//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: J KrishnaMurti  (Read 176214 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: J KrishnaMurti
« Reply #135 on: 19 April 2008, 09:19:49 PM »
ehemm... mmm....... yup, but... kenapa neh saya masih belum betul2 paham dari arti kata but tsb.

apakah karena di buddhis ada step2 kita harus ini harus itu..
hidup seperti ini, hidup seperti itu, jangan lakukan ini, jangan lakukan itu.. dan seakan2 kita menempa diri untuk siap mendayung ke pantai sebrang.

dan di J.K u tinggal 3D.
datang
duduk
diam
dan lihat semuanya??

IMO. di awal kita memang harus menempa diri atau melatih diri, dgn step2 yg telah diberikan. apapun yg anda pegang atau anut. jalur ariya lah yg dapat membawa anda memasuki suatu arus... namun jika anda telah di arus yg tepat/jalan yg tepat maka hal2 anda tinggal berjalan dgn sendirinya, dgn jalan yg anda ciptakan dan jalan yg anda taklukan sendiri..
Semoga Bermanfaat
kalau pendapat saya, step2 tsb adalah jalan utk ke pintu kesadaran...
dalam 3D yg sdr. andry katakan datang, duduk & diam (mengamati), step2 tsb adalah jalan utk ke kondisi D yg pertama yaitu 'datang'.
Apakah ke pintu kesadaran itu harus dg 3D tsb? gimana kalo kita tidak berada di 3D tsb? Mereka yg pake 3D tsb bisa bertahan berapa lama (Apakah bisa seharian)? .... :-?

Mengenai "jalan spiritualitas", secara garis besar ada dua pendapat:

(1) mayoritas terbesar (di semua agama, termasuk agama Buddha) melihat spiritualitas sebagai "jalan" menuju "sesuatu" yang diidam-idamkan. "Sesuatu" yang ideal itu diletakkan di masa depan, dan "jalan" itu membawa dari 'apa yang ada sekarang' (yang ingin diubah) menuju 'apa yang seharusnya' (yang ingin dicapai) di 'masa depan', atau disebut juga "pantai seberang". Pendapat seperti ini berasal dari pembelajaran secara intelektual atas kitab-kitab. (Di dalam kitab Tipitaka itu disebut Jalan Suci Berfaktor Delapan)

(2) segelintir orang (cuma Buddha dan Krishnamurti) menyatakan "tidak ada jalan", melainkan hanya "diam" bersama 'apa yang ada' pada 'saat kini', tanpa memikirkan segala harapan & cita-cita ke 'masa depan'. Pendapat seperti ini berasal dari pengalaman meditasi, tanpa melalui pembelajaran dari buku. (Buddha mengatakan itu di dalam Bahiya-sutta & Malunkyaputta-sutta).

Rekan Tesla mau memadukan kedua pandangan yang sebetulnya tidak bisa dipadukan itu dengan mengatakan bahwa "jalan" (#1) itu adalah untuk mencapai keadaan "diam" (#2).

Ibu Lily mempertanyakan apakah "diam" itu bisa sepanjang waktu.

Saya berpendapat, kedua sudut pandang ini tidak bisa dipertemukan. Pandangan yang satu berasal dari pemahaman secara intelektual, pandangan yang lain bukan pemahaman secara intelektual, melainkan secara intuitif berasal dari pengalaman meditasi.

Kalau orang berpikir, harus berupaya dulu untuk sampai pada kesadaran keheningan, maka ia tidak akan pernah hening, karena upaya itu menyiratkan adanya aku yang terus mengharap & berusaha; selama aku ada selama itu pula tidak akan pernah ada keheningan.

Jadi, "diam" itu harus terjadi mulai saat sekarang, betapa pun pikiran ini masih berseliweran, tidak ditunda-tunda dengan sibuk berlatih ini-itu. Justru "diam" itu harus terjadi di tengah-tengah kita berhubungan dengan orang lain, berhubungan dengan dunia sekitar, berhubungan dengan pikiran-pikiran & harapan-harapan kita sendiri. Justru "diam" (dalam arti tidak bereaksi) itu harus terjadi setiap saat, terus-menerus, kalau mau. :)

Sang Buddha kepada Angulimala:

"Angulimala, aku sudah lama berhenti. Kamulah yang masih terus berlari. Apa yang kamu cari? Berhentilah."

Apakah kita tidak terus berlari mengejar "kesadaran", mengejar "nibbana"?

Salam,
hudoyo

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: J KrishnaMurti
« Reply #136 on: 23 April 2008, 06:46:20 PM »
Mutiara Kehidupan - 01 Januari - Menyimak

Menyimak dengan Nyaman

Pernahkah Anda duduk dengan sangat diam, bukan memusatkan perhatian pada sesuatu, bukan berupaya untuk berkonsentrasi, melainkan dengan batin sangat hening, sungguh-sungguh diam? Maka Anda akan mendengar segala sesuatu, bukan? Anda mendengar suara-suara yang jauh maupun yang lebih dekat, suara-suara yang amat dekat, yang muncul di dekat Anda—yang sesungguhnya berarti Anda tengah menyimak terhadap segala sesuatu. Batin Anda tidak terkungkung pada satu alur sempit. Jika Anda dapat menyimak dengan cara ini, menyimak dengan nyaman, tanpa tegang, Anda akan mendapati suatu perubahan luar biasa terjadi dalam diri Anda, perubahan yang terjadi tanpa Anda kehendaki, tanpa Anda minta; dan dalam perubahan itu terdapat keindahan luhur dan kedalaman pencerahan.
[Dari: J. Krishnamurti - The Book of Life]

Semar:
Sudah jelas.

Offline Lex Chan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.437
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
  • Love everybody, not every body...
Re: J KrishnaMurti
« Reply #137 on: 25 April 2008, 11:35:03 PM »
Mutiara Kehidupan - 01 Januari - Menyimak

Menyimak dengan Nyaman

Pernahkah Anda duduk dengan sangat diam, bukan memusatkan perhatian pada sesuatu, bukan berupaya untuk berkonsentrasi, melainkan dengan batin sangat hening, sungguh-sungguh diam? Maka Anda akan mendengar segala sesuatu, bukan? Anda mendengar suara-suara yang jauh maupun yang lebih dekat, suara-suara yang amat dekat, yang muncul di dekat Anda—yang sesungguhnya berarti Anda tengah menyimak terhadap segala sesuatu. Batin Anda tidak terkungkung pada satu alur sempit. Jika Anda dapat menyimak dengan cara ini, menyimak dengan nyaman, tanpa tegang, Anda akan mendapati suatu perubahan luar biasa terjadi dalam diri Anda, perubahan yang terjadi tanpa Anda kehendaki, tanpa Anda minta; dan dalam perubahan itu terdapat keindahan luhur dan kedalaman pencerahan.
[Dari: J. Krishnamurti - The Book of Life]

Semar:
Sudah jelas.


Romo Hudoyo, apa kabar? :)
Saya Alex Chandra yang beberapa kali mengikuti MMD di Vihara Siripada.
Sekarang sedang melanjutkan studi di kota Taipei, Taiwan.

Meditasi formal saya sempat terputus selama beberapa waktu, dan belakangan ini baru saya mulai bangun kembali.

Rasanya saya mengalami "Menyimak dengan Nyaman" pada akhir-akhir (terutama yang saya beri warna biru). Pikiran saya terasa lembam (diam cenderung diam). Seperti malas berpikir. Yang saya khawatir adalah pada saat membaca buku pelajaran, artikel, dsb dan pada saat yang sama juga mendengar suara-suara di sekitar. Maka perhatian saya cenderung mengikuti suara yang di luar itu sehingga saya kesulitan untuk mencerna tulisan yang saya baca. Apalagi jika tulisan-tulisan yang saya baca menggunakan bahasa Inggris sehingga benar-benar memerlukan konsentrasi ekstra untuk memahami makna di dalam tulisan itu.

Memang di satu sisi saya merasakan tenang dan damai (jarang timbul konflik batin).
Tetapi di sisi lain, gawat juga kalau ini berlangsung terus.. Apakah saya bisa sukses melaksanakan tugas sebagai mahasiswa?
Mohon saran :)
“Give the world the best you have and you may get hurt. Give the world your best anyway”
-Mother Teresa-

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: J KrishnaMurti
« Reply #138 on: 26 April 2008, 06:57:48 AM »
Romo Hudoyo, apa kabar? :)
Saya Alex Chandra yang beberapa kali mengikuti MMD di Vihara Siripada.
Sekarang sedang melanjutkan studi di kota Taipei, Taiwan.

Meditasi formal saya sempat terputus selama beberapa waktu, dan belakangan ini baru saya mulai bangun kembali.

Rasanya saya mengalami "Menyimak dengan Nyaman" pada akhir-akhir (terutama yang saya beri warna biru). Pikiran saya terasa lembam (diam cenderung diam). Seperti malas berpikir. Yang saya khawatir adalah pada saat membaca buku pelajaran, artikel, dsb dan pada saat yang sama juga mendengar suara-suara di sekitar. Maka perhatian saya cenderung mengikuti suara yang di luar itu sehingga saya kesulitan untuk mencerna tulisan yang saya baca. Apalagi jika tulisan-tulisan yang saya baca menggunakan bahasa Inggris sehingga benar-benar memerlukan konsentrasi ekstra untuk memahami makna di dalam tulisan itu.

Memang di satu sisi saya merasakan tenang dan damai (jarang timbul konflik batin).
Tetapi di sisi lain, gawat juga kalau ini berlangsung terus.. Apakah saya bisa sukses melaksanakan tugas sebagai mahasiswa?
Mohon saran :)


Rekan Alex yg baik, apa kabar dari Taiwan? :) ... memang sudah lama saya tidak mendengar dari Anda. Dan mulai tahun ini MMD di Vihara Siripada sudah tidak diadakan lagi; mungkin pengurusnya sudah merasa bosan. ;) ...

Kecenderungan batin untuk masuk ke dalam keheningan adalah wajar bagi seorang pemeditasi. ... Tentang hambatan yang Anda rasakan dalam belajar, hal itu tergantung pada motivasi Anda dalam belajar. ... Kalau motivasi Anda kuat, maka Anda akan bisa berkonsentrasi pada apa pun yang tengah Anda kerjakan. ... Ini berlaku juga dalam setiap segi kehidupan kita sehari-hari. ... Jadi renungkan kembali motivasi Anda belajar ke Taiwan itu. :)

Kapan kira-kira selesainya studi Anda? ... Lalu apa akan pulang lagi ke Indonesia? ... Selamat belajar.

Salam,
hudoyo

Offline Lex Chan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.437
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
  • Love everybody, not every body...
Re: J KrishnaMurti
« Reply #139 on: 26 April 2008, 10:29:13 AM »
Rekan Alex yg baik, apa kabar dari Taiwan? :) ... memang sudah lama saya tidak mendengar dari Anda. Dan mulai tahun ini MMD di Vihara Siripada sudah tidak diadakan lagi; mungkin pengurusnya sudah merasa bosan. ;) ...

Kecenderungan batin untuk masuk ke dalam keheningan adalah wajar bagi seorang pemeditasi. ... Tentang hambatan yang Anda rasakan dalam belajar, hal itu tergantung pada motivasi Anda dalam belajar. ... Kalau motivasi Anda kuat, maka Anda akan bisa berkonsentrasi pada apa pun yang tengah Anda kerjakan. ... Ini berlaku juga dalam setiap segi kehidupan kita sehari-hari. ... Jadi renungkan kembali motivasi Anda belajar ke Taiwan itu. :)

Kapan kira-kira selesainya studi Anda? ... Lalu apa akan pulang lagi ke Indonesia? ... Selamat belajar.

Salam,
hudoyo

Barangkali konsentrasi pada saat belajar mengendur karena jenuh dengan pola rutinitas yang sama.. :-?
Semoga merenungkan kembali motivasi awal dapat mengembalikan konsentrasi pada saat belajar. :)

Saya perkirakan studi saya akan selesai sekitar bulan Agustus 2009.
Liburan musim panas pada bulan Juli nanti saya akan pulang ke Indonesia.
Sampai jumpa lagi, Romo Hudoyo.

Salam,
Alex
“Give the world the best you have and you may get hurt. Give the world your best anyway”
-Mother Teresa-

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: J KrishnaMurti
« Reply #140 on: 28 April 2008, 06:18:00 AM »
Renungan Harian - 14 April '08: Diri ini tidak mau mati...

Kelangsungan diriku

Jika kita dengan sangat rendah hati dan sederhana melihat implikasi semua ini, menyadarinya, tanpa mengasumsikan apa pun, tentang bagaimana batin kita bekerja dan apa yang menjadi dasar dari pikiran kita, maka saya rasa kita akan menyadari kontradiksi luar biasa yang ada dalam seluruh proses pengidentifikasian ini. Bagaimana pun juga, karena saya merasa hampa, kesepian, sengsara, maka saya mengidentifikasikan diri saya dengan negara saya, dan pengidentifikasian ini memberikan kepada saya rasa sejahtera, rasa memiliki kekuatan. Atau, dengan alasan yang sama, saya mengidentifikasikan diri dengan seorang pahlawan, dengan seorang suci. Tetapi jika kita bisa menyelami proses pengidentifikasian ini dengan sangat mendalam, maka saya akan melihat bahwa seluruh gerak pikiran dan kegiatan saya, betapa pun luhur, pada intinya didasarkan pada kelangsungan diri saya dalam satu atau lain bentuk.J Krishnamurti - Hamburg, 1956, Talk 2
[Dari: JKrishnamurti.org - Daily Quote]

Hudoyo:
Dengan mengidentifikasikan/mengaitkan diri kita dengan sesuatu yang kita anggap besar atau penting atau luhur--keluarga, suku, bangsa, agama, profesi, tempat kerja, atau jalan spiritual tertentu, misalnya: jalan Buddha--kita merasa eksis, merasa bermakna, merasa penting, merasa menjadi individu yang harus diperhitungkan. Dengan demikian diri kita berkelanjutan tanpa akhir di dunia yang penuh penderitaan ini (dalam bahasa Buddhis: samsara).

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: J KrishnaMurti
« Reply #141 on: 28 April 2008, 06:51:00 AM »
Mutiara Kehidupan - 11 Januari - Belajar

Kapan Mungkin Belajar?

Menyelidik dan belajar adalah fungsi dari batin. Saya maksud dengan ‘belajar’ bukan sekadar memupuk ingatan atau mengumpulkan pengetahuan, melainkan kemampuan berpikir secara jernih dan waras tanpa ilusi, berangkat dari fakta dan bukan dari kepercayaan atau cita-cita. Tidak ada belajar jika pikiran berasal dari kesimpulan. Sekadar memperoleh informasi atau pengetahuan bukanlah belajar. Belajar menyiratkan kecintaan terhadap pemahaman dan kecintaan melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri. Belajar hanya mungkin jika tidak ada paksaan dalam bentuk apa pun. Dan paksaan mengambil banyak bentuk, bukan? Ada paksaan melalui pengaruh, melalui kelekatan atau ancaman, melalui dorongan persuasif, atau wujud-wujud halus dari ganjaran.

Kebanyakan orang mengira bahwa belajar didorong dengan pembandingan, padahal faktanya adalah kebalikannya. Pembandingan menghasilkan frustrasi dan hanya mendorong irihati, yang dinamakan kompetisi. Seperti bentuk-bentuk lain dari persuasi, pembandingan menghalangi belajar dan memupuk ketakutan.


[Dari: J. Krishnamurti - The Book of Life]

Hudoyo:
K menggunakan kata 'belajar' dengan pengertian yang sangat berbeda dengan pengertian sehari-hari dari kata itu. 'Belajar' di sini tidak menyiratkan mengumpulkan informasi, mengejar tujuan, membandingkan dan menyimpulkan sesuatu. Kalau orang menyimpulkan sesuatu maka ia berhenti belajar.

'Belajar' yang di maksudkan oleh K berarti mengamati segala sesuatu yang terjadi pada saat kini, tanpa tujuan, tanpa penyimpulan, tanpa pikiran bergerak ke masa depan, seperti memandang bunga-bunga yang mekar, awan yang berarak, pohon yang melambai, dan manusia yang sibuk, pada suatu pagi yang indah--yang bagi kebanyakan dari kita adalah bukan "belajar" sama sekali, melainkan hanya membuang-buang waktu saja. 'Belajar' di sini adalah tanpa-aku.
« Last Edit: 28 April 2008, 06:53:21 AM by hudoyo »

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: J KrishnaMurti
« Reply #142 on: 28 April 2008, 01:11:03 PM »
Renungan Harian - 15 April '08 - Menjadi cahaya bagi diri sendiri...

Kita menyerahkan diri pada otoritas karena kita semua membutuhkan rasa aman secara batiniah ...

… Kita takut berpikir secara berbeda dari apa yang dikatakan oleh para pemimpin oleh karena kita mungkin kehilangan pekerjaan, dikucilkan, disingkirkan, atau disekap dalam kamp konsentrasi. Kita menyerahkan diri pada otoritas oleh karena kita semua membutuhkan rasa aman secara batiniah, dorongan untuk merasa pasti. Selama kita ingin merasa aman--dalam harta benda kita, dalam kekuasaan kita, dalam pikiran kita--kita memerlukan otoritas, dan kita harus menjadi pengikut. Dan di situlah terletak benih keburukan, oleh karena mau tidak mau hal itu membawa pada penghisapan manusia oleh manusia. Barang siapa yang sungguh-sungguh ingin menemukan apa kebenaran itu, apa Tuhan itu, tidak boleh memiliki otoritas, entah otoritas kitab, otoritas pemerintah, otoritas gambaran (image), atau otoritas pemuka agama; ia harus bebas secara total dari semua itu. Ini sangat sukar bagi kebanyakan dari kita, oleh karena ini berarti menjadi tidak aman, berdiri sepenuhnya sendiri, mencari, meraba-raba, tidak pernah puas, tidak pernah mencari sukses. Tetapi jika kita bereksperimen secara serius dengan itu, maka saya rasa kita akan menemukan bahwa sama sekali tidak diperlukan lagi menciptakan dan mengikuti otoritas, oleh karena ada sesuatu lain yang mulai bekerja--yang bukan hanya pernyataan verbal, melainkan fakta aktual. Orang yang terus-menerus bertanya, yang tidak punya otoritas, yang tidak mengikuti tradisi apa pun, buku atau guru mana pun, menjadi cahaya bagi dirinya sendiri.

J Krishnamurti - Hamburg, 1956, Talk 2
[Dari: JKrishnamurti.org - Daily Quote]

Semar:
Ini persis seperti yang dikatakan oleh Buddha Gautama: "Jadilah pelita bagi dirimu sendiri, berlindunglah pada dirimu sendiri, jangan berlindung kepada orang lain ..." ("Atta-dipa, atta-sarana, anannya-sarana ...")

Tetapi kalau mau jujur dan tidak menutup mata, lihatlah apa yang dilakukan oleh sebagian besar umat Buddha di dunia! ...

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: J KrishnaMurti
« Reply #143 on: 28 April 2008, 07:18:24 PM »
KESADARAN BARU

Diperlukan suatu kesadaran baru dan suatu moralitas yang sama sekali baru untuk mendatangkan perubahan yang radikal pada budaya dan struktur sosial yang ada sekarang. Ini jelas; tetapi kaum Kiri dan Kanan dan kaum revolusioner tampaknya mengabaikan hal ini. Setiap dogma, setiap rumusan, setiap ideologi adalah bagian dari kesadaran lama; mereka adalah bentukan pikiran, yang kegiatannya adalah pemisahan (division)--kaum Kiri, kaum Kanan, kaum tengah. Kegiatan ini mau tidak mau akan menghasilkan pertumpahan darah dari kaum Kanan, atau dari kaum Kiri, atau menuju totalitarianisme. Inilah yang terjadi di sekeliling kita. Kita melihat perlunya perubahan sosial, ekonomi dan moral, tetapi tanggapannya berasal dari kesadaran lama, yang pelaku utamanya adalah pikiran. Kekacauan, kebingungan dan kesengsaraan, yang ke dalamnya umat manusia telah terperosok, berada di dalam lingkup kesadaran lama; dan tanpa mengubahnya secara mendalam, setiap kegiatan manusia--politis, ekonomis atau religius--hanya akan membawa kita kepada penghancuran satu sama lain dan penghancuran dunia. Ini jelas sekali bagi orang yang waras.

Kita harus menjadi cahaya bagi diri kita sendiri; cahaya inilah hukum. Tidak ada hukum lain. Semua hukum lain dibuat oleh pikiran, dan dengan demikian bersifat terpecah-belah dan saling bertentangan. Menjadi cahaya bagi diri sendiri berarti tidak mengikuti cahaya orang lain, betapa pun masuk akal, logis, historis, dan betapa pun meyakinkannya. Anda tidak bisa menjadi cahaya bagi diri Anda jika Anda berada di bawah kegelapan bayang-bayang otoritas, dogma, kesimpulan. Moralitas tidak dibentuk oleh pikiran; itu bukan hasil tekanan lingkungan, itu bukan berasal dari hari kemarin, dari tradisi. Moralitas adalah anak dari cinta, dan cinta bukanlah keinginan dan kenikmatan. Menikmati seks atau indra bukanlah cinta.

Kebebasan adalah menjadi cahaya bagi diri sendiri; maka ia bukanlah suatu abstraksi, sesuatu yang direkayasa oleh pikiran. Kebebasan aktual adalah kebebasan dari ketergantungan, kelekatan, dari kehausan untuk memperoleh pengalaman. Kebebasan dari struktur pikiran itu sendiri berarti menjadi cahaya bagi diri sendiri. Di dalam cahaya ini seluruh tindakan berlangsung, dan dengan demikian tidak pernah saling bertentangan. Pertentangan hanya ada apabila cahaya itu terpisah dari tindakan, ketika si pelaku terpisah dari tindakannya. Yang ideal, prinsip, adalah gerak pikiran yang mandul, dan itu tidak bisa berada bersama cahaya ini; yang satu mengingkari yang lain. Di mana ada si pengamat, maka cahaya ini, cinta ini, tidak ada. Struktur si pengamat dibentuk oleh pikiran, yang tidak pernah baru, tidak pernah bebas. Tidak ada “bagaimana”, tidak ada sistem, tidak ada latihan. Yang ada hanyalah melihat, yang adalah bertindak. Anda harus melihat, bukan melalui mata orang lain. Cahaya ini, hukum ini, bukan milik Anda atau milik orang lain. Yang ada hanyalah cahaya. Inilah cinta.


Dari: This Light in Oneself - True Meditation

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: J KrishnaMurti
« Reply #144 on: 29 April 2008, 05:34:36 AM »
Mutiara Kehidupan - 12 Januari - Belajar

Belajar Bukanlah Menimbun

Belajar itu berbeda dengan mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses yang berlangsung terus-menerus, bukan proses penambahan, bukan proses yang di situ Anda menimbun dan dari situ bertindak. Kebanyakan dari kita mengumpulkan pengetahuan sebagai ingatan, sebagai ide, menyimpannya sebagai pengalaman, dan dari situ bertindak. Dengan demikian, kita bertindak dari pengetahuan, pengetahuan teknologis, pengetahuan sebagai pengalaman, pengetahuan sebagai tradisi, pengetahuan yang telah kita peroleh melalui kecenderungan-kecenderungan kita. Dengan latar belakang itu, dengan timbunan itu sebagai pengetahuan, sebagai pengalaman, sebagai tradisi, kita bertindak. Dalam proses itu tidak ada belajar. Belajar tidak pernah akumulatif: ia adalah gerak yang terus-menerus. Saya tidak tahu apakah Anda pernah menyelami masalah ini: apakah belajar itu dan apakah memperoleh pengetahuan itu? ... Belajar bukanlah menimbun. Anda tidak mungkin menimbun pembelajaran, dan dari gudang timbunan itu bertindak. Anda belajar sambil berjalan. Dengan demikian, tidak pernah ada saat kemunduran, kerusakan atau kemerosotan.

[Dari: J. Krishnamurti - The Book of Life]

Hudoyo: (ulangan)
K menggunakan kata 'belajar' dengan pengertian yang sangat berbeda dengan pengertian sehari-hari dari kata itu. 'Belajar' di sini tidak menyiratkan mengumpulkan informasi, mengejar tujuan, membandingkan dan menyimpulkan sesuatu. Kalau orang menyimpulkan sesuatu maka ia berhenti belajar.

'Belajar' yang di maksudkan oleh K berarti mengamati segala sesuatu yang terjadi pada saat kini, tanpa tujuan, tanpa penyimpulan, tanpa pikiran bergerak ke masa depan, seperti memandang bunga-bunga yang mekar, awan yang berarak, pohon yang melambai, dan manusia yang sibuk, pada suatu pagi yang indah--yang bagi kebanyakan dari kita adalah bukan "belajar" sama sekali, melainkan hanya membuang-buang waktu saja. 'Belajar' di sini adalah tanpa-aku.

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: J KrishnaMurti
« Reply #145 on: 29 April 2008, 05:40:53 AM »
Renungan Harian - 15 April '08 - Mengejar "ahimsa" ...

Apakah mengejar tanpa-kekerasan (ahimsa) membebaskan batin dari kekerasan?

Kita mengira ideal itu perlu. Tetapi apakah ideal membantu mendatangkan perubahan radikal dalam batin kita? Ataukah ideal hanya membuat kita bisa menunda-nunda, mendorong perubahan ke masa depan, dan dengan demikian menghindari perubahan yang radikal, segera? Jelas, selama kita mempunyai ideal, kita tidak pernah sungguh-sungguh berubah, melainkan berpegang pada ideal kita sebagai cara penundaan, menghindari perubahan segera yang begitu penting. Saya tahu, kebanyakan di antara kita menganggap bahwa ideal harus ada, oleh karena tanpa itu kita mengira tidak akan ada dorongan untuk berubah, dan kita akan membusuk, mampet. Tetapi saya mempertanyakan, apakah ideal mana pun pernah mentransformasikan cara berpikir kita. Mengapa kita memiliki ideal? Jika saya keras, apakah saya membutuhkan ideal tanpa-kekerasan? Saya tidak tahu apakah Anda pernah memikirkan hal ini. Jika saya keras--seperti kebanyakan dari kita dalam berbagai derajat--perlukah bagi saya untuk memiliki ideal tanpa-kekerasan? Apakah mengejar tanpa-kekerasan membebaskan batin dari kekerasan? Ataukah mengejar tanpa-kekerasan itu sendiri sesungguhnya menghalangi pemahaman akan kekerasan? Bagaimana pun juga, saya hanya bisa memahami kekerasan bila, dengan seluruh batin saya, saya memberikan perhatian saya sepenuhnya kepada masalah itu. Dan pada saat saya sepenuhnya memperhatikan dan memahami kekerasan, apa perlunya ideal tanpa-kekerasan? Saya rasa, mengejar ideal itu merupakan penghindaran, penundaan. Jika saya mau memahami kekerasan, saya harus memberikan seluruh batin saya kepadanya dan tidak membiarkan perhatian saya teralihkan oleh ideal tanpa-kekerasan.

J Krishnamurti - Hamburg, 1956, Talk 2
[Dari: JKrishnamurti.org - Daily Quote]

Hudoyo:

Kalau saya memikirkan ideal tanpa-kekerasan--sebagaimana diajarkan oleh agama-agama--maka saya tidak memperhatikan kekerasan dalam berbagi bentuknya--tersinggung, sakit hati, cemburu, irihati dsb--yang ada di dalam hati saya sendiri.

Analoginya, kalau saya selalu memikirkan & mendengungkan cinta kasih, saya tidak memperhatikan & memahami ketidaksenangan & kebencian yang ada dalam hati saya.

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: J KrishnaMurti
« Reply #146 on: 03 May 2008, 01:56:32 PM »
Mutiara Kehidupan - 12 Januari - Belajar

Belajar Bukanlah Menimbun

Belajar itu berbeda dengan mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses yang berlangsung terus-menerus, bukan proses penambahan, bukan proses yang di situ Anda menimbun dan dari situ bertindak. Kebanyakan dari kita mengumpulkan pengetahuan sebagai ingatan, sebagai ide, menyimpannya sebagai pengalaman, dan dari situ bertindak. Dengan demikian, kita bertindak dari pengetahuan, pengetahuan teknologis, pengetahuan sebagai pengalaman, pengetahuan sebagai tradisi, pengetahuan yang telah kita peroleh melalui kecenderungan-kecenderungan kita. Dengan latar belakang itu, dengan timbunan itu sebagai pengetahuan, sebagai pengalaman, sebagai tradisi, kita bertindak. Dalam proses itu tidak ada belajar. Belajar tidak pernah akumulatif: ia adalah gerak yang terus-menerus. Saya tidak tahu apakah Anda pernah menyelami masalah ini: apakah belajar itu dan apakah memperoleh pengetahuan itu? ... Belajar bukanlah menimbun. Anda tidak mungkin menimbun pembelajaran, dan dari gudang timbunan itu bertindak. Anda belajar sambil berjalan. Dengan demikian, tidak pernah ada saat kemunduran, kerusakan atau kemerosotan.

[Dari: J. Krishnamurti - The Book of Life]

Hudoyo: (ulangan)
K menggunakan kata 'belajar' dengan pengertian yang sangat berbeda dengan pengertian sehari-hari dari kata itu. 'Belajar' di sini tidak menyiratkan mengumpulkan informasi, mengejar tujuan, membandingkan dan menyimpulkan sesuatu. Kalau orang menyimpulkan sesuatu maka ia berhenti belajar.

'Belajar' yang di maksudkan oleh K berarti mengamati segala sesuatu yang terjadi pada saat kini, tanpa tujuan, tanpa penyimpulan, tanpa pikiran bergerak ke masa depan, seperti memandang bunga-bunga yang mekar, awan yang berarak, pohon yang melambai, dan manusia yang sibuk, pada suatu pagi yang indah--yang bagi kebanyakan dari kita adalah bukan "belajar" sama sekali, melainkan hanya membuang-buang waktu saja. 'Belajar' di sini adalah tanpa-aku.


Yang satu ini kok selaras sekali dengan ide Lao Tzu dalam Tao Te Ching? Ini membuktikan bahwa orang yang tercerahkan memang memiliki pemahaman yang selaras.  :)

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: J KrishnaMurti
« Reply #147 on: 03 May 2008, 05:18:27 PM »
betul

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Apakah Krishnamurti percaya pada reinkarnasi?
« Reply #148 on: 16 May 2008, 09:16:07 AM »
PERTANYAAN: Setelah Anda menyimak kutipan di bawah ini, apakah menurut Anda K percaya pada reinkarnasi atau tidak?
(Bagi teman-teman Buddhis yang suka mempersoalkan perbedaan antara ‘reinkarnasi’ vs ‘tumimbal lahir’(rebirth), di sini ‘reinkarnasi’ harap dibaca ‘lahir kembali’.)

Salam,
semar

*****


PENANYA: Mohon Anda memberikan pernyataan definitif tentang tidak adanya reinkarnasi, oleh karena pada dewasa ini semakin banyak terkumpul 'bukti ilmiah' yang membuktikan bahwa reinkarnasi itu fakta. Saya prihatin, oleh karena saya melihat banyak orang mulai menggunakan bukti ini untuk lebih memperkuat suatu kepercayaan yang telah mereka miliki, yang memungkinkan mereka lari dari masalah-masalah kehidupan & kematian. Bukankah Anda bertanggung jawab untuk bersikap jelas, langsung dan tidak meragukan mengenai masalah ini dan bukan sekadar berputar-putar di sekitar masalah ini?

KRISHNAMURTI: Kami akan bersikap pasti. Ide tentang reinkarnasi sudah ada jauh sebelum Agama Keristen. Ide itu meluas hampir di seluruh India, dan mungkin di seluruh dunia Asia. Pertama, apakah yang berinkarnasi - bukan hanya berinkarnasi sekarang, tetapi juga berinkarnasi berulang-ulang? Kedua, pengertian bahwa ada bukti ilmiah bahwa reinkarnasi benar, membuat orang lari dari masalah-masalah mereka, dan itu menyebabkan keprihatinan penanya. Apakah ia benar-benar prihatin bahwa orang melarikan diri? Orang lari ke sepakbola atau pergi ke tempat ibadah. Kesampingkan semua keprihatinan tentang apa yang dilakukan orang lain. Kita berkepentingan dengan fakta, dengan kebenaran dari reinkarnasi; dan Anda minta jawaban pasti dari pembicara.

Apakah yang berinkarnasi, yang lahir kembali? Apakah yang hidup pada saat ini, duduk di sini? Apakah yang tengah terjadi sekarang terhadap apa yang sedang berinkarnasi? Dan bila kita berangkat dari sini, apakah sesungguhnya terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari, yang adalah gerak yang hidup dari inkarnasi -- pergulatan kita, nafsu-nafsu, keserakahan, iri hati, kelekatan -- semua itu? Apakah itu yang akan bereinkarnasi dalam kehidupan yang akan datang?

Nah, mereka yang percaya pada reinkarnasi, mereka percaya bahwa mereka akan lahir kembali dengan segala yang mereka miliki sekarang--mungkin ada modifikasi di sana-sini--dan dengan demikian meneruskannya, kehidupan demi kehidupan. Kepercayaan tidak pernah hidup. Tetapi seandainya kepercayaan itu sangat hidup, maka apa adanya Anda sekarang jauh lebih penting daripada apa adanya Anda dalam kehidupan yang akan datang. Di dunia Asia ada istilah 'karma' yang berarti tindakan dalam kehidupan sekarang, pada masa ini, beserta segala kesengsaraannya, kekacauan, amarah, cemburu, benci, kekerasan, yang mungkin dimodifikasi, tetapi akan berlanjut ke dalam kehidupan yang akan datang.

Jadi ada bukti dari ingatan akan hal-hal di masa lampau, suatu kehidupan lampau. Ingatan itu adalah timbunan si 'aku', ego, kepribadian. Onggokan itu, yang dimodifikasi, diluruskan, dipoles sedikit, berlanjut ke kehidupan yang akan datang. Jadi itu bukan masalah apakah ada reinkarnasi (saya sangat tegas dalam hal ini), melainkan bahwa inkarnasi sekarang; yang jauh lebih penting daripada reinkarnasi mengakhiri keamburadulan ini, konflik ini, sekarang. Maka berlangsunglah sesuatu yang sama sekali lain. Tidak bahagia, sengsara, dirundung kesedihan, orang bilang: "Saya berharap kehidupan yang akan datang lebih baik." Harapan akan kehidupan yang akan datang itu adalah penundaan dari menghadapi fakta sekarang.

Pembicara sudah membahas ini panjang lebar dengan mereka yang percaya, berceramah dan menulis tentang reinkarnasi, tanpa akhir. Itu bagian dari permainan mereka. Saya berkata, "Baik, Bapak-Bapak, Anda percaya pada semua itu. Jika Anda percaya itu, maka apa yang Anda perbuat sekarang penting." Tetapi mereka tidak tertarik akan apa yang mereka perbuat sekarang, mereka berminat kepada masa depan. Mereka tidak berkata: "Saya percaya dan saya akan mengubah hidup saya secara menyeluruh sehingga tidak ada lagi masa depan." Janganlah pada akhir nanti bilang bahwa saya saya menghindari pertanyaan ini; Andalah yang menghindarinya. Saya berkata bahwa kehidupan sekarang ini sangat penting; jika Anda paham dan menyelaminya, dengan segala kekacauannya, kerumitannya - mengakhirinya, tidak meneruskan itu. Maka Anda masuk ke dalam alam yang sama sekali lain. Saya rasa itu jelas, bukan? Saya tidak berputar-putar.

Anda mungkin bertanya kepada saya: "Apakah Anda percaya akan reinkarnasi?" Bukan? Saya tidak percaya pada apa pun. Ini bukan penghindaran; saya tidak punya kepercayaan, dan itu tidak berarti saya seorang ateis, atau saya tidak spiritual. Selamilah, lihat apa artinya. Itu berarti bahwa batin bebas dari semua lilitan kepercayaan. Dalam kitab-kitab India kuno ada cerita tentang kematian dan inkarnasi. Bagi seorang brahmana, salah satu adat dan hukum kuno mengatakan bahwa, setelah mengumpulkan kekayaan duniawi, setelah lima tahun ia harus melepaskan segala sesuatu dan mulai lagi dari awal. Ada seorang brahmana yang mempunyai seorang anak laki-laki, dan anak itu berkata kepadanya, "Bapak memberikan semua ini kepada berbagai orang; kepada siapa Bapak akan memberikan saya, kepada siapa Bapak akan menyuruh saya pergi?" Sang ayah berkata, "Pergilah, saya tidak tertarik." Tetapi si anak datang beberapa kali dan sang ayah menjadi marah dan berkata, "Saya akan mengirimmu kepada Maut." Karena ia seorang brahmana, ia harus menepati kata-katanya. Jadi ia mengirim anaknya kepada Maut. Dalam perjalanan menuju Maut, anak itu singgah pada berbagai guru dan mendapati bahwa ada guru yang berkata, ada reinkarnasi, dan ada yang berkata, tidak ada reinkarnasi. Ia terus mencari, dan akhirnya ia sampai ke istana Maut. Ketika ia tiba, Maut sedang tidak ada.--Implikasi ini menarik, jika Anda menyelaminya.--Maut tidak ada. Anak itu menunggu selama tiga hari. Pada hari keempat, Maut muncul dan minta maaf. Ia minta maaf karena anak itu seorang brahmana; katanya, "Mohon maaf, saya telah membuat Anda menunggu; karena menyesal, saya menawarkan kepada Anda tiga keinginan. Anda boleh menjadi raja terbesar, menjadi orang terkaya, atau menjadi kekal." Si anak berkata, "Saya telah mengunjungi banyak guru, dan mereka semua saling berbeda pendapat. Apa pendapat Anda tentang kematian, dan apa yang terjadi setelah itu?" Jawab Maut: "Wah, seandainya saya punya murid seperti Anda; tidak peduli dengan apa pun kecuali itu." Maka ia mulai menyampaikan kebenaran kepada anak itu, tentang keadaan hidup di mana tidak ada waktu. ...

QUESTIONS AND ANSWERS, OJAI, CALIFORNIA - 13TH MAY 1980 ‘REINCARNATION’

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: J KrishnaMurti
« Reply #149 on: 16 May 2008, 09:33:08 AM »
Nendang bener :))

_/\_
There is no place like 127.0.0.1