//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Dalam Ajaran Buddha yang Ikut Berperan Aktif, Perdamaian Berawal dari Dirimu  (Read 4194 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Che Na

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.009
  • Reputasi: 51
  • Gender: Female
  • "Kesaktian tertinggi adalah berjalan diatas bumi "
Dear all,

Saya menemukan tulisan ini, spontan saja saya melihat juli yg ada di depanku, saya bilang, gimana kalau kita terjemahin naskah ini (lihat di bawah), 50-50, juli langsung menyambut, jadi bagi2 tugas.
saya seharusnya mempersiapkan bahan utk sharing di Surabaya, tampaknya cara demikian jg menjadikan diriku semakin siap utk sharing di sby.

Saya dan Juli mempersembahkan terjemahan ini (walaupun belum diperiksa dgn teliti), namun ide2 utamanya sudah termasuk dan semoga tidak ada kesalahan yang terlalu menganggu.

selamat menikmati kado dari kami berdua,

bow and respect,

Dalam Ajaran Buddha yang Ikut Berperan Aktif*, Perdamaian Berawal dari Dirimu Sendiri

Oleh John Malkin


Thich Nhat hanh, pencetus ajaran Buddha yang ikut berperan aktif, dalam wawancara dengan John Malkin.


Baru-baru ini saya bertemu dengan Thich Nhat Hanh di Wiara Kim Son, California Utara. Saya sangat bahagia duduk bersama dengan beliau dalam minum teh zafu, saya juga gembira saat beliau memberi isyarat sederhana ke lembar pertanyaan yang tergeletak di samping saya: jika tidak satu jam kemudian lonceng makan siang akan dibunyikan tanpa sempat melakukan wawancara apa pun.

Biksu dari Vietnam, Thich Nhat Hanh dicalonkan sebagai penerima penghargaan Nobel perdamaian oleh Martin Luther King Jr. pada 1967, setelah menjadi aktivis penting dalam pergerakan perdamaian di Vietnam. Beliau adalah penulis lebih dari seratus buku, termasuk Cinta Kasih dalam Tindakan, Kedamaian dalam Setiap Langkah, Keajaiban dari Perhatian Penuh Kesadaran, serta Tak Ada Kematian, Tak Ada Ketakutan. Beliau sekarang ini berdiam di wihara Plum Village, di Perancis.


-John Malkin



John Malkin: Bolehkah Anda menjelaskan asal mula ajaran Buddha yang ikut berperan aktif dan bagaimana Anda terlibat dalam perubahan sosial yang berlandaskan pada welas asih?


Thich Nhat Hanh
: Ajaran Buddha yang berperan aktif adalah ajaran Buddha itu sendiri. Ketika bom mulai berjatuhan pada banyak orang, kamu tak bisa tinggal diam di aula meditasi sepanjang waktu. Meditasi selalu berkaitan dengan kesadaran atas apa yang sedang terjadi – tidak hanya dalam tubuh dan perasaanmu saja, tapi juga kesadaran tentang apa yang sedang terjadi di sekelilingmu.

Ketika saya masih seorang sramanera di Vietnam, kami para sramanera muda menyaksikan penderitaan yang disebabkan oleh perang. Sehingga kami sangat terdorong untuk mempraktikkan ajaran Buddha dalam cara yang sedemikian rupa sehingga kita dapat membawanya ke dalam masyarakat. Hal tersebut tidaklah mudah karena tradisi tidak secara langsung menghadirkan ajaran Buddha yang berperan aktif. Maka dari itu, kami harus melakukannya sendiri. Itulah asal mula dari ajaran Buddha yang berperan aktif.

Ajaran Buddha seharusnya berkaitan langsung dengan kehidupan sehari-hari kita, berkaitan langsung dengan penderitaanmu dan penderitaan orang di sekitarmu. Kamu perlu belajar bagaimana menolong seorang anak kecil yang terluka sambil mempraktikkan napas berkesadaran. Kamu tak boleh membiarkan dirimu hanyut dalam tindakan itu. Tindakan itu seharusnya adalah meditasi pada saat yang bersamaan.


John Malkin: Anda datang ke Amerika Serikat pertama kali pada tahun 1966, apa tujuanmu, dan apa yang terjadi ketika Anda berada di sana?


Thich Nhat Hanh: Saya diundang oleh Universitas Cornell untuk menyampaikan beberapa ceramah. Saya menggunakan kesempatan tersebut untuk berbicara mengenai penderitaan yang sedang terjadi di Vietnam. Setelah itu, saya mengetahui bahwa pemerintah Vietnam tidak mengizinkan saya untuk pulang lagi ke Vietnam. Oleh karena itu, saya harus tetap tinggal dan melanjutkan pekerjaan di sini. Sama sekali bukan maksud saya untuk datang ke Barat dan membabarkan ajaran Buddha. Namun karena saya diasingkan, maka saya melakukannya. Kesempatan untuk membabarkan ajaran Buddha muncul begitu saja.


John Malkin: Pengalaman apa yang Anda dapatkan ketika tinggal di Amerika Serikat?

Thich Nhat Hanh
: Hal pertama yang saya ketahui adalah biarpun kamu punya banyak uang, kekuasaan, dan ketenaran, kamu masih menderita secara mendalam. Jika kamu tak punya cukup kedamaian dan kasih sayang di dalam dirimu, kamu tidak mungkin bisa bahagia. Banyak orang-orang di Asia yang ingin mengonsumsi sebanyak orang Eropa dan Amerika. Jadi, ketika saya memberikan ceramah di China dan Thailand dan di negara-negara Asia lainnya, saya selalu mengingatkan mereka bahwa orang-orang di Barat sangat menderita, mereka percaya bahwa dengan banyak mengonsumsi akan membawakan mereka kebahagiaan. Kamu perlu kembali kepada nilai-nilai tradisionalmu dan memperdalam latihanmu.


John Malkin: Apa yang Anda pelajari dari Martin Luther King Jr. dan gerakan hak sipil di Amerika Serikat?


Thich Nhat Hanh:
Pertemuan terakhir kali dengan Martin Luther King di Genewa saat konferensi perdamaian yang disebut Paix sur Terre – "Perdamaian di Bumi". Saya berkesempatan untuk memberitahunya bahwa orang-orang Vietnam sangat berterimakasih kepadanya karena dia telah menentang kekerasan di Vietnam. Mereka menganggapnya sebagai bodhisatwa agung, bekerja untuk rakyatnya dan mendukung kami. Sayangnya, tiga bulan kemudian dia dibunuh.


John Malkin: Apa pandangan Anda tentang gerakan perdamaian saat ini di Amerika Serikat?

Thich Nhat Hanh
: Banyak orang yang bersimpati dan rela mendukung kami dalam mengakhiri perang di Vietnam selama tahun 1960-an. Namun gerakan perdamaian di Amerika tidak punya cukup kesabaran. Banyak orang begitu gampang menjadi marah karena apa yang mereka lakukan tidak memberikan hasil sebagaimana yang mereka harapkan. Jadi, ada banyak kemarahan dan kekerasan dalam gerakan perdamaian tersebut.



John Malkin:
Banyak orang berpendapat bahwa seseorang perlu memilih antara terlibat dalam upaya perubaha sosial atau berlatih demi kemajuan diri sendiri dan kemajuan spiritual. Bagaimana pendapat Anda tentang mereka?


Thich Nhat Hanh:
Tampaknya pendapat itu terkesan dualistik. Latihan seharusnya ditujukan untuk menanggapi penderitaan: penderitaan dalam dirimu sendiri dan penderitaan yang terjadi di sekitarmu. Dua penderitaan itu saling berkaitan satu sama lainnya. Ketika kamu pergi ke gunung dan berlatih sendirian, kamu tidak punya kesempatan untuk mengenali kemarahan, kecemburuan, dan rasa putus asa dalam dirimu. Oleh karena itu, suatu hal yang bagus bagi dirimu untuk bertemu banyak orang sehingga kamu tahu jenis-jenis emosi itu. Dengan mengetahui emosi-emosi itu, kamu bisa mengenalinya dan mencoba melihat sifat sesungguhnya. Apabila kamu tidak tahu akar penyebab emosi-emosi penganggu itu, kamu tidak akan bisa melihat cara melenyapkan emosi-emosi itu. Oleh karena itu, penderitaan merupakan faktor penting bagi latihan kita.


John Malkin: Ketika kejadian World Trade Center, apabila Anda ditanya tentang apa yang akan Anda katakan kepada para pelakunya. Jawabanmu adalah bahwa Anda akan berlatih mendengar dengan penuh welas asih dan mendengar secara mendalam untuk mengerti penderitaan para pelaku itu. Mohon jelaskan tentang latihan berlatih secara mendalam dan bagaimana Anda membantu dalam kejadian itu, kejadian penyerangan World Trade Center.


Thich Nhat Hanh:
Latihan mendengar secara mendalam seharusnya ditujukan pada diri sendiri terlebih dahulu. Apabila kamu tidak tahu bagaimana cara mendengarkan penderitaan yang berasal dari dalam dirimu sendiri, tentu saja sangat sulit untuk mendengarkan penderitaan orang lain atau penderitaan sekelompok orang.

Saya telah memberikan nasihat kepada orang Amerika untuk mendengarkan penderitaan dirinya sendiri terlebih dahulu, karena begitu banyak penderitaan di setiap perbatasan Amerika. Terlalu banyak orang yang merasa bahwa dirinya sendiri merupakan korban diskriminasi dan ketidakadilan, dan tidak ada orang yang mau mendengarkan apalagi mengerti.

Anjuran saya benar-benar nyata: kita perlu membentuk sekelompok orang yang berasal dari parlemen untuk berlatih mendengarkan penderitaan orang Amerika. Saya yakin sekali bahwa banyak orang Amerika yang sanggup mendengarkan secara mendalam, mendengarkan dengan penuh welas asih yang berasal dari hati mereka. Kita perlu mencari tahu siapakah mereka yang sedang menderita, dan memohon mereka datang untuk membantu kita. Kita memohon mereka yang sedang menderita untuk maju ke depan dan memberitahu isi hatinya kepada kita. Mereka perlu memberitahu kita segala sesuatu, dan tentu saja tidak mudah bagi mereka yang mendengarkannya.

Apabila Amerika berlatih dengan cara demikian batas kekuasaanya, Amerika akan bisa mendapatkan banyak pengalaman. Kebijaksanaan yang muncul juga sangat banyak, berangkat dari kebijaksanaan inilah kita bisa mulai beraksi dan memperbaiki kerusakan-kerusakan yang terjadi di masa lalu.

Jika Amerika berhasil melakukan hal demikian, Amerika akan bisa membawa latihan ini ke tingkat internasional. Banyak orang yang hanya tahu bahwa Amerika cuma tahu cara memukul. Memukul dengan keras sehingga membuat orang lain menderita. Namun, apabila Amerika tidak memukul, tentu saja akan mendapatkan banyak respek dan mendatangkan lebih banyak kewenangan.


John Malkin:
Setelah kejadian World Trade Center, mereka yang percaya akan cara-cara tanpa kekerasan juga akan berbalik berkata, "Situasi begini tentu saja butuh tindakan dan kekerasan untuk menanggulanginya"


Thich Nhat Hanh:
Kekerasan menciptakan lebih banyak kekerasan lagi. Oleh karena itu, welas asih merupakan cara untuk mengurangi kekerasan. Welas asih tidak hanya berarti sesuatu yang lemah lembut, namun welas asih butuh keberanian.



John Malkin
: Dalam psikologi barat, kita diajarkan bahwa ketika sedang marah, kita boleh saja marah dengan cara berteriak, membanting bantal. Dalam Bukumu yang berjudul, Anger: Wisdom for Cooling the Flames, Anda tidak setuju dengan cara psikologi barat. mengapa Anda merasa bahwa cara psikologi barat tidak akan membantu mengikis kemarahan?


Thich Nhat Hanh:
Dalam psikologi ajaran Buddha, kita berbicara kesadaran dalam bentuk benih. Kita punya benih kemarahan, kita juga punya benih welas asih. Latihannya adalah membantu benih welas asih untuk tumbuh dan membiarkan benih kemarahan menyusut. Ketika kamu meluapkan kemarahanmu, kamu kira sedang menyuruh kemarahan keluar dari batinmu, tentu saja bukan demikian dalam sudut pandang psikologi ajaran Buddha. Ketika kamu meluapkan kemarahanmu melalui ucapan atau tindakan kekerasan, kamu sedang menyuburkan benih kemarahanmu, dan benih itu menjadi semakin kuat dalam dirimu, sudah jelas ini cara yang sangat berbahaya.

Oleh karena itu, mengenali benih kemarahan dan mencoba untuk menetralkannya dengan usaha pengertian dan welas asih merupakan cara untuk mengurangi kemarahan dalam diri kita. Apabila kamu tidak paham penyebab kemarahanmu, kamu tidak akan pernah bisa merubahnya.



John Malkin:
Banyak orang yang berpendapat bahwa kebahagiaan dan pencerahan merupakan dua hal yang terjadi pada masa depan, tampaknya hanya beberapa orang saja yang bisa merealisasikannya. Pencerahan bisa tertampak sebagai sesuatu yang tidak akan pernah bisa dicapai.


Thich Nhat Hanh
: Kebahagiaan dan pencerahan bagaikan makhluk hidup yang bisa tumbuh dan berkembang. Tentu saja kita bisa memberikan makanan kepada makhluk hidup demikian setiap hari. Ketika kamu tidak memberikan makanan kepada pencerahanmu, pencerahanmu akan mati. Apabila kamu tidak memberikan makanan kepada kebahagiaanmu, kebahagiaan itu juga akan mati. Apabila kamu tidak memberikan makanan kepada cinta kasihmu, cinta kasih akan mati. Apabila kamu terus memberikan makanan kepada kemarahanmu, kemarahan dan ketakutan akan tumbuh terus. Buddha bersabda bahwa tidak ada makhluk yang bisa tetap hidup tanpa makanan. Sabda Buddha ini juga berlaku untuk pencerahan, kebahagiaan, duka nestapa, dan penderitaan.



Pertama-tama, pencerahan adalah pencerahan terhadap sesuatu. Anggap saja kamu sedang minum sejenis teh dan kamu sadar bahwa kamu sedang meminum teh tersebut. Perhatian penuh kesadaran tentang minum teh adalah sejenis pencerahan. Kamu sudah sering minum namun kamu tidak tahu bahwa kamu sedang minum, karena kamu tenggelam dalam kekhawatiran. Jadi, perhatian penuh kesadaran dalam meminum teh saja sudah merupakan satu jenis pencerahan.


Apabila kamu memfokuskan batinmu pada meminum teh, kebahagiaan bisa datang ketika kamu sedang minum teh. Kamu punya kemampuan untuk merasa tenang ketika sedang minum teh di sini dan saat ini. Namun, apabila kamu tidak tahu bagaimana meminum teh dengan perhatian penuh kesadaran dan konsentrasi, Kamu tidak sedang meminum teh, kamu sedang meminum keputusasaanmu, ketakutanmu, kemarahanmu, dan kebahagiaan tidak akan hadir.


Kebijaksanaan juga merupakan suatu pencerahan. Menyadari bahwa kamu masih hidup, menyadari bahwa kamu berjalan di atas planet ini, hal demikian juga merupakan suatu bentuk pencerahan. Pencerahan tidak datang begitu saja. Kamu perlu hidup penuh perhatian untuk bisa merasa senang dalam setiap langkah. Kamu perlu mengerti bahwa supaya kebahagiaan bisa berlanjut terus kamu perlu memelihara pencerahan. Apabila kamu berjalan seperti orang yang sedang berlari, maka kebahagiaan akan berhenti.


Pencerahan kecil harus berhasil terlebih dahulu agar bisa saling mendukung pencerahan selanjutnya. Pencerahan ini perlu diberikan makanan secara terus-menerus agar pencerahan besar bisa terjadi. Jadi, setiap momen kehidupan dalam perhatian penuh kesadaran merupakan momen pencerahan. Apabila kamu melatih dirimu untuk hidup demikian, kebahagiaan dan pencerahan akan terus tumbuh.


Apabila kamu tahu cara mempertahankan pencerahan dan kebahagiaan, dengan demikian keputusasaanmu, ketakutanmu, penderitaanmu tidak punya kesempatan untuk muncul. Apabila benih negatif itu tidak muncul, maka benih itu akan semakin lemah dan semakin lemah lagi. Suatu hari nanti, ketika orang lain menyentuh benih putus asa, ketakutan, dan kemarahan dalam dirimu, kemudian energi negatif itu muncul, saat itu juga kamu sudah tahu bagaimana cara untuk kembali kepada pernapasanmu dengan penuh kesadaran dan tahu bagaimana cara untuk senyum. Kamu bisa membelai lembut penderitaanmu.



John Malkin:
Dalam latihan meditasi, kita bisa merasakan bahwa batin selalu sibuk sekali dan kita tidak bisa melakukan meditasi dengan baik. Mohon jelaskan tentang ini.




Thich Nhat Hanh
: Berlatih meditasi berkaitan dengan bagaimana merasa nyaman. Ketika kamu disuguhkan secangkir teh, kamu punya kesempatan untuk berbahagia. Minumlah teh itu dengan sedemikia rupa sehingga kamu betul-betul hadir di sana. Jika tidak demikian, apakah kamu bisa menikmati minum teh? Atau ada orang yang memberimu jeruk, tentu saja ada cara untuk memakan jeruk sehingga bisa membawakan kebebasan dan kebahagiaan. Kamu bisa berlatih makan jeruk dengan wajar, sehingga kebahagiaan dan kebebasan hadir di sana. Apabila kamu datang ke retret perhatian penuh kesadaran, kamu akan disuguhkan sejenis latihan yang bisa membawakanmu kebebasan dan kebahagiaan ketika sedang makan jeruk atau sedang minum teh atau juga sedang berjalan di luar sana.



Suatu hal yang memungkinkan untuk merasa nyaman dalam setiap langkah. Langkah-langkah ini akan menjadi penyembuhan dan penyegaran, membawakanmu lebih banyak kebebasan lagi. Apabila kamu punya banyak teman yang berlatih dengan baik dalam meditas jalan, mereka akan menjadi orang yang mendukungmu dalam latihan. Latihan ini bisa dilakukan setiap saat, bukan latihan masa depan, namun latihan untuk masa sekarang ini. Apabila masa ini sangat indah, maka masa depan akan indah juga karena masa depan terbentuk dari masa sekarang ini. Anggap saja kamu bisa melangkah dengan bebas dan ceria, kemanapun kamu melangkah itu adalah tanah suci Buddha. Tanah suci Buddha bukan urusan masa depan.


John Malkin: Menurut Anda, Buddha masa akan datang berbentuk seorang manusia atau dalam bentuk komunitas?


Thich Nhat Hanh:
Saya rasa Buddha sudah ada di sini. Apabila kamu hidup dengan cara perhatian penuh kesadaran, maka kamu bisa melihat Buddha dalam bentuk apa pun, terutama melihat Buddha sebagai komunitas. Abad ke-20 merupakan abad individualisme, terus terang kita sudah tidak ingin individualisme lagi, sekarang ini kita mencoba untuk hidup sebagai komunitas, kami ingin mengalir bagaikan air, tidak ada lagi tetesan air. Aliran sungai ini akan terus menuju samudra, tidak ada lagi tetesan air yang menguap di tengah jalan. Oleh karena itu, sangat memungkinkan sekali bagi kita untuk mengenali kehadiran Buddha di saat ini dan sekarang juga. Saya rasa, setiap langkah, setiap napas, setiap kata-kata yang diucapkan dengan perhatian penuh kesadaran, semua ini merupakan manifestasi dari Buddha. Jangan mencari Buddha di tempat lain, Buddha bisa ditemukan dalam seni hidup perhatian penuh kesadaran dalam setiap momen hidupmu.



*Engaged Buddhism


John Malkin merupakan pembawa acara program radio minggu di Free Radio Santa Cruz, Proram yang memusatkan perhatian kepada perubahan sosial dan kemajuan spiritual

Terjemahan bebas oleh Juliani dan Nyanabhadra

Sumber: http://www.shambhalasun.com/index.php?option=content&task=view&id=1579

 _/\_
Ketika Melihat Dengan Hati , Mendengar Dengan Mata ..

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Quote
Pencerahan kecil harus berhasil terlebih dahulu agar bisa saling mendukung pencerahan selanjutnya. Pencerahan ini perlu diberikan makanan secara terus-menerus agar pencerahan besar bisa terjadi. Jadi, setiap momen kehidupan dalam perhatian penuh kesadaran merupakan momen pencerahan. Apabila kamu melatih dirimu untuk hidup demikian, kebahagiaan dan pencerahan akan terus tumbuh.

Dalam teori Abhidhamma, citta (pikiran/kesadaran) perlu dilatih.
Untuk mendapatkan kemampuan 'pencerahan' (sadar akan sesuatu), perlu dimulai dari hal-hal yg kecil, sedikit demi sedikit sehingga sering dan menjadi terbiasa.

Tidak terkecuali, untuk bisa 'padamnya AKU', artinya Ego kita bisa padam, perlu usaha, perlu dibiasakan sedikit demi sedikit sehingga menjadi kebiasaan, perlu latihan. Seperti juga bagaimana Ego kita dulu terbentuk, begitu juga dipadamkan. Sejak lama kita melatih diri kita sehingga terbiasa menjadi pemarah, kita melatih diri kita untuk menjadi pembohong, kita melatih diri kita untuk menjadi tamak. Untuk mengakhirinya tidak ada jalan instan. Semuanya perlu dimulai dari hal-hal yg kecil, sedikit demi sedikit dilatih untuk menjadi lebih baik. Menyuburkan yg satu akan melemahkan yg lain.

Ibarat mobil yg sedang melaju kencang, untuk berhenti perlu melepaskan gas dan menginjak rem, berhenti perlahan-lahan, sehingga akhirnya bisa berhenti total.

::

« Last Edit: 12 July 2008, 02:23:48 PM by willibordus »
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
Ya... seperti hukum newton tentang kelembaban. awalnya di mulai dari satu titik dan kemudian menyebar dan menjadi lebar. (cmiiw)

Kita harus latih diri kita, supaya kita tahu siapa diri kita ini. Cobalah Perhatikan perubahan kecenderungan batin kita yang muncul padam itu.

Mari kita praktek bersama..... _/\_

_/\_ :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Quote
Ajaran Buddha seharusnya berkaitan langsung dengan kehidupan sehari-hari kita, berkaitan langsung dengan penderitaanmu dan penderitaan orang di sekitarmu.
Saya tidak mengerti pernyataan diatas...Saya tahu dan yakin ajaran Buddha memang berkaitan langsung dengan kehidupan sehari2 kita dan penderitaan kita,tapi soal penderitaan orang lain?Apa maksud pernyataan ini?Jika hanya "mengamati" saya setuju,jika "bertindak" saya kurang setuju...
Quote
Kamu perlu belajar bagaimana menolong seorang anak kecil yang terluka sambil mempraktikkan napas berkesadaran. Kamu tak boleh membiarkan dirimu hanyut dalam tindakan itu. Tindakan itu seharusnya adalah meditasi pada saat yang bersamaan.
Kebanyakan orang pasti akan terhanyut pada "tindakan itu".....
Bagaimana mungkin ketika kita menolong seorang anak kecil yang jatuh disungai,pasti pikiran pertama kita adalah "menolong" anak tersebut....
Bagaimana 2hal dijadikan 1hal pada saat bersamaan?Antara meditasi dan tindakan?

Salam,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Quote
Ajaran Buddha seharusnya berkaitan langsung dengan kehidupan sehari-hari kita, berkaitan langsung dengan penderitaanmu dan penderitaan orang di sekitarmu.
Saya tidak mengerti pernyataan diatas...Saya tahu dan yakin ajaran Buddha memang berkaitan langsung dengan kehidupan sehari2 kita dan penderitaan kita,tapi soal penderitaan orang lain?Apa maksud pernyataan ini?Jika hanya "mengamati" saya setuju,jika "bertindak" saya kurang setuju...
yah kurang lebih sama lah dg kondisi di indonesia yg kena pemadaman listrik bergilir.
gerakan aktif, menuntut pln & pemerintah bekerja lebih baik
gerakan pasif, menghemat pemakaian energi dalam rumah & tempat kita sendiri.

ke2 2 nya sama2 baik, dan semoga dapat membawa dampak positif ke lingkungan di luar diri kita.


Quote
Quote
Kamu perlu belajar bagaimana menolong seorang anak kecil yang terluka sambil mempraktikkan napas berkesadaran. Kamu tak boleh membiarkan dirimu hanyut dalam tindakan itu. Tindakan itu seharusnya adalah meditasi pada saat yang bersamaan.
Kebanyakan orang pasti akan terhanyut pada "tindakan itu".....
Bagaimana mungkin ketika kita menolong seorang anak kecil yang jatuh disungai,pasti pikiran pertama kita adalah "menolong" anak tersebut....
Bagaimana 2hal dijadikan 1hal pada saat bersamaan?Antara meditasi dan tindakan?

Salam,
Riky
setahu saya, meditasi yg benar memang seharusnya terjadi di sepanjang waktu.
yaitu "sadar" dalam aktifitas apapun, termasuk sedang duduk bersila, ataupun sedang melakukan kegiatan sehari2 seperti mencuci, masak, makan, buang air dll.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Quote
setahu saya, meditasi yg benar memang seharusnya terjadi di sepanjang waktu.
yaitu "sadar" dalam aktifitas apapun, termasuk sedang duduk bersila, ataupun sedang melakukan kegiatan sehari2 seperti mencuci, masak, makan, buang air dll.
Jika "kesadaran sudah kuat" dan setahu saya juga apabila "kesadaran sudah kuat" biasanya menjadi sering "mengamati" bukan "aktif untuk bertindak" atau mungkin ada yang lainnya?

Salam,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
IMO, yang diamati itu gejolak2 di dalam.Sehingga sewaktu ada input, dalam prosesor kita mengamati gejolak2-nya, sehingga ada output yang baik.Baik ini tanpa karena memank harus, tetapi karena dorongan cinta kasih dan kebijaksanaan.
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Jika "kesadaran sudah kuat" dan setahu saya juga apabila "kesadaran sudah kuat" biasanya menjadi sering "mengamati" bukan "aktif untuk bertindak" atau mungkin ada yang lainnya?

Salam,
Riky

Sejalan dengan yg telah dijelaskan oleh Bro Tesla dan Bro Edward,

"Kesadaran yg kuat" adalah 'sadar akan gejolak batin di dalam diri".
Pada saat kita 'sadar', maka kita tidak akan terlarut oleh suasana.

Ketika kesadaran kita meningkat, bukan berarti kita menjadi diam, pasif dan hanya mengamati kejadian yg sedang berlangsung. Justru sebaliknya, apa yg masih dapat kita lakukan, lakukanlah dengan penuh kesadaran, ketika tidak ada lagi yg dapat dilakukan, maka kita akan duduk diam (dan menikmati secangkir teh - kata Mr. Brahm).

Kita ambil contoh:

Telah terjadi kecelakaan lalu lintas di depan mata kita. Yg dapat kita lakukan adalah menolong meminggirkan si korban atau kendaraannya, atau menelpon mobil ambulans atau tidak ikut2an menonton sembari berjalan pelan2 yg malah akan menimbulkan kemacetan dibelakang kita. Semua pertolongan tsb dapat kita lakukan dengan kesadaran penuh. Kita sadar apa yg harus dilakukan dan ketika melakukan tindakan tsb. 

Yang dikatakan "tidak sadar dan terlarut" adalah: Menolong korban sembari ikutan 'panik' (bisa mengakibatkan korban semakin cidera karena kurangnya 'sati' kita ketika menarik korban kepinggir), atau juga kita terlarut dalam emosi dan ikut2an memaki si penabrak, atau 'terlarut dalam suasana' dan ikutan menjadi panik, sehingga ketika menelpon polisi, jadi gagap dan tidak bisa memberikan informasi yg benar.

Contoh yg pertama diatas adalah: contoh 'kesadaran kuat ketika melakukan sesuatu' dan contoh yg kedua adalah 'kurangnya kesadaran dan terlarut dalam suasana'.

Ketimbang diam saja dan hanya mengamati, jauh lebih bermanfaat melakukan pertolongan yg didorong oleh batin karuna (belas kasihan) dan melakukannya dengan kesadaran penuh (sati).

::
« Last Edit: 13 July 2008, 01:50:02 PM by willibordus »
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Quote
apa yg masih dapat kita lakukan, lakukanlah dengan penuh kesadaran, ketika tidak ada lagi yg dapat dilakukan, maka kita akan duduk diam (dan menikmati secangkir teh - kata Mr. Brahm).
Setuju
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

 

anything