//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Sutta tentang dewa dan asura  (Read 5735 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline blood_demon

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 371
  • Reputasi: 15
  • Gender: Male
  • Om guru lian shen sidhi hum
Sutta tentang dewa dan asura
« on: 03 May 2011, 01:44:50 PM »
Teman teman sekalian yang ada disini dimanapun berada .

Ada yang ingan demon tanyakan nich, tau nga sutta apa saja yg menjelaskan secara detail tentang dewa dewa dan asura. Kalo Ghost kan udh ada di pettavathu. tp kalo dewa dan asura dimana ya? mohon informasinya  _/\_
Om guru lian shen sidhi hum

Offline No Pain No Gain

  • Sebelumnya: Doggie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.796
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
  • ..............????
Re: Sutta tentang dewa dan asura
« Reply #1 on: 03 May 2011, 01:53:45 PM »
Teman teman sekalian yang ada disini dimanapun berada .

Ada yang ingan demon tanyakan nich, tau nga sutta apa saja yg menjelaskan secara detail tentang dewa dewa dan asura. Kalo Ghost kan udh ada di pettavathu. tp kalo dewa dan asura dimana ya? mohon informasinya  _/\_

loh ini namanya penggolongan kan?

devavatthu dan asuravatthu :)
semoga menjawab :peace:
wkwkwkw
No matter how dirty my past is,my future is still spotless

Offline blood_demon

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 371
  • Reputasi: 15
  • Gender: Male
  • Om guru lian shen sidhi hum
Re: Sutta tentang dewa dan asura
« Reply #2 on: 03 May 2011, 01:55:24 PM »
emank ada devattu dan asuravattu ya? =)) kyknya baru dengar =))
Om guru lian shen sidhi hum

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Sutta tentang dewa dan asura
« Reply #3 on: 03 May 2011, 02:01:17 PM »
Dari Samyutta Nikaya 11 Sakkasamyutta

4 (4) Vepacitti (atau Kesabaran)

Di Sàvatthi. Sang Bhagavà berkata sebagai berikut: [221]

Suatu ketika di masa lampau para deva dan para asura sedang bersiap-siap untuk suatu pertempuran. Kemudian Vepacitti, raja para asura, berkata kepada para asura sebagai berikut:  ‘Teman-teman, dalam perang yang akan segera terjadi antara para deva dan para asura, <476> jika para asura menang dan para deva kalah, ikat Sakka, raja para deva, pada empat anggota tubuhnya dan lehernya dan bawa kepadaku di kota para asura.’ Dan Sakka, raja para deva, berkata kepada para deva Tàvatiüsa sebagai berikut:   ‘Teman-teman, dalam perang yang akan segera terjadi antara para deva dan para asura,  jika para deva menang dan para asura kalah, ikat Vepacitti, raja para asura, pada empat anggota tubuhnya dan lehernya dan bawa kepadaku di aula pertemuan Suddhamma.’

“Dalam perang itu, para bhikkhu, para deva menang dan para asura kalah. Maka para deva Tàvatiüsa mengikat Vepacitti pada empat anggota tubuhnya dan lehernya dan membawanya ke hadapan Sakka di aula pertemuan Suddhamma.  Ketika Sakka sedang memasuki dan meninggalkan aula pertemuan Suddhamma, Vepacitti, terikat keempat anggota tubuh dan lehernya, menghina dan mencercanya dengan kata-kata kasar. Kemudian, para bhikkhu, Màtali, si kusir berkata kepada Sakka, raja para deva, dalam syair:

872.   “’Ketika berhadapan secara langsung dengan Vepacitti
   Apakah, Maghavà, karena takut atau lemah <477>
   Engkau menahannya dengan begitu sabar,
   Mendengarkan kata-kata kasarnya?’

[Sakka:]
873.   “’Bukan karena takut atau lemah
   Aku bersabar terhadap Vepacitti.
   Bagaimana mungkin seorang bijaksana sepertiku
   Terlibat pertempuran dengan si dungu?’

[Màtali:]
874.   “’Si dungu akan lebih banyak lagi melepaskan kemarahannya
   Jika tidak ada seorangpun yang melawannya.
   Karena itu dengan hukuman drastic
   Sang bijaksana seharusnya mengendalikan si dungu.’

[Sakka:]
875.   “’Ini adalah gagasanku sendiri
   Cara untuk melawan si dungu adalah:
   Ketika seseorang mengetahui bahwa musuhnya marah
   Maka ia harus dengan penuh perhatian mempertahankan kedamaian.’

[Màtali:]
876.   “’Aku melihat cacat ini, O Vàsava,
   Dalam melatih menahan kesabaran.
   Jika si dungu berpikir bahwa engkau sebagai,
   “Ia menahan sabar karena takut,” <478>
   Si tolol akan lebih jauh lagi mengejarmu
   Seperti yang dilakukan sapi kepada seseorang yang melarikan diri.’ [222]

[Sakka:]
877.   “’Biarlah apapun yang ia pikirkan atau tidak pikirkan,
   “Ia menahan sabar karena takut,”
   Di antara tujuan yang berpuncak dalam kesejahteraan seseorang
   Tidak ada ditemukan yang lebih baik daripada kesabaran.

878.   “’Ketika seseorang memiliki kekuatan
   Dengan sabar menghadapi yang lemah
   Mereka menyebutnya kesabaran tertinggi;
   Yang lemah harus selalu sabar.

879.   “’Mereka menyebut kekuatan itu sebagai tidak ada kekuatan sama sekali -
   Kekuatan yang merupakan kekuatan si dungu –
   Tetapi tidak ada seorangpun yang dapat mencela seseorang
   Yang kuat karena dijaga oleh Dhamma.

880.   “’Seseorang yang membalas kemarahan orang lain dengan kemarahan
   Dengan demikian membuat lebih buruk bagi dirinya sendiri.
   Tidak membalas kemarahan orang lain dengan kemarahan, <479>
   Ia memenangkan pertempuran yang sulit dimenangkan.

881.   “’Ia berlatih demi kesejahteraan kedua belah pihak.
   Kesejahteraannya dan orang lain,
   Ketika, mengetahui bahwa musuhnya marah,
   Ia dengan penuh perhatian mempertahankan kedamaiannya.

882.   “Ketika ia mencapai penyembuhan bagi keduanya -
   Untuknya dan orang lain –
   Orang-orang yang menganggapnya dungu
   Adalah tidak terampil dalam Dhamma.’

“Demikianlah, para bhikkhu, jika Sakka, raja para deva, hidup dari buah kebajikannya sendiri,  menjalankan kekuasaan dan pemerintahan tertinggi atas para deva Tàvatiüsa, menjadi seorang yang memuji kesabaran dan kelembutan, maka seberapa layaknya hal ini bagi kalian, yang telah meninggalkan keduniawian dalam Dhamma dan Disiplin yang telah dibabarkan sedemikian baik, untuk menjadi sabar dan lembut.”

5 (5) Kemenangan dengan Nasihat yang Disampaikan Dengan Baik

<480> Di Sàvatthi. “Para bhikkhu, Suatu ketika di masa lampau para deva dan para asura sedang bersiap-siap untuk suatu pertempuran. Kemudian Vepacitti, raja para asura, berkata kepada Sakka, raja para deva: ‘Raja deva, biarlah kemenangan ditentukan oleh nasihan yang diucapkan dengan baik.’ [Dan Sakka menjawab;]: ‘Vepacitti, biarlah kemenangan ditentukan oleh nasihan yang diucapkan dengan baik.’

“Kemudian, para bhikkhu, para deva dan para asura menunjuk suatu panel hakim, dan berkata: ‘orang-orang ini akan memastikan apa yang diucapkan dengan baik dan apa yang diucapkan dengan buruk oleh kita.’

“Kemudian Vepacitti, raja para asura, berkata kepada Sakka, raja para deva: ‘Ucapkan sebuah syair, raja para deva.’  Ketika hal ini dikatakan, Sakka berkata kepada Vepacitti; ‘Engkau, Vepacitti, sebagai deva senior di sini, ucapkanlah sebuah syair.”  [223] ketika ini dikatakan, Vepacitti, raja para asura, melantunkan syair:

883.   “Si dungu akan lebih banyak lagi melepaskan kemarahannya
   Jika tidak ada seorangpun yang melawannya.
   Karena itu dengan hukuman drastic
   Sang bijaksana seharusnya mengendalikan si dungu.’

“Ketika, para bhikkhu, Vepacitti, raja para asura, mengucapkan syair ini, para asura bersorak namun para deva diam. Kemudian Vepacitti berkata kepada Sakka: ‘Ucapkan sebuah syair, raja para deva.’ Ketika ini dikatakan, Sakka, raja para deva, melantunkan syair ini:

884.   “’Ini adalah gagasanku sendiri <481>
   Cara untuk melawan si dungu adalah:
   Ketika seseorang mengetahui bahwa musuhnya marah
   Maka ia harus dengan penuh perhatian mempertahankan kedamaian.’

“Ketika, para bhikkhu, Sakka, raja para deva, mengucapkan syair ini, para deva bersorak namun para asura diam. Kemudian Sakka berkata kepada Vepacitti: ‘Ucapkan sebuah syair, Vepacitti.’ Ketika ini dikatakan, Vepacitti, raja para asura, melantunkan syair ini:

885.   “’Aku melihat cacat ini, O Vàsava,
   Dalam melatih menahan kesabaran.
   Jika si dungu berpikir bahwa engkau sebagai,
   “Ia menahan sabar karena takut,”
   Si tolol akan lebih jauh lagi mengejarmu
   Seperti yang dilakukan sapi kepada seseorang yang melarikan diri.’

“Ketika, para bhikkhu, Vepacitti, raja para asura, mengucapkan syair ini, para asura bersorak namun para deva diam. Kemudian Vepacitti berkata kepada Sakka: ‘Ucapkan sebuah syair, raja para deva.’ Ketika ini dikatakan, Sakka, raja para deva, melantunkan syair ini:

886-891.   “’Biarlah apapun yang ia pikirkan atau tidak pikirkan,
      … (syair – 877-82) … [224] <482>
      Adalah tidak terampil dalam Dhamma.’

“Ketika, para bhikkhu, Sakka, raja para deva, mengucapkan syair-syair ini, para deva bersorak namun para asura diam. Kemudian panel hakim yang ditunjuk oleh para deva dan para asura berkata: ‘Syair-syair yang diucapkan oleh Vepacitti, raja para asura, adalah dalam lingkup hukuman dan kekerasan; karenanya [menyebabkan] konflik, perdebatan, dan perselisihan. Tetapi syair-syair yang diucapkan oleh Sakka, raja para deva, <483> adalah dalam lingkup bukan-hukuman dan bukan-kekerasan; karenanya [menyebabkan] kebebasan dari konflik, kebebasan dari perdebatan, dan kebebasan dari perselisihan. Sakka, raja para deva, telah menangk dengan nasihat yang diucapkan dengan baik.’

“Demikianlah, para bhikkhu, Sakka, raja para deva, menang dengan nasihat yang diucapkan dengan baik.”

6 (6) Sarang-sarang Burung

Di Sàvatthi. “Para bhikkhu, Suatu ketika di masa lampau para deva dan para asura sedang bersiap-siap untuk suatu pertempuran. Dalam peperangan itu para asura menang dan para deva kalah. Dalam kekalahan itu para deva mundur ke utara sedangkan para asura mengejar mereka. Kemudian Sakka, raja para deva, berkata kepada kusirnya Màtali dalam syair:

892.   “’Hindari, O Màtali, dengan galak keretamu
   Sarang-sarang burung dalam hutan-hutan pohon kapuk;
   Biarlah kita menyerahkan hidup kita kepada para asura <484>
   Daripada membuat burung-burung ini kehilangan sarang.’

“’Baik, Baginda’, Màtali si kusir menjawab, dan ia memutar balik keretanya bersama dengan barisan seribu ekor kuda berdarah murni.

“Kemudian, para bhikkhu, para asura itu berpikir: ‘Sekarang kereta Sakka dengan barisan seribu kuda berdarah murni berbalik. [225] para deva akan menghadapi pertempuran dengan para asura untuk ke dua kalinya.’ Diserang oleh ketakutan, mereka memasuki kota para asura. Demikianlah, para bhikkhu, Sakka, raja para deva, menang hanya dengan kebajikan.”

7 (7) Seseorang Seharusnya Tidak Melanggar

Di Sàvatthi. “Para bhikkhu, suatu ketika di masa lampau, ketika Sakka, raja para deva, sedang sendirian dalam keheningan, perenungan berikut ini muncul dalam pikirannya: ‘Walaupun seseorang adalah  musuhku, aku tidak boleh melawannya.’

“Kemudian para bhikkhu, Vepacitti, raja para asura, <485> setelah dengan pikirannya mengetahui perenungan dalam pikiran Sakka, mendekati Sakka, raja para deva. Dari jauh Sakka melihat kedatangan Vepacitti dan berkata kepadanya: ‘Berhenti, Vepaciti, engkau tertangkap!’ 

-‘Tuan, jangan abaikan gagasan yang baru saja muncul dalam benakmu.’
-‘Bersumpahlah, Vepacitti, bahwa engkau tidak akan melawanku.’

[Vepacitti:]
893.   “Kejahatan apapun yang muncul dalam diri seorang pembohong,
   Kejahatan apapun yang muncul dalam diri seorang penghina para mulia,
Kejahatan apapun yang muncul dalam diri seorang pengkhianat para sahabat,
Kejahatan apapun yang muncul dalam diri seseorang yang tidak tahu berterima kasih:
Kejahatan yang sama akan menghampirinya
Siapakah yang melawanmu, suami Sujà.”’

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Sutta tentang dewa dan asura
« Reply #4 on: 03 May 2011, 02:02:24 PM »
8 (8) Verocana, Raja para Asura

Di Sàvatthi di Hutan Jeta. Pada saat itu Sang Bhagavà sedang melewatkan harinya dan sedang berada dalam keheningan. Kemudian Sakka, <436> raja para deva, dan Verocana, raja para asura, mendekati Sang Bhagavà dan masing-masing berdiri di tiang pintu. Kemudian Verocana, Raja para asura, melantunkan syair ini di hadapan Sang Bhagavà:

894.   “Seseorang harus berusaha
   Hingga tujuannya tercapai.
   Tujuan bersinar ketika dicapai:
   Ini adalah kata-kata Verocana.” [226]

[Sakka:]
895.   “Seseorang harus berusaha
   Hingga tujuannya tercapai.
   Tujuan bersinar ketika dicapai:
   Tidak ada ditemukan yang lebih baik daripada kesabaran.”

[Verocana:]
896.   “Semua makhluk condong pada suatu tujuan
   Di sana atau di sini sesuai situasinya,
   Tetapi semua pergaulan makhluk-makhluk
   Adalah yang tertinggi di antara kenikmatan-kenikmatan.
   Tujuan bersinar ketika dicapai:
   Ini adalah kata-kata Verocana.”  <487>

[Sakka:]
897.   “Semua makhluk condong pada suatu tujuan
   Di sana atau di sini sesuai situasinya,
   Tetapi semua pergaulan makhluk-makhluk
   Adalah yang tertinggi di antara kenikmatan-kenikmatan.
   Tujuan bersinar ketika dicapai:
   Tidak ada ditemukan yang lebih baik daripada kesabaran.”

9 (9) Para Petapa di sebuah Hutan

Di Sàvatthi. “Para bhikkhu, suatu ketika di masa lampau, sejumlah orang petapa yang bermoral dan bersikap baik bertempat tinggal di gubuk-gubuk daun di sebidang tanah di dalam hutan. Kemudian Sakka, raja para deva, dan Vepacitti, raja para asura, mendekati para petapa itu.

“Vepacitti, raja para asura, mengenakan sepatunya, mengikat erat pedangnya, dan, dengan dengan memegang payung tinggi di atasnya, memasuki pertapaan melalui gerbang utama. Kemudian, setelah menghadapkan sisi kirinya ke arah mereka,  ia berjalan melewati para petapa itu yang bermoral dan bersikap baik. Tetapi Sakka, raja para deva, melepaskan sepatunya, menyerahkan pedangnya kepada orang lain, <488> menurunkan payungnya, dan memasuki pertapaan melalui gerbang [biasa], kemudian ia berdiri di tempat teduh, merangkapkan tangan sebagai penghormatan, menghormati para petapa itu yang bermoral dan bersikap baik.

“Kemudian, para bhikkhu, para petapa itu berkata kepada Sakka dalam syair:

898.   “’Aroma para petapa terikat pada sumpah mereka,
   Terpancar dari tubuh mereka, terbang bersama angin.
   Berbaliklah dari sini, O deva bermata seribu,
   Karena aroma para petapa ini menjijikkan, O raja-deva.’

[Sakka:]
899.    “’Biarlah aroma para petapa terikat pada sumpah mereka,
   Terpancar dari tubuh mereka, terbang bersama angin.
   Kami menyukai aroma ini, O yang terhormat,
   Bagaikan karangan bunga di kepala. [227]
   Para deva tidak menganggapnya menjijikkan.”’  <489>

10 (10) Para petapa di Tepi Samudera

Di Sàvatthi. “Para bhikkhu, suatu ketika di masa lampau sejumlah petapa yang bermoral dan bersikap baik menetap di gubuk-gubuk daun di tepi samudera. Pada saat itu, para deva dan para asura sedang bersiap-siap untuk suatu pertempuran. Kemudian para petapa yang bermoral dan bersikap baik itu berpikir: ‘Para deva adalah baik dan para asura adalah tidak baik. Mungkin terjadi bencana pada kami. Kami akan mendekati Sambara, raja para asura, dan memohon jaminan keselamatan.’
   
“Kemudian , para bhikkhu, bagaikan seorang kuat yang merentangkan lengannya yang tertekuk atau menekuk lengannya yang terentang, para petapa itu yang bermoral dan bersikap baik itu lenyap dari gubuk-gubuk daun di sepanang pantai dan muncul kembali di hadapan Sambara, raja para asura. Kemudian para petapa itu berkata kepada Sambara dalam syair:

900.   “’Para petapa yang telah menghadap Sambara
   Memohon jaminan keselamatan darinya. <490>
Karena engkau dapat memberikan kepada mereka apa yang engkau inginkan,
Apakah itu adalah bencana atau keselamatan.’

[Sambara:]
901.   “Aku tidak akan memberikan keselamatan kepada para petapa,
   Karena mereka membenci para penyembah Sakka;
   Walaupun engkau memohon keselamatan kepadaku,
   Aku hanya akan memberikan bencana.

[Para petapa:]
902.   “Walaupun kami memohon keselamatan kepadamu,
   Engkau hanya memberikan bencana kepada kami.
   Kami menerima ini dari tanganmu:
   Semoga bencana tanpa akhir menghampirimu!

903.   “Apapun benih yang ditanam,
   Itulah buah yang akan dipetik;
   Pelaku kebaikan memetik kebaikan;
   Pelaku kejahatan memetik kejahatan.
   Olehmu, teman, benih telah ditanam;
   Dengan demikian engkau akan mengalami buahnya.’

“Kemudian, para bhikkhu setelah mengutuk Sambara, raja para asura, bagaikan seorang kuat yang merentangkan lengannya yang tertekuk atau menekuk lengannya yang terentang, para petapa itu yang bermoral dan bersikap baik itu lenyap dari hadapan Sambara dan muncul kembali di gubuk-gubuk daun mereka di tepi samudera. [228] Tetapi setelah dikutuk oleh para petapa yang bermoral dan bersikap baik itu, Sambara, raja para asura, dicengkeram oleh ketakutan di sepanjang malam itu.”  <492>

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: Sutta tentang dewa dan asura
« Reply #5 on: 03 May 2011, 02:55:50 PM »
Muantaf Gan !!!
 





_/|\_




Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline blood_demon

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 371
  • Reputasi: 15
  • Gender: Male
  • Om guru lian shen sidhi hum
Re: Sutta tentang dewa dan asura
« Reply #6 on: 03 May 2011, 02:59:47 PM »
ooo nice, itu pertempuran antara dewa dan asura. thanks ko. kalo penjelasan tentang jenis dan karakter dewa dan asura ada nga ya  ;D
Om guru lian shen sidhi hum

Offline Jayadharo Anton

  • Sebelumnya: Balaviro
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.300
  • Reputasi: 19
  • Gender: Male
  • Namatthu Buddhassa
Re: Sutta tentang dewa dan asura
« Reply #7 on: 03 May 2011, 03:02:44 PM »
atau bisa juga liat di vimanavatthu
"Kesehatan adalah keuntungan yang paling besar,kepuasan adalah kekayaan yang paling berharga,kepercayaan adalah saudara paling baik,nibbana adalah kebahagiaan tertinggi" [DHAMMAPADA:204]

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Sutta tentang dewa dan asura
« Reply #8 on: 04 May 2011, 06:09:27 AM »
Muantaf Gan !!!

_/|\_


Muantaf = Mantap !
Gan = ..........  ?
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Sutta tentang dewa dan asura
« Reply #9 on: 04 May 2011, 08:57:24 AM »
Agan atau juragan. Bahasa forum tetangga.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

 

anything