//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: UPACARA DALAM AGAMA BUDDHA  (Read 18814 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
UPACARA DALAM AGAMA BUDDHA
« on: 23 August 2007, 12:10:36 PM »
UPACARA DALAM AGAMA BUDDHA

1.   Pengertian Upacara
1). Suatu cetusan hati nurani manusia terhadap suatu keadaan
2). Sebagai salah satu bentuk kebudayaan dapat kita selenggarakan sesuai dengan
tradisi dan perkembangan jaman asalkan selalu di dasarkan pada pandangan benar.
3). Buddha Dhamma sebagai ajaran universal, tidak mengalami perubahan
     (pengurangan maupun tambahan). Oleh karena itu, manifestasi pemujaan kita
pada tiratana yg dijelmakan dlm bentuk upacara & cara kebaktian hendaknya
tetap didasari dengan pandangan benar sehingga tidak menyimpang dari
Buddha Dhamma itu sendiri.

      2.   Sejarah terjadinya upacara dalam ajaran Buddha :
   Sang Buddha tidak pernah mengajar cara upacara. Sang Buddha hanya mengajarkan Dhamma agar semua makhluk terbebas dari penderitaan.
   Upacara yg ada pada saat itu hanyalah upacara penahbisan bhikkhu & samanera
   Upacara yang sekarang kita lihat merupakan perkembangan dari kebiasaan yg ada, yg terjadi sewaktu Sang Buddha masih hidup yg di sebut Vattha yg artinya kewajiban yg harus di penuhi oleh para bhikkhu seperti merawat Sang Buddha, membersihkan ruangan, mengisi air dan sebagainya & kemudian mereka semua bersama dengan umat lalu duduk mendengarkan kottbah Sang Buddha
   Setelah Sang Buddha paninibbana, para bhikkhu & umat tetap berkumpul untuk mengenang Sang Buddha & menghormat Sang Tiratana, yg sekaligus merupakan kelanjutan kebiasaan Vattha

       3.  Dua Cara pemujaan :
   Dalam agama Buddha juga terdapat ajaran tentang “pemujaan”. Namun,
pemujaan dalam agama Buddha di tujukan pada obyek yg benar (patut) dan       didasarkan pada pandangan benar. Menurut naskah Pali – Dukanipata, Anguttara Nikaya, Sutta Pitaka, ada dua cara pemujaan yaitu :
   Amisa Puja
   Patipati Puja

A.  AMISA PUJA
    Makna Amisa Puja : secara halafiah berarti pemujaan dengan persembahan.
Kitab Mangalattha – Dipani menguraikan 4 hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan Amisa Puja  ini :
a.   Sakkara : memberikan persembahan materi
b.   Garukara : Menaruh kasih serta bakti terhadap nilai nilai luhur
c.   Manana : Memperlihatkan rasa percaya / yakin
d.   Vandana : menguncarkan ungkapan / kata persanjungan


Selain itu, ada 3 hal lagi yg harus diperhatikan agar amisa puja dapat dilakukan sebaik-baiknya. Ketiga hal tersebut yaitu :
a.   Vatthu Sampada : Kesempurnaan materi
b.   Cetana Sampada : Kesempurnaan dlm kehendak
c.   Dakkhineyya Sampada : Kesempurnaan dlm objek pemujaan

Sejarah Amisa Puja :
Asal mulanya berasal dari kebiasaan Bhikkhu Ananda yg selalu melayani (merawat) Sang Buddha.


   B. PATIPATTI PUJA
    Makna Patipatti puja : secara halafiah berarti pemujaan dengan pelaksanan, sering juga di sebut sebagai Dhamma puja
Menurut kitab paramatthajotika, yg dimaksud “pelaksanaan” dlm hal ini adalah :
a.   Berlindung pada Tisarana ( tiga perlindungan ), yakni Buddha, Dhamma,  dan Arya Sangha
b.   Serta bertekad untuk melaksanakan Pancasila Buddhist (  lima kemoralan ) yakni pantangan untuk membunuh, mencuri, berbuat asusila, berkata yg tidak benar, mengkonsumsi makanan/minuman yg melemahkan kesadaran (kewaspadaan)
c.   Bertekad melaksanakan Attahanga sila ( delapan sila ) pada hari-hari uposattha
d.   Berusaha menjalankan Parisuddhi Sila ( Kemurniaan Sila ), yaitu :
1.   Pengendalian diri dalam tata tertib ( pattimokha-samvara )
2.   Pengendalian enam indera ( indriya-samvara )
3.   Mencari nafkah hidup secara benar ( ajiva-parisuddhi )
4.   Pemenuhan kebutuhan hidup yg layak ( paccaya-sanissita )

    Pahala Patipatti Puja
   Dalam Sutta Pitaka bagian Anguttara Nikaya, Dukanipata, dengan sangat jelas Sang Buddha Gotama menandaskan demikian : “Duhai para Bhikkhu, ada dua cara pemujaan, yaitu Amisa Puja dan Dhamma Puja. Di antara dua cara pemujaan ini, Dhamma Puja (Patipatti Puja) adalah yang paling unggul”.
   Dengan demikian sudah selayaknya jika umat Buddha lebih menekankan pada pelaksanaan Patipatti Puja alih-alih Amisa Puja

    Sejarah Patipatti Puja

   Cerita tentang Bhikkhu Tissa yg bertekad berpraktek Dhamma hingga berhasil menjelang empat bulan lagi Sang Buddha paninibbana. Dalam hal tersebut Sang Buddha bersabda : “Duhai para Bhikkhu, barang siapa mencintai-Ku, ia hendaknya bertindak seperti Tissa. Karena, mereka yang memuja-Ku dengan mempersembahkan berbagai bunga, wewangian dan lain-lain, sesungguhnya belumlah bisa dikatakan memuja-Ku dengan cara tertinggi / terluhur. Sementara itu, seseorang yg melaksanakan Dhamma secara benar itulah yg patut dikatakan telah memuja-Ku dengan cara tertinggi/terluhur”.
   Peristiwa yg mirip juga terjadi atas diri Bhikkhu Attadattha, sebagaimana yg dikisahkan dalam kitab Dhammapada Atthakatha.
   Menyadari betapa penting hal tersebut untuk di pahami dengan jelas, Sang Buddha Gotama secara resmi juga menandaskan kembali kepada Ananda Thera demikian
   “ Duhai Ananda, penghormatan, pengagungan dan pemujaan dengan cara tertinggi atau terluhur bukanlah di lakukan dengan memberikan persembahan bunga, wewangian, nyanyian dan sebagainya, akan tetapi Ananda, apabila seorang bhikkhu, bhikkhuni, upasaka atau upasika, berpegang teguh pada Dhamma, hidup sesuai dengan Dhamma, bertingkah laku selaras dengan Dhamma, maka orang seperti itulah yg sesungguhnya telah melakukan penghormatan, pengagungan & pemujaan dengan cara tertinggi atau terluhur. Karena itulah Ananda, berpeganglah dengan Dhamma dan bertingkah lakulah selaras dengan Dhamma, dengan cara demikianlah engkau seharusnya melatih diri.
   Penerapan Patipatti puja secara telak dapat menepiskan anggapan salah masyarakat umum bahwa agama Buddha tidak lebih hanyalah suatu agama ritualitas ( peribadatan / persembahyangan ) belaka.


4.  Makna Upacara
Semua bentuk upacara agama Buddha, sebenarnya terkandung prinsip-prinsip sebagai berikut :
   Menghormati dan merenungkan sifat-sifat luhur Sang Tiratana
   Memperkuat kenyakinan (saddha) dengan tekad (adhitthana)
   Membina Empat sikap batin luhur ( Brahmavihara )
   Mengulang & merenungkan kembali Khotbah-khotbah Sang Buddha
   Melakukan Anumodana yaitu  melimpahkan ( memberikan inspirasi ) jasa perbuatan baik kita kepada makhluk lain


5.  Manfaat Upacara
Secara terperinci manfaat yg langsung didapat dari upacara adalah sebagai berikut :
   Saddha      : Kenyakinan dan bakti akan tumbuh berkembang
   Brahmavihara    : Empat kediaman atau keadaan batin yang luhur akan berkembang yaitu : Metta (Cinta kasih yg universal), Karuna (Belas kasihan), mudita (simpati atas kebahagiaan/kelebihan makhluk lain), Upekha ( seimbang dalam suka/duka)
   Samvara                : Indera akan terkendali
   Santutthi    : Puas
   Santi      : Damai
   Sukha       : Bahagia



6.  Sikap Dalam Upacara :
   Upacara merupakan suatu manifestasi dari kenyakinan dan kebaktian, oleh sebab itu sikap yg patut di perhatikan oleh umat dalam melakukan upacara adalah sbb:
   Sikap menghormat, ada beberapa cara antara lain :
   Anjali
   Namakara
   Padakkhina
   Sikap membaca paritta
   Dilakukan dengan Khidmat & penuh perhatian
   Dibaca secara benar sesuai petunjuk-petunjuk tanda-tanda bacaannya dan harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan yg telah dijelaskan dalam Kitab Suci Tipitaka (Pali Text) seperti pada Vinaya Pitaka, II, 108, di mana Sang Buddha bersabda kepada para Bhikkhu tentang masalah melagukan pembacaan Dhamma, yaitu sebagai berikut : “Para Bhikkhu, ada lima bahaya (keburukan) jika Dhamma di ucapkan dengan suara yg di nyanyikan :
•   Ia akan senang (bangga) pada dirinya sendiri sehubungan dengan suaranya yg telah didengarnya
•   Orang lain akan senang mendengar suaranya tersebut (mereka akan tertarik pada lagunya tersebut, bukan pada Dhammanya)
•   Umat awam akan mencemoohkan (karena musik hanya pantas untuk mereka yg masih menyukai kesenangan indera)   
•   Karena sibuk mengatur suaranya tersebut, maka konsentrasinya menjadi pecah (ia melupakan makna dari apa yg sedang dibacanya)
•   Orang-orang yg mendengarnya bisa terjebak dalam pandangan-pandangan yg mengandung persaingan (dengan berkata :”guru-guru dan pembimbing kami melagukannya seperti itu”, hal ini akan menyebabkan timbulnya pertentangan dan saling membanggakan diri pada umat Buddha generasi yg akan dating)

   Sikap Bersamadhi
•   Rileks, duduk bersila (bersilang kaki) dan tumpuan kedua tangan di atas pangkuan
•   Memusatkan pikiran kita kepada obyek meditasi yg biasanya cocok untuk kita gunakan, misalnya pernafasan, sifat-sifat luhur Sang Tiratana, Empat Keadaan Batin yg luhur (Brahma Vihara), dan sebagainya

7.  Cara melakukan upacara yg benar
   Mengerti akan makna upacara seperti yg telah diuraikan diatas
   Setiap melakukan upacara harus benar-benar memahami apa yang di lakukan, bukan semata mata tradisi yg mengikat yg tidak membawa kita pada pembebasan ( silabbataparamasa-samyojjana )


 _/\_
Lily W
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Offline Fei Lun Hai

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 686
  • Reputasi: 24
  • Gender: Female
Re: UPACARA DALAM AGAMA BUDDHA
« Reply #1 on: 23 August 2007, 12:23:26 PM »
Thanks Ci Lily atas sharingnya :)  _/\_
your life simple or complex is depend on yourself

Offline Upaseno

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 244
  • Reputasi: 17
  • Gender: Male
Re: UPACARA DALAM AGAMA BUDDHA
« Reply #2 on: 24 August 2007, 07:42:01 AM »
Ci Lily, ini tulisan kamu?

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
Re: UPACARA DALAM AGAMA BUDDHA
« Reply #3 on: 24 August 2007, 10:09:26 AM »
Bhante...

Itu Materi yang saya dapat dari dhamma class di VPDS ( Vihara Pluit Dhamma Sukha ) yg di jelaskan oleh Pak Selamat Rodjali.

Apa ada yang janggal? Mohon pencerahan Bhante...

Bhante... saya ada pertanyaan... kalo umat buddhist yg jarang ke vihara (dan jarang mengikuti kebaktian di vihara), Apa bisa mencapai kebebasan (Nibhana)?

Mohon maaf jika ada kata-kata yang salah...

Anumodana..
Lily
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Offline Upaseno

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 244
  • Reputasi: 17
  • Gender: Male
Re: UPACARA DALAM AGAMA BUDDHA
« Reply #4 on: 24 August 2007, 09:42:19 PM »
Bhante... saya ada pertanyaan... kalo umat buddhist yg jarang ke vihara (dan jarang mengikuti kebaktian di vihara), Apa bisa mencapai kebebasan (Nibhana)?

Mohon maaf jika ada kata-kata yang salah...
Anumodana..
Lily
:Bhante... saya ada pertanyaan... kalo umat buddhist yg jarang ke vihara (dan jarang mengikuti kebaktian di vihara), Apa bisa mencapai kebebasan (Nibhana)?"---Bisa. 

Jangan pernah takut salah.

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
Re: UPACARA DALAM AGAMA BUDDHA
« Reply #5 on: 25 August 2007, 09:49:33 AM »
Bhante....

Anumodana....

 _/\_
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

 

anything