//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: J KrishnaMurti  (Read 176218 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: J KrishnaMurti
« Reply #240 on: 30 September 2008, 09:42:40 AM »
Saya pikir satu budaya yang masih tertinggal dalam sebuah kerajaan adalah raja selalu dianggap sebagai titisan ini dan itu dan kesahihannya kadang diragukan.

Mengenai emanasi Buddha, bila mau dirunut maka akan kembali kepada satu soul tertinggi yaitu Adi Buddha,saya pikir ini bisa membawa orang pada salah pengertian bahwa kita berasal dari satu pecahan soul yang menitis ke dunia. dan saya pikir budaya Buddhisme Tibetan dari awal telah memiliki pengaruh kuat dari Tantrik Hinduisme yang kemudian tercampur dalam Buddhisme,sehingga keanekaragaman hayati menjadi berkembang.

Bila mau dikatakan Dalai Lama adalah emanasi dari Avalokitesvara... kenapa ia sama sekali tidak bisa mendengar jerit tangis peperangan?kenapa Avalokitesvara yang digambarkan bertangan seribu dan bermata seribu dalam bentuk Dalai Lama sama sekali tidak mengerjakan miracle seperti yang disebut dalam Sutra Sutra? karena Dalai Lama hanyalah orang biasa.

Adi Buddha bukan 'soul'. Dharmakaya telah muncul dalam Mahayana (sebelum Vajrayana) - benih-benihnya sudah ada dalam Saddharmapundarika Sutra (abad 1 M), bahkan dalam Theravada dengan sebutan 'Dhammakaya'.

Tidak ada pecahan-pecahan soul di sini. apabila ada, maka Dharmakaya dapat disamakan dalam Brahman (Atman). Tetapi Sang Buddha dalam Lankavatara Sutra membabarkan bahwa Tathagatagarbha (Dharmakaya) itu berbeda dengan Atman (Brahman).

Quote
Iman Anda berbeda dengan iman kaum Vajrayana.


Vajrayana yang mana dulu?

===============================================================================

Bagi saya, tidak ada sesuatu yang benar-benar khusus dengan 'emanasi Buddha', apalagi sampai orang tersebut dielu-elukan bukan karena pencapaian spiritualnya atau kebajikannya, tetapi hanya karena seseorang itu katanya emanasi ini itu.

Kalau mau lihat, di rumah kita saja ada 2 orang emanasi Buddha Sakyamuni dan Maitreya, siapakah itu? Ayah dan ibu kita.

Karena toh semua makhluk hidup pada dasarnya Buddha. Saya 'Buddha', rekan-rekan di forum ini semuanya ya 'Buddha'.

Jadi toh kalau JK itu emanasi 'Buddha' ya nggak heran, la wong beliau juga makhluk hidup. Tapi beliau belum tentu seorang Buddha (dalam hal ini Sravakabuddha / Bodhisattva). Dan menurut saya pribadi, JK hanyalah manusia biasa dengan tahap pencapaian meditasi yang lumayan........

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: J KrishnaMurti
« Reply #241 on: 30 September 2008, 09:44:28 AM »
Theravada hanyalah sebuah serangkaian jalan yang saya jalani pada saat ini,namun bukanlah digunakan untuk menjudge dan mengeneralisir semua orang yang berada dalam lingkunga Theravada adalah seperti yang anda bayangkan.

Banyak hal yang terjadi dalam perkembangan spiritualitas seseorang dan saya melihatnya sebagai sebuah perjalanan waktu. MMD tentunya merupakan sebuah revolusi perjalanan spiritual anda yang telah anda share ke banyak orang meskipun dualisme suka dan tidak suka itu pasti ada. :)

Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: J KrishnaMurti
« Reply #242 on: 30 September 2008, 09:50:35 AM »
Bagi saya pandangan yang membedakan samsara & nirvana dan pandangan yang melihat samsara = nirvana tidak saling melengkapi. Kedua pandangan itu TIDAK BERADA PADA LEVEL KESADARAN YANG SAMA. ... Ketika pikiran yang membeda-bedakan ini berhenti, di situlah baru disadari bahwa nirvana = samsara. ... Jadi secara ontologis sangat berbeda, yang satu nyata dan yang lain tidak nyata (maya).

Pelajarilah konsep "Dua Kebenaran" dalam filosofi Mahayana.

Walaupun Maya, toh sekarang kita hidup dalam Maya.........

Kalau anda setuju Nirvana dan Samsara tidak terpisahkan, tentu kebenaran konvensional dan kebenaran absolut juga tidak terpisahkan. Kalau plus = minus, Nirvana = Samsara, maka Konvensional = Absolut.

_/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: J KrishnaMurti
« Reply #243 on: 30 September 2008, 10:08:54 AM »
copas dulu ah ;D

"Saya rasa ada manfaatnya bila kita dapat--dengan bertukar kata-kata--melihat jelas pola berpikir kita sendiri; artinya, jika dapat membuka diri kita sendiri, bukan kepada orang lain, melainkan kepada diri sendiri, dan melihat apa diri kita secara aktual dan apa yang berlangsung di dalam. Agar bermanfaat, suatu diskusi hendaknya berperan sebagai cermin yang di dalamnya kita dapat melihat diri kita dengan jelas, secara mendetail, tanpa distorsi, melihat secara keseluruhan dan bukan hanya melihat suatu fragmen tertentu."
[10 Juni 1962 - London]

*****

"Dalam tindakan menyimak itu sendiri, jika kita benar-benar menyimak dalam keadaan sadar, tanpa upaya apa pun, dalam tindakan itu sendiri terdapat suatu mukjizat aneh yang terjadi, yang seperti cahaya terang menembus kegelapan. Tetapi penyimakan itu bukan sekadar menerima propaganda, bukan terhipnotis oleh serangkaian kata-kata. Menyimak itu penting hanya jika di dalam tindakan itu Anda dapat menyelami diri sendiri dan mengungkap liku-liku pikiran, perasaan Anda sendiri, dan menemukan betapa kita diperbudak oleh suatu simbol, suatu kata, dan mengalami secara langsung, aktual, emosional hal yang dibicarakan itu."
[17 December 1961 - Madras]
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: J KrishnaMurti
« Reply #244 on: 30 September 2008, 10:10:31 AM »
"...Tetapi pertama-tama kita harus menemukan apa artinya berdiskusi, apa yang kita maksud dengan suatu pertanyaan. Suatu pertanyaan yang salah akan mendapat jawaban yang salah. Hanya pertanyaan yang benar menerima jawaban yang benar, dan mengajukan pertanyaan yang benar adalah luar biasa sulit. Untuk dapat mengajukan pertanyaan yang benar--bukan saya sendiri, tetapi juga Anda dan kita semua--dibutuhkan batin yang bisa menembus, batin yang tajam, awas, dan bersedia menemukan.
    Jadi, harap jangan mengajukan pertanyaan yang tidak relevan dengan apa yang kita diskusikan. Dan dalam berdiskusi, janganlah berdiskusi seperti anak sekolah, Anda mengambil satu pendirian dan saya mengambil pendirian lain--yang boleh-boleh saja di perguruan tinggi atau klub-klub debat--tetapi marilah berdiskusi untuk menemukan, yang adalah pendekatan batin yang saintifik dan batin yang tidak takut. Maka diskusi seperti itu menjadi bermanfaat; maka kita akan maju dan menemukan sendiri apa yang benar dan apa yang salah.
    Dengan demikian otoritas si pembicara berakhir; oleh karena tidak ada otoritas di dalam penemuan. Hanyalah batin yang tumpul dan malas yang menuntut otoritas. Tetapi batin yang ingin menemukan, mengalami sesuatu secara total, secara lengkap, harus menemukan, harus mendorong terus. Dan saya harap pertemuan-pertemuan ini akan membantu masing-masing dari kita untuk melihat sendiri--bukan melalui kacamata orang lain--apa yang bermanfaat, apa yang benar, dan apa yang palsu."
[25 Juli 1961 - Saanen]

*****

"Saya tidak tahu apakah Anda pernah menyelidiki bagaimana menyimak, tidak peduli terhadap apa pun, entah terhadap seekor burung, terhadap desir angin pada dedaunan, terhadap desau air mengalir, atau bagaimana Anda menyimak dialog dengan diri sendiri, menyimak percakapan Anda dalam berbagai relasi Anda dengan teman-teman intim Anda, dengan istri atau suami Anda. Jika kita mencoba menyimak, kita mendapati luar biasa sulitnya, oleh karena kita selalu memproyeksikan opini dan ide-ide kita, prejudis kita, latar belakang kita, kecenderungan kita, dorongan kita; bila hal-hal itu mendominasi, kita hampir-hampir tidak menyimak apa yang dikatakan. Keadaan itu tidak punya nilai sama sekali. Kita menyimak, dan dengan demikian belajar, hanya di dalam keadaan penuh perhatian, keadaan hening, yang di situ seluruh latar belakang ini tidak muncul,diam; maka saya rasa di situ ada kemungkinan berkomunikasi."
[9 Juli 1967 - Saanen]

*****

"Saya rasa, kita harus jelas tentang apa yang dinamakan 'diskusi' ini. Itu suatu dialog, suatu bentuk percakapan serius bersama-sama tentang berbagai masalah, menyelaminya, bukan hanya secara analitik, dengan berhati-hati, tetapi juga melihat keseluruhan struktur setiap masalah; bukan hanya detailnya, tetapi juga keseluruhan bentuk dan isinya. Karena ini suatu percakapan, suatu dialog antara Anda dan pembicara, kita perlu terbuka [vulnerable]; artinya, tidak memiliki pertahanan apa pun, perlawanan apa pun, melainkan bersedia mengungkap diri sendiri secara lengkap, bukan hanya terhadap masalah itu, tetapi juga terhadap apa yang berkaitan dengan masalah itu, memberikan segenap perhatian kita kepadanya. Jadi, dialog ini, percakapan ini, bukanlah hiburan intelektual, sekadar pertukaran argumen--satu opini berhadapan dengan opini lain,satu rumusan berhadapan dengan rumusan lain, atau satu pengalaman berhadapan dengan berbagai pengalaman lain. Alih-alih, itu adalah memandang ke dalam masalah itu sendiri, dan tidak hanya memikirkan bagaimana melenyapkannya, bagaimana mengatasinya; juga tidak untuk memperoleh suatu konsep atau suatu rumusan, yang kita harap akan memecahkan semua masalah. Jadi kita tidak berurusan dengan ide-ide, kita tidak berkepentingan dengan suatu ide, entah ide Anda atau ide pembicara. Yang kita minati adalah fakta, apa adanya--apa yang ada secara aktual! Maka jika Anda dan pembicara sama-sama sepakat bahwa kita mulai dengan apa adanya secara aktual--bukan dengan apa yang Anda pikirkan atau apa yang seharusnya menurut Anda--maka hubungan kita dalam dialog ini menjadi sama sekali lain, itu bukan lagi hubungan satu arah. Akan bermanfaat kiranya untuk terbuka terhadap setiap hal yang dikatakan, bukan menolak apa pun; sehingga mulai menjadi amat peka, awas terhadap masalah itu sendiri."
[2 Agustus 1967 - Saanen]
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: J KrishnaMurti
« Reply #245 on: 30 September 2008, 11:30:38 AM »
Mengingat bahwa dalam Tehravada Arahat=Buddha, apakah ini berarti bahwa Sdr. Hudoyo menyangkal keberadaan para Arahat versi Theravada?  atau yang anda tolak adalah kenyataan bahwa Arahat adalah makhluk yang telah mencapai Pencerahan Sempurna?

Yang saya tolak adalah kepercayaan Theravada bahwa dalam satu zaman hanya ada satu samma-sambuddha.

Quote
Thread in sedang membahas topik yg penting, jadi maaf, saya tidak akan terpancing dengan strategi membelokkan topik yang anda gunakan.

Saya cuma tertarik bahwa Anda tiba-tiba punya kebiasaan baru menggunakan sapaan "para netter".

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: J KrishnaMurti
« Reply #246 on: 30 September 2008, 11:34:51 AM »
Jadi toh kalau JK itu emanasi 'Buddha' ya nggak heran, la wong beliau juga makhluk hidup. Tapi beliau belum tentu seorang Buddha (dalam hal ini Sravakabuddha / Bodhisattva). Dan menurut saya pribadi, JK hanyalah manusia biasa dengan tahap pencapaian meditasi yang lumayan........

Begitu mudahnya orang menilai, meditasi JK sampai di sini, meditasi Siddhartha sampai di sini. ... tanpa dasar apa pun.

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: J KrishnaMurti
« Reply #247 on: 30 September 2008, 11:42:48 AM »
Pelajarilah konsep "Dua Kebenaran" dalam filosofi Mahayana.
Walaupun Maya, toh sekarang kita hidup dalam Maya.........
Kalau anda setuju Nirvana dan Samsara tidak terpisahkan, tentu kebenaran konvensional dan kebenaran absolut juga tidak terpisahkan. Kalau plus = minus, Nirvana = Samsara, maka Konvensional = Absolut.
_/\_
The Siddha Wanderer

Kalau cuma belajar dari teori, sih, kedua tingkat kebenaran itu seolah-oleh setara, berada pada satu level, bisa ditukar-tukar. Ini salah.

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: J KrishnaMurti
« Reply #248 on: 30 September 2008, 12:32:33 PM »
Begitu mudahnya orang menilai, meditasi JK sampai di sini, meditasi Siddhartha sampai di sini. ... tanpa dasar apa pun.

Kan saya bilang = 'menurut saya pribadi'........yang pasti saya menilainya dari kisah hidupnya dsb..... Silahkan anda mau terima atau tidak...... lagipula itu cuma pendapat pribadi saya saja kok.....

Quote
Kalau cuma belajar dari teori, sih, kedua tingkat kebenaran itu seolah-oleh setara, berada pada satu level, bisa ditukar-tukar. Ini salah.

Nah.... teori-teori itu kan juga keluar dari ajaran Sang Buddha sendiri maupun para guru-guru Buddhis yang telah praktek juga............

Kalau anda merasa kedua tingkat kebenaran itu tidak setara, maka ya saya juga bisa katakan kalau Nirvana dan Samsara itu tidak setara......makanya para makhluk hidup berjuang untuk mencapai Nirvana.

Anda meniadakan non-dualisme di satu sisi (absolut-konvensional) dan mengiyakan non-dualisme di sisi lainnya (Nirvana-Samsara).........Hmmm??

Pendirian saya cuma satu:
Absolut tidak terpisahkan dengan Konvensional, pun bukan tidak terpisahkan dengan Konvensional.
Nirvana tidak terpisahkan dengan Samsara, pun bukan tidak terpisahkan dengan Samsara

Oya, supaya nggak salah paham, tanda "=" saya gunakan dengan arti 'tidak terpisahkan' bukan 'sama'.

_/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: J KrishnaMurti
« Reply #249 on: 30 September 2008, 12:59:05 PM »
Kan saya bilang = 'menurut saya pribadi'........yang pasti saya menilainya dari kisah hidupnya dsb..... Silahkan anda mau terima atau tidak...... lagipula itu cuma pendapat pribadi saya saja kok.....

Menurut saya pribadi, tidak perlu menilai si A begini, si B begitu. Yang penting, melihat apa yang ada di dalam batin sendiri, tidak perlu menghiraukan orang lain.

Quote

Pendirian saya cuma satu:
Absolut tidak terpisahkan dengan Konvensional, pun bukan tidak terpisahkan dengan Konvensional.
Nirvana tidak terpisahkan dengan Samsara, pun bukan tidak terpisahkan dengan Samsara
Oya, supaya nggak salah paham, tanda "=" saya gunakan dengan arti 'tidak terpisahkan' bukan 'sama'.

Pendirian saya cuma satu:
Kalau pikiran bergerak, maka segala macam dualitas muncul.
Kalau pikiran diam, maka segala macam dualitas pun lenyap.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: J KrishnaMurti
« Reply #250 on: 30 September 2008, 05:05:39 PM »
Bagaimana kedudukan Bodhisatva dari sudut pandang Theravada dan Mahayana (Vajrayana dianggap masuk ke Mahayana) ?? Di dalam BUDDHAVAMSA jelas sekali dipaparkan bagaimana jalur pencapaian kebuddhaan (dalam hal ini sammasambuddha) melalui jalur bodhisatva (seperti kisah semua sammasambuddha).

Saya pribadi memisahkan Vajrayana dari Mahayana yang lain, karena tujuan dan latihannya berbeda. Theravada bertujuan menjadi arahat; Mahayana bertujuan menjadi bodhisattva, yang "tidak akan masuk nirvana sebelum semua makhluk tercerahkan"; Vajrayana bertujuan menjadi buddha dalam hidup sekarang juga.

Pertapa Sumedha (bakal calon BUDDHA GOTAMA) harus menempuh tambahan waktu 4 assankheya kappa ditambah 100 ribu kappa untuk merealisasikan parami-nya untuk mencapai sammasambuddha pannadhika. Di hadapan buddha Dipankara, pertapa sumedha mengucapkan aspirasinya untuk mencapai sammasambuddha dan akibat dari aspirasinya itu, pertapa sumedha harus menempuh tambahan waktu yang sekian lama untuk menyempurnakan paraminya. Padahal ketika waktu itu, benih pencapaian ARAHANTA (Savaka Buddha) sebagai murid Buddha Dipankara bisa dicapai oleh pertapa sumedha.

Ya, itu cerita Theravada. ... Di Vajrayana, tujuan tertinggi adalah menjadi buddha dalam hidup ini juga.
[/quote]

hasilnya apa ?? Milarepa mungkin mencapai ke-"BUDDHA"-an pada kehidupan yang terakhirnya, siapa yang tahu Milarepa telah melalui asankheya asankheya kappa sebagaimana saya, anda dan kita semua... MILAREPA telah mencapai... Saya kelihatannya masih panjang, masih mungkin perlu beribu ribu asankheya kappa... Anda ?? Yang lain ?? Tempuhlah Jalan Vajrayana bagi yang "INGIN" mencapai ke-"BUDDHA"-an pada masa ini juga...

Tetapi ingat... INGIN tidak sama dengan MAMPU...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: J KrishnaMurti
« Reply #251 on: 30 September 2008, 05:13:50 PM »
Mengingat bahwa dalam Tehravada Arahat=Buddha, apakah ini berarti bahwa Sdr. Hudoyo menyangkal keberadaan para Arahat versi Theravada?  atau yang anda tolak adalah kenyataan bahwa Arahat adalah makhluk yang telah mencapai Pencerahan Sempurna?

Yang saya tolak adalah kepercayaan Theravada bahwa dalam satu zaman hanya ada satu samma-sambuddha.

Quote
Thread in sedang membahas topik yg penting, jadi maaf, saya tidak akan terpancing dengan strategi membelokkan topik yang anda gunakan.

Saya cuma tertarik bahwa Anda tiba-tiba punya kebiasaan baru menggunakan sapaan "para netter".

lha... karena ajaran para BUDDHA dari jaman dulu, sekarang maupun yang akan datang itu sama... mengajarkan KESUNYATAAN tentang DUKKHA dan JALAN MENUJU LENYAPNYA DUKKHA... buat apa perlu sammasambuddha yang lain selagi masih ada AJARAN (BUDDHA SASANA). Istilah sammasambuddha kan buat BUDDHA yang memberikan ajaran tentang KESUNYATAAN seperti yang disebut di atas ketika di dunia tidak ada AJARAN PEMBEBASAN tersebut. Itulah SAMMASAMBUDDHA.

Apakah pak hudoyo setuju bahwa BUDDHA GOTAMA adalah individu yang pertama tama "MERUMUSKAN" dan "MENGAJARKAN" AJARAN PEMBEBASAN secara sistematis pada masa CIVILIZATION sekarang ini. (Walaupun sebelum BUDDHA GOTAMA, mungkin telah banyak individu yang telah mencapai PEMBEBASAN buat dirinya sendiri, tetapi tidak menurunkan ajaran?)... Jika tidak SETUJU, bisakah diberikan referensi tentang dokumentasi ajaran ajaran sebelum BUDDHA yang menuntun pada pembebasan ??
« Last Edit: 30 September 2008, 05:17:50 PM by dilbert »
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: J KrishnaMurti
« Reply #252 on: 30 September 2008, 06:30:39 PM »
Menurut saya pribadi, tidak perlu menilai si A begini, si B begitu. Yang penting, melihat apa yang ada di dalam batin sendiri, tidak perlu menghiraukan orang lain.

Lantas anda kenapa begitu menghiraukan JK?

Tidak perlu menghiraukan orang lain = egois

Quote
Pendirian saya cuma satu:
Kalau pikiran bergerak, maka segala macam dualitas muncul.
Kalau pikiran diam, maka segala macam dualitas pun lenyap.

 :))

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline Semit

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 172
  • Reputasi: 30
Re: J KrishnaMurti
« Reply #253 on: 30 September 2008, 10:41:00 PM »
Yang saya tolak adalah kepercayaan Theravada bahwa dalam satu zaman hanya ada satu samma-sambuddha.


Sdr. Hudoyo, apakah anda bermaksud mengatakan bahwa pada zaman ini terdapat Samma Sambuddha lain selain Buddha Gotama? siapakah itu? JK? :))

Quote

Saya cuma tertarik bahwa Anda tiba-tiba punya kebiasaan baru menggunakan sapaan "para netter".

Ini membuktikan bahwa anda sama sekali belum mencapai apa2, bagaimana mungkin anda berani mengklaim sbg guru meditasi padahal anda tidak tahu apa2, seperti pepatah yang mengatakan "TONG NYARING KOSONG BUNYINYA"

mengenai sapaan, saya memang sedang memperbaiki gaya bahasa saya yang menurut banyak orang agak kurang baik, dan saya memulai dari sapaan dulu, soal warna-warni, bagaimana sekarang "PUAS...PUAS..."?

 :)) :)) :))

Offline Hendra Susanto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.197
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • haa...
Re: J KrishnaMurti
« Reply #254 on: 30 September 2008, 11:05:51 PM »
klo ada 2 sammasambuddha bisa meledak dunia :)) :))

 

anything