//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Kumpulan kisah-kisah Dhamma ( kutip dari buku dan majalah )  (Read 22122 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
IBLIS BELAS KASIH


Seseorang bertanya pada Bhikkhu, “Bagaimana mencurahkan belas kasih yang tidak terbatas pada semua makhluk?” Jawaban beliau, “Kembangkanlah keseimbangan batin”. Maksudnya, sadar akan kesetaraan semua makhluk—Saya tidak lebih baik dari siapapun, sama halnya tidak ada yang lebih buruk dari siapapun. Kita semua berada dalam satu “tubuh”, dan sepantasnya saling membutuhkan.

   Ini mengingatkanku pada satu perumpamaan sederhana namun mendidik tentang seekor burung berkepala dua (dua kepala burung dalam satu tubuh yang sama). Suatu hari, disebabkan dengki, burung yang satu memperdaya burung satunya lagi agar memakan buah beracun, dan berakibat keduanya pun mati.
Begitu juga, “orang lain” dan “saya” berbagi satu tubuh yang sama. Siapa diri kita dan kelangsungan hidup kita bergantung pada orang lain—tidak akan ada makanan, pakaian, sahabat, orang tua, mata pencaharian…tanpa “orang lain”—kita hidup saling bergantung. Bahkan seorang saja yang berlaku menyimpang bisa jadi merupakan awal kemerosotan bagi suatu masyarakat.

   Bhikkhu tersebut berkata, “Waspada agar tidak menjadi Iblis Belas Kasih.” Seorang Iblis Belas Kasih akan benar-benar berpikir bahwa dirinya itu berbelas kasih, saat dia memandang dirinya semata-mata terpisah dari orang lain—bahwa “mereka” memerlukan bantuan dari “dirinya”. Ini menyebabkan ego jadi berkembang! Seseorang yang mencurahkan belas kasih sejati tidak pernah merasa bahwa dirinya itu berbelas kasih—dia semata-mata melaksanakan cara yang dipandangnya sebagai paling layak dan wajar. Walau kita patut menyetujui sebuah kebaikan, tapi tiada yang patut dipersoalkan mengenai diri kita yang baik.


Source: The Daily Enlightenment 1 (Reflections for the practising buddhist), Compassion Demon, p.12
« Last Edit: 02 May 2008, 04:32:49 PM by Felix Thioris »
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline SandalJepit

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 425
  • Reputasi: 3
Re: IBLIS BELAS KASIH
« Reply #1 on: 16 April 2008, 04:22:51 PM »
cooollllll ........  ;D

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Book " The Daily Enlightenment 1 "
« Reply #2 on: 21 April 2008, 05:06:34 PM »
Jomblo Bahagia


color=green]Sebuah artikel surat kabar menyebutkan, “Jika segala cara yang telah diupayakan masih juga gagal, mungkin cara paling ampuh agar para jomblo mau menikah dan punya momongan adalah dengan terus-menerus mendiktekan ke mereka tentang kehampaan hidup menyendiri dan tidak punya anak.”
Akankah itu berhasil? Saya seorang wanita karir jomblo. Takutkah saya melewati hari-hari sendiri di masa senja? Perlukah saya cemas bahwa saya mungkin meninggal diliputi perasaan tidak aman dan sepi? Terus terang saja, dulu saya begitu. Sampai akhirnya saya menyadari apa yang oleh guru agung saya, Sang Buddha, dengan belas kasih dan melewati banyak perjuangan, mengajarkan kepada saya, siswanya—bahwa kehidupan ini tidak pasti, bagai sebuah gelembung air yang dapat pecah kapan saja. Saya tidak dapat “mencegah” gelembung air itu pecah. Sama hal juga dengan saya tidak dapat membawa serta orang yang saya cintai, apakah itu suami atau anak-anak saya ke kehidupan saya yang berikutnya. Apakah gerangan yang tepat di sini dan pada saat ini—yang dapat menjamin bahwa saya akan meninggal dengan bahagia didampingi seseorang di sisiku? Dan perihal ini, mungkinkah orang itu suami atau anak-anakku?

   Jika masyarakat mempengaruhi saya dengan ketakutan seperti tersebut di atas, akankah hal itu membuat saya menikah di hari esok? Dapatkah persoalan hati dipaksakan? Betapa menyedihkan bagi masyarakat, terutama kaum wanita, yang tunduk pada pola budaya negatif semacam itu. Hidup sudah cukup menderita tanpa perlu diinjeksi lagi dengan faktor ketakutan tambahan. Pola pikir kesepian atau kebahagiaan tidak dapat ditentukan oleh orang lain manapun. Harus diputuskan oleh saya dan hanya saya sendiri.

   Apa sebenarnya perasaan tidak aman dalam kehidupan? Yang benar bahwa, jangka waktu hidupku yang sementara ini harusnya saya manfaatkan dengan perhatian penuh. Dan perhatian penuh ini secara berkesinambungan mengilhami saya untuk menghargai setiap orang dan setiap hal di dalam hidupku tepat di sini, dan pada saat ini. Sungguh tidak perlu mengharap atau menebak soal masa depan yang belum jelas di kala saya sendiri bahkan tidak tahu apakah saya dapat hidup melihat besok. Kenyataan buruknya ialah saya bahkan tidak mampu tanpa lengah menetap terus pada saat ini, yang mana terus berlalu dengan cepat.

   Terakhir, akankah saya merasa lebih bahagia dan lebih aman bila hidup dengan sebuah rumah tangga? Jujur saya tidak tahu. Tapi dengan mengenang apa yang saya miliki saat ini, dengan menghargai apa yang sudah saya miliki selama ini, dan lebih peduli lagi terhadap kebahagiaan orang lain, saya tahu dengan pasti bahwa tiada yang perlu saya takutkan.

Hari ini hari yang spesial,
Hari ini milikmu.

Kemarin telah berlalu.
Kemarin tidak dapat diisi dengan kenangan lagi.
Tentang besok, siapa dapat menduga.

Tapi hari ini, hari ini juga, milikmu.
Hari ini, kamu dapat membuat seseorang bahagia.
Hari ini, kamu dapat menolong yang lainnya.

Hari ini hari yang spesial,
Hari ini milikmu.

--Sajak kuno


Source: The Daily Enlightenment 1 (Reflections for Practising Buddhists), Being Single, p.257-258[/color]
« Last Edit: 26 April 2008, 01:20:45 PM by Felix Thioris »
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Book " The Daily Enlightenment 1 "
« Reply #3 on: 21 April 2008, 05:10:28 PM »
Satu


Di saat engkau benar-benar sendirian…
Apakah engkau sering berusaha mencari yang lainnya buat ngumpul bareng?
Jika iya, berarti engkau sudah tercemar oleh Tiga Racun—

1.   Ketamakan…akan kebersamaan
2.   Keengganan…akan kesendirian
3.   Khayalan…yang menyebabkan 1. dan 2.

Saat sendiri,
belajar menjadi satu dengan dirimu sendiri dan dengan alam;
jangan menjadi orang paling kesepian di dalam dunia.

Engkau utuh.
Engkau menyeluruh.

Source: The Daily Enlightenment 1 (Reflections for Practising Buddhists), One, p.152
« Last Edit: 26 April 2008, 12:50:55 PM by Felix Thioris »
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Hendra Susanto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.197
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • haa...
Re: Jomblo Bahagia
« Reply #4 on: 21 April 2008, 05:28:00 PM »
JOJOBA: jomblo-jomblo bahagia

Offline EVO

  • Sebelumnya Metta
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.369
  • Reputasi: 60
Re: Jomblo Bahagia
« Reply #5 on: 21 April 2008, 11:07:33 PM »
ko hen...ingat..ingat..'ting' ;D 8)
istri dan rahula...dah engak jombloh...  :whistle: ^-^

 ^:)^ ^:)^ ^:)^ jk om :P

Offline SaddhaMitta

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.323
  • Reputasi: 99
Re: Jomblo Bahagia
« Reply #6 on: 22 April 2008, 01:40:55 AM »
Pus-pus dan Lothar juga ingat  :-?
Seperti air sungai Gangga yang mengalir, meluncur, mengarah ke timur,
demikian juga barang siapa yang melakukan dan berbuat banyak didalam Delapan Jalan kebenaran, mengalir, melucur, mengarah ke Nibbana.

(Samyutta Nikaya)

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Jomblo Bahagia
« Reply #7 on: 22 April 2008, 08:34:04 AM »
Yang jomblo pusing mikir cari pasangan, yg punya pasangan pusing mikirin masalah rumahtangga, masing2 punya kesenangan dan derita yg tidak jauh berbeda. Hadapi ajalah.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline mushroom_kick

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.302
  • Reputasi: 92
Re: Jomblo Bahagia
« Reply #8 on: 22 April 2008, 11:59:13 PM »
enjoy az  ;D ;D ;D
sadari n terimalah  _/\_
Segala fenomena bentuk & batin tidaklah kekal ada na.....
Semua hanyalah sementara.....

Offline Balhamoth

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 128
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
  • semoga semua makhluk hidup bahagia
Re: Jomblo Bahagia
« Reply #9 on: 23 April 2008, 12:04:11 AM »
jomblo2 asik juga wkwkwkwkk
Ada yang mengukur hidup mereka dari hari dan tahun
Yang lain dengan denyut jantung, gairah, dan air mata
Tapi ukuran sejati di bawah mentari
Adalah apa yang telah engkau lakukan dalam hidup ini
Untuk orang lain - Ruth Smiller

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Tidak Perlu Menilai Orang Lain
« Reply #10 on: 26 April 2008, 12:21:46 PM »
Tidak Perlu Menilai Orang Lain

Alangkah lama saya menyadari, setelah sekian tahun menjadi seorang Buddhis, akan kenyataan dari ajaran ketiadaan (tanpa-diri). Saya tidak mengatakan bahwa saya telah memahami seluruhnya sampai saat ini, tapi saya mulai mengerti kesimpulan pengalaman dari ajaran tersebut.

      Sebelumnya merupakan suatu kebiasaan bagi saya secara mental melabel orang-orang saat mereka berlalu lalang dalam hidup saya—“A pastilah tipe kepribadian 1… hmmm, sama sekali tidak begitu baik! B pastilah tipe 2… okay, lumayan.” Semua ini terjadi secara alami dalam pikiran yang tidak terlatih, berkeliaran dan terlalu cepat menilai.

      Namun belakangan, beberapa teman dekat saya mengalami perubahan “drastis”. Orang yang saya kira telah saya kenal seumur hidupku bagaikan punggung tanganku tiba-tiba terlihat sangat tidak masuk akal. Seorang teman secara tak dinyana mendadak menjadi vegetarian hanya karena dia menyaksikan seekor ikan tergelepar hingga mati di sebuah restoran seafood. Pria ini pemakan daging “setia” sejak awal! Alasan positif menjadi seorang vegetarian dulunya tidak relevan untuknya! Dan teman yang lain cerai, dengan orang yang ia dan saya dari awal kira kelak akan menjadi pasangan hidupnya yang sempurna….

      Tampaknya mengagetkan bahwa orang dapat berubah “hanya seperti itu”. Semacam menyentak indera saya—saya tidak benar-benar mengenali siapapun sama sekali. Saya tidak akan pernah benar-benar bisa! (Tetapi ada ketidak-berubahan sifat-Buddha di bawah semua ini.) Bahkan saya sendiri orang yang berubah-ubah yang seakan berkepribadian “tetap”.

      Di pemikiran kedua, saya tersadar bahwa penginsyafan ini bisa amat sangat membebaskan. Saya tidak perlu melabel dan begitu menilai orang-orang lagi, karena hal tersebut sukar untuk selalu akurat. Tiba-tiba saya menjadi lebih terbuka dan siap memaafkan. Tidak ada kepribadian yang tetap di antara kita semua. Kita sepanjang waktu berubah. Sering sekali karena tidak mengerti kebenaran agung ini, kita terlibat konflik dengan orang lain. Well, manusia berubah. Janji dibuat, bahkan melalui pernikahan paling khidmat tidak dapat selalu bertahan hingga kematian memisahkan pasangan itu. Insyaf akan hal ini menciptakan hubungan yang murah hati dan hidup. Tidak ada seorangpun yang "seharusnya" seperti apa yang menurut penilaianmu terhadap karakter dia kemarin. Kita semua terlahir kembali dengan tiap pemikiran yang berubah. Tidak ada satu diri sama sekali yang tetap dalam keseluruhannya.

      Menyadari akan hukum ketidakkekalan yang berlaku terhadap segala sesuatu tentu saja membebaskan. Serta merta, saya “dianugerahkan” seluruh dunia yang luas dan kesempatan tidak terbatas bagi diri saya sendiri untuk berevolusi dan berubah di luar batas pikiran penilai konseptual saya yang kecil. Tidak perlu kecewa oleh siapapun atau melekat pada siapapun. Bagaimanapun juga anda tidak benar-benar bisa mendefinisikan siapapun atau apapun dengan sempurna. Betapa kebebasan agung!

Source: The Daily Enlightenment 1 (Reflections for Practising Buddhists), No Need to Judge, p.184-185
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Hanya Perasaan
« Reply #11 on: 26 April 2008, 12:24:26 PM »
Waktu hidup ini indah, selaras, mudah bagi kebanyakan dari kita untuk menjadi “orang baik”. Tantangan datang saat lingkungan berubah. Di saat buruk, masih bisakah kamu tetap ”baik” seperti itu?

      Saat rekan kerja saya pergi, tiba-tiba banyak sekali pekerjaan dia yang harus saya kerjakan… Saya jadi mudah hilang kesabaran.Tapi saat saya kenali bagaimana hal ini melukai diri saya (saya berlagak, dan udara panas mengalir lewat tenggorokanku), saya berhenti, sejenak menarik nafas dalam-dalam dan memberitahu diriku bahwa ini hanya bagian dari pembelajaran tentang ketidak-bergunaan dan perusakan dari suatu kemarahan.

      Dengan pikiran ini, saya banyak merasa lebih baik. Saya sadar kalau perasaan kita naik-turun dengan mudah saat lingkungan berubah. Hanya sekaranglah saya benar-benar melihat bagaimana kebenaran ajaran Buddha tentang ketidakkekalan dan tanpa-diri—segala sesuatu fisikal dan mental berubah dengan konstan. Sehingga, tidak ada diri yang tetap dalam apapun. Tidak ada perasaan yang riil pada dasarnya karena perasaan-perasaan ini berubah setiap saat. Kita mengungkapkan emosi saat situasi yang panas karena perasaan kita terhadap amukan itu terasa amat “riil” dan kemudian jadi pembenaran. Sela beberapa detik melalui cahaya perhatian penuh dan kamu akan melihat kemarahan itu perlahan-lahan lenyap sebagaimana ia muncul ke permukaan. Jangan pernah biarkan perasaan mengendalikan diri kita; kita seyogyanya belajar mengendalikan perasaan kita. Kelengahan membawa pada banyak karma buruk!

      Jangan melekat pada perasaan apapun (baik atau buruk) dan kamu akan membuat dirimu sendiri bebas dari segala budak perasaan! Jadi, di lain waktu kamu merasa buruk, lihat perasaan itu hanya seperti perasaan-perasaan lainnya dan biar ia berlalu. Kamu tidak harus mencegah atau menunjukkan perasaan itu. Biarkan saja, namun tanggapi sewajarnya jika situasi memerlukanmu.

      Ingat—Kamu dapat memilih bagaimana kamu ingin merasakan setiap detik.


Source: The Daily Enlightenment 1 (Reflections for Practising Buddhists), Mere Feelings, p.189
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Re: Book " The Daily Enlightenment 1 "
« Reply #12 on: 02 May 2008, 04:25:53 PM »
KASIH SAYANG

Suatu ketika, saat seorang wanita pulang ke rumah dari perjalanannya keluar rumah, dan ia melihat ada 3 orang pria berjanggut yang duduk di halaman depan. Wanita itu tidak mengenal mereka semua, namun ia berkata dengan senyumnya yang khas: “Aku tidak mengenal Anda, tapi aku yakin Anda semua pasti orang baik-baik yang sedang lapar. Mari masuk ke dalam, aku pasti punya sesuatu untuk mengganjal perut.”

Pria berjanggut itu lalu balik bertanya, “Apakah suamimu sudah pulang?” Wanita itu menjawab, “Belum, dia sedang keluar.” “Oh kalau begitu, kami tak ingin masuk. Kami akan menunggu sampai suamimu kembali,” kata pria itu.

Di waktu senja, saat keluarga itu berkumpul, sang istri menceritakan semua kejadian tadi. Sang suami, awalnya bingung dengan kejadian ini, lalu ia berkata pada istrinya, “Sampaikan pada mereka, aku telah kembali, dan mereka semua boleh masuk untuk menikmati malam ini.”

Wanita itu kemudian keluar dan mengandung mereka untuk masuk ke dalam. “Maaf, kami semua tidak bisa masuk bersama-sama,” kata pria itu bersamaan. “Lho, kenapa?” tanya wanita itu karena merasa heran.

Salah seorang pria itu berkata, “Nama dia Kekayaan,” katanya sambil menunjuk seorang pria berjanggut di sebelahnya, “sedangkan yang ini bersama Kesuksesan,” sambil memegang bahu pria berjanggut lainnya. “Sedangkan aku sendiri bernama Kasih-Sayang. Sekarang, coba tanya kepada suamimu, siapa di antara kami yang boleh masuk ke rumahmu.” Wanita itu kembali masuk ke dalam, dan memberitahu pesan pria di luar.

Suaminya pun merasa heran. “Ohho… menyenangkan sekali. Baiklah, kalau begitu,  coba kamu ajak si Kekayaan masuk ke dalam. Aku ingin rumah ini penuh dengan kekayaan.”

Istrinya tak setuju dengan pilihan itu. Ia bertanya, “sayangku, kenapa kita tak mengundang si Kesuksesan saja? Sebab sepertinya kita perlu dia untuk membantu keberhasilan panen ladang pertanian kita.”

Ternyata, anak mereka mendengarkan percakapan itu. Ia pun ikut mengusulkan siapa yang akan masuk ke dalam rumah. “Bukankah lebih baik jika kita mengajak si Kasih-Sayang yang masuk ke dalam? Rumah kita ini akan nyaman dan penuh dengan Kehangatan Kasih-Sayang.”

Suami istri itu setuju dengan pilihan buah hati mereka. “Baiklah, ajak masuk si Kasih-Sayang ini ke dalam dan menjadi teman santap malam kita.”

Wanita itu kembali ke luar, dan bertanya kepada 3 pria itu. “Siapa di antara Anda yang bernama Kasih-Sayang? Ayo, silahkan masuk, Anda menjadi tamu kami malam ini.”

Si Kasih-Sayang berdiri, dan berjalan menuju beranda rumah. Ohho.. ternyata, kedua pria berjanggut lainnya pun ikut serta. Karena merasa ganjil, wania itu bertanya kepada si Kekayaan dan Kesuksesan. “Aku hanya mengundang si Kasih-Sayang yang masuk ke dalam, tapi kenapa kamu ikut juga?”

Kedua pria yang ditanya itu menjawab bersamaan. “Kalau Anda mengundang si Kekayaan atau si Kesuksesan, maka yang lainnya akan tinggal di luar. Namun, karena Anda mengundang si Kasih-Sayang, maka, ke mana pun Kasih-Sayang pergi, kami akan ikut selalu bersamanya. Di mana ada Kasih-Sayang, maka Kekayaan dan Kesuksesan juga akan ikut serta. Sebab, ketahuilah, sebenarnya kami berdua ini buta. Dan hanya si Kasih-Sayang yang bisa melihat. Hanya dia yang bisa menunjukkan kita pada jalan kebaikan, kepada jalan yang lurus. Maka, kami butuh bimbingannya saat berjalan. Saat kami menjalani hidup ini.”

Sumber: SMILE (Sinar Mas Internal Magazine), 6th edition, April 2008, p.26
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Kumpulan kisah-kisah Dhamma ( kutip dari buku dan majalah )
« Reply #13 on: 05 May 2008, 09:24:57 AM »
Quote
Wanita itu kemudian keluar dan mengandung mereka untuk masuk ke dalam. “Maaf, kami semua tidak bisa masuk bersama-sama,” kata pria itu bersamaan. “Lho, kenapa?” tanya wanita itu karena merasa heran.

1 pria masuk ke rahim lagi aja susah, apa lagi 3 pria berjanggut bersama-sama. =))
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Re: Kumpulan kisah-kisah Dhamma ( kutip dari buku dan majalah )
« Reply #14 on: 20 May 2008, 08:00:38 PM »
oops! sorry sorry.. MENGUNDANG..  ^:)^
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~