//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: J KrishnaMurti  (Read 176249 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: J KrishnaMurti
« Reply #210 on: 29 September 2008, 08:53:38 AM »
Kebetulan baru membaca2x buku dan pas ada ketemu bagian yang cocok dengan topik ini.
Berhubungan tentang kasus affair JK dan juga pendapat Pak Hud tentang JK adalah seorang arahant,
Didalam Vinaya I 295 dikatakan
"Atthanam etam anavakaso yam arahato asuci mucceyya ti"
"Seorang arahant tidak mungkin terjadi ejakulasi (pengeluaran cairan sperma) bahkan pada waktu tidur"
Jadi berdasarkan dua informasi ini, sepertinya JK bukan seorang Arahant.

Silakan saling berspekulasi tentang apakah Krishnamurti seorang "arahat" atau bukan. ... Tidak penting bagi saya, apakah dia seorang buddha, arahat, atau anagami dst ... Istilah-istilah itu cuma teori/kepercayaan, yang dipelajari dari kitab suci: arahat begini, arahat tidak mungkin begitu ... Tidak seorang pun di fourm ini tahu ...

Di dalam Vajrayana, seorang Bodhisattva (bahkan yang sudah sampai tingkat kesepuluh) masih terikat sumpah untuk bersedia melanggar sila demi welas asih.
Semua hal juga ada spekulasi pak hud. Matahari itu seperti bola api raksasa yg panas, kutub utara itu es semua, diluar angkasa tidak ada gravitasi. Itu semua adalah spekulasi karena kita belum mengalami sendiri.

Demikian pula saya berspekulasi tentang JK :)

tentang sumpah bodhisattva yg bersedia melanggar sumpah itu, saya belum bisa berspekulasi seperti pak hud karena saya belum pernah mempelajari itu.
There is no place like 127.0.0.1

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: J KrishnaMurti
« Reply #211 on: 29 September 2008, 09:03:05 AM »
Memang repot kalau orang melihat dengan kacamata yang berbeda ...
Di dalam Vajrayana, seorang Bodhisattva itu jauh lebih tinggi daripada arahat ... sangat berbeda pengertiannya dengan Bodhisattva di Theravada ...
 ... seorang Bodhisattva di tingkat 10 hampir menyamai Buddha ...
Dalam Vajrayana bahkan dipercaya ada banyak Buddha sebagai manusia di sekeliling kita pada saat ini ... sangat berbeda dengan kepercayaan di Theravada. ...
Manyusri kadang-kadang disebut Buddha, kadang-kadang disebut Bodhisattva. ...

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: J KrishnaMurti
« Reply #212 on: 29 September 2008, 09:05:39 AM »
Semua hal juga ada spekulasi pak hud. Matahari itu seperti bola api raksasa yg panas, kutub utara itu es semua, diluar angkasa tidak ada gravitasi. Itu semua adalah spekulasi karena kita belum mengalami sendiri.
Demikian pula saya berspekulasi tentang JK :)
tentang sumpah bodhisattva yg bersedia melanggar sumpah itu, saya belum bisa berspekulasi seperti pak hud karena saya belum pernah mempelajari itu.

Silakan saja Anda berspekulasi tentang JK dari asumsi-asumsi Theravada. .... saya berspekulasi tentang JK dari asumsi-asumsi Vajrayana. ... Memang semua itu spekulasi.

Offline CKRA

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 919
  • Reputasi: 71
Re: J KrishnaMurti
« Reply #213 on: 29 September 2008, 09:40:44 AM »
Semua hal juga ada spekulasi pak hud. Matahari itu seperti bola api raksasa yg panas, kutub utara itu es semua, diluar angkasa tidak ada gravitasi. Itu semua adalah spekulasi karena kita belum mengalami sendiri.
Demikian pula saya berspekulasi tentang JK :)
tentang sumpah bodhisattva yg bersedia melanggar sumpah itu, saya belum bisa berspekulasi seperti pak hud karena saya belum pernah mempelajari itu.

Silakan saja Anda berspekulasi tentang JK dari asumsi-asumsi Theravada. .... saya berspekulasi tentang JK dari asumsi-asumsi Vajrayana. ... Memang semua itu spekulasi.

Saya kira asumsi Theravada dan asumsi Vajrayana tidak relevan untuk dikonfrontir untuk membahas J Krishnamurti. Kalau ini merupakan upaya untuk membenturkan mazhab yang satu dengan yang lain dalam Buddhisme dengan menggunakan sesuatu yang jelas-jelas bertentangan dengan Buddhisme, saya kira bukanlah upaya yang terpuji.

Sebelumnya rekan Hudoyo berkali-kali menyamakan JK dengan Sang Buddha. Kini setelah rekan Sumedho menyampaikan satu bukti yang meragukan status JK, rekan Hudoyo menyatakan tidak peduli apakah JK Arahat atau bukan. Malah sekarang menggunakan Bodhisatta sebagai tameng. Seolah-olah JK melanggar sila demi welas asih? Atau rekan Hudoyo merasa istilah "Boddhisatva" adalah isu yang sensitif antara mazhab dalam Buddhisme sehingga akan menimbulkan pro dan kontra dalam DC? Mohon "welas asih" dari rekan Hudoyo untuk tidak melakukan hal tersebut.

Oh ya, saya mohon maaf sebelumnya. Lupa menyampaikan selamat datang kembali kepada rekan Hudoyo. Saya kira waktu rekan Hudoyo pamitan dulu itu serius.

 _/\_
CKRA

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: J KrishnaMurti
« Reply #214 on: 29 September 2008, 11:10:27 AM »
Saya kira asumsi Theravada dan asumsi Vajrayana tidak relevan untuk dikonfrontir untuk membahas J Krishnamurti. Kalau ini merupakan upaya untuk membenturkan mazhab yang satu dengan yang lain dalam Buddhisme dengan menggunakan sesuatu yang jelas-jelas bertentangan dengan Buddhisme, saya kira bukanlah upaya yang terpuji.
Sebelumnya rekan Hudoyo berkali-kali menyamakan JK dengan Sang Buddha. Kini setelah rekan Sumedho menyampaikan satu bukti yang meragukan status JK, rekan Hudoyo menyatakan tidak peduli apakah JK Arahat atau bukan. Malah sekarang menggunakan Bodhisatta sebagai tameng. Seolah-olah JK melanggar sila demi welas asih? Atau rekan Hudoyo merasa istilah "Boddhisatva" adalah isu yang sensitif antara mazhab dalam Buddhisme sehingga akan menimbulkan pro dan kontra dalam DC? Mohon "welas asih" dari rekan Hudoyo untuk tidak melakukan hal tersebut.

Yang saya bilang, Krishnamurti adalah orang yang telah bebas. ... Hanya orang Buddhis-lah, terutama segelintir kalangan Theravada, yang mempersoalkan apakah K itu buddha, arahat atau bukan. ...

Saya tidak tahu apa yang Anda maksud dengan "jelas-jelas bertentangan dengan Buddhisme" ... sejauh ini saya rasa tidak ada yang seperti itu. ...

Sumpah Bodhisattva yang bersangkutan sudah saya pakai untuk mencoba memahami batin K sejauh dapat saya pahami dengan menggunakan konsep-konsep dari khazanah Buddhisme yang tidak terbatas pada Theravada saja sejak pertama kali muncul kontroversi mengenai "affair" K, bukan baru sekarang.

Orang hanya merasa sensitif tentang suatu ajaran kalau itu menyangkut kepentingan dirinya sendirinya. Dalam suatu wacana intelektual atau ilmiah tidak ada yang perlu ditutup-tutupi.

Quote
Oh ya, saya mohon maaf sebelumnya. Lupa menyampaikan selamat datang kembali kepada rekan Hudoyo. Saya kira waktu rekan Hudoyo pamitan dulu itu serius.

Saya hanya menanggapi poin-poin yang menyangkut MMD dan Krishnamurti. Selebihnya saya tidak peduli dengan apa yang terjadi di DC, karena isinya hanya orang-orang yang sudah mempunyai keyakinan kuat tertentu dan tidak mungkin berubah lagi. Jadi tidak ada gunanya berdiskusi di DC, hanya buang-buang waktu ... lebih baik menulis untuk Kaskus.

Salam,
hudoyo

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: J KrishnaMurti
« Reply #215 on: 29 September 2008, 03:10:37 PM »
Memang repot kalau orang melihat dengan kacamata yang berbeda ...
Di dalam Vajrayana, seorang Bodhisattva itu jauh lebih tinggi daripada arahat ... sangat berbeda pengertiannya dengan Bodhisattva di Theravada ...

Tidak selalu Bodhisattva lebih tinggi. Arahat setara dengan Bodhisattva Bhumi ke-6 dalam Mahayana. Kalau Bodhisattva Bhumi pertama justru malah 'lebih rendah' ketimbang Arahat.

Quote
... seorang Bodhisattva di tingkat 10 hampir menyamai Buddha ...

Hampir menyamai..... tapi masih ada klesha:

Then the enlightening being Avalokiteshvara said to the Buddha, "The Buddha speaks of ten stages of enlightening beings (Bodhisattva): the stage of intense joy (paramudita), the stage of freedom from defilement (vimala), the stage of radiance (prabhakari), the stage of blazing intellect (archishmati), the stage most difficult to conquer(sudurjaya), the stage of presence (abhimukhi), the stage of far going (duramgama), the stage of immovability (achala), the stage of good intellect (sadhumati), and the stage of cloud of teaching (dharmamegha).

..................

"In the tenth stage (Dharmamegha), there are two kinds of ignorance. One is ignorance of great mystic powers. The other is ignorance of awakening to subtle mysteries. These and their grossness are what is to be cured.

"In the stage of Buddhahood, coming to thusness, there are two kinds of ignorance. One is ignorance of extremely subtle sticking to objects of knowledge. The other is ignorance of extremely subtle barriers. These and their grossness are what is to be cured.

.........
Supreme perfect enlightenment (Anuttara Samyaksambodhi - Sammasambodhi) is free from bondage to them.

(Samdhinirmocana Sutra)

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: J KrishnaMurti
« Reply #216 on: 29 September 2008, 07:58:54 PM »
Tidak selalu Bodhisattva lebih tinggi. Arahat setara dengan Bodhisattva Bhumi ke-6 dalam Mahayana. Kalau Bodhisattva Bhumi pertama justru malah 'lebih rendah' ketimbang Arahat.

Di dalam ajaran & budaya Vajrayana (Buddhisme Tibet), Bodhisattva dan Buddha hampir tidak dapat dibedakan lagi. ... Bodhisattva Manyusri disebut juga Buddha Manyusri. ... Orang Tibet percaya bahwa di sekitar mereka terdapat banyak Buddha dalam bentuk guru-guru yang hidup. Ini berbeda dengan kepercayaan di Theravada bahwa dalam satu zaman hanya ada satu Buddha. ...

Quote
Hampir menyamai..... tapi masih ada klesha:

Di dalam ajaran Vajrayana, seorang tokoh-Buddha bisa beremanasi (memancar) menjadi Bodhisattva ... dst ... bahkan menjadi tokoh-tokoh historis, seperti Padmasambhava & pasangan perempuannya, Tsogyel, dsb. ...

http://www.berzinarchives.com/web/en/archives/e-books/unpublished_manuscripts/making_sense_tantra/pt1/making_sense_tantra_04.html

"Coarse and Subtle Emanations of Buddha-Figures

To benefit others, Buddhas emanate multiple appearances of themselves in a variety of coarse and subtle forms. They assume an array of subtle bodies (Skt. sambhogakaya) to teach arya bodhisattvas – the only ones able to see such forms. Aryas (noble ones) are highly realized beings with direct, straightforward, nonconceptual perception and understanding of how things exist. Buddhas take an assortment of coarser bodies (Skt. nirmanakaya) in order to benefit ordinary beings. Any Buddha may emanate coarse or subtle bodies in the forms of any Buddha-figure or everyday being, or even of another Buddha. The same is true of Buddha-figures when appearing as if they were individual enlightened beings. Only those who are receptive to receiving help or teachings, however, are able to meet Buddhas in any form and derive the full benefit.

Buddhas and their Buddha-figure emanations reside in their own Buddha-fields. Buddha-fields are special realms unassociated with the confusion of uncontrollably recurring existence (Skt. samsara). They are the pure lands where Buddhas and Buddha-figures manifest in subtle forms and teach arya bodhisattvas the final steps to enlightenment. Since Buddha-fields are beyond the common experience of Buddhologists and Hinayana adherents, their literal existence would naturally be unacceptable to them. Mahayana sutra and tantra practitioners, however, regard them as actually existing, although no one can reach them without the prerequisite realizations. Even great masters cannot bring the mental continuums of freshly deceased persons to pure lands unless the deceased have built up the potentials for this from their own practices.

The nonliteral ultimate meaning of Buddha-fields is the clear light continuum of each individual being. Within the sphere of each being's clear light continuum, beyond the confusion of uncontrollable existence, dwell the various aspects of Buddha-nature, represented by Buddha-figures. Arya bodhisattvas on the path of highest tantra - the only practitioners with nonconceptual meditative access to their clear light continuums – gain final actualization of their Buddha-natures while in this state.

Sometimes Buddha-figures come from their Buddha-fields in the subtle forms of bodhisattvas and request Shakyamuni to impart the various sutras and tantras, as when Vajrapani requested A Concert of Names of Manjushri (Praises to the Names of Manjushri). As bodhisattvas, they may also attend and compile Buddha's discourses, as Vajrapani did for The Guhyasamaja Tantra, or give teachings in Shakyamuni's stead, as Avalokiteshvara did for The Heart Sutra. In such cases, as explained above, the Buddha-figures and Shakyamuni share the same mental continuum.

Some of the coarse bodies that Buddhas or Buddha-figures emanate from their Buddha-fields were actual historical persons, such as Padmasambhava, the Indian master responsible for the first spread of Buddhism to Tibet. From the viewpoint of conventional truth, these great beings seemed to have individual mental continuums and appeared as such to ordinary beings, who could understand only this truth about them. A deeper truth about them was that their mental continuums were one with the Buddhas and Buddha-figures of whom they were emanations. For Buddhologists and Hinayana adherents, only the first statement about these historical figures is true. For Mahayana practitioners, both statements are fact.

Tantra practice includes visualizing oneself in the forms of certain historical figures regarded as Buddha-figure emanations, such as Padmasambhava, his female partner Yeshey Tsogyel, or the Second Karmapa, Karma Pakshi. Not all masters regarded as Buddha-figure emanations, however, serve as forms for tantra self-visualization, for example the Dalai Lamas as Avalokiteshvaras. Moreover, political reasons may have motivated the Tibetans to address honorifically certain rulers as Buddha-figure emanations, such as the Manchu emperors of China as Manjushris and the Russian czars as Taras. Tantra practice does not include such persons. Regarding them as emanations, however, accords with the general Mahayana advice to avoid speaking badly of anyone, because one can never tell who may be a bodhisattva emanation.

Further, some coarse Buddha-figure emanations that the Tibetans consider as having been historical figures would be hard to confirm by Western standards. A prominent example is Tara. Tara appeared as an individual who during a lifetime as a woman developed bodhichitta and became a bodhisattva. She vowed to continue taking rebirth ever after as a woman and to achieve enlightenment in a female form to encourage women to follow the path. ..."

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: J KrishnaMurti
« Reply #217 on: 29 September 2008, 08:21:36 PM »
Koreksi ya pak.....

'Manjusri' bukan 'Manyusri'................

Bila Buddha dapat beremanasi menjadi para Bodhisattva, tentu mereka bisa juga beremanasi menjadi dewa dan manusia biasa.

Manusia tetap manusia, dewa tetaplah dewa, Bodhisattva tetaplah Bodhisattva, Buddha tetaplah Buddha.

Seperti Raja Trisong Deutsen yang dianggap sebagai emanasi Manjusri, tapi toh masih tetap dapat melakukan kesalahan dan membuat rintangan karma. Kenapa? Karena beliau adalah manusia biasa.

Nah kalau dirunut lagi semua makhluk hidup pada dasarnya adalah Buddha. Nah bukankah kalau begitu semua makhluk hidup itu sebenarnya merupakan 'emanasi' dari Sang Dharmakaya Buddha, yang merupakan sumber segala fenomena?

Walaupun toh begitu para makhluk hidup masih berada dalam samsara dan butuh perjuangan untuk mencapai Nirvana.

_/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline Semit

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 172
  • Reputasi: 30
Re: J KrishnaMurti
« Reply #218 on: 29 September 2008, 10:35:06 PM »
Ini berbeda dengan kepercayaan di Theravada bahwa dalam satu zaman hanya ada satu Buddha. ...

Rekan Netter,

Harap rekan2 netter berhati2 membaca postingan dari Sdr. Hudoyo. Sdr. Hudoyo sebagai seorang mantan bhikkhu theravada tentunya sangat memahami hal ini, namun Sdr. hudoyo dengan sengaja memelintir, entah dengan maksud apa. Dalam kepercayaan Theravada dikenal banyak sekali Arahat, dan para Arahat ini juga adalah Buddha (Savaka Buddha), ada 3 jenis Buddha yang dikenal dalam Theravada, yaitu Samma Sambuddha, Pacceka Buddha dan Savaka Buddha. Savaka Buddha jelas ada banyak sekali dan hidup dalam zaman yang sama, yaitu sejak zaman Sang Buddha hingga saat ini. jadi yang benar adalah pada zaman ini terdapat banyak sekali Savaka Buddha dan satu Samma Sambuddha.

Mungkin ini bukan suatu hal yg penting, tapi mohon Sdr. Hudoyo tidak menyebarkan informasi yang menyesatkan.


Offline CKRA

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 919
  • Reputasi: 71
Re: J KrishnaMurti
« Reply #219 on: 29 September 2008, 11:04:13 PM »
Ini berbeda dengan kepercayaan di Theravada bahwa dalam satu zaman hanya ada satu Buddha. ...

Rekan Netter,

Harap rekan2 netter berhati2 membaca postingan dari Sdr. Hudoyo. Sdr. Hudoyo sebagai seorang mantan bhikkhu theravada tentunya sangat memahami hal ini, namun Sdr. hudoyo dengan sengaja memelintir, entah dengan maksud apa. Dalam kepercayaan Theravada dikenal banyak sekali Arahat, dan para Arahat ini juga adalah Buddha (Savaka Buddha), ada 3 jenis Buddha yang dikenal dalam Theravada, yaitu Samma Sambuddha, Pacceka Buddha dan Savaka Buddha. Savaka Buddha jelas ada banyak sekali dan hidup dalam zaman yang sama, yaitu sejak zaman Sang Buddha hingga saat ini. jadi yang benar adalah pada zaman ini terdapat banyak sekali Savaka Buddha dan satu Samma Sambuddha.

Mungkin ini bukan suatu hal yg penting, tapi mohon Sdr. Hudoyo tidak menyebarkan informasi yang menyesatkan.



Rekan Semit,

Anumodana atas klarifikasi yang sangat bermanfaat ini. Memang mudah sekali memancing konflik dengan menonjolkan perbedaan, apalagi yang mengada-ada seperti itu. Jangan heran bila nanti isu vegetarian akan dimunculkan karena Jiddu Krishnamurti adalah seorang vegetarian sejati.

Salam,
CKRA

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: J KrishnaMurti
« Reply #220 on: 29 September 2008, 11:56:43 PM »
Bagaimana kedudukan Bodhisatva dari sudut pandang Theravada dan Mahayana (Vajrayana dianggap masuk ke Mahayana) ?? Di dalam BUDDHAVAMSA jelas sekali dipaparkan bagaimana jalur pencapaian kebuddhaan (dalam hal ini sammasambuddha) melalui jalur bodhisatva (seperti kisah semua sammasambuddha).

Pertapa Sumedha (bakal calon BUDDHA GOTAMA) harus menempuh tambahan waktu 4 assankheya kappa ditambah 100 ribu kappa untuk merealisasikan parami-nya untuk mencapai sammasambuddha pannadhika. Di hadapan buddha Dipankara, pertapa sumedha mengucapkan aspirasinya untuk mencapai sammasambuddha dan akibat dari aspirasinya itu, pertapa sumedha harus menempuh tambahan waktu yang sekian lama untuk menyempurnakan paraminya. Padahal ketika waktu itu, benih pencapaian ARAHANTA (Savaka Buddha) sebagai murid Buddha Dipankara bisa dicapai oleh pertapa sumedha.


« Last Edit: 30 September 2008, 12:01:45 AM by dilbert »
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: J KrishnaMurti
« Reply #221 on: 30 September 2008, 07:53:39 AM »
Koreksi ya pak.....
'Manjusri' bukan 'Manyusri'................

Ada yang menulis "Manjushri".

Quote
Bila Buddha dapat beremanasi menjadi para Bodhisattva, tentu mereka bisa juga beremanasi menjadi dewa dan manusia biasa.

setuju


Quote
Manusia tetap manusia, dewa tetaplah dewa, Bodhisattva tetaplah Bodhisattva, Buddha tetaplah Buddha.

Perbedaan-perbedaan seperti ini sifatnya sementara, terkondisi oleh kesadaran kita yang membeda-bedakan.

Quote
Seperti Raja Trisong Deutsen yang dianggap sebagai emanasi Manjusri, tapi toh masih tetap dapat melakukan kesalahan dan membuat rintangan karma. Kenapa? Karena beliau adalah manusia biasa.
Nah kalau dirunut lagi semua makhluk hidup pada dasarnya adalah Buddha. Nah bukankah kalau begitu semua makhluk hidup itu sebenarnya merupakan 'emanasi' dari Sang Dharmakaya Buddha, yang merupakan sumber segala fenomena?

setuju

Quote
Walaupun toh begitu para makhluk hidup masih berada dalam samsara dan butuh perjuangan untuk mencapai Nirvana.

Lagi-lagi, pandangan seperti ini bersifat sementara. Dalam kenyataan yang terakhir tidak ada perbedaan antara samsara dan nirvana.

Salam,
hudoyo

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: J KrishnaMurti
« Reply #222 on: 30 September 2008, 08:01:26 AM »
Ini berbeda dengan kepercayaan di Theravada bahwa dalam satu zaman hanya ada satu Buddha. ...
Rekan Netter,
Harap rekan2 netter berhati2 membaca postingan dari Sdr. Hudoyo. Sdr. Hudoyo sebagai seorang mantan bhikkhu theravada tentunya sangat memahami hal ini, namun Sdr. hudoyo dengan sengaja memelintir, entah dengan maksud apa. Dalam kepercayaan Theravada dikenal banyak sekali Arahat, dan para Arahat ini juga adalah Buddha (Savaka Buddha), ada 3 jenis Buddha yang dikenal dalam Theravada, yaitu Samma Sambuddha, Pacceka Buddha dan Savaka Buddha. Savaka Buddha jelas ada banyak sekali dan hidup dalam zaman yang sama, yaitu sejak zaman Sang Buddha hingga saat ini. jadi yang benar adalah pada zaman ini terdapat banyak sekali Savaka Buddha dan satu Samma Sambuddha.
Mungkin ini bukan suatu hal yg penting, tapi mohon Sdr. Hudoyo tidak menyebarkan informasi yang menyesatkan.

Betul, dalam ajaran Theravada dalam satu zaman hanya ada satu samma-sambuddha. Itulah yang dipahami secara populer oleh umat Buddha yang tidak pernah belajar dhamma, itu maksud saya. ... Itu yang saya tolak. Tidak peduli kata "buddha" dipecah-pecah dalam berbagai jenis, menurut saya pribadi, pencerahan terbuka untuk siapa saja dan kapan saja, tidak dibatasi oleh ada-tidaknya orang tercerahkan lain.

Baru kali ini ya pakai istilah "Rekan Netter" sesudah "mengaku" menjadi Nongpoy ... :))  Kenapa gak pakai bold dan beraneka warna sekalian?
« Last Edit: 30 September 2008, 08:02:58 AM by hudoyo »

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: J KrishnaMurti
« Reply #223 on: 30 September 2008, 08:05:17 AM »
 _/\_ Ijinkan saya bertanya,
1. Pernahkah Bapak belajar langsung dari J Khrisnamukti dalam artian bertemu dengan pribadi beliau dan mempelajari meditasi dari beliau?
2. Apakah JK juga memiliki pusat meditasi atau hanya turut serta dalam menulis pengalaman batinnya?
3. dalam dunia theosophy, darimanakah pencerahan yang didapat oleh JK atau selama ini hanya menuliskan kata-kata indah ?
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: J KrishnaMurti
« Reply #224 on: 30 September 2008, 08:07:07 AM »
Rekan Semit,
Anumodana atas klarifikasi yang sangat bermanfaat ini. Memang mudah sekali memancing konflik dengan menonjolkan perbedaan, apalagi yang mengada-ada seperti itu. Jangan heran bila nanti isu vegetarian akan dimunculkan karena Jiddu Krishnamurti adalah seorang vegetarian sejati.

Perbedaan hanya akan memancing konflik kalau ada pihak yang bersikap fundamentalis & fanatik, yang menganggap kepercayaannya sendiri benar dan kepercayaan yang lain salah.

Krishnamurti memang vegetarian, tapi tidak pernah mengajarkan vegetarianisme kepada pendengarnya. Ketika ditanya, ia bilang "saya vegetarian bukan karena alasan moralitas atau alasan keagamaan."