//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Jalan mana yang benar ?  (Read 6317 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Sukma Kemenyan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.840
  • Reputasi: 109
Jalan mana yang benar ?
« on: 24 April 2014, 11:42:11 AM »
Apakah:
a. Panna -> Sila -> Samadhi
b. Sila -> Samadhi -> Panna
c. Samadhi -> Panna -> Sila
d. xxxxxx -> yyyyyy -> zzzzzz (apa x, apa y, apa z)


"Jalan Mulia Berunsur Delapan": ShowHide
Delapan Jalan Utama (Jalan Mulia Berunsur Delapan) yang akan membawa kita ke Jalan Menuju Lenyapnya Dukkha, yaitu :

Wisdom (Paññā)
1. Pengertian Benar (sammä-ditthi) Right view
2. Pikiran Benar (sammä-sankappa) Right intention

Sila 
3. Ucapan Benar (sammä-väcä) Right speech
4. Perbuatan Benar (sammä-kammanta) Right action
5. Pencaharian Benar (sammä-ajiva) Right livelihood

Samädhi 
6. Daya-upaya Benar (sammä-väyäma) Right effort
7. Perhatian Benar (sammä-sati) Right mindfulness
8. Konsentrasi Benar (sammä-samädhi) Right concentration

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Jalan mana yang benar ?
« Reply #1 on: 24 April 2014, 12:48:39 PM »
semuanya sekaligus & bersamaan
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Jalan mana yang benar ?
« Reply #2 on: 24 April 2014, 12:50:28 PM »
Apakah:
a. Panna -> Sila -> Samadhi
b. Sila -> Samadhi -> Panna
c. Samadhi -> Panna -> Sila
d. xxxxxx -> yyyyyy -> zzzzzz (apa x, apa y, apa z)


"Jalan Mulia Berunsur Delapan": ShowHide
Delapan Jalan Utama (Jalan Mulia Berunsur Delapan) yang akan membawa kita ke Jalan Menuju Lenyapnya Dukkha, yaitu :

Wisdom (Paññā)
1. Pengertian Benar (sammä-ditthi) Right view
2. Pikiran Benar (sammä-sankappa) Right intention

Sila 
3. Ucapan Benar (sammä-väcä) Right speech
4. Perbuatan Benar (sammä-kammanta) Right action
5. Pencaharian Benar (sammä-ajiva) Right livelihood

Samädhi 
6. Daya-upaya Benar (sammä-väyäma) Right effort
7. Perhatian Benar (sammä-sati) Right mindfulness
8. Konsentrasi Benar (sammä-samädhi) Right concentration


Kalo merujuk pada sutta-sutta awal, jalan pelatihan Buddhis disebut sebagai jalan pelatihan bertahap (yang konteksnya bagi para bhikkhu) dengan tahapan sbb:

Berkeyakinan pada Buddha dan meninggalkan keduniawian: ShowHide

12. “Seorang perumah-tangga atau putra perumah-tangga atau seseorang yang terlahir dalam salah satu kasta lainnya mendengar Dhamma itu. Setelah mendengar Dhamma ia memperoleh keyakinan pada Sang Tathāgata. Dengan memiliki keyakinan itu, ia merenungkan sebagai berikut: ‘Kehidupan rumah tangga ramai dan berdebu; kehidupan meninggalkan keduniawian terbuka lebar. Tidaklah mudah, selagi hidup dalam rumah, juga menjalani kehidupan suci yang murni dan sempurna seperti kulit kerang yang digosok. Bagaimana jika aku mencukur rambut dan janggutku, mengenakan jubah kuning, dan meninggalkan keduniawian dari kehidupan rumah tangga menuju kehidupan tanpa rumah.’ Kemudian pada kesempatan lainnya, dengan meninggalkan keuntungan kecil atau besar, dengan meninggalkan lingkaran keluarga kecil atau besar, ia mencukur rambut dan janggut, mengenakan jubah kuning, dan meninggalkan keduniawian dari kehidupan rumah tangga menuju kehidupan tanpa rumah.


Praktek moralitas (sila): ShowHide

13. “Setelah meninggalkan keduniawian dan memiliki latihan dan gaya hidup kebhikkhuan, dengan meninggalkan pembunuhan makhluk-makhluk hidup, ia menghindari pembunuhan makhluk-makhluk hidup; dengan tongkat pemukul dan senjata disingkirkan, lembut dan baik hati, ia berdiam dengan berbelas kasih pada semua makhluk. Dengan meninggalkan perbuatan mengambil apa yang tidak diberikan, ia menghindari perbuatan mengambil apa yang tidak diberikan; mengambil hanya apa yang diberikan, menerima hanya apa yang diberikan, dengan tidak mencuri ia berdiam dalam kemurnian. Dengan meninggalkan kehidupan tidak-selibat, ia melaksanakan hidup selibat, hidup terpisah, menghindari praktik vulgar hubungan seksual. [... dst]

14. “Ia puas dengan jubah untuk melindungi tubuhnya dan dengan dana makanan untuk memelihara perutnya, dan ke manapun ia pergi, ia pergi dengan hanya membawa benda-benda ini. Bagaikan seekor burung, ke manapun ia pergi, ia terbang hanya dengan sayapnya sebagai beban satu-satunya, demikian pula bhikkhu itu puas dengan jubah untuk melindungi tubuhnya dan dengan dana makanan untuk memelihara perutnya, dan ke manapun ia pergi, ia pergi dengan hanya membawa benda-benda ini. Dengan memiliki kelompok moralitas mulia ini, ia mengalami dalam dirinya suatu kebahagiaan yang tanpa cela.


Pengendalian indra: ShowHide

15. “Ketika melihat suatu bentuk dengan mata, ia tidak menggenggam gambaran dan ciri-cirinya. Karena, jika ia membiarkan indria mata tidak terkendali, kondisi jahat yang tidak bermanfaat berupa ketamakan dan kesedihan akan dapat menyerangnya, ia berlatih cara pengendaliannya, ia menjaga indria mata, ia menjalankan pengendalian indria mata.[4] Ketika mendengar suatu suara dengan telinga ... Ketika mencium suatu bau-bauan dengan hidung ... Ketika mengecap suatu rasa kecapan dengan lidah ... Ketika menyentuh suatu objek sentuhan dengan badan ... Ketika mengenali suatu objek-pikiran dengan pikiran, ia tidak menggenggam gambaran dan ciri-cirinya. Karena, jika ia membiarkan indria pikiran tidak terkendali, kondisi jahat yang tidak bermanfaat berupa ketamakan dan kesedihan akan dapat menyerangnya, ia berlatih cara pengendaliannya, [181] ia menjaga indria pikiran, ia menjalankan pengendalian indria pikiran. Dengan memiliki pengendalian mulia akan indria-indria ini, ia mengalami dalam dirinya suatu kebahagiaan yang tanpa noda.


Perhatian dan kewaspadaan penuh (sati-sampajanna): ShowHide

16. “Ia menjadi seorang yang bertindak dengan penuh kewaspadaan ketika berjalan maju maupun mundur; yang bertindak dalam kewaspadaan penuh ketika melihat ke depan maupun ke belakang; yang bertindak dalam kewaspadaan penuh ketika menunduk maupun menegakkan badan; yang bertindak dalam kewaspadaan penuh ketika mengenakan jubahnya dan membawa jubah luar dan mangkuknya; yang bertindak dalam kewaspadaan penuh ketika makan, minum, mengunyah makanan, dan mengecap; yang bertindak dalam kewaspadaan penuh ketika buang air besar maupun buang air kecil; yang bertindak dalam kewaspadaan penuh ketika berjalan, berdiri, duduk, jatuh tertidur, terjaga, berbicara, dan berdiam diri.


Meditasi: ShowHide

17. “Dengan memiliki kelompok moralitas mulia ini, dan pengendalian mulia atas indria-indria ini, dan memiliki perhatian mulia dan kewaspadaan mulia ini, ia mencari tempat tinggal yang terasing: hutan, bawah pohon, gunung, jurang, gua di lereng gunung, tanah pekuburan, hutan belantara, ruang terbuka, tumpukan jerami.

18. “Setelah kembali dari menerima dana makanan, setelah makan ia duduk bersila, menegakkan badannya, dan menegakkan perhatian di depannya. Dengan meninggalkan ketamakan akan dunia, ia berdiam dengan pikiran yang bebas dari ketamakan; ia memurnikan pikirannya dari ketamakan.[5] Dengan meninggalkan permusuhan dan kebencian, ia berdiam dengan pikiran yang bebas dari permusuhan, berbelas kasih bagi kesejahteraan semua makhluk hidup; ia memurnikan pikirannya dari permusuhan dan kebencian. Dengan meninggalkan kelambanan dan ketumpulan, ia berdiam dengan terbebas dari kelambanan dan ketumpulan, seorang yang mempersepsikan cahaya, penuh perhatian dan penuh kewaspadaan; ia memurnikan pikirannya dari kelambanan dan ketumpulan. Dengan meninggalkan kegelisahan dan penyesalan, ia berdiam dengan tanpa kegelisahan dengan pikiran yang damai; ia memurnikan pikirannya dari kegelisahan dan penyesalan. Dengan meninggalkan keragu-raguan, ia berdiam setelah melampaui keragu-raguan, tanpa kebingungan akan kondisi-kondisi bermanfaat; ia memurnikan pikirannya dari keragu-raguan.


Mencapai jhana-jhana: ShowHide

19. “Setelah meninggalkan kelima rintangan ini, ketidak-murnian pikiran yang melemahkan kebijaksanaan, dengan cukup terasing dari kenikmatan indria, terasing dari kondisi-kondisi tidak bermanfaat, ia masuk dan berdiam dalam jhāna pertama, yang disertai dengan awal pikiran dan kelangsungan pikiran, dengan sukacita dan kenikmatan yang muncul dari keterasingan. Ini, Brahmana, disebut jejak kaki Sang Tathāgata, sesuatu yang diguratkan oleh Sang Tathāgata, sesuatu yang ditandai oleh Sang Tathāgata, tetapi seorang siswa mulia belum sampai pada kesimpulan: ‘Sang Tathāgata telah tercerahkan sempurna, Dhamma telah dibabarkan dengan sempurna oleh Sang Bhagavā, Sangha mempraktikkan jalan yang baik.’[6]

20. “Kemudian, dengan menenangkan awal pikiran dan kelangsungan pikiran, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam jhāna ke dua, yang memiliki keyakinan-diri dan keterpusatan pikiran tanpa awal pikiran dan kelangsungan pikiran, dengan sukacita dan kenikmatan yang muncul dari konsentrasi. Ini juga, Brahmana, disebut jejak kaki Sang Tathāgata ... tetapi seorang siswa mulia [182] belum sampai pada kesimpulan: ‘Sang Tathāgata telah tercerahkan sempurna ...’

21. “Kemudian, dengan meluruhnya sukacita, seorang bhikkhu berdiam dalam keseimbangan, dan penuh perhatian dan penuh kewaspadaan, masih merasakan kenikmatan pada jasmani, ia masuk dan berdiam dalam jhāna ke tiga, yang dikatakan oleh para mulia: ‘Ia memiliki kediaman yang menyenangkan yang memiliki keseimbangan dan penuh perhatian.’ Ini juga, Brahmana, disebut jejak kaki Sang Tathāgata ... tetapi seorang siswa mulia belum sampai pada kesimpulan: ‘Sang Tathāgata telah tercerahkan sempurna ...’

22. “Kemudian, dengan meninggalkan kenikmatan dan kesakitan, dan dengan pelenyapan sebelumnya atas kegembiraan dan kesedihan, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam jhāna ke empat, yang tanpa kesakitan juga tanpa kenikmatan dan memiliki kemurnian perhatian karena keseimbangan. Ini juga, Brahmana, disebut jejak kaki Sang Tathāgata ... tetapi seorang siswa mulia belum sampai pada kesimpulan: ‘Sang Tathāgata telah tercerahkan sempurna ...’


Mencapai realisasi: ShowHide

23. “Ketika pikirannya yang terkonsentrasi sedemikian murni, cerah, tanpa noda, bebas dari ketidak-sempurnaan, lunak, lentur, kokoh, dan mencapai kondisi tanpa-gangguan, ia mengarahkannya pada pengetahuan mengingat kehidupan lampau. Ia mengingat banyak kehidupan lampau, yaitu, satu kelahiran, dua kelahiran, tiga kelahiran, empat kelahiran, lima kelahiran, sepuluh kelahiran, dua puluh kelahiran, tiga puluh kelahiran, empat puluh kelahiran, lima puluh kelahiran, seratus kelahiran, seribu kelahiran, seratus ribu kelahiran, banyak kappa penyusutan-dunia, banyak kappa pengembangan-dunia, banyak kappa penyusutan-dan-pengembangan-dunia: … (seperti Sutta 4, §27) … Demikianlah dengan segala aspek dan ciri-cirinya ia mengingat banyak kehidupan lampau. Ini juga, Brahmana, disebut jejak kaki Sang Tathāgata ... tetapi seorang siswa mulia belum sampai pada kesimpulan: ‘Sang Tathāgata telah tercerahkan sempurna ...’ [183]

24. “Ketika pikirannya yang terkonsentrasi sedemikian murni, cerah, tanpa noda, bebas dari ketidak-sempurnaan, lunak, lentur, kokoh, dan mencapai kondisi tanpa-gangguan, ia mengarahkannya pada pengetahuan kematian dan kelahiran kembali makhluk-makhluk. Dengan mata-dewa, yang murni dan melampaui manusia, ia melihat makhluk-makhluk meninggal dunia dan muncul kembali, hina dan mulia, cantik dan buruk rupa, kaya dan miskin. Ia memahami bagaimana makhluk-makhluk berlanjut sesuai dengan perbuatan mereka … (seperti Sutta 4, §29) … Demikianlah dengan mata-dewa yang murni dan melampaui manusia, ia melihat makhluk-makhluk meninggal dunia dan muncul kembali, hina dan mulia, cantik dan buruk rupa, kaya dan miskin, dan ia memahami bagaimana makhluk-makhluk berlanjut sesuai dengan perbuatan mereka. Ini juga, Brahmana, disebut jejak kaki Sang Tathāgata ... tetapi seorang siswa mulia belum sampai pada kesimpulan: ‘Sang Tathāgata telah tercerahkan sempurna ...’

25. “Ketika pikirannya yang terkonsentrasi sedemikian murni, cerah, tanpa noda, bebas dari ketidak-sempurnaan, lunak, lentur, kokoh, dan mencapai kondisi tanpa-gangguan, ia mengarahkannya pada pengetahuan hancurnya noda-noda. Ia memahami sebagaimana adanya: ‘Ini adalah penderitaan’; … ‘Ini adalah asal-mula penderitaan’ … ‘Ini adalah lenyapnya penderitaan’ … ‘Ini adalah jalan menuju lenyapnya penderitaan.’; … ‘Ini adalah noda-noda’; … ‘Ini adalah asal-mula noda-noda’ … ‘Ini adalah lenyapnya noda-noda’ … ‘Ini adalah jalan menuju lenyapnya noda-noda.’

Ini juga, Brahmana, disebut jejak kaki Sang Tathāgata, sesuatu yang diguratkan oleh Sang Tathāgata, sesuatu yang ditandai oleh Sang Tathāgata, tetapi seorang siswa mulia belum sampai pada kesimpulan: ‘Sang Tathāgata telah tercerahkan sempurna, Dhamma telah dibabarkan dengan sempurna oleh Sang Bhagavā, Sangha mempraktikkan jalan yang baik.’ Tetapi, ia masih dalam proses menuju pada kesimpulan ini.[7]

26. “Ketika ia mengetahui dan melihat demikian, pikirannya terbebas dari noda keinginan indria, [184] bebas dari noda penjelmaan, dan dari noda ketidak-tahuan. Ketika terbebaskan, muncullah pengetahuan: ‘Terbebaskan.’ Ia memahami: ‘Kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak akan ada lagi penjelmaan menjadi kondisi makhluk apapun.’

“Ini juga, Brahmana, disebut jejak kaki Sang Tathāgata, sesuatu yang diguratkan oleh Sang Tathāgata, sesuatu yang ditandai oleh Sang Tathāgata. Pada titik ini seorang siswa mulia telah sampai pada kesimpulan: ‘Sang Tathāgata telah tercerahkan sempurna, Dhamma telah dibabarkan dengan sempurna oleh Sang Bhagavā, Sangha mempraktikkan jalan yang baik.’[8] Dan pada titik ini, Brahmana, perumpamaan jejak kaki gajah itu selesai secara terperinci.”


Sumber: MN 27 Culahatthipadopama Sutta

Jadi, JMB8 tidak dimaksudkan dilakukan secara berurutan (sila-samadhi-panna), namun semua faktor JMB8 dilatih secara bertahap dari awal sampai akhir sampai memenuhi realisasi.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Jalan mana yang benar ?
« Reply #3 on: 24 April 2014, 02:00:56 PM »
yg lebih bener lagi adalah tidak membagi JMB8 menjadi Sila-Samadhi-Panna... itu bisa lost in translation nanti. Dalam Sutta2 Sang Buddha tidak membagi jadi 3 kelompok itu...

dalam JMB8 bisa dimasukan dalam sila-samadhi-panna, akan tetapi sila-samadhi-panna bukan JMB8

Semua dikembangkan dilatih (jangan jadi alasan karena belum yg bawah, udah mau yg atas hehehe), tapi ...

http://dhammacitta.org/dcpedia/DN_18:_Janavasabha_Sutta#27

27. ‘“Inilah pokok pembicaraan Brahmā Sanankumāra. Ia melanjutkan: ‘Bagaimanakah menurut Para Tiga-Puluh-Tiga Dewa? Seberapa baikkah Sang Buddha yang mengetahui dan melihat mengajarkan tujuh prasyarat konsentrasi, demi pengembangan konsentrasi sempurna dan kesempurnaan konsentrasi! Apakah itu? Yaitu, pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar [217], usaha benar, perhatian benar.[35] Keterpusatan pikiran itu, yang dihasilkan tujuh faktor ini disebut konsentrasi benar Ariya dengan landasan dan prasyaratnya. Dari pandangan benar muncul pikiran benar, dari pikiran benar muncul ucapan benar, dari ucapan benar muncul perbuatan benar, dari perbuatan benar muncul penghidupan benar, dari penghidupan benar muncul usaha benar, dari usaha benar muncul perhatian benar, dari perhatian benar muncul konsentrasi benar, dari konsentrasi benar muncul pengetahuan benar,[36] dari pengetahuan benar muncul kebebasan benar.[37]
« Last Edit: 24 April 2014, 02:10:27 PM by Sumedho »
There is no place like 127.0.0.1

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Jalan mana yang benar ?
« Reply #4 on: 24 April 2014, 02:36:47 PM »
yg lebih bener lagi adalah tidak membagi JMB8 menjadi Sila-Samadhi-Panna... itu bisa lost in translation nanti. Dalam Sutta2 Sang Buddha tidak membagi jadi 3 kelompok itu...

dalam JMB8 bisa dimasukan dalam sila-samadhi-panna, akan tetapi sila-samadhi-panna bukan JMB8


Hail the God  ^:)^

Dari MN 44 Culavedalla Sutta:

11. “Yang Mulia, apakah tiga kelompok termasuk dalam Jalan Mulia Berunsur Delapan, atau Jalan Mulia Berunsur Delapan termasuk dalam tiga kelompok?”[5]

“Tiga kelompok bukan termasuk dalam Jalan Mulia Berunsur Delapan, teman Visākha, tetapi Jalan Mulia Berunsur Delapan termasuk dalam ketiga kelompok. Ucapan benar, perbuatan benar, dan penghidupan benar – kondisi-kondisi ini termasuk dalam kelompok moralitas. Usaha benar, perhatian benar, dan konsentrasi benar – kondisi-kondisi ini termasuk dalam kelompok konsentrasi. Pandangan benar dan kehendak benar – kondisi-kondisi ini termasuk dalam kelompok kebijaksanaan.”
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline sl99

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 409
  • Reputasi: 33
  • Gender: Male
Re: Jalan mana yang benar ?
« Reply #5 on: 24 April 2014, 09:33:13 PM »
Jadi ingat lagu waktu kecil:

Di dalam dunia, ada dua jalan, lebar dan sempit, mana kau pilih
Yang lebar api, jiwamu mati, tapi yang sempit, *lupa*
Vaya dhamma sankhara, appamadena sampadetha

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Jalan mana yang benar ?
« Reply #6 on: 24 April 2014, 11:25:22 PM »
Berarti sila-samadhi-panna lebih luas dari JMB8?

Apa ya, yang bukan merupakan JMB8 tapi merupakan kategori sila-samadhi-panna?
« Last Edit: 24 April 2014, 11:30:24 PM by dhammadinna »

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Jalan mana yang benar ?
« Reply #7 on: 25 April 2014, 06:58:04 AM »
Kita harus terbuka melihat aliran lain juga yah... di sebuah aliran medhoyana beberapa dari jalan express bertingkat 21 nya seperti ekspresi benar dan bernyanyi benar itu masuk dalam kategori sila. lalu penerawangan benar masuk dalam samadhi serta ngotot benar itu masuk panna.

jadi kita harus jalankan juga ekspresi benar, benyanyi benar, penerawangan benar, ngotot benar itu dalam buddhism jika untuk mencapai nibbana harus menjalankan sila-samadhi-panna.... tapi sayangnya dalam sutta tidak ada satupun khotbah sang buddha menginstruksikan untuk menjalankan sila-samadhi-panna sebagai cara untuk melenyapkan dukkha (CMIIW) Sudah diinstruksikan demikian malahan orang bikin dan pake Sila-samadhi-panna utk menjelaskan ulang, ironis kan? #joke

jika kita menyebutkan sila-samadhi-panna, sila nya itu diartikan sebagai sila as in contohnya pancasila saja, lalu panna dianggap sebagai "hasil" lalu ada usaha menjelaskan dengan meletakkan panna sebagai sebab dan sebagai akibat, jadi circular panna (awal)-sila-samadhi-panna(pembebasan).... pointnya... makin jauh dari konteks dan ribetin aja...
kalo lsg jelasin JMB8, apa itu JMB8 kek http://dhammacitta.org/dcpedia/SN_45.8:_Vibhaṅga_Sutta lalu kek di DN18 itu kan beres.

jadi berusaha menjelaskan dengan 3 pengelompokan itu, imo, makin ribet dan lari dari esensinya. Itu adalah pengembangan dari teoritis Theravāda terhadap early teaching... dan perlu di note bahwa dalam thesis theravada itu bahwa ujungnya bukan samadhi karena jhana tidak bisa membawa pembebasan dalam pandangan theravada, hanya vipassana. (meskipun belakangan ada usaha2 untuk merekonsiliasinya juga supaya bisa kena dari sutta vs thesis belakangan)

ugh... kepanjangan...

jadi jawaban utk pertanyaan ^ -> ada
There is no place like 127.0.0.1

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Jalan mana yang benar ?
« Reply #8 on: 25 April 2014, 08:41:09 AM »

tapi sayangnya dalam sutta tidak ada satupun khotbah sang buddha menginstruksikan untuk menjalankan sila-samadhi-panna sebagai cara untuk melenyapkan dukkha (CMIIW)


Tapi dalam DN 16 Mahaparinibbana Sutta dikatakan:

1.12. Dan kemudian Sang Bhagavā, selagi berada di Puncak Nasar, membabarkan khotbah terperinci: ‘Ini adalah moralitas, ini adalah konsentrasi, ini adalah kebijaksanaan. Konsentrasi, ketika disertai moralitas, akan menghasilkan buah dan manfaat besar. Kebijaksanaan, ketika disertai konsentrasi, akan menghasilkan buah dan manfaat besar. Pikiran yang disertai kebijaksanaan akan secara total terbebas dari kekotoran, yaitu, kekotoran indria, penjelmaan, pandangan salah, dan kebodohan.’

4.2. Dan di sana Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu: ‘Para bhikkhu, karena tidak memahami, tidak menembus empat hal sehingga Aku dan juga kalian sejak lama mengembara dalam lingkaran kelahiran kembali. Apakah empat itu? Karena tidak memahami moralitas Ariya, karena tidak memahami konsentrasi Ariya, karena tidak memahami kebijaksanaan Ariya, karena tidak memahami kebebasan Ariya,[54] Aku dan juga kalian sejak lama mengembara dalam lingkaran kelahiran kembali. Dan dengan memahami [123] dan menembus moralitas Ariya, konsentrasi Ariya, kebijaksanaan Ariya, dan kebebasan Ariya, maka keinginan akan penjelmaan menjadi terpotong, kecenderungan ke arah penjelmaan telah dipadamkan, dan tidak akan ada lagi kelahiran kembali.’
« Last Edit: 25 April 2014, 09:10:48 AM by Shinichi »
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Jalan mana yang benar ?
« Reply #9 on: 25 April 2014, 10:50:51 AM »
Kemungkinan di aliran medhoyana, ada bergitar benar juga dong.. hehe..

Kalau yang saya tangkap (walaupun belum terang), sila samadhi panna lebih luas karena penjelasan definitif JMB8 tidak mencakup keluasan sila samadhi panna. Cmiiw.
« Last Edit: 25 April 2014, 10:54:25 AM by dhammadinna »

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Jalan mana yang benar ?
« Reply #10 on: 25 April 2014, 11:47:20 AM »
Tapi dalam DN 16 Mahaparinibbana Sutta dikatakan:

1.12. Dan kemudian Sang Bhagavā, selagi berada di Puncak Nasar, membabarkan khotbah terperinci: ‘Ini adalah moralitas, ini adalah konsentrasi, ini adalah kebijaksanaan. Konsentrasi, ketika disertai moralitas, akan menghasilkan buah dan manfaat besar. Kebijaksanaan, ketika disertai konsentrasi, akan menghasilkan buah dan manfaat besar. Pikiran yang disertai kebijaksanaan akan secara total terbebas dari kekotoran, yaitu, kekotoran indria, penjelmaan, pandangan salah, dan kebodohan.’

4.2. Dan di sana Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu: ‘Para bhikkhu, karena tidak memahami, tidak menembus empat hal sehingga Aku dan juga kalian sejak lama mengembara dalam lingkaran kelahiran kembali. Apakah empat itu? Karena tidak memahami moralitas Ariya, karena tidak memahami konsentrasi Ariya, karena tidak memahami kebijaksanaan Ariya, karena tidak memahami kebebasan Ariya,[54] Aku dan juga kalian sejak lama mengembara dalam lingkaran kelahiran kembali. Dan dengan memahami [123] dan menembus moralitas Ariya, konsentrasi Ariya, kebijaksanaan Ariya, dan kebebasan Ariya, maka keinginan akan penjelmaan menjadi terpotong, kecenderungan ke arah penjelmaan telah dipadamkan, dan tidak akan ada lagi kelahiran kembali.’

yup. dalam DN16 itu salah satu sutta yg paling banyak "tampering" nya juga loh #IYKWIM

personally I put this sutta behind other sutta from other nikaya karena nature sutta ini adalah mashup yg masif.

coba kita bedah potongan itu

Konsentrasi +  moralitas ->  buah dan manfaat besar.
Kebijaksanaan + konsentrasi -> buah dan manfaat besar
Pikiran + kebijaksanaan (Paññāparibhāvitaṃ cittaṃ) -> bebas dari kekotoran indria, penjelmaan, pandangan salah, dan kebodohan

jadi cukup pikiran dengan kebijaksanaan aja... which is sepertinya tidak merefer kepada sila-samadhi-panna kan? cukup elemen dalam panna saja? nah loh


Kemungkinan di aliran medhoyana, ada bergitar benar juga dong.. hehe..

Kalau yang saya tangkap (walaupun belum terang), sila samadhi panna lebih luas karena penjelasan definitif JMB8 tidak mencakup keluasan sila samadhi panna. Cmiiw.
enak aja, itu haram dong.... kgk boleh pegang gitar...  bolehnya memanage gitar dalam bentuk dua ato quartet, tapi tidak trio.

utk sila-samadhi-panna dan jmb8, yah kita2 gitu deh hehehe

There is no place like 127.0.0.1

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Jalan mana yang benar ?
« Reply #11 on: 25 April 2014, 03:02:36 PM »
yup. dalam DN16 itu salah satu sutta yg paling banyak "tampering" nya juga loh #IYKWIM

personally I put this sutta behind other sutta from other nikaya karena nature sutta ini adalah mashup yg masif.

coba kita bedah potongan itu

Konsentrasi +  moralitas ->  buah dan manfaat besar.
Kebijaksanaan + konsentrasi -> buah dan manfaat besar
Pikiran + kebijaksanaan (Paññāparibhāvitaṃ cittaṃ) -> bebas dari kekotoran indria, penjelmaan, pandangan salah, dan kebodohan

jadi cukup pikiran dengan kebijaksanaan aja... which is sepertinya tidak merefer kepada sila-samadhi-panna kan? cukup elemen dalam panna saja? nah loh



IMO, terlepas dari apakah sutta ini reliable atau tidak, tiga unsur pelatihan (adhisila, adhicitta, adhipanna) juga disebutkan dalam AN dan citta + panna yang dimaksud tak lain adalah samadhi + panna karena pelatihan pikiran yang lebih tinggi tak lain adalah pengembangan konsentrasi itu sendiri. Ditambah lagi, menurut AN 11.1 sila pada akhirnya mendukung konsentrasi dan konsentrasi mendukung pengetahuan dan penglihatan pada segala sesuatu sebagaimana adanya (yang tak lain adalah kebijaksanaan yang lebih tinggi) yang pada akhirnya membawa pada pembebasan, maka ketiganya memang berkorelasi satu sama lain.

Namun memang benar, jika dikembalikan ke JMB8, tidak semua sila, samadhi, dan panna itu termasuk JMB8 dan pelatihan JMB8 seharusnya tidak disingkat sebagai pengembangan sila, samadhi, panna belaka, melainkan pengembangan bertahap faktor-faktor JMB8 seperti dalam pelatihan bertahap yang disebutkan dalam sutta-sutta awal.

Spoiler: ShowHide
Mudah2an tidak dianggap melawan firman Tuhan  ^:)^
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Jalan mana yang benar ?
« Reply #12 on: 25 April 2014, 04:42:07 PM »
nah soal adhicitta adhisila adhipanna itu masih jadi pertanyaan sih... apa pulak itu. so far belum dapet ref yg jelas cuma adhicitta itu kekna mengarah pada meditasi karena ada di AN 11.102 yg bilang kalau mengembangkan adhicitta itu dengan memperhatikan tanda-tanda-tanda konsentrasi (samadhinimittam), tanda2 keseimbangan (upekhanimittam) dan tanda2 usaha. harus seimbang ke-3 itu

adhipanna di AN 9.4 dibilang kalau harusnya melengkapi 4 faktor: saddha, sila, ketenangan pikiran internal dan adhipanna terhadap fenomena... could be ini vipassana (as in faktor batin) bareng dengan ketenangan internal pikiran si samatha (as in faktor batin)

adhisila ? dunno, dulu ada yg bilang ini vinaya :))... kgk make sense sih...

back again... sebenarnya isi ajaran dari sutta itu buanyak bener, belum sempet cek satu2... perlu waktu. but so far evam me reading sih dikatakan jalan utk lepas dari dukkha adalah JMB8 bukan sila-samadhi-panna but... ada dikatakan dalam AN berapa jg bahwa bhikkhu disuruh melatih adhisila, adhicitta dan adhipanna.

yg jadi concern adalah bahwa sepengamatan yah... ketika dikelompokkan jadi sila-samadhi-panna, orang ngomonginnya ituuuu aja... lalu mulai belok makna dan konteks.. jadi makin jauh deh

Spoiler: ShowHide
firman tuhan bisa salah, jadi silahkan digugat jika salah :P
There is no place like 127.0.0.1

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Jalan mana yang benar ?
« Reply #13 on: 25 April 2014, 05:37:12 PM »
nah soal adhicitta adhisila adhipanna itu masih jadi pertanyaan sih... apa pulak itu. so far belum dapet ref yg jelas cuma adhicitta itu kekna mengarah pada meditasi karena ada di AN 11.102 yg bilang kalau mengembangkan adhicitta itu dengan memperhatikan tanda-tanda-tanda konsentrasi (samadhinimittam), tanda2 keseimbangan (upekhanimittam) dan tanda2 usaha. harus seimbang ke-3 itu

adhipanna di AN 9.4 dibilang kalau harusnya melengkapi 4 faktor: saddha, sila, ketenangan pikiran internal dan adhipanna terhadap fenomena... could be ini vipassana (as in faktor batin) bareng dengan ketenangan internal pikiran si samatha (as in faktor batin)

adhisila ? dunno, dulu ada yg bilang ini vinaya :))... kgk make sense sih...

back again... sebenarnya isi ajaran dari sutta itu buanyak bener, belum sempet cek satu2... perlu waktu. but so far evam me reading sih dikatakan jalan utk lepas dari dukkha adalah JMB8 bukan sila-samadhi-panna but... ada dikatakan dalam AN berapa jg bahwa bhikkhu disuruh melatih adhisila, adhicitta dan adhipanna.

yg jadi concern adalah bahwa sepengamatan yah... ketika dikelompokkan jadi sila-samadhi-panna, orang ngomonginnya ituuuu aja... lalu mulai belok makna dan konteks.. jadi makin jauh deh

Spoiler: ShowHide
firman tuhan bisa salah, jadi silahkan digugat jika salah :P


Hmmm... Berarti masih perlu banyak penelitian yg lebih lanjut lagi....
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Jalan mana yang benar ?
« Reply #14 on: 25 April 2014, 08:48:22 PM »
Hmmm... Berarti masih perlu banyak penelitian yg lebih lanjut lagi....
yup... so many things to do, so little time -.-! life long research
There is no place like 127.0.0.1

 

anything