//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Kepercayaan-kepercayaan yang ada pada jaman Sang Buddha  (Read 26399 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Kepercayaan-kepercayaan yang ada pada jaman Sang Buddha
« on: 09 May 2008, 08:55:30 AM »
6 guru sesat : Purana Kassapa, Makhali Gosala, Ajita Kesakambala, Pakudha Kaccayana, Nigantha Nataputta, Sanjaya Velatthaputta.

1. Purana Kassapa dapat digolongkan sebagai aliran bukan tindakan/non-action  (akiriya-vada). Artinya adalah menyangkan segala perbuatan berkehendak, baik atau buruk. Jiwa (Atta) bersifat pasif, tidak terpengaruhi baik atau buruk, kenyataan mutlak terletak di luar kebajikan dan kejahatan. Purana Kassapa menolak dalil karma. Dikenal juga dengan ahetuvadin, yaitu menyangkal penyebab.

http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka/sutta/digha/samannaphala.html
Quote
SAMANNA PHALA SUTTA
(Faedah-faedah dari Kehidupan Seorang Petapa)

1. Demikian yang telah kami dengar : Pada suatu ketika Sang Bhagava sedang berdiam di Rajagaha, di Hutan Mangga milik tabib Jivaka Komarabhacca bersama-sama dengan seribu dua ratus lima puluh bhikkhu. Pada waktu itu hari Uposatha tanggal lima belas dari bulan Kattika. Malam itu bulan purnama sedang bulatnya; Raja Ajatasattu dari Magadha, putra Ratu Videha, sedang duduk di teras istananya tingkat atas dengan dikelilingi oleh para menterinya. Pada hari Uposatha yang keramat itu, raja bersabda : "Betapa menyenangkan, Saudara-saudara, malam terang bulan ini! Betapa indahnya, dan menyenangkan bulan purnama ini, dan betapa sejuknya Saudara-saudara, malam terang bulan ini! Betapa agungnya, Saudara-saudara, pertanda dari malam terang bulan ini! Petapa atau Brahmana manakah kiranya yang dapat kita kunjungi malam ini, yang akan dapat memuaskan batin kita?"

2. Ketika Raja Ajatasattu selesai berkata demikian, salah seorang menteri berkata kepadanya : "Baginda, di sana ada Purana Kassapa; kepala suatu kelompok petapa, mempunyai banyak pengikut, guru suatu aliran, termashur dan terkenal sebagai seorang sophi; dihormati oleh orang banyak, berpengalaman, telah lama menjadi petapa, tua dan matang dalam kehidupan. Lebih baik Baginda pergi berkunjung kepadanya. Dengan pergi mengunjunginya, kemungkinan hati Baginda menjadi tenang dan damai." Namun, setelah ia selesai berkata demikian, Raja Ajatasattu tetap diam.

8. Pada waktu itu tabib Jivaka Komarabhacca duduk berdiam diri, tidak jauh dari raja. Kemudian raja berkata kepada Jivaka Komarabhacca: "Jivaka, mengapa engkau tetap berdiam diri, tidak berkata apa pun?"

"Baginda, Sang Bhagava, Yang Maha Suci, Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna, kini sedang berdiam di Hutan Mangga milik kita, bersama dengan anggota bhikkhu-sangha sebanyak seribu dua ratus lima puluh. Demikianlah berita baik mengenai Gotama, Sang Bhagava yang telah tersebar luas : 'Sang Bhagava', Yang Maha Suci, Yang telah Mencapai Penerangan Sempurna, sempurna pengetahuan serta tindak tanduk-Nya, sempurna menempuh Jalan, Pengenal segenap alam, Pembimbing yang tiada tara bagi mereka yang bersedia untuk dibimbing, Guru para dewa dan manusia, Yang Sadar, Yang Patut Dimuliakan. Lebih baik Baginda pergi berkunjung kepada Sang Bhagava. Dengan pergi mengunjunginya, kemungkinan hati Baginda menjadi tenang dan damai."

"Bila demikian, Jivaka, siapkan gajah-gajah tunggangan."

13. Kemudian Raja Ajatasattu menyembah Sang Bhagava dan merangkapkan tangannya ke arah bhikkhu sangha sebagai tanda hormat, selanjutnya ia duduk di samping Sang Bhagava dan berkata : "Bhante, aku ingin bertanya kepada Sang Bhagava tentang suatu persoalan apabila Sang Bhagava berkenan."

"Tanyakanlah apa yang kau kehendaki, O Baginda."

14. "Bhante, terdapat sejumlah keahlian umum, seperti : kusir-gajah, kusir-kuda, sais kereta perang, pemanah, pemikul tandu, komandan tentara, ajudan, opsir tinggi kerajaan, pasukan tempur, orang-orang pemberani seperti gajah, pejuang, pahlawan, prajurit dalam pakaian kulit rusa, budak-budak yang dilahirkan di rumah, tukang masak, tukang cukur, tukang memandikan, pembuat kue perangkai bunga, tukang cuci pakaian, penenun, penganyam, pembuat barang-barang tembikar, ahli hitung, akuntan dan banyak lagi keahlian semacamnya. Dalam hidup sekarang ini mereka dapat menikmati faedah-faedah nyata dari keahliannya. Mereka menunjang hidupnya sendiri, orang-tua, anak-anak dan sahabat-sahabatnya dalam kebahagiaan dan kesejahteraan. Mereka memberikan dana, persembahan-persembahan yang bernilai tinggi kepada para petapa dan brahmana secara tetap; yang dapat membawa kelahiran kembali dalam alam surga, yang berakhir dengan kebahagiaan sebagai hasilnya. Apakah Bhante dapat menunjukkan kepadaku faedah-faedah nyata dari kehidupan seorang petapa dalam masa sekarang ini ?"

15. "Baginda, apakah kau ingat pernah mengajukan pertanyaan yang sama ini kepada para petapa dan brahmana lainnya ?"

"Ya, Bhante, aku ingat pernah mengajukan pertanyaan yang sama ini kepada para petapa dan brahmana lainnya."

"Bila Baginda tidak keberatan, katakanlah kepada kita bagaimana mereka menjawabnya." "Bhante, tidak ada keberatan bagiku terhadap Sang Bhagava atau pun terhadap para suci lainnya seperti Sang Bhagava."

"Bila demikian, katakanlah, O Baginda."

16. "Bhante, pada suatu ketika aku pergi ke tempat kediaman Purana Kassapa. Setelah saling bertukar salam, mengucapkan kata-kata persahabatan dan sopan santun dengannya, aku duduk di sebelahnya. Setelah duduk, aku bertanya kepadanya : "Sahabat Purana Kassapa, terdapat sejumlah keahlian umum, seperti : kusir-gajah, kusir-kuda, sais kereta perang, pemanah, pemikul tandu, komandan tentara, ajudan, opsir tinggi kerajaan, pasukan tempur, orang-orang pemberani seperti gajah, pejuang, pahlawan, prajurit dalam pakaian kulit-rusa, budak-budak yang dilahirkan di rumah, tukang masak, tukang cukur, tukang memandikan, pembuat kue, perangkai bunga, tukang cuci pakaian, penenun, penganyam, pembuat barang-barang tembikar, ahli hitung, akuntan dan banyak lagi keahlian semacamnya. Dalam hidup sekarang ini mereka dapat menikmati faedah-faedah nyata dari keahliannya. Mereka menunjang hidupnya sendiri, orang tua anak-anak dan sahabat-sahabatnya dalam kebahagiaan dan kesejahteraan. Mereka memberikan dana, persembahan-persembahan yang bernilai tinggi kepada para petapa dan brahmana secara tetap; yang dapat membawa kelahiran kembali dalam alam surga, yang berakhir dengan kebahagiaan sebagai hasilnya. Apakah sahabat Purana Kassapa dapat menunjukkan kepadaku faedah-faedah nyata dari kehidupan seorang petapa dalam masa sekarang ini ?"

17. "Bhante, kemudian Purana Kassapa berkata kepadaku : 'O Baginda, ia yang berbuat atau menganjurkan orang lain berbuat; ia yang memotong atau menganjurkan orang lain berbuat memotong; ia yang menyiksa atau menganjurkan orang lain berbuat menyiksa; ia yang menyusahkan atau menganjurkan orang lain berbuat menyusahkan; ia yang menakut-nakuti atau menganjurkan orang lain berbuat menakut-nakuti; ia yang membunuh mahluk-mahluk hidup atau menganjurkan orang lain membunuh mahluk-mahluk hidup; ia yang mengambil apa yang tidak diberikan, membongkar rumah, melakukan pencolengan, perampokan, penyamunan, melakukan zinah atau menceritakan kebohongan, kepada ia yang berbuat demikian, tiada suatu tindakan kejahatan. Seandainya dengan cakram yang mempunyai pinggiran setajam pisau, ia menjadikan semua mahluk yang hidup di bumi ini satu tumpukan daging, satu timbunan daging, tiada suatu tindakan jahat akibat dari perbuatan itu, tidak ada penambahan kejahatan. Apakah ia pergi ke sepanjang tepi selatan sungai Gangga untuk memukul dan membantai; memotong atau menganjurkan orang lain berbuat memotong; menindas atau menganjurkan orang lain berbuat menindas; tiada suatu tindakan jahat akibat dari perbuatan itu, tidak ada penambahan kejahatan. Apakah ia pergi ke sepanjang tepi utara sungai Gangga, untuk memberi dana, mempersembahkan pengorbanan atau menganjurkan orang lain berbuat mempersembahkan pengorbanan; tiada suatu tindakan baik akibat dari perbuatan itu, tidak ada penambahan kebajikan. Dalam perbuatan dana, mengendalikan diri, menjaga indria-indria dan berbicara benar, tiada suatu tindakan dari perbuatan itu, tidak ada penambahan kebajikan.'

18. "Dengan demikian, Bhante, ketika Purana Kassapa ditanya tentang faedah-faedah nyata dari kehidupan seorang petapa, telah menerangkan teorinya tentang 'tiada-perbuatan' (akiriya). Bhante, seolah-olah seperti ketika seseorang ditanya apakah buah mangga itu, akan menerangkan buah sukun; ketika ditanya apakah buah sukun itu, akan menerangkan buah mangga. Demikian pula halnya dengan Purana Kassapa. Ketika ia ditanya tentang faedah-faedah nyata dari kehidupan seorang petapa, telah menerangkan teorinya tentang 'tiada perbuatan' (akiriya). Bhante, kemudian timbullah perenungan dalam diriku : "Apakah layak bagi seseorang seperti diriku untuk mencela petapa atau brahmana yang menetap dalam kerajaanku? Sesungguhnya, Bhante, aku tidak menerima atau menentang terhadap apa yang telah dikatakan oleh Purana Kassapa itu, dan walaupun merasa tidak puas dengan jawabannya, aku tidak mengutarakan pernyataan tidak puas. Tanpa menerima ataupun menolak atas jawabannya, aku bangkit dari tempat duduk dan pergi meninggalkannya."

Bersambung...
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Kepercayaan-kepercayaan yang ada pada jaman Sang Buddha
« Reply #1 on: 10 May 2008, 10:01:07 AM »
2. Makkhali Gosala, dia adalah penerus ketiga aliran ajivka, yang bertingkah laku acelakas, berbaju angin dan berselimut langit (telanjang). Pandangannya adalah ahetuka-vada (tanpa sebab/non causation). Dia berpandangan sistem alam semesta sebagai sesuatu yang telah dirancang dan ditentukan secara mutlak, sistem yang tidak ada kesempatan untuk diubah, tidak ada kesucian atau kejahatan, yang ada hanya kodrat, nasib, takdir (niyati). Dalam filsafat ia digolongkan sebagai fatalisme atau determinisme. Menurutnya tingkat kesucian pasti akan tercapai dengan sendirinya tanpa usaha apapun juga.

Masih dari Sutta yang sama :
Quote
3. Kemudian, salah seorang menteri lainnya berkata kepada raja : "Baginda, di sana ada Makkhali Gosala; kepala suatu kelompok pertapa, mempunyai banyak pengikut, guru suatu aliran, termashur dan terkenal sebagai seorang sophi, dihormati oleh orang banyak, berpengalaman, telah lama menjadi petapa, tua dan matang dalam kehidupan. Lebih baik Baginda pergi berkunjung kepadanya. Dengan pergi mengunjunginya, kemungkinan hati Baginda menjadi tenang dan damai." Namun, setelah ia selesai berkata demikian, Raja Ajatasattu tetap diam.

19. Bhante, pada suatu ketika aku pergi ke tempat kediaman Makkhali Gosala. Setelah saling bertukar salam, mengucapkan kata-kata persahabatan dan sopan santun dengannya, aku duduk di sebelahnya. Setelah duduk, aku bertanya kepadanya : "Sahabat Makkhali Gosala, terdapat sejumlah keahlian umum, seperti : kusir gajah, kusir kuda, sais kereta perang, pemanah, pemikul tandu, komandan tentara, ajudan, opsir tinggi kerajaan, pasukan tempur, orang-orang pemberani seperti gajah, pejuang, pahlawan, prajurit dalam pakaian kulit rusa, budak-budak yang dilahirkan di rumah, tukang masak, tukang cukur, tukang memandikan, pembuat kue, perangkai bunga, tukang cuci pakaian, penenun, penganyam, pembuat barang-barang tembikar, ahli hitung, akuntan dan banyak lagi keahlian semacamnya. Dalam hidup sekarang ini mereka dapat menikmati faedah-faedah nyata dari keahliannya. Mereka menunjang hidupnya sendiri, orang tua, anak-anak dan sahabat-sahabatnya dalam kebahagiaan dan kesejahteraan. Mereka memberikan dana, persembahan-persembahan yang bernilai tinggi kepada para petapa dan brahmana secara tetap; yang dapat membawa kelahiran kembali dalam alam surga, yang berakhir dengan kebahagiaan sebagai hasilnya. Apakah sahabat Makkhali Gosala dapat menunjukkan kepadaku faedah-faedah nyata dari kehidupan seorang petapa dalam masa sekarang ini ?"

20. "Bhante, kemudian Makkhali Gosala berkata kepadaku : 'O Baginda, tidak ada sebab ataupun dasar dari ternodanya mahluk-mahluk, mereka menjadi ternoda tanpa sebab dan dasar. Tidak ada sebab atau pun dasar dari sucinya mahluk-mahluk, mereka menjadi suci tanpa sebab dan dasar. Tidak ada akibat yang bergantung pada perbuatan diri sendiri, perbuatan orang lain atau perbuatan manusia. Tidak ada sesuatu yang disebut kemampuan atau usaha, kekuatan atau semangat manusia. Semua mahluk (satta), semua yang bernafas (pana), semua yang hidup (bhuta), semua yang memiliki pokok kehidupan (jiva) adalah tanpa kemampuan, kekuatan atau usaha. Mereka cenderung begini atau begitu adalah karena nasibnya, karena kondisi-kondisi yang perlu (dari kelompok di mana mereka tergolong), karena dasar mereka masing-masing; dan bahwasanya mereka merasakan kebahagiaan dan penderitaan itu adalah sesuai dengan kedudukannya dalam salah satu dari enam kelompok. Terdapat 1.400.000 macam kelahiran yang pokok, 6.000 serta 600 lagi. Terdapat 500 macam kamma, 5 macam kamma (menurut lima indria), 3 macam kamma (menurut perbuatan, ucapan dan pikiran), 1 macam kamma (seluruh keadaan kamma dari perbuatan atau ucapan), serta setengah macam kamma (kamma pikiran). Terdapat 62 cara (corak tingkah-laku), 62 jarak-masa (antarakappa), 6 kelompok (perbedaan di antara manusia), 8 tingkat kehidupan manusia, 4.900 macam penghidupan (ajiva), 4.900 paribbajaka (petapa pengembara), 4.900 tempat kediaman naga-naga, 2.000 kemampuan, 300 alam neraka, 36 unsur nafsu , 7 macam kelahiran mahluk berperasaan (sannigabbha), 7 macam kelahiran mahluk tanpa perasaan (asanni-gabbha), 7 macam kelahiran melalui tunas (niganthi-gabbha), 7 tingkat dewa, 7 tingkat manusia, 7 tingkat setan, 7 danau, 7 macam kepandaian utama (patuva), 700 macam kepandaian kecil, 7 macam tebing curam besar, 700 macam tebing curam kecil, 7 macam mimpi besar, 700 macam mimpi kecil. Terdapat 8.400.000 masa besar (maha-kappa); yang selama itu, baik orang bodoh maupun orang bijaksana, keduanya adalah sama, mereka mengembara dalam samsara (perputaran hidup) yang pada akhirnya akan bebas dari penderitaan. Tidaklah mungkin mengharap agar kamma yang belum masak menjadi masak atau bebas dari kamma yang sudah masak dengan cara menjalankan sila, kewajiban tapa atau dengan menjalankan kehidupan suci. Kebahagiaan dan penderitaan yang seolah-olah dapat diukur dengan ukuran tidak dapat diubah dalam proses samsara, di sana tidak ada penambahan atau pengurangan. Sama seperti sebuah bola benang yang apabila dilemparkan ke depan akan membentang hanya sepanjang benang itu saja; maka demikian pula orang bodoh dan orang bijaksana adalah sama, mereka mengembara dalam samsara hanya selama batas waktu tertentu, yang akhirnya akan dan pasti bebas dari penderitaan.

21. "Dengan demikian, Bhante, ketika Makkhali Gosala ditanya tentang faedah-faedah nyata dari kehidupan seorang petapa, telah menerangkan teorinya tentang 'penyucian melalui proses samsara' (samsara-suddhi). Bhante, seolah-olah seperti ketika seseorang ditanya apakah buah mangga itu, akan menerangkan buah sukun; ketika ditanya apakah buah sukun itu, akan menerangkan buah mangga. Demikian pula halnya dengan Makkhali Gosala. Ketika ia ditanya tentang faedah-faedah nyata dari kehidupan seorang petapa, telah, menerangkan teorinya tentang 'penyucian melalui proses samsara' (samsara suddhi). Bhante, kemudian timbullah perenungan dalam diriku : "Apakah layak bagi seseorang seperti diriku untuk mencela petapa atau brahmana yang menetap dalam kerajaanku ? Sesungguhnya, Bhante, aku tidak menerima atau menentang terhadap apa yang telah dikatakan oleh Makkhali Gosala itu; dan walaupun merasa tidak puas dengan jawabannya, aku tidak mengutarakan pernyataan tidak puas. Tanpa menerima ataupun menolak atas jawabannya, aku bangkit dari tempat duduk dan pergi meninggalkannya."

Bersambung ...
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Kepercayaan-kepercayaan yang ada pada jaman Sang Buddha
« Reply #2 on: 12 May 2008, 09:49:26 AM »
3. Ajita Kesakambala
Pandangannya adalah uccheda-vada, kemusnahan/annihilation. Lebih lanjut bisa dikategorikan sebagai materialisme, yang menyangkal kehidupan lampau, kehidupan yang akan datang, kelahiran kembali, surga, neraka, buah dari perbuatan, baik ataupun buruk. Ia juga menyangkal semua pengetahuan yang timbul dari pencerahan. Pandangannya bisa juga disebut natthika-vada (nihilisme).

Masih dari Sutta yang sama ...
Quote
4. Kemudian, salah seorang menteri lainnya berkata kepada raja: "Baginda, di sana ada Ajita Kesakambala; kepala suatu kelompok petapa, mempunyai banyak pengikut, guru suatu aliran, termashur dan terkenal sebagai seorang sophi; dihormati oleh orang banyak, berpengalaman, telah lama menjadi petapa, tua dan matang dalam kehidupan. Lebih baik Baginda pergi berkunjung kepadanya. Dengan pergi mengunjunginya, kemungkinan hati Baginda menjadi tenang dan damai." Namun, setelah ia selesai berkata demikian, Raja Ajatasattu tetap diam.

22. "Bhante, pada suatu ketika aku pergi ke tempat kediaman Ajita Kesa-kambala. Setelah saling bertukar salam, mengucapkan kata-kata persahabatan dan sopan santun dengannya, aku duduk di sebelahnya, setelah duduk, aku bertanya kepadanya : "Sahabat Ajita Kasa-kambala, terdapat sejumlah keahlian umum, seperti : kusir-gajah, kusir-kuda, sais kereta perang, pemanah,pemikul tandu, komandan tentara, ajudan, opsir tinggi kerajaan, pasukan tempur, orang-orang pemberani seperti gajah, pejuang, pahlawan, prajurit dalam pakaian kulit rusa, budak-budak yang dilahirkan di rumah, tukang masak, tukang cukur, tukang memandikan, pembuat kue, perangkai bunga, tukang cuci pakaian, penenun, penganyam, pembuat barang-barang tembikar, ahli hitung, akuntan dan banyak lagi keahlian semacamnya. Dalam hidup sekarang ini mereka dapat menikmati faedah-faedah nyata dari keahliannya. Mereka menunjang hidupnya sendiri, orang tua, anak-anak dan sahabat-sahabatnya dalam kebahagiaan dan kesejahteraan. Mereka memberikan dana, persembahan-persembahan yang bernilai tinggi kepada para petapa dan brahmana secara tetap; yang dapat membawa kelahiran kembali dalam alam surga, yang berakhir dengan kebahagiaan sebagai hasilnya. Apakah sahabat Ajita Kesa-kambala dapat menunjukkan kepadaku faedah-faedah nyata dari kehidupan seorang petapa dalam masa sekarang ini ?"

23. "Bhante, kemudian Ajita Kesa-kambala berkata kepadaku : "O Baginda, tidak ada hal yang dinamakan sedekah (dinnam), pengorbanan (yittham) atau persembahan (hutam). Tidak ada hasil atau pun akibat dari perbuatan-perbuatan baik dan buruk. Tidak ada hal yang dinamakan dunia sini maupun dunia sana (dunia yang akan datang). Tidak ada ibu, ayah atau pun mahluk-mahluk yang lahir tanpa melalui rahim orang tua (opapatika). Di dunia ini tidak ada petapa-petapa atau brahmana-brahmana yang telah mencapai kesempurnaan dalam cara praktek benar, memiliki kelakuan sempurna, telah menyadari dunia sini maupun dunia sana melalui usaha sendiri, dan memperkenalkan kebijaksanaannya yang sempurna kepada masyarakat. Manusia terbentuk dari empat unsur utama (maha-bhuta); pada waktu ia mati, sifat tanah dalam dirinya akan menjadi, kembali pada kelompok tanah; sifat cair dalam dirinya akan menjadi, kembali pada kelompok air, sifat panas dalam dirinya akan menjadi, kembali pada kelompok udara, dan indria-indrianya lenyap dalam angkasa (akasa). Empat orang pemikul dengan tandunya sebagai yang kelimat, membawa pergi mayatnya; mereka mengucapkan puji-pujian untuk dirinya hanya sejauh tanah kubur, di sana tulang-tulangnya berubah warnanya seperti sayap burung daya, dan pengorbanan-pengorbanan berakhir sebagai debu. Mereka yang mengajarkan tentang dana dan menyatakan bahwa ada manfaat dari perbuatan itu adalah orang bodoh, hanya merupakan kebohongan yang kosong, pembicaraan yang sia-sia belaka. Orang bodoh dan bijaksana adalah sama, setelah mati mereka akan hancur, musnah dan selanjutnya tidak akan hidup kembali (lahir kembali).

24. "Dengan demikian, Bhante, ketika Ajita Kesa-kambala ditanya tentang faedah-faedah nyata dari kehidupan seorang petapa, telah menerangkan teorinya tentang 'pemusnahan' (uccheda-vada). Bhante, seolah-olah seperti ketika seseorang ditanya apakah buah mangga itu, akan menerangkan buah sukun; ketika ditanya apakah buah sukun itu, akan menerangkan buah mangga. Demikian pula halnya dengan Ajita Kesa-kambala. Ketika ia ditanya tentang faedah-faedah nyata dari kehidupan seorang petapa, telah menerangkan teorinya tentang 'pemusnahan' (ucchedavada). Bhante, kemudian timbullah perenungan dalam diriku : 'Apakah layak bagi seseorang seperti diriku untuk mencela petapa atau brahmana yang menetap dalam kerajaanku ? Sesungguhnya Bhante, aku tidak menerima atau menentang terhadap apa yang telah dikatakan oleh Ajita Kesa-kambala itu; dan walaupun merasa tidak puas dengan jawabannya, aku tidak mengutarakan pernyataan tidak puas. Tanpa menerima atau pun menolak atas jawabannya, aku bangkit dari tempat duduk dan pergi meninggalkannya."

Bersambung ...
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Kepercayaan-kepercayaan yang ada pada jaman Sang Buddha
« Reply #3 on: 13 May 2008, 09:16:04 AM »
4. Pakudha Kaccayana, mirip dengan Puranna Kassapa, alirannya bisa digolongkan sebagai akiriya-vada, yaitu menyangkal perbuatan berkehendak. Tetapi aliran tersebut juga bisa digolongkan sassata-vada (kekekalan), karena ia percaya ada suatu atta dalam setiap makhluk.

Masih dari Sutta yang sama...

Quote
5. Kemudian, salah seorang menteri lainnya berkata kepada raja : "Baginda, di sana ada Pakudha Kaccayana; kepala suatu kelompok petapa, mempunyai banyak pengikut, guru suatu aliran, termasyur dan terkenal sebagai seorang sophi, dihormati oleh orang banyak, berpengalaman, telah lama menjadi petapa, tua dan matang dalam kehidupan. Lebih baik Baginda pergi berkunjung kepadanya. Dengan pergi mengunjunginya, kemungkinan hati Baginda menjadi tenang dan damai." Namun, setelah ia selesai berkata demikian, Raja Ajatasattu tetap diam.

25. "Bhante, pada suatu ketika aku pergi ke tempat kediaman Pakudha Kaccayana. Setelah saling bertukar salam, mengucapkan kata-kata persahabatan dan sopan santun dengannya, aku duduk disebelahnya. Setelah duduk, aku bertanya kepadanya : 'Sahabat Pakudha Kaccayana, terdapat sejumlah keahlian umum, seperti : kusir-gajah, kusir-kuda, sais kereta perang, pemanah, pemikul tandu, komandan tentara, ajudan, opsir tinggi kerajaan, pasukan tempur, orang-orang pemberani seperti gajah, pejuang, pahlawan, prajurit dalam pakaian kulit rusa, budak-budak yang dilahirkan di rumah, tukang masak, tukang cukur, tukang memandikan, pembuat kue, perangkai bunga, tukang cuci pakaian, penenun, penganyam, pembuat barang-barang tembikar, ahli hitung, akuntan dan banyak lagi keahlian semacamnya. Dalam hidup sekarang ini mereka dapat menikmati faedah-faedah nyata dari keahliannya. Mereka menunjang hidupnya sendiri, orang tua, anak-anak dan sahabat-sahabatnya dalam kebahagiaan dan kesejahteraan. Mereka memberikan dana, persembahan-persembahan yang bernilai tinggi kepada para petapa dan brahmana secara tetap; yang dapat membawa kelahiran kembali dalam alam surga, yang berakhir dengan kebahagiaan sebagai hasilnya. Apakah sahabat Pakudha Kaccayana dapat menunjukkan kepadaku faedah-faedah nyata dari kehidupan seorang petapa dalam masa sekarang ini?"

26. "Bhante, kemudian Pakudha Kaccayana berkata kepadaku : 'O Baginda, tujuh kelompok dasar ini tidak dapat dibuat atau diperintahkan untuk dibuat, tidak diciptakan atau disebabkan untuk dicipta; tidak menghasilkan (mandul), teguh bagaikan puncak gunung, tetap bagaikan tiang yang terpancang kuat. Tujuh kelompok dasar ini tidak bergerak atau berkembang, tidak melukai satu sama lain, dan yang satu tidak menyebabkan keenakan, kesakitan maupun keduanya pada yang lain. Apakah tujuh kelompok dasar itu ? Ialah kelompok tanah, air, api, udara, kenikmatan, kesakitan dengan kehidupan (jiva) sebagai yang ketujuh. Tujuh kelompok dasar itu tidak dibuat atau diperintahkan untuk dibuat, tidak diciptakan atau disebabkan untuk dicipta; tidak menghasilkan (mandul), teguh bagaikan puncak gunung, tetap bagaikan tiang yang terpancang kuat. Tujuh kelompok dasar itu tidak bergerak atau berkembang, tidak melukai satu sama lain, dan yang satu tidak menyebabkan kenikmatan, kesakitan maupun keduanya pada yang lain. Maka tidak ada pembunuh atau penyebab pembunuhan, tidak ada pendengar atau pembicara, tidak ada orang yang tahu atau orang yang menerangkan. Apabila dengan sebilah pedang tajam seseorang membelah kepala orang lain, maka tidak ada orang yang menghancurkan kehidupan siapa pun; pedang itu hanya menembus di antara ketujuh kelompok dasar tersebut.'

27. "Dengan demikian, Bhante, ketika Pakudha Kaccayana ditanya tentang faedah-faedah nyata dari kehidupan seorang petapa, telah menerangkan suatu pendapat yang sama sekali menyimpang dari persoalan itu. Bhante, seolah-olah seperti ketika seseorang ditanya apakah buah mangga itu, akan menerangkan buah sukun; ketika ditanya apakah buah sukun itu, akan menerangkan buah mangga. Demikian pula halnya dengan Pakudha Kaccayana. Ketika ia ditanya tentang faedah-faedah nyata dari kehidupan seorang petapa, telah menerangkan suatu pendapat yang sama sekali menyimpang dari persoalan itu. Bhante, kemudian timbullah perenungan dalam diriku: "Apakah layak bagi seseorang seperti diriku untuk mencela petapa atau brahmana yang menetap dalam kerajaanku? Sesungguhnya, Bhante, aku tidak menerima atau menentang terhadap apa yang telah dikatakan oleh Pakudha Kaccayana itu; dan walaupun merasa tidak puas dengan jawabannya, aku tidak mengutarakan pernyataan tidak puas. Tanpa menerima atau pun menolak atas jawabannya, aku bangkit dari tempat duduk dan pergi meninggalkannya."

Bersambung ...
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Kepercayaan-kepercayaan yang ada pada jaman Sang Buddha
« Reply #4 on: 17 July 2008, 10:14:01 AM »
Dibuka deh. Belum sempat meneruskan ;(
Silahkan dilanjutkan. Rencananya mau tambah Brahmajala Sutta juga.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male

Offline amos

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 6
  • Reputasi: 1
Re: Kepercayaan-kepercayaan yang ada pada jaman Sang Buddha
« Reply #6 on: 07 March 2009, 12:21:04 PM »
salah satu ajaran buddha adalah toleransi. jika ada toleransi kata "sesat" seharusnya tidak digunakan untuk melihat sesuatu yang berbeda dengan dirinya. salam.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Kepercayaan-kepercayaan yang ada pada jaman Sang Buddha
« Reply #7 on: 07 March 2009, 05:39:45 PM »
salah satu ajaran buddha adalah toleransi. jika ada toleransi kata "sesat" seharusnya tidak digunakan untuk melihat sesuatu yang berbeda dengan dirinya. salam.

"sesat" dalam hal ini tidak berarti konotasi yang JAHAT sekali... tetapi adalah bahwa ajaran sesat adalah ajaran yang tidak membawa pada jalan pembebasan... kira kira kayak tersesat deh...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline amos

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 6
  • Reputasi: 1
Re: Kepercayaan-kepercayaan yang ada pada jaman Sang Buddha
« Reply #8 on: 08 March 2009, 04:25:33 PM »
rekan dilbert ... dalam terminologi bahasa tersesat dan sesat berbeda ... tersesat karena orang kurang memahami jalan sehingga tidak sampai tujuan. namun sesat itu memiliki konotasi jahat, label terhadap dalam hal ini suatu kelompok yang menyimpang, dan menjadi dirinya yang menyimpang, suatu kelompok yang bertentangan dengan yang ada established. jadi dalam pemikiran saya kata sesat tidak boleh digunakan jika mengacu pada ajaran toleransi sang Buddha.

kata ini banyak digunakan dalam terminologi keagamaan untuk menyerang ajaran lain.

namo buddhaya. salam sejahtera.

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Kepercayaan-kepercayaan yang ada pada jaman Sang Buddha
« Reply #9 on: 08 March 2009, 06:40:05 PM »
Intermezo

Menurut KBBI, kata dasar ‘sesat’ adalah kata adjektiva (kata yang menjelaskan keadaan kata benda, cmiiw) dan  berarti: 1. salah jalan; tidak melalui jalan yang benar; 2. ki salah (keliru) benar; berbuat yang tidak senonoh, menyimpang dari kebenaran.

Jadi ajaran sesat = ajaran yang salah jalan, menyimpang dari kebenaran.

Sayangnya orang-orang sering langsung mengidentikan kata ‘sesat’ dengan kiasan ‘berbuat yang tidak senonoh’ padahal ada pengertian lain.

---
ki= kiasan
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Kepercayaan-kepercayaan yang ada pada jaman Sang Buddha
« Reply #10 on: 24 June 2009, 01:37:26 PM »
Saya sepakat jika kata "sesat" sebaiknya tidak digunakan...
Jika yang dimaksud "sesat" adalah semata-mata tidak sesuai dengan perspektif Buddhis, maka jadinya bias sekali...
Kata "berbeda" saya pikir lebih pantas daripada "sesat", karena cenderung lebih netral dan tidak mengandung klaim "benar" atau "salah".
Terhadap ajaran pihak lain kita mudah sekali menyimpulkan ini atau itu tanpa banyak pertimbangan, tapi ketika membicarakan ajaran guru sendiri kita selalu banyak pembelaan dan pertimbangan.

Meski, saya tetap setuju pembahasan tentang kepercayaan-kepercayaan lain masa kehidupan Sang Buddha, jika dilakukan dengan mendalam dan tidak hanya sepintas-pintas seperti ini :) semoga teman-teman dapat memperdalam pemahaman kita

« Last Edit: 24 June 2009, 01:39:22 PM by sobat-dharma »
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline hariyono

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 253
  • Reputasi: 17
Re: Kepercayaan-kepercayaan yang ada pada jaman Sang Buddha
« Reply #11 on: 02 August 2009, 07:12:11 PM »
hehehehe
alangkah bijaksananya kalau tidak menggunakan kalimat 6 guru sesat diperhalus sedikit...
agar tidak menimbulkan presepsi negatip thinking dari sahabat non Buddhis yang ada di forum ini
Walaupun saya sendiri se orang Buddhis

Namo Sanghyang Adi Buddhaya

Offline darwin hua

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 103
  • Reputasi: 3
Re: Kepercayaan-kepercayaan yang ada pada jaman Sang Buddha
« Reply #12 on: 11 January 2010, 05:19:40 PM »


Anumodana

Offline wong cilik

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 48
  • Reputasi: 4
  • Gender: Female
  • Be Simple Be Humble
Re: Kepercayaan-kepercayaan yang ada pada jaman Sang Buddha
« Reply #13 on: 04 May 2010, 07:08:55 PM »

SESAT??????????????

Kayaknya penyebutan 6 guru sesat perlu dipikirkan lagi. Dan yang perlu dipertanyakan, siapa yang mengklaim ini? kalau pendapat pribadi sih ga pa pa ya. Tetapi kalau dipahami sebagai suatu klaim oleh agama Buddha atau bahkan Sang Buddha sendiri, kayaknya perlu direnungkan lagi dan di cek dengan Sāmaññaphala Sutta dari Dīgha Nikaya baik yang di dalam bahasa Pāli maupun di dalam bahasa Inggris dan Indonesia.

Menurut alur ceritanya kan Raja Ajatasatu bertanya kepada Sang Buddha tentang apa hasil dari menempuh kehidupan sebagai seorang petapa (samaṇa). Lalu Sang Buddha balik bertanya apakah raja Ajatasatu pernah menanyakan hal ini kepada guru spiritual/philosophy yang lain? Raja menjawab bahwa pernah menanyakannya kepada 6 orang. Lalu, Sang Buddha bertanya apa yang menjadi jawaban dari 6 orang tersebut.
lalu raja menjelaskan kepada Sang Buddha tentang jawaban ke-6 philosophers teachers tersebut kepada Buddha. Dan setelah mendengarkannya Sang Buddha tidak membuat komentar apapaun. Tidak mengklaimnya sebagai sesat atau tidak. Jelas, ajaran-ajaran tersebut tidak mengantarkan kita kepada pencapaian Nibbāna, tetapi klaim bahwa mereka sesat atau tidak tidak disebutkan di dalam sutta.

Selanjutnya Sang Buddha menjelaskan apa itu manfaat menempuh kehidupan sebagai seorang samaṇa.


Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Kepercayaan-kepercayaan yang ada pada jaman Sang Buddha
« Reply #14 on: 04 May 2010, 07:33:49 PM »
Teman-teman saya usul, bila kita ingin menggunakan kata-kata yang lebih halus mungkin bukan sesat, tetapi berpandangan salah (miccha ditthi)

 _/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata