//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pertapa Asita  (Read 10490 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Pertapa Asita
« Reply #15 on: 16 October 2010, 12:16:52 PM »
Referensi RAPB halaman 448,

"Kemudian, sang petapa merenungkan apakah ia dapat menyaksikan Pangeran mencapai Kebuddhaan; ia mengetahui berkat kebijaksanaannya bahwa sebelum Pangeran mencapai Kebuddhaan, ia akan sudah meninggal dunia dan terlahir di Alam Arupa Brahmà di mana tak seorang pun yang dapat mendengarkan Dhamma abadi di sana, meskipun muncul ratusan atau ribuan Buddha untuk mengajarkan Dhamma. “Aku tidak akan berkesempatan untuk menyaksikan dan memberikan penghormatan kepada manusia menakjubkan ini yang memiliki Kesempurnaan kebajikan. Ini adalah kerugian terbesar bagiku.” Setelah berkata demikian dan dengan dipenuhi perasaan sedih, Kàladevila menangis sedih.

(Alam Arupa Brahmà maksudnya adalah alam kehidupan di mana sama sekali tidak ada fenomena materi, hanya ada kesadaran (citta) dan faktor-faktor batin (cetasika). Dalam alam ini terlahir kembali tihetuka puthujjana. Manusia dengan tiga akar (akar ketidakserakahan, ketidakbencian, dan ketidakbodohan) dan para makhluk mulia seperti Sotàpanna (Pemenang Arus), Sakadàgàmi (Yang Sekali Kembali) dan Anàgàmi (Yang Tak Kembali) yang telah mencapai Arupa Jhàna. Para Sotàpanna, Sakadàgàmi, dan Anàgàmi yang telah mencapai Alam Arupa Brahmà tidak akan terlahir kembali di alam yang lebih rendah. Karena mereka telah berpengalaman dalam melatih meditasi sampai mencapai Jalan dan Buahnya sewaktu mereka berada di alam indria (Kàmasugati) dan di Alam Materi (Rupa), mereka dapat melanjutkan latihan Vipassanà (Pandangan Cerah) yang telah mereka latih sebelumnya; mereka mencapai tingkat yang lebih tinggi dari Jalan dan Buahnya dan Nibbàna di Alam Aråpa yang sama, dan mengakhiri penderitaan samsàra dari sana meskipun tidak mendengarkan Dhamma dari siapa pun. Makhluk dengan tiga akar (yang telah memenangkan Arupa Jhàna di alam manusia) seperti Petapa Kàladevila, âlàra, dan Udaka terlahir di Alam Arupa setelah meninggal dunia; karena di alam ini tidak terdapat segala macam materi, mereka yang terlahir di alam ini tidak memiliki mata (cakkhupasàda) untuk melihat Buddha dan tidak memiliki telinga (sotapasàda) untuk mendengar Dhamma; dengan demikian mereka tidak dapat melihat Buddha atau mendengarkan khotbah-Nya bahkan jika Buddha datang dan membabarkannya kepada mereka. Dan para Buddha tidak akan berkunjung dan membabarkan Dhamma di Alam Arupa. Dan jika makhluk-makhluk tidak dapat mendengarkan Dhamma dari makhluk lain (parato ghosa), mereka tidak akan dapat mencapai Jalan dan Buahnya.

(Kàladevila dan Udaka yang telah mencapai Alam Arupa Nevasannàvàsannàyatana akan tetap mengalami saÿsàra selama delapan puluh empat ribu kappa. âëara yang telah mencapai Alam Aråpa âkincannàyatana akan tetap mengalami samsàra selama enam puluh ribu mahàkappa. Sehingga, meskipun Buddha muncul di dunia ini dalam kappa sekarang, mereka tidak akan berkesempatan untuk mencapai Pembebasan.)
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline luis

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 118
  • Reputasi: 22
  • Gender: Male
Re: Pertapa Asita
« Reply #16 on: 16 October 2010, 12:32:20 PM »
Dalam alam ini terlahir kembali tihetuka puthujjana. Manusia dengan tiga akar (akar ketidakserakahan, ketidakbencian, dan ketidakbodohan) dan para makhluk mulia seperti Sotàpanna (Pemenang Arus), Sakadàgàmi (Yang Sekali Kembali) dan Anàgàmi (Yang Tak Kembali) yang telah mencapai Arupa Jhàna.

Tidak semua yang terlahir di sana adalah para Ariya. Ada yang masih puthujjana. Menurut saya, referensi di atas tidak menjelaskan Petapa Asita terlahir sebagai Ariya atau tihetuka putthujjana. Kemungkinan besar masih sebagai tihetuka putthujana, karena pada masa itu Dhamma yang diajarkan Buddha Kassapa sudah "menghilang", jadi tidak ada orang yang merealisasikan tingkat kesucian kecuali Paccheka Buddha. Dengan beliau menangis, menurut saya jadi indikasi kalau beliau "belum merealisasikan tingka kesucian" dan akan kehilangan kesempatan untuk belajar dari Sang Buddha untuk merealisasikannya.

Mettacittena,
Luis
Do not blame nor criticise anyone, as there is no one to blame in the first place.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Pertapa Asita
« Reply #17 on: 16 October 2010, 12:35:33 PM »
Dalam alam ini terlahir kembali tihetuka puthujjana. Manusia dengan tiga akar (akar ketidakserakahan, ketidakbencian, dan ketidakbodohan) dan para makhluk mulia seperti Sotàpanna (Pemenang Arus), Sakadàgàmi (Yang Sekali Kembali) dan Anàgàmi (Yang Tak Kembali) yang telah mencapai Arupa Jhàna.

Tidak semua yang terlahir di sana adalah para Ariya. Ada yang masih puthujjana. Menurut saya, referensi di atas tidak menjelaskan Petapa Asita terlahir sebagai Ariya atau tihetuka putthujjana. Kemungkinan besar masih sebagai tihetuka putthujana, karena pada masa itu Dhamma yang diajarkan Buddha Kassapa sudah "menghilang", jadi tidak ada orang yang merealisasikan tingkat kesucian kecuali Paccheka Buddha. Dengan beliau menangis, menurut saya jadi indikasi kalau beliau "belum merealisasikan tingka kesucian" dan akan kehilangan kesempatan untuk belajar dari Sang Buddha untuk merealisasikannya.

Mettacittena,
Luis

Boleh di-debat... apakah Petapa Asita (Kaladevala) adalah seorang anagami atau bukan ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pertapa Asita
« Reply #18 on: 16 October 2010, 12:53:53 PM »
Dalam alam ini terlahir kembali tihetuka puthujjana. Manusia dengan tiga akar (akar ketidakserakahan, ketidakbencian, dan ketidakbodohan) dan para makhluk mulia seperti Sotàpanna (Pemenang Arus), Sakadàgàmi (Yang Sekali Kembali) dan Anàgàmi (Yang Tak Kembali) yang telah mencapai Arupa Jhàna.

Tidak semua yang terlahir di sana adalah para Ariya. Ada yang masih puthujjana. Menurut saya, referensi di atas tidak menjelaskan Petapa Asita terlahir sebagai Ariya atau tihetuka putthujjana. Kemungkinan besar masih sebagai tihetuka putthujana, karena pada masa itu Dhamma yang diajarkan Buddha Kassapa sudah "menghilang", jadi tidak ada orang yang merealisasikan tingkat kesucian kecuali Paccheka Buddha. Dengan beliau menangis, menurut saya jadi indikasi kalau beliau "belum merealisasikan tingka kesucian" dan akan kehilangan kesempatan untuk belajar dari Sang Buddha untuk merealisasikannya.

Mettacittena,
Luis

Boleh di-debat... apakah Petapa Asita (Kaladevala) adalah seorang anagami atau bukan ?

jawabannya bukan, Petapa Asita terlahir kembali di alam itu berkat kekuatan jhana bukan karena pencapaian Anagami. ingat sewaktu itu belum ada Buddha yang mengajarkan Dhamma, bahkan itulah yang menyebabkan Petap Asita menangis saat melihat Bayi Siddhatta, yaitu, karena ia tahu bahwa ia musthail dapat mendengarkan Dhamma Sang Buddha.

siapa pun yang bermeditasi dengan obyek-obyek arupa dan mencapai jhana-jhana landasan ruang tanpa batas, landasan kesadaran tanpa batas, landasan kekosongan, dan landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi, akan terlahir kembali di salah satu alam arupa brahma sesuai pencapaiannya.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Pertapa Asita
« Reply #19 on: 16 October 2010, 03:00:11 PM »
Dalam alam ini terlahir kembali tihetuka puthujjana. Manusia dengan tiga akar (akar ketidakserakahan, ketidakbencian, dan ketidakbodohan) dan para makhluk mulia seperti Sotàpanna (Pemenang Arus), Sakadàgàmi (Yang Sekali Kembali) dan Anàgàmi (Yang Tak Kembali) yang telah mencapai Arupa Jhàna.

Tidak semua yang terlahir di sana adalah para Ariya. Ada yang masih puthujjana. Menurut saya, referensi di atas tidak menjelaskan Petapa Asita terlahir sebagai Ariya atau tihetuka putthujjana. Kemungkinan besar masih sebagai tihetuka putthujana, karena pada masa itu Dhamma yang diajarkan Buddha Kassapa sudah "menghilang", jadi tidak ada orang yang merealisasikan tingkat kesucian kecuali Paccheka Buddha. Dengan beliau menangis, menurut saya jadi indikasi kalau beliau "belum merealisasikan tingka kesucian" dan akan kehilangan kesempatan untuk belajar dari Sang Buddha untuk merealisasikannya.

Mettacittena,
Luis

Boleh di-debat... apakah Petapa Asita (Kaladevala) adalah seorang anagami atau bukan ?

jawabannya bukan, Petapa Asita terlahir kembali di alam itu berkat kekuatan jhana bukan karena pencapaian Anagami. ingat sewaktu itu belum ada Buddha yang mengajarkan Dhamma, bahkan itulah yang menyebabkan Petap Asita menangis saat melihat Bayi Siddhatta, yaitu, karena ia tahu bahwa ia musthail dapat mendengarkan Dhamma Sang Buddha.

siapa pun yang bermeditasi dengan obyek-obyek arupa dan mencapai jhana-jhana landasan ruang tanpa batas, landasan kesadaran tanpa batas, landasan kekosongan, dan landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi, akan terlahir kembali di salah satu alam arupa brahma sesuai pencapaiannya.

apakah ada referensi-nya kalau di jaman kekosongan ajaran, maka tidak ada pencapaian sotapanna, sakadagami ataupun anagami ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pertapa Asita
« Reply #20 on: 16 October 2010, 03:08:38 PM »
Dalam alam ini terlahir kembali tihetuka puthujjana. Manusia dengan tiga akar (akar ketidakserakahan, ketidakbencian, dan ketidakbodohan) dan para makhluk mulia seperti Sotàpanna (Pemenang Arus), Sakadàgàmi (Yang Sekali Kembali) dan Anàgàmi (Yang Tak Kembali) yang telah mencapai Arupa Jhàna.

Tidak semua yang terlahir di sana adalah para Ariya. Ada yang masih puthujjana. Menurut saya, referensi di atas tidak menjelaskan Petapa Asita terlahir sebagai Ariya atau tihetuka putthujjana. Kemungkinan besar masih sebagai tihetuka putthujana, karena pada masa itu Dhamma yang diajarkan Buddha Kassapa sudah "menghilang", jadi tidak ada orang yang merealisasikan tingkat kesucian kecuali Paccheka Buddha. Dengan beliau menangis, menurut saya jadi indikasi kalau beliau "belum merealisasikan tingka kesucian" dan akan kehilangan kesempatan untuk belajar dari Sang Buddha untuk merealisasikannya.

Mettacittena,
Luis

Boleh di-debat... apakah Petapa Asita (Kaladevala) adalah seorang anagami atau bukan ?

jawabannya bukan, Petapa Asita terlahir kembali di alam itu berkat kekuatan jhana bukan karena pencapaian Anagami. ingat sewaktu itu belum ada Buddha yang mengajarkan Dhamma, bahkan itulah yang menyebabkan Petap Asita menangis saat melihat Bayi Siddhatta, yaitu, karena ia tahu bahwa ia musthail dapat mendengarkan Dhamma Sang Buddha.

siapa pun yang bermeditasi dengan obyek-obyek arupa dan mencapai jhana-jhana landasan ruang tanpa batas, landasan kesadaran tanpa batas, landasan kekosongan, dan landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi, akan terlahir kembali di salah satu alam arupa brahma sesuai pencapaiannya.

apakah ada referensi-nya kalau di jaman kekosongan ajaran, maka tidak ada pencapaian sotapanna, sakadagami ataupun anagami ?

referensinya adalah:
Quote from: DN 16 Maha Parinibbana Sutta
5.27. ‘Dalam Dhamma dan disiplin apa pun di mana tidak ditemukan Jalan Mulia Berfaktor Delapan, tidak akan ditemukan petapa tingkat pertama, ke dua, ke tiga atau ke empat.81 Tetapi petapa demikian, tingkat pertama, ke dua, ke tiga atau ke empat dapat ditemukan dalam Dhamma dan disiplin Jalan Mulia Berfaktor Delapan. Sekarang, Subhadda, dalam Dhamma dan disiplin ini, Jalan Mulia Berfaktor Delapan ditemukan, dan di dalamnya dapat ditemukan petapa-petapa tingkat pertama, ke dua, ke tiga dan ke empat. Dalam aliran-aliran lainnya tidak ada petapa-petapa [sejati]; tetapi jika di dalam yang satu ini, para bhikkhu hidup menjalani kehidupan sempurna, dunia ini tidak akan kekurangan Arahat.’

pada masa kekosongan ajaran apakah ada yg mempraktikkan JMB8?

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Pertapa Asita
« Reply #21 on: 16 October 2010, 05:45:40 PM »
Dalam alam ini terlahir kembali tihetuka puthujjana. Manusia dengan tiga akar (akar ketidakserakahan, ketidakbencian, dan ketidakbodohan) dan para makhluk mulia seperti Sotàpanna (Pemenang Arus), Sakadàgàmi (Yang Sekali Kembali) dan Anàgàmi (Yang Tak Kembali) yang telah mencapai Arupa Jhàna.

Tidak semua yang terlahir di sana adalah para Ariya. Ada yang masih puthujjana. Menurut saya, referensi di atas tidak menjelaskan Petapa Asita terlahir sebagai Ariya atau tihetuka putthujjana. Kemungkinan besar masih sebagai tihetuka putthujana, karena pada masa itu Dhamma yang diajarkan Buddha Kassapa sudah "menghilang", jadi tidak ada orang yang merealisasikan tingkat kesucian kecuali Paccheka Buddha. Dengan beliau menangis, menurut saya jadi indikasi kalau beliau "belum merealisasikan tingka kesucian" dan akan kehilangan kesempatan untuk belajar dari Sang Buddha untuk merealisasikannya.

Mettacittena,
Luis

Boleh di-debat... apakah Petapa Asita (Kaladevala) adalah seorang anagami atau bukan ?

jawabannya bukan, Petapa Asita terlahir kembali di alam itu berkat kekuatan jhana bukan karena pencapaian Anagami. ingat sewaktu itu belum ada Buddha yang mengajarkan Dhamma, bahkan itulah yang menyebabkan Petap Asita menangis saat melihat Bayi Siddhatta, yaitu, karena ia tahu bahwa ia musthail dapat mendengarkan Dhamma Sang Buddha.

siapa pun yang bermeditasi dengan obyek-obyek arupa dan mencapai jhana-jhana landasan ruang tanpa batas, landasan kesadaran tanpa batas, landasan kekosongan, dan landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi, akan terlahir kembali di salah satu alam arupa brahma sesuai pencapaiannya.

apakah ada referensi-nya kalau di jaman kekosongan ajaran, maka tidak ada pencapaian sotapanna, sakadagami ataupun anagami ?

referensinya adalah:
Quote from: DN 16 Maha Parinibbana Sutta
5.27. ‘Dalam Dhamma dan disiplin apa pun di mana tidak ditemukan Jalan Mulia Berfaktor Delapan, tidak akan ditemukan petapa tingkat pertama, ke dua, ke tiga atau ke empat.81 Tetapi petapa demikian, tingkat pertama, ke dua, ke tiga atau ke empat dapat ditemukan dalam Dhamma dan disiplin Jalan Mulia Berfaktor Delapan. Sekarang, Subhadda, dalam Dhamma dan disiplin ini, Jalan Mulia Berfaktor Delapan ditemukan, dan di dalamnya dapat ditemukan petapa-petapa tingkat pertama, ke dua, ke tiga dan ke empat. Dalam aliran-aliran lainnya tidak ada petapa-petapa [sejati]; tetapi jika di dalam yang satu ini, para bhikkhu hidup menjalani kehidupan sempurna, dunia ini tidak akan kekurangan Arahat.’

pada masa kekosongan ajaran apakah ada yg mempraktikkan JMB8?

Apakah Pacceka Buddha juga mempraktekkan JMB8 ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pertapa Asita
« Reply #22 on: 16 October 2010, 06:52:32 PM »
Dalam alam ini terlahir kembali tihetuka puthujjana. Manusia dengan tiga akar (akar ketidakserakahan, ketidakbencian, dan ketidakbodohan) dan para makhluk mulia seperti Sotàpanna (Pemenang Arus), Sakadàgàmi (Yang Sekali Kembali) dan Anàgàmi (Yang Tak Kembali) yang telah mencapai Arupa Jhàna.

Tidak semua yang terlahir di sana adalah para Ariya. Ada yang masih puthujjana. Menurut saya, referensi di atas tidak menjelaskan Petapa Asita terlahir sebagai Ariya atau tihetuka putthujjana. Kemungkinan besar masih sebagai tihetuka putthujana, karena pada masa itu Dhamma yang diajarkan Buddha Kassapa sudah "menghilang", jadi tidak ada orang yang merealisasikan tingkat kesucian kecuali Paccheka Buddha. Dengan beliau menangis, menurut saya jadi indikasi kalau beliau "belum merealisasikan tingka kesucian" dan akan kehilangan kesempatan untuk belajar dari Sang Buddha untuk merealisasikannya.

Mettacittena,
Luis

Boleh di-debat... apakah Petapa Asita (Kaladevala) adalah seorang anagami atau bukan ?

jawabannya bukan, Petapa Asita terlahir kembali di alam itu berkat kekuatan jhana bukan karena pencapaian Anagami. ingat sewaktu itu belum ada Buddha yang mengajarkan Dhamma, bahkan itulah yang menyebabkan Petap Asita menangis saat melihat Bayi Siddhatta, yaitu, karena ia tahu bahwa ia musthail dapat mendengarkan Dhamma Sang Buddha.

siapa pun yang bermeditasi dengan obyek-obyek arupa dan mencapai jhana-jhana landasan ruang tanpa batas, landasan kesadaran tanpa batas, landasan kekosongan, dan landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi, akan terlahir kembali di salah satu alam arupa brahma sesuai pencapaiannya.

apakah ada referensi-nya kalau di jaman kekosongan ajaran, maka tidak ada pencapaian sotapanna, sakadagami ataupun anagami ?

referensinya adalah:
Quote from: DN 16 Maha Parinibbana Sutta
5.27. ‘Dalam Dhamma dan disiplin apa pun di mana tidak ditemukan Jalan Mulia Berfaktor Delapan, tidak akan ditemukan petapa tingkat pertama, ke dua, ke tiga atau ke empat.81 Tetapi petapa demikian, tingkat pertama, ke dua, ke tiga atau ke empat dapat ditemukan dalam Dhamma dan disiplin Jalan Mulia Berfaktor Delapan. Sekarang, Subhadda, dalam Dhamma dan disiplin ini, Jalan Mulia Berfaktor Delapan ditemukan, dan di dalamnya dapat ditemukan petapa-petapa tingkat pertama, ke dua, ke tiga dan ke empat. Dalam aliran-aliran lainnya tidak ada petapa-petapa [sejati]; tetapi jika di dalam yang satu ini, para bhikkhu hidup menjalani kehidupan sempurna, dunia ini tidak akan kekurangan Arahat.’

pada masa kekosongan ajaran apakah ada yg mempraktikkan JMB8?

Apakah Pacceka Buddha juga mempraktekkan JMB8 ?

menurut saya Pacceka Buddha juga mempraktikkan JMB8, tapi setelah mengetahui dan mempraktikkannya seorang Pacceka Buddha tidak menegakkan pengajaran Sasana selayaknya seorang Sammasambuddha. anyway, Petapa Asita juga jelas bukan seorang Paccekabuddha

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: Pertapa Asita
« Reply #23 on: 16 October 2010, 11:29:53 PM »
Oooh .... pantas diantara ke 5 pertapa
terdapat 1 pertapa yg lebih tua (terlihat rambutnya yg putih)
Petapa yg dilukisakan sebagai pertapa Kondana ....
Spoiler: ShowHide






seingat saya malah yang paling muda
Alasannya ???
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Pertapa Asita
« Reply #24 on: 16 October 2010, 11:47:47 PM »
diantara para brahmana yang diundang, kondanna merupakan yang termuda. tapi memang ente benar, di antara Pancavaggiya, kondanna merupakan yang tertua. karena yang 4 adalah anak2 brahmana yang sudah meninggal.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Pertapa Asita
« Reply #25 on: 19 October 2010, 10:02:53 AM »
Dalam alam ini terlahir kembali tihetuka puthujjana. Manusia dengan tiga akar (akar ketidakserakahan, ketidakbencian, dan ketidakbodohan) dan para makhluk mulia seperti Sotàpanna (Pemenang Arus), Sakadàgàmi (Yang Sekali Kembali) dan Anàgàmi (Yang Tak Kembali) yang telah mencapai Arupa Jhàna.

Tidak semua yang terlahir di sana adalah para Ariya. Ada yang masih puthujjana. Menurut saya, referensi di atas tidak menjelaskan Petapa Asita terlahir sebagai Ariya atau tihetuka putthujjana. Kemungkinan besar masih sebagai tihetuka putthujana, karena pada masa itu Dhamma yang diajarkan Buddha Kassapa sudah "menghilang", jadi tidak ada orang yang merealisasikan tingkat kesucian kecuali Paccheka Buddha. Dengan beliau menangis, menurut saya jadi indikasi kalau beliau "belum merealisasikan tingka kesucian" dan akan kehilangan kesempatan untuk belajar dari Sang Buddha untuk merealisasikannya.

Mettacittena,
Luis

Boleh di-debat... apakah Petapa Asita (Kaladevala) adalah seorang anagami atau bukan ?

jawabannya bukan, Petapa Asita terlahir kembali di alam itu berkat kekuatan jhana bukan karena pencapaian Anagami. ingat sewaktu itu belum ada Buddha yang mengajarkan Dhamma, bahkan itulah yang menyebabkan Petap Asita menangis saat melihat Bayi Siddhatta, yaitu, karena ia tahu bahwa ia musthail dapat mendengarkan Dhamma Sang Buddha.

siapa pun yang bermeditasi dengan obyek-obyek arupa dan mencapai jhana-jhana landasan ruang tanpa batas, landasan kesadaran tanpa batas, landasan kekosongan, dan landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi, akan terlahir kembali di salah satu alam arupa brahma sesuai pencapaiannya.

apakah ada referensi-nya kalau di jaman kekosongan ajaran, maka tidak ada pencapaian sotapanna, sakadagami ataupun anagami ?

referensinya adalah:
Quote from: DN 16 Maha Parinibbana Sutta
5.27. ‘Dalam Dhamma dan disiplin apa pun di mana tidak ditemukan Jalan Mulia Berfaktor Delapan, tidak akan ditemukan petapa tingkat pertama, ke dua, ke tiga atau ke empat.81 Tetapi petapa demikian, tingkat pertama, ke dua, ke tiga atau ke empat dapat ditemukan dalam Dhamma dan disiplin Jalan Mulia Berfaktor Delapan. Sekarang, Subhadda, dalam Dhamma dan disiplin ini, Jalan Mulia Berfaktor Delapan ditemukan, dan di dalamnya dapat ditemukan petapa-petapa tingkat pertama, ke dua, ke tiga dan ke empat. Dalam aliran-aliran lainnya tidak ada petapa-petapa [sejati]; tetapi jika di dalam yang satu ini, para bhikkhu hidup menjalani kehidupan sempurna, dunia ini tidak akan kekurangan Arahat.’

pada masa kekosongan ajaran apakah ada yg mempraktikkan JMB8?

Apakah Pacceka Buddha juga mempraktekkan JMB8 ?

menurut saya Pacceka Buddha juga mempraktikkan JMB8, tapi setelah mengetahui dan mempraktikkannya seorang Pacceka Buddha tidak menegakkan pengajaran Sasana selayaknya seorang Sammasambuddha. anyway, Petapa Asita juga jelas bukan seorang Paccekabuddha

juga bukan Sotapana.
masih makhluk Tihetuka yang mencapai Jhana tingkat tinggi Arupa Brahma
 _/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.