//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: arti ular belit-membelit  (Read 22290 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline tuwino gunawan

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 272
  • Reputasi: 8
  • Gender: Male
Re: arti ular belit-membelit
« Reply #15 on: 26 May 2011, 10:33:10 AM »


Di Bab 17 tertulis:

Prasasti Rambatan dibuat pada tahun 1370. Pada prasasti ini terlihat jejak kaki Buddha. Tapak kaki Buddha disediakan Adityavarman untuk berjiarah dan pemujaan bagi agama Buddha. Di Prasasti Rambatan itu terdapat gambar dua ekor ular yang belit-membelit, ini melambangkan dunia bawah. Penganut agama Buddha mencari kebenaran untuk dunia bawah yang disebut dengan nirwana. Tujuan hakiki orang beragama Buddha adalah mencapai nirwana.



saya rasa cuma persepsi penulis saja, dan belon tentu penulisnya mengerti arti gambar di prasasti tersebut, dan saya yakin  si-penulis tidak memahami agama buddha.
saran saya : berikan penjelasan tertulis kepada si-penerbit buku dengan tembusan ke si-penulis buku tersebut, agar dapat merevisi bukunya, lebih baik lagi bila kita dapat meminta pendapat pakar arkeologi untuk menjelaskannya. kira2 siapa yah yang pakar dalam arkeologi hindu-buddha di indonesia?

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: arti ular belit-membelit
« Reply #16 on: 26 May 2011, 12:43:59 PM »
saya rasa cuma persepsi penulis saja, dan belon tentu penulisnya mengerti arti gambar di prasasti tersebut, dan saya yakin  si-penulis tidak memahami agama buddha.
saran saya : berikan penjelasan tertulis kepada si-penerbit buku dengan tembusan ke si-penulis buku tersebut, agar dapat merevisi bukunya, lebih baik lagi bila kita dapat meminta pendapat pakar arkeologi untuk menjelaskannya. kira2 siapa yah yang pakar dalam arkeologi hindu-buddha di indonesia?

Penulisnya adalah Armaini, S.Pd. M.Pd (<--- ada yg tau gelar ini artinya apa?)
Penerbitnya penerbit lokal Sumatera Barat. Saya yakin mereka tidak terlalu paham arti ular belit membelit teersebut.

Saya memang berniat meluruskan ke penerbit, bahwa "Nirvana" tidak sama dengan "dunia bawah", bahwa tujuan umat Buddha memang benar Nirvana, namun bukan "dunia bawah", melainkan Nirvana=tidak terlahir kembali.

Namun, saya perlu dasar yg kuat untuk mengartikan ular belit-membelit tersebut...

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: arti ular belit-membelit
« Reply #17 on: 26 May 2011, 12:50:02 PM »
Penulisnya adalah Armaini, S.Pd. M.Pd (<--- ada yg tau gelar ini artinya apa?)

sarjana pendidikan, magister pendidikan

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: arti ular belit-membelit
« Reply #18 on: 26 May 2011, 01:29:43 PM »
Setelah googlings, akhirnya ketemu sedikit (yg mungkin) berkaitan dengan pahatan belitan ular di prasasti Adityawarman, berikut sy post gambar2nya...






Apakah di era Adityawarman (sekitar 1300 M), yg menganut Buddhisme Tantra / Siwa-Buddha, sudah ada lambang2 kundalini ini? Memang cukup masuk akal juga lambang kundalini ini, yg oleh sebagian penganut tantra diartikan sebagai pencerahan (=nibbana), juga ada pose2 meditasi yg menunjukkan demikian....

Tapi, tentu saja lambang belitan ular tsb tidak bisa diartikan 'dunia bawah' seperti yg ditulis oleh buku budaya minang tsb....

::

Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
Re: arti ular belit-membelit
« Reply #19 on: 26 May 2011, 03:09:08 PM »
Penulisnya adalah Armaini, S.Pd. M.Pd (<--- ada yg tau gelar ini artinya apa?)
Penerbitnya penerbit lokal Sumatera Barat. Saya yakin mereka tidak terlalu paham arti ular belit membelit teersebut.

Saya memang berniat meluruskan ke penerbit, bahwa "Nirvana" tidak sama dengan "dunia bawah", bahwa tujuan umat Buddha memang benar Nirvana, namun bukan "dunia bawah", melainkan Nirvana=tidak terlahir kembali.

Namun, saya perlu dasar yg kuat untuk mengartikan ular belit-membelit tersebut...

::

Setelah googlings, akhirnya ketemu sedikit (yg mungkin) berkaitan dengan pahatan belitan ular di prasasti Adityawarman, berikut sy post gambar2nya...






Apakah di era Adityawarman (sekitar 1300 M), yg menganut Buddhisme Tantra / Siwa-Buddha, sudah ada lambang2 kundalini ini? Memang cukup masuk akal juga lambang kundalini ini, yg oleh sebagian penganut tantra diartikan sebagai pencerahan (=nibbana), juga ada pose2 meditasi yg menunjukkan demikian....

Tapi, tentu saja lambang belitan ular tsb tidak bisa diartikan 'dunia bawah' seperti yg ditulis oleh buku budaya minang tsb....

::



di Jaman Srivijaya memang yang berkembang adalah Aliran Tantrayana, bahkan Atisapun BERGURU dari Srivijaya (sebentar sy cari dari catatan kuliah sy, kebetulan ada ttg Atisa dikirim Raja ke Srivijaya utk belajar Tantra, bentar ya). jika dikaitkan dg tantra maka bisa jadi bahwa arti ular yang membelit adalah Kundalini, karena Kundalini yg telah dapat dicapai kebangkitannya akan digambarkan sebagai seekor ular yang tidur melingkar dibawah s********g menjadi terbangun dan bangkit menjalar melalui sepanjang tulang belakang menembus cakra mahkota (atas kepala) sehingga seolah2 kepala ular itu telah menembus kepala kita. disitulah dikatakan Kundalini nya telah terbuka atau bangkit.

melihat latar belakangnya jaman itu memang aliran Tantra yang berkembang bisa jadi "Kundalini" atao mungkin bro Ryu yang benar yaitu "mampu membedakan Dhamma dan Adhamma"
« Last Edit: 26 May 2011, 03:13:09 PM by pannadevi »

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: arti ular belit-membelit
« Reply #20 on: 26 May 2011, 03:51:28 PM »
di Jaman Srivijaya memang yang berkembang adalah Aliran Tantrayana, bahkan Atisapun BERGURU dari Srivijaya (sebentar sy cari dari catatan kuliah sy, kebetulan ada ttg Atisa dikirim Raja ke Srivijaya utk belajar Tantra, bentar ya). jika dikaitkan dg tantra maka bisa jadi bahwa arti ular yang membelit adalah Kundalini, karena Kundalini yg telah dapat dicapai kebangkitannya akan digambarkan sebagai seekor ular yang tidur melingkar dibawah s********g menjadi terbangun dan bangkit menjalar melalui sepanjang tulang belakang menembus cakra mahkota (atas kepala) sehingga seolah2 kepala ular itu telah menembus kepala kita. disitulah dikatakan Kundalini nya telah terbuka atau bangkit.

melihat latar belakangnya jaman itu memang aliran Tantra yang berkembang bisa jadi "Kundalini" atao mungkin bro Ryu yang benar yaitu "mampu membedakan Dhamma dan Adhamma"

S****G maksudnya selangkangan?

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
Re: arti ular belit-membelit
« Reply #21 on: 26 May 2011, 03:54:03 PM »
S****G maksudnya selangkangan?

::

 :-[ :-[ duuhhh....bro ini lho....udah dihaluskan dengan diisi titik2 yg sama jumlahnya, tapi kok ditanyakan lagi...memang itu yg sy maksudkan....bikin malu deh....

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
Re: arti ular belit-membelit
« Reply #22 on: 26 May 2011, 03:55:56 PM »
ok, saya ketikkan bentar awal mula Tantrayana terbentuk, bentar deh sy off dlu.

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: arti ular belit-membelit
« Reply #23 on: 26 May 2011, 04:06:15 PM »
^^
yah, memang semakin ketemu puzzle-nya nih...

- Adityawarman tercatat sebagai mengetahui Dhamma dan Adhamma
- Adityawarman beragama Siwa-Buddha / Buddha Tantra
- Dalam tantra terdapat konsep kundalini yg adalah arus energi berputar2 dari s*****g ke cakra mahkota, yg diartikan sebagai pencerahan
- terdapat pahatan ular belit-membelit di prasasti Adityawarman
- kemungkinan arti gambar ular belit-membelit ini adalah dari konsep tantra/kundalini, yakni: pencerahan, jadi bukan 'dunia-bawah' seperti yg tercatat di buku SD "Budaya Alam Minangkabau" Sumatera Barat.

Sepertinya data sy sudah hampir mencukupi untuk mengajukan koreksi ke penulis buku tsb.

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline William_phang

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.101
  • Reputasi: 62
Re: arti ular belit-membelit
« Reply #24 on: 26 May 2011, 04:45:44 PM »
di Jaman Srivijaya memang yang berkembang adalah Aliran Tantrayana, bahkan Atisapun BERGURU dari Srivijaya (sebentar sy cari dari catatan kuliah sy, kebetulan ada ttg Atisa dikirim Raja ke Srivijaya utk belajar Tantra, bentar ya). jika dikaitkan dg tantra maka bisa jadi bahwa arti ular yang membelit adalah Kundalini, karena Kundalini yg telah dapat dicapai kebangkitannya akan digambarkan sebagai seekor ular yang tidur melingkar dibawah s********g menjadi terbangun dan bangkit menjalar melalui sepanjang tulang belakang menembus cakra mahkota (atas kepala) sehingga seolah2 kepala ular itu telah menembus kepala kita. disitulah dikatakan Kundalini nya telah terbuka atau bangkit.

melihat latar belakangnya jaman itu memang aliran Tantra yang berkembang bisa jadi "Kundalini" atao mungkin bro Ryu yang benar yaitu "mampu membedakan Dhamma dan Adhamma"


Untuk hal mengenai Athisa belajar Bodhicitta di Sriwijaya dapat dibaca dibuku  " liberation in the palm of your hand" dan udah diterjemahkan ke bahasa indonesia "pembebasan ditangan kita" jilid I..

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: arti ular belit-membelit
« Reply #25 on: 26 May 2011, 07:58:12 PM »
kalau menurut saya pribadi, lambang ular berbelit dapat diartikan seperti simbol yin dan yang , antara kebaikan dan keburukan, benar dan salah (keseimbangan)
yang mungkin pada prasasti itu ingin menunjukan bahwa Adityawarman seseorang yang bijaksana dan selalu berpegangan kepada kebenaran selama memimpin masyarakat sana.

seperti yang di sampaikan bro ryu juga.
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
Re: arti ular belit-membelit
« Reply #26 on: 27 May 2011, 10:33:54 PM »

Untuk hal mengenai Athisa belajar Bodhicitta di Sriwijaya dapat dibaca dibuku  " liberation in the palm of your hand" dan udah diterjemahkan ke bahasa indonesia "pembebasan ditangan kita" jilid I..

thanks bro, tapi saya belum punya buku " liberation in the palm of your hand", authornya sapa ya? kalo sy disini tentu ga bakalan nemu yg edisi bhs indonesia.... ^-^

klo materi kuliah saya itu berkaitan dg waktu membahas perguruan tinggi apa aja yg ada di India kuno, selain Nalanda, Taxila, ada yg bernama Vikramasila, nah rektor Vikramasila inilah yang menjadi Atisa, nama asline Dipankara Srijnana orang India, lulusan terbaik Nalanda, degree of pandita (setara MA). dari buku "2500 years Buddhism", author Prof.PV.Bapat. hal.190.

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
Re: arti ular belit-membelit
« Reply #27 on: 27 May 2011, 10:40:17 PM »
ok, saya ketikkan bentar awal mula Tantrayana terbentuk, bentar deh sy off dlu.

ini kemarin baru sempet ngeringkas dari hal.1-10

Referensi dari Buku “Aspect of Buddhist Culture from Tibetan Sources”, karya : DR.Anukue Chandra Banerjee, MA, LL.B, PhD, F.A.S, F.R.A.S (London), Ex-Director Sikkim Research Institute of Tibetology and Other, Buddhist Studies, Gangtok, Formerly Professor and Head of the Department of Pali, Ex-Dean, Faculty of Arts, Calcutta University. Terbitan thn 1984, dicetak oleh Sri Sakti Ranjan Mishra United Printers, Calcutta.

Spoiler: ShowHide

Quote
Sebelum Agama Buddha masuk ke Tibet disana telah ada aliran pemujaan (cult) yang bernama “Bon” dimana arti nama tsb tidak diketemukan dalam kamus, bahkan hingga kamus bahasa Tibetpun tidak menyajikan arti nama tsb. Istilah tsb dpt diketemukan dalam buku “A Tibetan-English Dictionary” karya S.C.Das yang dinyatakan “Bon” sebagai “Pemujaan (Fetisisme), Menyembah Setan (demon worship) dan perapalan mantera-2 (propitiation by means incantation), namun tidak menyediakan apa arti dari kata bon itu sendiri.

Dengan berjalannya waktu terjadi perpecahan aliran Bon ini menjadi terpecah sebagai “Bonchhal-nag (Black Bon)” yang menyatakan diri “Aliran Orisinil” dan “Bonchhal-kar with Bon-terma (White Bon and Treasured Bon)”.

Buku ini mencatat Agama Buddha mulai berkembang di Tibet sejak th.755-797, masa pemerintahan Raja Khri-srong-lde-btsen, yang dianggap sebagai inkarnasi Manjusri bahkan hingga saat kini. Mendapatkan pengaruh yang kuat sekali dari Ibundanya yaitu seorang Putri Kerajaan dari China yang merupakan pemeluk taat Agama Buddha. Beliau memproklamasikan agar seluruh pemeluk Bon berpindah keyakinan ke Agama Buddha. Salah seorang guru besar Bon bernama Rin-chen-mchog mendapat hukuman dari raja dikarenakan tidak mau memeluk Agama Buddha dan terkenal kemudian menjadi musuh besar Agama Buddha. Bersama seluruh pengikutnya beliau menyusun kitab suci mereka secara diam2 dengan memadukan Agama Buddha dan Agama Hindu.  Kitab suci ini dinyatakan sebagai “Kitab Suci Asli Bon” mereka kemudian disebut Nying-ma-pa, yang berarti yang tua, yang kemudian mendirikan sekte asli Buddhisme oleh Padmasambhava di Tibet. Orang-2 mencurigai keaslian Kitab Suci ini merupakan plagiat dari Buddhisme. Raja adalah pelindung Agama Buddha segera melakukan penekanan kepada mereka karena telah mengkonversi ajaran Agama Buddha kedalam Bon. Mereka bertahan dan konflik terbuka tidak terelakkan untuk pertama kalinya dalam sejarah Tibet dalam masa pemerintahannya. Beberapa pengikut Bon dan gurunya telah dipenggal, yang tersisa bersembunyi dalam gua-2 dan melanjutkan penulisan Kitab Suci mereka disana. Mereka dinamakan sebagai Bon-gter-ma (the Hidden Treasures of the Bon-pos), kitab-2 ini menjadi terkenal dengan nama Prajñāpāramitā, Dzogs-pa chen-po (Mahāsandhi) dan seperti, ada banyak kitab-2 yang tidak ada perbedaan sama sekali baik secara teknik dan pola ini adalah “Bonchhal-kar (Bon-kar, White Bon)”, Bon yang bertransformasi.

Ketika raja Glang-dar-ma turun dari tahta Agama Buddha kehilangan perlindungan, Bon kembali mendpt kesempatan memperkaya Kitab-2 Suci mereka lebih lanjut. Seseorang bernama Gahed-rgur-klu-dgah dari Tsang-pya mengkonversi banyak sekali naskah2 Buddhisme sebagai Bon disebuah tempat Ziarah Bon Dar-yul-dro-lag. Dia mentransformasi istilah-2 tehnikal dan material Buddhisme menjadi berbeda. Bahkan hingga banyak sekali nama-2 karya Buddhisme telah diubahnya. Prajñāpāramitā (Yum-chhen) menjadi dikenal sebagai Kham-chhen, Nyi-shu-nga-pa dalam 25 chapter sebagai Kham-chhung, Gtan-lad-bad-pa sebagai Bon-mdo, 5 kelas mantra (gZungs-sde-lnga—Pañcādhāraṇī) sebagai Klu-hbum-dkar-na-khra-gsum. Naskah-2 ini dia sembunyikan di bebatuan di Mtsho-lnga-hdren-chhung. Selanjutnya naskah-2 yg disembunyikan ini diketemukan dalam kesempatan penemuan. Bon yang bertransformasi ini dinamakan Chhal-dkar (white-water). Topik dari naskah-2 tersebut : segala sesuatu tidak kekal (anityatā), perbuatan (karma), akibat (phala), cinta kasih (maitrī), kasih sayang (karuṇā), berpikir tentang pencerahan (Bodhicitta) dan 6 kebajikan (pāramitā).  Juga ada subsitusi yang khas untuk 5 jalan (ways of emancipation), 10 tingkatan (daśa bhūmi), tiga tubuh suci (trikāya), tindakan-2 Tantra, inisiasi dan meditasi, sumpah, penyucian, persembahan api (homa), persembahan diagram (maṇḍala), ritual untuk kematian, Arahat, Bodhisattva, śunyatā, Tathāgata, Buddha, Vairacana, Śāriputra, Maudgalyāyana, dll. Dari hal-2 tsb diatas jelaslah Kitab Suci Bon plagiat semata dari Buddhisme. Untuk mengelilingi obyek suci, Bon-pos menggunakan arah terbalik dari Buddhisme yang searah jarum jam, tapi mereka dari kiri ke kanan. Mereka menggunakan formula pujian yg terkenal “Om Matri Muye Sale du” ditempat suci Avalokitesvara menjadi formula “Om Mani Padme Hum”. Aliran Bon-po dapat dikatakan pengulangan yang sama dengan Tao-sse yang mana ke-2 Aliran ini mengambil sebagian besar Buddhisme.

Yang tipe serupa untuk Adibuddha dalam sistim Vajrayana dinamakan kun-tu-bzang-po dalam Sanskrit Samantabhadra, sama sebagai Adibuddha dari Padmaisme. Filosofis menganggap Samantabhadra merupakan absolute tertinggi.


berhubung saya masih taraf belajar maafkan jika terdapat kesalahan menerjemahkan.

semoga sedikit ringkasan ini ada manfaatnya, kelanjutannya nanti sy lanjutkan (sy akan ketikkan dulu), sebenarnya awal adanya Tantrayana justru dari permaisuri dari China dan Nepal (Raja memiliki 2 permaisuri). yang kemudian disebut "Tara Putih" adalah yg dari China dan yang dari Nepal "Tara Hijau". jadi bagi pemuja "Tara Putih" dia adalah permaisuri yg berasal dari China.

 

anything