Sidang pembaca yang terhormat,
Saya akan menyampaikan ceramah Dhamma dalam bentuk tulisan. Ceramah kali ini berhubungan erat sekali dengan kehidupan kita sehari-hari. Sidang pembaca tentunya sudah mengetahui bahwa kita selalu berusaha menjaga tubuh kita dengan sebaik-baiknya. Setiap pagi dan sore hari kita mandi untuk menjaga agar badan jasmani yang berkaki dua ini tetap bersih. Kala kita mandi atau membersihkan badan, “Apakah yang sesungguhnya kita bersihkan?”
Walaupun hanya sebagian kulit luar yang kita bersihkan, kita merasa yakin bahwa kita sudah sungguh-sungguh bersih. Demikian juga, setiap hari kita merasa yakin bahwa kita telah makan dengan memilih makanan yang paling baik bagi tubuh kita; bukan sebaliknya, dengan memilih makanan yang bisa mendatangkan bahaya bagi kelangsungan badan jasmani kita. Di samping itu, untuk menjaga agar badan jasmani ini tetap sehat, kita kadangkala berolah-raga, apakah naik sepeda, main pingpong, tenis, berenang dan sebagainya. Singkat kata, kita melakukan semuanya demi menjaga tubuh jasmani ini.
Setiap malam, kita mempunyai sebuah ranjang yang akan membuat kita cukup nyenyak bila kita merebahkan diri untuk tidur beristirahat. Seandainya kita tidak beristirahat dengan baik, maka pada keesokan harinya, pastilah tubuh ini tidak akan segar dan tidak bisa secara sempurna melakukan kegiatan sehari-hari.
Sidang pembaca yang sedang menghadapi naskah ini pasti memiliki tempat tinggal, sebuah rumah yang berguna untuk menjaga tubuh kita dari sengatan panas matahari, terpaan angin, siraman hujan, dan gangguan binatang-binatang yang akan membuat kita menderita sakit.
Demikianlah keadaan badan jasmani yang kita rawat dan kita jaga setiap hari (saat) dengan baik. Kemudian saudara renungkan sejenak, bagaimana kenyataannya? Tidak seorang pun dari antara kita yang merasa bahwa ”Tubuh kita hanya tubuh saja” titik, selain ini tidak ada apa-apa lagi.
Di samping badan jasmani yang kita jaga dengan baik, ternyata masih ada faktor lain yang lebih penting di dalam diri kita, yaitu, “PIKIRAN.” Sudah tidak dapat diragukan lagi bahwa kedua faktor ini, yaitu badan jasmani dan pikiran (Rupa dan Nama) bekerja secara saling berhubungan antara yang satu dengan yang lain. Sebagai contoh, seandainya saya tidak mengambil keputusan untuk menulis naskah Dhamma ini, maka naskah Dhamma ini tidak akan terwujud dan sudah barang tentu sidang pembaca tidak akan pernah membaca tulisan ini. Jadi, sesungguhnya ada satu kekuatan yang menentukan badan jasmani kita, yang mengatur kita, yaitu, “PIKIRAN KITA SENDIRI.”
Kalau kita menjaga tubuh kita maka kita merasa bahwa kita telah memperhatikan diri kita dengan baik; namun, apakah kita juga yakin bahwa kita sudah menjaga majikan dari diri kita itu, yakni, dengan menjaga pikiran dengan baik pula? Sesungguhnya, pikiran harus kita jaga dengan baik pula, kita lindungi sebagaimana layaknya kita menjaga dan melindungi badan jasmani kita ini. Setiap hari kita memandikan atau membersihkan badan jasmani sebagai suatu kebiasaan. Namun, sabun dan air yang kita gunakan untuk sekedar merawat badan jasmani itu tidak berperan terlalu banyak atas pembersihan diri kita.
Sidang pembaca yang terhormat, sesungguhnya cara membersihkan diri yang paling baik adalah dengan menjaga atau memperhatikan secara sungguh-sungguh segala sesuatu yang kita pikirkan. Kita memperlakukan badan jasmani dengan memberinya makanan yang sehat dan berguna (bermanfaat), agar badan jasmani bisa tumbuh dan berkembang. Lalu, bentuk makanan yang bagaimanakah yang seharusnya kita berikan kepada pikiran kita ini?
Sidang pembaca, yang perlu saudara ketahui ialah, bahwa, badan jasmani bisa tumbuh secara otomatis kalau kita beri makanan yang baik dan bermanfaat hingga usia antara 20-21 tahun, yang merupakan batas maksimum perkembangan badan jasmani kita. Tetapi tidak demikian halnya dengan pikiran. Pikiran tidak bisa berkembang secara otomatis. Pikiran bisa berkembang hanya apabila kita rawat dengan sungguh-sungguh. Maka untuk mengembangkan pikiran (batin) dengan baik, kita harus, tidak hanya memberinya makanan, namun harus membersihkan dan mengistirahatkannya juga, sebagaimana yang kita lakukan terhadap badan jasmani.
Naaaa…h, saudara pembaca, yang perlu saudara ketahui adalah bahwa sepanjang hari kita selalu berpikir, berpikir dan berpikir. Bahkan pada saat tidur pun kadangkala kita bermimpi. Jadi kapan sesungguhnya pikiran itu mempunyai waktu untuk beristirahat? Sidang pembaca mungkin kemudian bertanya, bagaimana cara yang terbaik untuk mengistirahatkan pikiran itu. Satu-satunya cara terbaik untuk mengistirahatkan pikiran adalah dengan melakukan meditasi secara teratur. Dan persis ketika melakukan meditasi itulah pikiran (yang sedang diistirahatkan itu) bisa dibersihkan. Mengapa? Sebab salah satu sifat utama pikiran adalah bahwa ia hanya bisa melakukan satu aktivitas saja pada obyek, maka, ia tidak bisa melakukan aktivitas lainnya pada saat yang sama. [Kita tidak bisa memikirkan lebih dari satu hal pada saat yang sama.] Dengan demikian, dengan melakukan meditasi kita sudah mengistirahatkan pikiran dan membersihkannya.
Jadi, latihan pemusatan pikiran atau meditasi itu sesungguhnya merupakan suatu cara yang sungguh sangat luhur, suatu cara yang dapat dikatakan hampir sepadan dengan cara kita menjaga badan jasmani agar kita tetap sehat. Tingkah laku pikiran yang tidak terlatih, yang tidak pernah dikonsentrasikan, bagaikan tingkah laku seekor gajah yang liar. Gajah yang liar sering berlari kian kemari, menyerang pohon, dan merusak tanaman. [Dan masih banyak lagi tingkah lakunya yang tidak bermanfaat dan bahkan membahayakan.] Namun, (seperti juga pikiran), gajah yang liar bisa dijinakkan, bisa dilatih, bisa diajar, sampai gajah itu bisa menurut, bertingkah-laku sebagaimana yang kita inginkan.
[bersambung]