//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Rumah Kita Yang Sebenarnya(Ajahn Chah)  (Read 2809 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline No Pain No Gain

  • Sebelumnya: Doggie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.796
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
  • ..............????
Rumah Kita Yang Sebenarnya(Ajahn Chah)
« on: 11 June 2010, 01:11:00 PM »
Rumah Kita Yang Sebenarnya

Oleh : Venerable Ajahn Chah


Sekarang, bertekadlah di dalam batin anda untuk mendengarkan Dhamma dengan penuh hormat. Ketika saya sedang berbicara, perhatikanlah kata-kata saya seolah-olah Sang Buddha sendiri yang duduk di hadapan anda. Tutuplah mata anda dan buatlah diri anda nyaman, tata pikiran anda dan jadikan ia terpusat pada satu titik. Izinkanlah dengan segala kerendahan hati, Tiga Permata dari kebijaksanaan, kebenaran dan kemurnian untuk tinggal di hati anda, sebagai cara untuk menunjukkan rasa hormat kepada Yang Telah Tercerahkan.

Hari ini, saya tidak membawa benda-benda material untuk diberikan kepada anda, hanya Dhamma, ajaran dari Sang Buddha. Anda seharusnya memahami bahwa bahkan Sang Buddha sendiri, dengan segudang besar kebajikan yang telah dikumpulkan, tidak dapat menghindar dari kematian fisik. Ketika beliau mencapai usia tua, beliau menyerahkan tubuhnya dan melepaskan beban yang begitu berat. Sekarang, anda juga semestinya belajar untuk merasa puas dengan telah sebegitu lamanya anda bergantung kepada tubuh anda. Anda seharusnya merasa bahwa itu sudah cukup.

Seperti alat-alat rumah tangga yang telah anda miliki untuk waktu yang lama � cangkir, piring-piring kecil, panci dan seterusnya � ketika pertama kali anda memilikinya, mereka tampak bersih dan mengkilat, tetapi kini setelah memakainya begitu lama, mereka mulai usang. Beberapa sudah rusak, ada yang sudah hilang, dan yang masih tersisa pun sudah berkarat, mereka tidak memiliki bentuk yang stabil. Dan itu adalah sifat alami mereka untuk menjadi seperti itu. Tubuh anda juga sama� ia telah secara terus-menerus berubah dari sejak anda dilahirkan, melalui masa kanak-kanak dan masa muda, hingga sekarang ia telah mencapai usia tua. Anda harus menerimanya. Sang Buddha mengatakan bahwa kondisi-kondisi, apakah internal, kondisi-kondisi tubuh atau kondisi-kondisi eksternal, adalah tanpa inti, sifat alami mereka adalah untuk berubah. Renungkanlah kebenaran ini secara jernih.

Gumpalan daging yang sedang melapuk ini adalah suatu kenyataan (note: Saccadhamma). Fakta-fakta tentang tubuh ini adalah kenyataan, mereka adalah ajaran Sang Buddha yang tak lekang oleh waktu. Sang Buddha mengajarkan kita untuk merenungkan hal ini dan menerima sifat alami mereka. Kita harus bisa berdamai dengan tubuh ini, tidak peduli dalam keadaan apa pun dia. Sang Buddha mengajarkan bahwa kita seharusnya memastikan hanya tubuh ini saja yang terpenjara, dan bukan batin yang ikut dipenjara bersamanya. Sekarang, ketika tubuh anda mulai merosot dan melapuk sejalan dengan bertambahnya usia, janganlah melawannya, tetapi jangan pula membiarkan pikiran anda ikut lapuk dengannya. Jagalah pikiran agar tetap terpisah. Berikan energi kepada pikiran dengan cara menyadari sifat-sifat sejati dari segala sesuatu. Sang Buddha mengajarkan bahwa inilah sifat alami dari tubuh, tidak ada lagi jalan yang lain. Begitu dilahirkan, ia menjadi tua dan sakit dan kemudian ia mati. Ini adalah kebenaran mulia yang saat ini sedang anda saksikan. Lihatlah tubuh ini dengan kebijaksanaan dan sadarilah hal ini.

Jika rumah anda kebanjiran atau terbakar habis, atau apapun ancaman terhadapnya, biarkanlah ia berurusan hanya dengan rumahnya saja. Jika ada banjir, jangan biarkan ia membanjiri batin anda. Jika ada kebakaran, jangan biarkan ia membakar hati anda. Biarkan saja rumah itu yang mengalaminya sendirian, yang berada di luar anda, apakah ia kebanjiran ataupun terbakar. Kini sudah saatnya anda mengizinkan batin anda untuk melepaskan segala kemelekatan.

Anda telah hidup untuk waktu yang lama sampai saat ini. Mata anda telah melihat berbagai macam bentuk dan warna, telinga anda sudah mendengar begitu banyak suara-suara, anda telah memiliki banyak pengalaman. Dan hanya itu saja mereka adanya � pengalaman. Anda telah menyantap makanan-makanan yang enak, dan semua citarasa yang enak tersebut hanyalah citarasa yang enak, tidak lebih. Citarasa yang tidak enak hanyalah citarasa yang tidak enak, itu saja. Jika mata melihat suatu bentuk yang indah, hanya itu saja� suatu bentuk yang indah. Bentuk yang jelek hanyalah bentuk yang jelek. Telinga mendengar suara yang lembut dan merdu, dan tidak lebih dari itu. Bunyi yang ribut dan menggelisahkan, juga hanya itu, tidak lebih.

Sang Buddha mengatakan bahwa kaya atau miskin, muda atau tua, manusia atau binatang, tidak ada satu makhluk pun di dunia ini yang dapat mempertahankan diri mereka dalam suatu keadaan yang tetap untuk waktu yang lama. Semuanya mengalami perubahan dan kehilangan. Ini adalah suatu kenyataan hidup yang kita tidak bisa lakukan apapun untuk menghentikannya. Tetapi Sang Buddha mengatakan bahwa yang bisa kita lakukan adalah merenungkan tubuh dan pikiran ini guna melihat ketiadaan jati dirinya, bahwa tidak ada satupun dari mereka yang merupakan �aku� ataupun �milikku.� Mereka hanyalah kenyataan yang sementara saja. Seperti rumah ini, ia hanyalah milik anda secara nominal. Anda tidak dapat membawanya ke mana-mana. Hal yang sama berlaku untuk kesehatan anda, harta anda dan keluarga anda. Mereka hanyalah milik anda di dalam nama dan sebutan saja. Mereka tidaklah benar-benar milik anda, mereka adalah milik alam ini.

Sekarang, kebenaran ini tidak hanya berlaku untuk anda seorang saja, semua orang berada dalam perahu yang sama � bahkan Sang Buddha sendiri dan murid-muridNya yang telah tercerahkan. Mereka berbeda dari kita hanya dalam satu hal, dan itu adalah pemahaman mereka akan sifat sejati dari segala sesuatu. Mereka melihat bahwa tidak ada jalan yang lain lagi.

Jadi, Sang Buddha mengajarkan kita untuk menelusuri dan menyelidiki tubuh kita, mulai dari telapak kaki hingga ke puncak kepala kita, dan kemudian kembali lagi ke kaki. Perhatikan saja tubuh kita. Benda-benda apa yang anda lihat? Adakah sesuatu yang benar-benar bersih di sana? Bisakah anda menemukan unsur-unsur yang tetap dan tidak berubah? Seluruh tubuh ini melapuk dan merosot secara teratur. Sang Buddha mengajarkan kita untuk memahami bahwa ia bukanlah milik kita. Adalah merupakan hal yang alamiah jika tubuh berlaku seperti ini, karena segala fenomena yang berkondisi akan tetap berubah. Dengan cara apa lagi anda akan menanggapinya? Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan sifat-sifat tubuh ini. Bukan tubuh kita yang menyebabkan penderitaan, tetapi pemikiran yang salah yang menyebabkan penderitaan. Ketika anda memandang sesuatu dengan cara yang salah, akan ada kebingungan.

Seperti air di sungai. Ia mengalir ke tempat yang lebih rendah secara alami, ia tak pernah mengalir ke tempat yang lebih tinggi. Itu adalah sifat alaminya. Jika seseorang pergi dan berdiri di tepi sungai dan menginginkan air tersebut untuk mengalir kembali ke tempat yang lebih tinggi, dia adalah orang bodoh. Ke mana pun dia pergi, pemikiran bodohnya itu akan membuat batinnya tidak tenang. Dia akan menderita karena pandangan salahnya, pikirannya melawan arus. Jika dia mempunyai pandangan yang benar, dia akan memahami bahwasannya air akan selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah, dan sampai dia menyadari dan menerima kenyataan ini, dia akan tetap bingung dan frustrasi.

Air sungai yang harus mengalir di sepanjang alurnya itu adalah seperti tubuh anda. Setelah melewati masa muda, tubuh anda menjadi tua dan bergerak terseok-seok menuju kematiannya. Jangan mengharapkan yang sebaliknya, ia bukanlah sesuatu yang bisa anda hentikan. Sang Buddha mengatakan kepada kita untuk melihat segala sesuatu sebagaimana adanya dan melepaskan kemelekatan kita terhadap mereka. Ambillah perasaan melepaskan ini sebagai tempat perlindungan anda. Teruslah bermeditasi walaupun jika anda merasa lelah dan kehilangan tenaga. Biarkan pikiran anda bersama-sama dengan nafas. Tariklah beberapa nafas panjang dan kemudian pusatkan perhatian pada pernafasan, dengan memakai mantra Bud-dho. Jadikanlah latihan ini sebagai rutinitas. Semakin anda merasa kehabisan tenaga, akan semakin halus dan semakin fokus pula konsentrasi anda, sehingga anda dapat mengatasi apapun rasa sakit yang timbul. Ketika anda mulai merasa lelah, hentikan semua pikiran anda, biarkan pikiran anda mengumpulkan dirinya sendiri dan kemudian arahkanlah ia untuk memperhatikan nafas. Teruslah melafalkan dalam batin, Bud-dho, Bud-dho.

Lepaskan semua hal yang berada di luar. Jangan terikat pada pikiran-pikiran tentang anak-anak dan sanak keluarga anda, jangan terikat pada apapun. Lepaskanlah. Biarkan pikiran berkumpul dalam satu titik dan arahkan pikiran yang menyatu ini untuk memperhatikan nafas. Biarkan nafas menjadi objek tunggal pengetahuannya. Berkonsentrasilah hingga pikiran menjadi semakin halus, hingga perasaan menjadi tidak berarti lagi dan terdapat kejernihan serta kesadaran yang tinggi di dalam batin. Lalu, apapun rasa sakit yang muncul akan sedikit demi sedikit menghilang dengan sendirinya.
No matter how dirty my past is,my future is still spotless

Offline No Pain No Gain

  • Sebelumnya: Doggie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.796
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
  • ..............????
Re: Rumah Kita Yang Sebenarnya(Ajahn Chah)
« Reply #1 on: 11 June 2010, 01:11:56 PM »
Pada akhirnya, anda akan memandang nafas anda seolah-olah seperti sanak-saudara yang datang mengunjungi anda. Ketika sanak-saudara anda pergi, anda mengikuti mereka keluar untuk mengantarkan mereka. Anda memperhatikan hingga mereka naik ke kenderaan mereka dan menghilang dari penglihatan, dan kemudian anda masuk kembali ke dalam. Kita memperhatikan nafas dengan cara yang sama. Jika nafas terasa kasar, kita tahu bahwa ia kasar, jika ia halus maka kita tahu bahwa ia halus. Ketika nafas menjadi semakin nyaman, kita terus mengikutinya, dan dalam waktu yang sama menyadarkan pikiran kita. Selanjutnya nafas akan menghilang seluruhnya dan yang tersisa hanyalah kewaspadaan. Inilah yang dinamakan bertemu dengan Sang Buddha. Kita memiliki kesadaran diri yang telah dibangkitkan dan jernih, yang dinamakan Bud-dho, yang mengetahui, yang telah dibangunkan, yang bersinar. Inilah yang disebut bertemu dan tinggal dengan Sang Buddha, dengan pengetahuan dan kejernihan. Hanya Sang Buddha zaman dulu yang telah wafat. Sang Buddha yang sebenarnya, Sang Buddha yang jernih, yang mengetahui, tetap dapat dialami dan dicapai pada hari ini. Dan jika kita benar-benar telah mencapainya, hati menjadi satu.

Jadi, lepaskan, letakkanlah semuanya, semuanya kecuali Yang Mengetahui. Jangan tertipu jika gambar-gambar atau suara-suara muncul dalam pikiran selama meditasi. Letakkanlah mereka semua. Jangan memegang apa pun, tetaplah tinggal bersama-sama dengan kesadaran diri yang menyatu ini. Jangan mengkhawatirkan masa lalu atau masa depan, tetaplah diam dan anda akan mencapai suatu tempat di mana tidak ada kemajuan, tidak ada kemunduran dan tidak ada penghentian, di mana tidak ada sesuatu untuk dilekati dan digenggam. Mengapa? Karena di sana tidak ada diri, tidak ada �aku� atau �milikku.� Semuanya lenyap. Sang Buddha mengajarkan untuk mengosongkan diri kalian dari segala sesuatu dengan cara ini, tidak membawa apa pun ke mana-mana� untuk mengetahui, dan setelah mengetahui, lepaskanlah.

Menyadari akan Dhamma, jalan menuju kebebasan dari lingkaran kelahiran dan kematian, adalah tugas yang harus kita lakukan sendiri. Jadi, teruslah mencoba untuk melepaskan dan memahami ajaran-ajaran ini. Berusaha keras lah di dalam perenungan anda. Jangan mengkhawatirkan keluarga anda. Saat ini, mereka adalah mereka, di masa depan mereka akan menjadi seperti anda. Tidak ada seorang pun di dunia yang bisa melarikan diri dari kematian yang telah ditentukan ini. Sang Buddha mengajarkan untuk meletakkan hal-hal yang tidak memiliki inti yang benar-benar kekal. Jika anda meletakkan semuanya, anda akan melihat kebenaran yang sejati, jika tidak, maka anda tidak akan melihatnya. Beginilah adanya. Dan semuanya sama untuk setiap orang di dunia. Jadi, jangan mengenggam apa pun.

Bahkan jika anda sedang berpikir, itu juga tidak apa-apa, sepanjang kalian berpikir secara bijaksana. Jangan berpikir secara bodoh. Jika anda memikirkan anak-anak anda, pikirkanlah mereka dengan kebijaksanaan, bukan dengan kebodohan. Apa pun yang sedang dipikirkan, pikirkanlah ia dengan kebijaksanaan, waspadalah akan sifat alaminya. Mengetahui sesuatu dengan bijaksana adalah dengan melepaskannya dan tidak menderita karenanya. Pikiran ini terang, penuh kenikmatan, dan damai. Ia menjauhi kekacauan dan tidak terpisahkan. Kini, yang bisa anda harapkan untuk menolong dan mendukung anda, adalah nafas anda.

Ini adalah pekerjaan anda sendiri, bukan orang lain. Biarkan orang lain melakukan pekerjaan mereka sendiri. Anda mempunyai tugas dan tanggung jawab sendiri, anda tidak perlu mengambil alih tugas dan pekerjaan dari keluarga anda. Jangan mengambil alih apa pun yang lain, lepaskanlah semua. Dengan melepaskan, akan membuat batin anda menjadi tenang. Satu-satunya tanggung jawab anda sekarang adalah memusatkan pikiran anda dan buatlah ia menjadi damai. Biarkanlah hal-hal yang lain diurus oleh orang lain. Bentuk-bentuk, suara-suara, bau-bau, rasa-rasa kecapan� biarkanlah mereka diurus oleh orang lain. Tempatkan semuanya di belakang dan lakukanlah pekerjaan anda sendiri, penuhilah tanggung jawab anda sendiri. Apa pun yang muncul dalam pikiran anda, apakah itu ketakutan akan sakit, ketakutan akan kematian, kerinduan terhadap orang lain, atau apa pun itu, katakan saja,�Jangan ganggu saya. Engkau tidak lagi merupakan kekhawatiran bagi saya.� Teruslah mengatakan hal ini di dalam diri anda ketika anda melihat dhamma-dhamma itu muncul.

Apa yang dimaksud dengan kata dhamma ini? Segala sesuatunya adalah dhamma, tidak ada sesuatu pun yang bukan dhamma. Dan bagaimana pula dengan �dunia� ? Dunia adalah suatu keadaan mental yang menghasut anda pada saat ini. �Apa yang akan mereka lakukan? Ketika saya sudah pergi, siapa yang akan menjaga mereka? Akan bagaimanakah keadaan mereka nanti?� Ini semua hanyalah �dunia.� Bahkan hanya dengan munculnya pikiran yang takut akan kematian atau rasa sakit saja adalah dunia. Buanglah dunia ini jauh-jauh! Dunia adalah sebagaimana adanya ia. Jika anda membiarkan ia menguasai pikiran anda, pikiran akan menjadi suram dan tak dapat melihat dirinya sendiri. Jadi, apapun yang muncul di dalam pikiran, katakan saja,�Ini bukan urusan saya. Ia tidak permanen, tidak memuaskan dan tidak mempunyai inti.�

Berpikir bahwa anda lebih suka meneruskan hidup untuk jangka waktu yang lama, akan membuat anda menderita. Tetapi berpikir bahwa anda ingin mati seketika atau dengan sangat cepat, juga tidak benar. Ia adalah penderitaan, bukan? Kondisi bukanlah milik kita, mereka mengikuti hukum alam mereka. Anda tidak dapat melakukan apapun untuk mempengaruhi sifat-sifat alami tubuh ini. Anda bisa mempercantiknya sedikit, membuatnya bersih dan menarik untuk sementara, seperti gadis-gadis muda yang mengecat bibir mereka dan membiarkan kuku mereka tumbuh panjang, tetapi ketika usia tua tiba, semua orang berada dalam perahu yang sama. Itulah sifat alami tubuh, anda tidak dapat mengubahnya. Yang bisa kalian perbaiki dan percantik adalah batin.

Siapa pun bisa membangun rumah dari kayu dan batu bata, tetapi Sang Buddha mengajarkan bahwa rumah seperti itu bukanlah rumah kita yang sebenarnya, ia hanyalah milik kita di dalam sebutan saja. Ia adalah rumah di dunia dan ia mengikuti jalannya dunia ini. Rumah kita yang sebenarnya adalah kedamaian di dalam. Sebuah rumah bermateri, yang berada di luar, bisa saja indah tetapi ia tidaklah begitu damai. Ada kekhawatiran yang ini dan kemudian yang itu, kecemasan yang ini, lalu yang itu. Jadi, kita mengatakan bahwa ia bukanlah rumah kita yang sebenarnya, ia berada di luar kita. Cepat atau lambat kita harus melepaskannya. Ia bukanlah sebuah tempat di mana kita dapat tinggal secara permanen karena ia bukan milik kita yang sebenarnya, ia adalah milik dunia ini. Tubuh kita juga sama. Kita menganggapnya sebagai suatu diri, sebagai �aku� atau �milikku�, tetapi kenyataannya ia sama sekali tidak demikian, ia adalah satu lagi rumah duniawi yang lain. Tubuh anda telah mengikuti jalur alaminya semenjak lahir, hingga sekarang ketika ia sudah tua dan sakit, dan anda tidak bisa melarangnya untuk berbuat demikian. Begitulah ia adanya. Menginginkannya untuk menjadi sesuatu yang berbeda, adalah sama bodohnya dengan menginginkan seekor bebek menjadi seekor ayam. Ketika anda melihat bahwa itu tidak mungkin � bahwa seekor bebek haruslah menjadi seekor bebek dan seekor ayam haruslah tetap seekor ayam, dan bahwasannya tubuh harus menjadi tua dan mati � anda akan menemukan keberanian dan energi. Sekuat apa pun keinginan anda agar tubuh ini tetap bertahan, ia tidak akan melakukannya.

Sang Buddha berkata (note: Sebuah paritta yang secara tradisi biasanya dibacakan pada upacara pemakaman),
Anicca vata sankhara Semua kondisi adalah tidak permanen
Uppada-vaya-dhammino Muncul dan pergi
Uppajjitva nirujjhanti Setelah dilahirkan, mereka semua harus berakhir
Tesam vupasamo sukho Menenangkan kondisi adalah kebahagiaan sejati

Kata �sankhara� merujuk kepada tubuh ini dan pikiran. Sankhara-sankhara itu tidak permanen dan tidak stabil. Setelah terbentuk mereka pun menghilang, setelah muncul mereka akan pergi, namun setiap orang menginginkan mereka untuk menjadi permanen. Ini adalah kebodohan. Lihatlah nafas. Begitu ia masuk, ia pun keluar, itu sudah merupakan sifat alaminya, begitulah ia seharusnya. Nafas masuk dan nafas keluar berlangsung silih berganti, harus ada perubahan di sana. Kondisi tercipta melalui perubahan, anda tidak dapat mencegahnya. Coba pikirkan, bisakah anda menghembuskan nafas tanpa menarik nafas? Akankah ia terasa nyaman? Atau dapatkah anda hanya menarik nafas saja? Kita ingin segala sesuatunya menjadi permanen tetapi mereka tidaklah bisa demikian, itu tidak mungkin. Begitu nafas masuk, ia harus keluar lagi. Ketika ia sudah keluar, ia masuk kembali lagi, dan itu hal yang alami, bukan? Setelah dilahirkan, kita menjadi tua dan kemudian mati, dan itu merupakan hal yang sepenuhnya alami dan normal. Karena kondisi-kondisi telah melakukan pekerjaan mereka, karena nafas masuk dan nafas keluar telah berlangsung silih berganti dengan cara ini, sehingga umat manusia bisa tetap ada di sini sampai hari ini.
No matter how dirty my past is,my future is still spotless

Offline No Pain No Gain

  • Sebelumnya: Doggie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.796
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
  • ..............????
Re: Rumah Kita Yang Sebenarnya(Ajahn Chah)
« Reply #2 on: 11 June 2010, 01:12:26 PM »
Mereka yang merawat orang-orang sakit, akan berkembang di dalam kebajikan. Pasien yang memberikan kesempatan kepada yang lain untuk memupuk kebajikan ini, seharusnya tidak mempersulit mereka. Bila rasa sakit muncul atau beberapa masalah atau lainnya, beritahukan mereka dan jagalah pikiran agar tetap berada dalam keadaan sehat. Bagi mereka yang merawat orang tua mereka, seharusnya memenuhi pikiran mereka dengan kehangatan dan kebaikan serta tidak terperangkap di dalam keengganan. Inilah waktunya bagi kalian untuk membayar hutang kalian kepada mereka. Sejak kelahiran kalian hingga masa kanak-kanak, selama kalian tumbuh besar, kalian telah bergantung kepada orang tua kalian. Kalian berada di sini pada hari ini, itu dikarenakan ibu dan ayah kalian sudah membantu kalian di dalam banyak sekali hal. Kalian berhutang kepada mereka suatu rasa terima kasih yang luar biasa besarnya.

Jadi, pada hari ini, kalian semua, anak-anak dan sanak keluarga yang berkumpul bersama-sama di sini, perhatikanlah bagaimana ibu kalian telah menjadi anak kalian. Sebelumnya kalian adalah anaknya, sekarang dia telah menjadi anak kalian. Dia menjadi semakin tua dan semakin tua hingga akhirnya dia kembali menjadi seorang anak kecil lagi. Ingatannya hilang, matanya tidak bisa melihat dengan baik dan telinganya juga tidak begitu bagus. Kadang-kadang dia memutarbalikkan kata-katanya. Jangan biarkan ini membuat kalian jadi sedih. Kalian yang sedang merawat yang sakit juga harus tahu bagaimana cara untuk melepaskan. Jangan memegang apa pun, biarkan saja dia memilih jalannya sendiri. Ketika seorang anak kecil membandel, kadang-kadang orang tua membiarkannya berbuat sesuai keinginannya, hanya untuk mempertahankan ketenangan, hanya untuk membuatnya bahagia. Kini, ibu kalian adalah persis seperti anak kecil. Ingatan dan persepsinya membingungkannya. Kadang-kadang dia mengacaukan nama kalian, atau meminta kalian membawakannya cangkir padahal yang dia inginkan sebenarnya adalah piring. Ini adalah hal yang normal, janganlah bersedih karenanya.

Biarkan si pasien merasakan di dalam pikirannya kebaikan orang-orang yang merawatnya dan yang dengan sabar menahan perasaan sedih dan sakit di dalam hati mereka. Berusahalah dengan keras di dalam batin anda, jangan biarkan pikiran menjadi terpecah berserakan dan bingung, dan jangan mempersulit mereka-mereka yang sedang merawat anda. Biarkan mereka yang sedang merawat untuk memenuhi pikiran mereka dengan kebaikan. Jangan merasa enggan terhadap sisi yang tidak menarik dari pekerjaan tersebut, membersihkan ludah dan dahak, air seni dan tinja. Lakukanlah yang terbaik. Setiap orang dalam keluarga saling bahu membahu.

Dia adalah satu-satunya ibu yang kalian miliki. Dia memberikan kalian kehidupan, dia telah menjadi guru kalian, dokter kalian, dan perawat kalian � dia telah menjadi segalanya bagi kalian. Dia sudah membesarkan kalian, membagi kekayaannya dengan kalian dan menjadikan kalian sebagai ahli warisnya, dan itu merupakan kebajikan yang sangat besar dari orang tua. Itulah mengapa Sang Buddha mengajarkan kebaikan dari katannu dan katavedi, mengetahui hutang rasa terima kasih kita dan mencoba untuk membayarnya. Kedua dhamma ini saling melengkapi. Bila orang tua kita membutuhkan bantuan, tidak sehat atau berada dalam kesulitan, maka kita melakukan yang terbaik untuk membantu mereka. Inilah katannu-katavedi, kebaikan yang telah mempertahankan kelangsungan dunia ini. Ia mencegah keluarga agar tidak menjadi berantakan dan tercerai berai, dan membuatnya stabil dan harmonis.

Hari ini, saya telah memberikan hadiah Dhamma untuk anda di saat anda sedang sakit. Saya tidak memiliki benda-benda materi untuk diberikan kepada anda, karena kelihatannya sudah cukup banyak barang-barang di rumah ini. Jadi, saya memberikan anda Dhamma, sesuatu yang amat berharga, sesuatu yang tidak akan bisa habis anda pakai. Setelah menerimanya, anda dapat menyampaikannya kepada orang lain sebanyak yang anda inginkan, dan ia tidak akan pernah habis. Ini adalah sifat sejati dari Kebenaran. Saya merasa senang dapat memberikan hadiah Dhamma ini kepada anda, dengan harapan semoga ia akan memberikan anda kekuatan untuk menghadapi rasa sakit anda.

* Note : Pembicaraan ini ditujukan kepada seorang murid umat awam yang sudah tua dan sedang mendekati kematiannya.

* Dikutip dan diterjemahkan dari buku : �The Teachings Of Ajahn Chah�, sub judul : �Living Dhamma � Our Real Home�.

thx to: Singthung
« Last Edit: 11 June 2010, 01:14:11 PM by No Pain No Gain »
No matter how dirty my past is,my future is still spotless