//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: sigalovada sutta - [sesaji?] - cara anak memperlakukan orang tuanya  (Read 7216 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Sigalovada Sutta

berikut sepenggal kalimat di sutta ini :
.................................

Dalam lima cara seorang anak memperlakuklan orang tuanya sebagai arah timur:

1.   Dahulu aku ditunjang oleh mereka, sekarang aku kaan menjadi penunjang mereka.
2.   Aku akan menjalankan kewajibanku terhadap mereka;
3.   Aku akan pertahankan kehormatan keluargaku;
4.   Aku akan mengurus warisanku;
5.   Aku akan mengatur pemberian sesaji kepada sanak keluargaku yang telah meninggal.

......................

apa maksud 'sesaji' di sutta ini? dan atau tujuan diadakan? apakah ini maksudnya adalah pelimpahan jasa?
dan apakah bakar2 kertas dalam tradisi tionghoa bisa dimasukkan dalam kategori sesaji?

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: sigalovada sutta - [sesaji?] - cara anak memperlakukan orang tuanya
« Reply #1 on: 24 August 2012, 03:21:05 PM »
ya memberi persembahan kepada leluhur adalah salah satu bentuk pelimpahan jasa, seperti yg biasanya dilakukan oleh orang2 tionghua pada saat cengbeng.

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: sigalovada sutta - [sesaji?] - cara anak memperlakukan orang tuanya
« Reply #2 on: 24 August 2012, 04:02:21 PM »
ya memberi persembahan kepada leluhur adalah salah satu bentuk pelimpahan jasa, seperti yg biasanya dilakukan oleh orang2 tionghua pada saat cengbeng.
dan itu akan bermanfaat buat mereka?
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: sigalovada sutta - [sesaji?] - cara anak memperlakukan orang tuanya
« Reply #3 on: 24 August 2012, 04:21:31 PM »
dan itu akan bermanfaat buat mereka?

ya itu dia point yang akan saya tanyakan, apa maksud sesaji disini seperti :
misal pada hari2 tertentu diadakan pembakaran rumah, uang kertas dengan nilai nominal perlembar mencapai 1M yang ada tulisan HELL BANK NOTE, plus ada mobil, handphone, batangan emas kertas, sampe 'pembantu kertas' pun ada. plus lagi segala sesaji dari buah-buahan, nasi, sampai daging. nah apa ini bermanfaat bagi leluhur kita?

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: sigalovada sutta - [sesaji?] - cara anak memperlakukan orang tuanya
« Reply #4 on: 24 August 2012, 04:35:34 PM »
ya itu dia point yang akan saya tanyakan, apa maksud sesaji disini seperti :
misal pada hari2 tertentu diadakan pembakaran rumah, uang kertas dengan nilai nominal perlembar mencapai 1M yang ada tulisan HELL BANK NOTE, plus ada mobil, handphone, batangan emas kertas, sampe 'pembantu kertas' pun ada. plus lagi segala sesaji dari buah-buahan, nasi, sampai daging. nah apa ini bermanfaat bagi leluhur kita?
kalau bakar2an saya pikir itu tradisi Chinese ya, dan bukan tradisi Buddhisme.
Namun jika persembahan berupa buah, nasi, dll, saya pikir tidak masalah untuk dilakukan..

Kalau di baca dari Tirokudda Sutta

Outside the walls they stand,
   & at crossroads.
At door posts they stand,
   returning to their old homes.
But when a meal with plentiful food & drink is served,
   no one remembers them:
Such is the kamma of living beings.


....
....

For there [in their realm] there's
   no farming,
   no herding of cattle,
   no commerce,
   no trading with money.
They live on what is given here,
   hungry shades
   whose time here is done.


Kalau dari website Samaggiphala :

12.  Maka Raja pun kembali ke tempat tinggalnya. Setelah menyuruh menyiapkan dana yang melimpah, raja mengumumkan waktunya. Yang terberkahi-bersama Sangha para Bikkhu-pergi menuju istana kerajaan, dan duduk ditempat yang telah disediakan, bersama dengan Sangha para Bikkhu. Mahluk-makhlus halus tersebut datang berdiri di luar dinding, dsb. [sambil berpikir], ‘Hari ini mungkin kami akan memperolehnya.’ Maka Sang Buddha membuat agar mahluk-mahluk itu semuanya tampak terlihat oleh raja. Ketika memberikan air-persembahan, raja membaktikan jasa kebajikan itu demikian,’Biarlah ini untuk sanak-saudara.’ Pada waktu itu juga, kolam-kolam yang tertutup teratai muncul bagi para mahluk halus. Mereka pun mandi dan minum. Dengan susah payah, akhirnya kelelahan dan kehausan mereka mereda, dan mereka berubah menjadi keemasan. Ketika memberikan bubur, hidangan, dan makanan surgawi pun muncul bagi mereka. Setelah menyantap semuanya, kemampuan mereka pun menjadi segar kembali. Kemudian, ketika mempersembahkan pakaian dan tempat tinggal, raja juga membaktikan jasa kebajikan itu [206]. Pakaian surgawi, sandal-sandal surgawi3 dan istana-istana surgawi dengan berbagai macam perabot surgawi-seperti misalnya karpet, dipan, dsb.- muncul bagi mereka. Keelokan ini tampak terlihat oleh semuanya, sebagaimana Sang Buddha telah memutuskan agar demikian. Dan raja merasa sangat puas.

Yang saya bold di atas, cukup menarik juga buat dibahas. Apakah jika kita mempersembahkan buah2an dan makanan, dalam sekejap juga muncul makanan untuk para makhluk peta ?

Mohon pencerahannya..

Source :

http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/kn/khp/khp.1-9.than.html#khp-7
http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka/tirokudda-sutta/
 
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: sigalovada sutta - [sesaji?] - cara anak memperlakukan orang tuanya
« Reply #5 on: 24 August 2012, 05:05:41 PM »
Quote
Mereka pun mandi dan minum. Dengan susah payah, akhirnya kelelahan dan kehausan mereka mereda, dan mereka berubah menjadi keemasan. Ketika memberikan bubur, hidangan, dan makanan surgawi pun muncul bagi mereka. Setelah menyantap semuanya, kemampuan mereka pun menjadi segar kembali. Kemudian, ketika mempersembahkan pakaian dan tempat tinggal, raja juga membaktikan jasa kebajikan itu [206]. Pakaian surgawi, sandal-sandal surgawi3 dan istana-istana surgawi dengan berbagai macam perabot surgawi-seperti misalnya karpet, dipan, dsb.- muncul bagi mereka.

dari mana munculnya pakaian surgawi ini? apa karena begitu besarnya jasa yang dilimpahkan raja sehingga seketika para peta tersebut langsung memperoleh manfaatnya. tapi kenapa berupa barang2 seperti sandal, istana, perabot, dll? apa memang inilah yang sesungguhnya dibutuhkan oleh mahkluk peta?

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: sigalovada sutta - [sesaji?] - cara anak memperlakukan orang tuanya
« Reply #6 on: 24 August 2012, 05:36:20 PM »
dari mana munculnya pakaian surgawi ini? apa karena begitu besarnya jasa yang dilimpahkan raja sehingga seketika para peta tersebut langsung memperoleh manfaatnya. tapi kenapa berupa barang2 seperti sandal, istana, perabot, dll? apa memang inilah yang sesungguhnya dibutuhkan oleh mahkluk peta?

coba simak kisah latar belakang Tirokudda Sutta di bawah ini:

----------------------------------------------------------------------------
Ketika masa vassa berakhir dan para bhikkhu telah mengadakan upacara pavarana,  ketiga pengeran melakukan upacara besar untuk menghormati Sang Buddha, dan untuk memenuhi perjanjian mereka dengan sang ayah, mereka mengantarkan Sang Buddha dalam suatu iring-iringan menuju negara sang ayah. Segera setiba di ibu kota Kasi tempat kediaman Raja Jayasena, Buddha Phussa mencapai Parinibbana. (menurut Komentar Samyutta, Buddha Phussa meninggal dunia selagi masih menetap bersama para pangeran).

Sang Ayah, Raja jayasena dan tiga pangeran, perdana menteri dan bendaharawan juga meninggal dunia satu demi satu; mereka terlahir kembali dengan para pelayannya masing-masing di alam Dewa. Saudara perdana menteri yang jahat terlahir kembali di alam sengsara (niraya).

Selama kurun waktu sembilan puluh dua kappa, dimana kelompok pertama yang mencapai alam Dewa meninggal dunia dan terlahir kembali berulang-ulang dari satu alam Dewa ke alam Dewa yang lain, kelompok kedua meninggal dunia dan terlahir kembali berulang-ulang dari satu alam sengsara ke alam sengsara lainnya. Kemudian dalam Bhadda-kappa ini, ketika Buddha Kassapa muncul di dunia, saudara perdana menteri yang jahat terlahir kembali di alam peta.  Pada waktu itu orang-orang melimpahkan jasa, setelah melakukan kebajikan berdana, kepada sanak saudara mereka yang terlahir di alam peta, dengan mengucapkan ‘Idam me natinam hotu’. ‘Semoga jasa kebajikan ini membawa manfaat bagi sanak saudara kami’. Dengan demikian peta yang merupakan sanak saudara mereka di masa lampau memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan.

Melihat peta-peta lain yang memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan, mereka mendekati Buddha Kassapa dan menanyakan “Buddha yang agung, apakah kami dapat menikmati kesejahteraan seperti itu?” “O peta” Buddha Kassapa berkata, “Belum tiba saatnya bagimu untuk dapat menikmati kesejahteraan seperti itu. Setelah satu Antarakappa berlalu, Buddha Gotama akan muncul di dunia; pada waktu itu, ada seorang raja bernama Bimbisara. Sembilan puluh dua siklus dunia yang lalu, terhitung sejak awal Bhadda-kappa ini, Raja Bimbisara adalah sang perdana menteri, dan sanak saudara dekatmu. Raja Bimbisara (saudaramu), setelah mempersembahkan dana kepada Buddha Gotama, akan melimpahkan jasanya kepadamu. Pada waktu itu engkau akan menikmati kesejahteraan demikian.”

Kata-kata penuh harapan dari Buddha Kassapa memberikan kegembiraan kepada peta itu bagaikan mendengar berita “Engkau akan mendapatkan kebahagiaan besok.”

Kemudian ketika kurun waktu antara kemunculan Buddha Kassapa dan Buddha Gotama berlalu, Buddha Gotama kita muncul ke dunia. Ketiga pangeran bersama-sama dengan seribu pelayannya meninggal dari alam Dewa dan terlahir kembali sebagai Brahmana di negara Magadha; pada waktu itu, mereka meninggalkan kehidupan berumah tangga dan menjadi tiga pertapa bersaudara di Gayasisa dengan seribu orang murid pertapa. Perdana Menteri dari tiga pangeran tersebut adalah Raja Bimbisara sekarang, pemimpin Magadha. Bendaharawan dari tiga pangeran itu sekarang adalah Visakha si orang kaya, istri si bendaharawan sekarang adalah Dhammadinna, puteri seorang kaya. Sedangkan yang lainnya adalah para pembantu Raja Bimbisara sekarang.

Untuk versi lebih lengkap silakan baca RAPB buku 1, hal. 885.

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: sigalovada sutta - [sesaji?] - cara anak memperlakukan orang tuanya
« Reply #7 on: 24 August 2012, 06:12:59 PM »
dari mana munculnya pakaian surgawi ini? apa karena begitu besarnya jasa yang dilimpahkan raja sehingga seketika para peta tersebut langsung memperoleh manfaatnya. tapi kenapa berupa barang2 seperti sandal, istana, perabot, dll? apa memang inilah yang sesungguhnya dibutuhkan oleh mahkluk peta?
hasil dari memberi pakaian dan tempat tinggal ...kepada Buddha...

klo di lihat dari posisi indivual..maka hasil dari dana yg diberikan kepada Buddha..memberi hasil terbesar...
klo dari sisi kelompok... maka hasil dari dana yg diberikan adalah kepada Sangha yg terbesar...

masalah perabot, sandal, pakaian, dll...tampaknya mereka memerlukannya...agar terlihat indah, megah, jaya...


...

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: sigalovada sutta - [sesaji?] - cara anak memperlakukan orang tuanya
« Reply #8 on: 24 August 2012, 08:21:37 PM »
sebenarnya apakah yang dibutuhkan oleh makhluk2 itu?
apakah hanya sekedar persembahan (sesajen) atau kah jasa kebajikan?

sekarangkan lagi musim patidana, dan biasanya pada saat upacara itu selalu ada altar khusus dengan berbagai macam sesajen diatasnya juga nama2 almarhum. terkadang ada bahkan mungkin banyak orang cuma numpang nitip nama aja tanpa mengikuti puja dan upacara itu langsung, apakah ini juga bisa menghasilkan buah bagi para leluhurnya yang namanya tertera disana?
seandainya para leluhur itu benar2 terlahir sebagai peta yang bisa menerima jasa kebajikan.

tanya lagi, seandainya seseorang melakukan suatu kebajikan tanpa disertai dengan rasa bahagia, apakah jasa itu akan tetap menghasilkan manfaat ketika dilimpahkan kepada mereka yang membutuhkan?
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline Alucard Lloyd

  • Sebelumnya: a.k.agus
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 529
  • Reputasi: 13
  • Gender: Male
  • buddho
Re: sigalovada sutta - [sesaji?] - cara anak memperlakukan orang tuanya
« Reply #9 on: 24 August 2012, 08:50:58 PM »
sebenarnya apakah yang dibutuhkan oleh makhluk2 itu?
apakah hanya sekedar persembahan (sesajen) atau kah jasa kebajikan?

sekarangkan lagi musim patidana, dan biasanya pada saat upacara itu selalu ada altar khusus dengan berbagai macam sesajen diatasnya juga nama2 almarhum. terkadang ada bahkan mungkin banyak orang cuma numpang nitip nama aja tanpa mengikuti puja dan upacara itu langsung, apakah ini juga bisa menghasilkan buah bagi para leluhurnya yang namanya tertera disana?
seandainya para leluhur itu benar2 terlahir sebagai peta yang bisa menerima jasa kebajikan.

tanya lagi, seandainya seseorang melakukan suatu kebajikan tanpa disertai dengan rasa bahagia, apakah jasa itu akan tetap menghasilkan manfaat ketika dilimpahkan kepada mereka yang membutuhkan?

Pertama apakah kita percaya akan ritual yang ada?
Kedua apakah kita niat melimpahkan jasa perbuatan baik kita kepada leluhur kita?
Ketiga apa manfaat yang kita dapatkan dari niat pelimpahan jasa tersebut?

Dati 3 pertanyaan tersebut akan menjawab pertanyaan cece hema ;D
Agama ku tidak bernama
Karena guru ku telah parinibbana
Yang tertinggal hanyalah dahmma
Agar aku dapat mencapai nibbana

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: sigalovada sutta - [sesaji?] - cara anak memperlakukan orang tuanya
« Reply #10 on: 24 August 2012, 09:12:11 PM »
Pertama apakah kita percaya akan ritual yang ada?
Kedua apakah kita niat melimpahkan jasa perbuatan baik kita kepada leluhur kita?
Ketiga apa manfaat yang kita dapatkan dari niat pelimpahan jasa tersebut?

Dati 3 pertanyaan tersebut akan menjawab pertanyaan cece hema ;D
untuk sekarang ini jujur saya kurang yakin dengan ritual2 semacam itu.
niat ada om, iya niat, setelah niat kemudian melakukan satu kebajikan tapi setelah kebajikan itu dilakukan sama sekali tidak menimbulkan kebahagiaan bahkan dalam diri kita sendiri, jika itu dilimpahkan apakah akan membuahkan manfaat?
saya sering ragu ketika mengalami kondisi seperti ini.
untuk pertanyaan ketiga, g tau, mungkin g ada manfaat yang luar biasa bagi kita selain rasa puas dan tenang karena berpikir bahwa kita telah melakukan apa yang seharusnya kita lakukan dan sanak keluarga kita bahagia di alam lain.


saya pernah melakukan satu kebajikan kecil kepada orang yang juga dianggap kecil dimata masyarakat, tapi setelah melakukan itu, timbul perasaan bahagia dalam diriku. perasaan itu bertahan cukup lama, dan ketika itu saya merasa bahwa "ooh, mungkin perasaan bahagia inilah yang seharusnya saya limpahkan kepada para leluhur, sanak keluarga, dan semua makhluk yang membutuhkan sehingga mereka juga bisa ikut berbahagia, merasakan kebahagiaan yang sama seperti apa yang saya rasakan sekarang berkat jasa kebajikan yang sebelumnya telah saya lakukan"
soalnya dulu sekali saya pernah  dikasi tau kalo ada satu makhluk alam peta yang hidup dari jasa2 kebajikan, ketika kita melakukan jasa dan mengingat mereka maka itu adalah makanan bagi mereka, nah tapi kalo kita sendiri tidak bahagia dengan suatu jasa, bagaimana untuk mengharapkan supaya yang lain berbahagia??
g tau betul apa salah, puyengg.. ::)
« Last Edit: 24 August 2012, 09:16:49 PM by hemayanti »
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline Alucard Lloyd

  • Sebelumnya: a.k.agus
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 529
  • Reputasi: 13
  • Gender: Male
  • buddho
Re: sigalovada sutta - [sesaji?] - cara anak memperlakukan orang tuanya
« Reply #11 on: 24 August 2012, 10:30:38 PM »
untuk sekarang ini jujur saya kurang yakin dengan ritual2 semacam itu.
niat ada om, iya niat, setelah niat kemudian melakukan satu kebajikan tapi setelah kebajikan itu dilakukan sama sekali tidak menimbulkan kebahagiaan bahkan dalam diri kita sendiri, jika itu dilimpahkan apakah akan membuahkan manfaat?
saya sering ragu ketika mengalami kondisi seperti ini.
untuk pertanyaan ketiga, g tau, mungkin g ada manfaat yang luar biasa bagi kita selain rasa puas dan tenang karena berpikir bahwa kita telah melakukan apa yang seharusnya kita lakukan dan sanak keluarga kita bahagia di alam lain.


saya pernah melakukan satu kebajikan kecil kepada orang yang juga dianggap kecil dimata masyarakat, tapi setelah melakukan itu, timbul perasaan bahagia dalam diriku. perasaan itu bertahan cukup lama, dan ketika itu saya merasa bahwa "ooh, mungkin perasaan bahagia inilah yang seharusnya saya limpahkan kepada para leluhur, sanak keluarga, dan semua makhluk yang membutuhkan sehingga mereka juga bisa ikut berbahagia, merasakan kebahagiaan yang sama seperti apa yang saya rasakan sekarang berkat jasa kebajikan yang sebelumnya telah saya lakukan"
soalnya dulu sekali saya pernah  dikasi tau kalo ada satu makhluk alam peta yang hidup dari jasa2 kebajikan, ketika kita melakukan jasa dan mengingat mereka maka itu adalah makanan bagi mereka, nah tapi kalo kita sendiri tidak bahagia dengan suatu jasa, bagaimana untuk mengharapkan supaya yang lain berbahagia??
g tau betul apa salah, puyengg.. ::)

Pertama berarti ada keraguan dalam bathin cece,...
Kedua kebahagian itu timbul bisa dihati kita tapi bisa juga dihati orang yang kita bantu contoh saat kita memberi bantuan kepada seorang anak kecil mungkin sedikit permen, bagi kita ini hal yang biasa tidak membuat kita bahagia, tetapi mungkin bagi sianak ini adalah suatu yang membahagiakan mendapatkan permen itu. Seperti kita melakukan pelepasan mahluk hidup mungkin bagi kita ya biasa saja bagi mahluk hidup yang kita lepas ini adalah kebebasan yang membawa kebahagian terlepas setelah kita lepas hewan itu jadi mangsa mahluk lain karena kita tak ada niat kesana berarti bukan bagian perbuatan kita. Kebahagian yang telah kita buat untuk orang lain ini adalah jasa yang bisa kita limpahkan kepada leluhur sebelum kita. Jadi terlepas kita bahagia atau tidak. Contoh lain kenapa membangun jembatan atau rumah ibadah merupakan jasa baik yang besar, mungkin kita tidak merasakan secuil kebahagian apapun? Ini karena saat jembatan itu jadi atau rumah ibadah itu jadi dan digunakan oleh banyak orang dan banyak orang mendapatkan manfaat dan kebahagian atas perbuatan kita ini maka sebenarnya ini menjadi jasa yang menimbulkan kebahagian dalam perbuatan kita.
Ketiga jangan pusing karena belum mendapatkan jawaban yang kita harapkan tapi jadikan sebuah semangat untuk mencari lebih banyak informasi yang belum kita peroleh untuk kemajuan perpustakaan kehidupan kita sendiri.
Agama ku tidak bernama
Karena guru ku telah parinibbana
Yang tertinggal hanyalah dahmma
Agar aku dapat mencapai nibbana

Offline thres

  • Teman
  • **
  • Posts: 62
  • Reputasi: 4
Re: sigalovada sutta - [sesaji?] - cara anak memperlakukan orang tuanya
« Reply #12 on: 27 August 2012, 02:36:14 PM »
Sedikit percapakan tentang pelimpahan jasa:

Bhante: sekarang bhante ajarkan... setiap kali kamu selesai makan, lakukan pelimpahan jasa. Setelah makan, rasa laparmu hilang dan kamu merasa puas. Nah, ucapkanlah (dalam hati) semoga kebajikan ini dapat bermanfaat juga untuk almarhum atau makhluk-makhluk lain.

Thres: Saya kira, pelimpahan jasa dilakukan setelah kita melakukan kebajikan. Saya baru tau kalo setelah makan juga bisa.

Bhante: Lho, makan juga adalah kebajikan. Setelah minum, juga bisa. Atau di kantor, misalnya kamu memberi permen ke bawahan kamu, kamu bisa juga melakukan pelimpahan jasa. Pelimpahan jasa bertujuan melatih sila dan melatih rasa hormat.

Thres: melatih rasa hormat itu, maksudnya rasa hormat ke almarhum ya, bhante?

Bhante: iya.

Thres: kalo melatih sila, maksudnya bagaimana?

Bhante: rasa hormat itu, ya sila. Sila itu luas. Pelimpahan jasa juga sama dengan dana. Orangtua kamu masih hidup?

Thres: papa sudah meninggal, bhante.

Bhante: Nah, itu ladang kebajikan yang bagus sekali itu... Jadi, sehabis makan, lakukan pelimpahan jasa. Dengan sering-sering melakukannya, maka akan menjadi kebiasaan yang baik, membentuk kecenderungan yang baik dalam dirimu. Jangan lupa juga untuk terus menjaga sila karena semakin baik sila-mu, pelimpahan jasa juga semakin bermanfaat untukmu dan almarhum.

Thres: Saya pernah lihat foto, banyak orbs di suatu pesta. Mungkin menunggu pelimpahan jasa ya, bhante?

Bhante: ya, ndak bisa. Mereka tidak bisa mendapatkan apa-apa kalau tidak kita upacarakan.

Thres: Upacara bagaimana, bhante?

Bhante: Upacara itu bukan ritual baca paritta, bukan ritual atau acara di vihara . Tapi ya itu tadi, sebutkan dalam hati “semoga kebajikan ini bermanfaat bagi siapa...”. Itu maksud bhante dengan upacara.

« Last Edit: 27 August 2012, 02:39:11 PM by thres »

Offline kakao

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.197
  • Reputasi: 15
  • Gender: Male
  • life is never sure, but die is certain
Re: sigalovada sutta - [sesaji?] - cara anak memperlakukan orang tuanya
« Reply #13 on: 27 August 2012, 03:34:17 PM »
kalau menurut saya, sesaji itu memang tradisi orang tionghoa, mungkin keturunan nya juga ya.
sebenarnya simple, memang tradisi itu dari ajaran nabi Khonghucu, karena kakao besar dilingkungan tridharma jd tahu sedikit.
pembakaran rumah2an, sesaji dll itu jaman dahulunya berasal dari pihak keluarga kerajaan, asal muasanya pun kakao ceritakan ya:
      Dahulu kala, ada seorang raja yang yang sudah tua dan takut jika suatu hari akan mati... maka dipanggilnya satu persatu kabinetnya, mulai dari mentri dan para jendral, satu2 diberikan pertanyaan, bersediakah menemani sang Raja jika Raja Mangkat(meninggal) kelak? karena kesetiaanya terhadap sang Raja, hampir sebagian Mentri terutama pejabat2 setia menyatakan sanggup dan bersedia mati mendampingi sang Raja.
dan berita ini kemudian menyebar dari pihak Ibukota sampai kependuduk desa....
     Suatu ketika seorang Biarawan Bijaksana mendengar Khabar tersebut, dan mengumpulkan informasi itu, dan ia berpikir jika semua pejabat setia ikut mati ketika sang Raja mangkat, maka Negri ini akan dipimpin oleh orang-orang yang tdk bertanggung jawab dan org2 licik, dan lambat laun ketentraman negripun akan hancur jika semua pejabat setia itu tiada.
akhirnya ia nekad menemui Sang Raja menuju Istana.
Raja menyambutnya, dan mulai bercerita akan ketakutannya ketika seseorang meninggal dunia.
Biarawan itu menjelaskan Proses kehidupan, dan menesehati Raja, jika semua pejabat ikut meninggal, maka negara akan hancur, dan rakyat akan sengsara.
Memikirkan perkataan Biarawan itu, akhirnya raja meminta petunjuk kepada Biarawan agar semua pejabat setia juga tdk menanggung malu mengingkari janjinya terhadap Raja dan negara, juga tdk ikut mati jika dirinya mati, bagaimana baiknya??
    Biarawan itu punya usul memanggil kembali satu persatu pejabat setianya, lalu telah menyiapkan beberapa tukang pengrajin untuk membuat miniatur yang sama persis dengan pejabat itu(sehingga terciptalah orang2an kertas waktu itu). dan Raja menyambut baik ide itu, sehingga pejabatnya tdk perlu ikut meninggal bersamanya.dan setelah semua pejabat2 itu digambarkan dan dibentuk melalui bambu dan kertas, maka dibuat kan pula miniatur kerajaan dengan bahan bambu dan kertas juga mirip dengan kerajaan kala itu.
Para pejabat setiapun diberitahukan Raja bahwa jika dirinya mangkat, maka miniaturnyalah yang menemaninya kealam baka dengan cara dibakar, dan para pejabat merasa lega, karena bisa lepas dari kematian dan tdk melanggar sumpahnya.
    Dan saat aja tersebut meninggal dunia, tampak diistana dengan menggenakan kain putih semua membawa rumah2an, orang2an, berjalan beriringan menuju areal pemakaman, (nah disini Rakyat melihat Bahwa jika orang meninggal harus membawa Rumah2an dan Orang-orangan, karena Rakyat enggan menanyakan nya dan menjadi tradisi sampai sekarang ).
lalu pihak kerajaan membakar semua org2an dan rumahan itu, Rakyatpun hanya melihat saja tampa bertanya apa maknanya, dan mulai mempelajarinya..
dari cerita diatas, maknanya adalah ketakutan raja kala itu, tapi rakyat melihat bahwa mungkin itu adalah tatacara mengurus orang meninggal,..sebenarnya tdk ada yang salah, sampai tradisi ini terbawa keindonesia.
sebenernya simple saja, kami org2 keturunan Tionghoa tradisi spt ini memang ada sejak dahulu dan kami hanya bisa mengikutinya saja, logikanya begini, jika orangtua meninggal, trus anak2nya tdk ada yang mengadakan ritual sesaji atau membeli rumah2an, dan tetangga yang datang akan menjugde, bahwa anak2nya tdk berbakti, anak2nya mungkin sdh pindah agama, atau anak2nya memang sengaja atau pelit mengeluarkan uang(itu pola pikir langsung tetangga, karena yg diketahui mereka kan itu tradisi turun temurun), trus anaknya beragama Buddha menjelaskan, bahwa kita nggak usah sembahyang pakai ini dan itu, cukup buah saja, dan tdk perlu pakai rumah2an,dan bilang tiada manfaat,(memang benar lbh bermanfaat uang itu didanakan) tapi pandangan tetangga kita selum tentu mereka itu Buddhis semua apalagi generasi yang tua-tua, kalau kakao pribadi, kakao lebih memilih akan keluar uang beli semua sesajen dan rumah2an sebagaimana layaknya org2 atau tetangga2 lakukan, demi apa, demi menjaga kehormatan keluarga.itu aja. seperti nabi khonghucu pernah berkata : " Bukan kambing, ayam dan ikan serta harta yang disayangkan, tetapi Tradisi dan ritualnya yang disayangkan" maksud Nabi disini adalah Tradisi akan menghilang, makna sebenarnya adakan upacara perkabungan adalah temu keluarga, sesibuk apapun, dimanapun, ketika org tua meninggal, hendaknya melihat dan memberikan penghormatan terakhirnya dan mengebumikannya layaknya mengebumikan manusia.inilah yang disayangkan oleh nabi, tradisi akan tergantikan dan nanti generasi berikutnya tdk akan mengingat dan tahu bagaimana caranya.. ;D  _/\_
"jika kau senang hati pegang jari, jika kau senang hati pegang jari dan masukan kehidungmu !!"
[img]http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/c/c3/Sailor_moon_ani.gif[img]

Offline Alucard Lloyd

  • Sebelumnya: a.k.agus
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 529
  • Reputasi: 13
  • Gender: Male
  • buddho
Re: sigalovada sutta - [sesaji?] - cara anak memperlakukan orang tuanya
« Reply #14 on: 27 August 2012, 09:41:11 PM »
Saya pun masih melakukan tradisi bakar kertas karena ini sudah kebiasaan dari tradisi. Sisi baik nya ya satu keluarga besar kumpul bersama.
Agama ku tidak bernama
Karena guru ku telah parinibbana
Yang tertinggal hanyalah dahmma
Agar aku dapat mencapai nibbana