//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: J KrishnaMurti  (Read 176311 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: J KrishnaMurti
« Reply #165 on: 24 May 2008, 11:54:59 AM »
Pak Hud, mungkinkah JK mengajarkan dan berdiskusi itu atas permintaan karena secara ego/pribadi tidak ada dorongan dan kepentingan2x lain? Yah kasusnya mungkin sama seperti Sang Buddha konon katanya diminta oleh Bhahma Sahampati.
There is no place like 127.0.0.1

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: J KrishnaMurti
« Reply #166 on: 24 May 2008, 09:09:06 PM »
Tentang cerita Brahma Sahampati, menurut hemat saya itu hanya mitos saja. Tujuannya adalah untuk menekankan bahwa Dhamma yang ditemukan oleh Sang Buddha adalah sangat dalam dan sukar dipahami oleh kebanyakan orang, tetapi ada segelintir orang yang sudah tipis debu yang menutupi mata mereka, sehingga mereka akan memahami Dhamma. Pada kenyataannya, saya rasa tidak mungkin seorang Buddha harus diminta oleh seorang dewa untuk menggunakan sisa hidupnya untuk mengajar.

Tentang Krishnamurti, beberapa tahun sebelum ia meninggal, ia pernah berkata (kira-kira begini), "tubuh ini dimaksudkan untuk bicara; kalau ia tidak mampu bicara lagi, maka selesailah tugasnya." ... Dan memang benar, ceramahnya yang terakhir adalah pada bulan Januari 1986 di India, dan ia meninggal pada pertengahan Februari 1986 di California, pada usia 91 tahun. Ia meninggal karena kanker pankreas.

Salam,
hudoyo

Offline uwi

  • Teman
  • **
  • Posts: 98
  • Reputasi: 8
  • Gender: Male
Re: J KrishnaMurti
« Reply #167 on: 19 June 2008, 10:20:57 PM »
ada sedikit video jk di web ini

http://krishnamurti-for-you.com/

silahkan.:)
"Etam mama, eso hamasmi, eso me atta 'ti."

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: J KrishnaMurti
« Reply #168 on: 20 June 2008, 07:59:23 AM »
nonton videonya lebih mudah dimengerti dibanding transcriptnya, apalagi terjemahannya. Mungkin karena cara penyampaiannya

thx mas uwi
« Last Edit: 20 June 2008, 08:01:34 AM by Sumedho »
There is no place like 127.0.0.1

Offline uwi

  • Teman
  • **
  • Posts: 98
  • Reputasi: 8
  • Gender: Male
Re: J KrishnaMurti
« Reply #169 on: 20 June 2008, 04:15:20 PM »
mudah dimengerti karena cengkok oxford nya? ehhehe.
"Etam mama, eso hamasmi, eso me atta 'ti."

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: J KrishnaMurti
« Reply #170 on: 20 June 2008, 04:26:33 PM »
bukan mas, tapi style penyampaian, body language, nadanya.
aye mah cengkok betawi :D
There is no place like 127.0.0.1

Offline uwi

  • Teman
  • **
  • Posts: 98
  • Reputasi: 8
  • Gender: Male
Re: J KrishnaMurti
« Reply #171 on: 20 June 2008, 04:37:00 PM »
iya, rasanya ada sesuatu yang meluap luap entah apa
"Etam mama, eso hamasmi, eso me atta 'ti."

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: J KrishnaMurti
« Reply #172 on: 20 June 2008, 07:55:42 PM »
iya, rasanya ada sesuatu yang meluap luap entah apa

kegiuran, mungkin?
piti

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline uwi

  • Teman
  • **
  • Posts: 98
  • Reputasi: 8
  • Gender: Male
Re: J KrishnaMurti
« Reply #173 on: 20 June 2008, 10:11:29 PM »
ketika jk ngomong, ada yang meluap luap dari dia.
"Etam mama, eso hamasmi, eso me atta 'ti."

Offline uwi

  • Teman
  • **
  • Posts: 98
  • Reputasi: 8
  • Gender: Male
Re: J KrishnaMurti
« Reply #174 on: 23 June 2008, 11:55:35 PM »
(06/18) Keadaan-sadar tidak dapat didisiplinkan

   Jika keadaan-sadar dilatih, dijadikan kebiasaan, maka ia menjadi melelahkan dan menyakitkan. Keadaan-sadar tidak dapat didisiplinkan. Apa yang dilatih bukan lagi keadaan-sadar, oleh karena berlatih berarti menciptakan kebiasaan, mengerahkan daya upaya dan kemauan. Daya upaya adalah distorsi. Terdapat keadaan-sadar bukan hanya terhadap dunia luar--burung yang terbang, bayangan, laut yang tidak bisa diam, pepohonan dan angin yang bertiup, peminta-minta dan mobil mewah yang melintas--tetapi juga keadaan-sadar akan proses dalam batin, ketegangan dan konflik di dalam diri. Anda tidak menyalahkan burung yang terbang: Anda mengamatinya, Anda melihat keindahannya. Tetapi, ketika Anda memikirkan pergulatan dalam batin Anda, Anda menyalahkannya atau membenarkannya. Anda tidak dapat mengamati konflik batiniah ini tanpa memilih atau membenarkan.
   Menyadari pikiran dan perasaan Anda tanpa identifikasi atau pengingkaran tidaklah melelahkan dan menyakitkan; tetapi di dalam upaya mencari hasil, tujuan yang ingin dicapai, konflik meningkat dan mulailah kelelahan pergulatan.

sumber: the book of life.
"Etam mama, eso hamasmi, eso me atta 'ti."

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: J KrishnaMurti
« Reply #175 on: 24 June 2008, 06:53:30 PM »
iya, rasanya ada sesuatu yang meluap luap entah apa
kegiuran, mungkin?
piti

Saya rasa bukan 'piti' ... karena 'piti' adalah keadaan batin yang masih terbilang "rendah". ... ('Piti' adalah salah satu dari 'vipassana-upakilesa', dan salah satu dari faktor jhana yang sudah lenyap pada jhana ke-3). ...

Di lain pihak, K pernah bilang: "Jika Anda berada dalam keheningan sempurna (total stillness) ... di situ ada gerak yang lain (The Otherness) ... gerak dari Yang Mahaluas (The Immensity) ..." ...

Saya rasa, pernyataan ini memberikan petunjuk akan apa yang muncul dari dalam batin K pada saat ia bicara. ...

Menurut saya, 'The Otherness' yang disebut-sebut oleh K itu identik dengan apa yang disebutkan Sang Buddha dalam Udana 8.3, "Ada SESUATU (atthi), yang tak dilahirkan, tak tercipta, tak terbentuk, tak terkondisi ... "

Salam,
hudoyo

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: J KrishnaMurti
« Reply #176 on: 24 June 2008, 07:53:53 PM »
minta pendapat rekan2...
menurutku pararelnya Buddhisme...

Quote from: semar00 [at
kaskus]
[size=+1]J. Krishnamurti
(1895 – 1986)
[/size]

Nama Jiddu Krishnamurti tidak asing lagi bagi para pejalan spiritual. Ia dilahirkan pada tahun 1895 di Madanapalle, India, anak ke delapan dari sebuah keluarga brahmana. Pada usia 14 tahun, ia “ditemukan” oleh C.W. Leadbeater, seorang pemimpin Teosofi, yang melihat anak itu “memiliki aura sangat luar biasa, tanpa sedikit pun sikap mementingkan diri sendiri”. Sejak itu Krishnamurti dididik oleh para pemimpin Teosofi dan disiapkan untuk menjadi “wahana” bagi “Guru Dunia” (Lord Maitreya)—yang dipercaya oleh kaum Teosofi pada waktu itu akan datang kembali ke dunia 2000 tahun setelah kedatangannya yang terakhir sebagai Yesus Kristus. Untuk menyambut peristiwa itu dibentuklah Tarekat Bintang di Timur [The Order of the Star in the East], di mana ia menjadi ketuanya. Perkumpulan itu kemudian diubah namanya menjadi Tarekat Bintang.

Namun ternyata kemudian Krishnamurti menempuh jalan-nya sendiri, menyimpang dari garis yang ditetapkan oleh Teosofi. Pada tahun 1922, dalam usia 27 tahun, ia mengalami proses Pencerahan yang berlangsung selama 3 hari, di mana ia mengalami kesadaran yang berubah:
[indent]“... Ada seseorang tengah memperbaiki jalan, orang itu adalah aku; beliung yang dipegangnya adalah aku; batu yang tengah dipecahnya adalah bagian dariku; helai rumput yang rapuh adalah aku; dan pohon di samping orang itu adalah aku.”[/indent]
Dan pada akhir proses Pencerahan itu ia menyatakan:
[indent]“Aku sangat berbahagia karena aku telah melihat. Tak ada yang akan kembali seperti dulu lagi. Aku telah minum air yang jernih dan murni dari sumber mata air kehidupan, dan dahagaku telah terpuaskan. Tak akan pernah lagi aku berada dalam kegelapan; aku telah melihat Cahaya itu. ... Aku telah menyentuh Welas Asih yang menyembuhkan segenap kesedihan dan penderitaan; itu bukan untukku sendiri, melainkan untuk dunia. Sumber Kebenaran telah terbuka bagiku dan kegelapan telah lenyap. Cinta dalam seluruh kemegahannya telah memabukkan hatiku; hatiku tak akan pernah tertutup lagi. Aku telah minum dari pancuran Sukacita dan Keindahan abadi. ”[/indent] Ia menggambarkan dirinya “mabuk Illahi”.

Pada tahun 1929 dibubarkannya Tarekat Bintang dengan berkata:
[indent]“Saya nyatakan bahwa kebenaran adalah wilayah tanpa jalan [Truth is a pathless land[/b]], dan kalian tak dapat mendekatinya melalui jalan apa pun, melalui agama apa pun, melalui sekte apa pun. Itulah sudut pandangku, dan saya berpegang pada itu secara mutlak dan tanpa syarat.
Kebenaran, yang tanpa batas, tak terkondisi, tak dapat didekati melalui jalan apa pun, tak dapat diorganisir; tidak semestinya dibentuk suatu organisasi untuk menuntun atau memaksa orang menempuh suatu jalan tertentu. ... Anda mungkin membentuk tarekat-tarekat lain, Anda akan terus masuk organisasi lain untuk mencari kebenaran. ... Aku tidak ingin masuk organisasi spiritual apa pun; harap pahami ini. Jika suatu organisasi dibentuk untuk tujuan itu, itu akan menjadi tongkat penopang, kelemahan, belenggu, dan pasti akan melumpuhkan manusia, dan menghalanginya tumbuh, untuk menegakkan keunikannya, yang terletak pada penemuannya sendiri akan Kebenaran mutlak yang tak terkondisi. ... Aku tidak menginginkan pengikut. Pada saat kalian mengikuti seseorang, kalian tidak lagi mengikuti Kebenaran. ... Oleh karena aku bebas, tak terkondisi, utuh, bukan bagian, bukan relatif, melainkan seluruh kebenaran yang abadi, aku menghendaki mereka yang ingin memahamiku, untuk bebas pula, bukan mengikutiku, bukan membuat dariku sebuah kurungan, yang akan menjadi sebuah agama, sebuah sekte. ... Kini aku telah memutuskan untuk membubarkan Tarekat ini, karena kebetulan aku menjadi Ketuanya. Kalian boleh membentuk organisasi-organisasi lain dan mengharapkan orang lain. Aku tak peduli dengan itu, tidak pula dengan menciptakan kurungan-kurungan baru, dan hiasan-hiasan baru untuk kurungan itu. Satu-satunya minatku hanyalah membuat manusia bebas secara mutlak, tanpa terkondisi.”[/indent]

Pada tahun 1930 ia keluar dari Perhimpunan Teosofi.

Sejak itu ia berkelana ke banyak kota di berbagai benua, berbicara kepada setiap orang yang mau mendengarkannya. Kehidupan seperti itu dijalaninya sampai ia meninggal dunia pada tahun 1986, dalam usia 91 tahun, di Ojai, California. Puluhan judul buku diterbitkan di seluruh dunia berisikan ceramah, dialog dan tulisannya. Beberapa sekolah yang menyelenggarakan pendidikan berdasarkan ajarannya didirikan di India, Inggris dan California.

Dalam sebuah tulisan singkat pada tahun 1980, ia menguraikan intisari ajarannya, yang disebutnya The Core of the Teachings[/i]:
[indent]“Intisari ajaran Krishnamurti terkandung dalam pernyataan yang dibuatnya pada tahun 1929, ketika ia berkata, ‘Kebenaran adalah wilayah tanpa jalan’. Manusia tidak bisa sampai ke situ melalui organisasi apa pun, melalui kepercayaan apa pun, melalui dogma, pendeta atau ritual apa pun, tidak pula melalui pengetahuan filosofis atau teknik psikologis. Ia harus menemukannya melalui cermin relasi, melalui pemahaman akan isi batinnya sendiri, melalui pengamatan dan bukan melalui analisis intelektual atau pembedahan introspektif. Manusia telah membangun di dalam dirinya citra-citra [images] sebagai pagar keamanan—religius, politis dan pribadi. Ini terwujud sebagai simbol, ide dan kepercayaan. Beban citra-citra ini mendominasi pemikiran, relasi dan kehidupan sehari-hari manusia. Citra-citra inilah penyebab dari masalah-masalah kita, oleh karena citra-citra ini memisahkan manusia dari manusia. Persepsinya mengenai kehidupan dibentuk oleh konsep-konsep yang telah tertanam dalam batinnya. Isi kesadarannya adalah seluruh eksistensinya. Isi ini sama bagi seluruh kemanusiaan. Individualitas adalah nama, wujud dan budaya superfisial yang diperolehnya dari tradisi dan lingkungan. Keunikan manusia bukan terletak pada yang superfisial, melainkan pada kebebasan sepenuhnya dari isi kesadarannya, yang sama bagi seluruh umat manusia. Jadi ia bukanlah individu.

Kebebasan bukanlah reaksi, kebebasan bukanlah pilihan. Hanyalah anggapan manusia saja yang merasa bebas karena ia mempunyai pilihan. Kebebasan adalah pengamatan murni tanpa arah, tanpa takut akan hukuman dan ganjaran. Kebebasan adalah tanpa motif; kebebasan bukan terletak pada akhir evolusi manusia, melainkan pada langkah pertama dari eksistensinya. Dalam pengamatan orang mulai menemukan tidak adanya kebebasan. Kebebasan ditemukan dalam kesadaran tanpa-memilih akan eksistensi dan kegiatan kita sehari-hari.

Pikiran adalah waktu. Pikiran lahir dari pengalaman dan pengetahuan, yang tidak terpisah dari waktu dan masa lampau. Waktu adalah musuh psikologis manusia. Tindakan kita didasarkan pada pengetahuan dan dengan demikian pada waktu, sehingga manusia selalu menjadi budak masa lampau. Pikiran selalu terbatas dan dengan demikian kita hidup dalam konflik dan pergulatan terus-menerus. Tidak ada evolusi psikologis.

Bila manusia sadar akan gerak pikirannya sendiri, ia akan melihat pemisahan antara si pemikir dan pikirannya, antara si pengamat dan yang diamati, antara yang mengalami dan yang dialami. Ia akan menemukan bahwa pemisahan ini ilusi. Maka hanya di situlah terdapat pengamatan murni, yang adalah pencerahan tanpa secercah bayangan dari masa lampau atau dari waktu. Pencerahan tanpa-waktu
[timeless] ini menghasilkan perubahan mendalam dan radikal dalam batin.

Negasi total adalah esensi dari yang positif. Bila terdapat negasi dari semua hal yang telah dibuat oleh pikiran secara psikologis, maka hanya di situlah terdapat cinta
[love], yakni welas asih [compassion] dan kecerdasan [intelligence].

[Bold dan underline dari semar.][/indent]
Salam,
semar


Ko tesla anumodana...
Sungguh luar biasa dan sungguh bermakna.....
Menurut saya inilah "jalan" menuju padamnya atta...

Salam,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
BUKU KEHIDUPAN (07/01) - Kebahagiaan vs Pemuasan
« Reply #177 on: 04 July 2008, 01:23:16 PM »
KEBAHAGIAAN vs. PEMUASAN

"Apakah yang dicari oleh kebanyakan dari kita? Apakah yang diinginkan oleh masing-masing dari kita? Terutama di dalam dunia yang resah ini, tempat setiap orang mencari sejenis kedamaian, sejenis kebahagiaan, suatu perlindungan, tentulah penting untuk menemukan apa yang kita coba cari, apa yang kita coba temukan, bukan? Mungkin kebanyakan dari kita mencoba mencari sejenis kebahagiaan, sejenis kedamaian; di dunia yang penuh dengan gejolak, perang, perselisihan, pergulatan, kita menginginkan perlindungan yang di situ terdapat sekelumit kedamaian. Saya rasa itulah yang diinginkan oleh kebanyakan dari kita. Jadi kita mengejar, pergi dari satu pemimpin kepada pemimpin lain, dari satu organisasi keagamaan ke organisasi keagamaan lain, dari satu guru kepada guru lain.

Nah, apakah kita mencari kebahagiaan, ataukah kita mencari sejenis pemuasan yang dari situ kita berharap memperoleh kebahagiaan? Ada perbedaan antara kebahagiaan dan pemuasan. Dapatkah Anda mencari kebahagiaan? Mungkin Anda dapat menemukan pemuasan, tapi Anda tak dapat menemukan kebahagiaan. Kebahagiaan bersifat derivatif, ia adalah hasil samping dari sesuatu yang lain. Jadi, sebelum kita mengerahkan pikiran dan hati kita untuk sesuatu yang menuntut banyak kesungguhan, perhatian, pikiran, kita harus mengetahui apakah yang kita cari, apakah itu kebahagiaan, atau pemuasan, bukan?"

[J Krishnamurti - THE BOOK OF LIFE]

SEMAR:
Si aku & segala keinginannya hanya bisa memperoleh kepuasan ... yang tidak kekal, fana, bukan kebahagiaan. Apa pun yang dihasilkan oleh keinginan selalu berakhir.

Bila si aku & keinginan ini dipahami, dan oleh karena itu berhenti dengan sendirinya--bukan dibuat berhenti--di situlah muncul kebahagiaan sejati.

Kata Sang Buddha: "Nibbanam paramam sukham" -- "Kepadaman adalah kebahagiaan tertinggi."
« Last Edit: 04 July 2008, 01:25:44 PM by hudoyo »

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
BUKU KEHIDUPAN (07/02) -
« Reply #178 on: 04 July 2008, 02:06:37 PM »
KITA PERLU MENYELAM DALAM UNTUK MENGETAHUI SUKACITA

Sedikit sekali dari kita yang bisa menikmati sesuatu. Kita sedikit sekali bersukacita melihat matahari terbenam, atau bulan purnama, atau seorang yang cantik, atau pohon yang indah, atau seekor burung yang terbang tinggi, atau suatu tarian. Kita tidak sungguh-sungguh menikmati apa pun. Kita memandangnya, kita terhibur atau bergairah secara dangkal terhadapnya, kita mengalami suatu perasaan yang kita namakan sukacita. Tetapi penikmatan adalah sesuatu yang jauh lebih dalam, yang perlu dipahami dan diselami. ...Sementara kita bertambah tua, sekalipun kita ingin menikmati berbagai hal, yang terbaik telah hilang dari kita; kita ingin menikmati perasaan-perasaan lain—gairah, nafsu, kekuasaan, kedudukan. Semua itu adalah hal-hal yang normal dalam kehidupan, sekalipun dangkal; itu tidak perlu disalahkan, tidak perlu dibenarkan, melainkan dipahami dan diberi tempat yang wajar. Jika Anda menyalahkannya sebagai hal yang tak berguna, sebagai sensasional, bodoh, dan tidak spiritual, Anda menghancurkan seluruh proses kehidupan. ....

Untuk mengetahui sukacita, kita harus menyelam jauh lebih dalam. Sukacita bukan sekadar perasaan. Ia menuntut penghalusan batin yang luar biasa, tetapi bukan penghalusan diri yang terus-menerus menimbun bagi dirinya. Diri seperti itu, orang seperti itu, tidak pernah dapat memahami keadaan sukacita yang di situ dia yang menikmati tidak ada. Kita perlu memahami hal yang luar biasa ini; kalau tidak, hidup menjadi sangat kerdil, remeh, dangkal—lahir, belajar sedikit, menderita, punya anak, memiliki tanggung jawab, mencari nafkah, menikmati hiburan intelektual sedikit, lalu mati.

[J Krishnamurti - THE BOOK OF LIFE]

SEMAR:

'Sukacita' yang dimaksud oleh Krishnamurti bukanlah kesenangan, kebahagiaan, kenikmatan yang berasal dari pengalaman duniawi atau rohani, melainkan bersumber jauh lebih dalam, yakni ketika batin tidak menimbun lagi, ketika si aku yang "menikmati", yang "mengalami" tidak ada lagi.

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
BUKU KEHIDUPAN (07/03):
« Reply #179 on: 05 July 2008, 08:52:17 AM »
KEBAHAGIAAN TIDAK BISA DIKEJAR

Apa yang Anda maksud dengan kebahagiaan? Sementara orang berkata, kebahagiaan adalah memperoleh apa yang Anda inginkan. Anda menginginkan sebuah mobil, Anda memperolehnya, dan Anda berbahagia. Saya menginginkan sebuah pakaian, saya ingin pergi ke Eropa, dan jika saya bisa, saya berbahagia. Saya ingin menjadi politisi terbesar, dan jika saya bisa, saya berbahagia; jika saya tidak bisa mencapainya, saya tidak berbahagia. Jadi, yang Anda namakan kebahagiaan adalah memperoleh apa yang Anda inginkan, pencapaian atau kesuksesan, menjadi mulia, memperoleh apa pun yang Anda inginkan. Selama Anda menginginkan sesuatu dan Anda bisa memperolehnya, Anda merasa berbahagia sempurna; Anda tidak  mengalami frustrasi, tetapi jika Anda tidak memperoleh apa yang Anda inginkan, mulailah ketidakbahagiaan. Kita semua memikirkan hal ini, bukan hanya si kaya dan si miskin. Si kaya dan si miskin semuanya ingin memperoleh sesuatu bagi diri sendiri, bagi keluarga, bagi masyarakat; dan jika mereka terhalang, terhenti, mereka akan tidak berbahagia. Kita tidak membicarakan, kita tidak mengatakan bahwa si miskin tidak boleh memperoleh apa yang mereka inginkan. Itu bukan masalahnya. Kita mencoba menemukan apa itu kebahagiaan, dan apakah kebahagiaan itu sesuatu yang Anda sadari. Pada saat Anda sadar bahwa Anda berbahagia, bahwa Anda memiliki banyak, apakah itu kebahagiaan? Pada saat Anda sadar bahwa Anda berbahagia, itu bukan kebahagiaan, bukan? Jadi, Anda tidak bisa mencari kebahagiaan. Pada saat Anda sadar bahwa Anda rendah hati, Anda tidak rendah hati lagi. Jadi, kebahagiaan bukan sesuatu untuk dikejar; ia muncul sendiri. Tetapi jika Anda mencarinya, ia akan menjauhi Anda.

[J Krishnamurti - THE BOOK OF LIFE]

SEMAR:

"Pada saat saya berpikir bahwa saya berbahagia, saya tidak lagi berbahagia ...
Pada saat saya berpikir bahwa saya rendah hati, saya tidak lagi rendah hati ...
Saya tidak bisa mencari kebahagiaan ... ia muncul sendiri. ...
Jika saya mengejar kebahagiaan ... ia akan menjauhi saya."

Sungguh bijak kata-kata ini.

 

anything