//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Membuka Wawasan, dari Bungkus Kopi hingga Filter Oli  (Read 2428 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Membuka Wawasan, dari Bungkus Kopi hingga Filter Oli
« on: 22 April 2008, 10:42:42 AM »
Minggu, 20 April 2008 | 09:54 WIB

GREEN Festival berakhir Minggu (20/4) ini. Sabtu kemarin, festival ini menarik perhatian ribuan pengunjung. Tua, muda, remaja, hingga anak-anak memadati stan yang membuka mata bahwa "hiruk- pikuk" persoalan pemanasan global sebenarnya ada di antara kita, ada di halaman kita, di kamar makan kita, di garasi kita.

Tahukah Anda, halaman rumah yang hanya sepetak ternyata menyumbang peningkatan suhu Bumi, tanda pemanasan global, karena berganti beton cor atau, peralatan listrik yang mengisi rumah Anda ternyata rakus energi yang diproduksi dari pembangkit dengan sumber bahan bakar fosil. "Wawasan saya bertambah, ternyata hal yang tampaknya sehari-hari sepele ternyata berdampak serius," kata Ayu (24), warga Cipete, Jakarta Selatan. Ia bertekad berhemat energi dan efisiensi dalam banyak hal.

Janji-janji efisien dalam soal energi, air, transportasi, kertas, plastik, hingga berhenti merokok tertera di ratusan kertas janji pada "pohon harapan" di stan WWF Indonesia.

Ketika sebagian orang lain sedang menuliskan janji, beda lagi dengan Lestari (23), yang setahun terakhir menerapkan hidup ramah lingkungan dengan menggunakan tas kerja berbahan plastik daur ulang. Selain awet, ia tetap bergaya.

Alat kerja, baju, dan sepatu ganti keluar masuk dari tas tersebut. "Belakangan banyak teman yang pesan, sekalian promosi hidup ramah lingkungan," kata karyawan sebuah bank swasta di pusat kota Jakarta itu.

Siang hingga sore kemarin, stan aneka tas dan tikar berbahan dasar kemasan plastik bekas dipadati pengunjung. Sebagian sekadar ingin tahu, sebagian lainnya membeli dengan harga puluhan hingga ratusan ribu rupiah.

Secara biologis, plastik membutuhkan waktu ratusan hingga ribuan tahun untuk terurai di alam. Meskipun tak selama itu, tas berbahan kertas pun membutuhkan waktu terurai puluhan hingga ratusan tahun.

Setiap hari, ribuan batang pohon ditebang untuk menghasilkan produk kertas dan turunannya. Karena itu, kembali pada serbet kain yang tahan lama, lebih berkelanjutan daripada boros kertas tisu.

Informasi berikut aplikasi hidup ramah lingkungan dalam keseharian memang menjadi tujuan festival tiga hari itu. Green Festival di antaranya disponsori Panasonic dan PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP).

Serius dalam kemasan yang rileks, semua berbaur dalam festival. Pengunjung dapat memperoleh informasi berharga sembari rekreasi. Di tengah keriuhan stan dengan informasinya, puluhan remaja bernyanyi dan bergoyang di depan panggung utama dengan iringan musik pop yang dilantunkan artis-artis seperti Sherina (Jumat lalu), dan Malik and D'essentials (Sabtu).

Di Kidszone, anak-anak asyik mewarnai atau mendengarkan dongeng dari kru Jalan Sesama (Sesame Street) di ruangan sejuk. Anak-anak dikenalkan dengan persoalan lingkungan. Tentu tak ketinggalan zona kuliner bagi Anda yang tak tahan lapar.

Untuk siapa saja yang ingin praktik pengolahan sampah di rumah, sejumlah stan menjual komposter sederhana berikut penjelasan ramah. Ada juga alat pembuat biopori, lubang kecil di halaman rumah untuk mengolah sampah organik menjadi kompos sekaligus menambah resapan air di rumah kita.

Pemilik Lumintu Recycling Art Slamet Riyadi terjun langsung mengajarkan pengolahan sampah plastik di stannya. Pasta gigi, bungkus kopi, bungkus detergen, pengharum lantai, dan lain-lain tak perlu dibuang karena dapat Anda olah sendiri menjadi bunga-bunga plastik dalam hitungan menit.

"Modalnya hanya gunting sama isolasi. Sangat sederhana tapi bermanfaat bagi lingkungan," kata Slamet, yang memulai usaha ekonomi kreatifnya sejak tahun 2000 itu.

Inspirasi juga datang dari stan daur ulang onderdil kendaraan, seperti lampu baca berdekorasi dari bekas saringan (filter) oli kendaraan. Pernak-pernik sederhana lain juga ada di sana.

Solusi atas kebutuhan plastik yang terurai di alam ditampilkan stan Dana Mitra Lingkungan (DML) dengan produk Ecoplas; yaitu tas plastik berbahan resin tapioka (BE+) yang terurai di tanah dalam 10 minggu.

Klaim plastik ramah lingkungan itu diperkuat hasil uji laboratorium Sucofindo. Stan itu menyedot perhatian pengunjung yang keheranan ada plastik dari singkong. "Bisa digoreng enggak ya," seloroh pengunjung.

Menurut Eko Junaedy dari DML, Ecoplas sudah dikembangkan di Indonesia sejak sepuluh tahun silam. Akan tetapi, baru diluncurkan namanya menjadi Ecoplas pada Jumat (18/4) lalu. Kini, pabriknya di Tangerang, Banten, menghasilkan berton- ton plastik ke pasar, yang separuh di antaranya dikirim ke Singapura. Di Indonesia, baru dipakai di satu hotel dan sejumlah pertokoan saja.

Pada pembukaan Green Festival, Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar yang juga Presiden Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim 2007 mengatakan, tindakan dunia menghadapi pemanasan global belum sesuai dengan tingkat kegawatannya. Di Indonesia, kampanye tentang pemanasan global masih sangat minim. Green Festival yang digelar di jantung ibu kota negara merupakan peristiwa akbar dengan informasi yang membumi.

Mereka yang menyempatkan diri mengunjungi Green Festival akan bertambah wawasannya. Bungkus kopi dan bekas filter oli..., bahkan dapat menginspirasi siapa pun untuk bertindak lebih "hijau".(KOMPAS)

Gesit Ariyanto
Sumber : KOMPAS http://www.kompas.com/index.php/read/xml/2008/04/20/09545931/membuka.wawasan.dari.bungkus.kopi.hingga.filter.oli
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

 

anything