//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: MEMAHAMI ANATTA: ULASAN SN 22.95 PHENA SUTTA (PANCAKHANDHA)  (Read 3017 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Utphala Dhamma

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 109
  • Reputasi: 16
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Jasmani (RUPA) bak gumpalan busa,
Perasaan (VEDANA) bak gelembung udara,
Persepsi (SAÑÑA) bak fatamorgana,
Bentuk-bentuk Mental/Bentuk-bentuk Pikiran (SANKHARA) bak batang pohon pisang,
Kesadaran (VIÑÑANA) bak tipuan pertunjukan sulap).
<SN 22.95 PHENA SUTTA>

__________________

Jasmani (RUPA) jelas ada dan terlihat, tapi tak terbantahkan dia tidak kekal dan selalu berada dalam proses perubahan dan tak mengandung suatu diri, ibarat gumpalan busa.

Perasaan (VEDANA), lebih parah lagi, dia juga jelas ada, dan lebih terlihat perubahannya, sangat cepat berubah. Perasaan (suka, duka, netral) timbul saat terjadi KONTAK (PHASSA), yaitu pertemuan antara kesadaran (viññana), indera, dan objek indera. Ada 6 indera (6 Salayatana) dan masing-masing objeknya yakni:
1. mata (cakkhu) & wujud yang terlihat,
2. telinga (sota) & suara,
3. hidung (ghana) & bau,
4. lidah (jivha) & rasa,
5. Indera peraba (kaya) & sentuhan,
6. indera pikiran (mano) & objek-objek pikiran.
Perasaan sebenarnya berubah secepat berganti-gantinya kontak kesadaran dengan indera yang lain. Indera tidak kekal. Objek-objek indera tidak kekal. Kesadaran yang menghampiri indera tidak kekal. Kontak tidak kekal. Perasaan juga tidak kekal dan kosong dari suatu diri, bak gelembung udara.

Persepsi (SAÑÑA), adalah ingatan, atau semata mekanisme atau sistem penyimpanan dan pengorganisasian/penyusunan kembali rekaman dari data atau kesan yang diperoleh saat terjadi kontak (pertemuan antara kesadaran, indera, & objeknya). Persepsi ada enam jenis, dikategorikan berdasarkan indera mana kontak terjadi, yaitu persepsi mata, persepsi telinga, dst. Sang Buddha mengibaratkan persepsi bak fatamorgana di gurun pasir, kosong dari suatu diri. Terbatasnya kemampuan indera dan apa yang kita terima melalui indera sering tidak sesuai kenyataan yang sebenarnya seperti bumi yang dianggap datar, pensil yang terlihat patah-patah bila dicelup dalam gelas, warna-warni pelangi, dll., juga menyebabkan kekeliruan persepsi atau pandangan seperti menganggap keburukan sebagai cantik (Subha Vipallasa), derita sebagai bahagia (Sukha Vipallasa), tidak kekal sebagai kekal (Nicca Vipalassa), & ketiadaan diri sebagai adanya diri (Atta Vipallasa).

Bentuk-bentuk Mental/Pikiran (SANKHARA) diibaratkan batang pohon pisang; berlapis-lapis tapi tak memiliki suatu inti atau esensi apa-apa di dalamnya. Sankhara adalah matriks atau komponen dasar dari batin (NAMA), landasan tempat dimungkinkannya kesadaran tumbuh (Lihat Paticcasamuppada). Ibarat daun tumbuh dari batang stek, viññana tumbuh dari sankhara. Ibarat daun akan berkembang subur berkembang lebat bila stek ditancap ke dalam tanah, begitupula kesadaran, dalam perkembangannya ia ditopang oleh dan sangat bergantung pada jasmani. Kembali pada sankhara, dalam Abhidhamma, sankhara memiliki 50 macam unsur, komponen, jenis atau bentuk; singkatnya bentuk yang baik (kategori alobha, adosa & amoha), buruk (kategori lobha, dosa, & moha) dan netral. Sankhara pada seorang Arahat sudah berkembang dan memiliki karakter tersendiri. Seperti halnya batang pohon pisang, hanya ditemukan "lapisan-lapisan" bentuk-bentuk batin dalam sankhara; tak dapat ditemukan seorang pun, diri/jiwa/ruh/inti (ATTA), Aku, makhluk, atau personifikasi apapun di sana.

Kesadaran (VIÑÑANA) di sini bukan berarti istilah kesadaran dalam pengertian waspada atau perhatian murni (SATI). Sati adalah salah satu komponen dalam sankhara (bentuk-bentuk mental). Viññana adalah semata arus kesadaran yang bolak-balik mengunjungi enam indera dengan kecepatan yang luar biasa, seperti halnya arus listrik bolak-balik PLN kontinu memberi daya listrik buat lampu, peralatan elektronik, komputer, kulkas, dsb, kecuali bila ada pemadaman listrik (jasad), atau daya sedang rendah atau low voltage (mengantuk, mimpi, mengiggau, dll) atau standby-mode-on (tak sadarkan diri, koma, tidur nyenyak) :). Viññana seperti halnya jasmani adalah semata atribut khas atau komponen tipikal dari pancakkhandha, seperti halnya arus listrik yang tipikal, yang membuat milyaran komputer menyala.
Diibaratkan sebagai tipuan dalam pertunjukan sulap, karena dengan adanya kesadaran sebagai salah satu syarat terjadinya kontak, berbagai kesan indera dapat diterima dan dikenali (mulai dari wujud & warna, suara, bau, rasa, sentuhan sampai pemikiran atau ide) sehingga alam kehidupan & segala isinya dapat dikenali kemudian kita menjadi terpesona & terhanyut di dalamnya. Betapapun memukau dan menghanyutkan, pada hakekatnya panggung kehidupan tak mengandung siapa-siapa di dalamnya.
__________________

PERUMPAMAAN LAIN UNTUK VEDANA, SAÑÑA & SANKHARA

Dalam Abhidhamma, Jasmani (RUPA) digolongkan sebagai rupa khandha. Empat khandha batin digolongkan sebagai nama khandha. Perasaan (VEDANA), Persepsi (SAÑÑA), dan Bentuk-bentuk Mental atau Bentuk-bentuk Pikiran (SANKHARA) dikategorikan sebagai satu golongan "cetasika". Sementara namakhandha Kesadaran (VIÑÑANA dikategorikan sebagai "citta". Lalu, dengan mengetahui bahwa perasaan, persepsi, dan bentukan-bentukan pikiran timbul dari kontak pertemuan antara 3 hal yakni kesadaran, indera, dan objek indera, maka bisa diumpamakan bahwa perasaan, persepsi dan bentukan-bentukan pikiran adalah mekanisme berupa reaksi yang terjadi pada sankhara sebagai matrixnya.

Persepsi (SAÑÑA) dapat dikatakan tersimpan di (menyertai) sankhara. Ibarat sankhara adalah chip semikonduktor, memori adalah semata fenomena yang terjadi berupa perubahan struktur atau orientasi elektron di permukaannya akibat "ditulis" oleh arus listrik. Rekaman data gambar, data suara, data movie, perintah atau program dapat tersimpan dalam semikonduktor tanpa terjadi perubahan kimiawi atau perubahan fisik yg berarti pada semikonduktor tersebut. Data menyatu pada memory card, tapi keduanya dapat dibedakan. Begitupula sañña menyatu pada sankhara, tapi keduanya dapat dibedakan. Perumpamaan lain adalah ibarat menulis di pasir. Tulisan mewakili persepsi dan pasir mewakili sankhara.

Demikian juga perasaan (VEDANA). Ibarat sankhara adalah danau atau lonceng, perasaan adalah semata riak-riak, gelombang atau getaran di permukaannya, yang sementara dan bergantian, timbul semata karena kontak angin dengan air danau atau ada yg melemparkan batu ke dalam danau, atau pukulan pada lonceng. Perasaan adalah semata mekanisme berupa reaksi yang terjadi pada sankhara.

Bentukan-bentukan pikiran (nafsu, marah, gelisah, welas asih, keseimbangan batin dll) pada sankhara (sebagai matrix), yang timbul lenyap, adalah ibarat hasil dari proses yang diberikan pada susu (sebagai matrix), bisa menjadi keju yg padat, yoghurt, mentega atau susu basi, tergantung proses yang diberikan pada susu tersebut sebagai bahan dasar; hanya bedanya pemrosesan susu "irreversible". Perumpamaan yang lebih baik, sankhara adalah ibarat kertas lakmus yang berubah-ubah warnanya tergantung pada kondisi asam, netral atau basa larutan di mana dia dicelup. Emosi positif, netral maupun negatif, juga memiliki mekanisme berupa reaksi yang terjadi pada sankhara yang dipicu kontak (phassa), pertemuan antara kesadaran, indera dan objek indera.

Semua fenomena tersebut terjadi semata karena sifat/karakter/perilaku (behavior) yang alami dan intrinsik (kodrati) dari sankhara itu sendiri.

"Tak dapat ditemukan seorang pun, diri/jiwa/ruh/inti (ATTA), Aku, makhluk, atau personifikasi apapun baik di masing-masing khandha maupun di manapun juga.
__________________


CATATAN:
Dari kotbah-kotbah Sang Buddha seperti Anattalakkhana Sutta, Phena Sutta, Vina Sutta, Alagaddupama Sutta, Anuradha Sutta, Culasaccaka Sutta, Mahapuññama Sutta, dll. dapat diambil benang merah bahwa, strategi untuk memahami anatta adalah melakukan penyadaran, pengamatan, dan perenungan (analitis) terhadap unsur-unsur batin dan jasmani ini satu persatu (melalui Vipassana Bhavana). Menguji apakah masing-masing jasmani, perasaan, persepsi, bentuk-bentuk mental, & kesadaran bisa dianggap sebagai atau memiliki sesuatu yang bisa dianggap kekal, dapat diandalkan, milik diri, diri/diriku/jiwa/ruh/atta, makhluk, seseorang, atau sesuatu yang bisa dipersonifikasikan.

Kata kuncinya adalah bahwa masing-masing dari mereka, termasuk segala fenomena alam, adalah tak kekal, selalu dalam proses perubahan, tak memuaskan, tak bisa diandalkan, tunduk pada hukum perubahan; memiliki sifat, karakter, corak, mekanisme, perilaku, kondisi-kondisi penunjang dan hukumnya sendiri-sendiri yang khas (tipikal) dan alami.

 _/\_

Offline Utphala Dhamma

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 109
  • Reputasi: 16
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: MEMAHAMI ANATTA: ULASAN SN 22.95 PHENA SUTTA (PANCAKHANDHA)
« Reply #1 on: 14 June 2010, 03:09:07 AM »
JASMANI bak tempayan yang terus merapuh.
PERASAAN bak getaran khas/tipikal, yang dimiliki semua lonceng di seluruh dunia.
PERSEPSI bak mekanisme khas/tipikal yang dimiliki semua kamera di seluruh dunia.
BENTUKAN BATIN bak mekanisme khas/tipikal gaya tarik dan tolak yg dimiliki semua magnet di seluruh dunia.
KESADARAN bak daya listrik yang dipakai semua gadget di seluruh dunia.

JASMANI bukan makhluk.
PERASAAN bukan makhluk.
PERSEPSI bukan makhluk.
BENTUKAN BATIN bukan makhluk.
KESADARAN bukan makhluk.