Pemimpin Kedelapan Yang Palsu
Pada zaman Dinasti Ming, terdapat seorang pengikut Bai Lian yang paling jahat dalam sejarah di Cina. Ajaran sesatnya mempunyai pengaruh yang paling dalam dan luas terhadap pengikut-pengikutnya sampai saat ini. Nama orang itu adalah Lo Wei Ching, lahir pada tanggal 8 Januari 1446. Dia mengatakan bahwa Sesepuh Hui Neng adalah merupakan pemimpin Sangha yang terakhir, karena Jalan ke Surga telah berubah dari sistim kepemimpinan Sangha menjadi sistim kepemimpinan orang awam. Dia merekayasa sebuah cerita bagaimana dia menerima garis kepemimpinannya sebagai berikut:
Seseorang yang bernama Pai Ik Chan menyelamatkan Sesepuh Ke-6 yang sedang dikejar oleh seorang bhikkhu kejam di ladang. Oleh karena itu, Pai Ik Chan diberikan baju dan mangkok sebagai bukti penerimaan garis keturunan pemimpin. Selama 3 tahun, Sesepuh ke-6 sembunyi di rumahnya. Kemudian Pai Ik Chan dan seorang guru besar Tao Ik dinobatkan bersama sebagai pemimpin ke-7. Ini benar-benar merupakan kebohongan yang besar dan menggelikan.
Penjelasan yang benar adalah Sesepuh ke-6 lahir pada tanggal 8 February 638, sedangkan Pai Ik Chan lahir tahun 1,194 pada jaman Dinasti Sung, sehingga ada perbedaan waktu 450 tahun. Maka itu, bagaimana dia bisa menyelamatkan Sesepuh ke-6? Kecuali waktu bisa berputar kembali. Guru Pai Ik Chan yang bernama Ma Tao Ik adalah cucu murid dari Sesepuh ke-6 dan lahir sedikitnya 400 tahun sebelum Pai Ik Chan. Oleh karena itu, bagaimana Pai Ik Chan bisa bertemu dengan pemimpin ke-6 sebelum guru dia Ma Tao Ik? Selain itu, Lo Wei Ching adalah orang yang hidup pada zaman Dinasti Ming, lahir beberapa ratus tahun setelah Pai Ik Chan, bagaimana Pai Ik Chan menyampaikan "Jalannya" kepada Lo Wei Ching?
Seperti yang tertulis dalam sejarah agama Buddha, garis keturunan dari kepemimpinan berakhir pada Sesepuh ke-6 Hui Neng. Sistim kepemimpinan ini diteruskan ke Cina dari India oleh pemimpin Bodhidharma. Dia adalah Sesepuh pertama di Cina dan juga sebagai pendiri sekolah Zen di Cina. Sebelum meninggal, beliau mengatakan bahwa sistim kepemimpinan Zen akan berakhir pada Sesepuh ke-6. Sejak itu, hanya Dharma yang akan berputar, kain dan mangkok tidak merupakan tanda kepemimpinan.
Berikut ini adalah ajaran sesat yang dipelopori oleh Lo Wei Ching:
-Dia merupakan pendiri dari sistim kepemimpinan umat awam. Dia mengatakan bahwa "Jalan Surga" telah berubah dari sistim kepemimpinan Sangha menjadi sebuah sistim yang dikendalikan oleh umat awam (penerjemah: Maksudnya tidak ada lagi Sangha dalam ajaran mereka).
-Dia memulai semboyan bahwa "Tiga agama menjadi satu". Ketiga agama itu adalah Juisme (ajaran kuno di Cina), Taoisme dan Buddhisme.
-Dia mengarang cerita bahwa Tuhan yang bernama Lao Mu ada di Surga Wu Zhi. Segala makhluk diciptakan olehNya.
-Sejak terbentuknya Aliran Maitreya (Yi Guan Dao), selalu ada pernyataan bahwa sistim dunia terbagi menjadi 3 periode yakni Periode Hijau, Periode Merah dan Periode Putih. Periode Putih ini merupakan periode akhir zaman yang menurut mereka dunia akan kiamat pada periode ini.
Lukisan tentang dunia kiamat oleh mereka sbb: Akan terjadi malapetaka angin, hembusan angin begitu kuat sehingga orang hanya akan mendengar "bum?" Bagaikan surga akan ambruk dan bumi akan retak, dan hanya sekejap mata segala sesuatu benda musnah, tak satu makhlukpun yang terlihat. Mereka membuat cerita dunia kiamat dengan menjiplak teks ajaran Buddha dan kemudian melakukan banyak pengubahan-pengubahan.
Menurut teks agama Buddha, periode waktu antara pembentukan alam dunia dihitung berdasarkan tiga kalpa: Kalpa Kecil, Kalpa Sedang dan Maha Kalpa. Aliran Yi Guan Dao (Aliran Maitreya) mengubah nama kalpa menjadi Periode. Sebenarnya teks agama Buddha mengatakan bahwa dunia akan musnah total pada akhir Maha Kalpa yang akan tiba pada trilliun tahun mendatang. Mereka mengatakan bahwa akhir kalpa akan segera datang supaya dapat membuat orang-orang menjadi panik dan masuk aliran sesat tersebut.
Berdasarkan ajaran ini Lo Wei Ching selanjutnya menyatakan bahwa pada akhir Periode Putih (penerjemah: Maksudnya akhir zaman), Tuhan mereka "Lao Mu" akan turun ke dunia membawa kembali 96 milyard anak-anak sejati ke sisiNya. Anak-anak ini akan menikmati kekayaan dan kemakmuran di surga sesuai dengan perbuatan baik mereka (pengertian perbuatan baik disini adalah dedikasi yang dalam kepada Aliran mereka).
Agar dapat mengendalikan pengikut-pengikutnya, Lo mengeluarkan peraturan bahwa orang-orang yang mencari "Jalan Surga" harus bersumpah kepada Tuhan Lao Mu. Sumpah-sumpah itu sangat kejam dan berbunyi sebagai berikut:
-Seorang tidak boleh mencari "Jalan Surga" dengan pura-pura
-Seseorang tidak boleh mundur ketika diminta untuk maju
-Seseorang tidak boleh membocorkan rahasia aliran, karena tindakan itu akan mengakibatkan tertangkapnya pemimpin dan kematian dari pemimpin aliran tersebut.
-Seseorang tidak boleh tidak sopan kepada "Chien Jen" yakni gelar yang diberikan kepada pejabat tinggi dalam aliran itu. Chien Jen memegang jabatan "orang kedua" dalam aliran tersebut. (Jumlah Chien Jen sangat sedikit, tetapi selain pemimpin tertinggi mereka "She Mu" mereka memegang kekuasaan tertinggi dan disanjung oleh pengikut-pengikut mereka, dan saat mereka tiba ataupun pergi selalu diiringi tata cara yang khidmat seperti yang biasa dilakukan terhadap keluarga kerajaan atau pejabat kerajaan yang berpangkat tinggi).
-Seseorang tidak boleh menganggur tanpa melakukan penyebaran ajaran mereka dengan penuh semangat.
Siapa saja yang melanggar salah satu dari peraturan-peraturan tersebut di atas akan disambar halilintar dan dibakar lima kali.
Dalam agama Buddha, terdapat satu hal yang amat penting yaitu Triratna: Buddha, Dharma dan Sangha. Maka untuk menandingi Triratna agama Buddha, Lo Wei Ching menciptakan Triratna versi dia sbb:
-Menunjuk "Hsien Kuan" yaitu menunjuk bagian tengah dahi di antara kedua alis mata dengan menggunakan jari tengah oleh seorang pandita mereka yang disebut Tien Chuan She
-Memberitahukan kode lisan yang terdiri dari 5 kata: Wu, Thai, Fu, Mi, Nek.
-Mengatupkan tangan dengan cara-cara tertentu
Seseorang yang ingin menjadi anggota baru harus mendapat rekomendasi dari dua orang anggota lama. Tetapi orang cacat, tukang jagal, pelacur-pelacur, preman-preman dan gelandangan-gelandangan tidak diterima sebagai penganut.
Pada tahun 1527, usaha Lo Wei Ching untuk menggulingkan rezim itu gagal. Dia ditangkap dan kemudian dihukum mati dengan cara tubuhnya ditarik dan dikoyak oleh 5 kereta kuda.
Kode Lisan
Lima kode lisan yaitu Wu, Thai, Fu, Mi, Nek dikatakan sangat membantu dalam keadaan bahaya. Tetapi kode lisan ini tidak dapat dibocorkan kepada siapapun, bahkan orang tua sendiri, suami dan isteri atau anak mereka jika mereka bukan anggota. Pada zaman Dinasti Qing, lima kata itu dirubah lagi menjadi: Min, Ta, Pao, Sin, Ik. Tetapi kode ini dirubah kembali menjadi kode yang semula, ketika Dinasti Qing runtuh dan menjadi Republik.
G. Dinasti Qing (Manchu) (1644-1911).
Pada zaman Dinasti Qing, pemberontakan dari aliran Bai Lian (Yi Guan Dao) sangat sering terjadi, khususnya pada pemerintahan Raja Qian Long (1736-1795) dan Raja Jia Jing (1796-1820). Pada akhir Dinasti Qing, yaitu pada tahun ke-18 pemerintahan Raja Jia Jing, nama aliran Bai Lian berubah lagi menjadi aliran Tien Li atau kadang-kadang disebut aliran Pa Kua. Pada suatu pemberontakan pengikut-pengikut Bai Lian gagal dan mereka bubar. Sebagian mereka bertobat dan menjadi bhikkhu tetapi yang lainnya tetap setia pada alirannya. Untuk menghindari perhatian pemerintah, Aliran Bai Lian dibagi menjadi berbagai cabang-cabang dengan nama yang berbeda-beda. Aliran "Yi Guan Dao" yang ada sekarang merupakan salah satu cabang dari aliran Bai Lian.
He Liau Ko
Dia merupakan pemimpin kedua Yi Guan Dao. Dia mulai berontak melawan Dinasti Ching pada pemerintahan Qian Long di tahun 1774. Dia adalah seorang penghasut dan perencana jahat. Beberapa pemberontakan yang terjadi pada masa itu adalah hasil hasutannya. Pada tahun 1795, dia melancarkan satu pemberontakan secara besar-besaran yang merusak banyak propinsi yakni She Chuan, Hu Pei, He Nan, An Hui, Khan Su dan lain-lain. Pemberontakan ini disebut dalam sejarah Cina sebagai "Kerusuhan oleh bandit-bandit dari aliran Bai Lian (sekarang disebut Yi Guan Dao).
Wang Jue Yi
Dia merupakan keturunan dari Wang Hsing yang terkenal dengan reputasinya yang buruk pada zaman Dinasti Qing. Pada akhir zaman Dinasti Qing, ada organisasi yang memberikan pelatihan tinju yang disebut Yi He Tuan (Tuan== bataion) atau disebut Yi He Quan (Quan==tinju).
Organisasi ini berkedok sebagai tempat pelatihan tinju padahal organisasi ini Yi He Tuan adalah organisasi militer dengan cabang-cabang yang tersebar di berbagai tempat. Wang Jue Yi adalah panglima dari organisasi ini. Dengan kata lain, sebenarnya Yi He Tuan adalah organisasi Pai Lian (sekarang disebut Yi Guan Dao).
Sudah tentu, aliran Pai Lian masih dibawah pengawasan ketat dari pemerintah. Usaha pembasmian dari pemerintah terhadap pemberontak Pai Lian masih sering dilakukan. Pada saat itu, Ibu Suri Ci Xi ingin menggulingkan Kaisar dari tahta dengan tujuan untuk mengalihkan tahta kerajaan kepada keponakannya (Kaisar itu adalah anak dari hasil perkawinan selir dengan kaisar almarhum), tetapi rencana Ci Xi mendapat hambatan yang luar biasa dari pihak asing yang mendukung Kaisar. Supaya bisa menangani orang-orang asing tersebut, Ibu Suri mengizinkan anggota Yi He Tuan memasuki ibukota. Anggota seperguruan tertua (paling senior) yang bernama Chao Fu Thien, Bersama dengan pemimpin-pemimpin cabang lainnya dipanggil ke istana untuk diberikan kehormatan berupa topi dan jubah yang mana hadiah ini hanya boleh dipakai oleh pejabat-pejabat tinggi di istana. Ini merupakan yang kedua kali dalam sejarah Cina dimana aliran sesat ini disetujui oleh pemerintah. Tidak lama setelah aliran Bai Lian masuk ibukota, sekretaris Duta Besar Jepang dibunuh dan menyusul peristiwa itu, terjadi pembakaran dan pembunuhan secara besar-besaran. Pembakaran dan pembunuhan tersebut mengakibatkan pengaruh yang sangat besar dalam sejarah yaitu delapan negara asing (yaitu Inggeris, Amerika, Perancis, Jepang, Rusia, Austria dan Itali) bergabung dalam membentuk tentara sekutu untuk menyerang dan menduduki ibukota Cina. Inilah yang dalam sejarah dikenal sebagai Pemberontakan Boxer.
Setelah kejadian ini, anggota seperguruan tertua Chao Fu Thien, ditangkap oleh penduduk sekampung dengan kedua tangan diikat untuk diserahkan kepada pemerintah. Chao Fu Thien kemudian dihukum mati. Aliran sesat ini kembali mendapat larangan dari pemerintah Cina. Dengan kata lain, pengesahan aliran sesat ini hanya bertahan lebih kurang sebulan saja.
H. Republik Cina (1911- sekarang).
Chang Thian Ran.
Dia adalah pemimpin ke-18 aliran Yi Guan Dao. Dia dibesarkan di keluarga yang menganut aliran Pai Lian selama beberapa generasi. Semua pemimpin aliran sesat ini menyatakan dirinya sebagai inkarnasi Buddha Maitreya, namum ironisnya, semuanya mempunyai ambisi menjadi kaisar dan berakhir dengan kematian tragis. Berdasarkan fakta-fakta yang telah disebutkan diatas, maka Chang Thien Ran merubah pernyataan "Inkarnasi Buddha Maitreya" menjadi "Manusia Buddha Ci Kong". Dengan kata lain, dia menamakan dirinya sebagai Manusia Buddha Ci Kong.
Chang Thien Ran menyatakan dirinya telah menerima suatu mandat dari surga untuk menjadikan dirinya sebagai pemimpin ke-18 Yi Guan Dao. Dia menyebarkan doktrin yang sesat sebagaimana pendahulunya melakukan yakni "Sakyamuni Buddha telah mengundurkan diri sebagai Lord of Buddhism dan Maitreya Buddha telah mengambil alih dalam pembabaran Buddhadharma. Disamping doktrin sesat yang telah tersebar luas ini, dia juga menyebarkan pernyataan yang menyimpang bahwa zaman di dunia ini terdiri dari 3 periode:
-Periode (zaman) Hijau merupakan periode untuk Dipankhara Buddha
-Periode (zaman) Merah merupakan periode untuk Sakyamuni Buddha
-Periode (zaman) Putih merupakan periode terakhir dibawah naungan Maitreya Buddha. Dengan kata lain, kalpa sekarang adalah kalpa Maitreya Buddha.
Pada tahun 1946, Chang Thien Ran ditangkap karena menyebarkan doktrin sesat yang meracuni pikiran masyarakat setempat bahwa dengan menyatakan kode rahasia akan membuat mereka menjadi Buddha dalam bentuk manusia. Disamping itu, dia juga bergabung dengan Jepang melakukan kerusuhan di ibukota.
Pada tanggal 13 Agustus 1947, Chang Thien Ran ditembak mati oleh regu penembak pemerintah di Cheng Tu, ibukota She Chuan. Tindak kejahatannya diterbitkan di koran-koran setempat. Menyusul peristiwa ini, pemerintah mengeluarkan larangan keras segala aktivitas Yi Guan Dao.
Setelah kematian Chang Thien Ran, isterinya yang bernama Sun Suk Cen, sering dipanggil dengan SheMu (gelar kehormatan untuk isteri guru) dijadikan pemimpin tertinggi Yi Guan Dao. Tidak lama kemudian Sun Suk Cen datang ke Taiwan dan menjadi pemimpin tertinggi Yi Guan Dao di Taiwan.
3. Sutra-Sutra palsu yang menjadi doktrin Maitreya.
Sejarah mencatat bahwa Agama Buddha masuk ke Tiongkok pada jaman Dinasti Han (202 SM? 221 M). Masuknya agama asing tersebut telah membangkitkan perasaan tidak senang di kalangan agama lain yang lebih tua atau asli Tiongkok, Seperti misalnya Agama Dao (baca Tao). Untuk menunjukkan bahwa Agama Tao lebih unggul maka dikaranglah Sutra-Sutra palsu untuk mendukung hal tersebut. Isinya antara lain menyebutkan bahwa Sang Buddha hanyalah merupakan salah satu penjelmaan Lao tzu (pendiri Agama Tao). Versi lain mengatakan bahwa Lao tzu telah menghilang dan pergi ke India. Ia mempertobatkan banyak orang di sana dan menjadi Buddha. Ada lagi yang mengatakan bahwa Lao tzu telah pergi ke India dan mengajar Sang Buddha ajaran kebijaksanaan. Inti sari dari semuanya adalah berusaha membuktikan bahwa Agama Buddha adalah berasal dari Agama Tao.
Salah satu karya semacam itu misalnya adalah Lao-tzu Hua-hu-cing atau Sutra Pertobatan Kaum Barbar, karangan seseorang bernama Wang Fu pada abad keempat M. (v). Anehnya doktrin yang dianut oleh Aliran Yi Guan Dao juga mencerminkan ajaran-ajaran semacam itu.
B. AJARAN UTAMA.
Untuk meneliti Ajaran Maitreya dapat membuka website sebagai berikut:
Bahasa Inggris:
http://Http://www.taoism.net/gateways/Buddha.htm http://Http://home.kimo.com.tw/yp2758/Eyiguantao.html http://Http://www.taoism.net/html.html Bahasa Indonesia:
http://Http://www.buddhismemaitreya.org/ http://Http://www.dutamaitreya.org/ 1.Maitreya telah datang menjelma ke dunia ini dan terlahir sebagai guru mereka.
Umat Buddha Maitreya meyakini bahwa guru mereka adalah penjelmaan Buddha Maitreya dan Era Sakyamuni Buddha telah berakhir, jadi mereka yakin bahwa Maitreya telah hadir di dunia ini. Namun marilah kita perhatikan apa yang diajarkan oleh Sang Buddha sendiri.
Kritikan: Mari kita perhatikan apa yang diajarkan oleh Sang Buddha dalam CAKKAVATTI-SIHANADA SUTTA, Sutta ke-26 dari DIGHA NIKAYA:
"Pada saat itu [ kota ] yang sekarang merupakan Varanasi akan menjadi sebuah ibu kota yang bernama Ketumati, kuat dan makmur, dipadati oleh rakyat dan berkecukupan. Di Jambudipa akan terdapat 84.000 kota yang dipimpin oleh Ketumati sebagai ibu kota. Dan pada saat itu orang akan memiliki usia kehidupan sepanjang 84.000 tahun, di kota Ketumati akan bangkit seorang raja bernama Sankha, seorang Cakkavati (Raja Dunia), seorang raja yang baik, penakluk keempat penjuru? Dan pada saat orang memiliki harapan hidup hingga 84.000 itulah muncul di dunia seorang Yang Terberkahi, Arahat, Sammasambuddha bernama Metteya? .."
Jadi saat Metteya (Maitreya dalam Bahasa Sansekerta) hadir di dunia ini akan terdapat hal-hal sebagai berikut:
1.Terdapat kota "megapolis" yang bernama Ketumati.
2.Terdapat 84.000 kota di Jambudipa.
3.Terdapat seorang raja bernama Sankha. Beliau seorang Cakkavati atau raja dunia.
4.Manusia dapat hidup hingga mencapai 84.000 tahun
Nah, pada kenyataannya keempat hal di atas belum terwujud atau belum ada. Hingga saat ini usia hidup hingga mencapai 84.000 tahun masih merupakan sesuatu yang teramat sangat fantastis dan susah dibayangkan manusia. Dapat hidup hingga mencapai usia 100 tahun saja sudah merupakan sesuatu yang luar biasa.
Marilah kita coba pelajari tanda-tanda lainnya sebagaimana yang terdapat dalam BUDDHAVACANA MAITREYA BODHISATTVA SUTRA:
"O, Arya Sariputra! Pada saat Buddha baru tersebut dilahirkan di dunia Jambudvipa. Situasi dan kondisi dunia Jambudvipa ini jauh lebih baik daripada sekarang! Air laut agak susut dan daratan bertambah. Diameter permukaan laut dari ke 4 lautan masing-masing akan menyusut kira-kira 3,000 yojana, Bumi Jambudvipa dalam 10.000 yojana persegi? Persis kaca dibuat dari permata lazuardi dan permukaan buminya demikian rata dan bersih?"
Nah, pertanyaannya apakah sekarang kondisi dunia sudah lebih baik dari jaman Sang Buddha? Jawabnya belum! Apakah kondisi fisik dunia sudah seperti yang digambarkan pada Sutra di atas? Jawabnya juga belum! Karena itu jelas sekali Maitreya belumlah terlahir di muka bumi ini dan saat ini masih jaman Buddha Sakyamuni.
2.Jaman Tiga Pancaran
Umat Buddha Maitreya membagi jaman dalam apa yang mereka sebut dengan tiga pancaran.
(i) Jaman pancaran hijau, Buddhanya adalah Dipankara.
(ii) Jaman pancaran merah, Buddhanya adalah Sakyamuni.
(iii) Jaman pancaran putih, Buddhanya adalah Maitreya.
Sekarang telah memasuki jaman pancaran putih, karena itu ajaran Buddha Sakyamuni tidak berlaku lagi.
Kritikan: Marilah kita pelajari urutan Buddha-Buddha yang telah hadir di dunia ini sebagaimana yang tercantum dalam kitab suci Tipitaka: BUDDHAVAMSA, yang merupakan bagian ke-14 dari KHUDDAKA NIKAYA menyebutkan mengenai 25 Buddha pada masa lampau (dengan menambahkan nama 18 Buddha pada daftar 7 Buddha yang terdapat pada Mahapadana Sutta): Dipankara, Kondanna, Mangala, Sumana, Revata, Sobhita, Anomadassin, Paduma, Narada, Padumuttara, Sumedha, Sujata, Piyadassin, Atthadassin, Dhammadasin, Siddhattha, Tissa, Phussa, Vipassin, Sikhin, Vessabhu, Kakusandha, Konagama, Kassapa, dan Gotama (Sakyamuni). Lalu kalau begitu kemanakah Buddha-Buddha yang telah hadir di antara Buddha Dipankara dan Buddha Sakyamuni. Digolongkan dalam pancaran apakah Mereka itu? Jelas sekali pengarang ajaran Maitreya tidak paham Tipitaka. Mereka tidak menyadari bahwa di antara Buddha Dipankara dan Buddha Sakyamuni masih terdapat banyak Buddha-Buddha lainnya. Kalau mereka sendiri tidak paham Tipitaka bagaimana dapat kita mempercayai ajaran mereka?