//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Buku " KARMA DAN NASIB "  (Read 10980 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline F.T

  • Sebelumnya: Felix Thioris, MarFel, Ocean Heart
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.134
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • • Save the Children & Join with - Kasih Dharma Peduli • We Care About Their Future • There Are Our Next Generation.
Buku " KARMA DAN NASIB "
« on: 14 February 2008, 10:51:59 AM »
BUKU “ KARMA DAN NASIB “
by Liu Ie Yung ,
Hong Kong 1984.


HAKEKAT UTAMA DAN SATU-SATUNYA CARA UNTUK MEMPERBAIKI NASIB
                                         
                                 
MEMAHAMI HUKUM KARMA, MERINTIS JALAN MENUJU PERBAIKAN NASIB

“ Sesuai dengan benih yang di tabur
Begitulah buah yang akan dipetiknya.
Pembuat kebaikan akan mendapat kebahagiaan
Pembuat kejahatan akan menerima penderitaan.
Taburlah olehmu biji-biji benih dan engkau
Pulalah yang akan merasakan buah daripadanya “
( Samyuta Nikaya, I, 293 )


URAIAN RINGKAS TENTANG HAKEKAT UTAMA DAN SATU-SATUNYA CARA UNTUK MEMPERBAIKI NASIB MEMAHAMI HUKUM KARMA, MERINTIS JALAN MENUJU PERBAIKAN NASIB

Banyak orang yang menghadapi rintangan dalam perjalanan hidupnya, kegagalan dalam usaha atau kegagalan dalam perkawinan maupun penderitaan penyakit. Bahkan ketika lagi banyak bencana dan halangan, mereka datang mencari saya untuk meramalkan nasibnya, menanyakan bagaimana kira-kira perjalanan hidupnya pada masa yang akan datang, kapan akan mengalami nasib baik. Bila hasil ramalan itu baik pastilah dengan senang hati ai mohon pamit. Namun sebaliknya bila hasil ramalannya buruk, maka tampaklah wajahnyaa bermurung susah, kehilangan semangat.

Telah belasan tahun saya meramal nasib orang, banyaklah sudah pengalaman saya, walaupun melihat banyak orang miskin mengalami keberhasilan, namun juga melihat banyak orang sukses yang mengalami kegagalan. Terasa benar olehku bahwa manusia benar-benar terikat kuat oleh nasib yang telah di takdirkan; segala sukses dan kegagalan, kegemiraan dan kesedihan, pertemuan dan perpisahan, berbagai macam pengalaman, kesemuanya dikendalikan oleh nasib dan takdir, sedikitpun tidak dapat meloloskan diri dari nasib yang telah ditakdirkan. Tidak sedikit orang yang berusaha merubah nasibnya, namun lebih banyak orang yang tak tahu bagaimana dan apa prinsip Utama untuk merubah nasib, dan memang tidak mendapatkan cara yang tepat, sehingga akhirnya menjadi sia-sia belaka.

Orang yang datang meramal nasibnya pada saya, bila mendapatkan hasil ramalnnya buruk, umumnya bertanya: “Dapatkah ditolong?”. Pertanyaan seperti ini sangat banyak di ajukan dan dengan pasti saya akan menjawab : “Dapat!”

Bagaimana merubah atau memperbaiki nasib yang telah ditakdirkan? Untuk menjawab pertanyaan ini, pertama-tama harus mengerti dulu bagaimana terjadinya ” Nasib yang baik dan buruk” itu, dan yang lebih perlu di ketahui ialah “ Siapa yang berperan dalam menguasai nasib? “


Save the Children & Join With :
Kasih Dharma Peduli ~ Anak Asuh
May all Beings Be Happy


Contact Info : Kasihdharmapeduli [at] yahoo.com

Offline F.T

  • Sebelumnya: Felix Thioris, MarFel, Ocean Heart
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.134
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • • Save the Children & Join with - Kasih Dharma Peduli • We Care About Their Future • There Are Our Next Generation.
Re: Buku " KARMA DAN NASIB "
« Reply #1 on: 14 February 2008, 10:52:50 AM »
BAB I

BAGAIMANA TERJADINYA BAIK DAN BURUKNYA NASIB

Ada yang mengatakan bahwa : bayi yang begitu dilahirkan dan meninggalkan rahim ibunya, lalu menangis, tatkala itu telah ditentukan nasibnya. Para peramal nasib justru mendasarkan hari dan saat lahir itulah untuk meramal berbagai macam nasibnya. Bahagia tidaklah hidup ini sepenuhnya tergantung dari pemberian PENGUASA ( pemeran pokok yang menguasai itu ternyata nasib manusia) , Padahal jarak antara kaya dan miskin orang itu ternyata sangat besar kalanya. Jadi anurgerah PENGUASA bukankah sangat tidak Adil ?

Bagi orang yang melarat, terkadang akan bertanya padaNya : “ Mengapa orang lain berjaya dan selalu berhasil, sedangkan aku terlunta-lunta?”

Bagi orang yang gagal dalam perkawinannya, dikala gelisah dan tak dapat tidur, iapun akan bertanya pada dirinya : “ Mengapa orang lain hidup rukun dan bahagia sampai tua, sedangkan aku disia-siakan?”

Bagi orang yang dirongrong penyakit, maka dalam penderitaannya dan di kala ia bertemu dengan orang yang sehat, iapn akan berguman pada dirinya : “Mengapa orang lain sehat dan berusia panjang, sedangkan aku menderita penyakit?”

Bahkan ada orang yang membaca Koran, melihat berita musibah tak terduga, sambil menarik napas panjang secara geremeng akan berkata : “ Mengapa ia mendapatkan pengaturan TUhan sedemikian tak mujurnya?”

Berbagai petanyaan smacam ini, pada umumnya para nujum akan menjelaskannya dengan “ Teori IM YANG WU SING”. Katanya : “ Hal ini telah ditakdirkan karena waktu lahir yang baik/jelek. Tetapi adakan orang yang mempersoalkan lebih jauh : “ Mengapa ada rang yang waktu lahirnya baik, dan ada pula yang buruk? Apakah demikian tidak adilnya suratan takdir?”, Untuk mempelajari sumber/cikalbakal teori “NASIB” ini secara tuntas, harus mengerti “TriMasaKarma” dalam ajaran Buddha.

Apa hubungannya antara “Tri Masa Karma” dengan “Nasib” ?
Ternyata teori nasib mendasarkan diri pada prinsip “Sebab dan Akibat”, saat sebelum kelahiran pada asa kini, dapat dimengerti dengan jelas tentang satu proses pergantian (siklus) ialah “sebab” pada sebelum kelahiran dimasa kini dan “Akibat” setelah di lahirkan. Demikianlah “Sebab dan Akibat” ini berlangsung, terjadilah “Masa Lalu” ( masa sebelumnya), “Masa Kini (sekarang) “ dan “Masa yang akan datang”. Demikianlah Hukum ketiga masa ini, jadi satu-satunya cara untuk memperbaiki nasib ialah berdasarkan hokum perpuataran ini. Kitab “Sebab Akibat” dari Agama Buddha memiliki 4 Baris ayat suci yang paling bersifat prinsipil: “ Untuk mengetahui sebab pada masa yang lalu, ialah melihat pada apa yang diterimanya pada masa kini, itulah Sebabnya. Untuk mengetahui akibat pada masa yang akan datang, ialah melihat pada apa yang telha di perbuatkan pada masa kini, itulah Akibatnya. Tegasnya, benih apa yang anda tanamkan pada masa lalu, maka kini anda akan memetik buahnya. Dan benih apa yang anda tanam pada masa kini, maka pada masa yang akan datang anda akan memetik/menerima buahnya.

Dalam ajaran Buddha, pada “ Keng Su Cen Ie Yu Bo Se Suo Wen CIng “ menguraikan dengan jelas tentang hukum karma. Dibawah ini kutipan dari beberapa makna yang telah di terjemahkan mengenai berbagai karma yang diterima.

Dalam dunia terdapat pria dan wanita yang berhati kejam. Tangannya menggenggam senjata dan membunuh tanpa rasa kasihan, tanpa rasa menyesal, atau ia lakukan dengan sendiri maupun menyuruh orang lain sama saja Dosa dan Akibatnya. Setelah ia meninggal nanti ia akan dilempar ke bawah neraka dan disiksa, setelah usai hukumannya, ia akan menjelma kembali sebagai manusia. Andaikan ia berwujud manusia ia akan berumur pendek, atau ia berpenyakitan, tak ada hari-hari yang gembira dan bahagia, “ Karena Sebabnya Membunuh maka mendapat Akibat Berumur Pendek “

Dalam dunia terdapat pria dan wanita yang berhati baik, tidak menggenggam senjata, tidak membunuh dan penuh dengan hati yang welas serta punya rasa menyesal. Kelak setelah ia meninggal, ia akan masuk ke Alam Dewa dan mendapatkan kebahagiaan, setelah jasa pahalanya habis maka ia akan lahir kembali dalam dunia dengan usia yang panjang.

”Karena Sebabnya tidak membunuh maka mendapatkan Akibat usia panjang”

Ada pula pria dan wanita yang menggunakan tongkat, dan batu memukul dan melukai makhluk hidup. Ketika ia meninggal dunia maka ia akan disiksa dalam neraka, setelah usai hukumannya , ia akan lahir sebagai manusia dengan berpenyakitan .

Ada pula pria dan wanita yang sering timbul dendam, gusar dan sirik, banyak kesalahan dilakukan , ketika meninggal dunia maka ia akan disiksa dalam neraka, setelah usai hukumannya ia akan lahir kembali sebagai manusia dengan wajah yang buruk. “Karena Sebabnya marah dan Dendam maka Akibatnya berwajah Buruk”.

Ada pula pria dan wanita yang melihat orang lain mendapatkan keuntungan atau mendengar orang lain mendapatkan sesuatu yang menggembirakan, lalu ia menggunakan kekuasaannya untuk menghalangi agar orang itu tidak bisa mendapatkannya. Ketika ia meninggal dnia maka ia akan disiksa dalam neraka, setelah usai hukumannya, andaikan ia bisa menjelma kembali menjadi manusia. Maka apa yang ia cita-citakan dan inginkan sering tak tercapai dan banyak halangannya. “ Dengan Sebab Menghalangi Keberuntungan orang lain. Ia mendapatkan Akibatnnya Hambatan-hambatan dalam perjalanan hidupnya.

Ada pula pria dan wanita yang tidak mau menghargai orang yang seharusnya ia hargai dan hormati, yang seharusnya ia rawat tetapi tidak ia rawat, sering timbul tinggi hati dan sombong, ketika ia meninggal dunia, maka ia akan disiksa dalam neraka, setelah usai hukumannya, andaikan ia bisa menjelma kembali sebagai manusia, pastilah ia akan menjadi orang rendah dan tidak dihargai orang. “Disebabkan oleh tidak menghargai orang lain dan sombong, ia mendapat Akibat menjadi orang yang Rendah dan Hina”

Ada pria dan wanita yang menghargai dan menghormati orang yang seharusnya ia hargai dan hormati, orang yang seharusnya ia rawat dan ia merawatnya, dengan senang hati dan tidak sombong, ketika ia meninggal dunia, maka ia akan masuk kea lam Dewa, setelah usai karma hidup di Alam Dewa, ia akan lahir kembali sebagai manusia, maka ia akan mendapatkan penghargaan, Dengan Sebab Menghormati dan Menghargai orang lain, maka mendapatkan Akibat Di hormati dan Di Hargai “

Ada pria dan wanita yang berhati kikir, ia tidak mau membantu dengan materi pada orang miskin, pun tidak mau mengobati dan memberikan obat pada orang sakit lagi miskin, pun tidak mau mengobati dan memberikan obat pada orang sakit lagi miskin, atau ia sering berhati tamak ingin memliki harga orang lain, maka ketika ia meninggal dunia ia akan disiksa dalam neraka, setelah usai hukumannya andaikan ia bisa lahir kembali sebagai manusia, ia akan hidup miskin dan susah. “ Dengan Sebab Kikir dan Tamak, maka mendapatkan Akibat Kemiskinan “

Ada pria dan wanita yang bermurah hati sering membantu orang miskin dengan materi dan sandang pangan, sering mengobati orang sakit lagi miskin, tidak tamak, dan tidak ingin memiliki harta yang melimpah. “ Dengan Sebab tidak Kikir dan Tidak Tamak maka akan mendapatkan Akibat Kekayaan dan Kemuliaan.”.

Demikianlah beberapa contoh yang kupetik dari parita ( Keng) tersebut diatas. Jelasnya, uraian tentang Hukum Sebab Akibat ialah : Apa yang kau tanam itulah yang akan kau petik, yang membunuh akan berumur pendek, yang berhati kikir dan tamak pastilah melarat. Yang tidak menghargai orang lain mendapatkan akibat menjadi manusia rendah dan hina. Yang melukai makhluk hidup menerima karma berpenyakitan.yang menghalangi keberuntungan orang lain. Ia mendapatkan halangan dalam perjalanan hidupnya. Hukum karma itu adalah ADIL dan semua balasannya adalah disebabkan oleh perbuatan kita sendiri.

Selain itu Hukum Perputaran ( siklus ) dalam karma masih banyak lagi bagian-bagian yang lain, misalkan siklus saling balas dendam, balas budi dan terima budi dan sebagainya. Tak sedikit pula perputaran karma yang berwujud pada masa hidup ini. Perbuatan baik atau buruk yang diperbuat pada masa hidup ini, langsung mendapat balasan pada masa ini. Perbuatan baik akan menerima baik, dan buruk akan menerima yang buruk. Ada pula yang setelah lewat beberapa masa kehidupan barulah menerima karmanya, hal ini akan ditentukan oleh banyak atau sedikitnya karma baik atau buruk yang ia kumpulkan .


Save the Children & Join With :
Kasih Dharma Peduli ~ Anak Asuh
May all Beings Be Happy


Contact Info : Kasihdharmapeduli [at] yahoo.com

Offline F.T

  • Sebelumnya: Felix Thioris, MarFel, Ocean Heart
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.134
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • • Save the Children & Join with - Kasih Dharma Peduli • We Care About Their Future • There Are Our Next Generation.
Re: Buku " KARMA DAN NASIB "
« Reply #2 on: 16 February 2008, 08:34:32 PM »
BAB II

SIAPA YANG BERPERANAN POKOK MENGUASAI NASIB ? APA HAKEKAT YANG POKOK DARI PERBAIKAN NASIB

Siapakah sebenarnya penentu nasib? Benarkah Thian! Tuhan telah menetapkan nasib manusia ada yang kaya dan miskin, ada yang mulia dan hina ?

Padahal dalam Hukum Perputaran Karma telah dengan jelas menerangkan pada kita : Penentu nasib yang sejati tak lain dan tak bukan adalah diri kita sendiri. Sebab semnuanya adalah perbuatan kita dan ditanggung oleh kita sendiri.

Pada masa ini anda berhati kejam, membunuh makhluk hidup, hal itu telah menentukan bahwa pada masa yang akan datang anda akan berusia pendek , atau banyak penyakit, hidup tanpa ketenteraman dan kegembiraan. Pada masa ini anda berusaha sekuat tenaga menghalangi keberuntungan/ kepentingan orang lain, ini telah menetapkan nasib anda di masa mendatang penuh hambatan/halangan dalam perjalanan hidupmu.

Pada masa ini anda bersikpa sombong dan sering menghina orang lain, hal ini telah menetapkan nasib anda pada kelahiran di masa yang akan datang sebagai orang yang hina dina. Pada masa ini anda berhati jahat dan kikir tidak mau menolong yang sakit dan miskin, ini telah menetapkan anda pada kelahiran di masa yang akan datang bernasib miskin dan menderita.

Pada masa ini anda bermurah hati, sering membantu baik moril atau material pada si miskin dan si sakit, ini telah menentukan pada masa kelahiran yang akan datang anda bernasib kaya dan mulia.

Jadi semuanya ini adalah anda sendirilah yang telah menetapkan nasib anda sendiri. Siapa lagi kalau bukan kita sebagai Penentu Nasib itu! Siapapun tidak dapat memaksakan nasib pada anda, semuanya adalah perbuatan sendiri dan dialaminya sendiri.

Banyak orang bertanya pada saya : “ Di masa ini aku berhati baik, sering membantu orang lain, tetapi mengapa aku bernasib buruk dan malah sering dibenci orang lain?” Tak sedikit pula yang berkata : “Pada masa ini aku telah beramal banyak, dan selalu bersikap baik pada orang lain, mengapa nasibku tetap banyak halangan? Sering kulihat irang lain berhati kejam, bahkan dengan segala cara untuk merugikan kepentingan orang lain demi keuntungannya sendiri, mengapa ia semakin jaya?”

Sebenarnya apa yang diperbuat sekarang belum tentu akan segera menerima akibatnya, ada yang setelah masa tuanya barulah menerima akibatnya, kebanyakannya diterima pada masa kelahiran yang akan datang, Dan apa yang diterimanya pada masa sekarang, justru kebanyakan adalah “BENIH” atau “SEBAB” yang telah ia tanam pada masa lalu, tepatnya seperti hutang-piutang.

Pada masa kini orang berbuat baik, sebaliknya malah ia dibenci, ini disebabkan karena ia pada masa lalu berbuat serupa, membalas kebaikan dengan kejahatan, jadi ia telah ber”HUTANG” pada masa yang lalu, pada masa kini ia akan merasakan hal yang serupa. Artinya membayar Hutangnya. Setelah hutang ini impas, barulah ia akan menerima balasan karma “ Berhati Baik”

Pada masa ini jalan hidupmu banyak hambatan, ini justru disebabkan karena kamu pada kelahiran di masa yang lalu, sering menggunakan berbagai cara untuk merugikan kepentingan orang lain dan itulah sebabnya kamu Berhutang, setelah hutang itu lunas, barulah menerima balasan karma baik yang sesuai dengan perbuatan yang telah kamu perbuat.

Orang yang kini kaya dan jaya, ini disebabkan pada masa kelahiran yang telah menanam benih kebajikan dan pada masa kini ia menerima karma baiknya, bila “karma baik” ini telah usai, barulah ia akan menerima pembalasan “ Berhati Kejam” , Merugikan orang lain “ yang telah ia perbuat pada masa ini.

Bila HUTANG yang dibuatnya pada masa yang lalu itu besar, maka waktu pelunasan “HUTANG” juga lebih lama, jika “HUTANG” pada masa lalu itu ringan, maka masa pelunasan “HUTANG” menjadi lebih pendek, ini adalah sangat adil

Jadi waktu perputaran balasan karma itu tidak sama, ada yang dalam beberapa tahun dimasa ini sudah menerima, ada yang setelah beberapa puluh tahun, ada pula yang menerima di msa kelahiran mendatang, ada pula yang setelah 2 atau 3 masa kelahiran yang akan datang barulah ia mendapatkan balasannya.

Jangan lupa sebuah Hukum Perputaran yang sangat penting; prang yang menanam terllau banyak “BENIH KEJAHATAN”, maka disebabkan karena HUTANG yang sangat berat, maka kemungkinan orang ini akan dilahirkan sebagai Hewan Bertanduk pada masa mendatang, kemungkinan akan melalui karma hewan untuk beberapa masa kelahiran, barulah ia akan lahir sebagai manusia lagi.

Terkadang timbulpula gejala “ Menetralisir” Hukum perputaran karma, misalnya : Benih kebajikan yang di tanam pada masa kelahiran yang lalu, seharusnya pada masa ini ia akan menerima rejeki selama 10 tahun, namun karena pada masa ini ia menanam BENIH KEJAHATAN, hal ini mengakibatkan rejekinya berkurang beberapa tahun, Sebaliknya jika pada masa lalu telah menanam benih kejahatan, seharusnya pada masa ini harus menerima karma jeleknya beberapa tahun, tetapi pada masa ini ia telah banyak berbuat kebajikan, maka hukuman karma itu akan berkurang pula beberapa tahun.

Jika kebajikan yang dilakukan pada masa ini terus bertambah, inipun dapat menghapus akibat dari karma kejahatan yang diterimanya. Cara “Menambah dan Mengurangi” seamcam ini haruslah dilihat dari mada yag lebih berat antara “ Kebajikan dan Kejahatan”, hal ini dapat diibaratkan seperti timbangan, inilah hakekat dari pada “ Nasib aku sendiri yang membuat, rejeki aku ula yang mohon”

Ini pula dasar pandangan ( cara) memperbaiki nasib, Jika kita telah mengetahui bahwa pada masa lalu itu, kita , baik secara sengaja maupun tidak telah melakukan kebajikan ataukejahatan, maka hal ini akan menentkan karma yang diterima pada masa kini, Kita harus secepatnya sadar bertobat, segea menambah perbuatan kebajikan, agar bagian “ Kebajikan” lebih cepat bertambah dan lebih cepat mengurangi karma kejahatan, kemudian terus menerus menambah kebajikan, agar kita secepatnya bisa menerima karma kebaikan, Inilah satu-satunya cara untuk memperbaiki nasib.

Pada waktu dinasti Ming ada seorang yang “Pandai” memperbaiki nasib dirinya. Namanya Yuen Liauw Fan. Dengan cara tak henti-hentinya melakukan kebajikan ia telha merubah nasibnya yang “ Berusia Pendek”, “ Tak Berketurunan” dan “Tidak Berpangkat Tinggi”, hingga kelak ia menjadi suri teladan bagi orang yang hendak memperbaiki nasib.

Yuen Liaw Fan adalah orang Tiongkok Selatan, Pada masa muda hidupnya sangatlah miskin, nafkahnya didapatkan dari ketabiban, Suatu hari ia pergi ke kuil Tse Yin She dimana ia bertemu dengan seorang yang sudah tua, yang bernama Khong. Orangnya berwajah luar biasa seperti dewa dan ternyata pandai nujum. Lalu tuan Yuen mengundang bapak tua ini kerumahnya. Pertama anggota keluarganya yang diramal. Ternyata sangat cocok. Barulah giliran dirinya sendiri. Bapak Khong ini ternyata sedikitpun tidak ceroboh, ia ramalkan bahwa tuan Yuen di kabupaten akan mendapat nomer ( ranking ) ke 14, pada ujian di tingkat propinsi menduduki ranking ke 71, pada tingkat nasional menduduki ranking ke 9, namun ia hanya berpangkat kecil selama 3 tahun, usianya akan berakhir pada tanggal 14 bulan delapan ketika ia mencapai usia 53 tahun dan tidak memperoleh anak.

Pada tahun kedua, semua tingkat ujian yang diramalkan ternyata coock sekali, Telah lewat lagi 20 tahun, semua yang baik maupun yang buruk yang diramalkan oleh pertapa Khong tak ada yang meleset. Karenanya tuan Yuen sangat yakin dan percaya bahwa semua keberuntungan dan kenaasan dalam hidup manusia telah ditakdirkan, sedikitpun tak dapat dipaksakan. Selanjutnya ia tidak lagi berilusi segalanya ia pasrahkan pada nasibnya. Akhirnya karena suatu urusan penting tuan Yuen pergi ke gunung Lew Shioa dekat Nan King, dimana ia bertemu dengan seorang rahib Yin Ku Tan Se. Beliau telah menjelaskan tentang Hukum Karma, diterangkan pula tentang “ Nasib kusendiri yang buat, rejeki kusendiri yang mohon”, Dan Beliau menganjurkan serta mendorong tuan Yuen janganlah menjadi si kerdil yang pasrah pada nasib.

Setelah mendapatkan penjelasan dari Yin Ku Tan Se, tuan Yuen sadar akan dirinya. Ia bertekad merubah nasib buruknya, sehingga ia berlutut di hadapan patung Buddha, Dengan sujud ia mengakui semua dosa-dosanya dan berjanji akan merubahnya, kemudian ia berjanji akan melakukan 3000 buah kebajikan dan mohon kenaikan pangkat. Selanjutnya ia mencatat semua laku kebajikan dan kejahatan yang dilakukan.

Tidak sampai 2 tahun walaupun 3000 buah kebajikan belum tercapai, dia sudah mendapat kenaikan pangkat. Sekarang fakta membuktikan bahwa ramalah pertapa Khing tidak lagi tepat. Namun tuan Yuen kurang tekun melakukan amalnya. Setelah lewat 10 tahun 3000 buah amal kebajikan baru tercapai dan ia telah mendapat kenaikan pangkat lagi. Hal ini telah menyadarkannya akan keuntungan memupuk dan melakukan kebajikan. Karena itu ia bersumpah akan melakukan lagi amal kebajikan sebanyak 3000 buah, mohon di karuniai anak. Dan benar, belum lagi setahun isterinya melahirkan seorang putra. Isterinya pun sangat bijaksana, dengan rajin membantu suaminya menolong fakir miskin, atau melepaskan mahkluk hidup, tiap hari rajin membaca Keng, meluaskan amal kebaikan, terkadang dalam satu hari bisa mencapai 10 buah kebajikan yang dilakukan, sehingga 3000 buah amal kebajikan tidak sampai 3 tahun telah terpenuhi. Selanjutnya mereka meneruskan amal kebajikan hingga mencapai sepuluh ribu buah lebih. Tanpa memohon perpanjangan usia, ternyata usianya telah mencapai 74 tahun dan puteranya telah lulus sarjana, menjabat pangkat penting dalam propinsi.

Demikianlah kisah nyata tuan Yuen yang berani bertobat dan dalam jangka panjang tidak berhenti melakukan amal kebajikan hingga dapat merubah “ Nasib Buruk” yang telah ditakdirkan. Ini merupakan cermin bagi orang-orang masa kini dan selanjutnya untuk mempelajari tentang Nasib, sekaligus membuktikan bahwa dengan rajin melakukan kebajikan dapat menciptakan nasib baru bagi dirinya sendiri



Save the Children & Join With :
Kasih Dharma Peduli ~ Anak Asuh
May all Beings Be Happy


Contact Info : Kasihdharmapeduli [at] yahoo.com

Offline F.T

  • Sebelumnya: Felix Thioris, MarFel, Ocean Heart
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.134
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • • Save the Children & Join with - Kasih Dharma Peduli • We Care About Their Future • There Are Our Next Generation.
Re: Buku " KARMA DAN NASIB "
« Reply #3 on: 17 February 2008, 08:14:02 PM »
BAB III

DAPATKAH MEMPERBAIKI NASIB DENGAN BERSUJUD MEMOHON KEPADA DEWA DAN SANG BUDDHA

Banyak orang yang bersujud memohon perlindungan dewa dan Buddha, ada pula yang memohon banyak rejeki, memohon banyak keuntungan, memohon mendapat anak, memohon penyembuhan dari penyakit, memohon mendapat jodoh, bahkan ada yang memohon memperpanjang usianya. Dapatkah dengan cepat nasibnya dapat diperbaiki?

Persoalan ini banyak orang meragukannya, Untuk menyingkap tabir ini, kita harus lebih dahulu mengerti 3 hal :

A.   Apakah sebenarnya sikap sejati dari memuja Dewa dan Buddha itu ?

Di hongkong, setiap tahun menjelang hari besar kelahiran dewa atau Buddha, banyak orang membanjiri kelenteng dan vihara, misalnya Kwan Im, Kelahiran Seribu Buddha, Kelahiran Locu, Kelahiran Che Kung, dll. Misalkan tiap Cia Gwe Je It tahun baru imlek memuja Huang Ta Sen, Cia Gwe Je Sa memuja Che Kung, dll. Demikian banyaknya arus manusia, kebanyakan mereka tak lain tak bukan bertujuan memohon berkah, selamat, rejeki, dan kelarisan atau memohon kesembuhan penyakit, mohon jodoh anak bahkan memohon berumur panjang, Saya percaya bahwa para umat ini 80 % benar-benar bersujud, tetapi berapakah dari jumlah mereka yang benar-benar mengerti makna “KEYAKINAN YANG SESUNGGUHNYA” memuja Dewa dan Buddha.

Jika anda membunuh orang, merampok, atau menjual narkotik, setelah berhasil lalu membeli dupa, sajian-sajian, lilin, kertas sembahyang, dll dan dengan sangat sujud memohon Dewa dan Buddha “Melindungi” , Apakah beliau akan mengabulkannya ?

Jika biasanya anda tidak beramal, sepeserpun tidak pernah menderma pada orang miskin dan sakit, waktu memuja dewa anda menyediakan sesaji yang banya, memohon usaha usaha maju dan untung banyak, maka biarpun lutut dan kepalamu sampai lecet berdarah berlutut dan memanggutkan kepala, apakah Dewa yang jujur dan tidak egoism au menerima “Suapan”mu?. Atau anda biasanya berbuat sedikit kebaikan, tetapi juga melakukan banyak kesalahan dan kejahatan atau biasanya sangat egois. Tidak pernah memikirkan kepentingan umum, tidak pernah meolong orang yang terdesak kesulitan atau dalam otakmu hanya penuh dengan gagasan buruk, gemar merugikan orang lain untuk keuntungan diri sendiri, maka bagaimanapun engkau bersujud di hadapan Dewa dan Buddha, hasilnya tetaplah sia-sia belaka.

Tidak sedikit pria dan wanita yang dihadapan Dewa dan Buddha, begitu menyulut dupa, segera memohon perlindungan dan berkah , mereka tidak pernah mawas diri tentang perbuatan sehari-harinya. Pantaskah mereka dilindungi Dewa dan Buddha?

Sikap sejati untuk memuja Dewa dan Buddha, seharusnya adalah atas dasar “Kagum Mengindahkan” dan “ Terima kasih”. Misalnya anda memuja Kwan Im Po Sat, anda harus berpikir bahwa Po Sat sangat mengasihi kita sebagai umatnya, setiap saat mendengarkan penderitaan dan menolongnya. Kita harus dengan rasa “Kagun Mengindahkan dan Terima Kasih” merangkapkan tangan untuk menghormatinya. Pula biasanya harus mempelahari kewelasan Po Sat, dengan sepenuh hati “ Po Sat “ berusaha melindungi semua mahkluk hidup dan orang yang sakit atau dalam kesulitan. Jika anda dapat melaksanakannya dalam jangka waktu yang panjang, biarpun anda tidak memuja dan minta perlindungan dari POSAT, beliaupun akan tetap melindungi dan memberkahimu.

Misalkan anda memuja Kwan Tee, beliau adalah Dewa pengusir dan Penyingkir kejahatan. Beliau terkenal jujur dan setia, Setiap hari anda membakar dupa memohon agar Kwan Tee melindungi dirimu selama baik di rumah maupun pada saat berpergian, seisi rumah tentram, tak ada aral melintang dan gangguan jahat menyerang , tetapi biasanya adakah anda mengusir pikiran “JAHAT: anda dari dalam hati anda ? Ada tidakkah anda mempertahankan “Kejujuran Selamanya” dalam hati ?

Ada tidaknya melaksanakan tuntas “ Setia”? Jika dapat anda laksanakan, maka hati anda dan Kwan Tee telah saling berkati, dengan sendirinya Kwan Tee akan melindungimu. Maka, tatkala anda membakar dupa memujanya, rasa “Kagum mengindahkan dan Terima Kaish” akan timbul dengan sendirinya.

Yakinlah bahwa semua agama adalah baik, tatkala kau berdoa pada Yesus, seharusnya dengan penuh rasa “ Kagum menghormati dan Terima kasih”, Sebab Yesus mengorbankan dirinya demi menolong umat manusia, sedangkan biasanya adakah anda menjadikan Yesus sebagai suri teladan, menyumbangkan :KASIH” pada manusia ?

Pada suatu hari, aku pergi keluar kota dengan naik sebuah taxi. Kuperhatikan sopir taxi dalam memilih jalur, membelok dan mendahului kendaraan lain tidak pernah mengalah, sangatlah egois. Lebih celaka perhatian sopir ini selalu ditujukan pada punggung pejalan kaki wanita yang ada di trotoar, dan mulutnya tidak habis memuji. Orang semacam ini, egois dan selalu merugikan orang lain. Pikrian buruknya sangat mendalam, setiap saat maut mengancamnya, justru pada dasboardnya tertempel Hu dari kelenteng Kwan Kung. Coba anda piker, dapatkan Dewa Kwan Tee yang berwatak jujur itu mau melindunginya ?

Ada orang berkata bahwa memuja Dewa dan Buddha adalah memuja pating, ini adalah pandangan yang picik dan dangkal dari orang awam. Kita jangan dulu mempersoalkan “PATUNG” itu berisikan daya magic atau tidak, Jika anda dapat selalu memperingatkan diri sendiri setiap saat menghadap “PATUNG” ini dalam hati sanubari anda, dan dengan bekal semangat semacam itu sebagai contoh menolong orang, maka anda telah menanam bibit kebajikan yang tidak habis-habisnya. Karma baik yang anda terima tidak akan ada habisnya. Bukankah sangat dangkal dan picik pandangan yang mengatakan “MEMUJA PATUNG”.





B. Apakah memuja Dewa dan Buddha indentik dengan beramal ?

Teringatlah aku kira-kira 4 tahun yang lalu ketika melihatkan Hong Sui rumah tuan Chao. Ny. Chao tanpa henti-hentinya menceritakan betapa buruknya nasib rumah itu. Usaha sering gagal, orang-orang dalam rumah dan dirinya berpenyakitan, putra sulungnya bergaul dengan teman yang buruk diluaran dan bila pulang ke rumah selalu membuat onar….. Setelah dengan sabar kudengarkan uneg-unegnya, dengan serius kunasehatkan agar ia banyak beramal, barulah dapat secara tuntas melenyapkan semua kesialan dalam rumah. Tak disangka setelah mendengarkan kata-kataku, dengan lantang ia membantah “ Kau bilang aku tidak beramal ? Tiap hari kumemuja Po Sat. telah kujalankan selama 5-6 tahun. Tak sedkit uang kubelanjakan untuk membeli dupa, lilin dan kertas sembahyang, sudah demikian banyak amal yang kukerjakan, mengapa tidak menerima karma yang baik?”, Aku bertanya “ Engkau telah memuja Po Sat selama 5-6 tahun, adakah kau belajar pada Po Sat pergi menolong orang yang miskin dan sakit?” Ia menjawab : “ Aku sendiri tidak beruang, bagaimana dapat menolong orang lain?”

Aku bertanya lagi :” Jika anda tak punya uang untuk membantu orang lain, pernahkaha anda dengan tenaga membantu orang lain?” Setelah ia berpikir sejenak, ia menjawab : “Tidak pernah”, Aku bertanya lagi:” Pernahkah kau membeli ayam, bebek atau ikan untuk disembelih?” Jawabnya : Tentu saja ada, tidak bolehkan aku memakannya?”

Aku berkata : “ Kau mempunyai uang untuk membeli ayam, bebek, atau ikan untuk disembelih dan dimakan, tetapi pernahkah anda membeli burung atau ikan untuk dilepaskan kembali?” Jawabnya : Tidak pernah” Aku bertanya lagi : “ Kau memuja Po Sat, pernahkah kau membaca nama-nama Buddha aau kitab Buddha ( Keng )?” , Ia berkata :” Aku tidak pandai membaca”. Aku berkata “ Engkau tidak pernah mengeluarkan uang untuk beramal, tidak pernah mengamal dengan tenaga , tidak pernah membaca Keng Buddha untuk menghapus dosa, lalu karma baik apa yang hendak kau dapat?” Ia berkata :” Aku setiap hari memohon pada Po Sat. Memohon pada beliau, pasti akan menerima karma baik, Berbuat kebaikan pasti menerima kebaikan “ “ Pernahkah kau berbuat kebajikan?”. “Aku membakar dupa dan memuja Po Sat, bukankah itu kebajikan? Aku benar-benar sujud.

“ Berbuat kebajikan ialah melakukan hal yang menguntungkan pada manusia, mahkluk hidup lain. Kau memuja Po Sat hanya untuk melindungimu, Bagaimanapun engkau benar-benar bersujud , tidak dapat dihitung sebaai berbuat kebajikan”. “ Po Sat seperti seorang Ibu, keinginan hatiNya ialah semoga seluruh umat manusia terbebas dari lautan kesengsaraan. Jika anda dapat banyak berbuat kebaikan sesuai dengan kehendaknya, dengan sendirinya beliau akan melindungimu. Jika anda tidak dapat berbuat sesuai dengan kehendaknya, hanya dapat tiap hari menghormat dan memujaNya, bagaimanapun welas asih, beliau hanya terbatas sekali melindungimu” Kataku.

Pandangan yang salah semacam ini, sangatlah umum dalam dunia ini.

C.   Berhasilkah kita memohon pada Dewa dan Buddha untuk mendapatkan rejeki dan harta ?

Memohon pada Dewa dan Buddha agar dikaruniai harta dan rejeki, bahkan memohon pangkat dan anak, memohon jodoh dan terhindar dari malapetaka, memohon kesembuhan dari penyakit dan berusia panjang, dll dengan pasti dapatlah berhasil.

Tetapi memohon pada Dewa dan Buddha itu ada syaratnya. “ Syaratnya” ialah harus melakukan kebajikan dalam jumlah tertentu. Seperti telah diuraikan di muka, tuan Yuen telah bersumpah dihadapan Buddha akan melakukan 3000 buah kebajikan untuk mendapatkan kedudukan, kemudian bersumpah lagi melaksanakan 3000 buah kebajikan, kemudian terus melakukan kebajikan tanpa memohon berusia panjang, ternyata ia mendapatkan panjang usia.

Dilihat dari situ berarti melakukan kebajikan merupakan “ Syarat” yang sangat penting, Jadi walaupun Dewa dan Buddha welas asih, tetapi tidaklah sembarangan memberikan berkah dan karunianya pada orang. Tegasnya dapatlah kita lihat bahwa Dewa dan Buddha tidak melanggar prinsip karma tentang “ Siapa  berbuat baik pasti akan medapatkan imbalan yang baik”. Jadi kesimpulannya “ Menanam bibit baik mendapatkan buah yang baik, menanam bibit yang buruk akan mendapatkan buah yang buruk pula merupakan “KEBENARAN” yang abadi.

Ada sebuah kisah nyata :

Pada musim gugur yang lalu, aku berkunjung ke sebuah kuil untuk melihat sebuah upacara. Tatkala itu ada seorang ibu yang bernama Erl Ku sedang dengan sujudnya menyembah Dewa Lu Co memohon rejeki. Lu Co menulis sebuah sajak yang berisi 5 buah kata padanya. Arti dari sajak itu kira-kira menghendakinya secepatnya melakukan kebajikan besar, selebih itu tidak ada petunjuk lain. Hal ini telah menjadi buah pembicaraan orang di sekitar tempat itu. Kesimpulan mereka ialah bahwa Erl Ku mungkin akan menghadapi malapetaka, karenanya mereka mengusulkan agar Erl Ku cepat memberikan “ JANJI “, Jika selamat dilindungi Dewa , kelak akan memberikan sajian untuk berterima kasih.

Biasanya Erl Ku memuja Dewa, Dengan cepat ia berlutuh dihadapan altar dan berjanji, Sesudah itu legalah hatinya dan dengan tenang duduk disamping , seperti orang lain yang duduk bersamanya. Erl Ku mengira setelah berjanji, maka tidak perlu merasa was-was lagi, semua aral melintang akan dihapus oleh Dewa Lu Co, Tetapi aku berpendapat bahwa persoalannya tidak semudah itu. Aku tidak tega lalu kukatakan padanya: “ Dewa Lu CO menginginkanmu berbuat kebajikan besar, pastilah ada sebabnya. Jika anda hanya berjanji lalu mengangap urusan telah selesai, mungkin hal ini tidaklah akan menyelesaikan persoalannya, sebab “ Berjanji” bukanlah berbuat kebajikan” .

Kata-kataku ini telah membuatnya tidak berkenaan. Setelah menatapku ia berkata : “Kamu anak muda tahu apa ?” Berjanji tidak berguna? Lalu apakah yang berguna ? Aku mengerti banyak orang lebih suka mendegar kata-kata yang memuji. Aku telah “ menamparnya” pastilah ia tidak senang : Lalu kukatakan padanya : “ Melepaskan mahkluk hidup adalah melakukan cara kebajikan yang terbaik. Dapatkah anda di hadaan Dewa melepaskan hidup-hdup beberapa ekor mahkluk berjiwa ? Jika dapat, hasilnya akan lebih baik dari pada memberikan janji”

Oleh karena orang-orang di sekitarnya tidak mendukung kata-kataku, tentu saja akhirnya Erl Ku tidak mengubris kata-kataku, apalagi melakukannya. Peristiwa ini telah lewat 20 hari, akupun telah melupakannya. Pada suatu pagi, aku datang kembali ke kuil ini untuk melihat upacara. Terdengar berita bahwa Erl Ku mendadak sakit keras, telah ditolong di rumah sakit, namun gagal dan iapun meninggal dunia, Berita itu datang demikian cepatnya, siapapun tidak menduganya, maka ramailah lagi pembicaraan dalam kelenteng itu.

“Ia masih muda tapi telah tiada, usianya baru 50 tahun, dua hari yang lalu masih segar bugar” Katanya tatkala itu ada orang yang menyuruhnya melepaskan mahkluk hidup, ia merasa tidak senang……………”

Aku menarik nafas panjang, Seringkali orang mengatakan memuja Dewa dan Buddha adalah sebagai hal kepercayaan yang sesat, Orang yang mengatakan “SESAT” pasti tidak mengerti “ Kebenaran Keyakinan” yang terkandung di dalamnya. Bahkan orang yang memujanya pun kebanyakan tidak mengerti “ Kebenaran keyakinan “ yang di kandungnya serta hakekat perputaran Hukum Karma. Tak heranlah bahwa Po Sat menganggap manusia benar-benar perlu dikasihani kerana ketidak-mengertiannya.


Save the Children & Join With :
Kasih Dharma Peduli ~ Anak Asuh
May all Beings Be Happy


Contact Info : Kasihdharmapeduli [at] yahoo.com

Offline F.T

  • Sebelumnya: Felix Thioris, MarFel, Ocean Heart
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.134
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • • Save the Children & Join with - Kasih Dharma Peduli • We Care About Their Future • There Are Our Next Generation.
Re: Buku " KARMA DAN NASIB "
« Reply #4 on: 18 February 2008, 10:18:04 AM »
BAB IV

MENELITI DAN MEMILIH HONG SUI YANG BAIK, APA KIRANYA DAPAT MERUBAH NASIB YANG TELAH DITAKDIRKAN?


Banyak orang dikala melihat famili dan temannya bernasib kurang mujur, akan menganjurkannya menata kembali Hong Suinya untuk memperbaiki nasibnya, benarkah begitu? Benar, dengan menata kembali Hong Sui dapat merubah si miskin menjadi kaya, merubah orang sakit menjadi sehat, dapat merubah pegawai yang tersendat karirnya menjadi maju dan naik gaji, merubah perdagangan yang sering merugi menjadi jaya, bahkan suami istri yang sering bertengkar menjadi harmonis dan rukun…..

Secara lahiriah, nampaknya Hong Sui dapat memperbaiki nasib. Tetapi, kebanyakan orang meremehkan kata mutiara yang terkandung dalam filsafat : “ Tempat yang baik dihuni oleh orang yang beruntung ( Hok Qi )”. Tegasnya, setiap tempat yang Hong Suinya baik, hanya dapat di huni oleh orang yang Hok Qi. Sebaliknya, oran yang tidak mempunyai Hok Qi, tak mungkin bisa menempati sebuah temapt yang ber Hong Sui baik.

Bagaimana mendapatkan Hok Qi itu ? Hal ini pernah kuterangkan di muka : 1/ Pembawaan sejak lahir
2. Di peroleh pada masa hidup ini dengan cara beramal yang banyak

Yang pertama adalah ketentuan masa yang sebelumnya, sedangkan yang kedua adalah tambahan pengisian kemudian.

Pada hakekatnya, Hong Sui memperbaiki nasib hanyalah gejala permukaan saja, hal ini mempunyai dasar tertentu. Ada 2 sumber sehingga Hong Sui dapat memperbaiki nasibnya dan yang kedua karena kebajikan yang dipupuknya pada masa ini sehingga menerima karma kebaikan itu. Jadi pada dasarnya yang benar-benar dapat memperbaiki NASIB bukanlah Hong Sui, melainkan “ SEBAB AKIBAT “ . Sebab, baik ketentuan pada masa sebelumnya maupun kebajikan yang dipupuknya pada masa kini merupakan karma baik yang di hasilkan pleh penanam Bibit Baik.

Sejak memperoleh ilmu keturunan telah 20 tahun kupelajari Hong Sui. Telah lama aku memperhatikan hal ini, Terkadang aku ingin dengan sekuat tenaga membantu si miskin yang pantas di simpati, dengan Cuma-Cuma memeriksa Hong Sui rumahnya, dan memberikan petunjuk padanya bagaimana mewiradati, menolak marabahaya, dan selalu memikirkan dengan cara-cara yang paling menghemat uang untuk memperbaikinya. Namun yang bersangkutan tidak tetap pendiriannya, bahkan mendengar atau lebih percaya uraian orang lain. Kadang-kadang tidak sesuai dengan cara untuk melaksanakannya, akhirnya aku hanya membuang-buang waktu dan pikiran. Hal ini disebabkan oleh karena terlalu sedikitnya ia menanamkan “ Benih-Benih Kebaikan ”

Tak sedikit orang yang diperantakan teman mencariku untuk memeriksa Hong Sui mereka, dengan sepenuh hati percaya padaku dan akupun dengan senang hati dan sekuat tenaga membantunya. Tetapi terkadangpun menjumpai Hong Sui yang tidak dapat di tolong lagi, menjadi tidak berdaya. Ini disebabkan karena ia belu waktunya menerima Karma Kebaikan.

Kira- kira 5 tahun yang lalu, aku berkenalan dengan seorang direktur bank. Usahanya berjalan dengan biasa-biasa saja, Kunasehatkan agar ia membongkar sebuah ruangan dan mempersempit pintu bank sebesar 20 inchi, Namun di sebabkan pertimbangan praktis, ia tidak sampai hati merubah dan ini berlarut-larut sampai 3 tahun, usahanya tetap begitu saja. Kemudian atas nasehat beberapa orang sahabat lamanya dan dengan menghancurkan ruangannya, akhirnya ia terpaksa menghapuskan ruangan tersebut, Selanjutnya usaha bank itu kian maju, Setelah lewat 3 bulan, secara tergesa-gesa ia merubah pintu banknya. Sejak itu, sangat lancarlah usahanya, ia membuka pasaran di Afrika, kini dia kaya raya. Sayang setelah menjadi kaya, kian jaranglah ia berhubungan dengan teman-eman lamanya. Mengapa ia menunda hingga 3 tahun baru membongkar ruangan itu? Hal ini di sebabkan karena saat jayanya belum tiba, Baru setelah teman-teman lamanya merusakkan ruangan itu, tibalah saat jayanya.

Ada pula yang aneh, Ada Hong Sui tempat tinggal orang yang di sebabkan pengaruh dari lingkungan luarnya, seperti Jalan raya dan bangunan gedung di depannya, nasibnya bertahun-tahun seperti terpendam, Tetapi tatkala saat perubahan ( akan menerima karma kebajkan), jalan raya di muka rumahnya digusr DPU, atau ada bangunan gedung lain didirikan yang menghadang pancaran buruk dari gedung tadi, maka dengan sendirinya telah memperbaiki Hong Suinya.

Tentu saja tak sedikit pula Hong Sui yang baik, disebabkan oleh berdirinya bangunan-bangunan baru atau jalan layang atau jalan raya yang dibuat, Sebaliknya berubah menjadi Hong Sui yang jelek. Kesemua perubahan baik dan buruk, sebenarnya tidak dapat melampaui prinsip “ HUKUM KARMA” Jadi, “HONG SUI” adalah permukaan batang daun saja, “SEBAB AKIBAT” adalah sumber isinya.


Save the Children & Join With :
Kasih Dharma Peduli ~ Anak Asuh
May all Beings Be Happy


Contact Info : Kasihdharmapeduli [at] yahoo.com

Offline F.T

  • Sebelumnya: Felix Thioris, MarFel, Ocean Heart
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.134
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • • Save the Children & Join with - Kasih Dharma Peduli • We Care About Their Future • There Are Our Next Generation.
Re: Buku " KARMA DAN NASIB "
« Reply #5 on: 24 February 2008, 07:37:06 PM »
BAB V

BERBAGAI CARA UNTUK MENANAM “ BENIH KEBAIKAN “

Bagaimana cara menilai besar kecilnya “ Bibit Kebaikan “ yang ditanam . “Menanam bibit baik atau benih kebajikan “ ialah melakukan amal kebajikan. Umumnya orang-orang di Hong Kong , begitu berbiacara soal “ Melakukan amal kebaikan” past mengkaitkan dengan sederetan pengertian “ Ini adalah persoalan yang dilakukan orang kaya”, “ Hasil pendapatanku sedikit, bagaimana mungkin melakukan amal?”.
Aku harus mendermakan uang?”

Ini adalah suatu kesalahan pengertian, menganggap “Melakukan amal kebaikan” disampaikan dengan “ Mengeluarkan Uang” , harus “Mengeluarkan Uang”, barulah bisa “BERAMAL” , Padahal ruang lingkup “Beramal” cukup luas, ada amal dengan mengeluarkan uang, misalkan mendirikan rumah sakit, sekolah, panti perawatan orang usia lanjut, orang jompo, panti yatim piatu, memberi uang pada fakir miskin, mengobati dan memberikan obat secara cuma-Cuma, membanun jembatan dan jalan, memberi penerangan lampu jalan, menyumbang kepada korban bencana kelaparan  dan bencana alam, beli peti mati bagi yang melarat, memperbaiki dan mendirikan kuil dan vihara, mencetak buku-buku agama untuk disebar luaskan secara gratis, membeli makhluk hidup untuk kemudian dilepaskan , dll.

Ada pula amal kebaikan yang tanpa “ KELUAR UANG” , misalkan tidak melakukan pembunuhan terhadap makhluk berjiwa ( mengurangi dosa membunuh dalam dunia ), menghapus dendam kesumat pada orang lain, menutupi kejelekan orang lain bahkan hanya mempopulerkan kebaikannya, menghapus segala pertentangan, mengumandangkan kebajikan dan kebijakan , menyingkirkan batu-batuan penghalang di jalanan termaksud kulit pisang, pecahan beling, menyeberangkan orang tua, anak kecil dan penderita cacat, mengalahkan tempat duduk bagi wanita hamil dan orang tua ;menolong sedapat mungkin bagi orang yang menderita sakit dalam perjalanan ; menghibur dengan kata-kata bagi penderita penyakit berat dan orang yang frustasi; membantu terwujudnya cita-cita seseorang, membantu orang lain agar sanak saudara dapat berkumpul kembali; membicarakan sejarah dan hikayat agar orang terbebas dari kebodohan dan kelaliman; menasehati orang membuang kemaksiatan dan agar menuju kepada kebenaran’ memaafkan kesalahan orang; secara suka rela membacakan Keng untuk orang lain untuk membantu menghindarkan bencana; menasehati orang agar percaya pada hokum sebab akibat; menolong orang tanpa pamrih; menyumbang darah untuk menolong orang, dll.

Jelaslah bahwa beramal tidak asti harus “ Keluar Uang”, yang penting harus dengan “SUNGGUH” “ hati mengerjakannya. “Beramal” sangat luas ruang lingkupnya, dimanapun terdapat “ Pintu menanamkan kebajikan”, terserah anda bersungguh “Hati” melakukannya atau tidak. Aku telah beberapa kali naik ferry berangkat dari kota Thay Ku menuju ke Cung Hwan, kudapatkan seorang karyawan ferry itu pada waktu kapal merapat ke dermaga, ia tidak bosan-bisannya menolong orang tua dan anak kecil menaiki atau menuruni ferry dan sikapnya ramah, tanpa terasa timbul dari hati sanubariku rasa hormat, secara diam-diam dengan sorot mataku menyampaikan rasa hormat dan pujian.

Melihat orang mengalahkan tempat duduk dalam bus, melihat orang membantu si buta menyeberagi jalan , aku menyampaikan rasa hormatku, dengan sorotan mata, mereka tidak saja bermoral tinggi dan mengagumkan, sebenarnya mereka pun sedang menanam benih kebajikan. Tidak jarang pula ada yang beramal baik tanpa di ketahui orang lain dan tanpa terdengar orang lain, misalnya menyumbang si miskin tanpa menyebut namanya, secara diam-diam menghapus dendam kesumat orang lain, secara diam-diam menghindarkan orang lain dari bahaya, secara diam-diam merampungkan terwujudnya cita-cita orang lain dsb, Benih kebajikan yang ditanamnya lebih besar. Kebajikan yang dilakukan secara terpendam ini dinamakan IM TEK, Dalam kitab suci Buddha disebut : KEBAIIKAN TANPA WUJUD

Berbuat baik ada perbedaan besar dan kecilnya, pada prinsipnya terbagi menjadi 2 macam :

1.   Dikukur dari  “Tingkat Kesungguhan Hati” , Misalnya si kaya menyumbangkan uang 100 yen si miskinpun menyumbangkan 100 Yen. 100 Yen yang di sumbangkan sikaya bagaikan sehelai bulu yang di cabut dari 9 ekor lembu, sebaliknya 100 Yen dari si miskin itu mungkin jatah makannya untuk beberapa hari. Oleh karenanya tingkat kesungguhan hati sangat jauh berbeda, biarpun sama-sama 100 Yen, sangat lebih besarlah amal yang di berikan si miskin, karma benih kebaikan yang ditanam jauh lebih besar. Jadi terkadang si miskin menyumbangkan beberapa puluh Yen akan lebih menang dari sumbangan beberapa ribu atau berpuluh ribu Yen yang dilakukan si kaya.
Misalkan pula, A dan B dengan lingkungan hidup yang sama, memberikan sumbangan dengan jumlah yang sama pula, Namun A setelah memberikan sumbangan, hatinya sering mengingat-ingat, ia berharap segera mendapatkan imbalan dan sering punya rasa menonjolkan pahala dan ia senang akan hal itu. Sebaliknya B setelah menyumbangkan tidak pernah ada rasa menonjolkan pahala, tidak pula ada keinginan agar segera menerima karma, ia tetap rendah hati, hemat dan hati-hati serta ulet bekerja , Dengan demikian tingkat kesungguhan hati A dan B berdua sangat jauh berbeda, tentu saja karma yang mereka terima nantinya B lebih besar dari A.

Dalam kitab suci Buddha dikatakan : “ Tempat yang tak berpahala adalah pahala yang besar” artinya orang yang berhati tanpa pahala maka pahala yang di kerjakan adalah pahala nan besar.

“Kesungguhan Hati” ialah “ TITIK TOLAK”, titik tolak dengan hati welas asih, Bagi orang yang cukup pembinaan imannya dan laku akhlaknya, titik tolak hati welas asih yang dipancarkan sangatlah jauh. Setiap kepaal sekte agama yang benar, setiap kali pada awal kebaktiannya pasti mempunyai harpan dan keinginan yang sama, ialah “ Menyeberangkan umatnya, menolong umatnya terbebas dari lautan kesengsaraan” Hati welas asih yang agung ini, adalah pahala besar yang tak dapat di nilai dan diukur. Kini seluruh kebaktian agama Buddha dan Tao, pada waktu sembahyang semua pahala kebaktian tersebut dilimpahkan pada umatnya, memohonkan perdamaian dunia, bebas bencana panen baik agar umatnya hidup tentram sejahtera, Inipun perwujudan pancaran hati welas asih suatu hakekat pahala yang tak ternilai.

Bagi orang yang mempelajari Buddhis dan Taois, pertapa yang bertekad mengamalkan kebajikan untuk merubah nasib orang agar lebih baik, harus memancarkan hati yang welas asih, bukan untuk dirinya, tetapi demi orang banyak dengan tekun meluku dan bertnam sedikit demi sedikit, lambat laun dengan sendirinya akan mendapatkan panen yang melimpah.

2.   Diukur dari “ Tingkat menerima manfaat”, misalnya kebajikan yang dilakukan A hanya seorang yang mendapatkan manfaatnya sedangkan yang dilakukan B banyak orang yang mendapatkan manfaatnya, tentu saja B lebih unggul dari pada A , Misalkan pula C seorang yang cara hidupnya tidak benar, gemar berjudi dan perbuatan maksiat lainnya, hutangnya setumpuk, Lalu A dengan uangnya melunasi hutangnya sehingga C tertolong dari tuntutan hukum, Sebaliknya B dengan kata tuturnya memberikan pengarahan dan nasehat, sehingga C sadar dan berjalan di arah yang benar, dan selanjutnya C hidup bahagia. A dan B sama-sama memberkan manfaat pada seseorang menanam karma baik, tetapi A hanya untuk sementara memberikan manfaat pada C, sedangkan B untuk selamanya memberikan manfaat pada C, jelaslah pahala B lebih besar. Jadi belum tentu hanya dengan “UANG” barulah dapat melakukan amal kebajikan.

Kedua cara mengukur di atas itu masih di titik beratkan pada “ Titik Tolah Hati” . Tegasnya , belum tentu hanya si kaya yag dapat berbuat amal, si miskinpun asalkan dengan “ KESUNGGUHAN HATI” melakukannya, hasilnya akan melebihi si kaya, Jadi dengan “ Mengeluarkan Hati” Lebih berharga dari pada” Mengeluarkan Uang” . Dan Yang Maha Agung juga memberikan rahmatNya pada orang yang dapat memberikan “KASIH” nya pada orang banyak. Inilah yang di katakan bahwa “ Yang Maha Agung tidak memihak, yang penting ialah moral dan akhlak”, disinilah letak Maha Adilnya.

 


Save the Children & Join With :
Kasih Dharma Peduli ~ Anak Asuh
May all Beings Be Happy


Contact Info : Kasihdharmapeduli [at] yahoo.com

 

anything