Oleh sebab itu, bernubuatlah dan katakan kepada mereka: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Sungguh, Aku membuka kubur-kuburmu dan membangkitkan kamu, hai umat-Ku, dari dalamnya, dan Aku akan membawa kamu ke tanah Israel. Dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN, pada saat Aku membuka kubur-kuburmu dan membangkitkan kamu, hai umat-Ku, dari dalamnya. Aku akan memberikan Roh-Ku ke dalammu, sehingga kamu hidup kembali dan Aku akan membiarkan kamu tinggal di tanahmu. Dan kamu akan mengetahui bahwa Aku, TUHAN, yang mengatakannya dan membuatnya, demikianlah firman TUHAN."
Yaa??? Soo?? Tetap aja berbeda karena Buddha-Nature bukan untuk membangkitkan orang dalam kubur. Lagian di sana Roh Kudus yang menghidupkan kembali, sedangkan roh seseorang (dalammu) masih ada. Kalau anda belajar sejarah paham Roh kudus atau pneumatology... pada masa Bapa" Gereja Awal, Roh Kudus sangat dipahami sebagai satu sosok roh / personal eksternal yang merupakan bagian dari Tuhan eksternal.
Dan Anuttaratantra paling awal, yaitu Guhyasamaja, yang menjelaskan bahwa diri = Buddha, sudah muncul sebelum masa-masa Bapa" Gereja Awal berakhir.
Masalah Avalokitesvara benar-benar ada atau tidak secara personal, ya meskipun pihak Mahayana bilang YA ADA pun apa anda percaya?
Para Arahat yang menyusun Tipitaka Pali pun menyebutkan para deva seperti Indra, Brahma, Venhu(Visnu) dan Isana (Siva) yang mana juga kaga tahu bohong atau tidak.
Percuma berdebat berbusa-busa soal hal-hal metafisika apakah itu bohong atau tidak. Toh pada kenyataanya sama-sama tidak ada bukti. Ujung"nya ya keyakinan. Mau anda argumen seribu satu macam ngomong kalau sang bhiksu dosa karena bohong menyesatkan dan lain sebagainya ya percuma, omong doang.
Yang ada adalah sesuai dengan Buddha Dharma atau tidak, bukan bohong atau benar.Kalau mau omong simbolis ya banyak juga yang ngomong Raja Dewa Vessavatti Mara / Vesavartin Mara adalah simbolisasi hawa nafsu. Lah tapi dalam Tipitaka dan Tripitaka jelas-jelas menyebutnya sebagai satu sosok personal?!? Yah kalau anda tidak percaya, anggap aja deh Tipitaka bohong selesai sudah. Yang pasti sih saya tidak akan pernah menghakimi Tipitaka Pali atau Sanskrit sebagai boongan.
Terlepas dari Avalokitesvara beneran ada secara personal atau tidak, dalam praktiknya yaitu Mahayana dan Vajrayana, dikatakan bahwa Buddha Bodhisattva tak lain adalah diri sendiri, ini sangat sesuai dengan semangat berdikari Buddha Shakyamuni. Diri adalah pelindung diri sendiri. Karmalah yang menentukan.
Pabongkha Rinpoche mengamini hal tersebut. Master Shengyen dari Dharma Drum juga mengatakan praktisi Zen yang sejati tidak meminta-minta pada para Bodhisattva.
Namun kalau anda tanya keyakinan saya, YA saya percaya bahwa Avalokitesvara ada secara personal. Namun hal itu tidak membantu apa-apa, karena hanya keyakinan pada sosok eksternal saja.
Menyadari diri sendiri memiliki kualitas Avalokitesvara itulah yang akan membantu. Keyakinan pada diri sendiri. Be your true self. Be yourself. Maka dari itu dikatakan dalam sutra bahwa Avalokitesvara berikrar di hadapan Buddha yang juga bernama Avalokitesvara. Ini adalah perenungan bahwa kita semua adalah Avalokitesvara. Ketika memohon pada para Buddha Bodhisattva haruslah ingat dengan kualitas Buddha dan Bodhisattva tersebut dalam diri, karena pada hakekatnya memang semua balik ke dalam diri.
Dari awal Buddha Dharma Mahayana basisnya adalah diri sendiri, makanya snagat ditekankan namanya Buddha-Nature atau Tathagatagarbha, segala potensi positif dan kualitas Buddha dalam diri sendiri, jadi dari awal ya bagus, dan sayangnya bukan kotoran.
Maka dari itu pendirian saya tetap seperti YA Thich Nhat Hanh: sekalipun para sejarawan membuli-buli Avalokitesvara akan keotentikannya, keyakinan saya tidak akan bergeming, karena Guanyin adalah cinta kasih dan CINTA KASIH ITU NYATA.
Saya meyakini personal Avalokitesvara bukan karena beliau benar-benar ada secara personal di Tanah Suci antah berantah, namun saya meyakini sosok personal yang memiliki kualitas seperti beliau dan karena pada awalnya beliau adalah manusia seperti kita, maka kita juga memiliki kualitas welas asih Avalokitesvara. Dan saya telah melihat welas asih itu dalam diri orang-orang.
The Siddha Wanderer