Namo Buddhaya,
Namo Buddhaya,
Namo Buddhaya,
Namo Buddhaya,
Dari bro Indra = menurut yg saya pelajari kesadaran adalah bergantung pada landasan2nya, jika seorang arahat masih hidup, berarti landasan2 kesadarannya masih ada, jadi tentu saja masih ada kesadaran. lain halnya jika seorang arahat telah parinibbana.
Pertanyaan buat bro Indra:
Apa yang terjadi pada kesadaran seorang Arahat ketika mencapai Parinibbana?
sebelum saya menjawab.
1. Dari bro Indra = menurut yg saya pelajari kesadaran adalah bergantung pada landasan2nya, jika seorang arahat masih hidup, berarti landasan2 kesadarannya masih ada, jadi tentu saja masih ada kesadaran.
2. lain halnya jika seorang arahat telah parinibbana.
dengan mempertanyakan no.2 apakah anda menyetujui yg no.1?
Jawab saja to the point bro, gitu saja kok repot
baiklah saya akan menjawab, untuk menunjukkan bahwa anda adalah bos di sini, tapi mohon jaga bahasa anda.
pada saat arahat parinibbana ini disebut Anupadisesa Nibbana, Nibbana tanpa sisa, artinya seluruh pancakkhandha menjadi terurai dan lenyap. pancakkhandha adalah jasmani, perasaan, persepsi, bentukan-bentukan, dan kesadaran.
Tidak usah khawatir bro disini tidak ada bos, bos-nya cuman satu yaitu bos Medho (Sumedho)
pada saat arahat parinibbana ini disebut Anupadisesa Nibbana, Nibbana tanpa sisa, artinya seluruh pancakkhandha menjadi terurai dan lenyap. pancakkhandha adalah jasmani, perasaan, persepsi, bentukan-bentukan, dan kesadaran = jadi apa yang terjadi ? Lenyapkah? Lenyap kemana? Teruraikah? Terurai menjadi apa?
lenyap kemana? ini pertanyaan yg tidak valid.
sehubungan dengan hal ini Sang Buddha memberikan perumpamaan api kepada Vacchagotta
19. “Bagaimana menurutmu, Vaccha? Misalkan terdapat api yang membakar di depanmu. Apakah engkau mengetahui: ‘Api ini membakar di depanku’?”
“Aku mengetahuinya, Guru Gotama.”
“Jika seseorang bertanya kepadamu, Vaccha: ‘Bergantung pada apakah api yang membakar di depanmu ini?’ – jika ditanya demikian, bagaimanakah engkau menjawab?”
“Jika ditanya demikian, Guru Gotama, aku akan menjawab: ‘Api ini membakar dengan bergantung pada bahan bakar rumput dan kayu.’”
“Jika api di depanmu itu padam, apakah engkau mengetahui: ‘Api di depanku ini telah padam’?”
“Aku mengetahuinya, Guru Gotama.”
“Jika seseorang bertanya kepadamu, Vaccha: ‘Ketika api di depanmu itu padam, ke arah manakah perginya: ke timur, ke barat, ke utara, atau ke selaatan?’ - jika ditanya demikian, bagaimanakah engkau menjawab?”
“Itu tidak berlaku, Guru Gotama. Api itu membakar dengan bergantung pada bahan bakar rumput dan kayu. Ketika bahan bakar itu habis, jika tidak mendapatkan tambahan bahan bakar, karena tanpa bahan bakar, maka itu dikatakan sebagai padam.”
sumber: MN 72 Aggivacchagotta Sutta
Tanpa mengurangi rasa hormat kepada MN 72 Aggivacchagotta Sutta ijinkanlah saya untuk berkomentar:
Didalam Mahaparinirvana Sutra Sang Buddha mengatakan bahwa Beliau sekarang telah siap untuk membabarkan tentang Diri untuk mengkoreksi kesalahmengertian orang-orang tentang Buddhadharma, Beliau mengajarkan tentang kualitas-kualitas postitif yang terkandung dalam Nirvana, termasuk tentang Diri/Atman :
He [i.e. the Buddha] says that he is now ready to speak about the undisclosed teachings. Men abide in upside-down thoughts. So he will now speak of the affirmative attributes of Nirvana, which are none other than the Eternal, Bliss, the Self and the Pure.
Sekarang kembali ke MN 72 Aggivacchagotta Sutta, kalau saya seumpamanya ditanya kemanakah api yang padam itu arahnya, menurut sains tentu saja ia terurai dan menjadi satu dengan udara, nah disini ada udara sebagai basis penampung bagi elemen-elemen api yang padam. Silahkan ditanggapi