Referensi RAPB halaman 448,
"Kemudian, sang petapa merenungkan apakah ia dapat menyaksikan Pangeran mencapai Kebuddhaan; ia mengetahui berkat kebijaksanaannya bahwa sebelum Pangeran mencapai Kebuddhaan, ia akan sudah meninggal dunia dan terlahir di Alam Arupa Brahmà di mana tak seorang pun yang dapat mendengarkan Dhamma abadi di sana, meskipun muncul ratusan atau ribuan Buddha untuk mengajarkan Dhamma. “Aku tidak akan berkesempatan untuk menyaksikan dan memberikan penghormatan kepada manusia menakjubkan ini yang memiliki Kesempurnaan kebajikan. Ini adalah kerugian terbesar bagiku.” Setelah berkata demikian dan dengan dipenuhi perasaan sedih, Kàladevila menangis sedih.
(Alam Arupa Brahmà maksudnya adalah alam kehidupan di mana sama sekali tidak ada fenomena materi, hanya ada kesadaran (citta) dan faktor-faktor batin (cetasika). Dalam alam ini terlahir kembali tihetuka puthujjana. Manusia dengan tiga akar (akar ketidakserakahan, ketidakbencian, dan ketidakbodohan) dan para makhluk mulia seperti Sotàpanna (Pemenang Arus), Sakadàgàmi (Yang Sekali Kembali) dan Anàgàmi (Yang Tak Kembali) yang telah mencapai Arupa Jhàna. Para Sotàpanna, Sakadàgàmi, dan Anàgàmi yang telah mencapai Alam Arupa Brahmà tidak akan terlahir kembali di alam yang lebih rendah. Karena mereka telah berpengalaman dalam melatih meditasi sampai mencapai Jalan dan Buahnya sewaktu mereka berada di alam indria (Kàmasugati) dan di Alam Materi (Rupa), mereka dapat melanjutkan latihan Vipassanà (Pandangan Cerah) yang telah mereka latih sebelumnya; mereka mencapai tingkat yang lebih tinggi dari Jalan dan Buahnya dan Nibbàna di Alam Aråpa yang sama, dan mengakhiri penderitaan samsàra dari sana meskipun tidak mendengarkan Dhamma dari siapa pun. Makhluk dengan tiga akar (yang telah memenangkan Arupa Jhàna di alam manusia) seperti Petapa Kàladevila, âlàra, dan Udaka terlahir di Alam Arupa setelah meninggal dunia; karena di alam ini tidak terdapat segala macam materi, mereka yang terlahir di alam ini tidak memiliki mata (cakkhupasàda) untuk melihat Buddha dan tidak memiliki telinga (sotapasàda) untuk mendengar Dhamma; dengan demikian mereka tidak dapat melihat Buddha atau mendengarkan khotbah-Nya bahkan jika Buddha datang dan membabarkannya kepada mereka. Dan para Buddha tidak akan berkunjung dan membabarkan Dhamma di Alam Arupa. Dan jika makhluk-makhluk tidak dapat mendengarkan Dhamma dari makhluk lain (parato ghosa), mereka tidak akan dapat mencapai Jalan dan Buahnya.
(Kàladevila dan Udaka yang telah mencapai Alam Arupa Nevasannàvàsannàyatana akan tetap mengalami saÿsàra selama delapan puluh empat ribu kappa. âëara yang telah mencapai Alam Aråpa âkincannàyatana akan tetap mengalami samsàra selama enam puluh ribu mahàkappa. Sehingga, meskipun Buddha muncul di dunia ini dalam kappa sekarang, mereka tidak akan berkesempatan untuk mencapai Pembebasan.)