Saya baru baca postingan Bro Isa.Abdil di soal case rumah dinas tersebut diatas...
Memang, situasi di dunia seperti ini. Saya tidak menyebutnya di Indonesia, namun 'di dunia'.
Segala sesuatu yg tampak 'tidak adil' dimata kita, namun adil di mata tuhan, atau bahasa Buddhistnya: Segala sesuatu terjadi karena sebab akibat dan suatu sebab akan mengakibatkan kondisi selanjutnya. Ini ILMU PASTI yg tidak satupun manusia kuasai hitungannya.
Kita mungkin mengatakan tidak adil jika gayus jalan-jalan ke bali sedangkan dia dalam masa tahanan, apalagi hanya seorang eselon sekian namun mempunyai duit milyaran. Dunia ini tidak adil. Itu kata kita.
Tapi, mari kita lihat: Bagaimana Gayus mendapatkan duit milyaran? Dia usaha. Sekolah, lulus, test agar bisa masuk Dirjen Pajak, lobi sana-lobi sini agar naik pangkat. Setelah mendptkan posisi tertentu, dia menambil resiko untuk berani bermain dgn pengusaha dan pejabat. Dan terbukti, resikonya berbuah. Ia terangkap. Tapi sisa perjuangan lama-nya masih ada, yakni sisa duitnya. Itu yg ia pergunakan untuk jalan2 keluar penjara. Ini tidak gratis, ia harus mengorbankan uangnya untuk biaya ini, juga menempuh resiko baru... begitu seterusnya.
Sedangkan kita? Kita tidak menempuh upaya2 yg sama dgn yg ditempuh gayus bukan? jadi, wajar saja duit kita tidak sebanyak dia. Dan... wajar juga kita tidak tertimpa masalah kayak dia.
Jadi, segala sesuatu yg tampak tidak adil di mata kita, sebenarnya telah melalui proses sebab akibat yg akan berkelanjutan. 100% wajar dan adil. Tidak ada campur tangan tuhan yg membuat proses menjadi tidak adil.
Semua yg menikmati, telah menempuhnya dengan perjuangan dan segala resikonya.
Seseorang dapat menindas krn ia berjuang untuk posisi tsb, dan ia mengambil resiko dengan perbuatannya tsb...
Orang yg ditindas, karena ia memilih menempatkan posisi dirinya disitu...
(notes: org yg ditindas, bukan berarti selalu orang 'tak punya'. Org kaya juga bisa ditindas, banyak malah, oleh para pejabat, polisi, pengacara, dll.... tapi, secara umum, case-nya sama: seseorang ditindas krn ia memilih untuk berada diposisi tsb).
Jadi, kembali ke kata2 Vendetta tsb: "Untuk melihat sumber segala kekacauan ini, marilah kita menatap cermin..."bila sebelumnya sy diledek bahwa kalimat tsb krn saya korban nonton film Vendetta (padahal sy hanya nonton sebagian2 dan tidak full + setengah mengantuk, itupun layarnya kecil banget krn nontonnya dibelakang kursi pesawat dlm suatu penerbangan), kini mungkin akan sedikit paham bahwa kata2 tsb mempunyai makna yg sangat dalam.
Jika kita menyadari bahwa segala sesuatu yg terjadi di dunia ini adalah krn hukum sebab akibat sehingganya 'adil' adanya... maka mungkin rasa 'amarah' atau 'kecewa' kita akan sedikit berkurang, yg pada gilirannya kita akan bisa mulai menerima keadaan yg sebagaimana mestinya itu, sehingga hati kita akan lapang dan lebih tenang...
::