//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: BAGAIMANA BERDOA YANG BENAR?  (Read 35004 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline CHANGE

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 598
  • Reputasi: 63
Re: BAGAIMANA BERDOA YANG BENAR?
« Reply #75 on: 06 August 2009, 08:22:55 AM »
Bagaiman berdoa yang baik, ini adalah contoh ceritanya.


Mengutuk dan Mendoakan Kebaikan

Kejengkelan memenuhi dada. Hambatan datang dari hati sendiri. Dengan mengutuk akan menderita kerugian. Dengan memberi restu segala sesuatu akan jadi lancar.

Saat mengemudikan mobil, kebanyakan orang Barat sangat taat pada peraturan, juga sangat sopan, karena itu bila mengetahui ada seorang pengemudi hendak berpindah jalur, acapkali pengemudi lain otomatis akan mengalah dan memberikan jalan. Oleh karenanya jika saat sedang mengemudikan mobil mereka menjumpai pengemudi yang mengemudikan mobil dengan kasar (tidak tahu adat), mereka merasa sangat tidak nyaman, bahkan bisa menjadi emosional.

Suatu hari ketika David sedang mengemudikan mobil ke kantor, sepanjang perjalanan menemui kemacetan, kecepatan mobil tidak bisa tinggi, saat itu tiba-tiba datang sebuah mobil secara kasar memotong jalannya dan memaksa masuk di depan mobilnya.

David yang saat itu sudah agak resah tak kuasa menahan mulutnya telah mencetuskan makian “sialan!”. Dalam hatinya segera mengutuk, “Kurang ajar, semoga perjalananmu menjumpai kemacetan besar, biar saja dan rasain terlambat masuk kantor.”

Ternyata sebagaimana harapan David, sepanjang perjalanan mengalami kemacetan besar, mobil yang berada tepat di depan mobil David benar-benar hanya bisa berjalan pelahan-lahan, kelihatannya pengemudinya harus terlambat sampai di kantor, David yang membuntut di belakang mobil itu tertawa dalam hati, dia sangat gembira  bahwa kutukannya itu menjadi kenyataan.

Pada akhirnya, orang yang dikutuk David itu benar-benar terlambat atau tidak David tidak tahu pasti. Tetapi ketika David tiba di kantor, dia sendiri sudah terlambat hampir setengah jam lamanya.

Ketika David sedang mencetak kartu absennya, tiba-tiba dia mendapatkan bahwa dirinya sangat menggelikan, bagaimana dia sampai bisa mengutuk mobil yang berada tepat di depannya dan yang berada tepat satu jalur dengannya supaya menemui kemacetan? Bukankah ini sama saja dengan mengutuk diri sendiri?

David berpikir lagi, jika sampai kutukannya itu cukup serius, membuat orang yang berada di depan mobilnya itu mengalami kecelakaan, maka kemungkinan besar dirinya juga akan terlibat dalam tabrakan itu, ikut tertimpa kesialan, walaupun mungkin saja tidak ikut tertabrak, tetapi mungkin akibat dari kejadian ini menjadikan perjalannya tertunda lebih lama lagi, mungkin keterlambatan yang terjadi bukan hanya setengah jam saja.

Maka David lalu berpikir seharusnya dia memberi restu orang yang berada di depannya, mengharapkan dia selamat sepanjang perjalanan, bisa melaju dengan lancar, dengan demikian dia yang berada di belakang mobil itu, juga bisa seperti orang yang berada di depannya melaju dengan cepat tanpa hambatan, dan dapat tiba di kantor tepat pada waktunya.

Setelah pikirannya terbuka, David berjanji kepada dirinya sendiri, lain waktu jika menjumpai keadaan semacam ini, sekalipun merasa sangat jengkel juga harus merestui, merestui orang yang berada di depannya agar bisa lancar sepanjang perjalanan, jika orang lain lancar dia sendiri juga lancar, orang lain selamat dia sendiri juga akan selamat.

Lagi pula dengan berbuat demikian, paling tidak, tidak akan bisa membuat diri sendiri jadi kesal, dan bisa mempertahankan perasaan riang bergembira ketika sampai di tempat kerja.

Seringkali saat berada di puncak kemarahannya, seseorang bisa kehilangan nalarnya, dia menjadi tidak jelas dengan keadaan dia yang sebenarnya, sering-sering tidak sadar dengan tindakan yang telah dilakukan, kemungkinan besar akan bisa merugikan bukan hanya diri sendiri tetapi juga pihak lain, karena jika kita bersama-sama berada di atas satu perahu, jika perahu ini karam, maka secara otomatis kita akan bersama-sama tenggelam ke dalam air.

Oleh sebab itu, mengapa tidak bermurah hati ? Daripada mengutuk, lebih baik kita mendoakan hal yang  baik bagi orang lain. Dengan demikian bukan saja dalam hati kita tidak akan terpendam hawa amarah, tetapi ketika kita hati kita tidak jadi marah, kita juga akan merasakan betapa anggun sikap kita ini.
Selain itu ketika kita bisa dengan berkepala dingin menghadapi suatu masalah, seringkali masalah itu bisa berubah dengan sendirinya menjadi lancar, mungkin itulah yang dikatakan dengan “sesuatu dapat berubah menjadi keberuntungan adalah seiring dengan adanya perubahan hati!”

Semoga Bermanfaat.

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: BAGAIMANA BERDOA YANG BENAR?
« Reply #76 on: 06 August 2009, 08:59:09 AM »
IMO,
kata 'Berdoa' secara umum sudah diindikasikan ke: 'permohonan/syukur ke makhluk adikuasa'.
Jadi, jika ingin dikaitkan dengan 'aspirasi pikiran baik' / pancaran metta dalam Buddhism, lebih baik istilahnya kita ganti menjadi, misalnya:

~ Aspirasi pikiran baik
~ Memancarkan metta
~ Metta Bhavana
~ dll

Dengan menggunakan istilah yg lebih spesifik ini, diharapkan ke-bias-an fungsi 'doa' dalam Buddhisme bisa berkurang dan lebih fokus.

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline CHANGE

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 598
  • Reputasi: 63
Re: BAGAIMANA BERDOA YANG BENAR?
« Reply #77 on: 06 August 2009, 09:27:50 AM »
IMO,
kata 'Berdoa' secara umum sudah diindikasikan ke: 'permohonan/syukur ke makhluk adikuasa'.
Jadi, jika ingin dikaitkan dengan 'aspirasi pikiran baik' / pancaran metta dalam Buddhism, lebih baik istilahnya kita ganti menjadi, misalnya:

~ Aspirasi pikiran baik
~ Memancarkan metta
~ Metta Bhavana
~ dll

Dengan menggunakan istilah yg lebih spesifik ini, diharapkan ke-bias-an fungsi 'doa' dalam Buddhisme bisa berkurang dan lebih fokus.

::

Tentu saya setuju dengan opini anda, karena yang saya maksud dengan cerita diatas bahwa doa adalah Mengkondisikan Pikiran, kalau doa diartikan sebagai permohonan kepada adikuasa, maka cerita tersebut menjadi rancu dan salah, karena adikuasa menjadi pelaku kejahatan dan ikut mengutuk.
Sebenarnya david telah mengkondisikan pikiran secara negatif terhadap kemacetan karena keegoan saja ( saya lancar, yang lain boleh macet ), akhirnya menyadari kondisi pikiran negatif tentu merugikan diri sendiri misalnya kemarahan, akhirnya menyadari kesalahan tersebut

Memang menjadi kenyataan bahwa di Indonesia bahwa umat yang terkonsep dengan kata doa sebagai permohonan kepada adikuasa, tentu hal ini menjadi tidak Buddhistik, karena memang butuh waktu untuk merubah konsep. Karena pemakaian kata doa masih sering didengar dikalangan Buddhis ( walaupun mengerti tidak demikian adanya ). Memang dibutuhkan suatu padanan kata untuk merubah konsep tersebut.   

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: BAGAIMANA BERDOA YANG BENAR?
« Reply #78 on: 06 August 2009, 11:59:46 AM »
^
ya Bro Change...

Satu lagi kasus yg mirip ini yaitu penggunaan istilah: Tuhan.

Sudah menjadi pandangan umum bahwa 'Tuhan' adalah sesosok Makhluk Adikuasa yg mempunyai power tak terbatas, yg menciptakan semesta dan menentukan kehidupan kita. Sudah umum bahwa banyak yg menyandarkan keluh kesah dan doa nya kesosok 'Tuhan' ini.

Dalam Buddhisme, pengertian Tuhan begini tentu saja sungguh jauh berbeda, bila mau dikaitkan, maka:
~ Tuhan sebagai pengatur nasib kita, dalam Buddhisme = Kamma / diri sendiri
~ Tuhan sebagai pengatur semesta, dalam Buddhisme = Niyama
~ Tuhan sebagai Tujuan Akhir, dalam Buddhisme = Nibbana
~ Tuhan adalah Kehidupan itu sendiri, dalam Buddhisme = Dhamma

Dapat dilihat, apa yg oleh umat awam dianggap Tuhan, dalam Buddhisme mempunyai istilah / pengertian yg berbeda. Pemaksaan penggunaan istilah 'Tuhan' ke dalam Ajaran Buddha malah akan membingungkan umat. Saya lebih memilih untuk menggunakan istilah yg jelas, misalkan: Nibbana untuk menunjukkan tujuan umat Buddha, ketimbang: Tuhan/Ketuhanan.

Kita mengerti bila disaat dulu, ada tekanan besar dalam perpolitikan di Indonesia, sehingga penggunaan kata Tuhan/Ketuhanan tidak bisa dihindari -suatu keharusan- Akhirnya disepakati mendekatkan pengertiannya ke Buddhisme.

Namun, disaat sekarang, dimana kondisi sudah lumayan terbuka, apa salahnya kita kembali menggunakan istilah2 Buddhisme yg benar, agar umat bisa lebih mudah memahami Ajaran Buddha.

Tidak perlu digembar-gemborkan keluar bahwa "Buddhisme tidak mengakui adanya Tuhan Personal...bla2", namun cukup melakukan perubahan dalam intern kita. Buku2 mulai dicetak menggunakan istilah yg benar, misalnya: Nibbana untuk menggantikan Ketuhanan Yang Maha Esa, Niyama untuk menjelaskan hukum alam semesta, Kamma/diri sendiri untuk menjelaskan penyebab kesengsaraan kita... dstnya...

Saya telah bbrp kali menyaksikan sendiri, batapa kesulitannya pembimbing Dhamma mempertahankan istilah "Ketuhanan Yang Maha Esa" ketika menjelaskan "Nibbana" kepada umat.... Pembimbing Dhamma akan terlihat berputar2 dan tidak berani memberikan jawaban yg kuat, akhirnya umat tidak puas atas penjelasan tsb.

::





Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: BAGAIMANA BERDOA YANG BENAR?
« Reply #79 on: 06 August 2009, 12:44:57 PM »
Tidak perlu digembar-gemborkan keluar bahwa "Buddhisme tidak mengakui adanya Tuhan Personal...bla2", namun cukup melakukan perubahan dalam intern kita. Buku2 mulai dicetak menggunakan istilah yg benar, misalnya: Nibbana untuk menggantikan Ketuhanan Yang Maha Esa, Niyama untuk menjelaskan hukum alam semesta, Kamma/diri sendiri untuk menjelaskan penyebab kesengsaraan kita... dstnya...

Saya telah bbrp kali menyaksikan sendiri, batapa kesulitannya pembimbing Dhamma mempertahankan istilah "Ketuhanan Yang Maha Esa" ketika menjelaskan "Nibbana" kepada umat.... Pembimbing Dhamma akan terlihat berputar2 dan tidak berani memberikan jawaban yg kuat, akhirnya umat tidak puas atas penjelasan tsb.

::

Liat di KDAB minggu ke-6 yah, ko?  ;D

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: BAGAIMANA BERDOA YANG BENAR?
« Reply #80 on: 06 August 2009, 01:29:26 PM »
Saya telah bbrp kali menyaksikan sendiri, batapa kesulitannya pembimbing Dhamma mempertahankan istilah "Ketuhanan Yang Maha Esa" ketika menjelaskan "Nibbana" kepada umat.... Pembimbing Dhamma akan terlihat berputar2 dan tidak berani memberikan jawaban yg kuat, akhirnya umat tidak puas atas penjelasan tsb.

::

Liat di KDAB minggu ke-6 yah, ko?  ;D

Sy lupa di minggu keberapa... tapi memang beberapa kali di KDAB, Bro Markos :D

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline CHANGE

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 598
  • Reputasi: 63
Re: BAGAIMANA BERDOA YANG BENAR?
« Reply #81 on: 07 August 2009, 09:01:27 AM »
Maaf, kepanjangan KDAB apa ? Maklum member baru.

Sebenarnya konsep Tuhan yang terukir pada Buddhis tersebut selain faktor lingkungan, juga merupakaan faktor alamiah yang dibawa oleh setiap manusia sejak dari kecil. Jika kita perhatikan bagaimana seorang anak kecil/ mungkin juga orang dewasa ( termasuk manusia purba ) dalam menyelesaikan suatu masalah, maka dalam pikiran anak tersebut selalu memunculkan satu tokoh abstrak ( bukan harus Tuhan ) yang akan memberikan perlindungan terhadap anak tersebut, sehingga merasa aman dan terselamatkan. Pada saat berproses menuju kedewasaan, pikiran anak yang telah terkonsep dipengaruhi dengan konsep Tuhan Abstrak dan kemudian lingkungan yang ada kebetulan sesuai dengan karakter yang terbentuk pada si anak. Perilaku ini akan terbawa sampai mati, jika anak tersebut tidak menemukan KEBENARAN.

Sederhananya adalah film doraemon, secara tidak dasar telah mengkonsep pikiran anak tersebut bahwa tokoh abstrak yang diidolakan harus selalu muncul dalam kehidupannya. Sehingga pada saat dewasa, keinginan tersebut muncul dalam pencarian ajaran yang dianggap sebagai doraemon( penyelesaian secara instan ).

Memang butuh waktu, agar pikiran manusia bisa terbuka mengenai konsep Nibbana. Tentu semua ini adalah perjuangan. maka pribahasa mengatakan " Lebih baik terlambat, daripada tidak pernah." Dan melalui forum ini telah memberikan contoh untuk memulai memberitahu KEBENARAN yang sebenarnya dan diikuti oleh forum Buddhis lainnya. Jika memungkinkan buku-buku Buddha Dhamma yang telah beredar lama, pada saat dicetak ulang, dilakukan revisi.  

« Last Edit: 07 August 2009, 09:04:00 AM by CHANGE »

Offline CHANGE

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 598
  • Reputasi: 63
Re: BAGAIMANA BERDOA YANG BENAR?
« Reply #82 on: 07 August 2009, 10:09:46 AM »
Hanya sekedar berdiskusi,

Maaf saya kutip ulang semua posting yang ada tulisan doa

Kutipan dari

Judul thread doggie
Bagaimana berdoa yang benar… menurut Buddhis


CHANGE
Dalam perjalanan menuju peperangan, mereka berhenti di sebuah kuil Shinto. Sesudah berdoa di dalam kuil,

reborn
Berdoa yg benar adalah dengan sati.


Mr.Johnz
Doa yg patut umat buddha panjatkan..
semoga aku tak berdoa untuk dijauhkan dari marahabaya,
tapi berdoa agar tak takut menghadapinya
semoga aku tak berdoa untuk diredakan dari rasa sakit,
tapi demi hati yang menaklukkannya.
Semoga aku tak rindu di selamatkan dari rasa takut,
tapi bisa mengandalkan kesabaran
untuk memenangkan kebebasanku.
dalam buku 'what buddhists believe'


Kita tahu bahwa perkataan doa adalah seolah-olah memohon dan meminta kepada adikuasa dan tidak Buddhistik, tetapi pada kenyataan kita masih terbiasa menggunakan kata “doa” secara tidak disadari karena telah terkonsep dari dulu, tentu untuk murid Buddha ( yang sudah mengerti ), hal ini tidak menjadi masalah, karena mengerti hakikat “doa” menurut Buddhis.

Tetapi tentu ini menjadi masalah bagi Buddhis KTP dan Buddhis pemula, karena kata “doa” sering digunakan akan mengukir lebih dalam mengenai adanya sosok adikuasa dan membenarkan konsep adikuasa. Karena sesuatu ucapan yang diulang-ulang dan akan menpengaruhi kebiasaan seorang umat baru. Jadi pada saat umat mulai belajar konsep kata “doa” selalu dan bahkan tidak sengaja ditanamkan melalui ucapan, baik dalam vihara, forum atau lingkungan. Hal ini tentu memperlambat pengembangan Buddhisme

IMO,

Bagi saya pribadi kata “ doa “ memberikan konotasi negative dan positif ( konsep negatif dan positif )

Kutipan
Johsun ( maaf, bukan menyalahkan ). Doa seperti ini mempertebal keegoan, konsep negatif

ini doa nya tidak benar,kalo qw yg berdoa maka aqu akan brkata, semoga saya tidak terlambat dan tidak tersandung di perjalanan, apabila sy terlambat maka mudahan yg lain juga terlambat, atau setidaknya saya dimaklumi karna keterlambatan tsb.

CHANGE ( maaf, bukan memuji ) . Doa seperti ini mengikis keegoan, konsep positif

Mengenai doa anak tersebut, jika saya yang harus berdoa, maka saya akan berkata, seandainya saya terlambat, maka jadikan keterlambatan ini sebagai pelajaran bagi saya untuk merubah diri saya menjadi lebih baik dikemudian hari, sehingga saya dapat memberikan keteladanan yang baik untuk yang lainnya dikemudian hari.


Bagi Buddhis KTP dan pemula, tetap mengartikan adanya sosok adikuasa dalam 2 doa tersebut. Padahal doa ini hanya untuk mengkondisikan pikiran.

Yang ingin saya simpulkan apakah kita sebagai Buddhis tidak bisa menghilangkan kebiasaan penggunaan kata “DOA “ yang terkonsep ini dalam lingkungan Buddhis.

Bro William telah memaparkan beberapa padanan kata pengganti doa.
Mungkin saya tambahkan yang lainnya misalnya Ber Metta Karuna ( Ber MK ) artinya memancarkan cinta kasih dan kasih sayang. CMIIW

Contoh yang disanding dengan doa diatas :
Saya ber MK semoga keterlambatan ini sebagai pelajaran bagi saya untuk merubah diri saya menjadi lebih baik dikemudian hari, sehingga saya dapat memberikan keteladanan yang baik untuk yang lainnya dikemudian hari ( hanya konsep positif, karena konsep negative tidak bisa disandingkan dengan kata MK),

Contoh yang paling ngawur :
Saya ber MK semoga saya tidak terlambat dan tidak tersandung di perjalanan, apabila sy terlambat maka mudahan yg lain juga terlambat, atau setidaknya saya dimaklumi karna keterlambatan tsb. Ybs akan kehilangan konsentrasi pada saat mengucapkan kalimat ini, karena ada positif dan negative ( pertebal dan mengikis keegoan dalam satu kalimat ), sehingga kalimatnya tidak nyambung. Bahkan kesulitan melanjutkan.

Berarti setiap Ber MK untuk Buddhis KTP dan pemula, secara bertahap telah menciptakan konsep positif dalam pikiran.




Kesimpulannya : apakah ada yang punya usul terhadap kata “ doa ‘ ini, hanya diskusi saja. Untuk merubah kebiasaan yang telah terkonsep ini memang butuh waktu.
« Last Edit: 07 August 2009, 10:12:18 AM by CHANGE »

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: BAGAIMANA BERDOA YANG BENAR?
« Reply #83 on: 07 August 2009, 10:25:55 AM »
Maaf, kepanjangan KDAB apa ? Maklum member baru.

KDAB = Kursus Dasar Agama Buddha

Yakni suatu program yg diadakan oleh Buddhayana/MBI (<---cmiiw) untuk memperkenalkan Ajaran Buddha yg sesungguhnya kepada umat. Program ini gratis, cukup diminati (terutama kaum tua) dan sangat bermanfaat.

Pengajaran ini disusun dalam bentuk gambar (powerpoint). Tiap kali hadir diajarkan satu Pelajaran (mis: 4Noble Truth) yg terdiri atas 2 atau 3 lembar kertas bergambar. Sangat efektif dan mudah dimengerti (audience friendly). Programnya setiap rabu malam (jam 7:30 sd jam 9:00)
selama 14 minggu berturut2. Selesai 14 minggu, akan dimulai lagi dari awal.

Menurut saya, Theravada dan Mahayana dapat meniru langkah ini, karena cukup bermanfaat.

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Ekaprasetya

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 6
  • Reputasi: 0
Re: BAGAIMANA BERDOA YANG BENAR?
« Reply #84 on: 04 September 2009, 03:55:57 PM »
Kalau misalnya kita berdoa untuk memohon maaf atas dosa yang kita lakukan (walaupun tahu bahwa kamma tetap akan kita peroleh) bagaimana? kalau dari saya, saya merasa bahwa itu adalah memohon pengampunan karena telah melakukan dosa di depan mata-Nya.

Kalau saya berdoa, biasanya isinya sebagai berikut:
1. Berterima kasih karena telah diberikan hidup pada hari ini,
2. Memohon maaf atas perbuatan dosa yang telah saya lakukan,
3. Memohon bantuan-Nya agar dapat menjalankan hari ini dengan benar.
Kalau saya berdoa di depan dewa-dewi, biasanya saya hanya memohon agar dibantu disampaikan doa saya ke Tuhan atau memohon dewa-dewi agar membantu saya agar dapat menjalankan hari ini dengan benar.

Tentu saja semua doa tersebut sia-sia kalau tidak ada bentuk nyata dalam kehidupan.  ;)

Bagaimana menurut saudara-saudara?

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: BAGAIMANA BERDOA YANG BENAR?
« Reply #85 on: 04 September 2009, 04:15:21 PM »
Sayang sekali bro...... dalam Buddhism, tidak ada Tuhan seperti yang anda maksud

Itu sudah jelas disebutkan dalam Aganna Sutta mengenai maha brahma yg merasa dirinya hidup sangat lama, yg melihat mahluk2 lain lahir dan mati sehingga dia merasa sebagai pencipta
dan mahluk2 yg lahir, melihat sang brahma yg sudah ada dari pertama

itu asal muasal munculnya Tuhan yg anda maksudkan.....

Offline Ekaprasetya

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 6
  • Reputasi: 0
Re: BAGAIMANA BERDOA YANG BENAR?
« Reply #86 on: 04 September 2009, 04:37:56 PM »
oic...
jadi kalau saya berdoa ke siapa? Sang Budha?

Maklum... masih Budha KTP  :-[

Offline William_phang

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.101
  • Reputasi: 62
Re: BAGAIMANA BERDOA YANG BENAR?
« Reply #87 on: 04 September 2009, 04:42:29 PM »
oic...
jadi kalau saya berdoa ke siapa? Sang Budha?

Maklum... masih Budha KTP  :-[

saya rasa tidak perlu meminta-minta kepada siapa-siapa...diri sendirilah pelindung sejati.

Aku berhadapan dengan karmaku sendiri, aku terlahir oleh karmaku sendiri, aku pewaris karmaku sendiri, aku pemilik karmaku sendiri.

Offline Ekaprasetya

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 6
  • Reputasi: 0
Re: BAGAIMANA BERDOA YANG BENAR?
« Reply #88 on: 04 September 2009, 04:46:47 PM »
Ohhh... saya tidak berdoa untuk meminta sih, tetapi untuk berterimakasih atas apa yang telah diberikan oleh Sang Pencipta....

Saya tahu sih kalau saya harus berhadapan dengan karma saya sendiri, tetapi apakah tidak ada sosok Yang Maha Kuasa di Budhism?

Thanks.

Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
Re: BAGAIMANA BERDOA YANG BENAR?
« Reply #89 on: 04 September 2009, 04:49:13 PM »
terima kasih ???

mank siapa yg ngasih? ngasih apa?
i'm just a mammal with troubled soul