teringat bahwa Pak Hudoyo juga pernah mengatakan hanya mengantarkan sampai khanika samadhi saja yg mana artinya sama dengan berhentinya aku. Jadi artinya pencerahan sempurna ala MMD ya khanika samadhi saja tidak ada kelanjutannya seperti keterangan diatas. Padahal apa yg diajarkan Buddha dan para arahat pencerahan sempurna tidaklah seperti definisi Pak Hudoyo diatas. Memasukan nama Buddha yg disetarakan pencerahan J. Krisnamurti adalah hal yg mengada-ngada seperti sebuah dagelan politik.

Bahkan keadaan untuk berhentinya aku/pikiran agar menjadi permanen ala MMD tidak sesuai dengan Ajaran Sang Buddha. Mungkinkah pikiran berhenti pada saat kita dalam keadaan sehari2, pasti tidak mungkin lalu apa yg berhenti permanen?

Menurut ajaran Sang Buddha seorang arahat yg telah mencapai nibbana adalah mereka yg telah menghapus semua kekotoran batin sampai ke akar2nya yg tidak akan pernah muncul kembali. Jadi yg permanen itu adalah tidak akan pernah muncul lagi kilesa pada batin yg tercerahkan sempurna, jadi bukan berhentinya pikiran/aku secara permanen.
Kalau berhentinya pikiran pada saat meditasi lalu dalam kehidupan sehari bergerak lagi itu namanya bukan permanen.
Berbeda dengan seorang arahat yaitu entah dia dalam keadaan meditasi ataupun dalam kehidupan sehari2 kilesa tidak akan pernah muncul kembali, inilah yg disebut permanen yg berhubungan dengan pencapaian nibbana kecuali ketika seorang arahat telah parinibbana.

Dan perlu diketahui juga bahwa masih banyak hal yg harus dilewati ketika orang bervipasana dan mencapai khanika samadhi menurut ajaran Sang Buddha, bukannya berhenti lalu final.

Ketika pikiran/aku berhenti, tidak ada apa-apa lagi yang bisa dan perlu dilakukan oleh aku. Di situ tidak ada lagi pikiran, tidak ada aku, jelas tidak ada loba, odsa, moha. Di situ ada sesuatu yang tak dilahirkan, tak tercipta, tak terkondisi.

Ketika pikiran berjalan lagi, jelas aku muncul lagi, loba, dosa, moha muncul lagi.

Tapi sejauh yang dapat dilakukan oleh si aku, berhentinya pikiran adalah CUKUP. Tidak ada apa-apa lagi yang perlu dilakukan sesudah berhentinya pikiran. Dalam Bahiya-sutta, Sang Buddha berkata, "kalau kamu bisa berada di situ (berhentinya pikiran), maka kamu tidak ada lagi, itulah akhir derita."

YM Buddhadasa Mahathera mengatakan keheningan itu adalah mencicipi nibbana.

Bukankah pikiran berjalan = proses berpikir?, apakah ketika seorang arahat lagi berpikir ttg suatu keputusan disitu muncul LDM?. Adalah 2 hal yg berbeda berhentinya pikiran dan padamnya LDM. Arahat yg masih hidup dan putthujana dalam kehidupan sehari2 masih ada proses berpikir/pikiran berjalan hanya yg satu masih ada LDM dan yg satu tidak. Jadi keterangannya sepertinya rancu pak.

Apakah yg dimaksud pak Hud pikiran berhenti atau tidak adalah citta atau proses berpikir?

Jika berhentinya pikiran =proses berpikir maka keterangan saya seperti diatas.

Tetapi bila diartikan sebagai citta maka juga masih menjadi rancu lagi bila dikatakan citta berhenti.

Dalam vipasanna yg ada adalah ketika 5 nivarana telah tertekan sementara waktu pikiran/ citta menjadi jernih dan hening, dan ketika pengamatan dan menyadari objek2 atau fenomena2 sebenarnya citta masih bekerja, masih berproses dalam fungsi  masing2 dalam kejernihannya sampai munculnya nyana2.

Jadi apa yg dikatakan Sang Buddha kepada Bahiya "jika kamu berada disitu" bukan berarti pikiran berhenti. tetapi artinya adalah, "melihat apa adanya" tidak terkontaminasi oleh LDM. Dan ini bisa dicapai dalam keadaan meditatif ataupun kehidupan sehari2. Tetapi kalau pikiran berhenti tidak mungkin dicapai dalam keadaan sehari2 jika diartikan proses berpikir.

Disinilah letaknya jika memang ingin dikonsepkan, konsepkanlah dengan jelas sehingga tidak ambigu ataupun menyimpang, bagi beberapa yg non buddhis mungkin akan manggut2 aja, karena mungkin mereka belum melihat ataupun mengerti atau melihat secara langsung apa yg terjadi, karena disini diperlukan kebijaksanaan yg tinggi.Bagi yg Buddhis paling tidak banyak yg menguasai dasarnya dengan baik, makanya banyak pertanyaan2 jika menyimpang apalagi mereka yg berpraktek meditasi yg didibimbing oleh kalyanimita2 mumpuni yg telah teruji kualitasnya. _/\_









Quote
Adalah 2 hal yg berbeda berhentinya pikiran dan padamnya LDM.

Apa mau dikata.... memang bro itu BER OTAK JAMES BOND.....

 ^:)^ manteeeeeeeeepppp   ^:)^

dan dgn sangat yakin bahwa otak/pikiran yg baik itu spt TERATAI....
bukan seperti... TIKUS MATI....   ;D  ;D  ;D

He..he proses berpikir adalah proses berpikir, yg arahat proses berpikirnya  tanpa LDM dan putthujhana tentu bercampur dengan LDM. Apa sih pikiran? Otak/pikiran? ini lagi2 aneh bisa nambah sendiri :))

Coba baca yg teliti kalimatnya  ;D


Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 26 September 2008, 02:40:06 PM
Quote
Berhentinya pikiran = berhentinya LDM (entah sementara (puthujjana), entah menetap (arahat)). Gunakanlah istilah BERPIKIR hanya untuk puthujjana (Mulapariyaya-sutta), karena BERPIKIR selalu menciptakan AKU dan diikuti LDM. Berdasarkan definisi 'berpikir' itu (sesuai Mulapariyaya-sutta), arahat tidak "berpikir" (seperti biasa) lagi, sekalipun ia bisa bisa menganalisis, bisa berkhotbah dsb. (Lihat jawaban kepada Johan di atas).

Jadi, yang membedakan PIKIRAN puthujjana dan "PIKIRAN" arahat adalah TIDAK ADANYA AKU, bukan hanya TIDAK ADANYA LDM, tidak ada lagi pikiran tentang Brahmavihara dsb.


Jadi istilah arahat berpikir itu apa namanya pak?  Bengong? ^-^ Ada referensi suttanya? kalo Sang Buddha sedang menganalisa lalu dikatakan tidak berpikir atau berpikir?

Pikiran adalah pikiran, masalah nanti mau pikiran putthujana dan arahat atau Buddha, itu adalah masalah kualitas pikiran . yg pasti dua2nya punya pikiran. Jadi jangan dirancukan antara pikiran dan kualitas pikiran.

Quote
Pikiran adalah "RESPONS batin terhadap rangsangan" (Mulapariyaya-sutta) ... Dari definisi ini, maka apa yang dimaksud Sang Buddha dalam Bahiya-sutta justru adalah 'berhentinya pikiran'.
Betul itu adalah 'melihat apa adanya', karna di situ tidak ada pikiran (lihat definisi di atas) dan tidak ada aku lagi, yang mendistorsikan 'melihat'.
Seorang yang bebas sempurna tetap bisa berfungsi dalam kehidupan sehari-hari, tapi bukan dengan PIKIRAN (lihat definisi di atas), tapi dengan sesuatu yang lain, dengan proses di mana tidak ada aku, tidak ada reaksi dari aku.
[/b]

"sesuatu yg lain" bisa Anda sebutkan ?

"pikiran adalah respon batin terhadap rangsangan", kalau arahat menjawab pertanyaan, apakah tidak ada rangsangan yg masuk melalui pintu indria?

Dan jika ditilik arti pikiran disana bersifat umum.

Quote
Siapa "kalyanimita2 mumpuni yg telah teruji kualitasnya"? Hasilnya seperti apa? Seperti Fabian? ...  Lebih baik tidak, kalau cuma akan menjadi orang yang eksklusif, fundamentalis dan fanatik.

Kayaknya ada dendam ya sama fabian  atau bapak naksir dengan fabian? ^-^
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 26 September 2008, 03:53:27 PM
Four Categories of Brain Wave Frequencies

Beta Brainwaves (14 to 32 Hz)
    * Produced by thinking mind and conscious thought process. Most common brain wave pattern.
    * Concentration, logic, reasoning, alertness and critical thinking.
    * Higher levels of beta may result in feelings of anxiety, stress, unfocused thought,
       insomnia & even nervous breakdowns in extreme cases.
    * Necessary & required to function and navigate in your everyday life and
       normal waking consciousness.

Alpha Brainwaves (7 to 14 Hz)
    * Produced during relaxed detached awareness and daydreaming mind.
    * Relaxation, super learning & memory retention, increased concentration & focus,
       light meditation, increased health benefits.
    * Provides vividness and lucidity to our imagination & visualization.
    * Enables us to remember our dreams and meditative states.
    * Link between conscious and subconscious mind, gateway to meditation.

Theta Brainwaves (3.5 to 7 Hz)
    * Produced by subconscious mind, and present in dreaming sleep and REM
       (rapid eye movement) state.
    * Deep meditation & spiritual connection, increased creativity ("ah-ha" moment) &
       retention of learned material, deep healing of body & mind.
    * Long-term memory, center of creative inspiration and storehouse of repressed
       psychological & emotional baggage.
    * Key to meditation and spiritual breakthrough.

Delta Brainwaves (0.1 to 3.5 Hz)
    * Produced by the unconscious mind and during deep, dreamless sleep.
    * Deep trance-like, non-physical state, loss of body awareness.
    * Intuition and psychic awareness, enabling knowledge of information that isn't
       available on conscious level.
    * Gateway to unconscious & collective unconscious, access to universal psyche or mind.

Gelombang otak.....
 Dimanakah pikiran yg berhenti?
 Dimanakah seorang MMD bermeditasi?
 DImanakah seorang arahat?
 <:-P

Jadilah bunga teratai... hidup, berkembang, beranak... tetapi tidak melekat pada kotoran...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sumedho on 26 September 2008, 08:12:34 PM
menurut AN II 6, 36 *dikutip dari buku Nibbana sebagai pengalaman hidup*

dikatakan bahwa "Seorang Arahant memiliki pengendalian penuh akan pikirannya" (Cetovasippatta)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: williamhalim on 27 September 2008, 08:38:36 AM
Yang sy tau juga begitu,

Sang Buddha tidak pernah mengajarkan kita untuk menghentikan pikiran.

Buddha mengajarkan kita supaya bisa mengendalikan pikiran kita.

::

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: williamhalim on 27 September 2008, 09:00:25 AM

Berhentinya pikiran = berhentinya LDM (entah sementara (puthujjana), entah menetap (arahat)). Gunakanlah istilah BERPIKIR hanya untuk puthujjana (Mulapariyaya-sutta), karena BERPIKIR selalu menciptakan AKU dan diikuti LDM. Berdasarkan definisi 'berpikir' itu (sesuai Mulapariyaya-sutta), arahat tidak "berpikir" (seperti biasa) lagi, sekalipun ia bisa bisa menganalisis, bisa berkhotbah dsb. (Lihat jawaban kepada Johan di atas).


Pernyataan Pak Hud diatas, yakni:

karena BERPIKIR selalu menciptakan AKU dan diikuti LDM


Menurut saya adalah suatu pernyataan pribadi.

--------

Berpikir adalah salah satu pintu indera, seperti juga pintu indera lainnya, misalnya: melihat, merasa, dll
Ketika pikiran muncul selanjutnya akan diikuti oleh niat / keinginan, pada saat inilah LDM / aLaDaM akan muncul.

~ Keinginan yg dilandasi oleh LDM dalam Buddhisme disebut kamma buruk (EGO/AKU)
~ Keinginan yg dilandasi oleh aLaDaM disebut kamma baik.

Jadi, kesimpulan yg menyatakan bahwa semua pikiran akan menciptakan AKU (EGO) bukanlah Ajaran yg benar. Pernyataan begini akan membingungkan.

Logika sederhananya:
~ Kita setiap saat tidak pernah berhenti berpikir, bahkan dalam waktu tidur. Jika semua pikiran kita adalah AKU (LDM), berarti setiap saat kita memproduksi kamma buruk tanpa pernah menanam kamma baik sedikitpun. AKhirnya semua akan terlahir di alam menderita dalam beberapa putaran kehidupan saja, tidak akan ada makhluk yg bisa terlahir di alam yg lebih baik (karena setiap detiknya selalu memproduksi LDM).

Kesimpulan demikian tidak benar.

Pikiran dapat memproduksi hal-hal yg baik, juga hal-hal yg tidak baik. Ajaran Buddha mengajarkan kita untuk dapat mengendalikan pikiran kit;, mengurangi pikiran2 tidak baik dan mengembangkan pikiran2 yg bermanfaat, caranya adalah: sila, meditasi dan panna

::
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 27 September 2008, 09:18:08 AM
Quote
Logika sederhananya:
~ Kita setiap saat tidak pernah berhenti berpikir, bahkan dalam waktu tidur. Jika semua pikiran kita adalah AKU (LDM), berarti setiap saat kita memproduksi kamma buruk tanpa pernah menanam kamma baik sedikitpun. AKhirnya semua akan terlahir di alam menderita dalam beberapa putaran kehidupan saja, tidak akan ada makhluk yg bisa terlahir di alam yg lebih baik (karena setiap detiknya selalu memproduksi LDM).

kalau tidak salah dikatakan cetana (kehendak) lah yg dimaksud karma.
selagi perbuatan dilandasi oleh keserakahan, kebencian dan kegelapan batin, terproduksi karma.
karma akan menghasilkan akibat dimanapun itu, baik di alam menderita maupun alam bahagia...

ketika perbuatan tidak dilandasi oleh keserakahan, kebencian & kegelapan bathin, tidak ada karma yg terproduksi lagi. dg begitu rantai kelahiran berakhir...


--- lupa baca di mana... :hammer:
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 29 September 2008, 07:16:05 AM
menurut AN II 6, 36 *dikutip dari buku Nibbana sebagai pengalaman hidup*

dikatakan bahwa "Seorang Arahant memiliki pengendalian penuh akan pikirannya" (Cetovasippatta)

Di sini dipakai 'ceto' (citta). ... Citta bukan 'pikiran' (thought), melainkan 'kesadaran' (consciousness).
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 29 September 2008, 07:46:06 AM
He..he proses berpikir adalah proses berpikir, yg arahat proses berpikirnya  tanpa LDM dan putthujhana tentu bercampur dengan LDM. Apa sih pikiran? Otak/pikiran? ini lagi2 aneh bisa nambah sendiri :))
Jadi istilah arahat berpikir itu apa namanya pak?  Bengong? ^-^ Ada referensi suttanya? kalo Sang Buddha sedang menganalisa lalu dikatakan tidak berpikir atau berpikir?

Baca Mulapariyaya-sutta. Definisi pikiran dalam sutta itu persis sama dengan definisi pikiran (thought) dalam disiplin psikologi modern. ... 'Pikiran/berpikir' (thought, thinking) dalam Mulapariyaya-sutta disebut (ma~n~nati, conceptualization).

Dalam Mupalariyaya-sutta dinyatakan secara eksplisit bahwa dalam batin arahat/buddha tidak terjadi ma~n~nati, tidak ada konseptualisasi, singkatnya: tidak ada 'pikiran' MENURUT DEFINISI Mulapariyaya-sutta, tidak ada 'pikiran' SEBAGAIMANA YANG KITA KENAL.

Lalu, apa yang terjadi dalam batin seorang arahat/buddha saya tidak tahu. ... Yang saya tahu, Mulapariyaya-sutta dengan tegas menyatakan seorang arahat/buddha tidak 'berpikir' (tidak mengkonseptualisasi, tidak menganalisis dsb) sebagaimana kita kenal.

Ada orang bilang bahwa ucapan dan tindakan seorang yang telah bebas itu bersifat spontan, tanpa melalui pertimbangan pikiran, seperti short cut dari 'persepsi' (rangsangan) kepada 'tindakan' tanpa melalui pertimbangan 'pikiran' sebagaimana puthujjana ... dan itu tidak pernah salah. ... Tapi sekali lagi, saya tidak tahu.

Quote
Pikiran adalah pikiran, masalah nanti mau pikiran putthujana dan arahat atau Buddha, itu adalah masalah kualitas pikiran . yg pasti dua2nya punya pikiran. Jadi jangan dirancukan antara pikiran dan kualitas pikiran.


Itu pendapat Anda pribadi, bertentangan dengan MUlapariyaya-sutta.

Quote
"sesuatu yg lain" bisa Anda sebutkan ?

Dari sudut ajaran Buddhisme, mungkin Udana 8.3. ... Tapi sekali lagi, saya tidak tahu apa yang berlangsung dalam batin arahat/buddha. ... Yang jelas, Mulapariyaya-sutta menyatakan mereka tidak lagi melakukan konseptualisasi (berpikir).

Quote
"pikiran adalah respon batin terhadap rangsangan", kalau arahat menjawab pertanyaan, apakah tidak ada rangsangan yg masuk melalui pintu indria?

Di atas sudah saya katakan, ada yang bilang UCAPAN dan TINDAKAN seorang yang bebas (arahat/buddha) itu bersifat SPONTAN, dalam arti proses mulai dari 'persepsi' (rangsangan) sampai kepada 'ucapan/tindakan' memintasi (tidak melalui) pertimbangan 'pikiran', oleh karena itu disebut SPONTAN. ... Proses spontan itu tidak bisa disebut REAKSI, karena yang bereaksi adalah pikiran/si aku, si aku bereaksi dengan berpikir, menimbang-nimbang dsb, baru bertindak. ... Jadi seorang yang bebas tidak lagi bereaksi, alih-alih semua ucapan/tindakannya adalah spontan. ... Tapi sekali lagi, semua itu baru merupakan teori bagi saya pada saat ini, karena saya belum mengalaminya sendiri.

Quote
Dan jika ditilik arti pikiran disana bersifat umum.

Maksudnya "umum" apa? ... Pikiran adalah REAKSI batin terhadap rangsangan/persepsi yang diterima.

Quote
Kayaknya ada dendam ya sama fabian  atau bapak naksir dengan fabian? ^-^

Apa yang saya katakan tentang Fabian bukanlah dendam, melainkan fakta. Bisa dibaca dalam debat Fabian - Hudoyo, yang sebentar lagi saya upload ke Rapidshare.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 29 September 2008, 07:47:57 AM
Yang sy tau juga begitu,
Sang Buddha tidak pernah mengajarkan kita untuk menghentikan pikiran.
Buddha mengajarkan kita supaya bisa mengendalikan pikiran kita.

Baca Mulapariyaya-sutta. Di situ jelas-jelas Sang Buddha mengajarkan, "Hendaknya para Sekha (sotapanna sampai anagami) tidak melakukan konseptualisasi, tidak berpikir."

Dan di situ, Sang Buddha juga menegaskan, "Seorang arahat/buddha tidak melakukan konseptualisai, tidak berpikir."
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 29 September 2008, 08:06:22 AM
Hmm, berarti Buddha tidak pernah berpikir yah? Sudah menghentikan pikiran, tidak punya konseptualitas?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 29 September 2008, 08:13:16 AM
Pernyataan Pak Hud diatas, yakni:
karena BERPIKIR selalu menciptakan AKU dan diikuti LDM
Menurut saya adalah suatu pernyataan pribadi.

Bukan pernyataan pribadi, melainkan tercantum dalam Mulapariyaya-sutta. ... Ketika batin menerima rangsangan (persepsi) melalui salah satu dari keenam pintu indra ... batin bereaksi dengan konseptualisasi (berpikir), lalu muncul atta/diri/aku, lalu diri itu berhadapan dengan obyek yang dicerap, lalu diri itu membentuk relasi dengan obyek itu (melekat, menolak dsb), lalu muncullah perasaan senang, tidak senang dsb. Itu semua tercantum dengan jelas dalam Mulapariyaya-sutta.

Quote
Berpikir adalah salah satu pintu indera, seperti juga pintu indera lainnya, misalnya: melihat, merasa, dll
Ketika pikiran muncul selanjutnya akan diikuti oleh niat / keinginan, pada saat inilah LDM / aLaDaM akan muncul.

SALAH! ... Berpikir (ma~n~nati, konseptualisasi) bukan salah satu dari keenam pintu indra. ... Pintu indra keenam adalah 'mano' (batin itu sendiri) ... melalui itu muncul rangsangan (stimuli) dalam bentuk ingatan (memori) ...

Bila muncul sebuah rangsangan (persepsi, sa~njanati) dalam bentuk ingatan melalui pintu indra batin, maka batin bereaksi dengan membentuk konsep (conceptualization), antara lain dengan memberi nama (label) ... proses inilah yang disebut 'berpikir' (ma~n~nati).

Quote
~ Keinginan yg dilandasi oleh LDM dalam Buddhisme disebut kamma buruk (EGO/AKU)
~ Keinginan yg dilandasi oleh aLaDaM disebut kamma baik.
Jadi, kesimpulan yg menyatakan bahwa semua pikiran akan menciptakan AKU (EGO) bukanlah Ajaran yg benar. Pernyataan begini akan membingungkan.

Bagi mereka yang memahami saya, sama sekali tidak membingungkan. ...
Berbeda dengan anggapan (definisi) Anda, aku/diri itu bukan buruk bukan baik.

Loba, dosa, moha berasal dari aku/diri. ... Metta, karuna, mudita, upekkha, juga berasal dari aku/diri. Oleh karena itu keempat brahmavihara ini hanya bisa membawa si aku/diri ke alam Brahma, SAMA SEKALI TIDAK MEMBEBASKAN (menghasilkan nibbana).

Quote
Logika sederhananya:
~ Kita setiap saat tidak pernah berhenti berpikir, bahkan dalam waktu tidur. Jika semua pikiran kita adalah AKU (LDM), berarti setiap saat kita memproduksi kamma buruk tanpa pernah menanam kamma baik sedikitpun. AKhirnya semua akan terlahir di alam menderita dalam beberapa putaran kehidupan saja, tidak akan ada makhluk yg bisa terlahir di alam yg lebih baik (karena setiap detiknya selalu memproduksi LDM).
Kesimpulan demikian tidak benar.


Definisi 'pikiran' yang Anda gunakan di sini tidak sama dengan definisi 'pikiran' yang saya gunakan dalam diskusi ini. Definisi 'aku/diri' yang Anda gunakan di sini tidak sama dengan definisi 'aku/diri' yang saya gunakan. Alam pikiran Anda tidak nyambung dengan alam pikiran saya.

Quote
Pikiran dapat memproduksi hal-hal yg baik, juga hal-hal yg tidak baik. Ajaran Buddha mengajarkan kita untuk dapat mengendalikan pikiran kit;, mengurangi pikiran2 tidak baik dan mengembangkan pikiran2 yg bermanfaat, caranya adalah: sila, meditasi dan panna

Betul, pikiran bisa menghasilkan ucapan & perbuatan yang kita sebut "baik" atau yang kita sebut "buruk". Tapi dua-duanya TIDAK PERNAH MEMBEBASKAN  Tidak ada orang yang bebas karena melakukan kusala-kamma.

Orang hanya akan bebas, kalau pikiran/si aku yang memproduksi "kebaikan" (apalagi "keburukan") sudah berhenti. Jadi, pembebasan berarti mengatasi keburukan dan kebaikan.

Itulah yang diajarkan Sang Buddha. Baca Mulapariyaya-sutta.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sumedho on 29 September 2008, 08:56:23 AM
menurut AN II 6, 36 *dikutip dari buku Nibbana sebagai pengalaman hidup*

dikatakan bahwa "Seorang Arahant memiliki pengendalian penuh akan pikirannya" (Cetovasippatta)

Di sini dipakai 'ceto' (citta). ... Citta bukan 'pikiran' (thought), melainkan 'kesadaran' (consciousness).
Setahu saya cetopariyaya itu membaca pikiran bukan membaca kesadaran pak :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 29 September 2008, 09:07:48 AM
Setahu saya cetopariyaya itu membaca pikiran bukan membaca kesadaran pak :)

Membaca seluruh isi batin, bukan cuma pikiran.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: dilbert on 29 September 2008, 10:51:02 AM
(i) muncul rangsangan melalui salah satu dari keenam indra (sa~njanati = mempersepsikan, perceiving)--ini masih belum pikiran;[/color]
(ii) muncul reaksi oleh pikiran: berpikir, mengkonseptualisasikan (conceiving, ma~n~nati);
(iii) muncul konsep atta/aku yang masih menyatu dengan obyek (ma~n~nati);
(iv) konsep atta memisahkan diri dari obyek, muncul dualitas subyek-obyek (ma~n~nati);
(v) konsep atta membentuk hubungan dengan obyek (ma~n~nati);
(vi) atta bersenang hati dengan obyek (abhinandati).


apakah pikiran seorang arahat sampai pada proses i atau ii ?? karena atta baru muncul di proses iii...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 29 September 2008, 10:57:24 AM
(i) muncul rangsangan melalui salah satu dari keenam indra (sa~njanati = mempersepsikan, perceiving)--ini masih belum pikiran;[/color]
(ii) muncul reaksi oleh pikiran: berpikir, mengkonseptualisasikan (conceiving, ma~n~nati);
(iii) muncul konsep atta/aku yang masih menyatu dengan obyek (ma~n~nati);
(iv) konsep atta memisahkan diri dari obyek, muncul dualitas subyek-obyek (ma~n~nati);
(v) konsep atta membentuk hubungan dengan obyek (ma~n~nati);
(vi) atta bersenang hati dengan obyek (abhinandati).

apakah pikiran seorang arahat sampai pada proses i atau ii ?? karena atta baru muncul di proses iii...

Di dalam Mupariyaya-sutta jelas dinyatakan oleh Sang Buddha bahwa seorang Sekha (sotapanna s.d. anagami) harus berlatih agar proses batinnya hanya berhenti pada #1 (sa~njanati, persepsi murni), dan tidak melanjut ke #2 (ma~n~nati, konseptualisasi) dst ... apalagi sampai ke #6 (perasaan senang, tidak senang sdb -- abhinandati).

Lalu Sang Buddha juga jelas menyatakan bahwa dalam batin arahat/buddha hanya ada persepsi murni (#1) saja ... tidak ada lagi #2 s.d. #6 ... Berarti arahat/buddha tidak berpikir seperti kita berpikir, tidak muncul diri/aku/atta, tidak ada rasa senang, bahagia, tidak senang dsb ... Singkatnya: tidak ada reaksi apa pun lagi di dalam batin terhadap rangsangan yang masuk dari luar (#1).
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 29 September 2008, 11:37:07 AM
Mulapariyaya-suttanya aja uda beda versi nih  ^-^
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 29 September 2008, 12:03:19 PM
Quote

Lalu, apa yang terjadi dalam batin seorang arahat/buddha saya tidak tahu. ... Yang saya tahu, Mulapariyaya-sutta dengan tegas menyatakan seorang arahat/buddha tidak 'berpikir' (tidak mengkonseptualisasi, tidak menganalisis dsb) sebagaimana kita kenal.

Ada orang bilang bahwa ucapan dan tindakan seorang yang telah bebas itu bersifat spontan, tanpa melalui pertimbangan pikiran, seperti short cut dari 'persepsi' (rangsangan) kepada 'tindakan' tanpa melalui pertimbangan 'pikiran' sebagaimana puthujjana ... dan itu tidak pernah salah. ... Tapi sekali lagi, saya tidak tahu.

Kalau Anda belum tau kondisi arahat, berarti selama ini Anda juga berasumsi ttg pikiran arahat dong , dan  selama ini yg Pak Hud ajarkan bukan realita tetapi spekulasi. .^-^

Quote
Di atas sudah saya katakan, ada yang bilang UCAPAN dan TINDAKAN seorang yang bebas (arahat/buddha) itu bersifat SPONTAN, dalam arti proses mulai dari 'persepsi' (rangsangan) sampai kepada 'ucapan/tindakan' memintasi (tidak melalui) pertimbangan 'pikiran', oleh karena itu disebut SPONTAN. ... Proses spontan itu tidak bisa disebut REAKSI, karena yang bereaksi adalah pikiran/si aku, si aku bereaksi dengan berpikir, menimbang-nimbang dsb, baru bertindak. ... Jadi seorang yang bebas tidak lagi bereaksi, alih-alih semua ucapan/tindakannya adalah spontan. ... Tapi sekali lagi, semua itu baru merupakan teori bagi saya pada saat ini, karena saya belum mengalaminya sendiri.
[/b]

Baru tau ada teori spontan melalui perbuatan itu bukan reaksi . ^-^ Bagaimana dengan reaksi baik, tidak baik dan netral (arahat) semuanya reaksi lho .
Jika Sang Buddha setiap pagi bermeditasi dan memantau siapa yg hendak ditolong, melihat yg ditolong seberapa matang batinnya utk tercerahkan, dan bisa mengetahui sebab -akibat yg akan ditolong, itu apakah termasuk analisa atau bukan?  ^-^

Kalau mau gampang yg di mulapariyaya-sutta itu = yatthabhutananadassana

Bagaimana dengan berpikir adalah berpikir, melihat adalah melihat, pikiran adalah pikiran bandingkan dengan

Pikiran adalah respon batin....bla..bla.... mana yg yatthabhutananadassana? :whistle:







Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sumedho on 29 September 2008, 02:06:24 PM
Setahu saya cetopariyaya itu membaca pikiran bukan membaca kesadaran pak :)

Membaca seluruh isi batin, bukan cuma pikiran.
Ceto itu yg saya tahu merupakan bentuk lain dari Citta yang artinya adalah "hati/heart" dan manifestasinya adalah pikiran.

AFAIK seorang arahant masih mempunyai batin dan pikiran. masih bisa merencanakan dst, itu yang saya simpulkan dari sutta-sutta yang ada. Saya tidak sependapat kalau para arahant itu "tidak berpikiran, thoughtless". Mereka memiliki complete control, cetovippatta bukannya tanpa ceto/citta/hati/pikiran.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 29 September 2008, 02:32:35 PM
Quote
by Hudoyo
Baca Mulapariyaya-sutta. Definisi pikiran dalam sutta itu persis sama dengan definisi pikiran (thought) dalam disiplin psikologi modern. ... 'Pikiran/berpikir' (thought, thinking) dalam Mulapariyaya-sutta disebut (ma~n~nati, conceptualization).

Quote
Mulapariyaya sutta-http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/mn/mn.001.than.html--by Bhikkhu Thanisaro

"He directly knows Unbinding as Unbinding. Directly knowing Unbinding as Unbinding, he does not conceive things about Unbinding, does not conceive things in Unbinding, does not conceive things coming out of Unbinding, does not conceive Unbinding as 'mine,' does not delight in Unbinding. Why is that? Because he has comprehended it, I tell you.

Coba bandingkan yg saya bold, apakah "thinking/thought" = "conceive" apakah artinya sama?, disitu jelas maknanya berbeda jauh, apalagi yg dimaksud dalam mulapariyaya sutta yg sebenarnya(bukan versi palsu)
Bahasa indonesia memang miskin kata2 tapi dengan ada perbandingan bahasa yg ada kita dapat mengetahui maksud dari sebuah sutta seutuhnya.
 _/\_

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 29 September 2008, 05:09:37 PM
Mulapariyaya-suttanya aja uda beda versi nih  ^-^

apa maksudnya?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 29 September 2008, 05:25:33 PM
maksudnya free interpretation

bolehkah saya bertanya.....apakah MMD memiliki supervisi sebagai contoh Bhante Pannavaro sebagai supervisor/pengamat/pembimbing MMD yang telah berkembang sampai hari ini?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 29 September 2008, 05:27:02 PM
Kalau Anda belum tau kondisi arahat, berarti selama ini Anda juga berasumsi ttg pikiran arahat dong , dan  selama ini yg Pak Hud ajarkan bukan realita tetapi spekulasi. .^-^

Anda berspekulasi, saya berspekulasi. Spekulasi saya berdasarkan Mulapariyaya-sutta. ... Spekulasi Anda berdasarkan abhidhamma? ... Jelas tidak nyambung.

Quote
Baru tau ada teori spontan melalui perbuatan itu bukan reaksi . ^-^ Bagaimana dengan reaksi baik, tidak baik dan netral (arahat) semuanya reaksi lho .

Reaksi adalah karma, orang berpikir, lalu berkehendak adalah berbuat karma ... Seorang arahat tidak berbuat karma, tidak bereaksi.

Quote
Jika Sang Buddha setiap pagi bermeditasi dan memantau siapa yg hendak ditolong, melihat yg ditolong seberapa matang batinnya utk tercerahkan, dan bisa mengetahui sebab -akibat yg akan ditolong, itu apakah termasuk analisa atau bukan?  ^-^

Di dalam Mulapariyaya-sutta, Sang Buddha menyatakan seorang arahat/buddha tidak berpikir (mengkonseptualisasikan). ... Bagaimana proses batin seorang arahat/buddha, itu hanya spekulasi.

Quote
Kalau mau gampang yg di mulapariyaya-sutta itu = yatthabhutananadassana

Di dalam Mulapariyaya-sutta, Sang Buddha menyatakan seorang arahat/buddha tidak berpikir (mengkonseptualisasikan). ... ITULAH yathabhutanyanadassanam = melihat apa adanya ... orang melihat apa adanya bukan dengan berpikir, yang selamanya terkondisi ... orang melihat apa adanya ketika pikiran berhenti (Mulapariyaya-sutta).

Quote
Bagaimana dengan berpikir adalah berpikir, melihat adalah melihat, pikiran adalah pikiran bandingkan dengan
Pikiran adalah respon batin....bla..bla.... mana yg yatthabhutananadassana? :whistle:

Tidak ada ungkapan "berpikir adalah berpikir"!
Yang ada 'vi~n~nate', yang dikenal, yang muncul lewat pintu indra batin. ... Jadi 'yang dikenal' hanya ada 'yang dikenal' (tidak ada respons menjadi berpikir) ... ITULAH yathabhutanyanadassanam = melihat apa adanya ... orang melihat apa adanya bukan dengan berpikir, yang selalu terkondisi.

Tampaknya Anda tidak mau membaca Mulapariyaya-sutta.
Pikiran (konseptualisasi, ma~n~nati) adalah respons terhadap persepsi murni (sa~njanati). Anda mau bilang Sang Buddha blablabla ...?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 29 September 2008, 05:53:42 PM
maksudnya free interpretation

Khotbah Sang Buddha dalam Mulapariyaya-sutta sudah eksplisit, tidak perlu ditafsir-tafsirkan.

Quote
bolehkah saya bertanya.....apakah MMD memiliki supervisi sebagai contoh Bhante Pannavaro sebagai supervisor/pengamat/pembimbing MMD yang telah berkembang sampai hari ini?

Pengajaran MMD adalah sepenuhnya tanggung jawab saya. ...

Bhante Pannyavaro sebagai kepala vihara Mendut tentu mendapat informasi tentang MMD yang diselenggarakan di viharanya; termasuk informasi dari orang-orang yang menentang MMD, saya tahu. ... Namun beliau tetap mengizinkan MMD dilaksanakan secara teratur di Vihara Mendut ... Malah Bhante Pannyavaro merekomendasikan MMD kepada pengurus Vihara Dhamma Sundara, Solo (di mana beliau juga menjabat sebagai kepala viharanya), yang ingin mengadakan retret MMD pada 21-23 November 2008 nanti. ... Saya mendapat informasi pula bahwa Bhante Pannyavaro pernah membahas MMD dengan Bpk Rahula (putra alm Bhante Girirakkhito Mahathera, ketua Yayasan Girirakkhito Mahathera yang memiliki Brahmavihara-arama, Singaraja) ketika Bhante Pannyavaro berkunjung ke Bali untuk peringatan Waisak kemarin; beliau mengharapkan agar MMD terus dilaksanakan secara teratur di kedua vihara Mendut dan Brahmavihara-arama.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 29 September 2008, 06:00:04 PM
Setahu saya cetopariyaya itu membaca pikiran bukan membaca kesadaran pak :)

Membaca seluruh isi batin, bukan cuma pikiran.
Ceto itu yg saya tahu merupakan bentuk lain dari Citta yang artinya adalah "hati/heart" dan manifestasinya adalah pikiran.

Tolong teks aslinya: manifestasi 'citta' adalah 'pikiran'.

Quote
AFAIK seorang arahant masih mempunyai batin dan pikiran. masih bisa merencanakan dst, itu yang saya simpulkan dari sutta-sutta yang ada. Saya tidak sependapat kalau para arahant itu "tidak berpikiran, thoughtless".

Anda tidak baca Mulapariyaya-sutta. Di situ Sang Buddha secara eksplisit menyatakan seorang arahat/buddha tidak "ma~n~nati" (do not conceptualize), artinya tidak berpikir.

Quote
Mereka memiliki complete control, cetovippatta bukannya tanpa ceto/citta/hati/pikiran.

Anda mencampuradukkan hati dan pikiran. Pikiran (thought, thinking) bukan citta, bukan manifestasi citta.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 29 September 2008, 06:13:27 PM
Quote
by Hudoyo
Baca Mulapariyaya-sutta. Definisi pikiran dalam sutta itu persis sama dengan definisi pikiran (thought) dalam disiplin psikologi modern. ... 'Pikiran/berpikir' (thought, thinking) dalam Mulapariyaya-sutta disebut (ma~n~nati, conceptualization).

Quote
Mulapariyaya sutta-http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/mn/mn.001.than.html--by Bhikkhu Thanisaro

"He directly knows Unbinding as Unbinding. Directly knowing Unbinding as Unbinding, he does not conceive things about Unbinding, does not conceive things in Unbinding, does not conceive things coming out of Unbinding, does not conceive Unbinding as 'mine,' does not delight in Unbinding. Why is that? Because he has comprehended it, I tell you.

Coba bandingkan yg saya bold, apakah "thinking/thought" = "conceive" apakah artinya sama?, disitu jelas maknanya berbeda jauh, apalagi yg dimaksud dalam mulapariyaya sutta yg sebenarnya(bukan versi palsu)
Bahasa indonesia memang miskin kata2 tapi dengan ada perbandingan bahasa yg ada kita dapat mengetahui maksud dari sebuah sutta seutuhnya.
 

Karena kebodohan, tidak mengerti , lantas bilang "versi palsu".
Thanissaro menerjemahkan 'ma~n~nati' = 'conceive', RG de Wettimuny menerjemahkan 'conceptualize', dua-duanya berarti 'berpikir'.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Adhitthana on 29 September 2008, 08:26:53 PM
saya copas dr forum lain ..

Seperti diketahui, dalam Mulapariyaya-sutta Sang Buddha menjelaskan proses terjadinya reaksi pikiran terhadap setiap rangsangan yang masuk melalui keenam indra dalam batin seorang puthujjana (orang biasa). Proses itu terjadi secepat kilat melalui enam tahap:
(i) muncul rangsangan melalui salah satu dari keenam indra (sa~njanati = mempersepsikan, perceiving)--ini masih belum pikiran;
(ii) muncul reaksi oleh pikiran: berpikir, mengkonseptualisasikan (conceiving, ma~n~nati);
(iii) muncul konsep atta/aku yang masih menyatu dengan obyek (ma~n~nati);
(iv) konsep atta memisahkan diri dari obyek, muncul dualitas subyek-obyek (ma~n~nati);
(v) konsep atta membentuk hubungan dengan obyek (ma~n~nati);
(vi) atta bersenang hati dengan obyek (abhinandati).

(Dalam sutta aslinya, Sang Buddha menyebutkan banyak obyek, mulai dari 'tanah' sampai 'nibbana' -- dalam batin seorang puthujjana terjadi
(i) pa.thavi.m pa.thavito sa~njaanaati -- he perceives earth as earth;
(ii) pa.thavi.m ma~n~nati -- he conceives earth;
(iii) pa.thaviyaa ma~n~nati -- he conceives in earth;
(iv) pa.thavito ma~n~nati -- he conceives from earth;
(v) pa.thavi.m me'ti ma~n~nati -- he conceives "earth is for me";
(vi) pa.thavi.m abhinandati -- he delights in earth.

(Sang Buddha menganjurkan kepada orang yang sedang berlatih (sekha), ketika melihat langsung sebuah rangsangan, agar tidak berpikir mengkonsepsikan rangsangan itu dan menghubungkan dengan dirinya
(i) pa.thavi.m pa.thavito abhijaanaati -- he directly knows earth as earth;
(ii) pa.thavi.m maa ma~n~ni -- let him not conceive earth;
(iii) pa.thaviyaa maa ma~n~ni -- let him not conceive in earth;
(iv) pa.thavito maa ma~n~ni -- let him not conceive from earth;
(v) pa.thavi.m me'ti maa ma~n~ni -- let him not conceive "earth is for me";
(vi) pa.thavi.m maabhinandi -- let him not delight in earth.

Demikianlah, Sang Buddha menganjurkan agar dalam batin seorang yang berlatih vipassana, ketika datang rangsangan dari keenam indra (langkah #1, dibold merah), tidak berlanjut menjadi reaksi berupa pikiran/konseptualisasi dan munculnya atta/diri (langkah #2-#6, dibold biru).

langkah #1 adalah proses persepsi murni. Proses berpikir seorang ariya (arahat) berhenti sampai pada langkah #1. Sehingga semua tindakan seorang arahat sudah tidak ber-cetana lagi. Tiada karma baru yang terbentuk. Inilah akhir dari dukkha, akhir dari tumimbal lahir.

Untuk lebih jelas bagaimana respon indra terhadap fenomena (yang harus dilatih oleh seorang sekha/murid) dijelaskan oleh Buddha dalam kepada BAHIYA dalam BAHIYA SUTTA sebagai berikut :

“Dalam hal ini, Bahiya, kamu harus melatih dirimu sendiri; di dalam apa yang dilihat hanya ada apa yang dilihat; di dalam apa yang didengar hanya ada apa yang didengar; di dalam apa yang dirasakan hanya ada apa yang dirasakan; di dalam apa yang diketahui hanya ada apa yang diketahui. Dengan cara ini kamu harus melatih dirimu sendiri, Bahiya”.
Jika Bahiya didalam apa yang dilihat hanya ada apa yang dilihat, di dalam apa yang didengar hanya ada apa yang didengar; di dalam apa yang dirasakan hanya ada apa yang dirasakan; di dalam apa yang diketahui hanya ada apa yang diketahui, maka Bahiya, kamu tidak akan “bersama itu”; bila Bahiya kamu tidak lagi “bersama itu”, kamu tidak akan berada di dalam itu; bila, Bahiya, kamu tidak ada di dalam itu, maka Bahiya, kamu tidak akan berada disini maupun disana tidak juga diantara keduanya. Inilah akhir penderitaan”.

 _/\_




Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sumedho on 30 September 2008, 09:22:11 AM
Quote
Anda mencampuradukkan hati dan pikiran. Pikiran (thought, thinking) bukan citta, bukan manifestasi citta.
Menurut Pak Hud?

Quote
nda tidak baca Mulapariyaya-sutta. Di situ Sang Buddha secara eksplisit menyatakan seorang arahat/buddha tidak "ma~n~nati" (do not conceptualize), artinya tidak berpikir.
Saya rasa tidak pas menyebut "man~n~nati" adalah berpikir karena banyak sekali ketidaksingkronan dengan sutta2x lain dimana dikatakan para arahant masih bisa memilih, bertindak, menyebarkan Dhamma dst.

potongan mulapariyaya menurut saya kuncinya pada "directly knows", sehingga tidak melakukan "ma~n~nati"/conceive *terpengaruh/terlibat secara emosi*/membayang2xkan. Bukannya tidak berpikir.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 30 September 2008, 10:09:37 AM
Kalau Anda belum tau kondisi arahat, berarti selama ini Anda juga berasumsi ttg pikiran arahat dong , dan  selama ini yg Pak Hud ajarkan bukan realita tetapi spekulasi. .^-^

Anda berspekulasi, saya berspekulasi. Spekulasi saya berdasarkan Mulapariyaya-sutta. ... Spekulasi Anda berdasarkan abhidhamma? ... Jelas tidak nyambung.  Terserah Anda deh. Yg pasti Anda berteori yg mana teorinya belum teruji. Kalau saya sih ngak mo buat2 teori apalagi kalo saya belum buktikan. ^-^

Quote
Baru tau ada teori spontan melalui perbuatan itu bukan reaksi . ^-^ Bagaimana dengan reaksi baik, tidak baik dan netral (arahat) semuanya reaksi lho .

Reaksi adalah karma, orang berpikir, lalu berkehendak adalah berbuat karma ... Seorang arahat tidak berbuat karma, tidak bereaksi. Lagi2 aneh, kalau arahat menjawab pertanyaan, itu juga reaksi yaitu menjawab pertanyaan lho, koq jadinya arahat kayak patung

Quote
Jika Sang Buddha setiap pagi bermeditasi dan memantau siapa yg hendak ditolong, melihat yg ditolong seberapa matang batinnya utk tercerahkan, dan bisa mengetahui sebab -akibat yg akan ditolong, itu apakah termasuk analisa atau bukan?  ^-^

Di dalam Mulapariyaya-sutta, Sang Buddha menyatakan seorang arahat/buddha tidak berpikir (mengkonseptualisasikan). ... Bagaimana proses batin seorang arahat/buddha, itu hanya spekulasi. Anda tidak menjawab pertanyaan saya , tapi mengalihkan pada spekulasi Anda

Quote
Kalau mau gampang yg di mulapariyaya-sutta itu = yatthabhutananadassana

Di dalam Mulapariyaya-sutta, Sang Buddha menyatakan seorang arahat/buddha tidak berpikir (mengkonseptualisasikan). ... ITULAH yathabhutanyanadassanam = melihat apa adanya ... orang melihat apa adanya bukan dengan berpikir, yang selamanya terkondisi ... orang melihat apa adanya ketika pikiran berhenti (Mulapariyaya-sutta).

Quote
Bagaimana dengan berpikir adalah berpikir, melihat adalah melihat, pikiran adalah pikiran bandingkan dengan
Pikiran adalah respon batin....bla..bla.... mana yg yatthabhutananadassana? :whistle:

Tidak ada ungkapan "berpikir adalah berpikir"!
Yang ada 'vi~n~nate', yang dikenal, yang muncul lewat pintu indra batin. ... Jadi 'yang dikenal' hanya ada 'yang dikenal' (tidak ada respons menjadi berpikir) ... ITULAH yathabhutanyanadassanam = melihat apa adanya ... orang melihat apa adanya bukan dengan berpikir, yang selalu terkondisi. Tidak berpikir juga tidak di kenal pak, itu asumsi dan spekulasi

Tampaknya Anda tidak mau membaca Mulapariyaya-sutta.
Pikiran (konseptualisasi, ma~n~nati) adalah respons terhadap persepsi murni (sa~njanati). Anda mau bilang Sang Buddha blablabla ...? tampaknya Anda mengartikan seenaknya ^-^

Quote
by Sumedho
Saya rasa tidak pas menyebut "man~n~nati" adalah berpikir karena banyak sekali ketidaksingkronan dengan sutta2x lain dimana dikatakan para arahant masih bisa memilih, bertindak, menyebarkan Dhamma dst.

potongan mulapariyaya menurut saya kuncinya pada "directly knows", sehingga tidak melakukan "ma~n~nati"/conceive *terpengaruh/terlibat secara emosi*/membayang2xkan. Bukannya tidak berpikir.

Nah pernyataan ini arti sebenarnya


Quote
Thanissaro menerjemahkan 'ma~n~nati' = 'conceive', RG de Wettimuny menerjemahkan 'conceptualize', dua-duanya berarti 'berpikir'. terjemahan berpikir tapi maknanya berbeda.  berpikir tanpa konsep juga bisa, misal ketika seseorang melihat air, dia hanya tau air, itu namanya sudah berpikir air, hanya belum berkonsep  ^-^, pertanyaan gampang , kalau ada arahat di tanya seseorang, Apakah itu (yg mana orangnya menunjuk ke arah air) ?  pasti dijawab air, bukan kotoran :)) hanya saat dia mengatakan air, ia tidak berkonsep ini dan itu(misal membayangkan ciri air, atau kualitas air, atau rasa dari air). ^-^
[/b][/color]

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 30 September 2008, 10:40:29 AM
Quote
Anda mencampuradukkan hati dan pikiran. Pikiran (thought, thinking) bukan citta, bukan manifestasi citta.
Menurut Pak Hud?

'citta' itu cuma teori abhidhamma ... orang tidak bisa melihat 'citta' dalam meditasi ... yang bisa dilihat dalam meditasi adalah 'berpikir', sesuai Mulapariyaya-sutta dan sesuai definisi 'berpikir' menurut psikologi modern.

Quote
Saya rasa tidak pas menyebut "man~n~nati" adalah berpikir karena banyak sekali ketidaksingkronan dengan sutta2x lain dimana dikatakan para arahant masih bisa memilih, bertindak, menyebarkan Dhamma dst.

Lalu apa dong 'ma~n~nati' kalau bukan berpikir? ... Thanissaro menerjemahkan sebagai "conceiving" (mengkonsepsikan), Wettimuny menerjemahkan sebagai "conceptualizing" (mengkonseptualisasikan). ... Kedua kata itu hampir sama maksudnya, yakni membentuk gambaran dengan kata-kata, yang merupakan proses awal dari berpikir.

Memang orang yang telah bebas tetap bisa berbicara dan berkata-kata ... (tentang apakah orang yang bebas masih 'memilih' saya tidak yakin, saya rasa tidak begitu, karena yang memilih itu pikiran/si aku; bagi seorang arahat tidak ada pilihan dalam berbicara dan bertindak, karena kebenaran hanya satu; manusia yang belum bebaslah yang harus memilih antara kebenaran dan ketidakbenaran, dan sering kali salah). ... Tapi, kalau dalam Mulapariyaya-sutta, Sang Buddha jelas-jelas menyatakan arahat/buddha tidak 'ma~n~nati', tidak mengkonsepsikan, alias tidak berpikir ... mau dikemanakan sutta itu yang Anda anggap "banyak sekali ketidaksingkronan dengan sutta2x lain". ...

Menurut saya, yang perlu diperbaiki ialah cara kita memahami apa itu 'berpikir' ... dan di sini ada pula challenge untuk memahami bisakah orang yang bebas berbicara & bertindak TANPA melalui pikiran (konseptualisasi) ... Anda cenderung menganggap itu mustahil ... menurut Anda, orang berbicara & bertindak mau tidak mau harus berangkat dari berpikir. ... Itu fallacy (kesalahan) yang mendasar, karena kita menganggap proses batin orang yang bebas dari akunya sama seperti proses batin seorang puthujjana.

Yang jelas, Mulapariyaya-sutta mengatakan demikian, Bahiya-sutta mengatakan 'direct knowing', tanpa melalui proses berpikir. ... Saya melihat, kedua sutta inilah yang mengandung hal-hal yang dalam, yang halus, yang hanya bisa dipahami oleh orang bijak ... yang hanya bisa dipahami oleh sedikit orang yang sudah tipis debu yang menutupi matanya ... bukan puluhan sutta lain yang mudah dipahami secara intelektual. ... Di dalam kedua sutta itulah terletak kedalaman ajaran seorang Buddha, bukan ajaran seorang guru spiritual biasa.

Definisi dari 'berpikir' di sini saya ambil menurut psikologi modern, yakni "a symbolic response to external and internal stimuli" (Encyclopaedia Britannica). ... 'Symbolic' karena menggunakan konsep-konsep/kata-kata ... 'response' karena merupakan reaksi dari batin/si aku/diri ... dan dicetuskan oleh adanya 'stimuli' (rangsangan) yang datang dari luar dan dari dalam (keenam pintu indra). ... Jelas terlihat bahwa Mulapariyaya-sutta persis sejalan dengan definisi 'berpikir' menurut psikologi modern ... Hanya saja di sini Sang Buddha menambahkan bahwa seorang arahat/buddha tidak lagi 'berpikir' (menurut definisi itu) ... sekalipun mereka tetap bisa berbicara, menjawab pertanyaan, bertindak dsb ... bukan lumpuh seperti tumbuhan.

Quote
potongan mulapariyaya menurut saya kuncinya pada "directly knows", sehingga tidak melakukan "ma~n~nati"/conceive *terpengaruh/terlibat secara emosi*/membayang2xkan. Bukannya tidak berpikir.

'Yathabhutam nyanadassanam', melihat apa adanya, tanpa dipengaruhi oleh pikiran, oleh si aku/diri dengan kesenangan dan ketidaksenangannya, itu adalah langkah #1 (sa~njanati) sebelum diikuti langkah #2 s.d. langkah #5 (ma~n~nati, berpikir) dan langkah #6 (abhinandati, rasa senang/tidak senang).

Anda bilang, "Bukannya tidak berpikir" ... saya tidak tahu apa definisi "berpikir" yang Anda gunakan di sini ... Saya menggunakan definisi dari Mulapariyaya-sutta itu sendiri dan definisi dari psikologi modern.

Saya lihat, diskusi ini timbul karena Anda dan saya menggunakan definisi 'berpikir' yang berbeda. ... Saya sudah menjelaskan definisi yang saya pakai ... Anda belum menjelaskan definisi Anda.

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Andi Sangkala on 30 September 2008, 11:05:14 AM

Yang jelas, Mulapariyaya-sutta mengatakan demikian, Bahiya-sutta mengatakan 'direct knowing', tanpa melalui proses berpikir. ... Saya melihat, kedua sutta inilah yang mengandung hal-hal yang dalam, yang halus, yang hanya bisa dipahami oleh orang bijak ... yang hanya bisa dipahami oleh sedikit orang yang sudah tipis debu yang menutupi matanya ... bukan puluhan sutta lain yang mudah dipahami secara intelektual. ... Di dalam kedua sutta itulah terletak kedalaman ajaran seorang Buddha, bukan ajaran seorang guru spiritual biasa.


 _/\_

Yang menjadi pertanyaan saya apakah anda termasuk orang bijak yang tertutup debu tipis?
Melihat jawaban anda di atas, aku sampai pada kesimpulan (maaf apabila keliru) bahwa kemampuan batin anda paling tidak setara dengan batin Bahiya atau para bhikkhu pendengar Mulapariyayasutta?

Anda bilang: "bukan puluhan sutta lain yang mudah dipahami secara intelektual. ... Di dalam kedua sutta itulah terletak kedalaman ajaran seorang Buddha, bukan ajaran seorang guru spiritual biasa",

Apakah ajaran yang terkandung dalam sutta lain (selain Mulapayaya sutta dan Bahiyasutta) merupakan ajaran guru spiritual biasa?

Semoga penjelasan anda mencerahkan

Sukhi hotu _/\_

Andi

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 30 September 2008, 11:15:54 AM
Terserah Anda deh. Yg pasti Anda berteori yg mana teorinya belum teruji. Kalau saya sih ngak mo buat2 teori apalagi kalo saya belum buktikan.

Saya berteori berdasarkan Mulapariyaya-sutta dan membuktikan teori itu dalam meditasi. Anda berteori berdasarkan Abhidhamma yang mengajarkan citta, yang tidak bisa Anda buktikan dalam meditasi.

Quote
Reaksi adalah karma, orang berpikir, lalu berkehendak adalah berbuat karma ... Seorang arahat tidak berbuat karma, tidak bereaksi. Lagi2 aneh, kalau arahat menjawab pertanyaan, itu juga reaksi yaitu menjawab pertanyaan lho, koq jadinya arahat kayak patung

"Reaksi" itu terjadi secara langsung, immediate, spontan, memintasi pikiran & pertimbangan ... sangat berbeda dengan reaksi puthujjana.

Quote
Quote
Jika Sang Buddha setiap pagi bermeditasi dan memantau siapa yg hendak ditolong, melihat yg ditolong seberapa matang batinnya utk tercerahkan, dan bisa mengetahui sebab -akibat yg akan ditolong, itu apakah termasuk analisa atau bukan?  ^-^
Di dalam Mulapariyaya-sutta, Sang Buddha menyatakan seorang arahat/buddha tidak berpikir (mengkonseptualisasikan). ... Bagaimana proses batin seorang arahat/buddha, itu hanya spekulasi. Anda tidak menjawab pertanyaan saya , tapi mengalihkan pada spekulasi Anda

Saya sudah menjawab dengan Mulapariyaya-sutta: seorang arahat/buddha tidak mengkonseptualisasikan, tidak berpikir, jelas tidak menganalisis. ... Tidak seperti seorang puthujjana, itu kata Mulapariyaya-sutta. ... Tentang bagaimana sebetulnya proses batin arahat/buddha, Anda dan saya cuma bisa berspekulasi.

Quote
Tidak berpikir juga tidak di kenal pak, itu asumsi dan spekulasi

Baca Mulapariyaya-sutta. Di situ Sang Buddha bilang seorang arahat tidak lagi mengkonseptualisasikan, artinya tidak berpikir. ... Andalah yang berasumsi bahwa seorang arahat/buddha berpikir, tanpa dasar kitab suci.

Quote
tampaknya Anda mengartikan seenaknya ^-^

Anda yang tidak mengerti.

Quote
berpikir tanpa konsep juga bisa, misal ketika seseorang melihat air, dia hanya tau air, itu namanya sudah berpikir air, hanya belum berkonsep  ^-^, pertanyaan gampang , kalau ada arahat di tanya seseorang, Apakah itu (yg mana orangnya menunjuk ke arah air) ?  pasti dijawab air, bukan kotoran :)) hanya saat dia mengatakan air, ia tidak berkonsep ini dan itu(misal membayangkan ciri air, atau kualitas air, atau rasa dari air). ^-^

Apa sih definisi 'berpikir' yang Anda gunakan? ... Bagi saya, 'berpikir' adalah "menanggapi secara simbolik rangsangan yang datang dari luar dan dari dalam (melalui keenam pintu indra)." Ini definisi dari psikologi modern, yang persis sama dengan definisi 'berpikir' (konseptualisasi) dari Mulapariyaya-sutta. ... "Simbolik" berarti menggunakan kata-kata (bahasa).

Menurut definisi psikologi modern dan definisi Mulapariyaya-sutta, ketika seorang arahat melihat suatu wujud tanpa kata-kata (langkah #1, sa~njanati) itu belum bisa disebut berpikir (bukan ma~n~nati, mengkonsepsikan). ... Itulah yang disebut 'melihat apa adanya', yathabhutam nyanadassanam, tanpa dipengaruhi oleh pikiran yang terkondisi, oleh si aku dengan kesenangan & ketidaksenangannya.

Seorang arahat yang melihat suatu benda, dia melihat benda itu tanpa kata-kata, dia tidak berpikir ... Ketika ditanya, benda apa itu, barulah dia menggunakan simbol yang dipahami oleh si penanya ... hanya itu, bagi si arahat itu sendiri kata-kata itu tidak penting, yang penting adalah melihat tanpa kata-kata, kata 'air' tidak punya arti apa-apa bagi si arahat, selain untuk menjawab pertanyaan si penanya.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 30 September 2008, 11:21:53 AM
_/\_

Yang menjadi pertanyaan saya apakah anda termasuk orang bijak yang tertutup debu tipis?
Melihat jawaban anda di atas, aku sampai pada kesimpulan (maaf apabila keliru) bahwa kemampuan batin anda paling tidak setara dengan batin Bahiya atau para bhikkhu pendengar Mulapariyayasutta?

Tidak penting buat Anda apa yang ada dalam batin saya. ... Jangan berspekulasi tentang batin orang lain; alih-alih, bertanyalah kepada diri Anda sendiri: pahamkah saya isi Mulapariyaya-sutta dan Bahiya-sutta?

Quote
Anda bilang: "bukan puluhan sutta lain yang mudah dipahami secara intelektual. ... Di dalam kedua sutta itulah terletak kedalaman ajaran seorang Buddha, bukan ajaran seorang guru spiritual biasa",
Apakah ajaran yang terkandung dalam sutta lain (selain Mulapayaya sutta dan Bahiyasutta) merupakan ajaran guru spiritual biasa?

Dalam kitab suci Tipitaka banyak sekali ajaran yang seorang guru spiritual biasa mampu mengajarkannya. ... Hanya sedikit ajaran yang hanya seorang Buddha (tercerahkan) mampu mengajarkannya. ... Pandai-pandailah menyelami ajaran seperti itu.

Quote
Semoga penjelasan anda mencerahkan
Sukhi hotu _/\_
Andi

Semoga Anda tercerahkan.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: morpheus on 30 September 2008, 11:44:26 AM
saya pikir kunci keberhasilan dialog ini adalah definisi dari berpikir itu sendiri.
kalo masing2 peserta diskusi menjelaskan definisi berpikir, akan terlihat di mana nyambung atau ketidaknyambungannya...
lebih bagus lagi kalo ada referensinya...

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 30 September 2008, 11:49:55 AM
Betul. ... Saya sudah berkali-kali menjelaskan definisi 'berpikir' yang saya gunakan: berdasarkan Mulapariyaya-sutta dan psikologi modern. ... Saya belum melihat pihak lain menjelaskan definisi 'berpikir' yang mereka pakai.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Andi Sangkala on 30 September 2008, 12:09:13 PM

Tidak penting buat Anda apa yang ada dalam batin saya. ... Jangan berspekulasi tentang batin orang lain; alih-alih, bertanyalah kepada diri Anda sendiri: pahamkah saya isi Mulapariyaya-sutta dan Bahiya-sutta?


 _/\_

Saya bertanya tentang "batin anda" justru untuk menghilangkan "spekulasi", Buddha saja ketika ditanya selalu memberi penjelasan dengan baik, sehingga siapapun yang bertanya terhindar dari spekulasi.

Adalah tidak mungkin saya menjadi umat Buddha apabila tidak mengetahui kwalitas batin Buddha sama sekali, namun karena kwalitas batin Buddha yang begitu luhur maka saya walaupun tertatih-tatih bersedia melaksanakan ajaran Buddha sebatas kemampuan saya. Mengetahui kwalitas batin seorang guru adalah penting

Tanpa penjelasan anda sendiri lalu bagaimana saya bisa mengetahui bahwa anda memang memahami Mulapariyayasutta dan Bahiyasutta.

Apabila anda tidak memiliki kwalitas batin setara Bahiya bagaimana mungkin  anda mengajarkan (MMD) sesuai Mulapariyayasutta dan bahiyasutta?


sukhi hotu _/\_

Andi

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 30 September 2008, 12:20:48 PM
_/\_
Saya bertanya tentang "batin anda" justru untuk menghilangkan "spekulasi", Buddha saja ketika ditanya selalu memberi penjelasan dengan baik, sehingga siapapun yang bertanya terhindar dari spekulasi.
Adalah tidak mungkin saya menjadi umat Buddha apabila tidak mengetahui kwalitas batin Buddha sama sekali, namun karena kwalitas batin Buddha yang begitu luhur maka saya walaupun tertatih-tatih bersedia melaksanakan ajaran Buddha sebatas kemampuan saya. Mengetahui kwalitas batin seorang guru adalah penting

Anda menjadi umat Buddha sama sekali BUKAN karena Anda TAHU kualitas batin Buddha, melainkan karena Anda PERCAYA/BERIMAN bahwa Buddha begini-begitu. ...

Orang yang tidak percaya/beriman bahwa Buddha begini-begitu, tidak akan peduli siapa itu Buddha. ...

Quote
Tanpa penjelasan anda sendiri lalu bagaimana saya bisa mengetahui bahwa anda memang memahami Mulapariyayasutta dan Bahiyasutta.

Tidak perlu saya menjelaskan kepada Anda isi batin saya. Tidak perlu Anda mengetahui isi batin saya begini-begitu. Semua hal itu tidak akan mencerahkan Anda sendiri.

Quote
Apabila anda tidak memiliki kwalitas batin setara Bahiya bagaimana mungkin  anda mengajarkan (MMD) sesuai Mulapariyayasutta dan bahiyasutta?

Apakah MMD yang saya ajarkan sesuai Mulapariyaya-sutta & Bahiya-sutta atau tidak bisa Anda buktikan dalam pengalaman batin Anda sendiri kalau Anda mau mencobanya. ...

Tidak perlu saya mengetahui, dan tidak mungkin saya mengetahui, apakah Siddhartha telah mencapai pencerahan sempurna atau tidak, kecuali membuktikan kata-katanya dalam pengalaman meditasi saya sendiri ... Jadi tidak perlu saya percaya/beriman apakah Sang Buddha mencapai pencerahan atau tidak, sama seperti tidak perlu Anda percaya/beriman apakah saya tercerahkan atau tidak.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Andi Sangkala on 30 September 2008, 12:35:07 PM

Anda menjadi umat Buddha sama sekali BUKAN karena Anda TAHU kualitas batin Buddha, melainkan karena Anda PERCAYA/BERIMAN bahwa Buddha begini-begitu. ...

Orang yang tidak percaya/beriman bahwa Buddha begini-begitu, tidak akan peduli siapa itu Buddha. ...

Quote

Kog anda tahu seh aku jadi umat Buddha karena percaya/beriman Buddha begini dan begitu, dari mana tuh anda tahu bgt?

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Andi Sangkala on 30 September 2008, 12:39:40 PM
Tidak perlu saya menjelaskan kepada Anda isi batin saya. Tidak perlu Anda mengetahui isi batin saya begini-begitu. Semua hal itu tidak akan mencerahkan Anda sendiri.

Walaupun tidak akan mencerahkan saya, namun paling tidak saya tahu apakah anda sudah tercerahkan

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 30 September 2008, 12:49:59 PM
Tidak perlu saya menjelaskan kepada Anda isi batin saya. Tidak perlu Anda mengetahui isi batin saya begini-begitu. Semua hal itu tidak akan mencerahkan Anda sendiri.

Walaupun tidak akan mencerahkan saya, namun paling tidak saya tahu apakah anda sudah tercerahkan



Jika anda terus bertanya kapankah anda akan berlatih atau setidaknya punyakah anda sebuah keinginan untuk mengetahui isi meditasi Hudoyo?

Seorang guru bisa dinilai dari pemikirannya dan jawabannya terhadap beberapa hal. namun ada kalanya sebuah pertanyaan/jawaban tidak akan membawa perkembangan batin si penanya kecuali the mind is settled down and easy,he began to see clearly and uncontrolled by ego,he let go.....

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 30 September 2008, 01:05:51 PM
Kog anda tahu seh aku jadi umat Buddha karena percaya/beriman Buddha begini dan begitu, dari mana tuh anda tahu bgt?

Itu fakta.
Semua umat Buddha percaya/beriman bahwa Buddha tercerahkan sempurna.
Orang yang tidak percaya/tidak beriman begitu, bukan umat Buddha namanya.

Walaupun tidak akan mencerahkan saya, namun paling tidak saya tahu apakah anda sudah tercerahkan

Tidak seorang pun bisa tahu apakah orang lain tercerahkan atau tidak tercerahkan, apa pun yang diceritakan orang itu.

Sudahlah, sampai di sini saja. "Diskusi" ini sudah berubah menjadi debat kusir.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 30 September 2008, 02:14:42 PM
kalau anda ingin berdiskusi mohon sentuh esential ajarannya,berhubung ini MMD maka tanyakan semua mengenai MMD bukan soal kamu udah cerah atau belum,tidak akan berguna, lebih baik,sentuh esentialnya,baru itu crosscheck dengan perkembangan batin kamu sendiri.jika bermanfaat gunakan,jika tidak,lepaskan.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sumedho on 30 September 2008, 02:40:43 PM
Quote
'citta' itu cuma teori abhidhamma ... orang tidak bisa melihat 'citta' dalam meditasi ... yang bisa dilihat dalam meditasi adalah 'berpikir', sesuai Mulapariyaya-sutta dan sesuai definisi 'berpikir' menurut psikologi modern.
Saya tidak berbicara tentang abhidhamma, tapi tentang cetovasippatta yang ada didalam AN II, 6

Lily de silva mengartikan itu sebagai "menguasai penuh atas pikirannya". Menurut pak hud?

Quote
alu apa dong 'ma~n~nati' kalau bukan berpikir? ... Thanissaro menerjemahkan sebagai "conceiving" (mengkonsepsikan), Wettimuny menerjemahkan sebagai "conceptualizing" (mengkonseptualisasikan). ... Kedua kata itu hampir sama maksudnya, yakni membentuk gambaran dengan kata-kata, yang merupakan proses awal dari berpikir.

Apa itu "ma~n~nati"? bisa saja itu conceiving atau bisa juga mengacu pada makna yang lain.
Pengkonseptualisasi itu adalah berpikir. itu adalah proses mental, bentukan pikiran.

Mungkin kita perlu membaca secara keseluruhan bukan sepotong2x utk melihat gambaran lebih besar. Saya sendiri masih mencoba meneelah dahulu.

Quote
Memang orang yang telah bebas tetap bisa berbicara dan berkata-kata ... (tentang apakah orang yang bebas masih 'memilih' saya tidak yakin, saya rasa tidak begitu, karena yang memilih itu pikiran/si aku; bagi seorang arahat tidak ada pilihan dalam berbicara dan bertindak, karena kebenaran hanya satu; manusia yang belum bebaslah yang harus memilih antara kebenaran dan ketidakbenaran, dan sering kali salah). ... Tapi, kalau dalam Mulapariyaya-sutta, Sang Buddha jelas-jelas menyatakan arahat/buddha tidak 'ma~n~nati', tidak mengkonsepsikan, alias tidak berpikir ... mau dikemanakan sutta itu yang Anda anggap "banyak sekali ketidaksingkronan dengan sutta2x lain". ...
ini bukan apa yg benar atau tidak benar dalam memilih, tetapi bagaimana seorang yg tercerahkan bertindak. Bagaimana seorang arahant bisa memutuskan utk memberi hormat dahulu sebelum parinibbana, bagaimana Sang Buddha bisa memilih orang2x yg siap dan matang utk diberikan wejangan. Itu semua ada proses batin/mental yg terlibat, ada proses berpikir disana.

Jika ada ketidaksingkronan itu, mungkin kita perlu telaah lebih lanjut, ada kesalahan apa disana. Bukan dengan membuangnya langsung.

Quote
Menurut saya, yang perlu diperbaiki ialah cara kita memahami apa itu 'berpikir' ... dan di sini ada pula challenge untuk memahami bisakah orang yang bebas berbicara & bertindak TANPA melalui pikiran (konseptualisasi) ... Anda cenderung menganggap itu mustahil ... menurut Anda, orang berbicara & bertindak mau tidak mau harus berangkat dari berpikir. ... Itu fallacy (kesalahan) yang mendasar, karena kita menganggap proses batin orang yang bebas dari akunya sama seperti proses batin seorang puthujjana.
Itu juga sebuah fallacy (kesalahan) mendasar untuk menyimpulkan bahwa arahant tidak berpikir tanpa melihat secara keseluruhan seakan2x sudah merasakan sendiri.

Quote
Definisi dari 'berpikir' di sini saya ambil menurut psikologi modern, yakni "a symbolic response to external and internal stimuli" (Encyclopaedia Britannica). ... 'Symbolic' karena menggunakan konsep-konsep/kata-kata ... 'response' karena merupakan reaksi dari batin/si aku/diri ... dan dicetuskan oleh adanya 'stimuli' (rangsangan) yang datang dari luar dan dari dalam (keenam pintu indra). ... Jelas terlihat bahwa Mulapariyaya-sutta persis sejalan dengan definisi 'berpikir' menurut psikologi modern ... Hanya saja di sini Sang Buddha menambahkan bahwa seorang arahat/buddha tidak lagi 'berpikir' (menurut definisi itu) ... sekalipun mereka tetap bisa berbicara, menjawab pertanyaan, bertindak dsb ... bukan lumpuh seperti tumbuhan.
Sudah jelas Sang Buddha memberikan response to external and internal stimuli dengan simbol2x. Beliau bisa berkata dan menjabarkan. Sudah jelas pernyataan Arahant tidak berpikir *menurut definisi britanica* itu salah.

Definisi Berpikir saya adalah bentukan dan proses mental. Silahken cek wikipedia.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: dilbert on 30 September 2008, 04:50:44 PM
Kog anda tahu seh aku jadi umat Buddha karena percaya/beriman Buddha begini dan begitu, dari mana tuh anda tahu bgt?

Itu fakta.
Semua umat Buddha percaya/beriman  bahwa Buddha tercerahkan sempurna.
Orang yang tidak percaya/tidak beriman begitu, bukan umat Buddha namanya.

Walaupun tidak akan mencerahkan saya, namun paling tidak saya tahu apakah anda sudah tercerahkan

Tidak seorang pun bisa tahu apakah orang lain tercerahkan atau tidak tercerahkan, apa pun yang diceritakan orang itu.

Sudahlah, sampai di sini saja. "Diskusi" ini sudah berubah menjadi debat kusir.

percaya/beriman... saya kagak  seperti itu... gak tahu dengan yang lain...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 30 September 2008, 05:01:07 PM
Kalo aye percaya sih Buddha itu orang suci ;D
Kalo JK aye percaya Bukan orang suci ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 30 September 2008, 06:55:19 PM
Quote
by Hudoyo
Saya berteori berdasarkan Mulapariyaya-sutta dan membuktikan teori itu dalam meditasi. Anda berteori berdasarkan Abhidhamma yang mengajarkan citta, yang tidak bisa Anda buktikan dalam meditasi.

Quote
by Hudoyo
Saya sudah menjawab dengan Mulapariyaya-sutta: seorang arahat/buddha tidak mengkonseptualisasikan, tidak berpikir, jelas tidak menganalisis. ... Tidak seperti seorang puthujjana, itu kata Mulapariyaya-sutta. ... Tentang bagaimana sebetulnya proses batin arahat/buddha, Anda dan saya cuma bisa berspekulasi.

Perhatikan tulisan pak Hud " Saya berteori berdasarkan Mulapariyaya-sutta dan membuktikan teori itu dalam meditasi." bandingkan dengan tulisan pak Hud juga " Tentang bagaimana sebetulnya proses batin arahat/Buddha,Anda dan saya cuma bisa berspekulasi" (lihat yg di bold di kotak quote). Jelas Pak Hudoyo tidak konsisten bahkan bertentangan dalam membuat pengakuan. Kalau Anda sudah membuktikan Mulapariyaya sutta, seharusnya Anda tahu batin seorang arahat, tetapi lagi Anda mengatakan Anda tidak tahu batin arahat dan juga mengatakan Anda(pak Hud) juga berspekulasi. Disini jelas sekali Pak Hud tidak melihat realita sebenarnya dan tidak melihat koneksitas antara satu sutta dengan sutta lainnya. Artinya juga "hanya menggunakan jalan pintas yg mengacu pada mulapariyaya sutta saja" yg mana jalan pintas itu tidak  terbukti.


Nah menurut Pak Hud, apabila seorang Arahat mengecap garam ia merasa asin atau tidak?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hendrako on 01 October 2008, 03:36:40 PM
Saya sudah berusaha menanggapi thread ini, namun kelihatannya saya terjebak dengan kata-kata saya sendiri. :o

 ;D memang susah mencoba mengemukakan hal yang belum dialami sendiri secara langsung, jadi ingat kisah orang-orang buta dan gajah. Entah saya memegang bagian yang mana.... wong ceritanya buta......:))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: andrew on 06 October 2008, 09:10:47 AM
PARAMATTHAKA SUTTA

1.      Manusia yang menggenggam pandangan dogmatis tertentu dan menganggapnya sebagai yang tertinggi, akan menyatakan: 'Inilah yang paling hebat.' Pandangan lain -- yang berbeda-- dianggapnya lebih rendah. Sebagai akibatnya, dia tidak akan terbebas dari perselisihan.     


2.    Ketika dia melihat adanya keuntungan-keuntungan pribadi dari hal-hal yang telah dilihat, didengar atau dikognisinya, atau dari peraturan atau ritual, dengan penuh nafsu dia melekati hal itu, dan apa pun yang lain dianggapnya lebih rendah.    


3.    Para ahli mengatakan bahwa bergantung pada apa yang diasosiasikan dengan diri seseorang dan menganggap lainnya lebih rendah, merupakan suatu ikatan. Oleh karenanya, manusia yang berdisiplin tidak seharusnya mempercayai hal-hal yang dilihat, didengar atau dirasakan, atau yang ada di dalam peraturan serta ritual.    


4.    Manusia yang berdisiplin tidak akan menimbulkan pandangan-pandangan dogmatis di dunia ini, baik lewat pengetahuan, peraturan atau pun ritual. Oleh karena itu, dia tidak menganggap dirinya 'lebih tinggi', 'lebih rendah', atau 'setara'.    


5.    Manusia bijaksana itu telah meninggalkan pandangan tentang diri atau ego, dan terbebas dari kemelekatan. Dia tidak bergantung bahkan pada pengetahuan; dia tidak memihak di tengah perselisihan; dia tidak memiliki pandangan-pandangan dogmatis.    


6.    Baginya tidak ada nafsu untuk meraih ini atau itu, di dunia ini atau pun di dunia yang akan datang. Tak lagi dia berhubungan dengan dogma karena dia tidak lagi membutuhkan penghiburan yang ditawarkan oleh dogma-dogma itu.    


7.    Bagi manusia bijaksana itu, tidak ada sama sekali pandangan prasangka mengenai apa yang dilihat, didengar atau dirasakan. Bagaimanakah manusia di dunia ini --lewat pikiran-- dapat mencirikan manusia murni seperti ini, yang tidak melekati pandangan dogmatis apa pun?    


8.    Mereka tidak membentuk dogma apa pun, serta tidak lebih menyukai apa pun. Pandangan-pandangan dogmatis tidak dipandang tinggi olehnya. Brahmana itu tidak dikuasai oleh peraturan maupun ritual. Manusia yang sudah mantap itu telah pergi ke pantai seberang, dan tidak akan pernah kembali lagi.    


 _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 06 October 2008, 09:35:40 AM
menurut AN II 6, 36 *dikutip dari buku Nibbana sebagai pengalaman hidup*

dikatakan bahwa "Seorang Arahant memiliki pengendalian penuh akan pikirannya" (Cetovasippatta)

Penjelasan bro Sumedho jauh lebih pass....

pengendalian penuh akan pikirannya  =P~

dari pada

pikiran yg berhenti..... (coma/lumpuh)?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 06 October 2008, 09:40:00 AM
Kog anda tahu seh aku jadi umat Buddha karena percaya/beriman Buddha begini dan begitu, dari mana tuh anda tahu bgt?

Itu fakta.
Semua umat Buddha percaya/beriman  bahwa Buddha tercerahkan sempurna.
Orang yang tidak percaya/tidak beriman begitu, bukan umat Buddha namanya.

Walaupun tidak akan mencerahkan saya, namun paling tidak saya tahu apakah anda sudah tercerahkan

Tidak seorang pun bisa tahu apakah orang lain tercerahkan atau tidak tercerahkan, apa pun yang diceritakan orang itu.

Sudahlah, sampai di sini saja. "Diskusi" ini sudah berubah menjadi debat kusir.

percaya/beriman... saya kagak  seperti itu... gak tahu dengan yang lain...

Berapa % kah penggunaan kata percaya / beriman dalam seluruh tripitaka?
Berapa % kah penggunaan kata percaya / beriman dlm seluruh alkitab/al-Quran?...

Sudah jelas percaya / beriman bukan kata2 (with high hit) yg sering digunakan.... dlm kitab Buddhist!
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: andrew on 06 October 2008, 10:20:31 AM
menurut AN II 6, 36 *dikutip dari buku Nibbana sebagai pengalaman hidup*

dikatakan bahwa "Seorang Arahant memiliki pengendalian penuh akan pikirannya" (Cetovasippatta)

Penjelasan bro Sumedho jauh lebih pass....

pengendalian penuh akan pikirannya  =P~

dari pada

pikiran yg berhenti..... (coma/lumpuh)?


jangan mengira-ngira kondisi pikiran berhenti, karena  akan keliru....

saya kutipkan tentang pikiran berhenti dari bodhi vagga , semoga tidak jadi bahan spekulasi...
kalo mau ya di  realisasi  saja, jangan di spekulasikan...




Pohon Bodhi 2

    Demikianlah yang saya dengar. Suatu ketika Sang Bhagava sedang tinggal di hutan Uruvela selama tujuh hari menikmati kebahagiaan dari Kebebasan. Kemudian pada akhir hari ketujuh itu, Sang Bhagava berhenti bermeditasi dan dengan pandangan Nya yang terang selama pengamatan malam pertengahan, memperhatikan sebab musabab yang saling bergantungan dalam urutan balik, demikian:

    "Ini tidak ada, itu tidak ada, dari berhentinya ini, maka itu berhenti. Yaitu:

dari berhentinya ketidaktahuan, bentuk-bentuk pemikiran/kehendak berhenti;
dari berhentinya bentuk-bentuk pemikiran/kehendak, kesadaran berhenti;
dari berhentinya kesadaran, batin dan jasmani berhenti;
dari berhentinya batin dan jasmani, enam landasan indria berhenti;
dari berhentinya enam landasan indria, kontak berhenti;
dari berhentinya kontak, perasaan berhenti;
dari berhentinya perasaan, nafsu keinginan berhenti;
dari berhentinya nafsu keinginan, kemelekatan berhenti;
dari berhentinya kemelekatan, dumadi berhenti;
dari berhentinya dumadi, kelahiran berhenti;
dari berhentinya kelahiran, usia tua dan kematian, duka cita, keluh kesah, rasa sakit, kesedihan, dan keputusasaan berhenti. Ini merupakan berhentinya seluruh rangkaian penderitaan".

   

Kemudian, karena menyadari pentingnya hal itu, Sang Bhagava pada saat itu mengungkapkan kotbah inspirasi ini:

    Jika Kebenaran menjadi jelas
    bagi Brahmana yang bermeditasi dengan giat,
    semua keraguan lenyap karena ia sudah tahu
    berakhirlah kondisi untuk muncul.





Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: andrew on 06 October 2008, 10:37:57 AM

DVAYATANUPASSANA SUTTA

Ada cara lain untuk menjelaskan pandangan terang berunsur dua ini:

'Pandangan terang yang satu adalah bahwa: dorongan-dorongan sesaat merupakan dasar dari semua bentuk dukkha.

Yang lain adalah: bahwa dengan padamnya dan berhentinya dorongan-dorongan ini secara total maka tidak ada lagi penderitaan yang dihasilkan.'
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 06 October 2008, 11:57:09 AM
Quote
Pohon Bodhi 2

    Demikianlah yang saya dengar. Suatu ketika Sang Bhagava sedang tinggal di hutan Uruvela selama tujuh hari menikmati kebahagiaan dari Kebebasan. Kemudian pada akhir hari ketujuh itu, Sang Bhagava berhenti bermeditasi dan dengan pandangan Nya yang terang selama pengamatan malam pertengahan, memperhatikan sebab musabab yang saling bergantungan dalam urutan balik, demikian:

    "Ini tidak ada, itu tidak ada, dari berhentinya ini, maka itu berhenti. Yaitu:

dari berhentinya ketidaktahuan, bentuk-bentuk pemikiran/kehendak berhenti;
dari berhentinya bentuk-bentuk pemikiran/kehendak, kesadaran berhenti;
dari berhentinya kesadaran, batin dan jasmani berhenti;
dari berhentinya batin dan jasmani, enam landasan indria berhenti;
dari berhentinya enam landasan indria, kontak berhenti;
dari berhentinya kontak, perasaan berhenti;
dari berhentinya perasaan, nafsu keinginan berhenti;
dari berhentinya nafsu keinginan, kemelekatan berhenti;
dari berhentinya kemelekatan, dumadi berhenti;
dari berhentinya dumadi, kelahiran berhenti;
dari berhentinya kelahiran, usia tua dan kematian, duka cita, keluh kesah, rasa sakit, kesedihan, dan keputusasaan berhenti. Ini merupakan berhentinya seluruh rangkaian penderitaan".

Isi paticasamupada  :)
coba lihat akar dari semuanya adalah avijja, avijja adalah kotoran batin. itu akan terlampaui semua setelah parinibanna. Sekalipun arahat masih hidup tetap masih bisa berpikir hanya tidak dilandasi LDM. Ketika arahat masih hidup , berpikir adalah proses batin sisa karma yg harus tetap dialaminya hanya ia tidak lagi membuat yg baru.Inilah yg disebut arahat melakukan berpikir secara fungsional saja/kiriya termasuk perbuatan lainnya.

Quote
   Ada cara lain untuk menjelaskan pandangan terang berunsur dua ini:

'Pandangan terang yang satu adalah bahwa: dorongan-dorongan sesaat merupakan dasar dari semua bentuk dukkha.

Yang lain adalah: bahwa dengan padamnya dan berhentinya dorongan-dorongan ini secara total maka tidak ada lagi penderitaan yang dihasilkan.'

Dorongan2 disini artinya adalah LDM/nafsu/kilesa.

Perlu diingat akar semuanya adalah avijja. _/\_

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hendrako on 06 October 2008, 05:53:27 PM
Cuplikan dari buku:

Meditasi, Jalan Menuju Kebebasan
(A taste of freedom)

Ven. Ajahn Chah

(Penerjemah: Mijanna dan William)
Penerbit Karaniya

TENTANG PIKIRAN INI

Pada hakikatnya tiada yang salah dengan pikiran kita. Pikiran ini begitu suci dan tenang. Saat ini pikiranmu tidak tenang karena selalu mengikuti suasana hati. Pikiran menjadi tenang atau gelisah karena tertipu oleh suasana hati. Sesungguhnya ia tidak memiliki apa-apa di dalamnya. Namun pikiran yang tidak terlatih begitu bodoh, hingga rangsang-indera datang menerpa dan menjerat dalam bahagia, derita, suka dan duka. Semua pengaruh indera itu bukan pikiran, suka dan duka itupun bukan pikiran. Mereka hanya suasana hati yang datang memperdaya. Pikiran yang tidak terlatih akan hanyut mengikuti mereka, lupa akan hakikatnya dan kita lalu akan berfikir bahwa memang kitalah yang sedah bersedih, sedang gembira, dan sebagainya.

Sesungguhnya pikiran ini kokoh, tak berubah-ubah dan tenang -- benar-benar tenang! Seperti sehelai daun yang tenang selama tiada angin berhembus, tapi bila angin datang, ia akan bergoyang. Dedaunan bergoyang ditiup angin -- pikiran bergoyang disebabkan pengaruh rangsang indera, menuruti ajakannya. Jika kita tidak menurutinya, karena mengetahui hakikat pengaruh-pengaruh itu dan tak mau ambil peduli lagi, maka pikiran tidak akan bergoyang.

Latihan kita sesungguhnya adalah penelaahan hakikat pikiran yang alamiah. Kita akan melatih pikiran untuk mengetahui pengaruh-pengaruh indera agar tidak terhanyut di dalamnya. Hanya dengan latihan yang tidak mudah ini, kita akan memperoleh hasil.




Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: andrew on 06 October 2008, 07:02:16 PM
beberapa kutipan ceramah Master Sheng Yen, dalam retreat meditasi Ch'an


Cobalah menjaga agar pikiran kalian tidak bergerak,
begitu pikiran bergerak, kalian kalah
begitu kalian mencari sesuatu, kalian sudah kalah.



Demikian pula, seketika pikiran kalian berhenti bergerak, kalian memasuki pintu Ch'an
dan pada saat itu pikiran kalian luhur.



Jika mampu menghentikan pikiran , kalian akan maju dalam latihan dan menemukan kebijaksanaan.


 _/\_


Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: andrew on 06 October 2008, 07:06:38 PM
Kutipan ceramah Somdet Phra Nyanasamvara.



Pikiran yang diam merupakan keadaannya  yang alamiah,  sehingga latihan untuk mencapai keadaan yang alamiah ini
dapat juga disebut jalan untuk menuju lenyapnya penderitaan.



Oleh karena itu yang paling penting adalah terletak pada melatih pikiran
untuk menjadi tahu, menjadi diam dan tenang serta menjadi alamiah.



 _/\_


Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: andrew on 07 October 2008, 08:08:30 AM
kutipan nasehat chanmyay sayadaw Ashin Janakabhivamsa



Jika anda menyadari isi dari buah buah pikiran, maka itu cenderung untuk berlanjut
Jika anda menyadari keberadaan pikiran itu sendiri, lalu proses berpikir akan berhenti



 _/\_


Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 07 October 2008, 08:24:39 AM
kutipan nasehat chanmyay sayadaw Ashin Janakabhivamsa

Jika anda menyadari isi dari buah buah pikiran, maka itu cenderung untuk berlanjut
Jika anda menyadari keberadaan pikiran itu sendiri, lalu proses berpikir akan berhenti

 _/\_


Boleh tahu kutipan dari mana itu Om Andrew?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: andrew on 07 October 2008, 08:30:11 AM
kutipan nasehat chanmyay sayadaw Ashin Janakabhivamsa

Jika anda menyadari isi dari buah buah pikiran, maka itu cenderung untuk berlanjut
Jika anda menyadari keberadaan pikiran itu sendiri, lalu proses berpikir akan berhenti

 _/\_


Boleh tahu kutipan dari mana itu Om Edward?


dari buku saku, yang berisi  panduan-panduan vipassana oleh Ashin Janakabhivamsa,
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 07 October 2008, 08:39:08 AM
Vipassana Meditation Guidelines; Chanmyay Sayadaw dan Ashin Janakabhivamsa, Lembaga Satipatthana Indonesia, 2006 ?

Apa benar tertulis demikian, tidak ada perubahan kata?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: andrew on 07 October 2008, 08:41:45 AM
sepertinya betul terbitan satipatthana indonesia,  tidak ada perubahan kata, coba periksa sendiri, buku sakunya warna hijau, betul itu ? kalo ga salah didepannya ada gambar lingkaran


ralat, pasti bukan terbitan tahun 2006, karena saya dapat buku saku ini sekitar tahun 2002 dari Dhammadipa arama ,

ralat lagi... Ashin Janakabhivamsa  = chanmyay sayadaw ,

jadi tidak ditulis  chanmyay sayadaw dan ashin janakabhivamsa
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 07 October 2008, 08:45:32 AM
If you are aware of the content of thoughts, they will tend to go on. If you are aware of the thought itself, then thinking will cease.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 07 October 2008, 09:26:29 AM
Cuplikan dari buku:

Meditasi, Jalan Menuju Kebebasan
(A taste of freedom)

Ven. Ajahn Chah

(Penerjemah: Mijanna dan William)
Penerbit Karaniya

TENTANG PIKIRAN INI

Pada hakikatnya tiada yang salah dengan pikiran kita. Pikiran ini begitu suci dan tenang. Saat ini pikiranmu tidak tenang karena selalu mengikuti suasana hati. Pikiran menjadi tenang atau gelisah karena tertipu oleh suasana hati. Sesungguhnya ia tidak memiliki apa-apa di dalamnya. Namun pikiran yang tidak terlatih begitu bodoh, hingga rangsang-indera datang menerpa dan menjerat dalam bahagia, derita, suka dan duka. Semua pengaruh indera itu bukan pikiran, suka dan duka itupun bukan pikiran. Mereka hanya suasana hati yang datang memperdaya. Pikiran yang tidak terlatih akan hanyut mengikuti mereka, lupa akan hakikatnya dan kita lalu akan berfikir bahwa memang kitalah yang sedah bersedih, sedang gembira, dan sebagainya.

Sesungguhnya pikiran ini kokoh, tak berubah-ubah dan tenang -- benar-benar tenang! Seperti sehelai daun yang tenang selama tiada angin berhembus, tapi bila angin datang, ia akan bergoyang. Dedaunan bergoyang ditiup angin -- pikiran bergoyang disebabkan pengaruh rangsang indera, menuruti ajakannya. Jika kita tidak menurutinya, karena mengetahui hakikat pengaruh-pengaruh itu dan tak mau ambil peduli lagi, maka pikiran tidak akan bergoyang.
Latihan kita sesungguhnya adalah penelaahan hakikat pikiran yang alamiah. Kita akan melatih pikiran untuk mengetahui pengaruh-pengaruh indera agar tidak terhanyut di dalamnya. Hanya dengan latihan yang tidak mudah ini, kita akan memperoleh hasil.

Quote
beberapa kutipan ceramah Master Sheng Yen, dalam retreat meditasi Ch'an
Cobalah menjaga agar pikiran kalian tidak bergerak, begitu pikiran bergerak, kalian kalah
begitu kalian mencari sesuatu, kalian sudah kalah.

Demikian pula, seketika pikiran kalian berhenti bergerak, kalian memasuki pintu Ch'an
dan pada saat itu pikiran kalian luhur.

Jika mampu menghentikan pikiran , kalian akan maju dalam latihan dan menemukan kebijaksanaan.


Quote
Kita akan melatih pikiran untuk mengetahui pengaruh-pengaruh indera agar tidak terhanyut di dalamnya.

Apakah "pikiran kalian tidak bergerak (Master Sheng Yen)"
ataupun yg sering disebut "pikiran yg berhenti"

tak lain spt yg dijelaskan dgn sangat baik oleh Ven. Ajahn Chah
tidak terhanyut didalamnya !


Ada cewek sexy, mulus cantik mendekat (50M) .............

1. cepat2 tutup mata sebelum dia dekat... (sistem menghentikan)
2. melihat apa adanya dan tak terpengaruh (sistem tidak terhanyut)

Manakah yg lebih baik? (sudah jelas yg #2 lebih sulit...)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: andrew on 07 October 2008, 10:25:00 AM
Cuplikan dari buku:

Meditasi, Jalan Menuju Kebebasan
(A taste of freedom)

Ven. Ajahn Chah

(Penerjemah: Mijanna dan William)
Penerbit Karaniya

TENTANG PIKIRAN INI

Pada hakikatnya tiada yang salah dengan pikiran kita. Pikiran ini begitu suci dan tenang. Saat ini pikiranmu tidak tenang karena selalu mengikuti suasana hati. Pikiran menjadi tenang atau gelisah karena tertipu oleh suasana hati. Sesungguhnya ia tidak memiliki apa-apa di dalamnya. Namun pikiran yang tidak terlatih begitu bodoh, hingga rangsang-indera datang menerpa dan menjerat dalam bahagia, derita, suka dan duka. Semua pengaruh indera itu bukan pikiran, suka dan duka itupun bukan pikiran. Mereka hanya suasana hati yang datang memperdaya. Pikiran yang tidak terlatih akan hanyut mengikuti mereka, lupa akan hakikatnya dan kita lalu akan berfikir bahwa memang kitalah yang sedah bersedih, sedang gembira, dan sebagainya.

Sesungguhnya pikiran ini kokoh, tak berubah-ubah dan tenang -- benar-benar tenang! Seperti sehelai daun yang tenang selama tiada angin berhembus, tapi bila angin datang, ia akan bergoyang. Dedaunan bergoyang ditiup angin -- pikiran bergoyang disebabkan pengaruh rangsang indera, menuruti ajakannya. Jika kita tidak menurutinya, karena mengetahui hakikat pengaruh-pengaruh itu dan tak mau ambil peduli lagi, maka pikiran tidak akan bergoyang.
Latihan kita sesungguhnya adalah penelaahan hakikat pikiran yang alamiah. Kita akan melatih pikiran untuk mengetahui pengaruh-pengaruh indera agar tidak terhanyut di dalamnya. Hanya dengan latihan yang tidak mudah ini, kita akan memperoleh hasil.

Quote
beberapa kutipan ceramah Master Sheng Yen, dalam retreat meditasi Ch'an
Cobalah menjaga agar pikiran kalian tidak bergerak, begitu pikiran bergerak, kalian kalah
begitu kalian mencari sesuatu, kalian sudah kalah.

Demikian pula, seketika pikiran kalian berhenti bergerak, kalian memasuki pintu Ch'an
dan pada saat itu pikiran kalian luhur.

Jika mampu menghentikan pikiran , kalian akan maju dalam latihan dan menemukan kebijaksanaan.


Quote
Kita akan melatih pikiran untuk mengetahui pengaruh-pengaruh indera agar tidak terhanyut di dalamnya.

Apakah "pikiran kalian tidak bergerak (Master Sheng Yen)"
ataupun yg sering disebut "pikiran yg berhenti"

tak lain spt yg dijelaskan dgn sangat baik oleh Ven. Ajahn Chah
tidak terhanyut didalamnya !


Ada cewek sexy, mulus cantik mendekat (50M) .............

1. cepat2 tutup mata sebelum dia dekat... (sistem menghentikan)
2. melihat apa adanya dan tak terpengaruh (sistem tidak terhanyut)

Manakah yg lebih baik? (sudah jelas yg #2 lebih sulit...)

kalo saya sih tidak cukup berkemampuan untuk membanding-bandingkan metode seorang Master Meditasi, saya ini masih anak kemarin sore...


mengenai metode Ajahn Chah dan Master Sheng Yen,

ada cerita ... dari murid senior Ajahn Chah, yang bernama Ajahn Sumedho, yang mendirikan vihara di Inggris.


beliau belajar meditasi dari metode Master Xu yun, ( kakek guru Master Sheng Yen )

pada saat pertama Ajahn Sumedho datang untuk belajar kepada Ajahn Chah , beliau ditanya Ajahn Chah, metode apa yang digunakan meditasi Ajahn Sumedho ?


Ajahn Sumedho menjadi kawatir kalo beliau akan disuruh mengganti metodenya...

tapi ternyata jawaban Ajahn Chah berbeda dari dugaannya...

Ajahn Chah berkata...   Bagus.... teruskan...

 _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: markosprawira on 07 October 2008, 10:53:06 AM
kalo saya sih tidak cukup berkemampuan untuk membanding-bandingkan metode seorang Master Meditasi, saya ini masih anak kemarin sore...


mengenai metode Ajahn Chah dan Master Sheng Yen,

ada cerita ... dari murid senior Ajahn Chah, yang bernama Ajahn Sumedho, yang mendirikan vihara di Inggris.


beliau belajar meditasi dari metode Master Xu yun, ( kakek guru Master Sheng Yen )

pada saat pertama Ajahn Sumedho datang untuk belajar kepada Ajahn Chah , beliau ditanya Ajahn Chah, metode apa yang digunakan meditasi Ajahn Sumedho ?


Ajahn Sumedho menjadi kawatir kalo beliau akan disuruh mengganti metodenya...

tapi ternyata jawaban Ajahn Chah berbeda dari dugaannya...

Ajahn Chah berkata...   Bagus.... teruskan...

 _/\_

dear andrew,

anumodana atas informasinya......

ini semakin menguatkan bahwa diantara master meditasi itu sendiri sebenarnya tidak ada "pertentangan" walau metode mereka bermacam2.......

dengan demikian jika ada meditator yang mengaku master tapi masih mempertentangkan metode2, bisa dilihat sendiri bagaimana kualitasnya  :D

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Semit on 07 October 2008, 10:45:50 PM

teman-teman sekalian,

berikut adalah kumpulan kesimpulan saya setelah mengikuti berbagai perdebatan dengan pak Hudoyo, yang saya kumpulkan berdasarkan perdebatan pak Hudoyo dengan netter-netter lain, Semoga bermanfaat.

BERDEBAT GAYA PAK HUDOYO

Berikut adalah tips bagaimana caranya mencari kemenangan berdebat  cara pak Hudoyo:

Bila ditanya: bukankah pendapat umum menurut logika demikian?
Jawab: itu kan pendapat anda sendiri, (padahal sutta ini mengatakan demikian).

Bila ditanya: bukankah perkataan anda tak sesuai dengan kitab suci Tipitaka?
Jawab: lho memangnya kebenaran hanya ada di Tipitaka?

Bila ditanya: bukankah menurut sutta ini demikian?
Jawab: (1) Membuktikan sutta dengan sutta adalah jawaban yang berputar

Bila ditanya: bukankah menurut sutta ini demikian?
Jawab: (2) kita tak boleh menerima begitu saja suatu sutta, harus dibandingkan dengan Mahaparinibbana sutta

Bila ditanya: bukankah menurut Sang Buddha dalam sutta ini demikian?
Jawab: mungkin saja maksud Sang Buddha lain lagi tapi Tipitaka di manipulasi.

Bila ditanya: bukankah menurut akal sehat dan logika umum pendapat anda bertentangan?
Jawab: Tapi kan menurut Sutta demikian, apakah anda mempercayai logika umum yang penuh kekotoran batin atau Tipitaka yang berasal dari Sang Buddha yang telah mencapai pencerahan?

Bila ditanya: bukankah pandangan anda mencerminkan anda bukan Buddhis?
Jawab: bukankah bila menerima Sang Buddha sebagai guru, kita adalah umat Buddha?

Bila ditanya: bukankah pencerahan hanya dicapai bila mempraktikkan jalan Ariya berunsur delapan?
Jawab: apakah pencerahan hanya demikian? Banyak guru-guru lain yang juga mencapai pencerahan tanpa berpatokan pada Jalan Ariya berunsur delapan.

Bagi anda yang ingin menambahkan trik-trik baru atau jurus berkelit baru saya persilahkan.

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Indra on 07 October 2008, 11:54:22 PM
Bila ditanya: Bukankah justru menurut Maha Parinibbana Sutta .......
Jawab: Saya tidak percaya itu, itu hanyalah tambahan oleh para bhikkhu penghapal Tipitaka
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 08 October 2008, 10:40:59 AM
Bila ditanya: Bukankah justru menurut Maha Parinibbana Sutta .......
Jawab: Saya tidak percaya itu, itu hanyalah tambahan oleh para bhikkhu penghapal Tipitaka

Tipss... +++

ceritakanlah kebaikan2 yg telah dilakukannya....
sanjunglah/pujilah pengetahuannya secara jujur.....

barulah bertanya/berdebat....

utk tips.... tanyakkanlah org(guru) meditasi yg telah pernah
berdebat dgn dia... dijamin siiiip deh!
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 08 October 2008, 02:46:48 PM

teman-teman sekalian,

berikut adalah kumpulan kesimpulan saya setelah mengikuti berbagai perdebatan dengan pak Hudoyo, yang saya kumpulkan berdasarkan perdebatan pak Hudoyo dengan netter-netter lain, Semoga bermanfaat.

BERDEBAT GAYA PAK HUDOYO

Berikut adalah tips bagaimana caranya mencari kemenangan berdebat  cara pak Hudoyo:

Bila ditanya: bukankah pendapat umum menurut logika demikian?
Jawab: itu kan pendapat anda sendiri, (padahal sutta ini mengatakan demikian).

Bila ditanya: bukankah perkataan anda tak sesuai dengan kitab suci Tipitaka?
Jawab: lho memangnya kebenaran hanya ada di Tipitaka?

Bila ditanya: bukankah menurut sutta ini demikian?
Jawab: (1) Membuktikan sutta dengan sutta adalah jawaban yang berputar

Bila ditanya: bukankah menurut sutta ini demikian?
Jawab: (2) kita tak boleh menerima begitu saja suatu sutta, harus dibandingkan dengan Mahaparinibbana sutta

Bila ditanya: bukankah menurut Sang Buddha dalam sutta ini demikian?
Jawab: mungkin saja maksud Sang Buddha lain lagi tapi Tipitaka di manipulasi.

Bila ditanya: bukankah menurut akal sehat dan logika umum pendapat anda bertentangan?
Jawab: Tapi kan menurut Sutta demikian, apakah anda mempercayai logika umum yang penuh kekotoran batin atau Tipitaka yang berasal dari Sang Buddha yang telah mencapai pencerahan?

Bila ditanya: bukankah pandangan anda mencerminkan anda bukan Buddhis?
Jawab: bukankah bila menerima Sang Buddha sebagai guru, kita adalah umat Buddha?

Bila ditanya: bukankah pencerahan hanya dicapai bila mempraktikkan jalan Ariya berunsur delapan?
Jawab: apakah pencerahan hanya demikian? Banyak guru-guru lain yang juga mencapai pencerahan tanpa berpatokan pada Jalan Ariya berunsur delapan.

Bagi anda yang ingin menambahkan trik-trik baru atau jurus berkelit baru saya persilahkan.



be mindfull :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: inJulia on 08 October 2008, 03:17:58 PM

teman-teman sekalian,

berikut adalah kumpulan kesimpulan saya setelah mengikuti berbagai perdebatan dengan pak Hudoyo, yang saya kumpulkan berdasarkan perdebatan pak Hudoyo dengan netter-netter lain, Semoga bermanfaat.

;D

Hati2, kita diskusi Dhamma (dengan siapapun), jangan sampai menambah kebencian (Karma Buruk), lho.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 09 October 2008, 01:21:30 PM
minta sharing kalian yang dari medan donk bersama Bhante JinaDhammo
Title: Website MMD telah berdiri
Post by: hudoyo on 14 October 2008, 04:02:12 PM
Sejak 6 Oktober 2008 telah berdiri website MMD.
Silakan kunjungi http://meditasi-mengenal-diri.org

hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: dilbert on 14 October 2008, 06:33:20 PM
Sejak 6 Oktober 2008 telah berdiri website MMD.
Silakan kunjungi http://meditasi-mengenal-diri.org

hudoyo

tambah maju ya....
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 15 October 2008, 07:56:55 AM
Sejak 6 Oktober 2008 telah berdiri website MMD.
Silakan kunjungi http://meditasi-mengenal-diri.org

hudoyo

Tak kenal maka tak sayang....

Semoga Sukses sampai titik terakhir......

terima kasih atas peletakan foto Buddha Gautama pada halaman pertama...
paling atas dan ditengah............ pada website Bp Hudoyo....
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 15 October 2008, 10:00:11 AM
Sejak 6 Oktober 2008 telah berdiri website MMD.
Silakan kunjungi http://meditasi-mengenal-diri.org

hudoyo

Selamat menjadi godfather moderator di web bapak :D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: markosprawira on 16 October 2008, 02:09:19 PM
dulu saya pernah promosiin forum sendiri di forum orang laen, langsung dapet warning.....  :-[

benernya etikanya boleh ga sih??  :(
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sumedho on 16 October 2008, 02:56:40 PM
Terima kasih atas masukannya bro markos. Memang demikian etikanya.

Mohon kepada pak Hudoyo untuk tidak mempromosikan forum lain di forum ini.

utk postingan tentang JK akan dipindahkan ke thread JK
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 16 October 2008, 03:02:29 PM
Terima kasih atas masukannya bro markos. Memang demikian etikanya.

Mohon kepada pak Hudoyo untuk tidak mempromosikan forum lain di forum ini.

utk postingan tentang JK akan dipindahkan ke thread JK
Kalau di kumpulan website buddhist? :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: markosprawira on 16 October 2008, 04:43:29 PM
no offense untuk pak hud yah....

soalnya saya dulu juga melakukan hal yang sama, kalo ga salah namanya hot linking.... topik di forum saya, saya kutip sebagian, lalu posting di forum laen dgn tujuan menarik org agar datang ke forum saya

langsung dapet warning keras.......

sekali lagi no offense untuk pak hud yah  :-[
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 16 October 2008, 05:27:30 PM
Terima kasih atas masukannya bro markos. Memang demikian etikanya.

Mohon kepada pak Hudoyo untuk tidak mempromosikan forum lain di forum ini.

utk postingan tentang JK akan dipindahkan ke thread JK

Tidak apa-apa.  Saya rasa sudah cukup saya memperkenalkan website MMD di forum ini.
Tidak ada apa-apa lagi yang perlu saya kerjakan di sini.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: morpheus on 16 October 2008, 05:45:17 PM
setahu saya etikanya memang begitu, tapi kok dulu boleh?
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=3030.0
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Semit on 16 October 2008, 07:37:54 PM
Terima kasih atas masukannya bro markos. Memang demikian etikanya.

Mohon kepada pak Hudoyo untuk tidak mempromosikan forum lain di forum ini.

utk postingan tentang JK akan dipindahkan ke thread JK

Tidak apa-apa.  Saya rasa sudah cukup saya memperkenalkan website MMD di forum ini.
Tidak ada apa-apa lagi yang perlu saya kerjakan di sini.


Nothing further in this world =)) =)) =))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sumedho on 16 October 2008, 07:57:34 PM
setahu saya etikanya memang begitu, tapi kok dulu boleh?
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=3030.0

tu pr yang masih perlu di kerjakan om morph. thanks. akan segera ditindak lanjuti.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: andrew on 16 October 2008, 08:17:05 PM
Terima kasih atas masukannya bro markos. Memang demikian etikanya.

Mohon kepada pak Hudoyo untuk tidak mempromosikan forum lain di forum ini.

utk postingan tentang JK akan dipindahkan ke thread JK


oh promosi website ngga boleh ya etikanya...

.

saya juga minta maaf ,  saya tadi siang juga promosi website penerbit serlingpa di forum dhammacitta,

oh ya... kalo dhammacitta pernah ngga , promosi di milis/forum lain ?


 _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sumedho on 16 October 2008, 08:25:46 PM
Sebenarnya utk yg "sejenis" yang tidak etis. Jadi modelnya utk menjaring member yg ada.

kalau utk promosi penerbit saya rasa tidak masalah. _/\_

utk dc biasanya saya ada update ke milis2x jika ada ebook baru, ke forum lain saya sih tidak pernah promosiin forum dc karena tidak etis.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 16 October 2008, 09:35:58 PM
sepertinya link yg diberikan bukan forum dech...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sumedho on 16 October 2008, 10:39:44 PM
forum yang dimaksud bukan "forum application" saja, dan juga yang terutama adalah motive nya.

Jika ingin berdiskusi silahkan dithread ini bukan ajakan ke "tempat" sebelah yang rasanya kurang etis.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 17 October 2008, 09:09:45 AM
secangkir teh ...
rupanya url dan kata tersebut digabung juga telah disensor  ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: adi lim on 10 November 2008, 03:12:04 PM
Pak Hudoyo, sangat sayang sekali, anda sampai ditegur mengenai 'Promosi Website milik bapak' di website orang lain tanpa persetujuan pemilik website, itu sama dengan mencari popularitas diatas penderitaan orang lain.
Kalau bapak memang punya potensi yang BAIK & BENAR untuk menjalankan Buddha Dhamma, mengapa harus ada kejadian seperti ini, berarti bapak sendiri ragu-ragu menjalankan Buddha Dhamma, sehingga terjadi kejadian seperti ini, bisa dikategori 'Mencuri'.

 _/\_
Salam Metta
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 10 November 2008, 06:24:58 PM
Pak Hudoyo, sangat sayang sekali, anda sampai ditegur mengenai 'Promosi Website milik bapak' di website orang lain tanpa persetujuan pemilik website, itu sama dengan mencari popularitas diatas penderitaan orang lain.
Kalau bapak memang punya potensi yang BAIK & BENAR untuk menjalankan Buddha Dhamma, mengapa harus ada kejadian seperti ini, berarti bapak sendiri ragu-ragu menjalankan Buddha Dhamma, sehingga terjadi kejadian seperti ini, bisa dikategori 'Mencuri'.

 _/\_
Salam Metta

Tergantung mental adminnya. Kalau orang melihat situs-situs buddhis sebagai saingan, bisa dipahami sikap admin dc ini. Kalau orang melihat situs-situs buddhis sebagai saling membantu, maka terbuka seluas-luasnya kesempatan untuk saling mempromosikan situs yang satu di dalam situs yang lain. Setiap situs Buddhis mempunyai warna dan kekhususan masing-masing, sehingga tidak perlu merasa saling bersaingan. Silakan anda mempromosikan seluas-luasnya situs dc di website mmd.

hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: adi lim on 10 November 2008, 08:13:47 PM
Pak Hudoyo, sangat sayang sekali, anda sampai ditegur mengenai 'Promosi Website milik bapak' di website orang lain tanpa persetujuan pemilik website, itu sama dengan mencari popularitas diatas penderitaan orang lain.
Kalau bapak memang punya potensi yang BAIK & BENAR untuk menjalankan Buddha Dhamma, mengapa harus ada kejadian seperti ini, berarti bapak sendiri ragu-ragu menjalankan Buddha Dhamma, sehingga terjadi kejadian seperti ini, bisa dikategori 'Mencuri'.

 _/\_
Salam Metta

Tergantung mental adminnya. Kalau orang melihat situs-situs buddhis sebagai saingan, bisa dipahami sikap admin dc ini. Kalau orang melihat situs-situs buddhis sebagai saling membantu, maka terbuka seluas-luasnya kesempatan untuk saling mempromosikan situs yang satu di dalam situs yang lain. Setiap situs Buddhis mempunyai warna dan kekhususan masing-masing, sehingga tidak perlu merasa saling bersaingan. Silakan anda mempromosikan seluas-luasnya situs dc di website mmd.

hudoyo

Kalau website yang bapak miliki, kemudian bersedia di berikan tempat untuk promosi website orang lain, itu hak bapak.
Tapi ini website milik orang lain, jadi Pak Hudoyo bagaimanapun harus permisi dulu, kalau disetujui baru lakukan, kalau tidak disetujui jangan lakukan, kalau melakukan berarti melanggar sila ke 2 (Adinadana).

Alasan Pak Hudoyo 'tergantung mental admin, masalah ada saingan atau tidak' itu berarti pak Hudoyo, berbuat kesalahan kemudian menghalalkan segala cara dengan segala jawaban yang tetap tidak bisa diterima yaitu mencuri

Misalnya seorang pencuri lagi beraksi tapi ketahuan, Kemudian ketika di tanya 'mengapa mencuri', jawaban pencuri, saya pikir barang ini gratis (walaupun tidak ada tulisan kata 'Gratis' di barang itu), walaupun jawaban pencuri seribu alasan, tetap harus dihukum oleh pihak yang berwenang.

Ya begitulah pak Hudoyo, sebenarnya bukan mau cari kesalahan bapak, tapi harusnya pak Hudoyo, seorang pakar, ilmuwan, tidak ada salahnya meminta maaf pada admin website ini, ketika ditegur.

Dan pada prinsipnya "para admin di website ini', jika bapak ada minta maaf atau tidak minta maaf, mereka sudah maafkan bapak, karena Buddha Dhamma, harus memberi kasih sayang kepada semua makhluk hidup baik yang terlihat maupun tidak terlihat.

 _/\_
Salam Metta




Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 10 November 2008, 08:25:31 PM
gak usah diperpanjang.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 11 November 2008, 05:15:39 AM
Quote
Saya pribadi menyampaikan simpati yang sedalam dalamnya atas "perlakuan" yang diterima pak hudoyo di forum DC ini. Semoga tetap sabar pak... Banyak yang bisa saya petik dari "kehadiran" pak hudoyo di forum ini.

Terima kasih, Rekan NN.
Pada saat ini saya tidak lagi membutuhkan dc untuk mengkomunikasikan pikiran-pikiran saya.

hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: adi lim on 11 November 2008, 10:44:13 AM
Quote
Saya pribadi menyampaikan simpati yang sedalam dalamnya atas "perlakuan" yang diterima pak hudoyo di forum DC ini. Semoga tetap sabar pak... Banyak yang bisa saya petik dari "kehadiran" pak hudoyo di forum ini.

Terima kasih, Rekan NN.
Pada saat ini saya tidak lagi membutuhkan dc untuk mengkomunikasikan pikiran-pikiran saya.

hudoyo[/u]

Harusnya di forum DC kesayangan kita semua, memang terbuka dan transparan, jadi tidak ada orang yang harus 'diperlakukan secara khusus', jika siapapun mau bahas dan bagi pengetahuan mengenai Buddha Dhamma dengan BAIK dan BENAR, silahkan saja, dan malah menambah Kamma Baik.

Yang penting dalam membahas Buddha Dhamma, harus dengan pedoman dasar 4KM dan JM8, barulah ditambah penjelasan sutta-sutta lainnya supaya lebih mengerti dan jelas.

Sang Buddha memberi isi khotbah kepada setiap makhluk hidup juga berbeda-beda, karena setiap makhluk hidup mempunyai kualitas bathin yang berbeda, disebabkan ada beberapa faktor, salah satunya, timbunan Kamma masa lampau, dan ternyata setiap isi khotbah diuraikan Sang Buddha, pasti ada yang mencapai kesucian dari minimal Sotapana sampai Arahat.

Jadi sewaktu menjelaskan Buddha Dhamma tidak bisa dengan rujukan 1 atau 2 sutta saja, apalagi kepada umat-umat awam yang belum mengerti, malah umatnya tambah bingung.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Kelana on 11 November 2008, 10:58:57 AM
Terima kasih, Rekan NN.
Pada saat ini saya tidak lagi membutuhkan dc untuk mengkomunikasikan pikiran-pikiran saya.
hudoyo
Pak Hud, Bapak yakin tidak tidak lagi membutuhkan dc untuk mengkomunikasikan pikiran-pikiran Pak Hud??
Padahal setahu, sepenglihatan saya, Pak Hud baru saja mengkomunikasikan pikiran Pak Hud untuk menanggapi rekan NN melalui posting di dc. Dan mungkin juga Pak Hud akan mengkomunikasikan pikiran Pak Hud untuk menaggapi tulisan saya ini.  ^-^

Saya hanya tergelitik saja lihat postingan Pak Hud 
_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: J.W on 11 November 2008, 11:15:24 AM
Quote
Saya pribadi menyampaikan simpati yang sedalam dalamnya atas "perlakuan" yang diterima pak hudoyo di forum DC ini. Semoga tetap sabar pak... Banyak yang bisa saya petik dari "kehadiran" pak hudoyo di forum ini.

Terima kasih, Rekan NN.
Pada saat ini saya tidak lagi membutuhkan dc untuk mengkomunikasikan pikiran-pikiran saya.

hudoyo


:D :D

Quote
Ohhh..jinaraga. Saya pribadi sangat menyukai "gaya" postingan anda di DC. Sungguh menggena pada point2 yg ingin disampaikan. Selamat tetap berkreasi

Tq yah pengemar tanpa nama  ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 11 November 2008, 12:48:17 PM
Btw, saya pikir memposting dengan menyulut pertengkaran atau kebencian terhadap agama adalah sebuah hal yang paling bodoh yang dilakukan selaku seorang guru. apa yang anda pertahankan bisa juga micchaditthi secara pasif dan saya yakin sesuai dengan tulisan Ashoka bahwa mereka yang mencari jalan pertengkaran dengan yang lain baik secara aktif maupun pasif akan menghancurkan semua jalan yang pernah dibangunnya sendiri.
Saya sempat baca sekilas Pak Hud dan saya ga tahu apakah anda sekarang meraa puas dengan agama Buddha yang sekarang ini atau tujuan apa anda dibelakangnya.namun sengaja memposting tulisan yang menyulut api adalah sama bodohnya orang yang memegang obor dan membakar rumahnya sendiri.
Title: Re: Sabar ya, Pak.
Post by: hudoyo on 11 November 2008, 06:53:13 PM
Quote
wah pak hudoyo... anda benar benar "detonator", begitu disulut langsung bom bom pada meledak...
sabar sabar sabar sabar ...
kalau boleh saya katakan BUDDHA DHARMA bukan milik-ku... tidak tahu dengan yang lain ???

hehehe ... iyalah ... :))  Terima kasih. :)

Tentang istilah "Buddha Dharma", itu bukan kebenaran yang tertinggi, karena masih punya merek, punya identitas ... yang mudah sekali dilekati dan diacung-acungkan sebagai senjata oleh orang-orang yang diliputi moha tapi fanatiknya tidak ketulungan.

Kebenaran yang lebih tinggi lagi dari "Buddha Dharma" adalah "Dharma" ... atau bahkan tidak perlu kata Sanskrit lagi ... tinggal "apa adanya", yang bisa diterjemahkan ke dalam bahasa apa saja.

hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: J.W on 12 November 2008, 07:17:41 PM
Quote
Ko2 jinaraga...siapa sih hudoyo itu? napa kalian memanggilnya dengan sebutan "PAK" ? Emangnya dia udah bapak-bapak atau sebutan itu hanya formalitas aja ? Tapi jika memang usianya lebih senior, seharusnya emosinya lebih dewasa. Tapi dari debat kalian yang saya ikutin, sepertinya lain dari kenyataan.

Tapi gimana pun..ko2 jina harus terus posting yah.

Cu

Hushh....pak hud mmg lebih senior..
Title: Cerita dari Mendut (1): Peserta mbludak
Post by: hudoyo on 28 December 2008, 10:50:31 AM
Cerita dari Mendut (1): Peserta mbludak

Salam dari Vihara Mendut,

Hari ini hari keempat retret MMD seminggu di Vihara Mendut, Jawa Tengah.

Fasilitas tempat tidur untuk peserta retret di Vihara Mendut hanya sebanyak 32 matras (16 di gedung laki-laki, 16 di gedung perempuan).

Peserta retret MMD Seminggu di Vihara Mendut kali ini meluap melebihi kapasitas. Beberapa peserta memaksa datang sekalipun tidak terdaftar pada panitia. Tiga puluh tujuh orang datang dan hampir tidak mungkin menolak siapa pun juga. Jadi terpaksa beberapa orang dititipkan di rumah tetangga.

Jumlah peserta: 37 orang, terdiri dari:
15 laki-laki
22 perempuan.

Di antara peserta:
22 orang (60%) peserta lama MMD,
15 orang (40%) peserta baru.

Di antara peserta, yang beragama Buddha 17 orang (46%), Islam 12 orang (32%), selebihnya ka****k, Protestan dan lain-lain.

Peserta yang pernah mengikuti retret vipassana lain:
Goenka (4)
Mahasi Sayadaw (5).

Usia peserta paling muda 11 tahun, masih duduk di kelas 6 SD. Ia bermeditasi bersama ibunya. Luar biasa!

Kota asal peserta:
Yogyakarta (9)
Jakarta (8)
Tangerang (5)
SOlo (3)
Semarang (3)
Magelang (2)
Parakan/Temanggung (2)
Bandung (1)
Pekalongan (1)
Kudus (1)
Sidoarjo (1)
Samarinda (1)

Bhante Pannyavaro memberikan wejangan pada pembukaan retret. Menurut rencana, beliau juga akan memberikan wejangan lagi pada penutupan retret pada 1 Januari 2009 nanti.

Salam,
Hudoyo
Title: MMD - Cerita dari Mendut (1): Peserta mbludak
Post by: hudoyo on 28 December 2008, 03:00:49 PM
Salam dari Vihara Mendut,

Hari ini, 28 Desember 2008, hari keempat retret MMD seminggu di Vihara Mendut, Jawa Tengah.

Fasilitas tempat tidur untuk peserta retret di Vihara Mendut hanya sebanyak 32 matras (16 di gedung laki-laki, 16 di gedung perempuan).

Peserta retret MMD Seminggu di Vihara Mendut kali ini meluap melebihi kapasitas. Beberapa peserta memaksa datang sekalipun tidak terdaftar pada panitia. Tiga puluh tujuh orang datang dan hampir tidak mungkin menolak siapa pun juga. Jadi terpaksa beberapa orang dititipkan di rumah tetangga.

Jumlah peserta: 37 orang, terdiri dari:
15 laki-laki
22 perempuan.

Di antara peserta:
22 orang (60%) peserta lama MMD,
15 orang (40%) peserta baru.

Di antara peserta, yang beragama Buddha 17 orang (46%), Islam 12 orang (32%), selebihnya ka****k, Protestan dan lain-lain.

Peserta yang pernah mengikuti retret vipassana lain:
Goenka (4)
Mahasi Sayadaw (5).

Usia peserta paling muda 11 tahun, masih duduk di kelas 6 SD. Ia bermeditasi bersama ibunya. Luar biasa!

Kota asal peserta:
Yogyakarta (9)
Jakarta (8)
Tangerang (5)
SOlo (3)
Semarang (3)
Magelang (2)
Parakan/Temanggung (2)
Bandung (1)
Pekalongan (1)
Kudus (1)
Sidoarjo (1)
Samarinda (1)

Bhante Pannyavaro memberikan wejangan pada pembukaan retret. Menurut rencana, beliau juga akan memberikan wejangan lagi pada penutupan retret pada 1 Januari 2009 nanti.

Salam,
Hudoyo
Title: Cerita dari Mendut (2): Wejangan Bhante Pannyavaro pada pembukaan retret
Post by: hudoyo on 28 December 2008, 03:03:28 PM
HANYA MENYADARI SAJA, TIDAK MEMADAMKAN

Dr. Hudoyo pembimbing meditasi,
Para Ibu, Bapak, Saudara peserta meditasi pada akhir tahun 2008 ini,

Sebagai Kepala Vihara Mendut, saya mengucapkan selamat datang kepada para peserta. Bagi para peserta yang sudah beberapa kali mengikuti meditasi di vihara ini, tentu ini selamat datang untuk yang kesekian kalinya. Bagi Ibu, Bapak & Saudara yang baru pertama kali mengikuti meditasi ini, tentu selamat datang yang pertama bagi Ibu, Bapak, Saudara. Selamat datang di Vihara Mendut untuk melatih diri mengenal meditasi dan sekaligus melatih meditasi.

Para Ibu, Bapak , Saudara,

Semua orang tentu menginginkan hidup bahagia. Kebahagiaan menjadi obsesi, menjadi tujuan hampir semua orang, apa pun agama, kepercayaan, tradisi, atau adat-istiadatnya. Kemudian, tiap-tiap orang berusaha untuk membuat rincian, meskipun mungkin tidak mendetail, gambaran apakah bahagia yang mereka inginkan? Apakah bahagia yang kita harapkan? Seperti apakah kebahagiaan itu?

Ibu, Bapak & Saudara,

Cita-cita atau harapan kebahagiaan itu kemudian diusahakan untuk dicapainya. Sesungguhnya, harapan atau keinginan untuk bahagia itu kemudian menumbuhkan keinginan-keinginan yang sangat banyak. Mengapa keinginan-keinginan lain tumbuh sangat banyak? Keinginan-keinginan itu tumbuh seiring dengan usaha untuk mencapai hidup bahagia?

Apa yang menjadi fenomena, apa yang menjadi gejala kemudian? Sesungguhnya, yang terjadi kemudian adalah ketidakbahagiaan. Mengapa? Karena keinginan atau harapan untuk bahagia itu justru membuahkan penderitaan. Harapan menimbulkan kegelisahan, harapan menimbulkan kekhawatiran, harapan membuat seseorang, kita semua, waswas, dan kalau tidak terpenuhi, kecewa.

“Tetapi, Bhante,” ada yang menanyakan, “kalau keinginan atau harapan itu terpenuhi, bukankah kita bahagia?” Ya, kita bahagia sebentar, karena tidak ada bahagia yang abadi. Dan kalau bahagia sebentar itu lenyap, maka timbullah ketagihan, kecanduan, keinginan yang lebih berkobar-kobar.

Sesungguhnya, Ibu, Bapak & Saudara, kebahagiaan yang benar, dan “kebahagiaan” ini harus ditulis dengan tanda petik, tidak dicapai dengan keinginan. Kebahagiaan yang benar justru akan tumbuh—begitulah bahasa yang boleh kita pakai—kalau keinginan dikurangi. Bukan dengan menambah keinginan lalu tercapai, itulah kebahagiaan. Bukan! Tetapi dengan berkurangnya keinginan, lenyapnya keinginan, justru itulah kebahagiaan yang benar.

“Apakah mungkin, Bhante, melenyapkan keinginan, membuang keinginan, hidup di masyarakat, baik sebagai bhikkhu, rohaniwan ataupun sebagai perumah tangga?” Memang sulit, dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat kita hanya selektif, menyeleksi keinginan. Mengapa? Karena kalau keinginan bertambah, maka masalah bertambah. Kalau masalah bertambah, penderitaan bertambah. Ini bukan dalil agama, Ibu, Bapak & Saudara, ini adalah hukum alam. Kalau Ibu, Bapak & Saudara menambah keinginan, menambah harapan, maka waswas bertambah, gelisah bertambah, kekhawatiran bertambah, kekecewaan bertambah, penderitaan bertambah. Tetapi kalau keinginan dikurangi, maka masalah juga akan berkurang. Kalau masalah berkurang, ketegangan juga berkurang. kekhawatiran berkurang, penderitaan berkurang.

Tetapi, Ibu, Bapak & Saudara, selama Ibu, Bapak & Saudara tujuh hari mengikuti meditasi di vihara ini—meditasi yang kita kenal dengan nama Meditasi Mengenal Diri, atau boleh juga disebut meditasi Vipassana, atau hanya meditasi saja, karena nama tidaklah penting—Ibu, Bapak & Saudara bisa berlatih dan mengalami, untuk membuang hampir semua keinginan. Tidak perlu memikirkan besok masak apa, apa yang harus disiapkan, apa yang harus dikerjakan, karena semua sudah disiapkan oleh vihara ini, sederhana sudah tentu, sesuai dengan kemampuan kami, untuk membantu Ibu, Bapak & Saudara mempunyai latihan dan mengalami kondisi atau dimensi membuang keinginan secara maksimal. Tentu ada keinginan, tetapi keinginan itu keinginan yang fungsional, seperti ingin ke belakang, ingin melangkahkan kaki, makan pagi sebagai kebutuhan untuk kelangsungan fisik kehidupan ini, makan siang, berbaring—keinginan-keinginan fungsional yang sangat terbatas. Keinginan yang lain ditiadakan.

Tetapi apakah mudah? Tidak. Meskipun Ibu, Bapak & Saudara, dan kita sudah bersepakat, selama tujuh hari ini saya tidak ingin mempunyai keinginan apa-apa; keinginan yang ada hanya sesedikit mungkin, keinginan-keinginan fungsional sehari-hari. Meskipun sudah disepakati seperti itu, keinginan itu muncul saja, mengganggu pemikiran kita. Bahkan mungkin semakin hebat, semakin hebat; apalagi Ibu, Bapak & Saudara yang belum pernah melatih meditasi, dan kali ini adalah kali yang pertama, dengan waktu yang cukup panjang, tidak hanya Jumat, Sabtu, Minggu, tetapi satu minggu.

Lalu, bagaimana cara kita untuk membuang keinginan itu? Membuang keinginan tidak dengan sederhana berucap, “Aku tidak ingin punya keinginan.” Dalam bahasa kasar, “Lho, mengapa masih muncul saja keinginan? Bukankah aku sudah sepakat untuk tidak mau punya keinginan?” Biar, Ibu, Bapak & Saudara, biar. Tidak usah marah, tidak usah merasa tidak berhasil. Tidak usah menyalahkan diri sendiri, mengapa keinginanku masih saja berkobar-kobar, tidak bisa dibuang; dikurangi saja tidak bisa. Tidak usah marah, tidak usah menyalahkan diri sendiri, tidak usah kecewa. Keinginan yang muncul itu juga tidak usah dipadamkan. Dalam bahasa sehari-hari, “Lho, mengapa tidak dipadamkan? Tadi di depan dijelaskan, keinginan harus dikurangi, dibuang sampai maksimal. Sekarang kalau keinginan muncul mrngapa tidak boleh dipadamkan?” Kalau Ibu, Bapak & Saudara berusaha untuk memadamkan keinginan itu, maka ributlah pikiran ini. Keinginan yang muncul dilawan dengan keinginan untuk tidak mau punya keinginan. Maka keinginan perang dengan keinginan. Pusinglah, ramailah pikiran kita.

Meditasi hanya mengamat-amati saja, menyadari kalau keinginan muncul, keinginan ini keinginan itu, ingatan ini ingatan itu, mau seperti ini mau seperti itu. Tugas kita bermeditasi hanya menyadari saja; tidak memadamkan, tidak menggempur, tidak menganalisis dari mana datangnya, tidak merentang-rentang apakah ini wahyu, apakah ini vision, tidak. Kita hanya menyadari saja, menyadari dengan pasif, menyadari dengan pasif. Nanti keinginan-keinginan itu padam sendiri. Padam bukan dengan keinginan untuk dipadamkan, hanya disadari, disadari, disadari saja.

Itulah secara garis besar latihan Ibu, Bapak & Saudara selama seminggu ini. Tidak perlu doa, tidak perlu meminta-minta, tidak perlu mengharap berkah dari siapa pun, tidak ada ritual-ritual, upacara-upacara yang harus ditaati. Tetapi sadarilah pikiran, perasaan, jasmani; jasmani, perasaan, pikiran. Guru-guru meditasi sering menulis, kemukjizatan itu bukan kalau kita bisa terbang, kemukjizatan itu bukan kalau kita bisa melihat makhluk-makhluk halus, kemukjizatan itu bukan pada saat kita duduk meditasi mengalami yang aneh-aneh; tetapi kemukjizatan itu pada waktu kita berjalan kita menyadari langkah kaki kita yang menempel di bumi ini; itulah kemukjizatan, kalau hal itu boleh disebut kemukjizatan. Kemukjizatan bukan membaca pikiran orang, melihat makhluk halus, pergi ke alam lain, melainkan mampu menyadari timbulnya pikiran sendiri apa pun juga, mampu menyadari timbulnya perasaan sendiri apa pun juga.

Oleh karena itu, di dalam meditasi ini semua menjadi obyek: pikiran yang disebut baik, tidak baik, pikiran bagus, pikiran luhur, pikiran dosa, pikiran jorok, ingatan masa lalu, kenangan yang pahit, kenangan yang manis, khayalan, rencana segala macam, semuanya mempunyai fungsi yang sama: diperhatikan. Pikiran yang baik juga diperhatikan, pikiran yang buruk juga diperhatikan. Dan tidak usah dinilai: ini baik, ini buruk. Perasaan senang timbul juga diperhatikan, perasaan tidak senang timbul juga diperhatikan; perasaan sedih timbul diperhatikan, perasaan gembira timbul juga diperhatikan, tidak dicegah, tidak dibesar-besarkan. Dan tidak usah diberi nama: “O, ini senang; o, ini tidak senang.” Untuk menjelaskan, memang, saya menggunakan kalimat: “Perasaan senang diperhatikan, perasaan tidak senang diperhatikan.” Tetapi di dalam praktik, sadari saja. Tidak usah diberi label, diberi nama: “O, ini senang, ini tidak senang.” Karena kalau kita memberikan nama, nanti kekuatan senang menjadi lebih besar, kekuatan tidak senang menjadi lebih besar. Kita lebih serakah pada yang menyenangkan, kita lebih benci pada yang tidak menyenangkan, karena konsep senang dan tidak senang dipertajam dalam meditasi dengan memberikan label, “O, ini senang, ini tidak senang.”

Jadi, kalau ada perasaan yang mengganggu, disadari saja, “O, perasaan begini,” sudah cukup. “O, pikiran muncul; o, pikiran muncul,” cukup. Di dalam penjelasan-penjelasan bahkan dikatakan, dalam meditasi yang sering dikenal dengan sebutan vipassana itu, pada tingkat-tingkat tertentu di dalam teori dikatakan akan timbullah yang disebut nyana, pengetahuan bukan dari hasil pemikiran intelektual, bukan dari hasil berfikir, tetapi hasil dari meditasi. Pengetahuan hasil meditasi itu pun juga kotoran batin yang halus, vipassana-upakilesa. Jadi, apa fungsi kita? Fungsi kita hanya menyadari saja, menyadari, pasif, menyadari, pasif. Tidak menjadi kebanggaan, tidak menjadi sesuatu yang sangat luar biasa. karena kalau dikelompokkan pengetahuan yang muncul dari meditasi itu juga kelompok kotoran batin yang halus. Jadi diperhatikan saja.

Dengan memperhatikan, memperhatikan, memperhatikan, maka keinginan itu akan padam, padam, padam. Padamnya keinginan itulah lenyapnya penderitaan. Istilah ‘lenyapnya penderitaan’ lebih tepat kalau ingin digunakan, daripada menggunakan “kebahagiaan”. Lenyapnya penderitaan itulah “kebahagiaan yang benar” dalam tanda petik. Daripada menggunakan istilah “kebahagiaan”, ‘lenyapnya penderitaan’ menjadi kalimat yang lebih tepat untuk menamakan padamnya keinginan.

Ibu, Bapak & Saudara,

Gunakanlah waktu tujuh hari ini untuk mengamati jasmani, langkah kaki, nafas, perasaan yang timbul, pikiran, termasuk ingatan, kenangan. Tidak usah tegang, tetapi tidak malas. Dalam bahasa Jawa dikatakan jangan ndlenger. Dalam bahasa gaul, banyak anak-anak muda yang ikut meditasi, mereka mempunyai istilah, “O, kalau kita ingin ikut vipassana, ingin ikut MMD ini, harus ‘sersan’,” katanya. Apa itu ‘sersan’? Serius tapi santai. Kalau serius saja, maka nanti keinginan akan muncul, keinginan “Saya ingin bermeditasi sungguh-sungguh, saya ingin membuang keinginan sungguh-sungguh,” apalagi kalau, “Saya ingin mendapatkan pengalaman yang aneh-aneh.” Serius. Ya, keinginan justru berkembang, bertambah, bukan berkurang. Tetapi kalau santai, tidak menghadirkan kesadaran, santai saja, banyak tidur—kalau nanti tidur di ruang tidur tidak enak, ya duduk di tempat meditasi tetapi tidur—ya, itu terlalu santai. Meditasi menghadirkan kesadaran dengan wajar; menghadirkan kesadaran itu yang oleh anak-anak muda di katakan serius, tetapi wajar, wajar itulah santai. Serius tapi santai, santai tapi kesadaran harus hadir.

Ibu, Bapak & Saudara,

Semogalah selama tujuh hari, Dr. Hudoyo akan mendampingi, memberikan bimbingan, Ibu, Bapak & Saudara akan mendapatkan kemajuan. Kalau saya menyebutkan ‘kemajuan’ di sini adalah mampu melihat pikiran, mampu melihat perasaan, mampu melihat gerak-gerik jasmani dengan kesadaran. Paling tidak kita mengalami berkurangnya keinginan. Pada saat keinginan berkurang itulah mulai bebas dari penderitaan.

Dan nanti setelah selesai meditasi ini, Ibu, Bapak & Saudara pulang ke rumah, Ibu, Bapak & Saudara bisa menggunakan pengalaman selama tujuh hari ini untuk menghadirkan kesadaran dalam keseharian. Karena tidak ada gunanya mengikuti retret kalau kesadaran dalam keseharian tidak
dihadirkan.

Apalagi di antara saudara-saudara kita ada yang bangga, “O, saya sudah ikut retret sepuluh kali, Anda baru berapa kali, baru dua kali?” Tidak menjadi ukuran, sepuluh kali atau dua puluh kali ikut retret, tidak menjadi ukuran sejauh mana penderitaan berkurang, kebebasan bisa dialami. Tetapi menghadirkan kesadaran itulah yang penting, di vihara ini maupun dalam kehidupan Ibu, Bapak & Saudara sehari-hari.

Semogalah latihan ini bermanfaat. Terima kasih.

Title: Cerita dari Mendut (3): Buku baru "Vipassana Bhavana - Meditasi Mengenal Diri"
Post by: hudoyo on 28 December 2008, 03:07:25 PM
Akan segera terbit:

"Vipassana Bhavana - Meditasi Mengenal Diri"

Oleh:
Sri Pannyavaro Mahathera
Hudoyo Hupudio

Diterbitkan oleh: <dalam perencanaan>

Jumlah halaman: +/- 20 halaman

Daftar isi:

1. "Hanya Menyadari Saja, Tidak Memadamkan" - Wejangan Sri Pannyavaro Mahathera pada pembukaan retret seminggu MMD di Vihara Mendut, 24 Des.'08

2. "Menyadari dan Mengatasi Keakuan" - Oleh: Sri Pannyavaro Mahathera

3. <Judul & isi belum ditetapkan> - Wejangan Sri Pannyavaro Mahathera pada penutupan retret seminggu MMD di Vihara Mendut, 1 Jan.'09

4. "Apakah Meditasi Mengenal Diri (MMD) itu?" - Oleh: Hudoyo Hupudio

5. Rujukan: "Udana 1.10 - Bahiya-sutta" - diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia oleh Hudoyo Hupudio
Title: Cerita dari Mendut (4): Menyadari & Mengatasi Timbulnya Keakuan
Post by: hudoyo on 28 December 2008, 03:12:24 PM
[Dari buku: "Vipassana Bhavana - Meditasi Mengenal Diri", oleh: Sri Pannyavaro Mahathera, Hudoyo Hupudio]

MENYADARI DAN MENGATASI TIMBULNYA KEAKUAN

Oleh: Sri Pannyavaro Mahathera

Pikiran, Pemikiran, Sankhara

Dalam pandangan agama Buddha, antara pikiran dan pemikiran tidaklah dibedakan. Pemikiran yang dalam pengertian umum adalah hasil dari pikiran, sesungguhnya adalah pikiran itu sendiri. Sama seperti kita melihat rumah. Komponen-komponen seperti tiang, kasau-kasau, dinding, kerangka atap, genteng dan lantai; yang disusun membentuk rumah, sebenar-benarnya adalah rumah itu sendiri. Sama sekali tidak bisa dikatakan, bahwa "rumah" ini memiliki tiang seperti ini, dinding seperti ini, atap begini, lantai begitu, dan sebagainya. Rumah yang mana yang memiliki atau menjadi si pemilik semua itu? Tidak ada! Komponen atau bagian-bagian itu sendiri, yang tersusun seperti itu, adalah "rumah" itu sendiri. Tidak ada si pemilik atau bagian utama rumah, dan bagian lainnya adalah bagian yang dimiliki atau menjadi pelengkap. Persis seperti itu adalah pikiran kita. Pikiran ini adalah pemikiran itu sendiri, termasuk juga proses berpikir.

Pemikiran itu pun bukan juga suatu yang muncul kemudian berhenti, sehingga boleh dianggap sebagai hasil akhir dari suatu proses bepikir. Satu pemikiran muncul sesaat, kemudian berubah, cepat sekali, terus begitu tanpa henti.  Semua yang muncul menjadi pikiran atau pemikiran disebut sankhara, perpaduan. Disebut perpaduan karena sifat kemunculannya yang tidak mandiri tetapi terjadi karena banyak faktor. Dan juga faktor-faktor yang memungkinkan timbulnya pikiran itu tidak kekal, berubah terus, maka pikiran yang muncul pun berubah dengan cepat.

Pengertian Benar

Bila faktor yang berpengaruh pada pikiran itu benar dan baik, maka pikiran pun mendapatkan faktor yang benar dan baik. Pengaruh baik itu dalam Delapan Unsur Jalan Mulia disebut Pengertian Benar atau Pandangan Benar. Pengertian yang benar adalah pengertian yang sesuai dengan Hukum Alam (Niyama Dhamma) dan membawa keterbebasan dari penderitaan.

Seluruh ajaran Guru Agung Buddha Gotama atau Dhamma, yang kita pelajari dan fahami adalah pengertian benar. Pengertian benar ini mempengaruhi pikiran. Tetapi pikiran tidak selalu berada dalam pengaruh atau arahan pengertian yang benar. Faktor-faktor lain pun masih sering muncul mempengaruhi pikiran kita, misalnya keserakahan, kebencian, keakuan, dan berbagai angan-angan lainnya. Bila pengaruh buruk itu muncul pada pikiran, lalu seseorang teringat pada pengertian benar bahwa keburukan akan berakibat keburukan; oleh karenanya pengaruh buruk jangan diikuti; maka pikiran buruk tidak akan berlanjut terus.
 
Proses tidak berlanjutnya pikiran buruk itu dapat diterangkan sebagai berikut: Adanya kewaspadaan yang mengetahui bahwa pikiran buruk sedang atau mulai muncul, kemudian digunakanlah pengertian atau konsep yang baik untuk menghentikannya. Memang bisa berhasil. Meski bisa juga tidak berhasil. Artinya, pikiran yang buruk itu berjalan terus sampai muncul menjadi ucapan atau tindakan yang buruk. Cara ini yang dilakukan oleh hampir semua umat beragama. Pengertian benar yang sudah diyakini atau diimani digunakan untuk mengatasi pikiran-pikiran buruk.

Demikian juga, umat Buddha mengenal pengertian Anatta (tanpa-aku), atau Sunnyata (tanpa inti yang kekal). Tetapi, bukan berarti kalau seseorang sudah mengerti atau faham benar tentang pengertian Anatta yang diajarkan oleh Guru Agung Buddha Gotama, maka sudah tidak ada lagi pikiran keakuan padanya. Pikiran keakuan itu tetap saja timbul dengan begitu cepat dan begitu sering meskipun dia sudah sangat faham Anatta dan juga sudah tidak menghendaki pikiran keakuan itu timbul.

Bila ia waspada terhadap munculnya pikiran keakuan itu: "Ini kebaikanku. Ini jasaku. Ini kewajibanku. Ini hasilku," dan masih banyak lagi, lalu dilawanlah pikiran keakuan itu dengan pengertiannya tentang 'Anatta' (Tanpa-aku) yang sudah diyakini kebenarannya. Maka yang sekarang menjadi pikirannya adalah pikiran atau konsep tentang 'Anatta' (Tanpa-aku) tersebut. Cara ini bukanlah cara mengatasi atau menghabiskan keakuan, melainkan melawan konsep (keakuan) dengan konsep (tanpa-aku).

Untuk memudahkan mengingat, kita berikan saja nama untuk cara ini: cara konvensional atau cara biasa.

Kewaspadaan atau Perhatian

Cara menghabiskan pikiran keakuan yang sering muncul dan menjadi sumber keburukan atau penderitaan menurut ajaran Guru Agung Buddha Gotama adalah: Perhatikan atau waspadai terus-menerus bila pikiran keakuan itu muncul. Jangan menyesali bila pikiran keakuan muncul, tetapi yang sangat penting adalah menyadari atau memperhatikan pikiran itu. Perhatikan saja! Waspadai saja! Waspadai dengan sikap pasif. Artinya, tidak perlu menggunakan konsep Anatta (tanpa-aku) untuk menghentikan atau melawannya. Tidak menganalisis dari mana munculnya pikiran keakuan itu, dan juga tidak perlu ingin menghentikannya karena tidak sesuai dengan Dhamma. Tetapi, perhatikan saja terus-menerus, awasi saja terus-menerus. Mengawasi dengan pasif. Hanya mengawasi saja! Maka, pikiran keakuan itu akan teratasi, akan berhenti dengan sendirinya. Inilah cara yang diajarkan oleh Dhamma ajaran Guru Agung Buddha Gotama sebagai cara untuk menghabiskan keakuan. Kita namakan cara ini: cara 'vipassana' atau cara pencerahan.

Memang kita belum mampu mengawasi setiap timbulnya pikiran buruk: keserakahan, iri hati, kebencian, kekejaman, kejengkelan, kekecewaan, dan keakuan yang menjadi sumber semuanya. Tetapi bila kita mengetahui atau menyadari bahwa pikiran itu mulai atau sedang muncul, maka perhatikanlah, awasilah! Pikiran itu akan berrhenti. Selanjutnya hanya kesadaran murni yang berlangsung. Kesadaran murni itu adalah kata lain dari kebebasan. Kebebasan dari penderitaan. Meski hanya dialami sesaat, kesadaran murni adalah kebebasan. Bagi yang belum mencapai kebebasan penuh, kebebasan itu hanya dialami sesaat. Mengapa hanya dialami sesaat? Karena kotoran yang lain dari pikiran masih akan muncul lagi.

Perbedaan Manfaat Kedua Cara

Apakah perbedaan di antara kedua cara, yakni cara biasa dan cara 'vipassana', dalam mengatasi pikiran buruk? Cara biasa, yaitu cara melawan konsep buruk atau pikiran buruk dengan pikiran baik yang didasari pengertian benar atau keyakinan memang bisa menghentikan pikiran buruk. Karena pikiran buruk bisa dihentikan, maka perilaku buruk tidak akan dilakukan. Tetapi cara ini tidak banyak mengurangi kelekatan seseorang pada kenikmatan dalam melakukan keburukan. Ketagihan pada kenikmatan terhadap keburukan, dan juga kenikmatan terhadap kebaikan, akan memperkuat pikiran keakuan. Keakuan ini kemudian menyebabkan berbagai keinginan bermunculan.

Cara 'vipassana' atau mengembangkan pandangan terang akan menumbuhkan pencerahan mental yang menyadarkan kita bahwa kondisi pikiran ini adalah tidak kekal. Dalam perhatian penuh atau perhatian terus-menerus itu kita akan menyadari dengan jelas munculnya suatu pikiran, bertahan sebentar, lalu tenggelam. Kemudian muncul pikiran yang lain, bergolak, berkembang, tidak lama juga lalu tenggelam. Begitu seterusnya! Arus pikiran ini tidak akan pernah berhenti. Pencerahan mental yang timbul dari perhatian terus-menerus (Nyana), bukan logika intelektual, terhadap pikiran kita sendiri ini akan mengurangi kelekatan atau kelengketan kita terhadap segala kenikmatan sesaat. Kekuatan keakuan yang timbul dalam pikiran menjadi berkurang. Kekuatannya yang membakar-bakar berbagai keinginan pun berkurang.

Kemampuan mengetahui pikiran-pikiran yang muncul, utamanya pikiran keakuan, dan mengawasi atau menyadari terus-menerus sampai pikiran keakuan itu lenyap adalah latihan dan juga tujuan meditasi Buddhis.

26 Desember 2006
Title: Cerita dari Mendut (5): Apakah Meditasi Mengenal Diri (MMD) itu?
Post by: hudoyo on 28 December 2008, 03:14:53 PM
[Dari buku: "Vipassana Bhavana - Meditasi Mengenal Diri", oleh: Sri Pannyavaro Mahathera, Hudoyo Hupudio]

APAKAH MEDITASI MENGENAL DIRI (MMD) ITU?

Oleh: Hudoyo Hupudio

Pendahuluan

Kata ‘meditasi’ mengandung banyak makna bagi para pemakai kata itu dan bagi para pendengarnya. Ada banyak tujuan orang bermeditasi; dengan demikian, ada banyak pula cara atau teknik meditasi. Ada meditasi yang bertujuan untuk mencapai hal-hal yang bersifat duniawi—seperti kesaktian, kesembuhan, melihat alam gaib, dsb—dan ada pula meditasi yang mempunyai tujuan spiritual, seperti mencapai atau menyatu dengan prinsip yang dianggap “tertinggi”, seperti Tuhan, Nirvana, Moksha, Alam Semesta dsb. Pada umumnya, meditasi menyangkut pemusatan perhatian (konsentrasi) pada suatu obyek tertentu—seperti: nafas, visualisasi, kata-kata/mantra, dsb—untuk waktu yang lama, dengan harapan pada akhirnya mencapai suatu tujuan yang dicita-citakan. Dengan demikian, sifat umum dari kebanyakan jenis meditasi adalah suatu pencapaian, yang tentu saja dipahami akan tercapai di masa depan.

Ada satu jenis meditasi yang berbeda dengan kebanyakan meditasi lain. Meditasi ini diajarkan oleh Buddha Gautama, lebih dari 2500 tahun lalu, disebut meditasi vipassana. Meditasi ini berangkat dari fakta eksistensial yang diajarkan oleh Sang Buddha, yakni bahwa segala sesuatu dalam kehidupan atau eksistensi ini tidak kekal/tidak abadi, dan tidak memuaskan; fakta ini menyebabkan penderitaan bagi orang yang tidak memahaminya dan mencari kekekalan serta kebahagiaan abadi. Sang Buddha juga mengajarkan, bahwa fakta penderitaan eksistensial itu disebabkan oleh karena manusia tidak memahami aku/dirinya, yang antara lain adalah pikirannya, yang selalu mencari kekekalan dan kebahagiaan abadi. Untuk mencapai kekekalan dan kebahagiaan abadi itu manusia selalu terlibat dalam konflik dalam dirinya sendiri maupun dengan orang lain di sekitarnya; ia terlibat konflik antara ‘apa yang ada’ (sekarang) dengan ‘apa yang dicita-citakan’ di masa depan dalam pikirannya.

Sang Buddha mengajarkan, bahwa dengan meditasi vipassana—yakni mengamati secara pasif setiap gerak-gerik badan jasmani dan batin (pikiran, perasaan, emosi, keinginan, harapan, keputusasaan, kesenangan, penderitaan dsb)—manusia dapat memperoleh pencerahan akan hakikat sesungguhnya dari kehidupan/eksistensi yang tidak kekal dan tidak memuaskan ini. Dengan tercapainya pencerahan itu, manusia terbebas dari kelekatan pada jasmani & batinnya; dengan demikian, bebas dari penderitaan. Namun pembebasan ini tidak mungkin tercapai dengan suatu usaha yang aktif dari aku/diri ini untuk mencapainya, oleh karena justru diri/aku inilah sumber penyebab dari penderitaannya sekarang. Sifat-sifat khusus dari meditasi vipassana adalah: pasif, berhenti, diam, lepas, berada pada saat kini. Seperti kata Sang Buddha kepada Angulimala, si perampok dan pembunuh: “Aku sudah lama berhenti. Kamulah yang masih terus berlari. Berhentilah!” Berada pada saat kini terus-menerus, yang di situ aku/diri dan pikiran ini berhenti, itulah pintu menuju pembebasan, menurut Sang Buddha dalam Mulapariyaya-sutta.

Namun, patut disayangkan bahwa, dengan perjalanan waktu, dalam banyak praktik meditasi vipassana yang diajarkan di dunia pada dewasa ini, prinsip-prinsip meditasi vipassana yang diajarkan oleh Sang Buddha telah bergeser: dari pelepasan menjadi pencapaian, dari kepasifan menjadi berupaya dan aktif berkonsentrasi. Bagi banyak praktisi vipassana, mungkin pergeseran ini tidak dirasakan; namun, bagi sementara praktisi vipassana, mereka mengalami kesulitan untuk benar-benar memahami gerak-gerik badan & batin ini sehingga tercapai pencerahan & pembebasan apabila mereka diharuskan berusaha untuk mencapainya, apalagi dengan konsentrasi. Bagi para praktisi yang tersebut belakangan inilah, sejak beberapa tahun terakhir telah dikembangkan Meditasi Mengenal Diri (MMD), yakni suatu jenis meditasi vipassana yang kembali kepada sifat-sifat khusus meditasi vipassana yang diajarkan oleh Sang Buddha.

Meditasi Mengenal Diri (MMD)

Kesadaran bahwa praktik meditasi vipassana yang banyak diajarkan pada dewasa ini telah bergeser jauh dari apa yang sesungguhnya dimaksud oleh Sang Buddha diilhami oleh ajaran J. Krishnamurti pada abad ke-20 M. Krishnamurti mengritik kebanyakan teknik meditasi yang semuanya mengutamakan konsentrasi, usaha dan teknik meditasi. Dalam hal ini termasuk pula banyak “teknik vipassana” yang pada umumnya juga mengutamakan konsentrasi, usaha dan teknik meditasi.

Bagi Krishnamurti, teknik-teknik meditasi seperti itu sama sekali tidak membebaskan, tidak mentransformasikan batin manusia; alih-alih, malah lebih dalam membuat manusia terjerat dalam keterkondisian batinnya. Teknik-teknik konsentrasi apa pun hanya membawa praktisinya ke dalam suatu keadaan pemusatan batin yang kuat, yang mungkin memberikan suatu rasa nikmat yang intens, yang disangka pembebasan, tetapi sesungguhnya tetap menjerat batin dalam keterkondisian dan ketidakbebasan.

Meditasi Mengenal Diri (MMD) adalah jenis meditasi vipassana yang selama beberapa tahun terakhir telah dikembangkan dari vipassana yang diajarkan secara “tradisional”, namun telah banyak dimodifikasi berdasarkan ajaran Krishnamurti tentang sadar/eling secara pasif, atau sadar/eling tanpa memilih. Dengan demikian, ada beberapa perbedaan penting antara meditasi vipassana versi MMD dan meditasi vipassana “tradisional”:

(1) Tujuan meditasi vipassana

Bila seorang praktisi vipassana “tradisional” ditanya, apakah tujuan meditasi vipassana, biasanya jawabannya adalah: untuk melenyapkan keserakahan (lobha), kebencian (dosa) dan kegelapan batin (moha), sehingga tercapai pembebasan dari kelekatan pada badan & batin (nama-rupa); pembebasan itu disebut ‘Nibbana/Nirvana’. Dengan demikian, tujuan vipassana “tradisional” tidak terlepas dari doktrin Agama Buddha. Pada umumnya, tujuan meditasi vipassana ini dipahami akan tercapai pada suatu saat di masa depan, jauh atau dekat.
 
Adapun “tujuan” MMD tampak sepintas lalu tidak banyak berbeda dengan tujuan meditasi vipassana “tradisional” itu, namun perbedaan yang “tidak banyak” itu menghasilkan perbedaan mendalam di dalam praktik kedua jenis meditasi vipassana itu. “Tujuan” MMD adalah sadar/eling sedalam-dalamnya terhadap gerak-gerik badan & batin ini pada saat munculnya, sekarang dan di sini, dari saat ke saat. Dengan demikian, “tujuan” MMD adalah berada pada saat kini terus-menerus; MMD tidak memandang ke masa depan. Bila orang bisa ‘berada pada saat kini terus-menerus’, di situlah terdapat kemungkinan—itulah pintu—kepada berakhirnya konflik dan penderitaan eksistensial manusia; inilah yang dicari oleh manusia sepanjang zaman.

Apa & bagaimana ‘berakhirnya konflik dan penderitaan eksistensial manusia’ itu tidak dibicarakan dalam praktik MMD, karena hal itu akan merupakan diskursus pikiran lagi, yang mau tidak mau akan menjadi satu lagi doktrin di antara sekian banyak doktrin spiritual yang ada, dan hanya merintangi orang untuk ‘berada pada saat kini terus-menerus’. “Tujuan” MMD bukan hanya memahami keadaan-keadaan batin yang negatif, seperti lobha, dosa & moha seperti disebutkan di atas, tetapi juga memahami keadaan-keadaan batin yang positif, seperti cinta (metta), welas asih (karuna), simpati (mudita) dan keseimbangan batin (upekkha). Ketika keadaan-keadaan batin yang negatif maupun positif itu dipahami/disadari, maka pemeditasi tidak akan menolak keadaan batin yang negatif atau melekat pada keadaan batin yang positif; tidak ada lagi penolakan terhadap yang satu dan kelekatan kepada yang lain.

(2) Teknik/metode meditasi vipassana

Adanya tujuan meditasi vipassana yang berbeda antara meditasi vipassana “tradisional” dan MMD menyebabkan perbedaan yang mendasar dalam praktik meditasi di antara kedua versi meditasi vipassana itu.

Dalam kebanyakan meditasi vipassana “tradisional”, diajarkan berbagai teknik yang harus dijalankan oleh pemeditasi kalau ia ingin mencapai hasil yang diinginkan. Misalnya, dalam meditasi vipassana versi Mahasi Sayadaw, ditekankan teknik-teknik berikut:

•   berkonsentrasi untuk waktu lama pada sebuah “obyek utama”;

•   mencatat/memberi label segala sesuatu yang teramati dalam meditasi (setidak-tidaknya pada “tahap awal” praktik);

•   melakukan meditasi duduk dan meditasi jalan berganti-ganti dalam sesi meditasi formal;

•   memperlambat sedapat mungkin semua gerakan tubuh agar dapat diamati secara kuat.

Semua itu dilakukan, dan didasari ‘usaha (viriya) yang maksimal’, dengan tujuan agar konsentrasi berkembang secara maksimal pula, sehingga tercapai berbagai pencerahan (nyana) yang diharapkan, dan akhirnya tercapai ‘pembebasan’ (nibbana).

Di lain pihak, di dalam MMD:

•   tidak ada konsentrasi pada ‘obyek utama” apa pun—karena ‘sadar/eling’, apabila berkembang secara pasif, akan mengembangkan pula perhatian yang kuat (sati), tetapi bukan konsentrasi. Alih-alih berkonsentrasi secara sempit pada satu obyek, perhatian dibiarkan terbuka seluas-luasnya secara alamiah sehingga menyadari seluruh rangsangan yang masuk melalui pancaindra dan batin;

•   segala fenomena yang muncul dalam badan & batin sekadar disadari secara pasif, tanpa usaha mencatat/memberi label, yang tiada lain adalah gerak pikiran lagi;

•   keadaan batin ‘sadar/eling’ itu bisa dilakukan dalam keadaan atau kegiatan apa pun: duduk, berdiri, berjalan, berbaring, dan tanpa membedakan kegiatan meditasi formal dengan kegiatan sehari-hari—dengan demikian keadaan meditatif berkembang menjadi kesadaran setiap saat;

•   gerakan tubuh tidak perlu diperlambat secara sengaja dan artifisial—apabila perhatian menjadi kuat, maka gerakan tubuh akan melambat dengan sendirinya, tetapi itu pun bukan menjadi teknik meditasi.

Secara singkat, di dalam MMD tidak dikenal teknik meditasi apa pun. Selain itu, di dalam MMD tidak dikenal ‘usaha maksimal’ (viriya). Dengan demikian, pemeditasi bebas dari beban meditasi, sehingga sadar/eling pada saat kini, terus-menerus, tanpa mengharapkan apa pun, merupakan keadaan pasif, diam, berhenti dan “istirahat” yang sempurna.

(3) Referensi dari kitab suci

Hampir semua teknik vipassana “tradisional” menggunakan Mahasatipatthana-sutta (Digha Nikaya, 22) yang terkenal sebagai rujukannya. Sutta itu penuh dengan doktrin-doktrin Buddhisme, sehingga pemeditasi sukar membedakan mana yang doktrin dan mana yang pengalaman pribadi dalam meditasi. Kontemplasi terhadap keempat kelompok dhamma (fenomena badan & batin) yang diajarkan dalam Mahasatipatthana-sutta itu tidak lebih daripada kegiatan intelektual dan bukan kesadaran/keelingan aktual yang pasif terhadap fenomena yang muncul pada saat sekarang & di sini.

Di lain pihak, MMD menggunakan Bahiya-sutta, yang di situ Sang Buddha memberikan tuntunan vipassana yang langsung dan sangat singkat kepada Bahiya (Bahiya-sutta, Udana 1.10). Bahiya adalah seorang petapa, bukan bhikkhu siswa Sang Buddha, dan selama hidupnya tidak pernah mendengar doktrin Buddhisme sama sekali. Namun Sang Buddha tidak mengajarkan “doktrin Buddhisme” apa pun kepada Bahiya; alih-alih Sang Buddha mengajarkan vipassana secara langsung tanpa dilandasi doktrin apa pun; dan pada waktu itu juga Bahiya mencapai pencerahan terakhir. Tuntunan yang sama diajarkan pula oleh Sang Buddha kepada Malunkuyaputta, seorang bhikkhu tua; dan akhirnya Malunkyaputta pun mencapai pencerahan terakhir setelah berlatih beberapa lama (Malunkyaputta-sutta, Samyutta Nikaya, 35.95).
 
Oleh karena tuntunan vipassana Sang Buddha kepada Bahiya bersifat “bebas doktrin Buddhisme”, maka tuntunan itu cocok untuk digunakan sebagai rujukan mengajarkan MMD kepada para peminat MMD yang non-Buddhis, maupun kepada para peminat MMD yang Buddhis juga.

(4) Ritualisme

Oleh karena kebanyakan teknik vipassana “tradisional” diajarkan dalam konteks agama Buddha dan diselenggarakan di sebuah vihara, maka mau tidak mau dalam praktiknya masih terdapat ritualisme. Ritualisme itu sendiri sebenarnya merupakan salah satu belenggu yang harus patah sebelum orang bebas sepenuhnya. Suatu kekecualian dalam hal ini adalah di dalam retret vipassana versi S.N. Goenka, yang di situ sejak awal tidak terdapat simbol-simbol Buddhisme atau agama lain sedikit pun.
 
Di dalam MMD, sekalipun retret diadakan di sebuah vihara, disarankan bahwa selama retret berlangsung peserta tidak melakukan ritual keagamaan apa pun, seperti bersujud (namaskara) kepada arca Buddha (buddharupam), membaca paritta, dsb. Suatu kekecualian adalah bagi peserta retret yang Muslim, karena ritual sholat merupakan kewajiban yang tidak dapat ditinggalkan. Lebih baik teman Muslim itu mengikuti retret MMD yang tidak melarangnya untuk melakukan ibadah sholat, daripada tidak mendapat kesempatan sama sekali untuk belajar ‘sadar/eling’ hanya karena dilarang menjalankan ibadah yang baginya adalah wajib.

Retret MMD

Retret MMD telah diselenggarakan sejak tahun 2000 di berbagai vihara dan tempat lain di Indonesia. Pada dewasa ini, secara teratur retret MMD diadakan di Jawa Barat (Cipanas dan Vihara Siripada, Bumi Serpong Damai), Jawa Tengah (Vihara Mendut), dan Bali (Brahmavihara-arama, Kabupaten Buleleng). Secara insidentil retret MMD diadakan juga di Samarinda, Kalimantan Timur (Vihara Muladharma), di Solo (Vihara Dhamma Sundara), dan di Sumatera Utara.
Kepada para peminat MMD ditawarkan dua jenis program retret MMD: Program MMD Akhir Pekan, dan Program MMD Seminggu. Jadwal retret-retret MMD selama setahun berjalan, lengkap dengan alamat (nomor telepon, HP dan email) tempat pendaftaran di masing-masing lokasi di atas, dapat dilihat di internet.

Semua retret MMD diberikan tanpa dipungut bayaran, kecuali sumbangan sukarela yang diserahkan kepada vihara pada akhir retret.

Pada dewasa ini, MMD hanya diajarkan oleh Dr. Hudoyo Hupudio, MPH, 65 tahun. Tetapi di kemudian hari diharapkan akan tampil para penerus yang kompeten untuk berbagi pengalaman dan mengajarkan prinsip-prinsip MMD demi pencerahan banyak orang.
Title: Cerita dari Mendut (6): Bahiya-sutta (terjemahan baru)
Post by: hudoyo on 28 December 2008, 03:19:10 PM
[Berikut ini disajikan terjemahan baru dari Bahiya-sutta, mengikuti teks bahasa Inggris yang diterjemahkan dari bahasa Pali oleh Bhikkhu Thanissaro. Terjemahan ini saya lakukan, karena saya merasa terjemahan yang ada kurang memuaskan, terlalu kaku.]

[Dari buku: "Vipassana Bhavana - Meditasi Mengenal Diri", oleh: Sri Pannyavaro Mahathera, Hudoyo Hupudio]

Udana 1.10

BAHIYA-SUTTA

Saya telah mendengar bahwa pada suatu ketika Sang Bhagava [Sang Buddha] menetap di dekat Savatthi, di Jetavana, vihara Anathapindika. Pada waktu itu, Bahiya—petapa berpakaian kulit kayu—tinggal di Supparaka, di tepi pantai. Ia dipuja, dijunjung tinggi, dihormati, dianggap suci, diberi persembahan—menerima jubah, makanan, penginapan, dan obat-obatan bagi orang sakit. Maka, ketika ia berada sendirian dalam keterasingan, pikiran ini muncul dalam kesadaraannya: “Apakah saya termasuk di antara mereka di dunia yang adalah arahat atau telah memasuki jalan ke-arahat-an?”

Maka seorang dewata, yang dulu adalah sanak keluarga Bahiya—petapa berpakaian kulit kayu—penuh welas asih, mengharapkan kesejahteraannya, mengetahui dengan sadar pikiran yang muncul dalam kesadaran [Bahiya]—pergi mendapatkan Bahiya di tempatnya, dan setelah tiba, berkata kepadanya: “Bahiya, Anda bukan seorang arahat, juga bukan orang yang telah memasuki jalan ke-arahat-an. Anda bahkan tidak berlatih demikian rupa sehingga Anda bisa menjadi arahat atau memasuki jalan ke-arahat-an.”

“Tetapi, siapakah, yang hidup di dunia ini—beserta para dewata—yang merupakan arahat atau telah memasuki jalan ke-arahat-an?”

“Bahiya, ada sebuah kota di negeri utara bernama Savatthi. Sang Bhagava—seorang arahat, tercerahkan sendiri dengan sebenarnya—tinggal di sana sekarang. Ialah sesungguhnya seorang arahat, dan ia mengajarkan Dhamma yang menuntun pada ke-arahat-an.”

Maka Bahiya, yang sangat menyesal mendengar kata-kata dewata itu, meninggalkan Supparaka seketika itu juga, dan dalam waktu satu hari satu malam, pergi langsung ke tempat Sang Bhagava tinggal di dekat Savatthi, di Jetavana, vihara Anathapindika. Pada waktu itu, banyak bhikkhu tengah melakukan meditasi jalan di udara terbuka. Ia mendapatkan mereka, dan setelah tiba, bertanya: “Para bhante, di manakah Sang Bhagava tinggal—sang arahat, yang tercerahkan sendiri dengan sebenarnya? Kami ingin bertemu dengan dia.”
“Ia telah pergi ke kota mengumpulkan makanan.”

Maka, Bahiya, yang dengan bergegas meninggalkan Jetavana dan masuk ke Savatthi, melihat Sang Bhagava pergi mengumpulkan makanan di Savatthi—tenang, menenangkan, indranya damai, batinnya damai, hening dan seimbang dalam arti tertinggi, selesai tugasnya, terlatih, terjaga, indranya terkendali, seorang besar. Melihat Sang Bhagava, Bahiya mendekatinya, dan setelah sampai kepadanya, bersujud di kakinya, dengan kepala menyentuh kaki Sang Bhagava, dan berkata: “Ajarkan Dhamma kepadaku, wahai Bhagava! Ajarkan Dhamma kepadaku, wahai Tathagata, agar memberiku kesejahteraan dan kebahagiaan jangka panjang kepadaku.”

Setelah ini dikatakan, Sang Bhagava berkata kepadanya: “Ini bukan waktunya, Bahiya. Kami tengah memasuki kota untuk mengumpulkan makanan. “

Untuk kedua kali Bahiya berkata kepada Sang Bhagava: “Tetapi, sukar mengetahui dengan pasti bahaya apa yang mengancam kehidupan Sang Bhagava, atau bahaya apa yang mengancam kehidupanku. Ajarkan Dhamma kepadaku, wahai Bhagava! Ajarkan Dhamma kepadaku, wahai Tathagata, agar memberiku kesejahteraan dan kebahagiaan jangka panjang kepadaku.”

Untuk kedua kali Sang Bhagava berkata kepadanya: “Ini bukan waktunya, Bahiya. Kami tengah memasuki kota untuk mengumpulkan makanan. “

Untuk ketiga kali Bahiya berkata kepada Sang Bhagava: “Tetapi, sukar mengetahui dengan pasti bahaya apa yang mengancam kehidupan Sang Bhagava, atau bahaya apa yang mengancam kehidupanku. Ajarkan Dhamma kepadaku, wahai Bhagava! Ajarkan Dhamma kepadaku, wahai Tathagata, agar memberiku kesejahteraan dan kebahagiaan jangka panjang kepadaku.”

“Kalau begitu, Bahiya, engkau harus berlatih demikian: dalam hal apa yang terlihat, hanya ada yang terlihat. Dalam hal apa yang terdengar, hanya ada yang terdengar.  Dalam hal apa yang tercerap, hanya ada yang tercerap. Dalam hal apa yang teringat, hanya ada yang teringat. Demikianlah engkau harus berlatih. Bila bagimu hanya ada yang terlihat dalam hal apa yang terlihat, hanya ada yang terdengar dalam hal apa yang terdengar, hanya ada yang tercerap dalam hal apa yang tercerap, hanya ada yang teringat dalam hal apa yang teringat, maka, Bahiya, tidak ada engkau berkaitan dengan itu. Bila tidak ada engkau berkaitan dengan itu, maka tidak ada engkau di situ. Bila tidak ada engkau di situ, maka tidak ada engkau di sini, atau di sana, atau di antara keduanya. Inilah, hanya inilah, akhir dukkha.”

Ketika mendengar penjelasan Dhamma secara singkat dari Sang Bhagava, batin Bahiya—petapa berpakaian kulit kayu—terbebas pada saat itu juga dari arus kotoran batin karena tidak lagi memiliki kelekatan/pelestari. Setelah memberikan tuntunan berisi penjelasan Dhamma secara singkat kepada Bahiya—petapa berpakaian kulit kayu—Sang Bhagava pergi.

Tidak lama setelah Sang Bhagava pergi, Bahiya meninggal dunia akibat serangan seekor sapi betina yang mempunyai seekor anak. Lalu Sang Bhagava, setelah mengumpulkan makanan di Savatthi, setelah menyantapnya, kembali bersama sejumlah besar bhikkhu, melihat bahwa Bahiya telah meninggal dunia. Setelah melihatnya, Sang Bhagava berkata kepada para bhikkhu, “Angkatlah jenazah Bahiya, letakkan di atas usungan dan bawalah pergi, perabukan dan dirikan sebuah tugu peringatan. Sahabat kalian dalam kehidupan suci telah meninggal dunia.”

“Baik, Bhante,” jawab para bhikkhu itu. Setelah meletakkan jenazah Bahiya di atas usungan, membawanya pergi, memperabukannya serta mendirikan sebuah tugu peringatan, para bhikkhu itu pergi mendapatkan Sang Bhagava, dan setelah tiba, dan bernamaskara kepada Sang Bhagava, mereka duduk di satu sisi. Sementara duduk, mereka bertanya kepada Sang Bhagava: “Jenazah Bahiya telah diperabukan, Bhante, dan tugu peringatan baginya telah didirikan. Ke manakah Bahiya pergi? Di manakah ia berada nanti?”

“Para bhikkhu, Bahiya—petapa berpakaian kulit kayu—adalah orang arif. Ia mempraktikkan Dhamma sesuai dengan Dhamma, dan tidak menggangguku dengan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan Dhamma. Bahiya—petapa berpakaian kulit kayu—telah padam dengan sempurna (parinibbuto).”

Maka, menyadari makna penting dari peristiwa itu, pada kesempatan itu Sang Bhagava berucap:

“Bila air, tanah, api dan angin tidak memiliki tempat berpijak:
Di situ bintang-bintang tidak bersinar,
Matahari tidak tampak,
Rembulan tidak muncul,
Kegelapan tidak ditemukan.

Dan bila seorang suci,
seorang brahmana, dengan arif
mengetahui sendiri [hal ini],
maka dari wujud & tanpa-wujud,
dari kenikmatan & kesakitan,
ia terbebaskan.


Sumber: Access To Insight
Diterjemahkan dari bahasa Pali ke bahasa Inggris oleh Bhikkhu Thanissaro
Hak Cipta © 1994 Bhikkhu Thanissaro
Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia oleh Hudoyo Hupudio

*****

CATATAN: Tuntunan vipassana singkat & murni yang diajarkan oleh Sang Buddha kepada petapa Bahiya di atas diberikan pula kepada seorang bhikkhu tua, Malunkyaputta (Lihat: Malunkyaputta-sutta, Samyutta Nikaya, 35.95). Seperti halnya Bahiya, Bhikkhu Malunkyaputta pun mencapai pembebasan terakhir (ke-arahat-an). Dalam hal Bahiya, ia mencapainya dengan seketika begitu mendengar tuntunan Sang Buddha; sedangkan dalam hal Bhikkhu Malunkyaputta, ia mencapainya setelah berlatih beberapa lama.


Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: dilbert on 28 December 2008, 07:05:57 PM
[at] pak hudoyo...

anumodana atas retreat-nya...



Mode On : Bhante Pannavaro
Saya juga seneng banyak yang mau belajar meditasi...
Mode Off...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Jerry on 28 December 2008, 11:38:53 PM
Pattanumodana atas retretnya pak hud :)

Semoga berkembang terus _/\_

Ngmgin ttg mmd, secara kebetulan nemu link ini:
http://gerejastanna.org/meditasi-tanpa-objek/

koq rada2 mirip MMD, apakah emang ybs di link di atas pernah mengikuti ya? :)

mettacittena
_/\_
Title: Buku Baru: "Vipassana Bhavana - Meditasi Mengenal Diri"
Post by: hudoyo on 29 December 2008, 04:04:54 AM
Akan segera terbit:

"Vipassana Bhavana - Meditasi Mengenal Diri"

Oleh:
Sri Pannyavaro Mahathera
Hudoyo Hupudio

Diterbitkan oleh: <dalam perencanaan>

Jumlah halaman: +/- 20 halaman

Daftar isi:

1. "Hanya Menyadari Saja, Tidak Memadamkan" - Wejangan Sri Pannyavaro Mahathera pada pembukaan retret seminggu MMD di Vihara Mendut, 24 Des.'08

2. "Menyadari dan Mengatasi Timbulnya Keakuan" - Oleh: Sri Pannyavaro Mahathera

3. <Judul & isi belum ditetapkan> - Wejangan Sri Pannyavaro Mahathera pada penutupan retret seminggu MMD di Vihara Mendut, 1 Jan.'09

4. "Apakah Meditasi Mengenal Diri (MMD) itu?" - Oleh: Hudoyo Hupudio

5. Rujukan: "Udana 1.10 - Bahiya-sutta" - diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia oleh Hudoyo Hupudio
Title: Apakah Meditasi Mengenal Diri (MMD) itu? <kontroversial!!!>
Post by: hudoyo on 29 December 2008, 04:18:42 AM
<Artikel ini isinya kontroversial.>

[Dari buku: "Vipassana Bhavana - Meditasi Mengenal Diri", oleh: Sri Pannyavaro Mahathera, Hudoyo Hupudio]

APAKAH MEDITASI MENGENAL DIRI (MMD) ITU?

Oleh: Hudoyo Hupudio

Pendahuluan

Kata ‘meditasi’ mengandung banyak makna bagi para pemakai kata itu dan bagi para pendengarnya. Ada banyak tujuan orang bermeditasi; dengan demikian, ada banyak pula cara atau teknik meditasi. Ada meditasi yang bertujuan untuk mencapai hal-hal yang bersifat duniawi—seperti kesaktian, kesembuhan, melihat alam gaib, dsb—dan ada pula meditasi yang mempunyai tujuan spiritual, seperti mencapai atau menyatu dengan prinsip yang dianggap “tertinggi”, seperti Tuhan, Nirvana, Moksha, Alam Semesta dsb. Pada umumnya, meditasi menyangkut pemusatan perhatian (konsentrasi) pada suatu obyek tertentu—seperti: nafas, visualisasi, kata-kata/mantra, dsb—untuk waktu yang lama, dengan harapan pada akhirnya mencapai suatu tujuan yang dicita-citakan. Dengan demikian, sifat umum dari kebanyakan jenis meditasi adalah suatu pencapaian, yang tentu saja dipahami akan tercapai di masa depan.

Ada satu jenis meditasi yang berbeda dengan kebanyakan meditasi lain. Meditasi ini diajarkan oleh Buddha Gautama, lebih dari 2500 tahun lalu, disebut meditasi vipassana. Meditasi ini berangkat dari fakta eksistensial yang diajarkan oleh Sang Buddha, yakni bahwa segala sesuatu dalam kehidupan atau eksistensi ini tidak kekal, terus-menerus berubah, dan tidak memuaskan; fakta ini menyebabkan penderitaan bagi orang yang tidak memahaminya: ia melekat erat pada jasmani & batinnya, dan mencari kebahagiaan & keabadian yang tidak pernah diperolehnya. Sang Buddha juga mengajarkan, bahwa penyebab atau sumber dari penderitaan eksistensial itu ialah oleh karena manusia tidak memahami aku/dirinya, terutama pikiran dan keinginannya, yang selalu mencari kebahagiaan & keabadian. Untuk mencapai kebahagiaan & keabadian itu manusia selalu terlibat dalam konflik dalam dirinya sendiri maupun dengan orang lain di sekitarnya; ia terlibat konflik antara apa yang ada sekarang dengan apa yang dicita-citakan di masa depan dalam pikirannya.

Sang Buddha mengajarkan, bahwa dengan meditasi vipassana—yakni mengamati secara pasif setiap gerak-gerik jasmani & batin (pikiran, perasaan, emosi, keinginan, harapan, keputusasaan, kesenangan, penderitaan dsb)—manusia dapat memperoleh pencerahan akan hakikat sesungguhnya dari kehidupan/eksistensi yang tidak kekal dan tidak memuaskan ini. Dengan tercapainya pencerahan itu, manusia terbebas dari kelekatan pada jasmani & batinnya; dengan demikian, terbebas dari penderitaan. Namun pembebasan dari penderitaan ini tidak mungkin tercapai dengan suatu usaha yang aktif dari aku/diri ini untuk mencapainya, oleh karena justru aku/diri inilah sumber atau penyebab dari penderitaannya; aku/diri tidak mungkin dapat melenyapkan aku/diri. Justru  sifat-sifat khusus dari meditasi vipassana adalah: pasif, berhenti, diam, lepas, berada pada saat kini. Seperti kata Sang Buddha kepada Angulimala, si perampok dan pembunuh: “Aku sudah lama berhenti. Kamulah yang masih terus berlari. Berhentilah!” Berada pada saat kini terus-menerus, yang di situ aku/diri dan pikiran ini berhenti, itulah pintu menuju pembebasan, menurut Sang Buddha dalam Mulapariyaya-sutta (Majjhima Nikaya, 1).

Namun, patut disayangkan bahwa, dengan perjalanan waktu, dalam banyak praktik meditasi vipassana yang diajarkan di dunia pada dewasa ini, prinsip-prinsip meditasi vipassana yang diajarkan oleh Sang Buddha telah bergeser: dari pelepasan menjadi pencapaian, dari kepasifan menjadi berupaya dan aktif berkonsentrasi. Bagi banyak praktisi vipassana, mungkin pergeseran ini tidak dirasakan; namun, bagi sementara praktisi vipassana yang lain, mereka mengalami kesulitan untuk benar-benar memahami gerak-gerik jasmani & batin ini sehingga tercapai pencerahan & pembebasan apabila mereka diharuskan berusaha, apalagi dengan berkonsentrasi, untuk mencapainya. Bagi para praktisi yang tersebut belakangan inilah, sejak beberapa tahun terakhir, telah dikembangkan Meditasi Mengenal Diri (MMD), yakni suatu jenis meditasi vipassana yang diyakini telah dikembalikan kepada sifat-sifat khusus meditasi vipassana yang diajarkan oleh Sang Buddha.

Meditasi Mengenal Diri (MMD)

Kesadaran bahwa praktik meditasi vipassana yang banyak diajarkan pada dewasa ini telah bergeser jauh dari apa yang sesungguhnya dimaksud oleh Sang Buddha diilhami oleh ajaran J. Krishnamurti pada abad ke-20 M. Krishnamurti mengritik kebanyakan teknik meditasi yang semuanya mengutamakan konsentrasi, usaha dan teknik meditasi. Dalam hal ini termasuk pula banyak “teknik vipassana” yang pada umumnya juga mengutamakan konsentrasi, usaha dan teknik meditasi.

Bagi Krishnamurti, teknik-teknik meditasi apa pun sama sekali tidak membebaskan, tidak mentransformasikan batin manusia; alih-alih, malah lebih dalam membuat manusia terjerat dalam keterkondisian batinnya. Teknik-teknik konsentrasi apa pun hanya membawa praktisinya ke dalam suatu keadaan pemusatan batin yang kuat, yang mungkin memberikan suatu rasa nikmat yang intens, sehingga disangka pembebasan, tetapi sesungguhnya menjerat batin dalam keterkondisian dan ketidakbebasan yang lebih halus.

Meditasi Mengenal Diri (MMD) adalah jenis meditasi vipassana yang selama beberapa tahun terakhir telah dikembangkan dari vipassana yang diajarkan secara “tradisional”, namun telah banyak dimodifikasi berdasarkan ajaran Krishnamurti tentang sadar/eling secara pasif, atau sadar/eling tanpa memilih. Dengan demikian, ada beberapa perbedaan penting antara meditasi vipassana versi MMD dan meditasi vipassana “tradisional”:

(1) Tujuan meditasi vipassana

Bila seorang praktisi vipassana “tradisional” ditanya, apakah tujuan meditasi vipassana, biasanya jawabannya adalah: untuk melenyapkan keserakahan (lobha), kebencian (dosa) dan kegelapan batin (moha), sehingga tercapai pembebasan dari kelekatan pada badan & batin (nama-rupa); pembebasan itu disebut ‘Nibbana/Nirvana’. Dengan demikian, tujuan vipassana “tradisional” ditentukan dan berasal dari doktrin Agama Buddha. Tujuan meditasi vipassana ini dipahami akan tercapai pada suatu saat di masa depan.

Adapun tujuan MMD adalah berakhirnya aku/diri, yang berarti berakhirnya dukkha. Tujuan MMD ini tidak dilihat sebagai berada di masa depan, melainkan harus terjadi pada saat kini, sebagai suatu transformasi batin yang pada awalnya berlangsung sesaat, dan kemudian berangsur-angsur bertambah panjang durasinya, sehingga akhirnya menjadi menetap. Dengan kata lain, tujuan MMD adalah sadar/eling sedalam-dalamnya dan terus-menerus terhadap gerak-gerik badan & batin ini pada saat munculnya, sekarang dan di sini, dari saat ke saat.

Sepintas lalu, secara teoretis tampak bahwa tujuan MMD tidak berbeda dengan tujuan meditasi vipassana “tradisional”, namun di dalam praktik, ternyata terdapat perbedaan mendasar di antara kedua jenis meditasi vipassana itu. Pengertian ‘tujuan’ selalu mengacu pada suatu keadaan di masa depan; tetapi seperti dikatakan di atas, tujuan MMD secara paradoksal adalah berada pada saat kini terus-menerus. Dengan kata lain, di dalam MMD tidak relevan lagi orang bicara tentang suatu ‘tujuan’ di masa depan, di dalam MMD tidak ada ‘tujuan’. Dengan kata lain pula, ‘tujuan’ MMD adalah identik/sama dengan ‘metode’-nya, yakni berada pada saat kini terus-menerus. Paradoks ini tidak terdapat dalam vipassana “tradisional”.

Jadi, tujuan MMD adalah berada pada saat kini terus-menerus; MMD tidak memandang ke masa depan. Bila orang bisa berada pada saat kini terus-menerus, di situlah terdapat kemungkinan—itulah pintu—kepada berakhirnya konflik dan penderitaan eksistensial manusia; inilah yang dicari oleh manusia sepanjang zaman.

Apa & bagaimana berakhirnya konflik dan penderitaan eksistensial manusia itu tidak dibahas dan tidak dikonseptualisasikan dalam praktik MMD, karena hal itu akan merupakan diskursus pikiran lagi, yang mau tidak mau akan menjadi satu lagi doktrin di antara sekian banyak doktrin spiritual yang ada, dan hanya merintangi orang untuk berada pada saat kini terus-menerus.

Tujuan MMD bukan hanya melenyapkan keadaan-keadaan batin yang negatif, seperti lobha, dosa & moha seperti di dalam vipassana “tradisional”, tetapi juga memahami keadaan-keadaan batin yang positif, seperti cinta (metta), welas asih (karuna), simpati (mudita) dan keseimbangan batin (upekkha). Ketika semua keadaan batin, yang negatif maupun positif itu dipahami/disadari, maka pemeditasi tidak akan menolak keadaan batin yang negatif dan/atau melekat pada keadaan batin yang positif.

(2) Teknik/metode meditasi vipassana

Adanya perbedaan dalam tujuan meditasi vipassana antara meditasi vipassana “tradisional” dan MMD menyebabkan perbedaan yang mendasar dalam praktik meditasi di antara kedua versi meditasi vipassana itu.
Dalam kebanyakan meditasi vipassana “tradisional”, diajarkan berbagai teknik yang harus dijalankan oleh pemeditasi kalau ia ingin mencapai hasil yang diinginkan. Misalnya, dalam meditasi vipassana versi Mahasi Sayadaw, ditekankan teknik-teknik berikut:

•   berkonsentrasi untuk waktu lama pada sebuah “obyek utama”;
•   mencatat/memberi label segala sesuatu yang teramati dalam meditasi (setidak-tidaknya pada “tahap awal” praktik);
•   melakukan meditasi duduk dan meditasi jalan berganti-ganti dalam sesi meditasi formal;
•   memperlambat sedapat mungkin semua gerakan tubuh agar dapat diamati secara kuat.

Semua itu dilakukan, dan didasari usaha (viriya) yang maksimal, dengan tujuan agar konsentrasi berkembang secara maksimal pula, sehingga tercapai berbagai pencerahan (nyana) yang diharapkan, dan akhirnya tercapai pembebasan (nibbana).

Di lain pihak, di dalam MMD:

•   tidak ada konsentrasi pada ‘obyek utama” apa pun—karena ‘sadar/eling’ yang berkembang secara pasif akan mengembangkan pula perhatian yang kuat (sati), tetapi bukan konsentrasi. Alih-alih berkonsentrasi secara sempit pada satu obyek, perhatian dibiarkan terbuka seluas-luasnya secara alamiah sehingga menyadari seluruh rangsangan yang masuk melalui pancaindra dan pintu ingatan;

•   segala fenomena yang muncul dalam badan & batin sekadar disadari secara pasif, tanpa usaha mencatat/memberi label, yang tiada lain adalah gerak pikiran lagi;

•   keadaan batin ‘sadar/eling’ itu bisa dilakukan dalam keadaan atau kegiatan apa pun: duduk, berdiri, berjalan, berbaring, tanpa membedakan kegiatan meditasi formal dengan kegiatan sehari-hari—dengan demikian keadaan meditatif itu berkembang menjadi kesadaran sepanjang waktu;

•   gerakan tubuh tidak perlu diperlambat secara sengaja dan artifisial—apabila perhatian menjadi kuat, maka gerakan tubuh akan melambat dengan sendirinya, tetapi itu pun bukan menjadi teknik meditasi dalam MMD.
Secara singkat, di dalam MMD tidak dikenal teknik meditasi apa pun. Selain itu, di dalam MMD tidak dikenal usaha maksimal (viriya). Dengan demikian, pemeditasi bebas dari beban meditasi, sehingga sadar/eling pada saat kini, terus-menerus, tanpa mengharapkan apa pun, merupakan keadaan pasif, diam, berhenti dan “istirahat” yang sempurna.

(3) Referensi dari kitab suci

Hampir semua teknik vipassana “tradisional” menggunakan Mahasatipatthana-sutta (Digha Nikaya, 22) yang terkenal sebagai rujukannya. Sutta itu penuh dengan doktrin-doktrin Buddhisme, sehingga pemeditasi sukar membedakan mana yang doktrin dan mana yang pengalaman pribadi dalam meditasi. Kontemplasi terhadap keempat kelompok dhamma (fenomena badan & batin) yang diajarkan dalam Mahasatipatthana-sutta itu tidak lebih daripada kegiatan intelektual dan bukan kesadaran/keelingan aktual yang pasif terhadap fenomena yang muncul pada saat sekarang & di sini. Mendiang Ajahn Buddhadasa Mahathera menyebut Mahasatipatthana-sutta sebagai tidak lebih daripada sekadar “daftar panjang dari teknik-teknik meditasi Buddhis”; beliau menggunakan Anapanasati-sutta untuk mengajarkan jalan menuju pembebasan/nibbana.

Di lain pihak, MMD menggunakan Bahiya-sutta, yang di situ Sang Buddha memberikan tuntunan vipassana yang langsung dan sangat singkat kepada Bahiya (Bahiya-sutta, Udana 1.10). Bahiya adalah seorang petapa, bukan bhikkhu siswa Sang Buddha, dan selama hidupnya tidak pernah mendengar doktrin Buddhisme sama sekali. Namun Sang Buddha tidak mengajarkan “doktrin Buddhisme” apa pun kepada Bahiya; alih-alih Sang Buddha mengajarkan vipassana secara murni tanpa dilandasi doktrin apa pun; dan pada waktu itu juga Bahiya mencapai pencerahan terakhir. Tuntunan yang sama diajarkan pula oleh Sang Buddha kepada Malunkuyaputta, seorang bhikkhu tua; dan akhirnya Malunkyaputta pun mencapai pencerahan terakhir setelah berlatih beberapa lama (Malunkyaputta-sutta, Samyutta Nikaya, 35.95).

Oleh karena tuntunan vipassana Sang Buddha kepada Bahiya bersifat “bebas doktrin Buddhisme”, maka tuntunan itu cocok untuk digunakan sebagai rujukan mengajarkan MMD kepada para peminat MMD yang non-Buddhis, maupun kepada para peminat MMD yang Buddhis juga.

(4) Ritualisme

Oleh karena kebanyakan teknik vipassana “tradisional” diajarkan dalam konteks agama Buddha dan diselenggarakan di sebuah vihara, maka mau tidak mau dalam praktiknya masih terdapat ritualisme. Ritualisme itu sendiri sebenarnya merupakan salah satu belenggu yang harus patah sebelum orang bebas sepenuhnya. Suatu kekecualian dalam hal ini adalah di dalam retret vipassana versi S.N. Goenka, yang di situ sejak awal tidak terdapat simbol-simbol Buddhisme sedikit pun, sehingga tidak mendorong timbulnya ritualisme dalam praktik retretnya.

Di dalam MMD, sekalipun retret diadakan di dalam Dharmasala sebuah vihara, disarankan bahwa selama retret berlangsung peserta tidak melakukan ritual keagamaan apa pun, seperti bersujud (namaskara) kepada arca Buddha (buddharupam), membaca paritta, dsb. Suatu kekecualian adalah bagi peserta retret yang beragama Islam, karena ritual sholat merupakan kewajiban yang tidak dapat ditinggalkan. Lebih baik teman Muslim itu mengikuti retret MMD yang tidak melarangnya untuk melakukan ibadah sholat, daripada tidak mendapat kesempatan sama sekali untuk belajar sadar/eling.

Retret MMD

Retret MMD telah diselenggarakan sejak tahun 2000 di berbagai vihara dan tempat lain di Indonesia. Pada dewasa ini, secara teratur retret MMD diadakan di Jawa Barat (Cipanas dan Vihara Siripada/Bumi Serpong Damai), Jawa Tengah (Vihara Mendut), dan Bali (Brahmavihara-arama/Kabupaten Buleleng). Secara insidentil retret MMD diadakan juga di Samarinda, Kalimantan Timur (Vihara Muladharma), di Solo (Vihara Dhamma Sundara), dan di Sumatera Utara.

Kepada para peminat MMD ditawarkan dua jenis retret MMD: Retret MMD Akhir Pekan, dan Retret MMD Seminggu. Jadwal retret-retret MMD selama setahun berjalan, lengkap dengan alamat (nomor telepon, HP dan email) tempat pendaftaran di masing-masing lokasi di atas, dapat dilihat pada situs web MMD, [deleted] Informasi lebih lanjut dan diskusi mengenai MMD dapat diikuti di Forum Diskusi MMD, [deleted]

Semua retret MMD diberikan tanpa dipungut biaya, kecuali sumbangan sukarela yang diserahkan kepada vihara pada akhir retret.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 29 December 2008, 08:50:34 PM
kecap selalu no 1 :))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 30 December 2008, 03:17:57 AM
katak di bawah tempurung
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 30 December 2008, 03:52:28 AM
http://gerejastanna.org/category/meditasi/

Gereja St. Anna - Paroki Duren Sawit

Meditasi Tanpa Objek
By J. Sudrijanta, SJ on August 14th, 2008

Romo Sudrijanta, SJ, adalah seorang pemeditasi MMD. Pada Lebaran 2007 & 2008, beliau menjalani retret MMD, masing-masing selama  10 hari sendirian. Pada retret pertama, 2007, bertempat di pertapaan Katholik, Cikanyere, saya mendampingi beliau pada hari pertama & ketiga retret.

Hasilnya bisa dibaca dalam tulisan-tulisan beliau di situs resmi Gereja St. Anna.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: dilbert on 30 December 2008, 08:34:18 PM
Ajaran para BUDDHA dari jaman dahulu, jaman sekarang maupun yang akan datang tidak lain adalah AJARAN TENTANG JALAN MENUJU LENYAPNYA DUKKHA.
Title: Chat Minggu pagi: ... Buklet MMD ... Pannyavaro ... meditasi Krishnamurti
Post by: hudoyo on 04 January 2009, 01:48:09 PM
[Minggu, 4 Januari 2009, 7:58am]

Hudoyo Hupudio
selamat pagi, mas sutarman.

Sutarman
selamat pagi Pak Hudoyo

Hudoyo Hupudio
apa kabar? saya baru pulang dari Mendut kemarin dulu.

Sutarman
Kabar baik Pak. Naik mobil lagi? Sama siapa saja Pak? Saya baca-baca komentar MMD banyak yg menarik Pak

Hudoyo Hupudio
saya berangkat dengan Mbak Ninin dan Siska naik pesawat.
Mas Budi & anak2 nyusul pakai mobil.
Saya pulang pakai mobil.
MMD kali ini menarik.
Yang penting, Bhante Pannya membuka dan menutup dengan memberikan wejangan.
semua sudah saya upload dalam serial "cerita dari Mendut".
Rencananya kedua wejangan itu ditambah artikel saya "Apakah MMD itu?" akan diterbitkan menjadi buklet.
Rencananya buklet itu juga akan dipasarkan, di samping dibagikan gratis pada setiap peserta retret yad.

Sutarman
Rasanya saya sdh lama sekali nggak "touch" dengan "paguyuban" MMD. Banyak sekali kemajuan yang saya rasakan.

Hudoyo Hupudio
Ya, adanya website ini sangat membantu komunitas MMD.

Sutarman
Bagus sekali Pak. Saya sdh baca materinya. Menurut hemat saya tidak usah tebal-tebal. Yang penting isinya sangat"menggugah". Selanjutnya yang penting praktek. Atau kalau mau diskusi bisa via website.

Hudoyo Hupudio
betul. Bentuk finalnya (A4) setebal 24 halaman.
Entah menjadi berapa halaman kalau sudah dicetak betul.
Saya rasa itu cukup sebagai perkenalan, sebelum peserta terjun ke dalam meditasi. Tidak perlu terlalu banyak teori.

Sutarman
Betul Pak.
Materi dr Bapak & Banthe sangat bagus, dan mewakili pandangan Buddhis maupun non Buddhis.

Hudoyo Hupudio
Yang menarik, wejangan dari Bhante tidak ada sedikit pun "bau" Buddhis-nya. :)
Malah yang dari saya banyak menyinggung ide-ide Buddhis ...
karena tulisan saya itu saya tujukan kepada para umat Buddha yang sekarang ini mempermasalahkan MMD,
juga kepada umat Buddha yang "bingung" melihat ada banyak versi meditasi vipassana.
Tetapi alur pemikirannya saya usahakan bisa diikuti oleh pembaca yang non-Buddhis juga.

Sutarman
Itu yg sy rasakan bisa mewakili dan "menggugah" dari pihak Buddhis maupun Non-Buddhis.

Hudoyo Hupudio
Betul.

Sutarman
Komentar-komentar di Website jg sy rasakan banyak kemajuan dlm MMD ini Pak. Sya rasakan perkembangannya dibandingkan sejak awak dulu.

Hudoyo Hupudio
Ya. ini perbedaan antara website dan milis.
yang masuk ke website adalah orang2 yang mau belajar.
sedangkan milis diterima oleh mereka yang belum tentu mau belajar, tapi kebetulan pernah mendaftar ke milis.
sehingga kadang2 muncul tanggapan yang kurang pas.

Sutarman
Saya yakin MMD memang sudah menemukan "bentuk final"-nya. Tinggal "sentuhan-sentuhan" akhir saja, yg lebih terarah ke arah komunitas yg membutuhkan.

Hudoyo Hupudio
betul
semua itu berkat paduan yang berani antara ajaran Buddha Gautama dan J. Krishnamurti.
tidak semua umat Buddhis berani membuat paduan seperti itu.
tapi sebetulnya tidak ada yang perlu ditakutkan, kalau semua itu didasari pengalaman batin sendiri dalam meditasi ...
dan bukan semata-mata spekulasi intelektual belaka.

Sutarman
Betul Pak. Nggak semua Buddhis menerima JK.

Hudoyo Hupudio
Dan yang saya kagumi adalah "keberanian" Bhante Pannyavaro untuk terlibat langsung dalam MMD.
Semula maksud saya adalah menerbitkan wejangan beliau itu,
dan tulisan saya saya tambahkan sebagai "Lampiran" saja.
Jadi dalam halaman sampul buklet itu hanya tercantum nama Bhante sebagai penulisnya.
Tapi Bhante malah menghendaki saya juga ikut sebagai penyumbang tulisan ...
dan nama saya tercantum juga dalam sampul buklet itu, di bawah nama bhante.
Kata Bhante, "kurang fair" kalau saya tidak ikut tampil sebagai penulis buklet itu, padahal saya pengajar MMD.
Wah, dengan demikian, Bhante lebih "melibatkan diri" dengan MMD.
Saya tidak tahu bagaimana reaksi sementara kalangan umat Buddha terhadap perkembangan ini.
Tapi bagi saya, yang jelas fakta & kebenaran tidak bisa ditutup-tutupi lagi.
Fakta pengalaman batin manusia dalam meditasi, yang diungkap oleh Buddha 2500 tahun lalu, dan yang diungkap oleh Krishnamurti pada abad ke-20 adalah identik ...
Ini tidak bisa ditutup-tutupi atau diingkari lagi,
kecuali oleh mereka yang secara ekstrem bersikap eksklusif.

Sutarman
Betul Pak. Buku itu ckp menampilkan keseimbangan pandangan utk melihat fakta.

Hudoyo Hupudio
ya, mudah-mudahan buku itu bisa membantu pencerahan banyak umat Buddhis, maupun non-Buddhis.
Di sisi lain, juga semoga buku itu membuka mata sementara peminat Krishnamurti yang bersikap meremehkan 'duduk diam' ...
dan menganggap bahwa K tidak mengajarkan meditasi
meditasi dalam arti 'duduk diam'.

Sutarman
Sy juga melihat Banthe Pannavaro sbg bikkhu bersikap sangat inklusif. Ini semacam "revolusi".

Hudoyo Hupudio
Benar. Saya belum pernah mendengar atau membaca ada bhikkhu Indonesia lain yang bicara seperti beliau.
Di dunia ini pun baru Ajahan Chah yang bicaranya mirip Bhante Pannyavaro.
Selebihnya masih kental dengan doktrin-doktrin Buddhisme.

Hudoyo Hupudio
wah, chatnya terhapus.
tapi saya sudah save
sampai 8:30amHudoyo Hupudio: Selebihnya masih kental dengan doktrin-doktrin Buddhisme.

Sutarman
comp sy hang, jd sys tadi off dl Pak.

Hudoyo Hupudio
begitu :-)

Sutarman
Dlm kesehariannya apakah JK "duduk diam" scr rutin & "formal", Pak?

Hudoyo Hupudio
o iya ...
dalam bukunya "Krishnamurti Notebook", ia menceritakan apa yang dialaminya dalam duduk diam ketika terbangun di pagi hari menjelang fajar.
saya mengutip banyak dari buku itu dalam buku "Duduk Diam dengan Batin yang Hening"

Sutarman
Dlm ajarannya apakah JK mengajarkan "duduk diam" itu secara "formal"?

Hudoyo Hupudio
K juga secara eksplisit mengajar duduk diam kepada anak-anak sekolahnya di India dan Inggris.
Itu juga saya muat dalam buku "Duduk Diam ..."
Selain duduk diam ketika bangun di waktu pagi, K hampir setiap sore berjalan cepat sendirian tanpa bicara selama 1 - 1,5 jam
orang2 yang mengikuti di belakangnya juga tidak bicara.
Mas Tarman sudah punya buku "Duduk Diam ..."?

Sutarman
Sudah Pak. Tapi stlh praktek MMD, sy benar-benar orang yg kehilangan minat baca buku. Jd, nggak sy baca tuntas.

Hudoyo Hupudio
saya sendiri juga tidak berminat baca buku-buku spiritual ...
bahkan buku "The Power of Now" yang banyak dipuji orang, hanya saya baca setengahnya ..
setelah sampai setengah berikutnya, Tolle memberikan iming2, menceritakan bagaimana rasanya hening itu.
sampai di situ saya berhenti.
tapi saya masih membaca buku-buku K.
bukan untuk mencari sesuatu dari buku2 itu ...
melainkan karena saya merasa buku itu sebuah cermin kosong untuk mengamati batin saya sendiri,
kosong dalam arti tidak ada iming-iming apa2.

Sutarman
Kl gitu, buku Bapak, sdh pas: tidak tebal, menampilkan "praktek meditasi JK" dr pandangan Buddhis, dan menampilkan "ajaran pembebasan Buddha" dari pandangan JK.

Hudoyo Hupudio
ya.
satu lagi tentang meditasi K
pada waktu perang dunia II 1939-1945 K tinggal di Ojai, California.
karena dia seorang pasifis, dia dilarang oleh FBI untuk bicara di depan umum.
Ini berlangsung sampai perang selesai.
Jadi K tidak berbuat apa2, selain berkebun dan memelihara sapi dan unggas.
Di situ ia bermeditasi setiap hari ... secara formal duduk diam selama 2-3 jam.
Jadi, K mengajarkan duduk diam, mempraktikkan duduk diam (sekalipun ia sudah tercerahkan secara tuntas!) ...
dan seluruh ceramahnya bersumber dari pengalaman meditasinya.
Jadi, tidak betul para peminat K yang meremehkan duduk diam, dengan berbagai dalih ...
dengan mengutip kata-kata K secara berat sebelah.
Itu cuma disebabkan karena kemalasan saja.
Sehingga kadang2 K mengeluh: "Tidak seorang pun berubah."
Bukan keluhan sih, ia cuma mengungkapkan fakta dari orang-orang yang ada di sekitarnya.

Sutarman
Betul, Pak. Itu karena mungkin mereka tidak tahu bedanya antara "teori" dan "praktek langsung".

Hudoyo Hupudio
Betul. Ada yang bilang orang-orang yang berada di sekitar K terlalu silau dengan "matahari" sehingga matanya buta.

Sutarman
Itu problem umum di semua agama dan ajaran spiritual. Mereka merasa "aman" cukup dengan "teori" dan "keimanan" saja, tanpa "amal" apa pun.

Hudoyo Hupudio
Ya ... apalagi kalau berada di dekat guru mursyidnya. :)

Hudoyo Hupudio
Baiklah, Mas Tarman. ... Ada yang perlu dibahas lagi? ... Saya akan meneruskan beberapa pekerjaan di website ini.
Silakan baca-baca .. Untuk sementara saya signoff dulu. Terima kasih atas chatnya.
bye

Sutarman
Ternyata peminat JK jg terjebak hal yg sama. Mdh2an tidak dgn MMD. Sy sendiri merasakan tidak tergantung dgn Bapak, kecuali utk fasilitas MMDnya sebagai sarana meditasi intensif.

Hudoyo Hupudio
Itu yang betul. :)

Sutarman
trims Pak. Bye

Hudoyo Hupudio
Banyak peminat K yang terjebak pada 'rasa tercerahkan' ...
yang tercermin dalam bagaimana mereka menyikapi orang2 yang masih "melekat" pada iman dan ritualisme,
pada umumnya tercetus sikap2 melecehkan.
sikap2 demikian justru menunjukkan bahwa "pencerahan" banyak peminat K sebetulnya cuma di tataran intelektual belaka ...
tidak menyentuh hatinya.
ini juga terjadi di kalangan umat Buddha yang melecehkan ajaran2 teologi agama-agama Samawi.
"pencerahan" mereka dari ajaran Sang Buddha cuma di kulitnya saja, cuma di level intelektual belaka.
tidak meresap ke dalam hati.
OK, Mas Tarman, sampai jumpa lagi. Bye.

Sutarman
Di kalangan muslim jg banyak yang tdk praktek sholat, atau praktek sholat cuma sbg "ritual" yg kehilangan "esensi"-nya saja. Jarang yg mau mengembangkan sholat menjadi "meditasi" dan "perawatan tubuh". sehingga "tidak dapat apa-apa" dr "sholat"nya

Hudoyo Hupudio
ya, betul, itu ada di semua kelompok keagamaan.

Sutarman
Bye Pak. Lain kali di sambung lagi. Trims.

Hudoyo Hupudio
di kalangan Buddhis, banyak orang merasa puas dengan ikut kebaktian, tanpa benar2 menengok ke dalam batinnya sendiri.
tanpa bermeditasi.
hasilnya ya seperti sekarang: terpecah belah, menderita terus.
Ok, Bye, Mas Tarman.

[9:03am]
Title: E-book "Vipassana Bhavana - MMD" sudah bisa diunduh
Post by: hudoyo on 09 January 2009, 06:03:04 AM
E-book "Vipassana Bhavana - Meditasi Mengenal Diri"
Oleh: Sri Pannyavaro Mahathera, Hudoyo Hupudio
Jumlah halaman: 26 halaman
Penerbit: Suwung, Yogyakarta, 2009

sudah bisa diunduh dari Rapidshare, http://rapidshare.com/files/180800249/Vipassana_Bhavana_MMD.pdf (http://rapidshare.com/files/180800249/Vipassana_Bhavana_MMD.pdf):

DAFTAR ISI:

1. HANYA MENYADARI SAJA, TIDAK MEMADAMKAN - Wejangan Sri Pannyavaro Mahathera pada pembukaan Retret MMD Seminggu di Vihara Mendut, 24 Desember 2008;

2. MENYADARI DAN MENGATASI TIMBULNYA KEAKUAN - Oleh: Sri Pannyavaro Mahathera

3. KESADARAN ITU MEMBEBASKAN - Wejangan Sri Pannyavaro Mahathera pada penutupan Retret MMD Seminggu di Vihara Mendut, 1 Januari 2009

4. APAKAH MEDITASI MENGENAL DIRI (MMD) ITU? - Oleh: Hudoyo Hupudio

5. RUJUKAN: BAHIYA-SUTTA

*****

Hardcopy buku tersebut sedang naik cetak, diperkirakan selesai awal Maret 2009.

Salam,
Hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: dilbert on 09 January 2009, 08:47:54 AM
[at] pak hudoyo

anumodana
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 09 January 2009, 09:13:47 AM
sama-sama
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 09 January 2009, 09:17:48 AM
Bp Hudoyo,

Sering2 ya kasih eBook ke kita....
terutama menu specialnya Bp Hodoyo : BAHIYA-SUTTA

Kami menunggu eBook selanjutnya.....


anumodana (nyontek dari bro Dilbert)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: marcedes on 09 January 2009, 09:33:34 AM
[at] pak hudoyo

sy ingin tanya dikit mengenai MMD yang anda jelaskan....sy tertarik membahas _/\_

pada waktu pikiran kita katakanlah menangkap objek mobil mewah dan keren melalui mata........

pada orang awam timbul pikiran serta "berpikir" bahwa objek ini mewah keren....dan membawa kebahagiaan.
dan pada latihan apakah
objek mobil ini dipandang mewah keren tetapi tidak membawa kebahagiaan....karena objek ini tidak dipandang sebagai "bukan milik-ku"

ataukah
objek mobil ini tidak dipandang mewah keren dan juga tidak membawa kebahagiaan....karena objek ini tidak dipandang sebagai "bukan milik-ku"

anumodana buku nya....sy baca dulu....
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 09 January 2009, 09:42:45 AM
Sering2 ya kasih eBook ke kita....
terutama menu specialnya Bp Hodoyo : BAHIYA-SUTTA

Bahiya-sutta dalam e-book itu sudah saya terjemahkan ulang, karena terjemahan bhs Indonesia yang ada saya rasakan kurang memuaskan; lagi pula terdapat 'parafrase' (tafsiran, bukan terjemahan murni).

Contoh:

Dalam Bahiya-sutta di http://dhammacitta.org/tipitaka/kn/ud/ud.1.10.than.html
tercantum: "... Bahiya pertapa berpakaian kulit kayu, para bhikkhu, sepenuhnya telah terbebaskan."

Di sini, penerjemahnya menggunakan "terbebaskan" sebagai 'padanan' dari 'parinibbuto'. Ini bukan terjemahan melainkan 'parafrase' (menguraikan kembali suatu teks dalam bentuk lain sesuai tafsiran penerjemah), semacam 'saduran'. 'Nibbuto' sendiri berarti 'padam', 'parinibbuto' berarti 'padam sempurna'.

Dalam e-book saya, kalimat itu saya terjemahkan:
"... Bahiya—petapa berpakaian kulit kayu—telah padam dengan sempurna (parinibbuto).”

Perbedaan terjemahan ini mempunyai dampak sangat besar: Dalam terjemahan pertama, terkesan Bahiya tetap ada sebagai entitas, sebagai pribadi, sebagai individu ("yang telah terbebaskan"); sedangkan dalam terjemahan saya tidak mungkin pembaca mendapat kesan bahwa Bahiya tetap ada sebagai entitas, sebagai pribadi, sebagai individu--tidak ada lagi Bahiya, ia telah "padam sempurna".

Salam,
Hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: dilbert on 09 January 2009, 09:46:01 AM
[at] pak hudoyo...

coba diberikan link download untuk pdf file diskusi pak hudoyo dengan fabian, menurut saya, itu referensi yang bagus. Sudah saya download sebelumnya.

Kalau saya paling SREQ dengan penjelasan pak hudoyo tentang yang dibawah ini...

Seperti diketahui, dalam Mulapariyaya-sutta Sang Buddha menjelaskan proses terjadinya reaksi pikiran terhadap setiap rangsangan yang masuk melalui keenam indra dalam batin seorang puthujjana (orang biasa). Proses itu terjadi secepat kilat melalui enam tahap:
(i) muncul rangsangan melalui salah satu dari keenam indra (sa~njanati = mempersepsikan, perceiving)--ini masih belum pikiran;
(ii) muncul reaksi oleh pikiran: berpikir, mengkonseptualisasikan (conceiving, ma~n~nati);
(iii) muncul konsep atta/aku yang masih menyatu dengan obyek (ma~n~nati);
(iv) konsep atta memisahkan diri dari obyek, muncul dualitas subyek-obyek (ma~n~nati);
(v) konsep atta membentuk hubungan dengan obyek (ma~n~nati);
(vi) atta bersenang hati dengan obyek (abhinandati).


(Dalam sutta aslinya, Sang Buddha menyebutkan banyak obyek, mulai dari 'tanah' sampai 'nibbana' -- dalam batin seorang puthujjana terjadi
(i) pa.thavi.m pa.thavito sa~njaanaati -- he perceives earth as earth;
(ii) pa.thavi.m ma~n~nati -- he conceives earth;
(iii) pa.thaviyaa ma~n~nati -- he conceives in earth;
(iv) pa.thavito ma~n~nati -- he conceives from earth;
(v) pa.thavi.m me'ti ma~n~nati -- he conceives "earth is for me";
(vi) pa.thavi.m abhinandati -- he delights in earth.


(Sang Buddha menganjurkan kepada orang yang sedang berlatih (sekha), ketika melihat langsung sebuah rangsangan, agar tidak berpikir mengkonsepsikan rangsangan itu dan menghubungkan dengan dirinya
(i) pa.thavi.m pa.thavito abhijaanaati -- he directly knows earth as earth;
(ii) pa.thavi.m maa ma~n~ni -- let him not conceive earth;
(iii) pa.thaviyaa maa ma~n~ni -- let him not conceive in earth;
(iv) pa.thavito maa ma~n~ni -- let him not conceive from earth;
(v) pa.thavi.m me'ti maa ma~n~ni -- let him not conceive "earth is for me";
(vi) pa.thavi.m maabhinandi -- let him not delight in earth.


Demikianlah, Sang Buddha menganjurkan agar dalam batin seorang yang berlatih vipassana, ketika datang rangsangan dari keenam indra (langkah #1, dibold merah), tidak berlanjut menjadi reaksi berupa pikiran/konseptualisasi dan munculnya atta/diri (langkah #2-#6, dibold biru).


Tambahan dari saya....  langkah #1 adalah proses persepsi murni. Proses berpikir seorang ariya (arahat) berhenti sampai pada langkah #1. Sehingga semua tindakan seorang arahat sudah tidak ber-cetana lagi. Tiada karma baru yang terbentuk. Inilah akhir dari dukkha, akhir dari tumimbal lahir.



Coba dijelaskan lagi pak hudoyo, mungkin bisa menjawab pertanyaan sdr.marcedes.


 _/\_   Anumodana
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 09 January 2009, 09:57:41 AM
http://rapidshare.com/files/153834859/Debat_Fabian_vs_Hudoyo_tentang_vipassana__atta_dll.pdf

Penjelasan sangat rinci dari saya ada pada e-book ini. Tapi nanti saya beri penjelasan singkat berkaitan dengan contoh Rekan Marcedes.

Salam,
hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 09 January 2009, 10:24:26 AM
pada waktu pikiran kita katakanlah menangkap objek mobil mewah dan keren melalui mata........

pada orang awam timbul pikiran serta "berpikir" bahwa objek ini mewah keren....dan membawa kebahagiaan.
dan pada latihan apakah
objek mobil ini dipandang mewah keren tetapi tidak membawa kebahagiaan....karena objek ini tidak dipandang sebagai "bukan milik-ku"

ataukah
objek mobil ini tidak dipandang mewah keren dan juga tidak membawa kebahagiaan....karena objek ini tidak dipandang sebagai "bukan milik-ku"

anumodana buku nya....sy baca dulu....

Marilah kita bahas menggunakan contoh yang Anda berikan; mohon gunakan pula rujukan dari Mulapariyaya-sutta yang di-post Rekan Dilbert di atas.

Dalam kesadaran vipassana yang kuat, pada suatu ketika masuk suatu stimulus (rangsangan) ke mata kita ... Rangsangan itu belum dikenali, belum punya identitas, belum punya label/nama ...

Itu adalah langkah #1: 'persepsi murni' (pure perception) ... disebut murni karena belum dicampuri oleh pikiran, keinginan dsb dari si aku, belum punya label/nama dsb.

Pada langkah #2: 'konseptualisasi' (conceptualization), mulai terjadi identifikasi, pelabelan ("itu mobil", "bukan sepeda motor"), dan penilaian ("itu mobil mewah", "tidak murah"). Di sini pikiran mulai bergerak.

Pada langkah #3 + #4: muncul aku (atta) yang kemudian memisahkan diri dari objek ("mobil") > atta/aku berhadapan dengan objek, "aku berhadapan dengan/melihat mobil mewah". Ini pikiran yang terus berjalan.

Pada langkah #5: atta/aku ber-relasi dengan objek: "itu mobilku", "itu bukan mobilku", dsb. Ini pikiran yang terus berproses.

Pada langkah #6: muncul emosi dll faktor batin: bersenang hati, bahagia, bangga (kalau itu mobilku), iri hati, tidak senang, kecewa dsb (kalau itu bukan mobilku). Di sini muncul perasaan dsb.

***

Itu bisa Anda alami sendiri bila Anda ikut retret MMD sekurang-kurangnya seminggu. Anda bisa berada pada langkah #1 untuk beberapa lama (beberapa menit, bahkan sampai beberapa jam), tanpa munculnya langkah #2-#6. Jadi, bagi para meditator MMD, itu bukan cuma teori dari kitab suci Buddhis, melainkan fakta yang bisa dilihat sendiri (ehipassiko). Bahkan banyak teman-teman non-Buddhis bisa mengalaminya tanpa harus menghafalkan Mulapariyaya-sutta. Bacalah testimonial rekan-rekan peserta retret MMD seminggu.

Salam,
Hudoyo

Title: Tentang Anihilasionisme
Post by: hudoyo on 09 January 2009, 03:22:56 PM
[Dari Forum sebelah:]

Kainyn_Kutho:


Pak Hud, mo tanya lagi nih. Kalo misalnya ditanya bedanya nibbana sama paham pemusnahan itu, point prinsip yang membedakan itu apa yah? Intinya sama2 hilang habis tidak terlahir lagi, bukan?

Kalau menurut saya, paham pemusnahan itu karena ada inti diri, lalu inti diri itu mengalami kehancuran, sedangkan pada nibbana tidak ada inti diri, jadi padam itu hanyalah sebuah proses yang berhenti. Tidak ada yang "dibentuk" ataupun "dihancurkan". Mohon penjelasan Pak Hud.

Terimakasih sebelumnya.

================================

HUDOYO:

Mas Kainyn,

Sang Buddha selalu mengingatkan tentang adanya dua paham yang saling bertolak belakang, yakni paham 'keabadian', 'eternalisme' (sassata-vada) dan paham 'kemusnahan', 'anihilasionisme' (uccheda-vada), sedangkan ajaran beliau tidak termasuk salah satu dari kedua paham itu.

Saya memahaminya demikian: kedua paham itu--baik paham 'kekekalan' maupun paham 'kemusnahan'--berada pada tataran (level) pemikiran filosofis, hasil perenungan, pemikiran intelektual semata-mata; bukan hasil penembusan meditatif ke dalam kenyataan apa adanya (yathabhutam nyanadassanam). Di dunia modern, paham 'kekekalan' diwakili oleh filsafat Idealisme dan teologi agama-agama monoteistik, sedangkan paham 'kemusnahan' diwakili oleh filsafat Materialisme.

Sedangkan 'nibbana' (kepadaman, tidak lahir lagi) yang ditemukan oleh Sang Buddha berada di luar kesimpulan-kesimpulan filosofis apa pun, bukan hasil perenungan, bukan hasil pemikiran intelektual semata-mata, melainkan hasil penembusan dalam kesadaran vipassana, justru ketika si aku & pikiran yang menciptakan segala macam paham filosofis itu berhenti. Jadi pengalaman 'nibbana' menegasikan baik paham 'kekekalan' maupun paham 'kemusnahan', yang kedua-duanya tidak lebih daripada produk pemikiran belaka.

*****

Di sini menarik apa yang baru saja saya tulis di forum DC:

Bahiya-sutta dalam e-book itu sudah saya terjemahkan ulang, karena terjemahan bhs Indonesia yang ada saya rasakan kurang memuaskan; lagi pula terdapat 'parafrase' (tafsiran, bukan terjemahan murni).

Contoh:

Dalam Bahiya-sutta di http://dhammacitta.org/tipitaka/kn/ud/ud.1.10.than.html
tercantum: "... Bahiya pertapa berpakaian kulit kayu, para bhikkhu, sepenuhnya telah terbebaskan."

Di sini, penerjemahnya menggunakan "terbebaskan" sebagai 'padanan' dari 'parinibbuto'. Ini bukan terjemahan melainkan 'parafrase' (menguraikan kembali suatu teks dalam bentuk lain sesuai tafsiran penerjemah), semacam 'saduran'. 'Nibbuto' sendiri berarti 'padam', 'extinct', 'parinibbuto' berarti 'padam sempurna'.

Dalam e-book saya, kalimat itu saya terjemahkan:
"... Bahiya—petapa berpakaian kulit kayu—telah padam dengan sempurna (parinibbuto).”

Perbedaan terjemahan ini mempunyai dampak sangat besar: Dalam terjemahan pertama, terkesan Bahiya tetap ada sebagai entitas, sebagai pribadi, sebagai individu ("yang telah terbebaskan"); sedangkan dalam terjemahan saya tidak mungkin pembaca mendapat kesan bahwa Bahiya tetap ada sebagai entitas, sebagai pribadi, sebagai individu--tidak ada lagi Bahiya, ia telah "padam sempurna".

Dengan kata lain, saya melihat dalam terjemahan Bahiya-sutta di DC itu telah menyusup kembali paham 'kekekalan' tanpa disadari oleh penerjemahnya dengan menerjemahkan 'parinibbuto' menjadi "telah terbebaskan", sedangkan penerjemahan taat asas 'parinibbuto' menjadi "padam sempurna" bukanlah termasuk paham 'kemusnahan', melainkan FAKTA yang muncul ketika aku & pikiran berhenti. Itu yang oleh Sang Buddha disebut "lenyapnya dukkha".

Bukankah Sang Buddha pernah berkata: "Para Bhikkhu, saya hanya mengajarkan Dunia (loka) dan lenyapnya Dunia." -- Ini bukan paham 'kemusnahan', bukan?

Salam,
Hudoyo

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: marcedes on 09 January 2009, 11:56:41 PM
pada waktu pikiran kita katakanlah menangkap objek mobil mewah dan keren melalui mata........

pada orang awam timbul pikiran serta "berpikir" bahwa objek ini mewah keren....dan membawa kebahagiaan.
dan pada latihan apakah
objek mobil ini dipandang mewah keren tetapi tidak membawa kebahagiaan....karena objek ini tidak dipandang sebagai "bukan milik-ku"

ataukah
objek mobil ini tidak dipandang mewah keren dan juga tidak membawa kebahagiaan....karena objek ini tidak dipandang sebagai "bukan milik-ku"

anumodana buku nya....sy baca dulu....

Marilah kita bahas menggunakan contoh yang Anda berikan; mohon gunakan pula rujukan dari Mulapariyaya-sutta yang di-post Rekan Dilbert di atas.

Dalam kesadaran vipassana yang kuat, pada suatu ketika masuk suatu stimulus (rangsangan) ke mata kita ... Rangsangan itu belum dikenali, belum punya identitas, belum punya label/nama ...

Itu adalah langkah #1: 'persepsi murni' (pure perception) ... disebut murni karena belum dicampuri oleh pikiran, keinginan dsb dari si aku, belum punya label/nama dsb.

Pada langkah #2: 'konseptualisasi' (conceptualization), mulai terjadi identifikasi, pelabelan ("itu mobil", "bukan sepeda motor"), dan penilaian ("itu mobil mewah", "tidak murah"). Di sini pikiran mulai bergerak.

Pada langkah #3 + #4: muncul aku (atta) yang kemudian memisahkan diri dari objek ("mobil") > atta/aku berhadapan dengan objek, "aku berhadapan dengan/melihat mobil mewah". Ini pikiran yang terus berjalan.

Pada langkah #5: atta/aku ber-relasi dengan objek: "itu mobilku", "itu bukan mobilku", dsb. Ini pikiran yang terus berproses.

Pada langkah #6: muncul emosi dll faktor batin: bersenang hati, bahagia, bangga (kalau itu mobilku), iri hati, tidak senang, kecewa dsb (kalau itu bukan mobilku). Di sini muncul perasaan dsb.

***

Itu bisa Anda alami sendiri bila Anda ikut retret MMD sekurang-kurangnya seminggu. Anda bisa berada pada langkah #1 untuk beberapa lama (beberapa menit, bahkan sampai beberapa jam), tanpa munculnya langkah #2-#6. Jadi, bagi para meditator MMD, itu bukan cuma teori dari kitab suci Buddhis, melainkan fakta yang bisa dilihat sendiri (ehipassiko). Bahkan banyak teman-teman non-Buddhis bisa mengalaminya tanpa harus menghafalkan Mulapariyaya-sutta. Bacalah testimonial rekan-rekan peserta retret MMD seminggu.

Salam,
Hudoyo
seperti nya dari contoh yang pak hud sampaikan.....adalah pilihan ke-2 dari yang saya tanyakan..

Quote
objek mobil ini tidak dipandang mewah keren dan juga tidak membawa kebahagiaan....karena objek ini tidak dipandang sebagai "bukan milik-ku"
mobil hanya mobil.....
mewah,keren adalah label yang kita beri.....

ini saya pahami dengan baik....

==========
tetapi ada contoh lain...........
karena mobil merupakan sebuah materil---bisa di lihat dan disentuh..

bagaimana dengan action....perbuatan.
proses batin dari perbuatan.

kita ambil contoh perbuatan baik....seperti memberi sedekah pada fakir miskin.
apakah memberi hanya dipandang memberi....?
dan bagaimana proses timbul "aku" dalam hal ini....


dan lagi......jika saya seorang desain grafis serta perancang audio dari mobil.....
apabila praktek vipassana dilakukan....sy sadar sepenuhnya....hal ini bertolak belakang.
dimana seorang grafis serta desain audio harus melekat pada hal yang ber-objek
"mewah" "sporty" "racing" alias berkonsep....

mari kita ambil satu contoh "sporty" seperti modifikasi mobil di pameran djarum black
disini tentu ada "aku" karena objek seperti lampu...harus di katakan warna ini cocok...ini tidak cocok...
padahal dalam kenyataan jika ber-vipassana.....cahaya adalah cahaya....putih,ungu,orange...semua itu cuma "warna"
dan "aku" yang mengatakan orange bagus...putih jelek.....dsb-nya.

pernah ada seorang bikkhu sangha mengatakan kpd saya...bahwa vipassana tidak cocok buat perumah tangga............dan sebaiknya berlatih samantha bhavana saja.
tetapi sy sadar perjalanan hidup saya...dimana vipassana membawa pelepasan kemelekatan.....itu yang membuat saya bahagia..............

dimana setidak-tidak nya "saya" bukan maksud "aku" ingin mencapai minimal sottapana...
karena sungguh tidak nyaman sebuah kondisi(kelahiran)..dan itu adalah penderitaan.....

mohon penjelasan _/\_

------------------------
sy ingin berbagi pengalaman sedikit............dimana saya menyadari "keinginan adalah sumber penderitaan"

waktu itu 1 kamar saya tidur ber-tiga...dan kebetulan juga saya sakit demam tinggi,,kepala ini pusing berat pada waktu itu............dan parahnya lagi....2 orang ini sangat cerewet dan selalu bercerita (suaranya keras) dan ditambah lagi menyalakan TV dengan suara keras pula...
ingin tidur tetapi tidak bisa karena terlalu bising.

saya rasa pembaca disini sudah tahu....jika orang sakit kepala + suara bising bagaimana jadinya.
ingin menegur...tetapi tidak enak...karena 2 orang itu lebih tua jauh dari pada saya. dan lagi seperti nya orang yang baru bertemu 10 tahun sekali....jadi cerita kiri kanan

pada waktu itu saya sadari emosi saya meningkat.....tetapi..entah kenapa saya lalu menyadari.....
kepala ini sakit+kondisi seperti ini.................muncul pertanyaan pada diri saya apakah "keinginan" bahwa sakit ini harus nya tidak begini+kondisi juga harus nya tidak seperti ini merupakan "penderitaan"

sakit ini memang sakit....(sepertinya batin saya "ingin" sembuh tetapi tidak bisa) "ingin" itu adalah sumber penderitaan.
demikian juga kondisi yang bising batin saya "ingin" suasana tenang......dan karena tidak terpenuhi suasana tenang,,, "ingin" itu adalah sumber penderitaan.

tetapi kadang saya merasa sangat tidak bijak.....karena orang tidak bijak saja yang tidak mau sembuh.....

maka saya ambil jalan tengah...........yakni
jika "keinginan" itu bisa terpenuhi, maka lakukan.....tetapi jika "keinginan" itu tidak bisa terpenuhi,,maka terima-lah kenyataan itu.....

pak hud saya jadi ingin tahu...."aku" saya itu muncul dan padam pada bagian mana?......karena melewati itu semua seperti secepat kilat....

mohon maaf banyak bertanya _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 10 January 2009, 01:23:23 AM
.
seperti nya dari contoh yang pak hud sampaikan.....adalah pilihan ke-2 dari yang saya tanyakan..

Apa yang saya uraiakan di atas bukan "pilihan", melainkan proses yang SELALU TERJADI setiap kali sebuah rangsangan masuk ke dalam kesadaran kita melalui salah satu pancaindra. Setiap kali ada rangsangan masuk, selalu terjadi proses #1 - #6 secepat kilat tanpa dapat dihindarkan dalam batin seorang manusia biasa (puthujjana).


Quote
tetapi ada contoh lain...........
karena mobil merupakan sebuah materil---bisa di lihat dan disentuh..

bagaimana dengan action....perbuatan.
proses batin dari perbuatan.

kita ambil contoh perbuatan baik....seperti memberi sedekah pada fakir miskin.
apakah memberi hanya dipandang memberi....?
dan bagaimana proses timbul "aku" dalam hal ini....

'Tindakan' itu datang belakangan ... setelah langkah #1 - #6 terjadi, pikiran jalan terus ... menjadi 'tindakan'.

Dengan demikian, semua 'action' selalu mengabdi kepada kepentingan aku/atta. Termasuk 'perbuatan' yang paling luhur sekalipun, misalnya "tindakan berdana untuk bhikkhu, menyumbang pembangunan vihara" dsb. Pada dasarnya, semua untuk kepentingan si aku/atta. Itu yang disebut Hukum Karma-Phala, yang kita pelajari sejak dari Sekolah Minggu.

Tetapi, dalam diri seorang arahat/buddha, ketika langkah #1 - #6 tidak terjadi, maka langkah #1 (persepsi murni) LANGSUNG diikuti dengan 'tindakan', TANPA melalui PIKIRAN/SI AKU (karena si aku/atta sudah tidak ada lagi); di situ tidak ada 'pilihan', 'choices' seperti yang dihadapi oleh manusia biasa (puthujjana).

Jadi, prosesnya:
(1) orang biasa: persepsi -> pikiran -> kehendak, pilihan dsb -> tindakan. Ini bisa salah.
(2) arahat/buddha: persepsi -> langsung tindakan (direct action, tanpa pilihan/choices). Ini tidak pernah salah.

Dikatakan, arahat/buddha bebas dari Hukum Karma-Phala (yang adalah pikiran/aku dengan segala pilihannya, baik-buruk dsb).


Quote
dan lagi......jika saya seorang desain grafis serta perancang audio dari mobil.....
apabila praktek vipassana dilakukan....sy sadar sepenuhnya....hal ini bertolak belakang.
dimana seorang grafis serta desain audio harus melekat pada hal yang ber-objek
"mewah" "sporty" "racing" alias berkonsep....

mari kita ambil satu contoh "sporty" seperti modifikasi mobil di pameran djarum black
disini tentu ada "aku" karena objek seperti lampu...harus di katakan warna ini cocok...ini tidak cocok...
padahal dalam kenyataan jika ber-vipassana.....cahaya adalah cahaya....putih,ungu,orange...semua itu cuma "warna"
dan "aku" yang mengatakan orange bagus...putih jelek.....dsb-nya.

Memang bertolak belakang. Anda bicara tentang orang yang bekerja, mencari nafkah, menggunakan pikiran, dalam profesi apa saja. Kesadaran vipassana tidak bisa dipakai untuk berpikir mencari nafkah. Tolong dipisahkan.

Tapi itu tidak berarti orang yang bekerja tidak bisa menjalankan vipassana dalam kehidupan sehari-hari. Tidak sepanjang hari selama 16 jam Anda bekerja mencari nafkah. Banyak sekali saat-saat di sela-sela Anda berpikir, di mana pikiran/aku ini sebetulnya tidak dibutuhkan bergerak: ketika makan siang, ketika berada di kendaraan, ketika santai, dsb dsb, di tengah-tengah pekerjaan sehari-hari. Di situlah saat-saat orang bisa tetap sadar menyadari batin sendiri, dan tidak membiarkan pikiran ini melamun, melantur ke mana-mana.

Jadi, challenge-nya: "Bisakah pikiran/aku ini berhenti, dan hanya bergerak bila benar-benar diperlukan?" Itu saja.


Quote
pernah ada seorang bikkhu sangha mengatakan kpd saya...bahwa vipassana tidak cocok buat perumah tangga............dan sebaiknya berlatih samantha bhavana saja.

Orang yang berkata demikian, sekalipun ia anggota Sangha berjubah kuning, telah mencabik-cabik ajaran Buddha Gotama yang merupakan satu kesatuan. Dia tidak mengerti ajaran Buddha.

Vipassana (yang tidak perlu dipertentangkan dengan samatha) justru diperlukan oleh setiap manusia, dalam keadaan apa saja, yang ingin memahami kelekatannya pada badan & batin ini, dan ingin bebas dari situ.


Quote
tetapi sy sadar perjalanan hidup saya...dimana vipassana membawa pelepasan kemelekatan.....itu yang membuat saya bahagia..............

dimana setidak-tidak nya "saya" bukan maksud "aku" ingin mencapai minimal sottapana...
karena sungguh tidak nyaman sebuah kondisi(kelahiran)..dan itu adalah penderitaan.....

mohon penjelasan _/\_

Menyadari bahwa hidup ini adalah penderitaan adalah pintu menuju pembebasan. Teruslah berjalan di jalan itu, jangan hiraukan apakah Anda akan menjadi "Sotapana" atau tidak; nanti Anda akan tahu sendiri, tapi sekarang pikiran seperti itu cuma menjadi keserakahan yang menghalangi tercapainya pembebasan.

Quote
------------------------
sy ingin berbagi pengalaman sedikit............dimana saya menyadari "keinginan adalah sumber penderitaan"

waktu itu 1 kamar saya tidur ber-tiga...dan kebetulan juga saya sakit demam tinggi,,kepala ini pusing berat pada waktu itu............dan parahnya lagi....2 orang ini sangat cerewet dan selalu bercerita (suaranya keras) dan ditambah lagi menyalakan TV dengan suara keras pula...
ingin tidur tetapi tidak bisa karena terlalu bising.

saya rasa pembaca disini sudah tahu....jika orang sakit kepala + suara bising bagaimana jadinya.
ingin menegur...tetapi tidak enak...karena 2 orang itu lebih tua jauh dari pada saya. dan lagi seperti nya orang yang baru bertemu 10 tahun sekali....jadi cerita kiri kanan

pada waktu itu saya sadari emosi saya meningkat.....tetapi..entah kenapa saya lalu menyadari.....
kepala ini sakit+kondisi seperti ini.................muncul pertanyaan pada diri saya apakah "keinginan" bahwa sakit ini harus nya tidak begini+kondisi juga harus nya tidak seperti ini merupakan "penderitaan"

sakit ini memang sakit....(sepertinya batin saya "ingin" sembuh tetapi tidak bisa) "ingin" itu adalah sumber penderitaan.
demikian juga kondisi yang bising batin saya "ingin" suasana tenang......dan karena tidak terpenuhi suasana tenang,,, "ingin" itu adalah sumber penderitaan.

tetapi kadang saya merasa sangat tidak bijak.....karena orang tidak bijak saja yang tidak mau sembuh.....

maka saya ambil jalan tengah...........yakni
jika "keinginan" itu bisa terpenuhi, maka lakukan.....tetapi jika "keinginan" itu tidak bisa terpenuhi,,maka terima-lah kenyataan itu.....

pak hud saya jadi ingin tahu...."aku" saya itu muncul dan padam pada bagian mana?......karena melewati itu semua seperti secepat kilat....

mohon maaf banyak bertanya _/\_

Rekan Marcedes, memang pikiran itu secepat kilat. Tapi sepanjang episode yang Anda ceritakan itu, bila pikiran bergerak, di situ muncul 'aku/atta'. Misalnya, yang Anda katakan:
(1) ingin menegur...tetapi tidak enak
(2) muncul pertanyaan pada diri saya apakah "keinginan" bahwa sakit ini harus nya tidak begini+kondisi juga harus nya tidak seperti ini merupakan "penderitaan"
(3) saya merasa sangat tidak bijak.....karena orang tidak bijak saja yang tidak mau sembuh.....
(4) saya ambil jalan tengah...........yakni jika "keinginan" itu bisa terpenuhi, maka lakukan.....tetapi jika "keinginan" itu tidak bisa terpenuhi,,maka terima-lah kenyataan itu.....

Dari #1 - #4, semua itu adalah proses pikiran, di situ ada 'aku/atta', yang mencari jalan terbaik untuk menghadapi--dan kalau bisa kelua--dari situasi itu. Itu adalah hal yang sangat wajar.

Jadi, kapan kesadaran vipassana itu muncul? ... Kesadaran vipassana itu muncul pada saat timbul kesadaran akan gerak pikiran/aku (masing-masing dari #1 s.d. #4 itu) ... Misalnya: ketika Anda merenungkan #2 di atas, bila timbul kesadaran, maka seluruh pikiran itu berhenti ... Anda tidak mencari jawaban lagi ... Itulah kesadaran vipassana. ....

Pada saat kesadaran akan gerak pikiran/aku itu muncul, maka proses pikiran itu berhenti dengan sendirinya, tanpa dibuat berhenti ... itulah kesadaran vipassana: di situ, pada detik itu, tidak ada pikiran/aku lagi yang bergerak. ... Tetapi, sedetik kemudian ... muncul lagi pikiran baru ... lalu mulailah lagi proses pikiran/aku itu ...

Demikianlah, pada awalnya kesadaran vipassana itu hanya berlangsung selama sedetik, malah kurang barangkali, dan hampir selalu diikuti oleh munculnya pikiran baru. ...

Hanya bila orang sudah terbiasa sadar seperti itu, mungkin karena sering berlatih mengembangkan kesadaran, kesadaran vipassana itu bisa berlangsung lebih lama, dan pikiran/aku itu menjadi lebih jarang muncul ... keheningan yang tadinya sedetik, menjadi dua detik, makin lama makin bertambah panjang, tanpa diharapkan dan diupayakan untuk menjadi lebih panjang.

Dan yang penting adalah, pada saat kesadaran vipassana berlangsung, Anda tidak bisa mengenali bahwa Anda berada dalam kesadaran vipassana. Mengapa? Karena pada saat itu, pikiran/aku yang membanding-bandingkan tidak berfungsi. ... Anda baru "ngeh" bahwa Anda barusan berada dalam kesadaran vipassana ketika kesadaran vipassana itu telah berakhir; dengan kata lain, setelah muncul lagi pikiran baru yang merenungkan peristiwa yang baru saja Anda alami ... jadi ketika Anda sudah tidak berada dalam kesadaran vipassana lagi. ... Jadi di sini, Anda belajar salah satu sifat pikiran: pikiran hanya bisa berada di masa lampau ... pikiran tidak bisa melihat apa yang ada pada saat kini (yathabhutam nyanadassanam)  ... Untuk menyadari apa yang ada sekarang, pikiran/aku harus berhenti. ... Itulah kesadaran vipassana.

Nah, cobalah sendiri dalam latihan vipassana Anda.

Salam,
Hudoyo

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: dilbert on 10 January 2009, 09:54:17 AM

Dan yang penting adalah, pada saat kesadaran vipassana berlangsung, Anda tidak bisa mengenali bahwa Anda berada dalam kesadaran vipassana. Mengapa? Karena pada saat itu, pikiran/aku yang membanding-bandingkan tidak berfungsi. ... Anda baru "ngeh" bahwa Anda barusan berada dalam kesadaran vipassana ketika kesadaran vipassana itu telah berakhir; dengan kata lain, setelah muncul lagi pikiran baru yang merenungkan peristiwa yang baru saja Anda alami ... jadi ketika Anda sudah tidak berada dalam kesadaran vipassana lagi. ... Jadi di sini, Anda belajar salah satu sifat pikiran: pikiran hanya bisa berada di masa lampau ... pikiran tidak bisa melihat apa yang ada pada saat kini (yathabhutam nyanadassanam)  ... Untuk menyadari apa yang ada sekarang, pikiran/aku harus berhenti. ... Itulah kesadaran vipassana.

Nah, cobalah sendiri dalam latihan vipassana Anda.

Salam,
Hudoyo


Saya juga belajar salah satu hal baru tentang pikiran disini... Pikiran hanya bisa berada di masa lampau... yathabutham nyanadassanam itu lah kesadaran sekarang.

 _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 10 January 2009, 10:07:32 AM
sama-sama :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: marcedes on 11 January 2009, 01:09:34 AM
saya praktek dulu.............kalau ada yang sy kurang pahami saya tanya lagi...

terima kasih sebelumnya _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: marcedes on 12 January 2009, 08:35:20 PM
pak hudoyo.

sy agak bingung.......saya beri contoh saja.

pada saat perbuatan kita lakukan baik itu atau buruk...............

jika telah melakukan action.....persis yang anda bilang langkah 1.
terus....apakah yang membedakan perbuatan itu baik atau buruk jikalau bukan "aku" yang menimang?

misalkan seorang arahat melakukan perbuatan....kalau bukan "aku" ----> pencerapan mengenai hal baik dan buruk....apakah dimata arahat perbuatan itu semua "sama"

sy rasa ada yang namanya langkah#2...."ini baik" ini buruk"................

Y.M Sariputta saja memuji kesaktian saudara nya Y.M Maha Monggalana.......
seperti "sungguh mengaggumkan kesaktian anda"-dsb-nya
nah dari sini jika bukan "aku" siapa yang menilai?

jika persepsi pada langkah #1,maka seharus nya Sariputta tidak memuji-nya juga tidak mencela-nya.....karena itu merupakan hanya fenomena.

apakah pada batin seperti itu muncul "ini menganggumkan" "ini tidak menganggumkan"?

demikian pada waktu Y.M MahaKassapa...."sebaiknya saya mengadakan sidang Sangha demi melestarikan Buddha Dhamma"...
bukankah ini semua keputusan disebabkan pencerapan ini baik ini tidak baik alias "aku"


mohon bimbingannya _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 13 January 2009, 12:57:12 AM
pak hudoyo.

sy agak bingung.......saya beri contoh saja.

pada saat perbuatan kita lakukan baik itu atau buruk...............

jika telah melakukan action.....persis yang anda bilang langkah 1.
terus....apakah yang membedakan perbuatan itu baik atau buruk jikalau bukan "aku" yang menimang?

misalkan seorang arahat melakukan perbuatan....kalau bukan "aku" ----> pencerapan mengenai hal baik dan buruk....apakah dimata arahat perbuatan itu semua "sama"

sy rasa ada yang namanya langkah#2...."ini baik" ini buruk"................

Y.M Sariputta saja memuji kesaktian saudara nya Y.M Maha Monggalana.......
seperti "sungguh mengaggumkan kesaktian anda"-dsb-nya
nah dari sini jika bukan "aku" siapa yang menilai?

jika persepsi pada langkah #1,maka seharus nya Sariputta tidak memuji-nya juga tidak mencela-nya.....karena itu merupakan hanya fenomena.

apakah pada batin seperti itu muncul "ini menganggumkan" "ini tidak menganggumkan"?

demikian pada waktu Y.M MahaKassapa...."sebaiknya saya mengadakan sidang Sangha demi melestarikan Buddha Dhamma"...
bukankah ini semua keputusan disebabkan pencerapan ini baik ini tidak baik alias "aku"


mohon bimbingannya _/\_

HUDOYO:

Rekan Marcedes,

Rupanya Anda salah paham tentang proses pikiran sebagaimana diuraikan Sang Buddha dalam Mulapariyaya-sutta.

Dalam langkah #1, yang disebut 'persepsi murni', di situ belum ada pengidentifikasian, pelabelan, apalagi penilaian "ini baik", "itu buruk", "ini boleh", "itu tidak boleh", apalagi TINDAKAN. Semua itu terjadi SESUDAHNYA, yakni pada langkah #2 - #6, ketika muncul si aku/atta, ... lalu si aku itu ber-relasi dengan objek yang dihadapinya ... lalu si aku itu mempunyai keinginan & kehendak (cetana) tertentu terhadap objek itu ... lalu si aku itu bertindak.

Jadi, TINDAKAN seorang biasa (puthujjana) SELALU didahului oleh 'keinginan', kemudian 'kehendak' (cetana). ... Dan itu didasari oleh 'penilaian' tentang 'baik' vs 'buruk', 'boleh' vs 'tidak boleh' dsb.

Nah, tindakan orang biasa seperti itulah yang saya katakan bisa salah: apa yang kita kira benar belakangan ternyata salah, atau sebaliknya. Itulah sebabnya mengapa manusia selalu dirongrong oleh rasa menyesal.

Sedangkan pada seorang arahat, karena tindakannya tidak berasal dari PEMIKIRAN, PERTIMBANGAN dan KEHENDAK--dengan kata lain, tindakan seorang arahat adalah spontan, tanpa lewat pikiran--maka tidak pernah salah.

*****

Sang Buddha kemudian menyarankan kepada para pemeditasi vipassana, agar mengamati batinnya dan tidak membiarkan munculnya si aku/atta, pemikiran, pertimbangan, penilaian benar/salah, boleh/tidak boleh dsb. Dengan kata lain, Sang Buddha menyarankan agar proses batin itu berhenti pada langkah #1 saja (Mulapariyaya-sutta); dalam Bahiya-sutta Sang Buddha mengatakan, agar "berkaitan dengan yang terlihat hanya ada yang terlihat" ... artinya jangan diikuti dengan pengidentifikasian, pelabelan, pembandingan, penilaian baik/buruk, boleh/tidak boleh, keinginan, kehendak, tindakan dsb.

Dalam Bahiya-sutta, dengan tegas Sang Buddha mengatakan, jika kita bisa berada dalam keadaan itu, maka KITA TIDAK ADA LAGI. ... Ini dengan tegas menjawab pertanyaan Anda, "Apakah yang membedakan perbuatan itu baik atau buruk jikalau bukan "aku" yang menimbang?" ... Sang Buddha menegaskan, KALAU KITA BISA BERADA DALAM KESADARAN VIPASSANA ITU, maka KITA TIDAK ADA LAGI, dan ITULAH AKHIR DUKKHA. Jadi, menurut Sang Buddha, tercapainya nibbana (akhir dukkha) harus memenuhi prasyarat, yakni LENYAPNYA AKU/diri/atta.


Quote
sy rasa ada yang namanya langkah#2...."ini baik" ini buruk"................


Anda mau menyanggah Sang Buddha dalam Mulapariyaya-sutta? ... Silakan baca lagi sutta penting itu perlahan-lahan. Jangan sampai kepeleset.

*****

Rekan Marcedes,

Tentang kata-kata Sariputta Thera, Maha Kassapa Thera dsb yang tercantum dalam kitab suci, jangan terlalu dihiraukan. Anda & saya tidak bisa menggunakan rujukan seperti itu untuk MEMAHAMI jalan pikiran seorang arahat. Apalagi kata-kata Maha Kassapa Thera yang Anda kutip; menurut hemat saya pribadi, itu bukan kata-kata seorang arahat, melainkan kata-kata seorang puthujjana (penulis kitab suci itu yang menurut saya belum arahat), karena seorang arahat tidak pernah berpikir "ingin melestarikan apa pun" dalam kehidupan ini, karena hal itu bertentangan dengan hakikat eksistensi yang tidak abadi ini.

Alih-alih mencoba memahami jalan pikiran seorang arahat, saya sarankan lakukanlah tuntunan Sang Buddha dalam Mulapariyaya-sutta dan Bahiya-sutta terhadap pikiran Anda sendiri.

Anda terlalu cepat, dalam waktu 2 hari saja, menarik kesimpulan seperti di atas. Saran saya, lakukan retret vipassana sekurang-kurangnya selama satu minggu. Nanti, kalau Anda berhasil masuk ke dalam keheningan, di mana si aku & pikiran ini berhenti, Anda akan tahu sendiri jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan Anda di atas.

Lebih baik lagi kalau Anda ikut retret MMD, karena hal-hal seperti ini sama sekali tidak dibahas dan tidak dilatih dalam retret vipassana "tradisional" yang diajarkan oleh para bhante yang saya ketahui, kecuali Bhante Pannyavaro, Ajahn Chah, dan mungkin Sayadaw U Tejaniya. Kalau Anda ikut retret MMD, Anda bisa berdiskusi dengan saya sepuas-puasnya setiap malam.

Bacalah wejangan Sri Pannyavaro Mahathera pada pembukaan & penutupan retret MMD Seminggu di Vihara Mendut bulan Desember kemarin (dalam buklet yang sudah dapat Anda download). Beliau berkata pada prinsipnya, "Amati saja, tapi jangan dipadamkan." (maksudnya lobha, dosa, moha dll dalam batin kita) Nanti semuanya akan diam dan padam dengan sendirinya. Mungkin Anda sekarang tidak bisa mengerti itu.

Salam,
Hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 13 January 2009, 08:38:25 AM
Pak Hudoyo,
selama bapak menuliskan postingan mengenai MMD dan selama ini pula saya mencoba memperhatikan ,mempelajari dan mempraktekan secara pribadi meskipun kadang muncul pertanyaan iseng ,nakal dan agak nyeleneh soal MMD ini namun saya melihat bahwa dari praktik MMD yang saya coba jalankan selama ini adalah baik adanya.
Karena seperti yang bapak pernah tuliskan bahwa bapak mengobok2 batin karena pandangan yang tidak sama maka timbul perdebatan, dari itu saya telusuri apa yang dimaksud dengan batin yang terobok2 tak lain tak bukan adalah karena kebanyakan orang meditasi sudah terkonsep dalam pikirannya harus begini dan begitu, banyak pemeditasi terutama pemula telah memenjarakan pikirannya sedemikian rupa sehingga apapun praktek meditasi yang dia jalankan tidak menghasilkan apa2 kecuali sensasi yang dimunculkan batin itu sendiri(seperti penggambaran tenang yang tentunya dikonsepkan lagi dari buku2).

Dalam MMD mungkin membalikkan dan membuka penjara pikiran itu sendiri sehingga ketika seseorang pemeditasi tradisional memasuki MMD,batin dia seperti diobok2  berkata "Ini bukan sebenarnya""saya tidak terima""bukan seperti yang saya lakukan". penolakan-penolakan batin ini tentunya tidak akan membawa orang pada keberhasilan Meditasi itu sendiri.
Apa yang bapak terangkan mengenai batin yang padam,melihat namun tidak memaksakan padam,akhirnya saya mengerti jalan naturalnya sebuah pikiran, dan ketika melihat kembali tulisan Ajahn Chah,maka saya lebih mengerti apa yang saya alami dalam praktek MMD itu sendiri.
 _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Jerry on 14 January 2009, 01:54:58 AM
Yup, saya juga merasa sejauh ini adanya kecocokan antara praktik pengembangan saya dgn yg di dalam MMD. Gak pernah ikut sih hanya dr menelaah konsep yg ada. Tp dgn kecenderungan yg berbeda tentunya.

Menurutku, harus berani utk melangkah keluar dari pola pembelajaran yg ada dan mencoba melihat bagaimanakah realita di luar pagar pembatas kita itu?
Tanpa keberanian melangkah keluar dari pakem, realita kita hanyalah sebatas pembenaran dan pen'cocok'an kita dgn apa yg kita pelajari itu. And, di satu waktu yg pas bngt timing momentnya, saya membaca sebuah quote pendek dr JK yg sesuai dg apa yg saya rasakan.
Di saat itu pula saya mencoba utk reset lagi praktik yg saya rasa stuck dan restart. Metode sendiri tentunya. ;D
Hanya sayang rasanya kalo melihat bbrp orang yg segitu kuat penolakan yg timbul sehingga menghalangi utk mempelajari sesuatu diluar jalurnya secara lebih objektif dan tdk terdistorsi pandangan sendiri atau mayoritas. :-?

Sekedar sharing sedikit pengalaman pribadi.

mettacittena
_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 14 January 2009, 07:19:40 AM
Pak Hudoyo,
selama bapak menuliskan postingan mengenai MMD dan selama ini pula saya mencoba memperhatikan ,mempelajari dan mempraktekan secara pribadi meskipun kadang muncul pertanyaan iseng ,nakal dan agak nyeleneh soal MMD ini namun saya melihat bahwa dari praktik MMD yang saya coba jalankan selama ini adalah baik adanya.
Karena seperti yang bapak pernah tuliskan bahwa bapak mengobok2 batin karena pandangan yang tidak sama maka timbul perdebatan, dari itu saya telusuri apa yang dimaksud dengan batin yang terobok2 tak lain tak bukan adalah karena kebanyakan orang meditasi sudah terkonsep dalam pikirannya harus begini dan begitu, banyak pemeditasi terutama pemula telah memenjarakan pikirannya sedemikian rupa sehingga apapun praktek meditasi yang dia jalankan tidak menghasilkan apa2 kecuali sensasi yang dimunculkan batin itu sendiri(seperti penggambaran tenang yang tentunya dikonsepkan lagi dari buku2).

Dalam MMD mungkin membalikkan dan membuka penjara pikiran itu sendiri sehingga ketika seseorang pemeditasi tradisional memasuki MMD,batin dia seperti diobok2  berkata "Ini bukan sebenarnya""saya tidak terima""bukan seperti yang saya lakukan". penolakan-penolakan batin ini tentunya tidak akan membawa orang pada keberhasilan Meditasi itu sendiri.
Apa yang bapak terangkan mengenai batin yang padam,melihat namun tidak memaksakan padam,akhirnya saya mengerti jalan naturalnya sebuah pikiran, dan ketika melihat kembali tulisan Ajahn Chah,maka saya lebih mengerti apa yang saya alami dalam praktek MMD itu sendiri.
 _/\_


Rekan Nyanadhana,

Wah, saya turut bermudita-citta membaca posting Anda kali ini. Ternyata, seperti yang Anda tekankan, kesadaran itu universal, dan baru terbuka setelah orang terbebas dari belenggu-belenggu konsep-konsep yang ada di kepalanya.

Yang saya harapkan, agar rekan-rekan pemeditasi vipassana yang lain, sepeti Fabian dsb, juga pada akhirnya memperoleh pencerahan seperti Anda. Sayang sekali, bukan, kalau orang bermeditasi sekian tahun lamanya, tepi batinnya tetap tertutup oleh konsep-konsep doktirn yang ada di kepalanya.

Sekali lagi, turut bermudita-citta.

Salam,
Hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 14 January 2009, 07:25:59 AM
Yup, saya juga merasa sejauh ini adanya kecocokan antara praktik pengembangan saya dgn yg di dalam MMD. Gak pernah ikut sih hanya dr menelaah konsep yg ada. Tp dgn kecenderungan yg berbeda tentunya.

Menurutku, harus berani utk melangkah keluar dari pola pembelajaran yg ada dan mencoba melihat bagaimanakah realita di luar pagar pembatas kita itu?
Tanpa keberanian melangkah keluar dari pakem, realita kita hanyalah sebatas pembenaran dan pen'cocok'an kita dgn apa yg kita pelajari itu. And, di satu waktu yg pas bngt timing momentnya, saya membaca sebuah quote pendek dr JK yg sesuai dg apa yg saya rasakan.
Di saat itu pula saya mencoba utk reset lagi praktik yg saya rasa stuck dan restart. Metode sendiri tentunya. ;D
Hanya sayang rasanya kalo melihat bbrp orang yg segitu kuat penolakan yg timbul sehingga menghalangi utk mempelajari sesuatu diluar jalurnya secara lebih objektif dan tdk terdistorsi pandangan sendiri atau mayoritas. :-?

Sekedar sharing sedikit pengalaman pribadi.

mettacittena
_/\_

Terima kasih banyak, Rekan Xuvie.

Tinggal satu pertanyaan teoretis kepada para moderator DC: "MMD itu meditasi Buddhis atau bukan?"

Kalau bukan, bagaimana mungkin Sri Pannyavaro Mahathera mendukung dan melibatkan diri langsung dengan MMD?

Kalau MMD meditasi Buddhis, kenapa di DC di taruh di tempatnya yang seperti sekarang? ... :)

Ah, tapi itu tidak penting buat saya. Mungkin penting buat para admin DC sendiri ... :) ... karena merekalah yang mengatur semua ini.

Salam,
Hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Jerry on 14 January 2009, 08:08:05 AM
Yah.. bergantung pd opini mainstream dan yg punya otoritas juga akhirnya. Jawabannya biar masing2 yg tentuin saja.
Saya lebih sreg dg ungkapan kuno 'Siwa Buddha tat twa bhinneka tunggal ika. Tanhana Dharma Mangrwa'. So mau dilabeli Buddhis, atau ngga .. Kasih daaahh.. :D

mettacittena
_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 14 January 2009, 08:31:25 AM
<< Jawabannya biar masing2 yg tentuin saja. >>

Ya, setuju. ... Tapi kalau orang punya posisi sebagai admin dari sebuah forum diskusi, itu bukan "masing-masing tentuin sendiri", melainkan ia bisa menggiring opini para member.

Salam
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 14 January 2009, 08:35:29 AM
wah... wahh... ternyata masih bo kangguan :))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 14 January 2009, 08:38:46 AM
o iya, nggantung terus ... sampai akhir zaman
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Jerry on 14 January 2009, 08:51:15 AM
Ada penggiringan atau tidak, kurang bermanfaat utk diduga2. :)
Andai ada, Berarti ybs memilih utk digiring, bkn melalui ehipassiko sendiri. Bener dong 'masing2 tentuin sendiri', pak? Yaitu dia menentukan pilihannya utk bergantung pd mainstream dan otoritas.
Ya kembali lagi, apakah mau tetap dlm kandang yg nyaman, dan takut dibuang kelompok atau mencari kebebasan sendiri. :)

_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 14 January 2009, 09:04:40 AM
<< Ada penggiringan atau tidak, kurang bermanfaat utk diduga2. >>

Ini bukan dugaan, melainkan fakta dari setiap kelompok di mana saja di mana ada otoritas; sekalipun cuma dalam bentuk moderator yang berhak menentukan mana yang Buddhis dan mana yang non-Buddhis.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Jerry on 14 January 2009, 09:23:24 AM
Maksud saya td, saya yg menduga2 pak. hehe.. Secara saya bkn yg terlibat lsg.
Karenanya saya merasa kurang bermanfaat utk menduga2 lebih lanjut. :)
Pasti. Dan posisi otoritas itu memang diperlukan di kelompok manapun menurutku. Maap kl salah ^:)^

mettacittena
_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: marcedes on 14 January 2009, 09:23:45 AM
pak hudoyo.

sy agak bingung.......saya beri contoh saja.

pada saat perbuatan kita lakukan baik itu atau buruk...............

jika telah melakukan action.....persis yang anda bilang langkah 1.
terus....apakah yang membedakan perbuatan itu baik atau buruk jikalau bukan "aku" yang menimang?

misalkan seorang arahat melakukan perbuatan....kalau bukan "aku" ----> pencerapan mengenai hal baik dan buruk....apakah dimata arahat perbuatan itu semua "sama"

sy rasa ada yang namanya langkah#2...."ini baik" ini buruk"................

Y.M Sariputta saja memuji kesaktian saudara nya Y.M Maha Monggalana.......
seperti "sungguh mengaggumkan kesaktian anda"-dsb-nya
nah dari sini jika bukan "aku" siapa yang menilai?

jika persepsi pada langkah #1,maka seharus nya Sariputta tidak memuji-nya juga tidak mencela-nya.....karena itu merupakan hanya fenomena.

apakah pada batin seperti itu muncul "ini menganggumkan" "ini tidak menganggumkan"?

demikian pada waktu Y.M MahaKassapa...."sebaiknya saya mengadakan sidang Sangha demi melestarikan Buddha Dhamma"...
bukankah ini semua keputusan disebabkan pencerapan ini baik ini tidak baik alias "aku"


mohon bimbingannya _/\_

HUDOYO:

Rekan Marcedes,

Rupanya Anda salah paham tentang proses pikiran sebagaimana diuraikan Sang Buddha dalam Mulapariyaya-sutta.

Dalam langkah #1, yang disebut 'persepsi murni', di situ belum ada pengidentifikasian, pelabelan, apalagi penilaian "ini baik", "itu buruk", "ini boleh", "itu tidak boleh", apalagi TINDAKAN. Semua itu terjadi SESUDAHNYA, yakni pada langkah #2 - #6, ketika muncul si aku/atta, ... lalu si aku itu ber-relasi dengan objek yang dihadapinya ... lalu si aku itu mempunyai keinginan & kehendak (cetana) tertentu terhadap objek itu ... lalu si aku itu bertindak.

Jadi, TINDAKAN seorang biasa (puthujjana) SELALU didahului oleh 'keinginan', kemudian 'kehendak' (cetana). ... Dan itu didasari oleh 'penilaian' tentang 'baik' vs 'buruk', 'boleh' vs 'tidak boleh' dsb.

Nah, tindakan orang biasa seperti itulah yang saya katakan bisa salah: apa yang kita kira benar belakangan ternyata salah, atau sebaliknya. Itulah sebabnya mengapa manusia selalu dirongrong oleh rasa menyesal.

Sedangkan pada seorang arahat, karena tindakannya tidak berasal dari PEMIKIRAN, PERTIMBANGAN dan KEHENDAK--dengan kata lain, tindakan seorang arahat adalah spontan, tanpa lewat pikiran--maka tidak pernah salah.

*****

Sang Buddha kemudian menyarankan kepada para pemeditasi vipassana, agar mengamati batinnya dan tidak membiarkan munculnya si aku/atta, pemikiran, pertimbangan, penilaian benar/salah, boleh/tidak boleh dsb. Dengan kata lain, Sang Buddha menyarankan agar proses batin itu berhenti pada langkah #1 saja (Mulapariyaya-sutta); dalam Bahiya-sutta Sang Buddha mengatakan, agar "berkaitan dengan yang terlihat hanya ada yang terlihat" ... artinya jangan diikuti dengan pengidentifikasian, pelabelan, pembandingan, penilaian baik/buruk, boleh/tidak boleh, keinginan, kehendak, tindakan dsb.

Dalam Bahiya-sutta, dengan tegas Sang Buddha mengatakan, jika kita bisa berada dalam keadaan itu, maka KITA TIDAK ADA LAGI. ... Ini dengan tegas menjawab pertanyaan Anda, "Apakah yang membedakan perbuatan itu baik atau buruk jikalau bukan "aku" yang menimbang?" ... Sang Buddha menegaskan, KALAU KITA BISA BERADA DALAM KESADARAN VIPASSANA ITU, maka KITA TIDAK ADA LAGI, dan ITULAH AKHIR DUKKHA. Jadi, menurut Sang Buddha, tercapainya nibbana (akhir dukkha) harus memenuhi prasyarat, yakni LENYAPNYA AKU/diri/atta.


Quote
sy rasa ada yang namanya langkah#2...."ini baik" ini buruk"................


Anda mau menyanggah Sang Buddha dalam Mulapariyaya-sutta? ... Silakan baca lagi sutta penting itu perlahan-lahan. Jangan sampai kepeleset.

*****

Rekan Marcedes,

Tentang kata-kata Sariputta Thera, Maha Kassapa Thera dsb yang tercantum dalam kitab suci, jangan terlalu dihiraukan. Anda & saya tidak bisa menggunakan rujukan seperti itu untuk MEMAHAMI jalan pikiran seorang arahat. Apalagi kata-kata Maha Kassapa Thera yang Anda kutip; menurut hemat saya pribadi, itu bukan kata-kata seorang arahat, melainkan kata-kata seorang puthujjana (penulis kitab suci itu yang menurut saya belum arahat), karena seorang arahat tidak pernah berpikir "ingin melestarikan apa pun" dalam kehidupan ini, karena hal itu bertentangan dengan hakikat eksistensi yang tidak abadi ini.

Alih-alih mencoba memahami jalan pikiran seorang arahat, saya sarankan lakukanlah tuntunan Sang Buddha dalam Mulapariyaya-sutta dan Bahiya-sutta terhadap pikiran Anda sendiri.

Anda terlalu cepat, dalam waktu 2 hari saja, menarik kesimpulan seperti di atas. Saran saya, lakukan retret vipassana sekurang-kurangnya selama satu minggu. Nanti, kalau Anda berhasil masuk ke dalam keheningan, di mana si aku & pikiran ini berhenti, Anda akan tahu sendiri jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan Anda di atas.

Lebih baik lagi kalau Anda ikut retret MMD, karena hal-hal seperti ini sama sekali tidak dibahas dan tidak dilatih dalam retret vipassana "tradisional" yang diajarkan oleh para bhante yang saya ketahui, kecuali Bhante Pannyavaro, Ajahn Chah, dan mungkin Sayadaw U Tejaniya. Kalau Anda ikut retret MMD, Anda bisa berdiskusi dengan saya sepuas-puasnya setiap malam.

Bacalah wejangan Sri Pannyavaro Mahathera pada pembukaan & penutupan retret MMD Seminggu di Vihara Mendut bulan Desember kemarin (dalam buklet yang sudah dapat Anda download). Beliau berkata pada prinsipnya, "Amati saja, tapi jangan dipadamkan." (maksudnya lobha, dosa, moha dll dalam batin kita) Nanti semuanya akan diam dan padam dengan sendirinya. Mungkin Anda sekarang tidak bisa mengerti itu.

Salam,
Hudoyo

saya mengerti anda katakan......masalah nya ketika mempraktekkan hal ini....seperti nya kebijaksanaan saya malah tertutup dan lebih memilih diam bengong ditempat

misalkan........
sy merasakan gatal......karena sadar maka tidak jadi di garuk.
sy merasakan haus......karena sadar maka tidak jadi minum.
sy merasa badan gerah......karena sadar maka tidak jadi mandi.........

pergi ke vihara pun...bahkan saya tidak ingin namaskara lagi..........karena sadar....tetapi lebih memilih namaskara. akhir nya di lakukan............

bukankah ini namanya sedang salah belajar? mohon bimbingan _/\_


dan keraguan saya menjadi-jadi ketika mengingat fenomena seperti.............
Y.M Sariputta memuji Y.M Mahamoggalana.
Sang buddha sendiri memuji murid nya......seperti Y.M Upali yang terunggul dalam vinaya

dan lebih parah lagi................pada waktu seseorang kenalan bertemu....dia tersenyum.....sy seperti tidak merespon....
dan akhir nya muncul perenungan cepat.....dan sy memilih merespon........

dan bahkan tidak mungkinlah TIPITAKA terbentuk........karena ada "ide"/ "aku" yang ingin menuliskan Tipitaka itu ke Daun.

----------------------------------------------------
di satu sisi saya ingin tanyakan.............

anda kata saya menggerakkan tangan saya ke-atas...............yang manakah lebih dulu.
1.keinginan(cettana) untuk menggerakkan tangan
2.kesadaran(kesadaran pada waktu menggerakkan tangan)_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 14 January 2009, 09:25:11 AM
Seseorang yang tidak melekat pada label tapi ingin punya label =)) =))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: markosprawira on 14 January 2009, 09:39:26 AM
<< Ada penggiringan atau tidak, kurang bermanfaat utk diduga2. >>

Ini bukan dugaan, melainkan fakta dari setiap kelompok di mana saja di mana ada otoritas; sekalipun cuma dalam bentuk moderator yang berhak menentukan mana yang Buddhis dan mana yang non-Buddhis.

Kalo itu terjadi di tiap otoritas, berarti demikian juga di MMD?

ada penggiringan dari otoritas MMD? bhw MMD itu buddhis?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: andry on 14 January 2009, 09:41:46 AM
 [at] kawan2 sedhamma, hati2 terjebak
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Jerry on 14 January 2009, 10:10:32 AM
[at] marcedes
IMO, itu kan kalau hanya dalam bentuk sati murni. Kalau diaplikasiin ke dlm tindakan jg bisa dong, yaitu mengerti jg ttg tindakan yg dilakukan, jadinya sati-sampajanna. Dan tindakan yg akan diambil direfleksikan melalui pemikiran bijaksana alias yoniso manasikara. So ngga harus sati murni aja. yg penting dlm tindakannya ada unsur 'sati'-nya.

Dlm Hatthipada desana, Sang Buddha menyatakan, "seperti jejak kaki hewan2 yang dapat termuat dalam jejak kaki seekor gajah, demikian pula kewaspadaan (appamada) dhamma yang terkandung dalam sila, samadhi, panna."

Semoga sedikit membantu.
Mohon koreksi jika ada yg salah. cmiiw :)

mettacittena
_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 14 January 2009, 10:18:17 AM
<< Ada penggiringan atau tidak, kurang bermanfaat utk diduga2. >>

Ini bukan dugaan, melainkan fakta dari setiap kelompok di mana saja di mana ada otoritas; sekalipun cuma dalam bentuk moderator yang berhak menentukan mana yang Buddhis dan mana yang non-Buddhis.

Memang betul pihak yang "berkuasa" cenderung lebih "diikuti". Tetapi setiap orang tetap bisa menentukan sikapnya sendiri kok. Seperti saya sekarang bilang terang-terangan kalau MMD tidak bertentangan dengan Buddhisme.


Seseorang yang tidak melekat pada label tapi ingin punya label =)) =))
Andaikan saya baca Tipitaka, mendapatkan suatu ajaran dan meneruskannya pada orang lain. Lalu saya mengatakan itu BUKAN ajaran Buddha, tetapi saya buat sendiri, maka saya adalah orang yang tidak tahu malu.


[at] kawan2 sedhamma, hati2 terjebak
Betul, harus hati2.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 14 January 2009, 10:27:30 AM

Seseorang yang tidak melekat pada label tapi ingin punya label =)) =))
Andaikan saya baca Tipitaka, mendapatkan suatu ajaran dan meneruskannya pada orang lain. Lalu saya mengatakan itu BUKAN ajaran Buddha, tetapi saya buat sendiri, maka saya adalah orang yang tidak tahu malu.

Berarti maitreya adalah aliran buddha gitu maksudnya?
Lu sheng yen mengaku Buddha hidup berarti yang tidak mengakui harus malu?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 14 January 2009, 10:36:29 AM
Apa tidak bisa diibaratkan perumpamaan orang buta dan gajah?
Bagi MMD satu orang buta sudah cukup untuk menggambarkan gajah (ajaran Buddha), Bagi Buddhist Tripitaka saya rasa paling lengkap untuk menggambarkan gajah (ajaran Buddha)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 14 January 2009, 10:38:42 AM
Berarti maitreya adalah aliran buddha gitu maksudnya?
Lu sheng yen mengaku Buddha hidup berarti yang tidak mengakui harus malu?

Coba berikan metode MMD yang tidak sesuai dengan Dhamma.
Kalau untuk contoh Maitreya, saya kasih satu: 1. Upacara bisa menyelamatkan/mengubah kamma. Itu tidak ada dalam Dhamma.

Bukan masalah apa yang diakui oleh Lu Sheng Yen, tetapi apakah yang diajarkan oleh Lu Sheng Yen?
Kalau dia mengajar Buddhisme lalu dia katakan bahwa itu adalah "Lu-Shen-Yen-isme" maka dia tidak tahu malu.
Jika dia mengajar "Lu-Sheng-Yen-isme" tapi bilangnya Buddhisme, maka seperti aliran Maitreya.

Kalau dia mengaku Buddha, itu sih silahkan saja. Semua orang juga boleh mengaku Buddha, Sotapanna, dll. ;D

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 14 January 2009, 10:39:31 AM
Apa tidak bisa diibaratkan perumpamaan orang buta dan gajah?
Bagi MMD satu orang buta sudah cukup untuk menggambarkan gajah (ajaran Buddha), Bagi Buddhist Tripitaka saya rasa paling lengkap untuk menggambarkan gajah (ajaran Buddha)

Ini saya setuju. MMD BUKANLAH KESELURUHAN ajaran Buddha. Sama juga Tipitaka dan metode lain, BUKANLAH KESELURUHAN ajaran Buddha.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 14 January 2009, 10:46:09 AM
Berarti maitreya adalah aliran buddha gitu maksudnya?
Lu sheng yen mengaku Buddha hidup berarti yang tidak mengakui harus malu?

Coba berikan metode MMD yang tidak sesuai dengan Dhamma.
Kalau untuk contoh Maitreya, saya kasih satu: 1. Upacara bisa menyelamatkan/mengubah kamma. Itu tidak ada dalam Dhamma.

Bukan masalah apa yang diakui oleh Lu Sheng Yen, tetapi apakah yang diajarkan oleh Lu Sheng Yen?
Kalau dia mengajar Buddhisme lalu dia katakan bahwa itu adalah "Lu-Shen-Yen-isme" maka dia tidak tahu malu.
Jika dia mengajar "Lu-Sheng-Yen-isme" tapi bilangnya Buddhisme, maka seperti aliran Maitreya.

Kalau dia mengaku Buddha, itu sih silahkan saja. Semua orang juga boleh mengaku Buddha, Sotapanna, dll. ;D


MMD tidak sesuai atau sesuai bukanlah suatu hal yang penting bagi saya, tapi sepertinya yang empunya yang punya kepentingan tersendiri ingin diakui dalam ajaran sang Buddha dimana itu bertolak belakang dengan tujuannya :)
Ajaran dhamma sang Buddha itu untuk semua orang, MMD kenapa harus ada keinginan diakui Buddhis? Apa Krisnamurti dia ngotot ingin diakui ajarannya sama dengan Buddha?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Jerry on 14 January 2009, 10:52:46 AM
Mahapadesa atau 4 Great Reverences yang dinyatakan dalam Maha Parinibbana Sutta, atau sama dgn AN 4.180 <cmiiw>

Spoiler: ShowHide
EMPAT MACAM KEWIBAWAAN

Pada suatu hari Sang Bhagava menasehati para
bhikkhu : "Para bhikkhu, sekarang kami akan
menjelaskan tentang empat macam kewibawaan
(mahapadesa), dengarkan dan perhatikan dengan
seksama." "Baiklah, bhante," jawab para bhikkhu.

Seorang bhikkhu mungkin berkata : "Di depan dan
dari mulut Sang Bhagava sendiri saya mendengar dan
menerima pernyataan : "Ini dhamma, ini vinaya, ini
ajaran Guru."

Para bhikkhu, kata-kata yang diungkapkan oleh
bhikkhu itu seharusnya tidak diterima dengan pujian
atau pun celaan. Tanpa pujian dan celaan semua kata
dan ungkapan itu haruslah dimengerti dengan baik dan
dibandingkan dengan Sutta dan Vinaya. Bila setelah
dibandingkan, kata-kata dan ungkapan itu tidak sesuai
dengan Sutta dan Vinaya, maka kamu sekalian dapat
menyimpulkan bahwa sesungguhnya itu bukan ucapan Sang
Bhagava dan telah disalahmengerti oleh bhikkhu itu.
Kamu sekalian harus menolak pernyataan itu. Tetapi,
jikalau kata-kata dan ungkapan itu sesuai dengan Sutta
dan Vinaya, maka kamu sekalian dapat menyimpulkan
bahwa sesungguhnya itu ucapan Sang Bhagava dan telah
dimengerti dengan baik oleh bhikkhu itu. Ini harus
diterima sebagai Mahapadesa pertama.

Seorang bhikkhu mungkin berkata : "Di tempat
tertentu ada Sangha dengan para thera dan pemimpinnya.
Di depan Sangha itu saya mendengar dan menerima
pernyataan : "Ini dhamma, ini vinaya, ini ajaran
Guru." Para bhikkhu, kata-kata yang diungkapkan oleh
bhikkhu itu seharusnya tidak diterima dengan pujian
atau pun celaan .... Ini harus diterima sebagi
Mahapadesa kedua.

Seorang bhikkhu mungkin berkata: "Di tempat
tertentu ada banyak bhikkhu thera dalam Sangha yang
telah banyak belajar, berkeyakinan sama dengan para
pendahulu, banyak mengetahui dhamma, vinaya dan
menguasai matika (ikhtisar). Di depan para bhikkhu
thera itu saya mendengar dan menerima pernyataan :
"Ini dhamma, ini vinaya dan ini ajaran Guru." Para
bhikkhu, kata-kata yang diungkapkan oleh bhikkhu itu
seharusnya tidak diterima dengan pujian atau pun
celaan .... Ini harus diterima sebagai Mahapadesa
ketiga.

Seorang bhikkhu mungkin berkata: "Di tempat
tertentu ada seorang bhikkhu yang telah banyak
belajar, berkeyakinan sama dengan para pendahulu,
banyak mengetahui dhamma, vinaya dan menguasai matika
(iktisar). Di depan bhikkhu tersebut saya mendengar
dan menerima pernyataan: "Ini dhamma, ini vinaya dan
ini ajaran Guru."

Para bhikkhu, kata-kata yang diungkapkan oleh
bhikkhu itu seharusnya tidak diterima dengan pujian
maupun celaan. Tanpa pujian dan celaan semua kata dan
ungkapan itu haruslah dimengerti dengan baik dan
dibandingkan dengan Sutta dan Vinaya. Bila setelah
dibandingkan, kata-kata dan ungkapan itu tidak sesuai
dengan Sutta dan Vinaya, maka kamu sekalian dapat
menyimpulkan bahwa sesungguhnya itu bukan ucapan Sang
Bhagava dan telah disalahmengerti oleh bhikkhu itu.
Kamu sekalian harus menolak pernyataan itu. Tetapi,
jikalau kata-kata dan ungkapan itu sesuai dengan Sutta
dan Vinaya, maka kamu sekalian dapat menyimpulkan
bahwa sesungguhnya itu ucapan Sang Bhagava dan telah
dimengerti dengan baik oleh bhikkhu itu. Ini harus
diterima sebagai Mahapadesa keempat."

<note: scara pribadi saya lebih suka mengartikan pujian-celaan dalam menanggapi sebagai penerimaan-penolakan>



Kalau utk posisi free thinker, acuannya adlh Kalama Sutta.
Sedangkan utk pengikut Buddha, dgn inilah kita seharusnya mengacu pd Dhamma(kini Sutta)-Vinaya, utk mengetahui sebuah ajaran/pandangan yg mengaku sbg ajaran Buddha adlh benar atau tidak. :)

Jd tentang MMD, Maitreya, dan TBS, silahkan diacu dgn Mahapadesa ini. :)


[at] Om Ryu
Benerkah praktisi MMD seperti seorang buta menggambarkan gajah? Atau hanya pendapat pribadi yg terjebak dlm dikotomi? Boleh minta contoh konkret? Krn saya memang tdk mengikuti semua bahasan yg pernah ada. :)

Keseluruhan ajaran Buddha ckp simple sbenernya, tp dlm pengaplikasiannya itu yg berbeda cara tergantung tiap2 praktisi sehingga menjadi banyak. Keseluruhan ajaran Buddha ada dikatakan dlm Simsapa Sutta, atau secara lengkapnya yaitu Dhammacakkapavattana Sutta. Yaitu ttg dukkha.

Tambahan:
Kenyataannya MMD memang mengacu pd harmoni jalan tengah antara khotbah Sang Buddha dlm Bahiya Sutta dgn Krishnamurti kan?
Dan apakah hanya yg menghapal keseluruhan isi Tipitaka lah yg bisa mengetahui gambaran seekor gajah? Atau yg menangkap esensi dibalik kitab itu?

no offense means.. cmiiw

mettacittena
_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 14 January 2009, 10:55:01 AM
MMD tidak sesuai atau sesuai bukanlah suatu hal yang penting bagi saya, tapi sepertinya yang empunya yang punya kepentingan tersendiri ingin diakui dalam ajaran sang Buddha dimana itu bertolak belakang dengan tujuannya :)
Ajaran dhamma sang Buddha itu untuk semua orang, MMD kenapa harus ada keinginan diakui Buddhis? Apa Krisnamurti dia ngotot ingin diakui ajarannya sama dengan Buddha?

Kalau masalah pribadi yang punya, saya tidak tahu. Saya hanya lihat metode-nya saja.
Para bhikkhu yang mengajarkan meditasi, belum tentu sudah Arahat dan mungkin saja masih melakukan kesalahan2 seperti kita. Tetapi kita tetap menghargai ajarannya. Tidak cocok kalau kita tidak bilang "dia aja belom arahat, mau sok ngajar meditasi" atau "kalau orangnya belum Arahat, meditasinya pasti ngaco".

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 14 January 2009, 11:08:28 AM
MMD tidak sesuai atau sesuai bukanlah suatu hal yang penting bagi saya, tapi sepertinya yang empunya yang punya kepentingan tersendiri ingin diakui dalam ajaran sang Buddha dimana itu bertolak belakang dengan tujuannya :)
Ajaran dhamma sang Buddha itu untuk semua orang, MMD kenapa harus ada keinginan diakui Buddhis? Apa Krisnamurti dia ngotot ingin diakui ajarannya sama dengan Buddha?

Kalau masalah pribadi yang punya, saya tidak tahu. Saya hanya lihat metode-nya saja.
Para bhikkhu yang mengajarkan meditasi, belum tentu sudah Arahat dan mungkin saja masih melakukan kesalahan2 seperti kita. Tetapi kita tetap menghargai ajarannya. Tidak cocok kalau kita tidak bilang "dia aja belom arahat, mau sok ngajar meditasi" atau "kalau orangnya belum Arahat, meditasinya pasti ngaco".


Buddha bisa banyak pengikut karena beliau mengaplikasikan apa yang diajarkannya dan selaras :)

bhikkhu yang mengajarkan meditasi, belum tentu sudah Arahat dan mungkin saja masih melakukan kesalahan2 seperti kita betul, tapi yang terpenting beliau harus menjalankan vinaya khan?
Contoh seseorang menolak/anti poligami tapi dia sendiri poligami, aneh tidak?
Seseorang mengajarkan melepas konsep, tapi dia sendiri terkurung oleh konsepnya sendiri.

Kalau orang yang masih melakukan hubungan sex saya meragukan orang itu sudah menghilangkan keakuannya :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 14 January 2009, 11:12:03 AM
Mahapadesa atau 4 Great Reverences yang dinyatakan dalam Maha Parinibbana Sutta, atau sama dgn AN 4.180 <cmiiw>

Spoiler: ShowHide
EMPAT MACAM KEWIBAWAAN

Pada suatu hari Sang Bhagava menasehati para
bhikkhu : "Para bhikkhu, sekarang kami akan
menjelaskan tentang empat macam kewibawaan
(mahapadesa), dengarkan dan perhatikan dengan
seksama." "Baiklah, bhante," jawab para bhikkhu.

Seorang bhikkhu mungkin berkata : "Di depan dan
dari mulut Sang Bhagava sendiri saya mendengar dan
menerima pernyataan : "Ini dhamma, ini vinaya, ini
ajaran Guru."

Para bhikkhu, kata-kata yang diungkapkan oleh
bhikkhu itu seharusnya tidak diterima dengan pujian
atau pun celaan. Tanpa pujian dan celaan semua kata
dan ungkapan itu haruslah dimengerti dengan baik dan
dibandingkan dengan Sutta dan Vinaya. Bila setelah
dibandingkan, kata-kata dan ungkapan itu tidak sesuai
dengan Sutta dan Vinaya, maka kamu sekalian dapat
menyimpulkan bahwa sesungguhnya itu bukan ucapan Sang
Bhagava dan telah disalahmengerti oleh bhikkhu itu.
Kamu sekalian harus menolak pernyataan itu. Tetapi,
jikalau kata-kata dan ungkapan itu sesuai dengan Sutta
dan Vinaya, maka kamu sekalian dapat menyimpulkan
bahwa sesungguhnya itu ucapan Sang Bhagava dan telah
dimengerti dengan baik oleh bhikkhu itu. Ini harus
diterima sebagai Mahapadesa pertama.

Seorang bhikkhu mungkin berkata : "Di tempat
tertentu ada Sangha dengan para thera dan pemimpinnya.
Di depan Sangha itu saya mendengar dan menerima
pernyataan : "Ini dhamma, ini vinaya, ini ajaran
Guru." Para bhikkhu, kata-kata yang diungkapkan oleh
bhikkhu itu seharusnya tidak diterima dengan pujian
atau pun celaan .... Ini harus diterima sebagi
Mahapadesa kedua.

Seorang bhikkhu mungkin berkata: "Di tempat
tertentu ada banyak bhikkhu thera dalam Sangha yang
telah banyak belajar, berkeyakinan sama dengan para
pendahulu, banyak mengetahui dhamma, vinaya dan
menguasai matika (ikhtisar). Di depan para bhikkhu
thera itu saya mendengar dan menerima pernyataan :
"Ini dhamma, ini vinaya dan ini ajaran Guru." Para
bhikkhu, kata-kata yang diungkapkan oleh bhikkhu itu
seharusnya tidak diterima dengan pujian atau pun
celaan .... Ini harus diterima sebagai Mahapadesa
ketiga.

Seorang bhikkhu mungkin berkata: "Di tempat
tertentu ada seorang bhikkhu yang telah banyak
belajar, berkeyakinan sama dengan para pendahulu,
banyak mengetahui dhamma, vinaya dan menguasai matika
(iktisar). Di depan bhikkhu tersebut saya mendengar
dan menerima pernyataan: "Ini dhamma, ini vinaya dan
ini ajaran Guru."

Para bhikkhu, kata-kata yang diungkapkan oleh
bhikkhu itu seharusnya tidak diterima dengan pujian
maupun celaan. Tanpa pujian dan celaan semua kata dan
ungkapan itu haruslah dimengerti dengan baik dan
dibandingkan dengan Sutta dan Vinaya. Bila setelah
dibandingkan, kata-kata dan ungkapan itu tidak sesuai
dengan Sutta dan Vinaya, maka kamu sekalian dapat
menyimpulkan bahwa sesungguhnya itu bukan ucapan Sang
Bhagava dan telah disalahmengerti oleh bhikkhu itu.
Kamu sekalian harus menolak pernyataan itu. Tetapi,
jikalau kata-kata dan ungkapan itu sesuai dengan Sutta
dan Vinaya, maka kamu sekalian dapat menyimpulkan
bahwa sesungguhnya itu ucapan Sang Bhagava dan telah
dimengerti dengan baik oleh bhikkhu itu. Ini harus
diterima sebagai Mahapadesa keempat."

<note: scara pribadi saya lebih suka mengartikan pujian-celaan dalam menanggapi sebagai penerimaan-penolakan>



Kalau utk posisi free thinker, acuannya adlh Kalama Sutta.
Sedangkan utk pengikut Buddha, dgn inilah kita seharusnya mengacu pd Dhamma(kini Sutta)-Vinaya, utk mengetahui sebuah ajaran/pandangan yg mengaku sbg ajaran Buddha adlh benar atau tidak. :)

Jd tentang MMD, Maitreya, dan TBS, silahkan diacu dgn Mahapadesa ini. :)


[at] Om Ryu
Benerkah praktisi MMD seperti seorang buta menggambarkan gajah? Atau hanya pendapat pribadi yg terjebak dlm dikotomi? Boleh minta contoh konkret? Krn saya memang tdk mengikuti semua bahasan yg pernah ada. :)

Keseluruhan ajaran Buddha ckp simple sbenernya, tp dlm pengaplikasiannya itu yg berbeda cara tergantung tiap2 praktisi sehingga menjadi banyak. Keseluruhan ajaran Buddha ada dikatakan dlm Simsapa Sutta, atau secara lengkapnya yaitu Dhammacakkapavattana Sutta. Yaitu ttg dukkha.

Tambahan:
Kenyataannya MMD memang mengacu pd harmoni jalan tengah antara khotbah Sang Buddha dlm Bahiya Sutta dgn Krishnamurti kan?
Dan apakah hanya yg menghapal keseluruhan isi Tipitaka lah yg bisa mengetahui gambaran seekor gajah? Atau yg menangkap esensi dibalik kitab itu?

no offense means.. cmiiw

mettacittena
_/\_
FYI MMD menolak isi sutta yang lain itu sebagai benar2 ucapan sang Buddha, bahkan JMB8 pun juga. Yang benar2 ajaran Buddha adalah Bahiya dan Malunkya sebagai acuan MMD + ajaran Krisnamurti
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 14 January 2009, 11:13:30 AM
Buddha bisa banyak pengikut karena beliau mengaplikasikan apa yang diajarkannya dan selaras :)

bhikkhu yang mengajarkan meditasi, belum tentu sudah Arahat dan mungkin saja masih melakukan kesalahan2 seperti kita betul, tapi yang terpenting beliau harus menjalankan vinaya khan?
Contoh seseorang menolak/anti poligami tapi dia sendiri poligami, aneh tidak?
Seseorang mengajarkan melepas konsep, tapi dia sendiri terkurung oleh konsepnya sendiri.

Kalau orang yang masih melakukan hubungan sex saya meragukan orang itu sudah menghilangkan keakuannya :)

Saya tidak masalah jika orang masih merokok mengajarkan pada saya tentang bahayanya merokok, jika memang ajarannya sesuai dengan kenyataan.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: williamhalim on 14 January 2009, 11:19:08 AM
Buddha bisa banyak pengikut karena beliau mengaplikasikan apa yang diajarkannya dan selaras :)

bhikkhu yang mengajarkan meditasi, belum tentu sudah Arahat dan mungkin saja masih melakukan kesalahan2 seperti kita betul, tapi yang terpenting beliau harus menjalankan vinaya khan?
Contoh seseorang menolak/anti poligami tapi dia sendiri poligami, aneh tidak?
Seseorang mengajarkan melepas konsep, tapi dia sendiri terkurung oleh konsepnya sendiri.

Kalau orang yang masih melakukan hubungan sex saya meragukan orang itu sudah menghilangkan keakuannya :)

Saya tidak masalah jika orang masih merokok mengajarkan pada saya tentang bahayanya merokok, jika memang ajarannya sesuai dengan kenyataan.


Yang menjadi LUCU jika:

Seseorang yg belum bisa berhenti merokok namun mengajarkan 'cara untuk berhenti merokok....'

Mending ikutin trik2 dari buku2 yg ditulis oleh orang yg sudah berhasil berhenti merokok.

::
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 14 January 2009, 11:19:34 AM
Dah ah kaga akan ada abisnya =)) orangnya juga lagi kaga ada =))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 14 January 2009, 11:26:25 AM
Yang menjadi LUCU jika:

Seseorang yg belum bisa berhenti merokok namun mengajarkan 'cara untuk berhenti merokok....'

Mending ikutin trik2 dari buku2 yg ditulis oleh orang yg sudah berhasil berhenti merokok.

::


Itulah saya dari tadi minta bagian mana dari "trik berhenti merokok oleh yang belum berhenti merokok", yang tidak sesuai dengan "trik berhenti merokok oleh yang sudah berhenti merokok". Kalau tetap sesuai, kenapa harus mendiskriminasikan yang satunya?

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: N1AR on 14 January 2009, 11:31:23 AM
bagaimana dia tahu cara berhenti rokok kalau dia masi merokok
dhamma adalah penganti buddha kan, kalau tidak mengikuti
trik dari buku juga yg pentingkan mau berhenti rokok
he... misih numpang lewat
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Nevada on 14 January 2009, 11:32:27 AM
Bukankah para praktisi MMD hanyalah para meditator?
MMD bukan aliran atau agama 'kan?

Kalau benar, seharusnya fokus dari MMD ini sendiri adalah praktek dan metode dalam bermeditasi. Tidak perlu terlalu mengaitkan diri dengan wejangan-wejangan agama...  
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: williamhalim on 14 January 2009, 11:33:10 AM
Yang menjadi LUCU jika:

Seseorang yg belum bisa berhenti merokok namun mengajarkan 'cara untuk berhenti merokok....'

Mending ikutin trik2 dari buku2 yg ditulis oleh orang yg sudah berhasil berhenti merokok.

::


Itulah saya dari tadi minta bagian mana dari "trik berhenti merokok oleh yang belum berhenti merokok", yang tidak sesuai dengan "trik berhenti merokok oleh yang sudah berhenti merokok". Kalau tetap sesuai, kenapa harus mendiskriminasikan yang satunya?



Banyak gak sesuai nya Fren...
karena trik2nya gak sesuai lah maka semua diskusi panjang lebar ini terjadi...
kalo trik nya sesuai malah nggak akan panjang begini.

karena ada yg bilang: "trik nya sesuai dgn ajaran utama" dan ada yg bilang "trik nya ga sesuai dgn ajaran yg utama"... karena buntu, maka langkah selanjutnya kita lihat deh si pengajar: udah berhasilkah trik yg dia ajarkan tsb pada dirinya dan murid2nya? Ternyata hasilnya bisa kita lihat sendiri...

nggak mau berpolemik dan nggak mau menyinggung pribadi... cuman beginilah jalan cerita dari awalnya.... menurutku...

::
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Jerry on 14 January 2009, 11:36:00 AM
Keakuan yg udah hilang pd seorang sotapanna dgn mengatasi pandangan salah ttg diri itu pun gak bisa mencegah seorang sotapanna utk jatuh cinta dan berumah tangga termasuk bonusnya melakukan seks lho om. Demikian jg seorang sakadagami hanya mampu melemahkan yg namanya nafsu. ;D

Seperti kata om K9, kalau memang benar ya benar. Bkn krn ada bagian yg dirasa gak cocok lsg disangkal smuanya. Ya.. Plng idealnya harus sperti Sang Buddha, ajaran-Nya selaras dgn tindakan-Nya. tp susah toh? Kan katanya jg ga mgkn ada 2 Samma Sambuddha dlm 1 masa hehe.. :D

Menurut saya, proses distorsi dari makna sebenarnya dhamma-vinaya pasti gak terhindarkan dlm proses penerjemahan plus melewati rentang waktu 2500tahun.
Tp boleh minta link sperti yg disebutin om di atas?

Hmm.. Bener juga.. ngga akan ada habisnya. Toh, kalo cm sekedar konsep sejauh tdk dibarengin pengembangan ya ujung2nya jd doktrin doank. jadi konsep kontra konsep deh.. kontrasepsi dong? :)) :-[
Geusan ah..

mettacittena
_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Nevada on 14 January 2009, 11:38:32 AM
bagaimana dia tahu cara berhenti rokok kalau dia masi merokok
dhamma adalah penganti buddha kan, kalau tidak mengikuti
trik dari buku juga yg pentingkan mau berhenti rokok
he... misih numpang lewat

Jangan mengabaikan nasehat baik dari orang lain, sekalipun yang bersangkutan belum mampu menjalankannya dengan sempurna.

Ada orang yang lebih matang dalam berteori, namun masih belum sanggup untuk mempraktekkannya dengan sempurna. Justru dari nasehat orang lain ini, kita bisa semakin mengembangkan diri. Kita memakai nasehatnya sebagai 'batu pijakan'. Dari satu langkah ini, kita memposisikan diri untuk lebih mengembangkan diri. Alangkah baiknya kalau kita pun menjadi orang yang teori dan prakteknya sejalan.

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: williamhalim on 14 January 2009, 11:42:54 AM
Jangan mengabaikan nasehat baik dari orang lain, sekalipun yang bersangkutan belum mampu menjalankannya dengan sempurna.

Betul sekali, sesuai dengan kalama sutta: buktikan pada diri sendiri, jika terbukti benar jadikan pegangan hidup kita

Quote
Ada orang yang lebih matang dalam berteori, namun masih belum sanggup untuk mempraktekkannya dengan sempurna. Justru dari nasehat orang lain ini, kita bisa semakin mengembangkan diri. Kita memakai nasehatnya sebagai 'batu pijakan'. Dari satu langkah ini, kita memposisikan diri untuk lebih mengembangkan diri. Alangkah baiknya kalau kita pun menjadi orang yang teori dan prakteknya sejalan.

Justru itu, paling ideal menerima nasehat dari orang yg 'teori dan prakteknya sejalan'.
Dan memang ada orang2 / guru yg begini sekarang, tidak banyak memang, namun masih ada.

::
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 14 January 2009, 11:45:19 AM
bagaimana dia tahu cara berhenti rokok kalau dia masi merokok
dhamma adalah penganti buddha kan, kalau tidak mengikuti
trik dari buku juga yg pentingkan mau berhenti rokok
he... misih numpang lewat

Karena dia baca panduan dari "yang sudah berhenti merokok" dan diadaptasi sesuai dirinya sendiri. Dia TIDAK membuat panduan itu sendiri.


Banyak gak sesuai nya Fren...
karena trik2nya gak sesuai lah maka semua diskusi panjang lebar ini terjadi...
kalo trik nya sesuai malah nggak akan panjang begini.

karena ada yg bilang: "trik nya sesuai dgn ajaran utama" dan ada yg bilang "trik nya ga sesuai dgn ajaran yg utama"... karena buntu, maka langkah selanjutnya kita lihat deh si pengajar: udah berhasilkah trik yg dia ajarkan tsb pada dirinya dan murid2nya? Ternyata hasilnya bisa kita lihat sendiri...

nggak mau berpolemik dan nggak mau menyinggung pribadi... cuman beginilah jalan cerita dari awalnya.... menurutku...

::
Bukan orangnya lho... Bukan kelakuan, pribadi, atau perkataannya, tapi "trik"-nya ;D


Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: N1AR on 14 January 2009, 11:48:48 AM
:jempol:
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Nevada on 14 January 2009, 11:52:12 AM
Quote from: williamhalim
Quote
Ada orang yang lebih matang dalam berteori, namun masih belum sanggup untuk mempraktekkannya dengan sempurna. Justru dari nasehat orang lain ini, kita bisa semakin mengembangkan diri. Kita memakai nasehatnya sebagai 'batu pijakan'. Dari satu langkah ini, kita memposisikan diri untuk lebih mengembangkan diri. Alangkah baiknya kalau kita pun menjadi orang yang teori dan prakteknya sejalan.

Justru itu, paling ideal menerima nasehat dari orang yg 'teori dan prakteknya sejalan'.
Dan memang ada orang2 / guru yg begini sekarang, tidak banyak memang, namun masih ada.

::

Tentu saja seorang guru yang patut diteladani adalah seorang guru yang telah merealisasi ajarannya sendiri terlebih dahulu.

Dalam hal ini, saya melihat MMD sebagai metode. Kalau MMD memang memberikan progresif yang baik pada seseorang, bukankah tidak layak jika kita menolaknya mentah-mentah.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: williamhalim on 14 January 2009, 12:14:13 PM

Dalam hal ini, saya melihat MMD sebagai metode. Kalau MMD memang memberikan progresif yang baik pada seseorang, bukankah tidak layak jika kita menolaknya mentah-mentah.

nah yg sy bold tersebut adalah point yg penting...
disinilah letak masalahnya...
banyak contoh kasus, silahkan nilai sendiri....

::
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Nevada on 14 January 2009, 12:16:11 PM

Dalam hal ini, saya melihat MMD sebagai metode. Kalau MMD memang memberikan progresif yang baik pada seseorang, bukankah tidak layak jika kita menolaknya mentah-mentah.

nah yg sy bold tersebut adalah point yg penting...
disinilah letak masalahnya...
banyak contoh kasus, silahkan nilai sendiri....

::


Saya tidak mengenal betul MMD. Kalau yang saya lihat di permukaan, MMD menyumbang nilai positif bagi para meditator... Memangnya ada apa?  ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 14 January 2009, 12:17:40 PM
bagaimana dia tahu cara berhenti rokok kalau dia masi merokok
dhamma adalah penganti buddha kan, kalau tidak mengikuti
trik dari buku juga yg pentingkan mau berhenti rokok
he... misih numpang lewat

Karena dia baca panduan dari "yang sudah berhenti merokok" dan diadaptasi sesuai dirinya sendiri. Dia TIDAK membuat panduan itu sendiri.


Banyak gak sesuai nya Fren...
karena trik2nya gak sesuai lah maka semua diskusi panjang lebar ini terjadi...
kalo trik nya sesuai malah nggak akan panjang begini.

karena ada yg bilang: "trik nya sesuai dgn ajaran utama" dan ada yg bilang "trik nya ga sesuai dgn ajaran yg utama"... karena buntu, maka langkah selanjutnya kita lihat deh si pengajar: udah berhasilkah trik yg dia ajarkan tsb pada dirinya dan murid2nya? Ternyata hasilnya bisa kita lihat sendiri...

nggak mau berpolemik dan nggak mau menyinggung pribadi... cuman beginilah jalan cerita dari awalnya.... menurutku...

::
Bukan orangnya lho... Bukan kelakuan, pribadi, atau perkataannya, tapi "trik"-nya ;D



Berarti Pa Hudoyo ini bisa disamakan dengan Tukang obat tumbuh rambut yang jual obat penumbuh rambut tapi dainya sendiri Botak gitu yak =)) =))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 14 January 2009, 12:19:34 PM
nah yg sy bold tersebut adalah point yg penting...
disinilah letak masalahnya...
banyak contoh kasus, silahkan nilai sendiri....

::


Ajaran adalah ajaran, sedangkan pribadi adalah pribadi. Di mana2 di seluruh dunia juga pasti banyak "umat Buddha" yang walaupun rutin ke vihara, baca paritta, meditasi (sesuai mainstream), tapi kelakuan tetep bejad. Tidak cocok 'kan kalau kita bilang "ajaran Buddha ngaco"? Jadi pribadi2 yang belajar MMD mau jadi apa, ga menjadi tolok ukur MMD itu ngaco ato nggak. Sama juga yang belajar Buddhisme. Sama sekali tidak jadi patokan.

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Jerry on 14 January 2009, 12:20:01 PM
 [at]  opa-saka
Kita masih 'piyik' di DC ;D
Waktu join juga udah mulai gencatan senjata. Apalagi waktu opa-saka join. Perang dah usai hehehe ;D

 [at]  will.i.am
minta contoh kasusnya plis.. pandangan will ttg yg tdk membawa kemajuan dari MMD. :)

mettacittena
_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 14 January 2009, 12:21:57 PM
Berarti Pa Hudoyo ini bisa disamakan dengan Tukang obat tumbuh rambut yang jual obat penumbuh rambut tapi dainya sendiri Botak gitu yak =)) =))

Iya, betul sekali. Bukankah kita semua juga begitu? Kita membicarakan jhana, 31 alam, anicca, dukkha, anatta, punnabhava, macam2 meditasi, bahkan pola pikir Arahat serta nibbana, padahal kita sendiri belum merealisasikannya. Bukankah kita juga seperti itu?

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Jerry on 14 January 2009, 12:26:17 PM
 [at]  ^
tul banget.. :)) :jempol:

_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Lily W on 14 January 2009, 12:29:15 PM
Berarti Pa Hudoyo ini bisa disamakan dengan Tukang obat tumbuh rambut yang jual obat penumbuh rambut tapi dainya sendiri Botak gitu yak =)) =))

Ato jual obat pelangsing tapi dirinye gendut.... gitu yah? ;D :))

_/\_ :lotus:

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 14 January 2009, 12:34:35 PM
nah yg sy bold tersebut adalah point yg penting...
disinilah letak masalahnya...
banyak contoh kasus, silahkan nilai sendiri....

::


Ajaran adalah ajaran, sedangkan pribadi adalah pribadi. Di mana2 di seluruh dunia juga pasti banyak "umat Buddha" yang walaupun rutin ke vihara, baca paritta, meditasi (sesuai mainstream), tapi kelakuan tetep bejad. Tidak cocok 'kan kalau kita bilang "ajaran Buddha ngaco"? Jadi pribadi2 yang belajar MMD mau jadi apa, ga menjadi tolok ukur MMD itu ngaco ato nggak. Sama juga yang belajar Buddhisme. Sama sekali tidak jadi patokan.


Nah sekarang pendirinya saja sudah ngaco bagaimana kebawahnya?
saya rasa harus dari atas dulu khan, bukan dari bawah :)
ibarat sumber mata air sudah jernih, terkontaminasi oleh kotoran khan jadi buruk :)

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: williamhalim on 14 January 2009, 12:35:56 PM

Berarti Pa Hudoyo ini bisa disamakan dengan Tukang obat tumbuh rambut yang jual obat penumbuh rambut tapi dainya sendiri Botak gitu yak =)) =))

begitulah...

ibarat buku "1001 cara menjadi kaya" tapi pengarangnya melarat banget... kira2 gitu

sori, ini berdasarkan pengalaman sy sendiri selama ini... Ada yg mengajarkan 'sadari saja', 'tiada aku', tapi ketersinggungannya tinggi sekali, lebih lepas kontrol dibanding sy... mau belajar apa kalo gitu?
Lagian, metodanya juga nggak 'kena', lihat hasil pada praktisi lain, eh.. ternyata mereka tambah parah... mau apa lagi?

Maaf juga, jika pada akhirnya blak2an begini...

aku stop disini saja, nanti makin open, nggak enak.

::
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 14 January 2009, 12:38:33 PM
Apa sang Buddha pernah mengatakan cara jadi guru yang baik? cara mencari guru yang baik?
ada yang tau?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Lily W on 14 January 2009, 12:41:55 PM
nah yg sy bold tersebut adalah point yg penting...
disinilah letak masalahnya...
banyak contoh kasus, silahkan nilai sendiri....

::


Ajaran adalah ajaran, sedangkan pribadi adalah pribadi. Di mana2 di seluruh dunia juga pasti banyak "umat Buddha" yang walaupun rutin ke vihara, baca paritta, meditasi (sesuai mainstream), tapi kelakuan tetep bejad. Tidak cocok 'kan kalau kita bilang "ajaran Buddha ngaco"? Jadi pribadi2 yang belajar MMD mau jadi apa, ga menjadi tolok ukur MMD itu ngaco ato nggak. Sama juga yang belajar Buddhisme. Sama sekali tidak jadi patokan.


Bro Kainyn...

Yg sy bold itu... apakah itu berarti ajaran itu tidak dipraktekkan ke dalam pribadi? Setau saya kalo belajar/praktek suatu ajaran yg benar (cth :dhamma) itu akan selalu membawa ke perkembangan batin. Kalo batin merosot berarti ada salah dengan praktek ajarannya itu.

Maaf...kalo sy salah tangkap postingannya...

_/\_ :lotus:

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: williamhalim on 14 January 2009, 12:44:34 PM

 [at]  will.i.am
minta contoh kasusnya plis.. pandangan will ttg yg tdk membawa kemajuan dari MMD. :)



 [at]  xuvie:

ada kasus yg masih fresh...

etika pertama kali kami kenal, orangnya normal2... setelah belajar MMD, tingkah lakunya makin ego, 'tiada aku' menjadi salah kaprah... ego malah makin besar, toleransi nya nyusut, perbuatan baik dianggap sebagai munafik.
Terakhir kudengar ia ribut dengan ortu sendiri sampai ke polisi... sikapnya menjadi makin parah...

bbrp anak di DC telah mengetahui kasus ini.

::

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 14 January 2009, 12:45:22 PM
Nah sekarang pendirinya saja sudah ngaco bagaimana kebawahnya?
saya rasa harus dari atas dulu khan, bukan dari bawah :)
ibarat sumber mata air sudah jernih, terkontaminasi oleh kotoran khan jadi buruk :)


Tugas seorang murid yang baik bukan hanya "meminum" semua yang diberikan guru, tetapi juga menyaringnya. Jika hanya meminum saja, maka selamanya ia tidak akan lebih baik dari gurunya.



begitulah...

ibarat buku "1001 cara menjadi kaya" tapi pengarangnya melarat banget... kira2 gitu
Apa itu berarti 1001 cara itu PASTI tidak cocok bagi semua orang?


Quote
sori, ini berdasarkan pengalaman sy sendiri selama ini... Ada yg mengajarkan 'sadari saja', 'tiada aku', tapi ketersinggungannya tinggi sekali, lebih lepas kontrol dibanding sy... mau belajar apa kalo gitu?
Lagian, metodanya juga nggak 'kena', lihat hasil pada praktisi lain, eh.. ternyata mereka tambah parah... mau apa lagi?

Maaf juga, jika pada akhirnya blak2an begini...

aku stop disini saja, nanti makin open, nggak enak.

::
Lalu apakah ajaran menyadari itu adalah salah? Sekali lagi, ajarannya, bukan orangnya. Seperti saya bilang kita juga menjelaskan hal-hal yang sebetulnya belum kita realisasikan. Lagipula setahu saya, Pak Hud ga pernah ngomong bahwa dirinya adalah sosok ideal untuk ditiru kok.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 14 January 2009, 12:46:50 PM
Apa sang Buddha pernah mengatakan cara jadi guru yang baik? cara mencari guru yang baik?
ada yang tau?

Ada. Ia harus merealisasikan, dan dia juga diterima oleh murid2nya.
Guru yang memenuhi kriteria itu hanyalah seorang Samma Sambuddha (yang sekarang sudah tidak ada).
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 14 January 2009, 12:51:19 PM
Apa sang Buddha pernah mengatakan cara jadi guru yang baik? cara mencari guru yang baik?
ada yang tau?

Ada. Ia harus merealisasikan, dan dia juga diterima oleh murid2nya.
Guru yang memenuhi kriteria itu hanyalah seorang Samma Sambuddha (yang sekarang sudah tidak ada).
Nah, kalau istilah tetangga tuh, harus jadi "garam dunia/Terang Dunia" ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Lily W on 14 January 2009, 12:52:23 PM

Berarti Pa Hudoyo ini bisa disamakan dengan Tukang obat tumbuh rambut yang jual obat penumbuh rambut tapi dainya sendiri Botak gitu yak =)) =))

begitulah...

ibarat buku "1001 cara menjadi kaya" tapi pengarangnya melarat banget... kira2 gitu

sori, ini berdasarkan pengalaman sy sendiri selama ini... Ada yg mengajarkan 'sadari saja', 'tiada aku', tapi ketersinggungannya tinggi sekali, lebih lepas kontrol dibanding sy... mau belajar apa kalo gitu?
Lagian, metodanya juga nggak 'kena', lihat hasil pada praktisi lain, eh.. ternyata mereka tambah parah... mau apa lagi?

Maaf juga, jika pada akhirnya blak2an begini...

aku stop disini saja, nanti makin open, nggak enak.

::

Yg open justru makin bagus... jadi sama2 bisa tahu... yg mana ajaran yg benar yang akan membawa ke perkembangan batin dan ajaran yang mana yang akan memerosotkan batin.

Jadi Teman-teman bisa pilih : mau pilih ajaran yg membuat batin berkembang ato ajaran yg membuat batin merosot...silakan di pilih...pilihan ada di tangan masing2.... ;D

Tumben...sy jadi tegas nih...:))

_/\_ :lotus:
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 14 January 2009, 12:54:43 PM
nah yg sy bold tersebut adalah point yg penting...
disinilah letak masalahnya...
banyak contoh kasus, silahkan nilai sendiri....

::


Ajaran adalah ajaran, sedangkan pribadi adalah pribadi. Di mana2 di seluruh dunia juga pasti banyak "umat Buddha" yang walaupun rutin ke vihara, baca paritta, meditasi (sesuai mainstream), tapi kelakuan tetep bejad. Tidak cocok 'kan kalau kita bilang "ajaran Buddha ngaco"? Jadi pribadi2 yang belajar MMD mau jadi apa, ga menjadi tolok ukur MMD itu ngaco ato nggak. Sama juga yang belajar Buddhisme. Sama sekali tidak jadi patokan.


Bro Kainyn...

Yg sy bold itu... apakah itu berarti ajaran itu tidak dipraktekkan ke dalam pribadi? Setau saya kalo belajar/praktek suatu ajaran yg benar (cth :dhamma) itu akan selalu membawa ke perkembangan batin. Kalo batin merosot berarti ada salah dengan praktek ajarannya itu.

Maaf...kalo sy salah tangkap postingannya...

_/\_ :lotus:



Maksud saya suatu ajaran adalah netral, cara menyikapi ajaranlah yang tidak netral. Seperti Buddhisme, ada orang juga yang setelah belajar malahan merosot (suka menghina agama lain); juga ada yang maju dengan baik. Jika melihat seorang praktisi MMD begini-begitu, janganlah kita nilai MMD-nya yang membuat dia begini-begitu. Setiap orang juga punya kekurangan, tapi kita ga bisa menyalahkan ajaran yang dianutnya sebagai penanggung jawab kekurangannya itu.

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: markosprawira on 14 January 2009, 12:56:02 PM
Berarti Pa Hudoyo ini bisa disamakan dengan Tukang obat tumbuh rambut yang jual obat penumbuh rambut tapi dainya sendiri Botak gitu yak =)) =))

Ato jual obat pelangsing tapi dirinye gendut.... gitu yah? ;D :))

_/\_ :lotus:



saya jadi malu hati nih........ ngajarin jgn lobha, tapi diri sendiri lobhawan  :-[

ini sejujurnya tnp ada maksud nyinggung pihak lain loh  _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 14 January 2009, 12:57:56 PM
Nah sekarang pendirinya saja sudah ngaco bagaimana kebawahnya?
saya rasa harus dari atas dulu khan, bukan dari bawah :)
ibarat sumber mata air sudah jernih, terkontaminasi oleh kotoran khan jadi buruk :)


Tugas seorang murid yang baik bukan hanya "meminum" semua yang diberikan guru, tetapi juga menyaringnya. Jika hanya meminum saja, maka selamanya ia tidak akan lebih baik dari gurunya.



begitulah...

ibarat buku "1001 cara menjadi kaya" tapi pengarangnya melarat banget... kira2 gitu
Apa itu berarti 1001 cara itu PASTI tidak cocok bagi semua orang?


Quote
sori, ini berdasarkan pengalaman sy sendiri selama ini... Ada yg mengajarkan 'sadari saja', 'tiada aku', tapi ketersinggungannya tinggi sekali, lebih lepas kontrol dibanding sy... mau belajar apa kalo gitu?
Lagian, metodanya juga nggak 'kena', lihat hasil pada praktisi lain, eh.. ternyata mereka tambah parah... mau apa lagi?

Maaf juga, jika pada akhirnya blak2an begini...

aku stop disini saja, nanti makin open, nggak enak.

::
Lalu apakah ajaran menyadari itu adalah salah? Sekali lagi, ajarannya, bukan orangnya. Seperti saya bilang kita juga menjelaskan hal-hal yang sebetulnya belum kita realisasikan. Lagipula setahu saya, Pak Hud ga pernah ngomong bahwa dirinya adalah sosok ideal untuk ditiru kok.

Itu menandakan ada sesuatu yang salah dalam ajarannya ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 14 January 2009, 12:58:51 PM
Apa sang Buddha pernah mengatakan cara jadi guru yang baik? cara mencari guru yang baik?
ada yang tau?

Ada. Ia harus merealisasikan, dan dia juga diterima oleh murid2nya.
Guru yang memenuhi kriteria itu hanyalah seorang Samma Sambuddha (yang sekarang sudah tidak ada).
Nah, kalau istilah tetangga tuh, harus jadi "garam dunia/Terang Dunia" ;D

Ya, di sini istilahnya "Teratai yang bersih dari lumpur".
Jika seorang Samma Sambuddha muncul di dunia, kita tidak mencarinya, malahan berpegang pada guru lain, itu adalah tindakan sangat bodoh. Tetapi, sekarang sudah tidak ada Samma Sambuddha, apakah berarti kita tidak berguru?

BTW, rujukannya di Digha Nikaya, Silakhanda Vagga, 12. Lohicca Sutta, in case ada yang tertarik.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 14 January 2009, 01:00:32 PM
Berarti Pa Hudoyo ini bisa disamakan dengan Tukang obat tumbuh rambut yang jual obat penumbuh rambut tapi dainya sendiri Botak gitu yak =)) =))

Ato jual obat pelangsing tapi dirinye gendut.... gitu yah? ;D :))

_/\_ :lotus:



saya jadi malu hati nih........ ngajarin jgn lobha, tapi diri sendiri lobhawan  :-[

ini sejujurnya tnp ada maksud nyinggung pihak lain loh  _/\_

Maksudnya, Bhikkhu yang belum Sotapanna harusnya tidak mengajarkan anatta?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 14 January 2009, 01:04:13 PM
Lalu apakah ajaran menyadari itu adalah salah? Sekali lagi, ajarannya, bukan orangnya. Seperti saya bilang kita juga menjelaskan hal-hal yang sebetulnya belum kita realisasikan. Lagipula setahu saya, Pak Hud ga pernah ngomong bahwa dirinya adalah sosok ideal untuk ditiru kok.

Itu menandakan ada sesuatu yang salah dalam ajarannya ;D

Dulu seorang guru pernah berkata pada saya, "apapun perilaku saya yang baik, teladanilah, tetapi apapun yang buruk, seperti saya adalah perokok, jangan ditiru!". Saya sih tidak melihat ada yang aneh dengan orang menyadari kekurangannya dan mengajarkan kepada muridnya agar tidak meniru kekurangannya.

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: markosprawira on 14 January 2009, 01:07:07 PM
Berarti Pa Hudoyo ini bisa disamakan dengan Tukang obat tumbuh rambut yang jual obat penumbuh rambut tapi dainya sendiri Botak gitu yak =)) =))

Ato jual obat pelangsing tapi dirinye gendut.... gitu yah? ;D :))

_/\_ :lotus:



saya jadi malu hati nih........ ngajarin jgn lobha, tapi diri sendiri lobhawan  :-[

ini sejujurnya tnp ada maksud nyinggung pihak lain loh  _/\_

Maksudnya, Bhikkhu yang belum Sotapanna harusnya tidak mengajarkan anatta?

maksudnya adalah supaya saya lebih terpacu utk mengikis Lobha agar selaras dengan jangan Lobha  _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 14 January 2009, 01:09:20 PM
maksudnya adalah supaya saya lebih terpacu utk mengikis Lobha agar selaras dengan jangan Lobha  _/\_

Apakah bro Markos tahu apakah Pak Hud bersenang2 dalam kekurangannya ataukah berusaha mengikisnya?
Kalau saya, jujur tidak tahu.

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Jerry on 14 January 2009, 01:09:39 PM
[at] Ryu
Secara langsung utk menjadi Guru yg baik, sejauh ini memang saya belum menemukan sabda Sang Buddha tentang itu. Tp dlm sebuah bait dhammapada Sang Buddha ada mengatakan hendaknya seseorang melakukan apa yg dikatakannya.

Selain itu, Vinaya utk anggota Sangha tentu sudah cukup menjaga sikap dan tindakan para anggota Sangha agar kelakuannya tetap dalam pakemnya. Dgn demikian, seiring pengembangan Dhammanya, anggota Sangha pasti berkompeten bila dikenakan atribut dgn sebutan 'Guru yang bajik dan bijak'.
Sedangkan pada umat biasa, maap sedikit flashback ke yg sebelumnya, saya rasa Sang Buddha tidak pernah melarang umat biasa hingga upasaka-upasika utk menikah <termasuk aktivitas malamnya ^-^>

[at] Ci Lily
Adakah parameter objektif dlm menentukan mana yg membawa perkembangan dan mana yg membawa kemerosotan?

[at] will
Kalo kasus yg itu saya tau deh.. Contoh lain ada lagi utk melengkapi pendapat Anda? :)

mettacittena
_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Lily W on 14 January 2009, 01:10:30 PM
Lalu apakah ajaran menyadari itu adalah salah? Sekali lagi, ajarannya, bukan orangnya. Seperti saya bilang kita juga menjelaskan hal-hal yang sebetulnya belum kita realisasikan. Lagipula setahu saya, Pak Hud ga pernah ngomong bahwa dirinya adalah sosok ideal untuk ditiru kok.


Bro Kainyn....

MMD = ajaran
Pak Hud = pendiri MMD

Kalo Pendiri & Praktek MMD aja batinnya merosot (dalam kehidupan sehari2 ato cara dia diskusi di milis/forum), gimana dengan pengikutnya yg menjalankan ajaran itu? Mari kita renungkan....;D
beda dengan ajaran Sang Buddha (Dhamma)...Penemu Dhamma adalah Sang Buddha dan itu membuat perkembangan batin Sang Buddha dan itu juga berlaku bagi pengikutnya (murid) yg benar2 mempraktekkan Dhamma.

Kekna hari ini saya harus banyak merenung... ;D

_/\_ :lotus:


Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sumedho on 14 January 2009, 01:14:57 PM
Apa sang Buddha pernah mengatakan cara jadi guru yang baik? cara mencari guru yang baik?
ada yang tau?

pada umumnya ada di sigalovada sutta

Quote
Dalam lima cara ini, O putra kepala keluarga, guru-guru yang diperlakukan demikian oleh siswa-siswa mereka seperti arah Selatan, mencintai siswa-siswa mereka: mereka melatihnya sedemikian rupa sehingga ia terlalu baik; mereka membuatnya menguasai apa yang telah diajarkan; mereka mengajarnya secara menyeluruh dalam berbagai ilmu dan seni; mereka berbicara baik tentang dirinya di antara sahabat-sahabatnya dan kawan-kawannya; mereka menjaga keselamatannya di semua tempat.

utk guru Dhamma

Quote
SN 12.16
Dhammakathiko Sutta
The Teacher of the Dhamma

Translated from the Pali by
Maurice O'Connell Walshe

[A monk said:] "'Dhamma-teacher, Dhamma-teacher' they say, Lord."

"If, monk, anyone teaches a doctrine of disenchantment1 with decay-and-death, of dispassion2 [leading to] its cessation, that suffices for him to be called a monk who teaches Dhamma.3

"If anyone has trained himself in this disenchantment with decay-and-death, in dispassion4 [leading to] its cessation, that suffices for him to be called a monk who is trained in what is in conformity with Dhamma.5

"If anyone, through disenchantment with decay-and-death, through dispassion [leading to] its cessation, is liberated from grasping, that suffices for him to be called one who has attained Nibbaana in this life."6

[The same three distinctions are made in respect of birth... ignorance]

Notes

1. Nibbidaa: sometimes rendered "revulsion," but this suffers from the defect of suggesting too strong an emotional reaction. "Disenchantment" covers it better.

2. Viraaga is quite literally "dis-passion." The syntax of this sentence is rather curious, but the meaning is clear enough.

3. This gives a clear indication of the minimum standard required for anyone (today, in the West, often a lay person) setting up as a teacher of Buddhism. It denotes a "worldling" (puthujjana, i.e., one who has not "entered the stream") who has the basic intellectual knowledge mentioned here.

4. This one is a sekha "trainee," i.e., one who has at least "entered the stream" (and thus knows in part from experience), but is not an Arahant.

5. His training is proceeding along the right path.

6. He is an asekha ("non-trainee," i.e., one who has finished his training), an Arahant.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hatRed on 14 January 2009, 01:17:29 PM
MMD ???

Meditasi Mengenal Diri ???

namaku hatRed, umur 23 ke 24 , ngapain pake meditasi segala buat tahu gituan ???
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 14 January 2009, 01:17:40 PM
Bro Kainyn....

MMD = ajaran
Pak Hud = pendiri MMD

Kalo Pendiri MMD aja batinnya merosot (dalam kehidupan sehari2 ato cara dia diskusi di milis/forum), gimana dengan pengikutnya yg menjalankan ajaran itu? Mari kita renungkan....;D
beda dengan ajaran Sang Buddha (Dhamma)...Penemu Dhamma adalah Sang Buddha dan itu membuat perkembangan batin Sang Buddha dan itu juga berlaku bagi pengikutnya (murid) yg benar2 mempraktekkan Dhamma.

Kekna hari ini saya harus banyak merenung... ;D

_/\_ :lotus:


Mengapa begitu? Karena memang benar Pak Hud bukanlah seorang Samma Sambuddha, jadi bukanlah guru yang sempurna.
Di dalam ajaran di mana diajar bukan oleh seorang Buddha, maka ada kemungkinan muridnya BISA melampaui gurunya. Saya rasa Pak Hud pasti menyetujui hal ini.

Kita ambil contohnya Pangeran Siddhattha juga belajar dari Alara Kalama dan Uddaka Ramaputta dan mendapat manfaat dari situ, bahkan kemudian melampaui gurunya sendiri.
Mengapa kita harus berpikir kalau belajar MMD, tidak akan lebih baik dari Pak Hud?

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: markosprawira on 14 January 2009, 01:18:15 PM
maksudnya adalah supaya saya lebih terpacu utk mengikis Lobha agar selaras dengan jangan Lobha  _/\_
Apakah bro Markos tahu apakah Pak Hud bersenang2 dalam kekurangannya ataukah berusaha mengikisnya?
Kalau saya, jujur tidak tahu.

dear Kai,

Beberapa hal yang sampai saat ini masih dipegang dari MMD adalah :
-   tidak mengakui JMB8 yg notabene sudah dinyatakan dgn jelas sebagai satu2nya jalan utk mencapai nibbana
-   hanya mengakui tentang sati saja, yg notabene hanya merupakan salah empat dari 37 faktor
-   Mengusung ajaran J. Khrisnamurti, namun menggunakan label Buddhism.
Padahal ajaran J. Khrisnamurti sudah jelas berisikan mengenai Nihilisme, yg merupakan salah satu dari pandangan salah mengenai Atta yg disebut dalam Brahamajala Sutta
-   mengenai Terhentinya Pikiran : sudah jelas ini selaras dengan Nihilisme itu, jadi tidak ada apapun.
Berbeda sekali dengan Buddhism dimana pada saat mencapai nibbana sekalipun, selalu ada proses batin (pikiran/citta dan cetasika/faktor batin)

Kalau mau dilihat metode MMD yg tidak sesuai dengan meditasi adalah :
1.   Prinsip Nihilisme : tujuan bhavana adalah pencapaian nibbana. Sementara krn prinsip MMD berasas dari JK maka akan berujung pada Sunya/Kosong.
2.   Pada MMD, disebut bhw pada Arahat ada tahap terhentinya pikiran. Ini sangat keliru karena spt yg sy sebut diatas. Ini yg membuat org ”anti” thd pikiran itu, yg jika dikembangkan terus, dlm kelahiran mendatang mgkn bisa menjadi mahluk asannasatta (tidak punya sanna atau batin) karena dlm kelahiran saat ini, batinnya terus mengembangkan konsep nihilisme itu sendiri

Dan sampai saat ini, bro hudoyo masih terus hal2 yg disebut diatas......

silahkan bro Kai nilai sendiri
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: markosprawira on 14 January 2009, 01:20:44 PM
Bro Kainyn....

MMD = ajaran
Pak Hud = pendiri MMD

Kalo Pendiri MMD aja batinnya merosot (dalam kehidupan sehari2 ato cara dia diskusi di milis/forum), gimana dengan pengikutnya yg menjalankan ajaran itu? Mari kita renungkan....;D
beda dengan ajaran Sang Buddha (Dhamma)...Penemu Dhamma adalah Sang Buddha dan itu membuat perkembangan batin Sang Buddha dan itu juga berlaku bagi pengikutnya (murid) yg benar2 mempraktekkan Dhamma.

Kekna hari ini saya harus banyak merenung... ;D

_/\_ :lotus:


Mengapa begitu? Karena memang benar Pak Hud bukanlah seorang Samma Sambuddha, jadi bukanlah guru yang sempurna.
Di dalam ajaran di mana diajar bukan oleh seorang Buddha, maka ada kemungkinan muridnya BISA melampaui gurunya. Saya rasa Pak Hud pasti menyetujui hal ini.

Kita ambil contohnya Pangeran Siddhattha juga belajar dari Alara Kalama dan Uddaka Ramaputta dan mendapat manfaat dari situ, bahkan kemudian melampaui gurunya sendiri.
Mengapa kita harus berpikir kalau belajar MMD, tidak akan lebih baik dari Pak Hud?

Pangeran Siddhattha melampaui gurunya setelah menjalankan metode lain...... bukan dengan metode itu sendiri

Kalo konsep awal MMD adalah JK dengan Nihilisme/Sunya, apakah itu bisa membimbing ke Nibbana?

ini akan menjadi seperti menanam pohon mangga tapi berharap berbuah jeruk  ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Lily W on 14 January 2009, 01:26:01 PM
Bro Kainyn....

MMD = ajaran
Pak Hud = pendiri MMD

Kalo Pendiri MMD aja batinnya merosot (dalam kehidupan sehari2 ato cara dia diskusi di milis/forum), gimana dengan pengikutnya yg menjalankan ajaran itu? Mari kita renungkan....;D
beda dengan ajaran Sang Buddha (Dhamma)...Penemu Dhamma adalah Sang Buddha dan itu membuat perkembangan batin Sang Buddha dan itu juga berlaku bagi pengikutnya (murid) yg benar2 mempraktekkan Dhamma.

Kekna hari ini saya harus banyak merenung... ;D

_/\_ :lotus:


Mengapa begitu? Karena memang benar Pak Hud bukanlah seorang Samma Sambuddha, jadi bukanlah guru yang sempurna.
Di dalam ajaran di mana diajar bukan oleh seorang Buddha, maka ada kemungkinan muridnya BISA melampaui gurunya. Saya rasa Pak Hud pasti menyetujui hal ini.

Kita ambil contohnya Pangeran Siddhattha juga belajar dari Alara Kalama dan Uddaka Ramaputta dan mendapat manfaat dari situ, bahkan kemudian melampaui gurunya sendiri.
Mengapa kita harus berpikir kalau belajar MMD, tidak akan lebih baik dari Pak Hud?

Kalo gitu... MMD nya bisa ganti nama dech... ;D

Anumodana atas penjelasannya..._/\_

:lotus:
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Nevada on 14 January 2009, 01:26:51 PM
Setelah saya counter check, saya memang melihat kekurangan yang jelas sekali dalam MMD. Terutama perangai dari para praktisinya.

Seperti yang kita ketahui, MMD adalah metode untuk menyadari hakikat diri. Sudah dijelaskan secara berulang oleh Pak Hudoyo sendiri, bahwa MMD pun bertujuan untuk merealisasi Pencerahan. Dalam kesimpulan singkat ini, kita  sepakat bahwa MMD seharusnya membawa kemajuan batin dan menjadikan setiap pribadi menjadi lebih damai dan bijaksana. Namun apa yang terjadi dengan para praktisi MMD? Beberapa rekan di sini sudah cukup memberikan referensi bahwa betapa tidak kongruennya perilaku para praktisi MMD dengan visi-misinya... Ini adalah titik vitalnya!

Jika seorang guru masih memiliki kekurangan, itu mungkin bisa dimaklumi. Namun bila kekurangan itu adalah nilai minus prakteknya sendiri yang bersinggungan langsung dengan visi-misi ajarannya, itu adalah kesalahan. A big mistake...


[at] xuvie

Tumben ol jam sekarang... :D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Lily W on 14 January 2009, 01:35:24 PM
[at] Ci Lily
Adakah parameter objektif dlm menentukan mana yg membawa perkembangan dan mana yg membawa kemerosotan?

mettacittena
_/\_

Ada. patokannya adalah dukkha.
~ jika dalam menerapkan suatu ajaran, kita menjadi semakin toleran, menjadi semakin sabar dan tenang, maka ajaran itu bermanfaat dan membawa ke perkembangan batin
~ jika dalam menerapkan suatu ajaran, maka kita menjadi semakin ego, semakin tidak toleran, maka ada yg salah dalam ajaran tsb & salah dalam mempraktekkannya serta itu akan memerosotkan batin.

_/\_ :lotus:

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 14 January 2009, 01:39:29 PM
Pangeran Siddhattha melampaui gurunya setelah menjalankan metode lain...... bukan dengan metode itu sendiri

Kalo konsep awal MMD adalah JK dengan Nihilisme/Sunya, apakah itu bisa membimbing ke Nibbana?

ini akan menjadi seperti menanam pohon mangga tapi berharap berbuah jeruk  ;D

Saya masih blom mempermasalahkan ajaran yang membawa pada Nibbana, karena saya belum merealisasikannya. Yang saya fokus adalah bahwa dalam satu ajaran, kita bisa melampaui guru kita, jika guru itu bukanlah seorang Samma Sambuddha.



Beberapa hal yang sampai saat ini masih dipegang dari MMD adalah :
-   tidak mengakui JMB8 yg notabene sudah dinyatakan dgn jelas sebagai satu2nya jalan utk mencapai nibbana
-   hanya mengakui tentang sati saja, yg notabene hanya merupakan salah empat dari 37 faktor
-   Mengusung ajaran J. Khrisnamurti, namun menggunakan label Buddhism.
Padahal ajaran J. Khrisnamurti sudah jelas berisikan mengenai Nihilisme, yg merupakan salah satu dari pandangan salah mengenai Atta yg disebut dalam Brahamajala Sutta
-   mengenai Terhentinya Pikiran : sudah jelas ini selaras dengan Nihilisme itu, jadi tidak ada apapun.
Berbeda sekali dengan Buddhism dimana pada saat mencapai nibbana sekalipun, selalu ada proses batin (pikiran/citta dan cetasika/faktor batin)
Ini pandangan pribadi. Jadi saya no comment.



Quote
Kalau mau dilihat metode MMD yg tidak sesuai dengan meditasi adalah :
1.   Prinsip Nihilisme : tujuan bhavana adalah pencapaian nibbana. Sementara krn prinsip MMD berasas dari JK maka akan berujung pada Sunya/Kosong.
2.   Pada MMD, disebut bhw pada Arahat ada tahap terhentinya pikiran. Ini sangat keliru karena spt yg sy sebut diatas. Ini yg membuat org ”anti” thd pikiran itu, yg jika dikembangkan terus, dlm kelahiran mendatang mgkn bisa menjadi mahluk asannasatta (tidak punya sanna atau batin) karena dlm kelahiran saat ini, batinnya terus mengembangkan konsep nihilisme itu sendiri

Dan sampai saat ini, bro hudoyo masih terus hal2 yg disebut diatas......
Masalah pikiran itu memang kontroversial, dulu saya juga bilang begitu. Tetapi 'kan sudah dijelaskan bahwa pikiran yang berhenti adalah pikiran yang mengkonsepsi bentukan pikiran (seperti dalam Mulapariyaya Sutta). Jadi bukan penghentian pikiran seperti dalam arupa jhana, ataupun penolakan terhadap gerak pikiran yang mengakibatkan orang terlahir di alam asannasatta.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 14 January 2009, 01:41:37 PM
Bro Kainyn....

MMD = ajaran
Pak Hud = pendiri MMD

Kalo Pendiri MMD aja batinnya merosot (dalam kehidupan sehari2 ato cara dia diskusi di milis/forum), gimana dengan pengikutnya yg menjalankan ajaran itu? Mari kita renungkan....;D
beda dengan ajaran Sang Buddha (Dhamma)...Penemu Dhamma adalah Sang Buddha dan itu membuat perkembangan batin Sang Buddha dan itu juga berlaku bagi pengikutnya (murid) yg benar2 mempraktekkan Dhamma.

Kekna hari ini saya harus banyak merenung... ;D

_/\_ :lotus:


Mengapa begitu? Karena memang benar Pak Hud bukanlah seorang Samma Sambuddha, jadi bukanlah guru yang sempurna.
Di dalam ajaran di mana diajar bukan oleh seorang Buddha, maka ada kemungkinan muridnya BISA melampaui gurunya. Saya rasa Pak Hud pasti menyetujui hal ini.

Kita ambil contohnya Pangeran Siddhattha juga belajar dari Alara Kalama dan Uddaka Ramaputta dan mendapat manfaat dari situ, bahkan kemudian melampaui gurunya sendiri.
Mengapa kita harus berpikir kalau belajar MMD, tidak akan lebih baik dari Pak Hud?

Kalo gitu... MMD nya bisa ganti nama dech... ;D

Anumodana atas penjelasannya..._/\_

:lotus:

Kok ganti nama? ;D jadi apa?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Jerry on 14 January 2009, 01:42:27 PM
- JMB8 jelas bukan karangan, dan merupakan isi dari khotbah awal Sang Buddha. Malah jika memang benar, JMB8 tercantum dlm khotbah terawal dari Sang Buddha, yaitu dlm Dhammacakkapavattana Sutta.

- Sati (appamada) memang penting, tp perlu diterapin jg dlm pengembangan sila samadhi panna, sperti dikatakan Sang Buddha dlm Hatthipada Desana.

- Mengusung JK? Atau mencoba menjembatani antara Krishnamurti-Buddhism? Hm.. yg ini harus kita tanya lsg ke ybs sendiri tampaknya. :-?

- Tentang terhentinya pikiran, tampaknya dari kubu Abhidhamma jg mengusung konsep ttg Kiriya yg jelas berbeda dgn pikiran seorang puthujjana? Apakah mungkin yg dimaksud dari MMD dan Abhidhamma tampaknya hanya sebuah hal sama yg berbeda persepsi dan definisinya saja? Well i dunno ???

Maaf Om Markos yang baik, mohon penjelasannya ya.. jangan bosan :)
Mau bertanya, ttg Bodhisatta Siddhattha Gotama yg melampaui ke-2 gurunya, setau saya beliau telah merealisasikan pula yg diajarkan ke-2 gurunya. Bukan hanya sebatas pemahaman intelektual, krn sperti td lg, bisa saja beda persepsi dan definisi pdhl barang yg sama. Apakah Om Markos tlh melalui tahapan yg sama? Sehingga Om tau kalo ajaran MMD adlh Nihilisme? :)


[at] Opa saka
Terus terang menurut saya, hal demikian harus dialami baru bisa memberi kita pemahaman dan penilaian sendiri. Bukan hanya dr orang lain. Tapi saya bkn praktisi MMD sayangnya ;D
Iya, tau aja nih.. hahah. Kenapa ol skrg hayo? :D :))

[at] Ci Lily
Sedikit oot, tidak perlu dijawab jg gpp krn emang oot. Gmn pendapat Ci Lily ttg Dalai Lama dan usaha menentang China?
Dan bagaimana dgn sikap toleran, sabar, tenang, baik, sejati dr aliran2 seperti I Kuan Tao, Suma Ching Hai, FLG? :)
Aniwei, thanx buat rujukannya. Make sense. :)

cmiiw

mettacittena
_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hatRed on 14 January 2009, 01:45:41 PM
hatRed : sedang memperhatikan :-?

silahkan lanjutkan
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: williamhalim on 14 January 2009, 01:46:03 PM
gini aja,

kita belajar buddhism adalah untuk mengakhiri dukkha.
jalannya adalah sila samadhi panna (8 jalan mulia)

tiba-tiba ada guru yg ngajarin: jalan lain gak perlu, yg perlu adalah 'sadari saja'
hmmm tentu kita heran, namun kita coba jua trik tsb....

Sembari itu, dalam perjalanan belajar tsb, kita saksikan si guru tsb ternyata tidak menunjukkan ciri2 seseorang yg telah mulai terkikis dukkha nya, malah sikapnya kadang berkobar2.... kita heran dan kita tanya ke dia kenapa begitu. Jawabnya: "seorang yg tercerahkan tidak harus bertingkah laku tenang dan bijaksana..."

kita masih gak puas, kita lihat lagi praktisi lainnya, ternyata yg kita saksikan langsung si murid malah tambah parah. kita harap si guru menegur muridnya, namun apa yg terjadi? si guru bukannya menasehati si murid, namun membelanya sehingga si murid semakin merosot tingkah lakunya.

apalagi yg mesti dipegang?
~ kita praktekkan sendiri? sudah terbukti ga cocok
~ lihat metodanya? berlawanan tuh dgn ajaran utama
~ lihat hasilnya? guru dan murid begitu

Dalam perjalanan praktik ini, dukkha kelihatannya semakin berambah ketimbang semakin terkikis

::
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hatRed on 14 January 2009, 01:48:02 PM
bukti donk om bukti...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: markosprawira on 14 January 2009, 01:49:19 PM
- JMB8 jelas bukan karangan, dan merupakan isi dari khotbah awal Sang Buddha. Malah jika memang benar, JMB8 tercantum dlm khotbah terawal dari Sang Buddha, yaitu dlm Dhammacakkapavattana Sutta.

- Sati (appamada) memang penting, tp perlu diterapin jg dlm pengembangan sila samadhi panna, sperti dikatakan Sang Buddha dlm Hatthipada Desana.

- Mengusung JK? Atau mencoba menjembatani antara Krishnamurti-Buddhism? Hm.. yg ini harus kita tanya lsg ke ybs sendiri tampaknya. :-?

- Tentang terhentinya pikiran, tampaknya dari kubu Abhidhamma jg mengusung konsep ttg Kiriya yg jelas berbeda dgn pikiran seorang puthujjana? Apakah mungkin yg dimaksud dari MMD dan Abhidhamma tampaknya hanya sebuah hal sama yg berbeda persepsi dan definisinya saja? Well i dunno ???

Maaf Om Markos yang baik, mohon penjelasannya ya.. jangan bosan :)
Mau bertanya, ttg Bodhisatta Siddhattha Gotama yg melampaui ke-2 gurunya, setau saya beliau telah merealisasikan pula yg diajarkan ke-2 gurunya. Bukan hanya sebatas pemahaman intelektual, krn sperti td lg, bisa saja beda persepsi dan definisi pdhl barang yg sama. Apakah Om Markos tlh melalui tahapan yg sama? Sehingga Om tau kalo ajaran MMD adlh Nihilisme? :)


cmiiw

mettacittena
_/\_


dear bro,

mengenai P. Siddhattha, justru pernyataan anda memperjelas bhw P. Sidhattha merealisasi tahap yg "sama" dgn gurunya, jadi bukan tahap "lebih" dibanding gurunya itu

Tahap "lebih" dicapai melalui perenungannya sendiri......
Ini yg justru saya coba ungkap ke bro Kai........

MMD adalah Nihilisme, bisa dilihat dari pola yg dipakai oleh JK, menjadi dasar MMD
Hal ini juga bisa dilihat dari berbagai postingan pak hudoyo yg berisi mengenai :
- tidak ada vedana
- tidak ada sanna
- pikiran terhenti

Ini semua sudah mencerminkan konsep dari Nihilisme/Nothingness/Sunya...... bahwa segala sesuatu itu adalah Sunya/Kosong

Ini adalah konsep yg sudah jelas dinyatakan sebagai paham yg keliru mengenai Atta, sebagaimana tercantum dalam Brahmajala Sutta

semoga bs memperjelas yah
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sumedho on 14 January 2009, 01:52:08 PM
tentang membawa perkembangan batin, sepertinya patokannya kurang pas nih,

mungkin bisa diambil dari sini ?

Quote
"Gotami, the qualities of which you may know, 'These qualities lead to passion, not to dispassion; to being fettered, not to being unfettered; to accumulating, not to shedding; to self-aggrandizement, not to modesty; to discontent, not to contentment; to entanglement, not to seclusion; to laziness, not to aroused persistence; to being burdensome, not to being unburdensome': You may definitely hold, 'This is not the Dhamma, this is not the Vinaya, this is not the Teacher's instruction.'

"As for the qualities of which you may know, 'These qualities lead to dispassion, not to passion; to being unfettered, not to being fettered; to shedding, not to accumulating; to modesty, not to self-aggrandizement; to contentment, not to discontent; to seclusion, not to entanglement; to aroused persistence, not to laziness; to being unburdensome, not to being burdensome': You may definitely hold, 'This is the Dhamma, this is the Vinaya, this is the Teacher's instruction.'"
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: CKRA on 14 January 2009, 01:56:15 PM
Mengapa persoalan ini timbul lagi?

Masalah utamanya disini hanyalah pendiri MMD masih tidak bisa terima kalau thread tentang MMD di forum DhammCitta dimasukkan dalam sub board Buddhisme dengan Agama, Kepercayaan, Tradisi dan Filsafat Lain > Meditasi Universal.

Pendiri MMD sendiri sudah mengakui bahwa MMD adalah insight meditation as initially taught by the Buddha and modified along J. Krishnamurti's teachings. (sesuai dengan yang tertulis di situs MMD). Tentunya moderator DC tidak berani berspekulasi untuk menempatkan MMD dalam board lain yang dikehendaki oleh pendiri MMD (ada kesan pemaksaan kehendak).

Dalam perkembangannya MMD mengklaim telah mendapatkan endorsement dari Bhante Pannavaro karena Bhante dalam beberapa kesempatan memberikan kata sambutan dalam acara MMD (walau diakui Bhante sama sekali tidak menyinggung tentang Buddhisme dalam sambutan tersebut). Toleransi yang diberikan oleh Bhante diartikan sebagai legitimasi oleh pendiri MMD dan kembali mengajukan tuntutannya semula di forum ini.

Mengapa hal ini harus menimbulkan konflik di antara kita sendiri? Silahkan bila kita ingin berdiskusi tentang esensi dari metode MMD itu sendiri. Tapi kalau sampai terjadi perpecahan karena pro dan kontra terhadap pribadi, apakah layak dilakukan?

Mari masing-masing kita renungkan.

 _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hatRed on 14 January 2009, 01:58:20 PM
merenung mulai
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Lily W on 14 January 2009, 02:05:33 PM
Kok ganti nama? ;D jadi apa?

Ya..Iyalaah... kan pengikutnya yang berhasil...dan bisa2 pengikutnya buka ajaran yang baru (pake nama baru)... jadi ga pake nama MMD lagi... ;D (maksud sy gitu lho)
_/\_ :lotus:
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Jerry on 14 January 2009, 02:05:53 PM
 [at]  Tuhan
Seperti biasa, <pdhl sy ga pernah ngmg jg.. maklum lupa ^-^> anumodana dan thanx.. :) _/\_
Memang lebih pas, tp yg ci Lily post jg lumayan pas dr segi logikanya. :)

 [at]  Om Markos
Oke deh.. Makin saya tanyakan, rasanya makin gak relevan. Keqnya lebih baik kita menunggu ybs utk memberi klarifikasi saja ttg posting2 yg ada. hehe..
Mundur dulu ahh.. ;D

 [at] CKRA
Hmm.. sampai pecahkah diantara yg berdiskusi di sini? Saya koq melihatnya sehat2 saja? :)
Saya sendiri tidak ada pikiran berlainan utk membela siapapun. Hanya berusaha utk objektif saja menilainya.. <eh subjektif ding pandangan pribadi ^-^ :-[>

mettacittena
_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Lily W on 14 January 2009, 02:08:08 PM
merenung mulai

GRP sent...;D

_/\_ :lotus:
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: williamhalim on 14 January 2009, 02:14:28 PM
merenung mulai

.... selesai....

:))

jadi ingat mengheningkan cipta waktu upacara doeloe

:
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Lily W on 14 January 2009, 02:18:00 PM
tentang membawa perkembangan batin, sepertinya patokannya kurang pas nih,

mungkin bisa diambil dari sini ?

Quote
"Gotami, the qualities of which you may know, 'These qualities lead to passion, not to dispassion; to being fettered, not to being unfettered; to accumulating, not to shedding; to self-aggrandizement, not to modesty; to discontent, not to contentment; to entanglement, not to seclusion; to laziness, not to aroused persistence; to being burdensome, not to being unburdensome': You may definitely hold, 'This is not the Dhamma, this is not the Vinaya, this is not the Teacher's instruction.'

"As for the qualities of which you may know, 'These qualities lead to dispassion, not to passion; to being unfettered, not to being fettered; to shedding, not to accumulating; to modesty, not to self-aggrandizement; to contentment, not to discontent; to seclusion, not to entanglement; to aroused persistence, not to laziness; to being unburdensome, not to being burdensome': You may definitely hold, 'This is the Dhamma, this is the Vinaya, this is the Teacher's instruction.'"

Suhu... anumodana... _/\_

Suhu... ini Forum...komunitas Buddhis Indonesia... pakailah bahasa Indonesia....;D ayo diterjemahkan... ;D

Sy kek owner forum ini...:)) ( kekna ada saham yah? ) :))

_/\_ :lotus:
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Lily W on 14 January 2009, 02:19:04 PM
merenung mulai

.... selesai....

:))

jadi ingat mengheningkan cipta waktu upacara doeloe

:

Ko Willi terlalu banyak bernostalgila... :))

_/\_ :lotus:
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 14 January 2009, 02:23:52 PM
Setelah saya counter check, saya memang melihat kekurangan yang jelas sekali dalam MMD. Terutama perangai dari para praktisinya.

Perangai saya buruk kah? praktisi meditasi yang belum mencapai pencerahan teteplah seorang putthujana sama seperti murid Sang Buddha banyak yang bertingkah salah namun terkoreksi kembali pada Sila Vinaya dan sekaligus pemahaman.
Adalah sebuah proses dalam mengerjakan segala sesuatu,sama halnya dengan ulat yang buruk bisa berubah menjadi kupu2 karena prosesnya.
Jangan melihat hasilnya saat ini,lihat pada proses, kita sering lupa. _/\_

MMD adalah Nihilisme, bisa dilihat dari pola yg dipakai oleh JK, menjadi dasar MMD
saya tidak tahu siapakah itu JK dan ajaran JK mengenai nihilisme. saya juga tidak kenal Hudoyo dan MMd yang dikatakan agak nyeleneh dari Buddhisme. saya tidak berpraktek pada label. namun garis yang saya alami dalam meditasi setelah saya coba baca dari MMD dan Ajahn Chah memiliki kesamaan.

Dalam meditasi tidak ada penamaan terhadap segala sesuatu,sensasi yang muncul disadari tanpa mengkotak2an,dan ketika ketenangan muncul,barulah kita mengulas batin itu. jangan berpatok pada hasil,itulah kenapa jarang orang menemukan pembebasan lewat meditasi,dan para yogi sebelum Siddhatta hanya bisa mencapai alam Brahma.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: williamhalim on 14 January 2009, 02:24:47 PM
merenung mulai

.... selesai....

:))

jadi ingat mengheningkan cipta waktu upacara doeloe

:

Ko Willi terlalu banyak bernostalgila... :))

_/\_ :lotus:

dikondisikan lagi banyak teman2 lama dari SD SMP SMA yg add ke Facebook ku :))
jadi ingat upacara bendera, senam pagi, jalan kaki pulang sekolah, isitrahat maen dll....

::
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Jerry on 14 January 2009, 02:26:54 PM
 [at]  Om Nyana
Bukan hasil tapi proses ya? :) _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Lily W on 14 January 2009, 02:27:45 PM
dikondisikan lagi banyak teman2 lama dari SD SMP SMA yg add ke Facebook ku :))
jadi ingat upacara bendera, senam pagi, jalan kaki pulang sekolah, isitrahat maen dll....

::

 :outoftopic:

Ic... Ko Willi...met nostalgila.... ;D

:backtotopic:
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Nevada on 14 January 2009, 02:28:56 PM
Setelah saya counter check, saya memang melihat kekurangan yang jelas sekali dalam MMD. Terutama perangai dari para praktisinya.

Perangai saya buruk kah? praktisi meditasi yang belum mencapai pencerahan teteplah seorang putthujana sama seperti murid Sang Buddha banyak yang bertingkah salah namun terkoreksi kembali pada Sila Vinaya dan sekaligus pemahaman.
Adalah sebuah proses dalam mengerjakan segala sesuatu,sama halnya dengan ulat yang buruk bisa berubah menjadi kupu2 karena prosesnya.
Jangan melihat hasilnya saat ini,lihat pada proses, kita sering lupa. _/\_

MMD adalah Nihilisme, bisa dilihat dari pola yg dipakai oleh JK, menjadi dasar MMD
saya tidak tahu siapakah itu JK dan ajaran JK mengenai nihilisme. saya juga tidak kenal Hudoyo dan MMd yang dikatakan agak nyeleneh dari Buddhisme. saya tidak berpraktek pada label. namun garis yang saya alami dalam meditasi setelah saya coba baca dari MMD dan Ajahn Chah memiliki kesamaan.

Dalam meditasi tidak ada penamaan terhadap segala sesuatu,sensasi yang muncul disadari tanpa mengkotak2an,dan ketika ketenangan muncul,barulah kita mengulas batin itu. jangan berpatok pada hasil,itulah kenapa jarang orang menemukan pembebasan lewat meditasi,dan para yogi sebelum Siddhatta hanya bisa mencapai alam Brahma.

Betul, semua orang (minus Arahanta) masih belajar untuk mengembangkan diri.
Betul, metode meditasi ala MMD juga bisa memberikan kebaikan dan sumbangsih positif lainnya.

Namun adalah kesalahan, apabila praktisi MMD berbuat sesuatu yang melenceng dari visi-misinya. Ini saya tinjau dari segi prakteknya, belum sampai wejangannya...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 14 January 2009, 02:36:13 PM
Namun adalah kesalahan, apabila praktisi MMD berbuat sesuatu yang melenceng dari visi-misinya. Ini saya tinjau dari segi prakteknya, belum sampai wejangannya...

Siapa saja? Hudoyo seorangkah?10 orang praktisi kah? semua praktisi kah?

Bukan hasil tapi proses ya?
Proses menentukan hasil sama seperti anda menanam pohon pisang,perlu bersabar,diberi pupuk,air,dan segala macam perawatan baru bisa dapat pisang. mana ada baru tanam langsung mengharap berbuah pisang.

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Daniel on 14 January 2009, 02:39:10 PM
dikondisikan lagi banyak teman2 lama dari SD SMP SMA yg add ke Facebook ku :))
jadi ingat upacara bendera, senam pagi, jalan kaki pulang sekolah, isitrahat maen dll....

::

  :outoftopic:

Ic... Ko Willi...met nostalgila.... ;D

:backtotopic:

salam
cuma mau ingatkan aja aku pernah baca tapi lupa dimana bahwa Buddha tidak memuji/mencela sermua meditasi

ada yang inget

Daniel
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Nevada on 14 January 2009, 02:41:56 PM
Quote from: nyanadhana
Namun adalah kesalahan, apabila praktisi MMD berbuat sesuatu yang melenceng dari visi-misinya. Ini saya tinjau dari segi prakteknya, belum sampai wejangannya...

Siapa saja? Hudoyo seorangkah?10 orang praktisi kah? semua praktisi kah?

Dalam aspek manusiawi, saya memaklumi kekhilafan dan kesalahan yang dilakukan oleh seseorang yang sedang melatih diri. Namun bila seorang guru berbuat hal yang bertentangan dengan visi-misinya, ..., ini adalah kesalahan.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 14 January 2009, 02:46:26 PM
apakah visi misinya....
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hatRed on 14 January 2009, 02:51:36 PM
murid kencing di toilet

guru kencing sembarangan :hammer:
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Nevada on 14 January 2009, 02:55:47 PM
...

Seperti yang kita ketahui, MMD adalah metode untuk menyadari hakikat diri. Sudah dijelaskan secara berulang oleh Pak Hudoyo sendiri, bahwa MMD pun bertujuan untuk merealisasi Pencerahan. Dalam kesimpulan singkat ini, kita  sepakat bahwa MMD seharusnya membawa kemajuan batin dan menjadikan setiap pribadi menjadi lebih damai dan bijaksana...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: williamhalim on 14 January 2009, 02:59:31 PM
apakah visi misinya....

mengakhiri dukkha.

khusus MMD goalnya: menyadari si aku, alias menghapus ego...

namun Pak Hud mencirikan sebaliknya....

::
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 14 January 2009, 03:04:12 PM
kalo saya menutup Pak Hudoyonya,apakah kalian akan mulai berpraktek meditasi?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sumedho on 14 January 2009, 03:11:56 PM
tidak relevan sih om nyana, disini forum diskusi. kalau meditasi urusan masing2x diluar forum.

apakah kalau diskusi disini artinya tidak berpraktek meditasi?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: williamhalim on 14 January 2009, 03:13:31 PM
kalo saya menutup Pak Hudoyonya,apakah kalian akan mulai berpraktek meditasi?

ya... plus sila dan panna

---

pada sesi meditasi, kita memperhatikan timbul dan lenyapnya perasaan, atau memperhatikan reaksi si aku, atau metoda2 lainnya... dan ketika sesi selesai, di kehidupan sehari-hari kita menjaga moral dan mengembangkan kebijaksanaan dengan perenungan, baca buku, diskusi dan lainnya.

meditasi tanpa sila dan panna <--- ini yg aku nggak setuju
tidak perlu berbuat baik, perbuatan baik adalah munafik <--- ini cetusan founder MMD yg aku nggak setuju

::


Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Nevada on 14 January 2009, 03:15:24 PM
kalo saya menutup Pak Hudoyonya,apakah kalian akan mulai berpraktek meditasi?

Saya merasa MMD menyajikan metode bermeditasi yang mengandung nilai positif.
Saya merasa Pak Hudoyo adalah Umat Buddha yang baik.
Tapi saya tidak bisa menerima kalau Pak Hudoyo 'ditutup' dari MMD ini.

Saya hanya menyajikan pandangan tentang ketidak-kongruen yang terjadi dalam tubuh MMD itu sendiri. Selanjutnya kalau yang bersangkutan mampu melaksanakan sepenuhnya apa yang menjadi visi-misinya, saya baru lebih bisa menerimanya. Setelah itu, bila yang bersangkutan menyarankan metodenya pada orang lain, saya rasa ini sudah cukup bisa diterima. Dua fase ini belum diselesaikannya, oleh karena itu saya menganggap MMD belum cukup matang. Itu saja...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hatRed on 14 January 2009, 03:20:16 PM
Panna
Pandangan Benar
Pemikiran Benar

Sila
Perkataan Benar
Perbuatan Benar
Penghidupan Benar
Usaha Benar

Samadhi
Perhatian Benar
Pemusatan Benar


Itulah mengapa pentingnya yg benar benar

Sila implies Samadhi implies Panna

so

Bad Sila implies Bad Samadhi implies Bad Panna

and of course

Good Sila implies Good Samadhi implies Good Panna
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Nevada on 14 January 2009, 03:21:33 PM
Saya sependapat dengan William Halim...

Sila-Samadhi-Panna adalah 1 paket. Ketiganya adalah elemen-elemen vital dalam mekanisme pengembangan diri. Ketiganya tidak bisa diuraikan atau dipisahkan, maupun berdiri sendiri. Masing-masing saling mengkondisikan satu sama lain.

Dari pengembangan sila, maka pengembangan samadhi pun bisa ditingkatkan. Dari pengembangan samadhi, panna pun bisa ditingkatkan. Dari pengembangan panna, sila pun juga bisa ditingkatkan. Semuanya bersirkulasi dalam proses. Dan masing-masing elemen ini diimplementasikan dalam wujud yang berbeda. Jadi tidak ada satu sikap (sati / eling) yang menjadi wujud implementasi yang komprehensif itu.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 14 January 2009, 03:22:38 PM
kalo saya menutup Pak Hudoyonya,apakah kalian akan mulai berpraktek meditasi?

ya... plus sila dan panna

---

pada sesi meditasi, kita memperhatikan timbul dan lenyapnya perasaan, atau memperhatikan reaksi si aku, atau metoda2 lainnya... dan ketika sesi selesai, di kehidupan sehari-hari kita menjaga moral dan mengembangkan kebijaksanaan dengan perenungan, baca buku, diskusi dan lainnya.

meditasi tanpa sila dan panna <--- ini yg aku nggak setuju
tidak perlu berbuat baik, perbuatan baik adalah munafik <--- ini cetusan founder MMD yg aku nggak setuju

::




Saya rasa sih ga pernah dibilang kalau kita tidak perlu menjaga sila dan sebagainya, yang dikatakan adalah bahwa sila tidaklah relevan dalam meditasi.

Sama seperti ketika ketika kita menyadari keserakahan yang timbul, pandangan moral maupun immoral mengenai "pencurian harus dihindari" dan "pencurian adalah boleh dilakukan" tidak ada sangkut pautnya. Semua adalah produk pikiran juga. Dalam meditasi (vipassana), kita berurusan dengan kesadaran dan kesadaran pikiran, bukan malah terhambat oleh bentukan pikiran, termasuk konsep-konsep JMB 8 dan lain2.

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 14 January 2009, 03:23:03 PM
tidak relevan sih om nyana, disini forum diskusi. kalau meditasi urusan masing2x diluar forum.

apakah kalau diskusi disini artinya tidak berpraktek meditasi?

maksud saya adalah pengkotak2an hudoyo sedemikian rupa,dan pengkotak2an mmd sedemikian rupa dan pengkotak2an meditasi sedemikian rupa sehingga sampai hari ini kita baru berteori meditasi. saya mengerti itu urusan masing2 namun saya cuman ingin kalian buka kotak itu sendiri. diskusi disini juga sebuah praktek insight karena banyak hal yang telah didiskusikan ketika kita rasakan sendiri,banyak membawa manfaat.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 14 January 2009, 03:26:34 PM
kalo saya menutup Pak Hudoyonya,apakah kalian akan mulai berpraktek meditasi?

Saya merasa MMD menyajikan metode bermeditasi yang mengandung nilai positif.
Saya merasa Pak Hudoyo adalah Umat Buddha yang baik.
Tapi saya tidak bisa menerima kalau Pak Hudoyo 'ditutup' dari MMD ini.

Saya hanya menyajikan pandangan tentang ketidak-kongruen yang terjadi dalam tubuh MMD itu sendiri. Selanjutnya kalau yang bersangkutan mampu melaksanakan sepenuhnya apa yang menjadi visi-misinya, saya baru lebih bisa menerimanya. Setelah itu, bila yang bersangkutan menyarankan metodenya pada orang lain, saya rasa ini sudah cukup bisa diterima. Dua fase ini belum diselesaikannya, oleh karena itu saya menganggap MMD belum cukup matang. Itu saja...

iya bisa dikatakan ada beberapa hal yang faults,tapi kalo anda berani menemukan fakta,saat ini agama Buddha sendiri pun banyak terjadi fault dan kasus2,saya pikir selama pikiran belum jernih,semua keanehan pasti akan terjadi.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: N1AR on 14 January 2009, 03:28:49 PM
intinya mmd membawa kita memahami apa itu nibbana bukan?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 14 January 2009, 03:29:49 PM
Sama seperti ketika ketika kita menyadari keserakahan yang timbul, pandangan moral maupun immoral mengenai "pencurian harus dihindari" dan "pencurian adalah boleh dilakukan" tidak ada sangkut pautnya. Semua adalah produk pikiran juga. Dalam meditasi (vipassana), kita berurusan dengan kesadaran dan kesadaran pikiran, bukan malah terhambat oleh bentukan pikiran, termasuk konsep-konsep JMB 8 dan lain2.

Selama masih dalam konsep,kita memang bisa mengkotakan ini,namun ketika kita membawa dalam meditasi,pengkotakan ini justru menjadi hambatan terbesar karena kemelekatan yang lebih akan konsep tidak membawa pemahaman apa2 ketika dibawa ke lapangan,ibarat orang membaca manual komputer dengan bermain komputer itu sendiri.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 14 January 2009, 03:31:37 PM
intinya mmd membawa kita memahami apa itu nibbana bukan?

tidak bisa beranggapan seperti itu,karena masih spekulatif,pendirinya juga tidak mengklaim sudah mencapai Nibbana lewat MMD apalagi kita cuman bisa membuat prakiraan.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hatRed on 14 January 2009, 03:35:11 PM
for MMD

gratis gak?

boleh berhenti gak?

mengikat gak?

ada bukunya gak?

bukunya gratis gak?

ebooknya donk.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: doris on 14 January 2009, 03:37:21 PM
intinya mmd membawa kita memahami apa itu nibbana bukan?

tidak bisa beranggapan seperti itu,karena masih spekulatif,pendirinya juga tidak mengklaim sudah mencapai Nibbana lewat MMD apalagi kita cuman bisa membuat prakiraan.

met sore

tapi katanya sih udh melihat/mengalami fakta anatta?

cem mane?

Doris
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Nevada on 14 January 2009, 03:41:07 PM
kalo saya menutup Pak Hudoyonya,apakah kalian akan mulai berpraktek meditasi?

Saya merasa MMD menyajikan metode bermeditasi yang mengandung nilai positif.
Saya merasa Pak Hudoyo adalah Umat Buddha yang baik.
Tapi saya tidak bisa menerima kalau Pak Hudoyo 'ditutup' dari MMD ini.

Saya hanya menyajikan pandangan tentang ketidak-kongruen yang terjadi dalam tubuh MMD itu sendiri. Selanjutnya kalau yang bersangkutan mampu melaksanakan sepenuhnya apa yang menjadi visi-misinya, saya baru lebih bisa menerimanya. Setelah itu, bila yang bersangkutan menyarankan metodenya pada orang lain, saya rasa ini sudah cukup bisa diterima. Dua fase ini belum diselesaikannya, oleh karena itu saya menganggap MMD belum cukup matang. Itu saja...

iya bisa dikatakan ada beberapa hal yang faults,tapi kalo anda berani menemukan fakta,saat ini agama Buddha sendiri pun banyak terjadi fault dan kasus2,saya pikir selama pikiran belum jernih,semua keanehan pasti akan terjadi.

Saya juga sudah menyadari hal itu...

Namun setidaknya, Sang Buddha sudah melewati 3 fase. Beliau sudah konsekuen dengan apa yang dipikirkan-Nya, apa yang diucapkan-Nya dan diparbuat-Nya. Karena Beliau sudah melaksanakan dengan sempurna tentang ajaran-Nya sendiri, secara tidak langsung Sang Buddha sudah meneladankan perilakunya pada orang lain. Beliau pun masuk fase ke dua, dan menyarankan pada orang lain untuk berbuat di dalam kebaikan itu. Setelah itu, Beliau pun menetapkan batasan bagi para pengikut-Nya agar tidak terjadi penyelewengan / penyimpangan ajaran kelak.

3 fase ini sudah dijalani Sang Buddha. Maka darinya, faults yang terjadi pada tubuh Buddhisme selama pergolakan 2,5 millenium ini tidak terlalu mempengaruhi sendi-sendinya itu sendiri. Buddhisme masih sanggup berdiri kokoh. Bisa Anda bayangkan apabila seorang guru mengajarkan sesuatu metode / paham, namun guru itu tidak menjalani 3 fase ini?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: williamhalim on 14 January 2009, 03:44:17 PM
Saya rasa sih ga pernah dibilang kalau kita tidak perlu menjaga sila dan sebagainya, yang dikatakan adalah bahwa sila tidaklah relevan dalam meditasi.


MMD adalah meditasi vipassana, yg bertujuan mengikis kekotoranbatin/melihat apa adanya/pencerahan, berbeda dengan meditasi Samatha yg bertujuan meningkatkan konsentrasi.

Karena bertujuan mengikis kekotoran batin, maka meditasi vipassana tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Meditasi vipassana tidak hanya ketika duduk bersila, namun berlanjut ketika sesi duduk selesai, yakni menjaga sila, tetap waspada, dll.

Nah, jika MMD adalah vipassana, maka pernyataan2 pak hud bahwa sila tidak relevan dengan meditasi adalah kontradiktif. Justru, bagi praktisi vipassana sila samdhi dan panna saling berkaitan erat dan tidak terpisahkan.

::
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: N1AR on 14 January 2009, 03:45:39 PM
Rekan Hok Ben,

Itu diajarkan dalam teknik vipassana versi Mahasi Sayadaw.

Menurut hemat saya, itu "dua kali kerja": pertama, mengamati ... kedua, mencatat. ... Selama itu dilakukan, pikiran tidak mungkin berhenti ...

Dalam MMD, cukup disadari saja: keinginan, gerak, ... dsb, tanpa dicatat.

Rekan Hok Ben, mungkin bagi Anda ini masih belum jelas; karena Anda cuma mencoba memahaminya dengan pikiran ... Anda tidak bisa membayangkan bagaimana "menyadari tanpa pikiran" ... Nah, kalau mau tahu dengan jelas, tidak ada jalan lain daripada mempraktikkannya. ...

Cobalah ... dan Anda akan tahu berdasarkan pengalaman sendiri, bukan dari pikiran ... Dan pengalaman itu sangat mencerahkan ... Hidup Anda akan berubah total ... Dan Anda akan mengerti mengapa Sang Buddha bilang: "Nibanna adalah kebahagiaan tertinggi." ...

Salam,
hudoyo

disini diterangkan kalau mmd untuk mengerti nibbana dengan mempraktekinnya
maksudnya untuk tahu perasaan final mmd adalah untuk nibbana

Quote
Di sini yang ada hanyalah 'apa adanya' ... tidak ada konsep 'penderitaan' ... tidak ada konsep 'sebab penderitaan' ... tidak ada konsep 'lenyapnya penderitaan' ... apalagi konsep 'jalan menuju lenyapnya penderitaan' ... Singkatnya: pikiran/si aku berhenti. ... Itulah yang di tempat lain saya sebut: MENGALAMI/MENEMBUS Empat Kebenaran Mulia secara langsung, serempak, sebagai satu kesatuan integral ... melampaui konsep-konsep pikiran analitis. ... Di situ tidak ada apa-apa ... hanya keheningan total. ... Sang Buddha bilang: "... Kalau kamu bisa berada dalam keadaan itu ... kamu tidak ada ... itulah, hanya itulah, akhir derita."

tambah maksudnya kan sudah jelas arti nibbana versi mmd
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 14 January 2009, 03:53:46 PM
Saya rasa sih ga pernah dibilang kalau kita tidak perlu menjaga sila dan sebagainya, yang dikatakan adalah bahwa sila tidaklah relevan dalam meditasi.


MMD adalah meditasi vipassana, yg bertujuan mengikis kekotoranbatin/melihat apa adanya/pencerahan, berbeda dengan meditasi Samatha yg bertujuan meningkatkan konsentrasi.

Karena bertujuan mengikis kekotoran batin, maka meditasi vipassana tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Meditasi vipassana tidak hanya ketika duduk bersila, namun berlanjut ketika sesi duduk selesai, yakni menjaga sila, tetap waspada, dll.

Nah, jika MMD adalah vipassana, maka pernyataan2 pak hud bahwa sila tidak relevan dengan meditasi adalah kontradiktif. Justru, bagi praktisi vipassana sila samdhi dan panna saling berkaitan erat dan tidak terpisahkan.

::

Tidak kontradiktif. Idealnya adalah setiap orang menyadari segala gerak pikirannya. Dengan begitu, konsepsi pikiran tidak timbul. Jika konsepsi pikiran tidak timbul, tentu saja tidak ada penilaian "ini moral, ini immoral". Yang ada hanya pikiran "amoral". Ketika keadaan demikian direalisasi, maka ada pembebasan di sana.
Saya beri contoh lagi, dalam konsep kita bisa menganalisa "pembunuhan boleh/tidak boleh", tapi dalam meditasi, yang ditangkap oleh kesadaran hanyalah konsepsi pikiran kebencian. Jika kebencian seseorang sudah tidak ada, apakah ia bisa berpikiran untuk membunuh? Kalau sudah tidak ada pikiran membunuh, apakah moralitas/sila mengenai boleh/tidaknya membunuh itu relevan?

TETAPI, tentu saja seorang puthujjana masih "bolong-bolong" prakteknya, dan Pak Hud juga mengakuinya bahwa dirinya juga bisa kelepasan (=masih puthujjana).

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 14 January 2009, 03:56:32 PM
3 fase ini sudah dijalani Sang Buddha. Maka darinya, faults yang terjadi pada tubuh Buddhisme selama pergolakan 2,5 millenium ini tidak terlalu mempengaruhi sendi-sendinya itu sendiri. Buddhisme masih sanggup berdiri kokoh. Bisa Anda bayangkan apabila seorang guru mengajarkan sesuatu metode / paham, namun guru itu tidak menjalani 3 fase ini?

yaph betul. namun kita baru bertemu dia di internet,semua tulisan disini bisa diterjemahkan secara bebas oleh pikiran pribadi masing2 lho. kalo saya menulis dengan tulisan PERGI dan pergi,bisa diterjemahkan ke banyak arti tergantung kedewasaan masing2 orang. saya tidak memegang prinsip spekulatif untuk sesaat dan bukan juga membenarkan MMD, namun saya katakan,praktek meditasi saya menemukan kesamaan dengan pengalaman praktisi MMD dan juga tulisan Ajahn Chah, saya masih akan terus berpraktek untuk mengetahui lebih lanjut paham2 yang belum saya mengerti. _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 14 January 2009, 03:59:21 PM
Nah, jika MMD adalah vipassana, maka pernyataan2 pak hud bahwa sila tidak relevan dengan meditasi adalah kontradiktif. Justru, bagi praktisi vipassana sila samdhi dan panna saling berkaitan erat dan tidak terpisahkan.

Sila,Samadhi dan Panna bukan Sila,Meditasi dan Panna.

pertama anda harus mengerti jelas apa itu Samadhi...kondisi Samadhi(Dhyana) itu jauh di atas meditasi...bisa dikatakan meditasi hanyalah pembuka jalur Samadhi.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hatRed on 14 January 2009, 04:00:23 PM
Saya rasa sih ga pernah dibilang kalau kita tidak perlu menjaga sila dan sebagainya, yang dikatakan adalah bahwa sila tidaklah relevan dalam meditasi.


MMD adalah meditasi vipassana, yg bertujuan mengikis kekotoranbatin/melihat apa adanya/pencerahan, berbeda dengan meditasi Samatha yg bertujuan meningkatkan konsentrasi.

Karena bertujuan mengikis kekotoran batin, maka meditasi vipassana tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Meditasi vipassana tidak hanya ketika duduk bersila, namun berlanjut ketika sesi duduk selesai, yakni menjaga sila, tetap waspada, dll.

Nah, jika MMD adalah vipassana, maka pernyataan2 pak hud bahwa sila tidak relevan dengan meditasi adalah kontradiktif. Justru, bagi praktisi vipassana sila samdhi dan panna saling berkaitan erat dan tidak terpisahkan.

::

Tidak kontradiktif. Idealnya adalah setiap orang menyadari segala gerak pikirannya. Dengan begitu, konsepsi pikiran tidak timbul. Jika konsepsi pikiran tidak timbul, tentu saja tidak ada penilaian "ini moral, ini immoral". Yang ada hanya pikiran "amoral". Ketika keadaan demikian direalisasi, maka ada pembebasan di sana.
Saya beri contoh lagi, dalam konsep kita bisa menganalisa "pembunuhan boleh/tidak boleh", tapi dalam meditasi, yang ditangkap oleh kesadaran hanyalah konsepsi pikiran kebencian. Jika kebencian seseorang sudah tidak ada, apakah ia bisa berpikiran untuk membunuh? Kalau sudah tidak ada pikiran membunuh, apakah moralitas/sila mengenai boleh/tidaknya membunuh itu relevan?

TETAPI, tentu saja seorang puthujjana masih "bolong-bolong" prakteknya, dan Pak Hud juga mengakuinya bahwa dirinya juga bisa kelepasan (=masih puthujjana).



untuk mengetahui hal ini sih gak usah meditasi,

baca buku PPKn atau ke psikiater juga bisa.

dan dari pengakuannya yg bolong2 itu mah sama aja.

semua orang juga begitu.

mengenal diri aja repot.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Nevada on 14 January 2009, 04:05:04 PM
Quote from: nyanadhana
saya tidak memegang prinsip spekulatif untuk sesaat dan bukan juga membenarkan MMD, namun saya katakan,praktek meditasi saya menemukan kesamaan dengan pengalaman praktisi MMD dan juga tulisan Ajahn Chah, saya masih akan terus berpraktek untuk mengetahui lebih lanjut paham2 yang belum saya mengerti.  _/\_

Semoga Pak Hudoyo semakin berkembang di dalam Buddhisme...  _/\_

Semoga perkembangan meditasi Bro Nyanadhana semakin baik...  _/\_

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 14 January 2009, 04:07:17 PM
Pak Hudnya aja ga repot,yang repot2in MMD ya pikiran kalian semua hihihihihihi
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 14 January 2009, 04:07:36 PM
Quote from: nyanadhana
saya tidak memegang prinsip spekulatif untuk sesaat dan bukan juga membenarkan MMD, namun saya katakan,praktek meditasi saya menemukan kesamaan dengan pengalaman praktisi MMD dan juga tulisan Ajahn Chah, saya masih akan terus berpraktek untuk mengetahui lebih lanjut paham2 yang belum saya mengerti.  _/\_

Semoga Pak Hudoyo semakin berkembang di dalam Buddhisme...  _/\_

Semoga perkembangan meditasi Bro Nyanadhana semakin baik...  _/\_



Amin Amin...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 14 January 2009, 04:08:29 PM

untuk mengetahui hal ini sih gak usah meditasi,

baca buku PPKn atau ke psikiater juga bisa.

dan dari pengakuannya yg bolong2 itu mah sama aja.

semua orang juga begitu.

mengenal diri aja repot.

 :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: markosprawira on 14 January 2009, 04:20:42 PM
Pak Hudnya aja ga repot,yang repot2in MMD ya pikiran kalian semua hihihihihihi

masa sih Pak Hud ga repot, bro?

Quote
Tinggal satu pertanyaan teoretis kepada para moderator DC: "MMD itu meditasi Buddhis atau bukan?"

http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=2355.1110
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 14 January 2009, 05:24:31 PM
Lalu apakah ajaran menyadari itu adalah salah? Sekali lagi, ajarannya, bukan orangnya. Seperti saya bilang kita juga menjelaskan hal-hal yang sebetulnya belum kita realisasikan. Lagipula setahu saya, Pak Hud ga pernah ngomong bahwa dirinya adalah sosok ideal untuk ditiru kok.

Itu menandakan ada sesuatu yang salah dalam ajarannya ;D

Dulu seorang guru pernah berkata pada saya, "apapun perilaku saya yang baik, teladanilah, tetapi apapun yang buruk, seperti saya adalah perokok, jangan ditiru!". Saya sih tidak melihat ada yang aneh dengan orang menyadari kekurangannya dan mengajarkan kepada muridnya agar tidak meniru kekurangannya.


Kalo gitu ada contohnya lho ;D Kek chandramukti tuh gurunya khan kek gitu kakakakak
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 14 January 2009, 05:30:52 PM
- JMB8 jelas bukan karangan, dan merupakan isi dari khotbah awal Sang Buddha. Malah jika memang benar, JMB8 tercantum dlm khotbah terawal dari Sang Buddha, yaitu dlm Dhammacakkapavattana Sutta.

- Sati (appamada) memang penting, tp perlu diterapin jg dlm pengembangan sila samadhi panna, sperti dikatakan Sang Buddha dlm Hatthipada Desana.

- Mengusung JK? Atau mencoba menjembatani antara Krishnamurti-Buddhism? Hm.. yg ini harus kita tanya lsg ke ybs sendiri tampaknya. :-?

- Tentang terhentinya pikiran, tampaknya dari kubu Abhidhamma jg mengusung konsep ttg Kiriya yg jelas berbeda dgn pikiran seorang puthujjana? Apakah mungkin yg dimaksud dari MMD dan Abhidhamma tampaknya hanya sebuah hal sama yg berbeda persepsi dan definisinya saja? Well i dunno ???

Maaf Om Markos yang baik, mohon penjelasannya ya.. jangan bosan :)
Mau bertanya, ttg Bodhisatta Siddhattha Gotama yg melampaui ke-2 gurunya, setau saya beliau telah merealisasikan pula yg diajarkan ke-2 gurunya. Bukan hanya sebatas pemahaman intelektual, krn sperti td lg, bisa saja beda persepsi dan definisi pdhl barang yg sama. Apakah Om Markos tlh melalui tahapan yg sama? Sehingga Om tau kalo ajaran MMD adlh Nihilisme? :)


[at] Opa saka
Terus terang menurut saya, hal demikian harus dialami baru bisa memberi kita pemahaman dan penilaian sendiri. Bukan hanya dr orang lain. Tapi saya bkn praktisi MMD sayangnya ;D
Iya, tau aja nih.. hahah. Kenapa ol skrg hayo? :D :))

[at] Ci Lily
Sedikit oot, tidak perlu dijawab jg gpp krn emang oot. Gmn pendapat Ci Lily ttg Dalai Lama dan usaha menentang China?
Dan bagaimana dgn sikap toleran, sabar, tenang, baik, sejati dr aliran2 seperti I Kuan Tao, Suma Ching Hai, FLG? :)
Aniwei, thanx buat rujukannya. Make sense. :)

cmiiw

mettacittena
_/\_

JMB8 Bagi MMD bukan berasal dari mulut sang Buddha :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 14 January 2009, 09:26:44 PM
saya mengerti anda katakan......masalah nya ketika mempraktekkan hal ini....seperti nya kebijaksanaan saya malah tertutup dan lebih memilih diam bengong ditempat

misalkan........
sy merasakan gatal......karena sadar maka tidak jadi di garuk.
sy merasakan haus......karena sadar maka tidak jadi minum.
sy merasa badan gerah......karena sadar maka tidak jadi mandi.........

pergi ke vihara pun...bahkan saya tidak ingin namaskara lagi..........karena sadar....tetapi lebih memilih namaskara. akhir nya di lakukan............

bukankah ini namanya sedang salah belajar? mohon bimbingan _/\_

"Tidak jadi menggaruk", "tidak jadi minum", "tidak jadi mandi", "tidak ingin namaskara"--KALAU itu memang benar-benar terjadi pada Anda, dan di sini saya mulai meragukan kejujuran Anda!--itu tidak lebih daripada REAKSI dari si aku lagi. ... Yang tadinya tanpa berpikir panjang dilakukan, sekarang segala sesuatu dinegasikan ... kedua-duanya adalah reaksi si aku terhadap suasana di sekitarnya.

Di dalam sadar yang sebenarnya, tidak ada yang seperti itu, tidak ada pola tertentu yang diikuti: kalau gatal, bisa menggaruk bisa pula tidak; kalau haus, bisa minum bisa pula tidak; kalau badan gerah, bisa mandi bisa pula tidak. ... Jadi sadar itu bukan berarti melahirkan suatu pola tingkah laku yang seragam dan bisa diprediksi lebih dulu, seperti perilaku orang yang selalu terseret oleh pikirannya.

Kalau benar-benar bisa sadar seperti itu, tanpa mencari-cari pola perilaku lagi, maka itu bukan "salah belajar", karena di situ orang melihat mulai runtuh dan berakhirnya peran si aku & pikiran ... sampai akhirnya yang mengambil alih adalah apa yang disebut-sebut oleh Buddha dalam Udana 8.3., "SESUATU yang tak dilahirkan, tak terbentuk, tak tercipta, tak terkondisi", yang BUKAN AKU lagi.

Jadi di sini orang "belajar dengan benar" karena yang menjadi garapan adalah si aku & pikiran ini sampai lenyap, itulah akhir dari dukkha.


Quote
dan keraguan saya menjadi-jadi ketika mengingat fenomena seperti.............
Y.M Sariputta memuji Y.M Mahamoggalana.
Sang buddha sendiri memuji murid nya......seperti Y.M Upali yang terunggul dalam vinaya

Ini sudah saya jawab, tidak perlu diulang-ulang lagi. Jangan mencoba-coba memahami jalan pikiran seorang arahat, sebelum Anda sendiri menjadi arahat.


Quote
dan lebih parah lagi................pada waktu seseorang kenalan bertemu....dia tersenyum.....sy seperti tidak merespon....
dan akhir nya muncul perenungan cepat.....dan sy memilih merespon........

Di sini Anda terseret lagi oleh pikiran dan kehidupan sehari-hari karena rasa malu terhadap orang lain; Anda tidak lagi bervipassana.

Di dalam retret MMD saya tekankan agar setiap peserta menganggap dirinya berada seorang diri di tengah hutan, tanpa memandang mata atau menghiraukan sesama peserta, sekalipun itu saudara atau temannya sendiri.


Quote
dan bahkan tidak mungkinlah TIPITAKA terbentuk........karena ada "ide"/ "aku" yang ingin menuliskan Tipitaka itu ke Daun.

Yang menghafalkan dan menulis Tipitaka itu bukan arahat, bukan orang yang telah bebas. Orang yang telah bebas tidak punya motivasi untuk menulis kitab suci.



Quote
----------------------------------------------------
di satu sisi saya ingin tanyakan.............

anda kata saya menggerakkan tangan saya ke-atas...............yang manakah lebih dulu.
1.keinginan(cettana) untuk menggerakkan tangan
2.kesadaran(kesadaran pada waktu menggerakkan tangan)_/\_

Di sini bukan tempat berteori atau menganalisis mana yang lebih dulu, apa gunanya tahu mana yang lebih dulu? Sama sekali tidak ada gunanya; sekalipun jelas cetana SELALU mendahului tindakan, sedangkan sati adalah kesadaran yang mengamati semuanya, mulai sejak dari cetana, sampai pada terjadinya gerakan atau tidak terjadinya gerakan.

Sadari saja SI AKU di balik setiap cetana. ITu yang penting, karena si AKU itulah yang menyeret Anda di dalam penderitaan.

Salam,
Hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 14 January 2009, 09:31:20 PM
Seseorang yang tidak melekat pada label tapi ingin punya label =)) =))

Wah, udah jadi "Global Moderator" ya?  ckckckck ....
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 14 January 2009, 10:04:46 PM
lumayan bisa ngehapus yang gobel posting nih pa ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sukma Kemenyan on 14 January 2009, 10:10:10 PM
Quote
dan bahkan tidak mungkinlah TIPITAKA terbentuk........karena ada "ide"/ "aku" yang ingin menuliskan Tipitaka itu ke Daun.

Yang menghafalkan dan menulis Tipitaka itu bukan arahat, bukan orang yang telah bebas. Orang yang telah bebas tidak punya motivasi untuk menulis kitab suci.
Jadi penasaran...
Siapa yah yang mengajarkan Dhamma, dan mempopulerkan dhamma,
Siapa pula yang mengkotbahkan sutta-sutta yang didalam tipitaka...

Apa pula motivasi'nya?
Masa iya orang yang telah bebas punya motivasi untuk berkhotbah?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 14 January 2009, 10:30:31 PM
Seseorang yang tidak melekat pada label tapi ingin punya label =)) =))

Wah, udah jadi "Global Moderator" ya?  ckckckck ....
wah, masih melekat dengan "MMD" ya? ckckckck ....
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sukma Kemenyan on 14 January 2009, 10:55:22 PM
pertama anda harus mengerti jelas apa itu Samadhi...kondisi Samadhi(Dhyana) itu jauh di atas meditasi...bisa dikatakan meditasi hanyalah pembuka jalur Samadhi.
Dalam buku Vimuttimagga karya Arahat Upatissa, tidak dibedakan antara samadhi dan meditasi, samadhi=meditasi...

btw...
gw rasa ada perbedaan besar antara samadhi (versi buddhaghosa/visudhi-magga)
dengan samma-samadhi (versi JMB8)

Lalu apa itu Jhana (Dhyana) ?
apa pula bhavana ?
apa pula samadhi ?

btw...
Dhyāna (jhāna) in refers to a stage of meditation, which is a subset of samādhi.
http://en.wikipedia.org/wiki/Dhyana
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Jerry on 14 January 2009, 11:06:50 PM

JMB8 Bagi MMD bukan berasal dari mulut sang Buddha :)
Ic.. terserah sih, kembali ke ybs lagi. Kalau saya sih berdasarkan pd Buku "A History of Mindfulness: How Insight worsted Tranquility in Satipatthana Sutta." oleh Bhikkhu Sujato.

Asli tidak, liat ke esensinya lagi, bisa gak membawa ke perkembangan batin?
Dan scholar banyak melihat JMB8 itu dari Sang Buddha koq. Tentang metode yg diajarkan Sang Buddha tentunya atas dasar upaya-kosalla masing2 orang. Jadi, ada yg perlu penjelasan panjang, ada yg tidak. Karena itu Sang Buddha mengatakan pula 'dari murid2-Nya, dlm pencapaian magga phala, Bahiya adlh yg tercepat.' <referensi: dhammapada atthakatha>

mettacittena
_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 14 January 2009, 11:23:36 PM
Kalau mau dilihat, intinya adalah Bagi MMD untuk menarik Pasar Buddhis maka di ambillah rujukan Bahiya dan malunkya, dari pasar keristen ada ayatnya juga, dari islam juga pasti punya ayatnya untuk menghubungkan ajaran intinya yaitu ajaran Krisnamurti.
Sehingga dibutuhkanlah sebuah label yaitu ingin di akui bahwa ajarannya berasal dari Buddha.
Tapi IMO pelajaran yang sepotong2 yang diklaim cukup untuk pembebasan itu menjadi meragukan, bahkan aye lihat sih ingin mengambil sutta2 untuk pembenaran2 versinya lho ;D

Saya lihat menurut kesaksian2nya banyak yang mendapat manfaat dari MMD dan itu dari berbagai lintas agama, itu sudah sangat baik nah kenapa tidak berpikir bahwa MMD itu untuk semua kalangan dan kenapa masih membutuhkan pengakuan bahwa MMD itu murni ajaran Buddha?
oh ya dan apakah setelah melaksanakan retreat, ketika mereka dilepas kembali apakah kembali kekeadaan semula? pikirannya apakah eling terus? atau hanya eling ketika MMD saja? atau bisa mengaplikasikan MMD dalam kehidupannya sehari?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: marcedes on 15 January 2009, 12:34:28 AM
Quote
"Tidak jadi menggaruk", "tidak jadi minum", "tidak jadi mandi", "tidak ingin namaskara"--KALAU itu memang benar-benar terjadi pada Anda, dan di sini saya mulai meragukan kejujuran Anda!--itu tidak lebih daripada REAKSI dari si aku lagi. ... Yang tadinya tanpa berpikir panjang dilakukan, sekarang segala sesuatu dinegasikan ... kedua-duanya adalah reaksi si aku terhadap suasana di sekitarnya.

Di dalam sadar yang sebenarnya, tidak ada yang seperti itu, tidak ada pola tertentu yang diikuti: kalau gatal, bisa menggaruk bisa pula tidak; kalau haus, bisa minum bisa pula tidak; kalau badan gerah, bisa mandi bisa pula tidak. ... Jadi sadar itu bukan berarti melahirkan suatu pola tingkah laku yang seragam dan bisa diprediksi lebih dulu, seperti perilaku orang yang selalu terseret oleh pikirannya.
pada saat anda marah...ketika anda melihat marah dan sadar....
apakah masih marah?...sy bukannya melihat "tidak jadi marah,dsb-nya"
karena yang saya alami...dimana keinginan itu muncul....tetapi diberi kesadaran didalamnya
maka tidak jadi berlanjut

ambil saja contoh sederhana pak hud.........
ketika dalam kesadaran penuh vipassana seperti yang anda maksudkan.....

lalu anda ditanya kepada seseorang "apakah menjaga ucapan,pikiran,tindakan itu baik?"
jawaban apa yang anda berikan?



saya merasa belajar seperti ini,ibarat kembali ke seseorang yang tidak dapat lagi membedakan hal baik dan buruk..........
memang di satu sisi pikiran ini tidak lagi terjebak "ini baik"  "ini buruk" seperti plongg...
tetapi ada masalah dalam batin saya...(sulit saya jelaskan) hanya bisa saya katakan
"it's something wrong"

sekira nya anda dapat membimbing saya..._/\_

-------------------------------------------------
Quote
Yang menghafalkan dan menulis Tipitaka itu bukan arahat, bukan orang yang telah bebas. Orang yang telah bebas tidak punya motivasi untuk menulis kitab suci.

lalu bahiya sutta itu anda dapat dari mana?....
bagaimana jika saya katakan ananda yang mencapai tingkat kesucian arahat sebenarnya tidak punya motivasi untuk mengulang dhamma dan vinaya bersama Upali dan Maha Kassapa...
dan tertulis dalam bahiyasutta ataupun semua Tipitaka itu bohong dan karangan belaka?.....

_/\_

--------------------------------
Quote
Ini sudah saya jawab, tidak perlu diulang-ulang lagi. Jangan mencoba-coba memahami jalan pikiran seorang arahat, sebelum Anda sendiri menjadi arahat.
tidak ada masalah jika tidak ingin menjawab-nya..................ataupun tidak tahu..
sy anggap pertanyaan yang disimpan saja........

sekali lagi saya tidak ingin mengajak berdebat ataupun membenarkan argumen saya....
apa yang saya alami hanya sebagai pertanyaan atas mengapa ini. mengapa itu.........
dan saya hanya ingin belajar semua apa yang ada. _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 15 January 2009, 12:55:23 AM

Bro Kainyn....

MMD = ajaran
Pak Hud = pendiri MMD

Kalo Pendiri & Praktek MMD aja batinnya merosot (dalam kehidupan sehari2 ato cara dia diskusi di milis/forum), gimana dengan pengikutnya yg menjalankan ajaran itu? Mari kita renungkan....;D
_/\_ :lotus:

:) :) :)

Salam,
Hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 15 January 2009, 01:24:00 AM
dear Kai,

Beberapa hal yang sampai saat ini masih dipegang dari MMD adalah :
-   tidak mengakui JMB8 yg notabene sudah dinyatakan dgn jelas sebagai satu2nya jalan utk mencapai nibbana
-   hanya mengakui tentang sati saja, yg notabene hanya merupakan salah empat dari 37 faktor
-   Mengusung ajaran J. Khrisnamurti, namun menggunakan label Buddhism.
Padahal ajaran J. Khrisnamurti sudah jelas berisikan mengenai Nihilisme, yg merupakan salah satu dari pandangan salah mengenai Atta yg disebut dalam Brahamajala Sutta
-   mengenai Terhentinya Pikiran : sudah jelas ini selaras dengan Nihilisme itu, jadi tidak ada apapun.
Berbeda sekali dengan Buddhism dimana pada saat mencapai nibbana sekalipun, selalu ada proses batin (pikiran/citta dan cetasika/faktor batin)

Kalau mau dilihat metode MMD yg tidak sesuai dengan meditasi adalah :
1.   Prinsip Nihilisme : tujuan bhavana adalah pencapaian nibbana. Sementara krn prinsip MMD berasas dari JK maka akan berujung pada Sunya/Kosong.
2.   Pada MMD, disebut bhw pada Arahat ada tahap terhentinya pikiran. Ini sangat keliru karena spt yg sy sebut diatas. Ini yg membuat org ”anti” thd pikiran itu, yg jika dikembangkan terus, dlm kelahiran mendatang mgkn bisa menjadi mahluk asannasatta (tidak punya sanna atau batin) karena dlm kelahiran saat ini, batinnya terus mengembangkan konsep nihilisme itu sendiri

Dan sampai saat ini, bro hudoyo masih terus hal2 yg disebut diatas......

silahkan bro Kai nilai sendiri

HUDOYO:

Rekan Markos Prawira,

Memang Anda menguasai kitab Abhidhamma Pitaka, tapi Anda tidak memahami ajaran Buddha Gotama berikut ini:

"Seorang arahat/buddha mengalami langsung nibbana, tapi tidak membayangkan nibbana, TIDAK BERPIKIR: 'Aku di dalam nibbana, aku berhadapan dengan nibbana, aku memiliki nibbana, aku berbahagia di dalam nibbana." ... Ini diulangi untuk semua pikiran apa pun yang bisa dipikirkan oleh manusia ... Dengan kata lain, Sang Buddha menegaskan, dalam diri arahat/buddha TIDAK ADA LAGI PIKIRAN yang berkaitan dengan aku, sebagaimana seorang puthujjana SELALU berpikir. Dengan kata lain, Sang Buddha hendak menegaskan bahwa dalam batin seorang arahat/buddha TIDAK ADA LAGI PIKIRAN SEBAGAIMANA PUTHUJJANA BERPIKIR!

Lalu Anda juga tidak memahami tuntunan vipassana ajaran Buddha Gotama kepada Bahiya & Malunkyaputta: "Bahiya, lakukan demikian: di dalam apa yang terlihat hanya ada yang terlihat [jangan diikuti oleh si aku & pikiran yang menanggapi apa yang terlihat] ... begitu seterusnya dengan semua yang tercerap dan semua yang dapat dikenal ... Kalau kamu bisa berada dalam keadaan itu, maka KAMU TIDAK ADA LAGI, KAMU TIDAK ADA DI MANA PUN JUGA! Itulah akhir dukkha."

KESIMPULAN:

Anda sama sekali tidak memahami ajaran Sang Buddha dalam Bahiya-sutta & Malunkyaputta-sutta, karena menurut LOGIKA Anda di atas maka Sang Buddha pun mengajarkan "NIHILISME" kepada kedua orang itu, sebagaimana Krishnamurti dan saya mengajarkan "nihilisme" di abad ke-20 dan 21 ini.

Yang Anda kuasai hanyalah isi Abhidhamma Pitaka yang dikarang oleh bhikkhu-bhikkhu non-arahat yang datang belakangan sesudah Sang Buddha, dan diklaim sebagai ajaran Sang Buddha yang diajarkan kepada ibunya di langit.

Salam,
Hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Jerry on 15 January 2009, 01:28:01 AM
mitos dan dongeng selalu laris bak kacang goreng ^-^
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Reenzia on 15 January 2009, 01:50:06 AM
 [at] bro hudoyo

bisa tolong dijelaskan yg ini?

karena menurut LOGIKA Anda di atas maka Sang Buddha pun mengajarkan "NIHILISME" kepada kedua orang itu, sebagaimana Krishnamurti dan saya mengajarkan "nihilisme" di abad ke-20 dan 21 ini.


bagian mana dari tulisan bro markos yg menunjukkan bahwa SB mengajarkan nihilisme?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 15 January 2009, 01:54:42 AM
for MMD

gratis gak?

boleh berhenti gak?

mengikat gak?

ada bukunya gak?

bukunya gratis gak?

ebooknya donk.

Silakan download e-book "Vipassana Bhavana - Meditasi Mengenal Diri", oleh: Sri Pannyavaro Mahathera & Hudoyo Hupudio, dari Rapidshare: http://rapidshare.com/files/180800249/Vipassana_Bhavana_MMD.pdf
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 15 January 2009, 02:02:46 AM
Quote
dan bahkan tidak mungkinlah TIPITAKA terbentuk........karena ada "ide"/ "aku" yang ingin menuliskan Tipitaka itu ke Daun.

Yang menghafalkan dan menulis Tipitaka itu bukan arahat, bukan orang yang telah bebas. Orang yang telah bebas tidak punya motivasi untuk menulis kitab suci.
Jadi penasaran...
Siapa yah yang mengajarkan Dhamma, dan mempopulerkan dhamma,
Siapa pula yang mengkotbahkan sutta-sutta yang didalam tipitaka...

Apa pula motivasi'nya?
Masa iya orang yang telah bebas punya motivasi untuk berkhotbah?

Seorang yang telah bebas sempurna --seperti Buddha, Krishnamurti-- tidak akan mengajarkan kebenaran dengan merek tertentu. Mereka sekadar bicara tentang kebenaran, dan kebenaran mereka tidak bisa dibedakan satu dari yang lain ...  tapi para pendengarnyalah yang sibuk memberi merek dan mempertentangkan merek-merek.
Title: Pandangan pakar Tipitaka tentang MMD :)
Post by: hudoyo on 15 January 2009, 02:23:05 AM
Re: Perbedaan vipassana "tradisional" dengan vipassana MMD

Dari: Milis Samaggiphala

Dari: MARKOS PRAWIRA


Sangat kontras sekali :

<< Di dalam MMD, hanya ada 'sati' (sadar/eling). Tidak dibagi-bagi menjadi "Delapan Jalan Utama", Sila, Samadhi, Pannya; pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar penghidupan benar ... dsb dsb. >>

dengan salah satu dari kesepakatan mengenai apakah sesuatu itu Buddhism atau bukan:

*Pokok-Pokok Dasar Pemersatu Theravada dan Mahayana *
*(MENURUT KONGRES SANGHA BUDDHIS SEDUNIA DI SRI LANGKA, DESEMBER 1966)*

4. Kami mengingat bahwa tujuan hidup adalah mengembangkan belas kasih untuk semua makhluk tanpa diskriminasi dan berusaha untuk kebaikan, kebahagiaan, dan kedamaian mereka; dan untuk mengembangkan kebijaksanaan yang mengarah pada perealisasian Kebenaran Tertinggi.Kami menerima Empat Kebenaran Arya, yaitu dukkha, penyebab timbulnya dukkha, padamnya dukkha, dan *jalan menuju
pada padamnya dukkha*; dan menerima hukum sebab dan akibat (Paticcasamuppada/ Pratityasamutpada).

*Magga , kebenaran bahwa pembebasan ini dapat dicapai melalui Jalan Tengah yang terdiri dari delapan faktor, yang mendorong ke arah kesempurnaan akan kemoralan (sila), disiplin mental (samadhi), dan kebijaksanaan (panna).*
**
dan bahwa Satipatthana hanyalah salah empat dari 37 kualitas yang membantu menuju Pencerahan pada poin 8 yaitu
*1. Empat Bentuk Landasan Perhatian Benar (Pali: satipatthana; Skt. smrtyupasthana);*
2. Empat Daya Upaya Benar (Pali. sammappadhana; Skt. samyakpradhana);
3. Empat Dasar Kekuatan Batin (Pali. iddhipada; Skt. rddhipada);
4. Lima Macam Kemampuan (indriya: Pali. saddha, viriya, sati, samadhi, panna; Skt. sraddha, virya, smrti, samadhi, prajna);
5. Lima Macam Kekuatan (bala: saddha, viriya, sati, samadhi, panna; Skt. sraddha, virya, smrti, samadhi, prajna);
6. Tujuh Faktor Pencerahan Agung (Pali. bojjhanga; Skt. bodhianga);
7. Delapan Ruas pada Jalan Mulia (Pali. ariyamagga; Skt. aryamarga).

Disini jelas terlihat bahwa MMD hanya menjalankan Buddhism secara separuh2 saja karena tidak menjalankan Jalan Mulia berunsur delapan

Pun hanya Sati saja, yg notabene hanya salah 4 dari 37 faktor saja

Semoga perbedaan ini bisa bermanfaat bagi kita semua........

===========================================

HUDOYO:

hehe ... :) ... Memang sangat kontras sekali, Rekan Markos Prawira. ...

Apanya yang kontras? Kontras antara pemahaman Anda sebagai PAKAR KITAB SUCI (Tipitaka Pali), yang hafal seabrek-abrek kata-kata Pali,  dan pemahaman saya sebagai pemeditasi vipassana, yang di dalam meditasi vipassana kitab suci mana pun tidak relevan lagi, termasuk kitab suci Buddhis. ... :)

Di dalam MMD, ketika para pemeditasi mulai duduk diam menyadari gerak-gerik pikiran masing-masing, maka SELURUH apa yang Anda tulis di atas RUNTUH ... karena semua itu tidak lain adalah pengertian teoretis, kata-kata di dalam kepala, gerak-gerik pikiran, yang sama sekali tidak membebaskan.

Jangankan dengan doktrin-doktrin yang Anda tampilkan itu, bahkan di dalam meditasi vipassana, gambaran (image) yang ada di dalam kepala tentang Buddha, Dhamma dan Sangha itu pun runtuh ... karena itu pun cuma angan-angan pikiran belaka yang sama sekali tidak membebaskan. ...

Melihat apa yang ada (yathabhutam nyanadassanam) bukanlah melihat Buddha, Dhamma & Sangha bagi umat Buddha, bukanlah melihat Yesus Kristus bagi umat Keristen, bukanlah melihat Al-Qur'an dan Muhammad bagi umat Islam.

Kebenaran bukan milik Buddha, atau milik salah satu nabi itu, atau milik siapa pun ... Kebenaran tidak punya merek.

*****

Silakan Anda mengumpulkan seribu bhikkhu dalam Kongres Sangha Buddhis Sedunia itu untuk mendukung pernyataan Anda itu. Saya cukup dengan satu bhikkhu Indonesia saja: Sri Pannyavaro Mahathera.

Salam,
Hudoyo

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 15 January 2009, 02:28:21 AM
[at] bro hudoyo

bisa tolong dijelaskan yg ini?

karena menurut LOGIKA Anda di atas maka Sang Buddha pun mengajarkan "NIHILISME" kepada kedua orang itu, sebagaimana Krishnamurti dan saya mengajarkan "nihilisme" di abad ke-20 dan 21 ini.


bagian mana dari tulisan bro markos yg menunjukkan bahwa SB mengajarkan nihilisme?

Bacalah pelan-pelan dengan cermat Bahiya-sutta dan Mulapariyaya-sutta ... Anda akan menemukan isinya persis sama dengan apa yang dikatakan Markos tentang Krishnamurti.

Title: Bagaimana pemeditasi MMD mencermati masalah Tuhan vs Hukum Karma
Post by: hudoyo on 15 January 2009, 07:08:42 AM
Dari: Milis Samaggiphala

Dari: Ika Polim

sampai saat ini jika berdiskusi ttg kata tuhan thdp "ajaran lain" dipandang dr ajaran buddha, maka kecenderungan paling pasti yang akan terjadi adalah para buddhis akan pasti menampilkan "sesuatu jawaban" versinya dr apa yang dipahaminya secara buddhis, namun yang sebenarnya terjadi thdp mereka adalah cuma "ketidaktahuan" dan "penganggapan yang berlebihan" saja! buktinya?
buktinya adalah : memang ada dlm tipitaka yang berbicara ttg tuhan? sedangkan kata tuhan gak pernah munul dlm berbagai versinya disana!

kecenderungan berikutnya adalah pertanyaan balik kpd para pengikut "ajaran lain"itu sbb: jika seorg anak dilahirkan cacat, apakah hal buruk itu iptaan tuhan?

jika pertanyaan itu dijwb dgn sbb: apakah anda ingin mengatakan bahwa hal buruk itu merupakan akibat bekerjanya hukum karma pada anak itu? dan apakah hukum karma berkepentingan dgn kelahiran yang cacat itu? jika ya, bisa anda tunjukan how?

maka dptlah disimpulkan (sementara) bahwa hanya krn "ketidaktahuan" dan "penganggapan yang berlebihan" saja , jwbaN serta cntoh yg diberikan oleh para buddhis itu didasarkan!

ika.

=========================
HUDOYO:

Manusia menciptakan dengan akal-budinya pengertian tentang Tuhan (yang bukan hakikat sebenarnya dari Kebenaran/Al-Haq) untuk menjelaskan pengalaman hidup manusia yang sekali berada di atas dan sekali di bawah, dengan mengembalikan semuanya kepada kodrat dan iradat Illahi.

Begitu pula, manusia menciptakan doktrin-doktrin tentang Hukum Karma (padahal Sang Buddha telah wanti-wanti agar umat Buddha jangan mikir-mikir tentang Hukum Karma) juga dengan maksud untuk menjelaskan pengalaman hidup manusia yang sekali berada di atas dan sekali di bawah, dengan mengembalikan semuanya sebagai buah (phala) dari perbuatan (karma) manusia sendiri.

Kedua cara berpikir (paradigma) itu telah berkembang selama ribuan tahun di bagian-bagian dunia yang saling terpisah: yang satu di Timur Tengah, yang kemudian melahirkan agama-agama yang diklaim sebagai "agama samawi"; dan yang lain di anak benua India dan lebih ke Timur lagi, yang melahirkan agama-agama non-teistik.

Dalam perkembangannya, kedua cara berpikir/paradigma itu telah membentuk suatu sistem pemikiran yang logis dan konsisten sehingga tidak mungkin diruntuhkan oleh argumentasi dari satu pihak kepada pihak yang lain. Seorang yang beriman kepada Tuhan YME tidak akan mampu secara obyektif meruntuhkan sistem pemikiran Hukum Karma tanpa asumsi-asumsi ketuhanan tertentu yang menegasikan Hukum Karma. Sebaliknya, seorang yang percaya penuh kepada Hukum Karma tidak akan mampu secara obyektif meruntuhkan sistem pemikiran teologis tanpa asumsi-asumsi tertentu berdasarkan Hukum Karma itu sendiri yang menegasikan teologi.

Dengan demikian, perdebatan tentang "Tuhan vs Hukum Karma" ini adalah perdebatan yang sia-sia dan menggelikan. Ibarat seorang Inggris berdebat dengan seorang Rusia, yang di situ masing-masing menggunakan bahasanya sendiri tanpa mengerti bahasa pihak yang lain.

*****

Bagaimanakah sikap yang tepat dalam menghadapi masalah itu? - Seorang pemeditasi vipassana/MMD akan dengan cepat bisa melihat bahwa baik teologi (ilmu kalam) maupun diskusi-diskusi tentang Hukum Karma oleh umat Buddha tidak lebih daripada spekulasi pikiran manusia belaka, yang sama sekali tidak membebaskan. Kalau orang melihat itu, maka ia tidak akan pernah lagi melibatkan diri dalam diskusi tentang teologi maupun hukum karma.

Saya hanya mengingatkan kembali akan peringatan Sang Buddha akan empat hal yang seharusnya tidak dipikirkan oleh manusia (acinteyya): salah satunya adalah Hukum Karma (kamma-vipaka). Sang Buddha secara eksplisit menyatakan, orang yang memikir-mikir tentang hal itu 'bisa menjadi gila'.

Saya rasa, dari sisi agama monoteistik, ada pula peringatan-peringatan yang mirip seperti itu datang dari "atas", agar manusia tidak memikir-mikir tentang Tuhan. - Dalam Al-QUr'an dikatakan: "Hanya sedikit pengetahuan diberikan kepadamu perihal RUH." - Dalam Alkitab, Tuhan dengan tegas menyerukan: "DIAMLAH, dan ketahuilah Aku Tuhan." (Mazmur)

Salam,
Hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 15 January 2009, 07:21:12 AM
mitos dan dongeng selalu laris bak kacang goreng ^-^
iya dan mitos itu pun jadi landasan MMD :P
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Equator on 15 January 2009, 08:25:07 AM
mitos dan dongeng selalu laris bak kacang goreng ^-^
iya dan mitos itu pun jadi landasan MMD :P

betul banget tuh !
mitos dan dongeng kalo di buat film bisa box office
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 15 January 2009, 08:50:32 AM
 _/\_ Hm ternyata seru juga yah antara pengkotakan MMD dan pengkotakan agama Buddha disini.

Well sedikit sharing, coba belajar dari seorang bhikkhu yang menjalani Dhutanga Vinaya atau kita sebut bhikkhu hutan. mereka tidak pernah mengikatkan diri pada pengkotakan Pitaka. setelah mereka belajar teoritis dari Wat maka mereka memutuskan untuk masuk ke hutan dan menjalankan apa yang persis dijalankan Gotama Buddha di masa lampau.

Di hutan , tidak ada Pitaka,tidak ada juga ayat ayat Sutta,tidak ada juga dupa,tidak ada juga rupang Buddha, tidak ada juga ritual segala macam, hanya ada seorang bhikkhu itu sendiri dan alam. bagaimana mereka mempraktekan Ajaran Buddha ? apakah terus2an membuka Pitaka Sutta, terus2an mengkotakan diri dengan adanya 1,2,3,4,5,6,7,8?

Mereka mengalami langsung, meditasi yang membawa pemahaman Samadhi. Kebenaran di luar dari konsep yang telah dibukukan. kalau anda bertemu seorang Ajahn,katakanlah dari buku Ajahn Chah,maka anda akan menemukan bahwa Ajahn Chah sangat jarang membahas kotak2,apa yang dia terima langsung adalah ekspresi langsung tanpa konsep.

Konsep digunakan untuk pemula dalam belajar namun ketika turun ke lapangan, konsep hanyalah sebatas panduan yang bisa dipegang namun ketika mahir tidak lagi dipegang.

Kita terkotak2, belalang yang ditaruh dalam kotak hanya akan loncat setinggi kotak itu,bedakan dengan belalang yang tumbuh di luar.

Saya tidak membela siapapun,hanya ingin kalian melihat kembali ke dalam praktik kalian, banyak pemahaman yang kalian tahu kecil tapi dianggap sangat besar. belum tentu...recheck kembali kata2 sebelum anda memuntahkan segalanya dalam tulisan.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hatRed on 15 January 2009, 08:54:16 AM
for hudoyo


mmd bisa bikin i tahu kehidupan lampau gak?

ada step by step nya gak?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 15 January 2009, 08:57:03 AM
buat kehidupan lampau lo cari aja Natalie buat regresi...lagi ngetrend itu...Meditasi MMD bukan untuk kemampuan seperti itu.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: markosprawira on 15 January 2009, 09:03:33 AM
_/\_ Hm ternyata seru juga yah antara pengkotakan MMD dan pengkotakan agama Buddha disini.

Well sedikit sharing, coba belajar dari seorang bhikkhu yang menjalani Dhutanga Vinaya atau kita sebut bhikkhu hutan. mereka tidak pernah mengikatkan diri pada pengkotakan Pitaka. setelah mereka belajar teoritis dari Wat maka mereka memutuskan untuk masuk ke hutan dan menjalankan apa yang persis dijalankan Gotama Buddha di masa lampau.

Di hutan , tidak ada Pitaka,tidak ada juga ayat ayat Sutta,tidak ada juga dupa,tidak ada juga rupang Buddha, tidak ada juga ritual segala macam, hanya ada seorang bhikkhu itu sendiri dan alam. bagaimana mereka mempraktekan Ajaran Buddha ? apakah terus2an membuka Pitaka Sutta, terus2an mengkotakan diri dengan adanya 1,2,3,4,5,6,7,8?

Mereka mengalami langsung, meditasi yang membawa pemahaman Samadhi. Kebenaran di luar dari konsep yang telah dibukukan. kalau anda bertemu seorang Ajahn,katakanlah dari buku Ajahn Chah,maka anda akan menemukan bahwa Ajahn Chah sangat jarang membahas kotak2,apa yang dia terima langsung adalah ekspresi langsung tanpa konsep.

Konsep digunakan untuk pemula dalam belajar namun ketika turun ke lapangan, konsep hanyalah sebatas panduan yang bisa dipegang namun ketika mahir tidak lagi dipegang.

Kita terkotak2, belalang yang ditaruh dalam kotak hanya akan loncat setinggi kotak itu,bedakan dengan belalang yang tumbuh di luar.

Saya tidak membela siapapun,hanya ingin kalian melihat kembali ke dalam praktik kalian, banyak pemahaman yang kalian tahu kecil tapi dianggap sangat besar. belum tentu...recheck kembali kata2 sebelum anda memuntahkan segalanya dalam tulisan.

Ini sudah pernah dibahas oleh salah satu member disini bro.....

hendaknya scholar, jgn mengejek meditator krn merasa lebih tahu
pun hendaknya meditator jgn menghina scholar krn merasa lebih benar secra praktek....

keduanya hendaknya berjalan berbarengan dimana ini selaras dengan kondisi kebijaksanaan yg saling mendukung yaitu :
- sutta maya panna : kebijaksanaan yg diperoleh dari membaca, teks2
- cinta maya panna : kebijaksanaan yg diperoleh dari praktek
- bhavana maya panna : kebijaksanaan yg diperoleh dari perenungan

Dari sini kita bisa melihat betapa sayangnya jika terjadi ketimpangan dalam pelaksanaan keseharian kita semua
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hatRed on 15 January 2009, 09:04:35 AM
natalie itu boongan, kan pake hipnotis.

dan kebanyakan ngakunya pada ngeliat diri mereka sendiri sebagai pihak ketiga ???

aneh, sungguh aneh

bagaimana orang bisa melihat diri mereka sendiri kecuali bercermin ???
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 15 January 2009, 09:04:59 AM
wewww... selamat datang kembali, pasaran sepi ya, sama kita dagang juga sepi nich,

btw welcome back dach
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: markosprawira on 15 January 2009, 09:06:12 AM
mitos dan dongeng selalu laris bak kacang goreng ^-^
iya dan mitos itu pun jadi landasan MMD :P

betul banget tuh !
mitos dan dongeng kalo di buat film bisa box office


Kalo Lord of the Ring atau Harry Potter masuk apa yah?

sori OOT he3
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 15 January 2009, 09:10:35 AM
Kalo Lord of the Ring atau Harry Potter masuk apa yah?

sori OOT he3


at markos  :hammer: :hammer: :hammer: :hammer: :hammer: :hammer: :hammer:

wewww... selamat datang kembali, pasaran sepi ya, sama kita dagang juga sepi nich,

btw welcome back dach

iya nih akhir2 ini jarang ada pembahasan yang hot...
natalie itu boongan, kan pake hipnotis.

dan kebanyakan ngakunya pada ngeliat diri mereka sendiri sebagai pihak ketiga ???

aneh, sungguh aneh

bagaimana orang bisa melihat diri mereka sendiri kecuali bercermin ???

ceritain donk,ada temen aye yang belajar dan udah melihat langsung,cuman agak bingung apakah benar atau cuma pikiran yang dikondisikan seperti itu?

Dari sini kita bisa melihat betapa sayangnya jika terjadi ketimpangan dalam pelaksanaan keseharian kita semua

mari sama-sama belajar teori dan praktek berbarengan _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: dilbert on 15 January 2009, 09:13:48 AM
_/\_ Hm ternyata seru juga yah antara pengkotakan MMD dan pengkotakan agama Buddha disini.

Well sedikit sharing, coba belajar dari seorang bhikkhu yang menjalani Dhutanga Vinaya atau kita sebut bhikkhu hutan. mereka tidak pernah mengikatkan diri pada pengkotakan Pitaka. setelah mereka belajar teoritis dari Wat maka mereka memutuskan untuk masuk ke hutan dan menjalankan apa yang persis dijalankan Gotama Buddha di masa lampau.

Di hutan , tidak ada Pitaka,tidak ada juga ayat ayat Sutta,tidak ada juga dupa,tidak ada juga rupang Buddha, tidak ada juga ritual segala macam, hanya ada seorang bhikkhu itu sendiri dan alam. bagaimana mereka mempraktekan Ajaran Buddha ? apakah terus2an membuka Pitaka Sutta, terus2an mengkotakan diri dengan adanya 1,2,3,4,5,6,7,8?

Mereka mengalami langsung, meditasi yang membawa pemahaman Samadhi. Kebenaran di luar dari konsep yang telah dibukukan. kalau anda bertemu seorang Ajahn,katakanlah dari buku Ajahn Chah,maka anda akan menemukan bahwa Ajahn Chah sangat jarang membahas kotak2,apa yang dia terima langsung adalah ekspresi langsung tanpa konsep.

Konsep digunakan untuk pemula dalam belajar namun ketika turun ke lapangan, konsep hanyalah sebatas panduan yang bisa dipegang namun ketika mahir tidak lagi dipegang.

Kita terkotak2, belalang yang ditaruh dalam kotak hanya akan loncat setinggi kotak itu,bedakan dengan belalang yang tumbuh di luar.

Saya tidak membela siapapun,hanya ingin kalian melihat kembali ke dalam praktik kalian, banyak pemahaman yang kalian tahu kecil tapi dianggap sangat besar. belum tentu...recheck kembali kata2 sebelum anda memuntahkan segalanya dalam tulisan.

Ini sudah pernah dibahas oleh salah satu member disini bro.....

hendaknya scholar, jgn mengejek meditator krn merasa lebih tahu
pun hendaknya meditator jgn menghina scholar krn merasa lebih benar secra praktek....

keduanya hendaknya berjalan berbarengan dimana ini selaras dengan kondisi kebijaksanaan yg saling mendukung yaitu :
- sutta maya panna : kebijaksanaan yg diperoleh dari membaca, teks2
- cinta maya panna : kebijaksanaan yg diperoleh dari praktek
- bhavana maya panna : kebijaksanaan yg diperoleh dari perenungan

Dari sini kita bisa melihat betapa sayangnya jika terjadi ketimpangan dalam pelaksanaan keseharian kita semua

setuju.... scholar dan meditator harus tidak saling merendahkan...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 15 January 2009, 09:15:41 AM
itu teorinya praktek nyata didepan mata gw kebalik :hammer:
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hatRed on 15 January 2009, 09:17:55 AM
 [at] nyana

melihat langsung ini seperti apa :-?

kalo i sih taunya dari cerita si ginny en lain2 yg udah ikutan tu metode.

ada tuh thread na di DC.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: morpheus on 15 January 2009, 09:28:44 AM
setuju.... scholar dan meditator harus tidak saling merendahkan...
yg saya lihat, scholar bertujuan baik untuk membela kebenaran (menurut dia) dan meditator menyebarkan cinta kasih mencoba menyadarkan orang yg buta realita (yg menurutnya salah). selama diskusi berjalan dengan beradab, saya pikir hasil pasti akan baik... dua2nya bertujuan mulia... teruskan saja... dari membaca diskusinya, suatu saat mungkin ada yg bisa melihat kedua sudut pandang sekaligus... seperti yg saya lihat terjadi di sini...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Equator on 15 January 2009, 09:33:23 AM
gw scholar nggak  :-?
meditator juga nggak  ???
mau jadi apa nih gw ?  :(
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hatRed on 15 January 2009, 09:36:21 AM
bukanna pencipta lagu :D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Equator on 15 January 2009, 09:38:14 AM
bukanna pencipta lagu :D

pssstt.. laen jalurnya bro..  :whistle:
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 15 January 2009, 09:42:35 AM
yang pasti sih yang koment disini itu semua produk dari aku kakakakak
inga inga selama masih ada dualitas, aku yang benar dia yang salah maka dia akan terus terkurung dalam roda samsara. waspadalah waspadalah

Semoga terbebas dari dukkha _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 15 January 2009, 09:45:39 AM
klo aku seorang kapiten uda terbebas belon kk :D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 15 January 2009, 11:01:13 AM
Quote
setuju.... scholar dan meditator harus tidak saling merendahkan...

seandainya sesederhana itu...

yg saya lihat, awalnya memang scholar & meditator tidak saling merendahkan
namun dapatkah dicegah kalau:

scholar ataupun meditator "merasa direndahkan"?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 15 January 2009, 11:12:41 AM
intinya mmd membawa kita memahami apa itu nibbana bukan?

tidak bisa beranggapan seperti itu,karena masih spekulatif,pendirinya juga tidak mengklaim sudah mencapai Nibbana lewat MMD apalagi kita cuman bisa membuat prakiraan.

met sore

tapi katanya sih udh melihat/mengalami fakta anatta?

cem mane?

Doris

Nah ini saya pernah tanyaiin, disatu sisi mengatakan telah melihat dan bisa mengatakan batin arahat ini dan itu dan disisi lain mengatakan dirinya puthujana. Disinilah letak ketidak kosistenan. Bagaimana menilai batin arahat apabila juga belum mencapainya. Pertanyaan doris sungguh menarik dan membuka sejarah masa lalu :))

Mengenai yg diajarkan Ajahn Chah, diharapkan dibaca dengan teliti dan seksama. Ia itu menjalankan jalan tengah. dan berbeda jauh dengan MMD. Apalagi guru beliau adalah Ajahn Mun Bhuridatta. Coba tanya Ajahn Chah yg bener , dia itu tau lho kalo dalam meditasi mengandung PANCA BALA dan padangan pendiri tentang meditasi MMD tidak lho.;D

Orang yg berlatih meditasi dengan baik ataupun seorang arahat atau yg telah melihat fakta anatta bahkan orang yg benar2 melatih praktek Dhamma tidak lagi pusing apakah MMD itu meditasi buddhis atau tidak BAHKAN sekalipun dikotak2an oleh orang lain batinnya tetap tenang dan tidak pusing dan ngotot atau mempertanyakannya dengan penasaran sampai sekarang.

Mau lihat batin arahat, barusan orgnya datang ke Indo. Mau percaya atau tidak, no problem.;D tapi disana ada sebuah cermin bagi diri kita masing2 ttg Sang Ajran Sang Buddha.

Dalam hal meditasi BUKANLAH hanya masalah PROSES saja tetapi juga HASIL keduanya harus bersamaan. Kalau prosesnya BENAR hasilnya juga BENAR. Ini bukan konsep tapi hal yg patut direnungkan. Dalam berlatih tidaklah mungkin hal2 yg patut dan baik saling meniadakan.

Hal yg terpenting seorang guru biar bagaimanapun kepribadiannya adalah contoh bagi murid. Ini adalah fakta yg nyata
 _/\_



Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: williamhalim on 15 January 2009, 11:14:32 AM
yang pasti sih yang koment disini itu semua produk dari aku kakakakak
inga inga selama masih ada dualitas, aku yang benar dia yang salah maka dia akan terus terkurung dalam roda samsara. waspadalah waspadalah

Semoga terbebas dari dukkha _/\_

betul sekali :)

::
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 15 January 2009, 11:17:53 AM
nah kenapa scholar ataupun meditator merasa direndahkan? apa karena masing2 punya kebenaran/pembenaran? atau tidak mau saling melengkapi, atau karena ego semata? atau memang jalur nya beda?

kebenaran adalah kebenaran, cara merealisasikan nibbana sudah ada panduannya tinggal siapa yang benar atau salah dirinya sendiri lah nanti yang merasakannya ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: williamhalim on 15 January 2009, 11:23:14 AM

Nah ini saya pernah tanyaiin, disatu sisi mengatakan telah melihat dan bisa mengatakan batin arahat ini dan itu dan disisi lain mengatakan dirinya puthujana. Disinilah letak ketidak kosistenan. Bagaimana menilai batin arahat apabila juga belum mencapainya. Pertanyaan doris sungguh menarik dan membuka sejarah masa lalu :))


Sudah menyelami "melihat hanya melihat..."
Klaim begini artinya: saya sudah tercerahkan.

timbul lagi pertanyaan: jika sudah 'melihat hanya melihat', kenapa masih bisa timbul lobha dan menyadari lobha? Keterangan yg rancu....

IMO: "dalam melihat hanya ada melihat" berbeda dengan "sesegera mungkin menyadari timbulnya reaksi batin".

kadang membingungkan antara: "scholar piawai yg mengaku meditator" atau "meditator murni"....

::

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 15 January 2009, 11:28:15 AM
Walaupun Ajahn Mun & Ajahn Chah menghindari "pengkotak-kotakan", kira-kira mereka setuju ga yah kalo kita bilang mereka tidak melakukan ajaran Buddha?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 15 January 2009, 11:30:23 AM
Walaupun Ajahn Mun & Ajahn Chah menghindari "pengkotak-kotakan", kira-kira mereka setuju ga yah kalo kita bilang mereka tidak melakukan ajaran Buddha?

wah spekulasi ntar jawabannya
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: HokBen on 15 January 2009, 11:35:28 AM
Apa sang Buddha pernah mengatakan cara jadi guru yang baik? cara mencari guru yang baik?
ada yang tau?

Kutipan dari ajaran Lamrim mengenai Guru :
http://nyanabhadra.wordpress.com/2008/04/21/guru-spiritual/
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 15 January 2009, 11:37:29 AM
nah kenapa scholar ataupun meditator merasa direndahkan? apa karena masing2 punya kebenaran/pembenaran? atau tidak mau saling melengkapi, atau karena ego semata? atau memang jalur nya beda?
karena merasa "memiliki" kebenaran.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 15 January 2009, 11:38:35 AM
Walaupun Ajahn Mun & Ajahn Chah menghindari "pengkotak-kotakan", kira-kira mereka setuju ga yah kalo kita bilang mereka tidak melakukan ajaran Buddha?
Nanti masuknya ucapan benar dong ;D
JMB8 lagi nih yang diklaim bukan ucapan Buddha :))

Nanti bisa2 kita mengklaim ke tetangga karena ada : apa yang kau tabur maka kau tuai, itu ajaran asli Buddha , nah lho :))



BTW kalo Bhante boleh maen inet gak ya?
undang dong bhante Pannavaro nya kesini liat2 ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 15 January 2009, 11:39:10 AM
Walaupun Ajahn Mun & Ajahn Chah menghindari "pengkotak-kotakan", kira-kira mereka setuju ga yah kalo kita bilang mereka tidak melakukan ajaran Buddha?

wah spekulasi ntar jawabannya

Kalau mereka tidak setuju, berarti "tidak sesuai dengan pandangannya tentang pengkotakan". Kalau setuju... apa jadinya nanti? Apa yang akan terjadi pada "umat Buddha" murid mereka? ;D

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 15 January 2009, 11:40:51 AM
Apa sang Buddha pernah mengatakan cara jadi guru yang baik? cara mencari guru yang baik?
ada yang tau?

Kutipan dari ajaran Lamrim mengenai Guru :
http://nyanabhadra.wordpress.com/2008/04/21/guru-spiritual/

Thanks , sudah aye bookmark ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 15 January 2009, 11:41:37 AM
Walaupun Ajahn Mun & Ajahn Chah menghindari "pengkotak-kotakan", kira-kira mereka setuju ga yah kalo kita bilang mereka tidak melakukan ajaran Buddha?

Batin mereka pasti netral tidak terpengaruh apa kata kita atau orang lain apakah mereka melakukan atau tidak melakukan ajaran SB. Satu hal yg pasti pula mereka sendiri tahu bahwa mereka telah sesuai  dengan Dhamma bukan karena asumsi sendiri tetapi fakta yg telah mereka lihat dan alami sendiri dan telah teruji. Dan juga ngak nuntut untuk dibilang meditasi buddist atau tidak  :)

Contoh lain adalah kritikan terhadap Luangpu Mahaboowa terhadap pencapaiannya, bagaimana batin beliau... santai aja tuh...  ^-^
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Reenzia on 15 January 2009, 11:42:19 AM
Walaupun Ajahn Mun & Ajahn Chah menghindari "pengkotak-kotakan", kira-kira mereka setuju ga yah kalo kita bilang mereka tidak melakukan ajaran Buddha?

saia rasa sih mereka uda gk mikirin lagi ttg hal itu

bertanya kepadanya seperti itu seperti berbohong mengenai apa yang uda jelas didepan mata

masalah tentang kotak, ajaran SB tak ada dalam kotak manapun

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hatRed on 15 January 2009, 11:42:24 AM
Walaupun Ajahn Mun & Ajahn Chah menghindari "pengkotak-kotakan", kira-kira mereka setuju ga yah kalo kita bilang mereka tidak melakukan ajaran Buddha?

wah spekulasi ntar jawabannya

Kalau mereka tidak setuju, berarti "tidak sesuai dengan pandangannya tentang pengkotakan". Kalau setuju... apa jadinya nanti? Apa yang akan terjadi pada "umat Buddha" murid mereka? ;D



jawaban mereka orang pasti bukan setuju atau tidak setuju.

malh bisa2 diceramahin ma dia :P
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 15 January 2009, 11:48:48 AM
Sudah menyelami "melihat hanya melihat..."
Klaim begini artinya: saya sudah tercerahkan.

timbul lagi pertanyaan: jika sudah 'melihat hanya melihat', kenapa masih bisa timbul lobha dan menyadari lobha? Keterangan yg rancu....

dalam sutta mulapariyaya, dikategorikan menjadi 4:

1.orang yg tidak mengerti:

"He perceives Unbinding as Unbinding. Perceiving Unbinding as Unbinding, he conceives things about Unbinding, he conceives things in Unbinding, he conceives things coming out of Unbinding, he conceives Unbinding as 'mine,' he delights in Unbinding. Why is that? Because he has not comprehended it, I tell you.


2. orang yg sedang berlatih:
"He directly knows Unbinding as Unbinding. Directly knowing Unbinding as Unbinding, let him not conceive things about Unbinding, let him not conceive things in Unbinding, let him not conceive things coming out of Unbinding, let him not conceive Unbinding as 'mine,' let him not delight in Unbinding. Why is that? So that he may comprehend it, I tell you.


3. Arahat:
"He directly knows Unbinding as Unbinding. Directly knowing Unbinding as Unbinding, he does not conceive things about Unbinding, does not conceive things in Unbinding, does not conceive things coming out of Unbinding, does not conceive Unbinding as 'mine,' does not delight in Unbinding. Why is that? Because, with the ending of delusion, he is devoid of delusion, I tell you.


4. Buddha
"He directly knows Unbinding as Unbinding. Directly knowing Unbinding as Unbinding, he does not conceive things about Unbinding, does not conceive things in Unbinding, does not conceive things coming out of Unbinding, does not conceive Unbinding as 'mine,' does not delight in Unbinding. Why is that? Because he has known that delight is the root of suffering & stress, that from coming-into-being there is birth, and that for what has come into being there is aging & death. Therefore, with the total ending, fading away, cessation, letting go, relinquishment of craving, the Tathagata has totally awakened to the unexcelled right self-awakening, I tell you."





so... belum tentu seseorang yg "melihat hanya melihat" itu dikatakan sudah tercerahkan...
mereka bisa jadi baru masuk ke kategori #2, yaitu yg sedang berlatih... (belum arahat ataupun Buddha)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 15 January 2009, 11:49:01 AM
Batin mereka pasti netral tidak terpengaruh apa kata kita atau orang lain apakah mereka melakukan atau tidak melakukan ajaran SB. Satu hal yg pasti pula mereka sendiri tahu bahwa mereka telah sesuai  dengan Dhamma bukan karena asumsi sendiri tetapi fakta yg telah mereka lihat dan alami sendiri dan telah teruji. Dan juga ngak nuntut untuk dibilang meditasi buddist atau tidak  :)

Contoh lain adalah kritikan terhadap Luangpu Mahaboowa terhadap pencapaiannya, bagaimana batin beliau... santai aja tuh...  ^-^
Saya percaya bathin mereka tidak terpengaruh. Tapi kira2 bagaimana mereka memberikan jawaban yang tepat?



saia rasa sih mereka uda gk mikirin lagi ttg hal itu

bertanya kepadanya seperti itu seperti berbohong mengenai apa yang uda jelas didepan mata

masalah tentang kotak, ajaran SB tak ada dalam kotak manapun
Ya, saya setuju memang tidak dalam "kotak" manapun. Tapi setuju ga kalo dibilang mereka tidak menjalankan ajaran Buddha?


jawaban mereka orang pasti bukan setuju atau tidak setuju.

malh bisa2 diceramahin ma dia :P
Saya 'kan ga minta ceramah, sama seperti orang di sini 'kan ga minta ceramah dari pendiri MMD. Hanya mau tahu saja, sebenernya setuju atau tidak dibilang bukan ajaran Buddha. Karena ajaran Buddha 'kan ga ada batasan (tidak terkotakan).
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 15 January 2009, 11:52:55 AM
Contoh lain adalah kritikan terhadap Luangpu Mahaboowa terhadap pencapaiannya, bagaimana batin beliau... santai aja tuh...  ^-^

sorry OOT
dari segi dia merespon kritikan orang lain, kriteria arahatnya OK

namun dari kriteria lain, mis:
~ menangis
~ menyatakan dirinya sendiri arahat

mungkin yg punya referensi abhidhamma bisa kasih ciri2 arahat utk cross-check... hehehe

ps: teman kita Ika Polim jg santai2 aja tuh kena "ini itu" dari orang lain :))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 15 January 2009, 11:55:06 AM
nah kenapa scholar ataupun meditator merasa direndahkan? apa karena masing2 punya kebenaran/pembenaran? atau tidak mau saling melengkapi, atau karena ego semata? atau memang jalur nya beda?
karena merasa "memiliki" kebenaran.
         Yang Mulia Sona, bermeditasi dengan kusuknya, berpikir dalam dirinya sendiri: "Para Siswa Sang Buddha hidup dengan aktif bersemangat, padahal pikiran saya belum terlepas dan bebas dari kotoran batin. Keluargaku kaya; saya bisa meninggalkan latihan, kembali ke kehidupan berumah tangga, menikmati kekayaan sambil berbuat baik."
          Saat itu, Sang Buddha membaca pikirannya, dan semudah seperti merentangkan lengannya, Sang Buddha muncul dihadapan Sona dan berkata: "Apa yang kau pikirkan, Sona? Dimasa lampau sewaktu kau masih di rumah, bukankah engkau ahli dalam musik kecapi?"
          "Ya, demikianlah, Tuanku."
          "Dan bila tali kecapi terlalu kencang, apakah kecapi dapat dimainkan dan memberi nada yang baik?"
          "Tidak, Tuanku."
          "Bila tali kecapi terlalu longgar, apakah kecapi dapat dimainkan dan memberi nada yang baik?"
          "Tidak, Tuanku."
          "Tapi, bila tali kecapi tidak terlalu kencang, juga tidak terlalu longgar, namun disetem pada nada yang sedang, apakah kecapi kemudian dapat dimainkan dan memberi nada yang baik?'
          "Ya, Tuanku."
          "Demikian pula, Sona, upaya yang terlalu kencang akan berakhir dengan kebingungan, bila terlalu longgar akan berakhir dengan kemalasan. Oleh karenanya, teguhlah dalam keseimbangan, kembangkan keseimbangan indera dan dengannya tercapailah hal-hal yang bernilai."

      Demikian pula pada beberapa aspek dalam Jalan; jalan tengah antara ketelitian berlebihan, terlalu kokoh dan kekuatan yang kasar dipihak yang satu dan sikap lesu di pihak yang lain, akan memantapkan perjalanan kita dengan laju ke Nibbana.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 15 January 2009, 11:56:37 AM
Walaupun Ajahn Mun & Ajahn Chah menghindari "pengkotak-kotakan", kira-kira mereka setuju ga yah kalo kita bilang mereka tidak melakukan ajaran Buddha?

wah spekulasi ntar jawabannya

Kalau mereka tidak setuju, berarti "tidak sesuai dengan pandangannya tentang pengkotakan". Kalau setuju... apa jadinya nanti? Apa yang akan terjadi pada "umat Buddha" murid mereka? ;D



saya pernah baca dari sebuah buku kalo ga salah Ajahn Chah atau Ajahn yang lain,saya lupa, mereka menulis begini, Tiratana,chanting,ritual dan semua konsep bila ditanyakan kepada Yang Ariya apakah ini agama Buddha dll,mereka akan mengiyakan karena kondisi putthujana memang harus dijawab seperti itu,namun di tataran mereka,mereka sudah tidak lagi butuh patung buddha,hio,ritual,pitaka dll . Jadi saya rasa, Ajahn pasti akan menjawab iya di tataran level putthujana, namun di tataran mereka,sudah bebas.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 15 January 2009, 11:59:52 AM
Bhikkhu Punna adalah lambang keyakinan teguh seperti ini. Setelah belajar Dhamma, dia memutuskan pergi dan menetap diantara orang-orang yang terkenal kasar dan keras, untuk mengajarkan Dhamma pada mereka. Ketika Sang Buddha mendengar rencana Punna, Beliau bertanya:

          "Ke dusun mana engkau akan pergi menetap, Punna, setelah belajar Dhamma secara singkat dari Saya?" "Ada dusun yang bernama Sunaparanta. Saya akan tinggal disana."
          "Tapi Punna, orang di Sunaparanta sangat keras dan kasar. Apa yang akan engkau perbuat bila mereka menghina dan mengabaikan engkau?"
          "Saya akan berkata: 'Alangkah baik, sangatlah baik orang-orang di Sunaparanta ini sebab mereka tidak memukul saya dengan tinjunya.'"
          "Lalu bila mereka memukul engkau dengan tinjunya?"
          "Saya akan berkata: 'Alangkah baik, sangatlah baik orang-orang ini sebab mereka tidak melempari saya dengan bongkahan tanah.'"
          "Lalu bila mereka melemparimu dengan bongkahan tanah?"
          "Saya akan berkata: 'Alangkah baik, sangatlah baik orang-orang ini sebab mereka tidak memukul saya dengan tongkat.'"
          "Lalu bila mereka memukul engkau dengan tongkat?"
          "Saya akan berkata: 'Alangkah baik, sangatlah baik orang-orang ini sebab mereka tidak menusuk saya dengan belati.'"
          "Lalu bila mereka menusuk engkau dengan belati?"
          "Saya akan berkata: 'Alangkah baik, sangatlah baik orang-orang ini sebab mereka tidak membunuh saya dengan belati.'"
          "Lalu bila mereka membunuh engkau dengan belati?"
          "Bila orang-orang di Sunaparanta membunuh saya dengan belati, saya akan berkata: 'Beberapa murid Tuanku, karena jijik dan malu pada tubuh dan hidupnya, mengambil belati bagi dirinya sendiri. Dan saya disini, didatangi belati tanpa harus mencarinya.'"
          "Bagus, Punna, bagus. Engkau akan dapat hidup di dusun itu diantara orang-orang Sunaparanta, berkat hatimu yang lembut dan tenang."
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 15 January 2009, 12:00:08 PM
bearti 'sang pendiri' uda bebas donk :))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 15 January 2009, 12:01:42 PM
      Aspek penguatan dan penanaman rasa percaya diri oleh keyakinan juga dilukiskan oleh Nagasena, yang menggambarkannya pada Raja Milinda sebagai bercirikan ketenangan dan sebagai suatu lompatan ke depan.

          Lalu Raja Milinda berkata: "Yang Mulia Nagasena, apa ciri dari keyakinan?"
          "Keyakinan, Tuanku, memiliki ketenangan dan lompatan ke depan sebagai cirinya."
          "Bagaimana ketenangan merupakan ciri keyakinan?"
          "Bila keyakinan timbul, dia akan menghancurkan rintangan-rintangan batin, bila pikiran bebas dari rintangan-rintangan, dia akan jernih, murni dan tenang."
          "Berilah perumpamaan."
          "Seorang raja, mengadakan perjalanan sepanjang jalan-kota bersama pasukannya yang terdiri dari empat bagian- pasukan gajah, pasukan kuda, kereta-kereta dan pasukan-bersenjata - menyeberangi sungai kecil, olehnya air menjadi keruh, kotor dan berlumpur. Lalu, raja berkata: 'Ambilkan air, orang-orangku yang baik; saya ingin minum.' Mereka menjawab: 'Baik, Yang Mulia.' Dan mengambil permata pembersih-air, meletakkannya di dalam air, dan karenanya semua tumbuhan air menghilang, Lumpur mengendap dan air menjadi jernih kembali, murni dan tenang. Lalu mereka menawarkan air itu pada raja, seraya berkata: 'Minumlah, Yang Mulia.' Pikiran adalah seperti air, pasukan-pasukan bagaikan siswa pemeditasi yang cermat, kotoran-batin adalah bagaikan permata pembersih-air. Begitu tumbuhan-air menghilang, lumpur mengendap, dan air menjadi jernih, murni dan tenang setelah permata pembersih-air diletakkan di dalamnya - demikian pula, timbulnya keyakinan menghancurkan rintangan-rintangan batin, dan pikiran tanpa rintangan-batin adalah jernih, murni dan tenang."
          "Bagaimana, Tuan Yang Mulia, lompatan kedepan merupakan ciri dari keyakinan?"
          "Bagaikan, Tuanku, siswa pemeditasi yang cermat, begitu melihat batin mereka yang lain telah terbebas melompat ke depan sebagai buah dari Pemenangan-Arus, Yang-Kembali-sekali, Yang-Tidak-kembali dan Arahat, lalu melaksanakan meditasi untuk mencapai yang belum tercapai, menguasai yang belum dikuasai, mewujudkan yang belum terwujud - sama halnya dengan lompatan ke depan merupakan ciri dari keyakinan."
          "Berilah perumpamaan."
          "Awan mendung mencurahkan hujan deras diatas gunung, lalu dengan derasnya air mengalir ke bawah, mengisi parit, lembah dan sungai kecil di atas lereng, mengisi sungai dengan derasnya, memecahkan pinggiran sungai, tanpa mengetahui lebar dan dalamnya, mereka akan berdiri kebingungan dan ketakutan di pinggiran sungai. Lalu, bila ada seorang yang percaya pada kekuatan dan kemampuannya sendiri mendekati pinggiran sungai, lalu meringkaskan pakaian sebatas pinggang, berenang dan menyeberangi sungai; dengan melihat ini, kumpulan orang tadi lalu mengikutinya menyeberangi sungai pula. Demikian pula, Tuanku, siswa pemeditasi yang cermat, dengan melihat batin mereka yang terbebas melompat ke depan sebagai buah dari Pemenangan-Arus, Yang-Kembali-sekali, Yang-Tidak-kembali dan Arahat, lalu melaksanakan meditasi untuk mencapai yang belum tercapai, menguasai yang belum dikuasai, mewujudkan yang belum terwujud - sama halnya dengan lompatan ke depan merupakan ciri dari keyakinan."
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 15 January 2009, 12:07:59 PM
Walaupun Ajahn Mun & Ajahn Chah menghindari "pengkotak-kotakan", kira-kira mereka setuju ga yah kalo kita bilang mereka tidak melakukan ajaran Buddha?

wah spekulasi ntar jawabannya

Kalau mereka tidak setuju, berarti "tidak sesuai dengan pandangannya tentang pengkotakan". Kalau setuju... apa jadinya nanti? Apa yang akan terjadi pada "umat Buddha" murid mereka? ;D



saya pernah baca dari sebuah buku kalo ga salah Ajahn Chah atau Ajahn yang lain,saya lupa, mereka menulis begini, Tiratana,chanting,ritual dan semua konsep bila ditanyakan kepada Yang Ariya apakah ini agama Buddha dll,mereka akan mengiyakan karena kondisi putthujana memang harus dijawab seperti itu,namun di tataran mereka,mereka sudah tidak lagi butuh patung buddha,hio,ritual,pitaka dll . Jadi saya rasa, Ajahn pasti akan menjawab iya di tataran level putthujana, namun di tataran mereka,sudah bebas.

Betul, saya juga setuju seperti itu. Dalam menjawab, kadang kita juga bertanggung jawab moral pada orang yang bertanya, jadi tidak selalu dijawab dengan sudut pandang kita, namun dari sudut pandang penanya. Tidak perlu jadi Arahat atau orang suci untuk berpikir seperti itu. Saya sendiri dulu berkata bahwa Buddha tidak mengajarkan agama Buddha apalagi Theravada/Mahayana. Tetapi kalau orang bertanya pada saya tentang kamma, tumimbal lahir dan lain-lain, tentu saya katakan bahwa yang saya jelaskan adalah Buddhisme tradisi Theravada, misalnya.

Maka saya bilang tidak tepat juga kalau langsung menilai pendiri MMD ini "melekat" pada status Buddhisme.

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hatRed on 15 January 2009, 12:32:35 PM
jawaban itu memang dikondisikan dengan yg penanya tetapi bukan berarti jawabannya boong.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 15 January 2009, 12:44:41 PM
jawaban itu memang dikondisikan dengan yg penanya tetapi bukan berarti jawabannya boong.

Ya, memang begitu. :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 15 January 2009, 12:53:19 PM
kembali lagi kepada faktor kedewasaan seseorang dalam menerima.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 15 January 2009, 03:00:52 PM
for hudoyo


mmd bisa bikin i tahu kehidupan lampau gak?

ada step by step nya gak?

Sudah dijawab dengan telak oleh Rekan Nyanadhana. :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 15 January 2009, 03:05:03 PM
_/\_ Hm ternyata seru juga yah antara pengkotakan MMD dan pengkotakan agama Buddha disini.

Well sedikit sharing, coba belajar dari seorang bhikkhu yang menjalani Dhutanga Vinaya atau kita sebut bhikkhu hutan. mereka tidak pernah mengikatkan diri pada pengkotakan Pitaka. setelah mereka belajar teoritis dari Wat maka mereka memutuskan untuk masuk ke hutan dan menjalankan apa yang persis dijalankan Gotama Buddha di masa lampau.

Di hutan , tidak ada Pitaka,tidak ada juga ayat ayat Sutta,tidak ada juga dupa,tidak ada juga rupang Buddha, tidak ada juga ritual segala macam, hanya ada seorang bhikkhu itu sendiri dan alam. bagaimana mereka mempraktekan Ajaran Buddha ? apakah terus2an membuka Pitaka Sutta, terus2an mengkotakan diri dengan adanya 1,2,3,4,5,6,7,8?

Mereka mengalami langsung, meditasi yang membawa pemahaman Samadhi. Kebenaran di luar dari konsep yang telah dibukukan. kalau anda bertemu seorang Ajahn,katakanlah dari buku Ajahn Chah,maka anda akan menemukan bahwa Ajahn Chah sangat jarang membahas kotak2,apa yang dia terima langsung adalah ekspresi langsung tanpa konsep.

Konsep digunakan untuk pemula dalam belajar namun ketika turun ke lapangan, konsep hanyalah sebatas panduan yang bisa dipegang namun ketika mahir tidak lagi dipegang.

Kita terkotak2, belalang yang ditaruh dalam kotak hanya akan loncat setinggi kotak itu,bedakan dengan belalang yang tumbuh di luar.

Saya tidak membela siapapun,hanya ingin kalian melihat kembali ke dalam praktik kalian, banyak pemahaman yang kalian tahu kecil tapi dianggap sangat besar. belum tentu...recheck kembali kata2 sebelum anda memuntahkan segalanya dalam tulisan.

Wah, anumodana untuk sharing renungannya. ... bagus sekali.
Saya copas ke situs MMD & ke milis-milis Buddhis. :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 15 January 2009, 03:07:24 PM
Silahkan,semoga membawa manfaat
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 15 January 2009, 03:17:12 PM
Lalu apakah ajaran menyadari itu adalah salah? Sekali lagi, ajarannya, bukan orangnya. Seperti saya bilang kita juga menjelaskan hal-hal yang sebetulnya belum kita realisasikan. Lagipula setahu saya, Pak Hud ga pernah ngomong bahwa dirinya adalah sosok ideal untuk ditiru kok.

Itu menandakan ada sesuatu yang salah dalam ajarannya ;D

Dulu seorang guru pernah berkata pada saya, "apapun perilaku saya yang baik, teladanilah, tetapi apapun yang buruk, seperti saya adalah perokok, jangan ditiru!". Saya sih tidak melihat ada yang aneh dengan orang menyadari kekurangannya dan mengajarkan kepada muridnya agar tidak meniru kekurangannya.



dapet sutta yang menarik nih :

SALLEKHA SUTTA (8)

Sumber : Sutta Pitaka Majjhima Nikaya I,
Oleh : Tim Penterjemah Kitab Suci Agama Buddha,
Penerbit : Proyek Sarana Keagamaan Buddha Departemen Agama RI, 1993

Demikian yang saya dengar.
Pada suatu ketika Sang Bhagava berada di Jetavana, Anathapindika Arama, Savatthi. Di waktu malam Bhikkhu Mahacunda bangun dari meditasi, ia pergi menemui Sang Bhagava, memberi hormat kepada Beliau dan ia duduk. Setelah ia duduk ia berkata:
"Bhante, ada banyak pandangan yang muncul di dunia, di antaranya adalah pandangan-pandangan yang berkaitan dengan atta ditthi (pandangan tentang ada jiwa) dan loka ditthi (pandangan tentang dunia). Apakah pelenyapan atau pemusnahan pandangan-pandangan seperti itu dilakukan oleh bhikkhu karena ia hanya memperhatikan tentang permulaan?"
"Bagaimanapun pandangan-pandangan itu muncul, dasarnya dan pelaksanaannya, bilamana seorang melihat (dasarnya) sebagaimana itu apa adanya, dengan pengertian benar seperti: 'Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan jiwaku,' maka dengan cara ini ia membuang pandangan itu, demikian pula ia melenyapkan pandangan-pandangan itu.
Mungkin seseorang bebas dari nafsu indera, bebas dari dhamma yang tak berguna, mencapai dan berada pada Jhana I dengan vitakka, vicara, piti dan sukkha karena ketenangan. Ia mungkin berpikir: 'Saya berada dalam pemusnahan'. Tetapi bukan pencapaian ini yang disebut 'pemusnahan' dalam ariya vinaya; hal ini disebut: 'keadaan yang menyenangkan di sini dan sekarang' dalam ariya vinaya.
Mungkin seseorang dengan menghilangkan vitaka dan vicara, ia mencapai dan berada pada Jhana II dengan keyakinan, pikiran terpusat (ekagata), piti, sukha yang muncul karena meditasi, tanpa vitaka dan vicara. Ia mungkin berpikir: 'Saya berada dalam pemusnahan'. Tetapi bukan pencapaian ini yang disebut 'pemusnahan' dalam ariya vinaya, hal ini disebut: 'keadaan menyenangkan di sini dan sekarang' dalam ariya vinaya.
Mungkin seseorang dengan melenyapkan piti, ia berada dalam keadaan seimbang, sadar dan sangat waspada, bahagia dengan tubuh ia mencapai dan berada pada Jhana III. Ia mungkin berpikir: 'Saya berada dalam pemusnahan', Tetapi ... dalam Ariya vinaya.
Mungkin seseorang dengan melenyapkan kebahagiaan dan ketidakbahagiaan, dengan lebih dahulu melenyapkan kesenangan dan kesusahan. Ia mencapai dan berada pada Jhana IV dengan tanpa kebahagiaan, tanpa ketidakbahagiaan, kesadarannya bersih karena keseimbangan ia mungkin berpikir: 'Saya berada dalam pemusnahkan.' Tetapi... dalam ariya vinaya.
Mungkin seseorang dengan melampaui penerangan tentang jasmani (rupa) dengan lenyapnya pencerapan ... tanpa perhatian pada pencerapan dan perbedaan (menyadari bahwa) 'ruang tanpa batas', ia mencapai dan berada pada 'kondisi ruang tanpa batas'. Ia mungkin berpikir: ... ini yang disebut 'ketenangan' dalam ariya vinaya.
Mungkin seseorang dengan melampau kondisi ruang tanpa batas (menyadari bahwa): 'kesadaran tanpa batas', ia mencapai dan berada pada keadaan kesadaran tanpa batas, ia berpikir ... ini yang disebut keadaan ketenangan dalam ariya vinaya.
Mungkin seseorang dengan melampaui kondisi kesadaran tanpa batas; (menyadari bahwa) 'kekosongan', ia mencapai dan berada pada 'kondisi kekosongan'. Ia berpikir: ... ini yang disebut keadaan 'ketenangan' dalam ariya vinaya.
Mungkin seseorang dengan melampaui alam kekosongan; ia mencapai dan berada pada kondisi 'bukan pencerapan atau bukan tidak pencerapan' ia berpikir: saya berada pada pemusnahan; Tetapi pencapaian ini bukan disebut pemusnahkan dalam ariya dhamma; ini disebut 'keadaan tenang' dalam ariya vinaya.
Pemusnahan akan efektif dalam:

   1. Orang lain kejam; kita tidak akan kejam.
   2. Orang lain membunuh; kita menghindar dari membunuh.
   3. Orang lain mengambil barang yang tak diberikan, kita tidak mengambil barang yang tidak diberikan.
   4. Orang lain tidak mau hidup brahmacari, kita hidup brahmacari.
   5. Orang lain bicara bohong, kita menghindarkan diri untuk bohong.
   6. Orang lain memfitnah, kita menghindarkan diri untuk memfitnah.
   7. Orang lain bicara kasar, kita menghindarkan diri untuk bicara kasar.
   8. Orang lain melakukan gosip, kita menghindarkan diri untuk melakukan gosip.
   9. Orang lain serakah, kita tidak serakah.
  10. Orang lain iri hati, kita tidak iri hati.
  11. Orang lain berpandangan salah, kita berpandangan benar.
  12. Orang lain berpikir salah, kita berpikir benar.
  13. Orang lain berucap salah, kita berucap benar.
  14. Orang lain berperbuatan salah, kita berperbuatan benar.
  15. Orang lain bermata pencaharian salah, kita bermata pencaharian benar.
  16. Orang lain berusaha salah, kita berusaha benar.
  17. Orang lain berperhatian salah, kita berperhatian benar ...
  18. Orang lain bermeditasi salah, kita bermeditasi benar ...
  19. Orang lain berpengetahuan salah, kita berpengetahuan benar...
  20. Orang lain berpembebasan salah, kita berpembebasan benar ...
  21. Orang lain dikuasai ngantuk dan tidur, kita tidak dikuasi ngantuk dan tidur ...
  22. Orang lain kacau, kita tidak kacau ...
  23. Orang lain tak tentu, kita pasti ...
  24. Orang lain marah, kita tidak marah...
  25. Orang lain bermusuhan, kita bersahabat ...
  26. Orang lain menghina, kita tidak menghina ...
  27. Orang lain menguasai, kita tidak menguasai ...
  28. Orang lain cemburu, kita tidak cemburu ...
  29. Orang lain kikir, kita tidak kikir ...
  30. Orang lain penipu, kita tidak menipu ...
  31. Orang lain pembohong, kita tidak membohong...
  32. Orang lain keras kepala (bandel), kita tidak keras kepala...
  33. Orang lain angkuh, kita tidak angkuh ...
  34. Orang lain sulit dinasehati, kita mudah dinasehati ...
  35. Orang lain berkawan dengan orang jahat, kita berkawan dengan orang baik ...
  36. Orang lain lalai, kita rajin ...
  37. Orang lain tak berkeyakinan, kita berkeyakinan ...
  38. Orang lain tidak hati-hati, kita hati-hati ...
  39. Orang lain tidak tahu malu, kita tahu malu ...
  40. Orang lain belajar sedikit, kita belajar banyak ...
  41. Orang lain malas, kita bersemangat ...
  42. Orang lain tak waspada, kita waspada ...
  43. Orang lain berpengertian kurang, kita berpengertian ...
  44. Orang lain salah mengerti sesuai dengan pandangan-pandangan pribadinya, ngotot, mempertahankan pandangan seperti itu dan sulit memusnahkan pandangan itu; kita tidak akan salah mengerti pada pandangan-pandangan pribadi itu dan akan mudah memusnahkan pandangan-pandangan itu; ...

Walaupun perkembangan batin dalam kusala dhamma (dhamma yang baik) adalah sangat penting, maka apakah yang harus dikatakan untuk aktivitas tubuh dan ucapan sebagai akibat hal-hal itu? Kita harus berpikir sebagai berikut:

   1. Orang lain kejam, kita tidak akan kejam.
   2. Orang lain salah mengerti sesuai dengan pandangan-pandangan pribadinya, ngotot mempertahankan ...

Misalnya, ada jalan tak rata dan tak ada jalan rata yang dapat digunakan untuk menghindari jalan tak rata itu. Maka begitu pula:

   1. Orang kejam, karena tak memiliki sifat tak kejam untuk menghindarkannya.
   2. Orang pembunuh, karena tak memiliki pantangan membunuh untuk menghindarkannya.
   3. ... mengambil barang yang tak diberikan, karena tak memiliki pantangan untuk tak mengambil barang yang tak diberikan untuk menghindarkannya.
   4. Orang tidak hidup brahmacari, karena hidup brahmacari untuk menghindarkannya.
   5. Orang yang berbohong, karena tak memiliki kejujuran untuk menghindarkannya.
   6. ... memfitnah, karena ... dan seterusnya.
   7. ... dst. .... 43 (materi dasarnya seperti di atas).

Orang yang berpengertian salah karena pandangan-pandangan pribadinya, ngotot mempertahankan pandangan seperti itu dan sulit memusnahkan pandangan itu; karena tidak memiliki pengertian benar sesuai dengan pandangan pribadi, tidak ngotot dan mudah memusnahkannya, sebagai cara untuk menghindarinya.
Bagaimanapun akusala dhamma (dhamma tak baik) itu, dhamma seperti itu mengarah ke kondisi yang rendah; sebaliknya, bagaimanapun kusala dhamma (dhamma baik) itu, dhamma seperti itu mengarah ke kondisi lebih tinggi. Dengan demikian:

   1. Orang yang kejam, tidak memiliki tanpa-kekejaman sebagai kondisi lebih tinggi.
   2. Orang yang membunuh, tidak memiliki pantangan membunuh sebagai kondisi lebih tinggi.
   3. - 43 ...

  44. Orang yang berpengertian salah karena pandangan-pandangan pribadinya, ngotot mempertahankan pandangan seperti itu; karena tidak memiliki pengertian, benar sesuai dengan pandangan pribadi, tidak ngotot dan mudah memusnahkannya, adalah kondisi lebih tinggi.

Orang yang menggapai-gapai (menyelamatkan diri) dalam rawa untuk menyelamatkan orang lain yang mengapai-gapai dalam rawa adalah tidak mungkin; orang yang tidak berada dalam rawa dapat menyelamatkan orang yang menggapai-gapai dalam rawa adalah mungkin. Orang tidak terlatih, tidak disiplin dan tidak mencapai nibbana akan melatih, mendisiplinkan dan membimbing orang lain untuk mencapai nibbana adalah tidak mungkin; orang yang terlatih, disiplin dan telah mencapai nibbana bila melatih, mendisiplinkan dan membimbing orang lain untuk mencapai nibbana adalah mungkin.
Begitu pula:

   1. Orang kejam berubah menjadi tanpa kekejaman adalah cara untuk mencapai nibbana.
   2. Orang pembunuh berubah menjadi pantang membunuh adalah cara untuk mencapai nibbana.
   3. - 43 ...

 44. Orang yang berpengertian salah karena pandangan-pandangan pribadinya, mengotot mempertahankan pandangan seperti itu; karena tidak memiliki pengertian benar sesuai dengan pandangan pribadi, tidak mengotot dan mudah memusnahkannya, adalah cara untuk mencapai nibbana.

Demikianlah, jalan untuk memusnahkan, jalan untuk mengembangkan batin, jalan untuk menghindari, jalan untuk mencapai pencapaian lebih tinggi dan jalan untuk mencapai nibbana telah saya tunjukkan.
Apa yang harus dilakukan untuk siswanya berdasarkan pada kasih sayang Guru yang mengharapkan kesejahteraan dan kasihnya, telah saya kerjakan untuk-Mu, Cunda. Itulah akar dari pohon-pohon, ini pondok-pondok kosong. Cunda kembangkanlah Jhana, jangan menunggu, itu akan mengakibatkan penyesalan. Inilah pesan kami untukmu."

Itulah yang dikatakan Sang Bhagava. Bhikkhu Mahacunda merasa puas dan gembira mendengar uraian Sang Bhagava.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 15 January 2009, 03:21:39 PM
ntar tanya ke romo Cunda ah....huehuehueheheue...bro Ryu tulisannya gede2 dan berwarna biru...hohohoh
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 15 January 2009, 03:26:49 PM
Silahkan,semoga membawa manfaat :P
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 15 January 2009, 03:32:03 PM
pasti..._/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 15 January 2009, 03:44:24 PM
44. Orang yang berpengertian salah karena pandangan-pandangan pribadinya, ngotot mempertahankan pandangan seperti itu; karena tidak memiliki pengertian, benar sesuai dengan pandangan pribadi, tidak ngotot dan mudah memusnahkannya, adalah kondisi lebih tinggi.

Orang yang menggapai-gapai (menyelamatkan diri) dalam rawa untuk menyelamatkan orang lain yang mengapai-gapai dalam rawa adalah tidak mungkin; orang yang tidak berada dalam rawa dapat menyelamatkan orang yang menggapai-gapai dalam rawa adalah mungkin. Orang tidak terlatih, tidak disiplin dan tidak mencapai nibbana akan melatih, mendisiplinkan dan membimbing orang lain untuk mencapai nibbana adalah tidak mungkin; orang yang terlatih, disiplin dan telah mencapai nibbana bila melatih, mendisiplinkan dan membimbing orang lain untuk mencapai nibbana adalah mungkin.
Begitu pula:

   1. Orang kejam berubah menjadi tanpa kekejaman adalah cara untuk mencapai nibbana.
   2. Orang pembunuh berubah menjadi pantang membunuh adalah cara untuk mencapai nibbana.
   3. - 43 ...

 44. Orang yang berpengertian salah karena pandangan-pandangan pribadinya, mengotot mempertahankan pandangan seperti itu; karena tidak memiliki pengertian benar sesuai dengan pandangan pribadi, tidak mengotot dan mudah memusnahkannya, adalah cara untuk mencapai nibbana.

Demikianlah, jalan untuk memusnahkan, jalan untuk mengembangkan batin, jalan untuk menghindari, jalan untuk mencapai pencapaian lebih tinggi dan jalan untuk mencapai nibbana telah saya tunjukkan.
Apa yang harus dilakukan untuk siswanya berdasarkan pada kasih sayang Guru yang mengharapkan kesejahteraan dan kasihnya, telah saya kerjakan untuk-Mu, Cunda. Itulah akar dari pohon-pohon, ini pondok-pondok kosong. Cunda kembangkanlah Jhana, jangan menunggu, itu akan mengakibatkan penyesalan. Inilah pesan kami untukmu."

Itulah yang dikatakan Sang Bhagava. Bhikkhu Mahacunda merasa puas dan gembira mendengar uraian Sang Bhagava.

Ya, betul. Berarti Bhikkhu yang belum Arahat, yang masih menggapai-gapai dalam lumpur, ga layak mengajar 'kan?! Begitu maksudnya? 
 ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sumedho on 15 January 2009, 03:51:34 PM
Quote
Mungkin seseorang bebas dari nafsu indera, bebas dari dhamma yang tak berguna, mencapai dan berada pada Jhana I dengan vitakka, vicara, piti dan sukkha karena ketenangan. Ia mungkin berpikir: 'Saya berada dalam pemusnahan'. Tetapi bukan pencapaian ini yang disebut 'pemusnahan' dalam ariya vinaya; hal ini disebut: 'keadaan yang menyenangkan di sini dan sekarang' dalam ariya vinaya.
Mungkin seseorang dengan menghilangkan vitaka dan vicara, ia mencapai dan berada pada Jhana II dengan keyakinan, pikiran terpusat (ekagata), piti, sukha yang muncul karena meditasi, tanpa vitaka dan vicara. Ia mungkin berpikir: 'Saya berada dalam pemusnahan'. Tetapi bukan pencapaian ini yang disebut 'pemusnahan' dalam ariya vinaya, hal ini disebut: 'keadaan menyenangkan di sini dan sekarang' dalam ariya vinaya.
Mungkin seseorang dengan melenyapkan piti, ia berada dalam keadaan seimbang, sadar dan sangat waspada, bahagia dengan tubuh ia mencapai dan berada pada Jhana III. Ia mungkin berpikir: 'Saya berada dalam pemusnahan', Tetapi ... dalam Ariya vinaya.
Mungkin seseorang dengan melenyapkan kebahagiaan dan ketidakbahagiaan, dengan lebih dahulu melenyapkan kesenangan dan kesusahan. Ia mencapai dan berada pada Jhana IV dengan tanpa kebahagiaan, tanpa ketidakbahagiaan, kesadarannya bersih karena keseimbangan ia mungkin berpikir: 'Saya berada dalam pemusnahkan.' Tetapi... dalam ariya vinaya.

OOT sih, tapi Menarik.... ternyata dalam jhana 1-4 masih ada pikiran......
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 15 January 2009, 03:59:17 PM
44. Orang yang berpengertian salah karena pandangan-pandangan pribadinya, ngotot mempertahankan pandangan seperti itu; karena tidak memiliki pengertian, benar sesuai dengan pandangan pribadi, tidak ngotot dan mudah memusnahkannya, adalah kondisi lebih tinggi.

Orang yang menggapai-gapai (menyelamatkan diri) dalam rawa untuk menyelamatkan orang lain yang mengapai-gapai dalam rawa adalah tidak mungkin; orang yang tidak berada dalam rawa dapat menyelamatkan orang yang menggapai-gapai dalam rawa adalah mungkin. Orang tidak terlatih, tidak disiplin dan tidak mencapai nibbana akan melatih, mendisiplinkan dan membimbing orang lain untuk mencapai nibbana adalah tidak mungkin; orang yang terlatih, disiplin dan telah mencapai nibbana bila melatih, mendisiplinkan dan membimbing orang lain untuk mencapai nibbana adalah mungkin.
Begitu pula:

   1. Orang kejam berubah menjadi tanpa kekejaman adalah cara untuk mencapai nibbana.
   2. Orang pembunuh berubah menjadi pantang membunuh adalah cara untuk mencapai nibbana.
   3. - 43 ...

 44. Orang yang berpengertian salah karena pandangan-pandangan pribadinya, mengotot mempertahankan pandangan seperti itu; karena tidak memiliki pengertian benar sesuai dengan pandangan pribadi, tidak mengotot dan mudah memusnahkannya, adalah cara untuk mencapai nibbana.

Demikianlah, jalan untuk memusnahkan, jalan untuk mengembangkan batin, jalan untuk menghindari, jalan untuk mencapai pencapaian lebih tinggi dan jalan untuk mencapai nibbana telah saya tunjukkan.
Apa yang harus dilakukan untuk siswanya berdasarkan pada kasih sayang Guru yang mengharapkan kesejahteraan dan kasihnya, telah saya kerjakan untuk-Mu, Cunda. Itulah akar dari pohon-pohon, ini pondok-pondok kosong. Cunda kembangkanlah Jhana, jangan menunggu, itu akan mengakibatkan penyesalan. Inilah pesan kami untukmu."

Itulah yang dikatakan Sang Bhagava. Bhikkhu Mahacunda merasa puas dan gembira mendengar uraian Sang Bhagava.

Ya, betul. Berarti Bhikkhu yang belum Arahat, yang masih menggapai-gapai dalam lumpur, ga layak mengajar 'kan?! Begitu maksudnya? 
 ;D
setidaknya ada orang yang terlatih, disiplin dan ......


trus :   44. Orang yang berpengertian salah karena pandangan-pandangan pribadinya, mengotot mempertahankan pandangan seperti itu; karena tidak memiliki pengertian benar sesuai dengan pandangan pribadi, tidak mengotot dan mudah memusnahkannya, adalah cara untuk mencapai nibbana.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 15 January 2009, 04:12:08 PM
trus :   44. Orang yang berpengertian salah karena pandangan-pandangan pribadinya, mengotot mempertahankan pandangan seperti itu; karena tidak memiliki pengertian benar sesuai dengan pandangan pribadi, tidak mengotot dan mudah memusnahkannya, adalah cara untuk mencapai nibbana.

Ya, betul. Berlaku untuk semua orang.

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 15 January 2009, 04:20:24 PM
trus :   44. Orang yang berpengertian salah karena pandangan-pandangan pribadinya, mengotot mempertahankan pandangan seperti itu; karena tidak memiliki pengertian benar sesuai dengan pandangan pribadi, tidak mengotot dan mudah memusnahkannya, adalah cara untuk mencapai nibbana.

Ya, betul. Berlaku untuk semua orang.


Ya semoga kita semua bisa :) _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: markosprawira on 15 January 2009, 05:23:46 PM
Quote
dan bahkan tidak mungkinlah TIPITAKA terbentuk........karena ada "ide"/ "aku" yang ingin menuliskan Tipitaka itu ke Daun.

Yang menghafalkan dan menulis Tipitaka itu bukan arahat, bukan orang yang telah bebas. Orang yang telah bebas tidak punya motivasi untuk menulis kitab suci.
Jadi penasaran...
Siapa yah yang mengajarkan Dhamma, dan mempopulerkan dhamma,
Siapa pula yang mengkotbahkan sutta-sutta yang didalam tipitaka...

Apa pula motivasi'nya?
Masa iya orang yang telah bebas punya motivasi untuk berkhotbah?

Seorang yang telah bebas sempurna --seperti Buddha, Krishnamurti-- tidak akan mengajarkan kebenaran dengan merek tertentu. Mereka sekadar bicara tentang kebenaran, dan kebenaran mereka tidak bisa dibedakan satu dari yang lain ...  tapi para pendengarnyalah yang sibuk memberi merek dan mempertentangkan merek-merek.

betul sekali..... memang bnyk yg sibuk dengan merek seperti :

Quote
Subject posting ini kurang tepat, seharusnya berbunyi: "Dasar-dasar
meditasi vipassana menurut Mahasi Sayadaw".

Soalnya ada banyak teknik meditasi vipassana lain yang non-Mahasi
Sayadaw, misalnya: vipassana a la Goenkaji, vipassana a la Pa-Auk
Sayadaw, vipassana a la Ajahn Buddhadasa, dan vipassana/MMD.

Salam,
Hudoyo

Quote
Memang Anda menguasai kitab Abhidhamma Pitaka, tapi Anda tidak memahami ajaran Buddha Gotama

Tapi mengklaim :

Quote
pemahaman saya sebagai pemeditasi vipassana, yang di dalam meditasi vipassana kitab suci mana pun tidak relevan lagi, termasuk kitab suci Buddhis

Mengaku lepas dari merek, tidak melekat.... tapi ternyata masih perlu "merek" dan ngomongin "merek" yah  :P

Jadi siapa yg menngkotak2an yah?  :whistle:
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 15 January 2009, 05:26:43 PM
teh botol sosro....teh kotak..enak lho...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 15 January 2009, 07:33:09 PM
Batin mereka pasti netral tidak terpengaruh apa kata kita atau orang lain apakah mereka melakukan atau tidak melakukan ajaran SB. Satu hal yg pasti pula mereka sendiri tahu bahwa mereka telah sesuai  dengan Dhamma bukan karena asumsi sendiri tetapi fakta yg telah mereka lihat dan alami sendiri dan telah teruji. Dan juga ngak nuntut untuk dibilang meditasi buddist atau tidak  :)

Contoh lain adalah kritikan terhadap Luangpu Mahaboowa terhadap pencapaiannya, bagaimana batin beliau... santai aja tuh...  ^-^
Saya percaya bathin mereka tidak terpengaruh. Tapi kira2 bagaimana mereka memberikan jawaban yang tepat?



Kira2 mereka jawab " Emang Gua pikirin alias EGP " :))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Jerry on 15 January 2009, 08:12:58 PM
Quote
Mungkin seseorang dengan melenyapkan kebahagiaan dan ketidakbahagiaan, dengan lebih dahulu melenyapkan kesenangan dan kesusahan. Ia mencapai dan berada pada Jhana IV dengan tanpa kebahagiaan, tanpa ketidakbahagiaan, kesadarannya bersih karena keseimbangan ia mungkin berpikir: 'Saya berada dalam pemusnahan.' Tetapi... dalam ariya vinaya.

[at] Suhu
yup.. oot. tp ternyata itu juga yg kita peratiin.. heheh.. tp kalo versi Ajahn Brahm, katanya pemikiran ttg Jhana2 td itu hanya sebuah re-evaluasi yg timbul setelah keluar dr jhana. hehe.. udah ah ootnya. sekian ^-^ :P

mettacittena
_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sumedho on 15 January 2009, 09:07:01 PM
Quote
Mungkin seseorang dengan melenyapkan kebahagiaan dan ketidakbahagiaan, dengan lebih dahulu melenyapkan kesenangan dan kesusahan. Ia mencapai dan berada pada Jhana IV dengan tanpa kebahagiaan, tanpa ketidakbahagiaan, kesadarannya bersih karena keseimbangan ia mungkin berpikir: 'Saya berada dalam pemusnahan.' Tetapi... dalam ariya vinaya.

[at] Suhu
yup.. oot. tp ternyata itu juga yg kita peratiin.. heheh.. tp kalo versi Ajahn Brahm, katanya pemikiran ttg Jhana2 td itu hanya sebuah re-evaluasi yg timbul setelah keluar dr jhana. hehe.. udah ah ootnya. sekian ^-^ :P

mettacittena
_/\_
tos, cek englishnya jg gitu sih, present tense

Quote
he then might think: 'I am abiding in effacement.'
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Jerry on 15 January 2009, 09:09:26 PM
tos oge.. kekekeke.. lamun pali kumaha? geus cek oge? :D
pali aya nteu nya, past tense en present tense kitu? ;D

_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sumedho on 15 January 2009, 09:25:41 PM
kgk ngerti euy :P

ok deh  :backtotopic:
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: dilbert on 15 January 2009, 10:20:28 PM
Walaupun Ajahn Mun & Ajahn Chah menghindari "pengkotak-kotakan", kira-kira mereka setuju ga yah kalo kita bilang mereka tidak melakukan ajaran Buddha?

Batin mereka pasti netral tidak terpengaruh apa kata kita atau orang lain apakah mereka melakukan atau tidak melakukan ajaran SB. Satu hal yg pasti pula mereka sendiri tahu bahwa mereka telah sesuai  dengan Dhamma bukan karena asumsi sendiri tetapi fakta yg telah mereka lihat dan alami sendiri dan telah teruji. Dan juga ngak nuntut untuk dibilang meditasi buddist atau tidak  :)

Contoh lain adalah kritikan terhadap Luangpu Mahaboowa terhadap pencapaiannya, bagaimana batin beliau... santai aja tuh...  ^-^

Master Lu Sheng Yen dikritik juga tenang tenang saja... Master Li hong Zi dikritik juga tenang tenang saja. Saya dikritik juga tenang tenang saja.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: dilbert on 15 January 2009, 10:24:00 PM
Walaupun Ajahn Mun & Ajahn Chah menghindari "pengkotak-kotakan", kira-kira mereka setuju ga yah kalo kita bilang mereka tidak melakukan ajaran Buddha?

wah spekulasi ntar jawabannya

Kalau mereka tidak setuju, berarti "tidak sesuai dengan pandangannya tentang pengkotakan". Kalau setuju... apa jadinya nanti? Apa yang akan terjadi pada "umat Buddha" murid mereka? ;D



saya pernah baca dari sebuah buku kalo ga salah Ajahn Chah atau Ajahn yang lain,saya lupa, mereka menulis begini, Tiratana,chanting,ritual dan semua konsep bila ditanyakan kepada Yang Ariya apakah ini agama Buddha dll,mereka akan mengiyakan karena kondisi putthujana memang harus dijawab seperti itu,namun di tataran mereka,mereka sudah tidak lagi butuh patung buddha,hio,ritual,pitaka dll . Jadi saya rasa, Ajahn pasti akan menjawab iya di tataran level putthujana, namun di tataran mereka,sudah bebas.

Yang ini benar... kalau kita semua di sini bicara dalam level puthujana artinya diskusi ini semua masih memakai label dan konsep yang berguna buat bathin seorang puthujana walaupun orangnya ada yang sudah mencapai tingkat kesucian tertentu. Tetapi kalau kita semua sudah mencapai pembicaraan tataran kesucian arahat, maka tiada lagi diskusi dan pembahasan tentang hal hal ini. Bathin masing masing orang pasti sudah pasti lepas dari dualisme baik buruk, samsara dan nibbana. emang dipikirin apa itu ajaran atau bukan. dsbnya...

JAdi ketika diskusi dan membahas pada level puthujuna, pemakaian merek, label dan konsep tidak terelakan.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 16 January 2009, 05:21:28 AM
OOT sih, tapi Menarik.... ternyata dalam jhana 1-4 masih ada pikiran......

Tergantung apa definisi 'pikiran'.
Kalau 'pikiran' = discursive thinking = vitakka-vicara, jelas dalam jhana 2-4 tidak ada lagi, begitu teorinya.
Jadi kata 'pikiran' harus dijelaskan dulu, apa artinya, apa padanannya dlm bhs Inggris.
Title: "Kesadaran Itu Membebaskan" - Wejangan Sri Pannyavaro Mahathera
Post by: hudoyo on 16 January 2009, 05:25:16 AM
[Dari buku: "Vipassana Bhavana - Meditasi Mengenal Diri", oleh: Sri Pannyavaro Mahathera & Hudoyo Hupudio]

Wejangan Sri Pannyavaro Mahathera pada penutupan Retret MMD Seminggu di Vihara Mendut, 1 Januari 2009

KESADARAN ITU MEMBEBASKAN

Para Ibu, Bapak & Saudara peserta meditasi,

Hari ini adalah akhir latihan meditasi yang Ibu, Bapak & Saudara ikuti di Vihara Mendut dengan bimbingan Dr. Hudoyo. Banyak orang sering mempunyai anggapan bahwa penderitaan dan kebahagiaan itu berada di luar diri kita. Kemudian kita berusaha keras untuk mencari kebahagiaan, sehingga
mengalaminya. Dalam hal penderitaan, banyak orang menganggap bahwa  penderitaan yang berasal dari luar itu masuk menghantam diri kita dan membuat kita menderita.

Sebetulnya, Ibu, Bapak & Saudara, kebahagiaan dan penderitaan itu tidak berada di luar diri kita. Kalau kita mencari di luar, memilah-milah, melihat di segala sudut di luar diri kita, kita tidak akan menemukan kebahagiaan atau penderitaan. Di manakah sesungguhnya penderitaan dan kebahagiaan itu berada? Penderitaan dan kebahagiaan itu kita alami di dalam diri kita ini; maka penderitaan dan kebahagiaan itu sebetulnya tepat, persis, berada di dalam diri kita sendiri. Bukan dicari di luar dan juga tidak datang dari luar lalu masuk ke dalam diri kita.

Penderitaan terjadi, kebahagiaan dialami, tidak lain karena pikiran kita memberikan reaksi, tanggapan, terhadap segala sesuatu. Kalau pikiran itu menanggapi dan memberikan reaksi terhadap segala sesuatu yang tidak sesuai dengan selera kita, timbullah rasa tidak senang, timbullah penderitaan, ketegangan, dan sebagainya. Di mana hal itu dirasakan? Tidak di luar, tetapi di dalam diri ini. Kalau pikiran memberikan reaksi, tanggapan, terhadap segala sesuatu yang ditangkap oleh pancaindera maupun terhadap kenangan atau ingatnan-iangatan pikiran itu sendiri—kalau reaksi atau tanggapan itu—sesuai dengan selera kita, berarti menyenangkan, maka timbullah yang disebut bahagia, rasa nyaman, puas.

Tetapi, apakah yang sering kita alami dan kita namakan kebahagiaan itu kekal? Sama sekali tidak; sebentar kesenangan atau kebahagiaan itu lenyap. Demikian juga penderitaan. Kalau kita mengamat-amati—dengan kalimat lain, kalau kita menyadari—saat penderitaan muncul atau saat kebahagiaan muncul, menyadari saja, maka padamlah penderitaan itu, padam. Dan padamlah juga kebahagiaan yang hanya sebentar itu, padam. Pada saat penderitaan padam, pada saat kebahagiaan atau kesenangan padam, timbullah rasa bahagia yang lebih halus, atau ada yang menjelaskan dengan kalimat: timbullah kesunyian yang mendalam. Kebahagiaan yang lebih halus atau kesunyian yang mendalam timbul karena kesadaran memperhatikan penderitaan atau kebahagiaan, kemudian fenomena mental itu lenyap, berganti dengan kebahagiaan yang mendalam, berganti dengan kesunyian yang mendalam, atau ketenangan yang lembut—demikianlah berbagai istilah digunakan. Itu pun juga tidak boleh luput dari kesadaran kita; sadari saja!

"Apakah kita tidak menikmatinya, Bhante?"—Kalau kita menikmati, maka apa yang dikatakan kebahagiaan yang halus, kesunyian yang mencekam, ketenangan yang mendalam itu akan menjadi kelengketan baru, akan menjadi ketagihan kembali. Kalau fenomena mental yang disebut mendalam atau lembut itu tidak segera disadari,  akan menyelinaplah pikiran ingin menikmati yang
halus-halus itu kembali. Oleh karena itu, sadarilah.
Ibu, Bapak & Saudara,

Menjelang Tahun Baru, ada sebagian saudara kita yang mempunyai kebiasaan, beberapa menit menjelang pukul 24.00 dia merenungkan hal-hal setahun yang sudah lewat sampai menangis. Dadanya merasa sesak, air matanya bercucuran. Kemudian dia berdoa, sampai beberapa menit melewati pukul 24.00 atau pukul 00.00. Setelah itu dia merasa puas, lega. Pada suatu kesempatan menjelang Tahun Baru, orang ini tertidur, dan terbangun sudah pukul satu malam. Dia tidak sempat melakukan ritual menangis menjelang tutup tahun, juga tidak sempat berdoa sampai melewati tengah malam. Dia kecewa, dia susah, sangat tertekan, tidak bahagia. Bagaimana mengatasi hal ini?

Satu cara mungkin dia menghibur dirinya dengan mengatakan, "Ini toh bukan ajaran agamaku, menangis menjelang tutup tahun dan berdoa sampai lewat tengah malam bukan kewajiban agama. Jadi aku tidak perlu menyesal, tidak perlu bersedih.” Bisa juga diatasi dengan pandangan filosofis, "Yah, kalau malam hari ini lupa menangis dan lupa berdoa, bukan berarti kehidupan saya setahun yang akan datang ditentukan oleh tangisan dan doa awal tahun. Saya tidak menangis, tidak berdoa, tidak melakukan ritual itu, karena tertidur. Bukan berarti kehidupan saya setahun kemudian buruk.” Itu pandangan filosofis. Tetapi diatasi dengan dalil agama, diatasi dengan pandangan filosofis, dia tetap saja merasa kecewa; ada sesuatu yang mengganjal rasanya. Karena, dia melewatkan akhir tahun ini dengan tidak menangis dan tidak berdoa. Dia sulit menghilangkan kekecewaan, penderitaan, dan ganjalan itu. Mengapa? Karena kebiasaan itu sudah dilakukan berpuluh-puluh tahun dan memberikan kenikmatan; menangis akhir tahun memberikan
kenikmatan, berdoa akhir tahun juga memberikan kepuasan, dan tahun ini dia tidak melakukannya, maka menjadi penderitaan, ketegangan, ganjalan, dan sebagainya.

Sebenarnya cara yang baik untuk mengatasi hal-hal yang mengganggu pikiran dia itu adalah dengan menyadari pada saat timbul pikiran, "Aku kok tidak menangis," disadarilah. Tidak usah dilawan dengan dalil agama, tidak usah dicarikan alasan filosofis, dengan disadari, maka hal itu akan hilang sendiri. Ketegangan itu akan berhenti, ganjalan itu akan berhenti. Tetapi, nanti bisa muncul kembali karena kadar kelekatan, kelengketan itu cukup kuat, ritual itu sudah dilakukan berpuluh-puluh tahun, dan kesempatan itu hanya terjadi sekali saja pada akhir tahun, sedangkan tahun ini dia lupa. Kalau penyesalan itu muncul kembali, kemudian diikuti dengan penderitaan, dengan ketegangan, maka sadari kembali. Dalam bahasa daerah disebut: 'eling’ kembali. Saat kita sadar, saat kita eling, itu akan berhenti. Itulah, Ibu, Bapak & Saudara, pengalaman yang Ibu, Bapak & Saudara dapatkan selama Ibu, Bapak & Saudara bermeditasi secara intensif di Vihara Mendut ini.

Perkenankan saya untuk memberikan tambahan cerita. Beberapa waktu yang lalu, beberapa kali saya diundang dalam pertemuan lintas agama yang juga dihadiri tokoh-tokoh agama dan tokoh-tokoh masyarakat yang datang dari Poso, dari Ambon, dari daerah yang dilanda konflik dalam waktu yang panjang. Di antara mereka yang hadir di Yogyakarta dari daerah-daerah konflik itu, ada keluarga atau famili mereka yang menjadi korban,
meninggal dunia. Dan tidak hanya satu-dua orang. Apa yang menjadi
persoalan? Yang menjadi persoalan adalah bagaimana menyembuhkan luka batin; mereka menggunakan istilah 'luka batin' karena kepedihan,
kesedihan, penderitaan yang kemudian muncul menjadi kebencian, dendam, sulit untuk diatasi. Ajaran agama dikemukakan; di dalam pandangan Buddhis, "Terima saja. Apa yang terjadi adalah akibat dari karma, perbuatan Anda sendiri yang lampau." Saudara-saudara kiami yang lain mengatakan, "Terima saja, itu sudah takdir Tuhan." Tetapi dengan jujur mereka mengatakan, "Saya mengerti penjelasan itu, tetapi sangat sulit saya mengatasi luka batin yang menekan batin saya." Bahkan di antara mereka ada yang
mengatakan, "Anda dengan mudah bisa mengucapkan pandangan-pandangan yang arif, yang bijak, karena Anda tidak mengalami sendiri, bagaimana kalau suami Anda, atau anak Anda, atau orang tua Anda di bunuh. Dan ada yang tidak hanya satu, tetapi lebih dari satu anggota keluarga kita yang dibunuh. Kita masih bisa melihat, bertemu dengan pembunuh-pembunuhnya; sulit mengatasi luka batin itu.”

Pada kesempatan itu, saya pun menyampaikan kepada mereka cara kesadaran. Luka batin itu, yang memedihkan, menyedihkan, yang mungkin sangat
mendalam, yang menimbulkan kebencian, dendam, cobalah tidak usah diatasi dengan bermacam-macam dalil atau alasan. Batin Anda tidak perlu dihibur dengan berbagai alasan. Karena nanti batin Anda akan menolak terus, menolak, menolak; menolak alasan atau hiburan yang datang untuk memadamkan kepedihan dan luka batin itu. Akan terjadi perdebatan yang hebat antara batin yang pedih dan terluka dengan alasan atau hiburan yang kita
munculkan.  Oleh karena itu, sadari saja. Sadari kalau memori itu muncul, kalau kebencian itu muncul, sadari. Kalau keinginan untuk membalas itu muncul, sadari. Kalau rasa pedih tiba-tiba muncul tanpa alasan, sadari. Dia akan padam. Harapan saya semoga mereka bisa memahami, dan kemudian melakukan; karena tidak banyak di antara mereka yang pernah bermeditasi. Kalau Ibu, Bapak & Saudara pernah bermeditasi, meskipun tidak lama, atau tidak sering mengikuti retret meditasi seperti ini, Ibu, Bapak & Saudara akan mengerti, apakah yang disebut dengan kesadaran itu, apakah yang disebut dengan eling itu: sangat berguna. Saya memilih istilah 'sangat berguna' dibandingkan dengan istilah 'sangat mulia', 'sangat
berharga'—sangat berguna—untuk membebaskan segala macam beban pikiran atau beban mental kita.

Perkenankan saya memberikan tambahan cerita; Ibu, Bapak & Saudara
sehari-hari juga mendapatkan beban mental dari keseharian yang sederhana dan mungkin juga berat. Kita mungkin tiba-tiba teringat bahwa dua-tiga hari kemudian akan menghadapi suatu masalah yang berat, maka timbullah beban mental. Dan itu sampai membuat seseorang pucat, bersedih, ketakutan. Kalau Ibu, Bapak & Saudara pernah bermeditasi mengerti kesadaran,
sadarilah, elinglah, maka beban mental itu akan padam, sesaat. Kalau nanti muncul kembali, sadari kembali. Kalau Ibu, Bapak & Saudara sering
menghadirkan kesadaran, maka kesadaran itu juga akan sering hadir, menyadari pikiran, perasaan yang timbul.

Ibu, Bapak & Saudara,

Pada saat kesadaran itu absen, pikiran yang membebani mental kita itu sangat menekan, membuat kita merasa seperti tidak ada lagi jalan untuk terbebas; mengeluh, bahkan ada yang menangis meraung-raung
bergulung-gulung. Tetapi begitu kita sadar, maka berhentilah
tekanan-tekanan mental yang begitu berat. Kita juga harus menyadari kenikmatan, kesenangan, kepuasan yang muncul; tidak hanya kesedihan, tidak hanya kemarahan, tidak hanya keinginan-keinginan yang buruk; karena kesenangan, kepuasan, kenikmatan yang muncul itu kalau tidak disadari akan menimbulkan ketagihan.

Ibu, Bapak & Saudara,

Saya akan menguraikan sedikit lagi sebagai bagian akhir uraian pagi hari ini. Hal yang paling penting bagi kita sebetulnya adalah
menyadari—meskipun tidak mampu terus-menerus—sebanyak mungkin terhadap munculnya pikiran keakuan. Kadang-kadang timbul pikiran, "O, aku lebih baik dari dia," dalam berbagai hal: pengetahuan, ekonomi, kesehatan, dan sebagainya. Itu adalah keakuan, yang kalau tidak disadari, tentu keakuan itu akan berkembang, menimbulkan kecongkakan, menimbulkan kesombongan, dan menimbulkan tindakan-tindakan yang bisa merugikan orang lain. Pikiran keakuan yang lain adalah, "O, aku masih sama dengan dia, tidak lebih tinggi, tidak lebih rendah." "Apakah ini juga keakuan, Bhante?"—Ya, ini adalah keakuan juga, dan pikiran keakuan itu kalau tidak disadari, maka akan berkembang, membuat seseorang kemudian berpikir, "Karena saya masih sama, maka saya harus melakukan sesuatu sehingga bisa melebihi dia." Atau pikiran yang lain timbul, “Karena saya sama, maka saya tidak lebih jelek dari dia." Pikiran keakuan lain lagi yang timbul adalah, "O, saya masih lebih rendah dari dia, saya lebih bodoh, saya lebih tidak mengerti, meditasi saya lebih jelek." Ini pun keakuan. Kalau keakuan ini tidak diatasi, akan membuat beban mental yang lain.

"Lalu bagaimana, Bhante, mengatasinya? Apakah dengan pandangan-pandangan filosofis, bahwa merasa lebih rendah juga berbahaya, merasa sama juga ada risikonya, merasa lebih tinggi juga membahayakan yang lain?”—Tidak. Ibu, Bapak & Saudara yang mengerti kesadaran, pernah melatih meditasi dan tetap melatih meditasi, sadari saja keakuan itu, maka keakuan itu akan padam. Aku yang merasa lebih, aku yang merasa sama, atau aku yang merasa kurang dari yang lain, sadari saja!

"Tetapi apakah kita tidak boleh melakukan sesuatu, Bhante?"—Mengapa tidak boleh? Lakukanlah hal-hal yang baik, karena Anda tidak sepanjang masa tinggal di vihara, retret, Anda berada di masyarakat. Lakukanlah hal-hal yang baik tanpa membandingkan antara aku dengan yang lain: "O, aku lebih rendah, aku lebih kurang, aku harus berbuat lebih dari dia." "O, aku sama dengan dia, aku harus melanjutkan yang sama ini supaya tidak melorot, atau menambah supaya lebih tinggi." "O, aku lebih tinggi dari dia, aku sudah cukup, dan aku harus mempertahankan kondisi yang lebih tinggi ini supaya tidak melorot."

Dalam kehidupan biasa memacu diri dengan cara membandingkan dirinya terhadap orang lain mungkin ada baiknya, tetapi dalam perkembangan membebaskan pikiran kita dari penderitaan, pandangan seperti itu tidak bermanfaat. Lakukanlah hal-hal yang baik tanpa membandingkan antara aku dengan yang lain.

Ibu, Bapak & Saudara,

Oleh karena itu, bolehlah saya memesankan: meditasi tidak berhenti pada hari ini; lanjutkan dalam keseharian Ibu, Bapak & Saudara. Hadirkan kesadaran untuk menyadari pikiran apa pun, perasaan apa pun yang menjadi beban mental, tekanan batin, luka batin, ataupun kepuasan, kebahagiaan, kenikmatan; sadari, sadari. Dengan menyadari kita akan membebaskan mental kita, batin kita, dari beban; mungkin hanya sesaat, tetapi itulah
kebebasan. Anjuran saya juga, duduklah bermeditasi sehari paling tidak satu kali, setengah jam atau satu jam. Memang kesadaran itu bisa hadir pada saat kita duduk, pada saat kita berdiri, berjalan atau berbaring, tetapi para guru meditasi menjelaskan bahwa dalam posisi duduk maka hadirnya kesadaran menjadi lebih kuat, lebih tajam.

Ibu, Bapak & Saudara,

Guru Agung Buddha Gotama juga mengatakan "Ajaran yang Kuajarkan ini seperti rakit. Kalau rakit itu tidak digunakan menyeberang di sungai, hanya dipegang atau dijunjung di atas kepala saja,  tentu tidak
bermanfaat. Sering Dhamma yang diajarkan oleh Guru Agung Buddha Gotama itu oleh umat Buddha dijadikan bukan sebagai rakit, tetapi hanya dipegang di atas kepala, sehingga ajaran itu kemudian sering menimbulkan perdebatan. "Perdebatan dengan siapa, Bhante? Dengan orang lain?"  Yang lebih sering, berdebat dengan dirinya sendiri. "Ajaran mengajarkan begini, tetapi diriku mengapa masih seperti ini, aku masih belum maju, belum bisa melaksanakan ajaran. Ajaran mengajarkan seperti ini, tetapi aku bersikap begini. Hal ini tidak termasuk yang dibolehkan atau yang dilarang? Tetapi melanggar sedikit, boleh, ‘kan?” Begitulah, timbul perdebatan—mungkin dengan istilah lain: pertikaian—timbul pertikaian antara ajaran yang diketahui,
dimengerti, diyakini, dengan kondisi batinnya, dengan perilakunya yang masih belum cocok. Perdebatan atau pertikaian ini menimbulkan ketegangan, rasa bersalah, merasa menjadi umat yang belum mampu mengikuti ajaran, bahkan sering juga timbul pemikiran: "Apakah meditasiku ini sudah benar?" Dan hal-hal itu kemudian menjadi masalah dalam pikirannya sendiri. Sulit dihilangkan. Nah, perdebatan-perdebatan, pertikaian-pertikaian di dalam pikiran kita sendiri itu harus berhenti dengan kesadaran. Pada saat kesadaran hadir, pada saat itu kita mulai menggunakan rakit itu, tidak meletakkan rakit hanya di atas kepala; karena pada saat kesadaran hadir, pada saat kita eling, perdebatan atau pertikaian di dalam pikiran antara ajaran dengan kondisi dirinya, keragu-raguan, dan sebagainya, menjadi padam. Itulah kebebasan, meskipun hanya sesaat.

Kalau boleh dinamakan 'tujuan', tujuan kita bermeditasi adalah kebebasan; kebebasan dari kelekatan, dari kelengketan terhadap apa pun. Dan kalau Anda menghadirkan kesadaran, Anda mengalami kebebasan itu. Bukan sesuatu yang nun jauh di sana, dan harus dicapai setelah kita dilahirkan
berulang-ulang, melainkan sekarang juga. Pada saat kesadaran hadir, Anda mengalami kebebasan. Kesadaran itu membebaskan.

Semogalah latihan Ibu, Bapak & Saudara memberikan manfaat, sekarang dan juga untuk kemudian. Terima kasih.

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sumedho on 16 January 2009, 06:28:36 AM
OOT sih, tapi Menarik.... ternyata dalam jhana 1-4 masih ada pikiran......

Tergantung apa definisi 'pikiran'.
Kalau 'pikiran' = discursive thinking = vitakka-vicara, jelas dalam jhana 2-4 tidak ada lagi, begitu teorinya.
Jadi kata 'pikiran' harus dijelaskan dulu, apa artinya, apa padanannya dlm bhs Inggris.
just  'think'

:backtotopic:
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 16 January 2009, 11:45:39 AM
Walaupun Ajahn Mun & Ajahn Chah menghindari "pengkotak-kotakan", kira-kira mereka setuju ga yah kalo kita bilang mereka tidak melakukan ajaran Buddha?

Batin mereka pasti netral tidak terpengaruh apa kata kita atau orang lain apakah mereka melakukan atau tidak melakukan ajaran SB. Satu hal yg pasti pula mereka sendiri tahu bahwa mereka telah sesuai  dengan Dhamma bukan karena asumsi sendiri tetapi fakta yg telah mereka lihat dan alami sendiri dan telah teruji. Dan juga ngak nuntut untuk dibilang meditasi buddist atau tidak  :)

Contoh lain adalah kritikan terhadap Luangpu Mahaboowa terhadap pencapaiannya, bagaimana batin beliau... santai aja tuh...  ^-^

Master Lu Sheng Yen dikritik juga tenang tenang saja... Master Li hong Zi dikritik juga tenang tenang saja. Saya dikritik juga tenang tenang saja.


Mereka memang tenang2 saja tetapi apakah batin mereka benar2 tenang atau santai  :D? atau tenang/santai yg nampak hanya diluarnya saja  ;D? Apalagi yg luar dan dalam jelas  penasaran mengapa meditasi MMD tidak dimasukan kedalam meditasi buddhist ^-^ . Label tidak diperlukan tapi batin masih memerlukan label atau Label diperlukan seperlunya tetapi batin telah bebas dari label. :)






Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 16 January 2009, 12:02:46 PM
menarik sekali :) :
...........
Ibu, Bapak & Saudara,

Saya akan menguraikan sedikit lagi sebagai bagian akhir uraian pagi hari ini. Hal yang paling penting bagi kita sebetulnya adalah menyadari—meskipun tidak mampu terus-menerus—sebanyak mungkin terhadap munculnya pikiran keakuan. Kadang-kadang timbul pikiran, "O, aku lebih baik dari dia," dalam berbagai hal: pengetahuan, ekonomi, kesehatan, dan sebagainya. Itu adalah keakuan, yang kalau tidak disadari, tentu keakuan itu akan berkembang, menimbulkan kecongkakan, menimbulkan kesombongan, dan menimbulkan tindakan-tindakan yang bisa merugikan orang lain. Pikiran keakuan yang lain adalah, "O, aku masih sama dengan dia, tidak lebih tinggi, tidak lebih rendah." "Apakah ini juga keakuan, Bhante?"—Ya, ini adalah keakuan juga, dan pikiran keakuan itu kalau tidak disadari, maka akan berkembang, membuat seseorang kemudian berpikir, "Karena saya masih sama, maka saya harus melakukan sesuatu sehingga bisa melebihi dia." Atau pikiran yang lain timbul, “Karena saya sama, maka saya tidak lebih jelek dari dia." Pikiran keakuan lain lagi yang timbul adalah, "O, saya masih lebih rendah dari dia, saya lebih bodoh, saya lebih tidak mengerti, meditasi saya lebih jelek." Ini pun keakuan. Kalau keakuan ini tidak diatasi, akan membuat beban mental yang lain.

"Lalu bagaimana, Bhante, mengatasinya? Apakah dengan pandangan-pandangan filosofis, bahwa merasa lebih rendah juga berbahaya, merasa sama juga ada risikonya, merasa lebih tinggi juga membahayakan yang lain?”—Tidak. Ibu, Bapak & Saudara yang mengerti kesadaran, pernah melatih meditasi dan tetap melatih meditasi, sadari saja keakuan itu, maka keakuan itu akan padam. Aku yang merasa lebih, aku yang merasa sama, atau aku yang merasa kurang dari yang lain, sadari saja!

"Tetapi apakah kita tidak boleh melakukan sesuatu, Bhante?"—Mengapa tidak boleh? Lakukanlah hal-hal yang baik, karena Anda tidak sepanjang masa tinggal di vihara, retret, Anda berada di masyarakat. Lakukanlah hal-hal yang baik tanpa membandingkan antara aku dengan yang lain: "O, aku lebih rendah, aku lebih kurang, aku harus berbuat lebih dari dia." "O, aku sama dengan dia, aku harus melanjutkan yang sama ini supaya tidak melorot, atau menambah supaya lebih tinggi." "O, aku lebih tinggi dari dia, aku sudah cukup, dan aku harus mempertahankan kondisi yang lebih tinggi ini supaya tidak melorot."

Dalam kehidupan biasa memacu diri dengan cara membandingkan dirinya terhadap orang lain mungkin ada baiknya, tetapi dalam perkembangan membebaskan pikiran kita dari penderitaan, pandangan seperti itu tidak bermanfaat. Lakukanlah hal-hal yang baik tanpa membandingkan antara aku dengan yang lain.

Ibu, Bapak & Saudara,

Oleh karena itu, bolehlah saya memesankan: meditasi tidak berhenti pada hari ini; lanjutkan dalam keseharian Ibu, Bapak & Saudara. Hadirkan kesadaran untuk menyadari pikiran apa pun, perasaan apa pun yang menjadi beban mental, tekanan batin, luka batin, ataupun kepuasan, kebahagiaan, kenikmatan; sadari, sadari. Dengan menyadari kita akan membebaskan mental kita, batin kita, dari beban; mungkin hanya sesaat, tetapi itulah kebebasan. Anjuran saya juga, duduklah bermeditasi sehari paling tidak satu kali, setengah jam atau satu jam. Memang kesadaran itu bisa hadir pada saat kita duduk, pada saat kita berdiri, berjalan atau berbaring, tetapi para guru meditasi menjelaskan bahwa dalam posisi duduk maka hadirnya kesadaran menjadi lebih kuat, lebih tajam.

Ibu, Bapak & Saudara,

Guru Agung Buddha Gotama juga mengatakan "Ajaran yang Kuajarkan ini seperti rakit. Kalau rakit itu tidak digunakan menyeberang di sungai, hanya dipegang atau dijunjung di atas kepala saja,  tentu tidak bermanfaat. Sering Dhamma yang diajarkan oleh Guru Agung Buddha Gotama itu oleh umat Buddha dijadikan bukan sebagai rakit, tetapi hanya dipegang di atas kepala, sehingga ajaran itu kemudian sering menimbulkan perdebatan. "Perdebatan dengan siapa, Bhante? Dengan orang lain?"  Yang lebih sering, berdebat dengan dirinya sendiri. "Ajaran mengajarkan begini, tetapi diriku mengapa masih seperti ini, aku masih belum maju, belum bisa melaksanakan ajaran. Ajaran mengajarkan seperti ini, tetapi aku bersikap begini. Hal ini tidak termasuk yang dibolehkan atau yang dilarang? Tetapi melanggar sedikit, boleh, ‘kan?” Begitulah, timbul perdebatan—mungkin dengan istilah lain: pertikaian—timbul pertikaian antara ajaran yang diketahui, dimengerti, diyakini, dengan kondisi batinnya, dengan perilakunya yang masih belum cocok. Perdebatan atau pertikaian ini menimbulkan ketegangan, rasa bersalah, merasa menjadi umat yang belum mampu mengikuti ajaran, bahkan sering juga timbul pemikiran: "Apakah meditasiku ini sudah benar?" Dan hal-hal itu kemudian menjadi masalah dalam pikirannya sendiri. Sulit dihilangkan. Nah, perdebatan-perdebatan, pertikaian-pertikaian di dalam pikiran kita sendiri itu harus berhenti dengan kesadaran. Pada saat kesadaran hadir, pada saat itu kita mulai menggunakan rakit itu, tidak meletakkan rakit hanya di atas kepala; karena pada saat kesadaran hadir, pada saat kita eling, perdebatan atau pertikaian di dalam pikiran antara ajaran dengan kondisi dirinya, keragu-raguan, dan sebagainya, menjadi padam. Itulah kebebasan, meskipun hanya sesaat.

Kalau boleh dinamakan 'tujuan', tujuan kita bermeditasi adalah kebebasan; kebebasan dari kelekatan, dari kelengketan terhadap apa pun. Dan kalau Anda menghadirkan kesadaran, Anda mengalami kebebasan itu. Bukan sesuatu yang nun jauh di sana, dan harus dicapai setelah kita dilahirkan
berulang-ulang, melainkan sekarang juga. Pada saat kesadaran hadir, Anda mengalami kebebasan. Kesadaran itu membebaskan.

Semogalah latihan Ibu, Bapak & Saudara memberikan manfaat, sekarang dan juga untuk kemudian. Terima kasih.

_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Lily W on 16 January 2009, 12:11:59 PM
Delete...
 44. Orang yang berpengertian salah karena pandangan-pandangan pribadinya, mengotot mempertahankan pandangan seperti itu; karena tidak memiliki pengertian benar sesuai dengan pandangan pribadi, tidak mengotot dan mudah memusnahkannya, adalah cara untuk mencapai nibbana.
delete...
Imo...
Orang yang berpengertian salah karena pandangan-pandangan pribadinya, mengotot mempertahankan pandangan seperti itu---> inilah miccha ditthi

Sotapanna, sakadagami, anagami & arahat telah memusnahkan miccha ditthi itu.

_/\_ :lotus:
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 16 January 2009, 02:32:46 PM
Delete...
 44. Orang yang berpengertian salah karena pandangan-pandangan pribadinya, mengotot mempertahankan pandangan seperti itu; karena tidak memiliki pengertian benar sesuai dengan pandangan pribadi, tidak mengotot dan mudah memusnahkannya, adalah cara untuk mencapai nibbana.
delete...
Imo...
Orang yang berpengertian salah karena pandangan-pandangan pribadinya, mengotot mempertahankan pandangan seperti itu---> inilah miccha ditthi

Sotapanna, sakadagami, anagami & arahat telah memusnahkan miccha ditthi itu.

_/\_ :lotus:

Bu Lily, "pandangan pribadi" ... marilah masing-masing bertanya kepada diri sendiri, apakah pandangan saya bukan "pandangan pribadi", terlepas dari kitab-kitab yang dianggap suci.

Anda bertanya kepada diri Anda, saya bertanya kepada diri saya.

Hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Lily W on 16 January 2009, 03:42:03 PM
Delete...
 44. Orang yang berpengertian salah karena pandangan-pandangan pribadinya, mengotot mempertahankan pandangan seperti itu; karena tidak memiliki pengertian benar sesuai dengan pandangan pribadi, tidak mengotot dan mudah memusnahkannya, adalah cara untuk mencapai nibbana.
delete...
Imo...
Orang yang berpengertian salah karena pandangan-pandangan pribadinya, mengotot mempertahankan pandangan seperti itu---> inilah miccha ditthi

Sotapanna, sakadagami, anagami & arahat telah memusnahkan miccha ditthi itu.

_/\_ :lotus:

Bu Lily, "pandangan pribadi" ... marilah masing-masing bertanya kepada diri sendiri, apakah pandangan saya bukan "pandangan pribadi", terlepas dari kitab-kitab yang dianggap suci.

Anda bertanya kepada diri Anda, saya bertanya kepada diri saya.

Hudoyo

Pak Hudoyo...

"Pandangan Pribadi" yg sy quote kan dari salah sutta yang di posting oleh Bro Ryu... Apakah di situ ada tercantum "Pandangan Pribadi" nya Pak Hudoyo? Pak Hudoyo kok merasa gitu yaah? (sensi nih)  ;D

Silakan Pak Hudoyo renungkan sendiri... ;D... selamat merenung...(Pak Hudoyo....kata merenung lebih cocok dech) .. ;D

Anumodana..._/\_

:lotus:


Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 16 January 2009, 03:45:19 PM
hahaha... ga nyambung :))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Lily W on 16 January 2009, 04:11:39 PM
Bro Tesla... gampang... di sambung-sambungin aja...:))

_/\_ :lotus:
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 16 January 2009, 04:38:00 PM
Biarkanlah thread ini dikhususkan MMD,  biar yg punya kepentingan lega ;D yg pasti jelas MMD memang bukan meditasi buddhisme dan sudah dalam tempat yg selayaknya  :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 16 January 2009, 05:04:01 PM
Bro Tesla... gampang... di sambung-sambungin aja...:))

_/\_ :lotus:
em... saya coba tuliskan yg saya tangkap, maksud Pak Hudoyo:
coba kita melihat ke dalam diri kita sendiri, apakah saya memiliki "pandangan-pandangan pribadi"? baik itu pandangan yg saya ambil dari kitab suci ataupun bukan.

Anda bertanya kepada diri Anda, saya bertanya kepada diri saya.
penulisan kalimat ke2 ini sebenarnya terjadi (mungkin) krn dulu kalau Pak Hudoyo tulis seperti yg itu dianggap Pak Hudoyo menyuruh orang lain melihat diri nya sendiri & sering kali orang membalas, "Pak Hudoyo ngaca jg donk"
sebenarnya postingan ce lily tidak sama sekali menyerang pribadi Pak Hudoyo bahwa Pak Hudoyo berpandangan pribadi... (bener ga?)







kalimat ke2 yg diposting oleh sdr. ryu ini bener2 perlu direnungkan:
karena tidak memiliki pengertian benar sesuai dengan pandangan pribadi, tidak mengotot dan mudah memusnahkannya, adalah cara untuk mencapai nibbana.

ada yg bisa membantu menjelaskan yg saya bold merah?

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 16 January 2009, 05:31:45 PM
kalimat ke2 yg diposting oleh sdr. ryu ini bener2 perlu direnungkan:
karena tidak memiliki pengertian benar sesuai dengan pandangan pribadi, tidak mengotot dan mudah memusnahkannya, adalah cara untuk mencapai nibbana.

ada yg bisa membantu menjelaskan yg saya bold merah?

Setahu saya maksudnya adalah sederhana:
orang yang melekat/ngotot pada satu pandangan yang menurut dirinya benar, tidak akan bisa padam. Untuk itu, Buddha memberikan cara: janganlah ngotot, dan jangan menggenggam, lepaskanlah. Itulah jalan menuju Nibbana.

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 16 January 2009, 05:35:53 PM
kalimat ke2 yg diposting oleh sdr. ryu ini bener2 perlu direnungkan:
karena tidak memiliki pengertian benar sesuai dengan pandangan pribadi, tidak mengotot dan mudah memusnahkannya, adalah cara untuk mencapai nibbana.

ada yg bisa membantu menjelaskan yg saya bold merah?

Setahu saya maksudnya adalah sederhana:
orang yang melekat/ngotot pada satu pandangan yang menurut dirinya benar, tidak akan bisa padam. Untuk itu, Buddha memberikan cara: janganlah ngotot, dan jangan menggenggam, lepaskanlah. Itulah jalan menuju Nibbana.



bukankah "pengertian benar" adalah salah satu ruas jalan mulia beruas delapan?
kalau kita tidak ngotot-kan jalan ini... mana bisa mencapai nibbana?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 16 January 2009, 05:41:35 PM
kalimat ke2 yg diposting oleh sdr. ryu ini bener2 perlu direnungkan:
karena tidak memiliki pengertian benar sesuai dengan pandangan pribadi, tidak mengotot dan mudah memusnahkannya, adalah cara untuk mencapai nibbana.

ada yg bisa membantu menjelaskan yg saya bold merah?

Setahu saya maksudnya adalah sederhana:
orang yang melekat/ngotot pada satu pandangan yang menurut dirinya benar, tidak akan bisa padam. Untuk itu, Buddha memberikan cara: janganlah ngotot, dan jangan menggenggam, lepaskanlah. Itulah jalan menuju Nibbana.



bukankah "pengertian benar" adalah salah satu ruas jalan mulia beruas delapan?
kalau kita tidak ngotot-kan jalan ini... mana bisa mencapai nibbana?


Bagaimana seorang yang tukang ngotot bahwa dirinya benar bisa dikatakan memiliki pengertian benar? ;D
Sudah jelas tukang ngotot itu memiliki "aku" yang menurutnya benar. Jadi untuk mencapai Nibbana (menurut Sutta ini) adalah dengan "ngotot" melepas, bukan menggenggam.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hatRed on 16 January 2009, 05:55:48 PM
melepas yg ngotot gak akan berhasil   /:)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 16 January 2009, 05:57:51 PM
Biarkanlah thread ini dikhususkan MMD,  biar yg punya kepentingan lega ;D yg pasti jelas MMD memang bukan meditasi buddhisme dan sudah dalam tempat yg selayaknya  :)

Lagu lama, Rekan Bond.  ... Ini yang dimaksud Bu Lily dengan "pandangan pribadi" kali.

Anda akan melihat MMD dipraktekkan oleh semakin banyak umat Buddha di Indonesia, apa pun yang Anda katakan.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 16 January 2009, 06:00:37 PM
saat anda menulis tanpa dendam disitulah diskusi yang baik,berlaku untuk berbagai pihak , bila sakit berlanjut silahkan amati batin masing2.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 16 January 2009, 06:02:35 PM
Delete...
 44. Orang yang berpengertian salah karena pandangan-pandangan pribadinya, mengotot mempertahankan pandangan seperti itu; karena tidak memiliki pengertian benar sesuai dengan pandangan pribadi, tidak mengotot dan mudah memusnahkannya, adalah cara untuk mencapai nibbana.
delete...
Imo...
Orang yang berpengertian salah karena pandangan-pandangan pribadinya, mengotot mempertahankan pandangan seperti itu---> inilah miccha ditthi

Sotapanna, sakadagami, anagami & arahat telah memusnahkan miccha ditthi itu.

_/\_ :lotus:

Bu Lily, "pandangan pribadi" ... marilah masing-masing bertanya kepada diri sendiri, apakah pandangan saya bukan "pandangan pribadi", terlepas dari kitab-kitab yang dianggap suci.

Anda bertanya kepada diri Anda, saya bertanya kepada diri saya.

Hudoyo

Pak Hudoyo...

"Pandangan Pribadi" yg sy quote kan dari salah sutta yang di posting oleh Bro Ryu... Apakah di situ ada tercantum "Pandangan Pribadi" nya Pak Hudoyo? Pak Hudoyo kok merasa gitu yaah? (sensi nih)  ;D

Silakan Pak Hudoyo renungkan sendiri... ;D... selamat merenung...(Pak Hudoyo....kata merenung lebih cocok dech) .. ;D

Anumodana..._/\_

:lotus:

Bu Lily,

Maksud saya, ketika Anda membaca tulisan Ryu itu, apakah ANDA tidak merenungkan "Apakah saya punya pandangan pribadi yang miccha-ditthi"? Seperti saya pun merenungkan seperti itu dalam batin saya.

Kalau tidak, Anda tidak akan pernah sadar bahwa Anda pun masih mempunyai 'miccha-ditthi', seperti saya.

Anda bukan arahat, seperti saya bukan arahat. Jadi marilah kita waspada apa yang ada di dalam batin kita sendiri, tidak usah menghiraukan orang lain.

Salam,
Hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 16 January 2009, 06:04:24 PM
hahaha... ga nyambung :))

Iyalah, sudah terlalu penuh dengan teori Abhidhamma kali, sehingga tidak bisa melihat lagi baitn sendiri masih mengandung miccha-ditthi atau tidak.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: cunda on 16 January 2009, 06:09:34 PM


Bu Lily,

Maksud saya, ketika Anda membaca tulisan Ryu itu, apakah ANDA tidak merenungkan "Apakah saya punya pandangan pribadi yang miccha-ditthi"? Seperti saya pun merenungkan seperti itu dalam batin saya.

Kalau tidak, Anda tidak akan pernah sadar bahwa Anda pun masih mempunyai 'miccha-ditthi', seperti saya.

Anda bukan arahat, seperti saya bukan arahat. Jadi marilah kita waspada apa yang ada di dalam batin kita sendiri, tidak usah menghiraukan orang lain.

Salam,
Hudoyo


namaste suvatthi hotu

aku setuju dengan penjelasan Pak Hudoyo:
Anda bukan arahat, seperti saya bukan arahat. Jadi marilah kita waspada apa yang ada di dalam batin kita sendiri, tidak usah menghiraukan orang lain.

Mari kita amati batin kita masing2 saja, dan mari tutup diskusi soal MMD disini

Semoga semua tercerahkan

Thuti
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 16 January 2009, 06:26:36 PM
Biarkanlah thread ini dikhususkan MMD,  biar yg punya kepentingan lega ;D yg pasti jelas MMD memang bukan meditasi buddhisme dan sudah dalam tempat yg selayaknya  :)

Lagu lama, Rekan Bond.  ... Ini yang dimaksud Bu Lily dengan "pandangan pribadi" kali.

Anda akan melihat MMD dipraktekkan oleh semakin banyak umat Buddha di Indonesia, apa pun yang Anda katakan.

Emang gua pikirin/EGP ah  :P

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 16 January 2009, 06:48:36 PM
debat kusir muncul
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: candle on 16 January 2009, 06:57:30 PM
debat kusir muncul

Maaf, sebenarnya OOT tapi karena udah disebutkan, jadi saya pikir mungkin saya bisa numpang tanya,

Apa sih artinya debat kusir? emangnya kusir-kusir suka debat ya? dan apakah kusir-kusir kalo debat ngomongin MMD?

maaf...maaf...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Daniel on 16 January 2009, 07:05:32 PM
debat kusir muncul

anda yang memulai anda yang seharusnya mengakhiri

Seorang meditator yang baik tak perlu berdebat ala kusir, padahal kusir gak suka debat, paling berantem berebut penumpang

bingung deh ada guru meditasi yang begitu hebat ternyata batinnya masih penuh tetek bengek kekisruhan batin

Semoga deh saya gak kayak begitu kalo udh belajar meditasi, maklum sekarang seh baru meditabo

Salam

Daniel
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 16 January 2009, 07:52:56 PM
Ini lagi sok tahu pikiran orang lain
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 16 January 2009, 07:53:26 PM
debat kusir muncul

Maaf, sebenarnya OOT tapi karena udah disebutkan, jadi saya pikir mungkin saya bisa numpang tanya,

Apa sih artinya debat kusir? emangnya kusir-kusir suka debat ya? dan apakah kusir-kusir kalo debat ngomongin MMD?

maaf...maaf...

cari di kamus arti "kiasan"
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Reenzia on 16 January 2009, 08:05:18 PM
hahaha... ga nyambung :))

Iyalah, sudah terlalu penuh dengan teori Abhidhamma kali, sehingga tidak bisa melihat lagi baitn sendiri masih mengandung miccha-ditthi atau tidak.

terlalu banyak mengamati batin orang lain juga berpotensi membuat diri sendiri lupa mengamati batin sendiri
bukankah jalan yang akan ditempuh masing-masing dipilih sendiri?


Biarkanlah thread ini dikhususkan MMD,  biar yg punya kepentingan lega ;D yg pasti jelas MMD memang bukan meditasi buddhisme dan sudah dalam tempat yg selayaknya  :)

Lagu lama, Rekan Bond.  ... Ini yang dimaksud Bu Lily dengan "pandangan pribadi" kali.

Anda akan melihat MMD dipraktekkan oleh semakin banyak umat Buddha di Indonesia, apa pun yang Anda katakan.

banyak tidaknya orang lain yang berpedoman pada dhamma ataupun MMD
tak mempengaruhi jalan orang yang memiliki pandangan yang benar


mau bnyk kek... mau ngga kek, itu gak jadi patokan bahwa jalan itu adalah benar

mayoritas belum tentu benar kan?

coba lihat saja berapa banyak orang yang masih tertutup matanya oleh debu dan sama sekali tak berniat untuk membersihkannya dibandingkan orang yang sedikit demi sedikit telah menyadari bahwa matanya telah tertutup debu
dan berniat menyingkirkan debu dimatanya untuk melihat kenyataan

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: CKRA on 16 January 2009, 09:08:38 PM


Bu Lily,

Maksud saya, ketika Anda membaca tulisan Ryu itu, apakah ANDA tidak merenungkan "Apakah saya punya pandangan pribadi yang miccha-ditthi"? Seperti saya pun merenungkan seperti itu dalam batin saya.

Kalau tidak, Anda tidak akan pernah sadar bahwa Anda pun masih mempunyai 'miccha-ditthi', seperti saya.

Anda bukan arahat, seperti saya bukan arahat. Jadi marilah kita waspada apa yang ada di dalam batin kita sendiri, tidak usah menghiraukan orang lain.

Salam,
Hudoyo


namaste suvatthi hotu

aku setuju dengan penjelasan Pak Hudoyo:
Anda bukan arahat, seperti saya bukan arahat. Jadi marilah kita waspada apa yang ada di dalam batin kita sendiri, tidak usah menghiraukan orang lain.

Mari kita amati batin kita masing2 saja, dan mari tutup diskusi soal MMD disini

Semoga semua tercerahkan

Thuti

Saya setuju dengan Ronda.

Mari kita tutup diskusi tentang MMD disini. Tadinya kan sudah hampir padam kenapa sekarang berkobar lagi? Sesama bukan arahat mari kita berusaha memadamkan, terutama dendam seperti kata bro nyana. Dendam tidak baik untuk kesehatan. Dapat mengakibatkan kerusakan batin, serangan hati dan menyebabkan impotensi.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: dilbert on 16 January 2009, 09:12:57 PM
Apa kelihatan ada "dendam" di sini ?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 16 January 2009, 09:59:31 PM
jika dihati kita ada "dendam", maka kita akan melihat disana ada "dendam"
sama jg ketika dihati kita ada "cinta", maka kita jg melihat ada "cinta" di sana
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: dilbert on 16 January 2009, 10:01:11 PM
jika dihati kita ada "dendam", maka kita akan melihat disana ada "dendam"
sama jg ketika dihati kita ada "cinta", maka kita jg melihat ada "cinta" di sana

NAH...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 16 January 2009, 10:05:12 PM
Semoga cepat padam ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 16 January 2009, 10:22:40 PM
Quote
kalimat ke2 yg diposting oleh sdr. ryu ini bener2 perlu direnungkan:
karena tidak memiliki pengertian benar sesuai dengan pandangan pribadi, tidak mengotot dan mudah memusnahkannya, adalah cara untuk mencapai nibbana.

ada yg bisa membantu menjelaskan yg saya bold merah?

1. Orang kejam berubah menjadi tanpa kekejaman adalah cara untuk mencapai nibbana.
   2. Orang pembunuh berubah menjadi pantang membunuh adalah cara untuk mencapai nibbana.
   3. - 43 ...

intinya orang yang tidak memiliki pengertian benar sesuai dengan pandangan pribadi berubah menjadi ..............   adalah cara untuk mencapai nibbana. :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Jerry on 16 January 2009, 11:02:58 PM
Sebuah quote dr pembatas buku jaman baheula dr majalah ekayana yg aye demen:
"Keburukan yg terlihat pd diri orang laen sering kali refleksi dr pikiran negatif kita sendiri"

Diskusi ngga perlu diakhiri menurut saya sih ya.. Yang penting bisa tetep menjaga dlm alur diskusi yg baik aja n gak jd debat kusir. Kenapa harus menghindari diskusi? Buat apa ada forum kalo gitu? ;D
Justru menjaga diskusi ttp berjalan baik itu jg bentuk aplikasi 'sati' dlm berdiskusi kan? :)

cmiiw

mettacittena
_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Reenzia on 16 January 2009, 11:12:44 PM
 [at] jerry

:jempol: mantaf.....print tus tempel di dinding kamar aah :))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 16 January 2009, 11:15:42 PM
Sebuah quote dr pembatas buku jaman baheula dr majalah ekayana yg aye demen:
"Keburukan yg terlihat pd diri orang laen sering kali refleksi dr pikiran negatif kita sendiri"
kalau saya dapat dari cerita zen, dimana seorang guru bertanya kepada 2 muridnya, "seperti apakah muka temanmu?"
yg 1 menjawab, seperti tai, sedangkan temannya menjawab seperti buddha...
kemudian guru zen menjelaskan karena hatimu berisi tai, maka kamu melihat semua orang adalah tai, sedangkan dalam hatinya berisi buddha, baginya semua orang terlihat seperti buddha.

Quote
Diskusi ngga perlu diakhiri menurut saya sih ya.. Yang penting bisa tetep menjaga dlm alur diskusi yg baik aja n gak jd debat kusir. Kenapa harus menghindari diskusi? Buat apa ada forum kalo gitu? ;D
Justru menjaga diskusi ttp berjalan baik itu jg bentuk aplikasi 'sati' dlm berdiskusi kan? :)
berakhir atau terus berlanjut, yg penting kita 'sati' ;)
semua yg berkondisi tidaklah tetap & tidaklah memuaskan
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: candle on 17 January 2009, 12:02:27 AM
debat kusir muncul

Maaf, sebenarnya OOT tapi karena udah disebutkan, jadi saya pikir mungkin saya bisa numpang tanya,

Apa sih artinya debat kusir? emangnya kusir-kusir suka debat ya? dan apakah kusir-kusir kalo debat ngomongin MMD?

maaf...maaf...

cari di kamus arti "kiasan"
ki·as·an n 1 pertimbangan tt suatu hal dng perbandingan atau persamaan dng hal yg lain; 2 perumpamaan; ibarat; 3 arti kata yg bukan sebenarnya: arti ~ , kata ~; 4 lambang; 5 sindiran; 6 pelajaran (dr suatu cerita dsb);

apa hubungannya?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 17 January 2009, 12:10:45 AM
terlalu banyak mengamati batin orang lain juga berpotensi membuat diri sendiri lupa mengamati batin sendiri
bukankah jalan yang akan ditempuh masing-masing dipilih sendiri?

Tolong katakan itu kepada Ibu Lily. Itulah yang saya mau katakan kepada beliau.

Quote
banyak tidaknya orang lain yang berpedoman pada dhamma ataupun MMD
tak mempengaruhi jalan orang yang memiliki pandangan yang benar


Bagi seorang puthujjana, seperti anda dan saya, "pandangan benar" itu sangat subyektif.
Bahkan tafsiran terhadap ajaran Sang Buddha pun sangat subyektif.


Quote
mau bnyk kek... mau ngga kek, itu gak jadi patokan bahwa jalan itu adalah benar
mayoritas belum tentu benar kan?

Anda tidak membaca apa yang saya tulis, tapi Anda cuma membaca disertai prasangka (prejudice) yang ada di kepala Anda. Repot berdiskusi dengan orang yang sudah punya prasangka.

Saya gak pernah bilang MMD "paling benar", saya gak prnah bilang bahwa MMD adalah "mayoritas". Yang saya bilang semakin lama semakin banyak orang menjalankan MMD. Dan itu akan Anda lihat sendiri di kanan-kiri Anda di waktu yang akan datang.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 17 January 2009, 12:12:28 AM
Saya setuju dengan Ronda.
Mari kita tutup diskusi tentang MMD disini. Tadinya kan sudah hampir padam kenapa sekarang berkobar lagi? Sesama bukan arahat mari kita berusaha memadamkan, terutama dendam seperti kata bro nyana. Dendam tidak baik untuk kesehatan. Dapat mengakibatkan kerusakan batin, serangan hati dan menyebabkan impotensi.

setuju saja.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 17 January 2009, 12:13:09 AM
jika dihati kita ada "dendam", maka kita akan melihat disana ada "dendam"
sama jg ketika dihati kita ada "cinta", maka kita jg melihat ada "cinta" di sana

sadhu, sadhu, sadhu.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 17 January 2009, 12:16:27 AM
tentu saja dengan slogan/motto "tanpa usaha" nya membuat orang jd mao enaknya aja, tidak mao berlatih dan berusaha untuk menjadi yang lebih baik di dalam dhamma.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 17 January 2009, 12:20:41 AM
debat kusir muncul

Maaf, sebenarnya OOT tapi karena udah disebutkan, jadi saya pikir mungkin saya bisa numpang tanya,

Apa sih artinya debat kusir? emangnya kusir-kusir suka debat ya? dan apakah kusir-kusir kalo debat ngomongin MMD?

maaf...maaf...

cari di kamus arti "kiasan"
ki·as·an n 1 pertimbangan tt suatu hal dng perbandingan atau persamaan dng hal yg lain; 2 perumpamaan; ibarat; 3 arti kata yg bukan sebenarnya: arti ~ , kata ~; 4 lambang; 5 sindiran; 6 pelajaran (dr suatu cerita dsb);

apa hubungannya?

Lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia:
'debat kusir' = debat yg tidak disertai alasan yg masuk akal.

Itu yang banyak terjadi di thread ini, tidak masuk akal, cuma disertai emosi.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 17 January 2009, 12:23:19 AM
tentu saja dengan slogan/motto "tanpa usaha" nya membuat orang jd mao enaknya aja, tidak mao berlatih dan berusaha untuk menjadi yang lebih baik di dalam dhamma.

Rekan Hendra Susanto, Anda menulis menyandang nama "Global Moderator" atau sebagai pribadi?

Kalau sebagai moderator, Anda telah menyesatkan member di forum ini!

Kalau sebagai pribadi, saya tidak perlu menjawab Anda, karena Anda BUKAN meditator MMD. Apa yang Anda katakan tidak berdasarkan pengalaman pribadi, tidak lebih daripada spekulasi dan prasangka dangkal belaka.

Hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: candle on 17 January 2009, 12:29:46 AM
debat kusir muncul

Maaf, sebenarnya OOT tapi karena udah disebutkan, jadi saya pikir mungkin saya bisa numpang tanya,

Apa sih artinya debat kusir? emangnya kusir-kusir suka debat ya? dan apakah kusir-kusir kalo debat ngomongin MMD?

maaf...maaf...

cari di kamus arti "kiasan"
ki·as·an n 1 pertimbangan tt suatu hal dng perbandingan atau persamaan dng hal yg lain; 2 perumpamaan; ibarat; 3 arti kata yg bukan sebenarnya: arti ~ , kata ~; 4 lambang; 5 sindiran; 6 pelajaran (dr suatu cerita dsb);

apa hubungannya?

Lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia:
'debat kusir' = debat yg tidak disertai alasan yg masuk akal.

Itu yang banyak terjadi di thread ini, tidak masuk akal, cuma disertai emosi.

gw memang lihat KBBI om, tadi disuruh cari "kiasan". kenapa disebut debat kusir? bukan debat emosi, debat tak masuk akal, dll?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 17 January 2009, 12:30:59 AM
betulkan dengan slogan 'tanpa usaha' nya  ^-^ ^-^ wong nyata kok menyesatkan :))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 17 January 2009, 12:32:58 AM
gw memang lihat KBBI om, tadi disuruh cari "kiasan". kenapa disebut debat kusir? bukan debat emosi, debat tak masuk akal, dll?

Saya tidak tahu. Itu masalah etimologi, asal kata, entah bagaimana debat yang bersifat seperti itu akhirnya diberi julukan "debat kusir".
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 17 January 2009, 12:35:27 AM
betulkan dengan slogan 'tanpa usaha' nya  ^-^ ^-^ wong nyata kok menyesatkan :))

Yang menyesatkan adalah pernyataan Anda ini:

"... membuat orang jd mao enaknya aja, tidak mao berlatih dan berusaha untuk menjadi yang lebih baik di dalam dhamma."

Anda tidak kenal dengan para pemeditasi MMD, lalu membuat spekulasi/prasangka seperti itu. Rupanya mata Anda masih tetap buta atau sengaja menutup mata.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 17 January 2009, 12:38:48 AM
kenal lah, forum juga tau siapa aja produk mmd, n kualitas nya seperti apa hasil mmd...

nyata sungguh nyata di depan mata ku yang berdebu pun keliatan jelas...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 17 January 2009, 12:42:20 AM
Yang Anda lihat itu debu yang menutupi mata Anda.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Reenzia on 17 January 2009, 12:44:25 AM

Tolong katakan itu kepada Ibu Lily. Itulah yang saya mau katakan kepada beliau.


saia menulis untuk siapapun yang ingin menerimanya

Bagi seorang puthujjana, seperti anda dan saya, "pandangan benar" itu sangat subyektif.
Bahkan tafsiran terhadap ajaran Sang Buddha pun sangat subyektif.


saia tak menganggap ini benar atau itu benar
saia hanya berkata pandangan benar orang yang benar tak akan terpengaruh apapun, thats it
tanpa asumsi apapun

Anda tidak membaca apa yang saya tulis, tapi Anda cuma membaca disertai prasangka (prejudice) yang ada di kepala Anda. Repot berdiskusi dengan orang yang sudah punya prasangka.

Saya gak pernah bilang MMD "paling benar", saya gak prnah bilang bahwa MMD adalah "mayoritas". Yang saya bilang semakin lama semakin banyak orang menjalankan MMD. Dan itu akan Anda lihat sendiri di kanan-kiri Anda di waktu yang akan datang.

saia juga tak berprasangka bahwa ini lebih benar dari pada yang itu kok, anda tau dari mana kalo saia berprasangka?
saia hanya menegaskan mayoritas tak selalu adalah yang benar
saia tak pernah menyebutkan bahwa MMD atau dhamma tidak benar atau benar kan?

kenapa terlalu banyak berasumsi bahwa saia telah mempunyai prasangka?
prasangka hanya muncul dalam pikiran anda sendiri
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hendrako on 17 January 2009, 01:03:56 AM
TANYA :
Apa komentar guru mengenai praktek meditasi yang lain? Dewasa ini kelihatannya banyak sekali guru meditasi dan juga sistem meditasi yang berbeda-beda, yang mana hal ini bisa membingungkan.

JAWAB :
Seperti halnya masuk ke sebuah kota. Seseorang dapat mengambil jalan dari arah utara, tenggara, dari banyak jalan menuju kota. Sering sistem-sistem meditasi ini kelihatannya berbeda secara permukaan. Apakah Anda berjalan di jalan ini atau itu, cepat atau lambat, jika Anda penuh perhatian-sadar, maka semua adalah sama. Satu point yang sangat esensial, dimana semua cara berprak- tek yang benar, akhirnya pasti kembali pada `Jangan melekat!'. Di akhir jalan, semua sistem meditasi hanyalah dibiarkan berlalu, dilepas. Tidak ada seorang pun yang melekat pada gurunya. Bila sebuah sistem menuntun pada pelepasan untuk tidak melekat (berpegang teguh) pada apapun, maka itu adalah praktek yang benar.
Anda boleh saja pergi berkeliling, mengunjungi guru yang bermacam-macam dan mencoba sistem lainnya. Beberapa dari Anda bahkan sudah melakukannya. Ini adalah keinginan yang alami saja. Akan Anda dapati bahwa semua pertanyaan yang diajukan dan bahkan pengetahuan dari beraneka sistem tersebut tidak akan menuntun Anda pada kebenaran. Akhirnya Anda akan bosan dan capek sendirinya. Anda dapati hanya dengan berhenti dan memeriksa pikiranmulah, Anda dapat men- emukan apa yang disabdakan oleh Buddha. Tidak perlu pergi mencarinya diluar dari diri anda. Pada akhirnya Anda harus kembali kepada wajah sejatimu sendiri. Disiilah dimana Dhamma dapat dipahami.


Sumber: SAMADHI BHAVANA
Oleh: Venerable Ajahn Chah
Alih bahasa: Haryandi, ST
Penerbit: Vidyasena Production Yogyakarta
http://www.samaggi-phala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=1017&multi=T&hal=0
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 17 January 2009, 01:14:25 AM
sadhu, sadhu, sadhu

Ajaran Ajahn Chah memang paling dekat dengan MMD, dan ini diikuti oleh Sri Pannyavaro Mahathera.
Title: Kompilasi debat saya dengan Reenzia
Post by: hudoyo on 17 January 2009, 01:21:10 AM
Berikut ini kompilasi debat saya dengan Reenzia:

TESLA: [menanggapi posting LILY W.]

hahaha... ga nyambung :D

HUDOYO:

Iyalah, sudah terlalu penuh dengan teori Abhidhamma kali, sehingga tidak bisa melihat lagi baitn sendiri masih mengandung miccha-ditthi atau tidak.

REENZIA:

terlalu banyak mengamati batin orang lain juga berpotensi membuat diri sendiri lupa mengamati batin sendiri
bukankah jalan yang akan ditempuh masing-masing dipilih sendiri?

HUDOYO:

Tolong katakan itu kepada Ibu Lily. Itulah yang saya mau katakan kepada beliau.

REENZIA:

saia menulis untuk siapapun yang ingin menerimanya


*****

BOND:

Biarkanlah thread ini dikhususkan MMD, :D biar yg punya kepentingan lega  yg pasti jelas MMD memang bukan meditasi buddhisme dan sudah dalam tempat yg selayaknya :)

HUDOYO:

Lagu lama, Rekan Bond.  ... Ini yang dimaksud Bu Lily dengan "pandangan pribadi" kali.

Anda akan melihat MMD dipraktekkan oleh semakin banyak umat Buddha di Indonesia, apa pun yang Anda katakan.

REENZIA:

banyak tidaknya orang lain yang berpedoman pada dhamma ataupun MMD
tak mempengaruhi jalan orang yang memiliki pandangan yang benar

mau bnyk kek... mau ngga kek, itu gak jadi patokan bahwa jalan itu adalah benar

mayoritas belum tentu benar kan?

coba lihat saja berapa banyak orang yang masih tertutup matanya oleh debu dan sama sekali tak berniat untuk membersihkannya dibandingkan orang yang sedikit demi sedikit telah menyadari bahwa matanya telah tertutup debu
dan berniat menyingkirkan debu dimatanya untuk melihat kenyataan

HUDOYO:

<< banyak tidaknya orang lain yang berpedoman pada dhamma ataupun MMD
tak mempengaruhi jalan orang yang memiliki pandangan yang benar>>

Bagi seorang puthujjana, seperti anda dan saya, "pandangan benar" itu sangat subyektif.
Bahkan tafsiran terhadap ajaran Sang Buddha pun sangat subyektif.


<<mau bnyk kek... mau ngga kek, itu gak jadi patokan bahwa jalan itu adalah benar
mayoritas belum tentu benar kan?>>

Anda tidak membaca apa yang saya tulis, tapi Anda cuma membaca disertai prasangka (prejudice) yang ada di kepala Anda. Repot berdiskusi dengan orang yang sudah punya prasangka.

Saya gak pernah bilang MMD "paling benar", saya gak prnah bilang bahwa MMD adalah "mayoritas". Yang saya bilang semakin lama semakin banyak orang menjalankan MMD. Dan itu akan Anda lihat sendiri di kanan-kiri Anda di waktu yang akan datang.


REENZIA:

<<Tolong katakan itu kepada Ibu Lily. Itulah yang saya mau katakan kepada beliau.>>

saia menulis untuk siapapun yang ingin menerimanya


<<Bagi seorang puthujjana, seperti anda dan saya, "pandangan benar" itu sangat subyektif.
Bahkan tafsiran terhadap ajaran Sang Buddha pun sangat subyektif.>>

saia tak menganggap ini benar atau itu benar
saia hanya berkata pandangan benar orang yang benar tak akan terpengaruh apapun, thats it
tanpa asumsi apapun


<<Anda tidak membaca apa yang saya tulis, tapi Anda cuma membaca disertai prasangka (prejudice) yang ada di kepala Anda. Repot berdiskusi dengan orang yang sudah punya prasangka.
Saya gak pernah bilang MMD "paling benar", saya gak prnah bilang bahwa MMD adalah "mayoritas". Yang saya bilang semakin lama semakin banyak orang menjalankan MMD. Dan itu akan Anda lihat sendiri di kanan-kiri Anda di waktu yang akan datang.>>

saia juga tak berprasangka bahwa ini lebih benar dari pada yang itu kok, anda tau dari mana kalo saia berprasangka?
saia hanya menegaskan mayoritas tak selalu adalah yang benar
saia tak pernah menyebutkan bahwa MMD atau dhamma tidak benar atau benar kan?

kenapa terlalu banyak berasumsi bahwa saia telah mempunyai prasangka?
prasangka hanya muncul dalam pikiran anda sendiri

HUDOYO:

<<saia hanya berkata pandangan benar orang yang benar tak akan terpengaruh apapun, thats it
tanpa asumsi apapun>>

Lalu saya tanggapi bahwa bagi puthujjana seperti Anda dan saya, "pandangan benar" itu sangat subyektif, sehingga tidak bisa disebut "pandangan benar".

Sekali lagi saya tegaskan, bagi puthujjana seperti Anda dan saya tidak ada "pandangan benar".


<<saia juga tak berprasangka bahwa ini lebih benar dari pada yang itu kok, anda tau dari mana kalo saia berprasangka?
saia hanya menegaskan mayoritas tak selalu adalah yang benar>>

Anda menulis seperti ini: "banyak tidaknya orang lain yang berpedoman pada dhamma ataupun MMD tak mempengaruhi jalan orang yang memiliki pandangan yang benar. mau bnyk kek... mau ngga kek, itu gak jadi patokan bahwa jalan itu adalah benar. mayoritas belum tentu benar kan?" sebagai jawaban Anda terhadap pernyataan faktual saya: "Anda akan melihat MMD dipraktekkan oleh semakin banyak umat Buddha di Indonesia, apa pun yang Anda katakan."

Dari rangkaian debat ini SANGAT JELAS prasangka Anda!


<<kenapa terlalu banyak berasumsi bahwa saia telah mempunyai prasangka?
prasangka hanya muncul dalam pikiran anda sendiri>>

Dari kompilasi ini sangat jelas prasangka Anda!

Tidak perlu diteruskan lagi bicara dengan orang yang sudah berprasangka. Debat ini sudah menjurus kepada debat kusir lagi. Sampai di sini saja.

Hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Reenzia on 17 January 2009, 01:27:10 AM
Quote
Tidak perlu diteruskan lagi bicara dengan orang yang sudah berprasangka

terima kasih, saia akan mencoba untuk mengikuti saran anda yang diatas ini :)

_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hendrako on 17 January 2009, 01:28:27 AM
sadhu, sadhu, sadhu

Ajaran Ajahn Chah memang paling dekat dengan MMD, dan ini diikuti oleh Sri Pannyavaro Mahathera.

Kalimat Anda agak membingungkan, apakah Banthe Pannya mengikuti Ajahn Chah atau MMD?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 17 January 2009, 01:34:56 AM
Bhante Pannya mengikuti Ajahn Chah, karena beliau datang belakangan daripada Ajahn Chah; dan itu pun saya ketahui dari pembicaraan-pembicaraan secara pribadi dengan beliau.
Bhante Pannya tidak mengikuti MMD, melainkan mendukung MMD secara terang-terangan. Sudah baca wejangan beliau pada pembukaan dan penutupan retret MMD seminggu di Vihara Mendut Desember lalu?

Hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hendrako on 17 January 2009, 01:43:33 AM
Trima kasih atas penjelasannya,
Dari referensi yg saya dapat dari forum ini, Ajahn Chah (yang Anda katakan diikuti oleh Bhante Pannya) tidak anti dengan teknik2 meditasi yang lain, sebagaimana yg saya kutip dari khotbah beliau,

"Satu point yang sangat esensial, dimana semua cara berprak- tek yang benar, akhirnya pasti kembali pada `Jangan melekat!'."

 _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Jerry on 17 January 2009, 01:49:31 AM
Menurut saya sih.. Bhante Pannya mengikuti pengalaman beliau sendiri yg ada kecocokan dgn pandangan Ajahn Chah. Heheh..
Tidak bs dikatakan kita mengikuti orang juga, meski sedikit banyak pandangan org tsb berkontribusi pd pandangan kita.
Dgn cara ini, dlm situasi tertentu, kita tidak memiliki guru. :)

[at] bro Hendra
Kalau begitu.. pastilah yg dimaksud Ajahn Chah tidak anti terhadap teknik meditasi yg lain itu adlh cara berpraktek yg benar. Nah pertanyaannya, gmn dgn teknik meditasi/cara berpraktek yg salah? Apakah akan didukung oleh Ajahn Chah? :)


just my two cents, cmiiw

mettacittena
_/\_

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hendrako on 17 January 2009, 01:59:06 AM

[at] bro Hendra
Kalau begitu.. pastilah yg dimaksud Ajahn Chah tidak anti terhadap teknik meditasi yg lain itu adlh cara berpraktek yg benar. Nah pertanyaannya, gmn dgn teknik meditasi/cara berpraktek yg salah? Apakah akan didukung oleh Ajahn Chah? :)


just my two cents, cmiiw

mettacittena
_/\_



Berdasarkan pada kutipan sebelumnya,
Apabila memperkuat kemelekatan atau minimal tidak membawa pada pelepasan keterikatan yang sudah ada, tidak.
Apabila membawa pada pelepasan, pemahaman, dan ketenangan (singkatnya tidak melekat), ya.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 17 January 2009, 02:01:38 AM
Trima kasih atas penjelasannya,
Dari referensi yg saya dapat dari forum ini, Ajahn Chah (yang Anda katakan diikuti oleh Bhante Pannya) tidak anti dengan teknik2 meditasi yang lain, sebagaimana yg saya kutip dari khotbah beliau,

"Satu point yang sangat esensial, dimana semua cara berprak- tek yang benar, akhirnya pasti kembali pada `Jangan melekat!'."

 _/\_

Setuju. "Semua cara praktik yang benar akhirnya akan kembali pada 'jangan melekat'." Artinya apa? Artinya, kalau ada praktik yang terus melekat, misalnya, melekat pada konsentrasi terus-menerus, tentu itu bukan 'cara praktik yang benar', bukan.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Jerry on 17 January 2009, 02:06:41 AM

Berdasarkan pada kutipan sebelumnya,
Apabila memperkuat kemelekatan atau minimal tidak membawa pada pelepasan keterikatan yang sudah ada, tidak.
Apabila membawa pada pelepasan, pemahaman, dan ketenangan (singkatnya tidak melekat), ya.
sip.. sependapat! ;)

_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 17 January 2009, 02:07:52 AM
Menurut saya sih.. Bhante Pannya mengikuti pengalaman beliau sendiri yg ada kecocokan dgn pandangan Ajahn Chah. Heheh..
Tidak bs dikatakan kita mengikuti orang juga, meski sedikit banyak pandangan org tsb berkontribusi pd pandangan kita.

Kata "mengikuti" perlu dipahami dalam kaitan dengan WAKTU. Ajahn Chah lebih dulu, Bhante Pannya menyusul.

Orang yang menyusul belakangan tentu menerima masukan dari ajaran orang yang datang sebelumnya. Tetapi begitu ajaran itu dibuktikan sendiri dalam pengalaman batinnya, dengan kata lain: diinternalisasikan, maka tidak bisa dibilang lagi ia "mengikuti orang lain itu". - Saya menjadi siswa Sang Buddha hanya selama ajaran Buddha itu terletak di luar batin saya, belum saya internalisasikan.

D
Quote
gn cara ini, dlm situasi tertentu, kita tidak memiliki guru. :)

Menurut saya, dalam semua situasi, kita harus mencermati kelekatan pada guru ini sejak awal perjalanan spiritual.

Quote
[at] bro Hendra
Kalau begitu.. pastilah yg dimaksud Ajahn Chah tidak anti terhadap teknik meditasi yg lain itu adlh cara berpraktek yg benar. Nah pertanyaannya, gmn dgn teknik meditasi/cara berpraktek yg salah? Apakah akan didukung oleh Ajahn Chah? :)

Sudah saya tanggapi dalam posting menjawab Hendra.

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hendrako on 17 January 2009, 02:10:28 AM
Trima kasih atas penjelasannya,
Dari referensi yg saya dapat dari forum ini, Ajahn Chah (yang Anda katakan diikuti oleh Bhante Pannya) tidak anti dengan teknik2 meditasi yang lain, sebagaimana yg saya kutip dari khotbah beliau,

"Satu point yang sangat esensial, dimana semua cara berprak- tek yang benar, akhirnya pasti kembali pada `Jangan melekat!'."

 _/\_

Setuju. "Semua cara praktik yang benar akhirnya akan kembali pada 'jangan melekat'." Artinya apa? Artinya, kalau ada praktik yang terus melekat, misalnya, melekat pada konsentrasi terus-menerus, tentu itu bukan 'cara praktik yang benar', bukan.

Yang Anda maksud dengan "konsentrasi terus-menerus" tentunya adalah Jhana.
Yang salah bukan pada Jhana, namun pada "melekat"nya.

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 17 January 2009, 02:15:10 AM
Yang Anda maksud dengan "konsentrasi terus-menerus" tentunya adalah Jhana.
Yang salah bukan pada Jhana, namun pada "melekat"nya.

Bukan masalah "salah" atau "benar", melainkan menurut pendapat saya, jhana--entah apa pun itu--tidak pernah membebaskan. Apalagi BIASANYA orang melekat pada pengalaman meditasi yang nikmat.

Lagi pula, jhana tidak bisa "dilepaskan" dari batin orang yang mengalaminya. Jadi bicara tentang jhana, tentulah bicara tentang batin orang yang mengalaminya. -- Ini seperti kilah banyak orang: "Yang salah bukan agamanya, tapi orangnya." Mana ada 'agama' yang berada di awang-awang, di luar kepala penganutnya? :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hendrako on 17 January 2009, 02:25:07 AM
Kembali ke khotbah Ajahn Chah, beliau tidak anti Jhana (yg biasanya dikotakkan/dikonvensikan di dalam sebutan Samatha),

TANYA :
Anda katakan Samatha (konsentrasi) dan Vipassana (wawasan-kebijaksanaan) adalah sama. Dapatkah Anda terangkan lebih lanjut?

JAWAB :
Ini sederhana. Konsentrasi (samatha) dan Wawasan-kebijaksanaan (vipassana) bekerja bersama-sama. Mula-mula pikiran menjadi hening dengan memusatkan diri pada satu obyek meditasi. Pikiran bisa diam jika Anda duduk dengan mata terpejam. Inilah samatha dan akhirnya dasar yang diperoleh (dari samatha) ini adalah kondisi bagi timbulnya wisdom, kebijaksanaan dan vipassana. Pikiran demikian hening, apakah Anda duduk dengan mata terpejam atau ketika Anda berkeliling dengan bus kota. Seperti inilah ia. Dulu Anda seorang anak kecil. Kini Anda seorang dewasa. Apakah anak kecil dan orang dewasa adalah orang yang sama? Anda bisa katakan ia sama, namun bila dilihat dari sisi yang berbeda, Anda juga bisa katakan ia berbeda. Demikian juga, samatha dan vipassana dapat dilihat secara berbeda. Sama juga halnya makanan dengan tahi. Makanan dan tahi bisa dikatakan sama dan mereka juga bisa dikatakan berbeda. Jangan hanya percaya dengan apa yang saya ucapkan, praktekkanlah dan lihatlah ke dalam dirimu sendiri. Tidak diperlukan hal-hal yang spesial. Jika Anda periksa bagaimana konsentrasi dan kebijaksanaan muncul, Anda akan tahu kebenaran (truth) bagi diri Anda sendiri. Dewasa ini banyak orang melekat pada kata-kata. Mereka menyebut latihan mereka vipassana. Samatha kelihatannya dikesampingkan. Atau mereka menyebutnya latihan samatha. Adalah penting latihan samatha sebelum vipassana, itulah yang mereka katakan. Semua ini tolol, lucu. Jangan rancu dengan berpikir demikian. Sederhananya, latihanlah yang sungguh-sungguh maka Anda akan me- lihatnya sendiri.


Beliau juga menjelaskan tentang Jhana yang menurut saya tidak bertentangan dengan ajaran Buddha di dalam Tipitaka tentang Jhana:
Lihat/baca:     Bab 5 Samma Samadhi  Detachment Within Activity
                                                            di
            http://www.what-buddha-taught.net/BI/Ajahn_Chah_Food_for_the_Heart.htm#bab5
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Jerry on 17 January 2009, 02:49:24 AM
wah.. sip buat postingan yg ini. baru tau ada pernyataan Ajahn Chah ttg ini..

grp sent.. later.. kalo udah 720jam :))

pentingnya tidak membeda-bedakan antara samatha dan vipassana:
A person who has samatha of the heart within himself but no vipassana into principles pertaining to higher understanding should approach one who has vipassana and inquire: "How should activities be seen? How should they be explored? How should they be discerned with vipassana?" And later he can gain vipassana...

A person who has vipassana into principles pertaining to higher understanding but no samatha of the heart within himself should approach one who has samatha and inquire: "How should the mind be steadied? How should it be settled? How should it be unified? How should it be concentrated in samadhi?" And later he can gain samatha...

One who has neither should inquire about both [and "should put forth extreme enthusiasm, effort, endeavor, exertion, unflagging mindfulness, and clear comprehension to acquire them, just as if one's turban or hair were ablaze, one would put forth extreme effort to quench the flames".... ]
<Inserted passage from AN 10.54>
note: ketiga bait di atas ini bersama dgn 1 bait dibawah bisa ditemukan jg di AN 4.94


'One who has both, established in these beneficial qualities should make further effort for the evaporation of defilements.'
<AN 4.94>


'Just as if, Nandaka, there was a four-legged animal with one leg stunted and short, it would thus be unfulfilled in that factor; so too, a monk who is faithful and virtuous but does not gain samatha of the heart within himself is unfulfilled in that factor. That factor should be fulfilled by him... A monk who has these three but no vipassana into principles pertaining to higher understanding is fulfilled in that factor. That factor should be fulfilled by him.'
<AN 9.4>

Referensi: History of Mindfulness: How Insight Worsted Tranquility in Satipatthana Sutta
oleh: Bhikkhu Sujato


anumodana buat yg Ajahn Chah bro hendra..
sabar ya 720hr lg :)) hehehe ^-^

_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Teks on 17 January 2009, 03:27:56 AM



Kembali ke khotbah Ajahn Chah, beliau tidak anti Jhana (yg biasanya dikotakkan/dikonvensikan di dalam sebutan Samatha),

TANYA :
Anda katakan Samatha (konsentrasi) dan Vipassana (wawasan-kebijaksanaan) adalah sama. Dapatkah Anda terangkan lebih lanjut?

JAWAB :
Ini sederhana. Konsentrasi (samatha) dan Wawasan-kebijaksanaan (vipassana) bekerja bersama-sama. Mula-mula pikiran menjadi hening dengan memusatkan diri pada satu obyek meditasi. Pikiran bisa diam jika Anda duduk dengan mata terpejam. Inilah samatha dan akhirnya dasar yang diperoleh (dari samatha) ini adalah kondisi bagi timbulnya wisdom, kebijaksanaan dan vipassana. Pikiran demikian hening, apakah Anda duduk dengan mata terpejam atau ketika Anda berkeliling dengan bus kota. Seperti inilah ia. Dulu Anda seorang anak kecil. Kini Anda seorang dewasa. Apakah anak kecil dan orang dewasa adalah orang yang sama? Anda bisa katakan ia sama, namun bila dilihat dari sisi yang berbeda, Anda juga bisa katakan ia berbeda. Demikian juga, samatha dan vipassana dapat dilihat secara berbeda. Sama juga halnya makanan dengan tahi. Makanan dan tahi bisa dikatakan sama dan mereka juga bisa dikatakan berbeda. Jangan hanya percaya dengan apa yang saya ucapkan, praktekkanlah dan lihatlah ke dalam dirimu sendiri. Tidak diperlukan hal-hal yang spesial. Jika Anda periksa bagaimana konsentrasi dan kebijaksanaan muncul, Anda akan tahu kebenaran (truth) bagi diri Anda sendiri. Dewasa ini banyak orang melekat pada kata-kata. Mereka menyebut latihan mereka vipassana. Samatha kelihatannya dikesampingkan. Atau mereka menyebutnya latihan samatha. Adalah penting latihan samatha sebelum vipassana, itulah yang mereka katakan. Semua ini tolol, lucu. Jangan rancu dengan berpikir demikian. Sederhananya, latihanlah yang sungguh-sungguh maka Anda akan me- lihatnya sendiri.


Beliau juga menjelaskan tentang Jhana yang menurut saya tidak bertentangan dengan ajaran Buddha di dalam Tipitaka tentang Jhana:
Lihat/baca:     Bab 5 Samma Samadhi  Detachment Within Activity
                                                            di
            http://www.what-buddha-taught.net/BI/Ajahn_Chah_Food_for_the_Heart.htm#bab5


Pikiran bisa diam jika Anda duduk dengan mata terpejam. Inilah samatha dan akhirnya dasar yang diperoleh (dari samatha) ini adalah kondisi bagi timbulnya "wisdom, kebijaksanaan " dan "vipassana".


Timbulnya wisdom/kebijaksanaan ...... maksudnya kebijaksanaan dalam bentuk apa ........trus timbulnya "vipassana". Maksudnya ....?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 17 January 2009, 05:02:31 AM
wah.. sip buat postingan yg ini. baru tau ada pernyataan Ajahn Chah ttg ini..

grp sent.. later.. kalo udah 720jam :))

pentingnya tidak membeda-bedakan antara samatha dan vipassana:
[....]
Referensi: History of Mindfulness: How Insight Worsted Tranquility in Satipatthana Sutta
oleh: Bhikkhu Sujato

anumodana buat yg Ajahn Chah bro hendra..
sabar ya 720hr lg :)) hehehe ^-^

_/\_

Tolong deh, jangan dicampur-campur: bedakan ajaran Ajahn Chah dan Bhikkhu Sujato. Dari kutipan Anda di atas jelas pandangan mereka tentang PERLU atau TIDAK PERLU-nya jhana untuk pembebasan sangat berbeda.

Hudoyo
Title: Kata-kata seorang Guru Meditasi: "Sila, Samadhi, Pannya bukan esensi Buddhisme"
Post by: hudoyo on 17 January 2009, 05:20:23 AM
Inilah kata-kata seorang guru meditasi, bukan kata-kata orang yang melekat pada kitab suci Tipitaka Pali:

"...The Buddha laid down Morality, Concentration and Wisdom as the Path to peace, the way to enlightenment. But in truth these things are not the essence of Buddhism. They are merely the Path... The essence of Buddhism is peace, and that peace arises from truly knowing the nature of all things..."

"Sang Buddha mengajarkan Sila, Samadhi dan Kearifan sebagai Jalan menuju kedamaian, jalan menuju pencerahan. Tetapi sesungguhnya hal-hal ini BUKANLAH ESENSI BUDDHISME. Mereka sekadar Jalan ... Esensi Buddhisme adalah kedamaian, dan kedamaian itu muncul dari melihat dengan sebenarnya hakikat dari segala sesuatu [yathabhutam nyanadassanam]."

-Ajahn Chah

http://www.what-buddha-taught.net/Books/Ajahn_Chah_A_Taste_of_Freedom.htm
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 17 January 2009, 05:25:50 AM
Kembali ke khotbah Ajahn Chah, beliau tidak anti Jhana (yg biasanya dikotakkan/dikonvensikan di dalam sebutan Samatha),

Ya, jelas Ajahn Chah tidak ANTI terhadap jhana ... untuk apa pula beliau ANTI-jhana?

Tetapi di lain pihak, Ajahn Chah dengan tegas menyatakan jhana tidak perlu untuk pembebasan. ... Ini berbeda dengan pandangan banyak bhikkhu lain, termasuk pandangan muridnya sendiri Ajahn Brahmavamso.

Hudoyo
Title: Ajahn Chah - Tentang Bahaya Samadhi & Jhana tidak perlu
Post by: hudoyo on 17 January 2009, 05:36:26 AM
ON THE DANGERS OF SAMADHI
(TENTANG BERBAGAI BAHAYA SAMADHI)


Samadhi dapat membawa banyak kerugian atau banyak manfaat bagi
pemeditasi; Anda tidak bisa bilang samadhi hanya membawa salah satu
saja. Bagi orang yang tidak memiliki kearifan samadhi merugikan,
tetapi bagi orang yang memiliki kearifan samadhi bisa membawa manfaat
nyata, samadhi bisa menuntun kepada Pencerahan.

Yang mungkin paling merugikan bagi pemeditasi adalah Samadhi Absorpsi
(Jhana), yakni samadhi dengan ketenangan yang mendalam dan menetap.

Samadhi ini membawa kedamaian besar. Di mana ada kedamaian, di situ
ada kebahagiaan. Di mana ada kebahagiaan, keterikatan dan kelekatan
kepada kebahagiaan itu muncul. Pemeditasi tidak mau
mengkontemplasikan apa-apa lagi, ia hanya mau berada di dalam
perasaan yang nikmat itu. Bila kita telah berlatih untuk waktu lama,
kita mungkin mahir memasuki samadhi ini dengan cepat sekali. Begitu
kita mulai mencatat obyek meditasi kita, batin memasuki ketenangan,
dan kita tidak mau keluar lagi untuk meneliti apa pun. Kita menjadi
terpaku dalam kebahagiaan itu. Ini adalah bahaya bagi orang yang
berlatih meditasi.

Kita harus menggunakan Upacara Samadhi. Di sini, kita memasuki
ketenangan, dan kemudian, ketika batin sudah cukup tenang, kita
keluar lagi dan mengamati kegiatan di-luar.[5] Mengamati apa yang di
luar dengan batin tenang menghasilkan kearifan. Ini sukar dipahami,
oleh karena hal itu hampir mirip seperti berpikir dan membayangkan
yang biasa. Ketika ada pikiran, kita mungkin berpikir batin tidak
hening, tetapi sesungguhnya berpikir itu terjadi di dalam ketenangan.
Kita dapat menampilkan pikiran untuk mengkontemplasikannya. Di sini
kita mengambil pikiran untuk menyelidikinya; ini bukan berarti kita
berpikir tanpa tujuan untuk menyelidikinya, bukan berarti kita
berpikir atau menduga-duga tanpa arah; itu muncul dari batin yang
hening. Ini dinamakan "sadar di dalam ketenangan dan tenang di dalam
keadaan sadar." Jika itu sekadar berpikir atau berkhayal biasa, batin
tidak akan hening, batin akan terganggu. Tetapi saya tidak bicara
tentang berpikir biasa, ini suatu perasaan yang muncul dari batin
yang hening. Itu dinamakan "kontemplasi". Kearifan lahir di sini. --

[***[5] 'Kegiatan di-luar' mengacu pada segala macam kesan-kesan
indriawi. Istilah itu digunakan sebagai kontras dari 'kegiatan
di-dalam', yakni samadhi absorpsi (jhana), di mana batin tidak pergi
"keluar" kepada kesan-kesan indriawi di luar.]

Jadi, ada samadhi benar dan samadhi salah. Samadhi salah ialah di
mana batin memasuki ketenangan dan tidak disadari sama sekali. Orang
bisa duduk dua jam atau bahkan sepanjang hari, tetapi batin tidak
tahu di mana ia berada atau apa yang terjadi. Ia tidak tahu apa-apa.
Ada ketenangan, tetapi hanya itu. Itu seperti pisau yang tajam, yang
kita tidak peduli dipakai untuk apa. Ini ketenangan yang tertutup
ketidaktahuan, karena tidak ada banyak kesadaran-diri. Pemeditasi
mungkin mengira ia telah mencapai yang tertinggi, jadi ia tidak
peduli untuk mengamati apa-apa lagi. Samadhi bisa menjadi musuh pada
tingkat ini. Kearifan tidak bisa muncul oleh karena tidak ada keadaan
sadar tentang apa yang benar dan apa yang salah.

Tentang samadhi benar, tidak peduli tingkat ketenangan apa pun yang
tercapai, ada keadaan sadar. Ada perhatian penuh dan pemahaman
jernih. Inilah samadhi yang dapat menghasilkan kearifan; orang tidak
bisa tersesat di situ. Para pemeditasi harus memahami ini dengan
baik. Anda tidak bisa berjalan tanpa keadaan sadar ini, itu harus ada
dari awal sampai akhir. Samadhi seperti ini tidak mengandung bahaya.

Anda mungkin bertanya-tanya, bagaimana manfaat muncul, bagaimana
kearifan muncul dari samadhi? Bila samadhi benar telah berkembang,
kearifan bisa muncul sepanjang waktu. Ketika mata melihat wujud,
telinga mendengar suara, hidung mencium bau, lidah mengecap rasa,
tubuh mengalami sentuhan atau batin mengalami kesan batin--di dalam
posisi mana pun--batin tetap memiliki pengetahuan penuh tentang
hakekat sejati dari kesan-kesan indriawi itu, ia tidak "memilah dan
memilih". Di dalam posisi tubuh apa pun, kita sadar sepenuhnya akan
lahirnya kebahagiaan dan ketidakbahagiaan. Kita melepaskan kedua hal
ini, kita tidak melekat. Ini dinamakan Latihan Benar, yang terdapat
dalam semua posisi. Ungkapan "semua posisi" tidak hanya mengacu pada
posisi tubuh, tetapi juga mengacu pada batin, yang memiliki perhatian
penuh dan pemahaman jernih akan kebenaran sepanjang waktu. Bila
samadhi telah berkembang dengan benar, kearifan muncul seperti ini.
Ini dinamakan "pencerahan", pengetahuan akan kebenaran.

Ada dua jenis kedamaian -- yang kasar dan yang halus. Kedamaian yang
datang dari samadhi adalah jenis yang kasar. Bila batin damai, ada
kebahagiaan. Batin menganggap kebahagiaan sebagai kedamaian.
Tetapi kebahagiaan dan ketidakbahagiaan adalah proses menjadi dan
kelahiran. Tidak ada kebebasan dari 'samsara'[6], oleh karena kita
masih melekat kepada itu. Jadi kebahagiaan bukanlah kedamaian,
kedamaian bukanlah kebahagiaan.

[***[6] 'Samsara', roda Kelahiran dan Kematian, alam semua fenomena
terkondisi, batiniah maupun jasmaniah, yang mempunyai tiga sifat:
Tidak Kekal, Tidak Memuaskan, dan Bukan-Diri.]

Jenis kedamaian yang lain adalah yang datang dari kearifan. Di sini
kita tidak mencampuradukkan kedamaian dengan kebahagiaan; kita tahu
batin yang mengkontemplasikan dan mengetahui kebahagiaan dan
ketidakbahagiaan sebagai kedamaian. Kedamaian yang muncul dari
kearifan bukanlah kebahagiaan, melainkan adalah yang melihat
kebenaran dari kebahagiaan maupun ketidakbahagiaan. Di situ tidak
muncul kelekatan kepada keadaan-keadaan itu, batin keluar mengatasi
mereka. Inilah tujuan sesungguhnya dari semua praktek Buddhis.

"... Buddha meletakkan Moralitas, Konsentrasi dan Kearifan sebagai
Jalan menuju kedamaian, jalan menuju Pencerahan. Tetapi sesungguhnya
semua itu bukanlah esensi dari Buddhisme. Itu sekadar Jalan ...
Esensi Buddhisme adalah kedamaian, dan kedamaian itu muncul dari
pemahaman yang sesungguhnya terhadap hakekat segala sesuatu. ..."

Ajahn Chah, dalam "A Taste of Freedom"

*****

TANYA: Anda mengatakan 'samatha' dan 'vipassana' , atau konsentrasi
dan pencerahan, itu sama. Dapatkah Anda menjelaskan lebih lanjut?


JAWAB: Itu sederhana sekali. Konsentrasi (samatha) dan kearifan
(vipassana) bekerja bersama-sama. Mula-mula batin menjadi hening
dengan berpegang pada suatu obyek meditasi. Ia hening hanya selama
Anda duduk dengan mata Anda tertutup. Inilah 'samatha'; dan kelak
dasar samadhi ini merupakan penyebab dari munculnya kearifan atau
'vipassana'. Di situ batin hening, entah Anda duduk dengan mata
tertutup, entah berjalan-jalan di kota yang ramai. Seperti ini: Dulu
Anda anak kecil. Sekarang Anda dewasa. Apakah anak kecil dan orang
dewasa itu sama? Anda bisa bilang, keduanya sama; atau melihatnya
dari sudut lain, Anda bisa bilang keduanya berbeda. Secara ini
'samatha' dan 'vipassana' juga dapat dilihat sebagai berbeda. Atau
seperti makanan dan kotoran. Makanan dan kotoran dapat dikatakan sama
dan dapat dikatakan berbeda. Jangan hanya percaya apa yang saya
katakan, berlatihlah dan lihatlah sendiri. Tidak dibutuhkan apa-apa
yang istimewa. Jika Anda memeriksa bagaimana konsentrasi dan kearifan
muncul, Anda akan mengetahui sendiri kebenarannya. Pada dewasa ini
banyak orang melekat pada kata-kata. Mereka namakan latihan mereka
'vipassana'; 'samatha' diremehkan. Atau mereka namakan latihan mereka
'samatha'; adalah esensial untuk berlatih 'samatha' sebelum
'vipassana', kata mereka. Semua itu bodoh. Jangan repot-repot
berpikir seperti itu. Lakukan saja latihan Anda, dan Anda akan melihat sendiri.

TANYA: Apakah perlu untuk mampu masuk ke dalam absorpsi [jhana] dalam
latihan kita?


JAWAB: Tidak, absorpsi [jhana] tidak perlu. Anda harus menegakkan
ketenangan dan pemusatan batin sampai taraf tertentu. Lalu Anda
gunakan itu untuk menyelidiki diri Anda sendiri. Tidak dibutuhkan
apa-apa yang istimewa. Jika absorpsi [jhana] muncul dalam praktek
Anda, itu juga OK. Tapi jangan melekat kepadanya. Sementara orang
memikirkan terlalu banyak tentang absorpsi [jhana]. Kita bisa
bermain-main dengan itu secara sangat menyenangkan. Anda harus tahu
batas-batas yang semestinya. Jika Anda arif, maka Anda akan tahu
kegunaan dan keterbatasan absorpsi [jhana], persis seperti Anda tahu
keterbatasan anak-anak dibandingkan orang dewasa.

Ajahn Chah, dalam "Bodhinyana"
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 17 January 2009, 07:15:57 AM
terlalu banyak mengamati batin orang lain juga berpotensi membuat diri sendiri lupa mengamati batin sendiri
bukankah jalan yang akan ditempuh masing-masing dipilih sendiri?

Tolong katakan itu kepada Ibu Lily. Itulah yang saya mau katakan kepada beliau.
hanya diri sendiri yan bisa tahu perkembangan batinnya dari dalam, sedangkan orang lain bisa melihat perkembangan batin orang itu lewat permukaan saja :)

Quote
banyak tidaknya orang lain yang berpedoman pada dhamma ataupun MMD
tak mempengaruhi jalan orang yang memiliki pandangan yang benar


Quote
Bagi seorang puthujjana, seperti anda dan saya, "pandangan benar" itu sangat subyektif.
Bahkan tafsiran terhadap ajaran Sang Buddha pun sangat subyektif.
Makanya sebaiknya jangan main tafsir tafsir terhadap ajaran Sang Buddha :)

Quote
mau bnyk kek... mau ngga kek, itu gak jadi patokan bahwa jalan itu adalah benar
mayoritas belum tentu benar kan?

Quote
Anda tidak membaca apa yang saya tulis, tapi Anda cuma membaca disertai prasangka (prejudice) yang ada di kepala Anda. Repot berdiskusi dengan orang yang sudah punya prasangka.

Saya gak pernah bilang MMD "paling benar", saya gak prnah bilang bahwa MMD adalah "mayoritas". Yang saya bilang semakin lama semakin banyak orang menjalankan MMD. Dan itu akan Anda lihat sendiri di kanan-kiri Anda di waktu yang akan datang.
Turut berbahagia apabila banyak orang mendapat manfaat dari MMD :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 17 January 2009, 07:21:46 AM
Bagi seorang puthujjana, seperti anda dan saya, "pandangan benar" itu sangat subyektif.
Bahkan tafsiran terhadap ajaran Sang Buddha pun sangat subyektif.

Makanya sebaiknya jangan main tafsir tafsir terhadap ajaran Sang Buddha :)

Tidak ada orang yang TIDAK menafsirkan ajaran Buddha; semua orang, termasuk Anda dan saya, MENAFSIRKAN ajaran Sang Buddha menurut kecenderungan masing-masing.

BAHKAN SELURUH ISI TIPITAKA PALI ADALAH TAFSIRAN TERHADAP AJARAN BUDDHA. Isi Tipitaka Pali itu hafalan dan ditulis empat ratus tahun kemudian, kemungkinan besar sudah banyak berubah dari apa yang dikatakan Buddha sesungguhnya. Tidak seorang pun tahu apa persisnya kata-kata Buddha 2500 tahun lalu! Tafsiran Mahayana lain lagi, tafsiran Vajrayana lain lagi.

Hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 17 January 2009, 07:25:05 AM
Para bhikkhu bertanya (seputar bhavana),
Acharn Jah menjawab :
diterjemahkan oleh : Hananto

1. Tanya:
Saya telah melaksanakan patipatti kammatthana (bhavana) dengan keras dan
bersungguh-sungguh. Tapi sampai sejauh ini tidak terlihat gejala-gejala kemajuan.


Jawab:
Hal ini penting diketahui. Jangan mengharap untuk mendapatkan sesuatu pun di saat melaksanakan patipatti Dhamma. Keinginan yang kuat untuk segera terbebas dari dukkha atau menembus kesunyataan, justru akan merupakan suatu hambatan yang menghalangi Anda dari pembebasan. Anda boleh saja berusaha sekeras apa pun. Anda boleh saja berusaha sepanjang hari dan sepanjang malam. Tapi, bila semua itu Anda dasari dengan suatu keinginan, tak ada jalan bagi Anda untuk mendapat ketenangan atau keheningan.

Kekuatan yang merugikan dari suatu keinginan, merupakan penyebab munculnya keraguan dan kegelisahan. Meskipun Anda melakukan patipatti Dhamma berapa pun lamanya dan bagaimanapun kerasnya, panna tidak akan muncul bila dilandasi dengan suatu keinginan. Maka dari itu, buanglah jauh-jauh perasaan keinginan itu. Lihat dan perhatikan batin dan badan jasmani dengan sati (penyadaran) yang baik tanpa suatu harapan untuk mencapai penembusan ataupun harapan-harapan lain. Dan jangan ada perasaan terikat pada pekerjaan (patipatti) yang sedang dilakukan.


2. Tanya:
Lalu tentang tidur. Seharusnya saya tidur seberapa banyak?


Jawab:
Jangan tanya Saya. Saya tak bisa menjawabnya. Ada orang yang merasa cukup tidur kira-kira empat jam semalam. Bagaimanapun, yang penting adalah Anda harus perhatikan dan tahu diri Anda sendiri. Bila Anda tidur terlalu sedikit, tubuh Anda akan merasa tidak nyaman. Sulit untuk mengendalikan sati. Bila Anda terlalu banyak tidur, pikiran akan bebal dan lamban. Atau mungkin Anda selalu merasa kurang tidur. Oleh karena itu, Anda harus mencari keadaan yang cukup dan layak bagi diri Anda.

Bila Anda telah tersadar dari tidur, lalu ingin tetap bergolek di tempat tidur dan ingin terlelap lagi, berarti Anda dikuasai oleh kilesa yang mengeruhkan batin. Segeralah bangkitkan kesadaran (sati) begitu mata terbuka dari tidur.


3. Tanya:
Lalu, tentang makan. Seharusnya Saya makan seberapa banyak?


Jawab:
Tentang makan ini pun sama dengan tentang tidur. Anda harus tahu tentang diri sendiri. Sebaiknya Anda mengambil makanan secukupnya, sesuai dengan kebutuhan tubuh Anda. Anda harus menganggap makanan sebagai obat penyembuh penyakit. Perhatikan, Anda makan terlalu banyak hingga merasa mengantuk sesudah makan atau tidak. Dan semakin lama, Anda bertambah gemuk atau tidak.
Kalau iya, berhentilah! Perhatikan dan periksa tubuh dan batin Anda. Adakan percobaan, hingga Anda tahu berapa banyak makanan yang sesuai dengan tubuh Anda. Masukkan makanan ke dalam pata sesuai dengan perilaku seorang samana.
Anda akan dengan mudah memperkirakan seberapa banyak makanan yang diperlukan. Perhatikan diri sendiri dengan seksama di saat makan. Sati harus tetap dikembangkan.

Itulah hal-hal penting yang perlu diperhatikan di dalam melakukan patipatti Dhamma. Tak ada sesuatu yang khusus. Hanya lihat dan perhatikan diri sendiri. Lihat batin Anda. Anda akan tahu, bagaimana keadaan yang sesuai bagi Anda dalam melaksanakan pañipatti Dhamma.


4. Tanya:
Batin orang Asia dan batin orang Barat, apakah berbeda, Acharn?


Jawab:
Pada dasarnya, keduanya tak berbeda. Kebudayaan dan tradisi secara eksternal, serta bahasa memang berbeda. Tapi perasaan (batin) setiap manusia mempunyai ciri dan sifat alamiah yang sama, orang Timur maupun orang Barat.
Kepadaman atau padamnya dukkha adalah sama.


5. Tanya:
Untuk melaksanakan patipatti Dhamma, kita perlu banyak membaca buku Dhamma dan kitab suci juga atau tidak?


Jawab:
Dhamma Sang Buddha (kesunyataan), tak mungkin ditemukan di dalam teori dan resep-resep. Bila Anda ingin mengetahui kesunyataan Dhamma yang diajarkan Sang Buddha, Anda tak perlu terlalu pusing dan bingung tentang teori dan resep-resep. Hanya perhatikan dan lihat batin Anda sendiri. Periksa dan renungkan hingga benar-benar tahu bagaimana perasaan (batin) muncul dan padam. Muncul dan padamnya perasaan, jangan perhatikan yang lain. Selalu kembangkan sati, tahu apa pun yang ditemui atau dilihat. Inilah cara untuk menembus sacca (kesunyataan) Dhamma Sang Buddha, sesuai dengan alamiahnya.
Segala sesuatu yang Anda kerjakan saat melakukan patipatti adalah dhamma yang alamiah.

Di saat Anda mengucapkan paritta, juga harus disertai dengan sati. Saat Anda
membuang sampah dan mencuci WC, janganlah berpikir bahwa Anda sedang berbuat kebajikan bagi seseorang yang Anda sukai atau Anda hormati. Dhamma harus selalu menyertai saat Anda membuang sampah atau mencuci WC. Janganlah berpikir bahwa Anda sedang melakukan kebajikan. Janganlah berpikir Anda sedang melaksanakan patipatti Dhamma hanya di saat duduk bhavana.

Di antara Anda, mungkin ada yang berpikir bahwa tak ada waktu untuk bhavana.
Lalu, waktu untuk bernapas apakah juga tidak cukup? Pelaksanaan bhavana adalah pengembangan sati itu sendiri. Pengembangan sati dan selalu waspada hingga menjadi kebiasaan alamiah pada diri Anda dalam segala posisi.


6. Tanya:
Kenapa kita tidak ada acara tanya jawab tentang bhavana setiap hari, Acharn?

Jawab:
Bila Anda mempunyai masalah, silakan bertanya setiap saat. Tapi acara tanya jawab bhavana setiap hari seperti yang Anda maksudkan memang tak diperlukan.
Bila Saya menjawab pertanyaan-pertanya an kecil atas setiap masalah Anda, Anda tak akan mempunyai kesempatan untuk tahu tentang muncul dan padamnya keraguan dalam batin Anda. Hal yang terpenting bagi Anda adalah belajar memeriksa dan mengetahui diri Anda sendiri. Tanyalah pada diri sendiri.

Bersungguh-sungguhlah mendengarkan Dhammadesana setiap kali. Lalu bandingkan dengan apa yang Anda latih pada diri Anda. Berbeda atau tidak. Sama atau tidak. Kenapa Anda mempunyai keraguan? Siapakah yang ragu itu? Hanya dengan memeriksa diri sendiri lah Anda baru akan mengerti.

7. Tanya:
Kadangkala Saya merasa ragu akan vinaya. Kalau Saya dengan tak sengaja membunuh serangga, salahkah Saya?

Jawab:
Sila sama dengan vinaya. Dan Sila-Dhamma merupakan sesuatu yang amat penting bagi pelaksanaan Dhamma kita. Tetapi Anda tidak harus terbebani dan terikat pada peraturan itu secara fanatik atau membabi buta. Dalam hal membunuh atau melanggar larangan-larangan itu, faktor terpenting adalah cetana (niat/kehendak) . Anda tentu tahu batin Anda saat melakukan sesuatu. Jangan terlalu gelisah memikirkan vinaya. Ada beberapa bhikkhu yang terlalu memikirkan vinaya hingga tidur pun tak bisa nyenyak. Vinaya bukanlah sesuatu beban yang harus dipikul. Ia hanya perlu dipatuhi.

Dalam pelaksanaan Dhamma, vinaya adalah dasarnya. Vinaya beserta dhutangavatta (pelaksanaan dhutanga) dan bhavana. Penggunaan sati dan kewaspadaan terhadap tata tertib dan kewajiban hingga 227 sila mempunyai manfaat yang amat luas. Membuat kita dengan mudah mencapai keberadaan yang tenang dan bahagia. Kita tak perlu lagi mencari atau mereka-reka cara bagi kehidupan kita.

Dengan mempunyai sati terhadap vinaya, kita bisa hidup bersama sebagai satu kesatuan, dan pergaulan pun bisa berlangsung dengan lancar. Pelaksanaan tugas dalam keseharian adalah sama. Tata tertib kita pun sama. Vinaya atau Sila-Dhamma merupakan sebuah tangga yang kuat untuk menuju samadhi yang lebih tinggi. Dan panna pun akan berkembang.

Pelaksanaan yang benar terhadap vinaya dan dhutanga membuat kita bisa tinggal bahagia di dalam kesederhanaan karena bisa membatasi jumlah barang atau keperluan yang kita gunakan. Itulah yang diajarkan dan dilaksanakan secara sempurna oleh Tathagata, yang mampu menghindari kejelekan dan mengembangkan kebajikan. Kesederhanaan merupakan dasar bagi membersihkan batin dengan melihat dan memperhatikan batin dan tubuh kita pada segala posisi. Saat duduk, berdiri, berjalan ataupun berbaring, haruslah penuh dengan penyadaran.

8. Tanya:
Apa yang harus Saya lakukan saat keraguan muncul di batin? Kadang kala Saya merasa gelisah karena muncul keraguan terhadap masa depan latihan Saya. Kadang muncul pula keraguan terhadap acariya (guru).

Jawab:
Keraguan adalah sesuatu yang biasa. Setiap orang memulai dengan suatu keraguan. Anda bisa belajar banyak dari keraguan yang muncul. Hal yang terpenting adalah jangan terikat dan terpengaruh perasaan ragu. Jangan mengikuti perasaan ragu yang hanya akan berputar-putar bagai lingkaran yang tiada akhir. Sebaliknya, perhatikan dan lihat kemunculan dan kepadaman dari perasaan ragu tersebut.

Bagaimana ia muncul dan bagaimana ia padam. Dengan begitu Anda tak akan menjadi korban dari perasaan ragu lagi. Anda bisa terbebas dari keraguan dan batin Anda akan tenang. Anda akan mengetahui bagaimana segala sesuatu muncul dan padam. Letakkan segala sesuatu yang mengikat dan mempengaruhi batin Anda. Buang semua keraguan dengan cara memperhatikan dan menganalisanya. Itulah cara mengakhiri perasaan ragu.

9. Tanya:
Bagaimana pandangan Acharn tentang teknik-teknik bhavana? Akhir-akhir ini muncul begitu banyak guru-guru bhavana. Juga muncul bermacam-macam teknik bhavana yang membuat kita bingung.

Jawab:
Persoalannya sama dengan jalan masuk ke sebuah kota. Bisa masuk dari arah
utara, arah tenggara atau arah lainnya. Melalui berbagai jalur jalan.
Kebanyakan dari teknik-teknik yang benar itu hanya berbeda bentuk luarnya, melalui jalur yang mana, lambat atau cepat. Bila Anda benar dalam mengembangkan sati, semua itu sama. Hal yang utama adalah Anda bisa mencapai hasil yang benar dengan cara tidak terikat dan melekat.

Kesimpulannya, teknik bhavana yang bermacam ragamnya itu haruslah bertujuan melepas keterikatan dan kemelekatan. PARA PRAKTISI TIDAK MELEKAT PADA GURU DAN SEBAGAINYA. Dengan kata lain, teknik yang bertujuan untuk melepaskan diri dari keterikatan dan kemelekatan adalah teknik yang benar.

Anda boleh saja mengadakan perjalanan untuk mencari guru yang lain dan mencoba teknik lain. Itu merupakan suatu keinginan yang wajar. Anda akan tahu sendiri. Walau Anda telah bertanya masalah-masalah kesulitan yang Anda hadapi dan Anda mempunyai banyak pengetahuan tentang teknik yang lain, Anda tentu akan merasa bosan karena dengan begitu Anda tak akan mendapatkan jalan untuk mengetahui sacca Dhamma. Akhirnya, Anda akan mengetahui dan menyadari bahwa Anda akan berhasil hanya dengan memperhatikan dan menganalisa batin Anda sendiri. Anda akan tahu bahwa untuk mengerti ajaran Sang Buddha, Anda tak perlu mencari-cari atau mengais-ngais sesuatu yang di luar diri Anda. Anda harus berpaling kembali untuk menghadapi sabhava Dhamma yang sesungguhnya di dalam diri Anda. Di sanalah Anda bisa mengerti tentang Dhamma.

10. Tanya:
Beberapa kali Saya melihat beberapa bhikkhu di sini tidak melaksanakan bhavana. Mereka kelihatan mempunyai sati yang lemah. Hal ini amat mengganggu pikiran Saya.

Jawab:
Adalah suatu kesalahan besar bila Anda memperhatikan dan terganggu oleh apa yang dilakukan orang lain. Hal ini sama sekali tidak membantu bagi kemajuan diri Anda. Bila Anda merasa terganggu, lihatlah perasaan (batin) Anda yang terganggu itu. Bila orang lain kurang baik atau ia bukanlah seorang bhikkhu yang baik, janganlah terganggu olehnya. Vinaya adalah sarana untuk memajukan bhavana Anda, bukanlah untuk mencari-cari kesalahan orang lain. Kembangkan sati pada diri sendiri. Inilah yang penting.

11. Tanya:
Saya berusaha bertindak dengan sangat waspada dan berhati-hati terhadap 6 indriya Saya. Pandangan mata Saya selalu tertuju ke bawah dan Saya selalu
mengembangkan sati. Misalnya pada saat makan, Saya membutuhkan waktu yang lama karena Saya makan perlahan-lahan. Saya selalu berusaha tahu apa yang sedang Saya lakukan. Mengunyah, tahu terhadap rasa dan menelan makanan. Semua Saya perhatikan dengan sungguh-sungguh dan berhati-hati. Apakah cara Saya tersebut sudah benar?

Jawab:
Mengembangkan kewaspadaan dengan 6 indriya adalah baik. Kita harus mengembangkan sati sepanjang hari. Tetapi jangan dilakukan secara kaku dan dibuat-buat. Berjalan, makan ataupun lain-lain pekerjaan harus dikerjakan secara normal [tidak dibuat-buat] . Dan sati pun harus bekerja secara alamiah pula. Jangan terlalu kaku dan dipaksa. Batin Anda tak bisa ditekan dan dipaksa. Itu merupakan salah satu jenis tanha (keinginan). Sabar dan telaten merupakan hal yang amat diperlukan. Bila Anda melakukan semua itu secara normal dan alamiah disertai dengan pengembangan sati yang benar, panna akan muncul secara alamiah pula.

12. Tanya:
Perlukah kita duduk bhavana berlama-lama?

Jawab:
Duduk bhavana berlama-lama hingga berjam-jam terus menerus kiranya tidaklah selalu diperlukan. Hal yang benar-benar diperlukan adalah kita harus  mempunyai sati di setiap posisi kehidupan sehari-hari. Bhavana harus Anda mulai sejak bangun tidur di pagi hari, lalu diteruskan secara berkesinambungan hingga terlelap di malam hari. Anda tak perlu memperhatikan   berapa lama Anda duduk bhavana. Tugas Anda hanyalah memperhatikan dan menyadari saat berjalan, duduk atau MASUK KE KAMAR MANDI/WC SEKALI PUN.

Hidup seseorang tergantung dari kammanya. Ada orang yang mati saat berumur 50 tahun, ada yang pada saat berumur 60 tahun, dan ada pula yang berumur 90 tahun. Begitu pula jalan hidup Anda. Jangan terlalu berpikir tentang hal ini. Kembangkan penyadaran dan biarkan semuanya berlangsung sesuai dengan alamiahnya. Dengan demikian batin Anda pun akan semakin tenang menghadapi suasana lingkungan hidup di sekitar Anda.

Ia akan hening dan bening, sehening dan sebening telaga di tengah hutan belantara di mana satwa-satwa yang perkasa dan molek meminum airnya. Anda akan melihat kesunyatan dari segala sesuatu [sankhara] dengan nyata dan jelas. Anda akan menyaksikan keajaiban yang menakjubkan dari segala sesuatu yang muncul dan padam kembali, tapi batin Anda tetap di dalam keadaan hening dan bening.

Walau persoalan-persoalan akan muncul dalam batin Anda, tapi Anda akan mengerti dengan jelas seketika. Itulah yang dinamakan Vihara Dhamma yang penuh kedamaian dan kebahagiaan seorang Buddha [orang yang mencapai pencerahan].

13. Tanya:
Saya masih suka mempunyai banyak pikiran. Batin Saya selalu gelisah, padahal Saya sudah berusaha selalu mempunyai sati.

Jawab:
Hal ini jangan membuat Anda gelisah dan berkecil hati. Berusahalah untuk mempertahankan pikiran pada saat kini [paccupana]. Perhatikan dan lihat apa pun yang sedang muncul dalam batin. Biarkan dan jangan terikat padanya, lepaskan ia. Lepaskan pula harapan untuk tidak berpikir sekali pun. Batin Anda akan mencapai keadaan alamiahnya yang bening dan hening. Tidak terbagi di antara kebaikan dan kejelekan, panas dan dingin, cepat dan lambat. Tak ada 'kita', tak ada 'dia', tak ada 'diriku', tak ada 'milikku'. Segala sesuatu berada dan berlangsung sesuai dengan alamiahnya.

Bila Anda berjalan pindapata, tak perlu berbuat sesuatu yang khusus, misalnya harus pergi sendiri atau beramai-ramai. Di mana pun Anda berada, harap tahu diri. Dengan melakukan sesuatu secara normal, Anda akan mendapatkan kemudahan. Bila muncul keraguan, lihat saja kemunculan dan kepadamannya, dan lepaskan ia.

Sama dengan ketika Anda berjalan di jalanan. Kadang Anda menemui sesuatu yang merintangi jalan Anda. Bila saat itu muncul kilesa yang membuat Anda jengkel, segera sadari ia. Lihat sampai kilesa itu berlalu. Jangan berpikir lagi tentang sesuatu yang merintangi jalan Anda tadi. Juga jangan berpikir secara mereka-reka. Tetaplah berada dalam kekinian [paccupana]. Jangan berpikir tentang jauhnya jarak yang sedang atau akan ditempuh. Juga jangan berpikir tentang tujuan perjalanan Anda. Semua akan berubah seiring dengan berlangsungnya perjalanan Anda. Itu akan terjadi dengan sendirinya.

Jangan terikat pada semua itu. Pada akhirnya, batin akan mencapai keseimbangan yang alamiah. Dan proses pencapaian Dhamma akan berlangsung secara otomatis. Segala sesuatu [sankhara] yang muncul akan padam secara alamiah pula.

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 17 January 2009, 07:25:55 AM
14. Tanya:
Than Acharn pernah mengajarkan bahwa samatha atau samadhi dan vipassana atau panna merupakan satu kesatuan. Harap Acharn menerangkan kembali.

Jawab:
Sebenarnya hal ini amat mudah dimengerti. Samatha atau samadhi dan vipassana atau panna haruslah saling berhubungan dan saling mendukung. Pada awalnya batin mencapai ketenangan dengan samatha bhavana. Dengan berdasarkan ketenangan ini batin melaksanakan penganalisaan yang menghasilkan panna. Panna (kebijaksanaan) inilah yang bisa membuat batin hening di saat menutup mata maupun berada dalam keramaian.

Kita ibaratkan, dulu Anda adalah seorang anak, tapi kini sebagai orang dewasa. Anak dan orang dewasa tersebut sebagai seorang yang sama atau tidak? Anda mungkin berpikir bahwa keduanya adalah orang yang sama. Di lain sisi, mungkin Anda akan berpikir bahwa keduanya adalah orang yang berbeda.

Satu ibarat lagi, seperti makanan dan kotoran [tahi]. Bisa dikatakan sesuatu yang sama. Namun di sisi lain bisa dikatakan sebagai sesuatu yang berbeda. 

Persoalan ini sama dengan samatha dan vipassana.

Bisa dikatakan berbeda, bisa pula tidak, tapi tetap saling ada kaitannya. Merupakan suatu proses [arus] yang tak terelakkan. Bisakah orang dewasa muncul, bila tidak menjadi anak lebih dulu? Adakah kotoran [tahi] bila tak ada makanan yang dimakan?

Bagaimanapun, jangan hanya percaya pada apa yang Saya katakan. Laksanakanlah sendiri, Anda akan tahu kebenarannya. Bila Anda telah mengetahui dan mengerti bagaimana samadhi <melalui samatha> dan panna <melalui vipassana> muncul, Anda akan bisa mengetahui kesunyataan yang sebenarnya.

Masa kini, MASYARAKAT BUDDHIS SEDANG TERIKAT DAN MELEKAT PADA NAMA DAN SEBUTAN. Ada yang menyebut meditasi mereka dengan nama 'Vipassana', maka samatha pun terinjak-injak [baca: tidak dihargai]. Telah diterangkan, samatha dan vipassana bukanlah sesuatu yang bisa dipisah-pisahkan. Kita tak perlu pusing dengan pengkotak-kotakan semacam itu. Laksanakan ajaran dengan baik, maka Anda akan tahu sendiri.

Berusahalah untuk mencapai konsentrasi yang memusat [ekaggata]. Dengan landasan yang kokoh ini, periksa dan analisa diri sendiri. Jangan terikat pada konsentrasi yang memusat [jhana] yang akan bisa membuat Anda terlarut dan terbuai.

15. Tanya:
Kenapa kita harus melaksanakan dhutanga, misalnya hanya makan satu kali sehari dan hanya makan makanan yang ada di dalam pata [mangkuk kebhikkhuan] ?

Jawab:
Kedisiplinan dalam dhutanga adalah sarana bagi kita untuk menghancurkan kilesa. Misalnya, kebiasaan makan dengan pata, semua jenis makanan dicampur/diaduk di dalam pata, membuat sati kita semakin kokoh. Kita bisa mengingat dengan baik, bahwa makanan adalah sama dengan obat penyembuh penyakit, bukan sesuatu yang dinikmati menuruti kilesa. Bila seseorang telah mampu mengatasi kilesa, tentu tak berkeberatan untuk makan makanan yang telah dicampur aduk di dalam pata. Makan dengan cara apa pun tak nenjadi soal baginya. Kita melaksanakan cara-cara yang mudah dan sederhana.

Sang Buddha tidak mengharuskan pelaksanaan dhutanga ini bagi semua bhikkhu. Beliau mengajarkan dhutanga bagi bhikkhu-bhikkhu yang menginginkan hasil yang cepat dengan pelaksanaan praktek yang ketat dan keras. Itu semua guna membantu batin kita semakin kokoh dan mantap.

Semua tata tertib dhutanga itu untuk dilaksanakan, bukan untuk mencari kelemahan orang lain. Lihatlah diri sendiri, apa yang bermanfaat bagi diri Anda. Misalnya membiasakan diri tidak tinggal menetap terlalu lama di satu tempat [kuti], agar tak terikat dan melekat pada tempat tinggal.

16. Tanya:
Bagaimanakah caranya mengatasi kamaraga (nafsu seks) saat kita melaksanakan patipatti Dhamma? Kadang kala Saya merasa sebagai budak dari nafsu seks yang sedang muncul.

Jawab:
Kamaraga bisa diatasi dengan merenungkan tentang hal yang kotor dan menjijikkan. Terbuai pada bentuk badan jasmani yang indah merupakan salah satu sisi yang ekstrim. Harus dilawan dan diatasi dengan sesuatu yang berlawanan, yaitu ketidakindahan. Renungkan badan jasmani yang telah menjadi mayat serta perubahan-perubahan nya selajutnya. Membengkak, membusuk, mengeluarkan cairan dan seterusnya, hingga mengetahui dengan benar kondisi tubuh yang menjijikkan ini. Dengan begitu kamaraga akan segera teratasi.

17. Tanya:
Bagaimana pula bila muncul kemarahan?

Jawab:
Anda harus sering mengembangkan perasaan welas asih (metta Dhamma). Bila muncul dosa (kemarahan) di saat Anda melakukan bhavana, atasi dengan metta. Bila ada yang marah atau berbuat kejelekan pada Anda, jangan membalas dengan tindakan yang sama. Bila Anda membalasnya, berarti Anda lebih jelek daripadanya. Berbuatlah bijaksana. Maklumilah dia. Kasihanilah dia, sebab dia sedang mendapatkan dukkha. Kasihanilah dia seperti mengasihani adik Anda yang tercinta.

Pergunakan metta sebagai objek bhavana. Juga kembangkan metta pada semua makhluk di dunia. Hanya dengan begitu kebencian dan kemarahan bisa diatasi.

Terkadang Anda melihat kawan bhikkhu melakukan patipatti Dhamma yang kurang benar, membuat Anda gemas dan terganggu. Mungkin anda akan berpikir: "Dia tidak sehebat Saya. Dia bukanlah seorang bhikkhu dhutanga yang keras seperti Saya. Dia bukanlah bhikkhu yang baik." Ini adalah kilesa yang membuat batin Anda menjadi kelam. Itu akan membuat berkembangnya kilesa yang membuat batin Anda menjadi suram dan kumal. Dalam hal ini Anda tak perlu membuat perbandingan antara Anda dan dia. Jangan membedakan antara dia dan kita. Buanglah pandangan salah itu, dan perhatikan diri sendiri. Inilah jalan Dhamma kita. Anda tak akan mampu memaksa semua orang berlaku seperti yang Anda kehendaki dan seperti yang Anda lakukan. Keinginan semacam ini hanya akan menimbulkan dukkha. Banyak praktisi bhavana yang terseret dan berpandangan salah seperti ini.

Mencari kesalahan orang lain tak akan menimbulkan panna (kebijaksanaan). Renungkan dan analisa yang ada pada diri Anda, perasaan Anda, maka Anda akan mengerti.

18. Tanya:
Suatu kali Saya merasa amat lesu dan amat mengantuk, membuat Saya merasa kesulitan dalam bhavana.

Jawab:
Banyak cara untuk mengatasi rasa mengantuk. Bila Anda duduk di tempat yang remang-remang atau gelap, pergilah ke tempat yang terang, atau buka mata lebar-lebar, bangun dan cuci muka. Boleh juga tepuk-tepuk muka sendiri, atau pergi mandi. Bila Anda masih merasa mengantuk, gantilah posisi dengan bhavana berjalan, atau berjalanlah mundur. Rasa takut terantuk sesuatu<pohon misalnya>, mungkin bisa menghilangkan rasa kantuk.

Bila masih juga mengantuk, cobalah berdiam diri. Buatlah pikiran jadi segar dan bersemangat dengan cara membayangkan saat itu adalah tengah hari yang terang dan cerah. Atau duduklah di tepian jurang yang curam dan dalam, boleh juga di tepian kolam yang dalam. Dengan begitu, Anda tak berani untuk terlelap. Bila berbagai cara telah Anda lakukan dan Anda tetap merasa mengantuk, ya pergi tidur saja, karena berarti Anda memang perlu tidur. Namun Anda sebaiknya tetap berusaha untuk membangkitkan semangat. Baringkan tubuh Anda dengan tetap berusaha mengembangkan sati, hingga Anda terlelap dengan sendirinya.

Begitu terbangun dan kesadaran muncul, segeralah bangkit dari tidur. Jangan
sekali-sekali menengok jam atau membalikkan tubuh ke kanan dan ke kiri. Bangkitlah, segera kembangkan sati.

Bila Anda mempunyai kebiasaan mengantuk di setiap harinya, cobalah kurangi jumlah makan yang Anda konsumsi. Perhatikan dengan seksama. Saat kira-kira lima suapan lagi akan merasa kenyang, berhentilah! Lalu, minumlah air hingga merasa 'cukup' kenyang. Selanjutnya, perhatikan diri Anda hingga tahu berapa banyak makanan yang harus Anda konsumsi agar kebiasaan mengantuk itu hilang.

Anda harus tahu perkiraan tentang makan bagi Anda sendiri. Bila Anda berhasil, tubuh dan pikiran Anda akan terasa ringan dan nyaman, walau hanya dengan sedikit makanan. Anda harus mampu mengubah diri sendiri.

19. Tanya:
Kenapa kita di sini harus sering melakukan namakkara?

Jawab:
Namakkara ini amat penting dilakukan. Merupakan salah satu perbuatan tubuh dalam pelaksanaan Dhamma. Namakkara ini harus dilakukan dengan cara yang benar. Berlutut, membungkukkan badan hingga kening menyentuh lantai. Bersamaan dengan itu letakkan siku di lantai pula dengan jarak kurang lebih tiga inci dari lutut. Namakkara dilakukan dengan pelan-pelan, tidak terlalu cepat dan selalu disertai dengan sati yang baik dan cermat. Namakkara amat membantu dalam mengikis kesombongan diri. Saat Anda melakukan namakkara sebanyak tiga kali, Anda harus mengenang keluhuran Sang Buddha, Dhamma dan Sangha sebagai ciri-ciri keluhuran batin yang suci, cemerlang dan hening. Perilaku tubuh ini bermanfaat untuk melatih diri. Tubuh dan batin berpadu dalam melatih kemuliaan. Dalam melatih diri menuju kemuliaan, tak perlu Anda menilai bagaimana orang lain melakukannya.

Bila ada samanera kecil tak bersungguh-sungguh melakukan namakkara atau ada seorang bhikkhu tua yang telah lemah satinya [penyadaran] , bukan hak Anda memvonisnya. Karena ada orang yang cepat mengerti dalam belajar, ada pula yang lambat. CEPAT MEMVONIS PERILAKU ORANG LAIN, HANYA AKAN MENAMBAH KEKOTORAN BATIN. Perhatikan diri sendiri terlebih dahulu.

Dengan seringnya kita namakkara, bisa membasmi kesombongan agar bisa memasuki Dhamma. Anda akan menjadi orang yang rendah hati, karena telah bebas dari perasaan sombong dan mementingkan diri sendiri.

20. Tanya:
Apakah yang biasanya menjadi halangan dan penghambat bagi murid-murid baru Acharn?

Jawab:
Ditthi, yaitu pandangan dan pemikiran yang berhubungan dengan segala sesuatu mengenai diri sendiri, mengenai patipatti dan mengenai ajaran Sang Buddha pada umumnya. Banyak dari mereka yang datang ke sini adalah orang-orang yang terhormat dalam masyarakat. Ada pula pedagang atau pengusaha yang berhasil, sarjana, guru atau pegawai negeri. Kepala mereka penuh dengan pandangan dan pemikiran yang hebat dan merasa telah pandai untuk mau mendengar kata-kata orang lain.

Ibarat sebuah mangkuk yang penuh dengan air kotor, maka mangkuk tersebut tak bisa dimanfaatkan dengan baik. Hanya dengan membuang air kotor dari dalam mangkuk, kita bisa memanfaatkan mangkuk tersebut. Anda harus mengosongkan pikiran dari pandangan dan pemikiran kotor bila Anda ingin belajar dan maju.

Latihan kita ini di luar dari kepandaian dan kebodohan. Bila Anda berpikir:"Saya adalah orang hebat. Saya adalah hartawan, Saya adalah orang besar, Saya telah mengerti ajaran Sang Buddha", Anda tak akan mampu mengerti tentang kebenaran anatta atau tanpa inti. Anda hanya bisa melihat adanya 'diri'. Diriku, milikku. Buddha sasana mengajarkan tanpa diri, hampa, tanpa dukkha sebagai suatu kepadaman [Nibbana].


21. Tanya:
Kilesa yang membuat batin berkabut dan suram, seperti lobha (keserakahan) atau kemarahan merupakan sesuatu yang maya ataukah sesuatu kebenaran?

Jawab:
Kedua-duanya. Kekotoran batin atau kilesa, yaitu lobha (keserakahan), dosa / kodha (kemarahan) dan moha (kebodohan/kesesata n) hanyalah merupakan sebutan atau nama yang telah disetujui bersama, seperti mangkuk besar, mangkuk kecil dan lain-lain. Ini merupakan sesuatu yang bukan sebenarnya.

Hanya merupakan suatu hasil pemikiran yang mengikuti suatu keinginan. Bila kita sedang mambutuhkan sebuah mangkuk besar, mangkuk yang ukurannya lebih kecil kita katakan 'terlalu kecil'.

Tanha (keinginan) membuat kita membanding-bandingk annya dan memberi sebutan. Hal yang sebenarnya adalah: begitulah apa adanya benda-benda itu!

Cobalah Anda berpikir pada sisi ini. Anda seorang laki-lakikah? Anda menjawabnya: "Ya." Ini hanyalah merupakan sebuah penampakan. Yang sebenarnya adalah, Anda hanyalah merupakan suatu susunan dari berbagai unsur yang berpadu. Bila batin telah terbebas, batin tak akan mengadakan pemisahan-pemisahan atau perbandingan- perbandingan. Tak ada besar, tak ada kecil, tak ada dia, tak ada kita. Tak ada apa-apa. Anatta, tak ada diri. Kebenaran akhir akan muncul, tak ada atta maupun anatta. Yang ada hanyalah sebutan.

22. Tanya:
Mohon Than Acharn menerangkan tentang kamma.

Jawab:
Kamma disebut juga perbuatan. Perbuatan ini muncul karena adanya keterikatan atau kemelekatan terhadap kaya (badan jasmani), vaci (ucapan) dan mano (pikiran). Perbuatan akan dilakukan bila masih ada kemelekatan atau keterikatan. Kita melakukan perbuatan hingga terbiasa, yang membentuk suatu karakter/sifat dan menyebabkan dukkha di kemudian hari. Ini sebagai akibat dari kemelekatan tersebut.

Kilesa yang membuat batin kotor dan suram telah muncul dan ada sejak kehidupan lampau. Kemelekatan membuat kita berbuat kamma. Contohnya, sebelum ditahbis menjadi bhikkhu, Anda adalah seorang pencuri. Perbuatan yang Anda lakukan membuat si pemilik barang menjadi tidak senang. Bukan itu saja. Ayah bunda Anda pun tidak merasa senang. Kini Anda sebagai seorang bhikkhu. Setiap kali Anda terkenang akan perbuatan Anda yang membuat orang lain berduka, Anda pun merasa tak nyaman, menyesal dan berduka.

Oleh karena itu harap dicamkan, kaya kamma (perbuatan yang dilakukan oleh tubuh), vaci kamma (ucapan) dan mano kamma (pikiran) merupakan suatu penyebab munculnya hasil di hari mendatang. Bila Anda pernah berbuat kebajikan di masa lalu dan Anda mengenangnya di masa ini, Anda akan merasa berbahagia. Kebahagiaan merupakan buah dari perbuatan masa lalu. Segala sesuatu tergantung dari sebab dan akibat, dalam jangka panjang maupun pendek. Bahkan di setiap saat.

Namun dalam melaksanakan bhavana, Anda tak perlu berpikir tentang masa lalu, sekarang maupun yang akan datang. Hanya perhatikan dan renungkan badan jasmani dan pikiran. Renungkan hingga melihat dan tahu kebenaran tentang kamma dengan jelas dan terang. Dan jangan lupa, jangan mencari kesalahan yang diperbuat orang lain. Jangan ikut berduka atas duka orang lain.

Renungkan dan terimalah ajaran yang baik dari guru Anda. Anda akan mampu mencapai ketenangan batin seperti sang guru. Walau saat ini belum begitu mengerti dan memahami, namun bila Anda laksanakan dengan baik, Anda akan mencapai penerangan setahap demi setahap.

Dulu ketika kita masih kanak-kanak, ibu dan ayah kita menerapkan peraturan-peraturan yang kadang kita anggap terlalu keras. Padahal, semua itu <sebenarnya> karena beliau sayang pada kita.

Memerlukan waktu yang cukup lama bagi kita untuk menyadari hal itu.
Begitupun dengan guru kita. Kadang mereka keras dan galak pada kita, membuat kita merasa tak senang dan jengkel. Namun lama kelamaan, di kemudian hari, baru kita tahu dan mengerti kenapa kita dimarahi. Dan itu perlu waktu yang cukup lama serta kesabaran untuk menyadarinya.

Namun bagi orang yang merasa cepat pandai dalam waktu singkat, justru tak akan ada kesempatan untuk menjadi pandai dan mengerti.

Anda harus segera membuang rasa 'sok pintar' dari diri Anda. BILA ANDA MERASA LEBIH PINTAR DARI ORANG LAIN, HANYA DUKKHA YANG AKAN ANDA TERIMA. Anda patut untuk dikasihani.

23. Tanya:
Saya berpikir, sejak ditahbis menjadi bhikkhu, saya hanya menemui kesedihan
dan kesulitan dibandingkan sebelumnya.

Jawab:
Saya pikir, di antara kalian mempunyai latar belakang yang menyenangkan, mempunyai harta berlimpah dan mempunyai kebebasan yang luas. Kalau dibandingkan dengan saat ini <sebagai seorang bhikkhu>, Anda harus berlatih mengendalikan diri dan hidup dalam kesederhanaan. Ditambah lagi, Saya mengharuskan Anda untuk duduk bhavana selama berjam-jam. Kondisi udara dan makanannya amat jauh berbeda dengn rumah dan kota Anda.

Namun semua orang haruslah melewati kesulitan dan derita, sedikit atau banyak. Kesulitan dan derita demi menuju padamnya dukkha. Merupakan sarana bagi Anda untuk belajar dan berlatih. Bila muncul kemarahan dan kejengkelan atau muncul perasaan kasihan pada diri sendiri, itu merupakan kesempatan yang amat baik untuk berlatih agar mengerti perihal batin. Sang Buddha pun mengatakan, kilesa bisa menjadi guru bagi kita.

Saya menganggap murid-murid Saya sebagai anak-anak Saya. Saya selalu sayang dan menaruh harapan baik [metta] pada Anda sekalian. Bila dirasa Saya menyebabkan Anda susah dan berduka, itu demi kepentingan dan kebaikan Anda.

Saya tahu, di antara kalian ada yang berpendidikan rendah, mempunyai pengetahuan dan pengalaman duniawi sedikit, tapi mampu berlatih Dhamma dengan mudah. Ada pula orang barat di antara kalian, yang biasanya mempunyai rumah besar dan mewah. Ia harus menyapu, menggosok dan mengepel ruang-ruang yang luas, misalnya dapur, perpustakaan dan lain-lain. Ia harus bekerja keras untuk itu. Dan itu harus Anda mengerti.

Ketika Saya masih sebagai bhikkhu muda, Saya tak menemui kesulitan yang berarti seperti Anda. Saya berbicara dengan bahasa daerah Saya. Saya makan makanan kampung Saya. Namun begitu, kadang-kadang muncul perasaan menyesal dan ingin lepas jubah. Pernah pula sampai ingin bunuh diri. Saya berduka. Duka ini muncul akibat dari pandangan yang salah. Bila Anda telah menembus kebenaran [sacca Dhamma], Anda akan bisa membuang pandangan salah tersebut dan menemui kebahagiaan.

24. Tanya:
Saya telah mencapai ketenangan yang dalam. Sesudah itu, apa yang harus Saya lakukan?

Jawab:
Bagus. Batin telah menjadi tenang dan mencapai samadhi. Dengan landasan samadhi ini, lakukan penganalisaan dan perenungan terhadap badan jasmani dan citta. Kalaupun batin kemudian keluar dari ketenangan, ketahui dan sadari dengan baik. Anda akan mampu masuk ke dalam samadhi dengan baik kembali. Apa sebab? Anda telah mengetahui tentang ketidaktetapan. Ketenangan pun mempunyai sifat yang tidak kekal. Bila Anda terikat dan terbuai dalam ketenangan, Anda akan merasa duka bila batin tak berhasil masuk ke dalam ketenangan. Maka dari itu, lepaskan semuanya, termasuk keterikatan pada ketenangan.

25. Tanya:
Saya dengar Than Acharn pernah merasa khawatir pada murid-murid yang terlalu bersemangat dalam latihan.

Jawab:
Benar. Saya mengkhawatirkan mereka yang terlalu bersemangat. Mereka terlalu berusaha, tapi kurang menggunakan panna. Mereka terlalu memaksakan diri hingga menderita tanpa guna. Ada pula yang mempuyai keinginan yang terlalu besar untuk mencapai penerangan hingga seolah selalu tegang, gelisah dan menggeretakkan gigi. Dengan begini, mereka tak akan mampu melihat kesunyataan dari segala sesuatu yang bersifat sankhara.

Citta (batin) dan rupa (badan jasmani) adalah sesuatu yang selalu berubah. Perhatikan dan teliti dengan cermat. Jangan melekat padanya.

26. Tanya:
Sudilah Than Acharn memberi kesimpulan atas tanya jawab kali ini.

Jawab:
Anda harus memperhatikan diri sendiri di dalam berlatih. Mengetahui siapakah Anda. Merenngkan badan jasmani (kaya) dan batin (citta) dalam duduk bhavana, berjalan, berbaring, makan, minum dan lain-lain. Anda harus mengetahui kebutuhan sederhana Anda. Gunakan kebijaksanaan dan buang harapan-harapan untuk mendapatkan hasil. Gunakan penyadaran jeli [sati] di dalam melakukan segala perbuatan dan pekerjaan. Latihan kita adalah langsung masuk ke dalam batin.

Anda akan melihat dukkha, penyebab dukkha dan padamnya dukkha. Namun Anda harus mempunyai ketahanan dan kesabaran yang tinggi. Jangan cepat marah, karena seorang pemarah tak akan mampu mencapai suatu ketenangan, apa lagi keluhuran. Dengan begitu akan muncul pengetahuan dan pengertian secara bertahap.

Sang Buddha mengharuskan setiap bhikkhu baru bertinggal bersama acariya minimal lima tahun. Anda akan tahu manfaatnya. Anda akan tahu manfaat kesabaran dan pengorbanan. Jangan terlalu tegang dalam melakukan bhavana. Jangan terikat dan terbuai pada keadaan dan bentuk-bentuk luar yang bersifat maya.

Vinaya kebhikkhuan dan tata tertib vihara yang baik merupakan hal yang sangat penting. Jangan menbanding-bandingk an dan membedakan orang lain
dengan diri kita. Kita tak akan berhasil mengubah orang lain agar seperti kita.

Bersabarlah dan berusahalah agar batin dipenuhi oleh Dhamma, bertinggal dalam kesederhanaan demi bebasnya dari pandangan yang mementingkan diri sendiri, menuju keheningan dan kedamaian.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 17 January 2009, 07:29:28 AM
Oh iya, perbedaan MMD dengan meditasi yang lain mungkin :
MMD = meditasi tanpa usaha
Meditasi lain = Meditasi dengan usaha

Betul tidak pak ? :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 17 January 2009, 07:31:59 AM
Bagi seorang puthujjana, seperti anda dan saya, "pandangan benar" itu sangat subyektif.
Bahkan tafsiran terhadap ajaran Sang Buddha pun sangat subyektif.

Makanya sebaiknya jangan main tafsir tafsir terhadap ajaran Sang Buddha :)

Tidak ada orang yang TIDAK menafsirkan ajaran Buddha; semua orang, termasuk Anda dan saya, MENAFSIRKAN ajaran Sang Buddha menurut kecenderungan masing-masing.

BAHKAN SELURUH ISI TIPITAKA PALI ADALAH TAFSIRAN TERHADAP AJARAN BUDDHA. Isi Tipitaka Pali itu hafalan dan ditulis empat ratus tahun kemudian, kemungkinan besar sudah banyak berubah dari apa yang dikatakan Buddha sesungguhnya. Tidak seorang pun tahu apa persisnya kata-kata Buddha 2500 tahun lalu! Tafsiran Mahayana lain lagi, tafsiran Vajrayana lain lagi.

Hudoyo
iya makanya sebaiknya kita bisa melihat "APA ADANYA" bukan menafsirkan :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: morpheus on 17 January 2009, 08:01:15 AM
Oh iya, perbedaan MMD dengan meditasi yang lain mungkin :
MMD = meditasi tanpa usaha
Meditasi lain = Meditasi dengan usaha
sepertinya pak hudoyo perlu bikin faq :)
dijelaskan berkali2, tetep aja disalah artikan.
tanpa usaha itu salah satu prinsip meditasi yg diakui oleh semua meditator yg saya kenal, tidak terkecuali meditator samatha...
daripada mendebat kata2nya, mending dicoba bermeditasi aja lah. lupakan mmd, coba bermeditasi apa aja.

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: morpheus on 17 January 2009, 08:04:21 AM
iya makanya sebaiknya kita bisa melihat "APA ADANYA" bukan menafsirkan :)
salah sambung om...
sebagai orang yg blom suci, sewaktu kita membaca satu kalimat kitab suci, spontan saat itu juga sebuah tafsiran muncul di kepala...
bagaimana bisa ada orang awam yg mengaku melihat apa adanya?
itu maksudnya om...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 17 January 2009, 09:18:10 AM
Oh iya, perbedaan MMD dengan meditasi yang lain mungkin :
MMD = meditasi tanpa usaha
Meditasi lain = Meditasi dengan usaha
sepertinya pak hudoyo perlu bikin faq :)
dijelaskan berkali2, tetep aja disalah artikan.
tanpa usaha itu salah satu prinsip meditasi yg diakui oleh semua meditator yg saya kenal, tidak terkecuali meditator samatha...
daripada mendebat kata2nya, mending dicoba bermeditasi aja lah. lupakan mmd, coba bermeditasi apa aja.


Males =))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: williamhalim on 17 January 2009, 09:20:58 AM
Berikut ini kompilasi debat saya dengan Reenzia:

...bla...bla...bla....

Hudoyo


kenapa repot2 nge-file begini?

lepaskanlah pak... lepaskan....
jangan digenggam

anjali,
willi

::
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 17 January 2009, 09:23:14 AM
iya makanya sebaiknya kita bisa melihat "APA ADANYA" bukan menafsirkan :)
salah sambung om...
sebagai orang yg blom suci, sewaktu kita membaca satu kalimat kitab suci, spontan saat itu juga sebuah tafsiran muncul di kepala...
bagaimana bisa ada orang awam yg mengaku melihat apa adanya?
itu maksudnya om...

Berarti orang awam gak akan bisa melihat apa adanya?
Berarti hanya orang suci yang bisa melihat apa adanya?
Yang berbahaya menurut aye mengambil sepenggal atau sebagian trus ditafsirkan untuk membenarkan pendapat pribadinya lho ;D
Kalo ngambil kata2 ci lily Objek adalah netral itu termasuk juga kitab suci juga netral khan ;D
Ketika orang menafsirkan apakah jadi netral?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 17 January 2009, 09:26:45 AM
Banjir Ketidaktahuan / Kebodohan

Karena ketidaktahuannya, orang yang telah melakukan pembunuhan, perampokan atau perbuatan-perbuatan buruk lainnya berpikir, bila mereka mengakui kesalahannya, mereka akan dimaafkan. Sebenarnya pikiran semacam ini tak benar. Bila seseorang memiliki ketidaktahuan atas kebenaran ia akan diperangkap oleh 4 arus di atas.

Semua orang awam ada dalam pengaruh 4 banjir besar ini. Mereka mau menikmati kesenangan sensual (indra) bukan hanya ingin mempertahankan kesenangan tersebut tapi untuk memperoleh lebih dan lebih banyak lagi. Arus nafsu indra semacam ini memang sangat kuat dan bila seseorang tak memiliki kemauan kuat untuk membebaskan diri, ia akan ditenggelamkan.

Dibawah kendali kemelekatan untuk meng-ada, seseorang tidak melihat bahaya keber-ada-an. Bahkan hewan sekalipun menikmati keberadaannya sebagai hewan karena ketidaktahuan. Maka, bila seseorang tidak dapat melihat bahaya keber-ada-an, ia tak akan mampu memotong arus menuju kekeselamatan.

Sepanjang belum mampu memotong arus menuju kekeselamatan kita tetap berada dibawah pengaruh 62 pandangan salah. Selama masa itu kita akan menjadi orang yang mementingkan diri sendiri dan menutup mata terhadap kebenaran. Kita memandang diri sendiri terlalu berlebihan dan mengakibatkan kita ditenggelamkan oleh banjir dari pandangan-pandangan salah.

Dengan diliputi ketidaktahuan kita sedang berada disuatu tempat gelap gulita dan tak bisa melihat apapun. Akibatnya saat melangkah kita bisa menabrak dinding, pohon, tersandung batu, dan lain-lain. Sepanjang masih terperangkap oleh arus ketidaktahuan kita tak akan bisa melihat kebenaran.

Saat ini kita cukup beruntung karena mengenal ajaran Sang Buddha, dimana beliau telah membabarkan bagaimana cara menyeberang sungai menuju kekeselamatan. Tugas kita adalah bersungguh-sungguh. Sebab, bila kita hanya berusaha setengah-setengah, maka kita bahkan tak dapat melihat sisi seberang sungai. Juga bagi yang mau berusaha akan dapat melihat sekejap keselamatan (nibbana) dapat diraih.

Tanpa mengenal ajaran Sang Buddha, kita seperti berada di palung sungai yang gelap gulita. Tak peduli betapa kerasnya berlatih, kita tak akan memiliki kesempatan mencapai sisi seberang sungai. Karena kita tidak mengetahui cara yang benar. Jika kita menyadari betapa berharganya cara yang ditunjukkan oleh Sang Buddha, maka kita harus bekerja keras untuk meraih nibbana.

Kita harus bersungguh-sungguh dalam berlatih meditasi vipassana dan mencatat (dalam batin) dengan tepat. (dalam MMD tidak ada mencatat khan?) Yang perlu diketahui, sangat tidak mudah mencapai sisi seberang sungai saat kita berada dibawah pengaruh kekotoran batin. Dengan demikian kita harus berusaha keras dan lebih keras lagi.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 17 January 2009, 09:32:52 AM
Banjir Ketidaktahuan / Kebodohan

Karena ketidaktahuannya, orang yang telah melakukan pembunuhan, perampokan atau perbuatan-perbuatan buruk lainnya berpikir, bila mereka mengakui kesalahannya, mereka akan dimaafkan. Sebenarnya pikiran semacam ini tak benar. Bila seseorang memiliki ketidaktahuan atas kebenaran ia akan diperangkap oleh 4 arus di atas.

Semua orang awam ada dalam pengaruh 4 banjir besar ini. Mereka mau menikmati kesenangan sensual (indra) bukan hanya ingin mempertahankan kesenangan tersebut tapi untuk memperoleh lebih dan lebih banyak lagi. Arus nafsu indra semacam ini memang sangat kuat dan bila seseorang tak memiliki kemauan kuat untuk membebaskan diri, ia akan ditenggelamkan.

Dibawah kendali kemelekatan untuk meng-ada, seseorang tidak melihat bahaya keber-ada-an. Bahkan hewan sekalipun menikmati keberadaannya sebagai hewan karena ketidaktahuan. Maka, bila seseorang tidak dapat melihat bahaya keber-ada-an, ia tak akan mampu memotong arus menuju kekeselamatan.

Sepanjang belum mampu memotong arus menuju kekeselamatan kita tetap berada dibawah pengaruh 62 pandangan salah. Selama masa itu kita akan menjadi orang yang mementingkan diri sendiri dan menutup mata terhadap kebenaran. Kita memandang diri sendiri terlalu berlebihan dan mengakibatkan kita ditenggelamkan oleh banjir dari pandangan-pandangan salah.

Dengan diliputi ketidaktahuan kita sedang berada disuatu tempat gelap gulita dan tak bisa melihat apapun. Akibatnya saat melangkah kita bisa menabrak dinding, pohon, tersandung batu, dan lain-lain. Sepanjang masih terperangkap oleh arus ketidaktahuan kita tak akan bisa melihat kebenaran.

Saat ini kita cukup beruntung karena mengenal ajaran Sang Buddha, dimana beliau telah membabarkan bagaimana cara menyeberang sungai menuju kekeselamatan. Tugas kita adalah bersungguh-sungguh. Sebab, bila kita hanya berusaha setengah-setengah, maka kita bahkan tak dapat melihat sisi seberang sungai. Juga bagi yang mau berusaha akan dapat melihat sekejap keselamatan (nibbana) dapat diraih.

Tanpa mengenal ajaran Sang Buddha, kita seperti berada di palung sungai yang gelap gulita. Tak peduli betapa kerasnya berlatih, kita tak akan memiliki kesempatan mencapai sisi seberang sungai. Karena kita tidak mengetahui cara yang benar. Jika kita menyadari betapa berharganya cara yang ditunjukkan oleh Sang Buddha, maka kita harus bekerja keras untuk meraih nibbana.

Kita harus bersungguh-sungguh dalam berlatih meditasi vipassana dan mencatat (dalam batin) dengan tepat. (dalam MMD tidak ada mencatat khan?) Yang perlu diketahui, sangat tidak mudah mencapai sisi seberang sungai saat kita berada dibawah pengaruh kekotoran batin. Dengan demikian kita harus berusaha keras dan lebih keras lagi.

Bro ryu, ini dari sutta mana yah (yang ada nasihat untuk mencatat sewaktu meditasi)?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 17 January 2009, 09:36:05 AM
itu teknik mahasi bro
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 17 January 2009, 09:42:21 AM
itu teknik mahasi bro

Oooh... OK.

Kalau dari yang saya mengerti (dari Satipatthana Sutta) bahkan tindakan mencatat itu sendiri juga harus diketahui sebagai proses pikiran, dan terbentuknya "catatan" itu juga diketahui sebagai "pembentukan buah pikiran". Maka, walaupun "catatan" itu bisa membawa kita pada arah yang lebih baik, kita tetap tidak menggenggam "catatan" tersebut, yang sebetulnya juga adalah bentukan pikiran yang dihasilkan persepsi.

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 17 January 2009, 09:46:13 AM

Bro ryu, ini dari sutta mana yah (yang ada nasihat untuk mencatat sewaktu meditasi)?
Anapanasati Sutta

Demikian telah kudengar. Satu ketika Sang Bhagava tengah bersemayam di Savatthi di Taman Timur, istana ibunya Migara, beserta banyak siswa sesepuh yang terkemuka - YM Sariputta, YM Maha Moggallana, YM Maha Kassapa, YM Maha Kaccayana, YM Maha Kotthita, YM Maha Kappina, YM Maha Cunda, YM Revata, YM Ananda, dan juga siswa sesepuh yang terkemuka lainnya. Adapun pada waktu itu para bhikkhu sesepuh tengah mengajar dan menasihati para bhikkhu baru. Beberapa bhikkhu sesepuh tengah mengajar dan menasihati sepuluh bhikkhu, beberapa tengah mengajar dan menasihati duapuluh bhikkhu, beberapa tengah mengajar dan menasihati tigapuluh bhikkhu, beberapa tengah mengajar dan menasihati empatpuluh bhikkhu. Para bhikkhu baru, tengah diajar dan dinasihati oleh para bhikkhu sesepuh, memahami perbedaan-perbedaan besar yang berturut-turut.

Adapun pada ketika itu - hari Uposatha tanggal limabelas, malam purnama dari upacara Pavarana - Sang Bhagava duduk di udara terbuka dikelilingi oleh pasamuan para bhikkhu. Setelah memantau pasamuan para bhikkhu yang bungkam, beliau mengamanatkan mereka:

"Para bhikkhu, aku senang dengan latihan ini. Aku senang di hati dengan latihan ini. Jadi bangkitkan semangat yang bahkan lebih hebat untuk meraih yang belum diraih, mencapai yang belum dicapai, menginsyafi yang belum diinsyafi. Aku akan tetap di sini di Savatthi [untuk sebulan lagi] selama bulan 'Bakung putih', bulan keempat dari musim hujan."

Para bhikkhu di luar kota mendengar, "Sang Bhagava, konon, akan tetap di sini di Savatthi selama bulan 'Bakung putih', bulan keempat dari musim hujan." Maka mereka menuju Savatthi untuk melihat Sang Bhagava.

Lalu para bhikkhu sesepuh mengajar dan menasihati para bhikkhu baru bahkan dengan lebih hebat. Beberapa bhikkhu sesepuh mengajar dan menasihati sepuluh bhikkhu, beberapa mengajar dan menasihati duapuluh bhikkhu, beberapa mengajar dan menasihati tigapuluh bhikkhu, beberapa mengajar dan menasihati empatpuluh bhikkhu. Para bhikkhu baru, tengah diajar dan dinasihati oleh para bhikkhu sesepuh, memahami perbedaan-perbedaan besar yang berturut-turut.

Adapun pada ketika itu - hari Uposatha tanggal limabelas, malam purnama dari bulan Bakung putih, bulan keempat dari musim hujan -- Sang Bhagava duduk di udara terbuka dikelilingi oleh pasamuan para bhikkhu. Setelah memantau para bhikkhu yang bungkam, beliau mengamanatkan mereka:

"Para bhikkhu, perkumpulan ini tiada ocehan kosong, tanpa ocehan kosong, dan terbentuk dari hati kayu yang murni. Demikian pasamuan para bhikkhu ini, demikian perkumpulan ini: sejenis perkumpulan yang patut atas pemberian, patut atas keramahtamahan, patut atas persembahan, patut atas penghormatan, lahan jasa yang tiada taranya di dunia. Demikian pasamuan para bhikkhu ini, demikian perkumpulan ini: sejenis perkumpulan yang di situ pemberian kecil, tatkala diberikan, menjadi besar, dan perberian besar lebih besar lagi. Demikian pasamuan para bhikkhu ini, demikian perkumpulan ini: sejenis perkumpulan yang langka terlihat di dunia. Demikian pasamuan para bhikkhu ini, demikian perkumpulan ini: sejenis perkumpulan yang untuk melihatnya pantas ditempuh beryojana-yojana dengan membawa perbekalan.

"Dalam pasamuan para bhikkhu ini terdapat para bhikkhu yang arahat dengan noda-noda berakhir, yang telah mencapai pemenuhan, melaksanakan tugas, menurunkan beban, meraih tujuan sejati, sepenuhnya memutuskan belenggu keberadaan, dan terbebas melalui gnosis yang benar - demikianlah para bhikkhu dalam pasamuan para bhikkhu ini.

"Dalam pasamuan para bhikkhu ini terdapat para bhikkhu yang dengan sepenuhnya memutuskan lima belenggu pertama akan muncul seketika (di Kediaman Suci), dan di sana Padam sepenuhnya, takkan kembali dari alam itu - demikianlah para bhikkhu dalam pasamuan para bhikkhu ini.

"Dalam pasamuan para bhikkhu ini terdapat para bhikkhu yang dengan sepenuhnya memutuskan tiga belenggu, serta meredakan nafsu, kebencian, dan waham, merupakan para pengembali-sekali, yang kembali sekali lagi ke dunia ini untuk mengakhiri penderitaan: demikianlah para bhikkhu dalam pasamuan para bhikkhu ini.

"Dalam pasamuan para bhikkhu ini terdapat para bhikkhu yang dengan sepenuhnya memutuskan tiga belenggu merupakan para pemasuk-arus, takkan terkena alam sengsara, terjamin, dan menuju Swabangun: demikianlah para bhikkhu dalam pasamuan para bhikkhu ini.

"Dalam pasamuan para bhikkhu ini terdapat para bhikkhu yang bersemayam mengabdikan diri pada pengembangan empat peneguhan keelingan ... empat upaya benar ... empat dasar kesaktian ... lima daya ... lima kekuatan ... tujuh faktor kebangunan ... jalan mulia berfaktor delapan: demikianlah para bhikkhu dalam pasamuan para bhikkhu ini.

"Dalam pasamuan para bhikkhu ini terdapat para bhikkhu yang bersemayam mengabdikan diri pada pengembangan cinta kasih ... welas asih ... simpati ... keseimbangan ... (pencerapan atas) keburukan (jasmani) ... pencerapan atas ketakkekalan: demikianlah para bhikkhu dalam pasamuan para bhikkhu ini.

"Dalam pasamuan para bhikkhu ini terdapat para bhikkhu yang bersemayam mengabdikan diri pada keelingan pernafasan.

"Keelingan pernafasan, tatkala telah terkembang & terolah, berbuah besar dan berfaedah besar. Keelingan pernafasan, tatkala telah terkembang dan terolah, menyempurnakan empat peneguhan keelingan. Empat peneguhan keelingan, tatkala telah terkembang dan terolah, menyempurnakan tujuh faktor kebangunan. Tujuh faktor kebangunan, tatkala telah terkembang dan terolah, menyempurnakan pengetahuan & pembebasan.

Keelingan Pernafasan

"Dan bagaimanakah keelingan pernafasan dikembangkan, bagaimanakah itu diolah, agar berbuah besar & berfaedah besar?

"[1] Menarik nafas panjang ia mengetahui, 'Aku menarik nafas panjang;' atau, menghembuskan nafas panjang ia mengetahui, 'Aku menghembuskan nafas panjang.' [2] Atau menarik nafas pendek ia mengetahui, 'Aku menarik nafas pendek;' atau, menghembuskan nafas pendek ia mengetahui, 'Aku menghembuskan nafas pendek.' [3] Ia berlatih, 'Aku akan menarik nafas peka terhadap seluruh jasmani.' Ia berlatih, 'Aku akan menghembuskan nafas peka terhadap seluruh jasmani.' [4] Ia berlatih, 'Aku akan menarik nafas menenangkan pengondisi jasmani (nafas keluar-masuk).' Ia berlatih, 'Aku akan menghembuskan nafas menenangkan pengondisi jasmani.'

"[5] Ia berlatih, 'Aku akan menarik nafas peka terhadap keriaan.' Ia berlatih, 'Aku akan menghembuskan nafas peka terhadap keriaan.' [6] Ia berlatih, 'Aku akan menarik nafas peka terhadap kenikmatan.' Ia berlatih, 'Aku akan menghembuskan nafas peka terhadap kenikmatan.' [7] Ia berlatih, 'Aku akan menarik nafas peka terhadap pengondisi hati (pencerapan dan perasaan).' Ia berlatih, 'Aku akan menghembuskan nafas peka terhadap pengondisi hati.' [8] Ia berlatih, 'Aku akan menarik nafas menenangkan pengondisi hati.' Ia berlatih, 'Aku akan menghembuskan nafas menenangkan pengondisi hati.'

"[9] Ia berlatih, 'Aku akan menarik nafas peka terhadap hati.' Ia berlatih, 'Aku akan menghembuskan nafas peka terhadap hati.' [10] Ia berlatih, 'Aku akan menarik nafas memuaskan hati.' Ia berlatih, 'Aku akan menghembuskan nafas memuaskan hati.' [11] Ia berlatih, 'Aku akan menarik nafas menetapkan hati.' Ia berlatih, 'Aku akan menghembuskan nafas menetapkan hati.' [12] Ia berlatih, 'Aku akan menarik nafas membebaskan hati.' Ia berlatih, 'Aku akan menghembuskan nafas membebaskan hati.'

"[13] Ia berlatih, 'Aku akan menarik nafas merenungkan ketakkekalan.' Ia berlatih, 'Aku akan menghembuskan nafas merenungkan ketakkekalan.' [14] Ia berlatih, 'Aku akan menarik nafas merenungkan nirnafsu.' Ia berlatih, 'Aku akan menghembuskan nafas merenungkan nirnafsu.' [15] Ia berlatih, 'Aku akan menarik nafas merenungkan penghentian.' Ia berlatih, 'Aku akan menghembuskan nafas merenungkan penghentian.' [16] Ia berlatih, 'Aku akan menarik nafas merenungkan pelepasan.' Ia berlatih, 'Aku akan menghembuskan nafas merenungkan pelepasan.'

"Demikianlah, para bhikkhu, keelingan pernafasan itu dikembangkan & diolah agar berbuah besar & berfaedah besar.

Empat Peneguhan Keelingan

"Dan bagaimanakah keelingan pernafasan dikembangkan, bagaimanakah itu diolah, agar menyempurnakan empat peneguhan keelingan?

"[1] Oleh karena ketika seorang bhikkhu menarik nafas panjang ia mengetahui 'Aku menarik nafas panjang;' atau, menghembuskan nafas panjang ia mengetahui, 'Aku menghembuskan nafas panjang;' atau, menarik nafas pendek ia mengetahui, 'Aku menarik nafas pendek;' atau, menghembuskan nafas pendek ia mengetahui, 'Aku menghembuskan nafas pendek;' ia berlatih, 'Aku akan menarik nafas peka terhadap seluruh jasmani;' ia berlatih, 'Aku akan menghembuskan nafas peka terhadap seluruh jasmani;' ia berlatih, 'Aku akan menarik nafas menenangkan pengondisi jasmani;' ia berlatih, 'Aku akan menghembuskan nafas menenangkan pengondisi jasmani;' maka, pada ketika itu bhikkhu tersebut bersemayam merenungkan jasmani dalam jasmani - tekun, eling dan waspada - menyingkirkan ketamakan dan kekesalan di dunia. Jasmani tertentu dalam jasmani-jasmani, para bhikkhu, demikian kukatakan nafas keluar-masuk ini. Itulah sebabnya pada ketika itu bhikkhu tersebut bersemayam merenungkan jasmani dalam jasmani - tekun, eling dan waspada - menyingkirkan ketamakan & kekesalan di dunia.

"[2] Oleh karena ketika seorang bhikkhu berlatih, 'Aku akan menarik nafas peka terhadap keriaan;' ia berlatih, 'Aku akan menghembuskan nafas peka terhadap keriaan;' ia berlatih, 'Aku akan menarik nafas peka terhadap kenikmatan;' ia berlatih, 'Aku akan menghembuskan nafas peka terhadap kenikmatan;' ia berlatih, 'Aku akan menarik nafas peka terhadap pengondisi hati;' ia berlatih, 'Aku akan menghembuskan nafas peka terhadap pengondisi hati;' ia berlatih, 'Aku akan menarik nafas menenangkan pengondisi hati;' ia berlatih, 'Aku akan menghembuskan nafas menenangkan pengondisi hati;' maka, pada ketika itu bhikkhu tersebut bersemayam merenungkan perasaan dalam perasaan-perasaan - tekun, eling dan waspada - menyingkirkan ketamakan dan kekesalan di dunia. Perasaan tertentu dalam perasaan-perasaan, para bhikkhu, demikian kukatakan perhatian yang baik terhadap nafas keluar-masuk ini. Itulah sebabnya pada ketika itu bhikkhu tersebut bersemayam merenungkan perasaan dalam perasaan-perasaan - tekun, eling dan waspada - menyingkirkan ketamakan dan kekesalan di dunia.

"[3] Oleh karena ketika seorang bhikkhu berlatih, 'Aku akan menarik nafas peka terhadap hati;' ia berlatih, 'Aku akan menghembuskan nafas peka terhadap hati;' ia berlatih, 'Aku akan menarik nafas memuaskan hati;' ia berlatih, 'Aku akan menghembuskan nafas memuaskan hati;' ia berlatih, 'Aku akan menarik nafas menetapkan hati;' ia berlatih, 'Aku akan menghembuskan nafas menetapkan hati;' ia berlatih, 'Aku akan menarik nafas membebaskan hati;' ia berlatih, 'Aku akan menghembuskan nafas membebaskan hati;' maka, pada ketika itu bhikkhu tersebut bersemayam merenungkan hati dalam hati -- tekun, eling dan waspada - menyingkirkan ketamakan dan kekesalan di dunia. Aku tidak berkata, para bhikkhu, bahwa terdapat keelingan pernafasan bagi ia yang pelupa dan tidak waspada. Itulah sebabnya pada ketika itu bhikkhu tersebut bersemayam merenungkan hati dalam hati - tekun, eling & waspada -- menyingkirkan ketamakan dan kekesalan di dunia.

"[4] Oleh karena ketika seorang bhikkhu berlatih, 'Aku akan menarik nafas merenungkan ketidakkekalan;' ia berlatih, 'Aku akan menghembuskan nafas merenungkan ketidakkekalan;' ia berlatih, 'Aku akan menarik nafas merenungkan nirnafsu;' ia berlatih, 'Aku akan menghembuskan nafas merenungkan nirnafsu;' ia berlatih, 'Aku akan menarik nafas merenungkan penghentian;' ia berlatih, 'Aku akan menghembuskan nafas merenungkan penghentian;' ia berlatih, 'Aku akan menarik nafas merenungkan pelepasan;' ia berlatih, 'Aku akan menghembuskan nafas merenungkan pelepasan;' maka, pada ketika itu bhikkhu tersebut bersemayam merenungkan hal dalam hal-hal - tekun, eling dan waspada - menyingkirkan ketamakan dan kekesalan di dunia. Siapa yang telah melihat dengan baik lewat kearifan terlepasnya ketamakan dan kekesalan adalah ia yang mengawasi dengan keseimbangan. Itulah sebabnya pada ketika itu bhikkhu tersebut bersemayam merenungkan hal dalam hal-hal - tekun, eling dan waspada - menyingkirkan ketamakan dan kekesalan di dunia.

"Demikianlah, para bhikkhu, keelingan pernafasan itu dikembangkan & diolah agar menyempurnakan empat peneguhan keelingan.

Tujuh Faktor Kebangunan

"Dan bagaimanakah empat peneguhan keelingan dikembangkan, bagaimanakah itu diolah, agar menyempurnakan tujuh faktor kebangunan?

"[1] Oleh karena ketika seorang bhikkhu bersemayam merenungkan jasmani dalam jasmani - tekun, eling dan waspada - menyingkirkan ketamakan dan kekesalan di dunia, maka ketika itu keelingannya menjadi teguh dan tanpa jeda. Ketika keelingannya menjadi teguh dan tanpa jeda, maka keelingan sebagai faktor kebangunan menjadi timbul. Ia mengembangkannya, dan baginya itu menuju kesempurnaan dari pengembangannya.

"[2] Bersemayam eling seperti itu, ia memeriksa, menyelidik, dan sampai pada pengertian atas hal itu lewat kearifan. Ketika bersemayam eling seperti itu, memeriksa, menyelidik, dan sampai pada pengertian atas hal itu lewat kearifan, maka penyelidikan hal-hal sebagai faktor kebangunan menjadi timbul. Ia mengembangkannya, dan baginya itu menuju kesempurnaan dari pengembangannya.

"[3] Bagi ia yang memeriksa, menyelidik dan sampai pada pengertian atas hal itu lewat kearifan, semangat yang menggebu menjadi timbul. Ketika semangat yang menggebu menjadi timbul bagi ia yang memeriksa, menyelidik, dan sampai pada pengertian atas hal itu lewat kearifan, maka semangat sebagai faktor kebangunan menjadi timbul. Ia mengembangkannya, dan baginya itu menuju kesempurnaan dari pengembangannya.

"[4] Bagi ia yang semangatnya timbul, keriaan yang bukan-daging muncul. Ketika keriaan yang bukan-daging muncul bagi ia yang semangatnya timbul, maka keriaan sebagai faktor kebangunan menjadi timbul. Ia mengembangkannya, dan baginya itu menuju kesempurnaan dari pengembangannya.

"[5] Bagi ia yang benaknya ria, jasmani menenang dan hati menenang. Ketika jasmani menenang dan hati menenang bagi ia yang benaknya ria, maka ketenangan sebagai faktor kebangunan menjadi timbul. Ia mengembangkannya, dan baginya itu menuju kesempurnaan dari pengembangannya.

"[6] Bagi ia yang jasmaninya tenang - berbahagia - hatinya memusat. Ketika hatinya memusat bagi ia yang jasmaninya tenang - berbahagia, maka pemusatan sebagai faktor kebangunan menjadi timbul. Ia mengembangkannya, dan baginya itu menuju kesempurnaan dari pengembangannya.

"[7] Ia mengawasi hati yang terpusat baik seperti itu dengan keseimbangan. Ketika ia mengawasi hati yang terpusat baik seperti itu dengan keseimbangan, keseimbangan sebagai faktor kebangunan menjadi timbul. Ia mengembangkannya, dan baginya itu menuju kesempurnaan dari pengembangannya.

[Serupa untuk tiga peneguhan keelingan lainnya: perasaan-perasaan, hati, dan hal-hal.]

"Demikianlah, para bhikkhu, empat peneguhan keelingan itu dikembangkan dan diolah agar menyempurnakan tujuh faktor kebangunan.

Pengetahuan & Pembebasan

"Dan bagaimanakah tujuh faktor kebangunan dikembangkan, bagaimanakah itu diolah, agar menyempurnakan pengetahuan dan pembebasan?

"Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu mengembangkan keelingan sebagai faktor kebangunan bergantung pada penyepian, nirnafsu dan penghentian, menghasilkan pelepasan. Ia mengembangkan analisis hal-hal sebagai faktor kebangunan ... semangat sebagai faktor kebangunan ... keriaan sebagai faktor kebangunan ... ketenangan sebagai faktor kebangunan ... pemusatan sebagai faktor kebangunan ... keseimbangan sebagai faktor kebangunan bergantung pada penyepian, nirnafsu dan penghentian, menghasilkan pelepasan.

"Demikianlah, para bhikkhu, tujuh faktor kebangunan itu dikembangkan dan diolah agar menyempurnakan pengetahuan dan pembebasan.

Inilah yang Sang Bhagava katakan. Merasa puas, para bhikkhu bergembira atas kata-kata Sang Bhagava.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 17 January 2009, 09:56:09 AM
Saya tetap tidak ketemu anjuran untuk mencatat/mengingat. Yang ada hanya mengetahui dan merefleksikan.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 17 January 2009, 10:09:34 AM
Saya tetap tidak ketemu anjuran untuk mencatat/mengingat. Yang ada hanya mengetahui dan merefleksikan.
Mas, aye mah kaga tau teori meditasi tuh kek apa :)) yang kalo aye TAFSIRKAN engetahui itu sama dengan mencatat :)) , cuma kalo salah harap maklum :)) :
[1] Menarik nafas panjang ia mengetahui, 'Aku menarik nafas panjang;' atau, menghembuskan nafas panjang ia mengetahui, 'Aku menghembuskan nafas panjang.' [2] Atau menarik nafas pendek ia mengetahui, 'Aku menarik nafas pendek;' atau, menghembuskan nafas pendek ia mengetahui, 'Aku menghembuskan nafas pendek.' [3] Ia berlatih, 'Aku akan menarik nafas peka terhadap seluruh jasmani.' Ia berlatih, 'Aku akan menghembuskan nafas peka terhadap seluruh jasmani.' [4] Ia berlatih, 'Aku akan menarik nafas menenangkan pengondisi jasmani (nafas keluar-masuk).' Ia berlatih, 'Aku akan menghembuskan nafas menenangkan pengondisi jasmani.'

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 17 January 2009, 10:11:57 AM
itu teknik mahasi bro

Oooh... OK.

Kalau dari yang saya mengerti (dari Satipatthana Sutta) bahkan tindakan mencatat itu sendiri juga harus diketahui sebagai proses pikiran, dan terbentuknya "catatan" itu juga diketahui sebagai "pembentukan buah pikiran". Maka, walaupun "catatan" itu bisa membawa kita pada arah yang lebih baik, kita tetap tidak menggenggam "catatan" tersebut, yang sebetulnya juga adalah bentukan pikiran yang dihasilkan persepsi.



Dari catatan pa Hudoyo :
Jadi, (asli menurut) Sang Buddha dalam Maha Satipatthana Sutta, dijelaskan
bahwa konsentrasi yang benar itu, keterangannya adalah mencapai jhana sampai ke
jhana 4. Gak mungkin sutta ini salah tokh?
---------------
Bukan soal "salah" atau "benar", melainkan apakah isi Maha-satipatthana-sutta
itu benar-benar berasal dari mulut Sang Buddha? Ingat bahwa Tipitaka Pali baru
ditulis 500 (baca: lima ratus) tahun setelah zaman Sang Buddha. Kajian kritis
terhadap kitab suci (scriptural criticism) menunjukkan bahwa sutta-sutta panjang
yang terdapat dalam Digha-nikaya dan Majjhima-nikaya sering kali merupakan
"mozaik" dari potongan-potongan sutta-sutta pendek yang jauh lebih tua
dibandingkan sutta-sutta panjang itu sendiri. Buddhadasa Mahathera alm. menyebut
Maha-satipatthana-sutta "tidak lebih dari deretan bertele-tele dari obyek-obyek
meditasi", dengan kata lain bukan satu khotbah yang berdiri sendiri. Dari kajian
kritis kitab suci itu disimpulkan bahwa sutta-sutta pendek (seperti yang banyak
terrcantum dalam kitab-kitab Udana, Itivuttaka, Sutta-nipata dll) berumur jauh
lebih tua daripada sutta-sutta panjang dalam Digha-nikayadan Majjhima-nikaya.
Banyak ungkapan-ungkapan pendek yang ORISINAL dalam sutta-sutta pendek itu yang
mengisyaratkan KEOTENTIKAN. (Misalnya: "Atthi, bhikkhave, ajatam akatam abhutam
asankhatam." -- "Ada, para bhikkhu, yang tak terlahirkan, tak tercipta, bukan
makhluk/entitas, tak terkondisi", dalam kitab Udana. Hampir tidak pernah kita
temukan ungkapan ini dalam sutta-sutta lain, apa lagi dalam sutta-sutta panjang.

Bahkan saya pribadi meragukan apakah RUMUSAN "Empat Kebenaran Suci" dan "Jalan
Suci Berunsur Delapan" yang begitu banyak terdapat dalam ratusan sutta, dan
konon "pertama kali" dikhotbahkan dalam "Dhamma-cakka-ppavattana-sutta" pada
Hari Asadha, itu benar-benar berasal dari mulut Sang Buddha sendiri, ataukah
berkembang belakangan di kalangan para bhikku untuk MENGHAFALKAN ajaran Sang
Buddha.

Keraguan saya ini didasarkan pada isi sutta pendek bernama "Bahiya-sutta". Di
situ Sang Buddha mengajarkan vipassana murni kepada petapa Bahiya, yang bukan
bhikkhu, bukan muridnya. Sang Buddha tidak mengajarkan tentang Empat Kebenaran
Suci & Jalan Suci Berunsur Delapan; toh pada akhir khotbah pendek itu, petama
Bahiya langsung mencapai pembebasan terakhir (menjadi arahat). -- Begitu pula
fakta yang saya lihat dalam pelatihan MMD: banyak peserta non-Buddhis langsung
bisa menangkap kiat vipassana tanpa harus belajar teori-teori Agama Buddha lebih
dulu.

Salam,
Hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 17 January 2009, 10:18:26 AM
Mas, aye mah kaga tau teori meditasi tuh kek apa :)) yang kalo aye TAFSIRKAN engetahui itu sama dengan mencatat :)) , cuma kalo salah harap maklum :)) :
[1] Menarik nafas panjang ia mengetahui, 'Aku menarik nafas panjang;' atau, menghembuskan nafas panjang ia mengetahui, 'Aku menghembuskan nafas panjang.' [2] Atau menarik nafas pendek ia mengetahui, 'Aku menarik nafas pendek;' atau, menghembuskan nafas pendek ia mengetahui, 'Aku menghembuskan nafas pendek.' [3] Ia berlatih, 'Aku akan menarik nafas peka terhadap seluruh jasmani.' Ia berlatih, 'Aku akan menghembuskan nafas peka terhadap seluruh jasmani.' [4] Ia berlatih, 'Aku akan menarik nafas menenangkan pengondisi jasmani (nafas keluar-masuk).' Ia berlatih, 'Aku akan menghembuskan nafas menenangkan pengondisi jasmani.'


Kalau ryu sedang makan dengan sadar, mengetahui bahwa "saya lagi makan", tetapi belum tentu mencatat, "saya kunyah 193x, menggigit 87x" dan lain sebagainya. Dalam mencatat, selalu ada tolok ukur suatu "waktu", "pada saat itu". Dalam mengetahui, hanya ada "saat ini".

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 17 January 2009, 10:23:01 AM
Mas, aye mah kaga tau teori meditasi tuh kek apa :)) yang kalo aye TAFSIRKAN engetahui itu sama dengan mencatat :)) , cuma kalo salah harap maklum :)) :
[1] Menarik nafas panjang ia mengetahui, 'Aku menarik nafas panjang;' atau, menghembuskan nafas panjang ia mengetahui, 'Aku menghembuskan nafas panjang.' [2] Atau menarik nafas pendek ia mengetahui, 'Aku menarik nafas pendek;' atau, menghembuskan nafas pendek ia mengetahui, 'Aku menghembuskan nafas pendek.' [3] Ia berlatih, 'Aku akan menarik nafas peka terhadap seluruh jasmani.' Ia berlatih, 'Aku akan menghembuskan nafas peka terhadap seluruh jasmani.' [4] Ia berlatih, 'Aku akan menarik nafas menenangkan pengondisi jasmani (nafas keluar-masuk).' Ia berlatih, 'Aku akan menghembuskan nafas menenangkan pengondisi jasmani.'


Kalau ryu sedang makan dengan sadar, mengetahui bahwa "saya lagi makan", tetapi belum tentu mencatat, "saya kunyah 193x, menggigit 87x" dan lain sebagainya. Dalam mencatat, selalu ada tolok ukur suatu "waktu", "pada saat itu". Dalam mengetahui, hanya ada "saat ini".


Berarti yang mengajarkan meditasi dengan mencatat salah ya?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 17 January 2009, 10:24:14 AM
itu teknik mahasi bro

Oooh... OK.

Kalau dari yang saya mengerti (dari Satipatthana Sutta) bahkan tindakan mencatat itu sendiri juga harus diketahui sebagai proses pikiran, dan terbentuknya "catatan" itu juga diketahui sebagai "pembentukan buah pikiran". Maka, walaupun "catatan" itu bisa membawa kita pada arah yang lebih baik, kita tetap tidak menggenggam "catatan" tersebut, yang sebetulnya juga adalah bentukan pikiran yang dihasilkan persepsi.



Dari catatan pa Hudoyo :
Jadi, (asli menurut) Sang Buddha dalam Maha Satipatthana Sutta, dijelaskan
bahwa konsentrasi yang benar itu, keterangannya adalah mencapai jhana sampai ke
jhana 4. Gak mungkin sutta ini salah tokh?
---------------
Bukan soal "salah" atau "benar", melainkan apakah isi Maha-satipatthana-sutta
itu benar-benar berasal dari mulut Sang Buddha? Ingat bahwa Tipitaka Pali baru
ditulis 500 (baca: lima ratus) tahun setelah zaman Sang Buddha. Kajian kritis
terhadap kitab suci (scriptural criticism) menunjukkan bahwa sutta-sutta panjang
yang terdapat dalam Digha-nikaya dan Majjhima-nikaya sering kali merupakan
"mozaik" dari potongan-potongan sutta-sutta pendek yang jauh lebih tua
dibandingkan sutta-sutta panjang itu sendiri. Buddhadasa Mahathera alm. menyebut
Maha-satipatthana-sutta "tidak lebih dari deretan bertele-tele dari obyek-obyek
meditasi", dengan kata lain bukan satu khotbah yang berdiri sendiri. Dari kajian
kritis kitab suci itu disimpulkan bahwa sutta-sutta pendek (seperti yang banyak
terrcantum dalam kitab-kitab Udana, Itivuttaka, Sutta-nipata dll) berumur jauh
lebih tua daripada sutta-sutta panjang dalam Digha-nikayadan Majjhima-nikaya.
Banyak ungkapan-ungkapan pendek yang ORISINAL dalam sutta-sutta pendek itu yang
mengisyaratkan KEOTENTIKAN. (Misalnya: "Atthi, bhikkhave, ajatam akatam abhutam
asankhatam." -- "Ada, para bhikkhu, yang tak terlahirkan, tak tercipta, bukan
makhluk/entitas, tak terkondisi", dalam kitab Udana. Hampir tidak pernah kita
temukan ungkapan ini dalam sutta-sutta lain, apa lagi dalam sutta-sutta panjang.

Bahkan saya pribadi meragukan apakah RUMUSAN "Empat Kebenaran Suci" dan "Jalan
Suci Berunsur Delapan" yang begitu banyak terdapat dalam ratusan sutta, dan
konon "pertama kali" dikhotbahkan dalam "Dhamma-cakka-ppavattana-sutta" pada
Hari Asadha, itu benar-benar berasal dari mulut Sang Buddha sendiri, ataukah
berkembang belakangan di kalangan para bhikku untuk MENGHAFALKAN ajaran Sang
Buddha.

Keraguan saya ini didasarkan pada isi sutta pendek bernama "Bahiya-sutta". Di
situ Sang Buddha mengajarkan vipassana murni kepada petapa Bahiya, yang bukan
bhikkhu, bukan muridnya. Sang Buddha tidak mengajarkan tentang Empat Kebenaran
Suci & Jalan Suci Berunsur Delapan; toh pada akhir khotbah pendek itu, petama
Bahiya langsung mencapai pembebasan terakhir (menjadi arahat). -- Begitu pula
fakta yang saya lihat dalam pelatihan MMD: banyak peserta non-Buddhis langsung
bisa menangkap kiat vipassana tanpa harus belajar teori-teori Agama Buddha lebih
dulu.

Salam,
Hudoyo

Itu 'kan "katanya" Pak Hudoyo, berdasarkan "subjektifitasnya" Pak Hudoyo.
Menurut "subjektifitas" saya, "tafsiran" saya, tidak begitu. ;D
Saya tidak terlalu mementingkan otentik/tidak. Kalau tidak bermanfaat bagi saya, otentik atau tidak tetep saja tidak bermanfaat. Memang sutta itu banyak yang "bertele-tele", tapi kalau menurut saya, memang tidak semua orang bisa dijelaskan dengan singkat. Semua orang punya keterbatasan. Itu sebabnya Buddha (lagi-lagi menurut subjektifitas saya,) kadang "bertele-tele" (misalnya kalau menjelaskan ke perumahtangga atau orang beraliran lain), kadang "irit kalimat" (misalnya kalau bicara dengan Maha-Kaccana).


Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 17 January 2009, 10:27:07 AM
Berarti yang mengajarkan meditasi dengan mencatat salah ya?

Pertama-tama, saya tidak di posisi menentukan benar atau salah.
Tetapi kalau dari pendapat pribadi saya, belum tentu salah. Tergantung apa yang dilakukan dengan pencatatan tersebut.
Seperti saya bilang, mencatat juga proses pikiran, catatan juga bentukan pikiran. Ketika ia merefleksikannya demikian, maka akan menjadi selaras dengan Satipatthana Sutta. Jika orang menggenggam catatannya sebagai "ini kebenaran, ini sebuah pencapaian, ini nibbana" dan lain sebagainya, menurut saya itu salah.

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 17 January 2009, 10:30:37 AM
Berarti yang mengajarkan meditasi dengan mencatat salah ya?

Pertama-tama, saya tidak di posisi menentukan benar atau salah.
Tetapi kalau dari pendapat pribadi saya, belum tentu salah. Tergantung apa yang dilakukan dengan pencatatan tersebut.
Seperti saya bilang, mencatat juga proses pikiran, catatan juga bentukan pikiran. Ketika ia merefleksikannya demikian, maka akan menjadi selaras dengan Satipatthana Sutta. Jika orang menggenggam catatannya sebagai "ini kebenaran, ini sebuah pencapaian, ini nibbana" dan lain sebagainya, menurut saya itu salah.


Retret MMD akhir pekan di Bali (Brahmavihara-arama, Kab. Buleleng) kemarin (20 - 22 Juni 2008) diikuti oleh 21 orang, di antaranya 7 orang (33%) peserta lama.

Peserta termuda berusia 16 tahun, paling tua berusia 58 tahun. Agama peserta: 11 (52%) orang Buddhis, 7 (33%) orang Hindu, 2 orang Katholik.

Seperti biasa, menjelang akhir retret, peserta diminta menuliskan komentar tentang pengalaman, kesan dsb selama melakukan retret.

Berikut ini disampaikan dua komentar yang menarik, karena isinya bertolak belakang. Dua-duanya tidak menyebutkan nama, tapi tampaknya penulisnya pernah mengikuti retret vipassana versi Mahasi Sayadaw sebelum mengikuti retret MMD sekarang.

Salam,
hudoyo

=============================
REKAN A:

"Pengalaman: Saya melihat MMD ini sama saja dengan metode meditasi yang lain; intinya menyadari. Semua meditasi vipassana yang lain juga menyadari. Kalau ada orang yang menyatakan ini berbeda dengan metode lain, itu disebabkan karena orang itu memegang perbedaan itu.

Memang ada perbedaan sedikit, tapi saya tidak melihat sebagai sesuatu yang penting: MMD tidak mencatat, metode yang lain mencatat.

Hasilnya: dengan MMD, sepertinya perhatian kurang tajam.
Metode Mahasi, perhatian tajam.

Hasil akhirnya sama mencapai keheningan, tidak adanya 'aku' (kosong), walaupun cuma beberapa detik.

Terima kasih."

=============================
REKAN B:

"Semoga berbahagia.

Selama saya mengikuti retret MMD ini, walaupun hanya 3 hari, saya merasakan adanya perbedaan dengan retret meditasi metode Mahasi. Saya merasa tidak terbebani secara mental dalam retret MMD ini. Saya begitu apa adanya rasanya setelah tidak melabel dan mau menerima apa adanya gejolak batin yang timbul, seperti bosan, cemas, senang karena mendapat pengalaman baru, kebanggaan. Hal ini tidak sepenuhnya saya rasakan pada saat retret metode yang lain, di mana saya harus berkonsentrasi dan melabel.

Semoga retret MMD semakin berkembang."

=============================
CATATAN PEMBIMBING:

Tentang adanya perbedaan pengalaman & kesan yang bertolak belakang antara Rekan A dan Rekan B tidak perlu saya tanggapi. Hal itu adalah wajar-wajar saja.

Yang ingin saya tanggapi adalah pernyataan Rekan A:
"Hasilnya: dengan MMD, sepertinya perhatian kurang tajam.
Metode Mahasi, perhatian tajam."

Observasi Rekan A itu memang benar. Tetapi tidak ada yang salah dalam kedua versi vipassana itu, karena masing-masing versi bertolak dari pemahaman yang sangat berbeda satu sama lain.

Seperti dikatakan oleh Pak Bing dalam poster yang ditempel di dinding Brahmavihara-arama kemarin, vipassana versi Mahasi Sayadaw bertolak dari pemahaman bahwa vipassana adalah suatu "usaha sekuat tenaga untuk mencapai nibbana". Jadi praktik vipassana versi Mahasi Sayadaw berupa suatu usaha (viriya) maksimal, dengan cara berkonsentrasi, memperlambat gerakan, mencatat (melabel) segala sesuatu yang diamati.

Dengan sendirinya, hasilnya adalah perhatian yang tajam. Perhatian yang tajam ini pada gilirannya akan menghasilkan 'pengetahuan-pengetahuan' (nyana-nyana) sampai akhirnya tercapai nibbana. Begitu teorinya.

Sebaliknya, MMD bertolak dari pemahaman bahwa vipassana BUKANLAH "usaha sekuat tenaga" untuk "mencapai sesuatu di masa depan", melainkan suatu sikap sadar (eling) yang pasif pada saat kini, tanpa memikirkan tujuan apa pun di masa depan. Oleh karena itu, dalam MMD ditekankan sikap pasif, tidak ada usaha (viriya) apa pun, tidak ada konsentrasi, tidak ada teknik meditasi apa pun (memperlambat gerakan, mencatat dsb), tidak ada cita-cita/tujuan.

Dengan sendirinya, hasilnya perhatian kurang tajam (dibandingkan perhatian pada vipassana metode Mahasi Sayadaw); perhatian dalam MMD tidak banyak berbeda dengan perhatian dalam kesadaran sehari-hari, namun di situ ada keheningan, ada pelepasan (bukan konsentrasi). Di sisi lain, hasil yang segera dirasakan adalah terlepasnya 'beban meditasi', adanya rasa ringan, rasa bebas, tanpa tujuan, tanpa usaha, sebagaimana dialami oleh Rekan B.

Dalam MMD tidak dibutuhkan konsentrasi yang tajam, karena MMD tidak bertujuan untuk mencapai nyana-nyana seperti dalam vipassana versi Mahasi Sayadaw. Alih-alih, sebagaimana dinyatakan oleh Sang Buddha kepada Bahiya dan Malunkyaputta, kalau pemeditasi bisa berada dalam keadaan sadar secara pasif, tanpa usaha apa pun, maka aku/atta tidak ada, dan itulah akhir derita (nibbana). Itulah dasar pemahaman & praktik MMD.

Nah, para peminat meditasi, kalau ingin membandingkan kedua versi vipassana itu, silakan mencoba kedua-duanya.

Salam,
Hudoyo
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 17 January 2009, 10:43:32 AM
Sadhu, sadhu, sadhu

Ajaran Ajahn Chah memang paling dekat dengan MMD, dan ini diikuti oleh Sri Pannyavaro Mahathera.




Bhante Pannya tidak mengikuti MMD, melainkan mendukung MMD secara terang-terangan. Sudah baca wejangan beliau pada pembukaan dan penutupan retret MMD seminggu di Vihara Mendut Desember lalu?

Hudoyo


Ini sih ke GE Er-an aja  ^-^

Lagi pula, jhana tidak bisa "dilepaskan" dari batin orang yang mengalaminya. Jadi bicara tentang jhana, tentulah bicara tentang batin orang yang mengalaminya. -- Ini seperti kilah banyak orang: "Yang salah bukan agamanya, tapi orangnya." Mana ada 'agama' yang berada di awang-awang, di luar kepala penganutnya?


Kata siapa jhana tidak bisa dilepaskan  :)) kalo belum merasakan berjhana ria lalu bisa melepaskan, jangan asbun. coba dulu baru beli om  ^-^. Biasanya Anda suruh org praktek MMD baru ngomong. Ini jelas Anda juga ASBUN tanpa pernah mengalami jhana tapi berasumsi ttg jhana :)) . Anda kira jhana tidak bisa dilepaskan  ^-^


Ya, jelas Ajahn Chah tidak ANTI terhadap jhana ... untuk apa pula beliau ANTI-jhana?

Tetapi di lain pihak, Ajahn Chah dengan tegas menyatakan jhana tidak perlu untuk pembebasan. ... Ini berbeda dengan pandangan banyak bhikkhu lain, termasuk pandangan muridnya sendiri Ajahn Brahmavamso.

Hudoyo


Jhana memang tidak diperlukan untuk pembebasan dan didalam jhana memang tidak bisa bervipasanna, tapi yg diperlukan adalah gema jhana SETELAH keluar dari jhana atau di upacara samadhi. Dan mereka mau menggunakan gema jhana atau tidak itu terserah masing2. Jadi Anda jelas salah tangkap mengartikan pandangan Ajahn Chah dengan muridnya Ajahn Brahmavamsoyg Anda katakan berbeda, BACALAh yg jelas. Dan perlu diketahui Ajahn Chah juga memiliki jhana. Dan tepat sekali apa yg dikatakan Ajahn Chah untuk tidak membedakan samatha dan vipasanna karena itu merupakan kesatuan. Jadi hanya orang bodoh yg memilah2 atau menghilangkan satu sama lainnya. Dan guru Ajahn Chah sendiri juga memilki jhana tetapi mereka tidak melekat dan bisa melepaskan. ^-^

Ajahn Chah Menjawab:
TANYA: Anda mengatakan 'samatha' dan 'vipassana' , atau konsentrasi
dan pencerahan, itu sama. Dapatkah Anda menjelaskan lebih lanjut?

JAWAB: Itu sederhana sekali. Konsentrasi (samatha) dan kearifan
(vipassana) bekerja bersama-sama


Ajahn chah MENEGASKAN perlunya KONSENTRASI sementara MMD tidak perlu konsentrasi (menurut Pak Hud) jadi keliatannya cuma nyama2 in aja deh... supaya jualannya laku ya..^-^ Lihat tulisan Pak Hud yg di posting ryu diatas.


TANYA: Apakah perlu untuk mampu masuk ke dalam absorpsi [jhana] dalam
latihan kita?

JAWAB: Tidak, absorpsi [jhana] tidak perlu. Anda harus menegakkan
ketenangan dan pemusatan batin sampai taraf tertentu. Lalu Anda
gunakan itu untuk menyelidiki diri Anda sendiri. Tidak dibutuhkan
apa-apa yang istimewa. Jika absorpsi [jhana] muncul dalam praktek
Anda, itu juga OK. Tapi jangan melekat kepadanya. Sementara orang
memikirkan terlalu banyak tentang absorpsi [jhana]. Kita bisa
bermain-main dengan itu secara sangat menyenangkan. Anda harus tahu
batas-batas yang semestinya. Jika Anda arif, maka Anda akan tahu
kegunaan dan keterbatasan absorpsi [jhana], persis seperti Anda tahu
keterbatasan anak-anak dibandingkan orang dewasa.


Coba baca kalimat selanjutnya dong... jangan makan sayur mentah aja bung  ^-^[/color


Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 17 January 2009, 11:17:36 AM
Observasi Rekan A itu memang benar. Tetapi tidak ada yang salah dalam kedua versi vipassana itu, karena masing-masing versi bertolak dari pemahaman yang sangat berbeda satu sama lain.

Seperti dikatakan oleh Pak Bing dalam poster yang ditempel di dinding Brahmavihara-arama kemarin, vipassana versi Mahasi Sayadaw bertolak dari pemahaman bahwa vipassana adalah suatu "usaha sekuat tenaga untuk mencapai nibbana". Jadi praktik vipassana versi Mahasi Sayadaw berupa suatu usaha (viriya) maksimal, dengan cara berkonsentrasi, memperlambat gerakan, mencatat (melabel) segala sesuatu yang diamati.

[...]

Sebaliknya, MMD bertolak dari pemahaman bahwa vipassana BUKANLAH "usaha sekuat tenaga" untuk "mencapai sesuatu di masa depan", melainkan suatu sikap sadar (eling) yang pasif pada saat kini, tanpa memikirkan tujuan apa pun di masa depan. Oleh karena itu, dalam MMD ditekankan sikap pasif, tidak ada usaha (viriya) apa pun, tidak ada konsentrasi, tidak ada teknik meditasi apa pun (memperlambat gerakan, mencatat dsb), tidak ada cita-cita/tujuan.

Dengan sendirinya, hasilnya perhatian kurang tajam (dibandingkan perhatian pada vipassana metode Mahasi Sayadaw); perhatian dalam MMD tidak banyak berbeda dengan perhatian dalam kesadaran sehari-hari, namun di situ ada keheningan, ada pelepasan (bukan konsentrasi). Di sisi lain, hasil yang segera dirasakan adalah terlepasnya 'beban meditasi', adanya rasa ringan, rasa bebas, tanpa tujuan, tanpa usaha, sebagaimana dialami oleh Rekan B.

Dalam MMD tidak dibutuhkan konsentrasi yang tajam, karena MMD tidak bertujuan untuk mencapai nyana-nyana seperti dalam vipassana versi Mahasi Sayadaw. Alih-alih, sebagaimana dinyatakan oleh Sang Buddha kepada Bahiya dan Malunkyaputta, kalau pemeditasi bisa berada dalam keadaan sadar secara pasif, tanpa usaha apa pun, maka aku/atta tidak ada, dan itulah akhir derita (nibbana). Itulah dasar pemahaman & praktik MMD.

Misalnya ada 2 orang terlilit oleh ular besar. Orang pertama, mengetahui di mana titik lemah dan titik kekuatan ular, melawan lilitan tersebut dengan kekuatan & kegigihan, memegang kepalanya dan menekan bagian lemah ular, membuatnya kehilangan kekuatan dan kemudian melepas lilitannya, dan dia terbebas. Orang kedua, mengetahui semakin kuat melawan, semakin kencang lilitannya, menghentikan perlawanan dan memberikan kesan bagi si ular bahwa dia sudah mati/tidak bisa melawan. Ketika kemudian ular itu melepaskan lilitannya, maka ia melarikan diri.
Apakah cara 1 salah dan 2 benar, ataukah sebaliknya? Apakah cara 1 lebih baik dari 2 atau sebaliknya?
Kalau saya bilang sih tidak juga. Tergantung tipe orang dan kemahirannya masing-masing.
Saya tidak melakukan versi Mahasi maupun MMD, tetapi saya pribadi memandangnya seperti kasus ular itu. Dari mana mereka tahu seluk beluk ular? Dari Sang Guru. 2 murid mendengar penjelasan tentang ular dari guru yang sama, mengembangkan metode yang cocok bagi masing2.

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 17 January 2009, 11:24:08 AM
menurut saya, aktifitas "mencatat" apa yg dirasa, dialami oleh kita terjadi secara otomatis.
mungkin dalam satu waktu kita lupa, tetapi jika ada kondisi yg pas, kita dapat ingat hal yg telah lama kita lupakan. & tanpa disadari "catatan" (pengalaman) ini sebenarnya mempengaruhi kita dalam memberi penilaian thd objek yg kita alami sekarang

dalam meditasi metoda Mahasi yg dikatakan "mencatat" sebenarnya lebih tepat dikatakan "melabeli"... melabeli terus menerus ini sebenarnya sama dengan salah satu unsur jhana I (saya tidak ingat istilahnya) & pada jhana selanjutnya faktor ini harus dikoreksi shg tidak ada (tidak diperlukan lagi)

cmiiw
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Reenzia on 17 January 2009, 11:29:00 AM
saia rasa, mencatat disini bisa dikatakan dengan sati...
kalo tidak sadar tentu tidak menyadari apa yang telah terjadi toh? yg berarti tidak ingat/tidak pernah tahu

kalo memilih untuk tidak sati/konsentrasi berarti bisa dikatakan tidak mencatat
yang berarti menutup semua indra, gitukah?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 17 January 2009, 11:32:36 AM
Observasi Rekan A itu memang benar. Tetapi tidak ada yang salah dalam kedua versi vipassana itu, karena masing-masing versi bertolak dari pemahaman yang sangat berbeda satu sama lain.

Seperti dikatakan oleh Pak Bing dalam poster yang ditempel di dinding Brahmavihara-arama kemarin, vipassana versi Mahasi Sayadaw bertolak dari pemahaman bahwa vipassana adalah suatu "usaha sekuat tenaga untuk mencapai nibbana". Jadi praktik vipassana versi Mahasi Sayadaw berupa suatu usaha (viriya) maksimal, dengan cara berkonsentrasi, memperlambat gerakan, mencatat (melabel) segala sesuatu yang diamati.

[...]

Sebaliknya, MMD bertolak dari pemahaman bahwa vipassana BUKANLAH "usaha sekuat tenaga" untuk "mencapai sesuatu di masa depan", melainkan suatu sikap sadar (eling) yang pasif pada saat kini, tanpa memikirkan tujuan apa pun di masa depan. Oleh karena itu, dalam MMD ditekankan sikap pasif, tidak ada usaha (viriya) apa pun, tidak ada konsentrasi, tidak ada teknik meditasi apa pun (memperlambat gerakan, mencatat dsb), tidak ada cita-cita/tujuan.

Dengan sendirinya, hasilnya perhatian kurang tajam (dibandingkan perhatian pada vipassana metode Mahasi Sayadaw); perhatian dalam MMD tidak banyak berbeda dengan perhatian dalam kesadaran sehari-hari, namun di situ ada keheningan, ada pelepasan (bukan konsentrasi). Di sisi lain, hasil yang segera dirasakan adalah terlepasnya 'beban meditasi', adanya rasa ringan, rasa bebas, tanpa tujuan, tanpa usaha, sebagaimana dialami oleh Rekan B.

Dalam MMD tidak dibutuhkan konsentrasi yang tajam, karena MMD tidak bertujuan untuk mencapai nyana-nyana seperti dalam vipassana versi Mahasi Sayadaw. Alih-alih, sebagaimana dinyatakan oleh Sang Buddha kepada Bahiya dan Malunkyaputta, kalau pemeditasi bisa berada dalam keadaan sadar secara pasif, tanpa usaha apa pun, maka aku/atta tidak ada, dan itulah akhir derita (nibbana). Itulah dasar pemahaman & praktik MMD.

Misalnya ada 2 orang terlilit oleh ular besar. Orang pertama, mengetahui di mana titik lemah dan titik kekuatan ular, melawan lilitan tersebut dengan kekuatan & kegigihan, memegang kepalanya dan menekan bagian lemah ular, membuatnya kehilangan kekuatan dan kemudian melepas lilitannya, dan dia terbebas. Orang kedua, mengetahui semakin kuat melawan, semakin kencang lilitannya, menghentikan perlawanan dan memberikan kesan bagi si ular bahwa dia sudah mati/tidak bisa melawan. Ketika kemudian ular itu melepaskan lilitannya, maka ia melarikan diri.
Apakah cara 1 salah dan 2 benar, ataukah sebaliknya? Apakah cara 1 lebih baik dari 2 atau sebaliknya?
Kalau saya bilang sih tidak juga. Tergantung tipe orang dan kemahirannya masing-masing.
Saya tidak melakukan versi Mahasi maupun MMD, tetapi saya pribadi memandangnya seperti kasus ular itu. Dari mana mereka tahu seluk beluk ular? Dari Sang Guru. 2 murid mendengar penjelasan tentang ular dari guru yang sama, mengembangkan metode yang cocok bagi masing2.



50.      Dapatkah setiap orang mencapai kebahagiaan dan kebebasan Nibbana? Bila dapat, apakah setiap orang pada akhirnya akan mencapainya? Jawaban untuk hal yang pertama adalah jelas, yakni bahwa setiap orang dapat mencapai Nibbana, dan justru Sang Buddha senantiasa mendorong setiap orang untuk menjadikan Nibbana tujuan hidupnya serta agar berupaya sekuatnya untuk mencapainya. Senandung para wanita yang telah mencapai Nibbana, terdengar lantang dan jelas, dalam menjawab pertanyaan ini.

              Keadaan Abadi ini telah banyak yang mencapainya,
              Dan tetap dapat dicapai saat inipun,
              Bagi siapa yang menjalankannya sendiri,
              Tapi tidak bagi yang tidak berusaha sekuatnya.12

      Apakah setiap orang dapat mencapai Nibbana atau tidak? Jawaban dari pertanyaan ini tak dapat diramalkan, karena setiap orang mempunyai minat dan cita-cita masing-masing. Sang Buddha telah mengajarkan Dhamma dan dengan segala macam cara, menganjurkan orang untuk melaksanakannya; namun tentu saja pelaksananya tergantung pada orang itu sendiri-sendiri.

              "Gotama Yang Baik, setelah diajar dan diarahkan oleh-Mu, apakah semua siswa-Mu akan mencapai cita-cita murni itu, atau sebagian tidak akan berhasil?"
              "Sebagian akan mencapainya dan sebagian tidak."
              "Apa alasannya, Gotama Yang Baik? Apa penyebabnya?"
              "Saya akan bertanya padamu, Brahmin; jawablah bila berkenan. Bagaimana pikiranmu? Apakah engkau mengetahui jalan ke Rajagaha?"
              "Ya, Gotama Yang Baik, saya mengetahuinya."
              "Baik, andaikan seorang datang padamu, dan berkata bahwa dia ingin ke Rajagaha dan bertanya arahnya. Lalu, engkau berkata: 'Jalan ini menuju ke Rajagaha; berjalanlah terus sampai ke suatu desa, berjalanlah terus sampai engkau sampai di pasar, lalu bila engkau berjalan terus engkau akan sampai di Rajagaha dengan kebun-kebunnya yang indah, hutan-hutan yang indah, lapangan-lapangan yang indah dan kolam-kolam yang indah. Namun, walau telah ditunjukkan dan diarahkan olehmu jalan itu, tapi orang tadi mengambil jalan lain yang menuju ke Barat. Dan, oleh karenanya dia tidak sampai ke Rajagaha. Lalu, andaikan seorang lagi datang padamu, dan dia juga berkeinginan ke Rajagaha, lalu karena dia mengikuti petunjukmu, maka akhirnya dia tiba dengan selamat. Jadi oleh karena ada Rajagaha, oleh karena ada jalan menuju kesana, dan juga ada engkau sebagai penunjuk jalan, mengapa orang yang pertama tidak sampai sedangkan orang yang satunya lagi sampai ke Rajagaha?" "Gotama Yang Baik, apa yang harus saya kerjakan dalam hal ini? Saya tiada lain hanyalah seorang penunjuk jalan." "Demikian pula, Brahmin; ada Nibbana, ada jalan menuju ke Nibbana, dan ada Saya sebagai penunjuk jalan menuju ke Nibbana. Tapi hanya sebagian Siswa yang diajar dan diarahkan oleh-Ku yang mencapai Nibbana, sebagian lainnya tidak. Apa yang dapat Saya perbuat dalam hal ini? Sang Tathagata adalah penunjuk Jalan.13

      Tapi satu hal yang pasti - siapapun yang mencapai Nibbana adalah sebagai hasil menjalankan ajaran Sang Buddha.

              "Bila, dengan pengertian penuh Gotama Yang Baik telah mengajarkan Dhamma pada siswa-Nya untuk pemurnian makhluk hidup, untuk mengatasi penyesalan dan keputus-asaan, untuk mengakhiri kesedihan dan kemurungan, untuk mencapai tatacara-nya, untuk mencapai nibbana; lalu apakah seluruh dunia akan mencapainya, atau seperduanya, atau sepertiganya?"
              Sampai disitu, Sang Buddha berdiam diri. Lalu Ananda berpikir: "Orang ini hendaknya jangan sampai berpikir bahwa Sang Buddha tidak dapat menjawab pertanyaan yang penting ini." Jadi Ananda berkata: "Saya akan memberi suatu perumpamaan." Bayangkan ada suatu kota dikelilingi oleh tembok dengan dasar pondasi yang sangat kuat, bermenara dan berpintu gerbang hanya satu, pintu gerbang dijaga ketat, hanya orang yang dikenal diperbolehkan melewatinya, dan orang asing tak diperbolehkan melewatinya. Lalu, ketika seseorang berjaga di sekeliling tembok, dia tidak menemukan satupun lobang yang dapat dilewati walau oleh seekor kucing pun. Dengan demikian dia tahu, bahwa semua makhluk, besar ataupun kecil, hanya dapat masuk ke kota atau keluar dari kota dengan melewati gerbang tersebut. Sama halnya dengan pertanyaanmu, tidaklah penting bagi Sang Buddha. Apa yang disabdakan Beliau adalah, bahwa "Siapapun yang telah terbebas, sedang terbebas ataupun akan terbebas dari dunia ini, dia akan terbebas dengan cara melepaskan ke-lima rintangan, melepaskan kesesatan-batin yang melemahkan kebijaksanaan, dia akan terbebas dengan cara mengembangkan batin dalam empat dasar kesadaran, dan dengan mengembangkan tujuh unsur pencerahan."14
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 17 January 2009, 11:35:25 AM
menurut saya, aktifitas "mencatat" apa yg dirasa, dialami oleh kita terjadi secara otomatis.
mungkin dalam satu waktu kita lupa, tetapi jika ada kondisi yg pas, kita dapat ingat hal yg telah lama kita lupakan. & tanpa disadari "catatan" (pengalaman) ini sebenarnya mempengaruhi kita dalam memberi penilaian thd objek yg kita alami sekarang

dalam meditasi metoda Mahasi yg dikatakan "mencatat" sebenarnya lebih tepat dikatakan "melabeli"... melabeli terus menerus ini sebenarnya sama dengan salah satu unsur jhana I (saya tidak ingat istilahnya) & pada jhana selanjutnya faktor ini harus dikoreksi shg tidak ada (tidak diperlukan lagi)

cmiiw
Bukan untuk mengembangkan perhatian benar ko Tesla?
Ketika makan, mencatat makan, ketika mengunyah, mencatat mengunyah, jadi melihat apa adanya bukan tuh?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hatRed on 17 January 2009, 11:39:14 AM
yg ini

Quote
"Saya akan memberi suatu perumpamaan." Bayangkan ada suatu kota dikelilingi oleh tembok dengan dasar pondasi yang sangat kuat, bermenara dan berpintu gerbang hanya satu, pintu gerbang dijaga ketat, hanya orang yang dikenal diperbolehkan melewatinya, dan orang asing tak diperbolehkan melewatinya. Lalu, ketika seseorang berjaga di sekeliling tembok, dia tidak menemukan satupun lobang yang dapat dilewati walau oleh seekor kucing pun. Dengan demikian dia tahu, bahwa semua makhluk, besar ataupun kecil, hanya dapat masuk ke kota atau keluar dari kota dengan melewati gerbang tersebut. Sama halnya dengan pertanyaanmu, tidaklah penting bagi Sang Buddha. Apa yang disabdakan Beliau adalah, bahwa "Siapapun yang telah terbebas, sedang terbebas ataupun akan terbebas dari dunia ini, dia akan terbebas dengan cara melepaskan ke-lima rintangan, melepaskan kesesatan-batin yang melemahkan kebijaksanaan, dia akan terbebas dengan cara mengembangkan batin dalam empat dasar kesadaran, dan dengan mengembangkan tujuh unsur pencerahan."14

nyambungnya dimana om ?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 17 January 2009, 11:44:28 AM
50.      Dapatkah setiap orang mencapai kebahagiaan dan kebebasan Nibbana? Bila dapat, apakah setiap orang pada akhirnya akan mencapainya? Jawaban untuk hal yang pertama adalah jelas, yakni bahwa setiap orang dapat mencapai Nibbana, dan justru Sang Buddha senantiasa mendorong setiap orang untuk menjadikan Nibbana tujuan hidupnya serta agar berupaya sekuatnya untuk mencapainya. Senandung para wanita yang telah mencapai Nibbana, terdengar lantang dan jelas, dalam menjawab pertanyaan ini.

              Keadaan Abadi ini telah banyak yang mencapainya,
              Dan tetap dapat dicapai saat inipun,
              Bagi siapa yang menjalankannya sendiri,
              Tapi tidak bagi yang tidak berusaha sekuatnya.12

      Apakah setiap orang dapat mencapai Nibbana atau tidak? Jawaban dari pertanyaan ini tak dapat diramalkan, karena setiap orang mempunyai minat dan cita-cita masing-masing. Sang Buddha telah mengajarkan Dhamma dan dengan segala macam cara, menganjurkan orang untuk melaksanakannya; namun tentu saja pelaksananya tergantung pada orang itu sendiri-sendiri.

              "Gotama Yang Baik, setelah diajar dan diarahkan oleh-Mu, apakah semua siswa-Mu akan mencapai cita-cita murni itu, atau sebagian tidak akan berhasil?"
              "Sebagian akan mencapainya dan sebagian tidak."
              "Apa alasannya, Gotama Yang Baik? Apa penyebabnya?"
              "Saya akan bertanya padamu, Brahmin; jawablah bila berkenan. Bagaimana pikiranmu? Apakah engkau mengetahui jalan ke Rajagaha?"
              "Ya, Gotama Yang Baik, saya mengetahuinya."
              "Baik, andaikan seorang datang padamu, dan berkata bahwa dia ingin ke Rajagaha dan bertanya arahnya. Lalu, engkau berkata: 'Jalan ini menuju ke Rajagaha; berjalanlah terus sampai ke suatu desa, berjalanlah terus sampai engkau sampai di pasar, lalu bila engkau berjalan terus engkau akan sampai di Rajagaha dengan kebun-kebunnya yang indah, hutan-hutan yang indah, lapangan-lapangan yang indah dan kolam-kolam yang indah. Namun, walau telah ditunjukkan dan diarahkan olehmu jalan itu, tapi orang tadi mengambil jalan lain yang menuju ke Barat. Dan, oleh karenanya dia tidak sampai ke Rajagaha. Lalu, andaikan seorang lagi datang padamu, dan dia juga berkeinginan ke Rajagaha, lalu karena dia mengikuti petunjukmu, maka akhirnya dia tiba dengan selamat. Jadi oleh karena ada Rajagaha, oleh karena ada jalan menuju kesana, dan juga ada engkau sebagai penunjuk jalan, mengapa orang yang pertama tidak sampai sedangkan orang yang satunya lagi sampai ke Rajagaha?" "Gotama Yang Baik, apa yang harus saya kerjakan dalam hal ini? Saya tiada lain hanyalah seorang penunjuk jalan." "Demikian pula, Brahmin; ada Nibbana, ada jalan menuju ke Nibbana, dan ada Saya sebagai penunjuk jalan menuju ke Nibbana. Tapi hanya sebagian Siswa yang diajar dan diarahkan oleh-Ku yang mencapai Nibbana, sebagian lainnya tidak. Apa yang dapat Saya perbuat dalam hal ini? Sang Tathagata adalah penunjuk Jalan.13

      Tapi satu hal yang pasti - siapapun yang mencapai Nibbana adalah sebagai hasil menjalankan ajaran Sang Buddha.

              "Bila, dengan pengertian penuh Gotama Yang Baik telah mengajarkan Dhamma pada siswa-Nya untuk pemurnian makhluk hidup, untuk mengatasi penyesalan dan keputus-asaan, untuk mengakhiri kesedihan dan kemurungan, untuk mencapai tatacara-nya, untuk mencapai nibbana; lalu apakah seluruh dunia akan mencapainya, atau seperduanya, atau sepertiganya?"
              Sampai disitu, Sang Buddha berdiam diri. Lalu Ananda berpikir: "Orang ini hendaknya jangan sampai berpikir bahwa Sang Buddha tidak dapat menjawab pertanyaan yang penting ini." Jadi Ananda berkata: "Saya akan memberi suatu perumpamaan." Bayangkan ada suatu kota dikelilingi oleh tembok dengan dasar pondasi yang sangat kuat, bermenara dan berpintu gerbang hanya satu, pintu gerbang dijaga ketat, hanya orang yang dikenal diperbolehkan melewatinya, dan orang asing tak diperbolehkan melewatinya. Lalu, ketika seseorang berjaga di sekeliling tembok, dia tidak menemukan satupun lobang yang dapat dilewati walau oleh seekor kucing pun. Dengan demikian dia tahu, bahwa semua makhluk, besar ataupun kecil, hanya dapat masuk ke kota atau keluar dari kota dengan melewati gerbang tersebut. Sama halnya dengan pertanyaanmu, tidaklah penting bagi Sang Buddha. Apa yang disabdakan Beliau adalah, bahwa "Siapapun yang telah terbebas, sedang terbebas ataupun akan terbebas dari dunia ini, dia akan terbebas dengan cara melepaskan ke-lima rintangan, melepaskan kesesatan-batin yang melemahkan kebijaksanaan, dia akan terbebas dengan cara mengembangkan batin dalam empat dasar kesadaran, dan dengan mengembangkan tujuh unsur pencerahan."14

Apakah seorang Pacceka Buddha selalu bisa membagi-bagi dan mengkategorikan pengembangan bathin ada empat dan unsur pencerahan ada tujuh?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 17 January 2009, 11:45:43 AM
yg ini

Quote
"Saya akan memberi suatu perumpamaan." Bayangkan ada suatu kota dikelilingi oleh tembok dengan dasar pondasi yang sangat kuat, bermenara dan berpintu gerbang hanya satu, pintu gerbang dijaga ketat, hanya orang yang dikenal diperbolehkan melewatinya, dan orang asing tak diperbolehkan melewatinya. Lalu, ketika seseorang berjaga di sekeliling tembok, dia tidak menemukan satupun lobang yang dapat dilewati walau oleh seekor kucing pun. Dengan demikian dia tahu, bahwa semua makhluk, besar ataupun kecil, hanya dapat masuk ke kota atau keluar dari kota dengan melewati gerbang tersebut. Sama halnya dengan pertanyaanmu, tidaklah penting bagi Sang Buddha. Apa yang disabdakan Beliau adalah, bahwa "Siapapun yang telah terbebas, sedang terbebas ataupun akan terbebas dari dunia ini, dia akan terbebas dengan cara melepaskan ke-lima rintangan, melepaskan kesesatan-batin yang melemahkan kebijaksanaan, dia akan terbebas dengan cara mengembangkan batin dalam empat dasar kesadaran, dan dengan mengembangkan tujuh unsur pencerahan."14

nyambungnya dimana om ?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 17 January 2009, 11:47:29 AM
50.      Dapatkah setiap orang mencapai kebahagiaan dan kebebasan Nibbana? Bila dapat, apakah setiap orang pada akhirnya akan mencapainya? Jawaban untuk hal yang pertama adalah jelas, yakni bahwa setiap orang dapat mencapai Nibbana, dan justru Sang Buddha senantiasa mendorong setiap orang untuk menjadikan Nibbana tujuan hidupnya serta agar berupaya sekuatnya untuk mencapainya. Senandung para wanita yang telah mencapai Nibbana, terdengar lantang dan jelas, dalam menjawab pertanyaan ini.

              Keadaan Abadi ini telah banyak yang mencapainya,
              Dan tetap dapat dicapai saat inipun,
              Bagi siapa yang menjalankannya sendiri,
              Tapi tidak bagi yang tidak berusaha sekuatnya.12

      Apakah setiap orang dapat mencapai Nibbana atau tidak? Jawaban dari pertanyaan ini tak dapat diramalkan, karena setiap orang mempunyai minat dan cita-cita masing-masing. Sang Buddha telah mengajarkan Dhamma dan dengan segala macam cara, menganjurkan orang untuk melaksanakannya; namun tentu saja pelaksananya tergantung pada orang itu sendiri-sendiri.

              "Gotama Yang Baik, setelah diajar dan diarahkan oleh-Mu, apakah semua siswa-Mu akan mencapai cita-cita murni itu, atau sebagian tidak akan berhasil?"
              "Sebagian akan mencapainya dan sebagian tidak."
              "Apa alasannya, Gotama Yang Baik? Apa penyebabnya?"
              "Saya akan bertanya padamu, Brahmin; jawablah bila berkenan. Bagaimana pikiranmu? Apakah engkau mengetahui jalan ke Rajagaha?"
              "Ya, Gotama Yang Baik, saya mengetahuinya."
              "Baik, andaikan seorang datang padamu, dan berkata bahwa dia ingin ke Rajagaha dan bertanya arahnya. Lalu, engkau berkata: 'Jalan ini menuju ke Rajagaha; berjalanlah terus sampai ke suatu desa, berjalanlah terus sampai engkau sampai di pasar, lalu bila engkau berjalan terus engkau akan sampai di Rajagaha dengan kebun-kebunnya yang indah, hutan-hutan yang indah, lapangan-lapangan yang indah dan kolam-kolam yang indah. Namun, walau telah ditunjukkan dan diarahkan olehmu jalan itu, tapi orang tadi mengambil jalan lain yang menuju ke Barat. Dan, oleh karenanya dia tidak sampai ke Rajagaha. Lalu, andaikan seorang lagi datang padamu, dan dia juga berkeinginan ke Rajagaha, lalu karena dia mengikuti petunjukmu, maka akhirnya dia tiba dengan selamat. Jadi oleh karena ada Rajagaha, oleh karena ada jalan menuju kesana, dan juga ada engkau sebagai penunjuk jalan, mengapa orang yang pertama tidak sampai sedangkan orang yang satunya lagi sampai ke Rajagaha?" "Gotama Yang Baik, apa yang harus saya kerjakan dalam hal ini? Saya tiada lain hanyalah seorang penunjuk jalan." "Demikian pula, Brahmin; ada Nibbana, ada jalan menuju ke Nibbana, dan ada Saya sebagai penunjuk jalan menuju ke Nibbana. Tapi hanya sebagian Siswa yang diajar dan diarahkan oleh-Ku yang mencapai Nibbana, sebagian lainnya tidak. Apa yang dapat Saya perbuat dalam hal ini? Sang Tathagata adalah penunjuk Jalan.13

      Tapi satu hal yang pasti - siapapun yang mencapai Nibbana adalah sebagai hasil menjalankan ajaran Sang Buddha.

              "Bila, dengan pengertian penuh Gotama Yang Baik telah mengajarkan Dhamma pada siswa-Nya untuk pemurnian makhluk hidup, untuk mengatasi penyesalan dan keputus-asaan, untuk mengakhiri kesedihan dan kemurungan, untuk mencapai tatacara-nya, untuk mencapai nibbana; lalu apakah seluruh dunia akan mencapainya, atau seperduanya, atau sepertiganya?"
              Sampai disitu, Sang Buddha berdiam diri. Lalu Ananda berpikir: "Orang ini hendaknya jangan sampai berpikir bahwa Sang Buddha tidak dapat menjawab pertanyaan yang penting ini." Jadi Ananda berkata: "Saya akan memberi suatu perumpamaan." Bayangkan ada suatu kota dikelilingi oleh tembok dengan dasar pondasi yang sangat kuat, bermenara dan berpintu gerbang hanya satu, pintu gerbang dijaga ketat, hanya orang yang dikenal diperbolehkan melewatinya, dan orang asing tak diperbolehkan melewatinya. Lalu, ketika seseorang berjaga di sekeliling tembok, dia tidak menemukan satupun lobang yang dapat dilewati walau oleh seekor kucing pun. Dengan demikian dia tahu, bahwa semua makhluk, besar ataupun kecil, hanya dapat masuk ke kota atau keluar dari kota dengan melewati gerbang tersebut. Sama halnya dengan pertanyaanmu, tidaklah penting bagi Sang Buddha. Apa yang disabdakan Beliau adalah, bahwa "Siapapun yang telah terbebas, sedang terbebas ataupun akan terbebas dari dunia ini, dia akan terbebas dengan cara melepaskan ke-lima rintangan, melepaskan kesesatan-batin yang melemahkan kebijaksanaan, dia akan terbebas dengan cara mengembangkan batin dalam empat dasar kesadaran, dan dengan mengembangkan tujuh unsur pencerahan."14

Apakah seorang Pacceka Buddha selalu bisa membagi-bagi dan mengkategorikan pengembangan bathin ada empat dan unsur pencerahan ada tujuh?
jangan nanya sama aye, nanyanya sama S. Dhammika ajah :))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 17 January 2009, 11:50:50 AM
Vipassana: observasi dengan landasan yang kokoh
Karya: Taman Budicipta
Editor: Bhikkhu Dhammadhiro   
      
   Vipassana adalah latihan meditasi yang menekankan pada perhatian & perenungan terhadap segala gejolak fisik maupun mental dengan tujuan agar sifat aslinya--tanpa kepuasan, tanpa keabadian, tanpa aku--dapat dimengerti dengan benar. Akan tetapi banyak kalangan Buddhis maupun non-Buddhis yang kurang menghargai pentingnya landasan yang kokoh dalam meditasi Vipassana.  Banyak yang menginginkan 'jalan pintas' dan mengabaikan unsur-unsur penting lainnya dari Jalan Utama Berunsur Delapan.

Di jaman Sang Buddha, terdapatlah seorang petapa yang bernama Bahiya.  Sang Buddha menyebutkan bahwa di antara seluruh muridnya, petapa Bahiya merupakan salah satu murid yang paling cepat mencapai kesuciaan tertinggi, Arahat.  Jangka waktu yang diperlukan petapa Bahiya untuk mencapai Arahat setelah hanya mendengar sebait kotbah dari Sang Buddha adalah kurang dari 6 jam (waktu diantara minta sedekah makan dan selesai makan).  Sebelumnya, petapa Bahiya sama sekali tak mengenal ajaran Sang Buddha.  Akan tetapi kalau kita meneliti latar belakang petapa Bahiya, kita akan mengetahui bahwa Beliau adalah petapa luar biasa yang dipuja dan dianggap suci oleh masyarakat setempat.  Jadi 'jalan pintas' yang dilalui petapa Bahiya bukanlah 'jalan pintas' yang dapat sembarang dilalui oleh orang biasa.

Artikel ini akan menjelaskan pentingnya landasan yang kokoh dalam meditasi Vipassana.  Karena setiap orang memiliki kwalitas yang berbeda, maka waktu yang diperlukan untuk membangun landasan ini juga berbeda dari orang ke orang.

Sesungguhnya latihan Vipassana dilaksanakan dengan merenungi & mengamati dengan cermat dan benar gejolak fisik maupun mental.  Pada dasarnya perenungan & perhatian pada fisik adalah perenungan & perhatian terhadap badan.  Dan perenungan & perhatian terhadap mental dibagi menjadi perenungan & perhatian terhadap perasaan, pikiran, dan unsur mentalitas.  Artikel ini akan menjelaskan tentang pikiran dan unsur mentalitas dan menunjukan pentingnya landasan yang kokoh tersebut.. 

Di Satipatthana Sutta (Majjhima Nikaya 10), Sang Buddha menjelaskan tentang perenungan & erhatian terhadap pikiran (citta).  Seorang meditator seharusnya jeli memperhatikan apakah pikirannya memiliki sifat dosa, adosa, lobha, alobha, moha, atau amoha, atau apakah pikirannya terkonsentrasi, buyar, meluas, menyempit, dll.  Jadi seorang meditator seharusnya menyadari sifat pikirannya seperti yang disebutkan di atas, atau merenungi/menyadari sifat kesementaraan pikirannya--muncul dan lenyap, atau mengetahui dan mengingat bahwa pikiran memang ada.  Dan ia tetap membiarkan dirinya terlepas dari segala keterikatan.

Sedangkan perenungan & perhatian terhadap unsur mentalitas (dhamma) juga dijelaskan oleh Sang Buddha.  Dan Sang Buddha membagi unsur mentalitas ini menjadi beberapa bagian.  Berikut adalah penjelasan Sang Buddha mengenai perenungan & perhatian terhadap unsur mentalitas yang buruk, yakni kelima penghalang meditasi:

"Dan bagaimanakah seorang bhikkhu memperhatikan unsur mentalnya ketika lima penghalang meditasi itu berada di dirinya?  Ketika nafsu duniawi muncul di dirinya, ia menyadarinya, "Oh, nafsu duniawi muncul di diriku."  Atau ketika nafsu duniawi tak muncul di dirinya, ia menyadarinya, "Oh, nafsu duniawi tak muncul di diriku."  Dia mengetahui munculnya nafsu duniawi, dan dia mengetahui bahwa nafsu duniawi tersebut telah padam.  Dia juga mengetahui bagaimana nafsu duniawi yang muncul tersebut padam dan tak akan muncul lagi di kemudian hari."  (Penjelasan yang sama digunakan untuk keempat penghalang meditasi lainnya, yakni niat jahat (2), kemalasan (3), kegelisahan/kekhawatiran (4), dan keraguan (5).)

Kalau kita membandingkan penjelasan yang diberikan Sang Buddha tentang unsur mentalitas yang buruk (5 penghalang meditasi) di atas dengan unsur mentalitas yang baik (7 faktor pencerahan) di bawah, maka terlihat bahwa Sang Buddha menggunakan istilah "padam" sewaktu Beliau menjelaskan unsur mentalitas yang buruk, tetapi Beliau menggunakan istilah "berkembang" sewaktu Beliau menjelaskan unsur mentalitas yang baik.

"Dan bagaimanakah seorang bhikkhu memperhatikan unsur mentalitasnya ketika tujuh faktor pencerahan itu berada di dirinya?  Ketika 'perhatian sebagai faktor pencerahan' muncul di dirinya, ia menyadarinya, "Oh, 'perhatian sebagai faktor pencerahan'  muncul di diriku."  Atau ketika 'perhatian sebagai faktor pencerahan'  tak muncul di dirinya, ia menyadarinya, "Oh, 'perhatian sebagai faktor pencerahan' tak muncul di diriku."  Dia mengetahui munculnya 'perhatian sebagai faktor pencerahan', dan dia mengetahui bahwa 'perhatian sebagai faktor pencerahan'  tersebut telah berkembang.  Dia juga mengetahui bagaimana 'perhatian sebagai faktor pencerahan' yang muncul tersebut dapat berkembang."  (Penjelasan yang sama digunakan untuk keenam faktor pencerahan lainnya, yakni analisa (2), keuletan (3), kegirangan (4), ketenangan (5), konsentrasi (6), dan keseimbangan batin (7) sebagai faktor pencerahan).

Dari penjelasan Sang Buddha di atas, terlihat adanya kecenderungan bagi kwalitas buruk untuk padam dan kecenderungan bagi kwalitas baik untuk berkembang di diri seorang meditator Vipassana.  Hal ini disebabkan oleh telah adanya landasan yang kokoh di diri meditator Vipassana.

Hal di atas dapat diperumpamakan sebagai berikut.  Bagaikan kayu bakar yang lembab akan sulit dibakar apabila dinyala api, begitu pula kwalitas buruk akan sulit berkembang apabila muncul di diri seseorang yang memiliki landasan yang kokoh.  Dan bagaikan kayu bakar yang kering akan mudah dibakar apabila dinyala api, begitu pula kwalitas buruk akan mudah berkembang apabila muncul di diri seseorang yang tak memiliki landasan yang kokoh.

Walaupun demikian, tak tepat bila dikatakan bahwa kwalitas buruk (yang berakar pada dosa, lobha, moha) sudah lenyap dengan tuntas di diri seorang meditator Vipassana.  Karena ketiga akar kejahatan tersebut hanya dapat dilenyapkan dengan tuntas setelah seseorang mencapai kesuciaan tertinggi, Arahat.  Dengan demikian, pikiran yang bersifat dosa, lobha, dan moha masih dapat muncul tetapi tak kuat lagi di dirinya.  Nah, semakin lemahnya dosa, lobha, dan moha ini maka semakin dekatlah si meditator dengan keberhasilan meditasi Vipassananya.  Malahan telah dijadikan patokan--bila dosa, lobha, dan moha seseorang jauh berkurang, maka meditasinya dianggap maju.

Maka untuk ia yang belum memiliki landasan yang kokoh (pemula) diperlukan hal-hal pembentuk landasan yang kokoh.  Karena tanpa adanya landasan yang kokoh, pemula hanya akan senantiasa memperhatikan niat jahat dan nafsu yang terus-menerus menguasai dirinya, bagaikan kayu bakar kering yang akan mudah dibakar apabila dinyala api.

Sang Buddha sendiri memberikan nasehatnya kepada Bhikkhu Meghiya, seorang bhikkhu muda yang mengalami kesulitan dalam meditasi, agar pertama-tama memiliki dulu 5 hal ini.  Kelima hal yang seharusnya dimiliki itu adalah seorang rekan Dhamma yang bijaksana, sila (moral) yang luhur, ketekunan mendengar kotbah Dhamma, kebijaksanaan tentang 3 corak umum, dan ketekunan meningkatkan kwalitas mulia/mengurangi kwalitas tercela di dirinya.  Tanpa didukung oleh kelima hal ini, meditasi seseorang akan sulit mencapai kemajuan yang berarti.  Bila seseorang kekurangan kelima hal ini, maka niat jahat dan nafsu akan menghalangi meditasinya, seperti yang terjadi pada Bhikkhu Meghiya.

Jadi adalah tugas si pemula untuk mengembangkan dulu kwalitas baik yang muncul dan melenyapkan kwalitas buruk yang muncul.  Ia bukan hanya sekedar menjadi pengamat dan membiarkan kwalitas baik yang muncul lenyap begitu saja, atau membiarkan kwalitas buruk yang muncul berkembang merajarela.

Latihan ini adalah termasuk "daya upaya benar dan perhatian benar" karena ia memperhatikan kwalitas di dirinya dengan seksama (perhatian benar) dan berusaha meningkatkannya (daya upaya benar).  Daya upaya benar dan perhatian benar adalah bagian dari samadhi, dua unsur dari Jalan Utama Berunsur Delapan yang harus dikembangkan.

Di Dvedhavittaka Sutta, Sang Buddha sendiri mengungkapkan kepada para bhikkhu metode yang Beliau gunakan untuk mencapai tingkat kebuddhaan.  Di sutta itu, Sang Buddha mengatakan bahwa dulunya sewaktu Beliau masih sebagai seorang Boddhisatta, Beliau selalu memperhatikan unsur mentalitasnya (melatih perhatian benar).  Bila yang muncul adalah unsur mentalitas baik, maka Beliau mengembangkannya lebih lanjut.  Bila yang muncul adalah unsur mentalitas buruk, maka Beliau melenyapkannya seketika itu juga (melatih daya upaya benar).  Dengan ketekunan itu, akhirnya Beliau mampu meraih tingkat ketenangan batin yang tinggi (melatih konsentrasi benar) dan kemudian mencapai tingkat kebuddhaan.

Ketika seseorang telah memiliki sila yang luhur, kebijaksanaan yang tajam (mengerti bahwa segala yang terbentuk akan terurai), pengertian Dhamma yang memadai, dan pikiran yang terlatih (hal buruk yang muncul di pikirannya akan lenyap seketika dan hal baik yang muncul di pikirannya akan bertahan lama), maka saat itulah ia telah memiliki landasan yang kokoh.

Dengan landasan yang kokoh ini, kecenderungan yang disebutkan Sang Buddha tersebut akan menjadi nyata di dirinya.  Ketika ia memperhatikan unsur mentalitas buruk yang muncul di dirinya, ia akan memperhatikannya lenyap segera dengan sendirinya.  Ketika ia memperhatikan unsur mentalitas baik yang muncul di dirinya, ia akan memperhatikannya berkembang dengan sendirinya di dirinya.

Hal ini penting karena bila kwalitas pikiran kita buruk, maka kita akan memperhatikan pikiran buruk yang terus menerus muncul dan berkembang di diri kita.  Kwalitas pikiran yang buruk ini dapat membahayakan diri seorang meditator.  Dan telah menjadi hukumnya bahwa kwalitas pikiran yang buruk (atau kwalitas moral yang buruk) tak dapat memberikan kemajuan dalam meditasi. Sedangkan meditator yang telah memiliki landasan yang kokoh akan dapat dengan mudah memperhatikan sifat asli dari segala gejolak fisik maupun mental di dirinya.  Tentang bagaimana kwalitas pikiran yang baik dapat membantu keberhasilan seorang meditator telah dijelaskan dengan singkat di tujuh faktor pencerahan di atas.

Jadi keberhasilan hanya akan tercapai setelah seorang meditator memiliki landasan yang kokoh, yang mencakup sila (perbuatan, perkataan, mata pencaharian benar), samadhi (daya upaya, konsentrasi, perenungan/perhatian benar), dan panna (pengertian dan pikiran benar).  Tanpa adanya landasan yang kokoh ini, seorang meditator akan sulit meraih kemajuan yang berarti. 
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 17 January 2009, 11:56:40 AM
yg ini

Quote
"Saya akan memberi suatu perumpamaan." Bayangkan ada suatu kota dikelilingi oleh tembok dengan dasar pondasi yang sangat kuat, bermenara dan berpintu gerbang hanya satu, pintu gerbang dijaga ketat, hanya orang yang dikenal diperbolehkan melewatinya, dan orang asing tak diperbolehkan melewatinya. Lalu, ketika seseorang berjaga di sekeliling tembok, dia tidak menemukan satupun lobang yang dapat dilewati walau oleh seekor kucing pun. Dengan demikian dia tahu, bahwa semua makhluk, besar ataupun kecil, hanya dapat masuk ke kota atau keluar dari kota dengan melewati gerbang tersebut. Sama halnya dengan pertanyaanmu, tidaklah penting bagi Sang Buddha. Apa yang disabdakan Beliau adalah, bahwa "Siapapun yang telah terbebas, sedang terbebas ataupun akan terbebas dari dunia ini, dia akan terbebas dengan cara melepaskan ke-lima rintangan, melepaskan kesesatan-batin yang melemahkan kebijaksanaan, dia akan terbebas dengan cara mengembangkan batin dalam empat dasar kesadaran, dan dengan mengembangkan tujuh unsur pencerahan."14

nyambungnya dimana om ?


Tulisan ini sepertinya bukan diambil dari 1 sutta saja, tapi beberapa sutta. Betul, ryu?

Bagian awal itu ada di Ganaka Moggallana Sutta yang menceritakan bahwa Buddha hanyalah seorang penunjuk jalan, tapi yang menjalaninya adalah murid-muridnya sendiri. Yang di bagian bawah, dari Anguttara Nikaya, Dasaka, tentang tidak perlunya pertanyaan mengenai "berapa yang akan berhasil", dijawab oleh Ananda, bahwa siapapun yang menjalaninya akan berhasil.

Dalam hubungannya di sini, sepertinya ryu mau menjelaskan bahwa jalan pembebasan hanya satu macam, yaitu yang didahului dengan menghentikan lima rintangan, dst dst. Kalau keliru, silahkan koreksi. :)

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 17 January 2009, 12:03:57 PM
aye mah cuma copas doang kok dari :
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=6660.15

;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 17 January 2009, 12:13:32 PM
aye mah cuma copas doang kok dari :
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=6660.15

;D

sdr. ryu ini terampil sekali dalam hal men-copas :))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 17 January 2009, 12:18:22 PM
aye mah cuma copas doang kok dari :
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=6660.15

;D

sdr. ryu ini terampil sekali dalam hal men-copas :))
Khan aye lemah dalam dhamma dan meditasi, kelebihannya COPAS =))

ada yang menarik juga nih :
SN 20.7
Ani Sutta
The Peg
Translated from the Pali by
Thanissaro Bhikkhu

Staying at Savatthi. "Monks, there once was a time when the Dasarahas had a large drum called 'Summoner.' Whenever Summoner was split, the Dasarahas inserted another peg in it, until the time came when Summoner's original wooden body had disappeared and only a conglomeration of pegs remained. 1

"In the same way, in the course of the future there will be monks who won't listen when discourses that are words of the Tathagata — deep, deep in their meaning, transcendent, connected with emptiness — are being recited. They won't lend ear, won't set their hearts on knowing them, won't regard these teachings as worth grasping or mastering. But they will listen when discourses that are literary works — the works of poets, elegant in sound, elegant in rhetoric, the work of outsiders, words of disciples — are recited. They will lend ear and set their hearts on knowing them. They will regard these teachings as worth grasping & mastering.

"In this way the disappearance of the discourses that are words of the Tathagata — deep, deep in their meaning, transcendent, connected with emptiness — will come about.

"Thus you should train yourselves: 'We will listen when discourses that are words of the Tathagata — deep, deep in their meaning, transcendent, connected with emptiness — are being recited. We will lend ear, will set our hearts on knowing them, will regard these teachings as worth grasping & mastering.' That's how you should train yourselves."

http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/sn/sn20/sn20.007.than.html

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: inJulia on 17 January 2009, 01:50:57 PM

Demi kebenaran dan kebahagiaan orang banyak,


Pak Bing yg sudah ikut belasan kali Vipassana, dimana Sayadaw menekankan pentingnya pencatatan, buat pemula. Pak BIng bilang, sudah ehipassiko, kalau ngga mencatat, pikiran sering tanpa disadari sudah mengembara. Makanya, Pak Bing berani menempelkan kertas saat MMD. he he he


Ketika Bhikkhuni Santini mengajarkan Vipassana di BVA, beberapa hari yl, Pak Bing ikut lagi. Di sini Bhikkhuni santini sanggup mengubah pandangan Pak Bing soal pencatatan. Tidak perlu dicatat, cukup disadari saja!!!

Kalau Pak Bing yg sudah praktek langsung, sudah berkali2 ikut bimbingan Sayadaw, yang semula kukuh soal pentingnya dan harusnya melakukan pencatatan, akhirnya bisa menerima dan mengakui --setelah ia diskusikan dan praktekkan sendiri-- tidak perlunya pencatatan batin, silahkan rekan2 se Dhama menyimpulkan sendiri.

NB
Dari sumber yg bisa dipercaya,

Salam metta.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Reenzia on 17 January 2009, 02:30:02 PM
saia rasa maksud dicatat disini adalah disadari
kalo tak disadari pasti otomatis tak tercatat dalam memory

kalo disadari, otomatis pun pasti akan tercatat di memory toh?
jadi bila anda menyadari satu hal, otomatis hal itu pun akan ada dalam memory
kecuali buat orang yang tak menyadari, otomatis informasi pun tak akan tercatat dalam memory

apakah saat pertama kali anda melihat pantai di bali trus anda dengan sengaja mencatatnya dalam memory anda?
tapi mengapa saat pulang ke rumah anda masih dapat mengingat bagaimana pantai itu?
itu karena saat itu anda sadar sedang melihat pantai tsb, seberapa besar sati anda saat itu menentukan seberapa banyak informasi yang anda dapatkan, bila sangat sati, mungkin anda juga akan ingat bagaimana suasananya, iklimnya, mendung atau tidak, brp org yg ada disana saat itu, berapa banyak orang yang berjualan, berapa jumlah anak-anak dan orang dewasa
makin detil anda perhatikan, makin bnyk informasi yang anda simpan

balik lagi, apakah saat anda melihatnya anda dengan sengaja menghafalnya?

contoh:
saat kuliah dikelas,
bila saia tidak sati dan menyadari apa yang dikatakan dosen, apakah akan tercatat dalam memory? no!
bila saia konsentrasi/sati/menyadari apa yang dikatakan dosen, apakah akan tercatat dalam memory? yes!
[untuk beberapa kasus mungkin memory itu tak ditemukan karena kurang konsentrasi, tapi seperti yg dikatakan bro tesla, memory tsb bisa muncul sewaktu-waktu ketika ada pemicunya]
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Jerry on 17 January 2009, 05:24:29 PM

Tolong deh, jangan dicampur-campur: bedakan ajaran Ajahn Chah dan Bhikkhu Sujato. Dari kutipan Anda di atas jelas pandangan mereka tentang PERLU atau TIDAK PERLU-nya jhana untuk pembebasan sangat berbeda.

Hudoyo


Saya rasa itu bukan ajaran B. Sujato melainkan hanya disadur oleh beliau dari Anguttara Nikaya. Sumber aslinya mah dari Sang Buddha, dan dikompilasi oleh Sangha dikemudian hari. Dgn catatan, pemikiran saya ini didasarkan pd asumsi positif <karena kita kekurangan bukti masa lalu> bhw Tipitaka adlh asli diturunkan dari Sang Buddha meski mengalami sedikit pergeseran makna tafsiran.
 
Tentang AN 4.94:
Spoiler: ShowHide
Quote
Samadhi Sutta

"Monks, these four types of individuals are to be found existing in the world. Which four?

"There is the case of the individual who has attained internal tranquillity of awareness, but not insight into phenomena through heightened discernment. Then there is the case of the individual who has attained insight into phenomena through heightened discernment, but not internal tranquillity of awareness. Then there is the case of the individual who has attained neither internal tranquillity of awareness nor insight into phenomena through heightened discernment. And then there is the case of the individual who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment.

"The individual who has attained internal tranquillity of awareness, but not insight into phenomena through heightened discernment, should approach an individual who has attained insight into phenomena through heightened discernment and ask him: 'How should fabrications be regarded? How should they be investigated? How should they be seen with insight?' The other will answer in line with what he has seen & experienced: 'Fabrications should be regarded in this way. Fabrications should be investigated in this way. Fabrications should be seen in this way with insight.' Then eventually he [the first] will become one who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment.

"As for the individual who has attained insight into phenomena through heightened discernment, but not internal tranquillity of awareness, he should approach an individual who has attained internal tranquillity of awareness... and ask him, 'How should the mind be steadied? How should it be made to settle down? How should it be unified? How should it be concentrated?' The other will answer in line with what he has seen & experienced: 'The mind should be steadied in this way. The mind should be made to settle down in this way. The mind should be unified in this way. The mind should be concentrated in this way.' Then eventually he [the first] will become one who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment.

"As for the individual who has attained neither internal tranquillity of awareness nor insight into phenomena through heightened discernment, he should approach an individual who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment... and ask him, 'How should the mind be steadied? How should it be made to settle down? How should it be unified? How should it be concentrated? How should fabrications be regarded? How should they be investigated? How should they be seen with insight?' The other will answer in line with what he has seen & experienced: 'The mind should be steadied in this way. The mind should be made to settle down in this way. The mind should be unified in this way. The mind should be concentrated in this way. Fabrications should be regarded in this way. Fabrications should be investigated in this way. Fabrications should be seen in this way with insight.' Then eventually he [the first] will become one who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment.

"As for the individual who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment, his duty is to make an effort in establishing ('tuning') those very same skillful qualities to a higher degree for the ending of the (mental) fermentations.

"These are four types of individuals to be found existing in the world."



Dan praktek saya didasarkan pd 'menjalani dng kesadaran, tanpa melekat, bkn atas dasar memilih dan menolak.' Seperti yg diquote oleh pak hud ttg Ajahn Chah yg saya rasa persis dgn yg saya maksud,
Quote
TANYA: Apakah perlu untuk mampu masuk ke dalam absorpsi [jhana] dalam
latihan kita?

JAWAB: Tidak, absorpsi [jhana] tidak perlu. Anda harus menegakkan
ketenangan dan pemusatan batin sampai taraf tertentu. Lalu Anda
gunakan itu untuk menyelidiki diri Anda sendiri. Tidak dibutuhkan
apa-apa yang istimewa. Jika absorpsi [jhana] muncul dalam praktek
Anda, itu juga OK. Tapi jangan melekat kepadanya.
Sementara orang
memikirkan terlalu banyak tentang absorpsi [jhana]. Kita bisa
bermain-main dengan itu secara sangat menyenangkan. Anda harus tahu
batas-batas yang semestinya. Jika Anda arif, maka Anda akan tahu
kegunaan dan keterbatasan absorpsi [jhana], persis seperti Anda tahu
keterbatasan anak-anak dibandingkan orang dewasa.

Quote
"Sang Buddha mengajarkan Sila, Samadhi dan Kearifan sebagai Jalan menuju kedamaian, jalan menuju pencerahan. Tetapi sesungguhnya hal-hal ini BUKANLAH ESENSI BUDDHISME. Mereka sekadar Jalan ... Esensi Buddhisme adalah kedamaian, dan kedamaian itu muncul dari melihat dengan sebenarnya hakikat dari segala sesuatu [yathabhutam nyanadassanam]."

-Ajahn Chah

Sependapat..
Demikian pula pandangan saya ttg 'usaha', apakah itu ada atau tidak, itu tidak penting, fleksibel thdp kondisi saat itu saja dan berusaha seimbang antara berusaha dan melepaskan usaha. 'Usaha' hanya menjadi sebuah beban kala dipaksakan secara berlebih. Yg terpenting, tidak melekat. Karena hal2 demikian hanya 'Jalan' sebagai proses menuju hasil akhir. Proses bisa berbeda bergantung tendensi orang2 yg berbeda.

Mengenai pencatatan.. Pandangan saya yg subjektif berdasarkan pd metode 'pencatatan' pd awal2 belajar meditasi melalu retret dan kelas meditasi. Pencatatan berguna juga untuk membangun konsentrasi awal thdp sikon yg sedang dialami.
Tetapi pd akhirnya, harus ditinggalkan, krn cenderung bersifat mengikat, terlebih lagi mengonsepkan pandangan kita. Mungkin bisa dicontohkan sbb:
Pikiran->Pencatatan->Mengonsepkan hal yg dicatat->bentuk pikiran.
Bila ada pikiran ttg gajah, maka terjadi pencatatan "berpikir", lalu pikiran kita yg cenderung mengonsepkan pun bertanya, "berpikir ttg apa?" dan batin berproses lbh jauh lg "berpikir ttg gajah", kemudian pikiran mengonsepkan kata gajah ke dalam visualisasi gambaran gajah lebih jauh lg, menjadi bentukan pikiran. Apalagi jika mulai membayangkan gajah yg bgmn? yg putih atau hitam? gajah india atau afrika? besar kecil? Akhirnya, pencatatan menjadi mengikat dan tidak membebaskan.

Sedangkan bila prosesnya berikut:
Pikiran->Penyadaran tanpa ada proses pencatatan dlm pikiran, maka tdk ada konsep dan gambaran yg terbentuk.
Bila ada pikiran ttg gajah, maka hanya ada penyadaran, tanpa pencatatan dlm batin.
Saya rasa demikian pula yg dimaksudkan pak hud. Dgn menyadari tanpa adanya proses pencatatan.

Ok, sekian pandangan saya yg masih subjektif, cmiiw :)


_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Reenzia on 17 January 2009, 05:33:09 PM
 [at] xuvie

masalah akhirnya nanti dikonsepkan atau tidak itu tergantung pada orangnya
tapi dari kedua proses diatas tentu keduanya membutuhkan sati/konsentrasi saat adanya pikiran kan?

bagaimana jika tak ada sati/konsentrasi sama sekali?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 17 January 2009, 06:24:32 PM
Oh iya, perbedaan MMD dengan meditasi yang lain mungkin :
MMD = meditasi tanpa usaha
Meditasi lain = Meditasi dengan usaha

Betul tidak pak ? :)

Membandingkan seperti itu tidak ada gunanya sama sekali kalau tidak merasakan sendiri perbedaannya.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 17 January 2009, 06:29:27 PM
iya makanya sebaiknya kita bisa melihat "APA ADANYA" bukan menafsirkan :)

Jangan berkata, "Sebaiknya begini, sebaiknya begitu," karena di situ Anda tidak melihat apa adanya batin Anda, melainkan hanya didorong oleh norma, cita-cita; Anda tidak melihat bahwa Anda sedang menafsirkan kata-kata orang tercerahkan, menjadikannya aturan, norma. Yang penting, sadari saja setiap saat Anda tengah berpikir menafsirkan; dan itu sering kali terjadi dalam satu hari ... kalau pikiran-pikiran ini disadari, ada kemungkinan akan diam dengan sendirinya.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 17 January 2009, 06:31:33 PM
Berikut ini kompilasi debat saya dengan Reenzia:

...bla...bla...bla....

Hudoyo


kenapa repot2 nge-file begini?

lepaskanlah pak... lepaskan....
jangan digenggam

anjali,
willi

::

Anda terus menanggapi saya secara negatif .... lepaskan, lepaskan ...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hudoyo on 17 January 2009, 06:35:27 PM
Berarti orang awam gak akan bisa melihat apa adanya?
Berarti hanya orang suci yang bisa melihat apa adanya?
Yang berbahaya menurut aye mengambil sepenggal atau sebagian trus ditafsirkan untuk membenarkan pendapat pribadinya lho ;D
Kalo ngambil kata2 ci lily Objek adalah netral itu termasuk juga kitab suci juga netral khan ;D
Ketika orang menafsirkan apakah jadi netral?

Yang Anda mau sanggah dengan pertanyaan itu sesungguhnya justru yang benar: seorang puthujjana tidak pernah bisa melihat apa adanya. Mengapa? Karena apa pun yang dilihatnya selalu diwarnai oleh kacamata akunya (dg segala lobha, dosa, moha). Kalau Anda bisa melihat apa adanya, biarpun hanya semenit, maka semenit itu Anda bebas, padam (nibbana).
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: g.citra on 17 January 2009, 06:41:29 PM
Quote
Kalau Anda bisa melihat apa adanya, biarpun hanya semenit, maka semenit itu Anda bebas, padam (nibbana).

Dear Bpk Hudoyo,

Bisa lebih dijelaskan lagi pak mengenai tulisan diatas?  :)

Salam... Namo Buddhaya...  _/\_ ...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: J.W on 17 January 2009, 06:45:51 PM
Berikut ini kompilasi debat saya dengan Reenzia:

...bla...bla...bla....

Hudoyo


kenapa repot2 nge-file begini?

lepaskanlah pak... lepaskan....
jangan digenggam

anjali,
willi

::

Anda terus menanggapi saya secara negatif .... lepaskan, lepaskan ...

Jika hny si A menanggapi kita dgn negatif, maka ada kemugkinan kesalahan bisa di A, dan mungkin juga di kita sendiri.
Tapi jika si A, B, D, E, F, G, H, J, K, N, M, O, P, Q, R, S, V, W, X, Y telah menanggapi kita dengan negatif, maka kemungkinan besar kesalahan mmg ada di kita.... sadari, sadari..
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 17 January 2009, 06:55:14 PM
iya makanya sebaiknya kita bisa melihat "APA ADANYA" bukan menafsirkan :)

Jangan berkata, "Sebaiknya begini, sebaiknya begitu," karena di situ Anda tidak melihat apa adanya batin Anda, melainkan hanya didorong oleh norma, cita-cita; Anda tidak melihat bahwa Anda sedang menafsirkan kata-kata orang tercerahkan, menjadikannya aturan, norma. Yang penting, sadari saja setiap saat Anda tengah berpikir menafsirkan; dan itu sering kali terjadi dalam satu hari ... kalau pikiran-pikiran ini disadari, ada kemungkinan akan diam dengan sendirinya.

Jangan berkata, "ajaran asli, ajaran tidak asli," karena di situ Anda tidak melihat apa adanya batin Anda, melainkan hanya didorong oleh norma, cita-cita; Anda tidak melihat bahwa Anda sedang menafsirkan kata-kata orang tercerahkan, menjadikannya aturan, norma. Yang penting, sadari saja setiap saat Anda tengah berpikir menafsirkan; dan itu sering kali terjadi dalam satu hari ... kalau pikiran-pikiran ini disadari, ada kemungkinan akan diam dengan sendirinya.  ;D


Kita menderita hanya karena hal ini. Ketika mata melihat sesuatu yang tidak menyenangkan, dukkha pun lahir. Ketika telinga mendengar sesuatu yang sangat kita sukai, dukkha juga lahir. Hanya ada penderitaan di sana.

Sang Buddha merangkumnya dengan berkata bahwa di sana hanya ada sekumpulan penderitaan. Penderitaan lahir dan penderitaan berhenti. Hanya itu saja. Kita berulangkali memegangnya - memegang kemunculan, memegang penghentian, tanpa pernah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memahaminya.

Bila dukkha muncul, kita menyebutnya penderitaan. Bila ia lenyap, kita menamakannya kebahagiaan. Itu semua hanya cerita lama, muncul dan lenyap. Kita diajarkan untuk memperhatikan muncul dan lenyapnya tubuh dan pikiran. Tidak ada yang lain di luar semuanya ini. Untuk merangkumnya, tidak ada kebahagiaan di sana; yang ada hanyalah dukkha. Kita mengenali penderitaan sebagai penderitaan ketika ia muncul. Lalu ketika ia lenyap, kita menganggapnya sebagai kebahagiaan. Kita melihatnya dan membentuknya menjadi seperti itu, namun ia tidaklah seperti itu adanya. Ia hanyalah dukkha yang berhenti. Dukkha muncul dan lenyap, muncul dan lenyap, dan kita pun memegang dan menggenggamnya erat-erat.

Kebahagiaan muncul dan kita merasa senang. Ketidakbahagiaan muncul dan kita pun merasa sedih. Semuanya benar-benar sama adanya, hanya berupa siklus muncul dan lenyap. Bila ada kemunculan, maka ada sesuatu di sana, dan bila ada penghentian, ia pun lenyap. Di sinilah letak keraguan-raguan kita. Oleh sebab itu, diajarkan bahwa dukkha muncul dan lenyap, dan di luar daripada itu, tidak ada apa pun di sana. Bila anda mendatanginya, yang ada hanyalah penderitaan. Tetapi kita tidak melihatnya dengan jelas.

Kita tidak mengenalinya dengan jelas bahwa di sana hanya ada penderitaan, karena ketika ia berhenti, kita melihat ada kebahagiaan di sana. Kita terpaku padanya dan terjebak di sana. Kita tidak sungguh-sungguh melihat kenyataan bahwa segala sesuatunya hanyalah berupa siklus muncul dan lenyap saja.

Sang Buddha merangkumnya dengan berkata bahwa hanya ada muncul dan lenyap, dan tidak ada apa pun lagi di luar dari itu. Ini sungguh sulit untuk dipahami. Tetapi bagi orang yang benar-benar merasakan Dhamma, tidak perlu memegang dan berkutat pada apa pun. Itulah kebenaran yang sesungguhnya.

Kebenaran yang sesungguhnya adalah bahwa di dunia kita ini, tidak ada apa pun yang melakukan apa pun terhadap siapa pun. Tidak ada apa pun yang perlu dicemaskan. Tidak ada apa pun yang patut untuk ditangisi, untuk ditertawai. Tidak ada apa pun yang tragis atau menggembirakan. Namun pengalaman-pengalaman seperti ini merupakan hal yang biasa bagi kebanyakan orang.

Ucapan-ucapan kita mungkin biasa-biasa saja; kita berhubungan dengan pihak lain sesuai dengan kebiasaan kita di dalam memandang segala sesuatunya. Itu tidak apa-apa. Tetapi jika kita berpikir dengan cara yang biasa, maka itu akan menuntun kita pada kesedihan.

Sebenarnya, jika kita benar-benar mengetahui Dhamma dan memperhatikannya secara terus-menerus, tidak ada sesuatu pun yang menjadi apa pun; yang ada hanyalah muncul dan lenyap. Tidak ada kebahagiaan atau penderitaan yang sesungguhnya. Batin menjadi tenang, bila tidak ada kebahagiaan atau penderitaan di sana. Bila ada kebahagiaan dan penderitaan, maka di sana ada kelahiran dan keinginan untuk menjadi sesuatu.

Kita biasanya menciptakan satu jenis kamma, yakni berusaha untuk menghentikan penderitaan dan menghasilkan kebahagiaan. Itulah yang kita inginkan. Tetapi apa yang kita inginkan bukanlah kedamaian yang sesungguhnya; ia adalah kebahagiaan dan penderitaan. Tujuan dari ajaran Sang Buddha adalah untuk berlatih menciptakan suatu jenis kamma yang membawa kita melampaui kebahagiaan dan penderitaan dan itu akan memberikan kedamaian pada kita. Tetapi kita tidak mampu berpikir seperti itu. Kita hanya bisa berpikir bahwa kebahagiaanlah yang akan memberikan kedamaian bagi kita. Jika kita berbahagia, kita berpikir bahwa itu sudah cukup.

Demikianlah, kita umat manusia mengharapkan segala sesuatunya dengan jumlah yang berlimpah ruah. Jika kita mendapat banyak, kita anggap itu bagus. Pada umumnya begitulah cara berpikir kita. Dengan melakukan kebaikan diharapkan akan membawa hasil yang baik pula, dan jika kita mendapatkannya maka kita pun bahagia. Kita berpikir bahwa cuma itu saja yang perlu kita lakukan dan kita pun berhenti di sana. Tetapi di manakah kebaikan ini akan berakhir? Ia tidak akan menetap. Kita terus-menerus maju dan mundur, mengalami hal-hal yang baik dan buruk, mencoba siang dan malam untuk mendapatkan apa yang kita anggap baik dan bagus.

Sang Buddha mengajarkan bahwa pertama-tama kita seharusnya melepaskan yang jahat dan kemudian kita mempraktekkan apa yang baik. Kedua, beliau berkata bahwa kita seharusnya melepaskan yang jahat dan melepaskan yang baik juga, jangan melekat padanya karena itu juga merupakan salah satu bahan bakarnya. Bila di sana ada sesuatu yang menjadi bahan bakarnya, pada akhirnya ia akan terbakar dan menjadi kobaran api. Baik adalah bahan bakar. Jahat adalah bahan bakar.

Berbicara pada level ini akan membunuh orang-orang. Mereka tidak bisa mengikutinya. Jadi, kita harus kembali dari awal dan mengajarkan tentang moralitas. Janganlah saling melukai. Bertanggungjawablah pada pekerjaan anda dan jangan melukai atau mengeksploitasi pihak lain. Sang Buddha mengajarkan ini, tetapi hanya sebegini saja belumlah cukup untuk menghentikannya.

Mengapa kita mendapati diri kita di sini, di dalam kondisi ini? Itu karena kelahiran. Seperti yang dikatakan Sang Buddha pada pembabaran Dhamma pertama beliau, Khotbah Tentang Berputarnya Roda Dhamma: "Kelahiran telah berakhir. Ini adalah keberadaan saya yang terakhir. Tidak ada lagi kelahiran selanjutnya bagi Sang Tathāgata."

Tidak banyak orang yang benar-benar bisa kembali ke titik ini dan merenung untuk memahami sesuai dengan prinsip-prinsip dari jalan Sang Buddha. Tetapi jika kita memiliki keyakinan pada jalan Sang Buddha, ia akan membuahkan hasil bagi kita. Jika orang-orang secara tulus bersandar pada Tiga Permata, maka praktek pun menjadi mudah.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Dhamma Sukkha on 17 January 2009, 08:48:58 PM
Berarti orang awam gak akan bisa melihat apa adanya?
Berarti hanya orang suci yang bisa melihat apa adanya?
Yang berbahaya menurut aye mengambil sepenggal atau sebagian trus ditafsirkan untuk membenarkan pendapat pribadinya lho ;D
Kalo ngambil kata2 ci lily Objek adalah netral itu termasuk juga kitab suci juga netral khan ;D
Ketika orang menafsirkan apakah jadi netral?

Yang Anda mau sanggah dengan pertanyaan itu sesungguhnya justru yang benar: seorang puthujjana tidak pernah bisa melihat apa adanya. Mengapa? Karena apa pun yang dilihatnya selalu diwarnai oleh kacamata akunya (dg segala lobha, dosa, moha). Kalau Anda bisa melihat apa adanya, biarpun hanya semenit, maka semenit itu Anda bebas, padam (nibbana).
Pak Hudoyo, saya mau tanya nih.... ;D
kalau begitu, artinya Sang Buddha sendiri yang sudah mencapai Nibbana bisa nggak Nibbana ya Pak Hudoyo?

sayanya juga mau nanya pendapat tentang berikut:
waktu pelajaran biologi saya pernah terkantuk-kantuk, lalu tidak beberapa lama kemudian saya sadar ini lagi jam pelajaran, entah kenapa saya jadi gak ngantuk lagi... apa karena sayanya lagi sadar pada saat itu makanya gak ngantuk lagi? pokoknya kantuknya langsung hilang lho pak hudoyoo, tapi beberapa saat kemudian ngantuk lagi.... :P pertanyaannya apakah saat itu w lagi penuh kesadaran?apa memang seperti itu sadar? w serius lhoo...
sesudah itu saya pernah waktu bangun pagi, rasanya hening gitu, ada bunyi nguuuuuunggggg gitu pak... ;D apakah itu hening?

 [at]  acek naga
itu sebagian adittapariyaya sutta kan? :D :D :D
w suka sutta itu lhoo ;D ;D ;D ;D ;D ;D ;D ;D

kalau ada yang salah dimaafin yaa...  ^:)^ ^:)^ ^:)^ ^:)^
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 17 January 2009, 09:09:35 PM
Quote
Kalau Anda bisa melihat apa adanya, biarpun hanya semenit, maka semenit itu Anda bebas, padam (nibbana).

Dear Bpk Hudoyo,

Bisa lebih dijelaskan lagi pak mengenai tulisan diatas?  :)

Salam... Namo Buddhaya...  _/\_ ...

menurut hemat saya, dalam meditasi vipassana, kita harus melepaskan praduga-praduga kita terlebih dahulu.

misalnya tentang jalur kesucian, pencapaian nibbana adalah bagi ariya, ariya bukan putthujana lagi, dll...

praduga demikian menghambat kita dalam meditasi vipassana karena kita bukan sedang (mencoba) melihat apa adanya. namun sedang mencari apa yg ingin kita lihat (tingkat kesucian, nibbana, buddha, tilakhanna, dll)

apa yg tertulis di kitab suci
apa yg ditulis oleh Pak Hudoyo
dikesampingkan dulu ketika bermeditasi
yg penting alami sendiri, buktikan sendiri
ehipassiko
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 17 January 2009, 09:11:51 PM

 [at]  acek COGAN naga
itu sebagian adittapariyaya sutta kan? :D :D :D
w suka sutta itu lhoo ;D ;D ;D ;D ;D ;D ;D ;D

kalau ada yang salah dimaafin yaa...  ^:)^ ^:)^ ^:)^ ^:)^
yang mana neh CD?
yang ini?
"Oh, Bhikkhu, semuanya menyala. Apakah itu yang menyala? Mata, penglihatan, kesadaran mata, kesan-kesan mata dan semua perasaan yang menyenangkan atau tidak menyenangkan atau netral yang timbul dari kesan-kesan mata (Ini adalah kelompok pertama).
Telinga, suara, kesadaran telinga, kesan-kesan telinga dan semua perasaan yang menyenangkan atau tidak menyenangkan atau netral yang timbul dari kesan-kesan telinga (Ini adalah kelompok kedua).
Hidung, bebauan, kesadaran hidung, kesan-kesan hidung dan semua perasaan yang menyenangkan atau tidak menyenangkan atau netral yang timbul dari kesan-kesan hidung (Ini adalah kelompok ketiga).
Lidah, rasa, kesadaran lidah, kesan-kesan lidah dan semua perasaan yang menyenangkan atau tidak menyenangkan atau netral yang timbul dari kesan-kesan lidah (Ini adalah kelompok keempat).
Tubuh, sentuhan, kesadaran tubuh, kesan-kesan tubuh dan semua perasaan yang menyenangkan atau tidak menyenangkan atau netral yang timbul dari kesan-kesan tubuh (Ini adalah kelompok kelima).
Batin, pikiran, kesadaran batin, kesan-kesan batin dan semua perasaan yang menyenangkan atau tidak menyenangkan atau netral yang timbul dari kesan-kesan batin (Ini adalah kelompok keenam).
Semua itu menyala-nyala. Menyala dengan apa? Menyala dengan api dari keserakahan, kebencian dan khayalan yang menyesatkan, menyala dengan api dari kelahiran, usia tua dan kematian, menyala dengan api dari kesedihan, ratap tangis, sakit, duka cita, dan putus asa.
Seorang siswa Yang Ariya, yang melihat keadaan ini akan merasa jemu. Karena merasa jemu, ia akan melepaskan nafsu-nafsu keinginan. Karena melepaskan nafsu-nafsu keinginan, batinnya tidak melekat lagi kepada segala sesuatu.
Karena tidak melekat lagi kepada segala sesuatu akan timbul Pandangan Terang, sehingga ia mengetahui bahwa ia sudah terbebas. Ia tahu bahwa ini adalah kehidupannya yang terakhir, kehidupan suci telah dilaksanakan dan selesailah tugas yang harus dikerjakan dan tidak ada sesuatu apa pun yang masih harus dikerjakan untuk memperoleh Penerangan Agung."
Setelah Sang Buddha selesai memberikan khotbah, batin bhikkhu-bhikkhu tersebut terbebas seluruhnya dari kemelekatan dan bersih dari kekotoran batin. Mereka semua mencapai tingkat yang tertinggi, yaitu menjadi Arahat.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: g.citra on 17 January 2009, 09:17:52 PM
Quote
Kalau Anda bisa melihat apa adanya, biarpun hanya semenit, maka semenit itu Anda bebas, padam (nibbana).

Dear Bpk Hudoyo,

Bisa lebih dijelaskan lagi pak mengenai tulisan diatas?  :)

Salam... Namo Buddhaya...  _/\_ ...

menurut hemat saya, dalam meditasi vipassana, kita harus melepaskan praduga-praduga kita terlebih dahulu.

misalnya tentang jalur kesucian, pencapaian nibbana adalah bagi ariya, ariya bukan putthujana lagi, dll...

praduga demikian menghambat kita dalam meditasi vipassana karena kita bukan sedang (mencoba) melihat apa adanya. namun sedang mencari apa yg ingin kita lihat (tingkat kesucian, nibbana, buddha, tilakhanna, dll)

apa yg tertulis di kitab suci
apa yg ditulis oleh Pak Hudoyo
dikesampingkan dulu ketika bermeditasi
yg penting alami sendiri, buktikan sendiri
ehipassiko

Apakah dengan pertanyaan yang saya ajukan diatas, berkesan bahwa saya berpraduga? :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 17 January 2009, 09:47:01 PM
Quote
Kalau Anda bisa melihat apa adanya, biarpun hanya semenit, maka semenit itu Anda bebas, padam (nibbana).

Dear Bpk Hudoyo,

Bisa lebih dijelaskan lagi pak mengenai tulisan diatas?  :)

Salam... Namo Buddhaya...  _/\_ ...

menurut hemat saya, dalam meditasi vipassana, kita harus melepaskan praduga-praduga kita terlebih dahulu.

misalnya tentang jalur kesucian, pencapaian nibbana adalah bagi ariya, ariya bukan putthujana lagi, dll...

praduga demikian menghambat kita dalam meditasi vipassana karena kita bukan sedang (mencoba) melihat apa adanya. namun sedang mencari apa yg ingin kita lihat (tingkat kesucian, nibbana, buddha, tilakhanna, dll)

apa yg tertulis di kitab suci
apa yg ditulis oleh Pak Hudoyo
dikesampingkan dulu ketika bermeditasi
yg penting alami sendiri, buktikan sendiri
ehipassiko

Apakah dengan pertanyaan yang saya ajukan diatas, berkesan bahwa saya berpraduga? :)

enggak kok, tulisan saya bukan bermaksud menunjuk ke pribadi.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: g.citra on 17 January 2009, 09:52:46 PM
 [at]  Bro Tesla...

Oke... :)

..._/\_...

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 17 January 2009, 09:56:37 PM
_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: dilbert on 17 January 2009, 10:29:50 PM
meditasi buddhis biasa = konsentrasi = berusaha konsentrasi...

mmd = hanya mengamati saja = berusaha mengamati saja...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: morpheus on 17 January 2009, 11:59:37 PM
Males =))

Berarti orang awam gak akan bisa melihat apa adanya?
Berarti hanya orang suci yang bisa melihat apa adanya?
Yang berbahaya menurut aye mengambil sepenggal atau sebagian trus ditafsirkan untuk membenarkan pendapat pribadinya lho ;D
Kalo ngambil kata2 ci lily Objek adalah netral itu termasuk juga kitab suci juga netral khan ;D
Ketika orang menafsirkan apakah jadi netral?
sungguh bagus orang yg sadar batinnya terus-menerus menafsirkan dan sadar dirinya memiliki bias subjektif dalam memandang segala sesuatu.
yg cilaka itu orang yg bias dan subjektif namun tidak sadar dan merasa dirinya objektif dan merasa melihat apa adanya.

selama belum suci, manusia terus-menerus melihat segala sesuatu melalui kacamatanya sendiri. istilah populernya: paradigma.

satu kalimat ataupun satu peristiwa yg disaksikan 10 orang akan menghasilkan 10 persepsi dan pengertian yg berbeda, didistorsikan oleh pendidikan, pengalaman, prasangka, kondisi badan dan pengkondisian pikiran masing2 pendengarnya. dan semuanya merasa persepsinya yg benar! hitam dan putih dunia ini tidak sesederhana yg anda mimpikan atau seperti yg ada di pilem2 anak kecil...

tampaknya salah sambung terus berlanjut, entah mengapa. mungkin mabuk dalam kenikmatan menggebuki tokoh yg dianggap antagonis.
seperti yg diquote di atas, kalo acek memang males menyelidiki makna sebenarnya dari kata2 peserta diskusi lainnya, berarti tujuan keberadaan kita di forum ini berbeda jauh. saya tidak tertarik untuk bersorak2 dipinggir ring meramaikan latar belakang suara riuh. selamat bersenang2, acek.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 18 January 2009, 06:48:03 AM
Males =))

Berarti orang awam gak akan bisa melihat apa adanya?
Berarti hanya orang suci yang bisa melihat apa adanya?
Yang berbahaya menurut aye mengambil sepenggal atau sebagian trus ditafsirkan untuk membenarkan pendapat pribadinya lho ;D
Kalo ngambil kata2 ci lily Objek adalah netral itu termasuk juga kitab suci juga netral khan ;D
Ketika orang menafsirkan apakah jadi netral?
seperti yg diquote di atas, kalo acek memang males menyelidiki makna sebenarnya dari kata2 peserta diskusi lainnya, berarti tujuan keberadaan kita di forum ini berbeda jauh. saya tidak tertarik untuk bersorak2 dipinggir ring meramaikan latar belakang suara riuh. selamat bersenang2, acek.

mungkin memang aye tidak cocok dengan meditasi, bahkan dgn ajaran buddha soalnya aye memang pemalas untuk belajar :D . soal menyelidiki makna sebenarnya dari kata2 peserta diskusi lainnya mungkin aye punya pandangan sendiri yang berbeda terhadap MMD itu sendiri seperti pernah sering aye katakan bahwa Sutta itu netral, kalau MMD memandang bahiya dan malunkya cukup itu saja buat MMD sedang sutta yang lain tidak ya itu mah dari "bata batin saya" melihat seperti pembenaran, itu saja, kalau cara pandang aye terlihat tidak netral maafkan aja yak karena aye belom suci dan memang pasti tujuan keberadaan kita di forum ini berbeda jauh kok soalnya aye mah pengetahuan Dhamma masih rendah dan susah berkembang jadi ikut forum ini juga hanyalah untuk belajar dan nampaknya memang tidak ada perkembangan yak ;D


Quote
tampaknya salah sambung terus berlanjut, entah mengapa. mungkin mabuk dalam kenikmatan menggebuki tokoh yg dianggap antagonis.
apa terlihat begitu ya? thread ini khan isinya tentang MMD, otomatis akan ada yang pro dan kontra, sy rasa wajar apabila ada orang yang memandang MMD inilah itulah dan mempertanyakan kualitas MMD, bahkan saya lihat om nyana yang dulu agak menentangpun sekarang tidak khan? ;D
segala sesuatu berproses khan ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: dilbert on 18 January 2009, 08:33:30 AM
saya tidak tertarik untuk bersorak2 dipinggir ring meramaikan latar belakang suara riuh. selamat bersenang2.

diterima... dan dicatat...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hendrako on 18 January 2009, 08:48:02 AM
iya makanya sebaiknya kita bisa melihat "APA ADANYA" bukan menafsirkan :)

Jangan berkata, "Sebaiknya begini, sebaiknya begitu," karena di situ Anda tidak melihat apa adanya batin Anda, melainkan hanya didorong oleh norma, cita-cita; Anda tidak melihat bahwa Anda sedang menafsirkan kata-kata orang tercerahkan, menjadikannya aturan, norma. Yang penting, sadari saja setiap saat Anda tengah berpikir menafsirkan; dan itu sering kali terjadi dalam satu hari ... kalau pikiran-pikiran ini disadari, ada kemungkinan akan diam dengan sendirinya.

Yang dibold biru di atas saya setuju.

Namun Anda biasanya menyatakan bahwa, "pikiran=AKU", "memadamkan AKU". Kelihatannya Anda setuju dengan Descartes (cogito ergo sum)
Secara tidak langsung AKU dinyatakan ada, yaitu berupa pikiran (yang bergerak).
Padahal yang sebenarnya adalah AKU itu tidak ada melainkan hanyalah pikiran (salah satu bagian dari nama (panca khanda))yang bergerak kesana-kemari, terbakar......
Aku hanyalah sebuah ilusi yang didorong oleh konvensi......., dimana konvensi berguna di dalam komunikasi.
Aku tidak ada, yang ada adalah salah pandangan bahwa Aku ada, yang dalam kasus ini adalah Aku = pikiran yang bergerak.

Hal ini mengandung bahaya, karena terkonsep dengan pikiran sebagai aku. Padahal hal tersebut hanyalah pikiran yang bergerak karena terpancing hal diluar.

Pikiran yang bergerak dan diam adalah pikiran yang sama.
Menyatakan pikiran yang bergerak sebagai AKU sama dengan menyatakan Pikiran yang diam sebagai AKU yg diam.
Yang ada hanyalah Pancakhanda.

Tidak ada Aku.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: N1AR on 18 January 2009, 10:38:32 AM
tanya pak hudoyo
apa benar pak hudoyo tidak berpegang pada tripitaka?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 19 January 2009, 09:02:05 AM
tanya pak hudoyo
apa benar pak hudoyo tidak berpegang pada tripitaka?

Tipitaka, aliran-aliran adalah bentukan konsep yang disarikan...kata berpegang sendiri berarti menunjukkan dualitas pikiran yang tidak bisa keluar dari kurungan konsep.
Memang kalo saya mengatakan ini pasti akan timbul kontroversi tapi lihatlah lebih dalam lagi ke dalam batin bahwa semua konsep yang disarikan itu bukan untuk dipegang erat2 tapi diselidiki lewat batin,sama seperti orang belajar Fisika,konsep diperlukan di awal namun pada pelaksanaan konsep hanya 10% digunakan. Pak Hudoyo memegang 2 Sutta sebagai 'panduan' bukan sebagai padanan kata2.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 19 January 2009, 09:06:03 AM
apa terlihat begitu ya? thread ini khan isinya tentang MMD, otomatis akan ada yang pro dan kontra, sy rasa wajar apabila ada orang yang memandang MMD inilah itulah dan mempertanyakan kualitas MMD, bahkan saya lihat om nyana yang dulu agak menentangpun sekarang tidak khan? Grin
segala sesuatu berproses khan Grin


om nyana dibawa2...hehehhe. bahkan saya tidak berpegang pada kata MMD sekalipun,apapun yang saya alami lewat meditasi saya hanyalah menemukan keselarasan dengan praktik Bpk Hudoyo,praktik Ajahn Chah,dan praktik bhikhu2 hutan.saya sendiri masih dalam tahap belajar...kapan seseorang akan merealisasi pencerahan bila ia hanya selalu berbicara dengan intelektualitas pikiran...bahkan ia tidak tahu ada Mara dalam pikirannya yang menghalangi dia untuk melihat lebih besar...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 19 January 2009, 09:13:57 AM
apa terlihat begitu ya? thread ini khan isinya tentang MMD, otomatis akan ada yang pro dan kontra, sy rasa wajar apabila ada orang yang memandang MMD inilah itulah dan mempertanyakan kualitas MMD, bahkan saya lihat om nyana yang dulu agak menentangpun sekarang tidak khan? Grin
segala sesuatu berproses khan Grin


om nyana dibawa2...hehehhe. bahkan saya tidak berpegang pada kata MMD sekalipun,apapun yang saya alami lewat meditasi saya hanyalah menemukan keselarasan dengan praktik Bpk Hudoyo,praktik Ajahn Chah,dan praktik bhikhu2 hutan.saya sendiri masih dalam tahap belajar...kapan seseorang akan merealisasi pencerahan bila ia hanya selalu berbicara dengan intelektualitas pikiran...bahkan ia tidak tahu ada Mara dalam pikirannya yang menghalangi dia untuk melihat lebih besar...
ya bahkan untuk yang praktek pun bisa jadi Mara dalam pikirannya sama besar dengan yang belum praktek ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 19 January 2009, 09:21:46 AM
apa terlihat begitu ya? thread ini khan isinya tentang MMD, otomatis akan ada yang pro dan kontra, sy rasa wajar apabila ada orang yang memandang MMD inilah itulah dan mempertanyakan kualitas MMD, bahkan saya lihat om nyana yang dulu agak menentangpun sekarang tidak khan? Grin
segala sesuatu berproses khan Grin


om nyana dibawa2...hehehhe. bahkan saya tidak berpegang pada kata MMD sekalipun,apapun yang saya alami lewat meditasi saya hanyalah menemukan keselarasan dengan praktik Bpk Hudoyo,praktik Ajahn Chah,dan praktik bhikhu2 hutan.saya sendiri masih dalam tahap belajar...kapan seseorang akan merealisasi pencerahan bila ia hanya selalu berbicara dengan intelektualitas pikiran...bahkan ia tidak tahu ada Mara dalam pikirannya yang menghalangi dia untuk melihat lebih besar...
ya bahkan untuk yang praktek pun bisa jadi Mara dalam pikirannya sama besar dengan yang belum praktek ;D

Mara memang akan selalu muncul bagi batin mereka yang belum tercerahkan namun dengan adanya Mara ,orang mengerti pencerahan itu seperti apa.
barusan saya membaca tulisan anda satu paragraf di atas kalimat yang anda tulis mengenai saya soal tidak praktek dan dll. bagi saya melihat,selama ini diskusi MMD selalu berandai-andai bahwa Pak Hud sudah Arahat, bahwa sudah Arahat baru bisa mengajarkan meditasi dan MMD diparadigmakan sebagai praktek tertinggi oleh non MMD. gejala ini sangat aneh dan menjadi sumber memblokir pemikiran.
saya dulu mungkin sering kontroversi soal ini,tapi ketika saya melepas,saya banyak melihat beberapa pemahaman yang anda sebut Buddhist sejatipun kadangkala kurang bisa memahami makna Buddha itu sendiri yang begitu simpel tapi malah sengaja buat terstruktur dan mendalam,akhirnya tidak dapat apa-apa.
Yang dikatakan pencerahan oleh Sutta dan pencerahan oleh Praktek itu muncul bila pemahaman diri itu tidak terkungkung dalam kurungan Sutta dan Praktek. ada Jalan Tengah diantara hal ini.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 19 January 2009, 09:37:50 AM
Anicca,anicca oh anicca  ^-^

Bagi praktisi ataupun bukan praktisi bisa baca komentar anattalakhana sutta dan Malukyaputta sutta oleh Mahasi Sayadaw. Disitu jelas jawabannya terhadap kontroversi antara pandangan benar dan micchaditthi.  :)

Ttg pandangan " Aku" = pikiran,  ada di halaman 84.  :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: N1AR on 19 January 2009, 09:38:15 AM
tanya pak hudoyo
apa benar pak hudoyo tidak berpegang pada tripitaka?

Tipitaka, aliran-aliran adalah bentukan konsep yang disarikan...kata berpegang sendiri berarti menunjukkan dualitas pikiran yang tidak bisa keluar dari kurungan konsep.
Memang kalo saya mengatakan ini pasti akan timbul kontroversi tapi lihatlah lebih dalam lagi ke dalam batin bahwa semua konsep yang disarikan itu bukan untuk dipegang erat2 tapi diselidiki lewat batin,sama seperti orang belajar Fisika,konsep diperlukan di awal namun pada pelaksanaan konsep hanya 10% digunakan. Pak Hudoyo memegang 2 Sutta sebagai 'panduan' bukan sebagai padanan kata2.

tapi kalau dalam fisika hukumnya kan sudah jelas. tinggal formulanya saja yg dicari
kalau sesuatu yg tidak di ajarkan SB apa bisa dibilang ajaran SB.
kalau seorang guru mengajarkan pancasila masa yg diambil cuma perumpamaan sila 1. berarti bukan pancasila sila 1, tapi perumpamaan sila 1

sepertinya yang saya tangkap dari melepas/ kekosongan dalam buddhist adalah
berusaha / berkeras dalam menyingkirkannya, mengenalinya, berlatih untuk melepas
bukan mengalami apa itu kekosongan yg tanpa usaha apa2
karena cuma untuk sesaat untuk apa? nanti juga gak kosong lagi :))
jadi saya pro pak hudoyo ha......

ha.. bener gitu bos
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 19 January 2009, 09:52:16 AM
apa terlihat begitu ya? thread ini khan isinya tentang MMD, otomatis akan ada yang pro dan kontra, sy rasa wajar apabila ada orang yang memandang MMD inilah itulah dan mempertanyakan kualitas MMD, bahkan saya lihat om nyana yang dulu agak menentangpun sekarang tidak khan? Grin
segala sesuatu berproses khan Grin


om nyana dibawa2...hehehhe. bahkan saya tidak berpegang pada kata MMD sekalipun,apapun yang saya alami lewat meditasi saya hanyalah menemukan keselarasan dengan praktik Bpk Hudoyo,praktik Ajahn Chah,dan praktik bhikhu2 hutan.saya sendiri masih dalam tahap belajar...kapan seseorang akan merealisasi pencerahan bila ia hanya selalu berbicara dengan intelektualitas pikiran...bahkan ia tidak tahu ada Mara dalam pikirannya yang menghalangi dia untuk melihat lebih besar...
ya bahkan untuk yang praktek pun bisa jadi Mara dalam pikirannya sama besar dengan yang belum praktek ;D

Mara memang akan selalu muncul bagi batin mereka yang belum tercerahkan namun dengan adanya Mara ,orang mengerti pencerahan itu seperti apa.
barusan saya membaca tulisan anda satu paragraf di atas kalimat yang anda tulis mengenai saya soal tidak praktek dan dll. bagi saya melihat,selama ini diskusi MMD selalu berandai-andai bahwa Pak Hud sudah Arahat, bahwa sudah Arahat baru bisa mengajarkan meditasi dan MMD diparadigmakan sebagai praktek tertinggi oleh non MMD. gejala ini sangat aneh dan menjadi sumber memblokir pemikiran.
saya dulu mungkin sering kontroversi soal ini,tapi ketika saya melepas,saya banyak melihat beberapa pemahaman yang anda sebut Buddhist sejatipun kadangkala kurang bisa memahami makna Buddha itu sendiri yang begitu simpel tapi malah sengaja buat terstruktur dan mendalam,akhirnya tidak dapat apa-apa.
Yang dikatakan pencerahan oleh Sutta dan pencerahan oleh Praktek itu muncul bila pemahaman diri itu tidak terkungkung dalam kurungan Sutta dan Praktek. ada Jalan Tengah diantara hal ini.
Sebenarnya bukan soal berandai2 om , tapi juga menanyakan kualitas seorang guru apalagi pendiri, apabila sebagai praktisi sih mungkin bisa dimaklumi ;D , tapi memang itu semua kembali kediri sendiri, mo mengikuti ya silahkan tidak mengikuti juga sama silahkan, mungkin yang jadi perdebatan khan soal scholar yang juga praktek dengan yang praktek tapi menentang scholar lho yang memang tidak akan ada habisnya ;D
4 me sih tidak ada masalah kok, mungkin aye terlihat mabuk dalam kenikmatan menggebuki tokoh yg dianggap antagonis ya silahkan saja tidak ada masalah ;D
mungkin saatnya berhenti ya ok saya berhenti lah ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: williamhalim on 19 January 2009, 10:36:40 AM

Quote
tampaknya salah sambung terus berlanjut, entah mengapa. mungkin mabuk dalam kenikmatan menggebuki tokoh yg dianggap antagonis.
apa terlihat begitu ya? thread ini khan isinya tentang MMD, otomatis akan ada yang pro dan kontra, sy rasa wajar apabila ada orang yang memandang MMD inilah itulah dan mempertanyakan kualitas MMD, bahkan saya lihat om nyana yang dulu agak menentangpun sekarang tidak khan? ;D
segala sesuatu berproses khan ;D

Saya baru ngeh kalau sebagian anggota forum ada yg berpikiran bahwa disini ada tokoh antagonis yg digebuk2i.
Kalau boleh berterus terang, tentu tokoh yg dimaksud adalah Pak Hud dan penggebuk-nya adalah para kritikus (termasuk sy  :) )...

Selama ini -ini sy pribadi- berpendapat ada sesuatu yg salah dgn metoda MMD (meditasi duduk+konsepnya; karena -untuk vipassana yg bertujuan mengikis kekotoran batin- meditasi duduk dan konsep sehari-hari adalah satu kesatuan).

Selama ini saya tidak setuju bahwa MMD (beserta konsep2nya) adalah meditasi 'pengikisan kekotoran batin', bahwa MMD (yg hanya duduk sadari saja, tanpa perlu menjaga moralitas) akan bisa meningkatkan kualitas batin praktisi-nya secara permanen.

Jadi, karena MMD telah membuka thread diskusi, wajar saja saya (dan rekan2 lain) ikut melakukan diskusi, tanya jawab, kritik, dll disini.... lantas apakah pihak MMD merasa 'diserang'? Merasa 'digebuk'? Kalo gak mau 'merasa diserang/ digebuk' ya, jangan buka thread di milis2/forum2.... atau jangan ladeni para 'kritikus' ini.... pilihan merasa 'digebuk/diserang' ada ditangan anda...

BTW,
ngomong2 soal digebuk.... siapa  menggebuk siapa yah? MMD menggebuk dogma2 Buddhism? atau para Buddhist menggebuk MMD? Imo, tergantung pola pikir masing2 kali yah....  ;D

::



Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: williamhalim on 19 January 2009, 10:54:06 AM
iya makanya sebaiknya kita bisa melihat "APA ADANYA" bukan menafsirkan :)

Jangan berkata, "Sebaiknya begini, sebaiknya begitu," karena di situ Anda tidak melihat apa adanya batin Anda, melainkan hanya didorong oleh norma, cita-cita; Anda tidak melihat bahwa Anda sedang menafsirkan kata-kata orang tercerahkan, menjadikannya aturan, norma. Yang penting, sadari saja setiap saat Anda tengah berpikir menafsirkan; dan itu sering kali terjadi dalam satu hari ... kalau pikiran-pikiran ini disadari, ada kemungkinan akan diam dengan sendirinya.

Yang dibold biru di atas saya setuju.


Yg di BOLD biru diatas, yakni:
kalau pikiran-pikiran ini disadari, ada kemungkinan akan diam dengan sendirinya.

Disini Pak Hud menulis "ADA KEMUNGKINAN", jadi kalo pikiran2 ini disadari, 'ada kemungkinan' akan diam dengan sendirinya.

Saya setuju dengan Pak Hud.

'Ada kemungkinan' artinya: bisa YA, bisa TIDAK.

Pikiran2 yg manakah yg BISA diam jika disadari saja dan pikiran2 yg macam manakah yg TIDAK BISA diam hanya dengan disadari saja? Pikiran2 (kecenderungan2 batin) yg telah laten, yg telah mengakar kuat  akan sulit sekali bisa diam hanya ketika disadari saja. Butuh lebih dari sekedar 'sadari saja' untuk pikiran2 laten macam begini. Ambil contoh 'pikiran untuk merokok' bagi perokok. Apakah seorang perokok berat bisa berhenti merokok hanya dengan 'sadari saja'? Ia butuh tekad yg teguh, semangat yg kuat dan disiplin yg keras untuk bisa berhenti merokok. "Sadari saja" tidak akan berfungsi apa2 disini.

Lantas, batin/pikiran macam manakah yg BISA berhenti ketika di'sadari saja'? Pikiran/batin yg telah tipis kilesa-nya, pikiran/batin yg belum mengakar kuat, pikiran/batin yg telah terlatih menuju kesempurnaan, akan 'ampuh' dibelokkan ketika 'disadari saja'. Untuk menuju ke kualitas batin macam begini, butuh latihan keras, butuh tekad yg kuat, butuh disiplin dan semangat yg dicicil sedikit demi sedikit. Tidak ada yg instan untuk menuju kesempurnaan. Butuh usaha yg terpadu.

Ketika si perokok berat, dgn usaha nya yg keras ditunjang oleh semangat dan disiplin, telah BERHASIL membuatnya membuatnya berhenti merokok, maka akan mudah bagi dia untuk selanjutnya. Ketika suatu waktu, berkumpul dgn teman2nya yg perokok, timbul pikirannya untuk merokok, maka ia sadari pikiran itu, maka ia tidak akan melanjutkan tangannya untuk mengambil rokok temannya. Ketika kualitasnya sudah mapan begini, maka 'sadari saja' sudah cukup baginya untuk menghentikan pikirannya.

Ajahn Chah pernah bilang: "Masih dibutuhkan cambuk untuk menjinakkan sapi yg liar"

anjali,
willi

::

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: morpheus on 19 January 2009, 10:55:59 AM
Saya baru ngeh kalau sebagian anggota forum ada yg berpikiran bahwa disini ada tokoh antagonis yg digebuk2i.
Kalau boleh berterus terang, tentu tokoh yg dimaksud adalah Pak Hud dan penggebuk-nya adalah para kritikus (termasuk sy  :) )...
bang willi, kok anda merasa yah? hehehehe...
maaf nih. kalo memang anda tidak merasa tenggelam dalam kesenangan asal gebuk dan tidak merasa males menyelidiki yg dimaksudkan peserta diskusi lain, kenapa anda susah payah menjelaskan? kalo memang anda tidak begitu, berarti komentar itu bukan buat anda...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: williamhalim on 19 January 2009, 11:44:06 AM
Saya baru ngeh kalau sebagian anggota forum ada yg berpikiran bahwa disini ada tokoh antagonis yg digebuk2i.
Kalau boleh berterus terang, tentu tokoh yg dimaksud adalah Pak Hud dan penggebuk-nya adalah para kritikus (termasuk sy  :) )...
bang willi, kok anda merasa yah? hehehehe...
maaf nih. kalo memang anda tidak merasa tenggelam dalam kesenangan asal gebuk dan tidak merasa males menyelidiki yg dimaksudkan peserta diskusi lain, kenapa anda susah payah menjelaskan? kalo memang anda tidak begitu, berarti komentar itu bukan buat anda...


ya atau tidak... gpp...
diskusi lanjutttt.... :)

::
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 19 January 2009, 12:09:27 PM
Quote
Selama ini saya tidak setuju bahwa MMD (beserta konsep2nya) adalah meditasi 'pengikisan kekotoran batin', bahwa MMD (yg hanya duduk sadari saja, tanpa perlu menjaga moralitas) akan bisa meningkatkan kualitas batin praktisi-nya secara permanen.

tanpa perlu menjaga moralitas, bukan berarti menjadi amoral

dalam Dhammapada Buddha mengatakan:

kebencian hanya akan berakhir dg tidak-membenci (#1).

kenapa sang Buddha ga bilang kebencian hanya akan berakhir dg mencintai (#2)?

temukan perbedaannya, kalimat ke#2 mungkin sering ditemukan & seharusnya lebih umum,
lantas kenapa sang Buddha malah berkata dg kalimat #1...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: morpheus on 19 January 2009, 12:27:33 PM
bahwa MMD (yg hanya duduk sadari saja, tanpa perlu menjaga moralitas)
persepsi saya berbeda di sini...

setahu saya, pak hudoyo bukan bermaksud untuk mempersilakan anda semua melanggar sila dalam kehidupan sehari2...

yg dimaksud adalah dalam vipassana atau saat anda sadar, (konsep) sila tidak relevan...
dalam vipassana, tugas anda hanyalah sadar, sadar dan sadar.
segala ide dan konsep hanya akan membebani praktek vipassana anda, termasuk teori2 buddhis lainnya.
saya yakin anda pernah bereksperimen sendiri dalam meditasi anda. yg mana yg lebih berhasil?
kalo belum, silakan coba.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 19 January 2009, 12:30:19 PM
tanya pak hudoyo
apa benar pak hudoyo tidak berpegang pada tripitaka?

Tipitaka, aliran-aliran adalah bentukan konsep yang disarikan...kata berpegang sendiri berarti menunjukkan dualitas pikiran yang tidak bisa keluar dari kurungan konsep.
Memang kalo saya mengatakan ini pasti akan timbul kontroversi tapi lihatlah lebih dalam lagi ke dalam batin bahwa semua konsep yang disarikan itu bukan untuk dipegang erat2 tapi diselidiki lewat batin,sama seperti orang belajar Fisika,konsep diperlukan di awal namun pada pelaksanaan konsep hanya 10% digunakan. Pak Hudoyo memegang 2 Sutta sebagai 'panduan' bukan sebagai padanan kata2.

tapi kalau dalam fisika hukumnya kan sudah jelas. tinggal formulanya saja yg dicari
kalau sesuatu yg tidak di ajarkan SB apa bisa dibilang ajaran SB.
kalau seorang guru mengajarkan pancasila masa yg diambil cuma perumpamaan sila 1. berarti bukan pancasila sila 1, tapi perumpamaan sila 1

sepertinya yang saya tangkap dari melepas/ kekosongan dalam buddhist adalah
berusaha / berkeras dalam menyingkirkannya, mengenalinya, berlatih untuk melepas
bukan mengalami apa itu kekosongan yg tanpa usaha apa2
karena cuma untuk sesaat untuk apa? nanti juga gak kosong lagi :))
jadi saya pro pak hudoyo ha......

ha.. bener gitu bos

N1AR...seberapa besar pemahaman benar anda mengenai Buddhism...di satu pihak anda bisa mencap Hudoyo salah persepsi soal Buddhisme,jika anda berani menyatakan beliau salah,berarti anda adalah benar. recheck kembali ke kondisi batin anda sebelum menyampaikan sesuatu,apakah benar pemahaman anda...dan saya ga bilang hudoyo akan benar,masing2 perlu mengecek kondisi batin anda,atau anda selama ini hanya ikut2an berdebat tanpa mengerti jalur ceritanya.awasi batin. _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: williamhalim on 19 January 2009, 12:31:33 PM
Quote
Selama ini saya tidak setuju bahwa MMD (beserta konsep2nya) adalah meditasi 'pengikisan kekotoran batin', bahwa MMD (yg hanya duduk sadari saja, tanpa perlu menjaga moralitas) akan bisa meningkatkan kualitas batin praktisi-nya secara permanen.

tanpa perlu menjaga moralitas, bukan berarti menjadi amoral

dalam Dhammapada Buddha mengatakan:

kebencian hanya akan berakhir dg tidak-membenci (#1).

kenapa sang Buddha ga bilang kebencian hanya akan berakhir dg mencintai (#2)?

temukan perbedaannya, kalimat ke#2 mungkin sering ditemukan & seharusnya lebih umum,
lantas kenapa sang Buddha malah berkata dg kalimat #1...

Kisah Kalayakkhini

Ada seorang laki-laki perumah tangga mempunyai istri yang mandul. Karena merasa mandul dan takut diceraikan oleh suaminya, ia menganjurkan suaminya untuk menikah lagi dengan wanita lain yang dipilih olehnya sendiri. Suaminya menyetujui dan tak berapa lama kemudian isteri muda itu mengandung.

Ketika isteri mandul itu mengetahui bahwa madunya hamil, ia menjadi tidak senang. Dikirimkannya makanan yang telah diberi racun, sehingga isteri muda itu keguguran. Demikian pula pada kehamilan yang kedua. Pada kehamilannya yang ketiga, isteri muda itu tidak memberi tahu kepada isteri tua. Karena kondisi phisiknya kehamilan itu diketahui juga oleh isteri tua. Berbagai cara dicoba oleh isteri tua itu agar kandungan madunya itu gugur lagi, yang akhirnya menyebabkan isteri muda itu meninggal pada saat persalinan. Sebelum meninggal, wanita malang itu dengan hati yang dipenuhi kebencian bersumpah untuk membalas dendam kepada isteri tua.

Maka permusuhan itu pun dimulai.

Pada kelahiran berikutnya, isteri tua dan isteri muda tersebut terlahir sebagai seekor ayam betina dan seekor kucing. Kemudian terlahir kembali sebagai seekor macan tutul dan seekor rusa betina, dan akhirnya terlahir sebagai seorang wanita perumah tangga di kota Savatthi dan peri yang bernama Kali.

Suatu ketika sang peri (Kalayakkhini) terlihat sedang mengejar-ngejar wanita tersebut dengan bayinya. Ketika wanita itu mendengar bahwa Sang Buddha sedang membabarkan Dhamma di Vihara Jetavana, ia berlari ke sana dan meletakkan bayinya di kaki Sang Buddha sambil memohon perlindungan.

Sedangkan peri tertahan di depan pintu vihara oleh dewa penjaga vihara. Akhirnya peri diperkenenkan masuk, dan kedua wanita itu diberi nasehat oleh Sang Buddha.

Sang Buddha menceritakan asal mula permusuhan mereka pada kehidupan lampau, yaitu sebagai seorang isteri tua dan isteri muda dari seorang suami, sebagai seekor ayam betina dan seekor kucing, sebagai seekor macan tutul dan seekor rusa betina.

Mereka telah dipertemukan untuk melihat bahwa kebencian hanya dapat menyebabkan kebencian yang makin berlarut-larut, tetapi kebencian akan berakhir melalui persahabatan, kasih sayang, saling pengertian, dan niat baik.  

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair ke 5 berikut ini:

"Na hi verena verani
sammantidha kudacanam
averena ca sammanti
esa dhammo sanantano."

Kebencian tak akan pernah berakhir apabila dibalas dengan kebencian.
Tetapi, kebencian akan berakhir bila dibalas dengan tidak membenci
Inilah satu hukum abadi.


Kedua wanita itu akhirnya menyadari kesalahan mereka, keduanya berdamai, dan permusuhan panjang itu berakhir.

Sang Buddha kemudian meminta kepada wanita itu untuk menyerahkan anaknya untuk digendong peri. Takut akan keselamatan anaknya, wanita itu ragu-ragu. Tetapi, karena keyakinannya yang kuat terhadap Sang Buddha ia segera menyerahkan anaknya kepada peri.

Peri menerima anak itu dengan hangat. Anak itu dicium dan dibelainya dengan penuh kasih sayang, bagaikan anaknya sendiri. Setelah puas, diangsurkan ke ibunya kembali.

Demikianlah, pada akhirnya mereka berdua hidup rukun dan saling mengasihi.

-----

Dari keseluruhan kisah tersebut mungkin dapat dimengerti kenapa Buddha menggunakan pilihan kata tersebut.
Buddha saat itu lebih menekankan: Kebencian hanya akan mengakibatkan kebencian lagi dstnya... stoplah kebencian, maka masalah akan berakhir... konteksnya begitu.

anjali,
willi

::

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 19 January 2009, 12:33:52 PM
Selama ini saya tidak setuju bahwa MMD (beserta konsep2nya) adalah meditasi 'pengikisan kekotoran batin', bahwa MMD (yg hanya duduk sadari saja, tanpa perlu menjaga moralitas) akan bisa meningkatkan kualitas batin praktisi-nya secara permanen.

Jadi, karena MMD telah membuka thread diskusi, wajar saja saya (dan rekan2 lain) ikut melakukan diskusi, tanya jawab, kritik, dll disini.... lantas apakah pihak MMD merasa 'diserang'? Merasa 'digebuk'? Kalo gak mau 'merasa diserang/ digebuk' ya, jangan buka thread di milis2/forum2.... atau jangan ladeni para 'kritikus' ini.... pilihan merasa 'digebuk/diserang' ada ditangan anda...

BTW,
ngomong2 soal digebuk.... siapa  menggebuk siapa yah? MMD menggebuk dogma2 Buddhism? atau para Buddhist menggebuk MMD? Imo, tergantung pola pikir masing2 kali yah....  Grin


om willy,dogma dibentuk oleh dualitas pikiran begitu juga terciptanya aliran2 buddhism. MMD kembali lagi hanyalah meditasi mengenal diri ,tidak ada klaim pencerahan,namun kalau kalian ngotot atau salah persepsi dengan Pak Hudoyo,saya sih paling ketawa-ketawa aja karena jujur,ga ada sesuatupun yang kalian petik dari hasil diskusi seperti ini.
Hudoyo = digebuk,saya kira lucu juga...bukankah selama ini anda yang digebuk keyakinannya... :P

anda setuju dengan MMd atau tidak,itu hanya bentuk dualitas pikiran antara iya atau tidak...perkataan ini sama tidak bergunanya untuk pencerahan.ketika anda membuka pikiran, anda akan lebih tahu apa yang dimaksud pencerahan Buddha itu dan semua orang akan punya prosesnya baik itu praktisi MMD atau praktisi meditasi,atau praktisi Sutta.

Kelucuan ditimbulkan oleh pikiran berakhir dengan kekonyolan bila kebijaksanaan tidak muncul2 juga.

Sang Buddha kalau mau dilihat sampai hari ini adalah "pengkhianat" Veda donk...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: williamhalim on 19 January 2009, 12:34:54 PM
bahwa MMD (yg hanya duduk sadari saja, tanpa perlu menjaga moralitas)
persepsi saya berbeda di sini...

setahu saya, pak hudoyo bukan bermaksud untuk mempersilakan anda semua melanggar sila dalam kehidupan sehari2...

yg dimaksud adalah dalam vipassana atau saat anda sadar, (konsep) sila tidak relevan...
dalam vipassana, tugas anda hanyalah sadar, sadar dan sadar.
segala ide dan konsep hanya akan membebani praktek vipassana anda, termasuk teori2 buddhis lainnya.
saya yakin anda pernah bereksperimen sendiri dalam meditasi anda. yg mana yg lebih berhasil?
kalo belum, silakan coba.


anumodana atas penjelasan Bro Morph...
Dalam meditasi duduk, memang segala konsep harus kita lepas.... tapi MMD adalah vipassana, sehingga para praktisi perlu menjaga tingkah laku, perlu usaha, perlu langkah2 keras selepas meditasi duduknya. Dalam vipassana, meditasi duduk dan keseharian tidak dapat dipisahkan.
Seperti contoh merokok yg telah sy jelaskan sebelumnya, kira2 begitu menurut pandangan sy.

::
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 19 January 2009, 12:41:03 PM
om willi,sekedar bertanya,seberapa jauh pemahaman anda soal vipasana ini?apa artinya vipasana?apa yang membedakan dari samatha?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: williamhalim on 19 January 2009, 12:43:09 PM

om willy,dogma dibentuk oleh dualitas pikiran begitu juga terciptanya aliran2 buddhism. MMD kembali lagi hanyalah meditasi mengenal diri ,tidak ada klaim pencerahan,namun kalau kalian ngotot atau salah persepsi dengan Pak Hudoyo,saya sih paling ketawa-ketawa aja karena jujur,ga ada sesuatupun yang kalian petik dari hasil diskusi seperti ini.
Hudoyo = digebuk,saya kira lucu juga...bukankah selama ini anda yang digebuk keyakinannya... :P

Bukankah Bro Nyana ikut diskusi juga?  ;)

Mungkin ada yg memetik hasilnya, mungkin juga tidak...
tidak perlu dipusingkan... namanya juga proses....

Jadi, diskusi ini lanjut ajah....
Moga2 aja bisa bermanfaat

::
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: williamhalim on 19 January 2009, 12:46:06 PM
om willi,sekedar bertanya,seberapa jauh pemahaman anda soal vipasana ini?apa artinya vipasana?apa yang membedakan dari samatha?

Saya tidak banyak tau, mungkin bisa langsung saja dijelaskan oleh Bro Nyana....

Bro, anda udah terlibat loh dalam diskusi (yg tidak berguna) ini  ;D

::
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 19 January 2009, 01:17:02 PM
om willi,sekedar bertanya,seberapa jauh pemahaman anda soal vipasana ini?apa artinya vipasana?apa yang membedakan dari samatha?

Saya tidak banyak tau, mungkin bisa langsung saja dijelaskan oleh Bro Nyana....

Bro, anda udah terlibat loh dalam diskusi (yg tidak berguna) ini  ;D

::

yaah kalo begitu,dari awal diskusinya ngotot karena yang "ga" tahu vs. yang "tahu"...;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 19 January 2009, 01:22:52 PM
Mereka telah dipertemukan untuk melihat bahwa kebencian hanya dapat menyebabkan kebencian yang makin berlarut-larut, tetapi kebencian akan berakhir melalui persahabatan, kasih sayang, saling pengertian, dan niat baik.  


Kemudian Sang Buddha membabarkan syair ke 5 berikut ini:

"Na hi verena verani
sammantidha kudacanam
averena ca sammanti
esa dhammo sanantano."

Kebencian tak akan pernah berakhir apabila dibalas dengan kebencian.
Tetapi, kebencian akan berakhir bila dibalas dengan tidak membenci
Inilah satu hukum abadi.


...
yg di-bold biru adalah deskripsi dari penulis/penghafal.
dapat dilihat disitu bahwa adalah alami orang akan menggunakan kata 'persahabatan', 'cinta-kasih' dst...
namun buddha tetap menggunakan kata 'tidak-membenci'.

Quote
Dari keseluruhan kisah tersebut mungkin dapat dimengerti kenapa Buddha menggunakan pilihan kata tersebut.
Buddha saat itu lebih menekankan: Kebencian hanya akan mengakibatkan kebencian lagi dstnya... stoplah kebencian, maka masalah akan berakhir... konteksnya begitu.
setuju...
tapi stop membenci, apakah sama dg mengasihi/mencintai/dll...?

_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: morpheus on 19 January 2009, 01:49:54 PM
tapi MMD adalah vipassana, sehingga para praktisi perlu menjaga tingkah laku, perlu usaha, perlu langkah2 keras selepas meditasi duduknya. Dalam vipassana, meditasi duduk dan keseharian tidak dapat dipisahkan.
Seperti contoh merokok yg telah sy jelaskan sebelumnya, kira2 begitu menurut pandangan sy.
di sini tampaknya pendapat kita bertolak belakang...

menurut saya, yg anda namakan menjaga tingkah laku dan usaha itu bukanlah meditasi. kalo dipraktekkan, bukannya sadar dan mengamati segala yg ada, malah bisa2 praktisi sibuk mikir: "gimana ya tingkah laku gimana yg bener", "apa tingkah laku saya udah bener", "oops, tadi saya salah", "wah kok terulang lagi, sialan", "kok susah sih?", "aduh, barusan ada dosa mula caritta", "hmm, enak nih", "saya udah tenang, tingkah laku saya perfect", "kemaren sila saya bocor, boongin bos", etc.

kalo diteliti kata "usaha", maka "usaha" menyiratkan sebuah ketidakpuasan.
tidak puas dengan kondisi sekarang dan keinginan untuk menuju sebuah kondisi yg lain.
usaha mencerminkan batin yg berada di masa lalu atau batin yg mikirin masa depan.
bukankah begitu bang?

sedangkan meditasi seharusnya menjadi damai, content (saya susah menterjemahkannya), saat ini, di sini, hanya sadar, hanya mengamati...
semakin anda berusaha, semangkin meditasinya buyar.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 19 January 2009, 03:15:54 PM
DHAMMAPADA XIX, 1-2
Orang yang memutuskan segala sesuatu dengan tergesa-gesa tidak dapat dikatakan sebagai orang yang adil. Orang bijaksana hendaknya memeriksa dengan teliti mana yang benar dan mana yang salah.

Orang yang mengadili orang lain dengan tidak tergesa-gesa, bersikap adil dan tidak berat sebelah, yang senantiasa menjaga kebenaran, pantas disebut orang yang adil.


================================================================

Jadii......... mari kita mengadili dengan adil ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 19 January 2009, 03:17:28 PM
tapi MMD adalah vipassana, sehingga para praktisi perlu menjaga tingkah laku, perlu usaha, perlu langkah2 keras selepas meditasi duduknya. Dalam vipassana, meditasi duduk dan keseharian tidak dapat dipisahkan.
Seperti contoh merokok yg telah sy jelaskan sebelumnya, kira2 begitu menurut pandangan sy.
di sini tampaknya pendapat kita bertolak belakang...

menurut saya, yg anda namakan menjaga tingkah laku dan usaha itu bukanlah meditasi. kalo dipraktekkan, bukannya sadar dan mengamati segala yg ada, malah bisa2 praktisi sibuk mikir: "gimana ya tingkah laku gimana yg bener", "apa tingkah laku saya udah bener", "oops, tadi saya salah", "wah kok terulang lagi, sialan", "kok susah sih?", "aduh, barusan ada dosa mula caritta", "hmm, enak nih", "saya udah tenang, tingkah laku saya perfect", "kemaren sila saya bocor, boongin bos", etc.

kalo diteliti kata "usaha", maka "usaha" menyiratkan sebuah ketidakpuasan.
tidak puas dengan kondisi sekarang dan keinginan untuk menuju sebuah kondisi yg lain.
usaha mencerminkan batin yg berada di masa lalu atau batin yg mikirin masa depan.
bukankah begitu bang?

sedangkan meditasi seharusnya menjadi damai, content (saya susah menterjemahkannya), saat ini, di sini, hanya sadar, hanya mengamati...
semakin anda berusaha, semangkin meditasinya buyar.

Kalau boleh tau JBM8 termasuk usaha atau bukan? berguna atau tidak?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: williamhalim on 19 January 2009, 03:31:36 PM

di sini tampaknya pendapat kita bertolak belakang...

menurut saya, yg anda namakan menjaga tingkah laku dan usaha itu bukanlah meditasi. kalo dipraktekkan, bukannya sadar dan mengamati segala yg ada, malah bisa2 praktisi sibuk mikir: "gimana ya tingkah laku gimana yg bener", "apa tingkah laku saya udah bener", "oops, tadi saya salah", "wah kok terulang lagi, sialan", "kok susah sih?", "aduh, barusan ada dosa mula caritta", "hmm, enak nih", "saya udah tenang, tingkah laku saya perfect", "kemaren sila saya bocor, boongin bos", etc.

kalo diteliti kata "usaha", maka "usaha" menyiratkan sebuah ketidakpuasan.
tidak puas dengan kondisi sekarang dan keinginan untuk menuju sebuah kondisi yg lain.
usaha mencerminkan batin yg berada di masa lalu atau batin yg mikirin masa depan.
bukankah begitu bang?

sedangkan meditasi seharusnya menjadi damai, content (saya susah menterjemahkannya), saat ini, di sini, hanya sadar, hanya mengamati...
semakin anda berusaha, semangkin meditasinya buyar.


ya.... itulah Bro.... sepertinya memang bertolak belakang...
sy selama ini jarang / belum berani berbicara soal 'melihat hanya melihat' atau 'pencerahan' atau 'pikiran arahat' dll......
yg berani sy tulis adalah pengalaman yg sy rasakan / renungkan, perubahan2 yg sy dapatkan selama menjalankan ajaran2 Buddhism. Mungkin sy terlihat saklek banget yah: sila, samadhi, panna, 8 jalan mulia, terkadang menyinggung2 materi abhidhamma (krn pernah ikut dan merasakan manfaatnya)...

Kenapa sy ngotot, yah karena pengalaman itulah...

Oke, kita bisa lanjutkan lagi...  ;D

::
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: williamhalim on 19 January 2009, 03:34:48 PM
om willi,sekedar bertanya,seberapa jauh pemahaman anda soal vipasana ini?apa artinya vipasana?apa yang membedakan dari samatha?

Saya tidak banyak tau, mungkin bisa langsung saja dijelaskan oleh Bro Nyana....

Bro, anda udah terlibat loh dalam diskusi (yg tidak berguna) ini  ;D

::

yaah kalo begitu,dari awal diskusinya ngotot karena yang "ga" tahu vs. yang "tahu"...;D

Apakah ada kemungkinan ngotot sy dgn pak hud ini karena sama2 gak tau atau sama2 tau?
Atau
'tangan tak mungkin bertepuk sebelah" ? <--- Aku beradu Aku :))

::
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 19 January 2009, 03:36:40 PM
Kalau boleh tau JBM8 termasuk usaha atau bukan? berguna atau tidak?

JM8 adalah rumusan yang terstruktur ,meskipun intisai dari orang yang tercerahkan namun ini bukanlah pegangan erat-erat bagi mereka yang memahami Buddhism secara praktek,karena nama-nama seperti itu hanyalah teknis memudahkan orang untuk tahu,namun pada saat anda praktek,jika anda masih memegang secara terperinci detail kata demi kata bukan merasakan lewat batin,maka otomatis anda terjebak dalam kata-kata itu sendiri.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 19 January 2009, 03:45:42 PM
Kalau boleh tau JBM8 termasuk usaha atau bukan? berguna atau tidak?

JM8 adalah rumusan yang terstruktur ,meskipun intisai dari orang yang tercerahkan namun ini bukanlah pegangan erat-erat bagi mereka yang memahami Buddhism secara praktek,karena nama-nama seperti itu hanyalah teknis memudahkan orang untuk tahu,namun pada saat anda praktek,jika anda masih memegang secara terperinci detail kata demi kata bukan merasakan lewat batin,maka otomatis anda terjebak dalam kata-kata itu sendiri.
ya saya tau soal memegang dan melepas semua konsep, apakah dibutuhkan tidak untuk pemeditasi?
dalam MMD apakah semua orang bisa tercerahkan tanpa adanya JMB8 atau JMB8 termasuk didalamnya?
SILA SAMADHI PANNA apakah tidak berguna juga karena itu hanya konsep?

sepertinya harus diperjelas nih, untuk orang/kalangan/kondisi bagaimana yang cocok untuk MMD ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Umat Awam on 19 January 2009, 03:50:30 PM
Kalau boleh tau JBM8 termasuk usaha atau bukan? berguna atau tidak?

JM8 adalah rumusan yang terstruktur ,meskipun intisai dari orang yang tercerahkan namun ini bukanlah pegangan erat-erat bagi mereka yang memahami Buddhism secara praktek,karena nama-nama seperti itu hanyalah teknis memudahkan orang untuk tahu,namun pada saat anda praktek,jika anda masih memegang secara terperinci detail kata demi kata bukan merasakan lewat batin,maka otomatis anda terjebak dalam kata-kata itu sendiri.
Umat awam setuju ama kalimat diatas..! :d Tp maaf, pertanyaan dr bro ryu(ato hiu?) Yaitu, JM8 itu 'usaha' ato bukan yah.. ? Berguna ato ga?(kalo ini sy jawab aja, berguna hanya sebagai panduan awal, modal awal utk praktek.. Benar begt?)
_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Che Na on 19 January 2009, 03:57:36 PM
Kalau boleh tau JBM8 termasuk usaha atau bukan? berguna atau tidak?

JM8 adalah rumusan yang terstruktur ,meskipun intisai dari orang yang tercerahkan namun ini bukanlah pegangan erat-erat bagi mereka yang memahami Buddhism secara praktek,karena nama-nama seperti itu hanyalah teknis memudahkan orang untuk tahu,namun pada saat anda praktek,jika anda masih memegang secara terperinci detail kata demi kata bukan merasakan lewat batin,maka otomatis anda terjebak dalam kata-kata itu sendiri.
Karena itu ada istilah "jangan terjebak oleh kata-kata belaka!

_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 19 January 2009, 03:58:01 PM
Kalau boleh tau JBM8 termasuk usaha atau bukan? berguna atau tidak?

JM8 adalah rumusan yang terstruktur ,meskipun intisai dari orang yang tercerahkan namun ini bukanlah pegangan erat-erat bagi mereka yang memahami Buddhism secara praktek,karena nama-nama seperti itu hanyalah teknis memudahkan orang untuk tahu,namun pada saat anda praktek,jika anda masih memegang secara terperinci detail kata demi kata bukan merasakan lewat batin,maka otomatis anda terjebak dalam kata-kata itu sendiri.
Umat awam setuju ama kalimat diatas..! :d Tp maaf, pertanyaan dr bro ryu(ato hiu?) Yaitu, JM8 itu 'usaha' ato bukan yah.. ? Berguna ato ga?(kalo ini sy jawab aja, berguna hanya sebagai panduan awal, modal awal utk praktek.. Benar begt?)
_/\_

setuju dengan umat Awam.
Kadang kala ada enaknya debat/diskusi itu dimulai dengan praktek topik yang berhubungan,lalu ditemukan fault dalam praktek dan bisa didebat,makanya dari awal saya bilang ini debat antara yang "tahu" vs "ga" tahu.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: williamhalim on 19 January 2009, 03:58:13 PM
Quote
Dari keseluruhan kisah tersebut mungkin dapat dimengerti kenapa Buddha menggunakan pilihan kata tersebut.
Buddha saat itu lebih menekankan: Kebencian hanya akan mengakibatkan kebencian lagi dstnya... stoplah kebencian, maka masalah akan berakhir... konteksnya begitu.
setuju...
tapi stop membenci, apakah sama dg mengasihi/mencintai/dll...?

_/\_

Ada bedanya Bro Tesla,
Tidak membenci adalah pasif, sedangkan mengasihi / mencintai adalah aktif...
Sy mengerti pemikiran Bro Tesla soal ini (masalah ini sudah sedari lama pernah kita bahas  :) )...
Saya mengerti maksud Bro Tesla, yakni agar tidak melahirkan kamma baru, maka tindakan pasif lebih masuk diakal ketimbang tindakan 'aktif baik' (yg akan menimbulkan 'kamma baik' yg baru).

Kenapa sy masih bersikukuh mengatakan bahwa 'pada saat ini' kita masih perlu berbuat baik?
Karena tidak mudah untuk bersikap tidak bereaksi (netral).... dan juga sy masih belum bisa menyelami bagaimana batin netral arahat tsb........ apa yg dapat sy pastikan adalah, pada level sekarang ini, kita masih memerlukan niat2 dan tindakan baik untuk mengikis kecenderungan2 mental negatif kita yg kental.

sy pernah menulis, tidak mungkin bagi kita untuk tiba2 bisa mempertahankan bertindak netral dalam milyaran kali timbul dan lenyapnya kesadaran kita... butuh latihan dan usaha yg keras: meditasi, sila dan panna.

::
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 19 January 2009, 03:59:06 PM
Kalau boleh tau JBM8 termasuk usaha atau bukan? berguna atau tidak?

JM8 adalah rumusan yang terstruktur ,meskipun intisai dari orang yang tercerahkan namun ini bukanlah pegangan erat-erat bagi mereka yang memahami Buddhism secara praktek,karena nama-nama seperti itu hanyalah teknis memudahkan orang untuk tahu,namun pada saat anda praktek,jika anda masih memegang secara terperinci detail kata demi kata bukan merasakan lewat batin,maka otomatis anda terjebak dalam kata-kata itu sendiri.

ini jawabannya dari dari orang yang praktek atau apa?? apa anda terjebak dalam kata2 'praktek' dan menurut anda praktek itu yang bagaimana??? apa hanya melalui meditasi aja???
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 19 January 2009, 04:00:31 PM
butuh latihan dan usaha yg keras: meditasi, sila dan panna.

bos,ini sering salah kaprah . sila , samadhi dan panna bukan sila,meditasi dan panna...saya ga akan menjabarkan meditasi dan samadhi itu bedanya dimana,coba cari arti kata dan pemahaman itu, tidak segampang itu kondisi samadhi tercapai hanya dengan meditasi.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 19 January 2009, 04:05:06 PM
Kalau boleh tau JBM8 termasuk usaha atau bukan? berguna atau tidak?

JM8 adalah rumusan yang terstruktur ,meskipun intisai dari orang yang tercerahkan namun ini bukanlah pegangan erat-erat bagi mereka yang memahami Buddhism secara praktek,karena nama-nama seperti itu hanyalah teknis memudahkan orang untuk tahu,namun pada saat anda praktek,jika anda masih memegang secara terperinci detail kata demi kata bukan merasakan lewat batin,maka otomatis anda terjebak dalam kata-kata itu sendiri.

ini jawabannya dari dari orang yang praktek atau apa?? apa anda terjebak dalam kata2 'praktek' dan menurut anda praktek itu yang bagaimana??? apa hanya melalui meditasi aja???

ini membalikkan kata-kata gw yah,hehehehe...terjebak itu dinyatakan bila orang itu berbicara tapi tidak mengerti isinya. ada yang mau berdebat MMD tapi nyentuh MMDnya belum pernah,ibarat lihat rumput tetangga lebih ijo trus didebatin warnanya dengan rumput rumah sendiri. ada kalanya buka diri untuk tahu lebih dahulu,setelah menemukan celah dari praktek itu baru ajak diskusi dan debat,selama ini toh anda mengenal MMD dari tulisan saja,satu pikiran aja mengandung 1000 pikiran kecil dibelakang.gimana dengan tanggapan soal MMD,bisa diartikan berbeda2 sesuai dengan kapabilitas batin sendiri.apakah saya berkata bullshit? bisa jadi tapi coba praktekan terlebih dahulu,nanti baru cap saya bullshit. sekedar pengetahuan, aku bukan praktisi MMD, meditasi yang gw jalani teramat banyak pilihannya tapi pengalaman meditasi gw menemukan keselarasan pengalaman yang dialami oleh praktisi MMD itu aja.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: williamhalim on 19 January 2009, 04:07:10 PM
Kalau boleh tau JBM8 termasuk usaha atau bukan? berguna atau tidak?

JM8 adalah rumusan yang terstruktur ,meskipun intisai dari orang yang tercerahkan namun ini bukanlah pegangan erat-erat bagi mereka yang memahami Buddhism secara praktek,karena nama-nama seperti itu hanyalah teknis memudahkan orang untuk tahu,namun pada saat anda praktek,jika anda masih memegang secara terperinci detail kata demi kata bukan merasakan lewat batin,maka otomatis anda terjebak dalam kata-kata itu sendiri.

Sy setuju dengan Bro Nyana: Jalan mulia berunsur 8 adalah RUMUSAN terstruktur.
Dalam praktik kita untuk mengikis kecenderungan batin negatif (menuju kesempurnaan) perlu dijalankan hal2 yg bermanfaat.... karena Buddhism telah merumuskannya dgn baik, seringkali umat yg melaksanakannya dianggap menjalankan dogma.... dan seperti sekarang ini, bbrp orang mempertahankan JMB-8 ini, dianggap mempertahankan dogma. Padahal yg dipertahankan adalah praktik/esensinya bukan rumusannya nan cantik itu.

::
Title: Apakah "pandangan", tradisi, "pengetahuan", "moralitas" atau ritual berguna???
Post by: tesla on 19 January 2009, 04:07:48 PM
Kalau boleh tau JBM8 termasuk usaha atau bukan? berguna atau tidak?

JM8 adalah rumusan yang terstruktur ,meskipun intisai dari orang yang tercerahkan namun ini bukanlah pegangan erat-erat bagi mereka yang memahami Buddhism secara praktek,karena nama-nama seperti itu hanyalah teknis memudahkan orang untuk tahu,namun pada saat anda praktek,jika anda masih memegang secara terperinci detail kata demi kata bukan merasakan lewat batin,maka otomatis anda terjebak dalam kata-kata itu sendiri.
ya saya tau soal memegang dan melepas semua konsep, apakah dibutuhkan tidak untuk pemeditasi?
dalam MMD apakah semua orang bisa tercerahkan tanpa adanya JMB8 atau JMB8 termasuk didalamnya?
SILA SAMADHI PANNA apakah tidak berguna juga karena itu hanya konsep?

sepertinya harus diperjelas nih, untuk orang/kalangan/kondisi bagaimana yang cocok untuk MMD ;D


Berikut adalah jawaban Buddha utk pertanyaan:

"Apakah pandangan, tradisi, pengetahuan, moralitas atau ritual berguna untuk pencapaian kesucian?"



Buddha:
"Aku tidak mengatakan manusia mencapai kesucian lewat pandangan, dst... (*disingkat saja)"

"Kesucian jg tidak dapat dicapai tanpa pandangan, dst..."

"Pencapaian kesucian hanya menggunakan faktor-faktor ini, namun tidak melekatinya sebagai tujuan."

dst...


Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 19 January 2009, 04:09:43 PM
ya elah boss... jgn pake esmosi donkkk... masa lupa dengan nostalgia kita dulu... jd siapa yang bullshit ommm...  ^-^ ^-^
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Che Na on 19 January 2009, 04:10:21 PM
Kalau boleh tau JBM8 termasuk usaha atau bukan? berguna atau tidak?

JM8 adalah rumusan yang terstruktur ,meskipun intisai dari orang yang tercerahkan namun ini bukanlah pegangan erat-erat bagi mereka yang memahami Buddhism secara praktek,karena nama-nama seperti itu hanyalah teknis memudahkan orang untuk tahu,namun pada saat anda praktek,jika anda masih memegang secara terperinci detail kata demi kata bukan merasakan lewat batin,maka otomatis anda terjebak dalam kata-kata itu sendiri.

ini jawabannya dari dari orang yang praktek atau apa?? apa anda terjebak dalam kata2 'praktek' dan menurut anda praktek itu yang bagaimana??? apa hanya melalui meditasi aja???

ini membalikkan kata-kata gw yah,hehehehe...terjebak itu dinyatakan bila orang itu berbicara tapi tidak mengerti isinya. ada yang mau berdebat MMD tapi nyentuh MMDnya belum pernah,ibarat lihat rumput tetangga lebih ijo trus didebatin warnanya dengan rumput rumah sendiri. ada kalanya buka diri untuk tahu lebih dahulu,setelah menemukan celah dari praktek itu baru ajak diskusi dan debat,selama ini toh anda mengenal MMD dari tulisan saja,satu pikiran aja mengandung 1000 pikiran kecil dibelakang.gimana dengan tanggapan soal MMD,bisa diartikan berbeda2 sesuai dengan kapabilitas batin sendiri.apakah saya berkata bulls**t? bisa jadi tapi coba praktekan terlebih dahulu,nanti baru cap saya bulls**t. sekedar pengetahuan, aku bukan praktisi MMD, meditasi yang gw jalani teramat banyak pilihannya tapi pengalaman meditasi gw menemukan keselarasan pengalaman yang dialami oleh praktisi MMD itu aja.

Setuju dengan Bro Nyana ..
Ada baiknya "nyebur" dulu jangan dipermukaan aja.. _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 19 January 2009, 04:11:05 PM
Kalau boleh tau JBM8 termasuk usaha atau bukan? berguna atau tidak?

JM8 adalah rumusan yang terstruktur ,meskipun intisai dari orang yang tercerahkan namun ini bukanlah pegangan erat-erat bagi mereka yang memahami Buddhism secara praktek,karena nama-nama seperti itu hanyalah teknis memudahkan orang untuk tahu,namun pada saat anda praktek,jika anda masih memegang secara terperinci detail kata demi kata bukan merasakan lewat batin,maka otomatis anda terjebak dalam kata-kata itu sendiri.

Sy setuju dengan Bro Nyana: Jalan mulia berunsur 8 adalah RUMUSAN terstruktur.
Dalam praktik kita untuk mengikis kecenderungan batin negatif (menuju kesempurnaan) perlu dijalankan hal2 yg bermanfaat.... karena Buddhism telah merumuskannya dgn baik, seringkali umat yg melaksanakannya dianggap menjalankan dogma.... dan seperti sekarang ini, bbrp orang mempertahankan JMB-8 ini, dianggap mempertahankan dogma. Padahal yg dipertahankan adalah praktik/esensinya bukan rumusannya nan cantik itu.

::

kalau anda mempertahankan praktenya sendiri, sekarang jawab pertanyaan saya,apa yang dimaksud dengan Pandangan benar,Konsentrasi Benar ? benar menurut........?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 19 January 2009, 04:13:12 PM
ya elah boss... jgn pake esmosi donkkk... masa lupa dengan nostalgia kita dulu... jd siapa yang bulls**t ommm...  ^-^ ^-^

om,ini contoh kecil dari tulisan yang bisa direpresntasikan dengan berbagai macam emosi...saya tadi nulis kata bullshit sambil ngemil dan minum kopi dan haha hihi lho,ga ada esmosi marah sama sekali....nah kan tulisan ane aja susah ditebak perasaan saya sedang apa. apalagi selama ini ada hud vs ente2...hauahuahuahahuahua. keknya kita bersama perlu ketemu hud secara langsung orangnya...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 19 January 2009, 04:13:32 PM
Kalau boleh tau JBM8 termasuk usaha atau bukan? berguna atau tidak?

JM8 adalah rumusan yang terstruktur ,meskipun intisai dari orang yang tercerahkan namun ini bukanlah pegangan erat-erat bagi mereka yang memahami Buddhism secara praktek,karena nama-nama seperti itu hanyalah teknis memudahkan orang untuk tahu,namun pada saat anda praktek,jika anda masih memegang secara terperinci detail kata demi kata bukan merasakan lewat batin,maka otomatis anda terjebak dalam kata-kata itu sendiri.

ini jawabannya dari dari orang yang praktek atau apa?? apa anda terjebak dalam kata2 'praktek' dan menurut anda praktek itu yang bagaimana??? apa hanya melalui meditasi aja???

ini membalikkan kata-kata gw yah,hehehehe...terjebak itu dinyatakan bila orang itu berbicara tapi tidak mengerti isinya. ada yang mau berdebat MMD tapi nyentuh MMDnya belum pernah,ibarat lihat rumput tetangga lebih ijo trus didebatin warnanya dengan rumput rumah sendiri. ada kalanya buka diri untuk tahu lebih dahulu,setelah menemukan celah dari praktek itu baru ajak diskusi dan debat,selama ini toh anda mengenal MMD dari tulisan saja,satu pikiran aja mengandung 1000 pikiran kecil dibelakang.gimana dengan tanggapan soal MMD,bisa diartikan berbeda2 sesuai dengan kapabilitas batin sendiri.apakah saya berkata bulls**t? bisa jadi tapi coba praktekan terlebih dahulu,nanti baru cap saya bulls**t. sekedar pengetahuan, aku bukan praktisi MMD, meditasi yang gw jalani teramat banyak pilihannya tapi pengalaman meditasi gw menemukan keselarasan pengalaman yang dialami oleh praktisi MMD itu aja.

Setuju dengan Bro Nyana ..
Ada baiknya "nyebur" dulu jangan dipermukaan aja.. _/\_

 [at]  che na

klo gak nyebur maka gak tau
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 19 January 2009, 04:14:59 PM
ya elah boss... jgn pake esmosi donkkk... masa lupa dengan nostalgia kita dulu... jd siapa yang bulls**t ommm...  ^-^ ^-^

om,ini contoh kecil dari tulisan yang bisa direpresntasikan dengan berbagai macam emosi...saya tadi nulis kata bulls**t sambil ngemil dan minum kopi dan haha hihi lho,ga ada esmosi marah sama sekali....nah kan tulisan ane aja susah ditebak perasaan saya sedang apa. apalagi selama ini ada hud vs ente2...hauahuahuahahuahua. keknya kita bersama perlu ketemu hud secara langsung orangnya...

saya juga ngetik sambil ngerokok...  klo ngerokok pake esmosi maka yang ada keselek asep :))

ok lah back to topic
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: morpheus on 19 January 2009, 04:17:59 PM
ya.... itulah Bro.... sepertinya memang bertolak belakang...
sy selama ini jarang / belum berani berbicara soal 'melihat hanya melihat' atau 'pencerahan' atau 'pikiran arahat' dll......
yg berani sy tulis adalah pengalaman yg sy rasakan / renungkan, perubahan2 yg sy dapatkan selama menjalankan ajaran2 Buddhism. Mungkin sy terlihat saklek banget yah: sila, samadhi, panna, 8 jalan mulia, terkadang menyinggung2 materi abhidhamma (krn pernah ikut dan merasakan manfaatnya)...

Kenapa sy ngotot, yah karena pengalaman itulah...
sama bang.
yg saya tulis berasal dari yg saya alami, analisa dan praktekkan, yg masih cetek...
yg saya alami juga diajarkan, diceritakan dan dikonfirmasi oleh praktisi2 meditasi buddhis lain, makanya saya merasa aneh melihat reaksi di sini...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hatRed on 19 January 2009, 04:20:03 PM
saat ada orang laen yg menyodorkan sesuatu yg tidak ia kenal
maka biasanya sikap pertama orang tersebut adalah berusaha menolaknya.

suatu hal yg lumrah.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: williamhalim on 19 January 2009, 04:25:11 PM
kalau anda mempertahankan praktenya sendiri, sekarang jawab pertanyaan saya,apa yang dimaksud dengan Pandangan benar,Konsentrasi Benar ? benar menurut........?

~ Pandangan benar mengenai hakikat kehidupan ini, perubahan/tidak ada yg kekal sehingga tidak perlu digenggam erat, hal-hal yg baik/bermanfaat dan hal2 yg buruk/harus dihindari, dstnya....

~ konsentrasi benar, pikiran tidak gampang terombang-ambing, pemusatan yg kuat terhadap suatu objek, yg mana akan menghasilkan ketenangan sehingga pada akhirnya pada suatu saat berpotensi melihat sebagaimana adanya...

begitulah kira2.... kalo pakai bahasa awam (aku hindari pake bahasa Buddhism nanti berkesan dogmatis.... ).

Ada baiknya kita tunggu penjelasan Pak Hud yg benar2 telah menjalankan MMD, sy lihat disini hampir semuanya  mengaku bukan praktisi MMD.....

::
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 19 January 2009, 04:26:31 PM
Ada bedanya Bro Tesla,
Tidak membenci adalah pasif, sedangkan mengasihi / mencintai adalah aktif...
Sy mengerti pemikiran Bro Tesla soal ini (masalah ini sudah sedari lama pernah kita bahas  :) )...
Saya mengerti maksud Bro Tesla, yakni agar tidak melahirkan kamma baru, maka tindakan pasif lebih masuk diakal ketimbang tindakan 'aktif baik' (yg akan menimbulkan 'kamma baik' yg baru).
saya sendiri tidak berpikiran sejauh itu (produksi karma baru)...
pembicaraan kita soal produksi karma tempo2 dulu hanya diskusi teori/konsep yg ada dalam sutta & abhidhamma.

mungkin yg stop produksi karma itu cuma Buddha (& Arahat) ya,
& masih belum tercapai oleh kita.

namun pengalaman saya soal "cinta" (ya iya laaah... :P )
ternyata adalah paket komplit yg sebenarnya datang bersama benci.
ini berdasarkan pengalaman, bukan berdasarkan kitab suci.
ketika barang/orang/hal yg kita cintai, dirusak oleh orang lain, kebencian akan timbul...
hal baik yg terlihat hanya ketika semua berjalan mulus... kita memberikan hal-hal baik pada yg kita cintai hanya sepanjang kondisi demikian...
lain halnya kalau saya Buddha/Arahat yg punya metta (cinta tak bersyarat)...
apakah kita non-arahat bisa ber-metta? mungkin bisa dalam momen waktu yg singkat berdasarkan teori abhidhamma...
namun menurut saya yg lebih nyata dilakukan oleh saya (non-arahat) malah hanya berhenti membenci... let it go kebencian itu, konflik bathin berakhir.
apabila nanti saya mencintainya (objek yg tadi saya benci), mungkin kalau kondisi ternyata malah menghancurkan objek tsb, akan timbul kebencian baru. disitu saya berpacu utk mencinta & membenci terus... menurut saya tidak ada akhirnya...
jadi saya pun hanya berdasarkan pengalaman pribadi, utk berhenti membenci. kalau udah arahat (mungkinnn) baru saya bisa menebar metta ;)


(busyet ini thread... ngebut bangettt)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 19 January 2009, 04:30:08 PM
ya elah boss... jgn pake esmosi donkkk... masa lupa dengan nostalgia kita dulu... jd siapa yang bulls**t ommm...  ^-^ ^-^

om,ini contoh kecil dari tulisan yang bisa direpresntasikan dengan berbagai macam emosi...saya tadi nulis kata bulls**t sambil ngemil dan minum kopi dan haha hihi lho,ga ada esmosi marah sama sekali....nah kan tulisan ane aja susah ditebak perasaan saya sedang apa. apalagi selama ini ada hud vs ente2...hauahuahuahahuahua. keknya kita bersama perlu ketemu hud secara langsung orangnya...

nostalgia balik, dulu kita conference, bro nyana ini paling getol gebukin MMD yah ^-^
sampe peserta conference yg lain kalah garang ama bro nyana jadi diam2 aja...
tapi udah berlalu... never mind
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 19 January 2009, 04:38:29 PM
Kalau boleh tau JBM8 termasuk usaha atau bukan? berguna atau tidak?

JM8 adalah rumusan yang terstruktur ,meskipun intisai dari orang yang tercerahkan namun ini bukanlah pegangan erat-erat bagi mereka yang memahami Buddhism secara praktek,karena nama-nama seperti itu hanyalah teknis memudahkan orang untuk tahu,namun pada saat anda praktek,jika anda masih memegang secara terperinci detail kata demi kata bukan merasakan lewat batin,maka otomatis anda terjebak dalam kata-kata itu sendiri.

Kalo demikian kenapa ikutan diskusi terus? ^-^
Sekarang lagi praktek atau berkonsep ria. ^-^
Hal yg baik adalah tetap praktek tapi tatkala berkonsep dalam suatu diskusi, haruslah telunjuk yg menunjuk bulan harus benar2 menunjuk bulan  bukan bintang ^-^

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: morpheus on 19 January 2009, 04:46:48 PM
Kalo demikian kenapa ikutan diskusi terus? ^-^
Sekarang lagi praktek atau berkonsep ria. ^-^
tanyakan bunga, mengapa engkau membagikan keharuman?
tidak memilih... kepada sang katak, harimau, pelanduk dan semua penghuni hutan?
apakah maksud sang bunga membagi harum?
tiada maksud lain, selain cinta
 ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 19 January 2009, 04:48:31 PM
Kalau boleh tau JBM8 termasuk usaha atau bukan? berguna atau tidak?

JM8 adalah rumusan yang terstruktur ,meskipun intisai dari orang yang tercerahkan namun ini bukanlah pegangan erat-erat bagi mereka yang memahami Buddhism secara praktek,karena nama-nama seperti itu hanyalah teknis memudahkan orang untuk tahu,namun pada saat anda praktek,jika anda masih memegang secara terperinci detail kata demi kata bukan merasakan lewat batin,maka otomatis anda terjebak dalam kata-kata itu sendiri.


Sy setuju dengan Bro Nyana: Jalan mulia berunsur 8 adalah RUMUSAN terstruktur.
Dalam praktik kita untuk mengikis kecenderungan batin negatif (menuju kesempurnaan) perlu dijalankan hal2 yg bermanfaat.... karena Buddhism telah merumuskannya dgn baik, seringkali umat yg melaksanakannya dianggap menjalankan dogma.... dan seperti sekarang ini, bbrp orang mempertahankan JMB-8 ini, dianggap mempertahankan dogma. Padahal yg dipertahankan adalah praktik/esensinya bukan rumusannya nan cantik itu.

::

kalau anda mempertahankan praktenya sendiri, sekarang jawab pertanyaan saya,apa yang dimaksud dengan Pandangan benar,Konsentrasi Benar ? benar menurut........?

Pandangan benar = yathhabhutam nyandasanam/ melihat apa adanya yaitu FAKTA bukan ilusi dan asumsi.

Konsentrasi benar = pemusatan perhatian yg kokoh terhadap objek tanpa ada intervensi pikiran lainnya.

Konsentrasi benar salah satu faktor yg membawa seseorang pada pandangan benar--->setujukah Anda dengan hal ini jika kita sedang berkonsep?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: williamhalim on 19 January 2009, 04:50:16 PM
Ada bedanya Bro Tesla,
Tidak membenci adalah pasif, sedangkan mengasihi / mencintai adalah aktif...
Sy mengerti pemikiran Bro Tesla soal ini (masalah ini sudah sedari lama pernah kita bahas  :) )...
Saya mengerti maksud Bro Tesla, yakni agar tidak melahirkan kamma baru, maka tindakan pasif lebih masuk diakal ketimbang tindakan 'aktif baik' (yg akan menimbulkan 'kamma baik' yg baru).
saya sendiri tidak berpikiran sejauh itu (produksi karma baru)...
pembicaraan kita soal produksi karma tempo2 dulu hanya diskusi teori/konsep yg ada dalam sutta & abhidhamma.

mungkin yg stop produksi karma itu cuma Buddha (& Arahat) ya,
& masih belum tercapai oleh kita.

namun pengalaman saya soal "cinta" (ya iya laaah... :P )
ternyata adalah paket komplit yg sebenarnya datang bersama benci.
ini berdasarkan pengalaman, bukan berdasarkan kitab suci.
ketika barang/orang/hal yg kita cintai, dirusak oleh orang lain, kebencian akan timbul...
hal baik yg terlihat hanya ketika semua berjalan mulus... kita memberikan hal-hal baik pada yg kita cintai hanya sepanjang kondisi demikian...
lain halnya kalau saya Buddha/Arahat yg punya metta (cinta tak bersyarat)...
apakah kita non-arahat bisa ber-metta? mungkin bisa dalam momen waktu yg singkat berdasarkan teori abhidhamma...
namun menurut saya yg lebih nyata dilakukan oleh saya (non-arahat) malah hanya berhenti membenci... let it go kebencian itu, konflik bathin berakhir.
apabila nanti saya mencintainya (objek yg tadi saya benci), mungkin kalau kondisi ternyata malah menghancurkan objek tsb, akan timbul kebencian baru. disitu saya berpacu utk mencinta & membenci terus... menurut saya tidak ada akhirnya...
jadi saya pun hanya berdasarkan pengalaman pribadi, utk berhenti membenci. kalau udah arahat (mungkinnn) baru saya bisa menebar metta ;)


(busyet ini thread... ngebut bangettt)

Hmmm pengalaman Bro Tesla ini perlu direnungkan dulu pelan2, karena -tampaknya- berbeda sudut pandangnya dengan pengalaman yg sy alami....

Masing2 dari kita mendapatkan pengalaman yg berbeda, disokong oleh pemahaman yg berbeda sehingga berpotensi menghasilkan kesimpulan yg berbeda...Buddhism ternyata sangat unik dan mencengangkan...

oke, lanjut lagi

::
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 19 January 2009, 04:51:36 PM
Kalau boleh tau JBM8 termasuk usaha atau bukan? berguna atau tidak?

JM8 adalah rumusan yang terstruktur ,meskipun intisai dari orang yang tercerahkan namun ini bukanlah pegangan erat-erat bagi mereka yang memahami Buddhism secara praktek,karena nama-nama seperti itu hanyalah teknis memudahkan orang untuk tahu,namun pada saat anda praktek,jika anda masih memegang secara terperinci detail kata demi kata bukan merasakan lewat batin,maka otomatis anda terjebak dalam kata-kata itu sendiri.

ini jawabannya dari dari orang yang praktek atau apa?? apa anda terjebak dalam kata2 'praktek' dan menurut anda praktek itu yang bagaimana??? apa hanya melalui meditasi aja???

ini membalikkan kata-kata gw yah,hehehehe...terjebak itu dinyatakan bila orang itu berbicara tapi tidak mengerti isinya. ada yang mau berdebat MMD tapi nyentuh MMDnya belum pernah,ibarat lihat rumput tetangga lebih ijo trus didebatin warnanya dengan rumput rumah sendiri. ada kalanya buka diri untuk tahu lebih dahulu,setelah menemukan celah dari praktek itu baru ajak diskusi dan debat,selama ini toh anda mengenal MMD dari tulisan saja,satu pikiran aja mengandung 1000 pikiran kecil dibelakang.gimana dengan tanggapan soal MMD,bisa diartikan berbeda2 sesuai dengan kapabilitas batin sendiri.apakah saya berkata bulls**t? bisa jadi tapi coba praktekan terlebih dahulu,nanti baru cap saya bulls**t. sekedar pengetahuan, aku bukan praktisi MMD, meditasi yang gw jalani teramat banyak pilihannya tapi pengalaman meditasi gw menemukan keselarasan pengalaman yang dialami oleh praktisi MMD itu aja.
Sering diibaratkan om kalau narkoba itu buruk untuk kesehatan, apa harus dicoba dulu baru ngerasa? khan bisa dilihat hasilnya dari pengguna sebelumnya ;D
Mungkin memang saya bukan praktisi juga bukan peteori apa berarti aya tidak boleh nimbrung? saya bisa lihat dari peteori dan pepraktek juga disini khan ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 19 January 2009, 04:57:14 PM
Kalo demikian kenapa ikutan diskusi terus? ^-^
Sekarang lagi praktek atau berkonsep ria. ^-^
tanyakan bunga, mengapa engkau membagikan keharuman?
tidak memilih... kepada sang katak, harimau, pelanduk dan semua penghuni hutan?
apakah maksud sang bunga membagi harum?
tiada maksud lain, selain cinta
 ;D

Apakah bunga dapat bermaksud dan bercinta  ;D ?
by the way bagus puisinya morph  ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 19 January 2009, 05:03:33 PM
Sering diibaratkan om kalau narkoba itu buruk untuk kesehatan, apa harus dicoba dulu baru ngerasa? khan bisa dilihat hasilnya dari pengguna sebelumnya Grin
Mungkin memang saya bukan praktisi juga bukan peteori apa berarti aya tidak boleh nimbrung? saya bisa lihat dari peteori dan pepraktek juga disini khan


term ini dipakai kalo MMD = narkoba. saya ga melarang orang ikut nimbrung,anda mulai goyang nih...yk mari goyang.

nostalgia balik, dulu kita conference, bro nyana ini paling getol gebukin MMD yah chuckle
sampe peserta conference yg lain kalah garang ama bro nyana jadi diam2 aja...
tapi udah berlalu... never mind


Siddhatta tidak akan menjadi Buddha tanpa Mara, begitu juga hasil meditasi yang saya dapat hanyalah sebuah proses dari ribut2 batin baru menjadi netral,bukankah begitu pengalaman meditasi yang anda alami sendiri bro Tesla,dari pikiran yang ibarat kapal ditengah badai ombak lalu tenang.

Pandangan benar = yathhabhutam nyandasanam/ melihat apa adanya yaitu FAKTA bukan ilusi dan asumsi.

Konsentrasi benar = pemusatan perhatian yg kokoh terhadap objek tanpa ada intervensi pikiran lainnya.

Konsentrasi benar salah satu faktor yg membawa seseorang pada pandangan benar--->setujukah Anda dengan hal ini jika kita sedang berkonsep?


setujukah anda dengan hal ini kalo anda sedang melekat pada konsep?





Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 19 January 2009, 05:08:56 PM
Sering diibaratkan om kalau narkoba itu buruk untuk kesehatan, apa harus dicoba dulu baru ngerasa? khan bisa dilihat hasilnya dari pengguna sebelumnya Grin
Mungkin memang saya bukan praktisi juga bukan peteori apa berarti aya tidak boleh nimbrung? saya bisa lihat dari peteori dan pepraktek juga disini khan


term ini dipakai kalo MMD = narkoba. saya ga melarang orang ikut nimbrung,anda mulai goyang nih...yk mari goyang.

nostalgia balik, dulu kita conference, bro nyana ini paling getol gebukin MMD yah chuckle
sampe peserta conference yg lain kalah garang ama bro nyana jadi diam2 aja...
tapi udah berlalu... never mind


Siddhatta tidak akan menjadi Buddha tanpa Mara, begitu juga hasil meditasi yang saya dapat hanyalah sebuah proses dari ribut2 batin baru menjadi netral,bukankah begitu pengalaman meditasi yang anda alami sendiri bro Tesla,dari pikiran yang ibarat kapal ditengah badai ombak lalu tenang.

Pandangan benar = yathhabhutam nyandasanam/ melihat apa adanya yaitu FAKTA bukan ilusi dan asumsi.

Konsentrasi benar = pemusatan perhatian yg kokoh terhadap objek tanpa ada intervensi pikiran lainnya.

Konsentrasi benar salah satu faktor yg membawa seseorang pada pandangan benar--->setujukah Anda dengan hal ini jika kita sedang berkonsep?


setujukah anda dengan hal ini kalo anda sedang melekat pada konsep?






Ya. ada waktunya untuk di uji coba juga tidak untuk diuji coba, dilihat dari pengguna juga bisa melihat hasil atau akibat dari memakai MMD ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 19 January 2009, 05:10:05 PM
ya elah boss... jgn pake esmosi donkkk... masa lupa dengan nostalgia kita dulu... jd siapa yang bulls**t ommm...  ^-^ ^-^

om,ini contoh kecil dari tulisan yang bisa direpresntasikan dengan berbagai macam emosi...saya tadi nulis kata bulls**t sambil ngemil dan minum kopi dan haha hihi lho,ga ada esmosi marah sama sekali....nah kan tulisan ane aja susah ditebak perasaan saya sedang apa. apalagi selama ini ada hud vs ente2...hauahuahuahahuahua. keknya kita bersama perlu ketemu hud secara langsung orangnya...

nostalgia balik, dulu kita conference, bro nyana ini paling getol gebukin MMD yah ^-^
sampe peserta conference yg lain kalah garang ama bro nyana jadi diam2 aja...
tapi udah berlalu... never mind

let it go..let it go...guru anicca...guru anicca ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 19 January 2009, 05:14:09 PM
Ya. ada waktunya untuk di uji coba juga tidak untuk diuji coba, dilihat dari pengguna juga bisa melihat hasil atau akibat dari memakai MMD

monggo mas terus memperhatikan objek di luar daripada batin sendiri,kapan latihannya mas? paradigma masyarakat selalu membandingkan ke luar,padahal yang baik adalah melihat ke dalam. anda mau trial MMD juga terserah toh, penggunanya ga semua error,ada yang bagus kok,namae putthujana,masih tahap belajar.

let it go..let it go...guru anita...guru anita
biar lebih keren pake nama cewe,hahauhauahuhaua
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: morpheus on 19 January 2009, 05:17:42 PM
Sering diibaratkan om kalau narkoba itu buruk untuk kesehatan, apa harus dicoba dulu baru ngerasa? khan bisa dilihat hasilnya dari pengguna sebelumnya ;D
lho, yg suruh coba mmd siapa? bukannya saya ajak anda bermeditasi apa aja.... tapi anda males kan katanya ;D

Mungkin memang saya bukan praktisi juga bukan peteori apa berarti aya tidak boleh nimbrung? saya bisa lihat dari peteori dan pepraktek juga disini khan ;D
saya pikir yg bisa lihat peteori dan pepraktek itu contohnya bang nyana, wong dia udah lalui dua2nya...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 19 January 2009, 05:19:48 PM
Quote
Siddhatta tidak akan menjadi Buddha tanpa Mara, begitu juga hasil meditasi yang saya dapat hanyalah sebuah proses dari ribut2 batin baru menjadi netral,bukankah begitu pengalaman meditasi yang anda alami sendiri bro Tesla,dari pikiran yang ibarat kapal ditengah badai ombak lalu tenang.

pengalaman saya... saya ga pandai jelasin :P
cuma bisa komen: setelah tenang, baru nyadar rupanya sebelumnya di tengah ombak yg ganas
tapi saya tetap kembali lagi ke ombak yg ganas tadi karena kemelekatan kita yg telah panjang.
jadi saya masih cetek lah soal meditasi :)

anyway, muditacittena _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 19 January 2009, 05:24:28 PM
ya elah boss... jgn pake esmosi donkkk... masa lupa dengan nostalgia kita dulu... jd siapa yang bulls**t ommm...  ^-^ ^-^

om,ini contoh kecil dari tulisan yang bisa direpresntasikan dengan berbagai macam emosi...saya tadi nulis kata bulls**t sambil ngemil dan minum kopi dan haha hihi lho,ga ada esmosi marah sama sekali....nah kan tulisan ane aja susah ditebak perasaan saya sedang apa. apalagi selama ini ada hud vs ente2...hauahuahuahahuahua. keknya kita bersama perlu ketemu hud secara langsung orangnya...

nostalgia balik, dulu kita conference, bro nyana ini paling getol gebukin MMD yah ^-^
sampe peserta conference yg lain kalah garang ama bro nyana jadi diam2 aja...
tapi udah berlalu... never mind

let it go..let it go...guru anicca...guru anicca ;D

itu namanya mendapatkan hidayah :))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 19 January 2009, 05:26:26 PM
Ya. ada waktunya untuk di uji coba juga tidak untuk diuji coba, dilihat dari pengguna juga bisa melihat hasil atau akibat dari memakai MMD

monggo mas terus memperhatikan objek di luar daripada batin sendiri,kapan latihannya mas? paradigma masyarakat selalu membandingkan ke luar,padahal yang baik adalah melihat ke dalam. anda mau trial MMD juga terserah toh, penggunanya ga semua error,ada yang bagus kok,namae putthujana,masih tahap belajar.

let it go..let it go...guru anita...guru anita
biar lebih keren pake nama cewe,hahauhauahuhaua
bagaimana kalau pendirinya yang eror?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 19 January 2009, 05:28:08 PM
Sering diibaratkan om kalau narkoba itu buruk untuk kesehatan, apa harus dicoba dulu baru ngerasa? khan bisa dilihat hasilnya dari pengguna sebelumnya ;D
lho, yg suruh coba mmd siapa? bukannya saya ajak anda bermeditasi apa aja.... tapi anda males kan katanya ;D

Mungkin memang saya bukan praktisi juga bukan peteori apa berarti aya tidak boleh nimbrung? saya bisa lihat dari peteori dan pepraktek juga disini khan ;D
saya pikir yg bisa lihat peteori dan pepraktek itu contohnya bang nyana, wong dia udah lalui dua2nya...

Spertinya Meditasi itu menakutkan deh kakakakakak , soalnya dari gurunya aja sudah seperti ini :))
mending kaga usah meditasi dah kakakakakak
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 19 January 2009, 05:28:19 PM
Saya mau tanya, menurut kalian yang bilang MMD tidak masuk Buddhisme (karena ga ada 4KM, JMB 8 ), Bahiya Sutta itu sesuai atau tidak dengan Buddhisme?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 19 January 2009, 05:33:46 PM
Saya mau tanya, menurut kalian yang bilang MMD tidak masuk Buddhisme (karena ga ada 4KM, JMB 8 ), Bahiya Sutta itu sesuai atau tidak dengan Buddhisme?
hal ini sudah terlalu sering om, kalau ngambil sepotong2 terus tujuannya belum tentu jadi mau di bilang apa, nanti bolak2 lagi neh :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 19 January 2009, 05:36:18 PM
Saya mau tanya, menurut kalian yang bilang MMD tidak masuk Buddhisme (karena ga ada 4KM, JMB 8 ), Bahiya Sutta itu sesuai atau tidak dengan Buddhisme?
hal ini sudah terlalu sering om, kalau ngambil sepotong2 terus tujuannya belum tentu jadi mau di bilang apa, nanti bolak2 lagi neh :)

Bukankah bilang "Buddhisme itu HARUS berdasarkan JMB 8" itu juga pernyataan yang sepotong-sepotong?

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 19 January 2009, 05:37:29 PM
indikasi bolak balik
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: morpheus on 19 January 2009, 05:38:29 PM
Spertinya Meditasi itu menakutkan deh kakakakakak , soalnya dari gurunya aja sudah seperti ini :))
mending kaga usah meditasi dah kakakakakak
wah, kagak nyambung lagi nih...
yg maksain guru meditasinya siapa? udah dibilang meditasi apa aja... cari sendiri gurunya dong...
ah iya, sudah lah... males kan...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 19 January 2009, 05:40:42 PM
Sering diibaratkan om kalau narkoba itu buruk untuk kesehatan, apa harus dicoba dulu baru ngerasa? khan bisa dilihat hasilnya dari pengguna sebelumnya Grin
Mungkin memang saya bukan praktisi juga bukan peteori apa berarti aya tidak boleh nimbrung? saya bisa lihat dari peteori dan pepraktek juga disini khan


term ini dipakai kalo MMD = narkoba. saya ga melarang orang ikut nimbrung,anda mulai goyang nih...yk mari goyang.

nostalgia balik, dulu kita conference, bro nyana ini paling getol gebukin MMD yah chuckle
sampe peserta conference yg lain kalah garang ama bro nyana jadi diam2 aja...
tapi udah berlalu... never mind


Siddhatta tidak akan menjadi Buddha tanpa Mara, begitu juga hasil meditasi yang saya dapat hanyalah sebuah proses dari ribut2 batin baru menjadi netral,bukankah begitu pengalaman meditasi yang anda alami sendiri bro Tesla,dari pikiran yang ibarat kapal ditengah badai ombak lalu tenang.

Pandangan benar = yathhabhutam nyandasanam/ melihat apa adanya yaitu FAKTA bukan ilusi dan asumsi.

Konsentrasi benar = pemusatan perhatian yg kokoh terhadap objek tanpa ada intervensi pikiran lainnya.

Konsentrasi benar salah satu faktor yg membawa seseorang pada pandangan benar--->setujukah Anda dengan hal ini jika kita sedang berkonsep?


setujukah anda dengan hal ini kalo anda sedang melekat pada konsep?


Tidak setuju :P, Karena saya hanya menulis suatu konsep utk menjelaskan saja tanpa dilekati dan bertanya, dan saat saya bertanya kepada Anda saya tau itu juga konsep. Dan pertanyaan Anda juga asumsi yg berkonsep lho  ^-^ Apakah ketika orang berkonsep lalu di bilang melekat? ^-^

Sulitkah menjawab pertanyaan yg sederhana, koq balik nyana . mau main tanya2an atau nyana2aan :))



Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 19 January 2009, 05:42:45 PM
indikasi bolak balik

Bukan. Karena kalau sesuai dengan "idealisme" kita, kita cenderung melihatnya sebagai benar. Kalau tidak sesuai, kita cenderung melihat kesalahannya. Buktinya adalah seperti sekarang ini. Dalam BANYAK SEKALI sutta, Buddha menjelaskan hal yang tidak ada sangkut pautnya dengan format JMB 8 dan orang bisa mencapai kesucian. Lalu kenapa kalau hal ini disinggung, kalian langsung 'defense' dengan alasan "bolak-balik"?
Sedangkan kalau untuk "menilai" MMD tidak sesuai, mudah sekali merujuk ke 1 atau 2 sutta yang mengesankan Buddhisme itu HARUS pakai format JMB 8.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 19 January 2009, 05:45:18 PM
bukannya sama2 defence :))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 19 January 2009, 05:47:54 PM
Saya mau tanya, menurut kalian yang bilang MMD tidak masuk Buddhisme (karena ga ada 4KM, JMB 8 ), Bahiya Sutta itu sesuai atau tidak dengan Buddhisme?

Coba lihat cuplikan isi dari pak Hud ttg sutta2 yg dia pakai, apakah isinya sesuai dengan sutta atau diganti2 isinya. ;D silakan lihat nostalgia lalu
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 19 January 2009, 05:50:10 PM
Saya mau tanya, menurut kalian yang bilang MMD tidak masuk Buddhisme (karena ga ada 4KM, JMB 8 ), Bahiya Sutta itu sesuai atau tidak dengan Buddhisme?
hal ini sudah terlalu sering om, kalau ngambil sepotong2 terus tujuannya belum tentu jadi mau di bilang apa, nanti bolak2 lagi neh :)

Bukankah bilang "Buddhisme itu HARUS berdasarkan JMB 8" itu juga pernyataan yang sepotong-sepotong?


apa hanya berdasar JMB8 aja? tidak khan masih banyak lagi sepertinya ;D kalau hanya mengambil 2 sutta untuk tujuan lain namanya apa om ;D

Spertinya Meditasi itu menakutkan deh kakakakakak , soalnya dari gurunya aja sudah seperti ini :))
mending kaga usah meditasi dah kakakakakak
wah, kagak nyambung lagi nih...
yg maksain guru meditasinya siapa? udah dibilang meditasi apa aja... cari sendiri gurunya dong...
ah iya, sudah lah... males kan...

memang tidak memaksakan, disini permasalahannya khan ada sebuah metoda meditasi MMD, bla.. bla... bla.... , kalau melihat disini meditasi itu sepertinya tidak bisa belajar sendiri ya? harus ada pembimbing ya? soalnya kalau gurunya sudah salah apakah ke muridnya akan tambah salah?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 19 January 2009, 05:51:49 PM
bukannya sama2 defence :))

Di sini saya hanya bertanya kok. :)
Jauh sebelum saya join forum Buddhis (termasuk DC), juga sebelum tahu MMD, saya pernah ditanya oleh orang tentang "ajaran inti" dari Buddhisme. Tidak terlintas sama sekali format-format Tipitaka, JMB 8, 4 KM dan sebagainya, padahal saya mempelajarinya cukup intensif. Saya katakan, "menghilangkan kemelekatan secara total".
Jadi saya cukup penasaran, kok di sini orang bilang "Buddhisme = JMB 8" yah? Emangnya Pacceka Buddha tahu format JMB 8 kah?

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 19 January 2009, 05:54:16 PM
BTW, ribut2 disini ada gunanya atau tidak ya ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 19 January 2009, 05:56:13 PM
Di Sutta SN 55.6.3. Sang Buddha menasehati umat awam untuk mempelajari
Sutta. Di SN 20.7, Sang Buddha memperingatkan bahwa di masa depan, orang-orang
tidak akan mempelajari Sutta tetapi lebih menyenangi untuk mempelajari karya dari
pengikutnya yaitu bhikkhu lain (yakni buku-buku belakangan) dan ini akan menuntun
pada lenyapnya Sutta.

Sang Buddha menekankan pentingnya banyak belajar (bahusacca)
dalam banyak Sutta, misalnya di MN 43 dikatakan bahwa Pandangan Benar didukung
oleh banyak belajar menuntun pada pencerahan. Tidak mempelajari Sutta adalah suatu
ekstrim, dan mempelajari terlalu banyak buku adalah ekstrim yang lainnya – jalan tengah
adalah mempelajari empat Nikaya yang tertua. Pentingnya mempelajari Nikaya dapat
dipahami dari kenyataan bahwa Sang Buddha berbicara tentang 5000 Sutta dan siswa-siswa
Beliau disebut Savaka (Pendengar). Satu Sutta menjelaskan kebenaran dari satu
sudut jadi dengan banyaknya Sutta yang kita pelajari, maka semakin baik pemahaman
kita karena kita melihat Dhamma dijelaskan dari sudut yang berbeda dan kita dapat
menghubungkan yang satu dengan yang lainnya (yakni membandingkan mereka).


DI copas dari http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=8482.msg140406;boardseen#new
Thanks DNA   >:)< :-* :x
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: morpheus on 19 January 2009, 05:56:39 PM
memang tidak memaksakan, disini permasalahannya khan ada sebuah metoda meditasi MMD, bla.. bla... bla.... , kalau melihat disini meditasi itu sepertinya tidak bisa belajar sendiri ya? harus ada pembimbing ya? soalnya kalau gurunya sudah salah apakah ke muridnya akan tambah salah?
tampaknya kita ada kesulitan berkomunikasi di sini...
kok lari ke mmd lagi?
udah dibilang meditasi apa saja... mo belajar ama bhante anu kek, bhante ini kek, ajahn itu kek, vihara itu kek...
udah lah, males kan... kok malah menelurkan alasan yg lain, narkoba lah, takut lah...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 19 January 2009, 05:59:07 PM
Di Sutta SN 55.6.3. Sang Buddha menasehati umat awam untuk mempelajari
Sutta. Di SN 20.7, Sang Buddha memperingatkan bahwa di masa depan, orang-orang
tidak akan mempelajari Sutta tetapi lebih menyenangi untuk mempelajari karya dari
pengikutnya yaitu bhikkhu lain (yakni buku-buku belakangan) dan ini akan menuntun
pada lenyapnya Sutta.

Sang Buddha menekankan pentingnya banyak belajar (bahusacca)
dalam banyak Sutta, misalnya di MN 43 dikatakan bahwa Pandangan Benar didukung
oleh banyak belajar menuntun pada pencerahan. Tidak mempelajari Sutta adalah suatu
ekstrim, dan mempelajari terlalu banyak buku adalah ekstrim yang lainnya – jalan tengah
adalah mempelajari empat Nikaya yang tertua. Pentingnya mempelajari Nikaya dapat
dipahami dari kenyataan bahwa Sang Buddha berbicara tentang 5000 Sutta dan siswa-siswa
Beliau disebut Savaka (Pendengar). Satu Sutta menjelaskan kebenaran dari satu
sudut jadi dengan banyaknya Sutta yang kita pelajari, maka semakin baik pemahaman
kita karena kita melihat Dhamma dijelaskan dari sudut yang berbeda dan kita dapat
menghubungkan yang satu dengan yang lainnya (yakni membandingkan mereka).


DI copas dari http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=8482.msg140406;boardseen#new
Thanks DNA   >:)< :-* :x

betul tuh, bukannya hanya melihat dari satu sudut saja, seperti perumpamaan orang buta tuh ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 19 January 2009, 05:59:45 PM
Saya mau tanya, menurut kalian yang bilang MMD tidak masuk Buddhisme (karena ga ada 4KM, JMB 8 ), Bahiya Sutta itu sesuai atau tidak dengan Buddhisme?

Coba lihat cuplikan isi dari pak Hud ttg sutta2 yg dia pakai, apakah isinya sesuai dengan sutta atau diganti2 isinya. ;D silakan lihat nostalgia lalu

Beberapa waktu lalu, Bro Markos juga bilang masalah "aku" yang "tidak ada" dan "tidak ada lagi". Karena keburu di-lock, jadi saya tidak sempat post.
Dalam Kevaddha Sutta, Buddha mengatakan Atta tidak ada. Apakah dalam Mulapariyaya Sutta terjemahan Pak Hud, atta itu ada?

Dalam Mulapariyaya Sutta, Buddha mengatakan pandangan Atta itu muncul dari ketidaktahuan. Jadi sebenernya tidak ada, tapi karena pandangan salah, jadinya "ada". (Seperti Santa Claus dalam pandangan salah anak-anak.)
Nah, selama pandangan salah itu ada dalam diri kita (baca: belum mencapai Sotapatti Magga), maka kita melihat "Atta itu ada". Ketika kita sudah mencapai kesucian, maka kita telah melihat keadaan sesungguhnya bahwa "Atta itu tidak ada". Dengan demikian, itulah maksudnya "Dengan begitu, kamu tidak ada lagi (tidak berdiam di manapun)". (Dengan mengetahui sebenarnya, Santa Claus sudah tidak ada lagi dalam pikiranmu.)

Jadi dalam sutta manapun, Buddha mengatakan "atta itu tidak ada", dan dalam Mulapariyaya sutta (baik terjemahan umum ataupun terjemahan Pak Hud) dikatakan bahwa "selama berpandangan salah, maka kita lihat atta ada, kita tetap berperilaku "egois" (seperti kita semua tahu nibbana adalah bebas dari nafsu indrawi, tetapi kita tetap mengejar kesenangan indrawi); setelah merealisasikan pandangan benar, pandangan atta itu sudah tidak ada lagi".

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: morpheus on 19 January 2009, 06:01:12 PM
Jauh sebelum saya join forum Buddhis (termasuk DC), juga sebelum tahu MMD, saya pernah ditanya oleh orang tentang "ajaran inti" dari Buddhisme. Tidak terlintas sama sekali format-format Tipitaka, JMB 8, 4 KM dan sebagainya, padahal saya mempelajarinya cukup intensif. Saya katakan, "menghilangkan kemelekatan secara total".
Jadi saya cukup penasaran, kok di sini orang bilang "Buddhisme = JMB 8" yah? Emangnya Pacceka Buddha tahu format JMB 8 kah?
wah, anda ketinggalan kereta, bang kain...

jmb 8 itu disebut2 rekan2 di sini karena udah diresmiken oleh lembaga buddhis dunia...
stempel dan tanda tangan udah diteken...
jadi dhamma Sang Buddha udah disegel dan disahken oleh sebuah lembaga buddhis dunia...
ups, tunggu bentar... dhamma? disahkan?  :-? :-? :-?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 19 January 2009, 06:04:49 PM
memang tidak memaksakan, disini permasalahannya khan ada sebuah metoda meditasi MMD, bla.. bla... bla.... , kalau melihat disini meditasi itu sepertinya tidak bisa belajar sendiri ya? harus ada pembimbing ya? soalnya kalau gurunya sudah salah apakah ke muridnya akan tambah salah?
tampaknya kita ada kesulitan berkomunikasi di sini...
kok lari ke mmd lagi?
udah dibilang meditasi apa saja... mo belajar ama bhante anu kek, bhante ini kek, ajahn itu kek, vihara itu kek...
udah lah, males kan... kok malah menelurkan alasan yg lain, narkoba lah, takut lah...

lho jadi anda disini ngapain? membela MMD atau mau memberitahu meditasi yang lain atau apa?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 19 January 2009, 06:10:37 PM
wah, anda ketinggalan kereta, bang kain...

jmb 8 itu disebut2 rekan2 di sini karena udah diresmiken oleh lembaga buddhis dunia...
stempel dan tanda tangan udah diteken...
jadi dhamma Sang Buddha udah disegel dan disahken oleh sebuah lembaga buddhis dunia...
ups, tunggu bentar... dhamma? disahkan?  :-? :-? :-?


Ya, saya ingat kok dulu dibilang karena menurut "mainstream" di seluruh dunia, kesepakatan internasional yang berlaku adalah demikian. Cukup aneh sebetulnya. Seharusnya sutta-sutta yang "membingungkan" seperti Gotami Sutta (Anguttara Nikaya, Atthaka, 53) yang menjelaskan ajaran yang sesuai, seharusnya dibuang saja. Itu 'kan bertentangan dengan kesepakatan internasional. ;D

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: morpheus on 19 January 2009, 06:21:11 PM
lho jadi anda disini ngapain? membela MMD atau mau memberitahu meditasi yang lain atau apa?
lho, lupa yah? tadinya kan saya bilang lupakan mmd, prinsip tanpa usaha itu prinsip umum meditasi, bisa ditemukan di meditasi buddhis apa aja, diajarkan oleh banyak guru2 meditasi buddhis, bisa bereksperimen dalam meditasi apapun. trus anda jawab males...

trus bang nyana juga bilang coba dulu nyebur.. saya yakin maksud bang nyana, nyebur di meditasi apapun, bukan hanya mmd...

jangan negatif thinking dong bang... saya gak jualan mmd...
atau kecepetan baca?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 19 January 2009, 06:46:09 PM
lho jadi anda disini ngapain? membela MMD atau mau memberitahu meditasi yang lain atau apa?
lho, lupa yah? tadinya kan saya bilang lupakan mmd, prinsip tanpa usaha itu prinsip umum meditasi, bisa ditemukan di meditasi buddhis apa aja, diajarkan oleh banyak guru2 meditasi buddhis, bisa bereksperimen dalam meditasi apapun. trus anda jawab males...

trus bang nyana juga bilang coba dulu nyebur.. saya yakin maksud bang nyana, nyebur di meditasi apapun, bukan hanya mmd...

jangan negatif thinking dong bang... saya gak jualan mmd...
atau kecepetan baca?
ape baca gak di past aye yang dulu, oya yakin kalau meditasi tanpa usaha diajarkan semua guru dan paling bener?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 19 January 2009, 08:08:20 PM
Di Sutta SN 55.6.3. Sang Buddha menasehati umat awam untuk mempelajari
Sutta. Di SN 20.7, Sang Buddha memperingatkan bahwa di masa depan, orang-orang
tidak akan mempelajari Sutta tetapi lebih menyenangi untuk mempelajari karya dari
pengikutnya yaitu bhikkhu lain (yakni buku-buku belakangan) dan ini akan menuntun
pada lenyapnya Sutta.

Sang Buddha menekankan pentingnya banyak belajar (bahusacca)
dalam banyak Sutta, misalnya di MN 43 dikatakan bahwa Pandangan Benar didukung
oleh banyak belajar menuntun pada pencerahan. Tidak mempelajari Sutta adalah suatu
ekstrim, dan mempelajari terlalu banyak buku adalah ekstrim yang lainnya – jalan tengah
adalah mempelajari empat Nikaya yang tertua. Pentingnya mempelajari Nikaya dapat
dipahami dari kenyataan bahwa Sang Buddha berbicara tentang 5000 Sutta dan siswa-siswa
Beliau disebut Savaka (Pendengar). Satu Sutta menjelaskan kebenaran dari satu
sudut jadi dengan banyaknya Sutta yang kita pelajari, maka semakin baik pemahaman
kita karena kita melihat Dhamma dijelaskan dari sudut yang berbeda dan kita dapat
menghubungkan yang satu dengan yang lainnya (yakni membandingkan mereka).


DI copas dari http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=8482.msg140406;boardseen#new
Thanks DNA   >:)< :-* :x

saya jadi binggung sutta itu dipelajari seperti apa yg dimaksud Buddha
sedangkan pada zaman Buddha belum ada sutta... apalagi udah ada jumlah nya? (5000)


Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Jerry on 19 January 2009, 08:17:22 PM
Bisa jd zaman itu oleh Sang Buddha, dirujuk dgn Dhamma. Dan kemudian hari setelah Dhamma Buddha ditulis dan dikeranjangkan, baru disebut Sutta. Dari situ tentu diblg Sutta, dan ga pake Dhamma lagi.
Yah.. Asumsi positip aja lah.. sejauh kita tdk mengetahui kebenaran. Kalo bilang dah dikarang, otomatis, akan ada pertanyaan yg timbul thdp pegangan kita sendiri.
Dan akhirnya, ngga penting otentik atau ngga sejauh itu memang memuat kebenaran. Saya rasa gitu..  :)

Makanya Bertrand Russell bilang salah satu kekurangan Buddhism itu yaitu bersifat subjektif banget. Karena terlalu bergantung pd individu yang bersangkutan. Akhirnya, kalo tanpa mengosongkan cangkir masing2 dan kebijaksanaan serta upaya utk memahami maksud lawan bicara, yang ada cm perselisihan antar individu mengenai kebenaran yg dialami masing2.
Meski terkadang hal yg dikatakan itu sama.

_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 19 January 2009, 08:43:49 PM
Bisa jd zaman itu oleh Sang Buddha, dirujuk dgn Dhamma. Dan kemudian hari setelah Dhamma Buddha ditulis dan dikeranjangkan, baru disebut Sutta. Dari situ tentu diblg Sutta, dan ga pake Dhamma lagi.
betul sekali, Buddha menyebut ajarannya adalah Dhamma dan Vinaya... dalam Tipitaka pasangan kata ini (Dhamma-Vinaya) jg dipakai...
kalau tujuannya seperti yg sdr. xuvie sebutkan harusnya semua diganti jadi Sutta & Vinaya donk...

Quote
Yah.. Asumsi positip aja lah.. sejauh kita tdk mengetahui kebenaran. Kalo bilang dah dikarang, otomatis, akan ada pertanyaan yg timbul thdp pegangan kita sendiri.
sifat dhamma itu mengundang utk dibuktikan, bukan dilekati ;)
Tipitaka memang adalah pegangan umat Buddhist, namun pertanyaan yg timbul mengenai keotentikannya tidak perlu didiamkan. justru dalam sutta sendiri Buddha menganjurkan sikap kritis kepada suku Kalama, yg sering kita sebut sbg ehipassiko.

Quote
Dan akhirnya, ngga penting otentik atau ngga sejauh itu memang memuat kebenaran. Saya rasa gitu..  :)
setuju,

 _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 19 January 2009, 08:54:24 PM
Di Sutta SN 55.6.3. Sang Buddha menasehati umat awam untuk mempelajari
Sutta. Di SN 20.7, Sang Buddha memperingatkan bahwa di masa depan, orang-orang
tidak akan mempelajari Sutta tetapi lebih menyenangi untuk mempelajari karya dari
pengikutnya yaitu bhikkhu lain (yakni buku-buku belakangan) dan ini akan menuntun
pada lenyapnya Sutta.

Sang Buddha menekankan pentingnya banyak belajar (bahusacca)
dalam banyak Sutta, misalnya di MN 43 dikatakan bahwa Pandangan Benar didukung
oleh banyak belajar menuntun pada pencerahan. Tidak mempelajari Sutta adalah suatu
ekstrim, dan mempelajari terlalu banyak buku adalah ekstrim yang lainnya – jalan tengah
adalah mempelajari empat Nikaya yang tertua. Pentingnya mempelajari Nikaya dapat
dipahami dari kenyataan bahwa Sang Buddha berbicara tentang 5000 Sutta dan siswa-siswa
Beliau disebut Savaka (Pendengar). Satu Sutta menjelaskan kebenaran dari satu
sudut jadi dengan banyaknya Sutta yang kita pelajari, maka semakin baik pemahaman
kita karena kita melihat Dhamma dijelaskan dari sudut yang berbeda dan kita dapat
menghubungkan yang satu dengan yang lainnya (yakni membandingkan mereka).


DI copas dari http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=8482.msg140406;boardseen#new
Thanks DNA   >:)< :-* :x

saya jadi binggung sutta itu dipelajari seperti apa yg dimaksud Buddha
sedangkan pada zaman Buddha belum ada sutta... apalagi udah ada jumlah nya? (5000)



mungkin maksudnya itu kitab taurat yang diturunkan Musa kali =))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: morpheus on 19 January 2009, 08:55:35 PM
ape baca gak di past aye yang dulu, oya yakin kalau meditasi tanpa usaha diajarkan semua guru dan paling bener?
semua guru? paling bener? saya tadi nulis gitu?
kayaknya diskusi dengan anda sampai di sini aja bang... selamet bersenang2
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: chingik on 19 January 2009, 10:30:24 PM
Setelah belajar dhamma dari Sang Buddha langsung , Devadatta malah makin parah. Nah lho.. ^-^
Tanya kenapa..
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 19 January 2009, 10:37:10 PM
Di Sutta SN 55.6.3. Sang Buddha menasehati umat awam untuk mempelajari
Sutta. Di SN 20.7, Sang Buddha memperingatkan bahwa di masa depan, orang-orang
tidak akan mempelajari Sutta tetapi lebih menyenangi untuk mempelajari karya dari
pengikutnya yaitu bhikkhu lain (yakni buku-buku belakangan) dan ini akan menuntun
pada lenyapnya Sutta.

Sang Buddha menekankan pentingnya banyak belajar (bahusacca)
dalam banyak Sutta, misalnya di MN 43 dikatakan bahwa Pandangan Benar didukung
oleh banyak belajar menuntun pada pencerahan. Tidak mempelajari Sutta adalah suatu
ekstrim, dan mempelajari terlalu banyak buku adalah ekstrim yang lainnya – jalan tengah
adalah mempelajari empat Nikaya yang tertua. Pentingnya mempelajari Nikaya dapat
dipahami dari kenyataan bahwa Sang Buddha berbicara tentang 5000 Sutta dan siswa-siswa
Beliau disebut Savaka (Pendengar). Satu Sutta menjelaskan kebenaran dari satu
sudut jadi dengan banyaknya Sutta yang kita pelajari, maka semakin baik pemahaman
kita karena kita melihat Dhamma dijelaskan dari sudut yang berbeda dan kita dapat
menghubungkan yang satu dengan yang lainnya (yakni membandingkan mereka).


DI copas dari http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=8482.msg140406;boardseen#new
Thanks DNA   >:)< :-* :x

saya jadi binggung sutta itu dipelajari seperti apa yg dimaksud Buddha
sedangkan pada zaman Buddha belum ada sutta... apalagi udah ada jumlah nya? (5000)



SN 20.7
Ani Sutta
The Peg
Translated from the Pali by
Thanissaro Bhikkhu

Staying at Savatthi. "Monks, there once was a time when the Dasarahas had a large drum called 'Summoner.' Whenever Summoner was split, the Dasarahas inserted another peg in it, until the time came when Summoner's original wooden body had disappeared and only a conglomeration of pegs remained. 1

"In the same way, in the course of the future there will be monks who won't listen when discourses that are words of the Tathagata — deep, deep in their meaning, transcendent, connected with emptiness — are being recited. They won't lend ear, won't set their hearts on knowing them, won't regard these teachings as worth grasping or mastering. But they will listen when discourses that are literary works — the works of poets, elegant in sound, elegant in rhetoric, the work of outsiders, words of disciples — are recited. They will lend ear and set their hearts on knowing them. They will regard these teachings as worth grasping & mastering.

"In this way the disappearance of the discourses that are words of the Tathagata — deep, deep in their meaning, transcendent, connected with emptiness — will come about.

"Thus you should train yourselves: 'We will listen when discourses that are words of the Tathagata — deep, deep in their meaning, transcendent, connected with emptiness — are being recited. We will lend ear, will set our hearts on knowing them, will regard these teachings as worth grasping & mastering.' That's how you should train yourselves."

http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/sn/sn20/sn20.007.than.html
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 19 January 2009, 10:41:58 PM
ape baca gak di past aye yang dulu, oya yakin kalau meditasi tanpa usaha diajarkan semua guru dan paling bener?
semua guru? paling bener? saya tadi nulis gitu?
kayaknya diskusi dengan anda sampai di sini aja bang... selamet bersenang2

Oh iya, perbedaan MMD dengan meditasi yang lain mungkin :
MMD = meditasi tanpa usaha
Meditasi lain = Meditasi dengan usaha
sepertinya pak hudoyo perlu bikin faq :)
dijelaskan berkali2, tetep aja disalah artikan.
tanpa usaha itu salah satu prinsip meditasi yg diakui oleh semua meditator yg saya kenal, tidak terkecuali meditator samatha...
daripada mendebat kata2nya, mending dicoba bermeditasi aja lah. lupakan mmd, coba bermeditasi apa aja.



ok mungkin aye yang salah mengerti, di atas ditulis diakui oleh semua meditator yg saya kenal ;D

ok deh selamat bersenang2 juga deh ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 19 January 2009, 10:46:05 PM
Setelah belajar dhamma dari Sang Buddha langsung , Devadatta malah makin parah. Nah lho.. ^-^
Tanya kenapa..
Apa pernah baca Bahiya sutta gak ? =))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 20 January 2009, 01:21:46 AM
Di Sutta SN 55.6.3. Sang Buddha menasehati umat awam untuk mempelajari
Sutta. Di SN 20.7, Sang Buddha memperingatkan bahwa di masa depan, orang-orang
tidak akan mempelajari Sutta tetapi lebih menyenangi untuk mempelajari karya dari
pengikutnya yaitu bhikkhu lain (yakni buku-buku belakangan) dan ini akan menuntun
pada lenyapnya Sutta.

Sang Buddha menekankan pentingnya banyak belajar (bahusacca)
dalam banyak Sutta, misalnya di MN 43 dikatakan bahwa Pandangan Benar didukung
oleh banyak belajar menuntun pada pencerahan. Tidak mempelajari Sutta adalah suatu
ekstrim, dan mempelajari terlalu banyak buku adalah ekstrim yang lainnya – jalan tengah
adalah mempelajari empat Nikaya yang tertua. Pentingnya mempelajari Nikaya dapat
dipahami dari kenyataan bahwa Sang Buddha berbicara tentang 5000 Sutta dan siswa-siswa
Beliau disebut Savaka (Pendengar). Satu Sutta menjelaskan kebenaran dari satu
sudut jadi dengan banyaknya Sutta yang kita pelajari, maka semakin baik pemahaman
kita karena kita melihat Dhamma dijelaskan dari sudut yang berbeda dan kita dapat
menghubungkan yang satu dengan yang lainnya (yakni membandingkan mereka).


DI copas dari http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=8482.msg140406;boardseen#new
Thanks DNA   >:)< :-* :x

saya jadi binggung sutta itu dipelajari seperti apa yg dimaksud Buddha
sedangkan pada zaman Buddha belum ada sutta... apalagi udah ada jumlah nya? (5000)



SN 20.7
Ani Sutta
The Peg
Translated from the Pali by
Thanissaro Bhikkhu

Staying at Savatthi. "Monks, there once was a time when the Dasarahas had a large drum called 'Summoner.' Whenever Summoner was split, the Dasarahas inserted another peg in it, until the time came when Summoner's original wooden body had disappeared and only a conglomeration of pegs remained. 1

"In the same way, in the course of the future there will be monks who won't listen when discourses that are words of the Tathagata — deep, deep in their meaning, transcendent, connected with emptiness — are being recited. They won't lend ear, won't set their hearts on knowing them, won't regard these teachings as worth grasping or mastering. But they will listen when discourses that are literary works — the works of poets, elegant in sound, elegant in rhetoric, the work of outsiders, words of disciples — are recited. They will lend ear and set their hearts on knowing them. They will regard these teachings as worth grasping & mastering.

"In this way the disappearance of the discourses that are words of the Tathagata — deep, deep in their meaning, transcendent, connected with emptiness — will come about.

"Thus you should train yourselves: 'We will listen when discourses that are words of the Tathagata — deep, deep in their meaning, transcendent, connected with emptiness — are being recited. We will lend ear, will set our hearts on knowing them, will regard these teachings as worth grasping & mastering.' That's how you should train yourselves."

http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/sn/sn20/sn20.007.than.html

Anumodana bro ryu,
di sutta tsb cuma dipakai kata "discourse" (kotbah/ajaran/uraian Sang Buddha),
tidak keluar kata "sutta" sekalipun... yg ingin saya konfirmasi adalah:

Tidak mempelajari Sutta adalah suatu ekstrim,
dan mempelajari terlalu banyak buku adalah ekstrim yang lainnya
– jalan tengah adalah mempelajari empat Nikaya yang tertua.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 20 January 2009, 05:57:53 AM
kkekekekkkekekekek... keblingerrr... :)) udahhh ahhh... balik gunung lagi... daahhh...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sumedho on 20 January 2009, 06:47:16 AM
sutta = discource = kotbah kan?

sutta pitaka adalah keranjang yg berisi kotbah2x.

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 20 January 2009, 06:57:29 AM
bahasa palinya apa tuh suhu?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: morpheus on 20 January 2009, 07:01:22 AM
yg dimaksud si penulis tipitaka itu ajaran buddha dihirarkikan menjadi:
1. Sutta, 2. Geyya, 3. Veyyakarama, 4. Gatha, 5. Udana, 6. Itivuttaka, 7. Jataka, 8. Abbhutadhamma, 9. Vedalla.

    Sutta: These are the short, medium, and long discourses expounded by the Buddha on various occasions, such as Mangala Sutta (Discourse on Blessings), Ratana Sutta (The Jewel Discourse) Metta Sutta(Discourse on Goodwill), etc. According to the Commentary the whole Vinaya Pitaka is also included in this division.

    Geyya _These are discourses mixed with Gathas or verses, such as the Sagathavagga of the Samyutta Nikaya.

    Veyyakarana --- Lit. exposition. The whole Abhidhamma Pitaka, discourses without verses, and everything that is not included in the remaining eight divisions belong to this class.

    Gatha --- These include verses found in the Dhammapada (Way of Truth), Theragatha (Psalms of the Brethren). Therigatha (Psalms of the Sisters), and those isolated verses which are not classed amongst the Sutta.

    Udana _These are the 'Paeons of Joy' found in the Udana, one of the divisions of the Khuddaka Nikaya.

    Itivuttaka _ These are the 112 discourses which commence with the phrases _ 'Thus the Blessed One has Said'. Itivuttaka is one of the fifteen books that comprise the Khuddaka Nikaya.

    Jataka _ These are the 547 birth-stories related by the Buddha in connection with His previous births.

    Abbhutadhamma _ These are the few discourses that deal with wonderful and marvelous things, as for example the Accariya-Abbhutadhamma Sutta of the Majjhima Nikaya (No. 123).

    Vedalla _ These are the pleasurable discourses, such as Chulla Vedalla, Maha Vedalla (M.N. Nos 43,44), Samma Ditthi Sutta (M.N.No.9), etc. In some of these discourses, the answers give to certain questions were put with a feeling of joy.


mungkin sutta yg dimaksud adalah sutta yg ada dihirarki atas.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 20 January 2009, 07:05:46 AM
iya juga mungkin... belum cek versi palinya :P

tapi yg ini:
Tidak mempelajari Sutta adalah suatu ekstrim,
dan mempelajari terlalu banyak buku adalah ekstrim yang lainnya
– jalan tengah adalah mempelajari empat Nikaya yang tertua.


rasanya ga klop kalau dibilang kotbah...
terus terang ini seperti ucapan jual kecap ;D
menurut saya bukan dari Sang Buddha :)) (no offense)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 20 January 2009, 07:11:37 AM
jadi maksudnya Buddha tidak mungkin ngomong gitu? atau memang tidak mungkin punya kemampuan melihat masa depan?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 20 January 2009, 07:17:21 AM
dan ini versi suta yang lain =)) :
Matius
13:10 Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya: "Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?"
13:11 Jawab Yesus: "Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak.
13:12 Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.
13:13 Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti.
13:14 Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap.
13:15 Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka.
13:16 Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar.
13:17 Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya. Kontras antara benih yang berbuah dan benih-benih yang sia-sia dilanjutkan dengan penjelasan mengenai mengapa Yesus mempergunakan perumpamaan sebagai alat pengajar. Para muird ingin mengetahui mengapa Ia mengajar perumpamaan-perumpamaan jika Ia dapat menggunakan cara bicara yang sederhana dan langsung (ayat 10). Menjawab pertanyaan mereka, Yesus mengatakan bahwa karunia untuk mengetahui diberikan kepada para murid tetapi tidak kepada orang lain
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: dilbert on 20 January 2009, 07:54:41 AM
ada pandangan yang menyatakan bahwa apa yang diucapkan oleh BUDDHA semasa hidupnya adalah Dhamma Vinaya, bukan Sutta Vinaya... sehingga keabsahan sutta (tipitaka pada umumnya) sebagai "discourse"/khotbah BUDDHA asli dipertanyakan...
Nah, darimana datangnya istilah Dhamma Vinaya ? Kalau bukan dari tipitak (yang diragukan) tersebut ? Karena tentunya belum ada teknologi rekaman audio video langsung, dan hanya bisa berdasarkan pada catatan yang ada (walaupun catatan itu sendiri diragukan sumbernya)...

Jadi apakah bisa meragukan "sesuatu" yang referensinya sendiri diambil dari "sesuatu" yang meragukan tersebut ? (CIRCULAR LOGIC)...
Nb : Meragukan sutta vinaya, berdasarkan ada beberapa pernyataan tentang dhamma vinaya dimana istilah dhamma vinaya itu sendiri diambil dari sutta vinaya ?

 ???
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 20 January 2009, 08:11:51 AM
gini aja,kan menurut kalian ,pak Hud punya error,so list kan semua fault Hudoyo dan MMD dilihat dari kacamata 'kalian',apa yang ga nyambung ama Buddhisme.nah kalo gitu kan pembaca ga bingung sebenarnya apa yang terjadi,soalnya daripada ada yang ntar ga tau apa-apa ikutan debat malah bikin ribet.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 20 January 2009, 08:21:52 AM
=)) enya sok atuh cing baleg atuh mere daptarna =))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 20 January 2009, 08:24:16 AM
Tidak mempelajari Sutta adalah suatu ekstrim,
dan mempelajari terlalu banyak buku adalah ekstrim yang lainnya
– jalan tengah adalah mempelajari empat Nikaya yang tertua.

Saya tidak setuju. Menurut saya, membenci sutta adalah suatu ekstrem, melekat pada sutta adalah ekstrem yang lain.
Banyak atau sedikitnya orang membaca dan mencerna sutta tidak berhubungan dengan membenci atau melekat. Seperti dulu saya bilang belum tentu orang miskin mudah berdana dan orang kaya itu pelit.

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 20 January 2009, 08:28:06 AM
=)) enya sok atuh cing baleg atuh mere daptarna =))

ga ngertos eike cing
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: williamhalim on 20 January 2009, 08:35:14 AM
Tidak mempelajari Sutta adalah suatu ekstrim,
dan mempelajari terlalu banyak buku adalah ekstrim yang lainnya
– jalan tengah adalah mempelajari empat Nikaya yang tertua.

Saya tidak setuju. Menurut saya, membenci sutta adalah suatu ekstrem, melekat pada sutta adalah ekstrem yang lain.
Banyak atau sedikitnya orang membaca dan mencerna sutta tidak berhubungan dengan membenci atau melekat.


Yap, setuju sekali.
Bro Kainyn telah mempertegas maksud Bro Tesla.
Intinya, jalan tengah bukan disedikit / banyak nya belajar sutta, melainkan melekat / bencikah kita terhadap sutta....

::
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 20 January 2009, 08:48:51 AM
---deleted---

ulang2x aje
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 20 January 2009, 08:53:10 AM
Dari dulu saya sudah bilang, sutta itu ibarat rakit, hanya alat bantu untuk mencapai pantai sebrang.

Guru ibarat kapten yang akan membantu untuk mencapai tujuan, apabila gurunya tidak tahu jalan yah tersesat dah :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 20 January 2009, 08:59:09 AM
Tidak mempelajari Sutta adalah suatu ekstrim,
dan mempelajari terlalu banyak buku adalah ekstrim yang lainnya
– jalan tengah adalah mempelajari empat Nikaya yang tertua.

Saya tidak setuju. Menurut saya, membenci sutta adalah suatu ekstrem, melekat pada sutta adalah ekstrem yang lain.
Banyak atau sedikitnya orang membaca dan mencerna sutta tidak berhubungan dengan membenci atau melekat.


Yap, setuju sekali.
Bro Kainyn telah mempertegas maksud Bro Tesla.
Intinya, jalan tengah bukan disedikit / banyak nya belajar sutta, melainkan melekat / bencikah kita terhadap sutta....

::


artinya argumen mmd bukan buddhisme krn hanya memakai 2 sutta & mengabaikan sutta lain udah boleh dicabut?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: williamhalim on 20 January 2009, 09:25:19 AM
artinya argumen mmd bukan buddhisme krn hanya memakai 2 sutta & mengabaikan sutta lain udah boleh dicabut?

Wah, ditarik lagi kesini  :))

Bro Tesla mungkin perlu melihat kebelakang postingan2 saya yang lalu....
Saya tidak pernah mengkritis MMD semata2 hanya karena Pak Hud menggunakan 2 sutta.

Inti sikap kritis saya adalah:
MMD adalah meditasi pencerahan, yg seyogyanya tidak terpisah antara meditasi duduk dan keseharian. Artinya sikap moral keseharian harus dijaga untuk menunjang kemajuan samadhi dan panna. IMO, jalan pencerahan yg semata2 mengandalkan "sadari saja", tidak akan ampuh bagi rata2 manusia2 sekarang. Selain itu, masih ada beberapa point yg juga tidak sy setujui, misalnya: berhentinya pikiran (menurut sy, Buddha tidak mengajarkan kita untuk menghentikan pikiran kita, melainkan EGO), juga konsep MMD yg mengaku "tanpa usaha", lalu klaim MMD yg mengaku Non-konsep. Hal penting lain ialah sikap founder MMD yg mengajarkan padamnya Aku, tapi masih menunjukkan sikap yg sebaliknya (teori berbeda dgn praktek).

Nah, point2 diatas adalah konsep2 MMD yg tidak saya setujui.

Mengenai apakah MMD selaras dgn Buddhism, hal utama yg sy perhatikan adalah apakah dalam tujuannya mengikis kekotoran batin dan dalam usaha mencapai kesempurnaan (pencerahan) MMD mempraktikkan jalan yg diajarkan oleh Buddha? Menurut sy MMD hanya mencomot sebagian sutta yg memberikan benefit kepada MMD dan mengabaikan (malah mengeluarkan pernyataan meragukan) sutta2 yg tidak sesuai/bertentangan dgn MMD. Founder MMD tebang pilih sutta2 yg sesuai dgn tujuannya. 

Tentu saja bbrp rekan disini ada yg tidak setuju dgn jalan pemikiran sy... dan hal2 diatas sudah berungkali dibahas disini sejak lama, pro dan kontra terus.... Namun, menurut sy adalah suatu hal yg wajar... dan mungkin sampai kapanpun tidak akan pernah ketemu kata sepakat.... semua berjalan sesuai proses.

::

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 20 January 2009, 09:31:28 AM
Tidak mempelajari Sutta adalah suatu ekstrim,
dan mempelajari terlalu banyak buku adalah ekstrim yang lainnya
– jalan tengah adalah mempelajari empat Nikaya yang tertua.

Saya tidak setuju. Menurut saya, membenci sutta adalah suatu ekstrem, melekat pada sutta adalah ekstrem yang lain.
Banyak atau sedikitnya orang membaca dan mencerna sutta tidak berhubungan dengan membenci atau melekat.


Yap, setuju sekali.
Bro Kainyn telah mempertegas maksud Bro Tesla.
Intinya, jalan tengah bukan disedikit / banyak nya belajar sutta, melainkan melekat / bencikah kita terhadap sutta....

::


artinya argumen mmd bukan buddhisme krn hanya memakai 2 sutta & mengabaikan sutta lain udah boleh dicabut?

Ujung2nya minta fatwa dicabut :))







Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 20 January 2009, 09:35:33 AM
artinya argumen mmd bukan buddhisme krn hanya memakai 2 sutta & mengabaikan sutta lain udah boleh dicabut?

Wah, ditarik lagi kesini  :))

Bro Tesla mungkin perlu melihat kebelakang postingan2 saya yang lalu....
Saya tidak pernah mengkritis MMD semata2 hanya karena Pak Hud menggunakan 2 sutta.

Inti sikap kritis saya adalah:
MMD adalah meditasi pencerahan, yg seyogyanya tidak terpisah antara meditasi duduk dan keseharian. Artinya sikap moral keseharian harus dijaga untuk menunjang kemajuan samadhi dan panna. IMO, jalan pencerahan yg semata2 mengandalkan "sadari saja", tidak akan ampuh bagi rata2 manusia2 sekarang. Selain itu, masih ada beberapa point yg juga tidak sy setujui, misalnya: berhentinya pikiran (menurut sy, Buddha tidak mengajarkan kita untuk menghentikan pikiran kita, melainkan EGO), juga konsep MMD yg mengaku "tanpa usaha", lalu klaim MMD yg mengaku Non-konsep. Hal penting lain ialah sikap founder MMD yg mengajarkan padamnya Aku, tapi masih menunjukkan sikap yg sebaliknya (teori berbeda dgn praktek).

Nah, point2 diatas adalah konsep2 MMD yg tidak saya setujui.

Mengenai apakah MMD selaras dgn Buddhism, hal utama yg sy perhatikan adalah apakah dalam tujuannya mengikis kekotoran batin dan dalam usaha mencapai kesempurnaan (pencerahan) MMD mempraktikkan jalan yg diajarkan oleh Buddha? Menurut sy MMD hanya mencomot sebagian sutta yg memberikan benefit kepada MMD dan mengabaikan (malah mengeluarkan pernyataan meragukan) sutta2 yg tidak sesuai/bertentangan dgn MMD. Founder MMD tebang pilih sutta2 yg sesuai dgn tujuannya. 

Tentu saja bbrp rekan disini ada yg tidak setuju dgn jalan pemikiran sy... dan hal2 diatas sudah berungkali dibahas disini sejak lama, pro dan kontra terus.... Namun, menurut sy adalah suatu hal yg wajar... dan mungkin sampai kapanpun tidak akan pernah ketemu kata sepakat.... semua berjalan sesuai proses.

::


Tambahan MMD tidak perlu konsentrasi ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 20 January 2009, 09:37:31 AM
Jadi silahkan masing2 memilih jalannya sendiri, tidak usah meributkan MMD bagian Budhism atau bukan, yang terpenting jangan melekat pada label, juga disini semua rasanya sudah mengerti semua hal ini :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: CKRA on 20 January 2009, 09:40:29 AM
Diskusi ini menjadi lebih menarik dan berbobot karena argumen dan pendapat disampaikan oleh pihak-pihak yang tidak mempunyai kepentingan terhadap MMD. (jauh lebih berbobot dibandingkan pernyataan pendapat dengan polling).

Seperti pendapat saya pada diskusi ronde pertama pada bulan Sept tahun lalu, menurut saya penggunaan hanya 2 sutta dalam MMD tidak memberikan jstifikasi kalau MMD menyimpang dari Buddhisme, justru penggunaan 2 sutta ini menunjukkan MMD selaras dengan Buddhisme.

Namun, mohon pendapat dari rekan-rekan yang netral disini untuk melihat pengaruh dari ajaran J Krishnamurti dalam MMD. Apakah masih selaras dengan Buddhisme? Atau membuatnya menjadi sesuatu yang baru?

Bravo untuk semuanya.

 _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: morpheus on 20 January 2009, 10:05:42 AM
Jadi apakah bisa meragukan "sesuatu" yang referensinya sendiri diambil dari "sesuatu" yang meragukan tersebut ? (CIRCULAR LOGIC)...
gak semudah itu bang...
tentu saja kalo hanya itu alasannya, maka alasan itu gak cukup kuat...

penarikan kesimpulan itu didukung oleh banyak bukti2 lain, baik dari studi literatur ataupun catatan sejarah. peneliti menelusuri sejarah buddhism mulai dari banyaknya sekte2 ke belakang sampai kembali ke early buddhism sesudah Buddha tiada. begitu ditelusuri balik dan direkonstruksi, terlihat masing2 sekte memiliki penambahan2 tertentu sesuai dengan penekanan praktek masing2 (dan motif2 lain, contohnya gontok2an antar sekte), dan juga terlihat dari literatur yg segitu banyak ternyata memiliki bagian2 yg persis sama sehingga bisa disimpulkan tipitaka itu sendiri mengalami evolusi sejak awal sampai mencapai bentuknya yg sekarang. hampir seluruh peneliti tipitaka setuju ini, kecuali pihak religius yg memiliki iman kepada tipitaka.

coba anda ke accesstoinsight, coba dibaca strukturnya baik2. kalo bisa baca juga semua sutta2 di sana.
baca juga sejarah tipitaka menurut sekte theravada.
ada yg janggal gak?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: morpheus on 20 January 2009, 10:15:22 AM
Tentu saja bbrp rekan disini ada yg tidak setuju dgn jalan pemikiran sy... dan hal2 diatas sudah berungkali dibahas disini sejak lama, pro dan kontra terus.... Namun, menurut sy adalah suatu hal yg wajar... dan mungkin sampai kapanpun tidak akan pernah ketemu kata sepakat.... semua berjalan sesuai proses.
perbedaan itu sangat wajar dan justru memperkaya wawasan kita...
yg gak wajar itu kalo managemen sebuah forum buddhis (yg seharusnya menghargai perbedaan karena semua sekte ada di sini) memihak yg kontra.
itu yg gak wajar...

Jadi silahkan masing2 memilih jalannya sendiri, tidak usah meributkan MMD bagian Budhism atau bukan, yang terpenting jangan melekat pada label, juga disini semua rasanya sudah mengerti semua hal ini :)
ini logika jungkir balik...

yg diminta di sini adalah kenetralan managemen forum dan keadilan.
anda mencampuradukkan ajaran spiritual dengan managemen forum.

kita tidak boleh menggaplokin pipi kiri kanan orang kr****n, gara2 umatnya disuruh menerima gaplokan menurut alkitab.
kita juga tidak bisa merampok hartanya orang theravada, gara2 ajaran yg tidak melekat, anicca, dsb.
ajaran spiritual itu untuk ke dalam, bukan untuk diperalat buat menganiaya orang lain.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 20 January 2009, 10:27:57 AM
Kenetralan yang bagaimana yang diinginkan? MMD masuk bagian Budhism? Apakah nanti maitreya pun boleh masuk Buddhism? Bukankan ke universal bisa lebih luas jangkauannya? Kenapa malah ingin mengkotak2kan lagi?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 20 January 2009, 10:31:32 AM
Tentu saja bbrp rekan disini ada yg tidak setuju dgn jalan pemikiran sy... dan hal2 diatas sudah berungkali dibahas disini sejak lama, pro dan kontra terus.... Namun, menurut sy adalah suatu hal yg wajar... dan mungkin sampai kapanpun tidak akan pernah ketemu kata sepakat.... semua berjalan sesuai proses.
perbedaan itu sangat wajar dan justru memperkaya wawasan kita...
yg gak wajar itu kalo managemen sebuah forum buddhis (yg seharusnya menghargai perbedaan karena semua sekte ada di sini) memihak yg kontra.
itu yg gak wajar...

Jadi silahkan masing2 memilih jalannya sendiri, tidak usah meributkan MMD bagian Budhism atau bukan, yang terpenting jangan melekat pada label, juga disini semua rasanya sudah mengerti semua hal ini :)
ini logika jungkir balik...

yg diminta di sini adalah kenetralan managemen forum dan keadilan.
anda mencampuradukkan ajaran spiritual dengan managemen forum.

kita tidak boleh menggaplokin pipi kiri kanan orang kr****n, gara2 umatnya disuruh menerima gaplokan menurut alkitab.
kita juga tidak bisa merampok hartanya orang theravada, gara2 ajaran yg tidak melekat, anicca, dsb.
ajaran spiritual itu untuk ke dalam, bukan untuk diperalat buat menganiaya orang lain.


Masa ada yg teraniaya?, batinnya yg merasa atau bagaimana morph?. ^-^
Sudah dikasi tempat khan? bahkan tempatnya pun tidak berlabel sesuai motto MMD. Thread MEDITASI UNIVERSAL, nah org non buddhist juga bisa belajar bukan? lalu kenapa, koq ada yg ke gaplok, kegebuk dan teraniaya? ada yg menganiaya, ada yg menggaplol :)) tambah aneh aja nih thread  ^-^

Inilah dukkha, inilah anicca, inilah anatta. Jadikanlah hal ini sebagai guru ttg dukkha, anicca, anatta. _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: williamhalim on 20 January 2009, 10:39:19 AM

Sudah dikasi tempat khan? bahkan tempatnya pun tidak berlabel sesuai motto MMD. Thread MEDITASI UNIVERSAL, nah org non buddhist juga bisa belajar bukan?


Nah, sy lama gak ikutin perkembangan yang lalu.
Jadinya MMD diletakkan ke MEDITASI UNIVERSAL? Sy pikir ini sudah bagus sekali, sangat netral.
Seperti kata Bond, sudah sesuai dengan motto MMD... Sy teringat salah satu postingan lama, umat agama lain yg mau ikut MMD, orang itu bertanya apakah MMD ajaran Buddha, Pak Hud menerangkan bahwa MMD adalah UNIVERSAL, tidak terikat dengan ajaran agama....

Lagipula, meditasi2 lainnya sy pikir tidak akan ngotot diletakkan dimana saja. Misalkan meditasi vipassana SN Goenka jika kita letakkan di MEDITASI UNIVERSAL, Beliau -jika tau- saya yakin takkan keberatan....

::
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: williamhalim on 20 January 2009, 10:41:21 AM
sy biasa maen klik "unread post" jadi gak pernah perhatiin thread ini ternyata berada di MEDITASI UNIVERSAL.... sy pikir sudah nggak masalah kan?

::
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 20 January 2009, 10:45:14 AM
Yah selama akunya masih ada pastinya akan mempertahankan egonya deh =))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 20 January 2009, 11:06:23 AM
Seperti pendapat saya pada diskusi ronde pertama pada bulan Sept tahun lalu, menurut saya penggunaan hanya 2 sutta dalam MMD tidak memberikan jstifikasi kalau MMD menyimpang dari Buddhisme, justru penggunaan 2 sutta ini menunjukkan MMD selaras dengan Buddhisme.
kebanyakan dari member di sini, baik yg pro & kontra banyak yg tidak tau diskusi lalu berjalan seperti apa, & bagaimana keputusan bahwa 'MMD bukan Buddhisme' bisa muncul :))
IMO, keputusan itu adalah keputusan yg frustasi, karena diskusi tidak membuahkan hasil walau berjalan sampai berjam2...

kurang lebih isinya sama prosesnya sama seperti sekarang & bisa berjalan berhari-hari...

jadi bisa dimaklumin, golongan yg merasa benar (entah yg pro atau kontra) pasti mengelak utk berdiskusi lagi... itu udah hasil yg palinng baik
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: morpheus on 20 January 2009, 11:09:09 AM
wah, kebiasaan lama abang2 di atas :)

saya ulang lagi kalo kurang jelas:
tidak netral itu maksudnya memihak salah satu pro dan kontra
tidak adil itu maksudnya tidak konsisten, tidak taat azas, berat sebelah
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 20 January 2009, 11:15:13 AM
Yah selama akunya masih ada pastinya akan mempertahankan egonya deh =))

benar sekali...
hehehe... ini berlaku utk semua "aku"

_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 20 January 2009, 11:21:04 AM
sy biasa maen klik "unread post" jadi gak pernah perhatiin thread ini ternyata berada di MEDITASI UNIVERSAL.... sy pikir sudah nggak masalah kan?

::

yg dituntut adalah pernyataan MMD bukan Buddhisme dicabut.

yg dituntut bukanlah pengakuan bahwa MMD adalah Buddhisme atau MMD adalah meditasi universal.
yg dituntut bukanlah MMD ditaruh di board meditasi buddhism.
jadi apa hubungannya dg menaruh MMD di board meditasi Universal?

sebenarnya sederhana, tapi dibuat seolah-olah rumit
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: morpheus on 20 January 2009, 11:28:43 AM
Jadinya MMD diletakkan ke MEDITASI UNIVERSAL? Sy pikir ini sudah bagus sekali, sangat netral.
Seperti kata Bond, sudah sesuai dengan motto MMD... Sy teringat salah satu postingan lama, umat agama lain yg mau ikut MMD, orang itu bertanya apakah MMD ajaran Buddha, Pak Hud menerangkan bahwa MMD adalah UNIVERSAL, tidak terikat dengan ajaran agama....

Lagipula, meditasi2 lainnya sy pikir tidak akan ngotot diletakkan dimana saja. Misalkan meditasi vipassana SN Goenka jika kita letakkan di MEDITASI UNIVERSAL, Beliau -jika tau- saya yakin takkan keberatan....
wah, bang willi ketinggalan kereta...
masalahnya memang terlihat kecil, tapi sangat prinsipil.

awal2nya mmd diletakkan di meditasi buddhis, lalu ribut2 dan akhirnya dipindahkan ke forum Buddhisme dengan Agama, Kepercayaan, Tradisi dan Filsafat Lain (satu tempat dengan tao, hinduisme, dll), sampe ribut2 lalu akhirnya ke subforum meditasi universal.

apa makna kebijakan di sana?

perdebatan berlangsung pada hal2 yg sangat mendasar seperti teknik meditasi dan prinsip2 meditasi, namun kebijakan managemen forum seolah2 udah memfatwakan teknik yg ini bukan buddhis, teknik yg ini salah. bisa anda bayangkan misalnya ada pro kontra teknik meditasi ajahn brahm (semua harus melalui jhana) dengan teknik vipassana yg menekankan upacara samadhi. trus ditengah pro dan kontra, managemen berpihak pada satu sisi dan teknik yg satunya dimasukin ke meditasi universal. gimana dampak kebijakan itu? ekstrimnya saya rasa kebijakan itu merupakan pemaksaan kehendak dan bisa menyesatkan orang yg kepengen belajar (bagi pihak yg dikalahkan).

pemindahan topik itu sepele, tapi dampaknya kepada publik dan masa depan yg besar...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 20 January 2009, 12:57:56 PM
saya rasa MMD itu masuk ke karentensm deh =))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 20 January 2009, 01:52:03 PM
Apapun bentuk pernyataan adalah label.Label bukan untuk  dilekati bukan? pentingkah sebuah pernyataan?kalau tidak dapat pernyataan disini, mungkin masih ada pernyataan ditempat lain?lalu apa yg membuat hati saudara2 penasaran dan gundah gulana.? 8)
Apapun bentuk ketidakpuasan adalah dukkha, dukkha muncul karena kemelekatan pada objek . Let it go..let it go :whistle:
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Indra on 20 January 2009, 02:25:50 PM
sy biasa maen klik "unread post" jadi gak pernah perhatiin thread ini ternyata berada di MEDITASI UNIVERSAL.... sy pikir sudah nggak masalah kan?

::

yg dituntut adalah pernyataan MMD bukan Buddhisme dicabut.

yg dituntut bukanlah pengakuan bahwa MMD adalah Buddhisme atau MMD adalah meditasi universal.
yg dituntut bukanlah MMD ditaruh di board meditasi buddhism.
jadi apa hubungannya dg menaruh MMD di board meditasi Universal?

sebenarnya sederhana, tapi dibuat seolah-olah rumit

Bro Tesla, Jika tujuan dari ribut2 ini adalah untuk mencabut keputusan forum sehubungan dengan MMD, saya sarankan anda membuka thread baru dengan topik Pencabutan, agar diskusi bisa lebih fokus.

Karena saya sendiri baru sadar setelah membaca postingan anda bahwa MMD sedang menuntut pencabutan keputusan forum yg lalu. Saya pikir ini cuma diskusi biasa.

Dan di thread baru itu, mungkin kami perlu jawaban tegas dari pihak MMD mengenai apakah MMD adalah Meditasi Buddhism?

_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hendrako on 20 January 2009, 02:48:33 PM
Mengapa MMD tidak memilih label "Krisnamurtism", misalnya, yang bersifat universal, nonsekte, dan merangkul semua agama sebagaimana paradigma MMD. Saya yakin tidak banyak yg protes dengan label ini, kecuali pengikut Krisnamurti lain yang berbeda pendapat.
Mengapa harus ngotot disebut Buddhism, yg notabene sangat berpotensi menimbulkan kontra lebih besar daripada yg pro, akibat hanya menyatakan 2 sutta yg valid dari sekian banyak sutta di dalam Tipitaka, belum lagi tidak mengakui Vinaya dan Abhidhamma, serta masih banyak faktor yang lain.

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 20 January 2009, 02:56:57 PM
Apapun bentuk pernyataan adalah label.Label bukan untuk  dilekati bukan? pentingkah sebuah pernyataan?kalau tidak dapat pernyataan disini, mungkin masih ada pernyataan ditempat lain?lalu apa yg membuat hati saudara2 penasaran dan gundah gulana.? 8)
Apapun bentuk ketidakpuasan adalah dukkha, dukkha muncul karena kemelekatan pada objek . Let it go..let it go :whistle:

menarik sekali,
ini berlaku utk ke2 belah pihak.
"label cuma label, pentingkah sebuah pernyataan?"
kalau gitu kenapa dibuat? nah lho? :hammer:
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 20 January 2009, 02:59:59 PM
Mengapa MMD tidak memilih label "Krisnamurtism", misalnya, yang bersifat universal, nonsekte, dan merangkul semua agama sebagaimana paradigma MMD. Saya yakin tidak banyak yg protes dengan label ini, kecuali pengikut Krisnamurti lain yang berbeda pendapat.
Mengapa harus ngotot disebut Buddhism, yg notabene sangat berpotensi menimbulkan kontra lebih besar daripada yg pro, akibat hanya menyatakan 2 sutta yg valid dari sekian banyak sutta di dalam Tipitaka, belum lagi tidak mengakui Vinaya dan Abhidhamma, serta masih banyak faktor yang lain.



MMD berlandaskan 2 sutta, bukan mengatakan hanya 2 sutta yang valid.
Memangnya Buddhisme tidak bisa dimengerti oleh orang beragama lain? Buddhisme tidak universal dan sektarian? ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: morpheus on 20 January 2009, 03:05:57 PM
Apapun bentuk pernyataan adalah label.Label bukan untuk  dilekati bukan? pentingkah sebuah pernyataan?kalau tidak dapat pernyataan disini, mungkin masih ada pernyataan ditempat lain?lalu apa yg membuat hati saudara2 penasaran dan gundah gulana.? 8)
Apapun bentuk ketidakpuasan adalah dukkha, dukkha muncul karena kemelekatan pada objek . Let it go..let it go :whistle:
bang bond, anda mencampuradukkan spiritual dengan masalah duniawi...
ah, bhikkhu2 myanmar ditangkapi dan dibunuh, biar sajalah, diam saja, cool down... let it go.. let it go...
ah, organisasi buddhis indonesia terpecah belah, cing cay lah, mengapa penasaran, speak nothing... let it go... let it go...

di sini, bisakah anda membedakan antara let it go di dalam batin dengan kepedulian di luar pada issue2 sosial?
dalam dan luar kalo dicampuradukkan bisa2 jungkir balik semuanya...

jadi untuk pertanyaan anda, rasa peduli jawabnya...

sekarang mari balik tanyakan ke dalam diri anda, mengapa anda repot2 post di topik ini?
mari kita masing2 melihat ke dalam...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: morpheus on 20 January 2009, 03:08:44 PM
ini berlaku utk ke2 belah pihak.
"label cuma label, pentingkah sebuah pernyataan?"
kalau gitu kenapa dibuat? nah lho? :hammer:
kalo gak ada label, dc cuman perlu 1 forum: diskusi umum  :))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 20 January 2009, 03:09:29 PM
yg dituntut adalah pernyataan MMD bukan Buddhisme dicabut.

yg dituntut bukanlah pengakuan bahwa MMD adalah Buddhisme atau MMD adalah meditasi universal.
yg dituntut bukanlah MMD ditaruh di board meditasi buddhism.
jadi apa hubungannya dg menaruh MMD di board meditasi Universal?

sebenarnya sederhana, tapi dibuat seolah-olah rumit

Seperti misalnya ada forum agama lain menaruh "Buddhisme" dalam Board "Agama Berhala", lalu jelas saja banyak Buddhist yang menjelaskan bahwa Buddhisme sebetulnya bukan agama Berhala. Lalu dijawab oleh para moderatornya, "Kalian mengajarkan untuk melepas, sekarang kok malah melekat sama label?"
Nah, berputar-putar ke mana-mana, kira2 seperti di sini. Lalu bagaimanapun dijelaskan, penjelasan baliknya adalah, "Karena di Vihara banyak patung, itu menandakan berhala. Kalau ga mau disebut agama berhala, hilangkan semua patung dari vihara".
Tambah runyam....

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 20 January 2009, 03:14:19 PM
Bro Tesla, Jika tujuan dari ribut2 ini adalah untuk mencabut keputusan forum sehubungan dengan MMD, saya sarankan anda membuka thread baru dengan topik Pencabutan, agar diskusi bisa lebih fokus.
sejujurnya, saya sendiri tidak ada kepentingan dg label MMD yg dibuat di forum ini.
jadi so far, saya tidak akan membuat topik baru.
tapi saya udah baca berkali2 tuntutan Pak Hud & cuman men-echo aja ;)
& saya ga ribut2 kok hehehe... maaf kalau yg baca merasa diganggu ^:)^

silahkan undang Pak Hud utk diskusi terbuka walau ini benar2 terlambat :)

di sini saya bukan membela MMD sebagai kepentingan 1 kelompok,
namun karena saya berpendapat bahwa tindakan kita dulu telah mematok, memaksakan, mematikan esensi Buddhisme berdasarkan "pandangan kita sendiri".
semangat Ehipassiko telah pudar.

Quote
Dan di thread baru itu, mungkin kami perlu jawaban tegas dari pihak MMD mengenai apakah MMD adalah Meditasi Buddhism?
saya tidak tau sdr. Indra & teman2 lain pura2 tidak mengerti atau apa...

ilustrasi sederhananya:
Dalai Lama mengatakan "homosexual is not Buddhism"
Ajahn Bram minta pernyataan itu dicabut, krn itu menghancurkan hati para homo yg Buddhist seolah di-"gebuk" bahwa Tuhan tidak menerima orang cacat... hehehe...
apaka Ajahn Bram menyatakan bahwa "homosexual is Buddhism?"
tentu saja tidak. semoga Anda bisa lihat perbedaannya.

_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 20 January 2009, 03:15:46 PM
Mengapa MMD tidak memilih label "Krisnamurtism", misalnya, yang bersifat universal, nonsekte, dan merangkul semua agama sebagaimana paradigma MMD. Saya yakin tidak banyak yg protes dengan label ini, kecuali pengikut Krisnamurti lain yang berbeda pendapat.
Mengapa harus ngotot disebut Buddhism, yg notabene sangat berpotensi menimbulkan kontra lebih besar daripada yg pro, akibat hanya menyatakan 2 sutta yg valid dari sekian banyak sutta di dalam Tipitaka, belum lagi tidak mengakui Vinaya dan Abhidhamma, serta masih banyak faktor yang lain.



ini lagi... logika demikian sama aja menuduh Ajahn Bram menyatakan homsek is Buddhism :))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 20 January 2009, 03:27:28 PM
ini lagi gak akan ada abisnya, apabila masing2 mempunyai ego ya mbok ya saling mengalah ;D

DHAMMAPADA XVII, 7-10 syair 227, 228, 229, dan 230 :
O Atula, hal ini telah ada sejak dahulu dan bukan baru saja ada sekarang, di mana mereka mencela orang yang duduk diam, mereka mencela orang yang banyak bicara, mereka juga mencela orang yang sedikit bicara. Tak ada seorang pun di dunia ini yang tak dicela.

Tidak pada zaman dahulu, waktu yang akan datang ataupun waktu sekarang, dapat ditemukan seseorang yang selalu dicela maupun yang selalu dipuji.

Setelah memperhatikan secara seksama, orang bijaksana memuji ia yang menempuh kehidupan tanpa cela, pandai serta memiliki kebijaksanaan dan sila.

Siapakah yang layak merendahkan orang tanpa cela seperti sepotong emas murni? Para dewa akan selalu memujinya, begitu pula para brahmana.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 20 January 2009, 03:32:13 PM
DHAMMAPADA VI, 1 syair 76
Seandainya seseorang bertemu orang bijaksana yang mau menunjukkan dan memberitahukan kesalahan-kesalahannya seperti orang yang menunjukkan harta karun, hendaklah ia bergaul dengan orang bijaksana itu. Sungguh baik dan tidak tercela bergaul dengan orang yang bijaksana.

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 20 January 2009, 03:35:54 PM
ini lagi gak akan ada abisnya, apabila masing2 mempunyai ego ya mbok ya saling mengalah ;D

DHAMMAPADA XVII, 7-10 syair 227, 228, 229, dan 230 :
O Atula, hal ini telah ada sejak dahulu dan bukan baru saja ada sekarang, di mana mereka mencela orang yang duduk diam, mereka mencela orang yang banyak bicara, mereka juga mencela orang yang sedikit bicara. Tak ada seorang pun di dunia ini yang tak dicela.

Tidak pada zaman dahulu, waktu yang akan datang ataupun waktu sekarang, dapat ditemukan seseorang yang selalu dicela maupun yang selalu dipuji.

Setelah memperhatikan secara seksama, orang bijaksana memuji ia yang menempuh kehidupan tanpa cela, pandai serta memiliki kebijaksanaan dan sila.

Siapakah yang layak merendahkan orang tanpa cela seperti sepotong emas murni? Para dewa akan selalu memujinya, begitu pula para brahmana.


Betul, betul! ;D
Sudah dari dulu memang orang cenderung menyalahkan orang lain (yang tidak sesuai dengan keinginan dirinya sendiri).
"Thera Revata tidak bicara", "Sariputta bicara terlalu panjang", "Ananda bicara terlalu pendek". Semua salah di mata orang yang tidak bisa melihat kesalahan dirinya sendiri.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 20 January 2009, 03:37:39 PM
DHAMMAPADA XXVI, 17  syair 399
Seseorang yang tidak marah yang dapat menahan hinaan, penganiayaan, dan hukuman, yang memiliki senjata kesabaran, maka ia Kusebut seorang 'brahmana'.

DHAMMAPADA XXVI, 4 syair 386
Seseorang yang tekun bersemadi, bebas dari noda, tenang, telah mengerjakan apa yang harus dikerjakan, bebas dari kekotoran batin dan telah mencapai tujuan akhir (nibbana), maka ia Kusebut seorang brahmana.

DHAMMAPADA XXV, 8  syair 367
Apabila seseorang tidak lagi melekat pada konsepsi "aku" atau "milikku", baik yang berkenaan dengan batin maupun jasmani, dan tidak bersedih terhadap apa yang tidak dimilikinya, maka orang seperti itu layak disebut bhikkhu.

DHAMMAPADA XXVI, 40 syair 421
Orang yang tidak lagi terikat pada apa yang telah lampau, apa yang sekarang maupun yang akan datang, yang tidak memegang ataupun melekat pada apapun juga, maka ia Kusebut seorang 'brahmana'.

DHAMMAPADA XXVI, 24 syair 406
Orang yang tidak membenci di antara mereka yang membenci; damai di antara mereka yang kejam; dan tidak melekat di antara yang melekat, maka ia Kusebut seorang 'brahmana'.


Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 20 January 2009, 03:39:21 PM
mudah2an bisa selesai dah ;D masing2 bercermin kembali ke diri sendiri ;D
kalo aye mah kaga usah bercermin juga udah tau kakakakakak
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 20 January 2009, 03:39:50 PM
hahahaha acek ryu malah posting dhammapada terus :hammer:

disini rasanya tidak ada 'brahmana' maupun 'bhikkhu'...
kalau ada, hayo ngaku =))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 20 January 2009, 03:46:02 PM
buat penyegaran tadinya mau post gambar cewe, tapi tar pada protes kakakakakak

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hendrako on 20 January 2009, 08:21:00 PM
Tentang label.

Menurut saya, biarkanlah MMD sebagai MMD, toh sudah terlanjur melabelkan diri sebagai MMD.
Tentang MMD termasuk Buddhism (yg notabene label yang lain lagi) ato bukan, menurut saya terpulang pada pribadi masing, terbukti dari thread ini yg saya yakin tidak akan ada habis2nya.
Tentang dimasukkan di dalam kategori mana di dalam Forum ini, mau tidak mau harus berdasarkan kebijakan pengelola forum, entah suka atau tidak. Dari sejarah topik MMD di dalam forum ini, jelas merupakan hal yg tidak mudah bagi pengelola untuk memutuskan. Apapun pilihan yg diambil oleh pengelola forum akan tetap menimbulkan pro dan kontra yg tidak berkesudahan. Saya memilih menghormati keputusan pengelola, selebihnya terpulang ke pada pribadi  masing2.

Dari pengetahuan saya yg minim tentang J. Krisnamurti, beliau sendiri kliatannya tidak mempermasalahkan label. Buddhism sendiri adalah label yg datang belakangan, yang mana kemunculannya mau tidak mau terjadi terutama dalam bidang komunikasi.

Sekali lagi, terpulang pada masing2.

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 21 January 2009, 08:04:01 AM
Tentang label.

Menurut saya, biarkanlah MMD sebagai MMD, toh sudah terlanjur melabelkan diri sebagai MMD.
Tentang MMD termasuk Buddhism (yg notabene label yang lain lagi) ato bukan, menurut saya terpulang pada pribadi masing, terbukti dari thread ini yg saya yakin tidak akan ada habis2nya.
Tentang dimasukkan di dalam kategori mana di dalam Forum ini, mau tidak mau harus berdasarkan kebijakan pengelola forum, entah suka atau tidak. Dari sejarah topik MMD di dalam forum ini, jelas merupakan hal yg tidak mudah bagi pengelola untuk memutuskan. Apapun pilihan yg diambil oleh pengelola forum akan tetap menimbulkan pro dan kontra yg tidak berkesudahan. Saya memilih menghormati keputusan pengelola, selebihnya terpulang ke pada pribadi  masing2.

Dari pengetahuan saya yg minim tentang J. Krisnamurti, beliau sendiri kliatannya tidak mempermasalahkan label. Buddhism sendiri adalah label yg datang belakangan, yang mana kemunculannya mau tidak mau terjadi terutama dalam bidang komunikasi.

Sekali lagi, terpulang pada masing2.



MMD merupakan hasil pengalaman Hudoyo dalam meditasi,dalam 10 tahun ini wajar jika MMD bisa dikukuhkan dengan sebuah label, label hanyalah memudahkan seorang pemula untuk mengetahui bahwa ia sedang berlatih apa, jika kita katakan meditasi universal ,maka seorang pemula juga ikut bingung, bisa bertanya,pak saya sedang meditasi apa ya?karena arahnya saya sendiri bingung ga ada namanya...gt...
saya ambil sebuah contoh... Master Cheng Yen setelah 45 tahun baru mengukuhkan label Jing Shi sebagai lineage bagi mereka yang memasuki Buddhisme Tzu Chi, apakah kita harus berkata,lho Tzu Chi kan universal tapi sekarang MAster malah mengatakan aliran Tzu Chi...
Dengan bijak Master memberitahu bahwa Tzu Chi atau sebutan Jing Shi adalah membantu seseorang lebih mudah mengetahui arah tujuan dia mau pergi,bukan berarti kita keluar dari Mahayana atau Theravada atau sengaja membuat aliran baru dalam Buddhist, tapi selama 45 tahun,kita telah berjalan dan membuktikan bahwa Dhamma bisa diaplikasikan dalam keseharian seperti yang kita praktekan dalam Tzu Chi,maka saat ini kita bisa menyebut aliran Tzu Chi sebagai salah satu aliran Buddhisme. label ini tentunya akan mempermudah memberikan jalan bagi pemula untuk mengetahui Dhamma dan mempraktekannya.  _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: J.W on 21 January 2009, 08:56:14 AM
Hhhmmm..jinaraga semakin tertarik kembali untuk membaca ulang dari awal...mengapa MMD di katakan begini dan begitu.
Bro / sis yg mengetahuinya, tolong bagi2 informasi yah....:D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 21 January 2009, 09:11:23 AM
Apapun bentuk pernyataan adalah label.Label bukan untuk  dilekati bukan? pentingkah sebuah pernyataan?kalau tidak dapat pernyataan disini, mungkin masih ada pernyataan ditempat lain?lalu apa yg membuat hati saudara2 penasaran dan gundah gulana.? 8)
Apapun bentuk ketidakpuasan adalah dukkha, dukkha muncul karena kemelekatan pada objek . Let it go..let it go :whistle:

menarik sekali,
ini berlaku utk ke2 belah pihak.
"label cuma label, pentingkah sebuah pernyataan?"
kalau gitu kenapa dibuat? nah lho? :hammer:

pertanyaan pentingkah sebuah label itu khan motto MMD yg ditujukan untuk MMD yang menuntut label
Kalau pernyataan MMD bukan buddhisme dari pihak DC jelas tidak menabukan label, menggunakan label seperlunya. Jelas disini yg pro MMD tidak konsisten. PADAHAL jelas telah dilakukan konfirmasi sebelum memutuskan apakah PAk Hudoyo yg memakai bendera MMD menerima JMB 8 KM4 entah itu secara struktural ataupun tidak yg penting mengandung 2 hal yg diatas. Jawabannya TIDAK.  :))
Lalu dimana Anda saat itu sebagai glomod? saya sih tidak ikut dalam pengambil keputusan, karena saat itu bukan momod. Dan kalaupun kenyataanya saat itu pengambil keputusan bahwa MMD adalah buddhisme, saya yakin yg kontra dengan MMD tidak akan ngotot mempermasalahkan pernyataan, contohnya saat polling t yg kontra dengan MMD kalah toh, tidak banyak penuntutan tuh. :))


Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Lily W on 21 January 2009, 09:25:26 AM
mudah2an bisa selesai dah ;D masing2 bercermin kembali ke diri sendiri ;D
kalo aye mah kaga usah bercermin juga udah tau kakakakakak

Tau apa? Co gan yaah? =))

_/\_ :lotus:
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 21 January 2009, 09:32:35 AM
pertanyaan pentingkah sebuah label itu khan motto MMD yg ditujukan untuk MMD yang menuntut label
Kalau pernyataan MMD bukan buddhisme dari pihak DC jelas tidak menabukan label, menggunakan label seperlunya. Jelas disini yg pro MMD tidak konsisten. PADAHAL jelas telah dilakukan konfirmasi sebelum memutuskan apakah PAk Hudoyo yg memakai bendera MMD menerima JMB 8 KM4 entah itu secara struktural ataupun tidak yg penting mengandung 2 hal yg diatas. Jawabannya TIDAK.  :))
hehe...
lagi2 Anda mencampur urusan spiritual dgn urusan sekretarian

Quote
Lalu dimana Anda saat itu sebagai glomod? saya sih tidak ikut dalam pengambil keputusan, karena saat itu bukan momod.
jalan rapat adalah rahasia.
ga baik dibocorkan hehe ;)

ga tertutup kemungkinan saya bermuka 2 >:D
di rapat saya kontra mmd, di forum terbuka saya pro mmd
apa sih yg pasti di dunia ini? ^-^

Quote
Dan kalaupun kenyataanya saat itu pengambil keputusan bahwa MMD adalah buddhisme, saya yakin yg kontra dengan MMD tidak akan ngotot mempermasalahkan pernyataan, contohnya saat polling t yg kontra dengan MMD kalah toh, tidak banyak penuntutan tuh. :))
lelucon menggelikan... yg mulai poll sapa toh?
setelah poll bisa jadi begini, kenapa? :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 21 January 2009, 09:35:47 AM
Quote
Quote
Lalu dimana Anda saat itu sebagai glomod? saya sih tidak ikut dalam pengambil keputusan, karena saat itu bukan momod.
jalan rapat adalah rahasia.
ga baik dibocorkan hehe ;)

ga tertutup kemungkinan saya bermuka 2 >:D
di rapat saya kontra mmd, di forum terbuka saya pro mmd
apa sih yg pasti di dunia ini? ^-^
[/quote]

:)) ternyata memang demikian toh ada ksatria bertopeng, rupanya anda hanya bermain-main disini :))


Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 21 January 2009, 09:39:00 AM
Apapun bentuk pernyataan adalah label.Label bukan untuk  dilekati bukan? pentingkah sebuah pernyataan?kalau tidak dapat pernyataan disini, mungkin masih ada pernyataan ditempat lain?lalu apa yg membuat hati saudara2 penasaran dan gundah gulana.? 8)
Apapun bentuk ketidakpuasan adalah dukkha, dukkha muncul karena kemelekatan pada objek . Let it go..let it go :whistle:
bang bond, anda mencampuradukkan spiritual dengan masalah duniawi...
ah, bhikkhu2 myanmar ditangkapi dan dibunuh, biar sajalah, diam saja, cool down... let it go.. let it go...
ah, organisasi buddhis indonesia terpecah belah, cing cay lah, mengapa penasaran, speak nothing... let it go... let it go...

di sini, bisakah anda membedakan antara let it go di dalam batin dengan kepedulian di luar pada issue2 sosial?
dalam dan luar kalo dicampuradukkan bisa2 jungkir balik semuanya...

jadi untuk pertanyaan anda, rasa peduli jawabnya...

sekarang mari balik tanyakan ke dalam diri anda, mengapa anda repot2 post di topik ini?
mari kita masing2 melihat ke dalam...


Anda tidak konsisten, saat berbicara spiritual Anda berbicara duniawi, saat berbicara duniawi anda berbicara spritual. saat berbicara label dialihkan berbicara bukan label.Untuk apa juga Anda repot2 kemari menuntut keadilan agar pernyataan MMD BUKAN BUDDHISME dicabut :))

Orang yg selalu tidak puas selalu berpikir diperlakukan tidak adil. :))

Sekalipun keputusan dicabut, saya pun tidak akan ngotot seperti Anda kenapa tidak dari dulu Anda ngotot  tetapi baru sekarang.

Rupanya memang masih ada dendam. Satu hal yg diingat, saya pribadi tidak akan ngotot seperti Anda2 jika suatu saat manajemen dc mencabut fatwa tersebut. Dan saya tetap pada pendapat saya. Saya tau persis bagaimana saudara kemenyan dengan hati2 mengkonfirmasi sebelum membuat pernyataan. Apakah perlu dibuat perntanyaan kembali untuk dikonfirmasikan kembali. :))
Dengan catatan apakah Anda berani menerima keputusan apapun juga? Inilah tanda ketidak sportifan dalam diskusi.

Mau berbicara duniawi SETIAP agama ada dasar2 YG harus diakui(tidak mungkin ngaku karesten tetapi yg diakui alquran atau alquran dan alkitab). kalau bebricara spiritual, Anda tidak perlu ngototlah :))



Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 21 January 2009, 09:49:14 AM
KONSEP Buddhism ;D

Raja Milinda pergi menemui Bikkhu RYUsena. Setelah saling mengucapkan salam persahabatan secara sopan, raja duduk dengan hormat di satu sisi. Raja Milinda mulai bertanya kepada Bikkhu RYUsena:

1. "Apa sebutan Buddhism dan apakah Buddhism?

Bikkhu RYUsena : " Baginda, Buddhism itu adalah ajaran Buddha. Namun itu hanyalah rujukan dalam penggunaan umum, karena sebenarnya ajaran Buddha itu tertera dalam Tripitaka.

Raja Milinda mengundang org2 Yunani Bactria(Raja Milinda sendiri org Yunani) serta para bhikkhu utk menjadi saksi.

Raja Milinda : " RYUsena ini berkata bahwa ajaran Buddha itu tertera dalam Tripitaka. Mungkinkah hal seperti itu dapat diterima?"

Kemudian Milinda berbalik kepada RYUsena dan berkata: " Yang Mulia RYUsena, jika hal tersebut benar, lalu Bagaimana  Kalau kita mengambil sebagian isi Sutta apakah tidak termasuk Buddhism?

Bhikkhu RYUsena : "Saya tidak mengatakan demikian, raja yg agung."

Raja Milinda : " Kalau begitu, apakah Bahiya Sutta, Mahaparinibana Sutta ?"

Bhikkhu RYUsena : " Tentu saja tidak".

Raja Milinda : " Atau apakah Meditasi Vipasana, Bhavana yg disebut RYUsena?"

Bhikkhu RYUsena: " Bukan semuanya itu"

Raja Milinda: " Kalau begitu, dapat dikatakan bahwa aku tidak dapat menemukan Buddhism itu. Buddhism hanyalah omong kosong. Lalu apakah yg kami lihat dalam Buddhism? Yang Mulia(RYUsena) telah berdusta."

Bhikku RYUsena : "Baginda dibesarkan di dalam kemewahan sejak dilahirkan . Bagaimana tadi baginda datang kemari, berjalan kaki atau naik kereta?"

Raja Milinda : " Naik kereta, Yang Mulia".

Bhikkhu RYUsena: " Kalau begitu, baginda, tolong jelaskan apakah kereta itu? Apakah porosnya?Apakah rodanya, atau saisnya,atau kendalinya, atau kuknya,yg disebut kereta?" Ataukah gabungan dari itu semua, ataukah sesuatu di luar semua itu?"

Raja Milinda : " Bukan semuanya itu , Yang Mulia."

Bhikkhu RYUsena : " Kalau begitu, baginda, kereta ini hanyalah omong kosong. Baginda berdusta ketika berkata datang kemari naik kereta. Baginda adalah raja yg besar di India. Siapa yg baginda takuti sehingga baginda berdusta?"

Kemudian RYUsena memanggil org2 Yunani Bactria dan para bhikhu utk menjadi saksi:

Bhikkhu RYUsena: " Raja Milinda ini telah berkata bahwa beliau datang kemari naik kereta, tetapi ketika ditanya, ' Apakah kereta itu?' beliau tidak dapat menunjukannya. Dapatkah hal ini diterima?"

Secara serempak ke 500 org Yunani Bachtria berteriak kepada raja, " Jawablah bila baginda bisa!"

Raja Milinda : "Yang Mulia, aku telah berkata benar. Karena mempunyai semua bagian itulah maka ia kusebut kereta."

Bhikkhu RYUsena: " Bagus sekali. Baginda akhirnya dapat menangkap artinya drngan benar. Demikian pula, karena adanya banyak jenis materi ajaran Buddha di dalam isi Tripitaka beserta ajaran yang lain maka itu disebut Buddhism. Seperti yg telah dikatakan oleh Bhikkhuni Vajira dihadapan Sang Buddha yg Agung, ' Seperti halnya karena memiliki berbagai bagian itu maka kata 'kereta' di gunakan, demikian juga bila ada unsur2 Tripitaka maka kata 'Buddhism' digunakan'".

Raja Milinda : " Sangat indah RYUsena, sungguh luar biasa teka-teki ini telah Anda pecahkan, meskipun sulit. Seandainya Sang Buddha berada di sini pun Beliau pasti menyetujui jawaban Anda.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 21 January 2009, 10:08:13 AM
Wah Ryu mengganti nama Nagasena merupakan tindak pencurian hak cipta(adinadana) dan omongan yang tidak diucapkan bersangkutan(musavada) lho....
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 21 January 2009, 10:16:56 AM
masih tersesat............................ ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: morpheus on 21 January 2009, 10:18:42 AM
Anda tidak konsisten, saat berbicara spiritual Anda berbicara duniawi, saat berbicara duniawi anda berbicara spritual. saat berbicara label dialihkan berbicara bukan label.Untuk apa juga Anda repot2 kemari menuntut keadilan agar pernyataan MMD BUKAN BUDDHISME dicabut :))
tampak pembicaraan kita gak bisa nyambung, bang bond.
saya pikir sampai di sini saja :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 21 January 2009, 10:41:26 AM
Raja Milinda: RYUsena, dikatakan bahwa dhamma yang diajarkan oleh Sang Buddha, hanyalah sehelai daun Simsapa dibandingkan dengan hutan. Apakah ini berarti Ajaran Buddha ini baru ada sedikit, belum sempurna dibabarkan, atau bagaimana?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 21 January 2009, 10:58:19 AM
RYUsena : Ya memang ajaran sang Buddha yang terpenting hanyalah untuk membebaskan dari DUKKHA, Daun di Hutan yang lain tidak untuk membebaskan ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 21 January 2009, 11:16:19 AM
Raja Milinda: RYUsena, hampir semua Arahat hanya melakukan satu metoda yang sesuai bagi mereka. Kebanyakan dari mereka tidak tahu sutta dan vinaya secara lengkap. Dengan demikian, apakah mereka bisa disebut murid Buddha, atau setengah murid, atau Bukan murid? Sebab dikatakan tadi bahwa dikatakan Buddhisme karena ada seluruh unsur Tripitaka, bukan sebagian-sebagian.

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: William_phang on 21 January 2009, 11:20:41 AM
kayaknya yang benar-benar disebut murid Buddha cuma yang Arya deh...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 21 January 2009, 11:24:16 AM
kayaknya yang benar-benar disebut murid Buddha cuma yang Arya deh...

Kalau begitu, mau tidak kalau semua puthujjana di sini dikatakan "bukan Buddhist"? Lalu ini komunitas apa?
;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: William_phang on 21 January 2009, 11:27:38 AM
kayaknya yang benar-benar disebut murid Buddha cuma yang Arya deh...

Kalau begitu, mau tidak kalau semua puthujjana di sini dikatakan "bukan Buddhist"? Lalu ini komunitas apa?
;D


komunitas simpatisan Ajaran Buddha... :))    _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 21 January 2009, 11:33:12 AM
Quote
Quote
Lalu dimana Anda saat itu sebagai glomod? saya sih tidak ikut dalam pengambil keputusan, karena saat itu bukan momod.
jalan rapat adalah rahasia.
ga baik dibocorkan hehe ;)

ga tertutup kemungkinan saya bermuka 2 >:D
di rapat saya kontra mmd, di forum terbuka saya pro mmd
apa sih yg pasti di dunia ini? ^-^

:)) ternyata memang demikian toh ada ksatria bertopeng, rupanya anda hanya bermain-main disini :))

sejauh ini sih sdr. bond tidak berkondisi utk mengetahui kejadiannya yah...
jadi kesimpulan demikian sih cuma ditarik dari ketidak-pastian. :)
saya sih ga ada hak utk campur aduk kesimpulan sdr. bond
lagian memang demikianlah sifat pikiran itu... selalu mencari kepastian dari ketidakpastian.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 21 January 2009, 11:39:16 AM
Raja Milinda: RYUsena, hampir semua Arahat hanya melakukan satu metoda yang sesuai bagi mereka. Kebanyakan dari mereka tidak tahu sutta dan vinaya secara lengkap. Dengan demikian, apakah mereka bisa disebut murid Buddha, atau setengah murid, atau Bukan murid? Sebab dikatakan tadi bahwa dikatakan Buddhisme karena ada seluruh unsur Tripitaka, bukan sebagian-sebagian.
ga gitu donk raja Milinda, kalau seperti itu berarti raja Milinda berat sebelah ke Theravada.
kalau di Mahayana, yg terpenting sebagai Buddhist adalah tekad utk menyelamatkan semua mahkluk. (fiuh... untung El Sol dah ga ada)

forum ini jg tidak tertutup utk Buddhist, yg non-Buddhist jg welcome
kalau nanti khusus Buddhist, pas register disuruh jawab dulu:
apa itu 4KM? apa itu 8JM? kalau ga bisa jawab, ga bisa regist (joke)
sama seperti kalau Islam harus ucap dulu:
lailalailaala ;)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Umat Awam on 21 January 2009, 11:44:11 AM
Ampyun, thread pak hudoyo diobrak abrik dgn isi2 yg tidak bermanfaat dan tak berhubungan dgn visi misi MMD.. Kasihan, sungguh kasihan.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 21 January 2009, 11:54:37 AM
Quote
Quote
Lalu dimana Anda saat itu sebagai glomod? saya sih tidak ikut dalam pengambil keputusan, karena saat itu bukan momod.
jalan rapat adalah rahasia.
ga baik dibocorkan hehe ;)

ga tertutup kemungkinan saya bermuka 2 >:D
di rapat saya kontra mmd, di forum terbuka saya pro mmd
apa sih yg pasti di dunia ini? ^-^

:)) ternyata memang demikian toh ada ksatria bertopeng, rupanya anda hanya bermain-main disini :))

sejauh ini sih sdr. bond tidak berkondisi utk mengetahui kejadiannya yah...
jadi kesimpulan demikian sih cuma ditarik dari ketidak-pastian. :)
saya sih ga ada hak utk campur aduk kesimpulan sdr. bond
lagian memang demikianlah sifat pikiran itu... selalu mencari kepastian dari ketidakpastian.

Ok deh, hanya dirimu yg tau  :P
Tidak ada sesuatu tanpa sebab sekalipun hal itu tidak pasti. ^-^
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 21 January 2009, 12:00:57 PM
ga gitu donk raja Milinda, kalau seperti itu berarti raja Milinda berat sebelah ke Theravada.
kalau di Mahayana, yg terpenting sebagai Buddhist adalah tekad utk menyelamatkan semua mahkluk. (fiuh... untung El Sol dah ga ada)

forum ini jg tidak tertutup utk Buddhist, yg non-Buddhist jg welcome
kalau nanti khusus Buddhist, pas register disuruh jawab dulu:
apa itu 4KM? apa itu 8JM? kalau ga bisa jawab, ga bisa regist (joke)
sama seperti kalau Islam harus ucap dulu:
lailalailaala ;)


Raja Milinda: Memang saya 'kan di zaman 500 B.E. Blom ada Mahayana dan belom dikenal "tekad menyelamatkan mahluk versi Mahayana".
Masalah registrasi itu juga berat sebelah, TESLAsena. Katanya Buddhisme itu seluruh Tripitaka. Kenapa yang mau register sebagai Buddhist cuma ditanya 4 KM dan JMB 8?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 21 January 2009, 12:08:33 PM
Raja Milinda: RYUsena, hampir semua Arahat hanya melakukan satu metoda yang sesuai bagi mereka. Kebanyakan dari mereka tidak tahu sutta dan vinaya secara lengkap. Dengan demikian, apakah mereka bisa disebut murid Buddha, atau setengah murid, atau Bukan murid? Sebab dikatakan tadi bahwa dikatakan Buddhisme karena ada seluruh unsur Tripitaka, bukan sebagian-sebagian.


Mereka disebut murid karena menerima dan melaksanakan ajaran tathagata, Apakah para Murid Tathagata menolak apa yang diucapkan sang Tathagata? ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 21 January 2009, 12:08:56 PM
Ok deh, hanya dirimu yg tau  :P
enggak donk, peserta lain tentu tau jg :)

Quote
Tidak ada sesuatu tanpa sebab sekalipun hal itu tidak pasti. ^-^

oke banget... kita jadi diskusi dhamma :)

Tidak ada sesuatu tanpa sebab sekalipun hal itu tidak pasti

saya setuju sekali dg pernyataan sdr. bond,
bahwa segala sesuatu yg mempunyai sebab adalah tidak pasti atau lebih tepatnya "tidak tetap"
sebab atau penyabab tadi dalam bahasa Buddhisme lebih sering dikatakan "kondisi"
jadi di sini kita melihat banyak sekali hal-hal yg "terkondisi"
diri ini terkondisi, pikiran terkondisi, rasa terkondisi, dst...

ini ada, itu ada
ini tidak ada, itupun tidak ada
ini muncul, itu muncul
ini lenyap, itupun lenyap


gitu ya?... kalau ga salah

_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 21 January 2009, 12:11:11 PM
ga gitu donk raja Milinda, kalau seperti itu berarti raja Milinda berat sebelah ke Theravada.
kalau di Mahayana, yg terpenting sebagai Buddhist adalah tekad utk menyelamatkan semua mahkluk. (fiuh... untung El Sol dah ga ada)

forum ini jg tidak tertutup utk Buddhist, yg non-Buddhist jg welcome
kalau nanti khusus Buddhist, pas register disuruh jawab dulu:
apa itu 4KM? apa itu 8JM? kalau ga bisa jawab, ga bisa regist (joke)
sama seperti kalau Islam harus ucap dulu:
lailalailaala ;)


Raja Milinda: Memang saya 'kan di zaman 500 B.E. Blom ada Mahayana dan belom dikenal "tekad menyelamatkan mahluk versi Mahayana".
Masalah registrasi itu juga berat sebelah, TESLAsena. Katanya Buddhisme itu seluruh Tripitaka. Kenapa yang mau register sebagai Buddhist cuma ditanya 4 KM dan JMB 8?

Itu hanya sebuah dasar Raja, dan bukan keseluruhan, kalau raja mau coba, nanti di masa depan ada yang namanya GOOGLE, anda bisa search disana =))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 21 January 2009, 12:11:59 PM
BTW ini khusus thread buat MOMOD yak kakakakak
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 21 January 2009, 12:14:15 PM
Mereka disebut murid karena menerima dan melaksanakan ajaran tathagata, Apakah para Murid Tathagata menolak apa yang diucapkan sang Tathagata? ;D
Apakah para murid melaksanakan satu atau beberapa ajaran yang sesuai, ataukah menjalankan KESELURUHAN ajaran Tathagata kepada SEMUA orang itu?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 21 January 2009, 12:35:23 PM
Mereka disebut murid karena menerima dan melaksanakan ajaran tathagata, Apakah para Murid Tathagata menolak apa yang diucapkan sang Tathagata? ;D
Apakah para murid melaksanakan satu atau beberapa ajaran yang sesuai, ataukah menjalankan KESELURUHAN ajaran Tathagata kepada SEMUA orang itu?

Sebelumnya boleh saya tanya Tathagata membutuhkan berapa lama untuk mencapai pencerahan?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 21 January 2009, 12:40:10 PM
Mereka disebut murid karena menerima dan melaksanakan ajaran tathagata, Apakah para Murid Tathagata menolak apa yang diucapkan sang Tathagata? ;D
Apakah para murid melaksanakan satu atau beberapa ajaran yang sesuai, ataukah menjalankan KESELURUHAN ajaran Tathagata kepada SEMUA orang itu?

Sebelumnya boleh saya tanya Tathagata membutuhkan berapa lama untuk mencapai pencerahan?

Menurut buku sih 4 Asankheyya dan 100.000 Kappa dalam menyempurnakan paraminya.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 21 January 2009, 12:46:18 PM
Mereka disebut murid karena menerima dan melaksanakan ajaran tathagata, Apakah para Murid Tathagata menolak apa yang diucapkan sang Tathagata? ;D
Apakah para murid melaksanakan satu atau beberapa ajaran yang sesuai, ataukah menjalankan KESELURUHAN ajaran Tathagata kepada SEMUA orang itu?

Sebelumnya boleh saya tanya Tathagata membutuhkan berapa lama untuk mencapai pencerahan?

Menurut buku sih 4 Asankheyya dan 100.000 Kappa dalam menyempurnakan paraminya.
Setelah Mencapai Kesempurnaan dengan waktu begitu lama kenapa sang Tathagata membabarkan Dhammanya?

NB, mau cabut dulu banyak kerjaan cing :P
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 21 January 2009, 01:15:51 PM
Setelah Mencapai Kesempurnaan dengan waktu begitu lama kenapa sang Tathagata membabarkan Dhammanya?


Supaya orang bisa mengerti Dhamma dan juga terbebas dari Samsara.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 21 January 2009, 01:19:06 PM
Ok deh, hanya dirimu yg tau  :P
enggak donk, peserta lain tentu tau jg :) oo begitu, aye tau juga koq bocorannya  ^-^

Quote
Tidak ada sesuatu tanpa sebab sekalipun hal itu tidak pasti. ^-^

oke banget... kita jadi diskusi dhamma :)

Tidak ada sesuatu tanpa sebab sekalipun hal itu tidak pasti

saya setuju sekali dg pernyataan sdr. bond,
bahwa segala sesuatu yg mempunyai sebab adalah tidak pasti atau lebih tepatnya "tidak tetap"
sebab atau penyabab tadi dalam bahasa Buddhisme lebih sering dikatakan "kondisi"
jadi di sini kita melihat banyak sekali hal-hal yg "terkondisi"
diri ini terkondisi, pikiran terkondisi, rasa terkondisi, dst...

ini ada, itu ada
ini tidak ada, itupun tidak ada
ini muncul, itu muncul
ini lenyap, itupun lenyap


gitu ya?... kalau ga salah     kalau mau dibahas di thread lain aja biar tidak OOT  ;D

_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 21 January 2009, 01:38:09 PM
oke banget... kita jadi diskusi dhamma :)

Tidak ada sesuatu tanpa sebab sekalipun hal itu tidak pasti

saya setuju sekali dg pernyataan sdr. bond,
bahwa segala sesuatu yg mempunyai sebab adalah tidak pasti atau lebih tepatnya "tidak tetap"
sebab atau penyabab tadi dalam bahasa Buddhisme lebih sering dikatakan "kondisi"
jadi di sini kita melihat banyak sekali hal-hal yg "terkondisi"
diri ini terkondisi, pikiran terkondisi, rasa terkondisi, dst...

ini ada, itu ada
ini tidak ada, itupun tidak ada
ini muncul, itu muncul
ini lenyap, itupun lenyap


gitu ya?... kalau ga salah   

_/\_
kalau mau dibahas di thread lain aja biar tidak OOT  ;D

justru OOT dari debat kusir, tapi back to topic ke MMD (meditasi universal :)) )
dalam meditasi nantinya kita akan melihat keterkondisian ini dg lebih jelas...
bagaimana pendepat sdr. bond?

atau pikiran sudah mengelabui shg kalau keluar dari debat pro & kontra, maka jadi OOT? ;)

metta
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 21 January 2009, 01:52:07 PM
oke banget... kita jadi diskusi dhamma :)

Tidak ada sesuatu tanpa sebab sekalipun hal itu tidak pasti

saya setuju sekali dg pernyataan sdr. bond,
bahwa segala sesuatu yg mempunyai sebab adalah tidak pasti atau lebih tepatnya "tidak tetap"
sebab atau penyabab tadi dalam bahasa Buddhisme lebih sering dikatakan "kondisi"
jadi di sini kita melihat banyak sekali hal-hal yg "terkondisi"
diri ini terkondisi, pikiran terkondisi, rasa terkondisi, dst...

ini ada, itu ada
ini tidak ada, itupun tidak ada
ini muncul, itu muncul
ini lenyap, itupun lenyap


gitu ya?... kalau ga salah   

_/\_
kalau mau dibahas di thread lain aja biar tidak OOT  ;D

justru OOT dari debat kusir, tapi back to topic ke MMD (meditasi universal  yg bukan buddhisme :)) )
dalam meditasi nantinya kita akan melihat keterkondisian ini dg lebih jelas...
bagaimana pendepat sdr. bond?

 setuju, kalau memang benar2 bisa melihatnya

atau pikiran sudah mengelabui shg kalau keluar dari debat pro & kontra, maka jadi OOT? ;) entahlah  :P karena memang isinya juga banyak yg OOT  silakan anda menilai sendiri ^-^

metta
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: marcedes on 22 January 2009, 01:15:48 AM
wah,pertanyaan saya sudah pindah beberapa halaman....
lupa dijawab ya? atau tidak bisa dijawab?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: dilbert on 22 January 2009, 02:28:07 AM
wah,pertanyaan saya sudah pindah beberapa halaman....
lupa dijawab ya? atau tidak bisa dijawab?

hehehe... beberapa lembar halaman tersebut "mempertanyakan" eksistensi dan identitas MMD.... apakah ada jawaban di dalamnya ?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: dilbert on 22 January 2009, 02:33:42 AM
Quote
"Tidak jadi menggaruk", "tidak jadi minum", "tidak jadi mandi", "tidak ingin namaskara"--KALAU itu memang benar-benar terjadi pada Anda, dan di sini saya mulai meragukan kejujuran Anda!--itu tidak lebih daripada REAKSI dari si aku lagi. ... Yang tadinya tanpa berpikir panjang dilakukan, sekarang segala sesuatu dinegasikan ... kedua-duanya adalah reaksi si aku terhadap suasana di sekitarnya.

Di dalam sadar yang sebenarnya, tidak ada yang seperti itu, tidak ada pola tertentu yang diikuti: kalau gatal, bisa menggaruk bisa pula tidak; kalau haus, bisa minum bisa pula tidak; kalau badan gerah, bisa mandi bisa pula tidak. ... Jadi sadar itu bukan berarti melahirkan suatu pola tingkah laku yang seragam dan bisa diprediksi lebih dulu, seperti perilaku orang yang selalu terseret oleh pikirannya.
pada saat anda marah...ketika anda melihat marah dan sadar....
apakah masih marah?...sy bukannya melihat "tidak jadi marah,dsb-nya"
karena yang saya alami...dimana keinginan itu muncul....tetapi diberi kesadaran didalamnya
maka tidak jadi berlanjut

ambil saja contoh sederhana pak hud.........
ketika dalam kesadaran penuh vipassana seperti yang anda maksudkan.....

lalu anda ditanya kepada seseorang "apakah menjaga ucapan,pikiran,tindakan itu baik?"
jawaban apa yang anda berikan?



saya merasa belajar seperti ini,ibarat kembali ke seseorang yang tidak dapat lagi membedakan hal baik dan buruk..........
memang di satu sisi pikiran ini tidak lagi terjebak "ini baik"  "ini buruk" seperti plongg...
tetapi ada masalah dalam batin saya...(sulit saya jelaskan) hanya bisa saya katakan
"it's something wrong"

sekira nya anda dapat membimbing saya..._/\_

-------------------------------------------------
Quote
Yang menghafalkan dan menulis Tipitaka itu bukan arahat, bukan orang yang telah bebas. Orang yang telah bebas tidak punya motivasi untuk menulis kitab suci.

lalu bahiya sutta itu anda dapat dari mana?....
bagaimana jika saya katakan ananda yang mencapai tingkat kesucian arahat sebenarnya tidak punya motivasi untuk mengulang dhamma dan vinaya bersama Upali dan Maha Kassapa...
dan tertulis dalam bahiyasutta ataupun semua Tipitaka itu bohong dan karangan belaka?.....

_/\_

--------------------------------
Quote
Ini sudah saya jawab, tidak perlu diulang-ulang lagi. Jangan mencoba-coba memahami jalan pikiran seorang arahat, sebelum Anda sendiri menjadi arahat.
tidak ada masalah jika tidak ingin menjawab-nya..................ataupun tidak tahu..
sy anggap pertanyaan yang disimpan saja........

sekali lagi saya tidak ingin mengajak berdebat ataupun membenarkan argumen saya....
apa yang saya alami hanya sebagai pertanyaan atas mengapa ini. mengapa itu.........
dan saya hanya ingin belajar semua apa yang ada. _/\_

Good question untuk tulisan yang dibold merah...

Menyatakan sesuatu "meragukan" berdasarkan dari bagian yang "meragukan"... CIRCULAR LOGIC...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: morpheus on 22 January 2009, 10:22:56 AM
Good question untuk tulisan yang dibold merah...

Menyatakan sesuatu "meragukan" berdasarkan dari bagian yang "meragukan"... CIRCULAR LOGIC...
pernyataannya diulang, replynya juga diulang ah:

gak semudah itu bang...
tentu saja kalo hanya itu alasannya (untuk meragukan), maka alasan itu gak cukup kuat...

penarikan kesimpulan itu didukung oleh banyak bukti2 lain, baik dari studi literatur ataupun catatan sejarah. peneliti menelusuri sejarah buddhism mulai dari banyaknya sekte2 ke belakang sampai kembali ke early buddhism sesudah Buddha tiada. begitu ditelusuri balik dan direkonstruksi, terlihat masing2 sekte memiliki penambahan2 tertentu sesuai dengan penekanan praktek masing2 (dan motif2 lain, contohnya gontok2an antar sekte), dan juga terlihat dari literatur yg segitu banyak ternyata memiliki bagian2 yg persis sama sehingga bisa disimpulkan tipitaka itu sendiri mengalami evolusi sejak awal sampai mencapai bentuknya yg sekarang. hampir seluruh peneliti tipitaka setuju ini, kecuali pihak religius yg memiliki iman kepada tipitaka.

tambahan lagi, pak hudoyo kan mengambil 2 sutta itu karena cocok dan bisa dibuktikan dengan pengalamannya sendiri.
kalo kita punya hipotesa dan teori, apalagi ada teori2 yg bertentangan, tentu cara terbaik membuktikannya adalah mengalami sendiri, mengambil hipotesa yg sesuai dengan hasil eksperimennya dan mengacuhkan teori yg tidak sesuai dengan hasil eksperimennya.

bila ternyata pengalaman atau pemikiran anda tidak sesuai dan berbeda dengan pak hudoyo, itu sah2 saja dan saya gak pernah membaca larangan untuk berbeda pendapat... anda bebas berpendapat seperti halnya pak hudoyo bebas berpendapat.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 22 January 2009, 11:16:43 AM
ini post dari SEMIT yang bikin Poll MMD :
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=3921.msg90098#msg90098

Rekan2, karena thread ini sudah cukup sepi, ijinkanlah saya memberikan kesimpulan dari Thread ini menurut pendapat saya.

Mengenai apakah MMD Buddhism atau bukan, pertama kita harus menilai apa yang menjadi acuan MMD.

MMD mengacu pada pemikiran Krisnamurti, anak kesayangan tokoh Theosofi, bahkan dianggap sebagai "the golden boy"nya aliran Teosofi.
selain dari pemikiran Krisnamurti (disingkat JK untuk lebih mudahnya), MMD juga mengacu pada dua sutta dari Tipitaka, yaitu bahiya sutta dan Malunkyaputta sutta (ini berdasarkan pernyataan pendirinya).

Sekarang mari kita bahas dari sisi ajaran JK.

Ajaran JK mengajarkan hal yang kurang lebih sama dengan ajaran kebatinan jawa, yaitu selalu sadar dan waspada.
Tumpuan pemikiran JK bersumber pada atta (dalam bahasa sanskrit disebut atma) atau jiwa atau roh.
JK berpendapat segala hal yang kita lakukan bersumber pada atma, atmalah yang menjadi penyebab sehingga kita melakukan segala hal yang kita lakukan ini. penyebab segala keburukan yang kita lakukan bersumber pada atma.

Ajaran agama Buddha selalu mengajarkan bahwa setiap mahluk tidak memiliki atma (jadi ajaran Sang Buddha berpaham an-atma). Lantas apakah yang menyebabkan mahluk bergerak, berpikir dsbnya? Sang Buddha mengajarkan bahwa disebabkan oleh karena mahluk hidup memiliki nama-rupa. atau jasmani dan faktor-faktor batin.

cara meditasi yang diajarkan JK, yaitu hanya berpatokan pada sadar dan waspada yang dipraktekkan oleh MMD hanya memenuhi dua aspek dalam meditasi yang diajarkan Sang Buddha (sati dan sampajanna). Saya tidak tahu persis bagaimana cara Annie Besant dan C.W.Leadbeater mengajarkan meditasi pada Krisnamurti muda. Tetapi yang saya ketahui berdasarkan ajaran Sang Buddha menurut Tipitaka Pali, Sang Buddha mengatakan bahwa pencapaian arus hanya bisa dicapai jika kita melaksanakan Jalan Ariya berunsur delapan. Sesuai dengan sutta berikut:

§ 107. The Buddha: 'The stream, the stream,' it is said. Now what is the stream?
Sariputta: Just this noble eightfold path is the stream: right view, right resolve, right speech, right action, right livelihood, right effort, right mindfulness, right concentration.

The Buddha: Well said, Sariputta, well said. Just this noble eightfold path is the stream...'Streamwinner, streamwinner,' it is said. Now what is a streamwinner?

Sariputta: Whoever is endowed with this noble eightfold path is called a 'streamwinner.'

The Buddha: Well said, Sariputta, well said. Whoever is endowed with this noble eightfold path is called a 'streamwinner.'
                        — SN 55.5


§ 107. Sang Buddha: “Arus, arus,’ demikian dikatakan. Apakah arus itu?

Sariputta: Hanya Jalan Ariya berunsur delapan ini merupakan arus: pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar, tindakan benar, penghidupan benar, usaha benar, perhatian benar dan konsentrasi benar.

Sang Buddha: Jawaban yang benar, Sariputta, jawaban yang benar. Seperti juga jalan Ariya berunsur delapan adalah arus…’ pemenang-arus, pemenang-arus.’ Dikatakan demikian. Apakah yang dimaksud dengan pemenang-arus (sotapanna)?

Sariputta: Siapapun yang memiliki jalan mulia berunsur delapan dikatakan sebagai seorang ‘pemenang-arus.’

Sang Buddha: jawaban yang baik, Sariputta, jawaban yang benar Sariputta, siapapun yang memiliki jalan Ariya berunsur delapan ini disebut seorang ‘pemenang-arus.’

—   SN 55.5

Jadi seorang pemenang-arus harus memiliki jalan Ariya berunsur delapan, baru bisa dikatakan sebagai pemenang-arus (Sotapanna).

Dengan demikian bisa dikatakan tak ada jalan kesucian (vipassana / pandangan terang) jika tidak memiliki jalan Ariya berunsur delapan. Ini adalah perkataan Sang Buddha.

Coba perhatikan sutta ini selaras dengan sutta-sutta yang lain.

Selanjutnya kita bahas mengenai apakah MMD sejalan dengan ajaran Sang Buddha? Sudah dikatakan bahwa pendiri MMD hanya berpatokan pada dua sutta dalam Tipitaka, yaitu Bahiya Sutta dan Malunkyaputta sutta dalam Tipitaka.

Kedua sutta ini hanya ada dalam kitab suci Tipitaka Pali yang menjadi panduan aliran Theravada, kedua sutta ini tak ditemukan pada kitab suci aliran Mahayana, maupun pada aliran Tantra dll. Jadi jelas MMD tidak sejalan dengan Mahayana, Tantra maupun aliran agama Buddha yang lain.

Sekarang Jika MMD mengaku sebagai aliran Buddhis yang mengacu pada Theravada berdasarkan kedua sutta, tentu kita perlu tahu lebih dahulu apa yang dimaksud dengan Dhamma oleh Sang Buddha ketika Beliau pertama kali memutar roda Dhamma.

Dalam Dhammacakkappavattana sutta, Sang Buddha menerangkan mengenai Dhamma yang Beliau ajarkan, inilah yang dimaksud dengan Dhamma (perlu dimengerti mengenai arti Dhamma dalam pengertian eksklusif ajaran Sang Buddha) atau Dhamma sebagai pengertian inklusif yang hanya diterjemahkan sebagai kebenaran (the truth), baca link ini,
Oleh saudara Hendra Susanto sudah menjelaskan dengan baik mengenai Dhamma.

http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=4653.45 reply #54.

Bila kita kembali mengingat mengenai apa yang dimaksud Dhamma oleh Sang Buddha, Kita kembali pada khotbah pertama kepada lima pertapa, peristiwa ini disebut pemutaran roda Dhamma. Mengapa demikian? Karena disinilah Sang Buddha mengajarkan kembali Dhamma yang telah dilupakan oleh manusia dalam waktu yang lama. “Dhamma yang diajarkan oleh Sang Buddha Kassapa telah lama lenyap”. Oleh karena itu peristiwa ini disebut pemutaran kembali Roda Dhamma (yang tak dapat dihentikan oleh siapapun, entah Manusia, Dewa maupun  Brahma).

Yaitu pengungkapan kembali Dhamma yang dapat membawa mahluk-mahluk pada pencapaian Nibbana.

Dhamma seperti apakah yang diajarkan oleh Sang Buddha pada waktu khotbah pertama di Isipatana?  Mari kita kutip sebagian isi dari khotbah pertama yang disebut Dhammacakkappavattana sutta:

Thus I heard. On one occasion the Blessed One was living at Benares in the Deer Park at Isipatana (the Resort of Seers). There he addressed the bhikkhus of the group of five.
"Bhikkhus, these two extremes ought not to be cultivated by one gone forth from the house-life. What are the two? There is devotion to indulgence of pleasure in the objects of sensual desire, which is inferior, low, vulgar, ignoble, and leads to no good; and there is devotion to self-torment, which is painful, ignoble and leads to no good.
"The middle way discovered by a Perfect One avoids both these extremes; it gives vision, it gives knowledge, and it leads to peace, to direct acquaintance, to discovery, to nibbana. And what is that middle way? It is simply the noble eightfold path, that is to say, right view, right intention; right speech, right action, right livelihood; right effort, right mindfulness, right concentration. That is the middle way discovered by a Perfect One, which gives vision, which gives knowledge, and which leads to peace, to direct acquaintance, to discovery, to nibbana.


Demikianlah yang kudengar. Pada suatu ketika Sang Bhagava berdiam di Benares, di taman rusa di Isipatana, Beliau memberi khotbah kepada kelima Bikkhu.

“Bhikkhu, ini adalah dua ekstrem yang sebaiknya tidak dilakukan oleh mereka yang pergi meninggalkan kehidupan rumah tangga. Apakah yang dua itu? Kehidupan yang mengikuti kesenangan terhadap objek-objek nafsu indria, yang rendah, tidak mulia, kasar dan tidak akan membawa pada kebaikan; dan ada yang  mengikuti penyiksaan diri, yang menyakitkan, tidak mulia dan tidak membawa pada kebaikan.

“jalan tengah yang ditemukan oleh Sang Tathagata menghindari kedua hal ekstrem ini; memunculkan penglihatan, memunculkan pengetahuan, memunculkan kedamaian, memunculkan pengetahuan mendalam, penerangan sempurna, Nibbana.

Bagaimanakan jalan tengah itu? Yaitu jalan Ariya berunsur delapan, yaitu pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar, usaha benar, perhatian benar dan konsentrasi benar.

Inilah jalan tengah yang telah ditemukan oleh Sang Tathagata, yang menimbulkan penglihatan, menimbulkan pengetahuan, yang membawa pada kedamaian, pengetahuan mendalam dan penerangan sempurna, Nibbana.

(ket: disini Sang Buddha menerangkan mengenai Dhamma yang bersifat jalan tengah yang mempraktekkan Jalan Ariya berunsur delapan.)

"Suffering, as a noble truth, is this: Birth is suffering, aging is suffering, sickness is suffering, death is suffering, sorrow and lamentation, pain, grief and despair are suffering; association with the loathed is suffering, dissociation from the loved is suffering, not to get what one wants is suffering — in short, suffering is the five categories of clinging objects.
"The origin of suffering, as a noble truth, is this: It is the craving that produces renewal of being accompanied by enjoyment and lust, and enjoying this and that; in other words, craving for sensual desires, craving for being, craving for non-being.
"Cessation of suffering, as a noble truth, is this: It is remainderless fading and ceasing, giving up, relinquishing, letting go and rejecting, of that same craving.
"The way leading to cessation of suffering, as a noble truth, is this: It is simply the noble eightfold path, that is to say, right view, right intention; right speech, right action, right livelihood; right effort, right mindfulness, right concentration.

"'Suffering, as a noble truth, is this.' Such was the vision, the knowledge, the understanding, the finding, the light, that arose in regard to ideas not heard by me before. 'This suffering, as a noble truth, can be diagnosed.' Such was the vision, the knowledge, the understanding, the finding, the light, that arose in regard to ideas not heard by me before. 'This suffering, as a noble truth, has been diagnosed.' Such was the vision, the knowledge, the understanding, the finding, the light, that arose in regard to ideas not heard by me before.

“Dukkha sebagai kebenaran Ariya adalah demikian: lahir adalah dukkha, umur tua adalah dukkha, sakit adalah, kematian adalah dukkha, kekecewaan dan ratap tangis adalah dukkha, kesedihan dan putus asa adalah dukkha, berkumpul dengan yang tak disukai adalah dukkha, berpisah dengan yang disenangi adalah dukkha, tidak mendapatkan apa yang diinginkan adalah dukkha, singkatnya, dukkha adalah kelima unsur kemelekatan.

 “asal mula atau penyebab dukkha, sebagai kebenaran Ariya, adalah demikian: kemelekatan yang menyebabkan kelahiran kembali disertai keserakahan dan pemuasan nafsu, dan ia menikmati ini dan itu, dengan kata lain, kemelekatan terhadap nafsu indria, keinginan terlahir kembali, keinginan tak terlahir kembali.

“Lenyapnya dukkha, sebagai kebenaran mulia adalah demikian: redup dan berhenti tanpa sisa, melepas, membebaskan diri dari, menolak  keinginan tersebut

“Jalan untuk menghentikan dukkha, sebagai kebenaran Ariya, adalah demikian: yaitu  Jalan Ariya berunsur delapan. Yakni, pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar, usaha benar, perhatian benar dan konsentrasi benar 

“Dukkha sebagai Kebenaran Ariya adalah demikian. “inilah penglihatan, pengetahuan, pengertian, pandangan terang, cahaya, yang muncul berhubungan dengan pernyataan yang tak pernah terdengar dariku sebelumnya.

“Ini adalah dukkha, sebagai kebenaran Ariya, dapat diselami.’ Inilah penglihatan, pengetahuan, pengertian, pandangan terang, cahaya, yang muncul padaku berkenaan dengan pernyataan yang tak pernah terdengar dariku sebelumnya. ‘Inilah dukkha sebagai Kebenaran Ariya telah diselami, ‘Inilah penglihatan, pengetahuan, pengertian, pandangan terang dan cahaya  yang muncul berkenaan dengan pernyataan yang tak pernah terdengar dariku sebelumnya.

Menarik untuk dikaji, mengapa disebut sebagai kebenaran ariya? Karena hanya seorang Ariya puggala yang telah menyelami Empat Kebenaran Ariyabagi seorang puthujana Empat Kebenaran Ariya hanya merupakan sebuah konsep.

Jadi bagi puthujana Empat Kebenaran Ariya adalah seperti pengetahuan mengenai buah peach atau apricot, kita mungkin tahu bentuknya, tahu warnanya tahu rasanya (yang digambarkan orang-orang) tapi tak pernah mencicipi sehingga tidak benar-benar menyelami rasanya.

"As long as my knowing and seeing how things are, was not quite purified in these twelve aspects, in these three phases of each of the four noble truths, I did not claim in the world with its gods, its Maras and high divinities, in this generation with its monks and brahmans, with its princes and men to have discovered the full Awakening that is supreme. But as soon as my knowing and seeing how things are, was quite purified in these twelve aspects, in these three phases of each of the four noble truths, then I claimed in the world with its gods, its Maras and high divinities, in this generation with its monks and brahmans, its princes and men to have discovered the full Awakening that is supreme. Knowing and seeing arose in me thus: 'My heart's deliverance is unassailable. This is the last birth. Now there is no renewal of being.'"

“Selama pengetahuan dan penglihatanKu mengenai segala sesuatu belum menjadi murni dalam kedua belas aspek ini, dalam ketiga fase dari empat kebenaran Ariya, Aku tidak mengumumkan kepada dunia beserta para dewa, Mara dan mahluk surgawi lainnya, dalam generasi ini dengan para bhikkhu dan brahmananya, dengan pangeran dan manusia lainnya bahwa Aku telah menemukan penerangan sempurna yang tertinggi.

Tetapi setelah pengetahuan dan penglihatanKu mengenai segala sesuatu menjadi murni dalam kedua belas aspek ini, dalam ketiga fase dari empat kebenaran Ariya, maka Aku mengumumkan kepada dunia beserta para dewa, Mara dan mahluk surgawi lainnya, dalam generasi ini dengan para bhikkhu dan brahmananya, dengan pangeran dan manusia lainnya bahwa Aku telah menemukan penerangan sempurna yang tertinggi.

Pengetahuan dan penglihatan muncul padaKu: ‘Pembebasan yang Kualami tak tertandingi. Inilah kelahiranKu yang terakhir kali. Tak ada kelahiran kembali bagiKu.

That is what the Blessed One said. The bhikkhus of the group of five were glad, and they approved his words.

Inilah khotbah yang disampaikan Sang Buddha. Kelima bhikkhu yang mendengarkan merasa gembira, dan mereka menyetujui perkataannya.

Disini kita melihat Sang Buddha mengatakan Dhamma yang Beliau ajarkan adalah pengetahuan yang melihat ketiga fase dari Empat Kebenaran Ariya. Jelas bahwa Dhamma yang Beliau maksudkan adalah Dhamma yang melihat Empat Kebenaran Ariya, dan Dhamma tersebut muncul bersamaan dengan munculnya penglihatan, pengetahuan, pengertian, pandangan terang dan cahaya.

Keadaan apakah yang memunculkan empat Kebenaran Ariya, penglihatan, pengetahuan, pengertian, pandangan terang dan cahaya? Tidak lain dari pengalaman Nibbana itu sendiri.

Selanjutnya dikatakan bahwa Kondanna juga dapat menyelami Empat Kebenaran Ariya, dan mengalami Nibbana untuk pertama kalinya, oleh karena itu Sang Buddha menjuluki beliau Anna yang berarti tahu.

Sekarang kita mengambil kesimpulan:

-   Sang Buddha tidak mengatakan seseorang harus Buddhist baru bisa mencapai pencerahan (mencapai kesucian/mengalami Nibbana) karena Kondanna juga sebelumnya bukan pengikut Sang Buddha, tetapi membuka batinnya terhadap kebenaran dan mencapai kesucian (demikian juga para Arahat yang lain sesudahnya)

-   Tetapi Sang Buddha memberi pengarahan yang tegas dan konsisten, bahwa kesucian yang dimaksud adalah kesucian yang “menyelami” Empat Kebenaran Ariya.

-   Kesucian yang sesungguhnya dicapai dengan menjalankan hingga akhirnya dipenuhi oleh Jalan Ariya Berunsur Delapan.

-   Seorang Ariya pasti diliputi oleh Jalan Ariya Berunsur Delapan.

-   Dhamma yang diajarkan Sang Buddha memiliki aspek Empat Kebenaran Ariya yang bisa diselami dan Jalan Ariya berunsur delapan yang dipraktekkan dan dimiliki

-   Dhamma (kebenaran) ini tidak ada dalam agama lain... dengan kata lain tak diajarkan dalam agama lain..!!!

Bila kita kaitkan dengan Dhammanussati maka menjadi jelas bahwa yang dimaksudkan Dhamma yang membawa kearah kebebasan oleh Sang Buddha. Adalah Empat Kebenaran Ariya dan Jalan Ariya Berunsur Delapan.

Kembali lagi dengan MMD, Jika benar dikatakan bahwa MMD tidak ada Jalan Ariya Berunsur Delapan, maka MMD tidak akan membawa kepada kesucian Sotapanna dan tak akan menyelami Empat Kebenaran Mulia, dll.

Lantas bagaimanakah yang disebut meditasi Vipassana? Meditasi Vipassana menuju atau mengarah pada kebebasan (Nibbana), jika suatu meditasi tidak bisa membawa meditator kepada kesucian, kebebasan / Nibbana maka meditasi itu bukan meditasi Vipassana.

Jadi Kesimpulan saya, terlepas dari hasil Polling ini

MMD Jelas TIDAK SESUAI dengan Buddhism

Maaf, agak sedikit panjang.  _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 22 January 2009, 11:18:09 AM
ini pernyataan om Nyana :
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=3921.msg90243#msg90243

maukah kamumengatakan Buddha mengambil ajaran Vedanta(not Hinduisme) lalu bikin ajaran baru namanya agama Buddha?

silahkan pelajaran sendiri sebagai seorang Buddhist atau seorang agama Buddhist.pilih mana?

Terkadang kita tidak bisa keluar sendiri dari pemahaman kita akan agama,terbelenggu dalam sebuah agama tanpa bisa mengambil esensi dari agama itu sendiri.

Apa yang saya pelajari setelah saya melihat esensi MMD is just that...whatever Pak Hudoyo mau bicara dan ngebanyol apapun di internet.tapi esensi dari MMD itu sendiri ketika kamu mempraktekan,maka kamu akan mendapat knowledge.

One thing,bila MMD bagus,jalankan,bila MMD tidak membawa manfaat hanya pertentangan batin,lepaskan.


Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 22 January 2009, 11:19:01 AM
dll, silahkan lihat kembali om Jinaraga ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: marcedes on 22 January 2009, 11:23:04 AM
wah,pertanyaan saya sudah pindah beberapa halaman....
lupa dijawab ya? atau tidak bisa dijawab?

hehehe... beberapa lembar halaman tersebut "mempertanyakan" eksistensi dan identitas MMD.... apakah ada jawaban di dalamnya ?

pertanyaan saya sederhana....ketika atau menurut MMD seseorang mengalami ke-eling....dan ditanya oleh seseorang...."apakah sopan-santun dalam ucapan,menjaga tingkah,memelihara Sila,menjaga pikiran...bisa dikatakan perbuatan baik atau buruk?

jika dijawab ya....coba tanya pada diri sendiri..mengapa "ya"
jika dijawab tidak...coba tanya pada diri sendiri mengapa "tidak"
jika tidak dijawab...coba tanya pada diri sendiri mengapa "tidak dijawab"


sy tidak melihat adanya perkembangan panna/kebijaksanaan disini.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 22 January 2009, 11:55:12 AM
wah,pertanyaan saya sudah pindah beberapa halaman....
lupa dijawab ya? atau tidak bisa dijawab?

hehehe... beberapa lembar halaman tersebut "mempertanyakan" eksistensi dan identitas MMD.... apakah ada jawaban di dalamnya ?

pertanyaan saya sederhana....ketika atau menurut MMD seseorang mengalami ke-eling....dan ditanya oleh seseorang...."apakah sopan-santun dalam ucapan,menjaga tingkah,memelihara Sila,menjaga pikiran...bisa dikatakan perbuatan baik atau buruk?

jika dijawab ya....coba tanya pada diri sendiri..mengapa "ya"
jika dijawab tidak...coba tanya pada diri sendiri mengapa "tidak"
jika tidak dijawab...coba tanya pada diri sendiri mengapa "tidak dijawab"


sy tidak melihat adanya perkembangan panna/kebijaksanaan disini.
Istilahnya menghilangkan dualitas, dan jangan berpikir harus begini atau begitu, yang terpenting sadari.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 22 January 2009, 01:02:05 PM
wah,pertanyaan saya sudah pindah beberapa halaman....
lupa dijawab ya? atau tidak bisa dijawab?

hehehe... beberapa lembar halaman tersebut "mempertanyakan" eksistensi dan identitas MMD.... apakah ada jawaban di dalamnya ?

pertanyaan saya sederhana....ketika atau menurut MMD seseorang mengalami ke-eling....dan ditanya oleh seseorang...."apakah sopan-santun dalam ucapan,menjaga tingkah,memelihara Sila,menjaga pikiran...bisa dikatakan perbuatan baik atau buruk?

jika dijawab ya....coba tanya pada diri sendiri..mengapa "ya"
jika dijawab tidak...coba tanya pada diri sendiri mengapa "tidak"
jika tidak dijawab...coba tanya pada diri sendiri mengapa "tidak dijawab"


sy tidak melihat adanya perkembangan panna/kebijaksanaan disini.

ada tapi anda sendiri yang tidak bisa melihat karena belum "sadar" itu.
Dalam pikiran yang sadar terotomatisasi penjagaan sila ,dari sila yang sadar,otomatis mendukung terciptanya samadhi di setiap waktu,dan akhirnya berkembang panna karena sadar akan dalam dan luar sekeliling.
sepertinya pemikiran MMd harus kembali diluruskan yaitu fenomena anggapan Arahat, kekuatan(bala) dan segala macamnya baru anda bisa melihat maksud dari 2 Sutta yang digunakan Hudoyo.

Sopan santun adalah garis kewajaran masyarakat. dalam Buddhisme ,bukan sopan santun tapi sati(perhatian).jika anda menggunakan kata sopan santun,berarti yang anda ikuti adalah garis sosialnya.

Rekan marcedes,kira2 mengikuti perbincangan awal Hudoyo dengan rekan DC?kalo anda memulai dari pertengahan,mungkin wajar kalo terpancing emosinya.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 22 January 2009, 01:06:39 PM
PASADIKA SUTTA (29)

Sumber : Sutta Pitaka Digha Nikaya XI
Oleh : Tim Penterjemah Kitab Suci Agama Buddha
Penerbit : CV. Dewi Kayana Abadi, 2002

1- Demikianlah yang saya dengar.
Pada suatu waktu Bhagava dalam perjalanan di antara suku Sakya, dan sedang berada di Taman Mangga seorang Sakya yang bernama Vedhanna.
Waktu itu, Nigantha Nathaputta baru saja meninggal di Pava. Kematiannya menyebabkan para Nigantha (para pengikut Nigantha) pecah dan menjadi dua kelompok yang dalam usaha masing-masing muncul konflik, pertengkaran dan saling melukai dengan menggunakan kata-kata:
'Anda tidak mengerti dhamma-vinaya ini, tetapi saya mengerti. Bagaimana anda dapat mengerti itu?
Anda salah; 'Saya benar ! Saya berbicara langsung ke pokok pembicaraan, anda tidak'.
'Anda mengatakan bagian terakhir bagi hal yang seharusnya dipertanyakan', anda mengatakan dahulu bagi hal yang seharusnya diuraikan dibagian akhir.'
'Apa yang anda telah lama renungkan berakhir kekecewaan!'
'Tantangan anda diterima, hal ini membuktikan anda salah!'
'Pergi dan hilangkan pandangan anda, atau bukalah kekusutan anda jika dapat! '
Nampaknya para Nigantha, pengikut Nathaputta akan saling membunuh. Begitu pula para siswa awam berjubah putih pengikut Nigantha nampak kaget, terpukul dan marah kepada para Nigantha, karena dhamma dan vinaya mereka buruk, begitu pula bimbingan mereka tidak efekfif dan sedikit sekali yang membimbing kearah perdamaian, mengajar bagaikan oleh seorang yang bukan sammasambuddha dan sekarang seperti stupa hancur serta tanpa pelindungan.

2- 'Sementara itu Samanera Cunda telah menyelesaikan vassa di Pava, pergi menemui Bhikkhu Ananda di Samagama, memberi hormat dan duduk di tempat yang tersedia. Setelah duduk ia berkata kepada Bhikkhu Ananda: 'Bhante, Nigantha Nathaputa baru saja meninggal di Pava. Setelah beliau meninggal para Nigantha (para pengikut Nigantha) pecah dan menjadi dua kelompok yang dalam usaha masing-masing muncul konflik, pertengkaran dan saling melukai dengan menggunakan kata-kata:
'Anda tidak mengerti dhamma-vinaya ini, tetapi saya mengerti. Bagaimana anda dapat mengerti itu?
Anda salah; Saya benar! Saya berbicara langsung ke pokok pembicaraan, anda tidak.
Anda mengatakan bagian terakhir bagi hal yang seharusnya dipertamakan, anda mengatakan dahulu bagi hal yang seharusnya diuraikan dibagian akhir'.
'Apa yang anda telah lama renungkan berakhir dengan kekecewaan!'
'Tantangan anda diterima, hal ini membuktikan anda salah!'
'Pergi dan hilangkan pandangan anda, atau bukalah kekusutan anda jika dapat!'
Nampaknya para Nigantha, pengikut Nathaputta akan saling membunuh. Begitu pula para siswa awam bejubah putih pengikut Nigantha nampak kaget, terpukul dan marah kepada para Nigantha, karena dhamma dan vinaya mereka buruk, begitu pula bimbingan mereka tidak efektif dan sedikit sekali yang membimbing kearah perdamaian, mengajar oleh seorang yang bukan sammasambuddha dan sekarang seperti stupa hancur serta tanpa perlindungan'.

Kemudian Bhikkhu Ananda berkata kepada samanera Cunda: 'Avuso Cunda, hal ini perlu disampaikan kepada Bhagava. Mari kita pergi dan mengatakan hal ini kepada beliau'.
'Baiklah, bhante,' jawab Samanera Cunda
Bhikkhu Ananda dan Samanera Cunda pergi menemui Bhagava, setelah bertemu mereka memberi hormat dan duduk di tempat tersedia. Setelah duduk Bhikkhu Ananda berkata kepada Bhagava : 'Bhante, Samanera Cunda mengatakan bahwa, Nigantha Nathaputa baru saja meninggal di Pava. Setelah beliau meninggal para Nigantha (para pengikut Nigantha) pecah dan menjadi kelompok yang dalam usaha masing-masing muncul konflik, pertengkaran dan saling melukai dengan menggunakan kata-kata: 'Anda tidak mengerti dhamma-vinaya ini, tetapi saya mengerti. Bagaimana anda dapat mengerti itu?'
Anda salah; Saya benar! Saya berbicara langsung ke pokok pembicaraan, anda tidak. Anda mengatakan bagian terakhir bagi hal yang seharusnya dipertamakan, anda dahulu bagi hal yang seharusnya diuraikan dibagian akhir'.
'Apa yang anda telah lama renungkan berakhir dengan kekecewaan!'
'Tantangan anda diterima, hal ini membuktikan anda salah!'
'Pergi dan hilangkan pandangan anda, atau bukalah kekusutan anda jika dapat!'
Nampaknya para Nigantha, pengikut Nathaputta akan saling, membunuh. Begitu pula para siswa awam berjubah putih pengikut Nigantha nampak kaget, terpukul dan marah kepada para Nigantha, karena dhamma dan vinaya mereka buruk, begitu pula bimbingan mereka tidak efektif dan sedikit sekali yang membimbing ke arah perdamaian, dan yang mengajar adalah seorang yang bukan sammasambuddha dan sekarang seperti stupa hancur serta tanpa perlindungan'.
'Cunda, begitulah dhamma dan vinaya yang buruk, bimbingan tidak efektif dan selikit sekali yang membimbing ke arah perdamaian, yang di ajarkan oleh seorang yang bukan
sammasambuddha'.

4- 'Cunda, dalam hal ini kita memiliki seorang guru yang bukan sammasambuddha, dhamma diterangkan secara buruk, buruk membabarkannya, tidak efektif membimbing, tidak mengarah pada perdamaian, diajarkan oleh seorang yang bukan sammasambuddha. Dalam dhamma seperti itu, para siswa tidak dapat menguasai ajaran kecil bagian dari dhamma besar, tidak memiliki prilaku yang baik, tidak berprilaku sesuai dengan dhamma, tetapi anda tetap dalam dhamma seperti itu. Baginya seseorang dapat berkata: 'Kawan, anda telah mendapat ajaran, dan anda telah mendapat kesempatan.
Guru anda bukan seorang sammasambuddha; dhamma diterangkan secara buruk, buruk membabarkannya, tidak efektif membimbing, tidak mengarah pada perdamaian, diajarkan oleh seorang yang bukan sammasambuddha. Dalam dhamma seperti itu, para siswa tidak dapat menguasai ajaran kecil bagian dari dhamma besar, tidak memiliki prilaku yang baik, tidak berprilaku sesuai dengan dhamma, tetapi anda tetap dalam dhamma itu.
Cunda, guru dan ajarannya perlu dikritik, sedangkan siswanya dapat dipuji'. Seseorang dapat berkata kepada siswa seperti itu: 'Saudara, laksanakan sesuai dengan ajaran yang diajarkan dan dibabarkan oleh gurumu!. Dia yang mengajar dan dia yang diajar, dan bagi dia yang diajar, melaksanakannya sesuai ajarannya, mereka semua akan mendapat banyak hasil buruk. Mengapa demikian?
Karena dhamma dan vinaya mereka buruk, begitu pula bimbingan mereka tidak efektif dan sedikit sekali yang membimbing ke arah perdamaian, dan yang mengajar adalah seorang yang bukan sammasambuddha.

5- 'Cunda, pertimbangkan bilamana seorang guru bukan sammasambuddha, dhamma diterangkan secara buruk, begitu pula bimbingan mereka tidak efekfif dan sedikit sekali membimbing ke arah perdamaian, dan yang mengajar adalah seorang yang bukan sammasambuddha, para siswa mematuhi dhamma seperti itu, melaksanakan ajaran kecil dari bagian ajaran besar, dapat berperilaku baik dan berperilaku sesuai dengan dhamma, dan tetap dalam dhamma itu. Kepadanya seseorang dapat berkata: 'Kawan, anda tidak mujur (karena guru anda) dalam kesempatan anda; guru anda bukan seorang sammasambuddha; dhamma anda diterangkan secara buruk, begitu pula bimbingan mereka tidak efektif dan sedikit sekali yang membimbing ke arah perdamaian, dan yang mengajar adalah seorang yang bukan sammasambuddha, namun anda tetap dalam dhamma seperti itu. Cunda, dengan kata-kata ini, guru, dhamma dan siswa, semuanya pantas dikritik. Seseorang dapat berkata kepadanya: 'Sesungguhnya ia yang telah menguasai sistem akan melaksanakannya hingga sukses! - maka ia yang memuji, ia yang dipuji dan ia yang memuji seperti itu - mereka semua akan mendapat banyak hasil buruk. Mengapa demikian? Karena dhamma dan vinaya mereka buruk, begitu pula bimbingan mereka tidak efektif dan sedikit sekali yang membimbing ke arah perdamaian, dan yang mengajar adalah seorang yang bukan sammasambuddha.

6- 'Cunda, pertimbangkan bilamana seorang guru adalah sammasambuddha, dhamma diterangkan secara baik, begitu bimbingan mereka efektif dan membimbing ke arah perdamaian, dan yang mengajar adalah seorang samma-sambuddha, namun para siswa dhamma itu tidak menguasai ajaran kecil dari bagian ajaran besar, tidak belajar untuk dapat berperilaku baik dan tidak berperilaku sesuai dengan dhamma, namun tetap dalam dhamma itu. Kepadanya seseorang dapat berkata: 'Kawan, anda tidak berhasil, anda telah membuang kesempatan, guru anda seorang sammasambuddha; dhamma diterangkan secara baik, begitu pula bimbingannya efektif dan membimbing ke arah perdamaian, dan yang mengajar adalah seorang sammasambuddha, tetapi anda tidak menguasai ajaran kecil dari bagian ajaran besar, tidak belajar untuk dapat berperilaku baik dan tidak berperilaku sesuai dengan dhamma, namun tetap dalam dhamma itu. Cunda, dengan kata-kata ini, guru dan dhamma dipuji, tetapi siswanya pantas dikritik. Bilamana ada seseorang yang berkata kepada siswa tersebut: 'Saudara, marilah, laksanakanlah dhamma seperti yang diajarkan guru anda! Penganjur dan yang dianjur serta dia yang dianjur melakukan sesuai anjuran, mereka semua akan mendapat banyak hasil pahala. Mengapa? Karena dhamma telah diterangkan secara baik, begitu pula bimbingannya efektif dan membimbing ke arah perdamaian, dan yang mengajar adalah seorang sammasambudda.'

7- 'Cunda, pertimbangkan bilamana seorang guru adalah sammasambuddha, dhamma diterangkan secara baik, begitu pula bimbingan mereka efektif dan membimbing ke arah perdamaian, dan yang mengajar adalah seorang sammasambuddha, dan para siswa dhamma itu telah menguasai ajaran kecil dari bagian ajaran besar, dapat berperilaku baik dan berperilaku sesuai dengan dhamma, serta tetap dalam dhamma itu. Kepadanya seseorang dapat berkata:
'Kawan, anda telah berhasil, anda telah menggunakan kesempatan dengan baik, guru anda seorang sammasambuddha; dhamma diterangkan secara baik, begitu pula bimbingannya efektif dan membimbing ke arah perdamaian, dan yang mengajar adalah seorang sammasambuddha, anda telah menguasai ajaran kecil dari bagian ajaran besar, dapat berprilaku baik dan berperilaku sesuai dengan dhamma, serta tetap dalam dhamma itu.
Cunda, dengan kata-kata ini, guru dan dhamma serta siswa adalah tiga hal pantas dipuji. Bilamana ada seseorang berkata kepada siswa: 'Sesungguhnya anda telah menguasai ajaran dan melaksanakannya hingga berhasil, ia yang memuji, ia yang dipuji dan ia yang memuji, meningkatkan dua kali usahanya melakukannya semua akan menghasilkan banyak pahala. Mengapa? Karena dhamma telah diterangkan secara baik, begitu pula bimbingannya efektif dan membimbing ke arah perdamaian dan yang mengajar adalah seorang sammasambuddha'.

8- 'Cunda, pertimbangkan misalnya seorang guru arahat sammasambuddha muncul di dunia ini, dhamma telah dibabarkan dengan baik, telah diterangkan dengan baik, efektif membimbing, mengarah pada perdamaian, diterangkan oleh sammasambuddha, tetapi para siswa beliau tidak menguasai dhamma kebenaran (sadhamma) yang telah dibabarkan kepada umat manusia, penghidupan suci (brahmacariya) belum mereka realisasikan, dan terbukti bagi mereka sesuai dengan logika itu dibabarkan, juga tidak menggunakannya sebagai pembimbing yang efektif, ketika guru mereka meninggal dunia'.
'Cunda, bilamana guru seperti itu meninggal dunia maka ini merupakan kesedihan besar dari para siswanya. Mengapa? Karena mereka akan berpikir: 'Guru kami telah muncul di dunia bagi kami, ia arahat sammasambuddha, dhamma telah dibabarkan dengan baik, telah diterangkan dengan baik, efektif membimbing, mengarah pada perdamaian, diterangkan oleh sammasambuddha, tetapi kami tidak menguasai dhamma kebenaran (sadhamma) yang telah dibabarkan kepada umat manusia, penghidupan suci (brahmacariya) belum kami realisasikan dan terbukti bagi kami sesuai dengan logika itu dibabarkan, juga tidak kami menggunakannya sebagai pembimbing yang efektif, sekarang guru telah meninggal dunia'.
Itulah sebabnya, kematian guru merupakan kesedihan besar bagi para siswanya'.

9- 'Cunda, pertimbangkanlah, misalnya seorang guru arahat sammasambuddha muncul di dunia ini, dhamma telah dibabarkan dengan sempurna, telah diterangkan dengan baik, efektif membimbing, mengarah pada perdamaian, diterangkan oleh sammasambuddha, dan para siswa beliau menguasai dhamma kebenaran (sadhamma) yang telah dibabarkan kepada umat manusia, penghidupan suci (brahmacariya) telah mereka realisasikan dan terbukti bagi mereka sesuai dengan logika itu dibabarkan, juga telah menggunakannya sebagai pembimbing yang efektif, ketika guru mereka meninggal dunia'.
'Cunda, bilamana guru seperti itu meninggal dunia maka ini tidak merupakan kesedihan besar bagi para siswanya. Mengapa? Karena mereka akan berpikir: 'Guru kami telah muncul di dunia bagi kami, ia arahat sammasambuddha, dhamma telah dibabarkan dengan baik, telah diterangkan dengan baik, efektif membimbing, mengarah pada perdamaian, diterangkan oleh sammasambuddha, dan kami telah menguasai dhamma kebenaran (sadhamma) yang telah dibabarkan kepada umat manusia, penghidupan suci (brahmacariya) telah kami realisasikan dan terbukti bagi kami sesuai dengan logika itu dibabarkan, juga kami telah menggunakannya sebagai pembimbing yang efektif, walaupun sekarang guru telah meninggal dunia'. Itulah sebabnya, guru tidak merupakan kesedihan besar bagi para siswanya'.

10- 'Cunda, bilamana penghidupan suci (brahmacariya) sebagai tujuan samana, namun tidak ada guru senior, yang telah lama pabbajja, telah lama ditahbiskan, matang dan maju dalam kesenioritasan, maka berdasarkan hal itu penghidupan suci akan tidak sempurna. Tetapi bilamana ada guru seperti itu, maka penghidupan suci akan sempurna'.

11- 'Cunda, bilamana dalam hal ini ada guru senior seperti itu, telah lama pabbajja, telah lama ditahbiskan, matang dan maju dalam kesenioritasan, tetapi jikalau di antara para bhikkhu tidak ada siswa senior yang telah berpengalaman, terlatih, ahli, yang telah mencapai kebebasan dari ikatan (patta-yogakhema), yang dapat membabarkan dhamma kebenaran (sadhamma), dapat menjawab siapa saja yang menentang dhamma karena kurang mengerti tentang saddhamma dan karena hal itu ia dapat memberikan keterangan jelas tentang dhamma, sehingga kehidupan suci sempurna'.

12- 'Cunda, bilamana dalam hal ini ada guru senior seperti itu, telah lama pabbajja, telah lama ditahbiskan, matang dan maju dalam kesenioritasan, tetapi jikalau di antara para bhikkhu tidak ada siswa tingkat menengah (majjhima bhikkhu) yang telah berpengalaman, terlatih, ahli, yang telah mencapai kebebasan dari ikatan (patta-yogakhema), yang dapat membabarkan dhamma kebenaran (sadhamma), dapat menjawab siapa saja yang menentang dhamma karena kurang mengerti tentang saddhamma dan karena hal itu ia dapat memberikan keterangan jelas tentang dhamma, sehingga kehidupan suci tidak sempurna'.
'Cunda, bilamana dalam hal ini ada guru senior seperti itu, telah lama pabbajja, telah lama ditahbiskan, matang dan maju dalam kesenioritasan, tetapi jikalau di antara para bhikkhu tidak ada siswa baru (nava bhikkhu) yang telah berpengalaman, terlatih, ahli, yang telah mencapai kebebasan dari ikatan (patta-yogakhema), yang dapat membabarkan dhamma kebenaran (sadhamma), yang dapat menjawab siapa saja yang menentang dhamma, mengerti tentang saddhamma dan karena hal itu ia dapat memberikan keterangan jelas tentang dhamma, sehingga kehidupan suci tidak sempurna'.
'Cunda, bilamana dalam hal ini ada guru senior seperti itu, telah lama pabbajja, telah lama ditahbiskan, matang dan maju dalam kesenioritasan, tetapi jikalau di antara bhikkhuni tidak ada siswi senior (thera bhikkhuni)' yang telah berpengalaman, terlatih, ahli, yang telah mencapai kebebasan dari ikatan (patta-yogakhema), yang dapat membabarkan dhamma kebenaran (sadhamma), yang dapat menjawab siapa saja yang menentang dhamma, mengerti tentang saddhamma dan karena hal itu ia dapat memberikan keterangan jelas tentang dhamma, sehingga kehidupan suci tidak sempurna'.
'Cunda, bilamana dalam hal ini ada guru senior seperti itu telah lama pabbajja, telah lama ditahbiskan, matang dan maju dalam kesenioritasan, tetapi jikalau di antara bhikkhuni tidak ada siswi tingkat menengah (majjhima bhikkhuni), yang telah berpengalaman, terlatih, ahli, yang telah mencapai kebebasan dari ikatan (patta-yogakhema), yang dapat membabarkan dhamma kebenaran (sadhamma), yang dapat menjawab siapa saja yang menentang dhamma, mengerti tentang saddhamma dan karena hal itu ia dapat memberikan keterangan jelas tentang dhamma, sehingga kehidupan suci tidak sempurna'.
'Cunda, bilamana dalam hal ini ada guru senior seperti itu, telah lama pabbajja, telah lama ditahbiskan, matang dan maju dalam kesenioritasan, tetapi jikalau di antara bhikkhuni tidak ada siswi baru (nava bhikkhuni) yang telah berpengalaman, terlatih, ahli, yang telah mencapai kebebasan dari ikatan (patta-yogakhema), yang dapat membabarkan dhamma kebenaran (sadhamma), yang dapat menjawab siapa saja yang menentang dhamma, mengerti tentang saddhamma dan karena hal itu ia dapat memberikan keterangan jelas tentang dhamma, sehingga kehidupan suci tidak sempurna'.
tetapi jikalau di antara para upasaka (umat Buddha pria) yang hidup berumah-tangga tidak ada upasaka, upasika (umat Buddha wanita), selibat atau yang lainnya, atau bilamana dhamma tidak maju dan berkembang, tidak disiarkan, tidak diketahui secara luas, tidak diumumkan jauh dan luas, ... atau (walaupun keadaan ini dapat dipenuhi) tetapi tidak ada yang mendapat tempat utama dalam dukungan masyarakat, maka penghidupan suci tidak sempurna'.

13- 'Sebaliknya, dengan adanya semua kondisi itu, maka penghidupan suci adalah sempurna'.

14- 'Cunda, tetapi sekarang saya arahat sammasabuddha telah muncul sebagai guru di dunia, dhamma telah dibabarkan dengan sempurna, telah diterangkan dengan baik, efektif membimbing, mengarah pada perdamaian, diterangkan oleh sammasambuddha, dan para siswa beliau menguasai dhamma kebenaran (sadhamma) yang telah dibabarkan kepada umat manusia, penghidupan suci (brahmacariya) telah mereka realisasikan dan terbukti bagi mereka sesuai dengan logika itu dibabarkan, juga telah menggunakannya sebagai pembimbing yang efektif, 'Cunda, tetapi saya sebagai guru telah bertambah tua, telah banyak malam saya lalui, telah lama sejak saya meninggalkan kehidupan berumahtangga (pabbajja), saya telah mencapai usia tua, kehidupanku akan berahir'.

15- 'Cunda, ada para siswa bhikkhu-thera yang telah terlatih dengan baik, siap dan terpelajar, telah mencapai ke-arahat-an yang dapat membabarkan dhamma kebenaran (sadhamma), yang bilamana ada seseorang mengajarkan ajaran lain, itu dengan mudah dilawan oleh kebenaran maka mereka akan mampu meluruskannya dengan mengajarkan dhamma dan itu diselesaikan dengan baik.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 22 January 2009, 01:11:45 PM
Istilahnya menghilangkan dualitas, dan jangan berpikir harus begini atau begitu, yang terpenting sadari.

selama ini anda baru berputar2 melihat dari luar...bukan begitu,anda telah salah konsepsi.sori saya mencari padanan kata yang lebih halus untuk memberi tahu anda agak susah,karena realisasi bukan seperti yang anda bayangkan.tidak ada penyetopan pikiran.
tampaknya anda sering memposting Sutta,bolehkah saya bertanya apa arti dan makna dari Sutta yang anda postingkan tersebut?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 22 January 2009, 01:17:54 PM
Istilahnya menghilangkan dualitas, dan jangan berpikir harus begini atau begitu, yang terpenting sadari.

selama ini anda baru berputar2 melihat dari luar...bukan begitu,anda telah salah konsepsi.sori saya mencari padanan kata yang lebih halus untuk memberi tahu anda agak susah,karena realisasi bukan seperti yang anda bayangkan.tidak ada penyetopan pikiran.
tampaknya anda sering memposting Sutta,bolehkah saya bertanya apa arti dan makna dari Sutta yang anda postingkan tersebut?
Ya saya memposting Sutta untuk memberikan perbandingan dengan MMD ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 22 January 2009, 01:23:30 PM
ow jadi 2 Sutta dikeroyok banyak Sutta. :P tak heran...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 22 January 2009, 01:27:31 PM
ow jadi 2 Sutta dikeroyok banyak Sutta. :P tak heran...

ow iya hampir lupa, sutta yang lain khan tidak valid, cuma dua yang asli :P
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 22 January 2009, 01:28:44 PM
Sutta vs ary sutta :))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 22 January 2009, 01:32:09 PM
masih tersesat....
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 22 January 2009, 01:35:15 PM
masih tersesat....
and still......... =))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Che Na on 22 January 2009, 01:37:08 PM
ow jadi 2 Sutta dikeroyok banyak Sutta. :P tak heran...

ow iya hampir lupa, sutta yang lain khan tidak valid, cuma dua yang asli :P
wah valid ga valid jadi inget SPSS waktu skripsi :))
:outoftopic:
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 22 January 2009, 02:16:37 PM
pertanyaan saya sederhana....ketika atau menurut MMD seseorang mengalami ke-eling....dan ditanya oleh seseorang...."apakah sopan-santun dalam ucapan,menjaga tingkah,memelihara Sila,menjaga pikiran...bisa dikatakan perbuatan baik atau buruk?

jika dijawab ya....coba tanya pada diri sendiri..mengapa "ya"
jika dijawab tidak...coba tanya pada diri sendiri mengapa "tidak"
jika tidak dijawab...coba tanya pada diri sendiri mengapa "tidak dijawab"


sy tidak melihat adanya perkembangan panna/kebijaksanaan disini.

Dalam keadaan 'sati/perhatian murni', ditanya tentang sopan santun = perbuatan baik/buruk?
Itu seperti menanyakan 'perbuatan tertentu etis atau tidak bagi kaum homoseksual' kepada seorang heteroseksual.
Seperti anak kecil bertanya pada orang dewasa, "Batman sama Superman itu lebih hebat yang mana?". 

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: CKRA on 22 January 2009, 04:37:10 PM
Saya membaca di milis tetangga dimana pendiri MMD mengkonfrontir salah seorang rekan kita dengan seorang Bhante Pannavaro yang sangat terhormat dengan dalih rekan kita itu tidak mengakui MMD sebagai meditasi buddhis sedangkan Bhante Pannyavaro dalam wejangannya itu menyatakan secara TERBUKA bahwa "meditasi ini dikenal dengan nama Meditasi Mengenal Diri (MMD), atau meditasi Vipassana ..."

Pertama, saya sangat menyayangkan tindakan yang tidak simpatik tersebut. Urusan administrasi duniawi tidak sepantasnya membawa-bawa anggota Sangha.

Kedua, bila membaca secara seksama apa yang disampaikan oleh bhante dalam sambutan tersebut tidak ada pernyataan secara eksplisit, bahkan terbersit keraguan dari bhante untuk memberikan atribut bagi meditasi ini. Berikut saya sampaikan petikan dari sambutan bhante yang saya kutip dari situs resmi MMD.

...
Tetapi, Ibu, Bapak & Saudara, selama Ibu, Bapak & Saudara tujuh hari mengikuti meditasi di vihara ini—meditasi yang kita kenal dengan nama Meditasi Mengenal Diri, atau boleh juga disebut meditasi Vipassana, atau hanya meditasi saja, karena nama tidaklah penting—Ibu, Bapak & Saudara bisa berlatih dan mengalami, untuk membuang hampir semua keinginan. Tidak perlu memikirkan besok masak apa, apa yang harus disiapkan, apa yang harus dikerjakan, karena semua sudah disiapkan oleh vihara ini, sederhana sudah tentu, sesuai dengan kemampuan kami, untuk membantu agar Ibu, Bapak & Saudara mempunyai latihan dan mengalami kondisi atau dimensi membuang keinginan secara maksimal. Tentu masih ada keinginan, tetapi keinginan itu keinginan yang fungsional, seperti ingin ke belakang, ingin melangkahkan kaki, makan pagi sebagai kebutuhan untuk kelangsungan fisik kehidupan ini, makan siang, berbaring—keinginan-keinginan fungsional yang sangat terbatas. Keinginan yang lain ditiadakan.
...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 22 January 2009, 04:48:48 PM
menurut saya justru bukan keraguan, melainkan penegasan:
nama tidak penting, mo MMD, Vipasana, atau meditasi aja kek, yg penting just do it
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: CKRA on 22 January 2009, 04:57:37 PM
Bro, tesla. Mungkin memang demikian adanya. Mungkin saya tidak mampu mengartikan ucapan bhante dengan tepat.

Yang sangat saya sayangkan hanyalah upaya berlebihan yang dilakukan oleh pendiri MMD dalam mencapai tujuan mendapatkan pengakuan publik. Bila saja beliau mau bersabar dan melakukan hal-hal yang pantas saja mungkin pada waktunya tujuannya akan tercapai juga.

Saya pribadi masih meragukan "kebuddhisan" MMD karena adanya unsur J. Krishnamurti. Mungkin bisa bantu memberikan pendapat, bro?

 _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 22 January 2009, 05:17:19 PM
Yang sangat saya sayangkan hanyalah upaya berlebihan yang dilakukan oleh pendiri MMD dalam mencapai tujuan mendapatkan pengakuan publik. Bila saja beliau mau bersabar dan melakukan hal-hal yang pantas saja mungkin pada waktunya tujuannya akan tercapai juga.
kalau saya tidak salah ingat, pendirinya Pak Hudoyo mengatakan dia marah dg kondisi yg terjadi :) baik bhikkhu, romo & umat awam tak luput dari LDM kan? (lain hal kalau arahat)

Quote
Saya pribadi masih meragukan "kebuddhisan" MMD karena adanya unsur J. Krishnamurti. Mungkin bisa bantu memberikan pendapat, bro?
menurut saya, apakah "MMD adalah Buddhisme" bisa jadi topik essay yg sangat berat :)
termasuk menjawab apa "definisi Buddhisme" itu sendiri pun sudah topik yg berat...
Buddhisme bukan agama hukum, bukan suatu harga mati, namun malah sesuatu yg ditantang utk diuji & dibuktikan pada diri sendiri (opaniyako).

saya lebih prefer meninggalkan MMD tanpa diberi label sesuai Buddhisme ataupun tidak sesuai.

_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 22 January 2009, 05:19:20 PM
nama tidak penting tapi pendri MMD tetap saja penasaran mementingkan nama :))

Kalau memang pendiri MMD demikian seperti yg dikatakan bro CKRA , maka sungguh tidak TAHU MALU dan indikasi pengadu dombaan umat dengan anggota sangha. Saya tau persis bhante Pannavaro tidak akan terlibat dalam kontroversi ini. Tapi satu hal yg pasti dan fakta Pendiri MMD selalu mencari penyama2an entah dari ajahn Chah lah, Sayadaw U tejaniya lah, dsb.

Smoga pendiri MMD cepat sadar. Benar seperti bro CKRA  jika Pak Hud mau bersabar tidak melakukan promosi membabi buta dan memiliki sprotivitas dan benar2 berhenti pikirannya akan lebih elegan dan orang pun akan semakin simpati.

Contoh yg ada di milis SP "Benny .S vs Bhante Pannavaro". inilah tindakan tidak terpuji Pendiri MMD PAk Hudoyo jika memang dia yg melakukannya. Padahal isinya bukan debat bhante Pannavaro dengan Benny.S tetapi Benny...dengan PAk  Hudoyo sendiri. Sungguh menjijikan. statement dengan debat berbeda lho :D

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 22 January 2009, 05:26:43 PM
Ketika anda terus berkutat sama pendirinya dan segala tetek bengek debat ,anda melupakan esensi meditasi yang terkandung dalam 2 Sutta yang digunakan, kenapa terus berkutat sama pendirinya,whatever,gunakan setiap momen untuk mengolah diri sendiri.
memperhatikan sekeliling tanpa belajar melihat ke dalam hanya akan terus memanjakan indriya.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 22 January 2009, 05:33:00 PM
Smoga Anda benar2 demikian adanya.  _/\_

Just information apa yg terjadi, agar mereka yg belum nyebur tidak kecebur dan tidak tertipu. :P

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 22 January 2009, 05:36:21 PM
ketipu atau tidaknya itu sudahmenjadi rangkaian kamma seseorang dalam pencarian jalan terang,itulah mengapa ada banyak orang tapi masing2 bisa memeluk agama yang berbeda. itu sudah kammanya pula orang terbebas dari miccha ditthi.
dan sudah kammanya ntar kita "mw" lagi....;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 22 January 2009, 05:39:17 PM
Smoga pendiri MMD cepat sadar. Benar seperti bro CKRA  jika Pak Hud mau bersabar tidak melakukan promosi membabi buta dan memiliki sprotivitas dan benar2 berhenti pikirannya akan lebih elegan dan orang pun akan semakin simpati.
betul... betul... betul...

pendirinya tidak elegan, mudah marah2, tidak ada pengendalian diri, dan yg terpenting jauh sekali dari harapan kita tentang seorang guru :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 22 January 2009, 05:40:12 PM
ketipu atau tidaknya itu sudahmenjadi rangkaian kamma seseorang dalam pencarian jalan terang,itulah mengapa ada banyak orang tapi masing2 bisa memeluk agama yang berbeda. itu sudah kammanya pula orang terbebas dari miccha ditthi.
dan sudah kammanya ntar kita "mw" lagi....;D

Setuju memang kammanya, cuma kalau kita tahu ada baiknya kita beri tahu selanjutanya terserah masing2, kita juga tidak bisa memaksakan. Daripada kita tahu lalu diam saja.

next Kamma "mw" ditunggu ;D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: CKRA on 22 January 2009, 05:41:47 PM
Bro nyanadhana, saya hanya menyampaikan rasa keprihatinan saya. Saya yakin terlepas dari pro kontra di antara kita semua, anda pasti juga tidak menyetujui tindakan Pak Hudoyo tersebut.

Bro tesla, saya sepakat dengan anda bahwa ini bukanlah masalah yang mudah. Karena itu harus dilakukan dengan tekun dan hati-hati, jangan terburu-buru.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 22 January 2009, 05:43:28 PM
ketipu atau tidaknya itu sudahmenjadi rangkaian kamma seseorang dalam pencarian jalan terang,itulah mengapa ada banyak orang tapi masing2 bisa memeluk agama yang berbeda. itu sudah kammanya pula orang terbebas dari miccha ditthi.
dan sudah kammanya ntar kita "mw" lagi....;D

Setuju memang kammanya, cuma kalau kita tahu ada baiknya kita beri tahu selanjutanya terserah masing2, kita juga tidak bisa memaksakan. Daripada kita tahu lalu diam saja.

next Kamma "mw" ditunggu ;D

nah sekarang ini berarti anda menjudge anda benar,dan anda menjudge pendiri MMD salah...bisa saja orang mengikuti anda juga nantinya miccha ditthi...nah lho...ngerti kan?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 22 January 2009, 05:49:46 PM
ketipu atau tidaknya itu sudahmenjadi rangkaian kamma seseorang dalam pencarian jalan terang,itulah mengapa ada banyak orang tapi masing2 bisa memeluk agama yang berbeda. itu sudah kammanya pula orang terbebas dari miccha ditthi.
dan sudah kammanya ntar kita "mw" lagi....;D

Setuju memang kammanya, cuma kalau kita tahu ada baiknya kita beri tahu selanjutanya terserah masing2, kita juga tidak bisa memaksakan. Daripada kita tahu lalu diam saja.

next Kamma "mw" ditunggu ;D

nah sekarang ini berarti anda menjudge anda benar,dan anda menjudge pendiri MMD salah...bisa saja orang mengikuti anda juga nantinya miccha ditthi...nah lho...ngerti kan?

Saya tidak menjudge diri saya benar lho, tetapi apa yg saya ketahui akan saya katakan dimana suatu jalan ada lubang saya hanya memberitahu, hal yg tidak saya tau akan saya katakan tidak tau. Dan bila org itu melewati lubang tersebut jatuh, itu terserah dia, bila ia tidak jatuh dilubang tersebut dan berhasil melewatinya, sayapun tidak akan menyuruh dia mengikuti saya di lubang berikutnya biar dia menggunakan kebijaksanaanya sendiri kecuali memang diperlukan bantuan lagi, karena pulau perlindungan diciptakan oleh diri sendiri bukan karena orang lain :D
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: dilbert on 22 January 2009, 05:50:15 PM
Karena MMD hanya menggunakan rujukan 2 sutta yaitu Bahiya Sutta dan Malunkyaputta Sutta yang notabene "dikatakan" adalah produk/ajaran BUDDHA sendiri, apakah dengan ini dapat dikatakan bahwa sebenarnya pak Hudoyo bukanlah pendiri MMD, tetapi BUDDHA GOTAMA sendiri-lah pendiri MMD.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 22 January 2009, 05:57:26 PM
Karena MMD hanya menggunakan rujukan 2 sutta yaitu Bahiya Sutta dan Malunkyaputta Sutta yang notabene "dikatakan" adalah produk/ajaran BUDDHA sendiri, apakah dengan ini dapat dikatakan bahwa sebenarnya pak Hudoyo bukanlah pendiri MMD, tetapi BUDDHA GOTAMA sendiri-lah pendiri MMD.

Bagaimana kalau rujukannya selain 2 sutta juga rujukan J.Krisnamuti? Lalu apakah Buddha Gotama juga adalah pendiri MMD atau Pak Hudoyo pendirinya MMD? ^-^
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: marcedes on 22 January 2009, 06:15:25 PM
wah,pertanyaan saya sudah pindah beberapa halaman....
lupa dijawab ya? atau tidak bisa dijawab?

hehehe... beberapa lembar halaman tersebut "mempertanyakan" eksistensi dan identitas MMD.... apakah ada jawaban di dalamnya ?

pertanyaan saya sederhana....ketika atau menurut MMD seseorang mengalami ke-eling....dan ditanya oleh seseorang...."apakah sopan-santun dalam ucapan,menjaga tingkah,memelihara Sila,menjaga pikiran...bisa dikatakan perbuatan baik atau buruk?

jika dijawab ya....coba tanya pada diri sendiri..mengapa "ya"
jika dijawab tidak...coba tanya pada diri sendiri mengapa "tidak"
jika tidak dijawab...coba tanya pada diri sendiri mengapa "tidak dijawab"


sy tidak melihat adanya perkembangan panna/kebijaksanaan disini.
Istilahnya menghilangkan dualitas, dan jangan berpikir harus begini atau begitu, yang terpenting sadari.
seperti nya anda tidak mengerti apa yang saya maksudkan....
wah,pertanyaan saya sudah pindah beberapa halaman....
lupa dijawab ya? atau tidak bisa dijawab?

hehehe... beberapa lembar halaman tersebut "mempertanyakan" eksistensi dan identitas MMD.... apakah ada jawaban di dalamnya ?

pertanyaan saya sederhana....ketika atau menurut MMD seseorang mengalami ke-eling....dan ditanya oleh seseorang...."apakah sopan-santun dalam ucapan,menjaga tingkah,memelihara Sila,menjaga pikiran...bisa dikatakan perbuatan baik atau buruk?

jika dijawab ya....coba tanya pada diri sendiri..mengapa "ya"
jika dijawab tidak...coba tanya pada diri sendiri mengapa "tidak"
jika tidak dijawab...coba tanya pada diri sendiri mengapa "tidak dijawab"


sy tidak melihat adanya perkembangan panna/kebijaksanaan disini.

ada tapi anda sendiri yang tidak bisa melihat karena belum "sadar" itu.
Dalam pikiran yang sadar terotomatisasi penjagaan sila ,dari sila yang sadar,otomatis mendukung terciptanya samadhi di setiap waktu,dan akhirnya berkembang panna karena sadar akan dalam dan luar sekeliling.
sepertinya pemikiran MMd harus kembali diluruskan yaitu fenomena anggapan Arahat, kekuatan(bala) dan segala macamnya baru anda bisa melihat maksud dari 2 Sutta yang digunakan Hudoyo.

Sopan santun adalah garis kewajaran masyarakat. dalam Buddhisme ,bukan sopan santun tapi sati(perhatian).jika anda menggunakan kata sopan santun,berarti yang anda ikuti adalah garis sosialnya.

Rekan marcedes,kira2 mengikuti perbincangan awal Hudoyo dengan rekan DC?kalo anda memulai dari pertengahan,mungkin wajar kalo terpancing emosinya.
_/\_.....ini juga sama.....tidak connect dengan maksud saya.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: marcedes on 22 January 2009, 06:20:02 PM
pertanyaan saya sederhana....ketika atau menurut MMD seseorang mengalami ke-eling....dan ditanya oleh seseorang...."apakah sopan-santun dalam ucapan,menjaga tingkah,memelihara Sila,menjaga pikiran...bisa dikatakan perbuatan baik atau buruk?

jika dijawab ya....coba tanya pada diri sendiri..mengapa "ya"
jika dijawab tidak...coba tanya pada diri sendiri mengapa "tidak"
jika tidak dijawab...coba tanya pada diri sendiri mengapa "tidak dijawab"


sy tidak melihat adanya perkembangan panna/kebijaksanaan disini.

Dalam keadaan 'sati/perhatian murni', ditanya tentang sopan santun = perbuatan baik/buruk?
Itu seperti menanyakan 'perbuatan tertentu etis atau tidak bagi kaum homoseksual' kepada seorang heteroseksual.
Seperti anak kecil bertanya pada orang dewasa, "Batman sama Superman itu lebih hebat yang mana?". 
aduh....tidak ngerti juga maksud saya toh....
sudahlah tidak perlu dibahas lagi. _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: dilbert on 22 January 2009, 06:26:25 PM
Karena MMD hanya menggunakan rujukan 2 sutta yaitu Bahiya Sutta dan Malunkyaputta Sutta yang notabene "dikatakan" adalah produk/ajaran BUDDHA sendiri, apakah dengan ini dapat dikatakan bahwa sebenarnya pak Hudoyo bukanlah pendiri MMD, tetapi BUDDHA GOTAMA sendiri-lah pendiri MMD.

Bagaimana kalau rujukannya selain 2 sutta juga rujukan J.Krisnamuti? Lalu apakah Buddha Gotama juga adalah pendiri MMD atau Pak Hudoyo pendirinya MMD? ^-^

rujukan JK ? apakah ada sumber MMD yang menyatakan rujukan JK ? Apakah rujukan JK identik dengan Bahiya Sutta dan Malunkyaputta Sutta ? Jika rujukan JK sama/identik/sepaham dengan 2 sutta tersebut, apakah dapat dikatakan bahwa JK malah merujuk kepada 2 sutta tersebut...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: bond on 22 January 2009, 06:35:32 PM
Karena MMD hanya menggunakan rujukan 2 sutta yaitu Bahiya Sutta dan Malunkyaputta Sutta yang notabene "dikatakan" adalah produk/ajaran BUDDHA sendiri, apakah dengan ini dapat dikatakan bahwa sebenarnya pak Hudoyo bukanlah pendiri MMD, tetapi BUDDHA GOTAMA sendiri-lah pendiri MMD.

Bagaimana kalau rujukannya selain 2 sutta juga rujukan J.Krisnamuti? Lalu apakah Buddha Gotama juga adalah pendiri MMD atau Pak Hudoyo pendirinya MMD? ^-^

rujukan JK ? apakah ada sumber MMD yang menyatakan rujukan JK ? Apakah rujukan JK identik dengan Bahiya Sutta dan Malunkyaputta Sutta ? Jika rujukan JK sama/identik/sepaham dengan 2 sutta tersebut, apakah dapat dikatakan bahwa JK malah merujuk kepada 2 sutta tersebut...

Coba bro search diperdebatan yg dulu2, Pak hud sendiri yg mengakuinya. Tidak identik sama sekali antara JK dengan rujukan kedua sutta tsb.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 23 January 2009, 08:33:49 AM

aduh....tidak ngerti juga maksud saya toh....
sudahlah tidak perlu dibahas lagi. _/\_

Tentu saja saya tidak ngerti. Anda seperti orang yang tak pernah berenang tanya, "kalo berenang, yang benar pake sepatu atau sandal?"
Nanti kalau anda sudah coba 'berenang' (dengan 'gaya/metode' apapun), baru kita lanjut lagi, OK? Semoga saat itu saya ngerti maksud anda.

 _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 23 January 2009, 08:39:34 AM
Coba bro search diperdebatan yg dulu2, Pak hud sendiri yg mengakuinya. Tidak identik sama sekali antara JK dengan rujukan kedua sutta tsb.

Sepertinya MMD tidak berlandaskan ajaran JK, tapi tetap berdasar 2 sutta. Rujukan dari JK itu karena Pak Hud menganggap pengalaman yang dialami JK (yang diungkapkan lewat tulisan2nya) itu sejalan dengan pemahaman Pak Hud setelah menjalani vipassana. 

Jadi misalnya saya meditasi teknik tertentu dan dapat "mata dewa" lalu melihat macam2. Nah, lalu bond kebetulan ada tulis buku tentang "alam lain" yang sesuai dengan yang saya lihat. Karena saya rasa pengalaman kita mirip, maka saya pakai rujukan buku itu tentang "alam lain". Tapi rasanya meditasinya itu tetep bukan berlandaskan buku bond.
Sepertinya begitu.


Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 23 January 2009, 08:49:04 AM
pertanyaan saya sederhana....ketika atau menurut MMD seseorang mengalami ke-eling....dan ditanya oleh seseorang...."apakah sopan-santun dalam ucapan,menjaga tingkah,memelihara Sila,menjaga pikiran...bisa dikatakan perbuatan baik atau buruk?

jika dijawab ya....coba tanya pada diri sendiri..mengapa "ya"
jika dijawab tidak...coba tanya pada diri sendiri mengapa "tidak"
jika tidak dijawab...coba tanya pada diri sendiri mengapa "tidak dijawab"


sy tidak melihat adanya perkembangan panna/kebijaksanaan disini.

Dalam keadaan 'sati/perhatian murni', ditanya tentang sopan santun = perbuatan baik/buruk?
Itu seperti menanyakan 'perbuatan tertentu etis atau tidak bagi kaum homoseksual' kepada seorang heteroseksual.
Seperti anak kecil bertanya pada orang dewasa, "Batman sama Superman itu lebih hebat yang mana?". 
aduh....tidak ngerti juga maksud saya toh....
sudahlah tidak perlu dibahas lagi. _/\_

Lalu apa yang anda maksud?sudah 3 orang yang menanggapi hal yang sama tapi anda bilang salah tanggap, berarti yang salah adalah kita yang salah tanggap atau anda yang kurang bisa berbahasa Indonesia dengan baik dan benar atau sebenarnya anda tidak mengerti sama sekali jalur meditasi dan ikutan nimbrung sehingga tidak satupun member yang tahu isi tulisan anda kecuali anda sendiri. :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 23 January 2009, 09:03:49 AM
pertanyaan saya sederhana....ketika atau menurut MMD seseorang mengalami ke-eling....dan ditanya oleh seseorang...."apakah sopan-santun dalam ucapan,menjaga tingkah,memelihara Sila,menjaga pikiran...bisa dikatakan perbuatan baik atau buruk?

jika dijawab ya....coba tanya pada diri sendiri..mengapa "ya"
jika dijawab tidak...coba tanya pada diri sendiri mengapa "tidak"
jika tidak dijawab...coba tanya pada diri sendiri mengapa "tidak dijawab"


sy tidak melihat adanya perkembangan panna/kebijaksanaan disini.

Dalam keadaan 'sati/perhatian murni', ditanya tentang sopan santun = perbuatan baik/buruk?
Itu seperti menanyakan 'perbuatan tertentu etis atau tidak bagi kaum homoseksual' kepada seorang heteroseksual.
Seperti anak kecil bertanya pada orang dewasa, "Batman sama Superman itu lebih hebat yang mana?". 
aduh....tidak ngerti juga maksud saya toh....
sudahlah tidak perlu dibahas lagi. _/\_

thanks atas pertanyaan bro marcedes....

Apakah ucapan sejenis ("BODOH", "yg Lain ngak perlu...cukup ini aja")  boleh diucapkan oleh meditator mahir yg menjadi teladan banyak orang?
Kenapa ? Apa untung ruginya bagi umat awam ?

saya tidak mengerti maksud2 diatas... tolong dibahas lagi ya...

thanks!
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 23 January 2009, 09:08:12 AM
pertanyaan saya sederhana....ketika atau menurut MMD seseorang mengalami ke-eling....dan ditanya oleh seseorang...."apakah sopan-santun dalam ucapan,menjaga tingkah,memelihara Sila,menjaga pikiran...bisa dikatakan perbuatan baik atau buruk?

jika dijawab ya....coba tanya pada diri sendiri..mengapa "ya"
jika dijawab tidak...coba tanya pada diri sendiri mengapa "tidak"
jika tidak dijawab...coba tanya pada diri sendiri mengapa "tidak dijawab"


sy tidak melihat adanya perkembangan panna/kebijaksanaan disini.

Hudoyo:

Baik pikiran positif maupun pikiran negatif kedua-duanya tidak terlepas dari aku/diri, dan pada hakikatnya adalah sumber dari derita. ... Sadari kedua-duanya tanpa menilai dan memilih-milih: ini positif, ini negatif.










cuma copas aja :P
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 23 January 2009, 09:14:49 AM
thanks atas pertanyaan bro marcedes....

Apakah ucapan sejenis ("BODOH", "yg Lain ngak perlu...cukup ini aja")  boleh diucapkan oleh meditator mahir yg menjadi teladan banyak orang?
Kenapa ? Apa untung ruginya bagi umat awam ?

saya tidak mengerti maksud2 diatas... tolong dibahas lagi ya...

thanks!


hanya mereka yang tidak mengerti tulisan ini menanggapi tulisan saya sebagai cap "bodoh". mungkin memang ketebalan dari debu itu sungguh tebal sehingga meskipun dijelaskan berulang2,sebuah hati yang sudah diliputi oleh dendam,amarah, dan rasa ketidaksukaan menimbulkan keinginan untuk membuat satu serangan yaitu baik atau salah.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 23 January 2009, 09:21:30 AM
Apakah JK juga seorang meditator yg mahir...
dan menulis buku2 meditasi?

Apakah judul2 buku meditasi tsb?

thanks
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 23 January 2009, 09:25:06 AM
Apakah JK juga seorang meditator yg mahir...
dan menulis buku2 meditasi?

Apakah judul2 buku meditasi tsb?

thanks

sudah kebiasaan anda menanyakan pertanyaan yang berulang2 meskipun kalimat berbeda. dan tipikal pertanyaan anda hanya bertanya dan bukan untuk dimengerti setelah dijawab. apakah pemula akan mengetahui maksud dari pertanyaan anda yang mungkin nanti akan bertanya lagi dengan perumpamaan "TOILET" "KERTAS TISSUE" atau "PRODUK JEPANG" dll.
anda bertanya sesuatu yang tidak ingin anda mengerti.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: marcedes on 23 January 2009, 10:02:44 AM
pertanyaan saya sederhana....ketika atau menurut MMD seseorang mengalami ke-eling....dan ditanya oleh seseorang...."apakah sopan-santun dalam ucapan,menjaga tingkah,memelihara Sila,menjaga pikiran...bisa dikatakan perbuatan baik atau buruk?

jika dijawab ya....coba tanya pada diri sendiri..mengapa "ya"
jika dijawab tidak...coba tanya pada diri sendiri mengapa "tidak"
jika tidak dijawab...coba tanya pada diri sendiri mengapa "tidak dijawab"


sy tidak melihat adanya perkembangan panna/kebijaksanaan disini.

Hudoyo:

Baik pikiran positif maupun pikiran negatif kedua-duanya tidak terlepas dari aku/diri, dan pada hakikatnya adalah sumber dari derita. ... Sadari kedua-duanya tanpa menilai dan memilih-milih: ini positif, ini negatif.


cuma copas aja :P

nah,,ini dia.....tetapi sayang pakar nya sudah tidak mau menjawab. _/\_
makanya pula saya melihat tidak tambahnya kebijaksanaan dalam latihan...
malah sebaliknya kebijaksanaan saya seperti orang awam..bahkan menganggap semua itu sama.

pikiran yang terjebak dalam segala konsep merupakan pikiran yang terbelit....tetapi pikiran yang tidak dapat membedakan hitam dan putih merupakan pikiran yang buta.

mengetahui benar dari salah adalah baik...tidak memberikan nilai benar dari salah adalah baik...

tetapi tidak bisa membedakan benar dan salah adalah buta.
belajar dhamma sejauh ini,apakah hanya untuk mengayung ditengah lautan samsara lantas lupa arah?

kita mengetahui salah, untuk mencari benar........terjebak dalam benar dan salah adalah bodoh.....

metode sebaik apapun tidak membawa pada pencerahan,bahkan membawa pada kebahagiaan yang disebut buta...apa bedannya dengan tidak melihat keadaan sekitar lalu berkata di sini indah,walau berada ditengah tumpukan sampah....

tentulah indah bagi diri sendiri...karena hanya diri sendiri ada disitu....
orang bijak tentu lebih mengetahui di sini indah,disitu kotor....dan tidak berada di-kedua tempat merupakan hal yang paling bebas.........lepas-lepas.......


salam metta _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 23 January 2009, 10:03:29 AM
Apakah JK juga seorang meditator yg mahir...
dan menulis buku2 meditasi?

Apakah judul2 buku meditasi tsb?

thanks

sudah kebiasaan anda menanyakan pertanyaan yang berulang2 meskipun kalimat berbeda. dan tipikal pertanyaan anda hanya bertanya dan bukan untuk dimengerti setelah dijawab. apakah pemula akan mengetahui maksud dari pertanyaan anda yang mungkin nanti akan bertanya lagi dengan perumpamaan "TOILET" "KERTAS TISSUE" atau "PRODUK JEPANG" dll.
anda bertanya sesuatu yang tidak ingin anda mengerti.

Thanks bro Nyanadhana atas
masukkannya yg berharga....

posting2 disini kan sering sebut JK...(jadi apakah JK meditator yg mahir?)...
atau memang udah banyak dibahas...(gw yg ngak ngikutin...)

soalnya ada buku JK berjudul spt :
Happy is the Man who is Nothing ~

nah begini malah membuat org pingin tanya....
koq judulnya begitu?...

sorry kalau pertanyaan2 out of topic (MMD)...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 23 January 2009, 10:10:25 AM

soalnya ada buku JK berjudul spt :
Happy is the Man who is Nothing ~

nah begini malah membuat org pingin tanya....
koq judulnya begitu?...


maaf bos anda itu kalau mau bertanya ke orang yang tulis bukunya langsung,tanya ke sini percuma,ga ada yang kenal ama JK yang bisa interview dia kenapa tulis buku seperti itu,baca buku bukan meresapi judulnya tapi meresapi makna dari isi buku tersebut.

nah,,ini dia.....tetapi sayang pakar nya sudah tidak mau menjawab. Namaste
makanya pula saya melihat tidak tambahnya kebijaksanaan dalam latihan...
malah sebaliknya kebijaksanaan saya seperti orang awam..bahkan menganggap semua itu sama.

saya pikir dari semua tulisan yang dipaparkan oleh Hudoyo dan yang sudah praktek, memberikan banyak bahan masukan untuk meditasi,tetapi why anda terus bertanya, kenapa kenapa kenapa? bagaimana bagaimana bagaimana? anda sendiri mencemplungkan delusi pikiran dalam dualitas, ah ini baik,ah ini buruk,jika anda terus berpikir demikian maka anda juga menciptakan Nibbana dualitas yaitu vs. Samsara.
orang yang bijaksana berkata setelah ia praktek,bukan cuman omdo(omong doang) soal teori yang ga habis2. orang setelah mengerti teori ,ia praktek,baru bisa tanya,eh pengalaman saya seperti ini lho. tapi sama sekali saya belum melihat anda praktek atau anda selama ini hanya duduk diam seperti patung Buddha?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: N1AR on 23 January 2009, 10:16:42 AM
:))

sorry kalau pertanyaan2 out of topic (MMD)...
maksudnya muter muter diskusinya yah =)) =))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: marcedes on 23 January 2009, 10:31:01 AM

soalnya ada buku JK berjudul spt :
Happy is the Man who is Nothing ~

nah begini malah membuat org pingin tanya....
koq judulnya begitu?...


maaf bos anda itu kalau mau bertanya ke orang yang tulis bukunya langsung,tanya ke sini percuma,ga ada yang kenal ama JK yang bisa interview dia kenapa tulis buku seperti itu,baca buku bukan meresapi judulnya tapi meresapi makna dari isi buku tersebut.

nah,,ini dia.....tetapi sayang pakar nya sudah tidak mau menjawab. Namaste
makanya pula saya melihat tidak tambahnya kebijaksanaan dalam latihan...
malah sebaliknya kebijaksanaan saya seperti orang awam..bahkan menganggap semua itu sama.

saya pikir dari semua tulisan yang dipaparkan oleh Hudoyo dan yang sudah praktek, memberikan banyak bahan masukan untuk meditasi,tetapi why anda terus bertanya, kenapa kenapa kenapa? bagaimana bagaimana bagaimana? anda sendiri mencemplungkan delusi pikiran dalam dualitas, ah ini baik,ah ini buruk,jika anda terus berpikir demikian maka anda juga menciptakan Nibbana dualitas yaitu vs. Samsara.
orang yang bijaksana berkata setelah ia praktek,bukan cuman omdo(omong doang) soal teori yang ga habis2. orang setelah mengerti teori ,ia praktek,baru bisa tanya,eh pengalaman saya seperti ini lho. tapi sama sekali saya belum melihat anda praktek atau anda selama ini hanya duduk diam seperti patung Buddha?
saya memang hanya umat awam........yang hanya berusaha mencapai nibbbana. _/\_
apa yang saya sampaikan adalah pengetahuan langsung....
menganggap itu praktek atau teori itu merupakan hak anda....

jika anda pakarnya.....bisa beri saya jawaban?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 23 January 2009, 10:38:15 AM
nah,,ini dia.....tetapi sayang pakar nya sudah tidak mau menjawab. _/\_
makanya pula saya melihat tidak tambahnya kebijaksanaan dalam latihan...
malah sebaliknya kebijaksanaan saya seperti orang awam..bahkan menganggap semua itu sama.

pikiran yang terjebak dalam segala konsep merupakan pikiran yang terbelit....tetapi pikiran yang tidak dapat membedakan hitam dan putih merupakan pikiran yang buta.

mengetahui benar dari salah adalah baik...tidak memberikan nilai benar dari salah adalah baik...

tetapi tidak bisa membedakan benar dan salah adalah buta.
belajar dhamma sejauh ini,apakah hanya untuk mengayung ditengah lautan samsara lantas lupa arah?

kita mengetahui salah, untuk mencari benar........terjebak dalam benar dan salah adalah bodoh.....

metode sebaik apapun tidak membawa pada pencerahan,bahkan membawa pada kebahagiaan yang disebut buta...apa bedannya dengan tidak melihat keadaan sekitar lalu berkata di sini indah,walau berada ditengah tumpukan sampah....

tentulah indah bagi diri sendiri...karena hanya diri sendiri ada disitu....
orang bijak tentu lebih mengetahui di sini indah,disitu kotor....dan tidak berada di-kedua tempat merupakan hal yang paling bebas.........lepas-lepas.......


salam metta _/\_

Coba saya yang tanya anda saja yah.
Menurut anda sendiri, benar atau salah, batasannya bagaimana? Apakah yang menentukan sebuah perbuatan itu benar atau salah?

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 23 January 2009, 10:43:30 AM
saya memang hanya umat awam........yang hanya berusaha mencapai nibbbana. Namaste
apa yang saya sampaikan adalah pengetahuan langsung....
menganggap itu praktek atau teori itu merupakan hak anda....

jika anda pakarnya.....bisa beri saya jawaban?


anda lebih pakar karena anda bisa membabarkan pengetahuan langsung anda... _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 23 January 2009, 11:39:06 AM
pikiran yang terjebak dalam segala konsep merupakan pikiran yang terbelit....tetapi pikiran yang tidak dapat membedakan hitam dan putih merupakan pikiran yang buta.
saya coba menanggapi berdasarkan pengalaman saya sendiri ya :)
pikiran memang bertugas membentuk konsep, pendapat, pandangan, filosofi dll
ketika kita berbicara, pasti kita sedang berbicara sesuatu yg konseptual
bahkan ketika kita membicarakan pengalaman yg sama,
misalnya saya & anda "melihat" lukisan monalisa
kemudian kita berbincang2 soal lukisan tsb,
yg kita bicarakan adalah konsep.
yg non-konsep adalah "melihat" itu sendiri.
melihat, mendengar, membau, mengecap, merasakan sentuhan, berpikir adalah non-konsep.
namun adalah sesuatu yg harus "dialami"

Quote
mengetahui benar dari salah adalah baik...tidak memberikan nilai benar dari salah adalah baik...

tetapi tidak bisa membedakan benar dan salah adalah buta.
belajar dhamma sejauh ini,apakah hanya untuk mengayung ditengah lautan samsara lantas lupa arah?
menurut saya, ada keterbatasan bahasa dalam kata "berhentinya pikiran" yg digunakan oleh Pak Hudoyo
jika bathin orang yg belum mengalami "berhentiny pikiran" (versi Pak Hudoyo) mencoba memahami yg disampaikan, kurang lebih yg ditangkap adalah suatu tindakan pembodohan diri. (atau bahkan seperti mengosongkan pikiran, yg jg sering ditepis Pak Hudoyo)
padahal (jika pemahaman saya sama dg Pak Hudoyo), di sana masih ada apa yg dikatakan Buddha kepada Bahiya:
"dalam yg dilhat hanya ada yg dilihat" ... "dalam yg dikenali hanya ada yg dikenali"
yg tidak ada adalah "aku yg melihat", "aku yg mengenali" dan segala respon "aku" lagi...

Quote
kita mengetahui salah, untuk mencari benar........terjebak dalam benar dan salah adalah bodoh.....

metode sebaik apapun tidak membawa pada pencerahan,bahkan membawa pada kebahagiaan yang disebut buta...apa bedannya dengan tidak melihat keadaan sekitar lalu berkata di sini indah,walau berada ditengah tumpukan sampah....

tentulah indah bagi diri sendiri...karena hanya diri sendiri ada disitu....
orang bijak tentu lebih mengetahui di sini indah,disitu kotor....dan tidak berada di-kedua tempat merupakan hal yang paling bebas.........lepas-lepas...
yg paling original adalah pengalaman itu sendiri...
ketika kita mengkonsepkannya agar orang lain mengerti, kita mengkonsepkan berdasarkan pengetahuan yg kita punya & itu dipersepsikan berbeda2 bagi orang yg menerima. tak jarang kita ribut2 soal penerimaan yg berbeda tadi :)



metta

_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: ryu on 23 January 2009, 12:11:08 PM
Seorang biarawan berkata, "Lihat bagaimana bendera bergerak."
Biarawan lain menanggapi, "Tidak, bukan bendera yang bergerak, tetapi angin."
Mendengar perdebatan itu, sang guru menengahi, "Bendera dan angin tidak bergerak. Pikiranlah yang bergerak."
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: marcedes on 23 January 2009, 06:50:11 PM
nah,,ini dia.....tetapi sayang pakar nya sudah tidak mau menjawab. _/\_
makanya pula saya melihat tidak tambahnya kebijaksanaan dalam latihan...
malah sebaliknya kebijaksanaan saya seperti orang awam..bahkan menganggap semua itu sama.

pikiran yang terjebak dalam segala konsep merupakan pikiran yang terbelit....tetapi pikiran yang tidak dapat membedakan hitam dan putih merupakan pikiran yang buta.

mengetahui benar dari salah adalah baik...tidak memberikan nilai benar dari salah adalah baik...

tetapi tidak bisa membedakan benar dan salah adalah buta.
belajar dhamma sejauh ini,apakah hanya untuk mengayung ditengah lautan samsara lantas lupa arah?

kita mengetahui salah, untuk mencari benar........terjebak dalam benar dan salah adalah bodoh.....

metode sebaik apapun tidak membawa pada pencerahan,bahkan membawa pada kebahagiaan yang disebut buta...apa bedannya dengan tidak melihat keadaan sekitar lalu berkata di sini indah,walau berada ditengah tumpukan sampah....

tentulah indah bagi diri sendiri...karena hanya diri sendiri ada disitu....
orang bijak tentu lebih mengetahui di sini indah,disitu kotor....dan tidak berada di-kedua tempat merupakan hal yang paling bebas.........lepas-lepas.......


salam metta _/\_

Coba saya yang tanya anda saja yah.
Menurut anda sendiri, benar atau salah, batasannya bagaimana? Apakah yang menentukan sebuah perbuatan itu benar atau salah?
kita belajar dhamma tentu harus tahu belajar apa itu benar dan apa itu salah........
sehingga tahu batasan benar...

misalkan tubuh ini........seperti ajahn suwaat katakan.........
tidaklah mungkin pikiran ini kekal dan ada "aku" disitu,,,,karena semua itu bentukan.......
atau tidaklah mungkin tubuh ini kekal.....
ini disebut pandangan salah.

dan memandang sesuai alamiah,kenyataan itu disebut pandangan benar....karena selaras.

lalu bagaimana perbuatan baik dikatakan baik...........tentu tidak merugikan diri sendiri dan orang lain........serta dapat membahagiakan diri sendiri dan orang lain.........
dan ini memang alamiah nya...........
karena sepanjang saya hidup bahkan sejarah...belum pernah ada seseorang itu menyukai penderitaan...dan membenci kebahagiaan....

dan semua yang dilakukannya itu semata-mata untuk memuaskan nafsu nya. alias membahagiakan dirinya...hanya saja caranya kadang keliru.

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: marcedes on 23 January 2009, 07:04:30 PM
anda lebih pakar karena anda bisa membabarkan pengetahuan langsung anda... _/\_

cobalah kemukakan pendapat anda.....

ketika ada perantau tidak tahu jalanan / kesasar di kota besar Jakarta.....lalu bertanya pada seseorang penduduk..."pak dimana jalan "hayam wuruk?"
lalu penduduk ini berkata "anda adalah ahli nya karena anda berani datang ke sini"

bagaimana pendapat anda tentang penduduk ini?
tentu penduduk ini kelihatan aneh bukan........

kadang ketika kita tidak tahu menjawab....lebih baik bilang tidak tahu.
atau tidak mengerti apa yang kita tanyakan....lebih baik bertanya lagi apa yang dimaksud.........

dari pada harus berbicara panjang lebar. beribu-ribu kata....
dan tidak bisa menjawab ataupun membantu....dan bahkan jauh dari kenyataan.....
apakah itu bisa dikatakan bijak dalam ucapan?
_/\_

saran ini mau di dengar juga baik,,,,tidak di dengar juga tidak apa-apa..
harap jagalah hati ini. adalah mencerminkan kita ke-arah lebih baik.

Quote
saya pikir dari semua tulisan yang dipaparkan oleh Hudoyo dan yang sudah praktek, memberikan banyak bahan masukan untuk meditasi,tetapi why anda terus bertanya, kenapa kenapa kenapa? bagaimana bagaimana bagaimana? anda sendiri mencemplungkan delusi pikiran dalam dualitas, ah ini baik,ah ini buruk,jika anda terus berpikir demikian maka anda juga menciptakan Nibbana dualitas yaitu vs. Samsara.
orang yang bijaksana berkata setelah ia praktek,bukan cuman omdo(omong doang) soal teori yang ga habis2. orang setelah mengerti teori ,ia praktek,baru bisa tanya,eh pengalaman saya seperti ini lho. tapi sama sekali saya belum melihat anda praktek atau anda selama ini hanya duduk diam seperti patung Buddha?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: marcedes on 23 January 2009, 07:31:58 PM
pikiran yang terjebak dalam segala konsep merupakan pikiran yang terbelit....tetapi pikiran yang tidak dapat membedakan hitam dan putih merupakan pikiran yang buta.
saya coba menanggapi berdasarkan pengalaman saya sendiri ya :)
pikiran memang bertugas membentuk konsep, pendapat, pandangan, filosofi dll
ketika kita berbicara, pasti kita sedang berbicara sesuatu yg konseptual
bahkan ketika kita membicarakan pengalaman yg sama,
misalnya saya & anda "melihat" lukisan monalisa
kemudian kita berbincang2 soal lukisan tsb,
yg kita bicarakan adalah konsep.
yg non-konsep adalah "melihat" itu sendiri.
melihat, mendengar, membau, mengecap, merasakan sentuhan, berpikir adalah non-konsep.
namun adalah sesuatu yg harus "dialami"

Quote
mengetahui benar dari salah adalah baik...tidak memberikan nilai benar dari salah adalah baik...

tetapi tidak bisa membedakan benar dan salah adalah buta.
belajar dhamma sejauh ini,apakah hanya untuk mengayung ditengah lautan samsara lantas lupa arah?
menurut saya, ada keterbatasan bahasa dalam kata "berhentinya pikiran" yg digunakan oleh Pak Hudoyo
jika bathin orang yg belum mengalami "berhentiny pikiran" (versi Pak Hudoyo) mencoba memahami yg disampaikan, kurang lebih yg ditangkap adalah suatu tindakan pembodohan diri. (atau bahkan seperti mengosongkan pikiran, yg jg sering ditepis Pak Hudoyo)
padahal (jika pemahaman saya sama dg Pak Hudoyo), di sana masih ada apa yg dikatakan Buddha kepada Bahiya:
"dalam yg dilhat hanya ada yg dilihat" ... "dalam yg dikenali hanya ada yg dikenali"
yg tidak ada adalah "aku yg melihat", "aku yg mengenali" dan segala respon "aku" lagi...

Quote
kita mengetahui salah, untuk mencari benar........terjebak dalam benar dan salah adalah bodoh.....

metode sebaik apapun tidak membawa pada pencerahan,bahkan membawa pada kebahagiaan yang disebut buta...apa bedannya dengan tidak melihat keadaan sekitar lalu berkata di sini indah,walau berada ditengah tumpukan sampah....

tentulah indah bagi diri sendiri...karena hanya diri sendiri ada disitu....
orang bijak tentu lebih mengetahui di sini indah,disitu kotor....dan tidak berada di-kedua tempat merupakan hal yang paling bebas.........lepas-lepas...
yg paling original adalah pengalaman itu sendiri...
ketika kita mengkonsepkannya agar orang lain mengerti, kita mengkonsepkan berdasarkan pengetahuan yg kita punya & itu dipersepsikan berbeda2 bagi orang yg menerima. tak jarang kita ribut2 soal penerimaan yg berbeda tadi :)

metta

_/\_

sama-sama bagi pengalaman _/\_
ketika saya sedang berusaha mengamati seperti petunjuk.......

ada sebuah kejadian (dari sekian banyak kejadian)
dimana saya ditanyakan sebuah masalah.....
pertanyaan nya sih,,,tidaklah sama...tetapi tidak jauh berbeda....
"apakah peduli kepada teman adalah baik?"

ketika hal ini ditanyakan........batin saya bertolak dengan yang disebut pak hud "aku"
dimana janganlah berproses pada penilaian...label...dsb-nya....
lalu?jika saya berkata baik..apakah maksud kata itu?
jika saya tidak menjawab....apakah maksud dari tindakan itu?

ketika hal ini berlangsung....dari dalam batin saya merasa "something wrong" dengan ini....
ditambah lagi saya membaca beberapa Tipitaka dan disitu ada sebuah hal yang sama dengan yang saya alami....
(tetapi sayang pak hud tidak menjelaskan dan beranggap bahwa Tipitaka itu ditulis oleh orang awam(bukan arahat) )

jadi bertambahlah kebingungan itu.
wajar saja karena referensi nya Tipitaka itu....

Quote
yg paling original adalah pengalaman itu sendiri...
ketika kita mengkonsepkannya agar orang lain mengerti, kita mengkonsepkan berdasarkan pengetahuan yg kita punya & itu dipersepsikan berbeda2 bagi orang yg menerima. tak jarang kita ribut2 soal penerimaan yg berbeda tadi
betul sekali kata anda.......ribut soal itu ini...hanyalah pikiran yang tidak bebas.....

tetapi membandingkan pendapat/pengalaman tanpa pikiran melekat.....sungguh diskusi yang baik.


Quote
menurut saya, ada keterbatasan bahasa dalam kata "berhentinya pikiran" yg digunakan oleh Pak Hudoyo
jika bathin orang yg belum mengalami "berhentiny pikiran" (versi Pak Hudoyo) mencoba memahami yg disampaikan, kurang lebih yg ditangkap adalah suatu tindakan pembodohan diri. (atau bahkan seperti mengosongkan pikiran, yg jg sering ditepis Pak Hudoyo)
padahal (jika pemahaman saya sama dg Pak Hudoyo), di sana masih ada apa yg dikatakan Buddha kepada Bahiya:
"dalam yg dilhat hanya ada yg dilihat" ... "dalam yg dikenali hanya ada yg dikenali"
yg tidak ada adalah "aku yg melihat", "aku yg mengenali" dan segala respon "aku" lagi...
demikian yang saya dengar juga.........

tetapi saya pun berpandangan lain...dan saya hanya sampaikan pandangan saya....berbagi pengalaman saja _/\_
apa yang dilihat sebagai apa yang dilihat..kata-kata ini berkaitan dengan JB 8
begitu melihat tubuh...kita melihat tubuh sebagaimana adanya....
tidak kekal,tidak konstan dan berubah-ubah...

begitu mendengar sebagai apa yang didengar...kata-kata ini berkaitan dgn JB 8
objek suara apapun baik dimasa lampau atau sekarang tidaklah pernah kekal...
ketika kita melekat disitu penderitaan ada...
apakah yang harus di lekat-kan jika ada penderitaan?.....inilah faktor lenyapnya dukkha.

begitu juga apa yang dikenali sebagai apa yang dikenali..

tidaklah mungkin berpandangan bahwa semua itu adalah "milik-ku" atau berhubungan dengan "aku"
dari situ muncullah penderitaan.....
----------------------------------------
sedangkan dalam yang Pak hud ajarkan sejauh yang saya tangkap dan mudah-mudahan salah tangkap _/\_

segala keputusan.....tidaklah baik kita memberi label........karena itu adalah "aku"
termasuk baik dan buruk........misalkan ketika kita ditanyakan tentang
"apakah perbuatan ini baik?"

dalam versi sejauh yang saya tangkap dan mudah-mudahan salah tangkap....
tentu lah ini tidak dijawab.....

sedangkan sejauh saya belajar dhamma tentu jawaban nya berbeda........
"lakukanlah jika baik dalam pandangan mu tentu hasil nya baik....tetapi jangan lupa untuk melihat sekitar mu"

salam....... _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 23 January 2009, 09:50:46 PM
"apakah peduli kepada teman adalah baik?"
_/\_

dalam hal ini saya senada dg Pak Hud, menilai sesuatu "baik" atau "tidak-baik" adalah gerak dari "aku"/ego. di sini permasalahannya bukanlah karena [peduli teman] itu adalah perbuatan yg salah (atau benar).

Quote
ketika hal ini ditanyakan........batin saya bertolak dengan yang disebut pak hud "aku"
dimana janganlah berproses pada penilaian...label...dsb-nya....
lalu?jika saya berkata baik..apakah maksud kata itu?
jika saya tidak menjawab....apakah maksud dari tindakan itu?
bukan "jangan" menilai, namun sadari ketika pikiran kita sedang menilai.
ketika kita menilai, kita tidak sedang sadar/sati :)
ketika anda sadari pikiran sedang menilai, aksi menilai tsb telah berlalu.
ketika aksi menilai anda berlalu, anda tidak butuh jawaban dari pertanyaan menilai tadi.

Quote
ketika hal ini berlangsung....dari dalam batin saya merasa "something wrong" dengan ini....
ditambah lagi saya membaca beberapa Tipitaka dan disitu ada sebuah hal yang sama dengan yang saya alami....
teruskan saja meditasi anda... informasi apapun yg anda terima sebelum meditasi cukup menjadi tolak ukur, jgn dipaksakan utk sama. pengalaman anda berbeda dg saya, pak hudoyo, atau tipitaka, menurut saya itu sah2 saja. nothing wrong

Quote
(tetapi sayang pak hud tidak menjelaskan dan beranggap bahwa Tipitaka itu ditulis oleh orang awam(bukan arahat) )
yah itukan anggapan pak hud...
anggapan saya beda, anggapan anda beda lagi...
anggapan itu berasal dari kerja pikiran kita masing2x
"kejadian pastinya" kita ga ada yg tau. (saya ga ada abhinna utk melihat masa lampau, tidak tau kalau anda :) )

Quote
jadi bertambahlah kebingungan itu.
wajar saja karena referensi nya Tipitaka itu....
saya tidak bertambah binggung kalau beda pendapat dg orang lain atau tipitaka tuh...
kenapa saya harus sama dg orang lain atau tipitaka?
atau sebaliknya
kenapa orang lain atau tipitaka harus sama dg saya?

Quote
betul sekali kata anda.......ribut soal itu ini...hanyalah pikiran yang tidak bebas.....
tetapi membandingkan pendapat/pengalaman tanpa pikiran melekat.....sungguh diskusi yang baik.
wah... saya berpendapat kegiatan membandingkan pikiran kita dg orang lain tetap berasal dari "aku" yg melekat pada pikiran.

Quote
apa yang dilihat sebagai apa yang dilihat..kata-kata ini berkaitan dengan JB 8
begitu melihat tubuh...kita melihat tubuh sebagaimana adanya....
tidak kekal,tidak konstan dan berubah-ubah...

begitu mendengar sebagai apa yang didengar...kata-kata ini berkaitan dgn JB 8
objek suara apapun baik dimasa lampau atau sekarang tidaklah pernah kekal...
ketika kita melekat disitu penderitaan ada...
apakah yang harus di lekat-kan jika ada penderitaan?.....
setuju,

wujud, suara, aroma, rasa, sentuhan, pikiran semua memiliki corak umum yaitu dukkha, anicca, anatta.
walau teori ini sudah kita ketahui, tapi "aku" tidak serta merta langsung melepaskan kemelekatannya.

Quote
inilah faktor lenyapnya dukkha.
ketika kita telah melihat dg jelas 3 corak umum tadi melalui meditasi, itulah lenyapnya dukkha. (bukan faktor lagi)

Quote
begitu juga apa yang dikenali sebagai apa yang dikenali..

tidaklah mungkin berpandangan bahwa semua itu adalah "milik-ku" atau berhubungan dengan "aku"
dari situ muncullah penderitaan.....
menurut saya justru sangat mungkin utk berpandangan bahwa "ini aku"
"kesadaran ini adalah kesadaranku"
"pikiran ini adalah pikiranku"
"tangan ini adalah tanganku"
dst...

bukti singkat saja, saya, kamu & orang lain takut (menolak) akan kematian :)
seberapapun kita membohongin diri dg konsep surga, tabungan karma baik kita, ciu tao, atau dg konsep kebahagiaan lainnya tetap aja kita takut.
kemelekatan kita terhadap eksistensi kita sudah melekat begitu dalam...
bukan cuma manusia, binatang pun punya naluri utk mempertahankan eksistensinya ;)

Quote
segala keputusan.....tidaklah baik kita memberi label........karena itu adalah "aku"
termasuk baik dan buruk........misalkan ketika kita ditanyakan tentang
"apakah perbuatan ini baik?"
melabeli & menilai adalah berbeda...
pada meditasi nafas "keluar" & "masuk" adalah melabeli
sedangkan "baik" atau "tidak baik" adalah menilai
(AFAIK saya rasa pak hud tidak ada melarang & mengatakan itu tidak baik, nasehatnya selalu sama saja, sadari saja)

Quote
dalam versi sejauh yang saya tangkap dan mudah-mudahan salah tangkap....
tentu lah ini tidak dijawab.....
ada banyak pertanyaan yg sebenarnya tercipta dari kemelekatan thd pikiran (intelektual)
pintu indra tempat masuk ransangan dalam Buddhisme ada 6, termasuk pikiran. jadi kemelekatan kita bukan cuma pada 5 indra seperti wujud, suara, bau, dll yah...

menurut saya, menciptakan pertanyaan & mencari jawaban terus adalah kemelekatan thd pikiran.
skr anda masih berada di pertanyaan sederhana, "baik" atau "tidak baik", tapi kalau diikuti terus, pertanyaan anda akan makin canggih. kemelekatan itu makin dituruti akan makin besar.
pertanyaan yg tidak dijawab Buddha pun, menurut saya adalah karena hal ini, bukan karena bathin orang tsb tidak siap.

Quote
sedangkan sejauh saya belajar dhamma tentu jawaban nya berbeda........
"lakukanlah jika baik dalam pandangan mu tentu hasil nya baik....tetapi jangan lupa untuk melihat sekitar mu"
(hasilnya baik utk siapa yah?)
itu adalah suatu keyakinan/filosofi hidup/pandangan, menurut saya bathin yg bebas tidak butuh pembenaran /sandaran seperti ini lagi thd apa yg telah ataupun akan dilakukan.

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: marcedes on 23 January 2009, 11:27:13 PM
Quote
bukan "jangan" menilai, namun sadari ketika pikiran kita sedang menilai.
ketika kita menilai, kita tidak sedang sadar/sati Smiley
ketika anda sadari pikiran sedang menilai, aksi menilai tsb telah berlalu.
ketika aksi menilai anda berlalu, anda tidak butuh jawaban dari pertanyaan menilai tadi.
seperti nya tidak nyambung situasi nya

 _/\_

ketika kita ditanya seseorang "apakah peduli kepada teman itu baik?"
apa jawaban / respon anda(jika sedang sadar menurut versi mmd seperti yang anda pahami)..........


Quote
dalam hal ini saya senada dg Pak Hud, menilai sesuatu "baik" atau "tidak-baik" adalah gerak dari "aku"/ego. di sini permasalahannya bukanlah karena [peduli teman] itu adalah perbuatan yg salah (atau benar).

apakah ini jawaban?..... _/\_

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: marcedes on 23 January 2009, 11:30:27 PM
Quote
bukti singkat saja, saya, kamu & orang lain takut (menolak) akan kematian Smiley
seberapapun kita membohongin diri dg konsep surga, tabungan karma baik kita, ciu tao, atau dg konsep kebahagiaan lainnya tetap aja kita takut.
kemelekatan kita terhadap eksistensi kita sudah melekat begitu dalam...
bukan cuma manusia, binatang pun punya naluri utk mempertahankan eksistensinya Wink
untunglah saya punya pengalaman menarik tentang kematian.....
pernah di vonis mati oleh dokter. _/\_

jadi agak tahu situasi jikalau menghadapi kematian.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: johan3000 on 24 January 2009, 12:37:49 AM
Bukankah pikiran yg tercerahkan spt teratai...
yg TUMBUH (berpikir) dan berkembang (hidup)...
diantara lumpur kotor... tetapi tidak tercemarkan...

kenapa disebut pikiran yg BERHENTI ?
Apakah komputer yg processornya berhenti dpt bekerja?

thanks!
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 24 January 2009, 05:28:10 AM
ketika kita ditanya seseorang "apakah peduli kepada teman itu baik?"
apa jawaban / respon anda(jika sedang sadar menurut versi mmd seperti yang anda pahami)..........
Quote
apakah ini jawaban?..... _/\_

jawaban saya sama seperti sebelumnya:
ketika sadar, pertanyaan akan lenyap, demikian jg dg keperluan mencari jawaban.

yg anda harapkan adalah sebuah jawaban, tentu saja ga nyambung

_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 24 January 2009, 05:38:26 AM
untunglah saya punya pengalaman menarik tentang kematian.....
pernah di vonis mati oleh dokter. _/\_
jadi agak tahu situasi jikalau menghadapi kematian.
maaf, beda...
mendekati kematian tidak membuat seseorang mengerti hakekat sesungguhnya.
menurut saya, orang yg telah mengerti akan melampaui kematian walaupun fisiknya masih ada dan di sini.

_/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 24 January 2009, 08:34:56 AM
kita belajar dhamma tentu harus tahu belajar apa itu benar dan apa itu salah........
sehingga tahu batasan benar...

misalkan tubuh ini........seperti ajahn suwaat katakan.........
tidaklah mungkin pikiran ini kekal dan ada "aku" disitu,,,,karena semua itu bentukan.......
atau tidaklah mungkin tubuh ini kekal.....
ini disebut pandangan salah.

dan memandang sesuai alamiah,kenyataan itu disebut pandangan benar....karena selaras.

lalu bagaimana perbuatan baik dikatakan baik...........tentu tidak merugikan diri sendiri dan orang lain........serta dapat membahagiakan diri sendiri dan orang lain.........
dan ini memang alamiah nya...........
karena sepanjang saya hidup bahkan sejarah...belum pernah ada seseorang itu menyukai penderitaan...dan membenci kebahagiaan....

dan semua yang dilakukannya itu semata-mata untuk memuaskan nafsu nya. alias membahagiakan dirinya...hanya saja caranya kadang keliru.



Nah, ini jawaban yang menarik. :)
Lalu saya mau tanya lagi:
Dalam sebuah meditasi pandangan cerah, yang dimengerti seseorang adalah "ini tubuh/perasaan/pikiran/bentukan pikiran, inilah timbulnya... inilah tenggelamnya" ataukah "perbuatan x adalah sesuai sila dalam Buddhisme/agama lain, perbuatan y adalah tidak sesuai sila dalam Buddhisme/agama lain, perbuatan ini menurut Buddha akan menyebabkan seseorang terlahir di alam x, menyebabkan orang lain kesulitan, sehingga ini adalah perbuatan baik, dan itu adalah perbuatan buruk", bagaimana?

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: marcedes on 24 January 2009, 08:39:57 AM
ketika kita ditanya seseorang "apakah peduli kepada teman itu baik?"
apa jawaban / respon anda(jika sedang sadar menurut versi mmd seperti yang anda pahami)..........
Quote
apakah ini jawaban?..... _/\_

jawaban saya sama seperti sebelumnya:
ketika sadar, pertanyaan akan lenyap, demikian jg dg keperluan mencari jawaban.

yg anda harapkan adalah sebuah jawaban, tentu saja ga nyambung

_/\_
kalau demikian terima kasih telah berdiskusi.... _/\_
sy rasa memang benar-benar tidak nyambung....
karena dimana pertanyaan saya berhubung dengan seseorang yang bertanya kepada meditator...

beda kalau kita melakukannya sendiri..........karena ketika bentuk pikiran kita bertanya....di satu sisi kita sadar....memang pertanyaan itu berlalu...dan tidak butuh di respon..
adalah hal yang sering terjadi pada latihan vipassana

(inilah poin tidak nyambung nya.....) _/\_
yang saya bicarakan 2 individu bercakap
yang anda bicarakan 1 individu bercakap dengan pikiran-nya sendiri.


Buddha Gotama memuji murid nya Sariputta,Upali.....adalah apa?.....
dari mulut Gotama ada kata bijak ada kata tidak bijak adalah apa?....
ada yang benar ada yang salah adalah apa?.......
ada yang baik ada yang tidak baik adalah apa?....
apakah prilaku di puji apakah prilaku tidak di puji?

jadi jangankan Buddha gotama...para siswa nya pun pernah bisa menilai
layak atau tak layak....baik atau tidak baik....bijak atau tidak bijak...dsb-nya

orang yang tidak bisa menilai adalah buta..orang yang melekat pada penilaian-nya adalah bodoh.

sy rasa diskusi kita akhiri sampai di sini..  _/\_
terima kasih sebelum nya
salam.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: marcedes on 24 January 2009, 08:44:40 AM
kita belajar dhamma tentu harus tahu belajar apa itu benar dan apa itu salah........
sehingga tahu batasan benar...

misalkan tubuh ini........seperti ajahn suwaat katakan.........
tidaklah mungkin pikiran ini kekal dan ada "aku" disitu,,,,karena semua itu bentukan.......
atau tidaklah mungkin tubuh ini kekal.....
ini disebut pandangan salah.

dan memandang sesuai alamiah,kenyataan itu disebut pandangan benar....karena selaras.

lalu bagaimana perbuatan baik dikatakan baik...........tentu tidak merugikan diri sendiri dan orang lain........serta dapat membahagiakan diri sendiri dan orang lain.........
dan ini memang alamiah nya...........
karena sepanjang saya hidup bahkan sejarah...belum pernah ada seseorang itu menyukai penderitaan...dan membenci kebahagiaan....

dan semua yang dilakukannya itu semata-mata untuk memuaskan nafsu nya. alias membahagiakan dirinya...hanya saja caranya kadang keliru.



Nah, ini jawaban yang menarik. :)
Lalu saya mau tanya lagi:
Dalam sebuah meditasi pandangan cerah, yang dimengerti seseorang adalah "ini tubuh/perasaan/pikiran/bentukan pikiran, inilah timbulnya... inilah tenggelamnya" ataukah "perbuatan x adalah sesuai sila dalam Buddhisme/agama lain, perbuatan y adalah tidak sesuai sila dalam Buddhisme/agama lain, perbuatan ini menurut Buddha akan menyebabkan seseorang terlahir di alam x, menyebabkan orang lain kesulitan, sehingga ini adalah perbuatan baik, dan itu adalah perbuatan buruk", bagaimana?

_/\_

melihat sebagaimana adanya....tubuh sebagaimana adanya...
perasaan sebagaimana adanya...pikiran dsb-nya..
lihat sifat alami-nya......itulah pandangan benar........karena memang demikian.

baik adalah baik...membuat kita baik,membuat orang lain baik...dan tidak ada pihak yang di rugikan.

buruk adalah buruk....membuat kita buruk,membuat orang lain buruk...dan ada pihak yang dirugikan....
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: marcedes on 24 January 2009, 08:45:46 AM
untunglah saya punya pengalaman menarik tentang kematian.....
pernah di vonis mati oleh dokter. _/\_
jadi agak tahu situasi jikalau menghadapi kematian.
maaf, beda...
mendekati kematian tidak membuat seseorang mengerti hakekat sesungguhnya.
menurut saya, orang yg telah mengerti akan melampaui kematian walaupun fisiknya masih ada dan di sini.

_/\_
namanya juga "agak" ^^
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 24 January 2009, 08:59:31 AM
(inilah poin tidak nyambung nya.....) _/\_
yang saya bicarakan 2 individu bercakap
yang anda bicarakan 1 individu bercakap dengan pikiran-nya sendiri.
yg saya bicarakan bukan proses bercakap2 pikiran sendiri

saya juga rasa cukup _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 24 January 2009, 09:12:08 AM

_/\_

melihat sebagaimana adanya....tubuh sebagaimana adanya...
perasaan sebagaimana adanya...pikiran dsb-nya..
lihat sifat alami-nya......itulah pandangan benar........karena memang demikian.

baik adalah baik...membuat kita baik,membuat orang lain baik...dan tidak ada pihak yang di rugikan.

buruk adalah buruk....membuat kita buruk,membuat orang lain buruk...dan ada pihak yang dirugikan....

OK, lanjut yah :)
Menyadari pikiran sebagaimana adanya, maka kita melihat "ini pikiran, ini timbulnya pikiran, dan ini lenyapnya pikiran".
Bagaimana anda menyadari, "timbulnya pikiran tentang perbuatan baik dan lenyapnya pikiran tentang perbuatan baik"?


Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: chingik on 24 January 2009, 10:05:04 PM
Setelah belajar dhamma dari Sang Buddha langsung , Devadatta malah makin parah. Nah lho.. ^-^
Tanya kenapa..
Apa pernah baca Bahiya sutta gak ? =))

Coba waktu itu ada MMD, pasti ga masuk neraka deh Devadatta. hehe..
Sebenarnya Devadatta tidak mau terima secara penuh apa yang diwejangkan Sang Buddha. Debu rasa iri dia telah menutupi mata dharmanya utk belajar lebih jauh. Begitu juga ketika kita banyak mendengar dhamma, namun ada kecenderungan utk menolak menerapkannya. Menggali ke dasar batin yg paling halus, sebenarnya ini disebut keraguan yg sesungguhnya. Berbanding terbalik dengan saddha. Saddha sejati adalah ketika mendengar dhamma , kita begitu yakin bahwa dhamma tersebut langsung membawa ke arah terbebas nya dukkha maka langsung menerapkannya secara langsung. Seperti orang yang menemukan harta terpendam, langsung diambil dan memanfaatkannya.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: marcedes on 25 January 2009, 12:27:25 AM

_/\_

melihat sebagaimana adanya....tubuh sebagaimana adanya...
perasaan sebagaimana adanya...pikiran dsb-nya..
lihat sifat alami-nya......itulah pandangan benar........karena memang demikian.

baik adalah baik...membuat kita baik,membuat orang lain baik...dan tidak ada pihak yang di rugikan.

buruk adalah buruk....membuat kita buruk,membuat orang lain buruk...dan ada pihak yang dirugikan....

OK, lanjut yah :)
Menyadari pikiran sebagaimana adanya, maka kita melihat "ini pikiran, ini timbulnya pikiran, dan ini lenyapnya pikiran".
Bagaimana anda menyadari, "timbulnya pikiran tentang perbuatan baik dan lenyapnya pikiran tentang perbuatan baik"?
ketika ada bentukan tentang baik...kita melihat itu baik...
tetapi ketika bentukan itu lenyap....yah lenyap juga...

yang masalah nya adalah...ketika itu muncul...biasanya terjadi "aku-bahagia"
dan mengapa anda berbahagia jika sesuatu itu bukan milik-ku?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 27 January 2009, 08:46:23 AM
ketika ada bentukan tentang baik...kita melihat itu baik...
tetapi ketika bentukan itu lenyap....yah lenyap juga...
Ya, betul. Dengan demikian baik dan buruk hanya timbul dan tenggelam di dalam lingkup pikiran yang mengenal "ini sila, ini bukan sila".
Itu seperti "murah Vs mahal" hanya muncul dalam masyarakat yang diatur oleh sistem ekonomi.


Quote
yang masalah nya adalah...ketika itu muncul...biasanya terjadi "aku-bahagia"
dan mengapa anda berbahagia jika sesuatu itu bukan milik-ku?
:) Mengapa pula anda bersedih padahal anda mengetahui sesuatu itu bukan "aku/milikku"? Kalo kambing orang lain yang dicuri 'kan kita ga sedih seperti kalo kambing kita yang dicuri.
"Bukan aku/milikku" ini kalau dibahas secara teoritis tidak akan ada habisnya. Menurut saya, kebahagiaan itu bukan karena mendapatkan keinginan, tetapi karena melepaskan semua keterkondisian. Seperti kisah Thera Bhaddiya yang selalu mengatakan "aho sukham, aho sukham" ("betapa bahagia, betapa bahagia"), yang dicurigai oleh bhikkhu lain bahwa Thera itu masih merindukan kehidupannya sebelum jadi bhikkhu. Belakangan Bhaddiya menjelaskan bahwa kebahagiaan (duniawi) apapun yang bisa dicapai itu adalah rentan perubahan, maka ia walaupun memiliki suatu kondisi membahagiakan, tetap tidak luput dari kekhawatiran dan ketakutan. Setelah melepaskan keinginan akan kebahagiaan (duniawi) tersebut, maka ia bisa bebas dan berbahagia (tanpa kondisi).

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Hendra Susanto on 27 January 2009, 11:30:06 AM
'aku' ucapin kiong hi buat temen2 yang masih aktif ampe sekarang :))
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: marcedes on 30 January 2009, 09:02:34 PM
ketika ada bentukan tentang baik...kita melihat itu baik...
tetapi ketika bentukan itu lenyap....yah lenyap juga...
Ya, betul. Dengan demikian baik dan buruk hanya timbul dan tenggelam di dalam lingkup pikiran yang mengenal "ini sila, ini bukan sila".
Itu seperti "murah Vs mahal" hanya muncul dalam masyarakat yang diatur oleh sistem ekonomi.


Quote
yang masalah nya adalah...ketika itu muncul...biasanya terjadi "aku-bahagia"
dan mengapa anda berbahagia jika sesuatu itu bukan milik-ku?
:) Mengapa pula anda bersedih padahal anda mengetahui sesuatu itu bukan "aku/milikku"? Kalo kambing orang lain yang dicuri 'kan kita ga sedih seperti kalo kambing kita yang dicuri.
"Bukan aku/milikku" ini kalau dibahas secara teoritis tidak akan ada habisnya. Menurut saya, kebahagiaan itu bukan karena mendapatkan keinginan, tetapi karena melepaskan semua keterkondisian. Seperti kisah Thera Bhaddiya yang selalu mengatakan "aho sukham, aho sukham" ("betapa bahagia, betapa bahagia"), yang dicurigai oleh bhikkhu lain bahwa Thera itu masih merindukan kehidupannya sebelum jadi bhikkhu. Belakangan Bhaddiya menjelaskan bahwa kebahagiaan (duniawi) apapun yang bisa dicapai itu adalah rentan perubahan, maka ia walaupun memiliki suatu kondisi membahagiakan, tetap tidak luput dari kekhawatiran dan ketakutan. Setelah melepaskan keinginan akan kebahagiaan (duniawi) tersebut, maka ia bisa bebas dan berbahagia (tanpa kondisi).
gong xi fa cai / selamat hari imlek....bagi yang merayakan _/\_

sy belum lah mencapai kondisi Nibbana....tetapi hanya berusaha belajar memasuki ke sana....

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: K.K. on 30 January 2009, 10:23:21 PM
:) Mengapa pula anda bersedih padahal anda mengetahui sesuatu itu bukan "aku/milikku"? Kalo kambing orang lain yang dicuri 'kan kita ga sedih seperti kalo kambing kita yang dicuri.
"Bukan aku/milikku" ini kalau dibahas secara teoritis tidak akan ada habisnya. Menurut saya, kebahagiaan itu bukan karena mendapatkan keinginan, tetapi karena melepaskan semua keterkondisian. Seperti kisah Thera Bhaddiya yang selalu mengatakan "aho sukham, aho sukham" ("betapa bahagia, betapa bahagia"), yang dicurigai oleh bhikkhu lain bahwa Thera itu masih merindukan kehidupannya sebelum jadi bhikkhu. Belakangan Bhaddiya menjelaskan bahwa kebahagiaan (duniawi) apapun yang bisa dicapai itu adalah rentan perubahan, maka ia walaupun memiliki suatu kondisi membahagiakan, tetap tidak luput dari kekhawatiran dan ketakutan. Setelah melepaskan keinginan akan kebahagiaan (duniawi) tersebut, maka ia bisa bebas dan berbahagia (tanpa kondisi).
gong xi fa cai / selamat hari imlek....bagi yang merayakan _/\_

sy belum lah mencapai kondisi Nibbana....tetapi hanya berusaha belajar memasuki ke sana....



Ya, memang saya juga belum mencapai ke sana, itu hanya pengandaian saja. Dalam lingkup pikiran, ada baik dan buruk, maka kita senang ketika baik dan tidak senang ketika buruk. Ketika sudah tidak terpengaruh oleh pikiran itu, maka baik dan buruk sudah tidak ada. Kebahagiaan itu bukan karena mencapai yang "baik", tetapi karena sudah terlepas dari kondisi tersebut. Contoh lainnya seperti orang kecanduan narkoba; dapet narkoba senang, setelah beberapa saat mau lagi. Kalo ga dapet, sedih. Setelah orang sembuh dari narkoba maka melihat narkoba tidak senang, tidak dapat narkoba juga tidak sedih. Nah, melihat betapa dulu begitu menyedihkan keterkondisian itu, maka orang yang sembuh itu sangat berbahagia telah lepas darinya.

Narkoba itu Lobha-Dosa-Moha, yang membuat kita terus menerus ketagihan.

---
Selamat Tahun Baru Imlek juga.
 _/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: darwin hua on 20 January 2010, 12:19:57 PM

Meditasi Vipassana Bhavana(Meditasi Pandangan Terang) untuk bisa memahami dengan jelasnya apa itu anicca(ketidakkekalan) dukkha(penderitaan) dan Anatta(Tidak ada diri)

Anumodana
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: darwin hua on 20 January 2010, 12:23:11 PM

Mengapa kita bersedih,karena kemelekatan kita terhadap sesuatu tersebut,dan menganggap itu adalah milik kita/milik aku/keegoan yang tinggi,selama ini kita merasa mempunyai Atta,sebenarnya Anatta,segala sesuatu bukan milik kita,bahkan tubuh kita ini juga bukan milik kita.
Kemudian kita tidak memahami dan menembus 4 Kebenaran mulia...yaitu kebenaran Mulia yang pertama yaitu tentang Dukkha...yang terdiri dari 3 aspek lagi yaitu tentang Dukkha,harus dipahami dan telah dipahami...Bukan hanya kita yang menderita,semuanya juga menderita,maka kita harus menerima dengan lapang dada,terima apa adanya.Jikalau itu adalah karma saya,maka saya tetap menjalaninya..
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: darwin hua on 20 January 2010, 12:26:40 PM


Sebenarnya apa yang kita cari dalam meditasi tersebut?kegaiban dan kehebatan?bukan itu tujuann utamanya meditasi..Melainkan adalah menambah kebijaksanaan kita(pandangan terang),menembus 4 Kebenaran Mulia tersebut dan mencapai Nibbana.Dan berusaha melepaskan kemelakatan kita,semakin sedikit kemelakatan,maka hidup semakin bahagia,dan melihat segala sesuatu itu apa adanya,yang membawa kita ke ketenangan dan kedamaian bathin yang luar biasa.

Anumodana
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Johsun on 20 January 2010, 12:30:30 PM
Kalau dhamma, vihara, pengetahuan ajaran, jhana, aliran-aliran,kelompok, apa juga bukan milik kita?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: darwin hua on 20 January 2010, 12:31:09 PM
Kemudian untuk memutuskan lingkaran samsara tersebut,yang menderita tersebut..supaya tidak dilahirkan lagi.Kebahagiaan duniawi hanyalah sesaat saja..Maka kita harus berusaha mengikis kekotoran bathin kita.Jikalau dengan penuh tekad,latihan dengan sungguh-sungguh,ddukung juga karma yang telah mendukung dan objek yang tepat..pasti akan berhasil...

Karma yang mendukung,yaitu,kita harus memupuk kebajikan sebanyak mungkin,seperti 10 kesempurnaan tersebut..Jadi jangan putus aja tetap semangat latihan ..Jalan yang telah ditunjuk oleh Guru kita(Sang Buddha),perahu yang telah tersedia,untuk sampai diseberang juga sudah ada..Mengapa kita harus menunggu lagi...?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Juice_alpukat on 20 January 2010, 12:34:49 PM
Sy pernah diskusi sama pak hud, kalau mencpai nibbana itu sudah tidak ada diri, jadi bingung, tidak ada diri,siapa yg mengalami kebhagiaan nibbana?Katanya tidak ada diri sama sekali? Koq bs tahu?Bingung.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: nyanadhana on 20 January 2010, 06:38:58 PM
kenapa nibbana didekatkan dengan kebahagiaan?adalah manusia yang belum sempurna mencari kebahagiaan , dalam batin mereka yang telah seimbang,kebahagiaan atau kesedihan tidak ada lagi.silahkan cari di Dhammapada dan beberapa referensi Sutta mengenai nibbana
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Juice_alpukat on 20 January 2010, 07:54:57 PM
Pandangan Nihil,tidak ada apapun.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 20 January 2010, 10:07:23 PM
"nibbanam paramam sukham." - nibanna adalah kebahagiaan tertinggi - dhammapada
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 20 January 2010, 10:12:39 PM
Sy pernah diskusi sama pak hud, kalau mencpai nibbana itu sudah tidak ada diri, jadi bingung, tidak ada diri,siapa yg mengalami kebhagiaan nibbana?Katanya tidak ada diri sama sekali? Koq bs tahu?Bingung.

diri disini adalah rasa keakuan (atau ego).
anatta --- menurut saya tidak dapat diartikan "tidak ada diri sama sekali"... coba baca essay anatta dari bhikkhu Thanisaro :)
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 20 January 2010, 10:17:23 PM
Pandangan Nihil,tidak ada apapun.
pandangan nihil?? kok bisa menyimpulkan pandangan nihil?
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: dilbert on 20 January 2010, 10:46:59 PM
Sy pernah diskusi sama pak hud, kalau mencpai nibbana itu sudah tidak ada diri, jadi bingung, tidak ada diri,siapa yg mengalami kebhagiaan nibbana?Katanya tidak ada diri sama sekali? Koq bs tahu?Bingung.

diri disini adalah rasa keakuan (atau ego).
anatta --- menurut saya tidak dapat diartikan "tidak ada diri sama sekali"... coba baca essay anatta dari bhikkhu Thanisaro :)


anatta = not self.... bukan no self...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Juice_alpukat on 20 January 2010, 11:14:21 PM
Msalnya tesla dah mencpai nibbana? Berarti tidak ada diri ya yang mencapai?
Ketika sudah parinibbana?Brarti sbnarnya tidak ada lg kebhagiaan tertinggi itu,karna sbnarnya tidak ada diri/anatta. Nihil.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Juice_alpukat on 20 January 2010, 11:26:39 PM
Sdr dlbrt,bukan aku lantas apa? Tidak ada aku sama sekali > Pandangan Nihil.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Jerry on 21 January 2010, 12:27:20 AM
Pandangan bahwa setelah Nibbana:
- ada diri
- tidak ada diri
- baik ada dan tidak ada diri
- bukan ada dan tidak ada diri

Bukan pandangan yg valid dan mewakili yg diajarkan Sang Buddha.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Juice_alpukat on 21 January 2010, 08:07:49 AM
Pandangan bahwa setelah Nibbana:
- ada diri
- tidak ada diri
- baik ada dan tidak ada diri
- bukan ada dan tidak ada diri

Bukan pandangan yg valid dan mewakili yg diajarkan Sang Buddha.
_/\__/\__/\_
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: tesla on 21 January 2010, 04:17:04 PM
Msalnya tesla dah mencpai nibbana?
belum

Quote
Berarti tidak ada diri ya yang mencapai?
Ketika sudah parinibbana?Brarti sbnarnya tidak ada lg kebhagiaan tertinggi itu,karna sbnarnya tidak ada diri/anatta. Nihil.
kalau tidak salah memang ada syair seperti itu yg diutarakan entah oleh bhikkhu atau tercantum dalam kitab:
Nibbana ada, tetapi tidak ada yg mencapainya...
anyway, coba baca essay Thanissaro: Anatta (http://www.accesstoinsight.org/lib/authors/thanissaro/notself2.html).
mungkin bisa memberi sedikit pencerahan...
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 21 January 2010, 09:04:58 PM
Nibbana ada, tetapi tidak ada yg mencapainya... -> Bhadantacariya Buddhagosa
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: Juice_alpukat on 21 January 2010, 10:05:46 PM
Ada pendritaan ttapi tidak ada yg mendrita.Ada kebhagiaan tapi tak ada yg bhagia.
Ada canda tawa tapi tak ada yg ketawa.
ada kita  yg lagi diskusi tapi tak ada  yg diskusi. ;D

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: dilbert on 22 January 2010, 02:04:27 PM
Sdr dlbrt,bukan aku lantas apa? Tidak ada aku sama sekali > Pandangan Nihil.

Sabbe Sankhara Anicca -- Semua bentukan (sankhara) terus mengalami perubahan (anicca)
Sabbe Sankhara Dukkha -- Semua bentukan (sankhara) tidak memuaskan (dukkha)
Sabbe Dhamma Anatta -- Semua fenomena (dhamma) .........

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: icykalimu on 28 June 2011, 07:44:25 AM
Ada pendritaan ttapi tidak ada yg mendrita.Ada kebhagiaan tapi tak ada yg bhagia.
Ada canda tawa tapi tak ada yg ketawa.
ada kita  yg lagi diskusi tapi tak ada  yg diskusi. ;D

Udana 1.10: "In reference to the seen, there
will be only the seen. In reference to the heard, only the heard. In reference
to the sensed, only the sensed. In reference to the cognized, only the cognized.
That is how you should train yourself. When for you there will be only the seen
in reference to the seen, only the heard in reference to the heard, only the
sensed in reference to the sensed, only the cognized in reference to the
cognized, then, Bahiya, there is no you in terms of that. When there is no you
in terms of that, there is no you there. When there is no you there, you are
neither here nor yonder nor between the two."
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: hendrako on 28 June 2011, 07:52:35 AM
Udana 1.10: "In reference to the seen, there
will be only the seen. In reference to the heard, only the heard. In reference
to the sensed, only the sensed. In reference to the cognized, only the cognized.
That is how you should train yourself. When for you there will be only the seen
in reference to the seen, only the heard in reference to the heard, only the
sensed in reference to the sensed, only the cognized in reference to the
cognized, then, Bahiya, there is no you in terms of that. When there is no you
in terms of that, there is no you there. When there is no you there, you are
neither here nor yonder nor between the two."

Pada bagian manakah pada kutipan di atas yang mengindikasikan bahwa, "I think, therefore I am."?
Mohon dijelasken.
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: waliagung on 20 January 2013, 12:02:29 PM
diam pada saat yg tepat adalah keberkahan,bergerak pada saatnya adalaha ketulusan
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: sala45 on 10 June 2017, 03:19:57 AM
[qute author=hudoyo link=topic=2355.msg34173#msg34173 date=1208522974]
Jawaban untuk Rekan Bond. :)

Cerita dari retret MMD di Samarinda, 19 – 23 Maret 2008:

MMD MENEMUKAN WUJUD FINALNYA

Pada waktu Meditasi Mengenal Diri (MMD) mulai diajarkan pada Mei 2000, modelnya mengikuti meditasi vipassana versi Mahasi Sayadaw. Selama beberapa tahun kemudian, model ini tetap dipertahankan.

Beberapa karakteristik dari meditasi vipassana versi Mahasi Sayadaw adalah:

(1) menggunakan Maha-satipatthana-sutta sebagai referensi,
 
(2) dilandasi oleh usaha (viriya) yang maksimal,

(3) menekankan konsentrasi pada “obyek utama”, yakni napas pada meditasi duduk, dan langkah pada meditasi jalan, di samping menyadari pula segala fenomena lain yang masuk melalui indra-indra selama bermeditasi,

(4) menggunakan beberapa teknik untuk memperkuat konsentrasi, yakni:
- mencatat (naming, labeling) segala sesuatu yang diamati,
- memperlambat semaksimal mungkin segala gerakan tubuh ketika meditasi jalan dan ketika melakukan kegiatan sehari-hari.

(5) bertujuan mencapai ‘nyana-nyana’ (pencerahan, insights) yang bertingkat-tingkat, yang berpuncak pada tercapainya magga & phala, yakni kesadaran ariya (suci) Sotapana dst sampai Nibbana (Nirwana).

--------------------
Ini yg benar, sesuai dgn tuntunan meditasi.
--------------------

Dalam perkembangan MMD selanjutnya, dalam interaksi pembimbing dan para praktisi MMD yang serius, secara berangsur-angsur berkembanglah suatu versi meditasi vipassana yang sama sekali berbeda. Versi vipassana ini banyak diilhami oleh pencerahan & ajaran J. Krishnamurti.

Namun, ini bukan berarti bahwa MMD telah menyimpang dari ajaran Buddha Gotama yang asli. Oleh karena, ternyata kemudian ditemukan sutta-sutta dalam kitab suci Tipitaka Pali yang mengandung ajaran meditasi oleh Buddha Gotama yang persis sama dengan meditasi yang diajarkan oleh J. Krishnamurti. Sutta-sutta itu adalah:
(1) Bahiya-sutta (Udana, 1.10)
(2) Malunkyaputta-sutta (Samyutta-nikaya, 35.95)
(3) Kalaka-sutta (Anguttara-nikaya, 4.24)
Tambahan pula, mengingat sutta-sutta ini termasuk sutta-sutta pendek, dapat disimpulkan mereka berasal dari masa yang relatif lebih tua dari kitab suci Tipitaka Pali.

Sejak tahun 2007 sampai sekarang, praktik MMD berangsur-angsur telah menemukan wujudnya yang final, yang amat berbeda dengan meditasi vipassana versi Mahasi Sayadaw atau dengan teknik-teknik meditasi vipassana lainnya. Beberapa karakteristik MMD yang berbeda itu adalah:

(1) menggunakan Bahiya-sutta, Malunkyaputta-sutta dan Kalaka-sutta sebagai referensi;

(2) sama sekali tidak dilandasi oleh usaha (viriya) - alih-alih menekankan pada sadar/eling (sati) secara pasif (usaha dipahami sebagai gerak dari pikiran/si aku/atta);

(3) tidak menekankan pada konsentrasi, melainkan pengembangan sadar/eling (sati) seluas-luasnya, tanpa mengamati satu obyek dalam waktu relatif lama (tidak ada "mengamati" secara sengaja) – dalam keadaan ini konsentrasi akan berkembang dengan sendirinya—bukan dibuat/disengaja—bersama dengan berkembangnya keheningan;

(4) karena tidak mengembangkan konsentrasi secara sengaja, maka tidak menggunakan teknik apa pun, seperti “mencatat”--yang adalah gerak pikiran--atau memperlambat gerakangerakan tubuh akan melambat dengan sendirinya bersama menguatnya kesadaran;

(5) tidak mempunyai tujuan, cita-cita atau harapan apa pun yang disadari, tidak bertujuan mencapai “nyana-nyana”, bahkan tidak bertujuan mencapai nibbana, di masa depan; alih-alih, sekadar menyadari munculnya si aku/atta dalam segala bentuknya dari saat ke saat, pada saat kini.

--------------------
Ini salah.melamun dgn berada di tengah.
--------------------

Di dalam retret MMD, perbedaan mendasar dengan teknik meditasi vipassana versi Mahasi Sayadaw atau dengan teknik-teknik meditasi vipassana lainnya terlihat nyata pada kesulitan yang dihadapi oleh para peserta retret yang sebelumnya telah terbiasa dengan teknik-teknik meditasi vipassana tertentu. Dalam beberapa jam pertama, mereka harus “membongkar” keterkondisian terhadap teknik-teknik meditasi vipassana itu, untuk dapat masuk ke dalam keheningan MMD yang tanpa teknik, tanpa tujuan dan tanpa usaha apa pun.

Pada beberapa peserta retret yang berhasil mengatasi keterkondisiannya pada teknik-teknik meditasi vipassana tertentu, akan dirasakan suatu kelegaan, keringanan, kejernihan, seolah-olah suatu beban yang berat terlepas dari pundak, yakni “beban meditasi”.

---------------------------
Jelas ringan lha wong tujuannya dilepaz.apa saja tanpa tujuan, sedikit usaha ya ringan.
Semestinya usaha maksimal, seperti bhodisatta di bawah pohon bodhi. Viriya atau mati (tdk mungkin u bodhisatta).

Seperti orang yg berlari, kaki dan tangannya diisi pemberat. Hari 1 sd.3 1kg. Hari 4 sd 6 2kg. Sisanya
5kg.begitu pula viriya, semakin masuk kedalam, viriya mesti bertambah atau vipasanna gugur.
Jk gugur, perhatian pasti tdk ada.mulai berpaling.memperhatikan bunga, kupu, tamu vihara, dsb.

Waktu vipasana, mengurangi makan u mendorong semangat. 3 hari pertama 2 kali mkn. Kemudian 1
Kali makan. Kemudian hanya 5 sendok nasi putih sj. tetap samadi mulai jam 04 pagi s.d jam 08. Malam.

nanti setelah ini bisa, baru belajar, misalnya anathalakhana sutta. Jangan dibalik. Jawaban suttanya diberikan dahulu,
kemudian saat meditasi tinggal memadankan sutta dgn pengalamannya selama melamun di tengah.

pertanyaaan yg timbul. Jika memang benar 5khanda adalah disebut sebagai notself, lantas apa yg tersisa ...

Jawabnya  ya itu tadi .... VIRIYA.Itu baru belajar viriya, belum 6yang lain dari sattasabhojangga.jangan viriya dibuat
notself sehingga jadi melamun ditengah.

jika sdh mdnyadari kekeliruan akibat sinkritis dgn agama lain, tentu segera menghentikan dan kembali pada cara meditasi yg sudah baku.

-------------------------

Mengingat adanya perbedaan-perbedaan mendasar di antara MMD dengan berbagai teknik meditasi vipassana lain, maka semakin dirasa mendesak perlunya sebuah buku panduan MMD yang lengkap.

Di bawah ini disajikan beberapa testimoni dari para peserta retret MMD 3 hari 4 malam di Vihara Ekayana, Samarinda, tgl 19 – 23 Maret 2008.

Pembimbing,
Hudoyo Hupudio

*****

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: sala45 on 10 June 2017, 06:32:20 AM
[qute author=Mr. Wei link=topic=24511.msg454010#msg454010 date=1377340345]
Udana 1.10. Bāhiya: Bāhiya Sutta
Telah kudengar dalam satu kesempatan Sang Bhagavā sedang menetap di dekat Sāvatthi di Hutan Jeta, vihara milik Anāthapiṇdika. Dan pada kesempatan tersebut Bāhiya dari kaum berpakaian kulit sedang menetap di Suppāraka di pantai – penerima jubah, dana makanan, penginapan, & kebutuhan obat-obatan bagi orang sakit. Kemudian, ia sedang sendirian dalam pengasingan, sebaris pemikiran ini kemudian muncul dalam kesadarannya: “Sekarang, dari orang-orang di dunia ini yang adalah arahat atau sudah memasuki jalan menuju ke-arahat-an, apakah aku salah satunya?”

------------------
Samana
------------------

Kemudian seorang devatā yang pernah memiliki hubungan darah dengan Bāhiya dari kaum berpakaian kulit – berbelaskasihan, mengharapkan kesejahteraan dirinya, mengetahui dengan kesadarannya sendiri sebaris pemikiran yang sudah muncul pada kesadarannya – pergi menghadapnya dan setibanya berbicara kepadanya, “Kau, Bāhiya, bukanlah seorang arahat atau sudah memasuki jalan ke-arahat-an. Kau bahkan tidak memiliki latihan yang dapat membuatmu menjadi arahat atau memasuki jalan menuju ke-arahat-an.”

“Lalu siapa, di dunia ini bersama dengan para deva, adalah arahat atau telah memasuki jalan menuju ke-arahat-an?”

“Bāhiya, ada sebuah kota di negara utara bernama Sāvatthī. Di sana ada Sang Bhagavā – seorang arahat, yang berkewaspadaan diri dengan benar – sedang hidup saat ini. Beliau benar-benar seorang arahat dan mengajarkan Dhamma yang membawa menuju ke-arahat-an.

-----------------
rupaJhana 4, kelas unggul
----------------

bersambung
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: sala45 on 10 June 2017, 06:34:03 AM
Kemudian Bāhiya, didera secara mendalam oleh sang devatā, meninggalkan Suppāraka pada saat itu dan, dalam waktu satu malam,1 pergi sepanjang hari menuju tempat Sang Bhagavā sedang menetap di dekat Sāvatthi di Hutan Jeta, vihara milik Anāthapiṇdika. Sekarang pada kesempatan itu, sejumlah besar bhikkhu sedang melakukan meditasi berjalan di tempat dengan udara terbuka. Ia pergi menemui mereka, dan setibanya, berkata, “Di mana, para yang mulia, Sang Bhagavā – sang arahat, yang berkewaspadaan diri dengan benar – sedang menetap?” Kami ingin melihat Sang Bhagavā itu – sang arahat, yang berkewaspadaan diri dengan benar.”

“Sang Bhagavā sudah pergi ke kota untuk menerima dana makanan.”

Kemudian Bāhiya, dengan terburu-buru menginggalkan Hutan Jeta dan memasuki Sāvatthī, melihat Sang Bhagavā sedang menerima dana makanan di Sāvatthī – tenang dan kepercayaan diri tenang yang menginspirasi, menenangkan, indra terasa damai, batin terasa damai, telah mencapai ketenangan penuh dan seimbang, terkendali, terjaga, indranya terkendali, a Great One (nāga). Melihatnya, ia mendekati Sang Bhagavā dan, saat tiba, bersujud, dengan kepalanya berada di kaki Sang Bhagavā, dan berkata, “Ajarkan aku Dhamma, oh Bhagavā! Ajarkan aku Dhamma, oh Yang Telah Pergi, yang akan menjadi kesejahteraan dan kebahagiaan jangka panjang bagiku.”

--------------
Dibbha cakkhu berubah menjadi Dhamma cakkhu
--------------

Ketika hal ini diucapkan, Sang Bhagavā berkata kepadanya, “Bukan waktunya, Bāhiya, kami telah memasuki kota untuk menerima dana makanan.”

Untuk kedua kalinya, Bāhiya berkata kepada Sang Bhagavā, “Tapi sulit sekali untuk mengetahui dengan pasti bahaya apa yang mungkin muncul pada hidup Bhagavā, atau bahaya apa yang mungkin muncul padaku. Ajarkan aku Dhamma, oh Bhagavā! Ajarkan aku Dhamma, oh Yang Telah Pergi, yang akan menjadi kesejahteraan dan kebahagiaan jangka panjang bagiku.”

Untuk kedua kalinya, Sang Bhagavā berkata kepadanya, “Bukan waktunya, Bāhiya. Kami telah memasuki kota untuk menerima dana makanan.”

Untuk ketiga kalinya, Bāhiya berkata kepada Sang Bhagavā, “Tapi sulit sekali untuk mengetahui dengan pasti bahaya apa yang mungkin muncul pada hidup Bhagavā, atau bahaya apa yang mungkin muncul padaku. Ajarkan aku Dhamma, oh Bhagavā! Ajarkan aku Dhamma, oh Yang Telah Pergi, yang akan menjadi kesejahteraan dan kebahagiaan jangka panjang bagiku.”

------------------
Samvega
----------------

“Kemudian, Bāhiya, kau harus melatih dirimu seperti ini: mengacu pada yang terlihat, maka hanya ada yang terlihat. Mengacu pada yang terdengar, hanya yang terdengar. Mengacu pada yang terasa, hanya akan terasa. Mengacu kepada yang diperhatikan, hanya yang diperhatikan. Demikianlah kau harus melatih dirimu sendiri. Ketika bagimu sudah hanya melihat pada acuan yang terlihat, hanya mendengar pada acuan yang terdengar, hanya merasa pada acuan yang terasa, hanya memerhatikan pada acuan yang diperhatikan, kemudian, Bāhiya, kau tidak berhubungan dengan hal itu. Ketika dirimu tidak berhubungan dengan hal itu, maka tidak ada dirimu di sana. Ketika tidak ada dirimu di sana, kau tidak berada di sini atau di sana atau keduanya. Ini, hanya ini, akhir dari penderitaan.”2

-------------
Jhana4 turun jhana 1
Dari jhana 1 naik ke 2 , 3 dan 4 dengan pandangan benar
------------

Dengan mendengarkan penjelasan singkat mengenai Dhamma dari Sang Bhagavā, pikiran Bāhiya dari kaum berpakaian kulit di sana pada saat itu juga terlepas dari arus melalui berkurangnya kemelekatan/makanan. Setelah menasihati Bāhiya dari kaum berpakaian kulit dengan penjelasan singkat mengenai Dhamma, Sang Bhagavā pergi.

------------
Jhana 4 yg baik
Digunakan u mengurangi, mengurai kmd padam.bukan menambah spt sebelum bertemu Buddha.
------------

Tidak lama setelah Sang Bhagavā berlalu, Bāhiya diserang dan terbunuh oleh seekor sapi dengan seekor anak sapi. Kemudian Sang Bhagavā, setelah selesai menerima dana makanan di Sāvatthī, setelah makan, kembali dari menerima dana makanan bersama dengan sejumlah besar bhikkhu, melihat Bāhiya telah meninggal. Saat melihatnya, beliau berkata kepada para bhikkhu, “Bawa tubuh Bāhiya, para bhikkhu, dan, tempatkan pada sebuah tandu dan bawalah pergi, kremasikan dan bangun tanda peringatan baginya. Temanmu dalam kehidupan suci telah meninggal.”



Dijawab, “Seperti yang kau katakana, tuan,” kepada Sang Bhagavā, para bhikkhu – meletakkan tubuh Bāhiya pada sebuah tandu, membawanya pergi, mengkremasikannya, dan membangun tanda peringatan baginya – pergi menghadap Sang Bhagavā. Setibanya, setelah bersujud kepadanya, duduk di sebuah sisi. Saat mereka duduk di sana, mereka berkata kepada beliau, “Tubuh Bāhiya sudah dikremasikan, tuan, dan tanda peringatan baginya sudah dibangun. Apa tujuannya? Apa kehidupannya di masa depan?”

“Para Bhikkhu, Bāhiya dari kaum berpakaian kulit bersifat bijak. Ia melaksanakan Dhamma sesuai dengan Dhamma dan tidak menggangguku dengan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan Dhamma. Bāhiya dari kaum berpakaian kulit, para bhikkhu, sudah terbebas secara total.”

Kemudian, dengan menyadari pentingnya hal tersebut, Sang Bhagavā pada kesempatan itu berseru:

Di mana air, tanah,
api, dan air
tidak memiliki pijakan:


Di sana bintang-bintang tidak bersinar,
matahari tidak dapat terlihat.
Di sana rembulan tidak muncul.
Di sana kegelapan tidak ditemukan.

-----------------
Pembentuk kelahiran, bhava mati
---------------

Dan di mana seorang bijak,
seorang brahmana melalui kebijaksanaannya,
telah merealisasikan (hal ini) untuk dirinya sendiri,
kemudian dari berbentuk dan tidak berbentuk,
dari kebahagiaan dan rasa sakit,
ia terbebaskan.

-------------
Nirodha
-----------

Catatan:
1. Eka-ratti-parivāsena: Frase ini juga bisa berarti, “mengambil persinggahan satu malam” (yakni, beristirahat tidak lebih dari satu malam dalam satu tempat); atau “dengan persinggahan satu malam.” Komentar memilih makna yang digunakan dalam terjemahan, memerhatikan jarak di antara Suppāraka dan Sāvatthī yang berjumlah 120 liga, atau kira-kira 1.200 mil. Dalam versi kisah Bāhiya sendiri, Bāhiya tidak memiliki pencapaian meditatif sama sekali, sehingga kecepatan ajaib dari perjalanannya harus dikatikan baik dengan kekuatan mandeva  atau kekuatan Buddha. Namun, ia mungkin sebenarnya telah memiliki kekuatan konslaentrasi yang besar dengan pencapaian kekuatan psikis melalui dirinya sendiri.
2. Untuk diskusi mengenai instruksi-instruksi tersebut, lihat artikel, “Makanan untuk Pencerahan: Peran dari Perhatian Sesuai”
[/quoe]

--------------------
Mana ada ajaran j.k murti di sutta ini. Bahkan sebelum bertemu Buddha, samana Bahiya tdk spt j.k murti. 

Apa bedanya nasehat Buddha kpd samana ybs dgn nasehat kpd pesertammd. Knp hasilnya berbeda. Bahkan sampai melamun di tengah.

yg original melatih diri dgn tekun, sungguh sungguh, semangat. Yg nyontek tinggal memadankan contekan dengan meditasi melamun ditengah.

Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: sala45 on 10 June 2017, 09:59:40 PM
terjemahan kalaka sutta versi sangha dhammayuth cabang metta arama kurang pas.
Mas dagang jamu, atau siapa sj selain penerjemah versi diatas, tolong bantu terjemahin ya.
nanti kelihatan jelas mmd, j.k murti dan yg sejenis itu tdk sama dgn kalaka sutta.

thankyu sebelumnya


AN 4.24 PTS: A ii 23
Kalaka Sutta: At Kalaka's Park
translated from the Pali by
Thanissaro Bhikkhu
© 2002
On one occasion the Blessed One was staying in Saketa at Kalaka's park. There he addressed the monks: "Monks!"

"Yes, lord," the monks responded.

The Blessed One said: "Monks, whatever in the cosmos — with its devas, Maras, & Brahmas, its generations with their contemplatives & brahmans royalty & common people — is seen, heard, sensed, cognized, attained, sought after, pondered by the intellect: That do I know. Whatever in the cosmos — with its devas, Maras, & Brahmas, its generations with their contemplatives & brahmans, their royalty & common people — is seen, heard, sensed, cognized, attained, sought after, pondered by the intellect: That I directly know. That has been realized by the Tathagata, but in the Tathagata[1] it has not been established.[2]

"If I were to say, 'I don't know whatever in the cosmos... is seen, heard, sensed, cognized... pondered by the intellect,' that would be a falsehood in me. If I were to say, 'I both know and don't know whatever in the cosmos... is seen, heard, sensed, cognized... pondered by the intellect,' that would be just the same. If I were to say, 'I neither know nor don't know whatever in the cosmos... is seen, heard, sensed, cognized... pondered by the intellect,' that would be a fault in me.

"Thus, monks, the Tathagata, when seeing what is to be seen, doesn't construe an [object as] seen. He doesn't construe an unseen. He doesn't construe an [object] to-be-seen. He doesn't construe a seer.

"When hearing...

"When sensing...

"When cognizing what is to be cognized, he doesn't construe an [object as] cognized. He doesn't construe an uncognized. He doesn't construe an [object] to-be-cognized. He doesn't construe a cognizer.

Thus, monks, the Tathagata — being the same with regard to all phenomena that can be seen, heard, sensed, & cognized — is 'Such.' And I tell you: There's no other 'Such' higher or more sublime.


"Whatever is seen or heard or sensed
   and fastened onto as true by others,
One who is Such — among the self-fettered —
wouldn't further claim to be true or even false.

"Having seen well in advance that arrow
where generations are fastened & hung
 — 'I know, I see, that's just how it is!' —
there's nothing of the Tathagata fastened."
Notes

1.
Reading tathagate with the Thai edition.
2.
I.e., the Tathagata hasn't taken a stance on it.
See also: MN 2; MN 58; MN 63; MN 72; AN 10.93; AN 10.94; AN 10.95; AN 10.96; Ud 1.10; Ud 8.1.


Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: sala45 on 11 June 2017, 10:33:17 PM
bagi siswa yg suka samadhi, kemudian mengikuti ajaran mmd, samadi tanpa viriya, melepas tujuan dgn alasan tdk terikat,
maka panca bala yg dimiliki setelah berlatih bertahun tahun merosot dan punah.
tinggal melamun ditengah.

apa yg disampaikan j.k murti dgn pengamatan pasif adalah keliru, tdk sama dgn memisahkan indria dan obyeknya,
tdk sama dgn yg diajar Buddha di taman kalaka dan pertapa subhada, parinibbhana sutta.

itu bukan ajaranBuddha, sudah sinkritis dan modifikasi
Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: sala45 on 11 June 2017, 11:18:16 PM
Mengenai "jalan spiritualitas", secara garis besar ada dua pendapat:

(1) mayoritas terbesar (di semua agama, termasuk agama Buddha) melihat spiritualitas sebagai "jalan" menuju "sesuatu" yang diidam-idamkan. "Sesuatu" yang ideal itu diletakkan di masa depan, dan "jalan" itu membawa dari 'apa yang ada sekarang' (yang ingin diubah) menuju 'apa yang seharusnya' (yang ingin dicapai) di 'masa depan', atau disebut juga "pantai seberang". Pendapat seperti ini berasal dari pembelajaran secara intelektual atas kitab-kitab. (Di dalam kitab Tipitaka itu disebut Jalan Suci Berfaktor Delapan)

(2) segelintir orang (cuma Buddha dan Krishnamurti) menyatakan "tidak ada jalan", melainkan hanya "diam" bersama 'apa yang ada' pada 'saat kini', tanpa memikirkan segala harapan & cita-cita ke 'masa depan'. Pendapat seperti ini berasal dari pengalaman meditasi, tanpa melalui pembelajaran dari buku. (Buddha mengatakan itu di dalam Bahiya-sutta & Malunkyaputta-sutta).

Rekan Tesla mau memadukan kedua pandangan--yang sebetulnya tidak bisa dipadukan itu--dengan mengatakan bahwa "jalan" (#1) itu adalah untuk mencapai keadaan "diam" (#2).

Ibu Lily mempertanyakan apakah "diam" itu bisa sepanjang waktu.

Saya berpendapat, kedua sudut pandang ini tidak bisa dipertemukan. Pandangan yang satu berasal dari pemahaman secara intelektual, pandangan yang lain bukan pemahaman secara intelektual, melainkan secara intuitif berasal dari pengalaman meditasi.

Kalau orang berpikir, harus berupaya dulu untuk sampai pada kesadaran keheningan, maka ia tidak akan pernah hening, karena upaya itu menyiratkan adanya aku yang terus mengharap & berusaha; selama aku ada selama itu pula tidak akan pernah ada keheningan.

Jadi, "diam" itu harus terjadi mulai saat sekarang, betapa pun pikiran ini masih berseliweran, tidak ditunda-tunda dengan sibuk berlatih ini-itu. Justru "diam" itu harus terjadi di tengah-tengah kita berhubungan dengan orang lain, berhubungan dengan dunia sekitar, berhubungan dengan pikiran-pikiran & harapan-harapan kita sendiri. Justru "diam" (dalam arti tidak bereaksi) itu harus terjadi setiap saat, terus-menerus, kalau mau. :)

Sang Buddha kepada Angulimala:

"Angulimala, aku sudah lama berhenti. Kamulah yang masih terus berlari. Apa yang kamu cari? Berhentilah."

Apakah kita tidak terus berlari mengejar "kesadaran", mengejar "nibbana"?

Salam,
hudoyo

y.a angulimala sebelum bhikkhu menguasai jhn4. tdk ada satu ksatria yg mampu menahan pedangnya.
tdk ada manusia yg lolos dari kejaran angulimala.guru angulimala top dlm jhna.

ketika Buddha mengatakan kalimat berhenti, angulimala istirahat di jhn4.
kalimat itulah yg mdnyebabkan angulimala berubah mdnjadi bhikkhu,
mdlepaskan ajaran salah ttg 1000 jari manusia.

gampang memang , namun jika melihat cara brahmana mdlatih samadhi,
sungguh tdk sama dgn kdjadian diatas. Mesti sungguh sunguh, puasa, disiplin.
bukan seenaknya sendiri melepas viriya, nyontek sutta kmd dipadankan dgn apa yg
muncul saat melamun ditengah.

Angulimala mdnguasai iddhipada, lari secepat kijang, tenaga sekuat gajah.




Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: sala45 on 14 June 2017, 08:16:47 PM
[quote auhor=hudoyo link=topic=2355.msg34445#msg34445 date=1208750762]
Nah, mulai dari sini tanggapan saya untuk Rekan Evo dan Rekan Nyanadhana saya satukan saja, karena kedua rekan itu sekarang sudah menampilkan pemahaman yang kurang lebih sama. :)

Rekan Evo mengatakan, "kita akan terpengaruh dengan simbol itu ... hingga untuk melihat batin lebih dalam lagi kita jadi terhambat".

--------------------
masa kaya begini
-------------------

Rekan Nyanadhana mengatakan, "kita kadang melekat pada objek patung itu sendiri ... dalam dirinya merasa ingin hatur sembah ... mungkin dalam vipassana ini akan melencengkan dasar latihannya."

Lalu, Rekan Nyanadhana bertanya, "apakah menurut Pak Hudoyo,bernamaskara juga menjadi sebuah kemelekatan yang harus dihindari?"

---------------------
Upadana dan saddha , kondisi batin yg berbeda.
Tidak ada updana thd saddha.
saddha , dorongan u maju.
updana, terikat dgn proses batin 5 khanda.
saddha diluar proses 5 khanda.
Panca bala tidak sama dgn 5khandha.

nyanadhana bertanya sambil melamun ditengah.
apa yg berbeda dihubungkan, dipadankan..jadi dah updana thd saddha (rupang, simbol).

--------------------

'Melekat" atau "tidak melekat" bukan terletak pada perbuatan namaskara itu sendiri, melainkan tergantung pada motivasi (dorongan batin)[

------------------
tidak benar samvega spt ini.baru sy dengar ada kereta dorong disana. tanha , keinginan
adalah bagian awal dari upadana.bukan proses dorong mendorong

--------------------


/b] apa yang mendorong seseorang melakukan namaskara. Saya rasa kita semua sepakat bahwa namaskara itu suatu perbuatan baik (kusala kamma), bukan? -- berbeda sekali dengan menyembelih ayam, yang merupakan perbuatan buruk (akusala kamma). Kalau menyembelih ayam, saya rasa tidak ada umat Buddha yang mau melakukannya, entah ia ber-vipassana atau tidak. Sebaliknya, dengan bernamaskara, baca paritta dsb orang bisa terlahir dalam alam dewa yang rendah (bukan alam dewa Brahma), atau sebagai manusia yang mempunyai kehidupan yang baik. Begitulah kira-kira diajarkan dalam Agama Buddha. - Nah, tidak mungkinkah orang melekat kepada ritualisme (namaskara, baca paritta), dengan harapan akan memperoleh kehidupan yang lebih baik seperti itu?

--------------------
Jika berdoa di depan rupang Buddha, bukan u kehidupzn yg lebih baik, lantas
untuk apa.
----------------

Nah, sekarang tentang vipassana. Apakah "tujuan" orang melakukan vipassana? "Tujuan" orang melakukan vipassana adalah untuk mengamati secara pasif gerak-gerik badan & batinnya sendiri, termasuk menyadari segala keinginan, harapan & kelekatan-kelekatan yang paling halus, sehingga pada akhirnya batin akan bebas dari aku/atta, sumber dari semua itu. "Tujuan" vipassana bukan untuk berbuat baik, vipassana bukan kusala-kamma; melainkan "tujuan" vipassana adalah untuk bebas dari kamma apa pun, buruk & baik, sehingga orang tidak lahir kembali, itulah yang dinamakan "padam" (nibbana).

Kembali kepada pertanyaan Rekan Nyanadhana, pertanyaan Anda saya ubah sedikit: apakah ada orang ber-namaskara tanpa melekat kepada namaskara itu sendiri? ... Ada. ... Misalkan Rekan Evo adalah siswa Sang Buddha yang telah jauh berkembang vipassana-nya. Ia menyadari gerak-gerik batinnya, termasuk kelekatannya terhadap namaskara, baca paritta dsb, sehingga ia bebas dari kelekatan itu, bebas dari dorongan untuk melakukan namaskara & baca paritta. Satu-satunya minat Rekan Evo adalah terus-menerus mengamati gerak-gerik batinnya sendiri, agar tercapai pembebasan dari aku/atta, tercapai pemadaman (nibbana) dalam hidup ini juga. Tetapi, Rekan Evo sudah keburu berkeluarga. Ia punya kewajiban membesarkan dan mendidik anaknya. Ketika anaknya sudah berumur 2-3 tahun, diajaknya anaknya itu ke vihara, dan kepada anaknya diajarkannya ber-namaskara di depan Buddharupang; tetapi Rekan Evo sendiri--karena vipassana-nya sudah jauh berkembang--sama sekali tidak melekat pada perbuatan namaskara itu sendiri. Bagi dia sendiri, namaskara itu tidak ada artinya sama sekali, karena "tujuan" hidupnya bukan untuk lahir di alam dewa, melainkan untuk mencapai kepadaman (nibbana) dalam hidup ini juga.


Jadi masalahnya bukan ber-namaskara atau tidak, tetapi menyadari apa motivasi kita untuk ber-namaskara kalau kita melakukannya.
-----------------
Tidak bdnar saat namaskara, dilakukan dgn teknik vipasana shg penghormatan
itu ahosi  bernilai 0.kala ada yg spt itu divihara, pasti banyak salahnya.
menghormat tetap menghormat.daripada spt itu lebih baik tdk usah pakai gituan.
langsung sj duduk, krn sedang vipasanna.

takut salah jadi salah beneran.
--------------------


Untuk menyadari motivasi inilah, maka dalam retret-retret MMD disarankan untuk tidak ber-namaskara, baca paritta dsb selama menjalankan retret. Maksud yang sama pula kita lihat mengapa dalam retret-retret vipassana versi Goenka semua Buddharupang ditutup kain atau kertas.



Salam,
hudoyo
[/quote]

-------------------------
masa kaya gitu

inilah contoh akibat melamun ditengah.
saat vipasana, jika kemampuan  meditator mumpuni, ia akan masuk jhzna1.itulah
yg disebut vipasana jhana.seperti air dalam mangkok, tiada riak sedikitpun.
sama kualitas dgn jhana dari samatha. vipasana metode apa sj kecuali mmd.
mmd krn mdlamun ditengah.

hampir semua umat buddha saddhacarita. kelemahan orzng yg mdmiliki kecendrungan saddha
adalah rupang, roda cakkha, buku paritta, hio, dan yg seperti itu.

Krn itu rupang Buddha terpaksa dipindah atau ditutup.saddha mdngantarkan orang
saddharita ke jhana1.namun saddha lah jika munculdominan, akan membuat jhana1 hancur.
hanya muncul 1 per sekian detik, vinyana sdh terserap pd rupang itu.



Title: Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
Post by: sala45 on 15 June 2017, 08:00:23 PM
[quoe author=hudoyo link=topic=2355.msg34467#msg34467 date=1208757731]
Wah, tepat sekali! :D

Ingatkah Anda apa nasehat Sang Budha kepada para bhikkhu yang baru ditahbiskannya? Beliau menganjurkan agar para bhikkhu itu pergi ke hutan, atau ke dalam gua, menjalankan vipassana ... bukan pergi ke Vihara Jetavana dsb. ... Mana ada buddharupang di dalam hutan? :D

------------------
Itu benar jika raja memiliki saddha kpd Buddha, jika tdk sebaiknya meditasi divihara.
Jgn sMpai dianggap meditasi salah, u mencari nomor, tebak skor, jimat atau yg spt itu.
------------

Bentuk meditasinya seperti apa yang kita baca sekarang dalam Bahiya-sutta & Malunkyaputta-sutta:

"Bahiya/Malunkyaputta, lakukan ini: di dalam apa yang terlihat, hanya ada yang terlihat. Di dalam apa yang terdengar, hanya ada yang terdengar. Di dalam apa yang tercerap melalui indra-indra yang lain, hanya ada yang tercerap, di dalam apa yang muncul dalam batin (ingatan), hanya ada ingatan.

---------------------
Sama spt kasus kemenyan, bisa nenyadari kasina, tdk mampu berdiam didalam kasina.
ketika ada riak, sati padam, jadilah melamun ditengah.


-------------------

(Maksudnya: jangan bereaksi, jangan melekat, jangan menolak.) ... Kalau kamu bisa berada dalam keadaan itu, maka KAMU TIDAK ADA. Itulah, dan hanya itulah, akhir dari dukkha ("padam", nibbana)."


---------------------

Beginilah senjata andalan melamun ditengah.dia sama sekali tdk tahu jika satinya padam dzn sdh berlalu.
-
----------------

Di sini tidak ada ritual apa pun, tidak ada konsentrasi, tidak ada pencatatan, tidak ada memperlambat gerakan dengan sengaja.

--------------------
Jika tdk konsdntrasi dibantu pencatatan, kmd gerak cepat,  u pemula apa bisa menghidupkan nyala sdbatang korek.
Masa kaya gitu nulisnya
-----------------

Salam,
hudoyo
[/quote]