//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: APAKAH YANG DIMAKSUD "HINAYANA" ITU?  (Read 33712 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline SUGI THEN

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 304
  • Reputasi: 8
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
APAKAH YANG DIMAKSUD "HINAYANA" ITU?
« on: 27 May 2012, 04:02:34 AM »

APAKAH YANG DIMAKSUD "HINAYANA" ITU?


Beberapa di antara kita mungkin sering mendengar bahkan mungkin ada yang menggunakan istilah Hinayana ( Sanskerta: Hīnayāna हीनयान ). Ada yang berpendapat bahwa Hinayana adalah salah satu aliran/sekte atau tradisi dari Buddhisme yang berarti Kendaraan Kecil. Dan ada yang berpendapat bahwa aliran Hinayana adalah aliran Theravāda. Dan ada juga yang berpendapat bahwa Hinayana berarti kendaraan berkapasitas kurang? Benarkah demikian ? Mari kita ulas.

Kerancuan

Kita semua pasti sependapat bahwa pada masa kehidupan Sang Buddha tidak ada sekte atau aliran dalam Buddhisme. Apa yang diajarkan Sang Buddha pada saat itu hanyalah disebut Dhamma dan Vinaya. Oleh karena itu tidak mungkin aliran yang bernama Hinayana itu ada pada masa itu. Tetapi di antara abad ke-1 SM sampai abad ke-1 M istilah Mahāyāna dan Hīnayāna muncul dalam Saddharma Pundarika Sutra Atau Sutra Lotus. Istilah ini terdapat pada bab 3 dari Sutra Lotus. Ini menjadi hal yang menarik. Jika pada masa kehidupan Sang Buddha tidak ada sekte atau aliran dalam Buddhisme, mengapa terdapat istilah Mahāyāna dan Hīnayāna dalam Sutra Lotus yang dikatakan dibabarkan sendiri oleh Sang Buddha? Mengacu pada aliran manakah Hīnayāna ini? Theravāda-kah?

Pada masa sekarang terjadi kerancuan dalam umat Mahāyāna ataupun Vajrayāna di dalam menggunakan istilah Hīnayāna. Mereka menerapkan istilah Hīnayāna dengan tiga cara penggunaan yang berbeda, yaitu:

Dalam pemahaman sejarah; aliran Pra-Mahāyāna di anggap sebagai Hīnayāna.
Theravāda modern dianggap sebagai Hīnayāna.
Istilah Hīnayāna digunakan sebagai bagian internal dari ajaran Mahāyāna.
Mari kita lihat lebih dekat tiga cara penggunaan tersebut.

Beberapa orang menyatakan bahwa kata Hīnayāna adalah sebagai istilah untuk mengacu pada aliran lebih awal Buddhisme dan penggunaan istilah ini hanya digunakan pada masa lalu saja. Hal Ini tidaklah benar. Ternyata penggunaan istilah Hīnayāna tidak hanya ditemukan dan digunakan pada masa lalu saja tetapi juga dapat ditemukan di beberapa karya referensi modern dan dalam kepustakaan spesial lainnya, sebagai contoh dapat ditemukan di Buddhist Philosophy In Theory and Practice, H.V. Guenther, yang mengutip sebuah karya Tibet dari abad ke-18 dan 20.
Sebagai contoh mengenai kerancuan Theravāda yang dianggap sebagai Hīnayāna, terdapat dalam kutipan Bibliografi Jane Hope (Jane Hope pernah belajar kepada Chögyam Trungpa Rinpoche), Buddha for beginners, dicetak tahun 1995, berikut terjemahan dari versi Norwegia dari kutipan tersebut: ”Buddhisme Hīnayāna. Suatu pengenalan yang baik untuk tradisi Hīnayāna adalah ’What the Buddha Taught’, karya Walpola Rahula … Berasal dari sudut pandang masa sekarang dan ditulis oleh dua orang Barat yang berlatih tradisi Theravāda, adalah… Seeking the Heart of Wisdom, oleh Joseph Goldstein & Jack Kornfield …”
Sekarang untuk kerancuan yang kuat, terdapat dalam Buddhisme Tibet. Beberapa orang mengatakan bahwa Hinayana dan Mahayana pada awalnya adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan dua sikap spiritual yang berbeda, dan dikutip dari Bab ke-7 (“Loving Kindness and Compassion“) dari karya Tibet klasik, The Jewel Ornament of Liberation, yang ditulis pada abad ke-10, dimana penulis, Jé Gampopa mengacu Hīnayāna sebagai “kapasitas sedikit” (“theg pa dman pa“). Paragrafnya terbaca sebagai berikut: “Berhubungan dengan kebaikan diri atas kedamaian semata (1) menandakan suatu sikap kapasitas yang rendah (2) dimana keinginan untuk menghapus penderitaan hanya dipusatkan pada dirinya sendiri. Dengan penghindaran penghargaan terhadap orang lain ini maka hanya ada sedikit pengembangan akan kepedulian terhadap yang lain. [...] Ketika Kasih Sayang dan Belas Kasih menjadi satu, begitu banyak rasa keperdulian terhadap kesadaran makhluk-makhluk lain sehingga seseorang tidak bisa hanya membebaskan dirinya sendiri saja. [...] Guru Manjushrikirti pernah mengatakan: ’Pengikut Mahāyāna seharusnya tidak tanpa memiliki kasih sayang dan belas kasih meskipun sekejap saja’, dan’bukanlah kemarahan dan kebencian tetapi kasih sayang dan belas kasih-lah yang bersedia memberikan kesejahteraan orang lain’.”
Catatan kaki pada bagian buku ini adalah sebagai berikut:

(1) Kata zhi ba dalam bahasa Tibet berarti ”damai”(peace). Kata ini diterjemahkan sebagai ”kedamaian semata” (mere peace), karena kata ini digunakan oleh Gampopa untuk menunjukkan hubungan kedamaian tanpa belas kasih yang merupakan hasil dari pengembangan meditasi konsentrasi semata saja.

(2) Hīnayāna: ”kapasitas sedikit” sering diterjemahkan sebagai ”kendaraan kecil”. Istilah ini menyiratkan kemampuan untuk membawa beban. Dalam kasus ini beban tersebut adalah diri sendiri sejak seseorang berkomitmen untuk membawa diri sendiri pada pembebasan sendiri, bukan semua orang (dalam hal ini Mahāyāna, ”kapasitas besar”).

Masalah dan kerancuan di sini tentunya bukanlah sebuah analisa yang mengacu secara langsung pada kata hīnayāna dalam bahasa Pāli/Sanskerta, tetapi mengacu pada terjemahan bahasa Tibet “theg pa dman pa“. Inilah kunci permasalahannya.

Pengertian Hīnayāna

Kita mulai dengan pengertian dari kata hinayana. Kata hinayana bukanlah berasal dari bahasa Tibet, bukan berasal dari bahasa China, Inggris ataupun Bantu, tetapi berasal dari bahasa Pāli dan Sanskerta. Oleh karena itu, satu-satunya pendekatan yang masuk akal untuk menemukan arti dari kata tersebut, adalah mempelajari bagaimana kata hinayana digunakan dalam teks Pāli dan Sanskerta.

Kata hīnayāna (hiinayaana) berasal dari 2 kata, yaitu ”hīna” dan ”yāna”. Kata ”yāna” berarti kendaraan, tidak ada yang berselisih paham mengenai kata ini. Sedangkan beberapa orang mengatakan kata ”hīna” adalah lawan dari kata ”mahā”. Padahal bila kita menengok bahasa Sanskerta maupun bahasa Pāli, lawan kata dari kata ”mahā” yang berarti besar bukanlah ”hīna” tetapi kata “cūḷa” (cuula) yang berarti ”kecil”. Lalu apakah arti kata ”hīna”? Kata ”hīna” sendiri berarti rendah, buruk, amoral. Hal ini dapat dibuktikan dengan kata ”hina” dalam kosakata bahasa Indonesia yang sedikit banyak dipengaruhi oleh bahasa Sanskerta.

Selain itu, di dalam kitab Pāli, dimana setiap Buddhis tentu tahu kotbah pertama Sang Buddha yaitu Dhammacakkappavattana Sutta, sebuah kotbah yang disampaikan kepada lima petapa yang menjadi lima bhikkhu pertama, di dalamnya terdapat kata ”hīna”. Sang Buddha bersabda: ”Dua pinggiran yang ekstrim, O para bhikkhu, yang harus dihindari oleh seseorang bhikkhu (yang meninggalkan keduniawian). Pinggiran ekstrim pertama ialah mengumbar napsu-napsu, kemewahan, hal yang rendah (hīna), kasar, vulgar, tidak mulia, berbahaya…”

Mengingat bahwa sutta memiliki gaya yang sering mengunakan kata-kata yang bersinonim, sehingga saling menguatkan dan menjelaskan satu sama yang lain, maka dalam hal ini dapat dilihat bahwa, kasar, vulgar, tidak mulia, berbahaya adalah sebagai definisi pelengkap dari kata ”hīna”.

Di sini Sang Buddha menunjukkan dengan jelas bahwa jalan yang harus dihindari untuk dilatih merupakan sesuatu yang hīna.

Dalam teks Pāli dan komentar lainnya, hīna sering digunakan dalam kombinasi kata hīna-mājjhima-paṇīta, yaitu : buruk – menengah – baik. Dalam konteks hīna-majjhima-paṇīta (atau kadang hanya hīna- paṇīta), kata ”hīna” selalu digunakan sebagai suatu istilah untuk kualitas yang dihindari seperti kebencian, keserakahan, dan kegelapan batin. Hal ini jelas bahwa kata ”hīna” berarti ”rendah, yang harus dihindari, tercela”, dan bukannya ”kecil” atau ”kurang”.

Sekarang dalam teks Sanskerta. Dalam Lalitavistara kita dapat menemukan versi Dhammacakkappavattana Sutta, dimana kata ”hīna” digunakan tepat seperti kutipan dalam sutta versi Pāli.

Dalam Mahayanasutralankara karya Asaṅga, yang mewakili seluruh teks Mahāyāna, kita menemukan sesuatu yang menarik bagi pertanyaan kita. Asaṅga mengatakan: ”Ada tiga kelompok manusia: hīna-madhyama-vishishta…(buruk-menengah-terbaik).” Ungkapan ini sesuai dengan teks Pāli: hīna-majjhima-paṇīta, dan ini menunjukkan bahwa umat Mahāyāna yang menggunakan istilah ”hīnayāna”, melihat ”hīna” sebagai istilah penjelekkan (penghinaan), dengan arti yang sama seperti dalam teks Pāli.

Teks yang sangat menarik yaitu edisi dari Catushparishatsutra dimana teks tersebut di tampilkan dalam 4 kolom sejajar: terjemahan Sanskerta, Pāli (Mahāvagga), Tibet dan Jerman yang berasal dari versi bahasa China. Di sini, kembali, kita menemukan Dhammacakkappavattana Sutta. Kita telah melihat terjemahannya dalam bahasa Sankerta dan Pāli. Versi Jerman dari bahasa China mengatakan: “Erstens: Gefallen zu finden an und anzunehmen die niedrigen und üblen Sitten der gewöhnliche Personen …” Sedikit kurang jelas apakah kata “niedrigen” (rendah, tercela) atau kata “üblen” (jahat, buruk) yang berhubungan dengan ”hīna”. Tapi pada akhirnya, jelas bahwa konotasi yang sangat negatif dari kata ”hīna” telah terbawa ke dalam terjemahan bahasa China.

Dalam kolom terjemahan bahasa Tibet, kita menemukan kata Tibet “dman-pa” berhubungan dengan kata ”hīna” dalam bahasa Sanskerta, sesuai dengan kutipan Jé Gampopa di atas. Dan di sini kita memiliki penyebab dari kerancuan dan kesalahpahaman selanjutnya atas istilah hīnayāna. Mari kita lihat kamus bahasa Tibet-Inggris tentang “dman-pa“: Kamus Sarat Chandra Das mengatakan : ” dman-pa: sedikit (Inggris: low) mengacu pada kuantitas atau kualitas, kecil (Inggris: little)”. Kamus Jäschke bahkan lebih menjelaskan: “dman-pa“: 1. sedikit (Inggris: low), mengacu pada kuantitas, kecil (Inggris: little). 2. mengacu pada kualitas: acuh tak acuh (indifferent), hina/buruk (Inggris: inferior) (Sanskerta: hīna).”

Berdasarkan hal itu nampaknya kata hīna dalam bahasa Sanskerta, tanpa diragukan lagi berarti ”kualitas rendah/buruk” yang diterjemahkan dalam bahasa Tibet sebagai ”dman-pa” memiliki dua arti yaitu ”kualitas rendah” dan ”kuantitas sedikit”. Dan petikan dari Jé Gampopa di atas nampaknya mengindikasikan bahwa banyak orang Tibet untuk selanjutnya membaca pada arti yang terakhir dari kedua arti tersebut sebagai ”kapasitas sedikit”, ”kapasitas kecil”, jadi artinya mengalami distorsi dari ”kualitas rendah/buruk” menjadi ”kuantitas sedikit ”.

Dengan demikian kita melihat bahwa kerancuan timbul dari fakta bahwa kata ”dman-pa” memiliki dua arti dalam bahasa Tibet. Hīnayāna – semula berarti ”kendaraan kualitas buruk.” – yang kemudian memiliki arti baru ”kendaraan kapasitas rendah”. Tapi hal ini berasal dari cara yang salah. Tentu adalah sebuah kesalahan menerapkan suatu arti dalam bahasa Tibet yang baru ke dalam bahasa Sanskerta/Pāli, dan mengatakan, ”Inilah arti dari Hīnayāna, karena inilah bagaimana para Guru di Tibet menjelaskannya.” Apa yang para Guru Tibet jelaskan adalah kata ”dman-pa” dalam bahasa Tibet, bukan kata hīna dalam bahasa Sanskerta.

Oleh karena itu jelas sudah bahwa seseorang tidak dapat menyatakan bahwa hīnayāna memiliki pengertian yang ”lembut” seperti yang diberikan oleh tradisi Tibet melalui kata ”dman-pa”. Hīnayāna bukanlah bahasa Tibet, tetapi Sanskerta/Pāli, dan memiliki arti yang kasar, arti yang bersifat menghina yang tidak dapat dirubah oleh usaha perlunakkan apapun.

Hīnayāna sebuah aliran Buddhisme?

Di mulai pada Sidang Agung Sangha ke-2 dimana Buddhisme terbagi menjadi dua. Di satu sisi kelompok yang ingin perubahan terhadap beberapa peraturan minor dalam Vinaya (peraturan para bhikkhu), di sisi lain kelompok yang ingin mempertahankan Vinaya apa adanya. Kelompok yang ingin perubahan Vinaya memisahkan diri dan dikenal dengan Mahāsāṃghika yang merupakan cikal bakal Mahāyāna. Sedangkan yang mempertahankan Vinaya disebut Sthaviravāda.

Sidang Agung Sangha ke-3 (abad ke-3 SM), Sidang ini hanya diikuti oleh kelompok Sthaviravāda. Sidang ini memutuskan untuk tidak mengubah Vinaya, dan Moggaliputta Tissa sebagai pimpinan sidang menyelesaikan buku Kathāvatthu yang berisi penyimpangan-penyimpangan dari aliran lain. Saat itu pula Abhidhamma dimasukkan. Setelah itu ajaran-ajaran ini di tulis dan disahkan oleh sidang. Kemudian Y.M. Mahinda (putra Raja Asoka) membawa Tipiṭaka ini ke Sri Lanka tanpa ada yang hilang sampai sekarang dan menyebarkan Buddha Dhamma di sana. Di sana ajaran ini dikenal sebagai Theravāda.

Setelah Sidang Agung Sangha ke-3, Buddhisme terdiri dari 18 aliran yaitu:

(1) Thera-vadino (Sthaviravāda), (2) Vajjiputtaka (Vatsīputrīya), (3) Mahigsasaka (Mahīśāsaka), (4) Dhammuttarika (Dharmottarīya), (5) Bhaddayanika (Bhadrayānīya), (6) Channagarika (Sannāgarika), (7) Sammitiya (Sammitīya), (8) Sabbatthivada (Sarvāstivāda), (9) Dhammaguttika (Dharmaguptaka), (10) Kassapika (Kāśyapīya), (11) Sankantika (Samkrantika), (12) Suttavada (Sautrāntika), (13) Mahasamghika (Mahāsaṃghika), (14) Gokulika, (15) Ekabyoharika (Ekavyāvahārika), (16) Bahulika (Bahuśrutīya), (17) Pannatti-vada (Prajñaptivāda), (18) Cetiya-vada (Caitika).

Banyak hal-hal yang terjadi pada masa itu di India Pusat. Di antaranya adanya beberapa kelompok bhikkhu yang menjalankan Buddha Dhamma secara ekstrim dengan hanya mementingkan intelektual semata dan lupa dengan hal yang utama yaitu praktek dan pengamalan. Kemudian kelompok lain yang memegang prinsip pengamalan mulai melakukan kritik dan menerapkan konsep bodhisatta/bodhisattva, namun mereka pun menjadi ekstrim sehingga menciptakan figur-figur bodhisatta/bodhisattva.

Akhirnya antara abad ke-1 SM sampai abad ke-1 M, muncullah Saddharma Pundarika Sutra dengan istilah hīnayāna dan mahāyāna. Dan sekitar abad ke-2 M, aliran Mahāyāna menjadi nyata dan utuh setelah Nāgārjuna mengembangkan filsafat Sunyata dalam teks kecil yaitu Madhyamakakārikā. Abad ke- 4 M , Asaṅga dan Vasubandhu menulis banyak karya mengenai Mahāyāna.

Dari sejarah yang telah di sampaikan di atas, tidak ada aliran yang bernama Hīnayāna pada 18 aliran Buddhsime terdahulu. Lalu siapa yang dimaksud dengan Hīnayāna dalam Sutra Lotus? Apakah Theravāda? Tidak, ketika Mahāyāna muncul dengan Sutra Lotus-nya, Theravāda yang dulunya bernama Sthaviravāda telah ”hijrah” atau ”beremigrasi” ke Sri Lanka dan ketika perdebatan Mahāyāna-Hīnayāna terjadi, sukar untuk menghitung aliran mana yang mendominasi di India Pusat. Aliran tua yang sangat berpengaruhi saat itu adalah Sarvāstivāda, jadi mungkin saja aliran ini, tapi sukar dikatakan jika hanya aliran ini saja yang merupakan target satu-satunya dari ejekan “Hīnayāna”.

Sekarang Sarvāstivāda dan aliran-aliran Buddhisme lain di India Pusat yang ada pada saat itu sudah lama mati, kecuali Theravāda. Tidak bisa dipastikan siapa sebenarnya Hīnayāna itu. Hīnayāna itu tidak ada. Hinayana hanyalah sebuah mitos.

Istilah hīnayāna yang berkonotasi negatif ini hanya bisa dipastikan sebagai suatu kritikan bahkan ejekan untuk aliran terdahulu yang masih ada pada waktu itu yang melakukan hal yang tidak sesuai Dhamma dan Vinaya seperti misalnya hanya mementingkan intelektual semata dan lupa dengan hal yang utama yaitu praktek dan pengamalan. Istilah ”hīnayāna” tidak lain juga merupakan bentuk defensive kelompok Mahāyāna terhadap kritikan dari aliran lama yang mengkritik umat Mahāyāna, khususnya mengenai penciptaan sutra-sutra baru dan ”penempaan” sabda-sabda Sang Buddha. Demikianlah mengapa istilah hīnayāna mendapat sebutan ”miring” sebagai aliran yang mementingkan pribadi. Dan istilah ”hīnayāna” ini terus berlangsung dan dipegang oleh beberapa umat Mahāyāna dan Vajrayāna untuk menamai aliran/sekte di luar Mahāyāna dan Vajrayāna.

Pada tahun 1950, World Fellowship of Buddhists dalam World Council di Colombo telah menyepakati bersama bahwa istilah hīnayāna harus disingkirkan dari penamaan terhadap aliran lain. Dan sangat disayangkan jika dewasa ini masih ada yang memegang mitos ini sampai sekarang.

-Selesai-

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.155
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: APAKAH YANG DIMAKSUD "HINAYANA" ITU?
« Reply #1 on: 27 May 2012, 04:35:25 AM »
dalam cerita culapanthaka dari jataka athakata telah jelas bahwa semua nya,  beberapa anggota dalam sangha cendrung membagi diri nya menjadi golongan golongan; ada yang menganggap diri nya lebih cerdas dan memojokan golongan lain yang lebih tidak cerdas, bahkan sampai mengusir keluar dari sangha.

Buddha ada menegur bahwasan nya anggota sangha mana pun tidak dapat mengusir anggota sangha lain karena mereka ini masuk ke dalam sangha atas nama Sang Buddha.

kepada umat awam, Buddha mengatakan untuk selalu menyatukan dan mengundang ke dua sangha manapun yang bertikai atau berbeda paham dan tiada tindakan diskriminasi antara anggota sangha manapun; bahkan bila ada anggota sangha tertentu yang menentang kehadiran anggota sangha lain nya.

cerita culapantaka dari jataka athakata ini dapat di jadikan panduan bagi umat awam dalam perihal sikap dalam undangan kepada para anggota sangha pada masa kini.
« Last Edit: 27 May 2012, 05:03:01 AM by daimond »

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: APAKAH YANG DIMAKSUD "HINAYANA" ITU?
« Reply #2 on: 27 May 2012, 06:34:32 AM »
Kerancuan

Tetapi di antara abad ke-1 SM sampai abad ke-1 M istilah Mahāyāna dan Hīnayāna muncul dalam Saddharma Pundarika Sutra Atau Sutra Lotus. Istilah ini terdapat pada bab 3 dari Sutra Lotus. Ini menjadi hal yang menarik. Jika pada masa kehidupan Sang Buddha tidak ada sekte atau aliran dalam Buddhisme, mengapa terdapat istilah Mahāyāna dan Hīnayāna dalam Sutra Lotus yang dikatakan dibabarkan sendiri oleh Sang Buddha? Mengacu pada aliran manakah Hīnayāna ini? Theravāda-kah?

Pada masa sekarang terjadi kerancuan dalam umat Mahāyāna ataupun Vajrayāna di dalam menggunakan istilah Hīnayāna. Mereka menerapkan istilah Hīnayāna dengan tiga cara penggunaan yang berbeda, yaitu:

Dalam pemahaman sejarah; aliran Pra-Mahāyāna di anggap sebagai Hīnayāna.
Theravāda modern dianggap sebagai Hīnayāna.
Istilah Hīnayāna digunakan sebagai bagian internal dari ajaran Mahāyāna.

dan sutra rancu ini yang menimbulkan persepsi kata 'Hinayana' sampai sekarang bagi sekelompok orang.  :whistle:
« Last Edit: 27 May 2012, 06:37:39 AM by adi lim »
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline SUGI THEN

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 304
  • Reputasi: 8
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: APAKAH YANG DIMAKSUD "HINAYANA" ITU?
« Reply #3 on: 27 May 2012, 08:01:33 AM »
dan sutra rancu ini yang menimbulkan persepsi kata 'Hinayana' sampai sekarang bagi sekelompok orang.  :whistle:

Sutra tersebut kemungkinan sangat besar tidaklah rancu tetapi penafsiran-penafsiran oranglah yang membuat sutra tersebut menjadi rancu!

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: APAKAH YANG DIMAKSUD "HINAYANA" ITU?
« Reply #4 on: 27 May 2012, 05:34:26 PM »
Sutra tersebut kemungkinan sangat besar tidaklah rancu tetapi penafsiran-penafsiran oranglah yang membuat sutra tersebut menjadi rancu!


benar toh, adanya sutra rancu maka terjadi penafsiran2 rancu.
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline SUGI THEN

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 304
  • Reputasi: 8
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: APAKAH YANG DIMAKSUD "HINAYANA" ITU?
« Reply #5 on: 29 May 2012, 05:25:48 AM »
benar toh, adanya sutra rancu maka terjadi penafsiran2 rancu.

Disini ada kerancuan terhadap penafsiran pada bab ke 3 tertulis :

"kekayaanku tiada habisnya tak pantas jika kuberikan masing-masing anakku kereta kecil"

Yang dimaksud kekayaanku adalah Dharma yang diajarkan oleh Sang Buddha karena luasnya Buddha Dharma tidak mungkin Sang Buddha mengajarkan sesuatu hal yang hanya diperuntukan dirinya sendiri pada saat itu kereta kecil ataupun kereta besar hanyalah sebuah ungkapan istilah bukan mengungkapkan nama suatu aliran tertentu jadi istilah HINAYANA hanyalah sebuah istilah bukan merujuk pada suatu aliran tertentu dalam Buddhistme!

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: APAKAH YANG DIMAKSUD "HINAYANA" ITU?
« Reply #6 on: 03 June 2012, 10:58:38 PM »
kitab nya sendiri yang membedakan... tapi sekarang di ralat.

jadi hinaya disini di maksudkan ada nya sekte entah apa namanya sekarang yang di anggap para "mahayanis" merupakan perkumpulan atau menyebarkan ajaran yang tidak tepat !

para mahayanis zaman itu mulai membedakan, artinya pikiran nya sudah gak bener.
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline abgf

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 195
  • Reputasi: -13
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: APAKAH YANG DIMAKSUD "HINAYANA" ITU?
« Reply #7 on: 04 June 2012, 08:40:05 AM »
tidak ada sutra yang rancu, tidak ada penafsiran2 rancu, tidak ada sutta/sutra yang diralat, tidak ada yang membeda-bedakan. semua benar, kenyataan.

Mahayana means noble way.

saat Ananda tidak dapat mengikuti sidang setelah kematian jasmaniah Guru Buddha, Ananda dalam jalan hinayana (jalan luar), seperti murid-murid awam yang lain.
tetapi saat Ananda mencapai pengalaman pengetahuan 'Sunyata', ia masuk dalam kualitas Mahayana.
itulah makanya ia tercatat sebagai patriach kedua dalam Zen.

pengikut Hinayana, siapakah yang mencerap pengetahuan dan mengalami kualitas 'sunyata'?
mereka hanya berkutat sekitar kualitas pengalaman pengamatan material, jasmaniah dan jiwa (batin dan pikiran) saja.
tidak pernah keluar dari kualitas duniawi. terjebak dalam lingkaran samsara.

semoga mencermati perbandingan kebenaran dalam tulisan ini, sehingga menuju ke kualitas pengalaman yang guru Buddha tuju (dalam pengajaran setelah meraih penerangan sempurna di bawah pohon bodhi dan dimohon turunkan pengajaran oleh seorang dewa).
sobat DHAMMA.
 _/\_abgf

Offline abgf

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 195
  • Reputasi: -13
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: APAKAH YANG DIMAKSUD "HINAYANA" ITU?
« Reply #8 on: 04 June 2012, 08:41:59 AM »
abgf membuat kejutan lagi... yach!!!

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: APAKAH YANG DIMAKSUD "HINAYANA" ITU?
« Reply #9 on: 04 June 2012, 11:55:43 AM »
abgf membuat kejutan lagi... yach!!!
ugh, kaget!!  :o :o
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: APAKAH YANG DIMAKSUD "HINAYANA" ITU?
« Reply #10 on: 04 June 2012, 11:57:46 AM »
abgf membuat kejutan lagi... yach!!!

kejutannya apa?

Offline senbudha

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 209
  • Reputasi: 2
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: APAKAH YANG DIMAKSUD "HINAYANA" ITU?
« Reply #11 on: 04 June 2012, 03:40:32 PM »
Orang yang terkejut artinya dia tidak melakoni meditasi dalam hidupnya.Kamu,tidak punya kualitas untuk mengejutkan.  Para Suciwan Buddhist yang telah melakonin tapaan puluhan tahun saja,tidak berani berkoar. Para sarjana Buddhist terkemuka saja,masih agak malu-malu menunjukkan pengetahuan mereka. Buka buku sana sini,tidak ada sedikit pun malu dengan menghadapkan isi buku itu pada diri sendiri,malah kamu menghadapkan isi-isi buku yang kamu  anggap pas tepat untuk mengurui orang lain. Katakan saja kamu sudah menghafal semua sutta,lalu mau apa? Katakan kamu mengerti ajaran Buddhist tapi tidak menjalaninya,lalu mau apa? Cobalah duduk seharian untuk bermain dengan pikiranmu sendiri? Kalau sehari belum cukup,lakukan bertahun-tahun sampai kamu bisa Mengurui Pikiranmu,baru kamu guruin orang lain. Seorang pemulung saja punya kemampuan mengumpulkan sesuatu yang berguna dari sampah,lalu kamu? Jangan selalu membuang sampah ke mukamu sendiri. Seseorang yang benar-benar belajar Buddhism mempunyai ciri khusus,Yaitu "DIA TIDAK AKAN MAMPU MENGHABISKAN SATU BUKU BUDDHISM DALAM WAKTU SINGKAT" MENGAPA? KARENA MEREKA YANG BENAR DALAM BELAJAR,AKAN MENGHADAPKAN ISI AJARAN PADA DIRI SENDIRI DAN BERTANYA APAKAH SAYA SUDAH MELAKUKAN APA YANG SUDAH TERTULIS DALAM BUKU.Inilah membaca sambil merenung pada diri sendiri,menilai diri sendiri. Kalau belum mampu melakoni ajaran,rendah hati saja,dan lakukan tanya jawab dengan mereka yang memahami.Kalau tidak dapat jawaban yang benar,lanjutkan perjuanganmu sampai dapatkan hasil. Akhir kata,orang yang di mukanya ada sampah tidak akan belajar apapun selain menyebarkan baunya sendiri.

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: APAKAH YANG DIMAKSUD "HINAYANA" ITU?
« Reply #12 on: 04 June 2012, 04:28:07 PM »
Maha = agung, besar; Hina = kecil, inferior.

Sudah jelas pemakaian dua kata ini berarti mengagungkan pihak yang satu dan memandang rendah / hina pihak yang lain.

Kalau benar istilah hinayana sudah dianggap kenyataan sejarah masa lalu, sebaiknya istilah itu tidak dipakai lagi untuk menyebut kaum yg bukan kelompok mereka (maha) karena bernada merendahkan, menjelekkan, menghina.

 _/\_
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: APAKAH YANG DIMAKSUD "HINAYANA" ITU?
« Reply #13 on: 04 June 2012, 04:46:34 PM »
Hina=hina, bukan kecil

lawan dari maha dalam kanon pali adalah cula..
seperti mahapanthaka dan culapanthaka....
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline abgf

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 195
  • Reputasi: -13
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: APAKAH YANG DIMAKSUD "HINAYANA" ITU?
« Reply #14 on: 04 June 2012, 05:00:31 PM »
Orang yang terkejut artinya dia tidak melakoni meditasi dalam hidupnya.Kamu,tidak punya kualitas untuk mengejutkan.  Para Suciwan Buddhist yang telah melakonin tapaan puluhan tahun saja,tidak berani berkoar. Para sarjana Buddhist terkemuka saja,masih agak malu-malu menunjukkan pengetahuan mereka. Buka buku sana sini,tidak ada sedikit pun malu dengan menghadapkan isi buku itu pada diri sendiri,malah kamu menghadapkan isi-isi buku yang kamu  anggap pas tepat untuk mengurui orang lain. Katakan saja kamu sudah menghafal semua sutta,lalu mau apa? Katakan kamu mengerti ajaran Buddhist tapi tidak menjalaninya,lalu mau apa? Cobalah duduk seharian untuk bermain dengan pikiranmu sendiri? Kalau sehari belum cukup,lakukan bertahun-tahun sampai kamu bisa Mengurui Pikiranmu,baru kamu guruin orang lain. Seorang pemulung saja punya kemampuan mengumpulkan sesuatu yang berguna dari sampah,lalu kamu? Jangan selalu membuang sampah ke mukamu sendiri. Seseorang yang benar-benar belajar Buddhism mempunyai ciri khusus,Yaitu "DIA TIDAK AKAN MAMPU MENGHABISKAN SATU BUKU BUDDHISM DALAM WAKTU SINGKAT" MENGAPA? KARENA MEREKA YANG BENAR DALAM BELAJAR,AKAN MENGHADAPKAN ISI AJARAN PADA DIRI SENDIRI DAN BERTANYA APAKAH SAYA SUDAH MELAKUKAN APA YANG SUDAH TERTULIS DALAM BUKU.Inilah membaca sambil merenung pada diri sendiri,menilai diri sendiri. Kalau belum mampu melakoni ajaran,rendah hati saja,dan lakukan tanya jawab dengan mereka yang memahami.Kalau tidak dapat jawaban yang benar,lanjutkan perjuanganmu sampai dapatkan hasil. Akhir kata,orang yang di mukanya ada sampah tidak akan belajar apapun selain menyebarkan baunya sendiri.

kata-katamu pedas...
tapi kamu membuang sampah ke mukamu sendiri.

seperti kamu bilang, 'Kalau belum mampu melakoni ajaran,rendah hati saja,dan lakukan tanya jawab dengan mereka yang memahami.Kalau tidak dapat jawaban yang benar,lanjutkan perjuanganmu sampai dapatkan hasil.'
mengapa anda berkoar, sedangkan anda tidak mengerti tulisan, gejolak batin dan lalu mengomentari apa yang anda tulis....?!!!  :'(

sobat DHAMMA
 _/\_abgf