//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Mengukur kemampuan diri sendiri  (Read 13456 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Mengukur kemampuan diri sendiri
« on: 08 September 2010, 08:56:34 AM »
Dahulu ketika saya masih kecil, pernah diceritakan bahwa nanti akan muncul Buddha lagi. Ketika itu saya berpikir dengan jalan berpikir anak kecil: "mungkin calon Buddha tersebut adalah saya, mungkin sayalah yang dimaksud calon Buddha yang akan muncul tersebut", saya merasa bahwa saya memiliki kemampuan menjadi Buddha, mungkin saya yang akan menjadi Buddha di kehidupan sekarang ini.

Pemikiran-pemikiran ini muncul disebabkan kurangnya pengetahuan Dhamma. Setiap orang merasa bisa ini, bisa itu, banyak sekali orang-orang yang memiliki over-confidence bahwa mereka terlahir sebagai manusia super, yang bisa menjadi apapun. Dalam jiwa manusia-manusia seperti ini, mereka kurang memiliki kerendahan hati untuk mengakui keterbatasan diri sendiri. Kadang-kadang manusia over-confidence mendapatkan berbagai benturan, akhirnya mereka putus asa dan menjadi stress.

Beberapa orang yang disebabkan dukungan karma baiknya di masa lampau, tidak mengalami banyak benturan, jalan mereka mulus saja. Tetapi hal ini juga berdampak negatif berupa kesombongan yang timbul semakin besar, kadang-kadang orang ini jadi terobsesi ingin menjadi terkenal, obsesifnya ini lama-lama menjadi penyakit kejiwaan megalomaniac. Orang yang telah diliputi penyakit megalomaniac ini seringkali berusaha dengan cara apapun untuk menggapai impian mereka, termasuk berbohong bila perlu.

Orang-orang megalomaniac ini seringkali mendapatkan pengikut di kalangan orang-orang bodoh yang percaya begitu saja, terhadap ucapan mereka. Orang-orang bodoh yang kurang pengertian Dhamma akan mudah sekali dipelintir oleh para megalomaniac ini.

Melalui banyak perubahan saya terus belajar Dhamma, belajar dan berdiskusi dengan pakar-pakar di bidangnya, tak lupa terus menggali, menguji suatu pendapat dengan diskusi, debat atau dengan mempraktekkan langsung, semakin lama saya semakin sadar bahwa saya sangat-sangat-sangat,............., sangat kecil.

Berikut saya berikan gambaran sebagai perbandingan, mengapa saya merasa sangat kecil.
Suatu ketika dikatakan bahwa Y.A. Pindola Bharadvaja terbang diatas batu yang sangat besar, kalau tidak salah dikatakan bahwa batu tersebut besarnya belasaan meter, mengelilingi kota Savatthi. Kesaktian Y.A. Pindola Bharadvaja belum seberapa dibandingkan dengan kesaktian siswa utama (aggasavaka).
Ada diceritakan suatu ketika Y.A. Sariputta (siswa utama) sedang duduk bermeditasi, sesosok Yakkha yang sakti memukul kepala Y.A. Sariputta tetapi Y.A. Sariputta tidak terluka, hanya merasa pusing sedikit. Y.A. Mogallana memuji kagum terhadap Y.A. Sariputta, karena mampu menahan pukulan tersebut, padahal pukulan itu bisa menghancurkan gunung. Ini adalah kehebatan Y.A. Sariputta.

Dari Sutta dikatakan bahwa suatu ketika Y.A. Sariputta balik memuji Y.A. Mogallana dengan mengatakan bahwa kemampuan kesaktian beliau bagai sebutir pasir dibandingkan dengan pasir di bukit dibandingkan dengan kesaktian Y.A. Mogallana. Kesaktian Y.A. Mogallana yang menurut saya sangat fenomenal adalah dengan ujung jari kaki beliau mampu menggoncangkan istana raja dewa Sakka, sehingga dewa Sakka dan seluruh penghuni istana raja dewa Sakka menjadi panik.

Dari perbandingan menurut Visuddhi Magga, dikatakan bahwa bila ada Bhikkhu dengan kesaktian sebanding Y.A. Mogallana disusun rapi dan rapat, hingga memenuhi seluruh Jambudipa, maka kesaktian seluruh bhikkhu tersebut bila digabungkan, baru sebanding dengan kesaktian seorang Pacceka Buddha.

lebih lanjut dikatakan bila ada banyak Pacceka Buddha disusun rapi, hingga memenuhi seluruh jambudipa (India) maka kesaktian seluruh Pacceka Buddha tersebut digabungkan, baru sebanding dengan seorang Sammasambuddha.

Inilah sebabnya saya mengatakan bahwa semakin banyak membaca buku Dhamma dan semakin banyak belajar dengan praktek langsung, saya semakin menyadari bahwa "betapa kecilnya" saya dibandingkan para petapa-petapa jaman dahulu. Bila saya melihat ada orang yang berusaha menyamakan dirinya dengan Sang Buddha, saya hanya tertawa menyadari kekonyolan pikiran tersebut, sama konyolnya dengan cara berpikir saya waktu masih kecil sebelum banyak belajar Dhamma.

Bagai peribahasa "burung pungguk merindukan bulan". Pemikiran-pemikiran bahwa dalam jaman sekarang ini "saya" mampu menyamai Sang Buddha, adalah pikiran tak tahu diri, pemikiran yang berasal dari anak-anak yang bodoh yang tak mampu mengukur kemampuan diri sendiri, yang disebabkan kurangnya pengetahuan Dhamma. Lebih bodoh lagi adalah orang yang menganggap bahwa jaman sekarang ada orang yang mampu menyamai Sang Buddha.
Jangankan Sang Buddha, bahkan menyaingi Y.A. Mogallana saja tak ada yang mampu di jaman sekarang.

Semakin banyak belajar Dhamma saya malah merasa semakin kecil?

 _/\_
« Last Edit: 08 September 2010, 09:09:12 AM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Re: Mengukur kemampuan diri sendiri
« Reply #1 on: 08 September 2010, 09:28:29 AM »
bagi mereka yg mawas diri, IYA. karena mereka introspeksi diri.

mungkin bnyk dr mereka yg menjadi agung, dikarenakan di agung2-kan oleh bawahannya.
di nina bobo kan oleh bawahannya.
Samma Vayama

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Mengukur kemampuan diri sendiri
« Reply #2 on: 10 September 2010, 11:02:39 PM »
Dahulu ketika saya masih kecil, pernah diceritakan bahwa nanti akan muncul Buddha lagi. Ketika itu saya berpikir dengan jalan berpikir anak kecil: "mungkin calon Buddha tersebut adalah saya, mungkin sayalah yang dimaksud calon Buddha yang akan muncul tersebut", saya merasa bahwa saya memiliki kemampuan menjadi Buddha, mungkin saya yang akan menjadi Buddha di kehidupan sekarang ini.

Pemikiran-pemikiran ini muncul disebabkan kurangnya pengetahuan Dhamma. Setiap orang merasa bisa ini, bisa itu, banyak sekali orang-orang yang memiliki over-confidence bahwa mereka terlahir sebagai manusia super, yang bisa menjadi apapun. Dalam jiwa manusia-manusia seperti ini, mereka kurang memiliki kerendahan hati untuk mengakui keterbatasan diri sendiri. Kadang-kadang manusia over-confidence mendapatkan berbagai benturan, akhirnya mereka putus asa dan menjadi stress.

Beberapa orang yang disebabkan dukungan karma baiknya di masa lampau, tidak mengalami banyak benturan, jalan mereka mulus saja. Tetapi hal ini juga berdampak negatif berupa kesombongan yang timbul semakin besar, kadang-kadang orang ini jadi terobsesi ingin menjadi terkenal, obsesifnya ini lama-lama menjadi penyakit kejiwaan megalomaniac. Orang yang telah diliputi penyakit megalomaniac ini seringkali berusaha dengan cara apapun untuk menggapai impian mereka, termasuk berbohong bila perlu.

Orang-orang megalomaniac ini seringkali mendapatkan pengikut di kalangan orang-orang bodoh yang percaya begitu saja, terhadap ucapan mereka. Orang-orang bodoh yang kurang pengertian Dhamma akan mudah sekali dipelintir oleh para megalomaniac ini.

Melalui banyak perubahan saya terus belajar Dhamma, belajar dan berdiskusi dengan pakar-pakar di bidangnya, tak lupa terus menggali, menguji suatu pendapat dengan diskusi, debat atau dengan mempraktekkan langsung, semakin lama saya semakin sadar bahwa saya sangat-sangat-sangat,............., sangat kecil.

Berikut saya berikan gambaran sebagai perbandingan, mengapa saya merasa sangat kecil.
Suatu ketika dikatakan bahwa Y.A. Pindola Bharadvaja terbang diatas batu yang sangat besar, kalau tidak salah dikatakan bahwa batu tersebut besarnya belasaan meter, mengelilingi kota Savatthi. Kesaktian Y.A. Pindola Bharadvaja belum seberapa dibandingkan dengan kesaktian siswa utama (aggasavaka).
Ada diceritakan suatu ketika Y.A. Sariputta (siswa utama) sedang duduk bermeditasi, sesosok Yakkha yang sakti memukul kepala Y.A. Sariputta tetapi Y.A. Sariputta tidak terluka, hanya merasa pusing sedikit. Y.A. Mogallana memuji kagum terhadap Y.A. Sariputta, karena mampu menahan pukulan tersebut, padahal pukulan itu bisa menghancurkan gunung. Ini adalah kehebatan Y.A. Sariputta.

Dari Sutta dikatakan bahwa suatu ketika Y.A. Sariputta balik memuji Y.A. Mogallana dengan mengatakan bahwa kemampuan kesaktian beliau bagai sebutir pasir dibandingkan dengan pasir di bukit dibandingkan dengan kesaktian Y.A. Mogallana. Kesaktian Y.A. Mogallana yang menurut saya sangat fenomenal adalah dengan ujung jari kaki beliau mampu menggoncangkan istana raja dewa Sakka, sehingga dewa Sakka dan seluruh penghuni istana raja dewa Sakka menjadi panik.

Dari perbandingan menurut Visuddhi Magga, dikatakan bahwa bila ada Bhikkhu dengan kesaktian sebanding Y.A. Mogallana disusun rapi dan rapat, hingga memenuhi seluruh Jambudipa, maka kesaktian seluruh bhikkhu tersebut bila digabungkan, baru sebanding dengan kesaktian seorang Pacceka Buddha.

lebih lanjut dikatakan bila ada banyak Pacceka Buddha disusun rapi, hingga memenuhi seluruh jambudipa (India) maka kesaktian seluruh Pacceka Buddha tersebut digabungkan, baru sebanding dengan seorang Sammasambuddha.

Inilah sebabnya saya mengatakan bahwa semakin banyak membaca buku Dhamma dan semakin banyak belajar dengan praktek langsung, saya semakin menyadari bahwa "betapa kecilnya" saya dibandingkan para petapa-petapa jaman dahulu. Bila saya melihat ada orang yang berusaha menyamakan dirinya dengan Sang Buddha, saya hanya tertawa menyadari kekonyolan pikiran tersebut, sama konyolnya dengan cara berpikir saya waktu masih kecil sebelum banyak belajar Dhamma.

Bagai peribahasa "burung pungguk merindukan bulan". Pemikiran-pemikiran bahwa dalam jaman sekarang ini "saya" mampu menyamai Sang Buddha, adalah pikiran tak tahu diri, pemikiran yang berasal dari anak-anak yang bodoh yang tak mampu mengukur kemampuan diri sendiri, yang disebabkan kurangnya pengetahuan Dhamma. Lebih bodoh lagi adalah orang yang menganggap bahwa jaman sekarang ada orang yang mampu menyamai Sang Buddha.
Jangankan Sang Buddha, bahkan menyaingi Y.A. Mogallana saja tak ada yang mampu di jaman sekarang.

Semakin banyak belajar Dhamma saya malah merasa semakin kecil?

 _/\_

yang saya dengar sih dari Bikkhu
katanya Kemampuan kesaktian dari para Bikkhu sama saja, misalkan yg telah menguasai 6 abhinna...hanya yg membedakan adalah kecepatan mereka memasuki jhana dan berganti ganti objek....


kalau menurut saya mengukur terus kualitas diri kurang baik, disini justru melatih pikiran membentuk objek dan subjek....
jalani saja apa adanya....
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline Mahadeva

  • Sebelumnya: raynoism
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 602
  • Reputasi: 10
  • Gender: Male
Re: Mengukur kemampuan diri sendiri
« Reply #3 on: 11 September 2010, 12:52:59 AM »

Dari perbandingan menurut Visuddhi Magga, dikatakan bahwa bila ada Bhikkhu dengan kesaktian sebanding Y.A. Mogallana disusun rapi dan rapat, hingga memenuhi seluruh Jambudipa, maka kesaktian seluruh bhikkhu tersebut bila digabungkan, baru sebanding dengan kesaktian seorang Pacceka Buddha.

lebih lanjut dikatakan bila ada banyak Pacceka Buddha disusun rapi, hingga memenuhi seluruh jambudipa (India) maka kesaktian seluruh Pacceka Buddha tersebut digabungkan, baru sebanding dengan seorang Sammasambuddha.


 _/\_

wah berarti Sammasambuddha itu keren sekali ya. bro fabian juga punya cita2 jadi Sammasambuddha? biarpun susah kalau memang tekun saya rasa pasti ada jalan..

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Mengukur kemampuan diri sendiri
« Reply #4 on: 02 October 2010, 08:12:55 AM »

Dari perbandingan menurut Visuddhi Magga, dikatakan bahwa bila ada Bhikkhu dengan kesaktian sebanding Y.A. Mogallana disusun rapi dan rapat, hingga memenuhi seluruh Jambudipa, maka kesaktian seluruh bhikkhu tersebut bila digabungkan, baru sebanding dengan kesaktian seorang Pacceka Buddha.

lebih lanjut dikatakan bila ada banyak Pacceka Buddha disusun rapi, hingga memenuhi seluruh jambudipa (India) maka kesaktian seluruh Pacceka Buddha tersebut digabungkan, baru sebanding dengan seorang Sammasambuddha.


 _/\_

wah berarti Sammasambuddha itu keren sekali ya. bro fabian juga punya cita2 jadi Sammasambuddha? biarpun susah kalau memang tekun saya rasa pasti ada jalan..

Dulu bro.. Didasarkan mimpi-mimpi indah.... setelah waktu berjalan, saya ukur-ukur ternyata saya tidak memiliki kebesaran dan ketulusan hati yang cukup untuk menjadi Bodhisatta...

Lamanya itu lho bro... luar biasa. Bayangkan 1 kappa adalah satu siklus dunia, perhitungannya kurang lebih seperti 8 Km kubik biji mustard (lebih kecil dari ketumbar) diisi penuh, diambil setiap butir seratus tahun sekali, dan biji mustard itu habis lebih dahulu dibandingkan dengan satu masa dunia.

Jumlah dari siklus dunia yang tak terhitung disebut 1 asankheyya kappa.

Periode bertekad dengan pikiran selama + 9 asankheyya kappa + 100.000 kappa.
Periode bertekad dengan ucapan selama + 7 asankheyya kappa + 100.000 kappa.

Selesai periode bertekad dengan pikiran dan ucapan baru disebut Bodhisatta yang sesungguhnya, dan dimulailah periode bertekad dengan pikiran, ucapan dan perbuatan.
Yang lamanya 4, 8, 16 asankheyya kappa dan 100.000 kappa, tergantung Bodhisatta tipe Panna, tipe saddha atau tipe viriya.

Selama periode bertekad hingga mencapai pencerahan, ia harus mampu melatih sepuluh parami menghadapi berbagai kesulitan, siksaaan, pengorbanan dll...

Ternyata aspirasi hampir seluruh manusia untuk menjadi Samma-Sambuddha lebih sering didasarkan mimpi-mimpi indah dibandingkan dengan suatu aspirasi murni yang tulus untuk membantu mereka yang patut ditolong agar terbebas dari lingkaran samsara.

 _/\_

Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Mengukur kemampuan diri sendiri
« Reply #5 on: 02 October 2010, 10:28:17 AM »
Quote
Pemikiran-pemikiran bahwa dalam jaman sekarang ini "saya" mampu menyamai Sang Buddha, adalah pikiran tak tahu diri

jadi yg tau tau diri perlu diberitahu... :x :x :x
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline Mahadeva

  • Sebelumnya: raynoism
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 602
  • Reputasi: 10
  • Gender: Male
Re: Mengukur kemampuan diri sendiri
« Reply #6 on: 02 October 2010, 01:49:05 PM »
bro fabian, yang dimaksud bertekad dengan pikiran itu seperti apa? dengan ucapan?

kalau misalnya seseorang itu punya tekad jadi bodhisattva, setelah mati,apakah di kehidupan berikut dia masih ingat dia punya tekad itu? (kalau lahir di surga inget ya?)

cara menjadi bodhisattva tipe panna bagaimana?

kalau saya ingin jadi bodhisattva, dikehidupan ini harus berjanji di depan patung Buddha atau bhikkhu atau cukup saya menyempurnakan parami?

apakah ada buku panduan untuk menjadi bodhisattva?

thanks

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Mengukur kemampuan diri sendiri
« Reply #7 on: 02 October 2010, 06:35:35 PM »
bro fabian, yang dimaksud bertekad dengan pikiran itu seperti apa? dengan ucapan?

kalau misalnya seseorang itu punya tekad jadi bodhisattva, setelah mati,apakah di kehidupan berikut dia masih ingat dia punya tekad itu? (kalau lahir di surga inget ya?)

cara menjadi bodhisattva tipe panna bagaimana?

kalau saya ingin jadi bodhisattva, dikehidupan ini harus berjanji di depan patung Buddha atau bhikkhu atau cukup saya menyempurnakan parami?

apakah ada buku panduan untuk menjadi bodhisattva?

thanks

Bro Raynoism yang baik,
Periode bertekad dengan pikiran adalah periode dimana seseorang bertekad ingin menjadi Buddha dengan aspirasi dalam pikiran, ia berulang-ulang dalam setiap kesempatan berbuat baik, dan selalu bertekad dalam batin untuk menjadi Samma-Sambuddha. Periode ini disebut mano panidana kala (periode bertekad dengan pikiran). Ini berlangsung selama 9 asankheyya kappa (asankheyya kappa: jumlah kappa yang tak terhitung) dan ditambah 100.000 kappa.

Untuk menguatkan tekad awal beliau untuk menolong mahluk lain calon Bodhisatta mengurbankan dirinya untuk menolong induk harimau yang kelaparan sehabis melahirkan dengan memberikan tubuhnya sendiri.

Selanjutnya periode bertekad dengan pikiran dan ucapan. Pada periode ini seorang calon Bodhisatta (belum jadi Bodhisatta, karena masih bisa goyah, belum mantap) mengulangi aspirasinya dengan pikiran dan kata-kata, bila ditanya orang ia akan terus terang bahwa ia ingin menjadi Samma-Sambuddha. periode ini disebut vaci panidana kala. Lamanya aspirasi ini adalah 7 asankheyya kappa dan 100.000 kappa.

Setelah periode ini lewat maka calon Bodhisatta akan terlahir seperti pertapa Sumedha, menerima penetapan dari seorang Buddha (niyata vivarana). Maka ia baru disebut Bodhisatta, calon Buddha yang sesungguhnya. Setelah mendapat penetapan menjadi bodhisatta, maka dimulailah periode bertekad dengan pikiran , ucapan dan perbuatan (disebut kaya panidana kala), tapi untuk mendapatkan penetapan dari seorang Buddha seorang calon Bodhisatta harus memenuhi kriteria tertentu, diantaranya yaitu:

- Ia harus seorang manusia
- Ia harus seorang laki-laki normal
- Ia harus seorang Tihetuka Puggala (lahir tidak disertai akar lobha, dosa dan moha)
- Ia harus seorang petapa atau Bhikkhu
- Ia harus telah memiliki Jhana dan abhinna
- Ia harus berhadapan langsung dengan seorang Buddha.
- Ia harus siap mengorbankan nyawanya untuk kepentingan Sang Buddha
- Ia harus tekad yang sangat kuat, walaupun ia menyadari bahwa ia akan terlahir berulang kali tak terhitung banyaknya, bahkan ia rela bila terlahir di alam apaya (ump; neraka) untuk mencapai cita-citanya.

Setelah kondisi ini terpenuhi dan ia telah mendapatkan penetapan, maka ada keuntungan-keuntungan menjadi Bodhisatta yang akan dialaminya, diantaranya yaitu:

- Ia tak akan terlahir di alam neraka
- Kalaupun lahir di alam binatang akan terlahir sebagai hewan tidak lebih kecil dari burung puyuh dan tidak lebih besar dari gajah.
- Bila terlahir di alam peta, hanya akan terlahir sebagai paradhatu pajivika peta (peta yang bisa memakan persembahan orang lain).
- Ia tak akan terlahir sebagai wanita
- Ia tak akan terlahir sebagai kebiri atau berkelamin ganda
- Ia tak akan terlahir cacat
- Bila terlahir di alam Brahma tak akan terlahir di alam Arupa Brahma.

Pada waktu menerima penetapan, tergantung dari kebijaksanaannya, maka seorang Bodhisatta akan menjadi salah satu dari tiga jenis Samma-Sambuddha, yaitu:

Bila kebijaksanaan Bodhisatta tinggi maka ia akan menjadi pannadhika Buddha, yaitu Buddha yang mencapai kesucian melalui kebijaksanaannya. Waktu pencapaian ke-Buddha-an juga relatif cepat, yaitu 4 asankheyya kappa dan 100.000 kappa.

Bila kebijaksanaannya menengah maka Ia akan menjadi Saddhadhika Buddha, yaitu Buddha yang mencapai ke-Buddha-annya melalui Saddha, jangka waktu pencapaian menjadi Buddha adalah 8 asankheyya kappa dan 100.000 kappa.

Yang kebijaksanaannya paling rendah akan mencapai ke-Buddha-an setelah melaksanakan parami selama 16 asankheyya kappa dan 100.000 kappa.

Untuk tambahan lebih lengkap silahkan baca RAPB.

Sebagai tambahan pengetahuan: lamanya 1 kappa adalah: bila ada satu gudang kosong yang panjangnya 8 km, lebarnya 8 km dan tingginya 8 km, diisi dengan biji mustard hingga penuh dan rapat, kemudian setiap seratus tahun sekali seseorang mengambil biji mustard tersebut, maka setelah biji mustard tersebut habis satu kappa belum terlewati.

 
_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline Mahadeva

  • Sebelumnya: raynoism
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 602
  • Reputasi: 10
  • Gender: Male
Re: Mengukur kemampuan diri sendiri
« Reply #8 on: 02 October 2010, 10:52:59 PM »
RAPB itu riwayat agung para Buddha?

tentang apakah seseorang akan ingat tekadnya saat lahir lagi setelah ini?

bagaimana saya tahu kalau saya ini tihetuka puggala?

terima kasih banyak

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Mengukur kemampuan diri sendiri
« Reply #9 on: 02 October 2010, 11:10:25 PM »
RAPB itu riwayat agung para Buddha?

Iya bro.. riwayat agung para Buddha...

Quote
tentang apakah seseorang akan ingat tekadnya saat lahir lagi setelah ini?
Kalau Bodhisatta adakalanya ingat akan aspirasinya, adakalanya tidak ingat...
Sebelum menjadi Bodhisatta mungkin lebih sering tidak ingat, karena tekadnya belum kuat.

Quote
bagaimana saya tahu kalau saya ini tihetuka puggala?
terima kasih banyak

Ada beberapa cara, pertama kita nilai sendiri, apakah kebencian dan keserakahan kita sangat kuat...? bila ya berarti bukan tihetuka puggala.
Cara kedua... bro Raynoism coba bermeditasi, hanya tihetuka puggala yang mampu mencapai Nana dan Jhana.... Jadi bila bro Raynoism mencapai nana dan/atau Jhana, berarti bro Raynoism adalah tihetuka puggala.
 
_/\_




Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline Mahadeva

  • Sebelumnya: raynoism
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 602
  • Reputasi: 10
  • Gender: Male
Re: Mengukur kemampuan diri sendiri
« Reply #10 on: 02 October 2010, 11:22:32 PM »
RAPB itu riwayat agung para Buddha?

Iya bro.. riwayat agung para Buddha...

Quote
tentang apakah seseorang akan ingat tekadnya saat lahir lagi setelah ini?
Kalau Bodhisatta adakalanya ingat akan aspirasinya, adakalanya tidak ingat...
Sebelum menjadi Bodhisatta mungkin lebih sering tidak ingat, karena tekadnya belum kuat.

Quote
bagaimana saya tahu kalau saya ini tihetuka puggala?
terima kasih banyak

Ada beberapa cara, pertama kita nilai sendiri, apakah kebencian dan keserakahan kita sangat kuat...? bila ya berarti bukan tihetuka puggala.
Cara kedua... bro Raynoism coba bermeditasi, hanya tihetuka puggala yang mampu mencapai Nana dan Jhana.... Jadi bila bro Raynoism mencapai nana dan/atau Jhana, berarti bro Raynoism adalah tihetuka puggala.
 
_/\_






ttg meditasi jika saya bukan tihetuka puggala berarti saya tidak bisa melenyapkan 5 rintangan meditasi ya? dikatakan 5 rintangan itulah yang persisnya menghalangi seseorang dari jhana. Mengapa Ajahn Brahm juga tidak pernah membahas tihetuka puggala? Apakah ada dalam sutta Buddha bilang hanya tihetuka puggala yang mampu capai jhana? ttg tihetuka puggala kan hanya ada di abhidhamma ya?

ttg cara menjadi bodhisattva di atas itu bisa diterapkan juga dalam theravada ya?

terima kasih

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
Re: Mengukur kemampuan diri sendiri
« Reply #11 on: 02 October 2010, 11:24:11 PM »
Dahulu ketika saya masih kecil, pernah diceritakan bahwa nanti akan muncul Buddha lagi. Ketika itu saya berpikir dengan jalan berpikir anak kecil: "mungkin calon Buddha tersebut adalah saya, mungkin sayalah yang dimaksud calon Buddha yang akan muncul tersebut", saya merasa bahwa saya memiliki kemampuan menjadi Buddha, mungkin saya yang akan menjadi Buddha di kehidupan sekarang ini.

Pemikiran-pemikiran ini muncul disebabkan kurangnya pengetahuan Dhamma. Setiap orang merasa bisa ini, bisa itu, banyak sekali orang-orang yang memiliki over-confidence bahwa mereka terlahir sebagai manusia super, yang bisa menjadi apapun. Dalam jiwa manusia-manusia seperti ini, mereka kurang memiliki kerendahan hati untuk mengakui keterbatasan diri sendiri. Kadang-kadang manusia over-confidence mendapatkan berbagai benturan, akhirnya mereka putus asa dan menjadi stress.

Beberapa orang yang disebabkan dukungan karma baiknya di masa lampau, tidak mengalami banyak benturan, jalan mereka mulus saja. Tetapi hal ini juga berdampak negatif berupa kesombongan yang timbul semakin besar, kadang-kadang orang ini jadi terobsesi ingin menjadi terkenal, obsesifnya ini lama-lama menjadi penyakit kejiwaan megalomaniac. Orang yang telah diliputi penyakit megalomaniac ini seringkali berusaha dengan cara apapun untuk menggapai impian mereka, termasuk berbohong bila perlu.

Orang-orang megalomaniac ini seringkali mendapatkan pengikut di kalangan orang-orang bodoh yang percaya begitu saja, terhadap ucapan mereka. Orang-orang bodoh yang kurang pengertian Dhamma akan mudah sekali dipelintir oleh para megalomaniac ini.

Melalui banyak perubahan saya terus belajar Dhamma, belajar dan berdiskusi dengan pakar-pakar di bidangnya, tak lupa terus menggali, menguji suatu pendapat dengan diskusi, debat atau dengan mempraktekkan langsung, semakin lama saya semakin sadar bahwa saya sangat-sangat-sangat,............., sangat kecil.

Berikut saya berikan gambaran sebagai perbandingan, mengapa saya merasa sangat kecil.
Suatu ketika dikatakan bahwa Y.A. Pindola Bharadvaja terbang diatas batu yang sangat besar, kalau tidak salah dikatakan bahwa batu tersebut besarnya belasaan meter, mengelilingi kota Savatthi. Kesaktian Y.A. Pindola Bharadvaja belum seberapa dibandingkan dengan kesaktian siswa utama (aggasavaka).
Ada diceritakan suatu ketika Y.A. Sariputta (siswa utama) sedang duduk bermeditasi, sesosok Yakkha yang sakti memukul kepala Y.A. Sariputta tetapi Y.A. Sariputta tidak terluka, hanya merasa pusing sedikit. Y.A. Mogallana memuji kagum terhadap Y.A. Sariputta, karena mampu menahan pukulan tersebut, padahal pukulan itu bisa menghancurkan gunung. Ini adalah kehebatan Y.A. Sariputta.

Dari Sutta dikatakan bahwa suatu ketika Y.A. Sariputta balik memuji Y.A. Mogallana dengan mengatakan bahwa kemampuan kesaktian beliau bagai sebutir pasir dibandingkan dengan pasir di bukit dibandingkan dengan kesaktian Y.A. Mogallana. Kesaktian Y.A. Mogallana yang menurut saya sangat fenomenal adalah dengan ujung jari kaki beliau mampu menggoncangkan istana raja dewa Sakka, sehingga dewa Sakka dan seluruh penghuni istana raja dewa Sakka menjadi panik.

Dari perbandingan menurut Visuddhi Magga, dikatakan bahwa bila ada Bhikkhu dengan kesaktian sebanding Y.A. Mogallana disusun rapi dan rapat, hingga memenuhi seluruh Jambudipa, maka kesaktian seluruh bhikkhu tersebut bila digabungkan, baru sebanding dengan kesaktian seorang Pacceka Buddha.

lebih lanjut dikatakan bila ada banyak Pacceka Buddha disusun rapi, hingga memenuhi seluruh jambudipa (India) maka kesaktian seluruh Pacceka Buddha tersebut digabungkan, baru sebanding dengan seorang Sammasambuddha.

Inilah sebabnya saya mengatakan bahwa semakin banyak membaca buku Dhamma dan semakin banyak belajar dengan praktek langsung, saya semakin menyadari bahwa "betapa kecilnya" saya dibandingkan para petapa-petapa jaman dahulu. Bila saya melihat ada orang yang berusaha menyamakan dirinya dengan Sang Buddha, saya hanya tertawa menyadari kekonyolan pikiran tersebut, sama konyolnya dengan cara berpikir saya waktu masih kecil sebelum banyak belajar Dhamma.

Bagai peribahasa "burung pungguk merindukan bulan". Pemikiran-pemikiran bahwa dalam jaman sekarang ini "saya" mampu menyamai Sang Buddha, adalah pikiran tak tahu diri, pemikiran yang berasal dari anak-anak yang bodoh yang tak mampu mengukur kemampuan diri sendiri, yang disebabkan kurangnya pengetahuan Dhamma. Lebih bodoh lagi adalah orang yang menganggap bahwa jaman sekarang ada orang yang mampu menyamai Sang Buddha.
Jangankan Sang Buddha, bahkan menyaingi Y.A. Mogallana saja tak ada yang mampu di jaman sekarang.

Semakin banyak belajar Dhamma saya malah merasa semakin kecil?

 _/\_

yang saya dengar sih dari Bikkhu
katanya Kemampuan kesaktian dari para Bikkhu sama saja, misalkan yg telah menguasai 6 abhinna...hanya yg membedakan adalah kecepatan mereka memasuki jhana dan berganti ganti objek....


kalau menurut saya mengukur terus kualitas diri kurang baik, disini justru melatih pikiran membentuk objek dan subjek....
jalani saja apa adanya....

Bro Fabian dan Bro Marcedes yg baik,
Nice post utk bro Fabian, saya juga merasakan hal yg sama sewaktu saya kecil, saya terpesona dg seorang Samanera di Vihara pregolan, Surabaya. sehingga ingin meniru beliau (sangat menginspirasi saya sewaktu kecil dulu), tapi malah kemudian tersesat. untung segera ditolong beliau tanpa pertolongan beliau saya ga mungkin masuk srilanka. Beliau amat luar biasa sekali, amat lembut, penuh pancaran metta, yang baru melihat wajahnya saja udah seperti diguyur air es, langsung nyes dihati, begitu mendengar dhammadesananya, semua langsung terpaku senyap, hati menjadi begitu bahagia (sehingga saya sangat terkesan dan benar2 ingin meniru menjadi spt beliau). Setelah dewasa baru saya tahu bahwa itu semua hanya "mimpi" ternyata sulit untuk mewujudkan itu, benar2 sungguh sulit. SUNGGUH tidak mudah untuk mengikuti jalan menuju kebaikan, memang paling mudah jadi jahat kok. baru mo melatih diri untuk menjadi baik aja udah beratnya setengah mati, apalagi bisa seperti beliau yang penuh dg kewelas-asihan nya, amat memancarkan kedamaian dan keteduhan. sangat mustahil bagi saya bisa menjadi spt itu.

Bro Marcedes kalau saya tidak keliru, walau sama2 memiliki 6 abhinna, tetap ada bedanya, hanya 2 orang saja yang memiliki kemampuan melihat kehidupan masa lampau beribu kelahiran yang hampir menyamai Sang Buddha (hal itu dikarena tumpukan parami beliau) yaitu puteri Yasodara (Ven.Bhikkhuni Baddakaccana) dan YA.Anuruddha. mohon koreksinya jika saya salah.

mettacittena,
« Last Edit: 02 October 2010, 11:33:02 PM by pannadevi »

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Mengukur kemampuan diri sendiri
« Reply #12 on: 04 October 2010, 02:04:21 PM »
RAPB itu riwayat agung para Buddha?

Iya bro.. riwayat agung para Buddha...

Quote
tentang apakah seseorang akan ingat tekadnya saat lahir lagi setelah ini?
Kalau Bodhisatta adakalanya ingat akan aspirasinya, adakalanya tidak ingat...
Sebelum menjadi Bodhisatta mungkin lebih sering tidak ingat, karena tekadnya belum kuat.

Quote
bagaimana saya tahu kalau saya ini tihetuka puggala?
terima kasih banyak

Ada beberapa cara, pertama kita nilai sendiri, apakah kebencian dan keserakahan kita sangat kuat...? bila ya berarti bukan tihetuka puggala.
Cara kedua... bro Raynoism coba bermeditasi, hanya tihetuka puggala yang mampu mencapai Nana dan Jhana.... Jadi bila bro Raynoism mencapai nana dan/atau Jhana, berarti bro Raynoism adalah tihetuka puggala.
 
_/\_






ttg meditasi jika saya bukan tihetuka puggala berarti saya tidak bisa melenyapkan 5 rintangan meditasi ya? dikatakan 5 rintangan itulah yang persisnya menghalangi seseorang dari jhana. Mengapa Ajahn Brahm juga tidak pernah membahas tihetuka puggala? Apakah ada dalam sutta Buddha bilang hanya tihetuka puggala yang mampu capai jhana? ttg tihetuka puggala kan hanya ada di abhidhamma ya?

Bro Raynoism yang baik, tidak dikatakan bahwa hanya tihetuka puggala tak dapat melenyapkan 5 rintangan, kalau tidak salah hanya dikatakan bahwa hanya tihetuka puggala yang dapat mencapai Jhana. Ajahn Brahm tidak membahas tihetuka puggala karena istilah tihetuka puggala banyak ditemukan di Abhidhamma.

Umumnya bila seseorang dilahirkan di keluarga yang rata-rata saja dan tidak terlalu miskin atau terlalu sedikit karma baiknya (misalnya lahir sebagai anak gelandangan) kemungkinan mereka adalah tihetuka puggala, dan bisa mencapai Nana maupun Jhana. Walaupun seseorang tidak bisa mencapai Jhana atau Nana, tapi bila rajjin berlatih, menjaga sila dsbnya maka ia bisa terlahir di alam dewa berkat karma baiknya bermeditasi, dan di alam dewa ia dapat berlatih meditasi Untuk mencapai Jhana maupun mencapai kesucian, karena Ariya Puggala sekarang lebih banyak di alam dewa dibandingkan dengan di alam manusia.

Quote
ttg cara menjadi bodhisattva di atas itu bisa diterapkan juga dalam theravada ya?

terima kasih

Itu adalah cara menjadi Bodhisatta versi Theravada bro..... bukan versi non-Theravada....

_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Mengukur kemampuan diri sendiri
« Reply #13 on: 04 October 2010, 02:32:59 PM »
Dahulu ketika saya masih kecil, pernah diceritakan bahwa nanti akan muncul Buddha lagi. Ketika itu saya berpikir dengan jalan berpikir anak kecil: "mungkin calon Buddha tersebut adalah saya, mungkin sayalah yang dimaksud calon Buddha yang akan muncul tersebut", saya merasa bahwa saya memiliki kemampuan menjadi Buddha, mungkin saya yang akan menjadi Buddha di kehidupan sekarang ini.

Pemikiran-pemikiran ini muncul disebabkan kurangnya pengetahuan Dhamma. Setiap orang merasa bisa ini, bisa itu, banyak sekali orang-orang yang memiliki over-confidence bahwa mereka terlahir sebagai manusia super, yang bisa menjadi apapun. Dalam jiwa manusia-manusia seperti ini, mereka kurang memiliki kerendahan hati untuk mengakui keterbatasan diri sendiri. Kadang-kadang manusia over-confidence mendapatkan berbagai benturan, akhirnya mereka putus asa dan menjadi stress.

Beberapa orang yang disebabkan dukungan karma baiknya di masa lampau, tidak mengalami banyak benturan, jalan mereka mulus saja. Tetapi hal ini juga berdampak negatif berupa kesombongan yang timbul semakin besar, kadang-kadang orang ini jadi terobsesi ingin menjadi terkenal, obsesifnya ini lama-lama menjadi penyakit kejiwaan megalomaniac. Orang yang telah diliputi penyakit megalomaniac ini seringkali berusaha dengan cara apapun untuk menggapai impian mereka, termasuk berbohong bila perlu.

Orang-orang megalomaniac ini seringkali mendapatkan pengikut di kalangan orang-orang bodoh yang percaya begitu saja, terhadap ucapan mereka. Orang-orang bodoh yang kurang pengertian Dhamma akan mudah sekali dipelintir oleh para megalomaniac ini.

Melalui banyak perubahan saya terus belajar Dhamma, belajar dan berdiskusi dengan pakar-pakar di bidangnya, tak lupa terus menggali, menguji suatu pendapat dengan diskusi, debat atau dengan mempraktekkan langsung, semakin lama saya semakin sadar bahwa saya sangat-sangat-sangat,............., sangat kecil.

Berikut saya berikan gambaran sebagai perbandingan, mengapa saya merasa sangat kecil.
Suatu ketika dikatakan bahwa Y.A. Pindola Bharadvaja terbang diatas batu yang sangat besar, kalau tidak salah dikatakan bahwa batu tersebut besarnya belasaan meter, mengelilingi kota Savatthi. Kesaktian Y.A. Pindola Bharadvaja belum seberapa dibandingkan dengan kesaktian siswa utama (aggasavaka).
Ada diceritakan suatu ketika Y.A. Sariputta (siswa utama) sedang duduk bermeditasi, sesosok Yakkha yang sakti memukul kepala Y.A. Sariputta tetapi Y.A. Sariputta tidak terluka, hanya merasa pusing sedikit. Y.A. Mogallana memuji kagum terhadap Y.A. Sariputta, karena mampu menahan pukulan tersebut, padahal pukulan itu bisa menghancurkan gunung. Ini adalah kehebatan Y.A. Sariputta.

Dari Sutta dikatakan bahwa suatu ketika Y.A. Sariputta balik memuji Y.A. Mogallana dengan mengatakan bahwa kemampuan kesaktian beliau bagai sebutir pasir dibandingkan dengan pasir di bukit dibandingkan dengan kesaktian Y.A. Mogallana. Kesaktian Y.A. Mogallana yang menurut saya sangat fenomenal adalah dengan ujung jari kaki beliau mampu menggoncangkan istana raja dewa Sakka, sehingga dewa Sakka dan seluruh penghuni istana raja dewa Sakka menjadi panik.

Dari perbandingan menurut Visuddhi Magga, dikatakan bahwa bila ada Bhikkhu dengan kesaktian sebanding Y.A. Mogallana disusun rapi dan rapat, hingga memenuhi seluruh Jambudipa, maka kesaktian seluruh bhikkhu tersebut bila digabungkan, baru sebanding dengan kesaktian seorang Pacceka Buddha.

lebih lanjut dikatakan bila ada banyak Pacceka Buddha disusun rapi, hingga memenuhi seluruh jambudipa (India) maka kesaktian seluruh Pacceka Buddha tersebut digabungkan, baru sebanding dengan seorang Sammasambuddha.

Inilah sebabnya saya mengatakan bahwa semakin banyak membaca buku Dhamma dan semakin banyak belajar dengan praktek langsung, saya semakin menyadari bahwa "betapa kecilnya" saya dibandingkan para petapa-petapa jaman dahulu. Bila saya melihat ada orang yang berusaha menyamakan dirinya dengan Sang Buddha, saya hanya tertawa menyadari kekonyolan pikiran tersebut, sama konyolnya dengan cara berpikir saya waktu masih kecil sebelum banyak belajar Dhamma.

Bagai peribahasa "burung pungguk merindukan bulan". Pemikiran-pemikiran bahwa dalam jaman sekarang ini "saya" mampu menyamai Sang Buddha, adalah pikiran tak tahu diri, pemikiran yang berasal dari anak-anak yang bodoh yang tak mampu mengukur kemampuan diri sendiri, yang disebabkan kurangnya pengetahuan Dhamma. Lebih bodoh lagi adalah orang yang menganggap bahwa jaman sekarang ada orang yang mampu menyamai Sang Buddha.
Jangankan Sang Buddha, bahkan menyaingi Y.A. Mogallana saja tak ada yang mampu di jaman sekarang.

Semakin banyak belajar Dhamma saya malah merasa semakin kecil?

 _/\_

yang saya dengar sih dari Bikkhu
katanya Kemampuan kesaktian dari para Bikkhu sama saja, misalkan yg telah menguasai 6 abhinna...hanya yg membedakan adalah kecepatan mereka memasuki jhana dan berganti ganti objek....


kalau menurut saya mengukur terus kualitas diri kurang baik, disini justru melatih pikiran membentuk objek dan subjek....
jalani saja apa adanya....

Bro Fabian dan Bro Marcedes yg baik,
Nice post utk bro Fabian, saya juga merasakan hal yg sama sewaktu saya kecil, saya terpesona dg seorang Samanera di Vihara pregolan, Surabaya. sehingga ingin meniru beliau (sangat menginspirasi saya sewaktu kecil dulu), tapi malah kemudian tersesat. untung segera ditolong beliau tanpa pertolongan beliau saya ga mungkin masuk srilanka. Beliau amat luar biasa sekali, amat lembut, penuh pancaran metta, yang baru melihat wajahnya saja udah seperti diguyur air es, langsung nyes dihati, begitu mendengar dhammadesananya, semua langsung terpaku senyap, hati menjadi begitu bahagia (sehingga saya sangat terkesan dan benar2 ingin meniru menjadi spt beliau). Setelah dewasa baru saya tahu bahwa itu semua hanya "mimpi" ternyata sulit untuk mewujudkan itu, benar2 sungguh sulit. SUNGGUH tidak mudah untuk mengikuti jalan menuju kebaikan, memang paling mudah jadi jahat kok. baru mo melatih diri untuk menjadi baik aja udah beratnya setengah mati, apalagi bisa seperti beliau yang penuh dg kewelas-asihan nya, amat memancarkan kedamaian dan keteduhan. sangat mustahil bagi saya bisa menjadi spt itu.

Bro Marcedes kalau saya tidak keliru, walau sama2 memiliki 6 abhinna, tetap ada bedanya, hanya 2 orang saja yang memiliki kemampuan melihat kehidupan masa lampau beribu kelahiran yang hampir menyamai Sang Buddha (hal itu dikarena tumpukan parami beliau) yaitu puteri Yasodara (Ven.Bhikkhuni Baddakaccana) dan YA.Anuruddha. mohon koreksinya jika saya salah.

mettacittena,

Samaneri yang saya hormati, mohon maaf...  ^:)^ menurut yang saya baca di Visuddhi Magga, tak ada yang kemampuannya mendekati Sang Buddha dalam mengingat kelahiran lampau, karena kemampuan seorang Sammasam-Buddha tak terbatas, sedangkan diantara para Siswa kalau tidak salah kemampuan Y.A. Moggalana yang tertinggi (mampu mengingat 1 asankheyya kappa dan 100.000 kappa). 

 _/\_

« Last Edit: 04 October 2010, 02:35:14 PM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline Mahadeva

  • Sebelumnya: raynoism
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 602
  • Reputasi: 10
  • Gender: Male
Re: Mengukur kemampuan diri sendiri
« Reply #14 on: 04 October 2010, 11:37:54 PM »
terima kasih. Bro fabian, di atas dikatakan kalau terlahir di keluarga rata2, tidak terlalu miskin maka kemungkinan tihetuka puggala. Kalau lahir dari keluarga kaya dan fisik juga baik, mental baik, berarti mungkin tihetuka puggala juga? bukan cuma untuk orang yang terlahir di keluarga sedang2 saja ya?

saya pernah dengar Ajahn Brahm tidak percaya abhidhamma, apa itu benar?

kalau saya ingin membaca lebih banyak cara menjadi bodhisatta versi theravada sumbernya di RAPB atau ada sumber lain?

terima kasih, sangat membantu