Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Topik Buddhisme => Meditasi => Topic started by: Indra on 11 February 2012, 12:27:00 AM

Title: 40 objek meditasi
Post by: Indra on 11 February 2012, 12:27:00 AM
Sepuluh Kasina

1. Kasina Tanah,
2. Kasina air,
3. Kasina Api,
4. Kasina Angin,
5. kasina Biru-kehijauan,       
6. Kasina Kuning,
7. Kasina Merah,
8. Kasina Putih,
9. Kasina Cahaya, 
10. Kasina Ruang.

Sepuluh persepsi pembusukan mayat
11. Persepsi pembengkakan   
12. Persepsi kerusakan warna   
13. Persepsi bernanah   
14. Persepsi terpecah   
15. Persepsi tercabik   
16. Persepsi berserakan   
17. Persepsi terpotong dan berserakan   
18. Persepsi ternoda darah   
19. Persepsi berulat   
20. Persepsi tulang-belulang   

Sepuluh  Perenungan (Anussati)

21. Perenungan Buddha (Buddhanussati), 
22. Perenungan Dhamma (Dhammanussati), 
23. Perenungan Sangha (Sanghanussati),
24. Perenungan Moralitas (Silanussati),
25. Perenungan kedermawanan (Caganussati),
26. Perenungan Dewata (Devanussati),
27. Perenungan kematian (Maranassati),
28. Perhatian pada jasmani dan bagian-bagiannya untuk melihat keburukan, kekotoran dan kejijikannya (Kayagatasati),
29. Perhatian pada pernafasan (Anapanasati), dan
30. Perenungan Kedamaian (Upasamanussati)

Empat Alam Brahma (Brahmavihara)

31. Cinta kasih (Metta)
32. Belas kasihan (Karuna)
33. Kegembiraan altruistik (Mudita)
34. Keseimbangan (Upekkha)

Empat jhana tanpa bentuk (Arupa-jhana)

35. Ruang tanpa batas,
36. Kesadaran tanpa batas,
37. Kekosongan,
38. Bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi.

39. Perenungan kejijikan terhadap makanan

40. Perenungan empat unsur.

NB: penjelasan untuk masing2 objek di atas akan saya tambahkan satu demi satu kelak kapan2.
Title: Re: 40 objek meditasi
Post by: Indra on 11 February 2012, 10:47:26 AM
BAGIAN PERTAMA

1. KASINA TANAH

T. Apakah kasiṇa tanah ? Bagaimanakah praktiknya? Apakah karakteristik utamanya? Apakah fungsinya? Apakah penyebab langsungnya? Apakah manfaatnya? Apakah arti kasiṇa? Ada berapa jenis tanah? Apakah gambaran tanah? Bagaimana membuat maṇḍala? Apakah metode meditasi pada kasiṇa tanah?

Kasiṇa tanah, praktiknya, karakteristik utama, fungsi dan penyebab langsung

J. Pikiran yang dihasilkan dengan mengandalkan gambaran tanah – ini disebut kasiṇa tanah. Ke-diam-an pikiran yang tidak terganggu – ini disebut praktik. Kegembiraan dalam keadaan terhubung dengan gambaran tanah adalah karakteristik utamanya. Tidak-melepaskan adalah fungsinya. Pikiran yang tidak membeda-bedakan adalah penyebab langsungnya.

Manfaat

Apakah manfaatnya ? Ada dua belas, yaitu, gambarannya mudah diperoleh melalui meditasi pada kasiṇa tanah; di setiap waktu dan dalam semua tindakan, aktivitas bathin tidak terhalangi; memperoleh kekuatan supernormal, seseorang dapat berjalan di atas air seperti berjalan di atas tanah dan dapat bergerak bebas di angkasa; ia memperoleh berbagai macam kekuatan supernormal, pengetahuan akan kehidupan lampau, telinga dewa dan pengetahuan duniawi yang lebih tinggi; ia memperoleh kemakmuran dan mendekati perbatasan surgawi.

Arti kasiṇa

T. Apakah arti kasiṇa?

J. Peresapan – ini disebut kasiṇa. Bahkan Sang Buddha mengajarkannya dalam syair:-

      “Ketika seseorang mengingat
         nilai dari ’mereka yang sadar’,
      Kegembiraan yang bersumber di dalam dirinya
         Membanjiri seluruh tubuhnya.
      Maka, ketika dengan memancarkan pikiran-tanah
         Pulau Jambu terliputi,
      Kondisi tanah-ciptaan bagaikan
         Tubuh yang diliputi kebahagiaan”.

Dengan bermeditasi demikian seseorang menyebabkan maṇḍala ini tersedia dimana-mana

Jenis-jenis tanah

T. Ada berapa jenis tanah? Mengambil tanah yang manakah sebagai gambaran untuk latihan seseorang?

J. Ada dua jenis tanah . 1. Tanah alami. 2. Tanah yang dipersiapkan. Kepadatan adalah sifat dari tanah alami. Ini disebut tanah alami. Apa yang dibuat dari tanah yang digali oleh diri sendiri atau oleh orang lain disebut tanah yang dipersiapkan. Tanah ada empat warna, yaitu, putih, hitam , merah dan warna fajar. Di sini, seorang yogi tidak boleh menambah apapun pada tanah alami. Ia harus mengeluarkan putih, hitam dan merah. Mengapa? Ketika ia bermeditasi pada tanah yang berwarna-warna ini, ia tidak akan mendapatkan gambaran bathin. Dengan berdiam dalam warna putih, hitam atau merah, ia melatih kasiṇa warna. Mengapa? Jika seorang yogi bermeditasi pada tanah alami atau tanah yang dipersiapkan, ia akan memperoleh gambaran (bathin). Jika tanah ini berwarna fajar, ia harus mengambil gambaran tersebut.

Tanah yang tidak dipersiapkan

T. Apakah gambaran tanah yang tidak dipersiapkan?

J. Tanah datar yang bebas dari semak belukar, bebas dari akar-akar pohon atau rumput, dalam jarak pandang dan yang membangkitkan aktivitas bathin yang stabil – ini adalah persepsi tanah. Ini disebut tanah yang tidak dipersiapkan.

Seorang yogi yang berlatih mendapatkan gambaran-bathin tanah menuruti cara yang sulit atau mudah, dan berdiam tanpa jatuh. Seorang pemula dalam meditasi, jhāna pertama menggunakan tanah yang dipersiapkan dan membuat maṇḍala. Ia sebaiknya tidak bermeditasi pada tanah yang tidak dipersiapkan.

Membuat maṇḍala

Jika seorang yogi ingin membuat sebuah maṇḍala di tanah, pertama-tama ia memilih suatu tempat yang tenang di vihara, atau gua, atau suatu tempat di bawah pohon, atau tempat yang sunyi, tempat teduh yang tidak terkena sinar matahari, atau suatu tempat di jalan yang tidak dipakai. Di tempat-tempat demikian, sediakan tempat dengan luas kira-kira dua meter, sapu tempat itu dan bersihkan. Di tempat tersebut, dengan tanah liat berwarna fajar, siapkan tempat di tanah untuk membangkitkan gambaran. Letakkan jumlah yang secukupnya di dalam sebuah mangkuk, dengan hati-hati campur dengan air dan bersihkan dari rumput, akar dan kotoran. Dengan secarik kain, singkirkan segala kotoran yang mungkin ada di tempat yang telah disapu tersebut. Tutuplah tempat duduk dengan tirai untuk menghalangi cahaya, dan buatlah alas duduk meditasi. Buatlah sebuah lingkaran sesuai aturan, tidak terlalu dekat juga tidak terlalu jauh. Lingkaran itu harus datar dan penuh dan tidak bertanda. Setelah itu, tuangkan tanah liat basah yang tidak bercampur dengan warna lain. Tanah liat tersebut harus ditutupi dan dijaga sampai kering. Ketika sudah kering, [413] harus dibingkai dengan warna lain. Boleh berukuran sebesar ayakan-beras, sebuah gong dan boleh berbentuk lingkaran, segi empat, segi tiga, atau bujur sangkar. Demikianlah seharusnya.

Menurut instruksi guru yang terkemuka, sebuah lingkaran adalah yang terbaik. Maṇḍala tersebut dapat dibuat di atas kain, di atas papan atau di dinding. Namun yang terbaik adalah di atas tanah. Ini adalah ajaran para guru masa lampau.

Metode meditasi kasiṇa tanah

T. Bagaimanakah seseorang bermeditasi pada kasiṇa tanah?

J. Seorang yogi yang ingin bermeditasi pada kasiṇa tanah pertama-tama harus merenungkan godaan keinginan-indria, dan juga harus merenungkan manfaat dari meninggalkan keduniawian.

Tekanan keinginan-indria diilustrasikan dalam dua puluh perumpamaan

T. Bagaimanakah ia merenungkan tekanan keinginan-indria?

J. Karena keinginan-indria menghasilkan sedikit kesenangan dan penderitaan yang hebat, keinginan-indria penuh dengan penderitaan . (1) Keinginan-indria diumpamakan sebagai sepotong tulang karena hanya sedikit memberikan kenikmatan; (2) keinginan-indria diumpamakan sebagai sekerat daging karena diikuti oleh banyak (penderitaan); (3) keinginan-indria diumpamakan sebagai obor (yang terbakar) yang dibawa menentang arah angin karena dapat membakar; (4) keinginan-indria diumpamakan sebagai celah berisi bara api yang menyala karena panasnya meskipun kecil (?); (5) keinginan-indria diumpamakan sebagai mimpi karena lenyap dengan segera; (6) keinginan-indria diumpamakan sebagai barang pinjaman karena tidak dapat dinikmati untuk waktu yang lama; (7) keinginan-indria diumpamakan sebagai sebatang pohon buah karena ditebang oleh orang lain; (8) keinginan-indria diumpamakan sebagai pedang karena dapat memotong; (9) keinginan-indria diumpamakan sebagai tombak karena dapat menusuk; (10) keinginan-indria diumpamakan sebagai kepala ular berbisa karena menakutkan ; (11) keinginan-indria diumpamakan sebagai segumpal kapas yang tertiup angin karena tidak mampu bertahan melawan tiupan angin; (12) keinginan-indria diumpamakan sebagai khayalan karena membingungkan si dungu; (13) keinginan-indria diumpamakan sebagai kegelapan karena membutakan; (14) keinginan-indria diumpamakan sebagai halangan karena merintangi jalan kebaikan; (15) keinginan-indria diumpamakan sebagai kedunguan karena menyebabkan hilangnya Perhatian Benar; (16) keinginan-indria diumpamakan sebagai kematangan karena akan segera menjadi busuk; (17) keinginan-indria diumpamakan sebagai belenggu karena mengikat; (18) keinginan-indria diumpamakan sebagai (pencuri) karena merampok nilai kebajikan; (19) keinginan-indria diumpamakan sebagai rumah kebencian karena memancing pertengkaran; (20) keinginan-indria diumpamakan sebagai sarang-kesakitan karena menimbulkan ujian yang tidak terhingga. Setelah merenungkan tekanan keinginan-indria, dengan cara ini, ia harus merenungkan manfaat-manfaat dari meninggalkan keduniawian.

Meninggalkan keduniawian dan manfaatnya

Meninggalkan keduniawian. Yaitu, praktik yang baik, seperti pada meditasi, jhāna pertama, sejak saat seseorang mengundurkan diri dari keduniawian – ini dinamakan meninggalkan keduniawian.

T. Apakah manfaat-manfaat dari meninggalkan keduniawian? J. keberpisahan dari rintangan-rintangan ; berdiam dalam kebebasan; kegembiraan dalam kesunyian; berdiam dalam kebahagiaan dan perhatian dan kemampuan menahankan penderitaan; penyempurnaan banyak kebaikan dan pencapaian landasan dari buah mulia; membantu dua tempat  melalui penerimaan persembahan. (Meninggalkan keduniawian) ini adalah kebijaksanaan yang dalam. Ini adalah yang terbaik dari semua tempat perhentian. Ini disebut ‘melampaui tiga dunia’.

Kemudian, apa yang disebut meninggalkan keduniawian adalah meninggalkan keinginan-indria. Ini adalah kesunyian. Ini adalah kebebasan dari semua rintangan. Ini adalah kebahagiaan. Ini adalah tidak adanya kekotoran. Ini adalah jalan yang luar biasa mulia. Ini mencuci kekotoran bathin. Melalui praktik ini, jasa dikumpulkan. Melalui praktik ini ketenangan di dalam dimenangkan.

Keinginan-indria adalah kasar; meninggalkan keduniawian adalah halus. Keinginan-indria adalah mengotori; meninggalkan keduniawian adalah tidak-mengotori; keinginan-indria adalah rendah; meninggalkan keduniawian adalah mulia; keinginan-indria berhubungan dengan kebencian; meninggalkan keduniawian adalah tidak berhubungan dengan kebencian. Keinginan-indria tidak bersahabat dengan buah; meninggalkan keduniawian adalah sahabat dari buah. Keinginan-indria diliputi oleh ketakutan; meninggalkan keduniawian adalah tanpa ketakutan.

Metode mempraktikkan kasiṇa tanah

Setelah dengan cara ini merenungkan tekanan  keinginan-indria dan manfaat dari meninggalkan keduniawian, seseorang mencapai kebahagiaan melalui meninggalkan keduniawian. Ia membangkitkan keyakinan dan penghormatan, dan bermeditasi pada yang tidak dipersiapkan atau yang dipersiapkan. Dengan makan secukupnya, ia melaksanakan peraturan sehubungan dengan mangkuk dan jubah, dengan baik. Baik secara jasmani maupun secara bathin ia tidak lengah, dan menerima sedikit.

Setelah makan secukupnya, ia mencuci tangan dan kaki, dan duduk bermeditasi pada Penerangan Sempurna  Sang Buddha, Dhamma dan Sangha. Melalui perbuatan-perbuatan baik dan melalui perenungan-perenungan ini, ia menjadi bahagia dan berpikir: “Sekarang adalah mungkin bagiku untuk memperoleh kesempurnaan. Jika aku tidak meninggalkan keduniawian, akan lama sekali sebelum aku mencapai kedamaian. Oleh karena itu, aku harus berusaha dengan tekun”. Dan membawa alas duduknya ke tempat yang tidak terlalu jauh juga tidak terlalu dekat dari maṇḍala, yaitu, kira-kira setengah panjang bajak atau dua meter (dari maṇḍala), ia duduk bersila menghadap maṇḍala, menegakkan tubuhnya dan membangkitkan perhatian dari dalam dirinya, dengan mata terpejam.

Setelah beberapa saat, ia mampu mengeluarkan semua gangguan jasmani dan bathinnya, mengumpulkan pikirannya dan menyatukan bathinnya. Kemudian membuka matanya dengan tidak terlalu lebar juga tidak terlalu terpejam, ia harus menatap dengan kokoh ke arah maṇḍala.

Tiga cara menangkap gambaran

Seorang yogi bermeditasi pada bentuk maṇḍala dan menangkap gambaran melalui tiga cara: melalui tatapan kokoh, keterampilan dan menetralisir gangguan.

T. Bagaimanakah melalui tatapan kokoh?

J. Ketika si yogi berdiam di dalam maṇḍala, ia tidak boleh membuka matanya terlalu lebar juga tidak boleh memejamkan matanya rapat-rapat. Demikianlah ia harus memandangnya. Jika ia membuka matanya terlalu lebar, matanya akan menjadi lelah, ia tidak akan dapat mengetahui sifat sejati dari maṇḍala, dan gambaran bathin tidak akan muncul. Jika ia menghadap maṇḍala dengan mata terpejam rapat, ia tidak akan melihat gambaran karena gelap, dan kelengahan akan muncul. Oleh karena itu, ia harus menghindari membuka mata lebar-lebar dan memejamkan mata rapat-rapat. Ia harus berdiam dengan sungguh-sungguh di dalam maṇḍala. Demikianlah si yogi harus berdiam (di dalam maṇḍala) untuk mendapatkan keterpusatan pikiran. Seperti halnya seseorang yang melihat wajahnya sendiri di dalam sebuah cermin karena cermin itu, yaitu, karena wajah itu dipantulkan oleh cermin, demikian pula si yogi yang berdiam dalam maṇḍala melihat gambaran konsentrasi yang muncul, karena maṇḍala. Demikianlah ia menangkap gambaran dengan memusatkan pikirannya melalui tatapan kokoh. Demikianlah seseorang menangkap gambaran melalui tatapan kokoh.

T. Bagaimanakah melalui keterampilan?

J. Yaitu, melalui empat cara. Pertama adalah menyingkirkan segala kekurangan internal; yang kedua adalah memandang maṇḍala secara persegi; yang ketiga adalah memunculkan sebagian atau setengah dari maṇḍala; (keempat) ketika pikirannya kacau dan menjadi lengah, ia harus berusaha seperti seorang pengrajin tembikar di roda tembikar  dan, saat pikirannya mencapai kekokohan, ia harus menatap maṇḍala, dan membiarkannya meliputi seluruh (pikirannya) dan tanpa kesalahan merenungkan ketenangan (?). demikianlah keterampilan dipahami.

T. Bagaimanakah, melalui menetralisir gangguan?

J. Ada empat jenis gangguan: pertama adalah usaha yang terlalu cepat; kedua adalah usaha yang terlalu lamban; ketiga adalah kegirangan; keempat adalah tekanan.

T. Apakah usaha yang terlalu cepat?

J. Yaitu latihan yang tergesa-gesa. Si yogi tidak sabar. Ia duduk (bermeditasi) di pagi hari. Malam harinya ia mengurangi (usahanya), karena keletihan tubuh. Ini disebut melakukan dengan tergesa-gesa.

T. Apakah usaha yang terlalu lamban?

J. Yaitu, meninggalkan meditasi. Walaupun si yogi melihat maṇḍala, ia tidak berdiam dalam penghormatan. Ia sering bangkit. Ia sering berbaring.

Ketika seorang yogi berusaha terlalu keras, tubuhnya menjadi letih dan pikirannya merosot. Atau, pikirannya mengembara dan kehilangan arah dalam berbagai macam pikiran. Ketika ia berusaha terlalu lamban, tubuh dan pikirannya menjadi tumpul dan malas dan rasa mengantuk menguasainya .

Kegirangan: ketika pikiran seorang yogi menjadi kendur karena kehilangan arah dalam berbagai macam pikiran, ia menjadi tidak puas dengan subyek meditasi tersebut. Jika ia, pada mulanya, tidak gembira dalam berbagai macam pikiran, pikirannya menjadi girang melalui kehendak. Atau, pikirannya menjadi girang, jika ia melakukan banyak perbuatan melalui kehendak akan keriangan dan kebahagiaan.

Tekanan: si yogi gagal karena kekacauan pikiran dan karena itu menjadi gelisah, dan tidak menyukai subyek meditasi. Jika ia tidak menyukai subyek meditasi sejak awal, ia menjadi tidak menyukai kegiatan itu dan, karenanya pikirannya menjadi letih akan permulaan dan kelangsungan pikiran, jatuh dari kemuliaan dan, karena keserakahan, menjadi tertekan.

Ketika pikiran yogi ini jatuh ke dalam kondisi kacau, dengan cepat, ia mengatasi dan meninggalkan kekacauan, dengan keterampilan perhatian dan keterampilan konsentrasi. Ketika pikirannya jatuh ke dalam kondisi lengah, ia harus mengatasi dan meninggalkan kondisi kelengahan-pikiran dengan keterampilan perhatian dan keterampilan usaha. Ketika orang yang berpikiran girang jatuh ke dalam kondisi nafsu, ia harus meninggalkan nafsu dengan segera. Ketika orang yang berpikiran tertekan jatuh ke dalam kondisi marah, ia harus meninggalkan kemarahan dengan segera. Dalam empat tempat ini seseorang menyempurnakan dan menjadikan pikirannya bergerak ke satu arah. Jika pikirannya bergerak ke satu arah, gambaran dapat dimunculkan.

Gambaran tangkapan

Ada dua jenis gambaran, yaitu, gambaran tangkapan dan gambaran-bathin. Apakah menangkap gambaran? Ketika seorang yogi, dengan pikiran yang tidak terganggu berdiam di dalam maṇḍala, ia memperoleh persepsi maṇḍala dan melihatnya seperti berada dalam ruang kosong, kadang-kadang jauh, kadang-kadang dekat, kadang-kadang di sebelah kiri, kadang-kadang di sebelah kanan, kadang-kadang besar, kadang-kadang kecil, kadang-kadang buruk, kadang-kadang indah. Kadang-kadang ia melihatnya banyak dan kadang-kadang sedikit. Ia, tanpa mengamati maṇḍala, menyebabkan gambaran tangkapan muncul melalui perenungan terampil. Ini yang disebut gambaran tangkapan.

Gambaran-bathin

Dengan mengikuti (gambaran tangkapan) berulang-ulang gambaran-bathin akan muncul. Gambaran-bathin artinya adalah: apa yang ketika seseorang merenungkan muncul bersama-sama dengan pikiran. Di sini, pikiran tidak memperoleh penyatuan melalui memandang maṇḍala, tetapi gambaran-bathin dapat terlihat dengan mata terpejam seperti sebelumnya (sewaktu menatap maṇḍala) hanya dalam pikiran. Jika ia ingin melihatnya jauh maka ia melihatnya jauh. Demikian pula jika melihatnya dekat, di sebelah kiri, di sebelah kanan, di depan, di belakang, di dalam, di luar, di atas, dan di bawah, semuanya sama. Gambaran-bathin ini muncul bersama dengan pikiran. Inilah yang disebut gambaran-bathin.

Gambaran

Apakah artinya gambaran?

Arti dari penyebab (yang mengkondisikan) adalah arti dari gambaran. Bahkan Sang Buddha mengajarkan kepada para bhikkhu: [414] “Semua kondisi kejahatan muncul bergantung pada gambaran” . Ini adalah arti dari penyebab yang mengkondisikan. Dan kemudian, disebutkan bahwa arti dari kebijaksanaan adalah arti dari gambaran. Sang Buddha menyatakan: “Dengan persepsi yang terlatih seseorang harus melepaskan” . Ini disebut kebijaksanaan. Dan kemudian, dikatakan bahwa arti dari bayangan adalah arti dari gambaran. Ini bagaikan pikiran seseorang saat melihat pantulan wajahnya. Gambaran-bathin sudah jelas.

Melindugi gambaran

Setelah mendapatkan gambaran, si yogi harus, dengan hati penuh hormat kepada gurunya, melindungi gambaran mulia tersebut. Jika ia tidak melindunginya, ia pasti, akan kehilangannya.

T. Bagaimanakah ia melindunginya?

J. Ia harus melindunginya melalui tiga jenis tindakan: melalui menghindari kejahatan, mempraktikkan yang baik dan melalui usaha terus-menerus.

Bagaimanakah seseorang menghindari kejahatan? Ia harus menghindari diri dari kesenangan bekerja, dari pembicaraan yang tidak bermanfaat, dari tidur, dari banyak pertemuan, kebiasaan tidak bermoral; (ia harus menghindari diri dari) tidak menjaga indria-indria , berlebih-lebihan dalam hal makanan, tidak berlatih meditasi, jhāna, dan tidak waspada pada jaga pertama dan terakhir mala
Title: Re: 40 objek meditasi
Post by: Indra on 11 February 2012, 10:50:27 AM
Meditasi-Pendahuluan

T. Apakah meditasi-pendahuluan?

J. Artinya seseorang mengikuti obyek tanpa dirintangi oleh kecenderungannya. Demikianlah ia mengatasi rintangan-rintangan. Tetapi ia tidak melatih permulaan dan kelangsungan pikiran, kegembiraan, kebahagiaan, keterpusatan pikiran dan lima kemampuan seperti keyakinan dan seterusnya. Walaupun ia memperoleh kekuatan-meditasi, berbagai macam gejala pikiran masih muncul. Ini disebut meditasi-pendahuluan.

Meditasi-kokoh, jhāna

Meditasi kokoh, jhāna, mengikuti pendahuluan. Kondisi ini mendapatkan kekuatan dari kemajuan bathin. Ini adalah kekuatan penempatan pikiran, keyakinan dan lain-lain. Kondisi ini tidak bergerak dalam obyek. Ini disebut meditasi-kokoh, jhāna.

T. Apakah perbedaan antara meditasi-pendahuluan dan meditasi-kokoh, jhāna?

J. Mengatasi lima rintangan adalah pendahuluan. Seseorang mengatasi lima ini dan dengan demikian memenuhi meditasi-kokoh, jhāna. Melalui pendahuluan seseorang mendekati keluhuran dalam meditasi, jhāna. Ketika keluhuran dicapai, itu adalah meditasi-kokoh, jhāna. Dalam meditasi-pendahuluan, bathin dan jasmani, belum mencapai ketenangan, tidak stabil bagaikan sebuah kapal di atas gelombang. Dalam meditasi-kokoh, jhāna, bathin dan jasmani telah mencapai ketenangan bagaikan sebuah kapal di atas air yang tenang. Dalam meditasi-pendahuluan, karena faktor-faktor  belum kuat, pikiran tidak berdiam lama di dalam obyek, seperti seorang anak kecil . Semua faktor-faktor3, karena kuat (dalam meditasi-kokoh, jhāna), maka seseorang berdiam di dalam obyek dengan damai dan lama, bagaikan seorang kuat4. Dalam meditasi-pendahuluan, seseorang tidak berlatih dengan lancar. Oleh karena itu yoga tidak dicapai. Hal ini seperti seorang pembaca-khotbah yang menjadi lupa karena lama  tidak (membacakannya). Dalam meditasi-kokoh, jhāna, latihan lancar, dan yoga tercapai. Hal ini seperti seorang pembaca-khotbah yang selalu berlatih, dan tidak lupa ketika membacakannya.

Jika seseorang tidak mengatasi (lima) rintangan, ia buta sehubungan dengan meditasi-pendahuluan . Ini adalah ajaran sehubungan dengan ketidak-murnian. Jika seseorang mengatasi rintangan-rintangan dengan baik, ia mendapatkan penglihatan (menjadi tidak buta).

Sehubungan dengan pencapaian meditasi-kokoh, jhāna, ini adalah ajaran kemurnian: -dari kondisi keterampilan di dalam gambaran hingga (kondisi) menghalau disebut pendahuluan. Terus-menerus menghalau rintangan disebut meditasi-kokoh, jhāna.

T. Apakah arti pendahuluan?

J. Karena mendekati meditasi, jhāna, maka disebut pendahuluan, bagaikan jalan di dekat desa disebut jalan desa. Artinya sama, meskipun sebutannya berbeda.

Apakah arti meditasi-kokoh, jhāna? Meditasi-kokoh, jhāna, artinya yoga. Meditasi kokoh, jhāna, bagaikan pikiran yang memasuki maṇḍala. Tidak ada perbedaaan dalam makna antara meninggalkan keduniawian, meditasi (jhāna) dan meditasi-kokoh (jhāna). Di sini, si yogi, yang berdiam di dalam meditasi penduhuluan, kokoh (jhāna) atau meditasi (jhāna) pertama harus meningkatkan kasiṇa.

Meningkatkan kasiṇa

T. Bagaimanakah ia meningkatkan kasiṇa?

J. Yaitu, kasiṇa yang pada awalnya berukuran empat jari, perlahan-lahan ditingkatkan. Demikianlah ia merenungkan; dan dengan keterampilan ia akan mampu meningkatkannya perlahan-lahan. Secara bertahap ia meningkatkannya menjadi berukuran sebuah roda, kanopi, bayangan sebatang pohon, sepetak sawah, sekelompok perumahan, sebuah desa, sebuah desa bertembok dan sebuah kota. Demikianlah ia mengembangkannya secara bertahap hingga ia memenuhi seluruh bumi ini. Ia tidak boleh merenungkan hal-hal seperti sungai, gunung, ketinggian, kedalaman, pohon-pohon dan gundukan, semua yang tidak rata. Meningkatkan dengan cara ini, ia akan mencapai keterampilan dalam meditasi.

Keterampilan dalam meditasi-kokoh, jhāna.

Jika si yogi mencapai meditasi-pendahuluan tetapi tidak mampu mencapai meditasi-kokoh, jhāna, ia harus membangkitkan keterampilan dalam meditasi-kokoh, jhāna, dalam dua cara: pertama, melalui penyebab; kedua, melalui “kemantapan”.

Sepuluh cara

Dengan sepuluh cara ia membangkitkan keterampilan dalam meditasi-kokoh, jhāna, melalui penyebab: (1) Dengan merenungkan kebersihan landasan fisik. (2) Dengan merenungkan kesetaraan (usaha dari) kualitas-kualitas. (3) Dengan keterampilan dalam menangkap gambaran. (4) Dengan mengendalikan dan mengatur pikiran. (5) Dengan menekan kelengahan. (6) Dengan (mengatasi) kemalasan pikiran. (7) Dengan menggirangkan pikiran. (8) Dengan memantapkan pikiran dan memenuhi keseimbangan. (9) Dengan keberpisahan dengan mereka yang tidak melatih konsentrasi dan bergaul dengan para praktisi konsentrasi. (10) Dengan kesungguhan pada konsentrasi meditasi-kokoh .

(1) T. Apakah merenungkan kebersihan landasan fisik?

J. Melalui tiga jenis tindakan seseorang memenuhi kebersihan landasan fisik. Yaitu, dengan memakan makanan yang sesuai, menikmati kenyamanan cuaca yang menyenangkan dan mempraktikkan postur yang nyaman.

Perumpamaan kereta-kuda

(2) Dengan merenungkan kesetaraan (usaha) dari kualitas-kualitas, yaitu, keyakinan atau satu dari empat kualitas lainnya agar tidak jatuh, karena kelengahan. Ini diumpamakan sebagai laju kereta-kuda  yang cepat.

Perumpamaan benang-tinta

(3) Keterampilan dalam menangkap gambaran: indria-pikiran menangkap (gambaran) dengan baik, yaitu, tidak terlalu tergesa-gesa juga tidak terlalu lamban. Ini bagaikan seorang tukang kayu yang ahli, yang, setelah mengukur dengan baik, menarik seutas benang-tinta, melepaskannya pada saat yang tepat dan dengan demikian meninggalkan bekas berupa garis yang lurus, tidak melengkung.

(4) Dengan mengendalikan dan mengatur pikiran: ada dua cara. Melalui dua ini, pikiran diatur: pertama, melalui usaha keras; kedua, melalui penyelidikan yang seksama terhadap lingkungan atau pikiran-pikiran yang beraneka ragam muncul, mengembara jauh ke alam yang tidak sesuai dan karena itu menjadi terganggu.

Melalui dua cara seseorang mengendalikan pikiran: ia membangkitkan usaha. Ia memakan (makanan) secukupnya setiap hari. Jika pikiran mengembara ke tempat-tempat dan obyek yang tidak sesuai, ia mengendalikan pikiran dengan cara merenungkan akibat buruk (dari perbuatan tersebut). Demikianlah ia mengatasinya dalam dua cara: melalui penyelidikan atas berbagai penderitaan dan melalui akibat dari perbuatan jahat.

(5) (6) dan (7). Dengan menekan kelengahan: Melalui dua cara kelengahan pikiran dipenuhi. Melalui ketidak-mahiran dalam konsentrasi dan melalui kemalasan pikiran. Jika terdapat banyak kelengahan, pikiran menjadi lamban dan tumpul. Ini berarti bahwa, jika si yogi tidak memperoleh kemahiran dalam konsentrasi, pikirannya terjerumus dalam kelengahan karena kemalasan pikiran. Melalui dua cara seseorang harus menekannya. Yaitu, melalui perenungan kebaikan dan melalui peningkatan usaha. Ia harus menekan kelengahan ketumpulan dan kemalasan pikiran dalam empat cara:- jika ia adalah orang yang rakus, ia merenungkan (cacat dari) kelengahan dan melatih empat pengendalian. Memusatkan pikirannya pada gambaran kecerahan, ia menetap di tempat yang basah atau lembab, membuat pikirannya gembira dan melepaskan kemelekatan. Melalui tiga cara kemalasan pikiran terjadi: melalui kurangnya kemahiran, melalui ketumpulan kecerdasan, tidak mendapatkan kenyamanan dalam kesunyian. Jika pikiran seorang yogi malas, ia membuatnya aktif dalam dua cara berikut: melalui ketakutan dan melalui kegembiraan.

Jika ia merenungkan kelahiran, usia tua, kematian dan empat alam sengsara, karena takut, cemas dan penderitaan bathin muncul dalam pikirannya . Jika ia melatih perenungan terhadap Sang Buddha, Dhamma dan Sangha, moralitas, kedermawanan dan Dewata, ia melihat kebaikan dari obyek-obyek ini dan menjadi gembira.

(8) dengan pikiran yang menjadi kokoh dan memenuhi keseimbangan: melalui dua tindakan (pikiran) memenuhi meditasi-pendahuluan: dengan menghancurkan rintangan-rintangan, pikiran memenuhi keterpusatan. Atau, membangkitkan faktor-faktor meditasi (jhāna) pada (kasiṇa) tanah yang telah dipersiapkan, pikiran mencapai keterpusatan.

Setelah si yogi mencapai ketenangan, ada dua kondisi yang harus ditinggalkan: yang menyebabkan kelengahan dan yang menyebabkan mundurnya kemahiran.

(9) Keberpisahan dengan mereka yang tidak melatih konsentrasi artinya adalah orang yang belum mencapai meditasi-kokoh, meditasi-pendahuluan atau meditasi pengendalian, dan ia yang tidak melatih diri dalam hal-hal ini sebaiknya tidak dilayani. Pergaulan dengan para praktisi meditasi artinya bahwa jika seseorang telah mencapai meditasi-kokoh, jhāna, ia harus diikuti, darinya seseorang harus belajar. Ia adalah orang yang harus dilayani.

(10) Dengan kesungguhan pada meditasi-kokoh, jhāna, artinya bahwa si yogi selalu menghormati, menikmati (meditasi) dan banyak berlatih (menghormatinya) sebagai kedalaman yang terdalam, sebagai mata air dan sebagai tunas tumbuhan.

Dengan mempraktikkan sepuluh ini, meditasi-kokoh, jhāna, dicapai.

T. Bagaimanakah (si yogi) menghasilkan kemahiran dalam meditasi-kokoh, jhāna, dengan baik melalui kemantapan?

J. Yogi tersebut, setelah memahami penyebab (yang mendukung konsentrasi), memasuki  kesunyian. Dengan gambaran konsentrasi yang telah ia latih, ia mengarahkan, dalam pikirannya, menginginkan kenyamanan, dengan kemahiran. Melalui kondisi ini, pikirannya memperoleh kemantapan. Melalui munculnya kegembiraan, pikiran memperoleh kemantapan. [415] Melalui munculnya kenyamanan-jasmani, pikiran memperoleh kemantapan. Melalui munculnya kecerahan, pikiran memperoleh kemantapan. Melalui munculnya keamanan, pikiran memperoleh kemantapan. Melalui ketenangan ini, pikiran memperoleh kemantapan. Dengan mengamati dengan baik, pikiran mencapai keseimbangan dan memperoleh kemantapan. Dengan alasan kebebasan, pikiran menyempurnakan satu-fungsi-dari-Ajaran  dan berlatih. Oleh karena itu, berkat keluhuran ini, pikiran mengalami peningkatan. Demikianlah dengan kemantapan, si yogi menyebabkan munculnya kemahiran dalam meditasi-kokoh, jhāna. Memahami penyebab dan kemantapan dengan baik, dengan cara ini, dalam waktu tidak lama, akan menghasilkan konsentrasi.

Meditasi, Jhāna, pertama

Si yogi, setelah memisahkan dirinya dari nafsu, setelah memisahkan dirinya dari kondisi-kondisi jahat, mencapai meditasi, jhāna, pertama yang disertai dengan permulaan dan kelangsungan pikiran, yang berasal dari kesunyian, dan penuh dengan kegembiraan dan kebahagiaan . Ini adalah manfaat dari kasiṇa tanah.

Tiga jenis keberpisahan dengan nafsu dan kondisi jahat

Sekarang, ada tiga jenis keberpisahan dengan nafsu, yaitu, dari jasmani, dari pikiran dan dari kekotoran-kekotoran .

T. Apakah keberpisahan dengan (nafsu dari) jasmani?

J. (Seseorang) memisahkan dirinya dari keinginan, pergi ke bukit atau tanah yang tidak terpakai dan menetap di sana. Apakah keberpisahan dengan (nafsu dari) pikiran? Dengan bathin yang murni seseorang mencapai kondisi kemahiran. Apakah keberpisahan dengan (nafsu dari) kekotoran-kekotoran? Seseorang terputus dari keluarga, kelahiran dan kematian.

Dan selanjutnya, ada lima jenis keberpisahan, yaitu, keberpisahan-penindasan, keberpisahan-bagian, keberpisahan-pelenyapan, keberpisahan-ketenangan, keberpisahan-pembebasan. Apakah keberpisahan-penindasan? Yaitu, praktik meditasi,  jhāna, pertama, dan penindasan lima rintangan. Apakah keberpisahan-bagian? Yaitu, praktik konsentrasi-penembusan dan penindasan pandangan-pandangan. Apakah keberpisahan-pelenyapan? Yaitu, praktik Jalan Lokuttara dan memotong banyak kekotoran. Apakah keberpisahan-ketenangan? Yaitu, kegembiraan pada saat seseorang mencapai Buah (Mulia). Apakah keberpisahan-pembebasan? Yaitu, Nibbāna .

Dua jenis nafsu

Ada dua jenis nafsu: pertama adalah nafsu terhadap benda-benda; kedua adalah nafsu terhadap kesenangan. Nafsu terhadap istana-istana surgawi dan bentuk-bentuk, bau-bauan, rasa kecapan dan sentuhan yang disukai oleh orang disebut nafsu terhadap benda-benda. Seseorang melekat pada nafsu ini dan melayanninya . Keberpisahan dengan nafsu-nafsu ini melalui pikiran dan melalui penindasan – ini adalah kesunyian, ini adalah meninggalkan keduniawian, ini adalah kebebasan, ini adalah tidak bergaul, ini disebut keberpisahan dengan nafsu.

Akar kejahatan

T. Apakah keberpisahan dengan kondisi-kondisi jahat

J. Yaitu, ada tiga jenis akar kejahatan: pertama adalah nafsu, kedua adalah kebencian dan ketiga adalah kebodohan . Perasaan, persepsi, bentukan-bentukan dan kesadaran yang berhubungan dengan hal-hal ini dan tindakan jasmani, ucapan dan pikiran (yang berhubungan dengan hal-hal ini) disebut kondisi-kondisi jahat.

Menurut tradisi lain. Ada tiga jenis kejahatan: pertama adalah alami; kedua adalah hubungan; ketiga adalah dihasilkan oleh sebab. Tiga akar kejahatan disebut alami. Perasaan, persepsi, bentuk-bentuk pikiran dan kesadaran yang berhubungan dengan hal-hal ini disebut hubungan, tindakan jasmani, ucapan dan pikiran yang dihasilkan disebut dihasilkan oleh sebab. Keberpisahan dengan tiga kondisi kejahatan ini disebut meninggalkan keduniawian, kebebasan, tidak berhubungan. Ini disebut keberpisahan dengan kondisi-kondisi kejahatan. Selanjutnya, keberpisahan dengan nafsu artinya adalah keberpisahan dengan rintangan nafsu. Keberpisahan dengan kondisi-kondisi jahat adalah keberpisahan dengan rintangan-rintangan lainnya .

Alasan untuk memperlakukan nafsu dan kejahatan secara terpisah

T. Karena keberpisahan dengan kondisi-kondisi jahat diajarkan dan nafsu sebagai suatu kondisi jahat juga termasuk di dalamnya, mengapa keberpisahan dengan nafsu diajarkan secara terpisah?

J. Nafsu ditaklukkan melalui kebebasan. Ajaran setiap Buddha dapat melenyapkan kekotoran dengan baik. “Keberpisahan dengan nafsu adalah meninggalkan keduniawian.”  Ini adalah ajaran Sang Buddha. Ini bagaikan pencapaian meditasi, jhāna, pertama. Pikiran yang berhubungan dengan persepsi nafsu berperan dalam kemunduran.

Dengan demikian nafsu berhubungan dengan kekotoran. Dengan membuyarkan nafsu, semua kekotoran menjadi buyar. Oleh karena itu, secara terpisah, keberpisahan dengan nafsu diajarkan.

Selanjutnya, berikut ini adalah keberpisahan dengan nafsu: setelah mencapai kebebasan, seseorang menyempurnakan keberpisahan dengan nafsu.

Keberpisahan dengan kondisi jahat

Keberpisahan dengan kondisi jahat adalah sebagai berikut: melalui pencapaian ketidak-bencian, seseorang memenuhi keberpisahan dengan kebencian; melalui pencapaian persepsi kecerahan, ia memenuhi keberpisahan dengan ketumpulan; melalui pencapaian ketidak-kacauan, ia memenuhi keberpisahan dengan kekacauan dan kekhawatiran; melalui pencapaian ketidak-kakuan, ia memenuhi keberpisahan dengan kekakuan; melalui pencapaian meditasi-kokoh, jhāna, ia memenuhi keberpisahan dengan keragu-raguan; melalui pencapaian kebijaksanaan, ia memenuhi keberpisahan dengan kebodohan; melalui pencapaian pikiran benar, ia memenuhi keberpisahan dengan perhatian salah; melalui pencapaian kebahagiaan, ia memenuhi keberpisahan dengan ketidak-bahagiaan; melalui pencapaian kebahagiaan ganda, ia memenuhi keberpisahan dengan penderitaan; melalui pencapaian semua kondisi baik, ia berpisah dengan semua kejahatan. Ini seperti yang diajarkan di dalam Tipiñaka sebagai berikut: “Ia penuh dengan keadaan-tanpa-nafsu, oleh karena itu ia memenuhi keberpisahan dengan nafsu. Ia penuh dengan ketidak-bencian dan ketidak-bodohan, oleh karena itu ia memenuhi keberpisahan dengan kondisi-kondisi jahat” .

Perbedaan antara nafsu dan kejahatan

Kemudian, keberpisahan dengan nafsu diajarkan sebagai kebebasan jasmani, dan keberpisahan dengan kondisi-kondisi jahat diajarkan sebagai kebebasan bathin.

Selanjutnya, keberpisahan dengan nafsu diajarkan sebagai melepaskan pikiran-pikiran sensual, dan keberpisahan dengan kondisi-kondisi jahat diajarkan sebagai melepaskan pikiran-pikiran benci dan membahayakan.

Selanjutnya, keberpisahan dengan nafsu diajarkan sebagai menjauhkan diri dari kenikmatan-indria, dan keberpisahan dengan kondisi-kondisi jahat diajarkan sebagai menjauhkan diri dari kelengahan melalui kesenangan jasmani.

Selanjutnya, keberpisahan dengan nafsu diajarkan sebagai melepaskan enam kenikmatan indria dan kesenangan di dalamnya. Keberpisahan dengan kondisi-kondisi jahat diajarkan sebagai melepaskan pikiran-pikiran benci dan membahayakan, kekhawatiran dan penderitaan. Juga diajarkan sebagai (1) mengurangi kenikmatan, (2) sebagai ketidak-berbedaan.

Selanjutnya, keberpisahan dengan nafsu adalah kebahagiaan sekarang karena kebebasan dari tekanan kenikmatan-indria, Keberpisahan dengan kondisi-kondisi jahat adalah kebahagiaan sekarang karena kebebasan dari tidak menyerah pada penderitaan.

Selanjutnya, keberpisahan dengan nafsu adalah menyeberangi banjir-indria seluruhnya, Keberpisahan dengan kondisi-kondisi jahat adalah melampaui semua kekotoran lainnya yang menyebabkan kelahiran kembali di (alam-alam) indria dan berbentuk.

Permulaan dan kelangsungan pikiran

Disertai dengan permulaan dan kelangsungan pikiran: Apakah permulaan pikiran? Merasakan, memikirkan, menenangkan, memeriksa dan bercita-cita yang benar, meskipun tanpa pemahaman, merupakan permulaan pikiran. Demikianlah kualitas permulaan pikiran. Karena pemenuhan permulaan pikiran terdapat permulaan pikiran dalam meditasi, jhāna, pertama. Selanjutnya, seseorang berdiam di dalam kasiṇa tanah dan merenungkan gambaran tanah tanpa terputus. Ini seperti menghafalkan khotbah.

T. Apakah karakteristik utama, fungsi, manifestasi dan penyebab langsung dari permulaan pikiran?

J.  …………………………………………………………………………………….

Apakah kelangsungan pikiran? Jika seseorang melatih kelangsungan pikiran, pikiran berdiam dalam ketidak-berbedaan mengikuti apa yang diselidiki oleh kelangsungan pikiran. Keadaan ini disebut kelangsungan pikiran. Dalam hubungannya dengan hal ini seseorang mencapai meditasi, jhāna, pertama. Meditasi, jhāna, pertama digabungkan dengan kelangsungan pikiran. Selanjutnya, meditator yang berdiam dalam kasiṇa tanah merenungkan banyak aspek yang terlihat oleh pikirannya ketika bekerja pada gambaran tanah. Ini adalah kelangsungan pikiran.

T.  Apakah karakteristik utama, fungsi, manifestasi dan penyebab langsung dari kelangsungan pikiran?

J. Perenungan yang mengikuti penyelidikan adalah karakteristik utamanya. Mencerahkan pikiran – ini adalah fungsinya. Penglihatan yang mengikuti permulaan pikiran -  ini adalah penyebab langsungnya.

Title: Re: 40 objek meditasi
Post by: Indra on 11 February 2012, 10:52:47 AM
Membedakan Permulaan pikiran dan kelangsungan pikiran

T. Apakah perbedaan antara permulaan pikiran dan kelangsungan pikiran?

Perumpamaan lonceng, dan lain-lain

A. ini diumpamakan bagaikan memukul lonceng. Bunyi pertama adalah permulaan pikiran. Gaungnya yang mengikuti merupakan kelangsungan pikiran. Kemudian, diumpamakan sebagai hubungan pikiran dengan obyeknya. Pada awalnya adalah permulaan pikiran; selebihnya adalah kelangsungan pikiran. Dan kemudian, ingin bermeditasi, jhāna, adalah permulaan pikiran; mempertahankannya adalah kelangsungan pikiran. Selanjutnya, mengingat adalah permulaan pikiran; berdiam dalam perenungan adalah kelangsungan pikiran. Dan kemudian, keadaan pikiran yang kasar adalah permulaan pikiran dan keadaan pikiran yng halus adalah kelangsungan pikiran. Di mana ada permulaan pikiran, di sana ada kelangsungan pikiran, tetapi di mana ada kelangsungan pikiran, di sana mungkin ada dan mungkin tidak ada permulaan pikiran. Diajarkan dalam Tipiñaka sebagai berikut: “Pikiran yang mulai berdiam dalam apapun adalah permulaan pikiran. Jika setelah mendapatkan permulaan pikiran, pikiran masih belum terpusat, itu adalah kelangsungan pikiran” . Melihat seseorang datang dari jauh, tanpa mengetahui apakah ia laki-laki atau perempuan dan untuk membedakan bentuk laki-laki atau perempuan adalah permulaan pikiran. Setelah itu, merenungkan apakah ia adalah orang yang baik atau tidak, apakah kaya atau miskin, mulia atau hina, adalah kelangsungan pikiran. Permulaan pikiran memerlukan (suatu benda), menariknya dan mendekatinya . Kelangsungan pikiran mempertahankannya, menggenggamnya, mengikutinya, mengejarnya.

Perumpamaan burung dan lain-lain

Bagaikan seekor burung yang terbang dari sebuah bukit mengepakkan sayapnya, ini adalah permulaan pikiran dan gerakan melayang (dari burung tersebut di angkasa) adalah kelangsungan pikiran. Pertama kali merentangkan (sayap) adalah permulaan pikiran. (Sayap) yang terentang terus-menerus dalam waktu yang lama adalah kelangsungan pikiran . Dengan permulaan pikiran seseorang melindungi; dengan kelangsungan pikiran seseorang mencari; dengan permulaan pikiran seseorang merenungkan; dengan kelangsungan pikiran seseorang meneruskan perenungan. Orang yang berjalan dalam permulaan pikiran tidak memikirkan hal-hal buruk. Orang yang berjalan dalam kelangsungan pikiran mengarah kepada meditasi.

Kelangsungan pikiran adalah bagaikan seseorang yang mampu, sambil menghafalkan khotbah, juga memahami artinya. Permulaan pikiran adalah bagaikan seseorang yang melihat apa yang ingin ia lihat dan setelah melihat, ia memahaminya dengan baik. Kemahiran dalam pengetahuan tentang asal usul kata dan dialektika adalah permulaan pikiran; kemahiran dalam hal teori dan praktik adalah kelangsungan pikiran . Menilai perbedaan adalah permulaan pikiran; memahami perbedaan adalah kelangsungan pikiran. Demikianlah perbedaan antara permulaan pikiran dan kelangsungan pikiran.

Kesunyian

Lahir dari kesunyian. Disebut kesunyian karena keberpisahan dengan lima rintangan. Ini dinamakan kesunyian. Kemudian, ini adalah kualitas-kebajikan dari alam berbentuk. Selanjutnya, ini diajarkan sebagai pendahulan dari meditasi, jhāna, pertama. Kemudian lagi, ini diajarkan sebagai pikiran-meditasi. Apa yang dihasilkan dari ini disebut kesunyian, bagaikan bunga yang tumbuh di atas daratan disebut bunga-daratan dan bunga yang tumbuh di air disebut bunga-air.

Kegembiraan dan kebahagiaan

Kegembiraan dan kebahagiaan. Pikiran saat ini menjadi sangat gembira dan nyaman. bathin diliputi oleh kesejukan. Ini disebut kegembiraan.

T. Apakah karakteristik utama, fungsi, manifestasi dan penyebab langsung dari kegembiraan dan ada berapa jenis kegembiraan?

J. Kegembiraan: diliputi kegembiraan adalah karakteristik utamanya; menggembirakan adalah fungsinya; mengatasi gangguan bathin adalah manifestasinya; keriangan adalah penyebab langsungnya.

Ada berapa jenis kegembiraan? Ada enam jenis kegembiraan: satu yang berasal dari nafsu; satu, dari keyakinan; satu, dari ketidak-kakuan; satu dari kesunyian; satu, dari konsentrasi dan satu, dari faktor-faktor penerangan sempurna.

Yang manakah, dari nafsu? Kegembiraan nafsu dan kegembiraan yang berhubungan dengan kekotoran disebut kegembiraan yang berasal dari nafsu.

Yang manakah, dari keyakinan? Kegembiraan seseorang yang berkeyakinan kuat dan kegembiraan yang dihasilkan saat melihat pengrajin tembikar .

Yang manakah, dari ketidak-kakuan? [416] Kegembiraan dari orang yang baik dan berhati murni.

Yang manakah, dari kesunyian? Kegembiraan dari individu yang memasuki meditasi,  jhāna, pertama .

Yang manakah, dari konsentrasi? Kegembiraan dari individu yang memasuki meditasi,  jhāna, kedua .

Yang manakah, dari faktor-faktor penerangan sempurna? Kegembiraan yang mengikuti jejak Jalan Lokuttara dalam meditasi, jhāna, kedua.

Lima jenis kegembiraan

Selanjutnya, diajarkan bahwa ada lima jenis kegembiraan, yaitu, gemetar, kegembiraan sesaat, kegembiraan mengalir, kegembiraan cepat berlalu, kegembiraan yang meliputi semuanya .

Gemetar adalah bagaikan berdirinya bulu badan karena basah oleh hujan gerimis. Kegembiraan sesaat muncul tiba-tiba dan berlalu tiba-tiba. Seperti hujan meteor di malam hari. Kegembiraan mengalir bagaikan minyak yang mengalir melintasi tubuh tanpa menyebar. Kegembiraan cepat berlalu adalah kegembiraan yang menyebar dalam pikiran dan lenyap tak lama kemudian. Seperti gudang penyimpanan si orang miskin. Kegembiraan yang meliputi semuanya menyerap ke seluruh tubuh, terus-menerus. Bagaikan awan yang dipenuhi air hujan. Demikianlah gemetar dan kegembiraan sesaat menyebabkan munculnya pendahuluan melalui keyakinan. Kegembiraan mengalir yang menguat menyebabkan munculnya pendahuluan. Kegembiraan cepat berlalu yang berdiam di dalam maṇḍala menyebabkan munculnya baik dan buruk, dan bergantung pada keterampilan. Kegembiraan yang meliputi semuanya dihasilkan dalam keadaan meditasi kokoh.

Kebahagiaan

T. Apakah kebahagiaan?

J. Hubungan dengan yang menyenangkan dan memberikan-kenyamanan adalah kebahagiaan.

T. Apakah karakteristik utama, fungsi, manifestasi dan penyebab langsung dari kebahagiaan? Ada berapa jenis kebahagiaan? Apakah perbedaan antara kegembiraan dan kebahagiaan? J. fungsinya adalah juga karakteristik utamanya. Ketergantungan pada obyek yang menyenangkan – ini adalah fungsi yang menyenangkan. Ajakan kedamaian adalah manifestasinya. Ketenangan adalah penyebab langsungnya.

Lima jenis kebahagiaan

Ada berapa jenis kebahagiaan? Ada lima jenis kebahagiaan, yaitu, kebahagiaan yang disebabkan, kebahagiaan mendasar, kebahagiaan dari kesunyian, kebahagiaan dari ketidak-kotoran, kebahagiaan perasaan.

Apakah yang disebut kebahagiaan yang disebabkan? Menurut ajaran Buddha: “Kebahagiaan dari moralitas bertahan lama”. Ini disebut kebahagiaan yang disebabkan. Ini adalah kebajikan dari kebahagiaan. Berikut ini adalah kebahagiaan mendasar menurut ajaran Buddha: “Yang mencapai Penerangan Sempurna menghasilkan kebahagiaan duniawi” . Kebahagiaan dari kesunyian adalah pengembangan konsenstrasi-ketidak-berbedaan dan rusaknya meditasi, jhāna. Kebahagiaan dari ketidak-kotoran menurut ajaran Buddha adalah “Nibbāna tertinggi” . Kebahagiaan kediaman pada umumnya disebut kebahagiaan kediaman. Menurut naskah ini, kebahagiaan kediamaan boleh dinikmati .

Perbedaan antara kegembiraan dan kebahagiaan

Apakah perbedaan antara kebahagiaan dan kegembiraan? Keriangan adalah kegembiraan, kenyamanan bathin adalah kebahagiaan. Ketenangan bathin adalah kebahagiaan. Konsentrasi pikiran adalah kegembiraan. Kegembiraan adalah kasar; kebahagiaan adalah halus. Kegembiraan adalah milik kelompok-bentuk; kebahagiaan adalah milik kelompok-perasaan. Di mana ada kegembiraan, di sana ada kebahagiaan, tetapi di mana ada kebahagiaan, di sana mungkin ada atau mungkin tidak ada kegembiraan.

Meditasi (Jhāna) pertama

Yang pertama adalah landasan untuk mencapai yang kedua. Setelah menyempurnakan pendahuluan, seseorang memasuki meditasi, jhāna, pertama. Faktor-faktor meditasinya adalah permulaan pikiran dan kelangsungan pikiran, kegembiraan, kebahagiaan dan keterpusatan pikiran.

Apakah meditasi, jhāna? Yaitu meditasi kesetaraan pada sebuah obyek, yaitu mencabut lima rintangan. Yaitu bermeditasi dan mengatasi.

Memasuki meditasi,  jhāna, pertama dan mencapai kemantapan: setelah mencapai, setelah menyentuh, setelah membuktikan, ia berdiam.

Dan kemudian, demikianlah keberpisahan dengan nafsu dan kondisi-kondisi jahat: meditasi, jhāna, pertama disebut karakteristik istimewa dari keberpisahan dengan dunia indria. Meditasi, jhāna, kedua memiliki karakteristik istimewa keberpisahan dengan permulaan pikiran dan kelangsungan pikiran. Dalam kesunyian ada kegembiraan dan kebahagiaan; oleh karena itu kegembiraan dan kebahagiaan disebut karakteristik istimewa dari kesunyian .

Dan kemudian, demikianlah keberpisahan dengan nafsu dan kondisi-kondisi jahat: ini adalah melenyapkan dengan baik, mengatasi dengan baik.

Dengan permulaan pikiran dan kelangsungan pikiran: ini dikatakan karakteristik dari meditasi, jhāna (pertama).

Kegembiraan dan kebahagiaan terlahir dari kesunyian: kondisi ini menyerupai meditasi.

Mencapai kemantapan dan berdiam: seseorang mencapai meditasi, jhāna, pertama berpisah dengan lima faktor, memenuhi lima faktor, tiga jenis kebaikan, sepuluh karaktreristik , dan menyempurnakan dua puluh lima kebajikan. Dengan kebajikan ini seseorang dapat memperoleh kelahiran kembali di alam Brahma atau alam dewa .

Lima rintangan

Keberpisahan dengan lima faktor: ini adalah keberpisahan dari lima rintangan. Apakah lima itu? Keinginan-indria, kebencian, kekakuan dan kelambanan, kekacauan dan kegelisahan, keragu-raguan .

Keinginan-indria: (ini merujuk pada) bathin yang dikotori oleh debu nafsu. Kebencian: ini adalah praktik dari sepuluh kekotoran. Kekakuan: ini adalah kelengahan pikiran. Kelambanan: ini adalah keinginan untuk tidur karena keletihan tubuh. Ada tiga jenis kelambanan: pertama, karena makanan; kedua, karena waktu; ketiga, karena pikiran. Jika, karena pikiran, seseorang dapat mengatasinya melalui meditasi. Jika karena makanan dan waktu seperti yang terjadi para para Arahat, karena tidak berasal dari pikiran, maka itu bukanlah rintangan. Jika berasal dari makanan dan waktu, seseorang memotongnya dengan usaha seperti yang diajarkan oleh Yang Mulia Anuruddha: “Sejak pertama aku menghancurkan kekotoran selama lima puluh lima tahun, aku belum pernah tidur yang berasal dari pikiran. Dan selama rentang waktu lima puluh lima tahun, aku telah melenyapkan tidur yang berasal dari makanan dan waktu” .

T. Jika kelambanan adalah kondisi jasmani, bagaimanakah hal tersebut menjadi kekotoran bathin? J. Jasmani dihasilkan hanya oleh kekotoran bathin. Seperti seseorang yang meminum anggur dan memakan makanan. Demikianlah penjelasannya.

T. Jika kelambanan adalah kondisi jasmani dan kekakuan adalah sifat dari bathin, bagaimanakah dua kondisi ini menjadi satu rintangan? J. Kedua kondisi ini memiliki satu obyek dan satu fungsi. Inilah yang disebut kelambanan dan kekakuan menjadi satu. Kekacauan adalah ketidak-tenangan pikiran; kegelisahan adalah ketidak-stabilan pikiran; karakteristik dari hal-hal ini adalah sama. Oleh karena itu, kedua ini menjadi satu rintangan, keragu-raguan adalah kemelekatan pikiran terhadap berbagai obyek. Ada empat jenis keragu-raguan: yang pertama adalah rintangan terhadap ketenangan , kedua, terhadap pandangan terang , ketiga, terhadap kedua hal tersebut, dan keempat, terhadap hal-hal diluar ajaran.

Di sini, apakah ketenangan dicapai dengan mengakhiri keragu-raguan ini, atau apakah mungkin atau tidak mungkin mencapai ketenangan selagi masih memiliki keragu-raguan ini atau keragu-raguan sehubungan dengan diri? Jika seseorang memiliki keragu-raguan demikian, maka ini disebut rintangan terhadap ketenangan; keragu-raguan sehubungan dengan Empat Kebenaran Mulia dan tiga alam disebut rintangan terhadap Pandangan Terang; keragu-raguan terhadap Sang Buddha, Dhamma dan Sangha disebut rintangan terhadap keduanya. Keragu-raguan terhadap hal-hal seperti negara, kota, desa, jalan, nama seorang laki-laki atau perempuan disebut rintangan terhadap hal-hal di luar Dhamma. Keragu-raguan sehubungan dengan khotbah-khotbah disebut rintangan terhadap kesunyian. Demikianlah penjelasannya. Apakah arti rintangan? Rintangan terhadap kendaraan ; menghalangi, kekotoran, belenggu. Hal-hal ini menjadi jelas.

T. Ada banyak belenggu seperti itu yang merupakan kekotoran-kekotoran, dan lainnya. Semua itu adalah belenggu. Kalau begitu, mengapakah hanya lima rintangan ini yang diajarkan?

J. Karena lima ini mencakup seluruhnya. Dan lagi, kemelekatan terhadap keinginan-indria termasuk semua kemelekatan terhadap nafsu; semua kondisi jahat (kebencian) termasuk dalam kemelekatan terhadap kemarahan; dan semua kondisi jahat kedunguan termasuk dalam kemelekatan terhadap kekakuan dan kelambanan, kekacauan dan kegelisahan. Demikianlah semua kekotoran termasuk dalam kemelekatan terhadap lima rintangan ini. Karena itu, lima rintangan ini diajarkan.

Lima faktor

Lima faktor: hal-hal ini dipenuhi (melalui pemenuhan) permulaan dan kelangsungan pikiran, kegembiraan, kebahagiaan, dan keterpusatan pikiran.

T. Disebutkan bahwa lima faktor bersama-sama merupakan meditasi, jhāna, pertama. Oleh karena itu, tidak dapat dikatakan bahwa ada meditasi (jhāna) diluar lima faktor ini. Jika ada meditasi, jhāna, diluar lima faktor ini, bagaimanakah dapat dikatakan bahwa meditasi, jhāna, pertama terdiri dari lima faktor ini?

Perumpamaan kereta dan pasukan

J. Melalui meditasi, jhāna, faktor-faktor meditasi (jhāna) dipenuhi. Tidak ada meditasi (jhāna), tanpa faktor-faktor meditasi (jhāna). Meditasi, jhāna, demikian tidak ada. Seseorang dapat menyebut kereta karena semua bagian-bagian kereta tersebut . Tidak ada kereta diluar bagian-bagian tersebut. Karena seluruh bagian dari suatu pasukan, maka seseorang dapat menyebut pasukan. Tidak ada pasukan tanpa bagian-bagian tersebut. Karena itu, karena faktor-faktor meditasi (jhāna), maka disebut meditasi, jhāna. Tidak ada meditasi, jhāna, tanpa faktor-faktor meditasi (jhāna) ini . Faktor-faktor yang tergabung ini disebut meditasi, jhāna. Secara terpisah disebut faktor-faktor. Diajarkan bahwa obyeknya adalah meditasi, jhāna, dan ciri-cirinya adalah faktor-faktor. Secara suku, disebut meditasi, jhāna. Secara kasta, disebut faktor-faktor.

T. Walaupun telah ada perhatian, usaha dan lain-lainnya, mengapa hanya lima faktor ini yang diajarkan?

J. Karena melalui gabungan dari lima ini, tercapai meditasi, jhāna.

T. Apakah karakteristik dari gabungan ini?

J. Permulaan pikiran mengikuti obyek pikiran dan mencapai meditasi-kokoh. Kelangsungan pikiran beriringan dengan pikiran yang menyelidiki. Ketika permulaan dan kelangsungan pikiran terpisah, maka muncullah keterampilan. Jika seseorang terampil, maka ia memunculkan kegembiraan dan kebahagiaan. Jika seseorang terampil, ia akan menghasilkan hati yang gembira, dan setelah meningkatkan itu, menghasilkan hati yang bahagia. Dengan empat kualitas ini, pikiran menjadi damai. Jika pikiran menjadi damai, maka tercapai konsentrasi. Ini disebut karakteristik gabungan. Dengan demikian, lima ini, melalui penggabungan, tercapai (meditasi, jhāna).

Kemudian, rintangan-rintangan diatasi oleh kesempurnaan dari lima ini. Mengatasi rintangan pertama adalah meditasi, jhāna pertama. Demikianlah, mengatasi lima rintangan menghasilkan lima meditasi, jhāna. Dalam meditasi, jhāna pertama, permulaan pikiran adalah faktor istimewa; melalui permulaan pikiran, nafsu ditinggalkan. Jika permulaan pikiran memasuki konsentrasi benar, faktor-faktor lainnya juga dibangkitkan. Di antara lima faktor, kelangsungan pikiran adalah awal dari meditasi kedua; kegembiraan, dari meditasi ketiga; kebahagiaan, dari keempat; dan keterpusatan pikiran, dari kelima. Ini adalah faktor-faktor istimewa dari meditasi, jhāna.

Selanjutnya, dengan mengatasi lima rintangan, lima dipenuhi, seperti diajarkan dalam Tipiñaka: “Keterpusatan pikiran mengatasi nafsu keinginan, kegembiraan mengatasi kemarahan, permulaan pikiran mengatasi kekakuan dan kelambanan; kebahagiaan mengatasi kekacauan dan kegelisahan, kelangsungan pikiran mengatasi keragu-raguan” . Demikianlah, dengan mengatasi rintangan-rintangan, lima dipenuhi.

T. Dengan bermeditasi pada gambaran kasiṇa tanah, [417] bagaimanakah seorang yogi dapat membangkitkan kegembiraan dan kebahagiaan?

J. Kasiṇa tanah tidak menghasilkan kegembiraan dan kebahagiaan. Kegembiraan dan kebahagiaan akan secara alami mengikuti keberpisahan dengan lima rintangan. Demikianlah putera kebenaran  menyebabkan munculnya kegembiraan dan kebahagiaan.

T. Kalau begitu, mengapakah putera kebenaran tidak membangkitkan kegembiraan dan kebahagiaan dalam meditasi, jhāna keempat.

J. Karena kondisinya tidak sesuai, dan karena si yogi melenyapkan kegembiraan dan kebahagiaan dalam meditasi, jhāna keempat. Kemudian lagi, karena ia telah dengan terampil mencabut kegembiraan dan kebahagiaan yang ia munculkan dalam meditasi pertama, dan karena, ia melihat penderitaan dari kebahagiaan, meninggalkannya, dan melekatkan dirinya erat-erat dalam ketenangan. Karena alasan-alasan ini, ia tidak membangkitkan kegembiraan dan kebahagiaan.

Tiga jenis kebaikan

Tiga jenis kebaikan: yaitu, kebaikan tahap awal, pertengahan dan akhir. Kemurnian latihan adalah tahap awal; peningkatan keseimbangan adalah tahap pertengahan; bergembira adalah tahap akhir . Apakah kemurnian latihan? Ini adalah landasan dari semua kebaikan. Apakah peningkatan keseimbangan? Yaitu meditasi kokoh. Apakah bergembira? Yaitu perenungan . Demikianlah ada tiga jenis kebaikan dalam meditasi, jhāna pertama.

Sepuluh karakteristik

Pemenuhan sepuluh karakteristik: ini terdiri dari tiga karakteristik dari kemurnian latihan, tiga karakteristik dari peningkatan keseimbangan dan empat karakteristik kegembiraan . Apakah tiga karakteristik dari kemurnian latihan? J. Pikiran yang memurnikan dirinya sendiri dari rintangan terhadap meditasi, jhāna. Karena kemurnian, pikiran mencapai gambaran pertengahan dari ketenangan, dan dari sana pikiran melompat ke depan. Ini disebut tiga karakteristik kemurnian latihan.

T. Apakah tiga karakteristik dari peningkatan keseimbangan?

J. jika pikiran murni, maka kesimbangan terpenuhi; jika mencapai kesunyian, maka keseimbangan terpenuhi; jika berdiam dalam satu obyek, maka keseimbangan terpenuhi. Ini disebut tiga karakteristik. T. Apakah empat karakteristik kegembiraan? J. Dari sepuluh karakteristik, ada kegembiraan karena kondisi-kondisi yang dihasilkan muncul perlahan-lahan; ada kegembiraan karena fungsi-fungsi indria menjadi satu; ada kegembiraan karena memiliki usaha; dan ada kegembiraan karena kesetiaan (kepada kondisi-kondisi ini). Ini disebut empat karakteristik. Demikianlah, dalam meditasi, jhāna pertama, sepuluh karakteristik dipenuhi.

Title: Re: 40 objek meditasi
Post by: Indra on 11 February 2012, 10:53:44 AM
Dua puluh lima manfaat

Dua puluh lima manfaat: dalam meditasi pertama, permulaan dan kelangsungan pikiran, kegembiraan, kebahagiaan dan keterpusatan pikiran tercapai. Keyakinan, usaha, perhatian, konsentrasi dan kebijaksanaan tercapai. Tahap awal, pertengahan dan akhir (dari kebaikan) tercapai ……………  tercapai. Latihan tercapai. Kesunyian tercapai. Kebergantungan tercapai. ……………3 tercapai. ……………. tercapai 4. perenungan tercapai. ……………………5 . kekuatan tercapai. Kebebasan tercapai. Kemurnian tercapai, dan kemurnian yang sungguh luhur tercapai. Demikianlah seseorang berdiam bersama dengan dua puluh lima manfaat. Ini adalah situasi luhur dari para dewata. Manfaat-manfaat ini dihasilkan dari ketenangan dan disebut alam kegembiraan dan kebahagiaan. Di dalam alam yang luhur tersebut, melampaui alam manusia, para dewata berdiam. Karena itu, Yang Mulia Sang Buddha, menyatakan kepada para bhikkhu:

Perumpamaan pelayan-mandi

“Bagaikan seorang pelayan-mandi yang terampil atau pembantunya menumpuk bubuk-mandi dalam ember tembaga yang indah, menambahkan air, mengaduknya dan membuatnya berbentuk seperti bola, membuatnya merata penuh hingga benar-benar penuh dan tidak berserakan, demikian pula seorang bhikkhu, setelah menenangkan jasmani dan bathinnya, menghasilkan kegembiraan dan kebahagiaan dan membiarkannya melembab merata dan memenuhi (dirinya) sedemikian sehingga tidak ada bagian dari dirinya yang tidak dipenuhi oleh kegembiraan dan kebahagiaan. Tidak ada tempat dalam jasmani atau bathinnya yang tidak dipenuhi oleh kegembiraan dan kebahagiaan yang muncul dari kesunyian” . Yang bagaikan si pelayan-mandi terampil atau pembantunya adalah si yogi. Ember tembaga adalah gambaran kasiṇa. Demikianlah agar dimengerti.

T. Apakah gambaran kasiṇa? J. Seperti ember tembaga yang berisikan bubuk-mandi padat yang dibuat agar halus dan cerah, demikian pula gambaran kasiṇa berisikan (tanah) padat yang menghasilkan kegembiraan yang halus dan murni dan karena itu juga cerah. Karena pikiran dan kelompok-kelompok bathin memenuhi obyek, ember tembaga dikatakan seperti gambaran kasiṇa. Pikiran dan kelompok-kelompok bathin seperti bubuk-mandi. Demikianlah agar dimengerti.

T. Mengapakah bubuk-mandi disamakan dengan pikiran dan kelompok-kelompok bathin?

J. Bubuk-mandi, karena bersifat kasar, tidak menyatu dan berserakan oleh tiupan angin, demikian pula pikiran dan kelompok-kelompok bathin ketika dipisahkan dari kegembiraan dan kebahagiaan. Dan jika dipisahkan dari konsentrasi, maka pikiran dan kelompok-kelompok bathin akan berserakan oleh tiupan angin lima rintangan. Oleh karena itu dikatakan bahwa bubuk-mandi seperti pikiran dan kelompok-kelompok bathin. Apakah yang diumpamakan dengan air? Yaitu, kegembiraan dan kebahagiaan dan konsentrasi. Karena air melembabkan, melunakkan, membuat seperti bola, demikian pula kegembiraan dan kebahagiaan melembabkan dan melunakkan pikiran dan kelompok-kelompok bathin, dan menghasilkan konsentrasi. Oleh karena itu air seperti kegembiraan dan kebahagiaan. Bagaikan mengaduk bubuk-mandi di air adalah permulaan dan kelangsungan pikiran. Demikianlah agar dimengerti.

T. Apakah yang diumpamakan dengan seperti bola?

J. Yaitu, permulaan dan kelangsungan pikiran. Bagaikan seorang pelayan-mandi yang terampil memasukkan bubuk-mandi ke dalam ember tembaga, mencampurnya dengan air, membuatnya bulat seperti bola dengan tangannya, dan setelah membuatnya bulat, ia membuatnya lebih bulat lagi dengan lebih banyak bubuk basah dan memasukkannya ke dalam ember tanpa membuatnya berserakan, demikian pula si yogi menempatkan pikiran dan kelompok-kelompok bathin ke dalam obyek dan menghasilkan ketenangan dengan baik. Dalam meditasi, jhāna pertama, kegembiraan dan kebahagiaan harus diperlakukan seperti air, permulaan dan kelangsungan pikiran seperti tangan yang mengaduk dan membuat (bubuk itu) menjadi bulat. Demikianlah seseorang dapat menghasilkan ketenangan dengan baik. Pikiran dan kelompok-kelompok bathin menjadi bulat dengan kegembiraan dan kebahagiaan dan tidak berserakan karena pikiran yang terpusat pada obyek meditasi. Dengan demikian kebulatan bubuk-mandi adalah seperti permulaan dan kelangsungan pikiran. Bagaikan bubuk-mandi dilembabkan secara merata dan bagaikan bubuk-mandi, setelah dibulatkan, tidak akan berserakan, demikian pula si yogi dalam meditasi, jhāna pertama, dipenuhi dengan kegembiraan dari kepala hingga kaki dan dari kaki hingga kepala, kulit dan rambut, dan berdiam tanpa terjatuh. Demikianlah seseorang berdiam di alam Brahma.

T. Kegembiraan dan kebahagiaan disebut sebagai kondisi tanpa bentuk. Bagaimanakah kegembiraan dan kebahagiaan dapat memenuhi tubuh?

J. Bathin bergantung pada jasmani. Jasmani bergantung pada bathin. Oleh karena itu, jika bathin penuh dengan kegembiraan, jasmani juga penuh dengan kegembiraan. Jika bathin penuh dengan kebahagiaan, jasmani juga penuh dengan kebahagiaan. Dan kemudian, jasmani yang penuh kegembiraan, menghasilkan ketenangan jasmani, dan karena kebahagiaan jasmani, seluruh jasmani menjadi tenang. Dengan demikian tidak ada kontradiksi.

Tiga jenis kelahiran kembali

Kebajikan yang menghasilkan kelahiran kembali di alam Brahma adalah sebagai berikut: Dalam meditasi, jhāna pertama, ada tiga jenis: rendah, menengah dan tinggi. Ketika seseorang merenungkan tujuan khusus, tetapi tidak melenyapkan lima rintangan dengan baik dan tidak mencapai kondisi kebebasan, ini disebut meditasi, jhāna rendah. Ketika seseorang merenungkan tujuan khusus dan melenyapkan lima rintangan dengan baik, tetapi tidak mencapai kondisi kebebasan, ini disebut meditasi, jhāna menengah. Ketika seseorang merenungkan tujuan khusus, melenyapkan lima rintangan dengan baik dan mencapai kondisi kebebasan, ini disebut meditasi, jhāna tinggi. Jika seorang yogi mencapai meditasi, jhāna pertama yang rendah, setelah kematiannya ia akan bergabung dengan para pengikut Brahma, dan umur kehidupannya adalah sepertiga kappa; jika ia berlatih meditasi, jhāna pertama yang menengah, setelah kematiannya, ia akan terlahir sebagai seorang pemimpin Brahma. Dan umur kehidupannya adalah setengah kappa; jika ia berlatih meditasi, jhāna pertama yang tinggi, ia akan terlahir sebagai Brahma Agung, dan umur kehidupannya adalah satu kappa .

Meditasi yang berperan dalam kemunduran, kestabilan, keluhuran dan penembusan

Ada empat jenis individu yang memperoleh jasa terlahir kembali di alam Brahma. Seorang yang berperan dalam kemunduran, seorang yang berperan dalam kestabilan, seorang yang berperan dalam keluhuran dan seorang yang berperan dalam penembusan .

Seseorang yang memiliki kemampuan yang tumpul yang menyebabkan munculnya meditasi, jhāna tetapi lengah. Kemudian, melalui dua jenis perbuatan dalam meditasi, jhāna, seseorang berperan dalam kemunduran: - (1) Karena rapatnya ketidak-murnian  yang mengepung, ia tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk menghancurkan kejahatan berbagai macam pikiran yang ia munculkan di masa lampau. Demikianlah, karena rapatnya kepungan ketidak-murnian., ia mundur. (2) Atau, seseorang yang berkeinginan untuk bermeditasi, jhāna, di ajak berbicara, ketagihan tidur, dan tidak berusaha. Karena itu ia mundur.

T. Siapakah yang terjatuh dan bagaimana?

J. Ada pendapat bahwa jika seseorang menjadi berpikiran tidak murni, ia akan terjatuh. Kemudian, ada juga pendapat: melalui pengotoran pikiran yang lambat, seseorang terjatuh. Kemudian, ada lagi pendapat: Jika seseorang kehilangan ketenangan, ia akan terjatuh. Dan masih ada pendapat lain: Jika seseorang tidak berlatih dalam waktu lama pada gambaran yang pernah ia munculkan di masa lampau, ia akan menjadi tidak mampu memunculkannya sesuai keinginannya dan tidak dapat mencapai konsentrasi. Karena itu ia terjatuh. Jika seseorang yang memiliki kemampuan tumpul berdiam dengan penuh perhatian, ia memperoleh ingatan atas kondisi tersebut dan berperan pada kestabilan dalam meditasi, jhāna. Jika seseorang yang memiliki kemampuan tajam berdiam dengan penuh perhatian, ia akan memperoleh keterampilan dalam meditasi, jhāna kedua yang tidak memiliki permulaan pikiran. Jika ia berlatih terus-menerus, ia mencapai keluhuran dalam meditasi, jhāna. Jika seseorang yang berkemampuan tajam berdiam dengan penuh perhatian, ia akan mencapai pandangan terang dengan mudah. Menaklukkan pikiran kacau dan kegelisahan, dan dengan mengembangkan lebih jauh lagi, melalui tidak-adanya nafsu, ia berperan pada penembusan dalam meditasi, jhāna.
 
*** Kasina Tanah Selesai ***
Title: Re: 40 objek meditasi
Post by: Indra on 11 February 2012, 06:51:39 PM
BAGIAN DUA

Di sini, aku akan menunjukkan bagaimana mencapai meditasi, jhāna kedua. Aku merenungkan cacat dari meditasi, jhāna pertama dan manfaat dari meditasi, jhāna kedua .

Perumpamaan sapi muda

Sekarang, yogi yang dengan terampil melatih meditasi, jhāna pertama ingin membangkitkan meditasi, jhāna kedua. Mengapa? Jika si yogi tidak mampu melatih meditasi, jhāna pertama dengan terampil, meskipun ia ingin melenyapkan permulaan dan kelangsungan pikiran dan mencapai meditasi, jhāna kedua, ia akan jatuh kembali dan tidak mampu memasuki meditasi, jhāna kedua. Lebih jauh lagi, ia tidak dapat kembali memasuki meditasi, jhāna pertama. Karena itu, Sang Buddha mengajarkan perumpamaan sapi-gunung muda yang, karena bodoh, tidak mengetahui padang rumput yang baik, dan yang, karena tidak berpengalaman, berkeliaran ke tempat yang jauh dan berbahaya. Ia berpikir: “Bagaimana, jika aku memasuki tempat yang belum pernah kumasuki sebelumnya, memakan rumput yang belum pernah kumakan sebelumnya dan meminum air yang belum pernah kuminum sebelumnya”? tanpa menginjakkan kaki depannya dengan kokoh, ia mengangkat kaki belakangnya, menjadi gelisah dan tidak mampu bergerak maju. Dan karena tidak mampu memasuki tempat yang belum pernah ia masuki sebelumnya, memakan rumput yang belum pernah ia makan sebelumnya dan meminum air yang belum pernah ia minum sebelumnya, ia berpikir: “Aku tidak mampu pergi. Aku harus kembali ke padang rumput lama” .

Ada seorang bhikkhu. Ia masih belum mencapai (meditasi, jhāna). Ia tidak mengetahui subyek meditasi .  Ia masih belum melepaskan dirinya dari nafsu dan tidak mengetahui bagaimana memasuki meditasi, jhāna pertama. Ia tidak melatih ajaran ini juga tidak mempelajarinya, namun ia berpikir: “Bagaimana, jika aku memasuki meditasi, jhāna kedua, dan melepaskan diriku dari permulaan dan kelangsungan pikiran”? karena tidak tenang, ia berpikir lagi: “Aku tidak dapat memasuki meditasi, jhāna kedua, dan aku tidak dapat melepaskan diriku dari permulaan dan kelangsungan pikiran. Aku harus berhenti, (dari latihan ini), memasuki meditasi, jhāna pertama dan memisahkan diriku dari nafsu”, Bhikkhu dungu ini adalah sama bodohnya dan tidak berpengalaman seperti sapi- gunung muda. Oleh karena itu, ia seharusnya melatih meditasi, jhāna pertama. Ia harus membuat pikirannya bebas (dari nafsu).

Memasuki meditasi, jhāna kedua

Sebelum dan sesudah makan, pada jaga pertama dan jaga terakhir malam hari, sesuai keinginannya, seorang bhikkhu berlatih memperhatikan, memasuki, menegakkan, membangkitkan dan merenungkan . Jika ia sering memasuki (meditasi, jhāna,) dan sering keluar darinya dan memperoleh kemahiran dalam mempraktikkan meditasi, jhāna pertama, ia dapat mencapai kebahagiaan kemahiran, menyebabkan munculnya meditasi, jhāna kedua, dan melampaui meditasi, jhāna pertama. Dan selanjutnya ia berpikir: “Meditasi, jhāna pertama ini kasar; meditasi, jhāna kedua halus”. Dan ia melihat cacat dari pertama dan keunggulan dari meditasi, jhāna kedua.

T. Apakah cacat dari meditasi, jhāna pertama?

J. Rintangan-rintangan adalah musuh dekat (dari meditasi, jhāna ini) mengaduk-aduk permulaan dan kelangsungan pikiran dan menyebabkan kelengahan jasmani dan gangguan pikiran. Dengan demikian konsentrasi menjadi kasar dan tidak mampu menghasilkan pengetahuan yang lebih tinggi. Oleh karena itu, seseorang tidak menikmati meditasi, jhāna pertama, atau berperan dalam pemadaman di dalamnya. Ini adalah cacat dari meditasi, jhāna pertama . Keunggulan dari meditasi, jhāna kedua adalah kemampuan dalam mengatasi cacat-cacat ini. Dengan demikian, kita telah melihat cacat dari meditasi, jhāna pertama dan keunggulan dari meditasi, jhāna kedua.

Di sini pikiran memisahkan dirinya dari meditasi, jhāna pertama, dan dengan memegang gambaran kasiṇa sebagai obyek dari meditasi, jhāna kedua, dan berdiam di dalamnya. Pikiran, tidak berhubungan dengan permulaan dan kelangsungan pikiran, nyaman dalam kegembiraan dan kebahagiaan yang muncul dari konsentrasi, mencapai (meditasi, jhāna kedua). Jika si yogi berusaha, ia mencapai penghancuran permulaan dan kelangsungan pikiran dengan cepat. Ia nyaman dalam kegembiraan dan kebahagiaan yang muncul dari konsentrasi dan menyebabkan pikirannya berdiam dalam ketenangan.

Di sini aku menjelaskan empat faktor meditasi, jhāna kedua.

Yogi yang “mencapai dan berdiam dalam meditasi, jhāna kedua, yang, melalui ketenangan permulaan dan kelangsungan pikiran, mengembangkan ketenangan internal dan kondisi kemenangan-pikiran, adalah tanpa permulaan dan kelangsungan pikiran, muncul dari konsentrasi, penuh dengan kegembiraan dan kebahagiaan” . Ini adalah keunggulan dari kasiṇa tanah. Tenangnya permulaan dan kelangsungan pikiran adalah ketenangan permulaan dan kelangsungan pikiran melalui pemahaman murni. Dan juga disebut akhir.

T. Apakah “ketenangan permulaan dan kelangsungan pikiran”?

J. Yaitu hancurnya cacat dari permulaan dan kelangsungan pikiran yang berperan pada meditasi, jhāna pertama. Yaitu hancurnya akar dari semua permulaan dan kelangsungan pikiran. Yaitu juga hancurnya cacat dari permulaan dan kelangsungan pikiran, akar dari permulaan dan kelangsungan pikiran, serta permulaan dan kelangsungan pikiran itu sendiri. Ini adalah “ketenangan permulaan dan kelangsungan pikiran”.

Selanjutnya, setelah memisahkan dirinya dari meditasi, jhāna yang lebih rendah dan kasar, si yogi mencapai meditasi, jhāna yang lebih tinggi dan halus, dan menyebabkannya (yang lebih rendah) lenyap.

“Internal”: Apakah yang dimiliki seseorang yang disebut “internal”. Ada tiga jenis dalam apa yang disebut internal: pertama adalah internal dalam arti diri; kedua adalah konsentrasi internal; ketiga adalah obyek internal.

Apakah “internal dalam arti diri”? enam alam indria internal. “Konsentrasi internal”: perenungan atas kondisi jasmani sendiri disebut “konsentrasi internal”. Pikiran yang mengarah ke dalam (subyektif), tidak mengarah keluar, dan cirinya adalah untuk memahami disebut “obyek internal”, dalam topik ini “internal dalam arti diri” berarti “berada dalam kondisi kebahagiaan”.

Keyakinan , keyakinan benar dan keyakinan yang mengembangkan meditasi, jhāna, disebut “ketenangan”. Dalam konsentrasi internal, ini adalah ketenangan internal.

Apakah karakteristik utama, fungsi, manifestasi dan penyebab langsung dari ketenangan internal? Tanpa-gangguan adalah karakteristik utama dari ketenangan internal. Istirahat adalah fungsinya. Tanpa-kekotoran adalah manifestasinya. Permulaan dan kelangsungan pikiran adalah penyebab langsungnya.

“mengembangkan kondisi kemenangan-pikiran”: keberdiaman pikiran dalam konsentrasi benar disebut pengembangan kondisi kemenangan-pikiran. Apakah arti dari “pengembangan kondisi kemenangan pikiran”? “Pikiran” artinya kemampuan berpikir. “Kemenangan” adalah sebutan bagi perhatian. “Kondisi” memiliki arti yang sama dengan “kondisi alami” yang diajarkan dalam ilmu suara. “Kondisi” artinya sifat. Ketenangan permulaan dan kelangsungan pikiran dan munculnya kondisi kemenangan-pikiran melalui keterpusatan pikiran disebut “pengembangan kondisi kemenangan-pikiran”.

Apakah karakteristik utama, fungsi, manifestasi dan penyebab langsung dari ‘kondisi kemenangan-pikiran’?

Kebajikan murni adalah karakteristik utamanya; istirahat adalah fungsinya; tanpa-gangguan adalah manifestasinya; dan ketenangan permulaan dan kelangsungan pikiran adalah penyebab langsungnya.

T. (Dikatakan bahwa si yogi) “mengembangkan ketenangan internal dan kondisi kemenangan-pikiran”. Kalau begitu, mengapa hal-hal ini tidak termasuk dalam meditasi, jhāna pertama?

J. Dalam meditasi, jhāna pertama, karena riak gelombang permulaan dan kelangsungan pikiran, pikiran menjadi keruh.

“Ketenangan internal dan kondisi kemenangan-pikiran”: seperti halnya, karena riak gelombang, air menjadi keruh, tidak dengan jelas memantulkan bayangan apapun, demikian pula dalam meditasi, jhāna pertama, karena kekeruhan yang disebabkan oleh riak gelombang permulaan dan kelangsungan pikiran, ketenangan internal dan kondisi kemenangan-pikiran tidak jernih, oleh karena itu maka tidak termasuk dalam meditasi, jhāna pertama.

“Tanpa permulaan dan kelangsungan pikiran”: setelah ketenangan permulaan pikiran, maka tidak ada permulaan pikiran. Setelah ketenangan kelangsungan pikiran, maka tidak ada kelangsungan pikiran.

T. Ketenangan permulaan dan kelangsungan pikiran adalah kondisi yang tanpa permulaan dan kelangsungan pikiran. Apakah terdapat dua jenis akhir dari permulaan dan kelangsungan pikiran? Mengapa dua jenis ini diajarkan?

J. Ketenangan permulaan dan kelangsungan pikiran mengembangkan ketenangan internal. Kondisi kemenangan-pikiran menjadi penyebab kondisi yang tanpa permulaan dan kelangsungan pikiran, karena timbulnya karakteristik luhur kegembiraan dan kebahagiaan yang muncul dari kesunyian.

Dan lagi, ketenangan permulaan dan kelangsungan pikiran adalah: melihat melalui permulaan dan kelangsungan pikiran, cacat dari permulaan dan kelangsungan pikiran, dan ia meninggalkannya. Kondisi yang tanpa permulaan dan kelangsungan pikiran adalah ketenangan permulaan dan kelangsungan pikiran dari unsur bentuk.

Kemudian, dalam apa yang tanpa permulaan dan kelangsungan pikiran, terdapat dua kelompok: yang pertama adalah “tanpa permulaan dan kelangsungan pikiran” yang bukan karena ketenangan permulaan dan kelangsungan pikiran; (yang kedua) adalah “tanpa permulaan dan kelangsungan pikiran” yang karena ketenangan permulaan dan kelangsungan pikiran. Jadi, tanpa ketenangan permulaan dan kelangsungan pikiran, lima jenis pengetahuan yang lebih tinggi dan meditasi, jhāna ketiga, adalah tanpa permulaan dan kelangsungan pikiran. Meditasi, jhāna kedua, adalah tanpa permulaan dan kelangsungan pikiran melalui kesunyian yang terampil dan ketenangan permulaan dan kelangsungan pikiran. Ini adalah dua kelompok tersebut.

“Muncul dari konsentrasi”: ini merujuk pada konsentrasi. Meditasi, jhāna pertama, datang dari kesadaran dan meditasi, jhāna kedua datang dari meditasi, jhāna pertama. Dan selanjutnya, “konsentrasi” berarti bahwa meditasi, jhāna kedua datang bersamaan dengan keterpusatan pikiran.

“Kegembiraan dan kebahagiaan yang muncul dari konsentrasi”: kegembiraan dan kebahagiaan telah dijelaskan.

“Meditasi, jhāna kedua”: disebut demikian karena mengikuti yang pertama.

“Mencapai meditasi, jhāna kedua”, artinya bahwa ia memasuki meditasi, jhāna kedua.

“Meditasi, jhāna”: ketenangan internal, kegembiraan dan kebahagiaan dan keterpusatan pikiran disebut “meditasi, jhāna”.

“Mencapai dan berdiam dalam meditasi, jhāna kedua”: ia mencapai meditasi, jhāna kedua, yang bebas dari dua faktor, memiliki dua faktor, tiga jenis kebaikan dan sepuluh karakteristik dan berhubungan dengan dua puluh tiga keunggulan. Ini adalah alam surgawi. Ini adalah keluhuran. Ini adalah kelahiran di alam yang gilang-gemilang . Hal ini telah dijelaskan sebelumnya.

Perumpamaan kolam air

“Alam surgawi” artinya bahwa ia berdiam di dalam alam yang melampaui manusia karena kegembiraan dan kebahagiaan yang berasal dari konsentrasi. Oleh karena itu disebut “alam surgawi”. Karena itu Sang Buddha mengajarkan kepada para bhikkhu: “Bagaikan di dalam sebuah kolam dengan mata air dan ke dalamnya tidak ada air yang mengalir dari empat arah, tidak ada hujan turun, genangan air sejuk dan murni mengalir dari dalam, memenuhi seluruh kolam, meluap dan mengalir jauh, [419] demikian pula kegembiraan dan kebahagiaan, sejuk dan murni, yang mengalir dari konsentrasi memenuhi seluruh bagian tubuh dari seorang bhikkhu. Demikianlah kegembiraan yang dihasilkan dari konsentrasi memenuhi jasmani dan bathin” .

Seorang yogi yang memasuki meditasi, jhāna kedua, harus merenungkan jamani ini sebagaimana perumpamaan kolam dengan mata air di dalamnya. Tidak adanya air yang mengalir dari empat arah harus dipahami sebagai ketenangan permulaan dan kelangsungan pikiran. Bagaikan air yang mengalir dari dalam memenuhi kolam tanpa menimbulkan ombak, demikian pula kegembiraan dan kebahagiaan yang memancar dari konsentrasi memenuhi faktor-faktor bathin dan jasmani dan tidak menimbulkan gangguan pikiran. Bagaikan air yang dingin menyejukkan tubuh, demikian pula kegembiraan dan kebahagiaan yang muncul dari konsentrasi menyebabkan seluruh faktor bathin dan jasmani menjadi nyaman.

Demikianlah imbalan dari praktik konsentrasi: Seseorang terlahir kembali di alam yang gilang-gemilang. Ada tiga jenis imbalan yang berhubungan dengan tiga kelompok meditasi, jhāna kedua: rendah, menengah dan tinggi. Yogi yang melatih meditasi, jhāna yang rendah, akan, setelah kematiannya, terlahir kembali di alam Cahaya Kecil. Umur kehidupannya adalah dua kappa . Jika ia melatih meditasi, jhāna menengah, ia akan, setelah kematiannya, terlahir kembali di alam Cahaya Tanpa Batas. Umur kehidupannya adalah empat kappa . Jika ia melatih meditasi, jhāna tinggi, ia akan, setelah kematiannya, terlahir kembali di alam Cahaya gemilang dan umur kehidupannya adalah delapan kappa .
Title: Re: 40 objek meditasi
Post by: Indra on 11 February 2012, 06:54:01 PM
Meditasi, jhāna ketiga

Aku merenungkan cacat dari meditasi, jhāna kedua

Sekarang seorang yogi melatih mditasi, jhāna kedua, dan mencapai kemahiran di dalamnya, berpikir: “Meditasi, jhāna kedua, kasar; meditasi, jhāna ketiga, adalah halus”. Karena mengetahui cacat dari meditasi, jhāna kedua, dan melihat keunggulan dari meditasi, jhāna ketiga, ia membangkitkan meditasi, jhāna ketiga.

Apakah cacat dari meditasi, jhāna kedua? Konsentrasi ini memiliki permulaan dan kelangsungan pikiran sebagai musuh dekatnya. Meditasi, jhāna ini, karena disertai oleh kegembiraan, adalah kasar. Bathin bersuka ria karena memiliki kegembiraan dan tidak mampu membangkitkan faktor-faktor meditasi (jhāna) lainnya (yang lebih tinggi). Melekat pada kegembiraan adalah cacat. Jika ia memahami cacat-cacat ini, maka ia menjadi bebas-dari-cacat. Seseorang tidak mampu memperoleh kekuatan supernormal; atau ia mencapai meditasi, jhāna kedua, dan tidak mampu berperan dalam keluhuran. Demikianlah seharusnya seseorang memahami cacat dari meditasi, jhāna kedua. Keunggulan dari meditasi, jhāna ketiga, adalah mengatasi (cacat-cacat) ini. Jika ia merenungkan cacat dari meditasi, jhāna kedua, dan keunggulan dari ketiga, ia dapat melenyapkan kegembiraan melalui meditasi, jhāna, terhadap gambaran kasiṇa dan menjadi nyaman karena bebas dari kegembiraan. Dengan merenungkan demikian ia dalam waktu tidak lama dapat mencapai meditasi kokoh, jhāna melalui kebahagiaan yang bebas dari kegembiraan.

Aku akan menjelaskan faktor-faktor dari meditasi, jhāna ketiga

Si Yogi “melalui tidak adanya keinginan akan kegembiraan, berdiam dalam keseimbangan, penuh perhatian dan sadar sepenuhnya, mengalami dalam tubuhnya kebahagiaan yang oleh para mulia dikatakan: “Memiliki keseimbangan dan penuh perhatian, dan sadar sepenuhnya, ia berdiam dalam kebahagiaan. Jadi ia berdiam dalam pencapaian meditasi, jhāna ketiga”.

“Melalui tidak adanya keinginan akan kegembiraan”: Kegembiraan telah dijelaskan. “Tidak adanya keinginan”: dengan melenyapkan kegembiraan seseorang berdiam dalam keseimbangan. Apakah “keseimbangan”? keadaan seimbang, perlindungan, tidak-mundur, tidak-maju, ketenteraman dan kesetaraan bathin disebut “keseimbangan”. Ada delapan jenis keseimbangan: keseimbangan perasaan, usaha, pandangan terang, faktor-faktor Penerangan Sempurna, kondisi tidak terbatas, enam anggota (kemampuan), faktor-faktor meditasi (jhāna) dan kesucian . Keseimbangan perasaan adalah keseimbangan terhadap lima kualitas. Merenungkan tanda-tanda keseimbangan dari waktu ke waktu – ini adalah keseimbangan usaha. Jika, mengatakan, “Aku akan melenyapkan penyebab penderitaan”, seseorang mencapai keseimbangan, maka disebut keseimbangan pandangan terang. Mempraktikkan faktor-faktor penerangan sempurna adalah keseimbangan faktor-faktor penerangan sempurna. Cinta kasih, belas kasihan, kegembiraan apresiatif, dan kesetaraan – semua ini disebut keseimbangan kondisi tanpa batas.

Jika, saat melihat suatu bentuk, tidak membeda-bedakan, tidak gembira juga tidak sedih, ini disebut keseimbangan dari enam anggota. Berdiam dalam pencapaian keseimbangan karena tidak adanya keberpihakan disebut keseimbangan faktor-faktor meditasi (jhāna). Kesucian keseimbangan-perhatian adalah keseimbangan kesucian.

Selanjutnya, ada tiga jenis keseimbangan: keseimbangan yang dianggap sebagai kendaraan konsentrasi; dianggap sebagai kondisi sedikit aktivitas; dan dianggap sebagai tidak berbuat apa-apa. Kemahiran yang seimbang yang hadir dalam semua meditasi, jhāna, dan yang tidak terburu-buru dan tidak lambat adalah “keseimbangan yang dianggap sebagai kendaraan konsentrasi”. Keseimbangan rendah ini dekat dengan meditasi, jhāna kedua dan melenyapkan kegembiraan pikiran yang meluap-luap. Jika pikiran tidak aktif, maka disebut “keseimbangan yang dianggap sebagai kondisi sedikit aktivitas”. Keseimbangan ini dekat dengan meditasi, jhāna ketiga dan melenyapkan kegembiraan bathin yang meluap-luap. Jika pikiran seseorang tidak dengan aktif memperhatikan obyek, melalui tidak adanya gangguan pikiran dan jasmani, ini disebut “keseimbangan yang dianggap sebagai tidak berbuat apa-apa”. Keseimbangan ini dekat dengan meditasi, jhāna keempat.

Apakah karakteristik utama, fungsi, manifestasi dan penyebab langsung dari keseimbangan? Seimbang adalah karakteristik utamanya. Tidak melekat adalah fungsinya. Tidak-berbuat adalah manifestasinya. Tidak membeda-bedakan adalah penyebab langsungnya.

T. Mengapa diajarkan bahwa keseimbangan adalah terdapat dalam meditasi, jhāna ini dan tidak dalam meditasi, jhāna kedua atau pertama?

J. Dalam meditasi, jhāna kedua dan pertama, pikiran, karena penuh kegembiraan, tidak menjadi tidak-melekat. Karena kegembiraan dan kebahagiaan, kegembiraan pikiran yang meluap-luap tidak dilenyapkan. Oleh karena itu, keseimbangan ini tidak diajarkan hadir dalam meditasi, jhāna kedua dan pertama. Karena tidak adanya kegembiraan dan kebahagiaan dalam meditasi, jhāna ketiga, faktor-faktor meditasi (jhāna) ini muncul. Karena terampil menguasai faktor-faktor meditasi (jhāna), maka dikatakan “berdiam dalam keseimbangan, penuh perhatian dan sadar sepenuhnya”.

T. Apakah karakteristik utama, fungsi, manifestasi dan penyebab langsung dari “perhatian”?

J. mengingat kembali adalah karakteristik utamanya; tidak melupakan adalah fungsinya; perlindungan adalah manifestasinya; dan empat landasan perhatian adalah penyebab langsungnya.

Apakah menjadi “sadar sepenuhnya”? menjadi sadar adalah menjadi waspada. Yaitu menjadi sepenuhnya sadar dengan benar. Ada empat jenis menjadi sepenuhnya sadar dengan benar . Yaitu sepenuhnya sadar terhadap diri sendiri; sepenuhnya sadar terhadap kualitas khusus dari diri sendiri; sepenuhnya sadar tanpa terperdaya; sepenuhnya sadar secara mendasar. Di sini, menjadi sepenuhnya sadar terhadap empat postur, adalah sepenuhnya sadar terhadap diri sendiri, memasuki kesunyian adalah menjadi sepenuhnya sadar terhadap kualitas khusus dari diri sendiri. Mengetahui delapan kondisi duniawi  adalah menjadi sepenuhnya sadar tanpa terperdaya. Berdiam dalam obyek konsentrasi adalah sepenuhnya sadar secara mendasar. Dalam buku ini, yang dimaksudkan adalah (“sepenuhnya sadar” dalam arti) “menjadi sepenuhnya sadar secara mendasar”.

Apakah karakteristik utama, fungsi, manifestasi dan penyebab langsung dari menjadi “sepenuhnya sadar”? Ketidak-bingungan adalah karakteristik utamanya; keputusan adalah fungsinya; penyelidikan atas kondisi-kondisi adalah manifestasinya; merenungkan dengan benar adalah penyebab langsungnya.

T. Apakah seseorang harus selalu penuh perhatian dan sepenuhnya sadar di setiap tempat?

J. Jika seseorang tidak penuh perhatian dan tidak sepenuhnya sadar, ia bahkan tidak mampu membangkitkan tahap pendahuluan dari meditasi, jhāna.

T. Mengapa ini diajarkan dalam meditasi, jhāna ketiga dan bukan dalam meditasi, jhāna kedua dan pertama?

J. Di sini, kegembiraan dan semua faktor meditasi (jhāna) yang kasar lainnya ditenangkan. Konsentrasi menjadi halus, memasuki tempat halus, dan melalui kondisi sepenuhnya sadar ia berdiam dengan kokoh dalam meditasi, jhāna ketiga. Demikianlah ia mencapai kemahiran dalam melatih faktor-faktor meditasi (jhāna).

Selanjutnya, pikiran si dungu merindukan kebahagiaan dan dengan mudah beralih kepada kebahagiaan meditasi, jhāna, karena sangat nikmat dan disebut “memikat”. Demikianlah (melalui perhatian dan melalui kondisi sepenuhnya sadar) seseorang mampu melenyapkan kegembiraan dan mencapai kemahiran dalam meditasi, jhāna ini.

Perumpamaan anak sapi

Kegembiraan dan kebahagiaan adalah sahabat karib. Jadi, dengan memahami perhatian dan kondisi sepenuhnya sadar seseorang berdiam pada obyek dalam kebahagiaan yang terpisah dari kegembiraan. Ini bagaikan seekor anak sapi yang mengikuti induknya. Jika seseorang tidak mencengkeram kedua daun telinganya, ia akan mengikuti induknya dengan kepalanya menempel di sisi induknya. Seseorang memahami kebahagiaan yang terpisah dari kegembiraan, bersatu dengan perhatian, dan kondisi sepenuhnya sadar, dan berdiam pada obyek konsentrasi . Sebaliknya, jika seseorang tidak memahami, maka ia memasuki kembali kegembiraan dan berperan pada kemunduran dalam konsentrasi. Demi untuk mencapai kemahiran dalam faktor-faktor meditasi (jhāna), maka perhatian dan kondisi sepenuhnya sadar diajarkan. Demikianlah keseimbangan, perhatian dan kondisi sepenuhnya sadar dijelaskan. Oleh karena itu, dikatakan “berdiam dalam keseimbangan, perhatian dan sadar sepenuhnya, mengalami kebahagiaan dalam tubuh”.

T. Apakah kebahagiaan bathin?

J. Kebahagiaan yang dialami oleh bathin adalah kebahagiaan bathin. Datang dari kontak bathin. Ini adalah arti dari kebahagiaan bathin. Ini disebut “kebahagiaan”.

T. Apakah “tubuh”? kelompok-persepsi, kelompok-bentuk, dan kelompok-kesadaran – semua ini disebut “tubuh”.

J. Dalam meditasi, jhāna ketiga, kualitas kebahagiaan dilenyapkan. Ini sesuai dengan Ajaran Sang Buddha yang mengatakan, bahwa dalam meditasi, jhāna ketiga, kualitas kebahagiaan dilenyapkan.

“Kebahagiaan itu yang manakah yang dikatakan oleh Para Mulia”:”Para Mulia” adalah Sang Buddha dan para siswaNya. “mengatakan” artinya mengungkapkan, menegakkan, menjelaskan, menunjukkan. Demikianlah “kebahagiaan itu yang dikatakan oleh Para Mulia” dipahami.

T. Mengapa Para Mulia memuji kondisi tubuh ini dan bukan yang lainnya?

J. Dalam meditasi, jhāna ketiga, walaupun si yogi dapat dengan mudah berdiam dalam kebahagiaan yang menyenangkan, ia tidak menggenggam kebahagiaan. Para Mulia berdiam untuk mencari yang melampaui kebahagiaan. Ini adalah pencapaian Para Mulia. Oleh karena itu, Para Mulia memuji meditasi, jhāna yang luhur ini.

“Dengan memiliki keseimbangan dan perhatian, ia berdiam dalam kebahagiaan”: Keseimbangan, perhatian dan kebahagiaan telah dijelaskan.

“Berdiam dalam pencapaian meditasi, jhāna ketiga”: disebut “ketiga” karena yang kedua. Meditasi, jhāna ketiga terdiri dari keseimbangan, perhatian, dan kondisi sepenuhnya sadar, kebahagiaan dan keterpusatan pikiran. Pencapaian dari hal-hal ini disebut meditasi, jhāna (ketiga). “Berdiam dalam pencapaian” artinya bahwa seseorang yang mencapai meditasi, jhāna ketiga, terpisah dari satu faktor, memenuhi lima faktor, tiga jenis kebaikan, sepuluh karakteristik dan berhubungan dengan dua puluh dua keunggulan.

Menetap di alam surga artinya terlahir kembali di alam gemerlap . Hal ini dipahami dengan cara yang sama seperti yang diajarkan dalam meditasi, jhāna pertama. “Menetap di alam surga” adalah menetap di tempat yang menyenangkan yang bebas dari kegembiraan. “Menetap di alam surga” adalah menetap dengan cara yang melampaui manusia.

Perumpamaan kolam teratai

Karena itu, Sang Buddha mengajarkan kepada para bhikkhu sebagai berikut: “Bagaikan di dalam sebuah kolam yang terdapat teratai biru dan putih, teratai-teratai biru, merah dan putih tumbuh di dalam air dan tenggelam di dalam air dingin dari akar hingga lehernya, demikian pula tubuh ini, terisi dan penuh dengan kebahagiaan yang bebas dari kegembiraan” . Bagaikan teratai-teratai biru, merah dan putih yang tumbuh di dalam air, demikianlah ia berdiam di dalam meditasi, jhāna ketiga. Tubuhnya harus dipahami sebagai berikut: bagaikan teratai-teratai yang tumbuh di dalam air, tenggelam di dalam air dari akar hingga lehernya, demikianlah ia berdiam di dalam meditasi, jhāna ketiga, dengan jasmani dan bathin terisi dan penuh dengan kebahagiaan yang bebas dari kegembiraan.

Demikianlah imbalan dari praktik meditasi: Seseorang terlahir kembali di alam gemerlap penuh. Ada tiga jenis imbalan yang berhubungan dengan tiga kelompok meditasi, jhāna ketiga: rendah, menengah dan tinggi. Jika seorang yogi melatih meditasi, jhāna yang rendah, ia akan, setelah kematiannya, terlahir kembali di alam Kegemerlapan Kecil. Umur kehidupannya adalah enam belas kappa. Jika ia melatih meditasi, jhāna menengah, ia akan, setelah kematiannya, terlahir kembali di alam Kegemerlapan Tanpa Batas. Umur kehidupannya adalah tiga puluh dua kappa. Jika ia melatih meditasi, jhāna tinggi, ia akan, setelah kematiannya, terlahir kembali di alam gemerlap penuh dan umur kehidupannya adalah enam puluh empat kappa .

Meditasi, jhāna keempat

Aku merenungkan cacat dari meditasi, jhāna ketiga

Sekarang, seorang yogi melatih meditasi, jhāna ketiga, dan mencapai kemahiran di dalamnya, ingin membangkitkan meditasi, jhāna keempat, dan melampaui meditasi, jhāna ketiga. (Ia berpikir), “Ketiga adalah kasar. Keempat adalah halus”. Ia melihat cacat dari meditasi, jhāna ketiga dan keunggulan dari meditasi, jhāna keempat. Apakah cacat dari meditasi, jhāna ketiga? Kegembiraan adalah musuh dekat. Konsentrasi benar dengan kebahagiaan adalah kasar. Karena itu ia tidak mampu mencapai kekuatan supernormal. Meditasi, jhāna ketiga tidak berperan dalam keluhuran. Demikianlah ia melihat cacat dari meditasi, jhāna ketiga. Keunggulan dari meditasi, jhāna keempat, terdiri dari hal-hal yang mengatasi (cacat-cacat) ini.

Aku akan menjelaskan faktor-faktor meditasi, jhāna keempat

Yogi tersebut, “setelah melepaskan kenikmatan dan kesakitan, meninggalkan kegembiraan dan kesedihan yang sebelumnya, tidak menderita, tidak bergembira, dalam kemurnian perhatian-seimbang, mencapai meditasi, jhāna keempat dan berdiam” . Ini adalah keunggulan dari kasiṇa tanah.

“Setelah melepaskan kenikmatan”: ini adalah melepaskan kenikmatan jasmani. Setelah melepaskan “kesakitan”: Ini adalah melepaskan kesakitan jasmani. “Meninggalkan kegembiraan dan kesedihan sebelumnya”: kegembiraan adalah kebahagiaan kelompok-kelompok bathin . Ini adalah meniggalkan hal-hal ini.

T. Dikatakan, “setelah melepaskan kenikmatan dan kesakitan, meninggalkan kesedihan”. Dimanakah hal-hal ini dilepaskan dan ditinggalkan? J. Hal-hal ini dilepaskan dan ditinggalkan pada saat pendahuluan dari meditasi, jhāna. Sang Buddha mengajarkan pelenyapan kesakitan dalam meditasi, jhāna keempat ini. T. Dimanakah faktor kesakitan yang telah muncul menjadi lenyap secara total? J. Sang Buddha mengajarkan para bhikkhu sebagai berikut: “Dalam meditasi, jhāna pertama, keberpisahan dengan keinginan-indria terpenuhi. Saat itu, faktor kesakitan yang telah muncul menjadi lenyap secara total” . T. Mengapakah faktor kesakitan lenyap secara total dalam meditasi, jhāna pertama? J. Karena kegembiraan yang sempurna, terdapat kenyamanan jasmani . Karena kenyamanan jasmani, faktor kesakitan berakhir, yaitu, melalui melewatinya, kesakitan dilepaskan. Oleh karena itu, dalam meditasi, jhāna pertama, faktor kesakitan dilenyapkan. Dalam meditasi, jhāna kedua, faktor kesedihan dilenyapkan. Menurut Ajaran Sang Buddha, pelenyapan faktor kesedihan adalah sebagai berikut: “Dimanakah faktor kesedihan yang telah muncul menjadi lenyap secara total? Di sini, para bhikkhu, permulaan dan kelangsungan pikiran ditenangkan, dan ia berdiam dalam pencapaian meditasi, jhāna kedua. Di sini, faktor kesedihan yang telah muncul menjadi lenyap secara total”.  Mengapakah faktor kesedihan, lenyap dalam meditasi, jhāna kedua? Jika seseorang memiliki permulaan dan kelangsungan pikiran dalam waktu yang lama, jasmani dan bathinnya menjadi lengah. Jika bathinnya menjadi lengah, faktor kesedihan muncul dengan segera. Dalam meditasi, jhāna kedua, permulaan dan kelangsungan pikiran ditenangkan. Dalam meditasi, jhāna ketiga, faktor kebahagiaan dilenyapkan. Sang Buddha mengajarkan sebagai berikut: “Dimanakah faktor kebahagiaan yang telah muncul menjadi lenyap secara total? Di sini, para bhikkhu, tidak menyukai kegembiraan, seseorang berdiam dalam pencapaian meditasi, jhāna ketiga. Di sini, faktor kebahagiaan yang telah muncul menjadi lenyap secara total”.  T. Mengapakah faktor kebahagiaan menjadi lenyap secara total dalam meditasi, jhāna ketiga? J. Kegembiraan musnah, dan demikian pula, kebahagiaan yang muncul bergantung pada kegembiraan juga musnah. Oleh karena itu, dalam meditasi, jhāna ketiga, faktor kebahagiaan musnah.

T. Jika faktor kesakitan, kebahagiaan dan kesedihan dilenyapkan dalam meditasi, jhāna ketiga, mengapa pengakhirannya diajarkan dalam meditasi, jhāna keempat.

J. faktor-faktor ini dilenyapkan dalam meditasi, jhāna ketiga. Meditasi, jhāna ketiga adalah suatu pendekatan kepada meditasi, jhāna keempat. Dalam meditasi, jhāna ketiga, faktor-faktor ini setelah muncul, kemudian lenyap. Oleh karena itu, pelenyapannya diajarkan dalam meditasi, jhāna keempat.

Selanjutnya, “mencapai” “tanpa kesakitan” dan “tanpa kenikmatan” artinya menaklukkan kesakitan dan kenikmatan.  Oleh karena itu, penaklukkan kesakitan dan kenikmatan diajarkan sebagai pencapaian tanpa kesakitan dan tanpa kenikmatan. Dan kemudian, adalah karena meditasi, jhāna keempat, pencapaian dan penaklukkan muncul bersamaan. Selanjutnya, keseimbangan melenyapkan kekotoran dengan segera dan secara total. Pencapaian “tanpa kesakitan” dan “tanpa kenikmatan” artinya bahwa bathin tidak menerima dan pikiran tidak menolak. Ini disebut mencapai “tanpa kesakitan” dan “tanpa kenikmatan”.

Apakah karakteristik utama, fungsi, manifestasi dan penyebab langsung dari pencapaian “tanpa kesakitan” dan “tanpa kenikmatan”?

Pertengahan adalah karakteristik utamanya. Berdiam di posisi tengah adalah fungsinya. Melepaskan adalah manifestasinya. Pelenyapan kegembiraan adalah penyebab langsungnya.

Apakah kesucian keseimbangan-perhatian? Netralitas disebut keseimbangan. “Perhatian” disebut mengamati, mengingat dan Perhatian Benar. Semua ini disebut “perhatian”. Perhatian yang dimurnikan dan disucikan oleh keseimbangan disebut “kesucian keseimbangan-perhatian”.

T. Bagaimanakah perhatian dibersihkan dan disucikan oleh keseimbangan?  J. Di sini, ketenangan dan tidak-berbuat dipenuhi, karena dilepaskannya semua kekotoran dan karena kemiripan dan kedekatan dengan pencapaian itu. Tidak-berbuat ini berhubungan dengan keseimbangan. Oleh karena itu, perhatian mencapai ketenangan dan memenuhi keadaan tanpa-perasaan. Oleh karena itu, perhatian ini adalah keseimbangan dan mencapai kejernihan dan kemurnian.

“Keempat”: ini berarti bahwa karena ketiga, maka keempat dipenuhi. “Mencapai meditasi”: ini merujuk pada keseimbangan-perhatian dn keterpusatan pikiran dari meditasi, jhāna keempat. Ini adalah arti dari “mencapai meditasi”. “Mencapai” dan “berdiam”: seseorang memisahkan diri dari satu faktor, memenuhi tiga faktor, tiga jenis kebaikan dan sepuluh karakteristik, dan berhubungan dengan dua puluh dua keunggulan. Demikianlah seseorang berdiam dalam pencapaian meditasi, jhāna keempat. Imbalan dari (meditasi) ini adalah kelahiran kembali di alam surga. Keunggulan dari hal ini menyebabkan kelahiran kembali di alam Buah Agung.  Hal ini telah dijelaskan secara lengkap sebelumnya. “Menetap di alam surga”: ini adalah menetap dengan cara yang melampaui manusia. Ini adalah menetap dalam kebahagiaan keseimbangan. Ini disebut menetap di alam surga.
Title: Re: 40 objek meditasi
Post by: Indra on 11 February 2012, 06:54:35 PM
Perumpamaan kain putih

Oleh karena itu Sang Buddha berkata kepada para bhikkhu: “Bagaikan seseorang yang duduk dan menutupi tubuhnya dengan kain putih dari kepala hingga kakinya, sedemikian sehingga tidak ada bagian tubuhnya yang tidak tertutupi, demikian pula seorang bhikkhu menutupi tubuh dan bagian-bagian tubuhnya dengan perhatian murni, sedemikian sehingga tidak ada bagian tubuhnya yang tidak tertutupi oleh perhatian murni”.  Si yogi bagaikan seseorang yang menutupi dirinya dengan kain putih. Terbebas dari semua kekotoran halus, ia berdiam dalam meditasi, jhāna keempat. Demikianlah, agar dimengerti. Bagaikan seseorang yang menutupi dirinya dengan kain putih dari kepala hingga kaki dan terlindung dari panas dan dingin, mengalami temperatur yang tetap dan tidak terganggu tubuh dan pikirannya, demikian pula si yogi yang memasuki meditasi, jhāna keempat tidak memgalami kesakitan maupun kenikmatan. Ini adalah kebahagiaan dari keseimbangan. Dengan ini ia memenuhi tubuhnya.

Berikut ini adalah keunggulan dari konsentrasi: seseorang terlahir kembali di alam Buah Agung. Seorang awam yang melatih meditasi, jhāna keempat, akan, setelah kematiannya, terlahir kembali di alam Buah Agung. Jika bathinnya tidak menyukai hasil usaha ini, ia akan terlahir kembali di alam Tanpa-kesadaran. Umur kehidupannya adalah lima puluh kappa.  Jika si yogi adalah seorang pertapa, ia akan terlahir kembali di alam Buah Agung, atau satu di antara lima Alam Murni . Demikianlah imbalan dari meditasi, jhāna ini.

T. Mengapa (meditasi, jhāna) rendah, menengah dan tinggi dan yang berperan pada keunggulan dari landasan-buah diajarkan dalam ketiga dan bukan dalam meditasi, jhāna keempat?

J. Ada perbedaan antara “kasar” dan “halus”, menurut hasilnya, dalam meditasi, jhāna ketiga. Oleh karena itu, keunggulan dari landasan-buah diajarkan melalui peran dalam keluhuran. Dalam meditasi, jhāna keempat, si yogi mencapai batas dari peran dalam keunggulan. Di luar ini, tidak ada peran keluhuran lainnya. Oleh karena itu, tidak ada peran keluhuran dari landasan-buah.

Alam ruang tanpa batas

Aku merenungkan cacat dari meditasi, jhāna keempat.

Sekarang, si yogi yang telah memperoleh kebahagiaan yang tidak terbatas dalam meditasi, jhāna keempat, ingin menikmati konsentrasi-ruang dan melampaui alam berbentuk. Ia merenungkan: “Konsentrasi berbentuk adalah kasar; konsentrasi-ruang adalah halus”. Yogi itu melihat cacat dari bentuk dan keunggulan dari konsentrasi-ruang. Apakah cacat dari bentuk? Ada banyak (cacat) seperti mengambil tongkat dan senjata, memukul, bertengkar, memfitnah, berbohong, melukai dan sejenisnya. Ada banyak penderitaan sakit mata dan sakit bagian tubuh lainnya, dingin dan panas, lapar dan haus. Ini adalah ujian berat dari bentuk indria.

Apakah cacat dari meditasi, jhāna keempat? Ketergantungan pada obyek berbentuk memiliki kepuasan sebagai musuh dekat. Ini disebut kasar. Seseorang yang melekat pada bentuk dan berbahagia di dalamnya tidak dapat berperan dalam keluhuran. Tetapi dengan bergantung pada ruang, seseorang dapat membebaskan dirinya dengan damai. Dalam konsentrasi ini, seseorang memenuhi kekasaran. Demikianlah si yogi melihat cacat dari meditasi, jhāna keempat, dalam bentuk. Keunggulan dari konsentrasi-ruang adalah mengatasi hal-hal ini.

Aku telah merenungkan kesulitan-kesulitan dari meditasi, jhāna keempat. Dan sekarang aku akan menunjukkan bagaimana memasuki konsentrasi alam ruang tanpa batas.

Si yogi setelah melihat bentuk dan cacat besar di sana dan keunggulan dari konsentrasi-ruang, keluar dari konsentrasi (bentuk) itu, melepaskan kasiṇa tanah, gambaran tanah dan melatih konsentrasi-ruang.

Ia harus berdiam di ruang dan menganggapnya sebagai obyek yang tidak terbatas. Jika ia berlatih dengan cara demikian, ia dengan cepat berhasil menghancurkan gambaran tanah dan pikirannya keluar dari gambaran tanah dan pergi melampaui gambaran tanah menuju ruang. Melalui pencapaian kemahiran dalam persepsi alam ruang tanpa batas ia mencapai meditasi kokoh, jhāna.

Yogi tersebut “dengan melewati secara total melampaui persepsi bentuk, dengan lenyapnya persepsi kontak, dengan terbebasnya dari perhatian terhadap keaneka-ragaman persepsi, dengan berpikir, “ruang adalah tidak terbatas”, memasuki dan berdiam di dalam alam ruang tanpa batas.

“Secara total” artinya tanpa sisa. “Dengan melewati melampaui persepsi bentuk”: apakah persepsi bentuk? Persepsi, penglihatan, kondisi mengamati sehubungan dengan seseorang yang berdiam dalam konsentrasi pada unsur-bentuk – ini disebut persepsi bentuk. “Melewati melampaui” artinya mengungguli hal ini. [421] “Dengan lenyapnya persepsi kontak”: Apakah persepsi sentuhan? Persepsi dari obyek terlihat, dari suara, dari bau-bauan, dari rasa kecapan, dan dari obyek sentuhan – semua ini disebut persepsi kontak. “Lenyapnya” artinya akhir dari berbagai jenis persepsi (kontak) ini. “Dengan terbebasnya dari perhatian terhadap keaneka-ragaman persepsi”: Apakah keaneka-ragaman persepsi? Persepsi, penglihatan, kondisi mengamati sehubungan dengan seseorang yang belum mencapai konsentrasi dan yang memiliki unsur pikiran dan unsur kesadaran – ini disebut keaneka-ragaman persepsi. “Terbebas dari perhatian terhadap keaneka-ragaman persepsi” artinya bahwa seseorang terbebas dari melayani keaneka-ragaman persepsi ini.

T. Mengapa hanya yang melampaui persepsi yang diajarkan dan bukan yang melampaui perasaan, bentuk dan kesadaran?

J. Jika seseorang melewati melampaui persepsi bentuk, ia melewati melampaui semua lainnya; dan jika seseorang belum terbebas dari persepsi bentuk, bathinnya tidak mampu melewati melampaui yang lain-lainnya. Karena itu Sang Buddha mengajarkan melewati melampaui persepsi bentuk dengan tujuan untuk memulai melampaui semua obyek-bentuk, karena semua (bentuk) konsentrasi bergantung pada persepsi.

T. Jika hal tersebut tidak terjadi (yaitu, jika ia tidak melampaui persepsi bentuk) apakah ada atau tidak ada persepsi kontak dan keaneka-ragaman persepsi?

J. Ada persepsi kontak dan keaneka-ragaman persepsi dalam konsentrasi-bentuk, karena hal-hal ini dilenyapkan (belakangan).

T. Mengapa ia tidak maju lebih jauh ke konsentrasi tersebut?

J. Ia tidak menyukai bentuk, oleh karena itu, ia tidak melenyapkan (persepsi-persepsi ini) dalam (konsentrasi) tersebut. Ini sesuai dengan Ajaran Buddha yang mengatakan bahwa, karena tidak melenyapkan (persepsi-persepsi kontak) ini dalam (konsentrasi bentuk) itu, suara adalah duri bagi seseorang yang memasuki meditasi, jhāna pertama . Demikianlah dengan tidak menyukai bentuk, ia maju lebih jauh. Ia menghancurkannya di sini. Oleh karena itu, ia mencapai ketenangan pencapaian tanpa bentuk dan kedamaian kebebasan. Âëāra Kālāma dan Uddaka Rāmaputta ketika memasuki pencapaian tanpa bentuk ini, tidak melihat maupun mendengar lima ratus kereta yang berlalu-lalang.  Oleh karena itu, hal ini diajarkan sebagai penghancuran alam-alam (indria); dan demikianlah, melampaui semua persepsi bentuk diajarkan sebagai penghancuran kondisi-kondisi bentuk dan persepsi kontak. “Dengan terbebasnya dari perhatian terhadap keaneka-ragaman persepsi” artinya penghancuran kondisi-kondisi indria. Selanjutnya, melampaui semua persepsi bentuk diajarkan sebagai pencapaian alam tanpa bentuk. Lenyapnya persepsi kontak diajarkan sebagai penghancuran gangguan luar dari konsentrasi (tanpa bentuk) dan pemurnian ketenangan. “Bebas dari perhatian terhadap keaneka-ragaman persepsi” diajarkan sebagai penghancuran gangguan dalam dari konsentrasi tersebut dan pemurnian kedamaian kebebasan.

T. “Alam ruang tanpa batas”: Apakah ruang?

J. Yaitu, alam ruang, unsur ruang dan kehampaan .  Yaitu yang tidak tersentuh oleh empat utama – ini disebut kehampaan. Ketika seseorang menenangkan pikiraannya dengan menggunakan persepsi ruang tanpa batas, ini dikatakan ia berpikir, “ruang adalah tidak terbatas”. Ruang tanpa batas artinya memasuki ruang yang tidak terbatas. Pikiran dan kelompok-kelompok bathin yang memasuki ruang disebut “alam ruang”. Apakah “alam ruang”? ketidak-terbatasan adalah sifat dari ruang. Sifat tidak terbatas ini adalah “alam ruang”. Ini diajarkan sebagai arti dari ruang. Seperti halnya berdiam di alam surga disebut surga, demikian pula (berdiam dalam) konsentrasi alam ruang disebut “alam ruang”. “Memasuki dan berdiam dalam alam ruang tanpa batas” artinya bahwa ia mencapai konsentrasi alam ruang tanpa batas, melewati melampaui semua obyek bentuk, memenuhi tiga faktor, tiga jenis kebaikan dan sepuluh karakteristik, berhubungan dengan dua puluh dua keunggulan dan berdiam dengan damai dalam kenikmatan imbalan dari latihan konsentrasi. Dengan alasan dari kualitas-kualitas baik ini, ia akan terlahir kembali di alam ruang tanpa batas, sebagaimana telah diajarkan secara lengkap sebelumnya. “Dengan kualitas-kualitas baik ini ia akan terlahir kembali di (alam) ruang (tanpa batas)” artinya bahwa ia yang mempraktikkan konsentrasi alam ruang akan, setelah kematiannya, terlahir kembali di alam ruang tanpa batas. Umur kehidupannya adalah dua ribu kappa.

Konsentrasi alam kesadaran tanpa batas

Aku merenungkan cacat dari konsentrasi alam ruang tanpa batas.

Sekarang, yogi itu setelah mencapai kemahiran dalam praktik (konsentrasi) alam ruang tanpa batas ingin membangkitkan konsentrasi kasiṇa kesadaran tanpa batas dan melampaui kasiṇa ruang tanpa batas. Merenungkan bahwa konsentrasi (alam) ruang sebagai kasar, ia melihat kehalusan (konsentrasi) alam kesadaran tanpa batas.

Selanjutnya, ia melihat cacat dari alam ruang tanpa batas dan keunggulan dari alam kesadaran tanpa batas. Apakah cacat dari alam ruang tanpa batas? Konsentrasi ini memiliki bentuk sebagai musuh dekat. Obyek konsentrasi alam ruang tanpa batas adalah kasar, dan persepsi kontak dan keaneka-ragaman persepsi belum terpecah. Di sini, karena kemelekatan, si yogi tidak mampu berperan dalam keluhuran. Demikianlah ia melihat cacat dari konsentrasi alam ruang tanpa batas. Keunggulan dari kasiṇa kesadaran adalah mengatasi cacat-cacat ini.

Aku akan menjelaskan kesadaran tanpa batas

Yogi itu, setelah melihat kesulitan besar dalam konsentrasi alam ruang tanpa batas dan keunggulan dari alam kesadaran tanpa batas, harus merenungkan alam (kesadaran tanpa batas) sebagai ketenangan, dan dengan kokoh memperhatikan munculnya kesadaran yang bergerak menyebar melalui ruang dengan pikiran, “kesadaran adalah tidak terbatas”. Demikianlah pikirannya berada dalam persepsi alam kesadaran tanpa batas. Demikianlah ia bermeditasi dan dalam waktu tidak lama pikiran akan keluar dari persepsi ruang tanpa batas, dan memasuki alam kesadaran tanpa batas. Dalam persepsi alam kesadaran tanpa batas, pikiran mencapai meditasi kokoh, jhāna. Demikianlah “melewati secara total melampaui alam ruang tanpa batas, yogi itu, berpikir, ‘kesadaran adalah tanpa batas’. Memasuki, dan berdiam di dalam alam kesadaran tanpa batas”. “Secara total” artinya tanpa sisa. “Melewati melampaui alam ruang tanpa batas” artinya mengungguli alam ruang tanpa batas. “Melewati melampaui” artinya dengan benar mengungguli. Ini disebut “melewati melampaui alam ruang tanpa batas”. “Ruang tanpa batas”: “Ia memperhatikan kesadaran itu yang dengannya ruang terisi”.

T. Antara bentuk dan tanpa bentuk, manakah yang tanpa batas?

J. Hanya tanpa bentuk yang tanpa batas, karena tidak ada batasan pada tanpa-bentuk, dan karena tidak dapat dipegang. Dan selanjutnya, ruang adalah tanpa batasan. Oleh karena itu, disebut tanpa batas. Kata “tanpa batas” (ananta) artinya tanpa batas (ananta). Demikianlah penggunaan kata “tanpa batas”. Demikian pula dengan kata kesadaran.

“Berdiam di dalam alam” artinya berdiam di dalam alam kesadaran tanpa batas. Pikiran dan kelompok-kelompok bathin disebut alam kesadaran tanpa batas. Apakah “alam kesadaran tanpa batas”? Yaitu kesadaran yang tidak terbatas. Ini disebut “alam kesadaran tanpa batas”. Seperti halnya berdiam di alam surga disebut surga, demikian pula (berdiam dalam) konsentrasi kesadaran tanpa batas disebut “alam kesadaran tanpa batas”. “Memasuki dan berdiam dalam alam kesadaran tanpa batas” artinya bahwa ia melampaui obyek ruang dalam konsentrasi alam kesadaran tanpa batas. Ia memenuhi tiga faktor, tiga jenis kebaikan, sepuluh karakteristik dan berhubungan dengan dua puluh dua keunggulan, dan berdiam dengan damai dalam kenikmatan imbalan praktik-konsentrasi. Dengan alasan kualitas-kualitas baik ini, ia akan terlahir kembali di dalam alam kesadaran tanpa batas. Ini telah dijelaskan sebelumnya.

Demikianlah keunggulan dari praktik (konsentrasi) alam kesadaran tanpa batas. Seseorang yang mempraktikkan konsentrasi kesadaran tanpa batas akan, setelah kematiannya, terlahir kembali di alam kesadaran tanpa batas. Umur kehidupannya adalah empat ribu kappa.

Alam kekosongan

Aku merenungkan cacat dari alam kesadaran tanpa batas

Sekarang, yogi itu, setelah mencapai kemahiran dalam praktik konsentrasi alam kesadaran tanpa batas, ingin membangkitkan konsentrasi alam kekosongan, dan melampaui alam kesadaran tanpa batas.

Kemudian, ia merenungkan: “Konsentrasi alam kesadaran tanpa batas adalah kasar; konsentrasi alam kekosongan adalah halus”. Dan ia melihat cacat dari alam kesadaran tanpa batas dan keunggulan dari konsentrasi alam kekosongan. Apakah cacat dari konsentrasi alam kesadaran tanpa batas? Konsentrasi ini memiliki ruang sebagai musuh dekat. Obyek kesadaran adalah kasar. Di sini, yogi itu, karena kemelekatan, tidak mampu berperan dalam keluhuran melalui perenungan persepsi tidak terbatas. Keunggulan dari alam kekosongan adalah mengatasi cacat-cacat ini. Yogi itu, setelah melihat cacat dari alam kesadaran tanpa batas dan keunggulan dari alam kekosongan, keluar dari alam kesadaran tanpa batas dengan damai, tidak melanjutkan kesadaran itu lagi, tidak merenungkannya lagi dan menyingkirkan kesadaran tersebut. Melihat kebebasan dari alam kekosongan, ia ingin mencapainya, dan dengan merenungkan demikian ia segera keluar dari persepsi kesadaran. Karena persepsi alam kekosongan, ia mencapai meditasi kokoh, jhāna. Melewati secara total melampaui alam kesadaran tanpa batas, yogi itu berpikir, “Tidak ada apa-apa lagi”, memasuki dan berdiam di dalam alam kekosongan.

“Secara total” artinya tanpa sisa. “Melewati melampaui alam kesadaran tanpa batas” artinya dengan benar mengungguli kesadaran. Ini disebut “Melewati melampaui alam kesadaran tanpa batas” . “Kekosongan” artinya bahwa ia tidak mempraktikkan (konsentrasi kesadaran) lagi; tidak memperhatikannya lagi; keluar dari (alam) kesadaran, dan hanya melihat kekosongan. Demikianlah kekosongan dipahami. “Alam (kekosongan)”: Pikiran dan kelompok-kelompok bathin yang memasuki alam kekosongan disebut “alam kekosongan”. Apakah alam kekosongan? Yaitu yang tanpa ciri-ciri kesadaran dan hampa. Alam kekosongan dijelaskan sebagai “tidak memegang apa-apa”. “Memasuki alam” artinya “mencapai konsentrasi alam kekosongan”. ”Memasuki dan berdiam”: ia mencapai konsentrasi (alam) kekosongan, melewati melampaui obyek kesadaran, memenuhi tiga faktor, tiga jenis kebaikan, sepuluh karakteristik dan berhubungan dengan dua puluh dua keunggulan, dan berdiam dengan damai dalam kenikmatan imbalan konsentrasi. Dengan alasan kualitas-kualitas baik ini, ia terlahir kembali di alam kekosongan. Ini telah dijelaskan sebelumnya. Keunggulan dari seseorang yang terlahir kembali di alam kekosongan adalah sebagai berikut: ia yang mempraktikkan konsentrasi alam kekosongan akan terlahir kembali, setelah kematiannya, di alam kekosongan. Umur kehidupannya adalah enam ribu kappa.

Alam bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi

Aku merenungkan cacat dari alam kekosongan

Sekarang, si yogi setelah mencapai kemahiran dalam praktik konsentrasi alam kekosongan ingin membangkitkan konsentrasi bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi, dan melampaui alam kekosongan. Ia merenungkan: “Alam kekosongan adalah kasar; alam bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi adalah halus”. Dan selanjutnya, ia melihat cacat dari alam kekosongan dan keunggulan dari alam bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi. [422] Apakah cacat dari alam kekosongan? Yaitu, memiliki kesadaran sebagai musuh dekat. Ini disertai dengan persepsi kasar. Oleh karena itu, kasar. Karena kemelekatan terhadapnya, seseorang tidak berperan dalam keluhuran. Demikianlah ia melihat cacat dari alam kekosongan. Keunggulan dari alam bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi adalah mengatasi cacat-cacat ini. Dan kemudian, persepsi ini adalah penyakit, borok, duri. Tanpa-persepsi – ini benar, tenang dan agung. Demikianlah ia melihat alam bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi. Dan setelah melihat hal itu, yogi tersebut mempraktikkan konsentrasi lain dengan membangkitkan ketenangan dari kesunyian alam kekosongan. Dengan bermeditasi demikian, ia melewati persepsi alam kekosongan dalam waktu tidak lama, dan mencapai meditasi kokoh, jhāna di dalam alam bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi.

Aku akan menjelaskan alam bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi

“Melewati secara total melampaui alam kekosongan, yogi tersebut memasuki dan berdiam di dalam alam bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi”. “Secara total” artinya tanpa sisa. “Melewati melampaui alam kekosongan” artinya mengungguli alam kekosongan dan melampauinya, dengan benar. Ini disebut “melewati secara total melampaui alam kekosongan”. “Bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi”: Ia, mempraktikkan konsentrasi lain dengan membangkitkan ketenangan dari kesunyian alam kekosongan. Ini disebut alam bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi. “Alam bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi”: pikiran dan kelompok-kelompok bathin yang memasuki alam bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi disebut alam bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi. Apakah arti dari “alam bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi”? melalui pelenyapan persepsi kasar, ia memperoleh tanpa-persepsi. Karena adanya persepsi halus yang tersisa, ia memasuki alam bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi. Demikianlah “alam” dan “bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi” agar dimengerti. “Memasuki dan berdiam”: Ia mencapai konsentrasi alam bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi, melewati melampaui alam kekosongan, memenuhi tiga faktor, tiga jenis kebaikan dan sepuluh karakteristik, berhubungan dengan dua puluh dua keunggulan dan berdiam dalam kenikmatan imbalan praktik konsentrasi. Dengan alasan kualitas-kualitas baik ini, ia akan terlahir kembali di alam bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi. Ini telah dijelaskan sebelumnya. “Dengan alasan kualitas-kualitas baik ini, ia akan terlahir kembali di alam bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi” artinya bahwa ia yang mempraktikkan konsentrasi bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi akan terlahir kembali, setelah kematiannya, di alam bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi. Umur kehidupannya adalah delapan puluh empat ribu kappa.

T. Mengapa ini disebut “alam bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi”, dan bukan “alam kesadaran tanpa batas”?

J. Ia memisahkan dirinya dari kemelekatan terhadap ketidak-terbatasan dan membangkitkan persepsi halus. Oleh karena itu, ia tidak mencapai alam kesadaran tanpa batas.

T. Mengapa kekotoran-kekotoran tidak dihancurkan melalui konsentrasi ini?

J. Jika seseorang memisahkan dirinya dari persepsi kasar, ia tidak akan mampu melihat Sang Jalan. Dan juga, konsentrasi ini sangat halus. Sehingga ia tidak dapat melihat sifat dari bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi. Oleh karena itu ia tidak mampu menghancurkan kekotoran-kekotoran.
Title: Re: 40 objek meditasi
Post by: Indra on 11 February 2012, 06:57:28 PM
Berbagai Ajaran

Aku akan menjelaskan lebih jauh lagi tentang makna di atas

T. Apakah ajaran-ajaran lain dalam wilayah konsentrasi?

J. Penghentian suara; membalikkan; keluar; melampaui; pendahuluan; permulaan pikiran; perasaan; keragu-raguan. “Penghentian suara”: Dalam meditasi, jhāna pertama, kemampuan berbicara dihentikan. Ketika memasuki meditasi, jhāna keempat, si yogi berhenti bernafas.  Penghentian suara setahap demi setahap: ketika si yogi memasuki konsentrasi, ia mendengar suara-suara, tetapi ia tidak mampu berbicara karena kemampuan mendengar dan kemampuan berbicara tidak bersatu. Bagi orang yang memasuki konsentrasi bentuk, suara adalah mengganggu. Karena itu Sang Budha mengajarkan: “Bagi orang yang memasuki meditasi, jhāna, suara adalah duri” . “Membalikkan” : Seseorang, yang berkonsentrasi pada kasiṇa tanah mengembangkan persepsi tanah melalui persepsi bukan-tanah.

T. Kalau begitu, apakah ia tidak memenuhi “membalikkan”?

J. persepsi tanah harus dipahami sebagai persepsi itu. Ini berbeda dengan empat jenis persepsi membalikkan. Oleh karena itu, ini tidak memenuhi “membalikkan” . Keluar dari konsentrasi dikondisikan oleh lima penyebab, yaitu, sakit karena postur; banyak belenggu; keluar karena rintangan-rintangan; kemampuan yang tidak seimbang; dan kecenderungan.

Ketika seseorang memasuki konsentrasi tanpa-bentuk, ia tidak “keluar” karena “banyak belenggu”, karena ia berdiam dalam ketenangan. Jika ia memasuki pencapaian pelenyapan dan pencapaian buah . Ia dapat “keluar” melalui perbuatan sebelumnya  dan bukan melalui penyebab lainnya. “Melampaui”: Dalam melampaui ada dua jenis, yaitu, melampaui faktor-faktor  dan melampaui obyek . Melewati dari meditasi, jhāna berbentuk menuju meditasi, jhāna berbentuk, disebut “melampaui faktor-faktor”. Melewati dari meditasi, jhāna berbentuk, menuju konsentrasi tanpa bentuk, dan dari konsentrasi tanpa bentuk menuju konsentrasi tanpa bentuk disebut “melampaui obyek”. “Pendahuluan” adalah pendahuluan dari semua meditasi, jhāna. Ini terdiri dari lima faktor. “Permulaan pikiran”: Dalam meditasi, jhāna kedua, dan lainnya melalui tekanan terus-menerus, kondisi yang tanpa permulaan dan kelangsungan pikiran dipenuhi. “Perasaan”: Dalam meditasi, jhāna keempat, dan lainnya melalui tekanan terus-menerus, kondisi yang dengan keseimbangan muncul tanpa berlebihan. “Keragu-raguan”: Karena ini, seseorang tidak melenyapkan rintangan-rintangan dari keinginan-indria dan yang lainnya, dan berdiam dalam alam bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi. Ini disebut “bersisa”. Ini seperti, karena takut akan ular, seseorang memanjat pohon.

Ada empat jenis individu yang tidak dapat memasuki konsentrasi. Mereka, pasti akan, terlahir kembali di alam sengsara. Tanpa penyebab mereka melakukan lima perbuatan yang menjadi efektif segera . Mereka adalah yang berpandangan sesat.
Title: Re: 40 objek meditasi
Post by: Indra on 11 February 2012, 06:58:47 PM
Kasina Air

T. Apakah kasiṇa air? Bagaimanakah praktiknya? Apakah karakteristik utama, fungsi dan manifestasinya? Apakah manfaatnya? Bagaimanakah menangkap gambarannya?

J. Pikiran yang dibangkitkan dengan mengandalkan gambaran air – ini disebut kasiṇa air. Ke-diam-an pikiran yang tidak terganggu – ini disebut praktik. Terserap dalam kasiṇa air adalah karakteristik utamanya. Tidak-meninggalkan persepsi air adalah fungsinya. Pikiran yang tidak terpecah adalah penyebab langsungnya.

Ada lima jenis manfaat istimewa dari (mempraktikkan) kasiṇa air: seseorang mampu menyelam ke dalam tanah dan keluar lagi dengan mudah; mengguncangkan istana, gunung atau bumi; menurunkan hujan; menyebabkan air memancar dari tubuhnya dan membuat (air) tersebut seolah-olah adalah lautan. Manfaat lainnya sama dengan kasiṇa tanah. Seseorang yang mempraktikkan kasiṇa air, melihat air di mana-mana.

“Bagaimanakah menangkap gambarannya”? Orang yang menerima kasiṇa air menangkap gambaran di dalam air, yaitu, air alami atau yang dipersiapkan. Di sini, seorang yogi yang terlatih menangkap gambaran air di tempat-tempat yang tidak ada air atau ketika melihat air di berbagai tempat, yaitu, di sumur, kendi, kolam, rawa, sungai, danau atau teluk. Demikianlah ia dapat melihat (gambaran) di manapun yang ia sukai, dan dapat memunculkan gambaran bathin air. Ia tidak seperti seorang yogi baru. Seorang yogi baru harus menangkap gambaran di suatu tempat yang dipersiapkan. Ia tidak mampu mempraktikkan kasiṇa air dengan terampil di tempat yang tidak dipersiapkan. Demikianlah, yogi itu, pertama-tama, harus mencari tempat yang tenang, di dalam vihara atau di gua batu, atau di bawah pohon, yang tidak terlalu gelap dan di mana matahari tidak menyengat. Tempat tersebut harus tidak berdebu atau berangin dan tidak ada nyamuk, serangga atau gangguan lainnya. Di tempat tersebut, ia menguburkan sebuah mangkuk atau kendi air di dalam tanah yang bersih dengan bibir mangkuk tersebut rata dengan tanah. Kelilingnya adalah dua meter. Mangkuk itu harus di isi dengan air hujan dan tidak berwarna. Mangkuk atau kendi harus penuh hingga ke bibirnya. Di sini, ia harus berdiam dalam persepsi air, dan menangkap gambaran melalui tiga cara: melalui tatapan, keterampilan dan pelenyapan gangguan. Selanjutnya, sama seperti penjelasan atas kasiṇa tanah yang telah dijelaskan sebelumnya dan alam bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi.

Kasina Api

T. Apakah kasiṇa api? Bagaimanakah praktiknya? Apakah karakteristik utama, fungsi dan penyebab langsungnya? Apakah manfaatnya? Bagaimanakah menangkap gambarannya?

J. Pikiran yang dibangkitkan dengan mengandalkan gambaran api – ini disebut kasiṇa api. Ke-diam-an pikiran yang tidak terganggu – ini disebut praktik. Terserap dalam kasiṇa api adalah karakteristik utamanya. Tidak-meninggalkan persepsi api adalah fungsinya. Pikiran yang tidak terpecah adalah penyebab langsungnya.

“Apakah manfaatnya”? Ada lima manfaat istimewa. Ini akan diperlihatkan dalam kasiṇa api. Seseorang mampu menciptakan asap dan api, mampu melihat benda-benda dengan menciptakan terang, mampu menghancurkan cahaya dari bentuk-bentuk lain. Manfaat (lainnya) dari kasiṇa sama dengan kasiṇa tanah. dengan mempraktikkan kasiṇa api, seseorang mampu melihat api di mana-mana.

“Bagaimanakah menangkap gambarannya”?: Orang  yang menerima gambaran api, menangkap gambaran dalam api, yaitu dalam api alami atau yang dipersiapkan. Di sini, seorang yogi yang terlatih menangkap gambaran alami. (Ia menangkap gambaran) saat melihat api apapun, seperti, api-rumput, api-kayu, api-hutan atau rumah yang terbakar. Ia mengembangkan api alami atau api yang dipersiapkan sesuai keinginannya dan melihat gambaran yang sesuai. Demikianlah gambaran bathin muncul dalam dirinya. Seorang yogi baru agak berbeda. Ia hanya mampu menangkap gambaran di tempat yang dipersiapkan dan tidak di tempat yang tidak dipersiapkan. Ia mengikuti apa yang diperlukan dalam mempraktikkan kasiṇa api. Seorang yogi baru pertama-tama, harus mengumpulkan kayu bakar, menumpuknya di tempat yang bersih dan membakarnya. Ia membakarnya dari bawah, kira-kira pada waktu matahari terbit atau terbenam. Ia tidak memikirkan asap atau kobaran yang muncul. Ia memusatkan pikirannya ke arah gambaran api dengan mengarahkannya ke tengah-tengah kobaran tebal dan menangkap gambaran melalui tiga cara: melalui tatapan, keterampilan [423] dan pelenyapan gangguan. Selanjutnya, sama seperti penjelasan yang telah dijelaskan sebelumnya.

Kasina Angin

T. Apakah kasiṇa angin? Bagaimanakah praktiknya? Apakah karakteristik utama, fungsi dan penyebab langsungnya? Apakah manfaatnya? Bagaimanakah menangkap gambarannya?

J. Pikiran yang dibangkitkan dengan mengandalkan gambaran angin – ini disebut kasiṇa angin. Latihan dan ke-diam-an pikiran yang tidak terganggu – ini disebut praktik. Mengarahkan pikiran ke dalam gambaran angin adalah karakteristik utamanya. Tidak-meninggalkan persepsi angin adalah fungsinya. Pikiran yang tidak terpecah adalah penyebab langsungnya.

“Apakah manfaatnya”? Ada tiga manfaat istimewa dalam kasiṇa angin. Seseorang mampu bepergian dengan kecepatan angin, mampu memunculkan angin dan menciptakan kesejukan. Manfaat lainnya sama dengan kasiṇa tanah. Seseorang mengikuti apa yang diperlukan dalam mempraktikkan kasiṇa.

“Bagaimanakah menangkap gambarannya?” : seorang yogi baru menangkap kasiṇa angin melalui dua cara: melalui penglihatan dan sentuhan. Bagaimanakah ia menangkap gambaran melalui penglihatan? Yogi itu, melihat ladang kentang, hutan bambu atau padang rumput yang bergerak karena tertiup angin, merenungkan persepsi angin. Ia menangkap gambaran melalui tiga cara: melalui tatapan, keterampilan dan pelenyapan gangguan. Demikianlah ia mengangkap gambaran melalui penglihatan. Bagaimanakah ia menangkap gambaran melalui sentuhan? Di suatu tempat yang tenang, seorang yogi baru membuat lubang di dinding, kemudian menyelipkan sebatang pipa dari bambu atau buluh di lubang di dinding itu dan duduk di dekatnya, merasakan angin yang datang melewati pipa itu menyentuh tubuhnya. Demikianlah ia menangkap gambaran angin melalui sentuhan.

Seorang yogi terlatih mampu menangkap gambaran kapanpun angin menyentuh tubuhnya apakah sedang duduk, berjalan, berdiri atau berbaring. Demikianlah gambaran-bathin angin muncul dalam dirinya. Tidak seperti si yogi baru.

Kasina biru-kehijauan

T. Apakah kasiṇa biru-kehijauan? Bagaimanakah praktiknya? Apakah karakteristik utama, fungsi dan penyebab langsungnya? Apakah manfaatnya? Bagaimanakah menangkap gambarannya?

J. Pikiran yang dibangkitkan dengan mengandalkan kasiṇa biru-kehijauan – ini disebut kasiṇa biru-kehijauan. Latihan dan ke-diam-an pikiran yang tidak terganggu – ini disebut praktik. Mengarahkan pikiran ke dalam gambaran biru-kehijauan adalah karakteristik utamanya. Tidak-meninggalkan persepsi biru-kehijauan adalah fungsinya. Pikiran yang tidak terpecah adalah penyebab langsungnya.

“Apakah manfaatnya”? Ada lima manfaat. Dalam kasiṇa biru-kehijauan, seseorang mencapai  kebebasan keindahan. Ia mencapai posisi kemahiran dari biru  yang seperti bunga biru. Ia dapat mengubah semua benda menjadi biru. Ia melihat warna biru di mana-mana melalui praktik kasiṇa biru .

“Bagaimanakah menangkap gambarannya?”: Si yogi menangkap gambaran dalam tempat yang dipersiapkan atau tempat alami. Yogi itu melihat (gambaran) dalam bunga biru, kain biru atau benda-benda biru di manapun. Ia selalu melihatnya di depannya, dalam kenikmatan atau kesakitan, dan demikianlah gambaran-bathin dari gambaran hijau-kebiruan. Seorang yogi baru agak berbeda. Ia menangkap gambaran di tempat yang dipersiapkan. Ia tidak mampu menangkapnya di tempat yang tidak dipersiapkan. Ia mengikuti apa yang diperlukan dalam mempraktikkan kasiṇa hijau kebiruan. Yogi ini membuat maṇḍala di atas kain, papan atau dinding yang berwarna bunga Asita , yang berbentuk segi tiga atau segi empat. Ia membingkai sisinya dengan warna lain. Demikianlah ia mempersiapkan gambaran hijau-kebiruan. Ia menangkap gambaran melalui tiga cara: tatapan, keterampilan dan pelenyapan gangguan. Selanjutnya, sama seperti penjelasan yang telah dijelaskan sebelumnya.

Kasina Kuning

T. Apakah kasiṇa kuning? Bagaimanakah praktiknya? Apakah karakteristik utama, fungsi dan penyebab langsungnya? Apakah manfaatnya? Bagaimanakah menangkap gambarannya?

J. Pikiran yang dibangkitkan dengan mengandalkan gambaran kuning – ini disebut kasiṇa kuning. Latihan dan ke-diam-an pikiran yang tidak terganggu – ini disebut praktik. Mengarahkan pikiran ke dalam gambaran kuning adalah karakteristik utamanya. Tidak-meninggalkan persepsi kuning adalah fungsinya. Pikiran yang tidak terpecah adalah penyebab langsungnya.

“Apakah manfaatnya”? Ada lima manfaat. Seseorang mampu mencapai kebebasan keindahan. Ia mencapai posisi kemahiran dari kuning. Ia merenungkan berbagai warna kuning sama dengan warna bunga Kaṇikāra . Dengan melatih kasiṇa kuning ia melihat warna kuning di mana-mana.

“Bagaimanakah menangkap gambarannya?”: Orang yang melatih kasiṇa kuning menangkap gambaran kuning di tempat yang dipersiapkan atau tempat alami. (Yogi yang terlatih) menangkap gambaran di tempat yang tidak dipersiapkan. Yogi itu melihat warna kuning dari bunga kuning atau kain kuning di manapun. Ia selalu melihatnya, dalam kenikmatan atau dalam kesakitan. Demikianlah gambaran-bathin kuning muncul dalam dirinya. Seorang yogi baru agak berbeda. Yogi baru menangkap gambaran di tempat yang dipersiapkan, dan tidak mampu menangkapnya di tempat yang tidak dipersiapkan. Ia mengikuti apa yang diperlukan dalam mempraktikkan kasiṇa kuning. Yogi ini membuat maṇḍala berwarna kuning seperti kuningnya bunga kaṇikāra, di atas kain, papan atau dinding, yang berbentuk segi tiga atau segi empat. Ia membingkai sisinya dengan warna lain. Demikianlah ia mempersiapkan gambaran kuning. Ia menangkap gambaran melalui tiga cara: tatapan, keterampilan dan pelenyapan gangguan. Selanjutnya, sama seperti penjelasan yang telah dijelaskan sebelumnya.

Kasina Merah

T. Apakah kasiṇa merah? Bagaimanakah praktiknya? Apakah karakteristik utama, fungsi dan penyebab langsungnya? Apakah manfaatnya? Bagaimanakah menangkap gambarannya?

J. Pikiran yang dibangkitkan dengan mengandalkan gambaran merah – ini disebut kasiṇa merah. Latihan dan ke-diam-an pikiran yang tidak terganggu – ini disebut praktik. Mengarahkan pikiran ke dalam gambaran merah adalah karakteristik utamanya. Tidak-meninggalkan persepsi merah adalah fungsinya. Pikiran yang tidak terpecah adalah penyebab langsungnya.

“Apakah manfaatnya?”: Ada empat manfaat istimewa. Seseorang mampu mencapai kebebasan keindahan dalam kasiṇa merah. Ia mencapai posisi kemahiran dari merah . Ia mampu mengubah benda-benda menjadi berwarna merah. Manfaat-manfaat lainnya sama dengan yang dijelaskan dalam kasiṇa tanah. Ia yang melatih kasiṇa merah melihat warna merah meliputi segala sesuatu.

“Bagaimanakah menangkap gambarannya?”: Orang yang melatih kasiṇa merah menangkap gambaran merah di tempat yang dipersiapkan atau tempat alami. Yogi yang terlatih menangkap gambaran di tempat yang alami, seperti, melihat bunga merah atau kain merah di manapun. Ia selalu melihatnya, dalam kenikmatan atau dalam kesakitan. Demikianlah gambaran-bathin merah muncul dalam dirinya. Seorang yogi baru agak berbeda. Yogi baru menangkap gambaran di tempat yang dipersiapkan, dan tidak mampu menangkapnya di tempat yang tidak dipersiapkan. Ia mengikuti apa yang diperlukan dalam mempraktikkan kasiṇa merah. Yogi ini membuat warna merah yang menyerupai merhanya bunga Bandhujīvaka di atas kain, papan atau dinding, yang berbentuk segi tiga atau segi empat. Atau, ia membuat maṇḍala dari bunga merah. Ia membingkai sisinya dengan warna lain. Demikianlah ia mempersiapkan gambaran merah. Ia menangkap gambaran melalui tiga cara: tatapan, keterampilan dan pelenyapan gangguan. Selanjutnya, sama seperti penjelasan yang telah dijelaskan sebelumnya.

Kasina Putih

T. Apakah kasiṇa putih? Bagaimanakah praktiknya? Apakah karakteristik utama, fungsi dan penyebab langsungnya? Apakah manfaatnya? Bagaimanakah menangkap gambarannya?

J. Pikiran yang dibangkitkan dengan mengandalkan gambaran putih – ini disebut kasiṇa putih. Latihan dan ke-diam-an pikiran yang tidak terganggu – ini disebut praktik. Mengarahkan pikiran ke dalam gambaran putih adalah karakteristik utamanya. Tidak-meninggalkan persepsi putih adalah fungsinya. Pikiran yang tidak terpecah adalah penyebab langsungnya.

“Apakah manfaatnya?”: Ada delapan manfaat istimewa. Seseorang mampu mencapai kebebasan keindahan, dan posisi kemahiran dari putih . Ia mengatasi kekakuan dan ketumpulan, menghalau kegelapan, menciptakan terang dan membangkitkan mata-dewa melalui kasiṇa putih. Manfaat-manfaat lainnya sama dengan yang dijelaskan dalam kasiṇa tanah. Ia yang melatih kasiṇa putih melihat warna putih meliputi segala sesuatu.

“Bagaimanakah menangkap gambarannya?”: Orang yang melatih kasiṇa putih menangkap gambaran putih di tempat yang dipersiapkan atau tempat alami. Yogi yang terlatih menangkap gambaran di tempat yang alami. Ia melihat gambaran di berbagai tempat – di bunga putih, cahaya bulan, cahaya matahari, cahaya bintang atau cermin bundar. Bermula dari sini, ia selalu melihat gambaran di depannya, dalam kenikmatan dan dalam kesakitan. Demikianlah gambaran-bathin putih muncul dalam dirinya. Seorang yogi baru agak berbeda. Yogi baru menangkap gambaran di tempat yang dipersiapkan. Ia tidak mampu menangkapnya di tempat yang tidak dipersiapkan. Ia mengikuti apa yang diperlukan dalam mempraktikkan kasiṇa putih. Yogi ini membuat maṇḍala di atas kain, papan atau dinding, yang berbentuk segi tiga atau segi empat, dengan warna yang menyerupai warna bintang pagi. Ia membingkai sisinya dengan warna lain. Demikianlah ia mempersiapkan gambaran putih. Ia menangkap gambaran melalui tiga cara: tatapan, keterampilan dan pelenyapan gangguan. (Selanjutnya) sama seperti penjelasan yang telah dijelaskan sebelumnya.

Kasina Cahaya

[424] T. Apakah kasiṇa cahaya? Bagaimanakah praktiknya? Apakah karakteristik utama, fungsi dan penyebab langsungnya? Apakah manfaatnya? Bagaimanakah menangkap gambarannya?

J. Pikiran yang dibangkitkan dengan mengandalkan gambaran cahaya – ini disebut kasiṇa cahaya. Latihan dan ke-diam-an pikiran yang tidak terganggu – ini disebut praktik. Mengarahkan pikiran ke dalam gambaran cahaya adalah karakteristik utamanya. Tidak-meninggalkan persepsi cahaya adalah fungsinya. Pikiran yang tidak terpecah adalah penyebab langsungnya.

“Apakah manfaatnya?”: Manfaatnya sama dengan manfaat dari kasiṇa putih. Ia yang melatih kasiṇa cahaya melihat cahaya di mana-mana.

“Bagaimanakah menangkap gambarannya?”: Orang yang melatih kasiṇa cahaya menangkap gambaran cahaya di tempat yang dipersiapkan atau tempat alami. Yogi yang terlatih menangkap gambaran di tempat yang alami. Ia melihat gambaran di berbagai tempat – di cahaya bulan, cahaya matahari, cahaya bintang, cahaya lampu atau di cahaya permata. Bermula dari sini, ia selalu melihat (gambaran) dalam kenikmatan dan dalam kesakitan. Demikianlah gambaran-bathin cahaya muncul dalam dirinya. Seorang yogi baru agak berbeda. Yogi baru menangkap gambaran di tempat yang dipersiapkan, dan tidak mampu menangkapnya di tempat yang tidak dipersiapkan. Ia mengikuti apa yang diperlukan dalam mempraktikkan kasiṇa cahaya. Yogi ini memilih dinding yang menghadap ke timur atau barat. Ia mengisi mangkuknya dengan air dan meletakkannya di tempat yang terkena cahaya matahari di dekat sana. Air ini menghasilkan maṇḍala cahaya. Dari maṇḍala ini, cahaya memancar dan terpantul di dinding. Di sini, ia melihat gambaran cahaya. Ia menangkap gambaran melalui tiga cara: tatapan, keterampilan dan pelenyapan gangguan. (Selanjutnya) sama seperti penjelasan yang telah dijelaskan sebelumnya.

 
Title: Re: 40 objek meditasi
Post by: Indra on 11 February 2012, 07:33:15 PM
BAGIAN TIGA

Kasina Ruang (terpisah)

Apakah kasiṇa ruang (terpisah)? Bagaimanakah praktiknya? Apakah karakteristik utama, fungsi dan penyebab langsungnya? Apakah manfaatnya? Bagaimanakah menangkap gambarannya?

J. Dalam kasiṇa ruang, ada dua jenis: Yang pertama adalah ruang yang terpisah dari bentuk; yang kedua adalah ruang yang tidak terpisah dari bentuk. Gambaran dari kasiṇa ruang adalah ruang yang terpisah dari bentuk; gambaran ruang yang ditangkap di ruang terbuka adalah ruang yang tidak terpisah dari bentuk. Latihan dan ke-diam-an pikiran yang tidak terganggu – ini disebut praktiknya. Mengarahkan pikiran ke arah persepsi ruang adalah fungsinya. Pikiran yang tidak terpecah adalah penyebab langsungnya.

“Apakah manfaatnya?”: Ada dua manfaat utama, sebagai berikut: Seseorang mampu melewati halangan seperti dinding, gunung dan sejenisnya.  Aktivitas jasmaninya tidak terhalangi, dan ia menjadi tidak merasa takut.

“Bagaimanakah menangkap gambarannya?”: Orang yang mempraktikkan kasiṇa ruang, menangkap gambaran dalam ruang yang alami ataupun yang dipersiapkan. Yogi yang terlatih menangkap gambaran di tempat alami. Ia melihat gambaran di berbagai tempat – di beberapa  celah (di sebuah dinding), di ruang dalam jendela yang terbuka, di celah antara dahan-dahan pohon. Dimulai dengan ini, ia senantiasa melihatnya, dalam kesenangan maupun kesakitan. Demikianlah gambaran bathin dari gambaran ruang muncul dalam dirinya. Yogi baru agak berbeda. Yogi baru menangkap gambaran di tempat yang dipersiapkan dan bukan di tempat yang tidak dipersiapkan. Yogi ini pergi ke tempat yang tenang di luar yang tidak ada halangan. Ia membuat celah bundar (di dinding) dan menangkap gambaran ruang, melalui tiga cara: melalui tatapan, keterampilan dan pelenyapan gangguan. Dalam kasiṇa ruang ini, meditasi, jhāna keempat dan kelima dihasilkan. Selanjutnya sama seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

Kasina Kesadaran

T. Apakah kasiṇa kesadaran?

J. Yaitu konsentrasi dari alam kesadaran tanpa batas. Ini disebut kasiṇa kesadaran. Selanjutnya sama seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

Sepuluh kasiṇa selesai

Berbagai Ajaran

T. Apakah berbagai ajaran sehubungan dengan kasiṇa-kasiṇa ini?

J. Jika seseorang mencapai kemahiran dalam satu gambaran, semua gambaran lainnya akan mengikuti. Jika seseorang mencapai kemahiran dalam meditasi, jhāna pertama, melalui satu kasiṇa, maka ia akan mampu mencapai kemahiran melalui kasiṇa lainnya juga dan mampu memunculkan meditasi, jhāna kedua. Demikian pula, jika seseorang mencapai kemahiran dalam meditasi, jhāna kedua, ia akan mampu memunculkan meditasi, jhāna ketiga. Jika seseorang mencapai kemahiran dalam meditasi, jhāna ketiga, ia akan mampu memunculkan meditasi, jhāna keempat.

T. Apakah yang terbaik dari semua kasiṇa?

J. empat kasiṇa warna adalah yang terbaik, karena melaluinya, seseorang dapat mencapai pembebasan  dan mencapai kemahiran. Kasiṇa putih sangat baik, karena menerangi dan karena melaluinya keadaan pikiran yang tanpa rintangan tercapai.

Di sini (si yogi) menghasilkan delapan pencapaian pada delapan kasiṇa, dalam enam belas cara, dengan damai. (1) Ia menetap di manapun yang ia sukai dan (2) mempraktikkan konsentrasi yang ia sukai, (3) kapanpun ia suka, (4) tanpa rintangan, (5) dalam urutan maju  dan (6) dalam urutan mundur , (7) dalam urutan maju dan urutan mundur , (8 ) dengan mengembangkan secara terpisah  (9) dengan mengembangkan bersama-sama (10) dengan melompati bagian pertengahan ,  (11) dengan membatasi faktor , (12) dengan membatasi obyek, (13) dengan membatasi faktor dan obyek, (14) dengan mengikat  faktor, (15) dengan mengikat obyek, (16) dengan mengikat faktor dan obyek.

(1) “Ia menetap dimanapun yang ia sukai”: Ia menetap di desa atau hutan – dimanapun yang ia sukai – dan memasuki konsentrasi. (2) “Mempraktikkan konsentrasi yang ia sukai”: Ia menghasilkan konsentrasi yang ia inginkan. (3) “Kapanpun”: Ia memasuki konsentrasi pada waktu yang ia sukai. (4) (”Tanpa rintangan”): Ia mampu mempertahankan kekokohan (konsentrasi) setiap saat. (5) “dalam urutan maju”: Ia memasuki meditasi, jhāna pertama, dan berturut-turut naik hingga alam bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi. (6) “Dalam urutan mundur”: Mulai dari alam bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi, ia turun setingkat demi setingkat hingga meditasi, jhāna pertama. (7) “Dalam urutan maju dan urutan mundur”: Ia melampaui dalam urutan maju dan urutan mundur. Ia memasuki meditasi, jhāna ketiga dari meditasi, jhāna pertama. Dari meditasi, jhāna ketiga, ia memasuki meditasi, jhāna kedua dan dari kedua, ia memasuki keempat . Demikianlah ia memasuki konsentrasi alam bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi. (8 ) “Dengan mengembangkan secara terpisah”: Setelah perlahan-lahan memasuki meditasi, jhāna keempat, ia naik atau turun. (9) “Dengan mengembangkan bersama-sama”: Ia memasuki meditasi, jhāna keempat. Dari sana ia memasuki ruang, dan kemudian memasuki meditasi, jhāna ketiga. Demikianlah ia memasuki konsentrasi dalam dua cara. (10) “Dengan melompati bagian pertengahan”: Ia memasuki meditasi, jhāna pertama. Dari sini ia memasuki alam bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi. Dari sini ia memasuki meditasi, jhāna kedua, dan dari sana ia mencapai alam kekosongan. Demikianlah ia berdiam dalam pencapaian itu, dan memahami alam ruang tanpa batas. (11) “Dengan membatasi faktor”: Ia memasuki konsentrasi dari satu meditasi, jhāna pada delapan kasiṇa. (12) “Dengan membatasi obyek”: Ia memasuki delapan jenis konsentrasi pada tiga kasiṇa. (13) “Dengan membatasi faktor dan obyek”: Dua meditasi, jhāna dan satu kasiṇa. (14) “Mengikat faktor”: pada tiga kasiṇa, ia memasuki dua meditasi, jhāna. (15) “Dengan mengikat obyek”: Ia memasuki dua meditasi, jhāna pada dua kasiṇa. (16) “Dengan mengikat faktor dan obyek”: Ini terdiri dari dua kalimat (sebelumnya).


Sepuluh persepsi pembusukan

(1) Persepsi pembengkakan

T. Apakah persepsi pembengkakan? Bagaimanakah praktiknya? Apakah karakteristik utama, fungsi dan penyebab langsungnya? Apakah manfaatnya? Bagaimanakah menangkap gambarannya?

J. “Persepsi pembengkakan”: keadaan bengkak seluruh tubuh seperti mayat busuk yang dibuang, yang kulitnya menggembung – ini disebut “pembengkakan” . Memandang pembengkakan dengan pengetahuan benar – ini disebut “persepsi”. Latihan dan kediaman yang tidak terganggu dari pikiran dalam persepsi tersebut – ini disebut praktiknya. Mengarahkan pikiran kepada persepsi pembengkakan adalah karakteristik utamanya. Kejijikan yang berhubungan dengan persepsi pembengkakan adalah fungsinya. Bau busuk dan kekotoran adalah penyebab langsungnya.

“Apakah manfaatnya?”: manfaat persepsi pembengkakan ada sembilan yaitu: Seseorang mampu memperoleh kesadaran sehubungan dengan bagian dalam tubuhnya, mampu memperoleh persepsi ketidak-kekalan dan persepsi kematian. Ia meningkatkan kejijikan dan mengatasi nafsu-indria. Ia melenyapkan kemelekatan terhadap bentuk dan kehidupan. Ia memperoleh kemakmuran dan mendekati surga.

“Bagaimanakah menangkap gambarannya?”: Seorang yogi baru yang menangkap gambaran pembusukan pembengkakan pergi sendirian, tanpa teman, mantap dalam perhatian, tanpa khayalan, dengan indria tertuju ke dalam dan pikirannya tidak mengembara keluar, melakukan perenungan di jalan pergi dan datang. Demikianlah ia pergi ke tempat mayat-mayat membusuk. Menghindari tiupan angin, ia berdiam di sana, berdiri atau duduk, dengan gambaran pembusukan di depannya dan tidak terlalu jauh dan juga tidak terlalu dekat dari mayat itu. Dan yogi tersebut membuat batu, sarang semut, pohon, semak atau tanaman rambat, di dekat tempat mayat membusuk itu berada, satu dengan gambaran, satu dengan obyek, dan merenungkan: “Batu ini tidak bersih, ini adalah gambaran kekotoran, ini adalah batu”. Dan demikian pula dengan sarang semut dan yang lainnya.

[425] Setelah membuat gambaran dan membuat obyek, ia berlatih, merenungkan gambaran pembusukan dari sifat hakiki dalam sepuluh cara: dari warna, jenis kelamin, daerah, bagian, perbatasan, sendi-sendi, rongga, bagian rendah, bagian tinggi dan seluruh sisi. Ia merenungkan seluruh sisi darinya. “Dari warna” artinya: “Ia menganggap hitam sebagai hitam, tidak hitam dan tidak putih sebagai tidak hitam dan tidak putiih. Ia menganggap putih sebagai putih dan kulit yang bau busuk sebagai bau busuk”. “Dari jenis kelamin” artinya: “Ia menentukan apakah mayat tersebut laki-laki atau perempuan, dan apakah anak kecil, dewasa atau orang tua”. Menentukan adalah menentukan panjang sebagai panjang, pendek sebagai pendek, gemuk sebagai gemuk, kecil sebagai kecil. “Dari daerah” artinya: “Ia menentukan bahwa arah ini adalah kepala; arah ini adalah tangan; arah ini adalah kaki; arah ini adalah punggung; arah ini adalah perut; arah ini adalah pinggul; arah ini adalah gambaran pembusukan”. Demikianlah ia memahami. “Dari tempat” artinya: “Ia menentukan bahwa di tempat ini adalah tangan; di tempat ini adalah kaki; di tempat ini adalah kepala; di tempat ini adalah perut; di tempat ini adalah pinggul; di tempat ini adalah gambaran pembusukan”. “Dari perbatasan” artinya: “Ia menentukan (batas dari tubuh) dari kepala ke kaki, dari bawah ke atas hingga kepala dan kulit kepala, memahami seluruh tubuh sebagai sekumpulan kotoran”. “Dari sendi-sendi” artinya: “Ia menentukan bahwa ada enam sendi di kedua tangan, enam sendi di kedua kaki, dan bahwa ada satu sendi di leher dan satu di pinggang”. Ini dikenal sebagai empat belas sendi besar. “Dari rongga” artinya: “Ia menentukan apakah mulutnya terbuka atau tertutup, dan apakah matanya terbuka atau tertutup. Ia menentukan cekungan tangan dan kaki”. “dari bagian bawah dan dari bagian atas” artinya: “Ia menentukan apakah gambaran pembusukan itu berada di tempat rendah atau tempat tinggi; dan kemudian ia menentukan: ‘Aku sekarang berada di tempat rendah, gambaran pembusukan ada di tempat yang tinggi’, atau, ‘gambaran pembusukan berada di tempat rendah, aku berada di tempat tinggi’”. “Ia merenungkan seluruh sisi” artinya: “Ia menentukan jarak dua atau tiga depa dari gambaran itu, karena ia tidak menangkap gambaran dengan berada pada jarak yang terlalu dekat atau terlalu jauh dari mayat tersebut. Dan merenungkan segala sesuatu, ia menangkap gambaran (berkata), “Sādhu! sādhu!”. Dengan mengamati demikian, ia puas.

Yogi itu, setelah menangkap gambaran, mencatatnya dan menentukan dengan benar, pergi sendirian, tanpa teman, mantap dalam perhatian, tanpa khayalan, dengan indria tertuju ke dalam dan pikirannya tidak mengembara keluar, merenungkan  jalan pergi dan datang. Mondar-mandir di jalan atau duduk, ia tercerap dalam gambaran pembusukan.

Mengapa ia pergi tanpa teman? Ini adalah demi mendapatkan ketenangan jasmani. “Mantap dalam perhatian” artinya: “Berkat tidak adanya khayalan, indria menjadi tertuju ke dalam dan tidak mengembara keluar”.

Mengapa ia melakukan perenungan di jalan pergi dan datang? Ini adalah demi mendapatkan ketenangan jasmani. Mengapa ia menghindari tiupan angin? Ini adalah untuk menghindari bau busuk. Mengapa ia duduk tidak terlalu jauh juga tidak terlalu dekat dari gambaran? Jika ia duduk terlalu jauh, ia tidak dapat menangkap gambaran. Jika ia duduk terlalu dekat, ia tidak dapat memperoleh ketidak-sukaan terhadapnya, atau melihat sifatnya. Jika ia tidak mengetahui sifatnya, ia tidak dapat menangkap gambarannya. Oleh karena itu, ia duduk tidak terlalu jauh juga tidak terlalu dekat darinya. Mengapa ia merenungkan gambaran di seluruh sisinya? Ini agar tidak adanya khayalan. Tidak adanya khayalan adalah sebagai berikut: Ketika seorang yogi pergi ke tempat yang sepi dan melihat gambaran pembusukan, rasa takut muncul dalam dirinya; di saat demikian, jika mayat itu berdiri di hadapannya, ia tidak berdiri, namun merenungkan. Dengan cara ini, ia mengetahui, mengingat, memahami dengan benar, menganggap dengan benar dan menyelidiki gambaran tersebut sepenuhnya. Dengan cara yang sama ia merenungkan seluruh gambaran. Ini adalah (tanda dari) tidak adanya khayalan.

T. Mengapakah ia menangkap gambaran dalam sepuluh cara? J. Ini adalah untuk mengikat pikiran.

Mengapakah ia merenungkan jalan pergi dan datang? Ini adalah untuk mendapatkan kemajuan dalam jalan tersebut. “Kemajuan dalam jalan” artinya: “Walaupun seorang yogi pergi ke tempat yang sepi, pikirannya kadang-kadang terganggu. Jika ia tidak senantiasa menyelidiki, gambaran pembusukan tidak muncul. Oleh karena itu, seorang yogi menyelidiki gambaran dengan sepenuh hati dengan merenungkan jalan pergi dan datang. Ia menyelidiki tempat meditasi. Ia menyelidiki seluruh gambaran. Demikianlah ia seharusnya menyelidiki gambaran yang akan ditangkap, dalam sepuluh cara.

Demikianlah yogi itu menyelidiki lagi dan lagi, dan melihat gambaran seolah-olah dengan matanya. Ini adalah (tanda dari) kemajuan dalam jalan. Seorang yogi baru, bermeditasi pada sesosok mayat, melihat (nya sebagai) permata, memuja, mengingatnya, selalu mendekatinya, menyebabkan rintangan lenyap dan membangkitkan faktor-faktor meditasi, jhāna. Jauh dari nafsu-indria dan kondisi kejahatan, ia berdiam dalam pencapaian meditasi, jhāna pertama, yang disertai permulaan dan kelangsungan pikiran, yang muncul dari kesunyian dan penuh kegembiraan dan kebahagiaan, melalui persepsi pembusukan.

T. Mengapakah hanya meditasi, jhāna pertama, yang dikembangkan melalui persepsi pembusukan dan tidak meditasi, jhāna lainnya?

J. Persepsi ini selalu mengikuti permulaan dan kelangsungan pikiran karena (keduanya berjalan bersama-sama) dan karena terikat ketika permulaan dan kelangsungan pikiran hadir, gambaran ini terbentuk. Tanpa permulaan dan kelangsungan pikiran, si yogi tidak mampu, memperoleh ketenangan pikiran. Oleh karena itu, meditasi, jhāna tercapai, dan bukan yang lainnya.

Selanjutnya, dikatakan bahwa warna, jenis kelamin, dan lainnya dari gambaran pembusukan ini direnungkan dalam banyak cara. “Direnungkan dalam banyak cara”: (warna, dan lain-lain) ini adalah obyek dari permulaan dan kelangsungan pikiran, terpisah dari permulaan dan kelangsungan pikiran, hal-hal ini tidak dapat direnungkan. Oleh karena itu, hanya meditasi, jhāna pertama yang dikembangkan, dan bukan yang lainnya.

Selanjutnya, dikatakan bahwa gambaran pembusukan adalah obyek yang tidak bertahan lama. Pada obyek yang tidak bertahan lama, pikiran tidak pergi lebih tinggi. Di dalam tempat yang tidak bersih, kegembiraan dan kebahagiaan hanya muncul oleh penolakan terhadap permulaan dan kelangsungan pikiran, yang, di tempat seperti ini, bergantung pada bau busuk. Oleh karena itu, hanya meditasi, jhāna pertama yang dikembangkan, dan bukan yang lainnya.

T. Pada obyek yang tidak bertahan lama, bagaimanakah kegembiraan dan kebahagiaan muncul?

J. Obyek yang tidak bertahan lama bukanlah penyebab bagi kegembiraan dan kebahagiaan. Dan lagi, kegembiraan dan kebahagiaan muncul karena lenyapnya panas dari rintangan dan latihan pikiran. Selanjutnya sama seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

Akhir dari persepsi pembengkakan
Title: Re: 40 objek meditasi
Post by: Indra on 11 February 2012, 07:36:47 PM
(2) Persepsi kerusakan warna

T. Apakah kerusakan warna? Bagaimanakah praktiknya? Apakah karakteristik utama, fungsi dan penyebab langsungnya? Apakah manfaatnya? Bagaimanakah menangkap gambarannya?

J. Satu, dua atau tiga hari setelah kematian, warna tubuh menjadi rusak, dan tampak seolah-olah ternoda biru. Ini adalah gambaran kerusakan warna. Kerusakan warna ini disebut gambaran biru. Memahami hal ini melalui pengetahuan benar disebut persepsi kerusakan warna.  Ke-diam-an pikiran (pada gambaran) yang tidak terganggu adalah praktiknya. Bayangan gambaran biru adalah karakteristik utamanya. (Persepsi) tidak menyenangkan adalah fungsinya. Pikiran tidak bertahan lama adalah penyebab langsungnya. Manfaatnya sama dengan manfaat dari pembengkakan. Cara menangkap gambaran sama seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

Akhir dari persepsi kerusakan warna

(3) Persepsi bernanah

T. Apakah persepsi bernanah? Bagaimanakah praktiknya? Apakah karakteristik utama, fungsi dan penyebab langsungnya? Apakah manfaatnya? Bagaimanakah menangkap gambarannya?

J. “Bernanah”: dua atau tiga malam setelah kematian, tubuh bernanah dan nanah menetes dari tubuh bagaikan mentega yang dituang. Ini adalah nanah dari tubuh. Memahami hal ini melalui pengetahuan benar disebut persepsi bernanah.  Ke-diam-an pikiran (pada gambaran) yang tidak terganggu adalah praktiknya. Bayangan gambaran bernanah adalah karakteristik utamanya. (Persepsi) tidak menyenangkan adalah fungsinya. Pikiran tidak bertahan lama adalah penyebab langsungnya. Manfaatnya sama dengan manfaat dari pembengkakan. Cara menangkap gambaran sama seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

 Akhir dari persepsi bernanah

(4) Persepsi terpecah

T. Apakah arti terpecah? Bagaimanakah praktiknya? Apakah karakteristik utama, fungsi dan penyebab langsungnya?

J. “Terpecah” artinya: “Apa yang menyerupai bagian-bagian yang berserakan dari tubuh yang dibacok dengan pedang”. Selain itu, mayat yang dibuang juga disebut terpecah. Memahami hal ini melalui pengetahuan benar disebut persepsi terpecah.  Ke-diam-an pikiran (pada gambaran) yang tidak terganggu adalah praktiknya. Bayangan gambaran terpecah adalah karakteristik utamanya. (Persepsi) tidak menyenangkan adalah fungsinya. Pikiran pembusukan adalah penyebab langsungnya. Manfaatnya sama dengan manfaat dari pembengkakan.

T. “Bagaimanakah menangkap gambarannya?”

J. Pemandangan kedua daun telinga atau dua jari tangan yang terpisah (dari tubuh) menyebabkan munculnya gambaran terpecah. Dengan demikian gambaran ditangkap dengan jarak satu atau dua inci  antara satu dengan yang lainnya. Selanjutnya sama dengan yang telah dijelaskan di atas.

Akhir dari persepsi terpecah

(5) Persepsi tercabik

T. Apakah persepsi tercabik? Bagaimanakah praktiknya? Apakah karakteristik utama, fungsi dan penyebab langsungnya? Apakah manfaatnya? Bagaimanakah menangkap gambarannya?

J. “Tercabik”: (Sisa-sisa dari sesosok) mayat yang telah dilahap burung gagak, burung bangkai, burung hantu, burung elang, babi hutan, anjing, serigala, harimau atau macan tutul – ini disebut tercabik.  Memahami hal ini melalui pengetahuan benar disebut (persepsi) tercabik.  Ke-diam-an pikiran (pada gambaran) yang tidak terganggu adalah praktiknya. Bayangan gambaran bernanah adalah karakteristik utamanya. (Persepsi) tidak menyenangkan adalah fungsinya. Merenungkan pembusukan adalah penyebab langsungnya. Manfaatnya sama dengan manfaat dari pembengkakan. Selanjutnya sama seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

 Akhir dari persepsi tercabik.

(6) Persepsi berserakan

T. Apakah persepsi berserakan? Bagaimanakah praktiknya? Apakah karakteristik utama, fungsi dan penyebab langsungnya? Apakah manfaatnya? [426] Bagaimanakah menangkap gambarannya?

J. Kondisi bagian-bagian tubuh yang terpisah-pisah di sana-sini disebut “berserakan”. Memahami hal ini melalui pengetahuan benar disebut (persepsi) berserakan.  Ke-diam-an pikiran (pada gambaran) yang tidak terganggu adalah praktiknya. Bayangan gambaran berserakan adalah karakteristik utamanya. (Persepsi) tidak menyenangkan adalah fungsinya. Merenungkan pembusukan adalah penyebab langsungnya. Manfaatnya sama dengan manfaat dari pembengkakan.

“Bagaimanakah menangkap gambarannya?”: Semua bagian-bagian tubuh (yang berserakan) dikumpulkan dan diletakkan di tempat yang sama sehingga hanya berjarak kira-kira dua inci antara satu dengan yang lainnya. Setelah mengaturnya demikian, seseorang menangkap gambaran berserakan. Beginilah gambaran itu ditangkap. Selanjutnya sama dengan yang telah dijelaskan sebelumnya.

Akhir dari persepsi berserakan

(7) Persepsi terpotong dan berserakan

T. Apakah arti dari terpotong dan berserakan? Bagaimanakah praktiknya? Apakah karakteristik utama, fungsi dan penyebab langsungnya? Apakah manfaatnya? Bagaimanakah menangkap gambarannya?

J. “Terpotong dan berserakan”: mayat-mayat, terbaring di berbagai tempat, dari yang tewas karena tongkat, pedang atau panah – di disebut, terpotong dan berserakan. Memahami hal ini melalui pengetahuan benar disebut persepsi terpotong dan berserakan.  Ke-diam-an pikiran (pada gambaran) yang tidak terganggu adalah praktiknya. Bayangan gambaran terpotong dan berserakan adalah karakteristik utamanya. (Persepsi) tidak menyenangkan adalah fungsinya. Merenungkan pembusukan adalah penyebab langsungnya. Manfaatnya sama dengan manfaat dari pembengkakan.

Akhir dari persepsi terpotong dan berserakan

(8 ) Persepsi ternoda darah

T. Apakah arti dari ternoda darah? Bagaimanakah praktiknya? Apakah karakteristik utama, fungsi dan penyebab langsungnya? Apakah manfaatnya? Bagaimanakah menangkap gambarannya?

J. kondisi berlumuran darah dari tubuh dan bagian-bagian tubuh disebut sebagai ternoda darah.  Ke-diam-an pikiran (pada gambaran) yang tidak terganggu adalah praktiknya. Bayangan gambaran ternoda darah adalah karakteristik utamanya. (Persepsi) tidak menyenangkan adalah fungsinya. Merenungkan pembusukan adalah penyebab langsungnya. Manfaatnya sama dengan manfaat dari pembengkakan.

“Bagaiamanakah menangkap gambarannya?”: Ini telah dijelaskan sebelumnya.

Akhir dari persepsi terpotong dan berserakan

(9) Persepsi berulat

T. Apakah berulat? Bagaimanakah praktiknya? Apakah karakteristik utama, fungsi dan penyebab langsungnya? Apakah manfaatnya? Bagaimanakah menangkap gambarannya?

J. “Berulat”: Kondisi tubuh yang tertutupi oleh ulat-ulat bagaikan tertutup oleh tumpukan mutiara disebut berulat. Memahami hal ini melalui pengetahuan benar disebut persepsi berulat.  Ke-diam-an pikiran (pada gambaran) yang tidak terganggu adalah praktiknya. Bayangan gambaran berulat adalah karakteristik utamanya. (Persepsi) tidak menyenangkan adalah fungsinya. Merenungkan pembusukan adalah penyebab langsungnya. “Bagaimanakah menangkap gambarannya?”: Ini telah dijelaskan sebelumnya.

Akhir dari persepsi berulat

(10) Persepsi tulang-belulang

T. Apakah tulang-belulang? Bagaimanakah praktiknya? Apakah karakteristik utama, fungsi dan penyebab langsungnya? Apakah manfaatnya? Bagaimanakah menangkap gambarannya?

J. “Apakah tulang-belulang”?: Kondisi tulang-belulang yang seperti rantai yang saling tersambung oleh daging, darah dan urat, atau oleh urat tanpa daging dan darah, atau tanpa daging dan darah disebut “tulang-belulang”.  Memahami hal ini melalui pengetahuan benar disebut persepsi tulang-belulang. Ke-diam-an pikiran (pada gambaran) yang tidak terganggu adalah praktiknya. Bayangan gambaran tulang-belulang adalah karakteristik utamanya. (Persepsi) tidak menyenangkan adalah fungsinya. Merenungkan pembusukan adalah penyebab langsungnya. Manfaatnya sama dengan manfaat pembengkakan.

“Bagaimanakah menangkap gambarannya?”: Ini telah dijelaskan sebelumnya.

Akhir dari persepsi tulang-belulang.

Berbagai ajaran

T. Apakah berbagai ajaran sehubungan dengan pembusukan?

J. seorang pemula, sebagai seorang yang terpengaruh oleh nafsu yang besar, sebaiknya tidak menangkap gambaran dari jenis kelamin yang berbeda. “Jenis kelamin yang berbeda” artinya: “Seperti tubuh seorang laki-laki pada seorang perempuan”.

Jika seseorang yang memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan persepsi pembusukan, ia sebaiknya tidak menangkap gambaran pembusukan, karena ia, karena berhubungan dekat dengan obyek-obyek ini, tidak mengembangkan gagasan tidak menyenangkan dari obyek tersebut. Ia tidak memunculkan persepsi murni dari tubuh binatang buas (?). ia memunculkan gambaran dari sepotong tulang dan menangkap gambaran dalam tulang dengan mahir.

Dan kemudian, jika seseorang menangkap gambaran pembusukan melalui warna, ia sebaiknya bermeditasi pada kasiṇa. Jika seseorang menangkap gambaran pembusukan melalui ruang, ia sebaiknya bermeditasi pada unsur tersebut. Jika seseorang menangkap gambaran pembusukan melalui pembusukan, ia sebaiknya bermeditasi pada pembusukan.

T. Mengapa ada sepuluh pembusukan dan tidak lebih atau kurang?

J. Karena cacat dari tubuh ada sepuluh jenis dan karena ada sepuluh jenis persepsi yang berhubungan dengan sepuluh jenis individu. Individu yang penuh nafsu sebaiknya bermeditasi pada persepsi pembengkakan. Individu yang senang akan kenikmatan indria sebaiknya bermeditasi pada kerusakan warna. Seorang pencinta keindahan sebaiknya bermeditasi pada persepsi bernanah. Yang lainnya harus dipahami dengan cara yang sama.

Kemudian, gambaran pembusukan ditangkap dengan penuh kesulitan. Semua gambaran pembusukan ditujukan untuk mengatasi nafsu. Oleh karena itu, kapanpun seorang yang berjalan dalam nafsu melihat gambaran pembusukan, ia harus menangkapnya. Karena alasan-alasan ini, dikatakan bahwa di antara pembusukan, terdapat sepuluh jenis persepsi pembusukan.

T. Mengapa (gambaran pembusukan) ini tidak ditingkatkan?

J. Ketika seseorang ingin memisahkan dirinya dari nafsu, ia memunculkan persepsi sehubungan dengan sifat tubuhnya. Karena, jika ia memiliki persepsi dari sifat tubuhnya, ia dapat dengan cepat memperoleh persepsi yang tidak menyenangkan dan memunculkan gambaran bathin. Jika persepsi pembusukan ditingkatkan, gambaran yang telah ia tangkap dalam tubuhnya akan lenyap. Jika ia kehilangan persepsi dari tubuhnya sendiri, ia tidak akan dapat dengan cepat memperoleh pikiran yang tidak menyenangkan. Oleh karena itu, ia sebaiknya tidak meningkatkan.

Selanjutnya, dijelaskan bahwa jika seseorang tidak memiliki nafsu, ia boleh meningkatkannya untuk mengembangkan pikiran besar. Ini sesuai dengan ajaran Abhidhamma: “Seseorang berdiam tanpa nafsu dan seterusnya, mempraktikkan meditasi, jhāna pertama, dengan benar, berdiam dalam persepsi pembengkakan dan memunculkan obyek tidak terbatas”.  Yang Mulia Siṅgālapitā mengucapkan hal ini dalam syair berikut:

      Penerus Sang Buddha, ia,
         Penerima persembahan, dalam hutan yang menakutkan,
      Dengan “aturan tulang-belulang” memenuhi,
         Bumi ini, seluruhnya,
      Aku rasa si penerima persembahan ini akan,
         Dalam waktu tidak lama, meninggalkan nafsu.
Title: Re: 40 objek meditasi
Post by: Indra on 11 February 2012, 07:38:31 PM
Perenungan Sang Buddha

T. Apakah perenungan Sang Buddha? Bagaimanakah praktiknya? Apakah karakteristik utama, fungsi dan penyebab langsungnya? Apakah manfaatnya? Bagaimanakah prosedurnya?

J. Yang Tercerahkan adalah Sang Buddha yang dengan usahanya sendiri, tanpa seorang guru, memahami Kebenaran Mulia yang belum pernah didengar sebelumnya. Beliau mengetahui segalanya. Beliau memiliki kekuatan.  Beliau bebas. Karena kualitas-kualitas ini, Beliau disebut Yang Tercerahkan. Seorang yogi mengingat Yang Tercerahkan, Yang Terberkahi, Yang Cerah Sempurna dan patut mencapai Penerangan Sempurna. Ia merenungkan, terus-menerus merenungkan, merenungkan berulang-ulang, tidak lupa untuk merenungkan kualitas-kualitas ini. Ia mengingat kemampuan dan kekuatan (Yang Tercerahkan). Ia mempraktikkan perenungan benar. Demikianlah perenungan Sang Buddha. Ke-diam-an pikiran yang tidak terganggu (dalam perenungan Sang Buddha) – ini disebut praktiknya. Mengingat kemuliaan Sang Buddha adalah fungsinya. Tumbuhnya keyakinan adalah penyebab langsungnya.

Ia yang mempraktikkan perenungan Sang Buddha akan memperoleh delapan belas manfaat berikut ini: peningkatan dalam hal keyakinan, perhatian, kebijaksanaan, kehormatan, jasa, kegembiraan, kemampuan bertahan dalam kesulitan, perasaan tidak takut, perasaan malu akan kejahatan, keadaan menetap di dekat Sang Guru, kenikmatan dalam aktivitas yang berhubungan dengan landasan para Buddha, (kebahagiaan dalam) kemakmuran dan mendekati surga.

Menurut Netti Sutta , jika seseorang ingin bermeditasi pada Sang Buddha, ia harus memuja patung Buddha dan obyek sejenis lainnya. “Bagaimanakah prosedurnya?”: Seorang yogi baru pergi ke tempat yang sunyi dan menjaga agar pikirannya tidak terganggu. Dengan pikiran yang tidak terganggu ini, ia mengingat Beliau yang datang dan pergi di jalan yang sama, Yang Suci, Sempurna, Tercerahkan Sempurna, memiliki pengetahuan dan perilaku sejati, agung, Yang mengetahui alam semesta, pembimbing manusia untuk dijinakkan yang tiada bandingnya, guru para dewa dan manusia, tercerahkan, terberkahi.  Demikianlah ia mencapai pantai kebajikan yang lebih jauh.

“Yang Terberkahi”: Karena Beliau mendapat pujian dari dunia, Beliau disebut Yang Terberkahi. Karena Beliau telah mencapai Kebenaran Mulia, Beliau disebut Yang Terberkahi. Karena Beliau layak menerima persembahan, Beliau disebut Yang Terberkahi. Karena beliau telah mencapai kemuliaan tertinggi, Beliau disebut Yang Terberkahi dan karena Beliau adalah Raja dari Kebenaran-Jalan, Beliau disebut Yang Terberkahi. Karena alasan-alasan inilah Beliau disebut Yang Terberkahi.

“Sempurna”: Karena Beliau adalah penerima persembahan, Beliau Sempurna. Karena Beliau telah membunuh musuh-kekotoran, Beliau Sempurna. Karena Beliau mematahkan jari-jari roda kelahiran dan kematian, Beliau Sempurna.

“Tercerahkan Sempurna”: Karena Beliau mengetahui segala sesuatu dengan benar, dalam segala aktivitasNya, Beliau disebut Tercerahkan Sempurna. Karena Beliau telah membunuh kebodohan, Beliau disebut Tercerahkan Sempurna dan karena Beliau telah mencapai Penerangan Sempurna yang tanpa bandingnya, oleh diriNya sendiri, Beliau disebut Tercerahkan Sempurna.

“Memiliki pengetahuan dan perilaku sejati”: Pengetahuan artinya tiga jenis pengetahuan, yaitu, pengetahuan akan kehidupan lampau, pengetahuan akan kematian dan kelahiran makhluk-makhluk dan pengetahuan akan padamnya kejahatan. Yang Terberkahi telah melenyapkan kebodohan masa lampau dengan pengetahuan akan kehidupan lampau, kebodohan masa depan dengan pengetahuan kematian dan kelahiran makhluk-makhluk, dan kebodohan masa sekarang dengan pengetahuan padamnya kejahatan.  Setelah melenyapkan kebodohan masa lampau, Yang Terberkahi melihat, ketika Beliau merenungkan, semua keadaan masa lampau dalam segala aktivitasNya. Setelah melenyapkan kebodohan masa depan, Yang Terberkahi melihat, ketika Beliau merenungkan, semua keadaan masa depan dalam segala aktivitasNya. Setelah melenyapkan kebodohan masa sekarang, Yang Terberkahi melihat, ketika Beliau merenungkan, semua keadaan masa sekarang dalam segala aktivitasNya.

“Perilaku” artinya: “memiliki moralitas dan konsentrasi”.

“Moralitas” artinya: “Memiliki semua kondisi baik”. Beliau disebut “Sempurna dalam pengetahuan dan perilaku”.

“Sempurna” artinya: “Memiliki kekuatan supernormal”. Karena itu Beliau disebut “Sempurna dalam pengetahuan dan perilaku”. (Juga) “Memiliki” artinya: “Memiliki semua konsentrasi”.

Demikianlah Yang Terberkahi memiliki belas kasihan agung dan kegembiraan apresiatif karena Kemaha-tahuan, tiga jenis pengetahuan dan perilaku. Beliau memperoleh pengetahuan dengan keterampilan, karena Beliau telah menolong dunia ini [427]. Beliau membuka jalan ilmu pengetahuan, karena Beliau mengetahui semua alam. Beliau sempurna dalam hal pengetahuan karena tak seorangpun yang dapat menandingiNya, karena Beliau telah menghancurkan semua kekotoran dan karena perbuatan benar yang murni. Beliau sempurna dalam perilaku, karena Beliau telah menjadi mata dunia dan karena ia telah memberkahi mereka yang tidak terberkahi. Beliau tercerahkan sempurna melalui pengetahuan, karena ia telah menjadi penopang dunia ini dan karena Beliau telah menyelamatkan para korban-ketakutan. Beliau menyelamatkan melalui perilaku, karena Beliau telah memperoleh kekuatan supernormal dari Kebenaran tertinggi, Beliau, tanpa guru, telah memperoleh perilaku seimbang yang sangat baik terhadap semua makhluk karena Beliau telah memajukan kemakmuran dunia. Demikianlah, melalui kesempurnaan dalam pengetahuan dan perilaku, Beliau disebut Yang Terberkahi. Demikianlah arti ‘Sempurna dalam pengetahuan dan perilaku’ agar dimengerti.

“Maha Mulia”: Karena Beliau telah mencapai jalan yang baik, Beliau disebut “Maha mulia”. Karena Beliau tidak akan kembali lagi, dan karena Beliau telah mencapai pemadaman, Nibbāna, yang tanpa sisa dari unsur-unsur kehidupan,  Beliau disebut “Maha mulia”. Kemudian, karena AjaranNya tidak dapat dibalikkan, Beliau disebut “Maha mulia”. Dan selanjutnya, karena AjaranNya tidak tidak-benar, Beliau disebut “Maha mulia”. Dan selanjutnya, karena AjaranNya adalah tanpa cacat, Beliau disebut “Maha mulia”. Dan selanjutnya, karena AjaranNya adalah tidak terlalu banyak juga tidak terlalu sedikit, Beliau disebut “Maha mulia”.

“Yang mengetahui seluruh alam”: Alam ada dua jenis, yaitu, alam makhluk-makhluk hidup dan alam bentukan-bentukan.  Yang Terberkahi mengetahui alam makhluk-makhluk dalam seluruh tindakanNya. Menembus berbagai nafsu makhluk-makhluk, menembus perbedaan kemampuan, menembus kehidupan-kehidupan lampau, melalui pengetahuan mata dewa, melalui pengetahuan mengenai kematian dan kelahiran makhluk-makhluk, melalui kombinasi, melalui pemenuhan, melalui berbagai cara pembedaan, melalui berbagai kondisi ketahanan dan ketidak-tahanan, menembus berbagai kelahiran, menembus berbagai kondisi kelahiran, nenembus berbagai alam, menembus berbagai perbuatan, menembus berbagai kekotoran, menembus berbagai akibat, menembus berbagai jenis kebaikan dan kejahatan dan menembus berbagai jenis kemelekatan dan ketidak-melekatan, Yang Terberkahi mengetahui alam makhluk-makhluk hidup.

Dan juga disebutkan “alam bentukan-bentukan”: Yang Terberkahi mengetahui semua perbuatan dan Beliau mengetahui banyak bentukan. Melalui persepsi konsentrasi, melalui penyebab dan kondisi, menembus moral, tidak bermoral dan bukan-bermoral juga bukan tidak-bermoral, menembus berbagai kelompok, menembus berbagai dunia, menembus berbagai alam, melalui pemahaman sempurna, melalui ketidak-kekalan, dukacita dan tanpa-diri dan melalui kelahiran dan ketidak-lahiran, Yang Terberkahi mengetahui alam bentukan-bentukan. Demikianlah “Yang mengetahui seluruh alam” agar dimengerti.

“Tanpa tandingan”: Karena Beliau tidak terlampaui, di dunia ini, Beliau disebut “Tanpa tandingan”. Dan juga, karena Beliau tidak ada yang menyamai, karena Beliau adalah Yang Termulia, karena Beliau tidak dapat dibandingkan dan karena makhluk-makhluk lain tidak mampu mengungguliNya, Beliau disebut “Tanpa tandingan”.

“Pembimbing manusia untuk dijinakkan”: Ada tiga jenis individu: Seorang yang mendengar Dhamma dan dengan segera mampu membabarkannya; yang lain membabarkan prinsip-prinsip sebab dan kondisi; dan yang lain lagi menjelaskan pengetahuan tentang kehidupan lampau. Tetapi Yang Terberkahi, setelah menguasai Jalan Pembebasan Delapan, telah menjinakkan makhluk-makhluk. Oleh karena itu Beliau disebut “Pembimbing manusia untuk dijinakkan”.

“Guru para dewa dan manusia”: Yang Terberkahi telah menyelamatkan para dewa dan manusia dari hutan kelahiran, ketuaan dan kematian yang menakutkan. Oleh karena itu, Beliau disebut “Guru para dewa dan manusia”. Dan kemudian, Beliau telah mengajarkan jalan Pandangan Terang dan jalan meditasi, jhāna. Oleh karena itu, Beliau disebut “Guru para dewa dan manusia”. Demikianlah, dengan cara-cara ini, seharusnya seseorang merenungkan (kualitas-kualitas) dari Beliau yang datang dan pergi di jalan yang sama.

Lebih jauh lagi, ada ajaran dari guru-guru besar: Dalam empat cara Yang Terberkahi harus diingat. Beliau datang ke dunia ini untuk terakhir kalinya melalui usahaNya sendiri di masa lampau. Beliau memiliki kebajikan agung. Beliau memberikan keuntungan bagi dunia. Selama dua puluh kappa yang tidak terhingga  lamanya sejak cita-citaNya yang pertama kali hingga kelahiran terakhirnya, Beliau telah melihat kemampuan-kemampuan dan landasan-landasan kemampuan dari makhluk-makhluk biasa yang tidak terhingga  banyaknya. Oleh karena itu, Beliau berbelas kasihan kepada dunia sebagai berikut: “Aku telah mencapai kebebasan; sekarang, aku harus membebaskan mereka. Aku telah menjinakkan diriKu; sekarang, aku harus menjinakkan mereka. Aku telah memperoleh pengetahuan; sekarang, aku harus membantu mereka memperoleh pengetahuan. Aku telah mencapai Nibbāna; sekarang, aku harus membantu mereka mencapainya”.

Beliau telah menyelesaikan dan mendapatkan kepuasan dalam memenuhi kedermawanan, moralitas, meninggalkan keduniawian, kesabaran, kejujuran, tekad, cinta-kasih, keseimbangan, usaha dan kebijaksanaan. Beliau mengungkapkan kisah-kisah kehidupan pada masa Beliau masih menjadi seorang Bodhisatta, untuk mendorong makhluk-makhluk lain agar mendapatkan cahaya. Beliau terlahir sebagai kelinci dan mempraktikkan kedermawanan.  Seseorang harus merenungkan moralitas melalui kisah kehidupan Saÿkhapāla.  Mengenai meninggalkan keduniawian, melalui kisah kehidupan Mahā-Govinda ; mengenai kesabaran, melalui kisah kehidupan Khanti ; mengenai kejujuran, melalui kisah kehidupan Mahā Sutasoma ; mengenai tekad, melalui kisah kehidupan si Dungu-Bisu ; mengenai cinta kasih, melalui kisah kehidupan Sakka , mengenai keseimbangan, melalui kisah kehidupan Lomahaÿsa ; mengenai usaha, melalui kisah kehidupan pemimpin pedagang ; (mengenai kebijaksanaan), melalui kisah kehidupan Rusa . Seseorang harus merenungkan kata-kata sang ayah dalam kisah kehidupan Dīghiti-Kosala  dan seseorang juga harus merenungkan kehormatan dari Gajah putih bijaksana bergading enam . Melalui kisah kehidupan Kuda-putih  seseorang harus merenungkan kunjungan Sang Bodhisatta untuk menolong semua makhluk. Seseorang harus merenungkan bahwa Sang Bodhisatta mengorbankan hidupnya dan menyelamatkan hidup makhluk lain dalam kisah kehidupan Rusa . Seseorang harus merenungkan bahwa Sang Bodhisatta, dalam kisah kehidupan Monyet (Mulia) , menyelamatkan seseorang dari penderitaan; dan lebih jauh lagi seseorang harus merenungkan bahwa setelah melihat seseorang yang terjatuh ke jurang, Beliau menyelamatkannya dengan hati penuh belas kasihan dan memberikan akar-akaran, buah-buahan dan ketika orang itu, ingin memakan dagingnya, melukai kepala Sang Bodhisatta, Beliau mengajarkan orang itu kebenaran dan menunjukkan jalan yang benar kepadanya, dalam kisah kehidupan Monyet-Mulia . Demikianlah, seseorang harus berkonsentrasi pada kebajikan dari kisah-kisah kehidapan Yang Terberkahi dalam berbagai cara.

Bagaimanakah seseorang merenungkan kebajikan pengorbanan Yang Terberkahi? Yang Terberkahi memenuhi segalanya dalam kehidupan lampaunya. Ketika Beliau masih menjadi seorang pemuda, Beliau melenyapkan kemelekatan terhadap semua rumah, Beliau melenyapkan kemelekatan terhadap anak, istri, orangtua dan teman-teman. Beliau meninggalkan apa yang sulit ditinggalkan. Beliau menetap sendirian di tempat-tempat sunyi. Beliau bercita-cita untuk mencapai Nibbāna. Beliau menyeberangi Nerañjarā di Magadha. Beliau duduk di bawah Pohon Bodhi, menaklukkan Raja Kematian dan bala tentara kejahatan. Pada jaga pertama malam itu, Beliau mengingat kehidupan-kehidupan lampaunya; pada jaga kedua malam itu, Beliau memperoleh mata dewa; dan pada jaga terakhir malam itu, Beliau memahami penderitaan dan penyebabnya dan melihat kemuliaan.  Melalui praktik Jalan Mulia Delapan, Beliau mampu menghancurkan kekotoran dan mencapai Penerangan Sempurna. Beliau melenyapkan tubuhnya dari dunia dan memasuki tempat yang tertinggi dan tersuci dari padamnya kekotoran. Demikianlah seseorang harus merenungkan pengorbanaan Yang Terberkahi dalam berbagai cara.

Bagaimanakah seseorang merenungkan moralitas yang dimiliki oleh Yang Terberkahi? Yang Terberkahi mencapai pembebasan dan kondisi bathin yang bersamaan dengan pembebasan tersebut, sebagai berikut: Karena memiliki sepuluh kekuatan dari Beliau Yang datang dan pergi  di jalan yang sama, empat belas jenis Pengetahuan-Buddha  dan delapan belas kebajikan-Buddha ; melalui pemenuhan banyak meditasi, jhāna, dan melalui pencapaian pantai seberang dari kebebasan. Demikianlah seharusnya seorang yogi merenungkan.

Apakah sepuluh kekuatan Yang Terberkahi? Beliau mengetahui yang tepat dari yang tidak tepat, menurut kenyataan; Mengetahui sebab dan akibat dari perbuatan baik di masa lampau, masa sekarang dan masa depan, menurut kenyataan; mengetahui berbagai kecenderungan makhluk-makhluk, menurut kenyataan; mengetahui berbagai perilaku, menurut kenyataan; mengetahui sebab dan akibat yang mengarah menuju kelahiran di alam dewa, manusia dan lainnya, menurut kenyataan; mengetahui perbedaan kemampuan makhluk-makhluk, menurut kenyataan; mengetahui yang murni dan yang dinodai dengan kekotoran dalam meditasi (jhāna), pembebasan, konsentrasi dan pencapaian, menurut kenyataan; mengetahui kehidupan lampauNya, menurut kenyataan; mengetahui kematian dan kelahiran makhluk-makhluk, menurut kenyataan; mengetahui padamnya kekotoran, menurut kenyataan.  Yang Terberkahi memiliki sepuluh kekuatan ini.

Apakah empat belas pengetahuan-Buddha? Yaitu, pengetahuan mengenai penderitaan, pengetahuan mengenai penyebab penderitaan, pengetahuan mengenai lenyapnya penderitaan, pengetahuan mengenai sang jalan, pengetahuan mengenai analisa makna, pengetahuan mengenai analisa Ajaran, pengetahuan mengenai analisa asal-mula, pengetahuan mengenai analisa alasan-alasan, pengetahuan mengenai sebab dan akibat yang mengarah menuju kelahiran kembali di alam dewa, manusia dan lainnya, pengetahuan mengenai perbedaan kemampuan yang dimiliki makhluk-makhluk, pengetahuan mengenai keajaiban ganda, pengetahuan mengenai pikiran agung belas kasihan, kemaha-tahuan, dan pengetahuan yang tanpa halangan. Ini adalah empat belas pengetahuan-Buddha. Demikianlah Yang Terberkahi memiliki empat belas jenis pengetahuan ini.

Title: Re: 40 objek meditasi
Post by: Indra on 11 February 2012, 07:38:46 PM
Apakah delapan belas kebajikan yang dipenuhi oleh Yang Terberkahi?  Pengetahuan-Buddha tentang masa lampau yang tidak terhalangi; pengetahuan-Buddha tentang masa depan yang tidak terhalangi; pengetahuan-Buddha tentang masa sekarang yang tidak terhalangi; semua perbuatan jasmani dikendalikan oleh pengetahuan dan muncul sesuai dengannya; semua perbuatan bathin dikendalikan oleh pengetahuan dan muncul sesuai dengannya – ini adalah enam kebajikan yang dipenuhi oleh Yang Terberkahi. Kehendak yang tanpa cacat; usaha yang tanpa cacat; perhatian yang tanpa cacat; konsentrasi yang tanpa cacat; kebijaksanaan yang tanpa cacat; kebebasan yang tanpa cacat – ini adalah dua belas kebajikan yang dipenuhi oleh Yang Terberkahi. Tidak adanya keragu-raguan, tidak adanya tipuan, tidak adanya apa yang tidak jelas; tidak adanya ketergesa-gesaan; tidak adanya kondisi yang tidak diketahui; tidak adanya keseimbangan yang dilenyapkan dari perenungan.

“Tidak adanya keragu-raguan” artinya: “PembawaanNya berwibawa; tidak ada cacat dalam perbuatanNya”.

“Tidak adanya tipuan” artinya: “Beliau tidak bermuslihat”.

“Tidak adanya apa yang tidak jelas” artinya: “Bahwa tidak ada yang tidak terdeteksi oleh pengetahuanNya”.

“Tidak adanya ketergesa-gesaan” artinya: “PerilakuNya bebas dari ketergesa-gesaan”.

“Tidak adanya kondisi yang tidak diketahui” artinya: “Beliau menyadari penuh semua proses bathinnya”.

“Tidak adanya keseimbangan yang dilenyapkan dari perenungan” artinya: “Tidak ada kondisi keseimbangan dalam diriNya yang tidak Beliau sadari”.

Delapan belas kebajikan ini telah dipenuhi oleh Yang Terberkahi.

Kemudian, Yang Terberkahi telah mencapai pantai seberang dengan terampil setelah memenuhi semua kebaikan melalui kemahiran yang dimiliki oleh Beliau yang datang dan pergi di jalan yang sama , melalui empat landasan perhatian murni, melalui empat usaha benar, melalui empat landasan kekuatan gaib, melalui lima kemampuan, lima kekuatan, enam jenis pengetahuan supernormal, tujuh faktor Penerangan Sempurna, melalui Jalan Mulia Delapan, melalui delapan posisi kemahiran, melalui delapan jenis pembebasan, melalui sembilan kondisi yang menaik secara perlahan-lahan, melalui sepuluh alam Ariya dan melalui jalan ilmu pengetahuan analisis. Demikianlah seseorang harus mengingat bahwa Yang Terberkahi yang telah memperoleh jasa dari Ajaran Mulia melalui cara-cara ini.

Bagaimanakah seseorang harus mengingat manfaat-manfaat yang dengannya Yang Terberkahi memberkahi dunia ini? Yang Terberkahi telah memenuhi semua kebajikan dan telah mencapai pantai seberang. Tidak ada makhluk apapun juga yang telah memutar Roda Dhamma yang telah diputar oleh Yang Terberkahi berkat belas kasihNya kepada semua makhluk. Tanpa membuat pembagian esoteris dan eksoteris dari Ajaran, Beliau telah membuka lebar-lebar gerbang keabadian.  Beliau telah membantu tidak terhingga banyaknya dewa dan manusia mencapai buah kesucian. Beliau telah membantu tidak terhingga banyaknya makhluk dalam mencapai keunggulan dengan tiga keajaiban, yaitu keajaiban kekuatan gaib, keajaiban membaca pikiran dan keajaiban dalam hal instruksi . Beliau telah membangkitkan rasa percaya diri dalam hati manusia. Beliau telah menaklukkan semua ramalan dan semua pandangan salah. Beliau telah menghapuskan jalan rusak dan membuka jalan baik dan membantu manusia mendapatkan buah pembebasan atau terlahir di alam surga. Beliau telah membantu para pendengar mencapai kedamaian dan berdiam di dalam Ajaran para pendengar.  Beliau telah menetapkan banyak peraturan moralitas, membabarkan Pātimokkha, memantapkan makhluk-makhluk dalam kebajikan mulia, memberikan mereka Dhamma sempurna dari seorang Yang Tercerahkan dan mengisi dunia ini penuh (dengan Kebenaran). Semua makhluk memuja dan menghormatiNya, dan semua dewa dan manusia mendengarkanNya.

Demikianlah Yang Terberkahi, yang berdiam dalam ketenangan, memiliki belas kasih dan memberikan manfaat bagi dunia, telah melakukan apa yang harus dilakukan.

Yogi yang merenungkan Beliau yang datang dan pergi di jalan yang sama, dengan cara demikian, melalui cara-cara ini dan kemuliaan-kemuliaan ini, ia memunculkan keyakinan kuat dalam pikirannya. Karena penuh keyakinan dan karena mudah dalam melakukan perenungan, pikirannya selalu tidak-terganggu. Karena pikirannya tidak terganggu, ia mencapai meditasi-pendahuluan.

T. Bagaimanakah bahwa seseorang yang bermeditasi pada Buddha mencapai meditasi pendahuluan dan bukan meditasi kokoh, jhāna?

J. Dalam pengertian tertinggi, kemuliaan Buddha adalah sebuah subyek kebijaksanaan yang dalam. Dalam pengertian ini, seorang yogi tidak dapat mencapai meditasi kokoh, jhāna, karena sulit dipahami. Dan juga, ia harus merenungkan tidak hanya satu kemuliaan. Ketika ia memikirkan banyak kemuliaan, ia tidak dapat mencapai meditasi kokoh, jhāna. Ini adalah sebuah subyek meditasi dari semua konsentrasi pendahuluan.

T. Pendahuluan dicapai melalui konsentrasi pada satu obyek tunggal. Jika ia memikirkan banyak kemuliaan, pikirannya tidak terkonsentrasi. Bagaimana ia mencapai pendahuluan?

J. Jika ia merenungkan kemuliaan dari Beliau yang datang dan pergi di jalan yang sama dan dari Yang Tercerahkan, maka pikiran si yogi menjadi terkonsentrasi, oleh karena itu ia menjadi tenang.

Juga diajarkan bahwa dari perenungan Buddha, empat meditasi, jhāna tercapai .

Perenungan Sang Buddha selesai
Title: Re: 40 objek meditasi
Post by: Indra on 11 February 2012, 07:39:21 PM
Perenungan Dhamma

T. Apakah perenungan Dhamma? Bagaimanakah praktiknya? Apakah karakteristik utama, fungsi dan penyebab langsungnya? Bagaimanakah prosedurnya?

J. Dhamma artinya pemadaman, Nibbāna, atau praktik untuk mencapai pemadaman, Nibbāna. Penghancuran semua aktivitas, pelepasan semua kekotoran, penghapusan keserakahan, menjadi tanpa noda dan tenang – ini disebut pemadaman, Nibbāna. Bagaimanakah praktik yang mengarah menuju pemadaman, Nibbāna? Yaitu, empat landasan perhatian murni, empat usaha benar, lima kekuatan, tujuh faktor Penerangan Sempurna, Jalan Mulia Delapan – ini disebut praktik yang mengarah menuju Nibbāna. Perenungan Dhamma adalah kebajikan meninggalkan keduniawian dan kebajikan Sang Jalan. ini adalah perenungan dan perenungan benar. Demikianlah perenungan Dhamma dipahami. Ke-diam-an pikiran yang tidak terganggu (dalam perenungan ini) adalah praktiknya. Menyadari kualitas Dhamma adalah karakteristik utamanya. Analisa Dhamma adalah fungsinya. Memahami makna adalah penyebab langsungnya. Manfaatnya sama dengan manfaat pada perenungan Buddha.

“Bagaimanakah prosedurnya?”: seorang yogi pergi ke tempat yang sunyi dan menjaga pikirannya agar tidak terganggu. Dengan pikiran tidak terganggu, ia merenungkan sebagai berikut: Dhamma telah dibabarkan dengan baik oleh Sang Buddha, dapat dilihat, tidak bergantung pada waktu, mengundang, mendukung menuju kesempurnaan, untuk dicapai oleh para bijaksana, masing-masing untuk dirinya sendiri.

“Dhamma telah dibabarkan dengan baik oleh Sang Buddha”: bebas dari ekstrim, karena itu disebut “diajarkan dengan baik”. Tidak ada inkonsistensi di dalamnya, karena itu disebut “diajarkan dengan baik”. Tidak ada kontradiksi dan memiliki tiga jenis kebaikan, karena itu disebut “diajarkan dengan baik”. Sama sekali tanpa noda, karena itu disebut “diajarkan dengan baik”. Menuntun makhluk-makhluk menuju pemadaman, karena itu disebut “diajarkan dengan baik”.

“Dapat dilihat”: karena seseorang dapat mencapai Sang Jalan dan Buahnya berturut-turut, maka disebut “dapat dilihat”. Karena seseorang melihat padamnya, Nibbāna, dan Buah dari Sang Jalan (lainnya), maka disebut “Dapat dilihat”.

“Tidak bergantung pada waktu”: Tanpa berlalunya waktu, Buah tercapai. Oleh karena itu disebut “Tidak bergantung pada waktu”.

“Mengundang”: dikatakan: “Datang dan lihatlah nilaiku!” dengan cara yang sama mereka yang memiliki kemampuan mengajar disebut orang yang mengatakan “Datang dan lihatlah!”.

“Mendukung menuju kesempurnaan”: Jika seseorang mengakuinya, ia akan mencapai keabadian. Demikianlah yang disebut “Mendukung menuju kesempurnaan”. Apa yang mengarah menuju Buah Kesucian disebut “Mendukung menuju kesempurnaan”.

“Untuk dicapai oleh para bijaksana, masing-masing untuk dirinya sendiri”: Jika seseorang mengakuinya dan tidak menerima ajaran lain, ia memunculkan pengetahuan pelenyapan, pengetahuan ketidak-lahiran dan pengetahuan kebebasan. Oleh karena itu disebut “Untuk dicapai oleh para bijaksana, masing-masing untuk dirinya sendiri”.

Lebih jauh lagi, seorang yogi harus merenungkan Dhamma dengan cara lain sebagai berikut: Ini adalah mata; ini adalah pengetahuan; ini adalah kedamaian; ini adalah jalan menuju keabadian; ini adalah meninggalkan keduniawian; kelayakan untuk memenangkan pelenyapan; ini adalah jalan menuju surga; ini adalah ketidak-munduran; ini adalah yang terbaik; ini adalah tidak-melakukan; kesunyian; ini adalah kesempurnaan; ini bukan ramalan. Ini adalah obyek terbaik bagi bathin para bijaksana. Ini adalah untuk menyeberang ke pantai seberang; ini adalah tempat berlindung. Yogi tersebut dengan cara ini dan melalui kemuliaan ini merenungkan Dhamma, dan bathinnya akan dipenuhi oleh keyakinan kuat. Berkat keyakinan ini, pikirannya menjadi tidak terganggu. Karena kondisi pikiran yang tidak terganggu, ia menghancurkan rintangan-rintangan, membangkitkan faktor-faktor meditasi (jhāna). Selanjutnya telah dijelaskan sebelumnya.

Perenungan Dhamma selesai

Perenungan Sangha (Komunitas para bhikkhu)

T. Apakah perenungan Sangha? (Bagaimanakah praktiknya?) Apakah karakteristik utama, fungsi dan penyebab langsungnya? Bagaimanakah prosedurnya?

J. Perkumpulan orang-orang suci adalah Sangha. Ini disebut Sangha. Seorang yogi merenungkan moralitas yang dilaksanakan oleh Sangha. Ini adalah perenungan dan perenungan benar. Demikianlah perenungan Sangha dipahami. Ke-diam-an pikiran yang tidak terganggu dalam perenungan ini adalah praktiknya. Menyadari moralitas dari Sangha adalah karakteritik utamanya; penghormatan adalah fungsinya; penghargaan atas moralitas dari Sangha adalah penyebab langsungnya. Manfaat-manfaatnya sama dengan manfaat-manfaat pada perenungan Buddha.

“Bagaimanakah prosedurnya?” Seorang yogi baru pergi ke tempat sunyi dan menjaga pikirannya agar tidak terganggu. Dengan pikiran tidak terganggu, ia merenungkan sebagai berikut: “Sangha dari Sang Buddha berkelakuan baik, Sangha dari Sang Buddha berkelakuan jujur, Sangha dari Sang Buddha berkelakuan berbudi. Sangha dari Sang Buddha berkelakuan patuh. Sangha dari Sang Buddha, yaitu, empat pasang manusia dan delapan jenis individu, layak menerima persembahan, layak menerima keramah-tamahan, layak menerima benda-benda pemberian, layak menerima penghormatan, ladang jasa yang tiada bandingnya di dunia ini.

“Sangha dari Sang Buddha berkelakuan baik”: Sangha dari Sang Buddha “berkelakuan baik”, karena mengikuti kata baik. “Berkelakuan baik” dan “Berkelakuan jujur”  karena memberikan keuntungan bagi diri sendiri dan orang lain. “Berkelakuan baik” dan “Berkelakuan jujur” karena tidak memiliki musuh. “Berkelakuan baik” dan “Berkelakuan jujur” karena menghindari dua ekstrim dan mengambil jalan tengah. “Berkelakuan baik” dan “Berkelakuan jujur” karena bebas dari kemunafikan. “Berkelakuan baik” dan “berkelakuan jujur” karena bebas dari kejahatan dan ketidak-lurusan dan bebas dari perbuatan tidak suci secara jasmani dan ucapan.

“Berkelakuan berbudi”: disebut “berkelakukan berbudi” karena mengikuti Jalan Mulia Delapan. Dan kemudian, “berbudi” adalah sebutan lain dari pemadaman, Nibbāna. Disebut “berbudi”, “berkelakuan baik”, karena mengikuti Jalan Mulia Delapan dan mencapai pemadaman, Nibbāna. Disebut “berbudi”, “berkelakuan baik”, karena mengikuti Empat Kebenaran Mulia yang diajarkan oleh Buddha.

“Berkelakuan patuh”: disebut “berkelakuan patuh” karena sempurna dalam praktik persatuan dalam Sangha. Disebut “berkelakuan patuh”, karena, melihat buah mulia dari moralitas dan meningkatnya moralitas yang mengikuti praktek persatuan, mereka melaksanakan hal ini (persatuan).

“Empat pasang manusia dan delapan jenis individu”: Jalan dan Buah Memasuki-Arus dianggap sebagai pencapaian sepasang manusia. Jalan dan Buah Yang-Kembali-Sekali dianggap sebagai pencapaian sepasang manusia. Jalan dan Buah Yang-Tidak-Kembali dianggap sebagai pencapaian sepasang manusia. Jalan dan Buah Yang-Sempurna dianggap sebagai pencapaian sepasang manusia. Ini disebut “empat pasang manusia”.

“Delapan jenis individu”: adalah mereka yang mencapai empat Jalan dan empat Buah. Ini disebut delapan jenis individu. Karena Sangha berdiam dalam Jalan dan Buah ini, maka dikatakan terdiri dari empat pasang manusia. Mereka yang berdiam dalam empat Jalan dan empat Buah disebut delapan jenis individu.

“Pendengar”: ini (Komunitas para pendengar (Sangha)) dicapai setelah mendengarkan. Karena itu disebut (Komunitas) para pendengar.

“Komunitas”: Perkumpulan orang-orang suci. Layak menerima keramah-tamahan, layak menerima persembahan, layak menerima pemberian, layak menerima penghormatan dan merupakan ladang jasa yang tiada bandingnya di dunia.

“Layak menerima keramah-tamahan”: Layak menerima keramah-tamahan artinya layak menerima undangan.

“Layak menerima persembahan”: Sungguh besar jasa yang dapat diperoleh melalui persembahan yang dilakukan untuk mereka. Dan juga, mereka layak menerima persembahan.

“Layak menerima pemberian”: Seseorang memperoleh jasa besar dengan memberikan berbagai benda kepada mereka.

“Layak menerima penghormatan”: layak disembah, oleh karena itu disebut layak menerima penghormatan.

“Tiada bandingnya”: memiliki banyak moralitas. Oleh karena itu disebut tidak ada bandingnya.

“Ladang jasa di dunia”: Ini adalah tempat di mana semua makhluk mendapatkan jasa. Oleh karena itu disebut ladang jasa di dunia.

Dan kemudian, yogi tersebut harus merenungkan melalui cara lainnya sebagai berikut: Sangha ini adalah perkumpulan yang termulia dan terbaik. Mereka disebut terbaik. Mereka memiliki moralitas, konsentrasi, kebijaksanaan, kebebasan dan pengetahuan kebebasan. Yogi tersebut merenungkan berbagai kemuliaan ini dalam berbagai cara. Melalui perenungan terhadap berbagai kemuliaan ini, ia menjadi berkeyakinan. Dengan perenungan dalam keyakinan ini, pikirannya menjadi tidak terganggu. Dengan pikiran tidak terganggu, ia mampu menghancurkan rintangan-rintangan, membangkitkan faktor-faktor meditasi (jhāna) dan mencapai pendahuluan. Selanjutnya telah dijelaskan sebelumnya.

Perenungan Sangha selesai

Perenungan Moralitas

T. Apakah perenungan moralitas? Bagaimanakah praktiknya? Apakah karakteristik utama, fungsi dan penyebab langsungnya? Bagaimanakah prosedurnya?

J. Melalui moralitas seseorang mengingat moral yang murni. Ingatan ini adalah perenungan dan perenungan benar. Demikianlah perenungan moralitas itu dipahami. Ke-diam-an pikiran dalam perenungan moralitas adalah praktiknya. Menyadari kebajikan moralitas adalah karakteristik utamanya. Melihat menakutkannya kesengsaraan adalah fungsinya. Penghargaan terhadap kebahagiaan (dari moralitas) yang tidak tertandingi adalah penyebab langsungnya. Ada dua belas manfaat dari perenungan moralitas, yaitu: Seseorang menghormati Sang Guru, menjunjung tinggi Dhamma, dan Sangha, menghormati peraturan-peraturan moralitas, menjadi waspada, melihat bahaya dan merasa takut bahkan terhadap kejahatan yang terkecil sekalipun, menjaga diri sendiri, melindungi orang lain, tidak takut terhadap dunia ini, tidak takut terhadap dunia lain dan menikmati banyak manfaat yang dihasilkan dari pelaksanaan seluruh peraturan. Semua ini adalah manfaat dari perenungan moralitas.

“Bagaimanakah prosedurnya?”: Seorang yogi baru pergi ke tempat yang sunyi dan menjaga pikirannya agar tidak terganggu. Dengan pikiran tidak terganggu, ia merenungkan sebagai berikut: “Moralitasku tidak rusak, tidak cacat, tidak bernoda, tidak kotor, membebaskan, dipuji oleh para bijaksana, tidak tercemar, mendukung konsentrasi”.

Jika tidak rusak, maka tidak cacat. Jika tidak cacat, maka tidak bernoda. Yang lainnya juga harus dipahami dengan cara yang sama.

Kemudian, karena jika moralitas murni, maka akan menjadi landasan bagi semua kondisi baik, karena itu disebut “tidak rusak dan tidak cacat”: Karena merupakan kehormatan kasta, maka disebut tidak bernoda dan tidak kotor. Karena merpakan kegembiraan bagi Yang Sempurna, dan menahan kesengsaraan, maka disebut “dipuji oleh para bijaksana”. Karena tidak tersentuh oleh pandangan-pandangan, maka disebut “tidak tercemar”. Karena tidak menyebabkan kemacetan, maka disebut “mendukung konsentrasi”.

Lebih jauh lagi, si yogi harus mempraktikkan perenungan moralitas dengan cara lain sebagai berikut: “Moralitas adalah kebahagiaan yang diperoleh dari keberpisahan dengan kesengsaraan. Kasta ini layak mendapat penghormatan. Harta berharga moralitas adalah aman. Manfaatnya telah dibabarkan.” Demikianlah moralitas dipahami. Yogi tersebut mempraktikkan perenungan moralitas dengan merenungkan kemuliaan-kemuliaannya melalui cara-cara tersebut. Berkat ingatan dan keyakinannya, pikirannya menjadi tidak terganggu. Dengan pikiran yang tidak terganggu, ia menghancurkan rintangan-rintangan, membangkitkan faktor-faktor meditasi (jhāna) dan mencapai meditasi-pendahuluan. Selanjutnya telah dijelaskan sebelumnya.

Perenungan Moralitas selesai

Perenungan Kedermawanan

T. Apakah perenungan kedermawanan? Bagaimanakah praktiknya? Apakah karakteristik utama, fungsi dan penyebab langsungnya? Bagaimanakah prosedurnya?

J. Kedermawanan artinya seseorang memberikan hartanya kepada orang lain dan berharap agar bermanfaat bagi mereka, dan bertujuan untuk memberikan kebahagiaan yang bermanfaat bagi orang lain. Demikianlah kedermawanan dipahami. Seseorang berdiam dalam keseimbangan dalam perenungan kebajikan dari kedermawanan. Ini adalah perenungan dan perenungan benar. Ini disebut perenungan kedermawanan. Ke-diam-an pikiran yang tidak terganggu dalam perenungan ini adalah praktiknya. Menyadari kebajikan dari kedermawanan adalah karakteristik utamanya. Tidak kikir adalah fungsinya. Tidak serakah adalah penyebab langsungnya.

Seseorang yang mempraktikkan perenungan kedermawanan memperoleh sepuluh manfaat sebagai berikut: Ia memperoleh kebahagiaan melalui kedermawanan; ia menjadi tidak serakah melalui kedermawanan; ia tidak kikir; memikirkan orang lain; disayangi oleh orang lain, tidak takut terhadap orang lain, gembira, memperoleh pikiran yang berbelas kasih, memperoleh kemakmuran dan mendekati surga.

“Bagaimanakah prosedurnya?”: Seorang yogi baru pergi ke tempat sunyi dan menjaga agar pikirannya tidak terganggu. Dengan pikiran tidak terganggu ia mempraktikkan perenungan kedermawanan sebagai berikut: “Melalui melepaskan harta benda aku telah bermanfaat bagi orang lain; dari sini aku mendapatkan banyak jasa. Secara umum, karena kekotoran keserakahan, tertarik kepada harta benda. Aku hidup dengan pikiran tidak serakah dan tidak kotor. Aku selalu memberi dan menikmati memberikan kepada orang lain. Aku selalu memberi dan membagikan.”

Dengan cara-cara ini yogi tersebut mempraktikkan perenungan kedermawanan. Melalui perenungan kedermawanan ini pikirannya menjadi berkeyakinan kuat. Karena ingatan dan keyakinan ini, pikirannya senantiasa tidak terganggu. Dengan pikiran tidak terganggu, ia menghancurkan rintangan-rintangan, membangkitkan faktor-faktor meditasi (jhāna) dan mencapai konsentrasi-pendahuluan. Selanjutnya telah dijelaskan sebelumnya.

Perenungan Kedermawanan selesai

Perenungan Dewata

T. Apakah perenungan dewata? Bagaimanakah praktiknya? Apakah karakteristik utama, fungsi dan penyebab langsungnya? Bagaimanakah prosedurnya?

J. Dengan mempertimbangkan manfaat dari terlahir di alam surga, seseorang merenungkan jasa-jasanya. Ingatan ini adalah perenungan dan ingatan benar. Ini disebut perenungan dewata. Ke-diam-an pikiran yang tidak terganggu adalah praktiknya. Menyadari jasa-jasa diri sendiri dan jasa-jasa para dewa adalah karakteristik utamanya. Memuji jasa adalah fungsinya. Keyakinan dalam buah jasa adalah penyebab langsungnya.

Seseorang yang mempraktikkan perenungan dewata memperoleh delapan manfaat: ia meningkatkan lima kualitas, yaitu, keyakinan, moralitas, pembelajaran, kedermawanan dan kebijaksanaan; ia dapat memperoleh apa yang diinginkan oleh makhluk-makhluk surgawi dan apa yang mereka gemari; ia berbahagia dalam menikmati buah jasa; ia menghargai tubuhnya; ia dihormati oleh makhluk-makhluk surgawi. Melalui ini, ia juga mampu mempraktikkan moralitas dan perenungan kedermawanan. Ia memperoleh kemakmuran dan mendekati surga.

“Bagaimanakah prosedurnya?” Seorang yogi baru pergi ke tempat yang sunyi dan menjaga pikirannya agar tidak terganggu. Dengan pikiran tidak terganggu ia mempraktikkan perenungan dewata sebagai berikut: “Ada empat Raja Dewa. Ada dewa-dewa di surga Tāvatiÿsa, Yama, Tusita, Nimmānarati, Paranimmitavasavatti. Ada para dewata kelompok Brahma dan dewata kelompok lainnya. Para dewa tersebut, karena memiliki keyakinan, saat meninggal dunia di sana, terlahir kembali di sana. Aku juga memiliki keyakinan demikian. Memiliki moralitas, pembelajaran, kedermawanan dan kebijaksanaan demikian, para dewa tersebut terlahir di sana. Aku juga memiliki kebijaksanaan demikian”.  Demikianlah ia merenungkan keyakinan, moralitas, pembelajaran, kedermawanan dan kebijaksanaan dirinya dan para dewa.

Yogi tersebut dengan car-cara ini dan melalui kemuliaan ini mempraktikkan perenungan dewata, dan dengan demikian memiliki keyakinan. Berkat keyakinan dan perenungan ini, pikirannya menjadi tidak terganggu. Dengan pikiran tidak terganggu, ia menghancurkan rintangan-rintangan, membangkitkan faktir-faktor meditasi (jhāna) dan mencapai meditasi-pendahuluan.

T. Mengapa seseorang merenungkan jasa para dewa dan bukan manusia?

J. Jasa para dewa adalah yang termulia. Mereka terlahir di alam yang mulia dan memiliki bathin yang mulia. Setelah memasuki alam yang mulia, mereka memiliki kebaikan. Oleh karena itu seseorang harus merenungkan jasa-jasa para dewa dan bukan manusia. Selanjutnya telah dijelaskan sebelumnya.

Perenungan Dewata selesai
 
Title: Re: 40 objek meditasi
Post by: Indra on 11 February 2012, 10:46:46 PM
BAGIAN EMPAT

Perhatian pada pernafasan

T. Apakah perhatian pada pernafasan ? Bagaimanakah praktiknya? Apakah karakteristik utama, fungsi dan penyebab langsungnya? Apakah manfaatnya? Bagaimanakah prosedurnya?

J. Menarik nafas  adalah nafas masuk. Mengembuskan nafas  adalah nafas keluar. Memperhatikan nafas masuk dan nafas keluar – ini adalah penuh kesadaran, perhatian dan perhatian benar. Ke-diam-an pikiran yang tidak terganggu (dalam perhatian ini) adalah praktiknya. Membangkitkan persepsi sehubungan dengan pernafasan adalah karakteristik utamanya. Memperhatikan kontak  adalah fungsinya. Melenyapkan berbagai macam pikiran  adalah penyebab langsungnya.

Manfaat

“Apakah manfaatnya?”: Jika seseorang mempraktikkan perhatian pada perhafasan, ia akan mencapai kedamaian, keindahan, kecantikan, dan kebahagiaan dalam hidup. Ia menyebabkan kejahatan dan kondisi jahat menjadi lenyap dan musnah segera setelah kemunculannya.  Ia tidak lengah sehubungan dengan tubuhnya atau organ penglihatannya. Tubuhnya dan pikirannya tidak mengembara atau bergetar.  Ia memenuhi empat landasan perhatian murni, tujuh faktor penerangan sempurna dan kebebasan. Ini telah dipuji oleh Sang Buddha. Ini adalah alam Para Mulia, para Brahma dan Tathāgata.

Prosedur

“Bagaimanakah prosedurnya?”: Seorang yogi pergi ke hutan, ke bawah pohon atau ke ruang terbuka yang luas, duduk, dengan kaki bersilang, dengan tubuh tegak, dengan perhatian di arahkan ke depan. Ia penuh perhatian pada pernafasan. Menyadari nafas keluar, yogi tersebut mengetahui, ketika ia mengembuskan nafas panjang: “Aku mengembuskan nafas panjang”; [430] ketika ia menarik nafas panjang, ia mengetahui: “Aku menarik nafas panjang”; ketika ia menarik nafas pendek, ia mengetahui: “Aku menarik nafas pendek”; ketika ia mengembuskan nafas pendek, ia mengetahui: “Aku mengembuskan nafas pendek”. Demikianlah ia mengetahui. “Aku menarik nafas, dengan cara begini”, demikianlah ia melatih dirinya. “Aku mengembuskan nafas dengan cara begini”, demikianlah ia melatih dirinya. (Mengalami di seluruh tubuh; menenangkan bentukan-bentukan jasmani), mengalami kegembiraan, mengalami kebahagiaan, mengalami bentukan-bentukan bathin, menenangkan bentukan-bentukan bathin, (mengalami pikiran), menggembirakan pikiran, mengkonsentrasikan pikiran, membebaskan pikiran, mengamati ketidak-kekalan, mengamati ke-tiada-an nafsu, mengamati pelenyapan, mengamati meninggalkan keduniawian, demikianlah ia melatih dirinya. “Mengamati meninggalkan keduniawian, aku mengembuskan nafas, dengan cara begini”, demikianlah ia melatih dirinya; ”Mengamati meninggalkan keduniawian, aku menarik nafas, dengan cara begini”, demikianlah ia melatih dirinya.

Di sini, ia melatih dirinya dalam “menarik nafas” artinya: “perhatian terpusat pada ujung-hidung atau bibir”.  Ini adalah tempat-tempat yang berhubungan dengan nafas masuk dan nafas keluar. Yogi tersebut memperhatikan nafas masuk di sini. Ia merenungkan kontak dari nafas masuk dan nafas keluar, melalui perhatian yang terpusat pada ujung-hidung atau bibir. Dengan penuh perhatian, ia menarik nafas; dengan penuh perhatian, ia mengembuskan nafas. Ia tidak merenungkan (nafas) yang telah masuk dan juga yang telah keluar.  Ia memperhatikan kontak dari nafas masuk dan nafas keluar di ujung-hidung atau bibir, dengan penuh perhatian. Ia menarik nafas dan mengembuskan nafas dengan penuh perhatian. Ini seperti seseorang yang sedang menggergaji kayu. Orang itu tidak memperhatikan gergaji yang maju mundur. Demikian pula yogi tersebut tidak memperhatikan persepsi nafas masuk dan keluar dalam perenungan pernafasan. Ia menyadari kontak di ujung-hidung atau di bibir, dan ia bernafas masuk dan keluar dengan penuh perhatian.  Jika, ketika nafas masuk atau keluar, yogi tersebut memperhatikan di dalam dan di luar, pikirannya akan menjadi kacau. Jika pikirannya menjadi kacau, jasmani dan pikirannya akan mengembara dan bergetar. Ini adalah situasi yang merugikan. Ia tidak boleh dengan sengaja bernafas panjang atau pendek. Jika ia dengan sengaja bernafas panjang atau pendek, pikirannya akan menjadi kacau. Jika pikirannya menjadi kacau, jasmani dan pikirannya akan mengembara dan bergetar. Ini adalah situasi yang merugikan.

Ia tidak boleh terikat dengan berbagai persepsi yang berhubungan dengan nafas masuk dan nafas keluar. Jika ia terikat, faktor-faktor bathin lainnya akan terganggu. Jika bathinnya terganggu, maka tubuh dan pikirannya akan mengembara dan bergetar. Rintangan-rintangan yang muncul karena titik-titik sentuhan nafas masuk dan nafas keluar adalah tidak terhingga banyaknya. Ia harus waspada dan tidak membiarkan pikirannya menjadi kacau. Ia tidak boleh berusaha terlalu keras juga tidak boleh terlalu lemah. Jika ia berusaha dengan terlalu lemah, ia akan jatuh dalam kekakuan dan ketumpulan. Jika ia berusaha terlalu keras, ia akan menjadi gelisah. Jika yogi tersebut jatuh dalam kekakuan dan ketumpulan atau menjadi gelisah, tubuh dan pikirannya akan menjadi bergetar dan mengembara.  Ini adalah situasi yang merugikan.

Bagi yogi yang memperhatikan nafas masuk dengan pikiran yang bersih dari sembilan kekotoran kecil, gambaran bathin  muncul dengan perasaan nikmat yang menyerupai apa yang dihasilkan dalam tindakan memintal kapas atau sutera. Dan juga, ini menyerupai perasaan nikmat yang disebabkan oleh tiupan angin yang sepoi-sepoi . Demikianlah dalam nafas masuk dan keluar, udara menyentuh hidung atau bibir dan menyebabkan terbetuknya perhatian persepsi udara. Ini tidak bergantung pada warna atau bentuk.  Ini disebut gambaran bathin. Jika yogi tersebut mengembangkan gambaran bathin tersebut dan meningkatkannya di ujung hidung. Di antara alis mata, di kening atau mengembangkannya di beberapa tempat , ia merasakan seolah-olah kepalanya dipenuhi dengan udara. Melalui peningkatan dengan cara ini, seluruh tubuhnya terisi dengan kebahagiaan. Ini disebut kesempurnaan.

Dan juga, ada seorang yogi: ia melihat beberapa gambaran bathin sejak awal. Ia melihat berbagai bentuk seperti asap, kabut, debu, butir-butiran emas, atau ia mengalami sesuatu yang menyerupai tusukan jarum atau gigitan semut. Jika pikirannya tidak jernih sehubungan dengan gambaran-gambaran ini, ia akan menjadi bingung. Demikianlah ia memenuhi penaklukan dan tidak mencapai persepsi pernafasan. Jika pikirannya bersih, yogi tersebut tidak mengalami kebingungan. Ia memperhatikan pernafasan dan tidak memunculkan persepsi lainnya. Dengan bermeditasi demikian, ia mampu  mengakhiri kebingungan dan memperoleh gambaran bathin yang halus. Dan ia memperhatikan pernafasan dengan pikiran yang bebas. Gambaran bathin tersebut bebas. Karena gambaran bathin tersebut bebas, keinginan muncul. Dengan bebasnya keinginan, yogi tersebut memperhatikan pernafasan dan menjadi gembira. Dengan bebasnya keinginan dan kegembiraan, ia memperhatikan pernafasan dengan keseimbangan. Dengan bebasnya keinginan, kegembiraan dan keseimbangan, ia memperhatikan pernafasan dan pikirannya tidak terganggu. Jika pikirannya tidak terganggu, ia dapat menghancurkan rintangan-rintangan, dan membangkitkan faktor-faktor meditasi (jhāna). Demikianlah, yogi tersebut akan mencapai meditasi, jhāna keempat yang tenang dan luhur. Ini seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

Menghitung, hubungan, menyentuh dan memusatkan

Selanjutnya, para guru-guru masa lalu  mengajarkan empat cara mempraktikkan perhatian pada pernafasan. Yaitu, menghitung, hubungan, menyentuh dan memusatkan.  T. Apakah menghitung? J. Seorang yogi baru menghitung nafas dari satu hingga sepuluh, dimulai dari nafas keluar dan berakhir dengan nafas masuk. Ia tidak menghitung lebih dari sepuluh. Selanjutnya, diajarkan bahwa ia menghitung dari satu hingga lima tetapi tidak lebih dari lima. Ia tidak boleh terlewat. Pada saat itu (yaitu, saat ia terlewat) ia harus menghitung (berikutnya) atau menghentikan hitungan tersebut. Demikianlah ia berdiam dalam perhatian pada pernafasan, memperhatikan obyek. Demikianlah memahami menghitung.

“Hubungan”: dengan menghitung, ia mengikuti pernafasan dengan penuh perhatian, secara terus-menerus. Ini disebut hubungan.

“Menyentuh”: Setelah membangkitkan persepsi udara, ia berdiam, memperhatikan kontak pernafasan di ujung hidung atau di bibir. Ini disebut menyentuh.

“Memusatkan”: Setelah memperolah kemahiran dalam menyentuh, ia harus memantapkan gambaran bathin, dan ia harus memantapkan kegembiraan dan kebahagiaan dan kondisi lainnya yang muncul di sini. Demikianlah memusatkan dipahami.

Penghitungan menekan keragu-raguan. Menyebabkan pelepasan keragu-raguan. Hubungan melenyapkan berbagai pikiran kasar dan menyebabkan perhatian pada pernafasan yang tidak terputus. Menyentuh melenyapkan kekacauan dan mendukung kemantapan persepsi. Seseorang mencapai keluhuran melalui kebahagiaan.
Title: Re: 40 objek meditasi
Post by: Indra on 11 February 2012, 10:47:55 PM
Enam belas cara berlatih perhatian pada pernafasan

(1) dan (2) “Menarik nafas panjang, mengembuskan nafas pendek, menarik nafas pendek, demikianlah ia melatih dirinnya”  ……………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… Pengetahuan memunculkan ketidak-bingungan dan obyeknya. T. Apakah ketidak-bingungan dan apakah obyeknya? J. Yogi baru memperoleh ketenangan jasmani dan bathin dan berdiam dalam perhatian pada pernafasan. Pernafasan menjadi halus. Karena halusnya sehingga sulit ditangkap. Jika pada saat itu, si yogi bernafas panjang, ia, melalui pemusatan, mengetahui nafas panjang. Jika gambaran muncul, ia merenungkannya melalui ciri-cirinya. Demikianlah ketidak-bingungan dipahami. Dan selanjutnya, ia harus merenungkan nafas, apakah panjang atau pendek (sesuai keadaannya). Demikianlah ia mempraktikkan. Dan selanjutnya, yogi tersebut menyebabkan munculnya gambaran bathin yang jernih melalui obyek. Demikianlah seseorang berlatih.

(3) “’Mengalami di seluruh tubuh, aku menarik nafas’, demikianlah ia berlatih”: Dalam dua cara ia mengetahui seluruh tubuh, melalui ketidak-bingungan dan melalui obyeknya. T. Apakah pengetahuan atas seluruh tubuh melalui ketidak-bingungan? J. Seorang yogi mempraktikkan perhatian pada pernafasan dan mengembangkan konsentrasi melalui kontak yang disertai dengan kegembiraan dan kebahagiaan, seluruh tubuh menjadi tidak-bingung. T. Apakah pengetahuan atas seluruh tubuh melalui obyeknya? J. Nafas masuk dan nafas keluar yang terdiri dari faktor-faktor tubuh yang berdiam dalam satu alam. Obyek pernafasan dan pikiran dan kelompok-kelompok bathin disebut “tubuh”. Faktor-faktor tubuh ini disebut “tubuh”.  Demikianlah seluruh tubuh dipahami. Yogi tersebut mengetahui seluruh tubuh sebagai berikut: “Meskipun ada tubuh, namun tidak ada makhluk atau jiwa”.

Tiga latihan

“Demikianlah ia melatih dirinya” merujuk pada tiga latihan. Pertama adalah latihan moralitas yang lebih tinggi, kedua adalah latihan pikiran yang lebih tinggi, ketiga adalah latihan kebijaksanaan yang lebih tinggi.  Moralitas benar disebut latihan moralitas yang lebih tinggi; konsentrasi benar disebut latihan pikiran yang lebih tinggi; dan kebijaksanaan benar disebut latihan kebijaksanaan yang lebih tinggi. Yogi tersebut melalui tiga jenis latihan ini bermeditasi pada obyek, merenungkan obyek dan melatih dirinya. Ia berlatih berulang-ulang. Ini adalah makna dari “Demikianlah ia melatih dirinya".

(4) “’Menenangkan bentuk-bentuk tubuh, aku bernafas’, demikianlah ia melatih dirinya”: Yang manakah bentukan-bentukan tubuh? Ia menarik dan mengembuskan nafas dengan bentukan-bentukan tubuh seperti menunduk; membungkuk, menunduk ke segala arah, membungkuk ke depan, bergerak, menggigil, gemetar, menggeleng.  Dan kemudian, ia menenangkan bentukan-bentukan tubuh yang kasar dan melatih meditasi, jhāna pertama melalui bentukan-bentukan tubuh halus. Dari sana, ia maju menuju meditasi, jhāna kedua, melalui bentukan-bentukan tubuh yang lebih halus lagi. Dari sana, ia maju menuju meditasi, jhāna ketiga, melalui bentukan-bentukan tubuh yang lebih lebih halus lagi. Dari sana, ia maju menuju meditasi, jhāna keempat, setelah mengakhiri (bentukan-bentukan tubuh) tanpa sisa. T. Jika ia mengakhiri pernafasan tanpa sisa , bagaimanakah ia mampu melatih perhatian pada pernafasan? J. Karena ia menangkap dengan baik karakteristik-karakteristik umum, gambaran bathin muncul bahkan ketika pernafasan berhenti. Dan karena banyak karakteristik ini, ia mampu mengembangkan gambaran bathin dan memasuki meditasi, jhāna.

(5) “’Mengalami kegembiraan melalui obyek, aku menarik nafas’, demikianlah ia melatih dirinya”. [431] Ia memperhatikan pernafasan. Ia membangkitkan kegembiraan dalam dua meditasi, jhāna. Kegembiraan ini dapat diketahui melalui dua cara: melalui ketidak-bingungan dan melalui obyeknya . Di sini, yogi tersebut memasuki konsentrasi dan mengalami kegembiraan melalui ketidak-bingungan, melalui penyelidikan, melalui penaklukan dan melalui obyek.

(6) “’Mengalami kebahagiaan, aku menarik nafas’, demikianlah ia melatih dirinya”: Ia memperhatikan pernafasan. Ia membangkitkan kebahagiaan dalam tiga meditasi, jhāna. Kebahagiaan ini dapat diketahui melalui dua cara: melalui ketidak-bingungan dan melalui obyeknya. Selanjutnya telah dijelaskan sebelumnya.

(7) “’Mengalami bentukan-bentukan bathin, aku menarik nafas’, demikianlah ia melatih diri”: “Bentukan-bentukan bathin” artinya: “Persepsi dan perasaan”. Ia membangkitkan bentukan-bentukan bathin ini dalam empat meditasi, jhāna. Ia mengetahui melalui dua cara: melalui ketidak-bingungan dan melalui obyeknya. Selanjutnya telah dijelaskan sebelumnya.

(8) “’Menenangkan bentukan-bentukan bathin, aku menarik nafas’, demikianlah ia melatih dirinya”: Bentukan-bentukan bathin disebut persepsi dan perasaan. Ia menenangkan bentukan-bentukan bathin yang kasar dan melatih dirinya. Selanjutnya telah dijelaskan sebelumnya.

(9) “’Mengalami pikiran, aku menarik nafas’, demikianlah ia melatih dirinya”: Ia memperhatikan masuknya dan keluarnya nafas. Pikiran menyadari masuknya dan keluarnya obyek, melalui dua cara: Melalui ketidak-bingungan dan melalui obyeknya. Selanjutnya telah dijelaskan sebelumnya.

(10) “’Menggembirakan pikiran, aku menarik nafas’, demikianlah ia melatih dirinya”: kegembiraan artinya kegirangan. Dalam dua meditasi, jhāna, ia menyebabkan pikirannya bersuka-ria. Demikianlah ia melatih dirinya. Selanjutnya telah dijelaskan sebelumnya.

(11) “’Mengkonsentrasikan pikiran, aku menarik nafas’, demikianlah ia melatih dirinya”: Yogi tersebut memperhatikan nafas masuk dan nafas keluar. Melalui perhatian dan melalui meditasi, jhāna, ia menyebabkan pikirannya terpusat pada obyek. Menempatkan pikiran dengan baik ia memantapkannya.  Demikianlah ia melatih dirinya.

(12) “’Membebaskan pikiran, aku menarik nafas’, demikianlah ia melatih dirinya”: Yogi tersebut memperhatikan nafas masuk dan nafas keluar. Jika pikirannya lamban dan kendur, ia membebaskannya dari kekakuan; jika pikirannya terlalu aktif, ia membebaskannya dari kegelisahan. Demikianlah ia melatih dirinya. Jika pikirannya gembira, ia membebaskannya dari nafsu. Demikianlah ia melatih dirinya. Jika pikirannya tertekan, ia membebaskannya dari kebencian. Demikianlah ia melatih dirinya. Jika pikirannya ternoda, ia membebaskannya dari kekotoran-kekotoran kecil. Demikianlah ia melatih dirinya. Dan kemudian, jika pikirannya tidak tertuju pada obyek dan tidak menyenanginya, ia mengusahakan agar pikirannya tertuju pada obyek. Demikianlah ia melatih dirinya.

(13) “’Mengenali ketidak-kekalan, aku menarik nafas’, demikianlah ia melatih dirinya”: Ia memperhatikan nafas masuk dan nafas keluar. Mengenali nafas masuk dan keluar, obyek nafas masuk dan keluar, pikiran dan kelompok-kelompok bathin dan muncul dan lenyapnya, ia melatih dirinya.

(14) “’Mengenali ketiadaan-nafsu, aku menarik nafas’, demikianlah ia melatih dirinya”: Ia memperhatikan nafas masuk dan nafas keluar (dengan berpikir) sebagai berikut: “Ini adalah tidak kekal; ini adalah ketiadaan-nafsu; ini adalah pemadaman, ini adalah Nibbāna”. Demikianlah ia menarik nafas dan melatih dirinya.

(15) “’Mengenali lenyapnya, aku menarik nafas’, demikianlah ia melatih dirinya”: Mengenali banyak rintangan, sesuai kenyataan, (ia berpikir), “Semua ini adalah tidak kekal, hancurnya semua ini adalah pemadaman, Nibbāna”. Demikianlah dengan pandangan yang ditenangkan ia melatih dirinya.

(16) “’Mengenali meninggalkan keduniawian, aku menarik nafas’, demikianlah ia melatih dirinya”: Mengenali kesengsaraan sesuai kenyataan, (ia berpikir), “Semua ini adalah tidak kekal”, dan membebaskan dirinya dari kesengsaraan, ia berdiam dalam kedamaian pemadaman, Nibbāna. Demikianlah ia melatih dirinya dan mencapai kebahagiaan. Ketenangan dan keluhuran dipahami sebagai berikut: Semua aktivitas berhenti. Semua kekotoran ditinggalkan. Keterikatan dihancurkan. Nafsu tidak ada. Ini adalah kedamaian padamnya.

Dari enam belas ini, dua belas pertama memenuhi ketenangan dan pandangan terang, dan dikenali sebagai ketidak-kekalan. Empat terakhir hanya memenuhi pandangan terang. Demikianlah ketenangan dan pandangan terang dipahami.

Dan selanjutnya, semua ini terdiri dari empat jenis. Pertama adalah bahwa praktik yang mengarah menuju lengkapnya pengenalan. Ada saat ketika seseorang mengenali (ketidak-kekalan) melalui memperhatikan nafas masuk dan nafas keluar. Ini disebut pengetahuan panjang dan pendeknya melalui latihan. Menenangkan bentukan-bentukan jasmani dan bentukan-bentukan bathin, menggembirakan pikiran, mengkonsentrasikan pikiran, dan membebaskan pikiran – ini disebut munculnya pengetahuan atas seluruh tubuh, kebahagiaan dan bentukan-bentukan bathin. “Mengalami pikiran” artinya: “Lengkapnya pengenalan”, “Ada saat ketika seseorang mengenali” dan seterusnya merujuk pada empat aktivitas yang selalu dimulai dengan pengenalan ketidak-kekalan.

Dan selanjutnya, praktik artinya mencapai kondisi (meditasi, jhāna) melalui perhatian pada pernafasan. Ini adalah praktik. Melalui perhatian pada pernafasan ini, seseorang mencapai kondisi yang (bahkan, tidak) dengan permulaan pikiran. Itu adalah kondisi yang disertai dengan permulaan pikiran dan kelangsungan pikiran, dan kondisi yang disertai dengan kelangsungan pikiran.  Mengalami kegembiraan adalah kondisi dari meditasi, jhāna kedua. Mengalami kebahagiaan adalah kondisi dari meditasi, jhāna ketiga. Mengalami pikiran adalah kondisi dari meditasi, jhāna keempat.

Dan selanjutnya, semua ini terdiri dari dua jenis. Yaitu praktik dan pemenuhan. Praktik demikian seperti yang terdapat di dalam pemenuhan tidak menyebabkan menurunnya enam belas landasan. Praktik adalah bagaikan benih; yaitu penyebab bagi jasa. Pemenuhan adalah bagaikan bunga atau buah, karena berasal dari benda yang serupa.

Jika perhatian pada pernafasan dipraktikkan, empat landasan perhatian terpenuhi. Jika empat landasan perhatian dipraktikkan, tujuh faktor penerangan sempurna terpenuhi. Jika tujuh faktor penerangan sempurna dipraktikkan, kebebasan dan kebijaksanaan terpenuhi.

Empat landasan perhatian murni

T. Bagaimanakah kondisi tersebut dicapai?

J. Landasan perhatian murni yang dimulai dengan nafas masuk yang panjang dan nafas keluar yang panjang adalah peninjauan terhadap tubuh. Yang dimulai dengan mengalami kegembiraan adalah peninjauan terhadap perasaan. Yang dimulai dengan mengalami pikiran adalah peninjauan terhadap pikiran. Yang dimulai dengan mengenali ketidak-kekalan adalah peninjauan terhadap kondisi-kondisi. Demikianlah seseorang yang mempraktikkan perhatian pada pernafasan memenuhi empat landasan perhatian murni.

Tujuh faktor Penerangan Sempurna

Bagaimanakah tujuh faktor penerangan sempurna dipenuhi melalui praktik empat landasan perhatian murni? Jika yogi tersebut mempraktekkan (empat) landasan perhatian murni, ia mampu berdiam tanpa bingung dalam perhatian; ini disebut faktor penerangan sempurna perhatian. Yogi itu, berdiam dalam perhatian, menyelidiki keadaan menderitakan, ketidak-kekalan dan fenomena; ini disebut faktor penerangan sempurna menyelidiki kondisi-kondisi. Dengan menyelidiki kondisi-kondisi (dhammā) demikian, ia berusaha dengan tekun tanpa kendur; ini disebut faktor penerangan sempurna usaha. Dengan mengembangkan usaha, ia membangkitkan kegembiraan yang murni; ini disebut faktor penerangan sempurna kegembiraan. Dengan pikiran yang penuh kegembiraan, jasmani dan bathinnya memiliki ketenangan; ini disebut faktor penerangan sempurna ketenangan. Melalui ketenangan, jasmaninya mencapai kenyamanan dan pikirannya terkonsentrasi; ini disebut faktor penerangan sempurna konsentrasi. Berkat konsentrasi, bathinnya mencapai keseimbangan; ini disebut faktor penerangan sempurna keseimbangan. Demikianlah, karena praktik empat landasan perhatian murni, tujuh faktor penerangan sempurna terpenuhi.

Bagaimanakah kebebasan dan kebijaksanaan dipenuhi melalui praktik tujuh faktor penerangan sempurna? Yogi yang sering mempraktikkan tujuh faktor penerangan sempurna, memperoleh dalam sesaat  kebijaksaan Sang Jalan dan Buah Kebebasan. Demikianlah, karena praktik tujuh faktor penerangan sempurna, kebijaksanaan dan kebebasan terpenuhi.

T. Semua bentukan-bentukan  memiliki permulaan dan kelangsungan pikiran menurut alam-alam kehidupan.  Kalau begitu, mengapa hanya permulaan pikiran yang ditekan dalam perhatian pada pernafasan, dan bukan yang lainnya?

J. Ini  digunakan di sini dalam pengertian lain. Pikiran yang mengembara adalah suatu rintangan bagi meditasi, jhāna. Dalam pengertian ini, maka ini  ditekan.

Mengapakah kontak udara menyenangkan? Karena menenangkan pikiran. Ini dapat diumpamakan dengan kenyamanan pikiran musisi surgawi (gandhabba) karena suara merdu. Dengan ini pikiran yang mengembara ditekan. Dan juga, ini seperti seseorang yang berjalan di tepi sungai. Pikirannya tenang, terarah ke satu obyek dan tidak mengembara. Oleh karena itu dalam perhatian pada pernafasan, menekan pikiran yang mengembara diajarkan.

Perhatian pada pernafasan berakhir
Title: Re: 40 objek meditasi
Post by: Indra on 11 February 2012, 10:49:00 PM
Perenungan kematian

T. Apakah perenungan kematian? Bagaimanakah praktiknya? Apakah karakteristik utama, fungsi dan penyebab langsungnya? Apakah manfaatnya? Bagaimanakah prosedurnya?

J. Terputusnya kemampuan hidup – ini disebut kematian. Perhatian yang tidak terganggu dari kematian – ini disebut praktiknya. Terputusnya kehidupan seseorang adalah karakateristik utamanya. Ketidak-senangan adalah fungsinya. Kesejahteraan adalah penyebab langsungnya.

Apakah manfaatnya? Ia yang mempraktikkan perenungan kematian memiliki ketekunan sehubungan dengan kondisi kebajikan yang lebih tinggi, dan ketidak-sukaan sehubungan dengan kejahatan. Ia tidak menimbun pakaian dan perhiasan. Ia tidak kikir. Ia berumur panjang, tidak melekat kepada benda-benda, memiliki persepsi ketidak-kekalan, persepsi penderitaan dan persepsi tanpa-diri. Ia memperoleh kemakmuran dan mendekati surga. Ketika menjelang kematian, ia tidak mengalami kebingungan.

Bagaimanakah prosedurnya? Seorang yogi baru pergi ke tempat sunyi dan menjaga pikirannya. Ia merenungkan kematian makhluk-makhluk dengan pikiran tenang sebagai berikut: “Aku akan mati; akan akan memasuki alam kematian; aku tidak dapat menghindari kematian”. Demikianlah yang diajarkan dalam Nettipada Sutta:  “Jika seseorang ingin bermeditasi pada kematian, ia harus merenungkan seseorang yang menjelang kematian dan ia harus mengetahui penyebab kematiannya”.

Di sini ada empat jenis perenungan kematian: (1) Berhubungan dengan kegelisahan, (2) Berhubungan dengan ketakutan, (3) Berhubungan dengan ketidak-berbedaan, (4) Berhubungan dengan kebijaksanaan.

Perenungan yang berhubungan dengan kehilangan seseorang yang dicintai adalah berhubungan dengan kegelisahan. Perenungan yang berhubungan dengan kematian yang mendadak dari seseorang yang dicintai adalah berhubungan dengan ketakutan. Perenungan kematian oleh seorang petugas pembakar (jenazah) adalah berhubungan dengan ketidak-berbedaan. Mengingat (sifat) dunia, seseorang mengembangkan kebosanan – ini disebut berhubungan dengan kebijaksanaan. Di sini, yogi tersebut tidak boleh mempraktikkan perenungan yang berhubungan dengan kegelisahan. Ketakutan atau ketidak-berbedaan, karena [432] melaluinya ia tidak akan mampu melenyapkan tekanan. Tekanan hanya mampu dilenyapkan melalui perenungan yang berhubungan dengan kebijaksanaan.

Ada tiga jenis kematian sebagai berikut: kematian menurut pendapat umum, kematian sebagai pemutusan total, kematian sesaat. Apakah “kematian menurut pendapat umum”? Kematian yang dipahami dalam bahasa umum. Ini disebut “kematian menurut pendapat umum”. “Kematian sebagai pemutusan total” artinya: “Yang Sempurna telah memutuskan kekotoran-kekotoran”. “Kematian sesaat” artinya: “Lenyapnya sesaat semua bentukan-bentukan”. 

Dan selanjutnya, ada dua jenis kematian: kematian yang terjadi tidak pada waktunya dan kematian yang terjadi pada waktunya. Kematian karena bunuh-diri, pembunuhan atau penyakit, atau karena terputus di tengah-tengah kehidupan tanpa penyebab (yang semestinya) disebut kematian yang terjadi tidak pada waktunya. Kematian karena berakhirnya umur kehidupan atau karena usia-tua disebut kematian yang terjadi pada waktunya.  Seseorang harus mengingat kedua jenis kematian ini.

Dan selanjutnya, para guru masa lampau  telah mengajarkan perenungan kematian dalam delapan cara berikut ini:  melalui kehadiran seorang pembunuh; melalui tidak adanya penyebab yang efisien;*  melalui kesimpulan; melalui tubuh yang sama bagi banyak orang; melalui lemahnya prinsip-kehidupan; melalui perbedaan waktu; melalui tidak adanya gambaran; melalui singkatnya suatu saat. Bagaimanakah seseorang mempraktikkan perenungan kematian “melalui kehadiran seorang pembunuh”? J. Bagaikan seseorang yang dibawa ke suatu tempat untuk dibunuh. Ketika orang tersebut melihat pembunuh mengeluarkan pedang dan mengikutinya, ia berpikir: “Orang ini bermaksud membunuhku; aku dapat dibunuh setiap saat; aku dapat dibunuh pada setiap langkah. Aku pasti terbunuh jika aku berbalik. Aku pasti terbunuh jika aku duduk; aku pasti terbunuh jika aku tidur”. Demikianlah seharusnya seseorang mempraktikkan perenungan kematian “melalui kehadiran seorang pembunuhan”. T. Bagaimanakah seseorang mempraktikkan perenungan kematian “melalui tidak adanya penyebab yang efisien”? Tidak ada penyebab atau keterampilan yang dapat menyebabkan kehidupan abadi. Ketika matahari dan bulan terbit, tidak ada penyebab atau keterampilan yang dapat membuatnya berbalik. Demikianlah yogi tersebut mempraktikkan perenungan kematian. T. Bagaimanakah seseorang mempraktikkan perenungan kematian “melalui kesimpulan”? J. Banyak raja-raja yang memiliki harta yang sangat banyak, banyak kendaraan-raja, Mahā Sudassana yang memiliki kekuasaan luar biasa, Mandhātu dan semua raja-raja lainnya memasuki kondisi kematian. Dan juga, banyak para bijaksana masa lampau, Vessamitta dan Yamataggi, yang memiliki kesaktian luar biasa dan yang membuat api dan air memancar dari tubuhnya, juga memasuki kondisi kematian. Pendengar mulia masa lampau seperti Yang Mulia Sariputta, Moggallāna dan lainnya, yang memiliki kebijaksanaan dan kekuatan besar juga memasuki kondisi kematian. Banyak Pacceka-buddha yang mencapai Penerangan Sempurna tanpa memiliki guru, dan yang memiliki semua kebajikan, juga memasuki kondisi kematian. Dan juga, Mereka yang datang dan pergi di jalan yang sama, Yang Sempurna, Yang Tercerahkan Sempurna, Yang Tanpa Tandingan, memiliki pengetahuan dan perilaku, yang telah memenangkan pantai seberang kebajikan – banyak yang demikian juga memasuki kondisi kematian. Bagaimanakah aku dengan umur yang singkat ini menghindari diri dari memasuki kondisi kematian? Demikianlah yogi tersebut mempraktikkan perenungan kematian “melalui kesimpulan”. T. Bagaimanakah seseorang mempraktikkan perenungan kematian “melalui tubuh yang sama bagi banyak orang”? J. Karena ketidak-teraturan angin dan cairan, kondisi kematian terpenuhi. Karena gangguan banyak ulat atau karena kurangnya minuman dan makanan, kondisi kematian terpenuhi. Atau karena gigitan ular berbisa, kelabang, atau tikus, kematian terpenuhi. Atau karena diserang singa, harimau atau macan, atau karena diserang makhluk jahat (nāga), atau karena tertanduk sapi, kematian terpenuhi. Atau karena dibunuh oleh manusia atau bukan manusia, kematian terpenuhi. Demikianlah seseorang mempraktikkan perenungan kematian “melalui tubuh yang sama bagi banyak orang”. T. Bagaimanakah seseorang mempraktikkan perenungan kematian “melalui lemahnya prinsip-kehidupan”? J. Dalam dua cara seseorang mempraktikkan perenungan kematian melalui lemahnya prinsip-kehidupan. Karena kondisi ditempatkan dalam ketidak-berdayaan dan karena ketergantungan pada ketidak-berdayaan, kelemahan dari prinsip-kehidupan terpenuhi.

Perumpamaan busa, batang pisang dan gelembung

T. Bagaimanakah prinsip kehidupan lemah karena kondisi ditempatkan dalam ketidak-berdayaan? J. Tidak ada inti dalam tubuh ini seperti yang diajarkan dalam perumpamaan busa, dalam perumpamaan batang pisang dan perumpamaan gelembung,  karena hampa dari kenyataan dan terpisah dari kenyataan. Demikianlah melalui kondisi ditempatkan dalam ketidak-berdayaan, prinsip-kehidupan menjadi lemah. T. Bagaimanakah prinsip-kehidupan yang lemah karena ketergantungan pada ketidak-berdayaan? J. Ini disatukan oleh nafas masuk dan nafas keluar, dengan empat pokok utama, dengan minuman dan makanan, dengan empat postur dan dengan kehangatan. Demikianlah ia bergantung pada ketidak-berdayaan. Oleh karena itu prinsip-kehidupan lemah. Demikianlah seseorang mempraktikkan perenungan kematian “melalui lemahnya prinsip-kehidupan” dalam dua cara. T. Bagaimanakah seseorang mempraktikkan perenungan kematian “melalui perbedaan waktu”? J. Semua makhluk yang terlahir di masa lampau (dan mengalami kematian), di masa sekarang, (hampir) semuanya memasuki kondisi kematian sebelum mencapai seratus tahun. Demikianlah seseorang mempraktikkan perenungan kematian “melalui perbedaan waktu”. Dan selanjutnya, seseorang mempraktikkan sebagai berikut: “Apakah mungkin aku hidup selama sehari dan semalam. Apakah selama masa itu aku mampu mengingat Ajaran Sang Buddha – apakah aku mendapatkan kesempatan tersebut! Apakah aku dapat hidup selama satu hari saja. Atau dapatkah aku hidup selama setengah hari, atau selama waktu yang singkat. Dapatkah aku hidup cukup lama untuk menikmati satu porsi makan, setengah porsi makanan, atau bahkan cukup lama untuk mengumpulkan dan memakan empat atau lima suap makanan! Dapatkah aku hidup cukup lama untuk mengembuskan nafas yang telah kutarik, atau dapatkah aku hidup cukup lama untuk menarik nafas yang telah kuembuskan”.  (Demikianlah) seseorang mempraktikkan perenungan kematian “melalui perbedaan waktu”.

T. Bagaimanakah seseorang mempraktikkan perenungan kematian “melalui tidak adanya gambaran”? J. Tidak ada gambaran. Oleh karena itu tidak ada waktu yang pasti untuk mati. Demikianlah seseorang mempraktikkan perenungan kematian “melalui tidak adanya gambaran”. T. Bagaimanakah seseorang mempraktikkan perenungan kematian “melalui singkatnya suatu saat”?  J. Jika seseorang menghitung penyebab dari masa sekarang dan bukan masa lalu atau masa depan, makhluk-makhluk ada hanya selama satu saat kesadaran. Tidak ada yang muncul selama dua saat. Demikianlah semua makhluk tenggelam dalam saat kesadaran.  Diajarkan dalam Abhidhamma sebagai berikut: Dalam saat kesadaran masa lalu, seseorang tidak telah hidup, seseorang tidak sedang hidup dan tidak akan hidup. Dalam saat kesadaran masa depan, seseorang tidak telah hidup, seseorang tidak sedang hidup dan tidak akan hidup. Dalam saat kesadaran masa sekarang, seseorang tidak telah hidup, seseorang tidak akan hidup, seseorang hanya sedang hidup.”

Dan selanjutnya, diajarkan dalam syair berikut:

   “Hidup dan individu, penderitaan, kebahagiaan dan semuanya
    Bergabung dalam satu pikiran; dengan cepat saat berlalu.
 Melalui yang-belum-ada, tidak ada yang dilahirkan;
 melalui masa sekarang, seseorang hidup.
Ketika pikiran hancur, dunia mati;  maka akhir dunia diajarkan”.

Demikianlah seseorang mempraktikkan perenungan kematian melalui singkatnya suatu saat. Yogi tersebut melalui cara-cara ini mempraktikkan perenungan kematian dan mengembangkan (persepsi) tidak menyenangkan. Berkat keterampilan ini dalam (persepsi) tidak menyenangkan dan berkat keterampilan dalam perenungan, pikirannya tidak terganggu. Ketika pikirannya tidak terganggu, ia mampu menghancurkan rintangan-rintangan dan membangkitkan faktor-faktor meditasi (jhāna) dan mencapai konsentrasi-pendahuluan.

T. Apakah perbedaan antara persepsi ketidak-kekalan dan perenungan kematian?

J. Persepsi lenyapnya kelompok-kelompok kehidupan disebut persepsi ketidak-kekalan. Perhatian pada penghancuran indria disebut perenungan kematian. Praktik persepsi ketidak-kekalan dan persepsi tanpa-diri disebut penolakan kebanggaan. Ia yang mempraktikkan perenungan kematian dapat berdiam dalam persepsi ketidak-kekalan dan persepsi penderitaan melalui pikiran pemutusan kehidupan dan kehancuran pikiran. Ini adalah perbedaan antara dua hal tersebut.

Perenungan kematian berakhir

Perhatian pada jasmani


T. Apakah perhatian pada jasmani? Bagaimanakah praktiknya? Apakah karakteristik utama dan fungsinya? Apakah manfaatnya? Bagaimanakah prosedurnya?

J. Perhatian sehubungan dengan sifat-sifat jasmani adalah praktiknya. Perhatian adalah perhatian dan perhatian benar. Demikianlah perhatian pada jasmani dipahami. Ke-diam-an pikiran yang tidak terganggu dalam perhatian ini adalah praktiknya. Sifat-sifat jasmani yang teramati adalah karakteristik utamanya. Persepsi tidak menyenangkan adalah fungsinya. Gambaran ketidak-nyataan adalah manifestasinya..

Apakah manfaatnya? Seseorang yang mempraktikkan perhatian pada jasmani mampu bertahan. Ia mampu bertahan melihat hal yang menakutkan dan ia mampu bertahan dari panas, dingin dan sejenisnya. Ia memiliki persepsi ketidak-kekalan, persepsi tanpa-diri, persepsi kekotoran dan persepsi penderitaan. Ia mencapai empat meditasi, jhāna, dengan mudah, memiliki pandangan jernih atas banyak hal, gembira dengan praktiknya, memperoleh kemakmuran dan mendekati surga.

Bagaimanakah prosedurnya? Seorang yogi baru pergi ke tempat sunyi, duduk dan menjaga pikirannya. Dengan pikiran tidak terganggu, ia bermeditasi pada sifat-sifat dari jasmaninya. Bagaimanakah ia mempraktikkan perhatian pada jasmani?

Tiga puluh dua bagian jasmani

Jasmani ini terdiri dari rambut kepala, bulu badan, kuku, gigi, kulit, daging, urat, tulang, sum-sum, ginjal, hati, jantung, limpa, paru-paru, empedu, lambung, minyak, lemak, otak , sekat rongga badan, usus, selaput pelindung organ dalam tubuh (mesentery), tinja, air seni, nanah, darah, dahak, keringat, cairan sendi, air mata, ingus, air liur, dan adalah tidak murni. Yogi baru pertama-tama harus membacakan dengan bersuara ke-tiga-puluh-dua bagian tubuh ini dalam urutan maju dan dalam urutan mundur. Ia harus senantiasa membacakan dengan baik dan menyelidiki hal-hal ini (tiga-puluh-dua bagian). Sambil membacakan dengan baik ia harus senantiasa menyelidiki. Selanjutnya ia harus merenungkannya dalam hati dalam empat cara berikut: melalui warna, melalui kelompok-kelompok, bentuk, landasan. Ia dapat, dengan membedakan, mengambil satu atau dua [433] atau lebih dan menangkap gambaran kasar. Demikianlah si yogi mampu memunculkan perwujudan tiga kecenderungan pikiran, yaitu, melalui warna, ketidak-senangan dan ruang. Jika si yogi memunculkan gambaran melalui warna, ia mampu bermeditasi dengan terampil melalui kasiṇa warna. Jika ia memunculkan gambaran melalui ketidak-senangan, ia mampu bermeditasi dengan terampil terhadap ketidak-sucian. Jika si yogi memunculkan gambaran melalui ruang, ia mampu bermeditasi dengan terampil pada unsur-unsur. Jika si yogi mempraktikkan kasiṇa, ia akan mencapai meditasi, jhāna keempat. Jika yogi tersebut mempraktikkan ketidak-sucian, ia akan mencapai meditasi, jhāna pertama. Jika ia mempraktikkan unsur-unsur, ia akan mencapai konsentrasi pendahuluan.

Di sini, seorang yang berjalan dalam kebencian memunculkan perwujudan gambaran melalui warna; seorang yang berjalan dalam nafsu, melalui ketidak-senangan; dan seorang yang berjalan dalam kebijaksanaan, melalui unsur-unsur. Selanjutnya, seorang yang berjalan dalam kebencian harus bermeditasi melalui warna; seorang yang berjalan dalam nafsu, melalui ketidak-senangan dan seorang yang berjalan dalam kebijaksanaan, melalui unsur-unsur.

Perhatian dalam tiga belas cara

Selanjutnya, seseorang harus memperhatikan sifat jasmani dalam tiga belas cara: melalui benih, tempat, kondisi, mengalir, pembentukan perlahan-lahan, ulat-ulat, sambungan , kumpulan, kejijikan, ketidak-murnian, bergantungan, tidak menyadari kewajiban, terbatas.

T. Bagaimanakah seseorang merenungkan sifat jasmani melalui “benih”?

J. Bagaikan serbuk elaeagnus, kosātaki* , dan sejenisnya terbakar, demikian pula jasmani ini yang dihasilkan dari benih tidak suci dari orang tua juga terbakar. Ini adalah ketidak-murnian. Demikianlah seseorang merenungkan sifat jasmani ini melalui “benih”.

T. Bagaimanakah seseorang merenungkan sifat jasmani melalui “tempat”?

J. Jasmani ini tidak muncul dari uppala* , kumuda* , atau pundarika* . Jasmani ini muncul dari ketidak-sucian, bau dan ketidak-bersihan yang digabung menjadi satu. Jasmani ini terbaring dalam rahim dari kiri ke kanan. Bersandar pada tulang punggung sang ibu, terbungkus dalam selaput. Tempat ini tidak-murni. Oleh karena itu jasmani ini juga tidak murni. Demikianlah seseorang merenungkan sifat jasmani ini melalui “tempat”.

T. Bagaimanakah seseorang merenungkan sifat jasmani melalui “kondisi”?

J. Jasmani ini tidak diberi makan dengan emas, perak atau permata. Tidak tumbuh karena diberi makan candana* , tagara*,  kayu gaharu dan sejenisnya. Jasmani ini tumbuh dalam rahim ibu dan bercampur dengan ingus, ludah, liur dan air mata yang tertelan oleh sang ibu. Jasmani ini diberi makan dengan makanan dan minuman bau yang dihasilkan dalam rahim sang ibu. Nasi, susu , buncis, ingus, ludah, liur dan dahak yang tertelan oleh ibu membentuk bagian dari jasmani ini. Dari cairan bau dan kotor ini jasmani ini dibesarkan. Demikianlah seseorang merenungkan sifat jasmani ini melalui “kondisi”

T. Bagaimanakah seseorang merenungkan sifat jasmani melalui “mengalir”?

J. Jasmani ini bagaikan sebuah kantung kulit dengan banyak lubang yang memancarkan kotoran dan air kencing. Jasmani ini berisi kotoran dan air kencing. Jasmani ini merupakan gabungan dari minuman dan makanan yang masuk, berupa ingus, ludah, kotoran dan air kencing. Berbagai ketidak-murnian ini memancar dari sembilan lubang.  Demikianlah seseorang merenungkan sifat jasmani ini melalui “mengalir”.

T. Bagaimanakah seseorang merenungkan sifat jasmani melalui “pembentukan perlahan-lahan”?

J. Jasmani ini perlahan-lahan membentuk dirinya sendiri sesuai dengan kamma sebelumnya. Dalam minggu pertama, kalala* terbentuk.
Dalam minggu kedua, abbuda* terbentuk.
Dalam minggu ketiga, pesi* terbentuk.
Dalam minggu keempat, ghana* terbentuk.
Dalam minggu kelima, lima bagian  terbentuk.
Dalam minggu keenam, empat bagian terbentuk.
Dalam minggu ketujuh, empat bagian lagi terbentuk.
Dalam minggu kedelapan, dua puluh delapan bagian terbentuk.
Dalam minggu kesembilan dan kesepuluh, tulang punggung terbentuk.
Dalam minggu kesebelas, tiga ratus tulang terbentuk.
Dalam minggu kedua belas, delapan ratus bagian terbentuk.
Dalam minggu ketiga belas, sembilan ratus bagian terbentuk.
Dalam minggu keempat belas, seratus gumpalan daging terbentuk.
Dalam minggu kelima belas, darah terbentuk.
Dalam minggu keenam belas, sekat rongga badan terbentuk.
Dalam minggu ketujuh belas, kulit terbentuk.
Dalam minggu kedelapan belas, warna kulit terbentuk.
Dalam minggu kesembilan belas, angin sesuai kamma mengisi tubuh.
Dalam minggu kedua puluh, sembilan lubang terbentuk.
Dalam minggu kedua puluh lima, tujuh belas ribu jaringan kulit terbentuk.
Dalam minggu kedua puluh enam, tubuh menjadi lebih keras.
Dalam minggu kedua puluh tujuh, tubuh memiliki kekuatan.
Dalam minggu kedua puluh delapan, sembilan puluh sembilan ribu pori-pori terbentuk.
Dalam minggu kedua puluh sembilan, seluruh tubuh lengkap. Dan juga diajarkan bahwa dalam minggu ketujuh, tubuh bayi telah lengkap, dan ia bersandar pada punggungnya dengan kepala tergantung dengan posisi meringkuk. Dalam minggu keempat puluh dua, dengan bantuan angin yang dihasilkan oleh kamma, ia membalik posisinya. Pada saat ini ia lahir. Di dunia ini dikenal sebagai makhluk. Demikianlah seseorang merenungkan sifat jasmani ini melalui “pembentukan perlahan-lahan”.
Title: Re: 40 objek meditasi
Post by: Indra on 11 February 2012, 10:49:45 PM
Ulat yang bergantung pada tubuh

T. Bagaimanakah seseorang merenungkan sifat jasmani melalui “ulat-ulat”?

J. Jasmani ini digerogoti oleh delapan puluh ribu ulat. Ulat yang bergantung pada rambut disebut “besi-rambut”. Ulat yang bergantung pada tengkorak disebut “telinga bengkak”. Ulat yang bergantung pada otak disebut “penggila”. Dalam kelompok ini terdapat empat jenis. Yang pertama disebut ukurimba*. Yang kedua disebut shibara*. Yang ketiga disebut daraka*. Yang keempat disebut dakashira*. Ulat yang bergantung pada mata disebut “penjilat-mata”. Ulat yang bergantung pada telinga disebut “penjilat-telinga”. Ulat yang bergantung pada hidung disebut “penjilat-hidung”. Di sini ada tiga jenis. Yang pertama disebut rukamuka*. Yang kedua disebut aruka*.  Yang ketiga disebut manarumuka*. Ulat yang bergantung pada lidah disebut muka*. Ulat yang bergantung pada akar lidah disebut motanta*. Ulat yang bergantung pada gigi disebut kuba*. Ulat yang bergantung pada akar gigi disebut ubakuba*. Ulat yang bergantung pada tenggorokan disebut abasaka*. Ulat yang bergantung pada leher ada dua jenis. Yang pertama disebut rokara*. Yang kedua disebut virokara*. Ulat yang bergantung pada bulu badan disebut “penjilat bulu-badan”. Ulat yang bergantung pada kuku disebut “penjilat kuku”. Ulat yang bergantung pada kulit ada dua jenis. Yang pertama disebut tuna*. Yang kedua disebut tunanda*. Ulat yang bergantung pada sekat rongga badan ada dua jenis. Yang pertama disebut viramba*. Yang kedua disebut maviramba*. Ulat yang bergantung pada daging ada dua jenis. Yang pertama disebut araba*. Yang kedua disebut raba*. Ulat yang bergantung pada darah ada dua jenis. Yang pertama disebut bara*. Yang kedua disebut badara*. Ulat yang bergantung pada urat ada empat jenis. Yang pertama disebut rotara*. Yang kedua disebut kitaba*. Yang ketiga disebut baravatara*. Yang keempat disebut ranavarana*. Ulat yang bergantung pada pembuluh darah ada dua jenis. Yang pertama disebut sivara*. Yang kedua disebut ubasisira*. Ulat yang bergantung pada tulang ada empat jenis. Yang pertama disebut kachibida*. Yang kedua disebut anabida*. Yang ketiga disebut chiridabida*. Yang keempat disebut kachigokara*. Ulat yang bergantung pada sumsum ada dua jenis. Yang pertama disebut bisha*. Yang kedua disebut bishashira*. Ulat yang bergantung pada limpa ada dua jenis. Yang pertama disebut nira*. Yang kedua disebut bita. Ulat yang bergantung pada jantung ada dua jenis. Yang pertama disebut sibita*. Yang kedua disebut ubadabita*. Ulat yang bergantung pada akar jantung ada dua jenis. Yang pertama disebut manka*. Yang kedua disebut sira*. Ulat yang bergantung pada lemak ada dua jenis. Yang pertama disebut kara*. Yang kedua disebut karasira*. Ulat yang bergantung pada kandung kemih ada dua jenis. Yang pertama disebut bikara*. Yang kedua disebut mahakara*. Ulat yang bergantung pada akar kandung kemih ada dua jenis. Yang pertama disebut kara*. Yang kedua disebut karasira*. Ulat yang bergantung pada perut ada dua jenis. Yang pertama disebut rata*. Yang kedua disebut maharata*. Ulat yang bergantung pada selaput pembungkus organ dalam tubuh ada dua jenis. Yang pertama disebut sorata*. Yang kedua disebut maharata*. Ulat yang bergantung pada akar selaput pembungkus organ dalam tubuh ada dua jenis. Yang pertama disebut (si-)ba*. Yang kedua disebut mahasiba*. Ulat yang bergantung pada usus ada dua jenis. Yang pertama disebut anabaka*. Yang kedua disebut kababaka*. Ulat yang bergantung pada lambung ada empat jenis. Yang pertama disebut ujuka*. Yang kedua disebut ushaba*. Yang ketiga disebut chishaba*. Yang keempat disebut senshiba*. Ulat yang bergantung pada rahim yang matang ada empat jenis. Yang pertama disebut vakana*. Yang kedua disebut mahavakana*. Yang ketiga disebut unaban*. Yang keempat disebut punamaka*. Ulat yang bergantung pada empedu disebut hitasoka*. Ulat yang bergantung pada ludah disebut senka*. Ulat yang bergantung pada keringat disebut sudasaka*. Ulat yang bergantung pada minyak disebut jidasaka*. Ulat yang bergantung pada organ kelamin ada dua jenis. Yang pertama disebut subakama*. Yang kedua disebut samakita*. Ulat yang bergantung pada akar organ kelamin ada tiga jenis. Yang pertama disebut sukamuka*. Yang kedua disebut darukamuka*. Yang ketiga disebut sanamuka*. Ada lima  jenis ulat: yang bergantung pada bagian depan dari tubuh dan menggerogoti bagian depan tubuh; yang bergantung pada bagian belakang dari tubuh dan menggerogoti bagian belakang tubuh; yang bergantung pada bagian kiri dari tubuh dan menggerogoti bagian kiri tubuh; yang bergantung pada bagian kanan dari tubuh dan menggerogoti bagian kanan tubuh. Ulat-ulat ini disebut candasira*, sinkasira*, hucura*, dan seterusnya. Ada tiga jenis yang bergantung pada dua lubang bagian bawah. Yang pertama disebut kurukulayuyu*. Yang kedua disebut sarayu*. Yang ketiga disebut kandupada*. Demikianlah seseorang merenungkan sifat jasmani ini melalui “ulat-ulat”.

T. Bagaimanakah seseorang merenungkan sifat jasmani melalui “sambungan”?

J. Tulang kering kaki bersambungan dengan tulang kaki; tulang kering bersambungan dengan tulang paha; tulang paha bersambungan dengan tulang panggul; tulang panggul bersambungan dengan tulang punggung; tulang punggung bersambungan dengan tulang belikat; tulang belikat bersambungan dengan tulang lengan; tulang lengan bersambungan dengan tulang leher; tulang leher bersambungan dengan tengkorak; tengkorak bersambungan dengan tulang pipi; tulang pipi bersambungan dengan gigi. Demikianlah melalui sambungan tulang-belulang dan dibungkus oleh kulit, tubuh yang tidak bersih ini dapat berdiri dan lengkap. Jasmani ini terlahir oleh kamma. Tidak ada seorangpun yang menciptakannya. Demikianlah seseorang harus merenungkan sifat jasmani melalui “sambungan”.

Tulang-belulang dari tubuh

Bagaimanakah seseorang merenungkan sifat jasmani melalui “kumpulan”? Ada sembilan tulang di kepala, dua tulang pipi, tiga puluh dua gigi, tujuh tulang leher, empat belas tulang rusuk, dua puluh empat tulang sisi, delapan belas sendi tulang punggung, dua tulang panggul, enam puluh empat tulang tangan, enam puluh empat tulang kaki, dan enam puluh empat tulang lunak yang melekat pada daging. Tiga ratus tulang ini dan delapan atau sembilan ratus urat daging saling bersambungan satu sama lain. Ada sembilan ratus otot, tujuh belas ribu jaringan kulit, delapan juta rambut kepala, sembilan puluh sembilan ribu bulu badan, enam puluh celah kecil, delapan puluh ribu ulat. Empedu, ludah dan otak masing-masing beratnya satu palata*  - dalam satuan Ryo ini sama dengan empat ryo – dan darah beratnya satu attha* - dalam satuan Ryo ini sama dengan tiga sho. Semua ini dalam berbagai bentuk hanyalah tumpukan kotoran, timbunan air kencing yang disebut badan. Demikianlah seseorang merenungkan sifat jasmani melalui “kumpulan”.

Bagaimanakah seseorang merenungkan sifat jasmani melalui “kejijikan”? Sesorang sangat menjunjung tinggi kemurnian. Hal-hal yang disukai oleh orang adalah hal-hal untuk memperindah diri seperti parfum yang harum, salep, dan pakaian indah, dan penutup kasur, bantal, alas tidur dan alas duduk yang digunakan untuk tidur dan duduk, bantal guling, selimut, kanopi, ranjang, dan berbagai jenis makanan dan minuman, tempat tinggal dan hadiah. Seseorang akan memperlihatkan kemelekatan terhadap hal-hal ini (pada awalnya) dan sesudahnya tidak menyukainya lagi. Demikianlah seseorang merenungkan sifat jasmani melalui “kejijikan”.

Ketidak-murnian jasmani

Bagaimanakah seseorang merenungkan sifat jasmani melalui “ketidak-murnian”? Ketika pakaian dan perhiasan menjadi kotor, benda-benda tersebut dapat dicuci kembali. Kemurniannya dapat diperbarui karena sifatnya yang murni. Namun jasmani ini tidak murni. Demikianlah seseorang merenungkan sifat jasmani melalui “ketidak-murnian”.

Beberapa penyakit

Bagaimanakah seseorang merenungkan sifat jasmani melalui “bergantungan”? Begantung pada sebuah kolam, bunga-bunga dihasilkan. Bergantung pada sebuah kebun, buah-buahan dihasilkan. Demikian pula, bergantung pada jasmani ini, berbagai kekotoran dan penyakit dihasilkan. Dengan demikian sakit mata, telinga, hidung, lidah, badan, kepala, mulut, gigi, sakit-tenggorokan, sesak nafas, panas dan dingin, sakit perut, sakit-jantung, epilepsi, masuk angin, diare, lepra, gondok, muntah darah, gatal-gatal, cacar, sakit-kulit, demam, penyakit menular, gonorea, kedinginan dan sebagainya menyebabkan kesulitan tanpa akhir pada tubuh ini. Demikianlah seseorang merenungkan sifat jasmani melalui “bergantungan”.

Bagaimanakah seseorang merenungkan sifat jasmani melalui “tidak menyadari kewajiban”? Sekarang, seseorang menyiapkan makanan dan minuman lezat dan memakannya demi tubuhnya. Ia mandi dan mengharumkan tubuhnya dan membungkusnya dengan pakaian untuk tidur dan duduk. Demikianlah ia merawat tubuhnya. Akan tetapi sebaliknya, dengan tidak berterima kasih, tubuh ini yang bagaikan sebatang pohon beracun menjadi rusak, karena penyakit dan kematian. Jasmani ini bagaikan seorang sahabat yang tidak menyadari kewajibannya. Demikianlah seseorang merenungkan sifat jasmani melalui “tidak menyadari kewajiban”.

Bagaimanakah seseorang merenungkan sifat jasmani melalui “terbatas”? tubuh ini akan habis karena terbakar atau dimangsa (oleh binatang) atau terbuang percuma. Jasmani ini adalah terbatas. Demikianlah seseorang merenungkan sifat jasmani melalui “terbatas”.

Si yogi, melalui berbagai cara ini, mempraktikkan perhatian pada jasmani. Melalui pencapaian kemahiran dalam perhatian dan kebijaksanaan, pikirannya menjadi tidak terganggu. Saat pikirannya tidak terganggu, ia mampu menghancurkan rintangan-rintangan, memunculkan faktor-faktor meditasi (jhāna) dan mencapai keluhuran yang ia inginkan.

Perhatian pada jasmani berakhir.

Perenungan kedamaian

T. Apakah perenungan kedamaian? Bagaimanakah praktiknya? Apakah karakteristik utama, fungsi dan penyebab langsungnya? Apakah manfaatnya? Bagaimanakah prosedurnya? J. Kedamaian adalah diamnya gerakan bathin dan jasmani. Diam total disebut damai. Seseorang mengingat kedamaian dalam pikirannya dengan baik. Ini adalah ingatan, renungan dan ingatan benar. Ini disebut perenungan kedamaian. Ke-diam-an pikiran yang tidak terganggu dalam merenungkan disebut praktiknya. Manifestasi dari jasa dalam waktu yang lama adalah karakteristik utamanya. Ketidak-gelisahan adalah fungsinya. Kebebasan luhur adalah penyebab langsungnya.

Apakah manfaatnya? Ketika seseorang mempraktikkan perenungan kedamaian, ia tidur dengan bahagia, bangun tidur dengan bahagia, memiliki ketenangan. Indria-nya tenang dan ia mampu memenuhi keinginannya. Ia berpenampilan menyenangkan, bersikap rendah hati dan dihormati oleh orang lain. Ia memperoleh kemakmuran dan mendekati surga.

Bagaimanakah prosedurnya? Seorang yogi mendatangi tempat yang sunyi dan duduk dengan pikiran terpusat (pada perenungan kedamaian) dan tidak terganggu. Jika bhikkhu ini menenangkan indria-nya, pikirannya akan menjadi tenang dan ia akan menikmati ketenangan dengan segera. Bhikkhu ini melihat dan mendengar, melalui tindakan jasmani, ucapan dan pikiran, melalui perenungan kedamaian dan melalui kualitas kekuatan kedamaian. Diajarkan oleh Sang Buddha sebagai berikut: “Bhikkhu tersebut memiliki moralitas, memiliki konsentrasi, memiliki kebijaksanaan, memiliki kebebasan dan memiliki pengetahuan akan kebebasan. Besar, Aku menyatakan, keuntungannya, besar manfaatnya bagi seseorang  yang melihat bhikkhu tersebut. Besar, Aku mengatakan, manfaatnya bagi seseorang yang mendengarkan bhikkhu tersebut. Besar, Aku mengatakan, manfaatnya bagi seseorang yang mendekati bhikkhu tersebut. Besar, Aku mengatakan, manfaatnya bagi seseorang yang memberi hormat kepada bhikkhu tersebut. Besar, Aku mengatakan, manfaatnya bagi seseorang yang merenungkan bhikkhu tersebut atau menjalani hidup suci di bawah bimbingannya.

“Bagaimana bisa demikian? Para bhikkhu yang mendengarkan kata-kata dari bhikkhu tersebut akan mampu memperoleh dua ketenangan, yaitu, ketenangan jasmani dan bathin.”

Dalam perenungan kedamaian, seseorang merenungkan (bhikkhu tersebut) sebagai berikut: Ketika bhikkhu tersebut memasuki meditasi, jhāna pertama, ia menghancurkan rintangan-rintangan. Seseorang merenungkan: Ketika ia memasuki meditasi, jhāna kedua, ia menghancurkan awal dan kelangsungan pikiran. Seseorang merenungkan: Ketika ia memasuki meditasi, jhāna ketiga, ia menghancurkan kegembiraan. Seseorang merenungkan: Ketika ia memasuki meditasi, jhāna keempat, ia menghancurkan kebahagiaan. Seseorang merenungkan: Ketika ia memasuki alam ruang tanpa batas, ia menghancurkan persepsi bentuk, persepsi reaksi indria dan persepsi yang beraneka-ragam. Seseorang merenungkan: Ketika ia memasuki alam kesadaran tanpa batas, ia menghancurkan ruang. Seseorang merenungkan: Ketika ia memasuki alam kekosongan, ia menghancurkan persepsi alam kesadaran tanpa batas. Seseorang merenungkan: Ketika ia memasuki alam bukan-persepsi juga bukan bukan-persepsi, ia menghancurkan persepsi alam kekosongan. Seseorang merenungkan: Ketika ia memasuki keadaan lenyapnya persepsi dan sensasi, ia menghancurkan persepsi dan sensasi. Seseorang merenungkan: Ketika ia mencapai Buah Memasuki-Arus, ia menghancurkan kekotoran-kekotoran yang menyertai pandangan-pandangan (sehubungan dengan pandangan-pandangan) . Seseorang merenungkan: Ketika ia mencapai Buah Yang-Kembali-Sekali, ia menghancurkan nafsu kasar, kebencian-kasar dan kekotoran-kekotoran kasar . Seseorang merenungkan: Ketika ia mencapai Buah Yang-Tidak-Kembali, ia mnghancurkan kekotoran-kekotoran halus, nafsu halus dan kebencian halus . Seseorang merenungkan: Ketika ia mencapai Buah Yang-Sempurna, ia menghancurkan semua kekotoran.  Dan seseorang merenungkan: Ketika ia mencapai pemadaman, Nibbana, ia menghancurkan segalanya. Demikianlah dalam perenungan kedamaian (seseorang mengingat bhikkhu tersebut dalam pikirannya.)

Yogi itu, dalam cara-cara ini dan melalui keunggulan-keunggulan ini mengingat kedamaian dalam pikirannya, dan memiliki keyakinan. Karena tidak terhalangi dalam hal keyakinan, ia mengingat dengan mudah, pikirannya tidak terganggu. Ketika pikirannya tidak terganggu, ia menghancurkan rintangan-rintangan, memunculkan faktor-faktor meditasi (jhāna) dan mencapai meditasi-pendahuluan.

Perenungan kedamaian berakhir

Berbagai ajaran

Berikut ini adalah berbagai ajaran sehubungan dengan sepuluh perenungan ini. Seseorang mengingat dalam pikirannya kualitas-kualitas para Buddha di masa lampau dan di masa depan – ini disebut praktik perenungan Buddha. Dengan cara yang sama, seseorang mengingat para Pacceka-buddha. Jika seseorang mengingat dalam pikirannya ajaran-ajaran yang telah diajarkan, ini disebut praktik Perenungan Dhamma. Jika seseorang mengingat dalam pikirannya kualitas-kualitas kehidupan seorang pendengar, ini disebut perenungan Sangha. Jika seseorang mengingat moralitas dalam pikirannya, ini disebut praktik perenungan moralitas. Jika seseorang merenungkan kedermawanan, ini disebut perenungan kedermawanan. Jika seseorang bergembira dalam perenungan kedermawanan, ia memberikan kepada orang-orang yang layak menerima, dan bertekad untuk menjadikan (pemberian) tersebut sebagai obyeknya. [435] Jika ia diberikan makanan yang tidak (layak untuk) dipersembahkan, ia tidak boleh memakannya meskipun hanya sesuap. Perenungan dewata menghasilkan keyakinan dalam diri seseorang. Ada lima ajaran. Seseorang harus mempraktikkan perenungan dewata.

Title: Re: 40 objek meditasi
Post by: Indra on 11 February 2012, 10:52:36 PM

BAGIAN LIMA


Pikiran Cinta-Kasih Tanpa Batas

T. Apakah cinta-kasih ? Bagaimanakah praktiknya? Apakah karakteristik utama, fungsi dan manfestasinya? Apakah manfaatnya? Bagaimanakah prosedurnya?

J. Sebagai orangtua, sewaktu melihat anak tunggalnya yang tersayang, akan muncul pikiran cinta-kasih dan kebaikan terhadap anaknya tersebut, demikian pula hendaknya seseorang memunculkan pikiran cinta kasih dan kebaikan terhadap semua makhluk. Demikianlah cinta-kasih dipahami. Ke-diam-an pikiran yang tidak terganggu dalam praktik ini disebut praktiknya. Memunculkan kebaikan adalah karakteristik utamanya. Pikiran cinta-kasih adalah fungsinya. Ketidak-bencian adalah manifestasinya. Jika seseorang mempraktikkan cinta-kasih, ia akan memperoleh sebelas manfaat: ia tidur dengan bahagia; bangun tidur dengan bahagia; ia tidak mengalami mimpi buruk; ia disayangi oleh para manusia; ia disayangi oleh para makhluk bukan manusia; para dewa melindunginya; api, racun, pedang dan tongkat tidak dapat melukainya; ia mudah mengkonsentrasikan pikirannya; wajahnya cerah; saat menjelang kematian ia tidak bingung; jika ia belum mencapai kesucian, ia akan terlahir kembali di alam Brahma.

Kerugian dari kemaraham dan kekesalan

Bagaimanakah prosedurnya? Seorang yogi yang bertekad untuk melatih cinta-kasih, pertama-tama harus merenungkan keugian-kerugian dari kemarahan dan kekesalan dan manfaat-manfaat dari kesabaran dan menahan sabar dalam pikirannya. Apakah yang dimaksud dengan “pertama-tama harus merenungkan kerugian-kerugian dari kemarahan dan kekesalan”? Jika seseorang memunculkan kemarahan dan kekesalan , pikiran cinta-kasihnya akan termakan dan pikirannya menjadi tidak murni. Selanjutnya ia akan merengut; selanjutnya ia akan mengucapkan kata-kata kasar; selanjutnya ia akan mengambil tongkat dan pedang; selanjutnya ia akan mengamuk dan meludahkan darah; selanjutnya ia akan melemparkan barang-barang berharga; selanjutnya ia akan merusak banyak benda; selanjutnya ia akan membunuh orang lain atau membunuh dirinya sendiri. Dan kemudian, jika seseorang selalu marah dan kesal, ia, karena pikiran jahatnya, mungkin dapat membunuh orangtuanya sendiri, atau membunuh Yang Sempurna atau menyebabkan perpecahan di dalam Sangha, atau melukai tubuh seorang Buddha. Perbuatan-perbuatan yang menakutkan itu mungkin ia lakukan. Demikianlah seseorang harus merenungkan.

Perumpamaan dalam pepatah kuno

Dan lagi, seseorang harus merenungkan sebagai berikut: Aku disebut seorang pendengar; aku harus malu, jika aku tidak melenyapkan kemarahan dan kekesalan. Aku mengingat perumpamaan dalam pepatah kuno.  Aku ingin menikmati keadaan (pikiran) yang baik; jika sekarang aku memunculkan kemarahan dan kekesalan, aku bagaikan seorang yang ingin mandi, tetapi memasuki jamban. Aku adalah seorang yang telah mendengar banyak;  jika aku tidak mengatasi kemarahan dan kekesalan, aku akan ditinggalkan bagaikan dokter yang menderita diare. Aku dihormati di dunia; jika aku tidak melenyapkan kemarahan dan kekesalan, aku akan dikucilkan oleh dunia bagaikan vas bunga indah yang berisi kotoran dan tidak tertutup. (Lebih jauh lagi, seseorang merenungkan sebagai berikut:) Ketika seorang bijaksana mengembangkan kemarahan dan kekesalan, ia mengalami penderitaan hebat. Karena itu ia akan binasa oleh ketakutan akan hukuman berat. Jika seseorang yang digigit oleh seekor ular memiliki penangkal dan tidak mau meminumnya, ia bagaikan seorang yang menyukai penderitaan bukannya kebahagiaan. Demikian pula, seorang bhikkhu yang memunculkan kemarahan dan kekesalan dan tidak menekannya, dengan segera, dikatakan sebagai seorang yang menyukai penderitaan bukannya kebahagiaan, karena ia mengumpulkan lebih banyak kamma yang lebih menakutkan daripada kemarahan dan kekesalan ini. Dan lagi, seseorang harus merenungkan kemarahan dan kekesalan sebagai berikut: Ia yang membangkitkan kemarahan dan kekesalan akan ditertawakan oleh musuh-musuhnya, dan menyebabkan teman-temannya menjadi malu karenanya. Walaupun ia mungkin memiliki moralitas yang dalam, ia akan diremehkan oleh orang lain. Jika sebelumnya ia dihormati, ia akan dipandang rendah setelahnya. Menginginkan kebahagiaan, ia akan mendapatkan penderitaan. Di luar terlihat tenang, namun di dalam ia gelisah. Memiliki mata, ia tidak melihat. Meskipun cerdas, ia menjadi bodoh. Demikianlah seseorang harus merenungkan kerugian-kerugian dari kemarahan dan kekesalan.

T. Apakah yang dimaksud dengan “Seseorang harus merenungkan manfaat-manfaat dari kesabaran”?

J. Kesabaran adalah kekuatan.  Ini adalah perisai. Ini melindungi diri dengan baik dan melenyapkan kemarahan dan kekesalan. Ini adalah kehormatan. Ini dipuji oleh para bijaksana. Ini menyebabkan kebahagiaan tidak jatuh. Ini adalah pelindung. Ini melindungi segalanya. Ini membantu seseorang untuk memahami makna dari segala sesuatu dengan baik. Ini disebut “Membuat orang lain menjadi malu”. Dan lebih jauh lagi, seseorang harus merenungkan sebagai berikut: Aku telah mencukur rambutku; sekarang aku harus melatih kesabaran.  Aku telah menerima persembahan dari suatu desa; aku akan menyebabkan para pemberi memperoleh jasa besar, melalui pikiran kesabaran. Aku berpenampilan seperti Yang Sempurna;  kesabaran adalah praktik para Mulia; karena itu aku tidak akan membiarkan kemarahan muncul dalam pikiranku. Aku disebut seorang pendengar. Aku akan membuat orang lain menyebutku sebagai seorang pendengar dalam kebenaran. Para pemberi dana memberikan banyak kepadaku; melalui kesabaran aku akan menyebabkan mereka memperoleh jasa besar. Aku memiliki keyakinan; kesabaran ini adalah tempat bagi keyakinan dalam diriku. Aku memiliki pengetahuan; kesabaran ini adalah alam kesabaran dalam diriku. Jika terdapat racun kemarahan dan kekesalan dalam diriku, kesabaran ini adalah penangkal yang akan menawarkan racun dalam diriku. Demikianlah seseorang harus merenungkan kerugian-kerugian dari kemarahan dan kekesalan dan manfaat-manfaat dari kesabaran, dan bertekad: “Aku akan mencapai kesabaran. Jika orang lain menyalahkan aku, aku akan sabar, aku tidak akan melawan dan tidak sombong”.  Demikianlah sang yogi maju ke arah kebahagiaan kesabaran dan mendapatkan manfaat bagi dirinya. Ia memasuki sebuah tempat sunyi, dan dengan pikiran tidak terganggu mulai mengisi tubuhnya (dengan pikiran) sebagai berikut: “Aku bahagia. Pikiranku tidak menerima penderitaan”.  Apakah yang dimaksud dengan “Aku tidak memiliki musuh; aku tidak memiliki kemarahan; aku bahagia karena bebas dari semua kekotoran dan melakukan semua kebaikan”? Yogi tersebut mengendalikan pikirannya dan membuatnya lunak. Ia membuat bathinnya mampu memperoleh pencapaian. Jika pikirannya lunak, dan mampu menerima obyek, ia harus mempraktikkan cinta-kasih. Ia harus memperlakukan semua makhluk seperti (memperlakukan) dirinya sendiri. Dalam mempraktikkan cinta-kasih kepada semua makhluk, seorang yogi tidak boleh memulai dengan mengembangkan cinta-kasih kepada musuh-musuh, orang-orang jahat, makhluk-makhluk yang tidak memiliki jasa dan orang-orang yang telah meninggal dunia. Yogi tersebut mengembangkan cinta-kasih kepada seseorang dimulai dari orang yang ia hormati, yang tidak ia rendahkan, dan yang ia anggap sederajat, dan dari siapa ia mendapatkan manfaat dan, karena itu, kepada siapa yang ia tidak merasa iri-hati dan berpikiran jahat. Ia harus mengembangkan cinta-kasih kepada orang-orang demikian, sebagai berikut: “Aku menghargai seseorang yang memiliki sifat-sifat seperti berikut ini, yaitu, seseorang yang memiliki kehormatan, pelajaran, moralitas, konsentrasi dan kebijaksanaan. Aku mendapatkan manfaat melalui persembahan, kata-kata ramah, kedermawanan dan kesungguh-sungguhan dalam hal tersebut. Ini adalah keuntungan bagi diriku”. Demikianlah ia mengingat moralitas yang ia junjung tinggi dan manfaat-manfaat yang ia peroleh (dalam dan melalui diri orang tersebut), dan mengembangkan cinta-kasih kepada orang tersebut. Seseorang harus mengembangkan pikiran baik dan selalu merenungkan dan menyelidiki. Seseorang harus memiliki pikiran yang tanpa kemarahan dan kekesalan. Seseorang harus selalu mengharapkan memiliki ketenangan, bebas dari kebencian, memiliki semua kebaikan dan memperoleh manfaat-manfaat baik. Seseorang harus mengharapkan imbalan yang baik, nama baik, memperoleh keyakinan, memperoleh kebahagiaan, memiliki moralitas, pengetahuan, kedermawanan dan kebijaksanaan. Seseorang harus mengharapkan dapat tidur dengan bahagia dan bangun dengan bahagia. Seseorang harus mengharapkan agar tidak bermimpi buruk. Seseorang harus mengharapkan agar disayang oleh manusia dan dihormati oleh mereka.  Seseorang harus mengharapkan agar disayang oleh para makhluk bukan manusia dan dihormati oleh mereka. Seseorang harus mengharapkan agar dilindungi oleh para dewa. Agar tidak terluka oleh api, racun, pedang atau tongkat dan sejenisnya; agar dapat berkonsentrasi dengan cepat; agar memiliki kulit yang cerah; agar terlahir di negeri tengah;  berkumpul dengan orang-orang baik; untuk menyempurnakan dirinya; mengakhiri keserakahan; agar berumur panjang; dan agar mencapai kedamaian dan kebahagiaan di alam surga.

Selanjutnya, seseorang harus merenungkan: Jika ia belum melakukan kejahatan, ia harus mengharapkan agar tidak melakukannya; dan jika ia telah melakukannya, ia harus mengharapkan agar menghancurkannya. Jika ia belum melakukan kebaikan, ia harus mengharapkan agar melakukannya; dan jika ia telah melakukannya, ia harus mengharapkan agar meningkatkannya.  Dan kemudian, seseorang tidak boleh mengharapkan agar menghasilkan keadaan yang tidak diinginkan dan jika ia telah menghasilkannya, ia harus mengharapkan untuk menghancurkannya. (Seseorang harus mengharapkan agar menghasilkan) keadaan pikiran yang diinginkan, (dan jika ia telah menghasilkannya, ia harus mengharapkan untuk meningkatkannya).

Yogi tersebut mampu mendapatkan keyakinan melalui hati yang baik, melalui keyakinan yang bebas, ia dapat memantapkan pikirannya. Melalui kemantapan yang bebas, ia dapat berdiam dalam perhatian. Melalui perhatian yang bebas, melalui kemantapan yang bebas dan melalui keyakinan yang bebas, ia memiliki bathin yang tidak tergoyahkan, dan ia memahami kondisi (bathin) yang tidak tergoyahkan. Yogi tersebut melalui hal-hal ini dan melalui aktivitas-aktivitas ini mengembangkan pikiran cinta-kasih kepada dirinya sendiri, mengulanginya dan memahami ketidak-goyahan. [436] Setelah melalui hal-hal ini dan melalui aktivitas-aktivitas ini mengembangkan pikiran cinta kasih dan mengulanginya, ia membuat bathinnya menjadi lunak dan perlahan-lahan mengembangkan pikiran cinta-kasih kepada orang yang ia sayangi. Setelah mengembangkan pikiran cinta-kasih kepada orang yang ia sayangi, ia perlahan-lahan mengembangkan pikiran cinta-kasih kepada orang yang netral. Setelah mengembangkan pikiran cinta-kasih kepada orang yang netral, ia perlahan-lahan mengembangkan pikiran cinta-kasih kepada musuhnya. Demikianlah ia melingkupi semua makhluk (dengan cinta-kasih) dan menganggap mereka sama dengan dirinya. Jika ia tidak mengembangkan cinta-kasih kepada orang yang netral atau tidak mampu melakukannya dan mengembangkan ketidak-sukaan, ia harus merenungkan sebagai berikut: “Dalam diriku terdapat keburukan. Aku memiliki rasa tidak-suka. Karena mengharapkan untuk mendapat jasa, aku mengembangkan keyakinan dan ditahbiskan. Dan selanjutnya, aku berkata, ‘Aku akan mengembangkan cinta-kasih dan belas-kasihan demi kesejahteraan semua makhluk, melalui kualitas Guru Agung’. Jika aku tidak mampu mengembangkan cinta-kasih kepada orang yang netral, bagaimana aku mampu mengembangkan cinta-kasih kepada musuh?”. Jika yogi tersebut masih tidak mampu menghancurkan ketidak-sukaan dan kebencian, yogi tersebut sebaiknya tidak berusaha mengembangkan cinta-kasih, namun harus menggunakan cara lain untuk melenyapkan kebencian terhadap orang tersebut.
Title: Re: 40 objek meditasi
Post by: Indra on 11 February 2012, 10:53:22 PM
Dua belas cara melenyapkan kebencian

T. Apakah makna berhasil dalam melenyapkan kebencian?

J. (1) Seseorang harus berbagi untuk memberikan manfaat kepada orang lain (yang ia benci). Seseorang harus merenungkan: (2) kualitas kebaikan, (3) sikap baik dan bersahabat, (4) kammanya sendiri, (5) pembayaran-hutang, (6) hubungan kekeluargaan, (7) kesalahannya sendiri, (8) seseorang tidak boleh memikirkan penderitaan yang ia alami. Ia harus merenungkan: (9) sifat dari indria-indria, (10) penghancuran sementara kondisi-kondisi, (11) dan kelompok-kelompok kehidupan. (12) Seseorang harus menyelidiki kekosongan. Seseorang harus mengingat hal-hal ini dalam pikirannya.

(1) Bahkan jika seseorang sedang marah, ia harus memberi kepada orang lain apa yang diminta, menerima apa yang diberikan. Dan dalam berbicara dengan orang tersebut, ia harus selalu menggunakan kata-kata yang sopan. Seseorang harus melakukan apa yang dilakukan orang lain. Dengan perbuatan-perbuatan demikian, maka penghancuran kemarahan dalam dirinya dan orang lain terjadi. (2) Kebaikan – jika seseorang melihat kualitas kebaikan dalam diri orang lain, ia harus berpikir: “Ini adalah kualitas baik. Ini bukanlah kualitas buruk.”

Perumpamaan kolam

Hal ini adalah seperti berikut ini: Ada sebuah kolam yang permukaannya tertutup oleh tanaman-tanaman, dan seseorang, setelah menyingkirkan tanaman-tanaman tersebut, mengambil air.  Jika orang lain tidak memiliki kualitas baik; ia pasti akan berpikiran buruk”.  (3) Sikap baik dan bersahabat – seseorang harus berpikiran sebagai berikut (untuk mendapatkan sikap baik dan bersahabat dari orang lain:) Jika seseorang tidak menghormati (orang lain), maka ia harus membangkitkan pikiran bersahabat dan sikap baik. Jika ia tidak dihormati, ia harus melakukan kebaikan. Dan juga, menghancurkan kejahatan berarti kebahagiaan. Demikianlah perubahan dari kebencian menjadi sikap baik dan persahabatan harus dipahami. (4) kammanya sendiri – seseorang harus merenungkan kamma  buruknya sendiri sebagai berikut: “Kejahatan yang kulakukan akan menyebabkan orang lain menjadi marah”. (5) Pembayaran-hutang – (seseorang harus berpikir:) “Karena kamma masa lampauku, seseorang marah kepadaku. Sekarang aku bebas dari hutangku. Merenungkan kenyataan ini (pembayaran hutang), aku gembira”. (6) Hubungan kekeluargaan – ia mengingat bahwa makhluk-makhluk silih-berganti bersaudara satu sama lain dalam (lingkaran) kelahiran dan kematian, sebagai berikut: “Ini adalah sanak keluargaku”, dan memunculkan pikiran persaudaraan.  (7) Kesalahan dirinya sendiri – seseorang memunculkan persepsi-diri sendiri sebagai berikut: “Kemarahan orang itu muncul karena diriku. Aku mendapatkan keburukan darinya”. Demikianlah dengan memunculkan persepsi-diri sendiri, seseorang melihat kesalahannya sendiri. (8) Seseorang tidak boleh memikirkan – seseorang tidak boleh memikirkan persepsi (penderitaan diri sendiri) yang tidak berhubungan dengan kebencian. Penderitaan – (seseorang memikirkan sebagai berikut:) “Karena kebodohanku sendiri, aku melihat penderitaanku sendiri sebagai suatu rintangan.” Demikianlah seharusnya seseorang melihat. Seseorang menderita karena dirinya sendiri, karena ia tidak memunculkan pikiran cinta-kasih. Hal tersebut muncul demikian (yaitu, sebagai rintangan) karena penderitaan bathin. Menghindari tempat-tempat di mana musuh berada, ia harus menetap di mana ia tidak mendengar (suara) atau melihatnya. (9) Sifat dari indria – seseorang harus menyelidiki sebagai berikut: “Terikat dengan yang dicintai dan yang tidak dicintai adalah sifat dari indria. Oleh karena itu aku membenci. Karena hal ini aku menjadi tidak ada perhatian”. (10) Penghancuran sementara kondisi-kondisi – seseorang harus menyelidiki sebagai berikut: “Orang itu menderita karena kelahiran. Semua kondisi ini lenyap dalam satu saat pikiran. Dengan kondisi yang manakah dari dirinya yang menyebabkan aku menjadi marah?” (11) Kelompok-kelompok kehidupan – seseorang harus menyelidiki sebagai berikut: “Kelompok-kelompok kehidupan dalam dan luar menghasilkan penderitaan. Tidaklah mungkin bagiku untuk marah kepada bagian atau tempat yang manapun”. (12) Kekosongan – seseorang harus menyelidiki sebagai berikut: dalam pengertian mutlak tidak dapat dikatakan, “Orang ini menyebabkan penderitaan” atau “Orang ini menderita”. Tubuh ini adalah hasil dari sebab dan kondisi. Tidak ada entitas-diri dalam kelompok-kelompok kehidupan.

Oleh karena itu Sang Buddha mengucapkan syair berikut ini:

   Ia yang menetap di tengah-tengah hutan desa,
   Mengalami kesenangan dan kesakitan,
   Tidak terbakar karena diri sendiri atau orang lain,
   Tetapi karena pikirannya bernafsu,
   Jika pikirannya bersih dari noda nafsu,
   Siapakah yang mampu menyentuh orang tidak ternoda tersebut?

Demikianlah setelah yogi tersebut telah benar-benar memahami cara menghancurkan kebencian, telah mengidentifikasikan teman-teman, orang-orang yang netral dan musuh-musuh, dan mencapai kemahiran dalam praktik, ia harus perlahan-lahan membangkitkan pikiran cinta-kasih dan mengembangkannya kepada para bhikkhu di tempat tinggal(nya). Setelah itu ia harus mengembangkan cinta-kasih kepada Sangha di tempat tinggal(nya). Setelah itu ia harus mengembangkan cinta-kasih kepada para dewa di tempat tinggal(nya). Setelah itu ia harus mengembangkan cinta-kasih kepada makhluk-makhluk di desa di luar tempat tinggalnya. Demikianlah (ia mengembangkan cinta-kasih kepada makhluk-makhluk) dari desa ke desa, dari negeri ke negeri. Setelah itu ia harus mengembangkan (cinta-kasih kepada makhluk-makhluk) di satu arah. Yogi tersebut “melingkupi satu arah dengan pikiran cinta kasih; dan setelah itu, arah kedua; dan setelah itu, arah ketiga, dan setelah itu, arah keempat. Demikianlah ia memancarkan cinta-kasih kepada semua makhluk di empat penjuru, ke atas, ke bawah dan melingkupi seluruh dunia dengan pikiran cinta-kasih yang besar tidak terbatas, tanpa permusuhan, tanpa kebencian.  Demikianlah yogi tersebut mengembangkan cinta-kasih dan mencapai meditasi-kokoh dalam tiga cara: dengan melingkupi semua makhluk, dengan melingkupi semua desa-wilayah dan dengan melingkupi semua penjuru. Ia mencapai meditasi-kokoh, jhāna, dengan mengembangkan cinta-kasih kepada satu makhluk, dan dengan cara yang sama, kepada dua, tiga dan kepada semua makhluk. Ia mencapai meditasi-kokoh, jhāna, dengan mengembangkan cinta-kasih kepada makhluk-makhluk di satu desa, dan dengan cara yang sama kepada (makhluk-makhluk di ) banyak desa. Ia mencapai meditasi-kokoh, jhāna, dengan mengembangkan cinta-kasih kepada makhluk-makhluk di satu arah, dan dengan cara yang sama (kepada makhluk-makhluk) di semua arah. Di sini jika seseorang mengembangkan cinta-kasih kepada satu makhluk, jika makhluk tersebut mati, obyek tersebut hilang. Jika ia kehilangan obyek, maka ia tidak dapat membangkitkan cinta-kasih. Karena itu ia harus mengembangkan pikiran cinta-kasih secara luas. Demikianlah dengan mempraktikkannya ia dapat memenuhi buah dan jasa yang besar.

T. Apakah akar, manifestasi, pemenuhan, bukan-pemenuhan dan obyek dari cinta-kasih?

J. Tidak adanya keserakahan adalah sebuah akar; tidak adanya kebencian adalah sebuah akar; tidak adanya khayalan adalah sebuah akar. Kemauan adalah sebuah akar. Pertimbangan benar  adalah sebuah akar. Apakah “manifestasi”nya? Membuat akar-akar ini terlihat adalah manifestasinya. Apakah “pemenuhan”nya? Ketika seseorang memiliki cinta-kasih, ia menghancurkan kebencian, melenyapkan kasih-sayang yang tidak murni dan memurnikan perbuatan jasmani, ucapan dan pikirannya. Ini disebut “pemenuhan”. Apakah “bukan-pemenuhan”nya? Karena dua penyebab seseorang gagal dalam mempraktikkan cinta-kasih: karena menganggap teman sebagai musuh dan karena kasih-sayang tidak murni. “Bukan pemenuhan” dihasilkan ketika seseorang membangkitkan perasaan permusuhan dan persaingan. Demikianlah “bukan-pemenuhan” dipahami. Apakah “obyek”nya? Makhluk-makhluk adalah “obyek”nya.

Sepuluh kesempurnaan

T. Itu salah. Dalam pengertian mutlak tidak ada yang disebut makhluk. Mengapa dikatakan bahwa makhluk adalah obyeknya? J. Karena perbedaan dalam indria, dalam bahasa biasa, dikatakan bahwa ada makhluk. Sekarang, Bodihisatta dan Mahāsatta* mengembangkan cinta-kasih terhadap semua makhluk dan memenuhi sepuluh kesempurnaan.

T. Bagaimanakah itu? J. Bodhisatta dan Mahāsatta mengembangkan cinta-kasih terhadap semua makhluk dan bertekad untuk memberikan manfaat kepada semua makhluk dan memberikan rasa aman kepada mereka.  Demikianlah mereka memenuhi kesempurnaan kedermawanan.

Bodhisatta dan Mahāsatta mengembangkan cinta-kasih terhadap semua makhluk. Demi kesejahteraan semua makhluk, mereka memisahkan penderitaan dan tidak kehilangan kemampuan kejujuran. Ini bagaikan hubungan antara seorang ayah dengan anak-anaknya. Demikianlah mereka memenuhi kesempurnaan moralitas.

Bodhisatta dan Mahāsatta mengembangkan cinta-kasih terhadap semua makhluk. Demi kesejahteraan semua makhluk, mereka melatih ketidak-serakahan, dan untuk melenyapkan kejahatan makhluk-makhluk, mereka mecapai meditasi, jhāna  dan memasuki keadaan tanpa-rumah. Demikianlah mereka memenuhi kesempurnaan meninggalkan keduniawian.

Bodhisatta dan Mahāsatta mengembangkan cinta-kasih terhadap semua makhluk. Demi kesejahteraan semua makhluk, mereka mempertimbangkan kebaikan dan kejahatan. Memahaminya sesuai dengan kebenaran, memikirkan dengan bijaksana, mereka menolak yang buruk dan mengambil yang baik. Demikianlah mereka memenuhi kesempurnaan kebijaksanaan.

Bodhisatta dan Mahāsatta mengembangkan cinta-kasih terhadap semua makhluk. Demi kesejahteraan semua makhluk, mereka, tanpa meninggalkan usaha, mengerahkannya usaha mereka setiap saat. Demikianlah mereka memenuhi kesempurnaan usaha.

Bodhisatta dan Mahāsatta mengembangkan cinta-kasih terhadap semua makhluk. Demi kesejahteraan semua makhluk, mereka mempraktikkan kesabaran dan tidak menumbuhkan kemarahan saat orang lain menyalahkan atau membenci mereka. Demikianlah mereka memenuhi kesempurnaan kesabaran.

Bodhisatta dan Mahāsatta [743] mengembangkan cinta-kasih terhadap semua makhluk. Demi kesejahteraan semua makhluk, mereka mengucapkan kejujuran, berdiam dalam kejujuran dan mempertahankan kejujuran. Demikianlah mereka memenuhi kesempurnaan kejujuran.

Bodhisatta dan Mahāsatta mengembangkan cinta-kasih terhadap semua makhluk. Demi kesejahteraan semua makhluk, mereka tidak pernah melanggar janji mereka melainkan menepatinya dengan penuh kesetiaan hingga akhir hidup mereka. Demikianlah mereka memenuhi kesempurnaan tekad.

Bodhisatta dan Mahāsatta mengembangkan cinta-kasih terhadap semua makhluk. Demi kesejahteraan semua makhluk, mereka menganggap semua makhluk sama seperti mereka dan memenuhi kesempurnaan cinta-kasih.

Bodhisatta dan Mahāsatta mengembangkan cinta-kasih terhadap semua makhluk. Demi kesejahteraan semua makhluk, mereka menganggap teman-teman, orang-orang netral dan musuh-musuh, sama dan sederajat, tanpa kebencian dan tanpa kemelekatan. Demikianlah mereka memenuhi kesempurnaan keseimbangan.

Dalam cara-cara inilah Bodhisatta dan Mahasatta mempraktikkan cinta-kasih dan memenuhi sepuluh kesempurnaan.

Aku akan menjelaskan (lebih jauh lagi) tentang cinta kasih dan empat tekad.

Sekarang, Bodhisatta dan Mahāsatta setelah mempraktikkan cinta-kasih, setelah memenuhi sepuluh kesempurnaan, memenuhi empat tekad. Yaitu tekad kejujuran, tekad kedermawanan, tekad kedamaian dan tekad kebijaksanaan.

Di sini, kesempurnaan kejujuran, kesempurnaan tekad dan kesempurnaan usaha memenuhi tekad kejujuran.

Kesempurnaan memberi, kesempurnaan moralitas dan kesempurnaan meninggalkan keduniawian, memenuhi tekad kedermawanan.

Kesempurnaan kesabaran, kesempurnaan cinta-kasih dan kesempurnaan keseimbangan memenuhi tekad kedamaian.

Kesempurnaan kebijaksanaan memenuhi tekad kebijaksanaan.

Demikianlah Bodhisatta dan Mahāsatta setelah mempraktikkan cinta-kasih dan memenuhi sepuluh kesempurnaan, memenuhi empat tekad dan mencapai dua keadaan, yaitu, ketenangan dan pandangan terang.

Di sini, tekad kejujuran, tekad kedermawanan dan tekad kedamaian memenuhi ketenangan. Tekad kebijaksanaan memenuhi pandangan terang. Melalui pemenuhan ketenangan, mereka mencapai semua meditasi, jhāna, dan memegang kuat-kuat pembebasan dan konsentrasi. Mereka menyebabkan munculnya konsentrasi keajaiban- ganda  dan konsentrasi pencapaian belas-kasih agung.  Dengan pencapaian Pandangan Terang, mereka memiliki semua pengetahuan supernormal , pengetahuan analitis , kekuatan-kekuatan,  keyakinan . Dan setelahnya mereka membangkitkan pengetahuan alami , dan kemahatahuan.  Demikianlah Bodhisatta dan Mahāsatta mempraktikkan cinta-kasih dan perlahan-lahan mencapai Kebuddhaan.

Cinta-kasih berakhir.
Title: Re: 40 objek meditasi
Post by: Indra on 11 February 2012, 10:54:03 PM
Pikiran Belas-Kasihan Tanpa Batas

T. Apakah belas-kasihan? Bagaimanakah praktiknya? Apakah karakteristik utama, fungsi dan manifestasinya? Apakah manfaatnya? Bagaimanakah prosedurnya?

J. Bagaikan orangtua saat melihat penderitaan anak tunggalnya yang tersayang, berbelas-kasihan, mengatakan, “O, Betapa menderitanya engkau!”, demikian pula seseorang berbelas-kasihan terhadap semua makhluk. Seseorang berdiam dalam belas-kasihan – ini disebut praktiknya. Bukan manifestasi dari bukan-keuntungan adalah karakteristik utamanya. Kebahagiaan adalah fungsinya. Keselamatan  adalah manifestasinya. Manfaatnya sama dengan manfaat cinta-kasih.

Bagaimanakah prosedurnya? Seorang yogi baru pergi ke tempat sunyi dan duduk dengan pikiran terpusat dan tidak terganggu. Jika ia melihat atau mendengar seseorang diserang oleh penyakit, atau seseorang menderita karena tua, atau seseorang yang penuh keserakahan, ia merenungkan sebagai berikut: “Orang itu diserang oleh penderitaan. Bagaimanakah ia menyelamatkan diri dari penderitaan?”.  Dan kemudian, jika ia melihat atau mendengar seseorang yang sesat dan terbelenggu oleh kekotoran, atau seseorang yang memasuki kebodohan, atau seseorang, yang, telah melakukan kebajikan di masa lampau, namun tidak melatih dirinya dalam kehidupan sekarang, ia merenungkan sebagai berikut: “Orang itu diserang oleh penderitaan, ia mengembara dalam kejahatan. Bagaimanakah ia menyelamatkan diri dari penderitaan?”.  Dan kemudian, jika melihat atau mendengar seseorang yang mengikuti ajaran jahat dan tidak mengikuti ajaran yang baik, atau seseorang yang mengikuti ajaran yang tidak menyenangkan dan tidak mengikuti ajaran yang menyenangkan, ia merenungkan sebagai berikut: “Orang itu diserang oleh penderitaan, ia mengembara dalam kejahatan. Bagaimanakah ia menyelamatkan diri dari penderitaan?”.

Yogi tersebut dengan cara-cara ini dan melalui aktivitas-akivitas ini mengembangkan pikiran belas-kasihan terhadap orang tersebut dan mengulanginya. Setelah dengan cara-cara ini dan melalui aktivitas-akivitas ini mengembangkan pikiran belas-kasihan terhadap orang tersebut dan mengulanginya, ia membuat bathinnya menjadi lunak, dan mampu memusatkan pikiran pada obyek. Setelah itu, ia perlahan-lahan mengembangkan (belas-kasihan) terhadap orang-orang yang netral dan musuh. Selanjutnya telah dijelaskan sebelumnya. Demikianlah ia memenuhi empat penjuru.

T. Apakah pemenuhan belas-kasihan dan apakah, bukan-pemenuhan? J. Ketika seseorang memenuhi belas-kasihan, ia memisahkan diri dari mencelakai dan dari membunuh. Ia tidak menderita. Ia memisahkan diri dari kasih-sayang yang tidak murni. Melalui dua penyebab belas-kasihan tidak terpenuhi: melalui kekesalan yang muncul dari diri sendiri dan melalui penyiksaan.

T. Semua tidak menderita. Penderitaan tidak selalu terjadi. Kalau begitu, bagaimana mungkin berbelas-kasih kepada semua makhluk? J. Karena semua makhluk pernah di masa lalu mengalami penderitaan, mereka dapat menangkap gambaran dengan baik dan mempraktikkan belas-kasihan di segala tempat. Dan lagi, penderitaan karena kelahiran dan kematian adalah peristiwa yang pasti terjadi pada semua makhluk. Oleh karena itu semua makhluk dapat mempraktikkan belas-kasihan di segala tempat.

Belas-kasihan berakhir.

Pikiran Kegembiraan altruistik Tanpa Batas

T. Apakah kegembiraan altruistik? Bagaimanakah praktiknya? Apakah karakteristik utama, fungsi dan manifestasinya? Apakah manfaatnya? Bagaimanakah prosedurnya?

J. Bagaikan orangtua, yang, melihat kebahagiaan anak tunggalnya yang tersayang, menjadi gembira, dan berkata, “Sādhu!”, demikian pula seseorang mengembangkan kegembiraan altruistik terhadap semua makhluk. Demikianlah kegembiraan altruistik dipahami. Ke-diam-an pikiran yang tidak terganggu dalam kegembiraan altruistik – ini disebut praktiknya. Kegembiraan adalah karakteristik utamanya. Ketidak-takutan adalah fungsinya. Penghancuran ketidak-sukaan adalah manifestasinya. Manfaat-manfaatnya sama dengan manfaat-manfaat cinta-kasih.

Bagaimanakah prosedurnya? Seorang yogi baru pergi ke tempat sunyi dan duduk dengan pikiran terpusat dan tidak terganggu. Ketika ia melihat atau mendengar tentang kualitas-kualitas seseorang yang dihormati oleh orang lain, dan bahwa orang tersebut berada dalam keadaan damai dan gembira, ia berpikir: “Sādhu! sādhu! Semoga ia terus gembira hingga waktu yang lama!”, dan kemudian, ketika ia melihat atau mendengar seseorang tidak mengikuti ajaran jahat, atau orang tersebut tidak mengikuti ajaran yang tidak menyenangkan dan bahwa orang tersebut mengikuti ajaran yang menyenangkan, ia berpikir: : “Sādhu! sādhu! Semoga ia terus gembira hingga waktu yang lama!”. Yogi tersebut dengan cara-cara ini dan melalui aktivitas-aktivitas ini mengembangkan pikiran kegembiraan altruistik dan mengulanginya. Setelah, dengan cara-cara ini dan melalui aktivitas-aktivitas ini mengembangkan pikiran kegembiraan altruistik dan mengulanginya, ia membuat bathinnya menjadi lunak, dan mampu memusatkan pikiran pada obyek. Setelah itu perlahan-lahan ia mengembangkan kegembiraan altruistik kepada orang yang netral dan musuh. Selanjutnya telah dijelaskan sebelumnya. Demikianlah ia memenuhi empat penjuru dengan kegembiraan altruistik.

T. Apakah pemenuhan kegembiraan altruistik? Apakah bukan-pemenuhannya? J. Ketika seseorang memenuhi kegembiraan altruistik, ia melenyapkan ketidak-bahagiaan, tidak membangkitkan kasih-sayang yang tidak murni dan tidak mengatakan apa yang tidak benar. Melalui dua cara kegembiraan altruistik tidak dipenuh: melalui kekesalan yang muncul dalam diri dan perbuatan mengejek. Selanjutnya telah dijelaskan sebelumnya.

Kegembiraan altruistik berakhir.

Pikiran Keseimbangan tanpa batas

T. Apakah keseimbangan? Bagaimanakah praktiknya? Apakah karakteristik utama, fungsi dan manifestasinya? Apakah manfaatnya? Bagaimanakah prosedurnya?

J. Bagaikan orangtua yang tidak terlalu penuh perhatian juga tidak tanpa perhatian terhadap anaknya yang manapun juga, tetapi menganggap semua anaknya sama dan mempertahankan kesetaraan terhadap mereka, demikian pula melalui keseimbangan seseorang mempertahankan pikiran kesetaraan terhadap semua makhluk. Demikianlah keseimbangan dipahami. Ke-diam-an yang tidak terganggu dalam keseimbangan – ini disebut praktiknya. Ketidak-melekatan adalah karakteristik utamanya. Kesetaraan adalah fungsinya. Penekanan rasa suka dan tidak suka adalah manifestasinya. Manfaat-manfaatnya sama dengan manfaat-manfaat cinta kasih.

T. Bagaimanakah prosedurnya? Yogi tersebut pertama-tama masuk ke dalam meditasi, jhāna ketiga, dengan cinta-kasih, dengan belas-kasihan, dengan kegembiraan altruistik. Setelah mencapai meditasi, jhāna ketiga, dan memperoleh keterampilan di sana, ia melihat ujian berat dari cinta-kasih, belas-kasihan dan kegembiraan altruistik. Suka dan tidak-suka adalah dekat. Hal-hal ini (cinta kasih, dan sebagainya) adalah berhubungan dengan keramahan, kegembiraan dan kesenangan. Keunggulan dari keseimbangan adalah mengatasi ujian berat ini. Yogi tersebut, setelah melihat ujian berat dari cinta-kasih, belas-kasihan dan kegembiraan altruistik dan keunggulan dari keseimbangan, mengembangkan keseimbangan terhadap orang yang netral  dan menenangkan pikirannya. Setelah mengembangkan dan mengulanginya, ia membuat pikirannya menjadi lunak dan mampu memusatkan perhatian pada obyek. Setelah itu, ia perlahan-lahan mengembangkan(nya) terhadap musuh dan terhadap teman. Selanjutnya telah dijelaskan sebelumnya. Demikianlah ia memenuhi empat penjuru. Yogi tersebut dengan mempraktikkan demikian mencapai meditasi, jhāna keempat melalui keseimbangan. Dalam tiga cara ia mencapai meditasi kokoh, jhāna, dengan melingkupi makhluk-makhluk, dengan melingkupi desa-desa dan dengan melingkupi segala penjuru.

T. Ketika yogi tersebut mempraktikkan keseimbangan, bagaimanakah ia merenungkan makhluk-makhluk?   

J. Yogi tersebut merenungkan sebagai berikut: “dalam cinta-kasih, belas-kasihan dan kegembiraan altruistik, seseorang bergembira terhadap makhluk-makhluk”, dan dengan melenyapkan kegembiraan, ia membangkitkan keseimbangan. Bagaikan seseorang yang kegirangan saat bertemu dengan temannya yang telah lama berpisah [438] dan kemudian, menjadi tenang, setelah bersama-sama selama beberapa waktu, demikian pula setelah menetap lama bersama cinta-kasih, belas-kasihan dan kegembiraan altruistik, yogi tersebut mencapai keseimbangan. Dan kemudian, ada seseorang. Ia berbicara tentang makhluk-makhluk, “Dengan merenungkan sebagai berikut: Apakah pemenuhan dari keseimbangan? Apakah bukan-pemenuhannya?” Ketika keseimbangan dipenuhi, seseorang menghancurkan rasa suka dan tidak-suka dan tidak memunculkan kebodohan. Melalui dua penyebab keseimbangan tidak dipenuhi: melalui kekesalan yang muncul dalam dirinya dan melalui munculnya kebodohan.

Berbagai ajaran

Saya akan menjelaskan lagi makna dari empat tidak terbatas.

Apakah berbagai ajaran sehubungan dengan empat tidak terbatas?

Seseorang mencapai keluhuran dalam empat tidak terbatas dengan cara mempraktikkannya terhadap binatang, orang tidak bermoral, orang yang bermoral, mereka yang tidak menyukai nafsu, para Pacceka Buddha dan para Buddha yang teragung, menganggap mereka bagaikan seorang ibu menganggap anaknya sesuai tahap-tahap kehidupan (umur) mereka  ;

T. Mengapakah hanya tingkat ketiga dan bukan meditasi, jhāna keempat, yang dicapai dalam cinta-kasih, belas-kasihan dan kegembiraan altruistik?

J. Karena terus-menerus berdiam dalam penderitaan (makhluk lain) seseorang mengembangkan cinta-kasih, belas-kasihan dan kegembiraan altruistik. (Dan dengan demikian tidak ada keseimbangan). Oleh karena itu hanya meditasi, jhāna ketiga yang dicapai dan bukan keempat.

Juga, alam keseimbangan adalah milik meditasi, jhāna keempat karena memiliki dua keseimbangan, yaitu, perasaan netral , dan netralitas dalam hal kondisi-kondisi.  Berdiam di alam keseimbangan dan menganggap semua makhluk setara, seseorang mencapai keseimbangan. Karena sifat-sifat dari tiga tak terbatas, meditasi, jhāna ketiga dan bukan keempat, dihasilkan. Dan lagi, disebutkan bahwa empat meditasi, jhāna dihasilkan melalui empat tidak terbatas. Buddha menyatakan: “Lebih jauh lagi, O para bhikkhu, kalian harus mengembangkan konsentrasi yang memiliki permulaan dan kelangsungan pikiran; kalian harus mengembangkan konsentrasi yang tidak memiliki permulaan, dan hanya memiliki kelangsungan pikiran; kalian harus mengembangkan konsentrasi yang tidak memiliki permulaan dan tidak memiliki kelangsungan pikiran; kalian harus mengembangkan konsentrasi yang memiliki kegembiraan; (kalian harus mengembangkan konsentrasi yang tidak memiliki kegembiraan); kalian harus mengembangkan konsentrasi yang disertai dengan keseimbangan.

T. Mengapa empat tidak terbatas ini dan bukan lima atau tiga yang diajarkan? J. Keragu-raguan dapat muncul sehubungan dengan segala hal. Dan juga, untuk mengatasi kebencian, kekejaman, ketidak-sukaan dan nafsu, seseorang mencapai empat tidak terbatas. Dan lagi, disebutkan bahwa empat ini adalah (diatasi dengan) hanya cinta-kasih. Jika seseorang memunculkan (dalam dirinya) kebencian, kekejaman, ketidak-bahagiaan, maka ia melalui penekanan dalam empat cara, mencapai keluhuran.

Keseimbangan adalah pemurnian cinta-kasih, belas-kasihan dan kegembiraan altruistik, karena melaluinya kebencian dan nafsu dihancurkan.

Lagi jauh lagi, harus dimengerti bahwa empat tidak terbatas memiliki hanya satu sifat meskipun gambarannya berbeda. Dengan demikian karena penekanan penderitaan, karena obyek yang terdiri dari makhluk-makhluk, karena keinginan untuk mensejahterakan, maka empat ini memenuhi satu karakteristik.

Dan lagi, disebutkan bahwa karena keluhuran dalam kondisi-kondisi, karena sesuainya obyek (?) dan manfaat, empat ini berbeda, seperti yang diajarkan oleh Buddha dalam Haliddavasana Sutta : “Dalam alam keindahan, cinta-kasih adalah yang pertama;* dalam alam ruang (tanpa batas), belas-kasihan adalah yang pertama**; dalam alam kesadaran (tanpa batas), kegembiraan altruistik adalah yang pertama+; dalam alam kekosongan, keseimbangan adalah yang pertama.”++

T. Mengapa harus dipahami demikian? J. Harus dipahami demikian karena merupakan kondisi yang diperlukan.

T. Bagaimana? J. Jika seseorang mengembangkan pikiran cinta-kasih, semua makhluk ia sayangi. Karena ia menyayangi semuanya, ia menyebabkan pikirannya merenungkan kasiṇa warna biru-kehijauan, kuning (atau lainnya), dan mencapai meditasi kokoh, jhāna, tanpa kesulitan. Pada saat ini, yogi tersebut mencapai meditasi, jhāna keempat dari unsur bentuk. Oleh karena itu cinta-kasih adalah yang pertama dalam (alam) keindahan.   Saat itu yogi tersebut, bergantung pada cinta-kasih yang ia kembangkan dalam meditasi, jhāna keempat dari unsur bentuk, melampaui (unsur) tersebut.

T. Mengapa begitu dangkal ?  J. Ia mempraktikkan cinta-kasih; oleh karena itu ia mengetahui penderitaan dari unsur bentuk. Bagaimana? Melihat penderitaan makhluk-makhluk ia mengembangkan cinta-kasih melalui penyebab material. Setelah itu ia memahami penderitaan dari unsur bentuk. Ia menyebabkan pikirannya mempertimbangkan untuk melepaskan bentuk dan ruang, dan mencapai meditasi kokoh, jhāna, tanpa kesulitan dalam alam ruang tanpa batas, karena ia bergantung padanya. Oleh karena itu dikatakan bahwa belas-kasihan adalah yang pertama dalam alam ruang tanpa batas.  Yogi tersebut melampaui alam ruang tanpa batas melalui kegembiraan altruistik.

T. Apakah artinya? J. Yogi tersebut, ketika ia mempraktikkan kegembiraan altruistik, merenungkan kesadaran tanpa batas, dan tidak melekat pada apapun. Bagaimanakah? (Melalui) kegembiaan altruistik ini (yogi tersebut) mencapai meditasi kokoh, jhāna, melalui perenungan makhluk-makhluk dalam alam kesadaran tanpa batas yang tidak terikat. Setelah itu, karena tidak terikat, ia menggenggam obyek kesadaran tanpa batas. Bebas dari bentuk dan terikat kepada ruang, ia merenungkan kesadaran tanpa batas dan melalui perenungan banyak obyek, ia mencapai meditasi kokoh tanpa kesulitan. Oleh karena itu, dalam alam kesadaran tanpa batas, kegembiraan altruistik adalah yang pertama.

T. Yogi tersebut melampaui alam kesadaran tanpa batas melalui keseimbangan. Apakah artinya?

J. Yogi tersebut, dengan mempraktikkan keseimbangkan, memenuhi kebebasan dari kemelekatan. Bagaimana? Jika seseorang tidak mempraktikkan keseimbangan, ia akan terikat (kepada hal-hal) dan (berpikir), “Makhluk ini bahagia”, (atau makhluk ini) “menderita”. Atau ia bergantung pada kegembiraan atau kebahagiaan. Selanjutnya ia berpaling dari semua kemelekatan. Ia berpaling dari alam kesadaran tanpa batas  dan bahagia. Ia mencapai meditasi kokoh, jhāna, tanpa kesulitan. Pikirannya tidak terikat pada obyek apapun. Mengapa? Karena dalam alam kekosongan ia tidak dapat terikat kepada kesadaran atau ketiada-batasan. Oleh karena itu, dalam alam kekosongan, keseimbangan adalah yang pertama.

Berbagai ajaran berakhir.
Title: Re: 40 objek meditasi
Post by: Indra on 11 February 2012, 10:54:41 PM
Menentukan Empat Unsur

T. Apakah menentukan empat unsur? Bagaimanakah praktiknya? Apakah karakteristik utama, fungsi dan manfestasinya? Apakah manfaatnya? Bagaimanakah prosedurnya?

J. Melihat empat unsur dalam jasmani diri sendiri – ini disebut membedakan empat unsur. Ke-diam-an pikiran yang tidak terganggu (dalam menentukan) – ini disebut praktiknya. Penyelidikan dari dekat atas empat unsur adalah karakteristik utamanya. Memahami kekosongan adalah fungsinya. Melenyapkan pikiran atas makhluk  adalah manifestasinya.

Apakah manfaatnya? Ada delapan manfaat: Seseorang yang mempraktikkan menentukan empat unsur mengatasi rasa takut, kesenangan duniawi dan ketidak-puasan, berpikiran seimbang terhadap (obyek-obyek) yang menyenangkan dan tidak menyenangkan, menghancurkan gagasan laki-laki dan perempuan, memiliki kebijaksanaan, memperoleh kemakmuran dan mendekati surga. Kondisi pikirannya jernih. Ia mampu menyempurnakan perbuatannya.

Bagaimanakah prosedurnya? Seorang yogi baru menangkap unsur-unsur dalam dua cara: secara sekilas dan secara seksama. T. Bagaimanakah menangkap unsur-unsur secara sekilas? Yogi tersebut pergi ke tempat sunyi, dan dengan pikiran terpusat merenungkan: “Jasmani ini harus dikenal dari empat unsur. Dalam jasmani ini terdapat sifat padat – yaitu unsur tanah;  (terdapat) sifat lembab – yaitu unsur air;  (terdapat) sifat panas – yaitu unsur api;  (terdapat) sifat gerakan – yaitu unsur angin.  Demikianlah dalam jasmani ini hanya terdapat unsur-unsur. Tidak ada makhluk . Tidak ada jiwa”.6 Demikianlah seseorang menangkap unsur-unsur secara sekilas.  Juga dikatakan bahwa yogi tersebut menangkap unsur-unsur secara sekilas. Ia memahami jasmani ini melalui pemahaman atas sekat rongga badan, warnanya, bentuknya, tempatnya. Yogi tersebut, setelah memahami jasmani ini melalui pemahaman atas sekat rongga badan, warnanya, bentuknya, tempatnya, memahami jasmani ini melalui pemahaman atas daging, warnanya, bentuknya, tempatnya. Yogi tersebut, setelah memahami jasmani ini melalui pemahaman atas daging, warnanya, bentuknya, tempatnya, memahami jasmani ini melalui pemahaman atas urat, warnanya, bentuknya, tempatnya. Yogi tersebut, setelah memahami jasmani ini melalui pemahaman atas urat, warnanya, bentuknya, tempatnya, memahami jasmani ini melalui pemahaman atas tulang, warnanya, bentuknya, tempatnya. Yogi tersebut, dalam empat cara ini menguasai pikirannya. Setelah menguasai pikirannya, ia membuat pikirannya menjadi lunak dan mampu memusatkan perhatian pada obyek. Yogi tersebut, setelah dalam empat cara ini menguasai pikirannya dan setelah membuat pikirannnya lunak dan mampu memusatkan perhatian pada obyek, dalam empat cara (lain) ini mengetahui yang mana yang memiliki sifat padat sebagai unsur tanah; yang mana yang memiliki sifat lembab sebagai unsur air; yang mana yang memiliki sifat panas sebagai unsur api; yang mana yang memiliki sifat bergerak sebagai unsur angin. Demikianlah yogi tersebut, dalam empat cara ini, mengetahui bahwa hanya ada unsur-unsur dan tidak ada makhluk dan tidak ada jiwa. Di sini cara-cara lain juga dipenuhi. Demikianlah seseorang menangkap unsur-unsur secara sekilas.

Dua puluh cara menangkap unsur tanah

Bagaimanakah seseorang menangkap unsur tanah secara seksama? Seseorang menangkap unsur tanah secara seksama melalui dua puluh cara, yaitu, (melalui) rambut kepala dan bulu badan, kuku, gigi, kulit, daging, otot, urat, tulang, sum-sum, ginjal, jantung, hati, paru-paru, limpa, lambung, usus, selaput pembungkus organ dalam tubuh, sekat rongga badan, kotoran, otak (yang terdapat) dalam tubuh ini.

ua belas cara menangkap unsur air

Seseorang menangkap unsur air secara seksama melalui dua belas cara, yaitu, (melalui) empedu, ludah, nanah, darah, keringat, lemak, air-mata, minyak, liur, ingus, cairan sendi, [439] air kencing (yang terdapat) dalam tubuh ini.

Empat cara menangkap unsur api

Seseorang menangkap unsur api secara seksama melalui empat cara, yaitu, (melalui) panas karena demam dan panas normal dari tubuh, cuaca, keseimbangan dingin dan panas dan (panas) yang disebabkan oleh apa yang dicerna yaitu makanan atau minuman yang dikonsumsi seseorang. Ini disebut unsur api.

Enam cara menangkap unsur angin

Seseorang menangkap unsur angin secara seksama melalui enam cara, yaitu, (melalui) angin yang mengalir ke atas, angin yang mengalir ke bawah, angin yang bergantung pada perut, angin yang bergantung pada punggung,  angin yang bergantung pada organ-organ tubuh, angin dari nafas masuk dan keluar.

Demikianlah ketika seseorang melihat tubuh ini dalam empat puluh dua cara, hanya unsur-unsur yang memperlihatkan dirinya, tidak ada makhluk. Tidak ada jiwa. Demikianlah unsur-unsur ditangkap secara seksama.

Dan juga, guru-guru terdahulu  mengatakan bahwa seseorang harus menentukan empat unsur melalui sepuluh cara, yaitu, melalui makna dari istilah-istilah,  melalui obyek, kelompok-kelompok kehidupan, serbuk,  ketidak-berpisahan, kondisi,  karakteristik,  kemiripan dan ketidak-miripan,  kesamaan dan perbedaan,  boneka.

Pertama, bab yang merujuk pada makna dari istilah-istilah adalah sebagai berikut: -

T. Bagaimanakah seseorang menentukan unsur-unsur melalui istilah-istilah?

J. Dua istilah, yaitu, istilah umum dan khusus. Di sini empat utama adalah (istilah) umum. Unsur-tanah, unsur-air, unsur-api, unsur angin adalah istilah khusus.

T. Apakah makna dari “empat utama”?

J. Penjelmaan besar disebut utama. Besar; tidak nyata; tetapi seolah-olah nyata. Karena itu disebut “utama” “Besar”: Melalui yakkha dan lainnya istilah besar juga berlaku.

T. Mengapa “penjelmaan besar” disebut besar?

J. Unsur-unsur adalah “penjelmaan besar” seperti yang dinyatakan oleh Sang Buddha dalam syair berikut:

   “Aku menyatakan ukuran bumi ini adalah
   dua ratus ribu nahuta empat.
   Empat ratus ribu nahuta delapan
   Adalah kumpulan air; udara di angkasa
   Yang dihitung dalam nahuta adalah enam
   Sembilan kali seratus ribu; di dalam itulah   
   Dunia kita ini terletak. Di dunia ini terdapat   
   Api yang menyala besar hingga ke alam Brahma selama tujuh hari”

“Penjelmaan besar” adalah demikian. Karena itu disebut utama.

T. Bagaimanakah yang utama tersebut tidak nyata namun seolah-olah nyata?

J. Apa yang disebut utama bukanlah laki-laki dan bukan perempuan. Mereka hanya terlihat melalui bentuk seorang laki-laki atau seorang perempuan. Dan unsur bukanlah panjang atau pendek. Hanya terlihat dalam bentuk panjang atau pendek. Suatu unsur bukanlah pohon atau gunung, tetapi terlihat melalui bentuk pohon atau gunung. Demikianlah yang utama itu tidak nyata, tetapi terlihat seperti nyata dan disebut utama.

Apakah arti dari “melalui yakkha dan yang lainnya”? seperti yakkha yang merasuki seseorang dan menguasainya. Melalui yakkha, jasmani orang tersebut akan menjelma dalam empat kualitas: keras, air (yang berlebihan), panas dan ringan dalam bergerak. Demikian pula empat unsur yang tergabung dalam jasmani memenuhi empat kualitas. Melalui penggabungan dengan unsur tanah, kualitas keras terpenuhi. Melalui penggabungan dengan unsur air, cairan terpenuhi. Melalui penggabungan dengan unsur api, panas terpenuhi. Dan melalui penggabungan dengan unsur angin, ringan dalam bergerak terpenuhi. Oleh karena itu, utama-utama ini dikenal “melalui yakkha dan yang lainnya”. Utama adalah arti dari kata tersebut.


Empat unsur

T. Apakah arti dari unsur-tanah, unsur-air, unsur-api dan unsur-angin?

J. Luas dan padat disebut sebagai arti dari tanah. Dapat diminum dan pemeliharaan – ini merupakan arti dari air. Menerangi adalah arti dari api. Bergerak kesana-kemari adalah arti dari angin.

Apakah arti dari unsur? Artinya adalah ingatan terhadap jasmani, dan selanjutnya inti dari tanah adalah unsur tanah. Inti dari air adalah unsur air. Inti dari api adalah unsur api. Inti dari angin adalah unsur angin.

Apakah inti dari tanah? Sifat keras; sifat kuat; sifat padat; sifat tidak-bergerak; sifat aman; sifat menyokong. Semua ini disebut inti dari tanah.

Apakah inti dari air? Sifat mengalir; sifat lembab; sifat cair; sifat menetes; sifat terserap; sifat bertambah; sifat melompati; dan sifat kohesi. Semua ini disebut inti dari air.

Apakah yang disebut inti dari api? Sifat panas; sifat hangat; sifat menguap; sifat mematangkan; sifat menghanguskan; dan sifat menyergap. Semua ini disebut inti dari api.

Apakah inti dari angin? Sifat menyokong; sifat sejuk; sifat masuk dan keluar; sifat bergerak dengan mudah; sifat mencapai tempat rendah; dan sifat menyergap. Semua ini disebut inti dari angin.

Semua ini adalah arti dari unsur-unsur. Demikianlah seseorang menentukan unsur-unsur melalui makna istilah-istilah.

T. Bagaimanakah seseorang menentukan unsur-unsur melalui “obyek”?

J. Dalam unsur tanah, kestabilan adalah obyeknya. Dalam unsur air, kohesi adalah obyeknya. Dalam unsur api, mematangkan adalah obyeknya. Dalam unsur angin, penyergapan adalah obyeknya.

Dan lagi, dalam unsur tanah, menegakkan adalah obyeknya; dalam unsur air, mengalir adalah obyeknya; dalam unsur api, menyebabkan pergerakan ke atas adalag obyeknya; dalam unsur angin, berputar adalah obyeknya. Dan selanjutnya, karena dekatnya dua unsur, seseorang, pertama-tama, (dalam melangkah maju) mengangkat satu kakinya; dan setelah itu, karena dekatnya dua unsur, ia mengangkat kakinya yang lain. Dan karena dekatnya dua unsur, seseorang bangkit dan berjalan. Karena dekatnya dua unsur, pertama-tama, kelambanan dan ketumpulan muncul. Karena dekatnya dua unsur, seseorang menjadi bersemangat sesudahnya. Karena dekatnya dua unsur, seseorang menjadi tertekan oleh beban berat pada mulanya. Karena dekatnya dua unsur, ia menjadi ringat setelahnya. Demikianlah seseorang menentukan empat utama melalui “obyek”.

Bagaimanakah seseorang menentukan empat utama melalui “kelompok-kelompok kehidupan”? Kelompok-kelompok kehidupan terdiri dari unsur-tanah, unsur-air, unsur-api, unsur-angin. Melalui unsur-unsur ini, bentuk, bau-bauan, rasa kecapan, dan sentuhan terjadi. Delapan ini biasanya muncul bersama-sama; ada bersama-sama dan tidak berpisah. Kombinasi ini disebut kelompok kehidupan. Dan selanjutnya, ada empat jenis, yaitu, kelompok tanah, kelompok air, kelompok api dan kelompok angin. Dalam kelompok tanah, unsur-tanah adalah yang utama; dan unsur-air, unsur-api dan unsur-angin perlahan-lahan, berturut-berturut, berkurang. Dalam kelompok air, unsur-air adalah yang utama; dan unsur-tanah, unsur-angin dan unsur-api perlahan-lahan, berturut-berturut, berkurang. Dalam kelompok api, unsur-api adalah yang utama; dan unsur-tanah, unsur-angin dan unsur-air perlahan-lahan, berturut-berturut, berkurang. Dalam kelompok angin, unsur-angin adalah yang utama; dan unsur-api, unsur-air dan unsur-tanah perlahan-lehan, berturut-berturut, berkurang.  Demikianlah seseorang menentukan empat unsur melalui “kelompok-kelompok kehidupan”.

T. Bagaimanakah seseorang menentukan empat utama melalui “serbuk”?

J. Seseorang menentukan unsur tanah sebagai unsur paling halus diangkasa.  Tanah ini bercampur dengan air; karena itu tidak berserakan. Karena dimatangkan oleh api, maka menjadi tidak berbau; karena disokong oleh angin, maka berputar. Demikianlah seseorang menentukan. Juga, para pendahulu mengatakan: “Jika digiling menjadi debu, unsur tanah dalam tubuh dari seorang manusia akan sebanyak satu koku  dua sho. Kemudian, jika dicampur dengan air, maka menjadi enam sho lima go.  Dimatangkan oleh api, berputar oleh angin”. Demikianlah seseorang menentukan jasmani melalui “serbuk”.

T. Bagaimanakah seseorang menentukan jasmani ini melalui “ketidak-berpisahan”?

J. Unsur-tanah menyatu oleh air; dimatangkan oleh api; disokong oleh angin. Demikianlah tiga unsur bergabung. Unsur-air terletak di tanah; dimatangkan oleh api; disokong oleh angin; demikianlah tiga unsur saling menyatu. Unsur-api terletak di tanah; menyatu oleh air; disokong oleh air. Demikianlah tiga unsur dimatangkan. Unsur angin terletak di tanah; disatukan oleh air; dimatangkan oleh api. Demikianlah tiga unsur disokong. Tiga unsur tersebut terletak di tanah. Disatukan oleh air, tiga unsur tersebut tidak terpisah. Dimatangkan oleh api, tiga unsur tersebut menjadi tidak berbau. Disokong oleh angin, tiga unsur tersebut berputar, dan bersama-sama, tidak berserakan. Demikianlah empat unsur saling bergantungan satu sama lain dan tidak terpisah. Demikianlah seseorang menentukan unsur-unsur melalui ketidak-berpisahan.

T. Bagaimanakah seseorang menentukan unsur-unsur melalui “kondisi”?

J. Empat penyebab dan empat kondisi menghasilkan unsur-unsur. Apakah empat itu? Yaitu kamma, kesadaran, musim dan makanan. Apakah kamma? Empat unsur yang dihasilkan dari kamma memenuhi dua kondisi, yaitu, kondisi-menghasilkan  dan kondisi-kamma.  Unsur-unsur lainnya memenuhi kondisi-dukungan-penentuan.  Kesadaran: - Empat unsur yang dihasilkan dari kesadaran memenuhi enam kondisi, yaitu, kondisi-menghasilkan, kondisi-kemunculan,  kondisi-mendukung,  kondisi-makanan,  kondisi-indria,  kondisi-kehadiran.  Unsur-unsur lainnya memenuhi kondisi,  kondisi-mendukung dan kondisi-kehadiran.

Dalam kesadaran pada saat memasuki rahim, jasmani memenuhi tujuh kondisi, yaitu, kondisi-kemunculan, kondisi-kebersamaan,  kondisi-mendukung, kondisi-makanan, kondisi-indria, kondisi-akibat,  kondisi-kehadiran.

Kesadaran dari yang-akan-terlahir memenuhi tiga kondisi sehubungan dengan jasmani yang-belum-dilahirkan, yaitu, kondisi-setelah-kemunculan,  kondisi-mendukung dan kondisi-kehadiran. Empat utama yang  dihasilkan dari musim memenuhi dua kondisi, yaitu, kondisi-menghasilkan dan kondisi-kehadiran. Unsur-unsur lainnya memenuhi dua kondisi, yaitu, kondisi-mendukung dan kondisi-kehadiran. Makanan: - empat utama yang dihasilkan dari makanan memenuhi tiga kondisi, yaitu, kondisi-menghasilkan, kondisi-makanan dan kondisi-kehadiran. Unsur-unsur lainnya memenuhi dua kondisi, yaitu, kondisi-mendukung dan kondisi-kehadiran. Di sini, empat unsur yang dihasilkan dari kamma adalah unsur-unsur kemunculan. (Unsur-unsur yang saling bergantungan) memenuhi empat kondisi, yaitu, kondisi-kemunculan, kondisi-kebersamaan, kondisi-mendukung, kondisi-kehadiran. Demikianlah seseorang harus mengetahui (unsur-unsur) yang dihasilkan dari kesadaran, dihasilkan dari musim dan dihasilkan dari makanan. Unsur-tanah menjadi kondisi bagi unsur-unsur lainnya sebagai wadah. Unsur-air menjadi kondisi bagi unsur-unsur lainnya sebagai pengikat. Unsur-api menjadi kondisi bagi unsur-unsur lainnya untuk mematangkan. Unsur-angin menjadi kondisi bagi unsur-unsur lainnya sebagai penyokong. Demikianlah seseorang menentukan unsur-unsur melalui “kondisi”.

[440] Bagaimanakah seseorang menentukan unsur-unsur melalui “karakteristik”? J. Karakteristik dari unsur tanah adalah keras. Karakteristik dari unsur air adalah mengalir. Karakteristik dari unsur api adalah panas. Karakteristik dari unsur angin adalah sejuk. Demikianlah seseorang menentukan unsur-unsur melalui “karakteristik”.

T. Bagaimanakah seseorang menentukan unsur-unsur melalui “kemiripan dan ketidak-miripan”?  J. Unsur tanah dan unsur air mirip karena keduanya dapat ditimbang. Unsur api dan unsur angin mirip karena keduanya ringan. Unsur air dan unsur api tidak mirip. Unsur air dapat melawan keringnya unsur api; oleh karena itu tidak mirip. Karena berlawanan, unsur tanah dan unsur angin tidak mirip. Unsur tanah menghalangi aliran unsur angin; unsur aingin dapat menghancurkan unsur tanah. Oleh karena itu tidak mirip. Dan lagi, empat unsur mirip karena sifat yang sama atau tidak mirip karena karakteritik alaminya. Demikianlah seseorang menentukan unsur-unsur menurut “kemiripan dan ketidak-miripan”.

T. Bagaimanakah seseorang menentukan unsur-unsur melalui “kesamaan dan perbedaan”? J. Empat unsur yang dihasilkan dari kamma memiliki satu sifat, karena dihasilkan oleh kamma; dari segi karakteristik, empat unsur tersebut berbeda. Dengan cara yang sama seseorang harus memahami empat unsur yang dihasilkan dari kesadaran, dari musim dan dari makanan.

(Bagian-bagian) dari unsur-tanah dari empat sebab dan kondisi memiliki satu sifat karena karakteristik; dari segi sebab, unsur tersebut berbeda. Dengan cara yang sama, seseorang harus memahami unsur-angin, unsur-api dan unsur-air dari empat sebab dan kondisi. Empat unsur memiliki satu sifat karena sama-sama merupakan unsur, karena merupakan utama-utama besar; memiliki satu sifat karena merupakan benda; memiliki satu sifat karena ketidak-kekalannya; memiliki satu sifat karena penderitaannya; memiliki satu sifat karena tiada-inti. Berbeda karena karakteristik-karakteristiknya; berbeda karena obyek; berbeda karena kamma; berbeda karena perbedaan sifat kesadaran; berbeda karena perbedaan sifat musim; berbeda karena perbedaan sifat makanan; berbeda karena perbedaan-perbedaan sifat; berbeda karena perbedaan-perbedaan kemunculan; berbeda karena perbedaan kelahiran; berbeda karena perbedaan makanan. Demikianlah seseorang menentukan unsur-unsur melalui “Kesamaan dan perbedaan”.
Title: Re: 40 objek meditasi
Post by: Indra on 11 February 2012, 10:57:33 PM
Perumpamaan boneka

T. Bagaimanakah seseorang menentukan unsur-unsur melalui “boneka”? J. Ini bagaikan seorang pengrajin boneka ahli yang membuat (patung) manusia dari kayu, lengkap dengan setiap bagiannya, dalam bentuk laki-laki atau perempuan, dan membuatnya berjalan, menari, duduk atau jongkok dengan menarik tali. Demikianlah boneka-boneka ini disebut jasmani; si pengrajin boneka adalah kekotoran masa lampau yang karenanya jasmani ini menjadi lengkap; tali-temali adalah urat; tanah liat adalah daging; cat adalah kulit; celah-celah adalah ruang. (Dengan) permata, pakaian dan perhiasan, (mereka) disebut laki-laki dan perempuan. Pikiran (dari laki-laki dan perempuan) dikenali sebagai sentakan oleh unsur-angin. Demikianlah mereka berjalan, diam, keluar, masuk, meregang, menunduk, berbalik atau berbicara.

Orang-orangan boneka ini, terlahir bersama dengan unsur kesadaran, akan mengalami kegelisahan, kesedihan dan penderitaan melalui sebab-sebab dan kondisi-kondisi kegelisahan dan siksaan. Mereka tertawa atau bersenang-senang atau memikul. Makanan memelihara boneka-boneka ini; dan kemampuan hidup  membuat boneka-boneka ini terus bergerak. Akhir kehidupan berakibat dalam pecah berserakannya boneka ini. Jika ada kamma yang mengotori, sekali lagi boneka baru akan muncul. Awal pertama dari boneka demikian tidak dapat terlihat; juga, akhir dari boneka demikian tidak dapat terlihat.  Demikianlah seseorang menentukan unsur-unsur melalui “boneka”. Dan yogi tersebut dengan cara-cara ini dan melalui aktivtas-aktivitas ini melihat jasmani ini melalui “boneka” sebagai: “Tidak ada makhluk; tidak ada jiwa”.

Ketika yogi tersebut telah menyelidiki melalui obyek unsur-unsur dan melalui munculnya perasaan, persepsi, bentukan-bentukan dan kesadaran, ia melihat nama dan bentuk. Setelah itu, ia melihat bahwa nama-dan-bentuk adalah penderitaan, adalah keserakahan, adalah sumber penderitaan; dan ia melihat bahwa dalam hancurnya keserakahan terdapat hancurnya penderitaan, dan bahwa Jalan Mulia Delapan mengarah menuju penghancuran penderitaan secara total. Demikianlah yogi tersebut melihat Empat Kebenaran Mulia dengan lengkap. Pada saat itu ia melihat tekanan penderitaan melalui ketidak-kekalan, penderitaan dan tanpa-diri. Dengan selalu memperhatikan hal-hal ini, pikirannya menjadi tidak terganggu. Ia melihat keunggulan dari hancurnya penderitaan melalui kebijaksanaan, ketenangan dan ketiadaan-nafsu. Dengan cara ini, yogi tersebut, melihat tekanan penderitaan dan keunggulan dari lenyapnya, berdiam dengan damai memiliki kemampuan, kekuatan dan faktor-faktor penerangan sempurna.  Ia mewujudkan kesadaran yang maju dari persepdi bentukan-bentukan dan mencapai unsur kemuliaan tertinggi.

Menentukan empat unsur berakhir

Kejijikan terhadap makanan

T. Apakah persepsi kejijikan terhadap makanan?  Bagaimanakah praktiknya? Apakah karakteristik utama, fungsi, penyebab langsung  dan manifestasinya? Apakah manfaatnya? Bagaimanakah prosedurnya?

J. Sang yogi, memperhatikan kejijikan dari apa yang terdapat dalam bentuk makanan dikunyah, dijilat, diminum atau dimakan,  dan mengetahui dengan baik persepsi ini. Ini disebut persepsi kejijikan terhadap makanan. Ke-diam-an pikiran yang tidak terganggu dalam persepsi ini adalah praktiknya. Memahami cacat dari makanan adalah karakteristik utamanya. Ketidak-senangan adalah fungsinya. Mengatasi keinginan adalah manifestasinya.

Apakah manfaatnya? Yogi tersebut memperoleh delapan manfaat: ia yang mengembangkan persepsi kejijikan terhadap makanan mengetahui sifat dari makanan; ia memahami benar lima keinginan; ia mengetahui kelompok materi (jasmani); ia mengetahui persepsi ketidak-murnian; ia mengembangkan secara penuh perhatian terhadap bagian dalam tubuh; pikirannya menyusut dari keinginan akan makanan lezat;  ia memperoleh kemakmuran; ia mendekati surga.

Bagaimanakah prosedurnya? Yogi baru pergi ke tempat sunyi, duduk dengan pikiran terpusat dan tidak terganggu, dan merenungkan kejijikan dari apa yang terdapat dalam bentuk makanan dikunyah, dijilat, diminum atau dimakan sebagai berikut: “Ini dan itu adalah beberapa ratus jenis makanan lezat yang dimasak bersih. Memuaskan bagi orang. Warna dan baunya sempurna. Layak bagi para mulia. Tetapi setelah makanan-makanan ini memasuki tubuh, makanan tersebut menjadi tidak murni, menjijikkan, busuk, buruk sekali”.

Seseorang mengembangkan persepsi kejijikan terhadap makanan dalam lima cara: melalui (tugas) mencarinya; melalui (tugas) mengunyahnya; melalui wadahnya; melalui keluaran; dan melalui kelompok kehidupan.

T. Bagaimanakah yogi tersebut mengembangkan persepsi kejijikan terhadap makanan melalui (tugas) “mencarinya”?

J. Yogi tersebut melihat bahwa banyak makhluk mengalami banyak kesulitan dalam mencari minuman dan makanan; mereka melakukan banyak perbuatan jahat seperti membunuh dan mencuri (demi memperoleh makanan). Lebih jauh lagi, ia melihat bahwa makhluk-makhluk ini adalanh penerima berbagai bentuk penderitaan dan terbunuh atau kehilangan kebebasannya. Dan lagi, ia melihat bahwa makhluk-makhluk demikian melakukan berbagai perbuatan jahat seperti berkeinginan kuat dalam mencari benda-benda, menipu dan berpura-pura bersemangat. Demikianlah makhluk-makhluk ini melakukan kejahatan. Melihat makanan dengan cara demikian, ia mengembangkan ketidak-senangan melalui pikiran: “air kencing dan kotoran yang tidak murni adalah karena minuman dan makanan”.

Tempat tinggal tanpa rumah

Selanjutnya, ia melihat orang yang bertempat tinggal tanpa rumah di hutan yang bersih di mana bunga-bunga harum mekar, di mana burung-burung berkicau dan suara-suara binatang-binatang liar terdengar. Di tempat yang sangat mendukung itu di mana orang baik tersebut berlatih, terdapat bayangan-bayangan keteduhan pohon-pohon, belukar dan air yang memikat hati orang-orang. Tanahnya datar dan sangat bersih; tidak ada yang tidak rata.  Melihat ini, orang-orang mengaguminya dengan terpesona. Di sini tidak ada pertengkaran dan keributan. Tempat ini di mana orang-orang tanpa rumah berlaltih untuk mencapai Pencerahan adalah seperti tempat tinggal Brahma.  Di tempat seperti ini pikiran tidak terbelenggu; dan ia, senantiasa membacakan (Dhamma) dan mengembangkan konsentrasi, menikmati praktik perbuatan-perbuatan baik. (Meningggalkan tempat tersebut) seorang tanpa rumah pergi mencari makanan dalam cuaca dingin dan panas, berangin dan berdebu, lumpur dan hujan. Ia melintasi jalan-jalan curam. Dengan mangkuk di tangan, ia meminta makanan, dalam meminta-minta tersebut ia memasuki rumah-rumah lainnya.  Melihat hal itu, yogi itu memunculkan pikiran tertekan dalam pikirannya sebagai berikut: “Minuman dan makanan adalah tidak murni. Keluar dalam bentuk kotoran dan air kencing. Demi kotoran itu seseorang pergi mencari makanan”. Demikianlah ia melepaskan, ia harus mencari kebahagiaan tertinggi.

Dan lagi, yogi tersebut melihat praktik dari seorang tanpa rumah. Ketika ia (orang tanpa tumah) meminta, ia harus melewati tempat-tempat di mana kuda-kuda liar, gajah-gajah liar dan binatang lainnya berkumpul dan tempat-tempat di mana anjing-anjing dan babi-babi menetap. Ia harus pergi ke tempat-tempat di mana para pelaku kejahatan menetap. Ia harus menginjak lumpur atau kotoran di tempat-tempat yang tidak bersih. Ia harus berdiri di pintu rumah-rumah orang lain, dengan diam, selama beberapa saat. Ia harus menutupi tubuhnya dengan pakaian. Lebih jauh lagi, ia ragu-ragu sehubungan dengan makanan yang diperoleh.  Yogi tersebut berpikir: “Makanan orang ini seperti makanan anjing”, dan ia memunculkan ketidak-senangan sehubungan dengan makanan sebagai berikut: “Mencari makanan sungguh membosankan. Bagaimana aku dapat memakan makanan ini? Aku akan meminta dari orang lain.” Demikianlah seseorang mengembangkan persepsi kejijikan terhadap makanan melalui “mencarinya”.

T. Bagaimanakah yogi tersebut mengembangkan persepsi kejijikan terhadap makanan melalui “mengunyahnya”?

J. Yogi tersebut melihat seseorang yang, setelah mencari dan memperoleh minuman dan makanan, duduk di hadapan makanan itu. Ia membuat (makanan keras) menjadi lunak dengan mencampurnya dengan saus ikan. Ia meremasnya dengan tangannya, mengunyahnya dalam mulutnya, mengumpulkannya dengan bibirnya, menggilingnya dengan giginya, membaliknya dengan lidahnya, mengaduknya dengan ludah dan serum.  Hal ini sangat menjijikkan seperti muntahan anjing. Demikianlah seseorang mengembangkan persepsi kejijikan terhadap makanan melalui “mengunyah”.

T. Bagaimanakah seseorang mengembangkan persepsi kejijikan terhadap makanan melalui “wadah”?

J. Demikianlah makanan-makanan ini ditelan dan masuk ke perut bercampur dengan kotran dan sisa-sisa yang ada di sana. Setelah itu, makanan itu masuk ke usus. Dimakan oleh ratusan jenis cacing (ulat). Dipanaskan kemudian dicerna. Demikianlah makanan itu menjadi sangat menjijikkan. Ini seperti muntahan seseorang yang ditampung dalam sebuah mangkuk kotor. Demikianlah seseorang mengembangkan persepsi kejijikan terhadap makanan melalu “wadah”.

T. Bagaimanakah seseorang mengembangkan persepsi kejijikan terhadap makanan melalui “keluaran”?

J. Makanan-makanan ini dicerna oleh panas dan bercampur dengan kotoran-kotoran lama dan baru. Bagaikan alkohol fermentasi yang memancar keluar dari kendi yang pecah, makanan itu mengalir ke seluruh tubuh. Dengan mengalir, makanan itu memasuki pembuluh darah, jaringan kulit, muka dan mata. Makanan tersebut mengalir keluar melalui sembilan lubang dan sembilan puluh sembilan ribu pori-pori. Demikianlah melalui aliran, [441] makanan-makanan ini terpisah dalam lima bagian; satu bagian dimakan oleh ulat; satu bagian berubah menjadi panas; satu bagian memelihara tubuh; satu bagian menjadi air kencing; dan satu bagian berasimilasi dengan tubuh. Demikianlah seseorang mengembangkan persepsi kejijikan terhadap makanan melalui “keluaran”.

T. Bagaimanakah seseorang mengembangkan persepsi kejijikan terhadap makanan melalui “kelompok kehidupan”?

J. Minuman dan makanan ini yang mengalir menjadi rambut kepala dan bulu badan, kuku dan lainnya. Minuman dan makanan ini membentuk seratus satu bagian dari tubuh. Jika tidak menetes keluar. Minuman dan makanan ini akan menyebabkan seratus satu penyakit. Demikianlah seseorang mengembangkan persepsi kejijikan terhadap makanan melalui “kelompok kehidupan”.

Yogi tersebut dengan cara-cara ini dan melalui aktivitas-aktivitas ini mengembangkan persepsi kejijikan terhadap makanan. Melalui ketidak-senangan, pikirannya menjadi bebas dan tidak kacau. Karena pikirannya tidak kacau, ia menghancurkan rintangan-rintangan, memunculkan faktor-faktor meditasi (jhāna) dan berdiam dalam konsentrasi-pendahuluan.

Persepsi kejijikan terhadap makanan berakhir.+

Alam kekosongan dan alam bukan-persepsi juga bukan bukan-persepsi adalah sama seperti yang telah dijelaskan dalam bagian kasiṇa tanah sebelumnya.

Di sini sebuah syair mengatakan: -
   
   Subyek-subyek meditasi di sini   
   Ditunjukkan kepada sang yogi secara singkat
   Bagaikan seseorang yang menunjukkan jalan menuju Pātaliputta .
   Apa yang diajarkan secara singkat dapat ia ketahui seluruhnya
   Dan dengan mengamati ia memahami
        kebenaran dari ketidak-benaran.
        Dari apa yang ada di sini secara terperinci diungkapkan,
        Yaitu, tanda-tanda dan kualitas-kualitas lengkap,
        Seseorang harus mengetahui, seperti apa adanya, cakupan   
        Dari Jalan Kebebasan.


Empat Puluh Objek Meditasi Selesai
Title: Re: 40 objek meditasi
Post by: chietra on 24 March 2012, 05:23:31 PM
maksudnya perenungan  4 unsur apaan yah?????  ;D
Title: Re: 40 objek meditasi
Post by: Indra on 25 March 2012, 12:12:43 AM
maksudnya perenungan  4 unsur apaan yah?????  ;D

coba baca dari awal sampe habis, ada penjelasannya kok.
btw, anda apakah chietra yg itu?