//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: "Sejarah Singkat Master Cheng Yen, Pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi"  (Read 18633 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline SUGI THEN

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 304
  • Reputasi: 8
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia


"Sejarah Singkat Master Cheng Yen, Pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi"

Master Cheng Yen dilahirkan pada tanggal 14 Mei 1937, di Desa Qingsui, Kabupaten Taichung, Taiwan. Sewaktu masih kecil, beliau diangkat pamannya menjadi anak dan menetap di Desa Fengyuan, Taichung bersama paman dan bibinya. Ayah angkatnya memiliki usaha bioskop di beberapa kota, seperti Taichung, Feng Yuan, Qingshui, Tanzi, dan tempat lainnya. Sebagai putri sulung, dan juga otaknya yang cerdas, maka meski belum genap berusia 20 tahun, beliau sudah sanggup membantu pekerjaan ayahnya, disamping juga membantu mengurus pekerjaan rumah tangga.

"Jodoh Dengan Buddha"

Master memiliki kodrat luwes dan tulus serta berbakti. Di tahun 1952, saat beliau berumur 15 tahun, Ibunya menderita acute gastric perforation (luka lambung akut) yang perlu dioperasi. Pada zaman itu, pembedahan merupakan tindakan yang sangat membahayakan. Oleh karena itu, Master Cheng Yen senantiasa berdoa demi kesehatan Ibunya, dan dengan tulus mengucapkan nama Bodhisattva Avalokitesvara, bahkan berikrar, "Asalkan Ibu dapat disembuhkan, umurku rela dikurangi 12 tahun dan akan mulai menjalankan hidup bervegetarian.” Tekad ini dilakukan beliau agar umur ibunya bisa bertambah panjang. Karena sikap baktinya pada orangtua yang besar dan juga ketekunan dari Master Cheng Yen dalam merawat, penyakit ibunya bisa sembuh tanpa harus dioperasi—seperti mukjizat. Maka sejak itu, Master Cheng Yen pun mulai bervegetarian untuk memenuhi ikrarnya.

Bulan Juni 1960, ayahnya yang masih produktif dan merupakan sosok yang sangat penting baginya, mendadak meninggal dunia karena terserang penyakit. Dari mulai terjangkitnya penyakit hingga meninggal dunia tidak memakan waktu lebih dari 24 jam (1 hari). Hal ini memberi pukulan batin yang sangat hebat baginya. Beliau bertanya pada diri sendiri, apa sebenarnya hakikat kehidupan ini? Datang dari mana dan setelah meninggal akan menuju ke mana? Pertanyaan ini membuka titik perubahan kehidupan yang dicari-cari, sehingga beliau seringkali mengunjungi Vihara Ci Yun untuk mempelajari ajaran Buddha.

Justru pada kurun waktu itu, Master Cheng Yen menyadari bahwa kehidupan sebagai seorang wanita yang bisa berbelanja dan berkuasa mengatur uang belum bisa disebut bahagia. Beliau menganggap, sebagai seorang wanita, bila mampu memikul tanggung jawab di masyarakat, itu sama halnya seperti tanggung jawab seorang pria. Memperluas kasih sayang, memberi kepedulian kepada masyarakat, dan meluas kepada setiap umat manusia hingga menjadi menyayangi masyarakat dan semua makhluk, inilah kebahagiaan sejati.

Niat Master Cheng Yen dalam upaya melepaskan diri dari kehidupan duniawi sempat beberapa kali mengalami kegagalan. Pada tahun 1961, kebetulan di suatu kesempatan yang sangat berjodoh, beliau memutuskan meninggalkan keluarga dan menjauhkan diri dari kehidupan duniawi. Beliau bersama seorang guru datang ke sebuah Vihara Wangmu yang sangat bersahaja serta bobrok di Gunung Luye di Kabupaten Taidong—tanpa mencukur rambut, membina diri dalam ajaran Buddha. Di atas gunung, tanpa air, listrik, beras, minyak, dan juga tanpa bantuan dari penduduk desa.

Pada siang hari, mereka berdua pergi ke ladang memungut kacang tanah dan sayur yang tercecer dari hasil panen para petani untuk dimasak dengan air tawar sebagai lauk makanan. Malam harinya, mereka mengajar penduduk desa membaca sutra. Di kala cuaca dingin, tidak ada baju mantel untuk mereka menahan terpaan hawa yang menggigilkan, selimut tidurpun sudah usang dan banyak lubang bekas sobek, mereka melewati hari dengan susah dan penuh keprihatinan. Kendati demikian, tekad Master untuk mempelajari dan memperdalam ajaran Buddha sedikitpun tak luntur. Kemudian suatu ketika beliau meninggalkan Luye dan beberapa kali mengalami kesulitan juga, yang pada akhirnya beliau datang dan berdiam di Hua-lian, terjalinlah tali persahabatan dengan biarawan tua setempat bernama Xu Cong Min. Kala itu Master berusia 25 tahun dan berhubung tidak ada guru yang memangkas rambutnya, maka Beliau memotongnya sendiri. Saat Vihara Lingji Taipei menyelenggarakan mimbar sila-sila ajaran Buddha di bulan Februari 1963, Master memohon Guru Dharma Yin Sun agar menerimanya sebagai murid, Guru Dharma berpesan kepada Master: "Sesudah menjadi Biksuni, anda harus senantiasa bertindak demi Buddha dan semua makhluk!", Master dianugrahi nama Buddhis [Cheng Yen] dengan nama kecilnya [Hui Zhang].



Setelah mendapat gemblengan kehidupan biksuni selama 32 hari dan kembali ke Hualian, Master menetap dalam sebuah rumah papan kecil yg berukuran kurang-lebih 4 meter persegi di belakang Vihara Puming dekat desa Jiamin, Beliau mulai menekuni dan mempelajari makna ajaran Sutra Lotus serta menghafal isi kitab tersebut setiap hari, beliau menyalin satu bagian dari isi Sutra Lotus itu setiap bulan, kemudian disebarkan kepada semua orang. Karena tidak menerima bantuan, maka penghidupan yang dihadapi cukup sulit, oleh karena itu, setiap kali bersembahyang, tiada sajian buah-buahan ataupun bunga, kendati demikian, beliau tetap saja bangun jam satu setiap pagi untuk mempelajarinya dan hasil yang didapatnya disebarkan waktu sembahyang bulanan.

Bulan Oktober 1963, Master pindah ke Vihara Cishan di Hualian memberikan ceramah Sutra Ksitigarbha selama sekitar 8 bulan, ternyata menarik banyak peminat, banyak murid seniornya yang berada di Griya Perenungan sekarang merupakan pengikut yang berjalin jodoh dengan Master di waktu itu. Kemudian, Master mengajak beberapa muridnya ini kembali mondok di Vihara Puming, sambil melatih diri di ruang belakang. Waktu itu sudah masuk musim gugur di tahun 1964, Master dan para muridnya menetapkan ketentuan pelatihan, antara lain :
1. Tidak mengadakan acara pembacaan doa untuk pihak luar;
2. Tidak mengadakan acara dharma untk pihak luar,
3. Tidak meminta sumbangan, semuanya diusahakan secara mandiri.

Sampai saat ini, biaya pengeluaran Griya Perenungan masih seperti semula yaitu dari hasil pendapatan kerajinan tangan para murid dan sama sekali tidak menyentuh atau mengunakan dana Tzu Chi satu senpun.

Tahun 1966, Guru Dharma Yin Sun atas undangan Universitas Kebudayaan Taipei untuk memberikan ceramah, waktu itu tempat ibadah Miao yunlan di desa Jiayi tidak ada colon pengurus yang tepat, maka Guru Dharma mengharapkan Master bisa mengajak para murid ke Jiayi untuk menetap di sana.

Namun, Master sudah bertahun-tahun menetap di Hualian sehingga membuat kedua orang lanjut usia dan 30 orang pengikutnya yang biasa mendampingi beliau melatih diri merasa berat berpisah dengannya, mereka mengajukan permohonan kepada Guru Dharma agar bisa tetap tinggal bersama Master. Beliau menghadapi dilema tetapi berkat adanya ikatan jodoh, akhirnya Beliau tetap tinggal di Hualian.

Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: "Sejarah Singkat Master Cheng Yen, Pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi"
« Reply #1 on: 20 March 2012, 08:28:47 AM »
ada sambungannya?

Offline cumi polos

  • Sebelumnya: Teko
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.130
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
  • mohon transparansinya
Re: "Sejarah Singkat Master Cheng Yen, Pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi"
« Reply #2 on: 20 March 2012, 09:53:03 AM »
ada sambungannya?
mohon disambung sampai habis... menarik banget
merryXmas n happyNewYYYY 2018

Offline SUGI THEN

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 304
  • Reputasi: 8
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: "Sejarah Singkat Master Cheng Yen, Pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi"
« Reply #3 on: 21 March 2012, 08:23:02 AM »
"Sejarah Singkat Berdirinya Yayasan Kemanusiaan Buddha Tzu Chi"



Keterangan Gambar: Inilah tempat Master Cheng Yen membina ajaran Buddha dan hidup prihatin di tahun itu, sekaligus merupakan tempat asal berkembangnya Dunia Tzu Chi sekarang.


Keterangan Gambar: Keadaan Griya Perenungan dalam taraf pembangunan di tahun 1968, di sekitarnya masih sepi dan gersang.



Suatu hari di tahun 1966, Master Cheng Yen bersama beberapa pengikutnya datang ke suatu balai pengobatan di Fenglin untuk mengunjungi salah seorang umat yang menjalani operasi akibat pendarahan lambung. Ketika keluar dari kamar pasien, beliau melihat bercak darah di atas lantai tetapi tidak tampak adanya pasien. Dari informasi yang didapat diketahui bahwa darah tersebut milik seorang wanita penduduk asli asal Gunung Fengbin yang mengalami keguguran. Karena tidak mampu membayar NT$ 8.000 (sekitar Rp 2,4 juta), wanita tersebut tidak bisa berobat dan terpaksa harus dibawa pulang.

Mendengar hal ini, perasaan Master Cheng Yen sangat terguncang. Seketika itu beliau memutuskan hendak berusaha mengumpulkan dana amal untuk menolong orang dan menyumbangkan semua kemampuan yang ada pada dirinya untuk menolong orang yang menderita sakit dan kemiskinan di Taiwan bagian timur.

Karena ada jalinan jodoh, di saat itu kebetulan sekali tiga orang suster K*tolik dari Sekolah Menengah Hualien datang berkunjung untuk menemui Master Cheng Yen. Suster bertanya, "Agama K*tolik kami telah membangun rumah sakit, mendirikan sekolah, dan mengelola panti jompo untuk membagi kasih sayang kepada semua umat manusia, walaupun Buddha juga menyebut menolong dunia dengan welas asih, tetapi mohon tanya, agama Buddha mempersembahkan apa untuk masyarakat?" Kata-kata ini sangat menyentuh hati Master Cheng Yen. Sebenarnya waktu itu umat Buddha juga menjalankan kebajikan dan beramal, namun tanpa mementingkan namanya. Dari situ membuktikan bahwa semua umat Buddha memiliki rasa cinta kasih yang dalam, hanya saja terpencar dan kurang koordinasi serta kurang terkelola. Master Cheng Yen bertekad untuk menghimpun potensi ini dengan diawali dari mengulurkan tangan mendahulukan bantuan kemanusiaan.


"Cikal Bakal Tzu Chi Dimulai dari Celengan Bambu"


Kegiatan kemanusiaan Tzu Chi untuk kaum fakir miskin diawali dari 6 ibu rumah tangga yang setiap hari, masing-masing individu, merajut sepasang sepatu bayi.
Di samping itu, setiap anggota diberi sebuah celengan bambu oleh Master Cheng Yen, agar para ibu rumah tangga setiap pagi sebelum pergi berbelanja ke pasar, menghemat dan menabung 50 sen ke dalam celengan bambu. Dari 30 anggota bisa terkumpul 450 dolar setiap bulan, ditambah hasil pembuatan sepatu bayi 720 dolar, maka setiap bulan bisa terkumpul sebanyak 1.170 dolar sebagai dana bantuan untuk kaum fakir miskin.

Kabar ini dengan cepat tersebar luas ke berbagai tempat di Hualien, dan orang yang ingin turut bergabung semakin banyak. Pada tanggal 14 Mei 1966, Yayasan Kemanusiaan Buddha Tzu Chi secara resmi terbentuk.

Pada awal masa pembentukan Yayasan Kemanusiaan Buddha Tzu Chi, Master Cheng Yen bersama para pengikut mengambil tempat sempit yang tidak lebih dari 20 m2 di Vihara Pu Ming, sambil berupaya menghasilkan produk untuk mendukung kehidupan, sambil mengurus jalannya organisasi. Pada musim gugur tahun 1967, ibunda Master Cheng Yen membelikannya sebidang tanah yang sekarang dimanfaatkan untuk bangunan Griya Perenungan. Walaupun demikian, Master Cheng Yen beserta para pengikut masih tetap mempertahankan prinsip hidup mandiri. Biaya perluasan seluruh proyek Griya Perenungan, selain mengandalkan pinjaman uang dari bank atas dasar hipotik hak kepemilikan tanah tersebut, juga dari hasil usaha kerajinan tangan. Sampai kini pun, Master Cheng Yen dan para pengikutnya tetap hidup mandiri dengan bercocok tanam ataupun menjalankan industri rumah tangga. Mereka tidak mau menerima sumbangan untuk kepentingan pribadinya.



Keterangan Gambar: Jauh di awal tahun 1970, sewaktu anggota komite Tzu Chi mengunjungi kaum fakir miskin di Fenglin, kendaraan yang mereka gunakan mengalami masalah, dengan spontan menggelorakan semangat [Bersatu-hati; Harmonis; Saling menyayangi; Bergotong-royong] untuk menegakkan teladan Bodhisattva dunia, sehingga bisa menjalankan apa yang sulit dilaksanakan bagi orang awam dan bisa sabar atas segala sesuatu yang sulit bagi orang awam.


Offline aryaputra

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 155
  • Reputasi: 1
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: "Sejarah Singkat Master Cheng Yen, Pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi"
« Reply #4 on: 23 March 2012, 12:27:48 PM »
Bagi saya pribadi, Master Cheng Yen dengan yayasan Tzu Chinya adalah cermin dari Buddhist sejati. Beliau menerapkan ajaran Tumimbal Lahir, dimana setiap makhluk kemungkinan besar saudara dalam kehidupan yg lampau, jadi sebaiknya bersatu dan tidak perlu bermusuhan dalam kehidupan sekarang. Beliau menerapkan ajaran Metta, Karuna, Mudita dimana yg ditolong adalah orang dr berbagai golongan tanpa membedakan agama. Beliau adalah Buddhist yg tidak hanya belajar teori2 ajaran saja, namun mempraktekkannya dalam kehidupan nyata. Sementara kita masih terbelenggu oleh perbedaan sekte, Beliau telah merangkul semua agama. Dan walaupun saya bukan anggota Tzu Chi, namun saya sangat menghormati seorang yg mempraktekkan ajaran Buddha dalam kehidupan nyata dan membawa manfaat bagi orang lain seperti Beliau.
agak sulit untuk memahami bagaimana dunia ini ada tanpa suatu sebab pertama. TETAPI JAUH LEBIH SULIT UNTUK MEMAHAMI BAGAIMANA MUNGKIN SEBAB PERTAMA ITU BISA ADA PADA AWALNYA

Offline SUGI THEN

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 304
  • Reputasi: 8
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: "Sejarah Singkat Master Cheng Yen, Pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi"
« Reply #5 on: 24 March 2012, 07:50:14 AM »
{108 Kata Perenungan Oleh Master Cheng Yen}


1. Orang bodoh membangun tembok pemisah dalam hatinya, orang bijaksana merobohkan tembok pemisah tersebut dan hidup berdampingan secara damai dengan orang lain.

2. Kesuksesan yang paling besar dalam hidup adalah bisa bangkit kembali dari kegagalan.

3. Ada dua hal yang tidak bisa ditunda dalam kehidupan: berbakti kepada orangtua dan melakukan kebajikan.

4. Jika ingin meningkatkan kebijaksanaan, kita mesti membebaskan diri dari sifat kemelekatan dan keraguan.

5. Cita-cita boleh saja tinggi dan jauh kedepan, namun langkah yang diperlukan untuk itu, harus diterapkan sejak sekarang.

6. Jangan mengenang terus jasa yang telah diberikan, jangan melupakan kesalahan yang pernah dibuat. Lupakanlah dendam yang ada di dalam hati, namun jangan melupakan budi baik yang pernah diterima.

7. Keinginan yang belebihan, selain mendatangkan penderitaan juga sering menggiring orang melakukan perbuatan yang mendatangkan karma buruk.

8. Jangan takut terdorong oleh orang-orang yang lebih mampu dari kita. Karena dorongan tersebut akan memberi semangat untuk terus maju.

9. Orang tidak mempunyai hak milik atas nyawanya, melainkan hanya memiliki hak untuk menggunakannya.

10. Tetesan air dapat membentuk sebuah sungai, kumpulan butiran beras bisa memenuhi lumbung. Jangan meremehkan hati nurani sendiri, lakukankalh perbuatan baik meskipun kecil.

11. Lahan batin manusia bagaikan sepetak sawah, bila tidak ditanami dengan bibit yang baik, tidak akan bisa menuai hasil yang baik.

12. Orang berbudi luhur mempunyai tujuan hidup, sedang orang yang berpikiran sempit menganggap hidup sebagai tujuan.

13. Sertakan saya dalam perbuatan baik, jangan libatkan saya dalam perbuatan jahat.

14. Anggaplah segala permasalahan sebagai pelajaran, pujian sebagai peringatan untuk mawas diri.

15. Dengan memiliki keyakinan, keuletan, dan keberanian, tidak ada hal yang tidak berhasil dilakukan di dunia ini.

16. Orang harus menyayangi diri sendiri baru dapat mencintai orang di seluruh dunia.

17. Dalam mengatasi berbagai masalah hendaknya berhati-hati, cermat, namun jangan berpikiran sempit.

18. Tidak perlu merasa khawatir atas banyaknya masalah, yang perlu dikhawatirkan hanya masalah yang sengaja dicari-cari.

19. Hendaknya kita menyadari, mensyukuri, dan membalas budi orangtua.

20. Jika enggan mengerjakan hal kecil, maka kita pun akan sulit menyelesaikan tugas yang besar.

21. Ikrar harus luhur, tekad harus kokoh, kepribadian harus lemah lembut, dan hati harus peka.

22. Hanya orang yang menghargai dirinya sendiri, yang mempunyai keberanian untuk bersikap rendah hati.

23. Keserakahan, kebencian, dan kebodohan merupakan 3 racun dalam kehidupan manusia. Atasi keserakahan dengan berdana, kebencian dengan hati yang welas asih, dan atasi kebodohan dengan kebijaksanaan.

24. Penyesalan adalah pengakuan dari hati nurani, dan dapat juga dikatakan sebagai pembersihan terhadap kekotoran batin.

25. Berdana bukanlah hak khusus yang dimiliki orang kaya, melainkan merupakan perwujudan dari sebuah cinta kasih yang tulus.

26. Hidup manusia tidak kekal. Bersumbangsihlah pada saat Anda dibutuhkan, dan lakukanlah selama Anda masih bisa melakukannya.

27. Jadilah orang yang tidak mengandalkan kekuasaan, status social, dan harta kekayaan dalam menjalani hidup.

28. Malapetaka dan bencana yang melandai dunia, sebagian besar merupakan hasil perbuatan orang-orang yang sehat jasmaninya, namun cacat rohaninya.

29. Memaafkan orang lain berarti berlaku baik pada diri sendiri.

30. Ada tiga “tiada” di dunia ini, tiada orang yang tidak saya cintai, tiada orang yang tidak saya percayai, dan tiada orang yang tidak bisa saya maafkan.

31. Pikiran dan perilaku kita sendiri yang menciptakan dan menentukan surga dan neraka.

32. Sumber penderitaan manusia ada 3, yaitu: keserakahan, kebencian, dan kebodohan.

33. Penyakit pada tubuh tidaklah menakutkan, batin yang sakit justru lebih mengerikan.

34. Kebijaksanaan diperoleh dari bagaimana seseorang menghadapi masalah dalam hidupnya. Apabila ia menghindar dari masalah yang ada, maka ia pun tidak akan dapat mengembangkan kebijaksanaannya.

35. Sumber dari kerisauan hati adalah keinginan manusia untuk selalu “memiliki”.

36. Ada sebagain orang yang sering merasa risau, akibat perkataan buruk orang lain yang sebenarnya tidak perlu dihiraukan.

37. “Keserakahan”, selain membawa penderitaan, juga akan menjerumuskan manusia ke dalam penderitaan.

38. Sebelum mengkritik orang lain, pikirkan dahulu apakah kita sendiri telah sempurna dan bebas dari kesalahan.

39. Setiap hari merupakan lembaran baru dalam hidup kita, setiap orang dan setiap hal yang ada di dalamnya merupakan kisah-kisah yang menarik.

40. Bila kita selalu ragu dan tidak memiliki tekad yang kuat, walaupun jalan yang benar telah terbentang di depan mata, kita tetap tidak akan pernah sampai ke tempat tujuan.

41. Orang yang paling berbahagia adalah orang yang penuh dengan cinta kasih.

42. Dengan menjaga tutur kata dan bersikap dengan baik, maka kita akan menjadi orang yang disenangi dan dicintai orang lain.

43. Mengernyitkan dahi dan tersenyum, keduanya sama-sama merupakan sebuah ekspresi, mengapa tidak tersenyum saja?

44. Hati hendaknya bagaikan bulan purnama yang bersinar terang. Hati hendaknya juga seperti cakrawala luas dengan langit yang cerah.

45. Niat baik yang tidak dilaksanakan sama halnya seperti bertani tanpa menebarkan benih. Hal ini hanya menyia-nyiakan kesempatan baik yang ada.

46. Setiap hari kita harus bersyukur dan berterima kasih kepada orangtua dan semua makhluk. Jangan melakukan sesuatu yang mengecewakan mereka.

47. Memberi dan melayani jauh lebih berharga dan membahagiakan daripada diberi dan dilayani.

48. Tidak peduli seberapa jauh jalan yang harus ditempuh dan selalu berusaha sebaik mungkin mencapai tujuan dengan kemampuan yang dimiliki, inilah yang disebut dengan keuletan.

49. Orang yang paling berbahagia adalah orang yang mampu mencintai dan dicintai orang lain.

50. Sebaik apa pun hati seseorang, bila tabiat dan tutur katanya tidak baik, maka ia tidak dapat dianggap sebagai orang baik.

51. Kasih sayang yang mengharapkan pamrih tidak akan bertahan lama. Yang akan bertahan selamanya adalah kasih sayang yang tak berwujud, tak ternoda, dan tanpa pamrih.

52. Cinta kasih harus bagaikan seduhan the wangi dengan komposisi yang pas. Bila terlalu pekat akan terasa pahit dan kita tidak dapat meminumnya.

53. Hadiah paling berharga di dunia ini adalah hadiah berbentuk maaf.

54. Bertuturlah dengan kata yang baik, berpikirlah dengan niat yang baik dan lakukanlah perbuatan baik.

55. Jangan menganggap remeh diri sendiri, karena setiap orang memiliki potensi yang tak terhingga.

56. Kesuksesan hidup selama puluhan tahun merupakan akumulasi perilaku setiap hari, maka setiap hari kita harus menjaga perilaku dengan sebaik-baiknya.

57. Semua manusia takut mati, takut menderita, apakah makhluk hidup lain tidak merasa takut juga? Oleh karena itu, kita harus melindungi semua makhluk hidup dan menghargai kehidupan.

58. Marah adalah menghukum diri sendiri atas kesalahan yang diperbuat oleh orang lain.

59. Hendaknya kita bersaing untuk menjadi siapa yang lebih dicintai, bukan siapa yang lebih ditakuti.

60. Musuh terbesar kita bukanlah orang lain, melainkan diri kita sendiri.

61. Bekerja untuk hidup sangat menyiksa, hidup untuk bekerja sangat menyenangkan.

62. Sumber penderitaan manusia adalah nafsu keserakahan untuk memiliki. Bila tidak bisa memperoleh yang diingankannya, dia akan menderita, namun bila telah memperolehnya, dia juga akan menderita karena takut kehilangan.

63. Kesederhanaan adalah keindahan, keserasian adalah keanggunan.

64. Hakekat terpenting dari pendidikan adalah pewarisan cinta kasih dan rasa syukur, yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

65. Kita hendaknya bersyukur kepada bumi yang menyediakan sumber daya alam sehingga kita dapat melanjutkan kehidupan, dan bersyukur kepada leluhur yang telah menyediakan lahan dan mengajarkan kita bagaimana cara untuk bertahan hidup.

66. Hati yang dipenuhi rasa syukur akan membangkitkan rasa haru. Rasa haru merupakan dorongan untuk melakukan kebajikan.

67. Bila dituduh orang lain, terimalah dengan rasa syukur. Bila menemukan kesalahan orang lain, sadarkan dengan sikap menghargai.

68. Bersyukurlah kepada orang yang menerima bantuan kita, karena mereka memberikan kesempatan baik bagi tercapainya pembinaan rasa cinta kasih kita.

69. Merupakan suatu berkah apabila sesama manusia dapat saling menghargai dan saling bersyukur.

70. Dengan berjiwa besar, tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan di dunia ini. Bila berjiwa sempit, walaupun kesenangan berlimpah, kita akan tetap merasa menderita.

71. Mengurangi nafsu keinginan dan memperluas cinta kasih, kehidupan akan dilalui dengan gembira, nyaman dan bebas tanpa beban.

72. Pandai menempatkan diri dan berpikir demi orang lain adalah sikap orang yang penuh pengertian.

73. Pada umumnya orang lebih dapat menanggung beban kerja yang berat daripada menanggung kebencian, namun orang yang berkepribadian mulia adalah orang yang dapat melupakan kebencian.

74. Cara berterima kasih dan membalas budi kepada bumi adalah dengan terus mempertahankan konsep pelestarian lingkungan.

75. Intropeksi dirilah bila mendapat kritikan orang lain. Jika salah harus diperbaiki; bila tidak bersalah, cobalah untuk menerimanya dengan lapang dada.

76. Berjiwa besar menerima kekurangan orang lain merupakan suatu hal yang luar biasa di tengah hal yang biasa.

77. Binalah cinta kasih yang tulus dan murni. Hati tidak akan risau bila tidak mengharapkan pamrih atau merasa rugi dalam memberikan cinta kasih.

78. Menghibur orang dengan kata-kata yang baik dan lembut, melerai perselisihan dengan kata-kata bijaksana dan membantu kesulitan orang lain dengan tindakan nyata, inilah yang dinamakan berdana.

79. Selalu mengejar kenikmatan materi adalah sumber penderitaan manusia. Menderita bila tak bisa memperolehnya, dan bila bisa memperolehnya akan merasa belum puas. Semuanya merupakan penderitaan yang tak akan pernah berakhir.

80. Mampu merasakan kebahagiaan orang lain seperti kebahagiaan sendiri adalah kehidupan yang penuh dengan kepuasan dan paling kaya akan makna.

81. Jangan menganggap enteng perbuatan baik sekecil apa pun, karena bila terhimpun menjadi satu merupakan bantuan yang berharga dan bermanfaat bagi orang lain.

82. Seulas senyuman mampu mendamaikan hati yang gelisah.

83. Kehidupan kita bermakna apabila kita dapat bermanfaat bagi orang lain.

84. Jangan mencemaskan beban yang berat, asalkan tetap berjalan di arah yang benar, pasti akan samapi ke tujuan.

85. Orang yang selalu mengasah orang lain, dirinya sendiri akan terasah, namun bagi orang yang selalu diasah, selain tidak rusak, malah akan lebih bersinar cemerlang, bagaikan berlian yang sesungguhnya.

86. Prinsip penting mencapai keselarasan dalam penyelesaian masalah adalah menyadari kapan saatnya maju dan kapan saatnya mengalah.

87. Dengan bersabar dan mengalah, hidup akan damai dan tenteram; saling bersitegang akan mendatangkan malapetaka.

88. Genggamlah kesempatan untuk berbuat kebajikan. Bila hanya menunggu, kesempatan itu akan berlalu dan semuanya sudah terlambat.

89. Mampu mematuhi tata tertib dalam berorganisasi, berpadu hati, ramah tamah, saling mengasihi, dan bergotong royong, berarti sebuah kemajuan yang telah dicapai dalam melatih diri yang dilakukan dengan penuh konsentrasi.

90. Jangan menyia-nyiakan waktu; lakukan hal yang bermanfaat dengan langkah yang mantap.

91. Tak ada yang tidak dapat diatasi dalam hidup ini; dengan adanya tekad, maka segalanya akan dapat diatasi.

92. Jangan pusingkan apakah orang akan memperbaiki perilaku atau sikap buruknya, yang terpenting adalah kita tetap melatih diri dengan sebaik mungkin.

93. Bila cermin dalam hati dapat selalu dibersihkan, maka dapat secara jelas membedakan yang baik dan buruk, yang benar dan salah.

94. Jadikan batin kita sebagai tempat pelatihan diri dan hargailah semua orang dengan sikap kesetaraan.

95. Sebuah tindakan jauh lebih bermakna dibandingkan dengan ribuan ucapan.

96. Walaupun memiliki impian dan harapan pada masa berabad-abad kedepan, namun jangan sampai mengabaikan hal yang ada pada saat sekarang.

97. Kepintaran adalah kemampuan untuk membedakan mana yang menguntungkan dan merugikan. Kebijaksanaan adalah kemampuan untuk membedakan yang benar dan salah.

98. Jangan meremehkan kemampuan sendiri, karenanya mulailah dengan mengubah kondisi hati kita barulah dapat mengubah dunia agar menjadi lebih baik.

99. Lebih baik belajar dari kelebihan orang lain daripada mencari kelemahan dan kesalahan orang lain.

100. Hadapilah kesalahan orang lain dengan lapang dada dan lemah lembut.

101. Iblis yang ada di luar diri kita tidaklah menakutkan, yang mengerikan adalah iblis yang terdapat di dalam hati.

102. Kehidupan manusia bagaikan meniti kawat baja. Bila kita tidak bersungguh-sungguh melihat ke depan, malah sebaliknya selalu menoleh ke belakang, kita pasti akan terjatuh.

103. Faktor pemersatu dalam organisasi adalah toleransi dan tenggang rasa terhadap pendapat yang berbeda.

104. Berbakti adalah sikap yang bersedia berkorban pada saat dibutuhkan oleh orangtua.

105. Kebiasaan buruk bagaikan virus yang menyerang batin manusia, harus dicegah jangan sampai berkembang.

106. Berdana ada 3 macam, memberi bantuan makanan dan pakaian, memberikan nasehat bagi orang yang hatinya sedang hampa, dan memberikan kedamaian kepada orang yang panic dan ketakutan.

107. Masalah di dunia tidak dapat diselesaikan oleh satu orang saja, dibutuhkan uluran tangan dan kekuatan banyak orang untuk dapat menyelesaikan.

108. Orang yang mau mengakui kesalahan dan memperbaikinya dengan rendah hati akan dapat meningkatkan kebijaksanaanya.