//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: TUJUAN HIDUP YANG BENAR  (Read 3427 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
TUJUAN HIDUP YANG BENAR
« on: 18 December 2007, 01:30:24 PM »
TUJUAN HIDUP YANG BENAR
(Mencari Kebahagiaan Sejati)
UP Sasanadhaja Dr. R. Surya Widya, SpKJ

Menurut Buddha Dhamma, manusia adalah salah satu jenis makhluk hidup dalam 31 alam kehidupan yang telah mengalami proses tumimbal lahir (lahir, tua, sakit, mati) berulang-ulang, yang proses dan kondisi tumimbal lahirnya sangat tergantung pada perbuatan (kamma)-nya dalam kehidupan-kehidupan sebelumnya, bisa terlahir sebagai makhluk manusia bukanlah suatu yang kebetulan, kemungkinannya sangat-sangat kecil sekali dan pasti oleh karena usaha yang luar biasa dalam menimbun kebajikan dalam kehidupan-kehidupan yang sebelumnya.
   Terlahir sebagai makhluk manusia adalah sangat menguntungkan, karena terbuka kesempatan yang sangat luas untuk meningkatkan kualitas sebagai makhluk hidup, yaitu mencapai tingkat-tingkat kesucian yang lebih tinggi. Apabila tujuan atau arah hidup ini keliru karena ketidaktahuan atau kegelapan batin, maka terbuanglah dengan sia-sia kesempatan yang sangat baik ini bagi yang bersangkutan. Banyak orang yang hidup dan kemudian meninggal dunia dalam kebingungan, ketakutan dan keragu-raguan, karena ia tidak tahu untuk apa ia hidup. Sungguh saying sekali.
   Sebagai siswa Sang Buddha, kita beruntung sekali telah diwariskan jalan atau cara yang tepat atau jitu untuk mencapai kebahagiaan, yang dapat diintisarikan sebagai berikut :
Tidak berbuat jahat
Banyak berbuat baik
Sucikan hati dan pikiran
Ini adalah Ajaran para Buddha
(Dhammapada-183)
   

Menurut Agama Budhha terdapat 3 tujuan dari hidup manusia, :
A.   Ditthadhammikattha (tujuan sementara yang dapat dinikmati sekarang)
B.   Samparayikattha (tujuan spiritual atau manfaat yang dapat diperoleh kemudian)
C.   Paramattha (tujuan tertinggi atau manfaat yang terbesar)

A.   Tujuan sementara yang dapat dinikmati sekarang (Ditthadhammikattha) :
1)   Memiliki hidup sehat, tubuh yang segar/bugar, terbebas dari penyakit dan panjang usia;
2)   Memiliki pekerjaan dan penghasilan, hidup lurus penuh kejujuran dan secara ekonomi tidak tergantung pada orang lain;
3)   Memiliki status social yang baik dan dihormati oleh masyarakat sekitar;
4)   Memiliki keluarga yang bahagia/harmonis dengan reputasi yang terpuji

(Penjelasan)
A.1.  Memiliki hidup sehat, tubuh yang segar/bugar, terbebas dari penyakit dan panjang usia. Kondisi ini hanya dapat dicapai dengan :
a.   Melaksanakan pola hidup sehat :
   Mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi, dalam jumlah yang tidak berlebihan-lebihan, berhenti makan sebelum kenyang. Hidup bukan untuk makan/minum, tetapi makan/minum untuk hidup.
   Berolah raga secara teratur, sering namun tidak terlalu berat;
   Melakukan segala kegiatan di siang hari, malam hari untuk istirahat;
   Melakukan rekreasi secara berkala bersama keluarga
   Rajin berkonsultasi dengan dokter keluarga, tidak menggunakan zat-zat yang merugikan kesehatan (alcohol, rokok dll)

b.   Rajin mengikuti kegiatan puja bakti di vihara atau di rumah
c.   Sering menolong manusia atau makhluk lain yang sedang sakit/emnderita/sengsara
d.   Mengendalikan diri untuk tidak melanggar lima sila (terutama sila kesatu dan kelima)
e.   Rajin melaksanakan bhavana (meditasi), berusaha melepaskan diri dari stress kehidupan, mengembangkan cinta kasih, mengendalikan pikiran/perasaan, hidup dalam keseimbangan.

   A.2. Memiliki pekerjaan dan penghasilan, hidup lurus penuh kejujuran dan secara ekonomi tidak tergantung pada orang lain. Kondisi ini hanya dapat dicapai dengan :
a.   bekerja atau berusaha secara professional, memiliki ketrampilan dan menguasai bidang usaha yang ditekuni; tahan banting, ulet, bersemangat, rajin, bersungguh-sungguh, tekun dan tidak mudah menyerah.
b.   tidak pernah berhenti belajar, selalu berusaha meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan, waspada terhadap segala tantangan dan ancaman.
c.   hidup hemat, sederhana, tidak berlebih-lebihan, rajin menabung, hanya membeli barang-barang yang dibutuhkan, bukan yang diinginkan.
d.   menjaga dan memelihara harta yang telah dimiliki dengan sebaik-baiknya, kemudian membelanjakannya sesuai dengan kewajiban dan kemampuan;
e.   rajin berdana materi : membantu pembangunan vihara/cetiya, membantu pembangunan gedung/sarana pendidikan sekolah, membantu pembiayaan kegiatan pendidikan/pelatihan/penataran, membantu penerbitan buku-buku tentang agama Buddha, menyediakan 4 kebutuhan pokok para Bhikkhu (anggota sangha), membantu rumah yatim piatu, membantu fakir miskin, mendukung panti jompo, membantu korban bencana alam/kebakaran/banjir dll;
f.   tekun melaksanakan lima sila (terutama sila kedua dan sila keempat)
g.   rajin melaksanakan bhavana (meditasi), untuk mengendalikan nafsu keinginan yang berlebihan

   Pendidikan yang tinggi, pengetahuan yang mendalam, penguasaan yang luas, ketrampilan dan kamma baik sangat menentukan jumlah materi (uang) atau penghasilan yang diperoleh. Hidup lurus penuh kejujuran adalah cara yang paling aman, karena akan terhindar dari berbagai kesulitan di masa mendatang, salah satunya adalah terhindar dari perselisihan atau permusuhan yang tidak perlu dengan pihak lain. Kemandirian secara ekonomi sangatlah penting, yaitu tidak tergantung pada orang lain untuk memenuhi segala kebutuhan sendiri, memiliki tempat tinggal (rumah) yang layak, pakaian, makanan, obat-obatan, kendaraan dan lain-lainnya.

A.3.  Memiliki status social yang baik dan dihormati oleh masyarakat sekitar. Kondisi ini hanya dapat diperoleh melalui :
   Sikap murah hati,  banyak membantu makhluk lain yang berada dalam kesulitan sesuai dengan kemampuan. Kedudukan atau jabatan yang tinggi, kekayaan yang melimpah-ruah, gelar akademik yang berderet-deret tidak merupakan jaminan akan dihormati orang, namun suka membantu orang lain, menolong sanak keluarga, perduli pada sesame makhluk dan tidak pernah membuat susah orang lain akan menimbulkan rasa hormat dan lebih dihargai.
   Memiliki moral yang baik berarti tekun melaksanakan Pancasila Buddhis dalam kehidupan sehari-hari, yaitu pertama : berlatih sungguh-sungguh untuk tidak membunuh makhluk hidup, kedua : tidak mengambil barang yang tidak diberikan, ketiga : tidak menggoda isteri/suami orang lain (perbuatan asusila), keempat : tidak mengucapkan kata-kata yang tidak benar dan kelima : tidak menggunakan segala zat yang memabukkan (melemahkan kesadaran).
   Tidak melakukan perbuatan tercela, ramah tamah dalam ucapan, rendah hati dan tidak sombong.
   Tidak bergaul dengan orang “dungu” (jahat), menghindari perjudian dan menjauhi narkoba.
   Selalu menjaga keseimbangan batin dengan meditasi yang teratur

A.4. Memiliki keluarga yang bahagia/harmonis dengan reputasi yang terpuji. Kondisi ini hanya dapat dicapai dengan :
   Setiap anggota Keluarga melaksanakan kewajibannya dengan baik, sebagai suami, sebagai istri, sebagai anak, sebagai orang tua, sebagai majikan, sebagai bawahan dan seterusnya (lihat Sigalovada Sutta)
   Setiap anggota Keluarga tidak saling menyalahkan/menyakiti/menghianati, namun saling mendukung dan  saling membantu dalam berbuat kebajikan, saling membantu atau saling menolong dalam kesulitan; sehingga secara bersama-sama sebagai keluarga dapat melakukan perbuatan yang terpuji dan bermanfaat bagi keluarga sendiri maupun bagi orang banyak.
   Membantu mendamaikan keluarga-keluarga lain yang sedang berada dalam prahara/kemelut/keretakan;
   Secara bersama-sama melaksanakan kewajiban bagi kepentingan kemanusiaan/keagamaan dengan bersemangat dan terus menerus.
   Anak terus mengulangi melakukan perbuatan baik yang telah dilakukan oleh para orang tua atau leluhurnya yang telah meninggal dunia.

Keempat hal tersebut diatas seharusnya diperoleh secara benar dan terhormat, kemudian dipergunakan bagi kepentingan diri sendiri dan kepentingan orang banyak.

B.   Tujuan kedua atau tujuan spiritual (Samparayikattha). Kebahagiaannya akan dirasakan kemudian :
1)   Memiliki kehangatan, kegembiraan dan penuh simpati; tidak merasa kesepian atau tidak ragu-ragu , mempunyai cita-cita yang harus dikejar dengan penuh kenyakinan;
2)   Memiliki rasa bangga dengan hidup yang bersih, atau hanya melakukan hal-hal yang baik dengan penuh kenyakinan;
3)   Memiliki rasa bahagia dengan hidup yang berguna, oleh karena selalu melakukan hal yang bermanfaat melalui pengorbanan;
4)   Memiliki keberanian dan penuh percaya diri mengatasi berbagai masalah, demikian pula menjalani hidup dan melaksanakan smeua kewajiban dengan bijaksana;
5)   Memiliki rasa aman dan penuh kenyakinan, karena adanya jaminan untuk kehidupan yang akan datang sebagai akibat dari hanya melakukan perbuatan-perbuatan baik dalam kehidupan yang sekarang.

(Penjelasan)
B.1. Memiliki kehangatan, kegembiraan dan penuh simpati; tidak merasa kesepian atau tidak ragu-ragu, mempunyai cita-cita yang harus dikejar dengan penuh kenyakinan, kehangatan, kegembiraan dan penuh simpati disini adalah perasaan yang muncul karena memiliki keluarga yang harmonis dan sahabat-sahabat yang baik, karena adanya sikap saling memperhatikan, saling memberi semangat dan saling menghargai secara tulus. Terdapat banyak sekali hal-hal di dunia ini yang harus ditumbuh-kembangkan, diperbaiki, ditingkatkan, dipertahankan dan seterusnya, memiliki cita-cita luhur dan mulia yang harus dikejar dan dicapai adalah sesuatu yang sangat bernilai dalam hidup ini, kemudian mengajak dan mendorong para anggota keluarga dan para sahabat untuk bersama-sama  merealisasikannya juga merupakan hal yang sangat terpuji. Sikap yang hangat, ramah, rendah hati, suka memberi maaf dan perduli pada sesame perlu dikembangkan sebagai kebiasaan baik, sehingga pergi kemanapun selalu disambut dengan tangan terbuka oleh siapapun. Keberhasilan yang dicapai oleh orang lain tidak disambut dengan rasa iri, namun dengan rasa bersimpati dan turut berbahagia.

B.2. Memiliki rasa bangga dengan hidup yang bersih, atau hanya melakukan hal-hal yang baik dengan penuh kenyakinan. Hidup yang bersih berarti tidak melakukan perbuatan yang merugikan orang lain, tidak melakukan perbuatan yang melanggar hokum Negara, tidak membuat makhluk lain menderita, tidak merusak lingkungan hidup demi keuntungan materi dan tidak melakukan perbuatan tercela lainnya. Hidup ini hanya diisi dengan perbuatan-perbuatan yang penuh dengan kebajikan. Rasa bangga yang timbul sesudah itu adalah hal yang wajar, dan merupakan pendorong utnuk terus berbuat baik. Agar kondisi ini dapat bertahan lama, perlu daya upaya yang benar melalui meditasi untuk membersihkan batin dari segala kekotoran batin (seperti iri hati, benci amarah & dnedam) dengan mengembangkan cinta kasih, belas kasihan, simpati dan keseimbangan batin (brahma-vihara).

B.3. Memiliki rasa bahagia dengan hidup yang berguna, oleh karena selalu melakukan hal yang bermanfaat melalui pengorbanan. Kesediaan untuk berkorban bagi orang lain, bagi kepentingan umum atau bagi makhluk lain adalah sikap hidup yang terpuji; karena akan memberikan rasa bahagia yang lebih besar dibandingkan dengan rasa bahagia karena memperoleh sesuatu yang berharga. Mulai dengan belajar memberi sebagai latihan awal, dari memberikan sesuatu yang kurang berharga (sedikit) sampai rela memberikan sesuatu yang sangat berharga (banyak). Pada tingkat yang lebih lanjut maka latihan ini akan memberikan manfaat dalam bentuk berkurangnya keserakahan, kemelekatan atau keterikatan pada sesuatu menumbuhkan rasa bahagia yang lebih halus dan lebih berkesan.

B.4. Memiliki keberanian dan penuh percaya diri mengatasi berbagai masalah, demikian pula menjalani hidup dan melaksanakan semua kewajiban dengan bijaksana. Berdasarkan kenyakinan yang benar dan niat yang baik – tidak pernah berhenti utnuk mencoba mengatasi berbagai masalah. Tidak mengenal putus asa. Gagal adalah sukses yang tertunda, emncoba dan mencoba lain, meneliti dan meneliti lagi, merenungkan dan merenungkan lagi, suatu saat pasti berhasil! Kebijaksanaan adalah sesuatu yang penting dalam hidup, tidak semua orang “memilikinya”, tidak pernah datang sebagai anugerah, namun akan diperoleh melalui perjuangan yang panjang dan terus menerus tiada henti. Menurut bahasa Dhamma, Kebijaksanaan adalah suatu pencerahan atau Penerangan (Enlightenment) yang diperoleh setelah seseorang dengan tekun melaksanakan sila dan Samadhi. Hidup ini hendaknya dijalani dengan tidak banyak menggerutu, tidak banyak mengeluh, menghadapi semua kesulitan dengan senyum di bibir dan ketabahan dalam hati. Kewajiban bukanlah hal yang berat apabila dipikul secara seimbang dan sesuai dengan kemampuan, kewajiban tidak selayaknya dianggap sebagai beban yang menyiksa diri.

B.5. Memiliki rasa aman dan penuh kenyakinan, karena adanya jaminan untuk kehidupan yang akan datang sebagai akibat dari hanya melakukan perbuatan-perbuatan baik dalam kehidupan yang sekarang. Apabila dalam hidup yang sekarang masih belum mencapai tingkat-tingkat kesucian, maka masih banyak sekali roda kehidupan yang harus dijalani; dengan berbekal kebajikan yang telah ditimbun secara melimpah, tidak kuatir dengan hidup yang akan datang. Apabila sudah banyak menanam bibit unggul di tanah yang subur, maka hasil panen yang mendatang pastilah melimpah ruah (baik dalam kehidupan yang sekarang atau kehidupan selanjutnya).

Seseorang yang dapat mencapai tingkat samparayikattha saja sudah layak dikenal sebagai orang bijaksana (pandita).

C.   Tujuan tertinggi atau manfaat yang terbesar (paramattha) :
1)   Memiliki batin yang aman, damai dan tenang, tidak tergoyahkan oleh berbagai kondisi duniawi atau ketika berhadapan dengan pergantian atau perubahan;
2)   Tidak terganggu oleh kemelekatan atau keterikatan yang mengakibat-kan ketidak puasan atau kesedihan; memiliki batin yang jernih, lega, ringan dan bebas;
3)   Bersemangat, riang, tidak pernah cemberut, tidak murung atau tidak putus asa; selalu berseri-seri dan terbebas dari penderitaan;
4)   Menyadari sepenuhnya proses sebab dan akibat, lalu bertindak dalam keselarasan; hidup tanpa cela dan bersinar; menuntun diri (melangkah) dengan bijaksana.

(Penjelasan)
C.1.  Memiliki batin yang aman, damai dan tenang, tidak tergoyahkan oleh berbagai kondisi duniawi atau ketika berhadapan dengan pergantian atau perubahan. Untung atau rugi, kaya atau miskin, dipuji atau dicela, dikenal atau tidak dikenal, bahagia atau menderita, sehat atau sakit, semuanya adalah kondisi duniawi yang selaludatang menjelang; Keseimbangan batin yang sempurna akan menumbuhkan rasa aman, damai dan tenang, tidak tergoyahkan, karena mengenal dan memahami hukum alam secara benar. Semua yang berkondisi atau saling bergantungan dan mempunyai awal pastilah akan berproses menuju kelapukan atau kehancuran, semua yang pernah dilahirkan tanpa terkecuali pasti akan berakhir dengan kematian. Perubahan adalah corak alam yang hakiki, diri kita dan alam semesta ini tetap seperti itu sampai kapanpun juga.

C.2. Tidak terganggu oleh kemelekatan atau keterikatan yang mengakibatkan ketidakpuasan atau kesedihan; memiliki batin yang jernih, lega, ringan dan bebas. Tidak melekat dan tidak terikat pada segala kenikmatan dunia yang bersifat tidak kekal akan membuat batin menjadi jernih, lega, ringan dan bebas. Cinta adalah sumber kesedihan dan kecemasan, semakin mencintai semakin takut kehilangan yang dicinta, siapa yang terbebas dari rasa cinta akan terbebas dari kesedihan dan kecemasan. Sungguh membahagiakan.

C.3. Bersemangat, riang, tidak pernah cemberut, tidak murung atau tidak putus asa; selalu berseri-seri dan terbebas dari penderitaan, menikmati kebahagiaan yang sejati. Kondisi ini hanya dapat dirasakan oleh mereka yang telah mencapai tingkat kesucian tertinggi. Siapa yang tidak memiliki sesuatu tidak takut kehilangan sesuatu. Batin telah “bersih” dari keserakahan/kemelekatan, kemarahan/kebencian dan kebodohan/kegelapan batin.

C.4. Menyadari sepenuhnya proses sebab dan akibat, lalu bertindak dalam keselarasan, hidup tanpa cela dan bersinar, menuntun diri (melangkah) dengan bijaksana. Mengerti dengan jelas hukum alam, setiap langkah berdasarkan pengertian yang benar, setiap perbuatan dilakukan dengan kesadaran yang penuh berlandaskan kebijaksanaan yang sempurna.

Kebahagiaan tingkat pertama
Terkondisi karena memiliki,
Kebahagiaan tingkat kedua
Terkondisi karena memberi/melepas,
Kelak akan mengakibatkan kebahagiaan
Yang lebih besar di kemudian hari, dan
Kebahagiaan tingkat ketiga
Terkondisi karena sesungguhnya tiada yang memiliki
Dan tiada yang memberi/melepas.

Segala yang kita miliki
Akan kita tinggal setelah kematian,
Sanak Keluarga dan sahabat dekat kita
Mengantar paling jauh sampai ke kuburan
Atau crematorium,
Namun akibat dari perbuatan yang kita lakukan
Akan terus mengikuti kemanapun kita pergi
.

(bahan bacaan : A constitution for living by P.A. Payutto, translated by Bruce Evans, Office of National Buddhism, Dec 2004)


 _/\_  :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are