//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Game Persepsi & Buddhism  (Read 21795 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Kembara

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 426
  • Reputasi: 13
Re: Game Persepsi & Buddhism
« Reply #60 on: 01 January 2008, 03:04:32 AM »
Seperti Bro Sumedho, saya bisa dengan cepat merubah arah berputarnya si gadis tersebut, akan tetapi saya lebih mudah melihatnya berputar searah jarum jam daripada sebaliknya.

Saya tidak pandai menjelaskan, kalau tidak salah otak kita ada otak besar dan otak kecil (atau otak kiri / kanan ???), jadi IMO, ada kecenderungan bagian otak mana kita yang lebih dominan sehingga membuat kita kadang menyimpulkan sesuatu hal lebih dominan ke 'kanan' misalnya.

Kalau benar kesimpulan saya ini, maka type orang seperti ini mungkin tidak mudah dirubah opininya.

Jadi intinya, setiap individu yang berbeda selalu akan mempunyai cara pandang yang berbeda pula, ada individu yang dengan mudah bisa merubah sudut pandangnya, ada juga yang tidak bisa dirubah sama sekali, padahal obyek yang jadi sudut pandangnya adalah sama.

Hal ini seperti yang sering saya katakan bahwa : Tidak ada benar yang paling benar dan tidak ada salah yang paling salah, selalu ada alternatif baik positif ataupun negatif, oleh sebab itu kita tidak bisa memaksakan cara berpikir kita kepada orang lain, sebab orang lain juga mempunyai pandangannya sendiri2. Pointnya : Kita harus bijaksana dalam memandang setiap permasalahan.

Maaf kalau ada kata2 yang salah atau membingungkan.
SABBE SATTA BHAVANTU SUKHITATTA
SADHU, SADHU, SADHU.

_/\_


Offline Gun@saro

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 111
  • Reputasi: 15
  • Gender: Male
  • Satisampajañña
Re: Game Persepsi & Buddhism
« Reply #61 on: 01 January 2008, 12:00:48 PM »
Lihat/fokus kedua paha (area tengah agak ke bawah), nah, jika Bro Kemenyan melihat dia putar ke kanan, artinya kan: kaki yang diangkat itu kanan... Benar?
Coba "paksakan" persepsi bahwa kaki terangkat itu sebagai kaki kiri, terus saja... Kaki yg diangkat itu adalah kaki kiri... Perlu perhatian yg cukup, nanti akan berputar ke kiri...
Selamat mencoba...

Give up...!!!  :'( :'( :'(
Gw gak bisa maksa tuh gambar tuk muter ke-kiri...
(pdhl pertama kali gw lihat negh gambar jelas-jelas muter berlawanan arah jarum jam)

Sekarang... cemanapun gw ngotot-nya... tetep bakalan muter kekanan...
« Last Edit: 01 January 2008, 12:03:30 PM by Gun@saro »
Sukhi Hotu...

Gunasaro

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: Game Persepsi & Buddhism
« Reply #62 on: 01 January 2008, 01:51:50 PM »
Berkaitan dengan apa yang kita diskusikan disini. Tulisan Junarto M.Ifah ini barangkali bisa membantu anda mengembangkan jalur-jalur cabang saraf baru di otak anda.  ^-^
Memang sengaja saya tidak menerangkan hubungannya secara eksplisit karena itu tidak mendidik anda. Biarlah secara alami cabang-cabang saraf itu terkoneksi satu dengan yang lain secara alamiah sehingga akhirnya menghasilkan lingkaran bulat....  ;D


---------------
jelasnya mungkin bisa baca artikelnya Thanissaro:
1. The Path of Mindfullness and Concentration
2. Untangling the Present: The Role of Appropriate Attention
tapi sebagian yg aku maksud itu aku terjemahkan di bawah.
Makasih atas perhatiannya. Mudah2an bisa jadi bagian investigasi
pikiran kita.
--------------------------------------------------------------------
[Dari Untangling the present: The role of appropriate attention]

Jika pikiran bekerja dengan sederhana, masalah-masalahnya akan
sederhana dan mudah untuk diselesaikan. Buddha di dalam menunjukkan
bagaimana mengakhiri masalah2 pikiran akan membuat instruksi-
instruksinya sederhana dan singkat: sebuah pendekatan tunggal –
menyeluruh terhadap apapun yang terjadi sekarang, sebuah jalan mulia
satu rangkap: hanya perhatian murni, konsentrasi atau kesadaran non-
reaktif….,beliau akan berkata= "Percaya/Yakin saja kepada hakikat
sejatinya anda, pemahaman asli anda, dan biarkan apa adanya…" Bahkan
hanya beberapa menit memperhatikan cara pikiran bekerja dapat
menunjukkan bagaimana kompleks dan terpilin-pilinnya cara bekerjanya
pikiran kita. Ini berarti problemnya juga kompleks. Terutama masalah
penderitaan: seperti yang diketahui Buddha, penyebab2 penderitaan
(mental) adalah seperti kusutnya dan kait-mengait seperi sarang burung
atau benang kusut.

Kontrasnya, Buddha kemudian menggambarkan perhatian tepat [di dalam
bekerjanya proses2 pikiran=kemelekatan, penolakan dsb.] sebagai
kemampuan mengamati [proses-proses pikiran] bahwa= "Ini penderitaan,
Ini sumber penderitaan, Ini berhentinya penderitaan dan ini jalan
praktik untuk membawa berhentinya penderitaan" [Four noble truths di
dalam proses pikiran].

Jadi daripada sekedar melemparkan kondisi kekinian kepada anda sebagai
sesuatu yang monolitik, Buddha mengarahkan perhatian ada kepada empat
hal yang signifikan yang terjadi di sana [four noble truths dalam
pikiran].

[Dari The Path of Mindfullness and Concentration]:
Dalam tahapan pertama, Buddha berkata untuk sadar akan halangan [=lima
halangan=five hindrances] yang datang dan pergi [dalam pikiran].
Beberapa orang berpikir bahwa ini adalah praktik `perhatian tanpa
pilih-pilih', ketika anda tidak mengarahkan pikiran ke arah tertentu,
ketika anda cuma duduk dan menatap berbagai tetek bengek datang/pergi
pada pikiran. Dalam praktik, pikiran tidak siap bekerja seperti itu.

Banyak orang ingin melompat dan memulai pada level 'tidak menambahkan
apa-apa ke dalam momen kekinian', tetapi ia tidak bekerja dengan cara
[secepat]itu. Anda tidak akan sensitif kepada hal-hal halus yang
pikiran tambahkan secara habitual ke dalam momen kekinian sampai anda
secara sadar [berusaha] mengubah apa yang anda tambahkan.

..ketika Buddha menyebut soal sebab, ia berkata bahwa setiap situasi
dibentuk dari dua arah – sebab yang datang dari masa lampau dan
penyebab yang anda masukkan ke dalam situasi sekarang. Anda harus
sensitif kepada keduanya [dalam pikiran]. Jika anda tidak sensitif
kepada apa yang anda [telah] tambahkan kepada sebuah situasi, anda
tidak akan pernah mengembangkan skill/keahlian apa-pun.

http://groups.yahoo.com/group/Mahayana_Indonesia/message/3325
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline Lex Chan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.437
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
  • Love everybody, not every body...
Re: Game Persepsi & Buddhism
« Reply #63 on: 01 January 2008, 04:00:08 PM »
beneren kok, jawabannya ada di buku tsb

udah baca bukunya?
dapat dari mana?
“Give the world the best you have and you may get hurt. Give the world your best anyway”
-Mother Teresa-

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Game Persepsi & Buddhism
« Reply #64 on: 01 January 2008, 09:31:21 PM »
beneren kok, jawabannya ada di buku tsb

udah baca bukunya?
dapat dari mana?
ga perlu dibaca... dipandang aja dari gambar yg diberikan suchamda bahwa persepsi kita sendiri mempermainkan kita. persepsi bahwa buku harus selalu dibaca :hammer:
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Game Persepsi & Buddhism
« Reply #65 on: 09 July 2008, 12:43:31 AM »
ehm2... up up...
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

 

anything