Maraknya Bisnis Perawatan Organ Intim Perempuan: Komersialisasi Mitos Seks Peret
Oleh: Iwu Dwisetyani Utomo
Akhir-akhir ini bisnis perawatan organ intim perempuan marak tersedia, terutama di kota-kota besar. Perawatan khusus atau praktik-praktik yang dilakukan untuk vagina, baik itu perawatan yang dikatakan traditional ataupun modern dengan teknik-teknik mutakhir kedokteraan, tiba-tiba sangat marak tersedia di tempat praktik-praktik traditional, salon-salon kecantikan, spa, bahkan klinik-klinik praktek dokter spesialis. Mengapa perawatan dan praktik-praktik yang dilakukan untuk vagina berkembang cukup pesat dalam beberapa tahun belakangan ini? Apa saja bentuk-bentuk perawatan atau praktik-praktik vagina yang dilakukan oleh perempuan? Baikkah perawatan-perawatan dan praktik-praktik vagina tersebut untuk kesehatan? Adakah konstruksi sosial gender yang mendasari perawatan dan praktik-praktik tersebut? Bagaimana dunia bisnis memanfaatkan konstruksi sosial dalam dunia pervaginaan?
Perawatan atau praktik-praktik organ intim perempuan dalam tulisan ini disebut dengan terminologi praktik-praktik vagina (vaginal practices). Praktik-praktik vagina di Indonesia dapat didefinisikan sebagai segala macam bentuk usaha yang dilakukan oleh perempuan dalam upaya untuk membuat vagina mereka menjadi peret, sempit, kering, dan tidak becek.
Bukti-bukti Penelitian Praktik-praktik Vagina di Beberapa Negara
Penelitian-penelitian tentang praktik-praktik vagina umumnya dilakukan di beberapa negara di Afrika, di mana praktik-praktik ini banyak dilakukan seperti juga halnya dengan female genital mutilation (FGM). Penelitian di Cote d’Ivoire melaporkan bahwa penggunaan bahan-bahan untuk mengeringkan vagina kemungkinan besar dapat menyebabkan meningkatnya insiden penyakit-penyakit kelamin dan infeksi tetapi tidak menyebabkan keadaan flora vagina terganggu (La Ruche et al. 1999). Penelitian yang dilakukan di Zaire melaporkan bahwa penggunaan daun-daunan, bubuk batu-batuan, bahan-bahan kimia seperti bedak, Vicks, alum, dan obat-obatan vagina serta kain yang dimasukkan dalam vagina dapat menimbulkan rasa sakit yang meningkat dan kemungkinan infeksi karena terjadinya gesekan-gesekan pada vagina yang dapat menyebabkan luka (Brown et al. 1993, 1992). Penelitian lain yang dilakukan di Zaire (Irwin et al. 1993, 1991) terhadap penggunaan bedak, ekstrak tumbuhan seperti akar jahe, daun-daunan, kacang cola, dan serbuk peluru menemukan bahwa kemungkinan bahan-bahan tersebut dapat menimbulkan iritasi dan menutupi simtom-simtom sexually transmitted disease (STDs) yang merupakan faktor yang dapat menyebabkan penularan HIV. Di Zambia, Sadala et al. (1995) menemukan bahwa penggunaan bahan-bahan untuk mengeringkan vagina dapat menyebabkan pembengkakan dan terkelupasnya vagina, terutama bila bahan-bahan yang dimasukkan dalam vagina adalah daun-daunan dan kain. Hal terbaru yang ditemukan oleh Van de Wijgert et al. (2000) di Zambia adalah bahwa penggunaaan bahan-bahan untuk mengeringkan vagina dapat meningkatkan kerusakan pada flora vagina. Sedangkan Civic dan Wilson (1998) melaporkan bahwa efek samping yang mungkin timbul adalah terjadinya goresan dan pembengkakan pada vagina.
Dari hasil penelitian di Amerika ditemukan bahwa perempuan Afrika-Amerika lebih banyak yang mempraktekkan seks kering (16%) dibandingkan dengan perempuan kulit putih (6%). Dampaknya perempuan Afrika-Amerika yang mempraktikkan seks kering lebih banyak menderita STDs (Foxman et al., 1998). Penelitian lain yang dilakukan di Amerika mengungkapkan bahwa lebih dari 20 juta perempuan Amerika melakukan douching secara rutin. Sekitar 37% perempuan Amerika yang berusia 15-44 tahun melakukan douching secara teratur. Separuh dari perempuan yang melakukan douching, melakukannya secara teratur seminggu sekali. Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan di Amerika, diketahui bahwa perempuan yang secara rutin melakukan douching cenderung mempunyai lebih banyak masalah yang berhubungan dengan kesehatan vaginanya dibandingkan dengan perempuan yang tidak pernah melakukannya atau mereka yang melakukan douching tetapi tidak melakukannya secara rutin. Masalah-masalah yang dapat ditimbulkan karena douching adalah iritasi vagina, infeksi vagina (bacterial vaginais) dan STDs. Perempuan yang sering melakukan douching juga lebih rentan terhadap resiko kena penyakit pelvic inflammatory dan bila penyakit itu tidak diobati dapat menyebabkan kemandulan dan kehamilan ektopic (ectopic pregnancy), infeksi pada bayi, masalah yang berhubungan dengan proses kelahiran dan kelahiran bayi sebelum waktunya (The National Women’s Information Centre 2002).
Dalam website The National Women’s Information Centre, sebuah organisasi yang sangat gencar mempromosikan kesehatan perempuan, dikatakan bahwa secara medis sudah terbukti bahwa vagina mempunyai mekanisme untuk menjaga keseimbangan keadaan kimiawinya yang dapat membersihkan secara alamiah. Oleh karena itu, yang terbaik adalah membiarkan vagina untuk melakukan pembersihan alamiah dengan mengeluarkan sekresi-sekresi lendir. Dengan demikian vagina tidak memerlukan perawatan khusus dengan menggunakan berbagai produk khusus vagina yang diperdagangkan secara komersial. Cara untuk menjaga kebersihan vagina yang disarankan oleh para genekolog dan Food and Drug Administration America adalah dengan menggunakan air hangat dan sabun lembut tanpa pewangi pada waktu akan mandi untuk membersihkan vagina bagian luar. Ahli-ahli kesehatan di Amerika sangat tidak menyarankan dilakukannya douching untuk membersihkan vagina karena dapat mengganggu bahkan merusak keadaan flora vagina yang dapat memungkinkan perempuan lebih rentan terhadap infeksi bakteri dan bahkan dapat menyebabkan penyebaran infeksi yang ada dalam vagina atau cervic masuk lebih dalam ke uterus fallopian tubes dan indung telur (The National Women’s Health Information Centre 2002).
Di Indonesia, penelitian tentang hal ini masih sangat terbatas. Penelitian pertama dilakukan oleh Joesoef dkk. (1996 ) di Surabaya dengan melakukan penelitian dan test pathology pada ibu-ibu hamil. Dalam penelitian tersebut ibu-ibu hamil yang diteliti mencuci vagina mereka dengan air saja, atau air dan sabun, cairan Betadine, dan larutan sirih. Hanya sebagian ibu-ibu yang diteliti telah memasukkan cairan Betadine atau larutan sirih ke dalam vagina. Dalam penelitiannya Joesoef dkk. menemukan bahwa bila melakukan pembersihan vagina dengan bahan-bahan tersebut, kecuali ibu-ibu yang menggunakan air saja, maka kemungkinan terkena STDs akan meningkat bila pembersihan vagina tersebut dilakukan sebelum melakukan hubungan seks. Asumsinya, bahan-bahan yang digunakan untuk cebok dapat memfasilitasi tumbuhnya bakteri pathogen dengan membunuh keadaan flora vagina yang alamiah.
Mulai pada tahun 2000, penelitian-penelitian yang berhubungan dengan seks kering dan praktik-praktik vagina dipelopori oleh seorang peneliti senior dari Australian National University, Prof. Terence Hull. Pada tahun 2002, Prof. Hull mensponsori Esthi Hudiono melakukan penelitian tentang hal ini di Surabaya di kalangan ibu-ibu rumah tangga dan pekerja seks komersial. Pada tahun yang sama juga dilakukan penelitian oleh Agoes Azwar di Sumatera Selatan tentang penggunaan jamu-jamuan yang berhubungan dengan seksualitas pada ibu-ibu, juga bapak-bapak. Berkat Prof. Hull penelitian dalam bidang ini di Indonesia dan Thailand dapat berkembang pesat atas dukungan dana dari Ford Foundation Jakarta melalui Dr. Meiwita Budhiarsana, World Health Organisation dan Australian Research Council.
Dari penelitian-penelitian yang dilakukan di Indonesia ditemukan bahwa mitos tentang vagina yang peret, kering, dan rapat sangat membekas di kalangan masyarakat baik laki-laki maupun perempuan. Vagina yang peret, kering, dan rapatlah yang dapat memberikan kepuasan seksual pada laki-laki. Mitos-mitos tersebut mulai diperkenalkan pada perempuan pada waktu memasuki persiapan pernikahan. Setelah menikah, kebiasaan-kebiasaan baik minum jamu atau praktik-praktik vagina lainnya mulai lebih banyak lagi dilakukan. Usaha-usaha ini semakin getol dilakukan oleh ibu-ibu, terutama bila mereka menganut aliran kuat bahwa isteri-isteri harus memberikan pengabdian dan pelayanan yang optimal pada suami, takut kalau suami mempunyai hubungan ekstra marital atau mempunyai isteri simpanan, takut kalau kehilangan suami karena kalau suami berpaling pada perempuan lain maka ia akan kehilangan sumber kehidupan. Praktik-praktik vagina juga dilakukan oleh perempuan bila mereka mempunyai masalah keputihan. Suami sering kali mengeluh tentang keadaan vaginannya yang “becek” atau suami sering mengeluhkan keadaan vagina yang mulai “longgar” dan kurang rapat.
Dari penelitian-penelitian yang telah dikemukakan di atas, yang umumnya dilakukan di negara lain, dapat disimpulkan bahwa praktik-praktik vagina dapat membahayakan kesehatan perempuan. Perempuan yang melakukannya dapat lebih rentan terhadap berbagai penyakit infeksi vagina, STDs, dan HIV/AIDS. Tetapi sangat disayangkan bahwa penelitian-penelitian laboratories tentang praktik-praktik vagina yang dilakukan di Indonesia seperti gurah vagina dan praktik-praktik lainnya serta penggunaan Tongkat Madura belum pernah dilakukan sehingga penulis tidak dapat mengambil kesimpulan tentang bagaimana pengaruhnya terhadap kesehatan perempuan. Namun, dapat ditarik asumsi karena berbagai penelitian medis yang telah dilakukan di negara lain menyatakan bahwa praktik-praktik vagina dapat membahayakan kesehatan perempuan terutama kesehatan reproduksi perempuan. Setidak-tidaknya perempuan Indonesia harus mengetahui kemungkinan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan dari praktik-praktik tersebut. Sayangnya, pemerintah juga tidak berupaya untuk melakukan sosialisasi tentang masalah ini dan membiarkan bisnis perawatan organ intim perempuan menjamur dan berkembang di Indonesia. Selain itu, bila diperhatikan secara seksama banyak jamu-jamu yang dijual, walaupun sudah mencantumkan nomor lengkap izin Departemen Kesehatan (Depkes), sering kali tidak membubuhkan tanggal kadarluasa. Perlu diketahui, bila produk-produk jamu sudah membubuhkan izin Depkes, tidak berarti bahwa jamu tersebut sudah diteliti secara laboratories. Sehingga dampaknya bagi kesehatan pengguna juga belum diketahui secara mendalam. Pembubuhan nomor Depkes hanya berarti bahwa jamu tersebut sudah terdaftar di Depkes.
Berbagai cara perawatan vagina yang dilakukan di Indonesia
Upaya-upaya yang dilakukan oleh perempuan dalam hal ini dapat berupa pencucian vagina (cebok) dengan air, dengan menggunakan larutan daun sirih, dengan berbagai jenis pembersih vagina siap pakai, minum jamu-jamuan, dan memasukkan Tongkat Madura dalam vagina, perawatan kecantikan dan keharuman vagina dengan V-spa dan Kendedes, gurah vagina dan operasi vagina.
Mencuci Vagina dengan Larutan Sirih Ekstrak dan Sabun Khusus Vagina
Perawatan yang paling umum dilakukan oleh perempuan Indonesia adalah cebok. Variasi dari cebok yang hanya menggunakan air saja, juga dilakukan dengan menggunakan air sirih atau dikombinasikan dengan berbagai produk vagina siap pakai yang berupa cairan air sirih dengan berbagai merk, sabun vagina, dan tissue basah yang menggunakan sirih ekstrak. Selain itu, tersedia krim pemutih kulit untuk daerah selangkangan, contohnya Wish whitening cream yang dapat digunakan untuk memutihkan selangkangan hitam (disingkat dengan Selangit).
Minum Jamu-jamuan untuk Membuat Vagina Peret, Sempit, dan Tidak Longar
Ada beberapa jamu yang bertujuan untuk membuat vagina lebih peret. Jamu-jamuan ini sering dikenal dengan sebutan jamu Sari Rapet, Rapet Wangi, Asrirapat, Jamu Empot-empot ayam, dan Tongkat Madura. Juga tersedia jamu-jamuan untuk menyembuhkan keputihan seperti Siputih dan lain-lainnya. Walaupun kita tidak mengetahui berapa banyak perempuan Indonesia yang mengkonsumsi jamu-jamuan ini dan apakah jamu-jamuan ini benar-benar dapat membuat vagina menjadi lebih peret dan kencang, salah satu indikasi bahwa banyak demand untuk jamu-jamuan semacam ini adalah tersedianya berbagai macam merk jamu yang memproduksi jamu-jamu ini. Selain jamu-jamu sari rapet, jamu yang lebih banyak digunakan oleh perempuan adalah jamu kunir asam atau jamu kunir asam yang dicampur dengan air daun sirih.
V-spa (Vagina Spa) dan Kendedes
V-spa adalah serangkaian treatment yang dilakukan perempuan untuk perawatan organ intim. Perawatan organ intim ini dimulai dengan mandi dan olahraga (Kegel), minum ramuan herbal, aroma terapi, total body massage, pengompresan vagina dengan menggunakan kompres herbal hangat yang dimasukkan dalam kantong besar dan diletakkan di daerah atas vagina, dan perawatan ini diakhiri dengan vagina fogging (pengasapan). Pengasapan vagina dilakukan dengan duduk di atas kursi yang tengahnya berlubang dan di bawahnya diletakan anglo tempat areng bakar dan ratus sehingga aroma ratus dapat langsung masuk ke vagina.
Perawatan vagina yang dinamakan Kendedes yang cukup populer saat ini serupa dengan V-spa, tetapi lebih singkat. Klien yang akan melakukan perawatan dipijat, kemudian dilakukan luluran atau body scrub, mandi berendam dengan rempah-rempah, dan terakhir pengasapan vagina seperti halnya vagina fogging. Kedua macam perawatan vagina ini dapat diperoleh di salon-salon kecantikan atau di tempat beauty spa yang sekarang marak terdapat di kota-kota besar.
Teknik-teknik Gurah Vagina
Berbeda dengan cara perawatan yang telah disebutkan di atas—perawatan atau pembersihan vagina hanya dilakukan di bagian luar, kecuali bila menggunakan Tongkat Madura—gurah vagina adalah pengobatan yang dilakukan dengan pembersihan bagian dalam liang vagina. Ada beberapa cara gurah vagina. Pertama, gurah yang dilakukan oleh seorang ‘ahli’ pengobatan tradisional yang dilakukan dengan memasukkan ramuan-ramuan tradisional yang dirahasiakan resepnya ke dalam vagina yang akan dikeluarkan setelah beberapa saat. Sudah selayaknya dalam praktik ini masalah kebersihan dan kesehatan perlu dipertanyakan. Biaya yang dikenakan untuk perawatan ini dapat berkisar antara Rp 250-800 ribu, tergantung dari keadaan sosial ekonomi pengguna jasa tersebut. Kedua, gurah yang dilakukan oleh ahli-ahli kecantikan di salon atau oleh dokter spesialis kandungan atau bidan di tempat praktek mereka. Di salah satu salon di Jakarta misalnya, ditawarkan terapi gurah vagina Tiongkok Kuno dengan biaya Rp 600 ribu rupiah per treatment. Lama perawatan tersebut kira-kira 20 menit. Walaupun pemilik salon tersebut berpraktek di Jakarta, namun ia sering keliling ke Surabaya, Semarang, Pekanbaru, dan Batam untuk memberikan pelayanan kecantikan alternatif dan gurah vagina.
Pembersihan bagian dalam vagina juga dapat dilakukan oleh dokter ahli kandungan atau bidan, tentunya kompetensi ahli-ahli medis ini tidak perlu diragukan. Namun, dewasa ini muncul terapi “Ozonisasi Vagina” yang dilakukan oleh dokter. Prosesnya adalah dengan pembersihan vagina bagian luar dengan menggunakan cairan antiseptik; penyemprotan vagina bagian dalam dengan cairan antiseptik yang dilakukan dengan menggunakan alat penyemprotan khusus sehingga penyemprotan bisa masuk ke dalam liang vagina; kemudian dilakukan penyemprotan dengan menggunakan antibakteri dan antifungus; langkah berikutnya dilakukan penyemprotan deodoran agar vagina berbau harum dan terakhir vagina akan disemprot dengan ozon (uap). Proses penyemproton vagina ini berlangsung sekitar 15 menit (Prodo 2005:89-91).
Operasi Kecantikan Vagina
Operasi kecantikan vagina dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi laser atau operasi. Dalam hal operasi vagina dengan menggunakan teknologi laser dapat dilakukan untuk memperbaiki labia minora dan labia majora yang ukurannya kurang sesuai, merekonstruksi bagian pubis, menggembalikan struktur vulva dan liang senggama yang sudah tidak elastis akibat usia dan melahirkan, dan untuk mengembalikan selaput dara yang rusak. Dapat juga dilakukan operasi selaput dara dan pengencangan vagina (vagina tightening) dengan melakukan operasi “pelvic floor operation” di mana lapisan vagina diperbaiki lapis demi lapis melalui operasi. Operasi yang terakhir banyak dilakukan oleh ibu-ibu yang sudah banyak melahirkan anak.
Bersambung