BAB III
DAPATKAH MEMPERBAIKI NASIB DENGAN BERSUJUD MEMOHON KEPADA DEWA DAN SANG BUDDHA
Banyak orang yang bersujud memohon perlindungan dewa dan Buddha, ada pula yang memohon banyak rejeki, memohon banyak keuntungan, memohon mendapat anak, memohon penyembuhan dari penyakit, memohon mendapat jodoh, bahkan ada yang memohon memperpanjang usianya. Dapatkah dengan cepat nasibnya dapat diperbaiki?
Persoalan ini banyak orang meragukannya, Untuk menyingkap tabir ini, kita harus lebih dahulu mengerti 3 hal :
A. Apakah sebenarnya sikap sejati dari memuja Dewa dan Buddha itu ?
Di hongkong, setiap tahun menjelang hari besar kelahiran dewa atau Buddha, banyak orang membanjiri kelenteng dan vihara, misalnya Kwan Im, Kelahiran Seribu Buddha, Kelahiran Locu, Kelahiran Che Kung, dll. Misalkan tiap Cia Gwe Je It tahun baru imlek memuja Huang Ta Sen, Cia Gwe Je Sa memuja Che Kung, dll. Demikian banyaknya arus manusia, kebanyakan mereka tak lain tak bukan bertujuan memohon berkah, selamat, rejeki, dan kelarisan atau memohon kesembuhan penyakit, mohon jodoh anak bahkan memohon berumur panjang, Saya percaya bahwa para umat ini 80 % benar-benar bersujud, tetapi berapakah dari jumlah mereka yang benar-benar mengerti makna “KEYAKINAN YANG SESUNGGUHNYA” memuja Dewa dan Buddha.
Jika anda membunuh orang, merampok, atau menjual narkotik, setelah berhasil lalu membeli dupa, sajian-sajian, lilin, kertas sembahyang, dll dan dengan sangat sujud memohon Dewa dan Buddha “Melindungi” , Apakah beliau akan mengabulkannya ?
Jika biasanya anda tidak beramal, sepeserpun tidak pernah menderma pada orang miskin dan sakit, waktu memuja dewa anda menyediakan sesaji yang banya, memohon usaha usaha maju dan untung banyak, maka biarpun lutut dan kepalamu sampai lecet berdarah berlutut dan memanggutkan kepala, apakah Dewa yang jujur dan tidak egoism au menerima “Suapan”mu?. Atau anda biasanya berbuat sedikit kebaikan, tetapi juga melakukan banyak kesalahan dan kejahatan atau biasanya sangat egois. Tidak pernah memikirkan kepentingan umum, tidak pernah meolong orang yang terdesak kesulitan atau dalam otakmu hanya penuh dengan gagasan buruk, gemar merugikan orang lain untuk keuntungan diri sendiri, maka bagaimanapun engkau bersujud di hadapan Dewa dan Buddha, hasilnya tetaplah sia-sia belaka.
Tidak sedikit pria dan wanita yang dihadapan Dewa dan Buddha, begitu menyulut dupa, segera memohon perlindungan dan berkah , mereka tidak pernah mawas diri tentang perbuatan sehari-harinya. Pantaskah mereka dilindungi Dewa dan Buddha?
Sikap sejati untuk memuja Dewa dan Buddha, seharusnya adalah atas dasar “Kagum Mengindahkan” dan “ Terima kasih”. Misalnya anda memuja Kwan Im Po Sat, anda harus berpikir bahwa Po Sat sangat mengasihi kita sebagai umatnya, setiap saat mendengarkan penderitaan dan menolongnya. Kita harus dengan rasa “Kagun Mengindahkan dan Terima Kasih” merangkapkan tangan untuk menghormatinya. Pula biasanya harus mempelahari kewelasan Po Sat, dengan sepenuh hati “ Po Sat “ berusaha melindungi semua mahkluk hidup dan orang yang sakit atau dalam kesulitan. Jika anda dapat melaksanakannya dalam jangka waktu yang panjang, biarpun anda tidak memuja dan minta perlindungan dari POSAT, beliaupun akan tetap melindungi dan memberkahimu.
Misalkan anda memuja Kwan Tee, beliau adalah Dewa pengusir dan Penyingkir kejahatan. Beliau terkenal jujur dan setia, Setiap hari anda membakar dupa memohon agar Kwan Tee melindungi dirimu selama baik di rumah maupun pada saat berpergian, seisi rumah tentram, tak ada aral melintang dan gangguan jahat menyerang , tetapi biasanya adakah anda mengusir pikiran “JAHAT: anda dari dalam hati anda ? Ada tidakkah anda mempertahankan “Kejujuran Selamanya” dalam hati ?
Ada tidaknya melaksanakan tuntas “ Setia”? Jika dapat anda laksanakan, maka hati anda dan Kwan Tee telah saling berkati, dengan sendirinya Kwan Tee akan melindungimu. Maka, tatkala anda membakar dupa memujanya, rasa “Kagum mengindahkan dan Terima Kaish” akan timbul dengan sendirinya.
Yakinlah bahwa semua agama adalah baik, tatkala kau berdoa pada Yesus, seharusnya dengan penuh rasa “ Kagum menghormati dan Terima kasih”, Sebab Yesus mengorbankan dirinya demi menolong umat manusia, sedangkan biasanya adakah anda menjadikan Yesus sebagai suri teladan, menyumbangkan :KASIH” pada manusia ?
Pada suatu hari, aku pergi keluar kota dengan naik sebuah taxi. Kuperhatikan sopir taxi dalam memilih jalur, membelok dan mendahului kendaraan lain tidak pernah mengalah, sangatlah egois. Lebih celaka perhatian sopir ini selalu ditujukan pada punggung pejalan kaki wanita yang ada di trotoar, dan mulutnya tidak habis memuji. Orang semacam ini, egois dan selalu merugikan orang lain. Pikrian buruknya sangat mendalam, setiap saat maut mengancamnya, justru pada dasboardnya tertempel Hu dari kelenteng Kwan Kung. Coba anda piker, dapatkan Dewa Kwan Tee yang berwatak jujur itu mau melindunginya ?
Ada orang berkata bahwa memuja Dewa dan Buddha adalah memuja pating, ini adalah pandangan yang picik dan dangkal dari orang awam. Kita jangan dulu mempersoalkan “PATUNG” itu berisikan daya magic atau tidak, Jika anda dapat selalu memperingatkan diri sendiri setiap saat menghadap “PATUNG” ini dalam hati sanubari anda, dan dengan bekal semangat semacam itu sebagai contoh menolong orang, maka anda telah menanam bibit kebajikan yang tidak habis-habisnya. Karma baik yang anda terima tidak akan ada habisnya. Bukankah sangat dangkal dan picik pandangan yang mengatakan “MEMUJA PATUNG”.
B. Apakah memuja Dewa dan Buddha indentik dengan beramal ?
Teringatlah aku kira-kira 4 tahun yang lalu ketika melihatkan Hong Sui rumah tuan Chao. Ny. Chao tanpa henti-hentinya menceritakan betapa buruknya nasib rumah itu. Usaha sering gagal, orang-orang dalam rumah dan dirinya berpenyakitan, putra sulungnya bergaul dengan teman yang buruk diluaran dan bila pulang ke rumah selalu membuat onar….. Setelah dengan sabar kudengarkan uneg-unegnya, dengan serius kunasehatkan agar ia banyak beramal, barulah dapat secara tuntas melenyapkan semua kesialan dalam rumah. Tak disangka setelah mendengarkan kata-kataku, dengan lantang ia membantah “ Kau bilang aku tidak beramal ? Tiap hari kumemuja Po Sat. telah kujalankan selama 5-6 tahun. Tak sedkit uang kubelanjakan untuk membeli dupa, lilin dan kertas sembahyang, sudah demikian banyak amal yang kukerjakan, mengapa tidak menerima karma yang baik?”, Aku bertanya “ Engkau telah memuja Po Sat selama 5-6 tahun, adakah kau belajar pada Po Sat pergi menolong orang yang miskin dan sakit?” Ia menjawab : “ Aku sendiri tidak beruang, bagaimana dapat menolong orang lain?”
Aku bertanya lagi :” Jika anda tak punya uang untuk membantu orang lain, pernahkaha anda dengan tenaga membantu orang lain?” Setelah ia berpikir sejenak, ia menjawab : “Tidak pernah”, Aku bertanya lagi:” Pernahkah kau membeli ayam, bebek atau ikan untuk disembelih?” Jawabnya : Tentu saja ada, tidak bolehkan aku memakannya?”
Aku berkata : “ Kau mempunyai uang untuk membeli ayam, bebek, atau ikan untuk disembelih dan dimakan, tetapi pernahkah anda membeli burung atau ikan untuk dilepaskan kembali?” Jawabnya : Tidak pernah” Aku bertanya lagi : “ Kau memuja Po Sat, pernahkah kau membaca nama-nama Buddha aau kitab Buddha ( Keng )?” , Ia berkata :” Aku tidak pandai membaca”. Aku berkata “ Engkau tidak pernah mengeluarkan uang untuk beramal, tidak pernah mengamal dengan tenaga , tidak pernah membaca Keng Buddha untuk menghapus dosa, lalu karma baik apa yang hendak kau dapat?” Ia berkata :” Aku setiap hari memohon pada Po Sat. Memohon pada beliau, pasti akan menerima karma baik, Berbuat kebaikan pasti menerima kebaikan “ “ Pernahkah kau berbuat kebajikan?”. “Aku membakar dupa dan memuja Po Sat, bukankah itu kebajikan? Aku benar-benar sujud.
“ Berbuat kebajikan ialah melakukan hal yang menguntungkan pada manusia, mahkluk hidup lain. Kau memuja Po Sat hanya untuk melindungimu, Bagaimanapun engkau benar-benar bersujud , tidak dapat dihitung sebaai berbuat kebajikan”. “ Po Sat seperti seorang Ibu, keinginan hatiNya ialah semoga seluruh umat manusia terbebas dari lautan kesengsaraan. Jika anda dapat banyak berbuat kebaikan sesuai dengan kehendaknya, dengan sendirinya beliau akan melindungimu. Jika anda tidak dapat berbuat sesuai dengan kehendaknya, hanya dapat tiap hari menghormat dan memujaNya, bagaimanapun welas asih, beliau hanya terbatas sekali melindungimu” Kataku.
Pandangan yang salah semacam ini, sangatlah umum dalam dunia ini.
C. Berhasilkah kita memohon pada Dewa dan Buddha untuk mendapatkan rejeki dan harta ?
Memohon pada Dewa dan Buddha agar dikaruniai harta dan rejeki, bahkan memohon pangkat dan anak, memohon jodoh dan terhindar dari malapetaka, memohon kesembuhan dari penyakit dan berusia panjang, dll dengan pasti dapatlah berhasil.
Tetapi memohon pada Dewa dan Buddha itu ada syaratnya. “ Syaratnya” ialah harus melakukan kebajikan dalam jumlah tertentu. Seperti telah diuraikan di muka, tuan Yuen telah bersumpah dihadapan Buddha akan melakukan 3000 buah kebajikan untuk mendapatkan kedudukan, kemudian bersumpah lagi melaksanakan 3000 buah kebajikan, kemudian terus melakukan kebajikan tanpa memohon berusia panjang, ternyata ia mendapatkan panjang usia.
Dilihat dari situ berarti melakukan kebajikan merupakan “ Syarat” yang sangat penting, Jadi walaupun Dewa dan Buddha welas asih, tetapi tidaklah sembarangan memberikan berkah dan karunianya pada orang. Tegasnya dapatlah kita lihat bahwa Dewa dan Buddha tidak melanggar prinsip karma tentang “ Siapa berbuat baik pasti akan medapatkan imbalan yang baik”. Jadi kesimpulannya “ Menanam bibit baik mendapatkan buah yang baik, menanam bibit yang buruk akan mendapatkan buah yang buruk pula merupakan “KEBENARAN” yang abadi.
Ada sebuah kisah nyata :
Pada musim gugur yang lalu, aku berkunjung ke sebuah kuil untuk melihat sebuah upacara. Tatkala itu ada seorang ibu yang bernama Erl Ku sedang dengan sujudnya menyembah Dewa Lu Co memohon rejeki. Lu Co menulis sebuah sajak yang berisi 5 buah kata padanya. Arti dari sajak itu kira-kira menghendakinya secepatnya melakukan kebajikan besar, selebih itu tidak ada petunjuk lain. Hal ini telah menjadi buah pembicaraan orang di sekitar tempat itu. Kesimpulan mereka ialah bahwa Erl Ku mungkin akan menghadapi malapetaka, karenanya mereka mengusulkan agar Erl Ku cepat memberikan “ JANJI “, Jika selamat dilindungi Dewa , kelak akan memberikan sajian untuk berterima kasih.
Biasanya Erl Ku memuja Dewa, Dengan cepat ia berlutuh dihadapan altar dan berjanji, Sesudah itu legalah hatinya dan dengan tenang duduk disamping , seperti orang lain yang duduk bersamanya. Erl Ku mengira setelah berjanji, maka tidak perlu merasa was-was lagi, semua aral melintang akan dihapus oleh Dewa Lu Co, Tetapi aku berpendapat bahwa persoalannya tidak semudah itu. Aku tidak tega lalu kukatakan padanya: “ Dewa Lu CO menginginkanmu berbuat kebajikan besar, pastilah ada sebabnya. Jika anda hanya berjanji lalu mengangap urusan telah selesai, mungkin hal ini tidaklah akan menyelesaikan persoalannya, sebab “ Berjanji” bukanlah berbuat kebajikan” .
Kata-kataku ini telah membuatnya tidak berkenaan. Setelah menatapku ia berkata : “Kamu anak muda tahu apa ?” Berjanji tidak berguna? Lalu apakah yang berguna ? Aku mengerti banyak orang lebih suka mendegar kata-kata yang memuji. Aku telah “ menamparnya” pastilah ia tidak senang : Lalu kukatakan padanya : “ Melepaskan mahkluk hidup adalah melakukan cara kebajikan yang terbaik. Dapatkah anda di hadaan Dewa melepaskan hidup-hdup beberapa ekor mahkluk berjiwa ? Jika dapat, hasilnya akan lebih baik dari pada memberikan janji”
Oleh karena orang-orang di sekitarnya tidak mendukung kata-kataku, tentu saja akhirnya Erl Ku tidak mengubris kata-kataku, apalagi melakukannya. Peristiwa ini telah lewat 20 hari, akupun telah melupakannya. Pada suatu pagi, aku datang kembali ke kuil ini untuk melihat upacara. Terdengar berita bahwa Erl Ku mendadak sakit keras, telah ditolong di rumah sakit, namun gagal dan iapun meninggal dunia, Berita itu datang demikian cepatnya, siapapun tidak menduganya, maka ramailah lagi pembicaraan dalam kelenteng itu.
“Ia masih muda tapi telah tiada, usianya baru 50 tahun, dua hari yang lalu masih segar bugar” Katanya tatkala itu ada orang yang menyuruhnya melepaskan mahkluk hidup, ia merasa tidak senang……………”
Aku menarik nafas panjang, Seringkali orang mengatakan memuja Dewa dan Buddha adalah sebagai hal kepercayaan yang sesat, Orang yang mengatakan “SESAT” pasti tidak mengerti “ Kebenaran Keyakinan” yang terkandung di dalamnya. Bahkan orang yang memujanya pun kebanyakan tidak mengerti “ Kebenaran keyakinan “ yang di kandungnya serta hakekat perputaran Hukum Karma. Tak heranlah bahwa Po Sat menganggap manusia benar-benar perlu dikasihani kerana ketidak-mengertiannya.