//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: [Co-Pas] Kemusnahan Umat Buddha, Kebangkitan Umat Bhikkhu  (Read 17482 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
[Co-Pas] Kemusnahan Umat Buddha, Kebangkitan Umat Bhikkhu
« on: 31 July 2012, 11:52:07 AM »
Kemusnahan Umat Buddha, Kebangkitan Umat Bhikkhu
Case: Ashin Jinarakkhita (vs LuangTa Maha Bua)
by Wirajhana Eka on Friday, December 30, 2011 at 12:07pm


Mungkin sudah terlalu sering anda mendengar/membaca bahwa ajaran sang Buddha akan lenyap dari muka bumi.

Kalimat itu tidaklah benar!

Yang benar adalah SadDhamma (Dhamma sejati) bertahan hingga 500 tahun[1] saja setelah wafatnya sang Buddha. Batasan usia Dhamma sejati, disampaikan sang Buddha ketika berada di Vesali, pada tahun ke-5 keBuddhaannya.

So, Apa sih Dhamma sejati itu?

Bagaimana Dhamma sejati itu dapat berumur hingga 500 tahun sejak parinibbananya beliau?

Jika Dhamma sejati telah lenyap, maka mengapa hingga sekarang ajaran Buddha masih ada?

Untuk memahami ini,

Maka perlu kita ketahui peristiwa yang terjadi di kota Veranja pada tahun ke-12 masa keBuddhaan Beliau. Ketika itu, YM Sariputta bertanya pada sang Buddha, "Pada Masa Buddha siapakah kehidupan suci bertahan lama dan masa Buddha siapakah tidak bertahan lama?”. Sang Buddha memberikan jawaban sebagai berikut:

   1. Pada masa Buddha Vipassī, Sikhī and Vessabhū tidak membabarkan khotbah Dhamma secara terperinci, peraturan latihan bagi para siswa (vinaya) tidak dipermaklumkan dan kumpulan peraturan tidak dirumuskan (Pàtimokkha, inti peraturan). Setelah Para Buddha, generasi para siswanya parinibbanna, ajaran itu lenyap dengan cepat.
   2. Pada masa Buddha Kakusandha, Konāgamana and Kassapa membabarkan khotbah Mereka secara terperinci, menetapkan Vinaya dan Pàtimokkha. Setelah Mereka dan para siswa langsung Parinibanna, generasi-generasi berikutnya menjaga ajaran itu hingga bertahan.

Ketika mendengar itu, YM Sariputta kemudian memohon kepada sang Buddha agar berkenan menetapkan vinaya dan patimokkha. Sang Buddha berkata padanya bahwa itu belumlah saatnya karena puluhan ribu anggota sangha (kelompok para Bhikkhu) yang ada saat itu, 500nya saja sudah mencapai sotapanna [Tingkat kesucian ke-1] dan kelak ketika jumlah anggota sangha semakin membesar maka akan terjadi kecenderungan berpikir, berucap dan berbuat yang mengakibatkan menjauh dari jalan kesucian, di saat itulah vinaya dan patimokkha baru dapat ditetapkan[2]. [Tentang apa itu sangha dan kegunaannya bagi pelestarian Dhamma sejati, silakan baca di sini]

Patimokkha pertama yang ditetapkan sang Buddha merujuk pada kasus yang dilakukan oleh Suddina.


Pentahbisan Suddina menjadi Bhikkhu terjadi di setelah berakhirnya masa vassa ke-12 Sang Buddha di kota Veranja. Ketika itu Sang Buddha berada di Vesali. Setelah ditahbishkan, Sudinna menetap di Vajji selama 8 tahun[2]. Pada tahun itu, Vajji mengalami paceklik besar sehingga sulit bagi bhikkhu untuk berpindapatta (mengumpulkan dàna makanan dengan mangkuk di tangan mereka). Oleh karena kejadian itu, Suddina bermaksud untuk menggantungkan hidup pada sanak keluarganya yang hidup makmur di Vesali. Alasan pembenaran untuk keputusannya itu adalah seperti ini, "Karena aku mereka dapat mempersembahkan dàna dan melakukan kebajikan. Dan para bhikkhu akan memperoleh keuntungan secara materi, dan aku tidak akan dipersulit dalam hal makanan”.

 
Setelah di Vesali, keluarganya berusaha membujuknya dengan harta agar Ia  kembali kepada kehidupan umat awam. Namun Ia tidak bergeming. Tidak mempan dengan dengan cara itu, Sang Ibu kemudian memintanya agar dapat memberikan keturunan sebagai pewaris harta keluarga agar kelak tidak direnggut oleh kaum licchavi. Permohonan sang ibu dikabulkannya dan Ia kemudian melakukan hubungan seksual dengan istrinya yg dulu. Atas kejadian itulah, kemudian Sang Buddha menetapkan aturan untuk pertama kalinya bahwa Barang siapa yang melakukan percabulan maka ia sudah kalah (parajika), tidak lagi dalam persekutuan (sangha)[2]

 
Setelah itu, hingga parinibannanya Sang Buddha, terdapat 227 Kasus (Bhikkhu) dan 311 kasus (Bhikkhuni) yang kemudian ditetapkan sebagai aturan mendisiplinkan [Vinaya dan Patimokkha]. 

 
Terdapat pertanyaan menarik dari YM Maha Kassapa kepada Sang Buddha, "Apa alasan dan bergantung pada kondisi apa ketika sebelumnya sedikit aturan, banyak bhikkhu yang memperoleh pencerahan namun sekarang2 ini, lebih banyak aturan yg ditetapkan namun lebih sedikit bhikkhu yang mencapai pencerahan sempurna?"

 
Sang Buddha menjawab bahwa ketika mahluk2 menurun jumlahnya, Dhamma sejati juga akan berkurang, aturan ditetapkan semakin banyak, semakin sedikit bhikkhu yang mencapai pencerahan namun itu tidak membuat Dhamma sejati lenyap hingga kemudian dhamma tiruan bermunculan di dunia. Ketika Dhamma tiruan bermunculan di dunia maka dhamma sejati akan lenyap..adalah orang yang kosong melompong spiritualitasnya (mogha purisa) yang bermunculan di sini yang menyebabkan Dhamma sejati melenyap. Terdapat 5 faktor yang menyebabkan menurunnya Dhamma sejati, yaitu Bhikkhu, Bhikkhuni dan umat awam bersikap tidak hormat dan melawan pada: Guru, dhamma, sangha, pelatihan dan meditasi [Saddhamma Patirūpaka Sutta SN 16.13]

Di menjelang Parinibbannanya,

bertempat di RajaGaha, Sang Buddha menyampaikan 7 faktor kemajuan bukan kemunduran (Aparihāniyā dhammā), yaitu selama para Bhikkhu:

   1. sering mengadakan pertemuan-pertemuan rutin,
   2. bertemu dalam damai, berpisah dalam damai, dan melakukan tugas-tugas mereka dalam damai,
   3. tidak menetapkan apa yang belum ditetapkan sebelumnya, dan tidak meniadakan apa yang telah ditetapkan,   
       melainkan meneruskan apa yang telah ditetapkan,
   4. menghormati para senior yang lebih dulu ditahbiskan, ayah dan pemimpin dari Sangha,
   5. tidak menjadi mangsa dari keinginan yang muncul dalam diri mereka dan mengarah menuju kelahiran kembali,
   6. setia menjalani kehidupan dalam kesunyian hutan dan
   7. menjaga perhatian mereka masing-masing

kemudian, ketika berada di Bhojanegara, Sang Buddha menyampaikan kreteria/standar (Maha Padesa) untuk menilai klaim suatu dhamma dan dibandingkan dengan Dhamma sejati:

   1. Buddha. Seandainya seorang bhikkhu mengatakan: “Teman-teman, aku mendengar dan menerima ini dari mulut Sang Bhagavā sendiri: inilah Dhamma, inilah disiplin, inilah Ajaran Sang Guru,” maka, para bhikkhu, kalian tidak boleh menerima atau menolak kata-katanya. Kemudian, tanpa menerima atau menolak, kata-kata dan ungkapannya harus dengan teliti dicatat dan di bandingkan dengan Sutta-sutta dan dipelajari, Jika kata-katanya, dibandingkan terbukti tidak selaras dengan Sutta atau disiplin, maka kesimpulannya adalah: “Pasti ini bukan kata-kata Sang Buddha, hal ini telah keliru dipahami oleh bhikkhu ini,” dan kata-katanya itu harus ditolak. Tetapi jika saat dibandingkan dan dipelajari, terbukti selaras dengan Sutta atau disiplin, berarti kesimpulannya adalah: “Pasti ini adalah kata-kata Sang Buddha, hal ini telah dengan benar dipahami oleh bhikkhu ini.” Ini adalah kriteria pertama.
   2. Sangha. Seandainya seorang bhikkhu mengatakan: “Di tempat-tempat ini terdapat komunitas para bhikkhu dengan bhikkhu-bhikhu senior dan guru-guru terkemuka. Aku telah mendengar dan menerima ini dari komunitas tersebut,” maka, para bhikkhu, kalian tidak boleh menerima atau menolak kata-katanya ... (seperti di atas). Ini adalah kriteria ke dua.’
   3. Para Bhikkhu Senior. Seandainya seorang bhikkhu mengatakan: “Di tempat-tempat ini terdapat banyak bhikkhu senior yang terpelajar, pewaris tradisi, yang mengetahui Dhamma, disiplin, peraturan-peraturan ...” (seperti di atas). Ini adalah kriteria ke tiga.’
   4. Seorang Bhikkhu Senior. Seandainya seorang bhikkhu mengatakan: “Di tempat-tempat ini terdapat seorang bhikkhu senior yang terpelajar ... aku telah mendengar dan menerima ini dari bhikkhu senior tersebut ...” (seperti di atas). Ini adalah kriteria ke empat.'
      [MahaParinibanna sutta(DN 16) dan Maha Padesa Sutta]


Kemudian, di 3 (tiga) bulan setelah wafatnya beliau, 84.000 pokok Dhamma ajaran beliau di[ ]ulang kembali oleh 500 Arahat yang dipimpin oleh YM Maha Kassapa.
 

Itulah yang kemudian dikenal sebagai Dhamma dan Vinaya sebagai kelengkapan dari Dhamma sejati agar kehidupan kesucian ke-1 s.d ke-4 (arahat) menjadi memungkinkan hingga 500 tahun dari setelah parinibbannanya sang Buddha. [Detail lanjutan ttg Dhamma Sejati berunsur 8,  tingkat kesucian dan juga konsili ke-1 s.d ke-4, lihat di sini]


Demikianlah upaya yang dilakukan agar Dhamma sejati berusia hingga 500 tahun lamanya.


Ajaran Buddha menyatakan bahwa segala sesuatu yang berkondisi adalah tidak kekal dan tidak memuaskan dan itu berlaku pada segala hal baik itu Alam, Mahluk dan Ajaran sehingga semua hal tersebut hanya merupakan fenomena ato perubahan yang tidak berinti/berlandaskan. Untuk memperjelas, saya sampaikan contoh lain misalnya tentang semesta:

      Semesta ini telah berulang kali ada, mengembang, menyusut dan hancur.  Permulaan 1 Kappa semesta ini dibagi dalam 4 periode. Di periode ke-1, tidak ada apapun. Di periode ke-2 dan ke-3, Mahluk2 dari alam Abhassara muncul kembali di alam bawahnya yaitu alam Brahma dan yang pertama muncul dinamakan  maha brahma. Setelah itu alam2 di bawahnya terbentuk dengan ditandai kemunculan mahluk di alam tersebut. Ketika mahluk pertama muncul di neraka maka mulailah periode balik ato penghancuran yang bertahap menghancurkan juga alam-alam berikutnya hingga ke alam Brahma dan di Periode ke-4 kembali tidak ada apapun.


      Setelah 7x pengulangan maka yang ke-8, bukan cuma alam Brahma saja yang hancur namun juga alam yang di atasnya, yaitu alam Abhassara. Setelah 7x pengulangan hancurnya alam Abhasara, maka yang ke-8, bukan saja alam brahma dan alam Abhasara yang hancur, namun juga alam di atasnya yaitu alam Śubhakṛtsna. Setelah 7x pengulangan hancurnya alam Śubhakṛtsna, maka yang ke-8, bukan saja alam brahma, alam Abhasara dan alam Śubhakṛtsna yang hancur namun juga alam di atasnya yaitu  alam Bṛhatphala. Itulah batasan tertinggi dari alam Rupa yang hancur. Demikianlah putaran bagai lingkaran itu terjadi berulang-ulang. Jika kita melihat lingkaran, maka menentukan titik awalnya adalah tidak relevan dan/atau tidaklah dapat ditentukan kecuali melalui suatu konsensus/kesepakatan tertentu.

Nah, siklus lingkaran: ada-mengembang-menyusut-hancur yang berulangkali itu terjadi pula pada Dhamma sejati.

Rupanya, Komunitas buddhis di awal milenium pertama abad ini tersadar bahwa kisaran waktu 500 tahun sudah terlewatkan maka marak bermunculan tradisi-tradisi baru untuk memperpanjang sendiri batasan umur Dhamma sejati tersebut[3][4]:

   1. Di peride SETELAH 500 tahun Parinibanyanya Sang Buddha ["paścimāyāṁ pańacaśatyām", Sūtra Intan, dan Sūtra
       Teratai]
   2. 700 tahun [Sūtra Mahāparinirvāṇa dan Sūtra 7 mimpi Ananda (Taisho 49, no. 2034, p. 116, c4)]
   3. 1000 tahun [Bhadrakalpika Sūtra dan komentar dari Prajńāpāramitā Sūtra, dibagi per 500 tahun]
   4. 1500 tahun [Candragarbha Sūtra, Mahāsaṃnipata Sūtra, Karunapundarīka Sutra, Mahāmāyā Sūtra]
   5. Setelah 2500 tahun yang dibagi per 500 tahun. [Mahāsaṃnipata Sūtra, dalam Abhidharma Mahāvibhāṣa Śāstra:
       dibagi per 500 tahun setelah parinibanna Sang Buddha terakhir 3500 tahun.]
   6. 5000 tahun [dengan tabel waktu dalam: Komentar Buddhagosa pada Aṅguttara Nikāya, juga di Maitreya
       Sūtra(sumber tibet)]
   7. 5104 tahun [Kalacakra tantra, tibetan]
   8. ≥ 10.000 tahun [translasi dari Samantapasadika ch. 18 merubah dari 5000 menjadi 10.000 dengan perincian
       1000 tahun Saddharma, 5000 tahun mirip dhamma dan terus hingga batas 10.000 tahun juga di Ju She Lun Bao,
       ch.29 Shu ; juga ada yg menyatakan 11.500 tahun (Taisho no.1933, 46.786c4-6); kemudian 12000 tahun (Taisho
       T42, no. 1824,.p. 18, b2-5, T47, no. 1960, p. 48, c7-8 dan T35, no. 1709,p. 520, c10)], dll

Semakin lengkaplah terjadi! Dengan kemunculan Dhamma tiruan [baik dari kalangan dalam maupun luar ajaran Buddha sendiri].


Perlahan tapi pasti, Umat Buddhapun berubah menjadi umat Bhikkhu!


Jika anda google, di banyak link, akan anda temukan banyak ulasan dan klaim alasan mengapa SadDhamma belum lenyap dan bahwa masih terdapat banyak orang yang mencapai tingkat kesucian tertentu di setelah kurun waktu 500 tahun Parinibbannanya sang Buddha dan bahkan hingga jaman sekarang!


Demikianlah sabda dari banyak klaim yg beredar tersebut.

 
Namun rupanya mereka lupa bahwa di literatur awal sendiri terdapat satu kisah yg menegaskan bahwa mencapai tingkat kesucian adalah tidaklah mudah, yaitu merujuk pada kisah Raja Pukkusàti/Pushracarin, penguasa Negeri Gandhara, dengan ibu kotanya Takkasilà [sekarang di Pakistan, 35 km, barat laut Rawalpindi]. Ia menerima hadiah kain emas yang berisi tulisan mengenai ajaran Buddhisme yang dikirim Raja Bimbisàra, Penguasa negeri Maghadha [wilayah tengah - Majjhima Desa]. Raja Pukkusati kemudian membacanya hingga ia menjadi mengenal Dhamma dan mempraktekkan yang tertulis, yang salah satunya adalah meditasi dan memperoleh hasil berupa jhana Rupavacara.

Hanya itulah yang dicapainya dan Iapun tidak mendapatkan pencapaian tingkat kesucian manapun.
Baru setelah Ia bertemu dengan sang Buddha, yang memberikan penjelasan dan pengertian lanjutan yang disesuaikan dengan karakter sang raja, Pukkusati akhirnya mencapai tingkat kesucian ke-3, yaitu Anagami. [detail tentang ini silakan baca di sini]

Nah anda bayangkan saja, seorang yang mempunyai parami [kumpulan kebajikan yang sangat besar] seperti raja Pukkusati saja, ketika membaca, Ia hanya sampai di mengenal Dhamma dan jhana hasil meditasi. Tanpa mendapat bimbingan lanjutan dari seorang Arahat, maka pencapaian tingkat kesucian tidaklah Ia peroleh.

Sekarang, anda akan semakin jelas bahwa klaim-klaim tersebut dan juga segala manipulasi itu menjadi sangat mengada-ada, bukan?!

 

Disamping itu,

Di (Ahitāya) Thera Sutta, sang Buddha juga menyatakan  bahwa Bhikkhu (ato guru) yang mempunyai pandangan salah dan visi menyimpang, setelah membuat pengikutnya berpaling dari Dhamma sejati, dia menenggelamkan mereka dalam Dhamma yang palsu.


Sehingga tidaklah mengherankan jika di setelah 500 tahun setelah parinibanna Sang Buddha, ada orang yg ngaku2 [atau diakui] arahat dan masih saja di percaya!

Yang lebih gila lagi adalah SETELAH 2500 tahun..eh koq ada juga yang gak TAHU MALU menyematkan label ARAHAT pada orang2 jaman sekarang :)

 
[Bersambung]
« Last Edit: 31 July 2012, 03:44:14 PM by Kainyn_Kutho »

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: [Co-Pas] Kemusnahan Umat Buddha, Kebangkitan Umat Bhikkhu
« Reply #1 on: 31 July 2012, 12:04:47 PM »
Untuk lebih mengenal efek kekacauan setelah lenyapnya Dhamma sejati, maka di bawah ini saya sampaikan 2 (dua) sample:

Sample ke-1: Ashin Jinarakkhita


Waduh..bhikkhu ini ternyata bandel banget. Masa sudah lama menjadi Bhikkhu masih tidak memahami bahwa berjanggut, berkumis dan berewokan merupakan pelanggaran dukkhata[5]..cilakanya bhikkhu ini melakukannya dengan sengaja berkali2, kali2 dan kali2 lagi.

Jika masalah seperti ini saja sudah dilanggar tanpa malu-malu maka bagaimana mungkin ia dapat berhasil menapak kehidupan suci dan berhasil MEWARISI DHAMMA?!

      3. “Sekarang, para bhikkhu, misalkan aku telah makan, menolak makanan tambahan, sudah kenyang, selesai, sudah cukup, telah memakan apa yang Kubutuhkan, dan ada makanan tersisa dan akan dibuang.

      Kemudian dua orang bhikkhu tiba lapar dan lemah, dan Aku berkata kepada mereka: ‘Para bhikkhu, aku telah makan … telah memakan apa yang Kubutuhkan, tetapi masih ada makanan tersisa dan akan dibuang. Makanlah jika kalian menginginkan; jika kalian tidak memakannya maka Aku akan membuangnya ke mana tidak ada tumbuh-tumbuhan atau membuangnya ke air di mana tidak ada kehidupan.’

      [contoh dari sang Buddha membandingkan 2 Bhikkhu]

      Biku ke-1:

      Kemudian seorang bhikkhu berpikir: ‘Sang Bhagavā telah makan … telah memakan apa yang Beliau butuhkan, tetapi masih ada makanan Sang Bhagavā yang tersisa dan akan dibuang; jika kami tidak memakannya maka Sang Bhagavā akan membuangnya … Tetapi hal ini telah dikatakan oleh Sang Bhagavā: “Para bhikkhu, jadilah pewarisKu dalam Dhamma, bukan pewarisKu dalam benda-benda materi.”

      Sekarang, makanan ini adalah salah satu benda materi.

      Bagaimana jika seandainya tanpa memakan makanan ini aku melewatkan malam dan hari ini dalam keadaan lapar dan lemah.’

      Dan tanpa memakan makanan itu ia melewatkan malam dan hari itu dalam keadaan lapar dan lemah.

      Biku ke-2:

      Kemudian bhikkhu ke dua berpikir: ‘Sang Bhagavā telah makan … telah memakan apa yang Beliau butuhkan, tetapi masih ada makanan Sang Bhagavā yang tersisa dan akan dibuang …


      jika seandainya aku memakan makanan ini dan melewatkan malam dan hari ini tanpa merasa lapar dan lemah.

       
      Dan setelah memakan makanan itu ia melewatkan malam dan hari itu tanpa merasa lapar dan lemah.

 
     [PENILAIAN SANG BUDDHA ttg 2 Bhikkhu ini]:


      Sekarang walaupun bhikkhu itu dengan memakan makanan itu melewatkan malam dan hari itu tanpa merasa lapar dan lemah, namun bhikkhu ke-1 lebih terhormat dan dipuji olehKu.

      Mengapakah?

      Karena hal itu dalam waktu lama akan berdampak pada keinginannya yang sedikit, kepuasan, pemurnian, kemudahan dalam disokong, dan membangkitkan kegigihannya.

      Oleh karena itu, para bhikkhu, jadilah pewarisKu dalam Dhamma, bukan pewarisKu dalam benda-benda materi. Demi belas kasihKu kepada kalian Aku berpikir: ‘Bagaimanakah agar para siswaKu dapat menjadi pewarisKu dalam Dhamma, bukan pewarisKu dalam benda-benda materi?’” [Dhammadāyāda Sutta]

Berkumis dan brewokan barulah masalah yang sangat, sangat sepele yang hanya bersangkutan dengan dirinya sendiri, namun ada lagi perbuatan keliru yang sangat mendasar dilakukannya, yaitu mengajarkan pandangan salah pada banyak orang dengan menyatakan adanya tuhan dan paham ketuhanan Sang Hyang Adi Buddha pada Ajaran Buddhisme!

      Bhikkhu Jinnarakkhita mengungkapkan kepada TEMPO, "tapi saya memang berpegang kepada prinsip", katanya,..yaitu "bahwa Buddha di Indonesia adalah Buddha yang ber Ketuhanan Yang Maha Esa. Yang dalam ajaran Buddha disebut Sang-Hyang Adi Buddha. Saya berpendirian ummat Buddha Indonesia harus berkiblat ke Borobudur. Karena Borobudur -- aliran Mahayana adalah Buddhis yang mengenal Sang Hyang Adi Buddha..Yang atheis-pun di kalangan Bhikkhu ada". Mungkin ini mengejutkan. Tapi sang Bhikkhu menyatakan "kata-kata saya bukan main-main. Karena seorang Buddhis tidak mengakui Sang Hyang Adi Buddha sama saja dengan atheist."[Tempo Interaktif]

Sang Hyang Adi Buddha dan/atau keberadaan tuhan dan ketuhanan dalam Buddhisme, merupakan produk pemikiran setelah Masehi[6]  dan BUKAN ajaran sang Buddha.

Bukan cuma itu!


Ia pun sudah mempertuhankan manusia yang disebut sebagai Sai Baba. Berikut pengakuan seorang yang bernama Phoa Krishnaputra, ketika bertemu dengan Ashin Jinarakkhita:

      Di[ ]sekitar Juni 1988, Ketika aku mengunjungi Mahasthavira Ashin Jinarakkhita yang biasa aku panggil Sukong di Vihara Sakya Vanaram, berlokasi di sisi gunung di Pacet, JaBar. Ketika kami berbincang2, Ia menunjukan padaku Poto besar dan cantik dari Bhagavan Sri Sathya Sai Baba yang mengenakan kain putih. Sukong menyatakan padaku bahwa Ia ingin menempatkan poto itu di satu tempat di area Vihara Sakya Vanaram Vihar. Aku terkejut dan berkata pada Sukong, "Engkau kan pemimpin dari para Buddhis Indonesia, Jika engkau tempatkan poto Bhagawan Baba di sini, gak bikin masalah dengan komunitas Buddhisr?" Ia melihatku dengan senyum di[ ]wajahnya dan berkata, "Saya sudah biasa menghadapi masalah. Nambah 1 lagi tidak masalah bagiku" [Saibabaofindia]


Pengakuan Ashin Jinarakhita sendiri terekam sebagai berikut:

      Di bulan Oktober 1989, Aku pergi bertemu Sri Sathya Sai Baba untuk menunjukan ketulusanku atas pertolongan yang dilakukannya...Pengalamanku (bersama dengan 8 Bhikkhu dan 1 orang Bhikkhuni) adalah wahyu kasih seketika...Hubunganku dengan Bhagawan Sathya Sai tidaklah dualistik. Aku terima beliau sebagai Bhagavan dan Baba menerimaku juga.. Interview yang di[ ]ikuti tak dapat digambarkan dengan kata. Bhagawan berkata, "Tempatku adalah tempatmu, tempatmu adalah tempatku, dan Aku akan hadir bersamamu setiap Kamis di Ashrammu" [Sathya Sai, The Eternal Charioteer, 1990]

Di tahun 2000, seorang dengan nama Mrs. P. Padma Sastry, menyampaikan:

      Kami merasa sangat bergembira melihat foto dari Bhagawan Sri Sathya Sai Baba bersamadengan patung Venkateswara dari Tirupati, India di ruang puja Pendeta Su Kong...Ia (Jimmy) bercerita pada kamu bahwa Su Kong mengalamatkan Sai Baba sebagai Jagath Guru (Guru Dunia)...Dan Nasihat terbaik yang disampaikan Pendeta Su Kong pada kamu dan semua orang adalah ini: "Kamu, Imani Sai Baba dan ikuti perintahnya 100%!" [saidevotee]

Ashin juga berpendapat bahwa Grand Master Lu Sheng Yen adalah titisan Dewa, sebagaimana tercantum dalam buku "Bagaimana aku bertemu dengan Avatara shri Sai Baba" oleh Truth seeker-Joseph Tardjan jilid ke-2, pada halaman ke-26 alinea ke-2:

      "Reputasi Master Lu, ku dengar juga dari Yang mulia pendeta Ashin pernah mengatakan kepadaku bahwa Master Lu adalah titisan dewa dari alam Sukawati.Pendeta Ashin adalah mengikut Satya sai baba.[wihara]

Bukan Cuma itu!

Di[ ]samping mengajarkan mempertuhankan manusia, iapun mengajarkan mempertuhankan mahluk halus.

Terdapat juga petilasan Mahluk halus dengan nama Eyang Surya kencana, sebagai objek pemudaan terletak di Vihara Mahacetya Dhanagun, Jalan Surya Kencana No.1, Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Timur:

      Vihara Mahacetya Danagun..Dikenal juga dengan nama Hok Tek Bio, nama ini berasal dari kata Hok yang berarti rejeki, Tek berarti kebajikan, yang semuanya berarti ‘rumah ibadah rejeki dan kebaikan’.

      Meskipun saat ini Hok Tek Bio merupakan suatu vihara namun di dalamnya tetap diizinkan praktek-praktek kepercayaan masyarakat Cina, seperti Konfusianisme, dan Taoisme. Dewa utama yang dipuja di vihara ini adalah Hok Tek Cing Sien (Dewa Bumi), namun ditempatkan pula panteon Buddhisme yaitu Maitreya, Buddha Gautama dan Avalokiteswara. Selain itu terdapat pemujaan terhadap Eyang Raden Surya Kencana, yaitu leluhur penguasa wilayah Bogor. [DisParBud Prov. JaBar]

Juga terdapat kejadian menarik yang berhubungan dengan Vihara Dhanagun, yang melibatkan Bhiikkhu ini dalam politik praktis yang berbau-bau rebutan umat dengan menggunakan Pengaruh kekuasaannya di tahun 1978.

      Bhikkhu Surya Karma Chandra Sampai 1976 memimpin upacara di vihara Cetya Dhanaguna di Bogor itu. Menurut Bhikkhu Surya, vihara tersebut "50% milik Jinarakkhita."

      Di tahun 1976 diadakan peraturan, kalau mau mengadakan upacara harus ada izin Jinarakkhita.

      Latihan silat (yang menurut sang biksu sebenarnya atas permintaan Yayasan), dihentikan. Sembahyangan dibatasi sampai jam 7 malam, dengan alasan peristiwa Sawito dan Pemilu.

      "Karena pembatasan-pembatasan itu, saya keluar di bulan Oktober," katanya kepada Bachrun Suwatdi dari TEMPO.

      Setelah itu, menurut Bhikkhu Surya pula, yang sembahyang di vihara tersebut makin berkurang.


      Bhikkhu Surya, yang lalu tinggal di Jakarta, mengumpulkan sumbangan -- dan didapatlah izin baik dari Departemen Agama maupun Walikota Bogor buat mendirikan Vajra Bodhi di kota itu -- "sebab pengikut saya kebanyakan di Bogor," katanya. [Tempo Interaktif]


Kemudian pada tanggal, 21 juli 1978 vihara Bhikkhu surya ternyata di[ ]Bredel, dengan alasan:

      Kepala Kejaksaan Negeri Bogor dalam surat keputusan yang kedua, dituliskan bahwa Sangha Agung Indonesia, majelis tertinggi para biksu berpendapat bahwa Bhikkhu Surya tersebut "tidak menerima doktrin Ketuhanan Yang Maha Esa".

      Kajari Bogor, Alfian Husin SH, menambahkan kepada Klarawijaya dari TEMPO bahwa di vihara itu ternyata patung Budha diletakkan di bawah patung lain -- dan yang dimaksudnya adalah patung Awalokiteshwara alias Kwan Im, yang lebih sepuluh kali lebih besar dari patung Budha sendiri. Menurut yang didengar Kajari, hal seperti itu "bisa menimbulkan keresahan di kalangan umat Budha di Bogor."


      Secara lisan Kajari menuturkan: di situ terdapat "pemusatan pemuda-pemuda" untuk latihan kungfu. Tetapi yang sebenarnya bisa dianggap paling penting tak lain adanya pernyataan dari Yayasan Dhanagun Bogor, tentang "pernyataan umat Budhis Bogor" -- yang keberatan terhadap didirikannya vihara tersebut. [Grup: Dhammacitta atau Tempo Interaktif]

Tahun berlalu dan di sekitar akhir Maret dan awal April  2002, Ashin Jinarakhita masuk rumah sakit, dan mengalami KOMA hingga wafatnya di 18 April 2002.


Kemudian oleh pengikutnya, tubuhnya dibentuk dengan posisi Meditasi sebelum di kremasi.


Perlu di catat,

Tidak terdatat terdapat pengakuan dari beliau sendiri bahwa dirinya adalah arahat dan juga dengan memperhatikan cara wafatnya yang berada dalam keadaan koma, maka seorang Arahat tidaklah parinibanna di kondisi kehilangan kesadaran.

 
Terlepas daripada itu semua,

Silakan simak syair-syair dari Sang Buddha yang menyatakan bahwa PENGANUT PANDANGAN SALAH akan terlahir di ALAM-ALAM APAYA:

      Mereka yang merasa malu terhadap apa yang sebenarnya tidak memalukan, dan sebaliknya tidak merasa malu terhadap apa yang sebenarnya memalukan; maka orang yang menganut pandangan salah seperti itu akan masuk ke alam sengsara.


      Mereka yang merasa takut terhadap apa yang sebenarnya tidak menakutkan, dan sebaliknya tidak merasa takut terhadap apa yang sebenarnya menakutkan; maka orang yang menganut pandangan salah seperti itu akan masuk ke alam sengsara.

       

      Mereka yang menganggap tercela terhadap apa yang sebenarnya tidak tercela, dan menganggap tidak tercela terhadap apa yang sebenarnya tercela; maka orang yang menganut pandangan salah seperti itu akan masuk ke alam sengsara.


      Mereka yang mengetahui apa yang tercela sebagai tercela, dan apa yang tidak tercela sebagai tidak tercela; maka orang yang menganut pandangan benar seperti itu akan masuk ke alam bahagia. [Dhammapada Bab 22, Neraka, syair 316-319]


[Bersambung]
« Last Edit: 08 September 2012, 02:36:53 PM by Kainyn_Kutho »

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: [Co-Pas] Kemusnahan Umat Buddha, Kebangkitan Umat Bhikkhu
« Reply #2 on: 31 July 2012, 02:32:11 PM »
Sekarang,

Bandingkan Bhikkhu di atas dengan sample ke-2:


Luang Ta Maha Boowa[7], lahir tanggal 12 Agustus 1913, dari keluarga yg kuaya buanget. Beliau kemudian menjadi Bhikkhu di usia ke-21 dan Wafat pada usia 97 tahun di 30 Januari 2011.
 

Paruh kedua Tahun 1997, krisis melanda asean. Di bulan Agustus 1997, Akhirnya Thailandpun resmi di siksa IMF dengan bantuan 16 miliar dolar AS yang di tahun 2010 posisinya menjadi 1.14 trilliun baht.


Di setelah tahun 1997, Luangta Mahaboowa ber-inisiatif membantu negaranya dengan kampanye berdana mengajak masyarakat untuk bahu membahu menyelamatkan negara.

 
Pada tanggal, 9 January 2010, Luangta Maha boowa menyerahkan seluruh hasil kampanyenya itu pada Negaranya melalui Bank of Thailand, dengan perolehan hasil sebesar 13 ton emas dan uang 10.2 JUTA USD!
 

Kejadian ini, kemudian ramai menjadi pembicaraan yang tak putus2nya bagi publik Thailand.

 
Pada tanggal 7 May 2010 , yaitu 7  bulanan menjelang wafatnya, Secara tertulis, Beliau menyatakan agar sumbangannya dijadikan sebagai Cadangan Negara


Btw, Seberapa besar sih, bantuan Maha boowa pada negaranya dalam bentuk emas itu?

      Emas: 13 metrik ton = 458561 oz (di bulatkan ke bawah dari 458561.507)

      Kurs emas Desember tahun 1997:    $290/oz.

      Kurs emas Desember tahun 2011:  $1600/oz.

       
      Tahun 1997 = $132,982,690 ato   3,989,480,700 Baht

      Tahun 2011 = $733,697,600 ato 22,010,928,000 Baht

+ Uang Tunai US$10.2 JUTA!

 
Bahkan setelah wafatnyapun, masih mengalir uang sumbangan tanda kepercayaan masyarakat pada beliau. Hanya dalam tempo 10 hari, telah terkumpul uang 35 Juta Bath (US$ 1.2 million) dan kesemuanya disumbangkan dan dijadikan Cadangan negara.

Total sumbangan per Maret 2011, yang berasal dari para donatur SETELAH wafatnya beliau dan ditujukan pada Biaranya adalah  330.5 juta baht (tunai dan check) + 78kg emas yang lagi, lagi dan lagi diserahkan seluruhnya pada negara untuk cadangan negara!

 
Namun perlu di ketahui,

Di Vinaya, para bhikkhu dilarang untuk menerima dan mengumpulkan emas dan uang [Jātarūpa-rajataṁ, Nissaggiya Pācittiya ke-18/19].

Terlepas dari itu, yang dilakukannya tetap luarbiasa bagi bangsa, negara dan seluruh rakyat Thailand!

 
Kalo aja Indonesia punya 1 yang kaya gini..



Sebagai penutup,
Walaupun Dhamma Sejati sudah lenyap dan Dhamma tiruan meraja lela, namun sisa remah-remah ajaran Dhamma sejati yang telah lenyap masihlah terpelihara hingga kini, yaitu sutta dan vinaya yang berasal dari konsili ke-1.

Pukkusati-pun tidak membaca seluruh Dhamma sejati, yaitu hanya yang ditulis dan dikirim oleh Raja bimbisara saja. Dengan membaca itu saja, walaupun belum mencapai tingkat kesucian tertentu, namun sudah membuatnya dapat mengenal Dhamma dan memperoleh hasil pencapaian jhana meditasi.

 
Pencapaian itu adalah berkat buah dari Paraminya!

Bertemu Buddha dan mendapatkan bimbingan lanjutan sehingga mencapai Anagami adalah juga berkat buah dari Paraminya!

Mengenal Dhamma, Mencapai jhana, mendapat bimbingan dan menjadi suci adalah buah dari Parami.

 Parami menghindarkan kita muncul di alam-alam sengsara dan membuat kita mampu menapak tangga-tangga kesucian di suatu saat di masa depan.

 Cara mengumpulkan parami pun sangatlah mudah yaitu dengan menghentikan perbuatan tidak baik, melakukan perbuatan baik dengan berdana, menjalankan 5 sila [dan 8 sila di waktu2 tertentu] dan murnikan batin dengan melakukan latihan meditasi.

 Kabar terbaiknya adalah tidak adanya batas waktu maksimum dalam mengumpulkan Parami! Bisa dilakukan setiap saat oleh siapapun tanpa mempedulikan umur, jenis kelamin, suku, agama dan juga golongan darah.

 
Jadi, selalu masih ada yang dapat dilakukan dari sedikit remah tersisa, bukan?!


------





Pustaka:

   1. 500 tahun setelah Buddha Parinibanna [Konsili ke-1, Abad ke-5 SM, Vinaya Pitaka, Cullavagga X.1.6]
   2. Riwayat Agung Para Buddha (RAPB), buku ke-2, Cetakan I, Mei 2008. hal 1451 s/d. 1489 Juga di Suttavibhanga Vin.I.3, 2-4
   3. List sutta dan sutra  berasal dari: "An Analytical Study on Buddhist Eschatology" – Prophecy of Decline of Dharma Based on the Sūtra on the Seven Dreams of Ānanda, Shih You Zhi, Graduate School of Buddhist Studies, Fo Guang University, 2008] dan Macmillian- Encylopedia of Buddhism, Vol.1, A-L, Robert E. Buswell, Jr., Editor in Chief, 2004. hal.210-213.
   4. Tahun penyusunan sutta dan sutra dari list di atas:

       
          * Vinaya [konsili ke-1, 3 bulan setelah wafatnya Buddha Gautama ± 480 SM [tanggal ini bervariasi karena banyak hal, disamping kepentingan RAMALAN PUNAH yg 500 tahun dan berdampak pada ajaran mereka akan dikategorikan sesat maka banyak aliran mempunyai tanggal wafatnya sang Buddha. Disamping itu banyak sejarahwan menghitung berdasarkan masa pemerintahan raja asokha [268-232 SM],utk jelasnya lihat di sini

          * Menurut Macmillian- Encylopedia of Buddhism, tahun Penyusunan sutra-sutra Mahayana dan Vajrayana: 

                o Sutra Intan [Vajracchedika- prajñaparamita-sutra] dan Sutra teratai  [SADDHARMAPUNDARIKA-SUTRA],
                   abad ke-2 M s/d 4 M [hal. 227, 332, 442, 471]
                o Sutra Mahāparinirvāṇa, abad ke-3 Masehi dan ekstensinya hinga 421 Masehi [hal.605]
                o Sisa sutra Mahayana lainnya [juga Vajarayana], komentar Angutara Nikaya, berasal dari abad ke- 4 lebih.

   5. Vin.ii.134: na bhikkhave massu vaḍḍhāpetabba [para Bhikkhu, janggut adalah tidak diperbolehkan ditumbuhkan]. Dalam Vinayalankāra vaḍḍhāpetabbaṃ,  dikelompokan sebagai dīghaṃ kārenti ["yang dapat memanjang"]
   6. Kata Sanghyang merupakan gabungan dari kata sang + hyang. KBBI sendiri tidak terdapat arti/persamaan dari "hyang" dan juga "sanghyang".

      "Sang" dalam KBBI dinyatakan sbg kata yg dipakai di depan nama orang, binatang, atau benda yg dianggap hidup atau dimuliakan dan kata yg dipakai di depan nama benda untuk berolok-olok.

       

      "Hyang", berarti divinity [Deva, allah, tuhan], juga di ucapkan "hiang" yang artinya menghilang.[A dictionary of the Sunda language of Java, Jonathan Rigg.hal.147 dan 153]

       

      Sanghyang menurut Platt artinya adalah deva yg dihormati [plates 23, 24, 25; Dance & drama in Bali, Walter Spies,Beryl De Zoete, hal.70.] 

       

      Adi-buddha (Sanskrit) Ādi-buddha [dari ādi pertama, asli + akar verbal budh sadar, tahu] Buddha yang pertama; Mahluk tertinggi diatas semua Buddha dan boddhisatva dalam Mahayana Buddhism of Tibet, Nepal, Jawa, dan Jepang. Dalam tulisan theosophy, Aspek tertinggi or kesatuan dari  mahluk menakjubkan tertinggi dari jagat raya kita, hadir sebagai yang paling agung dalam kondisi dharmakaya.

       

      Aisvarika (Sanskrit) Aiśvarika [dari īśvara raja/tuan/tuhan, pangeran, pemilik dari akar verbal  īś menjadi sah, berkuasa, ahli dalam] Berkenaan dengan arti raja; Hirarkhi dari jiva tertinggi. Dalam aliran ini adi-buddha adalah individu sebagai jiva kosmis dari hirarkhi kita, perhatian mahluk pada terpusat pada pengindividuan ini menjadi tingkat yang luarbisa dalam Buddhim. isvara ato hirarkhi tertenggi dalam hirarkhi kosmis kita sendiri.

       

      Kitab-kitab yang memuat kata AdiBuddha adalah kitab2 Mahayana dan vajrayana. kitab Mahayana misalnya Karandavyuha Sutra, di buat di atas abad ke-4 Masehi. Kemudian di Indonesia terdapat Sanghyang kahamayanikam yang dibuat di abad ke-10 Masehi di jaman raja Empu Sindok
   7. LuanTa Maha Boowa: BangkokPost, buddhistchannel, isaan-bog-blog dan wikipedia

Sumber
« Last Edit: 19 September 2012, 06:15:24 PM by Kainyn_Kutho »

Offline juanpedro

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 949
  • Reputasi: 48
  • Gender: Male
Re: [Co-Pas] Kemusnahan Umat Buddha, Kebangkitan Umat Bhikkhu
« Reply #3 on: 31 July 2012, 04:18:19 PM »

Sample ke-1: Ashin Jinarakkhita


::)
pas lihat foto bikkhu ini untuk pertama kali saya juga merasa aneh...
pantesan...

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: [Co-Pas] Kemusnahan Umat Buddha, Kebangkitan Umat Bhikkhu
« Reply #4 on: 31 July 2012, 04:51:11 PM »


mungkin dia zen style
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: [Co-Pas] Kemusnahan Umat Buddha, Kebangkitan Umat Bhikkhu
« Reply #5 on: 31 July 2012, 05:05:45 PM »
kalo saya sih, dengan angka 500 tahun itu sendiri gak terlalu percaya...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: [Co-Pas] Kemusnahan Umat Buddha, Kebangkitan Umat Bhikkhu
« Reply #6 on: 31 July 2012, 05:18:29 PM »
Kutipan Mahaparinibbana Sutta...

26. Kemudian petapa pengembara Subhadda itu, mendekati Sang Bhagava dan menghormat dengan sopan santun dan setelah itu, petapa pengembara Subhadda, duduk di salah satu sisi lalu berkata kepada Sang Bhagava: “Yang Mulia Gautama, ada para petapa dan brahmana yang memimpin sejumlah besar siswa yang mempunyai banyak pengiring, yang memimpin perguruan-perguruan yang terkenal dan termasyur dan mendapat penghormatan yang tinggi oleh khalayak ramai, guru-guru demikian itu
adalah seperti: Purana Kassapa, Makkhali Gosala, Ajita Kesakambali, Pakudha Kaccayana, Sanjaya Belatthiputta, Nigantha-Nataputta. Apakah mereka itu semuanya telah mencapai kebebasan, seperti yang dikatakan oleh orang-orang itu, atau apakah tak seorang dari mereka yang mencapai kebebasan atau apakah hanya beberapa saja telah mencapai, dan yang lainnya tidak?”
“Cukuplah Subhadda. Biarkanlah apa yang dikatakan mereka, apakah semua dari mereka itu telah mencapai pembebasan, seperti yang disiarkan orang-orang itu, atau tidak ada seorangpun dari mereka itu yang mencapai kebebasan, atau hanya beberapa saja dari mereka itu yang mencapai kebebasan yang lain tidak. Hal itu tidak perlu dirundingkan. Kini, aku akan mengajarkan kebenaran kepadamu, Subhadda, dengar dan perhatikanlah benar-benar, aku akan berbicara.”
“Baiklah, bhante,” jawab Subhadda. Kemudian Sang Bhagava berkata:

27. “Subhadda, dalam dhamma dan vinaya mana pun, jika tidak terdapat Jalan Mulia Berunsur Delapan, maka di sana pun tidak akan terdapat seorang petapa sejati yang telah mencapai tingkat pertama, kedua, ketiga atau keempat. Tetapi dalamdhamma dan vinaya yang mana pun, jika terdapat Jalan Mulia Berunsur Delapan, maka di sana pun akan terdapat petapa yang sejati yang telah mencapai tingkat pertama, kedua, ketiga atau keempat. Kini, dalam dhamma dan vinaya yang kami ajarkan terdapat Jalan Mulia Berunsur Delapan itu, maka dengan sendirinya juga terdapat petapa-petapa sejati yang telah mencapai tingkat pertama, kedua, ketiga atau keempat.
Ajaran guru-guru lainnya yang tidak memiliki Jalan Mulia Berunsur Delapan adalah kosong dan bukan petapa yang sejati. Subhadda, jika para bhikkhu ini hidup dengan baik menurut dhamma dan vinaya, maka dunia ini tidak akan kekosongan Arahat.
Subhadda, sejak kami berumur duapuluh sembilan tahun, kami telah meninggalkan kehidupan duniawi untuk mencari kebaikan. Subhadda, kini telah lewat limapuluh satu tahun, dan sepanjang waktu itu, kami telah berkelana dalam suasana kebajikan dan kebenaran, waktu itu di luar tidak ada manusia suci. Juga tidak dari tingkat kedua, ketiga ataupun tingkat kesucian keempat. Ajaran guru-guru lainnya yang tidak memiliki Jalan Mulia Berunsur Delapan adalah kosong dan bukan petapa yang sejati. Subhadda, jika para bhikkhu ini hidup dengan baik menurut dhamma dan vinaya, maka dunia ini tidak akan kekosongan Arahat.”

---

Bagaimana kita bisa mengetahui yang manakah yang bisa disebut sebagai Dhamma dan Vinaya (ajaran Buddha, yang memiliki Jalan Mulia Beruas Delapan), mengingat perjalanan waktu yang sudah sedemikian jauh-nya, sehingga mungkin saja, ajaran yang diwarisikan ter-korupsi dan dimasuki oleh paham2 yang memudarkan dhamma dan vinaya itu ?

Di dalam Gotami Sutta (Anguttara Nikaya VIII.53) , ada kriteria yang bisa dijadikan sebagai acuan untuk menilai apakah suatu ajaran (ataupun bagian ajaran ataupun ayat2) yang bisa disebut dengan dhamma (vinaya) sbb :

"Bila, Gotami, engkau mengetahui hal-hal secara pasti: `Hal-hal ini menuju pada nafsu, bukan pada tanpa-nafsu; pada kemelekatan, bukan pada tanpa-kemelekatan; pada pengumpulan, bukan pada pelepasan; pada memiliki banyak keinginan, bukan pada memiliki sedikit keinginan; pada ketidakpuasan, bukan pada kepuasan; pada suka berkumpul, bukan pada kesendirian; pada kelambanan, bukan pada kebangkitan semangat; pada kehidupan yang mewah, bukan pada kesederhanaan` - tentang hal-hal ini engkau bisa merasa pasti: `Ini bukanlah Dhamma; ini bukanlah Vinaya; ini bukanlah Ajaran Sang Guru.`”

"Tetapi, Gotami, bila engkau mengetahui hal-hal secara pasti: `Hal-hal ini menuju pada tanpa-nafsu, bukan pada nafsu; pada tanpa-kemelekatan, bukan pada kemelekatan; pada pelepasan, bukan pada pengumpulan; pada memiliki sedikit keinginan, bukan pada memiliki banyak keinginan; pada kepuasan, bukan pada ketidakpuasan; pada kesendirian, bukan pada berkumpul; pada kebangkitan semangat, bukan pada kelambanan; pada kesederhanaan, bukan pada kehidupan mewah` - tentang hal-hal ini engkau bisa merasa pasti: `Ini adalah Dhamma; ini adalah Vinaya; ini adalah Ajaran Sang Guru.`”


---

Kemudian di dalam Satthusasana Sutta (AN VII.80), Sang Buddha menjelaskan kepada Y.A. Upali :

"Upali, jika engkau mengetahui tentang hal-hal tertentu: `Hal-hal ini tidak membawa menuju perubahan sepenuhnya, hilangnya nafsu, penghentian dan kedamaian, menuju pengetahuan langsung, pencerahan spiritual dan Nibbana` - dari ajaran-ajaran seperti itu engkau bisa merasa yakin: Ini bukan Dhamma; ini bukan Vinaya; ini bukan Ajaran Sang Guru.`"

"Tetapi Upali, jika engkau mengetahui tentang hal-hal tertentu: `Hal-hal ini membawa menuju perubahan sepenuhnya, hilangnya nafsu, penghentian dan kedamaian, menuju pengetahuan langsung, pencerahan spiritual dan Nibbana` - dari hal-hal semacam itu engkau bisa merasa yakin: Inilah Dhamma; inilah Vinaya; inilah Ajaran Sang Guru.`”


---

Jadi sepanjang kita masih bisa mengenali yang mana Dhamma dan Vinaya, dan ada yang mempraktekkan Dhamma Vinaya (dalam kehidupan suci), maka dunia tidak akan kekurangan petapa2 yang mencapai ke-empat tingkat (sotapanna, sakadagami, anagami dan arahat).

VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: [Co-Pas] Kemusnahan Umat Buddha, Kebangkitan Umat Bhikkhu
« Reply #7 on: 31 July 2012, 09:11:12 PM »
Jadi sepanjang kita masih bisa mengenali yang mana Dhamma dan Vinaya, dan ada yang mempraktekkan Dhamma Vinaya (dalam kehidupan suci), maka dunia tidak akan kekurangan petapa2 yang mencapai ke-empat tingkat (sotapanna, sakadagami, anagami dan arahat).

Masalahnya adalah, di dunia sekarang ini semuanya mengaku dhamma vinaya mereka lah yg benar. 

Dhamma vinaya mereka lah yg ditunjuk dan diajarkan oleh Sang Buddha, bukan (sekte) yang lain.

Mengetahui mana yg benar, mana yg asli apa palsu, inilah yg sulit bagi kebanyakan orang.  Karena sebelum melangkah ke dalam dhamma vinaya itu, tentu harus tahu dulu mana dhamma-vinaya yang harus diikuti mana yg harus dibuang jauh2 karena tidak membawa ke arah pembebasan.
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: [Co-Pas] Kemusnahan Umat Buddha, Kebangkitan Umat Bhikkhu
« Reply #8 on: 31 July 2012, 09:31:16 PM »

semua boleh mengaku-aku "dhamma vinaya" mereka yang paling benar

tapi kita sebagai penganut ajaran buddhist harus bisa memilah2 dengan hati2
- apakah ajarannya termuat didalam Tipitaka
- apakah y.b.s merealisasikan magga & phala sesuai Tipitaka
- apakah murid2-nya memiliki kwalitas perealisasian seperti yang diajarkan gurunya. Bukan sekedar pengkultusan individu si GURU saja.
- apakah ajarannya menunjukkan para perealisasian magga & phala (baik untuk murid ataupun umat awam)


mengetahui mana yang benar / palsu, itulah tugas kita saat ini pada saat belajar buddhism
setelah mengetahui bahwa "INI" yang benar sesuai dengan ajaran, pada saat itulah kita membuat keputusan melakukan perealisasian sesuai yang diajarkan.

Masalahnya adalah, di dunia sekarang ini semuanya mengaku dhamma vinaya mereka lah yg benar. 

Dhamma vinaya mereka lah yg ditunjuk dan diajarkan oleh Sang Buddha, bukan (sekte) yang lain.

Mengetahui mana yg benar, mana yg asli apa palsu, inilah yg sulit bagi kebanyakan orang.  Karena sebelum melangkah ke dalam dhamma vinaya itu, tentu harus tahu dulu mana dhamma-vinaya yang harus diikuti mana yg harus dibuang jauh2 karena tidak membawa ke arah pembebasan.
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: [Co-Pas] Kemusnahan Umat Buddha, Kebangkitan Umat Bhikkhu
« Reply #9 on: 31 July 2012, 09:56:18 PM »
tanyak, mumpung ini berkaitan Ashin Jina.

bagaimana dengan jasa beliau yang "kata"-nya bhikkhu pertama yang ditahbisakan dan mendirikan sangha pertama di Indo setelah sekian ratus tahun lenyap ?

Apa dilupakan begitu saja ?
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: [Co-Pas] Kemusnahan Umat Buddha, Kebangkitan Umat Bhikkhu
« Reply #10 on: 31 July 2012, 10:25:08 PM »

kalau dari cerita2 meditasinya menghadap ke dinding gua selama 9 thn (tanpa putus kah ?)
ini gambar kebalikannya.



mungkin dia zen style
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: [Co-Pas] Kemusnahan Umat Buddha, Kebangkitan Umat Bhikkhu
« Reply #11 on: 31 July 2012, 10:34:01 PM »
kalau dari cerita2 meditasinya menghadap ke dinding gua selama 9 thn (tanpa putus kah ?)
ini gambar kebalikannya.


itu ilustratornya mo gambar tembok di sisi kirinya lagi, tapi kertasnya ga muat :))

btw logikanya tanpa putus ga mungkin ah... mana bisa orang ga makan ga minum 9thn
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: [Co-Pas] Kemusnahan Umat Buddha, Kebangkitan Umat Bhikkhu
« Reply #12 on: 01 August 2012, 06:11:47 AM »
tanyak, mumpung ini berkaitan Ashin Jina.

bagaimana dengan jasa beliau yang "kata"-nya bhikkhu pertama yang ditabhisakan dan mendirikan sangha pertama di Indo setelah sekian ratus tahun lenyap ?

sisipan iklan  ;D

Quote
Apa dilupakan begitu saja ?

cepat lambat pasti akan dilupakan, bahkan generasi2 berikutnya diyakini tidak akan kenal sama sekali.
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: [Co-Pas] Kemusnahan Umat Buddha, Kebangkitan Umat Bhikkhu
« Reply #13 on: 01 August 2012, 06:13:41 AM »
::)
pas lihat foto bikkhu ini untuk pertama kali saya juga merasa aneh...
pantesan...

aneh dimana ?
wong dari Bhikkhu ala Myanmar ganti 'jubah' menjadi biksu kemudian berjenggot, biasalah
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline pengemis

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 111
  • Reputasi: -11
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: [Co-Pas] Kemusnahan Umat Buddha, Kebangkitan Umat Bhikkhu
« Reply #14 on: 01 August 2012, 06:56:19 AM »
itu ilustratornya mo gambar tembok di sisi kirinya lagi, tapi kertasnya ga muat :))

btw logikanya tanpa putus ga mungkin ah... mana bisa orang ga makan ga minum 9thn

Seorang pertapa berusia 82 tahun di India mengaku tidak makan dan minum selama 70 tahun. Pengakuan yang terdengar mustahil itu mengundang penasaran para ilmuwan setempat dengan memeriksa dia di sebuah rumah sakit di Kota Amhedabad, negara bagian Gujarat.

Menurut laman harian The Telegraph, Rabu 28 April 2010, pertapa itu bernama Prahlad Jani. Para ilmuwan dari organisasi penelitian pertahanan India untuk membuktikan apakah pengakuan kakek itu benar atau hanya khayalan.

Dokter neurologi, Sudhir Shah, menganggap peristiwa tersebut luar biasa. "Seseorang bisa hidup tanpa makanan dan air selama tiga, empat, tujuh, hingga 12 hari, dan kami juga pernah melakukan studi terhadap kegiatan berpuasa di masa lalu di mana orang berpuasa selama 16 atau 30 hari, tetapi mereka minum air setelah delapan hari, dan tentu saja mereka juga mengeluarkan urin," kata Shah seperti dikutip Telegraph.

"Namun fenomena yang terjadi pada Jani sangat unik," lanjut Shah.

Jani diobservasi di rumah sakit selama 15 hari dan akan menjalani serangkaian tes. Dr.G.Ilavazhagan dari institut pertahanan mengatakan, peristiwa ini mungkin bisa membantu menemukan strategi bertahan hidup tanpa makanan dan air saat berada dalam situasi di mana tidak ada makanan dan air.

"Sebagai contoh, saat terjadi bencana alam, orang menghadapi situasi tanpa bahan pangan dan air. Prajurit-prajurit kami juga bisa saja menghadapi situasi tersebut saat mereka tersesat di gurun pasir atau di hutan, atau di tempat-tempat dengan ketinggian tertentu," lanjutnya.

Sejumlah tes pada otak, pertapa berambut dan berjenggot putih tersebut menunjukkan kemiripan dengan seseorang berusia 25 tahun. Jani juga mengaku memiliki sebuah lubang di langit-langit mulut dan sepanjang kepala di mana setetes atau dua tetes madu bunga masuk, dan membantunya bertahan hidup.

Tes awal menunjukkan bahwa tubuh Jani telah mengalami transformasi biologis karena melakukan yoga. Dokter juga mengatakan tidak ada tanda-tanda kelelahan atau masalah kesehatan lain pada Jani. Bahkan Jani memilih naik tangga dibanding menggunakan lift.

Tidak banyak yang diketahui mengenai keluarga Jani sejak dia meninggalkan rumah pada usia tujuh tahun dan berkelana di hutan-hutan di India.

Sumber : vivanews.com