//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Apa gunanya berdoa???  (Read 68018 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Apa gunanya berdoa???
« Reply #90 on: 25 September 2010, 01:50:06 PM »
Saudara Iyank yang baik,

konsep doa di indonesia karena masyarakatnya mayoritas muslim biasanya merujuk pada pengertian meminta sesuatu,
sedangkan konsep meditasi itu bukankah soal mengamati, fokus pada sesuatu
= Membaca Paritta Suci dapat menjadi meditasi, kalau anda membaca Paritta Suci dengan kekhusukan yang tinggi dan mencapai Dhyana/Jhana maka ia termasuk dalam salah satu kegiatan meditasi. Soal meminta dalam pembacaan Paritta Suci bukankah didalam Paritta Suci termaktub hal-hal yang baik dan semoga hal-hal yang baik itu terwujud  :)

nah kenyataannya apa Guru kita pernah menyanggupi untuk dimintai pertolongan? = Junjungan kita Sang Buddha mengatakan dengan jelas kalau karma kita telah masak maka ia akan berbuah, arahkan citta anda pada Paritta Suci dan daraskanlah selalu dengan penuh kesadaran maka anda akan menuai hasil yang baik  :)


 _/\_


Maaf, saya lagi-lagi menyela pendapat Anda... :)
  • Membaca Paritta hanyalah membaca syair-syair Dhamma, dan itu bukan meditasi. Seseorang tidak bisa memasuki jhana dengan berkonsentrasi pada saat membaca Paritta.
  • Dengan mengarahkan citta pada Paritta dan mendaraskan (?) dengan penuh kesadaran, hal baik seperti apa yang bisa dituai?
 

Offline Juice_alpukat

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 734
  • Reputasi: 11
  • Gender: Male
Re: Apa gunanya berdoa???
« Reply #91 on: 25 September 2010, 01:52:28 PM »
Dulu bukannya pertapa gotama juga berdoa? semasa blm jadi buddha?
sewaktu di tepi sungai dan sewaktu menerima minuman susu dari seorang ibu, dan minta doa dan diharapkan semoga mencpai penerangan?cmiiw

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Apa gunanya berdoa???
« Reply #92 on: 25 September 2010, 01:54:19 PM »
Dulu bukannya pertapa gotama juga berdoa? semasa blm jadi buddha?
sewaktu di tepi sungai dan sewaktu menerima minuman susu dari seorang ibu, dan minta doa dan diharapkan semoga mencpai penerangan?cmiiw

mohon dikutipkan sumbernya, bro

Offline Triyana2009

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 756
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
Re: Apa gunanya berdoa???
« Reply #93 on: 25 September 2010, 02:03:12 PM »
Namo Buddhaya,

Silahkan dibantu rekanya buat menjawab  :)

Saya jawab ya pernyataan saudara :

1. Buddha tidak berada di Nibbaba = Seorang Buddha telah mencapai Nibbana/Nirvana (Skt) jadi Ia telah mencapai tataran tertinggi dari keberadaan (State of Existence) atau telah mencapai Kebuddhaan.

2. Buddha tidak menghendaki bumi seperti di Nibbana = The Buddha described Nirvāna as the perfect peace of the state of mind that is free from craving, anger and other afflicting states (kilesas) (http://en.wikipedia.org/wiki/Nirvana) Buddha membabarkan Dharma Suci/Dhamma Suci agar kita dibumi ini dapat mencapai tataran Nibbana/Nirvana.

3. Buddha tidak memiliki fisik jamani dan batin lagi, sehingga Beliau tidak lagi memiliki mata, telinga, apalagi pikiran. Jadi tidak mungkin bisa mendengar doa seperti itu = Tolong berikan saya rujukan sahih buat pernyataan anda ini  :), Sang Buddha Sakyamuni/ Sang Buddha Gautama mencapai Kebuddhaan Sempurna (Samyaksambuddha/Sammasambuddha) ketika Ia berada di dunia ini (bumi) dan setelah itu Ia mulai membabarkan Dharma/Dhamma sampai akhirnya Mahaparinirvana/Mahaparinibbana. Menurut Mahayana Sang Buddha dan Para Bodhisattva Mahasattva Agung mampu dan masih aktif menolong semua mahluk disemua alam.

 _/\_

  • Mencapai Nibbana bukan berarti berada di Nibbana, sebab Nibbana bukanlah tempat.
  • Buddha hanya mengajarkan jalan untuk mencapai Nibbana, bukan menghendaki bumi seperti Nibbana.
  • Menurut Theravada, Sang Buddha sudah merealisasi Anupadisesa Nibbana yang artinya Nibbana tanpa khandha (fisik jasmani dan batin). Mengenai sumber referensi, saya tidak ingat jelas ada dimana. Maaf belum bisa bisa menyertakannya di sini. Tapi kalau Anda menggunakan search engine dengan keyword "anupadisesa nibbana", Anda bisa menemukan banyak penjelasan di sana. Pandangan Theravada dan Mahayana memang sangat berbeda mengenai Nibbana (Nirvana) ini. Makanya saya katakan "wajar bila Anda menganggap doa seperti itu benar".

Saudara Upasaka yang baik,

Mencapai Nibbana bukan berarti berada di Nibbana, sebab Nibbana bukanlah tempat = Kan saya sudah tuliskankan kalau Nirvana/Nibbana itu state of existence, The Buddha described Nirvāna as the perfect peace of the state of mind that is free from craving, anger and other afflicting states (kilesas) , The Buddha explains Nirvāna as "the unconditioned" (asankhata) mind, a mind that has come to a point of perfect lucidity and clarity due to the cessation of the production of volitional formations. This is described by the Buddha as "deathlessness" (Pali: amata or amāravati) and as the highest spiritual attainment, the natural result that accrues to one who lives a life of virtuous conduct and practice in accordance with the Noble Eightfold Path. Such a life engenders increasing control over the generation of karma (Skt; Pali, kamma). It produces wholesome karma with positive results and finally allows the cessation of the origination of karma altogether with the attainment of Nibbāna.

Pun menurut Mahayana ajaran Yogacara:  Another scholar sees a Buddhist Absolute in Consciousness. Writing on the Yogacara school of Buddhism, Dr. A. K. Chatterjee remarks: "The Absolute is a non-dual consciousness. The duality of the subject and object does not pertain to it. It is said to be void (sunya), devoid of duality; in itself it is perfectly real, in fact the only reality ...There is no consciousness of the Absolute; Consciousness is the Absolute."[34]   

selanjutnya tentang Dharmakaya : Buddhas are manifestations of the Dharmakaya called Nirmanakaya. Unlike ordinary unenlightened persons, Buddhas (and arhats) do not die (though their physical bodies undergo the cessation of biological functions and subsequent disintegration). In the Lotus Sutra (sixth fascicle) Buddha explains that he has always and will always exist to lead beings to their salvation. This eternal aspect of Buddha is the Dharmakaya. The Dharmakaya may be considered the most sublime or truest reality in the universe.

Dalam teks Pali : In the Pali Canon The Buddha tells Vasettha that the Tathagata (the Buddha) is Dhamma-kaya, the "Truth-body" or the "Embodiment of Truth", as well as Dharmabhuta, "Truth-become", that is, "One who has become Truth" (Digha Nikaya). On another occasion, the Buddha told Vakkali: "He who sees the Dhamma (Truth) sees the Tathagata, he who sees the Tathagata sees the Dhamma (Samyutta Nikaya). That is to say, the Buddha is equal to Truth, and all Buddhas are one and the same, being no different from one another in the Dharma-kaya, because Truth is one."

Buddha hanya mengajarkan jalan untuk mencapai Nibbana, bukan menghendaki bumi seperti Nibbana = Sang Buddha menghendaki semua mahluk dibumi ini dan alam-alam lain untuk mecapai kebahagiaan tertinggi yaitu Nirvana/Nibbana, Kalau ada satu mahluk dibumi ini mencapai Kebuddhaan maka bagi mahluk tersebut dibumi ini sama seperti di Nirvana/Nibbana, kalo semua mahluk dibumi ini mencapai Nirvana/Nibbana maka bumi ini seperti Nirvana/Nibbana.

Menurut Theravada, Sang Buddha sudah merealisasi Anupadisesa Nibbana yang artinya Nibbana tanpa khandha (fisik jasmani dan batin). Mengenai sumber referensi, saya tidak ingat jelas ada dimana. Maaf belum bisa bisa menyertakannya di sini. Tapi kalau Anda menggunakan search engine dengan keyword "anupadisesa nibbana", Anda bisa menemukan banyak penjelasan di sana. Pandangan Theravada dan Mahayana memang sangat berbeda mengenai Nibbana (Nirvana) ini. Makanya saya katakan "wajar bila Anda menganggap doa seperti itu benar" = Sebaiknya anda yang memberikan referensi disini biar afdol  :) 

 _/\_

Offline Triyana2009

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 756
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
Re: Apa gunanya berdoa???
« Reply #94 on: 25 September 2010, 02:11:32 PM »
Namo Buddhaya,

Saudara Iyank yang baik,

konsep doa di indonesia karena masyarakatnya mayoritas muslim biasanya merujuk pada pengertian meminta sesuatu,
sedangkan konsep meditasi itu bukankah soal mengamati, fokus pada sesuatu
= Membaca Paritta Suci dapat menjadi meditasi, kalau anda membaca Paritta Suci dengan kekhusukan yang tinggi dan mencapai Dhyana/Jhana maka ia termasuk dalam salah satu kegiatan meditasi. Soal meminta dalam pembacaan Paritta Suci bukankah didalam Paritta Suci termaktub hal-hal yang baik dan semoga hal-hal yang baik itu terwujud  :)

nah kenyataannya apa Guru kita pernah menyanggupi untuk dimintai pertolongan? = Junjungan kita Sang Buddha mengatakan dengan jelas kalau karma kita telah masak maka ia akan berbuah, arahkan citta anda pada Paritta Suci dan daraskanlah selalu dengan penuh kesadaran maka anda akan menuai hasil yang baik  :)


 _/\_


Maaf, saya lagi-lagi menyela pendapat Anda... :)
  • Membaca Paritta hanyalah membaca syair-syair Dhamma, dan itu bukan meditasi. Seseorang tidak bisa memasuki jhana dengan berkonsentrasi pada saat membaca Paritta.
  • Dengan mengarahkan citta pada Paritta dan mendaraskan (?) dengan penuh kesadaran, hal baik seperti apa yang bisa dituai?
 

Membaca Paritta hanyalah membaca syair-syair Dhamma, dan itu bukan meditasi. Seseorang tidak bisa memasuki jhana dengan berkonsentrasi pada saat membaca Paritta = Seseorang dapat memasuki Dhyana/Jhana dengan bantuan Sutta-Sutta Suci/ Sutra-Sutra Suci/ Dharani-Dharani Suci/ Mantra-Mantra Suci/ Paritta Suci apabila sebab dan kondisinya terpenuhi, faktor yang dominan antara lain Sadda/Sraddha (Skt).

Dengan mengarahkan citta pada Paritta dan mendaraskan (?) dengan penuh kesadaran, hal baik seperti apa yang bisa dituai? = Karena Parritta Suci mengadung Sutta-Sutta Suci yang bila anda daraskan, ingat dan lakukan dengan penuh kesadaran akan mengarahkan citta anda pada Triratna akan mencegah anda melakukan hal-hal yang tidak baik, apabila anda menjauhi hal yang tidak baik maka kesempatan karma buruk anda untuk berbuah akan lebih sedikit atau bahkan hilang sama sekali dan selanjutnya hanya buah-buah baik saja yang anda petik  :)

 _/\_

Offline Juice_alpukat

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 734
  • Reputasi: 11
  • Gender: Male
Re: Apa gunanya berdoa???
« Reply #95 on: 25 September 2010, 02:18:45 PM »
Dulu bukannya pertapa gotama juga berdoa? semasa blm jadi buddha?
sewaktu di tepi sungai dan sewaktu menerima minuman susu dari seorang ibu, dan minta doa dan diharapkan semoga mencpai penerangan?cmiiw

mohon dikutipkan sumbernya, bro
ternyata sy slh bc, yg doa itu sujata, katanya keiinginanku telah terpenuhi semoga dmikian juga dgn Mu(pertapa).
Kalau sewakt di sungai, sang pertapa mengucap tekad...

Offline Juice_alpukat

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 734
  • Reputasi: 11
  • Gender: Male
Re: Apa gunanya berdoa???
« Reply #96 on: 25 September 2010, 02:40:16 PM »
Menrt ku, Doa brarti komunikasi untk pengharapan/mengharapkan...

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Apa gunanya berdoa???
« Reply #97 on: 25 September 2010, 02:42:30 PM »
Menrt ku, Doa brarti komunikasi untk pengharapan/mengharapkan...

demikianlah definisi menurut KBBI, tapi ada yg menganggap definisi KBBI ini tidak tepat

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Apa gunanya berdoa???
« Reply #98 on: 25 September 2010, 02:43:32 PM »
Quote from: Triyana2009
Saudara Upasaka yang baik,

Mencapai Nibbana bukan berarti berada di Nibbana, sebab Nibbana bukanlah tempat = Kan saya sudah tuliskankan kalau Nirvana/Nibbana itu state of existence, The Buddha described Nirvāna as the perfect peace of the state of mind that is free from craving, anger and other afflicting states (kilesas) , The Buddha explains Nirvāna as "the unconditioned" (asankhata) mind, a mind that has come to a point of perfect lucidity and clarity due to the cessation of the production of volitional formations. This is described by the Buddha as "deathlessness" (Pali: amata or amāravati) and as the highest spiritual attainment, the natural result that accrues to one who lives a life of virtuous conduct and practice in accordance with the Noble Eightfold Path. Such a life engenders increasing control over the generation of karma (Skt; Pali, kamma). It produces wholesome karma with positive results and finally allows the cessation of the origination of karma altogether with the attainment of Nibbāna.

Pun menurut Mahayana ajaran Yogacara:  Another scholar sees a Buddhist Absolute in Consciousness. Writing on the Yogacara school of Buddhism, Dr. A. K. Chatterjee remarks: "The Absolute is a non-dual consciousness. The duality of the subject and object does not pertain to it. It is said to be void (sunya), devoid of duality; in itself it is perfectly real, in fact the only reality ...There is no consciousness of the Absolute; Consciousness is the Absolute."[34]   

selanjutnya tentang Dharmakaya : Buddhas are manifestations of the Dharmakaya called Nirmanakaya. Unlike ordinary unenlightened persons, Buddhas (and arhats) do not die (though their physical bodies undergo the cessation of biological functions and subsequent disintegration). In the Lotus Sutra (sixth fascicle) Buddha explains that he has always and will always exist to lead beings to their salvation. This eternal aspect of Buddha is the Dharmakaya. The Dharmakaya may be considered the most sublime or truest reality in the universe.

Dalam teks Pali : In the Pali Canon The Buddha tells Vasettha that the Tathagata (the Buddha) is Dhamma-kaya, the "Truth-body" or the "Embodiment of Truth", as well as Dharmabhuta, "Truth-become", that is, "One who has become Truth" (Digha Nikaya). On another occasion, the Buddha told Vakkali: "He who sees the Dhamma (Truth) sees the Tathagata, he who sees the Tathagata sees the Dhamma (Samyutta Nikaya). That is to say, the Buddha is equal to Truth, and all Buddhas are one and the same, being no different from one another in the Dharma-kaya, because Truth is one."

Lalu menurut Anda apakah Buddha masih ada di Nibbana?


Quote from: Triyana2009
Buddha hanya mengajarkan jalan untuk mencapai Nibbana, bukan menghendaki bumi seperti Nibbana = Sang Buddha menghendaki semua mahluk dibumi ini dan alam-alam lain untuk mecapai kebahagiaan tertinggi yaitu Nirvana/Nibbana, Kalau ada satu mahluk dibumi ini mencapai Kebuddhaan maka bagi mahluk tersebut dibumi ini sama seperti di Nirvana/Nibbana, kalo semua mahluk dibumi ini mencapai Nirvana/Nibbana maka bumi ini seperti Nirvana/Nibbana.

Nibbana adalah padamnya nafsu; Nibbana berkenaan dengan kondisi batin. Bumi adalah tempat tinggal makhluk-makhluk, bumi berkenaan dengan tempat (alam). Bagaimana kerangka berpikir Anda sehingga bisa menyimpulkan bahwa "Buddha punya kehendak di dalam padamnya nafsu, dan semoga kehendak-Nya juga terjadi di planet ini"?

Quote from: Triyana2009
Menurut Theravada, Sang Buddha sudah merealisasi Anupadisesa Nibbana yang artinya Nibbana tanpa khandha (fisik jasmani dan batin). Mengenai sumber referensi, saya tidak ingat jelas ada dimana. Maaf belum bisa bisa menyertakannya di sini. Tapi kalau Anda menggunakan search engine dengan keyword "anupadisesa nibbana", Anda bisa menemukan banyak penjelasan di sana. Pandangan Theravada dan Mahayana memang sangat berbeda mengenai Nibbana (Nirvana) ini. Makanya saya katakan "wajar bila Anda menganggap doa seperti itu benar" = Sebaiknya anda yang memberikan referensi disini biar afdol  :) 

 _/\_

Baiklah, saya cantumkan referensi ini => http://bhagavant.com/home.php?link=dhamma_sari&n_id=50. Dapat Anda temukan di baris bawah dari artikel tersebut.

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Apa gunanya berdoa???
« Reply #99 on: 25 September 2010, 02:43:45 PM »
Quote from: Triyana2009
Membaca Paritta hanyalah membaca syair-syair Dhamma, dan itu bukan meditasi. Seseorang tidak bisa memasuki jhana dengan berkonsentrasi pada saat membaca Paritta = Seseorang dapat memasuki Dhyana/Jhana dengan bantuan Sutta-Sutta Suci/ Sutra-Sutra Suci/ Dharani-Dharani Suci/ Mantra-Mantra Suci/ Paritta Suci apabila sebab dan kondisinya terpenuhi, faktor yang dominan antara lain Sadda/Sraddha (Skt).

Apakah pendapat ini berdasarkan komentar pribadi, atau merupakan penjelasan dari Buddhisme Mahayana?
 

Quote from: Triyana2009
Dengan mengarahkan citta pada Paritta dan mendaraskan (?) dengan penuh kesadaran, hal baik seperti apa yang bisa dituai? = Karena Parritta Suci mengadung Sutta-Sutta Suci yang bila anda daraskan, ingat dan lakukan dengan penuh kesadaran akan mengarahkan citta anda pada Triratna akan mencegah anda melakukan hal-hal yang tidak baik, apabila anda menjauhi hal yang tidak baik maka kesempatan karma buruk anda untuk berbuah akan lebih sedikit atau bahkan hilang sama sekali dan selanjutnya hanya buah-buah baik saja yang anda petik  :)

 _/\_

- Apa arti dari kata "daraskan", Bro?
- Apa artinya Paritta suci dan Sutta-sutta suci itu?
- Selain Paritta suci dan Sutta-sutta suci, apakah ada Paritta tidak suci dan Sutta-sutta tidak suci?
- Menyambung pertanyaan dari iyank4: Apa hubungannya dengan membaca Paritta?   

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Apa gunanya berdoa???
« Reply #100 on: 25 September 2010, 02:47:18 PM »
Menrt ku, Doa brarti komunikasi untk pengharapan/mengharapkan...

demikianlah definisi menurut KBBI, tapi ada yg menganggap definisi KBBI ini tidak tepat

Aspek doa tentu saja "mengucap syukur atau memohon sesuatu kepada sosok yang dianggap berkuasa di alam ini". Sosok ini dianggap oleh sebagian besar orang adalah Tuhan. Namun ada sebagian orang lain yang menganggap bahwa Buddha dan Bodhisattva sebagai sosok yang berkuasa di alam ini. Ada juga yang menganggap dewa bisa dimintai bantuan, jadi ada yang berdoa kepada para dewa.

Intinya doa memang berkomunikasi dengan "sosok gaib". Jika sosok gaib itu bisa diajak berkomunikasi langsung, maka kata "berdoa" harus diganti dengan kata "curhat".

Offline Juice_alpukat

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 734
  • Reputasi: 11
  • Gender: Male
Re: Apa gunanya berdoa???
« Reply #101 on: 25 September 2010, 03:15:09 PM »
Misalnya skr kan bnyak penculikan, lalu kita pray to God, agar God selalu melindungi anak2 kita di sekolah di jalan, apakah karma buruk y?

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Apa gunanya berdoa???
« Reply #102 on: 25 September 2010, 03:24:21 PM »
Misalnya skr kan bnyak penculikan, lalu kita pray to God, agar God selalu melindungi anak2 kita di sekolah di jalan, apakah karma buruk y?

Bukan karma buruk.

Offline Juice_alpukat

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 734
  • Reputasi: 11
  • Gender: Male
Re: Apa gunanya berdoa???
« Reply #103 on: 25 September 2010, 03:34:21 PM »
Misalnya skr kan bnyak penculikan, lalu kita pray to God, agar God selalu melindungi anak2 kita di sekolah di jalan, apakah karma buruk y?

Bukan karma buruk.
ohh, jadi?

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Apa gunanya berdoa???
« Reply #104 on: 25 September 2010, 03:36:36 PM »

 

anything