//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Buku Komik Buddha Dipankara & Pertapa Sumedha (kisah kehidupan lalu Sang Buddha)  (Read 9134 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline thodi

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 124
  • Reputasi: 1
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
 _/\_ Namo Buddhaya..

Ini ada buku komik yang menurut saya kisahnya sangat menarik.. tentang Buddha Dipankara dan Pertapa Sumedha (yang di kemudian hari menjadi Buddha Gotama)

Buku Komik Buddha Dipankara dan Pertapa Sumedha: ShowHide


[Book - Comic] "Buddha Dipankara dan Pertapa Sumedha"
- Cerita Bergambar, Terjemahan Indonesia -

Oleh: Ome Ratchaved


Sang BuddhaGotama ketika masih dalam kehidupan sebagai pertapa sumedha yang pada waktu itu beliau meramalkan bahwa, pertapa sumedha akan menjadi seorang Buddha pada jaman selanjutnya dengan memiliki nama Sri Sakyamuni Gotama.

Apakah ada yg sudah baca komiknya? grafiknya bagus ga ya  ;D saya pribadi baru baca kisah versi teksnya, versi komiknya belum baca  ;D


Ini kisah singkatnya yg dulu saya dapat lewat internet...


Sumpah Teratai (Pemuda Megha dan Seorang Gadis)
Dikutip dari buku Jalur Tua Awan Putih (Jilid 2), Bab 36 hal 66, karya Y.A.Thicht Nhat Hanh.


Putri Yasodhara mengundang Buddha, Kaludayi, Nagasamala dan ibu ratu untuk makan bersama di istananya. Setelah mereka selesai makan, dia lalu mengundang mereka untuk menemaninya pergi ke sebuah desa kecil miskin tempat ia bekerja dengan anak anak. Rahula juga bergabung dengan mereka. Yasodhara memandu mereka menuju pohon jambu air tua tempat Buddha mengalami meditasi pertama-Nya ketika masih kecil. Bhagava heran betapa kejadian itu serasa baru terjadi kemarin padahal dua puluh tujuh tahun sudah berlalu. Pohon itu tumbuh jauh lebih besar selama sekian puluh tahun.

Atas permintaan Yasodhara, banyak anak miskin berkumpul di sekitar pohon itu. Yasodhara memberitahukan Bhagava bahwa anak anak yang pernah dijumpai Beliau puluhan tahun silam sekarang sudah pada menikah dan punya keluarga masing-masing. Anak anak yang ada dibawah pohon berusia antara tujuh hingga dua belas tahun. Ketika melihat Buddha tiba mereka berhenti bermain lalu membentuk dua baris untuk Beliau berjalan ditengahnya. Sebelumnya Yasodhara sudah menunjukkan mereka cara menyalami Bhagava. Mereka menaruh sebuah kursi bambu khusus di bawah pohon untuk Bhagava dan menghamparkan tikar untuk alas duduk Ratu Gotami, YAsodhara, dan dua orang bhikkhu itu.

Buddha merasa bahagia duduk di sana. Beliau mengenang kembali hari hari yang pernah dilalui-Nya bersama anak anak miskin desa Uruvela. Beliau menceritakan kepada anak anak itu tentang Svasti, si gembala kerbau dan Sujata, gadis remaja yang memberi-Nya susu segar. Beliau membabarkan tentang menumbuhkembangkan hati yang penuh cinta kasih dengan cara memperdalam pengertian. Selain itu, Beliau juga menuturkan kepada mereka kisah tentang menyelamatkan seekor angsa dari sepupu laki laki-Nya yang memanah jatuh angsa itu. Anak anak mendengarkan semua uraian Bhagava dengan penuh ketertarikan.

Buddha mengisyaratkan RAhula untuk duduk dihadapan-Nya. Lalu beliau menceritakan anak anak itu sebuah kisah kehidupan lampau.

"Dahulu kala, hiduplah seorang pemuda bernama Megha di kaki pegunungan himalaya. Dia adalah pemuda yang baik dan rajin. Kendati tak punya uang, dengan penuh keyakinan pergilah dia ke ibukota untuk belajar. Dia hanya berbekal sebatang tongkat untuk berjalan, sebuah topi, sekendi air, pakaian yang dikenakannya, serta sebuah mantel. Sepanjang perjalanan, ia berhenti dan bekerja di ladang untuk mendapatkan nasi dan terkadang uang. Sewaktu tiba di ibukota Divapati, dia sudah mengumpulkan uang setara lima ratus rupee."

"Ketika dia memasuki kota, tampaknya penduduk sedang mempersiapkan suatu perayaan penting. Ingin tahu perayaan apa, ia pun melihat ke sekeliling guna mencari orang untuk ditanyai. Pada saat itu, melintaslah seorang gadis cantik di hadapannya. Gadis itu sedang memegang sebuah karangan bunga teratai yang setengah mekar."

Megha bertanya kepadanya, "Numpang tanya dik, ada perayaan apakah hari ini?"

GAdis itu menjawab, "Engkau pasti orang asing di Divapati, kalau bukan, engkau pasti tahu hari ini Guru yang tercerahkan, Dipankara sudah datang. Beliau dikatakan bagaikan sebuah obor yang menerangi jalan bagi semua makhluk. Beliau adalah putra Raja Arcimat yang berkelana mencari Jalan Sejati dan telah menemukan-Nya. Jalan beliau menerangi seantero dunia sehingga masyarakat menyelenggarakan perayaan ini untuk menghormati beliau."

Megha sangat gembira mendengar kehadiran seorang Guru yang telah Tercerahkan. Ingin sekali ia mempersembahkan sesuatu untuk Guru itu dan memohon menjadi murid-Nya. Bertanyalah ia kepada gadis itu, "Seharga berapakah engkau beli bunga bunga teratai itu ?"

GAdis itu menatap Megha dan dengan mudah dapat melihat bahwa ia adalah seorang pemuda yang cerdas yang penuh perhatian. Gadis itu menjawab, "Aku hanya membeli lima tangkai itu saja. Dua tangkainya lagi aku petik dari kolam di rumahku sendiri."

Megha bertanya, "Berapa uang yang engkau keluarkan untuk lima tangkai itu ?"

"Lima ratus rupee."

Megha meminta untuk membeli lima tangkai teratai dengan lima ratus rupeenya untuk dipersembahkan ke Guru Dipankara. Tapi gadis itu menolak dengan berkata, "Aku membeli bunga untuk dipersembahkan kepada Beliau. Aku tidak bermaksud untuk menjualnya kepada orang lain."

Megha mencoba membujuknya. "Tetapi engkau kan masih bisa mempersembahkan dua tangkai yang engkau petik dari kolammu sendiri. Mohon ijinkanlah aku membeli lima tangkai. Aku ingin mempersembahkan sesuatu untuk Guru. Sungguh satu kesempatan langka yang sangat berharga dapat menjumpai Guru sekaliber itu dalam kehidupan ini juga.Aku ingin menemui Beliau dan bahkan memohon untuk menjadi murid-Nya. Jika engkau mengijinkan aku membeli lima tangkai terataimu itu, aku akan sangat berterima kasih kepadamu untuk seluruh sisa hidupku."

Gadis itu menatap ke tanah dan tidak menjawab.
Megha membujuknya. "Jika engkau mengijinkan aku untuk membeli lima tangkai teratai itu, aku akan melakukan apa saja yang kau pinta."

GAdis itu tampak tersipu sipu malu. Lama dia tidak mengangkat pandangannya dari tanah. Akhirnya ia pun berkata, "Aku tidak tahu jodoh apa yang terjalin di antara kita dikehidupan lampau. Yang jelas, aku jelas jatuh cinta kepadamu pada pandangan pertama. Kujumpai banyak pemuda namun belum pernah hatiku bergetar seperti ini. Akan kuberikan teratai teratai ini kepadamu untuk dipersembahkan kepada Yang Tercerahkan, tapi hanya jika engkau berjanji kepadaku bahwa di dalam kehidupan ini dan kehidupan kehidupan kita selanjutnya, aku akan menjadi istrimu."

Dia mengucapkan kata kata tersebut dengan tergesa gesa sehingga setelah selesai hampir saja ia kehabisan nafas. Megha tak tahu apa yang harus dikatakannya. Setelah hening sejenak dia pun berkata, "Engkau sangat istimewa dan jujur sekali. Waktu melihatmu, aku pun merasakan sesuatu yang khusus dalam hatiku. Tapi aku mencari jalan menuju pembebasan. Jika menikah, tak akan bebas kutelusuri jalur itu saat kesempatan yang tepat menampakkan diri."

GAdis itu menjawab, "Berjanjilah bahwa aku akan menjadi istrimu dan aku bersumpah ketika tiba waktunya bagi dirimu untuk mencari jalurmu, aku tak akan mencegahmu pergi. Sebaliknya, aku akan melakukan segala yang kumampu untuk membantumu sepenuhnya mencapai pencerahanmu."

Dengan bahagia Megha menerima usulannya dan bersama berangkatlah mereka mencari Guru Dipankara. Massa begitu padat sehingga mereka hampir tidak dapat melihat Beliau di depan sana. Walaupun hanya dapat memandang wajah Beliau sekilas saja, tapi sudah cukup bagi Megha untuk mengetahui bahwa Beliau benar benar adalah Yang Tercerahkan. Megha merasakan kegembiraan yang luar biasa dan bersumpah bahwa suatu hari dirinya pun akan mencapai pencerahan tersebut. Ingin sedekat mungkin ia menghampiri agar dapat mempersembahkan Guru Dipankara bunga teratai, tapi mustahil baginya untuk bergerak maju melalui lautan manusia.

Tak tahu apa yang harus dilakukan, ia pun melemparkan bunga bunga itu ke arah Guru Dipankara. Secara ajaib sekali teratai-teratai itu mendarat tepat di tangan sang Guru. Megha begitu gembira melihat betapa ketulusan hatinya terbukti. Gadis itu meminta Megha untuk melemparkan bunganya ke arah sang Guru. Gua tangkai teratai itu juga mendarat di tangan sang Guru. Guru Dipankara berseru, meminta pihak yang mempersembahkan bunga teratai untuk menampakan diri. Massa membelah diri memberikan jalan untuk Megha dan gadis itu. Megha menggandeng tangan sang gadis.

Bersama mereka membungkuk hormat di hadapan Guru Dipankara. Sang Guru menatap Megha lalu berkata, "Aku memahami ketulusan hatimu, dapat kulihat engkau memiliki keteguhan hati yang besar untuk menelusuri jalur spiritual guna mencapai penerangan sempurna dan menyelamatkan semua makhluk. Berbahagialah, Suatu hari dalam kehidupan mendatang, engkau akan mencapai sumpahmu."

Setelah itu Guru Dipankara memandang gadis itu yang sedang berlutut di sisi Megha dan berkata kepadanya, "Engkau akan menjadi sahabat terdekat Megha dalam kehidupan ini maupun banyak kehidupan mendatang.Ingatlah untuk menepati janjimu. Engkau akan membantu suamimu merealisasikan sumpahnya."

MEgha dan gadis itu tersentuh mendalam sekali oleh kata kata Sang Guru. Mereka membaktikan diri untuk mempelajari jalur menuju pembebasan yang diajarkan oleh Yang Tercerahkan, Dipankara.

"Anak anak, dalam kehidupan ini dan banyak kehidupan selanjutnya. Megha dan gadis itu hidup sebagai suami istri. Sewaktu sang suami harus pergi guna menelusuri jalur spiritualnya, si istri membantunya dalam segala cara yang ia mampu. Tak pernah ia mencoba mencegahnya. Oleh sebab itu, dia merasakan syukur yang paling dalam kepada istrinya. Akhirnya, berhasillah ia merealisasikan sumpahnya dan menjadi manusia yang mencapai penerangan sempurna, seperti yang diramalkan Guru Dipankara di banyak kehidupan sebelumnya."

"Anak anak, uang dan kemasyhuran bukanlah yang terpenting dalam kehidupan. Uang dan kemasyhuran bisa hilang cepat sekali. Pengertian dan cinta kasih adalah hal yang terpenting dalam kehidupan. Jika kalian memiliki pengertian dan cinta kasih, kalian akan tahu kebahagiaan. Berkat pengertian dan cinta kasih masing-masing, Megha dan istrinya saling berbagi kebahagiaan di banyak kehidupan. Dengan pengertian dan kasih sayang, tiada yang tak bisa kalian selesaikan."

Yasodhara beranjali dan membungkuk hormat kepada Bhagava. Dia begitu tersentuh hingga menitikkan air mata. Ia tahu meskipun Bhagava menuturkan kisah itu kepada anak anak, tetapi sesungguhnya kisah itu secara khusus ditujukan kepada dirinya. Itu adalah cara Beliau menghaturkan terima kasih kepada dirinya. Ratu Gotami menatap Yasodhara. Dia pun paham mengapa Bhagava menceritakan kembali kisah ini.

Dia lalu meletakkan tangannya ke atas pundak menantunya dan berkata kepada anak-anak, "Tahukah kalian siapa Megha dalam kehidupan ini? Beliau adalah Buddha. Dalam kehidupan kali ini. Beliau menjadi orang yang mencapai penerangan sempurna. Dan tahukah kalian siapa istri Megha dalam kehidupan kali ini ? Dia tak lain tak bukan adalah Putri Yasodhara kalian. Berkat pengertiannya, Pangeran Siddharta bisa menelusuri jalurnya dan mencapai kebangkitan. Sudah sepantasnya kita menghaturkan terima kasih kepada Yasodhara.

Lama sudah anak anak mengasihi Yasodhara. Sekarang mereka berpaling ke arahnya lalu membungkuk hormat kepadanya untuk menyatakan seluruh kasih yang ada di dalam lubuk hati mereka. Buddha tersentuh secara mendalam. Setelah itu, Beliau bangkit berdiri dan dengan perlahan berjalan kembali ke vihara diikuti bhikkhu Kaludayi dan Nagasamala.

 _/\_
« Last Edit: 18 March 2013, 08:39:22 PM by thodi »
Janganlah karena marah dan benci mengharapkan orang lain celaka..

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
sebuah kisah plesetan ngawur lainnya

Offline thodi

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 124
  • Reputasi: 1
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
sebuah kisah plesetan ngawur lainnya

Maaf, maksudnya apakah kisah itu tidak otentik ya, itu cuma cerita karangan manusia begitu?  :o

Berarti apakah itu cerita karangan dari Y.A.Thicht Nhat Hanh ?
Janganlah karena marah dan benci mengharapkan orang lain celaka..

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Maaf, maksudnya apakah kisah itu tidak otentik ya, itu cuma cerita karangan manusia begitu?  :o

Berarti apakah itu cerita karangan dari Y.A.Thicht Nhat Hanh ?

tidakkah anda merasa takjub bahwa seorang Buddha bisa terheran2?

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Kisah itu diambil dari sebuah teks Sanskrit (Mahayana?) yang diterjemahkan ke dalam bahasa Mandarin, Legend of Dipankara Buddha. Intinya tentang pertemuan Brahmana Megha (kelak akan menjadi Bodhisattva Sakyamuni) dengan Buddha Dipankara dan gadis yang kelak akan menjadi Yasodhara, tetapi sangat berbeda dengan yang dikisahkan di atas.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline thodi

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 124
  • Reputasi: 1
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Kisah itu diambil dari sebuah teks Sanskrit (Mahayana?) yang diterjemahkan ke dalam bahasa Mandarin, Legend of Dipankara Buddha. Intinya tentang pertemuan Brahmana Megha (kelak akan menjadi Bodhisattva Sakyamuni) dengan Buddha Dipankara dan gadis yang kelak akan menjadi Yasodhara, tetapi sangat berbeda dengan yang dikisahkan di atas.

Terima kasih infonya  :) kalau anda punya teks kisah aslinya dalam bhs indonesia boleh tolong saya minta / diposting di thread ini supaya bisa mengetahui kisah berdasarkan teks Sanskrit yang anda bilang  _/\_
Janganlah karena marah dan benci mengharapkan orang lain celaka..

Offline M14ka

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.821
  • Reputasi: 94
  • Gender: Female
  • Live your best life!! ^^
Terima kasih infonya  :) kalau anda punya teks kisah aslinya dalam bhs indonesia boleh tolong saya minta / diposting di thread ini supaya bisa mengetahui kisah berdasarkan teks Sanskrit yang anda bilang  _/\_

Coba di klik Kata" Legend of Dipankara Buddha warna coklat.. bukan tu ya?

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Memang tidak ada terjemahan dlm bahasa Indonesia-nya...

Btw lebih baik baca Buddhavamsa/RAPB, di sana ada kisah pertemuan Pertapa Sumedha dengan Buddha Dipankara dan gadis yg kelak akan menjadi Yasodhara, hampir sama dg kisah dr versi Sanskrit di atas walau tdk persis....
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline William_phang

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.101
  • Reputasi: 62
sebuah kisah plesetan ngawur lainnya

banyak yg tidak sesuai....

Offline thodi

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 124
  • Reputasi: 1
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Memang tidak ada terjemahan dlm bahasa Indonesia-nya...

Btw lebih baik baca Buddhavamsa/RAPB, di sana ada kisah pertemuan Pertapa Sumedha dengan Buddha Dipankara dan gadis yg kelak akan menjadi Yasodhara, hampir sama dg kisah dr versi Sanskrit di atas walau tdk persis....

Ok thank you infonya  :) Buku RAPB ada 3 volume, kisah tersebut ada di buku yg volume ke berapa ya?
Janganlah karena marah dan benci mengharapkan orang lain celaka..

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
 [at] Thodi: Kalo tidak salah volume satu....
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline William_phang

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.101
  • Reputasi: 62
Ok thank you infonya  :) Buku RAPB ada 3 volume, kisah tersebut ada di buku yg volume ke berapa ya?

Untuk kisah tsb di volume 1, tetapi saran saya sih baca semua....

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Ok thank you infonya  :) Buku RAPB ada 3 volume, kisah tersebut ada di buku yg volume ke berapa ya?

keliatan memiliki buku RAPB hanya untuk di pajang  :(
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline thodi

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 124
  • Reputasi: 1
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
keliatan memiliki buku RAPB hanya untuk di pajang  :(

Buku RAPB yang saya punya versi ebook dari dhammacitta, kalau versi cetak saya tidak punya, jadi menurut persepsi saya tidak tepat kalau anda katakan hanya untuk dipajang karena bentuknya bukan berwujud fisik :) jadi jika kalau anda memiliki versi cetaknya bagus sekali dan tentunya anda seharusnya juga sudah menyelesaikan ke 3 volume buku tersebut supaya tidak sia-sia jadi pajangan saja seperti kata anda  :)

Perihal saya belum membaca buku RAPB memang benar karena saat ini saya sedang membaca buku KKSB yang masih belum selesai saya baca juga, terima kasih atas perhatian anda  saudara adi lim_/\_
Janganlah karena marah dan benci mengharapkan orang lain celaka..

Offline thodi

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 124
  • Reputasi: 1
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
_/\_ Namo Buddhaya..

Ini ada buku komik yang menurut saya kisahnya sangat menarik.. tentang Buddha Dipankara dan Pertapa Sumedha (yang di kemudian hari menjadi Buddha Gotama)

Buku Komik Buddha Dipankara dan Pertapa Sumedha: ShowHide


[Book - Comic] "Buddha Dipankara dan Pertapa Sumedha"
- Cerita Bergambar, Terjemahan Indonesia -

Oleh: Ome Ratchaved


Sang BuddhaGotama ketika masih dalam kehidupan sebagai pertapa sumedha yang pada waktu itu beliau meramalkan bahwa, pertapa sumedha akan menjadi seorang Buddha pada jaman selanjutnya dengan memiliki nama Sri Sakyamuni Gotama.

Apakah ada yg sudah baca komiknya? grafiknya bagus ga ya  ;D saya pribadi baru baca kisah versi teksnya, versi komiknya belum baca  ;D


Ini kisah singkatnya yg dulu saya dapat lewat internet...


Sumpah Teratai (Pemuda Megha dan Seorang Gadis)
Dikutip dari buku Jalur Tua Awan Putih (Jilid 2), Bab 36 hal 66, karya Y.A.Thicht Nhat Hanh.


Putri Yasodhara mengundang Buddha, Kaludayi, Nagasamala dan ibu ratu untuk makan bersama di istananya. Setelah mereka selesai makan, dia lalu mengundang mereka untuk menemaninya pergi ke sebuah desa kecil miskin tempat ia bekerja dengan anak anak. Rahula juga bergabung dengan mereka. Yasodhara memandu mereka menuju pohon jambu air tua tempat Buddha mengalami meditasi pertama-Nya ketika masih kecil. Bhagava heran betapa kejadian itu serasa baru terjadi kemarin padahal dua puluh tujuh tahun sudah berlalu. Pohon itu tumbuh jauh lebih besar selama sekian puluh tahun.

Atas permintaan Yasodhara, banyak anak miskin berkumpul di sekitar pohon itu. Yasodhara memberitahukan Bhagava bahwa anak anak yang pernah dijumpai Beliau puluhan tahun silam sekarang sudah pada menikah dan punya keluarga masing-masing. Anak anak yang ada dibawah pohon berusia antara tujuh hingga dua belas tahun. Ketika melihat Buddha tiba mereka berhenti bermain lalu membentuk dua baris untuk Beliau berjalan ditengahnya. Sebelumnya Yasodhara sudah menunjukkan mereka cara menyalami Bhagava. Mereka menaruh sebuah kursi bambu khusus di bawah pohon untuk Bhagava dan menghamparkan tikar untuk alas duduk Ratu Gotami, YAsodhara, dan dua orang bhikkhu itu.

Buddha merasa bahagia duduk di sana. Beliau mengenang kembali hari hari yang pernah dilalui-Nya bersama anak anak miskin desa Uruvela. Beliau menceritakan kepada anak anak itu tentang Svasti, si gembala kerbau dan Sujata, gadis remaja yang memberi-Nya susu segar. Beliau membabarkan tentang menumbuhkembangkan hati yang penuh cinta kasih dengan cara memperdalam pengertian. Selain itu, Beliau juga menuturkan kepada mereka kisah tentang menyelamatkan seekor angsa dari sepupu laki laki-Nya yang memanah jatuh angsa itu. Anak anak mendengarkan semua uraian Bhagava dengan penuh ketertarikan.

Buddha mengisyaratkan RAhula untuk duduk dihadapan-Nya. Lalu beliau menceritakan anak anak itu sebuah kisah kehidupan lampau.

"Dahulu kala, hiduplah seorang pemuda bernama Megha di kaki pegunungan himalaya. Dia adalah pemuda yang baik dan rajin. Kendati tak punya uang, dengan penuh keyakinan pergilah dia ke ibukota untuk belajar. Dia hanya berbekal sebatang tongkat untuk berjalan, sebuah topi, sekendi air, pakaian yang dikenakannya, serta sebuah mantel. Sepanjang perjalanan, ia berhenti dan bekerja di ladang untuk mendapatkan nasi dan terkadang uang. Sewaktu tiba di ibukota Divapati, dia sudah mengumpulkan uang setara lima ratus rupee."

"Ketika dia memasuki kota, tampaknya penduduk sedang mempersiapkan suatu perayaan penting. Ingin tahu perayaan apa, ia pun melihat ke sekeliling guna mencari orang untuk ditanyai. Pada saat itu, melintaslah seorang gadis cantik di hadapannya. Gadis itu sedang memegang sebuah karangan bunga teratai yang setengah mekar."

Megha bertanya kepadanya, "Numpang tanya dik, ada perayaan apakah hari ini?"

GAdis itu menjawab, "Engkau pasti orang asing di Divapati, kalau bukan, engkau pasti tahu hari ini Guru yang tercerahkan, Dipankara sudah datang. Beliau dikatakan bagaikan sebuah obor yang menerangi jalan bagi semua makhluk. Beliau adalah putra Raja Arcimat yang berkelana mencari Jalan Sejati dan telah menemukan-Nya. Jalan beliau menerangi seantero dunia sehingga masyarakat menyelenggarakan perayaan ini untuk menghormati beliau."

Megha sangat gembira mendengar kehadiran seorang Guru yang telah Tercerahkan. Ingin sekali ia mempersembahkan sesuatu untuk Guru itu dan memohon menjadi murid-Nya. Bertanyalah ia kepada gadis itu, "Seharga berapakah engkau beli bunga bunga teratai itu ?"

GAdis itu menatap Megha dan dengan mudah dapat melihat bahwa ia adalah seorang pemuda yang cerdas yang penuh perhatian. Gadis itu menjawab, "Aku hanya membeli lima tangkai itu saja. Dua tangkainya lagi aku petik dari kolam di rumahku sendiri."

Megha bertanya, "Berapa uang yang engkau keluarkan untuk lima tangkai itu ?"

"Lima ratus rupee."

Megha meminta untuk membeli lima tangkai teratai dengan lima ratus rupeenya untuk dipersembahkan ke Guru Dipankara. Tapi gadis itu menolak dengan berkata, "Aku membeli bunga untuk dipersembahkan kepada Beliau. Aku tidak bermaksud untuk menjualnya kepada orang lain."

Megha mencoba membujuknya. "Tetapi engkau kan masih bisa mempersembahkan dua tangkai yang engkau petik dari kolammu sendiri. Mohon ijinkanlah aku membeli lima tangkai. Aku ingin mempersembahkan sesuatu untuk Guru. Sungguh satu kesempatan langka yang sangat berharga dapat menjumpai Guru sekaliber itu dalam kehidupan ini juga.Aku ingin menemui Beliau dan bahkan memohon untuk menjadi murid-Nya. Jika engkau mengijinkan aku membeli lima tangkai terataimu itu, aku akan sangat berterima kasih kepadamu untuk seluruh sisa hidupku."

Gadis itu menatap ke tanah dan tidak menjawab.
Megha membujuknya. "Jika engkau mengijinkan aku untuk membeli lima tangkai teratai itu, aku akan melakukan apa saja yang kau pinta."

GAdis itu tampak tersipu sipu malu. Lama dia tidak mengangkat pandangannya dari tanah. Akhirnya ia pun berkata, "Aku tidak tahu jodoh apa yang terjalin di antara kita dikehidupan lampau. Yang jelas, aku jelas jatuh cinta kepadamu pada pandangan pertama. Kujumpai banyak pemuda namun belum pernah hatiku bergetar seperti ini. Akan kuberikan teratai teratai ini kepadamu untuk dipersembahkan kepada Yang Tercerahkan, tapi hanya jika engkau berjanji kepadaku bahwa di dalam kehidupan ini dan kehidupan kehidupan kita selanjutnya, aku akan menjadi istrimu."

Dia mengucapkan kata kata tersebut dengan tergesa gesa sehingga setelah selesai hampir saja ia kehabisan nafas. Megha tak tahu apa yang harus dikatakannya. Setelah hening sejenak dia pun berkata, "Engkau sangat istimewa dan jujur sekali. Waktu melihatmu, aku pun merasakan sesuatu yang khusus dalam hatiku. Tapi aku mencari jalan menuju pembebasan. Jika menikah, tak akan bebas kutelusuri jalur itu saat kesempatan yang tepat menampakkan diri."

GAdis itu menjawab, "Berjanjilah bahwa aku akan menjadi istrimu dan aku bersumpah ketika tiba waktunya bagi dirimu untuk mencari jalurmu, aku tak akan mencegahmu pergi. Sebaliknya, aku akan melakukan segala yang kumampu untuk membantumu sepenuhnya mencapai pencerahanmu."

Dengan bahagia Megha menerima usulannya dan bersama berangkatlah mereka mencari Guru Dipankara. Massa begitu padat sehingga mereka hampir tidak dapat melihat Beliau di depan sana. Walaupun hanya dapat memandang wajah Beliau sekilas saja, tapi sudah cukup bagi Megha untuk mengetahui bahwa Beliau benar benar adalah Yang Tercerahkan. Megha merasakan kegembiraan yang luar biasa dan bersumpah bahwa suatu hari dirinya pun akan mencapai pencerahan tersebut. Ingin sedekat mungkin ia menghampiri agar dapat mempersembahkan Guru Dipankara bunga teratai, tapi mustahil baginya untuk bergerak maju melalui lautan manusia.

Tak tahu apa yang harus dilakukan, ia pun melemparkan bunga bunga itu ke arah Guru Dipankara. Secara ajaib sekali teratai-teratai itu mendarat tepat di tangan sang Guru. Megha begitu gembira melihat betapa ketulusan hatinya terbukti. Gadis itu meminta Megha untuk melemparkan bunganya ke arah sang Guru. Gua tangkai teratai itu juga mendarat di tangan sang Guru. Guru Dipankara berseru, meminta pihak yang mempersembahkan bunga teratai untuk menampakan diri. Massa membelah diri memberikan jalan untuk Megha dan gadis itu. Megha menggandeng tangan sang gadis.

Bersama mereka membungkuk hormat di hadapan Guru Dipankara. Sang Guru menatap Megha lalu berkata, "Aku memahami ketulusan hatimu, dapat kulihat engkau memiliki keteguhan hati yang besar untuk menelusuri jalur spiritual guna mencapai penerangan sempurna dan menyelamatkan semua makhluk. Berbahagialah, Suatu hari dalam kehidupan mendatang, engkau akan mencapai sumpahmu."

Setelah itu Guru Dipankara memandang gadis itu yang sedang berlutut di sisi Megha dan berkata kepadanya, "Engkau akan menjadi sahabat terdekat Megha dalam kehidupan ini maupun banyak kehidupan mendatang.Ingatlah untuk menepati janjimu. Engkau akan membantu suamimu merealisasikan sumpahnya."

MEgha dan gadis itu tersentuh mendalam sekali oleh kata kata Sang Guru. Mereka membaktikan diri untuk mempelajari jalur menuju pembebasan yang diajarkan oleh Yang Tercerahkan, Dipankara.

"Anak anak, dalam kehidupan ini dan banyak kehidupan selanjutnya. Megha dan gadis itu hidup sebagai suami istri. Sewaktu sang suami harus pergi guna menelusuri jalur spiritualnya, si istri membantunya dalam segala cara yang ia mampu. Tak pernah ia mencoba mencegahnya. Oleh sebab itu, dia merasakan syukur yang paling dalam kepada istrinya. Akhirnya, berhasillah ia merealisasikan sumpahnya dan menjadi manusia yang mencapai penerangan sempurna, seperti yang diramalkan Guru Dipankara di banyak kehidupan sebelumnya."

"Anak anak, uang dan kemasyhuran bukanlah yang terpenting dalam kehidupan. Uang dan kemasyhuran bisa hilang cepat sekali. Pengertian dan cinta kasih adalah hal yang terpenting dalam kehidupan. Jika kalian memiliki pengertian dan cinta kasih, kalian akan tahu kebahagiaan. Berkat pengertian dan cinta kasih masing-masing, Megha dan istrinya saling berbagi kebahagiaan di banyak kehidupan. Dengan pengertian dan kasih sayang, tiada yang tak bisa kalian selesaikan."

Yasodhara beranjali dan membungkuk hormat kepada Bhagava. Dia begitu tersentuh hingga menitikkan air mata. Ia tahu meskipun Bhagava menuturkan kisah itu kepada anak anak, tetapi sesungguhnya kisah itu secara khusus ditujukan kepada dirinya. Itu adalah cara Beliau menghaturkan terima kasih kepada dirinya. Ratu Gotami menatap Yasodhara. Dia pun paham mengapa Bhagava menceritakan kembali kisah ini.

Dia lalu meletakkan tangannya ke atas pundak menantunya dan berkata kepada anak-anak, "Tahukah kalian siapa Megha dalam kehidupan ini? Beliau adalah Buddha. Dalam kehidupan kali ini. Beliau menjadi orang yang mencapai penerangan sempurna. Dan tahukah kalian siapa istri Megha dalam kehidupan kali ini ? Dia tak lain tak bukan adalah Putri Yasodhara kalian. Berkat pengertiannya, Pangeran Siddharta bisa menelusuri jalurnya dan mencapai kebangkitan. Sudah sepantasnya kita menghaturkan terima kasih kepada Yasodhara.

Lama sudah anak anak mengasihi Yasodhara. Sekarang mereka berpaling ke arahnya lalu membungkuk hormat kepadanya untuk menyatakan seluruh kasih yang ada di dalam lubuk hati mereka. Buddha tersentuh secara mendalam. Setelah itu, Beliau bangkit berdiri dan dengan perlahan berjalan kembali ke vihara diikuti bhikkhu Kaludayi dan Nagasamala.

 _/\_

setelah akhirnya saya membaca sendiri buku komik "Buddha Dipankara dan Pertapa Sumedha" Oleh: Ome Ratchaved maka saya menyimpulkan bahwa kisah yang ditulis dari buku Jalur Tua Awan Putih (Jilid 2), Bab 36 hal 66, karya Y.A.Thicht Nhat Hanh.[/b] tentang kisah Pemuda Megha dan Seorang Gadis memang sangat tidak sesuai dengan kisah asli pertapa Sumedha yang ada di komik tersebut  :o apa maksud dari Thicht Nhat Hanh menulis kisah seperti itu yah..  :-?
Janganlah karena marah dan benci mengharapkan orang lain celaka..